16
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN PERCOBAAN XV SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGONTROL GERAK REFLEKS OLEH NAMA : KURNIAWANTO STAMBUK : F1D1 13 025 KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN PEMBIMBING : SULASTRI, S.Si JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015

Laporan Sistem Saraf Pusat Wanto

Embed Size (px)

DESCRIPTION

saraf

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWANPERCOBAAN XVSISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGONTROL GERAK REFLEKS

OLEHNAMA: KURNIAWANTOSTAMBUK: F1D1 13 025KELOMPOK: I (SATU)ASISTEN PEMBIMBING: SULASTRI, S.Si

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI 2015

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangGerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (disebut refleks kranial) atau medula spinalis ( disebut refleks spinal) lewat saraf motorik kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot plos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali memberikan pertimbangan dalam refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor, meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.Refleks terjadi lewat suatu lintasan tertentu, disebut lengkung refleks, dengan komponen: reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (di dalam otak dan medula spinalis), neuron motorik dan efektor. Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan lebih dari satu neuron penghubung.B. Rumusan MasalahRumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis?C. Tujuan PraktikumTujuan pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis D. Manfaat PraktikumManfaat pada praktikum ini adalah dapat bagaimana mengetahui gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis

II. TINJAUAN PUSTAKA1. OtotOtot merupakan suatu jaringan yang dapat dieksitasi yang kegiatannya berupa kon-traksi, sehingga otot dapat digunakan untuk memindahkan bagian-bagian skelet yang berarti suatu gerakan dapat terjadi. Hal ini terjadi karena otot mempunyai kemampuan untuk ekstensibilitas, elastisitas, dan kontrak-tilitas (Irma dan Yulianda, 2008).2. Saraf Kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat yang lama setelah memendek dan memanjang. Saraf tulang belakang sendiri dapat menghasilkan beberapa prilaku, tanpa bantuan apapun dari otak. Saraf refleks tulang belakang atau refleks spinal bekerja secara otomatis,tanpa melibatkan usaha yang disadari. Jaringan saraf yang melandasi berbagai refleks tulang belakang berhubungan dengan jalur-jalur saraf yang terbentang ke dan dari saraf tulang belakang ke dan dari otak. Karena hubungan inilah efleks terkadang dapat dipengaruhi oleh pikiran dan emosi (Sacher, 2004).Otak merupakan organ paling penting dari sistem saraf pusat. Otak berada di dalam tempat kosong dalam tengkorak. Semua proses di dalam tubuh kita dikontrol oleh otak. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang yang merupakan pusat kontrol utama di dalam tubuh. sistem saraf pusat merupakan kumpulan dari struktur rumit yang meliputi bagian yang mengambil keputusan, membahas setiap macam informasi yang datang dari sekelilingnya, membuat pemahaman dan semua kegiatan otak (Underwood, 1999).. Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot untuk bicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring ; neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu (Leveno, 2009).Pusat interasi tertinggi untuk sistem saraf dan sistem endokrin adalah hipotalamus. Perbedaan utama antara sistem saraf dan sistem endokrin berupa hantaran informasinya. Pada sistem endokrin, sebagian besar hantarannya bersifat kimiawi melalui hormon yang dibawah oleh aliran darah. pada saraf, hantaran informasinya dialirkan dengan aliran listrik secara cepat melalui serabut saraf, yang dilanjutkan oleh hantaran kimia antar sel saraf serta antara sel saraf dan sel efektor (Stedman, 2001).

III. METODE PRAKTIKUMA. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 16 April 2015, pukul 13.45-16.00 WITA, di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 1.Tabel 1. Bahan dan Fungsi NoBahanFungsi

123

1Katak (Rana sp.)Sebagai bahan amatan

2Es batuUntuk merendam kaki katak

3AirUntuk merendam katak

C. Alat Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Alat dan FungsiNoAlatFungsi

123

1Bak plasticTempat untuk menampung air

2PeluitUntuk mengagetkan katak

3PinsetUntuk menjepit kaki katak

4Gelas kimiaUntuk tempat memanaskan air

5SenterUntuk menyinari mata katak

6Hot plateUntuk memanaskan air

7KapasUntuk menyentuh mata katak

8Benang/ taliUntuk mengikat katak

9Jarum pentulUntuk merusak otak pada katak

10.TermometerUntuk mengukur suhu pada air

D. Prosedur KerjaProsedur kerja yang dilakukan pada praktikum sistem saraf pusat sebagai pengontrol gerak refleks adalah sebagai berikut:1. Katak Normal (Sistem Saraf Masih Lengkap)a. Meletakan katak dalam posisi normal, kemudian mengamati posisi kepala, mata dan anggota geraknya.b. Meletakan katak pada posisi vertikal dengan sebuah papan, kemudian mengamati posisi kepala, mata dan anggota geraknya.c. Memasukan katak kedalam bak berisi air, kemudian mengamati gerak renangnya.d. Membunyikan peluit didekat katak, kemudian mengamati reaksinya.e. Memberikan cahaya pada mata katak dengan menggunakan senter, kemudian mengamati reaksinya.f. Mencubit jari kaki katak dengan menggunakan pinset, dan mengamati reaksinya.g. Menyentuh mata katak dengan menggunakan kapas, kemudian mengamati reaksinya.h. Memasukan salah satu jari kaki katak kedalam air dingin, kemudian mengamati reaksinya.i. Memasukan salah satu jari kaki katak kedalam air panas ( 80C), kemudian mengamati reaksinya.2. Katak Spinal (Yang Sudah Mengalami Perusakan Otak Single Pithing)a. Menusukan jarum pentul pada katak melalui hidung sampai menembus atas kepala katak, dan membiarkan 5-6 menit.b. Meletakan katak dalam posisi normal, kemudian mengamati posisi kepala, mata dan anggota geraknya.c. Meletakan katak pada posisi vertikal dengan sebuah papan, kemudian mengamati posisi kepala, mata dan anggota geraknya.d. Memasukan katak kedalam bak berisi air, kemudian mengamati gerak renangnya.e. Membunyikan peluit didekat katak, kemudian mengamati reaksinya.f. Memberikan cahaya pada mata katak dengan menggunakan senter, kemudian mengamati reaksinya.g. Mencubit jari kaki katak dengan menggunakan pinset, dan mengamati reaksinya.h. Menyentuh mata katak dengan menggunakan kapas, kemudian mengamati reaksinya.i. Memasukan salah satu jari kaki katak kedalam air dingin, kemudian mengamati reaksinya.j. Memasukan salah satu jari kaki katak kedalam air panas ( 80C), kemudian mengamati reaksinya.

B. PembahasanRefleks adalah mekanisme reaksi terhadap rangsangan di bawah sadar. Perilaku naluriah dari hewan merupakan suatu masalah dari persyaratan dan refleks bekerja sebagai mekanisme pertahanan dasar, namun refleks-refleks ini sangat penting artinya di dalam mendiagnosis dan melokalisasi lesi neurologi. Gerak refleks berjalan sangat ceapt dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Kerja gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu di mulai dari reseptor penerima rangsangan, kemudian di teruskan oleh penerima rangsangan, kemudian di teruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, di terima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah didalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar.Penghantar impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian dalam sel saraf. Penghantar impuls melalui sinapsis, titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang di sebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.

I. PENUTUPA. Kesimpulankesimpulan pada praktikum ini adalah pada kondisi katak normal, katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak terganggu. Sedangkan pada katak spinal respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan jarum pentul pada saat praktikum.B. SaranSaran yang dapat disampaikan pada praktikum kali ini yaitu agar asisten mengarahkan para praktikan untuk melakukan praktikum dengan sungguh sungguh

DAFTAR PUSTAKALeveno, K. K., dkk, 2009, Obstetri Williams Panduan Ringkas, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sacher, R. A., dan Richard, A. M., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Stedman, 2001, Kamus Ringkas Kedokteran, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Irma, A., dan Yuliandam, R., 2008, Pengaruh Penambahan SWD Aplikasi Modifikasi Kontraplanar pada Intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi Shoulder terhadap Peningkatan Jumlah Range Of Motion (Rom) Shoulder Bidang Frontal dan Bidang Transversal Penderita Frozen Shoulder, J, Kesehatan, 1(1),02.Underwood, J. C. E., 1999, Patologi Umum dan Sistematik, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.