26
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre- eklamsia dan eklamsia Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre-eklamsia dan eklamsia A. Pengertian Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

  • Upload
    ajzy

  • View
    844

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre-eklamsia dan eklamsia

Laporan Pendahuluan

Dan Asuhan Keperawatan  Pre-eklamsia dan eklamsia

A. Pengertian

Preeklampsia adalah sekumpulan

gejala yang timbul pada wanita hamil,

bersalin dan nifas yang terdiri dari

hipertensi, edema dan protein uria tetapi

tidak menjukkan tanda-tanda kelainan

vaskuler atau hipertensi sebelumnya,

sedangkan gejalanya biasanya muncul

setelah kehamilan berumur 28 minggu atau

lebih  ( Rustam Muctar, 1998 ).

Page 2: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

Tidak berbeda dengan definisi Rustam,

Manuaba ( 1998) mendefinisikan bahwa

preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah

tekanan darah tinggi yang disertai dengan

proteinuria (protein dalam air kemih) atau

edema (penimbunan cairan), yang terjadi

pada kehamilan 20 minggu sampai akhir

minggu pertama setelah persalinan. Selain

itu, Mansjoer ( 2000 ) mendefinisikan

bahwa preeklampsia adalah timbulnya

hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20

minggu atau segera setelah persalinan.

(Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku

kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah

toksemia pada kehamilan lanjut yang

ditandai oleh hipertensi, edema, dan

proteinuria.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

preeklampsia  (  toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada

wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema(penimbunan

cairan dalam tubuh sehingga ada pembengkakan pada tungkai dan kaki) dan

poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama

setelah persalinan.

Page 3: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau

masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan

saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-

eklampsia.

PE-E hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama

(nullipara). Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu

pada remaja belasan tahun atau pada wanita yangberumur lebih dari 35 tahun.

Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita

hamil atau nifas dengan tanda-tanda pre eklamsia. (sarwono, 2005).Eklamsia

adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia yang tidak dapt

disebabkan oleh hal lain. (Cunningham, 2005). Eklamsia adalah pre eklamsia tang

disertai kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil. (Maimunah, 2005)

Kondisi gawat terjadi bila timbul kejang atau bahkan pingsan yang berarti

sudah terjadi gangguan di otak. Pada tahap inibisa dikatakan penyakit berada pada

tahap eklampsia. Pada kasus yang sudah lanjut, sang ibu pada awalnya mengalami

kejang selama 30 detik, lalu meningkat selama 2 menit, sebelum akhirnya pingsan

selama 10-30 menit.Kewaspadaan perlu ditingkatkan, karena bila penderita koma

berkepanjangan bisa timbul komplikasi berat. Seperti gagaljantung, gagal ginjal,

terganggunya fungsi paru-paru, dan tersendatnya metabolisme tubuh.

B.  Etiologi

Apa yang menjadi penyebab preeclampsia dan eklampsia sampai sekarang belum

diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-

musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban

Page 4: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal

berikut:

1.      Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,

hidramnion, dan mola hidatidosa.

2.      Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.

3.      Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam

uterus.

4.      Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.

5.      Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Penyebab PIH

tidak diketahui; namun demikian, penelitian terakhir menemukan suatu organisme

yang disebut hydatoxi lualba.

Faktor Risiko :

         Kehamilan pertama

         Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia

          Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

         Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

         Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,

dan                      tekanan darah tinggi)

         Kehamilan kembar,

          

C.  Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan

aliran darah. Perubahan ini menyebabkan

prostaglandin plasenta menurun dan

mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan

Page 5: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

iskemia pada uterus , merangsang

pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat

hiperoksidase lemak dan pelepasan renin

uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan

terjadinya endotheliosis menyebabkan

pelepasan tromboplastin. Tromboplastin

yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan

tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit

deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan

menyebabkan terjadinya vasospasme

sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit

deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi

intravaskular yang mengakibatkan perfusi

darah menurun dan konsumtif koagulapati.

Konsumtif koagulapati mengakibatkan

trombosit dan faktor pembekuan darah

menurun dan menyebabkan gangguan faal

hemostasis.  Renin uterus yang di keluarkan

akan mengalir bersama darah sampai organ

hati dan bersama- sama angiotensinogen

menjadi angiotensi I dan selanjutnya

menjadi angiotensin II. Angiotensin II

bersama tromboksan akan menyebabkan

terjadinya vasospasme. Vasospasme

menyebabkan lumen arteriol menyempit.

Page 6: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

Lumen arteriol yang menyempit

menyebabkan lumen hanya dapat dilewati

oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer

akan meningkat agar oksigen mencukupi

kebutuhab sehingga menyebabkan

terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan

vasospasme, angiotensin II akan

merangsang glandula suprarenal untuk

mengeluarkan aldosteron. Vasospasme

bersama dengan koagulasi intravaskular

akan  menyebabkan gangguan perfusi darah

dan gangguan multi organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada

organ- oragan tubuh diantaranya otak,

darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan

plasenta. Pada otak akan dapat

menyebabkan terjadinya edema serebri dan

selanjutnya terjadi peningkatan tekanan

intrakranial. Tekanan intrakranial yang

meningkat menyebabkan terjadinya

gangguan perfusi serebral , nyeri dan

terjadinya kejang sehingga menimbulkan

diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada

darah akan terjadi enditheliosis

menyebabkan sel darah merah dan

Page 7: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh

darah akan menyebabkan terjadinya

pendarahan,sedangkan sel darah merah

yang pecah akan menyebabkan terjadinya

anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP

akan meningkat menyebabkan terjadinya

kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan

sehingga akan mengakibatkan terjadinya

oedema paru. Oedema paru akan

menyebabkan terjadinya kerusakan

pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi

pembuluh darah menyebabkan akan

menyebabkan gangguan kontraktilitas

miokard sehingga menyebabkan payah

jantung dan memunculkan diagnosa

keperawatan penurunan curah jantung.

Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron,

terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan

menyebabkan retensi cairan dan dapat

menyebabkan terjadinya edema sehingga

dapat memunculkan diagnosa keperawatan

kelebihan volume cairan. Selin itu,

vasospasme arteriol pada ginjal akan

meyebabkan penurunan GFR dan

permeabilitas terrhadap protein akan

Page 8: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi

dengan peningkatan reabsorpsi oleh

tubulus sehingga menyebabkan diuresis

menurun sehingga menyebabkan terjadinya

oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan

memunculkan diagnosa keperawatan

gangguan eliminasi urin. Permeabilitas

terhadap protein yang meningkat akan

menyebabkan banyak protein akan lolos

dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan

proteinuria. Pada mata, akan terjadi

spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan

oedem diskus optikus dan retina. Keadaan

ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia

dan memunculkan diagnosa keperawatan

risiko cedera. Pada plasenta penurunan

perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia

sebagai pemicu timbulnya gangguan

pertumbuhan plasenta sehinga dapat

berakibat terjadinya Intra Uterin Growth

Retardation serta memunculkan diagnosa

keperawatan risiko gawat janin.

Hipertensi akan merangsang medula

oblongata dan sistem saraf parasimpatis

akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis

Page 9: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

mempengaruhi traktus gastrointestinal dan

ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal

dapat menyebabkan terjadinya hipoksia

duodenal dan penumpukan ion H

menyebabkan HCl meningkat sehingga

dapat menyebabkan nyeri epigastrik.

Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas

yang meningkat, merangsang mual dan

timbulnya muntah sehingga muncul

diagnosa keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada

ektrimitas dapat terjadi metabolisme

anaerob menyebabkan ATP diproduksi

dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan

pembentukan asam laktat. Terbentuknya

asam laktat dan sedikitnya ATP yang

diproduksi akan menimbulkan keadaan

cepat lelah, lemah sehingga muncul

diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas.

Keadaan hipertensi akan mengakibatkan

seseorang kurang terpajan informasi dan

memunculkan diagnosa keperawatan

kurang pengetahuan.

D.    Manifestasi Klinis

Page 10: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

1.   Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan

peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus

dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain

2.  Gangguan penglihatan a pasien akan melihat kilatan-kilatan

cahaya,                                    pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi

kebutaan sementara

3. Iritabel a ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik

atau gangguan lainnya

4. Nyeri perut a nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan

muntah

5. Gangguan pernafasan sampai cyanosis

6. Terjadi gangguan kesadaran

E.     Klasifikasi

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

a.        Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

         Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring

terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30

mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan

dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

         Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih

per minggu.

         Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin

kateter atau midstream.

b.       Preeklampsia Berat

Page 11: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

          Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

         Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

         Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .

         Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada

epigastrium.

         Terdapat edema paru dan sianosis.

F.   Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,

hipertensi, dan timbul proteinuria

Gejala subyektif : sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium;

gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah.

Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang

Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada

pemeriksaan laboratorium

G. Pemeriksaan Penunjang

     a.  Pemeriksaan Laboratorium

          1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin

untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

2.      Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

Page 12: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

3.      Pemeriksaan Fungsi hati

Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45

u/ml )

Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l

)

Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4.      Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

b.      Radiologi

        a.  Ultrasonografi

             Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan

intrauterus lambat,                aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban

sedikit.

b.   Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

H. Komplikasi

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk

komplikasi antara lain:

a.        Pada Ibu

Eklapmsia

Solusio plasenta

Page 13: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

Pendarahan subkapsula hepar

Kelainan pembekuan darah ( DIC )

Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet

count )

Ablasio retina

Gagal jantung hingga syok dan kematian.

b.      Pada Janin

Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

Prematur

Asfiksia neonatorum

Kematian dalam uterus

Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

I. Penatalaksanaan 

   1. Penatalaksanaan Pre-eklamsia

a. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan

1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin

2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak

perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100

mmhg).

3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari

dan minimal 8 jam pada malam hari)

4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur

5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.

Page 14: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat

antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8

x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5

mg/hari (max.30 mg/hari).

7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1

minggu

9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2

minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali

berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan

juga obat antihipertensi.

10.  Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia

berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan

11.  Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan

pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau

indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan

matur.

12.  Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan

bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

b. Penatalaksanaan pre-eklampsia berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan

diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti :

kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap

PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!!

Penatalaksanaan Eklamsia

Page 15: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau

nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Sebelumnya

wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang

dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain). Diagnosis ditegakkan

berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang dan atau koma.

Tujuan pengobatan : menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan

fungsi organ vital, koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai

batas aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit,

khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan

ibu seoptimal mungkin.

Sikap obstetrik : mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk

ibu. Pengobatan medisinal : sama seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4

dapat ditambah 2 g intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-

kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan ini hanya

diberikan satu kali saja. Jika masih kejang, diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB

intravena perlahan-lahan. JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL

KANUL, 4-6 L / MENIT !! Perawatan pada serangan kejang : dirawat di kamar

isolasi dengan penerangan cukup, masukkan sudip lidah ke dalam mulut

penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur secukupnya.

Page 16: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

Asuhan Keperawatan

Pre-eklamsia Dan Eklamsia

A. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :

a.       Data subyektif :

-          Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35

tahun

-          Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,

pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

-          Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler

esensial, hipertensi kronik, DM

-          Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,

hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia

sebelumnya

-          Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun

selingan

Page 17: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

-          Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan

kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

b.      Data Obyektif :

               -          Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

               -          Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

               -          Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal

distress

-          Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM

( jika refleks+)

               -          Pemeriksaan penunjang :

         Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan

interval 6 jam

         Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat

hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit

menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7

mg/100 ml

         Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

         Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

         USG ; untuk mengetahui keadaan janin

         NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B.   Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder

terhadap vasopasme pembuluh darah.

Page 18: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2

dan nutrisi kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put.

3. Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder

terhadap penurunan cardiac out put

4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan

5. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d

misinterpretasi informasi

6. Pola nafas tidak efektif b/d penurunann  ekspansi paru.

C.     Rencana Keperawatan

1.   Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap

vasopasme pembuluh darah:

Tujuan     : Perfusi jaringan otak adekuat danTercapai secara optimal.

           Intervensi:

         Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu ( cemas  bingung,

letargi, pingsan )

         Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab, cacat kekuatan

nadi perifer.

         Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi ) eritema, edema

         Dorong latihan kaki aktif / pasif

         Pantau pernafasan

         Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, muntah/  mual, distaensi

abdomen, kontipasi

         Pantau masukan dan perubahan keluaran

Page 19: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

2.   Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan

nutrisi 

     kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put.

Tujuan: Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat dipertahankan sampai  Umur 37 minggu

dan atau          BBL ≥ 2500 g.

Intervensi:

      Anjurkan penderita untuk tidur  miring ke kiri

      Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan   masa

kehamilan:

- 1 x/bln pada trisemester I

-2 x/bln pada trisemester II

- 1 x/minggu pada trisemester III

      Pantau DJJ, kontraksi uterus/his gerakan janin setiap hari

      Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat

3. Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap

penurunan cardiac out put.

Tujuan    : Kelebihan volume cairan teratasi.

Intervensi:

            Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels.

            Catat adanya DVJ, adanya edema dependen

            Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi,

hitung keseimbangan cairan.

            Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi

kardiovaskuler.

            Berikan diet rendah natrium atau garam.

Page 20: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

            Delegatif pemberian di

4.   Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan

Tujuan     : ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat.

Intervensi:

         Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakn termometer berikut : nadi

20/m diatas frekuensi nadi istirahat, catat peningkatan tekanan darah, Dispenia,

nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsang.

         Tingakat istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik,

berikan aktifitas senggang yang taidak berat.

            Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contao ; penurunan kelemahan dan

kelelahan, tekanan darah stabil, peningkatan perhatian pada aktifitas dan

perawatan diri.

         Dorong memjukan aktifitas atau toleransi perawatan diri.

            Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasienn.

         Anjurakan pasiien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mengejan saat

defekasi.

            Jelasakn pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh : posisi duduk diatas

tempat tidur bila tidak ada pusing dan nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar

berdiri dst.

       

5.   Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d

misinterpretasi informasi

Tujuan     : Kebutuhan pengetahuan terpenuhi secara adekuat. 

Intervensi:

Page 21: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi Dan Eklamsi

         Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi. Dorong

mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.

         Mempertahankan kepercayaan pasien ( tanpa adanya keyakinan yang salah )

         Terima tapi jangan beri penguatan terhadap penolakan

         Orientasikan klien atau keluarga terhadap prosedur rutin dan aktifitas, tingkatkan

partisipasi bila mungkin.

         Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur, berikan informasi yang konsisten,

ulangi bila perlu.

         Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam

perawatan.

6.   Pola nafas tidak efektif b/d penurunann  ekspansi paru.

Tujuan     : Pola nafas yang efektif. 

Intervensi:

Pantau tingkat pernafasan dan suara nafas.

Atur posisi fowler atau semi fowler.

Sediakan perlengkapan penghisapan atau penambahan aliran udara.

Berikan obat sesuai petunjuk.

Sediakan oksigen tambahan.