Upload
antoni-toni-8874
View
360
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM
DENGAN EKLAMSI
Oleh
RANDY EKA PUTRA
TINGKAT 2 REGULER
NIM 09200028
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2011
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” keperawatan
maternitas postpartum dengan eklamsi” dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Anita Bustami,,S.kp,M.kep,Sp.Mat.
selaku dosen mata ajar Keperawatan Maternitas Poltekes Kemenkes Tanjungkarang yang
telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan yang kami miliki dalam menyusun makalah ini,
baik dalam sistematika maupun isi. Namun, kami tetap berusaha agar makalah ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi positif kepada semua pihak. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Bandar Lampung, 14 Maret 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ...................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................... 3
C. Gejala ............................................................................................. 3
D. Diagnosa ........................................................................................ 5
E. Terapi ............................................................................................ 7
F. Pencegahan .................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Selama inibanyak terjadi resiko pada ibu hamil yang karena di sebabkan berbagai hal
seperti ibu hamil yang hamil lebih dari 35 tahun sehingga resiko terjadi eklamsi pada saat
melahirkan. banyak ibu melahirkan datang kerumah sakit dikarenakan bermasalah dalam
melahirkan.
Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas
dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981
).
Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam ,diet tinggi
protein,suplemen kalsium,magnesium,dll) atau medikamentosa (teofilin ,anti
hipertensi,diuretik,aspirin,dll.0dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklamsia.
Eklamsia harus di tangani di rumah sakit.bila pasian dirujuk,sebelumnya pasien perlu di beri
pengobatan awal untuk mengtasi kejang dan pemberian obat antihipertensi.berikan oksigen4-
6/menit,pasang infuse dekrosa5% 500ml/6 jam dengan kecepatan 20 tetes permenit,pasang
kateter urune,pasang goedle tau spatel.bahu di ganjal kain setebal 5cm agar leher difleksi
sedikit. Posisi tempat tidur dibuat sedikit fowler agar kepala tetap tinggi.fiksasi klien secara
baik agar tidak jatuh.
2.tujuan
2.1 Tujuan umum
Untuk lebih memahami tentang postpartum dengan adanya eklamsi
2.2 tujuan khusus
2.2.1 Agar mahasiswa dapat mengtahui pengertian dari postpartum dengan eklamsi
2.2.2 agar mahasiswa mengetahhui tentang insiden postpartum dean eklamsi
2.2.3 agar mahasiswa mengetahui tentang patofisiologi tentang postpartum
dengan eklamsi
2.2.4 agar mhasiswa mengetahui tentang prognosis postpartum dengan eklamsi
2.25 agar mahasiswa dapat mengetaui tentang pemeriksaan postpartum dengan eklmsi
3.mamfaat
Agar mahasiswa dapat memahami tentang keperawatn maternitas postpartum dengan eklamsi
dan dapat mempraktekan di lapangan dengan baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Pengertian Eklamsi
Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam
nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R. Sulaeman
Sastrowinata, 1981 ).
2.Insiden
Eklamsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri
Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
3.Patofisiologi
Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)
Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia
uteroplacenta) dan hipertensi
Eklamsi
Mata terpaku
Kepala dipalingkan ke satu sisi
Kejang-kejang halus terlihat pada muka
(Invasi)
Badan kaku
Kadang episthotonus
(Kontraksi/Kejang Tonis)
Kejang hilang timbul
Rahang membuka dan menutup
Mata membuka dan menutup
Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata merah, muka biru
(Konvulsi/KejangClonis)
-Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg
-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema
Coma
Amnesia retrigrad post koma
4.Prognosis
Koma lama
Nadi diatas 120
Suhu diatas 39c
Tensi diatas 200 mmHg
Lebih dari 10 serangan
Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
Tidak adanya edema
(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)
Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.
Jika durasi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa
agak membaik.
Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.
Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih buruk.
5.Pemeriksaan
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan
menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan
otot menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan
otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Involusi TFU Berat
Uterus
Diameter
Bekas Melekat
Plasenta
Keadaan
Cervix
Setealh
pladsenta lahir
Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Pertengahan pusat
symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2
minggu
Normal
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
7,5 cm
5 cm
2,5 cm
Dapat dilalui 2
jari
Dapat
dimasuki 1 jari
Sumber: Rustam muchtar, 1998
Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena
dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
(Sulaiman S, 1983l: 121)
Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa nifas.
Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir
minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim
biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau
anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih
dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus
setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke
belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan aliran
darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada
kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi
retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V
Ruth B, 1996: 230)
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
Sistim Hormonal
Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan
jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas
tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk
menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi
HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,
perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu
ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi
yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu
sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan
oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1
– 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (Obstetri
Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
Tekanan darah > 140 / 90
mmHg
Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey
moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan
bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab
terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang
air kecil atau buang air besar.
Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap
bayi.( Persis Mary H, 1995)
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5
post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)
Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya
setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan
dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi
infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI
lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.
( Manuaba, 1998: 193)
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan
ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori,
protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi.
Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada
daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan
lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva
dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air
besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri.
Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut
stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa
diberi betadin.
Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. (Persis H, 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila
belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu
mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir
ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.( Mac. Donald, 1991:
430)
Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode
KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)
Kemugkinan Diagnosa Yang Timbul
1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang
2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d Kejang – kejang berulang
3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema meningkat
4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi mendadak
karena usaha penurunan tensi.
Rencana Tindakan Keperawatan
Dx. 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan resiko tinggi terjadinya cedera tidak terjadi
dengan kriteria : tidak terjadi fraktur, pasien tidak jatuh, lidah tidak tergigit
Intervensi : - Fiksasi tidak terlalu kencang
- Pemasangan sudip lidah
R : Memberikan ruang gerak waktu kejang
Menghalangi supaya lidah tidak tergigit
Dx 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan dan Medis resiko Asidosis respirasi tidak
terjadi
Kriteria : Kejang berkurang, sianosis tidak ada, nafas 20 x/menit
Intervensi :- Berikan Obat anti kejang sesuai terapi Medis
Berikan Oksigen 2-6 liter/ menit
Observasi R/R dan Nadi
R : Memberikan ruang gerak bagi paru u/mengembang
Membantu suplai oksigen sel jaringan tubuh
Menilai pola nafas dan kerja jantung
Dx.3
Tujuan : Setelah dilakuakn tidakan perawatan Resiko oliguri sampai anuri tidak terjadi
Kriteria : Urine > 30 cc/jam
Intervensi : -Memperbaiki diuresi dengan pemberian glukose 5%-10 %
R : Sehingga terjadi pengenceran haemokonsentrasi
Dx.4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan dan Medis resiko suplai zat-zat yang
dibutuhkan sel tubuh menurun tidak terjadi.
Kriteria : -Tensi tidak boleh turun lebih dari 20 % dalam 1 jam (maksimal dari 200/120
mmHg menjadi 160/95 mmHg dalam 1 jam).
-Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmHg.
Intervensi : Observasi tensi dan Nadi pasien setiap 1 jam
R : Supaya terjadi penurunan tensi secara berangsur-angsur sehingga suplai cukup sampai
kejaringan dan organ-organ penting.
DAFTRA PUSTAKA
Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.
------(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo. Surabaya