23
KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI Oleh RANDY EKA PUTRA TINGKAT 2 REGULER NIM 09200028 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN 2011

KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM

DENGAN EKLAMSI

Oleh

RANDY EKA PUTRA

TINGKAT 2 REGULER

NIM 09200028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2011

Page 2: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” keperawatan

maternitas postpartum dengan eklamsi” dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Anita Bustami,,S.kp,M.kep,Sp.Mat.

selaku dosen mata ajar Keperawatan Maternitas Poltekes Kemenkes Tanjungkarang yang

telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan yang kami miliki dalam menyusun makalah ini,

baik dalam sistematika maupun isi. Namun, kami tetap berusaha agar makalah ini dapat

memberikan manfaat dan kontribusi positif kepada semua pihak. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Bandar Lampung, 14 Maret 2011

Page 3: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ...................................................................................... 3

B. Etiologi ........................................................................................... 3

C. Gejala ............................................................................................. 3

D. Diagnosa ........................................................................................ 5

E. Terapi ............................................................................................ 7

F. Pencegahan .................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 15

B. Saran .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Selama inibanyak terjadi resiko pada ibu hamil yang karena di sebabkan berbagai hal

seperti ibu hamil yang hamil lebih dari 35 tahun sehingga resiko terjadi eklamsi pada saat

melahirkan. banyak ibu melahirkan datang kerumah sakit dikarenakan bermasalah dalam

melahirkan.

Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas

dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981

).

Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam ,diet tinggi

protein,suplemen kalsium,magnesium,dll) atau medikamentosa (teofilin ,anti

hipertensi,diuretik,aspirin,dll.0dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklamsia.

Eklamsia harus di tangani di rumah sakit.bila pasian dirujuk,sebelumnya pasien perlu di beri

pengobatan awal untuk mengtasi kejang dan pemberian obat antihipertensi.berikan oksigen4-

6/menit,pasang infuse dekrosa5% 500ml/6 jam dengan kecepatan 20 tetes permenit,pasang

kateter urune,pasang goedle tau spatel.bahu di ganjal kain setebal 5cm agar leher difleksi

sedikit. Posisi tempat tidur dibuat sedikit fowler agar kepala tetap tinggi.fiksasi klien secara

baik agar tidak jatuh.

2.tujuan

2.1 Tujuan umum

Untuk lebih memahami tentang postpartum dengan adanya eklamsi

2.2 tujuan khusus

2.2.1 Agar mahasiswa dapat mengtahui pengertian dari postpartum dengan eklamsi

2.2.2 agar mahasiswa mengetahhui tentang insiden postpartum dean eklamsi

2.2.3 agar mahasiswa mengetahui tentang patofisiologi tentang postpartum

dengan eklamsi

2.2.4 agar mhasiswa mengetahui tentang prognosis postpartum dengan eklamsi

2.25 agar mahasiswa dapat mengetaui tentang pemeriksaan postpartum dengan eklmsi

Page 5: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

3.mamfaat

Agar mahasiswa dapat memahami tentang keperawatn maternitas postpartum dengan eklamsi

dan dapat mempraktekan di lapangan dengan baik

Page 6: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.Pengertian Eklamsi

Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam

nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R. Sulaeman

Sastrowinata, 1981 ).

2.Insiden

Eklamsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri

Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

3.Patofisiologi

Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia

uteroplacenta) dan hipertensi

Eklamsi

Mata terpaku

Kepala dipalingkan ke satu sisi

Kejang-kejang halus terlihat pada muka

(Invasi)

Badan kaku

Kadang episthotonus

(Kontraksi/Kejang Tonis)

Kejang hilang timbul

Rahang membuka dan menutup

Mata membuka dan menutup

Page 7: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi

Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit

Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut

Mata merah, muka biru

(Konvulsi/KejangClonis)

-Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg

-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat

Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema

Coma

Amnesia retrigrad post koma

4.Prognosis

Koma lama

Nadi diatas 120

Suhu diatas 39c

Tensi diatas 200 mmHg

Lebih dari 10 serangan

Proteinuria 10 gram sehari atau lebih

Tidak adanya edema

(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)

Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului

kematian.

Jika durasi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa

agak membaik.

Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.

Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih buruk.

5.Pemeriksaan

Page 8: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau

uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti

sebelum hamil.

Proses involusi terjadi karena adanya:

Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya

hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan

menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai

keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian

dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah

melahirkan.

Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir

yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan

plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena

kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang

mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan

otot menjadi lebih kecil.

Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan

otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:

Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi

otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Involusi TFU Berat

Uterus

Diameter

Bekas Melekat

Plasenta

Keadaan

Cervix

Setealh

pladsenta lahir

Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik

Page 9: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Pertengahan pusat

symphisis

Tak teraba

Sebesar hamil 2

minggu

Normal

500 gr

350 gr

50 gr

30 gr

7,5 cm

5 cm

2,5 cm

Dapat dilalui 2

jari

Dapat

dimasuki 1 jari

Sumber: Rustam muchtar, 1998

Involusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang

tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena

dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.

Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

(Sulaiman S, 1983l: 121)

Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena

setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus

mengecil lagi dalam masa nifas.

Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir

minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena

retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu

persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae

mulai nampak kembali.

Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim

biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu

mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.

Page 10: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau

anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra

berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa

mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari ketujuh.

Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.

Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)

Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih

dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus

setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke

belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan

kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)

Sistim Kardiovasculer

Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan aliran

darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen

mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada

kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.

Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi

retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V

Ruth B, 1996: 230)

Ginjal

Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi

produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari

pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)

Sistim Hormonal

Oxytoxin

Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan

jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan

plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas

tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk

menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini

membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi

Page 11: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini

menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

Prolaktin

Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise

anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang

menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita

yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan

penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada

ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,

perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)

Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu

ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi

yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi

bayinya dan ibunya sendiri.

Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu

sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini

mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.

Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.

Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan

penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan

oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.

Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai

permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari

puting susu.

Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1

– 0,2 %.

Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu

sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (Obstetri

Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )

Tanda-tanda vital

Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:

Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal

Page 12: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90

mmHg, mungkin bisa naik dari

tingkat disaat persalinan 1 – 3

hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C

Denyut nadi: 60-100 X / menit

Tekanan darah > 140 / 90

mmHg

Suhu > 380 C

Denyut nadi: > 100 X / menit

Perubahan Psikologi

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:

Periode Taking In

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan

kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey

moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan

bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.

Periode Taking Hold

Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab

terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan

bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang

air kecil atau buang air besar.

Periode Letting Go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap

bayi.( Persis Mary H, 1995)

Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang

berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur

terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5

post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)

Perawatan Masa Nifas

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya

setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:

1. Mobilisasi Dini

Page 13: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam

pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya

trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan

dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi

tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi

infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat

gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)

2. Rawat Gabung

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak

memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI

lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)

3. Pemeriksaan Umum

Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran

penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

4. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu

Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba

Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.

( Manuaba, 1998: 193)

5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:

Diit

Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan

ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori,

protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.

Pakaian

Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.

Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi.

Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada

daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan

Page 14: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.

Perawatan vulva

Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah

terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva

dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air

besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri.

Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,

setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut

stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa

diberi betadin.

Miksi

Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.

Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih

penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. (Persis H, 1995: 288)

Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat

mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila

belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)

Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak

keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu

mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir

ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum

mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.( Mac. Donald, 1991:

430)

Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat

indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.

Page 15: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Cuti Hamil dan Bersalin

Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan

bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.

Mempersiapkan untuk Metode KB

Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode

KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode

KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada

umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)

Kemugkinan Diagnosa Yang Timbul

1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang

2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d Kejang – kejang berulang

3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema meningkat

4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi mendadak

karena usaha penurunan tensi.

Rencana Tindakan Keperawatan

Dx. 1

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan resiko tinggi terjadinya cedera tidak terjadi

dengan kriteria : tidak terjadi fraktur, pasien tidak jatuh, lidah tidak tergigit

Intervensi : - Fiksasi tidak terlalu kencang

- Pemasangan sudip lidah

R : Memberikan ruang gerak waktu kejang

Menghalangi supaya lidah tidak tergigit

Dx 2

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan dan Medis resiko Asidosis respirasi tidak

terjadi

Kriteria : Kejang berkurang, sianosis tidak ada, nafas 20 x/menit

Intervensi :- Berikan Obat anti kejang sesuai terapi Medis

Berikan Oksigen 2-6 liter/ menit

Observasi R/R dan Nadi

R : Memberikan ruang gerak bagi paru u/mengembang

Membantu suplai oksigen sel jaringan tubuh

Page 16: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Menilai pola nafas dan kerja jantung

Dx.3

Tujuan : Setelah dilakuakn tidakan perawatan Resiko oliguri sampai anuri tidak terjadi

Kriteria : Urine > 30 cc/jam

Intervensi : -Memperbaiki diuresi dengan pemberian glukose 5%-10 %

R : Sehingga terjadi pengenceran haemokonsentrasi

Dx.4

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan dan Medis resiko suplai zat-zat yang

dibutuhkan sel tubuh menurun tidak terjadi.

Kriteria : -Tensi tidak boleh turun lebih dari 20 % dalam 1 jam (maksimal dari 200/120

mmHg menjadi 160/95 mmHg dalam 1 jam).

-Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmHg.

Intervensi : Observasi tensi dan Nadi pasien setiap 1 jam

R : Supaya terjadi penurunan tensi secara berangsur-angsur sehingga suplai cukup sampai

kejaringan dan organ-organ penting.

DAFTRA PUSTAKA

Page 17: KEPERAWATAN MATERNITAS POSTPARTUM DENGAN EKLAMSI

Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta

R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.

------(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo. Surabaya