189
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI Oleh : AULIA RAHMA 70300111012 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

laporan lengkap fisiologi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan lengkap fisiologi

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FISIOLOGI

Oleh :

AULIA RAHMA70300111012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: laporan lengkap fisiologi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya

yang senantiasa dicurahkan kepada kita semua sehingga penulis mampu menyelesaikan

“Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi” ini. Teriring pula salam dan syalawat kepada

junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Banyak hal yang penulis peroleh atas penyusunan “Laporan Lengkap Praktikum

Fisiologi” ini. Meskipun demikian, penulis akan terus mencari dan menambah

pengetahuannya tentang hal ini. Dan penulis juga mengharapkan saran ataupun kritikan

yang sifatnya membangun agar laporan ini senantiasa mendekati kesempurnaan.

Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada orang tua, pembimbing, asisten,

dan teman-teman yang telah mendukung sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini

tepat pada waktunya.

Page 3: laporan lengkap fisiologi

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAPPRAKTIKUM FISIOLOGI

Disusun dan diajukan oleh:AULIA RAHMA70 300 111 012

Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Praktikum Mata Kuliah Fisiologi

Koordinator Praktikum Dosen Penanggung Jawab

Eny Sutria, S.Kep, Ns, M.Kes. dr . Rosdiana, S.Ked

Page 4: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

LAPORAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

LAPORAN PEROBAAN HARVARD (HARVARD STEP TEST)

LAPORAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

LAPORAN BERAT JENIS URINE

LAPORAN PEMERIKSAAN PERNAFASAN

LAPORAN ELEKTROKARDIOGRAF PADA MANUSIA

BIOGRAFI PENULIS

Samata, 13 Juli 2012

Aulia Rahma

Page 5: laporan lengkap fisiologi
Page 6: laporan lengkap fisiologi

LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Samata, 18 juni 2012

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Di Susun Oleh :

Nama : Aulia Rahma

Nim/kelas : 70300111012/Kep-A1

Pembimbing : Anwar Hafid,S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Asisten : A.Budiyanto,s.Kep.,Ns.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2012

Page 7: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………………………………………..……i

Daftar isi………………………………………………………………………..….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………1

B. Tujuan…………………………………………………………………........ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Tekanan Darah…………………………………………………….3

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah…………………………..3

C. Pengukuran tekanan darah dan arteri sistolik dan diastolic…………………4

D. Metode pengukuran tekanan darah………………………………………….5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama Percobaan…………………………………………………………….8

B. Alat dan bahan………………………………………………………………8

C. Prosedur kerja……………………………………………………………….8

D. Hasil percobaan…………………………………...………………………..11

E. Analisis hasil percobaan…………………………………..….…………….11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………..………………..…………....13

B. Saran…………………………………..……………………..……….…….13

Daftar pustaka…………………………………………………………………….14

Lampiran

Page 8: laporan lengkap fisiologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu di

perlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah dalam arteri, arteriola, kapiler,

dan siste vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.

Jantung sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke arteri pembuluh arteri.

Pada sistem sirkulasi tertutup, aktivitas rongga jantung berlangsung dengan cara

mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan

darah dalam sistem sirkulasi. Pada arteri sampai puncaknya sekitar 120mmHg,

tekanan ini disebut tekanan sistol. Tekanan ini menyebabkan aorta mengalami

distensi sehingga tekanannya turun sedikit. Pada saat diastol ventrikel , tekanan aorta

cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan

disebut tekanan diastolic. Dengan adanya perubahan siklus jantung inilah yang

menyebabkan terjadinya aliran darah dalam sistem sirkulasi tertutup pada manusia.

Pada pemeriksaan takanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih

tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah di

peroleh pada saat jantung bereaksi (dastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80

mmHg didefenisikan sebagai “normal”. Pada saat tekanan darah tinggi, biasanya

terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga

kaIi dalam jangka beberapa minggu.

Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor beberapa yang mengoda yang adalah

output jantung. Tekanan dinding arteri lebih besar sebagai volume aliran darah

meningkat. Faktor kedua yang mempengaruhi tekanan darah resistensi perifer, atau

resistensi terhadap aliran darah arteri kecil dari tubuh (anterior). Resistensi perifer

dipengaruhi oleh viskositas dari darah khusus, jumlah sel darah merah dan jumlah

plasma berisi darah. Sangat darah menghasilkan tekanan darah tinggi. Selain itu,

tekanan darah dipengaruhi oleh struktur dinding arteri. Tekanan darah akan lebih

tinngi. Kronis tekanan darah tinggi disebut hipertensi merupakan konsekuensi dari

terlalu tinggi output jantung atau terlalu tinggi perifer.

Page 9: laporan lengkap fisiologi

B. Tujuan

1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri.

2. Memepelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah

secara fisiologis.

Page 10: laporan lengkap fisiologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang

tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan

jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-

pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena perbedaan

tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan.

a. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole samapi

serendah 0 mmHg saat diastole.

b. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80

mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena

efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah

100mmHg.

Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan

tekanan 100 mmHg) menuju arteri ( dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40

mmhg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg

ke 5 mmHg di ujung vena) menuju vena cava superior dan inferior (dengan

tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:

a. Curah jantung

Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa kedalam aorta oleh jantung

setiao menit dan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi. Curah jantung

mungkin merupakan faktor terpenting yang harus kita fikirkan dalam

hubungannya dengan sirkulasi. Aliran balik vena adalah jumlah darah yang

mengalir dari berbagai vena kedalam atrium kanan setiap menit.

b. Tekanan perifer terhadap tekanan darah

Page 11: laporan lengkap fisiologi

Tekanan darah berbanding terbaik dengan tahanan dalam pembuluh.

Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu :

(1) Viskositas darah

Semakin vanyak kendungan protein dan sel dalam plasma, semakin besar

tahanana selama aliran darah, peningkatan hemotokrit menyebabkan

peningkatan viskositas : pada anemia kandungan hemotolrot dan viskositas

berkurang.

(2) Panjang pembuluh

Semakin panjang pembuluh semakin, semakin besar tekanan terhadap aliran

darah.

(3) Radius pembuluh

Tahanan perifer berbandiung terbalik dengan radius pembuluh sampai

pangkat keempatnya.

a. Jika radius pembuluh digantikan seperti yang terjadi pada fase dilatase,

maka aliran darah akan meningkat em belas kali lipat. Tekanan darah akan

turun.

b. Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontraksi,

maka tahanan terhadap aliran akan meningkatenambelas kalip lipat dan

tekanan darah akan naik.

(4) Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka

perubahan dalam tekanan darah dapat didapat adri perubahan radius

pembuluh darah.

3. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik Dan Diasrtolik

Peraturan tekanan darah arteri tekanan darah arteri dipertahankan dalam rentang

normal oleh perubahan curah jantung dan resistensi perifer. Tekanan reseptor

berlokasi di dinding arteri besar di dada dan leher dan dalam bentangan aorta.

Reseptor ini merespon ketika dinding yang mebujur oleh peningkatan mendadak

tekanan. Tindakan potensi dari reseptor ditransminasikan ke jantung dan pusat-

pusat motorik dalam medula oblongata. Pusat di medula merespon dengan

mengikat sinyal bahwa penurunan denyut jantung dan menyebabkan resistensi

vasodilationdecrease perifer. kembali tindakan ini tekanan darah menuju normal.

Page 12: laporan lengkap fisiologi

Penurunan tekanan darah mengurangi frekuensi potensi aksi dari reseptor, yang

meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan contriction vaso. Baroreseptors ar

penting untuk saat ke saat pendek jangka pendek tekanan peraturan.

Pengukuran tekanan darah arteri sistolik dan diastolik yaitu:

a. Ventrikel sistolik

Terjadinya konsetrasi vebrikular bertepatan dengan puncak gelombang R di

EKG dan dengan getaran awal suara jantung pertama. Hal ini menunjukkan kurva

tekanan ventrikel sebagai peningkatan tekanan ventrikel paling awal setelah

kontraksi aktrial. Waktu antara awal sistol ventrikel dan pembukaan velves

semilunar (ketika tekanan ventrikel muncul tiba-tiba) disebut kontraksi isometrik.

b. Ventrikel diastol

Isovolumik relaksasi. Penutup klep yang aorta menghasilkan karakteristik pada

otot yang turun dari kurva- tekanan aortik dan juga menghasilkan bunyi yang ke dua

(dengan beberapa getaran yang jelas pada atrial kurva-tekanan). Incicura menandai

akhir ventrikel sistole. Periode antar penutup dari semilunar klep dan pembukaan

AV klep dimasukkan relaksasi isovolumik.

4. Metode Pengukuran Tekanan Darah

Bila kanula dimasukkan kedalam arteri, tekanan arteri dapat diukur secara

langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketergantungan yang

sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada potongan

kertas yang bergerak. Bila arteri diikat di atas titik tempat memasukkan kanula,

suatu tekanan ujung terekam. Alirandarah arteri terganggu, dan semua energy

kinetik dari aliran dikonversi menjadi energi tekanan.

Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung:

a. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan kedalam arteri.

b. Pengukuran tidak langsung dengan sfigmamometer dan stetoskop.

1. Cara palpasi (metode riva rocci)

Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk

menetukan tinggi tekanan yang diharapkan. Palpasi juga dilakukan bila

Page 13: laporan lengkap fisiologi

tekanan darah sulit didengar. Tetapi, dengan palpasi tekanan diastolik

tidak dapat ditentukan dengan akurat.

Cara auskultasi

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter rusia yaitu

korotkoff pada tahun 1905.kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat

diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang

timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini

timbul akibat aliran turbelun dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan

manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan

bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5cm, antara manset dan

tempat meletakkan stetostop. Bunyi yang terdengar disebut korotkoff dan

dapat di bagi dalam empat fase yang berbeda:

Fase 1 : timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan

makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14mmHg

berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.

Fase ll : bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan

tekanan 15mm-20 Hg.

Fase lll : bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas

dank eras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.

Fase lV : bunyi meredam (melemah) salaam penurunan 5-6 mmHg

berikutnya. Setelah itu menghilang.

Fase V : titik dimana bunyi menghilang.

a. Permulaan dari fase 1 yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar

merupakan tekanan sistolis.

b. Permulaan fase lV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan

perbedaan sebagai berikut : fase lV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg

lebih tinggi dari pada tekanan diastolis intra arterial yang diukur

secara langsung.

Page 14: laporan lengkap fisiologi

c. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis

intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau

keadaan yang meningkatkan aliran darah maka fase V jauh lebih

rendahdari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak fase

lV lebih tepat digunakan sebagai indeks tekanan diastolis.

2. Cara osilasi

Yaitu dengan melihat osilasi pada manometer. Saat timbulnya osilasi

pasa manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus

diturunkan sampai osolasi menghilang yang menunjukkan tekanan

diastolis.

Page 15: laporan lengkap fisiologi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama percobaan

Pemeriksaan tekanan darah.

B. Alat yang dibutuhkan

1. Manometer air raksa atau aneroid

2. Stetoskop

C. Prosedur kerja

Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada

dalam keadaan yang menyenagkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat

mempenaruhi hasil pencatatan. Pencacatan tekanan darah ini dengan metode tak

langsung.

1. Cara palpasi (metode riva rocci)

Segala bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset di

pasang ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan

ketat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinngi. Saluran ketat dari

manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri

radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset

dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi (denyut arteri radialis )

menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar

tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3mm/dt.

Saat dimana denyut nadi arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan

darah sistolik. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi

untuk menetukan tinggi tekanan yang diharapkan.

2. Cara auskultasi

Metode pertama kali diperkrnalkan oleh seorang dokter rusia yaitu

korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat diukur

denganmetode ini dengancara mendengar (auskultasi ) bunyi yang timbul pada

Page 16: laporan lengkap fisiologi

arteri brachialis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini timbul akibat aliran

turbelun dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri

tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak

yang paling sedikit 5cm, antara manset dan tempat meletakkan stetostop.mula-

mula rabalah arteri brachialis untuk menetukan temapt meletakkan stetostop.

Kemudian pompalah manset sehingga tekananya melebihi tekanan diastolis

(yang diketahui dari palpasi). Tutunkan tekanan manset perlahan lahan sambil

melekatkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mula mula tidak

terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika

darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terkadilah

turbulensi.

3. Cara osilasi

Yaitu dengan melihat osilasi pads manometer. Manset dipompa sampai

tekanan 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang di tentukan dengan metode

riva rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air

raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada msnometer menujukkan tekanan

sistolis. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang

menunjukkan tekanan diastolis.

Protokol

1. Tekanan darah istirahat

Ukurlah tekanan darah orang ocba setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5

menit dan setelah berdiri 5 menit. Orang ocba harus benar-benar dalam keadaan

santai ! bandingkanlah hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah,

gunakan kombinasi ketiga cara tadi.

2. Pengaruh perubahan sikap

Orang coba berbaring 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba

diminta segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus

kebawah. Tekanan diukur 0,1,2,3,4, dan 5 menit sesudah berdiri.

Page 17: laporan lengkap fisiologi

3. Pengaruh kerja otot

Orang coba minta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari ditempat selama

kurang lebih 3-5 menit kemudian catatlahtekanan darah control (sebelum

kegiatan).

4. Pengaruh berfikir

Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian coba diminta berfikir dengan kuat

yaitu memecahkan soal matemmatika yang sudah. Catatlah tekanan darahnya

secepat mungkin, kalau perlu selagi berfikir. Bandingkanlah dengan tekanan darah

kontrol.

5. Percobaan valsava (valsava manuver)

Butlah pencatatan kontrol. Orang cobas minta untuk melakukan ekspresi kuat dan

glottis tertutup (mengedam). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan

bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol.

6. Percobaan muller

Orang coba minta untuk kuat dengan glottis tertutu. Ukurlah tekanan darah dan

bandingkanlah dengan tekanan kontrol.

D. Hasil Percobaan

Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi faktor-faktor pengukuran tekanan

darah, misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lain lain

dengan metode :

1. Cara palpasi

2. Cara auskultasi

3. Cara osilasi

E. Analisis Percobaan

Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi faktor faktor pengukuran

tekanan darah, misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lain-

lain.

1. Cara palpasi

Pada saat mengukur tekanan darah dengan cara palpasi diperoleh hasil normal.

Namun, dengan menggunakan cara palpasi ini diperoleh hasil yang kurang akurat

karena hanya mengetahui tekanan sistolnya saja.

Page 18: laporan lengkap fisiologi

2. Cara auskultasi

Pada saat mengukur tekanan darah dalam cara auskultasi diperoleh hasil pengukuran

110/60 dan 110/70 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan normal

dan rileks. Sehingga diperoleh hasil pengukuran tekanan darah normal.

3. Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara osilasi diperoleh hasil pengukuran

110/70 mmHg. Ini disebabakan karena orang coba masih dalam keadaan normal dan

rileks. Sehingga di peroleh hasil pengukuran tekanan darah normal.

Dala ketiga cara di atas di peroleh hasil yang sama yaitu 110/70 mmHg , ini

disebabkan karena orang coba dalam keadaan normal, rileks, dan belum beraktivitas

keras.

a. Pada saat pengukuran tekanan darah waktu istirahat di peroleh hasil yang

normal dimana pada saat duduk hasilnya 110/70 dan pada saat berdiri

hasilnya 120/80, ini disebabkan karena pada saat berdri kekuatan jantung

memompa darah lebih cepat.

b. Pada saat mengukur tekanan darahdengan pengaruh perubahan sikap

diperoleh hasil pada saat berbaring 5 menit 110/70 dan pada saat berdiri

tekanan darah 1 menit 135/70 ini diisebabkan karena posisi berdiri akan

memperkuat gaya gravitasi yang tidak tertahankan sehingga tekanan-tekanan

darah turun dan kadangk-kadang sampai tak terukur.

c. Pada saat pengukur tekanan darah dengan pengaruh kerja otot hasilnya

sebelum berlari 160/80 dan menerun menjadi 110/70 hal ini disebabkan

karena ke elastisitas dinding aliran darah di pengaruhi oleh otot yang

membungkus arteri dan vena.

d. Pada saat mengukur tekanan darah dengan pengaruh berfikir diperoleh hasil

tekanan darah control 110/80 mengikat setelah berfikir menjadi 120/80 hal

ini di sebabkan karena fikiran sangat berpengaruh pada saat pengukuran

tekanan darah di maan jika orang memiliki banyak pikiran maka tekanan

darahnya juga akan meningkat karena otak sangat bekerja pada saat berfikir.

e. Pada saat mengukur tekanan darah kontrol diperoleh pengukuran tekanan

darah 110/70 mmHg. Hal ini disebabkan pada saat melakukan ekspirasi

memerlukan usaha sehingga kontraksi otot meningkat.

Page 19: laporan lengkap fisiologi

f. Sewaktu mengkukur tekanan darahtanap inspirasi dalam diperoleh hasil

pengukuran tekanan darah yaitu 110/70 mmHg.pada waktu pengukuran

tekanan darah dengan ispirasi dalam, tekanan darah meningkat menjadi

120/80 mmhg. Hal ini di sebabkan karena pada saat inspirasi dalam rongga

toraks aik sehingga tekanan CO2 dalam paru-paru meningkat dan terjadi

vosodilitasi pada pembuluh darah.

Page 20: laporan lengkap fisiologi

BAB lV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode pengukuran tekanan darah:

1. Cara palpasi

2. Cara auskultasi

3. Cara osilasi

a. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

a.Kekuatan memompa jantung

b. Banyaknya darah yang beredar

c.Kecepatan aliran darah

d. Getaran yang dihasilkan pernafasan.

b. Inspirasi dalam merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan

tekanan darah. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan

darah yaitu :

1. Nutrisi

2. Kelelahan

3. Istirahat yang cukup

B. Saran

Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya pembimbing dihadiran supaya kami lebih

dapat mengerti akan percobaan yang kami lakukan.

Page 21: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Applegate.2004.Anatomy And Phisiology Kedokteran.

Berne,Robert M.Leux.Mattew N.Koerpen.Brue M.Staton Bouce

A.2004.Physiology.Fifth Edition.Mosby.

Ganong,William F.2003.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 20.jakarta.Kedokteran

EGC.

Shelley.2003. Health Physikology.Fifth Edition.Mc Graw.Los Angeles.

Smitzer,Bere.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Kedokteran EGC.

Yuki’s,wolfman.2010.Tekanan Darah. Http://yuki24.wordpress.com.

Page 22: laporan lengkap fisiologi

LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Page 23: laporan lengkap fisiologi

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Samata, 18 juni 2012

PERCOBAAN HARVARD (HARVARD STEP TEST)

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Rahma

Nim/kelompok : 70300111012/8

Pembimbing : Nur Hidayah,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Asisten : A.Adriana Amal,S.Kep.,Ns

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2012

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: laporan lengkap fisiologi

HALAMAN JUDUL

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………1

B. Tujuan……………………………………………………………………..2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra…………...…3

B. Proses pembentukan urine……………………………………………......6

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Urine..………………….…....10

D. Ciri-ciri Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal…………………...12

E. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal ……………………………...……....13

F. Mekanisme Pemekatan Dan Pengenceran Urin.…………………………14

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama Pembahasan……………………………………………………..….17

B. Alat Dan Bahan………………………………………………………...….17

C. Prosedur Kerja………………………………………………………....…..17

D. Hasil Percobaan……………………………………………………...…….18

E. Analisis Hasil Percobaan…………………………………………...……...19

BAB IV PENUTUP

C. Kesimpulan………………………………………………………....……...21

D. Saran…………………………………………………………….....……….22

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

BAB I

Page 25: laporan lengkap fisiologi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan tubuh kita tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang kita

konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau latihan fisik yang kita lakukan.

Dengan berolahraga secara teratur dapat memilihara jantung, peredaran darah, dan

frekwensi nadi. Umumnya semua orang mengetahui bahwa olahraga adalah baik

untuk kita, tetapi hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa olahraga adalah

mutlak perlu untuk kesehatan kita, oang yang selalu berolahraga mempeoleh tenaga

yang lebih besar karena olahraga menghasilkan lebih banyak tenaga dari pada tenaga

yang dipakainya pada saat berolahraga. Dibandingkan dengan orang yang tidak 

pernah berolahraga.

Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana

kesanggupan kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki

gedung dengan tangga bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula

yang terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang.

Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga

ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak

dibandingkan dengan yang jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah

raga juga memiliki kerja jantung yang baik dan berujung pada lebih rendahnya

tekanan darah dibanding yang jarang berolah raga.

Oleh karena itu, mengetahui proses peningkatan maupun penurunan denyut nadi

dan tekanan darah menjadi penting karena kita bisa mengetahui sejauh mana

kesanggupan kita dalam melakukan aktivitas kerja. Untuk itu melakukan percobaan

Harvard adalah salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana kesanggupan kita

dalam melakukan aktivitas kerja. Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress

jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga

baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja

berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran

tubuh.

Page 26: laporan lengkap fisiologi

B. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesanggupan badan

untuk melakukan suatu kerja (menentukan kapasitas kerja).

BAB II

Page 27: laporan lengkap fisiologi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Harvard

Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan

atau mendiagnosa kelainan kardiovaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang

bagus bagi kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin

cepat jantung kembali normal maka semakin bugar tubuhnya (Healt, 2009)

Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan fisik seseorang.

1. Kelebihan tes Harvard

a. sederhana

b. Mudah untuk dilakukan Peralatannya

c. Dapat dikelolah sendiri

2. Kekurangan tes Harvard

a. Tingkat stres tinggi

b. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak

c. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung.

Gambar :2.1 Percobaan Harvard (Harvard Step Test)

B. Otot

1. Defenisi otot

Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi.

Dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut

silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sel dari jaringan lain. semua

Page 28: laporan lengkap fisiologi

ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang

mengandung unsur kontraktil (Andrian, 2008).

2. Jenis - Jenis Otot

Menurut smith (2005),

Otot secara umum dibagi atas tiga jenis yaitu, otot rangka, otot jantung, dan

otot polos.

a. Otot rangka

Gambar:2.2 otot rangka

Otot rangka adalah salah satu organ dari sistem otot. Penyusun utama dari

otot rangka adalah jaringan otot, jaringan saraf, darah dan jaringan penghubung.

Otot rangka seseorang adalah tersendiri dari otot dan mengadakan posisi oleh

lapisan dari jaringan saraf tebal yaitu fascia.

Otot rangka merupakan massa yang besar yang menyusun yang menyusun

jaringan otot somatik. Gambaran garis – lintang sangat jelas, tidak berkontraksi

tanpa adanya rangsangan dari saraf, tidak ada hubungan anatomik dan fungsional

antara sel – selnya. Otot rangka tersusun dari serat – serat yang merupakan unit

penyusun (“building blocks”) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron

yang merupakan unit penyusun sistem saraf. Hampir setiap otot rangka berawal

dan berakhir di tendo, dan serat – serat otot rangka tersusun sejajar di antara

ujung – ujung tendo, sehingga daya kontraksi setiap unit akan saling menguatkan

Page 29: laporan lengkap fisiologi

b. Otot polos

Gambar :2.3 otot polos

Meskipun otot polos bukan satu kategori tunggal homogen. Otot pols

dibedakan secara secara anatomis dari otot rangka dan otot jantung, karena otot

polos tidak memperlihatkan adanya gambaran garis lintang. Memiliki aktin dan

miosin – II yang menggeser satu pada yang lainnya untuk menghasilkan

kontraksi. Akan tetapi fiamen – filamen itu tidak tertata dalam susunan yang

teratur, seperti pada ototrangka dan otot jantung, sehingga tidak memperlihatkan

garis lintang. Otot polos juga mengandung tropomiosin, tetapi tampaknya tidak

memiliki troponin. Bentuk isoform aktin dan miosin berbeda dengan yang

terdapat pada otot rangka. Terdapat retikulum sarkoplasmi tetapi tidak

berkembang dengan baik. Secara umum otot polos memiliki sedikit mitokondria,

dan sangat bergantung kepada proses glikolisis untuk memenuhi kebutuhan

metabolismenya.

c. Otot jantung

Gambar :2.4 otot jantung

Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan

susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot

polos yaitu diluar kemauan/ bekerja secara tak sadar (dipengaruhi oleh susunan

syaraf otonom (Syiham, 2010)

Page 30: laporan lengkap fisiologi

3. Kontraksi Otot

Menurut syaifuddin (2009)

Mekanisme Umum dalam Kontraksi Otot :

a. Potensial aksi berjalan sepanjang saraf motorik sampi ke ujung serat saraf

b.Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu asetilkolin,

dalam jumlah sedikit.

c. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot untuk

membuka saluran asetikolin banyak kanal melalui molekul-molekul protein

yang terapung dalam membrane serat otot.

d.Terbukanya saluran kanal menimbulkan sejumlah besar ion natrium mengalir

ke bagian dalam membran serabut otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini

akan menimbulkan suatu potensial aksi serat saraf.

e. Potensial aksi akan berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang

sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.

f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane serat otot, berjalan

dalam serabut otot dimana potnsial aksi menyebabkan retikulum sarkolema

melepaskan sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam retikulum ke dalam

miofibril.

g. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin

sehingga menyebabkan gerakan bersama-sama dan menghasilkan kontraksi.

h.Setelah kurang lebih satu detik, kalsium di pompa kembali ke dalam retikulum

sarkolema tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.

C. Gangguan Pada Otot Manusia

Menurut Godam (2007),

Pada manusia terdapat beberapa masalah atau gangguan kesehatan pada otot

yang terdapat pada tubuh yaitu :

1. Kelelahan Otot

Kelelahan otot adalah suatu keadaan di mana otot tidak mampu lagi

melakukan kontraksi sehingga mengakibatkan terjadinya kram otot atau kejang-

kejang otot.

Page 31: laporan lengkap fisiologi

2. Astrofi Otot

Astrofi otot adalah penuruunan fungsi otot akibat dari otot yang menjadi

kecil dan kehilangan fungsi kontraksi.

3. Distrofi Otot

Disrtofi otot adalah suatu kelainan otot yang biasanya terjadi pada anak-anak

karena adanya penyakit kronis atau cacat bawaan sejak lahir.

4. Kaku Leher/stiff

Kaku leher adalah suatu kelainan yang terjadi karena otot yang radang/

peradangan otot trapesius leher karena salah satu gerakan atau adanya bentakan

pada leher serta menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada leher.

5. Hipotrofi Otot

Hipotrofo otot adalah suatu jenis kelainan pada otot yang menyebabkan otot

menjadi lebih besar dan tampak kuat disebabkan karena aktivitas otot yang

berlebihan yang umumnya karena kerja dan olahraga berlebih.

6. Hernis Abdomonal

Hernis abdominal adalah kelainan pada dinding otot perut yang mengakibatkan

penyakit hernia.

D. Pengaruh Aktivitas Terhadap kardiovaskuler

1. Frekuensi Denyut Jantung

Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur

dan cukup informatif untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi

denyut jantung berkisar antara 60-80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan

cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulsemeter, cardiac

monitoring dan sebagainya. Tempat pengukuran dapat di a. radialis, a. carotis,

dan pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada

keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meniungkat dan posisi

berdiri meningkat lebih tinggi dari posisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek

gravitasi yang mengurangi jumlah isi sekuncup. Frekuensi maksimal denyut

jantung = 220 – usia dengan standar deviasi ± 10 denyut.

2. Curah Jantung/ Cardiac Output (CO)

Page 32: laporan lengkap fisiologi

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya

oleh ventrikel selama satu menit. Satuannya dalam dm3 min-1 (1 dm3 sebanding

dengan 1000 cm3 atau 1 liter).

Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut

jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh

persarafan jantung, rangsangan simpatis, meningkatkan denyut jantung dan

perangsangan parasimpatis menurunkannya. Ketika kekuatan kontraksi naik

tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal dalam

ventrikel dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sisitol yaitu volume

darah dalam ventrikel berkurang (Guyton, 2007)

3. Volume Sekuncup (Stroke Volume)

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari

ventrikel kiri dan diukur dalam ml/ kontraksi. Volume sekuncup meningkat

sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas

lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata- rata 50-70 ml/kontraksi dan

dapat meningkat menjadi 110-130 ml/kontraksi secara intensif, ketika

melakukan aktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaaan istirahat memilki stroke

volume rata- rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220

ml/ kontraksi.

4. Arus darah

Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang

membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan

oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% suplai darah di sirkulasi pada otot seklet.

Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85 % dari curah

jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan

usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas. Bila suatu

otot berkontraksi, kompresi pembuluh darah akan terjadi di dalamnya. Jika

tegangan yang terjadi lebih besar daripada 70% tegangan maksimum, aliran

darah akan terhenti sama sekali. Namun, diantara kontraksi aliran darah akan

sangat meningkat sehingga aliran darah persatuan waktu di suatu ototr yang

berkontraksi secara ritmik meningkat sampai 30 kali lipat.

Page 33: laporan lengkap fisiologi

Sistem sirkulasi secara fungsional menyediakan aliran darah ke seluruh

jaringan tubuh. Kemudian membawa oksigen dan nutrisi ke sel dan mengambil

karbon dioksida. Sistem sirkulasi darah membawa oksigen dari ventrikel kiri melalui arteri, ke

kapiler, kembalinya darah beroksigen melalui sistem vena ke atrium kanan

jantung. Bagian lateral jantung dibatasi oleh paru-paru, posterior, dan kolom

tulang belakang, dan anterior oleh dasar tulang dada, yang melekat pada

beberapa pembuluh darah besar.

Darah dari sisi kiri jantung mengalir melalui aorta dan masuk ke arteri.

Cabang arteri ke atriol kecil dan cabang lebih lanjut kedalam pembuluh terkecil,

kapiler, di mana pertukaran hara terhambat sehingga terjadi persisitesi darah dan

jaringan terjadi.

Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan

kebutuuhan masing-masing jariangan baik dalam kedadaan istirahat maupun

pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/ konstan, ke otot

dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban

kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban

kerja yang meningkat

5. Tekanan Darah

Dalam keadaaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140

mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik

tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat

sampai 2000 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada

atlet. Tekanan diastole relatif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan

latihan intensif. Faktanya kenaikan lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif

bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian

untuk tes toleransi latihan.

Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara

keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan perifer dengan

adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa

Page 34: laporan lengkap fisiologi

tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan

diastolik tetap atau sedikit menurun.

Kedua, dan mungkin yang sama pentingnya orang sehat secara atletik memilki

cadangan kebugaran jaasmaniyang lebih banyak bila ia sedang sakit (Moeloek,

2009).

Page 35: laporan lengkap fisiologi

BAB III

PEMBAHASAN

A. Judul Percobaan

“ Percobaan Harvard (Harvard Step Test) “

B. Alat Yang Dibutuhkan

1. Bangku Harvard

2. Metronom

3. Stopwatch

4. Sphygnomanometer

5. Stetoskop

C. Cara Kerja

1. Sebelum percobaan di mulai metronome dengan kecepatan 30 kalipermenit yaitu

sesuai dengn kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan.

2. Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan

istirahat (duduk)

3. Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (sistole), sebaiknya percobaan ini tidak

dilakukan pada orang tersebut.

4. Sekarang meminta orang tersebut melakukan kerja naik turun bangku Harvard

dengan kecepatan tetap 30 kali naik turun dalam satu menit sesuai dengan bunyi

metronom.

5. Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak melebihi 5 menit.

6. Setelah selesai dengan kerja ini orang segera diminta duduk dan ukurlah tekanan

darah dan denyut nadi orang coba.

7. Kemudian lakukan pencataant denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit.

Setelah percobaan (denyut nadi dihitung selama 30 detik)

Pencatatan denyut nadi:

F1 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik

kemudian.

F2 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik

kemudian.

Page 36: laporan lengkap fisiologi

F3 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik

kemudian.

8. Menghitung Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut:

RUMUS INDEKS KESANGGUPAN BADAN

Cara Cepat:

IKB = T X 100

5,5 F1

Cara Lambat:

IKB = T X 100

2 (F1 + F2 + F3)

Ket : T = lamanya orang turun naik (dalam detik)

PENILAIAN

Cara cepat < 50 : kesanggupan kurang

50 – 80 : kesanggupan sedang

>80 : kesanggupan baik

Cara lambat < 55: kesanggupan kurang

55 – 64 : kesanggupan sedang

>64 kesaanggupan baik

Page 37: laporan lengkap fisiologi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Nama : Tuan A

Umur : 19 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Jenis kelamin : Laki-laki

1. Sebelum beraktifitas

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Denyut nadi : 68/i

2. Saat beraktifitas

T = 125/100

3. Sesudah beraktifitas

Tekanan darah :

F1 = 46

F2 = 38

F3 = 36

Indeks Kesanggupan Badan (IKB) orang coba adalah

a. Cara cepat

IKB = T X 100

5,5 F1

IKB = 300 X 100

5,5 X 46

= 118,57 (kesanggupan baik)

b. Cara lambat

IKB = 300 X 100

2(F1+F2+F3)

IKB = 300 X 100

2(46+38+36)

= 125 (kesanggupan baik)

Page 38: laporan lengkap fisiologi

B. Analisis Hasil Percobaan

Pada percobaan diatas di dapatkan hasil yaitu, tekanan darah orang coba pada

saat istirahat adalah 120/90 mmHg dan denyut nadinya yaitu 68 kali permenit,

adalah normal karena orang coba belum melakukan aktifitas fisik apapun. Kemudian

tekanan darah orang coba sesudah melakukan kegiatan naik turun bangku harvard

yaitu 130/100 mmHg dan denyut nadi pada F1 adalah 46 kali per 30 detik, F2

sebanyak 38 kali per 30 detik dan F3 sebanyak 36 kali per 30 detik Pada orang coba

dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan tekanan darah (diastole). Hal ini disebakan

karena kardiak output jantung yang keaktivitasannya meningkat, organ tubuh lain

juga akan memerlukan suplai O2 dan nutrisi yang di dapatkan dari jantung. Oleh

karena itu, kardiak output juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi.

Karena peningkatan kardiak output inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa

melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana

peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri

semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.

Dalam pengaliran darah ke seluruh tubuh ketika beraktivitas, pembuluh darah

disekitar otot akan mengalami vasodilatasi (lebih besar) agar darah lebih banyak

dialirkan. Vasodilatasi ini akan berlanjut pada penurunan tahanan perifer. Hal ini

dapat diandaikan dengan dua buah pipa yaitu pipa kecil dan pipa besar. Tentunya

pipa kecil akan memilki tahanan yang lebih besar dibandingkan dengan pipa besar.

Selain itu, tekanan pada pipa besar lebih rendah dibandingkan pipa kecil demikian

halnya dengan pembuluh darah. Selain itu peningkatan kardiak output juga

dipengaruhi oleh peningkatan aliran balik vena akibat dari meningkatnya tonus otot

karena pergerakan fisik dan penurunan tekanan intratorak. Penurunan tekanan

intratorak merupakan akibat dari reaksi tubuh yaitu inspirasi yang dalam pemenuhan

kebutuhan O2 untuk menghasilkan energi. Udara mengalir dari atmosfir ke paru-paru

juga karena tekanan di atmosfir lebih tinggi dibandingkan tekanan intratorak. Karena

penurunan tekanan ini maka tekanan pada vena pada bagian ekstremitas bawah akan

lebih tinggi sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jantung. Peningkatan

Page 39: laporan lengkap fisiologi

kardiak output juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf

simpatis sehingga denyut nadi meningkat.

Perlu diketahui bahwa perangsangan saraf simpatis akan menyebabkan

vasokontriksi pembuluh darah pada bagian tubuh yang lain kecuali pada pembuluh

di disekitar otot yang telah diuraikan sebelumnya, berhubungan dengan kardiak

output, dapat dijelaskan pula bahwa semua orang memilki kardiak output yang

sama. Akan tetapi, yang membedakan adalah pada kualitas volume sekuncup

(jumlah darah yang dikeluarkan jantung setiap kontraksi). Setiap kali jantung

berkontraksi akan menghasilkan darah yang lebih banyak dibandingkan orang biasa.

Sehingga untuk menghasilkan kardiak output yang sama dengan orang beraktifitas

berat, jantung orang biasa akan lebih banyak berkontraksi. Seperti yang kita ketahui

kardiak output didapatkan dari pengalian denyut jantung dengan volume

sekuncup.Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kontraksi jantung pada orang

yang terbiasa beraktifitas berat lebih sedikit tetapi karena volume sekuncup lebih

banyak sehingga bisa menyamai kardiak output dari orang biasa yang jantungnya

lebih banyak berkontraksi, tetapi volume sekuncupnya lebih sedikit. Kemudian

Indeks Kesanggupan badan pada orang coba berdasarkan penilaian dari data yang

ada termasuk pada tingkat kesanggupan kurang. Keadaan tersebut mungkin belum

tentu menunjukan bahwa kesanggupan menunjukan kesanggupan badan orang coba

kurang. Karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang

diberikan tidak terlalu berat, frekuensi naik turun bangku Harvard kurang

maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari lur

negeri, dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan

orang indonesia. Misalnya karena faktor pemenuhan gizi dan aktifitas kerja sehari –

hari.

Page 40: laporan lengkap fisiologi

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kapasitas kerja adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan kerja, sefisien

mungkin hingga batas kemampuan kerja.

2. Perubahan – perubahan kardiovaskuler yang terjadi akibat kerja adalah:

a. Frekuensi jantung

b. Curah jantung

c. Volume sekuncup

d. Arus darah

e. Tekanan darah

3. Berdasarkan hasil percobaan bahwa orang coba memiliki kapasitas kerja dengan

kesanggupan baik (>80)

B. Saran

Adapun saran yang bisa saya berikan adalah:

1. Agar kita selalu melakukan aktivitas sehari-hari agar terjadi homoestasis

2. otot harus sering tetap terlatih untuk aktivitas fisik atau gerak agar tidak terjadi

penurunan tonus.

Page 41: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Applegate.2004.Anatomy And Physiology. Third Edtion.Usa.Evollve.

David.2004.Hole’s Human Anatomy And Physiology. Tenth Edition: New York.

Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.

David.2004. Hole’s Human Anatomy And Physiology.Tenth Edition: New York.

Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.

Guyton dan Hall. 2006. Text Book Of Medical Physiology. Edisi 11.

Elsevier saunders: Pennsylvania.

Anshul. 2010 .Pengaruh Kelainan Fungsi Ginjal. In http://

Blogger Template .Last update 22 Juni 2011.

Page 42: laporan lengkap fisiologi
Page 43: laporan lengkap fisiologi

Laboratorium Ilmu Fisiologi Fakultas Ilmu KesehatanUIN Alauddin Makassar

Samata, 19 Juni 2011

PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGI

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Rahma

NIM/kelompok : 70300111012

Pembimbing : Eny Sutria, S.Kep., Ns., M.Kes

Asisten : Khumaidi Arief, S.Kep., Ns.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2012

DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................. i

Page 44: laporan lengkap fisiologi

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan............................................................................................... 3

BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................... 4

A. Sel Saraf........................................................................................... 4

B. Pengertian Refleks............................................................................ 7

C. Mekanisme Gerak Refleks............................................................... 8

D. Lengkung Refleks............................................................................ 9

E. Waktu dan Kekuatan Refleks........................................................... 11

F. Sifat Umum Refleks......................................................................... 12

G. Derajat Refleks................................................................................. 13

H. Macam-macam Gerak Refleks......................................................... 14

BAB III Hasil dan Pembahasan.................................................................... 17

A. Tujuan Pecobaan.................................................................................... 17

B. Alat yang dibutuhkan ............................................................................ 17

C. Cara Kerja.............................................................................................. 17

D. Hasil Percobaan...................................................................................... 20

E. Analisa Hasil Percobaan........................................................................ 20

BAB IV Penutup............................................................................................. 24

A. Kesimpulan ........................................................................................... 24

B. Saran ...................................................................................................... 24

Daftar Pustaka ............................................................................................... iii

Lampiran

BAB I

Page 45: laporan lengkap fisiologi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak.

Bahkanseseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan

gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah

terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot. Gerak terjadi begitu saja. Gerak

terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat

banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu

disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap

rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan

pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls

oleh saraf

(http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia).

Dan dalam melakukan gerak tubuh kita melakukan banyak koordinasi dengan

perangkat tubuh yang lain.Hal ini menunjukkan suatu kerja sama yang

siergis.Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap

Semua indera kita pun akan siap siaga.Telinga pasti akan mendengar segala

sesuatu sehalus apa pun. Kemudian kita menabrak sesuatu. Dalam keadaan

seperti itu diri kita pasti refleks melompat bahkan akan menjerit. Denyut jantung

akan cepat dan secara refeks kita pun berlari. Begitulah salah satu contoh gerak

refleks yang terjadi pada diri kita

(http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia).

Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan

system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya

terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan sangat

kompleks,tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel

neuroglia

(http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia).

Page 46: laporan lengkap fisiologi

Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan

kerja sama yang rapi dalam organisasi dan kordinasi kegiatan tubuh. Dengan

pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian

pekerja otot(Setiadi, 2007).

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi

tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,

yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh

otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor

sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh

efektor(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).  

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis

terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan

gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks

ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur

saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron

motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks

yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik

dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan

kemauan seseorang(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-

manusia/).  

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai

dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat

saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak

langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot

atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat

dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak,

misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks

sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang

belakang misalnya refleks pada lutut(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-

Page 47: laporan lengkap fisiologi

refleks-pada-manusia/).

B. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan reflex fisiologis pada manusia.

2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf

BAB II

Page 48: laporan lengkap fisiologi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sel Saraf

Sistem saraf ialah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta

terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan

internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti

iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan

untuk mentransmisi suatu respons terhadap srimulasi. Diatur oleh sistem saraf

dalam tiga cara utama(Ethel Sloane, 2004).

1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui

reseptor yang terletak di tubuh baik eksternal ( reseptor somatik) maupun

internal (reseptor viseral).

2. Aktivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik

yang menjalar disepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang

kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus. Sehingga

respons terhadap informasi bisa terjadi.

3. Output motorik. Impuls dari otak dan medulla spinalis memperoleh respons

yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh. Yang disebut sebagai

efektor(Ethel Sloane, 2004).

Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah

mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Sel neuron

adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas

melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan

sebaliknya(http://kambing.ui.ac.id. 13 juli 2009.15.45 wita)

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di

dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari

badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu

dendrit dan akson (neurit)

(http://kambing.ui.ac.id. 13 juli 2009.15.45

Page 49: laporan lengkap fisiologi

wita).

Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke

badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi

mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan

lain. Akson biasanya sangat panjang.

Sebaliknya, dendrit

pendek(http://kambing.ui.ac.id. 13 juli

2009.15.45 wita).

Akson yang diperbesar Gambar Struktur Sel Saraf

G

amb

ar

Page 50: laporan lengkap fisiologi

Stru

ktur

Sel

Sara

f

Neuron mempunyai fungsi yang sangat besar untuk menerima

mengintegrasikan dan menyebarkan informasi pada sel lain. Neuron terdiri atas tiga

bagian: dendrit, yang mana mempunyai proses yang panjang dari lingkungan atau

dari neuron lain, sel tubuh, dimana berisikan nukleus, dan akson yang panjangnya

kira – kira 1 meter yang mengkonduksikan impuls ke kelenjar atau neuron

lain(William F. Ganong, Access Medicine).

Ada tiga tipe dari struktur neuron, multipolar neuron, bipolar neuron, dan

unipolar neuron. Multipolar neuron mempunyai banyak dendrit dan satu akson

utama. Bipolar neuron mempunyai hanya satu akson dan satu dendrit, unipolar

neuron terdiri dari sel tubuh dan satu proses dimana umumnya pada bagian

akson(Robert Bauman, 2008).

Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks,tetapi sebenarnya

hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel

neuroglia(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).

1. Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan

dari reseptor (penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan

sumsum tulang belakang).SEl saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf

indera,karena berhubungan dengan alat indra.

2. Sel saraf Motorik

Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari

susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau

kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf

penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.

3. Sel saraf penguhubung

Page 51: laporan lengkap fisiologi

Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini

disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke

sel saraf motorik

(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).

Pembagian susunan saraf

Bagian-bagian sistem saraf ialah :

1. Sistem saraf pusat (central Nervous System, CNS)

Komponen :

a. Modula spinalis (sumsum tulang belakang)

b. Otak (otak besar, kecil, batang otak)

2. Sistem saraf tepi (Peripheal Nervous System)(Setiadi, 2007)

Komponen :

a) Sumsum saraf somatik

b) Susunan saraf otonom :

1. Susunan saraf simpatis

2. Susunan saraf para simpatis

B. Pengertian Refleks

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis

terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan

gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.Pada gerak refleks,

impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima

rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set

saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan

ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas

ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila

saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau

mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set

Page 52: laporan lengkap fisiologi

saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada

lutut(Mekanisme Pengantar Impuls in www.kambing.ui.ac.id)

Gambar Lengkung refleks yang menggambarkan mekanismejalannya impuls pada lutut yang dipukul

Dalam tubuh manusia terdapat otot dalam daging yang perlu diperhatikan.

Banyak atau tidak itu tidak dibatasi karena ada dalam daging(Guyton & Hall,

2008)

C. Mekanisme Gerak Refleks

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling

sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron,dan

neuron motor, yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak

refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron

sensor dan neuron motor

(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan

dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan

menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan

enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Brikut skema gerak refleks

(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/):

Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensoris

langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda

sekali dengan mekanisme gerak biasa.

Page 53: laporan lengkap fisiologi

(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).

Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian

disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf

motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui

atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang

disadari. (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).

Regangan atrium juga menyebabkan dilatasi refleks pada arteriol aferen dalam

ginjal. Sinyal-sinyal lain juga dijalankan serentak dari atrium ke hipotalamus untuk

mengurangi sekresi hormon antideuretik. Penurunan tahanan arteriol aferen dalam

ginjal menyebabkan tekanan kapiler glomerolus meningkat, dengan demikian

menghasilkan peningkatan filtrasi cairan dalam tubulus ginjal. Pengurangan

hormone antideuretik akan mengurangi reabsorpsi air dari tubulus. Kombinasi

kedua efek ini-peningkatan filtrasi glomerulus dan penurunan reabsorbsi cairan,

meningkatkan pengeluaran cairan oleh ginjal dan mengurangi peningkatan volume

darah agar kembali menuju normal(Guyton & Hall,2008).

Peningkatan tekanan atrium juga menyebabkan peningkatan frekwensi jantung,

kadang-kadang frekuensi tersebut dapat mencapai 75 %. Sebagian kecil

peningkatan ini disebakan oleh feek langsung peningkatan volume atrium untuk

meregangkan nodus sinus. Regangan langsng semacam ini dapat meningkatkan

frekuensi sebanyak 15 persen. Tambahan kenaikan frekuensi jantung sebesar 40

sampai 60 persen disebakan oleh refleks saraf yang disebut refleks Bainbridge.

Reseptor regang pada atriumyang menyebakan refleks Bainbridge menjalanka

sinyal-sinyal aferennya melalui nervus vagus yang menuju ke medula otak.

Kemudian, sinyal-sinyal aferennya dijalarkan kembali melalui nervus vagus dan

saraf simpatis untuk meningkatka frekuensi jantung dan memperkuat kontraksi

jantung. Jadi, refleks ini membantu mencegah pembendunga darah dalam vena,

atrium dan sirkulasi pulmonal(Guyton & Hall,2008).

D. Lengkung Refleks

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks.

Komponen-komponen yang dilalui refleks(Syaifuddin, 2006) :

Page 54: laporan lengkap fisiologi

1. Reseptor rangsangan sensoris yang peka terhadap suatu rangsangan misalanya

kulit

2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju ke

susunan saraf pusat (medulla spinalis-batang otak)

3. Pusat saraf (pusat sinapas) tempat integrasi masuknya sensoris dan dianalisis

kembali ke neuron eferen.

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer.

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang di wakili oleh

sermonosInt otot atau kelenjar.

Reseptor adalah suatu struktur khusus yang peka terhadap suatu bentuk energy

tertentu, dan dapat mengubah bentuk energi menjadi aksi-aksi potensial listrik atau

impuls-impuls saraf . Efektor, percabangan akhir serat-serat eferen (motorik) di

dalam otot serat lintang, ototo polos, dan kelenjar (alat efektor)(Syaifuddin,2006).

Refleks dapat dikelompokkan dalam berbagai tujuan, refleks dikelompokkan

berdasarkan(Syaifuddin,2006) :

a. Letak reseptor yang menerima rangsangan :

1. Refleks ekstroseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor permukaan

tubuh.

2. Refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan pada alat-

alat dalam atau pembuluh darah misalnya dinding kandung kemih dan

lambung

3. Refleks proreseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor otot rangka.

Tendon, dan sendi untuk keseimbangan sikap.

b. Bangian Saraf pusat yang terlibat

1. Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis

2. Refleks Bulbar, melibatkan neuron di medulla oblongata

3. Refleks kortikal, melibatkan neuron korteks serbri. Sering terjadi refleks

yang melibatkan berbagai bagian pada saraf pusat. Dengan demikian

pembagian di atas tidak dapat diginakan.

c. Jenis atau ciri jawaban

Page 55: laporan lengkap fisiologi

1. Refleks motorik, efektornya berupa otot dengan jawaban relaksasi atau

kontraksi otot

2. Refleks sekretorik, efektornya berupa kelenjar dengan jawaban berupa

peningkatan / penururnan sekresi kelenjar,

3. Refleks vasomotor , efektornya berupa pembulu darah dengan jawaban

berupa vasodilatasi/ vasokonstriksi

d. Timbulnya Refleks.

Refleks telah timbul sejak lahir, ada juga muncul setelah memenuhi

persarafan yang dibutuhkan, dan refleks terakhir di dapat selama makhluk

berkembang berupa pengalaman hidup . Berdasarkan hal tersebut di atas refleks

di bagi dalam :

1. Refleks tidak bersyarat, refleks yang di bawah sejak lahir , bersifat mantap

tidak pernah berubah, dan dapat ditimbulkan bila ada rangsangan yang

cocok, misalnya mengisap jari pada bayi

2. Refleks bersyarat di dapat selama pertumbuhan berdasarkan pengalaman

hidup, memerlukan proses belajar . Mempunyai ciri-ciri bersifat individual

(seseorang memiliki tapi orang lain belum tentu), tidak mantap ( dapat

diperkuat dan bias hilang), dapat timbul oleh berbagai jenis rangsangan

pada beberapa jenis reseptor asal disusuli oleh rangsangan bersyarat.

e. Jumlah neuron yang terlibat (Syaifuddin, 2006):

1. Refleks monosinaps melalui satu sinaps dan dua neuron (satu neuron

aferen, satu neuron eferen) yang langsung berhubungan pada saraf

pusat.Contohnya refleks regang.

2. Refleks polisinaps melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron

yang menghubungkan neuron eferen dengan neuron aferen, semua refleks

lebih dari satu sinaps kecuali refleks regang otot.

E. Waktu Refleks dan Kekuatan Refleks

Penghantaran kegiatan sejak pemberian rangsangan pada reseptor sampai

timbul jawaban di efektor , atau masa pemberian rangsangan hingga timbul

jawaban. Waktu refleks ini ditentukan oleh perlambatan rangsangan pusat yang

Page 56: laporan lengkap fisiologi

dialami terutama bila melalui sinaps, gangguan pada masing-masing bagian

lengkung refleks dapat mempengaruhi waktu refleks(Syaifuddi, 2006).

Sering terjadi jawaban refleks terus berlangsung meskipun rangsangan sudah

lama dihentikan. Hal ini disebut lama refleks atau aksi ikutan refleks. Hal ini karena

adanya susuanan hubungan neuron berupa rantai tertutup atau rantai terbuka impuls

yang berputar-putar anatar neuron tersebut, meskipun rangsangan sudah dihentikan

serat eferen terus mendapat rangsangan dari interneuron sehingga menyebabkan

jawan refleks akan tetap terjadi (Syaifuddin, 2006).

Kekuatan refleks ditentukan oleh kekuatan rangsangan serta lama pemberian

rangsangan. Bila diberikan dengan kekuatan yang lebih besar maka lebih banyak

reseptor yang terlihat .Bila lebih banyak serat eferen yang menerusakan ke saraf

pusat akan lebih banyak serat eferen terlihat menenruskan kegiatan ke efektor yang

akan mengakibatkan peningkatan jawaban efektor(Syaifuddin, 2006).

F. Sifat Umum Refleks

Sifat – sifat refleks monosinaptik dan polisinaptik tampak bahwa aktifitas

refleks bersifat stereotipik dan khas baik dalam hal rangsangan maupun responnya;

rangsangan tertentu akan mencetuskan respon tertentu(Ganong, 2008).

1. Rangsangan Adekuat

Rangsangan yang memicu terjadinya refleksumumnya sangat tepat (presisi).

Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refeks tersebut. Suatu

contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing.

2. Jalur Bersama Akhir

Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan

bagian eferen dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang

memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung

refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir.

Page 57: laporan lengkap fisiologi

3. Berbagai Keadaan Eksitasi Dan Inhibisi Sentral

Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh

penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan

eksitasi. Efek inhibitoriklangsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini

pada umumnya bersifa sementara. Namun, medula spinalis juga menunjukkan

perubahan eksitabilitas yang berkepanjangan, yang mungkin disebabkan oleh

aktifitas pada sirkuit bergema atau pengaruh mediator sinaps yang

berkepanjangan. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan keadaan

berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi mengalahkan pengaruh

inhibisi atau sebaliknya.

4. Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks

Refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan bahwa respon

tersebut dapat berubah melalui pengalaman(Ganong, 2008).

G. Derajat Refleks

Hilangnya refleks adalah sangat berarti,walaupun sentakan pergelangan kaki

(reflex Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon refleks sering

dikelaskan antara 0 samapai 4+,yaitu(Brunner & Suddarth, 2002):

4+ :hiperaktif dengan klonus terus-menerus

3+ : hiperaktif

2+ : normal

1+ : hipoaktif

0 : tidak ada refleks(Brunner & Suddarth, 2002).

Seperti diuraikan sebelumnya, peringkat skala sangat subjektif. Bila

menggunakan tersebut temuan dituliskan dengan pecahan, yang menunjukkan

rentang skala(mis 2/4). Beberapa orang penguji lebih suka menggunakan dalam

bentuk ada, tidak ada dan berkurang ketika menggambarkan refleks(Brunner &

Suddarth, 2002).

Page 58: laporan lengkap fisiologi

H. Macam – Macam Gerak Refleks.

1. Refleks Biseps

Gambar Refleks Biseps

Refleks bisep didapat melalui peregangan tendon biseps pada siku dalam

keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu

tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks.

Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps(Brunner &

Suddarth, 2002).

2. Refleks Triseps

Gambar Refleks Triseps

Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku

dan diposisikan di depajn dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan

mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5- 5 cm di atas siku.

Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkann kontraksi otot

triseps dan ekstensi siku(Brunner & Suddarth, 2002).

Page 59: laporan lengkap fisiologi

3. Refleks Brakhioradialis

Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, pennguji meletakkan lengan

pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut, ketukkan palu

dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan

lengan dalam keadaan fleksi supinasi(Brunner & Suddarth, 2002).

4. Refleks Patella

Gambar Refleks Patella

Refleks patella ditimbulakan dengan cara mengetok tendon patella tepat

dibawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien

telentang, pengkaji menyokong kaki untuk memudalikan relaksasi otot.

Kontraksi Quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons normal(Brunner &

Suddarth, 2002).

5. Refleks Ankle

Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorso

fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles.

Refleks normal yang muncul adalah fleksi pada bagian plantar . jika penguji

tidak dapat menimbulkan refleks pergelangan kaki dan kemungkinan tidak

Page 60: laporan lengkap fisiologi

dapat rileks, pasien di instruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau

tingginya sama dengan penguji. Tempatkan pada pergelangan kaki dengan

posisi dorso fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles

di gores menurun dan terjadi fleksi plantar(Brunner & Suddarth, 2002).

6. Klonus

Bila terjadi refleks yang hiperaktif, maka keadaan ini di sebut klonus. Jika

di buat dorso fleksi dengan tiba – tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali

“gerakan ” sebelum selesai pada posisi istirahat. Kadang – kadang pada

penyakit SSP terdapat aktivitas ini dengan kaki tidak mampu istirahat di mana

tendon menjadi longgar tetapi aktifitas berulang – ulang. Tidak terus menerus

klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi rileks hiperaktif tidak

dipertimbangkan sebagai keadaan patologis. Klonus yang terus menerus

indikasi adanya penyakit SSP dana membutuhkan evaluasi dokter(Brunner &

Suddarth, 2002).

7. Refleks Kontraksi Abdominal

Refleks superfisial yang ada di timbulkan oleh goresan pada kulit dinding

abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang di dapat adalah kontraksi yang

tidak disadari otot abdomen, dan selanjutya menyebabkan skrotum tertarik

(Brunner & Suddarth, 2002).

SINDROMA “THORACIC OUTLET”

Sindroma “Thoracic Outlet” merupakan gejala dan tanda yang terjadi akibat penekanan

arteri subklavia dan pleksus brakhialis pada pintu atas rongga dada antara koste pertama

dengan klavikula. Sindroma ini terjadi dari rasa nyeri dan parestesia pada leher, bahu,

Page 61: laporan lengkap fisiologi

lengan, dan tangan (C8 – T1), kelemahan tangan, perubahan warna kulit tangan yaitu

jari-jari menjadi pucat, dan pada penggunaan anggota gerak atas gejala-gejala tersebut

makin jelas. Gejala lain tergantung pada titik berat penekanan, pembuluh darah atau

saraf, dapat dijumpai adanya “bruit” pada daerah supraklavikularis, pulpasi nadi radialis

yang melemah atau hilang, kelemahan tangan disertai gangguan sensorik, dan nyeri

yang dapat ditimbulkan dengan penekanan pada fosa supraklavikularis atau dengan

mengangkat lengan. Kadang didapatkan kelainan transversus C7(Howard & Lawrence,

2008).

Page 62: laporan lengkap fisiologi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tujuan percobaan

1. Memperoleh cara-cara pemeriksaan refleks yang fisiologis pada manusia

2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf

B. Alat Dan Bahan

Alat yang dibutuhakan adalah :

1. Palu perkusi

2. Lampu senter

3. Kapas

4. Jarum

5. Baki alat

C. Prosedur Kerja

1. Refleks Kulit Perut

Orang coba berbaring terlentang dengan kedua tangan terletak lurus disamping

badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral ke arah umbilicus. Respon

yang terjasi berupa kontraksi otot dinding perut.

2. Reflex Perioust Radialis

Lengan bawah orang coba setengah \difleksikan pada sendi siku dan tangan

sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respon

berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan .

3. Refleks Perioust Ulnaris

Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan

antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada perioust prosessus stilodeus. Respon

berupa pronasi tangan.

4. Knee Pess Reflex (KPR)

Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan

tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai

pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan hammer sehingga terjadi

ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.

Page 63: laporan lengkap fisiologi

5. Achilles Pess Peflex (APR)

Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketukalah tendo

Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot

gastocnemius.

6. Reflex Biseps

Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo

biseps akan menyababkan flesi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps.

7. Reflex Triseps

Leangan bawah difleksikan pada sendi siku sedikit dipronasikan. Ketuklah pada

tendo triseps 5 cm diatas siku akan menyebabkan ekstensi tangan dan kontraksi

otot triseps.

8. Wtihdrawl Reflex

Lengan orang coba diletakkan diatas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggulah

sampai orang coba tidak melihat saudara,tusuklah dengan hati-hati dan cepat

kulit tangan dengan jarum suntik steril,sehalus mungkin agar tidak melukai

orang coba. Respon berupa flaksi lengan tersebut menjauhi stimulus.

D. Hasil Percobaan

Hasil percobaan yang telah dipraktekkan adalah sebagai berikut:

Identitas orang coba :

Nama : Tn.A

Umur : 19 tahun

BB : 55 kg

Jenis percobaan:

1. Refleks Kulit Perut : normal (berkontraksinya otot perut ketika

diberi impuls)

2. Refleks Periost Radialis : normal (berkontraksinya otot perioust

radialis)

3. Refleks Periost Ullnaris : normal (berkontraksinya otot perioust

ulnaris)

4. Knee Pess Reflex (KPR) : normal (berkontraksinya otot perioust tibia)

5. Achilles Pess Reflex (APR) : normal (bergeraknya tungkai)

Page 64: laporan lengkap fisiologi

6. Reflex Biseps : tidak normal (otot biseps tidak

berkontraksi)

7. Reflex Triseps : normal (otot triseps berkontraksi)

E. Analisa Hasil Percobaan

1. Reflex Kulit Perut

Pada percobaan refleks kulit perut yang dilakukan pada orang coba, orang coba

tersebut diminta untuk berbaring dan melepaskan baju agar kita bias melihat

respon apa yang terjadi pada otot perut ketika kulit perut digores pada daerah

abdomen dari lateral ke arah umbilicus. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini

adalah terjadi kontraksi otot dinding perut (normal).

Penghantaran impus dari eferen ke efektor yaitu :

Rangsangan (goresan kulit abdomen) Impuls reseptor s.sensorik/afferent

medulla spinalis ( perut bagian bawah: T11-T12&L, perut bagian tengah: T9-

T11, perut bagian atas: T7-T9 ) n.asosiasi/perantara s.motorik efektor

(kontraksi otot dinding perut).

2. Refleks Periost Radialis

Pada refleks perios radialis orang coba dianjurkan berbaring dengan rileks agar

dalam pemeriksaan tidak ada kesalahan kemudian ketuk pada bagian periosteum

pada ujung distal os radii dengan menggunakan hammer refleks. Hasil yang

diperoleh dari percobaan ini adalah respon berupa fleksi pada lengan bawah

kemudian terjadi supinasi pada pergelangan tangan. Bersifat normal

Rangsangan (ketukan periousteum os. radialis) Impuls reseptor

s.sensorik/afferent (n.Radialis) medulla spinalis/C5-T1 (pusat)

n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Radialis) efektor (otot-otot supinator dan

flexor).

3. Refleks Periost Ullnaris

Pada percobaan refleks periost Ulnaris orang coba dianjurkan untuk berbaring

selanjutnya ketuk bagian periost processus stilodeus dengan mengguankan

hammer refleks. Respon yang nampak adalah respon berupa pronasi pada

pergelangan tangan. Respon bersifat normal

Page 65: laporan lengkap fisiologi

Rangsangan (ketukan pada perious prosessus stilodeus) Impuls reseptor

s.sensorik/afferent (n.Ulnaris) medulla spinalis/C7&T1 (pusat)

n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Ulnaris) efektor (otot-otot pronasi).

4. Knee Pess Reflex (KPR)

Pada knee pess refleks orang coba diminta untuk duduk diatas tempat tidur

dengan posisi kaki melayang dan tungkai pada sendi lutut difleksikan.

Selanjutnya ketuk tendo patella dengan hammer refleks. Setelah itu diperoleh

hasil berupa kontraksi otot pada kuadriceps dan terjadi ekstensi pada kaki.

Respon bersifat normal

Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (n.

Femoris) medulla spinalis/L3-L4 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik

(n. Femoris) efektor (n. Quadratus femoris) (ekstensi tungkai & kontraksi otot

kuadrisep)

5. Achilles Pess Reflex (APR)

Pada percobaan Achilles pess refleks (APR) orang coba diminta untuk berbaring

kemudian kaki agak dibengkokkan sedikit selanjutnya pergelangan kaki

difleksikan. Kemudian ketuk tendo acilles dengan hammer refleks. Hasil yang

diperoleh berupa kontraksi pada otot gastrocnemius dan terjadi fleksi pada kaki.

Bersifat normal

Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (n.

Tibialis) medulla spinalis/L5&S2 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik

(n. Tibialis) efektor (m. gastocnemius).

6. Reflex Biseps

Pada lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada

tendo biseps dengan hammer refleks yang akan menyababkan fleksi lengan siku

dan tampak kontraksi otot biseps tapi yang terjadi kelainan karena pada saat

pengetukan/pemukulan dengan hammer refleks orang yang memukulkannya

terlalu keras sehingga data yang di dapatkan tidak valid

Rangsangan (ketukan tendo otot biseps) Impuls reseptor

s.sensorik/afferent (n. Musculocutaneus) medulla spinalis/C5-C6 (pusat)

Page 66: laporan lengkap fisiologi

n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Musculocutaneus) efektor (m. Biceps

Brachii).

7. Reflex Triseps

Pada percobaan ini orang coba diminta untuk berbaring kemudian lengan

difleksikan setengah. Pada bagian otot triseps kemudian diketuk dengan hammer

dan diperoleh hasil berupa ekstensi pada lengan tangan dan terjadi kontraksi

pada otot triseps (.Bersifat normal)

Rangsangan (ketukan tendo otot triseps) Impuls reseptor

s.sensorik/afferent (n.Radialis) medulla spinalis/C5-C7 (pusat)

n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Radialis) efektor (m. Triceps Brachii).

8. Wtihdrawl Reflex

Berdasarkan hasil percobaan kami hasil yang di dapatkan adalah Respon berupa

fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus .ini di akibatkan karena Pada saat

kulit tanga ditusuk (rangsangan), ujung – ujung saraf (reseptor) meneruskan

pesan melalui neuron sensoris ke medulla spinalis. Dari sini impuls di teruskan

melalui interneuron/n.asosiasi menuju neuron motorik. Neuron motorik pada

selanjutnya meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu ke otot triseps (efektor).

Sehingga terjadi Respon yang berupa fleksi lengan dengan cara menjauhi

stimulus. Karena tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan cepat

Perjalanan impuls yaitu rangsangan (tusukan kulit tangan) Impuls reseptor

s.sensorik/afferent medulla spinalis n.asosiasi/perantara s.motorik

efektor (fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus).

Page 67: laporan lengkap fisiologi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam pemeriksaan gerak refleks, terdapat beberapa bentuk atau macam cara

yaitu :

a. Refleks kulit perut

b. Refleks perioust radialis

c. Refleks perioust ulnaris

d. Knee pess refleks

e. Achilles pess refleks

f. Refleks biseps

g. Refleks triseps

2. Tidak terdapat gangguan konduksi impuls pada sistem saraf.

B. Saran

Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum, asisten dan pembimbing harus benar-

benar mengontrol dan terus mengarahkan para praktikan selama praktikum

berlangsung.

Page 68: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Mekanisme Pengantar impuls. In www.kambing.ui.ac.id. Last

update 21 Juni 2010, pukul 15.05.

Bauman, Robert. 2008. Human Anatimy and Physiology, Laboratory TeksBook.

Wp whitter publications ino.

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan ,Medikal Bedah, Edisi 8, volume 3.

Kedokteran EGC: Jakarta

Fihtranta. B. Johny. 2009. Gerak Refleks. In http://www.scribds.com. Last update

21 Juli.

Guyton & Hall. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Elevent Edition. Elsevier

Saunders: China.

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC: Jakarta.

Jhonson.2010.Refleks.In http:// johnson .unjabisnis.com.2009/07/17/refleks/ . Last

update 21 juli 2011, pukul 16.07.

Pratama Tomi. 2009. Gerak Refleks Pada Manusia.

In http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-refleks-pada-manusia/. Last

update 21 Juni 2011, pukul 14.30

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta

Sloane Ethel, 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat Edisi 3. Buku

Kedokteran EGC: Jakarta

Page 69: laporan lengkap fisiologi

WF. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. EGC: Jakarta

William F. Ganong. Access Medicine. Mc Graw-Hill’s: California.

Weiner L. Howard. 2008. Neurologi. Edisi 5. EGC: Jakarta.

Page 70: laporan lengkap fisiologi

LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Samata, 18 juni 2012

PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Rahma

Nim/kelompok : 70300111012/8

Pembimbing : dr. Tihardimanto,S.Ked.S.Ked.,

Asisten : Syaputra Artama,S.Kep.,Ns.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2012

Page 71: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

E. Latar Belakang……………………………………………………………1

F. Tujuan……………………………………………………………………..2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra…………...…3

H. Proses pembentukan urine……………………………………………......6

I. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Urine..………………….…....10

J. Ciri-ciri Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal…………………..12

K. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal ……………………………...……....13

L. Mekanisme Pemekatan Dan Pengenceran Urin.…………………………14

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

F. Nama Pembahasan……………………………………………………….17

G. Alat Dan Bahan………………………………………………………….17

H. Prosedur Kerja……………………………………………………….…..17

I. Hasil Percobaan………………………………………………………….18

J. Analisis Hasil Percobaan………………………………………………...19

BAB IV PENUTUP

G. Kesimpulan……………………………………………………………...21

H. Saran…………………………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

Page 72: laporan lengkap fisiologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam

membantu menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit. Ada kementakan

(probality) bahwa urinalis adalah pemeriksaan labolatorium yang paling tua. Pakar-

pakar dahulu kalau mencari korelasi antara penyakit tertentu dengan penampilan

urin yang sangat tepat.

Urin normal jumlahnya rata- rata 1-2 liter sehari tetapi, berbeda-beda sesuai

dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Kekurangan vitramin menyebabbkan

kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua subtansi dalam urin meningkat),

sehingga mempermudah pembentukkan batu. Sehingga air minum jenuh mineral,

berpengaruh besar terhadap pembentukkan batu. Menurunnya absorbsi kalsium

mengakibatkan kalsium dari aliran darah larut dalam urin dan dapat mempengaruhi

berat jenis urin.

Berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang larut di dalam urin atau terbawa

didalam urin. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal

mengencerkan urin (misalnya sesudah meminum air) maka jenisnya kurang dari

1010. Bila ginjalmemekatkan urin (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urin

naik diatas 1010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi yang

dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih dari 1025.

Pengukuran berat jenis dipengaruhi oleh adanya zat- zat bermolekul besar yang

terlarut dalm urin. Zat –zat tersebut dapat berasala (endogenous) misalnya glukosa,

protein dan kalsium atau yang sengaja dimasukkan dari luar (exogenous0 yang

nantinya akan keluar bersama urin. Banyaknya kalsium yang dikeluarkan melalui

Page 73: laporan lengkap fisiologi

urin menyebabkan urin tersebut menjadi pekat. [pekatnya urin memberikan kesan

bahwa berat jenis urin tersebut juga tinggi.

B. Tujuan

1. Mengukur berat jenis urin

2. Melihat fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urin.

Page 74: laporan lengkap fisiologi

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah

sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap

zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh

tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

fungsi dari urin yaitu mengeluarkan sisa metabolism, mengendalikan volume

darah dengan peraturan volume dari urin yang diproduksi, mengatur konsentrasi dan

ion yang mengalir di tubuh, mengatur pH pada cairan tubuh, mengatur konsentrasi pada

sel darah merah, mengambil bagian dengan hati dan kulit di vitamin D. (buku bhs.ing)

Sistem urinary terdiri atas :

1. Ginjal, yang mengeluarkan secret urin/ memproduksi urine

2. Ureter, yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kencing

3. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung

4. Uretra, yang mengeluarkan urin dari kandung kencing. (paramedic)

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra

1. Ginjal

Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari kavum

abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi columna vertebralis, melekat

langsung pada dinding belakang abdomen. Ginjal kiri biasanya berada 1 cm

superior ginjal kanan. Tepi atas ginjal kiri berada setinggi interspace columna

vertebrae  thorakal 11-12. Tepi bawah ginjal kanan berada setinggi tepi atas

columna vertebrae lumbal 3. Ginjal berbentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada 2

disebelah kanan dan kiri, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada

Page 75: laporan lengkap fisiologi

umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal perempuan. Berat ginjal pada

orang dewasa sangat ringan, ± 150 gram.

Adapun ukuran ginjal :

a. panjang : 4-5 inchi (10-12 cm)

b. lebar : 2-3 inchi (5-7 cm)

c. tebal : 1 inchi (5 cm)

Struktur Ginjal

Permukaan lateral masing-masing ginjal cembung. Tapi slide medial

adalah sangat convace. Depresi medial yang dihasilkan mengarah ke ruang

kosong yang disebut sinus ginjal. Melalui pintu masuk ini sinus, disebut hilus,

melewati pembuluh darah, saraf, pembuluh limfatik, dan ureter.

Ginjal terdiri dari dua daerah disitnct; sebuah medula dalam dan korteks

luar. Medula ginjal terdiri dari massa kerucut jaringan disebut piramida ginjal,

basis yang diarahkan pada permukaan cembung ginjal, dan apexes yang

membentuk papila ginjal. Jaringan dari medula muncul lurik karena terdiri dari

tubulus mikroskopis yang mengarah dari korteks ke papila ginjal.

Walaupun kecil, ginjal memiliki fungsi yang sangat penting. Tidak

berfungsinya ginjal dapat menyebabkan kematian.

Fungsi ginjal :

Page 76: laporan lengkap fisiologi

a. Pengeluaran zat toksin.

b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.

c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa cairan tubuh.

d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam tubuh.

e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,

kreatinin, dan amoniak.

2. Ureter

Adalah saluran fibromuscular yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung

kemih. Sebagian ureter terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak

dalam rongga pelvis. Terdiri atas 2 saluran pipa, masing-masing bersambung

dari ginjal ke kandung kemih (vesica urinaria).

Lapisan dinding ureter terdiri atas :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrous).

b. Lapisan tengah lapisan otot polos.

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

3. Bladder / Vesica Urinaria

Terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga   panggul. Berbentuk

seperti kerucut. Dapat mengembang dan mengkerut seperti balon karet.

Bagian-bagian vesica urinaria  :

a. Fundus : bagian yang menghadap ke belakang dan bawah

Page 77: laporan lengkap fisiologi

b. Korpus : bagian antara vertex dan fundus

c. Vertexs : bagian yang berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

4. Uretra

Uretra merupakan saluran membranosa sempit berpangkal pada kandung

kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih, dari kandung kemih menuju

keluar tubuh. Uretra pada pria berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah

prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke

bagian penis. Merupakan tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi.

Uretra pada laki-laki terdiri atas :

a. Uretra prostatika.

b. Uretra membranosa.

c. Uretra kavernosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan miring

sedikit ke arah atas. Hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke

bagian luar tubuh.

Uretra pada wanita terdiri atas lapisan :

a. Tunika muskularis (bagian luar).

b. Lapisan spongeosa.

c. Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).

B. Proses Pembentukan Urine

Proses Pembentukan Urin

Urin dibentuk di nefron yaitu dengan menyaring darah dan kemudian

mengambil kembali ke dalam darah bahan-bahan yang bermanfaat. Dengan

demikian akan tersisa bahan tak berguna, yang nantinya akan keluar dari nefron

dalam bentuk suatu larutan, yang disebut urin. Sebelum menjadi urin, di dalam

ginjal akan terjadi tiga macam proses, yaitu: Filtrasi, Reabsorpsi, dan

Augmentasi.

Page 78: laporan lengkap fisiologi

.

1. Filtrasi

Filtrasi terjadi di glomerulus. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang

filtrasi, terlebih dahulu akan dibahas tentang pengertian filtrasi. Filtrasi adalah

proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa metabolisme yang

dapat menjadi racun bagi tubuh.

Proses filtrasi ini terjadi di glomerulus dan kapsula Bowman yang

menghasilkan filtrat gromerulus atau urin primer. Pembentukan urine dimulai

ketika air dan molekul-molekul terlarut dan ion-ion disaring keluar dari

glomerulus plasma kapiler dan masuk ke dalam kapsul glomerulus melalui

proses filtrasi di glomerulus. Molekul-molekul besar, seperti protein terbatas

masuk ke dalam glomerulus karena ukurannya.

a. Tekanan yang menyebabkan filtrasi:

Merupakan hasil kerja jantung. Tekanan hidrostatik kapiler

glomerulus kurang lebih ±50 mmHg, tekanan ini cenderung mendorong air

dan garam-garam melalui glomerulus. Kapiler glumerulus secara relatif

bersifat permeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup

permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil. Tekanan darah terhadap

dinding pembuluh disebut tekanan hidrostatik.

Page 79: laporan lengkap fisiologi

Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi adalah sebagai berikut.

1) Tekanan osmotic (TO)

Dari filtrasi kapsula bowman: tekanan yang dikeluarkan oleh air

atau pelarut lainnya pada membran semipermeabel sebagai usaha untuk

menembus membran ke dalam area yang mengandung lebih banyak

molekul yang tidak dapat melewati membran.

2) Tekanan hidrostatik (TH)

Tekanan yang dihasilkan dengan adanya filtrasi dalam kapsula

Bowman bersama-sama mempercepat gerakan air dalam molekul

permeable dari kapsula bowman kembali ke dalam kapiler.

3) Laju filtrasi glomerulus (LFG)

Laju dimana filtrasi dibentuk, jumlah pembentukan filtrasi per

menit adalah 125 ml. factor klinis utama yang mempengaruhi LFG

adalah tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.

b. Tekanan yang melawan filtrasi

Tekanan hidrostatik cairan di dalam kapsul bowman adalah sebesar

kurang lebih 5 mmHg, sedangkan tekanan osmotic koloid protein kurang

lebih 30 mmHg yang cenderung menarik air dan garam ke dalam pembuluh

kapiler.

c. Tekanan akhir

Menyebabkan filtrasi dikurangi tekanan yang melawan filtrasi sama

dengan filtrasi aktif (50 – 30 + 5 mmHg = 25 mm Hg). Kira-kira 120 ml

plasma difiltrasi setiap menit. Pada glomerulus membran filtrasi hanya dapat

dilalui oleh plasma, garam-garam, glikosa, dan molekul-molekul kecil

lainnya. Sel dan plasma terlalu besar untuk difiltrasi dengan cara ini, oleh

karena itu dibentuk pengenceran oleh glomerulus 100-150 ml setiap hari.

Susunan cairan filtrasi ini sama seperti susunan plasma darah, tetapi tidak

ada proteinnya. Membran glomerulus darah bekerja sebagai suatu saringan

biasa dan untuk proses ini tidak diperlukan energi.

Page 80: laporan lengkap fisiologi

2. Reabsorpsi

Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan

menghasilkan urin sekunder. Urin primer yang berkumpul dalam kapsula

Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal dan terjadi proses

reabsorpsi.

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali zat yang berguna oleh dinding

tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus.Zat-zat yang

diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino dan ion-ion

anorganik (Na+,K+, Ca++, Cl-, HCO3-, HPO4-3, SO4-3). Proses ini terjadi

karena transpor aktif. Hasil dari reabsorpsi urin primer adalah urin sekunder

yang mengandung sisa limbah nitrogen dan urea. Dengan demikian urin

sekunder adalah hasil saringan dari urin primer yang mengandung limbah

nitrogen dan urea. Urine sekunder akan masuk ke lengkung Henle menuju

tubulus kontortus distal. Pada saat melewati lengkung Henle desenden, air

berosmosis keluar sehingga volume urin sekunder menurun dan menjadi pekat.

Saat melewati lengkung Henle asenden, garam (Na+) dipompa keluar, sehingga

kepekatan urin berkurang tetapi volume urin tetap. Dengan demikian

konsentrasi garam di luar tubulus meningkat.

3. Augmentasi

Dari lengkung Henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus

distal. Di dalam tubulus distal urin sekunder mengalami augmentasi yaitu

proses penambahan zat –zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus

kontortus distal.

Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion

hidrogen (H+), ion kalium (K+), NH3dan kreatinin. Pengeluaran (H+) ini

membantu menjaga pH yang tetap dalam darah.

Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan

banyak air (H2O) sehingga konsentrasi urin semakin pekat. Setelah itu urin

memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica

urinaria untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oleh otot-

otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml.

Page 81: laporan lengkap fisiologi

Kadung kemih di kendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari

plexus hipogastrik.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja urine

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :

1. Hormon ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga

dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh

hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan

meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

2. Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar

adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya

perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.

3. Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang

berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan

pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan

dalam mengatur sirkulasi ginjal.

4. Gukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air

yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium

5. Renin

Selain itu ginjal menghasilkan renin yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus

jukstaglomerularis pada :

a. Konstriksi arteria renalis (iskhemia ginjal)

b. Terdapat perdarahan (iskhemia ginjal)

c. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra)

d. Innervasi ginjal dihilangkan

e. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila

regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi

Page 82: laporan lengkap fisiologi

ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin

I, yang oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II, dan ini efeknya

menaikkan tekanan darah.

a. Zat - zat diuretik, banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika

banyak mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses

reabsorpsi, sehingga volume urine bertambah.

b. Suhu internal atau eksternal, jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan

respirasi meningkat dan mengurangi volume urine.

c. Konsentrasi Darah, jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air

dalam darah rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urine

menurun.

d. Emosi, emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume

urine.

D. Ciri-Ciri Urine Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal

Adapun ciri-ciri urine yang normal yaitu:)

1. Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai jumlah cairan

yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protein

yang dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan

ureanya.

2. Warnanya bening orange pucat tanpa endapan, tetapi ada kalanya jonjot lender

tipis tampak terapung di dalamnya.

3. Baunya tajam.

4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6

5. Berat jenis berkisar dari 1010 sampai 1025.

Urine terutama terdiri atas, air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang

menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam,

jumlah persen air danbenda padat dalam urine adalah sebagai berikut:

a. Air 96%

b. Benda padat 4% (terdiri atas urea 2 % dan produk metabolit lain 2%)

c. Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang

telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan

Page 83: laporan lengkap fisiologi

diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal

adalah 30 mg setiap 100 ccm darah,

d. tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi

hati dalam pembentukan ureum.

e. Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg

setiap 100 ccm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke

dalam urine.

f.Keratin adalah hasil buangan keratin dalam otot. Produk metabolism lain

mencakup benda-benda purine, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat.

Elektrolit atau garam, seperti natrium dan kalium klorida, diekskresikan

untuk mengimbangi jumlah ytang masuk ke dalam mulut.

E. Pengaruh gangguan fungsi ginjal

Ada beberapa kelainan yang umum terjadi pada beberapa penyakit ginjal.

Sering kali pada beberapa jenis penyakit ginjal ditemukan adanya protein dalam

urine, leukosit, sel darah merah dan silinder, yaitu potongan-potongan protein

yang mengendap di tubulus dan di dorong oleh urine ke dalam vesika urinariaa.

Akbat penyakit ginjal lainnya yang juga penting adalah hilangnya kemampuan

pemekatan atau pengenceran urine, uremia, asidosis dan retensi Na+ abnormal.

1. Proteinuria

Pada beberapa penyakit ginjal dan pada kelainan ginjal yang tidak

berbahaya, permeabilitas kapiler glomerulus meningkat, dan protein dapat

ditemukan di urine dalam jumlah yang lebih besar dari pada normal

(proteinuria). Sebagian besar protein ini berupa albumin, dan kelainan ini

biasanya disebut albuminuria.

2. Hilangnya kemampuan pemekatan dan pengenceran:

Pada penyakit ginjal, urine yang terbentuk mungkinkurang pekat dan

volumenya seiring bertambah, yang menimbulkan gejala-gejala poliuria dan

nopturia (bangun malam untuk berkemih). Kemampuan untuk membentuk

urine yang encer seringkali tetap ada, tetapi pada penyakit ginjal yang lanjut,

osmolalitas urine menetap kira-kira sama dengan plasma yang menunjukkan

bahwa fungsi pengenceran dan pemekatan ginjal sudah tidak ada lagi.

Page 84: laporan lengkap fisiologi

Kehilangan ini sebagian disebabkan oleh kerusakan pada mekanisme

countercurrent tetapi penyebab yang lebih penting adalah rusaknya nefron-

nefron yang berfungsi.

3. Uremia

Bila hasil metabolism protein menumpuk di dalam darah akan

menimbulkan gejala yang disebut uremia. Gejala uremia antara lain, letargia,

anoreksia, mual dan muntah, deteriorasi mental dan kebingungan, kedutan

otot, kejang-kejang dan akhirnya koma. Kadar BUN dan kreatinin tinggi, dan

kadar zat-zat ini dalam darah dapat digunakan sebagai indeks beratnya

uremia. Kemungkinan bukan penumpukan ureum dan kreatinin saja yang

menimbulkan gejala-gejala ini, melainkan penumpukan zat-zat toksik lain-

seperti asam-asam organic atau fenol dan menimbulkan gejala-gejala uremia.

4. Asidosis

Asidosis sering ditemukan pada penyakit ginjal menahun akibat

penurunan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam-asam hasil

pencernaan dan metabolisme.

5. Gangguan Metabolisme Na+

Sering kali pada penyakit ginjal ditemukan adanya retensi Na+ yang

berlebihan disertai edema. Sedikitnya ada tiga penyebab retensi Na+ pada

penyakit ginjal. Pada glomerulonefritis akut, suatu penyakit yang terutama

mengenai glomerulus terdapat penurunan nyata jumlah Na+ yang difiltrasi.

F. Mekanisme Pemekatan dan Pengenceran Urine

1. Hormone ADH Mengatur Konsentrasi Urine

Bila osmolalitas cairan tubuh meningkat di atas normal (yaitu, zat

terlarut dalam cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar hipofisis posterior

akan menyekresi lebih banyak ADH, yang meningkatkan permeabilitas

tubulus distal dan duktus kolingentes terhadap air. Keadaan ini

memungkinkan terjadinya reabsorpsi air dalam jumlah besar dan penurunan

volume urine, tetapi tidak mengubah kecepatan ekskresi zat terlarut oleh

ginjal secara nyata.

Page 85: laporan lengkap fisiologi

Bila terdapat kelebihan air di dalam tubuh dan osmolaritas cairan

eksternal menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh

sebab itu, permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air

akan menurun, yang menghasilkan sejumlah besar urine encer. Jadi,

kecepatan sekresi ADH sangat menentukan encer atau pekatnya urine yang

akan dikeluarkan oleh ginjal.

2. Mekanisme ginjal untuk mengeluarkan urine encer

Bila terdapat kelebihan air di dalam tubuh, ginjal dapat

mengeluarkan urine encer sebanyak 20 liter perhari, dengan konsentrasi

sebesar 50 mOsm/l. ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan

mereabsorpsi zat terlarut terus menerus, dan pada saat yang sama, tidak

mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi

tubulus distal akhir dan duktus koligentes.air yang tak tergantung p Pada

awal pembentukan filtrat glomerulus, osmolaritas filtrat kira-kira sama

dengan osmolaritas plasma (300 mOsm/L). Untuk mengeluarkan kelebihan

air, penting untuk mengencerkan filtrat ini sewaktu filtrat melewati tubulus.

Hal ini dicapai dengan mereabsorbsi lebih banyak terlarut daripada air.

3. Kebutuhan untuk Mengekskresi Urine Pekat kadar ADH yang Tinggi

Kebutuhan dasar untuk membentuk urine pekat adalah kadar ADH yang

tinggi, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes

terhadap air, sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini mereabsorbsi air

cukup banyak, dan osmolaritas yang tinggi dari cairan interstisial medula

ginjal, yang membentuk gradien osmotik yang diperlukan untuk terjadinya

reabsorbsi air dengan kadar ADH yang tinggi.

Interstisium medula ginjal yang mengelilingi duktus koligentes

normalnya bersifat sangat hiperosmotik, sehinga bila kadar ADH tinggi, air

bergerak melewati membran tubulus secara osmosis ke dalam interstisium

ginjal, dari sana air akan dibawa oleh vasa rekta kembali ke dalam darah.

Jadi, kemampuan pemekatan urine dibatasi oleh kadar oleh ADH dan oleh

derajat hiperosmolitas medula ginjal.

Page 86: laporan lengkap fisiologi

Ginjal mengeluarkan kelebihan air dengan membentuk urine yang

encer. Ginjal normal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk

berbagai perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas

cairan tubuh menurun, ginjal akan menegleuarkan urine dengan osmolaritas

sebesar 50 mOsm/L, yaitu suatu konsentrasi yang hanya sekitar seperenam

dari osmolaritas cairan ekstrasel normal. Sebaliknya bila terjadi kekurangan

air dan osmolaritas cairan ekstrasel tinggi, ginjal dapat mengeluarkan urine

dengan konsentrasi 1200 sampai 1400 mOsm/L. Yang juga penting, ginjal

juga dapatmengeluarkan sejumlah besar urine encer atau sejumlah kecil

urine pekat tanpa perubahan besar dalam kecepatan ekskresi zat terlarut

seperti.natrium dan kalium. Kemampuan unutk mengatur pengelua ada

pengeluaran zat terlarut ini, penting untuk pertahanan hidup, terutama bila

asupan terbatas.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 87: laporan lengkap fisiologi

A. Nama percobaan

“pemeriksaan berat jenis urine”

B. Alat dan bahan

Gelas penampung

Timbangan

Strip untuk urinalis (combistik)

Handscone

Spuit 10 cc

C. Prosedur kerja

Penentuan berat jenis urine dapat dilakukan dengan 2 cara :

a. Membandingkan berat urine dan H2O pada volume sama

Tampunglah urine orang coba dalam gelas penampung. Biarkan beberapa saat

sampai suhu sample urine sama dengan suhu ruangan. Kemudian ambillah 10

ml urine dengan spuit dan masukkan dalam gelas 50 ml yang sudah tersedia dan

beratnya diketahui. Timbanglah gelas tersebut untuk mengetahui berat dari 10

ml urine tadi. Bandingkanlah berat urine tadi dengan berat dari 10 ml aquades

yang di timbung dengan cara yang sama.

BJ urine ₌ berat dari 10 ml urine

Berat dari 10 ml aquades

b. Menggunakan reagent strip

Tampunglah urine orang coba dalam gelas. Kemudian celupkan reagrn strip ke

dalam urine tersebut sambil menghilangkan urine yang berlebihan pada pinggir

gelas penampung. Biarkan strip selama 45-60 detik. Bandingkanlah perubahan

warna pada ujung strip dengan kartu yang tersedia.

D. Hasil percobaan

Dari hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Orang coba I :

Nama : Nn. NA

Page 88: laporan lengkap fisiologi

Umur : 19 tahun

Untuk percobaan pertama.

Warna (menit) 0

Volume 68

Warna Kuning

Berat jenis 1,012 gr/cm3

Osmolalitas -

2. Orang coba II :

Nama : Nn. SA

Umur : 19 tahun

Untuk percobaan kedua.

Waktu (menit) 0 40 80 120

Volume 79 ml 122 ml 260 ml 41 ml

Warna Kuning pekat Kuning Bening Kuning

Berat jenis 1,005 1,002 1,001 1,004

Osmolalitas Pekat normal encer Normal

3. Orang coba III.

Nama : Nn. MA

Umur : 19 tahun

Untuk percobaan ketiga.

Waktu

(menit)0 60 120

Volume 32 ml 9 ml 8 ml

Warna Kuning Kuning agak pekat kuning agak pekat

Berat Jenis 1.004 gr/cm3 - -

Osmolalitas Normal Agak pekat Pekat

E. Analisis hasil percobaan

Pada coba pertama yang hanya menentukan berat jenis urine, dengan

Page 89: laporan lengkap fisiologi

melakukan miksi sekali dan didapatkan volume urinnya 68 ml dan warna yang

didapatkan adalah warna kuning. Dan kemudian didapatkan hasil berat jenisnya

1,012 gr/cm3. Pada coba pertama ini alat kita hanya menggunakan satu alat

sehingga kita tidak dapat membandingkan hasil dengan alat yang lain

Pada coba kedua yang di beri minum sebanyak 15 ml/Kg berat badannya,

Dari segi volume mengalami peningkatan setiap 40 menit yang dimulai pada 40

menit pertama, dan warna urinnya pun ikut berubah menjadi lebih encer yaitu

dari warna kuning sampai bening, tetapi berat jenis urinnya mengalami

penurunan pada 40 menit pertama dari 1,005 gr/cm3 menjadi 1,002 gr/cm3.

Kemudian pada saat 40 menit kedua dan mengalami penurunan dari 1,005

gr/cm3 menjadi 1,0001 gr/cm3. Pada saat 40 menit ketiga tampak hasilnya yaitu

1,0004 gr/cm3 Kemudian pada 40 menit kami tidak melakukan percobaan

dikarenakan waktu yang tidak mencukupi serta orang coba sudah tidak dapat

mengeluarkan urine. Dari segi volume yang selalu meningkat itu sudah sesuai

dengan teori, di mana jika terdapat kelebihan di dalam urin, misalnya karena

telah minum air yang banyak maka ginjal akan mengeluarkan urin yang encer.

Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan ekstrasel

menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh sebab itu,

permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air akan menurun,

yang menghasilkan sejumlah besar urin encer

Pada percobaan orang ketiga yang disuruh melakukan aktifitas yaitu

berolahraga selama 15 menit dan tidak diberi minum, urinnya juga mengalami

perubahan warna dari kuning jernih menjadi kuning pekat. Berat jenis urin

sebelum beraktivitas yaitu 1,004 g/cm3. Setelah beraktivitas berat jenisnya tidak

diukur lagi karena volume urinnya tidak mencukupi, volume urin setelah

beraktivitas pada menit ke-60 hanya 9 mL dan pada menit ke-120 volume

urinnya hanya 180 mL. . Hal ini menunjukkan tingkat kenormalan karena

banyaknya cairaan yang keluar melalui keringat. Bila terdapat kekurangan air

dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan terus-menerus

mengekskresikan zat terlarut dan pada saat bersamaan, juga meningkatkan

reabsorbsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Kemudian untuk

Page 90: laporan lengkap fisiologi

memulihkan volume normal maka ADH sangat berperan. Stimulus yang terdiri

atas perubahan dalam volume CES. Reseptor peregang dalam porsi tekanan

rendah dari sistem kardiovaskuler (seperti vena kava, jantung sebelah kanan, dan

pembuluh pulmonal) memantau volume darah. Stimuli dari reseptor ini

dihantarkan oleh serabut-serabut afferen ke hipotalamus (melalui batang otak)

penurunan volume darah tanpa menstimuli sekresi ADH. Akibat dari

peningkatan retensi air meningkatkan volume darah tanpa mempengaruhi

tekanan darah arteri. Kenaikan volume darah menghentikan sekresi ADH.

Keadaan ini menghambat retensi air, dengan demikian memulihkan volume

normal kompartemen CES. Mekanisme ini untuk mengubah sekresi ADH dalam

berespon terhadap perubahan-perubahan posisi tubuh. Ginjal manusia dapat

memproduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200 sampai

1400 mOsm/L. Kemampuan pemekatan maksimal ginjal menunujukkan

banyaknya volume urin yang harus disekresikan setiap hari untuk membuang

sisa-sisa produk metabolisme dan ion yang dicerna dalam tubuh. Nilai normal

berat jenis urin adalah 1,003-1,030.

BAB IV

PENUTUP

Page 91: laporan lengkap fisiologi

A. Kesimpulan

1. Pengukuran berat jenis urin dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. Membandingkan berat urine dan H2O padav olume sama dengan urinprober

b. Menggunakan reagen strip

c. Menggunakan BJ meter

2. Fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urine yaitu pada pemekatan

urine terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan

terus menerus mengekskresikan zat terlarut dan pada saat yang bersamaan, juga

meningkatkan reabsorbsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk.

Sedangkan pada pengenceran urin, bila terdapat kelebihan air dalam tubuh,

ginjal dapat mengelurkan urin encer sebanyak 20 L/hari, dengan konsetrasi

sebesar 50 mOsm/L. ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan merabsorbsi

zat terlarut terus-manerus. Dan pada saat yang sama, tidak mereabsorbsi

sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi tubulus distal akhir dan

duktus koligentes.

B. Saran

Sabaiknya penambahan alat-alat untuk praktikum supaya lebih mempermudah

melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Page 92: laporan lengkap fisiologi

Applegate.2004.Anatomy And Physiology. Third Edtion.Usa.Evollve.

David.2004.Hole’s Human Anatomy And Physiology. Tenth Edition: New York.

Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.

David.2004. Hole’s Human Anatomy And Physiology.Tenth Edition: New York.

Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.

Guyton dan Hall. 2006. Text Book Of Medical Physiology. Edisi 11.

Elsevier saunders: Pennsylvania.

Anshul. 2010 .Pengaruh Kelainan Fungsi Ginjal. In http://

Blogger Template .Last update 22 Juni 2011.

Page 93: laporan lengkap fisiologi

Laboratorium Ilmu Fisiologi Fakultas Ilmu KesehatanUIN Alauddin Makassar

Page 94: laporan lengkap fisiologi

Samata, 19 Juni 2012

PEMERIKSAAN PERNAFASAN

Disusun oleh :

Nama : Aulia Rahma

NIM/Kelompok : 70300111012

Pembimbing : Ns. Risnah, SKM, S.Kep., M.Kes

Asisten : Nurul Fadhilah Gani, S.Kep., Ns.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

ALAUDDIN MAKASSAR

2012

DAFTAR ISI

Halaman sampul……………………...………………………………………….. 1

Daftar Isi……………………………...………………………………………….. 2

Page 95: laporan lengkap fisiologi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………………………………..3

B. Tujuan……………………...………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pernapasan……..………………………………………….. 5

B. Fungsi dan Tujuan Pernapasan……………………………………….. 5

C. Organ-Organ Pernapasan…. ………………………………………….. 7

D. Proses Pernapasan dan Jenis Pernapasan. ...........................................7

E. Frekuensi Pernapasan…...………………………………………………8

F. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pernapasan………...................... 8

G. Gangguan Pola Respirasi………………………………...................... 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Judul Percobaan……………………………………………………….. 11

B. Alat dan Bahan …………....………………………………………….. 11

C. Cara Kerja………………….………………………………………….. 11

D. Hasil Percobaan …………..………………………………………….. 11

E. Analisis Percobaan………...………………………………………….. 12

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………...………………………………………….. 14

B. Saran………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...........15

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 96: laporan lengkap fisiologi

Bumi tempat kita hidup diselubungi oleh suatu lapisan udara yang terdiri dari

senyawa gas, antara lain nitrogen (N2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan gas

mulai. Walaupun tidak menjadi gas yang paling banyak di udara, oksigen sangat

penting bagi makhluk hidup. Sel-sel tubuh kita memerlukan oksigen untuk

melakukan ‘pembakaran’. Makanan ‘dibakar’ agar menghasilkan energi. Energi

tersebut diperlukan sel untuk menjalankan fungsinya. Karbon dioksida yang

dihasilkan pada proses pembakaran ini bila terakumulasi dapat membahayakan

tubuh, karenanya harus segera dikeluarkan dari tubuh. Proses dalam uraian di atas

disebut respirasi sel.

Sistem pernapasan bertugas mengambil oksigen dari udara. Setelah sampai di

paru-paru, oksigen dipindahkan ke darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam

pembuluh darah, oksigen ditukar dengan karbondioksida. Karbondioksida sebagai

hasil oksidasi respirasi sel ini kemudian dibawa ke paru-paru untuk dikeluarkan dari

tubuh. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara dengan tubuh makhluk hidup disebut

respirasi.

Manusia membutuhkan suplai oksigen secara terus-menerus untuk proses

respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun

produk dari proses tersebut. Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida

dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan

untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan

gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh

melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus

yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran

gas.

Energi gerak manusia diperoleh dari metabolisme energi dalam sel otot, yang

dalam prosesnya sangat membutuhkan oksigen (O2) yang didapatkan dari

pernapasan. Pernapasan merupakan konsekuensi sistem kerja organ tubuh manusia

ketika hidup dan beraktivitas untuk saling mendukung dan berkoordinasi dengan

organ fisiologis yang lainnya.

B. Tujuan

1. Mengetahui jenis pernapasan pada manusia.

Page 97: laporan lengkap fisiologi

2. Mengetahui frekuensi dan jenis pernapasan pada manusia.

3. Mengetahui cara pemeriksaan nafas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pernapasan

Page 98: laporan lengkap fisiologi

Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel tubuh

serta lingkungan. Pernapasan juga merupakan peristiwa menghirup udara dan dari

udara yang mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari oksidasi dari

tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan

menghembuskan udara ke luar disebut proses ekspirasi.(Setiadi,2007)

Secara fungsional, system pernafasan terdiri dari serangkaian proses yang

terintegrasi yang mencakup sebagai berikut : (Applegate,2004)

1. Ventilasi pulmeonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dan

saluran pernapasan dan paru-paru.

2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara udara

dalam paru-paru dan kapiler pulmonal.

3. Respirasi internal, difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah dan sel

jaringan.

4. Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk produksi

energi dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel tubuh.

B. Fungsi dan Tujuan Pernapasan

Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan

membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dapat dibagi

menjadi empat fungsi utama :

1. Ventilasi paru yang berarti masuk dan keluarnya udara atmosfir paru.

2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah.

3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan

dari sel jaringan tubuh.

4. Pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari pernapasan.(Guyton, 2007)

C. Organ-Organ Pernapasan

1. Rongga Hidung

Page 99: laporan lengkap fisiologi

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh

darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang

mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Sewaktu udara melewati

hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum .

karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat

dan karena penguapan air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap.

2. Sinus Prasanal

Sinus-sinus prasanal termasuk empat pasang rongga bertulang yang

dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat semu yang bersilia.

Rongga-rongga ini dihubungkan oleh serangkaian duktus yang mengalir ke

dalam rongga. Sinus-sinus disebut berdasarkan letaknya, sinus frontalis,

etmoidalis, sfenoidalis, dan maksilaris.

3. Tulang Turbinasi (konka)

Tulang turbinasi atau konka (nama yang ditunjukkan oleh penampilannya

yang seperti siput). Arus udara yang memasuki lubang hidung diarahkan ke atas

depan langit-langit hidung dan mengikuti rute sirkuit sebelum udara mencapai

nasofaring.

4. Faring, Tonsil, dan Anedoid

Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak

sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut

(orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal).

5. Laring

Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang

memisahkannya dengan columna vertebra, berjalan dari faring sampai

ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.

6. Trakea

Page 100: laporan lengkap fisiologi

Trakea atau batang tenggorok kira-kira Sembilan centimeter panjangnya.

Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima

dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki).

7. Bronkus

Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian

kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan

dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke

samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar

daripada arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut

bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah

arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus lobus tengah keluar dari bronkus

lobus bawah.

8. Paru-paru

Paru-paru merupakan tempat terjadinya penyerapan oksigen dan pengeluaran

karbondioksida yang terletak dirongga dada di atas diafragma. Paru-paru terdiri

dari dari dua bagian, bagian kanan yang terdiridari 3 gelambir dan bagian kiri 2

gelambir. Paru-paru dibungkus oleh salaput tipis yang disebut pleura. Di dalam

paru-paru tepatnya di ujung bronkiolus terdapat alveoli yang merupakan tempat

pengisapan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.(Smitzer,2001)

D. Proses Pernapasan dan Jenis Pernapasan

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: (Godam,2008.http://taxonomy)

1. Respirasi luar yang merupakan pertukaran antara O2 da CO2 antara darah dan

udara.

2. Respirasi dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke

sel-sel tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang nafas ke udara

dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu ;

1. Respires/Pernapasan Dada.

1. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

2. Tulang rusuk terangkat ke atas

Page 101: laporan lengkap fisiologi

3. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil

sehingga udara masuk ke dalam badan.

2. Respirasi/Pernapasan Perut

1. Otot diafragma pada perut mengalami kontraksi

2. Diafragma datar

3. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada

dada mengecil sehingga udara masuk ke paru paru.

E. Frekuensi Pernapasan

Frekuensi pernapasan normal setiap menit adalah : (Evilyn, 2009)

1. Bayi baru lahir : 30-40 x/menit

2. Dua belas bualan : 30 x/menit

3. Dari dua sampai lima tahun : 24 x/menit

4. Orang dewasa : 10-20x/menit.

F. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan

Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan :

(Tutor,2009.http://tutorjunior.blogspot.com)

1. Usia

Anak – anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa.

Hal ini disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak

memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih

banyak dibandingkan orang tua.

2. Suhu Tubuh

Jika dihubungkan dengan kebutuhan energi, ada hubungan antara pernapasan

dengan suhu tubuh, yaitu bahwa antara kebutuhan energi dengan suhu tubuh

berbanding lurus. Artinya semakin tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi

semakin banyak pula sehingga kebutuhan O2 juga semakin banyak.

3. Gaya Hidup

Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan

denyut jantung, demikian juga suplai oksigen dalam tubuh. Merokok dan

pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predesposisi

penyakit paru.

Page 102: laporan lengkap fisiologi

4. Status Kesehatan

Pada orang yang sehat system kardiovaskular dan pernapasan dapat

menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

5. Jenis Kelamin

Laki – laki lebih tinggi frekuensi pernafasannya dari pada perempuan.

Semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2 yang

diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih

banyak daripada perempuan.

6. Posisi Tubuh

Posisi tubuh seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan energinya.

Orang yang berdiri lebih banyak frekuensi pengambilan O2 karena otot yang

berkontraksi lebih banyak sehingga memerlukan energi yang lebih banyak pula.

G. Gangguan Pada Pola Respirasi

Gangguan Pada Pola Respirasi, antara lain :(Setiadi,2007)

1. Hipoksia (anoksia) adalah devesiensi oksigen yaitu kondisi berkurangnya kadar

oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan

organ.

2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering

disertai hipoksia.

3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2 dalam darah.

4. Asfisia atau sufokasi, suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidak

cukupan ventilasi pulmonal.

5. Penyakit vulmonar obstruksi menahun (PPOM).

Page 103: laporan lengkap fisiologi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Judul Percobaan

“Pemeriksaan Pernapasan”

B. Alat dan Bahan

1. Stopwatch

2. Stetoskop

C. Cara Kerja

1. Menyiapkan orang coba, menempatkan lengan orang coba rileks menyilang

abdomen atau dada bawah

2. Observasi satu siklus respirasi lengkap (satu inspirasi satu ekspirasi)

3. Menghitung siklus pernapasan dalam waktu satu menit penuh. Bila respirasi

tidak teratur hitung dalam satu menit penuh

4. Saat menghitung, mencatat kedalaman dan frekuensi, kedalaman dan irama

pernapasan.

5. Meminta orang coba untuk melakukan lari – lari kecil.

6. Melakukan pemeriksaan seperti langkah di atas.

7. Meminta orang coba melakukan gerakan lari kecil selama 5 menit.

8. Melakukan pemeriksaan pernapasan seperti di atas.

9. Mencatat seluruh hasilnya.

D. Hasil Pemeriksaan

Nama : Ny. AR

Usia : 19

Berat badan : 43

Jenis Kelamin : Perempuan

Waktu Istirahat

Lari

kecil 2

menit

Lari

kecil 5

menit

Keterangan

Frekuensi 16 28 46 Normal

Kedalama Dangkal Dalam Lebih Normal

Page 104: laporan lengkap fisiologi

n dalam

Irama TeraturTidak

teratur

Tidak

teraturNormal

E. Analisis hasil percobaan

Pada percobaan di atas dapat lihat bahwa frekuensi pernapasan terus

meningkat,hal ini dikarenakan oleh aktivitas yang tinggi dilakukan oleh orang coba.

Pada saat melakukan aktivitas fisik orang coba memerlukan energi yang banyak

dimana energy sangat dibutuhkan dalam sistem metebolisme tubuh. Sel-sel sangat

membutuhkan tubuh O2 melalui sistem inspirasi secara berkelanjutan atau kontinu

dimana berfungsi untuk menunjang reaksi-reaksi tersebut dilakukan eliminasi pada

CO2 melalui ekspirasi. Leh karena itu orang coba bernafas dengan frekuensi yang

cepat untuk memenuhi kebutuhan energi.

Kedalaman dalam menarik nafas berbeda pada saat fase istirahat dan fase lari-

lati selama 2 dan 5 menit, ini dipengaruhi karena pada saat fase istirahat orang coba

tidak melakukan aktivitas sehingga inspirasi yang dilakukan bersifat dalam.

Sedangkan fase lari-lari kecil selama 2 dan 5 menit inspirasi yang dilakukan oleh

orang coba bersifat dangkal, ini dikarenakan aktivitas yang meningkat sehingga

inspirasi yang dilakukan cepat untuk mendapatkan oksigen yang banyak untuk

memenuhi kebutuhan tubuh akibat dari aktivitas yang meningkat, begitu pula pda

kesepakatan pernafasan.

Perbedaan kecepatan respirasi pada perempuan dan laki-laki berbeda karena

laki-laki lebih banyak membutuhkan energi yaitu O2 kebutuhan metabolismepria

lebih banyak dari pada perempuan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

pernafasan yaitu aktivitas,usia,lingkungan,tingkat stress. Frekuensi pernafasan yang

normal pada tiap tahapan usia yaitu, pada bayi dari balita memiliki frekuensi

bernafas lebih banyak dibanding orang dewasa oleh volume paru paru relatif kecil

dan sel-sel tubuh sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak. Karena

kontraksi otot-otot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih mudah sehingga

udara pernafasan lebih sedikit.

Page 105: laporan lengkap fisiologi

Adapun frekuensi pernafasan ada bayi/balita dan dewasa adalah :

1. Bayi dan balita :30-40 X/menit

2. Dewasa :16-24 X/menit

Page 106: laporan lengkap fisiologi

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Macam-macam pernapasan adalah pernapasan dada dan pernapasan perut

2. Alat pernapasan pada manusia meliputi, hidung, saluran pernapasan (faring,

laring, trakea, bronkus,bronkiolus, alveolus), dan paru – paru.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pernapasan yaitu umur, jenis kelamin, suhu

tubuh, aktifitas tubuh dan posisi tubuh.

4. Fungsi utama sistem pernapasan adalah sebagai pertukaran atra udara di sekitar

dalam darah yang terdiri dari tiga tahap yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.

5. Frekuensi pernapasan normal pada manusia adalah:

1. Pada bayi: 20 – 24 kali/menit

2. Anak – anak: 16 – 20 kali/menit

3. Remaja: 12 – 16 kali/menit

4. Dewasa 10– 20 kali/menit

B. Saran

1. Untuk menjaga kesehatan organ pernapasan hendaknya dari sekarang kita

memelihara dan menjaga dengan cara berolah raga, tidak merokok dan makan

makanan yang bergizi.

2. Alat untuk praktikum sebaiknya ada yang jaga dan memelihara sebab alat yang

sudah ada sebagai bahan praktikum akan semakin rusak karena tidak adanya

penjaga laboratorium untuk menjaga alat.

Page 107: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Applegate.2004.Anatomy And Physiologi.Third Edition.Usa.Evolve.

Godam.2008.Proses Sistem Pernapasan Pada

Manusia.http//:organisasi.org/taxonomy.com

Guyton, Arthur C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 2.Jakarta.EGC

Junior,Tutor.2009.Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Respirasi Makhluk

Hidup.http//:tutotjunior.blogspot.com

Pearce,Evilyn.2009.Anatomi Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta.EGC.

Setiadi.2007.Anatomi & Fisiologi Manusia.Edisi 1.Yogyakarta.Graha Ilmu.

Smitzer,Bare.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 volume 2.Jakarta.Kedokteran

EGC.

Page 108: laporan lengkap fisiologi
Page 109: laporan lengkap fisiologi

Laporan Ilmu FisiologiFakultas Ilmu KesehatanUIN Alauddin Makassar

Samata, 20 Juni 2012

ELEKTROKARDIOGRAF

Nama : Aulia Rahma

NIM/Kelompok : 70300111012/8

Pembimbing : dr. Rosdiana, S.Ked., M.Kes

Asisten : Ita Sulistiani, S.Kep., Ns.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

ALAUDDIN MAKASSAR

2012

Page 110: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

DAFTAR ISI ………………………………………………………..………ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang……………………………….……………..……....1

B. Tujuan……………………………………………………..………..1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2

A. natomi dan Fisiologis Jantung……………………......………….2

B. Katup-Katup Jantung.........................................................................3

C. Siklus Jantung....................................................................................4

D. Periode Kerja Jantung........................................................................4

E. Curah Jantun......................................................................................5

F. Penyakit-Penyakit Jantung.................................................................5

G. Pemeriksaan Fisis Jantung.................................................................8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................14

A. Nama Percobaan................................................................................14

B. Alat Dan Bahan..................................................................................14

C. Prosedur Kerja...................................................................................14

D. Hasil Percobaan.................................................................................16

E. Analisis Hasil Percobaan...................................................................16

BAB IV PENUTUP.........................................................................................20

A. Kesimpulan........................................................................................20

B. Saran..................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii

LAMPIRAN

Page 111: laporan lengkap fisiologi

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah

elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu

tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: “elektro”, karena

berkaitan dengan elektronika, “kardio”, kata Yunani untuk jantung, “gram”,

sebuah akar Yunani yang berarti “menulis”. Analisis sejumlah gelombang dan

vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang

penting.

Elektro kardiogaram adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung yaitu

perubahan-prubahan potensial atau perubahan voltage yang erdapat dalam jantung.

Elektrokardiogram EKG adalah grapik yang merekm perubahan potensial listrik

jantung yang dihubungkan dengan waktu. Kegiatan listirk jantung dalam tubuh

dapat dicatat dan direkam melalului elektroda-elektroda yang dipasan pada

permukaan tubuh, kelainan tatalistrik jantung akan menimbulkan kelainan pada

gambr EKG.

EKG hanyalah salah satu pemeriksaan diagnostik yang merupakan alat bantu

dalam menegakkan diagnostic penyakit jantung. Gamabaran listrik penderita tetap

merupakan pegangan yang penting dalam menentukan diagnosis, karena pasien

dengan penyakit jantung munkin mempunyai gambaran EKG yang normal atau

sebaliknya, individu normal munkin mempunyai gambaran EKG yang abnormal.

B. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini yaitu mencatat kejadian-kejadian elektriks yang terjadi

pada jantung manusia dari permukaan tubuh.

Page 112: laporan lengkap fisiologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologis Jantung

Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk

oleh organ-organ muscular, apex, dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta

ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm dan

tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan

sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali

dan dalam masa periode itu jantung memompa 200 galon darah atau setara dengan

7.571 liter darah. Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tengah-

tengah dada, bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas

processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada berada pada tepi cranialis pars

cartilanginis costa III dextra, 1 cm dari tepi laternal sternum. Pada tepi kanan caudal

berada pada tepi cranialis pars cartilanginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi laternal

sternum. Tepi kiri jantung berada pada tepi caudal pars cartilanginis costa II sinistra

di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9

cm di kiri linea medioclaviculari.(Admin, 2008)

Jantung terdiri atas empat ruang yang berfundi sebagai pompa yaitu dua ruang

yag berdinding disebut dinding atrium, dan dua yang berdinding tebal disebut

ventrikel. Atrium kanan menerima menampung darah dari seluruh tubuh lalu

disalurkan keventrikel kanan melalui katup trikuspidalis, kemudian darah

dipomakan keseluruh paru-paru melalui arteri pulmonal. Darah diparu-pru enerim

oksigen (02) dan melepaskan karbon dioksida (co2) melalui pernapasan . atriu kiri

menerima darah dari seluruh paru-paru melalui vena pulmonal lal disalurkan ke

ventrikel kiri melaui katu p mitralis, kemudian darah dipompakan keseluruh tubuh

melalui aorta. Hubungan fungsional antara atrium dan venrikel diselengarakan oleh

jaringan susunan hanrar khusus yag menhantarkan impuls listrik dari atrium ke

venntrikel yang disebut system konduksi ( saraf otonom di jantung). System tersebut

Page 113: laporan lengkap fisiologi

terdiri dari nodus sinoatrial (SA-nodes), nodus Antrioventrikuler (AV-Node), berkas

his dan serabut-serabut purkinje.(Asry, 2007)

Katup-Katup Jantung

Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam

susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia, terdiri atas:(Syaifuddin,

2006)

1. Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra

yang terdiri dari tiga katup.

2. Valvula bikuspidalis, terietak antara atrium sinstra dengan ventrikel sinistra

terdiri dari dua katup.

3. Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra dengan

erteri pulmonalis, tempat darah mengalir menuju ke paru-paru.

4. Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta tempat

darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.

Siklus Jantung

Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam

jantung selam peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari

nodus sinus-atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontrksi ini

bergerak melalui His kemudian ventrikel berkontraksi. Gerkan jantung terdiri atas

dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol, dan pengenduran atau diastole. Kontraksi dari

kedua atrium terjadi serentak dan disebut sistol atrial, pengendurannya disebut

Page 114: laporan lengkap fisiologi

diastole atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan pengenduran ventrikel disebut juga

systole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap

pengendurannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut terus

menerus, siang-malam, selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat

sewaktu diastole ventrikuler.

Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan

lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong

darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.

Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya

hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru di mana tekanannya lebih rendah.

(Evelyn, 2009)

Periode Kerja Jantung

Periode kerja jantung, terdiri atas: (Syaifuddin, 2009)

1. Periode sistole: Jantung bagian ventrikel menguncup, katup bikus dan

trikuspidalis dalam keadaan tertutup, valvula semilunaris

aorta dan semilunaris arteri pulmonalis terbuka sehingga

darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis,

masuk ke dalam paru-paru. Darah dari ventrikel sinistra

mengalir ke aorta dan ke seluruh tubuh.

2. Periode diastole: Jantung mengembang, katup bikus dan trikuspidalis dalam

keadaan terbuka, darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel

sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel

dekstra. Selanjutnya darah yang dating dari paru-paru melalui

vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra. Darah dari seluruh

tubuh melalui vena cava superior dan inferior masuk ke

atrium dekstra.

3. Periode istirahat: Waktu antara periode diastole dan periode sistole dimana

jantung berhenti sekitar 1/10 detik.

Curah Jantung

Curah kerja sekuncup jantung adalah jumlah energy yang diubah oleh jantung

menjadi kerja selama setiap denyut jantung sewaktu memompa darah ke dalam

Page 115: laporan lengkap fisiologi

arteri. Curah kerja jantung semenit adalah jumlah total energy yang diubah menjadi

kerja dalam 1 menit, jumlah ini sebanding dengan curah kerja sekuncup dikalikan

dengan denyut jantung permenit.

Curah kerja jantung terbagi dalam dua bentuk. Pertama, sejauh ini bagian yang

utama digunakan untuk memindahkan darah dari vena-vena bertekanan rendah ke

arteri bertekanan tinggi. Kedua, bagian yang kecil dari energy tersebut digunakan

untuk memacu kecepatan ejeksi darah melalui katup aorta dan pulmonalis. Bagian

ini disebut komponen energy kinetic aliran darah dari curah kerja,

Curah kerja luar ventrikel kanan biasanya sekitar seperenam curah kerja

ventrikel kiri karena adanya perbedaan dengan tekanan sistolik sebesar enam kali

lipat akibat pemommpaan kedua ventrikel. Curah kerja tambahan dari tiap ventrikel

yang dibutuhkan untuk menghasilkan energy kinetic aliran darah adalah sebanding

dengan massa darah yang diejeksikan dikali dengan kuadrat kecepatan ejeksi.

(Guyton, 2007)

Penyakit-Penyakit Jantung

Penyakit jantung banyak sekali macamnya. Para penderitanya juga seringkali

terkena lebih dari satu gangguan (komplikasi). Berikut adalah beberapa jenis

penyakit jantung yang perlu Anda diketahui. Daftar ini hanyalah sebagian dari

belasan jenis gangguan jantung lain yang dapat mengancam kita.

1. Aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan

plak (lemak, kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan

menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh

bagian tubuh. Bila terjadi pada dinding arteri jantung, maka disebut penyakit

jantung koroner (coronary artery disease) atau penyakit jantung iskemik.

Aterosklerosis berlangsung menahun dan menimbulkan banyak gangguan

penyakit. Aterosklerosis dimulai dari adanya lesi dan retakan pada dinding

pembuluh darah, terutama karena adanya tekanan kuat pada pembuluh jantung.

Pada tahap berikutnya, tubuh berusaha memulihkan diri dengan menempatkan

zat-zat lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan. Lambat laun,

Page 116: laporan lengkap fisiologi

karena proses peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak itu bisa

menutup pembuluh jantung.

Salah satu gejala aterosklerosis jantung adalah Angina pektoris, yaitu rasa

nyeri/tidak enak di daerah jantung dan dada karena berkurangnya pasokan darah

ke otot jantung. Angina bisa terjadi baik saat beraktivitas fisik maupun

beristirahat. Bila berlanjut, angina bisa berkembang menjadi infark miokard

akut yang berbahaya.

2. Infark Miokard Akut

Infark miokard adalah kematian otot jantung karena penyumbatan pada arteri

koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan mengalami kerusakan

atau kematian mendadak.

3. Kardiomiopati

Kardiomiopati adalah kerusakan/gangguan otot jantung sehingga

menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot

dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena

arritmia dan gagal jantung mendadak. Kardiomiopati masih dibagi lagi

jenisnya menjadi kardiomipati kongestif, hipertrofik, restriktif dan

peripartum.

4. Gagal Jantung Kongestif.

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah

secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti

bekerja, namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai

dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh lainnya.

5. Fibrilasi Atrial

Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listik jantung yang mengganggu atrial.

Gangguan impuls listrik ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak beraturan

dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak

sepenuhnya mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel). Fibrilasi atrial

biasanya terkait dengan banyak gangguan jantung lainnya, termasuk

kardiomiopati, koroner, hipertropi ventrikel, dll. Hipertiroid dan keracunan

alkohol juga bisa menyebabkan fibrilasi atrial.

Page 117: laporan lengkap fisiologi

6. Inflamasi Jantung

Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput

yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis).

Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.

7. Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena

demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.

8. Kelainan Katup Jantung

Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.

Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain

karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup

sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun

karena infeksi dan efek samping pengobatan. (Majalah kesehatan, 2007)

Pemeriksaan Fisis Jantung

1. Inspeksi

Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau

dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan

misalnya pada stenosis mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.

Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada

penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil.

Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan

kongenital.

Page 118: laporan lengkap fisiologi

Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan

pemeriksaan dada adalah:

1) Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)

2) Garis tengah klavikula (mid clavicular line/MCL)

3) Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL)

4) Garis parasternal kiri dan kanan (para sternal line/PSL)

Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-

paru menutupi jantung, sehingga pungtum maksimimnya menghilang, suatu

variasi yang khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena

itu menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa

jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser

pungtum maksimum kearah kiri, sehingga akan berada diluar garis midklavikula

dan kebawah. Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum maksimum ke

aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan. Perlekatan

pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan

terjadi pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan,

meningkat pada berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam.

2. Palpasi

Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan

dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse). Lokasi point of

masksimal impulse, normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari

medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada

yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis

midklavikular, sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus

kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba

adalah 1-2 cm2.

Pulsasi ventrikel kiri

Pulsasi apeks dapat direkam dengan apikokardiograf. Pulsasi apeks yang

melebar teraba seperti menggelombang (apical heaving). Apical heaving tanpa

perubahan tempat ke lateral, terjadi misalnya pada beban sistolik ventrikel kiri

yang meningkat akibat stenosis aorta. Apical heaving yang disertai peranjakan

Page 119: laporan lengkap fisiologi

tempat ke lateral bawah, terjadi misalnya pada beban diastolik ventrikel kiri yang

meningkat akibat insufisiensi katub aorta. Pembesaran ventrikel kiri dapat

menyebabkan iktus kordis beranjak ke lateral bawah. Pulsasi apeks kembar

terdapat pada aneurisme apikal atau pada kardiomiopati hipertrofi obstruktif.

Pulsasi ventrikel kanan

Area dibawah iga ke III/IV medial dari impuls apikal dekat garis sternal kiri,

normal tidak ada pulsasi. Bila ada pulsasi pada area ini, kemungkinan

disebabkan oleh kelebihan beban sistolik ventrikel kanan, misalnya pada stenosis

pulmonal atau hipertensi pulmonal. Pulsasi yang kuat di daerah epigastrium

dibawah prosesus sifoideus menunjukkan kemungkinan adanya hipertropi dan

dilatasi ventrikel kanan. Pulsasi abnormal diatas iga ke III kanan menunjukkan

kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi sistolik pada interkostal

II sebelah kiri pada batas sternum menunjukkan adanya dilatasi arteri pulmonal.

Getar jantung ( Cardiac Trill)

Getar jantung ialah terabanya getaran yang diakibatkan oleh desir aliran

darah. Bising jantung adalah desiaran yang terdengar karena aliran darah. Getar

jantung di daerah prekordial adalah getaran atau vibrasi yang teraba di daerah

prekordial. Getar sistolik (systolic thrill) timbul pada fase sistolik dan teraba

bertepatan dengan terabanya impuls apikal. Getar diastolic (diastolic thrill)

timbul pada fase diastolik dan teraba sesudah impuls apikal.

Getar sistolik yang panjang pada area mitral yang melebar ke lateral

menunjukkan insufisiensi katup mitral. Getar sistolik yang pendek dengan lokasi

di daerh mitral dan bersambung kearah aorta menunjukkan adanya stenosis katup

aorta. Getar diastolik yang pendek di daerah apeks menunjukkan adanya stenosis

mitral. Getar sistolik yang panjang pada area trikuspid menunjukkan adanya

insufisiensi tricuspid. Getar sistolik pada area aorta pada lokasi didaerah

cekungan suprasternal dan daerah karotis menunjukkan adanya stenosis katup

aorta, sedangkan getar diastolik di daerah tersebut menunjukkan adanya

insufisiensi aorta yang berat, biasanya getar tersebut lebih keras teraba pada

waktu ekspirasi. Getar sistolik pada area pulmonal menunjukkan adanya stenosis

Page 120: laporan lengkap fisiologi

katup pulmonal. Pada gagal jantung kanan getar sistolik pada spatium interkostal

ke 3 atau ke 4 linea para sternalis kiri.

3. Perkusi

Cara perkusi

Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang

interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak

jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung.

Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi

ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang

jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri.

4. Auskultasi

Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi

akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan

jantung dan kejadian hemodemanik darah dalam jantung. Alat yang digunakan

ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macam-macam

ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk

mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk

mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.

Bunyi jantung

Bunyi jantung utama: BJ, BJ II, BJ III, BJ IV Bunyi jantung tambahan, dapat

berupa bunyi detik ejeksi (ejection click) yaitu bunyi yang terdengar bila ejeksi

ventrikel terjadi dengan kekuatan yang lebih besar misalnya pada beban sistolik

ventrikel kiri yang meninggi. Bunyi detak pembukaan katub (opening snap)

terdengar bila pembukaan katup mitral terjadi dengan kekuatan yang lebih besar

dari normal dan terbukanya sedikit melambat dari biasa, misalnya pada stenosis

mitral.

Bunyi jantung utama

Bunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi pada

awal sistolik, meregangnya daun-daun katup mitral dan trikuspid yang mendadak

akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat, meregangnya

dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup yang telah

Page 121: laporan lengkap fisiologi

menutup dengan sempurna, dan getaran kolom darah dalam outflow track (jalur

keluar) ventrikel kiri dan di dinding pangkal aorta dengan sejumlah darah yang

ada didalamnya. Bunyi jantung I terdiri dari komponen mitral dan trikuspidal

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I yaitu:

Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, Makin kuat dan cepat

makin keras bunyinya. Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum

kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup makin kecil

kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan

terdengarnya BJ I dan sebaliknya makin lebar terbukanya katup atrioventrikuler

sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup

lebih cepat. Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus

BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar

lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih

lemah. Bunyi jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral.

BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen

aorta), penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran

yang mendadak dari darah pada akhir ejaksi sistolik, dan benturan balik dari

kolom darah pada pangkal aorta yang baru tertutup rapat. Bunyi jantung II dapat

dijumpai pada Duktus Arteriosus Persisten besar, Tetralogi Fallot, stenosis

pulmonalis, Pada gagal jantung kanan suara jantung II pecah dengan lemahnya

komponen pulmonal. Pada infark miokard akut bunyi jantung II pecah

paradoksal, pada atrial septal depect bunyi jantung II terbelah.

BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling).

Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada

pengisisan ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera

disusul oleh perlambatan aliran pengisian. Bunyi jantung III dapat dijumpai pada

syok kardiogenik, kardiomiopati, gagal jantung, hipertensi.

Bunyi jantung IV dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan

kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastole

ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih

keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat. Bunyi jantung IV dapat

Page 122: laporan lengkap fisiologi

dijumpai pada penyakit jantung hipertensif, hipertropi ventrikel kanan,

kardiomiopati, angina pectoris, gagal jantung, hipertensi, Irama derap dapat

dijumpai pada penyakit jantung koroner, infark miokard akut, miokarditis, kor

pulmonal, kardiomiopati dalatasi, gagal jantung, hipertensi, regurgitasi aorta.

(undefined, 2010)

Page 123: laporan lengkap fisiologi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama Percobaan

“Elektrokardiograf pada Manusia”

B. Alat dan Bahan

1. Elektrokardiografi (EKG)

2. Kabel sedapan yang terdiri dari:

1) 4 buah sedapan ekstremitas:

a) Tangan kiri (LA)

b) Tangan kanan (RA)

c) Kaki kiri (LL)

d) Kaki kanan (RL)

2) 6 Buah sedapan dada: V1, V2, V3, V4, V5, V6

3. 10 elektroda yang terdiri dari:

1) 4 buah elektroda ekstremitas

2) 6 buah elektroda dada

4. Kertas EKG

C. Cara Kerja

Orang coba (pria) berbaring terlentang dengan badan atas bebas dari

pakaian. Bahan-bahan logam yang dipakai seperti ikat pinggang, cincin, arloji

dan sebagainya, sebaiknya dibuka agar tidak menggangu rekaman. Oleskan EKG

cream atau jelly pada tempat-tempat dimana akan dipasang elektroda untuk

mengurangi resisten. Pasanglah keempat elektroda ekstremitas pada kedua

pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian volar aatu medial.

Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sedapan pada EKG

dan ujung-ujungnya dihubungkan pada elektroda yang sesuai.

Pasanglah elektroda pada dada sebagai berikut:

V1: pada ruang intercostalis 4, linea parasternalis dextra

V2: Pada ruang intercostalis 4, linea parasternalis sinistra

V3: Pada pertengahan antara V2 dan V4

Page 124: laporan lengkap fisiologi

V4: pada ruang intercostalis 5 pada linea mid klavikularis

V5: pada level 4, pada linea aksilaris anterior

V6; pada level 4 pada linea mid aksilaris

Hubungkan pada ujung-ujung kabel sadapan pada elektroda dada yang sesuai.

Pasanglah kabel (arde) dan hubungkan EKG pada sumber listrik. Sekaarang

mulailah dengan pencatatan.

Pencatatan

1. Sadapan ekstremitas bipolar

Adalah sadapan asli yang terpilih oleh Einthoven untuk mencatat potensial

elektris dalam bidang frontal. Ini diperoleh denagn memutar selector pada

EKG pada 1, 2, dan 3. Catatlah mula-mula Lead I, Lead II, dan akhirnya

Lead III. Lakukan pencatatn 6 siklus gelombang EKG untuk tiap lead dan 12

siklus untuk lead II.

2. Sadapan unipolar (unipolar lead)

Pertama-tama ditemukan oleh Wilson tahun 1932

Pencatatan dilakukan dengan 2 elektroda yaitu :

a. Elektroda Indiferen: ketiga sadapan LA, RA, dan LL dihubungkan

menjadi terminal sentral dan dihubungkan dengan sadapan RA.

b. Elektroda Eksplorasi: adalah sadapan LA

Sadapan Ekstremitas Uniplorasi (Augmented = diperkuat)

Sadapan aVR : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada RA

Sadapan aVL : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada LA

Sadapan aVF : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada LL

Putarlah selektor pada EKG ke naVR, aVL, aVF untuk mencatat sadapan

tersebut. Buatlah 6 siklus untuk tiap sadapan.

Sadapan prekordial

Elektroda eksplorasi masing-masing pada V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.

Putarlah selektor EKG pada V1 kemudian catatlah siklus pada kertas EKG.

Lanjutkan dengan V2 sampai V6.

Denagn demikian saudara telah mencatat 12 sadapan dengan EKG. Hitunglah

frekuensi jantung dengan menggunakan Lead II. Perhatikan kemungkinan

Page 125: laporan lengkap fisiologi

adanya kelainan pada gambaran EKG, irama jantung dan besarnya amplitudo

gelombang EKG.

Sumber Kesalahan

1. Orang coba tidak relaks (pengaruh tonus otot)

2. Letak elektroda

3. Resistensi antara elektroda dan kulit (poor skin contact)

4. Interferensi elektris

D. Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan diperoleh hasil sebagai berikut

1. Frekuensi : 1500/18=x/menit

2. Rhythm : sinus ritme

3. P ware : 0,08 detik/0,15

4. PR interval : 0,14 detik

5. QRS komleks : lebar : 0,08 detik

Axis : 80 Y

Konfigurasi : normal

6. ST sement : iseolektris (normal)

7. T Wave : normal

KESAN: normal

E. Analisis Hasil Percobaan

1. Frekuensi jantung (HR), dihitgng pada lead ke II.

Didentifikasi letak PQRS dan menentukan HR yaitu engan dua cara

1) Regular, apabila R nya pas berada di kotak sedang, maka rumus yang dipkai

adalah HR= 300/jumlah kotak sedang

Kalau R nya tidak pas, maka rumusnya

HR= 1500/jumlah kotak kecil

2) Irregular , kalu tidak teratur, hitung selama enam detik kemudian hitung

jumlah R lau dikalikan dengan jumlah 10.

Dari hasil pemeriksaan terjadi prekuensi yang regular, namun R nya tidak

pas, maka rumus yang digunakan adalah HR= 1500/jumlah kotak kecil.

Page 126: laporan lengkap fisiologi

Diperoleh hasil 83. Berada pada frekuensi jantung normal yaitu 60-

100x/menit.

2. Rhythm (irama)

Dalam menentukan irama ada 3 hal yang perlu diperhatikan

1) HR 60-100x/menit

2) Jarak antara R-R sama atau teratur

3) Gelombang P selalu didikuti gelombang PQRS

Apabila memenuhi ketiga cara ini, maka;

1) Irama yang teratur disebut irama sinus

2) Apabila frekuensinya < 60x/menit disebut sinus bradikardi

3) Apabila frekuensinya >100x/menit disebut sinus takikardi

Irama yang diperoleh dari hasil pemeriksan EKG pada orang coba adalah sinus

ritme karena frekuensinya berada antara 60-100x/menit.

3. P wave (gelombang P) dihitung pada lead II.

Untuk mengukur gelombang P, maka kita ukur mulai awal sampai akhir

gelombang P.

1) Lebar = 2 kotak kecil x 0,04 detik= 0,08 detik, normalnya < 0,11 detik, jadi

kesannya normal.

2) Tinggi = 2 kotak kecil x 0,1= 0,2 mv, normalnya < 0,25 mv, jadi kesannya

normal.

4. P-R interval, dihitung pada lead ke II.

Diukur dari awal gelombang P sampai dengan awal gelombang PQRS.

Diperoleh hasil engan yaitu 4 kotak kecil x 0.04 detik= 0, 16 detik, normalnya

adalah 0,12-0,20 detik, sedangkan hasil yang didapatkan dalah 0,16 maka

kesanya adalah normal. Apabila tidak normal maka penyakitnya adlah AV blok.

5. QRS kompleks, dihitung pada lead ke III.

1) Lebar QRS, dihitung dari awal gelombang QRS sampai akhir gelombang

QRS. Lebarnya = 2 x 0,04 detik = 0,08 detik, normalnya adalah 0,04- 0,10

detik. Jadi kesannya adalah normal. Apabila tidak normal maka penyakitnya

dsebut ventrikel ekstrasistol.

Page 127: laporan lengkap fisiologi

2) Axis, dihitung pada lead I, gelombang R pada lead satu adalah R=3 dan Q=1

jadi R =3-1 =2. Sedankan gelombang R pada aVF adalah 12.

3) Nilai Q normalnya yaitu tidak boleh lebih dari 1/3 dari R dimana R =12 dan

Q = 1, jadi R = 1/3 x 11= 3,67, dimana disini nilai Q < 3,67. Jadi keannya

adalah normal. Jika Q lebih dari 1/3 R maka maka penyakitnya disebut

sebagai OMI (old miokard infard)

4) Jika -30o sampai 90o adalah LAD (left axis deviation). Jantung bergeser

kekanan.

5) + 110o -180o adalah RAD (right axis deviation). Jantung bergeser ke kiri.

6) Untuk menentukan konfigurasinya kita lihat R nilai normal:

+ di lead I, II, aVF, V5, V6.

- Di lead aVR, V1, V2

Bifasik di lead III, aVL, V3, V4.

Konfigurasi pada data yang diperoleh yaitu:

Lead I, II, aVF, V5, V6. Positif, Lead aVR, V1, V2 negatif dan lead III

dan V4 positif, lead aVL, V3 negatif. Jadi kesannya adalah normal, tetapi

jika terbalik disebut sebagai penyakit aterosklerosis.

6. ST sement, dihitung pada lead ke III.

Diukur mulai akhir gelombang QRS sampai awal gelombang T, nilai normal

isoelektris (-0,5 mm sampai +2,5mm). diukur untuk mengetahui adanya kelainan

pada otot jantung (iskemia dan infrd). Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

pas digaris isoeleskris. Jadi kesannnya adalah nomal. Jika ST delevasi maka nama

penyakitnya adalah infark miokard, sedangkan bila ST depresi maka nama

penyakitnya adalah iskemik.

7. T wave (gelombang T)

Diukur tingginy mulai dari garis isoelektrik sampai puncak gelombang T.

nilai normal amplitude ( tinggi) < 10 mm di lead precordial dan <5mm di lead

ekstremitas minimum 1 mm.

a. Konfigurasi gelobang T:

1) Positif dilead I, II, aVF, V2-V6

2) Negative di lead aVR

Page 128: laporan lengkap fisiologi

3) Bispatik di lead III, aVL, V1.

Lead ekstremitas Lead I : 2 mm, Lead II :3 mm, Lead III: 1,5 mm,

lead aVR 2 mm, lead aVL 1 mm dan lead aVF 2 mm ( < 5 mm).

Lead precordial, lead V1: 2 mm, lead V2: 3 mm, lead V4: 8 mm,

lead V5: 4 mm, lead V6: 3 mm. (< 10 mm).

Konfigurasi gelombang T pada lead I, II, III aVF, V2, V3, V4, V5,

V6, bernilai positif. Sedankan pada lead aVR, aVL dan V1 berilai

negative.

Dari hasil diatas menunjukkan pada keadaan normal. Tetapi apabila

gelombang T terbalik menunjukkan adanya arteri coroner.

Page 129: laporan lengkap fisiologi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan EKG yang dilakukan ada beberapa kejadian-kejadian

elektriks yang terjadi pada jantung yang dapat diukur melalui EKG antara lain yaitu;

frekuensi, rhythm (irama), P ware, PR interval, QRS kompleks (lebar, axis, dan

konfigurasi), ST sement, dan T ware. Dari beberapa kejadian elektris yang

disebutkan memiliki ketentuan atau nilai normal tertentu, apabila nilai perhitungan

EKG seseorang berada pada angka normal tersebut maka dikatakan seabagai normal,

tetapi apabila kurang atau melebihi nilai normal maka itu menandakan adanya

kelainan pada jantung seseorang, seperti sinus bradikardi, sinus takikardi, AV blok,

ventrikel ekstrasistol, pergeseran jantung, iskemia, OMI, asterosklerosis, infard

miokard, dan arteri coroner, semuanya dapat diagnosis dengan melakukan

pemeriksaan EKG, namun bukan berarti bahwa pemeriksaan EKG ini merupakan

alat untuk mendiagnosa suatu penyakit secara pasti atau menyeluruh, masih perlu

dilakukan penkajian secara klinis lebih lanjut. Hal ini disebabkan dalam pengukuran

EKG terkadan sseorang yang memiliki fisik yang normal biasa menunjukkan hasil

EKG yang abnormal begitu pula sebaliknya. Tapi EKG merupakan alat yang baik

sekali untuk digunakan mendiagnosa karena disamping mudah dalam

penggunanaanya juga memiliki data yang cukup akurat.

B. Saran

Adapun saran yang bisa diberikan:

1. Sebaiknya dalam melakukan percobaan, orang coba dan pemeriksa terjadi

kesepakatan awal.

2. Sebaiknya dalam melakukan percobaan harus tepat waktu.

3. Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan EKG dilakukan penkajian teori yang

lebih mendalam. Supaya praktikan dapat memahami leih jauh masalah EKG.

Page 130: laporan lengkap fisiologi

DAFTAR PUSTAKA

Admin.2008.http//:www.anatomi fisiologi jantung.com.March 4th.

Asri, mahmuddin.2007. EKG praktis sehari-hari. Makassar: Universitas

Hasanuddin.

Guyton & Hall.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11.EGC. Jakarta

Majalah kesehatan.2007.gangguan jantung.in http//:majalahkesehatan.com.june

27th

Pearce, Evelyn C.2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia

Pustaka: Jakarta

Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk mahasiswa keperawatan.

Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta

Syaifuddin.2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatam.Edisi

3.EGC.Jakarta

Undefined.2010.pemeriksaan fisis jantung.in http//:

www . Undefined.com.february 14th

Page 131: laporan lengkap fisiologi

BIOGRAFI PENULIS

Aulia rahma lahir dipangkep, Sulawesi Selatan, 24 juli 1993. Anak keenam dari enam

bersaudara dan merupakan anak dari pasangan H. Masmuman dan Hj.Murni.

Penulis memulai memasuki jenjang pendidikan pada tahun 1999 di SDN 27 balombong

dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di SMPN Negri 1 ma’rang dan berhasil melanjutkan

pendidikan pada tahun 2008.. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negri 1 segeri

dan tamat pada tahun 2011. Penulis melanjutkan program (S1) Ilmu Keperawatan di

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar pada tahun 2011 dan penulis

berhasil menjadi mahasiswa jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Alauddin Makassar.