Upload
thejo-s-laksono
View
634
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KAKI EMPAT
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK DASAR
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MENCIT (Mus musculus)
TEJO LAKSONO S
I 411 07 011
TEKNOLOGI HASIL TERNAK
KELOMPOK II
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah pertumbuhan dapat diterapkan pada sebuah sel, sebuah organ, sebuah
jaringan, seekor individu ternak atau satu populasi ternak. Definisi sederhana adalah
suatu perubahann bentuk/ukuran yang dapat diukur dalam arti panjang, volume atau
massa. Pertumbuhan merupakan hasil suatu perbedaan positif antara anabolisme dan
katabolisme.
Produktivitas ternak melibatkan berbagai proses fisiologis dalam tubuh
ternak, dan secara kuantitatif penampilan seekor ternak sangat ditentukan oleh
kecepatan pertumbuhan tubuh secara total untuk berproduksi dan secara kualitatif
penampilan seekor ternak dipengaruhi tingkat pertumbuhan relatif dari berbagai
bagian tubuh.
Pertumbuhan seekor ternak mencakup pertumbuhan dari komponen tubuh.
Karena komponen-komponen seekor ternak tumbuh pada tingkat berbeda, perubahan
dalam ukuran menghasilkan perbedaan dalam diferensiasi sel. Ternak akan
mengalami perubahan bentuk secara proporsional, mulai dari lahir sampai ukuran
dewasa. Hal inilah yang melatar belakangi di laksanakannya percobaan Mencit (Mus
muscullus) untuk mengetahui sejauh mana tingkat pertumbuhan dan perkembangan
seekor mencit.
2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari paraktikum pertumbuhan dan perkembangan Mencit ( Mus
musculus ) adalah untuk mengetahui umur produksi pada dewasa tubuh dan dewasa
kelamin, sistem reproduksinya, jumlah konsumsi pakan, pertumbuhan berat badan,
dan konversi pakan dari Mencit ( Mus musculus ).
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui berapa umur
produksi pada dewasa tubuh dan dewasa kelamin juga sistem reproduksinya, jumlah
konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan dari Mencit ( Mus
musculus ). Serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan
kebuntingan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mencit
Tikus dan Mencit termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia ( hewan
menyusui ). Para ahli zoologi ilmu hewan sepakat untuk menggolongkannya
kedalam ordo Rodensia ( hewan yang mengerat ), suberdo Myomorpha, famili
muridae dan sub famili Murinae (Sarjeno, 2010)
- Klasifikasi Mencit
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Sub kelas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub Ordo : Muridae
Famili : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
4
- Karakteristik Morfologi
Karakteristik morfologi dari R. Norvegicus, R. Ratus diardi dan M. Musculus,
yaitu :
1. Kepala dan badan
R. norvegicus : Hidung tumpul, badan besar pendek 18 – 25 cm.
R. ratus diardii : Hidung runcing, badan kecil 16 – 21 cm
R. musculus : Hidung runcing, badan kecil 6 – 10 cm
2. Ekor
R. norvegicus : Lebih pendek dari kepala + badan, bagian atas lebih tua
dan warna muda pada bagian bawahnya dengan rambut
pendek kaku 16 – 12 cm.
R. ratus diardii : Lebih panjang dari kepala + tua, warna tua merata, tidak
berambut 19 – 25 cm.
m. musculus : Sama atau lebih panjang sedikit kepala + badan, tak
berambut, 7 – 11 cm.
R. Norvegicus : Relatif kecil, separuh tertutup bulu, jarang lebih dari 20 –
23 mm.
R. ratus diardii : Besar, tegak, tipis dan tak bermbut 25 – 28 mm.
M. musculus : Tegak, besar untuk ukuran binatang 15 mm
5
3. Bulu
R. noverginus : Abu – abu kecoklatan sampai kehitam – hitaman dibagian
punggung, bagian perut kemungkinan putih atau abu – abu,
hitam keabu – abuan.
M. musculus : Satu sub spesies : abu – abu kecoklatan bagian perut,
keabu – abuan, lainnya : keabu – abuan bagian punggung
dan putih keabu – abuan bagian perut.
- Kemampuan Alat Indera dan Fisik
Rodensia termasuk binatang nekturnal keluar sarangnya dan aktif pada malam
hari untuk mencari makan. Untuk itu diperlukan suatu kemampuan yang khusus agar
bebas mencari makanan dan menyelamatkan diri dari predator ( pemangsa ) pada
suasana gelap.
a. Kemampuan Alat Indera
1. Mencium
Redensia mempunyai daya cium yang tajam, sebelum aktif / keluar sarangnya
ia akan mencium – cium dengan menggerakkan kepala kekiri dan kekanan.
Mengeluarkan jejak bau selama orientasi sekitar sarangnya sebelum
meninggalkannya. Urim dan sekresi genital yang memberikan jejak bau yang
selanjutnya akan dideteksi dan diikuti oleh tikus lainnya. Bau penting untuk rodensia
karena dari bau ini dapat membedakan antara tikus sefamili atau tikus asing. Bau juga
membedakan tanda akan bahaya yang telah dialami.
6
2. Menyentuh
Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia komensal, ini untuk
membantu pergerakannya sepanjang jejak dimalam hari. Sentuhan badan dan kibasan
ekor akan tetap digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding benda
lain yang dekat sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini
terhadap ada atau tidaknya rintangan didepannya.
3. Mendengar
Rodensia sangat sensitif terhadap suara yang mendadak. Disamping itu
rodensia dapat mendengar suara ultra. Mengirim suara ultrapun dapat.
4. Melihat
Mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari. Tikus dapat mendeteksi
gerakan pada jarak lebih dari 10 meter, dan dapat membedakan antara pola benda
yang sederhana dengan objek yang ukurannya berbeda – beda. Mampu melakukan
persepsi / perkiraan pada jarak lebih 1 m, perkiraan yang tepat ini sebagai usaha
untuk meloncat bila diperlukan.
5. Mengecap
Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan mencit dapat
mendeteksi dan menolak air minum yang mengandung phenylthicarbamide 3 ppm
pahit, senyawa racyu.
7
b. Kemampuan Fisik
6. Menggali
R. nervergicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali untuk tempat
pelindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali dapat mencapai 2 – 3 m tanpa
kesulitan.
7. Memanjat
R. komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap/tikus rumah yang bentuk
tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih beradaptasi untuk memanjat dibangingkan
dengan tikus got. Namun demikian kedua spesies tersebut dapat memanjat kayu dan
bangunan yang permukaannya kasar.
8. Meloncat dan Melompat
R. nervegicus dewasa dapat meloncat 77 cm lebih vertikal dari keadaan
behenti got dapat melompat sejauh 1,2 m. M. musculus meloncat arah vertikal
setinggi 25 cm.
9. Menggerogoti
Tikus menggerogoti bahan bangunan atau kayu, lembaran alumunium maupun
campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.
10. Berenang dan Menyelam
Baik R. norvegicus, R. rattus, dan M.musculus adalah perenang yang baik.
Tikus yang disebut pertama adalah perenang dan penyelam yang ulung, perilaku yang
semi aquatik, hidup dislauran air bawah tanah, sungai dan areal lain yang basah.
8
B. Gambar Kandang
Gambar 2. Box pemeiharaan atau kandang
Mencit ( Mus musculus ) selalu berada di dalam bangunan sarangnya bisa
ditemui didalam dinding, lapisan atap ( eternit ), kotak penyimpanan atau laci.
Kadang mencit yang baik untuk pemliharaan harus tetap kering dan tidak terendam
air karena dapat membuat mencit terkontaminasi oleh bakteri sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang dapat menularkan kepada manusia. Penyakit bersumber
rodensia yang disebabkan oleh bebagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri
dan cacing dapat ditularkan kepada manusia secara langsung melalui gigitan atau
ludah rodensia, urin, feses, dan pinjal, dan tidak langsung melalui gigitan vektor
eksparasit tikus dan mencit ( kutu, pinjal, caplak, dan tngau ) ( Anonim, 2010).
9
C. Lingkungan Hidup dan Perkandangan
tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir disemua
habitat. Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dihubungkan dengan manusia, yaitu :
a. R. nervegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, mengigit benda – benda keras seperti
kayu bangunan, alumunium dsb. Hidup dalam rumah, toko makanan dan gudang,
dilura rumah, gudang bawah tanah, dek dan saluran dalam tanah / riel/got.
b. R. ratus diardii
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat ulung, mengigit
benda – benda yang keras. Hidup dilubang pohon, tanaman yang menjalar hidup
dalam rumah tergantung pada cuaca.
c. M. musculus
Termasuk rodensia pemanjat, kadang – kadang menggali lubang, mengigit, hidup
di dalam dan diluar rumah.
Karakteristik lainnya adalah cara berjalan dan perilaku hidupnya. Semua rodensia
komersial berjalan dengan telapak kakinya. Beberapa jenis rodensia adalah rattus
nervegicus, Rattus ratus diardii, dan mus musculus
Berperilaku menggali lubang di tanah dan hidup di lubang tersebut. Sebaliknya
Rattus ratus diardii ( tikus rumah ) tidak tinggal di tanah teapi di semak – semak atau
diatap bangunan. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk menarik dan
memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan telapak kaki terdapat
10
guratan – guratan bertelur, sedang pada rodensia penggali bantalan telapak kakinya
halus.
R.komensal adalah pemanjat yang ulung, tikus atap atau tikus rumah yang
bentuknya lebih kecil dan langsing lebih beradaptasi untuk memanjat dibandingkan
dengan tikus riol/got. Namun demikian kedua spesies tersebut dapat memanjat kayu
dan bangunan yang permukaannya kasar karena pada telap kakinya terdapat guratan –
guratan betelur.
11
D. Kapasitas Produksi
Mencit mencapai umur dewasa sangat cepat yaitu 42 hari, masa kebuntingannya
sangat pendek 19 – 21 hari dan berulang – ulang dengan jumlah anak yang banyak
pada setiap kebuntingan. Mencit ( Mus musculus ) temasuk hewan politekus atau
hewan yang memiliki banyak tokus, artinya dalam sekali melahirkan dapat
berproduksi anak maksimal 18 ekor Jasin ( 1984 ).
Toksoplasmosis sebagai salah satu penyebab terjadinya kegagalan kehamilan
dengan berbagai jenis manifestasi klinis seperti abortus, lahir prmatur, IUGR, lahir
mati dan lahir cacat. Selain status kekebalan hospes, tingkat virulensi parsit penyebab
infeksi sangat menentukan menifestasi klinis yang timbul. Berbagai virulensi yang
tinggi, menengah dan rendah. Infeksi pathogen intraseluler termasuk teksoplasma
gondi memicu sekresi berbagai jenis tokon proinflamasi ( Thl ) seperti TNFo, 11-12
dan IFNy. Hal ini bertujuan untuk melawan pathogen yang bersangkutan dan
berdampak protektif bagi hespes yang bersangkutan pendapat Sardjono (2010 ).
Kebuntingan adalah suatu fenomena fisiologik dimana konseptus pada
hakekatnya merupakan parasit atau semi-allografi. Secara imunologik, parasit ini
sepatutnya mengalami reaksi penolakan dari tubuh induk tetapi kenyataannya
kebuntingan tetap berlangsung hingga bayi aterm. Kelahiran normal pada dasarnya
adalah bentuk penolakan janin yang sebelumnya telah diterima yang terjadi sesuai
dengan program yang direncanakan. Kegagalan kebuntingan adalah bentuk penolakan
12
yang terjadi lebih dini. Dari semua kasus kegagalan kebuntingan 25 – 40 %
diantaranya terjadi pasca implantasi.
Kegagalan kebuntingan disebabakan karena adanya peingkatan apoptosis sel –
sel plasenta yang melibihi keadaan normal, peningkatan IFNy pada taksoplasmosis
dapat meningkatkan apoptosis sel – sel plasenta melalui kalur apotosis sel – sel
plasenta melalui jalur ekstrinsik, yaitu melalui interaksi reseptor – ligand –FADD
yang mengaktivasi initiator dan efektor caspases sardjono ( 2010 ).
13
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar Mengenai Pertumbuhan dilaksanakan pada
hari jumat 12 september 2008 sampai 19 oktober 2010, bertempat di gedung Animal
Center Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikm kali ini adalah kandang percobaan
(3 buah), timbangan, spoit, botol air, pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Mencit (3
pasang), konsentrat, dedak padi, dedak jagung, air, kanji, injektamin.
Metode Praktikum
Menyiapkan kandang percobaan sebanyak 3 buah. Setelah itu, menyiapkan 6
ekor mencit yang terdiri dari 3 ekor jantan dan 3 ekor betina. Selanjutnya langkah
yang dilakukan adalah mengadakan penimbangan setiap 3 hari. Selanjutnya yang
dilakukan adalah membuat pakan mencit yang layak terlebih dahulu. Setelah itu
melakukan penyuntikan injektamin mulai dari 3 hari pertama dan setiap 7 hari
setelahnya. Apabila mencit telah bunting maka langkah yang dilakukan adalah
mengamati lama kebuntingan sampai melahirkan. Setelah itu, membuat hasil
pengamatan dalam bentuk laporan. langkah terakhir yang dilakukan dalam
pengamatan pertumbuhan mencit adalah membandingkan hasil antara mencit dalam
kandnag 1,2,3, serta mncit dari kelompok lain.
14
Analisis Data
Adapun rumus yang dipakai dalam pertumbuhan mencit (Mus musculus)
sebagai berikut :
1. Konsumsi Pakan (kp)
Kp = Bp-Bs
Keterangan :
Kp = Konsumsi pakan
Bp = Berat pakan
Bs = Berat sisa
2. Pertambahan Berat Badan
PBB = BBaK - BBaw T2-t1
15
HASIL DAN PEMBAHAN
Hasil
- Pertumbuhan dan Perkembangan Mencit (Mus Musculus)
1. Konsumsi Pakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil
konsumsi pakan sebagai berikut :
Table 1. Konsumsi Pakan/Minggu
Waktu (Minggu) Konsumsi Pakan (gr/ekor/minggu)
I
II
III
IV
V
120
140
110
130
132
Jumlah 632
Rata-rata 316
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2010.
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat bahwa pemberian pakan atau Mencit
(Mus Musculus) jumlah konsunsi pankan minggu I sampai minggu V adalah 632 gr
dengan rata-rata tiap minggunya sebanyak 316 gr/minggu. Dengan demikian
konsumsi pakan Mencit (Mus Musculus) sudah termasuk normal. Hal ini sesuai
16
dengan pendapat Smith (1988) yang menyatakan bahwa kualitas makanan tinggi akan
mudah diperoleh dengan sebagian membuatnya, biasanya dalam bentuk pellet dan
setiap harinya seekor mencit dewasa makan 3-5 gr makanan dan kalau mencit yang
sedang bunting atau menyusui, akan makan yang banyak. Kebutuhan pakan bagi
seekor mencit setiap harinya kaurang lebih 10% dari bobot badannya, jika pakan
tersebut berupa pakan kering. Kebutuhan minum seekor mencit setiap hari kira-kira
15-30 ml air.
17
Hasil
- Pertambahan Bobot Badan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
pertumbuhan berat badan Mencit (Mus Musculus) sebagai berikut :
Table 2. Pertambahan Bobot Badan Mencit (Mus Musculus)
Waktu (Minggu) Pertambahan Bobot Badan (gr/ekor/hari)
Jantan Betina
I
II
III
IV
V
0,28 0,71
0,28 0,71
0,28 0,81
0,28 2,37
0,28 2,37
Jumlah 1,4 6,97
Rata-rata 0,7 3,48
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2010.
Pembahasan
Dari hasil yang ada pada table di atas terlihat bahwa pertambahan berat badan
yang dimilki oleh jantan agak cukup bagus karena dari minggu pertama sampai
minggu kelima beratnya rat-rata sama dan tidak mengalami prubahan, hal ini
disebabkan karena Mencit (Mus Musculus) kurang makan sedangkan pada betina
partambahan berat badannya dari setiap minggu semakin bertambah, ini karena
18
banyak makanan sehingga beratnya bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith
(1988) yang menyatakan bahwa pertambahan berat badan pada Mencit (Mus
Musculus) jantan dan betina dapat meningkat apabila mencitnya diberikan pakan
yang cukup dengan nilai gizi dan daya cerna normal . pertambahn berat badan Mencit
(Mus Musculus) tergantung dari ekmampuan genetic atau factor dari dalam seperti
daya cerna dan factor luar seperti kondisi lingkungan.
Perkembangan bobot badan sebagian besar disebabkan oleh daging dan tulang
sedangkan jaringan lemaknya hanya sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya
(2005) yang menyatakan bahwa terdapat sangat sedikit jaringan lemak pada semua
mamalia dan setelah mendekati dewasa pertambahan berat badannya akan menurun
selama kebuntingan sehingga pada waktu lahir total lipidnya hanya berkisar 1-2 %
bobot badan.
Hasil
- Konversi Pakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil
konversi pakan pada Mencit (Mus Musculus) sebagai berikut :
Tabel 3. Konversi Pakan
Waktu (Minggu Konversi Pakan (gr/ekor/hari)
Jantan Betina
I
II
0,0023 0,0059
0,003 0,0050
19
II
IV
V
0,0025 0,0073
0,0021 0,0182
0,002 0,0179
Jumlah 0,0119 0,0543
Rata-rata 0,0059 0,0271
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2010.
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, bahwa konversi pakan Mencit (Mus
Musculus) selama lima minggu pada jantan sebanyak 0,0119 gr/ekor/hari dan untuk
mencit betina adalah 0,0271 gr/ekor/hari. Ini terlihat karena konversi pakan pada
Mencit (Mus Musculus) selalu mengalami penurunan dan peningkatan, apabila
peningkatannya baik maka pakan yang diberikan mudah dicerna dan kualitas gizinya
cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith (1988) yang menyatakan bahwa
factor-faktor yang mempengaruhi kualitas makanan mencit adalah makanan yang
udah dicerna, cara pemberian srta konsentrasi zat ataupun bahan kuman pencemaran
dapat pula mempengaruhi persediaan tenaga atau energy serta kondisi berat badan.
20
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
o Mencit (Mus Musculus) termasuk dalam ordo rodensia dari kelas mamalia
yang memiliki 2000 spesies yang menghasilkan jumlah yang banyak serta
cepat berkembang biak dan mudah dipelihara.
o Berat badan Mencit (Mus Musculus) selama 5 minggu mencapai umur 18-20
gram berat badan dewasa, untuk jantan sekitar 20-40 gram dan betina yaitu
18-35 gram.
o Jumlah dari konsumsi pakan sudah cukup bagus dari minggu ke minggu dan
termasuk normal dengan rata-rata sebanyak 316 gr/minggu.
o Pertambahn berat badan Mencit (Mus Musculus) betina lebih cepat yaitu 3,48
gr/ekor/hari.
o Konversi pakan tiap minggunya, pada jantan memperoleh jumlah sebanyak
0,0119 gr/ekor/hari dengan rata-rata yaitu 0,0059 gr/ekor/hari. Sedangkan
pada betina jumlahnya 0,0543 gr/ekor/hari dan rata-rata yaitu 0,0271
gr/ekor/hari.
21
Saran
- Asisten
Agar mendampingi praktikan dalam melakukan proses pemeliharaan
serta disiplin terhadap waktu dalam melaksanakan praktikum
- Laboratorium
Agar persediaan alat dan bahan lebih dilengkapi dan menjaga
kebersihan laboratorium pemeliharaan
22
DAFTAR PUSTAKA
Jasin. 1984. Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Gramedia Pustaka Utama.
Malole dan Pramono. 1989. Nutrisi Mamalia dan Vertebrata. Bumi Aksara. Jakarta.
Sarjono. 1992. Patologi Khusus Vertebrata. Aksara. Jakarta.
Smith. 1992. Pertumbuhan dan Perkembangan Mencit. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Sonjaya, herry. 2005. Bahan Ajar Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makassar.
www.google.co.id/worldanimal/mus musculus/reproduction cyclic.
23
LAMPIRAN
1.Konsumsi Pakan
KP = Bp – Bs
o Untuk Minggu I o Untuk Minggu III
Hari 1 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 1 : 20-10 gr = 10 gr/hari
Hari 2 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 2 : 20-10 gr = 10 gr/hari
Hari 3 : 20-10 gr = 10 gr/hari Hari 3 : 20-5 gr = 15 gr/hari
Hari 4 : 20-10 gr = 10 gr/hari Hari 4 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 5 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 5 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 6 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 6 : 20-5 gr = 15 gr/hari
Hari 7 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 7 : 20-0 gr = 20 gr/hari
120 gr/hari 115 gr/hari
KP = 140 – 20 = 120 gr/minggu KP = 140 – 30 = 110 gr/minggu
o Untuk Minggu II o Untuk Minggu IV
Hari 1 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 1 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 2 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 2 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 3 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 3 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 4 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 4 : 20-5 gr = 15 gr/hari
Hari 5 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 5 : 20-5 gr = 15 gr/hari
Hari 6 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 6 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 7 : 20-0 gr = 20 gr/hari Hari 7 : 20-0 gr = 20 gr/hari
24
140 gr/hari 130 gr/hari
KP = 140 – 0 = 140 gr/minggu KP = 140 – 10 = 130 gr/minggu
o Untuk Minggu V
Hari 1 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 2 : 20-5 gr = 15 gr/hari
Hari 3 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 4 : 20-3 gr = 17 gr/hari
Hari 5 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 6 : 20-0 gr = 20 gr/hari
Hari 7 : 20-0 gr = 20 gr/hari
132 gr/hari
KP = 140 – 8 = 132 gr/minggu
2.Pertambahan Berat Badan
PBB = BBak-BBaw
Δt
o Untuk Minggu I
PBB jantan = 25-23 = 2 = 0,28 gr/ekor/hari
7 7
PBB betina = 24 – 19 = 5 = 0.71 gr/ekor/hari
7 7
25
o Untuk Minggu II
PBB jantan = 25-23 = 2 = 0,28 gr/ekor/hari
7 7
PBB betina = 24 – 19 = 5 = 0.71 gr/ekor/hari
7 7
o Untuk Minggu III
PBB jantan = 25 - 23 = 2 = 0,28 gr/ekor/hari
7 7
PBB betina = 24,7 – 19 = 5,7 = 0,81 gr/ekor/hari
7 7
o Untuk Minggu IV
PBB jantan = 25 - 23 = 2 = 0,28 gr/ekor/hari
7 7
PBB betina = 35,6 – 19 = 16,6 = 2,37 gr/ekor/hari
7 7
o Untuk Minggu V
PBB jantan = 25 - 23 = 2 = 0,28 gr/ekor/hari
7 7
PBB betina = 35,6 – 19 = 16,6 = 2,37 gr/ekor/hari
26
7 7
3.Konversi Pakan
KP = PBB
KP
o Untuk Minggu I
KP jantan = 0,28 = 0,0023 gr/ekor/hari
120
KP betina = 0,71 = 0,0059 gr/ekor/hari
120
o Untuk Minggu II
KP jantan = 0,28 = 0,002 gr/ekor/hari
140
KP betina = 0,71 = 0,0050 gr/ekor/hari
140
o Untuk Minggu III
KP jantan = 0,28 = 0,0025 gr/ekor/hari
110
KP betina = 0,81 = 0,0073 gr/ekor/hari
110
27
o Untuk Minggu IV
KP jantan = 0,28 = 0,0021 gr/ekor/hari
130
KP betina = 2,37 = 0,0182 gr/ekor/hari
130
o Untuk Minggu V
KP jantan = 0,28 = 0,0021 gr/ekor/hari
132
KP betina = 2,37 = 0,0179 gr/ekor/hari
132
28