25
BAB I DASAR TEORI 1.1 Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat Pertolongan pertama adalah perawatan segera yang diberikan kepada orang yang cedera atau sakit tiba-tiba. Pertolongan pertama menyediakan bantuan sementara sampai didapatkan perawatan medis jika diperlukan. Pertolongan pertama yang benar bisa membuat perbedaan besar antara hidup dan mati, pemulihan yang cepat atau lambat, atau cacat yang sementara atau permanen. Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPDG) adalah serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Filosofi PPGD adalah “Time Saving is Living Saving” yang berarti bahwa seluruh tindakan pada kondisi ini pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit (henti nafas lama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian). Saat ini, pemberian PPGD dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS). BLS merupakan tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada pasien yang mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Organisme yang menyebabkan penyakit memasuki tubuh dengan 1 dari 4 cara: sentuhan, penelanan, terhirup dan pertukaran antardarah. Ketika memberi pertolongan pertama, Anda bisa 1

Laporan fisiologi PPGD.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan fisiologi PPGD.doc

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat

Pertolongan pertama adalah perawatan segera yang diberikan kepada orang yang

cedera atau sakit tiba-tiba. Pertolongan pertama menyediakan bantuan sementara sampai

didapatkan perawatan medis jika diperlukan. Pertolongan pertama yang benar bisa membuat

perbedaan besar antara hidup dan mati, pemulihan yang cepat atau lambat, atau cacat yang

sementara atau permanen.

Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPDG) adalah serangkaian usaha pertama

yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari

kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Prinsip utama PPGD

adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Filosofi PPGD

adalah “Time Saving is Living Saving” yang berarti bahwa seluruh tindakan pada kondisi ini

pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit (henti nafas lama 2-3 menit dapat

mengakibatkan kematian). Saat ini, pemberian PPGD dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar

atau Basic Life Support (BLS).

BLS merupakan tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada pasien yang

mengalami keadaan yang mengancam nyawa.

Organisme yang menyebabkan penyakit memasuki tubuh dengan 1 dari 4 cara:

sentuhan, penelanan, terhirup dan pertukaran antardarah. Ketika memberi pertolongan

pertama, Anda bisa mengurangi resiko tertular atau menularkan penyakit dengan mengikuti

petunjuk berikut ini:

Mengenakan sarung tangan (karet) ketika memberi pertolongan pertama.

Jika tidak tersedia sarung tangan sekali pakai, gunakan penghalang lain,

misalnya handuk yang dilipat tebal, kantung plastik atau beberapa lapis kasa

pembalut yang tebal. Lembaran plastik yang dibungkuskan pada lipatan

handuk atau kasa pembalut akan meningkatkan efektivitas penghalang.

Segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan. Apabila tidak tersedia

sarana untuk cuci tangan, gunakan tisu basah antibakteri.

Cadangan untuk perlengkapan pertolongan pertama termasuk: kasa pembalut yang

berperekat (berbagai ukuran), penghalang mulut untuk bantuan pernapasan, kompres dingin,

1

Page 2: Laporan fisiologi PPGD.doc

cotton bud, sarung tangan sekali pakai, kompres mata, kasa pembalut (berbagai ukuran),

sendok takar, pembalut steril yang tidak melekat (berbagai ukuran), gulungan pembalut elastis

(berbagai ukuran), gulungan kasa pembalut (berbagai ukuran), sirup ipecac, gunting,

pembalut segitiga atau penggantung lengan, plester, termometer (digital), penekan lidah,

penjepit, sarung tangan katun putih.

Untuk mengetahui keparahan korban, penolong harus mengikuti pendekatan sistematis

atau yang dikenal sebagai pengkajian korban. Pengkajian korban bertujuan untuk:

(1) Mendapatkan persetujuan/inform consent dari korban (oral consent, implied consent,

consent dari polisi atau pada keadaan darurat dapat dilakukan tanpa ijin).

(2) Mendapatkan kepercayaan dari korban.

(3) Mengidentifikasi masalah korban dan menentukan kebutuhan PPGD.

(4) Mendapat informasi tentang korban yang mungkin dapat sangat berguna untuk

pemberian layanan kedaruratan medis.

Pengkajian korban gawat secara medis dibagi menjadi dua langkah yaitu:

(1) Pemeriksaan Primer meliputi A-B-C-(D-H) yaitu A (Airway); B (Breathing); C

(Circulation); serta D (Disability) dan H (Hemorrhagie)

(2) Pemeriksaan sekunder meliputi:

(3) (a) wawancara yang terdiri dari: “SAMPLE PAIN” yaitu S = Symtom (gejala

keluhan utama), A = Alergi, M = Medicine (obat-obatan), P = Pain (Penyakit

terdahulu), L = Last Eat (Makan terakhir), E = Excidance (Peristiwa yang terjadi

sebelum kedaruratan), P = Periode Nyeri (berapa lama), A = Area (di mana), I =

Intensitas, N = Nulitas (apa yang menghentikannya);

(b) Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, suhu

tubuh, berat badan).

(c) Pemeriksaan tubuh secara keseluruhan dari kepala hingga kaki dan Tag (peringatan

medis dipakai seperti kalung atau gelang yang menarik perhatian disaat terjadi

keadaan darurat). Tag ini sebaiknya tidak dilepaskan dari orang yang mengalami

cidera atau sakit.

Bila diperlukan, hubungi Sistem Layanan Kedaruratan Medis (LKM) untuk

memberikan bantuan seperti regu penolong (pemadam kebakaran), polisi, layanan ambulan

(1-1-8), atau dokter pribadi. Beritahukan apa yang terjadi dengan menyebut: (a) Jumlah

2

Page 3: Laporan fisiologi PPGD.doc

korban, (b) Kesadaran korban, (c) Perkiraan usia korban, (d) Lokasi kejadian secara lengkap,

(e) Nama dan nomor telepon anda/pelapor.

Panduan Basic Life Support (Guidelines 2010)

1. Ada pasien tidak sadar, pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan

penolong

2. Periksa kesadaran pasien (bisa dengan metode AV-PU)

3. Bebaskan jalan nafas pasien (airway)

4. Segera meminta bantuan

5. Periksa jalan nafas (pasien bernafas atau tidak, bisa dengan metode look, listen,

feel)

6. Bila pasien tidak sadar dan tidak bernafas, lakukan pijat jantung (RJP) 30 kali

disela dengan 2 kali nafas buatan

Cara melakukan cek kesadaran pada pasien dengan metode AV-PU:

A (Alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.

V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan cara berbicara

keras ditelinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan

menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon

lanjut ke poin P.

P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah

adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal

kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah

tulang dada (sternum) dan juga areal di atas mata (supra

orbital).

U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak bereaksi, maka

pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).

1.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dari kepala sampai ke kaki hanya perlu dilakukan, jika cedera adalah

akibat benturan yang keras. Misalnya, jatuh dari pohon atau sepeda atau terlibat kecelakaan

lalu lintas. Dalam banyak kasus, seseorang bisa menyebut lokasi masalah dan Anda bisa

mengarahkan perhatian pada area tubuh tersebut.

3

Page 4: Laporan fisiologi PPGD.doc

Ketika Anda sedang memeriksa, carilah tanda-tanda dan gejala-gejala penting dari

cedera. Tanda adalah suatu kondisi yang Anda lihat, dengar atau rasakan, misalnya

pendarahan, kesulitan bernapas atau kulit yang dingin. Gejala adalah suatu kondisi yang

seseorang rasakan dan jelaskan pada Anda, misalnya mual atau nyeri.

Warna kulit. Pemeriksaan yang teliti pada kulit bisa mengungkapkan warna

kebiruan atau abu-abu disekeliling bibir dan hidung, yang menandakan

mengalami kesulitan pernapasan. Untuk semua jenis warna kulit, perubahan

warna paling dapat dilihat pada alas kuku atau lapisan mukosa di dalam mulut

dan kelopak mata bagian bawah. Lapisan mukosa yang sehat akan lembab dan

merah muda karena banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan mukosa

yang tidak memiliki cukup oksigen akan tampak pucat atau biru/abu.

Pernapasan. Perhatikan apakah pernapasannya tampak sulit atau menyebabkan

nyeri atau ketidaknyamanan.

Suhu tubuh. Anda bisa mendapatkan suhu tubuh dengan menyentuhkan

punggung tangan Anda pada pipi, dada atau perut pasien.

Kepala. Periksa kepala untuk adanya luka yang berdarah, pembengkakan, atau

lekukan.

Mata. Dengan lembut pisahkan kelopak mata dan lihatlah pupilnya, yaitu pusat

mata yang kecil dan gelap. Normalnya, pupil mengecil ketika berkontak

dengan cahaya. Jika pupilnya kecil sebelah, mungkin pasien mengalami cedera

kepala di bagian dalam. Pupil yang melebar bisa mengindikasikan syok atau

pendarahan di dalam. Pupil yang mengecil bisa menunjukkan dosis obat yang

berlebihan atau keracunan.

Tulang punggung. Tanyakan apakah pasien merasa nyeri atau perasaan

kesemutan di lengan atau tungkai. Periksa sensasi, gerakan dan kekuatan di

lengan dan tungkai dengan meminta pasien menggerakkan jari tangan dan jari

kakinya, menekan tangan Anda dengan setiap kaki dan meremas jari-jari Anda

dengan setiap tangan.

Dada. Periksa adanya sayatan, lebam, penembusan, nyeri atau posisi yang

tidak biasa dari pundak dan tulang iga.

Perut. Dengan lembut rasakan perut pasien untuk memeriksa adanya nyeri dan

peregangan yang tidak disengaja pada otot-otot lambung.

4

Page 5: Laporan fisiologi PPGD.doc

Lengan dan tungkai. Periksa lengan dan tungkai untuk adanya perdarahan,

perubahan bentuk dan nyeri. Bandingkan satu sisi tubuh dengan sisi lainnya.

Pasien seharusnya bisa menggerakkan dan merasakan jari-jari tangan dan

kakinya.

1.3 RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Pertolongan hidup dasar terdiri atas bantuan pernapasan, RJP, dan menangani

sumbatan pada jalan napas. Pernapasan dan denyut jantung yang normal adalah kebutuhan

pokok untuk mempertahankan hidup. Mereka saling berkaitan dengan erat, jika yang satu

berhenti, yang lainpun ikut berhenti.

Resusitasi Jantung-Paru atau RJP adalah perawatan yang diberikan jika fungsi-fungsi

vital dari pernapasan dan denyut jantung berhenti. Kardio mengacu pada jantung dan

pulmoner mengacu pada paru-paru.

Jika jantung berhenti, semua fungsi tubuh, termasuk pernapasan, juga berhenti. RJP

adalah sebuah teknik yang menggabungkan penekanan dada pada tulang dada, atau sternum,

dengan peniupan napas ke dalam paru-paru seseorang untuk mereproduksi kerja jantung dan

paru-paru. RJP memelihara aliran darah yang membawa oksigen ke semua organ penting,

yaitu jantung, paru-paru, dan otak.

Teknik lain, yang dikenal sebagai bantuan pernapasan, diperlukan jika hanya

pernapasan saja yang berhenti. Ketika pernapasan berhenti, jantung terus berdenyut selama

beberapa menit. Namun, tanpa kelanjutan pasokan oksigen, jantung juga akan berhenti. Jika

bantuan pernapasan segera diberikan setelah pernaasan berhenti, mungkin Anda bisa

mencegah berhentinya jantung. Seseorang pendamping bisa melakukan bantuan pernapasan

atau RJP agar darah yang mengandung oksigen tetap mengalir ke alat-alat tubuh yang penting

sampai bantuan medis darurat tiba.

1.3.1 Nafas Bantuan

Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan

frekuensi nafas pasien yang di bawah normal (frekuensi nafas orang dewasa muda adalah 12-

20 kali per menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di

sela setiap nafas spontan sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).

5

Page 6: Laporan fisiologi PPGD.doc

1.3.2 Nafas Buatan

Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas bantuan,

tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti nafas. Diberikan dua kali

secara efektif agar dada dapat mengembang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan RJP yaitu:

1) Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan,

2) Harus ada tenaga lain yang dapat menolong

3) Posisi penderita

Letakkan penderita dengan muka menghadap ke atas ( posisi terlentang) pada dasar

yang kokoh.Kontrol kepala dan leher ketika akan membalik penderita, terutama bila

terdapat tanda- tanda trauma, fraktur, atau luka- luka di dalam tubuh yang terdapat

memperburuk perawatan selanjutnya. Apabila penderita mengalami trauma medulla

spinalis, pertahankan kepala penderita pada posisi netral dan gerakkan bersama badan

sebagai satu bagian.

4) Membuat jalan nafas dan menjaga agar tetap terbuka

5) Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan pernafasan seperti lidah, cairan

lendir, muntah yang mungkin dapat menghalangi gerakan udara melalui faring,

demikian pula ikat pinggang, BH, danan stagan harus di longgarkan.Bagi penderita

yang tenggelam, air yang masuk ke dalam lambung dan paru harus dikeluarkan.

Tindakan resusitasi perlu diperhatikan bilamana tindakan RJP bilamana (1) denyut

nadi arteri mulai teraba, (2) mulai timbul pernafasan spontan, dan (3) secara bertahap

kesadaran penderita pulih kembali.

Tindakan resusitasi perlu dihentikan bilamana tindakan RJP efektif telah berlangsung

30 menit tetapi kriteria- kriteria berikut masih dijumpai yaitu:

1) Ketidaksadaran menetap

2) Tidak timbul pernafasan spontan

3) Denyut nadi tidak teraba

4) Pupil berdilatasi dan menetap

5) Atau denyut nadi karotis telah teraba.

6

Page 7: Laporan fisiologi PPGD.doc

Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernafasan yang telah terhenti selama 30

menit biasanya menunjukkan kematian serebral, atau pasien sudah menunjukkan tanda- tanda

kematian (kaku mayat) sehingga resusitasi selanjutnya dipandang tidak berguna lagi.faktor

lain yang mungkin dapat merupakan keputusan untuk menghentikan RJP adalah kondisi

penolong yang telah lelah dan sudah tidak kuat lagi ;bantuan sudah datang, atau perjanjian

tertulis dengan pasien dan keluarganya untuk tidak melakukan resusitas.

1.3.3 Pijat Jantung

Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa”jantung untuk memompa darah ke seluruh

tubuh. Pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis tidak teraba. Pijat jantung

umumnya dikombinasi dengan nafas buatan.

Prosedur pijat jantung:

1) Posisikan diri di samping pasien

2) Posisikan tangan tepat di tengah dada

3) Posisikan tangan tegak lurus korban

4) Tekan dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul

(hip joint)

5) Tekan dada kira-kira 4-5 cm

6) Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal

7) Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan

menghitung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: satu dua tiga empat

SATU satu dua tiga empat DUA satu dua tiga empat TIGA satu dua tiga empat

EMPAT satu dua tiga empat LIMA satu dua tiga empat ENAM

8) Prinsip pijat jantung:

a. Push deep

b. Push hard

c. Push fast

d. Maximum recoil (berikan jantung waktu relaksasi)

e. Minimum interruption (pada saat prosedur ini penolong tidak boleh

diinterupsi)

7

Page 8: Laporan fisiologi PPGD.doc

1.3.4 Prosedur Standar RJP

1) Bebaskan/ longgarkan pakaian korban di daerah dada (buka kancing baju bagian atas

agar dada terlihat),

2) Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yag mendekati kepala sejajar

dengan bahu pasien,

3) Cek apakah ada tanda- tanda berikut :

a) Luka- luka dari bagian bahu ke atas (supra clavicula)

b) Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (terjatuh dari sepeda motor),

c) Berdasarkan saksi pasien mengalami cidera di tulang belakang bagian leher,

tanda- tanda tersebut adalah tanda- tanda kemungkinan terjadinya cidera pada

tulang belakang bagian leher/cervical. Cidera pada bagian ini sangat berbahaya

karena di sini terdapat syaraf- syaraf yang mengatur fungsi vital manusia

( nafas dan denyut jantung),

d) Jika tidak ada tanda- tanda tersebut maka lakukanlah pernafasan dari mulut ke

mulut,

e) Jika tanda- tanda tersebut, maka beralih ke bagian atas, jepit kepala pasien

dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak lagi (imobilitas) dan

lakukanlah Jaw Thrust. Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya

cidera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

4) Sambil melakukan (1) dan (2) di atas, kemudian dilakukan pemeriksaan kondisi

Airway (jalan napas) dan Breathing (pernafasan) pasien. Metode pengecekan nafas

menggunakan metode Look, Listen, dan Feel;

a) Look :

Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), apakah gerakan tersebut

simetris/tidak.

b) Listen:

Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas

tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian).

Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

a) Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan nafas

bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukan pengecekan

langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut ( menggunakan 2 jari, yaitu

8

Page 9: Laporan fisiologi PPGD.doc

ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong

rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah.Lihatlah apakah ada

benda yang menyangkut di tenggorokan korban ( misal : gigi palsu dll ).Pindahkan

benda tersebut.

b) Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan

disebabkan oleh cairan (misal : darah), maka lakukanlah cross- finger, lalu lakukan

finger- sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain

untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan- cairan).

c) Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena pembengkakan

(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan manuver head tilt and

chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan

total pada jalan nafas, maka dapat dilakukan :

1) Black Blow, sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak

tangan daerah diantara tulang scapula di punggung.Catatan: Black-blow tidak

dilakukan untuk dewasa karena dikawatirkan menjadi sumbatan lengkap/penuh.

2) Heilmich Manuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik

tangan ke arah belakang atas,

3) Chest Trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara

memposisikan diri seperti posisi memeluk dari belakang dengan orang coba

berdiri kemudian mendorong tangan ke arah dalam atas.

c) Feel:

Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari korban

5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernafasan

pasien itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12-20 kali per menit)

6) Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan

Look, Listen, dan Feel

7) Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, berikan nafas bantuan

8) Jika pasien mengalami henti nafas, berikan nafas buatan

9) Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi a. Karotis yang

terletak di leher ( cek dengan 2 jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan

jari ke samping, jangan sampai terhambat oleh otot leher (sterno-cleido-mastoideus),

rasakan denyut nadi karotis selama 10 detik

9

Page 10: Laporan fisiologi PPGD.doc

10) Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, di ikuti dengan nafas buatan,

ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung nafas buatan, yang diakhiri dengan pijat

jantung.

11) Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 10 detik, jika teraba lakukan

Look, Listen, Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 10; atau dihentikan (lihat

syarat RJP dihentikan)

12) Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda-tanda shock pada

pasien .

a. Denyut nadi > 100 kali per menit

b. Telapak tangan basah, dingin dan pucat

c. Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan

ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksaan selama 5 detik, lalu lepaskan, cek

berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi

13) Jika pasien Shock lakukan Shock Position pada pasien,, yaitu dengan mengangkat kaki

pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke

jantung. Pertahankan posisi Shock sampai bantuan datang atau tanda tanda Shock

berkurang

14) Jika ada perdarahan pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat

luka ( Membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yang

dibebat mati )

15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look,Listen

dan Feel Karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

1.4 Perlindungan Diri Bagi Penolong

1. Pastikan tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien

2. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan penyakit

3. Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama

adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dengan kondisi tidak fit, justru

akan membahayakan penolong sendiri

10

Page 11: Laporan fisiologi PPGD.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembebasan Jalan Nafas

Manekin yang diletakkan dengan posisi kepala netral/sejajar lantai, dilakukan

pengangkatan dagu dengan menggunakan dua jari untuk mengangkat tulang

dagu (bagian dagu yang keras) ke atas dan menggunakan tangan yang lain

untuk menarik kepala ke belakang (menggunakan metode head tilt dan jaw

thrust). Ini dilakukan untuk membebaskan jalan nafas. Penggunaan metode jaw

thrust dianggap lebih aman dibandingkan metode head tilt karena gerakan ini

dilakukan untuk menghindari adanya cidera lebih lanjut pada tulang belakang

bagian leher pasien. Setelah itu lakukan upaya pembukaan mulut dengan

metode cross finger (menggunakan dua jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk

tangan yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang ke atas,

telunjuk menekan rahang bawah ke bawah. Lihat bila ada benda yang

menyangkut) dan lakukan simulasi untuk mengeluarkan setiap benda asing

yang terdapat dalam mulut penderita dan dengan menggunakan metode finger-

sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain

untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan- cairan) bila zat yang mengganggu

berupa cairan. Jika dilakukan pada korban tidak sadar dan jalan nafas tertutup,

maka dapat dilakukan dengan memiringkan kepala ke samping, agar sumbatan

dapat lebih mudah dikeluarkan.

2.2 Call for Help. Melakukan simulasi meminta bantuan untuk pertolongan lebih

lanjut.

2.3 Periksa pernafasan dengan melakukan simulasi menggunakan metode Look,

Listen and Feel. Look (melihat pergerakan dada (gerakan bernafas) apakah

gerakan tersebut simetris atau tidak), listen (mendengar suara nafas. Dengarkan

apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang

abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian) dan feel (merasakan

hembusan nafas dengan pipi) selama tidak lebih dari 5 detik.

Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

11

Page 12: Laporan fisiologi PPGD.doc

Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan

jalan nafas bagian atas oleh benda padat. Jika terdengar suara ini maka lakukan

pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut dan

pindahkan benda tersebut.

Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan

disebabkan oleh cairan (misal : darah), maka lakukanlah cross- finger, lalu

lakukan finger- sweep.

Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena

pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan

manuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.

Apabila tidak ada pergerakan dada dan terjadi henti nafas, langsung lakukan

pijat jantung.

2.4 Pemberian pijat jantung dan nafas buatan

Pemberian pijat jantung adalah usaha untuk "memaksa" jantung memompakan

darah ke seluruh tubuh. Pijat jantung dilakukan dengan posisi badan tegak

lurus di atas dada manekin dengan siku lengan lurus, telapak tangan tepat

ditengah-tengah dada (center of the chest) dan telapak tangan sebelahnya

berada di atasnya, menekan daerah sternum sedalam 2 inch/5 cm. Dada

manekin ditekan menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip

joint) dengan kecepatan 100xpermenit sebanyak 30 kali di sela dengan nafas

buatan 2 kali tiupan. Pijat jantung dikatakan benar dan berhasil bila lampu

indicator hijau pada skill guide menyala, apabila tekanan berlebihan maka

lampu indikator orange akan menyala, apabila posisi tangan kurang benar dan

tekanan terlalu cepat maka lampu indikator merah akan menyala.

Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas

bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti

nafas. Untuk memberikan nafas buatan, dipastikan jalan nafas terbuka, dengan

mengangkat dagu manekin dan jaringan menutup lubang hidung. Kasa steril

dipasang diatas rongga mulut manekin sebelum melakukan nafas buatan

dengan metode mouth to mouth. Nafas buatan dianggap berhasil jika lampu

12

Page 13: Laporan fisiologi PPGD.doc

indikator hijau menyala. Apabila udara masuk terlalu banyak, lampu indikator

orange akan menyala.

2.5 Melakukan pemeriksaan nadi karotis. Trakea dan jakun ditemukan dan

dipalpasi.

13

Page 14: Laporan fisiologi PPGD.doc

BAB III

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan

pengetahuan tentang BLS?

Karena kedepannya lulusan Fakultas Kedokteran Gigi akan menjadi dokter gigi,

dimana menurut Kep. Menkes No 39 tahun 2007, menjelaskan bahwa salah satu ruang

lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan darurat (basic emergency

care), yang terdiri dari BLS (Basic Life Support). Kemampuan menanggulangi

kegawatdaruratan dengan BLS ini sangat diperlukan baik di area pre hospital maupun

intra hospital, sehingga dokter gigi harus mempunyai keterampilan dan kemampuan

dalam melakukan BLS. Dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam BLS,

diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien, utamanya saat

pasien berada dalam kondisi gawat darurat.

2. Apa yang Anda lakukan apabila Anda temukan gigi tiruan pasien Anda

tertelan?

Pertama, lakukan pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka

mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan

untuk chin-lift, ibu jari mendorong rahang ke atas, telunjuk tangan menekan rahang

bawah ke bawah. Lihat gigi tiruan yang menyangkut di tenggorokan pasien. Setelah

terlihat, pindahkan gigi tiruan tersebut. Selain itu, kita dapat menggunakan metode

back blow, Heimlich maneuver serta Chest Thrust untuk mengeluarkan gigi tiruan

pasien.

3. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi?

Kegunaan back blow adalah untuk mengeluarkan benda padat yang membuntu jalan

nafas, sehingga jalan nafas akan terbuka dan membantu pernafasan. Bila jalan nafas

tidak dibebaskan dengan metode tertentu, penderita akan mengalami kesulitan dalam

bernafas  yang pada akhirnya jatuh pada kondisi hipoksia hingga anoksia yang dapat

mengancam jiwa jika dibiarkan terlalu lama. Back blow dikhususkan untuk bayi,

karena jika dilakukan pada orang dewasa akan dikhawatirkan terjadi sumbatan penuh.

14

Page 15: Laporan fisiologi PPGD.doc

4. Apa gunanya metode Heimlich Manuever di bidang kedokteran gigi?

Tujuan dari metode Heimlich Manuever adalah untuk membebaskan jalan napas dari

sumbatan benda padat yang mengganggu jalan nafas sehingga menjamin jalan

masuknya udara ke paru secara normal dan menjamin kecukupan oksigenase tubuh.

Metode ini dilakukan jika metode Back blow tidak berhasil mengeluarkan benda padat

yang tertelan. Bagian yang ditekan pada metode ini adalah bagian ulu hati, hal ini

dilakukan saat benda mencapai perut.

5. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi?

Kegunaan dari metode Chest Thrust adalah untuk mengeluarkan benda padat yang

mengganggu jalan nafas, sehingga jalan nafas akan terbuka dan memudahkan pasien

dalam bernafas. Metode ini dikhususkan untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita

hamil yang nantinya akan dipadukan dengan back blow untuk mengeluarkan benda

asing tersebut.

6. Apa yang Anda lakukan pada saat Anda jumpai pasien Anda mengalami pingsan

setelah dilakukan anestesi? Jelaskan.

Yang saya lakukan adalah mencoba memberikan PPDG (Pertolongan Pertama

Kegawat daruratan) dengan langkah awal yang harus dilakukan adalah pengangkatan

pasien, pengecekan kondisi pasien meliputi pernapasan pasien dan peredaran

darahnya. Jika pasien tidak sadar, yang pertama diperiksa adalah pernapasannya

dilihat dari terangkatnya dada/pupil mata kemudian diperiksa juga denyut nadi melalui

arteri carotis yang ada di leher. Jika memang dibutuhkan nafas buatan, segera hubungi

bantuan.

15

Page 16: Laporan fisiologi PPGD.doc

BAB IV

KESIMPULAN

Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPDG) adalah serangkaian usaha pertama

yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari

kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Pemberian PPGD dikenal

dengan Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS), yang meliputi pembukaan jalan

nafas, pemberian nafas bantuan ataupun nafas buatan, serta Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Kita sebagai mahasiswa Kedokteran Gigi memerlukan pengetahuan tentang BLS. Hal

ini dikarenakan salah satu ruang lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan

darurat (basic emergency care), yang terdiri dari BLS (Basic Life Support). Dengan memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam BLS, diharapkan dapat memberikan pelayanan yang

terbaik kepada pasien, utamanya saat pasien berada dalam kondisi gawat darurat.

16

Page 17: Laporan fisiologi PPGD.doc

DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta:EGC

Guyton, Arthur C dan John E. Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11.Jakarta:EGC

Suhartini, dkk.2014.Modul Kegawatdaruratan Medik Dental dan Indra Rasa

Kulit.Jember:Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

17