75
LAPORAN HASIL PENELITIAN PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER (PDID) TAHUN ANGGARAN 2020 MODEL PENGEMBANGAN SANTRIPRENEUR SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI KREATIF BERBASIS SYARIAH DI PROVINSI BANTEN Tim Peneliti: Tri Harjawati, S.Pd., M.Si. (Ketua Peneliti) Cut Dhien Nourwahida, M.A. (Anggota) PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN) LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER (PDID) TAHUN ANGGARAN 2020

MODEL PENGEMBANGAN SANTRIPRENEUR SEBAGAI

PENGGERAK EKONOMI KREATIF BERBASIS SYARIAH DI

PROVINSI BANTEN

Tim Peneliti:

Tri Harjawati, S.Pd., M.Si. (Ketua Peneliti)

Cut Dhien Nourwahida, M.A. (Anggota)

PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN)LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian yang berjudul “Model Pengembangan Santripreneur

Sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah Di Provinsi

Banten”, merupakan laporan akhir pelaksanaan penelitian yang dilakkan oleh “Tri

Harjawati, S.Pd., M.Si. dan Cut Dhien Nourwahida, M.A.”, dan telah

memenuhi ketentuan dan kriteria penulisan laporan akhir penelitian sebagaimana yang

ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2020

Ketua Peneliti

Tri Harjawati, S.Pd., M.Si.

NIDN. 2014118001

Mengetahui;

Kepala Pusat,Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN)

LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DR. IMAM SUBCHI, MA.

NIP. 19670810 200003 1 001

Ketua Lembaga,Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

JAJANG JAHRONI, MA., PhD

NIP. 19670612 19940 3 1006

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Tri Harjawati, S.Pd., M.Si.

Jabatan : Dosen Tetap Non PNS

Unit Kerja : Jurusan Pendidikan IPS

Alamat : Jl Puri Bintaro Residence 1 jl Cherry 2 No.i-5 Jl Serua Indah

Kec Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Judul penelitian “Model Pengembangan Santripreneur Sebagai

Penggerak Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah Di Provinsi Banten”

merupakan karya orisinal saya.

2. Jika di kemudian hari ditemukan fakta bahwa judul, hasil atau bagian dari

laporan penelitian saya merupakan karya orang lain dan/atau plagiasi, maka

saya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan 100% dana hibah

penelitian yang telah saya terima, dan siap mendapatkan sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku serta bersedia untuk tidak mengajukan proposal

penelitian kepada Puslitpen LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2

tahun berturut-turut.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, September 2020

Yang Menyatakan,

Materai Rp. 6000

Tri Harjawati, S.Pd., M.Si.

NIDN.2014118001

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini tentang Model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak

Ekonomi Kreatif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal para

santri kaitannya dengan ekonomi kreatif di Pondok Pesantren, untuk mengetahui bagaimana

Potensi Usaha yang dikelola oleh para Santri di Pondok Pesantren, dan untuk mengetahui

Model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah di

Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik Pengumpulan

datanya menggunakan teknik wawancara, Studi Dokumentasi dan Study Pustaka. Teknik

analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yaitu tahap reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kearifan lokal para

santri kaitannya dengan ekonomi kreatif di Pondok Pesantren yaitu lebih ke arah perniagaan

(minimarket, londry, kantin) dengan pembiasaan-pembiasaan selama dipondok yang bertujuan

untuk membangun sikap mandiri dan tanggung jawab. 2) Potensi Usaha yang dikelola oleh para

Santri di Pondok Pesantren yaitu rata-rata lebih banyak ke arah perniagaan seperti warung,

kopontren (koperasi pesantren), minimarket, dan kantin. 3) Model Pengembangan Santripreneur

sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah, saat ini lebih ke arah optimalisasi potensi

yang ada (perniagaan dan kuliner) dengan dukungan berbagai macam Pihak yaitu Pemerintah

Kota Tangerang Selatan, Universitas, Dinas-dinas terkait, Kemenag Tangsel, FSPP, komunitas

tertentu, masyarakat, pengelola pondok pesantren, yayasan, guru, wali santri dan para santri.

Rekomendasi yang bisa diberikan yaitu diberikan edukasi dalam bentuk pelatihan-pelatihan

membuat produk yang unik dan berkesinambungan, diberikan dukungan dana hibah, adanya

lokalisasi tempat usaha, dan dipromosikan tempat usahanya, memfasilitasi pengembangan bakat

para santri, dan difasilitasi link kerja sama dengan berbagai macam pihak.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Potensi Usaha, Model Pengembangan, Santripreneur

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

ABSTRACT

This research is about the Santripreneur Development Model as a Creative Economy

Driver. The purpose of this research is to find out how the local wisdom of the students is

related to the creative economy in Islamic boarding schools, to find out how the business

potential is managed by the santri at the Islamic boarding schools, and to find out the

Santripreneur Development Model as a Sharia-based Creative Economy Driving Force in

Banten Province. This research uses descriptive qualitative method. The data collection

techniques used interview techniques, documentation study and literature study. The data

analysis technique used the Miles and Huberman model, namely the stages of data reduction,

data presentation, and conclusion drawing. The results show that 1) the local wisdom of the

students is related to the creative economy in Islamic boarding schools, which is more towards

commerce (minimarkets, londry, canteen) with habituation during lodgings which aims to build

an independent attitude and responsibility. 2) The business potential that is managed by the

Santri at the Islamic Boarding School is on average more towards commerce such as warungs,

kopontren (pesantren cooperatives), minimarkets, and canteens. 3) The Santripreneur

Development Model as a Sharia-Based Creative Economy Mobilizer, currently it is more

towards optimizing existing potential (commerce and culinary) with the support of various

parties, namely the South Tangerang City Government, Universities, related agencies, Ministry

of Religion of Tangsel, FSPP, communities in particular, the community, boarding school

managers, foundations, teachers, guardians of the santri and the students. Recommendations

that can be given are education in the form of trainings to make unique and sustainable

products, grant support, localization of business premises, and promotion of business premises,

facilitating the development of the talents of students, and facilitating collaborative links with

various parties.

Keywords: Local Wisdom, Business Potential, Development Model, Santripreneur

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah, taufik, dan

karuniaNya laporan penelitian ini dapat diselesaikan tepat ‘pada waktunya.

Laporan penelitian ini berjudul “Model Pengembangan Santripreneur

Sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah Di Provinsi

Banten”

Penyusunan laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

dukungan dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih dan

penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc, MA .,selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulisuntuk mengembangkan kemampuan penelitian dalam rangka

pengembangan keilmuan yang penulis miliki.

2. Jajang Jahroni, MA., PhD. Selaku Ketua Lembaga Penel;itian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah memberikan bantuan dana sehingga penulis memiliki

kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian ini.

3. Dr. Imam Subchi, MA, selaku Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan

(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan bantuan dana sehingga penulis memiliki kesempatan untuk

dapat melaksanakan penelitian ini.

4. Bapak M. Edi Suharsongko selaku KASI PAKIS di Kementrian Agama

Kota Tangerang Selatan, yang telah memberikan izin bagi penulis untuk

memperoleh data baik secara langsung melalui wawancara maupun dalam

bentuk pemberian dokumentasi.

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

5. Bapak Musli Hudin selaku Ketua/ Pimpinan FSPP (Forum Silaturahmi

Pondok Pesantren) Kota Tangerang Selatan dan selaku Pimpinan Pondok

Pesantren Al Muqriyah yang dengan sabar meluangkan waktu untuk

membantu penulis dalam kaitannya menyediakan data penelitian baik secara

langsung wawancara maupun dalam bentuk pemberian dokumentasi

6. Bapak Suryadi Yahya selaku Pengurus Harian Pondok Pesantren Al

Husny, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk memperoleh

data baik secara langsung melalui wawancara maupun dalam bentuk

pemberian dokumentasi.

7. Bapak Syamsudin selaku Kepala Divisi Usaha Yayasan Al manar Al

Ghontory di Pondok Pesantren Al Ghontory yang dengan sabar meluangkan

waktu untuk membantu penulis dalam kaitannya menyediakan data

penelitian meskipun dilakukan secara online

8. Ibu Sukma selaku koordinator bidang Usaha di Pondok Pesantren Darul

Tauhid yang dengan sabar meluangkan waktu untuk membantu penulis

dalam kaitannya menyediakan data penelitian meskipun dilakukan secara

online

9. Ustad Rijal dari Pondok Pesantren sabilussalam yang dengan sabar

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam kaitannya wawancara

meskipun secara online

10. Ustad Khudri dari Pondok Pesantren Darul El Hikam yang dengan sabar

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam kaitannya wawancara

meskipun secara online

11. Ustazah Rodiana dari Pondok Pesantren Sabiluna yang dengan sabar

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam kaitannya wawancara

meskipun secara online

12. Ustad Arapan Agung dari Pondok Pesantren jamiah Islamiyah yang

dengan sabar meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam kaitannya

wawancara meskipun secara online

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

13. Ustad Suryadi Yahya dari Pondok Pesantren AL Fahriyah yang dengan

sabar meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam kaitannya

wawancara meskipun secara online

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian

laporan

Demikianlah ucapan terima kasih penulis, kiranya Allah SWT

memberikan pahala yang setimpal kepada semua yang telah memberikan

bantuannya, Amin.

Jakarta, September 2020

Penulis

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN ….…….…….…….…….………...

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI …..…..……..……..……..

ABSTRAK ..…..…….…….…….…..……..……..…….………..

ABSTRACT ..……..……..……..…………………..…………..

KATA PENGANTAR .…..…..…..…..…..….…..…..…..…..…..

DAFTAR ISI ..….….…..…..…..….….…..….….….….…..….…..

DAFTAR TABEL …..…..…..…..…..…..…..…….…….…..…….

DAFTAR GAMBAR ..…..….…..….…..…..….….….….…….

BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah …..…..…..…..…….……..…….…..

B. Pembatasan Masalah .......……………………………………..

C. Perumusan Masalah …..……..……..……..……..……..……..

C. Tujuan Penelitian ..…….…..….…..….…..…..……..…….….

D. Sistematika Pembahasan …..…….…….……..…….……..…..

BAB II. KAJIAN TEORIA. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausa …..…….…….……..…….……..…..

2. Tujuan dan Manfaat Kewirausahaan …..…….…….……..

B. Ekonomi Kreatif

1. Pengertian Ekonomi Kreatif ….…….……..…….……..…..

2. Pilar Utama Pengembangan Model Ekonomi Kreatif ..…..

C. Ekonomi Syariah

1. Pengertian Ekonomi Syariah ….…….……..…….……..…..

2. Tujuan Ekonomi Syariah ….…….……..…….……..……...

3. Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah ….…….……..…….……..

D. Kearifan Lokal

1. Pengertian Kearifan Lokal .........................…...……………..

2. Ciri-ciri Kearifan Lokal ........................……………......…….

E. Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal .......…………………..….

F. Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal dalam Perspektif Ekonomi

Islam .......…….......………………………………….......…….

G. Penelitian Relevan ….…….……..…….……..…..…..………..

i

ii

iii

iv

v

viii

xi

xii

1

5

6

6

6

8

9

10

11

12

12

12

14

14

15

15

17

ix

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

BAB III. METODE PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian ..…..…….…….…….………….

B. Setting (Latar) Penelitian ..…..……..…..…….……..…….…….

C. Metode Penelitian ..…..…..…..…..…..…..…….…….…..……..

D. Populasi dan Sampel ..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..

E.Teknik Pengumpula Data ..….….…..….…..….…..……..……..

F. Prosedur Pengolahan Data ..…..…..…..…..……..…..………....

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ..……..……..……..……...…….

H. Teknik Analisis Data …..……..……..……..……..……..……..

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan

1. Geografis Kota Tangerang Selatan ..……..……..……..……..

B. Gambaran Umum Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

1. Visi dan Misi Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan ...

2. Struktur Organisasi Kementrian Agama Kota Tangerang

Selatan …………………....................…....…..…....………

3. Seksi Pakis ..……..……..……..……..……......……..……..

4. Struktur Organisasi Seksi Pakis ..……..……..……..……...

5. Tugas dan Fungsi Seksi Pakis ..……..……..……..………..

6. Pondok Pesantren ..……..……..……..……..…..........…….

C. Gambaran Umum Pondok Pesantren di Kota Tangerang Selatan

1. Data Pontren di Kota Tangerang Selatan ..……..……..……..

D. Hasil Penelitian

Hasil Wawancara

1. KASI PAKIS Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan…..

…..…..…..….…………………...…..…...….….

2. Ketua/ Pimpinan Forum Silaturahmi Pondok Pesantren

(FSPP) Kota Tangerang Selatan ..……..……..……..……..

3. Beberapa Pondok Pesantren di Kota Tangerang

Selatan ................................……….….….…........……….

22

23

23

23

24

24

27

28

30

32

33

34

34

35

36

36

38

39

40

42

44

x

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

E. Pembahasan …..……..……..……..…..…..……..……..……...

F. Keterbatasan Penelitian ..…..…..…….…….…….…..…..…..…..

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASIA. Kesimpulan ….…..…..……..……..……..……..…….……..

B. Implikasi ..…..…….…….…….…….……..……..……..…….

C. Rekomendasi ….……..…..…..…..……..……..…….…….…….

DAFTAR PUSTAKA ……..……………..…………………..

LAMPIRAN

50

54

56

57

58

61

xi

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Alokasi Waktu Penelitian ..……..……

Tabel 3.2 Desain Penelitian ..……..……..……..……..……..

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian ..……..……..……..……..…

Tabel 3.4 Dokumen yang di Butuhkan ....................................

22

24

26

27

xii

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan rumusan ekonomi kreatif menurut UNDP (2008)

Gambar 3.1 Skema Analisis Data Miles dan Huberman …………...

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang Selatan ..........................………..

Gambar 4.2 Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan .........................

Gambar 4.3 Wilayah Kota Tangerang Selatan ..................................

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Kementrian Agama Kota

Tangerang Selatan .........................................................

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Seksi Pakis …................................

Gambar 4.6 Data Jumlah Santri Pontren ..........................................

Gambar 4.7 Data Pontren di Kota Tangerang Selatan .....................

Gambar 4.8 Data Santri antara yang mukim dan non mukim di

Kota Tangerang Selatan .............................................

10

29

30

31

32

33

34

37

37

38

xiii

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahIndustri kreatif saat ini tengah menjadi trending topic dunia. Bahkan,

banyak negara mulai sadar dan menjadikan sektor ini menjadi sektor prioritas

pembangunannya. Selain itu, sektor ini juga menjadi alternatif tumpuan di tengah

persoalan anjloknya harga minyak yang merembet ke sektor-sektor lainnya.

Industri kreatif secara tidak langsung akan memberikan manfaat bagi suatu negara

yaitu memberikan percepatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia hingga tahun 2016,

total pendapatan dari industri ekonomi kreatif mencapai Rp 642 Trillun atau

mencapai 7,05 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia, namun

dari sekian banyak industri kreatif hanya ada 3 industri kreatif yang memberikan

kontribusi paling besar yaitu Kontribusi terbesar berasal dari Usaha Kuliner

sebanyak 32,4 persen, Mode 27,9 persen, dan Kerajinan 14,88 persen1.

Daya saing industri kreatif di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan

tujuh dimensi utama yaitu sumber daya kreatif, sumber daya pendukung, industri,

pembiayaan, pemasaran, infrastruktur dan teknologi, serta kelembagaan2. Bila

dipetakan berdasarkan ketujuh dimensi tersebut, rata-rata daya saing 15 subsektor

industri kreatif masih relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh Pembiayaan yang

dinilai sulit untuk dipenuhi oleh pelaku sektor industri kreatif, dikarenakan belum

bankable, high risk high return, cash flow yang fluktuatif, serta aset yang bersifat

intangible. Selain itu, Kelembagaan juga dinilai belum meningkatkan industri

kreatif secara signifikan, hal ini dilihat dari regulasi yang ada kurang mendorong

pengembangan industri kreatif. Selain itu, partisipasi pemangku kepentingan yang

terbilang rendah, karena kurang mempertimbangkan kreativitas dalam

pembangunan nasional, serta rendahnya partisipasi aktif dalam fora internasional

serta apresiasi terhadap orang, karya, wirausaha, dan usaha kreatif lokal3.

1 Abdur Rohim Boy Berawi, Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badan Ekonomi

Kreatif (BEKRAF) dalam Rakor Rencana Program Pengembangan Ekonomi Kreatif yang

digelar BEKRAF di Ambon, Maluku, Selasa (1 Maret 2016). “Industri Kreatif Sumbang Rp

642 Triliun dari Total PDB RI“ .Tempo.Co.Jakarta. Alamat :

https://m.tempo.co/read/news/2016/03/02/090750007/industri-kreatif-sumbang-rp-642-

triliun-dari-total-pdb-ri. Tertanggal Rabu, 02 Maret 2016 | 18:38 WIB.

2 Journal Nov 15, 2015. Menangkap Gelombang Ekonomi Kreatif Indonesia di Era MEA. Alamat

Web : https://www.selasar.com/jurnal/12226/Menangkap-Gelombang-Ekonomi-Kreatif-Indonesia-di-

Era-MEA

3 Tri Harjawati. 2018. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Lembaga Pembiayaan Di Sentra

Industri Berbasis Ekonomi Kreatif (Studi Kasus Industri Kuliner Kota Tangerang Selatan) SOSIO

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Model pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia selama ini

menggunakan triple-helix, yang memerlukan kemitraan sinergis di antara tiga

faktor utama, yaitu: Pemerintah, swasta (industri), dan intelektual (tim ahli dari

kalangan akademisi dan publik). Dari segi Pemerintah, sikap pemerintah terhadap

industri kreatif dinilai belum berpihak karena mereka masih dilanda berbagai

kesulitan. Seperti yang diungkapkan oleh Ajib Hamdani Ketua HIPMI Tax Center

dalam acara Forum Dialog HIPMI ke-37 di Menara Bidakara 2 Jakarta, (Selasa,

15/3/2016), yang menyatakan bahwa “Mereka sangat membutuhkan skema

permodalan yang lebih mudah. Namun, mereka yang baru memulai usaha sering

terkendala permodalan. Tak hanya itu saja, mereka juga dikenakan pajak PPn, terus

ditambah lagi PPh badan. Ini tentu memberatkan dan perlakuannya harus

dibedakan. Kalau bisa gak bayar pajak, kenapa harus bayar?”4. Dari pernyataan

diatas, jelas terlihat bahwa persoalan yang di hadapi oleh Industri Kreatif saat ini

adalah kaitannya dengan aspek permodalan dan aspek perpajakan.

Kaitannya dengan permodalan, berdasarkan hasil penelitian terdahulu

tentang bagaimana skema pembiayaan bagi Industri Kreatif di Kota Tangerang

Selatan pada tahun 2016, menunjukkan bahwa pemerintah sudah memfasilitasi

Industri kreatif untuk memperoleh bantuan permodalan dari lembaga pembiayaan

yang sudah bekerja sama dengan pemerintah Kota Tangerang Selatan (Bank BNI,

Bank BRI, dan Bank BJB). Namun, hal ini belum maksimal terlihat dari jumlah

keseluruhan industri kuliner yang terdaftar di Dinas Perkoperasian dan UMKM

Kota Tangerang Selatan, ada sekitar 7.547 UKM dari total jenis industri yang ada

yaitu 20.6714. Tetapi dari total tersebut yang memperoleh Fasilitas Sertifikasi

Halal, PIRT, dan HKI oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang

Selatan, hanya berjumlah 164 IKM dan lebih mirisnya hanya 12 IKM yang bisa

dianggap unggul dan perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan lebih jauh

oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan5

Tangerang selatan merupakan bagian wilayah dari Propinsi Banten.

DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 5 (1), 2018 Alamat Website:

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK

4 HIPMI : Industri Kreatif harusnya dapat Insentif. Palapa News. Alamat :

http://palapanews.com/2016/03/16/hipmi-industri-kreatif-harusnya-dapat-insentif/.

Tertanggal : Rabu, 16 / 03 / 2016 jam 2:14 WIB

4 4Hasil wawancara dengan Dinas Perkoperasian dan UMKM Kota Tangerang Selatan dalam

penelitian Tri Harjawati. 2016. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Lembaga

Pembiayaan di Sentra Industri Berbasis Ekonomi Kreatif (Studi Kasus Industri Kuliner

Kota Tangerang Selatan). PUSLITPEN LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak di

Publikasikan.

5 5Hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan

dalam penelitian Tri Harjawati. 2016. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Lembaga

Pembiayaan di Sentra Industri Berbasis Ekonomi Kreatif (Studi Kasus Industri Kuliner

Kota Tangerang Selatan). PUSLITPEN LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak di

Publikasikan.

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Kemudian penulis melakukan research lanjutan pada Tahun 2018 dengan

menambah fokus penelitian di Wilayah Propinsi Banten kaitannya tentang model

pengembangan industri kreatif berbasis syariah di Provinsi Banten, dengan alasan

ingin mengetahui lebih jauh bagaimana kebijakan pemerintah Provinsi tentang

pengelolaan industri kreatif karena selama penelitian di Kota Tangsel banyak

informasi yang simpang siur terutama tentang kebijakan industri Kreatif. Hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa Perkembangan Industri Kreatif Berbasis

Syariah di Wilayah Propinsi Banten masih dalam tahap penyusunan rancangan

regulasi dan kebijakan kawasan industri Halal. Namun secara tidak langsung

teknik pelaksanaan industri kreatif yang berdasarkan syariah sudah berjalan yaitu

untuk sektor kuliner dan fashion (baju muslim). Hanya saja mereka tidak memiliki

label halal serta belum ada regulasi yang memayunginya. Namun, untuk target

kedepannya, Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Syariah di Wilayah Propinsi

Banten lebih ke arah pemberdayaan pondok pesantren melalui entrepreneur

sehingga dapat menciptakan santripreneur. Sehingga nantinya, pondok pesantren

bisa menjadi pusat unggulan produk dan pusat peradaban Islam di Provinsi Banten.

Seperti yang diungkapkan oleh Santi, koordinator Biro Bina Perekonomian Setda

Provinsi Banten yang mengatakan bahwa “...belum punya...masih merupakan

wacana dan saya sedang menyusun rangka kebijakan industri kreatif berbasis

syariah”. Kemudian diungkapkan pula oleh Rudiansyah, Kepala Bidang Industri

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten yang mengatakan bahwa

“...belum memiliki industri kreatif berbasis syariah, karena kami baru akan

merumuskan kebijakan kawasan industri Halal seperti yang tertera di Rencana

Kebijakan 20 tahun ke depan”. Dan Menurut Mulyadi, Kasi Perencanaan dan

Pengembangan Industri di Dinas Industri dan Perdagangan Provisi Banten

mengatakan bahwa “ Industri Syariah sebenarnya sudah ada misalnya produk

kuliner yang halal dan fashien yang halal juga (baju muslim) tetapi karena

payungnya belum ada maka pengembangannya belum jelas ke arah mana. Nah,

Untuk menuju ke tahap Industri berbasis syariah, yang perlu kami lakukan yaitu

menyiapkan sertifikasi halal, mengarahkan para industri kreatif ke pembiayan-

pembiayaan yang syariah (akadnya syariah), baru pelaksanaannya mengikuti

regulasi syariah yang sudah disusun nanti”.

Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa Provinsi Banten memiliki rencana

untuk mengimplementasikan Industri Kreatif berbasis syariah. Ditambah lagi,

Sejarah Banten dapat menjadi salah satu magnit bagi pengembangan ekonomi

kreatif berbasis syariah. Selain itu, menurut Rudiansyah, Kepala Bidang Industri

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, Visi Misi Propinsi Banten,

salah satunya adalah berakhlakul karimah artinya pemberdayaan ekonomi umat.

Ekonomi umat salah satunya adalah dengan pemberdayaan pondok pesantren

melalui entrepreneur sehingga dapat menciptakan santripreneur. Di Pondok

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

pesantren ini, nantinya bisa menjadi pusat unggulan produk dan pusat peradaban

Islam. Menurut Bapak Rudi, “Provinsi Banten memiliki 33.000 Pondok pesantren

dan ini merupakan jumlah terbesar di Indonesia yang merupakan Aset utama dalam

pelaksanaan Industri Kreatif berbasis syariah. Sehingga untuk target pelaksanaan

Industri Kreatif berbasis syariah kedepannya melalui pemberdayaan umat di

pondok pesantren. Diharapkan perekonomian masyarakat di sekitar pondok

pesantren bisa meningkat, dan tentunya syariat islam untuk perekonomian bisa di

implementasikan”.

Model Pengembangan Industri Kreatif berbasis syariah di Provinsi Banten

berbentuk bangunan yaitu terdiri dari pondasi, bangunan, dan atap yang berdasarkan

pada batasan-batasan syariat islami. Untuk Pondasinya berupa insan kreatif, untuk

pengembangan insan yang kreatif pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan

untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas. Sedangkan pilar utamanya terdiri

dari Industri, Teknologi, Sumberdaya Alam, Kelembagaan, dan Lembaga Keuangan.

Atap disini adalah aktor utama, yang terdiri dari cendikiawan/ masyarakat, pelaku

bisnis, dan pemerintah daerah. Semua bagian dari pondasi bangunan tersebut harus

berdasarkan pada syariat islam. Sebagai daya dukung pelaksanaannya bisa

mengoptimalkan kerja sama antara pihak akademisi, bisnis, dan pemerintah atau

biasa disebut sebagai triple helix. Dimana, semua peran diatas harus berlandaskan

pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yaitu Sumber Daya yang dimiliki adalah

titipan Allah SWT sehingga harus dengan kejujuran dalam pengelolaannya karena

kita harus yakin akan penentuan di hari akhir, mengutamakan kepentingan orang

banyak, menerapkan kegiatan jual beli yang islami, adil, halal dan tidak merugikan

salah satu pihak, dan melarang adanya riba dalam segala macam bentuk.

Pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten baik Arah

maupun Strategi sesuai dengan yang dirancang oleh Departemen Perdagangan yang

mengatakan bahwa pengembangan industri kreatif menitik beratkan pada lapangan

usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry), lapangan usaha kreatif

(creative industry), dan Hak Kekayaan Intelektual seperti hak cipta (copyright

industri). Pengembangan ini diharapkan memberikan dampak positif pada

kehidupan sosial, iklim bisnis, peningkatan ekonomi, dan juga pada pencitraan di

kawasan Banten.

Berdasarkan Informasi yang diperoleh dari Rudiansyah Kepala Bidang

Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten mengatakan bahwa

dari 3.300 pondok pesantren yang tersebar di wilayah Provinsi Banten, jumlah

pondok pesantren yang mengoptimalkan keberadaan santripreneur hanya sebagian

kecil. Selebihnya mereka hanya mengoptimalkan keagamaan saja. Padahal jika ini

di kembangkan berapa produk yang akan di muncul, berapa omset yang akan

diterima oleh pondok pesantren, berapa jumlah tenaga kerja yang akan terserap, dan

tentu ini akan berimbas pada peningkatan taraf hidup masyarakat banten pada

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

umumnya. Inilah yang sedang kami galakkan dan tentunya perlu support dari

berbagai pihak.

Dari pemaparan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang pengoptimalan Ekonomi Kreatif bagi para santri di pondok

pesantren Wilayah Propinsi Banten dengan judul “MODEL PENGEMBANGAN

SANTRIPRENEUR SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI KREATIF

BERBASIS SYARIAH DI PROVINSI BANTEN”.

B. Pembatasan Masalah

Pada Penelitian Tahun ini, peneliti lebih memfokuskan pada pemetaan

potensi-potensi lokal yang ada di beberapa Pondok pesantren kaitannya dengan

ekonomi kreatif di wilayah Kota Tangerang Selatan Hal ini dikarenakan kondisi

Pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan dilakukan penelitian untuk level

provinsi karena keterbatasan Dana dan Keterbatasan Perizinan dari masing-masing

instansi terutama disini pondok pesantren. Mereka melakukan Lockdown sehingga

membatasi jumlah pengunjung bahkan tidak menerima dari pihak luar untuk

dilakukan penelitian. Output Penelitian ini, memberikan model pengembangan

yang tepat bagi para santri di pondok pesantren dilihat dari potensi-potensi yang

ada sehingga mereka bisa menjadi santripreneur yang akan membuat perubahan

melalui pergerakan ekonomi kreatif berbasis syariah di Provinsi Banten pada

umumnya dan pada khususnya di Wilayah Kota Tangerang Selatan. Referensi

Penelitian akan dilakukan melalui kajian pustaka dan study banding ke beberapa

pondok pesantren tentang penerapan ekonomi kreatif berbasis syariah, sehingga

memberikan masukan bagi kemajuan pondok pesantren di wilayah kota tangerang

selatan. Ini merupakan penelitian tahun Pertama, yang insyaAllah kedepannya

akan ditindak lanjuti dengan penelitian lanjutan tentang implementasi model

pengembangan santripreneur tersebut di beberapa kota di Provinsi Banten.

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kearifan lokal para santri kaitannya dengan ekonomi kreatif di

Pondok Pesantren?

2. Bagaimana Potensi Usaha yang dikelola oleh para Santri di Pondok Pesantren ?

3. Bagaimana Model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak Ekonomi

Kreatif Berbasis Syariah di Provinsi Banten ?

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal para santri kaitannya dengan

ekonomi kreatif di Pondok Pesantren

2. Untuk mengetahui bagaimana Potensi Usaha yang dikelola oleh para Santri di

Pondok Pesantren

3. Untuk mengetahui Model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak

Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah di Provinsi Banten

E. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistematikan pembahasan sebagai

berikut :

BAB I : Berisi mengenai latar belakang masalah mengapa mengambil

judul “ MODEL PENGEMBANGAN SANTRIPRENEUR

SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI KREATIF BERBASIS

SYARIAH DI PROVINSI BANTEN”, kemudian merumuskan

permasalahan dan menjelaskan tujuan dari melakukan penelitian

ini. Sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi para stakeholder

kaitannya dengan Pengembangan Santripreneur sebagai

Penggerak Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah.

BAB II : Berisi mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian,

menjabarkan beberapa penelitian yang relevan, serta

menjelaskan mengenai indikator variabel yang digunakan dalam

penelitian melalui bagan kerangka konseptual

BAB III : Berisi mengenai metodologi yang di gunakan, terdiri dari :

Tempat dan Waktu Penelitian, Setting (Latar) Penelitian,

Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur

Pengolahan Data, Pemeriksaan Keabsahan Data, serta Teknik

Analisis Data

BAB IV : Berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasannya

BAB V : Berisi mengenai kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Secara etimologis, istilah wirausaha berasal dari kata "wira" dan

"usaha". Kata "Wira" bermakna: berani, utama, atau perkasa. Sedangkan

"usaha" bermakna kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran dan fisik untuk

mencapai sesuatu maksud. Secara terminologis, wirausaha adalah kemampuan

untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa

yang diinginkan sesuai dengan yang diidealkan5.

Terdapat dua pengertian kewirausahaan menurut Suryana dalam

bukunya yang berjudul kewirausahaan yakni sebagai berikut6:

1. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang

baru dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat memberi nilailebih.

2. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan

dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan

baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang

baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada,

dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan baru

kepadakonsumen.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan wirausaha adalah kemampuan

untuk berdiri sendiri, berdaulat, merdeka lahir dan batin, sumber peningkatan

kepribadian memacu kreatifitas demi mencapai tujuan yang diinginkan.

5 Rusydi Ananda, PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN REKAYASA AKADEMIK

MELAHIRKAN ENTERPRENEURSHIP, (Medan: PERDANA PUBLISHING, 2016),

hlm.1

6 Suryana, Kewirasuhaan: Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses (Edisi Revisi),

(Jakarta: Salemba Empat, 2003), hlm.13

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

2. Tujuan dan Manfaat Kewirausahaan

Adapun tujuan dari kewirausahaan diantaranya7 :

1. Meningkatkan jumlah wirausaha yangberkualitas

2. Mewujudkan kemampuan & kemantapan para wirausaha untuk

menghasilkan kemajuan & kesejahteraanmasyarakat

3. Membudayakan semangat, sikap, perilaku & kemampuan

kewirausahaan yang andal & unggul di kalanganmasyarakat

4. Menumbuhkan kesadaran kewirausahaan yang tangguh &kuat.

Lalu, adapun manfaat dari kewiirausahaan antara lain8 :

1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi

pengangguran.

2. Sebagai generator pembangunan lingkungan di bidang produksi,

distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dansebagainya.

3. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial

sesuai dengankemampuannya.

4. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur,

tekun dalam menghadapipekerjaan

B. Ekonomi Kreatif

1. Pengertian Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kretivitas dan

pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Konsep ini telah

memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar Ekonomi

Kreatif dan menjadikan Ekonomi Kreatif model utama pengembangan ekonomi

Indonesia Kreatif9.

7 Ibid, hlm. 15 4

8 Ibid

9 Creative Economy. (2013). Alamat : http://indonesiakreatif.net/creative-economy.

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Sedangkan dalam definisi yang berbeda, dikemukakan bahwa ekonomi kreatif

pada hakikatnya adalah kegiatan ekonomi yang mengutamakan pada kretivitas

berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang memiliki nilai dan

bersifat komersial. Berikut telah dikemukakan oleh UNCTAD dalam Creative

Economic Report (2008:3) “Creativity in this context refers to formulation of new

ideas and to the application of these ideas to produce original works of art and

cultural products, functional creation, observable in the way it contribuates to

enteurpreneurship, fosters innovation, enchaces productivity and promotes

economic growth”. (UNCTAD :2008)

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi

kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui

kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan

sumber daya yang terbarukan. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP

(2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari

pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan

budaya. Seperti dijelaskan pada Gambar 1 :

Gambar 2.1 Bagan rumusan ekonomi kreatif menurut UNDP (2008)

Scientific creativity

Technologica

creativity

Economic

creativityCultural

creativity

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

2. Pilar Utama Pengembangan Model Ekonomi Kreatif

Dalam model pengembangan ekonomi kreatif terdapat 5 pilar yang perlu terus

diperkuat sehingga industri kreatif dapat tumbuh dan berkembang. Kelima pilar

ekonomi kreatif tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Industri. Merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan

produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa dari sebuah

negara atau area tertentu.

2. Teknologi. Teknologi dapat didefinisikan sebagai suatu entitas baik material dan

non material, yang merupakan aplikasi penciptaan dari proses mendal atau fisik

untuk mencapai nilai tertentu. Dengan kata lain, teknologi bukan hanya mesin

ataupun alat bantu yang sifatnya berwujud, tetapi teknologi ini termasuk

kumpulan teknik atau metode-metode, atau aktivitas yang membentuk dan

mengubah budaya. Teknologi ini akan merupakan enabler untuk mewujudkan

kreativitas individu dalam karya nyata.

3. Sumber Daya. Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah input yang

dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah, selain ide atau kreativitas

yang dimiliki oleh sumber daya insani yang merupakan landasan dari industri

kreatif ini. Sumber daya meliputi sumber daya alam maupun ketersediaan lahan

yang menjadi input penunjang dalam industri kreatif.

4. Institusi. Institusi dalam pilar pengembangan industri kreatif dapat didefinisikan

sebagai tatanan sosial dimana termasuk di dalamnya adalah kebiasaan, norma,

adat, aturan, serta hukum yang berlaku. Tatanan sosial ini bersifat informal –

seperti sistem nilai, adat istiadat, norma – maupun formal dalam bentuk

peraturan perundang-undangan.

5. Lembaga Intermediasi Keuangan. Lembaga ini berperan menyalurkan pendanaan

kepada pelaku industri yang membutuhkan, baik dalam bentuk modal/ekuitas

maupun pinjaman/kredit. Lembaga intermediasi keuangan merupakan salah satu

elemen penting untuk menjembatani kebutuhan keuangan bagi pelaku dalam

industri kreatif.

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

C. Ekonomi Syariah

1). Pengertian Ekonomi Syariah

Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya

untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan

permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islam, yaitu

berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al Qur'an dan Sunnah Nabi10

2). Tujuan Ekonomi Syariah

Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri

(maqashid asy syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat

(falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah

thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai oleh Ekonomi Syariah meliputi

aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu dunia atau pun

akhirat11.

3). Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah

Pelaksanaan ekonomi syariah harus menjalankan prinsip-prinsip sebagai

berikut 12:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari

Allah swt kepada manusia.

2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

3. Kekuatan penggerak utama Ekonomi Syariah adalah kerja sama.

4. Ekonomi Syariah menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai

oleh segelintir orang saja.

5. Ekonomi Syariah menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya

direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

6. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di

akhirat nanti.

10 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. hal17 .

11 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. Hal 54

12 Sudarsono, M.B, Hendri. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta, Ekonosia. Hal 105.

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas

(nisab).

8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Layaknya sebuah bangunan, sistem ekonomi syariah harus memiliki

fondasi yang berguna sebagai landasan dan mampu menopang segala bentuk

kegiatan ekonomi guna mencapai tujuan mulia. Berikut ini merupakan prinsip-

prinsip dasar dalam ekonomi syariah 13:

1. Tidak melakukan penimbunan (Ihtikar). Penimbunan, dalam bahasa

Arab disebut dengan al-ihtikar. Secara umum, ihtikar dapat diartikan

sebagai tindakan pembelian barang dagangan dengan tujuan untuk

menahan atau menyimpan barang tersebut dalam jangka waktu yang

lama, sehingga barang tersebut dinyatakan barang langka dan berharga

mahal.

2. Tidak melakukan monopoli. Monopoli adalah kegiatan menahan

keberadaan barang untuk tidak dijual atau tidak diedarkan di pasar, agar

harganya menjadi mahal. Kegiatan monopoli merupakan salah satu hal

yang dilarang dalam Islam, apabila monopoli diciptakan secara sengaja

dengan cara menimbun barang dan menaikkan harga barang.

3. Menghindari jual-beli yang diharamkan. Kegiatan jual-beli yang

sesuai dengan prinsip Islam, adil, halal, dan tidak merugikan salah satu

pihak adalah jual-beli yang sangat diridhai oleh Allah swt. Karena

sesungguhnya bahwa segala hal yang mengandung unsur kemungkaran

dan kemaksiatan adalah haram hukumnya.

13 Zainuddin Ali. 2008. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Hal 125.

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

D. Kearifan lokal

1. Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah budaya pada masyarakat yang tidak dapat

dihilangkan namun ia melekat kuat di dalam kebiasaan dan adat istiadat

masyarakat tersebut. Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu

kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup

(way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup.

Di Indonesia—yang kita kenal sebagai Nusantara—kearifan lokal itu tidak

hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat

dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai

budaya yang bersifat nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap budaya lokal

di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong,

toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada umumnya etika dan nilai moral

yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun, diwariskan

dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk

pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip.

2. Ciri-ciri Kearifan Lokal

Ciri-ciri dari kearifan lokal adalah sebagai berikut:

Kearifan lokal merupakan bentuk warisan peradaban yang dilaksanakan

secara terus menerus dari generasi ke generasi

Kearifan lokal dianggap bisa menjadi pengendali berbagai pengaruh dari

luar

Kearifan lokal seringkali berhubungan dengan nilai dan moral pada

masyarakat setempat

Kearifan lokal tidak tertulisakan tetapi tetap diakui sebagai kekayaan

dalam berbagai segi pandang hukum

Kearifan lokal yakni sifat yang melekat pada seseorang menurut asalnya

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

E. Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal

Peran ekonomi kreatif dalam perekonomian nasional serta

karakteristik Indonesia yang terkenal dengan keragaman sosio-budaya yang

tersebar di seluruh pelosok nusantara tentunya dapat menjadi sumber

inspirasi dalam melakukan pengembangan industri kreatif Keragaman

budaya Indonesia menandakan tingginya kreatifitas yang telah tertanam

dalam masyarakat Indonesia. Belum lagi dukungan keragaman etnis dalam

masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki faktor

pendukung yang kuat dalam melakukan pengembangan ekonomi kreatif14.

Menumbuh kembangkan ekonomi kreatif tidak bisa lepas dari budaya

setempat. Sehingga, mengembangkan ekonomi kreatif berbasis budaya dan

kearifan lokal merupakan solusi alternatif untuk menstimulus perkembangan

ekonomi kreatif agar bisa mandiri dan bisa mengembangkan usaha terutama

di daerah. Pada umumnya setiap daerah memiliki potensi produk yang bisa

diangkat dan dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah

yang harus menjadi intinya kemudian ditambah unsur kreatifitas dengan

sentuhan teknologi.

F. Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal dalam Perspektif Ekonomi Islam

Sebagaimana dikutip oleh an-Nabhany dalam jurnalnya Siti dan

Muhfiatun mengatakan bahwa ada tiga pilar yang dipergunakan untuk

membangun sistem ekonomi dalam pandangan Islam, yaitu bagaimana harta

diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al-milkiyah), lalu bagaimana

pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), serta bagaimana

distribusi kekayaan di tengah masyarakat (tauzi’ul tsarwah bayna an-naas).

Tiga pilar ini, relevan pada kasus pengembangan ekonomi kreatif yang

14 Siti dan Muhfiatun. 2017. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Pandanus

Handicraft dalam Menghadapi Pasar Modern Perspektif Ekonomi Syariah (Study Case di Pandanus Nusa

Sambisari Yogyakarta). APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama ISSN 1411-8777 | EISSN 2598-

2176 Volume 17, Nomor 2. Hal 67

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

mengedepankan kreatifitas sumberdaya manusia yang pada akhirnya mampu

menciptakan produktivitas yang mampu memberikan full employment pada

masyarakat. Dengan begitu, cita-cita ekonomi Islam dalam hal pembangunan

segi ekonomi dengan mengentaskan kemiskinan dapat terwujud.

Pengembangan ekonomi kreatif dalam konteks ke Indonesia-an, ialah

mampu mengintegrasikan tekhnologi, informasi dengan tetap

mempertahankan kekhasan yang ada dalam rangka perbaikan ekonomi yang

lebih baik, untuk meraih keunggulan yang mampu menekan pengangguran

serta memberikan peluang yang adil sesama masyarakat. Hal tersebut sejalan

dengan tujuan dalam pembangunan ekonomi dalam Islam berkaitan dengan

konsep falah yang berarti kesejahteraan ekonomi di dunia dan keberhasilan

hidup di akhirat, yaitu kesejahteraan yang meliputi kepuasan fisik sebab

kedamaian mental yang hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang

antara kebutuhan materi dan ruhani dari personalitas manusia.

Sejarah kenabian yang dibawa oleh Rasulullah. Karena dalam

konteks kenabiannya, bahwa beliau telah menterjemahkan nilai-nilai

keragaman dalam realitas kehidupan umat manusia, yaitu dengan berpijak

pada etika kehidupan kemanusiaan (insaniyyah) yang universal. Artinya,

Ekonomi Kreatif berbasis kearifan lokal telah dicontohkan sejak zaman

Rasulullah, melalui nilai universalisme Islam yang mampu menghargai dan

bersikap arif terhadap tradisi lokal yang pada memunculkan penghargaan

terhadap kosmologi alam. Alam menjadi bagian kehidupan manusia yang

stabil dan ramah lingkungan. Karena itu, apresiasi terhadap budaya lokal

sebagai wujud akulturasi agama dan budaya, bahwa keberagamaan tidak

hanya dibentuk oleh wahyu dan teks, melainkan dibentuk oleh budaya

lokalnya. Ini dalam rangka mewujudkan keberagaman dalam keberagamaan,

khususnya menjamin hak-hak dasar masayakat lokal termasuk hak dalam

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

berekonomi15.

Selain itu, kearifan lokal dalam perspektif hukum ekonomi Islam

adalah ’urf. Secara etimologi ’urf berarti baik, kebiasaan dan sesuatu yang

dikenal. ‘Urf sering diartikan dengan segala sesuatu yang sudah saling

dikenal di antara manusia yang telah menjadi kebiasaan atau tradisi, baik

bersifat perkataan, perbuatan atau dalam kaitannya dengan meninggalkan

perbuatan tertentu. ‘Urf tidak terjadi pada individu tetapi merupakan

kebiasaan orang banyak atau kebiasaan mayoritas suatu kaum dalam

perkataan atau perbuatan. ‘Urf bukan kebiasaan alami, tetapi muncul dari

praktik mayoritas umat yang telah mentradisi16.

G. Penelian Relevan

Terdapat beberapa literatur yang berkaitan tentang penelitian ini, namun

kajiannya berbeda. Berikut ini rincian mengenai Penelitian Relevan yaitu :

1) Mursyid tahun 2011 mengkaji tentang Dinamika Pesantren dalam

Perspektif Ekonomi, hasil research nya mengatakan bahwa Pesantren

dalam menajamkan perannya di masyarakat pada era globalisasi

sekarang ini perlu melakukan up greading dan melakukan transformasi

agar tetap up to date dan menjadi primadona bagi masyarakat sekitar

terutama terhadap kemajuan ekonomi pasar bebas dan boom ekonomi

syariah agar kemandirian ekonomi akan tercapai. Oleh sebab itu,

merupakan tantangan bagi dunia pesantren untuk melakukan re-definisi

ulang visi, misi dan fungsi otentik ditengah-tengah modernis yang

meningkat. Persamaan dengan Penelitian penulis yaitu sama-sama

mengkaji tentang Pesantren dilihat dari perspektif ekonomi, tetapi

15 H.A.Djazuli. 2006. Kaidah-kaidah Fikih, Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group. Hal 102

16 Siti dan Muhfiatun. 2017. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Pandanus Handicraft dalam

Menghadapi Pasar Modern Perspektif Ekonomi Syariah (Study Case di Pandanus Nusa Sambisari Yogyakarta).

APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama ISSN 1411-8777 | EISSN 2598-2176 Volume 17, Nomor 2. Hal 68

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

perbedaannya penulis menghasilkan beberapa rekomendasi berupa

model pengembangan santripreneur didasarkan pada kearifan lokal yang

ada di pesantren melalui survey langsung ke beberapa pesantren yang

ada di wilayah Provinsi Banten sedangkan Mursyid hanya melakukan

studi pustaka.

2) Siti Nur Azizah dan Muhfiatun tahun 2017 mengkaji tentang

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Pandanus

Handicraft dalam menghadapi Pasar Modern Perspektif Cekonomi

Syariah (Study Case di Ponpes Pandanus Nusa Sabisari Yogyakarta),

hasil research nya menyatakan bahwa handycraft memiliki efek

multyplier terhadap masyarakat, karena anyaman pandan telah

berkontribusi menggerakan sektor perdagangan jasa dan pertanian. Serta

mampu mengembalikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat baik dari

sisi Integrasi sektor ekonomi maupun integrasi bidang sosial yang

meliputi ukhuwah islamiyah, dan terciptanya solidartas sosial.

Persamaan dengan Penelitian penulis yaitu sama-sama mengkaji tentang

Ekonomi Kreatif di Pesantren berdasarkan Syariah dan ada unsur

kearifan lokal, tetapi perbedaannya dalam penelitian tersebut hanya

mengkaji di satu pondok pesantren sedangkan penulis akan mengkaji di

beberapa pondok pesantren yang tersebar di Wilayah Provinsi Banten,

Selain itu penulis menemukan alternatif model pengembangan

santripreneur didasarkan pada temuan kearifan lokal tersebut sedangkan

hasil penelitian Siti dan Muhfiatun tidak menemukan atau menjelaskan

Model pengembangan tetapi hanya sebatas deskriptif hasil dari

Pandanus Handicraft.

3) Ririn Noviyanti tahun 2017 mengkaji tentang Peran Ekonomi Kreatif

Terhadap Pengembangan Jiwa Entrepreneurship di Lingkungan

Pesantren: Studi Kasus di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1,

hasil research nya menyatakan bahwa peran ekonomi kreatif terhadap

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

pengembangan jiwa entrepre-neurship di lingkungan pesantren yaitu

Memberikan stimulus perilaku kreatif dan inovatif atas suatu

produk/jasa, Mengekplorasi dan mengasah kemampuan/skill hingga

mampu bersaing dalam dunia kerja, Memberikan pengetahuan dengan

metode learning by doing sehingga pelaku wirausaha dapat

mempraktikkan secara langsung materi dan segera mengevaluasi

kekurangan dan kesalahan, serta Memberikan pelatihan tentang analisis

SWOT (Strenght, Weakness, Oppor-tunity dan Threat). Persamaan

dengan Penelitian penulis yaitu sama-sama mengkaji tentang Ekonomi

Kreatif di Pondok Pesantren. Namun memiliki perbedaan yaitu Ririn

hanya meneliti di satu pondok pesantren tentang seberapa kuat pengaruh

Ekonomi Kreatif terhadap Pengembangan Jiwa Entre-preneurship di

Lingkungan Pesantren sedangkan penulis meneliti ke beberapa pondok

pesantren yang berada di Wilayah Provinsi Banten dan yang di teliti

lebih ke aspek kearifan lokal, Potensi Usaha, serta alternatif Model-

model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak Ekonomi

Kreatif Berbasis Syariah.

4) Ahmad Sururi tahun 2017 mengkaji tentang Inovasi Model

Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif Provinsi Banten. Hasil

reseach nya menunjukkan bahwa Provinsi Banten memiliki modal dan

potensi dari ekspor produk, terdapat peluang-peluang yang dapat

dimanfaatkan, dan perlu penguatan sinergitas antara berbagai aktor

ekonomi kreatif yaitu masyarakat, pemerintah, akademisi/intelektual,

pelaku bisnis dan komunitas kreatif sehingga dapat mendorong

pengembangan ekonomi kreatif di Provinsi Banten melalui sebuah

inovasi model pengembangan kebijakan ekonomi kreatif. Persamaan

dengan Penelitian penulis yaitu sama-sama mengkaji tentang model

pengembangan ekonomi kreatif di provinsi Banten. Tetapi

perbedaannya, Ahmad Saruri meneliti tentang Produk yang sudah Ekpor

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

di berbagai Industri yang ada di Provinsi Banten, sedangkan penulis

meneliti tentang Model Pengembangan Ekonomi Kreatif di lingkungan

Pondok Pesantren. Selain itu, Ahmad Saruri meneliti lebih ke aspek

Administrasi Negara yaitu Kebijakan, sedangkan penulis lebih kepada

aspek sosiologi dan Ekonomi yaitu kearifan lokal, Potensi Usaha, serta

alternatif model-model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak

Ekonomi Kreatif Berbasis Syariah.

5) Zuanita, Azmi, Retno tahun 2018 mengkaji tentang Membangun Jiwa

Enterpreneurship Santri Melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Kreatif

di Pondok pesantren Raudlotul Qur‟an. Hasil reseach nya menunjukkan

bahwa jiwa enterpreneurship santri yang terbangun mulai berkembang

setelah diadakannya pendampingan. Para Santri semakin kritis dengan

keadaan lingkungan dan berpikir bahwa limbah dapat bernilai ekonomi

seperti kelapa tua yang terselipkan diantara degan-degan dapat diolah

menjadi Virgin Coconut Oil (VCO), tempurung kelapa dijadikan bahan

arang, limbah-limbah plastik bungkus jajanan dan minuman ringan

menjadi tas, dan kulit pisangpun dapat dijadikan bahan pembuatan

brownies. Persamaan dengan Penelitian penulis yaitu sama-sama

mengkaji tentang Ekonomi Kreatif di Pondok Pesantren. Namun

Perbedaannya yaitu peneliti Melakukan Penelitian di berbagai pondok

pesantren di Wilayah Provinsi Banten, sedangkan Zuanita, Azmi, dan

Retno hanya meneliti di satu Pondok Pesantren yaitu Pondok pesantren

Raudlotul Qur‟an. Selain itu, Bahan Kajian penulis mengkaji tentang

kearifan lokal, Potensi Usaha, serta alternatif model-model

Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif

Berbasis Syariah dengan melakukan survey dan wawancara, sedangkan

Zuanita, Azmi, dan Retno meneliti hasil pelaksanaan pengabdian di

Pondok Pesantren dengan menggunakan metode Trainning of Trainner

(TOT) yaitu melalui pemberian materi melalui ceramah, kemudian

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

dilanjutkan dengan praktik langsung oleh masing-masing peserta,

kemudian dilakukan pendampingan kepada pengurus ponpes (15 orang

Putri dan 10 orang Putra) dengan memproduksi masing-masing produk

yaitu VCO, arang, browncankupang, kreasi dompet dan tas dari bungkus

marimas.

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini yaitu di wilayah Provinsi Banten. Namun karena

keterbatasan waktu, dana dan masih dalam kondisi Pandemi Covid-19, maka

dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian di wilayah Kota

Tangerang Selatan.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai pada tahap

pelaporan yaitu dilakukan selama 7 bulan yaitu mulai bulan April sampai

dengan Oktober 2020. Sedangkan pengumpulan datanya 2 bulan yaitu bulan

Juli sampai dengan bulan Agustus, hal ini dikarena kondisi pandemi Covid-

19 yang menyebabkan banyak instansi pemerintah dan beberapa pondok

pesantren yang lockdown sehingga menyulitkan kami memperoleh perizinan

penilitian. Berikut ini merupakan rancangan alokasi waktu penelitian :

Tabel 3.1

Rancangan Alokasi Waktu Penelitian

No KegiatanBulan

April Mei Juni Juli Agst Sept Okt

1 Revisi Proposal Penelitian V

2 Penyusunan Instrumen Penelitian V

3 Pengujian Instrumen Penelitian V V

4 Bimbingan I (WIP 1) V

5 Pengumpulan Data V V

6 Pengolahan Data V V

7 Penyusunan Laporan Penelitian V V V V

8 Bimbingan II (WIP 2) V

9 Pengumpulan Laporan Penelitian V

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

B. Setting (Latar) Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat terkait dengan Model

Pengembangan Santripreneur Sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif Berbasis

Syariah di Provinsi Banten yaitu pertama Kantor Kementrian Agama Kota

Tangerang selatan untuk mengetahui perkembangan pondok pesantren di

wilayah Tangerang selatan. Kedua, Forum Silaturahmi Pondok Pesantren

(FSPP) Kota Tangerang Selatan, dimana FSPP ini merupakan wadah dari suatu

Forum silaturahmi yang berfungsi mengumpulkan suatu aspirasi dari

perwakilan pondok pesantren yang ada di Kota Tangerang Selatan sehingga bisa

saling berdiskusi tentang perkembangan dan permasalahan yang dihadapi oleh

masing-masing pondok pesantren yang ada di Kota Tangerang Selatan. Keluh

kesah ini yang nantinya akan disampaikan ke tingkat Provinsi bahkan nasional

untuk kemajuan pondok pesantren secara keseluruhan. Dan Ketiga, beberapa

pondok pesantren yang ada di wilayah Tangerang Selatan.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Teknik Pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara

dengan Pihak Kemenag Kota Tangerang Selatan, Pimpinan/ Ketua Forum

Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Tangerang Selatan, dan beberapa

Pengelola atau pimpinan Pondok Pesantren yang berada di Wilayah Kota

Tangerang Selatan, Studi Dokumentasi dan Study Pustaka.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu pihak-pihak yang berkaitan

Santripreneur di Kota Tangerang Selatan. Sampelnya yaitu pihak-pihak yang

ada di wilayah Kota Tangerang Selatan yang merupakan bagian dari Provinsi

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Banten meliputi Kemenag Kota Tangsel, FSPP Kota Tangsel, dan Beberapa

pimpinan/ pengelola pondok pesantren di Kota Tangsel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data melalui wawancara langsung ke Kemenag

Kota Tangsel, FSPP Kota Tangsel, dan Beberapa pimpinan/ pengelola pondok

pesantren di Kota Tangsel, Dokumen-dokumen pendukung dan Studi Pustaka.

E. Prosedur Pengolahan Data

Yang menjadi responden penelitian adalah Pihak Kemenag Kota

Tangerang Selatan, dan Pimpinan/ Ketua Forum Silaturahmi Pondok

Pesantren (FSPP) Kota Tangerang Selatan, dan beberapa Pengelola atau

Pimpinan Pondok Pesantren yang berada di Wilayah Provinsi Banten.

Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Berikut rincian

tentang desain penelitian :

Tabel 3.2 Desain Penelitian

No Pertanyaan Indikator Jenis DataSumber

Data

Kemenag Kota Tangerang Selatan

1 Model

Pengembangan

Santripreneur

1. Perkembangan Pondok Pesantren di Kota

Tangerang Selatan?

2. Jumlah Pondok pesantren yang terdaftar

3. Program khusus dari Kementrian Agama Kota

Tangerang Selatan tentang pengembangan

santripreneur sebagai penggerak ekonomi

kreatif berbasis syariah

4. Hambatan dalam pengembangan

santripreneur sebagai penggerak ekonomi

kreatif

5. Harapan kedepan bagi pondok pesantren

dalam meningkatkan ekonomi kreatif

berbasis syariah

Wawancara

dan Dokumen

Kemenag

Kota Tangsel

Pimpinan/ Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Tangerang Selatan

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

1 Model

Pengembangan

Santripreneur

1. Jumlah Pondok Pesantren yang tergabung

dalam FSPP

2. Kegiatan yang dilakukan oleh FSPP terkait

peningkatan kualitas Santripreneur di

pondok pesantren

3. Pihak-pihak yang mendukung kegiatan

4. Hambatan FSPP terkait program tsb

5. Harapan kedepan agar pondok pesantren bisa

semakin berkualitas

6. Model pengembangannya

Wawancara

dan Dokumen

Pimpinan/

Ketua FSPP

Kota Tangsel

Pengelola atau Pimpinan Pondok Pesantren

1 Bagaimana

kearifan lokal

para santri

kaitannya

dengan ekonomi

kreatif di

Pondok

Pesantren?

1. Potensi Lokal yang dimiliki Pondok

Pesantren

2. Program penciptaan wirausahawan

(santripreneur)

3. Keberadaan santripreneur sesuai dengan

potensi lokal atau kearifan lokal yang ada

Primer :

Wawancara

Sekunder :

Dokumentasi

Pengelola

Pondok

Pesantren

2 Bagaimana

Potensi Usaha

yang dikelola

oleh para Santri

di Pondok

Pesantren ?

1. Jenis usaha yang dilakukan oleh para santri

di pondok pesantren

2. Rencana Usaha yang dilakukan untuk lebih

mengoptimalkan keberadaan wirausaha di

pondok pesantren

3. Pihak yang mendukung kegiatan Ekonomi

Kreatif di Pondok Pesantren

4. Fasilitas/ sarana dan prasarana yang dimiliki

pondok pesantren dalam berwirausaha

5. Sistem manajemen pengelolaan

kewirausahaannya (berbasis syariah)

Primer :

Wawancara

Sekunder :

Dokumentasi

Pengelola/

Pimpinan

Pondok

Pesantren

3. Bagaimana

Model

Pengembangan

Santripreneur

sebagai

Penggerak

Ekonomi

Kreatif Berbasis

Syariah di

Provinsi Banten

?

1. Kendala-kendala yang dihadapi ketika

melakukan wirausaha di pondok pesantren

2. Harapan kedepan terkait pengembangan

ekonomi kreatif di pondok pesantren

3. Model Pengembangan Santripreneur yang

dijadikan sebagai Penggerak Ekonomi

Kreatif Berbasis Syariah di pondok

pesantren

Model

dirumuskan

sejalan dengan

Hasil Analisis

Peneliti

Tim Peneliti

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian

No Sumber Data Pertanyaan Indikator

1 Kemenag Kota 1. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren di Model

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Tangsel Kota Tangerang Selatan?

2. Ada Berapa Jumlah Pondok pesantren yang

terdaftar di Kota Tangerang Selatan?

3. Apakah ada program khusus dari Kementrian

Agama Kota Tangerang Selatan tentang

pengembangan santripreneur sebagai penggerak

ekonomi kreatif berbasis syariah? Seperti apa?

4. Apa hambatan selama ini dalam pengembangan

santripreneur sebagai penggerak ekonomi kreatif di

Pondok Pesantren khususnya di wilayah Kota

Tangerang Selatan?

5. Apa harapan kedepan bagi pondok pesantren yang

ada di Kota Tangerang Selatan dalam rangka

meningkatkan ekonomi kreatif berbasis syariah?

Model pengembangannya seperti apa? Siapa saja

yang diharapkan terlibat?

pengembangan

santripreneur

2 Pimpinan/ Ketua

FSPP

1. Ada berapa Jumlah Pondok Pesantren yang

tergabung dalam FSPP Kota Tangerang

Selatan?

2. Apakah ada kegiatan yang dilakukan oleh

FSPP Kota Tangerang Selatan terkait

peningkatan kualitas Santripreneur di pondok

pesantren? Seperti apa ?

3. Pihak-pihak mana saja yang mendukung

kegiatan tersebut?

4. Apa hambatan yang dirasakan FSPP selama ini

terkait program tersebut?

5. apa harapan kedepannya agar pondok

pesantren yang ada di Kota Tangerang Selatan

bisa semakin berkualitas terutama dalam hal

pencetakan santripreneur sebagai penggerak

ekonomi kreatif? Model pengembangannya

seperti apa? Siapa saja yang diharapkan dapat

terlibat?

3 Pengelola Pondok

Pesantren

1. Potensi Lokal yang dimiliki Pondok Pesantren

ini?

2. Apakah di Pondok Pesantren ini memiliki

program penciptaan wirausahawan (santripreneur)?

Jika Ya, bisa di jelaskan Program pengembangan

seperti apa sehingga bisa membentuk santripreneur

yang baik?

3. Apakah keberadaan santripreneur yang ada

sudah sesuai dengan potensi lokal atau kearifan

lokal yang ada? Bisa dijelaskan kenapa?

4. Jenis usaha apa saja yang sudah dilakukan oleh

para santri di pondok pesantren ini?

5. Rencana Usaha apa yang akan dilakukan untuk

lebih mengoptimalkan keberadaan wirausaha yang

ada di pondok pesantren?

6. Siapa saja yang mendukung kegiatan Ekonomi

Kreatif di Pondok Pesantren?

7. Fasilitas/ sarana dan prasarana apa saja yang

sudah dimiliki pondok pesantren yang digunakan

oleh para santri berwirausaha?

8. Apakah Sarana dan Prasarana yang ada sudah

1. Kearifan lokal

kaitannya dengan

ekonomi kreatif di

Pondok Pesantren

2. Potensi Usaha

yang dikelola di

Pondok Pesantren

3. Model

pengembangan

santripreneur

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

mendukung para santri dalam berwirausaha? Sarana

dan prasarana apa yang kira-kira masih diperlukan?

9. Apakah sistem manajemen pengelolaan

berbasis syariah? Kenapa, Bisa dijelaskan seperti

apa?

10. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh

para santri ketika melakukan wirausaha di pondok

pesantren?

11. Apa harapan kedepan terkait pengembangan

ekonomi kreatif di pondok pesantren?

12. Menurut Bapak/ Ibu/ Saudara kira-kira Model

Pengembangan Santripreneur seperti apa yang di

harapkan oleh Pondok Pesantren agar mampu

dijadikan sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif

Berbasis Syariah di pondok pesantren !

Tabel 3.4 Dokumen yang di Butuhkan

No Dokumen yang dibutuhkan Sumber Data

1. Laporan Kemenag Tahun 2019 dan informasi tentang KASI PAKIS

Kemenag Kota

Tangsel

2. Laporan FSPP Tahun 2019 Terutama tentang Perkembangan Pondok

Pesantren

3. Dokumen Lainnya

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan uji validitas

internal (credibility) yaitu melalui kepercayaan terhadap ucapan yang

diungkapkan oleh responden sebagai informan, uji validitas eksternal

(transferability) yaitu dilakukan dalam konteks (setting) tertentu yang dapat

ditransfer ke subyek lain yang memiliki tipologi yang sama, uji reliabilitas

(dependentbility) yaitu dengan cara mengecek konsep rencana penelitiannya

dengan teknik pengumpulan data dan pengintepretasiannya, dan uji

obyektivitas (confirmability).

Untuk Uji validitas internal (credibility), penulis melakukan 1)

Perpanjangan pengamatan melalui terjun langsung ke lokasi penelitian tidak

hanya 1 kali tetapi beberapa kali, 2) Triangulasi yaitu melalui pengecekan

data dari berbagai sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu (perbandingan

tahun). 3) Diskusi dengan teman yang memiliki pemahaman tentang

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

santripreneur, 4) Menggunakan bahan referensi yaitu menggunakan

pendukung rekaman wawancara untuk membuktikan data penelitian, 5)

Mengadakan member check yaitu dengan cara mengklarifikasi data kepada

pemberi data agar data benar-benar valid.

G. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data menggunakan model analisis interaktif Miles dan

Huberman melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan17.

1) Data Reduction (Reduksi Data) ; Data yang diperoleh di lapangan

kemudian dirangkum, dipilih mana hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang

tidak perlu. Pada saat mereduksi data dibantu dengan alat elektronik

seperti : komputer, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2) Data Display (Penyajian Data) ; Setelah data direduksi, maka langkah

berikutnya adalah mendisplaykan data, maksudnya adalah menguraikan

data secara singkat dalam bentuk naratif baik melalui bagan, grafik,

matriks, network (jejaring kerja), hubungan antar kategori, flowchart

dan sebagainya. Intinya data-data yang ditemukan di lapangan,

selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila

pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian,

maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah.

Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

3) Conclusion Drawing/ verification ; Langkah ketiga adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Bila kesimpulan telah didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

17 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Qualitative And

Quantitative Research Methods). Bandung: Alfabeta.

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya). Berikut ini gambaran

teknik analisis Interaktif Miles dan Huberman :

Gambar 3.1 Skema Analisis Data Miles dan Huberman

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan

1. Geografis Kota Tangerang Selatan

Sumber : Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan merupakan kota termuda yang resmi

memisahkan diri sejak tahun 2008 dari Kabupaten Tangerang, terletak di bagian

Timur Propinsi Banten yang secara geografis berada diantara 6º39’ - 6º47’

Lintang Selatan dan 106º14’ - 106º22’ Bujur Timur dengan luas wilayah 147,19

kilometer persegi (km²) atau sebesar 1,63 persen dari luas wilayah Provinsi

Banten. Sedangkan secara administratif, Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7

Kecamatan, dan 54 kelurahan.

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Kota Tangerang Selatan disahkan pada Sidang Paripurna DPR RI Hari

Rabu, tanggal 29 Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undang-undang

Nomor 51 Tahun 2008, setelah melalui perjuangan panjang sejak tahun 2000

melalui wacana pembentukan Kota Cipasera. Wilayah Kota Tangerang Selatan

mempunyai batas administrasisebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta

Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat (Kota Depok)

dan DKI Jakarta

Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat (Kab. Bogor)

dan Kota Depok

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

Pondok Aren merupakan kecamatan terluas di Kota Tangerang Selatan

dengan luas 29,88 kilometer persegi sedangkan Setu merupakan kecamatan

terkecil dengan luas 14,80 kilometer persegi.

Sumber : https://tangselkota.bpjs.go.id

Gambar 4.2 Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Sumber : https://tangselkota.bpjs.go.id

Gambar 4.3 Wilayah Kota Tangerang Selatan

B. Gambaran Umum Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

1. Visi dan Misi Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

VISI

Terwujudnya Masyarakat Kota Tangerang Selatan yang Taat Beragama,

Ruku, Cerdas dan Sejahtera Lahir dan Batin menuju Kota Tangerang Selatan

yang Mandiri, Modern, dan Berkepribadian

MISI

1. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran agama

2. Memantapkan kerukunan intern dan antar umar beragama dengan

pemerintah

3. Menyediakan pelayanan kehidupan beragama yang merata dan

berkualitas

4. Mewujudkan, meningkatkan pemanfaatan, dan kualitas pengelolaan

potensi ekonomi keagamaan (Zakat, Wakaf, Infak dan shodakoh)

5. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji yang berkualitas dan

akuntanbel

6. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum bercirikan agama

pendidikan agama pada satuan pendidikan umum dan pendidikan

keagamaan

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

7. Mewujudkan tatakelola pemerintah yang bersih, akuntabel dan

terpercaya

2. Struktur Organisasi Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

Berikut ini merupakan Struktur Organisasi Kementrian Agama Kota

Tangerang Selatan :

Sumber : Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

3. Seksi Pakis

Bidang Garapan Seksi Pakis

1. Pendidikan Agama Islam pada Sekolah

2. Pendidikan Diniyah Takmiliyah

3. Pendidikan Al-Quran

4. Pendidikan Pondok Pesantren

4. Struktur Organisasi Seksi Pakis

Berikut ini merupakan struktur organisasi Seksi Pakis :

Sumber : Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Seksi Pakis

5. Tugas dan Fungsi Seksi Pakis

Tugas dan fungsi pakis yaitu :

1. Seksi Pensisikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan

Pendidikan Dasar mempunyai tugas dan fungsi menyiapkan bahan

pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang

pendidikan agama islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan

Dasar.

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

2. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah mempunyai

tugas dan Fungsi menyiapkan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan

teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan agama islam pada Pendidikan

Menengah

3. Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran mempunyai tugas dan fungsi

menyiapkan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan

pembinaan di bidang pendidikan Diniyah Takmiliyah, Diniyah Formal,

dan Kesetaraan Pendidikan Al-Quran

4. Seksi Pendidikan Pondok Pesantren mempunyai tugas dan fungsi

menyiapkan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan

pembinaan di bidang pendidikan Pondok Pesantren

5. Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam

mempunyai tugas dan fungsi menyiapkan bahan pelaksanaaan pelayanan,

bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi

Penddikan Agama dan Keagamaan Islam

6. Pondok Pesantren

1. Menyusun Data Guru Pondok Pesantren

2. Menyusun data siswa Pondok Pesantren

3. Pembuatan izin operasional Pondok Pesantren

4. Mengaktifkan WEBSITE PAKIS Kemenag Kota Tangerang Selatan :

pakiskotatangsel.com

5. Memanfaatkan WEBSITE PAKIS sebagai media komunikasi antara

seksi PAKIS Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan dengan 4

bidang garapannya

6. Updating data berbasis ICT

7. Menyusun PAKIS Kemenag Kota Tangerang Selatan dalam angka

(panduan)

8. Pembinaan Guru Pondok Pesantren dalam meningkatkan kompetensinya

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

9. Menugaskan Guru Pondok Pesantren dalam pelatihan-pelatihan

peningkatan kompetensi

10. Pembinaan Organisasi Pondok Pesantren

11. Mengadakan musyawarah dengan para pengasuh Pontren

12. Pembuatan Surat Keputusan organisasi FSPP (Forum Silaturahmi ondok

Pesantren)

13. Pengajuan tunjangan fungsional guru pondok pesantren

14. Pengajuan tunjangan fungsional guru pondok pesantren

15. Mendorong keaktifan FSPP di tingkat Kota Tangerang Selatan dan

masing-masing kecamatan

16. Mengirim utusan dalam kegiatan POSPEDA

17. Mengadakan Musyabaqoh Qiroatul Kutub

18. Memfasilitasi pendaftaran Beasiswa Santri Berprestasi

19. Membahas Raperda Pendidikan Diniyah Kota Tangerang Selatan

20. Mengajukan Raperda Pendidikan Diniyah Kota Tangerang Selatan

untuk disyaahkan menjadi Perda Pendidikan Diniayah Kota Tangerang

Selatan

21. Koordinasi Lintas Sektoral dalam Pengembangan Pondok Pesantren

C. Gambaran Umum Pondok Pesantren di Kota Tangerang Selatan

1. Data Pontren di Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan Informasi dari Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan

diperoleh informasi bahwa pada tahun 2016, tercatat jumlah Santri sebanyak

8.242 dari berbagai pondok pesantren yang terdaftar di Kementrian Agama

Kota Tangerang Selatan. Dimana jumlah yang paling dominan yaitu santriwati

yaitu berjumlah 4.260, sedangkan jumlah santriwan berjumlah 3.982.

Kemudian, berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa para santri ini ada

yang mukim dan non mukim, dimana didominasi oleh para santri yang non

mukim. Jumlah santri yang non mukim sebanyak 5.243 orang sedangkan santri

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

yang mukim sebanyak 2.999, ini mengindikasikan banyaknya minat masyarakat

untuk menitipkan putra dan putrinya di pondok pesantren agar kelak mereka

memiliki ilmu agama yang kuat sehingga menjadi putra dan putri yang

memiliki akhlak yang baik. Berikut ini adalah informasi tentang Pontren di

Kota Tangerang Selatan :

Sumber : Kementrian Agama Kota Tangsel, Khodimul Umah Edisi No 01 tahun 2016

Gambar 4.6 Data Jumlah Santri Pontren

Sumber : Kementrian Agama Kota Tangsel, Khodimul Umah Edisi No 01 tahun 2016

Gambar 4.7 Data Pontren di Kota Tangerang Selatan

Page 50: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Sumber : Kementrian Agama Kota Tangsel, Khodimul Umah Edisi No 01 tahun 2016

Gambar 4.8 Data Santri antara yang mukim dan non mukim di Kota Tangerang

Selatan

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kota Tangerang Selatan dengan

mendatangi : pertama, Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang selatan

untuk mengetahui perkembangan pondok pesantren di wilayah Tangerang

selatan. Kantor kementrian agama ini sebagai pusat pengelolaan kebijakan

dan perizinan tentang keberadaan dan perkembangan pondok pesantren di

Kota Tangerang Selatan. Kedua, Forum Silaturahmi Pondok Pesantren

(FSPP) Kota Tangerang Selatan, dimana FSPP ini merupakan wadah dari

suatu Forum silaturahmi yang berfungsi mengumpulkan suatu aspirasi dari

perwakilan pondok pesantren yang ada di Kota Tangerang Selatan sehingga

bisa saling berdiskusi tentang perkembangan dan permasalahan yang

dihadapi oleh masing-masing pondok pesantren yang ada di Kota Tangerang

Selatan. Keluh kesah ini yang nantinya akan disampaikan ke tingkat Provinsi

bahkan nasional untuk kemajuan pondok pesantren secara keseluruhan.

Page 51: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Ketiga, beberapa pondok pesantren yang ada di wilayah Tangerang

Selatan. Dari beberapa pondok pesantren yang penulis jadikan sampel hanya

9 pondok pesantren dari 14 pondok pesantren yang penulis datangi

berkenaan dengan perizinan penelitian baik secara online maupun offline

yaitu Pondok Pesantren Al Amanar Al Ghontory, Pondok Pesantren Al

Husny, dan Pondok Pesantren Al Muqriyah. Pondok Pesantren Darul Tauhid,

Pondok Pesantren Sabilussalam, Pondok Pesantren Sabiluna, Pondok

Pesantren Jamiah Islamiyah, Pondok Pesantren Sunanul Husna, dan Pondok

Pesantren Daar Alhikam. Selebihnya mereka menolak dijadikan tempat

penelitian dikarenakan kekawatiran adanya Covid-19.

Hasil Wawancara

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada 11

Responden yaitu Kasi Pakis Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan,

Pimpinan FSPP Kota Tangerang Selatan, dan 9 Pondok pesantren yang

berada di wilayah Kota Tangerang Selatan baik secara offline maupun

online. Untuk pengambilan data penelitian secara offline penulis peroleh dari

Kasi Pakis Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan, Pimpinan FSPP

Kota Tangerang Selatan, Pondok Pesantren Al Husny, dan Pondok Pesantren

Al Muqriyah. Sedangkan pengambilan data online penulis lakukan kepada

Pondok Pesantren Al Amanar Al Ghontory, Pondok Pesantren Darul Tauhid,

Pondok Pesantren sabilussalam, Pondok Pesantren Sabiluna, Pondok

Pesantren Jamiah Islamiyah, Pondok Pesantren Sunanul Husna, dan Pondok

Pesantren daar alhikam Pesantren sabilussalam, Pondok Pesantren Sabiluna,

Pondok Pesantren Jamiah Islamiyah, Pondok Pesantren Sunanul Husna, dan

Pondok Pesantren daar alhikam. Berikut kesimpulan hasil wawancaranya :

Page 52: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

1) KASI PAKIS Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan (Edi

Suharsongko)

KASI PAKIS yaitu kasi pendidikan agama dan keagamaan islam

yang menaungi pondok pesantren, Diniah dan TPQ guru-guru agama

islam di sekolah UMUM SD SMP dan SMA se Kota Tangsel.

Perkembangan pontren di Tangsel relatif bagus, apalagi setelah adanya

UUD Pontren memberikan respon yg sangat baik di masyarakat. Hanya

saja di Tangsel jumlah Pontren tidak sebanyak di kabupaten tangerang

selatan. Pada tahun 2013, jumlah Pontren di Tangsel sudah mengalami

peningkatan baik yang memiliki izin operasional maupun yang belum

memiliki izin. Selain peningkatan, ada juga beberapa pontren yang harus

menutup Pontrennya, hal ini dikarenakan pimpinan Pontren meninggal

dunia sehingga pondok pesantrennya tidak berlanjut padahal Pontren

tersebut sudah memiliki izin operasional. Namun karena tidak ada

penerus, mengakibatkan pontren tersebut tutup. Saat ini jumlah Pontren di

Tangsel ada sekitar 72 pondok pesantren berdasarkan pada izin

operasional yang tercatat di Kemenag Tangsel. Jumlah Pontren sebetulkan

bisa bertambah karena ada juga beberapa pontren yang belum terdaftar di

Kemenag Tangsel.

Kemenag Tangsel tidak memiliki program santripreneur, namun

pernah mengusulkan ke pemkot tetapi belum ada respon. Karena itu,

sampai saat ini Kemenag Tangsel belum memiliki data tentang

wirausahawan yang ada di pondok pesantren. Oleh karena itu,

Pengembangan santripreneur di Tangsel belum ada, hal ini dikarenakan

keterbatasan anggaran dari Kemenag Pusat sehingga dana yang ada sangat

minim. Memang Kemenag Tangsel sempat dilibatkan kegiatan-kegiatan

dari Kemenag Pusat, seperti Kegiatan akhir tahun kemaren tetapi karena

kita masuk zona merah sehingga terjadi penundaan. Upaya-upaya lain dari

Kemenag ada tetapi belum begitu masif, hal ini dikarenakan Tangsel

Page 53: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

secara teritorial tidak terlalu luas dan lahannya relatif mahal sehingga

pengembangan santripreneur tergantung program kerja di masing-masing

pondok pesantren. Misalnya ada pengembangan santripreneur di pondok

pesantren yang arahnya ke perdagangan seperti minimarket tetapi

skalanya tidak terlalu besar tujuannya hanya sebatas untuk pelayanan

kepada santri. Tetapi ada juga Pengembangan santripreneur yang sifatnya

bisnis kepada masyarakat, namun sedikit sekali paling hanya satu atau dua

saja dan sifatnya semacam usaha budi daya. Kalau di Kabupaten

Tangerang relatif lebih banyak untuk santripreneur tetapi kalau di Tangsel

masih minim dan sifatnya hanya sebatas pelayanan kebutuhan santri.

Hambatan pengembangan santripreneur di Wilayah Tangsel saat ini

selain dana adalah lahan, karena habis oleh perumahan. Masalah ini sama

dengan yang di hadapi oleh beberapa pondok pesantren di Tangsel

kaitannya dengan pengembangan santripreneur yaitu keterbatasan lahan,

karena lahan yang ada habis digunakan untuk perluasan gedung asrama

dan sarana prasarana di ponpes tersebut. Awalnya memang ada kerja sama

dengan pihak lain untuk pelatihan santripreneur, Misalnya Pemkot pernah

mengadakan kegiatan pelatihan yang melibatkan beberapa ponpes, tetapi

karena melihat tangsel lahannya sempit maka pelatihannya hampir tidak

ada, seperti pelatihan yang diadakan oleh pemkot bulan juni rata-rata

peserta pelatihannya kebanyakan dari cilegon karena disana lahannya

masih banyak sedangkan dari kami hampir tidak ada.

Harapan kemenag yaitu akademisi bisa duduk bersama untuk

berpartisipasi mengembangkan santripreneur, meskipun lahannya sempit

mungkin ada kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan. Sehingga ada kajian

yang mendalam tentang santripreneur dan kepedulian dengan lingkungan

di sekitar pontren, dan itu sangat dinantikan oleh masyarakat. Model

pengembangannya bisa melalui pelatihan-pelatihan dengan melibatkan

peserta dr pontren, akademisi, kemenag, dan pemerintah tangsel, serta

Page 54: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

pihak-pihak lainnya. Seperti Kegiatan Pontren sehat yang melibatkan

fakultas kedokteran, kemenhas, kemenag, pontren meskipun sifatnya pilot

projet yaitu hanya melibatkan 3 pontren namun dengan adanya

kesinambungan, program ini diharapkan dapat mengembangkan

santripreneur. Karena Kepedulian terhadap pontren saat ini belum

maksimal padahal dana Pemda banyak tp anggaran untuk pontren belum

ada.

2. Ketua/ Pimpinan Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota

Tangerang Selatan (Bapak Musli Hudin)

Pondok Pesantren yg bergabung di FSPP yaitu ada 56 pondok

pesantren dari Total keseluruhan 70 ponpes yg terdaftar di Tangsel.

Sebagian masih proses izin ke Kemenag. Termasuk Salafi dan Modern,

namun mayoritas di Tangsel adalah Modern ada yg lebih konsen ke quran,

tahfiz, sekolah umum intinya lebih ke modern. Secara khusus belum ada

kegiatan yang dilakukan oleh FSPP terkait peningkatan kualitas

Santripreneur di pondok pesantren, tetapi klo koordinasi kegiatan selalu

ada. Selama ini terbentur covid, awalnya FSPP akan mengumpulkan dan

memamerkan karya-karya anak santri yang kemudian dijual apakah

dalam bentuk lukisan atau dagangan seperti keripik pisang, singkong

namun terbentur covid.

Sementara Kemenag Tangsel mendukung kegiatan santripreneur

melalui Kasi Pesantren (Pa Eko), dan FSPP hanya sebatas memfasilitasi

pengembangan bakat-bakat yang ada di pondok pesantren. Di Tangsel

kewirausahaannya lebih banyak ke sektor makanan, sedangkan perniagaan

belum, dan untuk koperasi memang ada yang punya ada juga yang belum,

ada juga pontren yang punya warung-warung kecil.

Hambatan yang dirasakan FSPP selama ini terkait dengan

pengembangan santripreneur yaitu kurangnya kerja sama baik dengan

Page 55: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

pemerintah maupun pihak swasta. Harusnya ada kontribusi pemkot untuk

memberikan hibah kepada forum pesantren untuk

ngembanginmengembangkan kewirausahaa di pontren-pontren yang

tersebar di Tangsel. Selama ini, santripreneur yang ada muncul dari

keinginan pimpinan pondok pesantren saja seperti adanya koperasi,

sablon, dan lain-lain. Hambatan lainnya adalah pendanaan, tidak adanya

pembinaan secara khusus atau instruktur secara rutin.

Harapan kedepannya agar pondok pesantren yang ada di Kota

Tangerang Selatan bisa semakin berkembang yaitu adanya kerjasama yang

inten antara Kemenag, Pemkot, Kesra dengan cara memberikan

bimbingan, dana, dan pembinaan yang bisa diberikan ke para santri.

Tetapi dengan catatan tidak mengganggu pendidikan mereka misalnya

hari sabtu atau minggu selesai mengaji dan belajar, supaya mereka tidak

jenuh mengaji mulu terus. Harapannya para santri kedepannya bisa

mandiri, karena tidak semua para santri ini menjadi ustad atau kiayi

syukur-syukur bisa menjadi kiyai dan pengusaha.

Kota Tangsel terkenal dengan kota hunian dan jasa, sehingga yang

paling cocok wirausaha bagi para santri yaitu kuliner. Tetapi bagusnya ada

ciri khas sehingga nantinya bisa diberdayakan. Selain itu, menjalin kerja

sama dengan semua dinas yang ada dengan cara mempromosikan

produknya karena secara otomatis jika program ini berhasil akan

memajukan Tangsel juga. Memang tidak mudah menentukan formasi yang

tepat, tetapi setidaknya kita memiliki SDM untuk pengembangan

santripreneur yaitu para santri dan guru tinggal pengembangannya apakah

dalam bentuk pelatihan dan pendampingan tetapi jika pengembangannya

ke arah peternakan atau perkebunan, belum bisa hal ini dikarenakan

keterbatasan lahan. Karena itu, menurut kami yang paling tepat lebih ke

arah kuliner yang nantinya bisa dijual.

Page 56: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

3. Beberapa Pondok Pesantren di Kota Tangerang Selatan

1) Potensi Lokal yang dimiliki Pondok Pesantren di Tangsel

Potensi lokal yang dimiliki Pondok pesantren di Kota Tangsel saat ini,

rata-rata lebih banyak ke arah perniagaan seperti warung, kopontren

(koperasi pesantren), minimarket, dan kantin. Memang sebelumnya

potensi lokalnya ke arah peternakan kambing dan ikan, perkebunan

dengan menanam pohon mangga, multimedia yaitu radio, dan sablon.

Tapi saat ini, potensi tersebut sudah tidak ada lagi (Off), bahkan ada

beberapa pondok pesantren yang dari dulu sampai sekarang tidak

mengetahui potensi lokal yang dimilikinya dikarenakan pondok

pesantrennya tidak memiliki sumber daya alam sehingga tidak ada

kegiatan kewirausahaan dipondok pesantrennya.

2) Program penciptaan wirausahawan (santripreneur) di Pondok

Pesantren

Program penciptaan wirausahawan (santripreneur) di Pondok Pesantren

saat ini ada yang ke arah multimedia, percetakan sablon, pembuatan

peci, kuliner, dan perniagaan. Namun yang dapat berjalan sampai saat

ini hanya ke arah perniagaan dan kuliner. Program ini tidak secara

khusus diadakan, tetapi rata-rata secara tidak langsung ada dalam

kurikulum pembelajaran di sekolah. Program pengembangannya

dengan diberikan kepercayaan penuh untuk mengelola, mengolah dan

memanaje segala jenis usaha pada bidangnya masing-masing. Dengan

harapan ketika mereka nanti lulus dari pesantren, bisa menjadi bekal

untuk menjadi wirausahawan mandiri.

Page 57: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

3) Keberadaan santripreneur berdasarkan dengan potensi lokal atau

kearifan lokal yang ada

Program santriprineur saat ini secara umum belum terrealisasi dengan

baik, hanya baru dalam batas pembelajaran saja. Sehingga keberadaan

santripreneur berdasarkan potensi lokal untuk saat ini belum ada.

4) Jenis usaha yang dilakukan para santri di pondok pesantren

Jenis usaha yang dilakukan para santri di Pondok Pesantren rata-rata

lebih ke arah perniagaan seperti mengelola warung, kantin, koperasi

pesantren yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para

santri, ada juga usaha londry yang dikelola oleh para santri dibawah

naungan organisasi santri. Ada juga yang berjualan baju yang di kelola

oleh para alumni pondok pesantren. Padahal sebelumnya usaha yang

dilakukan adalah percetakan sablon, produksi nata de coco sampai

pada penjualan ke warung-warung sekitar pesantren namun belum

optimal. Bahkan pernah menjadi pengrajin sendal kulit tetapi karena

bukan kebutuhan pokok sehingga kurang berkembang. Kedepannya

jenis usaha yang akan dikembangkan adalah sektor perikanan, namun

masih sebatas persiapan lahan dan bibit serta masih perlu bimbingan

ekstra kepada para santri.

5) Rencana usaha yang dilakukan untuk mengoptimalkan

keberadaan wirausaha di pontren

Karena usaha yang dilakukan lebih ke arah perniagaan, maka rencana

usaha yang dilakukan untuk mengoptimalkan keberadaan wirausaha di

pondok pesantren yaitu ada yang ke arah kuliner seperti membuat

makanan ringan yang siap dijual, ada juga pontren yang berencana

untuk membuat kafe, ada juga yang berencana memiliki minimarket

sendiri yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para santri, ada

Page 58: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

juga rencana usaha ke arah produksi karena selama ini untuk

memenuhi makanan para santri masih di suplay dari distributor

contohnya roti ...kedepannya bisa membuat roti sendiri dan dijual ke

para santri sehingga bisa memenuhi jajanan yg bergizi atau kita bisa

memproduksi minuman yang lebih higienis dan sehat, ada juga rencana

usaha ke arah infotaiment digital dengan membuka usaha digital

printing dengan harapan akan menyerap potensi disini. Namun ada juga

pontren yang tidak memiliki rencana usaha, hal ini dikarenakan

aktifitas di pondok pesantren sudah padat sehingga tidak ada waktu

untuk melaksananakan rencana usaha ini sehingga implementasi usaha

santri hanya sebatas pemenuhan kewajiban ekstrakurikuler semata.

6) Pihak yang mendukung kegiatan Ekonomi Kreatif di Pondok

Pesantren

Pihak-pihak yang mendukung terlaksananya kegiatan ekonomi kreatif

di pondok pesantren yaitu rata-rata semua elemen yang ada di pondok

pesantren seperti ketua yayasan dan semua pengurus yayasan, guru-

guru, pengasuh pondok pesantren, para donator, wali santri, dan para

santri. Ada sebagian Pontren yang memperoleh dukungan dari

Kemenag Kota Tangsel terutama oleh Kasi Pontren dan juga FSPP

meskipun hanya sebatas hubungan silaturahmi, namun dukungan ini

belum menyeluruh dirasakan oleh setiap pontren yang lainnya. Namun

ada juga pondok pesantren yang berinisiatif untuk menjalin kerjasama

dengan pondok pesantren lainnya dalam rangka dukungan yang

nantinya bisa saling membesarkan kewirausahaan di pondok

pesantrennya melalui sharing produk yang di ciptakan oleh masing-

masing pondok pesantren, sehingga produk-produk yang ada bisa

saling menyerap satu sama lain ada sistem mutualisme saling

menguntungkan.

Page 59: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

7) Fasilitas/ sarana dan prasarana yang dimiliki pondok pesantren

yang digunakan oleh para santri berwirausaha

Fasilitas/ sarana dan prasarana yang dimiliki pondok pesantren yang

digunakan oleh para santri untuk berwirausaha yaitu secara

keseluruhan masih sangat terbatas bahkan ada yang belum memiliki

sarana dan prasarana sedikitpun, kalaupun ada semuanya belum

mencapai 100%. Paling tinggi 50% yaitu labkom, komputer, radio, ini

dikarenakan sebagai daya dukung pembelajaran kewirausahaan dikelas.

Namun ada juga Pondok pesantren yang menjelaskan bahwa dukungan

fasilitas sudah mencapai 80% yaitu berupa sistem organisasi, tempat,

dan support dari para pembimbingnya dan support dari koperasi seperti

kebutuhan untuk londry, kantin, bahkan untuk mengelola dapur mulai

dari alat masak, sayuran, lauk pauk, dan lain-lain. Sedangkan sarana

prasarana yang masih dibutuhkan yaitu adanya pelatihan dan

bimbingan menciptakan produk karena selama ini santri-santri belum

ada kurikulum ke arah produksi. Seperti produksi Roti atau makanan

lain yang bergizi, minuman yang sehat, produksi sendal, produksi

kerudung.

8) Pengelolaan sistem manajemen kewirausahaannya

Pengelolaan sistem manajemen kewirausahaan di pondok pesantren

sebagian sudah berbasis pada syariah seperti memperhatikan kehalalan

produk yang dijual, sistem bagi hasil secara syariah. Namun sistem

pengelolaaan keuangan diatur oleh pengelola pondok bukan oleh santri,

santri hanya sebagai pelsana usaha saja.

9) Kendala-kendala yang dihadapi para santri ketika melakukan

wirausaha

Page 60: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Kendala-kendala yang dihadapi para santri ketika melakukan wirausaha

di pondok pesantren yaitu rata-rata menjawab dana (permodalan),

lahan, waktu, karna harus membagi antara aktivitas mengaji dan

belajar, pembinaan dan pengawasan dari instruktur...karna klo tidak ada

instruktur biasanya usahanya gak jalan. Selain itu ada juga kendala

yang di hadapi yaitu kurangnya dukungan dari masyarakat sekitar

tentang usaha yang dijalankan para santri ini. Karena masyarakat

menganggap usaha para santri ini sebagai pesaing mereka yang

memotong rizki mereka. Sehingga wirausaha jenis apapun di pondok

pesantren ini tidak akan maju dan berkembang karena setiap jenis

kegiatan yg sifatnya perniagaan pasti akan selalu dicuigai oleh mereka.

Bahkan pondok pesantren ini seperti diatur oleh masyarakat, seperti

gerbang pondok pesantren tidak boleh ditutup. Dulu sempet terjadi

pengiriman gerobak dan isinya adalah makanan yang gak laku, mereka

seperti protes karna gerbangnya di tutup. Santri mau betah atau nggak,

mau mengaji atau nggak masyarakat tidak peduli, yang penting

bagaimana caranya masyarakat memperoleh uang, bahkan ada yg

menyewakan tlp ke santri. Prinsip masyarakat di sana, pesantren

seyogyianya hanya fokus mengaji saja jangan berpikiran untuk

membuat ataupun membuka usaha. Adapula kendala di pondok

pesantren lainnya yaitu tentang tentang produk yang dijual, karena

produknya beli dari luar terkadang ketersediaan barangnya terbatas,

harga belinya terlalu tinggi sehingga tidak bisa menjual dengan harga

yang murah sehingga harapan kedepannya bisa menjual produk yang

diproduksi sendiri.

10) Apa harapan kedepan terkait pengembangan ekonomi kreatif di

pondok pesantren

Harapan kedepannya terkait pengembangan ekonomi kreatif di pondok

Page 61: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

pesantren yaitu adanya dukungan dari pemerintah, dan pihak lainnya

seperti kampus (UIN), terutama untuk aspek pendanaan, pelatihan dan

pendampingan dari instruktur. Ada juga harapan pondok pesantren

lainnya supaya bisa hidup rukun dan saling bekerja sama dengan

masyarakat sekitar untuk tidak ada persaingan, saling mencurigai, serta

memberikan peluang kepada para santri untuk mengembangkan

kreatifitasnya karena kelak para santri setelah lulus dari pondok

pesantren bukan hanya menjadi kiyai semua tetapi bisa menjadi para

pengusaha. Karna itu, pondok pesantren sedini mungkin mengajarkan

pentingnya berwirausaha sebagai kompetensi tambahan agar kelak bisa

dijadikan pondasi atau dasar untuk mereka melanjutkan hidup

dimasyarakat. Karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak termasuk

masyarakat sekitar.

11) Model Pengembangan Santripreneur di harapkan oleh Pondok

Pesantren agar mampu dijadikan sebagai Penggerak Ekonomi

Kreatif Berbasis Syariah

Model pengembangan santripreneur sebagai penggerak ekonomi kreatif

berbasis syariah yaitu adanya keterlibatan berbagai pihak diantaranya,

Pemerintah Kota Tangerang Selatan bisa menyiapkan lahan hibah di

suatu lokasi yang bisa dijadikan pusat wisata belanja/ kuliner khusus

untuk kumpulan karya para santri se Tangerang Selatan. Bisa dalam

berupa ruko/ tempat untuk para santripreneur agar bisa berjualan.

Kemudian Dinas-dinas yang lain bekerja sama untuk mempromosikan

produk yang dihasilkan oleh para santripreneur agar banyak pembeli

yang berkunjung ke lokasi tersebut. Kemudian untuk pengembangan

santripreneurnya melalui kerja sama antara pemerintah, universitas, dan

pihak-pihak lainnya seperti Kemenag Tangsel, FSPP, komunitas

tertentu misalnya komunitas bioponik untuk diberikan pelatihan dan

Page 62: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

pendampingan usaha. Produk yang dihasilkan, diusahakan masing-

masing pondok pesantren memiliki ciri khas yang memiliki daya jual

yang unik dan tinggi. Dan tentunya diberikan bantuan baik berupa

dana/modal, alat produksi maupun skill. Selain itu diperlukan daya

dukung dari masyarakat, pengelola pondok pesantren, yayasan, guru,

wali santri dan para santrinya.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah disusun dan data yang

sudah diperoleh maka :

1. Kearifan lokal para santri kaitannya dengan ekonomi kreatif di Pondok

Pesantren yaitu lebih ke arah perniagaan (minimarket, londry, kantin)

dengan pembiasaan-pembiasaan sebagai sikap mandiri dan tanggung

jawab. Nilai-nilai kearifan lokal di pondok pesantren, merupakan

keniscayaan dalam pembinaan kepribadian, terutama dalam proses

pendidikan dan pembelajaran yang langsung ditangani para kyai atau ustadz

secara terus menerus. Hal ini terbukti banyaknya para alumni pesantren yang

tersebar di nusantara, mampu membina masyarakat melalui pendidikan dan

pembelajaran. Menjadi tokoh teladan dalam kehidupan sehari-hari, nilai

karismatik para kyai menjadi acuan dan rujukan, baik bagi masyarakat biasa,

menengah keatas. Karakter merupakan sendi-sendi yang menopang bangsa

dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri.

Kearifan lokal yang diharapkan dari para santri adalah semua bentuk

pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau

etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas

ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktikkan, diajarkan

dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku

manusia terhadap sesama manusia. Jadi didalam penelitian ini kearifan lokal

para santri diharapkan, para santri diberi pengetahuan atau bekal tentang

Page 63: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

sesuatu yang dapat mereka terapkan atau lakukan dalam lingkungan mereka

sehingga dapat membantu ekonomi para santri baik yang masih berada di

lingkungan pondok pesantren ataupun setelah mereka keluar dari pondok

pesantren, pengetahuan yang mereka dapat dari senior dapat mereka

wariskan kepada junior.

Selama penelitian ini, peneliti memperoleh informasi dari beberapa

pondok pesantren yang berada di daerah Tangerang Selatan, di dapati

hasilnya bahwa tidak banyak ponpes yang mengalakan atau menerapkan

kearifan lokal pada ekonomi kreatif para santri, ini disebabkan karena

kekurangan lahan atau tempat yang berada di pondok pesantren ,Kebanyakan

hasil para santri terlibat dalam pengelolaan usaha yang berada dalam

pondok pesantren berupa toko dalam penyedian kebutuhan para santri,

berupa pakaian, dan makanan serta kebutuhan-kebutuhan lain. Adapun

beberapa ponpes yang berada di Tangerang selatan memperdayakan

masyarakat sekeliling atau disekitar Ponpes dalam penyedian kebutuhan

makanan dan kebutuhan lain terhadap para santri yang berada di pondok

pesantren, ini berarti Ponpes ikut membantu dan memperdayakan serta

menunjang ekonomi kreatif masyarakat yang berada disekitar pondok

pesantren.

2. Potensi Usaha yang dikelola oleh para Santri di Pondok Pesantren

Berdasarkan hasil wawancara peneliti, potensi usaha yang dapat

dilakukan oleh para santri dan pengelola pondok pesantren yaitu rata-rata

lebih banyak ke arah perniagaan seperti warung, kopontren (koperasi

pesantren), minimarket, dan kantin. Memang sebelumnya potensi lokalnya

ke arah peternakan kambing dan ikan, perkebunan dengan menanam pohon

mangga, multimedia yaitu radio, dan sablon. Tapi saat ini, potensi tersebut

sudah tidak ada lagi (Off), bahkan ada beberapa pondok pesantren yang dari

dulu sampai sekarang tidak mengetahui potensi lokal yang dimilikinya

Page 64: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

dikarenakan pondok pesantrennya tidak memiliki sumber daya alam

sehingga tidak ada kegiatan kewirausahaan dipondok pesantrennya.

Keterbatasan tersebut salah satunya yaitu lahan dan tempat serta dana

untuk mengembang ekonomi kreatif terhadap para santri. Sebenarnya banyak

peluang usaha yang dapat dikelola oleh para santri apabila tersedianya lahan

dan hibah dana dari pemerintah seperti para santri dilibatkan dalam

pengelolaan dibidang pertanian, hasil dari pertanian dapat membantu

kebutuhan para santri selain memenuhi kebutuhan para santri sehari-hari.

Hasil pertanian dapat dijual kepada masyarakat sekitar ataupun kepasar,

sehingga hasil dari penjual dapat digunakan untuk kebutuhan para santri atau

kebutuhan pondok pesantrern lainya. Dan demikian juga dibidang

peternakan dan perikanan para santri dapat dilibatkan dalam pengelolaanya,

ini membuat mereka jadi memahami dan mengerti tentang peluang usaha

yang mereka lakukan di area Ponpes, dengan adanya keterlibatan para santri

dalam pengelolaan usaha ini, dapat mendidik mereka nantinya menjadi

Santripreneur. Namun yang menjadi kendala adalah ketersediaan lahan. Dari

hasil wawancara yang dilakukan oleh para peneliti kebeberapa ponpes yang

berada di daerah Tangerang Selatan hampir sebahagian besar ponpes tidak

melakukan usaha yang berhubungan dengan kearifan lokal, seperti pertanian,

peternakan tetapi peluang usaha yang ada yang terdapat di Ponpes adalah

peluang usaha kecil menengah lebih ke arah perniagaan seperti Koperasi

pesantren yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, jajanan dan kebutuhan

sekolah yang dikelola oleh pemilik pesantren yang ada beberapa ponpes

dengan melibatkan para santri.

Page 65: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

3. Model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak Ekonomi

Kreatif Berbasis Syariah

Model pengembangan santripreneur sebagai penggerak ekonomi kreatif

berbasis syariah lebih ke arah optimalisasi potensi yang ada (perniagaan dan

kuliner) dengan dukungan berbagai macam Pihak. Pemerintah Kota

Tangerang Selatan menyiapkan lahan hibah sebagai pusat lokasi bisnis yang

di khususkan bagi para santripreneur se Tangerang Selatan. Kemudian

Dinas-dinas yang lain bekerja sama untuk mempromosikan produk yang

dihasilkan oleh para santripreneur agar banyak pembeli yang berkunjung ke

lokasi tersebut. Kemudian untuk pengembangan santripreneurnya melalui

kerja sama antara pemerintah, universitas, dan pihak-pihak lainnya seperti

Kemenag Tangsel, FSPP, komunitas tertentu misalnya komunitas bioponik

untuk diberikan pelatihan dan pendampingan usaha. Produk yang dihasilkan,

diusahakan masing-masing pondok pesantren memiliki ciri khas yang

memiliki daya jual yang unik dan tinggi. Dan tentunya diberikan bantuan

baik berupa dana/modal, alat produksi maupun skill. Selain itu diperlukan

daya dukung dari masyarakat, pengelola pondok pesantren, yayasan, guru,

wali santri dan para santrinya.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, para peneliti menghadapi beberapa kendala

diantaranya:

1. Karena masa pandemi menyebabkan sulitnya mengadakan beberapa kali

kunjungan ke lokasi penelitian, sulitnya mendapatkan feedback surat ijin

penelitian dikarenakan masih berlaku PSPB sehingga terhambat peneliti

untuk keluar rumah maupun masuk ke dalam lingkungan Pondok Pesantren.

2. Sebagian besar pondok pesantren menerapkan Lockdown sehingga tidak

menerima orang dari luar termasuk para peneliti untuk melakukan observasi

dan interview.

Page 66: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

3. Sulitnya mencari informasi melalui Dokumentasi di FSPP, hal ini

dikarenakan kepengurusan FSPP saat ini belum mendokumentasikan dengan

baik sehingga data-data yang diperlukan tidak tersedia

4. Sulitnya mencari informasi tentang Pondok pesantren di kementrian agama,

hal ini dikarenakan staf yang bertugas sedang WFH sehingga sulit ditemui di

kantor sedangkan data ada di kantor kemenag.

5. Informasi yang diberikan responden pondok pesantren sangat terbatas,

karena informasi yang diperoleh hanya sebatas wawancara offline dan

online,

6. Karena Lockdown didalam Pondok Pesantren, penulis tidak bisa melakukan

pengamatan/ observasi langsung untuk mengecek kebenaran dari hasil

wawancara tersebut sehingga penulis kurang memiliki bukti otentik tentang

aktivitas dari para santripreneur tersebut serta sarana dan prasarana

pendukungnya karena itu deskripsi hasil penelitian ini hanya sebatas

penjabaran dari hasil wawancara saja baik offline maupun online.

6. Referensi masih terbatas karena merupakan bahasan baru

Page 67: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data penelitian, maka dapat penulis simpulkan bahwa :

1) Kearifan lokal para santri kaitannya dengan ekonomi kreatif di Pondok

Pesantren yaitu lebih ke arah perniagaan (minimarket, londry, kantin) dengan

pembiasaan-pembiasaan selama dipondok yang bertujuan untuk membangun

sikap mandiri dan tanggung jawab. Hal ini terbukti banyaknya para alumni

pesantren yang tersebar di nusantara, dan mampu membina masyarakat

melalui pendidikan dan pembelajaran maupun menjadi para pengusaha yang

sukses. Namun, tidak banyak pula ponpes yang tidak menerapkan kearifan

lokal pada ekonomi kreatif para santri, ini disebabkan karena kekurangan

lahan atau tempat yang berada di pondok pesantren.

2) Potensi Usaha yang dikelola oleh para Santri di Pondok Pesantren yaitu

rata-rata lebih banyak ke arah perniagaan seperti warung, kopontren

(koperasi pesantren), minimarket, dan kantin. Memang sebelumnya potensi

lokalnya ke arah peternakan kambing dan ikan, perkebunan dengan

menanam pohon mangga, multimedia yaitu radio, dan sablon. Tapi saat ini,

potensi tersebut sudah tidak ada lagi (Off), bahkan ada beberapa pondok

pesantren yang dari dulu sampai sekarang tidak mengetahui potensi lokal

yang dimilikinya dikarenakan pondok pesantrennya tidak memiliki sumber

daya alam sehingga tidak ada kegiatan kewirausahaan dipondok

pesantrennya.

3) Model Pengembangan Santripreneur sebagai Penggerak Ekonomi

Kreatif Berbasis Syariah, saat ini lebih ke arah optimalisasi potensi yang ada

(perniagaan dan kuliner) dengan dukungan berbagai macam Pihak. Yaitu

Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui penyiapan lahan hibah sebagai

pusat lokasi bisnis yang di khususkan bagi para santripreneur se Tangerang

Page 68: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Selatan. Kemudian Dinas-dinas yang ada di Kota Tangerang Selatan bekerja

sama untuk mempromosikan produk yang dihasilkan oleh para santripreneur

agar banyak pembeli yang berkunjung ke lokasi tersebut. Kemudian untuk

pengembangan santripreneurnya melalui pelatihan-pelatihan dan

pendampingan secara intensif yang di berikan oleh universitas (UIN Jakarta)

dan pihak swasta lainnya yang didukung oleh Kemenag Tangsel, FSPP, dan

komunitas tertentu misalnya komunitas bioponik untuk diberikan pelatihan

dan pendampingan usaha. Produk yang diciptakan, diharapkan memiliki ciri

khas antara pontren yang satu dengan pontren yang lainnya sehingga

memiliki daya jual yang unik dan tinggi. Selain diberikan bantuan baik

berupa dana hibah, alat produksi maupun skill, diperlukan juga daya dukung

dari masyarakat, pengelola pondok pesantren, yayasan, guru, wali santri dan

para santrinya agar santripreneur dapat berkembang sebagai penggerak

ekonomi kreatif di pondok pesantren yang ada di wilayah Tangerang Selatan.

B. Implikasi

1. Memperoleh input bagi pemerintah maupun Kemenag Tangsel untuk

mengembangkan santripreneur diwilayah Tangerang Selatan

2. Mengetahui alternatif Model Pengembangan santripreneur sebaga

penggerak ekonomi kreatif di Wilayah Tangerang Selatan

3. Ternyata masih banyak potensi lokasl yang bisa dikembangkan sebagai

kegiatan santripreneur di wilayah Tangerang Selatan

4. Memperoleh informasi yang dapat dijadikan pijakan regulasi

kedepannya untuk mengembangkan santripreneur wilayah Tangerang

Selatan

Page 69: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

C. Rekomendasi

1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan

• Memberikan edukasi dalam bentuk pelatihan-pelatihan membuat

produk yang unik dan berkesinambungan, sehingga para santri

memiliki skill tambahan

• Memberikan dukungan baik dana hibah, pemberian lokalisasi tempat

usaha, dan mempromosikan tempat usahanya

2. Kementrian Agama Provinsi Banten

• Bisa memfasilitasi sebagai wadah untuk mengembangkan

kewirausahaan di pesantren melalui forum unit usaha pesantren

• Menambahkan program kerja santripreneur di job description pada

Kasi Pontren, karena saat ini belum ada program kerja kearah

kewirausahaan di pondok pesantren

• Membuat data base tentang informasi kewirausahawan yang ada di

pondok pesantren, karena selama ini tidak ada data tentang

keberadaan wirausaha di pondok pesantren yang ada di wilayah

tangerang selatan sehingga kedepannya bisa dibuat pemetaan jenis

usaha yang ada di pontren

• Dibuat anggaran khusus dan mengusulkan ke Kemenag pusat untuk

pembiayaan santripreneur agar program kewirausahaan dipondok

pesantren bisa berkembang

• Bisa menjadi fasilitator kegiatan pengembangan santripreneur

melalui pelatihan-pelatihan dengan cara bekerja sama dengan

berbagai pihak salah satunya dengan komunitas usaha tertentu

maupun dengan universitas tertentu contohnya UIN Jakarta

• Merespon permasalahan yang terjadi dipondok pesantren kaitannya

dengan pengembangan santripreneur dan memberikan solusi

Page 70: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

alternatif permasalahannya

• Mengakomodir semua kebutuhan pondok pesantren kaitannya

pelaksanaan kewirausahaan di pondok pesantren

3. FSPP (Forum Silaturahmi Pondok Pesantren)

• Dapat menampung aspirasi pengembangan santripreneur di setiap

pondok pesantren

• Membentuk Forum khusus, misalnya unit kewirausahaan di pondok

pesantren

• Melengkapi fasilitas usaha bagi para santripreneur

• Lebih menjalin silaturahmi yang erat di semua pondok pesantren

yang ada di wilayah Tangerang Selatan agar permasalahan yang ada

dapat terselesaikan

• Membuat daftar/ catatan terkait peran serta FSPP terhadap pondok

pesantren yang ada, karena selama ini belum ada daftar

kewirausahaan pondok pesantren di FSPP.

• Memfasilitasi pengembangan bakat-bakat yang ada di pondok

pesantren

• Mencari link dan menjalin kerja sama baik dengan pemerintah

maupun pihak swasta

• Mencari dana hibah untuk membantu program kerja pengembangan

satripreneur di pondok pesantren yang ada di Kota Tangerang Selatan

• Mendukung pondok pesantren untuk meningkatkan skill bagi para

santri agar kedepannya mereka bisa sukses menjadi pengusaha seperti

Rosullullah

• Menjadi fasilitator sharing produk diantara pondok pesantren yang

ada, sehingga supply dan demmand di antara sesama pondok

pesantren bisa terpenuhi

Page 71: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

4. Pimpinan/ Pengelola Pondok Pesantren

Memberikan dukungan dalam bentuk perizinan

Mendukung untuk mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para santri

5. Peneliti Lain

Meneliti lebih jauh hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan

dalam mengembangkan kewirausahaan di pondok pesantren

Dibuat penelitian tentang jenis-jenis usaha apa saja yang ada di

beberapa lokasi pondok pesantren yang tersebar di wilayah

Tangerang Selatan sehingga kedepannya bisa dibuat pemetaan agar

pengembangan santripreneurnya lebih tepat sasaran

Page 72: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rohim Boy Berawi, Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badan Ekonomi

Kreatif (BEKRAF) dalam Rakor Rencana Program Pengembangan Ekonomi

Kreatif yang digelar BEKRAF di Ambon, Maluku, Selasa (1 Maret 2016).

“Industri Kreatif Sumbang Rp 642 Triliun dari Total PDB

RI“ .Tempo.Co.Jakarta. Alamat :

https://m.tempo.co/read/news/2016/03/02/090750007/industri-kreatif-

sumbang-rp-642-triliun-dari-total-pdb-ri. Tertanggal Rabu, 02 Maret 2016 |

18:38 WIB.

Agus Rochani. Strategi Pengembangan Industri Kreatif Dalam Mewujudkan Kota

Cerdas Studi Kasus : Kabupaten Purbalingga. Prosiding Seminar Nasional

Inovasi Dalam Pengembangan SmartCity Vol 1 No 1. Alamat Web :

http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/smartcity/article/view/1713.

Tertanggal : Selasa, 13 Agustus 2019 jam 12:20 WIB.

Ahmad Sururi. 2017. Inovasi Model Pengembangan Kebijakan Ekonomi kreatif

Provinsi Banten. Jurnal Ilmiah Dewan Riset Daerah untuk Pengembangan

IPTEK, Kemanusiaan dan Kebudayaan

Universal.AlamatWeb:https://www.academia.edu/34744324/Inovasi_Model_

Pengembangan_Kebijakan_Ekonomi_Kreatif_Provinsi_Banten.pdf.

Tertanggal : Senin, 12 Agustus 2019 jam 10:00 WIB.

Chookaew, S., chanin, O., Charatarawat, J., Sriprasert, P., & Nimpaya, S.

(2015). Increasing Halal Tourism Potential at Andaman Gulf in.

Journal of Economics, Business and Management, III (7), 277-279

Creative Economy. (2013). Alamat : http://indonesiakreatif.net/creative-economy.

H.A.Djazuli. 2006. Kaidah-kaidah Fikih, Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Page 73: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

HIPMI : Industri Kreatif harusnya dapat Insentif. Palapa News. Alamat :

http://palapanews.com/2016/03/16/hipmi-industri-kreatif-harusnya-dapat-

insentif/. Tertanggal : Rabu, 16 / 03 / 2016 jam 2:14 WIB

Journal Nov 15, 2015. Menangkap Gelombang Ekonomi Kreatif Indonesia di Era

MEA. Alamat Web : https://www.selasar.com/jurnal/12226/Menangkap-

Gelombang-Ekonomi-Kreatif-Indonesia-di-Era-MEA

Mirshal dan Tri. 2018. Penerapan Pendidikan Ekonomi Kreatif di Pesantren sebagai

Sarana untukMenghasilkan Pribadi Wirausaha yang dilandasi nilai-nilai

Keagamaan. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 . Fakultas Arsitektur dan

Desain, Unika Soegijapranata, Semarang. Alamat

Web:https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2018/12/IPLBI-2018-

C046-051-Penerapan-Pendidikan-Ekonomi-Kreatif-di-Pesantren.pdf.

Tertanggal : Senin, 12 Agustus 2019 jam 10:30 WIB.

Muhammad Saifullah, Muh. Arif Royyani, Muhammad Shobaruddin . 2015.

Pengembangan Potensi Pesantren Dalam Mencetak Santripreneur

(Pemberdayaan Dan Pendampingan Santripreneur Di Pesantren Manahijul

Huda Ngagel Dukuhseti Pati). Dimas Jurnal Pemikiran Agama untuk

Pemberdayaan Vol 15 No.2 Tahun 2015. Alamat Web :

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/dimas/article/view/747. Tertanggal :

Selasa, 13 Agustus 2019 jam 09:30 WIB.

Mursyid. 2011. Dinamika Pesantren dalam Perspektif Ekonomi. Milah Jurnal Studi

Agama Vol XI No 1 Agustus 2011. Alamat web :

https://journal.uii.ac.id/Millah/issue/view/230. Tertanggal : Senin, 12

Agustus 2019 jam 09:30 WIB.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi Islam.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rimbawan, Yoyok (2012) Pesantren dan Ekonomi : Kajian Pemberdayaan Ekonomi

Pesantren Darul Falah Bendo Mungal Krian Sidoarjo Jawa Timur. In:

Conference Proceedings: Annual International Conference on Islamic

Page 74: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Studies (AICIS) XII, 5 – 8 November 2012, Surabaya – Indonesia. Alamat

Web : http://digilib.uinsby.ac.id/8156/. Tertanggal : Selasa, 13 Agustus 2019

jam 10:30 WIB.

Ririn Noviyanti. 2017. Peran Ekonomi Kreatif Terhadap Pengembangan Jiwa

Entrepreneurship di Lingkungan Pesantren: Studi Kasus di Pondok Modern

Darussalam Gontor Putri 1. INTAJ Jurnal Penelitian dan Ilmiah Vol 01 No

01. Alamat Web :

http://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/intaj/article/view/peran-ekonomi-

kreatif-thd-entrepreneurship. Tertanggal : Selasa, 13 Agustus 2019 jam

11:00 WIB.

Siti dan Muhfiatun. 2017. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal

Pandanus Handicraft dalam Menghadapi Pasar Modern Perspektif Ekonomi

Syariah (Study Case di Pandanus Nusa Sambisari Yogyakarta).

APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama ISSN 1411-8777 |

EISSN 2598-2176 Volume 17, Nomor 2, 2017. Alamat Web :

http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia/article/view/1273.

Tertanggal : Senin, 12 Agustus 2019 jam 09:30 WIB.

Siti Nur Azizah dan Muhfiatun. 2017. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis

Kearifan Lokal Pandanus Handicraft dalam Menghadapi Pasar Modern

Perspektif Ekonomi Syariah (Study Case di Pandanus Nusa Sambisari

Yogyakarta). APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama ISSN 1411-

8777 | EISSN 2598-2176 Volume 17, Nomor 2, 2017. Alamat Web :

ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia. Tertanggal : Senin, 12 Agustus 2019

jam 10:30 WIB.

Sudarsono, M.B, Hendri. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta,

Ekonosia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Qualitative And

Quantitative Research Methods). Bandung: Alfabeta.

Page 75: LAPORAN HASIL PENELITIAN - api.uinjkt.ac.id

Tri Harjawati. 2016. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Lembaga Pembiayaan di

Sentra Industri Berbasis Ekonomi Kreatif (Studi Kasus Industri Kuliner Kota

Tangerang Selatan). PUSLITPEN LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak di Publikasikan.

Tri Harjawati. 2018. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Lembaga Pembiayaan

Di Sentra Industri Berbasis Ekonomi Kreatif (Studi Kasus Industri Kuliner

Kota Tangerang Selatan) SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education

Journal, 5 (1), 2018 Alamat Website:

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK

Tri Harjawati. 2018. Model Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Syariah di

Provinsi Banten. PUSLITPEN LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak di Publikasikan.

Zainuddin Ali. 2008. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Zuanita, Azmi, Retno. 2018. Membangun Jiwa Enterpreneurship Santri Melalui

Pengembangan Usaha Ekonomi Kreatif. DIMAS Jurnal Pemikiran Agama

untuk Pemberdayaan Volume 18 No 1 Mei 2018. Alamat Web :

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/dimas/article/view/2912.

Tertanggal : Senin, 12 Agustus 2019 jam 10:20 WIB.