33
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul “Laporan Praktikum Fisiologi OklModalitas Rasa dalam Rongga Mulut”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 2 Fakulas Kedokteran Gigi Universitas Jember . Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Drg.Suhartini,M.Biotech selaku dosen pembimbing yang telah membimbing jalannya praktikum fisiolohi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ,memberi masukan dan yang membantu pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan 1

Laporan Fisio Modalitas Rasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Fisio Modalitas Rasa

Citation preview

Page 1: Laporan Fisio Modalitas Rasa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul “Laporan Praktikum

Fisiologi OklModalitas Rasa dalam Rongga Mulut”. Laporan ini disusun untuk

memenuhi tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 2 Fakulas

Kedokteran Gigi Universitas Jember .

Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Drg.Suhartini,M.Biotech selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing jalannya praktikum fisiolohi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember ,memberi masukan dan yang membantu

pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 17 April 2015

Penulis

1

Page 2: Laporan Fisio Modalitas Rasa

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. 1

Daftar isi............................................................................................................ 2

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 3

BAB 2. HASIL PENGAMATAN..................................................................... 6

BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................. 10

BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................... 14

Daftar Pustaka................................................................................................... 15

2

Page 3: Laporan Fisio Modalitas Rasa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi membran mukosa yang

strukturnya bervariasi menurut daerah yang diamati. Serat-serat otot saling

menyilang dalam 3 bidang, mereka biasanya dipisahkan oleh jaringan ikat.

Membran mukosa melekat dengan erat pada otot, karena jaringan ikat dari

lamina propria menyusup ke dalam celah-celah diantara berkas-berkas otot.

Pada permukaan bawah lidah, mukosanya licin. Permukaan dorsal lidah tidak

teratur, di anterior ditutupi banyak sekali tonjolan kecil yang disebut papila.

Sepertiga bagian posterior permukaan dorsal lidah dipisahkan dari dua per tiga

bagian anteriornya oleh batas berbentuk V (Junqueira, dkk, 1997:281)

Lidah sejati merupakan kantung mukosa yanng berisikan otot. Lidah

berfungsi untuk menangkap atau menghimpun makanan , membantu dalam

proses menelan, dan pada manusia untuk berbicara. Pada mamalia lidah

dilekatkan pada dasar rongga mulut oleh suatu ligamen yang disebut

frenulum. Permukaan lidah pada banyak amniota , termasuk burung dan

mamalia , mempunyai papila berbentuk seperti rambut , sisik, tombol, atau

seperti duri-durinyang menanduk. Puting pengecap juga terdapat pada lidah

kebanyakan mamalia. Di dalam mukosa lidah dapat dijumpai pula reseptor

lain, seperti untuk meraba berupa akhiran saraf berkapsula (Nurcahyani,

Nining, 2005: 30).

Sel-sel reseptor pengecap adalah sel-sel epithelium yang telah

termodifikasi yang terorganisir menjadi kuncup pengecap dan tersebar di

sejumlah bagian permukaan lidah atau mengalami penjuluran yang mirip

putting disebut papilla pada lidah. Kita mengenal empat persepsi pengecapan

dasar yaitu rasa manis, pahit, asam, dan asin yang masing-masing di deteksi

pada bagian tertentu atau muatan molekuler tertentu yang berkaitan dengan

molekul reseptor yang terpisah (Campbell, 2004: 249 ).

Ada 4 jenis papila pada lidah

3

Page 4: Laporan Fisio Modalitas Rasa

a.    Papila filiformis, jenis yang paling banyak , membentuk barisan yang

sejajar memancar dari garis tengah lidah. Susunan yang memancar ini

ditutupi oleh epitel yang tidak beraturan dan berisi lamina propria di

tengahnya , yang mungkin bercabang secara luas. Papila ini tidak

mengandung kuncup kecap

b.    Papila fungiformis banyak dan tersebar di antara papila filiformis.

Papila ini berbentuk seperti jamur dengan bagian basal menyempit dan

bagian atas melebar, gepeng. Lamina propria biasanya mengandung

bagian tengah yang secara primer besar dan beberapa percabangan

sekunder. Papila ini mengandung sedikit kuncup kecap

c.    Papila sirkum valata , hanya terdapat pada batas berbentuk V antara

bagia anterior dan bagian posterior lidah

d.   Papila foliata, kurang berkembang pada manusia dan jarang tampak

(Johnson, Kurt, 1994: 272-273).

Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :

1. asin, terletak di ujung lidah;

Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin.

2. manis, terletak di ujung lidah;

Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat manis menjadi pahit.

3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;

Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang terbentuk.

4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.

4

Page 5: Laporan Fisio Modalitas Rasa

Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua golongan substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperti yang terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti kina, kafein, striknin, dan nikotin.

5. umami, terletak di ujung lidah;

Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive terhadap monosodium glutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan untuk menguatkan rasa (dan berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat menstimulasi reseptor umami.

Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi (Guyton.1983:107).

5

Page 6: Laporan Fisio Modalitas Rasa

BAB II

HASIL PENGAMATAN

2.1 Tabel Hasil Pengamatan

A. Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah

Bentuk SpesimenPersepsi

Orang Coba

Ukuran (cm)Waktu (s)

Persepsi

Oval Oval 1 12

Lingkaran Lingkaran 1 10

Kotak Kotak 0.5 15

Segitiga Segitiga 0,7 10

B. Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area WajahLokasi Jarak 1 mm Jarak 2 mm Jarak 3 mm

Anterior Lidah 1 2 2

Samping ka – ki Lidah 1 1 2

Posterior Lidah 1 1 2

Palatum 1 2 2

Mukosa Pipi 1 1 2

Gusi 1 2 2

Dahi 1 1 2

Hidung 1 1 2

Cuping Telinga 1 2 2

Bibir Atas 1 2 2

Bibir Bawah 1 2 2

Leher 1 1 2

6

Page 7: Laporan Fisio Modalitas Rasa

Pipi kiri – kanan 1 1 2

Dagu 1 1 2

C. Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area WajahLokasi Air Es Air 80°C

Anterior Lidah Lebih dingin Lebih panas

Samping ka – ki Lidah Lebih dingin Lebih panas

Posterior Lidah Dingin Panas

Palatum Lebih dingin Panas

Mukosa Pipi Dingin Lebih panas

Gusi Dingin Panas

Dahi Dingin Lebih panas

Hidung Dingin Panas

Cuping Telinga Lebih dingin Panas

Bibir Atas Lebih dingin Sangat Panas

Bibir Bawah Dingin Panas

Leher Dingin Lebih panas

Pipi kiri – kanan Lebih dingin Panas

Dagu Lebih dingin Panas

D. Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian LidahLokasi Garam Air Gula Cuka Kina Umami

7

Page 8: Laporan Fisio Modalitas Rasa

1 Asin Manis Sekali Tidak Asam Pahit Gurih

2 Sangat Asin Tidak Manis Asam Sekali Lebih Pahit Gurih

3 Sangat Asin Tidak Manis Asam Sekali Lebih Pahit Gurih

4 Lebih Asin Manis Tidak Asam Sangat Pahit Gurih

5 Tidak Asin Tidak Manis Asam Tidak Pahit Lebih Gurih

6 Asin Tidak Manis Asam Tidak Pahit Lebih Gurih

7 Asin Tidak Manis Tidak Asam Tidak Pahit Sangat Gurih

8 Asin Tidak Manis Tidak Asam Tidak Pahit Sangat Gurih

D. Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah1. Rangsangan Tekan

Lokasi Kedalaman (mm) Area Paling Sensitif

1 1 Ujung lidah

2 1 Bagian kanan lidah agak bawah

3 2 Bagian kiri lidah agak bawah

4 1 Bagian dorsal agak tengah

5 3 Bagian kanan depan agak tengah

6 3 Bagian kiri depan agak tengah

7 3 Bagian kanan ke belakang

8 3 Bagian kiri ke belakang

2. Rangsangan PanasLokas

i70° 80° 90° Waktu Nyeri

1 Panas Lebih panas Lebih panas 3s

8

Page 9: Laporan Fisio Modalitas Rasa

2 Panas Lebih panas Panas 2s

3 Lebih panas Panas Panas 3s

4 Panas Panas Panas 4s

5 Panas Lebih panas Lebih panas 2s

6 Lebih panas Panas Lebih panas 2s

7 Panas Panas Panas 2s

8 Lebih panas Panas Panas 3s

3. Rangsangan DingimLokasi 0° 5° 10° Waktu Nyeri

1 Nyeri Dingin Dingin 1 s

2 Nyeri Dingin Dingin 2 s

3 Nyeri Dingin Dingin 2 s

4Sangat Nyeri

Sangat Dingin

Sangat Dingin

4 s

5 Nyeri Dingin Dingin 3 s

6 Nyeri Dingin Dingin 2 s

7Sangat Nyeri

Sangat Dingin

Dingin 3 s

8 Nyeri Dingin Dingin 2 s

E. Pemeriksaan Vitalitas Gigi1. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin

Lokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisiv Dingin dan agak ngilu

Mesio bukal cups molar Dingin dan tidak ngilu

9

Page 10: Laporan Fisio Modalitas Rasa

2. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu PanasLokasi Air Panas Suhu kamar Guttap Burnisher

Labial 1/3 incisa insisiv Panas Tidak panas Panas Tidak panas

Mesio bukal cups molar Sedikit panas Tidak panas Sedikit panas Tidak panas

3. Test Vitalitas Gigi Dengan TekanLokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisiv Tekanan sangat terasa

Mesio bukal cups molar Tekanan terasa

4. Test Perkusi Gigi dan PalpasiLokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisiv Ketukan sangat terasa dan sedikit ngilu

Mesio bukal cups molar Ketukan terasa

2.2 Pertanyaan dan Jawaban

1.      Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap

pengenalan bentuk benda?

2.      Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap

mengenali jarak antar dua titik? Jelaskan mengapa!

3.      Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan

mengapa!

4.      Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan

mengapa!

5.      Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?

6.      Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin,

pahit, asam, dan umami?

10

Page 11: Laporan Fisio Modalitas Rasa

7.      Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

8.      Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?

Jawab:

1. Bagian mulut yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda

adalah bagian ujung lidah. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah

banyak terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya

banyak terdapat taste bud (reseptor perasa). Semakin banyak taste bud

maka daerah tersebut semakin sensitive. Dan bagian wajah yang lebih

sensitiv adalah bibir dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir.

Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih

sensitive pada rangsangan tekan.

2. Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik

adalah ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive

adalah bibir. Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah

menyebabkan lidah sensitive terhadap jarak antara dua titik. Karena

papilla fungiformis banyak mengandung taste bud. Sedangkan pada

bibir, sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Hal

ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive

pada rangsangan tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi

akibat perubahan bentuk jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki

tekstur yang lebih tebal atau dalam sehingga bisa menangkap

rangsangan tekanan lebih sensitive. Selain itu juga jarak persyarafan ke

kulit yang tipis.

3. Bagian lidah yang paling sensitive terhadap suhu adalah ujung lidah.

Dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla

fungiformis yang banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang

menghantarkan rangsangan, sehingga makin banyak taste bud makin

sensitive bagian lidah tersebut. Selain itu juga jarak persyarafan ke

kulit yang tipis dibandingkan bagian yang lain.

11

Page 12: Laporan Fisio Modalitas Rasa

4. Bagian lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri

dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian

ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang pada bagian

ujungnya banyak terdapat taste bud sehingga lebih sensitive.

5. Hasil percobaan sesuai dengan teori, dimana pengenalan bentuk benda,

pengenalan jarak antara dua titik, rangsangan suhu dan nyeri lebih

sensitive pada bagian ujung lidah

6. Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin,

manis dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap

rangsangan asam. Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa

pahit.

7. Tes vitalitas gigi diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa.

Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk

vitalitas pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka

biasanya gigi masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga

berguna untuk keperluan perawatan endodontik.

8. Test palpasi dan perkusi dilakukan untuk mengetahui ataupun

mengevaluasi status periodonsium sekitar suatu gigi.

12

Page 13: Laporan Fisio Modalitas Rasa

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area

Wajah

Pada percobaan ini orang coba diminta untuk mengenali bentuk

dan ukuran benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya boleh dengan

menggunakan seluruh organ dalam mulut. Dimulai dari bentuk oval

dengan ukuran 1cm membutuhkan waktu 12 detik, , bentuk lingkaran

dengan ukuran 1cm cm membutuhkan waktu 10 detik, bentuk kotak

dengan ukuran 1 cm dengan waktu 15 detik dan wbentuk segitiga ngean

ukuran 0,7 membutuhkan waktu 10 detik .Dan terdapat kesalahan dalam

mengenali bentuk kotak , hal ini dikarenakan ukuran kotak yang sangat

kecil . dan terdapat ketidaksesuaian pada hasil percobaan seharusnya

semakin besar ukuran benda semakin mudah mngenali benda tersebut

sedangkan pada percobaan ini subjek lebih cepat engenali bentuk

segituga yang berukuran 0,7 cm dibandingkan lingkaran yang berukuran

1 cm dengan perbedaan waktu 2 detik

Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin kuat dan reseptor yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.

3.2. Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada percobaan ini orang coba dengan kelamin perempuan

ditutup matanya, kemudian dilakukan two point discrimination test pada

rongga mulut. Pada hasil percoban yang didapatkan, dengan jarak 1 mm

tidak ada daerah yang sensitif. Pada jarak 2 mm daerah yang sensitif

adalah anterior lidah, palatum, gusi, cuping telinga, bibir atas dan bibir

13

Page 14: Laporan Fisio Modalitas Rasa

bawah. Pada jarak 3 cm semua daerah sensitif.. Sensitivitas terhadap

rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini.

Rangsangan tekan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan

pada jaringan yang lebih dalam (Guyton.1996:430). Reseptor dari

rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung saraf bebas. Pada daerah

yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah dan leher memiliki

reseptor yang lebih banyak pada daerah lain.

3..3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada percobaan ini pada rongga mulut dan area wajah orang coba

di letakkan sonde yang telah direndam air es atau air panas pada daerah

tertentu untuk m,engetahui pengenalan suhu pada rongga mulut dan

daerah wajah. Kemudian orang coba disuruh menjelaskan apakah mampu

mengenali suhu air yang diberikan.

Pada pemberian air es daerah yang sensitive adalah anterior lidah,

samping kanan dan kiri lidah, posterior palatum, cupping telinga bibir

atas dan pipi kanan-kiri. Sedangkan pada pemberian air panas daerah

yang sensitive adalah anterior lidah, samping kanan dan kiri lidah,

mukosa pipi dahi, bibir atas dan leher.

3. 4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap persepsi

rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami pada bebearap bagian lidah,

yaitu ujung lidah, lateral lidah, dan pangkal lidah. Bahan yang diujikan

adalah air garam, air gula, cuka, kina, dan umami

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa lidah menimbulkan reaksi

rasa yang berbeda-beda sesuai dengan tabel hasil percobaan. Ujung lidah

dapat menerima semua modalitas terutama asin. Tepi lidah dapat

menerima modalitas umami, pahit teruama asaam dan asin. Pangkal lidah

dapat menerima modalitas manis, umami terutama pahit. Bagian tengah

14

Page 15: Laporan Fisio Modalitas Rasa

depan lidah dapat menerima sedikit modalitas asam dan umami

sedangkan lidah tengah depan dapat menerima rangsng pahit.

Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :

1. asin, terletak di ujung lidah;

2. manis, terletak di ujung lidah;

3.asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;

4.pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.

5.umami, terletak di ujung lidah;

Pada manusia telah ditentukan 4 pengecapan (rasa) dasar: asam,

manis, pahit, dan asin. Meskipun terdapat tumpang tindih yang cukup

luas, zat yang pahit terutama dikecap dibelakang lidah, yang asam

disepanjang tepi lidah, yang manis diujung lidah, dan yang asin di

dorsum anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga terasa di palatum

yang juga agak peka untuk manis dan asin. Keempat modalitas ini dapat

dirasakan di faring dan epiglotis

Dalam keadaan kering, lidah tidak dapat merasakan apa yang

diletakkan diatasnya, termasuk gula, garam, maupun zat lainnya. Lidah

baru merasakan zat tersebut bila terdapat cairan liur dan zat itu larut

dalam air liur tersebut. Kepekaan manusia untuk membedakan intensutas

ras relatif besar, hal ini tergantung pada faktor individual, nilai ambang,

dan konsentrasi substrat yang diberikan.

3.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

3.5.1 Rangsangan Tekanan

Percobaan ini dilakukan pada subjek yang berjenis

kelamin perempuan yang bertujuan untuk mengetahui rasa nyeri

pada jaringan mulut dan wajah denhgan rangsang tekanSonde

besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah. Kemudian

sonde ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian

dilakukan pengukuran seberapa dalam sonde dapat menekan

beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai

15

Page 16: Laporan Fisio Modalitas Rasa

menimbulkan rasa sakit. Didapatkan bahwa daerah-daerah

tersebut mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat

merasakan nyeri. Pada ujung lidah, bagian kanan lidah adak ke

bawah dan bagian dorsal lidah agak ke tengah kedalamannya1

mm. Pada bagian kiri bawah lidah kedalamannya 2mm. Pada

bagian kanan depan agak ke tengah lidah, bagian kiri depan

agak ke tengah lidah, bagian kanan belakang lidah dan bagian

kiri agak ke belakang lidah kedalamannya 3mm Perbedaan ini

disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya.

Semakin tebal lapisan epitelnya seperti pada dahi akan dalam

reseptor nyeri yang dapat diterima.

Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis

reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh

perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. (Guyton, 1996 :

430)

3. 5.2 Rangsangan Panas

Pada percobaan dilakukan dengan mengamati lama waktu

timbulnya nyeri pada daerah-daerah lidah, mukosa pipi kanan,

gingiva anterior, pipi kanan, bibir atas dan dahi. Untuk

merangsang timbulnya respon nyeri dilakuan dengan

rangsangan termis yaitu dengan menguunakan rangsangan

panas. Rangsangan panas tersebut didapatkan dengan cara

merendam sonde besar pada air yang telah dipanaskan dengan

suhu 60o, 70o, 80o, dan 90o. Setelah itu, sonde tersebut

diletakkan pada beberapa bagian lidah, jaringan rongga mulut,

dan juga area wajah seperti yang telah diinstruksikan pada buku

petunjuk praktikum.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan perbedaan

sensitivitas pada masing-masing bagian. Urutan sensitivitas dari

16

Page 17: Laporan Fisio Modalitas Rasa

yang terbesar ke terkecil adalah bibir atas, pipi kanan, dahi,

leher, gusi anterior, mukosa pipi kanan, lidah

Dari hasil yang dapat diketahui bahwa semakin tinggi

suhu, maka rangsangan nyeri juga bagian1,5,6,2,3,8,4,7.

Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas

atau dingin yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan

reseptor panas bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi

”sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi ”panas yang

menyengat” (burning hot) (Guyton & Hall.1997:774).

semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45°C, serabut nyeri

mulai terangsang oleh panas, dan rasa nyeri itu bertambah

seiring kenaikan suhu. Adapun tingkat perbedaan dalam

penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor kecap

yang terdapat pada daerah tersebut.

3. 5.3 Rangsangan Dingin

Pemeriksaan rangsang dingin yang dilakukan pada suhu 0,

5, 10, 20 derajat diperoleh hasil dengan urutan yang paling

sensitive adalah dorsum lidah, , 2/3 posterior kiri, 2/3 posterior

kanan, 1/3 anterior kiri, 1/3 anterior kanan, samping kanan,

samping kiri, ujung lidah. Hal ini dikarenakan karena kontur

dari dorsum lidah yang berlipat dan banyak papil sehingga lebih

sensitive, selain itu bagian dorsum lidah juga banyak dilalui

persarafan.

3..6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

3.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin

Pada percobaan ini dilakukan tes vitalitas ggi dengan

rangsang suhu dingin pada orang coba yang berjenis kelamin

perempuan.. Test vitalitas gigi dengan suhu dingin dilakukan

pada gigi insisive pertama bawah dan molar pertama bawah.

17

Page 18: Laporan Fisio Modalitas Rasa

Pada gigi incisive pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl

tidak terasa ngilu dan dingin.. Sedangkan pada gigi molar

pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl tidak menimbulkan

ngilu dan terasa dingin. Hal ini menunjukkan kedua gigi tersebut

masih dalam status vital

Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan

hasil bahwa gigi orang coba merasakan sensasi dingin dan lama-

kelamaan menjadi ngilu. Hal ini menunjukkan gigi masih bisa

menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa

gigi yang di test masih vital. Stimulus yang diaplikasikan pada

pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika

material pengetesnya diangkat. (Waltan.1997:80)

3. 6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas

Pada percobaan ini dilakukan tes vitalitas gigi dengan

menggunakan suhu panas yaitu dengan air panas, huhu kamar,

guttaperca yang di bakar dan burnisher. Berdasarkan tabel hasil

pengamatan terlihat bahwa semakin tinggi suhu tersebut,

semakin cepat pula orang coba merasakan nyeri. Hal ini

ditunjukan dengan cepatnya waktu orang coba merasakan

merasakan nyeri, yaitu sekitar 1 sampai 2 detik orang coba telah

merasakan nyeri. Serabut nyeri mulai terangsang oleh panas,

dan rasa nyeri itu bertambah seiring kenaikan suhu. Adapun

tingkat perbedaan dalam penerimaan panas tergantung dari

banyaknya reseptor kecap yang terdapat pada daerah tersebut.

Tes vitalitas gigi terhadap suhu panas dapat menentukan

ketahanan gigi. Gigi insisivus lebih sensitive terhadap

rangsangan suhu panas daripada gigi molar. Hal ini disebabkan

lapisan enamel dari gigi insisive lebih tipis daripada lapisan

enamel dari gigi molar, sehingga rangsangan lebih mudah

masuk ke tubuli dentin, dan kemudian dilanjutkan ke pulpa,

18

Page 19: Laporan Fisio Modalitas Rasa

yang merupakan tempat persarafan gigi berada. Sedangkan

untuk rangsangan termis ditanggapi oleh reseptor ruffini.

3. 6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan

Pada percobaan ini dilakukan tes vitalitas gigi pada orang

coba berjenis kelamin perempuan dengan cara rangsang ditekan

dengan tujuan untuk mengetahui vitalitas gigi, pada percobaan

kali ini. Didapatkan hasil pada gigi insisive pertama setelah

ditekan dengan tangkai kaca mulut gigi orang coba tekanan

sangat terasa, sedangkan pada gigi molar bawah kanan, saat

ditekan dengan kaca mulut, gigi orang cobatekanan terasa

namun tidak sehebat pada gigi insisiv pertama. Dari data

percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa gigi insisive

pertama lebih sensitive terhadap rangsangan tekan dibandingkan

dengan gigi molar pertama bawah kanan.

3. 6.4 Test Perkusi Gigi dan Palpasi

Pada percobaan ini dilakukan perkusi papa gigi orang coba

yang berjenis kelamin perempuan dengan menggunakan tangkai

kaca mulut, didapatkan hasil bahwa gigi insisiv bawah lebih

peka terhadap rangsangan perkusi daripada gigi molar satu

bawah. Ini dikarenakan lapisan enamel pada gigi Insisiv satu

bawah lebih tipis daripada lapidan enamel pada gigi molar satu

bawah, sehingga rangsangan lebih mudah diteruskan melewati

tubuli dentin menuju ke pulpa yang berisi saraf. Begitu pula

dengan gingiva, yang memiliki mekanisme aliran impuls hampir

sama seperti kulit, yang memiliki sensor terhadap rangsangan

tekanan. Sedangkan persarafan gigi dan gingiva ini terdapat

saraf yang peka terhadap rangsangan tekanan adalah reseptor

paccini.

19

Page 20: Laporan Fisio Modalitas Rasa

BAB IV

KESIMPULAN

Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah. Bagian

lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif terhadap pengenalan

bentuk benda, rasa nyeri, dan berbagai macam rasa karena disana terdapat lebih

banyak serabut saraf sensoris, taste bud ,dan merupakan lapisan tertipis

dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Dari setiap makanan dan minuman

yang dikenali oleh lidah , otak akan mengintegrasikan input yang berbeda dari

kuncup pengecapan dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks. Reseptor rasa

manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan bagian

lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah, reseptor rasa pahit terletak

di pangkal / dorsal lidah dan reseptor rasa umami terletak pada ujung lidah.

20

Page 21: Laporan Fisio Modalitas Rasa

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil.A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.Erlangga. Jakarta.

Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta

Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta

Johnson, Kurt E. , 1994. Histologi dan Biologi Sel. Binarupa Aksara . Jakarta.

Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta

21