Upload
annisa-hanif-metanda
View
444
Download
37
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Fisio Modalitas Rasa
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul “Laporan Praktikum
Fisiologi OklModalitas Rasa dalam Rongga Mulut”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 2 Fakulas
Kedokteran Gigi Universitas Jember .
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Drg.Suhartini,M.Biotech selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing jalannya praktikum fisiolohi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember ,memberi masukan dan yang membantu
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 17 April 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. 1
Daftar isi............................................................................................................ 2
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 3
BAB 2. HASIL PENGAMATAN..................................................................... 6
BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................. 10
BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................... 14
Daftar Pustaka................................................................................................... 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi membran mukosa yang
strukturnya bervariasi menurut daerah yang diamati. Serat-serat otot saling
menyilang dalam 3 bidang, mereka biasanya dipisahkan oleh jaringan ikat.
Membran mukosa melekat dengan erat pada otot, karena jaringan ikat dari
lamina propria menyusup ke dalam celah-celah diantara berkas-berkas otot.
Pada permukaan bawah lidah, mukosanya licin. Permukaan dorsal lidah tidak
teratur, di anterior ditutupi banyak sekali tonjolan kecil yang disebut papila.
Sepertiga bagian posterior permukaan dorsal lidah dipisahkan dari dua per tiga
bagian anteriornya oleh batas berbentuk V (Junqueira, dkk, 1997:281)
Lidah sejati merupakan kantung mukosa yanng berisikan otot. Lidah
berfungsi untuk menangkap atau menghimpun makanan , membantu dalam
proses menelan, dan pada manusia untuk berbicara. Pada mamalia lidah
dilekatkan pada dasar rongga mulut oleh suatu ligamen yang disebut
frenulum. Permukaan lidah pada banyak amniota , termasuk burung dan
mamalia , mempunyai papila berbentuk seperti rambut , sisik, tombol, atau
seperti duri-durinyang menanduk. Puting pengecap juga terdapat pada lidah
kebanyakan mamalia. Di dalam mukosa lidah dapat dijumpai pula reseptor
lain, seperti untuk meraba berupa akhiran saraf berkapsula (Nurcahyani,
Nining, 2005: 30).
Sel-sel reseptor pengecap adalah sel-sel epithelium yang telah
termodifikasi yang terorganisir menjadi kuncup pengecap dan tersebar di
sejumlah bagian permukaan lidah atau mengalami penjuluran yang mirip
putting disebut papilla pada lidah. Kita mengenal empat persepsi pengecapan
dasar yaitu rasa manis, pahit, asam, dan asin yang masing-masing di deteksi
pada bagian tertentu atau muatan molekuler tertentu yang berkaitan dengan
molekul reseptor yang terpisah (Campbell, 2004: 249 ).
Ada 4 jenis papila pada lidah
3
a. Papila filiformis, jenis yang paling banyak , membentuk barisan yang
sejajar memancar dari garis tengah lidah. Susunan yang memancar ini
ditutupi oleh epitel yang tidak beraturan dan berisi lamina propria di
tengahnya , yang mungkin bercabang secara luas. Papila ini tidak
mengandung kuncup kecap
b. Papila fungiformis banyak dan tersebar di antara papila filiformis.
Papila ini berbentuk seperti jamur dengan bagian basal menyempit dan
bagian atas melebar, gepeng. Lamina propria biasanya mengandung
bagian tengah yang secara primer besar dan beberapa percabangan
sekunder. Papila ini mengandung sedikit kuncup kecap
c. Papila sirkum valata , hanya terdapat pada batas berbentuk V antara
bagia anterior dan bagian posterior lidah
d. Papila foliata, kurang berkembang pada manusia dan jarang tampak
(Johnson, Kurt, 1994: 272-273).
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin.
2. manis, terletak di ujung lidah;
Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat manis menjadi pahit.
3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang terbentuk.
4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
4
Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua golongan substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperti yang terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti kina, kafein, striknin, dan nikotin.
5. umami, terletak di ujung lidah;
Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive terhadap monosodium glutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan untuk menguatkan rasa (dan berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat menstimulasi reseptor umami.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi (Guyton.1983:107).
5
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Tabel Hasil Pengamatan
A. Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah
Bentuk SpesimenPersepsi
Orang Coba
Ukuran (cm)Waktu (s)
Persepsi
Oval Oval 1 12
Lingkaran Lingkaran 1 10
Kotak Kotak 0.5 15
Segitiga Segitiga 0,7 10
B. Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area WajahLokasi Jarak 1 mm Jarak 2 mm Jarak 3 mm
Anterior Lidah 1 2 2
Samping ka – ki Lidah 1 1 2
Posterior Lidah 1 1 2
Palatum 1 2 2
Mukosa Pipi 1 1 2
Gusi 1 2 2
Dahi 1 1 2
Hidung 1 1 2
Cuping Telinga 1 2 2
Bibir Atas 1 2 2
Bibir Bawah 1 2 2
Leher 1 1 2
6
Pipi kiri – kanan 1 1 2
Dagu 1 1 2
C. Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area WajahLokasi Air Es Air 80°C
Anterior Lidah Lebih dingin Lebih panas
Samping ka – ki Lidah Lebih dingin Lebih panas
Posterior Lidah Dingin Panas
Palatum Lebih dingin Panas
Mukosa Pipi Dingin Lebih panas
Gusi Dingin Panas
Dahi Dingin Lebih panas
Hidung Dingin Panas
Cuping Telinga Lebih dingin Panas
Bibir Atas Lebih dingin Sangat Panas
Bibir Bawah Dingin Panas
Leher Dingin Lebih panas
Pipi kiri – kanan Lebih dingin Panas
Dagu Lebih dingin Panas
D. Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian LidahLokasi Garam Air Gula Cuka Kina Umami
7
1 Asin Manis Sekali Tidak Asam Pahit Gurih
2 Sangat Asin Tidak Manis Asam Sekali Lebih Pahit Gurih
3 Sangat Asin Tidak Manis Asam Sekali Lebih Pahit Gurih
4 Lebih Asin Manis Tidak Asam Sangat Pahit Gurih
5 Tidak Asin Tidak Manis Asam Tidak Pahit Lebih Gurih
6 Asin Tidak Manis Asam Tidak Pahit Lebih Gurih
7 Asin Tidak Manis Tidak Asam Tidak Pahit Sangat Gurih
8 Asin Tidak Manis Tidak Asam Tidak Pahit Sangat Gurih
D. Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah1. Rangsangan Tekan
Lokasi Kedalaman (mm) Area Paling Sensitif
1 1 Ujung lidah
2 1 Bagian kanan lidah agak bawah
3 2 Bagian kiri lidah agak bawah
4 1 Bagian dorsal agak tengah
5 3 Bagian kanan depan agak tengah
6 3 Bagian kiri depan agak tengah
7 3 Bagian kanan ke belakang
8 3 Bagian kiri ke belakang
2. Rangsangan PanasLokas
i70° 80° 90° Waktu Nyeri
1 Panas Lebih panas Lebih panas 3s
8
2 Panas Lebih panas Panas 2s
3 Lebih panas Panas Panas 3s
4 Panas Panas Panas 4s
5 Panas Lebih panas Lebih panas 2s
6 Lebih panas Panas Lebih panas 2s
7 Panas Panas Panas 2s
8 Lebih panas Panas Panas 3s
3. Rangsangan DingimLokasi 0° 5° 10° Waktu Nyeri
1 Nyeri Dingin Dingin 1 s
2 Nyeri Dingin Dingin 2 s
3 Nyeri Dingin Dingin 2 s
4Sangat Nyeri
Sangat Dingin
Sangat Dingin
4 s
5 Nyeri Dingin Dingin 3 s
6 Nyeri Dingin Dingin 2 s
7Sangat Nyeri
Sangat Dingin
Dingin 3 s
8 Nyeri Dingin Dingin 2 s
E. Pemeriksaan Vitalitas Gigi1. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin
Lokasi Respon yang Dirasakan
Labial 1/3 incisa insisiv Dingin dan agak ngilu
Mesio bukal cups molar Dingin dan tidak ngilu
9
2. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu PanasLokasi Air Panas Suhu kamar Guttap Burnisher
Labial 1/3 incisa insisiv Panas Tidak panas Panas Tidak panas
Mesio bukal cups molar Sedikit panas Tidak panas Sedikit panas Tidak panas
3. Test Vitalitas Gigi Dengan TekanLokasi Respon yang Dirasakan
Labial 1/3 incisa insisiv Tekanan sangat terasa
Mesio bukal cups molar Tekanan terasa
4. Test Perkusi Gigi dan PalpasiLokasi Respon yang Dirasakan
Labial 1/3 incisa insisiv Ketukan sangat terasa dan sedikit ngilu
Mesio bukal cups molar Ketukan terasa
2.2 Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda?
2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
mengenali jarak antar dua titik? Jelaskan mengapa!
3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan
mengapa!
4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan
mengapa!
5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?
6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin,
pahit, asam, dan umami?
10
7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?
8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?
Jawab:
1. Bagian mulut yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda
adalah bagian ujung lidah. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah
banyak terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya
banyak terdapat taste bud (reseptor perasa). Semakin banyak taste bud
maka daerah tersebut semakin sensitive. Dan bagian wajah yang lebih
sensitiv adalah bibir dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir.
Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih
sensitive pada rangsangan tekan.
2. Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik
adalah ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive
adalah bibir. Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah
menyebabkan lidah sensitive terhadap jarak antara dua titik. Karena
papilla fungiformis banyak mengandung taste bud. Sedangkan pada
bibir, sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Hal
ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive
pada rangsangan tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi
akibat perubahan bentuk jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki
tekstur yang lebih tebal atau dalam sehingga bisa menangkap
rangsangan tekanan lebih sensitive. Selain itu juga jarak persyarafan ke
kulit yang tipis.
3. Bagian lidah yang paling sensitive terhadap suhu adalah ujung lidah.
Dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla
fungiformis yang banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang
menghantarkan rangsangan, sehingga makin banyak taste bud makin
sensitive bagian lidah tersebut. Selain itu juga jarak persyarafan ke
kulit yang tipis dibandingkan bagian yang lain.
11
4. Bagian lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri
dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian
ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang pada bagian
ujungnya banyak terdapat taste bud sehingga lebih sensitive.
5. Hasil percobaan sesuai dengan teori, dimana pengenalan bentuk benda,
pengenalan jarak antara dua titik, rangsangan suhu dan nyeri lebih
sensitive pada bagian ujung lidah
6. Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin,
manis dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap
rangsangan asam. Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa
pahit.
7. Tes vitalitas gigi diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa.
Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk
vitalitas pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka
biasanya gigi masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga
berguna untuk keperluan perawatan endodontik.
8. Test palpasi dan perkusi dilakukan untuk mengetahui ataupun
mengevaluasi status periodonsium sekitar suatu gigi.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area
Wajah
Pada percobaan ini orang coba diminta untuk mengenali bentuk
dan ukuran benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya boleh dengan
menggunakan seluruh organ dalam mulut. Dimulai dari bentuk oval
dengan ukuran 1cm membutuhkan waktu 12 detik, , bentuk lingkaran
dengan ukuran 1cm cm membutuhkan waktu 10 detik, bentuk kotak
dengan ukuran 1 cm dengan waktu 15 detik dan wbentuk segitiga ngean
ukuran 0,7 membutuhkan waktu 10 detik .Dan terdapat kesalahan dalam
mengenali bentuk kotak , hal ini dikarenakan ukuran kotak yang sangat
kecil . dan terdapat ketidaksesuaian pada hasil percobaan seharusnya
semakin besar ukuran benda semakin mudah mngenali benda tersebut
sedangkan pada percobaan ini subjek lebih cepat engenali bentuk
segituga yang berukuran 0,7 cm dibandingkan lingkaran yang berukuran
1 cm dengan perbedaan waktu 2 detik
Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin kuat dan reseptor yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.
3.2. Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
Pada percobaan ini orang coba dengan kelamin perempuan
ditutup matanya, kemudian dilakukan two point discrimination test pada
rongga mulut. Pada hasil percoban yang didapatkan, dengan jarak 1 mm
tidak ada daerah yang sensitif. Pada jarak 2 mm daerah yang sensitif
adalah anterior lidah, palatum, gusi, cuping telinga, bibir atas dan bibir
13
bawah. Pada jarak 3 cm semua daerah sensitif.. Sensitivitas terhadap
rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini.
Rangsangan tekan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan
pada jaringan yang lebih dalam (Guyton.1996:430). Reseptor dari
rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung saraf bebas. Pada daerah
yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah dan leher memiliki
reseptor yang lebih banyak pada daerah lain.
3..3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
Pada percobaan ini pada rongga mulut dan area wajah orang coba
di letakkan sonde yang telah direndam air es atau air panas pada daerah
tertentu untuk m,engetahui pengenalan suhu pada rongga mulut dan
daerah wajah. Kemudian orang coba disuruh menjelaskan apakah mampu
mengenali suhu air yang diberikan.
Pada pemberian air es daerah yang sensitive adalah anterior lidah,
samping kanan dan kiri lidah, posterior palatum, cupping telinga bibir
atas dan pipi kanan-kiri. Sedangkan pada pemberian air panas daerah
yang sensitive adalah anterior lidah, samping kanan dan kiri lidah,
mukosa pipi dahi, bibir atas dan leher.
3. 4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah
Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap persepsi
rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami pada bebearap bagian lidah,
yaitu ujung lidah, lateral lidah, dan pangkal lidah. Bahan yang diujikan
adalah air garam, air gula, cuka, kina, dan umami
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa lidah menimbulkan reaksi
rasa yang berbeda-beda sesuai dengan tabel hasil percobaan. Ujung lidah
dapat menerima semua modalitas terutama asin. Tepi lidah dapat
menerima modalitas umami, pahit teruama asaam dan asin. Pangkal lidah
dapat menerima modalitas manis, umami terutama pahit. Bagian tengah
14
depan lidah dapat menerima sedikit modalitas asam dan umami
sedangkan lidah tengah depan dapat menerima rangsng pahit.
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
2. manis, terletak di ujung lidah;
3.asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
4.pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
5.umami, terletak di ujung lidah;
Pada manusia telah ditentukan 4 pengecapan (rasa) dasar: asam,
manis, pahit, dan asin. Meskipun terdapat tumpang tindih yang cukup
luas, zat yang pahit terutama dikecap dibelakang lidah, yang asam
disepanjang tepi lidah, yang manis diujung lidah, dan yang asin di
dorsum anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga terasa di palatum
yang juga agak peka untuk manis dan asin. Keempat modalitas ini dapat
dirasakan di faring dan epiglotis
Dalam keadaan kering, lidah tidak dapat merasakan apa yang
diletakkan diatasnya, termasuk gula, garam, maupun zat lainnya. Lidah
baru merasakan zat tersebut bila terdapat cairan liur dan zat itu larut
dalam air liur tersebut. Kepekaan manusia untuk membedakan intensutas
ras relatif besar, hal ini tergantung pada faktor individual, nilai ambang,
dan konsentrasi substrat yang diberikan.
3.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
3.5.1 Rangsangan Tekanan
Percobaan ini dilakukan pada subjek yang berjenis
kelamin perempuan yang bertujuan untuk mengetahui rasa nyeri
pada jaringan mulut dan wajah denhgan rangsang tekanSonde
besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah. Kemudian
sonde ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian
dilakukan pengukuran seberapa dalam sonde dapat menekan
beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai
15
menimbulkan rasa sakit. Didapatkan bahwa daerah-daerah
tersebut mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat
merasakan nyeri. Pada ujung lidah, bagian kanan lidah adak ke
bawah dan bagian dorsal lidah agak ke tengah kedalamannya1
mm. Pada bagian kiri bawah lidah kedalamannya 2mm. Pada
bagian kanan depan agak ke tengah lidah, bagian kiri depan
agak ke tengah lidah, bagian kanan belakang lidah dan bagian
kiri agak ke belakang lidah kedalamannya 3mm Perbedaan ini
disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya.
Semakin tebal lapisan epitelnya seperti pada dahi akan dalam
reseptor nyeri yang dapat diterima.
Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis
reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh
perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. (Guyton, 1996 :
430)
3. 5.2 Rangsangan Panas
Pada percobaan dilakukan dengan mengamati lama waktu
timbulnya nyeri pada daerah-daerah lidah, mukosa pipi kanan,
gingiva anterior, pipi kanan, bibir atas dan dahi. Untuk
merangsang timbulnya respon nyeri dilakuan dengan
rangsangan termis yaitu dengan menguunakan rangsangan
panas. Rangsangan panas tersebut didapatkan dengan cara
merendam sonde besar pada air yang telah dipanaskan dengan
suhu 60o, 70o, 80o, dan 90o. Setelah itu, sonde tersebut
diletakkan pada beberapa bagian lidah, jaringan rongga mulut,
dan juga area wajah seperti yang telah diinstruksikan pada buku
petunjuk praktikum.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan perbedaan
sensitivitas pada masing-masing bagian. Urutan sensitivitas dari
16
yang terbesar ke terkecil adalah bibir atas, pipi kanan, dahi,
leher, gusi anterior, mukosa pipi kanan, lidah
Dari hasil yang dapat diketahui bahwa semakin tinggi
suhu, maka rangsangan nyeri juga bagian1,5,6,2,3,8,4,7.
Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas
atau dingin yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan
reseptor panas bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi
”sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi ”panas yang
menyengat” (burning hot) (Guyton & Hall.1997:774).
semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45°C, serabut nyeri
mulai terangsang oleh panas, dan rasa nyeri itu bertambah
seiring kenaikan suhu. Adapun tingkat perbedaan dalam
penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor kecap
yang terdapat pada daerah tersebut.
3. 5.3 Rangsangan Dingin
Pemeriksaan rangsang dingin yang dilakukan pada suhu 0,
5, 10, 20 derajat diperoleh hasil dengan urutan yang paling
sensitive adalah dorsum lidah, , 2/3 posterior kiri, 2/3 posterior
kanan, 1/3 anterior kiri, 1/3 anterior kanan, samping kanan,
samping kiri, ujung lidah. Hal ini dikarenakan karena kontur
dari dorsum lidah yang berlipat dan banyak papil sehingga lebih
sensitive, selain itu bagian dorsum lidah juga banyak dilalui
persarafan.
3..6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
3.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin
Pada percobaan ini dilakukan tes vitalitas ggi dengan
rangsang suhu dingin pada orang coba yang berjenis kelamin
perempuan.. Test vitalitas gigi dengan suhu dingin dilakukan
pada gigi insisive pertama bawah dan molar pertama bawah.
17
Pada gigi incisive pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl
tidak terasa ngilu dan dingin.. Sedangkan pada gigi molar
pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl tidak menimbulkan
ngilu dan terasa dingin. Hal ini menunjukkan kedua gigi tersebut
masih dalam status vital
Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan
hasil bahwa gigi orang coba merasakan sensasi dingin dan lama-
kelamaan menjadi ngilu. Hal ini menunjukkan gigi masih bisa
menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa
gigi yang di test masih vital. Stimulus yang diaplikasikan pada
pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika
material pengetesnya diangkat. (Waltan.1997:80)
3. 6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas
Pada percobaan ini dilakukan tes vitalitas gigi dengan
menggunakan suhu panas yaitu dengan air panas, huhu kamar,
guttaperca yang di bakar dan burnisher. Berdasarkan tabel hasil
pengamatan terlihat bahwa semakin tinggi suhu tersebut,
semakin cepat pula orang coba merasakan nyeri. Hal ini
ditunjukan dengan cepatnya waktu orang coba merasakan
merasakan nyeri, yaitu sekitar 1 sampai 2 detik orang coba telah
merasakan nyeri. Serabut nyeri mulai terangsang oleh panas,
dan rasa nyeri itu bertambah seiring kenaikan suhu. Adapun
tingkat perbedaan dalam penerimaan panas tergantung dari
banyaknya reseptor kecap yang terdapat pada daerah tersebut.
Tes vitalitas gigi terhadap suhu panas dapat menentukan
ketahanan gigi. Gigi insisivus lebih sensitive terhadap
rangsangan suhu panas daripada gigi molar. Hal ini disebabkan
lapisan enamel dari gigi insisive lebih tipis daripada lapisan
enamel dari gigi molar, sehingga rangsangan lebih mudah
masuk ke tubuli dentin, dan kemudian dilanjutkan ke pulpa,
18
yang merupakan tempat persarafan gigi berada. Sedangkan
untuk rangsangan termis ditanggapi oleh reseptor ruffini.
3. 6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan
Pada percobaan ini dilakukan tes vitalitas gigi pada orang
coba berjenis kelamin perempuan dengan cara rangsang ditekan
dengan tujuan untuk mengetahui vitalitas gigi, pada percobaan
kali ini. Didapatkan hasil pada gigi insisive pertama setelah
ditekan dengan tangkai kaca mulut gigi orang coba tekanan
sangat terasa, sedangkan pada gigi molar bawah kanan, saat
ditekan dengan kaca mulut, gigi orang cobatekanan terasa
namun tidak sehebat pada gigi insisiv pertama. Dari data
percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa gigi insisive
pertama lebih sensitive terhadap rangsangan tekan dibandingkan
dengan gigi molar pertama bawah kanan.
3. 6.4 Test Perkusi Gigi dan Palpasi
Pada percobaan ini dilakukan perkusi papa gigi orang coba
yang berjenis kelamin perempuan dengan menggunakan tangkai
kaca mulut, didapatkan hasil bahwa gigi insisiv bawah lebih
peka terhadap rangsangan perkusi daripada gigi molar satu
bawah. Ini dikarenakan lapisan enamel pada gigi Insisiv satu
bawah lebih tipis daripada lapidan enamel pada gigi molar satu
bawah, sehingga rangsangan lebih mudah diteruskan melewati
tubuli dentin menuju ke pulpa yang berisi saraf. Begitu pula
dengan gingiva, yang memiliki mekanisme aliran impuls hampir
sama seperti kulit, yang memiliki sensor terhadap rangsangan
tekanan. Sedangkan persarafan gigi dan gingiva ini terdapat
saraf yang peka terhadap rangsangan tekanan adalah reseptor
paccini.
19
BAB IV
KESIMPULAN
Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah. Bagian
lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif terhadap pengenalan
bentuk benda, rasa nyeri, dan berbagai macam rasa karena disana terdapat lebih
banyak serabut saraf sensoris, taste bud ,dan merupakan lapisan tertipis
dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Dari setiap makanan dan minuman
yang dikenali oleh lidah , otak akan mengintegrasikan input yang berbeda dari
kuncup pengecapan dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks. Reseptor rasa
manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan bagian
lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah, reseptor rasa pahit terletak
di pangkal / dorsal lidah dan reseptor rasa umami terletak pada ujung lidah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil.A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.Erlangga. Jakarta.
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Johnson, Kurt E. , 1994. Histologi dan Biologi Sel. Binarupa Aksara . Jakarta.
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta
21