Laporan Fisio Ridho Indera Rasa Kulit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN FISIO RIDHO INDERA RASA KULIT.

Citation preview

  • i

    INDERA RASA KULIT

    LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

    BLOK SISTEM TUBUH II

    GANJIL 2015-2016

    Disusun Oleh:

    AURIDHO PRASETYO PUTRA DITYA

    NIM. 151610101081

    LABORATORIUM FISIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • ii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

    BAB I DASAR TEORI .................................................................................. 1

    BAB II LANGKAH KERJA ......................................................................... 6

    BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 10

    BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 24

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii

  • 1

    BAB I

    DASAR TEORI

    Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk

    sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.

    Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam

    atau lapisan dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf.

    Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar,

    pertama adalah stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah

    atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum terdapat stratum

    granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan

    kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen

    hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman,

    atau kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut

    stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk

    disebut stratum korneum.

    Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang

    terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat

    kuning bersifat elastic atau lentur, sehingga kulit dapat mengembang.

    Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis

    membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan

    pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga

    berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot

    penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut

    dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak

    yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari

    kerusakan mekanik.

    Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan

    tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka

    terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.

    Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan

  • 2

    reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke

    daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh

    dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya

    terletak di dekat epidermis. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama

    di ujung jari dan bibir.

    Klasifikasi reseptor antara lain:

    Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu:

    1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).

    2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).

    3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).

    4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).

    Berdasarkan sumber rangsangan:

    1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap

    rangsangan eksterna atau luar.

    2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan

    terutama berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.

    3. Interoreseptor, terletak pada visera atau alat dalam dan pembuluh darah.

    Berdasarkan morfologi:

    1. Badan terakhir yang bebas atau terbuka (tanpa kapsul) yang tak

    berhubungan dengan tipe sel lainnya.

    2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur

    bukan saraf di samping saraf badan akhir saraf.

    Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua

    golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebri

    tempat mekanisme ini diintegrasikan.

    Golongan pertama, paleo-sensibilitas, yang meliputi rasa rasa primitif

    atau rasa rasa vital seperti rasa raba, tekan sakit, dingin dan panas. Saraf aferen

    dari rasa-rasa ini bersinaps dengan interneuron interneuron yang bersinaps lagi

    dengan motor neuron motor neuron dari medula spinalis dan sentrum atasan

    (Thalamus dan Korteks Serebri) melalui traktur Spino-Talamikus.

  • 3

    Golongan kedua, gnostik atau neo-sensibilitas, yang meliputi rasa-rasa

    yang sangat di deferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi

    rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang , diskriminasi kekerasan, diskriminasi

    ukuran dan bentuk. Saraf aferen dari rasa-rasa ini menghantarkan impuls-impuls

    yang terutama dialirkan melalui traktus dorso-spinalis ke arah sensoris di dalam

    korteks serebri, setelah di integrasikan seperlunya pada pusat-pusat dibawahnya.

    Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit, yakni pada titik-

    titik yang berbeda dan terpisah-pisah, dengan diameter perangsangan kira-kira 1

    mm. Pada sebagian besar daerah tubuh jumlah reseptor dingin kira-kira tiga

    sampai sepuluh kali reseptor panas dan pada berbagai daerah tubuh jumlah

    reseptor bervariasi, 3-5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang dari satu titik dingin

    per sentimeter persegi pada daerah permukaandada yang luas. Sedangkan jumlah

    titik hangatnya lebih sedikit. Alat indera untuk nyeriadalah ujung saraf telanjang

    yang terdapat di hampir semua jaringan tubuh.

    Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain:

    a) Ujung Saraf Bebas: Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung

    akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor

    sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat

    saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin berdiameter kecil, yang

    semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan

    serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf

    seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan,

    sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin

    menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel

    rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan

    melingkari folikel rambut dalam dermis. Beberapa saraf berhubungan

    dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan dengan sel

    folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti

    lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang

    berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor

  • 4

    badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga

    gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah

    dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran

    dan juga resepor terhadap dingin.

    b) Korpuskulus Peraba (Meissner): Korpuskulus peraba (Meissner) terletak

    pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia.

    Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan

    berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah

    kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang

    menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat

    setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf

    menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang

    mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung

    mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan

    diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua

    titik yang letaknya berdekatan).

    c) Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus berlamel (vater

    pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki,

    jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia

    eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan

    diameter 0,5 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata

    telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai

    oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung

    sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung

    mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat

    (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur

    longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima

    rangsangan tekanan yang dalam.

    d) Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskulus gelembung (krause)

    ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada

    dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar

  • 5

    (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula

    tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat

    bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi

    dengan sel schwan. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan

    berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada.

    Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia.

    Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

    e) Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat

    termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan

    ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung.

    Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ

    tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli

    intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak

    bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus

    ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga

    untuk menerima rangsangan panas.

    f) Spindel Neuromuskular. Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai

    reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit

    merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2

    dengan berat 15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat

    pada palpebra, bibir dan preputium, ulit yang tebal dan tegang terdapat di

    telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada

    muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan kulit yang

    berambut kasar terdapat pada kepala.

  • 6

    BAB II

    LANGKAH KERJA

    II.1. Persiapan Alat dan Bahan

    1. Bak

    2. Stempel

    3. Saputangan besar (penutup mata)

    4. Kerucut kuningan

    5. Jangka

    6. Penggaris

    7. Jarum

    8. Anak timbangan

    9. Kertas gosok dengan berbagai ukuran

    10. Benda-benda kecil dengan berbagai ukuran (bulat, lonjong, kotak,

    segitiga, empat persegi panjang, silinder, dan benda dengan bentuk

    tidak beraturan)

    11. Air hangat (suhu 50o C, 40o C, 30o C)

    12. Air Es (suhu 5o C)

    13. Alkohol

    II.2. Prosedur Pekerjaan

    2.1.1 Percobaan Paleosensibilitas

    2.1.1.1 Rasa Panas dan Dingin

    A. Pada Jari Tangan

    a) Sediakan 3 buah bak yang masing-masing berisi:

    1. Air es (5o C)

    2. Air hangat (40o C)

    3. Air biasa (30o C)

    b) Masukkan jari telunjuk kanan ke dalam air es dan jari telunjuk kiri

    ke dalam air hangat. Catat perasaan saudara alami

  • 7

    c) Kemudian segera masukkan kedua telunjuk saudara ke dalam bak

    ke tiga. Catat apa juga yang saudara rasakan.

    B. Pada Punggung Tangan

    a) Tempatkan punggung tangan saudara lebih kurang 10 cm di depan

    mulut dan tiuplah kulit punggung tangan saudara perlahan-lahan.

    Catatlah rasa yang saudara alami

    b) Basahilah punggung tangan saudara dengan alcohol lebih dahulu,

    kemudian tiuplah seperti pada butir (a). Catat rasa yang saudara

    alami.

    2.1.1.2 Reaksi-reaksi di Kulit

    a) Letakkan telapak tangan kiri di atas meja dan tandai suatu daerah di

    telapak tangan 3 x 3 cm dengan stempel yang telah tersedia. Tutuplah

    mata orang percobaan

    b) Selidiki secara teratur mengikuti garis-garis sejajar titik-titik panas

    dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air

    panas yang bersuhu 50o C (sebelum diletakkan pada telapak tangan,

    keringkan dahulu kerucut kuningan tersebut dengan handuk). Berilah

    tanda pada titik-titik itu dengan tinta. Tentukan letak titik-titik hangat

    c) Lakukan percobaan di atas untuk menentukan titik-titik dingin dengan

    menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air es.

    Tentukan letak titik-titik dingin

    d) Lakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik nyeri

    dan tekan dengan menggunakan jarum. Tentukan letak titik-titik nyeri

    dan tekan.

    e) Buatlah gambar tangan di atas kertas putih dan tuliskan titik-titik rasa-

    rasa yang anda rasakanitu di atas gambar tangan tersebut.

    f) Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah lengan bawah, kuduk

    dan pipi

  • 8

    2.1.2 Percobaan Neo-sensibilitas

    2.1.2.1. Lokalisasi Rasa Tekan

    a) Tutup mata orang coba, kemudian tekanlah ujung pensil dengan kuat

    pada ujung jarinya

    b) Suruh orang coba menunjukkan dengan tepat letak bagian tubuh yang

    dirangsang tersebut. Tentukan jarak antara titik tunjuk dalam mm

    c) Ulangi percobaan tersebut 3 (tiga) kali dan tentukan jarak rata-ratanya

    d) Lakukan percobaan tersebut untuk derah-daerah telapak tangan, lengan

    bawah, lengan atas,pipi, dan kuduk

    2.1.2.2. Diskriminasi Rasa Tekan

    a) Tutup mata orang coba, kemudian tekanlah kedua ujung dengan sebuah

    jangka secara serentak (stimultan) pada ujung jarinya

    b) Ambillah mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga orang

    coba belum dapat membedakan dua titik, kemudian perbesar jarak

    ujung jangka setiap kali 2 mm, sampai dapat dibedakan dua titik oleh

    orang coba

    c) Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar dahulu,

    kemudian dikecilkan setiap kali 2 mm sampai ambang diskriminasi

    d) Lakukan percobaan no. 1 s/d no.3, tetapi sekarang dengan menekankan

    kedua ujung jangka secara berturut-turut

    e) Tentukan denga cara-cara tersebut di atas ambang diskriminasi dua titik

    untuk daerah-daerah kuduk, bibir, pipi dan lidah

    2.1.2.3. Diskriminasi Kekuatan Rangsang atau Hukum Weber-Fechner

    a) Tutup mata orang coba dan letakkan tangannya di atas meja dengan

    telapak tangan menghadap ke atas

    b) Letakkan alas dari kertas di jari tangan, kemudian letakkan beban 5 gr

    di atasnya

    c) Tambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai

    orang percobaan tepat dapat membedakan tambahan berat. Catatlah

    selisih berat yang dapat dirasakan (berat akhir-berat awal)

  • 9

    d) Lakukan percobaan no. 2 dan no.3 dengan beban mula-mula di atas alas

    kertas berturut-turut 10 gr, 50 gr, dan 100 gr.

    e) Catat selisih berat yang dapat dibedakan

    2.1.2.4. Kemampuan Diskriminasi

    A. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    a) Tutuplah mata orang coba

    b) Suruhlah orang coba meraba-raba kertas gosok yang berbeda-beda

    derajat kekasarannya dengan ujung jari secara berganti-ganti, dengan

    urutan acak

    c) Catatlah kemampuan orang coba mengenali perbedaan kekasaran

    kertas gosok

    d) Ulangi percobaan di atas (butir 1-3), dengan lengan bawah, telapak

    tangan, dan kuduk

    B. Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    a) Tutuplah mata orang coba

    b) Suruhlah orang coba memegang benda-benda kecil yang tersedia, dan

    suruhlah menyebutkan benda-benda tersebut (lingkaran-lingkaran,

    empat persegi panjang, segitiga, bulat lonjong)

    c) Catatlah kemampuan orang coba mengenali bentuk

    d) Ulangi percobaan di atas (butir 1-3), dengan lengan bawah, telapak

    tangan, dan kuduk

  • 10

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    III.1. JAWABAN PERTANYAAN PERCOBAAN

    Berdasarkan seluruh percobaan, kami menjawab beberapa pertanyaan

    dibawah ini dan membuat kesimpulan

    3.1 Pertanyaan

    1. Diskriminasi rasa dingin di mana yang paling sensitive? Jelaskan mengapa

    demikian

    2. Diskriminasi bentuk yang terpeka dibagian tubuh yang mana? Dan

    jelaskan mengapa?

    3. Apakah diskriminasi bentuk juga dapat dikenali di rongga mulut?

    4. Apakah diskriminasi ukuran juga dapat dikenali di rongga mulut?

    3.2 Jawaban

    1. Menurut pengamatan, area yang paling sensitif terhadap dingin adalah area

    kuduk. Suhu rendah akan merangsang otot-otot kecil di folikel rambut. Ini

    yang menyebabkan bulu kuduk berdiri.

    2. Seperti dikatakan oleh Musarofah, dkk., (2005:126) reseptor yang paling

    sensitif (peka) untuk merasakan berbagai rangsang adalah pada jari-jari.

    Sedangkan pada telapak tangan juga peka karena telapak tangan paling

    berperan dalam kehidupan untuk menggenggam benda-benda berbagai

    ukuran dan berbagai bentuk.

    3. Bisa

    4. Bisa

  • 11

    3.2 Hasil Pengamatan

    Paleo-sensibilitas

    Rasa Panas dan Dingin

    A. Jari Tangan

    Lokasi Uraian Rasa

    Ka ( dingin ) Dingin seperti membeku

    Ki (panas) Panas sedikit nyeri

    Ka-Ki

    (normal)

    Biasa saja netral ada sensasi cekot cekot pada tangan

    kanan(dingin)

    B. Punggung Tangan

    Lokasi Uraian Rasa

    Kondisi kering Biasa cenderung hangat

    Basahi alkohol Sangat dingin

    Olesi alkohol Dingin

    Reaksi-Reaksi di Kulit

    Reaksi-reaksi di Kulit

    Telapak tangan Lengan bawah

  • 12

    Kuduk Pipi

    Keterangan :

    Nyeri : merah

    Tekan : biru

    Suhu dingin : hijau

    Suhu panas : coklat

    No Perlakuan

    Jumlah Reseptor Rasa-rasa Kulit

    Telapak

    tangan

    Lengan

    bawah

    Kuduk Pipi

    1 Nyeri 6 5 5 6

    2 Tekan 2 6 4 5

    3 Suhu dingin 6 5 7 2

    4 Suhu panas 2 5 3 7

  • 13

    Percobaan Neo-sensibilitas

    Neosensibilitas Lokalisasi Rasa Tekan

    Lokasi

    Taruh Titik Tekan dan Tunjuk

    I II III Rerata

    Ujung Jari 5 1 1 2,3

    Telapak Tangan 10 4 10 8

    Lengan Bawah 6 15 12 11

    Lengan Atas 11 1 12 11

    Pipi 4 6 5 5

    Kuduk 11 9 7 9

    Neosensibilitas Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Simultan

    No.

    Perlakuan

    Dari kecil ke besar Dari besar ke kecil

    Jarak dua titik

    (mm)

    Rerata

    Jarak dua titik

    (mm)

    Rera

    ta I II III I II III

    1. Telapak

    Tangan

    4 4 6

    4,6 8 6 4 6

    2. Lengan Bawah 8 10 6 8 8 6 8 7,3

    3. Lengan Atas 10 8 4 3,6 6 6 8 6,7

    4. Pipi 6 6 10 7,3 2 4 6 4

    5. Kuduk 10 10 6 8,3 10 10 12 10,6

    6. Bibir 6 4 4 3,6 4 2 4 3,3

    7. Lidah 2 4 2 2,6 2 2 2 2

    8. Depan Telinga 4 2 44 3,3 8 12 8 9,3

  • 14

    Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Berurutan

    No.

    Perlakuan

    Dari kecil ke besar Dari besar ke kecil

    Jarak dua titik

    (mm)

    Rerata

    Jarak dua titik

    (mm)

    Rerata

    I II III I II III

    1. Telapak

    Tangan

    2 4 2 2,7 2 2 4 2,6

    2. Lengan Bawah 8 6 4 6 6 4 6 5,3

    3. Lengan Atas 8 8 4 6,7 8 6 4 6

    4. Pipi 4 2 6 4 12 8 10 10

    5. Kuduk 4 2 6 4 12 12 8 10,6

    6. Bibir 4 4 4 4 2 4 4 3,3

    7. Lidah 2 2 2 2 2 2 2 2

    8. Depan Telinga 4 4 2 3,3 14 6 10 10

    Diskriminasi kekuatan rangsangan-hukum Weber-fechner

    NO Beban Awal Ulangan (mm) Rerata

    I II III

    1 Beban Awal 5g 2 2 2 2

    2 Beban Awal 10 g 2 2 2 2

    3 Beban Awal 50 g 5 6 5 5.3

    4 Beban Awal 100g 10 10 10 10

    5 Beban Awal 200g 17 20 20 19

  • 15

    Percobaan Kemampuan Diskriminasi

    Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    No.

    Kekasaran

    Kertas

    Gosok

    Jari Tangan

    Telapak

    Tangan Lengan Bawah Kuduk

    Ulangan

    Ulangan

    Ulangan

    Ulangan

    I II III I II III I II III I II III

    1 1

    2 2

    3 3

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    5 10 50 100 200

    Beb

    an y

    ang D

    Iras

    a

    Beban Awal (gram)

    Rerata

  • 16

    Kemampuan Diskriminasi Ukuran

    No. Ukuran

    Jari Tangan

    Telapak

    Tangan Lengan Bawah Kuduk

    Ulangan

    Ulangan

    Ulangan

    Ulangan

    I II III I II III I II III I II III

    1 Uang 100 X X

    2 Uang 200 X X

    3 Uang 500 X

    Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    No. Bentuk

    Jari Tangan

    Telapak

    Tangan Lengan Bawah Kuduk

    Ulangan

    Ulangan

    Ulangan

    Ulangan

    I II III I II III I II III I II III

    1 Bola X

    2 Balok X X

    3 Segitiga X

    4 Kubus

  • 17

    3.3. Pembahasan

    Paleosensibilitas

    Paleosensibilitas meliputi rasa-rasa primitive atau rasa-rasa vital, seperti

    rasa raba, tekan, nyeri, dingin, dan panas.

    Rasa Panas dan Dingin

    Jari Tangan

    Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan tangan kanan ke pada air es

    (5oC) dan tangan kiri ke air hangat (40

    oC), dan setelah itu dengan segera

    memasukkan kedua tangan bersamaan ke air normal (30oC). Dengan setiap

    sesudah masuk ke suhu tertentu dirasakan bahwa setelah memasukkan ke air

    hangat didapatkan hasil panas sedikit nyeri hal ini yang bekerja adalah reseptor

    ruffini, kemudian pada keadaan dingin terasa dingin seperti membeku reseptor

    yang bekerja adalah krausse, pada saat dimasukkan kedalam air suhu (30oC).

    terdapat sensasi pada jari kiri panas dan dingin hal ini disebabkan karena masih

    adanya rasa panas yang dikirim ke otak selain rasa sedikit dingin pada suhu kamar

    dan akan terasa demikian hingga terasa hangat.

    Punggung Tangan

    Pada percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin pada punggung

    tangan, saat punggung tangan orang coba dalam kondisi kering ditiup, orang coba

    merasa biasa dingin cenderung hangat karena tiupan pelan sehingga udara tiupan

    membawa kalor tubuh. Sedangkan, saat orang coba mengoleskan alkohol terlebih

    dahulu, tiupan akan terasa lebih dingin dibanding saat kondisi kering. Dan pada

    saat orang coba membasahi punggung tangannya dengan alkohol, tiupan akan

    terasa makin dingin dibanding saat kondisi kering maupun saat diolesi alkohol

    walaupun rasa dingin tersebut berangsur hilang. Hal ini disebabkan karena titik

    penguapan alkohol lebih rendah dari air sehingga mengambil kalor lebih banyak

    dari permukaan kulit dan orang coba merasa lebih dingin.

    Reaksi-reaksi di Kulit

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi-reaksi di

    kulit yang meliputi, rasa nyeri, tekan, suhu panas maupun dingin, dibuktikan

  • 18

    bahwa setiap bagian tubuh memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda pada

    tiap bagiannya.

    Pada hasil percobaaan, dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki

    kepekaan paling tinggi adalah lengan bawah. Pada pemberian rangsangan nyeri,

    bagian tubuh yang paling peka adalah telapak tangan dan pipi. Pada pemberian

    rangsangan tekanan, bagian tubuh yang paling peka adalah lengan bawah. Pada

    pemberian rangsangan dingin, bagian tubuh yang paling peka adalah kuduk. Pada

    pemberian rangsangan panas, bagian tubuh yang paling peka adalah pipi. Hal-hal

    tersebut dapat terjadi karena setiap bagian tubuh memiliki tingkat kepekaan yang

    berbeda-beda yang disebabkan karena kepadatan titik-titik reseptor di setiap

    bagian kulit tidaklah sama.

    Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit pada

    titik-titik yang berbeda dan terpisah-pisah. Pada sebagian besar daerah tubuh,

    jumla titik dingin kira-kira 3 sampai 10 kali lipat titik hangat, dan jumlah

    reseptornya bervariasi di berbagai daerah tubuh, 15 sampai 25 titik dingin/cm

    kuadrat pada bibir, 3 sampai 5 titik dingin cm/ kuadrat pada jari dan kurang dari

    satu titik dingin/cm kuarat pada derah permukaan tubuh yang luas.

    Bila suhu meningkat hingga +10 sampai 15oC, impuls nyeri-dingin akan

    menghilang, naun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang mencapai puncak

    perangsangan pada suhu sekitar 24oC dan mulai menghlang secara perlahan

    sampai suhu 40 o

    C.Akhirnya, pada suhu sekitar 45 o

    C, serta nyeri panas mulai

    terasa panas dan, anehnya, beberapa saat dingin mula terangsang lagi, barangkali

    karena kerusakan ujung-ujung reseptor yang berlebihan.

    Pada umumnya nyeri akan terjadi bila seseorang dirangsang dengan panas dengan

    suhu di atas 45oC. Suhu ini juga merupakan suhu ketika jaringan mulai

    mengalami kerusakan akbat panas; memang, jaringan pada akhirnya akan rusak

    jika suhu menetap di atas ini. Oleh karena itu, jelaslah bahwa nyeri yang

    disebabkan oleh panas sangat erat hubungannya dengn kecepatan keruskan

    jaringan yang terjadi dan tidak berhubungan degan kerusakan total yang telah

    terjadi. Intensitas nyeri juga berhubungan kecepatan kerusakan jaringan yang

  • 19

    disebabkan oleh pengaruh lain selain panas, seperti infeks bakteri, iskemia

    jaringan, kontuso jaringan, dan sebagainya.

    Dengan jalur Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba,

    tekan, dan

    suhu : sinyal diterima reseptor

    ujung Ruffini dan Pacini

    dibawa ke ganglion spinale

    melalui radiks posterior menuju cornu posterior medulla spinalis

    berganti menjadi neuron sensoris ke-2

    lalu menyilang ke sisi lain medulla spinalis

    membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus

    menuju thalamus di otak

    berganti menjadi neuron sensoris ke-3

    menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus

    parietalis).

    Neosensibilitas

    Neosensibilitas meliputi rasa-rasa yang sangat dideferensiasikan, seperti

    pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan

    rangsang, diskriminasi kekasaran, serta diskriminasi ukuran dan bentuk.

    Neosensibilitas Lokalisasi Rasa Tekan

    Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis

    reseptor yang sama. Namun, sensasi raba umumnya disebabkan oleh

    perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sedangkan sensasi tekanan biasanya

    disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam dan untuk sensasi

    getaran sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh isyarat sensoris

    yang berulang dengan cepat.

  • 20

    Menurut hasil percobaan yang dilakukan dengan memberikan

    rangsang tekan pada orang coba pada daerah tubuh (ujung jari, telapak tangan,

    lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk) dan orang coba menunjukkan bagian

    tempat rangsang tekan diberikan. Diketahui bahwa hasil menunjukkan jarak yang

    berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa tempat-tempat tersebut memiliki

    sensitifitas/kepekaan terhadap rangsang yang berbeda. Dari hasil tersebut dapat

    diketahui bahwa ujung jari memiliki kepekaan terhadap rangsang yang paling

    besar, dilihat dari jarak antara titik tekan dan titik tunjuk yang tidak terlalu jauh.

    Setelahnya diikuti dengan telapak tangan, kuduk, pipi, lengan bawah dan lengan

    atas yang diketahui memiliki tingkat kepekaan yang paling kecil. Hasil ini

    dapat berbeda pada tiap orang, tergantung tingkat kepekaan tiap orang.

    Neosensibilitas Diskriminasi Rasa Tekan

    Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Simultan

    Pada perlakuan pertama, orang coba distimulus dengan ujung kedua ujung

    jangka secara bersamaan dimulai dengan jarak terkecil dan bertambah

    besar sampai orang coba mulai merasakan kedua ujung jangka berada pada dua

    titik yang berbeda. Hasil percobaan menunjukkan hasil yang berbeda beda. Pada

    percobaan diskriminasi rasa tekan dua titik stimultan, rerata terbesar ditemukan

    pada kuduk,dan rerata terkecil ditemukan pada bibir. Hal ini dikarenakan pada

    bagian kudukterdapat sensor taktil yang lebih banyak.

    Pada perlakuan kedua, kedua ujung jangka dari jarak terbesar berangsur

    mengecil hingga orang coba merasakan kedua ujung jangka berada pada titik yang

    sama. Hasil percobaan ini menunjukkan hasil yang sama dengan percobaan

    dengan perlakuan sebelumnya, bahwa rerata jarak terbesar ditemukan pada kuduk

    dan rerata jarak terkecil ditemukan pada lidah. Hal ini dikarenakan sensor taktil

    (korpuskulus meissener) pada daerah lidah sangat sensitif sehingga pada jarak

    terkecil masih dapat dirasakan perbedaan dua titik yang ditekan oleh kedua ujung

    jangka.

  • 21

    Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Berurutan

    Pada percobaan diskriminasi rasa tekan dua titik berurutan,

    ditemukan bahwa pada perlakuan dari kecil ke besar, ditemukan jarak terbesar

    yaitu pada daerah lengan atas. Sedangkan jarak terkecil terdapat pada daerah

    lidah. Pada perlakuan kedua, yaitu pengukuran dari besar ke kecil, jarak terbesar

    terdapat pada daerah kuduk . Sedangkan jarak terkecil terdapat pada daerah lidah.

    Maka, dapat disimpulkan bahwa rangsangan atau impuls rasa tekan yang berasal

    dari kemampuan diskriminasi rasa tekan dua titik stimulan seseorang

    tidaklah sama, begitupun dengan reseptor diskriminasi rasa tekan yang berbeda

    memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula

    kemampuan panca indera untuk membedakan keberadaan dua titik yang mendapat

    rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang

    meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari.

    Neosensibilitas Diskriminasi Kekuatan Rangsangan Hukum Weber-Fechner

    Hasil percobaan tersebut sesuai dengan hukum Weber Fencher yang

    menyatakan kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rasa-rasa, pada

    umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi

    pada perbedaan relatifnya. Hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan, yaitu respon

    indra rangsang yang didapatkan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan.

    Sehingga, beban akan terasa lebih ringan dari berat asalnya.

    Kemampuan Diskriminasi

    Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

    Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan 3 amplas

    dengan tingkat kekasaran yang berbeda yaitu paling kasar, sedang dan halus. Di

    gesekkan kepada beberapa bagian tubuh yaitu jari tangan, telapak tangan, lengan

    bawah dan kuduk. Dari percobaan tersebut diperoleh bahwa semua perlakuan

    diskriminasi kekasaran dapat diketahui dengan baik oleh orang coba tanpa merasa

    kesulitan.

  • 22

    Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran oleh jenis reseptor

    yang sama. Jaras anterolateral menjalarkan sinyal sensorik yang tidak

    memerlukan pemisahan lokalisasi secara rinci dari sumber sinyal dan yang tidak

    memerlukan pembedaan gradasi intensitas yang kecil. jadi meskipun dibedakan

    lokasinya reseptor sensasi taktil tetap yaitu jaras anterolateral.

    Kemampuan Diskriminasi Ukuran

    Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan perbedaan

    ukuran dengan uang logam 100 rupiah, 200 rupiah dan 500 rupiah dan di

    tempatkan di posisi yang berbeda yaitu di jari tangan, telapak tangan, lengan

    bawah dan kuduk. Hasil yang diperoleh yaitu pada jari tangan orang coba mampu

    menyebutkan nama ukuran uang logam yang diuji. Pada telapak tangan orang

    coba mampu menyebutkan ukuran uang logam dengan baik. Sedangkan pada

    lengan bawah orang coba kesulitan menyebutkan ukuran dari uang logam tersebut

    dikarenakan kurang sensitifnya bagian lengan bawah. Pada bagian kuduk orang

    coba menyebutkan semua ukuran uang logam dengan baik karena pada bagian

    kuduk banyak terdapat folikel-folikel rambut juga reseptor-reseptor yang sangat

    peka terhadap rangsangan. Seperti yang dikatakan oleh Musarofah, dkk.,

    (2005:126) reseptor yang paling sensitif (peka) untuk merasakan berbagai

    rangsang adalah pada jari-jari. Sedangkan pada telapak tangan, dikarenakan

    telapak tanganlah yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari untuk

    menggenggam berbagai macam benda dengan berbagai ukuran sehingga telapak

    tangan dapat dengan mudah membedakan bentuk-bentuk benda.

    Kemampuan Diskriminasi Bentuk

    Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan benda

    berbagai bentuk yaitu bola, balok, segitiga, dan kubus. Dengan ditempatkan di

    berbagai posisi yang berbeda yaitu jari tangan, telapak tangan, lengan bawah dan

    kuduk. Hasil yang diperoleh yaitu pada jari tangan dapat menyebutkan bentuk

    semua benda dengan baik. pada telapak tangan, orang coba dapat menyebutkan

    bentuk semua benda dengan baik. pada lengan bawah, diperoleh bahwa pada

  • 23

    pengulangan kedua dari bentuk segitiga, orang coba tidak bisa menyebutkan nama

    bentuk benda yang diuji. Dan pada bagian kuduk, didapatkan bahwa percobaan

    pertama, orang coba tidak bisa menyebutkan bentuk bola dan balok, selain itu

    pada pengulangan ke 3 dari bentuk balok, orang coba kesulitan dalam

    menyebutkan bentuk balok. Hal ini terjadi karena seperti yang dikatakan oleh

    Musarofah, dkk., (2005:126) reseptor yang paling sensitif (peka) untuk merasakan

    berbagai rangsang adalah pada jari-jari. Sedangkan pada telapak tangan,

    dikarenakan telapak tanganlah yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari

    untuk menggenggam berbagai macam benda dengan berbagai ukuran sehingga

    telapak tangan dapat dengan mudah membedakan bentuk-bentuk benda.

  • 24

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Kesimpulan yang kami dapatkan dalam percobaan kami adalah

    Mekanisme sensoris pada reseptor-reseptor tekanan, suhu dan nyeri dibagi

    menjadi dua kelompok, yaitu paleo-sensibilities dan neo-sensibilities. Dimulai

    dari percobaan paloe-sensibilitas yang didapatkan bahwa rasa panas dan dingin

    tidak ditentukan oleh suhu suatu benda, akan tetapi ditentukan oleh kecepatan

    memperoleh panas atau dingin dan kecepatan hilangnya panas/dingin di kulit,

    yang kedua adalah reaksi-reaksi dikulit yang didapatkan bahwa kepadatan titik-

    titik rasa( reseptor) untuk rasa-rasa tersebut pada berbagai tempat dikulit tidaklah

    sama dan antara satu orang dengan orang lain bisa saja berbeda. Pada percobaan

    neo-sensibilities untuk lokalisasi rasa tekan tiap tempat tidaklah sama dan tiap

    orang pun belum tentu sama, untuk diskriminasi kekuatan rangsangan didapatkan

    bahwa rangsangan yang diterima akan menjadi berkurang tak seperti besarnya

    rangsangan yang diberikan , hal ini menurut hukum Weber-Fechner, untuk

    kemampuan diskriminasi yang terdiri dari diskriminasi kekasaran , ukuran,, dan

    bentuk dapat disimpulkan saraf sensoris yang bekerja pada tubuh manusia

    mempunyai sensibilitas yang berbeda dan tergantung dari letak pemberian

    rangsangan tersebut selain itu juga dengan kebiasaan organ yang dipakai dan

    fungsional dari organ sehingga sudah terbiasa terhadap diskriminasi.

  • iii

    DAFTAR PUSTAKA

    Guyton. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7, bagian 1 & 2. Alih

    Bahasa : Ken Ariata Tengadi, dkk. Jakarta : EGC.

    Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta

    :EGC

    Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.