Upload
auridho-prasetyo-putra-ditya
View
93
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN FISIO RIDHO INDERA RASA KULIT.
Citation preview
i
INDERA RASA KULIT
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
BLOK SISTEM TUBUH II
GANJIL 2015-2016
Disusun Oleh:
AURIDHO PRASETYO PUTRA DITYA
NIM. 151610101081
LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I DASAR TEORI .................................................................................. 1
BAB II LANGKAH KERJA ......................................................................... 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 10
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii
1
BAB I
DASAR TEORI
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam
atau lapisan dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf.
Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar,
pertama adalah stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah
atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum terdapat stratum
granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan
kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen
hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman,
atau kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut
stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk
disebut stratum korneum.
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang
terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat
kuning bersifat elastic atau lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis
membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan
pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga
berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot
penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut
dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak
yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari
kerusakan mekanik.
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan
tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka
terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan
2
reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke
daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh
dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya
terletak di dekat epidermis. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama
di ujung jari dan bibir.
Klasifikasi reseptor antara lain:
Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu:
1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).
2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).
3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).
4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).
Berdasarkan sumber rangsangan:
1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap
rangsangan eksterna atau luar.
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan
terutama berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.
3. Interoreseptor, terletak pada visera atau alat dalam dan pembuluh darah.
Berdasarkan morfologi:
1. Badan terakhir yang bebas atau terbuka (tanpa kapsul) yang tak
berhubungan dengan tipe sel lainnya.
2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur
bukan saraf di samping saraf badan akhir saraf.
Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua
golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebri
tempat mekanisme ini diintegrasikan.
Golongan pertama, paleo-sensibilitas, yang meliputi rasa rasa primitif
atau rasa rasa vital seperti rasa raba, tekan sakit, dingin dan panas. Saraf aferen
dari rasa-rasa ini bersinaps dengan interneuron interneuron yang bersinaps lagi
dengan motor neuron motor neuron dari medula spinalis dan sentrum atasan
(Thalamus dan Korteks Serebri) melalui traktur Spino-Talamikus.
3
Golongan kedua, gnostik atau neo-sensibilitas, yang meliputi rasa-rasa
yang sangat di deferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi
rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang , diskriminasi kekerasan, diskriminasi
ukuran dan bentuk. Saraf aferen dari rasa-rasa ini menghantarkan impuls-impuls
yang terutama dialirkan melalui traktus dorso-spinalis ke arah sensoris di dalam
korteks serebri, setelah di integrasikan seperlunya pada pusat-pusat dibawahnya.
Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit, yakni pada titik-
titik yang berbeda dan terpisah-pisah, dengan diameter perangsangan kira-kira 1
mm. Pada sebagian besar daerah tubuh jumlah reseptor dingin kira-kira tiga
sampai sepuluh kali reseptor panas dan pada berbagai daerah tubuh jumlah
reseptor bervariasi, 3-5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang dari satu titik dingin
per sentimeter persegi pada daerah permukaandada yang luas. Sedangkan jumlah
titik hangatnya lebih sedikit. Alat indera untuk nyeriadalah ujung saraf telanjang
yang terdapat di hampir semua jaringan tubuh.
Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain:
a) Ujung Saraf Bebas: Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung
akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor
sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat
saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin berdiameter kecil, yang
semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan
serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf
seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan,
sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin
menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel
rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan
melingkari folikel rambut dalam dermis. Beberapa saraf berhubungan
dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan dengan sel
folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti
lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang
berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor
4
badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga
gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah
dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran
dan juga resepor terhadap dingin.
b) Korpuskulus Peraba (Meissner): Korpuskulus peraba (Meissner) terletak
pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia.
Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan
berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah
kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang
menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat
setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf
menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang
mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung
mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua
titik yang letaknya berdekatan).
c) Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus berlamel (vater
pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki,
jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia
eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan
diameter 0,5 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata
telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai
oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung
sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung
mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat
(terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur
longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam.
d) Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskulus gelembung (krause)
ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada
dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar
5
(sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula
tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat
bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi
dengan sel schwan. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan
berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada.
Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia.
Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
e) Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat
termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan
ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung.
Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ
tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli
intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak
bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus
ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga
untuk menerima rangsangan panas.
f) Spindel Neuromuskular. Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai
reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit
merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2
dengan berat 15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat
pada palpebra, bibir dan preputium, ulit yang tebal dan tegang terdapat di
telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada
muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan kulit yang
berambut kasar terdapat pada kepala.
6
BAB II
LANGKAH KERJA
II.1. Persiapan Alat dan Bahan
1. Bak
2. Stempel
3. Saputangan besar (penutup mata)
4. Kerucut kuningan
5. Jangka
6. Penggaris
7. Jarum
8. Anak timbangan
9. Kertas gosok dengan berbagai ukuran
10. Benda-benda kecil dengan berbagai ukuran (bulat, lonjong, kotak,
segitiga, empat persegi panjang, silinder, dan benda dengan bentuk
tidak beraturan)
11. Air hangat (suhu 50o C, 40o C, 30o C)
12. Air Es (suhu 5o C)
13. Alkohol
II.2. Prosedur Pekerjaan
2.1.1 Percobaan Paleosensibilitas
2.1.1.1 Rasa Panas dan Dingin
A. Pada Jari Tangan
a) Sediakan 3 buah bak yang masing-masing berisi:
1. Air es (5o C)
2. Air hangat (40o C)
3. Air biasa (30o C)
b) Masukkan jari telunjuk kanan ke dalam air es dan jari telunjuk kiri
ke dalam air hangat. Catat perasaan saudara alami
7
c) Kemudian segera masukkan kedua telunjuk saudara ke dalam bak
ke tiga. Catat apa juga yang saudara rasakan.
B. Pada Punggung Tangan
a) Tempatkan punggung tangan saudara lebih kurang 10 cm di depan
mulut dan tiuplah kulit punggung tangan saudara perlahan-lahan.
Catatlah rasa yang saudara alami
b) Basahilah punggung tangan saudara dengan alcohol lebih dahulu,
kemudian tiuplah seperti pada butir (a). Catat rasa yang saudara
alami.
2.1.1.2 Reaksi-reaksi di Kulit
a) Letakkan telapak tangan kiri di atas meja dan tandai suatu daerah di
telapak tangan 3 x 3 cm dengan stempel yang telah tersedia. Tutuplah
mata orang percobaan
b) Selidiki secara teratur mengikuti garis-garis sejajar titik-titik panas
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air
panas yang bersuhu 50o C (sebelum diletakkan pada telapak tangan,
keringkan dahulu kerucut kuningan tersebut dengan handuk). Berilah
tanda pada titik-titik itu dengan tinta. Tentukan letak titik-titik hangat
c) Lakukan percobaan di atas untuk menentukan titik-titik dingin dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air es.
Tentukan letak titik-titik dingin
d) Lakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik nyeri
dan tekan dengan menggunakan jarum. Tentukan letak titik-titik nyeri
dan tekan.
e) Buatlah gambar tangan di atas kertas putih dan tuliskan titik-titik rasa-
rasa yang anda rasakanitu di atas gambar tangan tersebut.
f) Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah lengan bawah, kuduk
dan pipi
8
2.1.2 Percobaan Neo-sensibilitas
2.1.2.1. Lokalisasi Rasa Tekan
a) Tutup mata orang coba, kemudian tekanlah ujung pensil dengan kuat
pada ujung jarinya
b) Suruh orang coba menunjukkan dengan tepat letak bagian tubuh yang
dirangsang tersebut. Tentukan jarak antara titik tunjuk dalam mm
c) Ulangi percobaan tersebut 3 (tiga) kali dan tentukan jarak rata-ratanya
d) Lakukan percobaan tersebut untuk derah-daerah telapak tangan, lengan
bawah, lengan atas,pipi, dan kuduk
2.1.2.2. Diskriminasi Rasa Tekan
a) Tutup mata orang coba, kemudian tekanlah kedua ujung dengan sebuah
jangka secara serentak (stimultan) pada ujung jarinya
b) Ambillah mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga orang
coba belum dapat membedakan dua titik, kemudian perbesar jarak
ujung jangka setiap kali 2 mm, sampai dapat dibedakan dua titik oleh
orang coba
c) Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar dahulu,
kemudian dikecilkan setiap kali 2 mm sampai ambang diskriminasi
d) Lakukan percobaan no. 1 s/d no.3, tetapi sekarang dengan menekankan
kedua ujung jangka secara berturut-turut
e) Tentukan denga cara-cara tersebut di atas ambang diskriminasi dua titik
untuk daerah-daerah kuduk, bibir, pipi dan lidah
2.1.2.3. Diskriminasi Kekuatan Rangsang atau Hukum Weber-Fechner
a) Tutup mata orang coba dan letakkan tangannya di atas meja dengan
telapak tangan menghadap ke atas
b) Letakkan alas dari kertas di jari tangan, kemudian letakkan beban 5 gr
di atasnya
c) Tambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai
orang percobaan tepat dapat membedakan tambahan berat. Catatlah
selisih berat yang dapat dirasakan (berat akhir-berat awal)
9
d) Lakukan percobaan no. 2 dan no.3 dengan beban mula-mula di atas alas
kertas berturut-turut 10 gr, 50 gr, dan 100 gr.
e) Catat selisih berat yang dapat dibedakan
2.1.2.4. Kemampuan Diskriminasi
A. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
a) Tutuplah mata orang coba
b) Suruhlah orang coba meraba-raba kertas gosok yang berbeda-beda
derajat kekasarannya dengan ujung jari secara berganti-ganti, dengan
urutan acak
c) Catatlah kemampuan orang coba mengenali perbedaan kekasaran
kertas gosok
d) Ulangi percobaan di atas (butir 1-3), dengan lengan bawah, telapak
tangan, dan kuduk
B. Kemampuan Diskriminasi Bentuk
a) Tutuplah mata orang coba
b) Suruhlah orang coba memegang benda-benda kecil yang tersedia, dan
suruhlah menyebutkan benda-benda tersebut (lingkaran-lingkaran,
empat persegi panjang, segitiga, bulat lonjong)
c) Catatlah kemampuan orang coba mengenali bentuk
d) Ulangi percobaan di atas (butir 1-3), dengan lengan bawah, telapak
tangan, dan kuduk
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. JAWABAN PERTANYAAN PERCOBAAN
Berdasarkan seluruh percobaan, kami menjawab beberapa pertanyaan
dibawah ini dan membuat kesimpulan
3.1 Pertanyaan
1. Diskriminasi rasa dingin di mana yang paling sensitive? Jelaskan mengapa
demikian
2. Diskriminasi bentuk yang terpeka dibagian tubuh yang mana? Dan
jelaskan mengapa?
3. Apakah diskriminasi bentuk juga dapat dikenali di rongga mulut?
4. Apakah diskriminasi ukuran juga dapat dikenali di rongga mulut?
3.2 Jawaban
1. Menurut pengamatan, area yang paling sensitif terhadap dingin adalah area
kuduk. Suhu rendah akan merangsang otot-otot kecil di folikel rambut. Ini
yang menyebabkan bulu kuduk berdiri.
2. Seperti dikatakan oleh Musarofah, dkk., (2005:126) reseptor yang paling
sensitif (peka) untuk merasakan berbagai rangsang adalah pada jari-jari.
Sedangkan pada telapak tangan juga peka karena telapak tangan paling
berperan dalam kehidupan untuk menggenggam benda-benda berbagai
ukuran dan berbagai bentuk.
3. Bisa
4. Bisa
11
3.2 Hasil Pengamatan
Paleo-sensibilitas
Rasa Panas dan Dingin
A. Jari Tangan
Lokasi Uraian Rasa
Ka ( dingin ) Dingin seperti membeku
Ki (panas) Panas sedikit nyeri
Ka-Ki
(normal)
Biasa saja netral ada sensasi cekot cekot pada tangan
kanan(dingin)
B. Punggung Tangan
Lokasi Uraian Rasa
Kondisi kering Biasa cenderung hangat
Basahi alkohol Sangat dingin
Olesi alkohol Dingin
Reaksi-Reaksi di Kulit
Reaksi-reaksi di Kulit
Telapak tangan Lengan bawah
12
Kuduk Pipi
Keterangan :
Nyeri : merah
Tekan : biru
Suhu dingin : hijau
Suhu panas : coklat
No Perlakuan
Jumlah Reseptor Rasa-rasa Kulit
Telapak
tangan
Lengan
bawah
Kuduk Pipi
1 Nyeri 6 5 5 6
2 Tekan 2 6 4 5
3 Suhu dingin 6 5 7 2
4 Suhu panas 2 5 3 7
13
Percobaan Neo-sensibilitas
Neosensibilitas Lokalisasi Rasa Tekan
Lokasi
Taruh Titik Tekan dan Tunjuk
I II III Rerata
Ujung Jari 5 1 1 2,3
Telapak Tangan 10 4 10 8
Lengan Bawah 6 15 12 11
Lengan Atas 11 1 12 11
Pipi 4 6 5 5
Kuduk 11 9 7 9
Neosensibilitas Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Simultan
No.
Perlakuan
Dari kecil ke besar Dari besar ke kecil
Jarak dua titik
(mm)
Rerata
Jarak dua titik
(mm)
Rera
ta I II III I II III
1. Telapak
Tangan
4 4 6
4,6 8 6 4 6
2. Lengan Bawah 8 10 6 8 8 6 8 7,3
3. Lengan Atas 10 8 4 3,6 6 6 8 6,7
4. Pipi 6 6 10 7,3 2 4 6 4
5. Kuduk 10 10 6 8,3 10 10 12 10,6
6. Bibir 6 4 4 3,6 4 2 4 3,3
7. Lidah 2 4 2 2,6 2 2 2 2
8. Depan Telinga 4 2 44 3,3 8 12 8 9,3
14
Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Berurutan
No.
Perlakuan
Dari kecil ke besar Dari besar ke kecil
Jarak dua titik
(mm)
Rerata
Jarak dua titik
(mm)
Rerata
I II III I II III
1. Telapak
Tangan
2 4 2 2,7 2 2 4 2,6
2. Lengan Bawah 8 6 4 6 6 4 6 5,3
3. Lengan Atas 8 8 4 6,7 8 6 4 6
4. Pipi 4 2 6 4 12 8 10 10
5. Kuduk 4 2 6 4 12 12 8 10,6
6. Bibir 4 4 4 4 2 4 4 3,3
7. Lidah 2 2 2 2 2 2 2 2
8. Depan Telinga 4 4 2 3,3 14 6 10 10
Diskriminasi kekuatan rangsangan-hukum Weber-fechner
NO Beban Awal Ulangan (mm) Rerata
I II III
1 Beban Awal 5g 2 2 2 2
2 Beban Awal 10 g 2 2 2 2
3 Beban Awal 50 g 5 6 5 5.3
4 Beban Awal 100g 10 10 10 10
5 Beban Awal 200g 17 20 20 19
15
Percobaan Kemampuan Diskriminasi
Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
No.
Kekasaran
Kertas
Gosok
Jari Tangan
Telapak
Tangan Lengan Bawah Kuduk
Ulangan
Ulangan
Ulangan
Ulangan
I II III I II III I II III I II III
1 1
2 2
3 3
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
5 10 50 100 200
Beb
an y
ang D
Iras
a
Beban Awal (gram)
Rerata
16
Kemampuan Diskriminasi Ukuran
No. Ukuran
Jari Tangan
Telapak
Tangan Lengan Bawah Kuduk
Ulangan
Ulangan
Ulangan
Ulangan
I II III I II III I II III I II III
1 Uang 100 X X
2 Uang 200 X X
3 Uang 500 X
Kemampuan Diskriminasi Bentuk
No. Bentuk
Jari Tangan
Telapak
Tangan Lengan Bawah Kuduk
Ulangan
Ulangan
Ulangan
Ulangan
I II III I II III I II III I II III
1 Bola X
2 Balok X X
3 Segitiga X
4 Kubus
17
3.3. Pembahasan
Paleosensibilitas
Paleosensibilitas meliputi rasa-rasa primitive atau rasa-rasa vital, seperti
rasa raba, tekan, nyeri, dingin, dan panas.
Rasa Panas dan Dingin
Jari Tangan
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan tangan kanan ke pada air es
(5oC) dan tangan kiri ke air hangat (40
oC), dan setelah itu dengan segera
memasukkan kedua tangan bersamaan ke air normal (30oC). Dengan setiap
sesudah masuk ke suhu tertentu dirasakan bahwa setelah memasukkan ke air
hangat didapatkan hasil panas sedikit nyeri hal ini yang bekerja adalah reseptor
ruffini, kemudian pada keadaan dingin terasa dingin seperti membeku reseptor
yang bekerja adalah krausse, pada saat dimasukkan kedalam air suhu (30oC).
terdapat sensasi pada jari kiri panas dan dingin hal ini disebabkan karena masih
adanya rasa panas yang dikirim ke otak selain rasa sedikit dingin pada suhu kamar
dan akan terasa demikian hingga terasa hangat.
Punggung Tangan
Pada percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin pada punggung
tangan, saat punggung tangan orang coba dalam kondisi kering ditiup, orang coba
merasa biasa dingin cenderung hangat karena tiupan pelan sehingga udara tiupan
membawa kalor tubuh. Sedangkan, saat orang coba mengoleskan alkohol terlebih
dahulu, tiupan akan terasa lebih dingin dibanding saat kondisi kering. Dan pada
saat orang coba membasahi punggung tangannya dengan alkohol, tiupan akan
terasa makin dingin dibanding saat kondisi kering maupun saat diolesi alkohol
walaupun rasa dingin tersebut berangsur hilang. Hal ini disebabkan karena titik
penguapan alkohol lebih rendah dari air sehingga mengambil kalor lebih banyak
dari permukaan kulit dan orang coba merasa lebih dingin.
Reaksi-reaksi di Kulit
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi-reaksi di
kulit yang meliputi, rasa nyeri, tekan, suhu panas maupun dingin, dibuktikan
18
bahwa setiap bagian tubuh memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda pada
tiap bagiannya.
Pada hasil percobaaan, dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki
kepekaan paling tinggi adalah lengan bawah. Pada pemberian rangsangan nyeri,
bagian tubuh yang paling peka adalah telapak tangan dan pipi. Pada pemberian
rangsangan tekanan, bagian tubuh yang paling peka adalah lengan bawah. Pada
pemberian rangsangan dingin, bagian tubuh yang paling peka adalah kuduk. Pada
pemberian rangsangan panas, bagian tubuh yang paling peka adalah pipi. Hal-hal
tersebut dapat terjadi karena setiap bagian tubuh memiliki tingkat kepekaan yang
berbeda-beda yang disebabkan karena kepadatan titik-titik reseptor di setiap
bagian kulit tidaklah sama.
Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit pada
titik-titik yang berbeda dan terpisah-pisah. Pada sebagian besar daerah tubuh,
jumla titik dingin kira-kira 3 sampai 10 kali lipat titik hangat, dan jumlah
reseptornya bervariasi di berbagai daerah tubuh, 15 sampai 25 titik dingin/cm
kuadrat pada bibir, 3 sampai 5 titik dingin cm/ kuadrat pada jari dan kurang dari
satu titik dingin/cm kuarat pada derah permukaan tubuh yang luas.
Bila suhu meningkat hingga +10 sampai 15oC, impuls nyeri-dingin akan
menghilang, naun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang mencapai puncak
perangsangan pada suhu sekitar 24oC dan mulai menghlang secara perlahan
sampai suhu 40 o
C.Akhirnya, pada suhu sekitar 45 o
C, serta nyeri panas mulai
terasa panas dan, anehnya, beberapa saat dingin mula terangsang lagi, barangkali
karena kerusakan ujung-ujung reseptor yang berlebihan.
Pada umumnya nyeri akan terjadi bila seseorang dirangsang dengan panas dengan
suhu di atas 45oC. Suhu ini juga merupakan suhu ketika jaringan mulai
mengalami kerusakan akbat panas; memang, jaringan pada akhirnya akan rusak
jika suhu menetap di atas ini. Oleh karena itu, jelaslah bahwa nyeri yang
disebabkan oleh panas sangat erat hubungannya dengn kecepatan keruskan
jaringan yang terjadi dan tidak berhubungan degan kerusakan total yang telah
terjadi. Intensitas nyeri juga berhubungan kecepatan kerusakan jaringan yang
19
disebabkan oleh pengaruh lain selain panas, seperti infeks bakteri, iskemia
jaringan, kontuso jaringan, dan sebagainya.
Dengan jalur Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba,
tekan, dan
suhu : sinyal diterima reseptor
ujung Ruffini dan Pacini
dibawa ke ganglion spinale
melalui radiks posterior menuju cornu posterior medulla spinalis
berganti menjadi neuron sensoris ke-2
lalu menyilang ke sisi lain medulla spinalis
membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus
menuju thalamus di otak
berganti menjadi neuron sensoris ke-3
menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus
parietalis).
Neosensibilitas
Neosensibilitas meliputi rasa-rasa yang sangat dideferensiasikan, seperti
pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan
rangsang, diskriminasi kekasaran, serta diskriminasi ukuran dan bentuk.
Neosensibilitas Lokalisasi Rasa Tekan
Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis
reseptor yang sama. Namun, sensasi raba umumnya disebabkan oleh
perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sedangkan sensasi tekanan biasanya
disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam dan untuk sensasi
getaran sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh isyarat sensoris
yang berulang dengan cepat.
20
Menurut hasil percobaan yang dilakukan dengan memberikan
rangsang tekan pada orang coba pada daerah tubuh (ujung jari, telapak tangan,
lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk) dan orang coba menunjukkan bagian
tempat rangsang tekan diberikan. Diketahui bahwa hasil menunjukkan jarak yang
berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa tempat-tempat tersebut memiliki
sensitifitas/kepekaan terhadap rangsang yang berbeda. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa ujung jari memiliki kepekaan terhadap rangsang yang paling
besar, dilihat dari jarak antara titik tekan dan titik tunjuk yang tidak terlalu jauh.
Setelahnya diikuti dengan telapak tangan, kuduk, pipi, lengan bawah dan lengan
atas yang diketahui memiliki tingkat kepekaan yang paling kecil. Hasil ini
dapat berbeda pada tiap orang, tergantung tingkat kepekaan tiap orang.
Neosensibilitas Diskriminasi Rasa Tekan
Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Simultan
Pada perlakuan pertama, orang coba distimulus dengan ujung kedua ujung
jangka secara bersamaan dimulai dengan jarak terkecil dan bertambah
besar sampai orang coba mulai merasakan kedua ujung jangka berada pada dua
titik yang berbeda. Hasil percobaan menunjukkan hasil yang berbeda beda. Pada
percobaan diskriminasi rasa tekan dua titik stimultan, rerata terbesar ditemukan
pada kuduk,dan rerata terkecil ditemukan pada bibir. Hal ini dikarenakan pada
bagian kudukterdapat sensor taktil yang lebih banyak.
Pada perlakuan kedua, kedua ujung jangka dari jarak terbesar berangsur
mengecil hingga orang coba merasakan kedua ujung jangka berada pada titik yang
sama. Hasil percobaan ini menunjukkan hasil yang sama dengan percobaan
dengan perlakuan sebelumnya, bahwa rerata jarak terbesar ditemukan pada kuduk
dan rerata jarak terkecil ditemukan pada lidah. Hal ini dikarenakan sensor taktil
(korpuskulus meissener) pada daerah lidah sangat sensitif sehingga pada jarak
terkecil masih dapat dirasakan perbedaan dua titik yang ditekan oleh kedua ujung
jangka.
21
Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Berurutan
Pada percobaan diskriminasi rasa tekan dua titik berurutan,
ditemukan bahwa pada perlakuan dari kecil ke besar, ditemukan jarak terbesar
yaitu pada daerah lengan atas. Sedangkan jarak terkecil terdapat pada daerah
lidah. Pada perlakuan kedua, yaitu pengukuran dari besar ke kecil, jarak terbesar
terdapat pada daerah kuduk . Sedangkan jarak terkecil terdapat pada daerah lidah.
Maka, dapat disimpulkan bahwa rangsangan atau impuls rasa tekan yang berasal
dari kemampuan diskriminasi rasa tekan dua titik stimulan seseorang
tidaklah sama, begitupun dengan reseptor diskriminasi rasa tekan yang berbeda
memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula
kemampuan panca indera untuk membedakan keberadaan dua titik yang mendapat
rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang
meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari.
Neosensibilitas Diskriminasi Kekuatan Rangsangan Hukum Weber-Fechner
Hasil percobaan tersebut sesuai dengan hukum Weber Fencher yang
menyatakan kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rasa-rasa, pada
umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi
pada perbedaan relatifnya. Hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan, yaitu respon
indra rangsang yang didapatkan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan.
Sehingga, beban akan terasa lebih ringan dari berat asalnya.
Kemampuan Diskriminasi
Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan 3 amplas
dengan tingkat kekasaran yang berbeda yaitu paling kasar, sedang dan halus. Di
gesekkan kepada beberapa bagian tubuh yaitu jari tangan, telapak tangan, lengan
bawah dan kuduk. Dari percobaan tersebut diperoleh bahwa semua perlakuan
diskriminasi kekasaran dapat diketahui dengan baik oleh orang coba tanpa merasa
kesulitan.
22
Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran oleh jenis reseptor
yang sama. Jaras anterolateral menjalarkan sinyal sensorik yang tidak
memerlukan pemisahan lokalisasi secara rinci dari sumber sinyal dan yang tidak
memerlukan pembedaan gradasi intensitas yang kecil. jadi meskipun dibedakan
lokasinya reseptor sensasi taktil tetap yaitu jaras anterolateral.
Kemampuan Diskriminasi Ukuran
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan perbedaan
ukuran dengan uang logam 100 rupiah, 200 rupiah dan 500 rupiah dan di
tempatkan di posisi yang berbeda yaitu di jari tangan, telapak tangan, lengan
bawah dan kuduk. Hasil yang diperoleh yaitu pada jari tangan orang coba mampu
menyebutkan nama ukuran uang logam yang diuji. Pada telapak tangan orang
coba mampu menyebutkan ukuran uang logam dengan baik. Sedangkan pada
lengan bawah orang coba kesulitan menyebutkan ukuran dari uang logam tersebut
dikarenakan kurang sensitifnya bagian lengan bawah. Pada bagian kuduk orang
coba menyebutkan semua ukuran uang logam dengan baik karena pada bagian
kuduk banyak terdapat folikel-folikel rambut juga reseptor-reseptor yang sangat
peka terhadap rangsangan. Seperti yang dikatakan oleh Musarofah, dkk.,
(2005:126) reseptor yang paling sensitif (peka) untuk merasakan berbagai
rangsang adalah pada jari-jari. Sedangkan pada telapak tangan, dikarenakan
telapak tanganlah yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menggenggam berbagai macam benda dengan berbagai ukuran sehingga telapak
tangan dapat dengan mudah membedakan bentuk-bentuk benda.
Kemampuan Diskriminasi Bentuk
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan benda
berbagai bentuk yaitu bola, balok, segitiga, dan kubus. Dengan ditempatkan di
berbagai posisi yang berbeda yaitu jari tangan, telapak tangan, lengan bawah dan
kuduk. Hasil yang diperoleh yaitu pada jari tangan dapat menyebutkan bentuk
semua benda dengan baik. pada telapak tangan, orang coba dapat menyebutkan
bentuk semua benda dengan baik. pada lengan bawah, diperoleh bahwa pada
23
pengulangan kedua dari bentuk segitiga, orang coba tidak bisa menyebutkan nama
bentuk benda yang diuji. Dan pada bagian kuduk, didapatkan bahwa percobaan
pertama, orang coba tidak bisa menyebutkan bentuk bola dan balok, selain itu
pada pengulangan ke 3 dari bentuk balok, orang coba kesulitan dalam
menyebutkan bentuk balok. Hal ini terjadi karena seperti yang dikatakan oleh
Musarofah, dkk., (2005:126) reseptor yang paling sensitif (peka) untuk merasakan
berbagai rangsang adalah pada jari-jari. Sedangkan pada telapak tangan,
dikarenakan telapak tanganlah yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari
untuk menggenggam berbagai macam benda dengan berbagai ukuran sehingga
telapak tangan dapat dengan mudah membedakan bentuk-bentuk benda.
24
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapatkan dalam percobaan kami adalah
Mekanisme sensoris pada reseptor-reseptor tekanan, suhu dan nyeri dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu paleo-sensibilities dan neo-sensibilities. Dimulai
dari percobaan paloe-sensibilitas yang didapatkan bahwa rasa panas dan dingin
tidak ditentukan oleh suhu suatu benda, akan tetapi ditentukan oleh kecepatan
memperoleh panas atau dingin dan kecepatan hilangnya panas/dingin di kulit,
yang kedua adalah reaksi-reaksi dikulit yang didapatkan bahwa kepadatan titik-
titik rasa( reseptor) untuk rasa-rasa tersebut pada berbagai tempat dikulit tidaklah
sama dan antara satu orang dengan orang lain bisa saja berbeda. Pada percobaan
neo-sensibilities untuk lokalisasi rasa tekan tiap tempat tidaklah sama dan tiap
orang pun belum tentu sama, untuk diskriminasi kekuatan rangsangan didapatkan
bahwa rangsangan yang diterima akan menjadi berkurang tak seperti besarnya
rangsangan yang diberikan , hal ini menurut hukum Weber-Fechner, untuk
kemampuan diskriminasi yang terdiri dari diskriminasi kekasaran , ukuran,, dan
bentuk dapat disimpulkan saraf sensoris yang bekerja pada tubuh manusia
mempunyai sensibilitas yang berbeda dan tergantung dari letak pemberian
rangsangan tersebut selain itu juga dengan kebiasaan organ yang dipakai dan
fungsional dari organ sehingga sudah terbiasa terhadap diskriminasi.
iii
DAFTAR PUSTAKA
Guyton. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7, bagian 1 & 2. Alih
Bahasa : Ken Ariata Tengadi, dkk. Jakarta : EGC.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta
:EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.