30
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................. ............................. ........... 1 BAB I DASAR TEORI ............................. ............................. ........... 2 BAB II HASIL PENGAMATAN ............................. ............................. ........... 6 BAB III PEMBAHASAN ............................. ............................. ........... 1 0 BAB IV KESIMPULAN ............................. ............................. ........... 1 8 DAFTAR PUSTAKA ............................. ............................. ........... 1 9 1 | LAPORAN FISIOLOGI MODALITAS RASA 13-51

Laporan Modalitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Modalitas stoma 2

Citation preview

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................1

BAB I DASAR TEORI.....................................................................2

BAB II HASIL PENGAMATAN.....................................................................6

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................10

BAB IV KESIMPULAN.....................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................19

BAB IDASAR TEORI

1.1 Modalitas Rasa di Rongga MulutIndera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari substansi beracun. Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa, antara lain : 1. Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan, kandungan air, dan udara dalam makanan.Menurut penelitian, terdapat sel pengecap yang berespon paling baik terhadap rangsang pahit sedangkan yang lain terhadap asin, manis, atau asam. Sebagian berespon terhadap lebih dari satu modalitas dan sebagian terhadap keempatnya. MSG sebenarnya bukan merupakan rasa yang dapat muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga diduga ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai rasa glutamat dan glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia varian reseptor glutamat metatropik (Ganong.2003).Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds di dalam rongga mulut. Reseptor perasa atau taste buds ditemukan pada papila lidah (papila sircumvalata, fungiformis, foliata, dan viliformis). Taste buds adalah struktur kecil yang terdapat di permukaan lidah, palatum, epiglotis, laring dan faring. Di sekitar dari sel perasa terdapat filamen yang mirip rambut. Setiap taste buds biasanya hanya berespon pada satu dari empat rangsang rasa primer, bila substansi rasa berada dalam konsentrasi rendah, tetapi pada konsentrasi tinggi, sebagian besar taste buds dapat dirangsang oleh dua, tiga, atau empat rangsang kecap primer dan juga oleh beberapa rangsang kecap yang lain (non primer). Sel-sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya. Ketahan (umur) setiap sel pengecap ini sekitar 10 hari.Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :1. asin, terletak di ujung lidah;Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin.2. manis, terletak di ujung lidah;Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat manis menjadi pahit.3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang terbentuk.4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua golongan substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperti yang terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti kina, kafein, striknin, dan nikotin.5. umami, terletak di ujung lidah;Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive terhadap monosodium glutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan untuk menguatkan rasa (dan berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat menstimulasi reseptor umami.Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi (Guyton.1983:107).

1.2 Sensasi di Rongga MulutSel reseptor pengecap adalah kemoreseptor yang berespon terhadap bahan-bahan dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor pengecap (sekunder) dikumpulkan bersama pada tasted bud, terutama pada lidah dan palatum. Bahan- bahan ini bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensial generator di sel reseptor yang menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang bermielin kecil jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar sel basal epidermis. Dipihak lain reseptor hangat definitif belum ditemukan. Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari ujung saraf bebas (Guyton.1996:452).Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervous facialis, dan serat-serat saraf dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glosoparingeus. Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke dalam medula oblongata harus bergabung dengan kedua sarafnya. Di sana mereka bersinaps dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada talamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan dari sini ke daerah proyeksi pengecapan di kortek serebrum di kaki girus pasca sentralis. Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulita dan wajah. Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh menuju batang otak, tempat mereka berakhir di dalam traktus solitarius. Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum insulaparietal korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post sentralis dalam fisura Sylvii yang erat berhubungan dengan atau malahan bertindihan dengan daerah lidah area somatik 1.Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan memperlihatkan after -reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam beberapa hal dalam after- image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral. Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi panas yang menyengat (burning hot) (Guyton & Hall.1997:774)

BAB IIHASIL PENGAMATAN

A. Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area WajahBentuk SpesimenPersepsiOrang CobaUkuran (mm)Waktu (s)

LonjongLonjong107

KotakKotak56

SegitigaSegitiga87

LingkaranLingkaran84

B. Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area WajahLokasiJarak 1 mmJarak 2 mmJarak 3 mm

Anterior Lidah122

Samping ka ki Lidah111

Posterior Lidah111

Palatum121

Mukosa Pipi122

Gusi111

Dahi111

Hidung111

Cuping Telinga111

Bibir Atas222

Bibir Bawah122

Leher111

Pipi kiri kanan112

Dagu122

C. Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area WajahLokasiAir EsAir 80C

Anterior LidahDinginPanas

Samping ka ki LidahDinginPanas

Posterior LidahDinginPanas

PalatumDinginSedikit Panas

Mukosa PipiDinginPanas

GusiDinginPanas

DahiDinginPanas

HidungDinginPanas

Cuping TelingaDinginPanas

Bibir AtasDinginSangat Panas

Bibir BawahSangat DinginSangat Panas

LeherDinginPanas

Pipi kiri kananDinginPanas

DaguDinginPanas

D. Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian LidahLokasiGaramAir GulaCukaKinaUmami

1AsinManis SekaliSedikit AsamPahitGurih Sekali

2AsinManisAsam SekaliPahitGurih

3AsinManisAsam SekaliPahitGurih

4Sedikit AsinTidak ManisAsamPahit SekaliGurih

5AsinManis(dg respon lama)Sedikit AsamPahitGurih(dg respon lama)

6AsinManis(dg respon lama)Sedikit AsamPahitGurih(dg respon lama)

7AsinManis(dg respon lama)AsamPahitGurih(dg respon lama)

8AsinManis(dg respon lama)AsamPahitGurih(dg respon lama)

D. Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah1. Rangsangan TekanLokasiKedalaman (mm)Area Paling Sensitif

13

23

34

41V

53

63

74

83

2. Rangsangan PanasLokasi60708090

DalamWaktuDalamWaktuDalamWaktuDalamWaktu

14 mm3,4 s3 mm3,8 s2 mm3 s2 mm2 s

24 mm4,5 s3 mm6,8 s3 mm3,4 s3 mm2 s

34 mm5,8 s3 mm4,6 s4 mm3,4 s3 mm3 s

41 mm1,1 s1 mm0,9 s1 mm0,6 s1 mm0,5 s

54 mm6 s3 mm5,7 s2 mm1,8 s1,2 mm2 s

63 mm3,5 s3 mm3,5 s2,2 mm3,2 s1,5 mm2,9 s

73 mm5 s3 mm3,9 s2 mm4,2 s1,5 mm2,8 s

83 mm4 s2,5 mm3,4 s1,5 mm1,75 s1,5 mm2,4 s

3. Rangsangan DingimLokasi051020Waktu Nyeri

1NyeriDinginSegarBiasa13 s

2NyeriDinginSegarBiasa10 s

3NyeriDinginSegarBiasa15 s

4NyeriDinginSegarBiasa30 s

5NyeriDinginSegarBiasa20 s

6NyeriDinginSegarBiasa21 s

7NyeriDinginSegarBiasa20 s

8NyeriDinginSegarBiasa22 s

E. Pemeriksaan Vitalitas Gigi1. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu DinginLokasiRespon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisivDingin dan Ngilu menusuk

Mesio bukal cups molarDingin dan Ngilu tidak terlalu menusuk

2. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu PanasLokasiAir PanasSuhu kamarGuttapBurnisher

Labial 1/3 incisa insisivHangatDinginNyeri

Mesio bukal cups molarTanpa RasaTanpa RasaTanpa Rasa

3. Test Vitalitas Gigi Dengan TekanLokasiRespon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisivNgilu dan sedikit sakit

Mesio bukal cups molarSedikit ngilu dan tidak sakit

4. Test Perkusi Gigi dan PalpasiLokasiRespon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisivNgilu dan sedikit sakit

Mesio bukal cups molarSedikit ngilu dan tidak sakit

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulutPercobaan ini dilakukan oleh satu orang coba dengan empat variasi bentuk spesimen. Dari hasil percobaan didapatkan waktu bervariasi oleh orang coba dalam mengenali berbagai bentuk benda. Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin kuat dan reseptor yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi (Guyton.1983:107)3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.Pada hasil percoban yang didapatkan, pada orang coba didapatkan bahwa daerah yang paling sensitif adalah bagian bibir atas, bibir bawah, dagu, anterior lidah dan mukosa pipi. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini. Rangsangan tekan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam (Guyton.1996:430). Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah dan leher memiliki reseptor yang lebih banyak pada daerah lain.3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajahBerdasarkan hasil percobaan dapat memperlihatkan bahwa terdapat daerah peka-dingin dan daerah peka-panas yang terpisah di rongga mulut dan area wajah. Organ indera suhu adalah ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap suhu mutlak, bukan terhadap gradien suhu di rongga mulut. Reseptor dingin berespon terhadap suhu 10 - 38 C, dan reseptor panas berespon terhadap suhu dari 30 -45 C.Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi suhu didapat dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung saraf. Secara khusus hendaknya diperhatikan bahwa respon yang dikeluarkan sesuai dengan tingkat tingginya suhu.Dari percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh berespon lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat, dan pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit. (Guyton & Hall,1997 : 774) Untuk mengetahui sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dengan menggunakansonde yang telah di rendam air es dan air 80C. Berdasarkan hasil percobaan daerah paling sensitif terhadap rangsang dingin adalah bibir bawah. Sedangkan area paling sensitif terhadap rangsang panas adalah bibir atas san bibir bawah. Sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dipengaruhi oleh jumlah reseptor saraf dan ketebalan jaringan. 3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.Dari percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan apa yang dirasakan pada setiap bagian lidah. Sehingga didapatkan hasil yaitu pada persepsi rasa manis, hampir semua lidah dapat merasakan rasa manis sehingga bagian yang paling sensitif terhadap rasa manis adalah bagian 1 atau anterior lidah dan bagian yang tidak dapat merasakan rasa manis adalah bagian 4 atau posterior lidah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa manis lebih dominan dirasakan pada bagian ujung lidah dan dorsal anterior lidah. Dan pada persepsi rasa asin, semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin. Rasa asin lebih dominan dirasakan pada daerah ujung, samping kanan dan kiri. Sedang bagian yang tidak berespon sedikit terhadap rasa asin adalah bagian 4 atau posterior lidah Pada persepsi rasa pahit, semua bagian lidah dapat merasakan rasa pahit tetapi rasa pahit lebih dominan pada bagian dorsal posterior lidah. Pada persepsi rasa asam semua bagian lidah dapat merasakan rasa asam, tetapi rasa asam ini lebih dominan pada lidah bagian samping. Sedangkan pada persepsi rasa umami semua bagian lidah juga dapat merasakannya dan lebih dominan pada lidah bagian anterior. Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan dibeberapa bagian lidah.

4.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah4.5.1. Rangsangan tekananPada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya rasa nyeri pada jaringan rongga mulut dan area wajah. Sonde besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah. Kemudian sonde ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan pengukuran seberapa dalam sonde dapat menekan beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai menimbulkan rasa sakit. Didapatkan bahwa daerah-daerah tersebut mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat merasakan nyeri. Seperti pada dorsal anterior lidah sudah terasa nyeri pada kedalaman 1 mm sedangkan pada lidah bagian samping pada kedalaman hingga 4 mm. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya. Semakin tebal lapisan epitelnya seperti pada dahi akan dalam reseptor nyeri yang dapat diterima.Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. (Guyton, 1996 : 430)

4.5.2. Rangsangan panasReseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi panas yang menyengat (burning hot) (Guyton & Hall.1997:774).Dari hasil yang dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu, maka rangsangan nyeri juga semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45C, serabut nyeri mulai terangsang oleh panas, dan rasa nyeri itu bertambah seiring kenaikan suhu. Adapun tingkat perbedaan dalam penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor kecap yang terdapat pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diketahui bahwa tingkat sensivitas terhadap nyeri akibat panas adalah pada dorsal anterior lidah.

4.5.3. Rangsangan dingin Pada percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0C,10C dan 20C. Pada Percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor semakin cepat dalam menerima rangsang. Pada percobaan tersebut dapat diketahui pada beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat kecepatan menerima rangsang dingin. Misalnya pada suhu 0C, Daerah anterior lidah lebih cepat 7 detik dibandingkan pada daerah posterior lidah. Hal ini disebabkan oleh perbedaaan reseptor kecap pada beberapa daerah di lidah sehingga terdapat perbedaan dalam menerima rangsang dingin.Pada suhu yang terlalu dingin (0C) yang terangsang hanyalah serabut saraf rasa nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10C sampai 15C maka rasa sakitnya akan menghilang, namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang. Pada percobaan ini orang coba merasakan rasa nyeri pada suhu 0C, pada suhu 5C terasa dingin dan pada 20C rasa dingin sudah tidak terasa.

4.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.4.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dinginTes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive pertama kanan rahang bawah dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Test pada gigi incisive pertama kanan rahang bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3 incical. Sedangkan pada gigi molar pertama dilakukan pada permukaan mesio bukal cups. Dilakukan pada bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih cepat. Suhu dingin diperoleh dengan cotton pellet yang diberi chlor-ethyl (suhu -5 C ). Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan hasil bahwa gigi orang coba merasakan sensasi dingin dan lama-kelamaan menjadi ngilu. Hal ini menunjukkan gigi masih bisa menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi yang di test masih vital. Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika material pengetesnya diangkat. (Waltan.1997:80)

4.6.2 Tes Vitalitas dengan suhu panasPada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan dua kali perlakuan, yaitu menggunakan air dengan suhu kamar dan menggunakan air panas. Dari percobaan dilakukan dengan cara menyemprotkan air panas pada seluruh permukaan gigi insisiv yang ditest kemudian didapatkan hasil bahwa orang coba merasa hangat, dan dari percobaan yang dilakukan dengan menyemprotkan air dengan suhu kamar orang coba merasakan lebih dingin dari air sebelumnya. Hal ini memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas meski tidak terlalu sensitiv. Dan ketika di test menggunakan guttap terasa nyeri adanya rasa nyeri ini disebabkan karena ekspansi isi pulpa.Sedangkan ketika dilakukan pada mesio bukal cusp mular rahang bawah, orang coba tidak merasakan apapun meski di test menggunakan air panas, air suhu kamar dan guttap. Hal ini memperlihatkan dari gigi tersebut tidak bisa menghantarkan sensasi panas. 4.6.3. Tes vitalitas gigi dengan tekanTest tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan periodontal. Test tekan dilakukan dengan menekankan handel kaca mulut pada gigi yang ditest yaitu gigi insisive pertama kanan rahang bawah dan gigi molar kanan rahang bawah. Test tekan ini dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan orang coba merasakana adanya tekanan pada gigi. Pada gigi insisiv pertama rahang bawah terasa sakit namun pada gigi molar rahang bawah tidak terasa sakit. Hal ini menunjukkan dimungkinkan adanya keradangan jaringan periodontal pada gigi insisiv pertama rahang bawah.

4.6.4. Tes perkusi gigi dan palpasiPerkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler positif yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi merupakan indikator paling baik yang dapat menunjukkan dengan tepat adanya penyakit periapeks (Walton.1997:79).Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi menandakan adanya inflamasi periradikuler (Walton & Torabinejad.1997:79)Pada percobaan ini test perkusi dan palpasi dilakukan pada gigi insisive pertama rahang bawah dengan mengetuk-ngetukkan handel kaca mulut pada gigi yang ditest. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa gigi insisive pertama rahang bawah merasa ada ketukan tetapi sedikit sakit. Hal ini dimungkinkan terdapat keradangan pada jaringan periodontal. Pada gigi molar pertama rahang bawah tersana ketukan dan tidak terjadi ngilu. Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada pembengkakan pada gingiva. Hal ini menunjukkan jaringan periodontal normal.

PERTANYAAN:1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda?2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive mengenali jarak antar dua titik? jelaskan mengapa?3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu?jelaskan mengapa?4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri?jelaskan mengapa?5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan umami?7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?

JAWABAN PERTANYAAN:1. Bagian mulut yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda adalah bagian ujung lidah. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya banyak terdapat taste bud (reseptor perasa). Semakin banyak taste bud maka daerah tersebut semakin sensitive. Dan bagian wajah yang lebih sensitiv adalah bibir dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive pada rangsangan tekan.2. Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik adalah ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive adalah bibir. Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah menyebabkan lidah sensitive terhadap jarak antara dua titik. Karena papilla fungiformis banyak mengandung taste bud. Sedangkan pada bibir, sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive pada rangsangan tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi akibat perubahan bentuk jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki tekstur yang lebih tebal atau dalam sehingga bisa menangkap rangsangan tekanan lebih sensitive. Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis. 3. Bagian lidah yang paling sensitive terhadap suhu adalah ujung lidah. Dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan, sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah tersebut. Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis dibandingkan bagian yang lain.4. Bagian lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang pada bagian ujungnya banyak terdapat taste bud sehingga lebih sensitive.5. Hasil percobaan sesuai dengan teori, dimana pengenalan bentuk benda, pengenalan jarak antara dua titik, rangsangan suhu dan nyeri lebih sensitive pada bagian ujung lidah6. Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin, manis dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap rangsangan asam. Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa pahit.7. Tes vitalitas gigi diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa. Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk vitalitas pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka biasanya gigi masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga berguna untuk keperluan perawatan endodontik.8. Test palpasi dan perkusi dilakukan untuk mengetahui ataupun mengevaluasi status periodonsium sekitar suatu gigi.

BAB IVKESIMPULAN 1. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda dan banyaknya reseptor yang terangsang.2. Rangsangan tekan disebabkan perubahan jaringan yang lebih dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini (reseptor taktil ujung saraf bebas).3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari pada suhu panas. Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali reseptor panas. 4. Persepsi rasa terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada bagian ujung lidah, rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum mole, umami terletak pada bagian ujung lidah. 5. Timbulnya rasa nyeri merupakan akibat rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam.6. Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim.7. Test vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi. 8. Test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya keradangan pada jaringan periodontal.

BAB VDAFTAR PUSTAKA

Bence, Richard.1990. Endodontik Klinik. Jakarta : UI Press.Brossman, Louis.1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGCGanong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC : JakartaGayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC : JakartaKimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta

19 | LAPORAN FISIOLOGI MODALITAS RASA 13-51