17
BAB I PENDAHULUAN Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar”, karena seolah-olah gejala timbul secara tiba- tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia. Eklampsia menyebabkan kematian maternal nomor 2 tertinggi di Indonesia setelah kematian akibat perdarahan. Frekuensinya bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Frekuensi rendah umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang sempurna. Di negara-negara berkembang frekuensi dilaporkan berkisar 0,3 – 0,7 %, sedangkan di negara-negara maju berkisar 0,05 – 0,1 %. Dasar patofisiologi untuk preeklampsia dan eklampsia adalah vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya hipertensi arterial. Sindroma HELLP ialah preeklampsia-eklampsia dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia. Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai 1,1%; 1-25% berkomplikasi serius seperti DIC, solusio plasenta, adult respiratory distress syndrome, kegagalan hepatorenal, udem paru, hematom subkapsular, dan rupture hati. Pengaruh 1

Lapkas - sindrom HELLP+Eklampsia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

free

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar, karena seolah-olah gejala timbul secara tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia. Eklampsia menyebabkan kematian maternal nomor 2 tertinggi di Indonesia setelah kematian akibat perdarahan.Frekuensinya bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Frekuensi rendah umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang sempurna. Di negara-negara berkembang frekuensi dilaporkan berkisar 0,3 0,7 %, sedangkan di negara-negara maju berkisar 0,05 0,1 %. Dasar patofisiologi untuk preeklampsia dan eklampsia adalah vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya hipertensi arterial.Sindroma HELLP ialah preeklampsia-eklampsia dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia. Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai 1,1%; 1-25% berkomplikasi serius seperti DIC, solusio plasenta,adult respiratory distress syndrome, kegagalan hepatorenal, udem paru, hematom subkapsular, dan rupture hati. Pengaruh sindrom HELLP pada janin berupa pertumbuhan janin terhambat (IUGR) sebanyak 30% dan sindrom gangguan pernafasan (RDS). Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada penyakit multisistem ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi.Faktor risiko pasien sindrom HELLP secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi tanpa sindrom HELLP (rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga lebih tinggi pada populasi kulit putih dan multipara. Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun pada 11% pasien muncul pada umur kehamilan