23
LANSIA DENGAN DIMENSIA 1. Konsep Lansia a. Pengertian Lansia Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo, 2003). Walaupun bukan merupan suatu penyakit, tetapi kondisi ini dapat menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan lansia. b. Batasan Usia Lansia Banyak pendapat mengenai batasan umur pada lansia. Berikut salah satu pendapat mengenai batasan usia lansia menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), yaitu : 1) Middle Age / usia pertengahan : 45-49 tahun, 2) Elderly Age / usia lanjut : 60-74 tahun, 3)Old Age / usia lanjut tua: 72-90 tahun, 4) Very Old / usia sangat tua: 90 tahun. c. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan-perubahan pada fisik, mental dan psikososial (Nugroho,2000). Pada sel terjadi penurunan jumlah dan ukurannya lebih besar, mekanisme perbaikan sel terganggu, berkurangnya

LANSIA DENGAN DIMENSIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi penyuluhan

Citation preview

Page 1: LANSIA DENGAN DIMENSIA

LANSIA DENGAN DIMENSIA

1. Konsep Lansia

a. Pengertian Lansia

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh

untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo,

2003). Walaupun bukan merupan suatu penyakit, tetapi kondisi ini

dapat menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan

lansia.

b. Batasan Usia Lansia

Banyak pendapat mengenai batasan umur pada lansia. Berikut salah

satu pendapat mengenai batasan usia lansia menurut WHO (Organisasi

Kesehatan Dunia), yaitu : 1) Middle Age / usia pertengahan   : 45-49

tahun, 2) Elderly Age / usia lanjut : 60-74 tahun, 3)Old Age / usia

lanjut tua: 72-90 tahun, 4) Very Old / usia sangat tua: 90 tahun.

c. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan-perubahan

pada fisik, mental dan psikososial (Nugroho,2000). Pada sel terjadi

penurunan jumlah dan ukurannya lebih besar, mekanisme perbaikan

sel terganggu, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya

cairan intrasel, jumlah sel otak menurun dan otak menjadi atrofis

beratnya berkurang 5-10%. Pada sistem persyarafan terjadi pengecilan

syaraf panca indera sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi

panca indera. Selain itu terjadi penurunan fungsi juga pada system

tubuh yang lain.

d. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia

Macam-macam penyakit yang sering dijumpai pada lansia

menurut “The National Old People’s Welfare Council”, terdapat dua

belas gangguan umum pada lansia meliputi: 1) Depresi mental, 2)

Gangguan pendengaran, 3) Bronkitis kronis, 4) Gangguan pada

tungkai Gangguan pada koksa atau sendi panggul, 5) Anemia, 6)

Page 2: LANSIA DENGAN DIMENSIA

Demensia, 7) Gangguan penglihatan, 8) Ansietas, 7) Dekompensasi

kordis, 8) Diabetes Melitus, osteomalasia dan hipotiroidisme, 9)

Gangguan pada defekasi.

2. Konsep Demensia

a. Pengertian Demensia

Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi

Psikogeriatrik Amerika, Demensia adalah kehilangan kemampuan

intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah sehingga

mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang diakibatkan dari

gangguan di otak.

b. Penyebab Demensia

Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang

berkembang di masyarakat, dengan bertambahnya usia, seseorang akan

bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa

bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya

bukan karena faktor usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor

penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat tertentu,

penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang

beredar bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi

pelupa atau demensia.

Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian

terbarunya mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang

merupakan penyebab gigi tanggal berhubungan erat dengan risiko

kepikunan. Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti 6.000 lansia

berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi dapat

menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa

terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian

menyebabkan radang di jaringan tersebut. Radang yang terjadi di

jaringan otak dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf yang hampir

seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada saraf-saraf memori dan

Page 3: LANSIA DENGAN DIMENSIA

kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada orang

dewasa maupun lansia.

c. Angka kejadian Demensia pada lansia

Bertambahnya usia memang membawa akibat menurunnya

kemampuan memori secara wajar dan dianggap tidak ada kaitannya

dengan demensia. Berbagai penelitian menemukan angka kejadian

demensia sebesar 35 persen pada usia di atas 65 tahun. Ada pula studi

yang menemukan angka kejadian 39 persen pada usia 50-59 tahun, dan

85 persen pada usia di atas 80 tahun (Suara Merdeka, 30-06-2010).

d. Gejala Demensia

Gejala Demensia menurut American Academy Family

Physicians (2001):

1) Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa

2) Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat

3) Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak

berubah, atau mendadak tidak berminat untuk melakukan suatu

aktivitas

4) Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah

5) Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari

e. Pencegahan Demensia

Beberapa cara untuk mencegah pikun adalah: berolahraga fisik,

makan makanan yang sehat untuk tubuh dan otak, selalu aktif berpikir

dengan cara membaca, menulis, melukis atau kegiatan berpikir

lainnya, tidur teratur dan cukup, melindungi otak dari ancaman cedera

atau yang lainnya.

f. Penatalaksanaan Demensia

Dalam penanganan menurut A. Tjahyanto dan Surilena (2009),

Tujuan utama penanganan demensia adalah agar penderita dapat

mengoptimalkan kemampuan yang masih ada serta memperbaiki

kualitas hidupnya,terapi farmakologis dan terapi non farmakologis

yang diterapkan dapat menghambat progresivitas demensia . Terapi

Page 4: LANSIA DENGAN DIMENSIA

farmakologis berupa asetilkolinesterase inhibitor (AChE-inhibitor atau

penghambat asetilkolinesterase), yang memperbaiki sistem kolinergik

kerja otak melalui peningkatan konsentrasi ACh. Telah terbukti bahwa

pasien demensia mengalami penurunan ACh (asetilkolin) di korteks

otak secara progresif. Di balik kehebatan ACh-E inhibitor itu, tentunya

terdapat pula kelemahan. Di samping, efek samping yang sering terjadi

akibat mengkonsumsi obat seperti mual, muntah, diare, penurunan

berat badan, dan ketidakmampuan menjaga keseimbangan tubuhnya,

AChE-inhhibitor tidak dapat menghentikan progresivitas perburukan

demensia di tingkat selular. Selain itu, AChE inhibitor tidak mampu

memperbaiki degenerasi saraf kolinergik otak, yang terus berlangsung

selama pasien mengalami demensia. Obat ini hanya mampu

memperlambat di samping meningkatkan perangsangan motorik

melalui peningkatan neurotransmitter ACh dalam darah. Hingga saat

ini, terapi farmakologis telah dijelaskan di atas belum mampu

memperbaiki NFTs dan SPs dalam sel otak demensia. Sedangkan

terapi non-farmakologis. Tiga bentuk terapi non-farmakologis pasien-

pasien demensia adalah: 1) managing the family, 2) managing the

environment, 3) mananging the patient. Tujuan penatalaksaan non-

farmakologis dimaksudkan untuk memperbaiki orientasi realitas

pasien, memodifikasi perilaku, membantu keluarga dalam pembuatan

program aktivitas harian.

3. Konsep Terapi Brain Gym

a. Pengertian Terapi Brain Gym

Terapi Brain Gym adalah senam otak yang bertujuan untuk

memicu otak agar tidak kehilangan daya intelektualnya dan awareness-

nya. Senam otak adalah  senam ringan yang dilakukan dengan gerakan

menyilang, agar terjadi harmonisasi dan optimalisasi kinerja otak

kanan dan otak kiri. (Budhi, 2010). sedangkan Brain gym menurut

Dennison (2008) adalah program pelatihan otak yang dikembangkan

oleh Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison sejak tahun 1970.

Page 5: LANSIA DENGAN DIMENSIA

Program ini awalnya dirancang untuk mengatasi gangguan belajar

pada anak-anak dan orang dewasa.

b. Mekanisme Kerja Brain Gym

Brain gym dapat dilakukan oleh orang lanjut usia (lansia). Pada

umumnya, lansia mengalami penurunan kemampuan otak dan tubuh.

Penurunan inilah yang membuat lansia mudah sakit, tidak kreatif, tidak

bisa bekerja lagi dan mundurnya fungsi intelektual berupa mudah lupa

atau sampai pada kemunduran yang ditandai dengan kepikunan. Meski

demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan brain gym. Brain

gym dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-

komunikasi, pemfokusanpemahaman dan pemusatan pengaturan. Brain

gym tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak,

tetapi juga gerakan-gerakan yang bisa merangsang kerja dan

berfungsinya otak secara optimal. Pada Brain gymakan didapatkan

kebugaran otak yang ditandai dengan aliran darah menuju otak lancar

atau pasokan Volume O2 maksima memadai. Volume O2 maksimal

merupakan kemampuan pengambilan oksigen oleh jantung dan paru-

paru, sehingga aliran darah ke semua jaringan tubuh termasuk otak

lebih banyak dan mempengaruhi otak untuk bekerja maksimal. Dengan

melakukan brain gym kualitas hidup lansia pun akan semakin

meningkat (Ag Masykur & Fathani, 2008: 124).

c. Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym      

Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja,

kapan saja oleh siapa saja khususnya lansia. Porsi latihan yang tepat

adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

d. Batasan Usia dalam Brain Gym

Brain gym tidak saja berguna untuk lansia, tetapi juga segala umur.

(Ag Masykur & Fathani, 2008: 124).

e. Aturan dalam Brain Gym

Menurut Ag Masykur & Fathani (2008:132) sebelum lansia

memulai brain gym, ia harus menjalani PACE. PACE adalah empat

Page 6: LANSIA DENGAN DIMENSIA

keadaan yang diperlukan, untuk dapat belajar dan berpikir dengan

menggunakan seluruh otak. PACE merupakan singkatan dari positif,

aktif, clear (jelas) dan energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus

memulainya dengan energetis (minum air), clear (melakukan pijat

saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat

rileks) dan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang lain.

f. Macam-macam Gerakan Brain Gym

Denisson (2008:1) mengatakan bahwa otak dibagi ke dalam 3 ( tiga

) fungsi yakni

1) Dimensi Lateralisa) Gerakan Silang (Cross Crawl)

Cara melakukan gerakan : Menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Untuk menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan. Fungsinya : Meningkatkan koordinasi kiri/kanan, memperbaiki pernafasan dan stamina, memperbaiki koordinasi dan kesadaran tentang ruang dan gerak, dan memperbaiki pendengaran dan penglihatan.

b) Delapan Tidur (Lazy 8)Cara melakukan gerakan : Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua tangan. Fungsinya : melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu memusatkan perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi, meningkatkan pemusatan, keseimbangan dan koordinasi.

c) Coretan Ganda (Double doodle)Cara melakukan gerakan : Menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah. Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran, segitiga, bintang, hati, dan sebagainya. Lakukan dengan kedua tangan.Fungsinya : kesadaran akan kiri dan kanan, memperbaiki penglihatan perifer, kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta

Page 7: LANSIA DENGAN DIMENSIA

keterampilan khusus tangan dan mata, memperbaiki kemampuan olahraga dan keterampilan gerakan.

2) Dimensi Pemfokusana) Burung Hantu (The Owl)

Cara melakukan gerakan : Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik napas saat kepala berada di posisi tengah, kemudian embuskan napas ke samping atau ke otot yang tegang sambil relaks. Ulangi gerakan dengan tangan kiri.Fungsinya : melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress, menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (Mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke depan), dan menegakkan kepala (Membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau bersandar pada siku).

b) Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)Cara melakukan gerakan : luruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas. Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan keempat jurusan (depan, belakang, dalam dan luar), sementara tangan yang satu menahan dorongan tersebut. Fungsinya : peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan, pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai, dan peningkatan energi pada tangan dan jari

c) Lambaian Kaki (The Footflex)Cara melakukan gerakan : cengkeram tempat-tempat yang terasa sakit di pergelangan kaki, betis dan belakang lutut, satu persatu, sambil pelan-pelan kaki dilambaikan atau digerakkan ke atas dan ke bawah. Fungsinya : sikap tubuh yang lebih tegak dan relaks, lutut tidak kaku lagi,dan kemampuan berkomunikasi dan memberi respon meningkat.

d) Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)Cara melakukan gerakan :Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan tangan ke depan bawah, buang nafas waktu turun dan ambil nafas waktu naik. Ulangi 3 x, kemudian ganti kaki. Fungsinya : merelaksasikan daerah pinggang, pinggul dan sekitarnya, tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu kesatuan.

e) Pasang kuda-Kuda (Grounder)Cara melakukan gerakan : Mulai dengan kaki terbuka. Arahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk lutut kanan sambil buang napas, lalu ambil napas waktu lutut

Page 8: LANSIA DENGAN DIMENSIA

kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini untuk menguatkan otot pinggul (bisa dirasakan di kaki yang lurus) dan membantu kestabilan punggung. Ulangi 3x, kemudian ganti dengan kaki kiri. Fungsinya : keseimbangan dan kestabilan lebih besar, konsentrasi dan perhatian meningkat, dan sikap lebih mantap dan relaks.

3) Dimensi Pemusatana) Air (Water)

Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua per tiga tubuh manusia terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang efisien antara otak dan sistem saraf, menyimpan dan menggunakan kembali informasi secara efisien. Minum air yang cukup sangat bermanfaat sebelum menghadapi test atau kegiatan lain yang menimbulkan stress. Kebutuhan air adalah kira-kira 2 % dari berat badan per hari. Fungsinya : konsentrasi meningkat (mengurangi kelelahan mental), melepaskan stres, meningkatkan konsentrasi dan keterampilan sosial, kemampuan bergerak dan berpartisipasi meningkat, koordinasi mental dan fisik meningkat (Mengurangi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan perubahan neurologis).

b) Sakelar Otak (Brain Buttons)Cara melakukan gerakan :Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar. Fungsinya: keseimbangan tubuh kanan dan kiri, tingkat energi lebih baik, memperbaiki kerjasama kedua mata (bisa meringankan stres visual, juling atau panoangan yang terus-menerus), dan otot tengkuk dan bahu lebih relaks.

c) Tombol Bumi (Earth Buttons)Cara melakukan gerakan : Letakkan dua jari dibawah bibir dan tangan yang lain  di pusar dengan jari menunjuk ke ba-wah.Ikutilah dengan mata satu garis dari lantai ke loteng dan kembali sambil bernapas dalam-dalam. Napaskan energi ke atas, ke tengah-tengah badan. Fungsinya : kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan mental), kepala tegak (tidak membungkuk), dan pasang kuda-kuda dan koordinasi seluruh tubuh.

Page 9: LANSIA DENGAN DIMENSIA

d) Tombol imbang (Balance Buttons)Cara melakukan gerakan : Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, di lekukan tulang bawah tengkorak dan letakkan tangan satunya di pusar. Kepala sebaiknya lurus ke depan, sambil nafas dengan baik selama 1 menit. Kemudian sentuh belakang kuping yang lain. Fungsinya : perasaan enak dan nyaman, mata, telinga dan kepala lebih tegak lurus pada bahu, dan mengurangi fokus berlebihan pada sikap tubuh

e) Tombol Angkasa (Space Buttons)Cara melakukan gerakan : Letakkan 2 jari di atas bibir dan tangan lain pada tulang ekor selama 1 menit, nafaskan energi ke arah atas tulang punggung. Fungsinya : kemampuan untuk relaks, kemampuan untuk duduk dengan nyaman, lamanya perhatian meningkat.

f) Pasang Telinga (The Tinking Cap)Cara melakukan gerakan: Pijit daun telinga pelan-pelan, dari atas sampai ke bawah 3x sampai dengan 5x. Fungsinya : energi dan nafas lebih baik, otot wajah, lidah dan rahang relaks, fokus perhatian meningkat, dankeseimbangan lebih baik.

g) Kait relaks (Hook-Ups)Cara melakukan gerakan : Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawa, jari-jari kedua tangan saling menggenggam, kemudian tarik kedua tangan ke arah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata dan pada saat menarik napas lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat menghembuskan napas. Tahap kedua, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus, di dada atau dipangkuan, sambil bernapas dalam 1 menit lagi. Fungsinya : keseimbangan dan koordinasi meningkat, perasaan nyaman terhadap lingkungan sekitar (Mengurangi kepekaan yang berlebihan), dan pernafasan lebih dalam.

h) Titik Positif (Positive Point)Cara melakukan gerakan: Sentuhlah titik positif dengan kedua ujung jari tangan selama 30 detik sampai dengan 30 menit. Fungsinya : mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat dan ketrampilan, menghilangkan reflex

Page 10: LANSIA DENGAN DIMENSIA

KASUSIbu Y (62 tahun) mengeluh sering lupa bila meletakkan barang. Ibu Y

menceritakan pernah pergi dari panti akan tetapi lupa jalan pulang. Ibu Y

mengatakan bingung dan tidak tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya. Teman

Ibu Y dipanti mengatakan ibu Y juga sering lupa makan, mandi, jalan ke kamar

mandi dan ganti pakaian serta sering marah-marah karena menuduh teman

sekamarnya mencuri barangnya . Hasil observasi: Ibu Y sering mengulang kata

jika bercerita, gelisah, tatapan mata curiga pada orang lain, dan sering mengurung

diri

JAWAB

Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat kognitif dengan menggunakan SPMSQ atau dengan MMSE, soal sebagai berikut:Short portable mental status questioner (SPMSQ)

SkorNO Pertanyaan Jawaban+ -1 Tanggal berapa hari ini?2 Hari apa sekarang ini?3 Apa nama tempat ini?4 Dimana alamat anda?5 Berapa umur anda?6 Kapan anda lahir?7 Siapa presiden Indonesia

sekarang?8 Siapa presiden sebelumnya?9 Siapa nama kecil ibu anda?10 Kurang 3 dari 20 dan tetap

pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun !

 Jumlah Kesalahan TotalInterpretasi :Salah 0-2 : fungsi intelektual utuhSalah 3-4 : fungsi intelektual kerusakan ringanSalah 5-7 : fungsi intelektual kerusakan sedangSalah 8-10: fungsi intelektual kerusakan berat

Page 11: LANSIA DENGAN DIMENSIA

Mini Mental State Examination (MMSE)

NILAI PASIEN PERTANYAAN

Orientasi 5 Tahun, Musim, Tanggal, Hari, Bulan Apa sekarang ?

5 Dimana kita sekarang (Negara, Wilayah, Kota,

Rumah, Rumah Sakit, Lantai ?

Registrasi 3 Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-

masing. Kemudian tanyakan kepada klien ketiga

objek setelah anda mengatakannya. Beri 1 point

untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi

sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan

percobaan dan catat.

Perhatian dan

kalkulasi

5 Seri 7’s 1 point untuk setaip kebenaran. Berhenti

setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” kebelakang.

Mengingat 3 Minta untuk mengulang ketiga objek di atas.

Berikan 1 point untuk setiap kebenaran.

Bahasa 9 Nama pensil dan melihat (2 point). Mengulang hal

berikut “Tidak ada jika, dan atau tetapi (1 point).

Nilai total

Skor : Nilai 24-30 : normal Nilai 17-23 : probable gangguan kognitif Nilai 0-16 : definitive gangguan kognitif

Setelah diuji sampaikan hasil ke pasien dan ungkapkan bahwa ibu Y mengalami

gangguan kognitif (demensia), dan sampaikan hasil observasi perawat kepada

pasien bahwa Ibu Y sering mengulang kata jika bercerita, gelisah, tatapan mata

curiga pada orang lain, dan sering mengurung diri

Page 12: LANSIA DENGAN DIMENSIA

ANALISA DATA

Data Etiologi Problem

Ds:-

Do: sering mengulang

kata, sering lupa makan,

lupa mandi, jalan ke

kamar mandi

Aging proses

Penurunan fungsi otak, perubahan fisiologis (degenerasi neuron

ireversibel)

Perubahan proses pikir

Perubahan proses pikir

Ds:-

Do: sering marah-marah,

curiga kepada teman,

gelisah, sering mengurung

diri

Aging proses

Penurunan fungsi otak

Perubahan aktivitas sehari-hari

Sindrom stress relokasi

Sindrom stress relokasi

Ds:-

Do: sering lupa makan

Aging proses

Penurunan fungsi otak

Mudah lupa

Resiko perubahan nutrisi (kurang dari

kebutuhan)

Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.

2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.

3. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.

Page 13: LANSIA DENGAN DIMENSIA

INTERVENSI KEPERAWATAN

No DxTujuan dan kriteria

hasilIntervensi Rasional

1 Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perubahan aktivitas sehari- hari dan lingkungan dengan KH :

a.    mengidentifikasi perubahan

b.     mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-hari

c.    cemas dan takut berkurang

d.   membuat pernyataan yang positif tentang lingkungan yang baru.

a.    Jalin hubungan saling mendukung dengan klien.

b.    Orientasikan pada lingkungan dan rutinitas baru.

c.    Kaji tingkat stressor (penyesuaian diri, perkembangan, peran keluarga, akibat perubahan status kesehatan)

d.   Tentukan jadwal aktivitas  yang wajar  dan masukkan dalam kegiatan rutin.

e.    Berikan penjelasan dan informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/ peristiwa.

a)    Untuk membangan kepercayaan dan rasa nyaman.

b)   Menurunkan kecemasan dan perasaan terganggu.

c)     Untuk menentukan persepsi klien tentang kejadian dan tingkat serangan.

d)   Konsistensi mengurangi kebingungan dan meningkatkan rasa kebersamaan.

e)    Menurunkan ketegangan, mempertahankan rasa saling percaya, dan orientasi.

2 Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan KH:

a.     Mampu memperlihatkan

a.    Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat yang terapeutik.

b.    Pertahankan lingkungan yang menyenangkan

a.    Mengurangi kecemasan dan emosional.

b.    Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron.

c.    Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan

Page 14: LANSIA DENGAN DIMENSIA

kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.

b.     Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative.

c.     Mampu mengenali tingkah laku dan faktor penyebab.

dan tenang.

c.    Tatap wajah ketika berbicara dengan klien.

d.   Panggil klien dengan namanya

e.    Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.

gangguan perceptual.

d.   Nama adalah bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan klien.

e.    Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dan keras menimbulkan stress yg mencetuskan konfrontasi dan respon marah.

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mendapat nutrisi yang seimbang dengan KH:

a.     Mengubah pola asuhan yang benar

b.     Mendapat diet nutrisi yang seimbang.

c.     Mendapat kembali berat badan yang sesuai.

a.     Beri dukungan untuk peningkatan berat badan.

b.     Kaji pengetahuan keluarga/ klien mengenai kebutuhan makanan.

c.    Usahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.

d.     Beri Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.

a.     Motivasi terjadi saat klien mengidentifikasi kebutuhan berarti.

b.     Identifikasi kebutuhan membantu  perencanaan pendidikan.

c.    Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi.

d.     Ketidakmampuan menerima dan hambatan sosial dari kebiasaan makan berkembang seiring berkembangnya penyakit.