77

KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …
Page 2: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

ii

PERAN TOKOH ADAT DALAM UPACARA PENTI SEBAGAI MEDIA

KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

DI KECAMATAN KOTA KOMBA KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

Penelitian di Desa Rana Mbeling, Kecamatan Kota Komba,

Kabupaten Manggarai Timur

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk memperoleh Gelar Sarjana Jenjang

Strata Satu (1) Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh:

MARIA YALDIANA NELDA

NIM: 16530015

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2020

Page 3: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …
Page 4: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …
Page 5: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

v

MOTTO

segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.

(Filipi 4:13)

Jadilah seperti karang di laut yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah

hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup

hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita

berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.

Jangan mencari kekuatanmu melainkan carilah harapan dan mimpimu.

Jangan berpikir tentang frustasimu, tapi tentang potensi yang belum

terpenuhi. Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang telah kamu coba dan

gagal, tapi dengan apa yang masih mungkin bagimu untuk melakukan

sesuatu

(Paulus Yohanes XXIII)

Page 6: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sungguh besar kasih-Mu dalam

perjalanan hidupku, setiap masalah dan pergumulan datang silih berganti tetapi

kasih dan penyertaan-Mu tak pernah lekang oleh waktu, sehingga saya masih

berdiri tegar menyelesaikan skripsi saya yang berjudul „„Peran Tokoh Adat Dalam

Upacara Ritual Penti Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam

Pengembangan Budaya Di Kecamatan Kota Komba‟‟. Dalam kesempatan ini saya

ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Ketua STPMD‟‟APMD‟‟ dan segenap Dosen dan karyawan yang telah banyak

membantu dalam proses perkuliahan dan aktifias sehari-hari saya di kampus

Indonesia mini ini.

Bapak Tri Agus Susanto, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing saya yang

telah bersedia meluangkan waktu membimbing dan memberikan semangat

dan motifasi hingga skripsi ini bisa saya selesaikan .

Kedua orang tua tercinta, Bapa David Jamin dan Mama Cornelia Mangus,

yang sejak saya lahir selalu memberikan saya yang terbaik dan menjaga,

merawat, membesarkan saya dengan penuh hati yang tulus, sampai kapanpun

saya tidak akan pernah melupakan seberapa besar kebaikan yang telah Bapa

dan Mama berikan buat saya. Kalianlah alasan kenapa saya ingin kuliah dan

cepat selesai, maafkan saya jikalau saya sangat berlebihan dalam meminta

yang kadang Bapa Mama pikirkan.

Page 7: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

vii

Kakak tercinta saya, kaka Yasni, kaka Foris, kaka Yarti, kaka Vanti, kaka Lois,

ponakan Naro, Mei, Key, Mareto, yang selalu ada buat saya.Berkat doa,

dukungan dan semangat dari kalian saya bisa meyelesaikan skripsi ini.

Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan, doa dan motifasi buat

saya, bapa Pilipus , Mama Teresia, kakak Maksi, kakak Lin, kakak Iren, kakak

Adel, Kakak Glend, kaka Mecik, kakak Gordi, keluarga besar Riwu, Manus

yang banyak membantu saya selama saya mengenyam pendidikan di

Yogyakarta.

Kekasih tercinta Eugenius Avelino Kari yang telah menemani , memberi doa

dukungan dan semangat bagi saya selama saya mengenyam pendidikan di

Yogyakarta.

Teman-teman dan adik-adik saya, Yona, Ewi, Ndaro, Deysi, Darsi, Antik,

Alin, Indak, Ersi, An, Oliv, Melita, Nova, Teman-teman kos Flamboyan,

Teman-teman angkatan 3, 5, yang selalu memberikan dukungan selama saya

berproses didalam dunia kampus, maupun diluar kampus.

Page 8: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

viii

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan KurniaNya kepada penyususn, sehingga penyususn

dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa melengkapi satu

syarat penyelesaian program S-1, melalui skripsi yang berjudul „„Peran Tokoh

Adat Dalam Upacara Penti Sebagai Media Komunikasi Tradisionala Dalam

Pengembangan Budaya Di Kecamatan Kota Komba‟‟.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan tentunya penyususun

menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, baik berupa pengalaman maupun

teori ilmu. Sehingga penyususn sangat berterima kasih atas setiap masukan,

kritikan, yang disampaikan .

Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak DR.H. Sutoro Eko Yunanto, M.Si, selaku ketua sekolah tinggi

pembangunan masyarakat desa ‟‟ APMD‟‟ Yogyakarta .

2. Bapak Habib Muhsin, .Sos, M.si, selaku ketua program studi ilmu komunikasi

sekolah tinggi pembangunan masyarakat desa ‟‟APMD‟‟ Yogyakarta.

3. Bapak Tri Agus Susanto, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

mencurahkan pikiran serta meluangkan waktu guna membimbing penyusun

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

ix

4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi (S-1) Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa‟‟APMD‟‟ Yogyakarta.

5. Para Tokoh Adat, Masyarakat dan Kaum Muda Desa Rana Mbeling,

Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Yang mana telah

menjadi tempat sekaligus narasumber penelitan guna proses penyelesaian

skripsi ini.

Yogyakarta, 24 April 2020

Penyusun

Maria Yaldiana Nelda

Page 10: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 10

E. Kerangka Teoritis .................................................................... 11

1. Konsep Peran ..................................................................... 11

2. Upacara Ritual ................................................................... 12

3. Media Komunikasi ............................................................. 14

4. Komunikasi Tradisional ..................................................... 21

5. Pengembangan Budaya ...................................................... 30

Page 11: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

xi

F. Kerangka Konseptual ............................................................... 32

G. Metode Penelitian .................................................................... 34

1. Jenis Penelitian .................................................................. 34

2. Lokasi Penelitian................................................................ 35

3. Data Dan Sumber Data....................................................... 36

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 37

5. Teknik Sampling ................................................................ 39

6. Teknik Analisis Data .......................................................... 40

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ........................................ 42

A. Kabupaten Manggarai Timur ................................................... 42

1. Sejarah Kabupaten Manggarai Timur ................................. 42

2. Visi dan Misi ..................................................................... 44

3. Keadaan Geogarafis ........................................................... 48

4. Deskripsi Desa Rana Mbeling ............................................ 50

B. Latra Belakang Sejarah Upacara Adat Penti ............................. 53

1. Pengertian Upacara Penti ................................................... 53

2. Fungsi Penti ....................................................................... 54

3. Pelestarian Upacara Penti ................................................... 56

4. Tata Cara Upacara Penti Desa RanaMbeling ...................... 56

5. Makna dan Nilai yang Terkandung Dalam Upacara Penti ... 58

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 61

A. Sajian Data ............................................................................. 61

1. Deskripsi Informan ............................................................ 61

Page 12: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

xii

2. Peran Tokoh Adat dalam Upacara Penti ............................. 62

a. Peran Tokoh Adat dalam Upacara Penti ....................... 63

b. Pemahaman Masyarakat Tentang Upacara Penti ........... 67

3. Media Komunikasi Tradisional .......................................... 72

BAB IV PENUTUP..................................................................................... 83

A. Kesimpulan ............................................................................. 83

B. Saran ....................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data informan................................................................................ 62

Page 14: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Teoritis ...................................................................... 11

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir ..................................................................... 34

Page 15: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

xv

Upacara ritual dapat diartikan sebagai peranan yang dilakukan oleh komunitas pendukung suatu agama, adat-istiadat, kepercayaan, atau prinsip, dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan ajaran atau nilai-nilai budaya dan spiritual yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Upacara Penti merupakan salah satu upacara adat bagi orang Manggarai, Flores NTT yang hingga saat ini masih terus dilestaraikan. Sebuah ritus adat warisan leluhur Manggarai sebagai media ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh selama setahun. Media komunikasi tradisional yang sering disederhanakan dengan istilah media rakyat adalah komunikasi antara manusia yang dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang seperti bunyi-bunyian, gerak isyarat, seni visual dan pertunjukan rakyat. Peran didefinisikan sebagai polah tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Peran lebih menunjukan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah proses. Keberadaan ritual diseluruh daerah merupakan wujud simbol dalam agama atau religi dan juga simbolisme kebudayaan manusia. Keberadaan ritual-ritual di Indonesia tidak terlepas dari kepercayaan animism dan dinamisme yang dianut masyarakat Indonesia zaman dahulu. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan/pertukaran gagasan, pikiran dari seseorang kepada orang lain menggunakan simbol yang dapat dipahami bersama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif karena sesuai dengan sifat dan tujuan peneliti yang ingin diperoleh bukan menguji hipotetis tetapi berusaha mendapat gambaran yang nyata mengenai

„„Peran Tokoh Adat Dalam Upacara Penti Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Pengembangan Budaya di Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur‟. Penelitian ini dilakukan di Desa Rana Mbeling, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, sehingga yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah tokoh adat, tokoh masyarakat, kaum muda dengan kriteria penentuan informan yakni 17 tahun keatas, memiliki pengetahuan atau pengalaman tentang upacara penti, sehat jasmani dan rohani serta dapat dipercaya karena memberikan data yang obyektif. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yakni data yang diperoleh dari informan melaluiproses wawancara dan sumber data skunder yakni data yang diperoleh dari hasil observasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan upacara Penti terdiri dari beberapa tahap upacara, antara lain: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan penutup atau akhir upacara. Pada tahap persiapan, dilaksanakan musyawarah untuk menentukan pemimpin upacara serta hewan yang akan dikurbankan dalam upacara Penti. selanjutnya pada tahap pelaksanaan upacara, beberapa rangkaian upacara dilaksanakan mulai dari Compang (batu berundak-undak tempat meletakan persembahan yang terletak ditengah-tengah kampung), Barong Wae (arahkan ke sumber mata air) dan panen serta cara pengelolahannya. Pada tahap akhir atau sebagai penutup dari upacara Penti, dilaksanakan beberapa acara seperti ungkapan syukur kepada Roh Nenek Moyang serta diakhiri dengan acara peresmian untuk makan beras pertama. Upacara Penti yang biasa dilaksanakan mengandung nilai-nilai yang sangat penting seperti nilai pendidikan, nilai kekeluargaan, nilai gotong royong, nilai spiritual, nilai normatif, dan nilai demokrasi.

Kata Kunci: Upacara Ritual, Penti, Komunikai Tradisional

ABSTRAK

Page 16: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media komunikasi tradisional yang sering disederhanakan dengan

istilah media rakyat adalah komunikasi antar manusia yang dilakukan dengan

menggunakan lambang-lambang seperti bunyi-bunyian, gerak isyarat, seni

visual dan pertunjukan rakyat (Rachmadi, 1988: 111). Kalau dalam

masyarakat modern yang telah maju komunikasi antar manusia dilakukan

mengunakan media dan hasil teknologi modern seperti surat kabar, radio, film,

televisi dan alat-alat elektronik lainnya seperti internet, satelit, komputer dan

sebagainya. Semua saluran komunikasi tersebut tetaplah dianggap sebagai

media komunikasi hanya berbeda dalam sumber, sifat dan ruang lingkupnya

antara media komunikasi tradisional dan media massa modern.

Media rakyat digambarkan sebagai media yang murah, mudah, bersifat

sederajat, dialogis, sesuai dan sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur,

bersifat menghibur dan sekaligus memasyarakat, dan sangat dipercaya oleh

kalangan masyarakat pedesaan yang masih tradisional kehidupannya (Oepen,

1988: 88). Media komunikasi tradisional sendiri terdiri dari beberapa macam

bentuk dan jenisnya antara lain adalah bentuk-bentuk folklore seperti cerita

rakyat (mitos, legenda, dongeng), ungkapan rakyat (peribahasa, pepatah,

pomeo), puisi rakyat, nyanyian rakyat, teater rakyat dan alat-alat bunyian

Page 17: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

2

seperti kenthongan, gong, bedug, gendang dan sebagainya (Rachmadi, 1988:

111).

Semua media komunikasi tradisional tersebut hidup diantara mereka

sendiri, bersumber dari budaya asli mereka, dan berguna sebagai sarana

berinteraksi dalam satu kesempatan yang berbeda. Maka tidak jarang mereka

saling mewariskan nilai-nilai perilaku bahkan juga nilai-nilai moral

menggunakan media tersebut kepada anak keturunannya. Kebutuhan akan

media komunikasi tradisional tersebut akan tetap hidup sesuai dengan

kebutuhan pewarisan nilai yang mereka anggap dibutuhkan dalam kehidupan

mereka sendiri yang tidak bersifat memaksa dan bercampur dengan nilai-nilai

asing di luar budaya mereka.

Di saat masyarakat belum mengenal media massa modern, peranan

pemuka masyarakat, bentuk-bentuk komunikasi tradisional dan seni

pertunjukan rakyat lainnya merupakan media komunikasi utama. Akan tetapi

setelah perkembangan komunikasi menjadi maju dan dapat diakses oleh siapa

saja termasuk masyarakat pedesaan yang bersifat tradisional, peranan

komunikasi tradisional mulai berkurang pengaruhnya. Meskipun demikian

media komunikasi tradisional ini bukan menjadi tidak penting lagi karena di

daerah-daerah pedesaan masih mendapat hati di masyarakat (Rachmadi, 1988:

110). Media komunikasi tradisional justru menjadi penunjang media massa

modern untuk menjelaskan informasi yang sulit dimengerti oleh masyarakat

pedesaan.

Page 18: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

3

Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang kaya baik alam

maupun budayanya. Di Indonesia terdapat ribuan suku bangsa yang mendiami

sepanjang wilayah kepulauan negara. Setiap suku bangsa memiliki unsur

kebudayaan mulai dari bahasa, upacara adat syukuran, tari tradisonal,

makanan, rumah adat dan unsur lain yang berbeda dengan suku lainnya.

Bentuk kearifan lokal ini merupakan harta yang sangat berharga bagi

Indonesia (Sundjaya, 2008:7-8). Banyak masyarakat dari berbagai suku di

Indonesia yang mewujudkan rasa syukur mereka dalam bentuk upacara adat.

Rasa syukur ini mereka panjatkan atas karunia yang diberikan oleh Tuhan

Yang Maha Esa kepada mereka seperti panen yang berlimpah, kelahiran anak,

rumah baru, dan lain sebagainya. Masyarakat di Kecamatan Kota Komba

Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur juga punya

satu tradisi pengucapan rasa syukur, yaitu ritual Penti. Ritual Penti di

Manggarai Timur merupakan pesta upacara sebagai wujud syukur atas hasil

panen yang berlimpah.

Upacara penti adalah upacara syukur. Kata itu sendiri merupakan kata

yang kurang familiar dalam bahasa harian orang-orang Manggarai . Ketika

seseorang menyebut kata "penti" dalam budaya Manggarai, orang-orang

Manggarai akan mengarahkan pikirannya pada suatu upacara syukur meriah.

Penti dilakukan sebagai tanda syukur kepada Mori Jari Dedek (Tuhan

Pencipta) dan kepada arwah nenek moyang atas semua hasil jerih payah yang

telah diperoleh dan dinikmati, juga sebagai tanda celung cekeng wali ntaung

(musim yang berganti dan tahun yang beralih). Upacara ini biasa dilakukan

Page 19: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

4

setelah semua panenan rampung (sekitar Juni-September). Jikalau sanggup,

acara ini dilakukan setiap tahun tetapi seringkali tiga atau lima tahun sekali.

Ada keyakinan bahwa jika acara ini tidak dilakukan, akan membuat Mori Jari

Dedek marah. Kalau hal itu terjadi, akan ada bencana-bencana yang menimpa

masyarakat Manggarai.

Ritual barong wae „ undangan para leluhur yang menjaga air minum‟

merupakan salah satu rangkaian ritual penti „ syukur atas usaha dalam

setahun‟. Ritual ini dilakukan ditempat air minum, tempat masyarakat

Manggarai menimbah air untuk kehidupannya. Ritual tersebut merupakan

tahap awal dari seluruh rangkaian upacara penti. Sebelum dilaksanakan

kegiatan itu, terlebih dahulu dilakukan kegiatan renggas „pekikan atau seruan

untuk berkumpul dirumah adat‟ yng dipimpin oleh tua adat.

Kegiatan ritual tersebut dilaksanakan setiap tahun dan hal itu masih

berlangsung hingga kini. Waktu pelaksanaannya berfariasi pada setiap

kampung adat. Secara umum kegiatan ini berlangsung dari bulan Juli sampai

dengan bulan Desember. Penentuan tanggal dan bulan pelaksanaan

berdasarkan musyawarah dan mufakat seluruh warga kampung di rumah adat.

Biasanya tua adat mengundang (baro) sub-klen (panga) yang mewakili seluruh

warga untuk membicarakan hal itu dirumah adat. Pertemuan itu dilaksanakan

dua atau tiga bulan sebelum kegiatan itu dilaksanakan.

Kegiatan ritual tersebut dipimpin oleh tua adat dan didampingi oleh

beberapa anggota yang mewakili sub-klen atau panga. Mereka wajib

berpakian adat seperti sapu „destar‟ yang dikenakan pada kepala, baju bakok

Page 20: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

5

„kemeja putih‟, towe „kain sarung‟, dan selempang „selendang‟ merupakan

hasil kerajinan tenun ikat kaum wanita masyarakat Manggari. Sarana-sarana

yang digunakan dalam kegiatan ritual itu adalah kope (parang), nggong „gong‟,

manuk lalong bakok „ayam jantan putih‟, saung kala „daun siri‟, wua raci

„buah pinang‟, ruha ta’a „telur mentah‟, saung muku „daun pisang‟.

Sarana komunikasi dalam berinteraksi dengan Tuhan dan leluhur.

Berdasarkan pernyataan itu, laras ritual yang disebutkan di atas merupakan

sarana komunikasi spiritual.

Ciri laras ritual tersebut di atas seiring dengan pernyataan Fox (lihat

Foley, 1997:115). Ia mengemukakan bahwa bahasa ritual (ritual language)

memiliki beberapa ciri, antara lain bahwa bahasa ritual itu adalah sarana

komunikasi verbal dalam interaksi spiritual, keadatan, dan lain sebagainya.

Di samping itu, laras ritual tersebut merupakan variasi yang terikat

oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan mungkin dapat

menggugah perasaan hati lawan bicara yang dalam hal ini adalah Tuhan dan

leluhur. Karena itu, ciri lain laras ritual tersebut adalah sebagai alat

komunikasi yang menggambarkan relasi transedental (vertikal) antara manusia

dan Tuhan serta leluhur. Dalam perspektif ekolinguistik, laras tersebut berada

di dalam lingkungan bahasa ritual. Lingkungan laras ritual itu, secara ekologis,

jelas ada dalam konteks adat atau budaya masyarakat pendukungnya. Dalam

konteks adat ritual penti „pesta syukur hasil panen akhir tahun‟, ada beberapa

laras ritual yang saling berhubungan, seperti laras ritual laras barong wae

„undangan roh-roh leluhur yang menjaga mata air minum‟, laras ritual barong

Page 21: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

6

compang‟undangan rohh-roh leluhur yang menjaga kampung‟, barong kilo

„undangan leluhur yang menjaga keluarga, barong uma „undangan roh-roh

yang menjaga kebun, dan barong boa „undangan roh-roh yang menjaga

pekuburan.

Bahasa-bahasa ritual yang dipaparkan di atas disebut bahasa

lingkungan adat Manggarai. Laras-laras ritual itu merupakan sebuah bangunan

estetik yang mengandung makna lingkungan. Laras-laras itu merupakan

produk budaya dan produk masyarakat Manggarai. Dikaitkan dengan ekologi,

lingkungan budaya atau lingkungan khusus manusia. Jika dihubungkan

dengan lingkungan ritual barong wae, lingkungan manusia atau sosialbudaya

penuturnya adalah laki-laki yang terdiri atas penutur tua dan muda. Penutur

tua yang yang dimaksud adalah tua adat yang berhak berbicara dalam ritual itu

dan beberapa tua penutur lainnya yang bertugas sebagai pelengkap saja.

Penutur muda adalah penutur muda yang terlibat dalam ritual tersebut, namun

tidak berhak menuturkan bahasa ritual tersebut. Pembagian tugas itu

merupakan salah satu aturan adat Manggarai. Pentur tua (tua adat) memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang sangat dalam tentang bentuk bahasa ritual

sedangkan penutur muda nyaris tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman

tentang laras ritual tersebut.

Kerena kedangkalan pemahaman dan pengetahuan itu, maka kelompok

generasi muda seringkali bersikap kurang respek terhadap aktivitas ritual penti

juga terhadap bahasa riual sebagai warisan leluhur. Oleh karena itu, generasi

muda sulit memahami makna leksikon-leksikon ritual, seperti kata robo,

Page 22: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

7

barong wae, barong compang, dan wae teku. Namun generasi tua, kususnya

tua adat memahami leksikon-leksikon itu dengan baik dan benar. Kecuali

generasi tua yang tidak terlibat dalam penuturan adat. Karena itu mereka

sangat menghargai budaya itu dan mereka selalu berusaha untuk menjaga dan

melestarikanya. Fakta menunjukkan bahwa kelompok tua (tua adat) masih

menggunakan bahasa ritual itu sampai saat ini. Ketidak terpakainya sarana dan

materi adat tersebut di atas merupakan realitas yang menggambarkan proses

kepunahan sebuah bahasa dan sekaligus kepunahan buadaya dalam

lingkungan itu.

Hal itu terjadi dimungkinkan oleh karena kuatnya pengaruh bahasa dan

budaya nasional, seperti bahasa Indonesia (BI), dan bahasa budaya global

misalnya, bahasa Inggris. Kehilangan leksikon-leksikon adat yang merupakan

entitas budaya yang mencerminkan ketercerabutan konsep-konsep budaya

dalam pikiraan generasi penerus dan akibat yang lebih luas adalah terjadi

kesenjangan kognitif antara generasi tua dan generasi muda misalnya, terjadi

kesenjangan kognitif dalam memaknai wacana ritual barong wae. Kehadiran

bahasa dan budaya nasional dan global itu melemahkan semangat kaum muda

untuk menggunakan bahasa ritual Barong Wae dengan baik dan benar. Jadi,

kehadiran bahasa dan budaya nasional dan mondial itu sungguh merusak

hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan serta leluhur yang sudah

lama dijalin. Karena kehadiran bahasa dan budaya global itu pula dapat

mengubah cara pandang golongan tua terhadap dunia sekitarnya dan

mengubah pula Kehadiran persepsinya terhadap bahasa ritual Barong Wae.

Page 23: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

8

Bahas dan budaya nasional dan bahkan budaya mondial sungguh

mencederai relasi dan saling ketergantungan antara manusia dan sesamanya

dengan Tuhan serta leluhur yang telah lama hidup secara harmonis. Wae „air‟

adalah zat cair yang merupakan hal penting dalam upacra barong wae.

Menurut orang manggarai, tuna „belut‟ identic dengan air. Binatang tersebut

dianggap sebagai leluhur yang menjaga air minum. Oleh sebab itu, dilarang

menangkap belut di mata air. Apabila ada orang yang menangkap belut di

mata air, maka air tidak ada lagi. Dan lingkungan khusus manusia atau

lingkungan sosialbudaya a di dalam lingkungan alam (Mbete, 20013: 2).

Dengan perbedaan pengetehuan antara kelompok tua dan kelompok

muda sebagai mana diutarakan diatas, merupakan sebuah kesenjangan kognitif.

Kesenjangan ini dipandang sebagai tembok pemisah antara generasi tua dan

generai muda. Realitas lain menunjukan pulah bahwa beberapa sarana dan

materi-materi yang digunakan dalam ritual tidak dipakai lagi, diganti dengan

sarana modern, seperti robo diganti dengan botol plastic, arak (minuman adat)

diganti dengan bir, wunut „ijuk‟ sebagai atap rumah adat diganti dengan

luminium atau yang dalam bahasa manggarai dipadankan dengan kata bele.

Hal- hal yang telah dipaparkan diatas, dipandang sebagai dinamika

sosial budaya guyub tutur bahasa moderen. Secara empiris pula, keberadaan

bahasa ritual Barong Wae saat ini sangat memprihatinkan. Kelompok generasi

muda perlahan-lahan meninggalkannya. Di samping itu, bahsa dan budaya

nasional, bahkan bahasa dan budaya mondial yang memiliki daya Tarik dan

kekuatan yang lebih besar dari bahasa ritual Barong Wae sehingga dapat

Page 24: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

9

memengaruhi pola piker dan prilaku mereka. Kehadiran bahasa dan budaya

nasioanl dan bahkan budaya mondial sungguh mencederai relasi dan saling

ketergantungan antara manusia dan sesamanya dengan Tuhan serta leluhur

yang telah lama hidup secara harmonis.

Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan

penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Peran tokoh adat dalam

upacara penti sebagai media komunikasi tradisional dalam

pengembangan budaya di Kecamatan Kota Komba Kabupaten

Manggarai Timur”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan untuk memberikan gambaran yang

jelas tentang ada tidaknya permasalahan sehingga akan dapat menghasilkan

data yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan penyusunan hasil

penelitiannya dapat dilakukan secara sistematis dan mudah untuk dipahami.

Atas dasar latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran tokoh adat dalam upacara ritual Penti dalam

mengembangkan budaya yang ada di Kecamatan Kota Komba?.

2. Media komunikasi tradisional apa saja yang digunakan tua adat dalam

ritual Penti agar dapat mendorong kaum muda untuk tetap

mempertahankan budaya?.

Page 25: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

10

C. Tujuan Penelitian

Seusi dengan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari

peneliaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran tokoh adat dalam upacara ritual penti dalam

mengembangkan budaya yang ada di Kecamatan Kota Komba.

2. Untuk mengetahui media tradisional yang digunakan tua adat dalam ritual

penti agar menarik minat generasi muda.

D. Manfaat Penelitan

1. Manfaat teoritis

a. Mendorong masyarakat ter untuk melestarikan dan mempertahankan

tradisi budaya penti dan, khususnya kaum intelektual/ generasi muda.

b. Dapat mengetahui proses pelaksanaan tradisi budaya penti yang telah

ada sejak dahulu.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang bernila, sebab

upacara ritual penti adalah sebuah upacara sebagaimana sebagai umat

manusia mengucapkan tanda syukur kepada sang pencipta (Mori Kraeng)

alam semesta sebagai sumber kehidupan manusia dan kepada arwah nenek

moyang atas semua hasil jerih payah yang telah diperoleh dan dinikmati,

juga sebagai tanda Celung Cekeng Wali Ntaung (musim berganti tahun

berlalu). Penulis berharap hal ini dapat dijadikan bahan refrensi bagi

penelitian yang lebih lanjut kepada penelitilain untuk melakukan

penelitian sejenis.

Page 26: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

11

E. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai

landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain

untuk mendeskripsikan kerangka refrensi atau teori yang digunakan untuk

mengkaji permasalahan. Tentang hal ini Jujun S.Soerya Sumarti mengatakan:

pada hakikatnya memecahakan masalah adalah dengan menggunakan

pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumen dalam mengkaji persoalan agar

kita mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Dalam hal ini kita

mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat bantu kita dalam mecahkan

permasalahan.

1. Konsep peran

Menurut Soekanto (2009: 212-213) adalah proses dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu

Konsep Peran

Upacara Ritual

Adat

Komunikasi Komunikasi

Tradisional

Pengembangan

Budaya

Page 27: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

12

peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk

kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.

Peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan

masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran

tersebut sebagai perangkat peran (roel-set). Dengan demikian perangkat

peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran

yang yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial

khusus Merto (dalam Raho 2007: 67).

Peran lebih menunjukan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai

sebuah proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakupi tiga hal

antara lain:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

seseorang di dalam masyarakat. Jadi, peran di sini bisa berarti

peraturan yang membimbing seseorang dalam masyarakat.

b. Peran adalah seseuatu yang dilakukan seseorang dalam masyarakat.

c. Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur

sosial masyarakat.

2. Upacara Ritual

Sesuai dengan etimologisnya, upacara ritual dapat dibagi atas dua

kata yakni upacara dan ritual. Upacara adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan sekelompok orang serta memiliki tahap yang sudah diatur

sesuai dengan tujuan acara. Sedangkan yang dimaksudkan dengan Ritual

Page 28: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

13

adalah suatu hal yang berhubungan terhadap keyakinan dan kepercayaan

spiritual dengan suatu tujuan tertentu.

Situmorang dapat menyimpulkan bahwa pengertian upacara dan

ritual adalah sebuah kegiatan yang dilakukan sekelompok orang yang

berhubungan tehadap keyakinan dan kepercayaan spiritual dengan suatu

tujuan tertentu (Situmorong, 2004: 175). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) pengertian upacara adalah sebagai berikut:

a. Rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait kepada aturan-aturan

tertentu menurut adat atau agama,

b. Perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan

dengan persistiwa penting.

Sedangkan pengertian ritual menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah hal ihwal tatacara dalam upacara keagamaan

( Team Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 1386).

Menurut Purba dan Pasaribu, dalam buku yang berjudul “musik

Populer” mengatakan bahwa: upacara ritual dapat diartikan sebagai

peranan yang dilakukan oleh komunitas pendukung suatu agama, adat-

istiadat, kepercayaan, atau prinsip, dalam rangka pemenuhan kebutuhan

akan ajaran atau nilai-nilai budaya dan spiritual yang diwariskan turun-

temurun oleh nenek moyang mereka (Purba Dn Pasaribu, 2004: 134).

Menurut Koentjaraningrat pengertian upacara ritual atau ceremony adalah:

sistem aktifitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat ataau hukum

yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai

Page 29: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

14

macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang

bersangkutan (Koentjaraningrat, 1990: 190).

Keberadaan ritual di seluruh dareah merupakan wujud simbol

dalam agama atau religi dan juga simbolisme kebudayaan manusia.

Tindakan simbolis dalam upacara religious merupakan bagian sangat

penting dan tidak mungkin dapat ditinggalkan begitu saja. Manusia harus

melakukan sesuatu yang melambangkan komunikasi dengan Tuhan. Selain

pada agama, adat istiadat pun sangat menonjol simbolismenya, upacara-

upacara adat yang merupakan warisan turun temurun dari generasi tua ke

generasi muda (Herusatoto Budiyono 2001: 26-27).

Keberadaan ritual-ritual di Indonesia tidak terlepas dari

kepercayaan animism dan dinamisme yang dianut masyarakat Indonesia

zaman dahulu, begitu pula ketika masuknya agama-agama hindhu dan

budha di Indonesia masyarakat juga masih melakukan ritual-ritual seperti

adanya sesaji untuk pemujaan kepada para dewa. Ritual sering menjadi hal

yang dianggap negatif oleh sebagian kalangan karena sering berkaitan

dengan hal-hal yang mistis, padahal pada kenyataannya ritual merupakan

wujud dari pelestarian kebudayaan.

3. Media Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah komunikasi di

artikan dengan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua

orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut

pendapat yang dikemukana Arifin Anwar, (1992 : 19-20) tentang

Page 30: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

15

pengertian secara etimologis dari komunikasi adalah: “komunikasi itu

sendiri mengandung makna bersama-sama (common,commonnese dalam

bahasa Inggris), istilah komunikasi dalam bahasa Indonesia dan dalam

bahasa Inggris itu berasal dari bahasa latin, yakni: communication, yang

berarti : pemberitahuan, pemberi bagian (dalam suatu) pertukaran,

dimana sipembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari

pendengarnya ikut bagian. Kalau kata kerjanya ; communicare, artinya :

berdialog atau bermusyawara.”

Pengertian komunikasi secara etimologi seperti yang dikemukan

ahli tersebut adalah: pemberitahuan, pemberi bagian, pertukaran, berdialog

atau bermusyawara. Menurut Onong U. Effendi, (1986 : 60), komunikasi

berasal dari bahasa latin : communication yang artinya : pergaulan, peran

serta, kerjasama, yang bersumber dan istilah: “communis” yang berarti

sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi

terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang

disampaikan oleh komunikator dan komunikan karena jika tidak terjadi

kesamaan makna antara dua actor komunikasi yakni komunikator dan

komunikan itu atau komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya

maka komunikasi tidak terjadi.

Keseluruhan defisinisi tentang komunikasi yang dikemukanan

dapatlah disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian

pesan/ pertukaran gagasan, pikiran dari seseorang kepada orang lain

menggunakan symbol yang dapat dipahami bersama. Jadi dapat dikatakan

Page 31: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

16

bahwa komunikasi adalah proses pengoperan gagasan, pendapat, darai

seseorang kepada orang lain menggunakan symbol yang dipahami bersam.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan

prose penyampaian pesan secara verbal maupun non verbal, yang

menggunakan simbol-simbol yang ada dalam kesenian tersebut.

1) Makna Simbol Komuniksi

Makna diciptakan dengan cara kerjasama diantara sumber dan

penerima, pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca. Makna

diciptakan oleh orang yang melakukan komunikasi dan merupakan

fungsi dan tidak saja pesan melainkan juga interaksi pesan-pesan ini

dengan pemikiran, perasaan, dan sikap orang yag bersangkutan.

Simbol merupakan tanda yang bersifat konvesional. Tanda-tanda

lingustik umumnya merupakan symbol. Jadi symbol adalah suatu

tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan yang dipatuhi bersama,

simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah memiliki symbol-

simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang satu belum tentu

sama dengan adat istiadat daerah yang lainnya.

2) Media Komunikasi

Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan

untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau

menyebarkan dan menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat

berperan dalam kehidupan masyarakat. Proses pengiriman informasi di

zaman modern ini sangat canggih. Teknologi telekomunikasi paling

dicari untuk menyampaikan atau mengirimkan informasi ataupun

Page 32: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

17

berita karena teknologi telekomunikasi semakin berkembang, semakin

cepat, tepat, akurat, mudah. Murah, efektif, dan efisisen. Berbagi

informasi antar Benua dan Negara di belahan dunia manapun semakin

mudah.

Berdasarkan Fungsinya

1) Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah media komunikasi yang berguna untuk

menghasilkan informasi contohnya: Komputer pengolah kata (Word

Processor).

2) Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah media komunikasi yang digunakan

untuk memproduksi ulang dan menggadakan informasi informasi

contohnya : Audio tapes recorder dan Video tapes.

3) Fungsi Penyampaian Informasi

Fungsi penyampaian informasi adalah media komunikasi yang

digunakan untuk komunikasi yang dipergunakan untuk

menyebarluaskan dan menyampaikan pesan kepada komunikan yang

menjadi sasaran contohnya: Telepon, Faximile, dan lain-lain.

Berdasrkan Bentuknya:

1) Media Cetak

Media cetak adalah segala barang cetak yang dapat

dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan contohnya: surat

kabar, brosur, bulletin, dan lain-lain

Page 33: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

18

2) Media Visual atau media padang

Media visual adalah penerimaan pesan yang tersampaikan

menggunakan indra penglihat contohnya: televise, foto, dan lain-lain.

3) Media Audio

Media audio adalah penerimaan pesan yang tersampaikan

dengan menggunakan indra pendengar contohnya: radio, tape recorder,

dan lain-lain.

4) Media Audio Visual

Media audio visual adalah media komunikasi yang dapat dilihat

ekaligus didengar, jadi untuk mengakses informasi yang disampaikan

digunakan indra penglihat dan pendengar sekaligus contohnya: televise

dan film.

Berdasarkan jangkauan penyebar informasi

1) Media Komunikasi Eksternal

Media komunikasi eksternal ialah media komunikasi yang

dipergunakan untuk menjalin hubungan dan menyampaikan informasi

dengan pihak-pihak luar. Media komunikasi eksternal yang sering

digunakan antara lain:

a. Media Cetak

Ialah media komunikasi tercetak atau tertulis dimaksudkan

untuk menjangkau public eksternal seperti pemegang saham,

konsumen, pelanggaan, mitra kerja, dan sebagainya. Contohnya

adalah makalah perusahaan, bulletin, brosur. Media eksternal cetak

Page 34: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

19

ini berfungsi sebagai: Media penghubung, sarana penyampaikan

pesan keterangan-keterangan kepada kalayak, media pendidikan,

sarana membentuk opini public, sarana membangun citra.

b. Radio

Radio adalah alat elektonik yang digunakan sebagai media

komunikasi dan informasi yang termasuk media audio yang hanya

dapat memberikan rangsangan audio (pendengaran) saja. Melalui

alat ini orang dapat mendengar siaran tentang baerbagai peristiwa,

kejadian penting dan baru, asalah-masalah dalam kehidupan serta

acara hiburan yang menyenangkan. Bentuk radio sangat beragam

tapi secara sederhana bisa dibagai kedalam dua bagian besar.

Pertama radio sebagai alat penerima informasi yang kedua radio

sebagaipemberi informasi.

c. Televisi

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar.

Kata televise berasal dari kata tele dan vision ; yang mempunyai

arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televise

berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan

televise disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini

mampu mengubah peradaban dunia. Dalam penemuan televisi,

terdapat banyak pihak, penemuan maupun innovator yang terlibat,

baik perorangan maupun badan usaha.

Page 35: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

20

d. Telepon

Sebagai media komunikasi, telepon sangat penting untuk

menyampaikan dan menerima informasi lisan secara cepat dengan

pihak pu blic eksternal.

e. Smartphone (Telephone Seluler)

Smartphone adalah telepon yang internet enable yang

biasanya menyediakan fungsi Personal Digital Assistant (PDA),

seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamat, kalkulator, dan

catatan. Smartphone merupakan salah satu dari perkembangan

teknologi dengan kecanggihan teknologi saat ini fungsi

Smartphone tidak hanya sebagai alat komunikasi biasa tetapi juga

dapat mengakses internet, sms, mms dan juga dapat saling

mengirim data. Dengan semakin majunya teknologi

smartphone,maka semakin membantu masyarakat dalam

melakukan segala aktivitas, karena smartphone dapat dikatakan

sebagai identitas seseorang.

f. Surat

Merupakan media penyampaian informasi secara tertulis,

dapat berupa surat konvensional maupun surat elektonik. Surat

menyurat merupakan salah satu kegiatan penting diperusahaan.

Banyak informasi yang keluar masuk perusahaan melalui media

surat, karena surat merupakan media komunikasi yang efektif

Page 36: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

21

apabila yang terkait tidak dapat berhubungan secara langsung atau

lisan.

g. Internet

Internet adalah jaringan computer yang terhubung secara

internasional dan tersebar di seluruh dunia. Jaringan ini meliputi

jutaan pesawat computer yang terhubung satu dengan yang lainnya

dengan memanfaatkan jaringan telepon (baik kabel maupun

gelombang elektomagnetik). Internet merupakan media

komunikasi berbasis computer teknologi informasi. Internet

banyak dipilih oleh perusahaan guna menjalin kemampuan dalam

menjangkau khalayak.

2) Media Komunikasi Internal

Media komunikasi internal adalah semua sarana penyampaian

dan penerima informasi dikalangan public internal dan biasanya

bersifat non komersial. Penerima maupun pengirim informasi adalah

orang-orang public internal. Media yang digunakan secara internal

antara lain seperti: Telephone, surat, papan pengumuman, hous jurnal

(Majalah Bulanan), printed material (Media komunikasi dan

Publikberupa barang cetakan), media pertemuan dan pembicaraan.

4. Komunikasi Tradisional

Indonesia memiliki beragam suku dan adat istiadat yang sampai

saat ini masih dilestaraikan oleh para ketua adat di suatau wilayah atau

daerah tertentu. Menurut Suprawoto (2011:37), Indonesia adalah negara

Page 37: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

22

kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau, 485 suku bangasa dan 583

bahasa daerah. Fakta ini menunjukan begitu beragamnya etnis, bahasa,

adat istiadat, begitu pula pola komunikasi maupun budaya lokal yang

terdapat pada setiap suku bangasa tersebut. Indonesia sangat kaya dengan

aneka ragam jenis media tradisional atau media pertunjukan rakyat untuk

menyampaikan informasi atau sekedar menghibur.

Menurut Blake dan Horalsen, (Cangara, 2002:24), media adalah

medium yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu pesan, di mana

medium ini merupakan jalan untuk alat dengan suatu pesan berjalan antara

komunikator dengan komunikan. Merujuk pada Peraturan Menteri

Komunikasi dan Informatika Nomor 08 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pengembangan Pemberdayaan Lembaga Komunikasi Sosial, media

tradisional ialah kelompok pertunjukan rakyat atau kelompok sejenis

lainnya yang melakukan kegiatan diseminisai informasi dan penyerapan

aspirasi masyarakat. Media tradisioanl disebut juga sebagai media rakyat.

Ranganath mendefinisikan media rakyat sebagai ekspresi hidup tentang

gaya hidup dan kebudayaan sebuah masyarakat, yang berkembang selama

bertahun-tahun (Rochayat dan Ardiyanto, 2011:4).

Beberapa keunggulan dari media rakyat atau media tradisional

selayaknya membuat mata pemerintah meupun lembaga lainnya, untuk

menggunakan dan mengembangkannya secara luas. Alternative seperti ini

merupakan strategi pembangunan yang cerdas, mengingat penguasaan dan

penciptaan teknologi masih rendah pada masyarakat kita. Hasil penelitian

Page 38: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

23

R.J. Griffin (2003:13) menemukan bahwa perencana kampanye informasi

yang berhubungan dengan isu-isu kompleks masyarakat, secara eksplisit

perlu memilih jenis media berbeda atau sesuai, sehingga dapat

menjangkau sector khalayak yang berbeda (Dilla, 2007:30). Oleh karena

itu, dbutuhkan media komunikasi yang tepat dan bersifat dekat dengan

masyarakat agar pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikan dapat

dengan mudah dimengerti oleh masyarakat.

Ada beberapa tujuan penggunaan media rakyat (tradisional), yakni:

membangun hubungan kedekatan, pengikat/perekat transaksi sosial,

pengakuan/penghargaan identitas didi dan eksistensi budaya, penyeimbany

dominasi media modern, dan menghilangkan pembatas sistem tradisional

dan modern. Tema yang biasanya berkembang dalam media rakyat

menyangkut ekspresi hidup, keteladanan, simbol-simbol, ritual, cita-cita

budaya, dan nilai (baik dan buruk). Dalam tema tersebut disisipkan pesan-

pesan atau informasi yang telah dititipkan. Disini pertunjuakan rakyat

berfungsi menuntun masyarakat untuk memahami batas baik dan buruk

yang mesti dilakukan dan cara melakukannya. Melalui pertunjukan rakyat

segala ide, gagasan, atau inovasi pembangunan, diceritakan dan

disesuaikan dengan bentuk media yang ada. Dengan demikian, ide

pembangunan dan produk-produk kebudayaan lokal masyarakat dapat

saling mengisi (Dilla, 2012:22).

Menurut Sadjan (2012:330), media pertunjukan rakyat perlu

diperhatikan antara lain karena:

Page 39: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

24

1) Mengandung nilai budaya masyarakat berupa nilai kebersamaan dan

nilai sejarah peristiwa atau tokoh;

2) Oleh masyarakat lokal dipegang sebagai sekumpulan tata nilai atau

petuah;

3) Media tradisional ini lebih akrab dengan masyarakat;

4) Disukai oleh kelompok masyarakat tertentu, sehingga efektif untu

menyampaikan pesan;

5) Memberikan hiburan, menyampaikan pesan tanpa menggurui;

6) Menampilkan kreativitas dari orang-orang lokal sehingga mudah

diterima.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soedarsono (2010:11),yang

mengatakan seni pertunjukan rakyat merupakan sajian yang sangat

sederhan baik itu dalam pengungkapan tari maupun musiknya, sebab yang

diberlakukan bukan presentase artistic yang tinggi tetapi menyangkut

kebutuhan rohani dalam arti dikaitkan dengan ritual dan kesenangan untuk

hiburan. Sementara itu, Narawati (2003:145) menjelaskan tentang

perkembangan seni pertunjukan tradisi yang pada kenyataannya tidak

lepas dari perubahan sosial masyarakat yang ingin mengalami kemajuan

pada seni tradisi. Apabila seni tradisi ini sudah berkembang menjadi seni

pertunjukan yang dapat diterima oleh masyarakat, maka keberadaannya

tidak hilaang meskipun zaman terus berkembang.

Page 40: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

25

Everret M. Rogers (Effendy, 2003:24), berpendapat bahwa, selain

media massa modern, ada juga media massa tradisional yang meliputi

teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dan sebagainya.

1) Teater rakyat adalah teater yang lahir dan berkembang ditengah-tengah

masyarakat kecil di kampung atau desa. Lahirnya teater tradisional

rakyat ini atas dasar kebutuhan masyarakat tersebut akan hiburan dan

juga kebutuhan sebagai sarana untuk melakukan upacara-upacara baik

upacara agama, maupun upacara adat istiadat. Lambat laun kebutuhan

upacara berubah fungsinya menjadi sarana hiburan saja (Durachman,

2009:64).

2) Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam

banyak hal sering tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:16). Pendapat

lain mengenai dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi,

terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh (Hasan,

2007:120).

3) Pantun menunjukan ikatan yang kuat dalam hal struktur kebahasaan

atau tipografi atau struktur fisiknya. Struktur tematik atau struktur

makna dikemukakan menurut aturan jenis pantun. Ikatan yang

memberikan nilai keindahan dalam struktur kebahasaan itu, berupa: (1)

jumlah suku kata setiap baris; (2) jumlah baris setiap bait; (3) jumlah

bait setiap puisi dan (4) aturan dalam hal rima dan ritma (Waluyo,

2006:3).

Page 41: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

26

Nurdin (2004:221) mengatakan bahwa media tradisional tidak bisa

dipisahkan dari seni tradisional. Yaitu suatu bentuk kesenian yang digali

dari cerita-cerita rakyat dengan memakai media tradisional (folklore). Ada

beragam bentuk folklor, seperti cerita prosa rakyat (mite, legenda,

dongeng), ungkapan rakyat (pribahasa, pameo, pepatah), puisi rakyat,

nyanyian rakyat, teater rakyat, alat bunyi-bunyian (kentongan, gong,

budge) dan sebagainya. William Boscon (Nurudin, 2004:218)

mengemukakan fungsi-fungsi pokok folklore sebagai media tradisional,

yaitu sebagai sistem proyeksi, penguat adat, alat pendidik, dan alat

paksaan dan pengendalian sosial.

Ciri dari setiap media tradisional adalah pertisipasi warga, melalui

keterlibatan fisik atau psikis. Media tradisional tidak hanya sebagai obyek

hiburan (spectacle) dalam fungsi pragmatis untuk kepentingan sesaat,

tetapi dimaksudkan untuk memelihara kebeadaan dan identitas suatu

masyarakat (Siregar, 2006:216). Media tradisional yang paling menonjol

dan mudah dikenal adalah dalam bentuk media pertunjukan rakyat

(Suprawoto, 2011:113). Media tradisional sudah sejak lama hidup dan

berkembang bersama rakyat. Media tradisional merupakan alat hibur dan

komunikasi yang telah lama dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat

Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Unsur-unsur tradisional sangat

dirasakan pentingnya untuk memperoleh efektivitas yang tinggi sebagai

media komunikasi karena berakar pada kebudayaan asli yang memuat

ajaran moral dan norma, yang semuanya itu rasakan sebagai hal yang

Page 42: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

27

sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Dukungan pengembangan

pemberdayaan media tradisional juga dilakukan Kementerian Komunikasi

dan Informatika RI dengan mengeluarkan regulasi yaitu Peraturan

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dengan menegeluarkan

regulasi yaitu Peraturan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI No.

17/PER/M.KOMINFO/ 03/2009 tentang Dimensi Informasi Nasional dan

Peraturan Menteri Kominfo RI No. 08/PER/M.KOMINFO/6/2010 tentang

Pedoman Pengembangan Pemberdayaan Lembaya Komunikasi Sosial.

Kedua peraturan tersebut mengatur mengenai perlunya pemerintah baik

pusat maupun daerah untuk melakukan diseminasi melalui media baik

media elektronik maupun media lainnya, serta pengembangan dan

pemberdayaan lembaya komunikasi sosial yang ada di daerah, salah

satunya adalah media pertunjukan rakyat.

Komunikasi tradisional adalah proses penyamaian pesan dari satu

pihak ke pihak lain,dengan menggunakan media tradisional yang sudah

lama digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaannya tersentuh oleh

teknologi modern. Pada zaman dahulu, komunikasi tradisional dilakukan

oleh masyarakat primitive dengan cara yang sederhana. Komunikasi

tradisional sangat penting dalam suatu masyarakat karena dapat

mempererat persahabatan dan kerja sama untuk mengimbangai tekanan

yang datang dari luar.

Komunikasi tradisional mempunyai dimensi sosial, mendorong

manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa

Page 43: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

28

keterikatan, bersama-sama menentang kekuatan alam dan pakaian dalam

mengambil keputusan. Komunikasi tradisional sangat penting dalam suatu

masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerja sama untuk

mengimbangai tekanan yang datang dari luar. Komunikasi tradisional

mempunyai dimensi sosial, mendorong manusia untuk bekerja, menjaga

keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersam-sama

menentang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan

bersama.

Menurut Sajogyo (1996:60) komunikasi tradisional merupakan

saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa. Padaa

zaman dahulu, komunikasi tradisional dilakukan oleh masyarakat

primitive dengan cara yang sederhana. Seiring dengan perkembangan

teknologi, komunikasi tradisional mulai luntur dan jarang digunakan,

tetapi masih ada sebagian orang yang masih tetap menggunakan

komunikasi tradisional, misalnya masyarakat pedesaan.

Komunikasi tradisional memiliki peran yang sangat penting dalam

suatu masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerjasama

untuk mengimbangi tekanan yang datang dari luar. Selain itu, komunikasi

tradisional mempunyai dimensi sosial, mendorong manusia untuk bekerja,

menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama

menantang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan

bersama.

Page 44: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

29

Media komunikasi tradisional memiliki kelebihan/keistimewaan

yang tidak dimiliki oleh media modern, sebab komunikasi tradisional bisa

dipertukarkan dengan seni yang menjadikan bentuk komunikasi ini lebih

menarik, sederhana, dan mudah dimengerti. Hal tersebut membuat media

komunikasi tradisional melekat erat dengan kehidupan masyarakat dan

berdampak pada perkembangan proses sosial masyarakat seperti memupuk

rasa persaudaraan. Pada dasarnya media kesenian tradisional masih tetap

disenangi oleh masyarakat hingga detik ini. Hanya saja media-media

kesenian tersebut harus dikemas dengan baik dan menarik. Hal tersebut

dapat dilihat dari usaha yang banyak dilakukan oleh media modern

televise belakangan ini, yang seolah berlomba menampilkan pola

pertunjukan tradisional dalam berbagai tayangan. Sedangkan kekurangan

komunikasi tradisional terletak pada ketidak mampuannya menjangkau

ruang dan waktu serta audiens yang luas, dank arena keterbatasan itulah

komunikasi ini sering dianggap tidak efektif.

Bentuk-bentuk Komunikasi Tradisional

1) Lambang Isyarat

Pada awalnya, orang menggunakan anggota badanya untuk

berkomunikasi “bahasa badan” dan bahasa non-verbal. Contoh dengan

gerak muka, tangan, mimik. Ini merupakan bentuk komunikasi yang

sangat sederhana.

2) Simbol

Simbol-simbol dalam komunikasi tradisional dapat dilihat pada

pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang mengepulkan

asap di Cina, yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.

Page 45: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

30

3) Gerakan

Gerakan-gerakan dalam semaphore yang dilakukan untuk

menyampaikan sebuah pesan/informasi maupun gerak-gerakan dalam

tarian yang bertujuan menyampaikan suatu kisah, merupakan bentuk-

bentuk komunikasi tradisional yang menggunakan gerakan.

4) Bunyi-bunyian

Bentuk komunikasi tradisional dalam hal ini berupa tanda

uyang disampaikan dengan sirine atau kentongan.

5. Pengembangan Budaya

Globalisasi budaya merupakan serangkaian proses dimana relasi

akal dan budi manusia relative terlepas dari wilayah geografis. Hal

tersebut memunculkan jalinan situasi yang integratif antara akal dan budi

manusia di suatu belahan bumi dengan yang lainnya. Dari pemahaman

tersebut tidak menutup kemungkinan muncul budaya pop yang

mengglobal atau disebut sengan global pop culture, yakni budaya tren

dalam suatu wilayah kemudian dipopulerkan dan diterima hingga ke taraf

dunia atau lingkup blobal. Hal tersebut sesuai pendapat kaum

hiperglobalis bahwa globalisasi budaya adalah homogezination of the

world under the auspices of American popular culture of western

consumerism in general. (I. Made Gede Arimbawa, 2011: 175), bahwa

globalisasi budaya adalah proses homogenisasi dunia dengan mengusung

kemasan budaya popular Amerika.

Page 46: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

31

Kondisi tersebut jelas dapat dilihat dan dinilai dari penekanan

konsumsi terhadap budaya Barat pada umumnya, sehingga muncul istilah

Westernisasi yang digunakan sebagai simbol terhadap sifat konsumerisme.

Dalam konteks tersebut dapat diartikan bahwa „ budaya Barat” adalah

budaya yang diperjual belikan sementara masyarakat dunia pada umumnya

adalah konsumen atau penikmat. Sebagai contoh konsumsi terhadap

bentuk pemerintahan atau sistem politik, mekanisme pasar, aliran musik

gaya hidup makanan, seni, desain pakaian dan sebagainya. Paham

hiperglobalis tersebut tidak terlepas dari sifat-sifat yang cenderung

berorientasi pada ekonomi kapitalis.

Ada anggapan bahwa globalisasi mengancam dan dapat merusak

tatanan kehidupan heterogenitas budaya lokal dengan mengabaikan

keragaman dan kearifan lokal untuk menuju pada universalitas. Kedua

paham tersebut merupakan situasi yang dikotomi dan dilematis serta tarik

menarik. Yasraf Amir Piliang (2005 13), bila homogenisasi daya tariknya

lebih kuat, maka budaya lokal akan terseret ke dalam arus globalisasi,

sehingga merupakan ancaman terhadap kesinabungan, eksistensi dan

kehilangan identitas. Sedangkan bagi budaya lokal jika tidak mengadakan

pengembangan, maka peluang penciptaan keunggulan budaya lokal tidak

dilakukan, maka budaya etnik Nusantara justru dimanfaatkan oleh pihak

luar yang berkepentingan, berupa “pencurian” kemudian dimodifikasi

disesuaikan dengan kepentingan ekonomi kapitalis global.

Page 47: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

32

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan sebab

globalisasi budaya ada ambiguitas yang melekat, di satu sisi saling kenal

mengenal budaya antar bangsa dan di sisi lain, ada kekuatan untuk

memperthankan identitas lokal. Salah satu contoh mengenai kekuatan

budaya lokal untuk membentengi identitas etnik dengan ikatan primordial,

yakni dalam penggunaan bahasa Indonesia. Globalisasi membawa

pengaruh pada perubahan dalam diri masyarakat dan lingkungan hidupnya

serentak dengan laju perkembangan dunia, sehingga terjadi pula dinamika

masyarakat. Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang

sudah ada. Sehingga terjadilah pergeseran system nilai budaya yang

membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam

masyarakat.

F. Kerangka Konseptual

Kota komba adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

Manggarai Timur propinsi NTT. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa

yang kaya baik alam maupun budayanya. Di Indonesia terdapat ribuan ribuan

suku bangsa yang mendiami sepanjang wilayah kepulauan Negara. Setiap

suku bangsa memiliki unsur kebudayaan mulai dari bahasa, upacara adat

syukuran, tari tradisional, makanan, rumah adat dan unsur lain yang berbeda

dengan suku lainnya. Bentuk kearifan lokal ini merupakan harta yang sangat

berharga bagi Indonesia (Sundjaya, 2008: 7-8). Masyarakat Kecamatan Kota

Komba Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur

Page 48: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

33

juga punya satu tradisi pengucapan rasa syukur, yaitu ritual penti. Ritual penti

di Manggarai Timur merupakan pesta upacara sebagai wujud syukur atas hasil

panen yang berlimpah. Ritual penti pada masyarakat Kecamatan Kota Komba

di selenggarakan setiap tahun. Ritual penti terus dipertahankan sampai

sekarang. Tetua adat dan masyarakat terus melestarikan budaya ini agar para

generasi muda bisa memahami akan pentingnya ritual adat penti dan barong

wae bagi masyarakat Tanggarai Timur.

Upacara ritual Penti dan barong wae yang dirayakan oleh masyarakat

Manggarai selain upacara-upacara ritual yang lain di sana mempunyai peran

sosial dalam rangka menjalin hubungan dengan sesama manusia, serta

berperan religious yaitu menjalin hubungan manusia dengan Tuhan Yang

Maha Kuasa. Bahasa Manggarai berperan sebagai salah satu media

penyampaian pesan-pesan adat dari para tetua adat kepada masyarakat dan

juga sebagai media pemersatu masyarakat Manggarai dan Masyarakat

manggarai dengan Tuhan secara adat, sebagai sarana dalam menyapa para

leluhur dan masyarakat.

Selain itu bahasa sebagai media; musik dan tarian adat juga berperan

sebagai penyempurna di dalam upacara ritual. Makna komunikasi simbolik

yang terlihat dan tak terlihat dalam ritual adat senantiasa diimplementasikan

dalam kehidupan masyarakat manggarai sehari-hari. Prilaku simbolis

masyarakat nampak melalui tindakan simbolis dalam situasi religious, dalam

tradisi dan dalam seni yang kaya akan makna. Upacara ritual penti dan barong

wae merupakan titik puncak cerminan kebersamaan masyarakat manggarai,

Page 49: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

34

yang turut berperan dalam upaya pelestarian, pengembangan, juga

pemanfaatan kekayaan budaya menjadi daya Tarik wisata selain keindahan

panorama alam di bumi manggarai.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono

(2014:9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

Masyarakat Upacara Ritual

Penti

Komunikasi

Tradisional

Peran

tokoh adat

Masyarakat

1. Sosialisasi/pemahaman

2. Memberikan teladan

3. Memelihara tradisi

4. Menjaga dan mengurus harta pusaka

5. Mengarahkan aturan adat

Masyarakat Manggarai Timur

1. Masih memegang nilai budaya

2. Nilai religius yang sangat kuat

3. Kurangnya pemahaman generasi muda

terkait adat istiadat

Page 50: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

35

kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada

generalisasinya. Menurut Flick (Gunawan, 2014:81) penelitian kualitatif

adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan

dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. Metode ini diterapkan untuk

melihat dan memahami subjek dan obyek penelitian yang meliputi orang,

lembaga berdasarkan fakta yang tampil secara apa adanya. Melalui

pendekatan ini akan terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas

sosial, dan presepsi sasaran sosial.

Pendekatan dalam penelitian ini ini yaitu dengan menggunakan

pendekatan secara deskriptif kualitatif. Alasan peneliti melakukan

penelitian dengan menggunakan metode deskriptif karena sesuai dengan

sifat dan tujuan peneliti yang ingin diperoleh bukan menguji hipotesis

tetapi berusaha mendapat gambaran yang nyata mengenai “peran tokoh

adat dalam upacara penti sebagai media komunikasi tradisional dalam

pengembangan budaya di Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai

Timur”.

2. Lokasi Penelitian

Pada penelitan ini, Desa Rana Mbeling Kecamatan Kota

Komba,Kabupaten Manggarai Timur.

Page 51: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

36

3. Data dan Sumber Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data perimer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari penelitian perorangan, keolompok dan organisasi. Dalam

penelitian ini yang termasuk data primer adalah yaitu narasumber yang

akan diwawancarai atau sebagai informan utama yaitu Tokoh Adat di

Kecamatan Kota Komba (bapa Pilipus Tanggu berusia 83 tahun, bapa

Stefanus Abu berusia 61 tahun,bapa Donatus 84 tahun), masyarakat

(bapak Maksimus las berusia 46 tahun, bapak Vitalis Jamin berusia 48

tahun) dan remaja Kecamatan Kota Komba ( Yustianai Jejinimat

berusia 17 tahun, Sefanus Jalang berusia 22 tahun, Dionesia Fitria

Jelita berusia 19 tahun,Karbianus German 17 tahun,Marselina Nanus

18 tahun).

b. Data Skunder

Data skunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang

kedua. Data skunder ini untuk melengkapi data primer, dan biasanya

data skunder ini sangat membantu dan biasanya data sekunder ini

sangat membantu peneliti bila data primer terbatas dan sulit diperoleh.

Data seunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,

melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan diberbagai

organisasi atau perusahan. Dalam penelitian ini, data sekunder

dikeluarkan oleh para tokoh adat yang ada di Kecamatan Kota Komba

Page 52: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

37

Kabupaten Manggarai Timur berupa dokumentasi selama proses

wawancara dan proses pelaksanaan upacara ritual Penti.

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan penulis adapun teknik

pengumpulan data yang dilakukan penulis meliputi tahap sebagai berikut :

a. Observasi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti dari

observasi adalah peninjauan secara cermat.

Menurut Margono (2007), secara dasar teknik observasi

digunakan untuk melihat juga untuk mengamati perubahan dari

fenomena-fenomena sosial yang berkembang atau tumbuh yang

selanjutnya dapat dilakukan perubahan dari penilaian tersebut. Dan

untuk pelakssana observasi tersebut guna melihat objek dari kejadian

tertentu, serta mampu memisahkan antara kejadian yang perlu

digunakan dan yang tidak perlu digunakan. Beberapa informasi yang

diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan,

objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasaan. Alasan

peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran

realistic prilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk

mampu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu

melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan

balik terhadap pengukuran tersebut.

Page 53: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

38

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

2014:186). Tujuan dari pelaksanaan wawancara ini untuk memproleh

data tentang kejadian yang sedang terjadi. Pada penelitian penulis akan

mewawancarai Tokoh adat Kecamatan Kota Komba Manggarai Timur,

(bapa Pilipus Tanggu berusia 83 tahun, bapa Stefanus Abu berusia 61

tahun, bapa Donatus 84 tahun), masyarakat (bapak Maksimus las

berusia 46 tahun, bapak Vitalis Jamin berusia 48 tahun dan remaja

Kecamatan Kota Komba ( Yustianai Jejinimat berusia 17 tahun,

Sefanus Jalang berusia 22 tahun, Dionesia Fitria Jelita berusia 19 tahun,

Karbianus German 17 tahun, Marselina Nanus 18 tahun).

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2014:329) studi dokumentasi merupakan

pelengkap dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Lebih khusus yang dicari dengan metode ini

berupa data yang berhubungan dengan peran Tokoh adat dalam

upacara penti sebagai media komunikasi tradisional dalam

pengembangan budaya di Kecamatan Kota Komba Kabupaten

Manggarai Timur. Seperti dokumentasi gambar berupa foto pada saat

wawancara.

Page 54: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

39

5. Teknik Sampling

Sampling dalam penelitian empirik diartikan sebagai proses

pemilihan atau penentuan sampel (contoh) menunjuk pada bagian dari

populasi. Akan tetapi, dalam penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk

mengambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi

kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih berfokus

kepada representasi terhadap fenomena sosial. Data atau informasi harus

ditelusuri seluas-luasnyya sesuai dengan keadaan yang ada. Hanya dengan

demikian peneliti mampu mendeskripsikan fenomena yang diteliti secara

utuh. Dalam prosedur sampling yang paling penting adalah bagaimana

menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu

yang sarat informasi. Memilih sampel, dalam hal ini informan kunci atau

situasi sosial lebih tepat dilakukan dengan sengaja atau bertujuan, yakni

dengan purposive sampling (Bungin, 2012:53).

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya

orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi

objek atau situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2010: 318-319).

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti

merasa dengan menggunakan teknik ini dapat mengetahui tentang masalah

yang akan diteliti oleh peneliti. Penggunaan purposive sampling pada

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Tokoh adat dalam upacara

penti sebagai media komunikasi tradisional dalam pengembangan budaya

di Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur.

Page 55: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

40

6. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara

sistematis data yang diperoleh dari wawancara , catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit.

Untuk melakukan analisis, sebagaimana diajurkan oleh Miles

Huberman (Sugiyono, 2014:338) peneliti mengikuti 3 alur kegiatan yang

kesemuanya terjadi bersamaan yaitu reduksi data,penyajian data (display

data) dan penarikan kesimpulan (verifikasi data).

a. Data Reduction ( Reduksi Data)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data

yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi

data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan

data hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikas. Proses ini dapat berlangsung secara terus-menerus selama

suatu penelitian kualitatif dilakuikan.

b. Data Display (penyajian Data)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang member

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindaka.

Dengan penyajian data ini, seorang penganalisis dapat melihat apa

Page 56: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

41

sedang terjadi dan menentukan langkah selanjutnya, apakah akan

menarik kesimpulan atau terus melakukan analiis terhadap suatu data

berdasarkan atas pemahaman yang dapat dari penyajian-penyajian

tersebut. Berbagai jenis penyajian data yang sering digunakan meliputi

matrik, grafik, jaringan, dan bagan,dengan mendisplaykan data,maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selajutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conslusion Drawing/ Verification

Tahapan analisis data ini sangat penting sejak semula seorang

peneliti berusaha mencari makna data yang dikumpulkan. Peneliti

yang berkompeten akan menangani suatu kesimpulan dengan longgar,

tetap terbuka dan skeptik, tetapi kesimpulan disediakan yang mana

pada mulanya belum jelas, kemudian meningkat menjadi lebih rinci

dan mengakar dengan kokoh. Selanjutnya, kesimpulan tersebut harus

diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan berbagai macam

agar kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan penyajian

data yang telah dibuat sebelumnya, peneliti merumuskan suatu

kesimpulan dengan cara mensistensikan semua data yang ada dengan

demikian peneliti mencapai sejumlah kesimpulan yang perlu dicatat

setelah dirumuskan dengan jelas.

Page 57: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

42

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Kabupaten Manggarai Timur

1. Sejarah Kabupaten Manggarai Timur

Kabupaten Manggarai Timur lahir dari kesadaran dan cita-cita.

Kesadaran akan fakta pembangunan yang belum maksimal dan cita-cita

untuk mengubah keadaan, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat

serta pemerataan pembangunan. Kesadaran dan cita-cita itu menjadi

aspirasi. Aspirasi menjadi wacana. Wacana menjadi gerakan bersama

perjuangan untuk membentuk Kabupaten Manggarai Timur. Dalam rekam

peristiwa, wacana pembentukan Kabupaten Manggarai Timur telah

digullirkan sejak 1986. Berbagai elemen masyarakat berjuang agar

Kabupaten Manggarai dibagi menjadi tiga yakni Kabupaten Manggarai

Barat, Manggarai Tengah dan Manggarai Timur. Wacana ini lahir dari

kesadaran bahwa wilayah Manggarai terlalu luas. Jika dimekarkan,

kualitas pelayanan publik akan lebih baik dan tepat sasaran.

Wacana Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur terus

diperjuangkan dan disuarakan, namun belum menjadi arus utama. Antara

akhir dekade 1980-an hingga akhir dekade 1990-an, wacana itu seperti

kehilangan momentum. Ada namun belum melonjak ke permukaan.

Sekitar tahun 2000 wacana pembentukan Kabupaten Manggarai Timur

kembali bergulir. Tonggaknya adalah pernyataan dukungan dari DPRD

Page 58: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

43

Kabupaten Manggarai terhadap usulan pemekaran Kabupaten Manggarai

menjadi tiga kabupaten. Dukungan itu tertuang dalam pernyataan Nomor

1/Perny.DPRD/2000 tanggal 29 Mei 2000. Dukungan tersebut

ditindaklanjuti melalui keputusan politik lembaga DPRD Manggarai

Nomor 06/DPRD/2002 tanggal 10 Agustus 2002. Selama lima tahun,

aspirasi ini timbul-tenggelam-mengendap namun hidup dalam hati

masyarakat.

Sejak tahun 2005, dukungan terhadap pembentukan Manggarai

Timur mendapatkan angin segar. Dimulai dengan surat usulan Bupati

Manggarai Nomor Pem. 135/22/I/2006, Keputusan DPRD Kabupaten

Manggarai Nomor 03/DPRD/2006 tanggal 4 Februari 2006, Keputusan

Nomor 04/DPRD/2006 tanggal tanggal 15 Februari 2006 dan Keputusan

Nomor 05/ DPRD/2006, tanggal 17 Februari 2006. Usulan Gubernur NTT

Nomor Pem. 135/04/2006 tanggal 27 Januari 2006 dan Keputusan DPRD

Provinsi NTT Nomor 4/PIMP.DPRD/2006 tanggal 1 Februari 2006.

Dengan melihat kebutuhan masyarakat serta dukungan pemerintah,

optimisme melingkupi semua elemen yang berjuang untuk membentuk

Kabupaten Manggarai Timur. Gerakan bersama untuk memekarkan dan

membentuk daerah otonom baru mulai dilaksanakan dengan teratur dan

terencana. Jalur politis dan jalur budaya ditempuh. Pendekatan demi

pendekatan gencar dilakukan. Puncak dari perjuangan ini adalah lahirnya

Undang Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Page 59: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

44

Manggarai Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang disahkan pada

tanggal 17 Juli 2007.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Terwujudnya Manggarai Timur yang lebih sejahtera, cerdas,

kreatif, inovatif, sehat, ramah lingkungan, demokratis, bermartabat

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia menuju masyarakat yang

lebih mandiri.

Visi tersebut di atas kaya makna, menyeluruh dan terpadu.

Asumsi dasar visi pembangunan dimaknai sebagai berikut :

1) Lebih sejahtera, adalah kondisi suatu masyarakat yang terpenuhi

kebutuhan ekonomi maupun sosial, serta secara lahir dan batin

mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan,

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi diatas rata rata

kabupaten/kota di propinsi NTT.

2) Kreatif dan inovatif, adalah suatu kondisi masyarakat yang mampu

mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam

untuk meningkatkan kesejahteraan.

3) Ramah lingkungan, adalah sikap masyarakat dalam melaksanakan

pembangunan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

4) Demokratis, mencerminkan keterwakilan proses dan substansi

agenda-agendapembangunan yang dilakukan secara rasional dan

Page 60: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

45

objektif dengan mempertimbangkanaspek keterbukaan, partisipasi

publik, kesamaan dan keadilan;

5) Bermartabat, adalah sikap dan kondisi masyarakat yang taat dan

patuh terhadap norma hukum, adat dan budaya lokal, demokratis

dan ramah lingkungan.

6) Menjunjung hukum dan hak asasi manusia, asalah suatu kondisi

masyarakat yang taat terhadap hukum dan menjunjung tinggi Hak

Asasi Manusia.

7) Mandiri, adalah sikap dan kondisi masyarakat yang produktif,

berdaya saing, terampil dan inovatif dengan tetap dapat menjaga

tatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif

terhadap dinamika perubahan namun tetap berpegang pada nilai

budaya serta kearifan lokal dan berdaulat secara pangan, ketahanan

ekonomi dan sosial

b. Misi

Misi Kabupaten Manggarai Timur adalah:

1) Membangun SDM Kabupaten Manggarai Timur yang produktif

dan berdaya saing kemandirian sosial dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing merupakan

prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju

dan sejahtera. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut akan

dapat di wujudkan melalui tiga pilar utama yaitu : pendidikan yang

bermutu tinggi di semua strata, pengembangan ilmu pengetahuan,

Page 61: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

46

teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan

peningkatan derajat kesehatan yang tinggi dan merata ke seluruh

pelosok daerah dan lapisan masyarakat. Termasuk dalam kualitas

sumber daya manusia ini adalah adanya disiplin dan etos kerja

yang baik sehingga tingkat efisiensi dan produktivitas tenaga kerja

menjadi cukup tinggi serta terdapatnya kesetaraan gender. Dengan

demikian diharapkan sumber daya manusia Manggarai Timur

memiliki daya saing yang dapat memajukan daerahnya sekaligus

meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri.

2) Membuka isolasi daerah dan membangun infrastruktur secara

merata. Jaringan infrastruktur wilayah yang handal sangat penting

dalam meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas faktor-faktor yang

mendukung berkembangnya aktivitas produksi. Oleh karena itu

pemerintah daerah perlu membuka isolasi daerah serta membentuk

kawasan-kawasan pertumbuhan baru dalam mewujudkan

pembangunan yang merata di seluruh Manggarai Timur.

Terpenuhinya kebutuhan perumahan rakyat layak huni yang

dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya juga

merupakan syarat mutlak yang harus diwujudkan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Manggarai Timur.

Meratanya pembangunan kebutuhan prasarana dan sarana

pelayanan dasar di seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan di

Page 62: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

47

seluruh Manggarai Timur akan mendorong peningkatan kualitas

hidup dan kesejahteraan masyarakat.

3) Menumbuh kembangkan ekonomi rakyat melalui optimalisasi

keunggulan lokal misi untuk meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi, kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat merupakan unsur penting menuju kemandirian daerah

melalui pengembangan keunggulan lokal berbasis desa. Usaha

ekonomi mikro dapat dimulai pada lapisan masyarakat di akar

rumput melalui skala rumah tangga yang kemudian akan didorong

untuk mengembangkan daya saing yang sehat dalam dunia usaha.

pemerintah daerah perlu mengembangkan kewirausahaan daerah,

menyediakan prasarana dan sarana pembangunan yang berkualitas

secara merata ke seluruh pelosok daerah serta menciptakan

kepastian hukum dan iklim investasi yang kondusif bagi para

investor.

4) Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel yang

berkarakter melayani manajemen pemerintahan akan sangat

menentukan kemajuan sebuah daerah dalam berkompetisi di

otonomi daerah. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih

dan professional adalah merupakan persyaratan penting untuk

dapat mendorong proses pembangunan daerah secara cepat dan

merata. Hal ini sesuai dengan harapan seluruh masyarakat. Dalam

kondisi demikian, tata pemerintahan berjalan secara demokratis,

Page 63: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

48

taat hukum, transparan, menerapkan sistem perencanaan,

penganggaran dan pengawasan secara terpadu yang berlandaskan

pada partisipasi masyarakat serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (KKN). Dengan cara demikian diharapkan akan dapat

diwujudkan kepercayaan masyarakat dan pola pemerintahan daerah

yang efektif, efisien, bersih dan berwibawa sehingga pada

gilirannya akan memperoleh dukungan dan partisipasi aktif

masyarakat secara keseluruhan.

3. Keadaan Geografis

a. Batas Wilayah

Batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara : Laut Flores

Selatan : Laut Sawu

Barat : Kabupaten Manggarai

Timur : Kabupaten Ngada

b. Topografi

Secara Geografis Kabupaten Manggarai Timur terletak antara

08°.14‟ LS - 09°.00 LS dan 120°.20‟ BT - 120°.55‟° BT. Pola

topografi ini sedikit banyak mempengaruhi bentuk tata guna lahan

yang ada. Daerah Timur Sepanjang jalan Lintas Flores yang relatif

kemiringan lahannya agak rendah dipergunakan sebagai kawasan

pemukiman.selain itu dilokasi ini juga dimanfaatkan warga untuk

daerah persawahan dan peternakan. Lahan dengan tingkat lekukan

Page 64: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

49

tinggi rendah yang berada di Utara, dan sebagian selatan merupakan

daerah hutan lindung dan perkebunan milik rakyat yang ditanami kopi,

kemiri, kakao/coklat, dan vanili.

c. Kecamatan

Kabupaten Manggarai Timur pada awal dibentuk terdiri dari 6

Kecamatan, namun kemudian dilakukan pemekaran wilayah dan

melahirkan 3 kecamatan baru yaitu Kecamatan Elar Selatan,

Kecamatan Poco Ranaka Timur dan Kecamatan Rana Mese sehingga

sekarang Kabupaten Manggarai Timur memiliki 9 Kecamatan, 17

Kelurahan dan 159 Desa. Berikut ini adalah nama kecamatan yang ada

di Kabupaten Manggarai Timur:

1) Kecamatan Borong

2) Kecamatan Elar

3) Kecamatan Elar Selatan

4) Kecamatan Kota Komba

5) Kecamatan Lamba Leda

6) Kecamatan Poco Ranaka

7) Kecamatan Poco Ranaka Timur

8) Kecamatan Rana Mese

9) Kecamatan Sambi Rampas

Page 65: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

50

4. Deskripsi Desa Rana Mbeling

1. Keadaan wilayah

Letak dan keadaan lingkungan alam suatu wilayah merupakan

salah satu faktor salah satu faktor utama penentu pengembangan

pembangunan di bidang sosial, ekonomi, kesehatan, budaya, maupun

lembaga bagi masyarakat. Bermacam-macam karakter dan budaya

menunjukan kearifan lokal manusia sebagai individu maupun kesatuan

masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Secara geografis Desa Rana

Mbeling adalah salah satu desa di Kecamatan Kota Komba Kabupaten

Manggarai Timur. Saat ini desa Rana Mbeling dikepalai oleh Bapa

Perimus Adil.

2. Pemerintah Desa/ Kelurahan

Kepala Desa

Kepala desa adalah alat pemerintah yang langsung berada di

bawah camat. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab kepada

walikota madya melalui camat, Kepala desa mempunyai tugas sebagai

penyelenggara dan penanggungjawab utama bidang pemerintah,

pembangunan dan kemasyarakatan dalam penyelenggaraan urusan

pemerintah daerah dan urusan pemerintah umum di wilayahnya,

melakukan kordinasi terhadap jalannya pemerintah desa, melakukan

tugas di bidang pembangunan dan pembinaan masyarakat yang

menjadi tanggungjawabnya, melakukan usaha dalam rangka

meningkatkan partisispasi dan swadaya serta gotong royong

Page 66: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

51

masyarakat, melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan ketentraman

dan ketertiban wilayah, melakukan fungsi-fungsi lain yang

dilimpahkan kepada Desa.

Sekertaris Desa

Sekertaris Desa mempunyai tugas membantu Kepala Desa di

bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis

administratif kepada seluruh perangkat pemerintah Desa. Sekertaris

Desa di bantu oleh beberapa kepala urusan (KAUR) yang terdiri dari:

Kepala Urusan Pemerintah Dan Keuangan

1) Mengumpulkan mengelola dan mengevaluasi data di bidang

pemerintahan dan keuangan.

2) Mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan wilayah

masyarakat.

3) Membantu tugas-tugas di bidang pemungutan pajak bumi dan

bangunan (PBB).

4) Membantu pengawasan pemilihan umum (PEMILU).

5) Mengumpulkan bahan dan menyususun laporan bidang

pemerintahan dan keuangan.

Kepala Urusan Dan Ekonomi

1) Mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi data di bidang

perekonomian dan pembangunan.

2) Melakukan kegiatan pembinaan terhadap perkoperasian, pengusaha

perekonomian lainnya.

Page 67: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

52

3) Melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan

partisispasi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan

pelaksanaan pembangunan.

4) Membantu pembinaan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta

menjaga dan memelihara prasarana dan sarana fisik di lingkungan

Desa.

Kepala Urusan Umum dan Kesejahteraan Rakyat

1) Melakukan administrasi kepegawaian.

2) Melakukan administrasi dan keuangan.

3) Melakukan urusan perlengkapan dan inventarisasi Desa

4) Mengatur penyelenggaraan rapat-rapat dan upacara

5) Melakukan urusan tata usaha desa

6) Melakukan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesejahteraan,

kesehatan, keluarga berencana, dan pendidikan masyarakat.

7) Mengumpulkan bahan dan menyususn laporan di bidang

pemerintahan Desa dan kesejahteraan rakyat.

Desa Rana Mbeling memiliki (3) dusun beserta kepala

dusunnya dan (11) kampung yaitu:

Dusun Manus meliputi:

1. Kampung Manus

2. Kampung Tango

3. Kampung Pam

4. Kampung Rapuses

Page 68: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

53

Dusun Ladok meliputi:

1. Kampung Ladok

2. Kampung Ranmbeling

Dusun Ngusu meliputi:

1. Kampung Ngusu

2. Kampung Puran

3. Kampung Lenang

4. Kampung Watu Weri

5. Kampung Jere

Mata pencarian penduduk sehari-hari adalah bercocok tanam.

Hasil bumi seperti: kopi, kakao, kemiri, cengkih, padi, jagung, ubi-

ubian dan pisang.

B. Latar Belakang Sejarah Upacara Adat Penti

1. Pengertian upacara penti

Pada umumnya gambaran masyarakat Manggarai bisa dilihat dari

corak maupun ragam budayanya yang tercermin dalam berbagai sistem

atau subsistem yang berlaku. Beragam sub-sistem yang hidup dalam

masyarakat Manggarai yang dapat memperlihatkan bagaimana

sesungguhnya corak kebudayaan di Manggarai. Sub-sistem yang hidup

dalam masyarakat Manggarai yaitu sub-sistem religi, sub-sistem

organisasi, sub-sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata

pencaharian atau ekonomi, sistem teknologi ( Antony Bagul, 2008:21-23 )

Page 69: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

54

Pengertian Penti Upacara Penti merupakan salah satu Upacara adat

bagi orang Manggarai, Flores NTT yang hingga saat ini masih terus di

lestarikan. Sebuah ritus adat warisan leluhur Manggarai sebagai media

ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang di peroleh selama

setahun dan di kenal pula sebagai perayaan tahun baru bagi orang

Manggarai.

Pada upacara Penti biasanya dilakukan pada bulan Agustus-

September Rumah Adat (Mbaru Gendang) Manggarai sebagai symbol

antropologis dengan ijuk di bawah tanduk Kerbau (ranggakabar)

melambangkan dikaitkan dengan bahasa lambang dan bahasa tanda simbol

tanduk Kerbau pada rumah adat daerah rembong simbol prinsip

kemanusiaan yaitu nilai kemanusiaan dengan ini melambangkan persatuan

dan kesatuan yang kokoh dan tak terpisahkan (Adrianus Marselus Nggoro,

2013:187).Pada kerucut atap rumah adat Manggarai melambangkan

tanggung jawabnya kepala rumah adat (ata lami) . 2. Tanduk Kerbau

(rangga kaba) yang biasa ditancap di bubungan Rumah adat

melambangkan keperkasaan dan kebesaran

2. Fungsi Penti

Penti dilakukan sebagai tanda syukur kepada Mori Jari Dedek

(Tuhan Pencipta) dan kepada arwah nenek moyang atas semua hasil jerih

payah yang telah diperoleh dan dinikmati, juga sebagai tanda celung

cekeng wali ntaung (musim yang berganti dan tahun yang beralih).

Upacara ini biasa dilakukan setelah semua panenan rampung (sekitar Juni-

Page 70: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

55

September). Jikalau sanggup, acara ini dilakukan setiap tahun tetapi

seringkali tiga atau lima tahun sekali. Ada keyakinan bahwa jika acara ini

tidak dilakukan, akan membuat Mori Jari Dedek marah. Kalau hal itu

terjadi, akan ada bencana-bencana yang menimpa masyarakat Manggarai.

Ritual adat Penti, yaitu suatu upacara adat merayakan syukuran

atas hasil panen yang dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa.

Bahkan ajang prosesi serupa juga dijadikan momentum reuni keluarga

yang berasal dari suku Manggarai. Ritual Penti dimulai dengan acara

berjalan kaki dari rumah adat menuju pusat kebun atau Lingko, yang

ditandai dengan sebuah kayu Teno. Di sini, akan dilakukan upacara

Barong Lodok, yaitu mengundang roh penjaga kebun di pusat Lingko,

supaya mau hadir mengikuti perayaan Penti. Lantas kepala adat

mengawali rangkaian ritual dengan melakukan Cepa atau makan sirih,

pinang, dan kapur. Tahapan selanjutnya adalah melakukan Pau Tuak alias

menyiram minuman tuak yang disimpan dalam bambu ke tanah. Urutan

prosesi tiba pada acara menyembelih seekor Ayam untuk dipersembahkan

kepada roh para leluhur. Tujuannya, supaya mereka memberkahi tanah,

memberikan penghasilan, dan menjauhkan dari malapetaka.

Para peserta pun mulai melantunkan lagu pujian yang diulangi

sebanyak lima kali, lagu itu disebut Sanda Lima. Usai itu, rombongan

kembali ke rumah adat sambil menyanyikan lagu yang syairnya

menceritakan kegembiraan dan penghormatan terhadap padi yang telah

memberikan kehidupan. Ritual Barong Lodok yang pertama ini dilakukan

Page 71: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

56

keluarga besar yang berasal dari rumah adat Gendang. Upacara serupa

juga dilakukan keluarga besar dari rumah adat Tambor. Keduanya

dipercaya sebagai cikal bakal suku Manggarai. Puncak acara Penti ditandai

dengan berkumpulnya kepala adat kampung, ketua sub klen, kepala adat

yang membagi tanah, kepala keluarga, dan undangan dari kampung lain.

Mereka berdiskusi membahas berbagai persoalan berikut jalan keluarnya

(Adrianus Marselus Nggoro, 2013:197-198).

3. Pelestarian Upacara Penti

Seperti halnya upacara penti juga sebagai upacara yang meriah

dalam masyarakat manggarai. Sebagai suatu kelompok masyarakat, orang-

orang Manggarai memiliki kebiasaan yang bernilai tertentu. Kebiasaan itu

telah diwariskan secara turun-temurun. Kita dapat mengatakan hal itu

sebagai kebudayaan. Salah satu budaya Manggarai adalah budaya syukur

yang diungkapkan dalam suatu upacara meriah yaitu penti. Hal yang

menarik berkaitan dengan upacara penti adalah bahwa orang-orang

Manggarai berusaha memelihara kebiasaan itu. Sayangnya, tidak semua

kampung di Manggarai menjalankan upacara itu oleh karena beberapa hal.

Hal ini mengundang minat pemakalah untuk membahas upacara itu.

4. Tata Cara Upacara Penti Desa Rana Mbeling

Sebelum upacara Penti dilaksanankan, Maka ada beberapa hal

yang harus disipkan oleh masyarakat, diantaranya:

Page 72: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

57

a. Musyawarah

Musyawarah pada masyarakat Desa Rana Mbeling biasanya

dipimpin oleh Tua Tembong (orang yang menguasai penggunaan gong

dan gendang dalam rumah adat) dan diikuti oleh Tua Teno (orang yang

memiliki peran dalam upacra yang berkaitan dengan pertanian dan

perkebunan) serta seluruh warga kampung atau suku. Dalam

musyawarah tersebut, biasanya hal-hal yang disepakati antara lain:

menentukan pemimpin upacara, hewan yang akan dikurbankan, dan

persembahan lainnya.

b. Menyiapkan Hewan Kurban

Dalam pelaksanaan upacara Penti, biasanya hewan yang

dijadikan sebagai hewan kurban antara lain: babi jantan dan ayam

jantan. Pada dasarnya pemilihan hewan kurban dalam setiap upacara

adat khususnya Upacara Penti pada masyarakat Desa Rana Mbeling

memiliki makna seperti:

1) Babi jantan; dipilh babi jantang sebagai hewan kurban karena

menurut kepercayaan masyarakaat Manggarai bahwa “jantan”

melambangkan keperkasaan dan keuletan dalam mengolah kebun.

“jantan” di sini menunjukan jati diri seorang laki-laki yang menjadi

kunci atau penggerak utama dalam mengelolah kebun.

2) Ayam jantan; sebelum masyarakat Manggarai mengenal teknologi,

maka untuk mengetahui waktu akan dimulainya suatu kegiatan itu

tergantung pada alam seperti: terjadinya bulan sabit sebagai

pertanda bahwa musim tanam dimulai, jika mata hari akan

Page 73: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

58

terbenam maka kegiatan di kebun harus dihentikan, ayam

berkokok sebagai pertanda bahwa hari sudah pagi.

5. Makna dan Nilai yang Terkandung Dalam Upacara Penti

Upacara Penti sebagai salah satu prosesi adat mempunyai makna

yang mendalam bagi orang Manggarai, secara khusus kepada masyarakat

Desa Rana Mbeling. Nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Penti

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Ungkapan Syukur.

Upacara Penti sebagai ungkapan syukur kepada Mori Agu

Ngaran (Tuhan Pencipta dan Pemilik Kehidupan) dan kepada Embo

(leluhur) yang telah menjaga, melindungi serta memberikan hasil

panen yang berlimpah.

b. Tradisi Gotong Royong dan Kerja Sama

Upacara Penti secara langsung maupun tidak langsung

menyatukan warga/masyarakat Desa Rana mbeling untuk terlibat

bersama-sama dan saling bekerja mempersiapkan dan turut

menyukseskan Acara Penti tersebut. Adanya gotong royong dan saling

kerja sama akan sangat membantu mempererat persaudaraan dan

kekeluargaan masyarakat Desa Rana Mbeling.

c. Tradisi dan Warisan Leluhur

Upacara Penti selin sebagai sebuah bentuk syukuran panen bagi

warga Desa Rana Mbeling juga terlebih sebagai bentuk menjaga tradisi

dan warisan peninggalan leluhur.

Page 74: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

59

Ada banyak macam penti tetapi yang diuraikan dibawah ini hanya

memberikan beberapa macam yang sering dilakukan oleh orang

Manggarai antara lain:

a. Penti Beo

Penti beo (Penti=Syukuran; Beo=Kampung). Penti Beo ialah

syukuran Warga Kampung. Yang memberikan komando umum waktu

Penti semacam ini adalah Tua Golo (Kepala Kampung), dibantu oleh

tua-tua panga (kepala keluarga ranting/subklen) berdasar musyawarah

bersama masyarakat dalam satu kampung. Menurut tradisi Manggarai

bahwa letak/posisi kampung punya arti dan peran tertentu dalam hidup

manusia. Orang manggarai beranggapan bahwa kampung punya

kekuatan/keramat yang disebut Naga Beo. Naga Beo terbagi menjadi

dua hal (dilihat dari pengaruhnya), yakni:

1) Naga Beo Dia (tempat yang baik)

2) Naga Beo Da’at (tempat yang jahat)

Naga Kampung yangb baik akan membawa berkat bagi seluruh

warga kampung. Sedangkan Naga Kampung yang jahat, akan

membawa malapetaka bagi hidup manusia. Adapun sebagai contoh inti

sesajian kepada leluhur/supernatural itu yakin minta berkat kampung

(berkak golo lonto/beo), berkat halaman kampung (natas labar), berkat

tempat sesajian dikampung (compang), berkat ditempat air minum

(wae teku), rumah tinggal (Mbaru Kaeng), kebun tempat bekerja (uma

duat).

Page 75: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

60

b. Penti kilo

Penti kilo adalah syukuran keluarga dalam suatu keturunan

leluhur dalam suatu sistem keluarga patrilinear, dan dihadiri oleh

keluarga kerabat anak wina, anak rona, pa’ang ngaung dan hae reba.

Syukuran keluarga ini biasa dilakukan dalam tingkat keluarga besar

dalam satu turunan, bisa juga dilakukan dalam tingkat keluarga

ranting.

c. Penti zimak

Penti zimak adalah upacara adat untuk keluarga yang mendiami

rumah adat dan menjaga benda-benda pusaka, upacara ini hanya

dilakukan oleh keluarga dalam rumah adat tersebut tidak dihadiri oleh

banyak orang.

Page 76: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

88

DAFTAR PUSTAKA

Antony Bagul, (2008) . Budaya Daerah Manggarai. Ende: Nusa Indah.

Arifuddin (2017), Pemanfaatan media tradisional sebagai sarana penyebaran

informasi publik. Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan

Pembangunan), 18, 2.

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Dilla, S. 2007. Komunikasi pembangunan:pendekatan terpadu. Bandung:

Simbiosa

Everret M. Rogers (Effendy, 2003), Komunikasi tradisional.

Gunawan, Iman . 2014. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

https//dlembasi.wordpress.com/2013/01/20/komunikasi-tradisional

https://www.romadecade.org/pengertian-observasi/#

http://czillagoz.blogspot.co.id/2013/11/jaringan-komunikasi.html

https://www.manggaraitimurkab.go.id

Jonas,K.G.D.G (2014). Konflik budaya lokal pada masyarakat di pulau Flores

(sebuah analisi lintas budaya). Jurnal komunikasi, ISSN 1907-89X, 9,1.

Jujun S. soeryasumatri. 1978. Filsafat ilmu sebuah pengantar popular. Jakarta:

Sinar harapan

Kuta Ratna, Nyoman. 2007. Estetika sastra dan budaya. Yogyakarta: Pustaka

belajar

Laila. 2015. Eksistensi media tradisional sebagai media pers dan komunikasi

pembangunan. Bandung: Simbiosa.

Morrisan. 2011. Teori Komunikasi Individu hingga massa. Kencana

Naomi, D.B.S (2018). Budaya lokal diera global. Jurnal ilmu pengetahuan dan

karya seni, ISSN 1412-1662, 9,2.

Page 77: KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN …

89

Nggoro Adrianus Marselus, (2013). Budaya Daerah Manggarai. Ende: Nusa

Indah.

Purba, Pasaribu. 2004. Musik popular

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Stanley J. 2012. Pengantar ilmu Komunikasi Massa. Jakarta:Erlangga

Team Penyusun Kamus Pustaka Bahasa 2002:1386.