133
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) LEMBATA KABUPATEN LEMBATA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 - 2024 Lembar Pengesahan Disusun oleh : Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lembata ………………………………. Diketahui Oleh : Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur, …………………………….. Disahkan Oleh : An. Menteri Kehutanan RI Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IX ……………………………….. …………………….

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

  • Upload
    vothuy

  • View
    312

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) LEMBATA KABUPATEN LEMBATA

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 - 2024

Lembar Pengesahan

Disusun oleh : Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Lembata

……………………………….

Diketahui Oleh :

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur,

……………………………..

Disahkan Oleh : An. Menteri Kehutanan RI

Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IX

………………………………..

…………………….

Page 2: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

RINGKASAN EKSEKUTIF

Rencana Jangka Panjang Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (RPJP-

KPHL) Lembata bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi produksi dan jasa

sumberdaya hutan di wilayah kerja KPHL Lembata, yang dilakukan melalui kegiatan

pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelestarian lingkungan

yang merupakan satu kesatuan kegiatan. Dengan demikian, rencana pengelolaan

jangka panjang ini diharapkan dapat memberi arah pengelolaan hutan dan

kawasannya, yang melibatkan semua pihak dalam upaya pengembangan KPHL

Lembata di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Lembata dimaksudkan agar

proses pembangunan KPHL Lembata berjalan secara sistematis dan terarah menuju

pencapaian target pembangunan KPHL Lembata. Tujuan penyusunan Rencana

Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Lembata di Kabupaten Lembata adalah untuk

memberikan arahan kegiatan pembangunan KPHL Lembata berupa rencana kelola

berjangka 10 tahun, dan sekaligus menjadi acuan bagi penyusunan rencana

pengelolaan jangka pendek pembangunan KPHL Lembata.

Kesatuan Wilayah KPHL Lembata memiliki luas mencapai 49.181,83 ha yang secara

administratif terletak di Kabupaten Lembata (sekitar 39% dari total luas kabupaten)

berada di antara 8° 10' 12" LS – 8° 35' 24" LS dan 123° 12' 1" BT – 123° 55' 48" BT.

Berdasarkan fungsi hutan, wilayah KPHL Lembata sebagian besar didominasi oleh

fungsi hutan lindung (HL) seluas 48576.73 ha (98.77%) dan sebagian kecil lainnya

berupa hutan produksi (HP) seluas 605,10 ha (1.23%).

Operasionalisasi pengelolaan wilayah kerja KPHL Lembata selama sepuluh tahun

kedepan, UPTD KPHL Lembata perlu didukung sarana-prasarana perkantoran yang

memadai, peningkatan SDM, serta pembiayaan yang memadai baik yang bersumber

dari dana-dana APBD, APBN maupun dari hasil kerjasama kemitraan serta bantuan

lembaga donor Nasional maupun Internasional. Diharapkan selama jangka waktu

pengelolaan periode sepuluh tahun pertama, KPH ini sudah dapat menjadi KPH yang

mandiri.

Page 3: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

i

KATA PENGANTAR

Pengelolaan hutan dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPHL) Lembata meliputi

kegiatan tata hutan, penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,

rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam. Untuk

mengimplementasikan pengelolaan hutan tersebut, maka perlu disusun Rencana

Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Lembata.

Rencana Pengeloaan Hutan Jangka Panjang KPHL Lembata memuat: tujuan yang

akan dicapai KPHL, kondisi yang dihadapi, strategi dan kelayakan pengembangan

pengelolaan hutan, yang meliputi: tata hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan

kawasan hutan, rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam. Melalui

rencana jangka panjang ini potensi dan kondisi sumberdaya hutan, kondisi sosial

ekonomi dan pengembangan KPHL jangka panjang di Kabupaten Lembata dapat

diketahui.

Data dan informasi yang digunakan dalam rencana ini mengacu pada hasil kegiatan

inventarisasi kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan sosial budaya di wilayah kerja KPHL

Lembata.

Dengan tersusunnya Rencana Jangka Panjang Pengelolaan Hutan KPHL Lembata ini

diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan

rencana ini. Mudah-mudahan rencana ini dapat menjadi acuan dalam pengelolaan

hutan berkelanjutan di wilayah KPHL Lembata.

Lewoleba, Desember 2015

Kepala KPHL Lembata,

Page 4: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... ix

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2. Tujuan............................................................................................................ 2

1.3. Sasaran .......................................................................................................... 3

1.4. Ruang Lingkup ................................................................................................ 3

1.5. Batasan Terminologi ........................................................................................ 4

DESKRIPSI KAWASAN ........................................................................................... 8

2.1. Risalah Wilayah KPHL Lembata ......................................................................... 8

2.1.1. Letak dan Luas ............................................................................................. 8

2.1.2 Topografi .................................................................................................... 10

2.1.3. Geologi ....................................................................................................... 10

2.1.4. Tanah ........................................................................................................ 11

2.1.5. Keadaan Iklim ............................................................................................. 13

2.1.6. Daerah Aliran Sungai ................................................................................... 15

2.1.7. Aksesibilitas Kawasan .................................................................................. 17

2.1.8. Batas-Batas ................................................................................................ 18

2.1.9. Sejarah Pembentukan Wilayah KPHL Lembata ............................................... 19

2.1.10.Pembagian Blok Kawasan KPHL Lembata ..................................................... 20

2.2. Potensi Wilayah KPHL Lembata ....................................................................... 22

2.2.1 Penutupan Lahan ................ ……………………………………………………………………...22

Page 5: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

iii

Halaman

2.2.2 Potensi Flora .............................................................................................. 23

2.2.4 Potensi Fauna ............................................................................................ 25

2.2.5 Potensi Jasa Lingkungan ............................................................................. 26

2.3 Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat ...................................................... 27

2.4 Perijinan dan Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ............................. 43

2.5 KPHL dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah .............. 43

2.6 Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ......................................................... 45

2.6.1 Isu Startegis ............................................................................................... 45

2.6.2 Kendala permasalahan ................................................................................. 46

VISI DAN MISI .................................................................................................... 48

3.1. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan KPHL Lembata ............................................... 48

3.1.1. Visi ............................................................................................................ 48

3.1. 2 Misi ........................................................................................................... 49

3.1.3 Tujuan Pengelolaan ..................................................................................... 49

3.1.4 Pendekatan Strategi Pengelolaan .................................................................. 50

ANALISA DAN PROYEKSI ...................................................................................... 53

4.1. Analisis Data dan Informasi KPHL Lembata ...................................................... 53

4.1.1 Faktor Internal (kekuatan/strength) .............................................................. 53

4.1.2 Faktor Internal (Kelemahan/Weakness) ......................................................... 54

4.1.3 Faktor Eksternal (Peluang/Opportunities)....................................................... 56

4.1.4 Faktor Eskternal (Ancaman/Threats) ............................................................. 61

4.2 Penetapan Strategi Pengelolaan KPHL Lembata .............................................. 53

4.3 Proyeksi Kondisi Wilayah KPHL Lembata di Masa yang Akan Datang ................. 71

4.3.1. Proyeksi Kelestarian Fungsi Lindung ............................................................. 71

4.3.2. Proyeksi Pemanfaatan Kawasan Hutan ......................................................... 72

4.3.3. Proyeksi Kelestarian Ekologis ....................................................................... 78

Page 6: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

iv

Halaman

4.3.4. Proyeksi Kelestarian Sosial Ekonomi ............................................................. 79

RENCANA DAN KEGIATAN .................................................................................... 81

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutannya .......................... 82

5.1.1 Inventarisasi Hutan ..................................................................................... 82

5.1.2 Hasil Penataan Hutan di Areal Kerja KPHL Lembata ........................................ 83

5.1.3 Pembagian Blok Hutan Lindung di Areal Kerja KPHL Lembata .......................... 84

5.1.4 Pembagian Blok Hutan Produksi di Areal Kerja KPHL Lembata ......................... 90

5.2 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu ...................................................... 92

5.3 Pemberdayaan Masyarakat ............................................................................. 93

5.4 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pada Areal KPHL Yang Telah

Ada Ijin Pemanfaatan Maupun Penggunaan Kawasan Hutannya ....................... 94

5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Di Luar Izin ....................................... 95

5.6 Pembinaan Dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi

Dan Reklamasi Pada Areal yang Sudah Ada Izin Pemanfaatan

Maupun Penggunaan Kawasan Hutan .............................................................. 96

5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam ............................ 100

5.7.1 Perlindungan Hutan ................................................................................... 100

5.7.2 Konservasi Alam ........................................................................................ 101

5.8 Penyelenggaraan Koordinasi Dan Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin .................. 103

5.9 Koordinasi Dan Sinergi Dengan Instansi Dan Stakeholder Terkait ..................... 103

5.10 Penyediaan Dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM) .............. 105

5.11 Penyediaan Pendanaan ............................................................................... 108

5.12 PengembanganDatabase ............................................................................. 110

5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola ........................................................................ 110

5.14 Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) .................................. 111

5.15 Pengembangan Investasi ............................................................................ 112

Page 7: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

v

Halaman

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ................................................ 113

6.1. Pembinaan ................................................................................................. 113

6.2. Pengawasan ............................................................................................... 114

6.3. Pengendalian .............................................................................................. 114

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ......................................................... 116

7.1. Pemantauan ............................................................................................... 116

7.2. Evaluasi ...................................................................................................... 117

7.3. Pelaporan ................................................................................................... 117

PENUTUP ......................................................................................................... 119

Page 8: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi Kawasan Hutan Wilayah KPHL Lembata ............................................ 8

Tabel 2.2 Kondisi Kelas Lereng KPHL Lembata ......................................................... 10

Tabel 2.3 Kondisi Batuan di Wilayah KPHL Lembata .................................................. 11

Tabel 2.4 Jenis-Jenis Tanah di Wilayah Kerja KPHL Lembata ..................................... 11

Tabel 2.5 Kondisi Erosivitas di Wilayah Kerja KPHL Lembata ...................................... 13

Tabel 2.6 Sebaran DAS di Wilayah KPHL Lembata .................................................... 15

Tabel 2.7 Kondisi Areal Berdasarkan Cakupan Sebaran Dusun di KPHL Lembata ......... 18

Tabel 2.8 Arahan Pemanfaatan KPHL Lembata ......................................................... 21

Tabel 2.9 Kondisi Tutupan Lahan di Wilayah Kerja KPHL Lembata...............................22

Tabel 2.10 Kondisi Potensi Kayu di Wilayah KPHL Lembata ......................................... 24

Tabel 2.11 Jenis-Jenis Fauna yang Dijumpai di Wilayah NTT ....................................... 25

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Desa Baobolak Tahun 2009-2014 ................................... 29

Tabel 2.13 Jumlah penduduk Desa Ile Boli Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 31

Tabel 2.14 Jumlah Petani serta Luas dan Produksi Tanaman Pertanian

Setahun Terakhir .................................................................................... 32

Tabel 2.15 Jumlah Ternak di Desa Ile Boli ................................................................. 32

Tabel 2.16 Jumlah Sarana Perekonomian di Desa Ile Boli ........................................... 33

Tabel 2.17 Sarana dan prasarana pendidikan dan Jumlah Guru di Desa Ile Boli ........... 35

Tabel 2.18 Jumlah Sarana pengadaan air bersih dan Sanitasi Lingkungan

di Desa Ile Boli ........................................................................................ 36

Tabel 2.19 Keadaan Penduduk Desa Petuntawa Menurut Tingkat Pendidikan ................ 38

Tabel 2.20 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................................... 39

Tabel 2.21 Perkembangan penduduk Desa Waienga dalam Kurun

5 (lima) tahun terakhir............................................................................. 40

Tabel 2.22 Jumlah Penganut Agama yang Dianut Penduduk Desa Waienga .................. 40

Page 9: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

vii

Halaman

Tabel 2.23 Jumlah Sarana Ekonomi di Desa Waienga ................................................ 41

Tabel 2.24 Jumlah Sarana Angkutan di Desa Waienga ............................................... 42

Tabel 2.25 Tujuan, Sasaran dan Arah Kebijakan Tata Ruang

dalam Presfektif Lingkungan .................................................................... 44

Tabel 4.1 Kondisi Pal Batas di KPHL Lembata ........................................................... 54

Tabel 4.2 Nilai dari Masing-Masing Faktor ............................................................... 59

Tabel 4.3 Strategi Kombinasi Strength (Kekuatan) dan Opportunity (Peluang)

Dalam Analisa SWOT ............................................................................... 60

Tabel 4.4 Strategi Kombinasi Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threat)

dalam Analisis SWOT ............................................................................... 63

Tabel 4.5 Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Kombinasi Faktor (Strategi)

Dan Sasaran Program Indikatif ................................................................. 64

Tabel 4.6 Misi, Sasaran, Program dan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang .............. 67

Tabel 4.7 Proyeksi HHBK Tahun 2015-2025 di Wilayah KPHL Lembata ....................... 77

Tabel 4.8 Proyeksi HHK Tahun 2015-2050 di Wilayah KPHL Lembata ......................... 77

Tabel 4.9 Proyeksi Rehabilitasi Lahan di KPHL LEMBATA Periode 2015 – 2025 ............ 78

Tabel 5.1 Hasil Penataan Hutan di Wilayah Kerja KPHL Lembata ................................ 83

Tabel 5.2 Pebagian Blok dan Arahan Pengelolaan di HL KPHL Lembata ...................... 85

Tabel 5.3 Sebaran Blok Pemanfaatan di Dalam Areal Hutan Lindung KPHL Lembata .... 88

Tabel 5.4 Pembagian Blok Hutan Produksi di Wilayah KPHL Lembata ......................... 90

Tabel 5.5 Tingkat Kekritisan Lahan di Blok Hutan Lindung KPHL Lembata ................... 97

Tabel 5.5 Tingkat Kekritisan Lahan di Blok Hutan Produksi KPHL Lembata .................. 99

Page 10: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja KPHL Lembata .......................................................... 9

Gambar 2.2 Sebaran Jenis Tanah di Wilayah Kerja KPHL Lembata............................. 12

Gambar 2.3 Kondisi Curah Hujan di Wilayah KPHL Lembata ...................................... 14

Gambar 2.4 Tingkat Aksesibilitas Kawasan KPHL Lembata ........................................ 18

Gambar 2.5 Bagan organisasi KPHL Lembata .......................................................... 19

Gambar 2.6 Kondisi Sebaran Penutupan Lahan di Wilayah Kerja KPHL Lembata ......... 23

Gambar 2.7 Potensi Tegakan di Wilayah KPHL Lembata ........................................... 25

Gambar 2.8 Kondisi Jumlah Penduduk di Kabupaten Lembata tahun 2013 ................. 27

Gambar 2.9 Kondisi Tingkat Pendidikan di Desa Baobolak ........................................ 30

Gambar 2.10 Kondisi Jalan di Desa Ile Boli ................................................................ 33

Gambar 2.11 Gedung SD di Desa Ile Boli .................................................................. 34

Gambar 2.12 Gedung Polindes di Desa Ile Boli .......................................................... 35

Gambar 2.13 Beberapa Sarana Air Bersih dan Sanitasi ............................................... 36

Gambar 2.14 Sarana Peribadatan di Desa Ile Boli ...................................................... 37

Gambar 2.15 Jumlah penduduk Desa Petuntawa Berdasarkan Agama yang Dianut ....... 38

Gambar 2.16 Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Waienga ....................... 41

Gambar 4.1 Posisi Kuadran Hasil Analisis SWOT ...................................................... 61

Gambar 5.1 Diagram Sebaran Blok Inti Berdasarkan Wilayah Kecamatan ................... 85

Gambar 5.2 Kondisi Sebaran Areal Non Hutan di Dalam Blok Inti .............................. 87

Gambar 5.3 Kondisi Sebaran Tutupan Areal di Blok Pemberdayaan KPHL Lembata ..... 91

Gambar 5.4 Kondisi Tutupan Vegetasi di Areal Blok Perlindungan KPHL Lembata ....... 92

Gambar 5.5 Struktur Organisasi KPHL Lembata ..................................................... 105

Gambar 5.6 Tahapan Manajemen KPHL Dalam Perspektif Manajemen Adaptif .......... 112

Page 11: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 1)

2. Peta Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 2)

3. Peta Wilayah Tertentu Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 1)

4. Peta Wilayah Tertentu Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 2)

5. Peta Penutupan Lahan Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur

(Lembar 1)

6. Peta Penutupan Lahan Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur

(Lembar 2)

7. Peta Jenis Tanah Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 1)

8. Peta Jenis Tanah Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 2)

9. Peta Penataan Hutan Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 1)

10. Peta Penataan Hutan Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 2)

11. Peta Kelas Potensi Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 1)

13. Peta Kelas Potensi Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 2)

15. Peta Keberadaan Izin Pemanfaatan dan Keberadaan Hutan Wilayah KPHL Unit IX

Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 1)

16. Peta Keberadaan Izin Pemanfaatan dan Keberadaan Hutan Wilayah KPHL Unit IX

Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 2)

17. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur

(Lembar 1)

18. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur

(Lembar 2)

19. Peta Jenis Batuan Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 1)

20. Peta Jenis Batuan Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembar 2)

21. Peta Kelas Aksesibilitas Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur

(Lembar 1)

Page 12: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

KesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)Lembata

x

22. Peta Kelas Aksesibilitas Wilayah KPHL Unit IX Provinsi Nusa Tenggara Timur

(Lembar 2)

Page 13: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

1

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu modal alamiah (natural capitals) yang sangat penting

sebagai sumberdaya alam (natural resources) dan sumber dari beragam jasa

ekosistem/lingkungan (ecosystem services) yang dibutuhkan manusia dan makhluk

hidup lainnya. Keberadaan produk dan jasa yang disediakan hutan seperti kayu, hasil

hutan bukan kayu, air, biodiversitas, udara bersih, serapan karbon, wisata alam, dan

sebagainya menjadi bagian dari kebutuhan penting kehidupan manusia. Uniknya

produk dan jasa ekosistem hutan tersebut sangat dipengaruhi oleh kelestarian

ekosistem hutannya, dimana apabila ekosistemnya mengalami degradasi maka produk

dan jasa ekosistem hutan tentunya akan terganggu atau terdegradasi juga. Oleh

karena itu mengelola hutan secara berkelanjutan menjadi keniscayaan karena hutan

adalah modal alamiah yang sangat penting sebagai penyangga sistem kehidupan yang

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia beserta lingkungan hidupnya.

Bagi masyarakat di Kabupaten Lembata, hutan dinilai sebagai ibu dari kehidupan

masyarakat sepanjang waktu. Hutan menyediakan berbagai kebutuhan hidupnya,

seperti air bersih, hasil hutan kayu dan bukan kayu, pangan, obat tradisional, serta

perlindungan ekosistem wilayahnya. Di sisi lain dengan makin berkembangnya

Kabupaten Lembata sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi wilayah di

Provinsi Nusa Tenggara Timur, maka peranan hutan terutama dalam menyediakan jasa

lingkungannya seperti sumber air bersih dan perlindungan lingkungan hidupnya makin

penting dan strategis.

Untuk menjamin eksistensi hutannya dapat dikelola secara berkelanjutan, maka

diperlukan penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak. Unit pengelolaan

tersebut adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan

peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari, yang kemudian disebut

KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan), antara lain dapat berupa Kesatuan Pengelolaan

Hutan Lindung (KPHL), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dan Kesatuan

Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). KPH menjadi pusat informasi mengenai

kekayaan sumberdaya hutan dan menata kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang

dapat dimanfaatkan oleh berbagai ijin dan/atau dikelola sendiri pemanfaatannya,

melalui kegiatan yang direncanakan dan dijalankan sendiri. Apabila peran KPH dapat

BAB

1 PENDAHULUAN

Page 14: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

2

dilakukan dengan baik, maka KPH menjadi garis depan untuk mewujudkan harmonisasi

pemanfaatan hutan oleh berbagai pihak dalam kerangka pengelolaan hutan lestari.

Pembentukan KPHL Lembata dengan luas areal ± 44.293 Ha telah ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor :

SK.591/Menhut-II/2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)

Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan lampiran surat keputusan lembar 1. Selain itu

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lembata Nomor 3 Tahun 2014 telah

ditetapkan Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Kabupaten

Lembata sebagai dasar hukum pembentukan kelembagaan KPHL Lembata.

Penyelenggaraan kegiatan kehutanan di wilayah tersebut agar berjalan secara

terencana, sistematis dan efisien maka perlu didukung oleh kegiatan perencanaan

yang baik. Perencanaan memegang peranan penting, karena tanpa perencanaan yang

baik tidak mungkin kegiatan akan berjalan baik sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu rencana pengelolaan hutan di Kabupaten Lembata menjadi

tahapan penting dalam penyelenggaraan KPHL Lembata.

Rencana jangka panjang KPHL Lembata ini disusun untuk memberikan gambaran

mengenai: (1) potensi dan kondisi sumberdaya hutan, letak KPHL Lembata dalam DAS,

kondisi sosial ekonomi dan pengembangan wilayah, (2) bobot fungsi hutan yang akan

diwujudkan dan sasaran para pihak untuk mewujudkan pemanfaatan hutan secara

efisien dan adil, (3) ketersediaan prakondisi maupun potensi hambatan ditinjau dari

kepastian wilayah, permintaan hasil hutan, investasi dan sumber pendanaan, dan

sumberdaya manusia, serta (4) kelayakan pengembangan yang ditelaah selain dari

segi manfaat dan biaya juga dari ketersediaan prakondisi, kekuatan dan kelemahan

institusi dan organisasi.

1.2. Tujuan

Menyediakan rencana pengelolaan (management plan) jangka panjang kurun waktu 10

tahun untuk memberikan arahan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kegiatan

pembangunan kehutanan pada setiap blok dan petak di wilayah KPHL Lembata,

sehingga memiliki kerangka kerja yang terpadu dan komprehensif di dalam

pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan yang lebih efektif, efisien dan manfaat yang

berkeadilan.

Page 15: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

3

1.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka

Panjang KPHL Lembata adalah tersusunnya kerangka formal pengelolaan untuk jangka

waktu sepuluh tahun ke depan sebagai acuan bagi rencana pengelolaan jangka

menegah (5 tahunan), dan rencana pengelolaan jangka pendek (1 tahun) dalam

mewujudkan kelestarian fungsi dan manfaat dari kawasan KPHL Lembata.

1.4. Ruang Lingkup

Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Lembata untuk jangka waktu

sepuluh tahun berdasarkan kajian aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan

memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat dan rencana pembangunan

daerah/wilayah. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ini menjadi dasar bagi

penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah dan Jangka Pendek dalam

bentuk matriks strategi pengelolaan yang memuat program-program dan usulan

kegiatan operasional.

Lingkup substansi RPJP-KPHL Lembata secara sistematik sebagai berikut :

a. Pendahuluan, berisi : latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan

batasan pengertian.

b. Deskripsi Kawasan KPHL Lembata, yang terdiri atas : a). Risalah wilayah

(letak, luas, aksesibilitas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah, dan pembagian

blok), b). Potensi wilayah (penutupan vegetasi, potensi hasil hutan kayu dan hasil

hutan bukan kayu, keberadaan flora dan fauna langka, potensi jasa lingkungan

dan wisata alam), c). Data dan informasi sosial budaya masyarakat di dalam dan

sekitar hutan termasuk keberadaan masyarakat hukum adat, d). Data dan

informasi ijin-ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di dalam

wilayah kelola, e). Kondisi posisi KPHL Lembata dalam perspektif tata ruang

wilayah dan pembangunan daerah, dan f). Isu strategis, kendala dan

permasalahan.

c. Mendeskripsikan kondisi wilayah KPHL Lembata baik berdasarkan aspek

biofisik, sosial, ekonomi, budaya, dan pembangunan wilayah;

d. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, berisi : pernyataan visi dan misi, kebijakan

dan strategi pencapaian .

e. Analisis dan Proyeksi, meliputi : a). Analisis data dan informasi yang tersedia

saat ini (baik data primer maupun data sekunder), b). Proyeksi kondisi wilayah

KPHL Lembata di masa yang akan datang dan c). Analisa dan proyeksi.

Page 16: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

4

f. Rencana Kegiatan, terdiri dari : a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan

penataan hutan, b). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, c). Pemberdayaan

masyarakat, d). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHL yang

telah dibebani ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan,

e). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin, f). Pembinaan dan

pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang

sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, g). Penyelenggaraan

perlindungan hutan dan konservasi alam, h). Penyelenggaraan koordinasi dan

sinkronisasi antar pemegang ijin, i). Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan

stakeholder terkait, j) penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, k). Penyediaan

pendanaan, i). Pengembangan database, m). Rasionalisasi wilayah kelola,

n). Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) dan o). Pengembangan

investasi.

g. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

h. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

i. Penutup

1.5. Batasan Terminologi

Dalam dokumen ini yang dimaksud dengan :

1. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk

dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap;

2. Hutan Tetap adalah kawasan hutan yang akan dipertahankan keberadaannya

sebagai kawasan hutan, terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan

produksi terbatas dan hutan produksi tetap;

3. Hutan Konservasi yang selanjutnya disebut HK adalah kawasan hutan dengan

ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya;

4. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan

tanah;

5. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan;

Page 17: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

5

6. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi

perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan,

pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan;

7. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan

rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,

rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam;

8. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup

kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan

potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari;

9. Inventarisasi hutan pada wilayah KPHL adalah rangkaian kegiatan

pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumberdaya hutan dan

lingkungannya secara lengkap;

10. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan

yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan

pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan

memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi

lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk

memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari;

11. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan

hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama

jangka benah pembangunan KPHL;

12. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan

hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis

petak dan/atau blok;

13. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu

serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk

kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya;

14. Penggunaan Kawasan Hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan

pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok

kawasan hutan;

Page 18: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

6

15. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan

dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan

pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan

kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan

berkelanjutan;

16. Penggunaan Kawasan Hutan adalah kegiatan penggunaan kawasan hutan

untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status dan

fungsi pokok kawasan hutan;

17. PemanfaatanHutan adalahkegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu

serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk

kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya;

18. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah

pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola

secara efisien dan lestari;

19. Kesatuan pengelolaan Hutan Konservasi selanjutnya disebut KPHK adalah

KPH yang luas wilayah seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan

konservasi;

20. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH

yang luas wilayah seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung;

21. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH

yang luas wilayah seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan

produksi;

22. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL yang

merupakan bagian dari wilayah KPHL yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL

dan bertanggung jawab Kepada Kepala KPHL;

23. Blok Pengelolaan pada wilayah KPHL adalah bagian dari wilayah KPHL yang

dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan;

24. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha

pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan silvikultur yang

sama;

Page 19: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

7

25. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum

menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya atau

belum dibebani izin pemanfaatannya;

26. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut sebagai pemerintah, adalah

perangkat Negara Kesatuan RI yang tediri dari Presiden beserta Menteri;

27. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang

kehutanan;

28. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom

yang lain sebagai badan eksekutif daerah;

29. Dinas adalah Dinas Propinsi/Kabupaten/Kota yang menangani bidang kehutanan;

30. Kolaborasi Pengelolaan Kawasan adalah pelaksanaan suatu kegiatan atau

penanganan suatu masalah dalam rangka membantu meningkatkan efektivitas

pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam secara bersama dan sinergis oleh para

pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

31. Peran serta para pihak adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh

para pihak yang timbul atas minat, kepedulian, kehendak dan atas keinginan

sendiri untuk bertindak dan membantu dalam mendukung pengelolaan KPHL;

32. Kelembagaan Kolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan KPHL

adalah pengaturan yang meliputi wadah (organisasi), sarana pendukung,

pembiayaan termasuk mekanisme kerja dalam rangka melaksanakan pengelolaan

kolaborasi yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak;

33. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan suatu alat yang berisi

kerangka dasar bagi upaya pengalokasian ruang berdasarkan fungsi, struktur dan

hirarki ruang, serta sebagai pengendalian pemanfaatan ruang;

34. Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) merupakan salah satu struktur tata

ruang yang merupakan bentuk sasaran dalam penetapan kebijaksanaan penataan

ruang wilayah.

Page 20: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

8

2.1. Risalah Wilayah KPHL Lembata

2.1.1. Letak dan Luas

Wilayah KPHL Lembata memiliki luas mencapai ± 49.181,83 ha yang secara

administratif terletak di Kabupaten Lembata (sekitar 39% dari total luas kabupaten)

berada di antara 8° 10' 12" LS – 8° 35' 24" LS dan 123° 12' 1" BT – 123° 55' 48"

BT. Secara geografis wilayah ini memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara : Laut Flores

Selatan : Laut Sawu

Timur : Kabupaten Alor

Barat : Kabupaten Flores Timur

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.

591/Menhut-II/2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

(KPHP) Provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk di dalamnya KPHL Unit IX

(Lembata). Wilayah KPHL Lembata secara umum memiliki kondisi hutan yang

didominasi oleh fungsi hutan lindung sebagaimana disajikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Fungsi Kawasan Hutan Wilayah KPHL Lembata

No Fungsi Kawasan Luas (Ha) Persen (%)

1 Hutan Lindung (HL) 48,576.73 98.77

2 Hutan Produksi (HP) 605.10 1.23

Total 49,181.83 100.00

Sumber : : Hasil analisis spasial (2015)

BAB

2 DESKRIPSI KAWASAN

Page 21: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

9

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja KPHL Lembata

Page 22: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

10

2.1.2 Topografi

Sebagian besar desa di wilayah Kabupaten Lembata merupakan desa pesisir

yang jumlahnya mencapai 82 desa dengan topografi wilayah sebagian besar

berada di dataran tinggi yaitu sebesar 54 desa. Daratan Lembata bagian timur

mempunyai topografi yang bergunung dengan gunung berapi „Uyelewun‟ dengan

ketinggian 1.018 meter dari permukaan laut. Bagian selatan dan timur juga

mempunyai topografi bergunung. Bagian utara sebagian datar dan sebagian

bergunung-gunung dengan gunung berapi “Ile Ape” mencapai ketinggian 1.300

m dpl dengan tingkat kesuburan tanah sedang dan tanah berbatu tersebar

diberbagai tempat. Wilayah KPHL Lembata sebagian besar berada pada daerah

dataran tinggi dengan profil fisiografi bergunung-gunung. Hal ini ditunjukkan

oleh data kelas lereng yang didominasi oleh lereng-lereng curam sampai sangat

curam sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kondisi Kelas Lereng KPHL Lembata

No. Kelas Lereng (%) Tingkat Kecuraman Luas (Ha) Persen (%)

1 0 – 8 Datar 231.34 0.47

2 9 – 15 Landai 1,160.69 2.36

3 16 – 25 Agak Curam 17.21 0.03

4 26 – 40 Curam 6,368.62 12.95

5 41 - 60 Sangat Curam 41,403.97 84.19

Jumlah 49181.83 100.00

Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

2.1.3. Geologi

Kondisi geologi di wilayah KPHL Lembata secara umum didominasi oleh tipe

batuan asosiasi andesit basalt (57%) diikuti oleh asosiasi Andesit; basalt; breksi;

tefra berbutir halus; tefra berbutir kasar(24%) dan sebagian lainnya merupakan

tipe-tipe alluvium. Kondisi batuan di wilayah KPHL Lembata disajikan pada tabel

2.3.

Page 23: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

11

Tabel 2.3 Kondisi Batuan di Wilayah KPHL Lembata

No Jenis Batuan Luas (Ha) Persen

(%)

1 Aluvium sungai-sungai muda; aluvium marin estuarin; gambut 51.07 0.10

2 Andesit; basalt 27,956.81 56.84

3 Andesit; basalt; breksi; tefra berbutir halus; tefra berbutir kasar 11,993.25 24.39

4 Balalt; andesit 63.58 0.13

5 Basalt; andesit 100.09 0.20

6 Batu gamping 65.99 0.13

7 Batu gamping; koral 1,130.51 2.30

8 Endapan bahan-bahan kipas aluvium; koluvium 997.02 2.03

9 Endapan-endapan Aluvium,kipas aluvium 165.76 0.34

10 Koral 426.93 0.87

11 Koral; Aluvium marin estuarin muda (bergaram); aluvium

marin muda 14.51

0.03

12 Tefra berbutir halus; tefra berbutir kasar 6,216.32 12.64

49181.83 100.00

Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

2.1.4. Tanah

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil survey BPKH Wilayah XIV NTT

diketahui bahwa klasifikasi kemampuan tanah di Kabupaten Lembata membentuk

5 (lima) satuan peta tanah (SPT) yang merupakan asosiasi atau kompleks dari 6

grup yaitu haplustepts, ustarthents, haplustolls, ustipsamments, haplustands dan

haplustalfs. Klasifikasi tanah di Kabupaten Lembata didominasi oleh SPT 168

(haplustepts dan haplustalfs) yaitu seluas 53,68% wilayah berbahan induk

vulkanik pada sub landform pebukitan volkan dengan relief bergunung.

Haplustepts adalah tanah yang tergolong masih muda, dengan ph sangat masam

sampai netral dengan penampang tanah dangkal dan berbatu terutama di

pegunungan atau perbukitan berlereng curam. Kondisi sebaran jenis tanah di

wilayah kerja KPHL Lembata disajikan pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Jenis-jenis Tanah di Wilayah Kerja KPHL Lembata

No Jenis Tanah Luas (Ha) Persen

(%)

1 Aluvial 10.49 0.02

2 Andosol Distrik 13,516.68 27.48

3 Kambisol Distrik 4,692.89 9.54

4 Kambisol Ustik 5,327.80 10.83

Page 24: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

12

No Jenis Tanah Luas (Ha) Persen

(%)

5 Litosol 2.86 0.01

6 Podsolik 22,050.71 44.84

7 Renzina 1,623.42 3.30

8 (blank) 1,956.99 3.98

Total 49,181.83 100.00

Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

Gambar 2.2 Sebaran Jenis Tanah di Wilayah Kerja KPHL Lembata

Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Lembata pada umumnya sedang hingga

agak kasar dengan kedalaman efektif sangat dangkal (30-50 cm) dan dangkal

(50-60 cm) berbatu dengan erosi ringan. Kemiringan lahan di Kabupaten

Lembata dikelompokkan dalam 3 (tiga) kisaran antara lain: daerah dengan

kemiringan 0 – 15% seluas 60.220 ha, daerah dengan kemiringan 15 – 40%

seluas 53.110 ha dan daerah dengan kemiringan > 40% seluas 12.800 ha.

Penggunaan lahan yang paling banyak di Kabupaten Lembata adalah padang

rumput sebesar 51.731 ha, menyusul hutan belukar sebesar 28.862 ha, semak

belukar 17.695 ha. Sedangkan penggunaan lahan yang paling sedikit adalah

penggunaan lahan untuk sawah tadah hujan hanya sebesar 48 ha (Sumber :

Buku Putih Sanitasi Lembata).

Wilayah KPHL Lembata secara umum memiliki tingkat potensial erosi yang relatif

rendah. Hal ini ditunjukkan oleh data hasil analisis spasial erosivitas yang

menunjukkan areal didominasi (43%) oleh nilai erosivitas 2.08 sebagaimana

ditunjukkan oleh tabel 2.5.

Page 25: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

13

Tabel 2.5 Kondisi Erosivitas di Wilayah Kerja KPHL Lembata

No Erosivitas Luas (Ha) Persen (%)

1 0.00 1,011.53 2.06

2 0.42 11.69 0.02

3 0.78 154.07 0.31

4 1.32 1,127.21 2.29

5 2.01 10.49 0.02

6 2.08 21,200.06 43.11

7 2.82 100.09 0.20

8 2.95 12.84 0.03

9 3.04 27.75 0.06

10 3.70 594.61 1.21

11 3.81 16.76 0.03

12 8.44 3,401.74 6.92

13 8.71 2,390.53 4.86

14 9.22 63.58 0.13

15 11.72 2,802.81 5.70

16 11.77 5,311.00 10.80

17 12.42 1,707.75 3.47

18 12.90 409.71 0.83

19 16.83 0.45 0.00

20 17.15 3.31 0.01

21 18.56 792.73 1.61

22 21.77 3,086.70 6.28

23 23.01 1,523.43 3.10

24 39.07 741.97 1.51

25 39.55 887.18 1.80

26 50.11 65.99 0.13

27 50.58 548.52 1.12

28 102.26 850.65 1.73

29 131.98 326.69 0.66

Total 49,181.83 100.00

Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

2.1.5. Keadaan Iklim

Kabupaten Lembata merupakan daerah yang beriklim Tropis, namun secara

umum tergolong kering hingga sedang (tipe F) dengan memiliki 2 (dua) musim

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung rata-rata

antara bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau

Page 26: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

14

terjadi antara bulan April sampai dengan bulan Nopember setiap tahunnya. Rata-

rata curah hujan per tahun adalah 500 - 1200 mm.

Berdasarkan analisis spasial peta curah hujan wilayah Kabupaten Lembata

cenderung didominasi oleh kisaran curah hujan tahunan dari 300 – 3500 mm.

Gambaran kondisi curah hujan di wilayah KPHL Lembata disajikan pada gambar

2.3.

Gambar 2.3 Kondisi Curah Hujan di Wilayah KPHL Lembata

Suhu udara rata-rata 27 oC dengan suhu minimum mencapai 20 oC dan suhu

maksimum mencapai 33 oC. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 72%

sampai 84% sedangkan kecepatan angin tergolong rendah rata-rata 8,4

knot/jam. Hal di atas sesuai dengan gambaran wilayah secara makro Nusa

Tenggara Timur pada umumnya. Kondisi iklim ini menyebabkan kurang suburnya

sebagian lahan pertanian di daerah tersebut.

Curah hujan tertinggi terdapat di bagian barat Flores, Timor bagian tengah dan

Sumba Barat. Propinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai beberapa kawasan

rawan bencana geologis terutama di beberapa bagian dari Pulau Flores dan

Kepulauan Alor. Lahan pada beberapa pulau besar di Propinsi Nusa Tenggara

Timur sebagian besar telah dimanfaatkan. Untuk kegiatan pertanian yang

meliputi tanaman perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, peternakan, dan

tanaman hutan seperti lontar, cendana, dan asam. Selain itu, wilayah ini memiliki

sumber daya kelautan (maritim) yang potensial untuk dikembangkan.

Page 27: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

15

2.1.6. Daerah Aliran Sungai

Dilihat dari aspek hidrologi ketersediaan air, baik air permukaan maupun air

tanah di Kabupaten Lembata umumnya sangat terbatas akibat rendahnya curah

hujan dan hari hujan yang mempengaruhi air tanah dan debit air sungai. Di

wilayah Kabupaten Lembata, air permukaan sebagian besar berasal dari sungai.

Sungai tersebut dalam skala sedang dan kecil. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

diharapkan menampung air pada musim penghujan tidak mampu

mempertahankan air karena penutup tanah (land cover) yang semakin tipis dan

terbuka akibat pembukaan lahan pertanian pada daerah kemiringan oleh

masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan terutama pada daerah sekitar

mata air. Oleh karena itu diperlukan regulasi tentang pengamanan daerah sekitar

mata air, termasuk penetapan zona lindung yang berbasis Daerah Aliran Sungai.

Menurut data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Benain – Noelmina

Kupang terdapat 113 Daerah Aliran Sungai yang terdapat di Kabupaten Lembata.

Hasil analisis spasial menunjukkan terdapat 85 DAS di wilayah KPHL Lembata

sebagaimana disajikan pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Sebaran DAS di Wilayah KPHL Lembata

No Nama Das Luas (Ha) Persen (%)

1 DAS TOPOKELI OANG 436.99 0.89

2 DAS ATABUTOH 271.51 0.55

3 DAS ATADEI 1 30.05 0.06

4 DAS ATAWUWUR 1,368.11 2.78

5 DAS BAOBOLAK 1,009.38 2.05

6 DAS BAOPUKANG 278.04 0.57

7 DAS BATULARANG 1,444.42 2.94

8 DAS BEKO 117.30 0.24

9 DAS BELA LAMALERA 156.81 0.32

10 DAS BLATE ELOTLUNGU 135.94 0.28

11 DAS BLOPO 506.07 1.03

12 DAS BOBU 233.95 0.48

13 DAS BOTAN TILENG 67.97 0.14

14 DAS BUA BARENG 113.39 0.23

15 DAS BURA 984.62 2.00

16 DAS GELUGATA 382.05 0.78

17 DAS GOBILODOR 66.46 0.14

18 DAS GOSBELEN 341.71 0.69

19 DAS HADINGMANUQ 100.95 0.21

20 DAS KERATA WUWUR 117.81 0.24

Page 28: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

16

No Nama Das Luas (Ha) Persen (%)

21 DAS KIMA 5,258.97 10.69

22 DAS KIMAKAMAK WAIBELEN 2,016.09 4.10

23 DAS KODOHORANG TEOLOR 179.08 0.36

24 DAS LALENG 249.81 0.51

25 DAS LALORLEWENG 16.10 0.03

26 DAS LAMABAKA 70.73 0.14

27 DAS LAMABETE 433.00 0.88

28 DAS LAMALERA 75.03 0.15

29 DAS LAMANEPA 414.91 0.84

30 DAS LAPONGONE 135.92 0.28

31 DAS LEBALADOPE 617.55 1.26

32 DAS LEMUK 53.25 0.11

33 DAS LEREK 242.01 0.49

34 DAS LEWOPENUTUNG 246.10 0.50

35 DAS LEWOTUKAN 229.79 0.47

36 DAS LIRAN WAIMEHE 1,080.01 2.20

37 DAS LOANG 290.76 0.59

38 DAS LUNGUBELEN 506.09 1.03

39 DAS MAA WAEBAJAR 1,824.66 3.71

40 DAS MEA BELALARANG 3,160.68 6.43

41 DAS MEMANGA 1 460.95 0.94

42 DAS MEMANGA 2 187.45 0.38

43 DAS MEMANGA 3 215.99 0.44

44 DAS MI'I 51.78 0.11

45 DAS MIREKPUKAI 277.49 0.56

46 DAS NAMAONA 218.05 0.44

47 DAS NEPEBELEN 1 220.11 0.45

48 DAS NEPEBELEN 2 169.61 0.34

49 DAS NUGULOLO 256.81 0.52

50 DAS OANG 156.38 0.32

51 DAS OBENG 173.68 0.35

52 DAS PEUBAU 134.85 0.27

53 DAS PEUWUTU 17.86 0.04

54 DAS PUHODAE 424.95 0.86

55 DAS RIANG 65.69 0.13

56 DAS SAGUWOWO 30.49 0.06

57 DAS SUBA LIANGMAH 156.86 0.32

58 DAS TAPOBARANG BEBEWEWANG 883.69 1.80

59 DAS TAPOOLEMAO 192.02 0.39

60 DAS TEBA 3,992.27 8.12

61 DAS TEBUK LOYO 590.58 1.20

62 DAS TENAURING 364.88 0.74

63 DAS TEWAOWUTUNG 120.84 0.25

Page 29: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

17

No Nama Das Luas (Ha) Persen (%)

64 DAS TIRER 160.38 0.33

65 DAS TUJUH MARET 161.48 0.33

66 DAS TUWA LADOGOKA 5.50 0.01

67 DAS UWAO 16.26 0.03

68 DAS WAEJARAN 4,775.28 9.71

69 DAS WAEWANG 428.06 0.87

70 DAS WAIKOMO WAEPUKANG 1,737.21 3.53

71 DAS WAILOLONG 2,284.41 4.64

72 DAS WANULU 25.93 0.05

73 DAS WAPUE 175.95 0.36

74 DAS WATANLOLONG 1 513.66 1.04

75 DAS WATANLOLONG 2 205.19 0.42

76 DAS WATOMEAN 194.77 0.40

77 DAS WEITAQ 3.97 0.01

78 DAS WERUN 1 63.90 0.13

79 DAS WERUN DULIR 328.39 0.67

80 DAS WETANBAYA 281.66 0.57

81 DAS WITILUHANG 408.79 0.83

82 DAS WOLO MUA 719.71 1.46

83 DAS WOLOPOLO 1 684.03 1.39

84 DAS WOLOPOLO 2 258.94 0.53

85 DAS WUTUN 1,121.03 2.28

Total 49,181.83 100.00

Sumber : Hasil analisis spasial (2015)

2.1.7. Aksesibilitas Kawasan

Aksesibilitas menuju kawasan secara umum bervariasi dari rendah sampai tinggi,

namun berdasarkan hasil analisis peta aksesibilitas menunjukkan bahwa sebagian

besar kawasan (41%) memiliki aksesibilitas yang rendah. Hal ini diduga terletak

areal-areal yang berada di dataran tinggi. Kondisi aksesibilitas kawasan disajikan

pada gambar 2.4.

Page 30: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

18

Gambar 2.4 Tingkat Aksesibilitas Kawasan KPHL Lembata

2.1.8. Batas-Batas

Wilayah KPHL Lembata secara administratif berada di Kabupaten Lembata

dengan luas mencapai ± 49.181.83 ha. Secara keseluruhan Wilayah KPHL

Lembata mencakup 9 kecamatan. Areal yang secara administratif terluas di

dalam kawasan ini berdasarkan sebaran dusun-dusun adalah Dusun Gunung

Beliling (45%) dan Dusun Ili Kimang (24%). Kondisi areal di dalam kawasan

KPHL Lembata berdasarkan sebaran wilayah admistratif desa/dusun disajikan

pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 Kondisi Areal Berdasarkan Cakupan Sebaran Dusun di KPHL Lembata

No Desa/Dusun Luas (Ha) Persen (%)

1 Baja 409.71 0.83

2 Bejumulan 3.31 0.01

3 Belo 4615.61 9.38

4 Danumdera 100.09 0.20

5 Gunung Beliling 22050.71 44.84

6 Gunung Waisano 4692.89 9.54

7 Hadakewa 994.16 2.02

8 Ili Kimang 11993.25 24.39

9 Kokot Sesaol 63.58 0.13

10 Mbura 548.52 1.12

11 Mese 65.99 0.13

12 Muhenere 741.97 1.51

13 Nanga Nae 10.49 0.02

14 Norabeleng 2.86 0.01

Page 31: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

19

No Desa/Dusun Luas (Ha) Persen (%)

15 Talibura 16.76 0.03

16 Tebuona 14.51 0.03

17 Tobodo 1523.43 3.10

18 Tuwak 0.45 0.00

19 Wai Ma 40.59 0.08

20 Wai Pukang 165.76 0.34

21 Wewang 1127.21 2.29

Grand Total 49181.83 100.00

2.1.9. Sejarah Pembentukan Wilayah KPHL Lembata

Pembentukan KPHL Lembata dengan luas areal ± 44.293 Ha telah ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor :

SK.591/Menhut-II/2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang Penetapan Wilayah

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP) Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan lampiran surat keputusan

lembar 1. Selain itu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lembata Nomor 3

Tahun 2014 telah ditetapkan Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan

Hutan Lindung Kabupaten Lembata sebagai dasar hukum pembentukan

kelembagaan KPHL Lembata sebagaimana disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2.5 Bagan Organisasi KPHL Lembata

Page 32: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

20

Sesuai dengan peraturan di atas wilayah pengelolaan KPHL Lembata termasuk

dalam kategori Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) karena didominasi

oleh fungsi hutan lindung. Konsekuensi dari penetapan sebagai KPHL adalah

pengelolaan hutan yang dititik beratkan pada upaya mempertahankan fungsi

lindung serta melakukan usaha-usaha produksi pada areal hutan produksi tanpa

mengubah fungsi lindung dari kawasan tersebut.

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah No. 3 tahun 2014 di atas maka

Pemerintah Kabupaten Lembata menetapkan Peraturan Bupati No. 28 tahun

2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lembata No. 3 tahun

2014 unit IX Kabupaten Lembata. Berdasarkan peraturan tersebut maka

organisasi KPHL Lembata dapat dilaksanakan.

2.1.10. Pembagian Blok Kawasan KPHL Lembata

Berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pembagian wilayah

dalam blok-blok didasarkan pada ekosistem, tipe, fungsi dan rencana

pemanfaatan. Ketentuan ini yang mendasari pembentukan blok-blok pada

kawasan hutan, baik pada hutan produksi, hutan lindung maupun kawasan

konservasi. Pembagian blok dilaksanakan untuk setiap fungsi hutan. Selain itu,

tata hutan dan rencana pengelolaan hutan pada KPH telah dituangkan dalam

Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2011 tentang Norma Standar Prosedur dan

Kriteria Pengelolaan Hutan KPHL. Sebagai pedoman dalam kegiatan tata hutan

dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pembagian blok di kawasan KPHL

Lembata mengacu pada Peraturan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan No.

P.5/VII-WP3H/2012.

Pembentukan blok-blok di kawasan KPHL Lembata juga didasarkan pada hasil

inventarisasi biogeofisik dan inventarisasi sosial ekonomi dan budaya sebagai

dasar penyusunan dokumen tata hutan yang didalamnya terdapat peta, data,

dan informasi potensi wilayah KPHL Lembata. Blok sebagai bagian dari wilayah

KPH dengan persamaan karakteristik biogeofisik dan sosial budaya, bersifat

relatif permanen yang ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

manajemen. Dengan demikian pembentukan blok didasarkan faktor biogeofisik

dan sosial budaya. Faktor-faktor biogeofisik yang berpengaruh antara lain:

penutupan lahan, potensi sumber daya hutan, bentang alam, topografi dan

ekosistem. Faktor sosial budaya yang berpengaruh antara lain : jumlah

penduduk, mata pencaharian, pemilikan lahan, jarak pemukiman, pola-pola

Page 33: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

21

pemanfaatan hutan oleh masyarakat, keberadaan hutan adat, dan sebagainya.

Pembagian blok tentunya mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan

sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun

2011-2013, dan RPJM Pemerintah Kabupaten Lembata.

Sesuai Lampiran Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012,

Pembagian blok dalam kawasan KPHL Lembata dibuat memiliki kriteria tertentu

sehingga dikategorikan ke dalam blok yang sama.

Berdasarkan hasil penataan yang dilakukan diperoleh bahwa wilayah KPHL

Lembata sebagian besar didominasi oleh fungsi hutan lindung (HL) seluas

48576.73 ha (98.77%) dan sebagian kecil lainnya berupa hutan produksi (HP)

seluas 605,10 ha (1.23%). Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan,

KPHL Lembata terletak di 10 kecamatan yakni Kecamatan Atadei seluas 4,487.12

ha (9.86%), Kecamatan Buyasuri seluas 792.73 ha (1.61%), Kecamatan Ile Ape

seluas 3,647.29 ha (7.42%), Kecamatan Ile Ape Timur seluas 1,714.77 ha

(3.49%), Kecamatan Lebatukan seluas 19,748.73 ha (40.15%), Kecamatan

Nagawutung seluas 9,944.50 ha (20.22%), Kecamatan Nubatukan seluas

4,192.98 ha (8.53%), Kecamatan Omesuri seluas 2,700.39 ha (5.49%),

Kecamatan Wulandoni seluas 988.21 ha (2.01%), dan Kecamatan Buyasuri

seluas 605.12 ha (1.23%).

Pada masing-masing fungsi kawasan diberikan arahan yang sesuai dengan

karakteristik setempat berdasarkan hasil inventarisasi dan RKTN sebagaimana

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Arahan Pemanfaatan KPHL Lembata

KECAMATAN / FUNGSI

KAWASAN

ARAHAN PEMANFAATAN

TOTAL Persenta

se HL-INTI (Ha)

HL-PEMANFAAT

AN (Ha)

HP-PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (Ha)

HL

Kec. Atadei 2,332.57 2,514.55

4,847.12 9.86%

Kec. Buyasuri 525.54 267.19

792.73 1.61%

Kec. Ile Ape

3,647.29

3,647.29 7.42%

Kec. Ile Ape Timur

1,714.77

1,714.77 3.49%

Kec. Lebatukan 8,556.78 11,191.96

19,748.73 40.15%

Kec. Nagawutung

4,671.67 5,272.83

9,944.50 20.22%

Kec. Nubatukan 1,654.54 2,538.45

4,192.98 8.53%

Kec. Omesuri 2,459.53 240.87

2,700.39 5.49%

Page 34: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

22

KECAMATAN / FUNGSI

KAWASAN

ARAHAN PEMANFAATAN

TOTAL Persenta

se HL-INTI (Ha)

HL-PEMANFAAT

AN (Ha)

HP-PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (Ha)

Kec. Wulandoni 262.36 725.85

988.21 2.01%

HP

Kec. Buyasuri

605.12 605.12 1.23%

TOTAL LUAS 20,462.98 28,113.75 605.12 49,181.85

% 41.61% 57.16% 1.23%

Berdasarkan data pada Tabel 2.8 di atas, bahwa untuk hutan lindung arahan

pemanfaatannya adalah untuk HL-Inti seluas 20,462.98 ha (41.61%), HL-

Pemanfaatan seluas 28,113.75 ha (57.16%) dan HP-Pemberdayaan seluas

605.12 ha (1.23%).

2.2. Potensi Wilayah KPHL Lembata

2.2.1. Penutupan Lahan

Penutupan kawasan KPHL Lembata didominasi oleh hutan lahan kering sekunder

dan padang rumput/savana yang terpusat di hutan lindung. Beberapa bentuk

penutupan lahan yang juga cukup besar porsinya adalah belukar dan pertanian

lahan kering campur. Gambaran kondisi tutupan lahan di wilayah KPHL Lembata

disajikan pada tabel 2.9 dan gambar 2.6.

Tabel 2.9 Kondisi Tutupan Lahan di Wilayah Kerja KPHL Lembata

No Tutupan Lahan Hutan Lindung Hutan Produksi Total

1 Belukar 4,960.91 116.25 5,077.16

2 Hutan Lahan Kering Sekunder 33,351.43

33,351.43

3 Hutan Mangrove Primer 6.22

6.22

4 Hutan Mangrove Sekunder 69.66

69.66

5 Padang Rumput/Savana 4,351.27

4,351.27

6 Permukiman 88.19 7.98 96.17

7 Pertanian Lahan Kering 1,800.49 0.56 1,801.05

8 Pertanian Lahan Kering Campur 3,222.71 331.98 3,554.70

9 Tanah Terbuka Kosong 725.85 148.32 874.17

Total 48,576.73 605.10 49,181.83 Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

Keberadaan hutan lahan kering sekunder dengan fungsi sebagai hutan lindung

yang luas di wilayah ini menjadi potensi yang baik bagi Kabupaten Lembata

Page 35: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

23

terutama sebagai pelindung tata air dan tanah. Selain hal tersebut, keberadaan

hutan ini menjadi penting bagi perlindungan jenis-jenis flora dan fauna asli beserta

habitatnya.

Gambar 2.6 Kondisi Sebaran Penutupan Lahan di Wilayah Kerja KPHL Lembata

2.2.2 Potensi Flora

A. Tipe Vegetasi dan Jenis-Jenis Flora Khas

Keanekaragaman flora di wilayah Nusa Tenggara Timur pada dasarnya mengikuti

zona-zona flora yang termasuk dalam kelompok flora kepulauan wallacea,

sehingga flora yang ada di wilayah ini secara umum memliki kesamaan dengan

wilayah Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Kondisi iklim yang secara umum

tergolong kering dan kelembaban udara yang relatif rendah dibandingkan

wilayah lainnya di Indonesia menyebabkan wilayah Nusa Tenggara memiliki

corak-corak vegetasi yang berbeda dengan wilayah lainnya.

Salah satu tipe vegetasi yang khas dijumpai di wilayah NTT adalah vegetasi

sabana tropis, hutan musim kering (dataran rendah sampai pegunungan) dan

padang rumput (savana). Jenis flora yang khas dijumpai antara lain pohon

Cendana (Santalum album) termasuk jenis dilindungi, Kesambi (Schleichera

oleosa) dan Gaharu (Aquilaria malaccensis). Pohon Cendana sekaligus menjadi

flora identitas Provinsi NTT.

Page 36: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

24

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari BKSDA NTT diketahui bahwa

daerah-daerah di NTT cenderung memiliki kesamaan dalam hal keanekaragaman

flora, sehingga tidak dijumpai jenis flora khusus di Kabupaten Lembata.

B. Potensi Tegakan

Berdasarkan hasil perhitungan potensi kayu di wilayah KPH Lembata diperoleh

gambaran bahwa secara keseluruhan potensi kayu terpusat di hutan lindung (HL)

baik pada areal hutan maupun non hutan. Sedangkan pada hutan produksi tidak

dijumpai adanya potensi kayu. Hal ini mengingat areal hutan produksi secara

umum merupakan hamparan tanah kosong dan lahan pertanian (ladang

campuran) berupa tanaman pangan. Potensi kayu di wilayah KPHL Lembata

disajikan pada tabel 2.10 dan gambar 2.7.

Tabel 2.10 Kondisi Potensi Kayu di Wilayah KPHL Lembata

Fungsi Hutan dan Blok Potensi kayu (m3)

20 - 30 cm 30 - 40 cm 40 – 50 cm 50 – 60 cm 60 cm up

Hutan Lindung

HL-INTI

Hutan 87591.84 75267.36 59861.76 44089.36 31618.16

Non Hutan 9217.68 7920.72 6299.52 4639.72 3327.32

Jumlah 96809.52 83188.08 66161.28 48729.08 34945.48

HL-PEMANFATAN

Hutan 34626.00 29754.00 23664.00 17429.00 12499.00

Non Hutan 21921.84 18837.36 14981.76 11034.36 7913.16

Jumlah 56547.84 48591.36 38645.76 28463.36 20412.16

Jumlah 153357.36 131779.44 104807.04 77192.44 55357.64

HP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

HP-PEMBERDAYAAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Non Hutan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

HP-PERLINDUNGAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Non Hutan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Grand Total 153357.36 131779.44 104807.04 77192.44 55357.64

Sumber: Hasil inventarisasi potensi (2015)

Page 37: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

25

Gambar 2.7 Potensi Tegakan di Wilayah KPHL Lembata

Dari data di atas diketahui bahwa tegakan yang lebih muda cenderung lebih

banyak dibandingkan dengan tegakan yang lebih tua. Jenis-jenis pohon yang

mendominasi di wilayah ini tergolong memiliki nilai komersial yang cukup tinggi

diantaranya adalah Cendana (Santalum album), Kayu Merah (Dehaasia

incrasata), Johar (Casia siamea), Gaharu (Aquilaria malacensis), Jati (Tectona

grandis), Kesambi (Schleichera oleosa), Merbau (Intsia bijuga), Ampupu

(Eucalyptus urophylla), dan Mahoni (Swietenia mahagony).

2.2.4 Potensi Fauna

Wilayah Nusa Tenggara Timur dikenal memiliki beragam jenis-jenis fauna yang

khas dan endemik diantaranya jenis reptilia berupa komodo (Varanus

komodiensis) penyu (Chelonia spp) dan phyton timor (Phyton timorensis).

Berdasarkan hasil inventarisasi satwa yang dilakukan oleh BKSDA Kupang (2013)

diperoleh jenis-jenis fauna khas wilayah NTT sebagaimana tael berikut:

Tabel 2.11 Jenis-Jenis Fauna yang Dijumpai di Wilayah NTT

No. Kelompok fauna Nama Daerah Nama Latin

1

Mamalia

Rusa, sambar (gns Cervus) Cervus spp

Lumba-lumba air laut Dlphinidae

Landak Hystrixbrachyura

Kuskus (semua jenis phalanger) phalanger spp.

Lumba-lumba air laut (famili ziphiidae) Ziphiidae

Paus Biru Balaenoptera musculus

Paus bersirip Balaenoptera physalus

Paus (dari semua jenis famili Cetacea) Cetacea

Page 38: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

26

No. Kelompok fauna Nama Daerah Nama Latin

2

Burung (Aves)

Alap-alap, elang (jns accipiteridae) Accipitridae

Udang, raja udang (jns alcedinidae) Alcedinidae

Pecuk ular Anhinga melanogaster

kuntul, bangau putih Bubulcus ibis

Julang, enggang, rangkong, Kangkareng

(fam bucerotidae)

Bucerotidae

Kakatua jambul kuning Cacatua sulphurea

Bangau hitam, sandang lawe Ciconia episcopus

Pergam raja Ducula whartoni

Kuntul karang Egretta sacra

Kuntul, bangau putih Egretta spp.

Alap-alap putih, alap-alap tikus Elanus caerulleus

Alap-alap, elang (fam falconidae) Falconidae

Beo flores Gracula religiosa mertensi

Bayan Lorius roratus

Burung gosong Megapodius reintwardtii

Sesap, pengisap madu (fam melipagidae) Meliphagidae

Burung kipas Rhipidura javanica

3

Reptilia

Penyu hijau Chelonia mydas

Buaya muara Crocodylus porosus

Penyu belimbing Dermochelys coriacea

Penyu sisik Eretmochelys imbricata

Penyu ridel Lepidochelys olivacea

Sanca timor Python timorensis

Biawak komodo, ora Varanus komodoensis

Biawak timor Varanus timorensis

4

Insekt

Kupu raja Troides haliphron

Kupu raja Troides helena

Kupu raja Troides plato

Akar bahar, krl hitam (gns antiphates) Antiphates spp.

2.2.5 Potensi Jasa Lingkungan

Wilayah kerja KPHL Lembata memiliki peranan yang strategis dalam mendukung

perkembangan wilayah Kabupaten Lembata. Beberapa nilai penting dari potensi

jasa lingkungan di wilayah kerja KPHL Lembata Kabupaten Lembata, terutama

terkait dengan keberadaan lahan hutannya sebagai daerah tangkapan air bagi

sumber-sumber mata air dan aliran sungai yang dimanfaatkan sebagai air baku

minum, pertanian, dan industri.

Page 39: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

27

2.3 Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat

Berdasarkan hasil registrasi penduduk (BPS 2014) menunjukkan jumlah

penduduk Kabupaten Lembata mencapai 123.141 jiwa, yang terdiri atas 57.909

laki-laki dan 65.232 perempuan. Perbandingan penduduk laki-laki dan

perempuan sebesar 88.77%. Wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak adalah Kecamatan Nubatukan sebesar 35.331 jiwa diikuti oleh

Kecamatan Buyasuri sebesar 19.174 jiwa. Kondisi jumlah penduduk Kabupaten

Lembata berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin disajikan pada gambar 2.9

Gambar 2.8 Kondisi Jumlah Penduduk di Kabupaten Lembata Tahun 2013

Dalam kaitannya dengan pemotretan kondisi sosial ekonomi dan budaya

masyarakat di sekitar KPHL Lembata, kegiatan inventarisasi sosial budaya

masyarakat di dalam/sekitar wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

(KPHL) Lembata dilaksanakan di wilayah desa sekitar KPH. Metode yang dipilih

untuk memilih desa yang akan menjadi sasaran kegiatan inventarisasi ini adalah

metode pemilihan secara disengaja (purposive sampling), yaitu desa yang

terletak di dalam/sekitar wilayah KPH yang dapat mewakili beberapa desa

disekitarnya yang memiliki karakteristik hampir sama. Beberapa pertimbangan

dalam penentuan desa sasaran kegiatan inventarisasi ini adalah sebagai berikut:

1) Pertimbangan fungsi hutan

Merupakan pertimbangan kompleksitas interaksi antara desa dan KPH yang telah

ditetapkan sebagai KPH. Bisa dimungkinkan bahwa jumlah desa disekitar suatu

KPH sedikit namun memiliki kompleksitas yang lebih rumit dibandingkan suatu

KPH yang disekitarnya terdapat jumlah desa yang lebih banyak. Kompleksitas

Page 40: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

28

tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat (agama), tradisi, politik lokal,

sejarah desa hingga peluang kerja.

2) Pertimbangan sosial budaya

Penentuan desa sasaran kegiatan inventarisasi, sampel desa didasarkan pada

asal usul etnis sebagai masyarakat pendatang (minoritas) atau masyarakat lokal

(mayoritas). Selain itu dipertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas

masyarakat, yaitu tingginya intensitas interaksi masyarakat dengan kawasan

hutan atau ketergantungan/tekanan masyarakat terhadap kawasan hutan, jarak

desa/permukiman dengan kawasan hutan dan aksesibilitas dari desa menuju

kawasan hutan.

3) Pertimbangan administratif

Penentuan desa sasaran kegiatan inventarisasi, sampel desa didasarkan pada

letak administratif provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan, sehingga dapat

digunakan untuk memahami kebijakan pemerintah daerah

provinsi/kabupaten/kota/kecamatan.

4) Pertimbangan kondisi hutan

Penentuan desa sasaran kegiatan inventarisasi lokasi desa sampel dipilih

berdasarkan pemantauan hutan menggunakan citra satelit, sehingga dapat

diketahui kondisi penutupan lahan/hutan yang berada di sekitar

desa/permukiman, adanya akses jalan menuju kawasan hutan.

Pemilihan lokasi kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar

wilayah KPHL Lembata ini telah mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas.

Wilayah yang menjadi contoh dalam rangka penyusunan RPKPHL Lembata ini

terdiri atas tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Nagawutung mencakup Desa

Baobolak dan Desa Ile Boli, Kecamatan Ile Ape mencakup Desa Petunawa dan

Kecamatan Lebatukan mencakup Desa Waienga. Desa Baobolak, merupakan

perwakilan keadaan sosial budaya masyarakat di sekitar Kelompok Hutan Ile

Mingar. Desa Ile Boli merupakan desa yang paling dekat dengan kawasan hutan,

sehingga diduga masyarakatnya memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap

hutan. Desa Petuntawa, cukup mewakili keadaan sosial budaya masyarakat di

sekitar Kelompok Hutan Lewotolo. Desa Waienga cukup mewakili keadaan sosial

budaya masyarakat di sekitar Kelompok Hutan Hadakewa Labalekang.

Page 41: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

29

Berdasarkan hasil survei terhadap desa-desa sampling dapat dideskripsikan

secara lebih rinci disajikan sebagai berikut:

2.3.1 Desa Baobolak

Berdasarkan data RPJMDes Baobolak, jumlah penduduk di Desa Baobolak sampai

dengan 31 Januari 2015 sebanyak 345 jiwa dengan luas wilayahnya 14,90 km2.

Dengan kepadatan penduduk sebesar 23 jiwa/km2. Perkembangan jumlah

penduduk di Desa Baobolak mengalami peningkatan selama 5 (lima) tahun

terakhir. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di desa terpilih dapat

dilihat pada tabel 2.12.

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Desa Baobolak Tahun 2009-2014

No Tahun Jumlah Jumlah

KK Laki-laki Perempuan Total

1 2009 124 139 263 72

2 2011 130 150 280 73

3 2012 144 169 313 76

4 2013 146 178 324 76

5 2014 165 180 345 79

Sumber : Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Kepala Desa Baobolak Tahun 2010-2013 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Baobolak 2011-2017

Desa Baobolak ditempati oleh beberapa kelompok etnik diantaranya Suku

Lamadua, Suku Lewotobi, dan Suku Taliwarat. Selain ketiga suku asli tersebut,

ada beberapa suku pendatang di Desa Baobolak diantaranya Suku Lamajawa,

Suku Elanor, Suku Muda, Suku Daiona, Suku Ketoj, Suku Timor, dan Suku

Toraja. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh sebagian besar penduduk di

Desa Baobolak adalah Bahasa Lamaholot.

Ditinjau dari segi agama, Penduduk di Desa Baobolak secara umum memeluk

agama Katholik. Sedangkan dari segi tingkat pendidikan penduduk Desa

Baobolak ddidominasi oleh tingkat pendidikan SD/sederajat (44%) diikuti oleh

yang sedang bersekolah (35%) sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:

Page 42: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

30

Gambar 2.9 Kondisi Tingkat Pendidikan di Desa Baobolak

Mata pencaharian utama penduduk adalah petani (90%), sebagian kecil PNS dan

pengusaha jasa. Bentuk pertanian yang dilakukan umumnya berupa pola

pertanian lahan kering berupa kebun atauladang, hanya sebagian kecil lainnya

berupa pola pertanian lahan basah (sawah). Hasil produksi utama dari Desa

Baobolak adalah jenis tanaman pangan (padi, jagung, dan ubi kayu), komoditas

perkebunan (Kelapa, Jambu Mete, Kemiri, Kopi dan Pinang) dan buah-buahan

(mangga, pepaya, pisang, nangka, nenas dan jeruk).

Secara umum, kondisi jalan di Desa Baobolak cukup parah terutama jalan

kecamatan yang menghubungkan antar desa di Kecamatan Nagawutung.

Sarana transportasi darat yang dimiliki oleh masyarakat Desa Baobolak adalah

motor ojek selebihnya merupakan motor pribadi/dinas. Pada umumnya

masyarakat di Desa Baobolak lebih sering menggunakan motor dalam kehidupan

sehari-hari baik baik jasa ojek maupun motor pribadi.

Seluruh rumah di Desa Baobolak telah memperoleh penerangan dari PLN.

Dengan demikian maka penduduk di Desa sudah dapat menggunakan fasilitas

elektronik seperti televisi, radio serta handphone. Kebutuhan mendasar lainnya

adalah fasilitas air bersih bagi masyarakat. Jenis-jenis prasarana air bersih dan

sanitasi yang tersedia di desa ini meliputi sumur (14 unit), bak pah (6 unit) dan

MCK keluarga (76 unit).

Sarana dan prasarana kesehatan di desa ini terdiri atas posyandu dan polindes

masing-masing satu unit dengan dukungan satu orang tenaga medis (bidan).

Page 43: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

31

Masyarakat juga umumnya memiliki rumah semi permanen sampai permanen,

namun masih banyak masyarakat yang memiliki rumah darurat.

Desa Baobolak memiliki sarana peribadatan berupa 1 (satu) gedung gereja St.

Mikhael sebagai sarana tempat ibadah bagi umat Khatolik yang merupakan umat

mayoritas di desa ini, serta untuk stasi Baobolak dengan 1 buah gedung/rumah

untuk pastoran.

2.3.2 Desa Ile Boli

Penduduk Desa Ile Boli berada di dekat kawasan hutan merupakan salah satu

pemegang peran penting terhadap besarnya tingkat ketergantungan dan tekanan

terhadap kawasan hutan. Hal ini terlihat pada karakteristik masyarakat yang

secara umum sangat membutuhkan lahan untuk bercocok tanam. Tingkat

pendidikan masyarakat secara umum cukup baik ditandai dengan sebagian besar

masyarakat telah mengenyam pendidikan mulai dari tingkat SD hingga SLTA

sebagaimana ditunjukkan pada table 2.13.

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Desa Ile Boli Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber : RPJM-Desa Periode 2008 – 2014, Tahun 2011

Masyarakat mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani, produksi

pertanian yang dihasilkan menjadi komoditi utama masyarakat. Produksi

tanaman pertanian yang dihasilkan sebagian besar adalah tanaman pangan dan

tanaman tahunan. Jenis tanaman pangan yang dihasilkan yaitu padi ladang

sedangkan jenis tanaman tahunan yang dihasilkan seperti kelapa dan pisang.

Jumlah produksi pertanian setahun terakhir dilihat pada tabel 2.14.

No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki

(org)

Perempuan

(org)

1 Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 2 1

2 Usia 18-56 tahun pernah SD tapi tidak

tamat 4 3

3 Tamat SD/Sederajat 82 96

4 Tamat SMP/Sederajat 16 9

5 Tamat SLTA/Sederajat 14 9

6 Tamat D2/Sederajat 1 1

7 Tamat D3/Sederajat - 3

8 Tamat Sarjana 3 3

Page 44: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

32

Tabel 2.14 Jumlah Petani serta Luas dan Produksi Tanaman Pertanian Setahun Terakhir

No. Jenis Komoditi

Jumlah

petani

(KK)

Luas Areal

(Ha)

Produksi

Per Hektar

(kg/ha)

Total

(Kg)

A Tanaman Pangan

1 Padi Ladang 65 350 400 26.000

B Tanaman Tahunan

1 Kelapa 59 -

2 Pisang 65 350

Sumber : Monografi Desa Ile Boli, 2015

Selain dari pertanian, masyarakat Desa Ile Boli memelihara ternak sebagai

penunjang kebutuhan hidup sehari-hari maupun sebagai hewan adat. Jumlah

ternak di desa terpilih bisa dilihat pada tabel 2.15.

Tabel 2. 15 Jumlah Ternak di Desa Ile Boli

No. Jenis Jumlah (ekor)

1 Kerbau -

2 Sapi 2

3 Kuda -

4 Babi 50

5 Kambing/Domba 40

6 Ayam 100

7 Itik 2

Sumber : Monografi Desa Ile Boli, 2015

Hasil dari pertanian yang ditanam oleh masyarakat selain dipergunakan untuk

keperluan sehari-hari, umumnya dijual ke penduduk desa sekitar atau ke pasar

yang terdapat di kota kecamatan. Untuk menunjang hal tersebut, sarana dan

prasarana perekonomian dibangun sebagai tempat pertukaran roda ekonomi

masyarakat. Jumlah sarana perekonomian yang terdapat di Desa Ile Boli dapat

dilihat pada tabel 2.16.

Page 45: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

33

Tabel 2.16 Jumlah Sarana Perekonomian di Desa Ile Boli

No. Sarana Ekonomi Jumlah (unit)

1. Kios Sembako 3

2. Ojek Motor 7

3. Listrik Perorangan 6

4 Bengkel 2

Sumber : Monografi Desa Ile Boli, 2015

Desa Ile Boli terletak dekat dengan ibukota kecamatan, semua wilayahnya

dihubungkan dengan jalan aspal yang kondisinya baik. Dengan kondisi

infrastruktur yang baik lebih memudahkan aktivitas masyarakat. Sebagian besar

sarana jalan di desa ini berupa jalan tanah dan sebagian lainnya berupa jalan

pengerasan dengan semen sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2.10 Kondisi Jalan di Desa Ile Boli

Jarak tempuh dari Desa Ile Boli ke kota kecamatan dan kota kabupaten jalannya

sudah aspal namun kondisinya rusak berat, dan sebagian jalannya masih tanah.

Jika musim hujan tiba membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai ke

kota kecamatan ataupun kota kabupaten karena kondisi jalan yang sulit karena

tergenang air/lumpur. Namun walaupun demikian tidak menyulitkan masyarakat

untuk bepergian menuju kota kabupaten karena sudah di dukung dengan

transportasi yang sudah lancar.

Sistem komunikasi di Desa Ile Boli, jaringan telepon seluler sudah dapat

dijangkau dan dapat dinikmati oleh masyarakat karena adanya tower pemancar

dari desa tetangga. Sedangkan untuk penerangan listrik belum masuk. Untuk

penerangan masyarakat memanfaatkan tenaga diesel namun ada juga yang

Page 46: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

34

menggunakan tenaga surya. Di Desa Ile Boli dari 65 KK hanya 18 KK yang sudah

menggunakan tenaga surya untuk penerangan.

Masyarakat memanfaatkan tenaga surya dan genset/listrik perorangan untuk

penerangan pada malam hari. Hampir sebagian besar masyarakat di Desa Ile Boli

tidak memiliki televisi, namun masyarakat tidak ketinggalan informasi karena

hampir semua masyarakat sudah memilliki telepon seluler (HP). Masyarakat

menikmati listrik hanya malam hari mulai dari pukul 19.00 – 23.00 WITA bahkan

masih ada warga yang masih menggunakan pelita.

Sarana dan prasarana pendidikan menunjang dalam pelaksanaan pendidikan

untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sarana dan prasarana

pendidikan yang baik menjadi salah satu unsur terciptanya kondisi belajar dan

mengajar yang kondusif. Namun fasilitas pendidikan di Desa Ile Boli masih

sangat terbatas karena hanya terdapat satu gedung TK/TPA dan satu gedung SD

yang mendukung kegiatan pendidikan.Sarana dan prasarana pendidikan, jumlah

murid dan jumlah guru yang terdapat di desa terpilih dapat dilihat pada tabel

2.17.

Gambar 2.11 Gedung SD di Desa Ile Boli

Page 47: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

35

Tabel 2.17 Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Jumlah Guru di Desa Ile Boli

No Jenis Sarana

Jumlah

Sekolah

(Unit)

Jumlah Ruang

Kelas (Unit)

Jumlah

Murid

(orang)

Jumlah

Guru

(Orang)

1 TK/TPA 1 2 20 2

2 SD/Sederajat 1 6 40 6

3 SMP/Sederajat - - - -

4 SMA/Sederajat - - - -

Sumber : Monografi Desa Ile Boli, 2015

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan penduduk sangat diperlukan

tenaga, sarana, dan prasarana yang memadai seperti puskesmas, puskesmas

pembantu, posyandu. Sarana kesehatan tersebut merupakan sarana untuk

memfasilitasi penduduk desa yang mengalami masalah kesehatan seperti

kesehatan ibu dan anak, kelahiran bayi, kecelakaan, dan lain-lain. Tenaga medis

yang tersedia di desa ini adalah satu orang bidan dan satu orang dukun bayi

terlatih.

Gambar 2.12 Gedung Polindes di Desa Ile Boli

Desa Ile Boli juga memiliki sarana pengadaan air bersih dan sanitasi lingkungan.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Ile Boli sadar akan kesehatan

lingkungannya. Jumlah sarana sanitasi lingkungan di Desa Ile Boli dilihat pada

tabel berikut:

Page 48: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

36

Tabel 2. 18 Jumlah Sarana Pengadaan Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan di Desa Ile Boli

No. Jenis Sarana Jumlah (unit) Jumlah Pengguna

(kk)

1 Jaringan pipa air minum 8 65

2 Sumur gali 2 50

3 Tempat MCK umum 1 10

4 Tempat MCK pribadi 65 65

Sumber : Monografi Desa Ile Boli, 2015

Gambar 2.13 Beberapa Sarana Air Bersih dan Sanitasi

Mayoritas penduduk di Desa Ile Boli beragama Kristen Katolik. Hanya terdapat

satu gedung gereja Katolik di Desa Ile Boli. Selain gedung gereja, di desa

tersebut juga terdapat Gua Maria untuk tempat berdoa yang biasanya dilakukan

pada Bulan Mei yaitu Bulan Rosario.

Page 49: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

37

Gambar 2.14 Sarana Peribadatan di Desa Ile Boli

2.3.3 Desa Petuntawa

Desa Petuntawa berada pada ketinggian ± 625 m dpl. Lokasi desa ini berbatasan

dengan Desa Waowala di sebelah utara, Gunung Ile Ape di sebelah timur, Desa

Riangbao di sebelah selatan dan Teluk Lewoleba di sebelah barat. Desa

Petuntawa tergolong desa tua yang sudah berdiri sejak tahun 1970.

Perkembangan masyarakat yang keluar dan masuk ke desa ini membuat

terciptanya 14 suku di dalam desa itu sendiri. Terdapat 1 suku induk yaitu Suku

Langudai, yang juga berperan sebagai tuan tanah di Petuntawa. Suku-suku

lainnya yang ada di Desa Petuntawa, yaitu : Soromakin, Pureklolon, Atanila,

Benimaking, Lemaking, Lewokedang, Langutukan, Lemanuk, Langubelan,

Halimaking, Lama tapo, Lokomaking, dan Towor. Keempat belas suku yang

terdapat di Desa Petuntawa disatukandalam 5 (lima) rumah adat yang diatur

berdasarkan garis keturunan dimulai dari Atu Lolo, Atu Langun, Olan, Kosa, dan

Kasarua.

Mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Ile Ape adalah

Katolik, dan Islam. Begitu juga yang terdapat di Desa Petuntawa, lebih dari 70%

masyarakat di desa ini menganut agama Katolik, sedangkan yang menganut

agama Islam kurang dari 50%.

Page 50: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

38

Gambar 2.15 Jumlah Penduduk Desa Petuntawa Berdasarkan Agama yang Dianut

Status pendidikan yang mendominasi di Desa Petuntawa adalah tamat

SD/sederajat. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menyebabkan

perbedaan pola pikir dalam interaksi dengan lingkungannya. Masyarakat Desa

Petuntawa masih cenderung menggunakan cara-cara tradisional dalam

memelihara dan mengembangkan potensi desa mereka.

Tabel 2.19 Keadaan Penduduk Desa Petuntawa Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan

Usia 7-18 Tahun yang tidak pernah sekolah - -

Usia 18-56 yang tidak pernah sekolah 10 15

Usia 18-56 tahun pernah SD tapi tidak

Tamat 12 30

Tamat SD/Sederajat 202 231

Tamat SMP/ Sederajat 19 23

Tamat SLTA/Sederajat 14 23

Tamat Diploma - 6

Sarjana 4 -

Total 261 328

Sumber : RPJM Desa Petuntawa periode Tahun 2012-2015

Kemampuan masyarakat Desa Petuntawa dalam mencukupi kebutuhan rumah

tangga masih dominan melalui bertani. Lebih dari 77% masyarakat desa masih

bermata pencaharian dengan memproduksi kebutuhan pokok, ± 6% masyarakat

sudah berprofesi pada bidang jasa sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut:

Page 51: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

39

Tabel 2.20 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Total %

Petani 100 53 153 77,27

PNS 2 4 6 3,03

Nelayan 10 0 10 5,05

Peternak 18 3 21 10,60

Pengusaha Kios 1 3 4 2,02

Guru Swasta 2 2 4 2,02

Total 133 65 198 100

Sumber : RPJM Desa Petuntawa periode Tahun 2012-2015

Desa Petuntawa memiliki jumlah sarana perekonomian yang tidak terlalu banyak.

Dengan jarak tempuh ± 3 km ke ibu kota kecamatan Ile Ape dan ± 25 Km ke

ibukota kabupaten membuat masyarakat lebih sering keluar desa untuk

mencukupi kebutuhan ekonomi. Di desa ini tercatat ada 5 warung, 2 pedagang

pengumpul dan satu bengkel motor.

Kondisi jalan di Desa Petuntawa masih jalan tanah dan jalan rabat. Kondisi jalan

aspal menuju Desa Petuntawa boleh dikatakan tidak ada karena jalan aspal yang

rusak dan terpotong-potong. Untuk membantu kelancaran transportasi,

masyarakat di Desa Petuntawa lebih sering menggunakan kendaraan pribadi dan

umum berupa sepeda motor.

Kebutuhan listrik di Desa Petuntawa sudah dapat memenuhi sebanyak 167 KK.

Ketersediaan pasokan listrik membuat penduduk di Desa Petuntawa dapat

menikmati fasilitas elektronik seperti televisi, radio, handphone, dll. Penggunaan

sarana komunikasi juga dukung oleh keberadaan BTS yang tidak jauh dari Desa

Petuntawa dan program internet masuk desa yang ada di masing-masing ibukota

kecamatan. Kebutuhan terhadap air di Desa Petuntawa diusahakan masyarakat

dan pemerintah melalui sumur gali, sumur bor,hidran umun, dan PAH.

Sarana penunjang pendidikan yang terdapat di desa ini adalah satu bangunan TK

dan satu bangunan SD, sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat

menengah harus keluar dari desa tersebut.

2.3.4 Desa Waienga

Desa Waienga adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Lebatukan yang

terletak di sebelah timur dari pusat ibukota kecamatan. Wilayah yang

membentang dari utara ke selatan ini sebagian besar merupakan dataran yang

Page 52: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

40

diselingi oleh lembah dan perbukitan. Wilayah Desa Waienga terbagi atas empat

dusun yaitu Dusun Waiote, Dusun Belobaya, Dusun Tite Hena, Dusun Lewoledo.

Luas wilayah Desa Waienga ± 13 km2 dengan batas desa sebelah utara

berbatasan dengan Teluk Waienga; sebelah selatan berbatasan dengan hutan

lindung/Desa Lamalela; sebelah barat berbatasan dengan Desa Lerahingga;

sebelah timur berbatasan dengan Desa Tapobaran.Perkembangan penduduk di

Desa Waienga, mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Adapun data

perkembangan penduduk di Desa Waienga dapat dilihat pada tabel 2.21.

Tabel 2.21 Perkembangan Penduduk Desa Waienga dalam Kurun 5 (Lima)

Tahun Terakhir.

Kriteria Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah penduduk awal (jiwa) 780 816 851 853 853

Jumlah kelahiran (jiwa) 9 8 9 - 21

Jumlah kematian (jiwa) 4 4 7 - 2

Penduduk datang (jiwa) 53 53 - - 25

Penduduk pergi (jiwa) 22 22 - - -

Jumlah penduduk akhir (jiwa) 816 851 853 853 897

Sumber : Monografi Desa Waienga, 2015

Di Desa Waienga terdapat 10 (sepuluh) suku yaitu Suku Matarau, Suku

Domaking, Suku Tedemaking, Suku Soromaking, Suku Lamaking, Suku Lasar,

Suku Soleikeng, Suku Langobruing, Suku Langorang dan Suku Lengari. Hampir

seluruh Desa Waienga merupakan penduduk asli daerah tersebut yang tinggal

secara turun temurun dan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Lamaholot.

Hanya ada sebagian kecil suku pendatang yang tinggal di Desa Waienga yang

terikat perkawinan dengan suku asli setempat.

Penduduk di Desa Waienga mayoritas memeluk agama Katolik dan Protestan.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi penduduk Desa Waienga berdasarkan

agama yang dianut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.22 Jumlah Penganut Agama yang Dianut Penduduk Desa Waienga

No. Tahun

Islam Katolik Protestan

Total

Pemeluk

(Orang)

1. 2010 17 786 13 816

2. 2011 17 794 40 851

3. 2012 17 796 40 853

Page 53: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

41

No. Tahun

Islam Katolik Protestan

Total

Pemeluk

(Orang)

4. 2013 17 796 40 853

5. 2014 22 820 55 897

Sumber : Laporan pertanggungjawaban Kepala Desa Waienga, 2015 dan Monografi Desa, 2015

Tingkat pendidikan penduduk sekitar hutan mempengaruhi bagaimana cara

pandang mereka terhadap kawasan hutan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang diharapkan semakin baik pula pemahamannya terhadap pentingnya

keberadaan kawasan hutan. Keadaan penduduk Desa Waienga menurut tingkat

pendidikannya sampai dengan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.16 Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Waienga

Dibandingkan dengan desa-desa lainnya, perekonomian di Desa Waienga

termasuk lebih maju. Sarana dan prasarana perekonomian desa khususnya di

Desa Waienga dipergunakan masyarakat sebagai pertukaran perekonomian

masyarakat. Jumlah sarana perekonomian yang terdapat di Desa Waienga dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.23 Jumlah Sarana Ekonomi di Desa Waienga

NO. Sarana Ekonomi Jumlah

(Unit)

1. Koperasi Simpan Pinjam 1

2. Warung/kios sembako 9

2. Penggilingan padi 5

3. Bengkel 1

4. Meubeler (Home Industri) 1

5. Industri Tenun Ikat 1

Page 54: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

42

NO. Sarana Ekonomi Jumlah

(Unit)

6. Industri Penyulingan Arak 3

Sumber : Monografi Desa Waienga, 2015

Sarana produksi untuk pertanian di Desa Waienga hanya terdapat sarana untuk

pengolahan hasil padi yaitu penggilingan padi. Hasil produksi utama tanaman

pertanian di Desa Waienga adalah padi ladang, jagung, ubi kayu, kacang tanah,

kelapa, dan pinang. Rata-rata produksi padi ladang di Desa Waienga tahun 2014

adalah atau 2,30 ton. Untuk produksi jagung hasil produksi mencapai rata-rata

2,27 ton pada tahun 2014. Hasil produksi ubi terutama ubi kayu mencapai 11,27

ton pada tahun 2014. Hasil produksi kacang tanah pada tahun 2014 rata-rata

mencapai 0,92 ton dan kelapa rata – rata mencapai 0,85 ton.

Letak Desa Waienga dari Ibukota Kecamatan Lebatukan dengan kondisi aspal

pengerasan sejauh 3 km. Jarak dari Desa Waienga ke ibukota kabupaten

mencapai kurang lebih 22 km dengan lama tempuh ke pusat kabupaten 1,5 jam.

Kondisi jalan masih banyak yang berlubang dan tanah serta pasir berbatu.

Sarana angkutan dari dan menuju ke desa lebih banyak menggunakan sepeda

motor sebagai alat transportasi darat. Selain efisiensi waktu, kondisi jalan yang

sebagian besar merupakan jalan rusak menjadi penghambat apabila

mempergunakan alat angkutan lainnya seperti mobil. Selain itu karena sebagian

besar penduduk Waienga juga melaut maka beberapa dari mereka memiliki

perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Jumlah sarana

angkutan di Desa Waienga dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.24 Jumlah Sarana Angkutan di Desa Waienga

No. Sarana Angkutan Jumlah Sarana (Unit)

1. Truk/mobil barang 2

2. Sepeda motor/ojek motor 20

3. Kapal Motor 2

4. Perahu motor tempel 3

Sumber : Monografi Desa , 2015

Seluruh rumah di Desa Waienga telah memperoleh penerangan listrik dari PLN.

Dengan demikian maka penduduk di Desa Waienga sudah dapat menggunakan

fasilitas elektronik seperti televisi, radio serta handphone.

Sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di Desa Waienga belum cukup

ideal. Hanya terdapat satu buah bangunan TK dan SD di Desa Waienga.

Page 55: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

43

Sedangkan untuk menempuh pendidikan yang setingkat lebih tinggi mereka

harus ke ibukota kecamatan. Hal ini merupakan juga salah satu alasan penduduk

Desa Waienga kurang memperhatikan pendidikan. Sedangkan untuk tenaga

pengajar yang dimiliki oleh TK dan SD yang terdapat di Waienga rationya sudah

cukup ideal.Di Desa Waienga terdapat sarana kesehatan berupa polindes

sebanyak 1 unit dan Posyandu 2 unit. Dukungan tenaga kesehatan yang ada di

Desa Waienga cenderung sama dengan desa-desa lainnya, yaitu Bidan Desa 1

Orang, tetapi memiliki kader posyandu aktif sebanyak 12 orang dan jumlah kader

lansia sebanyak 2 orang.

Selanjutnya dalam rangka memperoleh kebutuhan air dan sanitasi lingkungan, di

Desa Waienga hanya terdapat sumur sebanyak 14 unit. Penduduk desa

mendapatkan air bersih dari 2 (dua) mata air yang mereka miliki. Sarana lainnya

berupa bangunan peribadatan berupa satu unit gereja.

Lain halnya dengan desa-desa lain yang cenderung masih kurang, penduduk di

desa ini secara umum telah memiliki rumah dari semi permanen sebanyak 118

unit hingga permanen (72 unit).

2.4 Perijinan dan Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Di dalam Wilayah KPHL Lembata belum ada ijin pemanfaatan kawasan hutan

maupun ijin usaha pemanfaatan hasil hutan.

2.5 KPHL dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah

Pendekatan dalam menata pembangunan dan pengelolaan daerah berorientasi

pada pemanfaatan struktur dan pola tata ruang berbasis potensi dengan

memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan dalam pemanfaatan

ruang dengan memperhitungkan aspek keberlanjutan produktifivas dan aspek

penyelamatan lingkungan (pemahaman pembangunan berkelanjutan adalah

sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa

membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi sendiri

kebutuhan mereka), baik mulai dari perencanaan, pemanfaatan dan

pengendalian pemanfaatan sehingga selalu menjaga keseimbangan lingkungan

alam, keseimbangan lingkungan sosial budaya supaya tetap sinergi dengan

peningkatan kualitas kehidupan dan pertumbuhan ekonomi.

Page 56: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

44

Visi ini diwujudkan dalam Grand Desain membangun Kabupaten Lembata, yaitu:

a. Ekonomi (upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan,

penciptaan lapangan kerja, mengubah pola produksi dan mendorong investasi).

b. Penataan infrastruktur wilayah, sosial dan budaya (penataaan sarana dan

prasarana jalan, air bersih, listrik dan utilitas, perbaikan pelayanan, peningkatan

kualitas pendidikan, peningkatan kualitas pelayanan dan derajad kesehatan

masyarakat, pemerataan pendapatan dan pembangunan, penguatan hak

ulayat/adat dan kelestarian budaya lokal).

c. Save Our Lembata/Lingkungan Hidup (konservasi/preservasi sumber daya alam,

optimalisasi sumber daya alam dalam keseimbangan ekologi dan biota).

Salah satu misi yang terkait erat dengan Pembentukan KPHL di Kabupaten

Lembata adalah Misi “Penataan Ruang Berwawasan Lingkungan” penjabaran dari

misi tersebut adalah : pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharan sumber

daya alam secara optimal harus dilakukan secara bijaksana dan berkelanjutan

dengan memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Pengelolaan

potensi unggulan daerah dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan daya

dukung lingkungan. Secara rinci kebijakan tata ruang terkait lingkungan hidup di

Kabupaten Lembata dijelaskan pada tabel 2.25.

Tabel 2.25 Tujuan, Sasaran dan Arah Kebijakan Tata Ruang dalam Perspektif

Lingkungan

No Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1

Meningkatkan penataan wilayah berwawasan lingkungan

Meningkatnya kualitas lingkungan hidup Peningkatan

mutu lingkungan hidup

Peningkatan pengawasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan.

Peningkatan Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

2

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan lingkungan

Terbentuknya kelompok peduli lingkungan

Pengembangan kapasitas kelompok masyarakat peduli lingkungan

3

Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang

Meningkatnya kualitas tata bangunan

Optimalisasi Penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah

Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh secara lestari dan berkelanjutan

Page 57: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

45

No Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Peningkatan kualitas tata ruang dan pengelolaan pertanahan;

Mencermati rencana tata ruang Kabupaten Lembata sebagaimana tersebut

khususnya bidang lingkungan hidup, maka keberadaan KPHL Lembata memiliki

peranan penting terutama terkait dengan upaya perlindungan ekosistem

Kabupaten Lembata, dimana wilayah kerja KPHL Lembata menjadi bagian dari

kawasan strategis Kabupaten Lembata. Selain memberikan sejumlah jasa

lingkungan penting yang menyangga kehidupan masyarakat, kawasan hutan di

KPHL Lembata berfungsi sebagai kawasan perlindungan terhadap ancaman

bencana alam, ruang terbuka hijau, dan fungsi lainnya.

Oleh karena itu di dalam rencana tata ruang Kabupaten Lembata maka upaya

untuk mengelola hutan lindung merupakan salah satu kebijakan tata ruang yang

penting. Di samping memberikan fungsi perlindungan ekosistem wilayah dan

penyediaan jasa lingkungan, hutan yang ada akan dimanfaatkan tanpa

mengganggu jasa ekosistemnya. Untuk itu pola pengaturan ruang hutan yang

diatur dalam tata ruang Kabupaten Lembata merupakan keniscayaan, sehingga

dengan adanya KPHL Lembata maka upaya untuk mengatur pola ruang hutan

lindung dan hutan produksi dapat dilakukan lebih efektif.

2.6 Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

2.6.1 Isu Strategis

Isu strategis dalam pembangunan KPHL Lembata adalah terkait dengan

revitalisasi kehutanan di Kabupaten Lembata diantaranya adalah:

1. Keberadaan hutan lindung memiliki peran penting bagi penyangga kehidupan

dan sebagai cadangan simpanan karbon.

2. Tingkat ketergantungan masyarakat yang cukup tinggi terhadap lahan

mengingat sebagaian besar penduduk adalah petani.

3. Kondisi areal KPHL tersebar secara sporadis (tidak dalam satu hamparan), hal

ini berimplikasi kawasan memiliki resiko yang cukup tinggi baik ditinjau dari

sisi ekologis maupun sosial ekonomi.

Page 58: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

46

2.6.2 Kendala dan Permasalahan

Hal-hal yang sering menjadi permasalahan dalam merencanakan dan

membangun KPH secara umum dan KPHL Lembata secara khusus adalah sebagai

berikut:

a) Kendala secara fisik, dimana lahan-lahan umumnya memiliki tingkat

kemiringan yang curam, sehingga memiliki potensi erosi dan longsor di musim

hujan;

b) Dijumpainya bentuk-bentuk penggunaan lahan pertanian lahan kering,

terutama di dalam kawasan hutan lindung;

c) Banyaknya areal-areal yang tidak produktif/lahan kritis seperti belukar dan

tanah kosong;

d) Konsep KPHL belum sepenuhnya dipahami oleh stakeholders;

e) Kesepakatan dan mekanisme kolaborasi pengelolaan KPHL Lembata belum

terbangun;

f) Ketegasan kewenangan terkait tugas pokok dan fungsi (tupoksi), tata

hubungan kerja (tahubja), koordinasi, sinkronisasi, jejaring untuk tukar

pembelajaran. Dalam hal ini peran pemerintah pusat masih perlu ditingkatkan;

g) Potensi konflik tenurial dan batas kepemilikan hak ulayat di lapangan yang

belum dijabarkan dalam blok dan petak;

h) Adanya keterbatasan pengetahuan, arahan/pedoman, dan pendanaan;

i) Persyaratan administrasi, kompetensi dalam pengembangan SDM, pengadaan

pegawai, bekal pendidikan teknis, dan kecocokan kompetensi profesi tidak

mudah dipenuhi;

j) Prioritas antara manfaat jasa lingkungan dan peluang ekonomi dari kayu

ataupun hasil hutan bukan kayu belum dipahami secara benar. Data dan

informasi mengenai potensi jenis flora unggulan, spesies kunci, spesies baru,

dan keanekaragaman fauna harus terus-menerus diperbaharui sehingga

pemilihan prioritas antara manfaat lingkungan, dan ekonomi dapat dilakukan

secara tepat;

k) Rendahnya kapasitas masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonomi,

tingkat pendidikan dan pendapatan masih rendah, tingkat ketergantungan

Page 59: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

47

kepada hutan masih tinggi, potensi usaha ekonomi masyarakat lokal belum

tergali, rendahnya sinkronisasi kegiatan pemberdayaan lintas sektoral dan

nilai-nilai lokal masih belum diakomodir dalam adopsi dan adaptasi

pengelolaan KPHL Lembata.

l) Pendanaan dalam operasional KPH dan penguatan kelembagaan serta

peningkatan SDM.

Page 60: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

48

3.1. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan KPHL Lembata

3.1.1. Visi

Visi KPHL Lembata dirumuskan berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada,

dan tidak terlepas dari visi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lembata

yang terdapat dalam Rencana Strategis tahun 2011-2016 dan Visi Pemerintah

Kabupaten Lembata yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(Tahun 2011-2016). Visi Kabupaten Lembata tersebut yaitu “Terwujudnya

Lembata yang Mandiri dan Produktif Berbasis Potensi dalam Perspektif

Tata Ruang”. Sedangkan visi bidang lingkungan adalah ”Save Our

Lembata/Lingkungan Hidup (Konservasi/Preservasi Sumberdaya Alam,

Optimalisasi Sumberdaya Alam dalam Keseimbangan Ekologi dan

Biota)”

Mendasari segala potensi yang ada dan memperhatikan visi pembangunan

kehutanan kabupaten dan visi lingkungan, maka visi pengelolaan KPHL Lembata

adalah :“Mewujudkan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)

yang Mandiri dan Profesional dalam Mengoptimalisasi Sumberdaya

Alam untuk Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Lembata Tahun

2025”

Pengelolaan KPHL, merupakan suatu wujud satuan pengelolaan kawasan

tingkat tapak yang tertata dan terorganisir dalam kerangka penerapan prinsip-

prinsip pengelolaan hutan produksi lestari.

Profesional, merupakan prinsip yang mengedepankan aspek profesionalisme

dan kompetensi SDM serta kerja bersama dan saling menerima di antara

pelaku pembangunan.

Mandiri, Pengelolaan kawasan hutan dilakukan dengan memanfaatkan

sumber daya internal maupun eksternal. Sepanjang perjalanan waktu,

ketergantungan kepada sumber daya eksternal sedikit demi sedikit dikurangi

sampai akhirnya tercapai kemandirian.

BAB

3 VISI DAN MISI

Page 61: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

49

Mengoptimalisasi Sumberdaya Alam adalah upaya memaksimalkan

potensi sumberdaya alam dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan Masyarakat, suatu kondisi dimana masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan dasar yang bersifat material dan spriritual. Indikator

yang dipergunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat diantaranya

meningkatnya pendapatan masyarakat, lama sekolah, derajat kesehatan,

angka kemiskinan dan akses masyarakat terhadap layanan publik.

3.1.2 Misi

Dalam langkahnya untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, diperlukan

bentuk nyata implementasinya sebagai gambaran tentang tahapan pelaksanaan.

Dengan demikian, ditetapkan misi pengelolaan KPHL Lembata sebagai berikut :

1. Memantapkan status kawasan KPHL Lembata

2. Memantapkan dan memperkuat kelembagaan organisasi dan infrastruktur

KPHL Lembata

3. Mengoptimalkan potensi ekosistem hutan sesuai dengan rencana

pemanfataannya

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola

5. Membangun dan memperkuat pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan

pengelolaan dan pelestarian ekosistem hutan yang terintegrasi pemanfaatan

hasil hutan non kayu.

6. Membangun dan mengembangkan kemitraan dengan para pihak dalam

pengelolaan produk hasil hutan dan jasa lingkungan hutan

3.1.3 Tujuan Pengelolaan

Berdasarkan visi dan misi di atas maka pengelolaan KPHL Lembata mempunyai

tujuan pengelolaan sebagai berikut:

a) Terwujudnya kepastian hukum, meminimalkan terjadinya sengketa lahan,

menyediakan lahan bagi masyarakat untuk mendukung pengelolaan KPHL

Lembata serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan

penataan batas; Tertatanya penataan kawasan KPHL Lembata, blok dan petak

yang pengelolaannya dilakukan secara partisipatif dan kolaboratif dalam

perlindungan dan pengawasan ditujukan untuk menjaga fungsi perlindungan,

pelestarian dan pengawetan keanekaragam hayati dan ekosistemnya;

Page 62: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

50

b) Terbentuknya kelembagaan KPHL Lembata dengan semua perangkat dan

infrastruktur yang mendukung tujuan pembentukan KPHL Lembata;

c) Meningkatkan nilai manfaat hutan sesuai dengan daya dukung lingkungan

yang memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar kawasan; Terbangunnya

database potensi SDH, rencana pemanfaatan dan pengelolaan yang

berdasarkan kepada daya dukung lingkungan kawasan lindung;

d) Terjadinya peningkatan SDM dan pemantapan aspek kelembagaan sehingga

terbentuk staf pengelola KPHL yang mampu bekerja secara efektif dan efisien,

serta mampu menciptakan tata hubungan yang baik dengan para pihak diluar

pengelola kawasan tersebut;

e) Terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok tani hutan dalam

memanfaatkan hasil hutan dan meningkatnya jumlah kelompok binaan

pengelolaan kawasan hutan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

hutan serta terbangunnya core business untuk tanaman kehutanan dan

tanaman MPTS serta HHBK yang dapat dimanfaatkan hasil kayu dan non

kayunya;

f) Terbangunnya berbagai skema kerjasama antara KPHL dan masyarakat serta

pemegang ijin dalam pengelolaan kawasan hutan. Terwujudnya pengelolaan

jasa lingkungan dalam peningkatan pemahaman dan keterampilan masyarakat

dalam melakukan usaha upaya konservasi ekosistem pelestarian alam dan

peningkatan pendapatan masyarakat.

3.1.4 Pendekatan Strategi Pengelolaan

Pendekatan strategi yang akan dipergunakan untuk mewujudkan visi dan misi

serta tujuan pengelolaan tersebut memerlukan analisis, tahapan, serta prakondisi

melalui pendekatan antara lain :

a. Legalitas Kawasan

Penataan kawasan ditujukan untuk memperoleh kepastian hukum,

menghindari sengketa yang bersumber dari tumpang tindihnya perizinan dan

areal kawasan serta menyediakan wadah bagi masyarakat untuk melakukan

berbagai kegiatan baik dalam rangka mendukung program KPHL Lembata,

maupun program pembangunan daerah Kabupaten Lembata dan Propinsi

Page 63: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

51

Nusa Tenggara Timur, dengan mempertimbangkan peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

b. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Bersama

Kegiatan ini ditujukan untuk menjaga keutuhan fungsi kawasan, keragaman

hayati beserta ekosistemnya, menjaga agar kawasan terbebas dari

perambahan, perusakan dan gangguan baik langsung maupun tidak

langsung. Dalam memperkuat perlindungan dan pengamanan kawasan

diperlukan strategi-strategi yang melibatkan peran serta semua pihak

berdasarkan kewenangan yang dimiliki masing-masing pihak, baik di internal

KPHL Lembata, maupun pihak-pihak eksternal seperti Kepolisian, Dinas

Kehutanan, pihak swasta yang bekerja di sekitar kawasan KPHL Lembata,

serta masyarakat di sekitar kawasan KPHL Lembata. Selain memperkuat

pengamanan bersama, diperlukan juga partisipasi masyarakat yang berada

di sekitar kawasan, partisipasi ini dapat diperkuat dengan membangun

pengamanan swakarsa masyarakat yang berada di sekitar kawasan.

c. Manajemen Kolaborasi

Kerjasama akan mengatur dan membagi peran dari masing-masing pihak

dalam pengelolaan bersama. Peran beberapa pihak tersebut harus bersinergi

dalam memperkuat program yang ada, mulai dari perencanaan,

implementasi, monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama-sama,

sehingga hasil yang diharapkan dapat maksimal dan bermanfaat bagi

pencapaian tujuan bersama.

d. Sinergisitas Program Antar Pihak

Pengelolaan KPHL Lembata tidak hanya dilakukan oleh unit pengelola saja,

namun perlu melibatkan berbagai pihak. Keterlibatan antar pihak dapat

diwujudkan dengan memperkuat sinergisitas program para pihak.

Pemerintah pusat dan daerah memiliki program-program pembangunan

kehutanan dapat bersinergi dan dapat dikerjasamakan dengan program di

KPHL Lembata. Untuk memperkuat dan sinergisitas program dengan pihak

lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perusahaan maupun

investor harus disesuaikan dengan rencana dan tujuan KPHL Lembata,

maupun pemerintah daerah, mulai dari perencanaan, implementasi,

monitoring dan evaluasi.

Page 64: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

52

e. Membuka Jaringan (Networking)

Jaringan kerjasama yang dibangun akan memperkuat program-program

yang berdampak pada pengelolaan KPHL Lembata. Kerjasama dapat

dibangun dengan pihak luar yang memiliki visi dan misi sejalan dengan visi

misi pembangunan KPHL Lembata.

f. Pengembangan Daerah Sekitar Kawasan KPHL Lembata

Pengelolaan daerah sekitar KPHL Lembata haruslah didukung oleh sistem

yang cukup baik. Sistem tersebut harus dibangun sesuai dengan kebutuhan

dan permasalahan yang ada di masyarakat. Untuk mengurangi tekanan yang

besar terhadap kawasan, salah satunya diperlukan pemberdayaan

masyarakat di sekitar kawasan KPHL Lembata. Pemberdayaan ini dapat

berupa pengembangan ekonomi, budaya, wisata, kesadartahuan mengenai

lingkungan dan lain-lain, yang diadopsi dan diadaptasi dari potensi dan

kekuatan yang ada di masyarakat.

Page 65: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

53

4.1. Analisis Data dan Informasi KPHL Lembata

Analisis yang digunakan dalam peyusunan rencana pengelolaan ini adalah

analisis SWOT. Analisis ini merupakan suatu metoda untuk menyusun rencana

strategis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi

termasuk dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL

Lembata. Analisis SWOT dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan

eksternal. Faktor internal terdiri dari Strength (kekuatan) dan Weakness

(kelemahan), sedangkan faktor eksternal terdiri dari Oportunity (peluang) dan

Threat (ancaman). Apabila keempat hal tersebut diidentifikasikan maka akan

terlihat faktor-faktor yang akan membantu dan menghambat pengelolaan KPHL

Lembata untuk mencapai tujuan. Analisa ini menghasilkan strategi pencapaian

tujuan dengan memaksimalkan Strengths (kekuatan) dan Opportunities

(peluang), namun secara bersamaan meminimalkan Weaknesses (kelemahan)

dan Threats (ancaman). Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai

kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan.

4.1.1 Faktor Internal (Kekuatan/Strength)

A. Legalitas dan Struktur Organisasi KPHL Lembata yang Jelas

KPHL Lembata telah memiliki legalitas dan struktur organisasi yang jelas dan

menjadi kekuatan bagi manajemen untuk melakukan kegiatan

penyelenggaraan pengelolaan hutan di wilayah kerjanya.

B. Potensi Sumberdaya Hutan tinggi

Potensi sumberdaya hutan yang masih tinggi selain menghasilkan hasil

hutan juga berperan penting dalam menyediakan jasa lingkungan, terutama

jasa lingkungan air yang memasok kebutuhan masyarakat di Kabupaten

Lembata.

BAB

4 ANALISIS DAN PROYEKSI

Page 66: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

54

4.1.2 Faktor Internal (Kelemahan/Weakness)

A. Tata Batas Perlu Direkonstruksi

Adanya perubahan kawasan hutan sesuai dengan Keputusan Menteri

Kehutanan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

mengharuskan wilayah kerja KPHL Lembata segera untuk direkonstruksi tata

batas. Selain karena perubahan penunjukkan kawasan hutan di Provinsi

Nusa Tenggara Timur, tekanan penduduk terhadap lahan relatif tinggi. Oleh

karena itu salah satu prasyarat penting yang menjamin kelestarian fungsi

kawasan hutan di wilayah kerja KPHL Lembata adalah penyelesaian tata

batas.

Berdasarkan hasil penelusuran dari 36 titik, sebagian besar telah rusak yakni

terhapus nomor pal, retak dan lain-lain yakni sebanyak 12 pal (33%), hilang

8 pal (22%), hancur 6 pal (17%), berupa pohon 4 pal (11%), berupa

tumpukan batu 3 pal (8%), dan pal yang masih utuh hanya 3 pal (8%).

Tabel 4. 1 Kondisi Pal Batas di KPHL Lembata

No Kondisi Pal Batas Jumlah Persentase

1. Hancur 6 17%

2. Hilang 8 22%

3. Pohon 4 11%

4. Rusak 12 33%

5. Tumpukan Batu 3 8%

6. Utuh 3 8%

Jumlah 36

B. Kapasitas SDM

Sebagai unit pengelolaan hutan yang baru, kapasitas sumberdaya manusia

(SDM) masih terbatas, baik dalam jumlah dan kualitasnya. Kompetensi SDM

yang diperlukan sesuai dengan P.42/Menhut-II/2011 adalah sebagai berikut

:

Page 67: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

55

a) Pengelolaan sarpras dan keuangan

b) Pengelolaan program dan kegiatan

c) Pengelolaan para pihak (komunikasi, negosiasi, konsultasi, fasilitasi,

pengelolaan konflik dll.)

d) Pengelolaan usaha/bisnis

e) Penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan:

i. Inventarisasi hutan

ii. Penataan hutan

iii. Penyusunan pengaturan hasil

iv. Penyusunan rencana pengelolaan hutan

f) Penyelenggaraan pemanfaatan hutan

i. Pemanfaatan kawasan

ii. Pemanfaatan jasa lingkungan

iii. Pemanfaatan hasil hutan kayu

iv. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

v. Pemungutan hasil hutan kayu

vi. Pemungutan hasil hutan non kayu

g) Penyelenggaraan penggunaan kawasan hutan

h) Penyelenggaraan rehabilitasi dan reklamasi hutan

i) Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam

j) Pengelolaan informasi dan pengendalian manajemen hutan

C. Dana Terbatas

KPHL Lembata sebagai unit pengelolaan baru tentunya memiliki

keterbatasan dana, sehingga kemampuan manajemen KPHL dalam

meningkatkan penerimaan anggaran yang berasal dari Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Kabupaten perlu

ditingkatkan. Selain itu peningkatan jaringan dan kemitraan dengan para

pihak dalam membantu pengelolaan hutan di KPHL Lembata harus terus

dilakukan.

D. SOP Pengelolaan Tingkat Tapak Belum Tersedia

Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pengelolaan hutan

di wilayah kerja KPHL Lembata perlu didukung oleh SOP (Standard

Operating Procedures) yang memadai. SOP menjadi panduan bagi pelaksana

untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya.

Page 68: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

56

SOP dilakukan mulai dari tingkat tapak sampai dengan tingkat manajemen,

sehingga pengendalian kegiatan dan program dapat dilakukan secara

terukur dan sistematis.

E. Sarana Perkantoran dan Sistem Informasi Masih Terbatas

Sarana perkantoran saat ini dirasakan masih kurang, sehingga perlu

ditambah sesuai dengan perkembangan frekuensi kegiatan dalam

pengelolaan hutan di wilayah KPHL Lembata. Selain itu untuk mempercepat

lalu lintas informasi secara internal dan eksternal perlu didukung oleh sistem

informasi yang memadai. Sistem informasi yang makin baik diharapkan akan

meningkatkan kinerja pengelolaan hutan di wilayah KPHL Lembata

Kabupaten Lembata. Sistem informasi yang dibangun diharapkan menjadi

instrumen komunikasi internal dan eksternal, sehingga pengambilan

keputusan dapat dilakukan jauh lebih cepat. Sistem informasi yang dibangun

tentunya perlu didukung dengan ketersediaan perangkat keras dan

perangkat lunak yang memadai, termasuk kemampuan jaringan informasi

dari lapangan ke pusat komunikasi yang ada di kantor KPHL Lembata.

4.1.3 Faktor Eksternal (Peluang/Opportunities)

A. Pasar Jasa Ekosistem (Air, Karbon, Wisata, Biodiversitas)

Jasa ekosistem hutan di KPHL Lembata, seperti jasa lingkungan air,

biodiversitas, wisata alam, dan serapan karbon bernilai penting dalam

mendukung kehidupan masyarakat di Kabupaten Lembata. Dengan makin

bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan jasa ekosistem hutan

misalnya air akan makin besar. Oleh karena itu air dan aliran air yang selama

ini dihasilkan ekosistem hutan harus tetap terpelihara dengan baik

kontinuitas, kuantitas, dan kualitas air yang keluar dari kawasan hutan KPHL

Lembata harus tetap dipertahankan dalam menjamin kebutuhan air.

Selain air, tingginya ragam hayati di hutan-hutan wilayah kerja KPHL

Lembata sangat berpotensi menjadi bahan baku biofarmaka, makanan, dan

industri lainnya. Pengetahuan masyarakat yang telah menjadi kearifan lokal

dalam memanfaatkan potensi sumberdaya hayati menjadi nilai penting untuk

terus dikembangkan secara baik melalui proses pengolahannya yang lebih

baik. Eksplorasi dan penelitian untuk mengidentifikasi kandungan senyawa

penting dalam spesies tumbuhan yang ada di hutan-hutan di wilayah KPHL

Page 69: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

57

Lembata penting untuk diintensifkan. Jasa ekosistem lainnya adalah karbon

dan wisata alam. Jasa ekosistem karbon berpeluang untuk masuk dalam

skema perdagangan karbon yang banyak ditawarkan oleh berbagai lembaga

mitra nasional dan internasional. Adapun untuk jasa wisata alam berpotensi

untuk dikembangkan terkait dengan kebutuhan ruang hijau sebagai tujuan

wisata. Kegiatan wisata sendiri menjadi bagian penting dari Trade,

Investment and Tourism, dimana ketika perdagangan dan investasi

berkembang senantiasa diikuti oleh permintaan terhadap kegiatan wisata.

B. Dukungan Para Pihak

Sejak awal dirintis pengembangannya, KPHL Lembata mendapatkan

dukungan luas dari berbagai pihak. Pemerintah Kabupaten Lembata, Provinsi

Nusa Tenggara Timur, UPT Kehutanan, lembaga masyarakat adat,

akademisi, dan para pihak lainnya memberikan dukungan yang positif

terhadap pengelolaan hutan dengan model KPHL ini. Antusiasme yang cukup

tinggi menjadi dorongan sangat berharga bagi pihak pengelola untuk

melakukan kegiatan pengelolaan hutannya yang lebih baik.

4.1.4 Faktor Eskternal (Ancaman/Threats)

A. Tekanan Terhadap Lahan Tinggi

Perkembangan Kabupaten Lembata sebagai pusat kegiatan ekonomi dan

pertumbuhan nasional telah meningkatkan kebutuhan lahan, seperti untuk

permukiman, pertanian, pertambangan galian C (pasir dan batu) dan

sebagainya. Beberapa areal dalam KPHL Lembata yang terbuka dan

diokupasi merupakan contoh bentuk tekanan masyarakat terhadap lahan

yang tinggi. Dengan makin berkembangnya Kabupaten Lembata tentunya

tekanan terhadap lahan termasuk lahan yang menjadi wilayah kerja KPHL

Lembata Kabupaten Lembata makin tinggi pula. Oleh karena itu upaya untuk

mengurangi tekanan terhadap lahan harus dilakukan secara cepat dan tepat.

B. Kegiatan Non Kehutanan Yang Menimbulkan Degradasi Lingkungan

Hidup

Kegiatan non kehutanan yang masih ada seperti pertanian dan penggalian

bahan tambang galian C (batu dan pasir) di dalam dan sekitar wilayah kerja

KPHL Lembata menjadi ancaman serius terhadap kelestarian hutan. Kegiatan

galian tambang sesungguhnya merupakan kegiatan yang merusak bentang

Page 70: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

58

lahan di wilayah kerja KPHL Lembata, sehingga pemulihannya tidak cukup

dengan kegiatan revegetasi tetapi diperlukan teknik rekayasa lingkungan

yang memungkinkan nilai ekosistem yang sebelumnya ada seperti

kemampuan resapan dan simpanan air dapat dipulihkan. Rekayasa lanskap

dalam reklamasi bekas galian tambang menjadi pilihan teknologi penting

dalam kegiatan rehabilitasi/reklamasi di wilayah kerja KPHL Lembata

tersebut.

C. Persepsi terhadap Pengelolaan KPHL

Belum utuhnya pemahaman para pihak terhadap bentuk pengelolaan KPHL

menjadi tantangan dalam pengelolaan KPHL Lembata ini. Para pihak masih

banyak yang belum mengerti tentang sistem pengelolaan KPHL yang akan

dilakukan, terutama masyarakat yang memiliki hak ulayat. Komunikasi

secara persuasif dibutuhkan untuk meningkatkan persepsi dan apresi para

pihak terhadap pengelolaan KPHL. Persepsi yang selama ini menyamakan

pengelolaan hutan seperti pemanfaatan kayu oleh perusahaan HPH harus

dapat diluruskan oleh manajemen KPHL Lembata.

D. Tingkat Ketergantungan Terhadap Hutan

Kehidupan masyarakat secara turun temurun bergantung pada hasil hutan,

baik hasil hutan kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan hutan. Bagi

masyarakat yang tidak peduli dengan kelestarian hutan, ketergantungan

terhadap sumberdaya hutan seringkali diartikan secara sempit yaitu

mengambil potensinya tanpa mempedulikan kelestariannya. Akibat tindakan

ini telah menyebabkan degradasi ekosistem hutan yang sangat serius di

beberapa titik lokasi di wilayah kerja KPHL Lembata. Ketergantungan

terhadap sumberdaya hutan terutama pemungutan kayu menjadi ancaman

kelestarian ekosistem hutan di daerah tersebut. Selain itu dengan adanya

sumber galian tambang pasir dan batu di dalam dan sekitar wilayah kerja

KPHL Lembata menjadi ancaman terhadap perubahan lanskap ekosistem

hutan. Perubahan lanskap tersebut menyebabkan fungsi lahan hutan sebagai

resapan dan simpanan air terganggu serta habitat berbagai spesies

tumbuhan dan hewan rusak. Berdasarkan atas keempat belas faktor internal

dan faktor eksternal tersebut, maka diproyeksikan rangking faktornya

sebagaimana disajikan pada tabel 4.3.

Page 71: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

59

Hasil pembobotan dan keterkaitan antar faktor internal dan eksternal dengan

tabel SWOT tersebut menunjukkan bahwa dalam pengelolaan hutan di

wilayah kerja KPHL Lembata isu penting sesuai dengan urutan rangking nilai

dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Nilai dari masing-masing faktor

Rangking Faktor Nilai

1 Dukungan para pihak 1,49

2 SOP Pengelolaan tingkat Tapak belum tersedia 1,31

3 Legalitas dan Struktur Organisasi KPHL Lembata

yang jelas

1,31

4 Dana terbatas 1,22

5 Pasar jasa ekosistem (air, karbon, wisata,

biodiversitas)

1,22

6 Kegiatan non kehutanan yang menimbulkan

degradasi lingkungan hidup

1,22

7 Tata Batas perlu direkonstruksi 1,20

8 Potensi Sumberdaya Hutan tinggi 1,15

9 Tekanan terhadap lahan tinggi 1,11

10 Persepsi terhadap Pengelolaan KPHL 1,07

11 Kapasitas SDM 0,73

12 Tingkat ketergantungan terhadap hutan 0,70

13 Sarana Perkantoran dan Sistem Informasi masih

terbatas

0,64

Page 72: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

60

Tabel 4.3 Strategi Kombinasi Strength (Kekuatan) dan Opportunity (Peluang) Dalam Analisa SWOT

Faktor Internal NU BF ND Nilai Keterkaitan Jumlah NK NRK NBK TNB

NBD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kekuatan (Strength)

Legalitas dan Struktur Organisasi KPHL Lembata yang jelas 4 14,29 5 0,714 4 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 58 4,1 0,59 1,31

Potensi Sumberdaya Hutan tinggi 4 14,29 4 0,571 4 4 5 4 3 3 5 5 5 5 4 5 57 4,1 0,58 1,15

Kelemahan (Weakness)

Tata Batas perlu direkonstruksi 4 14,29 4 0,571 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 62 4,4 0,63 1,20

Kapasitas SDM 3 10,71 3 0,321 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 3 53 3,8 0,41 0,73

Dana terbatas 5 17,86 3 0,536 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 3,9 0,69 1,22

SOP Pengelolaan tingkat tapak belum tersedia 5 17,86 4 0,714 5 3 5 4 4 3 4 3 3 3 4 3 47 3,4 0,60 1,31

Sarana Perkantoran dan Sistem Informasi masih terbatas 3 10,71 3 0,321 4 3 5 4 4 3 3 3 2 2 2 2 41 2,9 0,31 0,64

Faktor Eksternal 28

Peluang (Opportunities)

Pasar jasa ekosistem (air, karbon, wisata, biodiversitas) 4 13,79 5 0,69 3 5 4 5 4 3 3 4 5 5 4 4 54 3,9 0,53 1,22

Dukungan para pihak 5 17,24 5 0,862 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 51 3,6 0,63 1,49

Ancaman (Threats)

Tekanan terhadap lahan tinggi 4 13,79 4 0,552 5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 4 4 57 4,1 0,56 1,11

Kegiatan non kehutanan yang menimbulkan degradasi lingkungan hidup 4 13,79 5 0,69 5 5 5 4 4 3 2 5 5 4 4 4 54 3,9 0,53 1,22

Persepsi terhadap Pengelolaan KPHL 4 13,79 4 0,552 5 4 5 4 4 3 2 4 5 4 4 5 53 3,8 0,52 1,07

Tingkat ketergantungan terhadap hutan 3 10,34 3 0,31 4 5 5 4 4 3 2 4 5 4 4 5 53 3,8 0,39 0,70

Page 73: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

61

Dari tiga belas (13) faktor internal dan eksternal yang dikaji ternyata posisi

dukungan para pihak pun menjadi nilai penting bagi terwujudnya visi dan misi dari

KPHL Lembata tersebut. Faktor selanjutnya yang perlu dipertimbangkan dalam

pengelolaan KPHL Lembata adalah ketersediaan SOP pengeloaan tingkat tapak dan

penguatan kelembagaan KPHL. Dengan antipasi terhadap keempat faktor tersebut,

maka manajemen KPHL diharapkan akan mampu menangani kelemahan, ancaman,

dan peluang yang dihadapinya. Mengelola peluang dengan kekuatan yang

dimilikinya tampaknya menjadi titik fokus penting dalam pengelolaan KPHL

Lembata.

4.2 Penetapan Strategi Pengelolaan KPHL Lembata

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal dan hasil

perhitungannya total nilai bobot untuk kekuatan 2.46, kelemahan 5.2, peluang 2.71

dan ancaman 4.10 maka didapat nilai kuadran adalah (-1.39 ; -2.34) berada pada

kuadran IV, sehingga strategi yang di kembangkan adalah Weakness-Treat (WT)

seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Posisi Kuadran Hasil Analisis SWOT

Strategi Weakness Threat (WT) adalah strategi yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Model

kombinasi tersebut disajikan pada tabel 4.4 dengan penjelasan sebagi berikut:

Page 74: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

62

A. Penyelesaian penataan batas blok dengan segera untuk memberi kepastian

hukum dengan segala keterbatasan yang ada dalam kerangka mengurangi

seluruh ancaman yang datang (W1 & T1–6 ).

B. Kurangnya jumlah dan kompetensi personil dalam mengatasi ancaman terdapat

perambahan hutan melalui penambahan jumlah tenaga pelaksana pengelola

KPHL Lembata baik administrasi maupun teknis lapangan dan melakukan upaya

percepatan peningkatan kompetensi pengelola KPHL Lembata untuk

mengurangi datangnya ancaman dan gangguan terhadap eksistensi KPHL

Lembata (W2 &T1-6).

C. Kurangnya pendanaan dapat diatasi dengan strategi melaksanakan upaya

secara cerdas dan kerja keras dengan segala keterbatasan personil pengelola

untuk mencari sumber pendanaan yang lain yang mampu memenuhi

kekurangan biaya untuk mengatasi seluruh ancaman yang datang (W5 & T1–6).

D. Melakukan penyusunan SOP untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan yang

menjadi tugas dan tanggung jawab dari KPHL dan perangkat lainnya.

Pembuatan SOP dapat dilakukan dengan cara mengkolaborasi seluruh

steackholder yang berkepentingan terhadap keberadaan KPHL sehingga terlihat

jelas batasan dan tupoksinya antar stackholder. Ketersediaan SOP akan

mempercepat proses penataan dan mengatasi segala ancaman yang datang

(W4 &T1–6 ).

E. Melakukan upaya pendataan potensi jasa lingkungan dan KPHL Lembata

dengan segala keterbatasan melalui strategi membuka kerjasama atau

meningkatkan daya dukung para pihak untuk mengatasi segala ancaman (W 3&

T1–6 ).

F. Penyediaan sarana dan prasana yang memadai baik sarana kelengkapan kantor

maupun sarana dan prasana lapangan termasuk mempercepat perbaikan

aksesibilitas dengan segala keterbatasan dengan melakukan upaya koordinasi

dengan instansi terkait. dan upaya untuk memperluas jaringan kerjasama untuk

memenuhi kekurangan sarana dan prasarana serta mempercepat pembukaan

aksesibilitas atau alternatif lain sebagai upaya mengurangi keterbatasan

aksesibilitas, Sehingga mempermudah aksesibilitas dalam kawasan dan ke luar

kawasan KPHL Lembata dalam upaya mengatasi segala macam ancaman yang

datang (W5 &T1–6 ).

Page 75: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

63

Tabel 4.4 Strategi Kombinasi Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threat) dalam Analisis SWOT

Threats (ancaman)

Tekanan

terhadap lahan

tinggi

Kegiatan non kehutanan yang

menimbulkan degradasi

lingkungan hidup

Persepsi terhadap

Pengelolaan KPHL

Tingginya tingkat

ketergantungan

masyarakat terhadap

hutan

Weakness (kelemahan)

Tata Batas perlu direkonstruksi 1 2 3 4

Kapasitas SDM 5 6 7 8

Dana terbatas 9 10 11 12

SOP Pengelolaan tingkat Tapak

belum tersedia 13 14 15 16

Sarana Perkantoran dan Sistem

Informasi masih terbatas 17 18 19 20

Sumber: data primer (diolah)

Keterangan: angka 1-20 menunjukan strategi kombinasi yang perlu dilakukan berdasarkan potensi ancaman yang datang dari luar, dengan cara meminimumkan

kelemahan yang dimiliki oleh KPHL Lembata, sehingga kelemahan yang ada bukan dijadikan halangan untuk mengatasi potensi ancaman yang datang,

dengan strategi ini diharapkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan oleh KPHL Lembata dapat tercapai.

Page 76: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

64

Visi “Mewujudkan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) yang Mandiri dan Profesional dalam Mengoptimalisasi Sumberdaya Alam untuk

Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Lembata Tahun 2025”

Tabel 4.5 Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Kombinasi Faktor (Strategi) Dan Sasaran Program Indikatif

Misi Tujuan Strategi Sasaran Program

Memantapkan status kawasan KPHL Lembata

Terwujudnya kepastian hukum,

meminimalkan terjadinya sengketa

lahan, menyediakan lahan bagi masyarakat untuk mendukung

pengelolaan KPHL serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

kegiatan penataan batas;

Tertatanya penataan kawasan KPHL

Lembata, blok dan petak yang pengelolaannya dilakukan secara

partisipatif dan kolaboratif dalam perlindungan dan pengawasan

ditujukan untuk menjaga fungsi

perlindungan, pelestarian dan pengawetan keanekaragam hayati dan

ekosistemnya

a) Penyelesaian penataan batas dan penetapan

blok kawasan KPHL untuk memberikan

kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman

b) Meningkatkan dukungan para pihak dan menggalang partisipasi masyarakat dalam

penyelesaian batas kawasan dan penataan blok

c) Meningkatkan koordinasi dengan para pihak

terutama dengan stakeholder di wilayah Kabupaten Lembata

1. Penyelesaian trayek tata batas

kawasan

2. Penataan blok kawasan KPHL

Memantapkan dan memperkuat kelembagaan organisasi dan infrastruktur KPHL Lembata

Terbentuknya kelembagaan KPHL Lembata dengan semua perangkat dan

infrastruktur yang mendukung tujuan pembentukan KPHL Lembata

a) Pemantapan struktur organisasi KPHL dalam upaya meningkatkan dukungan para pihak

b) Pemantapan status hukum kelembagaan dan kawasan dengan meningkatkan partisipasi

masyarakat d) Setiap pengambilan keputusan dalam

pembuatan kebijakan kehutanan dengan

mengakomodir saran dari para pihak dan kepentingan stakeholders terbawah

masyarakat

1. Pemantapan struktur organisasi KPHL

2. Pemantapan status legal formal terhadap kelembagaan dan

kawasan 3. Penyiapan presedur kerja atau

sop sesuai bidang tugas dan

kebutuhan 4. Peningkatan sarana dan

prasarana penunjang

Page 77: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

65

Misi Tujuan Strategi Sasaran Program

e) Menyediakan SOP dalam pengelolaan KPHL

dalam upaya peningkatan pemahaman, pengetahuan, dan partisipasi para pihak

termasuk masyarakat

kelembagaan

Mengoptimalkan potensi ekosistem hutan sesuai dengan rencana pemanfataannya

Meningkatkan nilai manfaat hutan

sesuai dengan daya dukung

lingkungan yang memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar

kawasan

Terbangunnya database potensi SDH,

rencana pemanfaatan dan pengelolaan yang berdasarkan kepada daya

dukung lingkungan kawasan lindung

a) Mendorong pengembangan potensi jasa

lingkungan, wisata alam, dan meningkatkan

minat peneliti dan akademisi untuk melakukan penelitian di KPHL

b) Menjaga kelestarian potensi keanekaragaman hayati dengan partisipasi masyarakat dan

bekerjasama, serta mengakomodir kearifan

lokal masyarakat c) Menggalang minat penelitian dan partisipasi

masyarakat dalam mendukung pengumpulan data potensi kawasan

d) Mengelola potensi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan untuk meningkatkan taraf

hidup, tingkat pendidikan, kesehatan dan

peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan

KPHL e) Penguatan data potensi kawasan untuk

menunjang kegiatan penangan berbagai

ancaman yang dihadapi

1. Pemanfaatan sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya dalam

pengembangan penfaatan jasa lingkungan

2. Membangun pusat yang mendukung keberadaan KPHL

3. Menggali potensi potensi kawasan

4 Menggali potensi dalam pengembangan wisata alam

5. Membangun database KPHL

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola

Terjadinya peningkatan SDM dan pemantapan aspek kelembagaan

sehingga terbentuk staf pengelola

KPHL yang mampu bekerja secara efektif dan efisien, serta mampu

menciptakan tata hubungan yang baik dengan para pihak diluar pengelola

kawasan tersebut

a) Meningkatkan jumlah dan kapasitas personil, sehingga memiliki kemampuan untuk

mencegah dan mengurangi ancaman yang

datang dari luar KPHL b) Peningkatan kapasitas personil dengan

memanfaatkan program peningkatan kapasitas dari Kementerian Lingkungan Hidup

danKehutanan, kementerian lain, dan pihak

lain diluar pemerintah

1. Pelatihan dan pendidikan SDM 2. Meningkatkan kapasitas personil

dengan memantafkan program

peningkatan kapasitas dari lembaga lain serta penambahan

jumlah personil

Page 78: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

66

Misi Tujuan Strategi Sasaran Program

Membangun dan memperkuat pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan dan pelestarian ekosistem hutan yang terintegrasi pemanfaatan hasil hutan non kayu.

Terjadinya peningkatan kelembagaan

Kelompok tani hutan dalam memanfaatkan hasil hutan dan

meningkatnya jumlah kelompok binaan pengelolaan kawasan hutan dan

partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan hutan serta terbangunnya core business untuk tanaman

kehutanan dan tanaman MPTS serta HHBK yang dapat dimanfaatkan hasil

kayu dan non kayunya

a) Meningkatkan pengetahuan, pendidikan,

pemahaman dan taraf hidup masyarakat, untuk mengurangi tekanan terhadap

perlindungan dan konservasi kawasan KPHL sebagai bagian keseimbangan ekosistem

b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

dalam dan di sekitar hutan melalui pengembangan alternatif usaha dan

pemanfaatan jasa lingkungan c) Mengurangi kegiatan perburuan satwa liar,

pembakaran lahan dengan melibatkan

masyarakat dalam pemanfaatan jasa lingkungan agar potensinya tetap terjaga

1. Meningkatkan upaya-upaya

pemberdayaan masyarakat 2. Pengembangan usaha kreatif

3. Penyuluhan masyarakat

Membangun dan mengembangkan kemitraan dengan para pihak dalam pengelolaan produk hasil hutan dan jasa lingkungan hutan

Terbanggunnya berbagai skema kerjasama antara KPHL dan

masyarakat serta pemegang ijin dalam

pengelolaan kawasan hutan.

a) Meningkatkan dukungan para pihak dalam penggalangan sumber-sumber dana alternatif,

peningkatan sarana dan prasarana

pengelolaan hutan d) Penguatan koordinasi dan perencanaan dalam

penyelesaian masalah yang dihadapi seperti perambahan hutan

e) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

dalam dan di sekitar hutan melalui pengembangan alternatif usaha dan

pemanfaatan jasa lingkungan

1. Menggalang partisipasi dan koordinasi program dengan para

pihak dalam meningkatkan us

2. Menggalang sumberdana alternatif

3. Program bersama dalam penyelesaian konflik

Page 79: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

67

Tabel 4. 6 Misi, Sasaran, Program dan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang

Misi Sasaran Program Kegiatan

Memantapkan status kawasan KPHL Lembata

1. Penyelesaian trayek tata batas kawasan

2. Penataan blok kawasan

KPHL

1. Pengukuhan Tata Batas Kawasan

2.Penataan Blok Dan Petak

Sosialisasi Batas Kawasan KPHL.

Pemeliharaan Jalur Batas.

Penanaman Sepanjang Jalur Batas.

Orientasi Tata Batas.

Rekonstruksi Tata Batas

Pengumpulan Dan Analisis Data. Penyusunan Draf Rancangan Blok Dan Petak.

Konsultasi Publik.

Tata Batas Blok Dan Petak. Penetapan Blok Dan Petak.

Review Blok

Memantapkan dan memperkuat kelembagaan organisasi dan infrastruktur KPHL Lembata

1. Pemantapan struktur organisasi KPHL

2. Pemantapan status legal

formal terhadap kelembagaan dan kawasan

3. Penyiapan presedur kerja atau SOP sesuai bidang

tugas dan kebutuhan

4. Peningkatan sarana dan

prasarana penunjang kelembagaan

1. Pengembangan Organisasi Dan Kelembagaan KPHL

2. Pemantapan Kebijakan

Pengelolaan

3. Penyusunan Prosedur Kerja (SOP) Dan Petunjuk Teknis

4. Pengadaan peralatan penunjang

kegiatan

Analisa Beban Kerja Dan Kebutuhan Personil. Analisa Penyesuaian Struktur Organisasi

Evaluasi Kebijakan KPHL.

Review Rencana Jangka Panjang Pengelolaan KPHL. Penyusunan Rencana Jangka Pendek

Penyusunan Prosedur Kerja Kepala KPHL.

Penyusunan Prosedur Kerja Staf Pengelola. Penyusunan Juknis Dan Juklak Kegiatan

Pengadaan barang dan jasa sarana prasara kantor

Mengoptimalkan potensi ekosistem hutan sesuai dengan rencana pemanfataannya

1. Pemanfaatan sumberdaya

alam hayati dan

ekosistemnya dalam pengembangan

pemanfaatan jasa

1. Pemanfaatan SDAH Dan

Ekosistemnya Dalam

Pengembangan Pemanfataan Jasa Lingkungan

Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Jasa

Lingkungan.

Menyusun Strategi Dan Regulasi Pengusahaan Jasa Lingkungan.

Pengembangan Produk Jasa Lingkungan.

Page 80: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

68

Misi Sasaran Program Kegiatan

lingkungan

2. Menggali potensi potensi

kawasan

3 Menggali potensi dalam pengembangan wisata

alam

4. Membangun data base KPHL

2. Pengembangan Potensi Kawasan

3. Pengembangan Wisata Alam

4. Membangun Pusat Data

Peningkatan Investasi Pengusahaan.

Peningkatan Pelayanan Dan Pengelolaan Jasa Lingkungan.

Pengembangan Jaringan Perusahaan. Membangun Mekanisme Kontribusi Pemanfaatan

Jasa Lingkungan. Membangun Sarana Dan Prasarana Jasa

Lingkungan.

Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik

Inventarisasi Potensi HHK Inventarisasi Potensi HHBK

Mengembangkan Produk HHBK dan Produk

Pasca Panen Pengembangan Jaringan Pasar dan

Promosi membangun Industri pengolahan HHK dan

HHBK Menyusun Aturan Main Dan Strategi Pengusahaan Wisata Alam.

Pengembangan Produk Dan Pelatihan Wisata Alam.

Pengembangan Rambu-Rambu Dan Jalur Interpretasi. Peningkatan Investasi Perusahaan.

Peningkatan Pengelolaan Dan Pelayanan Wisata Alam. Pengembangan Jaringan Ekoturisme.

Penyebaran Informasi, Promosi Dan Publikasi.

Membangun Fasilitas Sarana dan Prasarana Wisata Alam

Pelatihan Staf Database. Penyiapan Perangkat Database.

Penyusunan dan Pengelolaan Sistem DataBase. Membangun Manajemen Pusat Informasi

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola

1. Meningkatkan kapasitas

personil dengan memantapkan program

peningkatan kapasitas dari

1. Peningkatan Kapasitas Personil Perbaikan Jenjang Pendidikan.

Pemetaan Kompetensi. Diklat SDM Pengelola KPHL.

Magang Pegawai

Page 81: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

69

Misi Sasaran Program Kegiatan

lembaga lain serta

penambahan jumlah personil

Membangun dan memperkuat pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan dan pelestarian ekosistem hutan yang terintegrasi pemanfaatan hasil hutan non kayu.

1. Meningkatkan upaya-upaya

pemberdayaan masyarakat

2. Pengembangan Usaha

Kreatif

3. Penyuluhan masyarakat

1. Mengembangkan Pemberdayaan

Masyarakat

2. Pengembangan usaha kecil

berbasis hasil hutan non kayu

dan kayu

3. Penyuluhan Kehutanan

Peningkatan Taraf Hidup Masyakarat Melalui Pengembangan

Usaha-Usaha Ekonomi. Pendampingan Pendidikan Dan Pelatihan Masyarakat.

Menyusun Perencanaan Dan Kebutuhan Desa Melalui PRA (Participatory Rapid Aprraisal).

Pelibatan Masyarakat Dalam Perencanaan Dan Pengambilan

Kebijakan Publik. Koordinasi Dan Sinkronisasi Program Dengan Para Pihak

Pelatihan usaha Hasil hutan non kayu

Pelatihan usaha produktif berbasis kayu

Penyusunan Program Penyuluhan. Sosialisasi Peraturan Perundangan.

Sosialisasi Kawasan KPHL Serta Blok Blok Perlindungan Dan Konservasi.

FGD.

Anjangsana

Membangun dan mengembangkan kemitraan dengan para pihak dalam pengelolaan produk hasil hutan dan jasa lingkungan hutan

1. Menggalang partisipasi dan

koordinasi program

dengan para pihak dalam meningkatkan usaha

berbasis hasil hutan dan jasa lingkungan

2. Menggalang sumber dana

alternatif

3. Program bersama dalam penyelesaian konflik

1. Membangun Jaringan Kemitraan

usaha Jasa Lindkungan

2. Menggalang Sumber Dana Dari

Para Pihak

3.Membangun Media Komunikasi Bersama

Membangun Protokol Komunikasi Antar Pihak.

Membangun Profiling Kelembagaan KPHL

Membentuk Kelembagaan Kolaboratif Yang Melibatkan Para Pihak

Membangun Kolaborasi Pengelolaan Blok Pemanfaatan dan Blok Khusus, serta Blok Pemberdayaan Masyarakat

Membangun Mekanisme Penggalangan Dana

Penyusunan Proposal Penggalangan Dana. Membangun Perencanaan Program Bersama

Membangun Dan Memperkuat Media Komunikasi.

Page 82: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

70

Misi Sasaran Program Kegiatan

Pertemuan Reguler Dengan Para Pihak

Page 83: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

4.3 Proyeksi Kondisi Wilayah KPHL Lembata di Masa yang Akan Datang

4.3.1. Proyeksi Kelestarian Fungsi Lindung

Sesuai peruntukannya, KPHL Lembata kesatuan pengelolaan yang didominasi untuk

mendukung kelestarian fungsi hutan lindung yakni pengaturan tata air dan menjaga

kesuburan tanah. Oleh karena itu pemanfaatan hutan lindung hanya ditujukan untuk

pemanfaatan yang tidak mengganggu fungsi utamanya tersebut yakni pemanfatan

HHBK dan jasa lingkungan. Berdasarkan potensi yang ada, jenis yang usaha yang

dapat dikembangkan di KPHL Lembata adalah sebagai berikut.

(1) Pemanfaatan kawasan

Pemanfaatan Kawasan di Blok Hutan Lindung

Pemanfaatan kawasan yaitu segala bentuk usaha yang menggunakan kawasan

(areal) dengan tidak mengurangi fungsi utama kawasan. Adapun bentuk usaha

yang dapat dikembangkan di KPHL Lembata di Blok HL – Pemanfaatan seluas

diantaranya adalah :

Usaha budidaya tanaman obat (herba): sirih hutan dan pinang hutan

Usaha tanaman bernilai tinggi yaitu kutu lak, asam, dan kemiri

Usaha budidaya perlebahan

Usaha peternakan dengan model sylvopastural

Pemanfaatan Kawasan di Blok Hutan Produksi

Berdasarkan arahan bahwa di blok hutan produksi diarahkan untuk

pemberdayaan masyarakat, yakni di kawasan hutan produksi yang sudah ada

aktivitas kegiatan pertanian lahan kering dan kegiatan pertanian lahan kering

campuran. Bentuk usaha yang dapat dikembangkan adalah budidaya kayu

cendana dan kayu lainnya dengan sistem tumpangsari.

(2) Pemanfaatan jasa lingkungan

Pemanfaatan jasa lingkungan yang dikembangkan adalah bentuk usaha yang

memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan

fungsi utamanya. Adapun bentuk usaha yang dapat dikembangkan di KPHL

Lembata diantaranya adalah :

Page 84: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

72

Usaha wisata alam

Usaha olah raga tantangan

Usaha pemanfaatan air

Kegiatan wisata alam dapat dikembangkan di Blok HL- Pemanfaatan yakni di

hutan mangrove. Usaha olah raga rintangan dapat dikembangkan di hutan

lindung dengan tutupan hutan lahan kering sekunder. Sedangkan pemanfaatan

air akan dikembangkan dalam menjaga sumber air yang dimanfaatkan

masyarakat dengan melindungi daerah catchment area.

(3) Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung

Pemungutan HHBK yaitu pengambilan hasil hutan bukan kayu yang sudah ada

secara alami dengan tidak merusak fungsi utama kawasan. Adapun bentuk

usaha yang dapat dikembangkan di KPHL Lembata diantaranya adalah:

Mengambil madu

Mengambil kutu lak

Mengambil buah dan aneka hasil hutan lainnya

Perburuan satwa liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara

tradisional.

Blok pemanfaatan adalah Blok Pemanfaatan Hutan Lindung.

4.3.2. Proyeksi Pemanfaatan Kawasan Hutan

Arahan pemanfaatan KPHL Lembata hanya dibedakan atas Blok HL – Pemanfaatan

seluas 28113.8 ha (57.61%) dan Blok HP - Pemberdayaan seluas 605.12 ha (1.23%).

Dalam jangka panjang arahan rehabilitasi berada di kawasan hutan dengan tutupan

semak belukar seluas 5,075.47 ha yang terdiri dari semak belukar di hutan lindung

seluas 4959.22 ha atau 10.21% dari total luas HL, dan semak belukar di hutan

produksi seluas 116.25 ha atau 19.% dari total luas hutan produksi.Selain itu arahan

rehabilitasi berada di tanah kosong seluas 874.17 ha (2% dari total luas KPHL) yang

terdiri dari tanah kosong di HL seluas 725.85 ha atau 1.49% dari total luas hutan

lindung dan tanah kosong di HP seluas 148.32 ha atau 25% dari total hutan produksi.

Sedangkan penutupan lahan lainnya diarahkan untuk pengayaan.

Page 85: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

73

Berdasarkan distribusi areal tersebut, maka pengembangan HHBK dan kayu

diarahkan pada 4 tujuan pokok, yaitu:

1. HL – Blok Pemanfaatan untuk pengembangan budidaya tanaman obat, antara

lain untuk sirih hutan dan pinang hutan, dan pengembangan budidaya tanaman

bernilai tinggi seperti kutu lak, asam dan kemiri dan pengembangan

sylvopastural dengan penanaman tanaman pakan ternak dan penggembalaan

ternak secara terbatas di padang rumput/savana.

2. HP – Blok Pemberdayaan untuk pengembangan budidaya kayu bernilai tinggi dan

budidaya cendana dengan system tumpang sari.

Dengan potensi hasil kayu dan HHBK yang masih relatif kecil dan tidak akan

menjamin kelestarian produksi, maka dalam menuju untuk kelestarian produksi perlu

dilakukan upaya sebagai berikut:

1. Melakukan pengayaan jenis (enrichment planting) dengan menanam yang akan

dikembangkan di HL – Pemanfaatan dan blok HP - Pemberdayaan.

2. Melakukan rehabilitasi lahan dengan menanam jenis yang akan dikembangkan

di masing-masing blok di atas.

3. Mengembangkan teknologi untuk menumbuhkan rumput di padang

penggembalaan tanpa menggunakan api.

Sehubungan dengan pertimbangan KPHL Lembata sebagai unit usaha, maka jenis

terpilih untuk hasil kayu dan HHBK tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Diutamakan adalah jenis endemik

b. Tanaman yang akan ditanam harus memiliki produksi yang tinggi

c. Memiliki nilai jual yang tinggi

d. Dapat dibuat economical unit yang menguntungkan bagi industri atau ekspor

e. Kesesuaian faktor lingkungan seperti tanah, iklim, topografi, dan sebagainya

dengan jenis yang akan ditanam.

Page 86: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

74

Asumsi yang digunakan dalam proyeksi hasil kayu dan HHBK periode 2015 – 2025 di

wilayah KPHL Lembata adalah:

a. Pohon ditanam secara serentak selama empat tahun selesai

b. Jenis kayu yang akan dikembangkan adalah Ampupu (Eucalyptus urophylla),

dan Mahoni (Swietenia mahagony)

c. Jenis HHBK utama yang akan dikembangkan adalah jenis endemik yang terdiri

dari pinang hutan, kutu lak, asam biji, kemiri hutan dan cendana

d. Pengembangan HHBK untuk jenis pinang hutan, kutu lak, asam biji dan kemiri

areal hutan lindung pemanfaatan dan blok hutan produksi pemberdayaan

dengan arahan pemanfaatan HHBK dan rehabilitasi

e. Pengembangan HHBK untuk cendana hanya dikembangkan di areal hutan

produksi pemberdayaan dengan arahan pemanfaatan HHBK dan rehabilitasi

f. Perhitungan proyeksi menggunakan jumlah pohon yang akan ditanam dengan

jarak tanam 3 x 2 m2 atau 1600 pohon per ha

g. Pengembangan jenis HHBK dilakukan melalui pengayaan dengan menambah

jumlah pohon masing-masing yakni

- Hutan Lindung di blok pemanfaatan HHBK sebanyak 10% atau 160 pohon

per ha

- Hutan Produksi di Blok Pemberdayaandengan menanam pohon sebanyak

30% atau 320 pohon per ha dan areal semak belukar dan tanah kososng

sebanyak 100% atau 1600 pohon per ha

- Harga jual yang digunakan adalah harga jual saat sekarang

- Daur tebang pohon cendana adalah 50 tahun dengan produksi kayu cendana

500 kg per pohon

- Tanaman HHBK lainnya mulai berproduksi pada umur 4 tahun.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka proyeksi hasil hutan kayu dan HHBK periode

2015 - 2025 terlihat sebagaimana Tabel 4.7. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

1. Proyeksi HHBK di Hutan Lindung

Page 87: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

75

HHBK direncanakan dikembangkan di Blok HL Pemanfaatan adalah pinang hutan,

kutu lak, asam biji, dan kemiri. Jumlah pohon yang akan ditanam masing-masing

jenis adalah 382644 batang. Dengan asumsi keempat komoditas tersebut mulai

dapat diambil hasilnya adalah pada tahun ke enam, maka total nilai selama 6

tahun sampai tahun 2025 adalah sebesar Rp. 9.6 trilyun atau rata-rata Rp.1.6

trilyun per tahun.

2. Proyeksi HHBK di Hutan Produksi

HHBK direncanakan dikembangkan di Blok HP Pemberdayaan adalah hanya

Cendana dengan jumlah total pohon yang akan ditanam sebanyak 175,536

pohon. Dengan asumsi bahwa daur pohon cendana ini baru ditebang pada umur

50 tahun, maka periode 2015 – 2025 belum memperoleh pendapatan dari

produksi kayu Cendana. Diperkirakan bahwa dengan jumlah pohon sebanyak

tersebut dengan harga sekarang, total pendapatan kayu Cendana pada tahun

2065 di Blok HP Pemanfaatan HHBK sebesar Rp. 2.2 triltyun atau setiap

tahunnya mendapatkan pendapatan dari Cendana sebesar Rp. 44 milyar.

3. Proyeksi Hasil Hutan Kayu di Hutan Produksi

Hasil hutan kayu yang direncanakan dikembangkan di Blok HP Pemberdayaan

adalah kayu Ampupu dan kayu Mahoni dengan total luas 228.02 ha. Untuk pohon

ampupu memiliki daur 15 tahun sehingga baru bisa dipanen pada tahun 2030,

dengan total nilai sebesar Rp. 1 milyar atau 70 juta per tahun. Sedangkan untuk

pohon Mahoni yang memiliki daur 30 tahun sehingga baru bisa dipanen pada

tahun 2045 dengan total nilai Rp. 186 juta atau Rp. 6.21 juta per tahun.

Sehingga rata-rata pendapatan dari kayu diproyeksikan sebesar Rp. 1.24 milyar

atau 76.13 milyar per tahun.

Selain kelestarian hasil hutan kayu dan non kayu, KPHL Lembata yang memiliki

iklim kering memiliki potensi padang rumput/Savana seluas 4343.8 ha. Padang

rumput/savana seluas ini memiliki potensi untuk mendukung ketahanan pangan

daging dengan model silvopastural yakni menyediakan lahan untuk menyediakan

pakan ternak atau tempat penggembalaan.

Disamping itu, KPHL Lembata memiliki hutan mangrove primer dan sekunder dan

hutan terestrial Hutan Lindung Inti seluas 70 ha yang berpotensi untuk dijadikan

Page 88: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

76

skema perdagangan karbon. Untuk itu penggunaan areal pemanfaatan hutan

yang bersifat alami untuk kepentingan jasa lingkungan seperti REDD, RE,

PAN/RAP KARBON perlu dirintis dan diwujudkan dalam periode 2015-2025.

Disamping itu, menuju perkembangan permintaan akan wisata pantai dan bahari,

maka perlu dirintis untuk mengembangkan wisata alam pantai dan bahari

berbasis hutan mangrove periode 2015 – 2025.

Page 89: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

77

Tabel 4.7 Proyeksi HHBK Tahun 2015-2025 di Wilayah KPHL Lembata

No. Blok/Jenis Komoditas

Pemanfaatan/Pemberdayaan

Semak Belukar dan Tanah Kosong Total

Pohon

Produksi HHBK (ton) Harga

(Rp/kg)

Nilai (Rp. Juta)

Luas Jml Pohon Luas Jml Pohon Kg/phn Total (ton) Rata-Rata/ tahun Total Rata-

rata/tahun

A Hutan Lindung

Article I. Article II. Article III. Article IV. Article V. Article VI. Article VII. Article VIII. Article IX.

9,599,932 1,599,989

1 Pinang Hutan 1,255

200,722

569 181,922 382,644

0

176,016 2,112,196

7,500 95,049 15,841

2 Kutu Lak 1,255

200,722

569 181,922 382,644

7

2,678,510 32,142,116 25,000

4,821,317 803,553

3 Asam Biji 1,255

200,722

569 181,922 382,644

3

1,147,933 13,775,193 15,000

1,239,767 206,628

4 Kemiri 1,255

200,722

569 181,922 382,644

25 9,566,106 114,793,272

5,000

3,443,798 573,966

B Hutan Produksi

333 Section 9.01

449 Section 9.02 Section 9.03 Section 9.04 Section 9.05 Section 9.06 Section 9.07

2,194,208 43,884

1 HP Pemberdayaan

66.51

31,924

89.76

143,613

175,537 500

87,768,320 1,755,366 25,000 2,194,208 43,884

Section 9.08 Total 11,794,140 1,643,873

Tabel 4.8 Proyeksi HHK Tahun 2015-2050 di Wilayah KPHL Lembata

No

. Jenis Pohon

Riap

(m3/ha) Luas

Produksi Kayu

Harga (Rp/m3)

Nilai (Rp. Juta)

Total Rata-Rata/

tahun Total

Rata-rata/tahun

1 Ampupu (Eucalyptus urophylla)

20

174.81

3,496.24

233.08

300,000

1,048.87

69.92

2 Mahoni (Swietenia mahagony)

14 53.21

248.30

8.28

750,000

186.22

6.21

Jumlah

228.02

3,744.54

241.36

1,235.09

76.13

Page 90: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

78

4.3.3. Proyeksi Kelestarian Ekologis

Untuk menjamin kelestarian kawasan KPHL Lembata ini diperlukan upaya rehabilitasi

dan reklamasi terhadap kawasan yang memiliki tutupan lahan tanah kosong dan

semak belukar. Bersamaan dengan upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan

melalui penanaman tanaman HHBK di hutan lindung dan penanaman kayu di hutan

produksi, maka dilakukan upaya-upaya rehabilitasi untuk memulihkan kondisi

ekologisnya.

Berdasarkan proyeksi kelestarian fungsi kawasan di atas, maka sisa lahan yang tidak

dialokasikan untuk ditanami jenis komersil, perlu ditunjang oleh kegiatan penanaman

jenis lain yang berfungsi lindung dan kegiatan sylvopastural yang menunjang

kegiatan kelestarian. Adapun proyeksi kelestarian fungsi kawasan sebagaimana tabel

berikut.

Tabel 4.9 Proyeksi Rehabilitasi Lahan di KPHL Lembata Periode 2015 – 2025

No Kondisi

Lahan

Hutan Lindung (ha) Hutan Produksi (ha)

Total

Lahan Yang

Perlu Rehab.

2015 (ha)

Proyeksi Hasil

Rehabilitasi (ha)

Total HHBK Rehab. Total HHBK Rehab. 2020 2025

1 Belukar 4959 569 4391 116 90 26 4417 2209 2209

2

Tanah

Terbuka

Kosong

726 0 726 148 0

148

874 437

437

Total 5685 569 5117 265 90 175 5291 2646 2646

Kondisi ekologis kawasan KPHL Lembata akan pulih pada tahun 2025 apabila

dilakukan secara konsisten kegiatan rehabilitasi yakni dengan penanaman seluas 530

ha per tahun. Sementara itu kelestarian ekologi kawasan KPHL Lembata dapat

terjaga dengan baik apabila tekanan terhadap aktifitas yang merusak hutan seperti

penebangan liar, perambahan liar, dan kebakaran hutan dan lahan dapat

diminimalkan. Apabila upaya ini dapat dilakukan maka wilayah dengan tingkat

kerawanan kebakaran hutan dan lahan yang tinggi dapat dikurangi.

Berdasarkan analisis yang dilakukan sebelumnya, bahwa kebakaran hutan dan lahan

di areal KPHL Lembata lebih disebabkan oleh kebiasaan masyarakat menggunakan

api dalam menyiapkan lahan, menggembala ternak dan berburu. Dengan melakukan

Page 91: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

79

kegiatan penyuluhan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam penyiapan lahan

tanpa menggunakan api dan mengembangkan pengelolaan sylvopastural, maka

diharapkan pada periode 2015 – 2025 dapat dikurangi minimal 20% dari kondisi

sekarang.

4.3.4. Proyeksi Kelestarian Sosial Ekonomi

Kelestarian KPHL Lembata secara sosial ekonomi dapat dilakukan dengan adanya

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan dan peningkatan

pendapatan pertumbuhan ekonomi wilayah, serta peningkatan pendapatan bagi

daerah. Dalam 10 tahun mendatang, dengan berjalannya pengelolaan KPHL Lembata

yang diprioritaskan jenis HHBK yang unggulan di Kabupaten Lembata yang sebagian

besar berada di Blok HL Pemanfaatan seluas 5,108 ha. Secara eksisting di blok

tersebut telah ada kegiatan masyarakat yakni pertanian lahan kering dan pertanian

lahan kering campuran. Berdasarkan kondisi tersebut, maka model yang dapat

dikembangkan adalah Hutan Kemasyarakatan atau pola tumpangsari dengan

pengelolaan lahan yang tidak intensif. Dengan asumsi bahwa setiap 0.5 ha per kepala

keluarga, maka menyediakan lapangan kerja yang disediakan dari 5018 ha sebanyak

kurang lebih 10100 orang. Selain itu, penciptaan lapangan kerja sebagai petani

melalui pengembangan HHBK terjadi di Blok HP Pemberdayaan sebanyak 333 ha

dengan asumsi 1 kepala keluarga memiliki 3 anggota keluarga sehingga dapat

diserap sebanyak 990 orang. Sehingga dari kedua kegiatan tersebut dapat

menciptakan lapangan kerja sebanyak 11090 orang.

Dengan asumsi bahwa pengelolaan HHBK di Blok HP Pemberdayaan dibuatkan Hutan

Kemasyarakatan dengan luas rata-rata 15 ha per KK, maka pendapatan masyarakat

peserta Hutan Kemasyarakatan di blok HL Pemanfaatan mencapai Rp. 950,000 per

bulan per orang atau total Rp. 11,437,192.52 per orang per tahun. Sedangkan untuk

Cendana dapat dinikmati oleh keturunannya dengan pendapatan mencapai Rp. 2.9

trilyun.

Pengembangan HHBK cendana di HP Pemberdayaan dapat dilaksanakan di lahan

yang sudah digarap masyarakat seluas 66.1 ha, yang diperkirakan menghasilkan total

Rp. 660 milyar atau Rp. 49 milyar per tahun yang dapat dinikmati oleh keturunannya

pada 50 tahun mendatang.

Page 92: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

80

Sedangkan sumber pendapatan masyarakat dapat diperoleh dari HOK kegiatan

rehabilitasi. Dengan asumsi bahwa setiap ha memerlukan HOK 10 orang, maka

dengan rencana rehabilitasi lahan seluas 529 ha per tahun, memerlukan tenaga kerja

sebanyak 5290 orang selama 3 bulan. Dengan asumsi UMR di Kabupaten Lembata

sebesar Rp, 1,000,000, maka diperoleh penghasilan sebesar Rp. 5,3 milyar per bulan

atau 15,9 milyar selama 3 bulan.

Page 93: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

81

Pada kegiatan pengelolaan hutan dimulai dengan perencanaan tentang berbagai

tahapan kegiatan. Kegiatan pengelolaan hutan pada umumnya melibatkan kegiatan-

kegiatan seperti inventarisasi hutan; tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan

hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi

hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam. Selain kegiatan tersebut diatas

dalam sebuah KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan), manajemen sumberdaya hutan

tidak terbatas pada kegiatan-kegiatan tersebut karena KPH berjalan menuju

kemandirian dan profesional (BLU) dan kelompok masyarakat pengelola hutan.

Rencana kegiatan jangka panjang di KPHL Lembata ini diselaraskan dengan tujuan

Pemerintah baik Pemerintah Pusat Provinsi Nusa Tenggara Timur maupun Kabupaten

Lembata. Sehingga melalui rencana jangka panjang ini para pemegang izin dan

pengelolaan hutan lainnya dalam areal KPHL mengetahui arah kebijakan dan strategi

penanganan masalah yang dihadapi akan dintegrasikan guna mewujudkan rencana

jangka panjang tersebut. Rencana jangka panjang KPHL Lembata Kabupaten

Lembata telah mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan para pihak seperti

aksesibilitas dan infrastruktur, tenaga kerja, penyelesaian konflik, pendampingan

masyarakat, pengelolaan sistem informasi dan database, rencana pendanaan,

monitoring dan evaluasi. Partisipasi para pihak sangat diperlukan dalam penyusunan

rencana jangka panjang dan rencana kerja tahunan sehingga semua pihak mampu

bersinergi satu sama lain untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan

dalam organisasi KPHL Lembata Kabupaten lembata.

Kegiatan pengelolaan hutan yang akan dilakukan oleh KPHL Lembata Kabupaten

Lembata terintegrasi dalam rencana jangka panjang diuraikan dalam misi Kabupaten

Lembata tahun 2011-1016 sebagaimana berikut ini:

1. Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah;

2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;

3. Recovery Ekonomi Wilayah;

4. Peningkatan Pendapatan Daerah;

RENCANA KEGIATAN BAB

5

Page 94: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

82

5. Percepatan Pembangunan Infrastruktur;

6. Penataan Ruang Berwawasan Lingkungan.

Rencana kegiatan pengelolaan KPHL Lembata Kabupaten lembata tersebut dijelaskan

secara lengkap diuraikan berikut ini :

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutannya

Kegiatan inventarisasi dan penataan hutan dilakukan bersama antara Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kabupaten Lembata dan BPKH Wilayah XIV Kupang yang tergabung

dalam tim. Kegiatan inventarisasi hutan berkala bertujuan untuk: (1) Mengetahui

kondisi hutan (timber standing stock) secara berkala, (2) Bahan untuk menyusun

Rencana Pengelolaan Wilayah KPHL Lembata sepuluh tahunan (untuk lebih detail

periode 5 tahunan), dan (3) Bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian

hutan di areal KPHL Lembata.

Penyusunan rencana kegiatan inventarisasi berkala wilayah KPHL Lembata dilengkapi

dengan: (1) Peta areal kerja digital serta hasil cetak (hardcopy) dari areal yang akan

di survei, (2) Data penginderaan jauh resolusi spasial sedang (10 m - 30 m) dengan

umur perekaman data tidak lebih dari 2 tahun terakhir serta mempunyai kualitas citra

yang baik dengan maksimum tutupan areal sebesar 5%, (3) Peta areal kerja, peta

jalan, sungai dan lokasi pemukiman atau perkampungan baik dalam bentuk digital

maupun hasil cetak (hardcopy), (4) Rencana bagan sampling dan bentuk plot contoh,

(5) Rencana alat dan perlengkapan di lapangan, (6) Tata waktu pelaksanaan, (7)

Rencana penyediaan tenaga kerja dan organisasi, (8) Rancangan pengolahan analisis

data dan pelaporan hasil dan (9) Rencana luaran (output).

Rencana kegiatan penataan hutan di wilayah KPHL Lembata, meliputi: inventarisasi

hutan, pembagian blok dan petak, tata batas dalam wilayah KPHL Lembata berupa

penataan batas blok dan petak, dan pemetaan.

5.1.1 Inventarisasi Hutan

Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan ini diarahkan untuk mendapatkan data dan

informasi tentang: (1) Status penggunaan dan penutupan lahan, (2) Jenis tanah,

kelerengan lapangan/topografi, (3) Iklim, (4) Hidrologi (tata air), (5) bentang alam

dan gejala-gejala alam, (6) Kondisi sumber daya manusia dan demografi, (7) Jenis,

potensi dan sebaran flora, (8) Jenis, populasi dan habitat fauna dan (9) Kondisi

Page 95: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

83

sosial, ekonomi, budaya masyarakat. Kegiatan inventarisasi ini terdiri atas: (1)

Inventarisasi biogeofisik, (2) Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya. Kegiatan

inventarisasi biogeofisik dan inventarisasi sosial, ekonomi dan budaya sudah

dilaksanakan (data hasil inventarisasi di Bab II). Kegiatan inventarisasi akan diulang

setiap 5 tahun sehingga data potensi biogeofisik, sosial, ekonomi dan budaya areal

pengelolaan selalu terbarukan (up to date).

5.1.2 Hasil Penataan Hutan di Areal Kerja KPHL Lembata

Kegiatan penataan hutan di wilayah KPHL Lembata telah dilakukan dengan hasil

berupa pembagian areal ke dalam blok-blok berdasar fungsi hutan yang dipadukan

dengan RKTN dan karakteristik biogeofisik wilayah, sehingga areal kerja dapat

diperoleh arahan pengelolaannya.

Pembuatan rencana blok-blok kawasan dilakukan secara partisipatif dengan para

pemangku kepentingan untuk menghindarkan permasalahan di masa depan.

Penyusunan blok-blok pada dasarnya adalah proses perencanaan dan pembuatan

kesepakatan secara partisipatif antara KPHL Lembata dengan para pemangku

kepentingan terutama masyarakat sekitar kawasan dan pemerintah daerah. Hasil

kegiatan penataan wilayah kerja KPHL Lembata dituangkan pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Hasil Penataan Hutan di Wilayah Kerja KPHL Lembata

Wilayah Fungsi Hutan Jumlah (Ha)

Hutan Lindung (HL) Hutan Produksi (HP) Kec. Atadei 4,847.12 4,847.12

HL-INTI 2,332.57 2,332.57

HL-PEMANFAATAN 2,514.55 2,514.55

Kec. Buyasuri 792.73 605.10 1,397.83

HL-INTI 525.54 525.54

HL-PEMANFAATAN 267.19 267.19

HP-PEMBERDAYAAN 605.10 605.10

Kec. Ile Ape 3,647.29 3,647.29

HL-

PEMANFAATAN 3,647.29 3,647.29

Kec. Ile Ape Timur 1,714.77 1,714.77

HL-PEMANFAATAN 1,714.77 1,714.77

Kec. Lebatukan 19,748.73 19,748.73

HL-INTI 8,556.78 8,556.78

Page 96: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

84

Wilayah Fungsi Hutan Jumlah (Ha)

Hutan Lindung (HL) Hutan Produksi (HP) HL-

PEMANFAATAN 11,191.96 11,191.96

Kec. Nagawutung 9,944.50 9,944.50

HL-INTI 4,671.67 4,671.67

HL-

PEMANFAATAN 5,272.83 5,272.83

Kec. Nubatukan 4,192.98 4,192.98

HL-INTI 1,654.54 1,654.54

HL-PEMANFAATAN 2,538.45 2,538.45

Kec. Omesuri 2,700.39 2,700.39

HL-INTI 2,459.53 2,459.53

HL-

PEMANFAATAN 240.87 240.87

Kec. Wulandoni 988.21 988.21

HL-INTI 262.36 262.36

HL-

PEMANFAATAN 725.85 725.85

Jumlah (Ha) 48,576.73 605.10 49,181.83

5.1.3 Pembagian Blok Hutan Lindung di Areal Kerja KPHL Lembata

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa pada areal kerja KPHL Lembata

terbagi atas hutan lindung dan hutan produksi. Blok hutan lindung secara umum

mendominasi kawasan sekitar 98%. Hutan lindung (HL) di kawasan KPHL Lembata

telah ditata menjadi dua blok, yaitu blok inti dan blok pemanfaatan dengan arahan

pengelolaannya sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Page 97: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

85

Tabel 5.2 Pembagian Blok dan Arahan Pengelolaan di HL KPHL Lembata

No Blok Luas (ha) Persen (%)

1 Inti 20,462.978 42.13%

2 Pemanfaatan 28,113.754 57.87%

Jumlah 48,576.733 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa Blok HL KPHL Lembata sebagian besar (42,13%)

dialokasikan sebagai blok inti dengan arahan sebagai karbon stok, sedangkan

57,87% sisanya dialokasikan sebagai blok pemanfaatan dengan arahan selain untuk

rehabilitasi juga berupa pemanfaatan untuk masyarakat sekitar berupa usaha skala

kecil.

i. Blok Inti

Blok HL inti merupakan blok yang tidak dapat dimanfaatkan mengingat kawasannya

tidak memiliki jasa lingkungan yang sulit untuk dimanfaatkan. Keberadaan blok inti

dari hutan lindung berfungsi lindung setempat, terutama perlindungan hidrologis dan

sebagai penyimpan karbon. Blok inti di wilayah KPHL Lembata tersebar di tujuh

wilayah kecamatan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Diagram Sebaran Blok Inti Berdasarkan Wilayah Kecamatan

Page 98: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

86

Dari gambar 5.1. di atas diketahui bahwa Kecamatan Lebatukan merupakan wilayah

dengan blok inti terluas diikuti Kecamatan Nagawutung, Atadei dan Omesuri. Selain

areal-areal yang berupa hutan alam primer diketahui bahwa sebagian areal memiliki

tutupan berupa areal non hutan. Berdasarkan kondisi tersebut maka areal-areal non

hutan yang berada di dalam blok inti membutuhkan perlakuan khusus, yaitu

merehabilitasi areal dengan jenis-jenis tanaman asli sesuai tipe ekosistem hutannya

atau pada beberapa areal yang tingkat fragmentasinya rendah dapat dibiarkan untuk

menjalani proses suksesi secara alami.

Blok ini direncanakan sebagai wilayah yang memberikan perlindungan terhadap

ekosistem hutan alam yang sangat penting untuk menjaga tata air dan tanah.

Dengan dipertahankannya sebagai kawasan inti, maka kegiatan yang dimungkinkan

adalah untuk pengembangan jasa lingkungan karbon. Upaya yang harus dilakukan

diantaranya mengembangkan kemitraan dengan para pihak dalam pengembangan

karbon hutan, diantaranya dengan mengikuti program REDD+ yang saat ini banyak

ditawarkan.

Perlindungan blok inti yang dilaksanakan secara baik tentunya akan meningkatkan

fungsi perlindungan ekosistem wilayah tersebut yang didominasi oleh ekosistem

hutan tanah kering dataran rendah hingga dataran tinggi. Dengan makin baiknya

ekosistem hutan tentunya akan berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati, yaitu

keberadaan jenis-jenis flora dan fauna serta habitat satwa liar terutama satwa-satwa

dilindungi.

Sebagaimana telah diulas di atas bahwa selain areal-areal berupa hutan, pada blok

inti terdapat areal-areal berupa non-hutan yang memerlukan perlakuan khusus.

Berdasarkan hasil analisis spasial diketahui bahwa areal non hutan di dalam blok inti

mencapai luasan 7140,92 ha, umumnya berupa belukar dan sebagian kecil berupa

permukiman, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, padang

rumput/savana dan tanah terbuka (lahan kosong) dengan proporsi cakupannya

terhadap areal sebagaimana disajikan pada diagram berikut:

Page 99: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

87

Gambar 5.2 Kondisi Sebaran Areal Non Hutan di dalam Blok Inti

Luas riil areal semak belukar yang terdapat di dalam blok inti mencapai sekitar

5077,16 Ha, permukiman sekitar 96,17 Ha, pertanian lahan kering sekitar 1801,05

Ha, pertanian lahan kering campur sekitar 3554,69 Ha dan tanah terbuka sekitar

874,17 Ha. Lokasi-lokasi ini memerlukan perlakuan secara khusus berupa tindakan

penanaman dengan jenis-jenis yang sesuai karakteristik setempat untuk mendukung

berlangsungnya proses suksesi hutan. Khusus untuk padang rumput/savana seluas

4351,26 Ha dapat dibiarkan sesuai kondisi alaminya mengingat tipe tutupan

semacam ini sudah merupakan bagian dari tipe ekosistem alami hasil suksesi yang

ada di wilayah-wilayah iklim kering.

Page 100: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

88

ii. Blok Pemanfaatan

Luas blok pemanfaatan hutan lindung di wilayah kerja KPHL Lembata mencapai

sekitar 28,113,754 ha dengan empat bentuk rencana kegiatan sesuai kondisi

karakteristik wilayah setempat berupa HHBK, jasa lingkungan, pemberdayaan dan

rehabilitasi. Kondisi sebaran blok pemanfaatan di dalam areal hutan lindung KPHL

Lembata secara lebih rinci disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.3 Sebaran Blok Pemanfaatan di dalam Areal Hutan Lindung KPHL Lembata

No Wilayah Jenis Kegiatan Jumlah

(Ha) HHBK Jasa Lingkungan Pemberdayaan Rehabilitasi

1 Kec. Atadei 441.810 535.641 1444.141 92.956 2514.548

2 Kec. Buyasuri 144.114 21.973 101.108 267.195

3 Kec. Ile Ape 1106.782 1871.377 21.158 647.975 3647.292

4 Kec. Ile Ape Timur 815.631 365.967 0.087 533.083 1714.767

5 Kec. Lebatukan 4157.299 4904.120 716.506 1414.032 11191.956

6 Kec. Nagawutung 1693.839 2212.659 1191.254 175.079 5272.830

7 Kec. Nubatukan 1213.809 278.372 937.833 108.434 2538.448

8 Kec. Omesuri 156.265 84.291 0.310 240.866

9 Kec. Wulandoni 207.572 142.055 376.225 725.852

Jumlah 9429.169 10676.086 4559.297 3449.203 28113.754 Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

Dari tabel di atas diketahui bahwa blok pemanfaatan didominasi oleh jasa lingkungan

mencapai sekitar 10,676.086 ha, sementara areal yang diarahkan untuk rehabilitasi

hanya sekitar 3,449.203 ha. Arahan rehabilitasi menjadi rendah dalam luasan karena

kegiatan pemberdayaan masyarakat jasa lingkungan, pengembangan HHBK juga

menunjang kegiatan rehabilitasi.

1) Pemanfaatan Blok untuk Rehabilitasi

Pada blok pemanfaatan terdapat areal-areal yang menjadi sasaran rehabilitasi

tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Wilayah Kecamatan Lebatukan memiliki

luas areal rehabilitasi terluas mencapai sekitar 4.000 ha, diikuti Kecamatan Ile

Ape Timur, Nabatukan dan Omesuri. Areal-areal sasaran rehabilitasi ini umumnya

berupa semak belukar, tanah kosong dan padang rumput dengan kelas

aksesibilitas rendah. Komoditas tanaman rehabilitasi yang didorong adalah jenis

penunjang hasil hutan bukan kayu.

Page 101: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

89

2) Pemanfaatan Blok untuk komoditas HHBK

Berdasarkan kondisi penutupan lahan serta karakteristik wilayah KPHL Lembata

terdapat areal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas HHBK.

Sasaran areal untuk pengembangan HHBK umumnya daerah dengan penutupan

hutan lahan kering sekunder dan hutan mangrove primer dengan kelas

aksesibilitas tinggi sehingga memudahkan dalam pengelolaan.

Wilayah yang menjadi sasaran pengembangan komoditas HHBK tersebar di 6

(enam) kecamatan seluas 9,429.169 Ha. Berdasarkan batas wilayah administrasi

kecamatan, Kecamatan Lebatukan merupakan sasaran terluas untuk

pengembangan komoditas HHBK yaitu seluas 4,157.299 Ha. Sedangkan

Kecamatan Atadei memiliki luas terkecil untuk pengembangan Komoditas HHBK

yaitu 441.81 Ha.

3) Pemanfaatan Blok untuk Jasa Lingkungan

Berdasarkan kondisi penutupan lahan serta karakteristik wilayah KPHL Lembata

terdapat areal yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan jasa lingkungan. Sasaran

areal untuk kegiatan jasa lingkungan umumnya daerah dengan penutupan hutan

lahan kering sekunder dan hutan mangrove primer dengan kelas aksesibilitas

sedang dengan asumsi bahwa pada areal tersebut intensitas aktifitas masyarakat

lebih rendah.

Wilayah yang menjadi sasaran kegiatan jasa lingkungan tersebar di seluruh

kecamatan di wilayah KPHL Lembata seluas 10,676.086 Ha. Berdasarkan batas

wilayah administrasi kecamatan, Kecamatan Lebatukan merupakan sasaran

terluas untuk kegiatan jasa lingkungan yaitu seluas 4,904.12 Ha. Sedangkan

Kecamatan Buyasuri memiliki luas terkecil untuk kegiatan jasa lingkungan yaitu

144.114 Ha.

4) Pemanfaatan Blok untuk Kegiatan Pemberdayaan Mayarakat

Pada areal-areal berupa pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur

dan areal di sekitar permukiman dapat dilakukan pembinaan masyarakat

penggarap lahan dengan pendekatan yang efektif untuk menghindari terjadinya

konflik sumberdaya lahan. Skema-skema kerja sama/pemberdayaan masyarakat

Page 102: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

90

dalam pengembangan hasil hutan non kayu dapat diterapkan pada areal-areal

tersebut.

Wilayah yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebar di

seluruh kecamatan di wilayah KPHL Lembata seluas 4,559.297 Ha. Berdasarkan

batas wilayah administrasi kecamatan, Kecamatan Atadei merupakan sasaran

terluas untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu seluas 1444.141 Ha.

Sedangkan Kecamatan Ile Ape Timur memiliki luas terkecil untuk pemberdayaan

masyarakat yaitu 0.087 Ha.

5.1.4 Pembagian Blok Hutan Produksi di Areal Kerja KPHL Lembata

Hutan produksi di wilayah kerja KPHL Lembata hanya sebesar 1,7% dari total luas

areal kerja. Hutan produksi ini hanya terdapat di wilayah Kec. Bayusuri dengan

alokasi terbagi menjadi dua blok, yaitu blok pemberdayaan dan blok perlindungan

sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Pembagian Blok Hutan Produksi di Wilayah KPHL Lembata

No Blok Arahan Luas (ha)

1 Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat 500.96

2 Perlindungan Rehabilitasi 104.15

Jumlah 605.10

Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

A. Blok Pemberdayaan

Blok pemberdayaan di kawasan HP KPHL Lembata seluas 500,96 ha secara

keseluruhan merupakan areal non hutan dengan kondisi tutupan umumnya berupa

pertanian lahan kering campuran, belukar dan tanah kosong, serta sebagian kecil

merupakan pemukiman. Kondisi blok pemberdayaan di hutan produksi KPHL Lembata

disajikan pada gambar berikut:

Page 103: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

91

Gambar 5.3 Kondisi Sebaran Tutupan Areal di Blok Pemberdayaan KPHL Lembata

Berdasarkan kondisi di atas dapat direncanakan bahwa secara umum areal perlu

ditingkatkan produktivitasnya agar mampu memberikan nilai tambah bagi

masyarakat. Rehabilitasi dengan jenis-jenis kayu komersial dan HHBK merupakan

strategi yang tepat dengan pola agroforestry multidaur. Jenis-jenis tanaman yang

digunakan juga perlu disesuaikan dengan kondisi lahan yang secara umum tergolong

agak curam sampai curam (kelas lereng umumnya 15 – 25%).

Strategi di atas diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan

masyarakat secara terus menerus melalui hasil-hasil pertanian dan kehutanan. Pada

sisi yang lain lahan dapat menahan bahaya erosi di musim hujan.

B. Blok Perlindungan

Blok perlindungan di hutan produksi KPHL Lembata dipusatkan pada areal seluas 104

ha di wilayah Kecamatan Bayusuri. Berdasarkan kriteria RKTN areal di wilayah ini

diarahkan untuk direhabilitasi. Hasil inventarisasi juga menunjukkan bahwa areal-

areal tidak memiliki potensi kayu. Hal ini didukung pula oleh kondisi penutupan lahan

yang secara umum merupakan tanah terbuka dan pertanian lahan kering campuran

sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:

Page 104: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

92

Gambar 5.4 Kondisi Tutupan Vegetasi di Areal Blok Perlindungan KPHL Lembata

Sebagai blok perlindungan, areal tersebut dimaksudkan untuk mendukung fungsi

kawasan lindung setempat atau dengan pengertian lain tidak untuk dimanfaatkan

pada skala komersial. Berdasarkan kondisi kemiringan lahan diketahui bahwa areal

berada pada kelas lereng 15 – 25% (curam), sehingga memiliki resiko ekologis yang

cukup tinggi. Terkait dengan fungsi yang dimiliki areal ini maka areal-areal tanah

kosong dan pertanian lahan kering campuran direncanakan untuk direhabilitasi

dengan jenis-jenis tanaman yang mendukung fungsi perlindungan tata air dan

pencegah erosi agar kawasan lindung setempat dapat terjaga dengan baik.

5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

Wilayah tertentu adalah kawasan dengan berbagai luasan tanpa izin pengusahaan.

Hampir seluruh wilayah KPHL Lembata di Kabupaten Lembata masuk kategori wilayah

tertentu. Potensi hutan yang dimiliki KPHL Lembata perlu digali dan dipromosikan

sehingga dikenal dan menjadi daya tarik bagi investor dalam memanfaatkan dan

meningkatkan nilainya. Promosi diawali dengan melakukan inventarisasi potensi,

membuat profil potensi yang bisa dikerjasamakan dan menyampaikan ke berbagai

pihak.

Salah satu pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu adalah melalui pemanfaatan

jasa lingkungan. Pemanfaatan jasa lingkungan ini merupakan produk sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya (SDAHE) berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau

Page 105: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

93

manfaat tidak langsung (intangible), yang meliputi antara lain jasa wisata alam, jasa

perlindungan tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir,

keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon.

Manfaat lainnya dari wilayah tertentu di KPHL Lembata adalah hasil hutan bukan

kayu (HHBK). HHBK yang dihasilkan dari wilayah kerja KPHL Lembata Kabupaten

Lembata akan diusahakan untuk dapat dipasarkan setelah melalui proses

pengolahan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai produknya di pasar. Di dalam

tahap awal pengembangan sentra industri HHBK perlu didukung oleh kerjasama

dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Di dalam tahap awal, kerjasama

pengembangan sentra HHBK dapat dilakukan dengan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan.

Hasil hutan non kayu yang bernilai ekonomi tinggi di kawasan hutan KPHL Lembata

adalah minyak Cendana, alkohol dan daun lontar dari penyadapan dan pengambilan

daun lontar. Disamping itu perlu dieksplorasi tanaman obat yang ada di dalam

kawasan hutan di KPHL tersebut.

5.3 Pemberdayaan Masyarakat

Wilayah KPHL Lembata di Kabupaten Lembata berdekatan dengan kelompok Desa

Leragere meliputi Desa Lewoeleng, Desa Lodoblolong, Desa Atakowa, Desa

Lamadale, Desa Seranggorang dan Desa Balurebong. Kegiatan pertanian yang umum

dilakukan oleh masyarakat sekitar KPHL Lembata adalah berladang berpindah,

penggembalaan ternak, perburuan satwa liar, dan penggalian umbi-umbian di

kawasan hutan. Untuk kegiatan berladang, menumbuhkan rumput muda maupun

berburu satwa liar menggunakan api yang tidak jarang menimbulkan kebakaran

hutan. Aktivitas kegiatan masyarakat tersebut merupakan kebiasaan yang turun

temurun.

Hal tersebut membuat ketergantungan masyarakat sekitar KPHL Lembata masih

tinggi terhadap lahan dan hutan yang sering menimbulkan tekanan keberlanjutan

sumberdaya dan hutan. Untuk menjaga keberlanjutan potensi sumberdaya lahan dan

hutan maka diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat berupa meningkatkan

kesadaran dan keterampilan masyarakat petani dalam kegiatan pemanfaatan sumber

daya hutan dan lahan yang memperhatikan upaya fungsi kawasan lindung.

Page 106: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

94

Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perlindungan, pelestarian

dan rehabilitasi perlu dilakukan dengan melibatkan lembaga adat masyarakat desa

sekitar KPHL Lembata. Melalui penguatan lembaga adat dalam perlindungan,

pelestarian dan rehabilitasi hutan di wilayah hutan KPHL akan lebih efektif.

Peningkatan nilai tambah ekonomi dari produk dan jasa yang berbasiskan kreatifitas

masyarakat setempat perlu didorong oleh manajemen KPHL Lembata baik berupa

HHBK maupun jasa lingkungan. Peningkatan nilai seni dari produk HHBK melalui

pengembangan obat-obatan berbasis pengetahuan lokal merupakan contoh kegiatan

kreatif yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.

5.4 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pada Areal KPHL Yang Telah Ada Ijin Pemanfaatan Maupun Penggunaan Kawasan Hutannya

Kepala KPHL wajib melaksanakan pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas

pelaksanaan izin pemanfaatan hutan di wilayah KPH-nya. Hasil pembinaan,

pemantauan dan evaluasi ini wajib dilaporkan setiap tiga bulan kepada Menteri

dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota. Berdasarkan data dari

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lembata, saat ini pada wilayah

pengelolaan KPHP Lembata tidak terdapat pemegang izin pinjam pakai kawasan

hutan (IPPKH). Untuk menjamin penyelenggaraan pengelolaan berjalan dengan baik,

maka kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu keutuhan ekosistem hutan KPHL

Lembata harus dapat dicegah. Sistem pemantauan (controlling) hutan yang

dikembangkan dilakukan secara partisipatif dengan masyarakat.

Keberadaan KPHL Lembata akan mengubah hubungan masyarakat di dalam dan

sekitar kawasan. Untuk mendapatkan dukungan dan keberadaannya diterima oleh

masyarakat, maka diperlukan program sosialisasi baik melalui tatap muka maupun

media sosial lainnya. Program sosialisasi ini harus dilakukan secara terus menerus

sesuai dengan tahapan kegiatan pengelolaan. Program sosialisasi yang dilakukan

bukan hanya sekedar untuk meningkatkan pemahaman akan KPHL tetapi ditujukan

untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan KPHL Lembata.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh KPHL Lembata yang memerlukan

sosialisasi adalah kegiatan penataan batas. Sebelum dilakukan penandaan batas di

lapangan berupa pal atau patok batas, maka perlu dilakukan sosialisasi mengenai

Page 107: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

95

batas wilayah pengelolaan KPHL Lembata. Sosialisasi tersebut dilakukan untuk

menghindari terjadinya konflik antar pihak yang berkepentingan terhadap kawasan

yang ditentukan sebagai kawasan KPHL Lembata. Batas tersebut harus diketahui oleh

para pihak, terutama masyarakat yang berada dekat dengan wilayah kerja. Terdapat

beberapa desa yang berdekatan dan berada di kawasan KPHL Lembata yang perlu

disosialikan tentang tata batas kawasan KPHL Lembata.

5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Di Luar Izin

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,

mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,

produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap

terjaga. Kegiatan utama didalam rencana pemulihan hutan dan lahan diarahkan

kepada revegetasi di lahan yang mengalami degradasi baik di dalam kawasan

maupun di luar kawasan.

Para pelaku pembangunan di luar sektor kehutanan berkewajiban melakukan

reklamasi dan atau rehabilitasi, karena usahanya berpotensi menimbulkan perubahan

dan terganggunya ekosistem hutan, seperti usaha pertambangan.

Dasar aturan yang dijadikan sebagai pedoman penyelenggaran RHL adalah:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2000 yang kemudian

diperbaharui dengan PP Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah.

c. Permenhut Nomor P.39/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Pengelolaan DAS.

d. Permenhut Nomor P.1/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan

tanaman Hutan.

e. Permenhut Nomor P.35/Menhut-II/2010 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan DAS.

Page 108: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

96

f. Permenhut Nomor P.37/Menhut-V/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

g. Permenhut Nomor P.59/Menhut-II/2011 tentang Hutan Tanaman Hasil Reboisasi.

h. Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor P.14/Menhut-II/2012 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2012.

i. Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor : P.9/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara

Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan rehabilitasi

Hutan dan Lahan.

5.6 Pembinaan Dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi

Dan Reklamasi Pada Areal yang Sudah Ada Izin Pemanfaatan

Maupun Penggunaan Kawasan Hutan

Wilayah yang sudah ada izin pemanfaatan di KPHL Lembata terdata belum ada.

Sehingga seluruh kegiatan saat ini dikelola langsung oleh KPHL Lembata. Sistem

pelaksanaan rehabitasi melibatkan masyarakat yang ada di sekitar areal KPHL

Lembata. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem

pengelolaan hutan dan lahan khususnya pada kawasan KPHP, yang ditempatkan

pada kerangka daerah aliran sungai. Rehabilitasi mengambil posisi untuk mengisi

kesenjangan ketika sistem perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem

budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan

dan lahan.

Rehabilitasi hutan dan lahan akan diimplementasikan pada blok yang mengalami

deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahannya. Sistem RHL yang akan

dilaksanakan dapat dicirikan oleh komponen sebagai berikut: (1) komponen obyek

rehabilitasi hutan dan lahan, (2) komponen teknologi, dan (3) komponen institusi.

Di dalam merencanakan kegiatan pemulihan hutan dan lahan secara revegetasi, ada

beberapa faktor yang menentukan pemilihan jenis dan pola tanam yang akan

dilakukan yakni:

- Kondisi iklim. Areal KPHL Lembata berada di wilayah beriklim tropis, namun secara

umum tergolong kering hingga sedang (tipe F) dengan memiliki 2 (dua) musim

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung rata-rata

berlangsung selama 4 bulan antara bulan Desember sampai dengan bulan Maret,

Page 109: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

97

sedangkan musim kemarau berlangsung selama 8 bulan terjadi antara bulan April

sampai dengan bulan Nopember setiap tahunnya. Rata-rata curah hujan per tahun

adalah 500 - 1200 mm. Suhu udara rata-rata 270 C dengan suhu minimum

mencapai 200 C dan suhu maksimum mencapai 330 C.Sedangkan kelembaban

udara berkisar antara 72% sampai 84% sedangkan kecepatan angin tergolong

rendah rata-rata 8,4 knot/jam (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Lembata, 2013).

- Kondisi topografi. Areal KPHL Lembata berada di wilayah Kabupaten Lembata yang

didominasi oleh wilayah berbukit hingga bergunung dengan topografi curam dan

sangat curam (lereng lebih dari 25%) dengan sedikit dataran berupa topografi

lereng datar (0-2% dan 2-8%), lereng landai (8-15%) hanya seluas 18,01%.

Ketinggian dari permukaan laut hingga 1.319 meter.

- Mata pencaharian penduduk di dalam dan sekitar KPHL. Berdasarkan hasil

wawancara dan pencatatan monografi desa, sebagian besar (77%) mata

pencaharian penduduk di dalam dan sekitar KPHL adalah pertanian dan

peternakan. Mengingat curah hujan yang rendah, maka kegiatan pertanian yang

dilakukan adalah berladang berpindah dan mengandalkan curah hujan.

Berdasarkan tiga faktor utama tersebut, maka arah dari rencana revegetasi dalam

upaya memulihkan fungsi hutan yang mengalami degradasi di setiap arahan blok

adalah sebagai berikut.

1) Blok Hutan Lindung

Berdasarkan hasil tata hutan KPHL Lembata diperoleh tingkat kekritisan lahan

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 5.5 Tingkat Kekritisan Lahan di Blok Hutan Lindung KPHL Lembata

Blok Hutan Lindung KRTS_2013 Total

HL – INTI Kritis 848.88

Agak Kritis 25,310.98

Potensial Kritis 2,347.62

Tidak Kritis 246.64

HL-INTI Total 28,754.12

HL - PEMANFAATAN Sangat Kritis 178.42

Kritis 10,466.86

Potensial Kritis 2,024.20

Page 110: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

98

Blok Hutan Lindung KRTS_2013 Total

Agak Kritis 6,137.26

Tidak Kritis 1,026.53

HL-PEMANFATAN Total 19,833.44

Sumber: Hasil analisis spasial (2015)

Revegetasi hutan diarahkan untuk kelas kritis dan sangat kritis. Adapun rencana

pemulihan di lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

- Blok Inti. Kondisi lahan kritis dan agak kritis di Blok Inti Hutan Lindung seluas

26,159.86 ha. Rehabilitasi lahan di blok ini ditujukan untuk perlindungan tata air

dan simpanan karbon (carbon sink). Karena tipe iklimnya adalah tipe F dengan

curah hujan rendah, maka jenis tanaman yang akan dipilih adalah jenis endemik,

jenis mempunyai perakaran dalam dengan tingkat evapotranspirasi rendah dan

kurang memiliki potensi pemanfaatannya (bio material) selain sebagai

penyimpanan karbon.

- Blok Pemanfaaatan. Rehabilitasi lahan di Blok Pemanfaatan Hutan Lindung

ditujukan untuk kondisi lahan sangat kritis dan kritis seluas 10,645.28 ha. Dengan

memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar KPHL, maka rehabilitasi

ini dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam

mendukung pengembangan jasa ekosistem, wisata alam, dan pengembangan hasil

hutan non kayu, pakan ternak dan pangan. Karena tipe iklimnya adalah tipe iklim

F dengan curah hujan rendah, maka jenis tanaman yang akan dipilih adalah jenis

endemik, jenis perakaran dalam dengan tingkat evapotranspirasi rendah yakni

jenis Multi Purpose Tree Species (MPTS) dari jenis asli yang dapat dimanfaatkan

masyarakat setempat.

2) Blok Hutan Produksi

Berdasarkan hasil tata hutan KPHL Lembata diperoleh tingkat kekritisan lahan

sebagaimana tabel berikut:

Page 111: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

99

Tabel 5.6 Tingkat Kekritisan Lahan di Blok Hutan Produksi KPHL Lembata

BLOK Hutan Produksi KRTS_2013 Total

HP-Perlindungan Sangat Kritis 0,00

Kritis 0,00

Agak Kritis 104,15

Potensial Kritis 0,00

Tidak Kritis 0,00

HP Perlindungan Total 104,15

HP-Pemberdayaan Sangat Kritis 0,00

Kritis 0,00

Potensial Kritis 11,05

Agak Kritis 489,90

Tidak Kritis 0,00

HP-Pemberdayaan Total 500,96

Adapun rencana pemulihan di lokasi tersebut diarahkan pada lahan kritis dan sangat

kritis adalah sebagai berikut:

- Blok Perlindungan. Kondisi lahan kritis dan agak kritis di Blok Lindung Hutan

produksi seluas 104,15 ha. Rehabilitasi lahan di blok ini ditujukan untuk

perlindungan tata air dan erosi. Karena tipe iklimnya adalah tipe F dengan curah

hujan rendah, maka jenis tanaman yang akan dipilih adalah jenis endemik, jenis

mempunyai perakaran dalam dengan tingkat evapotranspirasi rendah dan kurang

memiliki potensi pemanfaatannya (bio material) selain sebagai penyimpanan

karbon.

- Blok Pemberdayaan. Rehabilitasi lahan di Blok Pemberdayaan Hutan Produksi

ditujukan untuk kondisi lahan sangat kritis dan kritis seluas 500,96 ha. Blok ini

telah ada upaya masyarakat masuk ke dalam kawasan sehingga akan diarahkan

menjadi pengelolaan hutan bersama masyarakat, dalam bentuk skala besar

ataupun skala kecil seperti HTR, HKM, atau hutan desa. Dengan memperhatikan

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar KPHL, maka rehabilitasi ini

dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya

meningkat. Karena tipe iklimnya adalah tipe iklim F dengan curah hujan rendah,

maka jenis tanaman yang akan dipilih adalah jenis endemik, jenis perakaran

Page 112: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

100

dalam dengan tingkat evapotranspirasi rendah yakni jenis Multi Purpose Tree

Species (MPTS) dari jenis asli yang dapat dimanfaatkan masyarakat setempat.

5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam

Salah satu faktor yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan adalah karena

adanya berbagai kepentingan yang berbeda atas sumber daya hutan sehingga

mempengaruhi pilihan tindakan yang berbeda-beda pula. Misalnya para pengusaha,

pilihan tindakannya cenderung berorientasi untuk kepentingan memperbesar modal

yang dalam pelaksanaannya justru mengorbankan kepentingan lain, seperti

mengabaikan asas konservasi atau kelestarian lingkungan, merebut kepemilikan

lahan hutan yang sebelumnya dikuasai rakyat setempat, atau penggunaan hutan dan

lahan oleh masyarakat akibat tidak tersedianya lahan pekerjaan, kemiskinan, dan

penguasaan keterampilan yang rendah, telah meningkatkan ketergantungan

masyarakat terhadap hutan (sandang, pangan, dan papan). Untuk mengurangi

kerusakan akibat degradasi dan deforestasi maka diperlukan penyelenggaraan

perlindungan dan konservasi alam tanpa mengabaikan kepentingan masyarakat yang

ada di dalam dan sekitar hutan.

5.7.1 Perlindungan Hutan

Dasar hukumnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah: (1) UU RI

No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (2)

Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria

Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP, (3) PP Nomor 60 tahun 2009 tentang

Perubahan PP Nomor 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan, dan (4)

Permendagri Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di

Daerah.

Perlindungan hutan dilaksanakan dengan tujuan melindungi kawasan hutan dan

proses produksi dapat berjalan dengan baik. Prinsip pelaksanaan perlindungan hutan

adalah (1) upaya penanganan diutama secara preventif, (2) Perlakuan represif

dilakukan dengan mempertimbangkan hasil proses inteljen yang akurat,

(3) Sosialisasi seluruh peraturan perundangan senantiasa dilakukan oleh seluruh

aparat, (4) Pelatihan fisik petugas polisi kehutanan dilakukan secara rutin sekurang-

kurangnya setiap minggu sekali, (5) Operasi dilakukan melalui operasi fungsional dan

Page 113: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

101

operasi gabungan, (6) Penanganan kebakaran diupayakan bersama dengan

masyarakat secara bersama-sama, (7) Persediaan makanan ternak diupayakan

dengan memanfaatkan jenis tanaman sela ataupun tanaman inti, dan (8)

Permasalahan penggunaan tanah diselesaikan sesuai aturan hukum yang berlaku.

5.7.2 Konservasi Alam

Rencana teknis konservasi alam merupakan penjabaran dari salah satu atau

beberapa kegiatan teknis yang telah tersusun dalam rencana pengelolaan. Untuk

setiap kegiatan dalam rencana pengelolaan yang memerlukan penjabaran lebih rinci,

masing-masing dapat disusun rencana teknisnya, misalnya rancangan untuk

bangunan tertentu, pembinaan habitat, pembinaan populasi dan rancangan

pengambilan sumber genetik.

Pembinaan habitat dan populasi untuk memperbaiki atau memulihkan kerusakan

tumbuhan, satwa, atau ekosistem dapat dilakukan pembinaan habitat yang

pelaksanaannya harus tetap memperhatikan prinsip konservasi. Agar kualitas dan

kuantitas jenis tumbuhan dan satwa tetap berada dalam keadaan seimbang dan

dinamis, di setiap kawasan konsenvasi pada dasarnya dapat dilakukan pembinaan

populasi yang pelaksanaannya harus tetap memperhatikan prinsip konservasi;

Pembinaan habitat dan populasi pada pengelolaan tumbuhan dan satwa serta

habitatnya meliputi kegiatan berupa: (1) pembinaan padang rumput untuk satwa,

(2) penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon yang dapat meningkatkan fungsi

konservasi, (3) pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang dan mandi

satwa, (4) penjarangan jenis tumbuhan dan atau populasi satwa, (5) penambahan

tumbuhan dan satwa asli, dan (6) pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa

pengganggu.

Rehabilitasi dan Restorasi. Rehabilitasi dan restorasi hutan dan lahan adalah kegiatan

pemulihan kondisi sebagian kawasan hutan menjadi atau mendekati kondisi

ekosistem alami, melalui kegiatan reboisasi, pemeliharaan, pengkayaan jenis atau

penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif, dan perbaikan lingkungan untuk

memulihkan fungsi ekosistem alami yang rusak. Pelaksanaan restorasi dan rehabilitasi

di kawasan hutan mempunyai tujuan untuk memulihkan, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi ekosistem yang rusak agar dapat berfungsi kembali secara

optimal sesuai daya dukung, dan peranannya sebagai habitat suatu jenis

Page 114: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

102

tumbuhan/satwa dalam mendukung sistem penyangga kehidupan. Tujuan dari proses

rehabilitasi dan restorasi adalah mengembalikan struktur, fungsi keanekaragaman

dan dinamika suatu ekosistem yang menghadapi degradasi tersebut.

Terdapat empat tipe utama untuk mengembalikan/memulihkan komunitas hayati dan

ekosistem yang mengalami degradasi, yaitu: (1) Tanpa tindakan, karena upaya

pemulihan terlalu mahal dan selalu gagal, pengalaman menunjukkan bahwa

ekosistem akan dapat pulih dengan sendirinya, (2) Restorasi, merupakan pemulihan

melalui suatu reintroduksi secara aktif dengan spesies yang semula ada, sehingga

mencapai struktur dan komposisi spesies seperti semula, (3) Rehabilitasi, merupakan

pemulihan dari sebagian fungsi-fungsi ekosistem dan spesies asli, seperti

memperbaiki hutan yang terdegradasi melalui penanaman, dan (4) Penggantian,

merupakan upaya penggantian suatu ekosistem terdegradasi dengan ekosistem lain

yang lebih produktif, seperti menganti hutan yang terdegradasi dengan padang

rumput dan sebagainya.

Konservasi alam dibagi menjadi konservasi ex-situ (konservasi tumbuhan dan atau

satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya) dan konservasi in situ (konservasi

tumbuhan atau satwa yang dilakukan di dalam habitat alaminya). Peraturan yang

terkait dengan kegiatan konservasi ini adalah: (1) Undang-undang RI Nomor 5 tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, (2)

Permenhut Nomor P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi.

Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan erat

dengan tercapainya tiga sasaran konservasi (UU No 5 Tahun 1990), yaitu:

a. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga

kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia

(perlindungan sistem penyangga kehidupan).

b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe

ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan,

dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang

menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber

plasma nutfah).

Page 115: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

103

c. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga

terjamin kelestariannya. Akibat sampingan penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan

peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi secara

optimal,baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala

erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber daya alam hayati

(pemanfaatan secara lestari).

5.8 Penyelenggaraan Koordinasi Dan Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin

Berdasarkan uraian terdahulu bahwa Blok HL KPHL Lembata sebagian besar (59%)

dialokasikan sebagai blok inti dengan arahan sebagai karbon stok, sedangkan 41%

sisanya dialokasikan sebagai blok pemanfaatan dengan arahan selain untuk

rehabilitasi juga berupa pemanfaatan untuk masyarakat sekitar berupa usaha skala

kecil. Pemanfaatan untuk masyarakat sekitar tersebut diantaranya berupa hutan

kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat melalui pemberian Izin Usaha

Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (di hutan lindung) dan Izin Usaha Pemanfaatan

Hutan Tanaman Rakyat (di hutan produksi). Pemegang izin hutan kemasyarakat

maupun hutan tanaman rakyat merupakan mitra pengelola HPL. Oleh karena itu

perlu dijalin kerjasama melalui koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin

maupun dengan pemegang ijin dengan pengelola KPHL. Koordinasi dan sinkronisasi

tersebut diwujudkan dalam perumusan rencana program dan rencana kegiatan

sehingga akan terjalin sinkronisasi dan sinergisitas program dan kegiatan.

5.9 Koordinasi Dan Sinergi Dengan Instansi Dan Stakeholder Terkait

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang harus digunakan dalam pengelolaan

KPHL Lembata adalah Strategi Weakness Threat (WT) yakni strategi yang bersifat

defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman. Oleh karena itu, dalam upaya mengatasi kelemahan dan menghindari

ancaman maka perlu dilakukan koordinasi dan sinergi dengan instansi dan

stakehlders terkait. Adapun hal – hal yang perlu dikoordinasikan dan sinergi tersebut

adalah sebagai berikut.

A. Kegiatan penataan batas. Karena mengingat kegiatan ini merupakan kegiatan

penting untuk memastikan kepastian hukum batas kawasan hutan, maka perlu

dilakukan koordinasi dan sinergi dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)

Page 116: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

104

Wilayah XIV Kupang, dan Panitia Tata Batas Kabupaten Lembata. Wilayah kerja

BPKH Wilayah XIV Kupang ini diantaranya adalah Kabupaten Lembata.

B. Dalam mengatasi kurangnya jumlah dan kompetensi personil dalam mengatasi

ancaman terdapat perambahan hutan melalui koordinasi dan sinergisitas dengan

Unit Pelaksana Teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang

memiliki personil Polisi Hutan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), disamping

berkoordinasi dan bersinergi dengan Kepolisian RI Resot Lembata dan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lembata. Sedangkan untuk mengatasi lemahnya

kompetensi personil, perlu dilakukan koordinasi dan sinergisitas dengan Balai

Pelatihan dari UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengikut

sertakan personilnya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan.

C. Dalam mengatasi kurangnya pendanaan sebenarnya dapat diatasi dengan

berkoordinasi dengan Balai Pengelolaan DAS, dimana kebijakan anggaran

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berbasis KPH, untuk menyusun

program dan kegiatan terkait dengan rehabilitasi hutan dan lahan.

D. Dalam penyususnan SOP pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tugas dan

tanggung jawab dari KPHL dan perangkat lainnya, dapat dilakukan dengan

Koordinasi dan Sinergisitas dengan KPH – KPH lainnya yang sudah memiliki SOP

atau dengan Perum Perhutani yang sudah memiliki SOP yang lengkap. Melalui

Koordinasi dan kerjasama ini akan mempercepat ketersediaan SOP sehingga

pelaksanaan kegiatan setiap unsur organisasi dapat segera berjalan.

E. Dalam melakukan upaya pendataan potensi jasa lingkungan dan KPHL Lembata

dapat dilakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi yang ada di Provinsi

NTT maupun di provinsi lainnya atau bekerjasama dengan Balai Penelitian

Kehutanan.

F. Dalam mengatasi kekurangan sarana dan prasarana, dapat bekerjasama dengan

UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menyusun dan

melaksanakan program dan kegiatan terkait dengan dukungan kegiatan RHL.

Disamping itu, perlu dilakukan koordinasi dan sinergisitas dengan Pemerintah

Kabupaten Lembata untuk mendapatkan dukungan anggaran dalam membangun

sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Page 117: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

105

Dalam berbagai hal terutama terkait dengan masyarakat sekitar kawasan KPHL

Lembata, perlu selalu dikembangkan koordinasi dan kerjasama dengan tokoh

masyarakat dan tokoh adat, bila dimungkinakan mengembangan Lembaga

Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

5.10 Penyediaan Dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM)

a. Struktur Organisasi KPHL Lembata

KPHL Lembata ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Lembata Nomor 5/tahun

2014 tentang organisasi dan tata kerja KPHL Unit IX Wilayah Kabupaten Lembata.

Struktur organisasinya terlihat seperti pada Gambar 5.11.

Berdasarkan gambar strutur organisasi tersebut, maka struktur organisasinya berupa

organisasi liniter yakni struktur dimana garis wewenang hanya satu, sederhana dan

jelas dari manajemen puncak ke setiap personil di bawahnya pada organisasi. Namun

dalam keputusan tersebut hanya memuat tingkatan manajemen, yang terdiri dari

Kepala KPHL, Kelompok Jabatan Fungsional, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi

Perencanaan dan Perlindungan, dan Seksi Rehabilitasi dan Pemanfaatan, dan Resort

KPHL.

Jumlah personil direncanakan ditambah sesuai dengan lingkup kerja dan kompetensi

yang dibutuhkan. Penambahan personil diajukan sesuai dengan kebutuhan

Resort KPHL

Seksi Rehabilitasi

dan Pemanfaatan

Seksi Perencanaan

dan Perlindungan

Sub bagian Tata Usaha

Kelompok Jabatan

Fungsional

Kepala KPHL

Gambar 5.5 Struktur Organisasi KPHL Lembata

Page 118: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

106

pengembangan dan ketersediaan formasi pegawai yang disediakan oleh Pemerintah

Pusat, Pemerintah Provinsi NTT, dan Pemerintah Kabupaten Lembata.

b. Penyediaan Sumberdaya Manusia (SDM)

Sebagai organisasi baru yang ditetapkan melalui SK Bupati, maka KPHL Lembata

memiliki personil yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman di bidang

pengelolaan hutan yang berbeda-beda. Disamping itu personil yang ditetapkan masih

terbatas, dan memerlukan rekrutmen baru sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

dalam pengembangan organisasi KPHL. Adapun langkah – langkah yang dilakukan

dalam penyediaan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusa (SDM) KPL

Lembata ini adalah sebagai berikut:

1. Perumusan Pekerjaan Yang Akan dilakukan

Perumusan pekerjaan yang akan dilakukan ini penting, untuk mengetahui kualifikasi

kebutuhan personil dan rencana peningkatan kapasitasnya. Oleh karena itu, langkah

pertama adalah menentukan tujuan pekerjaan (job goals) dari setiap posisi dalam

struktur organisasi yang sudah ditetapkan. Dalam merumuskan pekerjaan dengan

menggunakan dua pendekatan yaitu (1) spesifikasi pekerjaan, dan (2) uraian

pekerjaan.

Spesifikasi Pekerjaan. Spesifikasi pekerjaan merupakan pemaparan kualifikasi

yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan di setiap posisi secara memuaskan.

Personil yang diberikan tanggungjawab kepegawaian dapat mengembangkan

lembaran menggunakan format dengan contoh sebagai berikut:

a. Maksud pekerjaan – tujuannya, dan kegiatan yang perlu untuk mencapainya

b. Jenis pekerjaan: kelompok jabatan fungsional, bagain tata usaha, seksi

perencanaan dan perlindungan, dan seksi rehabilitasi dan pemanfaatan

c. Persyaratan pekerjaan: tingkat pendidikan, pengalaman, keterampilan khusus,

kesehatan, faktor – faktor kepribadian dan sebagainya

d. cara – cara khusus untuk menentukan kemampuan personil melaksanakan

pekerjaan

Uraian Kerja. Uraian kerja (job description) bertitik berat pada kegiatan dan tugas

kerja. Personil yang diberikan tanggung jawab kepegawaian dapat mengembangkan

format sederhana dengan isi sebagai berikut:

Page 119: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

107

a. Uraian ringkas pekerjaan dan tujuan yang akan dicapainya

b. Daftar dari tugas, tanggung jawab, dan kewenangan yang ada

c. Pernyataan yang merumuskan garis kewenangan

d. Petunjuk mengenai cara dan saat untuk mengevaluasi prestasi dan standar kerja.

2. Perekrutan Personil

Sejalan dengan berkembangnya aktivitas KPHL Lembata, maka diperlukan rencana

perekrutan personil untuk mengisi stat di setiap di setiap jenjang manajemen.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perekrutan personil adalah sebagai

berikut.

Melakukan analisis terhadap kebutuhan personil sejalan dengan rencana kegiatan

(bisnis) yang telah disusun.

Menentukan spesifikasi pekerjaan yang dibutuhkan

Melakukan rekrutmen pegawai melalui penerimaan terbuka dengan

membandingkan dengan spesifikasi kerja yang telah ditentukan.

Melakukan orientasi kerja

3. Pelatihan dan Pengembangan

Progran pelatihan perlu disusun untuk mendukung manajemen dalam hal:

Mengurangi kesalahan dan kecelakaan kerja;

Meningkatkan motivasi dan produktivitas;

Mempersiapkan karyawan untuk promosi;

Pertumbuhan, dan pengembangan.

Semua program pelatihan pada dasarnya didasarkan pada tujuan khusus yakni untuk

memberikan peningkatan kapasitas bagi pegawai untuk memenuhi spesifikasi kerja

yang diperlukan. Proses ini disebut Need Assessment pelatihan dan pengembangan.

Bentuk dan frekwensi pelatihan (training) yang diperlukan tergantung pada kondisi

hasil analisis kesenjangan antara kondisi personil yang ada dengan spesifikasi

pekerjaan dan uraian kerja yang telah ditetapkan di atas. Pendekataan yang

dilakukan adalah melakukan penilaian kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan

sehingga personil baru yang dimiliki memenuhi tuntutan spesifikasi dan uraian

pekerjaan tersebut. Komponen substansi pelatihan yang diperlukan adalah pelatihan

dasar dan pelatihan lanjutan. Pelatihan dasar dimaksudkan untuk meningkatkan

Page 120: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

108

personil pada batas minimum (minimum requirenment) sehingga personil tersebut

dalam menjalankan pekerjaannya. Sedangkan pelatihan pengembangan dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan personil sesuai dengan perkembangan pekerjaan

dan peningkatan jenjang karir.

Program pelatihan dan pengembangan dapat dibagi ke dalam kategori berikut:

a. Pelatihan sambil kerja (on – the job Training). Untuk mengawali pekerjaan di

KPHL, pelatihan yang dapat dilakukan sambil kerja terlebih dahulu. Tujuan

pelatihan ini sangat sederhana yakni mengajarkan keterampilan atau prosedur

untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu.

b. Pelatihan Formal di KPHL. Pada pelatihan ini dapat dilakukan oleh personil

yang dianggap memiliki pengetahuan dan kemampuan mengadakan pelatihan

dalam bidang tertentu, misalnya kegiatan perencanaan dan perlindungan hutan.

Pelatihan ini juga dalam bentuk pembinaan dari instansi Pembina dari Dinas

Kehutanan atau UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

c. Pelatihan dan Pengembangan di Luar KPHL. Bentuk pelatihan dan

pengembangan dapat dilakukan dengan mengikutsertakan personil KPHL untuk

mengikuti pertemuan, konferensi, lokakarya, saresehan, dan seminar yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi maupun instansi terkait. Sebagai organisasi

baru, penyelenggaraan pelatihan di dalam KPHL sendiri sulit dilaksanakan, oleh

karena itu pelatihan dan pengembangan harus banyak dilakukan di luar KPHL. Untuk

melakukan hal tersebut perlu dijalin komunikasi dan kerjasama dengan pengelola

KPHL lain baik di provinsi NTT maupun di provinsi lain, dengan balai pelatihan di

lingkungan Pemda Kabupaten, Provinsi dan Pusat serta dengan balai pelatihan BUMN.

5.11 Penyediaan Pendanaan

Sesuai dengan hasil SWOT yang dilakukan sebelumnya, disebutkan bahwa salah satu

kelemahan dari pengelolaan KPHL ini adalah dari aspek pendanaan. Oleh karena itu

pada awal penyelenggaran KPHL Lembata, memerlukan sumber dana dari luar. Pada

dasarnya ada empat sumber dana yang mungkin diakses untuk pembiayaan KPHL ini

yakni :

1. APBD Kabupaten Lembata

2. APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Page 121: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

109

3. APBN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

4. Penyediaan Modal Sendiri

APBD Kabupaten Lembata

Pemerintah Kabupaten Lembata adalah pihak yang mengusulkan dan menetapkan

KPHL Lembata ini dan merupakan bagian dari unsur Pemerintah Daerah Kabupaten

Lembata (Eseleon IV), tentunya telah memperkirakan dukungan pembiayaan dari

APBD Kabupaten Lembata. Oleh karena itu pada awal pengelolaan KPHL Lembata

sebagai sumber utamanya adalah dari APBD Kabupaten Lembata. Dalam meraih

pembiayaan dari APBD Kabupaten Lembata, maka mekanisme penyusunan RKA

merupakan bagian penting dari manajemen KPHL sebagai bagian dari rencana bisnis

utama.

APBD Provinsi Nusa Tenggara

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara juga memiliki andil dalam pembentukan KPHL

Lembata, oleh karena itu tentunya juga sudah memperkirakaan untuk mendukung

pembiayaan dari APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai bagian dari program

lingkungan hidup dan kehutanan. Pada umumnya bentuk yang diberikan adalah

berupa penyediaan program dan anggaran sesuai dengan RPJP, RPJM dan RPKD

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu, perlu dilakukan

koordinasi dan penyampaian program yang terkait dengan program pemerintah

provinsi NTT.

APBN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan bersumber dari APBN Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah berbasis KPH. Oleh karena itu, maka APBN

merupakan sumber utama pembiayaan pengelolaan KPHL Lembata. Untuk

mendapatkan sumber pembiayaan dari APBN Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, maka koordinasi dan sinkronisasi dengan RPRHL BPDAS dan RPLHL

Kabupaten Lembata merupakan kunci mendapatkan pembiayaan tersebut.

Penyediaan Modal Sendiri

Penyediaan modal sendiri dapat diperoleh melalui kerjasama dengan investor

maupun dengan pinjaman dari Bank (bila dimungkinkan). Untuk pinjaman dari Bank

Page 122: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

110

dapat menggunakan pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka

panjang.

5.12 Pengembangan Database

Potensi hutan yang dikelola KPHL Lembata didukung dengan sistem informasi dan

promosi yang kuat. Dengan adanya sistem tersebut akan memudahkan pengelola

untuk mengetahui data dan informasi terkini sekaligus menyampaikannya kepada

publik. Dengan adanya database yang lengkap dan tidak kadaluwarsa terkait

kawasan pengelolaan sangat berguna untuk pengambilan keputusan dalam

pengelolaan KPHL Lembata. Selain itu database juga bermanfaat bagi pihak luar yang

membutuhkan informasi tentang KPHL Lembata seperti misalnya para peneliti dari

universitas atau lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah, dan individu.

Database dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan

juga dari luar.

Pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar akan

diatur oleh Standar Operasional Prosedur (SOP). Database yang ada dapat

dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk analog atau manual (peta, dokumen,

laporan, data penelitian dan lain-lain), data digital (dokumen-dokumen, data GIS dan

data digital lainnya). Unit yang secara khusus mengelola database ini pada organisasi

KPHL Lembata merupakan Descision Support System (DSS) atau pendukung sistem

organisasi yang diperlukan sebagai dasar untuk mengambil keputusan pengelolaan

baik, oleh manajemen pusat KPHL Lembata , maupun pengelola pada unit terkecil di

lapangan. Beberapa rencana kegiatan yang mendukung pengembangan database di

KPHL Lembata Kabupaten Lembata, antara lain: (1) Pelatihan staf pengelola

database, (2) Penyiapan perangkat database, (3) Penyusunan dan pengelolaan

sistem database, dan (4) Membangun manajemen sistem pusat informasi.

5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola

Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, maka diperlukan ketepatan

menentukan prioritas program dan wilayah yang dikelola. Rasionalisasi wilayah kelola

ini dilakukan untuk menentukan efektivitas dan efisiensi manajemen KPHL. Bentuk

rasionalisasi ini dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap prioritas pengelolaan

blok dibandingkan dengan ketersediaan sumberdaya baik sumberdaya manusia,

keuangan maupun fasilitas. Dengan demikian pengerahan sumberdaya ke arah blok

Page 123: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

111

pengelolaan prioritas diharapkan lebih fokus dan bisa dilakukan. Sementara blok yang

bukan prioritas tetap menjadi tanggungjawab KPHL dalam menghadapi gangguan

dari masyarakat dan menjaga agar proses regenerasi alami dapat berjalan dan tidak

mendapatkan gangguan.

5.14 Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)

Manajemen KPHL Lembata harus menganut manajemen adaptif dengan melakukan

peningkatan secara terus menerus (continuous improvement) sebagaimana yang

diilustrasi pada Gambar 5.8. Berdasarkan gambar tersebut, maka kunci keberhasilan

dalam perpektif manajemen adaptif adalah sebagai berikut:

Faktor Kunci I, yaitu melakukan peningkatan secara terus menerus dari siklus dasar

manajemen. Adapun siklus manajemen tersebut merupakan serangkaian kegiatan

menerus dari Rencana (Plan), Pelaksanaan (Do), Pengecekan (Check) dan Aktivitas

Hasil Pengecekan (Action). Setelah selesai satu siklus manajemen (misalnya 5 tahun),

untuk melaksanakan siklus manajemen berikutnya harus dilakukan perbaikan.

Mekanisme perbaikan tersebut diantaranya melalui review pengelolaan yakni

memperbaiki rencana pengelolaan yang sudah dilaksanakan dengan menyesuaikan

perkembangan internal maupun eksternal KPHL.

Faktor Kunci II. Untuk memudahkan pengendalian secara terukur, biasanya dalam

bentuk kuantitatif, maka setiap objectif dari manajemen KPHL harus ditetapkan

standar capaiannya. Perbaikan dan peningkatan capaian manajemen melalui

standarisasi ini diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dari

pembentukan KPHL.

Page 124: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

112

Gambar 5.6 Tahapan Manajemen KPHL Dalam Perspektif Manajemen Adaptif

5.15 Pengembangan Investasi

Sejalan dengan berkembangnya KPHL Lembata, maka diperlukan pengembangan

investasi. Pada prinsipnya, suatu investasi yang akan dilakukan harus memiliki nilai

tambah yang dapat dirasakan manfaatnya. Terkait dengan penganggaran, maka

pengembangan investasi ini dikenal dengan capital badgeting (anggaran modal).

Modal yang mendukung pengembangan investasi adalah pembangunan infrastruktur

yang mendukung pengelolaan KPHL.

Pengembangan infrastruktur fisik KPHL Lembata terutama pengembangan

infrastruktur di kantor dan lapangan. Infrastuktur yang dikembangkan di lapangan

sesuai dengan keperluan blok arahan yang telah ditentukan. Pengembangan

infrastruktur tersebut diharapkan tidak mengurangi, mengubah, atau menghilangkan

fungsi utamanya, tidak mengubah bentang alam, dan tidak merusak keseimbangan

unsur-unsur lingkungan lainnya. Blok inti dan perlindungan diarahkan kepada fungsi

sebagai perlindungan tata air, erosi dan banjir sehingga penyiapan infrastruktur

berupa bangunan fisik minimal dibangun di wilayah ini dibanding dengan blok

pemanfaatan dan pemberdayaan.

KEY FACTOR 1 Basic Steps

KEY FACTOR 2

Page 125: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

113

Perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan KPHL Lembata akan didukung oleh

kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aspek kegiatan

pengelolaan.

6.1. Pembinaan

Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian agar KPHL Lembata dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan dilakukan terhadap

sumber daya manusia pelaksana pengelolaan dan masyarakat di dalam dan sekitar

kawasan KPHL Lembata. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-

upaya sebagai berikut :

a. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pengelola KPHL Lembata dalam

penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kawasan, baik berupa pendidikan formal ke

jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non formal berupa pendidikan dan

pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan

keahlian guna mendukung jalannya pengelolaan.

b. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat kerjasama

diantara pihak pengelola, pemerintah daerah, mitra dan masyarakat dalam

pelaksanaan pengelolan KPHL Lembata.

c. Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan hal-hal baru yang

bermanfaat bagi semua pihak di dalam pengelolaan.

d. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat

mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPHL Lembata mengingat

masyarakat di sekitar kawasan KPHL Lembata merupakan bagian dilaksanakan

dengan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aspek

kegiatan pengelolaan. Sehingga partisipasi para pihak khususnya masyarakat sangat

diperlukan.

BAB

6 PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN

PENGENDALIAN

Page 126: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

114

6.2. Pengawasan

Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap kinerja KPHL Lembata,

agar KPHL Lembata dapat mengevaluasi pelaksanaan tugas dan fungsinya dengan

baik. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHL Lembata dilakukan oleh

pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan secara

langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan.

Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi yang

nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan

yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHL Lembata serta perubahan

pada sosial ekonomi masyarakat. Disamping sebagai penghimpun informasi,

pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan dan kesesuaian

sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan dilakukannya perubahan-

perubahan terhadap sasaran dan program yang tidak tepat.

6.3. Pengendalian

Pengendalian adalah segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan agar kegiatan

yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Didalam instansi pemerintahan, pengaturan pengendalian terdapat dalam

Peraturan Pemerintah Nomor : 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah, Sistem Pengendalian Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah proses

yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh

pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di

lingkungan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Unsur Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern.

Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah dapat

Page 127: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

115

berbeda dengan pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain.

Penyebab terjadinya perbedaan metode pengendalian pada berbagai instansi atau

lembaga, salah satunya disebabkan oleh perbedaan visi, misi, dan tujuan dari masing-

masing lembaga, instansi atau kementerian, selain karena adanya perbedaan

lingkungan, sejarah dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi,

lembaga dan kementerian itu sendiri.

Untuk menjadikan pengelolaan KPHL Lembata berjalan dengan baik sesuai dengan

perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPHL

Lembata, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat sangat diperlukan.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga visi, misi

dan tujuan dari pengelolaan KPHL Lembata dapat tercapai, serta memberikan jaminan

agar seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup

pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen (kepala KPHL Lembata)

sampai kepada staf teknis pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab di dalam

pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja

organisasi pengelola KPHL Lembata.

Page 128: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

116

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN

PELAPORAN

Pada rencana pengelolaan KPHL Lembata, kegiatan pemantauan dan evaluasi kegiatan

merupakan kegiatan penting yang direncanakan akan dilaksanakan. Tujuannya agar

seluruh kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan mengarah pada tercapainya visi,

misi dan tujuan pengelolaan KPHL Lembata yang sudah ditetapkan di awal. Selain itu

kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan juga termasuk ke dalam kegiatan yang

direncanakan, untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian dan keberhasilan dari

suatu program pengelolaan yang dilaksanakan.

7.1. Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap pelaksanaan

suatu tugas dan fungsi satuan organisasi. Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan

dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur internal KPHL maupun unsur eksternal

baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan terhadap jalannya

pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh internal KPHL Lembata bersama-sama dengan

instansi terkait dan pihak ke-3 sebagai mitra.

Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen

kegiatan pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu pemantauan dapat

dilakukan secara berkala. Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang dikategorikan

kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan

manfaat (benefits). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup :

1. Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHL Lembata.

2. Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain.

3. Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan guna menjamin jalannya proses

pengelolaan dan tercapainya tujuan yang diharapkan. Pemantauan dan evaluasi

dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian seluruh kegiatan yang sudah

BAB

7

Page 129: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

117

dilaksanakan. Pemantauan dan evaluasi dimulai dari pembinaan pada tingkat

manajemen KPHL Lembata dengan pengawasan pada tingkat internal sebagai penilai

dan pengontrol sampai kepada proses di lapangan.

7.2. Evaluasi

Hasil yang diperoleh pada kegiatan pemantauan dan evaluasi akan menjadi masukan

kepada kepala KPHL Lembata sebagai bahan dalam menentukan kebijakan di rencana

dan pelaksanaan kerja periode berikutnya. Kegiatan pemantauan dan evaluasi ini

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :

1. Membangun mekanisme pelaporan yang efektif dan efisien.

2. Rapat pembinaan reguler.

3. Sistem Pengawasan Internal Instansi.

Evaluasi keberhasilan program pengelolaan Kawasan KPHL Lembata dapat diukur dari :

a. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan Kawasan KPHL Lembata

semakin menurun.

b. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang

disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHL Lembata dari

gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal

masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.

c. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya

alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.

d. Meningkatknya partisipasi pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder yang

memiliki kepedulian terhadap keberhasilan pembangunan KPHL Lembata, para

pihak dimaksud yaitu: Pemerintah Pusat, Kepala KPHL Lembata sebagai Unit

Pelaksana Teknis Daerah pengelola KPHL Lembata. Pemerintah Daerah propinsi dan

Kabupaten, dan investor, LSM, masyarakat dan mitra pendukung lainnya.

e. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan.

7.3. Pelaporan

Pelaporan merupakan bentuk pertanggung-jawaban kegiatan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi. Pada instansi pemerintah,

Page 130: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

118

pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam laporan. Pelaporan

kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi

pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan

sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau

yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Pada kegiatan

pelaporan,Kepala KPHL Lembata melaporkan hasil akhir seluruh kegiatan secara

berkala khususnya terhadap kegiatan pengelolaan yang telah direncanakan

sebelumnya dan realisai pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya. Acuan yang digunakan dalam pelaporan adalah berdasarkan standar

prosedur operasional yang berlaku pada lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan. Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja pelaporan

berdasarkan standar prosedur operasional yang berlaku pada lingkup Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pelaporan disusun dengan mengacu kepada

Prosedur Kerja KPHL Lembata.

Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan,

penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke pada tahap

penyusunan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semesteran, dan Laporan

Tahunan. Seluruh laporan yang telah tersusun ditandatangani oleh Kepala KPHL

Lembata dan disampaikan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan dengan

tembusan kepada Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lembata dan

Dinas Kehutanan Propinsi.

Page 131: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

119

Penentu keberhasilan pembangunan KPHL adalah adanya komitmen para pihak untuk ikut

berpartisipasi secara aktif terhadap pengelolaan KPHL Lembata, tercukupinya staf

pengelola baik administrasi maupun teknis lapangan yang sesuai dengan beban kerja

yang dimiliki,konsistensi kebijakan, dan adanya kepastian hukum atas kawasan yang

dikelola melalui penataan batas yang partisipatif, dan adanya pengakuan hak-hak

masyarakat atas sumber daya hutan sebagai bentuk insentif yang mampu meningkatkan

partisipasi masyarakat untuk membantu pengelolaan dan mengawasi setiap gangguan

dan ancaman yang dapat mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan hutan di wilayah

KPHL Lembata.

BAB

8 PENUTUP

Page 132: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

120

LAMPIRAN

Page 133: KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL) …kphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL Lembata.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Lembata

121

LLaamm

ppiirraa

nn

PPEETT

AA