69
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA CUGUNG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL RAJABASA KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Skripsi) Oleh FRANS HAMONANGAN NAINGGOLAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

  • Upload
    vothuan

  • View
    248

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA CUGUNGKESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL RAJABASA

KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

FRANS HAMONANGAN NAINGGOLAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA CUGUNGKESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL RAJABASA

KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

FRANS HAMONANGAN NAINGGOLAN

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan

wilayah yang mempunyai banyak potensi flora dan fauna. Hutan Desa Cugung

merupakan salah satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam

mengoptimalisasikan pemanfaatan sumberdaya hutan di KPHL Model Rajabasa.

Hutan Desa Cugung tersebut menjadi habitat bagi keberadaan burung-burung.

KPHL Model Rajabasa belum memiliki data dan informasi tentang

keanekaragaman burung pada kawasan tersebut, sehingga penelitian ini penting

dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis

burung dan status konservasi burung berdasarkan tiga kriteria, yaitu status jenis

burung dilindungi menurut PP No.7 Tahun 1999, status peraturan perdagangan

internasional menurut CITES (Convention on International Trade in Endangered

Species of Wild Fauna and Flora) dan status keterancaman menurut IUCN Red

List (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources).

Page 3: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

Frans Hamonangan NainggolanPengamatan keanekaragaman jenis burung dilakukan dengan metode IPA

(Induces Ponctuel d’Abodance /indeks kelimpahan pada titik) atau point count

dengan menggunakan lima point count selama 18 hari pada bulan November

2016. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di hutan Desa Cugung KPHL

Model Rajabasa terdapat 30 spesies burung dengan total 3.556 individu yang

berasal dari 14 famili dengan 10 jenis tergolong dalam status burung dilindungi

(PP No.7/1999), tujuh jenis burung yang termasuk dalam kategori Appendix II

CITES dan satu jenis burung termasuk kategori Near Threatened menurut status

keterancaman IUCN Red List. Tingkat keanekaragaman jenis burung tergolong

dalam kategori yang sedang (H’= 2,810) dengan kondisi tingkat kesamarataan

yang stabil (J= 0,826).

Kata kunci: burung, hutan Desa Cugung, keanekaragaman spesies, KesatuanPengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa.

Page 4: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

Frans Hamonangan Nainggolan

ABSTRACT

DIVERSITY OF BIRDS IN CUGUNG VILLAGE FORESTKESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL RAJABASA

RAJABASA REGENCY DISTRICT SOUTH LAMPUNG

By

FRANS HAMONANGAN NAINGGOLAN

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa is an area that has

many potential flora and fauna. Cugung Village forest was one of the steps taken

by the government in optimizing the utilization of forest resources in KPHL

Model Rajabasa. Cugung Village forest became a habitat for the existence of

birds. KPHL Model Rajabasa did not have data and information yet of the

diversity of birds in the area, so this research was important to implement. This

study aimed to determine the diversity of bird species and bird conservation status

based on three criterias, they were the status of protected bird species according to

Government Regulation No. 7 of 1999, the status of international trade regulations

according to CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of

Wild Fauna and Flora) and IUCN status of vulnerability according to IUCN Red

List (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources).

Page 5: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

Frans Hamonangan NainggolanObservation of bird species diversity was by IPA method (Induces Ponctuel

d'Abodance) or point count by using five point count for 18 days in November

2016. Based on the results of the research that had been conducted in the Cugung

Village forest KPHL Model Rajabasa, there were 30 species of birds with a total

of 3.556 individuals from 14 families with 10 species included into protected bird

status (PP No. 7/1999), seven bird species included in the category Appendix II

CITES and one bird species including Near Threatened category according to the

IUCN Red List status of vulnerability. The level of diversity of bird species was

in moderate category (H '= 2,810) with stable level of equality (J = 0,826).

Keywords: bird, Cugung Village Forest, diversity of bird, Kesatuan PengelolaanHutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa.

Page 6: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA CUGUNGKESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL RAJABASA

KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

FRANS HAMONANGAN NAINGGOLAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 7: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah
Page 8: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah
Page 9: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan pada tanggal 18 April 1992 dari

pasangan Bapak H. Nainggolan dan L. Samosir. Penulis

merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Jenjang

pendidikan penulis bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 2

Branti Raya Kecamatan Natar pada tahun 1998,

kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar

Kecamatan Natar pada tahun 2004 dan tamat sekolah pada tahun 2007. Penulis

melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Natar Kecamatan

Natar dan lulus pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Kegiatan penulis sebagai mahasiswa bergabung sebagai anggota IMABATOBA

(Ikatan Mahasiswa Batak Toba), Pengurus Himasylva (Himpunan Mahasiswa

Kehutanan) dan anggota UKMK UNILA (Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen

Universitas Lampung). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

Penengahan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan pada tahun

2014 selama 40 hari. Kegiatan Praktek Umum penulis dilaksanakan di Bagian

Page 10: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Malimping Kesatuan Pemangkuan Hutan

(KPH) Banten Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Penulis selama

menjadi mahasiswa pernah menjadi asisten dosen dalam mata perkuliahan Silvika,

Wisata Hutan Berkelanjutan (WHB) dan Pengelolaan Hutan Rakyat (PHR).

Page 11: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kupersembahkan karya

ini kepada kedua orang tuaku Bapak H. Nainggolan dan Ibu L. Samosir tercinta

yang selalu mendoakan, memberikan nasehat dan kasih sayang sampai saat ini.

Semoga Tuhan selalu memberkati kami senantiasa.

Page 12: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia dan anugerah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

Skripsi dengan judul “Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Desa Cugung

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa Kecamatan Rajabasa

Kabupaten Lampung Selatan” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., selaku pembimbing pertama dan

Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku pembimbing kedua yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis

sehingga dapat terselesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, nasehat dan kritik yang membangun.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

Page 13: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

iii5. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

6. Pihak Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa, Bapak

Khairul Anwar sebagai Pimpinan KPHL Model Rajabasa, Bang Iqbal

Amiruddin Ihsanu selaku Bakti Sarjana Rimbawan (Basarhut) KPHL Model

Rajabasa.

7. Bapak Ali Muhaimin sebagai Lurah Desa Cugung Kecamatan Rajabasa

Kabupaten Lampung Selatan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih kurang sempurna, maka dari

itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun agar

langkah penulis berikutnya semakin baik lagi. Harapannya bahwa skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin. Terima kasih.

Bandar Lampung, 18 September 2017

Penulis

Frans Hamonangan Nainggolan

Page 14: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1A. Latar Belakang ................................................................................. 1B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4C. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4D. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8A. Keanekaragaman Hayati .................................................................. 8B. Burung ............................................................................................. 10C. Habitat Burung ................................................................................. 13D. Penyebaran Burung ......................................................................... 15E. Status Konservasi Burung ................................................................ 18

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990Tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya ..... 18

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa ...................... 19

3. IUCN (International Union for Conservation of Natureand Natural Resources) .............................................................. 20a. Extinct (EX: Punah) .............................................................. 21b. Extinct in the Wild (EX: Punah di Alam Liar) ...................... 21c. Critically Endangered (CR: Kritis) ....................................... 21d. Endangered (EN: Genting atau Terancam) .......................... 21e. Vulnerable (VU: Rentan) ...................................................... 22f. Near Threatened (NT: Hampir Terancam) ............................ 22g. Least Concern (LC: Berisiko Rendah) ................................. 22h. Data Deficient (DD: Informasi Kurang) ............................... 23i. Not Evaluated (NE: Belum dievaluasi) ................................. 23

4. CITES (Convention on International Trade in EndangeredSpecies of Wild Fauna and Flora) .............................................. 23

F. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa ................. 24G. Hutan Desa ...................................................................................... 26

Page 15: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

vHalaman

III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 28A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 28B. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 29C. Jenis Data ...................................................................................... 29

1. Data Primer .............................................................................. 292. Data Sekunder .......................................................................... 30

D. Batasan Penelitian ......................................................................... 30E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 30

1. Pengumpulan Data Primer ....................................................... 30a. Metode Survei Pendahuluan ............................................... 30b. Metode Titik Hitung (Point Count) .................................... 31c. Metode Rapid Assessment .................................................. 32

2. Pengumpulan Data Sekunder ................................................... 32F. Analisis Data .................................................................................. 33

1. Indeks Keanekaragaman (Diversity Index) .............................. 332. Indeks Kesamarataan (Evennes Index) ..................................... 333. Indeks Kesamaan Komunitas (Index of Similarity) .................. 344. Analisis Deskriptif .................................................................... 34

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 35A. Data Administratif Lokasi Penelitian ........................................... 35B. Topografi ....................................................................................... 36C. Iklim .............................................................................................. 37D. Tanah ............................................................................................. 37

1. Tanah Latosol ........................................................................... 372. Tanah Podsolik ......................................................................... 383. Tanah Andosol ......................................................................... 38

E. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ........................ 381. Jumlah Penduduk ..................................................................... 382. Tingkat Pendidikan dan Matapencaharian ............................... 383. Sosial Budaya Masyarakat ....................................................... 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 40A. Hasil Penelitian ............................................................................. 40

1. Keanekaragaman Jenis Burung ................................................ 402. Tingkat Keanekaragaman Jenis Burung ................................... 413. Indeks Kesamaan Jenis ............................................................. 434. Jenis Tumbuhan Penyusun Vegetasi ........................................ 44

B. Pembahasan ................................................................................... 451. Keanekaragaman Jenis Burung ................................................ 452. Tingkat Keanekaragaman Jenis Burung ................................... 81

a. Indeks Keanekaragaman Jenis Burung (Diversity Index) ... 81b. Indeks Kesamarataan Jenis Burung (Evennis Index) .......... 84c. Tingkat Kesamaan Jenis (Similarity Index) ........................ 85

3. Vegetasi dan Peranan Habitat Bagi Burung ............................. 874. Status Konservasi Jenis Burung ............................................... 90

a. Status Lindung .................................................................... 90

Page 16: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

viHalaman

b. Status Perdagangan Internasional Menurut CITES ............ 92c. Status Keterancaman Menurut IUCN ................................. 92

5. Upaya Konservasi Terhadap Jenis Burung ............................... 94

VI. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 97A. Simpulan ....................................................................................... 97B. Saran .............................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 99

LAMPIRAN

Tabel 8-19 .................................................................................................. 105-116

Page 17: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Tally sheet yang digunakan pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan Desa Cugung KPHL Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................ 29

2. Jenis-jenis burung yang terdapat di hutan Desa CugungKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................. 40

3. Tingkat keanekaragaman jenis burung yang terdapatdi hutan Desa Cugung Kesatuan Pengelolaan Hutan LindungModel Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan .. 42

4. Indeks keanekaragaman dan indeks kesamarataan jenis burungdi lima titik hitung (point count) hutan Desa CugungKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................. 43

5. Tingkat kesamaan jenis burung di hutan Desa CugungKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................. 43

6. Jenis tumbuhan penyusun vegetasi yang terdapatdi hutan Desa Cugung Kesatuan Pengelolaan Hutan LindungModel Rajabasa Kecamatan Rajabasa KabupatenLampung Selatan .................................................................................. 44

7. Klasifikasi jenis burung berdasarkan jenis pakan di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................. 89

8. Indeks keanekaragaman (Diversity Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 1) .......................................................... 105

Page 18: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

viiiTabel Halaman9. Indeks keanekaragaman (Diversity Index) per point count

pada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 2) .......................................................... 106

10. Indeks keanekaragaman (Diversity Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 3) .......................................................... 107

11. Indeks keanekaragaman (Diversity Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 4) .......................................................... 108

12. Indeks keanekaragaman (Diversity Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 5) .......................................................... 109

13. Indeks kesamarataan (Evennes Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 1) .......................................................... 110

14. Indeks kesamarataan (Evennes Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 2) .......................................................... 111

15. Indeks kesamarataan (Evennes Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 3) .......................................................... 112

16. Indeks kesamarataan (Evennes Index) per point countpada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 4) .......................................................... 113

Page 19: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

ixTabel Halaman17. Indeks kesamarataan (Evennes Index) per point count

pada pengamatan keanekaragaman jenis burung di hutan DesaCugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan(titik pengamatan/point count 5) .......................................................... 114

18. Indeks keanekaragaman (Diversity Index) total pada pengamatankeanekaragaman jenis burung di hutan Desa CugungKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................. 115

19. Indeks kesamarataan (Evennes Index) total pada pengamatankeanekaragaman jenis burung di hutan Desa CugungKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................. 116

Page 20: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Diagram alir kerangka pemikiran keanekaragaman jenis burung

di hutan Desa Cugung KPHL Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................ 7

2. Peta lokasi penelitian menggunakan metode titik hitung(point count) pada penelitian keanekaragaman jenis burungdi hutan Desa Cugung KPHL Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................ 28

3. Titik pengamatan burung (point count) di hutan Desa CugungKPHL Model Rajabasa Kecamatan Rajabasa KabupatenLampung Selatan ................................................................................ 32

4. Elang-alap jambul (Accipiter trivirgatus) ........................................... 46

5. Elang bondol (Haliastur indus) .......................................................... 47

6. Elang brontok (Spizaetus cirrhatus) ................................................... 48

7. Elang gunung (Spizaetus alboniger) ................................................... 49

8. Elang hitam (Ictinaetus malayensis) ................................................... 50

9. Elang ikan kepala kelabu (Ichthyophaga ichthyaetus) ....................... 51

10. Elang ular bido (Spilornis cheela) ...................................................... 52

11. Cekakak belukar (Halcyon symrnensis) .............................................. 53

12. Cekakak sungai (Todirhamphus chloris) ............................................ 54

13. Walet palem asia (Cypsiurus balasiensis) .......................................... 55

14. Walet sapi (Collocalia esculenta) ....................................................... 56

15. Cica daun sayap biru (Chloropsis cochinchinensis icterocephala) .... 57

Page 21: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

xiGambar Halaman16. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) ............................................... 58

17. Gagak hutan (Corvus enca) ................................................................. 59

18. Bubut alang-alang (Centropus bengalensis) ....................................... 60

19. Cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum) .......................................... 61

20. Cabai perut kuning (Dicaeum ignipectus) .......................................... 62

21. Kicuit batu (Motacilla cinerea) ........................................................... 63

22. Kicuit hutan (Dendronanthus indicus) ................................................ 64

23. Burung madu polos (Anthreptes simplex) ........................................... 65

24. Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis) ............................................. 66

25. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides) ........................................... 67

26. Bondol peking (Lonchura punctulata) ................................................ 68

27. Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus) ........................................... 69

28. Cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) .......................................... 70

29. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) ............................................ 71

30. Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) ............................................ 72

31. Cici padi (Cisticola juncidis) .............................................................. 73

32. Cinenen belukar (Orthotomus atrogularis) ........................................ 74

33. Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) ............................................... 75

34. Grafik famili, jenis dan jumlah burung yang dijumpaipada penelitian di hutan Desa Cugung Kesatuan PengelolaanHutan Lindung Model Rajabasa Kecamatan RajabasaKabupaten Lampung Selatan .............................................................. 80

35. Histogram indeks keanekaragaman jenis burungpada masing-masing point count di hutan Desa CugungKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model RajabasaKecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ............................ 83

Page 22: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

xiiGambar Halaman36. Histogram indeks kesamarataan jenis burung pada masing-masing

point count di hutan Desa Cugung Kesatuan PengelolaanHutan Lindung Model Rajabasa Kecamatan RajabasaKabupaten Lampung Selatan .............................................................. 85

37. Histogram jenis burung yang dilindungi menurut PeraturanPemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang PengawetanJenis Tumbuhan dan Satwa di hutan Desa Cugung KesatuanPengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa Kecamatan RajabasaKabupaten Lampung Selatan .............................................................. 91

Page 23: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari

sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang

bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk

ekosistem (Departemen Kehutanan, 1990).

Burung adalah salah satu bagian dari keanekaragaman hayati. Berabad-abad

burung menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesenangan kepada masyarakat

Indonesia karena keindahan suara dan bulunya. Burung juga merupakan indikator

yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati

lainnya (Rombang dan Rudyanto, 1999 dalam Rusmendro, 2009).

Keanekaragaman jenis burung yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas

lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena kehidupannya

dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan hayati (Hidayat, 2013). Penyebaran yang

luas hampir pada setiap lingkungan bervegetasi mencakup berbagai tipe

ekosistem, mulai dari ekosistem alami sampai ekosistem buatan menjadikan

burung sebagai salah satu sumber kekayaan hayati Indonesia yang potensial

(Hadinoto, dkk., 2012).

Page 24: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

2Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu margasatwa yang mudah dijumpai

di berbagai tempat dan mempunyai posisi yang penting sebagai salah satu

kekayaan satwa di Indonesia. Jenisnya sangat beranekaragam dan masing-masing

jenis memiliki nilai keindahan tersendiri (Wisnubudi, 2009). Arumasari (1989

dalam Rusmendro, 2009) menyatakan bahwa sebagai salah satu komponen

ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung

dengan lingkungannya, atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran burung

dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan.

Keberadaan burung mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia

baik ditinjau dari segi penelitian, pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk

kepentingan rekreasi dan pariwisata (Alikodra, 1990). Burung mempunyai

manfaat diantaranya adalah membantu mengontrol populasi serangga, membantu

penyerbukan bunga dan pemencaran biji, mempunyai nilai ekonomi, memiliki

suara khas dan sumber plasma nutfah.

Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan pakan, tempat

untuk beristirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung.

Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan

struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan.

Penyebaran burung tidak terbatas pada areal suaka alam, tetapi hampir di berbagai

tempat. Burung merasa betah tinggal di suatu tempat apabila terpenuhi tuntutan

hidupnya, antara lain habitat yang mendukung dan aman dari gangguan (Hernowo

dan Prasetyo, 1989).

Page 25: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

3Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa Kabupaten Lampung

Selatan dibentuk berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor: SK. 367/Menhut–II/2011 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa (Unit XIV) yang terletak

di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung (Kementerian Kehutanan,

2011) dan hutan Desa Cugung berdasarkan Keputusan Nomor: SK. 415/Menhut-

II/2014 tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Cugung, Desa Kunjir dan

Desa Batu Balak (Kementerian Kehutanan, 2014).

KPHL Model Rajabasa difungsikan dalam mengoptimalisasikan pemanfaatan

sumberdaya hutan dan merupakan wilayah yang mempunyai banyak potensi, yaitu

flora dan fauna termasuk satwa burung. Kegiatan KPHL Model Rajabasa dimulai

dengan pemantapan pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan

(KPHL Model Rajabasa, 2014).

Pemanfaatan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lestari dan

berkelanjutan dengan dilakukan langkah-langkah yang bersifat konservatif

sehingga sumberdaya hutan yang di dalamnya termasuk burung dapat terpelihara

serta seimbang. Pentingnya keberadaan burung di dalam ekosistem dan data serta

informasi mengenai keanakaragaman jenis burung yang terbatas, maka dari itu

perlu dilakukannya penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di hutan

Desa Cugung KPHL Model Rajabasa sebagai sumber data dan informasi sehingga

menjadi dasar dalam rangka tindakan pelestarian dan upaya perlindungan terhadap

keanekaragaman jenis burung dan jenis burung yang termasuk dilindungi.

Page 26: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

4B. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat keanekaragaman jenis burung berdasarkan indeks

keanekaragaman jenis Shannon-Wienner (Diversity Index), indeks

kesamarataan (Evennes Index) dan indeks kesamaan komunitas (Index of

Similarity) di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa.

2. Menganalisis jumlah jenis burung, jumlah famili, jumlah individu dari tiap

jenis burung dan status konservasi burung berdasarkan tiga kriteria, yaitu

status jenis burung dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun

1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Departemen

Kehutanan, 1999), status peraturan perdagangan internasional menurut

CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild

Fauna and Flora) (2012) dan status keterancaman menurut IUCN

(International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)

(2012) di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan data dan informasi tentang:

1. Keanekaragaman jenis burung di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa.

2. Status konservasi burung berdasarkan tiga kriteria, yaitu status jenis burung

dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999 (Departemen Kehutanan, 1999),

status peraturan perdagangan internasional menurut CITES (2012) dan status

keterancaman menurut IUCN (2012) sebagai dasar ilmiah dalam rangka

pelestarian dan perlindungan burung di hutan Desa Cugung.

Page 27: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

5D. Kerangka Pemikiran

Permasalahan utama yang dihadapi oleh pemerintah dalam mengelola sumberdaya

hutan adalah permasalahan sosial-ekonomi, budaya dan kelembagaan masyarakat

desa di dalam/sekitar kawasan hutan seperti: perambahan kawasan, penebangan

illegal, klaim okupasi berupa desa/pemukiman, klaim sebagai tanah adat. KPHL

Model Rajabasa adalah salah satu pengelolaan hutan lindung yang ada

di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir

permasalahan tersebut adalah dengan memadukan antara keinginan masyarakat

dan pemerintah dalam mengambil suatu kesepakatan kebijakan terhadap

pengelolaan kawasan hutan/KPH (KPHL Model Rajabasa, 2014).

Hutan Desa Cugung merupakan model pembangunan yang dilakukan pemerintah

dalam mengoptimalisasikan pemanfaatan sumberdaya hutan di KPHL Model

Rajabasa. Hutan desa menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 89 Tahun

2014 tentang Hutan Desa (Kementerian Kehutanan, 2014) adalah hutan negara

yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk

kesejahteraan desa. Pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkelanjutan untuk

meningkatan kesejahteraan masyarakat harus disertakan dengan upaya

perlindungan terhadap sumberdaya hutan tersebut. Sumberdaya hutan yang perlu

dilindungi di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa adalah burung.

Informasi dan data mengenai keanekaragaman jenis burung dan status jenis

burung penting diketahui dalam rangka pengelolaan hutan desa yang lebih baik

dan dalam rangka tindakan pelestarian dan upaya perlindungan, maka dari itu

Page 28: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

6perlu dilakukannya penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan Desa

Cugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa.

Pengamatan keanekaragaman jenis burung dilakukan dengan metode point count

(titik hitung) atau IPA (Induces Ponctuel d’Abodance/indeks kelimpahan pada

titik). Pengamatan burung menggunakan lima point count selama 18 hari (Bibby,

dkk., 2000). Pengamatan dilakukan secara langsung pada pagi hari pukul 06.00-

09.00 WIB dan sore hari 15.00-18.00 WIB dengan berdiam pada titik-titik yang

telah ditentukan dan mencatat perjumpaan terhadap burung. Point count memiliki

ukuran panjang ± 1.300 meter dengan pengamatan di point count sejauh mata

memandang dengan jarak radius 50 meter.

Jarak pengamatan keanekaragaman jenis burung antara point count adalah 300

meter dengan waktu antara point count satu dengan point count selanjutnya ± 35

menit, 20 menit untuk pengamatan di point count dan ± 15 menit untuk berjalan

menuju ke point count selanjutnya. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui jumlah dan jenis burung yang ada di lokasi penelitian. Setiap jenis

burung yang ditemukan diidentifikasi menggunakan buku panduan lapangan

identifikasi jenis burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan” (MacKinnon,

dkk., 1998). Parameter yang diukur adalah jenis burung, jumlah individu dari tiap

jenis burung dan waktu perjumpaan antara pengamat dengan burung. Gambaran

secara umum komposisi penyusun tipe vegetasi diperoleh menggunakan metode

rapid assessment. Hasil penelitian diharapkan menjadi sumber informasi dan

dasar ilmiah dalam upaya perlindungan dan pelestariannya. Diagram alir

kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 29: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

7

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran keanekaragaman jenis burungdi hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa Kecamatan RajabasaKabupaten Lampung Selatan.

KPHL Model Rajabasa

Hutan Desa Cugung

Data dan Informasi Jenis Burung Terbatas

Penelitian

Burung

Indeks Keanekaragaman Jenis (Diversity Index)Indeks Kesamarataan (Evennes Index)

Indeks Kesamaan Komunitas (Index of Similarity)

Perlindungan dan Konservasi Burung

Metode Point Count(Titik Hitung)Point Count

Metode RapidAssessment

Studi Literatur

Lima Titik HitungPagi dan Sore Hari

Pengenalan SecaraLangsung

MacKinnon dkk.(1998), dan lain-lain

Total Individu, Jenisdan Famili

Identifikasi JenisBurung

KomposisiPenyusun Vegetasi

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999IUCN (2012)CITES (2012)

Page 30: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Hayati

Indonesia secara geografis termasuk ke dalam dua rumpun biogeografi, yaitu

Indo-Melayu dan Australasia dan di antara keduanya terdapat zona transisi

Wallacea. Kondisi geografis tersebut menyebabkan Indonesia memiliki

keanekaragaman hayati tinggi (KLH dan KONPHALINDO, 1994 dalam

Setiawan, dkk., 2006).

Keanekaragaman memiliki nilai-nilai lingkungan, budaya dan sosial yang penting.

Keanekaragaman hayati adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan,

hewan, jamur, mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya

dan keanekaragaman sistem ekologi dimana mereka hidup (Baiquni, 2007 dalam

Utama, dkk., 2011).

Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup

dari semua sumber di antaranya daratan, lautan dan sistem akuatik lainnya serta

kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,

mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies dan ekosistem

(Sujatnika, dkk., 1995 dalam Utama, dkk., 2011).

Page 31: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

9Sumberdaya alam hayati dengan segenap keanekaannya adalah kekayaan alam

yang mengemban fungsi produksi/ekonomi sekaligus fungsi ekologis, sosial dan

budaya yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara secara

lestari. Keanekaragaman hayati yang dikandung sumberdaya hutan dan perairan

di Indonesia termasuk sangat tinggi dan sebagian bersifat endemik, sehingga

Indonesia disebut sebagai negara megabiodiversity.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, keanekaragaman hayati Indonesia terdiri dari:

mamalia 515 spesies (12 % dari jenis mamalia dunia), reptilia 511 jenis (7,3 %

dari jenis reptilia dunia), burung 1.531 jenis (17 % dari jenis burung dunia),

ampibi 270 jenis, binatang tak bertulang belakang 2.827 jenis dan tumbuhan

sebanyak ± 38.000 jenis, diantaranya 1.260 jenis yang bernilai medis

(fitofarmaka) (Departemen Kehutanan, 2005).

Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2010, dalam

Watalee, dkk., 2013), Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna serta hidupan

liar lainnya yang mengundang perhatian dan kekaguman bebagai pihak baik

di dalam maupun di luar negeri. Tercatat tidak kurang dari 515 spesies mamalia

(terbanyak di dunia), 1.519 spesies burung (keempat terbanyak), 270 spesies

amfibia (kelima terbanyak), 600 spesies reptilia (ketiga terbanyak), 121 spesies

kupu-kupu (terbanyak) dan 20.000 spesies tumbuhan berbunga (ketujuh

terbanyak) menghuni habitat–habitat daratan dan lautan di kepulauan.

Indonesia telah ditetapkan sebagai negara megadiversity kedua terbesar di dunia

(Mittermeier dan Mittermeir, 1997 dalam Sulistyadi, 2010). Setiap jenis hayati

memiliki fungsi dalam melestarikan ekosistem yang ditempatinya, maka setiap

Page 32: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

10jenis hayati harus dipertahankan keberadaan dan fungsinya. Kelompok jenis

hayati akan rawan menjadi punah jika ada perubahan lingkungan pendukungnya.

Kelompok hayati rawan punah tersebut antara lain yang bersifat endemik, migran,

pemangsa puncak, megaherbivora dan berbiak dalam kelompok. Jenis hayati

yang termasuk dalam kelompok rawan punah perlu tetap memiliki habitat dengan

luasan yang cukup dalam bentuk kawasan konservasi (Sulistyadi, 2010).

B. Burung

Indonesia merupakan negara keempat di dunia yang memiliki keanekaragaman

jenis burung setelah Columbia, Peru dan Brazil. Data penelitian jenis-jenis

burung di Indonesia ini sangat luar biasa, terdapat 1.531 jenis burung, 381 jenis

di antaranya adalah endemik. Sumatera merupakan salah satu pulau yang sangat

kaya dengan jenis burung setelah Irian Jaya. Pulau Sumatera terdapat 464 jenis

burung, 138 jenis di antaranya juga dijumpai di kawasan Sunda, 16 jenis burung

hanya ditemui di Pulau Jawa dan Sumatera serta 11 jenis di Kalimantan dan

Sumatera. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa burung memiliki kekayaan

jenis yang tinggi (Iskandar, 1989). Burung adalah salah satu kekayaan hayati

yang dimiliki oleh Indonesia. Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci

yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal (Purnomo, dkk.,

2009 dalam Rohadi dan Harianto, 2011).

Burung merupakan kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal,

diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis yang tersebar di dunia. Burung berdarah

panas seperti binatang menyusui, tetapi sebenarnya lebih berkerabat dengan reptil

yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Semua jenis burung

Page 33: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

11dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang pertama yaitu

Archaeoptery. Tercatat terdapat 9.040 jenis burung di dunia, 1.531 jenis

diantaranya terdapat di Indonesia dengan 397 jenis (26%) endemik. Terdapat 12

jenis burung endemik daratan rendah Pulau Jawa dan 12 jenis burung daratan

rendah Pulau Jawa yang terancam punah (Van Ballen, 1999 dalam Sulistyadi,

2010).

Satwa liar dalam hal ini burung adalah pengguna ruang yang cukup baik, yang

terlihat dari penyebarannya, baik secara horizontal maupun vertikal. Berdasarkan

stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun penyebarannya secara

horizontal pada berbagai tipe habitat, menunjukkan adanya kaitan yang erat antara

burung dengan lingkungan hidupnya terutama dalam pola adaptasi dan strategi

untuk memperoleh sumber pakan (Peterson, 1980 dalam Wisnubudi, 2009).

Indikator yang baik untuk menilai biodiversitas dalam suatu wilayah salah satunya

adalah burung, karena mereka dapat menempati habitat yang luas juga mendekati

puncak dari rantai makanan. Jika burung dihilangkan dari suatu ikatan mata rantai

pakan, tentu serangga-serangga yang menjadi sumber pakan burung akan

berkembang biak tanpa terkendali dan menjadi hama, yang pada akhirnya akan

terjadi ketidakseimbangan dalam suatu mata rantai kehidupan (Wechsler dan

Wheeler, 2012 dalam Widodo, 2013).

Setidaknya terdapat delapan hal bahwa burung dinyatakan berperanan sebagai

spesies indikator lingkungan, yaitu (1). Burung mudah dideteksi dan diobservasi;

(2). Taxonomi burung sudah mudah diidentifikasi dilapangan; (3). Burung

tersebar luas dan menempati habitat dan relung ekologi yang bervariasi;

Page 34: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

12(4). Distribusi, ekologi, biologi dan sejarah hidup burung diketahui dengan baik

dibanding taxa yang lain; (5). Burung dalam rantai pakan menempati posisi pada

bagian top sehingga lebih sensitif terhadap perubahan adanya kontaminasi

lingkungan; (6). Banyak burung berfungsi sebagai polinator dan penyebar biji

tanaman; (7). Teknik survei burung lebih simple dan (8). Untuk memonitor relatif

lebih tidak mahal dari pada taxa lain seperti reptil dan mamalia (Chambers, 2008

dalam Widodo, 2013).

Klasifikasi ilmiah burung menurut Brotowidjoyo (1990) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Aves

Aves merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik

dengan memiliki bulu dan berbagai macam tipe kaki. Bulu adalah modifikasi dari

sisik yang berkembang secara evolusioner dari reptilia. Jantung burung terdiri

dari empat ruang dan tergolong hewan berdarah panas. Semua burung

menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur modifikasi untuk terbang

meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi sayap,

kantung udara, mata yang lebar dan cerebellum yang berkembang dengan sangat

baik (Iskandar, 1989).

Aves memiliki kemampuan mobilitas yang tinggi sehingga penyebarannya sangat

luas. Penyebaran itu didukung oleh kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap

Page 35: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

13berbagai faktor-faktor lingkungan dimana mereka dapat hidup dan menyesuaikan

diri dengan lingkungan yang mereka tempati (Iskandar, 1989).

Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki

bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak

belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah

termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat

ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang

yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan

bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan

ternak dan hobi dalam peliharaan. Bidang industri, bulu dari burung dapat

dimanfaatkan antara lain sebagai baju, hiasan dinding dan lainnya (Brotowidjoyo,

1990).

C. Habitat Burung

Selama proses evaluasi dan perkembangan kehidupan berlangsung, burung selalu

beradaptasi dengan berbagai faktor, baik abiotik (fisik) maupun biotik. Hasil

adaptasi ini mengakibatkan burung hadir atau menetap di suatu wilayah yang

sesuai dengan kehidupannya dan tempat untuk kehidupannya tersebut secara

keseluruhan disebut sebagai habitat (Rusmendro, 2004 dalam Rusmendro, 2009).

Alikodra (1990), menyatakan bahwa habitat adalah kawasan yang terdiri dari

beberapa komponen, baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan

dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembang biaknya satwa liar. Habitat

suatu organisme pada umumnya mengandung faktor ekologi yang sesuai dengan

Page 36: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

14persyaratan hidup organisme yang menghuninya. Persyaratan hidup setiap

organisme merupakan kisaran faktor-faktor ekologi yang ada dalam habitat dan

diperlukan oleh setiap organisme mempertahankan hidup.

Keanekaan jenis burung di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut: (1). Ukuran luas habitat, semakin luas habitatnya, cenderung semakin

tinggi keanekaan jenis burungnya; (2). Struktur dan keanekaan jenis vegetasi,

daerah yang keanekaan jenis tumbuhan tinggi, keanekaan hewannya (termasuk

burung) juga tinggi; (3). Keanekaan dan tingkat kualitas habitat secara umum

di suatu lokasi, semakin majemuk habitat cenderung keanekaan burung semakin

tinggi; (4). Pengendali ekosistem yang dominan. Keanekaan jenis burung

cenderung rendah dalam ekosistem yang terkendali secara fisik dan cenderung

tinggi dalam ekosistem yang diatur secara biologi (Fachrul, 2008).

Kehadiran suatu jenis burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan

kesukaannya terhadap habitat tertentu. Secara umum, habitat burung dapat

dibedakan atas habitat di darat, air tawar dan air laut serta dapat dibagi lagi

menurut tanamannya seperti hutan lebat, semak dan rerumputan (Rusmendro,

2004 dalam Rusmendro, 2009).

Penyebaran vertikal pada jenis-jenis burung dapat dilihat dari stratifikasi ruang

pada profil hutan. Berdasarkan stratifikasinya profil hutan maka dapat diperoleh

gambaran mengenai burung dalam memanfaatkan ruang secara vertikal, yang

terbagi dalam kelompok burung penghuni bagian atas tajuk hutan, burung

penghuni tajuk utama, burung penghuni tajuk pertengahan, penghuni tajuk bawah,

Page 37: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

15burung penghuni semak dan lantai hutan, selain itu juga terdapat kelompok

burung yang sering menghuni batang pohon.

Struktur vertikal vegetasi dalam suatu habitat akan mempengaruhi penyebaran

jenis-jenis burung yang menempatinya. Komposisi jenis pada struktur vertikal

vegetasi tidak terlihat pengelompokan jenis secara tajam pada lapisan tertentu,

tetapi tersebar secara bervariasi pada kesinambungan struktur vegetasi dan

penampakan fisik suatu habitat. Penggunaan habitat oleh tiap jenis burung

berlangsung pada beberapa titik yang berkesinambungan, karena itu berubah-ubah

tergantung pada penampakan habitat yang menyediakan kesempatan berkompetisi

pada jenis-jenis burung dalam komunitasnya. Burung di dalam habitatnya sering

menggunakan sumberdaya spesifik dan mempertahankan sumberdaya tersebut

dari jenis lainnya. Kaitannya dengan penggunaan habitat, burung tidak

menggunakan seluruh strata habitatnya, tidak digunakannya suatu bagian habitat

oleh jenis satwa tertentu ditentukan oleh perilaku individu dalam menyeleksi

habitat (Jarulis, 2007).

D. Penyebaran Burung

Penyebaran jenis-jenis burung sangat dipengaruhi oleh kesesuaian tempat hidup

burung, meliputi adaptasi burung terhadap lingkungan, kompetisi, strata vegetasi,

ketersediaan pakan dan seleksi alam (Peterson, 1980 dalam Wisnubudi, 2009).

Menurut Wisnubudi (2009), pola penyebaran burung secara vertikal

memperlihatkan bahwa penyebaran jenis-jenis burung berkaitan secara ekologi

antara jenis burung dengan kebutuhan pakan yang terdapat pada stratum tersebut.

Page 38: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

16Penyebaran ini menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menggunakan stratum

oleh burung. Beberapa jenis burung menggunakan lebih dari satu stratum,

sedangkan jenis-jenis burung yang lain hanya menggunakan stratum tunggal.

Penyebaran vertikal berkaitan juga dengan kemampuan jenis burung tersebut.

Beberapa spesies burung tinggal di daerah-daerah tertentu tetapi banyak spesies

yang bermigrasi secara teratur dari suatu daerah ke daerah yang lain sesuai dengan

perubahan musim. Jalur migrasi yang umum dilewati oleh burung yaitu bagian

utara dan selatan bumi yang disebut latitudinal. Pada musim panas, burung-

burung bergerak atau tinggal di daerah sedang dan daerah-daerah sub Arktik

di mana terdapat tempat-tempat untuk makan dan bersarang serta kembali ke

daerah tropik untuk beristirahat selama musim salju. Beberapa spesies burung

melakukan migrasi altitudinal yaitu ke daerah-daerah pegunungan selama musim

panas dan ini terdapat di Amerika Utara bagian Barat (Pratiwi, 2005).

Persebaran burung di beberapa Pulau di Indonesia antara lain di Pulau Jawa relatif

sedikit, hanya 289 jenis dari jumlah seluruh jenis. Sebanyak 57% di antaranya

(164 jenis) juga terdapat di pulau-pulau lainnya, dengan perincian: 176 jenis

(61%) juga terdapat di Kalimantan, 251 jenis (74%) juga terdapat di Pulau

Sumatera, 49 jenis (17%) terdapat di pulau di luar Sunda Besar dan 30 jenis (10%)

merupakan jenis yang endemik (MacKinnon, dkk., 1998).

Kalimantan memiliki 358 jenis jumlah burung atau 66% dari jumlah burung

penetap di darat. Sebanyak 164 jenis (46% dari jumlah total) juga terdapat di

semua pulau yang lain. Sejumlah 306 jenis (85%) terdapat di Sumatera. Jumlah

yang hampir sama (297 jenis atau 83%) juga terdapat di Semenanjung Malaysia,

Page 39: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

17hanya 177 jenis (49%) juga terdapat di Pulau Jawa dan 42 jenis (12%) terdapat

di pulau-pulau di luar Sunda Besar. Sebanyak 37 jenis (10%) merupakan burung

endemik (MacKinnon, dkk., 1998).

Pulau Sumatera lebih beruntung karena hubungannya dekat dengan dataran Asia

dan memiliki 397 jenis (dari total 541 jenis di Kalimatan, Jawa, Sumatera, Bali,

Malaysia dan pulau-pulau lain sekitar), tetapi karena kurang terisolasi, maka jenis

endemiknya menjadi sedikit, hanya 22 jenis (6%), termasuk jenis burung endemik

di beberapa pulau kecil. Jenis burung endemik tersebut tidak ada di antaranya

yang merupakan jenis endemik daratan rendah. Sumatera memiliki 306 jenis

(77%) juga terdapat di Kalimantan, 345 jenis (87%) juga terdapat di Semenanjung

Malaysia dan 211 jenis (53%) terdapat di Jawa (MacKinnon, dkk., 1998).

Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk

menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan

berkembang biak secara normal. Pergerakan populasi satwa liar secara alam

banyak terganggu karena adanya aktivitas manusia, terutama yang telah

mengubah habitat mereka menjadi sempit. Pergerakan satwa liar baik yang

dilakukan secara soliter maupun dalam kelompok sangat menentukan prospek

kelestarian mereka. Sesuai dengan tujuan, faktor penyebab dan prosesnya

pergerakan satwa liar dapat digolongkan menjadi (1). Invasi dan pemencaran; (2).

Nomad; (3). Migrasi (Alikodra, 1990).

Invasi dan pemencaran merupakan tipe pergerakan populasi yang dilakukan

secara perlahan-lahan terutama untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan iklim

Page 40: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

18ataupun perubahan lingkungan. Pergerakan individu ataupun populasi yang tidak

tetap dan sulit untuk dikenali secara pasti disebut dengan nomad (Alikodra, 1990).

Migrasi merupakan pola adaptasi perilaku yang dilakukan oleh beberapa jenis

satwa lair. Migrasi dapat dibedakan menjadi tiga (Alikodra, 1990), yaitu

1. Migrasi musiman adalah migrasi yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Migrasi ini dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian tempat maupun

secara lokal.

2. Migrasi harian biasanya disebut juga pergerakan harian, karena berbagai jenis

satwa liar termasuk burung dalam jangka waktu 24 jam melakukan pergerakan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka mempunyai tempat-tempat

yang jelas untuk tempat tidur, berlindung, mencari makan dan air serta tempat

berkembang biak.

3. Migrasi perubahan bentuk adalah migrasi yang biasa terdapat pada serangga

yang mempunyai beberapa tingkat kehidupan (telur-larva-stadium dewasa).

E. Status Konservasi Burung

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 TentangKonservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Konservasi sumberdaya alam hayati adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati

yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas

keanekaragaman dan nilainya. Konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam

hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya

Page 41: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

19peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Departemen

Kehutanan, 1990). Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

dilakukan melalui kegiatan:

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;

2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;

3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Alikodra (1990) menyatakan bahwa konservasi sumberdaya alam adalah kegiatan

yang meliputi perlindungan, pengawetan, pemeliharaan, rehabilitasi, introduksi,

pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan. Tujuan kegiatan konservasi adalah

terjaminnya kelangsungan hidup mereka (satwa liar) dan terjaminnya kebutuhan

masyarakat untuk memanfaatkannya baik langsung ataupun tidak langsung

berdasarkan prinsip kelestarian.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 TentangPengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Tumbuhan dan satwa adalah bagian dari sumberdaya alam yang tidak ternilai

harganya sehingga kelestariannya perlu dijaga melalui upaya pengawetan jenis.

Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan

dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak

punah. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah upaya

menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak punah.

Inventarisasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya mengetahui kondisi dan

status populasi secara lebih rinci serta daerah penyebarannya yang dilakukan

di dalam dan di luar habitatnya maupun di lembaga konservasi. Pengawetan jenis

Page 42: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

20tumbuhan dan satwa bertujuan untuk menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa

dari bahaya kepunahan, menjaga kemurnian genetic dan keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa serta memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem

yang ada agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia secara

berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 1999).

Jenis tumbuhan dan satwa ditetapkan atas dasar golongan tumbuhan dan satwa

yang dilindungi dan tumbuhan dan satwa yang tidak dilindungi.

Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui upaya: (a). Penetapan

dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi; (b). Pengelolaan jenis

tumbuhan dan satwa serta habitatnya; (c). Pemeliharaan dan pengembangbiakan.

Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib ditetapkan dalam golongan yang dilindungi

apabila telah memenuhi kriteria: (a). Mempunyai populasi yang kecil; (b). Adanya

penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam; (c). Daerah penyebaran yang

terbatas (endemik).

3. IUCN (International Union for Conservation of Nature and NaturalResources)

Kategori status konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang digunakan

oleh IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-spesies berbagai

makhluk hidup yang terancam kepunahan. Kategori konservasi berdasarkan

IUCN Red List versi 3.1 meliputi Extinct (EX: Punah), Extinct in the Wild (EW:

Punah di alam liar), Critically Endangered (CR: Kritis), Endangered (EN:

Genting atau Terancam), Vulnerable (VU: Rentan), Near Threatened (NT:

Page 43: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

21Hampir Terancam), Least Concern (LC: Berisiko Rendah), Data Deficient (DD:

Informasi Kurang) dan Not Evaluated (NE: Belum dievaluasi) (IUCN, 2012).

a. Extinct (EX: Punah)

Status konservasi yang diberikan kepada spesies yang terbukti (tidak ada

keraguan lagi) bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah mati. IUCN

Red List mencatat 723 hewan dan 86 tumbuhan yang berstatus punah.

Contoh satwa Indonesia yang telah punah di antaranya adalah: harimau jawa

dan harimau bali.

b. Extinct in the Wild (EX: Punah di Alam Liar)

Status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada

di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka. IUCN Red List

mencatat 38 hewan dan 28 tumbuhan yang berstatus Extinct in the Wild.

c. Critically Endangered (CR: Kritis)

Status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko

kepunahan di waktu dekat. IUCN Red List mencatat 1.742 hewan dan 1.577

tumbuhan yang berstatus kritis. Contoh satwa Indonesia yang berstatus kritis

antara lain: harimau sumatra, badak jawa, badak sumatera, jalak bali,

orangutan sumatera, elang jawa, trulek jawa dan rusa bawean.

d. Endangered (EN: Genting atau Terancam)

Status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi

risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang.

IUCN Red List mencatat 2.573 hewan dan 2.316 tumbuhan yang berstatus

Page 44: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

22terancam. Contoh satwa Indonesia yang berstatus terancam antara lain:

banteng, anoa, mentok rimba, maleo, tapir, trenggiling, bekantan dan tarsius.

e. Vulnerable (VU: Rentan)

Status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi

risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. IUCN Red List

mencatat 4.467 hewan dan 4.607 tumbuhan yang berstatus rentan. Contoh

satwa Indonesia yang berstatus rentan antara lain: kasuari, merak hijau dan

kakak tua maluku.

f. Near Threatened (NT: Hampir Terancam)

Status konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam

keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke

dalam status terancam. IUCN Red List tercatat 2.574 hewan dan 1.076

tumbuhan yang berstatus hampir terancam. Contoh satwa Indonesia yang

berstatus hampir terancam antara lain: alap-alap doria dan punai sumba.

g. Least Concern (LC: Berisiko Rendah)

kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun

tidak masuk ke dalam kategori manapun. IUCN Red List tercatat 17.535

hewan dan 1.488 tumbuhan yang berstatus berisiko rendah. Contoh satwa

Indonesia yang berstatus berisiko rendah antara lain: ayam hutan merah,

ayam hutan hijau dan landak.

Page 45: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

23h. Data Deficient (DD: Informasi Kurang)

Sebuah takson dinyatakan “informasi kurang” ketika informasi yang ada

kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya

berdasarkan distribusi dan status populasi. IUCN Red List tercatat 5.813

hewan dan 735 tumbuhan yang berstatus informasi kurang. Contoh satwa

Indonesia yang berstatus informasi kurang antara lain: punggok papua dan

Todirhamphus nigrocyaneus.

i. Not Evaluated (NE: Belum dievaluasi)

Sebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk

kriteria-kriteria di atas. Contoh satwa Indonesia yang berstatus belum

dievaluasi adalah punggok togian.

4. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of WildFauna and Flora)

CITES adalah kesepakatan internasional antar negara dalam perdagangan flora

dan fauna dan bagian-bagiannya secara internasional. Tujuan kesepakatan

internasional ini adalah untuk menjamin bahwa perdagangan burung secara

internasional tidak akan mengancam kelestarian jenis-jenis burung yang

diperdagangkan (CITES, 2012). CITES bekerja dengan menetapkan kategori

tumbuhan dan satwa liar yang dapat diperdagangkan secara internasional.

Kategori inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Appendix CITES.

Berdasarkan kategori perlakuan perlindungan dari eksploitasi perdagangan

internasional dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu Appendix I, Appendix II dan

Appendix III.

Page 46: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

24a. Appendix I adalah memuat lampiran daftar dan melindungi seluruh spesies

tumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan

internasional secara komersial.

b. Appendix II adalah memuat lampiran daftar dari spesies yang tidak terancam

kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus

berlanjut tanpa adanya pengaturan.

c. Appendix III adalah memuat lampiran daftar spesies tumbuhan dan satwa liar

yang telah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan

habitatnya dan memberikan pilihan (option) bagi negara-negara anggota

CITES bila suatu saat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix

II, bahkan mungkin ke Appendix I.

F. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa

Menurut Pasal 17 Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Departemen Kehutanan, 1999), untuk kepentingan pengelolaan hutan agar

terwujudnya keberlangsungan fungsi ekonomi, ekologi dan sosial, seluruh

kawasan hutan akan dibagi menjadi unit-unit kewilayahan dalam skala

manajemen dalam bentuk KPH. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang

Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

(Kementerian Kehutanan, 2007) Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya

disebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan

peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

Page 47: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

25KPH Model menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 6 Tahun 2009 tentang

Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (Kementerian Kehutanan,

2009) adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju

situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak.

KPH dirancang sesuai dengan fungsi hutan dan sesuai pasal 6 ayat 1 dalam UU

No. 41 Tahun 1999 (Departemen Kehutanan, 1999) menyatakan bahwa hutan

mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi

produksi, maka KPH dibentuk mengikuti nomenklatur tersebut, sehingga terdapat

tiga bentuk KPH, yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK),

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP). Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut

KPHL adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari

kawasan hutan lindung (Kementerian Kehutanan, 2014).

Unit KPHL Model Rajabasa telah dibentuk sebagai KPHL Model yang ditetapkan

dengan SK Menteri Kehutanan No. 367/Menhut-II/2011 tanggal 7 Juli 2011

tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model

Rajabasa (XIV) seluas ± 5.200 hektar yang terletak di Kabupaten Lampung

Selatan Provinsi Lampung (Kementerian Kehutanan, 2011)

Berdasarkan data administrasi pemerintahan, areal KPHL Model Rajabasa berada

di dalam empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kalianda, Kecamatan

Rajabasa, Kecamatan Bakauheni dan Kecamataan Penengahan Kabupaten

Lampung Selatan Provinsi Lampung. Menurut luasan wilayahnya KPHL Model

Page 48: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

26Rajabasa dibagi ke dalam tiga resor pengelolaan, yaitu resor I mencakup wilayah

Penengahan, resor II wilayah Kalianda dan resor III wilayah Rajabasa.

G. Hutan Desa

Hutan desa pada prinsipnya adalah hutan negara yang dikelola oleh masyarakat

dalam organisasi administratif pedesaan yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan

masyarakat desa itu sendiri. Hutan desa dibentuk dengan bermaksud untuk

memberikan akses kepada masyarakat setempat melalui lembaga desa dalam

memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari dengan tujuan adalah

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan.

Menurut UU No. 41 Tahun 1999 pada penjelasan pasal 5, hutan desa adalah hutan

negara yang di kelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa

(Departemen Kehutanan, 1999). Hutan desa menurut PP No. 6 Tahun 2007

(Kementerian Kehutanan, 2007) didefinisikan sebagai hutan negara yang belum

dibebani izin atau hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk

kesejahteraan desa.

Hutan desa merupakan salah satu wujud kebijakan untuk pemberdayaan

masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan serta mewujudkan pengelolaan

hutan yang adil dan lestari. Kebijakan ini perlu disosialisasikan pada masyarakat

dan institusi terkait agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Program

pemberdayaan masyarakat desa hutan merupakan salah satu program terobosan

strategis yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan memberikan akses

yang luas kepada masyarakat di dalam atau sekitar hutan untuk mengelola

Page 49: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

27sumberdaya hutan. Pengelolaan hutan desa pada prinsipnya adalah bagaimana

melibatkan masyarakat di sekitar hutan agar ikut memperoleh manfaat dari

keberadaan hutan tanpa mengubah fungsi dan status kawasan hutan tersebut.

Menurut Prasetyo (2013), pembangunan hutan desa dapat memberi kontribusi

untuk pengembangan keamanan matapencaharian bagi masyarakat yang memiliki

ketergantungan terhadap sumberdaya hutan, melalui tanggung jawab dan

akuntabilitas yang lebih besar terhadap kebijakan dan institusi publik dalam

penguasaan sumberdaya alam. Pendampingan pembangunan hutan desa mesti

dikawal dengan baik, tidak cukup hanya sampai mendapatkan akses terhadap

kelola hutan, namun juga penguatan tata kelola hutan yang transparan.

Page 50: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 di hutan Desa Cugung

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa Kecamatan Rajabasa

Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Peta lokasi penelitian dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian menggunakan metode titik hitung (point count)pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan Desa CugungKPHL Model Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kabupaten LampungSelatan.

Page 51: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

29B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi: tally sheet, binokuler Vanguard

ZF-104050, jam tangan, perekam suara, kamera digital Fujifilm Finepix SL300,

Global Positioning System (GPS) Garmin GPS 78S, Kompas Joyko CO-44 LM

dan buku panduan lapangan identifikasi jenis burung seri “Panduan Lapangan

Identifikasi Jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan”. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jenis burung yang terdapat di dalam lokasi

penelitian.

C. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang secara langsung diambil dari lokasi pengamatan

yaitu jenis burung yang ditemukan di lokasi pengamatan/penelitian dan kondisi

vegetasinya. Meminimalisir bias dalam identifikasi jenis burung dapat dilakukan

metode pengenalan langsung bersama masyarakat yang paham dan mengerti jenis

burung yang terdapat di lokasi tersebut. Tally sheet yang digunakan dalam

penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tally sheet yang digunakan pada penelitian keanekaragaman jenisburung di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa KecamatanRajabasa Kabupaten Lampung Selatan

No Jenis Burung Famili Jumlah Pukul Aktivitas Keterangan

Page 52: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

302. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang penelitian yang diperoleh dari berbagai

sumber atau studi literatur, meliputi buku Panduan Lapangan Identifikasi Jenis

Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, karakteristik lokasi penelitian

berupa kondisi umum lokasi penelitian dan data penunjang yang sesuai dengan

topik penelitian.

D. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini meliputi:

1. Sampel burung yang digunakan adalah burung yang dijumpai secara audio

dan visual di area pengamatan penelitian.

2. Penelitian dilakukan selama 18 hari merupakan waktu yang efektif selama

pengamatan penelitian.

3. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan

mendung, apabila hujan tidak dilakukan penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data Primer

a. Metode Survei Pendahuluan

Metode survei pendahuluan bertujuan untuk menentukan lokasi penelitian yang

refresentatif berdasarkan habitat dengan frekuensi perjumpaan berbagai jenis

burung serta menentukan metode yang tepat untuk pengumpulan data.

Page 53: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

31b. Metode Titik Hitung (Point Count)

Pengamatan keanekaragaman jenis burung dilakukan dengan metode titik hitung

(point count) atau IPA (Induces Ponctuel d’Abodance /indeks kelimpahan pada

titik) dengan koordinat GPS titik 1, X=573269, Y=9356923; titik 2, X=573142,

Y=9357111; titik 3, X=573040, Y=9357156; titik 4, X=573003, Y=9357358; titik

5, X=572993, Y=9357510 (Bibby, dkk., 2000). Pengamatan burung

menggunakan lima point count dengan waktu 18 hari pengamatan. Pengamatan

dilakukan secara langsung pada pagi hari pukul 06.00- 09.00 WIB dan sore hari

15.00-18.00 WIB, dengan berdiam pada titik-titik yang telah ditentukan dan

mencatat perjumpaan terhadap burung. Titik hitung memiliki ukuran panjang

keseluruhan ± 1.300 meter dengan pengamatan di titik hitung sejauh mata

memandang dengan jarak radius 50 meter.

Jarak pengamatan keanekaragaman jenis burung antara titik hitung adalah 300

meter dengan waktu antara titik hitung satu dengan titik hitung selanjutnya ± 35

menit, 20 menit untuk pengamatan di titik hitung dan ± 15 menit untuk berjalan

menuju ke titik hitung selanjutnya. Parameter yang diukur adalah jenis burung,

jumlah individu dari tiap jenis burung dan waktu perjumpaan antara pengamat

dengan burung. Data yang didapat dianalisis berdasarkan indeks keanekaragaman

jenis Shannon-Wienner (Diversity Index), indeks kesamarataan (Evennes Index),

indeks kesamaan komunitas (Index of Similarity) dan dianalisis secara deskriptif.

Titik pengamatan burung (point count) di hutan Desa Cugung dapat dilihat pada

Gambar 3.

Page 54: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

32

Gambar 3. Titik pengamatan burung (point count) di hutan Desa Cugung KPHLModel Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.

c. Metode Rapid Assessment

Kondisi umum areal pengamatan diamati dengan metode rapid assessment yang

merupakan modifikasi dari habitat assessment untuk mendapatkan gambaran

secara umum tipe vegetasi ditemukannya burung. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengetahui jenis tumbuhan penyusun habitat secara umum (Brower dan Zar, 1998

dalam Rohiyan, dkk., 2014).

2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka diperoleh dari

berbagai sumber atau studi literatur, yaitu data KPHL Model Rajabasa dari Kantor

Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Selatan, buku Panduan Lapangan

Identifikasi Jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnon,

dkk., 1998). Studi literatur lainnya dalam mendukung penelitian seperti studi

literatur mengenai karakteristik lokasi penelitian dan data pendukung lainnya yang

r: 50 M

300 M

1.300 M

jarak

titik pengamatan

batas wilayah pengamatan

Keterangan

PC 4 PC 5PC 3PC 2PC 1

Page 55: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

33sesuai topik penelitian. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dan

menganalisis data penunjang penelitian yang terdapat dalam dokumen resmi

sebagai bahan refrensi.

F. Analisis Data

1. Indeks Keanekaragaman (Diversity Index)

Keanekaragaman jenis dapat diketahui dengan indeks keanekaragaman jenis

Shannon-Wienner (Odum, 1996) yaitu dengan rumus:

H' = -ΣPi ln (Pi), dimana Pi = (ni/N)

Keterangan :

H' = Indeks keanekaragaman jenis,Pi = Jumlah proporsi kelimpahan satwa spesies i,N = Jumlah individu seluruh jenis,ln = Logaritma natural,ni = Jumlah individu jenis ke-i.

Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon – Wienner apabila:

H' < 1 : Keanekaragaman rendah,1 < H' ≤ 3 : Keanekaragaman sedang,H' > 3 : Keanekaragaman tinggi.

2. Indeks Kesamarataan (Evennes Index)

Indeks kemerataan digunakan untuk mengetahui kemerataan setiap spesies dalam

setiap komunitas yang dijumpai, dengan mengunakan rumus:

J = H’ / H max atau J = -∑Pi ln (Pi) / ln (S)

Keterangan :

J = Indeks kesamarataan,S = Jumlah spesies.

Page 56: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

34Rumus ini digunakan karena nilai H’ sudah diperoleh sebelumnya sehingga lebih

mudah dalam perhitungannya. Kriteria indeks kemerataan (J) (Daget, 1976 dalam

Rohiyan, dkk., 2014) adalah sebagai berikut:

0 < J ≤ 0,5 : Komunitas tertekan,0,5 < J ≤ 0,75 : Komunitas labil,0,75 < J ≤ 1 : Komunitas stabil.

3. Indeks Kesamaan Komunitas (Index of Similarity)

Indeks kesamaan komunitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

komposisi jenis burung berdasarkan antara dua habitat atau antara titik hitung

yang satu dengan titik hitung lainnya di lokasi penelitian. Indeks kesamaan

komunitas (Indriyanto, 2006) dihitung dengan menggunakan rumus:

IS = 2C/(A+B)

Keterangan :

C = Jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua komunitas,A = Jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 1,B = Jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 2.

4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan terhadap jenis-jenis burung dijumpai berdasarkan

tiga kriteria, yaitu status jenis burung dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999

(Departemen Kehutanan, 1999), status peraturan perdagangan internasional

menurut CITES (2012), status keterancaman menurut IUCN (2012) dan

penggunaan habitat dan vegetasi oleh burung, ditabulasikan dan diuraikan secara

deskriptif berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di hutan Desa Cugung

KPHL Model Rajabasa.

Page 57: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Data Administrasif Lokasi Penelitian

Gunung Rajabasa merupakan kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh

pemerintah sebagai register 3. Gunung Rajabasa berada di wilayah Kabupaten

Lampung Selatan. Sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No. 367/Menhut-II/2011

tanggal 7 Juli 2011 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung (KPHL) Model Rajabasa (XIV) (Kementerian Kehutanan, 2011), maka

ditetapkan peta kerja wilayah KPHL Model Rajabasa berada dalam areal seluas ±

5.200 hektare. Kelompok hutan KPHL Model Rajabasa berada dalam wilayah

kerja Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Selatan Dinas Kehutanan Provinsi

Lampung.

Berdasarkan data administrasi pemerintahan, areal KPHL Model Rajabasa berada

di dalam empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kalianda, Kecamatan

Rajabasa, Kecamatan Bakauheni dan Kecamataan Penengahan Kabupaten

Lampung Selatan Provinsi Lampung. Menurut luasan wilayahnya KPHL Model

Rajabasa dibagi ke dalam tiga resor pengelolaan yaitu resor I mencakup wilayah

Penengahan, resor II wilayah Kalianda dan resor III wilayah Rajabasa.

Page 58: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

36Desa Cugung secara administratif terletak di Kecamatan Rajabasa Kabupaten

Lampung Selatan. Luas wilayah Desa Cugung adalah 831 ha yang terdiri dari

lokasi pemukiman 50 ha, lokasi pertanian 125 ha, lokasi perkebunan 250 ha,

lokasi perkantoran dan prasarana umum dan lainnya 6 ha serta hutan lindung yang

dapat dikelola masyarakat sebagai hutan desa berdasarkan Keputusan No. SK.

415/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Cugung, Desa

Kunjir dan Desa Batu Balak seluas ±127 ha.

Batas-batas wilayah Desa Cugung Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung

Selatan dengan wilayah yang lain adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Gunung Rajabasa

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kunjir

3. Sebelah barat berbatasan dengan Gunung Rajabasa

4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kerinjing

Lokasi hutan Desa Cugung terletak di sebelah utara dan barat Desa Cugung

(Profil Desa Cugung, 2014).

B. Topografi

Topografi wilayah KPHL Model Rajabasa terdiri dari beberapa group vulkan

andestik yang terdiri dari lereng tengah, lereng bawah dan dataran vulkan

bergelombang. Wilayah pegunungan di KPHL Model Rajabasa memiliki ,

topografi tergolong berat dengan kelerengan berkisar ± 25 – 45 % atau termasuk

ke dalam kelas lereng 4 (curam) dan 5 ( sangat curam).

Page 59: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

37Topografi di sekitar Gunung Rajabasa secara garis besar dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu dataran rendah umumnya terletak di daerah sekitar pantai dan

dataran tinggi yang bergunung dengan ketinggian di atas permukaan laut antara

6,2 mdpl sampai dengan 1.280 mdpl (puncak Gunung Rajabasa) (Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah II Palembang, 2012).

C. Iklim

Berdasarkan kategori tipe iklim Schmidt dan Ferguson, hutan Desa Cugung

KPHL Model Rajabasa termasuk ke dalam wilayah dengan kategori iklim B

dengan rata-rata curah hujan 2.000 mm/tahun dengan intensitas 17 mm/hari dan

suhu rata-rata harian sekitar 300 C (Schmidt dan Ferguson, 1951 dalam Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah II Palembang, 2012). Wilayah KPHL

Model Rajabasa merupakan sumber air bagi penduduk Kalianda dan sekitarnya

dan termasuk ke dalam wilayah daerah aliran sungai (DAS) Way Sekampung

(KPHL Model Rajabasa, 2014).

D. Tanah

Jenis tanah yang terdapat di hutan Desa Cugung wilayah KPHL Model Rajabasa

antara lain:

1. Tanah Latosol

Jenis tanah ini paling banyak terdapat hampir menutupi seluruh wilayah barat dan

sebagian besar dari bagian tengah. Tanah latosol berwarna coklat tua sampai

kemerah-merahan adalah hasil pelapukan bahan induk komplek turfinmedier.

Penyebaran pada daerah bertopografi bergelombang sampai bergunung.

Page 60: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

382. Tanah Podsolik

Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk turfazam sedimen batuan

plotonik yang bersifat asam, tersebar pada wilayah yang bertopografis berbukit

sampai bergunung. Tanah podsolik berwarna merah kuning terdapat di daerah ini

tersebar pada wilayah bagian utara KPHL Model Rajabasa.

3. Tanah Andosol

Jenis tanah ini adalah pelapukan dari bahan induk komplek turfinmedier dan

basah, berwarna coklat sampai coklat kuning. Penyebarannya terdapat pada

daerah bertopografis bergelombang sampai bergunung. Jenis tanah ini tidak

begitu banyak di KPHL Model Rajabasa (Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Wilayah II Palembang, 2012).

E. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

1. Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Cugung berjumlah 539 KK atau 1.787 orang yang terdiri dari 890

orang laki-laki dan 897 orang perempuan. Penduduk Desa Cugung yang

seluruhnya beragama islam ini sebagian besar penduduk berasal dari etnis Sunda

yang mendominasi dan sisanya berasal dari etnis Lampung, Jawa, Betawi dan

Minang (Profil Desa Cugung, 2014).

2. Tingkat Pendidikan dan Matapencaharian

Secara formal tingkat pendidikan masyarakat Desa Cugung rata-rata tamatan SMP

dan SMA sederajat. Tingkat pendidikan mulai dari tingkat D-1 sampai dengan S-

1 sebanyak 27 penduduk.

Page 61: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

39Sumber matapencaharian utama masyarakat adalah sebagai petani dan buruh tani,

sedangkan sisanya terdiri PNS, nelayan, pedagang, buruh dan pembantu rumah

tangga (Profil Desa Cugung, 2014).

3. Sosial Budaya Masyarakat

Sosial budaya di desa sekitar wilayah KPHL Model Rajabasa cukup baik

khususnya di Desa Cugung, Desa Kerinjing dan Desa Way Muli Kecamatan

Rajabasa serta Desa Way Kalam Kecamatan Panengahan. Masyarakat desa-desa

tersebut mempunyai sosial budaya yang sangat tinggi, seperti budaya

kebersamaan atau kekompakan dalam menjaga keamanan dan kelestarian

lingkungan, bergotong royong dalam melaksanakan kegiatan apapun baik untuk

kebutuhan/kepentingan sarana umum (membuat jalan, sarana ibadah, dll.) maupun

untuk kepentingan pribadi, sehingga kegiatan seperti itu akan sangat mendukung

terhadap perkembangan kelestarian kawasan hutan yang ada di sekitarnya (Profil

Desa Cugung, 2014).

Page 62: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di hutan Desa Cugung Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kabupaten

Lampung Selatan didapatkan kesimpulan meliputi.

1. Hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa terdapat 30 spesies burung

dengan jumlah total 3.556 individu yang berasal dari 14 famili.

Keanekaragaman jenis burung di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa

tergolong dalam kategori keanekaragaman yang sedang (H’= 2,810) dengan

kondisi tingkat kesamarataan yang stabil (J= 0,826).

2. Berdasarkan status jenis burung dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999

terdapat sepuluh jenis burung dilindungi, menurut status peraturan

perdagangan internasional CITES terdapat tujuh jenis burung yang termasuk

dalam kategori Appendix II dan tercatat 29 jenis burung masuk kategori Least

Concern (resiko rendah) serta satu jenis burung termasuk kategori Near

Threatened (hampir terancam) menurut status keterancaman IUCN Red List.

Page 63: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

98B. Saran

Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini meliputi.

1. Instansi pemerintah khususnya pihak KPHL Model Rajabasa dan Dinas

Kabupaten Lampung Selatan perlu melakukan kegiatan monitoring dalam

rangka mencegah perburuan satwa liar khususnya burung dan perdagangan

berbagai jenis burung.

2. Masyarakat diharapkan berperan serta dalam usaha konservasi satwa liar

khususnya burung dan perlu adanya kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat

setempat mengenai peran burung terhadap ekosistem lingkungan yang dapat

berdampak terhadap kelestarian hutan desa.

3. Perlu adanya regulasi atau aturan yang dibuat dan disepakati antara kepala

desa, masyarakat dan pihak terkait mengenai perburuan terhadap satwa yang

dianggap sebagai hama dan satwa dengan status dilindungi.

4. Penelitian keanekaragaman jenis burung perlu dilakukan secara berkala

di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa sehingga didapatkan data dan

informasi yang baru dan perlu ada penelitian yang sama pada hutan desa

lainnya di KPHL Model Rajabasa yang nantinya dapat menjadi bahan

evaluasi mengenai kegiatan pengelolaan hutan desa dari aspek ekologi.

Page 64: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Buku. Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor. Bogor. 303 hlm.

Arumasari, R. 1989. Komunitas Burung Pada Berbagai Habitat di Kampus UIDepok. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta. 5 hlm.

Ayat, A. 2011. Panduan Lapangan Burung-Burung Agroforest di Sumatera.Laporan. World Agroforestry Centre. Bogor. 122 hlm.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2010. Rencana PenelitianIntegratif 2010-2014. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 70 hlm.

Baiquni, H. 2007. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Social EconomicEnvironmental. Australia. 149 hlm.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah II Palembang. 2012. Laporan HasilInventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di dalam/sekitar KawasanHutan/KPHL Model Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ProvinsiLampung. Laporan. BPKH Wilayah II Palembang. Palembang. 72 hlm.

Basuni, S. 1988. Studi Relung Ekologi Tiga Jenis Burung Srangengeng (FamiliNectariniidae) Di Hutan Gunung Walet, Sukabumi. Tesis. Institut PertanianBogor. Bogor. 7 hlm.

Bibby, C., Jones, M. dan Marsden, S. 2000. Teknik-Teknik Ekspedisi Lapangan.Survei Burung. Buku. BirdLife International. Indonesia Programme.Bandung. 179 hlm.

Brotowidjoyo, M. D. 1990. Zoologi Dasar. Buku. Erlangga. Jakarta. 349 hlm.

Brower, J. E., Ende, C. N. V. dan Zar, J. H. 1998. Field and Laboratory Methodsfor General Ecology. Buku. Wm. C. Brown, Dubuque, 1A. Boston. 273hlm.

Chambers, S. A. 2008. Birds as Environmental Indicators Review of Literature.Parks Victoria Technical Series. No. 55. Melbourne: Parks Victoria. 57 hlm.

Page 65: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

100CITES. 2012. Daftar Jenis Burung dilindungi dalam Appendix CITES. Kutilang

Indonesia. 6 Oktober 2012. http://www.kutilang.or.id. Diakses tanggal 28Desember 2016.

Daget, J. 1976. Les modèles mathématiques en écologie. Buku. Masson. Paris.172 hlm.

Darmawan, M. P. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa TipeHabitat di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor. 138 hlm.

Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya.Departemen Kehutanan. Jakarta. 12 hlm.

Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. 25 hlm.

Departemen Kehutanan. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. DepartemenKehutanan. Jakarta. 25 hlm.

Fachrul, M. F. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Buku. Bumi Aksara. Jakarta.198 hlm.

Firdaus, A. B., Setiawan, A. dan Rustiati, E. L. 2014. Keanekaragaman spesiesburung di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir TengahKrui Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Sylva Lestari. 2(2) : 1-6.

Hadinoto, Mulyadi, A. dan Siregar, YI. 2012. Keanekaragaman jenis burung diHutan Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan. 6(1) : 25-42.

Hernowo, J. B. dan Prasetyo, L. B. 1989. Konsepsi ruang terbuka hijau di kotasebagai pendukung pelestarian burung (The concept of green space area intown to support bird conservation). Jurnal Media Konservasi. 2(4) : 61-71.

Hidayat, O. 2013. Keanekaragaman spesies avifauna di KHDTK Hambala NusaTenggara Timur (Avifauna species diversity in KHDTK Hambala East NusaTenggara). Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2(1) : 12-25.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 hlm.

Iskandar, J. 1989. Jenis Burung yang Umum di Indonesia. Buku. Djambatan.Jakarta. 116 hlm.

IUCN. 2012. The IUCN Red List Categories and Criteria. Version 3.1.http://www.iucnredlist.org/. Diakses tanggal 28 Desember 2016.

Page 66: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

101IUCN. 2016. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2016-1.

http://www.iucnredlist.org/. Diakses tanggal 28 Desember 2016.

Jarulis. 2007. Pemanfaatan ruang secara vertikal oleh burung-burung di hutanKampus Kandang Limun Universitas Bengkulu. Jurnal Gradien. 3(1) : 237-242.

Kementerian Kehutanan. 2011. Keputusan Menteri Kehutanan RepublikIndonesia Nomor : SK.376/Menhut-II/2011 tentang Penetapan WilayahKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa Unit (XIV)yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.Kementerian Kehutanan. Jakarta. 4 hlm.

Kementerian Kehutanan. 2014. Keputusan Menteri Kehutanan RepublikIndonesia Nomor : SK.415/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Areal KerjaHutan Desa Cugung, Desa Kunjir dan Desa Batu Balak seluas ±127 Ha,pada Kawasan Hutan Lindung di Kec. Rajabasa Kab. Lampung Selatan,Prov. Lampung. Direktorat Bina Perhutanan Sosial. Jakarta. 4 hlm.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Rajabasa. 2014. RencanaPengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung(RPHJP KPHL) Model Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan ProvinsiLampung Tahun 2014-2023. KPHL Model Rajabasa. Lampung. 58 hlm.

KLH dan KONPHALINDO. 1994. Keanekaragaman Hayati di Indonesia.Laporan Studi Nasional yang disiapkan untuk Laporan Program LingkunganHidup PBB (UNEP). Jakarta: KLH dan KONPHALIDO. 57 hlm.

MacKinnon, J., Philipps, K. dan Van Balen, B. 1998. Burung-burung diSumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Buku. LIPI Seri Panduan Lapangan.Bogor. 509 hlm.

Martin, F., Harianto, S. P. dan Dewi, B. S. 2012. Keanekaragaman Jenis Burungdi Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 112 hlm.

Mittermeier, R. A. dan Mittermeier, C. G. 1997. Megadiversity (Earth BiologicalyWeatlhiest Nations). Quebecor Printing Inc. Cimex. Canada. 501 hlm.

Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Buku. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 697 hlm.

Peraturan Menteri Kehutanan. 2005. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :P.04/Menhut-II/2005 tentang Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (RENSTRA-KL) Departemen Kehutanan Tahun 2005-2009.Kementerian Kehutanan. Jakarta. 16 hlm.

Page 67: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

102Peraturan Menteri Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :

P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan PengelolaanHutan. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 11 hlm.

Peraturan Menteri Kehutanan. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan RepublikIndonesia Nomor : P.89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa. KementerianKehutanan. Jakarta. 22 hlm.

Peraturan Pemerintah. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana PengelolaanHutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 20 hlm.

Peterson, R. T. 1980. Burung. Buku. Pustaka Alam Life, Tiara Pustaka. Jakarta.188 hlm.

Prasetyo, A. B. 2013. Serba Serbi Hutan Desa. 28 November 2013.http://bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/teknis/1-serba-serbi-hutan-desa.html. Diakses tanggal 28 Desember 2016.

Pratiwi, A. 2005. Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi WilayahII Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis. Laporan KegiatanPengendali Ekosistem Hutan, Taman Nasional Baluran. Jawa Timur. 12hlm.

Profil Desa Cugung. 2014. Gambaran Umum Profil Desa Cugung KabupatenLampung Selatan. Laporan. Desa Cugung Kabupaten Lampung Selatan.Lampung. 10 hlm.

Purnomo, H., Jamaksari, H. R., Bangkit, N., Pradityo, T. dan Syafrudin. D. 2009.Hubungan Antara Struktur Komunitas Burung Dengan Vegetasi di TamanNasional Bukit Baka Bukit Raya. Departemen Konservasi SumberdayaHutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.8 hlm.

Rohadi, D. dan Harianto, S. P. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung di RawaUniversitas Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.83 hlm.

Rohiyan, M., Setiawan, A. dan Rustiati, E. L. 2014. Keanekaragaman jenisburung di hutan pinus dan hutan campuran Muarasipongi KabupatenMandailing Natal Sumatera Utara (Diversity of bird species on pine andmixed forest Muarasipongi Mandailing Natal Regency North Sumatera).Jurnal Sylva Lestari. 2(2) : 89-98.

Rombang, W. M. dan Rudyanto. 1999. Daerah Penting Bagi Burung di Jawa danBali (Important Bird Area in Java and Bali). PKA/Birdlife InternationalIndonesia Programme. Bogor. 113 hlm.

Page 68: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

103Rusmendro, H. 2004. Bahan Kuliah Ornithology. Buku. Fakultas Biologi

Universitas Nasional. Jakarta. 53 hlm.

Rusmendro, H. 2009. Perbandingan keanekaragaman burung pada pagi hari dansore hari di empat tipe habitat di wilayah Pangandaran, Jawa Barat. JurnalVis Vitalis. 2(1) : 8-16.

Rusmendro, H., Ruskomalasari, Khadafi, A., Prayoga, H. B. dan Apriyanti. 2009.Keberadaan jenis burung pada lima stasiun pengamatan di sepanjang daerahaliran sungai (DAS) Ciliwung, Depok-Jakarta. Jurnal Vis Vitalis. 2(2) : 50-64.

Schmidt, F. H. dan Ferguson, J. H. A. 1951. Rainfall type based on wet and dryperiod ratio for Indonesia with Western New Gurinea. KementerianPerhubungan. Https://geograph88.blogspot.co.id/2013/03/klasifikasi-iklim-schmidt-ferguson.html. Diakses tanggal 28 Desember 2016.

Setiawan, A., Alikodra, H. S., Gunawan, A. dan Darnaedi, D. 2006.Keanekaragaman jenis pohon dan burung di beberapa areal hutan KotaBandar Lampung (Tree and birds species diversity in several urban forestarea of Bandar Lampung City). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 7(1) : 1-13.

Sujatnika, Jepson, P., Soehartono, T. R., Crosby, M. dan Mardiastuti, A. 1995.Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan BurungEndemik (Conserving Indonesian Biodiversity: the Endemic Bird Areaapproach). PHPA & Bird Life International Indonesia Programme. Jakarta.221 hlm.

Sukmantoro, W., Irham, M., Novarino, W., Hasudungan, F., Kemp, N. danMuchtar, M. 2007. Daftar Burung Indonesia No.2. Buku. IndonesianOrnithologists‘Union. Bogor. 157 hlm.

Sulistyadi. E. 2010. Kemampuan kawasan nir-konservasi dalam melindungikelestarian burung endemik dataran rendah Pulau Jawa studi kasus diKabupaten Kebumen. Jurnal Biologi Indonesia. 6(2) : 237-253.

Utama, M. T., Dewi, B. S. dan Darmawan, A. 2011. Keanekaragaman JenisBurung di Beberapa Tipe Lahan Mangrove Desa Sungai Burung,Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 112 hlm.

Van Balen, B. 1999. Birds on Fragmented Islands : Persistence in The Forest ofJava and Bali. Tropical Resource Management Papers, No. 30. WageningenUniversity. 181 hlm.

Page 69: KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN DESA …digilib.unila.ac.id/28815/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa merupakan wilayah

104Watalee, H., Ningsih, S. dan Ramlah, S. 2013. Keanekaragaman jenis burung di

hutan rawa Saembawalati Desa Tomui Karya Kecamatan Mori AtasKabupaten Morowali. Jurnal Warta Rimba. 1(1) : 1-8.

Wechsler, D. dan Wheeler. B. K. 2012. Bird Cast: Why you Should Care: Bird asBioindicators. 46 hlm.

Widodo. W. 2013. Kajian fauna burung sebagai indikator lingkungan di hutanGunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Prosiding SeminarNasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. FKIP Univ. Negeri SebelasMaret Surakarta. Surakarta, 6 Juli 2013. 245-255 hlm.

Wisnubudi, G. 2009. Penggunaan strata vegetasi oleh burung di Kawasan WisataTaman Nasional Gunung Halimun-Salak. Jurnal Vis Vitalis. 2(2) : 41-49.