Upload
ratna-kurnia-ningsih
View
134
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Skenario 2 Blok Saraf dan Perilaku
Citation preview
LI. 1.Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi
LO.1.1.Makro Nervus Cranialis, kapsula interna dan Vaskuler
Nomor Nama Jenis Fungsi
I Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai sensasi bau
II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV Troklear Motorik Menggerakkan beberapa otot mata
V Trigeminal Gabungan Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk diproses
di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasial Gabungan Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior lidah
untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan
ekspresi wajah
VIII Vestibulokoklear Sensori Sensori sistem vestibular: Mengendalikan keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di otak
sebagai suara
IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah
untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
X Vagus Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah
SARAF OLFAKTORIUS (N.I)
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang
menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini
terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius
pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria,
bulbus subkalosal pada sisi medial lobus
orbitalis.
Saraf ini merupakan saraf sensorik murni
yang serabut-serabutnya berasal dari membran
mukosa hidung dan menembus area kribriformis
dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus
olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan
dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus
temporal bagian medial sisi yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks
tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi
serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada
kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom
adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius
mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.
SARAF OPTIKUS (N. II)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai
di retina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum
di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi
lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum.
Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus
masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina
ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh
bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal
dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut
untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir
di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua
nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan
kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam
traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini
serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian
posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus
oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk
kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari
dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan
penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)
Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan
substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian
lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom).
Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-
otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior
dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus
Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi
otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
SARAF TROKLEARIS (N. IV)
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli
inferior di depan substansia grisea periakuaduktal dan
berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini
merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi
dorsal batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot
oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah,
kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.
SARAF TRIGEMINUS (N. V)
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-
serabut motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut motorik
mempersarafi otot masseter dan otot temporalis. Serabut-
serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang
utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis.
Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah,
mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula,
dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior
telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran
timpani.
SARAF
ABDUSENS (N. VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi
pons bagian bawah dekat medula oblongata dan terletak
dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot
rektus lateralis.
SARAF FASIALIS (N. VII)
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari Nukleus
motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata.
Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf
vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot orbikularis okuli,
otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta
otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang mengurusi
pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi keseimbangan.
Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari
sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus
temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan
bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian
memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf
vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium
melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus
mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis
superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan
vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara
otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah
dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga
posterior lidah.
SARAF VAGUS
(N. X)
Saraf
vagus juga
mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan
ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah
foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks
dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung
dan paru-paru.
SARAF ASESORIUS (N. XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan
kranialis. Radiks kranial adalah akson dari neuron dalam
nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus.
Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot
sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius, otot
sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke
samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan
diangkat ke atas.
SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula
oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke
empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf
hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan
mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan
genioglosus.
Capsula Interna
Letak : Merupakan serabut saraf berbentuk pita lebar
substantia alba yang memisahkan nucleus lenticularis dengan
nucleus caudatus dan thalamus. Mengandung serabut saraf
penghubung bolak balik antara cortex cerebri dengan
thalamus dan medulla spinalis
Bentuk : Pada penampang lintang membentuk huruf V
dimana titik sudutnya disebut genu. Menghadap ke medial
dna kaki-kakinya disebut crus anterior dan crus posterior.
Crus anterior capsula interna
Letak : Antara nucleus caudatus dan nucleus lenticularis. Didalamnya terdapat :
- Serabut corticopetal/serabut afferen: mengandung serabut radiatio anterior thalamus
- Serabut corticofugal/serabut eferen: mengandung tractus frontopotin yang datang dari cortex lobus
frontalis menuju nuclei ponti
Crus posterior capsula interna
Letak : Antara thalamus dengan nucleus lenticularis, di dalamnya terdapat:
- Pars lenticulothalmicus
Tractus corticobulbaris
Tractus corticospinalis
Tractus corticorubralis
- Pars retrolenticularis
- Pars sublenticularis
Tractus termporopontin
Tractus geniculocalcarina
Radiatio auditorius
vaskularisasi otak
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri carotis dan dua arteri vertebralis :
Arteri Carotis Interna
Arteri carotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri carotis comunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui canalis carotikus os.temporalis, berjalan dalam sinus cavernosus menembus duramater
dan muncul di medial processus clinoideus setelah itu menembus arachnoidea untuk berada di dalam
subarachnoidea ,kemudian membelok ke belakang dekat area perforata ujung media sulcus laterali Sylvii,
akhirnya bercabang dua : arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media :
1. A.Ophtalmica
a. Jalan : muncul dari sinus cavernosus memasuki canalis opticus lateralis
b. Supply : bola mata serta alat-alat orbita lain,bagian frontal scalp,sinus ethmoidalis et frontalis,dorsum
nasi
2. A.Comunicans Posterior
a. Jalan: dibelaca N.III beranastomosis dg A.cerebri posterior membentuk circulus Wilisi
3. A.Chorioidea
a. Jalan: belakang tractus opticusmasuk cornu inferior ventriculus lateralispleus choroideus
b. Supply: crus cerebri,corpus geniculatum laterale,tractus opticus,capsula interna
4. A.Cerebri anterior
a. Jalan: di depan medial N.II fisura longitudinalis superiorke belakang diatas corpus callosum
beranastomisis A.cerebri posterior
b. Cabang: Rr.Corticales dan Rr.Centrales
c. Supply : memberikan vaskularisasi pada korteks frontalis, parietalis bagian tengah, corpus calosum
dan nukleus caudatus
5. A.Cerebri Media
a. Jalan: lateral di sulcus lateralis Sylvii
b. Cabang : Rr.corticales dan Rr.Centrales
c. Supply: vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis dan temporalis
A. Vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri subclavia, menuju
dasar tengkorak melalui canalis transversalis di kolumna vertebralis cervikalis II s/d VI, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum,menembus duramater dan arachnoideamater ke cavum subarachnoid lalu
mempercabangkan masing-masing sepasang arteri cerebelli inferior. Pada batas medulla oblongata dan pons,
keduanya bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesencephalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri cerebri posterior.
1. Rr.Meningea
a. Supply:tulang dan duramater di didalam fossa cranii posterior
2. A.Spinalis Posterior
a. Supply: bagian belakang medula spinalis dan alat sekitarnya
3. A.Spinalis anterior
a. Supply : bagian depan medula spinalis dan alat sekitarnya
4. A. Cerebellaris Posteroinferior
a. Supply: dataran bawah vermis,nuclei centralis cerebelli dataran bawah hemisphaerum
cerebelli,medula oblongata dan plexus choroideus ventriculus quartus
5. Aa.Medulares
a. Supply: medula oblongata
A. Basilaris
Terbentuk dari Aa.vertebralis kiri dan kanan naik keats di sulcus mediana pons pada akhirnya bercabang
jadi Aa.Cerebri Posterior
1. Aa.Pontin
a. Supply: Pons
2. A.Labyrinthis
a. Supply: meatus acusticus dan alat dalamnya
3. A. Cerbelaris inferior anterior
a. Supply: bagian bawah dan depan pons dan bagian atas medula oblongata
4. A. Cerebelaris superior
a. Supply: bagian atas cerebellum,pons,corpus pinelalis dan velum medulare superior
5. A. Cerebri Posterior
a. Cabang: Rr.corticales,rr.centrales,R.chorioidea
Circulus Arteriosus Willisi
Merupakan anastomose yang penting antara 4 arteri (a.vertebralis & a.carotis interna) yang memasok darah ke
otak. Dibentuk oleh 2 a.carotis interna dan 2 a.vertebralis beserta 2 a.communicans posterior, 2 a.cerebri
anterior, 2 a.basilaris dan a.comunicans anterior.
Pembuluh nadi untuk daerah otak khusus
1. Corpus striatum dan capsula interna (Rr.Centrales A.cerebri media)
2. Thalamus (cabang-cabang a.comunicans posterior,a.basilaris,a.cerebri posterior)
3. Mesencephalon (a.cerebri posterior,a.cerebelaris superior dan a.basilaris)
4. Pons (a.basilaris dan Aa.cerebelaris anterior,inferior dan superior)
5. Medula oblongata (a.vertebralis,aa.spinales anterio et posterior,a.cerebelaris inferoposterior dan a.basilaris
6. Cerebellum (a.cerbelaris supeior,anteroinferior dan posteroinferior)
Pembuluh Balik
Ada 2 kelompok pembuluh balik :
1. Vv.cerebrales superficialis (v.cerebri externa)
2. Vv.cerebrales profunda (v.cerebri interna)
Cabang v.cerebri externa : v.cerebri superior, v.cerebri media, v.cerebri anterior dan v.basilaris v.
cerebri externa terdapat dirongga subarachnoid.
Cabang v.cerebri interna : v. terminalis & v. choroidea v. terminalis & v. choroidea bergabung
membentuk v. cerebri magna.
LO.1.2.Jaras Mototrik dan Saraf
Motorik
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur oleh pusat
gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di korteks, ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras
untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus piramidal dan ekstrapiramidal :
A. Traktus piramidal s. Traktus Corticospinalis
Merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus precentralis (area 4 Broadmann), yang disebut juga
korteks motorik primer. Impuls motorik dari pusat motorik disalurkan melalui traktus piramidal berakhir pada
cornu aanterior medulla spinalis.
Pusat jaras Motorik
Neuron Motorik Atas
Semua serabut saraf turun yang berasal dari sel pyramid cortex cerebri (Pusat Supraspinal). Meliputi :
Ganglia basalis tractus corticostriata
Di-encephalon tractus cortico-diencephalon
Batang otak cortico bulbaris
Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada dicortex cerebri sebagai Neuron orde pertama (sel
pyramidalis). Axo neuron pertama turun melalui corona radiata masuk crus posterior capsula interna
mes-encephalon, pons, medulla oblongata dan medulla spinalis bersinap dengan neuron orde kedua pada cornu
anterior subt.grisea medulla spinalis.
Asal Neuron Orde pertama :
1/3 berasal dari Area 4 Brodmann (pusat motorik primer) pada gyrus precentralis
1/3 berasal dari Area 6 Brodmann (pusat motorik sekunder) pada gyrus precentralis
1/3 berasal dari Area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi) pada gyrus postcentralis
Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)
Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal) tractus corticospinalis.Letak columna subt.grisea medulla
spinalis terdapat dua neuron :
Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal columna anterior subt.grisea
Neuron orde ketiga axon neuron ketiga keluar dari medulla spinalis sebagai radix anterior n.spinalis
yang bergabung dengan radix posterior membentuk n.spinalis dan akhirnya pergi ke efektor sadar
B. Traktus Ekstrapyramidal
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis
1. Tractus reticulospinalis
Asal: Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla oblongata (neuron orde
pertama).
Jalan :
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus reticulospinlis pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke medulla spinalis: traktus
reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan: cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Fungsi: mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan inhibisi kontraksi otot skelet
berkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.
2. Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata. Jalannya dekat sekali dengan
fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron orde kedua dan ketiga
Fungsi :
terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan
3. Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon setinggi coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati pns, medulla oblongata
menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat spinal)
Fungsi: memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor berkaitan dengan fungsi
keseimbangan tubuh
4. Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata), menerima akson dari
auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan: cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi: memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksor berkaitan dengan fungsi
keseimbangan tubuh
5. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex cerebrii, corpus
striatum, nuceu ruber
Tujuan: cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi: mempengaruhi kontraksi otot skeletberkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak
a. Tractus Corticothalamus
Asal : area brodmann 10, 11, 12
Tujuan : nucleus medialis thalami
Asal : area brodmann 9 dan 11
Tujuan : nuclei septi thalami
Asal : area brodmann 9
Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 6
Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 4
Tujuan : nuclei lateralis thalami
b. Tractus corticohypothalamicus
Asal : cortec hypocampi
Tujuan : hypothalamus
c. Tractus corticosubthalamicus
Asal : area brodman 6
Tujuan : subthalamus
d. Tractus Corticonigra
Asal : area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan : substantia nigra
e. Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus olivarius inferius (medulla
oblongata)
Sensorik
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus. Dengan alat ini sistem saraf
mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan luar. Setiap reseptor sensoris
mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.
Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:
Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba
Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti jantung, lambung, usus,
dll.
n
Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :
Mekanoreseptor
Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada pembuluh darah,
mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendn dna organ visceral. Contoh
reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan
kasar dan tekanan).
Thermoreseptor
Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus Krause (untuk suhu dingin), dan
akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
Nociseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh adanya kerusakan
jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri)
dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).
Chemoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan yang diterima sel reseptor olfaktorius
dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam
pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen, osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan
darah, glucoreseptor di hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.
Photoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel photoreceptor (batang dan
kesrucut) di retina mata.
Untuk bisa mencapai pusat sadar pada gyrus postcentralis (area Broadmann 3,2,1), maka semua informasi
sensorik harus melewati sedikitnya 3 neuron:
a. Neuron orde pertama
Letak: ganglion radix posterior s.ganglion spinale (ganglion adalah sel saraf yang ada di luar susunan saraf
pusat, sedang yang ada di dalam susunan saraf pusat disebut nucleus atau neuron) dimana dendrit dari sel saraf
tersebut datang dari reseptor, dan axonnya masuk medulla spinalis untuk bersinapsis pada neuron orde kedua.
b. Neuron orde kedua
Letak: pada cornu posterior medulla spinalis. Axonnya dapat menyilang garis tengah atau langsung berjalan
dalam collumna lateralis pada sisi yang sama, lalu naik ke atas untuk bersinapsis pada neuron orde ketiga.
c. Neuron orde ketiga
Letak: pada thalamus, dimana axonnya menuju pusat sensorik sadar pada gyrus postcentralis.
1) Jaras sakit dan suhu (Traktus spinothalamicus)
Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) masuk ke ujung cornu posterior membentuk tractus
posterolateral (Lissaueri) bersinapsis dengan neuron orde kedua axonnya naik keatas pada sisi
kontralateral sebagai tractus spinothalamicus lateralis pada medulla oblongata, dia bergabung dengan
tractus spinothalmicus anterius & tractus spinotectalis menjadi lemniscus spinalis naik ke atas di
belakang pons dan berjalan pada tegmentum bersinapsis dengan neuron orde ketiga, yaitu bagian dari
nucleus lateralis thalamus penilaian sensasi sakit dan suhu timbul axon orde ketiga masuk crus posterior
capsula interna dan cornu radiata gyrus postcentralis area asosisasi di cortex lobus parietalissadar akan
sensasi tersebut
2) Jaras sentuhan ringan dan tekanan (traktus spinothalamicus anterius)
Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) masuk ke ujung cornu posterior membentuk tractus
posterolateral (Lissaueri) bersinapsis dengan neuron orde kedua axonnya naik keatas pada sisi
kontralateral sebagai tractus spinothalamicus anterior pada medulla oblongata, dia bergabung dengan tractus
spinothalmicus anterius & tractus spinotectalis menjadi lemniscus spinalis bersama dengan lemniscus
medialis, akan bersinaps pada neuron orde ketiga pada nuclei lateralis thalamus sensasi kasar dan sentuhan
diinterpretasi axon orde ketiga masuk crus posterior capsula interna dan cornu radiata gyrus postcentralis
sensasi sentuhan dan tekanan disadari
3) Jaras pembedaan sensasi diskriminasi sentuhan, gerakan otot sadar/sendi (fasciculus gracilis dan
fasciculus cuneatus)
Axon dari ganglion spinale masuk cornu posterior dan bercabang 2:
- Cabang turun:
bersinapsis dengan neuron cornu posterius & anterius hubungan intersegmental (berfungsi dalam reflex
intersegmental)
- Cabang naik:
Bersinapsis dengan neuron orde kedua pada cornu posterius & anterius sebagian besar serabut saraf yang
naik, berjalan dalam columna posterius sebagai fasciculus gracilis (sepanjang segmen medulla spinalis
lumbalis & 6 segmen bawah thoracal) dan fasciculus cuneatus (lateral dari fasciculus gracilis, mengandung
serabut saraf dari 6 segmen atas thoracal & semua segmen cervical)
Pada medulla oblongata, axon berjalan ipsilateral (tidak menyilang garis tengah) bersinapsis dengan neuron
orde kedua (neuron gracilis & neuron cuneatus) membentuk fibra arcuata interna menyilang garis tengah
membentuk decussatio sensorik ke cerebellum dan pons berjalan ke atas sebagai lemniscus medialis
berakhir pada neuron orde ketiga (nuclei lateralis thalamus) axon orde ketiga masuk crus posterior
capsula interna dan cornu radiata gyrus postcentralis pembedaan sensasi sentuhan dan getaran dari otot
disadari
4) Jaras otot sadar & sendi ke cerebellum
Tractus spinocerebellaris posterius
Axon dari ganglion spinale masuk ke columna posterius bersinapsis dengan neuron orde kedua (nucleus
dorsalis / Clarki) pada segmen medula spinalis lumbal III atau IV ke bagian posterolateral substansia alba
pada sisi yang sama dan naik ke atas menjadi traktus spinocerebellaris posterius medulla oblongata
masuk ke peduculus cerebellaris inferior cortex cerebellum
Tractus spinocerebellaris anterius
Axon ganglion spinale masuk medulla spinalis bersinapsis dengan neuron orde kedua (nucleus Clarki)
bagian terbesar dari axon orde kedua jalan menyilang garis tengah dan naik ke atas pada sisi kontralateral,
bagian kecilnya jalan pada sisi yang sama ke medulla oblongata dan pons masuk cerebellum melalui
pedunculus cerebelli superior cortex cerebelli
Tractus cuneocerebellaris
Berpusat pada nucleus cuneatus, masuk pedunculus cerebelli inferiorcortex cerebelli pada sisi yang sama
sebagai fibra arcuata externa posterius
5) Jaras naik lain
Tractus spinotectalis
Axon ganglion spinale masuk cornu posterior bersinapsis dengan neuron orde kedua yang letaknya tak jelas
diketahui pada cornu posterior menyilang garis tengah naik ke atas pada anterolateral substansia alba
sebagai tractus spinotectalis pada medulla oblongata, dia bergabung dengan tractus spinothalmicus anterius
& tractus spinotectalis menjadi lemniscus spinalis bersinapsis di colliculus superior
Tractus spinoreticularis
Axon ganglion spinale masuk cornu posterior bersinapsis dengan neuron orde kedua yang letaknya tak jelas
diketahui pada cornu posterior axon naik ke atas pada sisi lateral sisi yang sama bercampur dengan
tractus spinothalamicus bersinapsis dengan neuron orde ketiga (formatio reticulare di medula oblongata,
pons, dan mesencephalon)
Tractus spinoolivarius
Axon ganglion spinale masuk cornu posterior bersinapsis dengan neuron orde kedua yang letaknya tak jelas
diketahui pada cornu posterior axon jalan menyilang garis tengah dan naik antara cornu anterius&lateral
substansia alba sebagai tractus spinoolivarius bersinaps dengan neuron orde ketiga (nuclei olivarius
inferius) axon menyilang garis tengah masuk cerebellum melalui pedunculus cerebelli inferius
LI. 2.Mampu Memahami dan Menjelaskan Stroke
LO.2.1.Definisi dan Klasifikasi
WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun
global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan
kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (Hatano, 1976 dalam Davenport dan Dennis,
2000).
Suatu stroke, atau cerebrovascular accident (CVA), terjadi ketika penyediaan darah ke bagian dari otak
terganggu, menyebabkan sel-sel otak mati. Ketika aliran darah ke otak terganggu atau terhalangi, oksigen
dan glukose tidak dapat disampaikan ke otak. Aliran darah dapat dikompromikan oleh suatu
keanekaragaman mekanisme-mekanisme.
Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :
1. Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan
denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70%
kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
2. Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
LO.2.2.Epidemiologi
Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru
per 10.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000
insiden stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4.8 juta
penderita stroke yang bertahan hidup. (Goldstein dkk, 2006). Rasio insiden pria dan wanita adalah 1.25
pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-74 tahun, 1.07 pada kelompok usia 75-84
tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85 tahun (Lloyd dkk, 2009). Di Indonesia, menurut SKRT th
1995, stroke termasuk penyebab kematian utama, dengan 3 per 1000 penduduk menderita penyakit stroke
dan jantung iskemik. Di dunia, menurut SEAMIC Health Statistic 2000, penyakit serebrovaskuler seperti
jantung koroner dan stroke berada di urutan kedua penyebab kematian tertinggi di dunia. Secara umum,
85% kejadian stroke adalah stroke oklusif, 15 % adalah stroke hemoragik
LO.2.3.Etiologi
1. Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral,
yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit
kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau
kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebra.
Sumbatan di arteri otak yang berupa gumpalan (thrombosis) adalah penyebab yang paling umum dari
suatu stroke. Bagian dari otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat kemudian diambil darah
dan oksigennya, akibatnya sel-sel dari bagian otak itu mati.
Faktor-faktor risiko yang menyebabkan terbentuknya gumpalan – gumpalan tersebut adalah :
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Kolesterol tinggi
Diabetes, dan merokok
2. Embolisme serebral.
Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam
atau hari.
Tipe lain dari stroke mungkin terjadi ketika bekuan darah atau suatu potong dari plak atherosclerotic
(endapan-endapan dari kolesterol dan kalsium pada dinding dalam dari jantung atau arteri) putus terlepas,
berjalan melalui arteri-arteri yang terbuka, dan memondok pada suatu arteri dari otak. Ketika ini terjadi,
aliran dari darah yang kaya oksigen ke otak terhalang dan menyebabkan stroke. Suatu bekuan darah
mungkin terbentuk didalam kamar/bilik jantung sebagai akibat dari irama jantung yang tidak teratur, seperti
pada atrial fibrillation. Embolism dapat juga berasal dari arteri yang besar (contohnya, arteri karotid, suatu
arteri utama pada leher yang mensuplai darah ke otak) dan kemudian berjalan menghilir untuk menyumbat
sebuah arteri kecil didalam otak
3. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi
serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan
kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
4. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma pada arteri yang
menyuplai darah ke otak.
5. Haemorrhagi serebral
Terjadi ketika sebuah pembuluh darah didalam otak pecah dan menyebabkan perdarahan didalam
jaringan otak yang mengelilinginya. Sehingga menyebabkan suatu stroke dengan merampas darah dan
oksigen pada bagian-bagian dari otak. Darah tersebut juga dapat mengiritasi otak dan menyebabkan
pembengkakan jaringan otak (cerebral edema). Edema dan akumulasi darah dari cerebral hemorrhage
meningkatkan tekanan didalam tengkorak dan menyebabkan kerusakan dengan menekan otak terhadap
tulang tengkorak.
Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan
perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.
Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidural, kecuali bahwa hematoma
subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama danc
menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami haemorrhagi subdural kronik
tanpa menunjukkan tanda atau gejala.
Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling
sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital
pada otak. Darah berkumpul pada ruangan dibawah selaput arachnoid yang melapisi otak. Darah berasal
dari suatu pembuluh darah abnormal yang bocor atau pecah yang seringkali berasal dari suatu aneurysm
(suatu penonjolan keluar yang abnormal dari dinding pembuluh). Subarachnoid hemorrhages biasanya
menyebabkan sakit kepala mendadak yang berat dan leher yang kaku. Jika tidak dikenali dan dirawat,
konsekwensi-konsekwensi neurologi utama, seperti koma, dan kematian otak akan terjadi.
Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila ha
emorrhagi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran
dan abnormalitas pada tanda vital
Faktor Resiko
1. Non modifiable risk factors :
Usia
Jenis kelamin
Berat badan lahir rendah
Ras/etnis
Genetik
2. Modifiable risk factors
Well-documented and modifiable risk factors
Hipertensi
Paparan asap rokok
Diabetes
Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu
Dislipidemia
Stenosis arteri karotis
Sickle cell disease
Terapi hormonal pasca menopause
Diet yang buruk
Inaktivitas fisik
Obesitas
Less well-documented and modifiable risk factors
Sindroma metabolic
Penyalahgunaan alcohol
Penggunaan kontrasepsi oral
Sleep-disordered breathing
Nyeri kepala migren
Hiperhomosisteinemia
Peningkatan lipoprotein (a)
Peningkatan lipoprotein-associated phospholipase
Hypercoagulability
Inflamasi
Infeksi
LO.2.4.Patofisiologi
Stroke Iskemik
- Adanya aterotrombosis atau emboli, memutuskan aliran darah otak (cerebral blood flow/CBF).
- Nilai normal CBF = 53 ml/100 mg jaringan otak/menit. Jika CBF < 30 ml/100 mg/menit, maka akan
terjadi iskemik. Jika CBF < 10 ml/100 mg/menit kekurangan oksigen, maka proses fosforilasi oksidatif
terhambat dan produksi ATP (energi) berkurang.
- Hal ini menyebabkan pompa Na-K-ATPase tidak berfungsi, sehingga terjadi depolarisasi membran sel
saraf yang menyebabkan pembukaan kanal ion Ca. hal ini akan memicu kenaikan influks Ca secara cepat
sehingga terjadi gangguan pada Ca homeostasis.
- Ca merupakan signalling molekul yang mengaktivasi berbagai enzim dan memicu proses biokimia yang
bersifat eksitotoksik yang menyebabkan kematian sel saraf (nekrosis maupun apotosis), sehingga gejala
yang timbul tergantung pada saraf mana yang mengalami kerusakan/kematian
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap (Sjahrir,2003)
Tahap 1 :
a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energi
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas patologis dari
sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium
ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal bebas. (Sherki dkk,2002)
Stroke Hemoragik
- Hemoragik merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke.
- Penyebab utamanya: hipertensi yang terjadi jika tekanan darah meningkat dengan signifikan, sehingga
pembuluh arteri robek dan menyebabkan perdarahan pada jaringan otak.
- Hal tersebut menimbulkan membentuk suatu massa yang menyebabkan jaringan otak terdesak, bergeser,
atau tertekan (displacement of brain tissue) sehingga fungsi otak terganggu. Semakin besar hemoragi yang
terjadi, semakin besar displacement jaringan otak yang terjadi.
- Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar mengalami ketidaksadaran dan akhirnya meninggal.
LO.2.5.Manifestasi Klinis
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:
a) Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
b) Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap,
mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu,
pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
c) Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient
Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.
PERBEDAAN STROKE HEMORAGIK DAN STROKE NON-HEMORAGIK
Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Non
Hemoragik PIS PSA
1. Gejala defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan
2. SIS sebelumnya Amat jarang - +/ biasa
3. Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
4. Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/ tak ada
5. Muntah pada awalnya Sering
Sering
Tidak, kecuali lesi di
batang otak
6. Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
7. Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang
sebentar
Dapat hilang
8. Kaku kuduk
Jarang
Bisa ada pada
permulaan
Tidak ada
9. Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal
10. Deviasi mata Bisa ada Tidak ada mungkin ada
11. Gangguan bicara Sering Jarang Sering
12. Likuor Sering berdarah Selalu berdarah Jernih
13. Perdarahan Subhialoid Tak ada Bisa ada Tak ada
14. Paresis/gangguan N III - Mungkin (+) -
LO.2.6.Diagnosis dan Diagnosis Banding
Anamnesis
Pokok manifestasi stroke adalah hemiparesis, hemiparestesia, afasia, disartria dan hamianopia. Semantik
memduduki tempat penting dalam anamnesa. Dalam anamnesa kita harus dapat mengerti maksud kata-
kata yang diucapkan pasien dalam menggambarkan gejala yang dideritanya
Pemeriksaan fisik
Pertama pemeriksaan ketangkasan gerak. Pada penderita stroke pasti terjadi gangguan ketangkasan gerak.
Namun, kita perlu membedakan dengan gangguan ketangkasan akibat lesi pada serebelum. Pada penderita
stoke gangguan ketangkasan gerak akan disertai gangguan upper motoneuron yang berupa :
- Tonus otot pada sisi yang lumpuh meninggi.
- Refleks tendon meningkat pada sisi yang lumpuh.
- Refleks patologik positif (misal refleks Babinski, Chaddocck dan Oppenheim pada sisi yang lumpuh.
Jika lesi pada serebelum maka gangguan ketangkasan tidak disertai gangguan upper motoneuron. Kedua
diagnosa klinis stroke. Pada penderita stroke, terjadi kerusakan pada beberapa atau salah satu arteri yang
ada di otak. Kerusakan salah satu arteri akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda sebagaimana yang
telah dijelaskan ada patofisiologi stroke.
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan jantung Pemeriksaan kardiovaskuler klinis dan pemeriksaan 12-lead ECG harus dikerjakan pada semua
penderita stroke. Biasanya dilakukan selama 48 jam sejak kejadian stroke. Kelainan jantung sering terjadi
pada penderita stroke dan penderita dengan kondisi gangguan jantung akut harus segera ditanggulangi.
Sebagai contoh penderita infark miokard akut dapat menyebabkan stroke, sebaliknya stroke dapat pula
menyebabkan infark miokard akut. Sebagai tambahan, aritmia kordis dapat terjadi pada penderita-penderita
stroke iskemik akut. Fibrilasi atrial, sangat potensial untuk terjadi stroke, dapat terdeteksi awal. Monitor
jantung sering dilakukan setelah terjadi stroke untuk menapis aritmia jantung serius.
b) Pemeriksaan tekanan darah Pemeriksaan tekanan darah adalah wajib dilakukan rutin setiap hari, karena hipertensi adalah faktor
resiko utama terjadi stroke.
c) Pemeriksaan paru Pemeriksaan klinis paru dan foto rontgen thorak adalah pemeriksaan rutin yang harus dikerjakan.
d) Pemeriksaan laboratorium darah Beberapa pemeriksaan rutin darah dikerjakan untuk mengindetifikasi kelainan sistemik yang dapat
menyebabkan terjadi stroke atau untuk melakukan pengobatan spesifik pada stroke. Pemeriksaan tersebut
adalah kadar gula darah, elektrolit, haemoglobin, angka eritosit, angka leukosit, KED, angka platelet, waktu
protrombin, activated partial thrombopalstin time, fungsi hepar dan fungsi ginjal. Pemeriksaan analisis gas
darah dilakukan apabila dicurigai ada hipoksia. Pemeriksaan cairan otak dilakukan apabila dicurigai stroke
perdarahan subarakhnoid dan pada pemeriksaan CT-Scan tidak terlihat ada perdarahan subarakhnoid. Pada
penderita tertentu dilakukan pemeriksaan tambahan, sbagai berikut; protein C, cardiolipin antibodies,
homocystein dan vasculitis-screening (ANA, lupus AC).
e) Pemeriksaan EEG Pemeriksaan EEG dilakukan apabila terjadi kejang, dan kejang pada penderita stroke adalah
kontraindikasi pemberian rtPA.
f) Vascular imaging Doppler-and duplexsonography of extracranial and intracranial arteries digunakan untuk
mengidentifikasi oklusi atau stenosis arteria. Juga dipakai untuk monitor efek pengobatan thrombolitik dan
dapat menolong menentukan prognosis. Kalau memungkikan dapat juga dilakukan pemeriksaan magnetic
resonance angiography dan CT angiography untuk memeriksa oklusi atau stenosis arteria. Untuk
memonitor kardioemboli dilakukan pemeriksaan transthoracic and transoesophageal echocardiography.
Biasanya dilakukan setelah 24 jam serangan stroke. Semua pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiologis dan
pemeriksaan laboratorium darah direkomendasi oleh European Stroke Initiative (EUSI), Recommendations
2003 dan Guidelines for Early Management of Patient With Ischemic Stroke. A Scientific Statement From
the Stroke Council of the American Stroke Association, 2003.
g) CT SCAN atau MRI
CT SCAN
CT telah merevolusi diagnosis dan penanganan stroke. Pemeriksaan CT membantu kita membedakan
stroke iskemik dari stroke hemoragik. Dengan CT kita dapat menentukan lokalisasi infark, pendarahan, dan
menyingkirkan penyebab lain seperti tumor, hematoma subdural yang dapat menyerupai gejala infark atau
pendarahan di otak. Pemeriksaan CT dengan kontras dapat menditeksi malformasi vaskuler dan aneurisma.
Gambaran dari potongan CT scan kepala memperlihatkan dengan jelas kelainan- kelainan organ kepala dan
ekstensinya. Beberapa garis penting yang diketahui adalah:
Orbitomeatal line (OM line)
Anthropological base line(German plane)
Reid base line (infraorbito meatal line)
Supraorbitomeatal line(SM line)
Potongan lain yang dipergunakan adalah coronal section yang sejajar dengan submentovertex line.
Pemberian zat kontras untuk melihat adanya enchancement dipergunakan untuk menilai pembuluh
darah, meningen, parenkim, otak.
CT scanner yg ada dipakai 2 tipe: Head CT scan& Whole body CT scan
Gambaran CT scan pada kelainan intracranial:
- Densitas lesi dibagi atas pada window level normal
High density ( hiperdens ), bila densitas lesi lebih tinggi dari pada jaringan sekitarnya
Isodensity ( Isodens ), bila densitas lesi sama dengan jaringan sekitar
Low density ( hipodens ) memperlihatkan gambaran CT scan dengan nilai absorbs rendah seperti pada
infark. Kelainan yang ditemukan pada CT scan kepala terbagi atas :* Tumor otak
Kelainan cerebrovaskular. Terbagi atas :
Hemoragi intraserebral oleh hipertensiTerjadi akibat pecahnya mikroaneurisme arteri - arteri
kecil.Pada CT scan tampak area hiperdens homogen .Pemeriksaan CT scan dilakukan 2 minggu sejak
onset serangan tampak gambaran enchancement berbentuk cincin di daerah perifer hematom menetap
selama satu bulan. Pada stadium kronis hematom menjadi hipodens yang berbatas tegas karena
hematomnya telah diserap.
Infark serebri Disebabkan oleh oklusi pembuluh darah serebral , hingga terbentuk nekrosis iskemik
jaringan otak, penyebabnya terbagi atas trombosis dan emboli. Pada stadium awal sampai 6 jam
sesudah onset tak tampak kelainan pada CT scan. Baru tampak terlihat sesudah 4 hari , area hipodens
Aneurisma
Malformasi arteriovenosus: Trauma kepala, Anomaly, Penyakit infeksi, Atrofi serebral atau penyakit
– penyakit degenerative
MRI MRI Mempunyai banyak keunggulan dibandingkan CT dalam mengevaluasi stroke. Ia lebih sensitive
mediteksi infark, terutama di batang otak dan serebelum. Pada tiap pasien dengan stroke atau TIA
seharusnya dilakukan pemeriksaan CT atau MRI. Mri mempunyai keunggulan bagi pasien dengan iskemia
vertebrobasiler atau infark yang kecil yang letaknya dalam.
Diagnosis Banding Stroke
Diagnosis banding penyebab stroke non haemoragik, yaitu thrombosis dan emboli menurut Chusid
(1993) yaitu onset yang relatif lambat menyokong diagnosa thrombosis. Sedang endocarditis infeksiosa,
fibrilasi atrium dan infark myocard menyokong diagnosa emboli. Ada beberapa penyakit yang memiliki
tanda dan gejala yang menyerupai stroke, misalnya trauma kepala, tumor intracranial, meningitis atau virus.
Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan yang lebih spesifik misalnya: Coputerized
Tomography Scanning (CT Scan), Magnetic Resonace Imaging (MRI), Possitron Emesion Tomograph
Scanning (PET Scan) dan pemeriksaan penunjang laboratorium.
Bell’s Palsy adalah suatu bentuk kelumpuhan di daerah wajah yang disebabkan oleh disfungsi nervus
facialis, sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yang terpengaruh.
Etiologi sebenarnya dari Bell’s palsy masih belum diketahui, namun penyakit ini kemungkinan
disebabkan oleh infeksi virus pada ganglion geniculata dan pada beberapa kasus terhadap aktivasi dari
infeksi herpes simpleks laten.
Perubahan patologis terdiri dari inflamasi dan edema nervus facialis pada canalis facialis. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan pada nervus, yang mengakibatkan kelumuhan yang diikuti dengan
degenerasi akson wallerian
Tanda dan gejala Bell’s palsy datang secara tiba-tiba, dan mungkin meliputi :
Kelemahan ringan hingga kelumpuhan total pada satu sisi wajah yang terjadi dalam beberapa jam hingga
hari sehingga sulit untuk tersenyum atau menutup mata pada sisi yang terkena
Wajah terkulai dan kesulitan membuat ekspresi wajah
Sakit di sekitar rahang atau di belakang telinga pada sisi yang terkena
Peningkatan sensitivitas untuk suara pada sisi yang terkena
Sakit kepala
Penurunan kemampuan untuk mencicipi
Perubahan jumlah air mata dan air liur yang di hasilkan
Dalam beberapa, Bell’s palsy dapat mempengaruhi saraf di kedua sisi wajah
Karakteristik kelumpuhan N. Facialis dan penyebabnya :
Lokasi Karakteristik Penyebab
1 Lesi Supranuclear Kelemahan pada kontralateral,
wajah bawah
Lesi pada tractus
corticobulbar di atas pons
2 Lesi nuclear atau pontine
Lumpuh wajah total pada sisi
tersebut
Kelainan sekresi saliva
Taste intact
Kelainan lakrimasi
Kelumpuhan N. V atau VII
pada sisi yang sama
Mata menyimpang ke sisi lesi
Ophtalmoplegia internuclear
Hemiparesis contralateral
Sindrom Mobius
Encephalitis, rabies,
meningitis
Encephalopathy Wernicke
Pontine, glioma
Infark, hemoragi
Multiple sclerosis,
syringobulbia,
amyotrophic lateral
sclerosis
3 Extracranial pada angulus
cerebellopontine
Lumpuh wajah total
Hilang pendengaran
Vertigo episodik
Refleks kornea menurun
Kelainan sekresi saliva
Kelainan lakrimasi
Meningitis, TBC, siphilis,
fungi
Acoustic neuroma,
meningioma dermoid,
chordoma, carcinomatosis
mening, aneurisma a.
Basilaris
Multiple sclerosis
4 Extracranial pada canalis fascialis
a Antara meatus auditorius
internus dan ganglion geniculata
Lumpuh wajah total
Pendengaran menurun
Kelainan lakrimasi
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
tubuh
Fraktur tulang petrous
temporal
Otitis media, mastoiditis,
Ramsey-Hunt syndrome,
sarcoidosis, Guillan-Barre
syndrome
b Antara ganglion geniculata dan
asal nervus – stapedius
Lumpuh wajah total
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
lidah
Hiperacusis
DM
Cholesteatoma, tumor
epidermoid tulang
temporal, tumor kelenjar
parotid, deposit leukemik
di canalis fascialis c
Antara asal nervus – stapedius
dan asal chorda tympani
Lumpuh wajah total
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
lidah
d Distal ke arah chorda tympani Lumpuh wajah total
LO.2.7.Tatalaksana
Pengobatan Umum
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B yaitu:
a) Breathing : Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru baik. Pengobatan dengan oksigen
hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
b) Brain : Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat
dari keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi, dapat
diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat diberikan Diphenylhydantoin atau
Carbamazepin.
c) Blood : Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan
hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah iskemik lagi.
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus glukosa harus
dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang akan mempermudah terjadinya
udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
d) Bowelm : Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat
pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube (NGT).
e) Bladder : Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin. Pemasangan
kateter jika terjadi inkontinensia.
Perawatan suportif
a) Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan ventilasi. Cek
aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.
b) Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara cepat. Jika terlalu
tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status neurologis dapat bertambah buruk
ketika tekanan darah diturunkan.
c) Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas normal.
d) Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai.
e) Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat. Hiperglikemia dapat
bertambah buruk pada cedera iskemik.
f) Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT. Penting untuk
menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan enoksaparin 30 mg q. 12 jam
pada ambulasi awal.
Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
a) Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masa tromboplastin parsial
adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan plasma beku segar (FFP) 4-8 unit intravena
setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg intravena bolus, kemudian 3 kali sehari 15 mg subkutan sampai masa
protrombin normal. Koreksi antikoagulasi heparin dengan protamin sulfat 10-50 mg bolus lambat (1 mg
mengoreksi 100 unit heparin).
b) Kendalikan HT. Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom. Tekanan darah
sisitolik >180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit ulangi 40-80 mg intravena dalam
interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan kemudian infus 2 mg/menit dan dirasi atau
penghambat ACE 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari atau antagonis kalsium (nifedipin oral 4x 10 mg).
c) Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau volum lebih
dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus obstruktif akut atau kliping
aneurisma.
d) Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa.
e) Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak terbukti efektif pada
perdarahan intraserebral.
f) Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya anti konvulsan
diberikan bila terdapat kejang.
g) Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme.
h) Untuk mengatasi perdarahan intracerebral : obati penyebabnya, turunkan TIK, beri neuroprotektor,
tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien dengan perdarahan serebelum >
3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, perdarahan lobar diatas 60 cc dengan
tanda peningkatan TIK akut dan encaman herniasi.
Pada TIK yang meninggi :
a) Manitol bolus, 1 gr/kgBB dalam 20-30 menit lanjutkan dengan 0,25-0,5g/kgBB tiap 6 jam smpai
maksimal 48 jam.
b) Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intravena 10 ml/kgBB dalam 3-4
jam (untuk edema serebri ringan-sedang).
c) Furosemid 1mg/ kg BB intravena.
d) Intubasi dan hiperventilasi terkontrol sampai pCO2 29-35 mmHg
e) Penggunaan steroid masih kontroversial.
f) Kraniotomi dekompresif.
Perdarahan subaraknoid
a) Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme.
b) Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II akibat pecahnya
aneurisma sakular berry dan adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif.
Penatalaksanaan Stroke Non-Hemoragik
Tujuan terapi
a) Pencegahan stroke melalui reduksi faktor risiko.
b) Pencegahan sejak awal atau pada stroke yang rekuren dengan memodifikasi proses patologik mendasar.
c) Mereduksi kerusakan otak sekunder dengan pemeliharaan perfusi yang adekuat pada daerah yang secara
garis besar mengalami iskemik dengan mengurangi dan atau menurunkan edema.
Penanganan dari Serangan Iskemia Akut
a) Mengeleminasi atau mengontrol faktor-faktor risiko.
b) Memberi edukasi pada pasien mengenai pengurangan faktor risiko dan tanda serta gejala-gejala dari
TIA dan stroke ringan.
c) Intervensi-Bedah
d) Endarterektomi karotis ( Cea)
e) Pengeluaran plak ateromatosa dengan cara bedah.
f) Pasien yang direservasi untuk pengeluaran bekuan atau lesi berulserasi yang mengoklusi > 70% dari
aliran darah pada arteri karotis.
g) Dapat menurunkan risiko dari strok > 60% selama tahun keduanya setelah dioperasi dan wajib mengikuti
mengikuti prosedur.
h) Endarterektomi vertebra umumnya tidak lagi digunakan.
i) Angioplasti balon : Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah yang yang
mengalami stenose Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke arah
dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke retina atau otak.
j) Penempatan Sten : Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu
coil baja tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu dinding dari
arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release.
k) Agen-agen antiplatelet
Obat Antihipertensi Pada Stroke
Golongan/Obat Mekanisme Dosis Interaksi Obat Efek Samping
Tiazid
Diazoksid Aktivasi ATP
sensitive K-
channels
IV bolus: 50-100
mg; IV infus; 15-
30 mg/menit
Awitan < 5 menit Retensi cairan dan
garam,
hiperglikemia berat,
durasi lama (1-12
jam).
ACEI
Enalaprit ACE
inhibitor
0,625-1,25 mg IV
selama 15 menit.
Awitan < 15
menit.
Durasi lama (6
jam), disfungsi
renal.
Calcium Channel Blocker
Nikardipin
Clevidipin
Verapamil
Diltiazem
Penyekat kanal
kalsium
5 mg/jam IV, 2.5
mg/jam tiap 15
menit, sampai 15
mg/jam.
Awitan cepat (1-
5 menit), tidak
terjadi rebound.
Eliminasi tidak
dipengaruhi oleh
disfungsi hati/
renal, potensi
interaksi obat
rendah.
Bradikardia,
hipotensi, durasi
lama (4-6 jam).
Beta Blocker
Labetalol
Esmolol
Antagonis reseptor
α1, β1, β2
Antagonis selektif
reseptor β1.
10-80 mg IV tiap
10 menit sampai
300 mg/hari; infus
0,5-2 mg/menit.
0,25-0,5 mg/kg
IV bolus disusul
dosis
pemeliharaan.
Awitan cepat (5-
10 menit).
Awitan segera,
durasi singkat <
15 menit.
Bradikardia,
hipoglikemia,
durasi lama (2-12
jam). Gagal jantung
kongestif,
bronkospasme.
Bradikardia, gagal
jantung kongestif.
Alfa Blocker
Fentolamin Antagonis reseptor
α1, α2.
5-20 mg IV. Awitan cepat (2
menit), durasi
singkat (10-15
menit)
Takikardia, aritmia.
Vasodilator Langsung
Hidralasin NO terkait dengan
mobilisasi kalsium
dalam otot polos.
2,5-10 mg IV
bolus (sampai 40
mg).
Serum sickness-
like, drug-induced
lupus, durasi jam
(3-4 jam), awitan
lambat (15-30
menit)
Thiopental
Trimetafan
Fenoldipam
Aktivasi reseptor
GABA
Blockade
ganglionik.
Agonis DA-1 dan
reseptor alfa 2
30-60 mg IV.
1-5 mg/ menit IV
0,001- 1,6 µg/kg/
menit IV; tanpa
bolus
Awitan cepat (2
menit), durasi
singkat (5-10
menit).
Awitan segera,
durasi singkat (5-
10 menit)
Depresi miokardial
Bronkospasme,
retensi urin,
siklopegia,
midriasis
LO.2.8.Komplikasi
Komplikasi stroke dibagi 3:
a) Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
- Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkanpeningkatan tekanan
intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.
- Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b) Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)
Pneumonia: Akibat immobilisasi lama
Infark miokard
Emboli peru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasta stroke, seringkali path saat penderitamulai mobilisasi.
Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.
c) Komplikasi Jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vascular perifer. Komplikasi yang
terjadi pada pasien stroke yaitu:
Hipoksia serebral diminimsdknn dengan memberi oksigeriasi
Penurunan darah serebral
Embolisme serebral.
Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
b. Penurunan darah serebral
c. Embolisme serebral
LO.2.9.Prognosis
Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yang terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses
alami ini selesai dalam waktu 3 bulan. Pada saat itu, 1/3 orang yang selamat menjadi tergantung dan
mungkin mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan kematian atau cacat.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut :
1/3 bisa pulih kembali
1/3 mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang
1/3 sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus-menerus di kasur
Sodium
Nitroprusid
Nitrogliserin
Nitrovasodilator
Nitrovasodilator
0,25-10µ/ kg/
menit IV.
5-1000
µg/kg/menit IV
Awitan < 15
menit, durasi 10-
20 menit.
Awitan segera,
durasi singkat (2-
3 menit)
Awitan 1-2
menit, durasi 3-5
menit.
Hipokalemia,
takikardia,
bradikardia.
Keracunan sianid,
vasodilator serebral
(dapat
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intracranial) refleks
takikardi.
Produksi
methemoglobin,
reflek takikardia.
Hanya 10-15% penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami cacat,
sehingga banyak penderita stroke menjadi stres akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke.
LO.2.10.Pencegahan
Rekomendasi American Stroke Association tentang pencegahan stroke skunder adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi
Hipertensi harus diobati, untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah penyakit vaskular lainnya.
Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi para penderita stroke iskemik dan TIA. Target
absolut dalam hal penurunan tekanan darah belum dapat ditetapkan; yang penting adalah bahwa tekanan
darah < 120 / 80 mm Hg.
Modifikasi berbagai macam gaya hidup berpengaruh terhadap upaya penurunan tekanan darah secara
komprehensif
Obat‐obat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor; namun demikian pilihan obat
disesuaikan dengan kondisi / karakteristika masing‐masing individu.
b. Diabetes melitus
Pada penderita diabetes melitus maka penurunan tekanan darah dan lipid darah perlu memperoleh
perhatian yang lebih serius. Dalam kasus demikian ini maka obat antihipertensi dapat lebih dari 1 (satu)
macxam. ACE inhibitor merupakan obat pilihan untuk kasus gangguan ginjal dan diabetes melitus
Pada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula direkomendasikan sampai dengan
mendekati kadar gula plasma normal (normoglycemic), untuk mengurangi komplikasi mikrovaskular dan
kemungkinan timbulnya komplikasi makrovaskular. Sementara itu kadar Hb A1c harus lebih rendah dari
7%.
c. Lipid
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar kolesterol yang tinggi, penyakit arteri koroner, atau
adanya bukti aterosklerosis, maka penderita harus dikelola secara komprehensif meliputi modifikasi gaya
hidup, diet secara tepat, dan pengobatan (dalam hal ini direkomndasikan pemberian statis). Target
penurunan kadar kolesterol adalah sebagai berikut: LDL < 100 mg% dan kadar LDL < 70 mg% bagi
penderita dengan faktor risiko multipel.
Penderita stroke iskemik atau TIA yang dicurigai mengalami aterosklerosis tetapi tanpa indikasi
pemberian statis (kadar kolesterol normal, tanpa penyakit arteri koroner, atau tidak ada bukti aterosklerosis)
beralasan untuk diberi statin untuk mengurangi risiko gangguan vaskular.
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL kolesterol rendah dapat dipertimbangkan untuk
diberi niasin atau gemfibrozil.
d. Merokok
Setiap penderita stroke atau TIA harus segera menghentikan kebiasaan merokok. Penghentian merokok
dapat diupayakan dengan cara penyuluhan dan mengurangi jumlah rokok yang dihisap / hari secara
bertahap.
e. Obesitas
Bagi seriap penderita stroke iskemik atau TIA dengan obesitas / opverweight sangat dianjurkan untuk
mempertahanakn body‐mass index (BMI) antara 18,5–24,9 Kg/m2 dan lingkat panggul kurang dari 35 inci
(perempuan) dan kurang dari 40 inci (laki‐laki). Penyesuaian berat badan diupayakan melalui
keseimbangan antara asupan kalori, aktivitas fisik dan penyuluhan kebiasaan hidup sehat.
f. Aktivitas fisik
Bagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA yang mampu untuk melakukan aktivitas fisik sangat
dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan selama 30 menit / hari. Untuk penderita yang tidak
mampu melakukan aktivitas fisik maka dianjurkan untuk melakukan latihan dengan bantuan / supervisi
orang yang sudah terlatih.
g. Fibrilasi atrial
Bagi penderita stroke iskemik atau TIA dengan fibrilasi atrial persisten atau paroksismal (intermiten)
perlu diberi warfarin dengan penyesuaian dosis (target international normalized ratio / INR 2,5, dengan
rentang 2,0 – 3,0. Bagi penderita yang tidak mungkin diberi antikoagulan maka dapat diberi aspirin 325
mg/hari.
h. Infark miokardia akut dan trombus venrikel kiri
Bagi penderita stroke iskemik atau TIA yang disebabkan oleh miokardia infark akut dan diketahui ada
trombus mural (dengan echocardiography atau imaging lainnya) maka pemberian antikoagulan sungguh
beralasan, untuk mencapai INR 2,0‐3,0 selama paling tidak 3 bulan sampai 1 tahun.
Aspirin perlu ditambahkan bagi penderita yang mengalami penyakit arteri koroner iskemik, selama
pemberian antikoagulan, dengan dosis sampai 162 mg / hari
i. Kardiomiopati
Bagi penderita stroke iskemik atau TIA yang mengalami dilated cardiomyopathy perlu diberikan
warfarin (INR 2,0‐3,0) atau antiplatelet
j. Penyakit katup mitral rematik
Bagi penderita stroke iskemik atau TIA dengan penyakit katup mitral rematik, apakah dengan atau tanpa
fibrilasi atrial, perlu diberi warfarin untuk jangka lama dengan target INR 2,5 (rentang 2,0‐3,0). Dalam hal
ini tidak perlu ditambahkan antiplatelet untuk mencegah terjadinya perdarahan
Bagi penderita stroke iskemik atau TIA dengan penyakit katup mitral rematik, apakah dengan atau tanpa
firbrilasi atrial, yang mengalami emboli berulang selama pemberian warfarin, disarankan untuk diberi
aspirin dengan dosis 81 mg / hari
k. Hiperhomosistinemia
Bagi penderita stroke iskemik atau TIA dengan hiperhomositinemia (kadar lebih dari 10 umol/liter)
perlu diberi multivitamin standar dengan vitamin B6 yang cukup (1,7 mg/hari), vitamin B12 (2,4 ug/hari)
dan folat (400 ug/hari). Obat ini cukup murah harganya. Namun demikian, penurunan kadar homositein
tidak serta merta menurunkan risiko terjadinya stroke ulang karena masih ada faktor lainnya yang
berpengaruh.
LI. 3.Mampu Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Suami Terhadap Istri Menurut Agama Islam
1. Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
2. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
3. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
4. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian,
tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
5. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a)
Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34)
… ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
6. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah
terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
7. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
8. Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
9. Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi
mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
10. Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)
11. Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan
zhalim. (An-Nisa’: 19)
12. Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya,
tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
13. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk
selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
14. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh,
istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
15. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
16. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
17. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan
membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
18. Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-
Baqarah: 40)
Lima hal hak istri yang harus ditunaikan oleh suami :
1) Suami tidak membiarkan istrinya keluar rumah tanpa ada hal penting, karena istri merupakan aurat dan
keluarnya dihadapan orang banyak menyebabkan dosa dan merusak kesopanan.
2) Suami harus mengajarkan ilmu agama, terutama ilmu dalam beribadah yang wajib seperti cara
beruwudhu, sholat, puasa dan lainya.
3) Memberikannya makanan yang halal, karena makanan yang haram akan menjadikan daging yang
tumbuh karenanya menjadi bahan bakar api neraka. Memberikannya pun akan diganjar pahala oleh allah
SWT, Rosullulah Muhammad SAW bersabda, “ Dinar itu ada empat macam, yakni yang kamu
nafkahkan di jalan allah, dinar yang kamu berikan untuk orang miskin, dinar yang kamu belanjakan
untuk memerdekakan budak, dan dinar yang kamu nafkahkan untuk keluiargamu. Yang paling banyak
pahalanya adalah dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu .”
4) Tidak boleh menganiaya nya, karena istri adalah amanat baginya. Dari Abu Hurairah RA, rosullullah
SAW bersabda,“ Barang siapa mengawini seorang perempuan dengan mas kawin yang telah ditentukan,
sedangkan ia berniat untuk tidak memenuhinya maka ia berbuat zina dan barangsiapa yang mempunyai
hutang sedangkan ia berniat untuk tidak mengembalikannya maka ia adalah pencuri.” Dari abul Qasim
asy-syananadzi dengan sanad dari Al-hasan al-bashri dari rosullullah SAW ,” Berpesan pesanlah yang
baik dengan para istri karena sesungguhnya mereka tidak memiliki apa-apa atas diri mereka sendiri di
sisimu, dan sesungguhnya kamu mengambil mereka dengan amanat allah dan kamu menghalalkan
kemaluan mereka dengan kalimat Allah SWT .”
5) Bila timbul perasaan yang tidak baik, hendaklah bersabar dan anggaplah sebagai peringatkan baginya,
jangan sampai terjadi yang lebih berbahaya dari yang telah terjadi.” Yang paling penting dan harus
selalu di ingat oleh para suami adalah bahwa mereka adalah pemimpin dalam rumah tangga, suatu saat
apa yang dilakukan terhadap istri mereka di dunia kelak akan diminta pertanggung jawaban nya di
hadapan Allah SWT.
Hak Bersama Suami Istri
1) Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21)
2) Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 – Al-
Hujuraat: 10)
3) Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
4) Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)Adab Suami Kepada Istri
5) Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
6) Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
7) Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
8) Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian,
tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
9) Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a)
Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’:
34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
Daftar Pustaka
Bannister R. Consciousness and Unconciousness. Brain's clinical Neurology 5th ed. Oxford : The English
Book Society Oxford University Press, 2000; pp 150 - 160.
Gilroy, John. Basic Neurology, Third Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI
Harrison. Principles of Internal Medicine. McGraw-Hill Companies, Inc.
http://www.makalahkuliah.com/2012/06/kewajiban-suami-terhadap-isteri.html
Kowalak, Jennifer P., William Welsh, (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Martono, Hadi. Strok Dan Penatalaksanaannya Oleh Internis. Dalam: Sudoyo A, setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 5. Jakarta: InternaPublishing 2009: 892-
897.
Pedoman Praktis Pemeriksaan Neurologi FK UI. Kesadaran. Jakarta 2006; hal. 39-50.
Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Uddin, Jurnalis. 2009. Anatomi Susunan Saraf Manusia. FKUY : Jakarta