Upload
lukas-ps
View
33
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
+
SEMINAR- 3
KELOMPOK 5
+ANGGOTA KELOMPOK
0302012189 Ni Ketut Putri
0302012203 Ovia Yanli
0302012218 Rahim
0302012236 Rizki Widya K
0302012256 Shella
0302012278 Wanda Junita
0302012298 Nur liza
0302009208 Riska
Rachmania
0302010162 Lukas Pria S
0302011185 Megawati Yulia
0302011259 Rokhim S
0302012029 Antonius P
0302012147 Laras Hanum I
0302012164 Maya septiani
+Laporan Kasus
Seorang bayi berumur 2 bulan datang ke Puskesmas diantar oleh
orang tuanya, dengan keluhan mutah berulang sejak berumur 2
minggu dan frekwensi muntahnya makin sering, terutama setelah
diberi minum. (muntah apa yang diminum) & muntah bersifat
projektil. Tidak pernah muntah berwarna hijau. BB hanya naik sedikit.
Fisis diagnostik :
Kesadaran kompos mestis
BB 3 kg (BBL 2.5 kg)
Nadi 100 kali/menit
Respirasi 26 kali/permenit
ubun2 sedikit cekung.
+Terminologi
• Muntah : dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara
ekspulsif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot-otot
perut.
• Compos mentis : kesadaran normal, pada pasien ini sadar
penuh, dapatmenjawab semua pernyataan tentang keadaan
sekelilingnya.
• Muntah projektil : muntah yang terjadi dengan dorongan
yang sangat keras dengan jumlah yang sangat banyak
• Ubun-ubun cekung : menandakan terjadinya kekurangan
cairan berlebih
+Identifikasi Masalah
Seorang bayi berusia 2 bulan
Muntah berulang sejak berumur 2 minggu dan
frekuensi muntah makin sering terutama
setelah diberi minum
Muntah bersifat proyektil
Berat badan naik sedikit
Ubun-ubun sedikit cekung
+Anamnesis tambahan
Apakah bayi lahir prematur ? atresia esofagus
Apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat
hps ? hps
Cara pemberian makan bagaimana ? Apakah
setelah diberi makan langsung ditidurkan ?
Apakah pasien merupakan anak pertama ? Lahir
kembar atau tidak ? Jika kembar, dizigot atau
monozigot ? hps
+Hipotesis
Akalasia
Stenosis pilorus
Atresia esofagus
+ PATOFISIOLOGI MUNTAH
Proses muntah sendiri mempunyai 3 tahap, yaitu
1. Nausea merupakan sensasi psikis yang disebabkan oleh berbagai stimulus baik pada organ visera, labirin, atau emosi. Fase ini ditandai oleh adanya rasa ingin muntah pada perut atau kerongkongan dan sering disertai berbagai gejala otonom seperti bertambahnya produksi air liur, berkeringat, pucat, takikardia, atau anoreksia.
2. Retching terjadi inspirasi dengan gerakan otot napas spasmodik yang diikuti dengan penutupan glottis. Keadaan ini menyebabkan tekanan intratoraks negatif dan pada saat yang sama terjadi pula konstraksi otot perut dan diafragma. Fundus mengalami dilatasi, sedangkan antrum dan pilorus mengalami kontraksi. Sfingter esofagus bagian bawah membuka tetapi sfingter bagian atas masih menutup.
3. Emesisditandai dengan adanya isi lambung yang dikeluarkan melalui mulut. Pada keadaan ini terjadi relaksasi diafragma, perubahan tekanan intratoraks dari negatif menjadi positif, dan relaksasi sfingter esofagus bagian atas yang mungkin disebabkan oleh peningkatan tekanan intralumal esofagus.
+I. Akalasia
Akalasia → tidak adanya peristaltik korpus esofagus distal dan sfingter esofagus bagian distal hipertonik → tidak bisa relaksasi sempurna pada waktu menelan makanan.
Secara histopatologik kelainan ini ditandai dengan degenerasi pleksus mienterikus.
+Etiologi Akalasia
Akalasia primer : penyebab jelasnya tidak diketahui. Diduga karena virus neurotropik yang menyebabkan lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang otak dan ganglia mienterikus pada esofagus.
Akalasia sekunder : diduga karena infeksi penyakit Chagas (yang disebabkan Trypanosoma cruzi), tumor kardia dan pseudokista pankreas.
+Gejala klinis Akalasia
Disfagia
Regurgitasi
Penurunan BB
Nyeri dada
Dafpus : Bakry HAF. Akalasia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: FKUI; 2006:320-2.
+
Gejala klinis.
Esofagogram.
Endoskopi saluran cerna.
Manometri.
Medikamentosa oral.
Dilatasi atau peregangan sfingter esofagus distal.
Esofagomiotomi.
Injeksi toksin botulinum ke sfingter esofagus distal.
DiagnosisPenatalaksanaa
n
+II. Patogenesis HPS
Perkembangan terbaru patogenesis HPS pada bayi antara lain:
(1) sel-sel otot polos tidak mempunyai
inervasi yang baik
(2) tidak adanya saraf non kolinergik menyebabkan kontraksi berlebihan
hipertrofik otot pilorus
(3) protein matriks ekstraseluler yang abnormal secara aktif mensintesis
kolagen
(4) Peningkatan insulin-like growth factor-I, transforming growth factor-
beta 1, dan plateletderived
growth factor-BB dan reseptor otot hipertrofik pilorus
+
Teori abnormalitas genetik, teori kausa infeksi dan teori
hiperasiditas.
Defisiensi neuronal nitric oxide synthase di pylorus
bertanggung jawab terhadap manifestasi klinis dari HPS.
Defisiensi neuronal nitric oxide synthase menyebabkan
oksidasi nitrat dan menyebabkan relaksasi otot sehingga
terjadi obstruksi pilorus
+Patofisiologi HPS
Hipokloremia responsive klorida (atau saline)
Hipokalemia
Hipovolemia
Alkalosis metabolic hiponatremi
+III. ATRESIA ESOFAGUS
Interupsi pada kontinuitas esophagus dengan atau tanpa fistula pada trakhea
+
+KLASIFIKASI
1. Lesi tipe A atresia esofagus terisolasi tanpa adanya fistula
tracheoesophageal. Terjadi pada 10% kasus atresia
2. Lesi tipe B
atresia esophagus yang terkait dengan fistula esophageal dan sangat jarang terjadi
+
3. Lesi tipe C
anomali esophagus kongenitalyang paling sering terjadi (85-89%) dan merupakan kantong esophagus yang tertutup pada bagian proksimal
4. Lesi tipe D
terdapat 2 fistula tracheoesophageal, satu pada bagian distal, dan satu pada bagian
proksimal
+
5. Lesi tipe E
fistula tracheoesophageal muncul tanpa adanya atresia. Tipe ini terjadi pada 8% kasus.
+GEJALA KLINIS ATRESIA ESOFAGUS
Hipersalivasi
Muntah pada minum pertama
Batuk, choking, sianosis
Sesak napas
Perut kembung
+DIAGNOSIS ATRESIA ESOFAGUS
Dari tanda tanda klinis umum
Polihidramnion
Kegagalan pemasangan sonde lambung
Pemeriksaan radiologis
+
+Tatalaksana
Perbaikan keadaan umum
1. Pemberian cairan intravena dimulai dengan 0,45-0,9% NaCl,
dalam 5-10% dekstrosa, dengan penambahan kalium klorida
dengan kadar 30-50 mEq/L.
2. Terapi cairan harus dilanjutkan sampai bayi mengalami rehidrasi
dan kadar bikarbonat serum kurang dari 30 mEq/L, yang
menyatakan bahwa alkalosis sudah terkoreksi.
Pembedahan
Piloromiotomi Ramstedt
+Komplikasi
Komplikasi pasca operasi dapat terjadi perdarahan, perforasi
dan infeksi luka operasi. Perforasi duodenum atau lambung
merupakan penyulit yang berbahaya sebab adanya suatu
kebocoran enterik dapat menyebabkan nyeri, peregangan
perut, demam dan peritonitis, bahkan dapat terjadi sepsis,
kolaps vaskuler dan kematian. Jika terjadi perforasi harus
dilakukan perbaikan dan diberi antibiotika. Pada CHPS
piloromiotomi merupakan pilihan utama. Apabila dikerjakan
dengan tepat maka prognosisnya baik dan tidak akan timbul
kekambuhan.
+Prognosis
Dengan pembedahan, maka gejala dan keluhan
yang dialami pasien dapat sembuh atau teratasi.
Setelah pembedahan bayi masih sekali-sekali
muntah, sembuh sempurna setelah 2-3 hari pasca
bedah. Tetapi bayi biasanya sudah dapat
mentoleransi makanan yang masuk dalam frekuensi
dan jumlah yang sedikit sedikit beberapa jam
setelah pembedahan. Apabila operasi dikerjakan
dengan tepat maka prognosisnya baik.
+Dafpus
Dapus: Wyllie, Robert. Stenosis pilorus dan Anomaly Lambung Konginital Lain. Dalam : Nelson Ilmu Kesahatan Anak Edisi 15 Vol.2. EGC : Jakarta. 2000.
Kaneshiro, Neil K. Pyloric Stenosis. 2 Agustus 2011. (cited:2014, June). Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001965/