28
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 1 KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN ANATOMI KUNYIT (Curcuma domestica) BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT SEBAGAI BOOKLET UNTUK MATA KULIAH MORFOLOGI DAN ANATOMI TUMBUHAN Oleh: Elta Larasati 1 , Ria Dwi Jayati 2 , Mareta Widiya 3 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Jurusan Pendidikan Biologi E-mail:[email protected] ABSTRACT This study aims to determine the characterization of morphology and anatomy of turmeric (Curcuma domestica) based on differences in the height of the place as a booklet for the subjects of morphology and plant anatomy. The research method used is qualitative research. Data collection techniques in this study use observation, interviews, characterization, document review and questionnaire (questionnaire). Data analysis technique is descriptive analysis. The results showed that turmeric samples from Karang Jaya Village and E. Wonokerto Village had different characteristics both in terms of morphology and anatomy. Both samples showed morphological differences in leaf length and width, stem length, root shape and root type, and length and width of the rhizomes. The sample that has the longest leaf and stem size is in the B1 sample from the village of E.Wonokerto namely the leaf length reaches 51.38 cm and the leaf width is 12.6 cm. The stem length is 63.2 cm, and the length of the rhizome is 6.9 cm and the width is 2.76 cm. In the anatomical differences of the two samples, the epidermal cell shape in the rhizome sample of E. Wonokerto Village has a form of pentagon and rounded, the composition of the epidermal cells is tight, the curcumin cells are large and large. The booklet design results from the research of turmeric character (Curcuma domestica), the questionnaire calculation was given to the validator team, namely material experts, media experts and linguists as well as students with a final score of 84,75% and classified as valid and did not need to be revised. Keywords: Morphology, anatomy, elevation, turmeric, booklet. A. Pendahuluan Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (Nidawati, 2013:13). Komponen dalam proses pembelajaran memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran salah satunya adalah sumber belajar. Adapun menurut Rohani dalam Sa’adah (2015:14) Sumber belajar (learning resources) dalam arti luas adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Pentingnya sumber belajar dalam kegiatan

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN ANATOMI KUNYIT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel ELTA LARASATI (4124001).pdfKarakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan

  • Upload
    others

  • View
    64

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 1

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN ANATOMI KUNYIT (Curcuma domestica)

BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT SEBAGAI BOOKLET

UNTUK MATA KULIAH MORFOLOGI DAN ANATOMI TUMBUHAN

Oleh: Elta Larasati1, Ria Dwi Jayati

2, Mareta Widiya

3

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan 3

Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Jurusan Pendidikan Biologi

E-mail:[email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine the characterization of morphology and anatomy of turmeric

(Curcuma domestica) based on differences in the height of the place as a booklet for the

subjects of morphology and plant anatomy. The research method used is qualitative research.

Data collection techniques in this study use observation, interviews, characterization,

document review and questionnaire (questionnaire). Data analysis technique is descriptive

analysis. The results showed that turmeric samples from Karang Jaya Village and E.

Wonokerto Village had different characteristics both in terms of morphology and anatomy.

Both samples showed morphological differences in leaf length and width, stem length, root

shape and root type, and length and width of the rhizomes. The sample that has the longest

leaf and stem size is in the B1 sample from the village of E.Wonokerto namely the leaf length

reaches 51.38 cm and the leaf width is 12.6 cm. The stem length is 63.2 cm, and the length of

the rhizome is 6.9 cm and the width is 2.76 cm. In the anatomical differences of the two

samples, the epidermal cell shape in the rhizome sample of E. Wonokerto Village has a form

of pentagon and rounded, the composition of the epidermal cells is tight, the curcumin cells

are large and large. The booklet design results from the research of turmeric character

(Curcuma domestica), the questionnaire calculation was given to the validator team, namely

material experts, media experts and linguists as well as students with a final score of 84,75%

and classified as valid and did not need to be revised.

Keywords: Morphology, anatomy, elevation, turmeric, booklet.

A. Pendahuluan

Belajar adalah kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan (Nidawati, 2013:13).

Komponen dalam proses pembelajaran

memiliki peranan penting untuk

mencapai tujuan pembelajaran salah

satunya adalah sumber belajar. Adapun

menurut Rohani dalam Sa’adah

(2015:14) Sumber belajar (learning

resources) dalam arti luas adalah segala

macam sumber yang ada di luar diri

seseorang (peserta didik) dan yang

memungkinkan (memudahkan)

terjadinya proses belajar. Pentingnya

sumber belajar dalam kegiatan

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 2

pembelajaran tidak bisa dipungkiri lagi

dan ini berlaku bagi seluruh cabang ilmu.

Salah satu cabang ilmu yang

membutuhkan sumber belajar yaitu ilmu

biologi. Biologi adalah suatu ilmu yang

mempelajari tentang makhluk hidup, baik

manusia, hewan, maupun tumbuhan

(Sa’adah, 2015:20). Ilmu biologi

memiliki banyak sekali cabang ilmu yang

masing-masing dikhususkan untuk

mempelajari bidang kajian tertentu.

Adapun cabang ilmu biologi tersebut ada

yang saling berkaitan karena bidang

kajian yang saling berhubungan satu

sama lain. Cabang ilmu yang memiliki

kajian berbeda namun saling berkaitan

yaitu morfologi dan anatomi.

Menurut Rosanti (2013:1)

morfologi tumbuhan dapat menjadi dasar

dalam mempelajari keseluruhan struktur

penyusun tubuh tumbuhan, dikarenakan

morfologi tumbuhan terdiri dari bagian

yang merupakan struktur pokok yang

dapat diamati, meliputi bagian akar,

daun, batang, bunga, buah, serta bagian

lain yang terbentuk dari adanya

metamorfosis tumbuhan. Adapun

pendapat Sa’adah (2015:2) anatomi

adalah ilmu urai dalam botani,

mempelajari susunan dalam tumbuh-

tumbuhan. Kunyit (Curcuma domestica)

merupakan salah satu jenis tumbuhan

yang dapat di kaji karakteristik morfologi

dan anatominya. Menurut Kantor Deputi

Menegristrek MIG Corp. (2013:1) Kunyit

dapat tumbuh mulai dari dataran rendah,

yaitu 0-240 meter di atas permukaan laut.

Namun masih mungkin tumbuh pada

ketinggian sampai 2000 meter di atas

permukaan laut. Untuk pertumbuhan

optimal adalah sekitar 45 mdpl. Jadi,

kunyit dapat tumbuh diberbagai

ketinggian tempat yang berbeda namun

faktor lingkungan masih mempengaruhi

pertumbuhannya.

Adapun menurut BPS Kabupaten

Rejang Lebong (2012:2) wilayah

Kabupaten Rejang Lebong adalah

wilayah berbukit-bukit, terletak pada

daerah dataran tinggi Bukit Barisan

dengan ketinggian 100 - >1.000 mdpl.

Lahan dengan ketinggian >1.000 mdpl

dengan luas mencapai 44,84% yang

menyebar di seluruh wilayah kecamatan

terutama di Kecamatan Selupu Rejang.

Adapun menurut Pemkab Musi Rawas

(2014:25) semua wilayah desa/kelurahan

dalam kecamatan Tugumulyo bukan

daerah pantai dan dengan ketinggian

wilayah yaitu dibawah 500 meter

permukaan laut dengan kisaran

ketinggian antara 125 - 400 mdpl.

Sehingga wilayah ini tergolong kedalam

wilayah dengan daratan rendah.

Hamzah (2010:13)

mengemukakan bahwa ketinggian tempat

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 3

adalah ketinggian dari permukaan air laut

(elevasi). Faktor iklim didalamnya

meliputi suhu, cahaya, kelembapan udara

dan angin. Unsur ini sangat

mempengaruhi proses yang terjadi pada

pertumbuhan tanaman. Haryanti

(2010:41) berpendapat bahwa respon

tanaman sebagai akibat faktor lingkungan

terlihat pada penampilan tanaman.

Tanaman berusaha untuk merespon

kebutuhan khusus selama siklus

kehidupannya, jika kondisi lingkungan

sekitar tanaman tidak mendukung.

Respon ini dapat berupa respon

morfologis, fisiologis, dan anatomis.

Tanaman yang mempunyai genotip yang

sama, dalam lingkungan yang berbeda,

penampilan dapat berbeda pula.

Termasuk ketinggian tempat yang

berbeda akan mempengaruhi morfologi

dan anatomi tanaman, tidak terkecuali

pada tanaman kunyit itu sendiri.

Karakterisasi morfologi

tumbuhan yang bisa diamati antara lain

bagian-bagian daun dan bentuknya, tipe

daun, tata letak daun, bentuk batang, arah

tumbuh batang, percabangan batang,

sistem perakaran serta bentuk akar.

Karakter anatomi yang dapat diamati,

salah satunya yaitu jaringan penyusunnya

berupa jaringan epidermis.

Penelitian karakterisasi morfologi

dan anatomi kunyit ini relevan dengan

penelitian Sari dan Fadlil (2013:399)

tentang Sistem Identifikasi Citra Jenis

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Menggunakan Metode Klasifikasi

Minskowski Distance Family. Sistem

pengenalan untuk identifikasi kunyit

berbasis komputer merupakan proses

memasukkan informasi berupa citra

kunyit ke dalam komputer. Selanjutnya

komputer menerjemahkan serta

mengidentifikasi jenis kunyit tersebut

dengan menggunakan metode klasifikasi

Minskowski Family.

Adapun pada penelitian Kinho

(2011:36) mengenai Karakteristik

Morfologi Zingiberaceae Di Cagar Alam

Gunung Ambang Sulawesi Utara.

Penelitian ini dilakukan dengan cara

menjelajah seluruh area menggunakan

transek irengular untuk mewakili daerah-

daerah yang potensial sebagai tempat

tumbuhnya. Pada penelitian Setyawan

(2011:43) tentang Anatomi Sistematik

pada Anggota Familia Zingiberaceae.

Pada hasil penelitian ini pengelompokan

sesuai dengan klasifikasi familia

Zingiberaceae yang banyak dilakukan

peneliti berdasarkan sifat morfologinya.

Selanjutnya penelitian Sa’adah

(2015:6) tentang Karakterisasi Morfologi

dan Anatomi Selada Air (Nasturtum sp.)

di Kabupaten Batang dan Semarang

sebagai Sumber Belajar dalam Mata

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 4

Kuliah Morfologi dan Anatomi

Tumbuhan. Keragaman karakter

morfologi dan anatomi selada air

tergolong rendah berdasarkan hasil

analisi klaster yang ditunjukkan dengan

koefisien ketidakmiripan yang berada di

bawah skala 10.

Penelitian Hamzah (2010:76)

mengenai Studi Morfologi dan Anatomi

Daun Edelweis Jawa (Anaphalis

javanica) Pada Zona Ketinggian Yang

Berbeda di Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru Jawa Timur. Ada

perbedaan morfologi daun Edelweis Jawa

di beberapa zona ketinggian yang

berbeda yaitu: panjang dan lebar daun

serta ada perbedaan anatomi daun

Edelweis Jawa yaitu kerapatan stomata,

indeks stomata, panjang stomata dan

lebar stomata.

Pada penelitian Septiwiharti

(2015:85) tentang Pengembangan Bahan

Ajar Berbentuk Booklet Sejarah

Indonesia Pada Materi Pertempuran Lima

Hari di Semarang Terhadap Minat

Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri

1 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

Booklet dibuat sebagai alternatif bahan

ajar dalam proses pembelajaran. Booklet

dipilih karena memiliki kelebihan dan

kekurangan.

Sehingga dengan latar belakang

tersebut, mendorong penulis untuk

melakukan penelitian tentang

“Karakterisasi Morfologi dan Anatomi

Kunyit (Curcuma domestica)

Berdasarkan Perbedaan Ketinggian

Tempat Sebagai Sumber Belajar Mata

Kuliah Morfologi dan Anatomi

Tumbuhan”. Hasil penelitian

karakterisasi morfologi dan anatomi

kunyit (Curcuma domestica) dapat

dijadikan sebagai booklet pada mata

kuliah Morfologi dan Anatomi

Tumbuhan.

B. Bahan dan Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa E.

Wonokerto Kecamatan Tugumulyo

Kabupaten Musi Rawas dan Desa

Karang Jaya Kecamatan Selupu

Rejang Kabupaten Rejang Lebong.

Waktu penelitian dilaksanakan ± 1

minggu pada Juli-Agustus 2018.

Karakterisasi dan pembuatan

herbarium dilakukan di Laboratorium

Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu altimeter,

higrometer, soil tester, instrumen

pengamatan, penggaris, alat tulis,

benang jahit, toples, buku rujukan,

koran, karton, bingkai, sampel kunyit

alkohol 70%, gelas benda dan gelas

penutup 10 buah, silet, pinset,

mikroskop cahaya, pipet tetes, kamera,

aquades.

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 5

Metode yang digunakan adalah

purposive sampling berupa penelitian

kualitatif. Serta teknik analisis

deskripstif untuk menggambarkan data

yang diperoleh.

C. Prosedur Penelitian

Alur penelitian yang dilakukan

mulai dari awal sampai akhir adalah

sebagai berikut:

1. Survei pendahuluan untuk

mengetahui lokasi kunyit di kedua

lokasi.

2. Lokasi yang telah ditemukan di

ukur faktor abiotiknya dengan

menggunakan Altimeter untuk

mengukur ketinggian tempat,

Higrometer untuk mengukur suhu

dan kelembaban udara serta Soil

tester untuk mengukur pH tanah.

3. Pengambilan sampel dengan metode

purposive sampling.

4. Sampel diambil sebanyak 10 sampel

masing-masing 5 sampel di satu

lokasi.

5. Sampel dibawa ke Laboratorium

Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau

untuk pengamatan karakter

morfologi dan anatomi serta

pembuatan herbarium.

Prosedur pengamatan morfologi

dan pembuatan herbarium adalah:

1. Alat

a. Instrumen pengamatan 1 buah

b. Penggaris 1 buah

c. Alat tulis

d. Benang jahit 1 buah

e. Toples

f. Buku rujukan morfologi

tumbuhan

g. Koran

h. Karton

i. Bingkai

2. Bahan

a. Sampel kunyit

b. Alkohol 70%

3. Cara Kerja

a. Sampel segar diambil dan

diletakkan di atas meja. Amati

setiap bagian dari tanaman

tersebut, dimulai dari daun yaitu

bentuk, tipe, warna, dan tata

letak daunnya. Lalu amati pada

bagian batangnya, mulai dari

bentuk, arah tumbuh,

percabangan dan warna

batangnya. Selanjutnya pada

bagian rimpang, amati warna

kulit, warna daging, serta bentuk

rimpangnya. Dan terakhir amati

akarnya yang meliputi sistem

perakaran dan warna akarnya.

b. Setelah semua bagian tanaman

diamati, maka lakukan

pengukuran pada bagian-bagian

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 6

tanaman kunyit tersebut. Bagian

daun yang diukur merupakan

daun yang terlebar. Panjang daun

diukur menggunakan penggaris

mulai dari pangkal sampai ujung

daun. Lebar daun diukur dengan

cara mengukur secara horizontal

menggunakan penggaris.

c. Kemudian batang diukur

menggunakan benang mulai dari

helaian daun yang terakhir

sampai pangkal batang. Benang

hasil pengukuran diukur

menggunakan penggaris.

d. Selanjutnya rimpang diukur

panjang dan lebarnya

menggunakan penggaris.

e. Lalu pada bagian akar diukur

panjangnya dengan penggaris.

f. Karakter kualitatif dan kuantitatif

diamati dan hasilnya dicatat

dalam tabel pengamatan.

g. Pada pembuatan herbarium

kering, bagian daun, batang dan

akar tanaman kunyit dibersihkan

dahulu kemudian dilapisi dengan

koran dan kemudian dijemur

dibawah terik matahari. Setelah

bagian tanaman tersebut kering,

maka daun, batang dan akar

dapat dibingkai.

h. Sampel kunyit untuk pembuatan

herbarium basah dipilih tanaman

kunyit yang segar. Sampel kunyit

dimasukkan kedalam toples lalu

diberikan alkohol 70%.

Penyimpanan herbarium.

Herbarium dapat digunakan

sebagai obyek sumber penelitian

karakterisasi morfologi

tumbuhan jika dilain hari

diperlukan (Sa’adah, 2015:47).

Prosedur pengamatan anatomi

jaringan epidermis di Laboratorium

adalah:

1. Alat

a. Gelas benda dan gelas penutup

10 buah

b. Silet

c. Pinset

d. Mikroskop cahaya

e. Pipet tetes

f. Kamera

2. Bahan

a. Batang sampel kunyit

b. Aquades

3. Cara Kerja

a. Bagian tanaman yang meliputi

daun, batang dan rimpang

disayat secara memanjang

menggunakan silet/cutter atau

dengan pinset.

b. Sayatan diletakkan pada gelas

benda kemudian ditetesi aquades

satu tetes.

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 7

c. Preparat yang sudah diberi

aquades ditutup dengan gelas

penutup.

d. Preparat ditutup dengan kaca

penutup dan diamati di

mikroskop pada perbesaran 10 x

40.

e. Objek yang ditemukan kemudian

difoto (Sa’adah, 2015:47).

Prosedur pengembangan booklet

dalam penelitian ini menggunakan

model Borg and Gahl, yaitu

memberikan suatu batasan tentang

penelitian pengembangan sebagai suatu

proses pengembangan dan memvalidasi

produk-produk yang digunakan

(Setyosari, 2013:276). Dalam

pengembangan booklet ini, peneliti

memodifikasi langkah-langkah

pengembangan menjadi 4 tahap

dikarenakan peneliti memiliki

keterbatasan dalam waktu, tenaga, biaya

dan juga kemampuan.

Adapun prosedur

pengembangan booklet sebagai berikut:

1. Potensi dan Masalah

Pengembangan booklet ini

memiliki potensi dan masalah

mengenai karakteristik morfologi

dan anatomi kunyit berdasarkan

perbedaan ketinggian tempat.

2. Mengumpulkan Informasi

Setelah mendapat potensi dan

masalah secara faktual maka

langkah berikutnya perlu

dikumpulkan berbagai informasi

yang berfungsi sebagai bahan untuk

merencanakan produk yang

diharapkan dapat mengatasi

masalah tersebut, dan mengkaji

teori dan hasil-hasil penelitian yang

relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan. Setelah dilakukan

pengamatan karakteristik morfologi

dan anatomi kunyit, hasil

pengamatan dirancang dalam

bentuk booklet.

3. Desain Produk

a. Hasil penelitian yang diperoleh

dirancang tujuan, dan juga isi

yang akan dikembangkan dalam

sebuah booklet.

b. Membuat desain produk booklet

yang akan dikembangkan,

meliputi pembuatan desain

sampul, desain kata pengantar

dan isi, dan pembuatan desain

glosarium.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan

kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk efektif atau

tidak. Validasi produk dilakukan

dengan menghadirkan tenaga ahli

guna menilai produk yang

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 8

dirancang tersebut. Meliputi ahli

materi, ahli desain, dan ahli bahasa

dan uji coba mahasiswa. Untuk

mengetahui kelemahan dan

kelebihan produk tersebut

(Sugiyono, 2013:409-414).

D. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di Desa

Karang Jaya yang terletak di Kecamatan

Selupu Rejang Kabupaten Rejang

Lebong yang merupakan wilayah dataran

tinggi dengan areal pemukiman dan areal

perkebunan yang mencakup perkebunan

sayuran milik warga yang hasil kebunnya

diperjualbelikan. Sedangkan Desa E.

Wonokerto merupakan wilayah dataran

rendah yang terdiri dari areal persawahan

dan pemukiman warga yang halaman

rumahnya ditanami berbagai jenis

tanaman termasuk tanaman dari keluarga

rimpang-rimpangan salah satunya yaitu

kunyit. Sampel kunyit yang diambil dari

kedua daerah merupakan sampel dengan

perlakuan sama pada pertumbuhan dan

umur yang sama yaitu 8 bulan.

Tabel 4.1 Perbandingan faktor abiotik

di dataran tinggi dan dataran rendah Faktor

abiotik yang

diukur

Dataran

Tinggi

(Kabupaten

Rejang

Lebong)

Dataran

Rendah

(Kabupaten

Musi

Rawas)

Ketinggian

tempat

1113 mdpl 136 mdpl

Suhu udara 23° 33°

Kelembaban

udara

76% 62%

pH tanah 6 6

1. Karakterisasi Morfologi Kunyit

(Curcuma domestica) di Dataran

Tinggi & Dataran Rendah

(a) (b)

Gambar 4.1 Tanaman Kunyit di dataran

tinggi dan dataran rendah (a. Kabupaten

Rejang Lebong, b. Kabupaten Musi Rawas)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

a. Morfologi Daun (folium)

Tabel 4.2. Karakter morfologi daun

kunyit (Curcuma domestica) Karakter

morfologi

Dataran

Tinggi

(Kabupaten

Rejang

Lebong /

Sampel A)

Dataran

Rendah

(Kabupaten

Musi

Rawas /

Sampel B)

Panjang daun 40,52 cm 51,38 cm

Lebar daun 11,8 cm 12,6 cm

Warna daun Hijau muda

kekuningan

Hijau muda

segar

Bangun daun Lanset Lanset

Tepi daun Rata Rata

Ujung daun Meruncing Meruncing

Pangkal daun Tumpul Tumpul

Pertulangan

daun Menyirip Menyirip

Tekstur daun Tidak halus Tidak halus

Tipe daun Lengkap Lengkap

(a) (b)

Gambar 4.2. (a) Daun di dataran tinggi

Kabupaten Rejang Lebong dan (b) Daun

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 9

kunyit di dataran rendah Kabupaten Musi

Rawas

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Daun kunyit di Kabupaten Rejang

Lebong memiliki ukuran yang lebih

kecil jika dibandingkan dengan daun

kunyit yang ada di Kabupaten Musi

Rawas. Hal ini dibuktikan dengan hasil

pengukuran pada sampel dari kedua

wilayah tersebut, dimana pada setiap

wilayah hasil pengukuran kelima

sampel dirata-rata untuk mendapatkan

ukuran panjang dan lebar daunnya.

Daun terpanjang pada sampel

Kabupaten Rejang Lebong memiliki

ukuran panjang sebesar 40,52 cm

dengan lebar daun 11,8 cm. Sedangkan

pada sampel di Kabupaten Musi Rawas,

memiliki ukuran panjang daun

mencapai 51,38 cm dan lebar daun

mencapai 12,6 cm. Pada karakter daun

yang memiliki perbedaan karakteristik

morfologinya yaitu tampak pada daun

kunyit yang sedikit berbeda yaitu pada

warna daun kunyit dikarenakan faktor

abiotik yang mempengaruhi

pertumbuhan dan juga proses evaporasi

yang berlangsung pada daun kunyit.

Daun kunyit pada sampel A atau sampel

dari dataran tinggi memiliki warna hijau

yang sedikit kekuningan sedangkan

daun dari sampel B pada sampel

wilayah dataran rendah memiliki warna

hijau yang tampak lebih segar.

Selain warna daun, karakter lain

yang diamati yaitu bangun daun, kedua

sampel memiliki bangun daun bentuk

lanset (lanceolatus). Tipe daun kunyit

dari sampel Kabupaten Rejang Lebong

dan Kabupaten Musi Rawas memiliki

tepi daun rata. Selain itu, ujung daunnya

berbentuk meruncing (acuminatus)

yang menyerupai ekor dengan pangkal

daun yang tumpul (obtusus) serta

pertulangan daun yang menyirip.

Memiliki tekstur permukaan daun yang

agak kasar atau tidak halus. Kunyit

memiliki tipe daun lengkap karena di

kedua sampel yang ditemukan, daun

kunyit memiliki pelepah daun, tangkai

daun dan juga helai daun (Said,

2007:5).

Dari perbandingan kedua sampel

daun kunyit yang berada di wilayah

dengan ketinggian tempat yang

berbeda, diketahui bahwa ketinggian

dapat mempengaruhi faktor abiotik

untuk kedua tanaman tersebut. Sampel

di Kabupaten Musi Rawas, memiliki

ukuran daun yang sedikit lebih besar

dikarenakan daun kunyit berada pada

lingkungan dengan faktor abiotik yang

mendukung pertumbuhannya yaitu,

berada pada dataran rendah yaitu 136

mdpl, tumbuh pada kelembaban yang

cukup dan panas, serta suhu 33° pada

wilayah ini sehingga memungkinkan

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 10

untuk pertumbuhan yang lebih

maksimal bagi organ-organ pada

tanaman kunyit tersebut, meskipun suhu

optimum kunyit berkisar antara 19-30°

(Deputi Menegristek MIG Corp,

2013:1) namun daun kunyit masih dapat

bertahan dari cekaman kekeringan

karena kondisi iklim di Kabupaten Musi

Rawas masih dapat ditoleransi oleh

tanaman kunyit dari cekaman

kekeringan.

Hasil pengamatan yang

didapatkan sesuai dengan pendapat

Haryanti (2010:41) Tanaman yang

memiliki genotip yang sama, dalam

lingkungan yang berbeda, penampilan

dapat berbeda pula. Termasuk

ketinggian tempat yang berbeda akan

mempengaruhi morfologi dan anatomi

pada tanaman dikarenakan pada

ketinggian tempat yang berbeda

terdapat faktor abiotik yang ikut

berbeda sehingga penampilan pada

tanaman akan ikut terpengaruhi.

b. Morfologi Batang (caulis) Semu Tabel 4.3. Karakter morfologi batang

kunyit Karakter

morfologi

Dataran

Tinggi

(Kabupaten

Rejang

Lebong /

Sampel A)

Dataran

Rendah

(Kabupaten

Musi Rawas

/ Sampel B)

Panjang

batang 49,1 cm 63,2 cm

Jenis batang Batang semu Batang semu

Bentuk

batang Bulat Bulat

Warna

batang Hijau pucat

Hijau pucat

segar

Jenis

percabangan Monopodial Monopodial

Permukaan

batang Agak licin Agak licin

Tekstur

batang Basah Basah

Arah

tumbuh

batang

Tegak lurus Tegak lurus

(a) (b)

Gambar 4.3 (a) Batang kunyit di dataran

tinggi dan (b) Batang kunyit di dataran

rendah

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Karakter morfologi yang diukur

pada batang kunyit adalah panjang

batangnya yang merupakan pelepah dari

daun atau sering disebut sebagai batang

semu. Batang dari dataran tinggi

memiliki ukuran yang lebih pendek jika

dibandingkan dengan sampel dari dataran

rendah. Dari pengukuran yang dilakukan,

didapatkan hasil yaitu panjang batang

pada sampel dataran tinggi dari

Kabupaten Rejang Lebong setelah di

rata-rata mendapatkan hasil pengukuran

panjang batang yaitu sebesar 49,1 cm

sedangkan sampel dataran rendah dari

Kabupaten Musi Rawas memiliki ukuran

panjang batang yaitu sebesar 63,2 cm.

Jika dilihat dari panjang batang, maka

karakter morfologi pada batang kunyit di

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 11

kedua tempat ini menunjukkan

perbedaan.

Adapun pada karakter morfologi

batang lain dari kedua sampel yang

diamati, karakternya cenderung sama.

Yaitu jenis batang kunyit yaitu sama-

sama tergolong kedalam batang semu

yang strukturnya terdiri dari pelepah

daun yang saling berbalut dan menutupi

(Said, 2007:5). Selain itu, bentuk

batangnya yaitu bulat dan memiliki

warna hijau pucat pada keseluruhan

bagian batang semunya.

Pada sampel Kabupaten Musi

Rawas, warna batangnya meskipun

terlihat sama dengan sampel di

Kabupaten Rejang Lebong namun

memiliki sedikit perbedaan yaitu, warna

batang di Kabupaten Rejang Lebong

tampak lebih segar dan sehat, walaupun

tumbuh di kondisi yang panas namun

karena faktor abiotik, seperti suhu

sebesar 33°C, kelembaban rendah yaitu

62% dan ketinggian yang cocok

membuat kunyit di Kabupaten Musi

Rawas ini dapat tumbuh dengan optimal,

dikarenakan meskipun cuaca sedikit

panas namun di dataran rendah memiliki

curah hujan yang lumayan tinggi

sehingga terjadi keseimbangan antara

suhu, kelembaban udara dan curah hujan

yang mengakibatkan tanaman kunyit di

wilayah ini tumbuh subur. Sesuai dengan

pernyataan Hakim (2015:64) kunyit akan

tumbuh dengan baik pada area dengan

kelembaban yang cukup dan panas.

Kunyit di kebun terutama tumbuh pada

area dengan sinar matahari yang cukup-

penuh. Kunyit dapat tumbuh pada lahan-

lahan tanpa irigasi yang baik.

Jenis percabangan kunyit yaitu

percabangan monopodial dan mempunyai

permukaan batang yang agak licin

dikarenakan batang kunyit hanya

merupakan pelepah daun yang saling

berlapis dan berbalut. Batang kunyit

memiliki tekstur batang yang basah

karena batang kunyit mampu menyimpan

air dengan baik di dalam tubuhnya (Said,

2007:5), selain itu batang kunyit juga

tumbuh tegak lurus menghadap keatas

dan dapat mencapai ketinggian

tanamannya dapat 1 sampai 1,5 meter

(Hartati dan Balittro, 2013:5).

c. Morfologi Akar (radix)

Tabel 4.4. Karakter morfologi akar

kunyit

Karakter

morfologi

Dataran

tinggi

(Kabupaten

Rejang

Lebong /

Sampel A)

Dataran

rendah

(Kabupaten

Musi

Rawas /

Sampel B)

Tipe akar Serabut Serabut

Bentuk akar

Bulat

memanjang

seperti

benang

Bulat

memanjang

(a) (b)

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 12

Gambar 4.4 (a) Akar dari dataran tinggi dan

(b) Akar dari dataran rendah

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Karakter morfologi pada akar

kunyit dikedua wilayah tergolong sama

yaitu akar kunyit di wilayah Kabupaten

Rejang Lebong dan kunyit di

Kabupaten Musi Rawas memiliki tipe

akar yang sama yaitu, tipe akar serabut

karena kunyit tergolong ke dalam

tumbuhan monokotil serta memiliki

bentuk akar bulat, akarnya memiliki

bentuk halus seperti benang-benang.

Akar dari Kabupaten Musi Rawas

memiliki bentuk yang lebih jelas

strukturnya karena ukurannya yang

relatif sedikit lebih besar.

Akar di dataran rendah atau di

Kabupaten Musi Rawas, memiliki

bentuk akar yang terlihat sedikit lebih

kokoh, padahal memiliki umur tanaman

yang sama, ini dikarenakan tanah pada

wilayah Kabupaten Musi Rawas,

tergolong tanah yang gembur sehingga

akar dapat tumbuh dengan baik

sedangkan tanah di wilayah Kabupaten

Rejang Lebong meskipun tanahnya

masih tergolong tanah gembur, hanya

saja faktor abiotik lain seperti suhu

yang rendah dan intensitas cahaya yang

rendah menyebabkan pertumbuhan

organ tumbuhan tidak maksimal. Sari

(2010:41) berpendapat bahwa di tempat

yang tinggi, kandungan air tanahnya

lebih sedikit. Maka dari itu,

menyebabkan akar di Kabupaten

Rejang Lebong memiliki struktur yang

lebih halus agar dapat menembus tanah

untuk mendapatkan air dan mineral

yang terkandung di tanah.

Sedangkan akar di dataran

rendah atau Kabupaten Musi Rawas

memiliki akar yang sedikit lebih besar

karena kunyit dapat tumbuh pada lahan

tanpa irigasi yang baik dan kunyit

sensitif terhadap suhu rendah (Hakim,

2015:64).

d. Morfologi Rimpang (rhizoma)

Tabel 4.5. Karakter morfologi rimpang

kunyit Karakter

morfologi

Dataran

tinggi

(Kabupaten

Rejang

Lebong /

Sampel A)

Dataran

rendah

(Kabupaten

Musi

Rawas /

Sampel B)

Panjang 4,4 cm 6,9 cm

Lebar 2,2 cm 2,76 cm

Bentuk

rimpang Pendek,

melengkung

Panjang,

lurus

Warna kulit

rimpang

Jingga

kecoklatan

Jingga

kecoklatan

Warna daging

rimpang

Jingga

kekuningan

Jingga

kemerahan

Jarak buku-

buku Rapat Berjarak

(a) (b)

Gambar 4.5 (a) Rimpang kunyit Kabupaten

Rejang Lebong dan (b) Rimpang kunyit

Kabupaten Musi Rawas.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 13

Sampel rimpang yang diukur

dan diamati pada karakter morfologi

rimpang dari kedua wilayah dengan

ketinggian yang berbeda yaitu meliputi

perbandingan panjang dan lebar

rimpang antara kedua wilayah dengan

perbedaan ketinggian tersebut. Rimpang

dengan ukuran terbesar di wilayah

Kabupaten Rejang Lebong yang terletak

di dataran tinggi memiliki ukuran

sebesar 4,4 cm dengan lebar 2,2 cm.

Hasil ini didapatkan dari perhitungan

rata-rata dari kelima sampel ditiap

wilayah.

Pada rimpang di wilayah dataran

rendah yaitu Kabupaten Musi Rawas,

cenderung memiliki ukuran rimpang

yang lebih besar dengan panjang

rimpang mencapai 6,9 cm dan lebar

rimpang 2,76 cm. Hal ini dikarenakan

kunyit memiliki syarat tumbuh pada

area dengan kelembaban yang cukup

dan juga panas. Serta pertumbuhan

optimal kunyit yaitu berada di wilayah

dataran rendah meskipun masih dapat

tumbuh di dataran tinggi (Kantor

Deputi Menegristek MIG Group,

2013:1).

Karakter morfologi kunyit lain

yang diamati meliputi bentuk rimpang,

warna kulit rimpang dan warna daging

rimpang dan juga buku-buku pada

rimpang. Pada sampel Kabupaten

Rejang Lebong memiliki bentuk

rimpang yang bulat pendek dan lurus.

Berbuku-buku rapat dan tidak berjarak

pada kulitnya serta memiliki warna

kulit secara umum jingga kecoklatan

dan ada sedikit yang putih kekuningan.

Mempunyai warna daging rimpang

yang berwarna jingga kekuningan.

Berbanding terbalik dengan

rimpang dari sampel di Kabupaten Musi

Rawas, sampel kunyit yang ditemukan

cenderung memiliki ukuran yang lebih

besar, berbentuk panjang dan

melengkung serta memiliki jumlah

rimpang yang lebih banyak dengan

ukuran yang bervariasi dalam satu

batang kunyit. Kulitnya berbuku-buku,

yang memisahkan ruas satu dan lainnya.

Buku-buku pada rimpang tampak

memiliki jarak antara ruas satu dan

lainnya terpisah oleh buku-buku

rimpang yang agak lebar dan berjarak.

Rimpang pada sampel

Kabupaten Musi Rawas memiliki warna

kulit antara putih kekuningan sampai

jingga kecoklatan. Kulitnya berfungsi

untuk melindungi daging rimpang.

Serta memiliki warna daging rimpang

yaitu jingga kemerahan (Hartati dan

Balittro, 2015:5) yang membedakannya

dengan sampel rimpang pada kunyit di

Kabupaten Rejang Lebong.

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 14

Dapat disimpulkan bahwa dari

kedua sampel rimpang tersebut,

rimpang di Kabupaten Musi Rawas

memiliki ukuran rimpang yang lebih

besar dan berwarna lebih kemerahan

dari rimpang di Kabupaten Rejang

Lebong. Warna pada daging rimpang

kunyit disebabkan oleh perbedaan

lokasi tempat tumbuhnya, meskipun

sama-sama dari varietas kunyit kuning

atau Curcuma domestica varietas longa

tidak menutup kemungkinan 2 sampel

ini masih memiliki perbedaan, apalagi

sampel yang diperoleh memiliki faktor

abiotik yang bertolak belakang yang

disebabkan ketinggian tempat tumbuh

yang berbeda. Ini yang mengakibatkan

kedua sampel tersebut memiliki

perbedaan juga pada warna daging

rimpang.

Hal ini disebabkan karena

ketinggian tempat dan faktor abiotik

dari Kabupaten Musi Rawas, hampir

kesemuanya memenuhi kriteria syarat

tumbuh dari tanaman kunyit itu sendiri.

Karena syarat tumbuh tanaman sudah

terpenuhi maka tanaman dapat tumbuh

dengan baik. Hal ini sependapat dengan

Haryanti (2010:41) bahwa respon

tanaman sebagai akibat faktor

lingkungan terlihat pada penampilan

tanaman. Tanaman berusaha merespon

kebutuhan khususnya selama siklus

hidupnya, jika kondisi lingkungan

tersebut tidak mendukung. Tanggapan

ini dapat berupa morfologis, fisiologis,

dan anatomis. Tanaman yang memiliki

genotip yang sama, dalam lingkungan

yang berbeda, penampilan dapat

berbeda pula. Termasuk ketinggian

tempat yang berbeda akan

mempengaruhi morfologi dan anatomi

pada tanaman dikarenakan pada

ketinggian tempat yang berbeda

terdapat faktor iklim yang ikut berbeda

sehingga penampilan pada tanaman

akan ikut terpengaruhi.

Dari kesimpulan tersebut, dapat

diketahui bahwa meskipun suhu udara

optimum bagi kunyit yaitu antara 19-

30°C, dengan curah hujan yang tinggi

antara 1.000-4.000 mm/tahun dan

ketinggian tempat tumbuh antara 0-

±2.000 mdpl, namun faktor abiotik lain

meliputi kelembaban udara, kondisi

tanah dan pengairan juga menjadi

pertimbangan suatu tumbuhan tumbuh

optimal atau tidak.

2. Karakterisasi Anatomi Kunyit

(Curcuma domestica) di Dataran

Tinggi dan Dataran Rendah

a. Anatomi Daun (folium)

Tabel 4.6 Karakter anatomi jaringan

epidermis daun kunyit Karakte

r

anatomi

Dataran

tinggi

(Kabupaten

Rejang

Lebong /

Sampel A)

Dataran

rendah

(Kabupaten

Musi Rawas /

Sampel B)

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 15

Jaringan

epidermi

s daun

(folium)

Perbesaran

400 x

Deskrips

i

a. Bentuk sel

yaitu bulat,

memanjang,

segilima dan

segienam.

b. Ukuran sel

kecil dan

ada yang

agak besar

c. Susunan sel

tidak

beraturan

dan tidak

searah

d. Tidak ada

ruang antar

sel

e. Kerapatan

stomata

tinggi,

letaknya

tersebar

f. Stomata

dalam

keadaan

terbuka

g. Jumlah

stomata

banyak

h. Ukuran

stomata

kecil

a. Bentuk sel

keseluruhan

sama, yaitu

memanjang

dan

segienam

b. Ukuran sel

cenderung

lebih besar

c. Susunan sel

lebih rapi,

teratur dan

searah

d. Tidak ada

ruang antar

sel

e. Kerapatan

stomata

rendah,

letaknya

susunan

teratur

f. Stomata

dalam

keadaan

terbuka

g. Jumlah

stomata

lebih sedikit

h. Ukuran

stomata

besar

Pada jaringan epidermis di daun

kunyit di wilayah dataran tinggi

Kabupaten Rejang Lebong saat diamati

dibawah mikroskop, sel epidermis yang

menyusun jaringannya memiliki bentuk

yang berbeda-beda. Ada sel epidermis

yang berbentuk segi enam, memanjang

sedangkan sel epidermis yang lainnya

berbentuk segi lima dan bulat

cenderung ukuran selnya sedikit lebih

besar dan susunannya tidak beraturan.

Ada pula sel epidermis yang bentuknya

bulat dan juga memanjang sebagai

penyusun jaringan epidermisnya. Jika

diamati secara keseluruhan, sel-sel

epidermis ini memiliki ukuran yang

relatif kecil dan rapat serta letak yang

tidak beraturan dan tidak searah serta

tidak ada ruang antarselnya (Anu,

Rampe dan Pelealu, 2017:71).

Epidermis adalah lapisan luar sel

yang menutupi daun ini memiliki

beberapa fungsi: melindungi tanaman

terhadap air setelah melalui transpirasi,

regulasi pertukaran gas, bagian dari

senyawa metabolik dan menyerap air

(Jakada dan Jibril, 2016:2).

Adapun stomata yang berada di

daun kunyit di Kabupaten Rejang

Lebong memiliki jumlah yang banyak

dan tersebar di jaringan epidermisnya,

sehingga bisa dikatakan stomata pada

daunnya memiliki tingkat kerapatan

yang tinggi. Susunan stomatanya pun

tidak beraturan dan stomata dalam

keadaan terbuka, karena sampel diamati

pada siang hari disaat stomata dalam

keadaan terbuka untuk melakukan

proses transpirasi. Ukuran stomata pada

daun kunyit di desa ini pun memiliki

ukuran yang kecil tetapi dalam jumlah

Sel epidermis

Stomata

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 16

banyak. Sehingga mengakibatkan laju

transpirasi pada daun ini lumayan

tinggi.

Sedangkan pada sampel daun

kunyit yang diperoleh dari wilayah

dataran rendah Kabupaten Musi Rawas

menunjukkan hasil yang berbeda.

Kerapatan stomata dan susunan sel

epidermisnya berbeda dengan sampel

daun sebelumnya.

Diketahui bahwa susunan sel

epidermis pada daun kunyit di

Kabupaten Musi Rawas memiliki

susunan sel yang lebih rapi dan teratur.

Bentuk sel epidermisnya pun secara

keseluruhan hampir sama yaitu

memanjang dan berbentuk segi enam.

Susunan sel epidermisnya searah.

Sehingga kenampakan dari stomata jadi

terlihat lebih jelas karena susunan

selnya yang tampak teratur. Sesuai

pernyataan Sutrian (2011:136) pada

jaringan epidermis, sel-selnya rapat dan

bervariasi sehingga tidak ada ruang

antar sel. Ukuran sel penyusun jaringan

epidermisnya pun cenderung lebih besar

dari ukuran sel penyusun jaringan

epidermis di sampel Kabupaten Rejang

Lebong.

Adapun stomata pada jaringan

epidermis di Kabupaten Musi Rawas ini

memiliki bentuk stomata yang lebih

besar, namun jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan sampel sebelumnya.

Letak stomatanya pun tersusun secara

beraturan dan searah. Stomata pada

daunnya pun dalam keadaan terbuka

karena sampel diambil sekaligus diteliti

saat siang hari saat stomata melakukan

transpirasi.

Jumlah dan ukuran stomata

dipengaruhi oleh genotip dan

lingkungan. Sel-sel penutup yang

mengelilingi stomata mengendalikan

pembukaan dan penutupan stomata.

Penutupan stomata penting untuk

mencegah kehilangan air pada waktu

persediaan air terbatas sekaligus

membatasi pengambilan CO2 untuk

fotosintesis. Stomata membuka pada

waktu siang hari dan menutup pada

malam hari. Proses membuka dan

menutup stomata dipengaruhi oleh

tekanan turgor pada sel penutup

(Meriko dan Abizar, 2017:327).

Fungsi utama stomata adalah

pertukaran gas-gas CO2, uap air dan O2

untuk bergerak cepat dan keluar dari

daun. Jumlah stomata pada permukaan

daun sangat bervariasi di antara spesies

tanaman yang berbeda (Gole et al,

2013:52).

Kerapatan stomata berhubungan

erat dengan keadaan lingkungan di

sekitar tumbuhan itu berada. Keadaan

lingkungan yang mempengaruhi

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 17

kerapatan atau jumlah stomata antara

lain adalah suhu, intensitas cahaya dan

kelembaban. Suhu yang tinggi

menyebabkan stomata menutup, hal ini

disebabkan karena respon tidak

langsung tumbuhan terhadap keadaan

rawan air atau karena laju transpirasi

naik, maka jumlah stomata menjadi

lebih sedikit (Hamzah, 2010:52).

Sehingga dapat disimpulkan

bahwa sampel kunyit di Kabupaten

Rejang Lebong memiliki jumlah

stomata lebih banyak, Ini berkaitan

dengan fungsi dari stomata sebagai

salah satu sarana transpirasi. Karena

stomata berperan dalam peningkatan

laju angkutan air dan garam mineral,

mengatur suhu tumbuhan dengan cara

melepaskan kelebihan panas dan

mengatur turgor optimal di dalam sel.

Tanaman yang tumbuh pada kondisi

cekaman kekeringan mengurangi

jumlah stomata (kerapatan rendah)

sehingga menurunkan laju kehilangan

air (Hamzah, 2010:53).

Hal ini menunjukkan bahwa

karena wilayah Kabupaten Rejang

Lebong memiliki dataran tinggi, maka

secara otomatis suhu udaranya rendah

dan mengakibatkan stomata pada

daunnya menjadi lebih banyak agar

proses transpirasi tetap dapat

berlangsung, sesuai dengan pendapat

Sari (2010:41) di tempat yang tinggi,

kandungan air tanahnya lebih sedikit.

Karena temperatur rendah maka

transpirasi yang terjadi pada tumbuhan

terjadi lebih lambat. Sebaliknya stomata

di daerah Kabupaten Musi Rawas

jumlahnya sedikit agar laju proses

evaporasi (penguapan) pada tanaman

tidak berlangsung terus-menerus

sehingga tanaman tidak menjadi kering

dan kekurangan air didalam tubuh

tanaman tersebut.

b. Anatomi Batang (caulis) Semu

Tabel 4.7 Karakter anatomi jaringan

epidermis batang kunyit Karakter

anatomi

Dataran tinggi

(Kabupaten

Rejang Lebong

/ Sampel A)

Dataran

rendah

(Kabupaten

Musi Rawas /

Sampel B)

Jaringan

epidermi

s batang

(caulis)

semu

Perbesaran 400

x

Deskripsi a. Bentuk sel

rata-rata

persegi

panjang,

ada juga

segilima

dan

membulat

b. Susunan sel

rapat

c. Tidak ada

ruang antar

sel

a. Bentuk sel

rata-rata

terdiri dari

persegi,

segilima

dan

membulat.

b. Susunan sel

rapat

c. Tidak ada

ruang antar

sel

Sel epidermis

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 18

Susunan sel epidermis pada batang

kunyit di kedua wilayah memiliki

ukuran, bentuk dan letak yang berbeda-

beda. Hal ini disebabkan kedua

wilayah memiliki faktor abotik yang

berbeda, yang menyebabkan tumbuhan

yang secara varietas sama namun baik

secara morfologi maupun anatomi akan

memiliki perbedaan walaupun sedikit.

Sama halnya dengan jaringan

epidermis batang kunyit yang diperoleh

dari dua tempat dengan ketinggian yang

berbeda. Sampel A dari dataran tinggi

yaitu wilayah Kabupaten Rejang

Lebong dan sampel B dari dataran

rendah yaitu Kabupaten Musi Rawas.

Sel epidermis penyusun jaringan

epidermis pada batang kunyit di

Kabupaten Rejang Lebong memiliki

bentuk yang beragam dan tak beraturan,

tetapi rata-rata selnya berbentuk

memanjang seperti persegi panjang, dan

susunannya sangat rapat. Pada bagian

tepinya memiliki bentuk segilima dan

ada juga yang agak membulat. Karena

sampel yang diamati merupakan

jaringan epidermis maka tidak

ditemukan ruang antar sel nya.

Selanjutnya, yaitu jaringan epidermis

pada batang kunyit di Kabupaten Musi

Rawas, yang merupakan sampel yang

berasal dari dataran rendah dan

memiliki suhu udara yang cukup tinggi

yaitu sebesar 33° C.

Pada sel epidermis penyusun

jaringan epidermis batang kunyit di

wilayah Kabupaten Musi Rawas

memiliki bentuk yang berbeda dengan

sampel sebelumnya. Pada sel epidermis

di dataran rendah ini, memiliki bentuk

rata-rata segi empat, segi lima dan juga

membulat. Sama seperti sampel

sebelumnya yang tidak memiliki ruang

antar sel karena jaringan ini merupakan

jaringan epidermis yang selnya tersusun

rapat. Adapun fungsi dari jaringan

epidermis yaitu untuk melindungi

tumbuhan terhadap ekskresi air yang

berlebihan, melindungi tumbuhan dari

kerusakan mekanis dan menjaga suhu

tumbuhan (Mulyani, 2010:132).

c. Anatomi Rimpang (rhizoma)

Tabel 4.8 Karakter anatomi jaringan

epidermis rimpang kunyit Karakte

r

anatomi

Dataran tinggi

(Kabupaten

Rejang

Lebong /

Sampel A)

Dataran

rendah

(Kabupaten

Musi Rawas /

Sampel B)

Jaringa

n

epiderm

is

rimpang

(rhizoma

)

Perbesaran 400

x

Deskrip a. Sel beragam, a. Sel memiliki

Sel epidermis

Sel kurkumin

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 19

si meliputi

segienam,

segilima,

persegi

bahkan

segidelapan

b. Susunan sel

sejajar,

namun

tampak tidak

rapi

c. Sel kurkumin

sebagai

pigmen

kunyit

berwarna

jingga

kekuningan

d. Jumlah sel

kurkumin

sedikit

e. Letak sel

kurkumin

tersebar

f. Ukuran sel

kurkumin

lebih kecil

bentuk

segilima dan

membulat

b. Susunan sel

rapi, tetapi

permukaan

hampir

tertutup oleh

gabungan sel

kurkumin

c. Sel kurkumin

sebagai

pigmen kunyit

berwarna

jingga

kemerahan

d. Jumlah sel

kurkumin

sangat banyak

e. Letak sel

kurkumin

tersebar

menyeluruh di

jaringan

epidermis

f. Ukuran sel

kurkumin

sedikit lebih

besar

Jaringan epidermis pada kedua

sampel rimpang kunyit tampak

memiliki perbedaan yang cukup

signifikan. Karakter anatomi pada

rimpang kunyit di Kabupaten Rejang

Lebong memiliki sel-sel penyusun

jaringan epidermis rimpang diantaranya

yaitu sel epidermis dengan bentuk

beragam mulai dari segi empat, segi

lima, segi enam sampai segi delapan

yang tersusun secara sejajar namun

karena bentuknya yang beragam

sehingga susunannya terlihat tidak rapi.

Diantara sel-sel epidermis

tersebut, ada juga sel kurkumin sebagai

pewarna pada rimpang kunyit yang

berwarna jingga kekuningan. Sel

kurkumin inilah yang menyebabkan

warna pada rimpang kunyit menjadi

berwarna jingga kekuningan. Sel

kurkumin tersebut letaknya tersebar dan

tersusun secara tidak beraturan diantara

sel-sel epidermis lainnya. Namun sel

kurkumin pada sampel yang diambil di

Kabupaten Rejang Lebong ini memiliki

warna yang kurang pekat, sehingga

menyebabkan warna daging

rimpangnya memiliki warna kuning

jingga walaupun kondisi umur

rimpangnya sudah tergolong tua dan

sudah bisa dipanen. Selain warna dari

sel kurkuminnya yang tidak terlalu

pekat, jumlah sel kurkuminnya yang

tidak terlalu banyak juga membuat

rimpang kunyit ini memiliki warna

layaknya kunyit muda.

Sedangkan jaringan epidermis di

sampel yang kedua yaitu di wilayah

dataran rendah Kabupaten Musi Rawas

memiliki struktur sel penyusun

epidermis yang berbeda dari sampel

sebelumnya. Mulai dari bentuk sel

epidermis, sel kurkumin sampai jumlah

dan warna sel kurkumin yang ada di

rimpang tersebut.

Sel kurkumin yang tersebar di

jaringan epidermisnya memiliki jumlah

yang lebih banyak dan tersebar secara

menyeluruh walaupun letaknya tidak

beraturan. Namun bisa dilihat jika

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 20

jumlahnya jauh lebih banyak

dibandingkan sel kurkumin yang ada di

jaringan epidermis Kabupaten Rejang

Lebong. Serta warna sel kurkumin yang

ada di jaringan tersebut terlihat

berwarna jingga tua sehingga membuat

warna daging rimpang ikut terpengaruhi

sehingga warna daging rimpangnya

menjadi jingga kemerahan.

Warna pada rimpang yang

dipengaruhi oleh sel kurkumin

sependapat dengan pendapat Pandey

dan Katiyar (2010:1) pecahan

berpigmen kuning yang diisolasi dari

rimpang curcuma mengandung

kurkuminoid yang termasuk ke dalam

kelompok metana dicinnamoil. Kunyit,

rempah-rempah yang telah lama dikenal

karena sifat medisnya, telah menerima

penggemar dari dunia medis/ilmiah dan

dari penggemar kuliner, karena

merupakan sumber utama polifenol

kurkumin (Hewlings dan Kalman,

2017:4).

Selain sebaran sel kurkumin, ada

juga penyusun utama jaringan

epidermis yaitu sel epidermis yang

memiliki bentuk yang beragam. Namun

sel epidermis yang berwarna putih

bening, hampir tidak tampak

dikarenakan adanya kumpulan sel

kurkumin yang tersebar merata. Secara

keseluruhan sel epidermis pada rimpang

ini memiliki bentuk segi lima dan

hampir membulat serta tersusun rapat

dan berdempetan. Sel epidermis pada

jaringan rimpang di Kabupaten Musi

Rawas hampir semuanya tertutupi oleh

sel kurkumin, sehingga membuat

rimpang pada sampel Kabupaten Musi

Rawas ini memiliki warna jingga yang

kemerahan. Dan sel epidermis pada

jaringan ini tidak memiliki ruang antar

sel didalamnya (Sutrian, 2011:136)

3. Analisis Booklet

Subjek booklet yang didesain

adalah mata kuliah Morfologi dan

Anatomi Tumbuhan. Desain ini dibuat

singkat, jelas dan menggunakan bahasa

sederhana yang mudah dipahami oleh

mahasiswa atau khalayak umum.

Adapun desain booklet yang telah

disusun dan dirancang yaitu sebagai

berikut:

a. Desain Sampul

Gambar 4.6. Desain halaman sampul

booklet

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Desain sampul dibuat dengan

gambar dasar bunga kunyit. Bagian

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 21

depan atas dituliskan judul booklet.

Bagian tengah depan sampul diletakkan

nama nama perguruan tinggi penyusun.

Bagian tengah bawah ditulis naman

penyusun. Bagian sampul belakang di

tulis sedikit informasi mengenai isi

booklet, serta bagian bawah sampul

belakang. Dan bagian bawah ditulis

nama penyusun.

b. Desain Kata Pengantar dan Daftar

Isi

Gambar 4.7. Desain kata pengantar dan

daftar isi

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)

Halaman kata pengantar dibuat

sederhana dengan latar putih dan

bingkai berwarna hijau di gabungkan

dengan jingga dan kuning agar selaras

dan serasi dengan sampul. Halaman ini

berisi ucapan syukur dan sedikit

pengantar mengenai isi booklet, serta

daftar halaman setiap pokok bahasan.

c. Desain isi

Gambar 4.8. Desain Isi

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Bagian isi dibuat dengan latar

belakang putih dan hijau agar serasi

dengan sampul. Bagian isi memuat

tentang pengenalan kunyit (Curcuma

domestica) secara umum, serta

morfologi dan anatomi kunyit

(Curcuma domestica). Setiap

pembahasan dilengkapi dengan gambar

dan deskripsi singkat.

d. Desain Glosarium

Gambar 4.9. Desain glosarium

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Halaman glosarium berisi

pengertian beberapa istilah yang

digunakan dalam booklet. Dengan

berlatar hijau kekuningan

menyelaraskan isi dan sampul booklet.

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 22

e. Desain Daftar Pustaka

Gambar 4.10 Desain daftar pustaka

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Halaman daftar pustaka

didesain dengan bingkai halaman

hijau menciptakan keselarasan desain

booklet. Halaman ini berisi literatur-

literatur yang digunakan dalam

menyusun booklet, meliputi buku,

jurnal, dan karya tulis ilmiah lain yang

relevan.

Booklet yang dibuat adalah

booklet yang diperuntukkan bagi

mahasiswa sebagai sumber belajar untuk

mata kuliah morfologi dan anatomi.

Booklet dibuat dan diujikan pada tim

validator yang terdiri dari ahli materi

mata kuliah Morfologi dan Anatomi

Tumbuhan, ahli desain/media serta ahli

bahasa dan diuji cobakan pada

sekelompok kecil mahasiswa. Penilaian

booklet dari tim validator dilakukan

dengan menggunakan kuesioner (angket).

Pengujian hanya dilakukan satu kali

karena tujuan dari penelitian ini adalah

membuat booklet sebagai sumber belajar

bukan bahan ajar. Booklet dibuat hanya

sebagai produk dari hasil penelitian

tersebut.

Validasi booklet dilakukan untuk

menilai susunan pembuatan booklet hasil

penelitian Karakterisasi Morfologi dan

Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)

Berdasarkan Perbedaan Ketinggian

Tempat. Validasi dilakukan oleh tim

validator yang terdiri dari ahli materi

yaitu Ibu Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si,

ahli media/desain yaitu Bapak Leo

Charli, M.Pd dan ahli bahasa yaitu Ibu

Dr. Rusmana Dewi, M.Pd dan kelompok

kecil mahasiswa dari program studi

biologi yang telah menempuh mata

kuliah morfologi dan anatomi tumbuhan

sebagai uji coba produk booklet yang

telah dirancang.

Adapun dalam penilaian tersebut,

booklet yang disusun juga memiliki

kelemahan di beberapa bagian booklet

namun telah di revisi dan di sempurnakan

sesuai saran dari tim validator. Adapun

saran yang diberikan dari para tim

validator meliputi:

a. Ahli materi

Ahli materi memberikan saran

yaitu pada gambar booklet yang

digunakan harus hasil dokumentasi

pribadi dan gambarnya jelas serta

dalam penggunaan istilah harus tepat.

b. Ahli media/desain

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 23

Ahli desain memberikan saran

yaitu, pada bagian halaman sampul,

setiap warna huruf pada judulnya

disesuaikan dengan background

sampulnya serta pemilihan bentuk

huruf pada sampul bagian belakang

harus disesuaikan agar terlihat lebih

rapi.

c. Ahli bahasa

Ahli bahasa memberikan saran

berupa penggunaan ukuran huruf yang

terlalu kecil harus diubah sehingga

agar tidak sulit dalam menemukan

informasinya.

d. Mahasiswa

Mahasiswa yang di ujicobakan

booklet tersebut, merasa bahwa

booklet sudah cukup baik untuk

dijadikan sumber belajar dikarenakan

booklet sudah melalui tahap revisi

kepada para ahli terlebih dahulu.

Hasil penilaian yang diperoleh

dari ahli materi morfologi dan anatomi

tumbuhan yaitu Ibu Reny Dwi Riastuti

mendapatkan skor sebesar 36 dari poin

dan dikalkulasikan maka persentase

penilaian sebesar 90%. Maka booklet

yang disusun sudah masuk kriteria valid

dari segi isi materi namun masih ada

beberapa saran dan komentar pada bagian

isi materi namun telah diperbaiki.

Pada penilaian yang dilakukan

oleh ahli media/desain yaitu Bapak Leo

Charli, M.Pd yang menilai booklet secara

keseluruhan dengan berdasarkan angket

yang telah di berikan, berdasarkan

desainnya booklet ini mendapatkan skor

34 dan setelah dikalkulasi, presentase

penilaian booklet dari segi desain

mendapatkan persentase sebesar 85%.

Dari segi desain, booklet ini juga sudah

mencapai batas valid namun masih ada

beberapa saran perbaikan pada sampul

booklet namun telah direvisi.

Berdasarkan penilaian yang

dilakukan oleh ahli bahasa yaitu Ibu Dr.

Rusmana Dewi, M.Pd bahwa booklet

yang telah disusun dari segi penilaian tata

bahasa mendapatkan skor sebesar 29 dan

persentase penilaiannya sebesar 72,5%.

Dan sudah tergolong valid dalam hal tata

bahasa. Tata bahasa dalam isi booklet

telah disempurnakan sesuai dengan saran

dari validator ahli bahasa.

Setelah booklet selesai di validasi

oleh para ahli, lalu booklet tersebut di uji

cobakan pada mahasiswa dalam

kelompok kecil berjumlah 10 orang dan

dengan syarat telah menempuh mata

kuliah morfologi dan anatomi tumbuhan.

Pemilihan jumlah mahasiswa yang

tergabung dalam kelompok kecil sesuai

dengan penelitian Ernawati (2014:64)

yang melakukan uji coba produk dengan

kelompok kecil berjumlah 9 orang siswa

serta penelitian Puspita (2017:70) yang

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 24

melakukan uji coba produk skala kecil

dengan jumlah 12 orang siswa yang

heterogen. Maka terpilihlah kelompok

kecil tersebut yang kemudian diberikan

rancangan booklet yang telah di validasi

tim ahli lalu mahasiswa mempelajari isi

booklet setelah itu mahasiswa diberikan

angket dan melakukan penilaian pada

booklet yang telah dipelajari. Pada proses

uji coba kepada mahasiswa, tidak

dilakukan proses pemberian materi

pengantar terlebih dahulu dikarenakan

mahasiswa yang dipilih ialah mahasiswa

dengan syarat yaitu telah menempuh

mata kuliah morfologi dan anatomi

terlebih dahulu serta booklet juga

berisikan materi mengenai tanaman

kunyit yang telah dikenal secara umum

sehingga meskipun tanpa materi

pengantar, mahasiswa tersebut dapat

langsung memahami maksud isi dari

booklet yang sedang di uji cobakan.

Setelah nilai didapatkan dari mahasiswa

yang tergabung dalam kelompok kecil

dan nilai di kalkulasi maka hasil uji coba

produk kepada mahasiswa mendapatkan

nilai sebesar 91,5 % dan tergolong valid

sehingga tidak perlu direvisi lagi.

Setelah nilai persentase dari tim

validator didapatkan, maka persentase

tersebut di rata-rata untuk mendapatkan

nilai akhir dan klasifikasi kevalidannya.

Dari persentase rata-rata hasil

perhitungan untuk kevalidan, booklet

yang telah disusun mendapatkan nilai

akhir sebesar 84,75% tergolong sudah

sangat valid dan tidak perlu direvisi lagi

serta bisa digunakan sebagai sumber

belajar untuk mata kuliah morfologi dan

anatomi tumbuhan.

E. Kesimpulan

1. Hasil karakterisasi yang telah

dilakukan ditemukan bahwa kunyit

dapat tumbuh di dua lokasi yang

berbeda yaitu dataran tinggi dan

dataran rendah. Kunyit lebih cocok

ditanam pada wilayah dataran rendah

yaitu wilayah Kabupaten Musi Rawas,

dikarenakan faktor abiotik dan juga

ketinggian tempat di wilayah tersebut

lebih mendekati syarat tumbuh

optimal kunyit. Sampel dari

Kabupaten Rejang Lebong dan

Kabupaten Musi Rawas memiliki

karakter morfologi kualitatif daun

yang hampir sama, yaitu warna daun

berwarna hijau namun sedikit

kekuningan, bangun dun lanset, tepi

daun rata, ujung daun meruncing,

pangkal daun tumpul, pertulangan

daun menyirip, tekstur daun tidak

halus. Karakter morfologi

kuantitatifnya memiliki perbedaan

panjang dan lebar daun. Pada karakter

anatomi daun memiliki perbedaan

pada bentuk sel epidermis, jumlah dan

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 25

sebaran sel epidermis, kerapatan

stomata dan juga ukuran serta sebaran

stomata. Karakter morfologi batang

kunyit secara keseluruhan relatif sama

di kedua wilayah. Pada batang

semunya memiliki bentuk sel

epidermis yang berbeda. Akar dari

dataran timggi memiliki ukuran yang

lebih kecil dan halus daripada akar di

dataran rendah. Perbedaan karakter

rimpang dari kedua wilayah yaitu,

rimpang di dataran tinggi memiliki

ukuran yang lebih kecil dan warna

jingga kekuningan sedangkan rimpang

dari dataran rendah memiliki ukuran

lebih besar dan warna rimpang jingga

kemerahan. Rimpang di dataran tinggi

memiliki sedikit sel kurkumin dan sel

kurkumin berwarna kuning dengan

letak tersebar. Rimpang di dataran

rendah memiliki sel kurkumin dengan

jumlah banyak dan berwarna kuning

jingga dan sel kurkuminnya berukuran

besar.

2. Persentase hasil penilaian booklet

secara keseluruhan dari segi materi,

media/desain, bahasa serta uji coba

mahasiswa adalah sebesar 84,75%,

sehingga dapat dikatakan bahwa

desain booklet yang dibuat sudah valid

sebagai sumber belajar mata kuliah

morfologi dan anatomi tumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggun, C. (2012). Budidaya Tanaman

Kunyit (Curcuma domestica Val)

Dan Khasiatnya Sebagai Obat

Tradisional Di PT Indmira Citra

Tani Nusantara Jl. Kaliurang KM

16,3 Sleman. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret

Anu, O., Rampe, H.L., & Pelelalu, J.J.

(2017). Struksur Sel Epidermis dan

Stomata Daun Beberapa Tumbuhan

Suku Euphorniaceae. Jurnal MIPA

UNSRAT ONLINE 6(1): 69- 73.

Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT Rineka Cipta

BPS Kabupaten Rejang Lebong. (2012).

Letak Geografis Kota Curup.

http://lebongkab.bps.go.id/ (Diakses

17 Maret 2018)

Dantes, N. (2012). Metode Penelitian.

Yogyakarta : CV Andi Offset

Gole, A.A., Ramugade, M.A., Bhagwat,

H.R., Gaikwad, S.S., Mohite P.C &

Aparadh V.T. (2013). Taxonomix

Diversity of Stomata in Some

Angiospermic Plants Satara Region

India. International Research

Journal of Pharmaceutical and

Applied Sciences (IRJPAS).

3(1):52-55. Departemen of Botany,

Yashavantrao Chavan

Institute of Science, Satara.

Hakim, L. (2015). Rempah dan Herba

Kebun-Pekarangan Rumah

Masyarakat. Yogyakarta: Diandra

Pustaka Indonesia

Hakim, T.F.P. (2015). Variasi

Morofologi Bambu Tali

(Gigantochloa apus Schult. F Kurz)

Pada Berbagai Ketinggian Tempat

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 26

di Sub Daerah Aliran Sungai Pelus.

Skripsi Tidak Diterbitkan.

Purwokerto: Universitas Jenderal

Soedirman

Hamzah, M.F. (2010). Morfologi dan

Anatomi Edelweis Jawa (Anaphalis

javanica) Pada Zona

Ketinggian Yang Berbeda Di Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru

JawaTimur. Skripsi Tidak

Diterbitkan. Malang: UIN Maulana

Malik Ibrahim

Hartati, S.Y. (2013). Khasiat Kunyit

Sebagai Obat Tradisional dan

Manfaat Lainnya. Warta

Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Industri. Jurnal Puslitbang

Perkebunan. 19:5-9

Haryanti, S. (2010). Pengaruh Naungan

Yang Berbeda Terhadap Jumlah

Stomata dan Ukuran Porus

Stomata Daun Zephyranthes rosea

Lindl, Bulletin Anatomi dan

Fisiologi, XVIII(1).

Hewlings, S.J & Kalman, D.S. (2017).

Foods Review Curcumin: A Review

of Its’ Effects on Human Health.

Foods Journal. 6:92.

www.mdpi.com/journal/foods

Indasari, H. (2016). Pengembangan Bio-

Booklet Filum Echinodermata

Sebagai Sumber Belajar

Mandiri Siswa Kelas X SMA/MA.

Skripsi Tidak Diterbitkan.

Yogyakarta:UIN Sunan

Kalijaga

Jakada, B.H & Jibril, S.M. (2016). Leaf

Epidermal Structures and Stomata

Ontogeny in Some Members of the

Family Cucurbitaceae.

International Journal of Plant & Soil

Science. 9(2):1-9, 2016; Article no.

IJPSS.20615 ISSN:2320-7035.

www.sciencedomain.org

Jibalathull, F.S., Fradaersada, J., & Rijai,

L. (2017). Aktivitas Tabir Surya

Ekstrak Rimpang Kunyit

Hitam (Curcuma caesia) Secara In-

Vitro. Proceding of the5th

Mulawarman Pharmaceutichal

Conferences. Fakultas Farmasi

Mulawarman. Samarinda

Kanani, N., Rochmat, A., Pahlevi, R., &

Rohani, F.Y. (2017). Pengaruh

Temperatur Terhadap Nilai Sun

Protecting Factor (SPF) Pada

Ekstrak Kunyit Putih Sebagai

Bahan Pembuat Tabir Surya

Menggunakan Pelarut Etil Asetat

dan Metanol. Jurnal Integrasi

Proses. 6:3 (143-147). Universitas

Sultan Agung Tirtayasa

Kantor Deputi Menegristek Bidang

Pendayagunaan dan

Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi MIG Crop. (2013).

Pengaruh Ketinggian Tempat

terhadap Pertumbuhan Kunyit.

http://www.ristek.go.id/ (Diakses 18

Mei 2018)

Kinho, J. (2011). Karakteristik Morfologi

Zingiberaceae Di Cagar Alam

Gunung Ambang Sulawesi

Utara. Info BPK Manado 1(1):35-

50. Balai Penelitian Hutan Manado

Meriko, L & Abizar. (2017). Struktur

Stomata Daun Beberapa Tumbuhan

Kantong Semar (Nepenthes

spp.).16(3); 219-330. Jurnal Biologi.

LIPI Berita Biologi. Bidang Botani

STKIP-PGRI Sumbar.

Mintarti. (2001). Efektifitas Buklet

Makjan Sebagai Media Belajar

Untuk Meningkatkan Perilaku

Berusa Bagi Pedagang Makanan

Jajanan. Tesis: ITB. Bogor

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 27

Mulyani, E.S. (2006). Anatomi

Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius

Nidawati. (2013). Belajar dalam

Perspektif Psikologi dan Agama.

Jurnal Pionir 1(1):13

Pandey, A, & Katiyar, S.K. (2010).

Determination and Comparison of

The Curcumionoid Pigments in

Turmeric Genotypes (Curcuma

domestica Val.) By High-

Performance Liquid

Chromatography. International

Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical

Sciences 2:4. ISSN-0975-1491

Pemkab Musi Rawas. (2014). Geografis

Kabupaten Musi Rawas Kecamatan

Tugumulyo.

http://www.musirawaskab.go.id/

(Diakses 15 Maret 2018)

Puspita, A., Kurniawan, A.D., & Rahayu,

H.M. (2017). Pengembangan Media

Pembelajaran Booklet Pada Materi

Sistem Imun Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas XI SMAN 8

Pontianak. Jurnal Bioeducation

4(1). Program Studi Pendidikan

Biologi.FKIP Universitas

Muhammadiyah Pontianak

Riduwan. (2007). Rumus dan Data dalam

Analisis Statistika. Bandung:

Alfabeta

Rohani, A. (2014). Media Instruksional

Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rohmawati, M. (2015). Karakterisasi

Morfologi dan Anatomi Pegagan

(Centella asiatica (L.) Urban.)

Di Kabupaten Batang Sebagai

Sumber Belajar Pada Mata Kuliah

Praktikum Morfologi dan Anatomi

Tumbuhan. Skripsi Tidak

Diterbitkan. Semarang:

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri

Walisongo

Rosanti, D. (2013). Morfologi

Tumbuhan. Jakarta: Erlangga

Sa’adah, L. (2015). Karakterisasi

Morfologi dan Anatomi Selada Air

(Nasturtium spp.) Di Kabupaten

Batang dan Semarang Sebagai

Sumber Belajar Dalam Mata Kuliah

Morfologi dan Anatomi Tumbuhan.

Skripsi Tidak Diterbitkan.

Semarang: Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Walisongo

Said, A. (2007). Khasiat & Manfaat

Kunyit. Jakarta: PT Sinar Wadjar

Lestari

Sari, D.P, & Fadlil, A. (2013).

Identifikasi Citra Jenis Kunyit

(Curcuma domestica Val)

Menggunakan Metode Klasifikasi

Minkowski Distance Family. Jurnal

Sarjana Teknik Informatika.

1:2 e-ISSN:233-5197.

Universitas Ahmad Dahlan

Sari, V.R. (2012). Variasi Morfologi

Tanaman Kepel (Stelechocarpus

burahol Hook. F dan Thomson)

Yang Tumbuh Pada Ketinggian

Berbeda. Surabaya: Fakultas Sains

Dan Ilmu Teknologi Universitas

Airlangga

Septiwiharti, L. (2015). Pengembangan

Bahan Ajar Berbentuk Booklet

Sejarah Indonesia pada Materi

Pertempuran Lima Hari di

Semarang terhadap Minat Belajar

Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1

Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

Skripsi Tidak Diterbitkan.

Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai

Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 28

Setyawan, A.D. (2001). Anatomi

Sistematik pada Anggota Familia

Zingiberaceae. Jurnal Biologi

3(2):36-44 ISSN:1411-321X.

Jurusan Biologi FMIPA UNS

Surakarta

Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan

Kombinasi (Mixed Methods).

Bandung: Alfa Beta

Sutrian, Y. (2011). Pengantar Anatomi

Tumbuhan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Tjitrosoepomo, G. (2009). Morfologi

Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Wijayanti, E., Rochman, F., & Hartuti,

U.S. (2016). Pengembangan Booklet

Penyuluhan “Nata de Pamelo” Bagi

Para Petani Jeruk Pamelo di

Magetan. Jurnal Pendidikan:

Teori, Penelitian dan

Pengembangan. 1(5) Mei 2016.