Upload
others
View
64
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 1
KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN ANATOMI KUNYIT (Curcuma domestica)
BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT SEBAGAI BOOKLET
UNTUK MATA KULIAH MORFOLOGI DAN ANATOMI TUMBUHAN
Oleh: Elta Larasati1, Ria Dwi Jayati
2, Mareta Widiya
3
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan 3
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Jurusan Pendidikan Biologi
E-mail:[email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the characterization of morphology and anatomy of turmeric
(Curcuma domestica) based on differences in the height of the place as a booklet for the
subjects of morphology and plant anatomy. The research method used is qualitative research.
Data collection techniques in this study use observation, interviews, characterization,
document review and questionnaire (questionnaire). Data analysis technique is descriptive
analysis. The results showed that turmeric samples from Karang Jaya Village and E.
Wonokerto Village had different characteristics both in terms of morphology and anatomy.
Both samples showed morphological differences in leaf length and width, stem length, root
shape and root type, and length and width of the rhizomes. The sample that has the longest
leaf and stem size is in the B1 sample from the village of E.Wonokerto namely the leaf length
reaches 51.38 cm and the leaf width is 12.6 cm. The stem length is 63.2 cm, and the length of
the rhizome is 6.9 cm and the width is 2.76 cm. In the anatomical differences of the two
samples, the epidermal cell shape in the rhizome sample of E. Wonokerto Village has a form
of pentagon and rounded, the composition of the epidermal cells is tight, the curcumin cells
are large and large. The booklet design results from the research of turmeric character
(Curcuma domestica), the questionnaire calculation was given to the validator team, namely
material experts, media experts and linguists as well as students with a final score of 84,75%
and classified as valid and did not need to be revised.
Keywords: Morphology, anatomy, elevation, turmeric, booklet.
A. Pendahuluan
Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan (Nidawati, 2013:13).
Komponen dalam proses pembelajaran
memiliki peranan penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran salah
satunya adalah sumber belajar. Adapun
menurut Rohani dalam Sa’adah
(2015:14) Sumber belajar (learning
resources) dalam arti luas adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri
seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan)
terjadinya proses belajar. Pentingnya
sumber belajar dalam kegiatan
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 2
pembelajaran tidak bisa dipungkiri lagi
dan ini berlaku bagi seluruh cabang ilmu.
Salah satu cabang ilmu yang
membutuhkan sumber belajar yaitu ilmu
biologi. Biologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang makhluk hidup, baik
manusia, hewan, maupun tumbuhan
(Sa’adah, 2015:20). Ilmu biologi
memiliki banyak sekali cabang ilmu yang
masing-masing dikhususkan untuk
mempelajari bidang kajian tertentu.
Adapun cabang ilmu biologi tersebut ada
yang saling berkaitan karena bidang
kajian yang saling berhubungan satu
sama lain. Cabang ilmu yang memiliki
kajian berbeda namun saling berkaitan
yaitu morfologi dan anatomi.
Menurut Rosanti (2013:1)
morfologi tumbuhan dapat menjadi dasar
dalam mempelajari keseluruhan struktur
penyusun tubuh tumbuhan, dikarenakan
morfologi tumbuhan terdiri dari bagian
yang merupakan struktur pokok yang
dapat diamati, meliputi bagian akar,
daun, batang, bunga, buah, serta bagian
lain yang terbentuk dari adanya
metamorfosis tumbuhan. Adapun
pendapat Sa’adah (2015:2) anatomi
adalah ilmu urai dalam botani,
mempelajari susunan dalam tumbuh-
tumbuhan. Kunyit (Curcuma domestica)
merupakan salah satu jenis tumbuhan
yang dapat di kaji karakteristik morfologi
dan anatominya. Menurut Kantor Deputi
Menegristrek MIG Corp. (2013:1) Kunyit
dapat tumbuh mulai dari dataran rendah,
yaitu 0-240 meter di atas permukaan laut.
Namun masih mungkin tumbuh pada
ketinggian sampai 2000 meter di atas
permukaan laut. Untuk pertumbuhan
optimal adalah sekitar 45 mdpl. Jadi,
kunyit dapat tumbuh diberbagai
ketinggian tempat yang berbeda namun
faktor lingkungan masih mempengaruhi
pertumbuhannya.
Adapun menurut BPS Kabupaten
Rejang Lebong (2012:2) wilayah
Kabupaten Rejang Lebong adalah
wilayah berbukit-bukit, terletak pada
daerah dataran tinggi Bukit Barisan
dengan ketinggian 100 - >1.000 mdpl.
Lahan dengan ketinggian >1.000 mdpl
dengan luas mencapai 44,84% yang
menyebar di seluruh wilayah kecamatan
terutama di Kecamatan Selupu Rejang.
Adapun menurut Pemkab Musi Rawas
(2014:25) semua wilayah desa/kelurahan
dalam kecamatan Tugumulyo bukan
daerah pantai dan dengan ketinggian
wilayah yaitu dibawah 500 meter
permukaan laut dengan kisaran
ketinggian antara 125 - 400 mdpl.
Sehingga wilayah ini tergolong kedalam
wilayah dengan daratan rendah.
Hamzah (2010:13)
mengemukakan bahwa ketinggian tempat
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 3
adalah ketinggian dari permukaan air laut
(elevasi). Faktor iklim didalamnya
meliputi suhu, cahaya, kelembapan udara
dan angin. Unsur ini sangat
mempengaruhi proses yang terjadi pada
pertumbuhan tanaman. Haryanti
(2010:41) berpendapat bahwa respon
tanaman sebagai akibat faktor lingkungan
terlihat pada penampilan tanaman.
Tanaman berusaha untuk merespon
kebutuhan khusus selama siklus
kehidupannya, jika kondisi lingkungan
sekitar tanaman tidak mendukung.
Respon ini dapat berupa respon
morfologis, fisiologis, dan anatomis.
Tanaman yang mempunyai genotip yang
sama, dalam lingkungan yang berbeda,
penampilan dapat berbeda pula.
Termasuk ketinggian tempat yang
berbeda akan mempengaruhi morfologi
dan anatomi tanaman, tidak terkecuali
pada tanaman kunyit itu sendiri.
Karakterisasi morfologi
tumbuhan yang bisa diamati antara lain
bagian-bagian daun dan bentuknya, tipe
daun, tata letak daun, bentuk batang, arah
tumbuh batang, percabangan batang,
sistem perakaran serta bentuk akar.
Karakter anatomi yang dapat diamati,
salah satunya yaitu jaringan penyusunnya
berupa jaringan epidermis.
Penelitian karakterisasi morfologi
dan anatomi kunyit ini relevan dengan
penelitian Sari dan Fadlil (2013:399)
tentang Sistem Identifikasi Citra Jenis
Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Menggunakan Metode Klasifikasi
Minskowski Distance Family. Sistem
pengenalan untuk identifikasi kunyit
berbasis komputer merupakan proses
memasukkan informasi berupa citra
kunyit ke dalam komputer. Selanjutnya
komputer menerjemahkan serta
mengidentifikasi jenis kunyit tersebut
dengan menggunakan metode klasifikasi
Minskowski Family.
Adapun pada penelitian Kinho
(2011:36) mengenai Karakteristik
Morfologi Zingiberaceae Di Cagar Alam
Gunung Ambang Sulawesi Utara.
Penelitian ini dilakukan dengan cara
menjelajah seluruh area menggunakan
transek irengular untuk mewakili daerah-
daerah yang potensial sebagai tempat
tumbuhnya. Pada penelitian Setyawan
(2011:43) tentang Anatomi Sistematik
pada Anggota Familia Zingiberaceae.
Pada hasil penelitian ini pengelompokan
sesuai dengan klasifikasi familia
Zingiberaceae yang banyak dilakukan
peneliti berdasarkan sifat morfologinya.
Selanjutnya penelitian Sa’adah
(2015:6) tentang Karakterisasi Morfologi
dan Anatomi Selada Air (Nasturtum sp.)
di Kabupaten Batang dan Semarang
sebagai Sumber Belajar dalam Mata
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 4
Kuliah Morfologi dan Anatomi
Tumbuhan. Keragaman karakter
morfologi dan anatomi selada air
tergolong rendah berdasarkan hasil
analisi klaster yang ditunjukkan dengan
koefisien ketidakmiripan yang berada di
bawah skala 10.
Penelitian Hamzah (2010:76)
mengenai Studi Morfologi dan Anatomi
Daun Edelweis Jawa (Anaphalis
javanica) Pada Zona Ketinggian Yang
Berbeda di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru Jawa Timur. Ada
perbedaan morfologi daun Edelweis Jawa
di beberapa zona ketinggian yang
berbeda yaitu: panjang dan lebar daun
serta ada perbedaan anatomi daun
Edelweis Jawa yaitu kerapatan stomata,
indeks stomata, panjang stomata dan
lebar stomata.
Pada penelitian Septiwiharti
(2015:85) tentang Pengembangan Bahan
Ajar Berbentuk Booklet Sejarah
Indonesia Pada Materi Pertempuran Lima
Hari di Semarang Terhadap Minat
Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri
1 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
Booklet dibuat sebagai alternatif bahan
ajar dalam proses pembelajaran. Booklet
dipilih karena memiliki kelebihan dan
kekurangan.
Sehingga dengan latar belakang
tersebut, mendorong penulis untuk
melakukan penelitian tentang
“Karakterisasi Morfologi dan Anatomi
Kunyit (Curcuma domestica)
Berdasarkan Perbedaan Ketinggian
Tempat Sebagai Sumber Belajar Mata
Kuliah Morfologi dan Anatomi
Tumbuhan”. Hasil penelitian
karakterisasi morfologi dan anatomi
kunyit (Curcuma domestica) dapat
dijadikan sebagai booklet pada mata
kuliah Morfologi dan Anatomi
Tumbuhan.
B. Bahan dan Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa E.
Wonokerto Kecamatan Tugumulyo
Kabupaten Musi Rawas dan Desa
Karang Jaya Kecamatan Selupu
Rejang Kabupaten Rejang Lebong.
Waktu penelitian dilaksanakan ± 1
minggu pada Juli-Agustus 2018.
Karakterisasi dan pembuatan
herbarium dilakukan di Laboratorium
Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu altimeter,
higrometer, soil tester, instrumen
pengamatan, penggaris, alat tulis,
benang jahit, toples, buku rujukan,
koran, karton, bingkai, sampel kunyit
alkohol 70%, gelas benda dan gelas
penutup 10 buah, silet, pinset,
mikroskop cahaya, pipet tetes, kamera,
aquades.
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 5
Metode yang digunakan adalah
purposive sampling berupa penelitian
kualitatif. Serta teknik analisis
deskripstif untuk menggambarkan data
yang diperoleh.
C. Prosedur Penelitian
Alur penelitian yang dilakukan
mulai dari awal sampai akhir adalah
sebagai berikut:
1. Survei pendahuluan untuk
mengetahui lokasi kunyit di kedua
lokasi.
2. Lokasi yang telah ditemukan di
ukur faktor abiotiknya dengan
menggunakan Altimeter untuk
mengukur ketinggian tempat,
Higrometer untuk mengukur suhu
dan kelembaban udara serta Soil
tester untuk mengukur pH tanah.
3. Pengambilan sampel dengan metode
purposive sampling.
4. Sampel diambil sebanyak 10 sampel
masing-masing 5 sampel di satu
lokasi.
5. Sampel dibawa ke Laboratorium
Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau
untuk pengamatan karakter
morfologi dan anatomi serta
pembuatan herbarium.
Prosedur pengamatan morfologi
dan pembuatan herbarium adalah:
1. Alat
a. Instrumen pengamatan 1 buah
b. Penggaris 1 buah
c. Alat tulis
d. Benang jahit 1 buah
e. Toples
f. Buku rujukan morfologi
tumbuhan
g. Koran
h. Karton
i. Bingkai
2. Bahan
a. Sampel kunyit
b. Alkohol 70%
3. Cara Kerja
a. Sampel segar diambil dan
diletakkan di atas meja. Amati
setiap bagian dari tanaman
tersebut, dimulai dari daun yaitu
bentuk, tipe, warna, dan tata
letak daunnya. Lalu amati pada
bagian batangnya, mulai dari
bentuk, arah tumbuh,
percabangan dan warna
batangnya. Selanjutnya pada
bagian rimpang, amati warna
kulit, warna daging, serta bentuk
rimpangnya. Dan terakhir amati
akarnya yang meliputi sistem
perakaran dan warna akarnya.
b. Setelah semua bagian tanaman
diamati, maka lakukan
pengukuran pada bagian-bagian
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 6
tanaman kunyit tersebut. Bagian
daun yang diukur merupakan
daun yang terlebar. Panjang daun
diukur menggunakan penggaris
mulai dari pangkal sampai ujung
daun. Lebar daun diukur dengan
cara mengukur secara horizontal
menggunakan penggaris.
c. Kemudian batang diukur
menggunakan benang mulai dari
helaian daun yang terakhir
sampai pangkal batang. Benang
hasil pengukuran diukur
menggunakan penggaris.
d. Selanjutnya rimpang diukur
panjang dan lebarnya
menggunakan penggaris.
e. Lalu pada bagian akar diukur
panjangnya dengan penggaris.
f. Karakter kualitatif dan kuantitatif
diamati dan hasilnya dicatat
dalam tabel pengamatan.
g. Pada pembuatan herbarium
kering, bagian daun, batang dan
akar tanaman kunyit dibersihkan
dahulu kemudian dilapisi dengan
koran dan kemudian dijemur
dibawah terik matahari. Setelah
bagian tanaman tersebut kering,
maka daun, batang dan akar
dapat dibingkai.
h. Sampel kunyit untuk pembuatan
herbarium basah dipilih tanaman
kunyit yang segar. Sampel kunyit
dimasukkan kedalam toples lalu
diberikan alkohol 70%.
Penyimpanan herbarium.
Herbarium dapat digunakan
sebagai obyek sumber penelitian
karakterisasi morfologi
tumbuhan jika dilain hari
diperlukan (Sa’adah, 2015:47).
Prosedur pengamatan anatomi
jaringan epidermis di Laboratorium
adalah:
1. Alat
a. Gelas benda dan gelas penutup
10 buah
b. Silet
c. Pinset
d. Mikroskop cahaya
e. Pipet tetes
f. Kamera
2. Bahan
a. Batang sampel kunyit
b. Aquades
3. Cara Kerja
a. Bagian tanaman yang meliputi
daun, batang dan rimpang
disayat secara memanjang
menggunakan silet/cutter atau
dengan pinset.
b. Sayatan diletakkan pada gelas
benda kemudian ditetesi aquades
satu tetes.
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 7
c. Preparat yang sudah diberi
aquades ditutup dengan gelas
penutup.
d. Preparat ditutup dengan kaca
penutup dan diamati di
mikroskop pada perbesaran 10 x
40.
e. Objek yang ditemukan kemudian
difoto (Sa’adah, 2015:47).
Prosedur pengembangan booklet
dalam penelitian ini menggunakan
model Borg and Gahl, yaitu
memberikan suatu batasan tentang
penelitian pengembangan sebagai suatu
proses pengembangan dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan
(Setyosari, 2013:276). Dalam
pengembangan booklet ini, peneliti
memodifikasi langkah-langkah
pengembangan menjadi 4 tahap
dikarenakan peneliti memiliki
keterbatasan dalam waktu, tenaga, biaya
dan juga kemampuan.
Adapun prosedur
pengembangan booklet sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Pengembangan booklet ini
memiliki potensi dan masalah
mengenai karakteristik morfologi
dan anatomi kunyit berdasarkan
perbedaan ketinggian tempat.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah mendapat potensi dan
masalah secara faktual maka
langkah berikutnya perlu
dikumpulkan berbagai informasi
yang berfungsi sebagai bahan untuk
merencanakan produk yang
diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut, dan mengkaji
teori dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan. Setelah dilakukan
pengamatan karakteristik morfologi
dan anatomi kunyit, hasil
pengamatan dirancang dalam
bentuk booklet.
3. Desain Produk
a. Hasil penelitian yang diperoleh
dirancang tujuan, dan juga isi
yang akan dikembangkan dalam
sebuah booklet.
b. Membuat desain produk booklet
yang akan dikembangkan,
meliputi pembuatan desain
sampul, desain kata pengantar
dan isi, dan pembuatan desain
glosarium.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan
kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk efektif atau
tidak. Validasi produk dilakukan
dengan menghadirkan tenaga ahli
guna menilai produk yang
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 8
dirancang tersebut. Meliputi ahli
materi, ahli desain, dan ahli bahasa
dan uji coba mahasiswa. Untuk
mengetahui kelemahan dan
kelebihan produk tersebut
(Sugiyono, 2013:409-414).
D. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Desa
Karang Jaya yang terletak di Kecamatan
Selupu Rejang Kabupaten Rejang
Lebong yang merupakan wilayah dataran
tinggi dengan areal pemukiman dan areal
perkebunan yang mencakup perkebunan
sayuran milik warga yang hasil kebunnya
diperjualbelikan. Sedangkan Desa E.
Wonokerto merupakan wilayah dataran
rendah yang terdiri dari areal persawahan
dan pemukiman warga yang halaman
rumahnya ditanami berbagai jenis
tanaman termasuk tanaman dari keluarga
rimpang-rimpangan salah satunya yaitu
kunyit. Sampel kunyit yang diambil dari
kedua daerah merupakan sampel dengan
perlakuan sama pada pertumbuhan dan
umur yang sama yaitu 8 bulan.
Tabel 4.1 Perbandingan faktor abiotik
di dataran tinggi dan dataran rendah Faktor
abiotik yang
diukur
Dataran
Tinggi
(Kabupaten
Rejang
Lebong)
Dataran
Rendah
(Kabupaten
Musi
Rawas)
Ketinggian
tempat
1113 mdpl 136 mdpl
Suhu udara 23° 33°
Kelembaban
udara
76% 62%
pH tanah 6 6
1. Karakterisasi Morfologi Kunyit
(Curcuma domestica) di Dataran
Tinggi & Dataran Rendah
(a) (b)
Gambar 4.1 Tanaman Kunyit di dataran
tinggi dan dataran rendah (a. Kabupaten
Rejang Lebong, b. Kabupaten Musi Rawas)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
a. Morfologi Daun (folium)
Tabel 4.2. Karakter morfologi daun
kunyit (Curcuma domestica) Karakter
morfologi
Dataran
Tinggi
(Kabupaten
Rejang
Lebong /
Sampel A)
Dataran
Rendah
(Kabupaten
Musi
Rawas /
Sampel B)
Panjang daun 40,52 cm 51,38 cm
Lebar daun 11,8 cm 12,6 cm
Warna daun Hijau muda
kekuningan
Hijau muda
segar
Bangun daun Lanset Lanset
Tepi daun Rata Rata
Ujung daun Meruncing Meruncing
Pangkal daun Tumpul Tumpul
Pertulangan
daun Menyirip Menyirip
Tekstur daun Tidak halus Tidak halus
Tipe daun Lengkap Lengkap
(a) (b)
Gambar 4.2. (a) Daun di dataran tinggi
Kabupaten Rejang Lebong dan (b) Daun
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 9
kunyit di dataran rendah Kabupaten Musi
Rawas
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Daun kunyit di Kabupaten Rejang
Lebong memiliki ukuran yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan daun
kunyit yang ada di Kabupaten Musi
Rawas. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pengukuran pada sampel dari kedua
wilayah tersebut, dimana pada setiap
wilayah hasil pengukuran kelima
sampel dirata-rata untuk mendapatkan
ukuran panjang dan lebar daunnya.
Daun terpanjang pada sampel
Kabupaten Rejang Lebong memiliki
ukuran panjang sebesar 40,52 cm
dengan lebar daun 11,8 cm. Sedangkan
pada sampel di Kabupaten Musi Rawas,
memiliki ukuran panjang daun
mencapai 51,38 cm dan lebar daun
mencapai 12,6 cm. Pada karakter daun
yang memiliki perbedaan karakteristik
morfologinya yaitu tampak pada daun
kunyit yang sedikit berbeda yaitu pada
warna daun kunyit dikarenakan faktor
abiotik yang mempengaruhi
pertumbuhan dan juga proses evaporasi
yang berlangsung pada daun kunyit.
Daun kunyit pada sampel A atau sampel
dari dataran tinggi memiliki warna hijau
yang sedikit kekuningan sedangkan
daun dari sampel B pada sampel
wilayah dataran rendah memiliki warna
hijau yang tampak lebih segar.
Selain warna daun, karakter lain
yang diamati yaitu bangun daun, kedua
sampel memiliki bangun daun bentuk
lanset (lanceolatus). Tipe daun kunyit
dari sampel Kabupaten Rejang Lebong
dan Kabupaten Musi Rawas memiliki
tepi daun rata. Selain itu, ujung daunnya
berbentuk meruncing (acuminatus)
yang menyerupai ekor dengan pangkal
daun yang tumpul (obtusus) serta
pertulangan daun yang menyirip.
Memiliki tekstur permukaan daun yang
agak kasar atau tidak halus. Kunyit
memiliki tipe daun lengkap karena di
kedua sampel yang ditemukan, daun
kunyit memiliki pelepah daun, tangkai
daun dan juga helai daun (Said,
2007:5).
Dari perbandingan kedua sampel
daun kunyit yang berada di wilayah
dengan ketinggian tempat yang
berbeda, diketahui bahwa ketinggian
dapat mempengaruhi faktor abiotik
untuk kedua tanaman tersebut. Sampel
di Kabupaten Musi Rawas, memiliki
ukuran daun yang sedikit lebih besar
dikarenakan daun kunyit berada pada
lingkungan dengan faktor abiotik yang
mendukung pertumbuhannya yaitu,
berada pada dataran rendah yaitu 136
mdpl, tumbuh pada kelembaban yang
cukup dan panas, serta suhu 33° pada
wilayah ini sehingga memungkinkan
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 10
untuk pertumbuhan yang lebih
maksimal bagi organ-organ pada
tanaman kunyit tersebut, meskipun suhu
optimum kunyit berkisar antara 19-30°
(Deputi Menegristek MIG Corp,
2013:1) namun daun kunyit masih dapat
bertahan dari cekaman kekeringan
karena kondisi iklim di Kabupaten Musi
Rawas masih dapat ditoleransi oleh
tanaman kunyit dari cekaman
kekeringan.
Hasil pengamatan yang
didapatkan sesuai dengan pendapat
Haryanti (2010:41) Tanaman yang
memiliki genotip yang sama, dalam
lingkungan yang berbeda, penampilan
dapat berbeda pula. Termasuk
ketinggian tempat yang berbeda akan
mempengaruhi morfologi dan anatomi
pada tanaman dikarenakan pada
ketinggian tempat yang berbeda
terdapat faktor abiotik yang ikut
berbeda sehingga penampilan pada
tanaman akan ikut terpengaruhi.
b. Morfologi Batang (caulis) Semu Tabel 4.3. Karakter morfologi batang
kunyit Karakter
morfologi
Dataran
Tinggi
(Kabupaten
Rejang
Lebong /
Sampel A)
Dataran
Rendah
(Kabupaten
Musi Rawas
/ Sampel B)
Panjang
batang 49,1 cm 63,2 cm
Jenis batang Batang semu Batang semu
Bentuk
batang Bulat Bulat
Warna
batang Hijau pucat
Hijau pucat
segar
Jenis
percabangan Monopodial Monopodial
Permukaan
batang Agak licin Agak licin
Tekstur
batang Basah Basah
Arah
tumbuh
batang
Tegak lurus Tegak lurus
(a) (b)
Gambar 4.3 (a) Batang kunyit di dataran
tinggi dan (b) Batang kunyit di dataran
rendah
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Karakter morfologi yang diukur
pada batang kunyit adalah panjang
batangnya yang merupakan pelepah dari
daun atau sering disebut sebagai batang
semu. Batang dari dataran tinggi
memiliki ukuran yang lebih pendek jika
dibandingkan dengan sampel dari dataran
rendah. Dari pengukuran yang dilakukan,
didapatkan hasil yaitu panjang batang
pada sampel dataran tinggi dari
Kabupaten Rejang Lebong setelah di
rata-rata mendapatkan hasil pengukuran
panjang batang yaitu sebesar 49,1 cm
sedangkan sampel dataran rendah dari
Kabupaten Musi Rawas memiliki ukuran
panjang batang yaitu sebesar 63,2 cm.
Jika dilihat dari panjang batang, maka
karakter morfologi pada batang kunyit di
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 11
kedua tempat ini menunjukkan
perbedaan.
Adapun pada karakter morfologi
batang lain dari kedua sampel yang
diamati, karakternya cenderung sama.
Yaitu jenis batang kunyit yaitu sama-
sama tergolong kedalam batang semu
yang strukturnya terdiri dari pelepah
daun yang saling berbalut dan menutupi
(Said, 2007:5). Selain itu, bentuk
batangnya yaitu bulat dan memiliki
warna hijau pucat pada keseluruhan
bagian batang semunya.
Pada sampel Kabupaten Musi
Rawas, warna batangnya meskipun
terlihat sama dengan sampel di
Kabupaten Rejang Lebong namun
memiliki sedikit perbedaan yaitu, warna
batang di Kabupaten Rejang Lebong
tampak lebih segar dan sehat, walaupun
tumbuh di kondisi yang panas namun
karena faktor abiotik, seperti suhu
sebesar 33°C, kelembaban rendah yaitu
62% dan ketinggian yang cocok
membuat kunyit di Kabupaten Musi
Rawas ini dapat tumbuh dengan optimal,
dikarenakan meskipun cuaca sedikit
panas namun di dataran rendah memiliki
curah hujan yang lumayan tinggi
sehingga terjadi keseimbangan antara
suhu, kelembaban udara dan curah hujan
yang mengakibatkan tanaman kunyit di
wilayah ini tumbuh subur. Sesuai dengan
pernyataan Hakim (2015:64) kunyit akan
tumbuh dengan baik pada area dengan
kelembaban yang cukup dan panas.
Kunyit di kebun terutama tumbuh pada
area dengan sinar matahari yang cukup-
penuh. Kunyit dapat tumbuh pada lahan-
lahan tanpa irigasi yang baik.
Jenis percabangan kunyit yaitu
percabangan monopodial dan mempunyai
permukaan batang yang agak licin
dikarenakan batang kunyit hanya
merupakan pelepah daun yang saling
berlapis dan berbalut. Batang kunyit
memiliki tekstur batang yang basah
karena batang kunyit mampu menyimpan
air dengan baik di dalam tubuhnya (Said,
2007:5), selain itu batang kunyit juga
tumbuh tegak lurus menghadap keatas
dan dapat mencapai ketinggian
tanamannya dapat 1 sampai 1,5 meter
(Hartati dan Balittro, 2013:5).
c. Morfologi Akar (radix)
Tabel 4.4. Karakter morfologi akar
kunyit
Karakter
morfologi
Dataran
tinggi
(Kabupaten
Rejang
Lebong /
Sampel A)
Dataran
rendah
(Kabupaten
Musi
Rawas /
Sampel B)
Tipe akar Serabut Serabut
Bentuk akar
Bulat
memanjang
seperti
benang
Bulat
memanjang
(a) (b)
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 12
Gambar 4.4 (a) Akar dari dataran tinggi dan
(b) Akar dari dataran rendah
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Karakter morfologi pada akar
kunyit dikedua wilayah tergolong sama
yaitu akar kunyit di wilayah Kabupaten
Rejang Lebong dan kunyit di
Kabupaten Musi Rawas memiliki tipe
akar yang sama yaitu, tipe akar serabut
karena kunyit tergolong ke dalam
tumbuhan monokotil serta memiliki
bentuk akar bulat, akarnya memiliki
bentuk halus seperti benang-benang.
Akar dari Kabupaten Musi Rawas
memiliki bentuk yang lebih jelas
strukturnya karena ukurannya yang
relatif sedikit lebih besar.
Akar di dataran rendah atau di
Kabupaten Musi Rawas, memiliki
bentuk akar yang terlihat sedikit lebih
kokoh, padahal memiliki umur tanaman
yang sama, ini dikarenakan tanah pada
wilayah Kabupaten Musi Rawas,
tergolong tanah yang gembur sehingga
akar dapat tumbuh dengan baik
sedangkan tanah di wilayah Kabupaten
Rejang Lebong meskipun tanahnya
masih tergolong tanah gembur, hanya
saja faktor abiotik lain seperti suhu
yang rendah dan intensitas cahaya yang
rendah menyebabkan pertumbuhan
organ tumbuhan tidak maksimal. Sari
(2010:41) berpendapat bahwa di tempat
yang tinggi, kandungan air tanahnya
lebih sedikit. Maka dari itu,
menyebabkan akar di Kabupaten
Rejang Lebong memiliki struktur yang
lebih halus agar dapat menembus tanah
untuk mendapatkan air dan mineral
yang terkandung di tanah.
Sedangkan akar di dataran
rendah atau Kabupaten Musi Rawas
memiliki akar yang sedikit lebih besar
karena kunyit dapat tumbuh pada lahan
tanpa irigasi yang baik dan kunyit
sensitif terhadap suhu rendah (Hakim,
2015:64).
d. Morfologi Rimpang (rhizoma)
Tabel 4.5. Karakter morfologi rimpang
kunyit Karakter
morfologi
Dataran
tinggi
(Kabupaten
Rejang
Lebong /
Sampel A)
Dataran
rendah
(Kabupaten
Musi
Rawas /
Sampel B)
Panjang 4,4 cm 6,9 cm
Lebar 2,2 cm 2,76 cm
Bentuk
rimpang Pendek,
melengkung
Panjang,
lurus
Warna kulit
rimpang
Jingga
kecoklatan
Jingga
kecoklatan
Warna daging
rimpang
Jingga
kekuningan
Jingga
kemerahan
Jarak buku-
buku Rapat Berjarak
(a) (b)
Gambar 4.5 (a) Rimpang kunyit Kabupaten
Rejang Lebong dan (b) Rimpang kunyit
Kabupaten Musi Rawas.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 13
Sampel rimpang yang diukur
dan diamati pada karakter morfologi
rimpang dari kedua wilayah dengan
ketinggian yang berbeda yaitu meliputi
perbandingan panjang dan lebar
rimpang antara kedua wilayah dengan
perbedaan ketinggian tersebut. Rimpang
dengan ukuran terbesar di wilayah
Kabupaten Rejang Lebong yang terletak
di dataran tinggi memiliki ukuran
sebesar 4,4 cm dengan lebar 2,2 cm.
Hasil ini didapatkan dari perhitungan
rata-rata dari kelima sampel ditiap
wilayah.
Pada rimpang di wilayah dataran
rendah yaitu Kabupaten Musi Rawas,
cenderung memiliki ukuran rimpang
yang lebih besar dengan panjang
rimpang mencapai 6,9 cm dan lebar
rimpang 2,76 cm. Hal ini dikarenakan
kunyit memiliki syarat tumbuh pada
area dengan kelembaban yang cukup
dan juga panas. Serta pertumbuhan
optimal kunyit yaitu berada di wilayah
dataran rendah meskipun masih dapat
tumbuh di dataran tinggi (Kantor
Deputi Menegristek MIG Group,
2013:1).
Karakter morfologi kunyit lain
yang diamati meliputi bentuk rimpang,
warna kulit rimpang dan warna daging
rimpang dan juga buku-buku pada
rimpang. Pada sampel Kabupaten
Rejang Lebong memiliki bentuk
rimpang yang bulat pendek dan lurus.
Berbuku-buku rapat dan tidak berjarak
pada kulitnya serta memiliki warna
kulit secara umum jingga kecoklatan
dan ada sedikit yang putih kekuningan.
Mempunyai warna daging rimpang
yang berwarna jingga kekuningan.
Berbanding terbalik dengan
rimpang dari sampel di Kabupaten Musi
Rawas, sampel kunyit yang ditemukan
cenderung memiliki ukuran yang lebih
besar, berbentuk panjang dan
melengkung serta memiliki jumlah
rimpang yang lebih banyak dengan
ukuran yang bervariasi dalam satu
batang kunyit. Kulitnya berbuku-buku,
yang memisahkan ruas satu dan lainnya.
Buku-buku pada rimpang tampak
memiliki jarak antara ruas satu dan
lainnya terpisah oleh buku-buku
rimpang yang agak lebar dan berjarak.
Rimpang pada sampel
Kabupaten Musi Rawas memiliki warna
kulit antara putih kekuningan sampai
jingga kecoklatan. Kulitnya berfungsi
untuk melindungi daging rimpang.
Serta memiliki warna daging rimpang
yaitu jingga kemerahan (Hartati dan
Balittro, 2015:5) yang membedakannya
dengan sampel rimpang pada kunyit di
Kabupaten Rejang Lebong.
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 14
Dapat disimpulkan bahwa dari
kedua sampel rimpang tersebut,
rimpang di Kabupaten Musi Rawas
memiliki ukuran rimpang yang lebih
besar dan berwarna lebih kemerahan
dari rimpang di Kabupaten Rejang
Lebong. Warna pada daging rimpang
kunyit disebabkan oleh perbedaan
lokasi tempat tumbuhnya, meskipun
sama-sama dari varietas kunyit kuning
atau Curcuma domestica varietas longa
tidak menutup kemungkinan 2 sampel
ini masih memiliki perbedaan, apalagi
sampel yang diperoleh memiliki faktor
abiotik yang bertolak belakang yang
disebabkan ketinggian tempat tumbuh
yang berbeda. Ini yang mengakibatkan
kedua sampel tersebut memiliki
perbedaan juga pada warna daging
rimpang.
Hal ini disebabkan karena
ketinggian tempat dan faktor abiotik
dari Kabupaten Musi Rawas, hampir
kesemuanya memenuhi kriteria syarat
tumbuh dari tanaman kunyit itu sendiri.
Karena syarat tumbuh tanaman sudah
terpenuhi maka tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Hal ini sependapat dengan
Haryanti (2010:41) bahwa respon
tanaman sebagai akibat faktor
lingkungan terlihat pada penampilan
tanaman. Tanaman berusaha merespon
kebutuhan khususnya selama siklus
hidupnya, jika kondisi lingkungan
tersebut tidak mendukung. Tanggapan
ini dapat berupa morfologis, fisiologis,
dan anatomis. Tanaman yang memiliki
genotip yang sama, dalam lingkungan
yang berbeda, penampilan dapat
berbeda pula. Termasuk ketinggian
tempat yang berbeda akan
mempengaruhi morfologi dan anatomi
pada tanaman dikarenakan pada
ketinggian tempat yang berbeda
terdapat faktor iklim yang ikut berbeda
sehingga penampilan pada tanaman
akan ikut terpengaruhi.
Dari kesimpulan tersebut, dapat
diketahui bahwa meskipun suhu udara
optimum bagi kunyit yaitu antara 19-
30°C, dengan curah hujan yang tinggi
antara 1.000-4.000 mm/tahun dan
ketinggian tempat tumbuh antara 0-
±2.000 mdpl, namun faktor abiotik lain
meliputi kelembaban udara, kondisi
tanah dan pengairan juga menjadi
pertimbangan suatu tumbuhan tumbuh
optimal atau tidak.
2. Karakterisasi Anatomi Kunyit
(Curcuma domestica) di Dataran
Tinggi dan Dataran Rendah
a. Anatomi Daun (folium)
Tabel 4.6 Karakter anatomi jaringan
epidermis daun kunyit Karakte
r
anatomi
Dataran
tinggi
(Kabupaten
Rejang
Lebong /
Sampel A)
Dataran
rendah
(Kabupaten
Musi Rawas /
Sampel B)
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 15
Jaringan
epidermi
s daun
(folium)
Perbesaran
400 x
Deskrips
i
a. Bentuk sel
yaitu bulat,
memanjang,
segilima dan
segienam.
b. Ukuran sel
kecil dan
ada yang
agak besar
c. Susunan sel
tidak
beraturan
dan tidak
searah
d. Tidak ada
ruang antar
sel
e. Kerapatan
stomata
tinggi,
letaknya
tersebar
f. Stomata
dalam
keadaan
terbuka
g. Jumlah
stomata
banyak
h. Ukuran
stomata
kecil
a. Bentuk sel
keseluruhan
sama, yaitu
memanjang
dan
segienam
b. Ukuran sel
cenderung
lebih besar
c. Susunan sel
lebih rapi,
teratur dan
searah
d. Tidak ada
ruang antar
sel
e. Kerapatan
stomata
rendah,
letaknya
susunan
teratur
f. Stomata
dalam
keadaan
terbuka
g. Jumlah
stomata
lebih sedikit
h. Ukuran
stomata
besar
Pada jaringan epidermis di daun
kunyit di wilayah dataran tinggi
Kabupaten Rejang Lebong saat diamati
dibawah mikroskop, sel epidermis yang
menyusun jaringannya memiliki bentuk
yang berbeda-beda. Ada sel epidermis
yang berbentuk segi enam, memanjang
sedangkan sel epidermis yang lainnya
berbentuk segi lima dan bulat
cenderung ukuran selnya sedikit lebih
besar dan susunannya tidak beraturan.
Ada pula sel epidermis yang bentuknya
bulat dan juga memanjang sebagai
penyusun jaringan epidermisnya. Jika
diamati secara keseluruhan, sel-sel
epidermis ini memiliki ukuran yang
relatif kecil dan rapat serta letak yang
tidak beraturan dan tidak searah serta
tidak ada ruang antarselnya (Anu,
Rampe dan Pelealu, 2017:71).
Epidermis adalah lapisan luar sel
yang menutupi daun ini memiliki
beberapa fungsi: melindungi tanaman
terhadap air setelah melalui transpirasi,
regulasi pertukaran gas, bagian dari
senyawa metabolik dan menyerap air
(Jakada dan Jibril, 2016:2).
Adapun stomata yang berada di
daun kunyit di Kabupaten Rejang
Lebong memiliki jumlah yang banyak
dan tersebar di jaringan epidermisnya,
sehingga bisa dikatakan stomata pada
daunnya memiliki tingkat kerapatan
yang tinggi. Susunan stomatanya pun
tidak beraturan dan stomata dalam
keadaan terbuka, karena sampel diamati
pada siang hari disaat stomata dalam
keadaan terbuka untuk melakukan
proses transpirasi. Ukuran stomata pada
daun kunyit di desa ini pun memiliki
ukuran yang kecil tetapi dalam jumlah
Sel epidermis
Stomata
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 16
banyak. Sehingga mengakibatkan laju
transpirasi pada daun ini lumayan
tinggi.
Sedangkan pada sampel daun
kunyit yang diperoleh dari wilayah
dataran rendah Kabupaten Musi Rawas
menunjukkan hasil yang berbeda.
Kerapatan stomata dan susunan sel
epidermisnya berbeda dengan sampel
daun sebelumnya.
Diketahui bahwa susunan sel
epidermis pada daun kunyit di
Kabupaten Musi Rawas memiliki
susunan sel yang lebih rapi dan teratur.
Bentuk sel epidermisnya pun secara
keseluruhan hampir sama yaitu
memanjang dan berbentuk segi enam.
Susunan sel epidermisnya searah.
Sehingga kenampakan dari stomata jadi
terlihat lebih jelas karena susunan
selnya yang tampak teratur. Sesuai
pernyataan Sutrian (2011:136) pada
jaringan epidermis, sel-selnya rapat dan
bervariasi sehingga tidak ada ruang
antar sel. Ukuran sel penyusun jaringan
epidermisnya pun cenderung lebih besar
dari ukuran sel penyusun jaringan
epidermis di sampel Kabupaten Rejang
Lebong.
Adapun stomata pada jaringan
epidermis di Kabupaten Musi Rawas ini
memiliki bentuk stomata yang lebih
besar, namun jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan sampel sebelumnya.
Letak stomatanya pun tersusun secara
beraturan dan searah. Stomata pada
daunnya pun dalam keadaan terbuka
karena sampel diambil sekaligus diteliti
saat siang hari saat stomata melakukan
transpirasi.
Jumlah dan ukuran stomata
dipengaruhi oleh genotip dan
lingkungan. Sel-sel penutup yang
mengelilingi stomata mengendalikan
pembukaan dan penutupan stomata.
Penutupan stomata penting untuk
mencegah kehilangan air pada waktu
persediaan air terbatas sekaligus
membatasi pengambilan CO2 untuk
fotosintesis. Stomata membuka pada
waktu siang hari dan menutup pada
malam hari. Proses membuka dan
menutup stomata dipengaruhi oleh
tekanan turgor pada sel penutup
(Meriko dan Abizar, 2017:327).
Fungsi utama stomata adalah
pertukaran gas-gas CO2, uap air dan O2
untuk bergerak cepat dan keluar dari
daun. Jumlah stomata pada permukaan
daun sangat bervariasi di antara spesies
tanaman yang berbeda (Gole et al,
2013:52).
Kerapatan stomata berhubungan
erat dengan keadaan lingkungan di
sekitar tumbuhan itu berada. Keadaan
lingkungan yang mempengaruhi
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 17
kerapatan atau jumlah stomata antara
lain adalah suhu, intensitas cahaya dan
kelembaban. Suhu yang tinggi
menyebabkan stomata menutup, hal ini
disebabkan karena respon tidak
langsung tumbuhan terhadap keadaan
rawan air atau karena laju transpirasi
naik, maka jumlah stomata menjadi
lebih sedikit (Hamzah, 2010:52).
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sampel kunyit di Kabupaten
Rejang Lebong memiliki jumlah
stomata lebih banyak, Ini berkaitan
dengan fungsi dari stomata sebagai
salah satu sarana transpirasi. Karena
stomata berperan dalam peningkatan
laju angkutan air dan garam mineral,
mengatur suhu tumbuhan dengan cara
melepaskan kelebihan panas dan
mengatur turgor optimal di dalam sel.
Tanaman yang tumbuh pada kondisi
cekaman kekeringan mengurangi
jumlah stomata (kerapatan rendah)
sehingga menurunkan laju kehilangan
air (Hamzah, 2010:53).
Hal ini menunjukkan bahwa
karena wilayah Kabupaten Rejang
Lebong memiliki dataran tinggi, maka
secara otomatis suhu udaranya rendah
dan mengakibatkan stomata pada
daunnya menjadi lebih banyak agar
proses transpirasi tetap dapat
berlangsung, sesuai dengan pendapat
Sari (2010:41) di tempat yang tinggi,
kandungan air tanahnya lebih sedikit.
Karena temperatur rendah maka
transpirasi yang terjadi pada tumbuhan
terjadi lebih lambat. Sebaliknya stomata
di daerah Kabupaten Musi Rawas
jumlahnya sedikit agar laju proses
evaporasi (penguapan) pada tanaman
tidak berlangsung terus-menerus
sehingga tanaman tidak menjadi kering
dan kekurangan air didalam tubuh
tanaman tersebut.
b. Anatomi Batang (caulis) Semu
Tabel 4.7 Karakter anatomi jaringan
epidermis batang kunyit Karakter
anatomi
Dataran tinggi
(Kabupaten
Rejang Lebong
/ Sampel A)
Dataran
rendah
(Kabupaten
Musi Rawas /
Sampel B)
Jaringan
epidermi
s batang
(caulis)
semu
Perbesaran 400
x
Deskripsi a. Bentuk sel
rata-rata
persegi
panjang,
ada juga
segilima
dan
membulat
b. Susunan sel
rapat
c. Tidak ada
ruang antar
sel
a. Bentuk sel
rata-rata
terdiri dari
persegi,
segilima
dan
membulat.
b. Susunan sel
rapat
c. Tidak ada
ruang antar
sel
Sel epidermis
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 18
Susunan sel epidermis pada batang
kunyit di kedua wilayah memiliki
ukuran, bentuk dan letak yang berbeda-
beda. Hal ini disebabkan kedua
wilayah memiliki faktor abotik yang
berbeda, yang menyebabkan tumbuhan
yang secara varietas sama namun baik
secara morfologi maupun anatomi akan
memiliki perbedaan walaupun sedikit.
Sama halnya dengan jaringan
epidermis batang kunyit yang diperoleh
dari dua tempat dengan ketinggian yang
berbeda. Sampel A dari dataran tinggi
yaitu wilayah Kabupaten Rejang
Lebong dan sampel B dari dataran
rendah yaitu Kabupaten Musi Rawas.
Sel epidermis penyusun jaringan
epidermis pada batang kunyit di
Kabupaten Rejang Lebong memiliki
bentuk yang beragam dan tak beraturan,
tetapi rata-rata selnya berbentuk
memanjang seperti persegi panjang, dan
susunannya sangat rapat. Pada bagian
tepinya memiliki bentuk segilima dan
ada juga yang agak membulat. Karena
sampel yang diamati merupakan
jaringan epidermis maka tidak
ditemukan ruang antar sel nya.
Selanjutnya, yaitu jaringan epidermis
pada batang kunyit di Kabupaten Musi
Rawas, yang merupakan sampel yang
berasal dari dataran rendah dan
memiliki suhu udara yang cukup tinggi
yaitu sebesar 33° C.
Pada sel epidermis penyusun
jaringan epidermis batang kunyit di
wilayah Kabupaten Musi Rawas
memiliki bentuk yang berbeda dengan
sampel sebelumnya. Pada sel epidermis
di dataran rendah ini, memiliki bentuk
rata-rata segi empat, segi lima dan juga
membulat. Sama seperti sampel
sebelumnya yang tidak memiliki ruang
antar sel karena jaringan ini merupakan
jaringan epidermis yang selnya tersusun
rapat. Adapun fungsi dari jaringan
epidermis yaitu untuk melindungi
tumbuhan terhadap ekskresi air yang
berlebihan, melindungi tumbuhan dari
kerusakan mekanis dan menjaga suhu
tumbuhan (Mulyani, 2010:132).
c. Anatomi Rimpang (rhizoma)
Tabel 4.8 Karakter anatomi jaringan
epidermis rimpang kunyit Karakte
r
anatomi
Dataran tinggi
(Kabupaten
Rejang
Lebong /
Sampel A)
Dataran
rendah
(Kabupaten
Musi Rawas /
Sampel B)
Jaringa
n
epiderm
is
rimpang
(rhizoma
)
Perbesaran 400
x
Deskrip a. Sel beragam, a. Sel memiliki
Sel epidermis
Sel kurkumin
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 19
si meliputi
segienam,
segilima,
persegi
bahkan
segidelapan
b. Susunan sel
sejajar,
namun
tampak tidak
rapi
c. Sel kurkumin
sebagai
pigmen
kunyit
berwarna
jingga
kekuningan
d. Jumlah sel
kurkumin
sedikit
e. Letak sel
kurkumin
tersebar
f. Ukuran sel
kurkumin
lebih kecil
bentuk
segilima dan
membulat
b. Susunan sel
rapi, tetapi
permukaan
hampir
tertutup oleh
gabungan sel
kurkumin
c. Sel kurkumin
sebagai
pigmen kunyit
berwarna
jingga
kemerahan
d. Jumlah sel
kurkumin
sangat banyak
e. Letak sel
kurkumin
tersebar
menyeluruh di
jaringan
epidermis
f. Ukuran sel
kurkumin
sedikit lebih
besar
Jaringan epidermis pada kedua
sampel rimpang kunyit tampak
memiliki perbedaan yang cukup
signifikan. Karakter anatomi pada
rimpang kunyit di Kabupaten Rejang
Lebong memiliki sel-sel penyusun
jaringan epidermis rimpang diantaranya
yaitu sel epidermis dengan bentuk
beragam mulai dari segi empat, segi
lima, segi enam sampai segi delapan
yang tersusun secara sejajar namun
karena bentuknya yang beragam
sehingga susunannya terlihat tidak rapi.
Diantara sel-sel epidermis
tersebut, ada juga sel kurkumin sebagai
pewarna pada rimpang kunyit yang
berwarna jingga kekuningan. Sel
kurkumin inilah yang menyebabkan
warna pada rimpang kunyit menjadi
berwarna jingga kekuningan. Sel
kurkumin tersebut letaknya tersebar dan
tersusun secara tidak beraturan diantara
sel-sel epidermis lainnya. Namun sel
kurkumin pada sampel yang diambil di
Kabupaten Rejang Lebong ini memiliki
warna yang kurang pekat, sehingga
menyebabkan warna daging
rimpangnya memiliki warna kuning
jingga walaupun kondisi umur
rimpangnya sudah tergolong tua dan
sudah bisa dipanen. Selain warna dari
sel kurkuminnya yang tidak terlalu
pekat, jumlah sel kurkuminnya yang
tidak terlalu banyak juga membuat
rimpang kunyit ini memiliki warna
layaknya kunyit muda.
Sedangkan jaringan epidermis di
sampel yang kedua yaitu di wilayah
dataran rendah Kabupaten Musi Rawas
memiliki struktur sel penyusun
epidermis yang berbeda dari sampel
sebelumnya. Mulai dari bentuk sel
epidermis, sel kurkumin sampai jumlah
dan warna sel kurkumin yang ada di
rimpang tersebut.
Sel kurkumin yang tersebar di
jaringan epidermisnya memiliki jumlah
yang lebih banyak dan tersebar secara
menyeluruh walaupun letaknya tidak
beraturan. Namun bisa dilihat jika
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 20
jumlahnya jauh lebih banyak
dibandingkan sel kurkumin yang ada di
jaringan epidermis Kabupaten Rejang
Lebong. Serta warna sel kurkumin yang
ada di jaringan tersebut terlihat
berwarna jingga tua sehingga membuat
warna daging rimpang ikut terpengaruhi
sehingga warna daging rimpangnya
menjadi jingga kemerahan.
Warna pada rimpang yang
dipengaruhi oleh sel kurkumin
sependapat dengan pendapat Pandey
dan Katiyar (2010:1) pecahan
berpigmen kuning yang diisolasi dari
rimpang curcuma mengandung
kurkuminoid yang termasuk ke dalam
kelompok metana dicinnamoil. Kunyit,
rempah-rempah yang telah lama dikenal
karena sifat medisnya, telah menerima
penggemar dari dunia medis/ilmiah dan
dari penggemar kuliner, karena
merupakan sumber utama polifenol
kurkumin (Hewlings dan Kalman,
2017:4).
Selain sebaran sel kurkumin, ada
juga penyusun utama jaringan
epidermis yaitu sel epidermis yang
memiliki bentuk yang beragam. Namun
sel epidermis yang berwarna putih
bening, hampir tidak tampak
dikarenakan adanya kumpulan sel
kurkumin yang tersebar merata. Secara
keseluruhan sel epidermis pada rimpang
ini memiliki bentuk segi lima dan
hampir membulat serta tersusun rapat
dan berdempetan. Sel epidermis pada
jaringan rimpang di Kabupaten Musi
Rawas hampir semuanya tertutupi oleh
sel kurkumin, sehingga membuat
rimpang pada sampel Kabupaten Musi
Rawas ini memiliki warna jingga yang
kemerahan. Dan sel epidermis pada
jaringan ini tidak memiliki ruang antar
sel didalamnya (Sutrian, 2011:136)
3. Analisis Booklet
Subjek booklet yang didesain
adalah mata kuliah Morfologi dan
Anatomi Tumbuhan. Desain ini dibuat
singkat, jelas dan menggunakan bahasa
sederhana yang mudah dipahami oleh
mahasiswa atau khalayak umum.
Adapun desain booklet yang telah
disusun dan dirancang yaitu sebagai
berikut:
a. Desain Sampul
Gambar 4.6. Desain halaman sampul
booklet
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Desain sampul dibuat dengan
gambar dasar bunga kunyit. Bagian
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 21
depan atas dituliskan judul booklet.
Bagian tengah depan sampul diletakkan
nama nama perguruan tinggi penyusun.
Bagian tengah bawah ditulis naman
penyusun. Bagian sampul belakang di
tulis sedikit informasi mengenai isi
booklet, serta bagian bawah sampul
belakang. Dan bagian bawah ditulis
nama penyusun.
b. Desain Kata Pengantar dan Daftar
Isi
Gambar 4.7. Desain kata pengantar dan
daftar isi
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
Halaman kata pengantar dibuat
sederhana dengan latar putih dan
bingkai berwarna hijau di gabungkan
dengan jingga dan kuning agar selaras
dan serasi dengan sampul. Halaman ini
berisi ucapan syukur dan sedikit
pengantar mengenai isi booklet, serta
daftar halaman setiap pokok bahasan.
c. Desain isi
Gambar 4.8. Desain Isi
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Bagian isi dibuat dengan latar
belakang putih dan hijau agar serasi
dengan sampul. Bagian isi memuat
tentang pengenalan kunyit (Curcuma
domestica) secara umum, serta
morfologi dan anatomi kunyit
(Curcuma domestica). Setiap
pembahasan dilengkapi dengan gambar
dan deskripsi singkat.
d. Desain Glosarium
Gambar 4.9. Desain glosarium
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Halaman glosarium berisi
pengertian beberapa istilah yang
digunakan dalam booklet. Dengan
berlatar hijau kekuningan
menyelaraskan isi dan sampul booklet.
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 22
e. Desain Daftar Pustaka
Gambar 4.10 Desain daftar pustaka
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Halaman daftar pustaka
didesain dengan bingkai halaman
hijau menciptakan keselarasan desain
booklet. Halaman ini berisi literatur-
literatur yang digunakan dalam
menyusun booklet, meliputi buku,
jurnal, dan karya tulis ilmiah lain yang
relevan.
Booklet yang dibuat adalah
booklet yang diperuntukkan bagi
mahasiswa sebagai sumber belajar untuk
mata kuliah morfologi dan anatomi.
Booklet dibuat dan diujikan pada tim
validator yang terdiri dari ahli materi
mata kuliah Morfologi dan Anatomi
Tumbuhan, ahli desain/media serta ahli
bahasa dan diuji cobakan pada
sekelompok kecil mahasiswa. Penilaian
booklet dari tim validator dilakukan
dengan menggunakan kuesioner (angket).
Pengujian hanya dilakukan satu kali
karena tujuan dari penelitian ini adalah
membuat booklet sebagai sumber belajar
bukan bahan ajar. Booklet dibuat hanya
sebagai produk dari hasil penelitian
tersebut.
Validasi booklet dilakukan untuk
menilai susunan pembuatan booklet hasil
penelitian Karakterisasi Morfologi dan
Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)
Berdasarkan Perbedaan Ketinggian
Tempat. Validasi dilakukan oleh tim
validator yang terdiri dari ahli materi
yaitu Ibu Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si,
ahli media/desain yaitu Bapak Leo
Charli, M.Pd dan ahli bahasa yaitu Ibu
Dr. Rusmana Dewi, M.Pd dan kelompok
kecil mahasiswa dari program studi
biologi yang telah menempuh mata
kuliah morfologi dan anatomi tumbuhan
sebagai uji coba produk booklet yang
telah dirancang.
Adapun dalam penilaian tersebut,
booklet yang disusun juga memiliki
kelemahan di beberapa bagian booklet
namun telah di revisi dan di sempurnakan
sesuai saran dari tim validator. Adapun
saran yang diberikan dari para tim
validator meliputi:
a. Ahli materi
Ahli materi memberikan saran
yaitu pada gambar booklet yang
digunakan harus hasil dokumentasi
pribadi dan gambarnya jelas serta
dalam penggunaan istilah harus tepat.
b. Ahli media/desain
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 23
Ahli desain memberikan saran
yaitu, pada bagian halaman sampul,
setiap warna huruf pada judulnya
disesuaikan dengan background
sampulnya serta pemilihan bentuk
huruf pada sampul bagian belakang
harus disesuaikan agar terlihat lebih
rapi.
c. Ahli bahasa
Ahli bahasa memberikan saran
berupa penggunaan ukuran huruf yang
terlalu kecil harus diubah sehingga
agar tidak sulit dalam menemukan
informasinya.
d. Mahasiswa
Mahasiswa yang di ujicobakan
booklet tersebut, merasa bahwa
booklet sudah cukup baik untuk
dijadikan sumber belajar dikarenakan
booklet sudah melalui tahap revisi
kepada para ahli terlebih dahulu.
Hasil penilaian yang diperoleh
dari ahli materi morfologi dan anatomi
tumbuhan yaitu Ibu Reny Dwi Riastuti
mendapatkan skor sebesar 36 dari poin
dan dikalkulasikan maka persentase
penilaian sebesar 90%. Maka booklet
yang disusun sudah masuk kriteria valid
dari segi isi materi namun masih ada
beberapa saran dan komentar pada bagian
isi materi namun telah diperbaiki.
Pada penilaian yang dilakukan
oleh ahli media/desain yaitu Bapak Leo
Charli, M.Pd yang menilai booklet secara
keseluruhan dengan berdasarkan angket
yang telah di berikan, berdasarkan
desainnya booklet ini mendapatkan skor
34 dan setelah dikalkulasi, presentase
penilaian booklet dari segi desain
mendapatkan persentase sebesar 85%.
Dari segi desain, booklet ini juga sudah
mencapai batas valid namun masih ada
beberapa saran perbaikan pada sampul
booklet namun telah direvisi.
Berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh ahli bahasa yaitu Ibu Dr.
Rusmana Dewi, M.Pd bahwa booklet
yang telah disusun dari segi penilaian tata
bahasa mendapatkan skor sebesar 29 dan
persentase penilaiannya sebesar 72,5%.
Dan sudah tergolong valid dalam hal tata
bahasa. Tata bahasa dalam isi booklet
telah disempurnakan sesuai dengan saran
dari validator ahli bahasa.
Setelah booklet selesai di validasi
oleh para ahli, lalu booklet tersebut di uji
cobakan pada mahasiswa dalam
kelompok kecil berjumlah 10 orang dan
dengan syarat telah menempuh mata
kuliah morfologi dan anatomi tumbuhan.
Pemilihan jumlah mahasiswa yang
tergabung dalam kelompok kecil sesuai
dengan penelitian Ernawati (2014:64)
yang melakukan uji coba produk dengan
kelompok kecil berjumlah 9 orang siswa
serta penelitian Puspita (2017:70) yang
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 24
melakukan uji coba produk skala kecil
dengan jumlah 12 orang siswa yang
heterogen. Maka terpilihlah kelompok
kecil tersebut yang kemudian diberikan
rancangan booklet yang telah di validasi
tim ahli lalu mahasiswa mempelajari isi
booklet setelah itu mahasiswa diberikan
angket dan melakukan penilaian pada
booklet yang telah dipelajari. Pada proses
uji coba kepada mahasiswa, tidak
dilakukan proses pemberian materi
pengantar terlebih dahulu dikarenakan
mahasiswa yang dipilih ialah mahasiswa
dengan syarat yaitu telah menempuh
mata kuliah morfologi dan anatomi
terlebih dahulu serta booklet juga
berisikan materi mengenai tanaman
kunyit yang telah dikenal secara umum
sehingga meskipun tanpa materi
pengantar, mahasiswa tersebut dapat
langsung memahami maksud isi dari
booklet yang sedang di uji cobakan.
Setelah nilai didapatkan dari mahasiswa
yang tergabung dalam kelompok kecil
dan nilai di kalkulasi maka hasil uji coba
produk kepada mahasiswa mendapatkan
nilai sebesar 91,5 % dan tergolong valid
sehingga tidak perlu direvisi lagi.
Setelah nilai persentase dari tim
validator didapatkan, maka persentase
tersebut di rata-rata untuk mendapatkan
nilai akhir dan klasifikasi kevalidannya.
Dari persentase rata-rata hasil
perhitungan untuk kevalidan, booklet
yang telah disusun mendapatkan nilai
akhir sebesar 84,75% tergolong sudah
sangat valid dan tidak perlu direvisi lagi
serta bisa digunakan sebagai sumber
belajar untuk mata kuliah morfologi dan
anatomi tumbuhan.
E. Kesimpulan
1. Hasil karakterisasi yang telah
dilakukan ditemukan bahwa kunyit
dapat tumbuh di dua lokasi yang
berbeda yaitu dataran tinggi dan
dataran rendah. Kunyit lebih cocok
ditanam pada wilayah dataran rendah
yaitu wilayah Kabupaten Musi Rawas,
dikarenakan faktor abiotik dan juga
ketinggian tempat di wilayah tersebut
lebih mendekati syarat tumbuh
optimal kunyit. Sampel dari
Kabupaten Rejang Lebong dan
Kabupaten Musi Rawas memiliki
karakter morfologi kualitatif daun
yang hampir sama, yaitu warna daun
berwarna hijau namun sedikit
kekuningan, bangun dun lanset, tepi
daun rata, ujung daun meruncing,
pangkal daun tumpul, pertulangan
daun menyirip, tekstur daun tidak
halus. Karakter morfologi
kuantitatifnya memiliki perbedaan
panjang dan lebar daun. Pada karakter
anatomi daun memiliki perbedaan
pada bentuk sel epidermis, jumlah dan
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 25
sebaran sel epidermis, kerapatan
stomata dan juga ukuran serta sebaran
stomata. Karakter morfologi batang
kunyit secara keseluruhan relatif sama
di kedua wilayah. Pada batang
semunya memiliki bentuk sel
epidermis yang berbeda. Akar dari
dataran timggi memiliki ukuran yang
lebih kecil dan halus daripada akar di
dataran rendah. Perbedaan karakter
rimpang dari kedua wilayah yaitu,
rimpang di dataran tinggi memiliki
ukuran yang lebih kecil dan warna
jingga kekuningan sedangkan rimpang
dari dataran rendah memiliki ukuran
lebih besar dan warna rimpang jingga
kemerahan. Rimpang di dataran tinggi
memiliki sedikit sel kurkumin dan sel
kurkumin berwarna kuning dengan
letak tersebar. Rimpang di dataran
rendah memiliki sel kurkumin dengan
jumlah banyak dan berwarna kuning
jingga dan sel kurkuminnya berukuran
besar.
2. Persentase hasil penilaian booklet
secara keseluruhan dari segi materi,
media/desain, bahasa serta uji coba
mahasiswa adalah sebesar 84,75%,
sehingga dapat dikatakan bahwa
desain booklet yang dibuat sudah valid
sebagai sumber belajar mata kuliah
morfologi dan anatomi tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggun, C. (2012). Budidaya Tanaman
Kunyit (Curcuma domestica Val)
Dan Khasiatnya Sebagai Obat
Tradisional Di PT Indmira Citra
Tani Nusantara Jl. Kaliurang KM
16,3 Sleman. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Anu, O., Rampe, H.L., & Pelelalu, J.J.
(2017). Struksur Sel Epidermis dan
Stomata Daun Beberapa Tumbuhan
Suku Euphorniaceae. Jurnal MIPA
UNSRAT ONLINE 6(1): 69- 73.
Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta
BPS Kabupaten Rejang Lebong. (2012).
Letak Geografis Kota Curup.
http://lebongkab.bps.go.id/ (Diakses
17 Maret 2018)
Dantes, N. (2012). Metode Penelitian.
Yogyakarta : CV Andi Offset
Gole, A.A., Ramugade, M.A., Bhagwat,
H.R., Gaikwad, S.S., Mohite P.C &
Aparadh V.T. (2013). Taxonomix
Diversity of Stomata in Some
Angiospermic Plants Satara Region
India. International Research
Journal of Pharmaceutical and
Applied Sciences (IRJPAS).
3(1):52-55. Departemen of Botany,
Yashavantrao Chavan
Institute of Science, Satara.
Hakim, L. (2015). Rempah dan Herba
Kebun-Pekarangan Rumah
Masyarakat. Yogyakarta: Diandra
Pustaka Indonesia
Hakim, T.F.P. (2015). Variasi
Morofologi Bambu Tali
(Gigantochloa apus Schult. F Kurz)
Pada Berbagai Ketinggian Tempat
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 26
di Sub Daerah Aliran Sungai Pelus.
Skripsi Tidak Diterbitkan.
Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman
Hamzah, M.F. (2010). Morfologi dan
Anatomi Edelweis Jawa (Anaphalis
javanica) Pada Zona
Ketinggian Yang Berbeda Di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru
JawaTimur. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Malang: UIN Maulana
Malik Ibrahim
Hartati, S.Y. (2013). Khasiat Kunyit
Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta
Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Jurnal Puslitbang
Perkebunan. 19:5-9
Haryanti, S. (2010). Pengaruh Naungan
Yang Berbeda Terhadap Jumlah
Stomata dan Ukuran Porus
Stomata Daun Zephyranthes rosea
Lindl, Bulletin Anatomi dan
Fisiologi, XVIII(1).
Hewlings, S.J & Kalman, D.S. (2017).
Foods Review Curcumin: A Review
of Its’ Effects on Human Health.
Foods Journal. 6:92.
www.mdpi.com/journal/foods
Indasari, H. (2016). Pengembangan Bio-
Booklet Filum Echinodermata
Sebagai Sumber Belajar
Mandiri Siswa Kelas X SMA/MA.
Skripsi Tidak Diterbitkan.
Yogyakarta:UIN Sunan
Kalijaga
Jakada, B.H & Jibril, S.M. (2016). Leaf
Epidermal Structures and Stomata
Ontogeny in Some Members of the
Family Cucurbitaceae.
International Journal of Plant & Soil
Science. 9(2):1-9, 2016; Article no.
IJPSS.20615 ISSN:2320-7035.
www.sciencedomain.org
Jibalathull, F.S., Fradaersada, J., & Rijai,
L. (2017). Aktivitas Tabir Surya
Ekstrak Rimpang Kunyit
Hitam (Curcuma caesia) Secara In-
Vitro. Proceding of the5th
Mulawarman Pharmaceutichal
Conferences. Fakultas Farmasi
Mulawarman. Samarinda
Kanani, N., Rochmat, A., Pahlevi, R., &
Rohani, F.Y. (2017). Pengaruh
Temperatur Terhadap Nilai Sun
Protecting Factor (SPF) Pada
Ekstrak Kunyit Putih Sebagai
Bahan Pembuat Tabir Surya
Menggunakan Pelarut Etil Asetat
dan Metanol. Jurnal Integrasi
Proses. 6:3 (143-147). Universitas
Sultan Agung Tirtayasa
Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi MIG Crop. (2013).
Pengaruh Ketinggian Tempat
terhadap Pertumbuhan Kunyit.
http://www.ristek.go.id/ (Diakses 18
Mei 2018)
Kinho, J. (2011). Karakteristik Morfologi
Zingiberaceae Di Cagar Alam
Gunung Ambang Sulawesi
Utara. Info BPK Manado 1(1):35-
50. Balai Penelitian Hutan Manado
Meriko, L & Abizar. (2017). Struktur
Stomata Daun Beberapa Tumbuhan
Kantong Semar (Nepenthes
spp.).16(3); 219-330. Jurnal Biologi.
LIPI Berita Biologi. Bidang Botani
STKIP-PGRI Sumbar.
Mintarti. (2001). Efektifitas Buklet
Makjan Sebagai Media Belajar
Untuk Meningkatkan Perilaku
Berusa Bagi Pedagang Makanan
Jajanan. Tesis: ITB. Bogor
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 27
Mulyani, E.S. (2006). Anatomi
Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Nidawati. (2013). Belajar dalam
Perspektif Psikologi dan Agama.
Jurnal Pionir 1(1):13
Pandey, A, & Katiyar, S.K. (2010).
Determination and Comparison of
The Curcumionoid Pigments in
Turmeric Genotypes (Curcuma
domestica Val.) By High-
Performance Liquid
Chromatography. International
Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical
Sciences 2:4. ISSN-0975-1491
Pemkab Musi Rawas. (2014). Geografis
Kabupaten Musi Rawas Kecamatan
Tugumulyo.
http://www.musirawaskab.go.id/
(Diakses 15 Maret 2018)
Puspita, A., Kurniawan, A.D., & Rahayu,
H.M. (2017). Pengembangan Media
Pembelajaran Booklet Pada Materi
Sistem Imun Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas XI SMAN 8
Pontianak. Jurnal Bioeducation
4(1). Program Studi Pendidikan
Biologi.FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak
Riduwan. (2007). Rumus dan Data dalam
Analisis Statistika. Bandung:
Alfabeta
Rohani, A. (2014). Media Instruksional
Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Rohmawati, M. (2015). Karakterisasi
Morfologi dan Anatomi Pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban.)
Di Kabupaten Batang Sebagai
Sumber Belajar Pada Mata Kuliah
Praktikum Morfologi dan Anatomi
Tumbuhan. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Semarang:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri
Walisongo
Rosanti, D. (2013). Morfologi
Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
Sa’adah, L. (2015). Karakterisasi
Morfologi dan Anatomi Selada Air
(Nasturtium spp.) Di Kabupaten
Batang dan Semarang Sebagai
Sumber Belajar Dalam Mata Kuliah
Morfologi dan Anatomi Tumbuhan.
Skripsi Tidak Diterbitkan.
Semarang: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Walisongo
Said, A. (2007). Khasiat & Manfaat
Kunyit. Jakarta: PT Sinar Wadjar
Lestari
Sari, D.P, & Fadlil, A. (2013).
Identifikasi Citra Jenis Kunyit
(Curcuma domestica Val)
Menggunakan Metode Klasifikasi
Minkowski Distance Family. Jurnal
Sarjana Teknik Informatika.
1:2 e-ISSN:233-5197.
Universitas Ahmad Dahlan
Sari, V.R. (2012). Variasi Morfologi
Tanaman Kepel (Stelechocarpus
burahol Hook. F dan Thomson)
Yang Tumbuh Pada Ketinggian
Berbeda. Surabaya: Fakultas Sains
Dan Ilmu Teknologi Universitas
Airlangga
Septiwiharti, L. (2015). Pengembangan
Bahan Ajar Berbentuk Booklet
Sejarah Indonesia pada Materi
Pertempuran Lima Hari di
Semarang terhadap Minat Belajar
Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1
Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
Skripsi Tidak Diterbitkan.
Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Karakterisasi Morfologi dan Anatomi Kunyit (Curcuma domestica)Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai
Booklet Untuk Mata Kuliah Morfologi dan Anatomi Tumbuhan (September, 2018) Page 28
Setyawan, A.D. (2001). Anatomi
Sistematik pada Anggota Familia
Zingiberaceae. Jurnal Biologi
3(2):36-44 ISSN:1411-321X.
Jurusan Biologi FMIPA UNS
Surakarta
Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfa Beta
Sutrian, Y. (2011). Pengantar Anatomi
Tumbuhan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tjitrosoepomo, G. (2009). Morfologi
Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Wijayanti, E., Rochman, F., & Hartuti,
U.S. (2016). Pengembangan Booklet
Penyuluhan “Nata de Pamelo” Bagi
Para Petani Jeruk Pamelo di
Magetan. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian dan
Pengembangan. 1(5) Mei 2016.