Upload
ngothuy
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kadar Kolesterol dalam Darah Penderita Penyakit Jantung Koroner serta
Hubungannya dengan Status Periodontal
Rosy Valensia1, Sri Lelyati C. Masulili
1, Robert Lessang
1
1. Department of Periodontics, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya no. 4,
Jakarta Pusat, 10430, Indonesia
E-mail:[email protected]
Abstrak
Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan penyempitan pembuluh darah arteri jantung
yang berhubungan dengan akumulasi lokal dari lipid, dalam bentuk kolesterol dan trigliserid. Penyakit periodontal
merupakan inflamasi kronis yang berperan dalam perkembangan PJK. Pada periodontitis dilaporkan terjadi
perubahan profil lipid berupa peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam darah. Tujuan: Menganalisis hubungan
kadar kolesterol dalam darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 60 penderita PJK
dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol.Hasil:
Kadar kolesterol darah penderita PJK berbeda dengan non PJK. Terdapat hubungan antara kadar kolesterol darah
dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: Kadar kolesterol darah pada non PJK lebih
tinggi daripada penderita PJK. Kadar kolesterol darah penderita PJK berhubungan dengan kedalaman poket dan
kehilangan perlekatan. Kadar kolesterol darah non PJK berhubungan dengan kedalaman poket.
Kata kunci:Kadar kolesterol darah, status periodontal, penyakit jantung koroner
Association between Blood Cholesterol Level with Periodontal Status of
Coronary Heart Disease Patients
Abstract
Background: Coronary heart disease (CHD) is an abnormal narrowing of heart arteries associated with local
accumulation of lipids, in the form of cholesterol. Periodontal disease is a chronic inflammatory that sugested link to
the development of CHD. In periodontitis have been reported changes in lipid profile, include increased of
cholesterol and LDL levels of blood. Objective: to analyse correlation between blood cholesterol level with
periodontal status of CHD patients and control group.Methods: Periodontal status of 6 CHD patient and 40 control
group was measured. Measurement of blood cholesterol level on both group.Result: Blood cholesterol level in CHD
patients differ from control group. Blood cholesterol level associated with periodontal status. Conclusion: Blood
cholesterol level in control group higher than CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with
pocket depth and clinical attachment loss in CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket
depth in control group.
Key words:Blood cholesterol level, periodontal status, coronary heart disease
Pendahuluan
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kematian di
usia muda dan keadaan tidak sehat pada orang dewasa.(Newman,Takei,Klokkevold, 2006)- (Gita,
Sajja, & Padmanabhan, 2012)Penyakit jantung koroner menyebabkan kematian lebih kurang 7,2
juta setiap tahun di dunia, baik di negara-negara maju maupun di negaraberkembang.Pada tahun
2020diperkirakan PJK sebagai penyebab utama kematian, melampaui penyakit infeksi.(“World
Health Organization. The Word Health Report 2002.,” n.d.)Penyakit jantung koroner di
Indonesia, merupakan salah satu penyebab kematian yangcukup tinggi. Berdasarkan Survey
Kesehatan Nasional tahun 2005 di Indonesia, kematian yang diakibatkan karena sistim sirkulasi
darah berada diperingkat pertama yaitu 26,4%.(Indonesia, 2002)Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi jantung koroner di Indonesia
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%.(“Kemenkes RI. Situasi Kesehatan
Jantung.; 2014. Available at: http://www.depkes.go.id).
Dasar patologis dari PJK adalah pembentukan plak arterosklerotik, yang juga merupakan dasar
terjadinya penyakit kardiovaskular. Awal terjadinya PJK dimulai oleh plak arterosklerotik yang
berasal dari akumulasi lokallipid. Hal tersebut menjelaskan pentingnya peranan kolesterol dalam
proses perkembangan PJK. Penyakit jantung koroner telah diketahui secara umum merupakan
akibat dari faktor genetik dan faktor risiko lingkungan. Faktor risiko yang dipengaruhi
lingkungan antara lain: usia, gender/ jenis kelamin, kebiasaan merokok, hypercholestherolemia,
hipertensi, status sosial ekonomi, obesitas dan diabetes mellitus.(Munksgaard,
2001),(Montebugnoli et al., 2005)
,(Willershausen et al., 2009)Di samping itu, diduga terdapat
mekanisme lain yang berkontribusi terhadap proses patogenesis PJK yaitu infeksi dan
inflamasi.(Mahendra J ML, 2010) Inflamasi memainkan peranan penting pada aterogenesis, dan
bukti-bukti kuat menunjukkan bahwa infeksi oleh patogen spesifik adalah faktor risiko tambahan
bagi PJK.(Soeroso Y, Masulili SLC, Prayitno SWA, Andrena KY, Sunarto H, 2009)
Hasil riset terbaru memperlihatkan ketidakpedulian terhadap kesehatan gigi dapat menambah
daftar risiko PJK.(Navkiran, 2011)Beberapa penelitian menyatakan adanya kemungkinan
hubungan antara penyakit periodontal dengan PJK.(A, 1997; Fuster V & EJ, 1997; I, 2000;
Spahr A KE, Khuseyinova N, 2006)Penelitian oleh Beck dkk. dan Kweider dkk. menyatakan
hampir semua faktor risiko yang dapat menyebabkan PJK juga merupakan faktor risiko untuk
penyakit periodontal.(Beck J, 1998; Kweider M, Lowe M, G.D.O Murray, G.D Kinane, D,
1993)Hal tersebut disebutkan dapat menjadi salah satu alasan hubungan antara kedua jenis
penyakit ini. Penyakit jantung koroner dan penyakit periodontal sama-sama merupakan penyakit
inflamasi kronis yang kompleks dan disebabkan oleh multifaktorial.(Thorstensson, Ravald, C, &
Richter, 2008)
Penyakit kardiovaskular memiliki peringkat yang cukup tinggi sebagai kelainan sistemik yang
berhubungan dengan penyakit periodontal. Data statistik belakangan ini menyatakan bahwa
penyakit kardiovaskular merupakan penyebab 20% kematian di dunia, dan penyakit periodontal
berhubungan dengan 19% peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Risiko PJK yang
meningkat lebih tampak pada penderita kelompok usia ≤ 65 tahun. Meskipun perbedaan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler antara subjek dengan dan tanpa penyakit periodontal pada
populasi secara umum tidak besar, sekitar 20%. Risiko yang meningkat tersebut memiliki
dampak yang luas dalam hal kesehatan umum pada masyarakat.(Wangsarahardja, 2005)
Belakangan ini terdapat ketertarikan yang besar terhadap potensi meningkatnya kadar sitokin
proinflamasi serum yang disebabkan oleh periodontitis.Studi dari Buhlin dkk. menyatakan
bahwa periodontitis yang sebelumnya dianggap murni sebagai suatu penyakit lokal, ternyata
dapat menyebabkan infeksi secara sistemik. Buhlin dkk juga menyatakan bahwa pada individu
dengan periodontitis terjad perubahan metabolismelipid, yang telah diketahui akan memberikan
pengaruh pada PJK.(Gustafsson & Pockley, 2003)Penelitian-penelitian lebih lanjut tentang
kemungkinan hubungan antara penyakit periodontal dengan peningkatan faktor risiko PJK perlu
dilakukan.
Profil lipid pada serum seperti kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL)cholesterol, high
density lipoprotein (HDL) cholesterol, dan trigliserid merupakan faktor risiko klasik untuk
terjadinya PJK. Kadar yang tinggi pada trigliserid dan konsentrasi yang rendah pada HDL
cholesterol meningkatkan faktor risiko untuk terjadinya PJK.(Liu, Wu, Ding, & Meng,
2010)Pada beberapa penelitian yang dilakukan terhadap manusiamenyatakan periodontitis yang
merupakan penyakit inflamasi lokal diduga berhubungan dengan profil lipid, penelitian-
penelitian tersebut menyebutkan bahwa penelitian lebih lanjut tentang profil lipid pada
periodontitis perlu dilakukan.(Liu et al., 2010)
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis lebih lanjut tentang hubungan antara kadar
kolesterol dalam darah dengan status periodontal (kedalaman poket, perdarahan gingiva, dan
kehilangan perlekatan) pada pasien PJK. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dasar
yang adekuat tentang hubungan antara status periodontal dengan PJK, serta menjadi dasar
terhadap kemungkinan pencegahan PJK melalui terapi periodontal.
Tinjauan Teoritis
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan pada pembuluh darah arteri yang
berhubungan dengan akumulasi lokal dari lipid dalam bentuk kolesterol dan trigliserid yang
biasanya disebut plak, seiring pertambahan waktu semakin menumpuk pada endotelium dinding
pembuluh darah kemudian akhirnya menimbulkan penyempitan/penyumbatan (aterosklerosis).
Plak merupakan gabungan lipid (diantaranya kolesterol), kalsium, serta komponen lain yang
terdapat dalam darah. Endapan lipid (plak atau ateroma) terbentuk secara bertahap dan menyebar
pada percabangan besar kedua arteri koroner utama yang mengelilingi jantung serta memasok
darah untuk jantung. Berbagai tipe sel diantaranya fibroblas dan sel imun terakumulasi pada plak
yang banyak mengandung kolesterol. Plakpada arteri tersebut dapat pecah kemudian
mengakibatkan infark miokardial atau yang dikenal dengan serangan jantung. Proses
pembentukan plak/ateroma disebut aterosklerosis. Arteri yang tersumbat pada jantung akan
mengurangi atau bahkan menghentikan aliran darah yang memberi pasokan oksigen ke otot
jantung, dimana hal tersebut akan mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Jantung
akan bekerja baik jika ada keseimbangan antara pasokan dan pengeluaran oksigen.(Anwar TB,
1992)
Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa oksigen serta nutrisi dari jantung menuju
anggota tubuh lain. Ciri-ciri arteri yang sehat adalah fleksibel, kuat, elastis, permukaan dalamnya
licin; sehingga darah akan mengalir tanpa ada hambatan. Tekanan yang terlalu besar dalam
intensitas yang cukup sering dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal dan
kaku, yang pada akhirnya kan mengganggu aliran darah ke organ dan jaringan. Proses inilah
yang disebut dengan arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh darah arteri. Aterosklerosis
dapat mempengaruhi arteri pada bagian tubuh lainnya diantaranya pada jantung, otak, tangan,
kaki, dan panggul. Akibat perkembangan penyakit yang terjadi dapat beragam tergantung area
yang mengalami kelainan.(NHBLI, 2006; Staff, 2005) Aterosklerosis koroner merupakan
penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner.(Anwar TB, 1992)
Beberapa faktor meningkatkan risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, diantaranya:
merokok, hipertensi (>140/90 mmHg), low density lipoprotein cholesterol (>100 mg/dl), high
density lipoprotein cholesterol (<40 mg/dl), diabetes mellitus, riwayat keluarga berupa penyakit
jantung koroner prematur, usia (pria >45 tahun, wanita >55 tahun), kegemukan (indeks massa
tubuh > 30 kg/m2), inaktivitas fisik dan diet aterogenik.(Paquette DW, Nadine Bradola, 2007;
RC, 1998)Kombinasi antara beberapa faktor risiko semakin meningkatkan kemungkinan
terjadinya penyakit jantung koroner. Aterosklerosis biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan, hal tersebut disebabkan pada perempuan terdapat hormon seks yang dapat
memberikan efek protektif. (Boudi F, n.d.; Lori Mosca, Barrett-Connor E, Wenger NK. 2011)
Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis yang dicetuskan oleh keberadaan bakteri. Definisi
ini memberi gambaran tentang kompleksitas dari elemen-elemen yang harus dipertimbangkan
dalam manajemen klinis penyakit periodontal. Meskipun periodontitis dicetuskan oleh
mikroorganisme yang terdapat dalam plak, namun proses inflamasi dapat berlanjut karena respon
dari host. Bakteri „penyebab‟ terjadinya penyakit dan kerusakan biomekanikal mengakibatkan
gejala klinis dari penyakit sebagaiproses inflamasi kronis pada jaringan periodontal.(Anjana &
Suresh, 2010; Thomas GW, 2003)
Para peneliti telah menyelidiki hubungan antara periodontitis dengan penyakit kardiovaskuler
aterosklerosis terhadap berbagai macam kondisi mulut, dan penelitian-penelitian tersebut telah
memberikan penjelasan tentang keterkaitan yang mungkin terjadi diantara keduanya.(Anjana &
Suresh, 2010)Berdasarkan hasil penelitian-penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa inflamasi
memegang peranan yang penting pada perkembangan aterosklerosis. Beberapa penelitian telah
mengkonfirmasi hubungan antara kadar yang tinggi reaktan pada fase aktif seperti C-reactive
protein (CRP),fibrinogen, serum amiloid A, dan molekul adhesi soluble seperti ICAM-1, E-
selectin, VCAM-1 dengan perkembangan arterosklerosis dan meningkatnya faktor risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler.(Kinane D.F, 1998)
Buhlin dkk. membandingkan penderita periodontitis berat dengan individu yang tidak menderita
periodontitis (non-periodontitis). Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan riwayat medis
subjek dan exercise test untuk membuktikan tidak adanya PJK. Individu dengan periodontitis
secara signifikan mempunyai kadar circulating monocytes dan CRP yang tinggi dan HDL
kolesterol yang rendah dibandingkansubjek non-periodontitis. Penelitian Buhlin dkk. tersebut
menunjukkan bahwa periodontitis yang sebelumnya dianggap merupakan murni penyakit lokal
ternyata dapat menyebabkan inflamasi sistemik serta dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
lipid yang telah diketahui akan meningkatkan risiko terhadap PJK. (Gustafsson & Pockley, 2003)
Kinane ddk. mengatakan penyakit periodontal merupakan inflamasi kronis dimana terjadi proses
pelepasan sitokin seperti TNF-α dan IL-1 β yang juga berperan dalam perkembangan
PJK.(Kinane D.F, 1998) Hal tersebut terjadi melalui perubahan metabolisme lemak dan
mendukung terjadinya hiperlipidemia.(Gita et al., 2012; Kinane D.F, 1998; Munksgaard,
2001)Peningkatan kadar sitokin proinflamasi pada periodontitis menyebabkan peningkatan kadar
lipid pada serum. Perubahan pada fungsi sel imun mengakibatkan peningkatan produksi sitokin
proinflamasi oleh PMN dan penurunan produksi growth faktor oleh makrofag yang akan
mengurangi kapasitas jaringan untuk sembuh dan akhirnya akan mengakibatkan kerusakan
jaringan lebih lanjut. Respon yang berlebihan pada tahap monocytic menyebabkan peningkatan
yang lebih tinggi pada sitokin proinflamasi dan dan lipid pada serum.(Kinane D.F, 1998)-
(Sridhar, Byakod, Pudakalkatti, & Patil, 2009)
Pada periodontitis telah dinyatakan terjadi perubahan pada profil lipid, seperti peningkatan kadar
kolesterol total serta LDL dalam serum.(D‟aiuto F, Parkar M, Nibali L, Suvan J, Lessem J, 2006;
Rufail ML, Shcenkein HA, Koertje TE, Best AM, Barbaur SE, Tew JG, 2007) Periodontitis yang
parah menunjukkan hubungan dengan penurunan kadar HDL dan LDL serta peningkatan kadar
trigliserid dari normal. Terapi intensif pada jaringan periodontal menunjukkan hasil perbaikan
terhadap kadar kolesterol total dan LDL pada sistemik.(Tonetti MS, D‟aiuto F, Nibali L, Donald
A, Storry C, Parkar M, 2007) Tortosa dkk. melalui penelitiannya juga menyebutkan bahwa
terdapat hubungan yang dekat antara profil lipid dengan status periodontal seperti kedalaman
poket, resesi gingiva, serta kehilangan perlekatan.(Ramirez-tortosa et al., 2010) Namun
penelitian terhadap hubungan antara periodontitis dengan profil lipid belum banyak dilakukan.
Penjelasan yang mungkin untuk menghubungkan perubahan yang terjadi pada kolesterol total
pada pasien dengan inflamasi jaringan periodontal adalah adanya pembersihan sitokin yang
beredar dalam darah oleh partikel HDL mengakibatkan perubahan rasio aterogenik dari HDL
menjadi kolesterol total.(Katz J,Flugelman MY, Goldberg A, 2002)
Gustafsson dkk menyatakan kemungkinan peran hiperlipimia terhadap periodontitis, dikatakan
hiperlipidemia dapat menyebabkan aktivitas berlebihan dari leukosit. Aktivitas yang berlebihan
dari leukosit akan meningkatkan produksi radikal bebas oksigen, dimana radikal bebas oksigen
tersebut seringkali dihubungkan dengan progresifitas periodontitis pada orang
dewasa.(Gustafsson A, 1996)Radikal bebas oksigen tersebut akan membuat berkembangnya
bakteri tertentu yang akan menyebabkan kerusakan jaringan melalui beberapa mekanisme, yaitu:
peroksidasi lipid, merudak DNA, merusak protein, oksidasi beberapa enzim yang penting,
stimulasi produksi proinflamator sitokin oleh monosit dan makrofag.(Chapple, 1996)
Penelitian Johansson dkk. memperlihatkan bahwa pada penderita PJK terjadi kerusakan tulang
alveolar yang lebih besar, akumulasi plak yang lebih banyak, bleeding on probing lebih besar,
dan poket dengan kedalaman 4-6 mm. Subjek dengan kehilangan perlekatan dan kehilangan gigi
yang lebih banyak memiliki risiko terhadap PJK yang lebih besar dibandingkan dengan subjek
dengan kehilangan perlekatan dan kehilangan gigi sedikit. Kondisi inflamasi gingiva juga
diperkirakan menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit kardiovaskuler.(Jonhansson CS,
Richter A, Lundstrom A, Thostensson H, 2008)
Li dkk. dan Anjana dkk. dalam jurnal tinjauan pustakanya mengatakan terdapat 2 (dua) jalur
spesifik yang mungkin mengaitkan periodontitis dengan penyakit kardiovaskular: 1. Efek
langsung bakteri terhadap platelet. Terdapat dua jenis bakteri oral yang menjadi faktor virulensi
dari penyakit, yaitu Porphyromonas gingivalis dan Streptococcus sanguis. Collagen like platelet
aggregation associated proteins (PAAP) yang menginduksi agregasi platelet secara in vitro dan
in vivo; 2. Invasi bakteri pada sel endotel dan makrofag. P. gingivalis (yang dianggap sebagai
salah satu patogen periodontal yang penting) dapat menginvasi aorta dan sel endothelial jantung
melalui fimbrae yang ada padanya; 3. Mediator inflamasi memiliki efek menyerupai endokrin.
Terdapat peningkatan pada kadar C-reactive dan fibrinogen pada vaskular; 4. Makrofag yang
terinkubasi bersama-sama dengan P.gingivalis dan LDL secara in vitro, menarik bakteri secara
intraseluler serta dapat bertransformasi menjadi foam cell, dan 5.Respon autoimun-antibodi
menimbulkan reaksi silang antara bakteri periodontal dan manusia.(Anjana & Suresh, 2010; Li,
Kolltveit, Tronstad, & Olsen, 2000)
Schenkein dan Loos dalam jurnal tinjauan pustakanya pada tahun 2013 memberikan beberapa
kemungkinan hubungan antara inflamasi pada jaringan periodontal dengan penyakit
kardiovaskular yaitu: 1) Mediator-mediator inflamasi dan faktor penanda pada proses inflamasi
yang dihasilkan lesi periodontal dapat masuk ke dalam peredaran darah, dimana hal tersebut
mendasari 2(dua) hipotesis yang dapat terjadi: a) Sitokin dan mediator lainnya pada proses
inflamasi dapat mengakibatkan respon akut pada organ tubuh lainnya. Hal tersebut akan
meningkatkan adesi molekul dan produksi sitokin, yang kemudian akan menginisiasi dan
mempercepat perkembangan lesi ateroma. b) Bakteri dan produk toksin bakteri seperti
LPSseringkali ditemukan dalam peredaran darah, hal tersebut dapat menstimulasi respon
inflamasi lokal pada lesi ateroma. Proses tersebut dapat diikuti modifikasi kadar lipid pada darah.
2) Pada beberapa kondisi, antibodi yang berperan pada proses inflamasi meningkatkan risiko
atau mempercepat proses aterosklerosis melalui peningkatan inflamasi pada endotelial,
peningkatan ikatan lipid dengan makrofag, dan menghambat efek antiaterogenik dari molekul
protektif. 3) Beberapa penelitian menyatakan bahwa kadar lipid pada serum meningkat pada
pasien periodontitis. Hal tersebut akan mempercepat perkembangan lesi ateroma. 4) Beberapa
atau seluruh mekanisme di atas dapat berperan secara bersamaan pada seorang pasien dengan
inflamasi kardiovaskular.(Schenkein & Loos, 2013)
Metode Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyakit jantung koroner dan non penyakit jantung
koroner. Variabel terikatnya adalah kadar kolesterol dalam darah, status periodontal (perdarahan
gingiva, kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis). Penelitian dilakukan selama bulan
November 2015-Februari 2016 di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJP) Harapan
Kita untuk mendapatkan data pasien PJK, dan di klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan (RSGMP) Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) untuk
mendapatkan data pasien non PJK. Kriteria inklusi adalah pria/wanita, berumur 40-74 tahun, dan
menandatangani informed consent. Kriteria kelompok PJK adalah terdiagnosis PJK yang akan
dioperasi bypass(angina pectoris stabil). Kriteria kelompok kontrol adalah pasien tanpa keluhan
secara anamnesis, tes treadmill negatif, dan EKG normal. Kriteria eksklusi adalah pasien tidak
bergigi (edentulous), wanita hamil, dan pasien dengan penyakit sistemik lain. Total sampel
penelitian sebanyak minimal 60 sampel PJK dan 40 sampel non PJK.
Pemeriksaan status periodontal dan periksaan kadar kolesterol dalam darah dilakukan terhadap
seluruh subjek penelitian. Pemeriksaan status periodontal yang dilakukan terdiri dari
pemeriksaan terhadap kedalaman poket, perdarahan gingiva, dan kehilangan perlekatan.
Kedalaman poket dan kehilangan perlekatan diukur pada 6 permukaan gigi (mesial bukal, medial
bukal, distal bukal, mesial lingual/palatal, medial lingual/palatal, distal lingual/palatal) dengan
prob periodontal kemudian dikelompokkan sesuai dengan metode pada penelitian Masulili
dkk.(Masulili SLC, Prayitno SWA, Sutrisna B, 2008) Pemeriksaan terhadap perdarahan gingiva
dilakukan dengan menggunakan Papillary Bleeding Index dari Saxer & Mühlemann.(Rateitschack
KH, Rateitschack EM, Wolf HF, 1989)Pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah dilakukan dengan
mengambil sampel darah dari vena subjek penelitian sebanyak 5 ml yang kemudian ditampung
dalam serum separator tube (SST) yang di dalamnya terdapat cloth activator gel. Sampel darah
kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit, kemudian diproses secara enzimatik
menggunakan reagen dari Daichi dan dianalisis menggunakan mesin Abbot Architect ci4100.
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 100 subjek penelitian dengan rentang usia 40 – 74 tahun yang
dipilih menurut kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan melalui tanya – jawab
dengan pasien mengenai kebiasaan menyikat gigi (frekuensi dan waktu), obat – obatan yang
diminum 3 (tiga) bulan terakhir, kebiasaan buruk seperti merokok dan penyakit – penyakit
sistemik yang diderita pasien.Pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah dilakukan di
laboratorium RSJP Harapan Kita.
Hasilpenelitian inidianalisisdengan analisis univariatdanbivariat. Hasil analisis statistik yang
diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik beserta penjelasannya.
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis Kelamin
Subjek Penelitian
PJK (%) Non PJK (%)
Laki-laki 53(88,33%) 26(65%)
Perempuan 7(11,67%) 14(35%)
Tabel 2. Distribusi Rerata, Standar Deviasi, Minimum dan Maksimum dari Kadar Kolesterol, Kedalaman Poket,
Perdarahan Gingiva, dan Kehilangan Perlekatan Pada Subjek PJK dan Non PJK
Subjek N Rerata (SD) Min-Maks
Usia (tahun)
PJK 60 58,33 (8,410) 40-74
Non PJK 40 52,38 (8,99) 41-73
Kadar kolesterol (mg/dl)
PJK 60 177,97 (49,967) 62-321
Non PJK 40 201,75 (44,940) 131-344
Kedalaman poket (mm)
PJK 60 1,88 (0,52) 1-3
Non PJK 40 1,93 (0,69) 1-3
Perdarahan gingiva
PJK 60 0,82(0,61) 0,00-2,38
Non PJK 40 1,09 (0,72) 0,00-3,14
Kehilangan perlekatan
(mm)
PJK 60 2,32 (0,58) 1-3
Non PJK 40 2,43 (0,68) 1-3
Keterangan:SD=Standar Deviasi (simpang baku), Min= Minimal, Maks =Maksimal
Berdasarkan uji normalitas maka dilakukan uji kemaknaan terhadap variabel-variabel penelitian.
Uji kemaknaan korelasi antara kadar kolesterol dengan perdarahan gingiva PJK menggunakan
uji korelasi Pearson. Uji Pearson digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis korelatif
dengan skala pengukuran numerik (data interval/ rasio); dan harus memenuhi syarat uji
parametrik yaitu distribusi data normal. Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam skala
pengukuran numerik yaitu kadar kolesterol dan perdarahan gingiva.
Tabel 3.Analisis Korelasi antara Kadar Kolesterol dengan PerdarahanGingiva pada Penderita PJK
PJK (n=60)
Kolesterol
r p
Perdarahan gingiva -0,30 0,817
Keterangan: Uji Pearson; p < 0,05 ada hubungan bermakna
Analisis menggunakan uji Pearson untuk mengetahui hubungan antara kadar kolesterol dengan
perdarahan gingiva pada pasien penderita PJK. Berdasarkan tabel 3, tidak terdapat hubungan
korelasi yang bermakna antara kadarkolesterol dengan perdarahan gingiva pada pasien penderita
PJK. Uji kemaknaan hubungan antara kadar kolesterol pada penderita PJK dan non PJK
menggunakanuji komparatif Mann-Whitney karena distribusi data sampel tidak normal.
Tabel4. Analisis Komparatif Kadar Kolesterol pada Subjek PJKdan Non PJK
Kolesterol N Median (mg/dl)
(minimum-maksimum) Nilai p
0,032*
PJK 60 178,50 (62-321)
non PJK 40 195,50 (131-344)
Keterangan: Uji Mann-Whitney; p < 0,05 terdapat hubungan bermakna
Tabel 4 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kadar kolesterol pada kelompok PJK
dan non PJK.
Uji kemaknaan hubungan antara kadarkolesterol dengan kedalaman poket dan kehilangan
perlekatan pada penderita PJK menggunakan uji korelasi Spearman. Demikian pula dengan Uji
kemaknaan hubungan antara kadarkolesterol dengan kedalaman poket, perdarahan gingiva, dan
kehilangan perlekatan pada non PJK menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman
digunakan untuk menguji penelitian dengan variabel numerik dan ordinal atau digunakan juga
jika syarat uji Pearson tidak terpenuhi.
Tabel 5.Analisis Korelasi Kadar antara Kolesterol dengan Kedalaman Poket dan Kehilangan Perlekatan pada Subjek
PJK
PJK (n=60)
Kolesterol
r p
Kedalaman poket 0,375 0,003*
Kehilangan perlekatan 0,450 0,000*
Keterangan: Uji Spearman; p < 0,05 terdapat hubungan bermakna
Analisis dilakukan dengan menggunakan uji Spearman untuk mengetahui hubungan antara kadar
kolesterol dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada subjek penderita PJK.
Berdasarkan tabel 5, terdapat hubungan korelasi yang bermakna antara kadar kolesterol dengan
kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada penderita PJK.
Nilai korelasi Spearman antara kadar kolesterol dengan kedalaman poket pasien penderita PJK
menunjukkan korelasi positif sebesar 0,375 dengan kekuatan korelasi lemah. Nilai korelasi
Spearman antara kadar kolesterol dengan kehilangan perlekatan subjek penderita PJK
menunjukan korelasi positif sebesar 0,450 dengan kekuatan korelasi sedang.
Tabel 6.Analisis Korelasi antara Kadar Kolesterol dengan Kedalaman Poket, Perdarahan Gingiva, dan Kehilangan
Perlekatan pada Subjek Non PJK
Non PJK (n=40)
Kolesterol
r p
Kedalaman poket 0,404 0,010*
Perdarahan gingiva 0,164 0,313
Kehilangan perlekatan 0,237 0,142
Keterangan: Uji Spearman; p<0,05 terdapat hubungan bermakna
Nilai korelasi Spearman antara kadar kolesterol dengan kedalaman poket subjek non PJK
menunjukkan korelasi positif sebesar 0,404 dengan kekuatan korelasi sedang. Nilai korelasi
Spearman antara kadar kolesterol dengan perdarahan gingiva dan kehilangan perlekatan pada
subjek non PJK menunjukan tidak terdapat korelasi yang bermakna.
Pembahasan
Penelitian dilakukan terhadap 100 subjek penelitian denganrentang usia 40 – 74 tahun;
dipilih menurut kriteria inklusi dan eksklusi,terdiri dari 60 subjek yang terdiagnosis PJK di
Rumah Sakit Jantung Pembuluh Darah (RSJP) Harapan kita dan 40 subjek non PJK (melalui
pemeriksaan EKG dan Treadmill) sebagai kontrol. Pemilihan rentang usia subjek penelitian
berdasarkanRiset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang menyatakan bahwa penderita
penyakit jantung koroner, gagal jantung dan strok banyak ditemukan pada kelompok umur 45-54
tahun, 55-64 tahun dan 65-74 tahun.(Kemenkes RI. Situasi Kesehatan Jantung.; 2014. Available
at: http://www.depkes.go.id)
Pemilihan subjek penelitian mengeklusikan subjek dengan penyakit sistemik dan subjek perokok
berat (>20 batang) dengan tujuan untuk mengeliminasi faktor confounding penelitian ini.
Penyakit-penyakit sistemik tersebut serta kebiasan merokok akan memperparah kelainan
periodontal yang terjadi serta mempengaruhi kadar variabel-variabel yang akan diperiksa pada
penelitian ini sehingga hal- hal tersebut menjadi faktor confounding pada penelitian. Pada host
keadaan-keadaan tersebut akan mempengaruhi pembuluh darah, neutrofil, cairan sulkus gingiva
(Gingival Crevicular Fluid/GCF), dan fibroblas.(Belchets P, 2003; Palmer RM, Wilson RF,
Hasan AS, 2005)
Pada tabel 1 mengenai distribusi subjek penelitian menunjukkan PJK lebih banyak terjadi pada
laki-laki. Temuan ini sesuai dengan data yang disebutkan oleh Boudi yang menyatakan bahwa
PJK (aterosklerosis) lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan, hal tersebut
disebabkan pada perempuan terdapat hormon seks yang dapat memberikan efek protektif.(Boudi
F, n.d.)Penelitian yang dilakukan oleh Mosca dkk. juga menyatakan bahwa prevalensi PJK lebih
tinggi pada laki-laki pada setiap rentang umur hingga usia 75 tahun. Penelitian tersebut juga
menyatakan faktor proteksi terhadap PJK pada perempuan adalah hormon estrogen. Estrogen
berperan dalam hal mengatur beberapa faktor metabolik seperti lipid, marker inflamasi, dan
sistem koagulasi. Estrogen juga mempunyai efek vasodilatasi terhadap reseptor α dan β pada
dinding pembuluh darah.(Lori Mosca, Barrett-Connor E, Wenger NK. 2011)
Tabel 2 memperlihatkan distribusi rerata kadar kolesterol pada subjek Non PJK lebih tinggi
daripada subjek penderita PJK. Hal tersebut mungkin disebabkan semua subjek penderita PJK
pada penelitian ini mengkonsumsi obat penurun kadar kolesterol (simvastatin) secara rutin untuk
mengontrol kadar kolesterol dalam darah sebagai salah satu terapi terhadap diagnosis PJK yang
dideritanya.
Tabel 2 memperlihatkan distribusi kedalaman poket, perdarahan gingiva, dan kehilangan
perlekatan pada subjek penelitian; dapat dilihat bahwa pada subjek non PJK; kedalaman poket,
perdarahan gingiva dan kehilangan perlekatan yang terjadi lebih parah jika dibandingkan dengan
subjek PJK. Keadaan ini tidak sesuai dengan temuan pada penelitian Johansson dkk yang
menyatakan bahwa pada penderita PJK terjadi kerusakan tulang alveolar yang lebih besar,
akumulasi plak yang lebih banyak, bleeding on probing lebih besar, dan poket dengan
kedalaman 4-6 mm.(Jonhansson CS, Richter A, Lundstrom A, Thostensson H, 2008)Hal yang
membuat hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya diantaranya
mungkin karena semua subjek penderita PJK pada penelitian ini akan dilakukan tindakan bedah
jantung bypass, sehingga semua pasien telah menjalani pemeriksaan serta perawatan terhadap
infeksi yang ada di dalam rongga mulut. Hal tersebut merupakan salah satu standar prosedur di
RSJP Harapan Kita sebelum tindakan bedah jantung dilakukan. Hasil pada tabel 2 ini juga dapat
menawarkan kemungkinan hubungan antara kadar kolesterol dengan penyakit periodontal,
karena pada subjek non PJK kadar kolesterol dalam darah juga menunjukkan rerata yang lebih
tinggi. Tortosa dkk. juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara profil lipid
dengan status periodontal seperti kedalaman poket, resesi gingiva, serta kehilangan
perlekatan.(Ramirez-tortosa et al., 2010)
Tabel 3 menunjukkan analisis korelasi antara kadar kolesterol dengan perdarahan gingiva pada
subjek penderita PJK, tabel tersebut memperlihatkan korelasi yang tidak bermakna ( p=0,817).
Hasil pada tabel ini mungkin disebabkansebagai persiapan untuk dilakukan tindakan bedah
jantung bypass makasemua infeksi dan inflamasi dalam rongga mulut termasuk inflamasi yang
terjadi pada jaringan periodontal pada subjek penderita PJK telah dirawat sehingga skor
perdarahan gingiva telah hilang atau turun.
Tabel 4 tentang analisis komparatif kadar kolesterol subjek penderita PJK dan non PJK
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,032) . Namun kadar kolesterol terlihat lebih tinggi
pada kelompok subjek Non PJK. Temuan ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Buhlin dkk yang menyebutkan bahwa kadar kolesterol lebih tinggi pada pasien
dengan PJK meskipun perbedaan tersebut tidak terbukti secara statistik.(Gustafsson & Pockley,
2003) Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Geismar
dkk. yang dilakukan pada tahun 2006 terhadap 250 subjek penelitian (110 penderita PJK dan 140
non PJK) meyebutkan bahwa kadar kolesterol pada pasien non PJK lebih tinggi daripada subjek
PJK.(Geismar, Stoltze, Sigurd, Gyntelberg, & Holmstrup, 2006) Seperti yang telah dijelaskan di
atas hal ini mungkin disebabkan karena subjek pasien dengan PJK mengkonsumsi obat penurun
kadar kolesterol secara rutin. Kadar kolesterol yang lebih tinggi pada subjek non PJK mungkin
juga disebabkan karena status periodontal pada kelompok subjek ini lebih buruk. Gustafsson dkk
menyatakan kemungkinan peran hiperlipidimia terhadap periodontitis, dikatakan hiperlipidemia
dapat menyebabkan aktivitas berlebihan dari leukosit. Aktivitas yang berlebihan dari leukosit
akan meningkatkan produksi radikal bebas oksigen, dimana radikal bebas oksigen tersebut
seringkali dihubungkan dengan progresifitas periodontitis pada orang dewasa.(Gustafsson A,
1996)
Buhlin dkk. membandingkan penderita periodontitis berat dengan individu yang tidak menderita
periodontitis (non-periodontitis). Untuk membuktikan tidak adanya PJK dilakukan exercise test
dan riwayat medis subjek. Individu dengan periodontitis secara signifikan mempunyai kadar
circulating monocytes dan CRP yang tinggi dan HDL kolesterol yang rendah, bila dibandingkan
dengan subjek non-periodontitis. Penelitian Buhlin dkk. ini menunjukkan bahwa periodontitis
yang dulu dianggap sebagai penyakit lokal murni ternyata dapat menyebabkan inflamasi sistemik
dan perubahan-perubahan lipiddiketahui meningkatkan risiko terhadap PJK. (Gustafsson &
Pockley, 2003)
Tabel 5 menunjukkan analisis korelasi antara kadar kolesterol dengan kedalaman poket dan
kehilangan perlekatan pada subjek penderita PJK, tabel tersebut memperlihatkan korelasi yang
bermakna (p=0,003 dan p=0,000). Korelasi antara kadar kolesterol dengan kedalaman poket
memperlihatkan kekuatan korelasi yang lemah (r= 0,375); sedangkan kadar kolesterol dan
kehilangan perlekatan memperlihatkan kekuatan korelasi yang sedang (r= 0,450). Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wu dkk. yang memperlihatkan korelasi
antara kadar kolesterol total dengan status periodontal, meskipun kekuatan korelasi pada
penelitian tersebut lemah.(Wu et al., 2000) Korelasi antara kadar kolesterol dengan status
periodontal tersebut dapat menawarkan kemungkinan hubungan antara PJK dengan status
periodontal, dimana hasil pada penelitian ini menunjukkan peningkatan kadar kolesterol pada
subjek PJK disertai dengan peningkatan pula pada kedalaman poket dan kehilangan perlekatan
jaringan periodontal. Penjelasan yang mungkin untuk menghubungkan perubahan yang terjadi
pada kolesterol pada pasien dengan inflamasi jaringan periodontal adalah adanya pembersihan
sitokin yang beredar dalam darah oleh partikel HDLmengakibatkan perubahan rasio aterogenik
dari HDL menjadi kolesterol.(Katz J,Flugelman MY, Goldberg A, 2002)Namun temuan pada
penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Saxlin dkk. yang berupa survey pada 8028
subyek di Finlandia yang menyatakan bahwa hubungan antara kadar kolesterol dan status
periodontal tidak bermakna pada masyarakat di Finlandia. Saxlin dkk. menyebutkan bahwa
perbedaan hasil survei mereka dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang kaitan kadar
kolesterol dengan status periodontal mungkin disebabkan kurangnya kontrol terhadap faktor-
faktor confounding dalam penelitiannya.(Saxlin et al., 2008)
Tabel 6 tentang analisis korelasi antara kadar kolesterol dengan kedalaman poket pada subjek
non PJK memperlihatkan korelasi yang bermakna (p=0,010). Kadar kolesterol dan kedalaman
poket menunjukkan kekuatan korelasi yang sedang (r= 0.404). Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Katz dkk. yang menyatakan secara statistik terdapat korelasi
antara kedalaman poket dan kadar kolesterol dalam darah, bahkan Katz dkk. menyatakan
korelasi antara keduanya merupakan korelasi yang kuat. Namun pada jurnalnya Kazt dkk.
menyatakan hasil pada penelitiannya tidak dapat digunakan untuk memastikan hubungan sebab
akibat di antara keduanya. (Katz J,Flugelman MY, Goldberg A, 2002)
Tabel 6 juga memperlihatkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar kolesterol
dengan perdarahan gingiva dan kehilangan perlekatan pada subyek non PJK (p= 0,313 dan
p=0,142). Hasil analisis yang tidak bermakna tersebut dapat disebabkan oleh distribusi
perdarahan gingiva dan kehilangan perlekatan yang tidak normal pada kelompok subjek non
PJK.
Hasil pada tabel 5 dan tabel 6 juga menawarkan kemungkinan hubungan antara risiko terjadinya
PJK dengan peningkatan status periodontal (kedalaman poket dan kehilangan perlekatan),
mengingat berdasarkan hasil penelitian ini peningkatan status periodontal pada subjek penelitian
memiliki korelasi terhadap peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Pada PJK telah ditetapkan
bahwa kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) merupakan faktor etiologi
klasik.Inflamasi yang terjadi pada jaringan periodontal dapat masuk ke dalam sirkulasi sistemik,
yang kemudian dapat merangsang terjadinya efek sistemik. Hubungan tersebut dapat dijelaskan
oleh peningkatan peredaran mediator kimiawi seperti IL-1, TNF-α, dan troboxane dapat
menyebabkan agregasi trombosit, adesi dan formasi dari sel foam yang mengandung lipid, serta
deposisi kolesterol pada arteri. Bakteri Gram negatif yang hadir pada sirkulasi sistemik akan
merangsang respon vaskular, diantaranya: infiltrasi sel inflamasi ke dalam dinding pembuluh
darah, degenerasi jaringan lipid pada vascular, serta koagulasi intravascular. Di samping itu
meningkatnya jumlah LPS akan meningkatkan ekspresi endothelial cell adhesion
molecules.(Anjana & Suresh, 2010)
Kesimpulan
Hasil pada penelitian ini menawarkan kemungkinan hubungan antara penyakit jantung koroner
dengan status periodontal.
Saran
Perlu dilakukan penelitian longitudinaldengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk
mendukung hasil yang telah ditemukan pada penelitian ini sehingga dapat diperoleh hubungan
yang jelas antara status periodontal dengan PJK.
Daftar referensi
A, M. (1997). Ischemic Heart Disease. Heart Disease (p. 1289). New York: Churchill
Livingstone.
Anjana, R., & Suresh, R. (2010). Periodontal infection – a risk for coronary artery disease.
http://medicastore.com/penyakit/11/penyakit jantung koroner.html.
Anwar TB, K. S. (1992). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. Cermin
Dunia Kedokteran, 8:152-156.
Augusta, M., Rebelo, B., & Queiroz, A. C. De. (2011). Gingival Indices : State of Art. In
Gingival Diseases - Their Aetiology, Prevention and Treatment (pp. 41–54). Intechopen.
Beck J, O. S. (1998). Periodontitis: A Risk Factor For Coronary Heart Disease? Ann Periodontol,
3, 127–141.
Belchets P, H. P. (2003). Diabetes Introduction. Mosby Colour Atlas and Endocrinology (pp. 5–
12). Edinburg: Mosby.
Carranza FA, & Takei HH. (2006). Clinical Diagnosis. In Newman MG, Takei H, Klokkevold P,
& Carranza FA (Eds.), Carranza’s Clinical Periodontology (10th ed., pp. 540 – 560). St.
Louis, Missouri: Saunders.
Chapple, I. L. C. (1996). Reviews Role of free radicals and antioxidants in the pathogenesis of
the inflammatory periodontal diseases, 247–255.
Comparison of Periodontal Destruction between Patients with Coronary Heart Disease and
Healthy Subjects Using Panoramic Radiography. (n.d.), 3–7. doi:10.5681/jpid.2012.002
D‟aiuto F, Parkar M, Nibali L, Suvan J, Lessem J, T. M. (2006). Periodontal Infection Cause In
Traditional Cardiovascular Risk Factors: Result From Randomized Controlled Clinical
Trial. Am Heart J, 151(977-84).
FB, B. (n.d.). Atherosclerosis. Retrieved from http://emedicine.medscape.com/article/150916-
overview
Fuster V, R. R., & EJ, A. (1997). Atherosclerosis and Coronary Artery Disease (5th ed.).
Philadelphia: Lippincou Raven.
Geismar, K., Stoltze, K., Sigurd, B., Gyntelberg, F., & Holmstrup, P. (2006). Periodontal Disease
and Coronary Heart Disease, (September), 1547–1554. doi:10.1902/jop.2006.050405
Gita, B., Sajja, C., & Padmanabhan, P. (2012). Are lipid pro fi les true surrogate biomarkers of
coronary heart disease in periodontitis patients ?: A case-control study in a south Indian
population, 16(1), 9–12. doi:10.4103/0972-124X.94601
Gustafsson A, A. B. (1996). Increased Release of Free oxygen Radicals From Peripheral
Neutrofil in Adult Periodontitis. J of Clin Periodontol, 23, 38–44.
Gustafsson, A., & Pockley, A. G. (2003). Risk factors for cardiovascular disease in patients with
periodontitis, 2099–2107. doi:10.1016/j.ehj.2003.09.016
I, F. (2000). Emerging relations between infectious diseases and coronary artery disease and
atherosclerosis. Canadian Medical Association Journal, 163, 49–56.
Indonesia, D. K. R. (2002). Profil Kesehatan Indonesia2001. Jakarta.
Jonhansson CS, Richter A, Lundstrom A, Thostensson H, R. N. (2008). Periodontal Conditions
in Patients With Coronary Heart Disease. J Clin Periodontol, 35:199-205.
Katz J,Flugelman MY, Goldberg A, H. M. (2002). Association Between Periodontal Pocket and
Elevated Cholesterol and LDL Cholesterol Levels. Int J Dent Hygiene, 73, 494–500.
Kemenkes RI. Situasi Kesehatan Jantung.; 2014. Available at:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
jantung.pdf. (n.d.).
Kinane D.F. (1998). Periodontal Disease Contribution To Cardiovascular Disease: An Overview
of Potensial Mechanism. Annals of Periodontology, 3, 142–150.
Kweider M, Lowe M, G.D.O Murray, G.D Kinane, D, F. D. . (1993). Dental Disease,
Fibrinogen, and White Cell Count; Links With Myocardial Infarction? Scott Med J, 38, 73–
74.
Li, X., Kolltveit, K. M., Tronstad, L., & Olsen, I. (2000). Systemic Diseases Caused by Oral
Infection, 13(4), 547–558.
Liu, J., Wu, Y., Ding, Y., & Meng, S. (2010). Evaluation of serum levels of C-reactive protein
and lipid profiles in patients with chronic periodontitis and / or coronary heart disease in an
ethnic Han population, 41(3), 239–248.
Lori Mosca, Barrett-Connor E, Wenger NK. Recent Advances in Preventive Cardiology and
Lifestyle Medicine Sex/Gender Differences in Cardiovascular Disease Prevention What a
Difference a Decade Makes. Circulation. 2011;124:2145–54. (n.d.).
Mahendra J ML, K. V. et al. (2010). 16S rRNA-based detection of oral pathogens in coronary
atherosclerosis plaque. Indian J Dent Res., 21, 248–252.
Masulili SLC, Prayitno SWA, Sutrisna B, A. E. (2008). A Perspective of Periodontal Systemic
Periodontal In Smokers In The Asian Pasific Region. In:Bartold PM, Ishikawa I, Zhang J,
(pp. 122–128). Adeleide: Asian Pasific Society of Periodontology.
Montebugnoli, L., Servidio, D., Ra, M., Prati, C., Tricoci, P., Melloni, C., & Melandri, G.
(2005). Periodontal health improves systemic inflammatory and haemostatic status in
subjects with coronary heart disease, 188–192. doi:10.1111/j.1600-051X.2005.00641.x
Munksgaard, C. (2001). On the association between cardiovascular disease and severe
periodontal disease, 865–868.
Navkiran. (2011). A study on the evaluation of periodontal status in patients with
hyperlipidemia. Indian Journal of Comprehensive Dental Care, 1(1), 47– 52.
Newman,Takei,Klokkevold, C. (2006). CARRANZA’S CLINICAL PERIODONTOLOGY (11'ed
ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier.
NHBLI. (2006). Artherosclerosis. Retrieved from
http://www.nhbli.nih.gov/health/dci/diseases/atherosclerosis/atherosclerosisWhatIs.html
Palmer RM, Wilson RF, Hasan AS, S. DA. (2005). Mechanisms of Action of Environmental
Factors – Tobacco Smoking. J Clin Periodontol, 32, 180–95.
Paquette DW, Nadine Bradola, T. C. (2007). Cardiovascular disease, inflammation and
periodontal infection. Periodontology 2000, 113–26.
Ramirez-tortosa, M. C., Quiles, J. L., Battino, M., Granados, S., Morillo, J. M., Bompadre, S., …
Bullon, P. (2010). Periodontitis is associated with altered plasma fatty acids and
cardiovascular risk markers. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases, 20(2),
133–139. doi:10.1016/j.numecd.2009.03.003
Rateitschack KH, Rateitschack EM, Wolf HF, H. T. (1989). Epidemiology and Indices.In:
Rateitchack KH,ed. Color Atlas of Periodontology (2nd ed., p. 37). New York: Thieme.
RC, P. (1998). The pathobiology of periodontal diseases may affect systemic disease. Annals of
Periodontology, 108–20.
Rufail ML, Shcenkein HA, Koertje TE, Best AM, Barbaur SE, Tew JG, et al. (2007).
Atherogenic Lipoprotein Parameter In Patients With Aggressive Periodontitis. J Periodont
Res, 42(495-502).
Saxlin, T., Suominen-Taipale, L., Kattainen, A., Marniemi, J., Knuuttila, M., & Ylöstalo, P.
(2008). Association between serum lipid levels and periodontal infection. Journal of
Clinical Periodontology, 35(12), 1040–7. doi:10.1111/j.1600-051X.2008.01331.x
Schenkein, H. a, & Loos, B. G. (2013). Inflammatory mechanisms linking periodontal diseases
to cardiovascular diseases. Journal of Clinical Periodontology, 40 Suppl 1, S51–69.
doi:10.1111/jcpe.12060
Soeroso Y, Masulili SLC, Prayitno SWA, Andrena KY, Sunarto H, L. R. (2009). Relationship
between periodontitis and coronary heart disease, level of total cholesterol, low density
lipoprotein and triglyceride in Health Sevices Centre in Indonesia in Bartold PM, Chung
KM: Periodontics Beyond the pocket. Proceeding of the 8th Asian Pacific Society of
Periodontology Meeting Singapore.
Spahr A KE, Khuseyinova N, et al. (2006). Periodontal Infections and Coronary Heart
Disease. ; Arch Intern Med, 166, 554–559.
Sridhar, R., Byakod, G., Pudakalkatti, P., & Patil, R. (2009). R Patil A study to evaluate the
relationship between periodontitis , cardiovascular disease and serum lipid levels.
doi:10.1111/j.1601-5037.2008.00318.x
Staff, M. C. (2005). Arteriosclerosis/artherosclerosis. Retrieved from
http:/www./mayoclinic.com/health/arteriosclerosis-artherosclerosis/DS00525
Thomas GW, K. S. (2003). Fundamental of Periodontics (2nd ed.). Quitessence Publishing
Co,Inc.
Thorstensson, H., Ravald, N., C, S. J., & Richter, A. (2008). Periodontal conditions in patients
with coronary heart disease : a case – control study, 199–205. doi:10.1111/j.1600-
051X.2007.01185.x
Tonetti MS, D‟aiuto F, Nibali L, Donald A, Storry C, Parkar M, et al. (2007). Treatment of
Periodontitis and Endothelial Function. N Engl J Med, 356, 911–20.
Wangsarahardja, K. (2005). Penyakit periodontal sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner,
24(3).
Willershausen, B., Kasaj, A., Willershausen, I., Blettner, M., Genth-zotz, S., & Mu, T. (2009).
Association between Chronic Dental Infection and Acute Myocardial Infarction, 35(5),
626–630. doi:10.1016/j.joen.2009.01.012
World Health Organization. The Word Health Report 2002. (n.d.). Retrieved from
Http//www.who.int/whr/en. World Health Organization. The Word Health Report 2002.
Access Verif July 16. 2003.
Wu, T., Trevisan, M., Genco, R. J., Falkner, K. L., Dorn, J. P., & Christopher, T. (2000).
Examination of the Relation between Periodontal Health Status and Cardiovascular Risk
Factors : Serum Total and High Density Lipoprotein Cholesterol , C-reactive Protein , and
Plasma Fibrinogen, 151(3), 13–15.