24
Chlorexidine-Alcohol versus Povidone Yodium untuk Antisepsis Daerah Operasi Rabih O. Darouiche, M.D., Matthew J. Wall, Jr., M.D., Kamal M.F. Itani, M.D., Mary F. Otterson, M.D., Alexandra L. Webb, M.D., Matthew M. Carrick, M.D., Harold J. Miller, M.D., Samir S. Awad, M.D., Cynthia T. Crosby, B.S., Michael C. Mosier, Ph.D., Atef AlSharif, M.D., and David H. Berger, M.D. ABSTRAK Latar Belakang Karena kulit pasien menjadi sumber utama dari patogen yang menyebabkan infeksi pada daerah operasi, optimaliasasi dari antisepsis praoperasi pada kulit dapat menurunkan infeksi pasca operasi. Kami menghipotesis bahwa pembersihan kulit praoperasi dengan klorheksidin-alcohol lebih protektif melawan infeksi dibanding povidone-yodium. Metode Kami secara random memilih orang yang menjalani operasi bersih terkontaminasi pada enam rumah sakit untuk persiapan kulit praoperasi dengan menggunakan baik gosokan klorheksidin-alcohol atau gosokan dan olesan povidone-yodium. Hasil pendahuluan didapatkan beberapa infeksi pada daerah operasi dalam 30 hari setelah operasi. Hasil sekunder termasuk tipe individu dari infeksi daerah operasi. Hasil

jurnal kulkel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: jurnal kulkel

Chlorexidine-Alcohol versus Povidone Yodium untuk Antisepsis Daerah Operasi

Rabih O. Darouiche, M.D., Matthew J. Wall, Jr., M.D., Kamal M.F. Itani, M.D., Mary F.

Otterson, M.D., Alexandra L. Webb, M.D., Matthew M. Carrick, M.D., Harold J. Miller, M.D.,

Samir S. Awad, M.D., Cynthia T. Crosby, B.S., Michael C. Mosier, Ph.D., Atef AlSharif, M.D.,

and David H. Berger, M.D.

ABSTRAK

Latar Belakang

Karena kulit pasien menjadi sumber utama dari patogen yang menyebabkan infeksi pada daerah

operasi, optimaliasasi dari antisepsis praoperasi pada kulit dapat menurunkan infeksi pasca

operasi. Kami menghipotesis bahwa pembersihan kulit praoperasi dengan klorheksidin-alcohol

lebih protektif melawan infeksi dibanding povidone-yodium.

Metode

Kami secara random memilih orang yang menjalani operasi bersih terkontaminasi pada enam

rumah sakit untuk persiapan kulit praoperasi dengan menggunakan baik gosokan klorheksidin-

alcohol atau gosokan dan olesan povidone-yodium. Hasil pendahuluan didapatkan beberapa

infeksi pada daerah operasi dalam 30 hari setelah operasi. Hasil sekunder termasuk tipe individu

dari infeksi daerah operasi.

Hasil

Dari total 849 sampel (409 dalam grup klorheksidin-alcohol dan 440 dalam grup povidone-

yodium) yang terkualifikasi untuk analisis pada sampel yang bertujuan untuk diteliti. Nilai

keseluruhan dari infeksi daerah operasi secara signifikan lebih rendah pada grup klorheksidin-

alcohol daripada grup povidine-yodium (9.5% banding 16.1%; P=0.004; risiko relative 0.59;

95% interval kepercayaan, 0.41 hingga 0.85). Klorheksidin-alkohol secara signifikan lebih

protektif daripada povidone-yodium dalam mencegah baik superfisial insisional infeksi (4.2%

banding 8.6%, P=0.008) maupun insisional infeksi dalam (1% banding 3%, P= 0.005) tetapi

tidak untuk melawan infeksi pada rongga atau organ (4.4% banding 4.5%). Serupa dengan hasil

pada pasien yang diobservasi dalam analisis per-protokol dari 813 pasien yang masih tetap

diteliti selama 30 hari periode follow up. Efek samping yang terjadi serupa pada kedua grup

sampel.

Page 2: jurnal kulkel

Kesimpulan

Pembersihan praoperasi pada kulit pasien dengan klorheksidin-alkohol lebih baik daripada

pembersihan dengan povidone-yodium untuk pencegahan infeksi daerah operasi setelah operasi

bersih terkontaminasi.

Page 3: jurnal kulkel

Meskipun tindakan pencegahan pra operasi dilaksanakan, dimana meliputi pembersihan

kulit dengan povidone-yodium, infeksi daerah operasi terjadi pada 300.000 sampai 500.000

pasien yang menjalani operasi di Amerika Serikat setiap tahun.1-6 Karena kulit pasien adalah

sumber utama patogen, dapat dibayangkan dengan meningkatkan antisepsis kulit akan

menurunkan infeksi daerah operasi.7 The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

merekomendasikan bahwa persiapan dengan dasar klorheksidin 2% digunakan membersihkan

daerah tempat dipasang vaskular catheters.8 Namun, CDC belum mengeluarkan rekomendasi

untuk antiseptik yang harus digunakan sebelum operasi untuk mencegah infeksi daerah operasi

pasca operasi pada 27 juta operasi yang dilakukan setiap tahun di Amerika Serikat.9 Terlebih,

tidak ada penelitian secara acak yang diterbitkan telah meneliti pengaruh salah satu persiapan

antiseptik dibandingkan dengan yang lain pada kejadian infeksi daerah operasi. Tujuan utama

dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas klorheksidin-alkohol dengan

povidone-yodium untuk mencegah infeksi daerah operasi. .

METODE

DESAIN PENELITIAN

Kami melakukan prospektif ini, percobaan klinis acak antara April 2004 dan Mei 2008 di

enam universitas yang bergabung dengan rumah sakit di Amerika Serikat. Dewan pengawas

institusi di setiap rumah sakit menyetujui protokol penelitian, dan surat persetujuan diperoleh

dari semua pasien sebelum pendaftaran. Uji coba peneliti dan pencetus ini disusun oleh penulis

pertama, yang juga bertindak sebagai sponsor penelitian, mendapatkan tempat, mengumpulkan

data, menulis versi pertama dan terakhir naskah, dan memutuskan dalam konsultasi dengan

penulis yang lain untuk mengajukan naskah untuk publikasi. Semua penulis menjamin

kelengkapan dan keakuratan dari data. Salah satu penulis, yang adalah seorang ahli statistik,

menganalisis data. Penulis satu-satunya dari Cardinal Health (produsen agen antiseptik yang

dipelajari) banyak sekali memberikan kontribusi untuk desain dan gambaran penelitian dan

merevisi naskah dengan kritis tetapi tidak memainkan peran dalam pengumpulan data atau

analisis. Semua penulis lain memiliki penuh akses ke data dan banyak sekali memberikan

kontribusi untuk analisis dan interpretasi data serta penulisan naskah.

Page 4: jurnal kulkel

PASIEN

Pasien 18 tahun atau lebih yang tengah menjalani operasi bersih terkontaminasi (yaitu,

kolorektal, usus halus, gastroesophageal, empedu, dada, ginekologi, urologi atau operasi yang

dilakukan dalam kondisi yang terkendali tanpa tumpahan berarti atau kontaminasi yang tidak

biasa) yang memenuhi syarat untuk pendaftaran. Kriteria eksklusi adalah sejarah alergi terhadap

klorheksidin, alkohol, atau iodophors; bukti infeksi pada atau berdekatan dengan daerah operasi,

dan dirasakan tidakmampu mengikuti pasien selama 30 hari setelah operasi.

INTERVENSI

Pasien yang terdaftar secara acak dalam 1:1 rasio untuk disiapkan kulit sebelum operasi

di daerah operasi baik digosok dengan aplikator yang mengandung 2% klorheksidin glukonat

dan 70% isopropyl alkohol (ChloraPrep, Cardinal Health) atau sebelum operasi digosok dan

kemudian dioles dengan larutan 10% povidone-yodium (Scrub Care Skin Prep Tray, Cardinal

Health). Lebih dari satu Klorheksidin-alkohol aplikator digunakan jika area cakupan melebihi 33

x 33 cm. Untuk membantu menyesuaikan dengan dua kelompok dan mengatasi potensi

perbedaan antar rumah sakit, pengacakan dibagi oleh rumah sakit dengan penggunaan komputer

yang menghasilkan pengacakan nomor tanpa menghalangi.

HASIL EFIKASI

Titik akhir utama dari penelitian ini adalah terjadinya infeksi dari daerah operasi dalam

waktu 30 hari setelah operasi. Dokter bedah yang mengoperasi jadi mengetahui intervensi yang

diberikan hanya setelah pasien dibawa ke ruang operasi. Baik pasien dan para peneliti daerah

infeksi yang mendiagnosis infeksi daerah operasi berdasarkan kriteria yang dikembangkan oleh

CDC9 tetap tidak mengetahui tugas kelompok. Titik akhir sekunder termasuk terjadinya jenis

individu infeksi daerah operasi. Ini diklasifikasikan sebagai superfisial insisional infeksi (yang

hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan dan dikecualikan abses yang dijahit), infeksi

insisional dalam (yang terlibat fasia dan otot), atau infeksi ruang organ (yang melibatkan organ

atau ruang selain lapisan diinsisi dari dinding tubuh yang dibuka atau dimanipulasi selama

operasi).9

PENILAIAN KLINIS

Evaluasi pra operasi termasuk anamnesa, pemeriksaan fisik, dan tes rutin hematologi dan

laboratorium kimia darah. Daerah operasi dan tanda-tanda vital pasien dinilai setidaknya sekali

sehari selama rawat inap, saat keluar, pada saat evaluasi tindak lanjut, dan setiap kali infeksi

Page 5: jurnal kulkel

daerah operasi terjadi. Setelah keluar, para peneliti memanggil pasien seminggu sekali selama

periode 30-hari follow up dan diatur untuk evaluasi klinis yang cepat jika infeksi

dicurigai. Setiap kali infeksi daerah operasi dicurigai atau didiagnosis, sampel mikrobiologis

yang secara klinis relevan dikultur. Penyidik yang tidak mengetahui penempatan kelompok

pasien menilai keseriusan semua kejadian buruk dan menentukan apakah terkait dengan

penelitian.

ANALISIS STATISTIK

Tingkat rata-rata dasar dari infeksi daerah operasi di enam rumah sakit yang berpartisipasi adalah

14% setelah operasi bersih terkontaminasi dengan persiapan kulit povidone-yodium, dan kami

memperkirakan bahwa mengganti klorheksidin-alkohol untuk povidone-yodium akan

mengurangi tingkat ini sampai 7%. Oleh karena itu, kami berencana untuk mendaftar sekitar 430

pasien dalam penelitian masing-masing kelompok yang dapat dievaluasi dalam rangka agar

penelitian untuk memiliki kekuatan 90% untuk mendeteksi perbedaan signifikan dalam tingkat

infeksi daerah operasi antara kedua kelompok, dengan two-tailed signifikansi level 0,05 atau

kurang.

Kriteria untuk memasukkan pasien dalam analisis sampel yang bertujuan untuk diteliti

termasuk pengacakan dan kemungkinan penerapan setiap penelitian persiapan antiseptik (yang

memerlukan dilakukannya operasi). Inklusi dalam per-protokol analisis memerlukan penerapan

persiapan penelitian sebelum operasi bersih terkontaminasi dan penyelesaian 30-hari follow up.

Data mandiri dan dewan pengawas keamanan terdiri seorang dokter penyakit infeksi, ahli bedah,

dan ahli statistik bertemu setiap tahun untuk meninjau pelaksanaan penelitian. Tidak ada kriteria

formal ditetapkan untuk menghentikan penelitian.

Arti penting dari perbedaan antara dua penelitian kelompok dalam hal karakteristik

pasien ditentukan dengan menggunakan tes Wilcoxon rank-sum untuk variabel kontinyu dan

Fisher exact tes untuk variabel kategorial. Untuk keberhasilan hasil, kami membandingkan

proporsi pasien dalam dua kelompok penelitian yang dapat dievaluasi dan yang memiliki semua

jenis infeksi daerah operasi, menggunakan uji Fisher exact dan menghitung risiko relatif infeksi

dan interval kepercayaan 95%. Konsistensi efek dari intervensi penelitian pada infeksi di

berbagai jenis operasi diperiksa dengan menggunakan interaksi tes. Untuk menentukan apakah

hasilnya konsisten di enam rumah sakit yang berpartisipasi, ditentukan tes Breslow Day untuk

homogenitas yang dilakukan. Untuk membandingkan proporsi pasien dalam dua kelompok

Page 6: jurnal kulkel

penelitian yang bebas dari infeksi daerah operasi sebagai fungsi dari lama waktu sejak operasi,

kami melakukan log-rank test pada Kaplan-Meier memperkirakan didasarkan pada analisis di

data untuk pasien yang tidak memiliki infeksi setelah disensor selama 30 hari setelah operasi.

Kedua frekuensi dari mengisolasi organisme tertentu dan kategori organisme dan kejadian yang

merugikan dan efek samping serius yang dibandingkan antara kelompok penelitian dengan

menggunakan Fisher exact test. Semua melaporkan nilai P didasarkan pada uji twotailed

signifikansi dan tidak disesuaikan untuk beberapa pengujian.

Kami melakukan analisis univariat dan multivariat untuk menilai apakah faktor risiko

memberikan kontribusi terhadap terjadinya infeksi daerah operasi. Analisis univariat untuk

faktor-faktor kategoris dilakukan dengan menggunakan Fisher exact tes. Untuk faktor kontinyus,

kami menggunakan model variabel tunggal logistic regresi yang melibatkan perkiraan persamaan

umum (GEE) ke laporan bagian rumah sakit sebagai efek acak. Analisis logistik regresi

multivariat yang juga disesuaikan dengan bagian rumah sakit sebagai efek acak (dengan cara

GEE) dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang dianggap signifikan (P ≤ 0,10) dengan analisis

univariat atau dianggap penting secara klinis. Faktor risiko yang dinilai adalah ditetapkan

sebelumnya dalam protokol, dan metode statistik yang sudah direncanakan sebelumnya kecuali

untuk inklusi dari bagian rumah sakit sebagai efek acak. Sejak beberapa jenis operasi tidak

menimbulkan infeksi pada kedua kelompok penelitian, sebuah variabel dikotomis - operasi

"abdominal" (termasuk kolorektal, empedu, usus halus, dan operasi gastroesophageal) versus

“nonabdominal" operasi (termasuk dada, ginekologi, dan operasi urologi) – adalah dibuat untuk

model GEE regresi logistik.

Page 7: jurnal kulkel

HASIL

PASIEN

Sebanyak 897 pasien secara acak ditugaskan untuk kelompok studi: 431 ke kelompok

klorheksidin-alkohol dan 466 pada kelompok povidone-yodium (Gambar 1). Dari 849 pasien

yang memenuhi syarat untuk sampel yang bertujuan untuk diteliti, 409 menggunakan

klorheksidin-alkohol dan 440 menggunakan povidone-yodium. Tiga puluh enam pasien

dikeluarkan dari perprotocol analisis: 25 menjalani operasi bersih daripada operasi bersih

terkontaminasi, 4 keluar dari penelitian 1 atau 2 hari setelah operasi, dan 7 meninggal sebelum

penyelesaian follow up 30-hari (4 dalam kelompok klorheksidin-alkohol dan 3 di kelompok

povidone-yodium). Oleh karena itu, 813 pasien (391 dalam kelompok klorheksidin-alkohol dan

Page 8: jurnal kulkel

422 di kelompok povidone-yodium) termasuk dalam per-protokol analisis. Para pasien dalam

kedua kelompok penelitian adalah serupa dalam hal karakteristik demografi, penyakit dahulu,

faktor risiko untuk infeksi, paparan antimikroba, dan durasi dan jenis operasi (Tabel 1). Semua

pasien menerima antibiotik profilaksis sistemik dalam 1 jam sebelum insisi awal, dan tidak ada

perbedaan signifikan dalam jenis atau jumlah antibiotik diberikan kepada dua kelompok

penelitian, bahkan bila hanya pasien yang menjalani kolorektal operasi dipertimbangkan (Tabel

2).

Page 9: jurnal kulkel

NILAI INFEKSI

Untuk pasien dalam populasi sampel yang bertujuan untuk diteliti, nilai keseluruhan

infeksi daerah operasi secara signifikan lebih rendah pada kelompok klorheksidin-alkohol (9,5%)

dibandingkan kelompok povidone-yodium (16,1%, P = 0,004) (Tabel 2). Risiko relatif infeksi

daerah operasi di antara pasien yang kulitnya sebelum operasi dibersihkan dengan klorheksidin-

alkohol dibandingkan povidone-yodium adalah 0,59 (95% confidence interval [CI], 0,41-0,85).

Demikian pula, klorheksidin-alkohol dikaitkan dengan secara signifikan lebih sedikit pada

infeksi insisional superfisial (risiko relatif 0,48, 95% CI, 0,28-0,84) dan infeksi insisional dalam

(risiko relatif 0,33, 95% CI, 0,11-1,01). Namun, tidak ada yang perbedaan signifikan antara

kedua kelompok penelitian pada kejadian infeksi ruang-organ (risiko relatif, 0,97, 95% CI, 0,52-

1,80) atau sepsis dari infeksi daerah operasi (risiko relatif, 0,62, 95% CI, 0,30 untuk 1,29).

Analisis per-protokol menghasilkan hasil efikasi yang serupa. Kaplan-Meier

memperkiraan risiko infeksi daerah operasi (Gambar 2) menunjukkan secara signifikan lebih

lama waktu untuk infeksi setelah operasi pada kelompok klorheksidin-alkohol daripada di

kelompok povidone-yodium (P = 0,004 dengan logrank yang test).

Interaksi antara kelompok perlakuan dan jenis operasi (abdominal vs nonabdominal)

termasuk dalam model regresi logistik dengan efek utama dari kelompok dan jenis operasi dan

ternyata tidak signifikan (P = 0,41). Bila dianggap secara terpisah dalam analisis subkelompok

(Tabel 3), tingkat infeksi setelah operasi perut adalah 12,5% pada kelompok klorheksidin-

alkohol dibandingkan 20,5% pada kelompok povidone-yodium (95% CI untuk perbedaan mutlak

[klorheksidin-alkohol dikurangi povidone-yodium], -13,9 sampai -2,1 untuk persentase poin).

Untuk pasien yang menjalani operasi nonabdominal, tingkat infeksi adalah 1,8% pada kelompok

klorheksidin-alkohol dibandingkan 6,1% pada kelompok povidone-yodium (95% CI untuk

mutlak perbedaan, -7,9 sampai 2,6 persen).

Baik sampel yang bertujuan untuk diteliti (Tabel 3) dan analisis pre-protokol

menunjukkan tingkat yang lebih rendah pada infeksi daerah operasi kelompok klorheksidin-

alkohol dibandingkan pada kelompok povidone-yodium untuk masing-masing dari tujuh jenis

operasi yang diteliti. Meskipun percobaan ini tidak didukung untuk membandingkan tingkat

infeksi untuk sub-kategori pasien, infeksi terjadi secara signifikan lebih jarang pada kelompok

klorheksidin-alkohol daripada di kelompok povidone-yodium dalam analisis “bertujuan untuk

Page 10: jurnal kulkel

diteliti” untuk pasien yang menjalani operasi usus halus (P = 0,04) atau operasi abdominal (P =

0,009) atau yang tidak mandi sebelum operasi (P = 0,02).

Breslow Day tes menunjukkan homogenitas dalam menunjukkan tidak ada perbedaan

signifikan antara rumah sakit sehubungan dengan kejadian baik semua jenis infeksi daerah

operasi (P = 0,35) atau jenis infeksi individual (P ≥ 0,19). Meskipun demikian, kita melaporkan

untuk bagian rumah sakit di semua model regresi logistik dengan memasukkan istilah ini sebagai

efek acak melalui penggunaan GEE.

ANALISIS FAKTOR RISIKO

Analisis regresi logistik multivariat mengidentifikasi faktor-faktor risiko berikut untuk

infeksi daerah operasi pada populasi “bertujuan diteliti”: penggunaan dari povidone-yodium,

operasi abdominal, penyalahgunaan alkohol, sirosis hati, kanker, diabetes melitus, kekurangan

gizi, penyakit pencernaan, lama durasi operasi, lama durasi dari penempatan drain bedah, dan

mandi pra operasi dengan povidone-yodium. Karena analisis faktor risiko lain dari intervensi

yang diberikan merupakan sebuah analisis eksplorasi, yang melibatkan beberapa uji statistik

simultan, bisa mengembangkan kemungkinan dari sebuah temuan positif palsu (tipe II error).

MIKROBIOLOGI. PENYEBAB INFEKSI

Kultur dari daerah operasi pada 60 dari 61 pasien yang terinfeksi menghasilkan

pertumbuhan organisme (total 107 isolat), dan proporsi yang sama dari pasien yang terinfeksi

dalam kedua kelompok penelitian (23 dari 39 [59%] pada kelompok klorheksidin-alkohol dan 37

dari 71 [52%] pada kelompok povidone-yodium) memiliki penyebab mikrobiologis yang bisa

diidentifikasi infeksi. Bakteri gram-positif aerobik (63 isolat) melebihi bakteri gram-negative

aerobik (25 isolat) dengan faktor dari 2,5, dan 38% dari kultur polimikroba. Tidak ada perbedaan

signifikan pada frekuensi pemisahan di kategori tertentu dari organisme atau organisme tertentu

dalam kelompok klorheksidin- alkohol (total 44 isolat) dibandingkan dengan kelompok

povidone-yodium (total 63 isolat), dengan pengecualian streptokokus, yang kurang sering terjadi

pada kelompok terdahulu (1 dari 44 [2,3%] vs 10 dari 63 [15,9%], P = 0,03).

EFEK SAMPING

Dalam “bertujuan untuk dianalisis”, efek samping terjadi dalam proporsi yang sama

antara pasien pada kelompok klorheksidin-alkohol dan kelompok povidone-yodium (228 dari

409 [55,7%] dan 256 dari 440 [58,2%], masing-masing), sebagaimana efek samping yang serius

terjadi (72 dari 409 [17,6%] dan 70 dari 440 [15,9%], masing-masing). Temuan serupa di per-

Page 11: jurnal kulkel

protokol analisis. Tiga pasien (0,7%) di setiap kelompok penelitian memiliki efek samping

(pruritus, eritema, atau keduanya sekitar luka bedah) yang dinilai berhubungan dengan obat yang

diteliti, namun, tidak ada efek samping serius yang dinilai terkait dengan obat yang diteliti. Tidak

ada kasus kulit terbakar api atau bahan kimia di ruang operasi. Sebanyak tujuh pasien meninggal:

empat (1,0%) pada kelompok klorheksidin-alkohol yang tidak terjadi infeksi didaerah operasi

dan tiga (0,7%) pada kelompok povidone-yodium yang meninggal akibat sepsis karena infeksi

ruang-organ.

Page 12: jurnal kulkel

PEMBAHASAN

Penelitian secara acak telah membandingkan efikasi yang berbeda tipe10-13 atau dosis14,15 dari

sistemik antibiotik untuk mencegah infeksi daerah operasi tapi bukan pengaruh antisepsis kulit

praoperasi. Dalam penelitian secara acak, penerapan klorheksidin-alkohol mengurangi risiko

infeksi daerah operasi sebesar 41% dibandingkan dengan yang paling umum dilakukan di

Amerika Serikat menggunakan aqueous povidone-yodium.7 Tingkat perlindungan ini mirip

dengan 49% penurunan risiko pada infeksi vaskular kateter terkait aliran darah dalam meta-

analisis yang menunjukkan superioritas desinfeksi kulit dengan klorheksidin-basa solusi

dibanding povidone-yodium 10%.16 Meskipun secara keseluruhan tingkat infeksi daerah operasi

10 sampai 16% pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan di beberapa penelitian

sebelumnya,17,18 mereka mirip dengan nilai rata-rata pada rumah sakit yang berpartisipasi dan

mereka dilaporkan dalam penelitian lain13 dan lebih rendah dari nilai yang dilaporkan dalam uji

yang menggunakan definisi CDC dari infeksi dan memiliki follow-up yang adekuat,11,12,19 seperti

yang kita lakukan dalam percobaan ini. Atas dasar temuan kami, perkiraan jumlah pasien yang

akan perlu menjalani persiapan kulit dengan klorheksidin-alkohol bukan povidone-yodium untuk

mencegah satu kasus infeksi daerah operasi adalah sekitar 17.

Meskipun kedua persiapan antiseptik yang kami mempelajari miliki aktivitas spektrum

luas antimikroba,9 perlindungan klinis yang unggul diberikan klorheksidin-alkohol mungkin

berhubungan dengan cepat kerjanya, aktivitas persisten meskipun terekspos cairan tubuh, dan

Page 13: jurnal kulkel

efek residu. Keunggulan efikasi klinis klorheksidin-alkohol dalam penelitian kami berkorelasi

baik dengan penelitian mikrobiologis sebelumnya yang menunjukkan bahwa klorheksidin

berdasar persiapan antiseptik lebih efektif daripada yodium yang mengandung solusi dalam

mengurangi konsentrasi bakteri di daerah operasi untuk vagina hysterectomy21 dan operasi kaki

serta pergelangan kaki.22,23 Meskipun menggunakan produk dasar alkohol yang mudah terbakar

dalam ruang operasi menimbulkan risiko, meskipun kecil, dapat membakar kulit dengan api atau

bahan kimia, tidak ada efek samping terjadi dalam penelitian ini atau penelitian lainnya.

Dalam percobaan ini kita secara universal menjalankan standart tindakan pencegahan

(misalnya, memberikan profilaksis antibiotik sistemik dalam waktu 1 jam sebelum sayatan

pertama dibuat dan, jika diperlukan, memangkas rambut segera sebelum operasi), tetapi rumah

sakit diizinkan untuk melanjutkan kebiasaan mereka yang sudah ada sebelumnya, yang

berpotensi tetapi tidak pasti memiliki efikasi pelindung (misalnya, mandi pra operasi). Namun,

kami mengontrol efek perbedaan dalam praktek di rumah sakit dengan menggunakan

pengacakan stratifikasi rumah sakit, yang memastikan kecocokan dari dua kelompok penelitian

seperti hasil percobaan yang berlaku secara luas mewakili populasi pasien rawat inap.

Karena antiseptik bertindak hanya terhadap organisme yang berada di lapisan atas kulit

pasien, secara keseluruhan keunggulan perlindungan yang diberikan oleh klorheksidin-alkohol

terutama untuk menurunkan tingkat infeksi insisional dangkal dan dalam yang sebagian besar

disebabkan oleh gram positif flora kulit. Karena dua pertiga dari infeksi daerah operasi terbatas

pada sayatan, mengoptimalkan antisepsis kulit sebelum operasi dapat memberikan hasil

signifikan klinis bermanfaat.

.

Page 14: jurnal kulkel

DAFTAR ISI

1. Wolf JS Jr, Bennett CJ, Dmochowski RR, Hollenbeck BK, Pearle MS, Schaeffer AJ. Best

practice policy statements on urologic surgery antimicrobial prophylaxis. J Urol 2008;179:1379-

90. [Erratum, J Urol2008;180:2262-3.]

2. Hawn MT, Itani KM, Gray SH, Vick CC, Henderson W, Houston TK. Association of timely

administration of prophylactic antibiotics for major surgical procedures and surgical site

infection. J Am Coll Surg 2008;206:814-9.

3. Belda FJ, Aguilera L, Garcia de la Asunción J, et al. Supplemental perioperative oxygen and

the risk of surgical wound infection: a randomized controlled trial. JAMA 2005;294:2035-42.

[Erratum, JAMA 2005;294:2973.]

4. Kurz A, Sessler DI, Lenhardt R. Perioperative normothermia to reduce the incidence of

surgical-wound infection and shorten hospitalization. N Engl J Med 1996;334:1209-15.

5. Yasunaga H, Ide H, Imamura T, Ohe K. Accuracy of economic studies on surgical site

infection. J Hosp Infect 2007; 65:102-7.

6. Kirkland KB, Briggs JP, Trivette SL,Wilkinson WE, Sexton DJ. The impact of surgical-site

infections in the 1990s: attributable mortality, excess length of hospitalization, and extra costs.

Infect Control Hosp Epidemiol 1999;20:725-30.

7. Napolitano LM. Decolonization of the skin of the patient and surgeon. Surg Infect (Larchmt)

2006;7:Suppl 3:S3-S15.

8. O’Grady NP, Alexander M, Dellinger EP, et al. Guidelines for the prevention of intravascular

catheter-related infections. Infect Control Hosp Epidemiol 2002;23: 759-69.

9. Mangram AJ, Horan TC, Pearson ML, Silver LC, Jarvis WR. Guideline for prevention of

surgical site infection, 1999: Hospital Infection Control Practices Advisory Committee. Infect

Control Hosp Epidemiol 1999;20:250-78.

10. Ishizaka K, Kobayashi S, Machida T, Yoshida K. Randomized prospective comparison of

fosfomycin and cefotiam for prevention of postoperative infection following urological surgery.

J Infect Chemother 2007;13:324-31.

11. Itani KMF, Wilson SE, Awad SS, Jensen EH, Finn TS, Abramson MA. Ertapenem versus

cefotetan prophylaxis in elective colorectal surgery. N Engl J Med 2006; 355:2640-51.

Page 15: jurnal kulkel

12. Milsom JW, Smith DL, Corman ML, Howerton RA, Yellin AE, Luke DR. Doubleblind

comparison of single-dose alatrofloxacin and cefotetan as prophylaxis of infection following

elective colorectal surgery. Am J Surg 1998;176:6A Suppl:46S-52S.

13. Arnaud JP, Bellissant E, Boissel P, et al. Single-dose amoxycillin-clavulanic acid vs.

cefotetan for prophylaxis in elective colorectal surgery: a multicentre, prospective, randomized

study. J Hosp Infect 1992; 22:Suppl A:23-32.

14. Fujita S, Saito N, Yamada T, et al. Randomized, multicenter trial of antibiotic prophylaxis in

elective colorectal surgery: single dose vs 3 doses of a second-generation cephalosporin without

metronidazole and oral antibiotics. Arch Surg 2007;142: 657-61.

15. Mohri Y, Tonouchi H, Kobayashi M, et al. Randomized clinical trial of single versus

multiple-dose antimicrobial prophylaxis in gastric cancer surgery. Br J Surg 2007;94:683-8.

16. Chaiyakunapruk N, Veenstra DL, Lipsky BA, Saint S. Klorheksidin compared with

povidone-yodium solution for vascular catheter-site care: a meta-analysis. Ann Intern Med

2002;136:792-801.

17. Uchiyama K, Takifuji K, Tani M, et al. Prevention of postoperative infections by

administration of antimicrobial agents immediately before surgery for patients with

gastrointestinal cancers. Hepatogastroenterology 2007;54:1487-93.

18. Greif R, Akça O, Horn E-P, Kurz A, Sessler DI. Supplemental perioperative oxygen to

reduce the incidence of surgical-wound infection. N Engl J Med 2000; 342:161-7.

19. Smith RL, Bohl JK, McElearney ST, et al. Wound infection after elective colorectal

resection. Ann Surg 2004;239:599-605.

20. Denton GW. Klorheksidin. In: Block SS, ed. Disinfection, sterilization, and preservation. 5th

ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2001:321-36.

21. Culligan PJ, Kubik K, Murphy M, Blackwell L, Snyder J. A randomized trial that compared

povidone yodium and klorheksidin as antiseptics for vaginal hysterectomy. Am J Obstet Gynecol

2005; 192:422-5.

22. Ostrander RV, Botte MJ, Brage ME. Efficacy of surgical preparation solutions in foot and

ankle surgery. J Bone Joint Surg Am 2005;87:980-5.

23. Bibbo C, Patel DV, Gehrmann RM, Lin SS. Klorheksidin provides superior skin

decontamination in foot and ankle surgery: a prospective randomized study Clin Orthop Relat

Res 2005;438:204-8.

Page 16: jurnal kulkel

24. Tanner J, Woodings D, Moncaster K. Preoperative hair removal to reduce surgical site

infection. Cochrane Database Syst Rev 2006;2:CD004122.

25. Webster J, Osborne S. Preoperative bathing or showering with skin antiseptics to prevent

surgical site infection. Cochrane Database Syst Rev 2007;2:CD004985.