39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas Bronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea oleh berbagai sebab (Purnawan Junadi; 1982; 206). Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (Ngastiyah; 1997; 36). Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37). Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual maupun potensial akibat adanya efusi pleura antara lain adalah ketidak efektifan pola nafas, gangguan rasa nyaman, gangguan pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat, kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, gangguan pemenuha kebutuhan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan pasien serta masih banyak lagi permasalahan lain yang mungkin timbul. 1.2 Tujuan 1) Tujuan Umum Tujuan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan bronkhitis ini adalah agar mahasiswa 1

Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nain

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakang Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas Bronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea oleh berbagai sebab (Purnawan Junadi; 1982; 206).Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (Ngastiyah; 1997; 36).Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37). Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual maupun potensial akibat adanya efusi pleura antara lain adalah ketidak efektifan pola nafas, gangguan rasa nyaman, gangguan pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat, kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, gangguan pemenuha kebutuhan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan pasien serta masih banyak lagi permasalahan lain yang mungkin timbul.1.2 Tujuan1) Tujuan UmumTujuan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan bronkhitis ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada bronkhitis.2) Tujuan KhususAgar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang :1. Konsep dasar bronkhitis2. Pengkajian3. Diagnose keperawatan4. Pelaksanaan5. Evaluasi

BAB IItinjauan pustaka

A. laporan pendahuluan 2.1 DEFINISIBronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea oleh berbagai sebab (Purnawan Junadi; 1982; 206).Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (Ngastiyah; 1997; 36).Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37).

2.2 Etiologi Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae (Ngastiyah; 1997; 37).Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Purnawan Junadi; 1982; 206).Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis (Ngastiyah; 1997; 37).

2.3 MANIFESTASI KLINISGejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.

Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala:1. Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.2. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental.3. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda4. tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

2.4 PathofisiologiVirus dan kuman biasa masuk melalui port de entry mulut dan hidung dropplet infection yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.

Alergen

Aktivasi IG.E

Peningkatan pelepasan histamin

Infeksi sekunder oleh beberapa penyakitVirus/ bakteri memasuki tubuh (bakterimia/ viremia)Edema mukosa sel goblet memproduksi mukus

Demam Batuk kering, setelah 2-3 batuk mulai berdahak dan timbul lendir.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafasMungkin dahak berwarna kuning (infeksi sekunder)Hipertermia

Malaise

Peningkatan frekwensi pernafasanNutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan keseimbangan cairanPerubahan pola nafas Penggunaan otot-otot bantu pernafasan.

Nyeri pada retrosternal

(Purnawan Junadi; 1982; 207).2.5 PrognosisBila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah; 1997; 37).KomplikasiAda beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :1. Bronchitis kronik2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.3. Pleuritis.Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.4. Efusi pleura atau empisema5. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.6. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.7. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas.8. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.9. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas.10. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.Pemeriksaan Fisik1. Inspeksi : Penderita tampak sakit, berkeringat, demam, panas tinggi, napas cuping hidung, napas cepat dan dangkal, pada anak sering terjadi sianosis, sputum banyak (warnanya dapat berwarna hijau, putih atau kuning), batuk berdahak.2. Palpasi :Ditemukan bunyi napas, menyebar, lembab kasar atau lembut dan kadang tampak normal.3. Perkusi :Terdapat keadaan hipersonan pada daerah paru (mis. Jebakan udara dengan emfisema) bunyi pekak pada daerah paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa), sonor.4. Auskultasi : Terdapat suara abnormal berupa wheezing dan ronki

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Sinar X (fhoto thorax) : untuk mengetahui adanya peningkatan tanda broncovaskuler. Volume residu : meningkat pada bronkitis2. GDA : Paling sering Pa.CO2 menurun PaCO2 normal atau meningkat.3. Sputum : kultur untuk menentukan adanya infeksi.4. Laboratorium : darah lengkap2.7 PENATALAKSANAAN MEDISPenatalaksanaan medis dari penyakit bronkhitis tergantung dari penyebab, Antibiotika misalnya : Penisilin Prokain G 500.000 U I m 3 kali sehari. Ampisilin 4 x 250 500 mg per Os Tetrasiklin 4 x 250 500 mg per Os

Perbaiki keadaan Umum : Masukan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi dan untuk mengencerkan sputum. Bila ada alergi diberikan antihistamin, bila ada bronkhospasme diberikan bronkhodilator bila batuk produktif diberikan ekspektoran untuk memudahkan pengeluaran riak, demam diatasi dengan antipiretik, misalnya aspirin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL DARI BRONKHITIS1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.Tujuan:Jalan nafas bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan, dengan kriteria:Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu, frekwensi nafas dalam batas normal, suara nafas bronchovesikuler. Intervensi:a. Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan.b. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien.R/ Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan.c. Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektifR/ Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat. d. Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran.R/ Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.e. Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.f. R/ Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen.2. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe.Tujuan:Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan dengan kriteria:Produksi urine dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, denyut nadi dalam batas normal dan teraba penuh, ubun-ubun besar datar, mata tidak cowong.Intervensi:a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari pemberian minum yang adekuat.R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.b. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum yang adekuat.R/ Intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan.c. Kolaborasi dalam pemberian cairan perparenteral.R/ anak yang mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam asupan perenteral/ per os.d. Observasi intake dan outputR/ mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi defisit cairan. e. Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum.R/ Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan perubahan pada tanda vital, produksi urine.3. Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremiaTujuan:Suhu tubuh dalam batas normal setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria:Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.Intervensi:a. Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan.b. Berikan kompres.R/ Penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres.c. Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.R/ Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.d. Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat untuk klien.R/ Penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi.e. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.R/ Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus.f. Observasi tanda-tanda vital.R/ Peningkatan suhu tubuh mencerminkan masih adanya bakterimia, viremia 4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea, vomiting, malaise.Tujuan:Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria:Berat badan dalam batas normal, terjadi peningkatan berat badan, klien mau menghabiskan makanan yang disajikan.Intervensi:a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat.R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan.b. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik.R/ Merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal.c. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.R/ Dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah. d. Kolaborasi dalam pemberian vitamin/ roboransia.R/ Roboransia memberikan efek dalam peningkatan nafsu makan.e. Observasi kemampuan klien dalam menghabiskan makanan, berat badan.R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.

5. Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, penggunaan alat-alat medis yang asing (tak dikenal).Tujuan: Rasa cemas berkurang setelah mendapat penjelasan dengan kriteria:Klien mengungkapkan sudah tidak takut terhadap tindakan perawatan, klien tampak tenang, klien kooperatif.Interevensi:a. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan.R/ Penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.b. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan perawatan klien.R/ Peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien.c. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan.R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.6. Kurang pengetahuan (pengobatan asthma, olah raga, alergen) berhubungan dengan terbatasnya informasiTujuan:Keluarga memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan penjelasan dengan kriteria: Keluarga mampu menjelaskan lagi tentang pengobatan dan penatalaksanaan pada klien Bronchitis dengan menggunakan bahasanya sendiri. Intervensi:a. Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronchitis pada anak.R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga mengerti tujuan dilakukannya pemberian terapi/ pengobatan.b. Jelaskan pada keluarga tentang olahraga yang dapat dilakukan.R/ Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan compliance paru.c. Jelaskan pada keluarga tentang efek samping penggunaan obat-obatan.R/ Mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan.d. Observasi pengetahuan keluarga tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas.R/ Kemampuan keluarga dalam memberikan penjelasan mencerminkan tingkat pemahaman keluarga.

BAB IIILAPORAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK N DENGAN BRONKHITIS DIBANGSAL MELATI RSU MATARAM

3.1 NARASI KASUSIbu mengungkapkan An. N sejak minum es batuk terus menerus selama 2 hari, bila untuk lari anak merasa sesak2 hari sebelum kunjungan ke poli alergi, klien minum es + jam setelah klien minum es klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke Poli Anak RSU mataram Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak batuk-batuk, tampak agak sesak, tekanan darah 100/70 mmHg nadi 92 x/mnt, suhu 37OC, pernafasan 26 x/mnt teratur.

3.2 PengkajianPengkajian dilakukan pada tanggal 7 desember 2011 pukul 10.00 WIB di Bangsal Melati RSU MATARAM1. IDENTITAS KLIEN / BIODATANama: An. NTempat tanggal lahir: majeluk, 3 Februari 2000Usia: 11 tahun (anak pertama)Jenis kelamin: perempuan.Nama ayah/ ibu: Tn. S/ Ny. TPendidikan ayah/ ibu: SMA/ SMAAgama : IslamSuku bangsa: sasak/ IndonesiaAlamat: majelukNo. RM: 10135091Sumber informasi: Ibu dan anakDiagnosa medis: Bronkhitis alergika.Identitas penanggungjawabNama: Ny.T Umur: 45tahunBangsa: indonesiaAgama: islamPendidikan: SLTAPekerjaan: IRTHubingan dengan klien: ibuAlamat: majeluk

2. RIWAYAT KEPERAWATAN1) Keluhan utamaIbu mengungkapkan An. N sejak minum es batuk terus menerus selama 2 hari, bila untuk lari anak merasa sesak.2) Riwayat penyakit sekarang2 hari sebelum kunjungan ke poli alergi, klien minum es + jam setelah klien minum es klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke Poli Anak RSU mataram3) Riwayat penyakit dahuluKlien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai dengan sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi kemudian klien periksa dan rutin kontrol selama + tahun. Pada usia 10 tahun kambuh lagi setelah memakan buah melon. Klien bisa memenuhi kebutuhan tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dikonsumsi anakanya terutama hal-hal yang dingin yang dapat menyebabkan alergi. 4) Riwayat penyakit keluargaIbu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah kelengkeng, tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma.

Genogram :

5) Riwayat kehamilan dan persalinanKlien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis, menurut ibu klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. Klien minum ASI sampai usia 6 bulan, PASI dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5 tahun. Susu yang diberikan adalah Lactogen.6) Riwayat imunisasiKlien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio, DPT, Campak dan hepatitis.7) Riwayat nutrisiIbu mengungkapkan An. N diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai pada saat usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu diberikan pada saat anak berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 34 kg, TB 140 cm. Ibu mengungkapkan anak sulit makan selam sakit ini, makanan yang disajikan tidak pernah dihabiskan.8) Riwayat tumbuh kembangPada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini bersekolah di SD kelas 5. Selama sekolah ini klien tidak pernah tinggal kelas, anak sering menghias kamarnya.9) Data PsikososialIbu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat. Pendapatan keluarga + 750.000,-/ bulan

10) Kebutuhan bio-psiko-sosial-spritual menurut dorothea orem1. Pola nutrisiSebelum sakit: ibu klien mengatakan anaknya biasa makan 3xsehari dengan nasi,sayur dan lauk,nafsu makan klien baikSaat sakit: ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya agak menurun 2. Pola eliminasiSebelum sakit:ibu klien mengatakan klien biasa BAB 1-2xsaehari,dengan konsisten padat,warna kuning,BAK 3-4xsehari dengan bau khas urine.Saat sakit:ibu klien mengatakan klien tidak ada masalah dengan BAB dan BAKnya3. Pola personal hygieneSebelum sakit:ibu klien mengatakan biasa mandi 2xsehari dengan menggunnakan sabun,sikat gigi sehabis makan dan shampoo 2-3xsehari.Saat sakit:ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mandi hanya di lap-lap sajadan klien tidak pernah shampoo sikat gigi 1xsehari.4. Pola istirahat tidurSebelum sakit:klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidurSaat sakit:klien mengalami gangguan dalam istirahat tidur karena merasa gelisah dengan penyakit yang diderita dan lingkungan yang kurang nyaman tidur 3-4 jam.5. Pola aktivitas dan latihanSebelum sakit:ibu klien mengatakaqn anaknya tidak mengalami gangguan dalam aktivitas dan klien biasa melakukan pekerjaan rumah sehari-hari.Saat sakit:ibu klien mengatakan anaknya mengalami gangguan dalam beraktivitas karena sesalk yang dirasakan

6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatanSebelum sakit:ibu klien mengatakan anaknya tidakl ada kebiasaan jajan sembarangan dan membeli makanan di jalanan begitu juga saat sakit.

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (HEAD-TO-TOE).1) Keadaan umum Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak batuk-batuk, tampak agak sesak, tekanan darah 100/70 mmHg nadi 92 x/mnt, suhu 37OC, pernafasan 26 x/mnt teratur.2) Kepala dan leher Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata, terpotong pendek. Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada. Telinga tidak ada serumen. Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa sakit/ nyeri, tidak ada kaku kuduk. 3) Dada dan thoraks Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu pernafasan ringan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur. 4) Abdomen Bentuk supel, tidak ada meteorismus, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada nyeri tekan, hepar dan limpa tidak teraba.5) Ekstrimitas Tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk masing-masing ekstrimitas. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi.4. DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDISDL: Hb 13 gr %, LED14-28, leukosit 6800, diff. Count -/ -/ 2/ 61 / 35/ 2 Pemeriksaan alergi: House dust 10,3 mm, tomat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm.Foto thoraks: Tidak didapatkan kelainan, sinus phrenicostalis tajam.

5. 1

3.3 ANALISA DAN SINTESA DATADataEtiologiMasalah

S:

O:Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu. Wheezing +/+. Rhonci +/+. RR 26 x/mnt, teratur. Retraksi intercosta ringan. Pergerakan dada simetris, irama nafas teratur

Alergen

Aktivasi Ig. E

Pengeluaran histamin

Organ target (saluran pernafasan)

Edema mukosa

Peningkatan produksi mucusBersihan jalan nafas

S:

O: Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi. Klien menderita alergi sejak 10 bulan dan kambuh kembali pada usia 2 dan 10 tahun.Klien batuk disertai sputum, agak sesak, RR 26 x/mnt.

Alergi

Membutuhkan pengetahuan orang tua dan kepatuhan anak untuk penghindaran alergen

Tidak patuh

Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen pengobatan Penatalaksanaan regimen tidak efektif

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATANa. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu, Wheezing +/+, Rhonci +/+, RR 26 x/mnt, teratur, Retraksi intercosta ringan.b. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen pengobatan berhubungan dengan ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi3.5 INTERVENSINo.HarI/TANGGAL/JAMDIAGNOSA KEPERAWATAN NOCNICRasional

1

2Kamis,8 desember 2011 10.30

Kamis 8 desember 201111.30 wib

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu, Wheezing +/+, Rhonci +/+, RR 26 x/mnt, teratur, Retraksi intercosta ringan.

c. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen pengobatan berhubungan dengan ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :1. Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu2. frekwensi nafas dalam batas normal 15-30 x/mnt.3. suara nafas broncho vesikuler.

Orang tua mengetahui faktor-faktor yang mem pengaruhi timbulnya alergi. Orang tua mengetahui cara dan tindakan yang dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen.1) Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.2) Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien.3) Ajarkan pada keluarga fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif

4) Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran. Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.

a. Berikan penyuluhan pada keluarga tentang bahan-bahan terutama makanan yang menjadi bahan alergen bagi anak.b. Diskusikan dengan keluarga mengenai alternatif tindakan yang mungkin dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen.c. Berikan positif reinforcement pada orang tua dan anak jika kooperatif

1. Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan.

2. Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan

3. Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat4. Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan5. Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen, suplai oksigen yang cukup merupakan tanda jalan nafas sudah bebas dan patent

a. Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga koopertif terhadap tindakan perawatan.

b. Alternatif cara yang dipilih oleh keluarga merupakan jalan keluar yang sesuai dengan keadaan keluarga.

Positif reinforcement meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam perawatan klien

No.Diagnosa keperawatanTujuan Kriteria hasilINTERVENSIRasional

2.Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen pengobatan berhubungan dengan ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi.Orang tua menunjukkan keinginan untuk berperan aktif dalam penata laksanaan pengobatan dan perawatan agar efektif setelah mendapat penjelasan dari petugas. Orang tua mengetahui faktor-faktor yang mem pengaruhi timbulnya alergi. Orang tua mengetahui cara dan tindakan yang dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen.d. Berikan penyuluhan pada keluarga tentang bahan-bahan terutama makanan yang menjadi bahan alergen bagi anak.e. Diskusikan dengan keluarga mengenai alternatif tindakan yang mungkin dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen.f. Berikan positif reinforcement pada orang tua dan anak jika kooperatif.c. Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga koopertif terhadap tindakan perawatan.

d. Alternatif cara yang dipilih oleh keluarga merupakan jalan keluar yang sesuai dengan keadaan keluarga.

e. Positif reinforcement meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam perawatan klien.

IMPLEMENTASITgl/ PukulNo. DPPelaksanaan tindakan nama danparaf

16 April 200210.30 WIB1.a. Menjelaskan kepada ibu bahwa sekret dapat dikeluarkan dengan batuk, tetapi bila sekret kental akan mempersulit pengeluaran sekret. Oleh karena itu sekret perlu diencerkan dengan minum lebih banyak dan hangat, minum obat sesuai dosis dan tepat waktu.b. Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang lebih banyak kepada anak dan yang hangat.c. Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan keras sampai riak keluar.d. Memberikan penjelasan tentang pengobatan (ECD) dan perawatan klien dirumah.e. Menganjurkan kepada ibu untuk mengulang kembali penjelasan dari petugas sesuai dengan bahasa ibu sendiri.f.

16 April 200211.30 WIB2.a. Memberikan penjelasan tentang faktor alergen yang seharusnya dihindari oleh anak.b. Berdiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari alergen yaitu: Membersihkan rumah. Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen. Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen dengan makanan yang lain. Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi sumber alergen.c. Memberikan pujian dan dorongan terhadap rencana tindakan keluarga yang positif. d.

Evaluasi hari/tgl/jamcatatan perkembangannama dan paraf

Jumat,9 desember 201110.30S :

O :

A :

P :Ibu mengungkapkan dapat memahami penjelasan yang diberikan oleh petugas tentang tindakan yang mungkin dilakukan untuk memudahkan pengeluaran riak. Ibu mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan petugas sesuai dengan bahasa ibu sendiri. Ibu tampak menganggukkan kepala saat dijelaskan oleh petugas. Batuk (+), Wheezing +/+, ronchi +/+.Masalah belum teratasi.Ibu mengerti tentang penjelasan tentang tindakan untuk membantu pengeluaran sekret.Kontrol 3 minggu lagi.

Jumat,9 desember 201111.30S :

O :

A :P :Ibu mengungkapkan sudah mengerti penjelasan tentang faktor yang menjadi penyebab batuk-batuk dan sesak pada anaknya dan cara untuk menghindarinya.Ibu dapat menjelaskan kembali tentang alergen dan usaha untuk menghindarinya.Masalah teratasi.Rencana perawatan dihentikan, kontrol 3 minggu lagi.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanTahap Pengkajian Secara teori dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga data-data yang perlu dikaji mulai dari struktur dan sifat pemenuhan kebutuhan dalam hidup sehari-hari, reproduksi, faktor sosial, budaya, ekonomi, faktor lingkungan, psikologi dan derajat kesehatan. Sedangkan pada tinjauan kasus seperti kenyataan dilapangan data-data tersebut dapat dikaji secara keseluruhan.Tahap Diagnosa Keperawatan Dari masalah kesehatan yang terdapat pada keluarga TnR seharusnya terdapat 5 diagnosa keperawatan tetapi dalam tinjauan kasus hanya terdapat 2 diagnosa keperawatan, 3 diagnosa keperawatan tidak terdapat pada kasus karena kurangnya data yang menunjang timbulnya diagnosa keperawatan tersebut.Tahap intervensiPerencanaan membahas tindakan yang temukan oleh perawat untuk dilaksanakan guna memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi secara teori, pada kenyataan dilapangan perencanaan menentukan masalah kesehatan atau diagnosa keperawatan terlebih dahulu menentukan sasaran, menentukan tujuan, perencanaan perawatan yang disusun berpedoman pada landasan teori dan disesuaikan dengan keadaan yang nyata.Tahap implementasiTindakan keperawatan atau implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.Tahap EvaluasiMerupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya, bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagaian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionaldengan pengetian S adalah ungkapan perasaandan keluahanyang dirasakan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan, O adalah keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan pengamatan yang obyektif setelah implementasi keperawatan, A merupakan analisis setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga, P adalah perencanaan selanjutnya setelah melakukan analisisPada tahap evaluasi yang dilaksanakan ini menggunakan evaluasi secara sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan, apakah rencana diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan.

4.2 Saran-saranBerdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas penulis mengumpulkan beberapa saran untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan antara lain: a. Dalam melaksanakan harus lebih teliti karena banyaknya masalah dalam konsep tidak muncul dalam kasus.b. Dalam menyusun diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan harus lebih berhati-hati dan lebih teliti, karena asuhan keperawatan harus sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun.

DAFTAR PUSTAKA

Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya ; 1995Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998