Upload
atika-mega-chairina
View
139
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik yang fondasi
dari landasan negara dan pemerintahannya cukup spesifik tertera di Pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, namun sekaligus adalah
negara yang paling sering berdebat karena ideologinya sendiri. Mengenai dasar
negara kita, Pancasila, kita tahu bahwa meskipun falsafah negara kita dijelaskan
dengan perincian yang spesifik, masih banyak terjadi pelanggaran norma-norma
yang umum ada di masyarakat.
Nampaknya, berbagai pelanggaran ini sudah merupakan hal yang umum
di mata penyelenggara maupun warga negara. Semua orang tahu akan pentingnya
Pancasila apalagi penyelenggara negara kita yang kini duduk di kursi kehormatan
Dewan Perwakilan Rakyat. Namun pemahaman akan Pancasila justru tidak
mendapat perhatian khusus dibandingkan kasus hukum dari para pelaku Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme. Padahal jika kita tarik benang kusut dari kasus-kasus
korupsi yang terkoordinasi itu dan merentangkannya, maka kita akan melihat
masalah sesungguhnya.
Masalah dari berbagai kasus kejahatan tindak pidana korupsi tersebut
adalah masyarakat yang tidak ‘bermoral’. Sekarang kita lihat pada kenyataannya
dimana Pancasila dianggap bukan hal yang utama. Ketidakpedulian terhadap
1
kepribadian luhur bangsa seperti tertuang dalam Pancasila ini sedang terjadi
sekarang dan akan berlanjut di masa yang akan datang apabila urgensi
pemahaman Pancasila diabaikan.
Kita ambil contoh yang termuat dalam website Kompas.com pada hari
Selasa , 30 oktober 2012 . 12:25 pm jajaran Kepolisian Daerah Kalimantan Barat
kembali mengungkap penimbunan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Penimbunan menjadi salah satu penyebab kelangkaan BBM bersubsidi terutama
jenis solar di Kalimantan barat.
pada hari Selasa (30/10/2012) Polisi menyita 8, 64 ton bbm sejenis solar
dan premium dari dua pemilik. Kedua pemilik masih di minta keterangan oleh
polisi.
Kedua pemilik BBm itu, masing-masing abay, Edy BBM dibeli dari abay
di boyan tanjung.
Polisi lalumendatangi tempat penimbunan BBm subsidi milik abay di
boyan tanjung dan mendapati sekitar 30 drum solar yang masing-masingf berisi
240liter.
Jika kedua pemilik itu terbukti menyimpang BBM bersubsidi tanpa
dokumen yang sah, mereka akan di jerat menggunakan undang-undang No 22
tahun 2001 tentang Minyak dan Gas bumi.
Sesunguhnya penimbunan BBM itu Melanggar pancasila pada sila ke -5
yang berisi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” karena adanya
2
penimbunan BBM ini orang lain jadi tidak mendapat kesempatan untuk
memperoleh distribusi BBM secara adil
Sesungguhnya penimbunan bbm itu Melanggar pancasila dapa sila ke 5
yang berisi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia" karena adanya
penimbunan bbm ini org lain jadi tidak mendapat k
Saat ini pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila
dibandingkan dengan enam puluh tujuh tahun lalu sudah sangat jauh berbeda.
Sebagian masyarakat cenderung menganggap Pancasila hanya sebagai suatu
simbol negara dan mulai melupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di
dalamnya. Padahal Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala
hukum dan perundang-undangan adalah nafas bagi eksistensi bangsa
Indonesia.Lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara merupakan akibat dari perbuatan para pemimpin bangsa
yang tidak mencerminkan kewibawaannya. Pancasila hanya dijadikan slogan di
bibir para pemimpin, tetapi berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-
nilai luhur Pancasila.
Penurunan moralitas bangsa merupakan masalah sosial yang kini dihadapi
Indonesia. Masalah sosial yang berlarut-larut dari generasi sebelumnya telah
berdampak pada karakter bangsa yang tengah dilanda degradasi moral. Degradasi
moral ini adalah keadaan dimana negara tidak lagi dapat mencegah tindakan
pelaggaran terhadap nilai dan kesusilaan di masyarakat sehingga meimbulkan
3
maraknya kasus pelanggaran hukum. Kurangnya komitmen dan tanggung jawab
para pemimpin bangsa untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila tersebut telah
mendorong munculnya keadaan masyarakat yang melupakan Pancasila sebagai
falsafah dan pegangan hidup bangsa Indonesia. Akibatnya, terjadilah kekacauan
dalam tatanan kehidupan berbangsa dimana kelompok tertentu berusaha menuntut
haknya secara berlebihan tanpa melaksanakan kewajibannya dengan benar.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat dapat berarti
awal sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara kita. Dalam situasi dimana
degradasi moral melanda bangsa Indonesia, orang-orang akan merasa biasa saja
ketika melakukan bentuk-bentuk pelanggaran dan kejahatan karena mereka tidak
mengukur sikap tindak mereka dengan ukuran nilai-nilai yang ideal dalam
Pancasila. Semakin lama, jika kasus-kasus dan tindak melawan hukum tidak dapat
di bendung dan di bentengi dengan perangkat negara apapun, maka akan berakibat
pada lunturnya nilai-nilai adat ketimuran bangsa Indonesia yang biasanya
melakukan tindakan sesuai standar nilai yang baik di masyarakat. Tentunya,
semakin banyak pelanggaran hukum yang terjadi.
Dengan ini kami membuat sebuah makalah mengenai “Pancasila Dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara: Antara Negara, Rakyat, dan Hukum”
untuk memberikan paparan (gambaran) kepada pembaca yang belum memahami
mengenai pancasila dan hakikat negara tersebut. melalui makalah sederhana ini,
kami harap agar pembaca dapat memahami gejala-gejala lunturnya nilai-nilai
Pancasila yang terjadi di tengah-tengah kita sekarang.
4
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi dalam
bertingkah laku,
2. Untuk meningkatkan kesadaran pembaca untuk menjunjung tinggi
pedoman bangsa sendiri karena Pancasila merupakan jati diri bangsa, dan
3. Menjelaskan kepada pembaca bahwa segala kasus pelanggaran hukum
yang belum mengetahui secara detail.
Demikianlah tujuan penulisan ini, diharapkan akan memberikan suatu
pemahaman mendalam tentang kaitan Pancasila dengan maraknya kasus
pelanggaran hukum di Indonesia melalui data-data yang disajikan secara
sistematis.
C. RUANG LINGKUP
Sesuai dengan judul penulisan karya tulis ini, maka ruang lingkup
pembahasannya adalah berbagai permasalahan hukum terkait dengan lunturnya
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa yang meliputi 2 sudut segi yaitu
pemerintah sebagai penyelenggara negara yang bertugas untuk mejamin adannya
keadilan dan warga negara dengan hak serta kewajibannya terhadap negara.
5
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Kajian ini dilakukan dengan diskusi kelompok menggunakan metode
kualitatif.
Adapun, penulis menentukan batasan-batasan tertentu dalam kajian
pustaka dengan maksud agar makalah terarah dan tidak menyimpang dari tujuan
semula. Batasan tersebut sebagai berikut :
Batasan wilayah, yaitu wilayah hukum positif Republik Indonesia.
Batasan komunitas, komunitas kajian penulisan adalah masyarakat
hukum di negara Indonesia.
E. HIPOTESIS
Permasalahan disebabkan oleh masalah utama yaitu ketidakpercayaan
masyarakat terhadap penegakan hukum.
6
BAB II
ISI
A. Masalah Indonesia Saat Ini
“Orang-orang semakin kehilangan kepercayaan terhadap penegakan
hukum. Orang-orang khawatir tidak mendapatkan bagiannya dengan adil.
Masyarakat menantikan campur tanganpara penyelenggara negara dalam
menindaklanjuti kondisi negara ini secara nyata. Rakyat bingung apakah
mereka masih dapat mempercayai aparat pemegang kekuasaan kehakiman
maupun aparat penegak hukum. Penyelenggara negara mulai sakit kepala,
begitu pula rakyatnya. Faktor percaya (trust) terhadap penegakan hukum yang
tegas inilah yang menjadi masalah kita sekarang.”
Kelompok 3
Kata-kata diatas merupakan kutipan hasil diskusi mendalam kelompok
kami ketika membahas topik tentang Pancasila, Negara dan Pemerintahan
Indonesia serta Kewarganegaraan. Kami menyadari akan keadaan masyarakat
Indonesia sekarang ini yang berada dalam kondisi yang menyedihkan dimana
masih ada banyak rakyat miskin.
Kami mengkaji bagaimana lunturnya idealisme Pancasila memicu
munculnya berbagai masalah pelanggaran hukum di Indonesia. Obyek kajian yang
kami bahas ialah masyarakat. Dari data Badan Pusat Statistik yang kami temukan
dalam Berita Resmi Statistik (BPS) No. 45/07/Th.XV tanggal 2 Juli 2012,
7
dijelaskan kondisi ekonomi Indonesia secara rinci dengan presentasi angka
keadaan ekonomi maupun data kemiskinan yang didasarkan hasil penelitian BPS
dengan metode perhitungan Garis Kemiskinan (GK).
Presentase jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,96 persen
pada Maret 2012. Artinya, sekarang Indonesia masih menanggung beban moral
terhadap rakyat miskin yang mencapai angka 29,13 juta orang. Hal ini merupakan
suatu masalah besar yang sifatnya umum, namun bukan merupakan masalah
utama. Kemiskinan ini cenderung menyebabkan tingginya kesenjangan sosial,
perilaku menyimpang terhadap nilai-nilai ideal di masyarakat, lunturnya
kepribadian bangsa yang mencerminkan Pancasila, KKN, pelanggaran hukum
maupun tindakan kriminalitas dari pelanggaran ringan sampai yang berat, begitu
8
seterusnya sehingga menjadi sebuah permasalahan yang rumit di dalam lingkup
negara Indonesia. Permasalahan yang rumit inilah yang kemudian dicari
penyelesaiannya. Apa yang menyebabkan negara sulit menekan angka kemiskinan
meskipun memiliki landasan negara yag kuat seperti Pancasila dan konstitusi.
Kita mengerti bahwa kasus pelanggaran hukum marak terjadi belakangan
ini. Kasus pelanggaran tersebut terjadi karena nilai-nilai Pancasila yang mulai
dikesampingkan oleh kepentingan pribadi. Kebiasaan membina hubungan baik
dalam kelompok masyarakat kini telah berubah menjadi sikap apatis dari sebagian
besar masyarakat terhadap keadaan manusia di sekitarnya. Masyarakat semakin
individualis, ini ditandai denganturunnya rasa kepercayaan satu sama lain di
masyarakat ketika kejahatan terjadi dimana-mana. Dalam pembahasan ini, kami
akan menjelaskan mengenai permasalahan yang tengah kita hadapi sekarang yang
dipicu kasus-kasus penimbunan BBM di berbagai wilayah negara Indonesia.
Pertama, kita perlu mengetahui tentang apa itu negara dan apa perannya dalam
melindungi hak-hak warga negaranya.
B. Negara dan Hukum
I. Hakikat Negara
Kata negara berasal dari kata staat ( Belanda dan Jerman ); state
( Inggris ); etat ( Prancis ); status atau statum ( Latin ). Kata tersebut berarti
“meletakkan dalam keadaan berdiri “; “ menempatkan ”; atau “ membuat berdiri
“.Negara sendiri adalah kelanjutan dari keinginan manusia untuk bergaul dengan
orang lain dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya. Bangsa
9
dan negara merupakan dua hal yang saling terkait karena negara dapat terbentuk
oleh adanya manusia yang membentuk bangsa.
II. Hakikat Negara Menurut Pendapat Para Ahli
Ada berbagai macam pendapat tokoh mengenai hakikat negara. Hugo de
Groot mengatakan bahwa negara adalah ibarat suatu perkakas yang dibuat
manusia untuk melahirkan keberuntungan dan kesejahteraan umum. Seorang
filusuf Inggris yang bernama Thomas Hobbes kemudian menyatakan bahwa
negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang banyak yang masing-masing
berjanji akan memakainya menjadi alat untuk keamanan dan perlindungan
mereka.
Sementara itu, seorang filsuf besar Perancis pada abad Pencerahan yang
dikenal sebagai Bapak Teori Kedaulatan Rakyat, Jean-Jacques Rousseau,
berpendapat bahwa negara adalah perikatan dari rakyat yang melindungi dan
mempertahankan hak masing-masing diri dan harta benda anggota-anggota yang
tetap hidup dengan bebas merdeka. Seorang filsuf sekaligus pakar ekonomi
Jerman bernama Karl Marx percaya bahwa negara adalah suatu alat kekuasaan
bagi manusia untuk menindas kelas manusia yang lain.
Kemudian J.H.A. Logemann menjelaskan pengertian negara yang
menurutnya adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan
melalui kekuasaannya untuk mengatur serta menyelenggarakan sesuatu dalam
masyarakat. Seorang ahli hukum yang oleh teori-teorinya dikenal sebagai bapak
Ilmu Hukum, Hans Kelsen, menyatakan bahwa negara adalah suatu pergaulan
hidup bersama dengan tata paksa.
10
Meskipun pengertian mengenai hakikat negara yang telah diuraikan di atas
bervariasi, namun pada dasarnya hakikat negara memiliki sifat yang sama. Prof.
Miriam Budiarjo menjelaskan sifat negara sebagai hakikat negara yang sifatnya
memaksa. Artinya negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar peraturan
perundang-undangan dapat ditaati dan tindakan anarki dapat dicegah. Alat untuk
itu adalah polisi, tentara dan alat hukum lainnya. Menurut Prof. Miriam Budiarjo,
selain memaksa negara juga bersifat monopoli. Artinya negara menetapkan tujuan
bersama masyarakat yaitu menentukan mana yang boleh atau baik dan mana yang
tidak boleh atau tidak baik karena dianggap bertentangan dengan tujuan negara
dan masyatakat.Negara membuat aturan hukum yang sifatnya memaksa dan
mencakup semua. Artinya segala peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh negara adalah untuk semua orang tanpa kecuali.
C. Negara dan Pokok Permasalahannya
I. Wilayah Negara Indonesia
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang sangat
kaya akan sumber daya alam. Wilayah Indonesia yang amat luas ini memiliki
banyak sekali manfaat bagi keberlangsungan kehidupan bernegara.Wilayah
termasuk dalam unsur-unsur yang diperlukan untuk terdapat adanya negara.
Setiap negara perlu mempertahankan wilayahnya dengan memiliki kesatuan
cara pandang bagi berbangsa akan dirinya dan lingkungan yang disebut juga
dengan wawasan kebangsaan atau wawasan nasional. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan dalam keberagaman yang antara lain
11
adalah penjabaran dari tujuan nasional yang diimbangi dengan kondisi, posisi,
potensi geografi dan pedoman pola pikir dari kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah nasional. Indonesia saat ini terkenal dengan sebutan
Negara Kesatuan Republik Indonesia disingkat dengan NKRI yaitu Negara
yang melindungi dan meliputi segenap bangsa dan seluruh tumpah darahnya
yang bercirikan dengan negara kepulauan, diantara 2 samudera dan berada di
bawah lintasan Geostationary Satelite Orb (GSO).
II. Konsep Ketahanan Nasional Berdasarkan Pancasila
Mewujudkan nasionalisme terhadap Pancasila ini sangat membutuhan
ketahanan nasional yang kuat, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai Pancasila
yang merupakan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu
kondisi dinamik akan suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan dan
kemampuan untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi berbagai ancaman, salah satunya ada degradasi moral bagi
masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin mengkhawatirkan dan
membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman akan nilai-nilai
Pancasila sebagai fondasi dalam kehidupan bernegara sangatlah kurang. Hal ini
dapat dilihat dari sikap tindak dari para pejabat maupun warga negaranya. Kita
dapat melihat di sekitar kita saat pemerintah menetapkan kebijakan bahwa mobil
pejabat tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi ternyata tetap saja dilanggar.
Melihat pelanggaran itu rakyat tentunya merasa dicurangi, maka mereka pun
12
melanggar aturan yang ditetapkan. Saat pejabat abdi negara melakukan
pelanggaran, rakyat bahkan dapat berbuat lebih ‘nakal’ dari pejabatnya.
Mengingat wilayah Indonesia yang teramat luas dan memiliki berbagai
tempat untuk dijadikan potensi sumber daya alam, sebenarnya Indonesia dapat
mengalahkan negara-negara maju di dunia yang wilayah negaranyakurang
memiliki potensi sumber daya alam. Namun, bangsa Indonesia masih tertinggal
dalam berbagai aspek-aspek kehidupan penunjang bagi pengembangan sumber
daya alam tersebut.
Pendidikan di Indonesia masih kurang merata, tidak semua dari
masyarakat dapat mengenyam pendidikan dengan layak. Hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran akan pendidikan tersebut. Selain itu, ketimpangan yang
terjadi dalam pemerataan fasilitas pendidikan di beberapa wilayah di Indonesia
juga menjadi faktor pemicunya. Hal ini berdampak kepada ancaman ketahanan
nasional. Kurangnya pendidikan formal di Indonesia erat kaitannya dengan
memudarnya kesadaran bangsanya untuk turut serta untuk turut melakukan upaya
bela negara. Nilai-nilai pancasila yang seharusnya tertanam dengan baik dalam
kehidupan bernegara nyatanya tidak diamalkan oleh sebagian warga negara dan
juga pejabat negara. Hal inilah yang melemahkan ketahanan nasional di Indonesia
untuk mempertahankan wilayahnya.
Banyak warga di Indonesia saat ini menikmati hasil kekayaan sumber daya
alam yang melimpah dari negara kita ini, namun banyak juga manusia tidak
bermoral yang menikmati hasil alam tersebut dengan sesuka hati. Manusia tidak
bermoral ini ialah mereka yang menjadikan hasil kekayaan sumber daya alam
13
yang seharusnya dikuasai oleh negara untuk kepentingan hidup orang banyak
tersebut menjadi ladang untuk mencari keuntungan pribadi. Banyak spekulan-
spekulan bahan bakar minyak ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Disaat ricuhnya organisasi di negara Indonesia yakni para pejabat
pemerintahan dalam menetapkan kebijakan untuk menaikkan kebijakan BBM
bersubsidi, para spekulan ini melakukan tindakan yang sangat tidak
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan melemahkan
ketahanan nasional, yakni menimbun BBM tersebut untuk beberapa waktu dan
menjualnya kembali pada waktu tertentu atau disaat terjadi kelangkaan dengan
harga yang melambung tinggi. Hal ini sangat merugikan negara Indonesia yang
mengalami kerugian besar dan juga “menyekik” para pengguna BBM yang
membutuhkan BBM dikala sedang langka.Para penimbun itu merupakan sebagian
kecil dari masyarakat yang erosi akan nilai-nilai pancasila dan konstitusi di negara
Indonesia.
Ketidaktegasan aparat pemerintah dalam penanganan masalah penimbunan
ini dapat dilihat dengan keikut-sertaan oknum TNI yang membantu dalam aksi
tidak bermoral ini. Padahal mereka seharusnya dijadikan contoh bagi masyarakat.
Aksi penimbunan ini dipicu oleh kurangnya supremasi hukum di negara
Indonesia. Banyak dari kasus-kasus penimbunan BBM ini terjaring oleh aparat
kepolisian namun beberapa diantaranya hanya “menguap” begitu saja. Ketegasan
dan ketegakan hukum dalam kasus penimbunan BBM illegal oleh para spekulan
dan mafia ini sangat diperlukan. Apabila hal ini tidak dituntaskan maka akan
memberi stereotip buruk terhadap citra aparatur negara tersebut dan secara tidak
langsung membiarkan dam memberikan ruang gerak bagi spekulan dan mafia
14
BBM lainnya. Ketidakjelasan proses hukum dari aparat penegakkan ini pun mulai
memudarkan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum yang
seharusnya dicerminkan dari para alat kenegaraan tersebut.
Generasi muda pada saat ini pun sudah tidak kenal lagi dengan Pancasila,
apalagi memahami dan menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari. Generasi
muda sejatinya yang akan meneruskan negara Indonesia ini, akan diarahkan
kemana negara Indonesia ini apabila generasi penerus bangsa tidak memiliki
fondasi akan nilai-nilai pancasila. Para penerus ini pun sudah mendapatkan
contoh yang tidak baik akan hal-hal yang melanggar nilai-nilai pancasila oleh
generasi terdahulu. Contohnya adalah kasus korupsi oleh pemerintah diberbagai
bidang dasar seperti bidang pendidikan, sumber daya alam yang berfungsi untuk
menyejahterakan rakyat dan juga dalam proses penegakan hukum pun mengalami
berbagai kecurangan yang sepatutnya tidak dijadikan pedoman bagi generasi
muda bangsa Indonesia.
Perlu diperhatikan lagi, sebagian besar wilayah negara indonesia yang
terdapat sumber minyak bumi diduduki oleh perusahaan-perusahaan asing yang
“menyedot” kekayaan Indonesia untuk kepentingannya. Seharusnya Indonesia
mampu memanfaatkan hasil sumber daya ini dengan semaksimal mungkin apabila
para pemegang kebijakan tidak melakukan perjanjian dengan asing untuk
kepentingannya sendiri dan golongannya.
15
III. Negara dan Perannya dalam Penanganan Kasus Pelanggaran
Hukum
Hubungan Negara dengan kasus penimbunan BBM yang sedang terjadi di
Indonesia adalah negara, dengan hakikatnya sebagai suatu struktur yang
menangani hubungan manusia dengan masyarakat, sudah seharusnya menindak
tegas para oknum yang melakukan penimbunan BBM dengan berbagai hukuman
yang bersifat memaksa karena itu juga merupakan hakikat negara yaitu organisasi
yang bersifat memaksa. Hukum harus ditegakkan seadil-adilnya dengan
memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat diatas segalanya karena
negara harus dapat mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, mengatur dan
menyelenggarakan suatu masyarakat yang menjadi tujuan negara. Pemerintah
dengan segala upayanya memang telah berusaha mencegah dan memberantas
rakyat-rakyat nakal yang mengakali kawan sendiri sesama bangsa ini, yang sama-
sama sengsara, senasib, demi keuntungan kocek pribadi.
IV. Usaha Pemerintah dalam Menangani Masalah
Pemerintah sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
masalah-masalah yang telah dijelaskan sebelumnya. Contoh upaya pemerintah
dapat kita lihat kepada pengadaan pasal-pasal yang dapat menjerat penimbun
BBM. Polisi juga telah dibekali Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1953 tentang
Penetapan UU Darurat tentang Penimbunan Barang. Undang-undang itu adalah
pengembangan UU Darurat Nomor 17/1951 untuk merespons secara darurat kasus
penimbunan BBM yang terjadi di negeri ini. Pada pasal 5, hukuman bagi
16
pelanggar atau penimbun sekurang-kurangnya enam tahun penjara dan objek
hukumnya disita untuk negara (pasal 6).
Pada UU Migas Nomor 22/2001, ketentuan pidana bagi pelanggar juga
ada dalam pasal 53. Setiap orang yang kedapatan melakukan penyimpanan BBM
tanpa izin usaha penyimpanan, maka pidana penjara tiga tahun penjara dan denda
maksimal Rp 30 miliar. Ada dua hukuman sekaligus, yakni pidana kurungan
(penjara) dan denda.
Pihak SPBU pun memiliki risiko hukum sama beratnya jika melayani
pembelian BBM untuk tujuan penimbunan atau spekulasi. Pasal 55 UU Migas
menyebutkan bahwa pihak yang menyalahgunakan pengangkutan atau niaga
BBM yang disubsidi negara potensial berhadapan dengan pidana penjara enam
tahun dan denda maksimal Rp 60 miliar.
Salah satu aparat negara yang bersifat memaksa yaitu Polisi sebetulnya
melakukan tindakan persuasif jika terpaksa harus menjaga setiap SPBU pada
akhir-akhir ini. Tugasnya ialah menyadarkan nafsu para spekulan dan penimbun
sebelum kejadian terjadi karena sanksi hukum dan dendanya demikian berat dan
tidak akan sebanding dengan jumlah keuntungan yang didapat.
Bukti lain dari usaha pemerintah yaitu tindakan Aparat Tentara Nasional
Indonesia (TNI) yang bertugas sebagai Satuan Tugas Pengaman perbatasan
(Satgas Pamtas) RI-RDTL dari Batalyon Infanteri (Yonif) 312/Kala Hitam yang
berhasil membongkar penimbunan bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini
terjadi di perbatasan RI-RDTL. Seperti yang dilansir dari tribunews.com, Tim
gabungan dari satuan tugas (Satgas) Intel, Satgas POM, Satgas Tempur dibantu
17
Polres Belu mengamankan 17.890 liter untuk BBM jenis premium, solar dan
minyak tanah, Sabtu (1/9/2012) sekitar pukul 21.30 WITA hingga Minggu
(2/9/2012) pukul 10.00 Wita. Tindakan salah satu oknum warga ini sangat miris
karena disaat warga lain di daerah tersebut, daerah perbatasan, mengalami
kesusahan dalam mendapatkan BBM, ia malah sengaja menyelundupkannya
untuk kepentingan sendiri.
V. Dua Sudut Pandang antara Pemerintah dengan Rakyat
Dari sudut pandang pemerintah, negara telah melakukan berbagai upaya
untuk menangani kasus penimbunan ini. Hingga saat ini Pemerintah telah
berusaha mengatasi kasus ini namun belum maksimal karena kurangnya
kesadaran dari masyarakat untuk turut serta memerangi penimbunan BBM.
Negara telah melakukan perannya yaitu melindungi kepentingan umum. Namun
jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda yaitu masyarakat, tentu hal ini kontra
adanya. Masyarakat pun memiliki alasan yang melatarbelakanginya untuk turut
menimbun BBM dan merugikan rakyat lain. Alasan masyarakat selama ini adalah
ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah yang kerap kurang terbuka dalam
mengemukakan alasan dari dibentuknya suatu kebijakan yang berlaku bagi
rakyatnya, dalam hal ini adalah isu kenaikan BBM. Pemerintah kurang
mensosialisasikan alasan yang rasional dan matang mengenai apa alasan dari
rencana menaikan harga BBM tersebut.
18
BAB III
PENUTUP
i. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah
1. Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat dapat berarti awal
sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara kita. Oleh karena itu Pancasila
memiliki nilai yang sangat penting sebagai fondasi dalam bertingkah laku
karena.
2. Kita perlu kesadaran dari diri masing-masing untuk menjunjung tinggi
pedoman bangsa. Jangan sampai menjadi generasi muda yang melupakan
Pancasila karena generasi muda sejatinya yang akan meneruskan negara
Indonesia. Akan diarahkan kemana negara Indonesia ini apabila generasi
penerus bangsa tidak memiliki fondasi akan nilai-nilai pancasila. Cukup kata-
kata yang sederhana untuk memberikan alasan kepada kita mengapa harus
berpedoman kepada Pancasila, yaitu karena Pancasila merupakan jati diri
bangsa.
3. Banyak kasus pelanggaran hukum terutama masalah penimbunan Bahan Bakar
Minyak yang menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat. Pemerintah
berbekal UU Migas Nomor 22/2001, telah berusaha mengatasi kasus ini namun
belum maksimal karena kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk turut serta
memerangi penimbunan BBM.
19
ii. Saran
Saran dari kelompok kami terhadap berbagai permasalahan di Indonesia
khususnya kasus penimbunan BBM ini adalah negara haruslah memberikan
jaminan bagi rakyatnya secara nyata, bukan hanya berupa aturan-aturan kebijakan
maupun peraturan undang-undang. Karena jika negara hanya memberikan
peraturan-peraturan belaka tanpa alasan yang rasional dan matang dibalik
peraturan tersebut, maka pemerintah akan sulit mendapatkan kepercayaan secara
menyeluruh dari rakyatnya.
Solusi menghadapi krisis kepercayaan akan pemerintah ialah diadakannya
transparansi akan sistem pemerintahan agar masyarakat mengetahui dengan jelas
bahwa tujuan dari kebijakan pemerintah adalah semata-mata untuk mewujudkan
keadilan bagi seluruh rakyat.
Krisis kepercayaan terhadap pemerintah akan teratasi dengan adanya
“good political will” dari pemerintah dan tentunya juga “political do”.
20
DAFTAR PUSTAKA
regional.kompas.com/read/2012/10/30..
21