INVAGINASI REFRAT venty

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Intususepsi dikenal juga dengan nama Invaginasi . Intususepsi merupakan penyebab tersering dari obstruksi usus akut pada bayi, ketika satu bagian atas dari usus invaginasi ke bagian bawah dari usus tersebut. Jika progress dari intususepsi ini tidak di tatalaksana segera, dapat berakibat fatal. Kematian yang disebabkan oleh intususepsi jarang ditemukan di negara maju, ini disebabkan waktu diagnosis yang cepat dan terapi operatif. Di negara berkembang, pasien mungkin ditemukan telah dalam kondisi serius, dan angka kematian yang tinggi karena terbatasnya akses kesehatan. 1 65% kasus intususepsi timbul pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan insiden puncak antara bulan kelima dan kesembilan kehidupan. Walaupun keadaan ini bisa timbul pasca bedah, yang hanya melibatkan usus halus dalam 86% demikian, atau bisa timbul pada anak yang lebih besar dengan lesi seperti polip atau divertikulum meckel sebagai titik pembawanya. Biasanya intususepsi yang terjadi pada bayi, tidak diketahui sebab pastinya. Pada anak di bawah usia 4 tahun , 95% invaginasi dimulai pada atau dekat katup ileosekalis. 2 Laki-laki berbanding perempuan 4:1. Invaginasi pada anak biasanya idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intralumen oleh suatu neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lesinya dapat ditemukan. 3. Penelitian melaporkan gejala klinis tersering pada invaginasi adalah muntah (89,5%), nyeri perut dan menangis kuat (89,5%), demam (52,6%), bloody stool (26,3%), massa abdomen (15,8%), hematemesis (10,5%). Serangan Rinitis atau infeksi saluran napas sering kali mendahului terjadinya invaginasi. Invaginasi dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 ANATOMIa. Usus halus Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat dan membentang dari pilorus hingga katub ileosekal. Panjang usus halus halus pada orang hidup sekitar 12 kaki (3,6 m) dan hampir 22 kaki (6,6 m) pada kadaver (akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm, tetapi makin ke bawah garis tengahnya semakin berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. 3Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum yang merupakan tempat digesti dan penyerapan sari-sari makanan. Duodenum berbentuk tabung menyerupai huruf C dengan panjang sekitar 25 cm (10 inci) dari spinkter pilorus sampai fleksura duodenojejunal. Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh adanya Ligamentum Treitz, yaitu suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan antara duodenum dan jejunum4 . Panjang jejunum sekitar 1 m (3 kaki), memiliki lumen yang besar dan lipatan yang lebih banyak dari ileum tetapi struktur histologinya hampir sama dengan ileum. Ileum memiliki panjang sekitar 2 m (6-7 kaki). Pada usus halus juga terdapat sebuah saluran buntu yang menyerupai tabung berukuran sebesar jari kelingking terletak pada daerah ileosekal yaitu pada apeks sekum yang disebut appendiks vermiformis.3Dinding usus halus terdiri dari 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa, tunika muskularis dan serosa, sedangkan otot yang menyusunnya terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri dari serabut sirkular. Struktur ini membantu dalam gerakan peristaltik usus halus. Lapisan mukosa bagian dalam cukup tebal dan banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.3

Gambar 1 Struktur usus halus

Innervasi dan nerviiArteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat dibawah arteri seliaka. Arteri ini memperdarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis dan cabangnya, arteri pankreatikoduodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.3Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis dan pleksus Meissner di lapisan submukosa. 3

Gambar 2 Vaskularisasi darah yang menyuplai jejunoileum dan bagian distal duodenum yang berasal dari arteri mesenterika superior.

b. Usus BesarUsus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sekitar 6,5 cm (2,5 inci) tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.3

Gambar 3. Anatomi Colon

Usus besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosaekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosaekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Bagian terakhir usus besar adalah rektum dan membentang dari kolon sigmoid hingga anus. Satu inchi terakhir dari dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. 3

Innervasi dan persarafanUsus besar secara klinis terbagi atas belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan kanan (sekum, kolon asenden dan 2/3 proksimal kolon tranversum) dan arteri mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri (1/3 distal kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteri iliaka interna dan aorta abdominalis. 3Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter eksterna yang berada dalam pengendalian voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon tranversum dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medulla spinalis melalui saraf splangnikus.3

c. FISIOLOGI Terdapat 4 fungsi dari usus halus yaitu : 71. Penyerapan Penyerapan karbohidrat dimulai dengan aktivitas salivary amilase, tetapi penyerapan yang sempurna terjadi ketika monosacarida telah terbentuk di usus halus dengan bantuan pakreatik amilase dan enzim lainnya. Penyerapan lemak. Diet trigliserida terdiri dari sejumlah besar oleate dan palmitat sebagai asam lemak. Setiap hari, 2-8 phospolipid dicerna. Yang paling banyak adalah lecitin dan predominan asam lemak adalah linoleat dan arachidonat. Sebagian besar lemak diabsorbsi pada setengah awal dari jejunum. Karena lemak tidak larut dalam air, langkah awal yang paling penting dari pencernaan ini adalah emulsifikasi. Penyerapan Protein. Yang dicerna dan diserap bukan hanya protein dari makanan, tetapi protein dari endogen yang masuk ke lumen saluran pencernaan. Asam amino yang diserap dari makanan dan protein endogen digunakan untuk mensintesis protein baru di tubuh. Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk asam amino dan beberapa fragmen peptida kecil. Asam amino diserap menembus sel usus melalui transpor aktif sekunder (transport Na+), serupa dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Penyerapan garam dan air Penyerapan vitamin. Vitamin larut dalam air diserap secara pasif bersama, sedangkan vitamin larut-lemak diangkut dalam sel dan diserap secara pasif bersama dengan produk akhir pencernaan lemak. Penyerapan sebagian vitamin juga dapat dilakukan oleh pembawa, bila diperlukan. Vitamin B12 bersifat unik, vitamin ini harus berikatan dengan faktor intrinsik lambung agar dapat diserap di ileum terminal oleh mekanisme transportasi khusus. Penyerapan besi dan kalsium. Penyerapan besi ke dalam darah melalui 2 tahap yaitu penyerapan besi dari lumen ke dalam sel epitel usus dan dari sel epitel ke dalam darah. Sedangkan sejumlah kalsium yang diserap juga diatur yang sebagian besar dilaksanakan melalui proses transportasi aktif dan sebagian lagi melalui difusi aktif. 2. Absorbsi Meliputi absorbsi cairan, elektrolit dan nutrien, yang dimana sekitar 9 liter cairan diabsobsi setiap harinya, selain yang masuk melalui pilorus atau spinkter Oddi. Elektrolit meliputi absorbsi potasium, klorida dan kalsium. Sedangkan nutrien meliputi 4 trasport yaitu transpor aktif, difusi pasif, facilitated diffusion, dan endositosis.3. SekresiUsus mensekresi air dan elektrolit melalui mekanisme kontrol neural dan humoral bersama dengan mekanisme absorbsi. Beberapa mekanisme sekretori aktif ketika mekanisme lainnya pasif. Channel, pembawa dan pompa berlokasi di membran epitel yang berpartisipasi dalam proses absorbsi.4. Motilitas Motilitas usus halus beregulasi dengan mekanisme neuroluminal. Peristaltik merupakan gerakan koordinasi yang menggerakkan usus. Refleks peristaltik diawali dengan relaksasi descenden pada bagian atas usus dan kontraksi proksimal yang dipicu oleh substansi asetilkolin dan P. Pada usus halus juga terdapat kontraksi segmental yang merupakan kontraksi lokal dari lapisan otot sirkuler. Gerakan ini merupakan metode motilitas utama usus halus, mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Gerakan ini terjadi rata-rata 12-16 kali per menit di daerah yang berisi kimus. Gerakan ini akan mencampur kimus bersama jus percernaan dan akan bersentuhan dengan mukosa. Setiap 90 menit gelombang kontraksi ini bermulai di duodenum dan berjalan ke usus halus sampai kolon. Refleks ini disebut housekeeper potential. Kontraksi usus halus distimulasi oleh sejumlah peptida termasuk substansi P, motilin, CCK, gastrin dan gastrin-releasing peptide.

Sedangkan pada usus besar juga terdapat 4 fungsi yaitu : 71. MotilitasTiga tipe aktivitas motor pada usus besar terdiri dari gerakan segmentasi, gerakan massa dan peristaltik retrograd. Segmentasi merupakan gerakan yang paling sering muncul pada aktivitas motor dan terdiri dari kontraksi annular segmental yang menggerakkan usus dalam 2 arah. Gerakan massa merupakanm aktivitas konraktil yang kuat yang menyapu sepanjang kolon tranversum dan descenden tiap beberapa jam sehari. Sedangkan peristaltik retrograd dimulai pada kolon tranversum dan bergerak secara proksimal ke kolon kanan.2. AbsorbsiSekital 800 ml air masuk ke dalam kolon setiap harinya, dimana 600 ml diabsorbsi oleh kolon.absobsi sodium dilakukan oleh transpor elektrogenik. Sekitar 200 -400 mEq sodium yang diabsorbsi setiap hari. Kolon juga mengabsorbsi asam lemak rantai pendek, yang dibentuk dari fermentasi bakteri oleh karbohidrat dan selulosa dan diabsorbsi melalui transpor pasif. 3. Sekresi. Kolon menyekresi bikarbonat dan potasium. 4. Fungsi endokrin8

2.2 Definisi Invaginasi atau Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal ( intususeptum ) berinvaginasi kedalam segmen distal ( intususipien ) serta kemudian di dorong ke distal oleh peristaltik usus. 2 ,3

Gambar 4. Invaginasi

2.3 Epidemiologi 1, 4Di Netherland dan Jerman, ditemukan angka kejadian intusepsi di bagian bedah anak 1.21.4% dari keseluruhan pasien ( usia populasinya tidak di spesifikasi ). Di Australia , New Zealand dan Amerika Serikat , insiden intusepsi tidak berbeda jauh dari yang di temukan di Eropa 0.50 2.30 kasus per 1000 kelahiran hidup. Di china, insidensi yang dilaporkan adalah 0.77 kasus per 1000 kelahiran hidup; dari Kuwait 0.50 kasus per 1000 kelahiran hidup. Amerika serikat memiliki angka insidens terendah , yaitu 0.24 kasus per 1000 anak > 1 tahun. Di Venezuela terdapat 0.33 kasus per 1000 anak > 2 tahun . 4

2.4Etiologi 1, 4Ada perbedaan yang mencolok pada etiologi invaginasi, antara anak anak dan dewasa. Pada anak anak penyebab atau etiologi terbanyak adalah idiopatik yang mana lead pointnya tidak ditemukan sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen oleh suatu neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead pointnya dapat ditemukan. Keadaan patologik ini terjadi pada lumen usus, yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan ganas, seperti apa yang pernah dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon. Ataupun akibat hyperplasia kelenjar limfe usus halus ( Peyers patches / Kelenjar limfe mesenterika ). Di Eropa , pembengkakan kelenjar limfe mesenterika ditemukan 1950% pada pasien yang di operasi atau di investigasi dengan USG. Invaginasi yang terbanyak pada usus halus adalah neoplasma yang bersifat jinak ( diverticle meckels, polip ). Etiologi lainnya yang frekuensinya lebih rendah seperti tumor extra lumen seperti lymphoma, diaarhea, riwayat pembedahan abdomen sebelumya, inflamasi pada appendiks, dan trauma tumpul abdomen.

Terbagi atas 2 etiologi :a. Idiophaticb. Kausal

a. IdiophaticMenurut kepustakaan 90 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun tidak dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai infatile idiophatic intussusceptions. Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum terminal berupa hyperplasia jaringan follikel submukosa yang diduga sebagai akibat infeksi virus. Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya invaginasi.

b. KausalPada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya kelainan usus sebagai penyebab invaginasi seperti : inverted Meckels diverticulum, polip usus, leiomioma, leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma, duplikasi usus.Gross mendapatkan titik awal invaginasi berupa : divertikulum Meckel, polip,duplikasi usus dalam feses penderita berupa invaginasi dan lymphoma pada 42 kasus dari 702 kasus. Eins dan Raffensperger, pada pengamatannya mendapatkan Specific leading points berupa eosinophilik, granuloma dari ileum, papillary lymphoid hyperplasia dari ileum hemangioma dan perdarahan submukosa karena hemophilia atau Henochs purpura. Lymphosarcoma sering dijumpai sebagai penyebab invaginasi pada anak yang berusia diatas enam tahun. Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul setelah dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal. Gambar 5. Etiologi umum sebagai penyebab terjadinya invaginasi dan prevalensinya.

2.5Klasifikasi Invaginasi dibedakan dalam 4 tipe : 1. Enterik: usus halus ke usus halus2. Ileosekal: valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari intususepsi.3. Kolokolika: kolon ke kolon.4. Ileokoloika: ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.Umumnya para penulis menyetujui bahwa paling sering intususepsi mengenai valvula ileosekalis. Namun masih belum jelas perbandingan insidensi untuk masing-masing jenis intususepsi. Perrin dan Linsay memberikkan gambaran : 39% ileosekal, 31,5 % ileokolika, 6,7% enterik, 4,7 % kolokolika, dan sisanya adalah bentuk-bentuk yang jarang dan tidak khas (Tumen 1964).

2.6 PatofisiologiInvaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus ( obstruksi ) baik partial maupun total dan stranggulasi ( Boyd, 1956 ). Proses terjadinya invaginasi dimulai dengan hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih mobile menyebabakan usus masuk ke dalam lumen usus distal kemudian berkontraksi tterjadi edema mengakibatkan terjadinya perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi. Sedangkan pada orang dewasa biasanya di awali adanya gangguan motilitas usus lainnya yang terfiksir/ atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik adalah dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus. Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus. . Mesenterium usus proksimal tertarik ke dalam usus distal, terjepit, dan menyebabkan obstruksi aliran vena dan edema dinding usus yang akan menyebabkan keluarnya feses berwarna kemerahan akibat darah bercampur mucus ( red currant stool / strawberry jam ). Jika reposisi intususepsi tidak dilakukan, terjadi insufisiensi arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus yang akan menyebabkan pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Perjalanan penyakit yang terus berlanjut dapat semakin memburuk hingga menyebabkan sepsis. 7

Gambar 6. Patofisiologi Invaginasi

2.7 Manifestasi klinis 8Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Diluar serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang ulang dengan jarak waktu 15 20 menit, lama serangan 2 3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung kemudian berisi cairan empedu, sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lender, kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan nekrosis, disebut terry stool oleh karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa tumor berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut Dances Sign. Hal ini diakibatkan caecum dan kolon naik ke atas, mengikuti proses invaginasi. Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi mukosa usus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah 6 8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan colok dubur. Sesudah 18 24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah, sehingga pasien dijumpai dengan tanda tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi. Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian. Pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio. Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir. Perlu diperhatikan bahwa untuk penderita malnutrisi gejala gejala invaginasi tidak khas, tanda - tanda obstruksi usus berhari hari baru timbul, pada penderita ini tidak jelas tanda adanya sakit berat, defekasi tidak ada darah, invaginasi dapat mengalami prolaps melewati anus, hal ini mungkin disebabkan pada pasien malnutrisi tonus yang melemah, sehingga obstruksi tidak cepat timbul. Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atipikal, bila kasus itu gagal dibuat diagnosa yang tepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan terjadi karena ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim pada penderita.

2.8Diagnosis Pada InvaginasiUntuk menegakkan diagnosa invaginasi didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi. Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari : 1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba tiba, nyeri bersifat serangan serangan., nyeri menghilang selama 10 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.3. Buang air besar campur darah dan lendir.Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah waktu serangan kolik, biasanya keluar lendir campur darah ( red currant jelly / strawberry stool ) per anum yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu serangan, dan pada pemeriksaan perut dapat teraba massa yang biasanya memanjang dengan batas jelas seperti sosis. Pada inspeksi, sukar sekali membedakan antara prolapsus rektum dan invaginasi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan jari di sekitar penonjolan untuk menentukan ada tidaknya celah terbuka. Selain itu, kadang dapat dilihat gambaran usus / peristaltis usus pada dinding perut dan didapatkan distensi bila sudah terjadi ileus. Pada Auskultasi didapatkan bising usus yang meningkat sehingga dapat terdengar metallic sound.Invaginatum yang masuk jauh dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung invaginatum teraba seperti portio uterus pada pemeriksaan vaginal sehingga dinamakan pseudoportio. Jarang ditemukan invaginatum yang sampai keluar dari rektum. Keadaan tersebut harus dibedakan dari prolapsus mukosa rektum. Pada invaginasi, didapatkan invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler dengan dinding anus.Invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan rontgen dengan pemberian enema barium. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Obstruksi mekanis ditandai darm steifung dan darm counter, teraba massa seperti sosis di daerah subcostal yang terjadi spontan ( Sousage Like Sign ), nyeri tekan (+), dance sign (+)yaitu sensasi kekosongan pada kuadran kanan bawah karena masuknya sekum pada kolon ascenden, RT:pseudoportio(+), lender darah (+)Sensasi seperti portio vagina akibat invaginasi usus yang lama. Pemeriksaan foto polos abdomen, dijumpai tanda obstruksi dan massa di kuadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi. Selain itu, pada foto polos abdomen didapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid level. Dapat terlihat free air bilah terjadi perforasi.

Gambar 7. Tanda obstruksi (+) : Distensi, Air fluid level, Hering bone (gambaranplika circularis usus)

Gambar 8. Rontgen abdomen supine

Foto dengan pemberian barium enema dilakukan jika pasien ditemukan dalam kondisi stabil, digunakan sebagai diagnostik ataupun terapeutik. Sumbatan oleh invaginatum biasanya tampak jelas pada foto.

Gambar 9. Coiled-spring appearance (arrow) in jejuno-jejunal intussusception.

Gambar 10. (A)Foto X-Ray menggunakan barium enema menunjukkan filling defect pada caecum sebagai invaginasi ileocolica (B) pemeriksaan barium pada invaginasi jejunojejunal.

USG membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal invaginasi. 8

Gambar 11. Gambaran ultrasonographic pada invaginasi; intussusceptum (panah putih) and intussuscipiens (panah hitam).

Gambar 12. USG Abdomen : Pada bidang sagital menunjukkan tanda pseudokidney (arrows) intususepsi anterior dan sumbu longitudinal dari ginjal kanan (arrowheads) posterior.

Gambar 13. USG Abdomen : Doughnut appearance (long arrow) intususepsi anterior.Kriteria diagnosis invaginasi akut:1. Invaginasi definitif (pasti invaginasi) a. Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan b. Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras pada enema pada usus halus yang berinvaginasi, adanya massa intraabdominal yang dideteksi dengan USGc. Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi. 2. Mungkin invaginasi (probable)Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor 3. Possible invaginasi Memenuhi paling sedikit 4 kriteria minora. Kriteria mayor pada invaginasi yakni: Bukti adanya obstruksi saluran cerna : a) Riwayat muntah kehijauanb) Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising usus abnormalc) Foto polos abdomen menunjukkan adanya level cairan dan dilatasi usus halus Inspeksi:a) Massa di abdomenb) Massa di rectalc) Prolapsus intestinald) Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau massa dari jaringan lunak Gangguan vaskuler intestinal dan kongesti venaa) Keluarnya darah per rectalb) Keluarnya feses yang berwarna red currant jellyc) Adanya darah ketika pemeriksaan rectum3. Adapun kriteria minor untuk invaginasi adalah usia < 1 tahun, laki-laki, nyeri perut, muntah, letargi, hangat, syok hipovolemik, foto polos abdomen menunjukkan pola gas usus yang abnormal. Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit (leukositosis > 10.000/mm3).Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias invaginasi. Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun, sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anak anak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air besar campur darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi.

2.9Diagnosis Banding 7a. Gastroenteritis, bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika dijumpai perubahan rasa sakit, muntah dan perdarahan.b. DivertikulumMeckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.c. Disentriamoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan demam.d. Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.e. ProlapsusrectiatauRectalprolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali dan pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal, sedangkan pada invaginasi didapati adanya celah.

2.10PENATALAKSANAANKeberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan diberikan, jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka akan memberikan prognosis yang lebih baik. Setelah diagnosa intususepsi ditegakkan, anak harus sudah terdapat ;1. Intravena line untuk rehidrasi2. Nasogastric tube untuk dekompresi3. Antibiotik intravena4. Puasa 5. Kateter Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dahulu mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik. a. ReduksiDenganBariumEnemab. Reduksi manual (milking) dan reseksi usus,

a. ReduksiDenganBariumEnema 5,6Barium enema berfungsi dalam diagnostik dan terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti : - Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto abdomen- Dijumpai tanda tanda peritonitis- Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam- Dijumpai tanda tanda dehidrasi berat- Usia penderita diatas 2 tahunHasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis atau gelisah karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu. Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester, melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon transversum dan bagian proksimal kolon descendens. Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reduksi sedang berlanjut, tetapi bila kolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2 3 kali dengan jarak waktu 3 5 menit. Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak dijumpai kemajuan. Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi terlebih dahulu.Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :- Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan udara.- Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.- Hilangnya massa tumor di abdomen.- Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test positif.Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai kekambuhan selama 36 jam pertama. Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu sejak timbulnya gejala pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis pelaksanaannya.

Gambar 14. ReduksiDenganBariumEnema

b.ReduksiDenganTindakanOperasi81. Memperbaiki keadaan umumTindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan tindakan operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum pasien diperbaiki. Pasien baru boleh dioperasi apabila sudah yakin bahwa perfusi jaringan telah baik, hal ini ditandai apabila produksi urine sekitar 0,5 1 cc/kg BB/jam. Nadi kurang dari 120 x/menit, pernafasan tidak melebihi 40 x/menit, akral yang tadinya dingin dan lembab telah berubah menjadi hangat dan kering, turgor kulit mulai membaik dan temperature badan tidak lebih dari 38o C. Biasanya perfusi jaringan akan baik apabila setengah dari perhitungan dehidrasi telah masuk, sisanya dapat diberikan sambil operasi berjalan dan pasca bedah.

Yang dilakukan dalam usaha memperbaiki keadaan umum adalah :a. Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).b. Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.c. Pemberian antibiotika dan sedatif.Suatu kesalahan besar apabila buru buru melakukan operasi karena takut usus menjadi nekrosis padahal perfusi jaringan masih buruk. Harus diingat bahwa obat anestesi dan stress operasi akan memperberat keadaan umum penderita serta perfusi jaringan yang belum baik akan menyebabkan bertumpuknya hasil metabolik di jaringan yang seharusnya dibuang lewat ginjal dan pernafasan, begitu pula perfusi jaringan yang belum baik akan mengakibatkan oksigenasi jaringan akan buruk pula. Bila dipaksakan kelainan kelainan itu akan irreversible.

Gambar 15. Algoritma Tatalaksana Invaginasi

2. Tindakan untuk mereposisi usus Tindakan selama operaasi tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi manual dengan cara milking dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung pada keterampilan dan pengalaman operator. Insisi operasi untuk tindakan ini dilakukan secara transversal (melintang), pada anak anak dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi transversal supraumbilikal oleh karena letaknya relatif lebih tinggi. Ada juga yang menganjurkan insisi transversal infraumbilikal dengan alasan lebih mudah untuk eksplorasi malrotasi usus, mereduksi invaginasi dan tindakan apendektomi bila dibutuhkan. Tidak ada batasan yang tegas kapan kita harus berhenti mencoba reposisi manual itu. Reseksi usus dilakukan apabila : pada kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara manual, bila viabilitas usus diragukan atau ditemukan kelainan patologis sebagai penyebab invaginasi. Setelah usus direseksi dilakukan anastomosis end to end, apabila hal ini memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan exteriorisasi atau enterostomi.Apabila akan melakukan reseksi usus halus pada invaginasi dewasa hendaknya dipertimbangkan juga sisa usus halus yang ditinggalkan, ini untuk menghindari / memperkecil timbulnya short bowel syndrom.Gejala short bowel syndrom menurut Schrock, 1989 adalah:1. Adanya reseksi usus yang etensif2. Diaarhea3. Steatorhe4. Malnutrisi

Gambar 13. Penanganan operasi intususepsi di ileocolis.

2.11 PerawatanPascaOperasiPada kasus tanpa reseksi Nasogastric tube berguna sebagai dekompresi pada saluran cerna selama 1 2 hari dan penderita tetap dengan infus. Setelah oedem dari intestine menghilang, pasase dan peristaltik akan segera terdengar. Kembalinya fungsi intestine ditandai dengan menghilangnya cairan kehijauan dari nasogastric tube. Abdomen menjadi lunak, tidak distensi. Dapat juga didapati peningkatan suhu tubuh pasca operasi yang akan turun secara perlahan. Antibiotika dapat diberikan satu kali pemberian pada kasus dengan reduksi. Pada kasus dengan reseksi perawatan menjadi lebih lama.

2.12 Komplikasi Perdarahan Gastrointestinal, baik dari ulserasi ileum atau dari trauma mekanik yang menyebabkan invaginasi Obstruksi yang bisa menyebabkan perforasi Septikemia Syok

3.12 PROGNOSISJika invaginasi terlambat atau tidak diterapi, bisa timbul beberapa komplikasi berat. Angka kematian pada invaginasi adalah sekitar 1% walaupun dengan kemajuan pengobatan dan meningkatnya kewaspadaan terhadap penyakit ini dapat menurunkan angka kematian.

BAB III KESIMPULANInvaginasi atau intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal (intususeptum) berinvaginasi kedalam segmen distal (intususipien) serta kemudian di dorong ke distal oleh peristaltik usus. Etiologi invaginasi meliputi idiopatik terbanyak pada anak anak dan kausal terbanyak pada dewasa. Klasifikasi invaginasi itu sendiri terdiri dari Enterik, Ileosekal, Kolokolika, Ileokoloika Diagnosis Invaginasi meliputi gejala klinis trias invaginasi yaitu nyeri perut yang datangnya secara tiba tiba, teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas, buang air besar campur darah dan lender, pemeriksaan fisik ditemukannya tanda tanda obstruksi, pada palpasi adanya Sousage Like Sign , dance sign, pada pemeriksaan RTadanya pseudoportio(+), lender darah (+). Pada pemeriksaan penunjang Foto polos abdomen gambaran obstruksi, Barium enema dapat sebagai diagnostic dan terapi adanya gambaran sumbatan invaginatum dan pada UsG adanya gambaran target sign dan pseudokidney. Penatalaksanaan Invaginasi meliputi ReduksiDenganBariumEnema, Reduksi manual (milking) dan reseksi usus,

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanz-Iko Huppertz Prof. Dr , Montse Soriano-Gabarro MD, MSc , Elisabetta Franco Prof , Urlich Desselberger MD, Judith Wolleswinkel-van den Bosch PhD , Carlo Giaquinto MD ,et all. Intussusception Among Young Children in Europe. The Pediatric Infectious Disease Journal , 2006 January 25, 22-27 2. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2010. p270-272 3. MD, Mark.B.evers, Small intestine at Sabiston Textbook Of Surgery 18th Ed. 2008. 4. J Holder , G.K Von Schulthess et all. Disease of the abdomen and pelvis , Springer science , Italy. 2006 . p218-223 .5. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2005. p627-6296. Hackam David.J dkk. Pediatric Surgery at Schwartzs Principles Of Surgery 8th Ed. 2005. Chapter 38 page 1493 - 14947. Wyllie Robert. Ileus, Adhesion, Intussusception, and Closed-loop Obstructions at Nelson Textbook Of Pediatrics 18th Edition Book II. 2007. Part XVII Chapter 330 page 1569 15708. T. Lam Vinh, Intussusception at Pediatric Surgeries Vademecum. Landes Bioscience Georgetown, Texas USA 2000. Chapter 239. Gabriel Conder , John Rendre, et all. Abdominal Radiology Intussusception , Cambrige University Press.

40