Upload
rabiatull-adawiyah
View
71
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
interpretasi hasil
Citation preview
Interpretasi hasil pemeriksaan
1. Kesadaran Apatis
Tingkat kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah di bangunkan dan
reaksi penglihatan, pendengaran, serta perabaan normal.
Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale ), skala yang dinilai adalah
sebagai berikut:
1. Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi
tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi
saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…
V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium
(GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))
Ruhyanudin F (2011). Pemeriksaan neurologis.
http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/09/PEMERIKSAAN-NEUROLOGIS.pdf - diakses
April 2014.
2. Tekanan Darah
Dari hasil pemeriksaan tekanaan darah pada skenario, diketahui tekanan darah pasien
120/70 mmHg, dapat dikategorikan normal menurut JNC VII dan WHO. Namun,
apabila dilihat riwayat tekanan darah pasien yang sebelumnya selalu masuk kategori
hipertensi, tekanan darah pasien yang sekarang (120/70 mmHg) termasuk rendah. Hal
ini dapat disebabkan karena pemberian obat antihipertensi yang terlalu sering atau
akibat variasi diurnal dimana tekanan darah paling tinggi pada pagi hari dan paling
rendah pada malam hari.
The seventh Report of the Joint National Commite on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) 2003 dan World Health Organization-
International Society of Hypertension (WHO-ISH) 1999 telah memperbaharui
klasifikasi, definisi, serta stratifikasi risiko untuk menentukan prognosis jangka
panjang.
Tabel Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
140-159
≥160
Atau
atau
90-99
≥100
Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari WHO-ISH 1999
kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1
(ringan)
Subgroup: borderline
140-159
140-149
90-99
90-94
Hipertensi derajat 2
(sedang)
160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 (berat)
Hipertensi sitolik terisolasi
Subgroup: borderline
≥180
140
140-149
≥110
<90
<90
Pertiwi VG (2011). Tekanan Darah.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23512/5/Chapter%20II.pdf – Diakses Maret
2014.
3. Respiration Rate
Normalnya nilai RR adalah 14-20x/menit. Pada skenario, RR pasien 30x/menit
menunjukkan adanya peningkatan. Kecepatan meningkat pada keadaan :
a. Emosional seperti ketakutan atau cemas
b. Kelainan metabolik:
Diabetes mellitus
Kelainan paru-paru (emfisema)
c. Kelainan dinding torak yang menghalangi pelebaran dada, misalnya :
miastenia gravis
Kecepatan respirasi berkurang pada keadaan : depresi sistem saraf, misalnya
kelebihan sedasi dan anestesi.
North Glasgow University Hospitals NHS Division (2014). Clinical Procedure
Manual Section A – General Procedure Guidelines.
http://library.nhsgg.org.uk/mediaAssets/Nursing%20and%20Midwifery/1.15%20-
%20Vital%20Signs.pdf – diakses April 2014.
4. Pemeriksaan Suhu
Suhu normal berkisar antara 36-37,50C. Hasil pengukuran suhu pada pasien di
skenario menunjukkan 36,50C, termasuk dalam batas normal tidak ada peningkatan
suhu.
North Glasgow University Hospitals NHS Division (2014). Clinical Procedure
Manual Section A – General Procedure Guidelines.
http://library.nhsgg.org.uk/mediaAssets/Nursing%20and%20Midwifery/1.15%20-
%20Vital%20Signs.pdf – diakses April 2014.
5. Heart Rate
Heart rate atau denyut nadi normalnya berkisar antara 60-100x/menit. Apabila HR
<60x/menit disebut bradikardi, >100x/menit disebut takikardi. Hasil pengukuran HR
pasien di skenario 108x/menit, menunjukkan adanya peningkatan atau takikardi.
Yasin NF (2014). Interpretasi pemeriksaan fisik.
http://ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/8-intrepretasi-pe.pdf - diakses April
2014.
6. Ronki basah kasar
Suara napas ronki merupakan suara abnormal yang terdengar seperti suara gaduh.
Suara ronki disebabkan akibat gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit
akibat obstruksi saluran napas. Ronki dibagi menjadi 2, yaitu ronki basah dan ronki
kering.
Ronki basah kasar merupakan suara gelembung udara besar yang pecah, terdengar
pada saluran napas besar bila terisi oleh banyak sekret, intensitas suara lebih keras,
nada rendah, dan durasi lebih lama. Suara ronkhi basah kasar dapat terjadi pada
abnormalitas jaringan paru (contoh: pneumonia) maupun karena abnormalitas jalan
nafas (contoh: bronkhitis).
7. Suara dasar bronkial
Suara dasar bronkial merupakan suara normal yang mempunyai bunyi tinggi, kasar,
ekspirasi lebih panjang dari pada inspirasi. Terdengar pada saluran napas besar
dengan diameter 4mm atau lebih. Suara dasar bronkial ini terdengar di atas
manubrium sterni, apabila terdengar di bagian paru selain manubrium sterni, suara
bonkial ini dianggap abnormal. Suara bronkhial terjadi karena adanya konsolidasi
dalam jalan nafas misalnya pneumonia, TB paru.
8. Stem fremitus meningkat
Fremitus merupakan getaran yang dihantarkan melalui bronchopulmonary trunk ke
dinding dada saat pasien berbicara. Fremitus dapat meningkat akibat timbunan sekret
yang menggantikan udara yang mengisi sebagian besar jaringan paru sehingga terjadi
konsolidasi paru. Fremitus meningkat pada keadaan seperti pneumonia.
9. Skor norton
Skor Norton merupakan alat untuk menilai risiko ulkus dekubitus pada pasien
imobilisasi. Skor ≤ 12 menunjukkan bahwa terjadi resiko tinggi untuk terjadi ulkus
dekubitus dengan peningkatan risiko 50x lebih besar.
Dari hasil pemeriksaan pasien diskenario menunjukkan skor nortonnya 9.
Pemeriksaan ini menandakan telah terjadi ulkus dekubitus pada pasien. Punggung
bawah merupakan salah satu predileksi ulkus dekubitus karena pada daerah tersebut
sering tertekan. Penilaian derajat dilakukan dengan melihat reaksi peradangan apakah
mencapai epidermis (derajat I), dermis/ subkutan (derajat II), jaringan lunak dan
fascia dalam (derajat III), dan sudah terlihat otot dan tulang (derajat IV).
10. Hasil leukosit
Hasil lab pasien: leukosit 7.500 didapatkan hasil dalam batas normal
(4000-11.000/mm3). Pneumonia pada lansia sebagian besar didapatkan leukosit yang
normal atau sedikit meninggi, kadang-kadang didapatkan leukositosis.
11. Foto Thorak PA kesuraman homogen
Kesuraman homogen menunjukkan adanya gambaran berwarna putih pada hasil
pemeriksaan paru, normalnya foto thorak paru memiliki gambaran berwarna hitam
karena berisi udara. Kesuraman homogen dapat disebabkan oleh konsolidasi paru,
misalnya pada kondisi pneumonia.