123
INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF DRAMATURGI (Studi Kasus Pengguna WhatsApp dan Instagram Kelompok Ibu-Ibu Seven Squad di SD Ruhama) SKRIPSI Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Penyusunan Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Jita Wanodya 1113111000066 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019

INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM

PERSPEKTIF DRAMATURGI

(Studi Kasus Pengguna WhatsApp dan Instagram Kelompok Ibu-Ibu Seven

Squad di SD Ruhama)

SKRIPSI

Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Penyusunan Skripsi untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Jita Wanodya

1113111000066

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019

Page 2: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF

DRAMATURGI, STUDI KASUS: PENGGUNA WHATSAPP DAN

INSTAGRAM IBU-IBU SEVEN SQUAD DI SD RUHAMA

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 September 2019

Jita Wanodya

Page 3: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Jita Wanodya

NIM : 1113111000066

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF

DRAMATURGI (STUDI KASUS PENGGUNA WHATSAPP DAN INSTAGRAM

IBU-IBU SEVEN SQUAD DI SD RUHAMA)

dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 2019

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Cucu Nurhayati, M. Si

NIP.197609182003122003

Menyetujui,

Pembimbing,

Muhammad Ismail, M. Si

NIP. 19680308 199703 1 001

Page 4: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

iv

Page 5: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

v

ABSTRAK

Media sosial digunakan sebagai ajang unjuk gigi, eksistensi atau

penampilan diri dikalangan remaja, ibu-ibu atau masyarakat di Indonesia pada

umumnya. Segala macam kegiatan yang dilakukan seolah-olah harus diunggah

atau dibagikan melalui media sosial agar semua orang dapat mengetahui apa yang

sedang dilakukan atau yang terjadi. Dikalangan ibu-ibu media sosial ini sangat

diminati mereka sangat aktif dan eksis di berbagai media terutama di instagram

dan whatsapp. Skripsi ini menganalisis tentang interaksi di media sosial sebagai

panggung presentasi diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan

objek penelitiannya adalah kelompok ibu-ibu Seven Squad. Pemilihan informan

menggunakan key person atau informan utama. Analisis data penelitian ini

menggunakan interactive analysis models yaitu dengan melakukan tahap

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Peneliti menggunakan teori dramaturgi, teori ini berbicara mengenai

pangung depan dan panggung belakang, panggung depan merupakan tempat di

mana para aktor dapat berperan sesuai kemauan pribadi atau kemauan masyarakat.

Sedangkan panggung belakang merupakan wilayah asli aktor di mana diri aktor

yang sesungguhnya tanpa bersandiwara terdapat di panggung ini. Diri merupakan

perilaku yang timbul dari kemauan/ tuntutan masyarakat dan diri mereka sendiri.

Hasil dari analisa dengan menggunakan teori ini adalah ibu-ibu ini melakukan

akting dan manipulasi kesan demi mencapai tujuan atau presentasi diri mereka

yang akan diterima oleh masyrakat atau pengikutnya. Terdapat dua kategori kesan

yang ingin ditampilkan yaitu sebagai orang yang mempunyai status sosial tinggi

dan sebagai orang dengan kepribadian baik dan bijak.

Kata kunci : Interaksi, media sosial, ibu-ibu, dramaturgi

.

Page 6: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunianya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan, sang

tokoh reformasi sejati kehidupan sosial dan politik hidup umat manusia.

Penulisan skripsi ini dalam prosesnya telah dilakukan secara maksimal,

namun penulis menyadari sebagai manusia dengan keterbatasan dan

kekurangannya tentu masih jauh dari kata sempuaan. Banyak tantangan dan

rintangan yang dihadapi oleh penulis, namun akhirnya bisa bertahan dengan

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi baik secara moril ataupun materil

kepada:

1. Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat kepada penulis.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M. Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi yang

senantiasa memberi semangat dan arahan kepada penulis.

3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

yang telah memberikan masukan dan bimbingannya.

Page 7: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

vii

4. Bapak Muhammad Ismail, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan dukungan, semangat, dan arahan selama proses penulisan

skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis

menempuh jenjang perkuliahan.

6. Ayahanda Sarjito dan Ibunda Aminah, yang telah memberikan banyak

cinta dan kekuatan, semangat serta do’a, sehingga penulis bisa bertahan

hingga selesainya proses penulisan skripsi ini.

7. Semua saudara saya, tante, om, serta sepupu saya Fitriah Handayani dan

Tri Utami yang telah memberikan motivasi, membantu penulis dari awal

masuk UIN Jakarta hingga saat ini telah selesai proses penulisan skripsi

ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan Daebak Omo; Istiqomah Aisyiyah, Titi

Tahdinani Nashiriyah, Shofia Khoerunnisa, Wiqoyatul Amanah, yang

telah memberikan semangat, menjadi tempat sharing dan rumah

ternyaman untuk berbagi cerita, senantiasa memberikan masukan

meskipun pada prosesnya sama sedang menggarap skripsi.

9. Sahabat sejawat Salamah Nur Indah Setyaningrum, yang telah

memberikan inspirasi dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam

proses penulisan skripsi ini.

Page 8: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

viii

10. Teman-teman seperjuangan Sosiologi B 2013 yang tidak bisa penulis

tuliskan satu persatu yang telah memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis.

11. Para informan yang telah meluangkan waktu, memberikan informasi

terkait tema skripsi ini dan bersedia berbagi pengalaman kepada penulis

yang pada kesempatan ini tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Demikian ucapan syukur dan terimakasih yang penulis berikan. Semoga

Allah senantiasa membalas semua kebaikan serta menuntun kita ke jalan yang

diridhoi-Nya. Walaupun terdapat kekurangan dalam skripsi ini, penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamin

Jakarta, 01 Oktober 2019

Penulis

Page 9: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR........................................................................................ vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ……………………………......................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ………………………. ............................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………... ................... 6

D. Tinjauan Pustaka ………………………………………..….….. 7

E. Kerangka Berpikir …………………………………………....... 14

F. Kerangka Konsep......................................................................... 16

1. Media Sosial........................................................................... 16

2. WhatssApp dan Instagram..................................................... 17

3. Presentasi Diri........................................................................ 17

G. Kerangka Teoritis …………………....................….. ................. 19

1. Dramaturgi.............................................................................. 19

2. Interaksi Sosial........................................................................ 27

H. Metodologi Penelitian................................................................... 29

I. Sistematika Penelitian ………………………………………….. 35

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Kelompok Sosial Ibu-ibu SD Ruhama......................................... 36

B. Data Anggota Kelompok yang Menjadi Informan....................... 38

C. Gambaran Observasi Kegiatan Informan..................................... 43

BAB III INTERAKSI DENGAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI PRESENTASI

DIRI DALAM MASYARAKAT

A. Interaksi Sosial Dramaturgi Ibu-ibu Seven Squad........................ 46

1. Bentuk-bentuk Presentasi Diri................................................ 50

2. Konsekuensi Interaksi Sosial.................................................. 54

B. Proses Presentasi Diri Ibu-ibu Seven Squad.................. ...............57

1. Bentuk Panggung Depan....................................................... 57

2. Bentuk Panggung Belakang................................................... 68

3. Tim Pertunjukkan................................................................... 76

4. Analisa Dramaturgi pada Ibu-ibu Seven Squad................. 78

Page 10: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

x

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................... 83

B. Saran ............................................................................................ 84

Daftar Pustakaka.................................................................................................. xiii

Lampiran-lampiran

Page 11: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 12

Page 12: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.E.1. Kerangka Berpikir............................................................... 14

Gambar III.A.2. Foto-foto unggahan perhiasan Ibu Ade.............................. 52

Gambar III.A.3. Foto Ibu Alin...................................................................... 53

Gambar III.A.4. Foto Ibu Alin dan Komentar Pengikutnya Di

Instagram........................................................................... 56

Gambar III.B.5. Foto Ibu Alin dengan Captionnya...................................... 60

Gambar III.B.6. Foto Ibu Vinni.................................................................... 64

Gambar.III.B.7. Ibu Ade Berfoto Mengendarai Mobil ................................71

Page 13: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini sudah berkembang sangat

pesat. Munculnya berbagai macam media sosial pada internet menarik perhatian

banyak orang. Teknologi dan komunikasi saat ini seperti handphone bisa

dikatakan sebagi barang wajib bagi orang-orang yang hidup di jaman modern ini.

Media sosial (medsos) sebagai sarana komunikasi yang merupakan bentuk

perkembangan dari internet juga menempati posisi penting dalam keseharian kita.

Banyak diantara kita yang tidak bisa lepas dari media sosial dalam menjalankan

kehidupan sehari-harinya. Bukan hanya dikalangan remaja tetapi dikalangan ibu-

ibu media sosial ini juga sangat familiar . Media sosial ini juga sangat berperan

terhadap terbentuknya kesan-kesan yang ditimbulkan penggunanya.

Menurut penelitian yang dilakukan We Are Social, media asal Inggris yang

bekerja sama dengan Hootsuite pada tahun 2018, dari total populasi Indonesia

sebanyak 265,4 juta jiwa yang aktif menggunakan media sosial mencapai 130 juta

dengan penetrasi 49 persen. Sebanyak 120 juta orang Indonesia menggunakan

smartphone atau tablet untuk mengakses media sosial. Sebanyak 41% pengguna

media sosial Indonesia mengaku sering menggunakan Facebook, 40% pengguna

WhatsApp, dan 38% pengguna Instagram, data diperoleh dari internet akses 18

Page 14: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

2

Oktober 2018(https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-

pola-pemakaian-medsos-orang-indonesia?pagr=1).

Di kalangan masyarakat instagram dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan

teman-teman lama atau teman baru yang mereka dapat saat bergabung di media

sosial ini. Melalui dunia maya mereka mengikuti komunitas-komunitas tertentu

atau hanya sekedar mengupload foto. Menurut penggunna media sosial kebiasaan

yang sering mereka lakukan di media sosial adalah memeriksa akun mereka

sendiri. Namun, saat informan menata akun media sosial mereka, yang mereka

lakukan sebenarnya adalah menata wajah atau penampilannya di dunia maya

(Ansari dan Handoyo, Jurnal UNESA, Vol.03, 2015:02). Ketika melakukan

perubahan terhadap tema atau warna halaman depan dan atau sedang menulis

status di media sosialnya seakan-akan mereka sedang memilih pakaian yang

cocok untuk mereka kenakan. Pengelolaan di media sosial merupakan sebuah

tindakan yang tidak spontan dilakukan, tetapi melalui proses seleksi demi tampil

sempurna di depan audien media sosialnya. Masyarakat pengguna akun memiliki

cara sendiri untuk melakukan pencitraan diri dan eksistensinya di media sosial.

Bukan hanya facebook, instagram, whatsapp, twitter juga mempunyai peran

yang sama dalam membentuk presentasi diri seseorang. Adanya bentuk profil atau

biodata singkat pada akun tersebut secara tidak langsung menuntun mereka untuk

melakukan pencitraan karena biasanya audien akan melihat profil mereka sebagai

bentuk pertimbangan untuk memfollow atau menila pribadi pemilik akun. Ada

berbagai jenis pencitran diri yang bisa terlihat secara kasat mata yaitu menuliskan

kata-kata bijak di facebook, instagram, whatsapp atau twitter, menyampaikan

Page 15: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

3

kritik, menulis status yang berhubungan dengan kondisi pribadi saat ini,

menyampaikan aktivitas dan lokasi saat ini, dan berbagai cara lainnya. Selain

kata-kata, presentasi diri juga dikombinasi dengan video, gambar atau foto seperti

foto-foto di berbagai lokasi dan lain lain (Ansari dan Handoyo, Jurnal UNESA,

Vol.03, 2015:02).

Di era globalisasi saat ini pengguna media sosial bukan hanya didominasi

oleh kalangan remaja atau anak muda saja. Kalangan usia dewasa atau bisa

dibilang ibu-ibu juga banyak yang sudah menggunakan media sosial ini. bahkan

pengguna dikalangan ibu-ibu ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hal

ini disebabkan pula oleh kemajuan teknologi. Menurut survei yang dilakukan oleh

babycenter.com dan ComScore menunjukkan sebuah fakta baru tentang

penggunaan media sosial di kalangan ibu-ibu. Ibu muda atau ibu yang baru

mempunyai satu anak mereka cukup aktif di akun media sosial mereka. Hasil

survey dari 1.480 orang dewasa, 91% ibu-ibu menggunakan media sosial. Media

sosial ini digunakan sebagai cara untuk selalu terkoneksi dengan dunia luar karena

mereka sibuk dengan kehidupan sebagai ibu rumah tangga. Dalam kegiatannya di

media sosial ibu-ibu ini biasanya menggunakan smarthphone dan smartphone

mereka ini dugunakan untuk berselancar di media sosial yang mereka punya (via

mediapost.com, akses 18 Oktober 2018).

Hal seperti ini menarik perhatian penulis untuk mengkajinya menggunakan

teori dramaturgi. Teori ini menjelaskan jika seorang aktor ingin tampil di atas

panggung mereka akan menggunakan topeng saat pentas dan melepasnya saat

turun panggung, ini disebut dengan sebutan panggung depan dan panggung

Page 16: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

4

belakang. Aktor akan memaikna perannya secara epik di panggung depan karena

ia akan berakting didepan semua orang sedangkan di belakang panggung aktor

akan memainkan perannya secara asli tanpa akting atau memanipulasi diri mereka.

Menurut Goffman panggung depan marupakan pertunjukan bagi aktor yang

berfungsi untuk menunjukkan diri pada penontong dan lingkungan

masyarakatnya.

Menurut Goffman (, Ritzer dan Goodman, 2004:400), membedakan muka

persoanal dan setting. Muka personal merupakan situasi fisik yang ada pada aktor

seperti tampilan dan tingkah laku mereka sedangkan setting menunjukkan pada

tampilan fisik yang biasanya harus ada ketika aktor memainkan perannya seperti

cara berpakaian. Para pengguna media sosial sering kali menampilkan kesan yang

baik, dibutuhkan, dan terkenal pada audiensnya. Mereka sering menonjolkan jika

apa yang mereka tulis dan update itu sesuatu yang penting. untuk melakukan itu

para pengguna medsos ini harus meyakinkan audiensnya jika yang ia lakukan

adalah benar adanya. Goffman (, Ritzer dan Goodman, 2004:400), berpendapat

bahwa bisa saja penonton ikut memainkan peran untuk mengatasi kepalsuan aktor

sehingga gambaran ideal sang aktor tetap ideal. Ini berarti keberhasilan suatu

pertunjukan atau drama yang ditampilkan oleh aktor tergantung dari semua pihak

yang terlibat.

Dalam berinteraksi di sosial media ini individu dapat mengetahui atau

mengatur tampilan yang mereka inginkan untuk memberikan kesan kepada

individu lainnya atau Goffman, menyebutnya sebagai Pengelolaan Kesan

(Impression Management) yang berarti juga sebagai permainan peran untuk

Page 17: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

5

membuat suatu citra pada penonton mereka. Menurut Goffman (seperti dikutip

Benedictus, Jurnal ASPIKOM, 2010:31), permainan peran atau pengelolaan kesan

bersifat jangka pendek dan akan terus berubah sesuai dengan kondisi dan situasi

interaksi yang sedang terjadi. Penerimaan penonton akan manupulasi merupakan

tujuan dari dramaturgi Goffman. Penonton akan melihat aktor sesuai dengan kesan

yang ingin mereka tampilkan apabila akting yang mereka lakoni diterima dan

sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Sehingga penonton akan lebih mudah

percaya dengan kesan atau presentasi diri yang ingin dicapai aktor.

Berangkat dari pemahaman penulis bahwa media sosial memiliki peran aktif

dalam mempengaruhi presentasi diri untuk berinteraksi dan berkomunikasi pada

penontonnya, di mana para pengguna media sosial Mereka memanipulasi peran

atau diri mereka di media sosial agar bisa bisa menampilkan presentasi diri yang

mereka inginkan dan dapat mengelola kesan mereka untuk ditunjukan pada para

audien. Peran yang mereka tampilkan di ruang nyata dan di dunia maya ini

sangatlah berbeda, terdapat manipulasi pada pribadi dan kegiatan yang mereka

tampilkan di media sosial. Dari pemaparan tersebut peneliti merasa perlu

dilakukan penelitian dengan menganalisa bagaimana proses interaksi dalam

membentuk presentasi diri di kalangan Ibu-ibu ini, mereka dalam berinteraksi

memiliki tujuan untuk mengekspresikan diri yang layak dan tidak layak serta

meyakinkan penonton dengan sesuatu yang ia tampilkan kemudian terakhir

mereka akan dapat menunjukkan presentasi diri yang ingin mereka tunjukkan

yang nantinya akan diterma atau ditolak oleh audien serta bagaimana panggung

depan dan panggung belakang ibu-ibu Seven Squad berlangsung. Peneliti

Page 18: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

6

mengambil tema: “Interaksi Sosial di Media Sosial dalam Perspektif

Dramaturgi (Studi Kasus Pengguna WhatsApp dan Instagram Ibu-ibu Seven

Squad di SD Ruhama).”

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pernyataan masalah, maka dirumuskan pertanyaan

penelitian untuk membatasi masalah penelitian, sebagai berikut:

Bagaimana proses interaksi sosial dengan media sosial di kelompok Ibu-ibu

Seven Squad dalam perspektif dramaturgi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Melihat, mengetahui serta menganalisis interaksi sosial dan proses

presentasi diri yang terbentuk pada pengguna media sosial dengan teori

dramaturgi.

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis: Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan

menjadi bahan untuk memperkaya kajian yang terkait dengan penggunaan

media sosial di Indonesia.

2. Manfaat praktis : Bagi peneliti, penelitian ini dapat memotivasi agar

peneliti dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan bermanfaat

kesempatan berikutnya. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat

membuka pandangan atau pemikran anda agar lebih luas dan bisa

Page 19: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

7

mengetahui lebih lanjut keterkaitan antara kajian dramaturgis dan media

sosial yang sedang berkembang saat ini.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam mencari suatu permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini,

maka penulis telah mencari penelitian serta beberapa tulisan ilmiah terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Berikut ada beberapa penelitian dan

tulisan ilmiah yang hampir serupa dan memiliki pembahasan yang sama dengan

penelitian penulis tentang dramaturgis, interaksi sosial, dan media sosial, antara

lain:

Penelitian pertama dari jurnal ASPIKOM dengan judul “Konstruksi Diri

dan Pengelolaan Kesan pada Ruang Riil dan Virtual yang ditulis oleh Benedictus

A.S (2010). Penelitian ini menjelaskan tentang perilaku manusia dalam sebuah

acara reality show yang menandakan perubahan cara berpikir, sikap dan perilaku

individu ketika berinteraksi dengan orang lain melalui internet. Individu adalah

seseorang yang selalu berkeinginan untuk mengelola kesan yang baik dihadapan

lawan bicara dengan tujuan agar interaksi terjadi secara terus menerus

(Benedictus, 2010:31).

Hasil dari penelitian ini adalah dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving

Goffman secara sederhana adalah pengelolaan kesan dimana masing-masing pihak

bisa memperlihatkan identitas untuk publik (front stage) yang bisa kelihatan

langsung baik melalui bentuk verbal (given) dan nonverbal (given off). Namun

ketika berada di ruang virtual, maka interaksi dalam bentuk verbal di wilayah

panggung depan tidak lagi terlihat secara langsung, tetapi sudah termediasi

Page 20: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

8

(mediated communication), karenanya kita tidak mengetahui perilaku maupun

kondisi yang terjadi pada individu yang sedang berpikir tentang wilayah depan

yang ditampilkan (Benedictus, 2010:31).

Kedua, Tesis Ilmu Komunikasi dengam judul “Pemimpin Daerah sebagai

Agen (Dramaturgi dalam Komunikasi Politik Wali Kota Solo Joko Widodo)” yang

ditulis oleh Cahyadi Indrananto. Penelitian ini menjelaskan tentang desentralisasi

yang mengubah pola berpikir masyarakat Indonesia dimana hubungan pemimpin

dengan rakyatnya berubah seiring dengan perubahan tersebut. Masyarakat kini

mempunyai wewenang untuk memilih pemimpin mereka sendiri, oleh karenanya

timbul permasalah ketidakseimbangan informasi, yang diakibatkan oleh

ketidatahuan masyarakat kopentensi dan preferensi kebijakan pemimpin mereka.

Maka perlu diperhatikan pentingnya seorang pemimpin daerah untuk menciptakan

hubungan interaktif dngan masyarakatnya dan membangun kepercayaan mereka

(Indrananto, 2012:01) .

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan etnografi dengan teknik primer

untuk pengamatan. Sedangakn teori yang digunakan adalah Teori Dramaturgi

Erving Goffman yang memanfaatkan metafor teater untuk menganalisi perilaku

manusia. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat permasalahan antara keagenan

masyarakat Solo dengan pemimpinnya, dalam menjalankan komunikasi politiknya

Joko Widodo menjaga kendali diri agar dapat mengekspresikan peran yang ia

mainkan sesuai dengan situasi yang diperlukan dan berdasarkan analisis Joko

Widodo telah melakukan berbagai manuver dramaturgis yang bermanfaat bagi

Page 21: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

9

pola hubungannya dengan masyarakat Solo, Jokowi memberikan kesempatan bagi

masyarakat untuk melihat citra dirinya yang jujur dan tidak termanipulasi

(Indrananto, 2012:121-126).

Ketiga, jurnal Sosiologi dengan judul “Dramaturgi Pengemis Lanjut Usia

di Surabaya” yang ditulis oleh Lis Himmatul Holisoh dan Ali Imron, S.Sos, M.A

(2013). Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana teori dramaturgi, konsep

diri, dan interaksionis simbolik dapat menjelaskan fenomena pengemis yang

banyak ditemukan di Surabaya. Secara khusus penelitian ini akan melihat

bagaimana front stage dan back stage yang ada pada diri pengemis lansia ini.

Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan interaksionis simbolik George Herbert Mead untuk

mengungkap pemakaian simbol-simbol pengemis yang digunakan untuk

berinteraksi dengan masyarakat. Kemudian hasil dari penelitian ini adalah

pengemis lansia dalam penelitian ini mampu memerankan perannya secara apik di

panggung depan dengan cara menguasai ekspresi muka dan vokal serta

perlengkapan yang dibawa ketika mengemis. Penyempurnaan drama di panggung

belakang dengan cara menutupi kehidupan sebenarnya serta menutupi beberapa

kesenangan pengemis. Pengemis lansia menggunakan tangan atau wadah berupa

bekas gelas air mineral sebagai simbol yang diinformasikan kepada masyarakat.

Pengemis lansia juga memaknai perilakunya sebagai pekerjaan yang halal

(Holisoh dan Imron, 2013:01).

Keempat, jurnal sosiologi dengan judul “Media Sosial sebagai Panggung

Drama” yang ditulis oleh Novi Anasari dan Pambudi Handoyo (2015). Penelitian

Page 22: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

10

ini menjelaskan tentang media sosial yang yang digunakan sebagai ajang

eksistensi diri. Setiap kegiatan yang mereka lakukan seolah-olah harus mereka

bagikan di media sosial agar semua orang tau apa yang sedang ia lakukan dan apa

yang sedang terjadi pada dirinya. Adapun metode penelitian yang digunakan

adalah metode kualitatif dengan pendekatan Cyber Etnhography. Menurut Robert

V Kozinets, Cyber Etnhography merupakan pendekatan etnografi untuk dunia

sosial yang di mediasi oleh perangkat komputer.

Kemudian hasil dari penelitian ini adalah Kategori yang pertama di dasarkan

pada alasan penggunaan twitter, yaitu alasan karena ikut-ikutan teman dan sebagai

sumber informasi. Sedangkan kategori kedua berdasarkan manajemen kesan yang

ditampilkan pengguna twitter. Mahasiswa Unesamelakukan pertunjukan peran

dengan menampilkankesan tertentu yang diamati melalui aktivitas timelinetwitter

penggunanya. Manajemen kesan yang dihasilkan antara lain, (1) kesan galau

untuk mendapatperhatian, (2) kesan sebagai penggemar Kpop, (3)kesan terlihat

bijak dan bermoral, (4) kesan sebagai penggemar sepak bola, dan (5) kesan

sebagai penyuka fashion design. Media sosial twitter digunakan oleh penggunanya

untuk melakukan arena pertunjukanperan melalui timeline twitter (Anasari dan

Handoyo, 2015:01).

Kelima, Skripsi Ilmu Komunikasi dengan judul: “Penggunaan Media

Sosial sebagai Eksistensi Diri” yang ditulis oleh Alboin Leonard PS. Penelitian

ini menjelaskan tentang penggunaan media sosial dengan berbagai macam

motivasi. Untuk sekedar berkomunikasi dengan orang lain, untuk mencari tahu

perkembangan sesuatu, untuk berbagi informasi maupun salah satu yang menjadi

Page 23: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

11

trend saat ini adalah penggunaan media sebagai bentuk eksistensi diri. Adapun

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dskriptif kualitatif dengan

metode wawancara mendalam.

Kemudian hasil dari penelitian ini adalah media sosial yang sering

digunakan sebagai sarana untuk ajang eksis dengan cara mengunggah foto selfie.

Bentuk lain dari ajang eksis melalui media sosial yakni yang terlihat pada media

sosial jenis Path. Media ini memiliki fasilitas check-in, yakni fasilitas yang

memungkinkan pengguna agar dapat menandai tempat dimana dia sedang berada.

Saat ini pengguna media sosial berlomba-lomba untuk dapat mengikuti atau

mengunjungi tempat-tempat yang nge-hits atau sedang menjadi tempat populer

untuk dikunjungi (Leonard, 2016:01).

Dari berbagai penelitian tersebut, beberapa penelitian memiliki kesamaan

dengan tema dan judul penelitian yang ingin dilakukan oleh penulis. Persamaan

lain terletak pada teori dan metodologi yang digunakan oleh peneliti di mana

mereka menggunakan teori dramaturgi untuk dasar teori mereka dan sama-sama

menggunakan metodologi kualitatif. Walaupun memang antara penelitian di atas

masing-masing berbeda konsep, namun penulis melihat kesamaan dari penelitian

di atas dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu penelitian ini fokus

masalahnya terhadap media sosial, panggung drama, presentasi diri dan interaksi

sosial yang terjadi di masyarakatumum ini. Di mana bisa terlihat perbedaan dari

kesamaan tersebut bahwa penelitian di atas fokus pada penelitian dengan

menggunakan teori dramaturgi yang dikemukakan oleh Goffman dan berbeda

pada konsep dan fokus masalah yang akan diteliti serta target yang akan diteliti.

Page 24: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

12

Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka

No Data Penulis Teori Temuan/Hasil Persamaan Perbedaan

1 Penulis:

Benedictus A.S

(2010)

Judul:

Konstruksi Diri

dan Pengelolaan

Kesan pada

Ruang Riil dan

Virtual

Metode

Penelitian:

Kualitatif

Deskriptf

Erving

Goffman :

Dramaturgi

Menjelaskan

pengelolaan kesan

dimana masing-

masing pihak bisa

memperlihatkan

identitas untuk

publik (front

stage) yang bisa

kelihatan langsung

baik melalui

bentuk verbal

(given) dan non

verbal (given off).

Kesamaan

dalam konsep

teori

menggunakan

dramaturgi dan

berbicara pada

ruang virtual.

Subjek

penelitian

kepada sebuah

acara reality

show di televisi

.

2 Penulis:

Cahyadi

Indrananto

(2012)

Judul:

Pemimpin

Daerah sebagai

Agen

(Dramaturgi

dalam

Komunikasi

Politik Wali Kota

Solo Joko

Widodo

Metode

Penelitian:

Kualitatif

Dramaturgi

Erving

Goffman

Penelitian ini

menjelaskan

bahwa Joko

Widodo telah

melakukan

berbagai manuver

dramaturgis bagi

pola hubungannya

dengan masyarakat

dan memberikan

kesempatan bagi

masyarakat untuk

melihat citra

dirinya yang jujur

dan tidak

termanipulasi.

Melihat

bagaimana

panggung depan

dan panggung

belakang saat

sedang

berinteraksi

Perbedaan dari

objek yang di

teliti penelitian

ini

menggunakan

seorang

pemimpin serta

konsep yang

ingin dibahas.

3 Penulis:

Lis Himmatul

Holisoh dan Ali

Imron

(2013)

Judul:

Dramaturgi

Dramaturgi dan

Interaksionis

Simbolik

Pengemis lansia

dalam penelitian

ini mampu

memerankan

perannya secara

apik di panggung

depan dengan cara

menguasai

ekspresi muka dan

Menjelaskan

bagaimana

mereka

melakukan

pengelolan

kesan dan

bagaimana ia

berhasil

memanipulasi

Perbedaan dari

obyek dan

konsep

pembahasan

yang akan

dibahas.

Page 25: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

13

Pengemis Lanjut

Usia di Surabaya

Metode

Penelitian:

Kualitatif dengan

Pendekatan

Interaksionis

Simbolik

vokal serta

perlengkapan yang

dibawa ketika

mengemis

penonton.

4 Penulis:

Novi Anasari dan

Pambudi

Handoyo

(2015)

Judul:

Media Sosial

sebagai

Panggung Drama

Metode

Penelitian:

Kualitatif dengan

Pendekatan

Cyber

Ethnograpy

Dramaturgi/

Presentasi Diri

Alasan

penggunaan

twitter, yaitu

karena ikut-ikut

temandan yang

lainya juga sebagai

sumber informasi .

Kedua, pengguna

twitter

menampilkan

manajemen kesan

mereka.

Sama-sama

menggunakan

teori dan konsep

pembahasan yag

serupa yaitu

dramaturgi dan

presentsi diri.

Perbedaan

objek yang akan

diteliti serta

fokus

pertanyaan yang

akan di ajukan.

5. Penulis:

Alboin Leonard

PS

(2016)

Judul:

Penggunaan

Media Sosial

sebagai

Eksistensi Diri

Metode

Penelitian:

Deskriptif

Kualitatif

Tidak

dijelaskan oleh

penulis

Media sosial

sering digunakan

sebagai sarana

unjuk gigi atau

narsis sengan

sering

mengunggah foto

selfie.

Sama-sama

ingin

menjelaskan

fenomena

penggunaan

media sosial

saat ini.

Perbedaan

objek yang akan

diteliti serta

fokus

pertanyaan yang

akan di ajukan

Page 26: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

14

E. Kerangka Berpikir

Gambar 1.E.1 Kerangka Berpikir

Interaksi

Sosial

Ssi

v

Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan Teori Dramaturgi karena

teori ini relevan dengan penelitian yang peneliti ambil. Penulis ingin menjelaskan

interaksi ibu-ibu Seven Squad pengguna media sosial dilihat dari panggung depan

dan panggung belakang para pengguna media sosial tersebut. Panggung depan

digunakan sebagai panggung untuk memanipulasi diri untuk nantinya ditampilkan

pada penonton sedangkan panggung belakang adalah tempat mereka menjadi diri

mereka sendiri serta tempat untuk mempersiapkan segala macam atribut untuk

ditampilkan di media sosial mereka. Bagaimana individu pengguna media sosial

itu sendiri dikaji melalui konsep dramaturgi mengenai presentasi diri untuk

Presentasi Diri

Ibu-ibu Seven Squad

Audie

n /

mas

yar

akat

Panggung

Depan

Panggung

Belakang

Tim

Pertunjukkan

Impresion/

kesan:

1. Diterima

2. Ditolak

Page 27: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

15

mengetahui bagaimana memaknai seorang pengguna media sosial sebagai

selayaknya panggung sandiwara.

Pada penelitian ini juga peneliti meneliti bagaimana seorang individu

mengekspresikan dirinya di media sosial dengan cara membangun tujuan awal

mereka, meyakinkan penonton, dan sebagai hasilnya dapat mengalami

kegagagalan atau keberhasilan dalam perannya. Tujuan utama mereka

mengekspresikan diri sebagai orang yang memiliki prestis atau sebagai orang

yang memiliki kepribadian yang baik. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa

identitas individu pengguna media sosial ini bisa saja berubah-ubah tergantung

dengan siapa mereka berinteraksi. Dalam proses mempresentasikan diri ini

individu atau para aktor didukung oleh tim pertunjukan (team performance), tim

ini berfungsi untuk membantu akator atau ibu-ibu ini mengelola kesan atau

perlengkapan apa saja yang harus mereka pakai saat mereka tampil. Mereka akan

memberikan saran sebagai hasil atau mereka mempresentasikan diri setelah

mendapat penilaian atau kesan oleh masyarakat atau penonton. Mereka akan

mengoreksi dan memperbaiki bersama kesalahan yang mungkin dilakukan oleh

sang aktor saat mereka sedang berakting.

Aktor membawakan naskah dalam bahasa/ simbol-simbol dan perilaku

untuk menghasilkan arti-arti dan tindakan-tindakan sosial dalam konteks sosio-

kultural orang lain yang menginterpretasikan naskah tersebut dengan pengetahuan

mereka tentang aturan-aturan budaya atau simbol-simbol signifikan. Di sinilah

dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Interaksi dalam

media sosial, meliputi simbol: verbal, ekspresi wajah, cara berpakaian, gaya

Page 28: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

16

bahasa. Interaksi ini nantinya akan menimbulkan pemahaman masing-masing

individu, mereka akan menolak atau menerima peran pengguna media sosial

tersebut di kehidupan nyata.

F. Kerangka Konsep

1. Media Sosial

Internet (interconnection networking) merupakan jaringan

komputer yang dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan

komputer dengan jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi

atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang

diketahui internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi

penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon (Bungin,

2006:135). Media sosial merupakan salah satu bentuk perkembangan dari

adanya internet. Melalui media sosial, seseorang dapat saling terhubung

dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk

berbagi informasi dan berkomunikasi.

Media sosial memiliki sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan

dengan bentuk media tradisional seperti radio maupun televisi. Melalui

media sosial, kita dapat secara langsung berinteraksi dengan orang lain, baik

melalui komentar dalam media sosial maupun dengan sekedar memberikan

tanda like pada setiap postingan seseorang. Media sosial ada dalam berbagai

bentuk yang berbeda, termasuk sosial network, forum internet, weblogs,

sosial blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, ratting, dan

bookmark sosial.

Page 29: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

17

2. WhatsApp & Instagram

WhatsApp merupakan aplikasi yang digunakan untuk bertukar pesan

dengaNberbagai fitur tambahan seperti telephone, video call, voice note, dan

saat ini dilengkapi dengan fitur snapstory. Mengutip dari

(www.ruangguru.co.id/pengertian-media-sosial/, akses 17 Desember 2018)

WhatsApp merupakan instan pesan yang berfoku pada jaringan sosial

lainnya dengan anggota lebih dari 700 juta pengguna di seluruh dunia.

Aplikasi ini diakuisisi oleh Facebook tetapi beroperasi sebagai entitas

terpisah.

Instagram merupakan aplikasi yang berfokus untuk mengunggah foto

dan video. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur live, snapstory, filter

foto dan video, bumerang dan lain-lain. Mengutip dari

(www.ruangguru.co.id/pengertian-media-sosial/, akses 17 Desember 2018)

Instagram merupakan jaringan sosial yang berfungsi untuk berbagi video

dan foto dengan anggota lebih dari 300 juta penguna di seluruh dunia.

Aplikasi ini bagian dari keluarga Facebook, aplikasi ini juga mempunyai

kemampuan cepat dalam menerapkan beberapa penyaring untuk foto yang

dapat mengunggah ke jaringan sosial lain seperti Twitter.

3. Presentasi Diri

Menurut Goffman (sepeti yang dikutip Mulyana, 2008:112) kegiatan

yang dilakukan oleh individu tertentu untuk menggambarkan suatu definisi

situasi dan identitas diri untuk mempengaruhi suatu interaksi. Lebih jelasnya

presentasi diri digunakan untuk menumbuhkan kesan tetentu di mata orang

Page 30: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

18

lain dengan cara mengelola kesan dan sikap sesuai dengan apa yang mereka

inginkan untuk ditampilkan pada masyarakat atau audien mereka. Simbol-

simbol atau atribut yang akan digunakan saat mengelola kesan ini harus

sesuai dan harus mendukung identitas yang akan ditampilkan sang aktor di

atas panggung (Mulyana, 2008:112). Untuk keberhasilan dan mencapai

tujuan dalam peran yang mereka lakoni, mereka akan mengembangkan

perilaku dan sifat diri yang ada pada diri mereka seara maksimal.

Seperti pertunjukan drama pada umumnya, para aktor harus

menyiapkan segala perlengkapan untuk menunjang akting atau pertunjukan

mereka. Jika semua perlengkapan atau simbol yang menunjukkan identitas

mereka sudah siap mereka akan menggambarkan diri mereka yang nantinya

akan diterima oleh masyarakat atau pengikut di akun media sosial mereka.

Tekni ini disebut sebagai pengelolaan kesan, yaitu teknik yang digunakan

untuk menunjang dan mencapai tujuan aktor agar bisa diterima oleh

masyarakat (Mulyana, 2001:112). Kita akan dapat mengendalikan

pemaknaan orang lain dengan cara mengelola informasi yang ingin kita

sampaikan pada orang lain. Hal itu berfungsi untuk memberi tahu pada

audien siapa diri kta dan apa yang ingin kita tampilkan.

Dalam konsep dramaturgi, Goffman (seperti dikutip Mulyana,

2008:113) menyebut aktivitas untuk mempengaruhi orang lain itu sebagai

pertunjukkan (performance), yakni presentasi diri yang dilakukan individu

pada ungkapan-ungkapan yang tersirat, suatu ungkapan yang lebih bersifat

teateris kontekstual, non-verbal dan tidak bersifat intensional. Dalam arti,

Page 31: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

19

orang akan berusaha memahami makna untuk mendapatkan kesan dari

berbagai tindakan orang lain, baik yang dipancarkan dari mimik wajah,

isyarat dan kualitas tindakan. Menurut Goffman (seperti dikutip Mulyana,

2008:113), permainan informasi dalam perilaku berinteraksi digunakan agar

orang lain mempunyai kesan yang baik terhadap diri kita.

Individu sebagai aktor yang berperan dan masyarakat sebagai

penonton disebut Goffman sebagai teater. Di mana dalam teater tersebut

mereka memerlukan panggung untuk pentas dalam penelitian ini adalah

media sosial dan ruang ganti di mana aktor bisa merancang skenario untuk

ditampilkan di atas panggung. Pada saat aktor tampil di atas panggung

mereka akan menggunakan identitas yang sudah di manipulasi atau sudah

ditentukan sebelumnya yang relevan dengan identitas yang ingin mereka

tampilkan. Sedangkan saat pementasan selesai aktor akan kembali ke

belakang panggung untuk menjadi dirinya sendiri dan untuk mempersiapkan

penampilan selanjutnya.

G. Kerangka Teoritis

1. Dramaturgi

Erving Goffman banyak dipengaruhi oleh pemikiran Mead terutama

dalam diskusinya mengenai ketegangan antara diri spontan “I” dan “Me”,

diri yang dibatasi oleh kehidupan sosial. Ketegangan ini bercermin dalam

pemikiran Goffman tentang apa yang disebut “ketidaksesuaian antara diri

manusiawi kita dan diri kita sebagai hasil proses sosialisasi”. Ketegangan ini

disebabkan perbedaan antara apa yang kita ingin lakukan secara spontan dan

Page 32: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

20

apa yang diharapkan orang lain untuk kita lakukan. Kita dihadapkan dengan

tuntutan untuk melakukan tindakan yang diharapkan dari kita, selain itu, kita

diharapkan tidak ragu-ragu. Seperti yang dinyataka Goffman, “ kita tidak

boleh tunduk pada kestabilan” (Ritzer dan Goodman, 2004:399) . Menurut

Goffman, diri bukanlah milik aktor tetapi lebih sebagai hasil interaksi antara

aktor dan audien serta masyarakat. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa perilaku yang timbul tidak selalu berasal dari kemauan aktor tetapi

perilaku yang muncul dari kemauan/tuntutan masyarakat, sehingga aktor

berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat dalam hal ini

disebut audien agar dapat diterima di masyarakat.

Dramaturgi Goffman berbicara mengenai panggung depan dan

panggung belakang. Bagian dari pertunjukkan yang berfungsi untuk

menampilkan identitas diri mereka yang palsu mereka tampilkan di depan

masyarakat disebut panggung depan. Goffman lebih jauh membedakan

tentang setting dengan muka personal. Setting menunjukkan pada tampilan

fisik yang biasanya harus ada ketika aktor memainkan perannya. Muka

personal dibagi menjadi dua bagian yakni tampilan dan tingkah laku (Ritzer

dan Goodman, 2004:400).

Goffman ( Ritzer dan Goodman, 2004:400) berpendapat bahwa agar

tidak meruntuhkan sosok ideal seorang aktor, audien bisa juga mencoba

mengatasi kepalsuan tersebut. Kesuksesan dalam sebuah peran atau

pertunjukkan akan melibatkan semua pihak yang terkait, ini disesbut sebagai

karakter interaksional. Tempat di mana pengguna media sosial berharap

Page 33: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

21

bahwa tidak akan ada penonton yang akan masuk ke area belakang atau

tidak akan hadir ke area privasi mereka disebut panggung belakang. Hal ini

bertujuan agar masyarakat atau pengikut mereka di media sosial tidak

mengetahui sifat atau sikap asli mereka di belakang panggung. Pertunjukan

akan sulit dilakukan jika masyarakat atau pengikutnya masuk ke panggung

belakang.

Para pengguna media sosial ini akan menyembunyikan rahasia

kesenangan ataupun kepribadian mereka yang bisa dipandang tidak baik

oleh penontonnya. Pada pertunjukan tertentu aktor harus membiarkan

turunnya standar-standar lain. Pada akhirnya aktor menganggap perlu

menyembunyikan cercaan, hinaan atau perbuatan yang mungkin saja

dilakukan oleh audien agar pertunjukan terus berlangsung (Ritzer dan

Goodman, 2004:401). Hal lain pada dramaturgi pada panggung depan ini

adalah aktor akan sering kali menampakkan kesan bahwa dirinya dekat

dengan audien daripada kenyataannya. Untuk melakukan hal ini aktor harus

meyakini audien mereka bisa terpengaruh sehingga kepalsuan pertunjukan

tidak dapat di ketahui (Ritzer dan Goodman, 2004:401).

Sedangkan di dalam area back stage (panggung belakang) aktor,

Goffman menyatakan bahwa back stage merupakan fakta yang

disembunyikan di depan atau berbagai tindakan informal yang timbul. Back

satge ataupun panggung belakang merupakan fakta di mana sang aktor

bertindak sesuai dengan keinginannya tanpa ada intervensi dari audien,

menurut Goffman aktor tidak bisa mengharapkan audien (masyarakat)

Page 34: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

22

muncul ke dalam panggung belakang, bahkan penonton tidak bisa muncul

ke dalam panggung belakang sang aktor. Masing-masing dari mereka akan

menampilkan pertunjukkan menurut cara mereka sendiri dan dari

pertunjukkan tersebut kesan yang akan diterima atau dipahami masyarakat

akan berbeda-beda pula. Saat mereka melakukan interaksi, mereka akan

menunjukkan kesan diri yang nantinya dapat diterima oleh para

penontonnya.

Cara tersebut disebut Goffman dengang pengelolaan kesan

(Impression management), yaitu cara yang dipakai aktor untuk menanamkan

kesan kepada para penonton untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti pakaian

yang mereka kenakan, rumah mereka, cara berbicara, gaya bahasa, riasan

wajah dan lain-lain. Individu mengelola informasi yang kepada individu lain

(Ansari dan Handoyo, Jurnal UNESA, vol.3, 2015:02). Selain di dunia fisik

atau yang hanya bisa dengan tatap muka langsung di dunia nyata presentasi

diri juga bisa dilakukan di dunia maya yaitu di media sosial. Ansari dan

Handoyo (Jurnal UNESA, vol.3, 2015:02) menyebut presentasi diri dalam

media sosial ini merupakan suatu percobaan baru untuk menunjukkan

identitas diri atau jati diri nya yang lain. Bukan tanpa kendala, percobaan

baru ini nanti juga akan bisa menghadapi bermacam kesulitan dalam

mempresentasikan diri individu masing-masing.

Media sosial ini memberikan kita banyak kesempatan untuk

mempresentasikan diri kita. Dalam drama kehidupan Goffman (seperti

dikutip Mulyana, 2008:113), melihat ada perbedan peran yang besar saat

Page 35: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

23

aktor berada di panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back

stage). Ketika kita berada di panggung depan kita ada dalam sebuah

pertunjukan di mana ada penonton yang sedang melihat pertunjukan kita.

Di panggung depan ini kita akan berusaha menampilkan kesan sesempurna

mungkin agar penonton atau masyarakt dapat menerima dan mengerti tujuan

dari perilaqku kita. Selain itu perlaku atau sikap yang akan kita tampilkan

juga harus dibatasi agar terlihat natural dan drama yang kita tampilkan akan

berhasil.

Sedangkan kehidupan asli kita di panggung belakang di mana tidak

ada orang yang melihat atau tidak ada penonton, sehingga kita dapat

berperilaku bebas tanpa memperdulikan bagaimana perilaku yang harus

kita bawakan atau dengan kata lain pada panggug belakang ini adalah area

privat yang tidak boleh dilihat penonton. Untuk lebih jelasnya lagi peneliti

akan menjabarkan satu persatu ruang pertunjukkan yang digunakan aktor

untuk menampilkan identitas yang sedang berinteraksi antara lain:

a. Panggung Depan

Panggung depan ini merupaka tempat di mana para aktor akan

memainkan peran mereka atau berakting untuk memanipulasi identitas

diri mereka yang tidak sebenarnya. Saat berada dipanggung ini sang aktor

akan memanikan peran mereka dengan semaksimal dan sesempurna

mungkin untuk menampilkan kesan-kesan yang mereka inginkan.

Panggung depan ini tempat atau wilayah akan ditonton atau dilihat oleh

masyarakat luas dalam kasus penelitian ini wilayah panggung mereka

Page 36: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

24

adalah media sosial. Goffman (seperti dikutip Mulyana, 2008:115),

membagi panggung depan ini menjadi dua bagian: front pribadi

(personal front) dan setting.

Front pribadi merupakan alat-alat atau perlengkapan yang akan

dibawa aktor kedalam setting, misalnya tukang cukur rambut akan

membawa gunting dan sisir saat ingin beperan. Personal front terdiri

dari bahasa verbal dan bahasa tubuh sang aktor. Misalnya, berbicara

sopan, ekspresi wajah wajah, cara berpakaian, riasan pada wajah, dan

sebagainya. Ciri yang relatif tetap seperti ciri fisik, termasuk ras dan usia

biasanya sulit disembunyikan atau diubah, namun aktor sering

memanipulasinya dengan menekankan atau melembutkannya, misalnya

menggunakan riasan wajah yang cukup tebal untuk menyamarka keriput

di area wajah dengan foundation. Setting merupakan situasi fisik yang

harus ada ketika aktor melakukan pertunjukan, misalnya seorang

tukang ojek memerlukan kendaraan atau seorang juru masak yang

memerlukan dapur (Mulyana, 2008:115).

Goffman (seperti dikutip Mulyana, 2008:115), menekankan

bahwa pertunjukan yang dibawakan suatu tim sangat bergantung pada

kesetiaan setiap anggotanya. Setiap anggota tim memegang rahasia

tersembunyi bagi khalayak yang memungkinkan kewibawaan tim tetap

terjaga. Disisi lain penonton atau masyarakat juga dapa disebut sebagai

bagian dari tim pertunjukan. Artinya kesuksesan pertunjukkan ini akan

berhasil jika penonton atau audien ikut berpartisipasi agar penampilam

Page 37: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

25

mereka secara keseluruihan berjalan dengan lancar.

b. Panggung Belakang

Panggung belakang merupakan tempat berias jika dalam sebuah

drama tetapi dalam hal ini panggung belakang digunaka sebagai tempat

menyusun skenario untuk menampilkan pertunjukkan apa saja untuk

para audien. Panggung belakang ini juga merupakan tempat kehidupan

asli sang aktor di mana tidak ada yang tahu bagaimana sikap atau pribadi

aktor yang sesungguhnya. Di area ini audien atau masyarakat tidak

diperbolehlkan masuk atau terlibat karena semua rahasia dan rancangan

kesan-kesan yang akan mereka tampilkan ada di wiliyaha ini (Mulyana,

2008:116). Kerja tim juga dibentuk di wilayah ini, tim akan mendukung

dan membantu merancang penamipilan masing-masing individi agar

manipulasi identitas diri mereka dapat ditampilkan dengan sempurna di

panggung depan atau media sosial mereka.

Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Beliau

menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam

pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita

sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan

karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini

maksudnya kesamaan pada pertunjukan yang akan ditampilkan.

Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi

di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai

tujuan. Tujuan dari presentasi diri Goffman ini adalah penerimaan

Page 38: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

26

penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton

akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh

aktor tersebut.

Dengan adanya komunikasi aktor akan lebih memudah

membawa penonton untuk menerima kesan atau tujaan yang ingin

mereka capai dalam pertunjukkannya, karena komuniasi merupakan

alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam dramaturgis ini tampilan

manupulasi kita dan bagaimana kita meresapi peran yang kita lakoni

akan menghasilkan timbal balik yang sesuai dengan yang kita harapkan.

Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia

dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari

perilakunya tersebut. Dalam berinteraksi di dramaturgi akan ada istilad

kesepakatan, yaitu hasil dari interaksi yang disetujui antara individu man

penonton atau audien. Adanya interaksi soaial ini akan mengantarkan

aktor kepada tujan utama mereka. Bermain peran atau berakting

merupakan salah satu alat yang dapat membua kesepakatan

tersebut tercapai (Mulyana, 2008:116).

c. Perfomance Team (Tim Pertunjukkan)

Teori dramaturgi membaca interaksi sosial secara mikro namun

dalam tindakan individu pada teori ini diperlukan tim. Tim ini berfungsi

sebagai orang-orang atau kelompok yang akan mengevaluasi dan

memberikan masukan dalam individu sebagai pemeran ada panggung

depan. Selain membawakan peran dan karakter secara individu, aktor-

Page 39: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

27

aktor sosial juga berusaha mengelola kesan orang lain terhadap

kelompoknya, baik itu keluarga, tempat bekerja, parati politik, atau

organisasi lain yang mereka wakili. Semua anggota itu oleh Goffman

disebut “tim pertunjukan” (performance team) yang mendramatiskan

suatu aktivitas.

Kerjasama tim sering dilakukan oleh para anggota dalam

menciptakan dan menjaga penampilan dalam wilayah depan.

Kerjasama tim ini harus mereka dipersiapkan secara matang dan

sempurna demi lancarnya pertunjukkan yang akan ditampilkan. Setiap

anggota akan melakukan koreksi dengan mengirimkan simbol-simbol

tertentu yang saling mereka mengerti, dalam penelitian di media sosial ini

misalnya dengan mengomentari setiap uanggahan dengan kata-kata yang

positif atau dengan menglike foto-foto yang mereka unggah agar

pertunjukkan dapat berjalan dengan lancar (Mulyana, 2008:115).

2. Interaksi Sosial

Bentuk umum dari suatu proses sosial adalah interaksi sosial oleh

karena itu interaksi sosial adalah syarat utama untuk terjadinya aktivitas-

aktivitas sosial. Menurut Soerjon Soekanto dalam buku Gillin & Gilin,

interaksi sosial merupapkan:

Hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok dengan

kelompok, serta anatara individu dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial terjadi ketika dua orang saling bertemu, saling

berbicara, dan merespon (Soekanto, 2005:61).

Page 40: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

28

Sebuah interkasi sosial akan berhasil atau berlangsung jika antara

pihak-pihak tersebut saling merespon atau saling bereaksi. Berlangsungnya

sebuah interaksi didasari pada beberapa faktor seperti, faktor imitasi,

sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut bisa bergerak

sendiri-sendiri atau bersamaan. Selain itu menurut Soerjono Soekanto

interaksi sosial terjadi apabila memenuhi syarat-syarat berikut :

1. Adanya Kontak Sosial

Artinya sama-sama menyentuh/kontak fisik, jika kontak fisik tidak

ada interaksi dapat tetap berjalan. Contohnya orang-orang yang

berhubungan melalui telepon, radio, surat, dan sebagainya. Kontak sosial

dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : antara orang perorangan

melalui sosialisasi, antara orang perorangan dengan suatu kelompok

misal, apabila merasa bahwa tindakanya berlawanan dengan norma

masyarakat, serta antara suatu kelompok manusia dengan kelompok

lainnya misalnya 2 partai politik mengadakan kerjasama untuk

mengalahkan parpol ketiga (Soekanto, 2005:66) .

2. Adanya Komunikasi

Adanya komunikasi berarti bahwa seseorang memberikan makna

pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan

oleh orang tersebut. Orang tersebut kemudian memberikan reaksi

terhadap perasan yang ingin disampaikan seseorang tersebut (Soekanto,

2005:67). Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan suatu

kelompok manusia atau perorangan dapat dimengerti oleh kelompok

Page 41: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

29

lain atau orang lain. Kontak tanpa komunikasi itu tidak mempunyai arti

apa-apa, dan interaksi sosialpun tidak akan terjadi.

H. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan metode kualitatif dalam menganalisi

permasalah ini. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah (Moleong, 2004). Peneliti menggunakan metode kualitatif agar

peneliti dapat menggali lebih dalam data informan termasuk sampai akar

terkecil atau yang bersifat pribadi. Selain itu peneliti ingin menjabarkan

secara rinci penelitian ini sehingga metode kualitatif ini merupakan

metode yang paling tepat untuk kasus penelitian semacam ini.

Istilah penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara

pengumpulan data yang berbeda dan akan digunakan dalam penelitian

ini, yang meliputi penelitian lapangan, observasi partisipan dan

wawancara mendalam. Terdapat banyak perbedaan mendasar antara

macam-macam cara pengumpulan data tersebut, tetapi semuanya

menekankan pada “mendekati data” dan berdasarkan konsep bahwa

“pengalaman” adalah cara terbaik untuk memahami perilaku sosial

(Neuman, 2013:103-135). Subjek penelitian yang peniliti gunakan adalah

Page 42: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

30

menggunakan key informan atau informan kunci yang memiliki

karakteristik atau karakter tertentu. Hal ini dipilih atas pertimbangan

kemudahan peneliti dalam mengolah dan menganalisa data. Peneliti juga

melakukan metode konstruktif agar ibu-ibu ini lebih terbuka dan merasa

nyaman.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan teknik

pengumpulan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer didapatkan melalui observasi dan wawancara

mendalam dengan informan secara langsung di lapangan tempat

informan berkumpul. Wawancara ini dilakukan secara terstruktur,

yaitu teknik wawancara di mana peneliti menetapkan sendiri masalah

dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.

Pendekatan kepada informan atau data menunjukkan adanya interaksi

dengan informan, memahami kebiasaannya, termasuk nilai,

kepercayaan, pola-pola perilaku/interaksi, dan bahasa yang mereka

lebih sering gunakan sehari-hari dalam aktifitasnya.

Teknik untuk mendapatkan informannya adalah peneliti memilih

pengguna media sosial kelompok ibu-ibu yang sangat aktif melakukan

kegiatan di media sosial dan sesuai dengan keriteria yang peneliti

tetapkan. Peneliti mempertimbangkan untuk mengambil informan dari

satu kelompok sosial saja untuk mempermudah dan membatasi

Page 43: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

31

penelitian agar tidak meluas. Sedangkan observasi dilakukan langsung

pada lokasi saat mengadakan kegiatan atau di Sekolah Dasar Islam

Ruhama, Jl.Tarumanegara No.67, Cireundeu, Ciputat Timur.

Pengamatan aktif maupun pasif dilakukan terhadap masyarakat

perumahan disetiap kegiatan yang mereka lakukan dengan melihat,

mengamati dan mencatat prilaku-prilaku mereka, mendengar cerita

mereka dan bagaimana interaksi sosial yang dibangun masing-masing

masyarakat dalam berkomunikasi dengan sesama masyarakat di media

sosial, perumahan itu maupun orang lain. Peneliti melakukan

observasi selama kurang lebih 1 bulan untuk mendapat data yang

cukup.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam peneliti

melakukan observasi difokuskan melihat kegitan sehari-hari yang

dilakukan oleh informan, kemudian melalui catatan-catatan lapangan

tersebut peneliti akan memberikan analisa dan interprestasi secara

sosiologis. Sedangkan wawancara langsung atau depth interview

secara tatap muka kemudian akan mendukung data observasi, apakah

kemudian data observasi yang diamati dan terlihat sesuai dengan hasil

data wawancara mendalam atau apakah hasil data wawancara

mendalam akan sesuai dengan observasi yang diamati dan terlihat,

karena observasi partisipan kemungkinan akan dilakukan lebih dari

sekali.

b. Data Sekunder

Page 44: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

32

Selain dari data primer peneliti mengumpulkan data sekunder.

Data sekunder didapatkan melalui studi literatur baik dari buku-buku

terkait, jurnal ilmiah, skripsi maupun tesis, surat kabar, dan sumber-

sumber data tertulis lain yang memuat fakta deskriptif atau data

statistik sesuai dengan penelitian ini.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian mengenai pendekatan dramaturgi dalam media

sosial ini peneliti mengambil di Sekolah Dasar Islam Ruhama,

Jl.Tarumanegara No.67, Cireundeu, Ciputat Timur. Dalam sekolah

tersebut terdapat kelompok sosial ibu-ibu Seven Squad . Hal ini

dikarenakan kemajuan teknologi yang membuat ibu-ibu ini menggunakan

media sosial, di mana ibu-ibu ini terlihat lebih aktif dan ekspresif di

media sosial yang berbeda dikehidupan sehari-hari. Sebelumnya peneliti

sudah mengamati perilaku mereka di media sosial dan kesehariannya.

Peneliti merasa tertarik meneliti topik presentasi diri di kelompok ibu-ibu

ini karena ada perbedaan perilaku antara perilaku di media sosial dan

kehidupan nyata. Alasan lain peneliti memilih lokasi ini karena dekat

dengan tempat tingal, guna memudahkan peneliti dalam mendapatkan

data penelitian sehinga lebih ekonomis secara perhitungan jarak.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah ibu-ibu yang tergabung dalam sebuah

kelompok di Sekolah Dasar Islam Ruhama. Penelitian ini terdiri dari 1

Page 45: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

33

informan kunci, 2 informan utama, dan 4 informan pendukung. Untuk

informan kunci ada ibu Ade; wanita berumur 38 tahun ini memiliki 3

anak perempuan. Wanita satu ini mempunyai hobi shopping dan

kuliner, setiap minggunya ibu Ade ini akan pergi belanja bersama

teman-temannya. Selain itu ibu Ade juga gemar mengoleksi tas-tas

merk Fosil, kaca mata dan jam tangan dari brand yang sama. Informan

utama pertama, Ibu Alin; wanita berumur 38 tahun ini mempunyaia 2

orang anak laki-laki dan perempuan. Hobi dari wanita ini adalah

shopping dan jalan-jalan, dalam waktu satu bulan ia bisa 3-4 kali pergi

keluar kota untuk berlibur. Foto yang sering di unggah di media sosial

adalah foto kebersamaan dengan keluarga, tempat wisata, dan makanan.

Kedua adalah ibu Vinni; wanita berumur 38 tahun ini mempunyai

hobi makan (kulineran) dan belanja sehingga isi akun media sosialnya

diisi dengan foto-foto makanan dan kesehariannya. Untuk gaya hidup

wanita yang satu ini tidak jauh berbeda dengan yang lain, ibu Vinni ini

senang berbelanja dan travelling. Untuk informan pendukung lainnya

ada ibu Yani, ibu Vina, ibu Yuli dan ibu Indah. Mereka mempunyai hobi

yang hampr sama yaitu berbelanja dan kulineran. Para ibu-ibu yaitu

mereka yang aktif mengguna media sosial yang di mana mereka aktif

memposting dirinya lewat foto atau status yang di akun media sosial

mereka.

Page 46: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

34

5. Teknik Pengolahan Data

wawancara mendalam dalam mneganalisis dan mengolah data ini

dilakukan secara mendalam dengan informan. Kemudian melakukan

transkip hasil wawancara, hasil transkip ini dipelajari dan dilakukan

reduksi data dengan cara abstraksi, di mana peneliti mengambil dan

mencatat informasi-informasi yang bermanfaat dan dirasa penting

sesuai dengan konteks penelitian, menuliskan „model‟ data yang

ditemukan, setelah itu dilakukan koding data, dan selective coding

(Alam dan Aripin, 2006:137). Penelitian ini juga menggunakan analisis

domain, menurut Sugiono analisis domain adalah memperoleh

gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek penelitian, kemudian

diuraikan secara lebih terperinci atau yang disebut dengan metode

analisis deskriptif.

6. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dalam penelitian ini

digunakan metode analisis data kualitatif. Analisa dilakukan dengan

melakukan reduksi data. Reduksi dalam proses pengumpulan data

meliputi kegiatan: (1) meringkas data; (2) mengkode data; (3)

menelusuri tema; (4) membuat klasifikasi; (5) membuat partisi; (6)

membuat catatan. Kegiatan ini berlangsung semenjak pengumpulan

data sampai dengan penyusunan laporan. Reduksi data merupakan

bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara

Page 47: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

35

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesimpulan akhir yang

efisien (Felix, 1998:97).

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab yang meliputi:

Bab I Pendahuluan, membahas mengenai pernyataan masalah, pertanyaan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka berpikir,

kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Gambaran Umum membahas mengenai obyek penelitian, sejarah

terbentuknya kelompok ibu-ibu Seven Squad, kegiatan yang dilakukan, jumlah

anggota, profil individu ibu-ibu Seven Squad yang aktif menggunakan media

sosial, profil informan kunci dan informan pendukung.

Bab III Analisis/Pembahasan, membahas mengenai panggung depan dan

panggung belakang pengguna media sosial, interaksi anatara pengguna dan

penonton untuk mencapai tujuan, bagaimana meyakinkan penonton, serta

dramaturgi pengguna media sosial dan presentasi diri yang dihasilkan.

Bab IV Penutupan, berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian.

Page 48: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

36

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Kelompok Sosial Ibu-ibu di SD Ruhama Cireundeu

Lokasi kelompok sosial ibu-ibu ini berada di Sekolah Dasar Islam Ruhama

yang berlokasi di Jl. Tarumanegara No.67, Cireundeu, Ciputat Timur. Kelompok

sosial ini terbentuk sekitar tahun 2012, di mana mereka bertemu saat menemani

anak-anak mereka yang duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Terbentuknya

kelompok sosial ini disebabkan karena intensitas pertemuan yang sering, mereka

menjadi akrab dan menjalin pertemanan. Awalnya mereka hanya berkumpul

seperti biasa dan tidak mempunyai nama kelompok, seiring berjalannya waktu

mereka memutuskan untuk membuat nama grup untuk mempermudah dalam

memperkenalkan identitas mereka. Mereka memberi nama kelompoknya Seven

Squad arti dari nama ini adalah “seven” karena mereka terdiri dari 7 orang dan

“squad” yang berarti regu atau kelompok.

Nama ini terinspirasi dari nama grup para selebriti Indonesia, mereka

mempunyai hobi dan gaya hidup yang hampir sama jadi mereka memilih nama

Seven Squad untuk identitas kelompoknya. Perteman ini menjadi lebih erat

karena mereka memiliki pemikiran dan gaya hidup yang sama. Diawali dari

sekedar bersapa seperlunya sampai mereka sepakat untuk membentuk suatu

kelompok sosial kecil untuk menunjang dan mempermudah kegiatan mereka.

Diputuskannya untuk membuat kelompok ini tentu tidak mudah karena ada saja

perbedaan cara pandang atau berpikir di antara mereka. Berselisih paham

Page 49: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

37

ataumerasa iri antar individu di kelompok tentu sudah menjadi hal yang wajar.

Ibu-ibu ini mempunyai grup whatsapp untuk mempermudah komunikasi

diantara anggota. Mereka akan membagikan jadwal kegiatan atau agenda apa saja

yang akan mereka lakukan, seperti jadwal arisan, tempat arisan dan lain-lain.

Selain itu mereka sering melakukan diskusi di media ini untuk membicarakan

penampilan atau hal-hal pribadi lainnya. Ibu-ibu seven squad menggunakan

media sosial lain seperti instagram, twitter, facebook, snapchat dan lain-lain. Pada

penelitian ini peneliti akan menjabarkan media sosial yang informan gunakan

sebagai alat untuk menunjang interkasi dan kegiatan mereka.

Hasil observasi peneliti mengamati penggunaan media sosial ibu-ibu Seven

Squad bahwa mereka memiliki alasan dan tujuan dalam menggunakan media

sosial tersebut seperti; Instagram, mereka menggunakan aplikasi untuk

mengunggah foto dan video. Selain itu instagram menyiapkan konten live, edit

foto snapgram, video pendek, bumerang, rewind, superzoom, slow motion dan

lain-lain. Dengan berbagai fitur ini membuat mereka betah berlama-lama

menikmati fasilitas yang disediakan instragam ini. Mereka menggunakan aplikasi

ini untuk konsumsi publik, mereka mengunggah foto atau video terbaik mereka di

akun ini.

Diaplikasi inilah mereka sering memerankan diri mereka yang lain karena

mereka merasa bebas dan bisa berekspresi sesuai keinginan mereka. Kedua,

WhatsApp merupakan aplikasi ini dianggap sebagai aplikasi yang paling mudah

digunakan bagi para informan karena dapat langsung terhubung hanya dengan

nomor telepon. Mereka yang menggunakan aplikasi ini biasanya agak sedikit

Page 50: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

38

privat karena mereka menggunakan whatsapp untuk keperluan pribadi tetapi

sebagaian dari mereka juga menggunakan media sosial ini sebagai tempat untuk

berjalan atau menampilkan diri dan status sosial mereka. Ketiga, Facebook

merupakan aplikasi yang berfungsi sebagai media untuk menunjukan diri melalui

status kalimat atau background di newsfeed. Tetapi mereka sudah jarang

menggunakan aplikasi ini karena mereka merasa lebih nyaman di aplikasi lain.

Awal tujuan mereka menggunakan aplikasi ini untuk menjalin komunikasi kepada

teman-teman mereka yang jauh dan jarang bertemu. Ada juga yang menggunakan

aplikasi ini untuk berjualan atau sekedar foto-foto selfie.

Keempat, Twitter. Aplikasi ini biasanya digunakan informan sebagai tempat

mencari atau mengupdate berita terkini. Mereka jarang menggunakan aplikasi ini

karena beranggapan aplikasi ini terlalu kaku dan tak sebebas aplikasi lain. Di

antara informan lain aplikasi ini paling sedikit peminatnya. Kelima, Snapchat.

Sama halnya dengan aplikasi twitter, informan juga jarang menggunakan aplikasi

snapchat ini. aplikasi ini tidak terlalu booming sehingga mereka tidak bebas

mengekpresikan atau menapilkan diri mereka di aplikasi ini.

Dari observasi di atas para informan yang peneliti amati, mereka lebih

senang menggunakan aplikasi instagram dan whatsapp karena dapat mudah

mengunggah foto, video atau keseharian mereka di aplikasi tersebut. Sehingga

mereka dapat menampilkan ekspresi diri dalam kedua media sosial tersebut. lebih

nyaman menampilkan diri mereka yang lain di kedua aplikasi tersebut.

B. Data Anggota Kelompok yang Menjadi Informan

Untuk profil individu informan peneliti melakukan wawancara secara

Page 51: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

39

langsung kepada ibu-ibu Seven Squad ini, terdapat informan utama dan informan

pendukung yang akan peneliti wawancarai. Peneliti bertemu langsung dengan

para informan ini di tempat mereka biasa berkumpul yaitu masjid sekolah SD

Ruhama. Selain wawancara peneliti juga melakukan observasi di tempat mereka

berkumpul dan di tempat mereka melakuakn kegiatan yang lainnya. Berikut data

para informan :

1. Alin

Alin (nama panggilan) merupakan wanita berumur 38 tahun ini dikenal

sebagai sosok yang pemalu di antara orang-orang terdekatnya. Aline ini

merupakan anngota kelompok yang pemalu di antara ibu-ibu yang lainnya.

Tetapi saat berkumpul dengan orang terdekatnya ia bisa berubah menjadi

sosok yang ceria dan nyablak. Ibu dari 2 orang anak ini mempunyai usaha

sendiri yaitu percetakan dan kursus senam aerobic. Dikenal cukup aktif di

dunia nyata maupun di akun media sosialnya. Ibu yang satu ini sangat hobi

mengunggah foto bersama anak-anak dan suaminya dan keseharian kegiatan

yang ia jalani. Suami ibu alin sendiri bekerja sebagai karyawan tata usaha di

salah satu perguruan tinggi negeri Jakarta, tinggal di perumahan Ciputat

Molek dekat dengan lokasi sekolah anaknya. Hobi dari wanita ini adalah

shopping dan jalan-jalan, dalam waktu satu bulan ia bisa 3-4 kali pergi keluar

kota untuk berlibur. Foto yang sering di unggah di media sosial adalah foto

kebersamaan dengan keluarga, tempat wisata, dan makanan.

2. Ade

Ade (nama panggilan) ibu dari 3 orang anak. Ia merupakan seorang

Page 52: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

40

ibu rumah tangga, suamainya bekerja di salah satu perusahaan swasta

terkemuka di Jakarta. Tinggal di Jl. Masjid Al-Midzan, Pisangan, Ciputat

Timur. Wanita yang satu ini bisa dibilang sangat aktif dengan media sosial

karena setiap momen yang dilakukan pasti ia akan selalu update ke akun

media sosialnya. Kegiatan sehari-hari ibu Ade yaitu mengantar dan

menemani anak Ke-2 nya di sekolah SD Islam Ruhama. Wanita satu ini

mempunyai hobi shopping dan kuliner, setiap minggunya ibu ade ini akan

pergi belanja bersama teman-temannya. Selain itu ibu Ade juga gemar

mengoleksi tas-tas merk Fosil, kaca mata dan jam tangan dari brand yang

sama. Wanita dengan tinggi 165 cm ini sangat suka berdandan dan

menggunakan pakaian-pakaian yang kasual. Wanita ini lebih suka

berpenampilan santai namun terlihat mewah, di antara ibu-ibu yang lain gaya

berbusana ibu Ade ini bisa dibilang cukup fashionable. Hal yang sering

diunggah di akun media sosilnya adalah koleksi perhiasan, tas, jam tangan,

kaca mata, foto jalan-jalan, dan makanan. Ibu Ade ini cenderung mengunggah

foto atau kegiatan yang sifatnya memamerkan koleksi atau kegiatannya

3. Vinni

Vini (nama panggilan) adalah seorang ibu dengan 3 orang anak laki-

laki. Tinggal di salah satu perumahan yang berlokasi di Cinere. Mempunyai

hobi makan dan belanja sehingga isi akun media sosialnya diisi dengan foto-

foto makanan dan kesehariannya. Untuk gaya hidup wanita yang satu ini tidak

jauh berbeda dengan yang lain, ibu Vinni ini senang berbelanja dan travelling.

Kepribadian wanita yang satu ini terbilang cukup unik karena ia menampilkan

Page 53: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

41

sosok yang sangat berbeda antara kehidupan nyata dan kehidupannya di media

sosial. Nyatanya ibu Vinni ini merupakan sosok yang tertutup, kurang

ekspresif, dan pendiam berbeda dengan imagenya di media sosial yang

terkesan ceria dan ekspresif. Ibu Vinni ini juga gemar mengoleksi barang-

barang branded, bisa dibilang koleksi ibu Vinni ini yang paling mahal dan

bermerk mengingat status sosialnya juga yang tinggi.

4. Yani

Yani (nama panggilan) wanita kelahiran 1979 ini merupakan ibu dari

3 orang anak perempuan. Ia merupakan seorang ibu rumah tangga biasa,

suamainya bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Tinggal di Jl.

H.Koeng, Legoso, Pisangan, Ciputat Timur. Wanita ini memiliki kepribadian

dan hobi yang hampir sama dengan ibu Ade. Kegiatan sehari-hari ibu Yani

yaitu mengantar dan menemani anak Ke-3 nya di sekolah SD Islam Ruhama.

Wanita satu ini mempunyai hobi ngemall dan kuliner, setiap minggunya ibu

Yani ini akan pergi belanja bersama teman-temannya.

Ibu Yani ini termasuk yang paling sedikit koleksi barang-barang

mewahnya. Dibandingkan dengan ibu-ibu yang lain ibu Yani ini agak sedikit

tertutup dan tidak terlalu mengumbar kegiatan atau barang koleksinya di

media sosial yang ia punya. Wanita dengan tinggi 163 cm ini sangat suka

berdandan dan menggunakan pakaian-pakaian yang syar’i. Wanita yang satu

ini lebih suka berpenampilan santun tetapi tetap terlihat mewah, di antara ibu-

ibu yang lain gaya berbusana ibu Yani ini bisa dibilang cukup biasa saja. Hal

yang sering diunggah di akun media sosilnya adalah foto-foto bersama

Page 54: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

42

keluarga dan quote-quote tentang kehidupan.

5. Vina

Vina (nama panggilan) merupakan anggota kelompok yang paling

tertutup, wanita 38 tahun ini mempunyai 1 anak perempuan. Peneliti tidak

dapat mengorek lebih dalam keseharian atau latar belakang keluarga yang

bersangkutan. Peneliti hanya bisa melihat dari penampilan luarnya saja seperti;

ibu Vina ini yang paling jarang berbicara, jarang ikut berkumpul dan paling

jarang memperlihatkan kepribadian aslinya. Gaya berpakain ibu Vina inipun

bisa dikatakan sangat sederhana dan tidak terkesan mewah. Akun media sosial

ibu Vina ini bersifat pribadi sehingga peneliti tidak dapat mendalami lebih

lanjut.

6. Indah

Indah (nama panggilan) ialah seorang ibu rumah tangga biasa yang

tugasnya mengurus rumah dan mengantar anak sekolah. Tetapi tentu saja tidak

berbeda dengan ibu-ibu yang lainnya, ibu Indah ini sangat aktif di media

sosial. Hal-hal yang sering diunggah di akun meia sosialnya adalah quote-

quote tentang kehidupan dan tak jarang juga mengunggah koleksi barang-

barang pribadinya seperti tas, jam tangan, perhiasan dan lain-lain. Ia juga

sering mengunggah foto bersama dengan anak dan keluarganya.

Wanita yang satu ini juga mempunyai hobi berbelanja dan cendedrung

suka memamerkan barang yang ia punya. Suami dari ibu Indah ini merupakan

manajer di suatu perusahaan makanan terkemuka di Jakarta. Wanita yang satu

ini sangat suka berburu makanan dan mencari tempat-tempat yang unik yang

Page 55: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

43

belum pernah ia kunjungi. Dari semua ibu-ibu gaya berbusana ibu Indah ini

yang paling simple ia lebih sering menggunakan celana jeans serta blouse

atau kemeja-kemeja biasa.

7. Yuli

Yuli (nama panggilan) wanita berumr 38 tahun ini selain menjadi ibu

rumah tangga juga bekerja sebagai kader posyandu. Ibu dengan 2 orang anak

laki-laki dan perempuan ini mempunyai hobi berbelanja. Dalam seminggu

hampir setiap hari waktunya digunakan untuk berbelanja dan berkumpul

bersama teman-teman grupnya. Gaya berbusana wanita yang satu ini yaitu

gemar menggunakan pakaian syar’i yang sederhana dan nyaman serta tidak

terlalu peduli dengan riasan wajah. Untuk media sosialnya ibu Yuli ini bisa

mengunggah foto-foto bersama anak-anaknya dan foto kegiatan sehari-hari

bersama teman grupnya atau foto barang-barang belanjaannya.

C. Gambaran Observasi Kegiatan Informan

Kegiatan individu sehari-hari informan tentu bermacam-macam mulai dari

mengantar anak sekolah, menunggu anak sekolah, berjualan, mengerjakan

pekerjaan rumah tangga dan lain- lain. Sebagain dari informan yang peneliti teliti

bekerja sebagai ibu rumah tangga, ada juga yang mempunyai tempat usaha atau

berjualan. Seperti halnya informan kunci penelitian yaitu, Ibu Ade, Ibu Alin, dan

Ibu Vini mereka mempunyai latar belakang yang berbeda. Ibu Ade adalah seorang

ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya hanya terokus pada mengantar

anak sekolah, menjemput sekolah bahkan tak jarang Ibu Ade menunggu anaknya

di sekolah sembari berkumpul dengan teman-teman yang lain.

Page 56: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

44

Sama halnya dengan Ibu Ade, Ibu Vini juga seorang ibu rumah tangga tetapi

ia mempunyai usaha lain di mana ia sebagai pemilik dari usahanya itu (tidak

menyebutkan jenis usaha) waktu ibu Vini ini juga terbilang senggang sehingga

kegiatan sehari-harinya adalah mengantar dan menjemput anak sekolah serta

sering juga berkumpul bersama teman-teman yang lain di sekolah. Beda hal

dengan Ibu Aline, ia terbilang cukup sibuk karena ia memiliki usaha percetakan

dan tempat senam, kegiatannya lebih sering dihabiskan di tempat usahnya. Ibu

Alin hanya mengantar dan menjemput anaknya kesekolah, ia jarang berkumpul di

hari-hari biasa kecuali ada kegiatan rutin kelompok ia akan ikut berkumpul.

Kegiatan kelompok ibu-ibu ini juga beraneka ragam seperti arisan,

kumpulan rutin seminggu sekali, serta jalan-jalan akhir bulan rutin dilaksanakan.

Kegiatan arisan di kelompok juga ada beberapa diantaranya arisan mingguan,

arisan bulanan serta arisan sekolah di mana arisan sekolah ini diikuti oleh seluruh

orang tua murid. Arisan mingguan Rp.50.000,00 ; arisan bulanan Rp.250.000,00 ;

dan arisan sekolah Rp.20.000,00. Untuk arisan mingguan dan bulanan mereka

melaksanakannya bergilir dari rumah kerumah atau mereka akan menyewa tempat

untuk mengadakan kegiatan arisan ini. Tempat yang dipakai biasanya di tempat

makan yang cukup mewah dan unik hal ini sengaja dipilih untuk kepentingan

media sosial mereka juga.

Mereka biasanya akan mengunggah foto-foto mereka saat melakukan

kegiatan jadi mereka tidak sembarangang memilih tempat untuk berkumpul.

Selain arisan kegiatan lainnya adalah shopping atau ngemall, ini rutin dilakukan

seminggu sekali, alasannya mereka untuk melepas penat atau sekedar berbelanja

Page 57: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

45

untuk menambah koleksi pakaian, tas, atau jam tangan. Disetiap kegiatan mereka,

mereka wajib mengambil foto dan mengunggahnya di media sosial. Selain itu

mereka juga menonton film, berburu kuliner, ketempat wisata yang

instagramable, dan lain-lain.

Page 58: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

46

BAB III

INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF

DRAMATURGI

A. Interaksi Sosial Dramaturgi Ibu-ibu Seven Squad

Perilaku yang kita lakukan dalam proses interaksi dikehidupan sehari-hari

menurut Goffman akan menampilkan diri kita sendiri sama dengan bagaimana

aktor menampilkan karakter mereka dalam sebuah pertujukan, Maksudnya cara

yang sama ini adalah kesamaan pada pertunjukan yang akan ditampilkan.

Dramaturgi memahami bahwa ada “kesepakatan” dalam berinteraksi di mana

perilaku yang diterima dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari interaksi

sosial tersebut. Menjalankan peran/akting atau memanipulasi diri merupakan

salah satu alat yang dapat membuat kesepakatan tersebut tercapai.

Seperti hal yang dirasakan oleh ibu-ibu seven squad ini mereka harus

menyelaraskan penampilan mereka antara media sosial dan ruang lingkup

masyarakat. Ini bertujuan agar peran yang mereka lakoni dapat terus berjalan

sesuai yang mereka inginkan. Interaksi antara aktor dan penonton dalam kasus ini

juga berjalan dua arah. Dalam arti ibu-ibu akan lebih sering membaca komen dari

pengikutnya yang berisi dukungan, rasa kagum atau bahkan kritikan. Semua itu

dilakukan agar mereka bisa menampilkan peran yang lebih baik lagi seperti yang

diungkapkan oleh ibu Vinni.

Page 59: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

47

Ya suka baca komen-komen dari mereka kalau ada komen yang

kurang baik atau kritik gitu ya diterima selama kritikannya juga

membangun ya (Vinni, Wawancara, 14 Juni 2018).

Berbeda dengan Ibu Vinni, Ibu Alin menanggapi perbedaan sikap antara

dia dan pengikutnya, ia cenderung lebih acuh terhadap komen-komen yang ada di

akun media sosialnya. Ia beranggapan sikap semacam ini lebih bisa menjaga

perannya di media sosial.

Saya bukan tipe orang yang suka membalas komen ya saya mau

dilihat pendiam atau kalem aja gitulah ya. Terserah mereka ya

mandang saya itu kayak gimana (Alin, Wawancara, 14 Juni 2018).

Sementara itu interaksi simbolik yang sering ditampilkan di akun media sosial

mereka contohnya menggunakan bahasa yang bijak atau menggunakan riasan

wajah serta menggunakan perlengkapan-perlengkapan lainnya. Seperti cara

berpakain dan cara berdandan mereka yang sering mereka gunakan di media

sosial , mulai dari lipstick, perhiasan, kaca mata, dan gaya berhijab serta pakaian

yang mereka gunakan juga harus heboh atau terlihat sehingga penampilan mereka

terkesan mencolok.

Interaksi ini terjadi karena adanya ide-ide yang akan menimbulkan

makna tertentu dalam pikiran manusia. Makna sosial yang ibu-ibu Seven

Squad ingin tampilkan ialah mengenai diri di mana mereka dapat mereflkesikan

diri menggunakan simbol dari penglihatan sudut pandang atau pendapat orang

lain. Hubungan interaksi sosial (society) ini diciptakan dan dibangun oleh ibu-ibu

di dalam masyarakat dan ibu-ibu tersebut akan memilih perilaku yang sesuai

dengan apa yang ia dan masyarakat inginkan yang akan membuat mereka

terlibat dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

Page 60: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

48

Cara berkomunikasi dan berinteraksi yang dilakukan oleh mereka ialah

dengan cara berpenampilan menarik, bersikap baik, dan komunikatif semua itu

dilakukan hanya untuk mendapatkan timbal balik agar pengikut mereka atau

masyarakat percaya dengan diri yang tampilkan di media sosial tersebut.

Setelah mereka melakukan persiapan dan menampilkan diri mereka yang lain

kepada pengikutnya kemudian mereka akan berinteraksi dengan melakukan

kontak sosial dan komunikasi dengan individu yang ada dalam lingkungannya

dan di media sosial itu sendiri. Akan ada proses saling mempengaruhi antara

individu dengan individu lain untuk menjalankan interaksi ini. Proses tersebut

sesuai dengan pendapat Narwoko dan Suyanto adanya fungsi-fungsi komunikasi

seperti kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat terjadeinya interaksi

sosial (Narwoko dan Suyanto, 2004:16).

Dalam proses komunikasi ini akan terjadi perubahan pemikiran yang

dirasakan oleh para pengikut atau masyarakat, yang tadinya tidak tahu atau tidak

percaya dengan pribadi mereka maka mereka akan percaya seiring

berjalannya waktu, interaksi yang meraka lakukan itulah yang mengubah

pemikiran masyarakat. Kemudian menurut pengamatan peneliti terhadap ibu-

ibu ini bahwa ketika berkomunikasi dengan pengikut dan masyarakat

lingkungnnya ibu-ibu ini berusah tampil bijak sesuai dengan apa yang mereka

tampilkan di media sosial. Peneliti bertanya kepada salah satu penonton mereka

di media sosil tentang bagaimana sosok ibu Ade saat berada di instagramnya,

berikut hasil wawancaranya:

Ade itu enak ya hidupnya, kalau dilihat dari status atau foto-fotnya

sih selalu happy, jalan-jalan, shopping, kayak nggak pernah susah

Page 61: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

49

gitu. Yang jelas orang berduit lah ya, kalau di sini sama tetangga-

tetangganya juga royal dia tuh suka jajanin nanti ngasih oleh-oleh

kalau ada iuran juga selalu ngasih gede uangnya (TU, Wawancara,

22 Juni 2018).

Peneliti mengambil salah satu informan yang paling menonjol di sini yaitu

ibu Ade, di dalam lingkungan masyarakatnya ibu Ade berperilaku sesuai

dengan diri yang ia tampilkan di akun media sosialya. Masyarakatpun

percaya atau setuju dengan kesan yang ditampilkan oleh ibu Ade ini karena

para penonton atau masyarakat melihat tidak ada perbedaan.

Selama proses interaksi berlangsung ibu-ibu ini juga sering merasa

kesulitan dan harus berhati-hati karena mereka tidak boleh salah dalam bersikap

di lingkungan masyarakat dan akun media sosial mereka. Terkadang mereka lupa

dengan peran yang harus mereka jalani seperti yang terjadi pada Ibu Ade :

Ngomong cablak sama oon. Kadang suka kebawa padahal image

yang pengen tante tampilin kan gak kayak gitu ya tapi kadang suka

keceplosan aja (Ade, Wawancara, 14 Juni 2018).

Menurut Mulyana, inti dari dramaturgi Goffman ini ialah adanya pengelolaan

kesan yang dilakukan aktor ketika mereka berinteraksi dengan masyarakat

mereka ingin kesan yang mereka inginkan dapat diterima oleh orang lain,

sehingga setiap orang melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kajian dramaturgi

menganggap kehidupan diibaratkan sebagai pertunjukan drama, dimana individu

merupakan aktor dalam kehidupan. Setiap aktor akan berperilaku sesuai dengan

peran yang ingin ia tampilkan di lingkungan masyarakat (Mulyana, 2003:109).

Dalam interaksi anatara masyarakat denan informan akan menghasilkan bentuk

presentasi diri yang akan mereka tunjukkan kepada masyarakat/ audien mereka

Page 62: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

50

serta dalam menjalankan aktingnya ini informan akan mendapat hasil dengan dua

kemungkinan yaitu penerimaan oleh masyarakat atau penolakan oleh masyarakat.

Untuk lebih jelasnya peneliti akan menjelaskan sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk Presentasi Diri

Presentasi diri merupakan upaya individu untuk menumbuhkan kesan

tertentu di depan orang lain dengan cara menata perilaku agar

orang lain memaknai identitas dirinya sama dengan apa yang ia inginkan.

Dalam proses membangun identitas tersebut, ada suatu pertimbangan-

pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak

digunakan yang sesuai dan mampu mendukung identitas yang

ditampilkan secara menyeluruh.

Presentasi diri tidak hanya dapat diteliti atau dilakukan saat bertatap

muka atau pada tampilan fisik saja, tetapi juga bisa dilakukan di dunia maya

seperti media sosial. Ansari dan Handoyo (Jurnal UNESA, vol.3, 2015:02)

menyebutkan bahwa presentasi yang ingin kita lakukan sebagai sebuah

bentuk eksperimen atau percobaan terhadap identitas diri bisa kita lakukan

atau terapkan pada media soaial. Dalam hal ini merka juga akan dihadapkan

dengan beberapa kendala dalam melakukan presentasi diri sesuai dengan

impiannya.

Media sosial ini memberikan kita banyak kesempatan untuk

mempresentasikan diri kita. Dalam drama kehidupan Goffman (seperti

dikutip Mulyana, 2008:113), melihat ada perbedan peran yang besar saat

aktor berada di panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back

Page 63: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

51

stage). Ketika kita berada di panggung depan kita ada dalam sebuah

pertunjukan di mana ada penonton yang sedang melihat pertunjukan kita.

Di panggung ini aktor akan memainkan peran dengan sebaik-baiknya agar

masyarakat atau audien akan memahami perilaku dan tujuan kita. Perilaku

kita akan dibatasi demi lancarnya atau berhasilnya drama atau akting yang

dijalankan oleh para informan. Terdapat dua persentasi diri yang ingin ibu-

ibu ini tampilkan, yaitu:

1. Sebagai Orang yang Mempunyai Status Sosial yang Tinggi

Ibu-ibu ini akan menampilkan diri mereka sebagai sosok yang ideal

dipanggung depan yakni seorang ibu-ibu sosialita yang memanipulasi

simbol-simbol dengan cara berpakaian glamour, mengunggah foto

perhiasan, tas-tas mewah, kolek si kaca mata dan jam tangan bermerk,

jalan-jalan ke luar kota dan shopping ke mall setiap minggunya,

berdandan yang cukup mencolok yang diperlukan guna mendukung

performance mereka ketika di panggung depan.

Ibu Ade ia lebih membawa dirinya untuk hal prestis atau status

sosialnya yang tinggi ia ingin dilihat sebagai orang kaya dan mewah

terbukti dengan unggahan di media sosialnya yang bnyak mengunggah

foto koleksi tas-tas, perhiasan atau kaca mata miliknya, berikut kutipan

wawancara peneliti bersama ibu Ade:

Aku mau nunjukin aja ke orang-orang kalau aku ini ekspresif terus

ceria gitu, yang nggak pernah sedih, bahagia terus aja gitu

diliatnya, aku juga mau diliat kalau aku juga orang ada gitu jadi

aku gak bisa diremehin gitu. Orang tau kalau tante tuh orang yang

berada, tercukupi, hidup tante enak yaa gitu lah (Ade, Wawancara,

14 Juni 2018).

Page 64: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

52

Jika masyarakat percaya bahwa ia adalah orang kaya maka ia akan

merasa sangat puas dan akan terus memainkan perannya ini. Berikut

unggahan foto-foto ibu Ade:

Gambar III.A.2.Foto-foto unggahan perhiasan Ibu Ade

2. Sebagai Orang dengan Kepribadian yang Bijak dan Baik

Ibu-ibu ini memperesentasikan dirinya sebagai orang yang

bersikap dan berperilaku baik agar mendapat penilaian dari masyarakat

sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Selain itu mereka juga akan

berpakaian dan merias diri mereka akan panggung depan mereka

terlihat lebih sempurna. Menjalani peran sebagai ibu-ibu yang bijak,

manis, dan mewah merupakan bentuk presentasi diri yang mereka kelola

dalam masyarakat. Dalam panggung depan ini informan harus

menciptakan kesan yang sesempurna mungkin agar mereka

mendapatkan kesan sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

Mereka ingin dipandang sebagai seseorang yang baik, bijak dan

ceria. Seperti halnya ibu Alin dan ibu Vinni yang lebih menampilkan

Page 65: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

53

kepribadian mereka yang lain sebagai dasar bentuk penilaian di

masyarakat, mereka ingin masyarakat menilai merika sama dengan yang

ada di media sosial tanpa harus tahu bagaimana pribadi mereka

sesungguhnya. Seperti yang ibu Alin ungkapkan pada saat wawancara

dengan peneliti:

Buat saya pribadi kalau di media sosial saya nggak bisa

sembarangan ya karena saya juga mikirin. Jadi saya itu di media

sosial jaga image beda sama di kehidupan sehari-hari yang

nyablak kalau ngomong. mejaga perkataan saya ya jangan

sembarangan jadi untuk followers saya, saya selalu menggunakan

kata-kata yang baik. Lebih tepatnya kalem ya saya mau follower

saya itu ngeliat saya itu yang biasa aja, kalem, bijak baik gitu sih

(Alin, Wawancara, 14 Juni 2018).

Berikut unggahan foto ibu Aline yang menggunakan caption atau

kata-kata bijak di foto unggahannya:

Gambar III.A.3.Foto Ibu Aline

Sama halnya dengan ibu Aline, ibu Vinni juga menampilkan

kepribadian yang lebih ceria tau ekspresif, berikut wawancara ibu

Page 66: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

54

Vinni:

Selalu bahagia pokoknya aku selalu upload foto yang ceria nggak

ada sedih-sedihan. Yang simple-simple aja paling ekspresi wajah

aja yaa yang aku perhatiin. Aku juga jarang upload foto pake

caption gitu. Share lokasi itu pasti yaa kalau mau up foto Untuk

sekarang saya ingin dilihat sebagai Vinni yang baru Vinni yang

sar’i ceria tanpa beban tetep ya (Vinni, Wawancara, 14 Juni 2018).

Semakin banyak masyarakat yang menilai mereka sebagai sosok yang

bijak dan ceria seperti di panggung depan semakin ia puas dengan hal

itu.

Ibu-ibu ini mempresentasikan diri dalam dua panggung yang

berbeda, dari masing-masing panggung dalam mengelola kesan akan ada

konsekuensi dan tantangan tersendiri. Dari kedua panggung tersebut

memiliki karakter dan ciri yang jauh bebeda, informan harus tetap

menjalani kedua panngung itu dengan baik. Adapaun sebutan sebagai ibu-

ibu sosialita sekalipun tidak dapat merepresentasikan diri mereka

sesunguhnya di kedua panggung dengan baik.

2. Konsekuensi Interaksi Sosial

Tidak bisa dipungkiri dalam menjalankan peran seperti ini informan

akan menghadapi kekagalan dan kesuksesan. Kegagalan yang akan

informan alami adalah ketidakpercayan penonton atau masyarakat terhadap

peran yang mereka mainkan. Ketidakpercayaan tentang hal-hal yang mereka

unggah ke akun media sosial mereka. Mereka pasti akan mendapat komen-

komen dari orang-orang yang tidak percaya dengan pribadi atau kekayaan

yang mereka tunjukkan. Kegagalan ini juga tidak bisa terlepas dari kesalah

aktor itu sendiri jika mereka tidak maksimal dalam berperan atau para

Page 67: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

55

penonton atau masyarakat mengetahui panggung belakan sang aktor maka

bisa dipastikan akting mereka akan gagal yang berdampak pada ketidak

percayaan penonton.

Kesuksesan yang akan mereka dapat ketika penonton atau masyarakat

akan percaya bahwa mereka nyata seperti apa yang mereka tampilkan di

akun media sosialnya. Penonton percaya bahwa sebagai pribadi yang baik,

bijak ataupun percaya bahwa ibu-ibu itu memang mempunyai status sosial

yang tinggi. Seperti halnya pada penelitian ini para informan yang peneliti

wawancara mereka berhasil memainkan peran mereka dengan baik sampai

saat ini. Menurut hasil observasi peneliti penonton atau masyarakat percaya

jika ibu Ade itu seseorang yang mempunyai status sosial yang tinggi atau

bisa dikatakan sebagai orang kaya, karena antara unggahan foto dan

keseharian/gaya hidup ia dimasyarakat menggunakan atribut yang sama.

Seperti yang disampaikan oleh teman kelompok mereka ibuYani:

Menurut saya si Ade berhasil ya, terbukti masih banyak orang yang

suka minjem uang karena dia nyangkanya si Ade uangnya ada terus.

Terus sama masyarakat sekitar rumahnya juga dia cukup dipandang

ya, ya karena statusnya dia itu (Yani, Wawancara, 20 Juni 2018).

Adapun tanggapan dari salah satu wali murid di luar anggota seven

squad menegenai diri ibu Ade:

Kalau si Ade sih enak ya, banyak duit. Aku sering liat tuh di updatean

dia, jalan-jalan mulu kerjaannya, terus shopping, makan-makan di

luar terus loyal juga sih kalau sama ibu-ibu wali murid lain. Ya emang

Ade orangnya kayak gitu (MG, Wawancara, 20 Juni 2018).

Begitu pula dengan ibu Vinni dan ibu Alin mereka menggunakan

atribut yang sama dalam berinteraksi di masyarakat sehinga mereka percaya

Page 68: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

56

bahwa pribadi sesungguhnya mereka seperti itu bijak, sopan, eksperif ,selalu

tampil cantik dan bahagia. Ibu Yani menyampaikan hal yang sama untuk ibu

Vinni sebagai berikut:

Nggak akan ada yang percaya kalau Vinni itu orangnya nggak

ekspresif, padahal dia itu orangnya tertutup. Tetangganya atau orang

yang nggak terlalu akrab juga bakal ngiranya dia itu kayak yang ada

di instagramnya itu, ceria, nggak banyak masalah. Saya kalau bukan

temen deketnya juga bakal percaya kalau sifatnya Vinni itu sama

kayak di media sosialnya (Yani, Wwancara, 20 Juni 2018).

Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu pengikut ibu Vinni di

media sosialnya, yaitu:

Vinni itu orangnya ramah, sering senyum, adem, ceria juga ya sama

gitu kayak yang sering dia tampilin di instagramnya. Kamu liat aja di

instagramnya ya kayak gitu dia yang saya kenal (TU, Wawancara 22

juni 2018).

Sedangkan tanggapan dari salah satu pengikut ibu Alin di instagram,

mengatakan hal serupa sebagai berikut:

Gambar III.A.4. Foto Ibu Aline dan Komentar Pengikutnya Di Instagram

Page 69: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

57

Dilihat dari komentar-komentar yang terlihat di akun ibu Aline,

dua orang pengikutnya percaya bahwa diri atau presentasi diri yang

ditampilkan ibu Aline sesuai dengan tujuannya agar selalu tampil

cantik (berias).

B. Proses Presentasi Diri Ibu-ibu Seven Squad

1. Bentuk Panggung Depan

Panggung depan (Front Stage) adalah diri individu yang ditampilkan

di depan umum sebagai bentuk manipulasi diri yang menggambarkan

sebagai sosok yang ideal. Panggung depan merupakan sebuah keadaan di

mana pengguna media sosial atau ibu-ibu Seven Squad ini tampil dengan

konsep diri yang sudah dipersiapkan pada panggung belakan (back stage).

Menurut observasi peneliti ketika berada di panggung depan (front

satge), ibu-ibu ini mempunyai beberapa karakteristik guna menunjukan

performance sebaik mungkin untuk memenuhi kepuasaan penonton atau

pengikutnya. Bagaimana berpakaian, gaya bahasa, bahasa tubuh, mimik

wajah, cara berpakaian, manner, dan tubuhnya untuk memenuhi selera

audience, bukan untuk dirinya. Karena itu perilaku semacam ini bukannya

perilaku asli atau perilaku sebenarnya, tetapi perilaku yang dibuat-buat.

Kesan yang akan ditampilkan merupakan gambaran aktor yang ideal dari

identitasnya yang bisa diterima oleh penonton. Berangkat dari perilaku ibu-

ibu pengguna media sosial ini dengan merujuk dramaturgi, perbedaan

perilaku terjadi karena perbedaan kepentingn dan tujuan yang hendak

dicapai.

Page 70: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

58

Media sosial adalah tempat berlangsungnya panggung depan yang

dilakukan para ibu-ibu Seven Squad. Di sini para ibu-ibu memanipulasi

penampilannya, dengan busana yang mencolok atau mewah, aksesoris

mewah, riasan wajah yang cantik, dan kegiatan lain yang menunjukan

status sosial mereka. Ibu-ibu ini mengelola kesan dengan baik ketika

berada di media sosial agar menarik perhatian para pengikutnya untuk

mempercayai apa yang mereka tampilkan benar adanya.

a. Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh yaitu merupakan proses pertukaran pikiran dan

gagasan di mana pesan yang disampaikan dapat berupakan isyarat,

ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, suara, postur dan gerakan

tubuh. Demi mencapai tujuan mereka bahasa tubuh berguna untuk

menunjang penampilan panggung depan ibu-ibu ini, karena dalam

berkomunikasi dan berinteraksi bahasa tubuh sangat penting untuk

menunjang keberhasilan suatau kesan yang akan mereka tampilkan.

Alin selaku informan pertama dalam penelitian ini

mengungkapkan bagaimana perilaku atau simbol yang ditunjukan saat

ingin mengunggah foto di akun media sosialnya, dalam interaksinya

Alin sangat berhati-hati mengelola kesan yang akan ditampilkan

sehingga masyarakat atau pengikutnya di media sosial tidak bisa

menetahui keadaan yang sesungguhnya.

Berpakaian, berekspresi iya ada harus milih foto yang

seneng-seneng gitu, pas lagi senyum biar keliatan bahagia.

bedanya di media sosial kan nggak enak kalau masang muka

sedih atau kesel kan, jadi Dari pakaian juga kl di rumah saya

suka pakai daster tapi kalau buat upload atau di lingkungan

Page 71: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

59

rumah saya pakai baju yang bagus lah (Alin, Wawancara, 14

Juni 2018).

Sama dengan ibu Alin, ibu Ade juga mengungkapkan hal yang

tidak jauh berbeda dalam akun media sosialnya tetapi ibu Ade ini lebih

sedikit berani dalam hal mengunggah sesuatu hal di akunnya. Ia tidak

terlalu berhati-hati karena yang ingin ia tampilkan bukan terfokus pada

penampilan atau kepribadianya.

Nggak selalu biasa-biasa aja, paling unggah foto pake

kamera beauty plus. Tapi kadang foto jelek juga di post

(Ade, Wawancara, 14 Juni 2018).

Bahasa tubuh informan pada panggung depan ini tidak begitu

terlihat karena keterbatasan pada media sosial yang digunakan. Pada

kasus di media sosial ini kita hanya bisa melihat panggung depan dari

apa yang kita lihat di akun mereka. Peneliti hanya bisa mengamati

sebatas apa yang terjadi di foto-foto tersebut.

b. Bahasa Verbal

Pengelolaan kesan melalui bahasa verbal adalah pengelolaan

kesan dengan meggunakan kata-kata atau bahasa. Pengelolaan kesan

oleh ibu-ibu saat berinteraksi dengan penontonnya merupakan salah

satu bagian dari panggung depan (front stage). Bahasa yang mereka

gunakan di akun media sosialnya lebih berhati-hati dan menggunakan

kata-kata yang bijak, santun dan manis. Terkadang mereka akan

mencocokan bahasa atau kata status mereka dengan dengan foto yang

akan mereka unggah. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Alin :

Kalau saya apa yang saya suka saya upload, saya juga harus

Page 72: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

60

mikir caption gitu kan kalau mau upload foto, kata-kata apa

nih yang sesuai dengan foto itu saya jarang upload kalau gak

pake keterangan kayakk kata atau emoji gitu pasti saya cari

dulu. harus ada artinya gitu ya gak asal jadi saya pake kata-

kata yang bijak gitu (Alin, Wawancara, 14 Jni 2018).

Berikut unggahan ibu Alin di Media sosialnya dengan menggunakan

caption atau kata-kata yang bijak:

Gambar III.B.5.Foto Ibu Aline dengan Captionnya

Tetapi ibu Alin ini juga tidak suka dengan kata-kata yang terlalu

berlebihan atau tidak terlalu terbuka intinya tetap ada batasan saat

menggunakan kata-kata di media sosial.

Saya tetep menggunakan gaya bahasa sesederhana mungkin

yang gak terlalu bertele-tele. Saya gak suka yang terlalu

terbuka kalau di media sosial jadi saya di media sosial itu

kalem ya (Alin, Wawancara, 14 Jni 2018).

Berbeda dari Ibu Alin, Ibu Vinni dan Ibu Ade lebih tidak tertarik

dengan kata-kata dan mereka hanya menggunakan bahasa sehari-hari

mereka. Berikut ungkapan Ibu Ade:

Page 73: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

61

Bahasa yang di pake ya biasa aja gitu ya itu td aja kl lagi

nyindir orang bahasanya agak kasar gitu. Kata-kata nya

biasa aja ya kayak kamu kalau nulis status gimana pakai

bahasa sehari-hari gitu kan. Yang seneng-seneng aja gitu

katanya (Ade, Wawancara, 14 Juni 2018).

Menurut pengamatan peneliti tidak semua dari mereka suka

menggunakan kata-kata pada status akun media mereka. Mereka lebih

suka menggunakan kata-kata sederhana dan menggunakan bahasa yang

sopan dan santun. Tujuannya agar mereka bisa dibilang sebagai orang

baik dan agar penonton dapat pecaya dengan perannya.

c. Gaya Hidup dan Gaya berpakaian

Gaya hidup ibu-ibu Seven Ssquad ini menurut hasil penelitian

dan pengamatan peneliti selama di media sosial adalah hedon atau lebih

menonjolkan kemewahan. Mereka sering mengunggah foto mereka saat

jalan-jalan ke mall, berkumpul di sebuah kafe, makan-makan di

restaurant mewah, atau saat mereka sedang berbelanja barang-barang

belanjaannya. Seperti yang diungkapkan ibu Ade :

Post foto tentang apapun kegiatan tante, mau itu tante lagi

jalan-jalan, dikasih oleh-oleh, screenshoot chatan ama

temen itu tante post semua. Pas waktu tante suntik kaki juga

tate post biar orang-orang pada tau. Hobi pasti kan hobi

tante shoping ama makan jadi pasti tante post jadi intinya

tante share apapun yang tante lakuin lah. Kalau tante di

kasih cincin, jam, atau tas gitu pasti tante post biar orang-

orang tau juga (Ade, Wawancara, 14 Juni 2018).

Pada dasarnya mereka mempunyai kepribadian dan sikap yang

sama seperti ibu Ade tetapi mereka mempunyai fokus tersendiri akan

hal apa yang ingin ia tampilkan ke penonton atau masyarakat. Untuk

Ibu Vinni dan Ibu Alin mereka ingin berperan sebagai orang yang baik

Page 74: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

62

dan ingin dipandang sebagai orang yang baik, cantik dan bijak pula.

Untuk gaya berbusana pada panggung depan mereka yang

terlihat adalah mewah. Mereka selalu akan berpakain yang membuat

penampilan mereka menarik. Mereka mempunyai gaya berbusana yang

berbeda, Ibu Alin lebih suka berpakain kasual tetapi tetap terlihat

anggun, Ibu Ade lebih suka berpenampilan santai dan lebih sering

menggunakn celana jeans, sedangkan Ibu Vinni lebih suka berpakain

Syar’i. Untuk anggota yang lainnya mereka menggunakan pakaian yang

kurang lebih sama dengan ketiga ibu-ibu di atas. Tak jarang mereka

juga berpakaian yang selaras entah itu selaras dalam warna atau bentuk

pakaiannya.

d. Ekspresi wajah dan Setting

Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih

gerakan pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk

komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari

seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah

merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan

sosial dalam kehidupan manusia. Para ibu-ibu ini sebisa mungkin

mensetting mood atau perasaan yang mereka alami dengan ekspresi

wajah agar dapat menyembunyikan dan dapat menjalani peran dengan

baik.

Adapun kesulitan yang dirasa oleh mereka seperti menurut ibu

Vinni terkadang mereka medapat komen yang mempertanyakan apakah

Page 75: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

63

ia benar-benar seseorang yang ceria misalnya atau hanya sekedar

berakting mengingat kehidupan ibu Vinni yang sedikit tertutup.

Mereka suka tidak sengaja mengunggah kata-kata kasar karena emosi

atau terkadang penonton yang ada di masyarakat tidak percaya dengan

foto atau peran yang mereka tampilkan di media sosial. Menurut salah

satu penonton atau masyarakat yang mengikuti ibu Vinni, ia juga

sempat meragukan kebenaran dari status atua foto-foto yang diunggah

ibu Vinni yang sangat ekspresi dan terlihat selalu bahagia, berikut

pernyataannya:

Saya pernah mikir gitu, si Vinni ini beneran kayak gitu nggak

sih aslinya atau jangan-jangan cuma pencitraan doang. Tapi ya

itu kalau kesehariannya pas ngobrol sama saya atau lagi ada

pertemuan wali murid ya emang begitu orangnya, lepas aja gitu

nggak ada beban, auranya juga happy (MG,Wawancara, 20

Juni 2018).

Menurut pengamatan penulis, ibu Vinni sedikit tidak nyaman

dengan adanya komen-komen seperti itu. Terkadang ia hanya

mengabaikan komen-komen tersebut tetapi kalau sudah melewati batas

ia akan menjawab atau membalas komenan tersebut. Meskipun begitu

ibu Vinni merasa nyaman dengan perannya di media sosial karena ia

beranggapan media sosial sebagai tempat mengekpresikan dirinya yang

lain. Ibu vinni terlihat sangat ekspresif ketika berfoto di media sosialnya

seperti yang terdapat foto berikut.

Page 76: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

64

Gambar III.B. 6. Foto Ibu Vinni

Kemudian pernyataan yang berbeda dilontarkan oleh Ibu Ade

yang di mana lebih cuek dalam menanggapi komen-komen semacam

itu. Karena fokusnya tidak hanya satu orang selama ia bisa

mempertahankan dan memainkan perannya dengan baik ia tidak akan

khawatir. Jika ia mulai merasa tidak nyaman maka dia akan memblokir

orang tersebut karena ia beranggapan orang seperti itu kan

mengacaukan perannya dan bisa membuat presepsi yang lain berubah.

Sering, banyak malah kadang kalau mereka udah kelewatan

bawa-bawa masalah pribadi atau gimana gitu suka akau

langsung blokir biar nggak ngerocos mulu. Sama kalau ada

oarang yang udah terlajur tahu ibu aslinya gimana juga ibu

blokir soalnya suka lemes mulutnya (Ade, Wawancara, 14 Juni

2018).

Dari kedua informan yang didapat dapat disimpulkan bahwa

penting untuk para ibu-ibu ini untuk dapat memahami karakteristik

para penonton/pengikut dan masyarakat yang berbeda-beeda sehingga

mereka bisa mengatasinya setiap masalah dengan baik dan tetap

Page 77: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

65

membuat penonton yang lain percaya dengan mereka.

Dalam proses di panggung depan ini mereka akan membangun

tujuan mereka dan meyakinkan penonton agar peran yang mereka lakoni

berjalan dengan baik. Dalam membangun tujuannya terdapat beberapa hal

yang membuat mereka ingin berperan sebagai orang yang berbeda di

media sosial salah satunya adalah rasa ingin dipandang sebagai orang yang

memiliki prestis atau status sosial yang tinggi. Selain itu mereka tidak ingin

dipandang sebagai orang yang sama untuk kepentingan reputasi atau nama

baik mereka. Mereka mendapatkan kepuasan tersendiri dengan berperan

sebagai orang lain di media sosial. Tujuan utama mereka untuk

mengkamuflasekan diri mereka jadi mereka harus berhati-hati dalam

memainkan peran ini, seperti pernyataan yang diungkapkan oleh ibu Ade:

Senenglah yaa berarti aku berhasil, ada rasa puas aja gitu sih

contohnya kayak kalau mereka bilang aku orang kaya gitu yaudah aku

juga seneng. Tapi ada gak enaknnya juga sering diutangin sama orang

karena mereka liat ibu kayak ada selalu punya uang gitu (Ade,

Wawancara, 14 Juni 2018).

Tentu permainan peran yang dimainkan oleh mereka tersebut

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya. Entah itu hanya

sekedar untuk menciptakan kesan tertentu tentang diri mereka dihadapan

penonton ataupun suatu bentuk penghargaan lainnya yang mereka peroleh

dari permainan peran tersebut. Menjalani peran seperti ini juga tidak

mudah, berpegan teguh pada tujuan awal saat memutuskan untuk berperan

juga tidak mudah. Mereka harus konsisten dalam menjalankan peranya agar

tetap berjalan lancar dan berhasil.

Page 78: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

66

Dalam membangun tujuan ini para ibu-ibu ini juga tidak

sembarangan dari hasil observasi peneliti pada akun media sosial, mereka

menyiapkan atribut untuk menunjang peran mereka agar peran mereka

semakin dipercaya dan mereka dapat mempengaruhi pandangan orang

sesuai dengan apa yang mereka mau. Seperti menggunakan jam tangan,

perhiasan, foto di tempat wisata, foto makan-makan mewah, memasang

ekpresi wajah yang ceria dan lain-lain. Mereka yang memutuskan untuk

berperan ini juga bisanya tidak terlalu dapat mengekspresikan diri mereka

dengan baik. Mereka takut dipandang buruk oleh masyarakat sehingga

mereka memutuskan untuk berperan.

Dalam observasi saya bahwa ibu-ibu Seven Squad dalam penggunaan

media sosialnya mampu memainkan peran-peran yang berbeda dalam

proses kehidupannya, bagaimana mereka berinteraksi, gaya pakaian yang

mereka gunakan, gaya hidup yang mereka jalani, dan setiap kegiatan mereka

dijalankan dalam peran yang berbeda dan mereka dapat menjalankan kedua

peran itu dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya peran yang mereka

mainkan yaitu panggung depan dan panggung belakang yang dapat berjalan

secara bersaamaan dengan baik. Ibu-ibu ini juga akan membatasi sikap

mereka ketika berada di media sosial, hal ini bertujuan untuk

mengkamuflase diri mereka sendiri, mereka jugan akan benar-benar

menjaga sikap dan bahasa mereka saat berada di atas panggung. hal ini

sudah peneliti bahas di pembahasan sebelumnya pada gaya bahasa yang

mereka gunakan saat berada di meia sosial.

Page 79: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

67

Berperan seperti orang lain di media sosial tentu tidak semudah seperti

yang dibayangkan, mereka berperan sebagai dua individu yang berbeda

yaitu sebagai orang yang sempurna dan ibu rumah tangga. Terlepas dari

begitu banyak masalah yang menimpa mereka, atau mungkin ada hal-hal

yang dapat merusak suasana. Hal itu semua seharusnya dikesampingkan

dahulu demi kesempurnaan dalam menjalankan perannya. Ketika mereka

harus berpenampilan mewah, berkata santun, dan memamerkan barang-

barang berharganya, harus dapat membuat suasana seperti itu tanpa harus

melihat sekitar. Selain itu juga para ibu-ibu pengguna media sosial ini juga

membatasi sikap mereka ketika berada di panggung depan hal ini

bertujuan untuk mengkamuflase diri mereka sendiri, bahsa yang mereka

gunakan pun pada saat berada dipanggung depan benar-benar dijaga,

sehingga orang lain menganggap bahwa mereka adalah sosok yang tampil

sempurna.

Di media sosial, mereka benar-benar menunjukan sosok yang

sempurna dengan penampilan, gaya hidup hingga tutur bahasa mereka.

Kesimpulan dari observasi peneliti pada panggung depan ibu-ibu Seven

Squad ini bahwa penonton melihat mereka sedang berada dalam kegiatan

pertunjukan. Mereka akan memainkan peran mereka dengan sebaik-

baiknya agar masyarakat dapat memahami dan menangkap tujuan dari

perilaku yang mereka tampilkan, selain itu mereka juga akan membatasi

perilaku di atas panggung demi berhasilnya drama yang mereka buat.

Page 80: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

68

2. Bentuk Panggung Belakang

Pada panggung belakang pengguna media sosial ini para informan

akan menampilkan sisi kehidupan mereka yang asli atau diri mereka yang

seutuhnya. Di area panggung ini pengguna media sosial cenderung

menunjukan sifat aslinya, yang tentu sangat berbeda dengan tampilan

mereka saat mereka berada di panggung depan. Para informan disini

menjadi individu yang sesungguhnya tanpa memakai atribut saat mereka

harus berakting. Di panggung belakang inilah para informan akan bersikap

apa adanya dan tidak memikirkan kesan-kesan yang selama ini mereka

tampilkan di akun media sosialnya.

Menurut Alin sifat atau sikap yang ia tampilkan di media sosial

sangat berbeda dengan kepribadian dia di dunia nyata. Di mana

dikehidupan nyata ibu Alin ini hanya seorang ibu rumah tangga biasa

yang berdandan ala kadarnya dan cenderung lebih cuek. Ibu Alin ini

sangat menjaga betul image yang ia tampilkan di media sosial sehingga

ia lebih tertutup di kehidupan nyata agar orang lain tetap menilai sama

dengan yang ia tampilkan di media sosial.

Beda ya karakter saya, kalau di media sosial itu saya kebanyakan

ngomong manis ya karena saya memang harus menampilkan itu.

Kalau di kehidupan sehari-hari saya nggak pernah dandan jadi

polos aja gitu beda ama di media sosial yang harus mikirin

penampilan biar keliatan bagus ya. Sebenernya nggak nyaman tp

ya emang harus karena pada dasarnya saya bukan tipe orang yang

suka dandan. Beda jauh ya kayak yang saya bilang sebelumnya

kalau di media sosial saya harus hati-hati ya jangan sampe

pengikut saya ngeliat saya kayak gimana aslinya. Jadi saya itu di

media sosial jaga image beda sama di kehidupan sehari-hari yang

nyablak kalau ngomong (Alin, 14 Juni 2018).

Page 81: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

69

Menurut pengamatan peneliti saat ibu Alin berada di lingkungan

rumah, ia mempunyai pribadi yang ceria dan terkesan tidak rapih, berbeda

dengan image yang ia tampilkan di media sosial di mana ia terlihat

selalu rapih dan berdandan. Selain itu dari hasil pengamatan peneliti

kepribadian ibu Alin ini cenderung lebih cuek, cerewet dan heboh. Di

lingkungan kelompoknya ia dikenal sebagai individu yang apa adanya,

berbicara ceplas-ceplos cenderung tidak menjaga perkataan.

Saat mengantar anak-anak sekolah atau berinteraksi dengan

tetangganya ibu Alin berpenampilan sesuai dengan penampilannya di

media sosial yakni menggunakan pakaian yang rapih dan berdandan.

Tetapi saat di dalam rumah ia berpakain biasa saja, ia lebih sering

mengenakan daster dan kerudung instan. Ibu Alin berinteraksi dengan

tetangganya hanya sekedar bersapa karena saat bersosialisasi dengan

tetangganya ia harus menjaga penampilan seperti yang ia tampilkan di

panggung depannya. Ini bertujuan agar mereka tidak tahu bagaimana

kepribadian ibu Aline ini, orang-orang yang tahu bagaimana kepribadian

ibu Alin hanyalah keluarga dan teman kelompoknya saja.

Kemudian peneliti juga menanyakan kepada sahabat dekat ibu Alin di

Seven Squad yakni Yani sebagai informan pendukung mengenai perilaku

ibu Alin ketika berada di luar media sosial. Dan pernyataannya adalah

sebagai berikut:

Alin itu orangnya cerewet banget aslinya, jarang dandan, kalau

ngomong itu nyablak banget terus heboh gitu kalau udah ngumpul.

Beda banget sama di medsosnya dia yang cantik, rapih, kalau nulis

caption bijak terus sok manis gitu (Yani, Wawancara, 20 Juni 2018).

Page 82: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

70

Dari hasil wawancara dengan sahabat, komunikasi dan interaksi Alin dan

sahabatnya Yani terbilang harmonis dia juga terbuka kepada Yani. Tidak

ada hal yang ditutupi apapun dari dirinya.

Kemudian peneliti beralih kepada informan kedua yakni ibu Ade, saat

ditemui langsung, ibu Ade sedikit tomboy dengan menggunakan pakaian

yang tak sama dengan yang sering ia perlihatkan di akunnya dan juga

tanpa riasan make up sedikit pun. Ibu Ade seseorang sangat humoris dan

berbicara ceplas-ceplos dan beberapa kali sering melontarkan candaan.

Hampir sama seperti yang dijelaskan oleh ibu Alin, ibu Ade

juga dalam menjalani kehidupan di luar panggung cendrung

menunjukan karakter aslinya. Dan pernyataannya adalah sebagai berikut:

Kalau di rumah mah tante kayak pembantu gitu pakai daster doang

sisiran juga jarang udah kayak mbak-mbak gitu. Kalau dirumah

nggak berani foto soalnya ya itu bener-bener polos. Kalau ngomong

nyablak banget aslinya kadang suka keluar kata-kata yang nggak

pantes gitu tapi kalau di medsos mah alim gitu. Kayak mbak-mbak

gitu jelek banget lah pokoknya (Ade, Wawancara, 14 Juni 2018).

Menurut hasil observasi peneliti bahwa ibu Ade adalah seorang yang

sangat cuek dan ceplas-ceplos dalam berbicara. Gayanya yang santai

sangat berbeda dari foto-foto yang ia unggah di akunnya dan ibu Ade

merasa nyaman dengan kepribadian yang seperti itu. Kegiatan di luar

akunnya, ibu Ade masih cukup sering bertemu atau mengobrol dengan

tetangga dekatnya saat dia mempunyai waktu luang dan juga lebih sering

menghabiskan waktu bersama teman kelompoknya saat itu lah dia merasa

bisa menjadi diri sendiri. Selain itu penelitimenemkan perbedaan kedua sisi

Page 83: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

71

ibu Ade pada panggung depan dan panggung belakangnya di mana

sebenarnya ibu Ade ini tidak bisa mengendarai mobil tetapi dalam

beberapa uanggahannya ibu Ade ini terlihat berfoto di kusri pengemudi

atau di belakang stir mobil, berikut peneliti tampilkan gambar dan

pernyataan ibu Ade:

Gambar.III.B.7. Ibu Ade Berfoto Mengendarai Mobil

Peneliti juga menanyakan pertanyaan yang sama kepada teman dekat

ibu Ade yang sering dijumpainya yakni Vina, karena Vina teman yang

paling dekat dan yang paling sering bertemu dibanding yang lain. Dan

peryataanya adalah sebagai berikut:

Dia kalo di rumah ya gitu kayak gembel, rambut acak-acakan,

sering nggak mandi kalo pake baju yaa seadanya aja gitu baju

bolong juga dia pake kalo di rumah mah polosan bgt gitu lah

pokoknya (Vina, Wawancara, 20 Juni 2018).

Page 84: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

72

Menurut peneliti ibu Ade merupakan sosok perempuan yang apa

adanya sangat cuek dan santai, terbukti saat temannya Vina mengatakan

bahwa ibu Ade tidak suka berdandan dan terkesan tidak rapih, saat di

rumah atau dilingkungan kelompoknya ibu Ade bisa berpenampilan

sanagat polos atau cuek tetapi ketika keluar dari kelompok atau rumah ibu

Ade akan menunjukan semua identitasnya seperti apa yang ada di akun

media sosialnya. Seperti berdanadan, menggunakan perhiasan, atau

menggunakan salah satu koleksi tas mahalnya. Kepribadian ibu Ade saat di

media sosial dan saat di rumah sangatlah berbeda. Di panggung depan ibu

Ade dikenal dengan sosok yang cantik, mewah dan berkelas, berusaha

membuat orang setuju dengan apa yang ia tampilkan, sedangkan saat

berada di rumah dia menjadi sosok yang sangat sederhana dan jauh dari kata

kemewahan.

Beberapa barang mewah atau perhiasan yang ibu Ade tunjukkan di media

sosialnya bukanlah milik ibu Ade secara keseluruhan atau tidak semua barang

yang di unggah adalah milik ibu Ade. Banyak dari barang-barang tersebut adalah

barang hasil pinjaman untuk menunjang penampilan atau kesan diri ibu Ade di

media sosial. Tujuannya adalah untuk membuat masyarakay atau penonton yakin

bahwa ibu Ade orang yang kaya dan mempunyai semua barang mewah itu.

Berikut pernyataan ibu Ade:

Nggak semua barang yang saya upload itu koleksi saya, ada yang minjem

punya temen itu kalau yang harganya mahal saya belum bisa beli jadi

saya pinjem, nggak ada yang tahu juga kan. Banyak juga perhiasan yang

saya punya itu dikasih bukan beli pakai uang saya sendiri (Ade,

Wawancara, 14 Juni 2018).

Pernyataan serupa disampaikan oleh ibu Yani teman satu kelompoknya di Seven

Page 85: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

73

Squad:

Kalau yang nyediain barang itu biasanya si Indah kalau nggak Yuli,

mereka paling lengkap sih koleksi barang-barang branded nya jadi kalau

si Ade belum punya suka dipinjemin dia malah jarang make barang-

barangnya (Yani, Wawancara, 20 Juni 2018).

Kemudian peneliti beralih kepada informan terakhir yakni ibu Vinni,

saat ditemui langsung, ibu Vinni sedikit jutek dengan menggunakan

pakaian yang full hijab seperti biasanya dan juga tanpa riasan make up.

Kesan pertama peneliti saat bertemu adalah dingin dan misterius serta tidak

terlalu ekspresif saat berbicara. Hampir sama seperti yang dijelaskan

oleh ibu Alin, ibu Vinni juga dalam menjalani kehidupan di luar

panggung cendrung menunjukan karakter aslinya.

Dan pernyataannya adalah sebagai berikut:

Kalau sehari-hari gimana ya, aku paling sering sama anak-anak ya

selayaknya ibu-ibu biasa ajalah gitu kalau di rumah ya pake celana

pendek gak dandan jelek juga gak apa-apa. Aku lebih pendiam sih

ya kalau di kehidupan asli gitu lebih keliatan tenang. Aku itu

misterius aslinya udah gitu (Vinni, Wawancara, 15 Juni 2018).

Ibu Vinni ini hanya seorang ibu rumah tangga yang berdandan ala

kadarnya dan cenderung lebih tidak peduli. Ibu Vinni ini sangat menjaga

betul image yang ia tampilkan di media sosial sehingga ia lebih tertutup

di kehidupan nyata agar orang lain tetap menilai sama dengan yang ia

tampilkan di media sosial.

Menurut hasil observasi peneliti di lingkungan rumah ibu Vinni, ia

mempunyai pribadi yang tenang, tidak banyak berbicara, dan tidak suka

berdandan atau menggunakan pakain rumahan biasa, berbeda dengan

image yang ia tampilkan di media sosial di mana ia terlihat selalu rapih,

Page 86: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

74

berdandan dan ceria. Selain itu dari hasil pengamatan peneliti

kepribadian ibu Vinni ini cenderung pendiam dan sederhana. Di

lingkungan kelompoknya ia dikenal sebagai individu yang apa adanya,

berbicara seadanya dan dikenal sebagai sosok yang paling jarang

berbicara.

Saat mengantar anak-anak sekolah atau berinteraksi dengan

tetangganya ibu Vinni berpenampilan seperti yang ia tampilkan di media

sosial, berpakaian syar’i dan rapih. Ibu Vinni berinteraksi dengan

tetangganya hanya sekedar bersapa karena saat bersosialisasi dengan

tetangganya ia harus menjaga penampilan seperti yang ia tampilkan di

panggung depannya. Ini bertujuan agar mereka tidak tahu bagaimana

kepribadian ibu Vinni ini, orang-orang yang tahu bagaimana kepribadian

ibu Vinni hanyalah keluarga dan teman kelompoknya saja.

Kemudian peneliti juga menanyakan kepada sahabat dekat ibu Vinni

di Seven Squad yakni Yani sebagai informan pendukung mengenai

perilaku ibu Vinni ketika berada di luar media sosial. Dan pernyataan nya

adalah sebagai berikut:

Vinni itu lumayan tertutup sebenernya, diantara kita bertujuh

aku yang paling deket dan yang paling sering diajak cerita,

sama yang lain jarang walaupun kita tiap hari bareng. Paling irit

ngomong tapi suka bercanda juga, orangnya nggak kaku tapi ya

emang agak pendiam aja. Kalau di media sosial kan keliatan

ceria,bahagia gitu tapi aslinya mah dia nggak gitu bnyak

nyimpen rahasia yang orang lain nggak tau pokoknya. Kalu

masalah pakaian di rumah ya biasa aja gitu lebih suka pake

celana pendek sama daster (Yani, Wawancara, 20 Juni 2018).

Page 87: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

75

Pada dasarnya para informan ingin menunjukan karakter asli mereka

di lingkungan pribadinya, tetapi kelemahannya adalah mereka tidak

mengetahui diri mereka sendiri. Ada beberapa bagian atau sisi diri yang

lain yang tidak bisa dijelaskan, bahkan kadang-kadang mereka sangat

menutupi karakternya demi menampilkan kesan yang bai di masyarakat.

Peneliti juga mengobservasi bagaimana pakaian yang mereka gunakan

ketika berada di luar panggung dan cara berpakaian sama sekali tidak

dipengaruhi oleh imagenya di media sosial. Menurut hasil pengamatan,

ketika berada di dalam rumah ibu-ibu ini cenderung memakai pakaian yang

santai dan sederhana untuk kenyamanan mereka sendiri. Saat berinterkasi

dengan masyarakat apa yang mereka kenakan akan menjadi fokus utama

atau perhatian oleh masyarakat. Pakaian yang mereka pakai itu adalah salah

satu cara untuk menunjukan identitas diri mereka, selain itu saat mereka

berkomunikasi, sikap dan perilaku juga akan mempengaruhi diri kita seperti

apa di mata masyarakat. Selain itu juga cara bertutur dan gaya bahasa dapat

menunjukan apakah kita dinilai sebagai orang yang baik atau tidak.

Hasil dari pengamatan dan analisa peneliti bahwa dari ketiga informan

di atas dapat menyesuaikan pakaian, perilaku, gaya hidup, dan sikap

mereka di antara kehidupan di media sosial dan dunia nyata mereka.

Mereka akan menunjkan diri mereka seutuhnya saat berada di rumah

ataupun di sekeliling teman-teman kelompoknya tetapi saat ingin keluar

atau berinteraksi dengan orang luar dia akan menggunakan atribut yang

sama dengan yang ia kenakan dia media sosial. Itu bertjuan agar

Page 88: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

76

perannya bisa terus berjalan dan sesuai dengan apa yang diharapkan

masyarakat.

3. Tim Pertunjukkan (Performence Team)

Tim pertunjukan ini berfunsi sebagai pendukung aktor saat mereka

memainkan karakternya. Di sini mereka akan membantu merencanakan

tampilan seperti apa yang harus para informan tampilkan, mereka juga

berfungsi sebagai penasehat atau pemberi saran apabila para informan

ini salah dalam menampilkan perannya. Dalam penelitian ini Ibu Ade

sebagai key person yang paling terlihat bentuk manipulasinya di media

sosial. Ibu Ade ini sering mengunggah foto-foto barang mewah,

perhiasan dan kegiatan lainnya seperti shopping dan jalan-jalan ke

berbagain tempat. Tentu keperluan akan barang-barang yang

diunggahnya di media sosial itu dipersiapkan juga oleh anggota

kelompok yang lain. Ada yang mengatur dan menyediakan barang-

barang tersebut untuk diunggah ibu Ade ke akun instagram atau

whatsappnya.

Barang-barang ataupun perhiasan yang ibu Ade unggah ini bukan

seluruhnya milik dia, banyak dari barang-barang unggahannya adala

milik teman anggota kelompok yang lain. Hal ini dilakukan guna

mempertahankan dan menampilkan image yang terlihat nyata agar

masyarakat percaya. Di dalam kelompok ini mereka mempunyai peran

mereka masing-masing, ibu Ade, ibu Vinni dan ibu Alin adalah orang

yang melakukan pencitraan/akting/manipulasi kepada masyarakat.

Page 89: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

77

Kegiatan mereka di media sosial akan dipantau oleh anggota kelompok

lain demi kelancaran dan berhasilnya manipulasi yang mereka

tampilkan. Ibu Indah dan Ibu Yuli berperan sebagai penyedia barang-

barang mewah dan yang paling banyak mensponsori jika mereka jalan-

jalan atau shopping. Ibu Indah ini mempunyai koleksi barang-barang

branded yang lebih banyak sehingga ia akan meminjamkan barang-

barang koleksinya ini untuk di tampilkan di media sosial ibu Ade.

Sama halnya dengan ibu Indah, ibu Yuli juga orang yang

memfasilitasi peralatan atau atribut-atribut yang ingin ibu Ade tunjukkan

di media sosialnya, dalam bentuk perhiasan, kendaraan ataupun pakaian

sekalipun. Selanjutnya ada ibu Yani, ia lebih menangani peran yang

dimainkan oleh ibu Alin dan Ibu Vinni. Ibu Yani yang akan

mengirimkan kata-kata bijak atau quote-quote bijak yang nantinya akan

digunakan oleh ibu Alin. Selain itu ibu Yani ini juga merupakan penata

gaya untuk kedua ibu-ibu tersebut, seperti bagaimana tampilan make up

yang harus mereka tampilkan atau bagaimana ekspresi yang harus

mereka tampilkan. Bukan hanya sebagai fasilitator atau pengatur gaya

saja mereka juga ikut berakting dan memainkan peran yang sama seolah-

olah mereka tidak tahu dan apa yang di tampilkan oleh ibu Ade, Alin,

dan Vinni itu adalah yang sesungguhnya agar masyarakat atau pengikut

mereka di media sosial lebih yakin dan percaya.

Di tempat ini bersama performance team, mereka memperbaiki

presentasi diri mereka dan meyakinkan penonton atau masyarakat

Page 90: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

78

kembali. Hal ini diungkapkan pula oleh ibu Yani.

Saya sebagai sahabat mereka ya mendukung aja mereka mau

gimana di media sosial selama itu nggak merugikan orang lain

ya. Saya bukan saya aja sih kita semua di grup ini ngejaga satu

sama lain, kita udah tahu kebobrokan masing-masing dari kita

itu gak masalah asal orang lain nggak ada yang tahu. Kadang

kalau misal ada yang nanya Ade atau Vinni itu beneran kayak

yang ada di medsos itu nggak, pasti saya jawab iya, pokoknya

ceritain ke orang-orang hal yang baik-baik tentang mereka.

Sebaliknya juga gitu mereka ngelakuin hal yang sama kayak

saya gitu (Yani, 20 Juni 2018).

4. Analisa Dramaturgi pada Ibu-ibu Seven Squad

Panggung depan dan panggung belakang adalah konsep dramaturgi

meurut Goffman. Pertunjukkan yang dilakoni aktor untuk menjelaskan diri

mereka disebut sebagai panggung depan. Di panggung depan ini juga kita

akan mengenal istilah mukapersonal dan setting, muka persoanal merupakan

situasi fisik yang ada pada diri aktor seperti tampilan dan tingkah laku

mereka sedangkan setting menunjukkan pada tampilan fisik yang biasanya

harus ada ketika aktor memainkan perannya seperti cara berpakaian (Ritzer

dan Goodman, 2004:400). Sedangkan keadaan asli atau kehidupan asli diri

kita yang orang lain tidak bisa lihat disebut dengan panggung belakang,

pada panggung ini kita dapat bebas menjadi diri atau mengekspresikan diri kita

yang sesungguhnya tanpa peduli dengan pandangan masyarakat, bagian ini

juga bisa disebut sebagai area privat di mana masyarakat umum tidak dapat

melihatnya.

Dari teori tersebut para informan memerankan peran mereka dengan

sebaik-baiknya. Mereka ingin dianggap sebagai orang yang berbeda dengan

harapan mendapat pencitraan yang lebih baik untuk dirinya. Mereka akan

Page 91: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

79

memperhatikan bahasa, kata-kata, ekpresi wajah mereka di media sosial

dengan sangat hati-hati. Mereka berperan sebagai orang lain di sini,

berperan sebagai seseorang yang hedon, sebagai sorang yang bijak, dan

sebagai orang yang ceria. Pada panggung depan ini mereka harus menjaga

dengan baik agar penonton tetap percaya dengan apa yang mereka

perankan. Pada panggung depan ini mereka juga menggunakan atribut-

atribut untuk mendukung peran mereka seperti pakaian yang bagus,

memamerkan barang-barang mewah mereka serta mengunggah foto

disetiap kegiatan mereka termasuk saat mereka berkumpul dalam acara

arisan makan-makan atau jalan-jalan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu

Ade pada wawancara sebagai berikut:

Aku mau nunjukin aja ke orang-orang kalau aku ini ekspresif terus

ceria gitu, yang nggak pernah sedih, bahagia terus aja gitu

diliatnya, aku juga mau diliat kalau aku juga orang ada gitu jadi

aku gak bisa diremehin gitu. Orang tau kalau tante tuh orang yang

berada, tercukupi, hidup tante enak yaa gitu lah (Ade, Wawancara,

14 Juni 2018).

Selain itu ibu Ade ini gemar mengunggah foto-foto koleksi barang-

barang mewah atau perhisaannya, hal ini untuk lebih meyakinkan

masyarakat agar perannya bisa berjalan dengan baik, berikut kutipan

wawancaranya:

Post foto tentang apapun kegiatan tante, mau itu aku lagi jalan-

jalan, dikasih oleh-oleh, screenshoot chat-an sama temen itu aku

post semua. Pas waktu aku suntik kaki juga dipost biar orang-

orang pada tau. Hobi pasti kan hobi tante shoping ama makan jadi

pasti tante post jadi intinya tante share apapun yang tante lakuin

lah. Kalau tante di kasih cincin, jam, atau tas gitu pati tante post

biar orang-orang tau juga (Ade, Wawancara, 14 Juni 2018).

Page 92: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

80

Berbeda halnya dengan ibu Alin ia memainkan perannya sebagai sosok

pribadi yang berbeda, tentu ia memerankan kesan yang baik di panggung

depannya:

Saya menggunakan gaya bahasa sesederhana mungkin yang nggak

terlalu bertele-tele. Saya nggak suka yang terlalu terbuka kalau di

media sosial jadi saya di media sosial itu kalem ya. Kalau di media

sosial itu saya kebanyakan ngomong manis ya karena saya

memang harus menampilkan itu (Alin. Wawancara, 14 Juni 2018).

Saat di panggung belakang para informan tidak menampilkan diri

mereka seperti yang ada di akun media sosial mereka, melainkan ibu-ibu

ini akan menunjukkan diri mereka yang seutuhnya. Mereka akan

menunjukkan karakter diri mereka yang sesungguhnya, para informan ini

benar-benar menunjukkan dan tidak menyembunyikan sediktitpun karakter

asli dirinya pada saat di lingkungan teman kelompok dan keluarganya..

Saat berada di panggung belakang tidak akan ada penontong yang

dapat masuk atau melihat kondisi diri mereka. Sehingga para informan ini

bebas melakukan atau berperilaku apapun tanpa peduli dengan pandangan

atau kesan masyarakat serta tanpa harus berakting pula. Pada panggung

belakang ini jelas bahwa ibu-ibu ini sudah mempersiapkan diri mereka

dengan matang dan sempurna untuk tampil di media sosial mereka

masing-masing. Tetapi apa yang sudah dipersiapkan di panggung

belakang ini bisa saja berubah sesuai dengan penilaian masyarakat,

karena sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, etika

dan lain-lain. Masyarakat akan menilai perilaku seseorang sebagai perilaku

Page 93: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

81

yang dapat diterima, ditolak ataupun menyimpang.

Dalam kehidupan mereka sehari-hari, informan juga akan

melakukan pencitraan seperti yang mereka lakukan di media sosial, hal ini

bertujuan agar kesan mereka tidak berubah di mata masyarakat. Seperti

yang diungkapkan oleh ibu Alin sebagai berikut:

Kalau di media sosial atau di luar itu tante harus tampil cantik gitu

pokoknya memaksimalkan penampilan tante gitu. Kalau di rumah

mah tante lebih suka pake daster atau cela pendek aja gitu (Alin,

Wawancara, 14 Juni 2018).

Masing-masing dari informan tentu mempunyai peran yang

berbeda, mereka akan berakting sesuai dengan tujuan yang ingin mereka

capai atau inginkan sebelumnya. Mereka akan menampilkan citra diri yang

baik di masyarakat atau untuk mendapat sesuatu atau penghargaan lain yang

akan mereka dapat dalam berakting ini. Seperti hal yang diungkapkan oleh

ibu Ade tentang kehidupan panggung belakangnya:

Kalau di rumah mah tante kayak pembantu gitu pakai daster doang

sisiran juga jarang udah kayak mbak-mbak gitu. Kayak mbak-

mbak gitu jelek banget lah pokoknya (Ade, Wawancara, 14 Juni

2018).

Tidak berbeda dengan ibu Ade, ibu Alin juga mengungkapkan hal

yang sama saat ia berada di panggung belakang:

Kalau di kehidupan sehari-hari saya nggak pernah dandan

jadi polos aja gitu beda sama di media sosial yang harus

mikirin penampilan biar keliatan bagus ya. Sebenernya

nggak nyaman tapi ya emang harus karena pada dasarnya

saya bukan tipe orang yang suka dandan (Alin, Wawancara,

14 Juni 2018).

Dalam penelitian ini pengguna media sosial mampu memainkan

Page 94: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

82

peran-peran yang berbeda dalam proses kehidupannya, bagaimana mereka

berinteraksi, gaya pakaian yang mereka gunakan, gaya hidup yang mereka

jalani, dan setiap kegiatan mereka dijalankan dalam peran yang berbeda dan

mereka dapat menjalankan kedua peran itu dengan baik. Hal ini terbukti

dengan adanya peran yang mereka mainkan yaitu panggung depan dan

panggung belakang, di mana terdapat keragaman yang muncul.

Page 95: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

83

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini peneliti menganalisa panggung depan dan panggung

belakang dramaturgi Goffman. Seperti yang dikatakan Goffman panggung depan

merupakan tempat di mana para informan atau ibu-ibu memainkan peran dan

memanipulasi dirinya sendiri. Sedangkan Panggung belakang merupakan tempat

di mana masyarakat tidak dapat melihat diri informan yang sesungguhnya.

Artinya, pengguna media sosial mengharapkan agar masyarakat tidak mengenal

sisi/sifat asli pengguna di belakang panggung. Pada panggung belakang ini

informan akan berusaha keras menutupi diri mereka agar masyarakat tetap

percaya dengan peran yang mereka lakoni. (Ritzer dan Goodman, 2004:400).

1. Pada panggung depan ibu-ibu Seven Squad hampir semua dari mereka

melakukan kamuflase dan memanipulasi diri mereka, yang dilakukan

meliputi manipulasi simbol-simbol dengan cara berpakaian mewah,

menggunakan kata-kata bijak, mengunggah quote-quote bijak,

menggunakan bahasa yang santun dan mengunggah barang-barang koleksi

mereka. Sedangkan pada panggung belakang ibu-ibu ini menunjukkan diri

mereka yang asli, diri mereka sendiri yang apa adanya tanpa manipulasi.

Mereka menampilkan diri/sisi sebenarnya tanpa memanipulasi

penampilan, riasan, emosi, ekpresi atau pakaian mereka. Terdapat juga tim

Page 96: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

84

pertunjukkan untuk mendukung keberhasilan pertunjukan yang mereka

lakoni seperti memberi saran dan menyusun bersama rencana atau

skenario apa yang harus ibu-ibu ini mainkan untuk penampilan berikutnya.

2. Interaksi pada ibu-ibu seven squad ini terjadi karena adanya kesepakatan

dalam berinteraksi di mana perilaku yang akan ditampilkan di media sosial

mereka dapat diterima oleh masyarakat atau pengikut di media sosial

dengan baik. Sehingga tujuan untuk membangun kesan atau makna yang

sempurna dapat berhasil disetujui oleh kedua belah pihak yaitu antara

pengguna media sosial atau aktor dan masyarakat.

3. Bentuk presentasi diri yang ingin ditampilkan oleh ibu-ibu ini berbeda,

yaitu pertama, ingin dilihat sebagai pribadi yang baik, bijak, sopan atau

lebih pada kepribadian; kedua, ingin dilihat sebagai orang yang

mempunyai prestis atau status sosial yang tinggi; selain itu ada dari sisi

psikologis juga di mana mereka ingin mendapat perhatian yang lebih dari

masyarakat.

B. Saran

1. Penelitian ini dapat digunakan menjadi bahan untuk memperkaya kajian

yang terkait dengan penggunaan media sosial di Indonesia.

2. Dengan penelitian ini diharapkan ibu-ibu pengguna media sosial dapat

mengevaluasi diri menjadi pengguna media sosial yang sesungguhya.

3. Penelitian ini diharapkan menjadi bagian pengguna media sosial di

lingkungan ibu-ibu dalam menampilkan diri yang apa adanya.

Page 97: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Ayun, Qurrota Primada. Jurnal Komunikasi. 2015. Fenomena Remaja

Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk Identitas. Vol.03 No.02.

Benedictus A.S. Jurnal ASPIKOM. 2010. Konstrusi Diri dan Pengelolaan

Kesan pada Ruang Riil dan Ruang Virtual.. Vol.01. [jurnal on-line];

tersedia di http://jurnalaspikom.org/index.php/aspikom/article/view/6

Bungin, Burhan.2006. Sosiologi Komunikasi – Teori Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi Masyarakat. Jakarta : Prenada Media Group..

Cahyadi Indrananto. Tesis. 2012. Pemimpin Daerah sebagai Agen (Dramaturgi

dalam Komunikasi Politik Wali Kota Solo Joko Widodo.

Deddi Mulyana. 2003. Metedologi Penelitian kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Deddy Mulyana. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Roemaja Rosdakarya.

George Ritzer. 2007. Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Holisoh, Lis Himmatul. 2013. Dramaturgi Pengemis Lanjut Usia di Surabaya.

Paradigma. Vol.01 No.03.

Jhonson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Lesmana, Gusti Ngurah Aditya. 2012. Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter

Terhadap Pembentukan Brand Attachment. Tesis. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Page 98: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

xiv

Margaret M. Polomo. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.Moleong, J Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Felix, MT Sitorus. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor:

Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu Sosial.

Narwoko dan Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:

Kencana Media Group.

Neuman W, Lawrence. ed. 7. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks.

Novi Anasari dan Pambudi Handoyo. 2015. Media Soial sebagai Panggung

Drama. Jurnal UNESA. Vol.03.

PS, Leonard Alnoin. 2016. Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri.

Skripsi Ilmu Komunikasi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. TeoriSosiologi (Dari Teori

Sosiologi Klasik SampaiPerkembangan Teori Sosiologi

Modern).Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Subagyo, P. Joko. 2004. Metode Penelitian DalamTeori dan Praktek. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Syamsir Alam dan Jaenal Aripin. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta:

UIN Jakarta Press.

Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor:

Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu Sosial.

https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-

pemakaian-medsos-orang-indonesia?pagr=1

Page 99: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

xv

www.mediapost.com

www.ruangguru.co.id/pengertian-media-sosial/

Page 100: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF

DRAMATURGI

(Studi Kasus Pengguna WhatsApp dan Instagram Kelompok Ibu-Ibu Seven

Squad di SD Ruhama)

Tahapan Penelitian:

1. Menentukan media sosial yang digunakan ibu-ibu Seven Squad

2. Ibu-ibu yang aktif menggunakan media sosial Instagram dan Whatsapp

(informan)

A. IDENTITAS INFORMAN

1. Nama

2. Jenis kelamin

3. Umur

4. Pekerjaan

B. PERTANYAAN PENELITIAN

1. UNTUK INFORMAN KUNCI TENTANG PANGGUNG DEPAN

DAN PANGGUNG BELAKANG SERTA INTERAKSI SOSIAL

DALAM MASYARAKAT

a) Sudah berapa lama ibu menggunakan media sosial?

b) Jenis media sosial apa saja yang ibu gunakan?

c) Hal apa saja yang biasa ibu bagikan atau tampilkan diberanda media

sosial ibu?

d) Bagaimana perilaku dan gambaran secara fisik yang ditunjukkan di

media sosial (foto atau bahasa yang digunakan)?

e) Bagaimana interaksi yang ibu bangun di dalam media sosial? (antara

followers)

Page 101: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

f) Bagaimana gaya bahasa (kata-kata) yang ibu gunakan saat aktif di

media sosial?

g) Apakah jika ibu ingin meng-upload sebuah foto harus menggunakan

kata-kata yang bagus dan memilih foto terbaik yang ibu punya?

h) Apa saja kegiatan ibu di media sosial tersebut? Apa untuk

mengekspresikan perasaan, hobi, atau hanya sekedar iseng?

i) Seberapa besar perbedaan diri ibu antara di media sosial dengan

kehidupan sehari-hari yang sebenarnya?

j) Bagaimana ibu mengelola akun-akun media sosial ibu setiap harinya?

k) Apa alasan utama ibu menggunakan media sosial ?

l) Adakah perbedaan gaya bicara, bahasa, berpakaian atau ekspresi wajah

di media sosial dah kehidupan di luar media sosial ibu?

m) Bagaimana karakter yang ibu tampilkan ketika bersosialisasi/ berada di

lingkungan keluarga dan teman-teman? Di media sosial?

n) Seperti apa penampilan ibu ketika berada dikehidupan nyata?

o) Adakah aktifitas lain yang ibu lakukan selain dari apa yang ibu

unggah?

p) Apakah ibu membawa kebiasaan saat berinteraksi di media sosia ke

kehidupan nyata atau sebaliknya?

q) Kesan seperti apa yang ingin ibu tampilkan di media sosial?

r) Seberapa besar perbedaan antara kehidupan ibu di media sosial dan

dikehidupan sehari-hari?

s) Apakah ada atribut khusus yang digunakan sebagai identitas diri ibu?

t) Suka ada komentar dari orang yang nggak di kenal terus sok akrab

sama sok tahu gitu nggak? Bagaimana sikap ibu dalam menanggapi hal

tersebut?

u) Kalau orang-orang melihat ibu sesuai dengan ekspektasi yang ibu

tunjukkin di media sosial, bagaimana perasan ibu?

Page 102: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

2. PERTANYAAN UNTUK INFORMAN PENDUKUNG TENTANG

PANGGUNG BELAKANG INFORMAN UTAMA

a) Sudah berapa lama ibu menggunakan media sosial?

b) Jenis media sosial apa saja yang ibu gunakan?

c) Bagaimana tanggapan ibu tentang ibu Vinni dan Ibu Alin, mereka itu

aslinya bagaimana?

d) Seberapa banyak perbedaan kehidupan mereka berdua antara di media

sosial dan di kehidupan aslinya?

e) Apakah masyarakat di lingkungan dan pengikut mereka di media

sosial percaya kalau sikap atau sifat asli mereka seperti yang mereka

tampilkan di media sosialnya?

Page 103: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

Lampiran 2

Transkip Wawancara 1

Informan Utama

Nama Informan : Alin

Umur : 38

Jenis Kelamin : Perempuan

No. Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama ibu

menggunakan media sosial?

Aku udah lama ya pakai media sosial kira-

kira 15 tahunan ya, karena dulunya saya

anak organisasi jadi ya harus update terus

ya.

2. Jenis media sosial apa saja

yang ibu gunakan?

Media sosial yang saya pakai sekarang itu

instagram, facebook, whatsapp, telegram,

line sama path.

3. Hal apa saja yang biasa ibu

bagikan atau tampilkan di

beranda media sosial ibu?

Yang sering di post itu ya biasanya yang

nggak asal-asalan kayak foto kelas saya

senam itu saya nggak upload karena takut

ada yang nggak suka ya. Paling sering sih ya

sama temen akrab keluarga, sama suami,

anak-anak saya juga sering, ya aktivitas

sehari-hari aja. Kalau saya selfie itu banyak

yang komen-komen gitu

4. Bagaimana perilaku dan

gambaran secara fisik yang

ditunjukkan di media sosial

(foto atau bahasa yang

digunakan)?

Kalau saya apa yang saya suka saya upload,

saya juga harus mikir caption gitu kan kalau

mau upload foto, kata-kata apa nih yang

sesuai dengan foto itu saya jarang upload

kalau gak pake keterangan kayak kata atau

Page 104: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

emoji gitu pasti saya cari dulu. Harus ada

artinya gitu ya nggak asal jadi saya pake

kata-kata yang bijak gitu.

5. Bagaimana interaksi yang

ibu bangun di dalam media

sosial? (antara followers)

Selama ini si bagus yaa, lebih cenderung

baik ya bisa saling tahu keberadaan mereka

kayak gimana, nyambung tali silaturahmi

gitu. Saya bukan tipe orang yang suka

membalas komen ya saya mau dilihat

pendiam atau kalem aja gitulah ya. Terserah

mereka ya mandang saya itu kayak gimana.

6. Bagaimana gaya bahasa

(kata-kata) yang ibu

gunakan saat ibu aktif di

media sosial?

Saya tetep menggunakan gaya bahasa

sesederhana mungkin yang nggak terlalu

bertele-tele. Saya nggak suka yang terlalu

terbuka kalau di media sosial jadi saya di

media sosial itu kalem ya.

7. Apakah jika ibu ingin meng-

upload sebuah foto harus

menggunakan kata-kata yang

bagus dan memilih foto

terbaik yang dipunya?

Kalau kata-kata iya kalau foto-foto nggak,

foto sesuka saya aja mau upload apa.

8. Apa saja kegiatan ibu di

media sosial tersebut? Apa

untuk mengekspresikan

perasaan, hobi, atau hanya

sekedar iseng?

Kebanyakan sih promosi kerjaan ya karena

saya punya bisnis kan ya. Sama foto-foto

keluarga kalau sama saya lagi jalan-jalan

gitu. Buat tambah pertemanan juga jaga tali

silaturahmi. Saya pake media sosial itu biar

saya keliatan kalau saya ini ada gitu biar

nggak ketinggalan jaman juga lah, jangan

kalah sama anak muda. Untuk

mengekspresikan perasaan sih nggak paling

kayak ngasih tau kesukaan saya iya.

Page 105: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

9. Seberapa besar perbedaan

diri ibu antara di media

sosial dengan kehidupan

sehari-hari yang sebenarnya?

Kalau di media sosial atau di luar itu saya

harus tampil cantik gitu pokoknya

memaksimalkan penampilan gitu. Kalau di

rumah mah saya lebih suka pake daster atau

celana pendek aja gitu.

10. Bagaimana ibu mengelola

akun-akun media sosial tante

setiap harinya?

Kalau yang aku kenal aja, walaupun Cuma

kenal biasa tapi kalau aku kenal aku terima.

Tapi kadang juga suka nerima orang yang

nggak dikenal juga tapi jarang.

11. Apa tujuan utama ibu

menggunakan media sosial ?

Tujuan utama ya buat promosi bisnis saya

itu biar orang-orang pada tahu.

12. Adakah perbedaan gaya

bicara, bahasa, berpakaian

atau ekspresi wajah di media

sosial dan kehidupan di luar

media sosial ibu?

Berpakaian, berekspresi iya ada bedanya di

media sosialkan nggak enak kalau masang

muka sedih atau kesel, jadi harus milih foto

yang seneng-seneg gitu, pas lagi senyum

biar keliatan bahagia. Dari pakaian juga kalo

di rumah saya suka pakai daster tapi kalau

buat upload atau di lingkungan rumah saya

pakai baju yang bagus lah.

13. Bagaimana karakter yang ibu

tampilkan ketika

bersosialisasi /berada di

lingkungan keluarga dan

teman-teman?

Beda ya karakter saya, kalau di media sosial

itu saya kebanyakan ngomong manis ya

karena saya memang harus menampilkan

itu.

14. Seperti apa penampilan ibu

ketika berada dikehidupan

nyata?

Kalau di kehidupan sehari-hari saya nggak

pernah dandan jadi polos aja gitu beda sama

di media sosial yang harus mikirin

penampilan biar keliatan bagus ya.

Sebenernya nggak nyaman tapi ya emang

harus karena pada dasarnya saya bukan tipe

Page 106: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

orang yang suka dandan.

15. Adakah aktifitas lain yang

ibu lakukan selain dari apa

yang tante upload?

Saya punya bisnis percetakan ya

16. Apakah ibu membawa

kebiasaan saat berinteraksi di

media sosia ke kehidupan

nyata atau sebaliknya?

Buat saya pribadi kalau di media sosial saya

nggak bisa sembarangan ya karena saya juga

mikirin. Jadi saya itu di media sosial jaga

image beda sama di kehidupan sehari-hari

yang nyablak kalau ngomong.

17. Kesan seperti apa yang ingin

ibu tampilkan di media

sosial?

Kalau saya sih selalu mejaga perkataan saya

ya jangan sembarangan jadi untuk followers

saya, saya selalu menggunakan kata-kata

yang baik. Lebih tepatnya kalem ya saya

mau follower saya itu ngeliat saya itu yang

biasa aja, kalem, bijak, baik gitu sih.

18. Seberapa besar perbedaan

antara kehidupan ibu di

media sosial dan

dikehidupan sehari-hari?

Beda jauh ya kayak yang saya bilang

sebelumnya kalau di media sosial saya harus

hati-hati ya jangan sampe pengikut saya

ngeliat saya kayak gimana aslinya.

19. Apakah ada simbol-simbol

khusus yang digunakan

sebagai identitas diri ibu (ciri

khas)?

Nggak ada sih ya kalau barang gitu paling

ya selalu senyum gitu kalau sifat.

20. Suka ada komentar dari

orang yang nggak di kenal

terus sok akrab sama sok

tahu gitu nggak? Bagaimana

sikap ibu dalam menanggapi

hal tersebut?

Cuek aja sih kalau aku ya selama komennya

nggak merugikan diri aku. Kalau udh

kelewatan aling aku kirim DM ke instagram

mereka gitu.

Page 107: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

Transkip Wawancara 2

Informan Utama

Nama Informan : Vinni

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

No. Pertanyaan Jawaban

1. Jenis media sosial apa saja yang

digunakan?

Whatsapp, instagram, facebook, sama

line.

2. Sudah berapa lama ibu

menggunakan media sosial?

Udah lama ya lupa kapannya tapi

yang jelas udah lama.

3. Hal apa saja yang biasa ibu bagikan

atau tampilkan di beranda media

sosial ibu?

paling ya cuma foto, foto aku sendiri,

sama anak, keluarga sama temen-

temen juga tapi ya paling sering foto

sendiri.

4. Bagaimana perilaku dan gambaran

secara fisik yang ditunjukkan di

media sosial (foto atau bahasa yang

digunakan)?

Selalu bahagia pokoknya aku selalu

upload foto yang ceria nggak ada

sedih-sedihan.

5. Bagaimana interaksi yang ibu

bangun di dalam media sosial?

(antara followers)

Ya suka baca komen-komen dari

mereka kalau ada komen yang kurang

baik atau kritik gitu ya diterima

selama kritikannya juga membangun

ya.

6. Bagaimana gaya bahasa (kata-kata)

yang ibu gunakan saat ibu aktif di

media sosial?

Yang simpel-simpel aja paling

ekspresi wajah aja ya yang aku

perhatiin. Aku juga jarang upload foto

pake caption gitu. Share lokasi itu

pasti yaa kalau mau up foto.

Page 108: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

7. Apakah jika ibu ingin meng-upload

sebuah foto harus menggunakan

kata-kata yang bagus dan memilih

foto terbaik yang ibu punya?

Jarang pake kata-kata sih ya jadi ya

up foto aja orang juga udah tau kan.

Kalau foto ya apa yang mau aku

share ya aku share.

8. Apa saja kegiatan ibu di media

sosial tersebut? Apa untuk

mengekspresikan perasaan, hobi,

atau hanya sekedar iseng?

Ya karena pengen aja kalau upload

foto, ya kamu lihat aja di instagram

ibu gimana foto-fotonya. Kalau lagi

senang aku pasti up foto

9. Seberapa besar perbedaan diri tante

antara di media sosial dengan

kehidupan sehari-hari yang

sebenarnya?

Kalau sehari-hari gimana ya, aku

paling sering sama anak-anak ya

selayaknya ibu-ibu biasa ajalah gitu

kalau di rumah ya pake celana pendek

nggak dandan jelek juga nggak apa-

apa. Aku lebih pendiam sih ya kalau

di kehidupan asli gitu lebih keliatan

tenang.

10. Bagaimana ibu mengelola akun-

akun media sosial setiap harinya?

Biasa yaa upload foto juga nggak

sering-sering banget paling Cuma

nge-like foto orang liat komentar gitu

aja.

11. Apa tujuan utama ibu

menggunakan media sosial ?

Biar banyak temen lah ya jaga

silaturahmi juga, aku juga pengen

dilihat sebagai orang yang beda di

media sosial.

12. Adakah perbedaan gaya bicara,

bahasa, berpakaian atau ekspresi

wajah di media sosial dah

kehidupan di luar media sosial ibu?

Sama aja sih ya soalnya aku kan juga

jarang pake caption gitukan kalau di

media sosial. Ekspresi kayak yang

aku bilang tadi beda.

13. Bagaimana karakter yang ibu

tampilkan ketika

Untuk sekarang saya ingin dilihat

sebagai Vinni yang baru Vinni yang

Page 109: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

bersosialisasi/berada di lingkungan

keluarga dan teman-teman?

sar’i ceria tanpa beban tetep ya.

14. Seperti apa penampilan ibu ketika

berada dikehidupan nyata?

Lebih tenang sama nggak begitu

ekspresif.

15. Adakah aktifitas lain yang ibu

lakukan selain dari apa yang ibu

upload?

Jemput anak-anak sekolah aja nggak

ada kegiatan lain, paling ya

sampingannya jalan sama temen gitu

aja

16. Apakah ibu membawa kebiasaan

saat berinteraksi di media sosia ke

kehidupan nyata atau sebaliknya?

Nggak sih sama aja cuma ya pasti ada

bedanya antara aku di media sosial

sama di kehidupan nyata

17. Kesan seperti apa yang ingin ibu

tampilkan di media sosial?

Aku mau orang-orang ngeliat akau

sebagai orang yang ceria aja sih tanpa

tahu keadan aku yang sebenarnya ya.

Jadi mereka kalau ngeliat juga ikutan

seneng gitu.

18. Seberapa besar perbedaan antara

kehidupan ibu di media sosial dan

dikehidupan sehari-hari?

Aku itu misterius aslinya udah gitu.

19. Apakah ada simbol-simbol khusus

yang digunakan sebagai identitas

diri tante (ciri khas)?

Berhijab harus berhijab full sekarang.

Sama itu yang tadi aku bilang lebih

ekspresif.

Transkip Wawancara 3

Informan Utama

Nama Informan : Ade

Umur : 38

Jenis Kelamin : Perempuan

Page 110: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

No. Pertanyaan Jawaban

1. Sudah berapa lama ibu

menggunakan media sosial.?

Udah lama dari tahun 2010 ya 7 tahunan lah,

bbm juga pake tapi sekarang udah nggak..

2. Jenis media sosial apa saja

yang ibu gunakan?

Facebook, whatsapp, instagram

3. Hal apa saja yang biasa ibu

bagikan atau tampilkan di

beranda media sosial ibu?

Kalau lagi jalan-jalan, shoping, makan pasti

update di WA atau nggak instagram, foto-

foto gitu lah kadang juga suka update kata-

kata gitu. Selfie gitu lebih ke diri sendiri aja

sih.

4. Bagaimana perilaku dan

gambaran secara fisik yang

ditunjukkan di media sosial

(foto atau bahasa yang

digunakan)?

Aku mah mau nampilin diri aku yang ceria,

seneng mulu gitu nggak mau yang namanya

galau-galau atau sedih-sedihan gitu. Waktu

sakit aku juga sering unggah tapi bukan

muka cuma infusan atau obatnya aja.

Pokoknya kalau lagi sakit sama lagi seneng

aja. Sama itu kalau lagi kesel sama orang

suka ngepost kata-kata judes gitu, nyindir

secara halus lah. Kalau aku post foto yang

infusan kan banyak yang dateng tuh

jengukkan pada di bawain makanan banyak.

Bahasa yang dipake ya biasa aja gitu ya itu

tadi aja kalau lagi nyindir orang bahasanya

agak kasar gitu.

5. Bagaimana interaksi yang

ibu bangun di dalam media

sosial? (antara followers)

Komunikasi aku lancar ya di akun media

sosial aku tuh, jadi yang udah lama nggak

ketemu bisa ngobrol lagi, cerita-cerita

ngasih saran gitu. Nagih utang juga aku di

facebook. Mereka itu mengenal saya itu

sebagai orang yang baik jadi kita itu saling

Page 111: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

mendukung.

6. Bagaimana gaya bahasa

(kata-kata) yang ibu

gunakan saat aktif di media

sosial?

Kata-kata-nya biasa aja ya kayak kamu

kalau nulis status gimana pakai bahasa

sehari-hari gitu kan. Yang seneng-seneng aja

gitu kata-katanya.

7. Apakah jika ibu ingin meng-

upload sebuah foto harus

menggunakan kata-kata yang

bagus dan memilih foto

terbaik yang ibu punya?

Nggak selalu biasa-biasa aja, paling post

foto pake kamera beauty plus. Tapi kadang

foto jelek juga di post.

8. Apa saja kegiatan ibu di

media sosial tersebut? Apa

untuk mengekspresikan

perasaan, hobi, atau hanya

sekedar iseng?

Post foto tentang apapun kegiatan aku, mau

itu aku lagi jalan-jalan, dikasih oleh-oleh,

screenshoot chat-an sama temen itu di post

semua. Pas waktu tante suntik kaki juga

tante post biar orang-orang pada tahu. Hobi

pasti kan hobi tante shoping sama

makan/kulineran jadi pasti tante post jadi

intinya tante share apapun yang tante lakuin

lah. Kalau aku dikasih cincin, jam, atau tas

gitu pati aku post biar orang-orang tahu

juga.

9. Seberapa besar perbedaan

diri ibu antara di media

sosial dengan kehidupan

sehari-hari yang sebenarnya?

Kalau di media sosial atau di luar itu aku

harus tampil cantik gitu pokoknya

memaksimalkan penampilan tante gitu.

Kalau di rumah aku kayak pembantu gitu

pakai daster doang sisiran juga jarang udah

kayak mbak-mbak gitu.

10. Bagaimana ibu mengelola

akun-akun media sosial ibu

setiap harinya?

Kalau yang aku kenal aja, walaupun cuma

kenal biasa tapi kalau aku kenal aku terima.

Page 112: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

11. Apa alasan utama ibu

menggunakan media sosial ?

Biar tante bisa kenal sama semua orang gitu,

biar nggak ketinggalan jaman sama biar bisa

komunikasi sama orang yang jauh, orang

yang lama nggak ketemu terus sama buat

mengekspresikan diri tante sendiri.

12. Adakah perbedaan gaya

bicara, bahasa, berpakaian

atau ekspresi wajah di media

sosial dah kehidupan di luar

media sosial ibu?

Kalau dirumah nggak berani foto soalnya ya

itu bener-bener polos. Kalau ngomong

nyablak banget aslinya kadang suka keluar

kata-kata yang nggak pantes gitu tapi kalau

di media sosial mah alim gitu.

13. Bagaimana karakter yang ibu

tampilkan ketika

bersosialisasi/ berada di

lingkungan keluarga dan

teman-teman? Di media

sosial?

Orang baik, tante selalu ingin menampilkan

image itu terlepas aku itu orang baik atau

bukan tapi aku berusaha menampilkan itu

kesemua orang yang tante kenal. Selain itu

aku mau nunjukin kalau aku itu orang

mampu gitu nggak tahu ya seneng aja gitu

kalau orang yang nggak tau aku bilang

kayak, ihh mbak ade enak ya jalan-jalan

mulu statusnya, duitnya banyak lagi belanja

barang-barang mewah mulu gitu. Aku

seneng di perhatiin juga jadi foto lagi sakit

juga aku suka unggah.

14. Seperti apa penampilan ibu

ketika berada dikehidupan

nyata?

Kayak mbak-mbak gitu jelek banget lah

pokoknya.

15. Adakah aktifitas lain yang

ibu lakukan selain dari apa

yang ibu unggah?

Nggak sih apa yang aku lakuin pasti selalu

aku post kecuali kalau lagi ada masalah

keluarga atau sedih gitu nggak.

16. Apakah ibu membawa

kebiasaan saat berinteraksi di

Ngomong cablak sama oon. Kadang suka

kebawa padahal image yang pengen tante

Page 113: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

media sosia ke kehidupan

nyata atau sebaliknya?

tampilin kan gak kayak gitu ya tapi kadang

suka keceplosan aja.

17. Kesan seperti apa yang ingin

ibu tampilkan di media

sosial?

Aku mau nunjukin aja ke orang-orang kalau

aku ini ekspresif terus ceria gitu, yang nggak

pernah sedih, bahagia terus aja gitu

diliatnya, aku juga mau diliat kalau aku juga

orang ada gitu jadi aku nggak bisa diremehin

gitu. Orang tau kalau aku tuh orang yang

berada, tercukupi, hidup aku enak yaa gitu

lah.

18. Seberapa besar perbedaan

antara kehidupan ibu di

media sosial dan

dikehidupan sehari-hari?

Beda banget, bedanya lebih ke bahasa sama

ke penampilan aku aja.

19. Apakah ada atribut khusus

yang digunakan sebagai

identitas diri ibu?

Ciri khas aku selalu tampil cantik di setiap

foto terus sama kaca mata. Sama yaa itu

yang kamu bisa liat sendiri di insta ibu, foto-

foto tas, jam tangan, teRus jalan-jalan,

makan-makan yaa gitu.

20. Suka ada komentar dari

orang yang nggak di kenal

terus sok akrab sama sok

tahu gitu nggak? Bagaimana

sikap ibu dalam menanggapi

hal tersebut?

Sering, banyak malah kadang kalau mereka

udah kelewatan bawa-bawa masalah pribadi

atau gimana gitu suka akau langsung blokir

biar nggak ngerocos mulu. Sama kalau ada

oarang yang udah terlajur tahu ibu aslinya

gimana juga ibu blokir soalnya suka lemes

mulutnya.

21. Kalau orang-orang melihat

ibu sesuai dengan ekspektasi

yang ibu tunjukkin di media

sosial, bagaimana perasan

Senenglah yaa berarti aku berhasil, ada rasa

puas aja gitu sih contohnya kayak kalau

mereka bilang aku orang kaya gitu yaudah

aku juga seneng. Tapi ada gak enaknnya

Page 114: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

ibu? juga sering diutangin sama orang karena

mereka liat ibu kayak ada selalu punya uang

gitu.

22. Apakah semua barang-

barang-barang atau

perhiasan yang ibu unggah

di media sosial itu milik

ibu.?

Nggak semua barang yang saya upload itu

koleksi saya, ada yang minjem punya temen itu

kalau yang harganya mahal saya belum bisa beli

jadi saya pinjem, nggak ada yang tahu juga kan.

Banyak juga perhiasan yang saya punya itu

dikasih bukan beli pakai uang saya sendiri

Transkip Wawancara 4

Informan Pendukung

Nama Informan : Yani

Umur : 38

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Sudah berapa lama ibu menggunakan media sosial?

Jawab: Saya ada medsos itu tujuh tahun tapi kalau yang aktif banget baru-

baru aja sih kira-kira emapat tahunan.

2. Jenis media sosial apa saja yang ibu gunakan?

Jawab: Yang aktif sih cuma di instagram, whatsapp sama facebook ya.

3. Bagaimana tanggapan ibu tentang ibu Vinni dan Ibu Alin, mereka itu aslinya

bagaimana?

Page 115: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

Jawab: Mereka aslinya itu bertolak belakang sama yang ada di media

sosialnya. Kalau Aline itu orangnya cerewet banget aslinya, jarang dandan,

kalau ngomong itu nyablak banget terus heboh gitu kalau udah ngumpul. Beda

banget sama di medsosnya dia yang cantik, rapih, kalau nulis caption bijak

terus sok manis gitu. Kalau si Vinni jauh pake banget ini sih Vinni itu

lumayan tertutup sebenernya, diantara kita bertujuh aku yang paling deket

dan yang paling sering diajak cerita, sama yang lain jarang walaupun kita

tiap hari bareng. Paling irit ngomong tapi suka bercanda juga, orangnya

nggak kaku tapi ya emang agak pendiam aja. Kalau di media sosial kan

keliatan ceria,bahagia gitu tapi aslinya mah dia nggak gitu bnyak nyimpen

rahasia yang orang lain nggak tau pokoknya. Kalu masalah pakaian di

rumah ya biasa aja gitu lebih suka pake celana pendek sama daster

4. Seberapa banyak perbedaan kehidupan mereka berdua antara di media sosial

dan di kehidupan aslinya?

Jawab: beda banget yaa kayak yang saya bilang tadi kalau di rumah atau

kalau ada kita-kita aja mereka pada biasa aja pakaian juga seadanya, ketawa-

ketiwi, bercanda ngomong suka nggak dikontrol asal ceplos aja pokoknya

nggak ada yang jaga image gitu lah. Kentut sembarangan padahal kita lagi

makan tuh sering banget (sambil tertawa). Kita juga ada yang ngatur bagian-

bagian apa ya yang harus di unggah Kalau yang nyediain barang itu biasanya si

Indah kalau nggak Yuli, mereka paling lengkap sih koleksi barang-barang branded

nya jadi kalau si Ade belum punya suka dipinjemin dia malah jarang make barang-

barangnya.

Page 116: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

5. Apakah masyarakat di lingkungan dan pengikut mereka di media sosial

percaya kalau sikap atau sifat asli mereka seperti yang mereka tampilkan di

media sosialnya?

Jawab: Nggak akan ada yang percaya kalau ibu Vinni itu orang yang nggak

ekspresif terus lumayan agal tertutup juga. Pasti kalau di lingkungan

tetangganya mereka nganggep Vinni kayak yang mereka liat di instagramnya.

Kelihatannya ceria, nggak banyak masalah, nggak ada beban gitu. Saya kalau

bukan sahabatnya juga nggak bakal tahu kalau sebenearnya sifat dia beda jauh

sama di medsosnya, saya bakal percaya kalau Vinni ya begitu orangnya.

kalau Alin, dia begitu karena jaga nama suaminya juga mungkin ya. Suaminya

itukan orang yang cukup dipandang gitu di lingkunggannya jadi sikap dia juga

berpengaruhkan. Harus jaga kelakuan kayak yang dia tampilin di medsosnya

padahal ya kak aslinya itu nyablak sama bodo amat orangnya.

Transkip Wawancara 5

Informan Pendukung

Nama Informan : Vina

Umur : 38

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Jenis media sosial apa saja yang ibu gunakan?

Page 117: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

Jawab: kalau yang paling aktif instagram sama wahatsapp. Twitter jarang

kalau lagi mau aja.

2. Sudah berapa lama ibu menggunakan media sosial?

Jawab: ada mungkin lima tahunan ya yang bener-bener aktif itu

3. Bagaimana tanggapan ibu tentang ibu Ade, mereka itu aslinya bagaimana?

Jawab: Dia kalo di rumah ya gitu kayak gembel, rambut acak-acakan, sering

nggak mandi kalo pake baju yaa seadanya aja gitu baju bolong juga dia pake

kalo di rumah mah polosan bgt gitu lah pokoknya. Terus kalau kakak sering

liat statusnya Ade suka pamer-pamer barang gitu kan, jangan kaget ya kak

emang dia orangmya begitu. Apalagi kalau mau manas-manas orang barang

punya temen-temenya juga dipinjem buat di foto terus post deh. Kita-kita mah

udah hafal.

4. Seberapa banyak perbedaan kehidupan mereka antara di media sosial dan di

kehidupan aslinya? Apakah masyarakat di lingkungan dan pengikut mereka di

media sosial percaya kalau sikap atau sifat asli mereka seperti yang mereka

tampilkan di media sosialnya?

Jawab: jadi gini ya kak Saya sebagai sahabat mereka ya mendukung aja

mereka mau gimana di media sosial selama itu nggak merugikan orang lain

ya. Saya bukan saya aja sih kita semua di grup ini ngejaga satu sama lain,

kita udah tahu kebobrokan masing-masing dari kita itu gak masalah asal

orang lain nggak ada yang tahu. Kadang kalau misal ada yang nanya Ade

atau Vinni itu beneran kayak yang ada di medsos itu nggak, pasti saya

jawab iya, pokoknya ceritain ke orang-orang hal yang baik-baik tentang

Page 118: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

mereka. Sebaliknya juga gitu mereka ngelakuin hal yang sama kayak saya

gitu. Terus masih banyak yang suka pinjem uang sama Ade atau Vinni

soalnya kan mereka ngeliat si Ade setiap minggu pasti jalan, belanja-

belanja, makan-makan terus di post di instagram atau Wa, ya orang pasti

ngiranya mereka banyak uang aja padahal uang mereka nggak sebanyak

yang orang pikir atau lihat. Kalau si Alin dia disegani gitu sih di

lingkungan rumahnya karena pengaruh suami dan ya citranya dia di medsos

itu.

Transkip Wawancara 6

Respon Penonton atau Masyarakat

Nama Informan : TU

Umur : 38

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Sudah berapa lama ibu menggunakan media sosial?

Jawab: ada mungkin tujuh tahunan ya yang bener-bener aktif itu

2. Jenis media sosial apa saja yang ibu gunakan?

Jawab: kalau yang paling aktif instagram sama wahatsapp. Twitter jarang

kalau lagi mau aja.

3. Bagaimana tanggapan ibu tentang ibu Ade dan ibu Alin di media sosial

mereka?

Page 119: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

Jawab: Ade itu enak ya hidupnya, kalau dilihat dari status atau foto-fotnya sih selalu

happy, jalan-jalan, shopping, kayak nggak pernah susah gitu. Yang jelas orang berduit

lah ya, kalau di sini sama tetangga-tetangganya juga royal dia tuh suka jajanin nanti

ngasih oleh-oleh kalau ada iuran juga selalu ngasih gede uangnya. Baik kok Ade

orangnya baik. Kalau si Vinni, Vinni itu orangnya ramah, sering senyum, adem, ceria

juga ya sama gitu kayak yang sering dia tampilin di instagramnya. Kamu liat aja di

instagramnya ya kayak gitu dia yang saya kenal.

Transkip Wawancara 7

Respon Penonton atau Masyarakat

Nama Informan : MG

Umur : 38

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Sudah berapa lama ibu menggunakan media sosial?

Jawab: lima tahunan ada kali ya nggak merhatiin juga saya

2. Jenis media sosial apa saja yang ibu gunakan?

Jawab: paling sering sih di WA sama instagram yaa

3. Bagaimana tanggapan ibu tentang ibu Vinni dan Ibu Alin, mereka itu aslinya

bagaimana?

Jawab: Kalau si Ade sih enak ya, banyak duit. Aku sering liat tuh di updatean

dia, jalan-jalan mulu kerjaannya, terus shopping, makan-makan di luar terus

Page 120: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

loyal juga sih kalau sama ibu-ibu wali murid lain. Ya emang Ade orangnya

kayak gitu. Kalau si Vinni, Saya pernah mikir gini, si Vinni ini beneran kayak gitu

nggak sih aslinya atau jangan-jangan cuma pencitraan doang. Tapi ya itu kalau

kesehariannya pas ngobrol sama saya atau lagi ada pertemuan wali murid ya emang

begitu orangnya, lepas aja gitu nggak ada beban, auranya juga happy.

Page 121: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …

Lampiran 3

Foto-Foto Informan di Media Sosial

Page 122: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …
Page 123: INTERAKSI SOSIAL DI MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF …