34
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI INFILTRASI & KURVA INFILTRASI MODEL HORTON Oleh: Rahmania Dwi Aini A1H014007

infiltrasi dan kurva infiltrasi model horton

Embed Size (px)

DESCRIPTION

infiltrasi dan kurva infiltrasi model horton

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMHIDROLOGIINFILTRASI & KURVA INFILTRASI MODEL HORTON

Oleh:Rahmania Dwi AiniA1H014007

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangSalah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diketahui adalah laju infiltrasi tanah, infiltrasi tanah, yaitu kecepatan maksimum masuknya air secara vertical ke dalam profil suatu tanah. Berdasarkan definisi ilmiahnya, pengertian infiltrasi tanah adalah proses pergerakan masuknya air ke dalam lapisan tanah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi, gerakan kapiler, dan porositas tanah (USDA, 1998). Data laju infiltrasi dapat dimanfaatkan untuk menduga kapan suatu limpasan permukaan (run off) akan terjadi apabila suatu jenis tanahtelah menerima sejumlah air tertentu, baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari suatu tandon air di permukaan tanah. Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur dan struktur tanah, kelembaban tanah awal, kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan tebal serasah, tipe vegetasi tumbuhan dan tumbuhan bawah (Asdak, 1995). Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuk atau meresapnya air dari atas permukaan tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap ke dalam tanah maka kadar lengas tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas lapang air yang masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah yang lebih rendah energi potensialnya sehingga mendorong terjadinya aliran antara (interflow) dan aliran bawah permukaan lainnya (base flow). Air yang berada pada lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak ke segala arah (ke samping dan ke atas) dengan gaya kapiler atau dengan bantuan penyerapan oleh tanaman melalui tudung akar. Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk kedalam tanah dalam suatu periode. waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada suatu tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada saat tertentu laju infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju perkolasi.Kurva kapasitas merupakan hubungan antara kapasitas infiltrasi dengan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah terjadinya hujan.Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadi nya hujan ,akan tetapi semakin lama kapasitas nya maka akan mencapai penurunan hingga mencapai titik konstan. Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, kelembapan tanah, kompaksi, penumpukan bahan liatan, tekstur tanah, struktur tanah.Menurut knaap(1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi dapat dilakukan dengan tiga cara: (1) Inflow-outflow (2) Analisis data hujan dan hidrograf (3) Double ring inflometer. Dari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan pengukuran infiltrasi dilapangan yaitu dengan menggunakan doble ring inflometer.double ring infiltometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.

B. TujuanAdapun tujuan praktikum ini adalah :1. Melatih mahasiswa agar mengetahui peralatan dan cara kerja pengukur infiltrasi.2. Melatih mahasiswa agar mengetahui cara pengukuran infiltrasi.3. Mahasiswa mampu menentukaan nilai parameter infiltrasi : fo, fc, dan K.4. Mahasiswa mampu menetapkan persamaan penduga dan membuat kurva infiltrasi model horton.5. Mahasiswa dapat menghitung volume infiltasi total selama waktu (t) tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKAInfiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah (Jury dan Horton, 2004). Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu periode infiltrasi. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah (Haridjaja, Murtilaksono dan Rachman, 1991).Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969dalamJury dan Horton, 2004). Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground water) (Jury dan Horton, 2004).Kurva kapasitas merupakan hubungan antara kapasitas infiltrasi dengan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah terjadinya hujan.Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadi nya hujan ,akan tetapi semakin lama kapasitasnya maka akan mencapai penurunan hingga mencapai titik konstan.Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: (1) Kelembapan tanah, (2) Kompaksi, (3) Penumpukan bahan liatan, (4) Tekstur tanah, (5)Struktur tanahMenurut knaap(1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi dapat dilakukan dengan tiga cara yakni: (1) Inflow-outflow, (2) Analisis data hujan dan hidrograf, (3) Double ring inflometerDari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan pengukuran infiltrasi dilapangan yaitu dengan menggunakan double ring inflometer. Double ring infiltometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain pengukuran yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah dicari,inilah yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan.

Persamaan kurva kapasitas infiltrasi ( Infiltration Capacity Curve ) yang dikemmukakan Horton adalah sebagai berikut:f=fc +(f0- fc)e- ktKeterangan:f = laju infiltrasi pada waktu t (cm/jam)fc =kapasitas infiltrasi pada waktu t (cm/jam)f0 =kapasitas infiltrasi awal pada t=0 (cm/jam)t =waktu terhitung mulainya hujan K =konstanta e = 2,713Untuk memperoleh persamaan konnstanta K untuk melengkapi persamaan kurva kapasitas infiltrasi, maka persamaan Horton diolah sebagai berikut:f = fc + (f0-fc) e-Ktf-fc = (f0-fc) e-KtDilogaritmakan sisi kiri dan kanan,log (f-fc) = log (f0-fc) e-Kt atau,log (f-fc) = log (f0-fc)-Kt log elog (f-fc) - log (f0-fc)= -Kt log emaka,t = (-1/(K log e)) [log (f-fc) log (f0-fc)]t =(-1/(K log e)) log (f-fc)+ (1/(K log e)) log (f0-fc)

Menggunakan persamaan umum linier, y = m X + C, sehingga y = tm = (-1/(K log e))X = log (f-fc)C = (1/(K log e)) log (f0-fc)Mengambil persamaan, m = -1/(K log e), makaK = -1/(K log e) atau K = -1/(m log 2,718)Atau K = -1/10,434 m, dimana m = gradient.

III. METODOLOGI PRKTIKUMA. Alat dan Bahan1. Double Ring Infiltrometer2. Ember3. Mistar/Penggaris4. Stopwatch5. Alat Tulis6. Komputer/Laptop7. Microsoft ExcelB. Cara Kerja1. Pilih daerah yang mewakili utuk diukur.2. Catat tentang:a. Bekas pelapukan.b. Berbongkh berkerak atau retak.3. Pasang tabung infilometer tegak lurus permukaan tanah dengan kdalaman 10 cm. dalam pemasaangan ini diusahakan jangan sampai merusak kondisi permukaan tanah.4. Pasang silinder pelindung dengan kedlaman 5 cm.5. Isi bagian luar (bagian pelindung) dengan air sampai setinggi 5 cm dan dipertahankan mempunyai kedalaman tetap selama pengukuran.6. Isi bagian silinder pengukur dengan air, cara pegisian harus hati-hati jangan sampai merusak lapiran tanah. Isi silinder pengukur sesuai dengan kedalaman yag dikehendaki.7. Catat jam dan waktu pengukuran.8. Awasi penurunan air dengan interval tertentu (lihat table pengamatan infiltrasi). Pengamatan dilakukan sampai infiltrasi hamper konstan.9. Membuat table seperti ini :Waktu (t)(jam)Kapasitas infiltrasi (f) (cm/jam)fcf-fclog(f-fc)

10. Buat tabel dan input data kedalam program Microsoft excel.11. Persamaan linier regensi y = M x + C atau y = t dan X = log (f-fc). Dengan memplot hubungan t dal log (f-fc) pada kertas grafik atau menggunakan kalkulator maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

12. Mencari gradient dari persamaan linier tersebut misalnya dalam grafik diatas diperoleh gradient, m = -0,7527 dengan menggunakan rumus K = -1/0,434 m, maka K = 3,0613. Setelah diketahui fc, f0 dan K, lalu masukan kedalam persamaan f = fc + (f0 fc) e-Kt14. Lalu dibuat grafik persamaan Horton. 15. Kemudian menghitung volume infiltrasi dengan persamaan(f0 fc)V(t) = fc.t + (1 e-Kt) K

IV. HASIL dan PEMBAHASANA. HasilWaktu (t)ffcf-fclog (fo-fc)KPersamaan Horton

0185131.11394325.7926318

214590.95424325.792635

411.756.70.82607525.792635

610550.6989725.792635

88.353.30.51851425.792635

107520.3010325.792635

125.950.9-0.0457625.792635

14550025.792635

B. PembahasanInfiltrasi adalah suatu proses masuknya air, baik air hujan maupun air irigasi, dari permukaan tanah ke dalam tanah. Aliran air ini bisa ke arah vertikal ke bawah maupun ke arah samping (horizontal). Infiltrasi merupakan proses yang sangat penting dalam daur air di suatu wilayah. Proses ini berkaitan erat dengan laju pemberian air irigasi, agar air irigasi dapat diberikan secara efektif dan efisien. Di samping itu, infiltrasi berhubungan pula dengan aliran permukaan dan erosi. Usaha konservasi air dan tanah di DAS bisa diarahkan dengan memperbesar infiltrasi tanah yang dapat memperkecil limpasan permukaan, dan pada akhirnya akan memperkecil erosi dan sedimentasi DAS (Asdak, 2007).Laju maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk seterusnya mengalir ke sungai disekitar.Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuk atau meresapnya air dari atas permukaan tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap ke dalam tanah maka kadar lengas tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas lapang air yang masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah yang lebih rendah energi potensialnya sehingga mendorong terjadinya aliran antara (interflow) dan aliran bawah permukaan lainnya (base flow). Air yang berada pada lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak ke segala arah (ke samping dan ke atas) dengan gaya kapiler atau dengan bantuan penyerapan oleh tanaman melalui tudung akar. Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk kedalam tanah dalam suatu periode. waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada suatu tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada saat tertentu laju infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju perkolasi.Pengukuran infiltrasi di lapang selain membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit, juga terkadang terlalu memberatkan sehingga sering terabaikan. Untuk itu diperlukan transformasi data empiris di lapangan menjadi suatu pendekatan model yang tepat dengan kondisi di suatu daerah sebagai dasar estimasi dalam menentukan besarnya infiltrasi tanah (Hidayah dkk., 2000).Penentuan model infiltrasi yang sesuai untuk suatu daerah perlu diketahui, sebelum analisis lainnya dilakukan. Dua pendekatan pemodelan infiltrasi yang paling banyak digunakan hingga saat ini ialah model empiris dan model analitik. Model analitik lebih sukar dalam penyelesaiannya, sehingga banyak orang yang lebih memilih model empiris. Model empiris ini terdapat dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan fungsi waktu ( time dependent model) dan fungsi kelembaban tanah (Dhalhar, 1972). Di antara model infiltrasi yang termasuk time dependent modelialah model Horton, model Kostiokov, dan model Philip. Sebelum model-model tersebut dapat digunakan untuk menduga limpasan permukaan, ataupun untuk tujuan lainnya, maka parameter model harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan kondisi lapangan. Untuk tujuan tersebut, perlu dilakukan pengukuran infiltrasi pada berbagai jenis penggunaan lahan dan jenis tanah yang ada di daerah penelitian.Laju infiltrasi merupakan fluk aliran, atau disebut juga kecepatan infiltrasi. Pada saat intensitas hujan atau irigasi melebihi laju infiltrasi, laju infiltrasinya mencapai maksimum, yang biasa disebut kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi (infiltrabilitas) menyatakan fluk dimana profil tanah menyerap air melalui permukaan butir tanah dan menjaga agar hubungan tersebut tetap berada dalam kondisi tekanan atmosfirnya. Sepanjang laju pemberian air irigasi masih lebih kecil dari infiltrabilitas tanah, air akan berinfiltrasi dengan laju yang sama dengan laju pemberian airnya. Pada kondisi ini laju infiltrasinya ditentukan oleh flux. Akan tetapi pada saat laju pemberian air telah melebihi harga infiltrabilitas tanahnya, maka proses infiltrasinya mulai ditentukan oleh profil tanah yang bersangkutan (Hillel, 1980). Infiltrabilitas tanah dan variasinya terhadap waktu banyak dipengaruhi oleh kadar lengas awal tanah, tekstur dan struktur profil tanah, keterhantaran hidraulik, keseragaman profil serta keadaan permukaan tanah. Pada umumnya infiltrabilitas akan tinggi pada awal proses dan kemudian berangsur-angsur menurun sampai kemudian menjadi konstan. Infiltrasi pada laju yang konstan ini disebut sebagai kapasitas infiltrasi akhir, yang oleh Hillel (1980) disebut sebagai infiltrabilitas steady.Data infitrasi dapat digunakan sebagai menduga kapan suatu limpsan permukaan (runoff) akan terjadi bila suatu jenis tanah telah menerima sejumlah air tertentu, baik melalui curah hujan,ataupun irigasi dari suatu tondon air di permukaan tanah. Oleh karena itu, informasi besarnya kapasitas infiltrasi tanah trsebut berguna, baik dalam pengelolaan irigasi ( Noveras, 2002 ), maupun dalam perencanaan konservasi tanah dan air ( Arsyad, 1989 ). Dengan mengamati aatau menguji sifat ini dapat memberikanngambara tentang kebutuha air irigasi yang diperlukan bagi suatu jenis tanah untuk jenis taaman tertentu pda suatu saat ( Siradz, et al., 2002)Fator yang berpengaruh di dalam laju infiltrasi diantaranya kelembaban tana mempengaruhi laju infiltrasi suatu lahan diantaranya:a. Kelembaban tanahJumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat. Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.b. Pemampatan oleh hujan ( kompaksi )Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil.c. Penyumbatan oleh butir halusKetika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus. Ketika hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi.d. Tanaman penutupBanyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada tanah yang tanpa penutup tanaman.e. TopografiKondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan waktu infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk infiltrasi.f. Intensitas hujanIntensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas hujan I lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.Kurva kapasitas infiltrasi merupakan kurva hubungan antara kapasitas infiltrasi dan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah hujan. Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan, tetapi semakin lama kapasitasnya akan menurun hingga mencapai konstan. Besarnya penurunan ini dipengaruhi bebagai faktor, seperti kelembaban tanah, kompaksi, penumpukan bahan liat dan lain-lain.Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan f=fc +(f0- fc)e- ktKeterangan:f = laju infiltrasi pada waktu t (cm/jam)fc =kapasitas infiltrasi pada waktu t (cm/jam)f0 =kapasitas infiltrasi awal pada t=0 (cm/jam)t =waktu terhitung mulainya hujan K =konstanta e = 2,713

Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya fo, fc, dan k dan ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana.Air hujan yang teresap ke dalam tanah akan mengalir sebagai air tanah. Semakin besar infiltrasi yang terjadi, maka perbedaan antara intensitas hujan yang terjadi dengan daya infiltrasi semakin kecil, demikian juga sebaliknya (Soemarto, 1987).

Pemahaman mengenai infiltrasi dan laju infiltrasi yang terjadi serta faktorfaktor yang mempengaruhinya sangat diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan manajemen air dan tata guna lahan yang lebih efektif (Asdak, 2007). Ketersediaan air di dalam tanah sangat berpengaruh pada perubahan tata guna lahan di suatu daerah, dan berdampak pada daerah resapan air hujan (Hudson, 1976; Raghunath, 1985).Laju infiltrasi tergantung pada besarnya kandungan air dalam tanah. Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dengan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja bersama-sama dengan gaya berat, sehingga terjadi infiltrasi (Arsyad, 1989; Harto, 1993).Dari hasil praktikum diperoleh pada waktu 2 menit pertama terjadi penguranga volume air sebanyak 4 cm dari 18 cm. Setelah 4 menit berkurang sebanyak 2,3 cm menjadi 11,7 cm. Di 6 menit mengalami pengurangan sebanyak 1,7 cm menjadi 10 cm, dan pada 8 menit terjadi pengurangan 2,7 cm. Selajutnya pada menit 10 menit terjadi pengurangan sebayak 1,7 cm dan air yag tersisa setinggi 7 cm. Pada menit 12 terjadi pengurangan sebanyak 1,1 cm. karena tidak terjadi penguragan yang signifikan maka pada menit ke 14 infiltrasi yang terjadi dianggap konstan. Pengaruh adanya hujan membuat tanah berpengruh terhadap infiltrasi. Semakin besar infiltrasi yang terjadi, maka perbedaan antara intensitas hujan yang terjadi dengan daya infiltrasi semakin kecil, demikian juga sebaliknya.

V. KESIMPULAN dan SARANA. KesimpulanInfiltrasi adalah suatu proses masuknya air, baik air hujan maupun air irigasi, dari permukaan tanah ke dalam tanah. Aliran air ini bisa ke arah vertikal ke bawah maupun ke arah samping (horizontal). Faktor yang berpengaruh terhadap laju infiltrasi diantaranya kelembaban tanah, kompaksi, tanaman penutup, topografi da intensitas hujan. Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan f=fc +(f0- fc)e- kt.

B. SaranDidalam penyediaan alat harus diperbanyak agar praktikum lebih efektif. Tiap kelompok di beri 1 alat agar semua anggota dalam kelompok tersebut dapat menyimak tata cara atau langkah langkah dalam pelaksanaan praktikum

VI. DAFTAR PUSTAKABudianto, 2014. Infiltration Rate Difference ofIndustrial Plantation Forest Land P Pine,Teak and Mahogany atau Perbedaan Laju Infiltrasi Pada Lahan Hutan T Tanaman Industri Pinus, Jati, dan Mahoni. Ritawati, Sri, Mawardi Muhjidin dan Goenadi Sunarto. Agustus 2012. Suitability P Philips Infiltration Model for Surface Runoff Prediction Using Curve Number M Method.Agustina, Dewi, L.S. Dewi dan Sugiyanto. 2012. Analisis Kapasitas Infiltrasi pada B Beberapa Penggunaan Lahan di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunung P Pati Kota Semarang.Wirosoedarmo. 2008. Rate Infiltration Evaluation on Several Land Uses Using Infil Infiltrationt Method of Horton at Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon Kab Kabupaten Malang atau Evaluasi Laju Infiltrasi pada Beberapa PenggunamPenggunaan Lahan Menggunakan Metode Infiltrasi Horton di Sub Das Das Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.H., Arfan, A. R. Djamaluddin dan A. Pratama. Model Eksperimen Pengaruh KepaKepadatan, Intensitas Curah Hujan dan Kemiringan Terhadap Resapan pad pada Tanah Organik.Tim Asisten Praktikum Hidrologi. 2015. Modul Praktikum Hidrologi..