32
24 Maret 2011 Anastesi Infiltrasi 1 Komentar 2.1 Gambaran Umum Prinsip pencabutan gigi sulung tidak berbeda dengan gigi permanen, tidak memerlukan tenaga besar, tetapi harus diingat bahwa di bawah gigi sulung terdapat gigi permanen yang mahkotanya sangat dekat dengan gigi sulung terutama gigi molar dua sulung atau kadang-kadang penggantinya yaitu premolar dua terjepit diantara akar gigi sulung molar dua tersebut. Sehingga waktu pencabutan gigi molar dua sulung, premolar dua dapat terganggu atau ikut terangkat, sehingga pada akar yang resorbsinya tidak sempurna terutama pada molar dua sulung pencabutannya harus hati-hati. Sebelum melakukan pencabutan gigi perlu dilakukan anastesi lebih dulu. Pada umumnya diberikan anastesi lokal, tetapi pada keadaan tertentu dilakukan anastesi umum yang dilakukan oleh spesialis anastesi. 2.2 Anastesi Lokall adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur perawatan gigi dapat membangun hubungan baik antara dokter gigi dan pasien, membangun kepercayaan, menghilangkan rasa takut, cemas dan menunjukkan sikap positif dari dokter gigi. Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam perawatan pasien anak. Ketentuan umur, anastesi topikal, teknik injeksi dan analgetik dapat membantu pasien mendapatkan pengalaman positif selama mendapatkan anastesi lokal. Berat badan anak harus dipertimbangkan untuk memperkecil kemungkinan terjadi reaksi toksis dan lamanya waktu kerja anastetikum, karena dapat menimbulkan trauma pada bibir atau lidah. Anak-anak dapat ditangani secara anastesi lokal dengan kerja sama dari orangtua dan tidak ada kontra indikasi. Anak-anak diberitahu dengan kata-kata sederhana apa yang akan dilakukan, jangan

Anastasi Infiltrasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anastasi Infiltrasi

24 Maret 2011Anastesi Infiltrasi1 Komentar

2.1 Gambaran Umum

Prinsip pencabutan gigi sulung tidak berbeda dengan gigi permanen, tidak memerlukan tenaga besar,

tetapi harus diingat bahwa di bawah gigi sulung terdapat gigi permanen yang mahkotanya sangat

dekat dengan gigi sulung terutama gigi molar dua sulung atau kadang-kadang penggantinya yaitu

premolar dua terjepit diantara akar gigi sulung molar dua tersebut. Sehingga waktu pencabutan gigi

molar dua sulung, premolar dua dapat terganggu atau ikut terangkat, sehingga pada akar yang

resorbsinya tidak sempurna terutama pada molar dua sulung pencabutannya harus hati-hati.

Sebelum melakukan pencabutan gigi perlu dilakukan anastesi lebih dulu. Pada umumnya diberikan

anastesi lokal, tetapi pada keadaan tertentu dilakukan anastesi umum yang dilakukan oleh spesialis

anastesi.

2.2 Anastesi Lokall adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian

tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran.

Pencegahan rasa sakit selama prosedur perawatan gigi dapat membangun hubungan baik antara dokter

gigi dan pasien, membangun kepercayaan, menghilangkan rasa takut, cemas dan menunjukkan sikap

positif dari dokter gigi. Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam

perawatan pasien anak. Ketentuan umur, anastesi topikal, teknik injeksi dan analgetik dapat

membantu pasien mendapatkan pengalaman positif selama mendapatkan anastesi lokal. Berat badan

anak harus dipertimbangkan untuk memperkecil kemungkinan terjadi reaksi toksis dan lamanya

waktu kerja anastetikum, karena dapat menimbulkan trauma pada bibir atau lidah.

Anak-anak dapat ditangani secara anastesi lokal dengan kerja sama dari orangtua dan tidak ada kontra

indikasi. Anak-anak diberitahu dengan kata-kata sederhana apa yang akan dilakukan, jangan

membohongi anak. Sekali saja anak kecewa, sulit untuk membangun kembali kepercayaan anak.

Lebih aman mengatakan kepada anak-anak bahwa dia akan mengalamisedikit rasa tidak nyaman

seperti tergores pensil atau digigit nyamuk daripada menjanjikan tidak sakit tetapi tidak mampu

memenuhi janji tersebut. Bila seorang anak mengeluh sakit selama injeksi pertimbang kembali

situasinya, injeksikan kembali bila perlu tapi jangan minta ia untuk menahan rasa sakit.

Sebelum melakukan penyuntikan, sebaiknya operator berbincang dengan pasien, dengan menyediakan

waktu untuk menjelaskan apa yang akan dilakukan dan mengenal pasien lebih jauh dokter gigi dapat

meminimaliskan rasa takut.

Page 2: Anastasi Infiltrasi

2.2.1 Macam Anastesi Lokal

2.2.1.1       Anastesi Topikal

Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-ujung serabut

urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.

2.2.1.2       Anastesi Infiltrasi

Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah dikerjakan dan

efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena komposisi tulang dan

jaringan belum begitu kompak.

2.2.1.3       Anastesi Blok

Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.

2.3 Anastesi Infiltrasi

Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui

injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa dikulit

dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya daerah kecil dikulit atau gusi (pencabutan gigi).

Anasstesi ini sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah

dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena

komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.

2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi dari Anastesi Infiltrasi

2.4.1 Indikasi Anastesi Infiltrasi

Ada beberapa indikasi yang ditujukan untuk pemakaian anestesi infiltrasi, antara lain:

1. Natal tooth/neonatal tooth

Natal tooth : gigi erupsi sebelum lahir

Neonatal tooth : gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi:

Mobiliti

Dapat mengiritasi : menyebabkan ulserasi pada lidah

Mengganggu untuk menyusui

1. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat direstorasi sebaiknya

dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan space maintainer.

2. Infeksi di periapikal atau di interradikular dan tidak dapat disembuhkan kecuali dengan

pencabutan.

3. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah mau erupsi.

Page 3: Anastasi Infiltrasi

4. Gigi sulung yang persistensi

5. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi pertumbuhan gigi tetap.

6. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus

7. Untuk perawatan ortodonsi

8. Supernumerary tooth.

10.  Gigi penyebab abses dentoalveolar

11.  Jika penderita atau ahli bedah atau ahli anestesi lebih menyukai anestesi lokal serta dapat

meyakinkan para pihak lainnya bahwa anestesi lokal saja sudah cukup

12.  Anestesi lokal dengan memblok saraf atau anestesi infiltrasi sebaiknya diberikan lebih dahulu

sebelum prosedur operatif dilakukan dimana rasa sakit akan muncul

2.4.2 Kontra Indikasi Anastesi Infiltrasi

Ada beberapa kasus dimanana penggunaan anestesi infiltrasi tidak di perbolehkan, kasus-kasus ini

perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak menyenangkan dan akibat yan tidak diinginkan bisa

dihindari. Kontra indikasi antara lain :

1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya akut infektions stomatitis,

herpetik stomatitis. Infeksi ini disembuhkan dahulu baru dilakukan pencabutan.

2. Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya perdarahan dan

infeksi setelah pencabutan.

3. Pada penderita penyakit jantung.

Misalnya : Congenital heart disease, rheumatic heart disease yang akut.kronis, penyakit ginjal/kidney

disease.

1. Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh lebih rendah dan dapat

menyebabkan infeksi sekunder.

2. Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat menyebabkan metastase.

3. Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi.

4. Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.

2.5 Alat dan Bahan Anastesi Infiltrasi

Alat dan bahan yang digunakan untuk anestesi infiltrasi pada gigi sulung saat pencabutan antara lain :

2.5.1 Syringe

Adalah peralatan anestesi lokal yang paling sering digunakan pada praktek gigi. Terdiri dari kotak

logam dan plugger yang disatukan melalui mekanisme hinge spring.

2.5.2 Cartridge

Biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk mengindari pecah dan kontaminasi dari

larutan. Sebagaian besar cartridge mengandung 2,2 ml atau 1,8 ml larutan anestesi lokal. Cartridge

dengan kedua ukuran tersebut dapat dipasang pada syringe standart namun umumnya larutan anestesi

sebesar 1,8 ml sudah cukup untuk prosedur perawatan gigi rutin.

Page 4: Anastasi Infiltrasi

2.5.3 Jarum

Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan dilakukan. Jarum suntik

pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai standar American Dental Association = ADA) ;

panjang (32 mm), pendek (20 mm, dan superpendek (10 mm).

Jarum suntik yang pendek yang digunakan untuk anestesi infiltrasi biasanya mempunyai panjang 2

atau 2,5 cm. Jarum yang digunakan harus dapat melakukan penetrasi dengan kedalaman yang

diperlukan sebelum seluruh jarum dimasukan ke dalam jaringan. Tindakan pengamanan ini akan

membuat jarum tidak masuk ke jaringan, sehingga bila terjadi fraktur pada hub, potongan jarum dapat

ditarik keluar dengan tang atau sonde.

Petunjuk:

1. Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus menggunakan syringe sesuai

standar ADA.

2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak yang tipis, jarum

panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.

3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya jarum.

4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relatif pendek, dipasangkan

pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable) untuk menjamin ketajaman dan

sterilisasinya. Penggunaan jarum berulang dapat sebagai transfer penyakit.

2.5.4 Lidocain

Sejak diperkenalkan pada tahun 1949 derivat amida dari xylidide ini sudah menjadi agen anestesi

lokal yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi bahkan menggantikan prokain sebagai

prototipe anestesi lokal yang umumnya digunakan sebagai pedoman bagi semua agen anestesi

lainnya. Lidokain dapat menimbulkan anestesi lebih cepat dari pada procain dan dapat tersebar

dengan cepat diseluruh jaringan, menghasilkan anestesi yang lebih dalam dengan durasi yang cukup

lama. Obat ini biasanya digunakan dalam kombinasi dengan adrenalin (1:80.000 atau 1: 100.000).

Pengunaan lidocain kontraindikasi pada penderita penyakit hati yang parah.

2.5.5 Mepivacain

Derivat amida dari xilidide ini cukup populer yang diperkenalkan untuk tujuan klinis pada akhir tahun

1990an. Kecepatan timbulnya efek,durasi aksi, potensi dan toksisitasnya mirip dengan lidocain.

Mepivacain tidak mempunyai sifat alergenik terhadap anestesi lokal tipe ester. Agen ini dipasarkan

sebagai garam hidroklorida dan dapat digunakan anestesi infiltrasi / regional. Bila mepivacain dalam

darah sudah mencapai tingkatan tertentu , akan terjadi eksitasi sistem saraf sentral bukan depresi, dan

eksitasi ini dapat berakhir berupa konvulsi dan depresi respirasi.

2.5.6 Prilocain

Merupakan derivat toluidin dengan tipe amida pada dasarnya mempunyai formula kimiawi dan

farmakologi yang mirip dengan lidocain dan mepivacaine. Prolocain biasanya menimbulkan aksi yang

lebih cepat daripada lidocain namun anestesi yang ditimbulkan tidak terlalu dalam. Prolocain juga

kurang mempunyai efek vasodilator bila dibandingkan dengan lidocain dan bisanya termetabolisme

Page 5: Anastasi Infiltrasi

lebih cepat. Obat ini kurang toksis dibanding dengan lidocaine tapi dosis total yang dipergunakan

sebaiknya tidak lebih dari 400mg.

2.5.7 Vasokonstriktor

Penambahan sejumlah kecil agen vasokonstriktor pada larutan anestesi lokal dapat memberi

keuntungan berikut ini:

1. mengurangi efek toksik melalui efek menghambat absorpsi konstituen.

2. Membatasi agen anestesi hanya pada daerah yang terlokalisir sehingga dapat meningkatkan

kedalaman dan durasi anastesi.

3. Menimbulkan daerah kerja yang kering (bebas bercak darah) untuk prosedur operasi.

Vasokonstriktor yang biasa digunakan adalah:

1. Adrenalin (epinephrine), suatu alkaloid sintetik yang hampir mirip dengan sekresi medula

adrenalin alami.

2. Felypressin (octapressin), suatu polipeptida sintetik yang mirip dengan sekresi glandula

pituutari posterior manusia. Mempunyai sifat vasokonstriktor yang dapat diperkuat dengan

penambahan prilokain.

 

2.6 Teknik Anastesi Infiltrasi

Pada anak-anak bidang alveolar labio-bukal yang tipis umumnya banyak terperforasi oleh saluran

vaskuler. Untuk alasan inilah, maka teknik infiltrasi dapat digunakan dengan efektif untuk mendapat

efek anastesi pada gigi-gigi susu atas tanpa perlu mendepositkan lebih dari 1 ml larutan secara

perlahan-lahan dijaringan.

Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari suntikan palatum yang digunakan untuk prosedur

pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat dihindari dengan cara sebagai berikut.

Setelah efek suntikan supraperiosteal pada sulkus labiobukal diperoleh, jarum diinsersikan dari aspek

labio-bukal, melaluiruang interproksimal, setinggi jaringan gingiva yang melekat pada periosteum

dibawahnya. Ujung jarum harus tetap berada pada papila dan tidak boleh menyentuh tulang. Sejumlah

kecil larutan anastesi local didepositkan perlahan sampai mukoperiosteum palatal atau lingal

memucat. Sejumlah kecil larutan anastesi yang didepositkan dengan cara ini akan memberikan efek

anastesi yang memadai pada jaringan palatum. Teknik ini dikenal sebagai suntikan interpapila dan

sering digunakan oleh para ahli pedodonti. Para ahli lainnya umumya lebih suka menggunakan

suntikan jet atau suntikan intraligamental.

 

2.7 Prosedur Anastesi Infiltrasi

2.7.1 Daerah bukal/labial/RA/RB

Page 6: Anastasi Infiltrasi

Masuknya jarum ke dalam mukosa ± 2 – 3 mm, ujung jarum berada pada apeks dari gigi yang

dicabut. Sebelum mendeponir anastetikum, lakukan aspirasi untuk melihat apakah pembuluh darah

tertusuk. Bila sewaktu dilakukan aspirasi dan terlihat darah masuk ke dalam karpul, tarik karpul.

Buang darah yang berada di karpul dan lakukan penyuntikan pada lokasi lain yang berdekatan.

Masukkan obat dengan perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,60 ml (1/3 karpul).

2.7.2 Daerah palatal/lingual.

Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak boleh mendadak

sebanyak ± 0,2 – 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut putih/pucat.

 

 

2.7.3 Daerah Interdental Papil

Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2 – 0,3 cc. Akan

terlihat mukosa daerah tersebut memucat.

2.7.4 Anastesi Intraligamen

Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan ini menjadi populer

belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut. Suntikan intraligamen dapat

dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena

lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal ligamen.

2.8 Teknik Anastesi Infiltrasi

1. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dengan rubber

cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil.

2. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum

menjauhi gigi.

3. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di depan jarum

Injeksi intra ligamen pada anak.

4. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira-kira 2

mm.

5. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada

penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum

mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut.

6. Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml.

7. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar.

8. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa

tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar.

9. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit

sekali larutan yang digunakan.

 

Page 7: Anastasi Infiltrasi

Anastesi Lokal pada Gigi

By wildan29

Pengertian

• obat yang mengahambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar

cukup (Ganiswarna, 1995))

• obat yang menyebabkan anestesia, mati rasa, melumpuhkan ujung saraf sensorik atau serabut saraf

pada tempat pemberian obat (Kamus saku Kedokteran Dorland, 1998)

Indikasi:

• Menghilangkan rasa sakit pada gigi dan jaringan pendukung

• Sedikit perubahan dari fisiologi normal pada pasien lemah

• Insidensi morbiditas rendah

• Pasien pulang tanpa pengantar

• Tidak perlu tambahan tenaga terlatih

• Teknik tidak sukar dilakukan

• Persentase kegagalan kecil

• Pasien tidak perlu berpuasa

Kontra Indikasi:

• Pasien menolak / takut/ khawatir

• Infeksi

• Di bawah umur

• Alergi

• Bedah mulut besar

• Penderita gangguan mental

• Anomali lain

Faktor-faktor pemilihan anestesi:

• Area yang dianestesi

• Durasi

• Kedalaman

• Adanya infeksi

• Kondisi pasien

• Umur pasien

• hemostatistika

Page 8: Anastasi Infiltrasi

Anestesi Lokal di Kedokteran Gigi

1. Ester

2. Amida

3. Hidroksi

ANESTESI PADA PENCABUTAN GIGI

Injeksi Supraperiosteal

Keringkan membran mukosa dan olesi dengan antiseptik. Pasien dilarang menutup mulut sebelum

injeksi dilakukan. Dengan menggunakan kassa atau kapas yang diletakkan di antara jari dan membran

mukosa mulut, tariklah pipi atau bibir serta membran mukosa yang bergerak ke arah bawah untuk

rahang atas dan ke arah atas untuk rahang bawah, untuk memperjelas daerah lipatan mukobukal atau

mukolabial.

Untuk memperjelas dapat diulaskan yodium pada jaringan tersebut. Membran mukosa akan berwarna

lebih gelap, suntiklah jaringan pada lipatan mukosa dengan jarum mengarah ke tulang dengan

mempertahankan jarum sejajar bidang tulang. Lanjutkan tusukan jarum menyelusuri periosteum

sampai ujungnya mencapai setinggi akar gigi. Untuk menghindari gembungan pada jaringan dan

mengurangi rasa sakit, obat dikeluarkan secara perlahan. Anestesi akan terjadi dalam waktu 5 menit.

Nervus Alveolaris Superior Posterior

Untuk molar ketiga, kedua dan akar distal dan palatal molar pertama.

Titik suntikan terletak pada lipatan mukobukal di atas gigi molar kedua atas, gerakkan jarum ke arah

distal dan superior kemudian suntikkan obat anestesi 1-2 ml di atas apeks akar gigi molar ketiga.

Untuk melengkapi anestesi pada gigi molar pertama, dapat diberikan injeksi supraperiosteal di atas

apeks akar premolar kedua.

Injeksi ini cukup untuk prosedur operatif, sedangkan untuk ekstraksi atau bedah peri odontal,

dilakukan penyuntikan pada nervi palatini minor sebagai tambahan.

Nervus Alveolaris Superior Medius

Untuk premolar pertama dan kedua, serta akar mesial gigi molar pertama.

Titik suntikan adalah lipatan mukobukal di atas gigi premolar pertama. Jarum diarahkan ke suatu titik

sedikit di atas apeks akar, kemudian suntikkan obat anestesi perlahan-lahan. Agar akurat, raba kontur

tulang dengan hati-hati.

Injeksi ini cukup untuk prosedur operatif, sedangkan untuk ekstraksi atau bedah peri odontal,

dilakukan injeksi palatinal.

Nervus Alveolaris Superior Anterior

Untuk keenam gigi anterior.

Page 9: Anastasi Infiltrasi

Titik suntikan terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus. Jarum diarahkan ke

apeks kaninus, suntikkan obat di atas apeks akar gigi tersebut.

Injeksi ini sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, harus ditambahkan

injeksi palatinal pada regio kaninus atau foramen insisivus.

Injeksi Blok

Obat anestesi disuntikkan pada suatu titik di antara otak dan daerah yang dioperasi, menembus batang

saraf atau serabut saraf pada titik tempat anestesi disuntikkan sehingga memblok sensasi yang datang

dari distal.

Keuntungannya adalah hanya dengan sedikit titik suntikan dapat diperoleh daerah anestesi yang luas

dan dapat menganestesi tempat-tempat yang merupakan kontraindikasi injeksi supraperiosteal.

Blok anestesi biasanya paling efektif pada molar kedua bawah.

Jika blok menyeluruh pada salah satu sisi mandibular tidak diperlukan, atau bila karena alasan tertentu

injeksi mandibular menjadi kontraindikasi, blok sebagian bisa dilakukan dengan injeksi mentalis.

Jika sulit melakukan anestesi terhadap gigi atas dengan menggunakan injeksi supraperiosteal atau jika

diperlukan anestesi untuk beberapa gigi sekaligus, akan lebih efektif bila digunakan injeksi

infraorbital atau zigomatik.

Injeksi Mandibular

Dilakukan palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari menempel pada linea

oblikua. Dengan bagian belakang jarum suntik terletak di antara kedua pre molar pada sisi yang

berlawanan jarum diarahkan sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus dan

jari. Jarum ditusukkan pada apeks trigonum pterygomandibu lar dan gerakan jarum di antara ramus

dan ligamentum serta otot yang menutupi fasies interna ramus diteruskan sampai ujungnya kontak

dengan dinding posterior sulkus mandibularis. Keluarkan 1,5 ml obat anestesi di sini (rata-rata

kedalaman insersi jarum adalah 15 mm, tapi bervariasi tergantung ukuran mandibula dan proporsinya

berubah sejalan dengan pertambahan umur). Dapat juga menganestesi nervus lingualis dengan cara

mengeluarkan obat anestesi pada pertengahan perjalanan masuknya jarum.

Injeksi Mentalis

Untuk menganestesi gigi premolar dan kaninus untuk prosedur operatif. Untuk menganestesi gigi

insisivus, serabut saraf yang bersimpangan dari sisi yang lain juga harus diblok.

Tentukan letak apeks gigi-gigi premolar bawah. Foramen biasanya terletak di salah satu apeks akar

gigi premolar tersebut. Pipi ditarik ke arah bukal dari gigi premolar. Jarum dimasukkan ke dalam

membran mukosa di antara kedua gigi premolar dengan jarak 10 mm eksternal dari permukaan bukal

mandibula. Posisi jarum suntik membentuk sudut 45° terhadap permukaan bukal mandibula,

mengarah ke apeks akar premolar kedua. Tusukkan jarum tersebut sampai menyentuh tulang.

Masukkan 0,5 ml obat anestesi, tunggu sebentar. kemudian gerakkan ujung jarum tanpa menarik

Page 10: Anastasi Infiltrasi

jarum keluar, sampai terasa masuk ke dalam foramen (jaga agar tetap membentuk sudut 45° agar

jarum tidak terpeleset ke balik periosteum dan memperbesar kemungkinan masuknya jarum ke

foramen), dan masukkan kembali 0,5 ml obat anestesi dengan hati-hati.

Untuk ekstraksi harus dilakukan injeksi lingual.

Injeksi Lingual

Untuk gigi premolar dan gigi anterior, karena jaringan lunak pada permukaan lingual mandibula tidak

teranestesi dengan injeksi foramen mental dan injeksi mandibular.

Jarum disuntikkan pada mukoperiosteum lingual setinggi setengah panjang akar gigi yang dianestesi.

Karena posisi dari gigi insisivus, daerah ini sulit dicapai dengan jarum lurus. Jadi jarum sebaiknya

dibengkokkan dengan cara menekannya di antara ibu jari dan jari lain.

Injeksi Nervus Nasopalatinus

Untuk ekstraksi gigi atau anestesi mukoperiosteum sepertiga anterior palatum, yaitu dari kaninus satu

ke kaninus yang lain.

Titik suntikan terletak sepanjang papil insisivus yang berlokasi pada garis tengah rahang, di posterior

gigi insisivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju kanalis palatina

anterior. Walau anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah

titik suntikan, anestesi ini mutlak harus dipakai untuk injeksi nasopalatinus. Sebaiknya dilakukan

anestesi permulaan pada jaringan yang akan dilalui jarum.

Injeksi Nervus Palatinus Mayor

Untuk ekstraksi gigi atau anestesi mukoperiosteum palatum dari tuber maksila sampai ke regio

kaninus dan dari garis tengah ke krista gingiva pada sisi bersangkutan.

Tentukan titik tengah garis khayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang akar

palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan obat anestesi sedikit mesial dari titik tersebut dari

sisi kontralateral.

Karena hanya bagian dari nervus palatinus mayor yang keluar dari foramen palatinum posterior yang

akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen atau

penyuntikkan obat anestesi dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan

teranestesinya nervus palatinus medius sehingga palatum molle menjadi kebal. Akibatnya akan timbul

gagging.

May 6, 2009 – Wednesday

makalah anastesi lokal maksila

Current mood: calm

Page 11: Anastasi Infiltrasi

Teknik-teknik anastesi blok pada maksila

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang baik akan

membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak terburu-buru, tidak menjadi

pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang

akan sangat mambantu bagi seorang dokter gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi

minor lainnya yang dilakukan pada pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi lokal yang

baik. (1)

Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh

tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi atau injeksi

obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari anestesi umum yang meliputi seluruh tubuh

dan otak. Local anestesi memblok secara reversible pada system konduksi saraf pada daerah tertentu

sehingga terjadi kehilangan sensasi dan aktivitas motorik. (2)

Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local diinjeksikan pada permukaan tubuh. Anestesi

lokal akan berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat serta memperlambat sinyal terhadap

rasa nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah dan fungsi tubuh lainnya. Biasanya obat dengan

dosis atau konsentrasi yang tinggi akan menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-

lain) serta kontrol otot. Dosis atau konsentrasi akan menghambat sensasi nyeri dengan efek yang

minimal pada kekuatan otot. (1)

Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf perifer dan system syaraf

pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local pada permukaan kulit atau tubuh. (1)

Adapun manfaat dari anestesi local adalah sebagai berikut : (1)

Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri

Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi operasi yang

sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski bersifat

sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi

Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas nyeri sebagian

besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan efektif untuk semua pasien

operasi dentoalveolar.

Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan anestesi umum atau

lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien. (1)

Keuntungan dari anestesi local yaitu : (1)

Page 12: Anastasi Infiltrasi

Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien

Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks

Tidak ada resiko obstruksi pernapasan

Durasi anestesi sedikitnya satu jam dan jika pasien setuju dapat diperpanjang sesuai kebutuhan

operasi gigi minor atau adanya kesulitan dalam prosedur

Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi

Pasien-pasien dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya dapat mentolerir pemberian

anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak diinginkan

Tidak dibutuhkan ahli anestesi. (1)

Untuk mencapai keadaan anestesi lokal, dikenal beberapa cara pemberian, khusus dibidang

kedokteran gigi yaitu : (1)

Anestesi topikal

Anestesi infiltrasi

Anestesi blok

Field blok

Nerve blok

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengemukakan teknik-teknik pemberian anestesi lokal

dalam dunia kedokteran gigi, selain itu dapat juga diketahui keuntungan dan kerugian dari berbagai

macam teknik anestesi lokal sehingga dapat ditentukan teknik yang terbaik yang akan digunakan dan

untuk menghindari terjadinya komplikasi-komplikasi akibat injeksi anestesi lokal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip dasar dari anestesi lokal juga berlaku untuk anestesi blok syaraf serta untuk teknik lainnya.

Larutan anestesi lokal didepositkan didekat atau disekitar bundel serat syaraf, untuk mendapatkan

anestesi jaringan yang disuplai oleh bundel nerovaskular. Perbedaan pertama pada kasus anestesi blok

syaraf adalah diperlukannya sejumlah besar larutan anestetik lokal untuk memperoleh anestesi yang

memadai. Selain itu, ukuran anatomi dari bundel syaraf membuat larutan membutuhkan waktu yang

lebih lama untuk menembus bagian tengahnya, jadi harus diberikan waktu yang lebih lama sebelum

prosedur operasi dilakukan. (2)

Pada teknik anastesi ini kita lakukan penghambatan jalannya penghantar rangsangan dari pusat

perifer. (2)

Dikenal dua cara yaitu :

Page 13: Anastasi Infiltrasi

Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga menghambat jalannya

rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.

Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga menghambat semua cabang

syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi. (2)

Anastesi blok berfugsi untuk mengontrol daerah pembedahaan. Kontraindikasi dari anastesi blok yaitu

pada pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan terkontrol. Kesuksesan anastesi blok

tergantung pada pengetahuan anatomi local dan teknik yang baik. (2)

II.1 Macam-macam Anestesi Lokal Pada Maksila : (4)

Anestesi Gigi Geligi Permanen

Molar ketiga atas, molar kedua, dan akar distobukal serta palatal molar pertama diinervasi oleh

cabang-cabang saraf gigi superior posterior. Cabang-cabang kecil dari saraf yang sama akan

meneruskan sensasi jaringan pendukung bukal pada daerah molar dan mukoperiosteum yang melekat

padanya. Deposisi larutan anestesi di dekat saraf setelah saraf keluar dari kanalis tulang, akan

menimbulkan efek anastesi regional dari struktur yang disuplainya. Teknik ini disebut blok gigi

superior posterior.

Sejak diperkenalkannya agen anastesi lokal modern, teknik infiltrasi sudah lebih sering digunakan

untuk daerah tersebut karena deposisi larutan 1 ml, normalnya memberikan efek anastesi tanpa resiko

kerusakan pleksus venosus pterigoid atau arteri-arteri kecil yang ada di daerah ini.

Akar mesiobukal dari molar pertama, kedua gigi premolar dan jaringan pendukung bukal serta

mukoperiosteum yang berhubungan dengannya mendapat inervasi dari saraf gigi superior tengah.

Teknik infiltrasi biasanya digunakan untuk menganastesi struktur-struktur tersebut. Deposisi 1 ml

larutan sudah cukup untuk menganastesi lingkaran saraf luar yang mensuplai premolar kedua. (4)

Anastesi Gigi-gigi Anterior Permanen

Gigi-gigi insicivus dan kaninus atas diinervasi oleh serabut yang berasal dari saraf gigi superior

anterior. Saraf ini naik pada kanalis tulang yang kecil untuk bergabung dengan saraf infraorbital 0,5

cm di dalam kanalis infraorbitalis. Gigi insicivus sentral, insicivus lateral atau kaninus dapat

teranestesi bersama dengan jaringan pendukungnya, pada penyuntikan 1 ml larutan anestesi di dekat

apeks gigi yang dituju. (4)

Anastesi Jaringan Palatal

Ujung-ujung saraf pada jaringan lunak palatum berhubungan dengan gigi-gigi anterior atas dan

prenaksila, erta meneruskan sensasi melalui fibril saraf yang bergabung untuk membentuk saraf

speno-palatina panjang. Saraf berjalan melalui foramen insisivus dan kanalis, ke atas dank e belakang

melewati septum nasal kea rah ganglion speno-palatina.

Page 14: Anastasi Infiltrasi

Berbagai cabang-cabang kecil dari gingival palatal dan mukoperiosteum di daerah molar dan

premolar akan bergabung untuk membentuk saraf palatine besar. Stelah berjalan ke belakang di dalam

saluran tulang yang terletak di pertengahan antara garis tengah palatun dan tepi gingival gigi geligi,

saraf masuk ke kanalis melalui foramen palatine besar. Saraf kemudian berjalan naik untuk bergabung

dengan ganglion speno-palatina yang berhubungan dengan saraf maksilaris.

Saraf speno-palatina panjang dan palatine besar akan beranastomosis di daerah kaninus palatum dan

membentuk lingkaran saraf dalam. Mukoperiosteum palatal mempunyai konsistensi keras dan

beradaptasi erat terhadap tulang. Karakteristik ini menyebabkan suntikan subperiosteal perlu

diberikan dan diperlukan tekanan yang lebih besar dari biasa untuk mendepositkan larutan anestesi

local. Karena itulah, pasien harus diberitahu terlebih dahulu bahwa suntikan palatal akan

menimbulkan rasa tidak enak namun tidak sakit. Rasa kurang enak ini dapat diperkecil dengan

menginsersikan jarum dengan bevel yang mengarah ke tulang dan tegak lurus terhadap vault palatum.

Pada premaksila, suntikan di papilla insisivus akan menimbulkan rasa sakit yang hebat dank arena itu,

suntikan ini sebaiknya dihindari. (4)

Anastesi Gigi-gigi Susu

Pada anak-anak, bidang alveolar labio-bukal yang tipis umumnya banyak terpeforasi oleh saluran

vaskular. Untuk alas an inilah, maka teknik infiltrasi dapat digunakan dengan efektif untuk mendapat

efektif untuk mendapat efek anastesi pada gigi-gigi susu atas tanpa perlu mendepositkan lebih dari 1

ml larutan secara perlahan-lahan di jaringan. Penyuntikan harus dilakukan dengan hati-hati untuk

menghindari kesalahan dalam menentukan panjang akar dan insersi jarum yang terlalu dalam ke

jaringan.

Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari suntikan palatum yang digunakan untuk prosedur

pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat dihindari dengan cara sebagai berikut.

Setelah efek suntukan supraperiosteal pada sulkus labio-bukal diperoleh, jarum diinsersikan dari

aspek labio-bukal, melalui ruang interproksimal, setinggi jaringan gingival yang melekat pada

periosteum di bawahnya. Ujung jarum harus tetap berada pada papilla dan tidak boleh menyentuh

tulang. Sejumlah kecil larutan anastesi local didepositkan perlahan sampai mukoperiosteum palatal

atau lingual memucat. Sejumlah kecil larutan anastesi yang didepositkan dengan cara ini akan

memberikan efek anastesi yang memadai pada jaringan palatum. Teknik ini dikenal sebagai suntikan

interpapila dan sering digunakan oleh para ahli pedodonti. Para ahli lainnya umumnya suka

menggunakan suntikan jet atau suntikan intraligamental. (4)

Suntikan Infraorbital

Karena teknik infiltrasi sangat efektif bila digunakan pada maksila, maka anastesi regional umumnya

jarang dipergunakan. Walaupunn demikian, suntikan infraorbital akan sangat bermanfaat bila akan

dilakukan pancabutan atau operasi besar pada daerah insisivus dan kaninus rahang atas. Suntikan ini

juga dapat digunakan untuk menganastesi gigi anterior dimana teknik infiltrasi tidak mungkin

dilakukan karena ada infeksi di daerah penyuntikan.

Page 15: Anastasi Infiltrasi

Teknik ini berdasar pada fakta bahwa larutan akan didepositkan pada orifice foramen infraorbital,

berjalan sepanjang kanalis ke saraf gigi superior anterior dan superior tengah, menimbulkan anastesi

pada gigi-gigi insicivus, kaninus dan premolar serta struktur pendukungnya. Larutan ini kadang-

kadang dapat mencapai ganglion speno-palatina dan menganastesi lingkaran saraf dalam, namun

seringkali masih diperlukan suntikan palatum tambahan.

Baik cara intraoral maupun ekstraoral dapat digunakan untuk blok infraorbital. Teknik infraorbital

umumnya lebih popular dan memungkinkan jarum ditempatkan di luar lapang pandang pasien.

Suntikan tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

Dengan ujung jari telunjuk lakukanlah palpasi linger infraorbital dan takikan infraorbital, kemudian

geser jari sedikit ke bawah agar terletak tepat di atas foramen infraorbital. Dengan tetap

mempertahankan posisi ujung jari tersebut, ibu jari dapat digunakan untuk membuka bibir atas dan

mengekspos daerah yang akan disuntik. (4)

II.2 Teknik-teknik Anestesi Blok Pada Maksila

II.2.1 Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior

Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan jarum keapeks

kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akar gigi tersebut.

Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi

N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau

bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum. (2)

II.2.2 Blok Nervus Alveolaris Superrior Posterior

Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal molar

terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45º, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke permukaan disto

bukkal maxilla. (2)

Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena pterigoid pecah,

menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya

1 ml larutan digunakan. (2)

Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu

Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.

Jaringan ikat dan membran mukosa

Anatomi landmarks : (2)

Lipatan zygomatikus pada maxilla

Processus zygomatikus pada maxilla

Page 16: Anastasi Infiltrasi

Tuberositas maxilla

Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.

Tekniknya : (2)

Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter

Operator berdiri sebelah kanan depan

Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian jari telunjuk

pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua sampai teraba proccesus

zygomaticus

Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat sudut 90º terhadap oklusal plane gigi

rahang atas, dan membentuk sudut 45º bidang sagital penderita. Hal ini dapat dilakukan bilamana

penderita dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga bibir dan pipi dapat ditarik kelateral

posterior

Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarum

Ambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus dilakukan

desinfeksi terlebih dahulu

Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum sedalam ½-¾ inch

Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan sebanyak 1,5 cc.

II.2.3 Blok Nervus Intra Orbital

Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan menggunakan

ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu

jari dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas

apeks premolar kedua dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru

larutan analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat diraba dibalik jari pertama bila letak

ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan diperolehnya analgesia

yang memadai. (2)

Saraf yang teranestesi : (2)

Nervus alveolaris superior, anterior dan medium

Nervus infra orbital

Nervus palpebra inferior

Nervus nasalis lateralis

Nervus labialis superior

Daerah yang teranestesi : (2)

Gigi incisivus sampai premolar

Akar mesio bukkal dari molar satu

Jaringan pendukung dari gigi tersebut

Bibir atas dan kelopak atas

Sebagian hidung pada sisi yang sama

Page 17: Anastasi Infiltrasi

Anatomi Landmark : (2)

Infra orbital ridge

Supra orbital notch

Gigi anterior dan pupil mata

Tekniknya : (2)

Intra oral approach

Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi rahang atas membentuk 45º

dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depan

Kita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata ke infra

orbital dan gigi premolar dua rahang atas

Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi, kita gerakkan

ke bawah kira-kira ½ cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan dimana letaknya foramen infra

orbital

Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari telunjuk tetap diletakkan pada tempat foramen

infra orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata

Bibir atas diangkat dengan ibu jari

Lakukan desinfeksi pada muko bukkal regio premolar dua rahang atas

Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch

Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang atas,

mengikuti arah garis khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada saat jarum

menembus mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum tersebut diteruskan secara

perlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra orbitalis, maka dapat dirasakan oleh jari yang kita

letajjan pada foramen tersebut.

Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½ cc (jumlah larutan tersebut tergantung dari

kebutuhan) (2)

b. Extra oral approach :

Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.

Tekniknya : (2)

Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)

Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah kemungkinan

bahaya untuk mata

Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum dengan

membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis khayalan sejajar 1 cm,

kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui papila

nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum

harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh

dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan

timbulnya analgesia cukup cepat.

Page 18: Anastasi Infiltrasi

II.2.4 Blok Nervus Naso Palatinus

Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah bagian bukkal

dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.(2)

Anatomi Landmark : (2)

Incisivus papilla

Incisivus centralis

Tekniknya : (2)

Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama harus

disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan dalam arah paralel

dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median.

Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara perlahan-

lahan sebanyak 0,5 cc.

Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek

Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan mendepositkan 0,5-

0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari foramen palatina besar.

Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan karena jaringan melekat erat.

Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan.

II.2.5 Blok Nervus Palatinus Anterior

Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah bagian posterior dari

palatum durum mulai dari premolar(2)

Anatomi Landmark : (2)

Molar dua dan tiga maxilla

Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla

Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arah garis tengah

palatum.

Indikasi : (2)

Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga

Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.

Tekniknya : (2)

Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar dua, molar

tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median

Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan

pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan)

Page 19: Anastasi Infiltrasi

Sehingga membentuk sudut 90º dengan curve tulang palatinal

Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita semprotkan

anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Teknik-teknik anastesi blok pada maksila : (3)

Injeksi Zigomatik

Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal molar kedua atas. Arahkan

jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih 20 mm. ujung jarum harus tetap

menempel pada periosteum untuk menghindari masuknya jarum ke dalam plexus venosus

pterygoideus.

Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi akar mesiobukal molar

pertama atas. Karen itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi untuk prosedur operatif atau ekstraksi,

harus dilakukan injeksi supraperiosteal yaitu di atas premolar kedua. Untuk ekstraksi satu atau semua

gigi molar, lakukanlah injeksi n.palatinus major. (3)

Injeksi Infraorbital

Pertama-tama tentukan letak foramen infraorbitale dengan cara palpasi. Foramen ini terletak tepat

dibawah crista infraorbitalis pada garis vertikal yang menghubungkan pupil mata apabila pasien

memandang lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang mempalpasi jangna dirubah dan tusukkan

jarum dari seberang gigi premolar ke dua, kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan bukal. Arahkan

jarum sejajar dengan aksis panjang gigi premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam

foramen infraorbitale di bawah jari yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2 cc anestetikum

dideponir perlahan-lahan.

Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median, dalam hal ini, bagian yang di tusuk

adalah pada titik refleksi tertinggi dari membran mukosa antara incisivus sentral dan lateral. Dengan

cara ini, jarum tidak perlu melalui otot-otot wajah.

Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi pemula sebaiknya mengukur dulu

jarak dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol bukal gigi premolar ke dua atas. Kemudian ukuran ini

dipindahkan ke jarum. Apabila ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai pada titik perbatasan

antara bagian yang runcing dengan bagian yang bergigi. Pada waktu jarum diinsersikan sejajar dengan

aksis gigi premolar kedua, ujungnya akan terletak tepat pada foramen infraorbitale jika garis batas

tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi premolar kedua. Jika foramen diraba perlahan, pulsasi

pembuluh darah kadang bisa dirasakan. (3)

Injeksi N. Nasopalatinus

Page 20: Anastasi Infiltrasi

Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada garis tengah rahang, di

posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju canalis

palatina anterior. Walaupun anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit

pada daerah titik suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Di

anjurkan juga untuk melakukan anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.

Injeksi ini menganestesi mukoperosteum sepertiga anterior palatum yaitu dari kaninus satu ke kaninus

yang lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi daerah kaninus, injeksi ini biasanya lebih dapat

diandalkan daripada injeksi palatuna sebagian pada daerah kuspid dengan maksud menganestesi

setiap cabang n.palatinus major yang bersitumpang. (3)

Injeksi Nervus Palatinus Major

Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang akar

palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan anestetikum sedikit mesial dari titik tersebut dari

sisi kontralateral.

Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen palatinum majus (foramen palatinum

posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke

foramen atau deponir anestetikum dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan

teranestesinya n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan ini akan

menyebabkan timbulnya gagging.

Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum dari tuber maxillae sampai ke regio kaninus dan

dari garis tengah ke crista gingiva pada sisi bersangkutan. (3)

Injeksi Sebagian Nervus Palatinus

Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi ini digunakan bersama

dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.

Kadang-kadang bila injeksi upraperiosteal dan zigomatik digunakan untuk prosedur dentistry operatif

pada regio premolar atau molar atas, gigi tersebut masih tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila

dilengkapi dengan mendeponir sedikit anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang perjalanan

n.palatinus major. (3)

IV.2 Kegagalan Anatesia(5)

Banyak kasus kegagalan dalam mendapatkan anestesia yang memadai dengan injeksi anestetikum

lokal. Beberapa mengkin gagal sama sekali, sedangkan lainnya hanya pada injeksi atau daerah mulut

tertentu saja. Memang ada variasi individual dalam menerima efek obat-obatan tertentu. Pada pasien

yang peka terhadap anestetikum lokal, sejumlah kecil anestetikum saja sudah dapat berdifusi dengan

mudah dan memberikan efek anestesia yang kuat pada daerah yang luas, sedangkan pada pasien yang

kurang peka diperlukan larutan yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama.

Page 21: Anastasi Infiltrasi

Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah meski sebenarnya ia tidak merasa takut.

Anomali inervasi nervus atau variasi bentuk dan kepadatan tulang juga dapat menghambat usaha

operator untuk mendapat efek anestesi yang layak. Kurangnya pengetahuan mengenai anatomi bisa

mengakibatkan teknik anetesi yang digunakan kurang baik sehingga akhirnya menimbulkan

kegagalan.

Kecerobohan, rasa percaya diri yang berlebihan, keacuhan atau operasi yang dilakukan sebelum efek

anestesi maksimal, merupakan penyebab kegagalan pada beberap kasus. Operasi yang dilakukan

sebelum efek anestesi yang memuaskan diperoleh, akan memberikan hasil akhir yang meragukan.

Jaringan-jaringan yang mengalami peradangan dan infeksi kronis tidak mudah dianestesi.(5)

Pada injeksi n.mentalis, kegagalan akan timbul apabila jarum tidak masuk ke dalam foramen mentale

atau jika n.lingualis atau nn.cervicales superficiales tidak teranestesi.

BAB III

PENUTUP

I.1 KESIMPULAN

Anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa desertai

dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah

spesifik tubuh.

Anestesi blok berfungsi untuk mengontrol daerah pembedahaan. Kontraindikasi dari anastesi blok

yaitu pada pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan terkontrol. Kesuksesan anastesi blok

tergantung pada pengetahuan anatomi local dan teknik yang baik. (2)

Kemudian, Pada teknik anastesi ini kita lakukan penghambatan jalannya penghantar rangsangan dari

pusat perifer. (2)

Dikenal dua cara yaitu :

Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga menghambat jalannya

rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.

Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga menghambat semua cabang

syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi. (2)

I.2 SARAN

Buat dosen pembimbing diharapkan memberikan penjelasan yang lebih, pada tiap-tiap teknik dari

anastesi blok terutama pada maksila karena kami sebagai mahasiswa masih kurang memahami dan

hanya sedikit mendapatkan referensi mengenai teknik-teknik blok anestesi local pada maksila.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Anastasi Infiltrasi

Abdullah Fadillah. Teknik-teknik anestesi local. 2007.

Rughaidah. Teknik anestesi local gow gates dan citoject. 1994

Purwanto, drg. Petunjuk praktis anestesi local. 1993. Penerbit buku kedokteran. Jakarta: EGC

Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 1994. Jakarta : Hipokrates

Diposkan oleh Alfa Revias di Minggu, Agustus 15, 2010

About these ads

24 Maret 2011

Anastesi   Infiltrasi  

8

 

0

 

Rate This

2.1 Gambaran Umum

Prinsip pencabutan gigi sulung tidak berbeda dengan gigi permanen, tidak

memerlukan tenaga besar, tetapi harus diingat bahwa di bawah gigi sulung terdapat

gigi permanen yang mahkotanya sangat dekat dengan gigi sulung terutama gigi

molar dua sulung atau kadang-kadang penggantinya yaitu premolar dua terjepit

diantara akar gigi sulung molar dua tersebut. Sehingga waktu pencabutan gigi molar

dua sulung, premolar dua dapat terganggu atau ikut terangkat, sehingga pada akar

yang resorbsinya tidak sempurna terutama pada molar dua sulung pencabutannya

harus hati-hati.

Page 23: Anastasi Infiltrasi

Sebelum melakukan pencabutan gigi perlu dilakukan anastesi lebih dulu. Pada

umumnya diberikan anastesi lokal, tetapi pada keadaan tertentu dilakukan anastesi

umum yang dilakukan oleh spesialis anastesi.

 

2.2 Anastesi Lokal

Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu

bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa

menghilangkan kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur perawatan gigi

dapat membangun hubungan baik antara dokter gigi dan pasien, membangun

kepercayaan, menghilangkan rasa takut, cemas dan menunjukkan sikap positif dari

dokter gigi. Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan yang sangat penting

dalam perawatan pasien anak. Ketentuan umur, anastesi topikal, teknik injeksi dan

analgetik dapat membantu pasien mendapatkan pengalaman positif selama

mendapatkan anastesi lokal. Berat badan anak harus dipertimbangkan untuk

memperkecil kemungkinan terjadi reaksi toksis dan lamanya waktu kerja

anastetikum, karena dapat menimbulkan trauma pada bibir atau lidah

AnestesiInf iltrasi Anestesi inf iltrasimerupakanteknik anestes

Page 24: Anastasi Infiltrasi

i lokalpaling ser ing digunakan pada maxilar is. Padateknik ini,larutan anestesididepositkan pada permukaansupraper iostealyang berhubungan dengan per iosteum bukaldanlabial.6

Page 25: Anastasi Infiltrasi

 Larutan anestesididepositkan didekatserabut terminaldar isaraf dan akanter inf iltrasisepan jang jar ingan untuk mencapaiserabutsaraf dan menimbulkanefek anestesidar idaerah

Page 26: Anastasi Infiltrasi

ter lokalisir yang disuplaioleh saraf tersebut. Teknik inf iltrasidapatdi bagimen jadi: