Upload
siti-raihan
View
168
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu sosial-budaya dasar merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk
mata kuliah umum yang diajarkan dilingkungan perguruan tinggi sesuai dengan
namanya, mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar yang mendasari mata kuliah
lainnya dalam lingkup ilmu-ilmu sosial dan huniora. Mata kuliah ini terdiri dari tiga
unsur utama, yaitu satu unsur yang mendasar yaitu unsur religious dan dua unsure
lainnya yaitu unsur individu-sosial, meliputi tema mengenai manusia makhluk
individu, dan makhluk sosial.
Unsur Religius adalah unsur yang mendasari hati nurani berserta akal,
pikiran dan perbuatan. Unsur ini berupa perwujudan bentuk interaksi terhadap tuhan
melalui agama. Agama yang diakui di Indonesia ada 4 yaitu Islam, Kristen
(Nasrani), Hindu, dan Budha. Keempat agama ini yang mengatur maupun menjadi
dasar pondasi diri umat-Nya.Dari keempat agama ini, terdapat suatu peraturan hidup
beragamaan yang mengikat diri setiap manusia yaitu norma agama.
Unsur kedua yaitu unsure individual. Unsur individual menyatakan manusia
sebagai makhluk individu. Pengertiannya yakni dalamkehidupan, manusia
diciptakan memiliki akal, perasaan dan kehendak. Ketiga dimensi ini terwujud
dalam kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Selain itu dalam
bentuk jasmani manusia diciptakan berbeda-beda memilikin cirri khas yang
membedakannya dengan makhluk lainnya. Dari berbagai perbedaan tersebut,
manusia perlu mempelajari bagaimana cara berinteraksi dengan yang
lainnya.Karena selain diciptakan sebagai makhluk religious dan social, manusia juga
diciptakan sebagai makhluk social. Hal ini sudah tampak sejak manusia dilahirkan.
Disaat dalam keadaan yang tidak bias apa-apa, seorang bayi memsbutuhkan
pertolongan orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Unsur social adalah kemanusiaan, unsur ini meliputi tema mengenai manusia
makhluk budaya dan nilai kemanusiaan. Unsur ini melingkupi kajian-kajian berikut :
Ilmu Sosial Budaya Dasar 1
a. Hakikat manusia sama.
b. Kebutuhan hidup manusia.
c. Sikap dan prilakku manusia.
d. Kehidupan manusiawi dan tidak manusiawi.
e. Upaya-upaya memanusiakan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk religius,
makhluk individu, dan makhluk sosial (zoon politicon)?
b. Bagaimana manusia dapat mengembangkan kepribadiannya sebagai
makhluk religius, makhluk individu, dan makhluk sosial (zoon
politicon) ?
c. Bagaimana menjadikan manusia sebagai makhluk religius, makhluk
individu, dan makhluk sosial (zoon politicon) yang beradap dalam
mempraktikkan pengetahuan akademisnya ?
d. Bagaimana cara memanusiakan manusia ?
1.3 Tujuan
a. Mengembangkan kepribadian manusia sebagai makhluk religius, dan makhluk
sosial(zoon politicon).
b. Mampu menanggapi secara kritis dan berwawasan luas terhadap masalah
sosial budaya.
c. Mampu menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif dalam memahami dan
memecahkan masalah sosial-budaya dengan landasan estetika, etika, moral,
dan hukum dalam kehidupan masyarakat.
d. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan
kepada mahasiswa sebagai bekal hidup bermasyarakat, sebagai makhluk
beragama (religious), makhluk individu, dan makhluk sosial, yang beradap
dalam mempraktikan pengetahuannya dalam masyarakat.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Manusia Sebagai Makhluk Religius
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kesempurnaan itu dibuktikan oleh akal, perasaan, dan kehendak yang
membedakannya dengan makhluk lain. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk
yang beragama (religious) memiliki perannya dalam bersyukur atas nikmat dan
kesempurnaan yang diberikan oleh Tuhan-nya. Wujud syukur tersebut dapat berupa
:
a. Kewajiban melaksanakan ibadah sesuai dengan agama-nya.
b. Perwujudan Akhlak yang baik sesuai dengan norma Agama.
Norma agama merupakan suatu bentuk peraturan yang diatur oleh Agama.
c. Berbagai macam perbuatan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan-nya.
Selain interaksi kepada Tuhan berdasarkan perwujudan diatas, Tuhan juga
menunjuk manusia sebagai khalifah dibumi. Hal ini menunjukkan manusia sebagai
pemimpin di bumi,dan akan terjadi interaksi social dengan sesama manusia maupun
makhluk hidup lain. Sejak lahir manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan
orang lain. Hal ini menunjukkan manusia sebagai makhluk social. Namun dalam
berinteraksi social manusia memiliki kepribadian tersendiri antara satu dan lainnya,
oleh karena itu manusia juga disebut sebagai makhluk individu.
II.2 Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu
Dalam Bahasa Latin individu berasa dari kata “Individuum”, artinya yang tidak
terbagi. Dalam Bahasa Inggris individu berasal dari kata “in” dan “divided”. Kata “in”
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan “devided” artinya terbagi. Jadi
individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki :
Ilmu Sosial Budaya Dasar 3
(a) Unsur jasmani dan rohani
(b) Unsur fisik dan psikis
(c) Unsur raga dan jiwa
Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi makan seseorang tidak
disebut lagi sebagai individu.
Bila seseorang hanya tinggal raga, fisik, atau jasmaninya saja, maka dia tidak
dikatakan sebagai individu. Jadi, pengertian manusia sebagai makhluk individu
mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi,
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga sebutan individu
hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan
fisik dan psikis serta keutuhan raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Dari sekian banyak
manusia ternyata masing-masing memiliki keunikan yang tersendiri. Sekalipun seseorang
terlahir secara kembar, tidak ada yang persis sama.
Walaupun secara umum manusia memiliki perangkat fisik yang sama, namun
secara detail memiliki perbedaan-perbedaan. Sehingga kita dapat membedakan seseorang
dari lainnya.
Contohnya : Si Waru berbeda dengan Si Dadap, karena perbedaan fisik yang
mudah dikenali.
Contoh lainnya yaitu pada saat kita berada ditengah-tengah kerumunan orang,
kita dapat mengenali wajah seseorang yang telah kita kenal, sebaliknya pada hewan yang
sedang berkumpul sulit kita kenali satu hewan ditengah-tengah kerumunan hewan yang
sejenis.
Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau biologisnya.
Sifat, karakter, perangai, atau gaya dan selera orang yang berbeda-beda. Namun lewat ciri-
ciri fisik yang mudah dikenali.Ada orang yang gemuk, kurus, langsing, ada yang kulitnya
putih, cokelat, hitam, ada yang ramputnya lurus dan ikal. Dilihat dari sifat, perangai , atau
karakternya, ada orang yang periang, sabar, cerewet, atau lainnya.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotipe dan fenotipe. Faktor
genotipe adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Secara fisik seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri
Ilmu Sosial Budaya Dasar 4
dari orang tuanya, kemiripan atau persamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan
penampilan fisiknya, bisa juga terjadi hanya pada bagian-bagian tubuh tertentu saja.
Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa
sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan ( faktor fenotip). Faktor lingkungan yang berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti lingkungan alam sekitarnya, baik itu
lingkungan buatan(tempat tinggal) dan lingkungan. Sedangkan lingkungan yang bukan
buatan seperti kondisi alam geografis dan iklimnya.
Orang yang tinggal didaerah pantai memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda
dengan yang tinggal didaerah pegunungan.
Lingkungan sosial merujuk pada lingkungan dimana seorang individu melakukan
interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, teman, dan
kelompok sosial lainnya yang lebih besar.
Seseorang yang sering bergaul dengan temannya yang berkerja sebagai
sopir atau kenek diterminal memiliki kebiasaan yang khas bagi kelompoknya.
Begitu pula orang yang berada dilingkungan sosial ataupun dipesantren, memiliki
kebiasaan yang khas pula bagi kelompoknya.
Krakteristik yang khas dari seseorang ini sering disebut dengan
“kepribadian”. Menurut Nursyid Sumaatmadja, “ kepribadian adalah
keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-
potensi biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan peruatan serta reaksi mental
psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungannya.” Setiap orang
memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan yang lain.
II.3 Manusia sebagai Makhluk Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat lepas dari pengaruh orang
lain. Ketika kita pergi kekampus, atau tempat lainnya tidak bisa seenaknya
berpakaian menurut kehendak kita sendiri. Hal itu dikarenakan kita harus tunduk
pada aturan dan kebiasaan yang wajar dimasyarakat.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 5
Selama manusia hidup, kita tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat,
rumah, sekolah dan lingkungan yang lebih besar dan tidak lepas dari pengaruh orang
lain. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang
didalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal
orang lain oleh karena itu, perilaku manusia akan selalu terkait dengan orang lain.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial juga dikarenakan pada diri
manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adanya kebutuhan
sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Salah satu
contohnya kebutuhan untuk berteman dengan orang lain yang sering kali didasari
atas kesamaan ciri atau kepentingan lainnya. Dengan demikian akan terbentuk
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Seorang bayi membutuhkan pertolongan orang-orang disekelilingnya
(keluarga), karen bayi sama sekali tidak berdaya, ia tidak bisa mempertahankan
hidupnya tanpa bantuan orang lain.Berbeda dengan hewan, saat lahir bayi seperti
kucing dalam hitungan beberapa menit sudah dapat berjalan mengikuti induknya.
Hali ini dikarenakan hewan memiliki insting sejak lahir, sedangkan manusia melalui
proses belajar dan disertai akal sehingga pada saat bayi lapar ia menangis.
Cooley memberi nama looking-glass self untuk melihat bahwa “seseorang
dipengaruhi oleh orang lain”. Nama demikian diberikan oleh karenanya ia melihat
analogi antara pembentukan diri seseorang dengan perilaku orang yang sedang
bercermin. Kalau cermin memantau apa yang terdapat didepannya, maka menurut
cooley “diri seseorang memantau apa yang dirasakan sebagai tanggapan
masyarakat terhadapnya.”
Cooley berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap yaitu :
i. Seseorang mempunyai presepsi mengenai pandangan orang lain
terhadapnya.
ii. Seseorang mempunyai presepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya.
iii. Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai
penilaian orang lain terhadap itu.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 6
Dari berbagai pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan beberapa hal berikut :
1. Manusia tunduk pada aturan, serta norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila hidup ditengah-tengah
manusia.
Sekilas kasus : mengenai jika seseorang tidak terjadinya interaksi yang
diungkap oleh Keller dan Calhoun (1989) mengisahkan kasus Anna yang
semenjak bayi dikurung ibunya dalam gudang selama lima tahun di California,
Amerika Serikat. Dari kasus tersebut terungkap bahwa anak yang ditemukan
tersebut tidak berperilaku sebagai manusia pada umumnya. Ia tidak dapat makan
sendiri dan mengunyah, serta tidak dapat tertawa maupun menangis. Ia juga tidak
dapat berdiri tegak, dan setelah berkomunikasi dengan masyarakat ia tidak dapat
bersosialisasi dengan wajar dan cenderung meninggal pada usia muda.
Salah satu teori peranan dikaitkan dengan sosialisasi terkait dengan
sosialisasi oleh teori George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam
buku Mind,Self, and Society (1972), Mead menguraikan “tahap-tahap
pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat
lain.”
Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui
beberapa tahap yaitu :
i. Play Stage
Seorang anak kecil mengamil peranan orang-orang yang berada disekitarnya
seperti orang tuanya, polisi, dokter. Hal ini sering kita amati anak-anak dilingkungan
sekitar kita, anak-anak kecil bermain menirukan peranan tersebut. Namun pada
tahap ini,sang anak belum memahami sepenuhnya isi peranan-peranan yang
ditirunya.
ii. Game Stage
Pada tahap ini anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus
dijalankannya., tetapi telah mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orag lain
Ilmu Sosial Budaya Dasar 7
dengan siapa ia berinteraksi. Contohnya Dalam suatu pertandingan bola anak sudah
memahami apa yang diinginkan orang lain darinya. Dan anak mengetahui peranan
orang lain seperti wasin maupun lawannya.
iii. Sosialisasi
Tahan sosialisasi ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Significant Other
Interaksi seorang anak biasanya terbatas pada sejumlah kecil orang lain
seperti mencangkup keluarga.
2. Generalized Others
Anak telah mampu berinteraksi dengan masyarakat dan mengambil
peranannya sendiri dan peran orang lain. Dari pandangan ini diketahui bahwa diri
seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
Dalam berinteraksi, tidak selamanya interaksi itu dapat berjalan dengan baik.
Adakalanya kita dihadapkan pada perbedaan-perbedaan maupun sifat negatif.
Manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan Lingkungan Hidup. Dalam
interaksi manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari Lingkungan. Berkenaan
hubungan antara manusia dengan alam.
II. 4 Manusia Sebagai Makhluk yang Berhubungan dengan
Lingkungan Hidup
Tiga paham , yaitu paham determinisme, paham posibilisme, dan paham
optimisme teknologi. Tokoh paham determinisme itu antara lain Charles Darwin,
Friederich Ratzel, dan Elsworth Huntington. Sebagai makhluk yang tunduk
terhadap alam, alam sebagai faktor menentukan. Menurut Charles Darwin (1809-
1882) teori evolusinya, “makhluk hidup (tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia),
secara berkesinambungan dari waktu ke waktu mengalami perkembangan.
Perjuangan hidup, seleksa alam, dan yang kuat akan bertahan hidup”.
Ratzel melihat bahwa “opulasi manusia dengan perkembangan
kebudayaannya ditentukan oleh kondisi alam”.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 8
Huntington berpandangan bahwa “iklim sangat menentukan perkembangan
kebudayaan manusia.” Alam lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
kehidupan manusia, tidak lagi dipandang sebagai faktor yang menentukan.
Perkembangan dan kemajuan IPTEK seperti kita alami dewasa ini memanfaatkan
alam lingkungan “posibilisme optimis teknologi”.
Manusia sebagai “makhluk yang beriman” sesuai dengan keyakinan agama
yang dianut masing-masing, adalah makhluk ciptaan ( Al Khalik Maha Pencipta )
yang juga menciptakan seluruh makhluk termasuk alam semesta.
Kembali kepada keluarga, menjadi tantangan dan tututan menciptakan
suasana yang serasi dalam membina anak-anak menjadi anggota masyarakat
(makhluk sosial) sesuai dengan karakter indonesia yang ber-Pancasila. Anak-anak
masa ini akan menjadi SDM pada masa mendatang.
II.4 Pengertian Masyarakat dan Ciri-cirinya
Masyarakat Bahasa Inggrisnya “Society”, dan komunitas Bahasa Inggrisnya
“Community”. Jadi, ciri atau unsur masyarakat adalah:
1. Kumpulan orang
2. Sudah terbentuk dengan lama
3. Sudah memiliki system social
4. Memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1975: 308) mengemukakan definisi
masyarakat sebagai :
”a society is that it is an organized collectivity of interacting people whose
activies become centred around a set af common goals and who tend to share
common beliefs, attitudes, and action”.
Unsur masyarakat berdasarkan definisi diatas yaitu :
1. Kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi
2. Kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yang sama
3. Memiliki kecendrungan untuk memiliki keyakinan, sikap, dan
Ilmu Sosial Budaya Dasar 9
tindakan yang sama.
Fairchild,et al.(1980:300) memberikan batasan masyarakat sebagai berikut :
“society is a group human beings cooperating in the pursuit of several of
their major interest, in vaiably including self maintenance and self-perpetuation.
The concept of society includes continuity, complex associational relationships, and
a composition including tepresentatives of fundamental humas types, spesifically
men, women and children.”
Unsur masyarakat menurut definisi diatas yaitu :
1. Kelompok manusia
2. Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandaskan kepentingan
utama.
3. Adanya pertahanan dan kekekalan diri
4. adanya kesinambungan
5. Adanya hubungan yang pelik diantara anggotanya.
Menurut Horton dan Hunt (1982 : 47) :
“ a society is a relatively independents, self-perpetuating human group who
accupy territory, share a culture, and have most of their associations within this
group.”
Unsur masyarakat menurut konsep horton dan hunt yaitu :
1. Kelompok manusia.
2. Yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal.
3. Menempati suatu kawasan.
4. Memiliki kebudayaan.
5. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.
Berdasarkan pengamatan dan penghayatan kita setuju bahwa manusia sejak
lahir hingga mati akan selalu terikat dengan masyarakat. Sepanjang hayat dikandung
badan, kita tudak akan lepas dari masyarakat , mencari nafkah, serta menerima
pengaruh dari llingkungan sosial yang disebut masyarakat. Didalam konteks sosial
Ilmu Sosial Budaya Dasar 10
tersebut ia akan mengenal orang lain, dan yang paling utama mengenal diri sendiri
selaku anggota masyarakat.
II.4.1. Pengertian Masyarakat Setempat (Comunity) atau Komunitas dan
ciri-cirinya
Community is adaptasi sub-group many of the characteristic of society, but
on adaptasi smaller scale, and with less extensive anf coordinated common interest.
Implicit in the cocept of “comunity” is adaptasi territorial area, adaptasi
considerable degree of interpersonal acquaintance and contact, and some special
basic of coherence that sparates it from neighbouring groups. The community has
more limited self sufficiency than society, but within those limits has closer
association and deeper sympathy.
Dalam pengertian ini, community (masyarakat setempat) atau komunitas
merupakan bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih
kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat (teritorial).
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Istilah community dapat
diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” istilah mana menunjuk pada warga-
warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa.
Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok besar atau kecil,
hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok
tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup utama, maka kelompok
tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial
(social relationship).
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat ( community ) adalah suatu
wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang
tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan
masyarakat setempat.
Jadi unsur pertama dari komunitas ialah adanya wilayah atau lokalitas.
Unsur yang kedua dari komunitas adalah perasaan saling ketergantungan
atau saling membutuhkan.
Perasaan bersama antara anggota masyarakat setempat tersebut diatas
disebut community sentiment memiliki unsur:
Ilmu Sosial Budaya Dasar 11
1. Seperasaan
2. Sepenanggungan
3. Saling Memerlukan
Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memosisikan dirinya
sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka menganggap dirinya
sebagai “kami” ketimbang dengan “saya”. Umpamanya “tujuan kami”, “kelompok
kami”, atau “perasaan kami”.
Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota masyarakat setempat
sadar akan peranannya dalam kelompok.
Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota dari komunitas
tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya. Ada saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya.
Pengertian masyarakat (society) jelas berbeda dengan pengertian
masyarakat setempat (community) atau komunitas. Pengertian masyarakat (society)
sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedangkan pengertian masyarakat setempat
(community) lebih terbatas dan juga dibatasi oleh are kawasannya, serta jumlah
warganya. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya, lebih erat pada masyarakat
setempat (community) daripada masyarakat (society), dan persatuannya juga lebih
erat.
II.5 MASYARAKAT DESA DAN KOTA
Kita sering mendengar jenis-jenis masyarakat, seperti masyarakat desa dan
masyarakat kota. Desa dan Kota memiliki perbedaan baik secara fisik maupun
secara sosial.
Sebuah Desa seringkali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari
hikuk pikuk keramaian, penduduknya ramah-tamah, saling mengenal satu sama lain,
mata pencahariaan penduduknya kebanyakan sebagai petani, atau nelayan.
Orang di desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam antar
sesama warganya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok, atas dasar
kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya hidup dari pertanian
Ilmu Sosial Budaya Dasar 12
ataunelayan, meskipun pekerjaan yang lain pun ada seperti tukang kayu atau tukang
batu. Sering ditemukan bukti, ketika musim bertani datang, mereka yang bekerja di
luar pertanian kembali bertani. Mereka bekerja diluar pertanian hanya untuk
sementara saja, ketika pekerjaan bertani sedang tidak dilakukan, mereka melakukan
pekerjaan di luar pertanian.
Pekerjaan bertani biasanya dilakukan bersama-sama antara anggota
masyarakat desa lainnya. Hal itu mereka lakukan, karena biasnya satu keluarga tidak
cukup melakukan pekerjaan tersebut. Sebagai akibat dari kerja sama ini, timbullah
kebiasaan dalam masyarakat yang namanya gotong-gotong royong. Oleh karena itu,
pada masyarakat desa, jarang dijumpai pekerjaan berdasarkan keahlian, akan tetapi
biasanya pekerjaan didasarkan pada usia (karena kekuatan fisiknya) dan jenis
kelamin.
Desa mengalami perubahan, sehingga unsur-unsur kota masuk didalamnya.
Begitu pula kota, meskipun disebut sebuah kota, ciri-ciri atau kebiasaan desa masih
ada yang melekat didalamnya.
Sebuah kota sering kali ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya
yang luas, banyak penduduknya, hubungan yang tidak erat satu sama lain, dan mata
pencaharian penduduknya bermacam-macam.
Menurut Soerjono Soekamto, “masyarakat kota dan desa memiliki
perhatian yang berbeda, khususnya perhatian terhadap keperluan hidup”. Didesa
yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok. Lain dengan
pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan
masyarakat sekitarnya sangat mereka perhatikan. Misalnya menurut orang kota
makanan sebagai alat memenuhi kebutuhan sosial, sedangkan bagi orang desa
makanan hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan biologis.
Pembagian kerja (division of labor) pada masyarakat kota sudah sangat
terspesialisasi. Begitu pula jenis profesi pekerjaan sudah sangat banyak macam
(heterogen). Dari sudut keahlian (spesialisasi), seseorang mendalami pekerjaan pada
satu jenis keahlian yang lebih spesifik, seperti Dokter spesialis, tentara, polisi dan
lainnya.Ada saling ketergantungan yang tinggi antara anggota masyarakat yang satu
dengan yang lainnya karena perbedaan pekerjaan(heterogenitas pekerjaan) menurut
Emile Durkheim disebut dengan solidaritas organis (organic solidarity).
Ilmu Sosial Budaya Dasar 13
Di sisi lain masyarakat Desa memiliki jenis pekerjaan yang sama, seperti
bertani, berladang atau nelayan.Kehidupan orang desa yang sebagian besar memiliki
jenis pekerjaan yang sama (homogen). Saling ketergantungan pada masyarakat
didesa disebabkan oleh karena adanya persamaan dalam idang pekerjaan menurut
Emile Durkheim disebut dengan solidaritas mekanis (mechanic solidarity).
Ferdinand Tonnies mengemukakan pembagian masyarakat dengan sebutan
gemainschaft dan geselschaft. Masyarakat gemainschaf disebut juga paguyuban
adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional
dengan yang lainnya. Sedangkan masyarakat geselschaft atau patembeyan adalah
ikatan-ikatan diantara anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional. Paguyuban
cenderung sebagai refleksi masyarakat desa, sedangkan patembeyan refleksi
masyarakat kota.
II.6 Interaksi Sosial dan Pelapisan Sosial
Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam krhidupan untuk
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial.Bentuk umum proses
sosial adalah interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang perorangan dengan
sekelompok manusia yang menjadi syarat utama terjadinya aktivitas sosial.
Berikut akan dibahas bagaimana interaksi sosial :
1. Interaksi Sosial
Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Ada beberapa pengertian interaksi sosial
yang ada dilingkungan masyarakat, diantaranya :
Menurut H.Booner dalam bukunya, Social Psychology. Memberikan
rumusan interaksi sosial, bahwa : “interaksi sosial adalah hubungan antara dua
individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaiknya.”
Menurut Gillin (1954) yang menyatakan bahwa “interaksi sosial
Ilmu Sosial Budaya Dasar 14
adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antarkelompok
orang, dan orang perorang dengan kelompok.”
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal-balik antara individu
dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan
kelompok.
(a) Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan
Apabila dua orang bertemu, interaksi dimulai : pada saat itu mereka
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi.
Adapun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial:
1) Faktor Imitasi
Imitasi dapat membawa seseorang untuk memenuhi kaidah-kaidah yang
berlaku. Faktor ini diuraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh
kegidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi.
2) Faktor Sugesti
Yang dimaksud sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya
sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya
kritik. Karena dalam psikologi sugesti dibedakan adanya :
Autosugesti, yaitu sugesti tehadap diri sendiri yang datang dari dirinya
sendiri.
Heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Dari pernyataan diatas dapat dibedakan pengertian sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, yaitu bahwa dalam imitasi orang yang satu mengikuti salah satu
dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya, lalu diterima oleh oranglain diluarnya.
3) Faktor Identifikasi
Identfikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik(sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4) Faktor Simpati
Ilmu Sosial Budaya Dasar 15
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang
lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Tanpa adanya pemahaman yang sama tentang maksud dan tujuan masing-
masing pelaku, suatu interaksi sosial tidak akan berjalan dengan baik. Dalam bahasa
lain, Max Webber mengemukakan bahwa interaksi sosial selalu menyangkut
sejumlah pelaku yang saling mempengaruhi. Dengan demikian, hubungan para
pelaku tersebut terlihat secara nyata dalam bentuk tindakan tertentu.
(b) Syarat-syarat Terjadinya Interaksi
Untuk terjadinya suatu interaksi sosial diperlukan adanya syarat-syarat yang
harus dipenuhi yaitu :
1) Adanya Kontak Sosial (Social Contact)
Kata kontak berasal dari Bahasa Latin “Con” yang artinya bersama-sama,
dan “Tanga” yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak berarti “bersama-
sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling
menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang
lain tanpa harus terjadi kontak secara fisik.
Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif.
Kontak sosial yang bersifat positif mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan
kontak yang bersifat negatif dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan
bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.
2) Adanya Komunikasi
Seseorang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau perasaan-perasaan
orang lain dalam bentuk pembicaraan, gerak-gerik badan, atau sikap-sikap tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi pengertian sama. Dalam komunikasi
terdapat dua pihak yang terlibat, pihak yang menyampaikan pesan disebut
komunikator dan pihak lain menerima pesan disebut komunikasi.
Selain itu kontak sosial dapat terjadi dan berlangsung dalam tiga bentuk
yaitu :
Antara Orang Perorangan
Ilmu Sosial Budaya Dasar 16
Anak kecil mempelajari kebiasaan dalam keluarganya. Proses yang demikian
terjadi melalui Socialization, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
Antara Orang Perorangan dengan suatu Kelompok atau Sebaliknya
Antara Kelompok Manusia dengan KelompoknManusia lain.
Perlu diingat bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung
dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial
dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang
mengadakan kontak hubungan langsung bertemu dan bertatap muka, sebaliknya
kontak sekunder memerlukan perantara.
(c) Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan pertentangan (confluct).
Gillin and Gillin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi.
Menurut mereka ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
interaksi sosial, yaitu:
(a) Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusu yaitu okomodasi,
asimilasi, dan akulturasi.
(b) Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravntion” dan
pertentangan pertikaian.
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1) BENTUK INTERAKSI ASOSIATIF
Kerja sama ( Cooperation )
Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa posisi merupakan bentuk
interaksi sosial yang pokok, sebaliknya sosiolog lainnya menggap mereka bahwa
kerja sama merupakan proses utama. Golongan yang terakhir tersebut
memahamkan keja sama, untuk menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi
sosial, atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dijumpai pada
semua kelompok manusia.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 17
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama
ada tiga bentuk kerja sama yaitu:
Bargaining, Pelaksaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa
antara dua organisasi atau lebih.
Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara
untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan yang sama.
Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi digunakan untuk menunjuk pada suatu keadaan dan nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
Adapun bentuk-bentuk akomodasi :
Coercion,yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena
adanya paksaan.
Compromise, suatu bentuk akomodasi dimana pihak yang terlibat masing-
masing mengurangi tuntutannya,agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
Arbitration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang
berhadapan, tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
Mediation, hampir menyerupai arbitration diundang pihak ketiga yang
netral dalam soal perselisishan yang ada.
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih, bagi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Tolerantion, bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil bentuknya.
Stelemate, merupakan suatu akomodasi dimana pihakyang berkepentingan
mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 18
Adjudication, perselisihan perkara atau sengketa di pengadilan.
2) BENTUK INTERAKSI DISOSIATIF
Persaingan (Competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya
dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
menggunakan kekerasan.
Kontraversi (Contravention)
Kontravensi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan
pertentangan. Kontraversi di tandai oleh adanya ketidak pastian terhadap diri
seorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap
kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi
pertentangan atau pertikaian.
Pertentangan (Conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial
yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai
ancaman atau kekerasan.
Pertentangan memiliki bentuk-bentuk yang khusus, antara lain:
Pertentangan pribadi, pertentangan antar-individu.
Pertentangan rasional, pertentangan yang timbul akibat perbedaan ras.
Pertentangan kelas sosial, pertentangan yang disebabkan oleh perbedaan
kepentingan antara kelas sosial.
Pertentangan polotik, biasanya terjadi diantara partai-partai politi untuk
memperoleh kekuasaan negara.
II.7 STRAFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT
Setiap individu adalah anggota dari suatu kelompok. Tetapi tidak setiap
warga dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari suatu kelompok tertentu, ia
Ilmu Sosial Budaya Dasar 19
bisa menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial. Berkaitan dengan penempatan
dalam kelompok sosial, maka individu memiliki kemampuan untuk:
1) Menempatkan diri
2) Ditempatkan oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu.
(Laporan Penelitian, 1992: 6)
Penempatan seseorang dalam lapisan sosial ekonomi tertentu merupakan
pembahasan stratifikasi sosial. Dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial Max
Weber menjelaskan stratifikasi sosial dalam tiga dimensi, yaitu:
1) Dimensi kekayaan.
2) Dimensi kekuasaan.
3) Dimensi prestise.
Ketiga dimensi dari Webber lebih memadai untuk digunakan dalam
pembahasan ini, karena dianggap lebih komprehensif dibandingkan dengan
pendahulunya Karl Marx yang hanya melihat stratifikasi dari sudut ekonomi
(economic determinant).
Lebih jauh Webber dalam “Class, Status, Party” menjelaskan bahwa, sesuatu
disebut kelas apabila:
1) Sejumlah orang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang
merupakan sumber dalam kesempatan hidup (life chance) mereka.
2) Komponen ini secara eksklusif tercermin dalam kepentingan ekonomi
berupa pemilikan benda-benda dan kesempatan untuk memperolah
pendapatan.
3) Hal itu terliahat dalam kondisi komoditas atau pasar tenaga kerja.
Berbeda dengan kelas, kelompok status merupakan komunitas. Bila
kelompok kelas ditentukan oleh situasi kelas, maka kelompok status di tentukan oleh
situassi status. Situasi status yaitu setiap komponen tipikal dari kehidupan (nasib)
manusia (life fate of man) yang ditentukan oleh penilaian sosial, baik positif,
Ilmu Sosial Budaya Dasar 20
negatif, atau yang terkhusus terhadap kehormatan (honor). Kelompok kelas tidak
selalu berkaitan dengan status. Mereka yang termasuk dalam pemilik kelompok
kelas belum tentu dalam kelompok status mendapat kehormatan yang tinggi
dibanding bukan pemilik. Demikian pula, pemilikndan bukan pemilik dapat masuk
dalam kelompok status yang sama.
Pada setiap kelompok status, kehormatan status dapat dicerminkan dari gaya
hidup (life style) orang-orang yang menjadi anggotanya. Berbicara tentang gaya
hidup (life style) sangat erat kaitannya dengan tulisan yang dikemukakan oleh
Melvin Tumin dalam “Consequences of Ratification Life Style”. Bahwa gaya hidup
(life style) dan peluang hidup (life chance) merupakan konsekuensi dari stra tifikasi
sosial.
Istilah gaya hidup merujuk kepada perbedaan karakteristik dari sekelompok
status (status group), dimana keanggotaan dalam kelompok status didasarkan pada
tingkat kehormatan yang dapat diperbandingkan. Jadi kelompok status dapat
mempengaruhi gaya hidup seseorang.
Sedangkan peluang hidup (Life Chance) ditandai oleh perbedaan kelas
ekonomi yang keanggotaannya ditandai oleh peranan individu dalam produksi.
Dengan menguasai sumber produksi(ekonomi) akan menentukan sejauh mana
peluang individu untuk mendapatkan pendidikan, jasa, barang dan lainnya.
Pengertian gaya hidup dalam beberapa hal pengertiannya sama dengan kultur
(culture). Tetapi gaya hidup dapat juga disebut subkultur(subculture), yaitu gaya
hidup yang berbeda dari yang lainnya dalam kerangka budaya pada umumnya.
Peter I.M.Nas dan Marrie V.Sande memberikan pengertian gaya hidup seperti
berikut :
“Life style is more less conscious constructed but transitory frame of
reference, created in relative liberty in relation to certain structural determinants to
strengthen the individual identity of force communication, which open possibility
for interacting persons to follow a particular valued paterns of behavior and to
attach spesific meaning to all sorts of objects and expressions.” (1982).
Pengertian Nas tersebut diatas lebih mengisyaratkan bahwa gaya hidup itu
bentukan individu sebagai ekspresi kebebasannya dalam membentuk cara hidup dan
orientasi masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya gaya hidup seseorang besar sekali
Ilmu Sosial Budaya Dasar 21
dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berada disekelilingnya terutama pada
masyarakat yang masih ketat normanya.
Tumin mengemukakan bahwa gaya hidup yang sama belum tentu
mencerminkan gambaran sosioekonomi yang sama. Gaya hidup dari dua
pendekatan atau dua arah berbeda yaitu :
1) Dengan mempertanyakan gaya hidup dari mereka yang memiliki posisi
sosioekonomi yang sama.
2) Ciri-ciri sosioekonomi yang bagaimana dari mereka yang memiliki gaya
hidup yang sama. Studi gaya hidup akan tetap relevan dalam lapangan
sosiologi, karena lewat studi ini dapat digunakan sebagai :
(a) Indikator untuk menentukan dimana tingkat seseorang berada.
(b) Sebagai penghargaan atas konsekuensi dari adanya ketidaksamaan
dengan yang lainnya. Dimana untuk mencapai rumah atau tempat
tinggal tertentu debedakan oleh pendapatan, pendidikan atau
pekerjaan.
(c) Sebagai teknik untuk menetapkan keabsahan tingkat kehormatan
seseorang mencari bentuk atau cara untuk pengabsahan bahwa dia
telah berada pada level atau status yang baru.
Gaya hidup menyangkut banyak dimensi kehidupan, tetapi Nas dan Sande
berusaha membuat suatu pengelompokan demensi gaya hidup dalam lima kelompok
yaitu :
1) Dimensi Morfologis
Dimensi morfologis merujuk kepada lingkungan dan aspek geografis.
2) Hubungan Sosial dan Jaringan Kerja
Dimensi ini dibedakan atas tiga bidang yaitu :
(a) Pengkapsulan : Keterikatan pada lingkungan, suku, etnis, dan
keeratan diberbagai bidang.
(b) Segregasi : Tidak menekankan pada satu kegiatan saja, tetapi pada
beberapa kegiatan tanpa adanya keterikatan yang akrab
Ilmu Sosial Budaya Dasar 22
atau emosional.
(c) Isolasi : tanpa ada keterikatan yang mendalam pada idang
apapun.
3) Penekanan Bidang Kehidupan (Domain)
Seseorang dapat menekankan kehidupannya pada suatu bidang tertentu yang
menjadi prioritasnya.
4) Makna Gaya Hidup (Domain)
Penilaian atau pemaknaan terhadap bidang-bidang kehidupan.
5) Dimensi Simbolik (Style)
Simbol-simbol yang digunakan dalam hidupnya. Dimensi-dimensi gaya
hidup dibentuk dalam rangka menjalin hubungan sosial dengan individu atau
kelompok lain.
Masalah penilaian dalam hubungan sosial ini dijelaskan pula oleh Robert
K.Merton dan Allice Kitt Rossi. Bahwa adanya kelompok-kelompok sosial dalam
stratifikasi karena adanya hubungan antara :
(a) Kesesuaian penilaian seseorang yang berada pada kelompok tersebut dengan
orang lain yang berada pada kelompok yang sama terhadap sesuatu yang
penting bagi kelangsungan sistem yang mereka kembangkan.
(b) Atau juga masalah kesesuaian individu terhadap penilaian yang diberikan
antara orang yang berada pada kelompok yang berbeda.
(R.Bendix & Lipset, 1966:510-515).
Individu yang berada pada stratifikasi bahwa akan meniru gaya hidup yang
dikembangkan kelompok stratifikasi sosial atasnya. Keberhasilan peniruan ini
tergantung pada :
Kemampuan orang yang meniru.
Penerimaan kelompok luar yang dijadikan kelompok acuan.
Dalam posisi individu sudah keluar dari keanggotaan suatu
kelompokan dan belum diterima sebagai anggota kelompok yang
diacu, maka ia berada pada posisi pinggiran atau marginal man.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 23
Seorang individu yang hubungan sosial dengan kelompoknya sudah pudar, ia
mengorientasikan dirinya pada kelompok lain, maka ia mencari acuan dari norma
dan kebiasaan yang berkembang pada individu anggota kelompok baru tersebut.
Ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan yaitu :
Pertama : Apabila ia dapat mengafiliasikan dirinya dengan kelompok
acuan dengan baik, ia akan berhasil.
Kedua : Apabila kemungkinan diatas tidak terjadi (kurang mampu atau
struktur kelompoknya ketat), maka ia akan kehilangan akar
sosialnya (socially rootles).
BAB III
Ilmu Sosial Budaya Dasar 24
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Mata kuliah ini terdiri dari tiga unsur utama, yaitu satu unsur yang mendasar
yaitu unsur religious dan dua unsure lainnya yaitu unsur individu-sosial, meliputi
tema mengenai manusia makhluk individu, dan makhluk sosial.
Unsur Religius adalah unsur yang mendasari hati nurani berserta akal, pikiran dan
perbuatan. Unsur ini berupa perwujudan bentuk interaksi terhadap tuhan melalui
agama. Agama yang diakui di Indonesia ada 4 yaitu Islam, Kristen (Nasrani),
Hindu, dan Budha. Keempat agama ini yang mengatur maupun menjadi dasar
pondasi diri umat-Nya.Dari keempat agama ini, terdapat suatu peraturan hidup
beragamaan yang mengikat diri setiap manusia yaitu norma agama. Wujud rasa
Syukur terhadap Tuhan-nya dapat berupa :
a. Kewajiban melaksanakan ibadah sesuai dengan agama-nya.
b. Perwujudan Akhlak yang baik sesuai dengan norma Agama.
Norma agama merupakan suatu bentuk peraturan yang diatur oleh Agama.
c. Berbagai macam perbuatan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan-nya.
Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki :
1. Unsur jasmani dan rohani
2. Unsur fisik dan psikis
3. Unsur raga dan jiwa
Krakteristik yang khas dari seseorang ini sering disebut dengan
“kepribadian”. “ kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang
merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan psikis)
yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap
pada tindakan dan peruatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat
Ilmu Sosial Budaya Dasar 25
rangsangan dari lingkungannya.” Setiap orang memiliki kepribadian yang
membedakan dirinya dengan yang lain.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan pada diri manusia
ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adanya kebutuhan sosial
(social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Salah satu contohnya
kebutuhan untuk berteman dengan orang lain yang sering kali didasari atas
kesamaan ciri atau kepentingan lainnya. Dengan demikian akan terbentuk
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial dikarenakan beberapa hal berikut :
1. Manusia tunduk pada aturan, serta norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila hidup ditengah-tengah manusia.
Didalam keluarga, menjadi tantangan dan tututan menciptakan suasana yang
serasi dalam membina anak-anak menjadi anggota masyarakat (makhluk sosial)
sesuai dengan karakter indonesia yang ber-Pancasila. Anak-anak masa ini akan
menjadi SDM pada masa mendatang.
Masyarakat Bahasa Inggrisnya “Society”, dan komunitas Bahasa Inggrisnya
“Community”. Jadi, ciri atau unsur masyarakat adalah:
1) Kumpulan orang
2) Sudah terbentuk dengan lama
3) Sudah memiliki system social
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan pertentangan (confluct).
Untuk dapat memanusiakan manusia, ketiga unsure religious, individu, dan
social yang terdapat didalam diri manusia harus mengalami kesetaraan dan diberi
pemahaman mendalam terkait peraturan yang mengikat baik berupa norma agama
maupun norma social dan hokum serta kesusilaan.
Ilmu Sosial Budaya Dasar 26