185
HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS LOKAL DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN KADAR MERKURI DALAM RAMBUT MASYARAKAT DESA BANTARKARET KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : Destinia Putri NIM: 1112101000114 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS LOKAL

DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN KADAR MERKURI DALAM

RAMBUT MASYARAKAT DESA BANTARKARET KECAMATAN

NANGGUNG KABUPATEN BOGOR TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Oleh :

Destinia Putri

NIM: 1112101000114

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

i

Page 3: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, April 2017

Destinia Putri, NIM: 1112101000114

Hubungan Intake Mingguan Merkuri dalam Beras Lokal dan Faktor Lainnya

Dengan Kadar Merkuri dalam Rambut pada Masyarakat Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

(xiii + 148 halaman, 14 tabel, 12 bagan, 3 grafik, 2 gambar, 5 lampiran)

ABSTRAK

Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Desa Bantarkaret

menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih dari dua puluh tahun.

Sehingga berpotensi untuk mencemari lingkungan dan mempengaruhi kesehatan

masyarakat. Komoditi utama sektor pertanian di desa ini yang dilakukan adalah

penanaman padi. Paparan merkuri dapat diketahui dengan menganalisa kadar merkuri

dalam rambut dan polutan merkuri di lingkungan dapat dianalisa dari konsentrasi merkuri

dalam beras.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan intake mingguan

merkuri dalam beras lokal dan faktor lainnya dengan kadar merkuri dalam rambut

masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Penelitian ini

menggabungkan studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan perhitungan

formula Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI). Perhitungan PTWI yang dilakukan

hanya sebatas perhitungan Estimated Weekly Intake (EWI). Desain studi yang digunakan

adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang

tinggal di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung. Responden diambil menggunakan

teknik quota sampling, jumlah sampel sebanyak 55 responden. Biomarker yang

digunakan yaitu rambut dan spesimen beras yang uji berasal dari persawahan Desa

Bantarkaret, Uji laboratorium dengan metode uap dingin (cold vapour) dengan Mercury

Analyzer dalam sampel sedimen dan sesuai dengan SNI 06.6992.2-2004 tentang

pengujian sedimen parameter merkuri. Analisis data menggunakan uji t independent, uji

Anova, dan uji regresi linier sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar

merkuri dalam rambut melebihi ambang batas aman (rata-rata: 6,24 ppm). Variabel yang

berhubungan dengan kadar merkuri dalam rambut yaitu jenis kelamin (p=0,00), status

pendidikan (p=0,001), pekerjaan (p=0,00), durasi pajanan (p=0,00), dan nilai EWI

(p=0,008). Tetapi kadar merkuri dalam rambut tidak berhubungan dengan usia

(p=0,918).

Pihak Dinas Kesehatan Bogor dan Puskesmas Nanggung disarankan untuk

melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan terkait bahaya logam merkuri. Pihak

Lingkungan Hidup Daerah Bogor disarankan untuk melakukan surveilans terkait

pencemaran lingkungan akibat merkuri, dan masyarakat disarankan untuk meminimalisir

pajanan merkuri seperti mengurangi aktivitas penambangan emas menggunakan teknik

amalgamasi.

Kata Kunci: Merkuri, Biomarker Rambut, Beras, Estimasi Intake Mingguan,

Penambangan Emas Tanpa Izin

Daftar Bacaan: 148 (1972-2016)

Page 4: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALT SCIENCES

PUBLIC HEALTH MAJOR

DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH

Undergraduated Thesis, April 2017

Name: Destinia Putri, NIM; 1112101000114

Relationship of Weekly Intake Mecury in Rice and Other Factors to Mercury

Concentration in Hair of Community in Bantarkaret, Nanggung, Bogor 2017

(xiii + 148 pages, 14 tables, 12 chards, 3 graphs, 2 images, 5 appendixs)

Illegal gold mining activity in Bantarkaret is used amalgamation

technique that have been done over than twenty years. This activity have potential

to pollute the environment and affect to public health. Bantarkaret has the

potential Agricultural commodity is rice plants. Exposure of mercury to human is

known by analyzing of hair mercury concentration and mercury pollution in the

environment is known by analyzing of rice mercury concentration.

This research aims to know the relarionship of weekly intake mercury in

local rice and other factors to mercury concentration in hair of community in

Bantarkaret, Nanggung, Bogor. This research combined the study of

Environmental Health Epidemiolofy (EHE) and Provisional Tolerable Weekly Intake

(PTWI) formulation. PTWI calculation conducted only to Estimated Weekly Intake

(EWI) calculation. The design study used is a cross sectional. The popullations

were all the people who lives in Bantarkaret, Nanggung. The Respondens were

choosed by quota sampling technique, total of respondens were 55. Biomarker

were used respondens hair and the rice were from Bantarkaret field. Laboratory

tests used cold vapour method with Mercury Analyzer for sediment samples,

appropriate with SNI 06.6992.2-2004 about sediment test for mercury. The data

analyzed by independent t-test,anova, and regression .

The results showed that most of respondens has high concentrarion of

mekcury in hair over than safe threshold (average: 6.24 ppm). Variabels that

have a significant relationship with mercury concentration in hair were gender

(p=0,00), education status (p=0,001), occupation (p=0,00), duration exposure

(p=0,00), and EWI (p=0,008). However, mercury concentration in hair were not

having relationship with age (p=0,918).

For Departement of Health Bogor is recommended to increase the citizien

of Bantarkaret knowledge by giving the education about mercury impact. For

Departement of Environmental Bogor is recommended to do surveilans about

environmental pollution caused by mercury, and for all citizien of Bantarkaret is

recommended to decrease the exposure with mercury as reduce the activity of

illegal gold mining that is used the amalgamation technique.

Keywords: Mercury, Biomarker, Hair, Rice, Estimated Weekly Intake, Illegal gold

mining activity

Refrences: 148 (1972-2016)

Page 5: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

iv

Page 6: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

v

Page 7: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“Hubungan Intake minngguan merkuri dalam beras dan faktor lainnya dengan

kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017 dapat terselesaikan.

skirpsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Anggit Jatmiko dan Tumiah Umi, kerta adik-adik

dan saudara-saudara, yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M. Kes selaku dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS selaku dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan

skripsi ini.

Page 8: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

vii

6. Ibu Ir. Febrianti, Msi, Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, M.Kes, Phd, dan Ibu

Andi Asnifatimah, SKM, M.Kes selaku dosen penguji yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Hoirun Nisa, Ph. D selaku dosen penguji pada sidang proposal yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat saya terutama Azzizah, Hanif, Uting, Farras, Genk Harus

Kurus dan lainnya yang telah memberikan semangat dan tenaganya untuk

membantu selama penyusun skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman Kesehatan Lingkungan 2012 dan Kesehatan

Masyarakat 2012 yang telah memberikan dukungan dan semangat selama

penyusun skripsi ini.

10. Seluruh Masyarakat di Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung yang telah

bersedia untuk membantu dan menjadi responden untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Pada penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik

teknis maupun materi mengingat akan kemampuan penulis yang belum mencapai

kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan

bagi penulis demi perbaikan skripsi ini.

Page 9: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR BAGAN, GRAFIK, DAN GAMBAR ................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

1.3. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 7

1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

1.4.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 8

1.4.2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 8

1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

1.5.1. Bagi Masyarakat ................................................................................... 9

1.5.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor .............................................. 9

1.5.3. Bagi Pemerintah Daerah ..................................................................... 10

1.5.4. Bagi Peneliti Lain ............................................................................... 10

1.6. Ruang Lingkup ......................................................................................... 10

BAB II .................................................................................................................. 12

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 12

2.1. Merkuri ..................................................................................................... 12

2.1.1. Sifat dan Karakteristik Merkuri .......................................................... 12

2.1.2. Sumber Pencemaran Merkuri di Lingkungan ..................................... 14

2.1.3. Kegunaan Merkuri .............................................................................. 16

2.1.4. Baku Mutu Merkuri ............................................................................ 21

2.1.5. Jalur Migrasi Merkuri ......................................................................... 22

2.1.6 Toksikologi Merkuri ............................................................................ 24

2.1.7. Keracunan Merkuri ............................................................................. 29

2.1.8. Toksikokinetik Merkuri ...................................................................... 31

2.1.9. Toksikodinamik Merkuri .................................................................... 32

2.1.10. Biomarker Pajanan Merkuri ............................................................ 33

2.1.11. Gangguan Kesehatan Masyarakat ..................................................... 36

2.2 Toleransi Intake Mingguan Sementara Provisional Tolerable Weekly

Intake (PTWI) .................................................................................................. 41

2.3. Rambut ...................................................................................................... 43

2.4. Beras .......................................................................................................... 46

Page 10: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

ix

2.5. Kerangka Teori ........................................................................................ 49

BAB III ................................................................................................................. 52

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........................... 52

3.1. Kerangka Konsep ..................................................................................... 52

3.2. Definisi Operasional ................................................................................. 55

3.3. Uji Hipotesis ............................................................................................. 58

BAB IV ................................................................................................................. 59

METODE PENELITIAN ................................................................................... 59

4.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 59

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 59

4.3. Alur Kerja Penelitian ........................................................................... 60

4.4. Populasi dan Responden Penelitian .................................................... 61

4.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................................... 67

4.6. Analisis Data .......................................................................................... 74

BAB V .................................................................................................................. 76

HASIL .................................................................................................................. 76

5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................ 76

5.2. Analisis Univariat .................................................................................. 79

5.3. Analisis Bivariat .................................................................................... 84

BAB VI ................................................................................................................. 90

PEMBAHASAN .................................................................................................. 90

6.1. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 90

6.2. Konsentrasi Merkuri pada Rambut Masyarakat Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung .................................................................................... 91

6.3. Analisis Estimasi Intake Mingguan Masyarakat Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung - Estimated Weekly Intake (EWI) ............................ 95

6.4. Hubungan Estimated Weekly Intake, Faktor Karakteristik Individu,

dan Faktor Lainnya dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat

Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Tahun 2017 .............................. 105

BAB VII ............................................................................................................. 128

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 128

7.1. Simpulan ................................................................................................. 128

7.2. Saran ....................................................................................................... 129

7.2.1. Bagi Dinas Kesehatan Bogor dan Puskesmas Nanggung ................. 129

7.2.2. Bagi Badan Lingkungan Hidup (BLHD) Bogor, Kecamatan

Nanggung, dan Kelurahan Bantarkaret ....................................................... 130

7.2.3. Bagi Masyarakat ............................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 132

Page 11: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

x

LAMPIRAN ....................................................................................................... 148

Page 12: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

xi

DAFTAR BAGAN, GRAFIK, DAN GAMBAR

Bagan 2.1. Teori Simpul 22

Bagan 2.2. Fase Toksikologi 31

Bagan 2.3. Kerangka Teori 49

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 52

Bagan 4.1. Alur Kerja Penelitian 60

Bagan 4.2 Keikutsertaan Responden……………………………………….65

Bagan 4.3 Rangkaian Pengumpulan Data Kadar Merkuri dalam Rambut 68

Bagan 4.4 Rangkaian Pengumpulan Data Kadar Merkuri dalam Beras …...69

Bagan 4.5 Rangkaian Pengumpulan Data Berat Badan…………………….70

Bagan 4.6 Rangkaian Pengumpulan Data Laju Asupan……………………71

Bagan 4.7Rangkaian Pengumpulan Data Karakteristik Individu…………..72

Bagan 4.8 Rangkaian Pengumpulan Data Nilai Estimated Weekly Intake

(EWI)……………………………………………………………………….73

Grafik 5.1. Gambaran Jenis Kelamin Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017 81

Grafik 5.2. Gambaran Pekerjaan Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017 81

Grafik 5.3. Gambaran Status Pendidikan Responden di Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017 82

Gambar 4.1. Peta Wilayah Desa Bantar Karet ………………………..……61

Gambar 5.1 Batas Wilayah antar Deda Kecamatan Nanggung…………….77

Page 13: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kegunaan Merkuri dalam berbagai Bidang Pekerjaan 17

Tabel 2.2. Peristiwa Keracunan Merkuri di Dunia (1950-an) 29

Tabel 3.1. Definisi Operasional 55

Tabel 5.1. Gambaran Kadar Merkuri dalam Rambut Responden di Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017 80

Tabel 5.2. Gambaran Usia Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017 80

Tabel 5.3 Gambaran Durasi Pajanan pada Responden di Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017....................................82

Tabel 5.4. Gambaran Kadar Merkuri dalam Beras Lokal Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017 83

Tabel 5.4. Gambaran Laju Asupan, Durasi Pajanan, Berat Badan, dan Intake

Beras Lokal Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten

Bogor Tahun 2017 83

Tabel 5.5. Hubungan antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Usia

Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun

2017 84

Tabel 5.6. Hubungan antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Jenis Kelamin

Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun

2017 85

Tabel 5.7. Hubungan antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengen Jenis Pekerjaan

Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun

2017 86

Tabel 5.8. Hubungan antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Status

Pendidikan Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten

Bogor Tahun 2017 87

Tabel 5.9 Hubungan Durasi Pajanan Intake Beras Lokal dengan Kadar Merkuri

dalam Rambut pada Masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Tahun

2017……………………………………………………………..…………..87

Page 14: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

xiii

Tabel 5.10. Hubungan Estimated Weekly Intake (EWI) dengan Kadar Merkuri

dalam Rambut pada Masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Tahun 2017 88

Page 15: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Logam berat merkuri adalah logam berat yang secara alami tersedia di

alam yaitu dapat berasal dari gas gunung berapi, penguapan air laut, batu-batuan,

dan lapisan bumi lainnya. Namun, jumlah atau kadar logam berat merkuri tidak

sebanyak jumlah atau kadar logam berat lainnya. Merkuri di lingkungan yang

berlebihan akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Seperti pada kasus

keracunan merkuri di Minamata Jepang pada tahun 1953 dikenal sebagai

Minamata Disease disebabkan oleh penduduk yang sebagian besar nelayan dan

mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi oleh merkuri, hingga tahun 2001 tercatat

sebanyak 2.265 korban Minamata disease telah meninggal. Selain itu, pada tahun

1970-an kasus keracunan merkuri di Irak menyebabkan 450 orang meninggal

karena mengkonsumsi roti berbahan baku gandum yang diawetkan dengan

fungisida yang mengandung metil merkuri (Hadi, 2013). Kasus keracunan

merkuri lainnya adalah akibat mengkonsumsi padi-padian yang terkontaminasi

oleh merkuri di Guatemala dan Rusia yang dikenal sebagai Pink Disease

(Putranto, 2011 dalam Erdanang, 2016).

Tingginya tingkat kematian akibat keracunan merkuri disebabkan karena

merkuri sangat korosif, efek kesehatan dari merkuri yaitu gangguan saraf namun

organ lain juga terlibat seperti sistem pencernaan, pernafasan, hati, imunitas, kulit,

dan ginjal (Risher, dkk, 2002). Menurut ASEAN State of the Environment Report

2000, disebagian wilayah Indonesia mempunyai kandungan merkuri yang cukup

tinggi seperti di Teluk Jakarta pada tahun 1980 dilakukan survei, didapatkan hasil

Page 16: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

2

dari 3178 orang yang dilakukan survei, 77 responden diantaranya menderita

gangguan neurologis, dengan rata-rata adalah 5,57 ppm merkuri dalam rambut

(Setiady, 1981 dalam Suseno dan Pangabean, 2007). Berdasarkan data Riskesdas

tahun 2012, penyakit radang susunan saraf pusat di Indonesia termasuk kedalam

sepuluh besar penyakit terfatal berdasarkan Case Fatality Rate (CFR), walaupun

penyebab dari penyakit radang saraf pada setiap orangnya berbeda-beda tetapi

susunan saraf pusat adalah salah satu organ sasaran dari pemajanan uap merkuri

yang berulang.

Pada era ini, salah satu wilayah Indonesia yang telah tercemar merkuri

adalah Kawasan Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor karena tingginya aktivitas

PETI yang ada dengan jumlah penambang mencapai 6000 orang (Sudarsono, dkk,

2009). Sebagian besar penambang berasal dari warga lokal yang tinggal di

kawasan gunung ini, terutama yang bermukim di Desa Bantar Karet, Cisarua, dan

Malasari. Menurut Halimah, dkk (2001) setiap tahunnya diperkirakan sekitar 4,8

ton larutan merkuri dibuang kesungai Cikaniki dari aktivitas PETI.

PETI menggunakan logam merkuri untuk proses penggilingan dan

pembentukan algaman di dalam mesin amalgamator, cara ini disebut sebagai

teknik amalgamasi yang dilakukan dalam waktu 8 hingga 12 jam (Julliawan,

2006), dalam proses amalgamasi setiap gram emas yang dihasilkan akan melepas

1-3 gram merkuri ke lingkungan, karena adanya proses pengglundungan untuk

menyatukan logam emas dan memisahkan dengan tanah, selain itu karena

dilakukan pembakaran emas untuk menghilangkan kadar merkuri dalam emas

(Telmer, 2007). Selain dari proses penambangan itu sendiri, sebagian besar

penambang akan melepas limbah dari proses penambangan ke lingkungan tanpa

Page 17: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

3

pengelolaan terlebih dahulu. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan Peraturan

Pemerintah RI No 101 tahun 2014 yang menyatakan bahwa setiap orang yang

menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang

dihasilkan.

Berdasarkan data LIPI Kabupaten Bogor tahun 2004 didapatkan bahwa

terjadinya pencemaran logam merkuri pada sungai Cikaniki Cisadane Bogor,

dengan kadar rata-rata 35 kali diatas batas maksimum yaitu hingga mencapai

0,1743 mg/kg dengan batas aman 0,002 mg/kg untuk kelas III dan 0,005 mg/kg

untuk kelas IV. Hasil analisa terhadap kandungan merkuri pada padi yang ditanam

di kawasan Gunung Pongkor yang dihasilkan mencapai masing-masing di akar

padi 0,258 ppm, tajuk padi 0,384 ppm dan bulir padi 1,320 ppm (Juhaeti, dkk,

2005). Pada penelitian Sutono (2001) didapatkan konsentrasi merkuri yang

melebihi ambang batas pada padi dari sawah yang sistem irigasinya menggunakan

air sungai yang telah mengandung limbah merkuri dari aktivitas PETI.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2009 terkait batas

maksimum cemaran logam berat dan pangan, batas maksimum cemaran logam

merkuri dalam kelompok pangan adalah 0,03 mg/kg.

Diketahui berdasarkan laporan data Puskesmas Nanggung Kawasan

Gunung Pongkor terhitung dari bulan Januari hingga Oktober tahun 2016

didapatkan bahwa terdapat 728 kasus penyakit susunan saraf, dermatitis kontak

sebanyak 726 kasus, dan migren ataupun nyeri kepala sebanyak 575 kasus, diduga

tingginya kasus penyakit tersebut dikarenakan paparan merkuri secara langsung

dari aktivitas kerja PETI ataupun paparan akibat pencemaran lingkungan oleh

merkuri.

Page 18: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

4

Berdasarkan data Puskesmas Nanggung terkait penyakit susunan saraf,

dermatitis kontak, ataupun migren pada masyarakat setempat yang diduga karena

paparan merkuri di lingkungan dapat diperkuat dengan cara melakukan uji

biomarker. Menurut Tabrizian (2009) analisis uji parameter merkuri dalam tubuh

manusia direkomendasikan menggunakan rambut karena mempunyai kelebihan

dibandingkan dengan biomarker lainnya seperti urin, darah, dan kuku. Seperti

pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Toribara dan Jackson (1982)

(Inswiasri, 2008), Junita (2013), dan Rokhman (2013) menggunakan biomarker

rambut untuk mengukur kadar merkuri dalam tubuh, memprediksi penyakit, dan

mengetahui penyebab penyakit. Kadar merkuri dalam rambut dapat menjadi

peringatan dini terhadap risiko kesehatan yang dapat terjadi dan untuk

menunjukan tingkat kotaminasi dalam tubuh.

Merkuri dalam rambut dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti pada

penelitian yang dilakukan oleh Rokhman (2013) dan Junita (2013) didapatkan

hasil bahwa faktor usia, pekerjaan, jenis kelamin, dan durasi pajanan berhubungan

dengan kadar merkuri dalam rambut. Hasil penelitian Tugaswati (1997) dan

menyaktakan bahwa semakin tua seseorang tingkat kadar merkuri dalam rambut

semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian KLH Kabupaten Landak (2009) dan

menurut KemenLH (2012) faktor yang mempengaruhi kadar merkuri dalam

rambut adalah pekerjaan, penambang emas ilegal memiliki kadar merkuri dalam

rambut yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja lainnya. Penelitian Dewi,

dkk (2013) mendapatkan hasil bahwa pekerja penambang ilegal yang terpapar

lebih dari 10 tahun memiliki kadar merkuri dalam rambut melebihi batas normal.

Selain itu intake makanan juga dapat menjadi faktor merkuri dalam tubuh

Page 19: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

5

manusia, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sudarmadji (2006),

Inswiasri (2011), dan Safitri (2015) mendapatkan hasil bahwa semakin tingginya

intake logam berat dalam tubuh akan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan

manusia.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

November tahun 2016 diketahui bahwa Desa Bantarkaret adalah desa terbesar

yang terdapat di Kecamatan Nanggung, desa terpanjang yang dilalui oleh sungai

Cikaniki, dan memiliki lahan pertanian padi terbesar di Kecamatan Nanggung jika

dibandingkan desa lainnya, selain itu secara umum aktivitas PETI di Desa

Bantarkaret menggunakan teknik amalgamasi untuk memisahkan emas dengan

bebatuan, seluruh penambang tidak melakukan pengelolaan limbah sebelum

dibuang ke lingkungan. Sebagian besar masyarakat di Desa Bantarkaret

mengkonsumsi beras hasil panen padi setempat yang sistem pengairannya berasal

dari sungai Cikaniki. 2 dari 3 sampel beras lokal yang berasal dari persawahan

Desa Bantarkaret menunjukan kadar merkuri melebihi ambang batas normal.

Sekitar 80% rambut responden dari 10 responden studi pendahuluan

masyarakat Desa Bantarkaret memiliki kadar merkuri dalam rambut diatas batas

normal, yaitumelebihi dari ketetapan yang sudah ditentukan oleh WHO (2008)

yaitu 2 ppm. Berdasarkan hasil studi pendahuluan terkait kadar merkuri dalam

rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret didapatkan bahwa sebagian besar kadar

merkuri dalam rambut berkonsentrasi tinggi ditemukan yaitu pada penambang,

berjenis kelamin laki-laki, berusia produktif, berpendidikan rendah atau Sederajat

(SD), dan responden yang mengkonsumsi beras yang lokal yang ditanam di

persawahan Desa Bantarkaret.

Page 20: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

6

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian terkait hubungan intake mingguan merkuri dalam

beras lokal dan faktor lainnya (usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pendidikan,

dan durasi pajanan) dengan kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat di Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017.

1.2. Rumusan Masalah

PETI di Desa Bantarkaret umumnya menggunakan teknik amalgamasi

yang hasil limbahnya langsung dibuang ke lingkungan tanpa adanya pengolahan

terlebih dahulu. Limbah yang mengandung merkuri dapat mencemari lingkungan

dan menyebabkan permasalah kesehatan. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan

studi pendahuluan yang dilakukan, diketahui beberapa bagian persawahan di

Kawasan Gunung Pongkor yang dimana Desa Bantarkaret merupakan desa

terbesar yang ada di Kawasan Gunung Pongkor, memiliki kadar merkuri yang

melebihi ambang batas seperti pada lumpur sawah hingga padi dan beras yang

dihasilkan, sedangkan padi-padian adalah makanan pokok masyarakat di Desa

Bantarkaret. Selain itu, diketahui dari penelitian sebelumnya tingginya kadar

merkuri pada rambut masyarakat dan tingginya tingkat keracunan merkuri pada

penambang di Kawasan Gunung Pongkor. Hasil studi pendahuluan terkait kadar

merkuri dalam rambut, didapatkan tingginya kadar merkuri dalam rambut pada

responden studi pendahuluan dengan faktor-faktor pendukung seperti faktor

karaktristik individu dan pola aktivitas. Selain itu diketahui berdasarkan studi

pendahuluan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Bantarkaret mengkonsumsi

beras lokal (hasil panen daerah setempat) dan 2 dari 3 sampel beras hasil panen

Page 21: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

7

dari persawahan Desa Bantarkaret memiliki kadar merkuri yang melebihi standar

aman.

Mengingat merkuri dalam tubuh manusia ataupun makhluk hidup lainnya

dapat terakumulasi, sehingga pajanan merkuri dalam jangka waktu yang lama dan

terus menerus dapat menyebabkan efek negatif bagi kesehatan. Untuk itu perlu

dilakukan penelitian terkait hubungan intake mingguan merkuri dalam beras lokal

dan faktor lainnya (usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pendidikan, dan durasi

pajanan) dengan kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat di Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik individu, kadar merkuri dalam

rambut, kadar merkuri dalam beras, dan intake merkuri dalam beras pada

masyarakat di Desa Bantar karet di Kecamatan Nanggung, Kabupaten

Bogor Tahun 2017?

2. Bagaimana hubungan antara usia dengan kadar merkuri dalam rambut

pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten

Bogor Tahun 2017?

3. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dengan kadar merkuri dalam

rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017?

4. Bagaimana hubungan antara status pendidikan dengan kadar merkuri

dalam rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017?

Page 22: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

8

5. Bagaimana hubungan antara jenis pekerjaan dengan kadar merkuri dalam

rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017?

6. Bagaimana hubungan antara durasi pajanan dengan kadar merkuri dalam

rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017?

7. Bagaimana hubungan antara Estimate Weekly Intake (EWI) merkuri

dalam beras lokal dengan kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat

Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Intake mingguan merkuri dalam beras lokal dan

faktor lainnya dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kadar merkuri dalam rambut, karakteristik

individu, pola aktivitas, dan Estimated Weekly Intake (EWI) merkuri

dalam beras lokal pada masyarakat di Desa Bantar karet di

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Tahun 2017.

2. Diketahuinya hubungan antara usia dengan kadar merkuri dalam

rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017.

Page 23: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

9

3. Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan kadar merkuri dalam

rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017.

4. Diketahuinya hubungan antara status pendidikan dengan kadar

merkuri dalam rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017.

5. Diketahuinya hubungan antara jenis pekerjaan dengan kadar merkuri

dalam rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017.

6. Diketahuinya hubungan antara durasi pajanan dengan kadar merkuri

dalam rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017.

7. Diketahuinya hubungan antara Estimate Weekly Intake (EWI) merkuri

dalam beras lokal dengan kadar merkuri dalam rambut pada

masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten

Bogor Tahun 2017.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak dan

instansi, manfaat tersebut, yaitu:

1.5.1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi informasi kepada masyarakat

terkait faktor-faktor yang dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan

karena paparan merkuri.

1.5.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

Page 24: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

10

Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait gambaran tingkat

kandungan merkuri dalam beras yang merupakan hasil panen daerah sekitar

yang dikonsumsi oleh masyarakat Desa Bantarkaret di Kecamatan

Nanggung, Kabupaten Bogor. Sehingga dapat dilakukan pencegahan dampak

negatif terhadap efek kesehatan yang dapat ditimbulkan.

1.5.3. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini memberikan memberikan informasi kepada pemerintah

daerah khususnya terhadap Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) terkait

tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi di Desa Bantarkaret di

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

1.5.4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai masukan untuk melakukan pengembangan penelitian

selanjutnya terkait topik yang serupa.

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Intake mingguan

merkuri dalam beras lokal dan faktor lainnya dengan kadar merkuri dalam rambut

masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun

2017. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yaitu cross sectional

dengan menggunakan studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan

formula Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI). Sehingga dalam penelitian

ini menggabungkan antara studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

dengan perhitungan formula PTWI untuk menghitung variabel Estimated Weekly

Intake (EWI). Teknik yang digunakan untuk pengambilan responden yaitu teknik

purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini yaitu pada RT 06, 09, 10 dan

Page 25: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

11

12 dengan jumlah sampel sebanyak 55 responden dan 10 spesimen beras.

Responden dalam penelitian ini adalah perempuan ataupun laki-laki yang tinggal

lebih dari 5 tahun dan mengkonsumsi beras hasil panen desa tersebut.

Jenis data yang digunakan adalah data primer untuk mengetahui nilai

kadar merkuri dalam rambut, kadar merkuri dalam beras dan karakteristik

individu, dan pola aktivitas. Biomarker rambut dan sampel beras akan diujikan di

laboratorium menggunakan metode uap dingin (cold vapour) dengan Mercury

Analyzer dalam sampel sedimen dan sesuai penetapan SNI 06.6992.2-2004 terkait

uji sedimen parameter merkuri. Data karakteristik individu didapatkan dengan

cara pengisian kuesioner dan pengukuran langsung. Data yang sudah

dikumpulkan kemudian dilakukan perhitungan dengan formula rumus EWI untuk

menghitung intake. Lalu dilakukan uji t independen, anova, dan regresi linier

sederhana untuk mengetahui hubungan Intake mingguan merkuri dalam beras

lokal dan faktor lainnya dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017.

Page 26: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Merkuri

Di Indonesia merkuri dikenal dengan nama air raksa dan mempunyai

nama kimia hydragyrum (Hg), yang berasal dari bahasa latin yang berarti cairan

perak. Merkuri telah dikenal oleh manusia semenjak manusia mengenal

peradaban.Merkuri termasuk kedalam salah satu unsur renik yang terdapat dalam

kerak bumi, selain itu dalam perairan merkuri ditemukan dalam jumlah yang

relative kecil, tetapi di alam merkuri tersebar di karang-karang, udara, tanah, air,

dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang kompleks

(Palar, 2008). Menurut Hardywinoto dan Setiabudi (2005) di alam merkuri jarang

ditemukan sebagai logam murni, biasanya ditemukan dalam bentuk mineral

sinabar atau merkuri sulfide (HgS). Dalam menunjang kehidupan manusia

merkuri digunakan untuk berbagai bidang seperti dalam bidang industri

pertambangan seperti pertambangan emas, bidang kesehatan seperti bahan tambal

gigi dan termometer, bidang pendidikan, dan lainnya.

2.1.1. Sifat dan Karakteristik Merkuri

Pada tabel periodik merkuri mempunyai nomor atom (NA) 80 dan

termasuk dari unsur golongan II B. Merkuri terdiri dari tiga bentuk yaitu

elemen merkuri (Hg0), ion merkuri (Hg2+), dan merkuri organic kompleks

(Selid, dkk, 2009). Diantara seluruh unsur logam, merkuri merupakan unsur

logam yang mempunyai tingkat racun yang tertinggi dibandingkan dengan

logam lainnya seperti logam kadmium (Cd), Perak (Ag), nikel (Ni), timbal

(Pb), Arsen (As), kromium (Cr), timah (Sa), dan seng (Zn) (Waldicuk, 1974).

Page 27: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

13

Merkuri dapat bercampur dengan enzim didalam tubuh manusia dan

menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk menjadi katalisator dalam

tubuh. Masuknya merkuri kedalam tubuh manusia yaitu dengan banyak cara

yaitu melalui saluran pencernaan, pernafasan, ataupun kulit.

Menurut Palar (1994), secara umum merkuri mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut:

a. Logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (250C), dan

mempunyai titik beku terendah dari semua logam (390C)

b. Logam yang paling mudah menguap, jika dibandingkan dengan

logam lainnya.

c. Logam yang sangat baik untuk menghantarkan arus listrik karena

tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah.

d. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk

alloy atau amalgam.

e. Unsur logam yang sangat beracun bagi seluruh makhluk hidup,

dalam bentuk unsur tunggal ataupun dalam bentuk persenyawaan.

Daya racun merkuri tergantung dari bentuk kimia dan fisika, akan

tetap senyawa merkuri yang mudah larut membuat logam ini lebih beracun.

Tingkat dosis merkuri atau Lethal Dose 100 (LD 100) yang dapat

menyebabkan kematian jika merkuri tertelan sekitar 0,2-1 gr. Selain tertelan

merkuri juga dapat terserap oleh kulit melalui proses absorbsi dari lapisan

kulit merkuri dapat masuk ke dalam darah, berikatan dengan protein yang

terkandung dalam darah, lalu didistribusikan keseluruh tubuh yang akan

mengakibatkan kerusakan jaringan, organ yang umumnya terserang adalah

Page 28: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

14

organ hati dan ginjal. Selain itu, merkuri dapat terakumulasi didalam tubuh

manusia dan dapat berpengaruh terhadap sistem saraf, sehingga dapat

mengakibatkan kelumpuhan permanen dan berpengaruh terhadap

pertumbuhan (Wurdiyanto, 2007).

2.1.2. Sumber Pencemaran Merkuri di Lingkungan

Pada dasarnya keberadaan logam merkuri ada di alam, namun jumlah

atau kadarnya tidak sebanyak logam timbal ataupun logam lainnya

(Adiwijayanti, 2015), hal ini dikarenakan merkuri adalah logam yang sangat

toksik dibandingkan dengan logam lainnya. Terdapatnya merkuri kedalam

lingkungan dengan kadar diatas baku mutu dapat menyebabkan keracunan

pada makhluk hidup, peningkatan merkuri diatas baku mutu karena aktivitas

industry dan proses penambangan (Putranto, 2011). Sumber utama merkuri

dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Alami

Secara alami merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi, penguapan air

laut, batu-batuan, dan lapisan bumi lainnya. Kadar normal merkuri di

dalam tanah yaitu 0,03 ppm, pada saar kadar merkuri dalam tanah sudah

mencapai 0,3-0,5 pmm dapat dikatakan bahwa sudah dalam kadar kritis

terhadap pencemaran merkuri di lingkungan (Zulfikar, dkk 2014).

Sedangkan merkuri dapat ditemukan pada batu yang bercampur dengan

logam lainnya. Menurut Inswiariasi dalam Rohkman (2013) menyatakan

bahwa merkuri muncul di lingkungan secara alamiah dalam beberapa

bentuk yaitu:

Metal Merkuri (Hg0)

Page 29: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

15

Dalam bentuk fisiknya, metal merkuri (Hg0) merupakan logam yang

berwarna putih dan bekilau atau berwarna seperti warna perak dan

tidak berbau. Metil merkuri mempunyai tekanan uap yang cukup

tinggi dan sukar larut di dalam air. Semakin tinggi suhu semakin

cepat merkuri akan menguap. Sehingga dapat dikatakan kinerja

penguapan merkuri berbanding lurus dengan tingkat suhu. Uap

merkuri yang muncul kepermukaan dalam bentuk monoatom yang

apabila terserap oleh tubuh akan dibebaskan ke dasar alveolar.

Merkuri Anorganik

Merkuri anorganik yaitu lebih reaktif dibandingkan meta merkuri

ataupun merkuri organik. Merkuri anorganik dapat membentuk

kompleks dengan ligan organik terutama pada golongan sulfurhidril

seperti HgCl2, kolaborasi ini membuat sangat larut dalam air dan

sangat toksik biasanya digunakan sebagai fungisida (Alfian, 2006).

Merkuri Organik

Senyawa merkuri organik adalah senyawa yang mudah larut dalam

lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti korda saraf, sekitar 80%

senyawa merkuri organik dapat mengendap dan berakumulasi dalam

tubuh kaena sifat yang larut dalam lipida.

2. Antropogenik

Logam merkuri yang melebihi baku mutu di lingkungan biasnya

bersumber dari industry yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku

ataupun bahan penolong, seperti industry pengecoran logam, industri klor

alkali, peralatan listrik, industri pertanian. Dalam dunia kedokteran juga

Page 30: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

16

menggunakan merkuri sebagai bahan penambal gigi yaitu algaman.

Menurut Sudarmaji, dkk (2006) sumber merkuri juga didapatkan dari

bahan bakar fosil. Selain itu aktivitas pertambangan emas merupakan

salah satu sumber penghasil pencemar merkuri, karena dalam proses

aktivitasnya pemisahan emas dan batuan menggunakan merkuri.

2.1.3. Kegunaan Merkuri

Pada saat ini penggunaan merkuri sudah mencakup kepada hampir

seluruh aspek kehidupan manusia. Merkuri digunakan untuk banyak

digunakan dalam berbagai macam jenis bidang pekerjaan, yaitu Alfain

(2006), Rokhman (2013), dan Hadi (2013):

Tabel 2.1. Kegunaan Merkuri Dalam Berbagai Bidang Pekerjaan

No Bidang Pekerjaan Penggunaan

1 Industri Digunakan dalam pabrik alat-alat

listrik, pembuatan baterai, dan

sebagai komponen pewarna serta

pencegah pertumbuhan jamur dalam

industri cat.

2 Pertambangan Digunakan dalam aktivitas

penambangan emas yaitu untuk

mengikat dan memurnikan emas.

3 Pertanian Digunakan sebagai fungisda dan

merkuri organik digunakan untuk

membasmi hama.

4 Kedokteran Digunakan dalam mengobati

penyakit kelamin (Sifilis) dan

campuran penambal gigi.

5 Pembuatan bahan

kimia

Digunakan dalam pembuatan klor

alkali yang menghasilkan klorin

Page 31: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

17

No Bidang Pekerjaan Penggunaan

(Cl2).

6 Pembuatan peralatan

fisika

Digunakan untuk alat kesehatan

seperti termometer, alat pengukuran

cuaca seperti barometer.

Merkuri dimanfaatkan untuk berbagai macam bidang aktivitas

pekerjaan namun seluruh bentuk merkuri dalam bentuk unsur, gas, ataupun

dalam bentuk garam merkuri tetap bersifat racun dan menyebabkan pengaruh

toksik (Hadi, 2013). Di Indonesia aktivitas penambangan emas illegal masih

banyak yang menggunakan teknik amalgamasi, yaitu menambang emas yang

menggunakan merkuri dalam prosesnya. Hal ini sangat berpotensi untuk

menimbulkan pencemaan serta kerusakan lingkungan.

2.1.3.1. Kegunaan Merkuti dalam Aktivitas Penambangan Emas

Setiap usaha yang menimbulkan dampak negatif ataupun yang

tidak menimbulkan dampak negatif membutuhkan izin. Termasuk

aktivitas penambangan, jika usaha dilakukan pertambangan dilakukan

perseorangan dapat dilakukan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dan

Izin Usaha Pertambangan (IUP), yang sesuai dengan UU No. 4 Tahun

2009 tentang pertambangan mineral dan batubara. Pada pasal 96

menyebutkan bahwa setiap IRP dan IUP wajin mengelola sisa tambang

dari suatu aktivitas usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau

gas sampai memnuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas

ke media lingkungan.

Aktivitas PETI yang dilakukan di Indonesia pada umumnya

dilakukan dengan sistem penambangan bawah tanah dan sitem

Page 32: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

18

pengambilan batu di sungai. Seperti pada aktivitas penambangan yang

dilakukan oleh masyarakat di kawasan Gunung Pongkor yang salah

satunya adalah di Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung, mereka

menggunakan kedua sistem tersebut untuk menggambil batu-batuan

yang diperkirakan menggandung emas. Berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan dan didukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan di Kawasan Gunung Pongkor, diketahui bahwa pada

umumnya masyarakat melakukan pengelolahan emas menggunakan

teknik amalgamasi. Teknik amalgamasi yaitu teknik pemisahan

kotoran dan bijih emas menggunakan merkuri.

Menurut Silalahi (2005) dan Junita (2013) menyatakan bahwa

pada proses amalgamasi mempunyai tahapan-tahapan yaitu:

1. Tahapan pembukaan awal: Batuan mengandung bijih emas hasil

penambangan dari gunung ataupun sungai ditumbuk sampai

hancur dengan alat sederhana. Lalu batu yang telah hancur

menjadi lebih kecil dimasukan ke amalgamator atau gelundung.

2. Tahapan penggilingan: Proses penggilingan yaitu dilakukan

didalam gelundungan yang telah dimasukan merkuri didalamnya.

Pada setiap gelundungan diberikan pelor untuk menghancurkan

batuan keurkuran yang lebih kecil sehingga dapat mengeluarkan

dan memisahkan bijih emas dari pengotor lainnya dan menjadi

bituran serta menempel dengan merkuri membentuk amalgam.

3. Tahapan pencucian dan pemerasan: Pada tahapan ini, algaman

dicuci dengan air dan diperas dengan kain putih yang bertuhuan

Page 33: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

19

untuk membersihkan amalgam dan mengurangi kandungan

merkuri yang masih ada pada amalgam. Sisa merkuri yang keluar

dari pori-pori kain karena pemerasan ditampung ditempat

pencucian algaman. Lalu tempat pencucian algaman didiamkan

agar merkuri mengendap dan dapat digunakan kembali untuk

proses pengolahan emas.

4. Tahapan pembakaran atau penggarangan: Pada tahapan ini,

algaman dibakar untuk menghilangkan unsur merkuri. Merkuri

yang masih tersisa di dalam algaman akan menguap ke udara.

Algaman yang berwana perak akan berubah berwarna emas, dari

hasil pembakaran ini akan didapatkan emas dengan kadar 10-

60%.

5. Tahapan penumbukan akhir: Pada tahapan ini emas hasil

pembakaran di bentuk kepingan atau sesuai dengan permintaan

pasar.

2.1.3.2. Merkuri Masuk Ke Lingkungan dari Aktivitas

Pertambangan

Aktivitas pengolahan emas menggunakan teknik amalgamasi

adalah aktivitas pengolahan emas yang sederhana dan digunakan untuk

produksi dalam skala kecil, akan tetapi sangat berisiko menyebabkan

pencemaran lingkungan seperti air, tanah, udara, ataupun tumbuhan

yang hidup lingkungan sekitar dan dapat berdampak pada masyarakat

sekitar. Aktivitas amalgamasi yang dilakukan penambang pada

umumnya hasil buangannya tidak dilakukan pengolahaan limbah

Page 34: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

20

terlebih dahulu. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Balihristi

(2013) menemukan bahwa masyarakat yang melakukan aktivitas PETI

di beberapa kabupaten provinsi Gorontalo menggunakan merkuri serta

sianida dan limbah cair dari aktivitas tersebut tersebut dibuang

langsung ke aliran sungai di dekat pertambangan. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rusli, dkk (2010), Lestarisa (2010),

dan Lihawa dan Mahmud (2012) yang menyatakan bahwa hasil

buangan dari aktivitas PETI yang berupa limbah berbahaya langsung

dibuang ke sungai tanpa adanya pengelolahan.

Atas hal tersebut pada penelitian yang dilakukan oleh Widodo

(2008) dan Heriamariaty (2011), terjadinya pencemaran merkuri pada

air dan sedimen sebagai dampak pengolahan bijih di Sungai

Ciliunggunung tahun 2005 dan di Sungai Kahayan. Penelitian yang

dilakukan oleh Mirdat, dkk (2013) didapatkan bahwa status logam

berat merkuri dalam tanah diatas batas batas pada kawasan pengolahan

tambang emas. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya penelitian yang dilakukan oleh Mahmud, dkk (2014)

menyatakan bahwa didapatkan kadar merkuri di atas batas normal di

tanah dan padi pada lingkungan di sekitar Desa Sumalata dan Desa

Hangata Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan suatu kawasan

penambangan emas.

Diketahui bahwa masyarakat di Kawasan Gunung Pongkor

yang berkerja sebagai penambang melakukan pengolahan bijih emas

menggunakan teknik amalgam sehingga membutuhkan merkuri

Page 35: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

21

sebagai bahan baku. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh

Siallagan, (2010) mendapatkan hasil bahwa aktivitas Pertambangan

Emas Tanpa Izin (PETI) oleh tiga desa di daerah Gunung Pongkor,

dalam aktivitasnya penambang menggunakan merkuri (Hg) sebanyak

5,5 ton per tahunnya, sehingga hal ini sangat berisiko untuk

terbuangnya merkuri ke lingkungkan. Pada Kawasan Gunung Pongkor

di ketahui bahwa adanya kontaminasi logam merkuri pada air Sungai

Cikaniki yang melebihi baku mutu air, hingga air Sungai Cisadane

(Yoyok, dkk. 2009). Selain itu, Sutono (2001) dan Widiowati, dkk

(2008) pada penelitian yang dilakukan oleh diketahui bahwa adanya

kadar merkuri dalam beras melebihi baku mutu yaitu 0,45 ppm dan

0,25 ppm, beras yang dijadikan objek adalah beras yang ditaman di

Kawasan Gunung pongkor yang sistem irigasi persawahannya

menggunakan air Sungai Cikaniki.

2.1.4. Baku Mutu Merkuri

Merkuri dapat masuk kedalam tubuh manusia dengan barbagai macam

cara, sehingga jika ingin mengetahui kadar merkuri pada tubuh manusia

dapat dilakukan uji, yaitu dengan mengambil sampel pada darah, urin,

ataupun rambut. Berdasarkan ketetapan WHO (2008) ambang batas merkuri

pada rambut yaitu 2 ppm . Selain itu, berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh EPA, logam berat merkuri tidak boleh masuk kedalam tubuh

manusia melalui ingesti melebihi 0,0001 mg/kg/hari. Berbeda lagi dengan

ambang batas merkuri di lingkungan ataupun pada bahan makanan.

Page 36: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

22

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2009 tentang

batas maksimum cemaran logam berat dan pangan, batas maksimum cemaran

logam merkuri dalam kelompok pangan adalah 0,03 mg/kg, batas ini sama

dengan batas yang ditentukan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum

cemaran mikroba dan kimia dalam makanan. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air, batas mutu air pada parameter merkuri yaitu

sebesar 0,001 mg/kg.

2.1.5. Jalur Migrasi Merkuri

Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya terkait logam merkuri

yang ada di lingkungan hingga dapat masuk dan berakumulasi di dalam tubuh.

Berikut Jalur migrasi merkuri yang digambarkan menggunakan teori simpul

dengan menggunakan empat simpul dari Umar Fahmi Achmadi (1991), yaitu

1. Simpul satu: Sumber penyakit atau agen penyakit. Sumber penyakit

dikelompokan dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok mikroba seperti

virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lainnya. Kelompok fisik, seperti

kekuatan radiasi, energi, kebisingan, kekuatan cahaya, dan lainnya.

Kelompok bahan kimia toksik, seperti merkuri, pestisida, kadmium, dan

lainnya. Pada penelitian ini kelompok bahan kimia yaitu merkuri adalah

sebagai agen penyakit.

2. Simpul dua: Komponen lingkungan, yaitu berperan sebagai media

transmisi penyakit mencakup udara, air, tanah, binatang atau serangga,

Page 37: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

23

karang, dan pangan. Pada penelitian ini kelomponen yang akan diteliti

adalah pangan.

3. Simpul tiga: Penduduk yaitu dimaksudkan dengan perilaku atau kebiasaan

hidup sehari-hari dan karakteristik individu itu sendiri. Hubungan

interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk beserta

perilakunya dapat diukur yaitu dengan perilaku pemajanan.

4. Simpul empat: Hasil akhir dari interaksi antara simpul satu hingga simpul

tiga, akan berakhir sakit ataukah tetap sehat. Jika individu ataupun

penduduk tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan maka sumber

penyakit akan mudah menimbulkan kondisi sakit akan tetapi jika mampu

beradaptasi akan tercipta kondisi sehat.

Dari simpul-simpul yang telah dijelaskan ada variabel lain yang dapat

mempengaruhi keemapat simpul lainnya. Pada penelitian ini variabel yang

dapat mempengaruhi keempat simpul lainnya yaitu peraturan pemerintah.

Bagan 2.1 Teori Simpul

POLUTAN

Merkuri

KELAINAN

BENTUK/ HASIL

INTERASI

YANG

MERUGIKAN

Merkuri dalam tubuh:

Ya

Tidak

(Biomarker: Rambut)

PERILAKU

PEMAJANAN

Usia

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Status Pendidikan

Lama Tinggal

Konsumsi Beras

Lokal

Jarak Rumah

dengan Sungai

Aktivitas Sungai

KOMPONEN

LINGKUNGAN

Udara

Air

Tanah

Karang

Pangan

PERATURAN PEMERINTAH

Page 38: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

24

2.1.6 Toksikologi Merkuri

Toksikologi berfungsi untuk mengidentifikasi zat kimia yang dapat

menimbulkan bahaya kesehatan pada sistem kehidupan. Daya toksisitas

logam berat terhadap makhluk hidup tergantung pada besar dosis yang masuk

ketubuh, lama dan seringnya pemaparan logam berat, dan cara masuk

kedalam tubuh, hal ini juga dapat meningkatkan efek keracunan (Rukaesih,

2004). Senyawa merkuri secara alami ada di lingkungan namun merkuri yang

alami di lingkungan jumlahnya tidak banyak jika dibandingkan dengan

logam berat lainnya, akan tetapi senyawa merkuri di alam tetap berpotensi

mempunyai efek toksik.

1. Toksikologi Merkuri di Lingkungan

Toksikologi lingkungan adalah pengetahuan yang bertujuan untuk

mempelajari efek toksik, dampak ataupun resiko dari keberadaan zat

kimia tertentu terhadap makhluk hidup. Polutan seperti merkuri

Toksikologi merkuri di lingkungan bertujuan mengetahui efek toksik

merkuri yang dapat berdampak ke manusia dan makhluk hidup lainnya.

Merkuri mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi kualitas dan

pencemaran lingkungan, dari pencemaran lingkungan dapat

mempengaruhi kualitas hidup manusia dan makhluk hidup lainnya,

hingga dapat membuat kerugian untuk kesehatan manusia (Wirasuta,

2006).

2. Toksikologi Merkuri dalam Tubuh Manusia dan Kesehatan

Akumulasi logam berat pada tubuh kadarnya akan jauh lebih tinggi

dari pada kadar logam berat yang berasal dari sumbernya. Apabila terjadi

Page 39: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

25

paparan secara terus menerus akan menyebabkan toksisitas kronis. Setiap

bentuk merkuri mempunyai organ sasaran yang berbeda-beda dan cara

masuknya merkuri kedalam tubuh menentukan efek toksik yang berbeda

juga. Seperti metal merkuri mempunyai organ target untuk berakumulasi

yaitu di otak.

a. Penyerapan Merkuri dalam Tubuh (absorbsi)

Absorbsi merkuri anorganik hanya berkisar 7% pada manusia jika

melalui saluran pencernaan dan merkuri organik yaitu metil merkuri

dapat diabsorbsi sebesar 90 % - 95 % pada tubuh manusia. Menurut

Rianto (2010) dan Lubis (2002) Otak manusia merupakan afinitas

terbesar oleh logam merkuri setelah itu diakumulasikan di dalam

jaringan.

b. Metabolisme Merkuri

Dalam proses metabolisme organ hati dan ginjal dapat

memetabolisme metil merkuri menjadi merkuri anorganik. Sekitar

90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Senyawa metil merkuri

dimetabolisme secara lambat akan tetapi mempunyai afinitas yang

kuat terhadap otak.

c. Eksresi Merkuri

Eksresi merkuri dari tubuh manusia memalui urin ataupun feses cepat

lambatnya dipengaruhi oleh bentuk senyawa merkuri itu sendiri, akan

tetapi eksresi metil merkuri paling besar dengan melalui feses yaitu

sebesar 90%.

d. Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan

Page 40: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

26

Berdasarkan sifat alaminya, merkuri mempunyai daya toksik yang

tinggi jika dibandingkan dengan logam berat lainnya (Palar, 2008).

Menurut Coelho, dkk (2012) dan Wirasuta (2006) merkuri dapat

masuk melalui beberapa cara yaitu melawati jalaur ingesti atau

pencernaan, jalur inhalasi atau pernafasan, dan jalur dermal atau

penyerapan melewati pori-pori kulit.

Pada dasarnya efek toksisitas merkuri pada manusia tergantung dari

bentuk komposisi merkuri, jalan masuknya ke dalam tubuh, dan

lamanya berkembang. Diagnosis toksisitas merkuri tidak dapat

dilakukan dengan tes biokimiawi. Indikator toksisitas merkuri hanya

dapat didiagnosis dengan analisis kadar merkuri salah satunya yaitu

dari rambut. Seluruh komponen merkuri yang masuk ke dalam tubuh

manusia karena akumulasinya secara terus menerus akan

menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger,

dkk, 1984). Terdapat beberapa hal yang dapat difokuskan atau hal

yang dapat dijadikan acuan terhadap efek yang dapat ditimbulkan

oleh merkuri terhadap tubuh manusia yaitu (Nina, 2007):

Semua senyawa merkuri adalah racun untuk tubuh apabila

batas jumlahnya sudah tidak dapat ditoleransi oleh tubuh.

Setiap senyawa merkuri yang berbeda akan menghasilkan

karakteristik dampak yang berbeda.

Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata

lingkungan atau dalam tubuh organisme yang telah

Page 41: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

27

terakumulasi merkuri disebabkan oleh perubahan senyawa-

senyawa merkuri.

Efek yang ditimbulkan oleh merkuri dalam tubuh menghalangi

kinerja enzim dan merusak selaput dinding sel.

Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh

pada umumnya bersifat permanen.

Terpaparnya merkuri dalam kurun waktu yang lama dapat

menimbulkan dampak kesehatan hingga kematian pada manusia salah

satu pengaruh merkuri terhadap fisiologis manusia yaitu: pada sistem

saluran pencernaan dan ginjal, berpengaruh terhadap sistem saraf

karena merkuri mampu menembus blood brain barried, dan dapat

mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga

mengakibatkan kelumpuhan permanen serta berpengaruh terhadap

pertumbuhan (Wurdiyanto, 2007). Berikut pengaruh merkuri terhadap

kesehatan manusia yang dapat diuraikan sebagai berikut (Rokhman,

2013), (Alfian, 2006) (Azhari, 2010):

1) Pengaruh terhadap fisiologis

Sistem saluran pencernaan (SSP) dan ginjal adalah pengaruh

toksisitas merkuri yang paling dominan. Dalam jangka waktu

tertentu, intensitas yang tinggi, dan jalur paparan merkuri sangat

mempengaruhi toksisitasnya dan organ apa yang akan

dipengaruhi. Organ utama yang dipengaruhi paparan kronik oleh

merkuri adalah SSP. Kerusakan ginjal dipengaruhi oleh garam

Page 42: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

28

merkuri. Sistem pernafasan adalah efek dari keracunan akut

karena merkuri terhidap.

2) Pengaruh terhadap sistem saraf

Merkuri yang mempengaruhi sistem saraf yaitu akibat dari

pemajanan uap merkuri dan metil merkuri karena senyawa

tersebut dapat menembus merkuri dan dapat mengakibatkan

kerusakan otak yang irreversible. Metil merkuri yang masuk ke

dalam pencernaan akan memperlambat sistem saraf pusat. Gejala

awal merkuri mempengaruhi sistem saraf pusat yaitu tidak

spesifik seperti malas, pandangan kabur, ataupun pendengaran

hilang.

3) Pengaruh Terhadap Ginjal

Uap merkuri yang masuk melalui pernafsan dapat menyebabkan

gagal ginjal karena terjadi proteinuria atau nephrotic syndrome

dan tubular necrosis akut.

4) Pengaruh Terhadap Pertumbuhan

Merkuri sangat reaktif kepada ibu hasil dan bayi, bayi yang

dilahirkan dari ibu yang memakan gandum berfungisida akan

mengalami gangguan kerusakan otak seperti retardasi mental, tuli,

penciutan lapang pandang, buta, gangguan menelan, ataxia,

ataupun cerebral palsy.

Selain itu, menurut Silalahi (2005), merkuri mempengaruhi proses

ateroskelorsis (penyempitan dan penebalan pembuluh darah) hal ini

dikarenakan merkuri dapat membentuk radikal bebas yang dapat

Page 43: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

29

merusak sel. Didukung oleh ATSDR (2011) yang menyatakan bahwa

merkuri dapat menembus darah- otak dan plasenta, pada anak-anak

peningkatan risiko toksisitas pada paru-paru dimungkinkan dapat

terjadi dan berkembang menjadi gangguan pernafasan. Berdasarkan

penjelasan sebelumnya terkait batas aman merkuri dalam rambut

yaitu kurang dari 2 ppm, makan kandungan merkuri disebut tinggi

apabila melebihi 2 ppm pada rambut individu. Tingginya merkuri

dalam tubuh dapat berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit

jantung koroner (PJK) atau infraksi miokardinal 2-3 kali lipat.

2.1.7. Keracunan Merkuri

Pencemaran merkuri di lingkungan telah menimbulkan banyak akibat

salah satunya yaitu keracunan. Merkuri yang ada di lingkungan jika masuk

kedalam tubuh engan besarnya konsentrasi, lama, dan frekuensi pemaparan

kedalam tubuh manusia dapat menimbulkan keracunan dalam tubuh. Seperti

pada peristiwa keracunan yang terjadi, Putranto (2011) dalam Erdanang,

2016 dan Hadi (2013):

Tabel 2.2 Peristiwa Keracunan Merkuri di Dunia (1950-an)

Negara Tahun Sebab Akibat

Jepang- MInamata

(Minamata Desase)

1953 Mengkonsumsi ikan yang

terkontaminasi

- Hingga tahun

2001 : 2.265

korban meninggal

Irak 1970 Mengkonsumsi roti yang

berbahan baku gandum

yang mengandung metil

merkuri

450 korban

meninggal

Guatemala 1966 Mengkonsumsi padi- 20 korban

Page 44: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

30

padian yang

terkontaminasi

meninggal

Rusia -

Keracunan merkuri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Keracunan Merkuri akut

Keracunan akut merkuri dapat menyebabkan gejala dalam beberapa jam

yaitu seperti rasa lemah, menggigil, mual, muntah, diare, batuk, serta

sesak nafas. Toksisitas paru dapat berubah menjadi pneumonia yang

disertai dengan gangguan fungsi paru berat (Endrinaldi, 2010). Merkuri

anorgaik dan ionic (merkuri klorida) dapat menyebabkan toksisitas akut

berat, merkuri yang berikatan dengan gugus sulfidril (SH) dari protein

membran dapat mempengaruhi integritas membran dan menyebabkan

terjadinya nekrosis tubuli ginjal yang disertai oliguria, anuris, uremia, dan

kerusakan pada glomerular (Edward, dkk. 2004). Umumnya kasus

keracunan merkuri yang biasa terjadi pada pekerja tambang emas

tradisional yaitu menyebabkan batuk, nyeri dada, sesak nafas, bronchitis,

dan pneumonia (Kamitsuka, dkk. 1984).

2. Keracunan Merkuri Kronis

Keracunan merkuri kronis dapat terjadi secara perlahan-lahan, terjadi

dalam waktu kurun yang lama, dengan kadar merkuri yang masuk

kedalam tubuh sedikit demi sedikit akan tetapi terus menerus, sehingga

dapat mengendap di dalam tubuh manusia yang menimbulkan gejala

keracunan. Menurut Hartono (2003) pada pekerja yang biasa terpapar oleh

merkuri dapat terjadi keracunan merkuri secara kronik seperti sariawan,

gigi mudah tanggal, guratan-guratan biru pada gusi, pengeluaran air liur

Page 45: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

31

yang berlebihan, penurunan berat badan, anorexia, halusinasi, gelisah,

sakit kepala, nyeri dan mati rasa pada bagian tubuh kaki dan tangan. Hal

ini didukung oleh Widiowati (2008) yang menyatakan bahwa toksisitas

kronis dari merkuri yaitu berupa gangguan sistem pencernaan, radang

gusi, gangguan sistem saraf seperti tremor, parkinson, warna lensa mata

yang memudar, dan anemia ringan.

2.1.8. Toksikokinetik Merkuri

Toksikokinetik yaitu ilmu yang mempelajari pola perjalanan polutan

atau zat kimia dari masuknya zat kimia tersebut kedalam tubuh hingga keluar

dari dalam tubuh. Dalam toksikokinetik terdapat proses yang sering disingkat

dengan ADME, yaitu adsorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi

(Wirasuta, 2006). Merkuri adalah adalah logam berat yang diabsorbsi dan

diakumulasikan dalam jaringan hidup tercepat dan sangat beracun, sesuai

dengan urutan absorbsi yaitu: Hg>Cu>Ni>Pb>Co>Cd. (Palar, 2008), dalam

dosis yang melebihi batas normal akumulasi merkuri dapat dengan cepat

menimbulkan efek terhadap oragan targetnya. Berikut Fase toksikokinetik

menurut Wirasuta (2006) dan Rohkman (2013):

Page 46: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

32

Bagan 2.2. Fase Toksikologi

2.1.9. Toksikodinamik Merkuri

Toksikodinamik adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara

molekul atau tokson sasaran pada tempat kerja yang spesifik dan

menyebabkan efek toksik atau perubahan fungsi fisiologi (Wirasuta dan

Niruri, 2007). Secara umum toksikodinamik yaitu interaksi antara polutan

dengan reseptor pada suatu organ yang pada akhirnya akan menimbulkan

efek toksik. Interaksi toksin dengan reseptor umumnya merupakan interaksi

yang reversible (bolak-balik), sehingga mengakibatkan perubahan fungsional

dapat hilang karena xenobiotika sudah tereliminasi dari tempat kerjanya.

Polutan:

Logam Merkuri

Metabolisme/Biotransformasi:

Pada umumnya metabolisme logam

berat akan berlangsung di oragan

seperti: ginjal, paru, saluran

pencernaan, otot, kelenjar susu,

kulit, ataupun darah

Eksresi:

Logam berat dapat dikelurkan

dengan cepat atau perlahan. Jalur

Eksresi utama yaitu: Ginjal-Urin,

Paru-paru, Kelenjar keringan,

kelenjar ludah, dan kelenjar

mamai.

Absorbsi:

Inhalasi

Dermal

Ingesti

Uap metil merkuri dapat

diserap dalam tubuh melalui

jalur inhalasi sebesar 80%.

Merkuri Organik (metil

merkuti) dapat masuk melalui

ingesti sebesar 90-95%.

Distribusi:

Diedarkannya logam

berat dalam tubuh

dipengaruhi oleh

tercampurnya logam

dalam darah dan laju

aliran darah.

Page 47: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

33

Toksik dinamik digunakan untuk mendeteksi bermacam efek krusakan suatu

polutasn pada fungsi vital.

Toksikodinamik yang terjadi pada merkuri menuju organ target,

tergantung dari jenis merkuri itu senditi, seperti pada uap merkuri organ yang

dapat terserang adalah sistem saraf pusat dan ginjal. Pada merkuri anorganik

organ yang ditargetkan adalah ginjal, walaupun seluruh bentuk senyawa

merkuri terkonsentrasi dalam ginjal dalam derajat tertentu, akan tetapi pada

merkuri anorganik organ target dominan ke ginjal. Sedangkan pada merkuri

organik, organ yang ditargetkan oleh metil merkuri adalah sistem saraf pusat

(Alfian, 2008). Dikarenakan merkuri mempunyai tiga bentukan, waktu yang

dibutuhkan merkuri dalam fase toksikodinamik juga berbeda-beda dan tidak

menentu. Seperti pada metil merkuri, waktu paruh pada tubuh manusia

sekitar 70 hingga 90 hari, akan tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat

dan tidak teratur, dan pada akumulasinya dapat dengan mudah menimbulkan

gejala toksisitas.

Jika dilihat dari kasus terdahulu, pada Minamata Disease pada saat

terjadinya paparan merkuri karena memakan ikan yang terkontaminasi

dengan merkuri tidak lama gejala keanehan mental dan cacat saraf mulai

tampak dan terutama pada anak-anak (Parvaneh, 1979).

2.1.10. Biomarker Pajanan Merkuri

Biomarker digunakan untuk memperkirakan suatu pajanan (jumlah

yang diabsorbsi atau dosis letal) logam berat, efek bahan kimia, dan

digunakan untuk mengetahui pathway logam berat yang terdapat dalam

tubuh berasal, Biomarker memiliki tiga bentuk yaitu (Inswiasri, 2008):

Page 48: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

34

a. Biomarker pajanan: merupakan hasil dari interaksi antara logam berat

dan memrapa molekul atau sel target yang diukur dari bagian dalam

suatu organisme.

b. Biomarker efek: sesuatu yang bisa diukursecara kimiawi, physiology,

perilaku, atau perubahan lain dalam organisme yang tergantung pada

cakupan, dapat dikenal sebagai asosiasi dengan kerusakan, kesehatan

atau penyakit.

c. Biomarker kerentanan: kemampuan yang diperlukan dari organisme

ntuk merespon suatu tantangan dari pajanan xenobiotik atau logam

berat.

Dari ketiga jenis biomarker yang telah disebutkan biomarker pajanan

adalah jenis biomarker yang umum digunakan untuk pemeriksaan kadar

merkuri dalam darah, urin, ataupun rambut.

Kadar merkuri dalam darah memperlihatkan paparan logam merkuri

dalam jangka waktu pendek dan baru terpapar, waktu paruh merkuri bertahan

dalam darah hanya 3 hari. Pada dasarnya pemilihan uji kadar merkuri dalam

tubuh tergantung dengan jenis merkuri tersendiri. Seperti pada senyawa

merkuri anorganik yang masuk kedalam tubuh akan menuju target organ

yaitu alveoli paru-paru dan jalur pernafasan hingga ditransfer melalui darah

ke ginjal (Palar, 2012), atas hal tersebut jika ingin melihat kadar merkuri

anorganik pemilihan untuk biomarker urin lebih disarankan (WHO, 2008).

Biomarker rambut digunakan untuk menggambarkan kandungan merkuri di

tubuh dalam jangka panjang dan untuk melihat tingkat atau jumlah kadar

merkuri dalam tubuh. Selain itu kadar merkuri dalam rambut juga dijadikan

Page 49: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

35

sebagai indikator metil merkuri (Phillippe, dkk 2005). Hal ini dikarenakan

didalam rambut terdapat gugusan sulfhidril (-SH) dan disulfide sistin (-S-S-)

yang mampu mengikat logam berat yang masuk kedalam tubuh (Hidayati,

2013). Senyawa sufida yang mudah terikat dengan logam berat, sehingga jika

logam berat masuk kedalam tubuh manusia akan terikat oleh senyawa sufida

dalam rambut (pettrucci, 1982).

Menururt Toribara dan Jackson (1982), rambut dapat dipakai untuk

bahan biopsi karena jumlah logam pada rambut berkorelasi dengan jumlah

logam yang diabsorbsi oleh tubuh. Unsur-unsur kimia yang di absorpsi oleh

rambut itu semakin lama semakin tinggi kadarnya karena tidak dikeluarkan

dari tubuh sehingga menjadi lebih peka (Hidayat, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh NIMD (2015) pada

dasarnya metil merkuri di dalam tubuh dapat dikeluarkan dari tubuh manusia

secara alami, di dalam tubuh manusia waktu paruh biologis untuk keluar nya

merkuri yaitu 70 hari atau dapat dikatakan bahwa konsentrasi metil merkuri

dalam tubuh berubah menjadi setengahnya dalam waktu 70 hari, maka sisa

konsentrasi merkuri dalam tubuh setelah satu tahun yaitu 3% dan

terakumulasi ke jaringan rambut.

Menurut US EPA (2001) kadar merkuri dalam rambut (mg/g) rata-

rata 250 kali kadar dalam darah (mg/mL). Hal ini juga ditunjang karena kadar

merkuri di rambut cukup persisten sehingga tidak hilang karena pencucian

dengan shampo ataupun pewarnaan rambut, akan tetapi kadar merkuri dapat

menurunkan 30-50% bila rambut dilakukan treatment seperti pelurusan atau

Page 50: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

36

pengeritingan rambut akibat penggunaan larutan thioglycolic acid yang dapat

mengurangi konsentrasi merkuri (Chamid, dkk, 2010).

Menurut Tabrizian (2009) analisis merkuri menggunakan rambut

mempunyai kelebihan dibandingkan dengan biomarker lainnya seperti urin,

darah, dan kuku. Rambut dapat menggambarkan jumlah atau kadar merkuri

dalam tubuh dalam jangka panjang, sedangkan urin dan darah hanya dapat

mengukur komponen merkuri yang terserap sementara sebelum pembuangan

dan penyimpanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa analisis rambut untuk

mengetahui gambaran kadar merkuri adalah cara yang baik untuk

mmeperkirakan kandungan unsur-unsur logam berat dalam tubuh (Munir,

2000).

2.1.11. Gangguan Kesehatan Masyarakat

Pada saat merkuri memasuki atau terkandung di dalam lingkungan

karena hasil pembuangan dari aktivitas manusia dalam jumalah yang cukup

banyak, hal ini dapat dikatakan sebagai pemicu untuk terjadinya pencemaran

merkuri di lingkungan. Ketika adanya pencemaran lingkungan oleh merkuri

akibat aktivitas kerja manusia, bahaya kesehatan untuk masyarakat karena

merkuri cukup tinggi. Bahaya akibat pencemaran merkuri di lingkungan

tidak hanya untuk orang yang berkontak langsung dengan merkuri, akan

tetapi masyarakat umum di wilayah tersebut dapat berisiko karena

dimungkinkan tereksposure dari inhalasi, makanan atau minuman, ataupun

kontak dengan air yang tercemar merkuri. Seperti kasus Minamata di Jepang

pada tahun 1953 yang dikenal sebagai Minamata Disease, kasus ini

disebabkan karena nelayan setempat mengkonsumsi ikan laut yang telah

Page 51: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

37

terkontaminasi oleh merkuri dari pembuangan aktivitas industri, tercatat

2.265 korban meninggal karena keracunan merkuri, Keracunan merkuri di

Irak pada tahun 1970, karena mengkonsumsi roti gandum yang diawetkan

dengan fungisida mengandung metil merkuri, serkitar 450 orang diantaranya

meninggal dunia (Hadi, 2013). Selain itu terjadi keracunan merkuri di

Guatemala dan Rusia yang dikenal sebagai Pink Disease, karena akibat

mengkonsumsi padi-padian yang telah terkontaminasi oleh merkuri

(Putranto, 2011). Untuk melihat keracunan merkuri pada individu ataupun

masyarakat dapat dilakukan biomarker pada rambut. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi kadar merkuri pada rambut masyarakat:

1. Usia

Umur yaitu usia individu dihitung dari tahun lahir hingga saat ini.

Menurut Tugaswati (1997) faktor umur merupakan salah satu yang

mempengaruhi kerentanan tubuh individu terhadap logam berat.

Didasarkan karena merkuri adalah logam brat yang bersifat akumulatif

maka, menurut Soemadi (2000) menyatakan bahwa semakin

meningkatnya umur dan dosis pajanan logam berat yang masuk

kedalam tubuh individu akan meningkatkan kadar merkuri dalam

tubuh. Menurut Connel dan Miller (1994), umur muda lebih peka

terhadap eksresi kadar logam berat.

2. Status Pendidikan

Berdasarkan Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa pendidikan

adalah sebagai suatu bantuan yang diberikan kepada individu,

kelompok atau masyarakat dalam rangka mencapai peningkatan

Page 52: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

38

kemampuan yang sudah ditargetkan. Pada umumnya semakin tinggi

tingkatan pendidikan individu akan mempermudah untuk dapat

menerima informasi. Individu yang memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi akan lebih mudah untuk memahami perubahan yang terjadi di

lingkungannya dan individu tersebut dapat menghindari atau menyerap

perubahan apabila perubahan tersebut bermanfaat ataupun merugikan.

3. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merukan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar

merkuri dalam rambut (Soemadi, 2000), hal ini karena pekerjaan yaitu

aktivitas yang dilakukan secara rutin setiap hari. Sehingga intentsitas

individu kontak atau terpajan lebih sering, seperti pekerja yang bekerja

sebagai penambang emas atau berhubungan langsung dengan merkuri

mempunyai peluang lebih besar untuk terjadinya akumulasi pada

rambut dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak secara langsung

kontak dengan merkuri (Rokhman, 2103). Selain itu diperkuat oleh

penelitian yang dilakukan oleh KLH Kabupaten Landak (2009),

mendaparkan hasil tentang paparan merkuri yang terjadi pada pekerja

tambang emas berhubungan dengan keracunan merkuri yang

dibuktikan dari biomarker rambut.

4. Lama Tinggal

Berdasarkan sifat dasar merkuri yang dapat berakumulasi didalam

tubuh manusia, lama tinggal dapat mempengaruhi kadar merkuri yang

terdapat di dalam rambut. Paparan merkuri dalam jangka waktu yang

lama pada tubuh seperti lama tinggal di lingkungan yang tercemar

Page 53: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

39

merkuri menunjukan bahwa akan berakibat menigkatnya kadar

merkuri dan berdampak pada menurunnya tingkat kesehatan (Andri,

dkk, 2011) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tugaswati,

dkk (1997), Andri, dkk (2011), dan Rokhman (2013) menyatakan

bahwa lama tinggal individu berhubungan kuat dengan kadar merkuri

dalam rambut.

5. Jarak rumah dengan Sungai

Jarak rumah dengan sungai yaitu salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi terdapatnya kadar merkuri dalam rambut. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Andi, dkk (2010) dan Andri, dkk (2011)

mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara jarak tempat

tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut dengan jarak ≤ 216 m.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh

Albasar, dkk (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungannya jarak

rumah dengan kadar merkuri di dalam rambut dengan jarak <500 m.

6. Aktivitas Sungai

Aktivitas manusia yang dilakukan di sungai yang tercemar merkuri

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar merkuri

dalam rambut. Individu yang meakukan aktivitas kesehariannnya di

sungai yang tercemar oleh merkuri berisiko terpajan oleh merkuri dan

merkuri dapat masuk kedalam tubuh karena merkuri dapat masuk

kedalam tubuh dengan berbagai macam cara seperti dermal, ingesti,

dan inhalasi (Wirasuta, 2006). Pada penelitian Alfian (2006)

menyatakan bahwa masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia dapat

Page 54: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

40

dihindarkan apabila manusia berusaha mendhindari aktivitas-aktivitas

yang berisiko terpapar merkuri, aktivitas manusia yang biasa dilakukan

disungai yaitu aktivitas mandi di sungai dan hal ini sangat berisiko

masuknya merkuri ke dalam tubuh karena. mengindikasikan terhadap

pajanan yang terus-menerus dilakukan.

7. Durasi Pajanan

Berdasarkan ketetapan Kementrian Kesehatan (2012) yang dituangkan

dalam buku Pedoman ARKL kepada direktorat Jendral PP dan PL

menyatakan bahwa durasi pajanan yaitu lamanya waktu atau jumlah

tahun kontak responden dengan pajanan. Durasi pajanan dapat

mempengaruhi tingkat derajat kesehatan seseorang, terlebih jika durasi

pajanan suatu unsur memaparkan secara kontinyu kepada manusia .

Seperti pada penelitia yang dilakukan oleh Safitri (2015) dan Rokhman

(2013) yang menyatakan bahwa durasi pajaran suatu unsur ke manusia

dapat menyebabkan munculkanya tingkat risiko kesehatan bagi

manusia, selain itu durasi pajanan juga sejalan dengan kadar merkuri

dalam rambut yang dilakukan oleh Rohkman (2013).

8. Peraturan Pemerintah

Kebijakan pemerintah terkait merkuri tertera dalam seluruh aspek

peraturan tentang pengendalian pencemaran akibat aktivitas manusia

salah satunya dalah Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air, selain itu peraaturan yang masih

berlaku di Indonesia yang mengatur baku mutu lingkungan, pegelolaan

logam berat seperti pada Kepmen LH No. 02/1998 tentang Penetapan

Page 55: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

41

Pedoman Baku Mutu Lingkungan, PP RI No. 74 tahun 2001 tentang

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kepmen LH no. 51 tahun

1995 turut memuat baku mutu limbah cair umum bagi aktivitas

industri, serta PP RI No. 82. Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

air dan Pengendalian Pencemaran Air, dan sebagainya.

2.2 Toleransi Intake Mingguan Sementara Provisional Tolerable Weekly

Intake (PTWI)

Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) adalah penentuan nilai batas

aman konsumsi suatu bahan pangan. Nilai PTWI hanya digunakan untuk

menentukan suatu agent yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur

ingesti. Dalam menentukan nilai PTWI terlebih harus menghitung jumlah atau

kadar logam berat yang masuk kedalam tubuh melalui jalur ingesti dapat

menggunakan formula estimasi intake logam berat. Estimasi intake logam berat

mempunyai dua formula yaitu (Rasyad, 2008; Onsani, et al, 2010 dalam Apriyani,

2014; dan Fathi, dkk, 2013) :

1. Estimasi logam berat yang masuk setiap hari atau Estimated Daily

Intake (EDI). Formula ini digunakan untuk menghitung banyakya

logam berat yang masuk setiap harinya kedalam tubuh manusia

melalui jalur ingesti, dengan formula seperti berukut:

EDI (Estimated Daily Intake) =

Keterangan:

EDI : Nilai estimasi logam berat yang masuk setiap hari

(mg/kg/hari)

C : Konsentrasi logam berat dalam bahan makanan (mg/kg)

Page 56: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

42

dC : Laju asupan per hari (gr/hari/kapita)

Bw : Body weight. Berat badan manusia pada populasi atau

individu (kg/kapita)

2. Estimasi logam berat yang masuk setiap minggunya atau Estimated

Weekly Intake (EWI). Formula ini digunakan untuk menghitung

banyakya logam berat yang masuk setiap minggunya kedalam tubuh

manusia melalui jalur ingesti, dengan formula seperti berukut:

EWI (Estimated Weekly Intake) =

Keterangan:

EWI : Nilai estimasi logam berat yang masuk per minggu

(mg/kg/minggu)

C : Konsentrasi logam berat dalam bahan makanan (mg/kg)

dC : Laju asupan per minggu (gr/minggu/kapita)

Bw : Body weight. Berat badan manusia pada populasi atau

individu (kg/kapita)

Setelah mengetahui nilai EDI ataupun EWI yang merupakan formula

intake logam berat, lalu nilai EDI ataupun EWI dibandingkan dengan batas aman

intake logam yang telah ditetapkan oleh JEPCFA (The Joint FAO/ WHO Expert

Committer on Food Additives) yaitu Provisional Maximum Tolerable Daily

Intake (PMTDI) dibandingkan dengan nilai EDI dan Provisional Tolerable

Weekly Intake (PTWI) dibandingkan dengan nilai EWI. Dengan formula sebagai

berikut:

1. PMTDI : bC x Bw

Keterangan :

Page 57: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

43

PMTDI : Provisional Maximum Tolerable Daily Intake

bC : Nilai baku mutu setiap logam yang

diperbolehkan masuk ke dalam tubuh manusia menurut

JEPCFA (The Joint FAO/ WHO Expert Committer on

Food Additives)- (mg/kg/hari)

Bw : Berat badan (kg)

2. PTWI : bC x Bw

Keterangan :

PTWI : Provisional Tolerable Weekly Intake

bC : Nilai baku mutu setiap logam yang

diperbolehkan masuk ke dalam tubuh manusia menurut

JEPCFA (The Joint FAO/ WHO Expert Committer on

Food Additives)- (mg/kg/mingguan )

Bw : Berat badan (kg)

Penggunaan PMTDI dan PTWI yaitu dibedakan dari sidat logam berat itu

sendiri. PMTDI digunakan untuk logam berat yang tidak memiliki sifat

akumulatif sebaliknya dengan PTWI yaitu digunakan untuk logam yang memiliki

sifat akumulatif.

2.3. Rambut

Rambut adalah salah satu adeksa kulit yang ada pada seluruh baigan tubuh

kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, bibir, ujung zakar, dan permukaan

serta bibir kemaluan wanita. Rambut berupa batang tanduk yang tertanam secara

miring didalam kantung (folikel) rambut. Menurut Basuki (1981) rambut yaitu:

1. Benang tipis yang tumbuh ari bawah permukaan kulut.

Page 58: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

44

2. Dibentuk oleh lapisan sel yang tertutup lapisan yang tertutup lapisan yang

tersusun bentuknya seperti sisik ikan pada lapisan luarnya.

3. Terdiri dari keratin.

Semua jenis rambut tumbuh dari akar rambut yang yang terdapat di dalam

lapisan dermis dari kulit. Rambut terbentuk dari sel-sel yang terletak di tepi

kandung akar. Kandung akar adalah bagian yang terbenam dan menyerupai pipa

seta mengelilingi akar rambut, jadi apabila rambut dicabut atau dipotong akan

tumbuh kembali, karena kandung akar akan tetap. Pertumbuhan rambut secara

terus-menerus mempunyai siklus pertumbuhan yang dipengaruhi oleh hormon

yang ada didalam tubuh manusia. Siklus rambut dalam pertumbuhannya dibagi

dalam tiga fase pergantian pertumbuhan rambut yaitu (Soepardiman, 2010):

1. Fase pertumbuhan (anagen): sel-sel matriks melalui mitosis membentuk

sel-sel baru mendorong sel-sel tang lebih tua keatas. Lama aktivitas ini

hingga 3 tahun, namun terkadang dapat mencapai 10 meter.

2. Fase istirahat (katagen): masa ini adalah masa peralihan yang didahului

oleh penebalan jaringan ikat disekitar folikel rambut lalu penebalan dan

mengerutnya selaput hialin. Papil rambut lalu mengerut dan tidak terjadi

mitosis, bagain tengah akar rambut menyempit dan ujung rambut melebar.

Lama aktivitas ini sekitar 2-3 minggu.

3. Fase kerontokan (telogen): masa ini adalah masa dimana memendeknya

sel epitel dan membentuk tunas kecil yang membeuat rambut baru

sehingga rambut lama akan terdorong dan rontok dengan sendirinya. Lama

aktivitas ini hingga 3 bulan.

Page 59: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

45

Rambut memiliki fungsi yaitu sebagai pelindung kepala dari suhu

lingkungan, sebagai alat perasa, dan sebagai bahan uji untuk mengetahui

konsentrasi dari parameter logam berat. Digunakannnya rambut sebagai bahan uji

karena didalam rambut terdapat gugusan sulfhidril (-SH) dan disulfide sistin (-S-

S-) yang mampu mengikat logam berat yang masuk kedalam tubuh (Hidayati,

2013). Senyawa sufida yang mudah terikat dengan logam berat, sehingga jika

logam berat masuk kedalam tubuh manusia akan terikat oleh senyawa sufida

dalam rambut (Pettrucci, 1982).

Menurut Toribara dan Jackson (1982), rambut dapat dipakai untuk bahan

biopsi karena jumlah logam pada rambut berkorelasi dengan jumlah logam yang

diabsorbsi oleh tubuh. Unsur-unsur kimia yang di absorpsi oleh rambut itu

semakin lama semakin tinggi konsentrasinya karena tidak dikeluarkan dari tubuh

sehingga menjadi lebih peka (Hidayat, dkk, 2008). Menurut US EPA (2001) kadar

merkuri dalam rambut (mg/g) rata-rata 250 kali kadar dalam darah (mg/mL). Hal

ini juga ditunjang karena konsentrasi merkuri di rambut cukup persisten sehingga

tidak hilang karena pencucian dengan shampo ataupun pewarnaan rambut, akan

tetapi konsentrasi merkuri dapat menurunkan 30-50% bila rambut dilakukan

treatment seperti pelurusan atau pengeritingan rambut (Chamid, dkk, 2010).

Selain itu konsentrasi merkuri dalam rambut juga sepuluh kali lebih tinggi

dibandingkan dengan urin.

Menurut Tabrizian (2009) analisis merkuri menggunakan rambut

mempunyait kelebihan dibandingkan dengan biomarker lainnya seperti urin,

darah, dan kuku. Rambut dapat menggambarkan jumlah atau kadar merkuri dalam

tubuh dalam jangka panjang, sedangkan urin dan darah hanya dapat mengukur

Page 60: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

46

komponen merkuri yang terserap sementara sebelum pembuangan dan

penyimpanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa analisis rambut untuk mengetahui

gambaran konsentrasi merkuri adalah cara yang baik untuk memperkirakan

kandungan unsur-unsur logam berat dalam tubuh (Munir, 2000).

2.4. Beras

Beras merupakan bahan makanan pokok hampir untuk seluruh masyarakat

dunia termasuk sebagain besar masyarakat Indonesia. Menurut Suhartiningsih,

dkk (2004) seseorang yang memakan beras dalam jumlah cukup tidak akan

kekurangan protein. Selain itu kandungan energi beras mencapai 360 kalori per

100 gram dan dari sisi gizi dan nutrisi beras relatif lebih unggul dibandingkan

pangan lainnya. Beras adalah bahan makanan yang dihasilkan dari bulir tumbuhan

padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam).

Tumbuhan padi (Oryza sativa L) merupakan tanaman semusim atau dapat

dikatakan sebagai tumbuhan yang berumur pendek karena hanya berumur 5-6

bulan, sehingga dapat dikatan tumbuhan ini mempunyai waktu panen yang cepat.

Hal ini menguntungkan untuk masyarakat Indonesia karena menurut Suparyono,

dkk (1993) menyatakan bahwa padi adalah tumbuhan yang memiliki nilai

tersendiri untuk orang-orang yang terbiasa untuk makan nasi dan tidak dapat

mudah untuk digantikan oleh makanan lainnya, sehingga peranan tumbuhan ini

sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia.

Tumbuhan ini dapat tumbuh didaerah tropis ataupun subtropis dengan

cuaca panas, kelembapan tinggi ataupun musim hujan. Pada musim kemarau padi

akan tetap tumbuh dengan baik jika air irigasi tersedia. Padi adalah salah satu

tumbuhan yang sangat membutuhkan air untuk pembentukan karbohidrat di daun,

Page 61: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

47

menjaga hidrasi protoplasma, melakukan pengangkutan dan mentranslokasikan

makanan, unsur hara serta mineral. Selain itu, air sangat dibutuhkan untuk

perkecambahan biji, pengisapan air dalam padi merupakan kebutuhan biji untuk

melakukan aktivitas-aktivitas didalam biji (Kartasapoetra, 1988).

Tumbuhan padi akan menghasilkan beras yang merupakan bahan pangan

pokok masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilihat dari pangsa pengeluaran

kelompok padi-padian mencapai sekitar 10% (Ariani, 2010). Selain sebagai bahan

makanan pokok, padi banyak digunakan sebagai tanaman uji, terutama utuk

melihat adanya pencemaran tanah ataupun pencemaran air yang dapat

berpengaruh pada beras yang dihasilkan. Seperti yang dilakukan oleh Noriharu

dan Tomohito (2002) dalam penelitiannya mereka menggunakan tanaman padi

dan beras untuk meremediasi tanah yang tercemar logam berat.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh

Kurnia, dkk (2009) dan Sutoyo (2013) menyatakan bahwa tanaman padi dapat

menjadi gambaran dari pencemaran yang terjadi di lingkungan serta beras yang

dihasilkan dari lahan yang tercemar mengandung logam yang lebih tinggi

daripada amabang batas yang diperbolehkan untuk makanan. Didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Mahmud, dkk (2014), yang membuktikan bahwa

tingginya konsentrasi merkuri pada tanaman padi dan beras dapat mencerminkan

kondisi pencemaran merkuri di lingkungan. Hal ini dikarenakan, tanaman padi

merupakan tanaman yang mudah untuk hidup dengan waktu panen relative

singkat, pembuahan tanaman padi sangat bergantung pada air yang cukup, dan

ketergantungannya pada air membuat tumbuhan padi mudah tercemar oleh logam-

logam berbahaya dikarenakan sumber pengairan yang tercemar (Ali, 2011).

Page 62: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

48

Pada dasarnya tumbuhan padi banyak digunakan sebagai tumbuhan uji

ataupun tumbuhan yang digunakan untuk meremediasi tanah yang tercemar logam

berat, hal dikarenakan tanaman padi merupakan jenis tumbuhan yang memiliki

sifat hiperakumulator (Feller, 2000). Maksud dari hiperakumulator yaitu memiliki

sifat hipertoleran yaitu mampu mengakumulasi logam dengan konsentrasi tinggi

pada jaringan akar dan tajuknya. Tumbuhan hiperakumulator memiliki

kemampuan untuk melarutkan unsur logam pada rizisfer dan menyerap logam

dari fraksi tanah yang tidak bergerak, sehingga menjadikan tumbuhan

hiperakumulator memiliki kemampuan penyerapan logam yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tumbuhan lainnya yang tidak memiliki sifat

hiperakumulator. Sehingga tumbuhan padi dapat menimbulkan permasalahan

kesehatan masyarakat melalui sitem rantai makanan, apabila ditanam di wilayah

yang tercemar logam berat dan termakan oleh makhluk manusia dan makhluk

hidup lainnya (Hidayati, 2005).

Terlebih kadar logam berat seperti merkuri tidak hilang atau berkurang

dari proses pemasakan beras menjadi nasi. Seperti pada kesimpulan penelitian

yang dilakukan oleh Safitri (2013) menghasilkan tidak berkurangnya kadar logam

berat (tidak menguap) dari proses perebusan kerang hijau, tetapi tetap ada dalam

protein yang terdistribusi ke dalam air selama perebuasan atau masih tinggal

dalam daging kerang karena kurang sempurnanya proses perebusan dan terjadinya

perpindahan logam pada cangkang ke daging kerang dan cenderung meningkat.

Di dukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Winarno, dkk ( 2009)

menyatakan bahwa metil merkuri dalam kerang hijau dalam proses pemasakan

tanpa cangkang mengalami pengurangan kadar metil merkuri tetapi merkuri yang

Page 63: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

49

berkurang tidak menghilang (tidak menguap) tetapi tetap ada dalam protein yang

terdistribusi ke dalam air selama proses perebusan. Hal ini mencerminkan bahwa

pada pada proses pemasakan beras menjadi nasi tidak ada kadar merkuri yang

hilang ataupun berkurang karena menguap ke udara, tetapi tetap berada di dalam

kandungan beras yang sudah menjadi nasi karena menyerap air dari proses

pemasakan.

2.5. Kerangka Teori

Polutan merkuri dapat masuk kedalam lingkungan dengan berbagai cara.

Karena pada dasarnya merkuri sudah ada di lingkungan secara alami akan tetapi

jumlahnya yang tidak banyak. Merkuri dapat terdapat di kelompok pangan

disebabkan karena adanya pencemaran merkuri di lingkungan. Komponen

lingkungan tersebutlah yang dapat menjadi awal mula terjadinya pemajanan

merkuri dengan manusia, seperti pada padi yang mengandung logam merkuri.

Beras yang tercemar merkuri dapat dapat memaparkan kemanusia lewat ingesti

dan dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sehingga dapat menyebabkan timbulnya

tingkat risiko kesehatan. Seperti pada kerangka teori dibawah ini.

Page 64: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

50

Beras (Kurnia, dkk, 2009 ; Sutoyo, 2013) Usia (Soemadi, 2000), status

pendidikan (Nothoadmodjo, 2003), jenis pekerjaan (Soemadi, 2000), lama tinggal

(Andri, dkk, 2011; Tugaswati, 1997), Jarak Rumah Dengan Sungai (Andi, dkk,

2010 ; Andri, dkk, 2011; Albasar, dkk, 2012), Aktivitas Sungai (Wirasuta, 2006 ;

Alfian, 2006), peraturan pemerintah (PP RI No. 82. Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air, dan sebagainy ; PP

RI No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun).

Sedangkan Intake, laju asupan, konsentrasi logam, durasi pajanan, dan frekuensi

paparan (Kemenkes, 2012)

Page 65: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

51

Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI)

Bagan 2.3. Kerangka Teori

Polutan

Merkuri Udara

Air

Tanah

Ingesti

Manusia

Aktivitas

Manusia

Alami

Tanah

Tumbuhan

Bantuan

Penguapan Larva

Industri

Pertambangan

Emas

Pangan Beras

Estimated

Weekly Intake

Kadar merkuri

dalam rambut

Karakteristik individu:

1. Berat Badan

2. Laju Asupan

3. Usia

4. Jenis kelamin

5. Starus pendidikan

6. Pekerjaan

7. Aktivitas di Sungai

Faktor Lainnya:

1. Peraturan Pemerintah

2. Jarak rumah dengan

sungai

Pola aktivitas :

1. Durasi Paparan

Page 66: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

52

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian variabel dependen yang diteliti adalah kadar merkuri

dalam rambut, sedangkan variabel independen yang diteliti yaitu Estimated

Weekly Intake (EWI), jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, status pendidikan, dan

durasi pajanan. Nilai EWI merkuri dari konsumsi beras lokal didapatkan dari

perhitungan formula konsentrasi merkuri dalam beras (C), laju asupan per minggu

(dC), dan berat badan (Wb). Kadar merkuri dalam rambut digunakan untuk

mengetahui jumlah kadar logam merkuri yang telah diabsorbsi oleh tubuh.

Variabel konsentrasi merkuri dalam beras (C), laju asupan per minggu

(dC), dan berat badan (Bw) hanya dilakukan analisis univariat, karena variabel

termasuk dalam formula perhitungan Estimated Weekly Intake (EWI), sehingga

hanya perlu melihat dilakukan analisis univariat karena peneliti hanya ingin

melihat rata-rata dari setiap variabel C, dC, dan Bw.

Sedangkan untuk variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti seperti

variabel aktivitas sungai dan peraturan pemerintah tidak diteliti karena homogen,

variabel jarak rumah dengan sugai tidak diteliti karena pekerja tambang

melakukan pengolahan emas di rumah masing-masing. Provisional Tolerable

Weekly Intake (PTWI) tidak diteliti karena peneliti tidak bertujuan untuk

membandingkan nilai intake per minggu dengan toleransi intake perminggu

sementara.

.

Page 67: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

53

Setelah nilai EWI merkuri dalam beras, data karakteristik individu (usia,

jenis kelamin, status pendidikan, dan pekerjaan), dan data pola aktivitas (durasi

pajanan) sudah diketahui dilanjutkan dengan menghubungkan dengan kadar

merkuri dalam rambut masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017. Kerangka Konsep dapat dilihat seperti dibawah

ini:

Page 68: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

54

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kadar Merkuri Dalam

Rambut

Keterangan: Huruf yang dicetak tebal

dilakukan analisis bivariat Huruf yang tidak dicetak

tebal hanya dilakukan analisis univariat

Estimated Weekly

Intake

Laju Asupan (dC)

Berat Badan (bw)

Kadar Merkuri

dalam Beras (C)

Karakteristik Individu

Usia

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Durasi Pajanan

Pendidikan

Pola Aktivitas

Durasi Pajanan

Page 69: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

55

3.2. Definisi Operasional

Definisi Operasional dari penelitian ini yaitu:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Kadar Merkuri

dalam rambut

Kadar atau jumlah merkuri yang

terdapat dalam rambut pada responden

yang tinggal di Desa Bantar Karet

Kecamatan Nanggung.

Pengukuran

dengan alat

laboratorium

Mercury

Analyzer

…….ppm

Rasio

2 Usia Usia responden dihitung dari tahun lahir

hingga tahun dilakukaannya

pengambilan data

Wawancara Kuesioner …….Tahun Rasio

3 Jenis Kelamin Jenis kelamin responden pada saat

dilakukan penelitian

Wawancara Kuesioner 1. Laki-Laki

2. Perempuan

Ordinal

4 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan secara rutin

setiap hari oleh responden.

Wawancara Kuesioner 1. Penambang Emas

2. Bukan Penambang

Emas, Sebutkan…

Ordinal

Page 70: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

56

5 Pendidikan Status pendidikan akhir responden saat

dilakukan pengambilan data

Wawancara Kuesioner 1. Tidak Sekolah

2. SD/MI

3. SMP/MTs

4. 6SMA/ SMK/

MA

5. Perguruan

Tinggi

(D3/D4/S1/dst)

Ordinal

6 Durasi Pajanan Jumlah tahun responden mengkonsumsi

beras lokal yang mengandung merkuri.

Wawancara Kuesioner ……Tahun rasio

7 Kadar Merkuri

dalam beras

(C)

Kadar merkuri yang terdapat dalam

beras yang dikonsumsi oleh responden

di Desa Bantar Karet. Pengukuran akan

dilakukan di Laboratorium yang sudah

bersertifikasi

Pengukuran

dengan alat

laboratorium

Mercury

Analyzer

……mg/kg

Rasio

Berat Badan

(Bw)

Satuan massa berat tubuh responden

saat dilakukan pengambilan data

Observasi Timbangan

Digital

…….Kg Rasio

Laju Asupan

(dC)

Jumlah berat panganan yang dikonsumsi

responden setiap minggu.

Observasi Food Model …….gram/minggu Rasio

Estimated Jumlah atau nilai estimasi konsentrasi Perhitungan Microsoft exel …….mg/kg/minggu Rasio

Page 71: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

57

Weekly Intake

(EWI)

merkuri dalam beras (mg/kg) yang

masuk ke dalam tubuh manusia setiap

minggunya.

Formula dan SPSS

Page 72: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

58

3.3. Uji Hipotesis

1. Ada hubungan antara usia dengan kadar merkuri dalam rambut pada

masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kebupaten Bogor

Tahun 2017.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar merkuri dalam rambut

pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kebupaten

Bogor Tahun 2017.

3. Ada hubungan antara status pendidikan dengan kadar merkuri dalam

rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kebupaten Bogor Tahun 2017.

4. Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kadar merkuri dalam rambut

pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kebupaten

Bogor Tahun 2017.

5. Ada hubungan antara durasi pajanan dengan kadar merkuri dalam rambut

pada masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kebupaten

Bogor Tahun 2017.

6. Ada hubungan antara intake merkuri dalam beras per minggu dengan

kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kebupaten Bogor Tahun 2017.

Page 73: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

59

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan menggabungkan studi

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan formula Provisional Tolerable

Weekly Intake (PTWI). Studi EKL yaitu studi yang mempelajari faktor

lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit ataupun gejala suatu

penyakit dengan mengetahui hubungan interaktif penduduk dengan lingkungan

yang memiliki potensi bahaya kesehatan (Achmadi, 1991 dalam Fahmi, TT).

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional karena variabel

independen dan dependen yang terdapat dalam penelitian ini diukur dalam waktu

yang bersamaan dan menggabungkan formula PTWI. PTWI yang digunakan

hingga analisis Estimated Weekly Intake (EWI), sedangkan studi EKL digunakan

untuk mengetahui hubungan kadar merkuri dalam rambut dengan nilai EWI,

faktor karakteristik individu, dan pola aktivitas.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kebupaten Bogor pada bulan November 2016 untuk perizinan dan bulan Januari-

Februari tahun 2017 dilakukan turun lapangan untuk penelitian di Desa

Bantarkaret. Pemilihan tempat penelitian ini dikarenakan Desa Bantarkaret adalah

desa terbesar yang terdapat di Kecamatan Nanggung, desa terpanjang yang dilalui

oleh sungai Cikaniki, dan memiliki lahan pertanian padi terbesar di Kecamatan

Nanggung. Pengujian kadar merkuri pada rambut dan beras dilakukan di

laboratorium yang telah diakui oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)

Page 74: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

60

menggunakan metode uap dingin (cold vapour) dengan Mercury Analyzer dalam

sampel sedimen dan sesuai dengan SNI 06.6992.2-2004 tentang pengujian

sedimen parameter merkuri.

4.3. Alur Kerja Penelitian

Dalam penelitian ini telah dilakukan beberapa tahapan kerja untuk

mengetahui hubungan Estimated Weekly Intake (EWI) merkuri dalam beras dan

faktor lainnya dengan kadar merkuri dalam rambut, yaitu:

Bagan 4.1. Alur Kerja Penelitian

Berdasarkan yang telah dipaparkan pada bagan 4.1, penelitian dimulai

sejak bulan November tahun 2016 hingga Februari tahun 2017. Seluruh perizinan

dilakukan peneliti dengan persetujuan dan diketahui oleh pembimbing peneliti

dan kampus peneliti. Seluruh data responden dijaga keamanan oleh peneliti. Uji

Perizinan Kepada

Dinas Kesehatan Bogor Perizinan Kepada

Kecamatan Nanggung

Perizinan Kepada

Kepala Kelurahan

Bantarkaret

Perizinan Kepada Ketua RW tempat penelitian

Menemui key person di setiap RW

setempat untuk menemani saat penelitian dilakukan

Menemui tempat pengepul beras yang tercatat

oleh kelurahan

(Observasi konsumsi beras lokal warga dan

pengambilan sampel beras)

Penentuan keluarga

yang dapat menjadi

responden

Penentuan dan

Perizinan pada

responden terpilih

Wawancara

(kuesioner)

Pengambilan

Biomarker

Rambut

Pengukuran

Antropometri

(Berat Badan)

Uji laboratorium sampel

rambut dan beras di laboratorium bersertifikasi

KAN

Melakukan Entry dan mengelola

data

Melakukan analisis univariat dan

bivariate

Perhitungan Estimated Weekly

Intake (EWI)

Hubungan EWI merkuri dalam beras dan Faktor lainnya dengan kadar merkuri dalam

rambut

Page 75: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

61

laboratorium yang dilakukan di laboratorium bersertifikasi KAN dengan standar

SNI 06.6992.2-2004 terkait uji sampel sedimen parameter merkuri. Seluruh

pengumpulan, pengolahan, dan analisis data dilakukan oleh peneliti dan tidak

dilakukannya plagiarism terhadap seluruh proses, tahapan, yang dilakukan

ataupun data yang digunakan pada penelitian ini.

4.4. Populasi dan Responden Penelitian

1. Populasi dan Responden Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang

tinggal di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

tahun 2016. Desa Bantarkaret memiliki populasi sebanyak 10.219 jiwa

dengan jumlah Kartu Keluarga (KK) 2.935 KK. Desa Bantarkaret

memiliki 14 RW yang seluruhnya memiliki lahan sawah. Akan tetapi

terdapat empat RW yang tidak dapat dijadikan tempat penelitian yaitu

pada RW 1, 2, 8, dan 11, sehingga hanya 10 RW yang dapat dijadikan

tempat penelitian. Penentuan RW yang akan diteliti dipilih berdasarkan

lokasi. Dipilih empat RW sebagai tempat penelitian yaitu dua RW

mewakili daerah yang dekat dengan sungai Cikaniki dan dua RW yang

tidak dekat dengan sungai Cikaniki. Berikut gambaran peta wilayah Desa

Bantarkaret:

Page 76: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

62

Keterangan:

Warna Biru : Sungai

Warna Hitam: Batas Wilayah

Warna hijau: wilayah RW

Gambar 4.1. Peta Desa Bantarkaret

Terdapat lima RW berada jauh dengan sungai Cikaniki yaitu RW

03, 04, 05, 10, dan 12, lalu terpilih yang menjadi tempat penelitian yaitu

yaitu RW 10 dan RW 12, sedangkan sebagai pembandingnya adalah lima

RW yang dekat dengan sungai yaitu RW 06, 07, 09, 13, dan 14, lalu

terpilih RW 06 dan RW 09. Sehingga RW tempat penelitian yaitu RW 06,

09, 10, dan 12 dengan total populasi sebanyak 2900 jiwa dengan populasi

laki-laki sejumlah 1469 jiwa dan perempuan 1431 jiwa. Total KK pada 4

RW tempat penelitian yaitu 616 KK. Cara pemilihan tempat penelitian

seperti ini dipilih agar sampel tidak homogen dan mampu mewakili

populasi.

b. Responden Penelitian

Dalam menentukan subjek sebagai responden yaitu laki-laki dan

perempuan yang tinggal di RW 06, RW 09, RW 10, dan RW 12 dengan

kriteria responden sebagai berikut:

1. Masyarakat bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Page 77: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

63

2. Lama tinggal di Desa Bantarkaret minimal 5 tahun.

3. Masyarakat yang mengkonsumsi beras yang dipanen dari

persawahan setempat.

4. Tidak pernah menjalani treatment rambut (pengeritingan,

pelurusan, ataupun pewarnaan rambut).

5. Mempunyai rambut yang dapat dipotong hingga >2 gr

untuk laki-laki dan >5 gr untuk perempuan.

6. Bersedia untuk dipotong rambutnya seberat >2 gr untuk

laki-laki dan >5 gr untuk perempuan.

c. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

koefisien korelasi. Rumus ini digunakan untuk penelitian dengan analisis

bivariat. menggunakan perhitungan rumus yang telah digunakan oleh

Rohman, 2013 yaitu peneliti sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

[

[ ]

]

Keterangan:

n : Jumlah Sampel

: Kesalahan tipe 1( )

: Kekuatan Uji 95%= 2,33

r : Koefisien korelasi (0,8)

deff : Design effect = 2

Berdasarkan perhitungan rumus sampel yang telah dijabarkan,

didapatkan jumlah sampel minimal adalah 46 responden Untuk

Page 78: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

64

menghindari terjadinya drop out atau missing jumlah responden ditambah

20% menjadi 55 KK (55 responden) dengan diharapkannya sampel laki-

laki dan wanita memiliki jumlah yang yaitu 28 laki-laki dan 27

perempuan, jumlah responden laki-laki dan perempuan didapatkan dari

hasil perhitungan. Tetapi pada pelaksanaannya penelitian ini hanya

mendapatkan jumlah responden laki-laki yaitu 16 responden, hal ini

dikarenakan sulitnya mendapatkan jumlah gr rambut yang digunakan

untuk biomarker pada responden laki-laki, sehingga distribusi responden

paling banyak yaitu perempuan.

d. Teknik Pengambilan Responden

Teknik pengambilan responden menggunakan metode quota

sampling karena sampel diambil harus sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Sebelum memilih responden penelitian, peneliti memilih

keluarga terlebih dahulu. Berdasarkan data sekunder yaitu profil

Demografi Desa Bantarkaret didapatkan jumlah total keluarga di 4 RW

terpilih yaitu seperti pada bagan 4.2 berjumlah 279 KK yang tinggal lebih

dari 5 tahun. Namun, alamat dari 279 KK tersebut tidak diketahui oleh

peneliti karena tidak terdapat dalam data sekunder yang peneliti gunakan.

Sehingga peneliti memilih 55 responden dari jumlah KK yaitu 279 dengan

teknik quota sampling.

Teknik quota sampling yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

berdasarkan data awal keluarga yang biasa membeli beras lokal pada

pengepul beras di setiap RW tempat penelitan. Dalam mendapatkan 55

responden penelitian, peneliti menggunakan data awal pada responden

Page 79: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

65

yang mengkonsumsi beras lokal dan bertanya lebih lanjut kepada

responden terkait keluarga yang mengkonsumsi beras lokal disetiap RW

penelitian, sehingga informasi dari responden awal dapat mengawali

peneliti untuk mendapatkan responden selanjutnya. Dari setiap keluarga

hanya dipilih satu individu untuk menjadi responden. Berikut dapat dilihat

alur keikutsertaan responden pada bagan 4.2 dibawah ini:

Bagan 4.2 Keikutsertaan Responden

Desa Bantarkaret memiliki 2.935 Kartu Keluarga (KK) dengan

total populasi 10.219 jiwa. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 616

KK dari 4 RW (RW 06, RW 09, RW 10, dan RW 12) yang telah

Populasi Desa Bantar Karet (KK) : 2.935

KK dengan 14 RW

Sampel n = 55 KK

Populasi (KK) – Appropriate Population

N = 616 KK

Sampel Analisis Univariat & PTWI

n = 55

Wawancara n = 55

Biomarker n = 55

Sampel Analisis Bivariat

n = 55

Berdasarkan perhitungan sampel

koefisien korelasi

Eligible Population - N= 279 KK (Keluarga yang tinggl 5 tahun

hingga lebih)

RW terpilih:

06: 175 KK 09: 153 KK 10: 156 KK 12: 132 KK

Page 80: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

66

ditetapkan sebagai tempat penelitian. Jumlah populasi yang sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan yaitu sebanyak 279 KK (tinggal lebih dari 5

tahun di Desa Bantarkaret). Didapatkan jumlah sampel berdasarkan hasil

perhitungan koefisien korelasi yaitu sebanyak 55 KK. Sebanyak 55 sampel

dilakukan uji biomarker rambut dan wawancara. Analisis univariat,

perhitungan PTWI, dan bivariat dilakukan dengan menggunakan 55

sampel tersebut tanpa adanya responden yang mengundurkan diri.

Kemudian sampel biomarker rambut dikirim ke laboratorium untuk diukur

kadar merkuri dalam rambut dengan menggunakan metode uap dingin

(cold vapour) dengan Mercury Analyzer dalam sampel sedimen dan sesuai

dengan SNI 06.6992.2-2004 tentang pengujian sedimen parameter merkuri

(tahapan pengujian laboratorium dapat dilihat pada lampiran).

2. Populasi dan Spesimen Beras

Pada penelitian ini spesimen beras digunakan untuk mengumpulkan

data terkait kadar merkuri dalam beras yang terdapat di Desa Bantarkaret

dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Populasi Beras

Populasi beras yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh

beras yang dipanen dari Desa Bantarkaret yang telah di kumpulkan

di setiap pengepul beras.

b. Spesimen Beras

Spesimen beras yang dilakukan uji laboratorium yaitu beras

hasil panen Desa Bantarkaret yang dikumpulkan disetiap pengepul

beras dari 14 RW. Berdasarkan data kelurahan diketahui pada

Page 81: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

67

setiap RW terdapat satu pengepul beras terdaftar, sehingga dalam

penelitian ini pengepul beras yang dipilih yaitu seluruh pengepul

beras yang terdaftar oleh Kelurahan Bantarkaret. Namun, terdapat

4 RW yang tidak dapat diambil sampel sehingga sampel beras

yang didapatkan dan dilakukan uji berjumlah 10 sampel. Jumlah

beras yang ambil dari setiap pengepul yaitu sebesar 100 gr beras

dengan ketentuan persyaratan dari laboratorium yaitu berat sampel

> 10 gr. Pengambilan seluruh sampel beras dilakukan dihari yang

sama pada tanggal 14 Januari 2017, lalu dilanjutkan dengan

pengiriman ke laboratorium yang dilakukan pada hari yang sama.

Sampel beras yang diambil dari pengepul dimasukan ke

dalam plastik bening bebas merkuri dan ditempatkan di dalam box

tertutup bebas merkuri sehingga dimungkinkan tidak terjadinya

kontaminasi sebelum diserahkan ke laboratorium. Kemudian

sampel spesimen beras dikirim ke laboratorium untuk diukur kadar

merkuri dalam rambut dengan menggunakan metode uap dingin

(cold vapour) dengan Mercury Analyzer dalam sampel sedimen

dan sesuai dengan SNI 06.6992.2-2004 tentang pengujian sedimen

parameter merkuri (tahapan pengujian laboratorium dapat dilihat di

lampiran).

4.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan data

primer. Data primer didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan

pengukuran langsung dari responden dan hasil uji laboratorium.

Page 82: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

68

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Januari

tahun 2017, Pada penelitian ini dilakukan tahapan pengumpulan dan

pengolahan data. Berikut penjelasan seluruh kegiatan pengumpulan data

per variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Kadar Merkuri dalam Rambut

Dalam melakukan pengumpulan data kadar merkuri dalam rambut

telah dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pada bagan 4.3 dibawah ini:

Bagan 4.3 Rangkaian Pengumpulan Data Kadar Merkuri dalam Rambut

Pada penelitian ini kadar merkuri dalam rambut adalah variabel

dependen. Pengumpulan data kadar merkuri dalam rambut pada penelitian

ini dimulai pada saat pemotongan rambut responden oleh peneliti dengan

jumlah berat rambut laki-laki 2 gr hingga lebih dan rambut perempuan 5

gr hingga lebih. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan

pemotongan biomarker rambut yaitu gunting, alumunium foil, label nama,

spidol, dan box bertutup.

Rambut responden yang telah dipotong menggunakan gunting

yang bebas karat dan bebas merkuri, lalu sampel dibungkus dengan

Uji laboratorium di

laboratorium yang

bersertifikasi KAN

terkait sedimen

parameter merkuri

Pemotongan

rambut > 2 gr

(laki-laki) dan >

5 gr

(perempuan)

Rambut yang telah

di potong

ditempatkan di

alumunium foil

Seluruh alumunium

yang berisi sampel

rambut disimpan di

dalam box bebas

merkuri

Pengiriman

sampel rambut ke

laboratorium

Pengambilan data

sampel rambut dan

sertifikat dari

laboratorium

Page 83: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

69

alumunium foil yang diberikan label dan beruliskan nomer responden.

Sampel rambut yang dibungkus alumunium foil langsung ditempatkan di

wadah atau box tertutup bebas merkuri dengan tujuan mencegah

kontaminasi dengan merkuri sebelum diberikan ke laboratorium. Tahapan

selanjutnya adalah dilakukan pengiriman sampel ke laboratorium oleh

peneliti dari tempat penelitian yang membutuhkan waktu hingga 2 jam

perjalanan, kegiatan pengiriman dan penyerahan sampel ke laboratorium

dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengujian sedimen sampel dengan

parameter uji merkuri menggunakan metode cold vapour dengan alat

mercury analyzer sesuai dengan referensi SNI 06.692.2-2004. Setelah

menunggu selama dua minggu untuk pengujian sampel, tahapan ke 10 dari

variabel ini adalah pengambilan data kadar merkuri dalam rambut dan

sertifikat pengujian dari laboratorium, sehingga dari tahapan akhir ini

adalah diketahui kadar merkuri dalam rambut pada masing-masing

responden Bantarkaret.

2. Variabel Kadar Merkuri dalam Beras

Dalam melakukan pengumpulan data kadar merkuri dalam beras telah

dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pada bagan 4.4 dibawah ini:

Bagan 4.4 Rangkaian Pengumpulan Data Kadar Merkuri dalam Beras

Beras yang dijadikan

sampel dimasukan

kedalam plastik putih

bening bebas merkuri

Seluruh sampel beras

dimasukan keadalam

box bebas merkuri

Pengiriman

sampel rambut

ke laboratorium

Uji laboratorium di

laboratorium yang

bersertifikasi KAN

terkait sedimen

parameter merkuri

Pengambilan data

sampel rambut

dan sertifikat dari

laboratorium

Pengambilan sampel

beras dari tong beras

Page 84: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

70

Tahap yang dilakukan untuk mendapatkan data terkait variabel

kadar merkuri dalam beras yaitu sampel beras terpilih diambil dari tong

beras yang telah tercampur, tong beras yang dipilih merupakan tong beras

yang berasal dari hasil panen bulan November tahun 2016. Alat dan bahan

yang digunakan untuk melakukan sampling beras yaitu plastik bening

ukuran sedang, timbangan digital, label nama, spidol, dan box bertutup.

Pengambilan sampel beras menggunakan plastik bening putih

besar seberat 100 gr beras. Sampel beras dalam plastik bening tersebut

dinamakan sesuai RW nya menggunakan spidol dan disimpan di box anti

merkuri. Selanjutnya pada tahap pengiriman dan penyerahan sampel

hingga pengambilan data hasil uji dan sertifikat uji sampel beras parameter

merkuri, dilakukan sama seperti penjelasan pada bagan 4.3.

3. Variabel Berat Badan

Dalam melakukan pengumpulan data berat badan responden telah

dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pada bagan 4.5 dibawah ini:

Bagan 4.5 Rangkaian Pengumpulan Data Berat Badan

Tahap yang dilakukan untuk mendapatkan data terkait variabel

berat badan yaitu menyiapkan alat timbangan digital bermerk Kriss dan

mengkalibrasi alat dengan melepaskan baterai dan nyalakan timbangan,

Menyiapkan

alat timbangan

digital

Kalibrasi

timbangan

Penimbangan berat badan

pada responden

Dilakukan

Pengulangan

3x

Pencatatan hasil

timbangan di

Kuesioner

Page 85: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

71

lalu responden dilakukan penimbangan pada alat timbang digital yang

telah dikalibrasi. Setelah itu dilakukan pengulangan penimbangan

sebanyak 3x hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa alat timbang tidak

eror atau rusak dan hasil timbang berat badan valid. Setelah penimbangan

sudah dilakukan sebanyak 3x hasil dicatat di kuesioner responden. Secara

keseluruhan kegiatan penimbangan pada responden dilakukan sebanyak 3x

dan hasil dari penimbangan pertama hingga ketiga menunjukan hasil yang

sama. Seluruh responden penelitian ditimbang menggunakan alat timbang

yang sama.

4. Variabel Laju Asupan

Dalam melakukan pengumpulan data laju asupan responden telah

dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pada bagan 4.6 dibawah ini:

Bagan 4.6 Rangkaian Pengumpulan Data Laju Asupan

Dalam pengumpulan data laju asupan peneliti menggunakan alat

bantu yaitu food model. Food model yang digunakan adalah porsi nasi

dalam piring yang sebelumnya beras yang digunakan untuk dimasak

menjadi nasi, sudah dilakukan penimbangan berat beras dan didapatkan

Menyiapkan food model

yaitu dengan porsi nasi

dalam piring yang telah

diketahui berat

berasnya

Menyajikan food model

kepada responden untuk

dilakukan pemiihan

Pencatatan berat beras pada

porsi nasi yang dipilih

responden

Mendapatkan data

frekuensi makan

perhari

(wawancara

terkait frekuensi

makan perhari )

Perhitungan intake beras per hari:

Frekuensi makan x beras berat per

kali makan

Perhitungan intake beras per minggu:

Hasil intake beras perhari x jumlah hari

mengkonsumsi beras dalam seminggu

Page 86: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

72

berat beras untuk dijadikan food model yaitu 50 gr, 75 gr, 100 gr, 125 gr,

dan 150 gr. Setelah itu, food model yang telah di siapkan, disajikan ke

responden, dan responden memilih porsi nasi dalam piring pada setiap kali

makan, setelah itu porsi nasi dalam piring yang dipilih oleh responden

dicatat dalam kuesioner oleh peneliti menggunakan berat beras sebenarnya

yang sebelumnya telah dilakukan penimbangan. Setelah itu dilakukan

wawancara terkait frekuensi makan perhari responden, setiap hari

responden makan nasi atau tidak, dan pertanyaan lainnya yang menunjang

data laju asupan (dapat dilihat di kuesioner pada bagian lampiran).

Dilakukan perhitungan intake beras per hari dengan cara pengkalian data

terkait berat beras per porsi makan individu dan frekuensi makan per hari.

Setelah diketahui nilai intake beras perhari, dilakukan perhitungan intake

beras perminggu dengan cara mengkalian nilai intake beras perhari dan

jumlah hari mengkonsumsi nasi per minggu.

5. Variabel Karakteristik Individu (Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan,

Pendidikan, dan durasi pajanan)

Dalam melakukan pengumpulan data karakteristik individu pada

responden telah dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pada bagan 4.7 dibawah

ini:

Bagan 4.7Rangkaian Pengumpulan Data Karakteristik Individu

Siapkan

kuesioner

penelitian

Melakukan wawancara

dengan responden

terkait data karakteristik

individu menggunakan

panduan kuesioner

Seluruh data

dicatat didalam

kuesioner

Page 87: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

73

Dalam pengumpulan data terkait usia responden, jenis kelamin,

pekerjaan, pendidikan, dan durasi pajanan (karakteristik individu) dilakukan

wawancara dengan menggunakan panduan kuesioner (kuesioner dapat dilihat

pada bagian lampiran) yang dimana jawaban dari responden langsung diisikan

kedalam kuesioner oleh peneliti. Pada bagian pekerjaan biasanya responden

yang umumnya bekerja sebagai penambang emas akan tidak menyebutkan

bahwa mereka adalah seorang penambang, sebagian besar responden yang

penambang memberikan keterangan bahwa mereka ibu rumah tangga biasa

atau wirausaha. Sehingga pada saat peneliti melakukan wawancara terkait

jenis pekerjaan, peneliti tidak langsung menanyakan pekerjaan responden

tetapi menanyakan pertanyaan seperti pernah atau tidak berkontak dengan

merkuri, berapa lama kontak, pernah mencari emas dengan cara menggali

lubang digunung, dan lainnya yang dapat membuktikan bahwa mereka adalah

seorang penambang atau bukan penambang. Jadi pada saat pengumpulan data

terkait pekerjaan umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan pengumpulan data lainnya.

6. Variabel Estimated Weekly Intake (EWI)

Dalam melakukan pengumpulan data nilai Estimated Weekly (EWI)

pada responden telah dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pada bagan 4.8

dibawah ini:

Pengumpulan seluruh data penelitian

(konsentrasi merkuri dalam beras,

laju asupan mingguan, berat badan)

Seluruh data dimasukan kedalam

software Microsoft Exel dalam

komputer

Perhitungan nilai Estimated Weekly

Intake (EWI) merkuri dalam beras

Page 88: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

74

Bagan 4.8 Rangkaian Pengumpulan Data Nilai Estimated Weekly Intake

(EWI)

Pengelolaan data dengan menggunakan formula PTWI hanya

dilakukan hingga tahap EWI merkuri dalam beras lokal pada masyarakat.

Dalam melakukan perhitungan data terkait nilai EWI (mg/kg/minggu)

dibutuhkan data seperti kadar merkuri dalam beras (mg/kg), laju asupan per

minggu (gr/minggu/kapita), berat badan (kg), dan perhitungan EWI dilakukan

dalam Microsoft Exel. Berikut Perhitungan Estimated Weekly Intake:

EWI (Estimated Weekly Intake) =

EWI : Nilai estimasi logam berat yang masuk per minggu

(mg/kg/minggu)

C : Konsentrasi logam berat dalam bahan makanan (mg/kg)

dC : Konsumsi bahan makanan per minggu (gr/minggu/kapita)

Bw : Body weight. Berat badan manusia pada populasi atau

individu (kg/kapita)

4.6. Analisis Data

Berikut analisis data yang dilakukan pada penelitian:

Analisis Univariat

Pada penelitian ini, seluruh variabel yang diteliti dilakukan analisis

univariat. Dalam perhitungannya penelitian ini akan mendapatkan data

numerik yaitu kadar merkuri dalam beras, kadar merkuri dalam rambut,

berat badan, usia, durasi pajanan, dan nilai EWI merkuri dalam beras

dan variabel lainnya dilakukan pengkategorian.

Page 89: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

75

Data konsentrasi merkuri di rambut dan di beras didapatkan dari

hasil hasil uji lab yang tersertifikasi. Pada variabel numerik diketahui

nilai rata-rata, dan standar deviasi. Pada variabel kategorik diketahui

distribusi seluruh variabel kategorik yang disajikan dalam bentuk

presentase menggunakan grafik pie.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini akan

menggunakan uji t independent, anova, dan regresi liner sederhana. Uji

t independent dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

numerik dan variabel kategorik yang memiliki dua kategorik yaitu

seperti pada variabel kadar merkuri dalam rambut dengan status

pendidikan, kadar merkuri dalam rambut dengan jenis kelamin, dan

kadar merkuri dalam rambut dengan jenis pekerjaan. Uji anova

dilakukan yaitu untuk melihat antara variabel numerik dan variabel

kategorik yang memiliki lebih dari dua kategorik yaitu seperti pada

variabel kadar merkuri dalam rambut dengan status pendidikan. Uji

regresi linier sederhana dilakukan yaitu untuk melihat hubungan dan

melihat peran atau pengaruh positif atau negatif dari masing-masing

variabel numerik yaitu seperti pada varibel kadar merkuri dalam rambut

dengan umur, varibel kadar merkuri dalam rambut dengan durasi

pajanan, dan pada variavel kadar merkuri dalam rambut dengan

Estimated Weekly Intake (EWI).

Page 90: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

76

BAB V

HASIL

5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Desa Bantarkaret secara geografis berada di Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor dengan luas wilayah Desa yaitu 8414.11 Ha. Bentang

wilayah Desa Bantarkaret yaitu cenderung berbukit dengan suhu rata-rata

harian yaitu 20-30 dan memiliki curah hujan 2000-3000 Mm. Desa

Bantarkaret memiliki 14 RW dengan sembilan diantaranya dilalui oleh

Sungai Cikaniki dengan batasan yaitu yaitu:

Gambar 5.1. Batas Wilayah antar Desa Kecamatan Nanggung

Sumber: Data Kependudukan dan Pembangunan Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2016

Sebelah Utara : Desa Curug Bitung

Page 91: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

77

Sebelah Timur : Desa Panagbon Kecamatan Lwliang

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

Sebelah Barat : Desa Cisarua dan Desa Malasari

Jarak Desa Bantarkaret dengan kantor Kecamatan Nanggung yaitu

19 Km dengan lama tempuh sekitar lebih dari 30 menit dengan kendaran

roda dua ataupun roda 4. Hal ini karena kondisi geografis Desa

Bantarkaret yang berbukit, berkelok, curam, dan kondisi jalan yang kurang

baik atau berlubang. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dari

Desa Bantarkaret dengan Kantor Kecamatan Nanggung. Selain itu jarak

tempuh untuk ke Kabupaten bogor sekitar 72 Km dengan jarak tempuh 2,5

jam.

Desa Bantarkaret memiliki sarana dan prasarana yaitu:

Kantor Desa : jumlah 1 unit (10 ruangan)

Gedung Posyandu : Jumlah 2 unit (4 ruangan)

Masjid : 16 buah

Pondok Pesantren : 4 buah

Paud : 2 buah

TK : 1 buah

Sekolah Dasar (SD/MI) : 7 buah

Madrasah Diniah : 6 buah

SLTP / MTs : 1 buah

SLTA / MA : - buah

Kurangnya tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran seperti

SLTP dan SLTA mendasari rendahnya status pendidikan masyarakat Desa

Page 92: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

78

Bantar Karet sehingga hingga tahun 2016 hanya terdapat 673 orang yang

berpendidikan SLTA. Hal ini dikarenakan SLTA hanya tersedia satu di

Pusat Kecamatan Nanggung dan hanya terdapat 46 orang yang berstatus

sarjana atau S1. Rendahnya status pendidikan juga didukung oleh wilayah

geografis Desa Bantarkaret.

Rendahnya status pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar

membuat tingginya pengangguran dan kemiskinan, hal ini karena

masyarakat hanya bergantung dengan komoditi sektor pertanian tanaman

padi dan pertambangan tradisional dengan menggunakan teknik

amalgamasi yang membutuhkan merkuri sebagai bahan pencampur utama,

pengelolaan penambangan ini dilakukan dirumah masing-masing

penambang. Selain itu, rendahnya pendidikan juga menimbulkan

kemampuan petani dalam komoditas pertanian dan perkebunan tidak

berjalan dengan maksimal. Komoditas pertanian dan perkebunan yang

kurang maksimal menimbulkan masyarakat memilih menjadi gurandil

karena penambangan dengan teknik amalgamasi dilakukan dengan cara

yang sederhana dan relatif mudah dilakukan.

Lokasi PETI di Desa Bantarkaret bersatu dengan pemukiman

masyarakat sekitar. Sebagian besar penambang meletakan mesin

algamator dibelakang rumah mereka atau dapur. Selain itu PETI yang

dilakukan yaitu penambangan tanpa izin sehingga tidak ditemukan jumlah

pasti. Tetapi pada tahun 2009 diketahui jumlah gurandil pencapai 6000

orang (Sudarsono, dkk. 2009). Banyaknya gurandil mengindikasikan

bahwa tingginya aktivitas PETI dikawasan Gunung Pongkor ataupun di

Page 93: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

79

Desa Bantarkaret. Diketahui bahwa kawasan Gunung Pongkor telah

tercemar oleh merkuri, sehingga hal ini dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya di kawasan

tersebut. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Yoga, dkk (2014)

mendapatkan hasil terjadinya bioakumulasi merkuri yang cukup tinggi

pada biota Tricnoptera dan menyebabkan terjadinya kecacatan berupa

penghitaman pada insang trachea biota tersebut di sungai Kawasan

Gunung Pongkor. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Widowati

(2008) dan Sutono (2002) menyebutkan bahwa kadar beras dari sawah di

Kecamatan Nunggul kawasan Gunung Pongkor mencapai 0,45 ppm dan di

Kalongliud Kawasan Gunung Pongkor mencapai 0,25 sehingga dapat

dikatakan melebihi batas aman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Gurandi (2006) dalam Rokhman (2013) diketahui bahwa seiringnya

penertiban aktivitas PETI oleh pemerintah setempat diketahui terjadi

penurunan jumlah merkuri di lingkungan. Akan tetapi meskipun aktivitas

PETI di Desa Bantarkaret juga telah menurun dan kadar merkuri di

lingkungan mulai merendah, hal ini tetap harus diperhatikan karena sifat

akumulastif merkuri.

5.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing

variabel yang diteliti yaitu meliputi variabel kadar merkuri dalam rambut dan

beras, nilai EWI, berat badan (Bw), laju asupan (dC), usia, jenis kelamin, status

pendidikan, dan durasi pajanan. Jumlah responden pada penelitian ini yaitu 55

responden. Berikut analisis univariat yang telah dilakukan.

Page 94: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

80

1. Gambaran Kadar Merkuri dalam Rambut

Berikut hasil analisis univariat untuk variabel kadar merkuri dalam rambut,

seperti pada tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1 Gambaran Kadar Merkuri dalam Rambut Responden Di

Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun

2017

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa rata-rata kadar merkuri dalam

rambut masyarakat di Desa Bantar karet yaitu sebesar 6,24 ppm. Dengan variasi

sebaran kadar merkuri dalam rambut yaitu 5,48.

2. Gambaran Usia Responden

Berikut hasil analisis univariat untuk variabel usia, seperti pada tabel 5.2

dibawah ini:

Tabel 5.2 Gambaran Usia Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar responden

mayoritas adalah orang dewasa, yaitu dengan rata-rata umur responden 41,64 atau

dapat dibulatkan menjadi 42 tahun dengan variasi sebaran usia sebesar 15,154.

3. Gambaran Jenis Kelamin Responden

Berikut hasil analisis univariat untuk variabel jenis kelamin, seperti pada

grafik 5.1 dibawah ini:

Variabel Mean Standar

Deviasi

Kadar

Merkuri

dalam

Rambut

6,24 5,48

Variabel Mean Standar

Deviasi

Usia 41,63 15,154

Page 95: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

81

Grafik 5.1 Gambaran Jenis Kelamin Responden di Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

Berdasarkan grafik 5.1 diketahui bahwa sebagian besar responden di

Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

berjenis kelamin perempuan dengan presentase sebesar 70,9%.

4. Gambaran Jenis Pekerjaan

Berikut hasil analisis univariat untuk variabel jenis pekerjaan, seperti pada

grafik 5.2 dibawah ini:

Grafik 5.2. Gambaran Pekerjaan Responden di Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

Berdasarkan grafik 5.2 diketahui bahwa sebagian besar responden di

Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017 yaitu

berkerja sebagai penambang emas dengan presentase sebesar 65%.

29,1%

70,9%

Laki-Laki

Perempuan

65%

35% Penambang Emas

Bukan PenambangEmas

Page 96: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

82

5. Gambaran Status Pendidikan

Berikut hasil analisis univariat untuk variabel status pendidikan, seperti pada

grafik 5.3 dibawah ini:

Grafik 5.3. Gambaran Status Pendidikan Responden di Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

Berdasarkan grafik 5.3 diketahui bahwa sebagian besar status

pendidikan responden di Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung tahun

2017 menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah dasar (SD) dengan

presentasi sebesar 69%.

6. Gambaran Durasi Pajanan

Berikut hasil analisis univariat untuk variabel durasi pajanan, seperti pada

tabel 5.3 dibawah ini:

Tabel 5.3 Gambaran Durasi Pajanan pada Responden di Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

Variabel Mean Standar

Deviasi

Durasi

Pajanan

(Tahun)

21,29 6,525

13%

69%

2% 9%

7% Tidak Sekolah

SD/MI

SMP/MTS

SMA/SMK/MA

Perguruan Tinggi

Page 97: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

83

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden telah

mengkonsumsi beras lokal yang tercemar merkuri dengan rata-rata selama 21

tahun, dengan variasi sebaran durasi pajanan sebesar 6,525.

7. Gambaran Analisis Estimated Weekly Intake (EWI)- Intake Merkuri per

Minggu pada Masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Berikut hasil analisis univariat untuk variabel EWI (Estimated Weekly Intake),

seperti pada tabel 5.4 dibawah ini:

Tabel 5.4 Gambaran Kadar Merkuri dalam Beras, Laju Asupan, Berat

Badan, dan Estimated Weekly Intake Merkuri dalam beras lokal pada

Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata-rata kadar merkuri dalam beras

lokal Desa Bantarkaret yaitu sebesar 0,022 mg/kg dengan variasi sebaran yaitu

0,06. Rata-rata laju asupan konsumsi beras masyarakat di Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung tahun 2017 yaitu 1769,09 gr/minggu/kapita, dengan

variasi sebaran sebanyak 707,79. Rata-rata berat badan pada masyarakat di Desa

Variabel Mean Standar

Deviasi

Kadar Merkuri

dalam Beras (C)

0,022 0,06

Laju Asupan

(dC)-

(gr/kg/minggu)

1769,09 707,79

Berat Badan

(Bw)-

(kg)

59,72 11,78

Intake

Mingguan

(EWI)-

(mg/kg/minggu)

0,616 0,263

Page 98: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

84

Bantarkaret Kecamatan Nanggung tahun 2017 sebesar 59,72 dengan variasi

sebaran yaitu 11, 78.

Rata-rata nilai Estimated Weekly Intake (EWI) merkuri dalam beras lokal oleh

masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung yaitu sebesar 0,616

mg/kg/minggu, dengan nilai sebaran 0,263.

5.3. Analisis Bivariat

Hubungan antara kadar merkuri dalam rambut dengan variabel usia dan

intake beras lokal menggunakan uji regresi linier sederhana dan hubungan antara

kadar merkuri dalam rambut dengan variabel jenis kelamin dan jenis pekerjaan

menggunakan uji t independen. Sedangkan hubungan antara kadar merkuri dalam

rambut dengan variabel status pendidikan menggunakan uji anova. Seperti

Berikut:

1. Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Usia

Pada variabel independen yaitu usia, peneliti meneliti menentukan data

usia adalah data rasio. Sehingga hubungan kadar merkuri dalam rambut dengan

usia dianalisa menggunakan uji regresi linier sederhana dan hasilnya disajikan

dalam tabel 5.4, sebagai berikut:

Tabel 5.5 Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan

Usia Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017

Variabel R R P value

Usia dengan Kadar

Merkuri

0,016 0 0,918

Page 99: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

85

Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji bivariat menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang siginifikan antara variabel umur dengan kadar merkuri dalam

rambut masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

tahun 2017 (p value>0,05). Hal ini menyebabkan hubungan antara kadar merkuri

dalam rambut dengan usia responden tidak dapat dibuat permodelan.

2. Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Jenis Kelamin

Pada variabel independen yaitu jenis kelamin, peneliti memberikan kode

angka 1 untuk responden yang berjenis kelamin laki-laki dan 2 untuk responden

perempuan. Hubungan kadar merkuri dalam rambut dengan jenis kelamin

dianalisa menggunakan uji t independen dan hasilnya disajikan dalam tabel 5.6,

sebagai berikut:

Tabel 5.6 Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Jenis

Kelamin Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten

Bogor Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.6 rata-rata kadar merkuri dalam rambut pada

responden di Desa Bantarkaret yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi yaitu

11,18 ppm sedangkan perempuan sebesar 4,22 ppm. Hasil uji bivariat

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kadar merkuri

dalam rambut dengan jenis kelamin dengan P value 0,00 (p<0,05).

3. Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Jenis

Pekerjaan

Variabel Mean Standar Deviasi P value

Jenis Kelamin Laki-Laki 11,18 6,27

0,00

Perempuan 4,22 3,56

Page 100: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

86

Pada variabel independen yaitu jenis pekerjaan, peneliti memberikan kode

1 untuk penambang dan 2 untuk bukan penambang emas. Hubungan antara kadar

merkuri dalam rambut dengan jenis kelamin dilakukan analisa dengan

menggunakan uji t independent, dan hasilnya disajikan dalam tabel 5.7, sebagai

berikut:

Tabel 5.7 Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Jenis

Pekerjaan Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan rata-rata kadar merkuri dalam rambut

lebih tinggi pada responden yang bekerja sebagai penambang yaitu sebesar 8,17

sedangkan responden yang bukan penambang yaitu sebesar 3.92 ppm. Hasil uji

bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kadar

merkuri dalam rambut dengan jenis kelamin dengan P value 0,00 (p<0,05).

4. Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Status

Pendidikan

Variabel pendidikan dikategorikan menjadi 5 kategorik yaitu dengan

memberikan kode 1 untuk tidak sekolah, 2 untuk SD/MI, 3 untuk SMP/MTs, 4

untuk SMA/SMK/MA, dan 5 untuk Perguruan tinggi. Untuk mengetahui

hubungan kadar merkuri dalam rambut dengan status pendidikan digunakan uji

anova, sebagai berikut:

Variabel Mean Standar Deviasi P value

Jenis

Pekerjaan

Penambang 8,17 5,37

0,00

Bukan Penambang 3,92 3,53

Page 101: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

87

Tabel 5.8 Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan

Status Pendidikan Responden di Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2017

Variabel Mean Standar

Deviasi

P value

Pendidikan TIdak Sekolah

SD/MI

SMP/MTs

SMA/SMK/MA

Perguruan

Tinggi

4,68

7,32

1

2,38

1,03

3,19

5,65

1

2,73

0,35

0,001

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara kadar merkuri dalam rambut dengan

status pendidikan yaitu P value 0,001 (p<0,05).

5. Hubungan antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Durasi

Pajanan

Pada variabel independen yaitu durasi pajanan, peneliti menentukan skala

ukurnya adalah rasio. Sehingga hubungan kadar merkuri dalam rambut dengan

durasi pajanan dianalisa menggunakan uji regresi linier sederhana dan hasilnya

disajikan dalam tabel 5.9, sebagai berikut:

Tabel 5.9 Hubungan Durasi Pajanan Intake Beras Lokal dengan Kadar

Merkuri dalam Rambut pada Masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Tahun 2017

Variabel R R Pvalue

Durasi Pajanan

(Dt)

0,464 0,215 0,00

Page 102: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

88

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui hasil uji bivariat menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara variabel durasi intake beras lokal dengan

kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor tahun 2017 (p value<0,05). Hubungan durasi intake

beras lokal dengan kadar merkuri dalam rambut menunjukan hubungan yang

lemah yang ditunjukan dengan nilai r sebesar 46%. Kemampuan intake untuk

memprediksi kadar merkuri dalam rambut yaitu hanya sebesar 21,5 %.

6. Hubungan Antara Kadar Merkuri dalam Rambut dengan Intake

Pada variabel independen yaitu intake, peneliti menentukan skala ukurnya

adalah rasio. Sehingga hubungan kadar merkuri dalam rambut dengan intake

dianalisa menggunakan uji regresi linier sederhana dan hasilnya disajikan dalam

tabel 5.10, sebagai berikut:

Tabel 5.10 Hubungan Estimated Weekly Intake (EWI) dengan Kadar

Merkuri dalam Rambut pada Masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan

Nanggung Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui hasil uji bivariat menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara variabel intake dengan kadar merkuri

dalam rambut pada masyarakat di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor tahun 2017 (p value<0,05). Hubungan intake dengan kadar

merkuri dalam rambut menunjukan hubungan yang lemah yang ditunjukan

Variabel R R P value

Estimated Weekly

Intake (EWI)

0,354 0,126 0,008

Page 103: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

89

dengan nilai r sebesar 35,4%. Kemampuan intake untuk memprediksi kadar

merkuri dalam rambut yaitu hanya sebesar 12,6 %.

Page 104: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

90

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini menghasilkan data terkait hubungan antara intake

mingguan merkuri, faktor karakteristik (jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, status

pendidikan), pola aktivitas, dan kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat

Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogot tahun 2017. Data

diambil pada bulan Januari 2017. Pada Penelitian ini mempunyai beberapa

kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil

penelitian, yaitu:

1. Pada penelitian ini pengukuran kadar merkuri dalam rambut dan beras

tidak dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk setiap sampel. Hal

ini disebabkan karena keterbatasannya biaya.

2. Pada penelitian ini pengujian sampel rambut di laboratorium yaitu

mengukur kadar total merkuri sehingga nilai kadar merkuri dalam rambut

yang didapatkan yaitu menggambarkan kadar merkuri dalam bentuk dan

senyawa apapun yang terkandung dalam sampel rambut yang diujikan.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kadar merkuri yang terdapat dalam

tubuh responden bukan hanya senyawa metil merkuri terdapat juga

senyawa-senyawa merkuri lainnya dan tidak hanya merkuri yang berasal

dalam tubuh melainkan dapat juga merupakan paparan merkuri dari luar

yang menempel pada rambut.

3. Penelitian ini tidak dilakukan di seluruh RW pada Kelurahan Bantarkaret,

hal ini dikarenakan luasnya wilayah, banyaknya populasi, dan sulitnya

Page 105: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

91

kontur geografis wilayah menjadikan peneliti hanya meneliti empat RW.

Sehingga ditakutkan akan terjadi kehomogenan data, akan tetapi peneliti

sudah mengantisipasi agar penelitian ini tidak homogen dan dapat

digeneralisasikan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Bantarkaret

dengan cara memilih RW berdasarkan kelompok RW yang dilalui oleh

sungai dan kelompok RW yang tidak dilalui oleh sungai.

4. Pada penelitian ini tidak bisa mendapatkan responden laki-laki dan

perempuan dengan jumlah yang sama karena keterbatasan gram (gr)

rambut pada laki-laki, sehingga distribusi respondennya lebih banyak

perempuan. Penelitian dilakukan pada siang hari sehingga sebagian besar

laki-laki bekerja ataupun melakukan penambangan ke gunung, kontur

geografis yang sulit untuk peneliti membuat sampel studi antara laki-laki

dan perempuan tidak sama.

5. Perhitungan nilai Estimated Weekly Intake (EWI) atau intake mingguan

merkuri hanya dilihat dari konsumsi beras lokal masyarakat Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung, tidak memperhitungkan intake merkuri

yang berasal dari air, udara, biota air, ataupun tumbuhan lainnya.

6.2. Konsentrasi Merkuri pada Rambut Masyarakat Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung

Rambut merupakan sesuatu yang tumbuh dan tertanam dari dalam tubuh

manusia. Seluruh permukaan tubuh manusia pada pada umumnya tumbuh rambut

hanya bagian-bagian tertentu dari tubuh manusia yang tidak ditumbuhi oleh

rambut. Menurut Rosmalis (2008) bagi manusia terlebih untuk wanita, rambut

merupakan sebuah mahkota kepala, jika dilihat dari segi sosial bermasyarakat

Page 106: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

92

pada era ini rambut digunakan untuk memperlihatkan status sosial dan identitas

profesi.

Selain itu jika dilihat dari segi keilmuan, menurut Santoso (2012) rambut

dapat digunakan sebagai bahan uji atau digunakan sebagai biomarker terutama

untuk mengetahui keberadaan dan jumlah konsentrasi logam berat yang masuk

kedalam tubuh. Rambut memiliki gugusan sulfhidril (-SH) dan disulfide sistin (-

S-S-) yang mampu mengikat logam berat yang masuk kedalam tubuh (Hidayati,

2013). Senyawa sufida ini yang mudah terikat dengan logam berat, sehingga jika

logam berat masuk kedalam tubuh manusia akan terikat oleh senyawa sufida

dalam rambut (pettrucci, 1982). Sehingga dari senyawa tersebut rambut dapat

mengikat logam berat yang masuk kedalam tubuh manusia, dibandingkan dengan

urin, darah, dan kuku. Terlebih logam berat yang masuk kedalam tubuh dan

mengendap dalam rambut tidak hilang karena pencucian ataupun karena nutrisi

makanan yang masuk kedalam tubuh. Tetapi, konsentrasi logam berat dapat

berkurang dalam rambut apabila dilakukannya treatment rambut seperti pelurusan

atau pengeritingan (Chamid, dkk, 2010).

Pada penelitian ini dilakukan uji parameter logam merkuri dirambut, untuk

mengetahui adakah logam merkuri dalam tubuh dengan melihat jumlah kadar

merkuri dalam rambut pada masyarakat yang tinggal di Kawasan Gunung

Pongkor Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung. Berdasarkan ketetapan WHO

(2008) batas aman konsentrasi merkuri pada rambut adalah 2 ppm. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu kadar merkuri dalam

rambut responden yaitu 28,15 ppm dan terendah adalah 0,5 ppm.

Page 107: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

93

Hasil analisis menunjukan terdapat 80% responden memiliki konsentrasi

merkuri dalam rambut diatas batas aman. Diketahui diatas 65% responden adalah

penambang, hal sejalan dengan ketetapan Toxicological Profile For Mercuri

(ATSDR) (1999) yang menyebutkan bahwa sumber potensial terbesar masuknya

merkuri kedalam tubuh manusia adalah tempat kerja. Aktivitas PETI adalah

pengguna tunggal merkuri secara sengaja yang terbesar dan menyebabkan

pencemaran merkuri pada tingkat ekstrem (Rokhman, 2013). Sehingga sangat

dimungkinkan para penambang memiliki kadar merkuri lebih tinggi di dalam

tubuh dibandingkan yang bukan penambang.

Tingginya konsentrasi merkuri dalam rambut dapat menyebabkan

keracunan akut maupun kronis. Menurut Irwan, (2009) keracunan akut terjadi

karena adanya pemaparan merkuri secara langsung dan dalam dosis yang tinggi.

Keracunan kronis adalah kejadian keracunan yang terjadi dalam jangka waktu

yang cukup lama dengan kadar merkuri yang pada awalnya sedikit dan perlahan

meningkat, sehingga dapat mengendap dalam tubuh dan menimbulkan gejala

keracunan. Pada keracunan akut akan menimbulkan gejala seperti pharyngitis

(peradangan tekak), dyspaghia, mual-mual, sakit pada bagian perut, dan jika tidak

diatasi dengan cepat dapat menimbulkan efek lanjutan yaitu nephritis (radang

ginjal), hepatitis (radang pada hati), ataupun pembengkakan pada kelenjar ludah

(Palar, 1994).

Sedangkan pada keracunan kronik gejala yang akan ditimbulkan yaitu

hipersaliva (mengeluarkan air liur secara berlebihan), sariawan, gigi tanggal,

guratan-guratan pada gusi, nyeri atau mati rasa pada bagian kaki ataupun tangan,

tremor, gangguan pengelihatan ataupun lensa mata (lensa mata menjadi abu-abu

Page 108: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

94

hingga abu-abu kemerahan), diare, sakit kepala, penurunan berat badan,

anoreksia, anemia, halusinasi, jiwa tertekan, ataupun kemunduran mental secara

jelas (Hartono, 2003 dan Widowati, 2008). Menurut Inswiasri (2008) menyatakan

bahwa seseorang yang mengalami keracunan kronik akibat merkuri pada awalnya

akan merasakan rasa kesemutan yang dengan frekuensi yang sering.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebesar lebih dari 70% responden

mengalami keluhan kesehatan seperti dermatitis, sakit kepala atau pusing, mual,

tangan nyeri atau matirasa, gatal-gatal, rasa sakit pada saraf, darah tinggi,

pandangan kabur, hingga tremor. Responden yang mengalami keluhan kesehatan

secara keseluruhan memiliki konsentrasi merkuri dalam rambut melebihi 2 ppm.

Hasil ini didukung oleh penelitian Junita (2013) dan Rohman (2013) yang

mendapatkan hasil bahwa para pekerja PETI di kawasan penambangan emas

mengalami gejala keracunan kronik merkuri seperti tremor, sering kesemutan,

otot wajah kaku, iritasi mata, rasa logam pada mulut, otot terasa sakit dan kejang,

kulit tangan dan kaki menebal, dan sakit kepala.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa

tingginya kadar merkuri dalam rambut dapat menurunkan tingkat kesehatan

seperti keracunan akut ataupun kronik. Berdasarkan hasil kadar rata-rata merkuri

dalam rambut masyarakat Desa Bantarkaret menunjukan kadar merkuri melebihi

batas normal. Meskipun ada beberapa kadar merkuri dalam rambut masyarat yang

memiliki kadar merkuri yang cukup rendah, tetapi merkuri merupakan logam

berat yang dapat berakumulasi di dalam tubuh manusia ataupun makhluk hidup

lainnya, Menurut Nina (2007) dan Roger (1984) masuknya konsentrasi merkuri ke

dalam tubuh secara terus menerus disertai akumulasinya akan menimbulkan

Page 109: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

95

dampak negatif yaitu dapat menghalangi kinerja enzim, merusak selaput dinding

sel, dan kerusakan yang ditimbulkan oleh logam merkuri pada tubuh umumnya

bersifat permanen pada otak, hati, dan ginjal. Atas hal tersebut, disarankan agar

Puskesmas Kecamatan Nanggung untuk memberikan penyuluhan kepada

masyarakat yang berada dalam lingkup kerja puskesmas terkait tentang bahaya

logam merkuri bagi kesehatan dan disarankan kepada masyarakat untuk

mengurangi paparan dengan logam merkuri.

6.3. Analisis Estimasi Intake Mingguan Masyarakat Desa Bantarkaret

Kecamatan Nanggung - Estimated Weekly Intake (EWI)

1. Kadar Mercuri dalam Beras (C)

Beras adalah bahan makanan pokok untuk seluruh masyarakat

dunia terlebih untuk masyarakat Indonesia. Menurut Wongkar, dkk (2014)

beras menjadi bahan pangan pokok karena mudah diolah, mudah disajikan

dan mengandung protein sebagai sumber energi bagi tubuh manusia,

sehingga dapat menunjang manusia untuk melakukan aktivitas.

Pentingnya beras sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia

dapat merpengaruhi kesehatan individu yang mengkonsumsinya (Ahmad,

1990).

Beras dapat mempengaruhi kesehatan pada individu yang

mengkonsumsinya karena beras berasal dari padi. Padi merupakan

tumbuhan yang sangat membutuhkan air untuk melakukan pembuahan

pada bijinya, dikarenakan kebergantungan tersebut dapat menjadi peluang

besar padi mengalami pencemaran akibat kerusakan lingkungan karena

aktivitas manusia. Hal ini disebabkan karena umumnya di Indonesia

Page 110: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

96

tumbuhan padi ditanam di wilayah persawahan yang dekat dengan sungai

atau gunung, sehingga sistem irigasi persawahannya menggunakan air

sungai atau air gunung.

Pada penelitian ini menggunakan beras sebagai bahan uji untuk

mengetahui konsentrasi merkuri didalamnya. Beras yang digunakan untuk

pengujian adalah beras yang berasal dari padi yang ditanam di Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kawasan Gunung Pongkor, sistem

irigasi yang digunakan untuk mengairi sawah disini adalah berasal dari

sungai Cikaniki. Pengukuran konsentrasi merkuri pada spesimen beras

diambil pada 10 titik sawah yang berada di Desa Bantarkaret. Hasil uji

kadar merkuri dalam beras yaitu didapatkan rata-rata konsentrasi merkuri

pada beras yaitu 0,022 kg/mg dengan konsentrasi tertinggi yaitu 0,184

mg/kg dan terendah yaitu 0,004 mg/kg atau dapat dikatakan tidak

terdeteksi karena jauh di bawah batas aman. Menurut peraturan BPOM RI

No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 dan SNI 2009, batas maksimum

cemaran logam berat merkuri dalam kelompok pangan pokok yaitu 0,03

mg/kg.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juhaeti, dkk

(2005) terkait konsentrasi merkuri dalam dalam akar padi, tajuk padi, dan

bulir padi didapatkan hasil 0,258 mg/kg, 0,384 mg/kg, 1,320 mg/kg, selain

itu pada tahun 2008 dilakukan penelitian konsentrasi merkuri dalam beras

oleh Widiowati dikaswasan Gunung Pongkor didapatkan hasil 0,45 mg/kg.

Jika dibandingkan hasil rata-rata konsentrasi merkuri pada beras

yang digunakan dalam penelitian saat ini masih dibawah nilai standar yang

Page 111: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

97

ditetapkan jika dibandingkan penelitian sebelumnya, akan tetapi terdapat

hasil konsentrasi merkuri dalam beras yang diatas standar aman.

Perbedaan hasil jumlah konsentrasi merkuri dalam beras yang diteliti oleh

peneliti dengan penelitian sebelumnya, dikarenakan pada awal tahun 2015

pihak kepolisisan Kabupaten Bogor melakukan raziah terhadap

masyarakat yang melakukan aktivitas PETI, sebagian besar penambang

tertangkap. Hal ini menjadikan aktivitas PETI terhenti dalam kurun waktu

yang cukup lama.

Namun pada tahun 2016 aktivitas PETI di Kawasan Gungung

Pongkor mulai aktif kembali akan tetapi jumlah PETI tidak sebanyak

tahun sebelumnya. Sehingga hal ini dapat menjadi alasan adanya

perbedaan tingkatan kadar merkuri dalam beras pada penelitian

sebelumnya. Pada dasarnya, titik pencemaran yang masih dapat ditoleransi

alam dapat mengatasi masalah pencemaran yang terjadi dan dapat

menyeimbangkan dirinya sendiri dengan kapasitas daya dukung alamnya

dimiliki atau dapat dikenal sebagai self purification (Henrasarie, 2013).

Self purification adalah kemampuan lingkungan untuk menetralisasikan

dirinya sendiri pada saat adanya pencemar yang masuk ke dalam badan

lingkungan dengan tingkat pencemaran yang masih dapat ditoletansi oleh

lingkungan. Tetapi aktifnya kembali aktivitas PETI dapat menghilangkan

kemampuan self purification alam karena akan meningkatkan konsentrasi

pencemaran.

Bedasarkan Profil Desa Bantarkaret tahun 2015, diketahui diatas

60% warga masyarakat Desa Bantarkaret mengkonsumsi beras lokal

Page 112: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

98

sebagai makanan pokoknya. Sehingga hal ini dapat berisiko menimbulkan

dampak kesehatan pada masyarakat yang mengkonsumsinya karena logam

berat merkuri didalam tubuh manusia dapat berakumulasi. Seperti menurut

Rianto (2010) yang menyatakan bahwa masuknya logam merkuri melalui

saluran pencernaaan dapat terabsorbsi berkisar 7% hingga 95% tergantung

dari jenis merkuri, dalam tubuh manusia otak merupakan afinitas terbesar

oleh logam merkuri dan selanjutnya diakumulasi di dalam jaringan

(Rianto, 2010 dan Lubis, 2002).

Menurut Nina (2007) masuknya konsentrasi merkuri ke dalam

tubuh secara terus menerus disertai akumulasinya akan menimbulkan

dampak negatif yaitu dapat menghalangi kinerja enzim, merusak selaput

dinding sel, dan kerusakan yang ditimbulkan oleh logam merkuri pada

tubuh umumnya bersifat permanen. Didukung oleh penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa akumulasi logam merkuri dalam tubuh menyebabkan

kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger, dkk, 1984).

Berdasarkan pemaparan di bawah, dapat disimpulkan bahwa rata-

rata kadar merkuri dalam beras yaitu dari standar maksimal kadar logam

merkuri yang telah ditetapkan oleh SNI 2009 terkait cemaran logam berat

dalam pangan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan hal tersebut dapat

membahayakan kesehatan manusia jika terkonsumsi, sehingga disarankan

kepada pemerintah daerah Bogor untuk melakukan tindakan bioremediasi

pada lahan persawahan di Kawasan Gunung Pongkor. Bioremediasi yang

cocok untuk persawahan setempat adalah fitoremediasi. Fitoremediasi

uaitu teknik pemulihan lahan tercemar dengan menggunakan tumbuhan

Page 113: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

99

(Mangkoedihardjo, 2005). Saran pada penelitian ini adalah melakukan

fitoremediasi mengunakan tumbuhan Lindernia crustacea, Digitaria

radicosaa, dan Cyperus rotundus pada lahan persawahan Gunung Pongkor

karena tanaman ini memiliki kemampuan serapan merkuri yang lebih

tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Sebenarnya tumbuhan padi

dapat menjadi tumbuhan fitoremediasi tetapi padi tidak tepat untuk

dijadikan tumbuhan untuk meremediasi lahan yang tercemar oleh merkuri

karena sangat membahayakan jika tumbuhan padi tersebut terkonsumsi

oleh manusia (Siahaan, 2014).

2. Laju Asupan per minggu (dC)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata

responden yang terpapar merkuri melalui beras lokal yang ditanam di

sepanjang Desa Bantarkaret Kawasan Gunung Pongkor memiliki laju

asupan beras sebesar 1769,09 gr/minggu/kapita. Jumlah rata-rata laju

asupan per minggu, jika di hitung dalam perharinya maka rata-rata laju

asupan responden per hari yaitu 252,71 gr/hari/kapita. Jumlah konsumsi

mingguan tertinggi yaitu 3500 gr/minggu/kapita dan terendah adalah 700

gr/minggu/kapita. Keseluruhan 55 responden yang terpapar merkuri

melalui beras dengan laju asupan >1769 gr/minggu/kapita yaitu sebanyak

33 responden dan 22 responden memliki laju asupan sebesar <1769

gr//minggu/kapita. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung

pada responden diketahui bahwa pada umumnya masyarakat di Desa

Bantarkaret melakukan kegiatan makan berat pada siang dan malam hari.

Sehingga rata-rata nilai laju asupan responden di Desa Bantarkaret tidak

Page 114: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

100

tinggi. Pengukuran laju asupan konsumsi kerang hijau menggunakan food

model yang telah ditetapkan takaran perporsi nasi. Sebelum menjadi nasi

beras ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan digital, porsi nasi

dikelompokkan per berat beras yaitu 50 gr, 75 gr, 100, 125 gr, dan 150 gr.

Berdasarkan angka harapan nasional konsumsi pangan jenis padi-

padian yang ditetapkan oleh BKP (2012) yaitu 275 gr/hari/kapita.

Pemenuhan kebutufhan zat gizi dalam sehari dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi tiga kali makan besar (nasi, lauk hewani, lauk nabati, buah

dan sayur) dan 2 kali makan selingan (camilan) (BPOM, 2014).

Berdasarkan peraturan tersebut maka laju asupan masyarakat Desa

Bantarkaret tidak melebihi angka harapan konsumsi pangan. Berbeda

dengan BKP (2012), dalam rencana pangan dan pertanian 2015-2019 yang

direncanakan oleh Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional

(2013) menyatakan bahwa total konsumsi akhir untuk proyeksi konsumsi

beras nasional yaitu 124,89 kg/kapita/tahun atau setara dengan 342

gr/kapita/hari (Fuad, 2016).

Secara teori berdasarkan formula Provotional Telerated Weekly

Intake nilai laju asupan per minggu digunakan untuk menghitung nilai

EWI (Estimated Weekly Intake) dan setelah itu dibandingkan dengan nilai

PTWI. Jumlah besarnya nilai laju asupan per minggu setiap individu dapat

mempengaruhi tingkatan kadar logam berat dalam tubuh yang dapat

mempengaruhi kesehatan seseorang. Menurut Mangampe, dkk (2014)

semakin besar laju asupan maka semakin besar nilai intake dan risiko yang

muncul dengan mempertimbangkan konsentrasi risk agent, durasi pajanan,

Page 115: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

101

frekuensi pajanan, dan berat badan responden. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2015) menunjukan bahwa laju

asupan mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai tingkat risiko

kesehatan (P value <0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sianipar (2009) yang menyatakan bahwa laju asupan

mempengaruhi nilai tingkatan risiko kesehatan. Hal ini diperkuat oleh

hasil penelitian Fatimah (2005) yang menyatakan bahwa semakin sering

mengkonsumsi kerang yang telah terkontaminasi logam Hg, maka

konstrentasi Hg dalam darah semakin meningkat.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa laju

asupan akan mempengaruhi nilai EWI merkuri per minggu yang dapat

digunakan untuk dibandingan dengan PTWI. Sehingga semakin besar laju

asupan per minggu, semakin besar nilai EWI. Laju asupan rata-rata

masyarakat Desa Bantarkaret masih di dalam batas normal yaitu

257gr/kapita/hari, akan tetapi berpotensi untuk meningkat. Sehingga

disarankan agar masyarakat Desa Bantarkaret untuk mengganti sumber

beras yang dikonsumsi setiap harinya dengan beras yang sumber lahannya

tidak tercemar oleh logam berat dan kepada Badan Lingkungan Hidup

Daerah (BLHD) Bogor untuk melakukan surveilens terkait pencemaran

lahan tanah di Kawasan Gunung Pongkor, serta melakukan bioremediasi

pada lahan setempat karena pada umumnya masyarakat sekitar memakan

nasi dari beras hasil panen sawah setempat, bioremediasi yang cocok

untuk didapat lihat pada pembahanan kadar merkuri dalam beras (C).

3. Berat Badan (Bw)

Page 116: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

102

Berdasarkan The Joint FAO/ WHO Expert Committer on Food

Additives (2011) diketahui bahwa untuk menghitung nilai EWI

diharuskan memiliki data berat badan individu ataupun rata-rata berat

badan kelompok ataupun nilai berat badan default. Berat badan orang

dewasa Asia memiliki nilai default yaitu 55 kg dan anak-anak 15 kg

(Kemenkes, 2012). Pada penelitian ini dilakukan pengukuran secara

langsung berat badan responden di Desa Bantarkaret. Pada penelitian ini

menghasilkan berat rata-rata responden yaitu sebesar 59,72 kg, dengan

berat badan minimum 40,20 kg dan berat badan maksimum responden

yaitu 90 kg.

Hasil rata-rata berat badan ini tidak terlalu mempunyai perbedaan

dengan nilai default orang dewasa asia yang telah ditetapkan. Hasil rata-

rata berat badan responden sejalan dengan laju asupan atau konsumsi beras

yang telah dijelaskan sebelumnya, karena nilai-rata-rata yang dihasilkan

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Akan tetapi adanya perbedaan

yang cukup jauh antara berat badan minimum dan maksimum responden,

dikarenakan responden dalam penelitian ini tidak dibatasi berdasarkan

berat badan.

Secara teori semakin besarnya berat badan seseorang maka

semakin kecil kemungkinan berisiko mengalami gangguan kesehatan

akibat paparan logam berat (Ashar, 2007 dalam Pranata, 2015). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana (2014) yaitu semakin

besar berat badan seseorang maka semakin kecil kemungkinan risiko

mengalami gangguan kesehatan oleh logam berat. Diperkuat oleh

Page 117: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

103

penelitian yang dilakukan oleh Wardiatun, dkk (2009) yang menyatakan

bahwa adanya hubungan antara status gizi dengan kadar merkuri,

dikarenakan orang dengan berat badan yang besar (normal) kadar racun

merkuri cenderung kecil, sebaliknya pada orang yang memiliki berat

badan yang rendah (kurus) lebih rentan terhadap racun sehingga kadar

merkuri dalam tubuhnya lebih besar.

Berdasarkan perhitungan EWI, berat badan mempengaruhi nilai

intake mingguan. Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

berat badan merupakan salah satu faktor yang dapat meminimalisir risiko

kesehatan atau dalam penelitian ini dapat dapat meminimalisir

terakumulasinya merkuri dalam rambut. Sehingga disarankan kepada

masyarakat Desa Bantarkaret agar memiliki berat badan yang sesuai

dengan proporsi tubuh agar dapat meminimalisir risiko kesehatan akibat

konsumsi beras lokal yang tercemar oleh merkuri di lingkungan.

4. Estimasi Intake Mingguan - Estimated Weekly Intake (EWI)

Berdasarkan The Joint FAO/ WHO Expert Committer on Food

Additives (2011), Estimated Weekly Intake (EWI) yaitu suatu jumlah atau

nilai estimasi logam berat yang masuk per minggu ke dalam tubuh

manusia dari paparan risk agent yang terdapat pada sebuah media

lingkungan melalui media oral atau ingesti, dinyatakan dalam satuan

mg/kg/minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata EWI

merkuri oleh masyarakat Desa Bantarkaret yaitu sebesar 0,616

mg/kg/minggu. Intake minimum mingguan responden yaitu 0,17

mg/kg/minggu dan maksimum 1,11 mg/kg/minggu.

Page 118: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

104

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Apriliani (2014) EWI

dipengaruhi oleh konsentrasi risk agent pada sebuah media, laju asupan

atau konsumsi per minggu individu, dan berat badan individu. Nilai EWI

digunakan untuk dibandingkan dengan nilai Provisional Tolerable Weekly

Intake (PTWI) pada individu ataupun kelompok.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Daud et al (2013) menyatakan

bahwa besarnya nilai intake sejalan dengan nilai kadar bahan kimia, laju

asupan, frekuensi pajanan, dan durasi pajanan. Sedangkan berat badan

responden merupan pembanding terbalik, karena berat badan merupakan

pembagi pada perhitungan nilai intake, sehingga semakin besar pembagi

semakin mengecil nilai intake. Hal ini mengartikan bahwa nilai intake

mingguan akan semakin tinggi apabila nilai dari kadar bahan kimia dan

laju asupan tersebut tinggi dan rendahnya berat badan. Diperkuat oleh

penelitian yang dilakukan oleh Fauzia, dkk (2014) yang menyatakan

bahwa responden yang memiliki nilai intake yang lebih tinggi maka dapat

lebih mudah untuk terkena gangguan kesehatan terkait pajanan risk agent

dalam hal ini PM10.

Pada penelitian ini, dihasilkan nilai EWI yang sangat tinggi yaitu

melebihi reference dose yang telah ditetapkan oleh FAO dan WHO yaitu 4

μg/g/minggu atau setara dengan 0,0004 mg/kg/minggu. Menurut FAO dan

WHO (2011) pada penetapan nilai PTWI yang disetujui oleh Codex

Alimentarius Commission menyatakan bahwa intake logam berat berat

secara ingesti lebih mudah untuk dilakukan pengurangan paparannya

dibandingkan secara inhalasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang

Page 119: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

105

ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan (2012) dalam buku pedoman

ARKL yang menyatakan bahwa logam berat yang masuk kedalam tubuh

manusia melalui inhalasi lebih menyebabkan efek akut dan hampir ridak

dapat dilakukan pembatasan laju paparan inhalasi, hal ini berbeda intake

secara oral, nilai intake dapat diperkecil dangan laju asupan secara oral

melalui pengurangan makan dan air minum karena banyak subtitusi untuk

setiap jenis makanan ataupun air minum.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tingginya

nilai estimasi EWI dipengaruhi oleh konsentrasi merkuri dalam bahan

pangan dan laju asupan per minggu, sedangkan berat badan individu

adalah salah satu faktor yang dapat memperkecil nilai EWI. Selain itu

perhitungan formula EWI pada penelitian ini, menghasil bahwa estimasi

intake mingguan masyarakat Desa Bantarkaret melebihi dari reference

dose yang telah ditetapkan (nilai EWI>0,0004). Sehingga dapat

menimbulkan risiko kesehatan kepada masyarakat Desa Bantarkaret

karena akumulasi logam merkuri akibat intake yang tinggi. Oleh karena itu

disarankan kepada masyarakat Desa Bantarkaret agar melakukan

pengurangan makan yang bersumber dari beras yang dipanen

dipersawahan sekitar dan mensubtitusi dengan jenis pangan pokok yang

dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

6.4. Hubungan Estimated Weekly Intake, Faktor Karakteristik Individu, dan

Faktor Lainnya dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Tahun 2017

1. Hubungan Usia dengan Kadar Merkuri dalam Rambut

Page 120: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

106

Usia adalah lamanya waktu hidup manusia ataupun makhluk hidup

lainnya yang terhitung sejak lahir hingga saat ini. Menurut Depkes RI

(2009) terdapat beberapa kategori usia yaitu itu masa balita yaitu 0 hingga

5 tahun, masa kanak-kanak yaitu 5 hingga 11 tahun, masa remaja awal 12

hingga 16 tahun, masa remaja akhir 17 hingga 25 tahun, masa dewasa

awal 26 hingga 35 tahun, masa dewasa akhir 36 hingga 45 tahun, masa

lansia awal 46 hingga 55 tahun, masa lansia akhir 56 hingga 65 tahun, dan

masa manula lebih dari 65 tahun. Proses bertambahnya umur atau penuaan

adalah siklus kehidupan yang mempunyai tahapan tahapan seperti

menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena telah terjadi perubahan

dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ, sehingga pada

umumnya penuaan dapat mempengaruhi pada kesehatan fisik (Fatmah,

2010).

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden

adalah berusia produktif. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan

pada penelitian ini menunjukan tidak terdapatnnya hubungan yang

bermakna antara usia dengan tingkat kadar merkuri dalam rambut (P value

>0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukaan oleh Junita

(2013) yang mendapatkan hasil bahwa antara tidak terdapatnya hubungan

yang bermakna dengan tingkat keracunan PETI yang diukur dari kadar

merkuri dalam rambut. Sejalan dengan hal tersebut, pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Trigunawati, dkk (1997) mendapatkan

hasil bahwa tidak ditemukan pengaruh antara usia dengan kadar merkuri

total dalam rambut pada penduduk Teluk Jakarta. Pada penelitian serupa

Page 121: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

107

Adiwijayanti (2015) mendapatkan hasil bahwa tidak terdapatnya

hubungan antara usia dengan kadar hemoglobin melalui kadar timbal

dalam darah.

Hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya yang telah

dipaparkan mendapatkan hasil tidak adanya hubungan antara variabel usia

dengan tingkat kadar merkuri dalam rambut. Namun berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2013) yang mendapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat kadar

merkuri dalam urin (p value <0,05). Penelitian yang dilakukan oleh

Waridatun, dkk (2009), menyatakan bahwa terdapatnya adanya hubungan

dengan merkuri dalam urin. Didukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Hartono (2003) adanya hubungan bermakna antara variabel

umur dengan kadar merkuri pada rambut pada pekerja tambang. Penelitian

lainnya juga menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kerentanan tubuh individu terhadap logam berat

(Tugaswati, 2006). Hal ini berarti semakin bertambah umur responden

atau semakin muda seseorang maka semakin besar kemungkinan tingkat

kadar merkuri dalam tubuh responden. Sejalan dengan hal tersebut

berdasarkan ASTDR (1999) dan WHO (2008) menyatakan bahwa

semakin muda umur seseorang semakin rentan terhadap paparan merkuri

karena sensitivitas dari perkembangan saraf belum berkembang sempurna.

Terdapatnya perbedaan hasil penelitian Trigunawati, dkk

(2003);Junita (2013);dan Adiwijayanti (2015) dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hartono (2003);Tugaswati (2006); Waridatun, dkk (2009);

Page 122: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

108

dan Rohkman (2013) yaitu karena penelitian yang dilakukan Trigunawati,

dkk (2003); Junita (2013); dan Adiwijayanti (2015) seluruh respondennya

adalah pekerja, sehingga umur responden yang didapatkan tidak memiliki

selisih yang berarti. Oleh karena itu, hasil uji bivariat terkait faktor pada

penelitian tersebut tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yeates dan

Mortensen (1994) menghasilkan bahwa dua kelompok umur antara

responden remaja (13-15 tahun) dan pada responden dewasa (36-63 tahun)

yang sama terpapar oleh merkuri menunjukan bahwa incidence keracunan,

dampak kesehatan, ataupun kadar merkuri dalam tubuh responden dewasa

lebih tinggi dari pada tingkat kadar merkuri pada kelompok umur remaja

dengan intensitas paparan merkuri yang sama. Hal ini ditunjang oleh

Connel dan Miller (1994) yang menyatakan bahwa kelompok umur muda

lebih peka terhadap ekskresi kadar logam berat dalam tubuh.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan secara teori

faktor umur dapat mempengaruhi tingkat kadar merkuri dalam rambut.

Sehingga semakin bertambahnya usia seseorang maka akan semakin besar

tingkat kadar merkuri yang terdapat di rambut. Namun, hasil pada

penelitian ini menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan

anatara faktor umur dan kadar merkuri dalam rambut (P value >0,05). Hal

ini dikarenakan umur responden dalam penelitian ini umumnya memiliki

umur yang tidak berbeda atau relatif sama, responden dalam penelitian ini

rata-rata adalah dewasa atau umur produktif, sehingga data umur yang

didapatkan dalam penilitian yaitu tidak memiliki selisih yang berarti.

Page 123: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

109

Berdasarkan hal tersebut untuk mencegah dan menurunkan tingkat kadar

merkuri dalam rambut akibat pajanan merkuri, masyarakat Bantarkaret

harus selalu waspada dan mencegah untuk kontak dengan merkuri dan

lakukan cek kesehatan rutin ke pelayanan kesehatan.

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Merkuri dalam Rambut

Jenis kelamin yaitu perbedaan antara perempuan dengan laki-laki

secara biologis sejak seseorang lahir (Hungu, 2007). Pada penelitian ini

jumlah responden wanita sebanyak 39 (70,9%). Berdasarkan data

demografi Kelurahan Bantarkaret Tahun 2015 diketahui bahwa total

penduduk berjumlah 10.219 orang dengan jumlah laki-laki dan perempuan

yang memiliki proporsi yang sama yaitu dengan jumlah kurang lebih

5.214 untuk laki-laki. Berdasarkan penelitian serupa yang dilakukan oleh

Tugaswati, dkk (1997) Chamid, dkk (2010) dan Rokhman (2013)

didapatkan jumlah sampel wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Pada penelitian sebelumnya yang serupa dilakukan oleh Widiana

(2007), Junita (2013), dan Rohkman (2013) di wilayah Pongkor tidak

melakukan uji bivariat terhadap variabel jenis kelamin dengan kadar

merkuri dalam rambut. Pada penelitian serupa yang dilakukan oleh

Rumatoras, dkk (2016), Dewi, dkk (2013), Endrinaldi (2009) di wilayah

yang berberada juga tidak melakukan uji bivariat terhadap variabel jenis

kelamin. Pada penelitian ini dihasilkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat kadar merkuri dalam

rambut (p value <0,05). Sehingga dapat dikatakan, jenis kelamin laki-laki

Page 124: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

110

memiliki tingkatan kadar merkuri yang lebih tinggi pada masyarakat Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung Kawasan Gunung Pongkor.

Lebih tingginya kadar merkuri dalam tubuh laki-laki di Kawasan

Gunung Pongkor dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya

yaitu dipengaruhi oleh keadaan fisiologis tubuh. Diketahui bahwa zat

mineral selenium (Se) yang terdapat dalam tubuh manusia dapat

digunakan untuk mencegah dan mengurangi toksisitas dari logam merkuri

(Darmono, 1999). Selenium merupakan mineral trace element yang sangat

besar peranannya sebagai antioksidan, Selenium berguna membantu

mencegah kerusakan seluler dari radikal bebas (Ramadani, 2011). Selain

itu, selenium dapat menghambat absorbsi, distribusi merkuri ke dalam

jaringan, dan meningkatkan ekskresi merkuri saat tubulus ginjal belum

mengalami kerusakan (Darmono, 1999)

Berdasarkan PERMENKES RI No. 75 Tahun 2013 laki-laki dan

perempuan berumur 13 hingga lebih dari 80 tahun membutuhkan mineral

selenium minimal 0,03 mg/hari. Sumber alami selenium paling banyak

yaitu berasal dari daging hewan, daging ungas, makanan laut (kerang ikan,

roti, dan beras merah (Ramadani, 2011). Berdasarkan profil kesehatan

Puskesmas Nanggung tahun 2008 diketahui bahwa kondisi geografis

kawasan Gunung Pongkor mempunyai akses jalan yang sulit, kondisi

lingkungan masyarakat yang buruk, pekerjaan sebagian besar masyarakat

tidak menetap dan petani yang kurang produktif, dan tingkat sosial

ekonomi masyarakat yang rendah dan tak merata. Faktor ini dapat menjadi

contoh penyebab kurang terpenuhinya kebutuhan harian pangan

Page 125: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

111

masyarkat. Berdasarkan kriteria BPS (2009) dengan mengacu kepada

pendekatan kebutuhan dasar yaitu, penduduk miskin adalah penduduk

yang tidak bisa mencukupi kebutuhan dasarnya berupa kebutuhan pangan

dan kebutuhan lainnya. Sehingga menyulitkan masyarakat untuk

memenuhi tingkat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Jika dikaitkan dengan kebutuhan selenium individu perhari

dimungkinkan bahwa tingginya kadar merkuri dalam rambut pada

responden laki-laki dapat disebabkan karena kekurangan selenium,

ditunjang dengan hampir seluruh responden laki-laki adalah bekerja

sebagai gurandil yang dipastikan mempunyai tingkat paparan yang tinggi

terhadap merkuri. Sehingga dimungkinkan rendahnya daya mengekskresi

merkuri dalam tubuh responden laki-laki, sehingga terjadinya absorbsi dan

distribusi merkuri yang cepat didalam responden laki-laki.

Walaupun dalam penelitian ini didapatkan bahwa jenis kelamin

laki-laki mempunyai resiko kadar merkuri tinggi dalam rambut, tetapi

wanita juga harus melakukan pencegahan agar tidak terpapar merkuri. Hal

ini untuk mendukung PERMENKES RI No 57 tahun 2016 untuk

mengupayakan memberikan perlindungan terhadap populasi berisiko

terutama anak-anak dan perempuan akibat pajanan merkuri. Berdasarkan

hal yang telah didaparkan, maka masyarakat disarankan dapat mencegah

paparan merkuri dengan salah satunya yaitu mengatur pola makan agar

dapat terpenuhinya mineral selenium untuk mencegah dan mengendalikan

dampak kesehatan akibat pajanan merkuri.

3. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut

Page 126: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

112

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang secara

terus-menerus yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari. Menurut BPS (2002) pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang

dirancang untuk dikerjakan oleh satu orang lebih dan sebagai imbalan

diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat atau ringannya

pekerjaan tersebut yang ditentukan. Sama halnya dengan pekerjaan, jenis

pekerjaan yaitu kumpulan dari pekerjaan yang mempunyai rangkaian tugas

yang bersamaan dan dilakukan dalam waktu. Pekerjaan dan jenisnya

berpeluang untuk menyebabkan penyakit kepada pekerjanya, hal ini dapat

dikatakan sebagai penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja adalah

penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, lingkungan kerja, jenis

pekerjaan, dan faktor lainnya (Salawati, 2015).

Pada penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 65,5% responden

adalah bekerja sebagai penambang emas atau gurandil. Berbeda dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kawasan Gunung oleh Rohkman

(2013) mendapatkan responden sebesar 78% responden yaitu non

penambang emas. Perbedaan tersebut yaitu dikarenakan pengambilan data

pada penelitian ini dilakukan di desa terpanjang yang dilalui sungai

Cikaniki dan terdekat dengan perusahaan pertambangan milik Negara,

sehingga mempunyai potensi menimbulkan pekerja tambang illegal lebih

banyak dibandingkan desa lainnya.

Selain itu, dalam penelitian ini didapatkan rata-rata kadar merkuri pada

penambang yaitu 6,24 ppm. Berdasarkan hasil satatistik, menunjukan

adanya hubungan yang bermakna anatara jenis pekerjaan dengan kadar

Page 127: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

113

merkuri dalam rambut yaitu karena P value <0,05. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Andri, dkk (2011) menghasilkan adanya

hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan kadar merkuri

dalam rambut dengan didapatkannya P value 0,004, dalam hal ini jenis

pekerjaan yang terpapar oleh merkuri lebih berisiko dengan kadar merkuri

dalam rambut. Selain itu Penelitian yang dilakukan oleh Rokhman (2013)

juga menunjukan hubungan yang bermakna anata jenis pekerjaan dengan

kadar merkuri dalam rambut dengan P value <0,05. Dan penelitian yang

dilakukan oleh Maywati (2011) mendapatkan hasil adanya hubungan yang

bermakna jenis pekerjaan dengan kadar merkuri dalam darah (P >0,05).

Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Albasar, dkk (2013) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan

antara jenis perkerjaan dengan konsentrasi Hg urin pada masyarakat.

Menurut Warsono (2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kadar merkuri dalam tubuh adalah jenis pekerjaan.

Pekerjaan dan jenisnya dapat mempengaruhi keadaan kesehatan

pekerjanya karena berkaitan dengan adanya paparan yang terjadi antara

susbstansi tertentu dengan pekerja, frekuensi, durasi dan lamanya bekerja.

Pada umumnya pekerja akan melaksanakan aktivitas bekerja secara rutin

setiap hari dan berulang. Sehingga intensitas pekerja terpajan seubstansi

tertentu lebih sering, seperti pekerja yang bekerja sebagai penambang

emas atau pekerja yang berkontak langsung dengan merkuri mempunyai

peluang lebih besar terjadinya akumulasi merkuri pada rambut

Page 128: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

114

dibandingkan dengan yang bukan penambang yang tidak secara langsung

kontak dengan merkuri (Rohkman, 2013).

Aktivitas penambangan masyarakat di Kawasan Gunung Pongkor pada

umumnya dilakukan secara tradisional yaitu menggunakan teknik

amalgamasi yaitu mencampurkan bebatuan yang diduga mempunyai kadar

emas dan dicampurkan dengan merkuri. Penambang melakukan

pencampuran bebatuan dengan merkuri tanpa adanya alat pelindung diri

(APD). Setelah adanya pencampuaran dan proses penggilingan, dilakukan

tahap pencucian dan pemerasan yang dilakukan dengan cara yang

sederhana tanpa adanya alat bantu pemeras ataupun pemakaian APD oleh

penambang, tahap terakhir adalah tahap pembakaran yang bertujuan untuk

menghilangkan unsur merkuri yang dimungkinkan masih tertinggal pada

almagan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junita (2013)

bahwa tidak ditelitinya pemakaina APD pada penambang adalah

dikarenakan seluruh penambah tidak memakai APD.

Berdasarkan teknik amalgamasi yang dilakukan oleh penambang,

paparan merkuri yang dapat menyebabkan masuknya merkuri kedalam

tubuh penambang yaitu karena adanya kontak langsung secara fisik

melalui kulit dan melalui saluran pernafasan karena pembakaran amalgan

yang masih mengandung unsur merkuri. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh KLH kabupaten Landak (2009) yang mendapatkan

hasil tentang paparan merkuri yang terjadi pada pekerja tambang emas

berhubungan dengan keracunan merkuri yang dibuktikan dari biomarker

rambut.

Page 129: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

115

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa salah satu yang mempengaruhi tingkat kadar merkuri dalam rambut

yaitu jenis pekerjaan yang bekerja sebagai penambang emas. Berdasarkan

hal tersebut, maka disarankan kepada pemegang kebijakan di Kecamatan

Nanggung, Desa Bantarkaret dan gurandil turut bekerja sama untuk

mengurus perizinan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bogor agar

dapat memberikan solusi yang dapat membantu kegiatan penambangan

dan pengolahan emas dapat tetap berjalan dengan menggunakan teknologi

serta teknik pengolahan emas yang tepat sehingga pencemaran lingkungan

dapat dihindari. Selain itu, agar diakannya penyuluhan untuk para petani

guna meningkatkan kemampuan petani dalam mengembangkan potensi

komoditi untuk pertanian dan perkebunan di Desa Bantarkaret. Untuk

pihak Puskesmas Nanggung untuk memberikan penyuluhan kepada

seluruh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Nanggung terkait

berbahayanya logam merkuri pada tubuh. Dan untuk penambang untuk

memakai APD yang tepat, hal ini untuk meminimalisir kontak dengan

merkuri secara langsung.

4. Hubungan Status Pendidikan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut

Menurut Hasmori, dkk (2011) pada umumnya pendidikan adalah

bagian dari proses yang dapat membangun sebuah Negara untuk

melahirkan dan meningkatkan keilmuan dan keterampilan untuk

masyarakat. Sejalan dengan itu, menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan

bahwa pendidikan adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu,

kelompok, ataupun masyrakat dalam rangka mencapai peningkatan

Page 130: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

116

kemampuan yang sudah ditargetkan. Selain itu pendidikan merupakan

salah satu agenda utama dalam perancangan pembangunan Negara.

Pendidikan sendiri mempunyai tingkatan yaitu dimulai dari pendidikan

anak usia dini (PAUD) yang bersifat nonformal dan informal, sekolah

dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI), sekolah menengah pertama

(SMP) atau madrasah tsanawiyah (MTs), sekolah menengah atas (SMA)

atau madrasah aliyah (MA), dan peguruan tinggi (Kemendikbud, 2015).

Pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa 69,1% responden yang

didapatkan mempunyai status tingkatan pendidikan yaitu SD/MI, yang

dimana sebesar 65,5% respomden bekerja sebgai gurandil. Hal ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya di Kawasan Gunung Pongkor yang

dilakukan oleh Junita (2013) yaitu diketahui sebagian besar responden

berpendidikan terakhir lulus SD sebesar 47,5% dan seluruhnya bekerja

sebagai gurandil. Berdasarkan data demografi Desa Bantarkaret tahun

2015 diketahui bahwa jumlah tingakt tertinggi untuk tingkat pendidikan

yaitu sejumlah 4.109 orang dan terendah adalah perguruan tinggi hanya 59

orang.

Selain itu, pada penelitian ini didapatkan rata-rata kadar merkuri pada

rambut responden yang memiliki tingkatan pendidikan SD/MI yaitu 7,32

ppm dan disusul oleh kadar merkuri pada rambut responden yang tidak

sekolah yaitu 4,68 ppm. Berdasarkan hasil statistik, menunjukan adanya

hubungan yang bermakna antara tingkatan pendidikan dengan tingkat

kadar merkuri dalam rambut karena didapatkan P value=0,001 (P

value<0,05). Berdasarkan hasil statistik ini menunjukan bahwa adanya

Page 131: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

117

pengaruh tingkat pendidikan terhadap kadar merkuri dalam rambut

responden.

Pada penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian yang serupa,

tidak ditemukan adanya peneliti yang meneliti terkait tingkat pendidikan

dengan tingkatan kadar merkuri dalam rambut ataupun tubuh manusia. Di

dalam pendidikan terdapat aspek penilaian pendidikan, menurut Peraturan

Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 23 tahun 2016 tentang

standar penilaian pendidikan dan nomor 22 tahun 2016 tentang standar

proses pendidikan dasar dan menengah yaitu untuk meningkatkan aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuannya dari ketiga aspek

tersebut dalam pendidikan yang diberikan kepada masyarakat yaitu agar

masyarakat memiliki pengetahuan, pemahaman, penerapkan, mampu

menganalisis, mengevaluasi, hingga menciptakan sesuatu hal yang lebih

maju dan baik untuk kemakmuran bangsa dan Negara. Menurut Udin

(2010) adanya hubungan posititf antara tingkat pendidikan dengan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa Jetis Kecamatan Jaten

Kabupaten Karanganyar tahun 2009 (P value<0,05).

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa salah satu yang mempengaruhi tingkat kadar merkuri dalam rambut

yaitu tingkat pendidikan, semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat

semakin berisiko meningkatnya kadar merkuri dalam rambut pada

masyarakat Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung. Hal ini dikarenakan

masyarakat yang berpendidikan rendah di desa tersebut berpotensi untuk

menjadi gurandil. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak pembuat

Page 132: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

118

kebijakan Desa seperti pihak Puskesmas dan Kecamatan Nanggung untuk

melakukan penyuluhan terkait bahaya merkuri pada kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat desa agar beralih pada bidang pekerjaan

lainnya seperti bertani ataupun berternak.

5. Hubungan Durasi Pajanan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut

Hubungan Intake dengan Kadar Merkuri dalam Rambut

Durasi pajanan yaitu lamanya atau jumlah tahun ternyadinya

pajanan (Kemenkes, 2012). Pada penelitian ini, durasi pajanan yang

dimaksud adalah lamanya waktu responden mengkonsumsi beras yang

mengandung merkuri dalam satuan tahun. Diketahui persawahan di

wilayah kawasan Gunung Pongkor telah terkontaminasi merkuri sejak

tahun 1992, sehingga pada saat penelitian ini dilakukan maksimal durasi

pajanan responden yaitu 25 tahun. Durasi yang digunakan menggunakan

durasi pajanan sebernarnya (realtime). Rata-rata durasi pajanan responden

yang telah terpapar oleh merkuri melalui beras lokal yaitu selama 21

tahun. Durasi paling lama responden terpapar adalah 25 tahun sendangkan

paling singkat adalah lima tahun, hal ini karena hampir seluruh responden

adalah masyarakat asli yang berasal dari Desa Bantarkaret dan tidak

bepindah-pindah.

Berdasarkan hasil analisis bivariat yang telah dilakukan dalam

penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara durasi

pajanan dengan kadar merkuri dalam rambut (p value<0,05). Tetapi peran

durasi pajanan dalam mempengaruhi kadar merkuri dalam rambut

termasuk dalam katagori lemah yaitu sebesar 46,4%. Berdasarkan IPCS

Page 133: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

119

(2010) menyatakan bahwa perhitungan durasi pajanan mempunyai dua

ketentuan yaitu durasi pajanan waktu sebenarnya (realtime) atau dengan

menggunakan durasi pajanan sepanjang hayat (lifetime). Sama halnya

dengan IPCS, Kementrian Kesehatan (2012) menyatakan bahwa durasi

pajanan dapat mengukur risiko kesehatan individu yang disebabkan suatu

risk agent, hal ini diukur menggunakan jumlah tahun terjadinya paparan.

Pada umumnya perbedaan jenis risk agent membuat perbedaan dalam

durasi pajanan terhadap risiko kesehatan yang dapat diterima.

Berdasarkan Kementrian Kesehatan (2012), Risk agent yang dapat

menimbulkan risiko kanker biasanya estimasi durasi paparan hingga 70

tahun dan risk agent untuk resiko nonkanker, estimasi durasi paparan

hingga 30 tahun. Diketahui risk agent pada penelitian ini yaitu berupa

agent nonkanker kesehatan mempunyai estimasi durasi paparan yang

menimbulkan risiko yaitu hingga 30 tahun dan rata-rata durasi paparan

responden di Desa Bantarkaret yaitu baru sekitar 21 tahun. Sehingga

dihasilkan bahwa durasi pajanan atau durasi konsumsi beras lokal yang

mengandung merkuri berperan lemah dalam mempengaruhi kadar merkuri

dalam rambut.

Berbeda dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh

Rohkman (2013) diperoleh adanya huubngan yang signifikan antara durasi

pajanan (lama tinggal-tahun) dengan kadar merkuri dalam rambut (p

value<0,05) yang dimana durasi pajanan memiliki hubungan yang kuat

untuk mempengaruhi kadar merkuri dalam rambut. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rohkman, penelitian yang dilakukan oleh

Page 134: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

120

Lestarisa (2010) menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan

antara pekerja dengan jam kerja > 8 jam dalam sehari dengan tingkat

keracunan merkuri (p value<0,05), Lestarisa menyatakan bahwa pajanan

merkuri oleh pekerja secara kontinyu dan bertahun-tahun memiliki risiko

yang lebih tinggi untuk menyebabkan keracunan merkuri, hal ini karena

durasi pajanan merkuri yang tinggi dapat masuk kedalam tubuh dan dapat

terjadi akumulasi.

Diperkuat oleh penelitian Dewi, dkk (2013) yang mendapatkan

hasil yaitu adanya hubungan yang signifikan antara lama kerja (tahun)

dengan kadar merkuri dalam yang melebihi NAB pada penambang illegal,

Dewi menyatakan bahwa paparan merkuri yang berlangsung secara terus

menerus dalam kurun waktu yang lama akan terakumulasi dalam tubuh,

dibuktikan dengan hampir sebagian besar responden pada peneltiannya

memiliki kadar merkuri dalam darah melebihi NAB dengan masa durasi

kerja rata-rata 10 tahun dan pada pekerja yang sudah berkerja > 25 tahun

memiliki keluhan kesehatan seperti tremor, gangguan pengelihatan,

gangguan keseimbangan tubuh, dan nyeri saraf. Menurut Ganeva (2010)

menyatakan bahwa semakin lama durasi pajanan merkuri pada penambang

semakin besar penyerapan merkuri oleh tubuh melalui inhalasi maupun

absorbsi dan semakin besar akumulasi kandungan merkuri pada tubuh.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashar (2007)

mendapatkan hasil bahwa durasi pajanan tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan risiko kesehatan (p value>0,05). Didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Adiwijayanti (2015) yang mendapatkan

Page 135: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

121

hasil bahwa tidak adanya lama bekerja (tahun) dengan tingkat kadar

hemoglobin pada pekerja percetakan (T test<1,96). Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Rizkiawati (2012) mendapatkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan tingkat rendahnya

kadar hemoglobin (p value>0,05).

Penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Rohkman

menghasilkan hasil yang sama-sama berhubungan tetapi berbeda pada

tingkat kekuatan hubungan, hal dikarenakan lebih lamanya durasi (tahun)

yang dimiliki, pada penelitian ini rata-rata paparan selama 21 tahun dan

Rohkman (2013) lebih dari 30 tahun selain itu responden dalam

penelitiannya hampir seluruhnya bekerja sebagai penambang emas ilegal.

Selain itu durasi pajanan yang relatif sebentar juga dapat mempengaruhi

hubungan dengan risiko kesehatan hal ini terlihat dari penelitian yang

dilakukan Ashar (2007) dan Adiwijayanti (2015) yang diketahui

responden pada penelitian mereka memiliki durasi pajanan dibawah 10

tahun.

Pada dasarnya merkuri adalah logam berat yang sangat toksik jika

dibandingkan dengan logam berat lainya. Berdasarkan ATSDR (1999)

menyatakan bahwa pajanan merkuri secara ingesti dengan konsentrasi

yang rendah dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek

kronis hingga titik keracunan, sedangkan pajanan dalam waktu singkat

dengan dengan konsentrasi yang tinggi mampu memberikan efek akut.

Pada logam berat lainnya, durasi pajanan dengan tingkat knsentrasi

tertentu dapat memberikan efek kronis dan akut bagi manusia. Hal ini

Page 136: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

122

sesuai dengan penelitian Safitri (2015) bahwa durasi pajanan konsumsi

kerang hijau yang tercemar logam Cd, meskipun dalam konsentrasi yang

rendah akan tetapi dalam jangka lama akan menimbulkan efek kesehatan.

Dalam penelitian ini meskipun durasi pajanan memiliki peran

yang lemah dalam mempengaruhi kadar merkuri dalam rambut tetapi

diketahui bahwa, responden yang mengkonsumsi beras lokal lebih dari 20

tahun memiliki kadar merkuri dalam rambut lebih tinggi dibandingkan

dengan responden yang kurang dari 20 tahun mengkonsumsi beras lokal,

selain itu responden yang sudah mengkonsumsi beras lokal lebih dari 20

tahun diketahui umumnya memiliki gangguan kesehatan seperti tremor

dan gangguan keseimbangan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa durasi

pajanan merkuri akan mempengaruhi kadar merkuri dalam rambut (p

value<0,05). Target organ pajanan merkuri adalah otak atau neurologis,

sehingga semakin tingginya kadar merkuri dalam rambut dapat

meningkatkan risiko terkena sakit neurologis seperti tremor, gangguang

pengelihatan, gangguan keseimbangan, nyeri saraf, dan lainnya. Oleh

karena itu, disarankan kepada masyarakat Desa Bantarkaret untuk

meminimalisir pajanan merkuri dalam beras dengan cara mengganti

konsumsi beras lokal dengan beras lainnya yang bersumber dari daerah

yang bebas dari pencemaran dan tetap menanam tumbuhan padi di sawah

sekitar untuk meremediasi tanah lahan persawahan akibat tercemar

merkuri karena padi adalah salah satu tumbuhan yang dapat meremediasi

lahan tanah yang tercemar (dapat dilihat di 2.4).

Page 137: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

123

6. Hubungan Estimasi Intake Mingguan (EWI) dengan Kadar Merkuri

dalam Rambut

Pada penelitian ini menunjukan bahwa hasil rata-rata nilai Estimated

Weekly Intake (EWI) responden yaitu 0,616 mg/kg/minggu dengan nilai

EWI tertinggi yaitu 1,11 mg/kg/minggu. Sedangkan kadar rata-rata

konsentrasi merkuri dalam rambut responden adalah 6,248 ppm dengan

kadar tertinggi yaitu sebesar 28,115 ppm. Pada hasil ini, dinyatakan

adanya hubungan yang bermakna antara intake beras lokal dengan kadar

merkuri dalam rambut (p value <0,05). Tetapi peran nilai EWI dalam

mempengaruhi kadar merkuri dalam rambut termasuk dalam katagori

lemah yaitu hanya sebesar 35,4%. Menurut ATSDR (1999) kadar merkuri

lebih tinggi pada kelompok biota air yaitu seperti ikan ataupun kerang. Hal

ini dikarenakan merkuri yang berada di dalam air akan diserap oleh

mikroorganisme dan diubah menjadi metil-merkuri (Me-Hg) yang

memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat, serta mempunyai kelarutan

yang tinggi pada tubuh biota air (Purnawan, dkk. 2013).

Logam merkuri dalam tubuh mikroorganisme dapat terakumulasi oleh

proses bioakumulasi dan biomagnifikasi, sehingga kadar merkuri dapat

mencapai tingkat yang sangat berbahaya bagi kesehatan biota air ataupun

makhluk hidup lainnya yang memakannya (Harizal, 2006). Sedangkan di

dalam kelompok padi-padian tidak ada proses biakumulasi merkuri,

sehingga kadar merkuri tidak akan berlipat ganda karena proses

bioakumulasi ataupun biomagnifikasi. Akan tetapi tumbuhan padi

merupakan tumbuhan hiperakumulator yang dimana akar dari tumbuhan

Page 138: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

124

padi dapat menyerap logam dengan penyerapan tinggi dan langsung

didistribusikan kedalam tajuk, sehingga pada tanaman padi akan

ditemukan kadar logam yang tinggi pada akar dan tajuk jika tumbuhan

tersebut tercemar logam (Fellen, 2000).

Akar pada tumbuhan hiperakumulator memiliki daya selektifitas yang

tinggi terhadap unsur logam tertentu, sistem translokasi unsur dari akar ke

tajuk pada tumbuhan hiperakumulator lebih efisien dibandingkan dengan

tanaman normal (Gabbrielli, 1991). Tetapi, tumbuhan padi tidak efektif

sebagai tumbuhan hiperakumulator untuk parameter merkuri (Hidayati,

2005). Namun meskipun bukan jenis tumbuhan hiperakumulator untuk

parameter merkuri, pada dasarnya tumbuhan padi merupakan tumbuhan

hiperakumulator yang tetap dapat menyerap merkuri dari air dan tanan

yang tercemar. Sehingga jika tumbuhan padi yang tercemar merkuri

terkonsumsi oleh manusia tetap berpeluang untuk menimbulkan dampak

negatif bagi kesehatan, karena sifat dasar merkuri yang dapat

berakumulasi di dalam tubuh manusia.

Berkaca dari permasalahan kesehatan dunia sebelumnya di Guatemala

dan Rusia terjadi outbreak keracunan merkuri karena mengkonsumsi padi-

padian yang telah terkontaminasi oleh merkuri (Putranto, 2011).

Keracunan merkuri dapat dilihat dari kadar merkuri dalam rambut, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Junita (2013) dan Rokhman (2013). Hal ini

mengartikan bahwa walaupun tidak terjadi proses bioakumulasi maupun

biomagnifikasi dalam beras, besaran jumlah intake atau konsumsi beras

Page 139: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

125

tetap dapat mempengaruhi dan berhubungan dengan risiko kesehatan yang

dapat diukur melalui kadar merkuri dalam rambut.

Diperkuat oleh Inswiasri (2011) yang menyatakan bahwa nilai intake

Hg berhubungan dengan tingkat risiko kesehatan, risiko gangguan saraf

pada kelompok penambang lebih tinggi dibanding dengan kelompok non

penambang, hal ini dikarenakan adanya intake Hg yang berlebihan seperti

minum air, makan ikan, dan menghirup udara yang telah tercemar Hg.

Menurut Sudarmadji (2006) absorbsi dapat dipengaruhi oleh faktor diet

seperti intake logam berat, vitamin D, protein, ataupun kalsium. Sehingga

dapat diartikan pola konsumsi makanan atau paparan logam berat yang

masuk kedalam tubuh melalui oral, inhalasi ataupun lainnya berpengaruh

terhadap tingkat kesehatan manusia.

Nilai EWI dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dipengaruhi oleh

konsentrasi risk agent pada sebuah media, laju asupan atau konsumsi per

minggu individu, dan berat badan individu (JECFA, 2011). Berbeda lagi

dengan menurut IPCS (2010) besarnya nilai intake konsentrasi logam

berat per hari dapat dipengaruhi oleh konsentrasi, laju asupan, frekuensi

pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Perbedaan ini dikarenakan EWI

hanya bertujuan untuk mengetahui estimasi jumlah intake suatu unsur

yang masuk kedalam tubuh setiap minggunya dan dibandingkan dengan

nilai toleransi intake mingguan suatu unsur didalam tubuh. Akan tetapi

formula intake IPCS (2010) bertujuan untuk mengetahui jumlah intake

suatu unsur kedalam tubuh dapat menimbulkan efek risiko kesehatan atau

tidak (kanker atau nonkanker). Dari kedua formula ini menjelaskan bahwa

Page 140: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

126

intake mingguan ataupun perhari dapat mempengaruhi tingkat kesehatan

manusia yang terpapar oleh suatu unsur risk agent.

Berdasarkan The Joint FAO/ WHO Expert Committer on Food

Additives (2011) reference dose untuk EWI parameter merkuri yaitu

0,0004 mg/kg/minggu. Dikaitkan dengan penelitian ini, nilai EWI merkuri

dalam beras pada masyarakat Desa Bantarkaret diatas batas yang

diperbolehkan oleh FAO ataupun WHO. Sehingga walaupun peran EWI

dalam mempengaruhi kadar merkuri dalam rambut renda, tetapi asupan

secara terus menerus akan berpeluang terhadap akumulasi merkuri dalam

tubuh yang dapat menyebabkan risiko kesehatan seperti gangguan

neurologis dan lainnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2015) mendapatkan hasil

bahwa nilai intake mempunyai hubungan yang bermakna dengan nilai

tingkat risiko (RQ) dibuktikan dengan P value =0,000. Diperkuat oleh

penelitian sebelumnya yang dilakukan Stoeppler (1992) membutktikan

bahwa pajanan 30-50 g Cd perhari untuk orang dewasa berhubungan

dengan peningkatan risiko kelainan tulang, kanker, kelainan fungsi ginjal,

dan hati (p value<0,05).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai

intake mempunyai hubungan bermakna dengan kadar merkuri dalam

rambut (p value =0,008). Hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi nilai

EWI maka semakin berpengaruh terhadap kadar merkuri dalam rambut

yang dapat berakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan gangguan

kesehatan. Atas hal ini, disarankan kepada Dinas Kesehatan Bogor untuk

Page 141: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

127

menyelenggarakan program penyuluhan kepada masyarakat terkait bahaya

logam berat terlebih logam merkuri yang telah mencemari lingkungan dan

kepada Dinas Kesehatan Lingkungan untuk melakukan kegiatan surveilans

terkait mutu lingkungan beserta bioremediasinya.

Page 142: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya terkait

hubungan intake mingguan merkuri dalam beras dan faktor lainnya yang

berhubungan tentang kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat di Desa

Bantarkaret Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Tahun 2017, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata kadar merkuri dalam rambut responden yaitu sebesar 6,248 ppm.

2. Gambaran Faktor karakteristik individu lainnya:

a. Rata-rata usia responden yaitu termasuk kedalam usia dewasa (42

tahun)

b. Paling banyak responden pada penelitian ini adalah berjenis kelamin

perempuan.

c. Sebagian besar responden memiliki status pendidikan akhir yaitu

sekolah dasar.

d. Sebagian besar responden bekerja sebagai penambang emas illegal

atau gurandil.

3. Gambaran Faktor Pola Aktivitas:

Rata-rata durasi pajanan responden lama karena menetap tidak berpindah-

pindah yaitu 21 tahun.

4. Gambaran Estimated Weekly Intake (EWI) merkuri dalam beras lokal:

a. Rata-rata kadar merkuri dalam beras sebesar 0,022 ppm

b. Rata-rata laju asupan beras perminggu responden yaitu 1769 gr/kg.

Page 143: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

129

c. Rata-rata berat badan responden yaitu 59,72 kg.

d. Rata-rata nilai Estimated Weekly Intake (EWI) merkuri dalam

beras pada responden perminggu yaitu 0,616 gr

5. Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka:

a. Tidak ada hubungan yang bermakna dengan kadar merkuri dalam

rambut dengan usia responden.

b. Ada hubungan yang bermakna dengan kadar merkuri dalam

rambut dengan jenis kelamin responden.

c. Ada hubungan yang bermakna dengan kadar merkuri dalam

rambut dengan status pendidikan.

d. Ada hubungan yang bermakna dengan kadar merkuri dalam

rambut dengan jenis pekerjaan responden

e. Ada hubungan yang bermakna dengan kadar merkuri dalam

rambut dengan durasi pajanan responden.

f. Ada hubungan yang bermakna dengan kadar merkuri dalam

rambut dengan nilai Estimated Weekly Intake (EWI) merkuri dalam

beras lokal.

7.2. Saran

7.2.1. Bagi Dinas Kesehatan Bogor dan Puskesmas Nanggung

1. Melakukan program penyuluhan terkait bahaya logam berat

terutama logam berat merkuri untuk kesehatan manusia karena

proses pembuangan merkuri ke lingkungan atau pembakaran

amalgam. Penyuluhan tersebut dapat menggunakan data yang

diperoleh dari hasil pengukuran kadar merkuri dalam rambut

Page 144: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

130

responden dan kadar merkuri dalam beras, sebagai gambaran

bahwa merkuri yang digunakan untuk melakukan proses

amalgamasi dalam aktivitas penambangan emas dapat mencemari

lingkungan dan masuk kedalam tubuh, sehingga dapat dilakukan

tindakan pencegahannya.

2. Perlu dilakukannya surveilans dan pemetaan terhadap wilayah

persawahan yang telah tercemar untuk mencegah masyarakat

terserang gangguan kesehatan akibat pajanan merkuri secara masal.

3. Perlu dilakukannya penyuluhan kepada seluruh masyarakat yang

tinggal di Kecamatan Nanggung terkait bahaya logam merkuri

pada tubuh.

7.2.2. Bagi Badan Lingkungan Hidup (BLHD) Bogor, Kecamatan

Nanggung, dan Kelurahan Bantarkaret

1. Membuat pelatihan terkait keterampilan yang dapat digunakan

untuk mencari pekerjaan atau membuat lapangan pengerjaan,

sehingga dapat menurunkan aktivitas penambangan liar.

2. Berkerjasama dengan lintas sektor untuk melakukan bioremediasi

tanah persawahan yang telah tercemar oleh logam merkuri.

3. Memberikan solusi yang dapat membantu kegiatan penambangan

dan pengolahan emas dapat tetap berjalan dengan menggunakan

teknologi serta teknik pengolahan emas yang tepat sehingga

pencemaran lingkungan dapat dihindari.

Page 145: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

131

7.2.3. Bagi Masyarakat

1. Mengurangi aktivitas penambangan emas menggunakan teknik

amalgamasi.

2. Mengurangi paparan dengan merkuri, dengan cara memakai APD

pada proses penambangan.

3. Mengganti sumber beras dari wilayah yang tidak tercemar merkuri

atau mengurangi asupan beras yang bersumber dari kawasan

persawahan yang tak tercemar oleh merkuri.

Page 146: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

132

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijayanti, Betti Ronayan. 2015. Hubungan Karakteristik Individu

Terhadap Kadar Timbah dalam Darah dan Dampaknya Pada Kadar

Hemoglobin Pekerja Percetakan Di Kawasan Megamall Ciputat. UIN

Jakarta- Tangerang Selatan

Ahmad, K. 1990. Budidaya Tanaman Padi.Kanisius; Yogjakarta

Albasar, dkk. 2012. Pajanan Merkuri (Hg) Pada Masyarakat Di Kelurahan

Poboya Kota Palu Sulawesi Tengah. Makasar:TT

Alfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi

Kesehatan Manusia dan Lingkungan. USU; Medan

Andi, dkk. 2010. Kontaminasi Merkuri Pada Sampel Lingkungan dan faktor

Risiko Pada Masyarakat Dari Kegitaran Penambangan Emas Skala Kecil

Krueng Sabe Provinsi Aceh. UGM; Jogja

Andri, dkk. 2011. Kadar Merkuri pada Rambut Masyarakat di Sekitar

Penambangan Emas Tanpa Izin. Semarang: Undip Jurnal Media Medika

Indonesia volume 45, Nomor 3, Tahun 2011

Apriliyani, Fani. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat Pada Ikan Tengiri

Scomberomorus commersonni (Lacepede, 1800) di Perairan Pesisir

Tangerang. IPB; Bogor

Ariani, Mewa. 2010. Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat

Mrndukung Pencapaian diversifikasi Pangan. BTP Banten; Banten

ATSDR. 1999. Toxilogical Profil For Mercury. AGF; Atlanta-Georgia

ATSDR. 2005. Public Health Assessment Guidance Manual 2ed. TT;TT

Page 147: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

133

Badan Pusat Statisti/BO, 2002. Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia.

BPS; Jakarta

Balihristi Provinsi Gorontalo. 2013. LAKIP. Gorontalo: Kepemerintahan

BAPEDAL. 2001. Pusat Pengembangan dan Penerapan Amdal. Aspek

Lingkungan Dalam Amdal Bidang Pertambangan. Bapedal; Jakarta

Basuki, Rofik S. (1981). Anatomi dan Fisiologis Rambut. Brahtakarya; Jakarta

BKP. 2012. Laporan Tahunan Badan Keamanan Pangan. Kementrian

Pertanian; Jakarta

BPS. 2009. KBJI 2009 Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia. Direktorat

Klasifikasi Statistik. Jakarta

Cahyaningsih, Ratna. 2008. Analisis Pola Konsumsi Pangan Di Provisi Jawa

Barat. IPB; Bogor

Chamid, dkk. 2010. Kajian Tingkat Konsentrasi Merkuri (Hg) Pada Rambut

Masyarakat Kota Bandung. Eksata; Bandung (Prosiding SNaPP 2010 Edisi

Eksata- ISSN: 2089-3582)

Chyaningsih, Ratna. 2008. Analisis Pola Konsumsi Pangan Di Provinsi Jawa

Barat. IPB; Bogor

Coelho, dkk. 2012. Significance, Prevention and Control of Food Related

Diseases. Chapter 4 “Potential Exposure and Risk Associated With Metal

Contamination in Foods.TT;TT

(http://www.intechopen.com/books/significance-prevention-and-control-of-

food-related-diseases/potential-exposure-and-risk-associated-with-metal-

contamination-in-foods)

Page 148: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

134

Connel, Des. W dan Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi

Pencemaran. Jakarta : UI Press

Cope, WQ Leidy RB, and Hodgson E. (2004). Classes of Toxicants : Use

Classes. In E. Hodgson. A Textoook of Modern Toxicology, 3rd ed. New

Jersey : John Wiley & Son.

Darmono. 1999. Logam dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. Jakarta: UI-

Press.

Daud, et al. Risk Of Heavy Metals (Hg, Cd, As) On Marine Sediment, Fish and

Shells to Health of Community in Coastal Makasar. UHO. Kendari

Dewi, N R. 2013. Hubungan riwayat Paparan Merkuri dengan Gangguan

Keseimbangan Tubuh Pada Penambang Emas Tradisional di Deda Jendi

Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogri. Jurnal Kesehatan Lingkungan

Djafri, Defriman. 2014. Prinsip dan Metode Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Vol 8 (2) Hal 99-103.

Djamaluddin, dkk. 2012. Potensi Prospek Peningkatan Nilai Tambah Mineral

Logam Indonesia (Suatu Kajian Terhadap Upaya Konservasi Mineral).

Makasar: UNHAS

Edward, dkk. 2004. Impact of Clinical Placememnt location on Nursing

students Competence and preparedness for practice. School of Nursing:

Australia

Endrinaldi. 2009. Logam-Logam Berat Pencemar Lingkungan dan Efek

Terhadap Manusia.

EPA. 1997. Exposure Factors Handbook. Environmental Protection Agency:

United State

Page 149: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

135

Erdanang, Eva. 2016. Hubungan Kadar Merkuri (Hg) dalam Tubuh Terhadap

Penurunan Fungsi Kognitif Pada Pekerja Tambang Emas Desa

Wumbubangka Kec. Rarowatu Utara Kab. Bombana Tahun 2016. Kendari;

Universitas Halu Oleo

Fahmi, dkk. TT. Paradigma Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. TT;TT

(diakses di: http://repository.ut.ac.id/4376/1/LING1131-M1.pdf pada 17 Maret

2017 pukul; 12.07 WIB)

Feler, AK. 2000. Phytoremediation of Soils and Waters Contaminated with

Arsenical From Former Chemical Warfare Installations. New York

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta

Fathi, et al. 2013. Trace Metals in Muscle, Liver, and Gill Tissues of Marine

Fishes From Mersing Eastern Coast of Peninsular Malayasia.TT; Malaysia

Fuad, dkk. 2016. Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan

Beras Penduduk di Kecamatan bojong Kabupaten Tegal;.TT;TT

Gabbrielli, dkk. 1991. Accumulation Mecanisms and Heavy Metal Tolerance

of a Nickel Hyperaccumulator. J Plan Nutr

Grandjean P. Mercury risks: controversy or just uncertainty? Public Health

Rep 1999. TT;TT pada hal: 114: 512-5.

Grandjean, E and K. Kogi. 1972. Introductory Remarks. Kyoto Symposium on

Methodology of Fatique Assessment. Industrial Fatique Research cominittee

of the Japan Assesment of Industry Health, Japan.

Hadi, M. Choirul, 2013. Bahaya Merkuri Di Lingkungan Kita. Poltekes

Denpasar; Denpasar-Jurnal Skala Husada Vol. 10 No. 2 Tahun 2013, Hal:

175-183

Page 150: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

136

Halimah, dkk. 2001. Pencemaran Merkuri di Sungai Cikaniki Akibat Aktivitas

Penambangan Emas Tradisional di Kawasan Gunung Pongkor Jawa Barat.

Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan.

Halaman 286 – 292.

Hardywinoto & Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta. PT Gramedia

Pustaka Utama.

Harizal. 2006. Studi Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Kerang

Hijau(Perna Viridis l) Sebagai Bio Monitoring Pencemaran Di perairan

PantaiBanyu Urip Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik, Jawa

Timur. Laporan Skripsi,Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas

Brawijaya: Malang.

Hartono, Wahyu. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar

Merkuri dalam Rambut pada Pekerja Lablatorium di Balai Laboratorium

Kesehatan Bandar Lampung Tahun 2003. UI; Depok – thesis

Hasmori, dkk. 2011. Pendidikan Kurikulum dan Masyarakat; Satu Ingrasi.

Universitas Teknologi Malaysia; Kuala Lumpur – Journal of Afupres, Vol 1

Tahun 2011

Hendrasarie, Novirina dan Cahyarani. 2008. Kemampuan Self Purification

Kali Surabaya, Ditinjau dari Parameter Organik Berdasarkan Model

Matematis Kualitas Air. Surabaya : Universitas Pembangunan Nasional

Veteran

Heriamariaty, 2011. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran

Air Akibat Penambangan Emas di Sungai Kahayan. TT;TT – Mimbar Hukum

Volume 23, No. 3 Tahun 2011 Hal. 431-645

Page 151: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

137

Hidayat, dkk. 2008. Analisis Unsur Cu dan Zn Dalam Rambut Manusia

Dengan Spektrofotomeri Serapan Atom (SSA).

Hidayati, Nuril. 2005. Fitoremediasi dan Potensi Tumbuhan

Hiperakumulator. LIPI; Bogor . ISSN: 0854-8587

Hidayati, Ervina Nur. 2013. Perbandingan Metode Destruksi Pda Analisis Pb

Dalam Rambut Dengan AAS. UNS; Semarang

Hindersah, R. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan

Kesehatan Tanah. Jurnal natural Indonesia

Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Inswiasri. 2008. Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri. Puslitbang:

Bogor- Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2 Tahun 2008

Inswiasri. 2011. Pengendalian Risiko Kesehatan Karena Panan

TrasionalPada Kegiatan Tambang Emas Tradisional Di Kabupaten Gunung

Mas, Kalimantan Tengah.

IPCS. 2004. RiskAssessment Teminology. IPCS Harmony Project; Geneva

IPCS. 2010. Characterization and Application of Physiologically Based

pharmacokinetic Models in Risk Assessment. IPCS Harmonization Project;

Canada

Irwan, 2009. Toksisitas dan Transformasi Merkuri. TT;TT – Dapat diakses:

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/khelasi-

merkuri/toksisitas-dan-transformasi-merkuri/

Ismawati, dkk. 2013. Titik Rawan Merkuri di Indonesia. Bali; Bali Fokus

Juhaeti, dkk. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk Fitoremediasi

Lahan dan Air Terdegredasi Penambangan Emas. LIPI; Bogor

Page 152: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

138

Juhaeti, dkk. 2005. Karakteristik Jenis Tumbuhan pada vegetasi di lokasi

tailing pond Pasir Gombong PT.ANTAM dan Penambangan Emas Tanpa Izin

(PETI) Cikotok. Laporan Teknik, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi –

LIPI.

Juliawan. 2006. Pendataan Penyebaran Merkuri Pada Wilayah

Pertambangan Di Daerah Pongkor, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

PSDG; Bali

Junita, Nita R. 2013. Risiko Keracunan Merkuri (Hg) pada Pekerja

Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Cisarua Kecamatan

Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2013. Jakarta; UIN Jakarta

Kamitsuka, dkk. 1984. Metallic Mercury Poisoning. Wet hum Toxicol

Kartasapoetra, G., dkk. 1988. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Cetakan

Kedua. Bina Aksara. Jakarta

Kemendikbud, 2016. Laporan Kinerja.Kemerntrian Pendidikan dan

Kebudayaan Tahun 2015. Mendikbud; Jakarta

Kementrian Kesehatan. 2012. Pedoman Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL). Direktorat Jenderal PP dan PL: Kementrian Kesehatan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK. 00.06.1.62.4011

tentang Penetapan Batas Maksimum Cmaran Mikroba dan Kimia dalam

Makanan. BPOM; Jakarta

KLH Kabupaten Landak. 2009. Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

(Kerusakan Alam, Kekeruhan Sungai, Ancaman Merkuri. TT; KLH Landak

Kurnia, dkk. 2009. Teknologi Pengendalian Pencemaran Lahan Sawah.

TT;TT

Page 153: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

139

Lestarisa, Trulianty, 2010. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan

Keracunan Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) di

Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan. UNDIP; Semarang

Lihawa dan Mahmud. 2012. Sebaran Spasial dan Temporal Kandungan

Merkuri Pada Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Kabupaten Bone

Bolango. Gorontalo; UNG

LIPI, 2004. Kajian Pencemaran Merkuri Akibat Pengolahan Bijih Emas Di

Sungai Cikaniki Sub. Das Cisadane, Bogor. LIPI; Bogor

Lubis, Halida Sari. 2002. Toksisitas Merkuri dan Penanganannya. Sumatera

Utara. USU

Mahmud, dkk. 2014. Kajian Pencemaran Merkuri terhadap Lingkungan di

Kabupaten Gorontalo Utara. Gorontalo; UNG

Mangampe, dkk. 2014. Analisis Risiko Merkuri (Hg) Dalam Ikan Kembung

Dan Kerang darah Paa Masyarakt Di Wilayah Pesisir Kota Makasar.

UNHAS; Makasar

Masywati, Sri. 2011. Hubungan Beberapa Faktor Pekerjaan Dengan Kadar

Merkuri (Hg) Dalam Darah Pekerja Penambang Emas DI Dusun

Karangpaningal Desa Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten

Tasikmalaya. UNSIL; Bandung

Maywati. 2013. Hubungan Faktor Pemajanan (Masa Kerja, dan Ventilasi)

Dengan Kadar Fenol Urin Pekerja Bagian Pengeleman Pada Indusrti.

Universitas Siliwat

Page 154: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

140

Mirdat, dkk. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg) Dalam Tanah Pada

Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu..

Universitas Tadula; Palu

Munir dkk., 2000. Analisis Pengaktifan Neuron untuk Menentukan Laju

Akumulasi Emisi Pb dari Kegiatan Transportasi. Laporan Penelitian,

Lembaga Penelitian Universitas Dipenogoro, Semarang

NIMD Annual Report 2015. National Institute for Minamata Disease.

Ministry or the Environment Japan

Nina, Widiana. 2007. Konsentrasi Merkuri di Lingkungan dan Rambut Serta

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penambang dan Pendduk di

Wilayah PETI Pongkor, Bogor. UI; Jakarta

Nothoadmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta

Book; Jakarta

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka

Cipta.

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka cipta.

Jakarta. 78-86.

Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka

Cipta, Jakarta.

Palar, Heryando. 2012. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta :

Rineka Cipta.

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 Tentang

Standar Poses Pendidikan Dasa dan Menengah

Page 155: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

141

Peraturan Pemerintah RI No. 101. 2014. Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun. Kemenhum; Jakarta

Pettrucci, R. H. 1982. General Chemistry (3 rd ed).New York: Mc. Millan

Publishing Co.

Phillippe, Gradjean dkk (2005). Umbilical Cord Mercury oncentration as

Biomarke of Prenatal Exposure to Methylmercury. TT;TT- Environmental

Health Prespective Vol 111 no. 7, july 2005.

PP RI No. 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan

Beracun. TT ;Jakarta

PP RI Nomor. 82 Tahun 2001 tenang Pengelolaan Kualitas Air dan

Penendalian Pencemaran Air. PERMENRI; Jakarta

Pranata, Hari Agus. 2015. Prakiraan Risiko Kesehatan Sebgai Dampak

Flouride (F) Pada Sumber Air Minum yang di Konsumsi Siswa Kelas 6

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Setu Tangerang Selatan Tahun 2015.

UIN; Jakarta

Purnawan, dkk. 2013. Distribusi Logam Merkuri Pada Sedimen Laut di

Sekitar Muara Sungai Poboya. Universitas Tadulako; Manado – Online

Journal of Natural Science, Vol 2 (1) tahun 2013

Putranto, Thomas Triadi. 2011. Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) Pada

Air Tanah. Semarang: UNDIP Jurnal tknik- Vol 32 No. 1 Tahun 2011, ISSN

0852-1697

Rahman, A. 2007. Public Health Assessment: Model Kajian Prediktif Dampak

Lingkungan dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan. ARKL.

Jakarta, Indonesia: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM-UI.

Page 156: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

142

Ramadani, dkk. 2009. Alcohol consumption bywomen before and during

pregnancy. Matern Child Health J

Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang

Pangan dan Pertanian 2015-2019. 2013. Studi Pendahuluan.; Jakarta

Rianto, Sugeng. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Keracunan Merkuri Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Jendi

Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Semarang: UNDIP

Risher, dkk. 2002. Organic mercury coupunds: human exposure and its

relevance to public. Pubmedhealth.

Riskesdas. 2012. Penyakit Tidak Menular. KemenKes. RI; Jakarta

Roger, dkk (1984). Water Analysis: Inorganic Species. 2nd

. Florida; Academic

Press-dapat diakses:

https://books.google.co.id/books?id=soBYYgU25O4C&pg=PR11&lpg=PR11

&dq=Water+Analysis:+Inorganic+Species.+2nd.+Roger&source=bl&ots=Sl_

yXOM9Jy&sig=Td7CfTfLg_5YUtraSdYDedYnaK8&hl=id&sa=X&redir_esc

=y#v=onepage&q=Water%20Analysis%3A%20Inorganic%20Species.%202n

d.%20Roger&f=false

Rokhman, Agung T. 2013. Faktor-Faktor yang BErhubungand engan Kadar

Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa izin

(PETI) di desar Malasari, Kecamatan Nanggung. Kab Bogor 2013. Jakarta;

UIN Jakarta

Rostamailis. 2008. Tata Kecantikan Rambut. Direktoran Pembinaan Sekolah

menengah. Jakarta

Rukaesih, Achmad. 2004. Kimia Lingkungan. ANDI; Yokyakarta

Page 157: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

143

Rumatoras, dkk. 2016. Analisis Kadar Merkuri (Hg) Pada Rambut Penduduk

Desa Kayeli, Akibat Penambangan Emas Tanpa Ijim di Areal Gunung Botak,

Kab bu-Prov Maluku. Patimura Province; Ambon

Rusli, dkk, 2010. Sistem Pelaksanaan Pengawasan Penambangan Emas

Tanpa Izin (PETI) Melalui Partisipasi Masyarakat di Kabupaten Kuantan

Singigi. Universitas Riau; Riau

Safitri, Feela Zaki. 2015 Tingkatan Efek Kesehatan Lingkungan Kadmium

Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kerang Hijau (Perna widiris) yang

dikonsumsi masyarakat Kaliade Muara Angke Jakarta Utama 2015. UiN

Jakarta;; Tangerang Selatan

Salawati, Liza. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Universitas

Syiah Kuala Banda Aceh: Aceh – Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol. 15 No.

2 Tahun 2015

Santoso, B. 2012. Dampak aktivitas transportasi terhadap kandungan timbal

didalam rambut polisi lalu lintas kota besar semarang. UNDIP; Semarang

Sarna, dkk, 2014. Kadar Merkuri Rambut Anak Sekolah di Sekitar Tambang

Emas Daerah Sulawesi Tengah. U. Sam Ratulangi; Medan – Jurnal Eclinic

Vol.2 No. 1 Tahun 2014

Selid, dkk , 2009. Sensing Mercury for Biomedical Monitoring. 5459 and

Environmental Sensor.9.5446. TT;TT

Siallagan, M B, 2010. Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas Di

Gunung Pongkor (Studi Kasus: Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor). IPB; Bogor

Page 158: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

144

Siahaan, dkk. 2014. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Menggunakan

Lindernia crustacean, Digitaria radia radicossa, dan Cyperus rotundus Serta

Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan PRoduksi Tanaman Jagung.

Unbraw; Malang

Sianipar. 2009. Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada Masyarakat

Sekitar TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan thaun 2009. UNSU;

Padang

SNI 7387. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan.

BSN; Jakarta

Soepardiman. 2010. Kelainan Rambut. Balai Penerbit FKUI; Jakarta

Stoeppler, M. 1992. Hazardous Metals in the Environment, Elsevier Science

Publishers B.V. 2: London.

Sudarmadji, Adji. 2006. The Distribution of Flood Hydrograph Recession

Constant of Bribin River for Gunung Sewu Karst Aquifer Characterization.

Gunung Sewu-Indonesian Cave and Karst: Yogyakarta

Sudarmaji, dkk. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya

Terhadap Kesehatan. TT: TT Jurnal Kesling Vol 2 No. 2 Tahun 2006 Hal

129-142

Suganda et al. 2002. Evaluasi Pencemaran Limbah Industri Tekstil Untuk

Kelestarian Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah: Bogor.

Sugianti, dkk (2014). Penyebaran Cemaran Merkuri pada Tanah Sawah

Dampak Pengolahan Emas Tradisional di Pulau Lombok NTB. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat; NTB - ISBN: 979-587-

529-9

Page 159: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

145

Suhartiningsih, 2004. Mewaspadai Jebakan Swasembada Beras. TT;TT

Suparyono dan Agus Setyono, 1993. PADI. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Suseno, Heny dan Pangabean, Sahat M, 2007. Merkuri: Spesiasi dan

Bioakumulasi pada Biota Laut. TT; TT – Jurnal Ternologi Pengelolaan

Limbah, Vol 10 N0 1 Tahun 2007 ISSN 1410-9565

Sutono, dkk. 2001. Pengaruh Air Limbah Industri Tekstil terhadap Perubahan

Sifat Tanah dan Kualitas Beras. Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya

Lahan dan Pupuk di Cisarua 30 – 31 Oktober 2001. TT;TT

Sutoyo, S. Kurnia, U. 2013. Identifikasi Kerusakan Lahan Sawah Di

Rancaekek Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Diterbitkan pada Prosiding

Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkungan. Hal. 283-296.

Sutoyo. 2011. Hakekat Media Penyuluha Pertanian.

Tabrizian, Igor (2010). Rambut Bisa Menyikap Adanya Racun. TT; TT

Telmer, Kevin. 2007. World Emissions Of Mercury From Small Scale and

Artisanal Gold Mining and The Knowledge gaps about them. Universiti of

Victoria; Canada

Toribara, T. Y. & Jackson, D. A. 1982. Nondestructive X-Ray Fluorescence

Spectrometry for Determination of Trace Elements Along a Single of Hair

Analytical Chemistry Vol. 54, No. 11.

Tugaswati, Tri, dkk. 1997. Studi Pencemaran Merkuri dan Dampaknya

terhadap Kesehatan Masyarakat di Daerah Mundu Kabupaten Indramayu.

Jakarta: Balitbangkes

Tugaswati, Tri. 2006. Tantangan Reformasi Spesifikasi Bahan Bakar. Bensin

Tanpa Timbal Melalui Kebijakan Harga. TT: TT

Page 160: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

146

Udin, Khiuril Anwar. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dan jenis

pekerjaan dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desa Jetis

Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2009. UNS; Surakarta

US EPA. 1997. Exposure Factor Vol. 1. Environmental Protection Agency;

Washington DC

US EPA. 2001. Toxics Release Inventoru (TRI). Public Data Release

Executive Summary.

Waldicuk. 1974. Some Biological Concern In Heavy Metals Pollution.

Physiology Of Marine Organism Academic. Press Inc: New York

Warsono, Soemadi,. 2000. Hubungan Antara Bahan Tambal Amalgam Pada

Gigi Susu dengan kadar Merkuri dalam Urin, Pengunjung Poliklinik Bagian

Gigi Anak. UI; Jakarta

WHO. 2008. Preventing Disease Through Healty Environment, Mercury in

Skin Lightenig Products.

http://www.who.int/ipcs/assessment/public_health/mercury_flyer.pdf

Widaningrum, dkk. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran

dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. BBP; Pengembangan Pascapanen

Pertanian..- Buletin Teknologi Pacapanen Pertanian Vol. 3 2007

Widiowati, S. 2008. Karakteristik Beras Instan Fungsional dan Peranannya

dalam Menghambat Kerusakan Pankresas.TT;TT- Edisi No.

52/XVII/Oktober-2008

Widowati, dkk. 2008. Penurunan Inddeks Glikemik Berbagai Varietas Beras

Melalui Proses Pratanak. IPB; Bogor

Page 161: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

147

Widowati, Wahyu. 2008. Efek Toksikologi Logam Pencegahan dan

Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta; Penerbit Andi

Wirasuta, I Made A G, (2006). Toksikologi Umum. Uiversitas Udayana; Bali

Wongkar, dkk (2014). Analisis Klorin Pada Beras yang Beredar Di Pasar

Kota Manado. UNSRAT; Manado – Pharmacon Jurnal ilmiah Farmasi Vol. 3

No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302-2493

Wurdiyanto, G. 2007. Merkuri, Bahayanya dan Pengukurannya. Buletin Alara

9, (1,2). www.bi.go.id. StatistikEkonomiMoneter Indonesia

Yeates, dkk. 2009. Pediatric Neuropsychology, Second Edition. Gouilford

Press. TT

Yoga, dkk. 2014. Pengaruh Pencemaran Merkuri di Sungai Cikaniki

Terhadap Biota Trichoptera (INSEKTA)

Yoyok, dkk. 2009 Pengaruh Aktivitas Antropogenik di Sungai Cikaniki (Jawa

Barat) terhadap Komunitas Fauna Makrobentik. Junral Limnotek, 2009, Vol,

XVI, No. 2 h. 153-166

Page 162: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

148

LAMPIRAN

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KADAR MERKURI DALAM RAMBUT PADA MASYARAKAT DESA

BANTARKARET KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR

TAHUN 2017

Assalamualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan saya Destinia Putri mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai “FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR MERKURI DALAM

RAMBUT PADA MASYARAKAT DESA BANTARKARET KECAMATAN

NAGGUNG KABUPATEN BOGOR TAHUN 2017. Penelitian ini saya lakukan

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Kesehatan Masyarakat.

Untuk itu, saya memohon kesediaan Saudara untuk menjawab pertanyaan

di bawah ini dengan jujur dan kesediaan waktu anda untuk dapat saya

wawancarai. Seluruh jawaban akan dijamin kerahasiaannya. Selain menjawab

pertanyaan saya akan meminta sampel rambut sebanyak minimal 5 gram untuk

wanita dan 2 gr untuk laki-laki.

Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pewawancara Responden

………………… …………………….

(Tanda Tangan/Nama Jelas) (Tanda Tangan/Nama Jelas)

Page 163: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

149

Bacalah setiap pertanyaan dan setiap pilihan jawaban dengan seksama

Isilah setiap pertanyaan sesuai dengan kondisi anda saat ini dengan jujur pada kolom

jawaban

Neri tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih pada kolom jawaban yang tersedia

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KADAR MERKURI DALAM RAMBUT PADA MASYARAKAT DESA

BANTARKARET KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR

TAHUN 2017

Petunjuk Pengisian:

A. Identitas Responden

A1. No. Responden (Diisi oleh peneliti)

A2. Nama

A3. Alamat

A4. No. Handphone

A5. Tinggi Badan ……………. cm

A6. Berat Badan ……………. kg

B. Daftar Pertanyaan

No. Pertanyaan Jawaban Responden Diisi oleh

peneliti

B1. Berapakah Umur Anda

sekarang?

...... Tahun B1 ( )

B2. Apa pendidikan formal

terakhir Anda?

1. Tidak Sekolah

2. SD/MI

3. SMP/MTs

4. SMA/ SMK/ MA

5. Perguruan Tinggi

(D3/D4/S1/dst)

B2 ( )

Page 164: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

150

B3. Apa jenis pekerjaan Anda? 1. Penambang Emas

2. Bukan Penambang

emas

B3 ( )

B4. Apakah anda mengkonsumsi

beras lokal?

1. Ya

2. Tidak (lompati

pertanyaan B7)

B4 ( )

B5. Jika ya, berapa kali dalam

sehari anda makan?

…………kali/hari B5 ( )

B6. Berapa kali dalam seminggu

anda makan nasi dari beras

lokal?

…….kali/minggu B5 ( )

B7. Dalam sekali makan berapa

porsi nasi yang anda makan?

……… porsi B7 ( )

B8. Untuk sekali makan nasi,

berapa gram beras yang anda

makan?

…..……gram B8 ( )

Diisi oleh

peneliti

B9. Sudah berapa lama Anda

tinggal di lingkungan ini?

.................. Tahun B9 ( )

B10 Apakah Anda pernah

mengalami keluhan sakit

selama 3 bulan terakhir?

1. Ya

2. Tidak(lompati

pertanyaan B11)

B10( )

B11 Jika ya sebutkan ………………………….. B11 ( )

Page 165: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

151

FOOD MODEL

Pengukuran per porsi nasi

Page 166: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

152

Amalgamator &

Pembuangan langsung Kelahan Sawah

Page 167: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

153

Descriptives

JK Statistic Std. Error

K

o

n

s

e

n

t

r

a

s

i

M

e

r

k

u

r

i

p

a

d

a

R

a

m

b

u

t

Laki Laki Mean 11,18313 1,569061

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 7,83875

Upper Bound 14,52750

5% Trimmed Mean 10,60514

Median 9,37500

Variance 39,391

Std. Deviation 6,276243

Minimum 4,620

Maximum 28,150

Range 23,530

Interquartile Range 8,105

Skewness 1,562 ,564

Kurtosis 2,462 1,091

perempuan Mean 4,22359 ,571090

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 3,06748

Upper Bound 5,37970

5% Trimmed Mean 3,78003

Median 3,57000

Variance 12,720

Std. Deviation 3,566455

Minimum ,500

Maximum 16,550

Range 16,050

Interquartile Range 3,910

Skewness 1,948 ,378

Kurtosis

4,466 ,741

Page 168: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

154

Test Statisticsa

Konsentrasi Merkuri pada

Rambut

Mann-Whitney U 44,000

Wilcoxon W 234,000

Z -5,275

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: pekerjaan

Descriptives

pekerjaan Statistic Std. Error

K

o

n

s

e

n

t

r

a

s

i

M

e

r

k

u

r

i

p

a

d

a

Penambang Emas Mean 8,17556 ,896163

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 6,35625

Upper Bound 9,99486

5% Trimmed Mean 7,53630

Median 6,51000

Variance 28,912

Std. Deviation 5,376977

Minimum 3,090

Maximum 28,150

Range 25,060

Interquartile Range 5,655

Skewness 1,997 ,393

Kurtosis 4,718 ,768

Bukan Penambang Mean 2,59632 ,810562

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound ,89339

Upper Bound 4,29924

5% Trimmed Mean 1,93757

Median 1,68000

Variance 12,483

Std. Deviation 3,533159

Minimum ,500

Maximum 16,550

Page 169: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

155

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

intake

N 55

Normal Parametersa,b Mean ,1285802

Std. Deviation ,06751652

Most Extreme Differences Absolute ,115

Positive ,115

Negative -,086

Test Statistic ,115

Asymp. Sig. (2-tailed) ,069c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Statistics

Konsentrasi Merkuri pada Rambut

R

a

m

b

u

t

Range 16,050

Interquartile Range 1,370

Skewness 3,780 ,524

Kurtosis

15,352 1,014

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Umur

N 55

Normal Parametersa,b Mean 41,64

Std. Deviation 15,154

Most Extreme Differences Absolute ,087

Positive ,087

Negative -,077

Test Statistic ,087

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Page 170: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

156

N Valid 55

Missing 0

Mean 6,24818

Std. Error of Mean ,739399

Median 4,67000

Std. Deviation 5,483531

Variance 30,069

Skewness 1,826

Std. Error of Skewness ,322

Kurtosis 4,134

Std. Error of Kurtosis ,634

Range 27,650

Minimum ,500

Maximum 28,150

Sum 343,650

Statistics

Umur

N Valid 55

Missing 0

Mean 41,64

Std. Error of Mean 2,043

Median 40,00

Std. Deviation 15,154

Variance 229,643

Skewness ,369

Std. Error of Skewness ,322

Kurtosis -,639

Std. Error of Kurtosis ,634

Range 58

Minimum 20

Maximum 78

Sum 2290

Page 171: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

157

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Umur

Konsentrasi Merkuri pada

Rambut

N 55 55

Normal Parametersa,b Mean 41,64 6,24818

Std. Deviation 15,154 5,483531

Most Extreme Differences Absolute ,087 ,160

Positive ,087 ,160

Negative -,077 -,147

Test Statistic ,087 ,160

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,060c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Konsentrasi Merkuri pada Rambut 6,24818 5,483531 55

Umur 41,64 15,154 55

Correlations

Statistics

laju asupan Berat Badan durasi pajanan intake

N Valid 55 55 55 55

Missing 0 0 0 0

Mean 272,73 59,7218 35,64 ,099399

Std. Error of Mean 9,519 1,58845 2,515 ,0079806

Median 300,00 56,3000 35,00 ,101652

Std. Deviation 70,592 11,78024 18,653 ,0591856

Variance 4983,165 138,774 347,939 ,004

Skewness ,444 ,837 ,003 ,400

Std. Error of Skewness ,322 ,322 ,322 ,322

Kurtosis -,877 ,053 -,964 -,222

Std. Error of Kurtosis ,634 ,634 ,634 ,634

Range 200 49,80 65 ,2560

Minimum 200 40,20 5 ,0098

Maximum 400 90,00 70 ,2658

Sum 15000 3284,70 1960 5,4670

Page 172: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

158

Konsentrasi Merkuri pada

Rambut Umur

Pearson Correlation Konsentrasi Merkuri pada Rambut 1,000 -,016

Umur -,016 1,000

Sig. (1-tailed) Konsentrasi Merkuri pada Rambut . ,454

Umur ,454 .

N Konsentrasi Merkuri pada Rambut 55 55

Umur 55 55

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Umurb . Enter

a. Dependent Variable: Konsentrasi Merkuri pada

Rambut

b. All requested variables entered.

Statistic

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,016a ,000 -,019 5,534316

a. Predictors: (Constant), Umur

konsumsi makanan

per minggu Berat Badan

estimasi logam berat

per minggu durasi pajanan

N Valid 55 55 55 55

Missing 0 0 0 0

Mean 1769,0909 59,7218 ,6167 21,29

Median 1750,0000 56,3000 ,5600 25,00

Std. Deviation 707,79332 11,78024 ,26368 6,525

Minimum 700,00 40,20 ,17 5

Maximum 3500,00 90,00 1,11 25

Page 173: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

159

ANOVAa

Mode

l Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,413 1 ,413 ,013 ,908b

Residual 1623,318 53 30,629

Total 1623,732 54

a. De: Konsentrasi Merkuri pada Rambut

Page 174: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

160

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig.

F

Chan

ge

1 ,354a ,126 ,109 5,175575 ,126 7,617 1 53 ,008

a. Predictors: (Constant), estimasi logam berat per minggu

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 204,043 1 204,043 7,617 ,008b

Residual 1419,689 53 26,787

Total 1623,732 54

a. Dependent Variable: Konsentrasi Merkuri pada Rambut

b. Predictors: (Constant), estimasi logam berat per minggu

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 ,464a ,215 ,200 4,903951 ,215 14,518 1 53 ,000

a. Predictors: (Constant), durasi pajanan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 349,149 1 349,149 14,518 ,000b

Residual 1274,583 53 24,049

Total 1623,732 54

a. Dependent Variable: Konsentrasi Merkuri pada Rambut

b. Predictors: (Constant), durasi pajanan

Page 175: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

161

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Konsentrasi Merkuri pada

Rambut 55 6,24818 5,483531 ,500 28,150

pendidikan 55 2,29 1,048 1 5

Ranks

pendidikan N Mean Rank

Konsentrasi Merkuri pada

Rambut

Tidak Sekolah 7 24,86

SD/MI 38 32,36

SMp/MTS 1 52,00

SMA/SMK/MA 5 13,00

Perguruan Tinggi 4 4,88

Total 55

Test Statisticsa,b

Konsentrasi

Merkuri pada

Rambut

Chi-Square 18,042

df 4

Asymp. Sig. ,001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: pendidikan

Statistics

Kadar Merkuri Dalam Beras

N Valid 10

Missing 0

Mean ,02200

Median ,00400

Std. Deviation ,056921

Minimum ,004

Maximum ,184

Coefficientsa

Page 176: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

162

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t

S

i

g

. B Std. Error Beta

1 (Constant)

1,702 1,789 ,951

,

3

4

6

estimasi logam berat per minggu

7,372 2,671 ,354 2,760

,

0

0

8

a. Dependent Variable: Konsentrasi Merkuri pada Rambut

Descriptivesa

Page 177: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

163

pendidikan Statistic Std. Error

Konsentrasi

Merkuri pada

Rambut

Tidak Sekolah Mean 4,68714 1,209482

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1,72765

Upper Bound 7,64664

5% Trimmed Mean 4,48683

Median 3,98000

Variance 10,240

Std. Deviation 3,199988

Minimum 1,680

Maximum 11,300

Range 9,620

Interquartile Range 3,390

Skewness 1,757 ,794

Kurtosis 3,641 1,587

SD/MI Mean 7,32211 ,916757

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5,46458

Upper Bound 9,17963

5% Trimmed Mean 6,70278

Median 5,74500

Variance 31,937

Std. Deviation 5,651271

Minimum 1,100

Maximum 28,150

Range 27,050

Interquartile Range 5,448

Skewness 1,881 ,383

Kurtosis 4,263 ,750

SMA/SMK/MA Mean 2,38000 1,220950

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound -1,00990

Upper Bound 5,76990

5% Trimmed Mean 2,22000

Median 1,58000

Variance 7,454

Std. Deviation 2,730128

Minimum ,500

Maximum 7,140

Range 6,640

Page 178: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

164

Interquartile Range 3,960

Skewness 1,963 ,913

Kurtosis 4,021 2,000

Perguruan Tinggi Mean 1,03750 ,178810

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound ,46845

Upper Bound 1,60655

5% Trimmed Mean 1,04000

Median 1,06000

Variance ,128

Std. Deviation ,357619

Minimum ,580

Maximum 1,450

Range ,870

Interquartile Range ,673

Skewness -,369 1,014

Kurtosis 1,332 2,619

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2,258 1,324

1,706 ,094

intake 40,147 11,470 ,433 3,500 ,001

a. Dependent Variable: Konsentrasi Merkuri pada Rambut

Page 179: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

165

Tahapan Uji Laboratorium Parameter Merkuri

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan

kadar merkuri dalam rambut dan beras. Cara yang digunakan untuk

menguji parameter merkuri yaitu secara uap dingin (cold vapour)

dengan Mercury Analyzer untuk sampel sedimen. Metode ini sesuai

dengan penetapan SNI 06.6992.2-2004 terkait uji sampel sedimen

parameter merkuri.

1. Alat

a. Mercury analyzer

b. Labu Ukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml

c. Pipet volumetrik 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 10 ml

d. Gelas piala 100 ml

e. Penangas listrik (hot plate)

f. Timbangan analitik dengan ketelitian sampai dengan 0,0001 g

g. Oven

h. Cawan porselen

i. Botol gelas gelap sorosilikat

j. Mortar dan alu

k. Batang pengaduk

l. Spatula

Page 180: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

166

m. Alat desentralisasi

2. Bahan

a. Larutan Induk merkuri, Hg 1000 ug/ml

b. Asam Sulfat p.a H2SO4 pekar p.a

c. Asam nitrat p.a, HNO3 pekat p.a

d. Asam perklorat p.a HCLO4 pekat p.a

e. Larutan HNO3; HCL04 (1:1)

f. Asam Klorida p.a, HCL pekat p.a

g. Hidroksilamin hidroklorida, NH2OH HCL 10%:

Timbangan 10 g hidroksilamin hidroklorida, tambahkan air suling

bebas merkuri sampai volume 100 ml.

h. Kalium permanganat KMnO4 5%

Timbangan 5 g KMnO4, tambahkan air suling bebas merkuri

sampai volume 100 ml.

i. SnCl2. 2 H2O 10%

Timbang 10 g SnCl2, Larutkan dalam 20 ml HCl pekat kemudian

tambahkan air suling bebas merkuri sampai volume 100 ml.

j. Air suling bebas merkuri:

k. Batu didih

l. Sodium Hidroksida, NaOH 5 N

Timbang 20 g sodium hidroksida, tambahkan air suling bebas

merkuri sampai volume 100 ml.

Masukan 1 g KMnO4 dalam 1000 ml air suling.

Page 181: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

167

Destilasi dan tamping ke dalam botol gelas bebas merkuri. Air

suling ini siap digunakan untuk pengujian.

3. Persiapan dan pengawetan contoh uji

a. sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan metode

sediment sampling (USEOA-600)

b. Buang benda-benda asing seperti potongan plastik, daun atau

bahan lain yang bukan merupakan contoh uji

c. Keringkan contoh uji pada suhu ruang

d. Gerus contoh uji dan dihomogenkan

e. Simpan contoh uji ke dalam botol gelas borosilikat yang bebas

merkuri

4. Persiapan Pengujian

a. Pembuatan larutan beku merkuri, 100 ug/ml

Pipet 10 ml larutan induk merkuri 1000 ug/ml ke dalam labu

ukur 100 ml

Tambahkan 1 ml larutan asam nitrat, HNO3 pekat

Tambahkan air suling bebas merkuri sampai tepat pada tanda

tera

b. Pembuatan larutan baku merkuri, 10 ug/ml

Pipet 10 ml larutan induk merkuri 100 ug/ml ke dalam labu

ukur 100 ml

Tambahkan 1 ml larutan asam nitrat, HNO3 pekat

Tambahkan air suling bebas merkuri sampai tepat padatanda

tera.

Page 182: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

168

c. Pembuatan larutan baku merkuri, 1 ug/ml

Pipet 10 ml larutan induk merkuri 10 ug/ml ke dalam labu ukur

100 ml

Tambahkan 1 ml larutan asam nitrat, HNO3 pekat

Tambahkan air suling bebas merkuri sampai tepat padatanda

tera

5. Pembuatan larutan kerja dengan konsentrasi 0 ng/ml; 20 ng/ml; 40

ng/ml; 60 ng/ml; 80 ng/ml; dan 100 ng/ ml.

a. Pipet 0,0 ml;1 ml;2 ml; 3 ml; 4 ml; dan 5 ml larutan baku merkuri,

Hg 1 ug/ml kedalam 6 labu ukur 5 ml

b. Tambahkan 2 ml larutan HNO3 : HCLO4 (1:1) ke dalam masing-

masing labu ukur

c. Tambahkan 5 ml larutan H2SO4 ke dalam masing-masing labu

ukur

d. Tambahkan 1 ml air suling bebas merkuri ke dalam masing-masing

labu ukur

e. Tambahkan batu didih secukupnya ke dalam masing-masing labu

ukur

f. Panaskan di atas penangas listrik pada suhu 250oC selama 20 menit

g. Dinginkan, tempatkan dengan air suling bebas merkuri sampai tera

6. Prosedur

a. Penentuan kadar merkuri, Hg

Siapkan labu ukur 50 ml

Timbang 0,5 g contoh uji, masukan ke dalam labu ukur

Page 183: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

169

Lakukan langkah 5.4 b) sampai dengan g)

Untuk penentuan ketepatan (akurasi) dengan cara spike matrix

dilakukan dengan cara sebagai berikutSiapkan labu ukur 50 ml

o Timbang 0,5 g contoh uji ke dalam labu ukur

o Tambahkan 1,0 ml larutan baku merkuri1 g/ml ke dalam

masing-masing labu ukur;

o Lakukan langkah pada butir 5.4 b) sampai dengan g).

Untuk analisis blanko lakukan sebagai berikut:

o Pipet 5 ml air suling bebas merkuri;

o Lakukan langkah pada butir 5.4 b) sampai dengan g).

b. Penentuan kadar air

Timbang dan catat berat cawan porselin yang akan digunakan;

Masukan contoh uji ke dalam cawan porselin yang telah

ditimbang sebanyak + 5 g;

Panaskan contoh uji pada oven dengan suhu 105oC selama 2

jam;

Timbang dan catat berat cawan;

Ulangi langkah pada butir 4.6.2 c) sampai dengan d) minimal 3

(tiga) kali atau sampai mencapai berat konstan.

7. Pengukuran kadar merkuri, Hg dengan Mercury Analyzer 4.7

a. Pengukuran kurva kalibrasi

Atur Mercury Analyzer dan optimalkan untuk pengujian

merkuri sesuai dengan petunjuk pengunaan alat;

Page 184: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

170

Masukkan 5 ml larutan kerja 0,0 ng/ml ke dalam Mercury

Analyzer;

Tambahkan 5 ml air suling bebas merkuri dan 1 ml larutan

SnCl2;

Ukur serapannya dengan alat Merkury Analyzer dan catat

tinggi puncak;

Lakukan langkah pada butir 7.1 b) sampai dengan d) untuk

masing-masing larutan kerja;

Buatkan kurva kalibrasi dari data diatas atau tentukan

persamaan garis lurusnya.

b. Pengukuran kadar merkuri, Hg

Optimalkan alat Merkury Analyzer sesuai dengan petunjuk

penggunaan alat;

Masukan 5 ml contoh uji yang didapat dri langkah 4.6.1

dalam tabung yang berada pada alat Mercury Analyzer;

Tambahkan 5 ml air suling bebas merkuri dan 1 ml larutan

SnCl2;

Ukur serapannya dengan alat Mercury Analyzer dan catat

tinggi puncak;

Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih dari

20% periksa kondisi alat dan ulangi langkah7.2 b) sampai

dengan d);

Apabila perbedaannya kurang dari 20%, rata-ratakan

hasilnya.

Page 185: HUBUNGAN INTAKE MINGGUAN MERKURI DALAM BERAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35903/1/Destinia... · menggunakan teknik amalgamasi telah dilakukan sejak lebih

171

Setifikat Hasil Pengukuran Uji Laboratorium