36
TUGAS KASUS FARMASI HIPERTENSI Oleh: Primadiati Nickyta Sari G0007131 Pembimbing : Dyah Poerwohastuti, S.Farm., Apt

HIPERTENSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HIPERTENSI

TUGAS KASUS FARMASI

HIPERTENSI

Oleh:Primadiati Nickyta Sari

G0007131

Pembimbing :Dyah Poerwohastuti, S.Farm., Apt

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A

2012

Page 2: HIPERTENSI

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang

mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang

ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan

penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi

menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai

faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata

prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Saat ini

terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita

hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan

adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi

seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan

makanan yang tinggi kadar lemaknya.

Bila ditinjau perbandingan antara perempuan dan pria, ternyata perempuan lebih banyak

menderita hipertensi. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel

telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat

genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,

bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu

sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan

komplikasinya.

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan

hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi.

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan

tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran)

kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang

normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang

berpengaruh.

Page 3: HIPERTENSI

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang

dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan

dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan

tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat

binatang tersebut menjadi hipertensi.

Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 juga

merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Pada obesitas tahanan

perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas

renin plasma yang rendah.

Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui

olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan

kurangnya olah raga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan

garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah.

Oleh karena penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor

sehingga dari seluruh faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan

terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah maka

pencegahan penyakit hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya

hidup sehat menjadi sangat penting.

Page 4: HIPERTENSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hipertensi yang tidak diketahui didefinisikan sebagai hipertensi esensial, atau

lebih dikenal hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi sekunder

bahwa hipertensi sekunder dengan sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report Of

The Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok

Normotensi, Prahipertensi, Hipertensi Derajat I, Hipertensi derajat II.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VII

Klas.Tekanan Darah TDS (mmHG) TDD (mmHg)

Normal

Prahipertensi

Hipertensi Stage I

Hipertensi Stage II

<120

120-139

140-159

≥160

<80

80-89

90-99

≥100

B. Epidemiologi

Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi

lanjut usia, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga, dimana

hipertensi sistolik maupun hipertensi sistolik diastolik sering timbul pada usia >60 tahun.

Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)

menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,insiden hipertensi pada orang dewasa adalah

sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi

peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1989-1991.Hipertensi esensial sendiri

merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.

C. Manifestasi Klinis

Page 5: HIPERTENSI

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.

Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau

jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah,

telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang –kunang dan

pusing

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan untuk menentukkan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari

penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah

(kalium , natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol

LDL) dan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan yang lain seperti klirens

kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol HDL,dan EKG.

E. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,

hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang

berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran

pertama harus dikonfirmasikan pada sedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu satu

sampai beberapa minggu. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien

duduk bersandar, setelah pasien beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus

lengan yang sesuai.

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lamanya

menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung

koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll. Apakah terdapat riwayat penyakit

dalam keluarga dan gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan

aktivitas/ kebiasaan merokok, konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, faktor

lingkungan, pekerjaan, psikososial dsb.

F. Patogenesis

Page 6: HIPERTENSI

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena

interaksi antara faktor-faktor risisko tertentu. Faktor- faktor risiko yang mendorong

timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :

1. faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,

genetik

2. sistem syaraf simpatis

a. tonus simpatis

b. variasi diurnal

3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel

pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan

interstitium juga memberikan kontribusi akhir.

4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada system renin, angiotensin,

dan aldosteron.

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian

tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah Jantung x Tekanan

Perifer.14

G. Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada

pasien hipertensi adalah :

1. jantung

a. hipertrofi ventrikel kiri

b. angina atau infark miokardium

c. gagal jantung

2. otak

strok atau transient ischemic attack

3. penyakit ginjal kronis

4. penyakit arteri perifer

5. retinopati

Page 7: HIPERTENSI

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ

tersebut dapat melalui akibat langsung dari tekanan darah pada organ, atau karena

efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1

angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan

lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas

terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya

kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-

β (TGF-β).14

Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi:

1. jantung

a. pemeriksaan fisik

b. foto polos dada(untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks

dan sirkulasi pulmoner)

2. pembuluh darah

a. pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure

b. USG karotis

c. Fungsi endotel (masih dalampenelitian)

3. otak

a. pemeriksaan neurologis

b. diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed

tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien

dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)

4. mata

funduskopi

5. fungsi ginjal

a. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-

makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin

b. perkiraan laju filtrasi glomerolus, yang untuk pasien dalam kondisi stabil

dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-

Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation (NKF).14

Page 8: HIPERTENSI

H. Pengobatan

Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah :

a. target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes,gagal

ginjal proteinuri)<130/80 mmHg

b. penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler

c. mengahambat laju penyakit ginjal proteinuri

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi

farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi

dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko,

serta penyakit penyerta lainnya.Adapun terapi nonfarmakologis sbb:

a. menghentikkan merokok

b. menurunkan berata badan yang berlebihan

c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan

d. latihan fisik

e. menurunkan asupan garam

f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur

g. menurunkan asupan lemak

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang

dianjurkan oelh JNC 7 adalah :

a. diuretika, terutaman jenis thiazid atau aldosterone antagonist

b. beta bloker (BB)

c. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist

d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor)

e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan

target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk

menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang dan yang memberikan

efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat

dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mancapai target, maka

Page 9: HIPERTENSI

langkah selanjutnya adalah meningkatakan dosis obat tersebut atau berpindah ke

antihipertensi yang lain dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi. Kombinasi

yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah : diuretika dan ACEI atau ARB, CCB dan BB,

CCB dan atau ARB, CCB dan diuretika, ARB dan BB,kadang diperlukan tiga atau empat

kombinasi obat.

Page 10: HIPERTENSI

BAB III

PENGOBATAN DAN TERAPI

Tujuan pengobatan adalah (Yogiantoro, 2006) :

1. Tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (penderita DM, gagal

ginjal, proteinuria) < 130 mmHg;

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler;

3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.

TAHAPAN TERAPI HIPERTENSI

Modifikasi pola hidup :

1. Penurunan berat badan2. Aktifitas fisik teratur3. pembatasan garam dan alcohol4. berhenti merokok

Respons cukup(sasaran tel;ah dicapai

Respons kurang

Lanjutkan Modifikasi pola hidup :Pilihan Anti hipertensi :

1. diuretic atau beta bloker2. penghambat ACE,antagonis CA,alfa

bloker, alfa beta bloker

Respons cukup (sasaran telah dicapai)

Respons kurang Respons kecil

Tingkatkan dosis pertama

Tambahkan obat kedua dari golongan lain

Ganti dengan gol. lain

Page 11: HIPERTENSI

Bagan 1. Tahapan terapi hipertensi

Selain pengobaan hipertensi (Gambar 1 dan Tabel 2), pengobatan terhadap faktor

risiko atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus

dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi. Pengobatan hipertensi

terdiri atas dua komponen, yaitu terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi

nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan

tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya. Terapi

nonfarmakologis antara lain :

1. menghentikan merokok;

2. menurunkan berat badan berlebih;

3. menurunkan konsumsi alkohol berlebih;

4. latihan fisik;

5. menurunkan asupan garam dan lemak;

6. meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

Tabel 2. Terapi Hipertensi

BP

classification

SBP*

mmHg

DBP*

mmHg

Lifestyle

modification

Initial drug therapy

Without

compelling

indication

With

compelling

indications

Normal <120 and

<80

Encourage    

Prehypertension 120–

139

or 80–

89

Yes No

antihypertensive

drug indicated.

Drug(s) for

compelling

indications. ‡

Respon belum cukup

Tambahkan obat kedua atau ketiga dari gol. lain atau diuretik

Page 12: HIPERTENSI

Stage 1

Hypertensi-

on

140–

159

or 90–

99

Yes Thiazide-type

diuretics for most.

May consider

ACEI, ARB, BB,

CCB, or

combination.

Drug(s) for the

compelling

indications.‡

Other

antihypertensive

drugs (diuretics,

ACEI, ARB, BB,

CCB) as needed.

Stage 2

Hypertensi-

on

>160 or >100 Yes Two-drug

combination for

most† (usually

thiazide-type

diuretic and ACEI

or ARB or BB or

CCB).

Mekanisme obat

a. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan

simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan

tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan

penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan

akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi

hipertensi yaitu : diuretik  golongan tiazid, diuretik kuat, dan diuretik hemat kalium.

Obat-Obat Pilihan:

A. Golongan Tiazid

1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )

- Indikasi: edema, hipertensi

- Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, ,

gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik,

penyakit adison.

- Bentuk sediaan obat: tablet

Page 13: HIPERTENSI

- Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari;

dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi

hari

- Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan;

impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, 

hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai,

hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam

kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan

trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis,

kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan

pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik ); usia lanjut;

kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal yang berat;porfiria.  

2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®, Tenoretic® )

- Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus

- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid

- Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg selang

sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu

ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi hari

- Bentuk sediaan obat: tablet

3. hidroklorotiazid

- Indikasi: edema, hipertensi

- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid

- Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan jika

mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg

sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika perlu ditingkatkan sampai 25

mg pada pagi hari

- Bentuk sediaan obat: tablet.

 

B. Diuretik kuat

1. Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® )

- Indikasi: edema pada jantung, hipertensi

- Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.

Page 14: HIPERTENSI

- Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus

- Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi,

dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal

sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan keadaan pasien

- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi

seperti ruam kulit

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan

dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus;

perbesaran prostat; porfiria. 

C. Diuretik hemat kalium

1. Amilorid HCL ( Amiloride®, puritrid®, lorinid® )

- Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan tiazid

- Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia.

- Bentuk sediaan obat: tablet

- Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari

maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari

- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi

seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan

dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; usia

lanjut.

2. Spironolakton ( Spirolactone®, Letonal®, Sotacor®, Carpiaton® )

- Indikasi: edema, hipertensi

- Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia, kehamilan dan

menyusui, penyakit adison.

- Bentuk sediaan obat: tablet

- Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; anak, dosis

awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi.

- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi s

- eperti ruam kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia, hiperkalemia,

hepatotoksisita, impotensi.

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan

dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; usia lanjut.  

Page 15: HIPERTENSI

b. ACE Inibitor

ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem renin-angiotensin-

aldosteron dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II

sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi sodium dengan mengurangi

sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat dalam degradasi bradikinin maka ACE

inhibitor menyebabkan peningkatan bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus

pelepasan prostaglandin dan nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek

penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek

samping berupa batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada

pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus

dirawat di rumah sakit (hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam

beraktivitas, dan mengurangi gejala.

ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk

menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan serum

potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan terutama setelah

dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong dalam ACE inhibitor adalah

Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama yang digunakan secara klinis.

1. Nama Generik : Captopril

2. Nama Dagang :

- Acepress : Tab 12,5mg, 25mg

- Capoten : Tab 12,5mg, 25mg

- Captensin : Tab 12,5mg, 25mg

- Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

- Casipril : Tab 12,5mg, 25mg

- Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

- Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg

- Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

- Locap : Tab 25mg

- Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg

- Metopril : Tab salut selaput 12,5mg, 25mg; Kapl salut selaput 50mg

- Otoryl : Tab 25mg

- Praten : Kapl 12,5mg

- Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg

- Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg

Page 16: HIPERTENSI

- Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg

- Tensobon : Tab 25mg

3. Indikasi :

- Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah.

- Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension).

- Diabetic nephropathy dan albuminuria.

- Gagal jantung (Congestive Heart Failure).

- Postmyocardial infarction

- Terapi pada krisis scleroderma renal.

- Kontraindikasi :

- Hipersensitif terhadap ACE inhibitor.

- Kehamilan.

- Wanita menyusui.

- Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor

sebelumnya.

- Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.

4. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput.

5. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal jantung :

6. Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan yang

tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai tercapai target dosis.

7. Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari)

8. Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut kosong yaitu

setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini dikarenakan absorbsi

captopril akan berkurang 30%-40% apabila diberikan bersamaan dengan makanan.

9. Efek samping :

- Batuk kering

- Hipotensi

- Pusing

- Disfungsi ginjal

- Hiperkalemia

- Angioedema

- Ruam kulit

- Takikardi

- Proteinuria

Page 17: HIPERTENSI

- Resiko khusus :

- Wanita hamil.

Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang hamil

karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan teratogenik. Hal ini

juga dapat menyebabkan kematian janin. Morbiditas fetal berkaitan dengan

penggunaan ACE inhibitor pada seluruh masa trisemester kehamilan. Captopril

beresiko pada kehamilan yaitu pada level C (semester pertama) dan D (semester

kedua dan ketiga).

- Wanita menyusui.

Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui karena

bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI sekitar 1% dari

konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah metabolit dari captopril

juga dapat menembus masuk dalam ASI.

- Penyakit ginjal.

Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien dengan gangguan ginjal akan

memperparah kerusakan ginjal karena hampir 85% diekskresikan lewat ginjal

(hampir 45% dalam bentuk yang tidak berubah) sehingga akan memperparah kerja

ginjal dan meningkatkan resiko neutropenia. Apabila captopril digunakan pada

pasien dengan gangguan ginjal maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dimana

berfungsi untuk menurunkan klirens kreatininnya.

c. Beta-blocker (Misal : propanolol, bisoprolol)

Merupakan obat utama pada penderita hipertensi ringan sampai moderat dengan

penyakit jantung koroner atau dengan aritmia. Bekerja dengan menghambat reseptor β1

di otak, ginjal dan neuron adrenergik perifer, di mana β1 merupakan reseptor yang

bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi katekolamin yang akan menstimulasi

produksi renin. Dengan berkurangnya produksi renin, maka cardiac output akan

berkurang yang disertai dengan turunnya tekanan darah.

d. Alfa-blocker (Misal : Doxazosin, Prazosin).

Bekerja dengan menghambat reseptor α1 di pembuluh darah sehingga terjadi

dilatasi arteriol dan vena. Dilatasi arteriol akan menurunkan resistensi perifer.

e. Calcium channel blocker (Cth: Nifedipin, Amlodipin).

Page 18: HIPERTENSI

Bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos pembuluh

darah sehingga mengurangi tahanan perifer. Merupakan antihipertensi yang dapat

bekerja pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga merupakan obat utama bagi

penderita hipertensi yang juga penderita angina.

Page 19: HIPERTENSI

BAB IV

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. S

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Sopir

Alamat : Jebres Surakarta, Jawa Tengah

Suku : Jawa

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Kepala cekot-cekot

B. Riwayat Penyakit Sekarang (Alloanamnesis)

Penderita dating dengan keluhan kepala cekot-cekot dan leher terasa cengeng.

Sudah 2 hari pasien tidak bias tidur sehingga keluhan dirasa bertambah berat. BAK

tak ada keluhan, 6-7 kali per hari, ½ - 1 gelas belimbing, warna kuning jernih, tidak

ada lender, tidak ada darah dan tidak nyeri saat BAK. BAB tak ada keluhan, frekuensi

1 kali perhari.

± 2 tahun yang lalu penderita mengeluh leher kadang-kadang cengeng dan

kesemutan pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Penderita kemudian memeriksakan

diri di Puskesmas, dan dikatakan bahwa menderita tekanan darah tinggi. Penderita

diberi obat penurun tekanan darah, namun hanya control bila ada keluhan dan tidak

minum obat teratur.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat darah tinggi : (+) sejak 2 tahun yang lalu, tidak rutin kontrol

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat sakit ginjal : disangkal

Page 20: HIPERTENSI

Riwayat mondok : disangkal

Riwayat transfusi : disangkal

D. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat minum obat-obatan bebas : disangkal

- Riwayat minum jamu : disangkal

- Riwayat minum alkohol : disangkal

- Riwayat merokok : (+) 10 tahun yang lau, 1-3 batang per hari

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat asma bronkiale : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat sakit kuning : disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

F. Riwayat Lingkungan Sosial dan Asupan Gizi

Penderita adalah seorang laki-laki dengan seorang istri dan 3 orang anak.

Penderita adalah seorang sopir bus yang sudah berhenti sejak 3 tahun yang lalu karena

setoran yang harus dibayarkan lebih besar daripada penghasilan yang didapat. Saat ini

penderita membantu istrinya berjualan di warung makan kecil.

G. Anamnesa Sistem

a. Keluhan utama : Kepala cekot-cekot

b. Kulit : tidak ada keluhan

c. Kepala : nyeri kepala (+), nggliyer (+), kepala terasa berat (-), perasaan berputar-

putar (-), rambut mudah rontok (-)

d. Leher : cengeng (+), kaku (-)

e. Mata : tidak ada keluhan

f. Hidung : tidak ada keluhan

g. Telinga : pendengaran berkurang (-), keluar cairan atau darah (-), mendengar

bunyi berdenging (+)

h. Mulut : tidak ada keluhan

i. Tenggorokan : tidak ada keluhan

j. Sistem respirasi : tidak ada keluhan

Page 21: HIPERTENSI

k. Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

l. Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

m.Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan

n. Sistem genitourinaria : tidak ada keluhan

o. Ekstremitas : tidak ada keluhan

p. Sistem neuropsikiatri : tidak ada keluhan

III.PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : kompos mentis, gizi kesan cukup

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 150 cm

B. Tanda vital

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

Nadi : 88 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup , simetris

Laju Pernapasan : 20 x/menit, kussmaul (-)

Suhu : 36,2 0C per axiller

C. Kulit : warna sawo matang, lembab, ujud kelainan kulit (-), uji

turniquet (-)

D. Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut

E. Mata : conjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), air mata (+/+),

Refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3 mm), bulat, di

tengah, mata cekung (-/-)

F. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

G. Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa basah (+)

H. Telinga : sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)

I. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1 – T1

J. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar

K. Thorax

Bentuk : normochest

Cor

Page 22: HIPERTENSI

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

Kiri bawah :SIC V linea medioclavicularis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)

Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Batas paru hepar : SIC VI dextra

Batas paru lambung :spatium intercosta VII Sinistra

Redup relatif : batas paru hepar

Redup absolut : hepar

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan RBK (-/-), RBH (-/-),

wheezing (-/-)

L. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani

Page 23: HIPERTENSI

Palpasi : hepar/lien tak teraba, turgor kulit baik

M. Ekstremitas :

Akral dingin Oedema

- - - -

- - - -

Sianosis ujung jari Capilary refill time < 2 detik

- -

- -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Foto Thorax

Kesan : cor dan pulmo dalam batas normal

B. EKG

Irama sinus, denyut jantung 88x/menit

C. GDT

Dalam batas normal

V. DIAGNOSIS KERJA

Hipertensi Derajat II

VI. PENATALAKSANAAN

Diet rendah garam 5g/hari

Captopril tab 3x25 mg

Hct tab 25 mg 1-0-0

Diltiazem tab 3x60 mg

Page 24: HIPERTENSI

VII. PROGNOSIS

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

Resep

R/ Captopril mg 25 tab No. XXI

S 3 dd tab I_____________

R/ Hidroklorotiazid mg 25 tab No. VI

S 1 dd tab I mane__________

R/ Diltiazem mg 30 tab No. XXI

______S 3 dd tab I____________

Pro : Tn. S (45th)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 25: HIPERTENSI

1. KESIMPULAN

- Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi farmakologis.

Adapun terapi nonfarmakologis antara lain: menghentikkan merokok, menurunkan

berata badan yang berlebihan, menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan,

latihan fisik, menurunkan asupan garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur,

dan menurunkan asupan lemak. Sedangkan jenis-jenis obat antihipertensi untuk

terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oelh JNC 7 adalah : golongan

diuretika, terutaman jenis thiazid atau aldosterone antagonist; beta bloker (BB);

Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist; Angiotensin Converting

Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor); dan Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1

receptor antagonist/blocker (ARB)

2. SARAN

- Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko

sehingga pencegahan penyakit hipertensi sangat penting, salah satunya dapat

dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: HIPERTENSI

Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta Kedokteran, edisi

3, jilid I. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 518-522

Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Supandiman, I., Fadjari, H. 2006. Anemia pada Penyakit Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 651-652

Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K. M., Setiati, S. 2006.

Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI. Pp: 610-614