Upload
hestiswah
View
14
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
latar belakang ginekologi
Citation preview
CA SERVIKS
1. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah
skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis.
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara Rahim
(uterus) dan liang senggama atau vagina.
2. Etiologi dan faktor resiko
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
a. Usia > 35 tahun
b. Usia pertama kali menikah.
Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan
seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebihbesar daripada mereka yang
menikah pada usia > 20 tahun.
c. Aktivitas seksual tinggi dan sering berganti pasangan
d. Penggunaan antiseptik.
Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun
deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsangterjadinya kanker.
e. Wanita yang merokok.
f. Riwayat penyakit kelamin
g. Paritas (jumlah kelahiran).
h. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama.
i. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)
j. Ras
Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari
AmerikaHispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang
sama dengan wargaAmerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi.
3. Patofisiologi (terlampir)
4. Manifestasi Klinik
a. Setelah melakukan koitus atau pendarahan menstruasi lebih banyak atau timbul pendarahan
menstruasi lebih sering
b. Timbul pendarahan diantara siklus menstruasi
c. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bisa terjadi pendarahan spontan dan nyeri
pada rongga panggul
d. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan air seni
e. Nyeri pada pinggang bagian bawah
f. Keputihan
g. Pendarahan sesudah menopouse
5. Klasifikasi
Berikut adalah table stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO
Tingkat Kriteria
O Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel : membrana basalis masih
utuh.
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Ia Karsinoma mikro invasif; bila membrana basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stroma tak > 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam
pembuluh limfa atau pembuluh darah.
*) Kedalaman invasi 3 mm sebaiknya diganti dengan tak > 1 mm.
Ib occ: (I b occult = Ib yang tersembunyi); secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib: Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi
ke dalam stroma serviks uteri.
II Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas
vagina dan/ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor,
IIb Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai dinding
panggul.
III Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium
sampai dinding panggul;
IIIa Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
IIIb Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau proses
pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan/atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah
terjadi metastasis keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh.
IVa Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektum dan/kandung kemih.
IVb Telah terjadi penyebaran jauh.
Tabel 2. Pembagian Tingkat Keganasan Menurut Sistem TNM
Tingkat Kriteria
T Tak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun adanya perluasan ke korpus
uteri).
T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan pemeriksaan
histologik
T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding
panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, tetapi belum sampai 1/3
bagian distal.
T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau telah mencapai
dinding panggul (tak ada celah bebas antara tumor dengan dinding panggul).
NB : Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter karena
infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun pada
penemuan lain kasus itu seharusnya masuk kategori yang lebih rendah (T1
atau T2).
T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih, atau
meluas sampai di luar panggul. (Ditemukannya edema bullosa tidak cukup
bukti untuk mengklasifikasi sebatai T4).
T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan
secara histologik.
T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul.
NB : Pembesaran uterus saja belum ada alasan untuk memasukkannya sebagai
T4.
NX Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+
ditambahkan untuk tambahan ada/tidak adanya informasi mengenai
pemeriksaan histologik, jadi : NX + NX -
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-
cara diagnostik yang tersedia (misalnya limfografi, CT-scan panggul).
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah
bebas infiltrat di antara masa ini dengan tumor.
M0 Tidak ada metastasis berjarakjauh,
M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas bifurkasio
arteri iliaka komunis
6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pap smear
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s smear untuk wanita
dengan usia di atas 30 tahun.
c. Biopsi
Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Biopsi dilakukan untuk mengetahui
kelainan yang ada pada serviks.Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil
biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja
(Prayetni, 1997).
d. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaanini
kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan
keterampilandan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni,
1997).
e. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan
membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkanpada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang
tidak berubahkarena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).
f. Radiologi
7. Penatalaksanaan
Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib, Iia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limef paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan)
Iib, III dan IV Histerektomi transvaginal
IV a dan IVb Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
Daftar Pustaka
- Diananda R. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati.
- Donforte : Obstetri & Gynekologi, Penerbit Widya Medika
- Prayetni. 1997.Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Gangguan Sistem Reproduksi.
Pusdiknakes:Jakarta.
Myoma Uteri
1. Definisi
Mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk otot-otot
rahim disebut dengan mioma uteri (Achadiat, 2004).
2. Etiologi dan faktor resiko
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:
a. Estrogen
b. Progesteron
c. Hormone pertumbuhan
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis
antara 35-45 tahun.
b. Paritas
c. Faktor ras dan genetic
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma
uteri tinggi.
d. Fungsi ovarium
3. Manifestasi Klinik
a. Perdarahan abnormal
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini,antara lain adalah :
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang miomadiantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darahyang melaluinya
dengan baik.
b. Rasa nyeri
c. Gejala dan tanda penekanan
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensiourine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectumdapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluhlimfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
d. Infertilitas dan abortus
e. Kongesti vena
Ini disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah,
hemoroid, nyeri dan dyspareunia.
f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
g. Penekanan rahim yang membesar:
Terasa berat di abdomen bagian bawah
Gejala traktus urinarius (urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis)
Gejala intestinal (konstipasi dan obstruksi intestinal)
Terasa nyeri karena tertekannya saraf
4. Patofisiologi (terlampir)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahanuterus yang
berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratoriumyang perlu dilakukan
adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadarHb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaaan dengan USG
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuhke arah
kavum uteri pada pasien infertil.
MRI
6. Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mioma uteri ada tiga jenis, yaitu penanganan
secara konservatif, secara operatif dan secara radioperatif
a. Penanganan konservatif
Untuk mengobati mioma uterus dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis.
Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi
hialin di myometrium hingga uterus menjadi kecil.
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan
Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC
Pemberian zat besi
b. Pengananan operatif
Penganan operatif dapat dilakukan bila terdapat indikasi sebagai berikut:
Ukuran tumor lebih dari ukuran uterus 12-14 minggu
Pertumbuhan tumor cepat
Mioma subserosa bertangkai dan torsi
Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
Hipermenorea pada mioma submukosa
Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dapat dilakukan antara lain:
Enukleasi mioma
Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki
anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu disertai adanya
gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus,
misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara akstirpasi lewat
vagina
c. Penganan radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause . Radioterapi hendaknya hanya dilakukan apabila tidak ada keganasan pada
uterus.
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause. Maksud
dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
Daftar Pustaka
Achadiat, Chrisdiono M. 2004. ProsedurTetapObstetridanGinekologi. Jakarta : EGC
Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta
Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di Indonesia. Kursus Pra
kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001
Ida Bagus G. M., Prof, dr. IlmuKebidanan, PenyakitKandungandan KB. EGC. Jakarta. 1998
Mansjoer, dkk, (2000), KapitaSelektaKedokteran, Edisi 3, Jakarta.
Marilynn E.D. &Maryn M. RencanaPerawatan Maternal Bayi. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2001
Ralp, C Benson.,Mrtin L. 2008. BukuSakuObstetridanGinekologi. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar IlmuBedah, EdisiRevisi, EGC, Jakarta
Kista Ovari
1. Definisi
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan (Mardiana, 2000).
Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur atau ovum
(Prawiroharjo, 1999). Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kistoma ovari
merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat mengganggu fungsi normal
dari ovarium maupun saluran reproduksi lainya.
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui tetapi ada kista lain yang di
sebabkan karena radang dan akibat dari komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo, 1999), antara
lain :
a. Kista Folikel.
Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi namun tubuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah
pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi kista.
b. Kista Korpus Luteum. D
alam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans
kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum porsistens),
perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista dan berisi
cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
c. Kista Teka Lutein. Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju, tumbuhnya
kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin yang berlebihan dan dengan
hilangnya mola atau koreokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
d. Kista Inkulsi Germinal. Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinatikum pada permukaan ovarium.
e. Kista Endometrium. Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi di
ovarium.
f. Kista Stein Lavental. Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan
hormonal.
g. Kistoma Ovari Simplek. Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa kista ini suatu
jenis kistodenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubungan dengan
adanya tekanan cairan di dalam kista.
h. Kistadenoma Ovari Musinosim. Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti, ada
penulis yang berpendapat bahwa kista ini dari epitel germinatikum.
i. Kistadenoma Ovari Serosum. Kista ini berasal dari epitel germinatikum (permukaaan
Ovarium).
j. Kista Dermoid. Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.
3. Manifestasi Klinik
Tumor ovarium dapat memberi gejala karena besarnya, terdapat perubahan hormonal atau
penyakit yang terjadi, tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering di temukan secara
kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti (Manuaba, 1998). Gejala akibat tumor
ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :
a. Gejala akibat pertumbuhan.
Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah, sehingga mengakibatkan
penekanan kandung kemih yang dapat menimbulkan gejala gangguan miksi, selain itu
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edeme pada tungkai. Pada tumor yang
besar dapat terjadi tidak nafsu makan dan rasa sesak.
b. Gejala akibat pertumbuhan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi tumor
menimbulkan gangguan terhadap siklus menstruasi yang dapat berupa amenore dan
hipermenore
c. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.
- Perdarahan intra tumor.
- Putaran tungkai
- Terjadi infeksi pada tumor
- Robekan dinding kista.
- Perubahan keganansan. Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea
dan di atas usia 45 tahun (Manuaba, 1998).
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan kista ovarium adalah
a. Laparaskopi.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk mengetahui apakah sumber tumor berasal dari
ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifatsifat tumor itu.
b. Ultrasonografi.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kista Ovarium
a. Observasi Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama
1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau
dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
b. Terapi bedah atau operasi
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005: 23)
yaitu:
- Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan
- Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi.
Perawatan Post Operasi Menurut Johnson (2008)
perawatan post operasi yang perlu dilakukan antara lain:
- Perawatan luka insisi/post operasi Beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan antara lain
- Pemberian cairan Pada 24 jam pertama
- Diet Pemberian cairan perinfus
- Nyeri Dalam 24 jam pertama,
- Mobilisasi
- Kateterisasi
- Pemberian Obat-obatan antibotik
- Perawatan rutin
Daftar Pustaka
Johnson, R. 2008. Perawatan Pasca Bedah. Ari sulistyawati, Yogyakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.
Nugroho, Taufan. (2010). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Jogjakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan BinaPustaka.
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor