17
CA SERVIKS 1. Definisi Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara Rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. 2. Etiologi dan faktor resiko Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu : a. Usia > 35 tahun b. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebihbesar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. c. Aktivitas seksual tinggi dan sering berganti pasangan d. Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsangterjadinya kanker. e. Wanita yang merokok. f. Riwayat penyakit kelamin g. Paritas (jumlah kelahiran). h. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. i. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh) j. Ras

ginekologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

latar belakang ginekologi

Citation preview

Page 1: ginekologi

CA SERVIKS

1. Definisi

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah

skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis.

Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara Rahim

(uterus) dan liang senggama atau vagina.

2. Etiologi dan faktor resiko

Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :

a. Usia > 35 tahun

b. Usia pertama kali menikah.

Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan

seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebihbesar daripada mereka yang

menikah pada usia > 20 tahun.

c. Aktivitas seksual tinggi dan sering berganti pasangan

d. Penggunaan antiseptik.

Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun

deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsangterjadinya kanker.

e. Wanita yang merokok.

f. Riwayat penyakit kelamin

g. Paritas (jumlah kelahiran).

h. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama.

i. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)

j. Ras

Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari

AmerikaHispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang

sama dengan wargaAmerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi.

Page 2: ginekologi

3. Patofisiologi (terlampir)

4. Manifestasi Klinik

a. Setelah melakukan koitus atau pendarahan menstruasi lebih banyak atau timbul pendarahan

menstruasi lebih sering

b. Timbul pendarahan diantara siklus menstruasi

c. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bisa terjadi pendarahan spontan dan nyeri

pada rongga panggul

d. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan air seni

e. Nyeri pada pinggang bagian bawah

f. Keputihan

g. Pendarahan sesudah menopouse

5. Klasifikasi

Berikut adalah table stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO

Page 3: ginekologi

Tingkat Kriteria

O Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel : membrana basalis masih

utuh.

I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.

Ia Karsinoma mikro invasif; bila membrana basalis sudah rusak dan sel tumor

sudah memasuki stroma tak > 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam

pembuluh limfa atau pembuluh darah.

*) Kedalaman invasi 3 mm sebaiknya diganti dengan tak > 1 mm.

Ib occ: (I b occult = Ib yang tersembunyi); secara klinis tumor belum tampak sebagai

karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor telah

mengadakan invasi stroma melebihi Ia.

Ib: Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi

ke dalam stroma serviks uteri.

II Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas

vagina dan/ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.

IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor,

IIb Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai dinding

panggul.

III Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium

sampai dinding panggul;

IIIa Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametrium

tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.

IIIb Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas

infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau proses

pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa

rektum dan/atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah

terjadi metastasis keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh.

IVa Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa

rektum dan/kandung kemih.

IVb Telah terjadi penyebaran jauh.

Page 4: ginekologi

Tabel 2. Pembagian Tingkat Keganasan Menurut Sistem TNM

Tingkat Kriteria

T Tak ditemukan tumor primer

T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ)

T1 Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun adanya perluasan ke korpus

uteri).

T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan pemeriksaan

histologik

T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasif

T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding

panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, tetapi belum sampai 1/3

bagian distal.

T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium

T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium

T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau telah mencapai

dinding panggul (tak ada celah bebas antara tumor dengan dinding panggul).

NB : Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter karena

infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun pada

penemuan lain kasus itu seharusnya masuk kategori yang lebih rendah (T1

atau T2).

T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih, atau

meluas sampai di luar panggul. (Ditemukannya edema bullosa tidak cukup

bukti untuk mengklasifikasi sebatai T4).

T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan

secara histologik.

T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul.

NB : Pembesaran uterus saja belum ada alasan untuk memasukkannya sebagai

Page 5: ginekologi

T4.

NX Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+

ditambahkan untuk tambahan ada/tidak adanya informasi mengenai

pemeriksaan histologik, jadi : NX + NX -

N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi

N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-

cara diagnostik yang tersedia (misalnya limfografi, CT-scan panggul).

N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah

bebas infiltrat di antara masa ini dengan tumor.

M0 Tidak ada metastasis berjarakjauh,

M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas bifurkasio

arteri iliaka komunis

6. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan pap smear

b. Pemeriksaan DNA HPV

Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s smear untuk wanita

dengan usia di atas 30 tahun.

c. Biopsi

Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Biopsi dilakukan untuk mengetahui

kelainan yang ada pada serviks.Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil

biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja

(Prayetni, 1997).

d. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)

Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaanini

kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan

keterampilandan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni,

1997).

e. Tes Schiller

Page 6: ginekologi

Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan

membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.

Sedangkanpada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang

tidak berubahkarena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).

f. Radiologi

7. Penatalaksanaan

Tingkat Penatalaksanaan

0 Biopsi kerucut

Histerektomi transvaginal

Ia Biopsi kerucut

Histerektomi transvaginal

Ib, Iia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan

evaluasi kelenjar limef paraaorta (bila terdapat metastasis

dilakukan radioterapi pasca pembedahan)

Iib, III dan IV Histerektomi transvaginal

IV a dan IVb Radioterapi

Radiasi paliatif

Kemoterapi

Page 7: ginekologi

Daftar Pustaka

- Diananda R. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati.

- Donforte : Obstetri & Gynekologi, Penerbit Widya Medika

- Prayetni. 1997.Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Gangguan Sistem Reproduksi.

Pusdiknakes:Jakarta.

Myoma Uteri

1. Definisi

Mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk otot-otot

rahim disebut dengan mioma uteri (Achadiat, 2004).

2. Etiologi dan faktor resiko

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan

penyakit multifaktorial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:

a. Estrogen

b. Progesteron

c. Hormone pertumbuhan

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai

faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

a. Umur

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada

wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis

antara 35-45 tahun.

b. Paritas

c. Faktor ras dan genetic

Page 8: ginekologi

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma

uteri tinggi.

d. Fungsi ovarium

3. Manifestasi Klinik

a. Perdarahan abnormal

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini,antara lain adalah :

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium.

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang miomadiantara

serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darahyang melaluinya

dengan baik.

b. Rasa nyeri

c. Gejala dan tanda penekanan

Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan

retensiourine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada

rectumdapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

pembuluhlimfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

d. Infertilitas dan abortus

e. Kongesti vena

Ini disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah,

hemoroid, nyeri dan dyspareunia.

f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan

g. Penekanan rahim yang membesar:

Terasa berat di abdomen bagian bawah

Gejala traktus urinarius (urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis)

Gejala intestinal (konstipasi dan obstruksi intestinal)

Terasa nyeri karena tertekannya saraf

4. Patofisiologi (terlampir)

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

Page 9: ginekologi

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahanuterus yang

berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratoriumyang perlu dilakukan

adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadarHb. Pemeriksaaan lab lain

disesuaikan dengan keluhan pasien.

b. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaaan dengan USG

Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuhke arah

kavum uteri pada pasien infertil.

MRI

6. Penatalaksanaan

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mioma uteri ada tiga jenis, yaitu penanganan

secara konservatif, secara operatif dan secara radioperatif

a. Penanganan konservatif

Untuk mengobati mioma uterus dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis.

Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi

hialin di myometrium hingga uterus menjadi kecil.

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan

Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC

Pemberian zat besi

b. Pengananan operatif

Penganan operatif dapat dilakukan bila terdapat indikasi sebagai berikut:

Ukuran tumor lebih dari ukuran uterus 12-14 minggu

Pertumbuhan tumor cepat

Mioma subserosa bertangkai dan torsi

Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

Hipermenorea pada mioma submukosa

Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dapat dilakukan antara lain:

Enukleasi mioma

Histerektomi

Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.

Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki

anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu disertai adanya

gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.

Page 10: ginekologi

Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus,

misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara akstirpasi lewat

vagina

c. Penganan radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami

menopause . Radioterapi hendaknya hanya dilakukan apabila tidak ada keganasan pada

uterus.

Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)

Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum

Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause. Maksud

dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.

Daftar Pustaka

Achadiat, Chrisdiono M. 2004. ProsedurTetapObstetridanGinekologi. Jakarta : EGC

Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta

Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di Indonesia. Kursus Pra

kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001

Ida Bagus G. M., Prof, dr. IlmuKebidanan, PenyakitKandungandan KB. EGC. Jakarta. 1998

Mansjoer, dkk, (2000), KapitaSelektaKedokteran, Edisi 3, Jakarta.

Marilynn E.D. &Maryn M. RencanaPerawatan Maternal Bayi. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2001

Ralp, C Benson.,Mrtin L. 2008. BukuSakuObstetridanGinekologi. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar IlmuBedah, EdisiRevisi, EGC, Jakarta

Page 11: ginekologi

Kista Ovari

1. Definisi

Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan (Mardiana, 2000).

Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur atau ovum

(Prawiroharjo, 1999). Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kistoma ovari

merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat mengganggu fungsi normal

dari ovarium maupun saluran reproduksi lainya.

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui tetapi ada kista lain yang di

sebabkan karena radang dan akibat dari komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo, 1999), antara

lain :

a. Kista Folikel.

Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi namun tubuh terus

menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah

pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi kista.

b. Kista Korpus Luteum. D

alam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans

kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum porsistens),

perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista dan berisi

cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.

Page 12: ginekologi

c. Kista Teka Lutein. Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju, tumbuhnya

kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin yang berlebihan dan dengan

hilangnya mola atau koreokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

d. Kista Inkulsi Germinal. Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil

dari epitel germinatikum pada permukaan ovarium.

e. Kista Endometrium. Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi di

ovarium.

f. Kista Stein Lavental. Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan

hormonal.

g. Kistoma Ovari Simplek. Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya

bertangkai, sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa kista ini suatu

jenis kistodenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubungan dengan

adanya tekanan cairan di dalam kista.

h. Kistadenoma Ovari Musinosim. Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti, ada

penulis yang berpendapat bahwa kista ini dari epitel germinatikum.

i. Kistadenoma Ovari Serosum. Kista ini berasal dari epitel germinatikum (permukaaan

Ovarium).

j. Kista Dermoid. Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.

3. Manifestasi Klinik

Tumor ovarium dapat memberi gejala karena besarnya, terdapat perubahan hormonal atau

penyakit yang terjadi, tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering di temukan secara

kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti (Manuaba, 1998). Gejala akibat tumor

ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :

a. Gejala akibat pertumbuhan.

Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah, sehingga mengakibatkan

penekanan kandung kemih yang dapat menimbulkan gejala gangguan miksi, selain itu

tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edeme pada tungkai. Pada tumor yang

besar dapat terjadi tidak nafsu makan dan rasa sesak.

b. Gejala akibat pertumbuhan hormonal.

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi tumor

menimbulkan gangguan terhadap siklus menstruasi yang dapat berupa amenore dan

hipermenore

c. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.

- Perdarahan intra tumor.

Page 13: ginekologi

- Putaran tungkai

- Terjadi infeksi pada tumor

- Robekan dinding kista.

- Perubahan keganansan. Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea

dan di atas usia 45 tahun (Manuaba, 1998).

4. Patofisiologi

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan kista ovarium adalah

a. Laparaskopi.

Pemeriksaan ini dapat berguna untuk mengetahui apakah sumber tumor berasal dari

ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifatsifat tumor itu.

b. Ultrasonografi.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Kista Ovarium

a. Observasi Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama

1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau

dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).

b. Terapi bedah atau operasi

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005: 23)

yaitu:

- Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan

sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan

- Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan

laparatomi.

Perawatan Post Operasi Menurut Johnson (2008)

perawatan post operasi yang perlu dilakukan antara lain:

- Perawatan luka insisi/post operasi Beberapa prinsip yang perlu

diimplementasikan antara lain

- Pemberian cairan Pada 24 jam pertama

- Diet Pemberian cairan perinfus

- Nyeri Dalam 24 jam pertama,

- Mobilisasi

- Kateterisasi

Page 14: ginekologi

- Pemberian Obat-obatan antibotik

- Perawatan rutin

Daftar Pustaka

Johnson, R. 2008. Perawatan Pasca Bedah. Ari sulistyawati, Yogyakarta

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.

Nugroho, Taufan. (2010). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Jogjakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan BinaPustaka.

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor