47
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur. Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa dan bagaimana pengertian dari fraktur femur ? 2. Bagaimana etiologi dari fraktur femur ? 1 | Fraktur Femur

Fraktur Femur Jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nice

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa dan bagaimana pengertian dari fraktur femur ?

2. Bagaimana etiologi dari fraktur femur ?

3. Bagaimana klasifikasi dari fraktur femur ?

4. Bagaimana pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan dari fraktur femur ?

5. Bagimana asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur femur ?C. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literature, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan informasi penting dari berbagai sumber seperti buku buku perpustakaan dan website atau situs- situs internet yang terkait.BAB II

PEMBAHASANA. PENGERTIANFraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur leher femur pada anak-anak jarang ditemukan. Fraktur ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2 insiden tersering pada usia 11-12 tahun.Lebih dari 1/3 klien fraktur leher femur tidak dapat mengalami union terutama pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering terjadi pada fraktur dengan lokasi lebih ke proksimal. Ini disebabkan oleh vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak akurat, fiksasi yangb tidak adekuat , dan lokasi fraktur adalah intra artikular.

Fraktur intertrokanter femur. Pada beberapa keadaan, trauma mengenai daerah tulang femur. Fraktur daerah trokanter adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan minor. Fraktur ini bersifat ekstrartikular dan sering terjadi pada orang tua di atas usia 60 tahun . Fraktur trokanter terjadi bila klien jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat kominutif terutama pada korteks bagian postero-medial.

Fraktur subtrokanter dapat terjadi pada setiap usia dan biasanya akibat trauma yang hebat. Fraktur suprakondilar femur. Secara anatomis, daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma yang mengenai daerah femur terjadi karena adanya tekanan varus dan valgus disertai kekuatan aksial dan putaran sehingga dapat menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran pada fraktur terjadi karena tarikan otot. Oleh karenan itu padaterapi konservatif, lutut harus difleksi untuk menghilangkan tarikan otot.

Secarara klinis, biasanya ditemukan adanya riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan deformitas pada daerah suprakondilar. Pada pemerikasaan mungkin ditemukan adanya krepitasi.B. KLASIFIKASI

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.

Melalui kepala femur (capital fraktur)

Hanya di bawah kepala femur

Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

C. ETIOLOGI

Mekanisme fraktur.

Fraktur terjadi karena jatuh pada daerah trokanter, baik karena kecelakaan lalu lintas maupun jatuh dari tempat yang terlalu tinggi, seperti terpeleset di dalam kamar mandi ketika panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi.

Kapsul femur mendapat aliran darah dari tiga sumber sebagai berikut.

1. Pembuluh darah intramedular di dalam leher femur.

2. Pembuluh darah servikal asenden dalam retinakulum kapsul sendi.

3. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar.

Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intramedular dan pembuluh darah retinakulum selalu mengalami robekan apabila terjadi pergeseran fragmen. Fraktur transervikal adalah fraktur yang bersifat intrakapsuler dan mempunyai kapasitas yang sangat rendah dalam penyembuhan karena adanya kerusakan pembuluh darah, periosteum yang rapuh, serta hambatan dari cairan sinovial. Mekanisme trauma.

Trauma yang terjadi menyebabkan fraktur spiral apabila klien jatuh dengan posisi kaki melekat erat pada dasar sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur. Fraktur yang bersifat transversal dan oblik terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi. Fraktur diafisis femurdapat bersifat tertuitup atau terbuka, simpel, kominutif, atau segmental.

Pada umumnya klien adalah remaja sampai dewasa muda. Pada usia tersebutr klien lebih suka kebut-kebutan dengan kendaraan bermotor. Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin datang dalam keadaan syok. Dengan pemeriksaan radiologi, perawat dapat menentukan lokasi dan jenis fraktur.

D. PATOFISIOLOGIKomplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru, penumonia, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30 % klien fraktur yang disertai pergeseran dan 10 % klien fraktur yang tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal, kemungkinan terjadinya nekrosis avaskuler lebih besar.

Komplikasi dini.

Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur dialisis femur. Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan yang optimal apabila telah mengenal konsep anatomi, fisiologi, dan patofisiologi patah tulang.Komplikasi yang biasanya terjadi pada klien fraktur dialysis adalah sebagai berikut :

Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup.

Emboli lemak. Sering di dapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.

Trauma pembuluh darah besar . ujung fragmen tulang menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menyebabkan kontusio dan oklusi atau terpotong sama sekali.

Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari neuro praksia sampai aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.

Trombo-emboli. Klien yang menjalani tirah baring lama, misalnya distraksi ditempat tidur dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.

Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeksi dapat pula terjadi setelah tindakan operasi.

Komplikasi lanjut

Komplikasi fraktur diafisis femur hampir sama dengan komplikasi beberapa jenis fraktur lainnya. Oleh karena itu, setiap itu, perawat perlu memperhatikan dan mengetahui komplikasi yang biasa terjadi agar komplikasi tersebut dapat dikurangi atau di hilangkan. Padabeberapa situasi, perawat biasanya akan berhadapan dengan klien fraktur diafisis femur yang mengalami komplikasi lanjut. Perawat yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat mengidentifikasi kelainan yang timbul akibat komplikasi tahap lanjut dari fraktur diafisis femur.

Komplikasi yang sering terjadi pada klien fraktur diafisi femur adalah sebagai berikut :

Delayed union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam empat bulan.

Non-union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik, perawat perlu mencurigai adanya non-union. Oleh karena itu, diperlukan fiksasi internal dan bone graft.

Mal-union. Bila terjadi pergeseran kembali dua ujung fragmen, diperlukan pengamatan terus menerus selamat perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan. Mal-union juga menyebabkan pemendekan tungkai sehingga diperlukan koreksi berupa osteotomi. Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur, biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal. Refraktur. Terjadi apabila mobiliasasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.

E. TANDA DAN GEJALA

Nyeri hebat di tempat fraktur

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

Rotasi luar dari kaki lebih pendek

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.F. PEMERIKSAAN FISIK

Kaji adanya riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri pada daerah panggul terutama pada daerah inguinal depan. Ada nyeri dan pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi rotasi lateral.

Pengkajian. Anggota gerak bawah dalam keadaan rotasi eksterna dan memendek serta ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan.G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologiDengan pemeriksaan radiologi, kita dapat mengetahui jenis fraktur dan klasifikasinya serta menentukan jenis pengobatan dan prognosisnya. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal, oblik, atau spiral, dan sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam posisi fleksi, sedangkan fragmen distal dalam posisi aduksi dan bergeser ke proksimal.

2. X.Ray

3. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

4. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

5. CCT kalau banyak kerusakan otot.H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi konservatifPemasangan traksi dan gips panggul merupakan alternatif penatalaksanaan pada klien usia muda. Reduksi terbuka dan fiksasi internal merupakan pengobatan pilihan dengan mempergunakan plate dasn screw.

Fraktur diafisis femur. Salah satu trauma yang sering terjadi pada daerah femur adalah fraktur diafisis femur. Fraktur diafisis femur dapat terjadi pada setiap usia dan biasanya karena trauma hebat, misalnya kecelakaan lalau lintas atau jatuh dari ketinggian . femur diliputi oleh otot yang kuat. Otot ini merupakan proteksi untuk tulang femur. Akan tetapi, otot ini dapat juga berakibat buruk karena dapatmenarik fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur dapat pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur femur sering disertai dengan perdarahan masif. Hal ini harus selalu dipikirkan sebagai penyebab syok. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi terutama adalah fraktur yang bersifat kominutif dan segmental. Traksi ini menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis.Penatalaksanaan klien fraktur suprakondilar adalah sebagai berikut: Terapi konservatif. Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson, cast-bracing, dan spika panggul.

Macam-Macam Traksi1. Traksi Panggul

Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.

2. Traksi Ekstension (Bucks Extention)

Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.

3. Traksi Cervikal

Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.

4. Traksi Russells

Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.

Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

5. Traksi khusus untuk anak-anak

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

Terapi Operatif

Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada klien fraktur leher femur, baik orang dewasa muda maupun orang tua karena perlu dilakukan reduksi untuk hasil yang akurat dan stabil. Orang tua yang mengalami frakltur femur perlu dimobilisasi dengan cepat untuk mencegah komplikasi.

Jenis operasi yang biasa dilakukan pada klien fraktur femur adalah sebagai berikut : Pemasangan pin

Pemasangan plate dan screw

Artroplasti dilakukan pada klien usia diatas 55 tahun yang berupa aksisi artroplasti HerniartroplastiTerapi operatif dengan pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur, mempergunakan K-nail, AO-nail, atau jenis-jenis lain, baiki dengan operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail terutama adalah fraktur diafisis, fiksasi eksternal terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif, infected pseudoarthrosis, atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.Penatalaksanaan klien fraktur suprakondilar adalah sebagai berikut : Terapi operatif. Terapi ini dilakukan pada fraktur terbuka atau fraktur yang mengalami pergeseran dan tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phroc dare screw dengan berbagai macam tipe yang tersedia.

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama dengan manifestasi klinis fraktur umum tulang panjang, seperti nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremtas bawah karena kontraksi otot yang melekt di atas dan di bawah tempat fraktur, krepitasi, pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma dan perdarahan pada fraktur. Tanda-tanda tersebut baru terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

1. Anamnesis

Identitas klien, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosis medis.

Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri klien, perawat dapat menggunakan PQRST.

Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah trauma pada bagian paha.

Quality of pain : klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.

Region, Radiation, Relief : nyeri yang terjadi di bagian paha yang mengalami patah tulang. Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat.

Severity (scale) of pain : secara subjektif, nyeri yang dirasakan klien antara 2-4 pada rentang skala pengukuran 0-4.

Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

Riwayat penyakit sekarang. Kaji kronologi terjadinya trauma, yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah pernah ke dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.

Riwayat penyakit dahulu. Penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit tulang dan penyakit paget menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki snagat berisiko mengalami osteomielitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

Riwayat penyakit keluarga. Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa ketururnan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.

Riwayat psikososialspiritual. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun masyarakat

Dalam tahap pengkajian, perawat juga perlu mengetahui pola-pola fungsi kesehatan dalam proses keperawatan klien fraktur femur.

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Klien fraktur akan merasa takut terjadi kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien, seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengonsumsian alkohol, yang dapat mengganggu keseimbangan klien, dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.

Pola persepsi dan konsep diri. Dampak yang timbul pada klien fraktur adalahtimbul ketakutan akan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).

Pola sensori dan kognitif. Daya raba klien fraktur terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu, timbul nyeri akibat fraktur.

Pola penanggulangan stress. Pada klien fraktur timbul rasa cemas akan keadaan dirinya, yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yangditempuh klien dapat tidak efektif.

Pola tata nilai dan keyakinan. Klien fraktur tidak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, terutama frekuensi dan konsentrasi dalam beribadah. Hal ini, dapat disebabkan oleh nyeri dan keterbatasan gerak klien.2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status general) atau mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).

Keadaan umum. Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien : (apatis, sopor, koma,gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan klien), kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut), tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan local, baik fungsi maupun bentuk.

B1 (Breathing). Pada pemeriksaan system pernapasan, didapatkan bahwa klien fraktur femur tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ditemukan suara napas tambahan.

B2 (Blood). Inspeksi :tidak ada iktus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iktus teraba. Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

B3 (Brain).

Tingkat kesadaran, biasanya kompos mentis.

Kepala

: tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala.

Leher

: tidak ada gangguan, yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada.

Wajah

: wajah terlihat menahan sakit, dan bagian wajah lain tidak terlihat mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wajah simetris, tidak ada lesi dan edema.

Mata

: tidak ada gangguan, seperti konjuntiva tidak anemis (pada klien dengan patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien fraktur terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya mengalami konjungtiva anemis.

Telinga

: tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

Hidung

: tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Mulut dan faring: tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental : observasi penampilandan tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.

Pemeriksaan saraf kranial :

Saraf I. pada klien fraktur femur, fungsi saraf I tidak ada kelainan. Fungsi penciuman tidak ada masalah.

Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.

Saraf III, IV, VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokor.

Saraf V. Klien fraktur femur umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea tidak ada kelainan.

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.

Saraf VIII. Tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokledomastoedius dan trapezius.

Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

Pemeriksaan reflex. Biasanya tidak didapatkan refleks-refleks patologis. Pemeriksaan sensorik. Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu, timbul nyeri akibat fraktur. B4 ( Bladder ). Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Biasanya klein fraktur femur tidak mengalami kelainan pada sistem ini.

B5 ( Bowel ). Inspeksi abdomen : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : Turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidak teraba. Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi : peristaltik usus normal 20 kali /menit. Inguinal-genitalia-anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, dan tidak ada kesulitan BAB.

Pola nutrisi dan metabolisme. Klien fraktur harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari- hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klein dapat membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium dan protein. Nyeri pada fraktur menyebabkan klien kadang mual- muntah sehingga pemenuhan nutrisi menjadi berkurang.

Pola eliminasi. Untuk kasus fraktur femur , klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi. Meskipun demikian, perawat perlu mengkaji frekwensi, konsistensi, serta warna dan bau feses pada pola eliminasi alvi. Selain itu, perawat perlu mengkaji frekwensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah pada pola eliminasi urine. Pada kedua pola ini juga dikaji adanya kesulitan atau tidak. B6 ( Bone ). Adanya fraktur pada femur akan menggangu secara lokal, baik fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah.

Look. Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu di sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema dan nyeri tekan. Perhatikan adanya pembengkakan yang tidak biasa ( abnormal ) dan deformitas. Perhatikan adanya sindrom kompartemen pada bagian distal fraktur femur. Apabila terjadi fraktur terbuka, perawat dapat menemukan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai kerusakan integritas kulit. Fraktur oblik, spiral, atau bergeser mengakibatkan pemendekan batang femur. Ada tana-tanda cedera dan kemungkinan keterlibatan berkas neurovaskuler ( saraf dan pembuluh darah ) paha, seperti bengkak atau edema. Pengkajian neuromuskular awal sangat penting untuk membedakan antara trauma akibat cedera dan komplikasi akibat penanganan. Selain itu, didapatkan ketidakmampuan menggerakkan tungkai dan penurunan kekuatan otot tungkai dalam melakukan pergerakan.

Pada keadaan tertentu, klien fraktur femur sering mengalami sindrom kompartemen pada fase awal setelah patah tulang. Perawat perlu mengkaji apakah adanya pembengkakan pada tungaki atas dapat mengganggu sirkulasi darah ke bagian bawahnya. Terjebaknya otot, saraf, lemak dan pembuluh darah dalam sindrom kompartemen memerlukan perghatian perawat secara khusus agar organ di bawah paha tidak mengalami penurunan suplai darah atau nekrosis. Tanda khas sindrom kompartemen pada fraktur femur adalah perfusi yang tidak baik pada bagian distal, seperti jari-jari kaki, tungkai bawah pada sisi fraktur bengkak, adanya keluhan nyeri pada tungkai, dan timbulnya bula yang banyak menyelimuti bagian bawah fraktur femur.

Feel. Kaji adanya nyeri tekan ( tenderness ) dan krepitasi pada daerah paha.

Move. Setelah dilakukan pemeriksaan feel, pemeriksaan dilanjutkan dengan menggerakan ekstremitas, kemudian perawat mencatat apakah ada keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan rentang gerak ini perlu dilakukan agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik nol ( posisi netral ), atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak ( mobilitas ) atau tidak. Gerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan adanya gangguan/keterbatasan gerak tungkai, ketidakmampuan menggerakan kaki, dan penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah dalam melakukan pergerakan.

Pola aktivitas. Karena timbul rasa nyeri , gerak menjadi terbatas. Semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan klien memerlukan banyak bantuan dari orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien karena beberapa pekerjaan berisiko terjadinya fraktur.

Pola tidur dan istirahat. Semua klien fraktur merasakan nyeri dan geraknya terbatas sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu, dilakukan pengkajian lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur, dan penggunaan obat tidur.B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Masalah keperawatan utama pada fraktur femur, baik fraktur terbuka maupun tertutup adalah sebagai berikut.

1. Nyeri b/d pergerakan fragmen tulang, konfensasi saraf, cedera neuromuskular, trauma jaringan, dan refleks spasme otot sekunder.

2. Hambatan mobilitas fisik b/d diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, dan pemasangan traksi.3. Kerusakan integritas kulit b/d adanya luka post operasi.4. Defisit keperawatan diri b/d kelemahan neuromuskular dan penurunan kekuatan paha.5. Ansietas b/d krisis situasional, akan menjalani oprasi, status ekonomi, dan perubahan fungsi peran. 6. Resiko tinggi trauma b/d kerusakan mobilitas fisik dan pemasangan traksi.7. Risiko tinggi infeksi b/d adanya port de entree luka oprasi pada paha.C. RENCANA KEPERAWATANRencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu, karena setiap individu memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.

Dx 1 :

Nyeri akut yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, konfensasi saraf, cedera neuromuskular, trauma jaringan, dan refleks spasme otot sekunder.

Tujuan perawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..X. diharapkan :

Nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.

Kriteria hasil : Ds : Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri.

Do : Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-10 atau teratasi.

IntervensiRasional

Mandiri

1. Kaji nyeri dengan skala 0-4

2. Atur posisi imobilisasi pada paha

3. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus

4. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif

5. Ajarkan relaksasi : teknik-teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi itensitas nyeri. Tingkatkan relaksasi masase.

6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

7. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalnya waktu tidur, belakang tubuh klien dipasang bantal kecil

8. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan hubungan dengan beberapa lama nyeri akan berlangsung

9. Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien 30 menit setelah pemberian obat analgesik untuk mengkaji efektivitasnya dan 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.

Kolaborasi

10. Pemberian analgesik

11. Pemasangan traksi kulit atau traksi tulang

12. Operasi untuk pemasangan fiksasi internalMandiri

1. Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera.

2. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada daerah paha

3. Nyeri di pengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama.

4. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya efektif dalam mengurangi nyeri

5. Teknik ini akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang

6. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan

7. Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan

8. Pengetahua tentang sebab-sebab nyeri membantu mengurangi nyeri. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepatuahan klien terhadap rencana terapeutik

9. Dengan pengkajian yang optimal, perawat akan mendapatkan data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

Kolaborasi

10. Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

11. Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang

12. Fiksasi internal dapat membantu imobilisasi fraktur femur sehingga pergerakan fragmen berkurang.

Dx 2 :

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, dan pemasangan trasi

Tujuan perawatan : Setelah dilakukan tindakan selam X.. diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, dan klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan

mobilitas.

IntervensiRasional

Mandiri

1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik

2. Atur posisi imobilisasi pada paha

3. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit

4. Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi

Kolaborasi

5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klienMandiri

1. Mengetahui tingakat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

2. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha

3. Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

4. Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

Kolaborasi

5. Kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

Dx 3 :

Kerusakan integritas kulit b/d adanya luka post operasi.

Tujuan perawatan : Setelah dilakukan tindakan selam X.. diharapkan kerusakan integritas kulit dapat teratasi.Kriteria hasil :

Tidak ditemukannya adanya keloid.

IntervensiRasional

Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi dan pruritus Gunakan krim kulit/ minyak sesuai yang direkomendasikan oleh dokter Diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering, perlu untuk mempertahankan aktifitas

Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.

Untuk meliarkan kulit dan menurunkan gatal Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan hemoroid

Dx 4 :

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular dan penurunan kekuatan paha

Tujuan perawatan: Setelah dilakukan tindakan selama .X.. perawatan diri klien dapat terpenuhi

Kreteria hasil: Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan , dan mengidintifikasi individu/masyarakat yang dapat membantu

IntervensiRasional

1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dallam skala0-4 untuk melakukanaktifitas hidup sehari-hari

2. Hindari apa yang tidak dapat di lakukan klien dan bantu bila perlu

3. Ajak klien untuk berpikir positif terhadap kelemahan yang dimilikinya. Barikan klien motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, dan berikan umpan balik positif atas usahanya

4. Rencanakan tindakan untuk mengurangi pergerakan pada sisi paha yang sakit, seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan pasien

5. Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan meningkatkan latihan

1. Membantu dalam mangantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individu

2. Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien

3. Klien memerlukan empati. Perawat harus mampu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien intervensi trsebut dapat meningkatkan harga diri, memandirikan klien, dan menganjurkan klien untuk terus mencoba

4. Klien akan mudah mengambil peralatan yang di perlukan karena lebih dekat dengan lengan yang sehat

5. Meningkatkan latihan dapat membantu mencegah konstipasi

Dx 5 :

Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani oprasi, status ekonomi, dan perubahan fungsi peran

Tujuan perawatan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .X ansietas hilang atau berkurang

Kreteria hasil: Klien mengenal perasaannya,dapat menidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhi dan menyatakan ansietas berkurang/hilang

IntervensiRasional

1. Kaji tanda verbal dan non verbal ansietas, dampingi klien dan lakukan tindakan bila klien menunjukkan perilaku merusak

2. Hindari konfrontasi

3. Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi ansietas beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.4. Tingkatkan kontrol sensasi klien

5. Orientasikan klien terhadap tahap-tahap prosedur oprasi dan aktivitas yang di harapkan

6. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan ansietasnya

7. Berikan privasi pada klien dan orang terdekatnya1. Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah

2. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah menurunkan kerja sama dan mungkin memperlambat penyembuhan

3. Mengurangi rangsangan eksternal tidak perlu

4. Kontrol sensasi klien (dalam mengurangi ketakutan) dengan memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan umpan balik yang positif

5. Orientasi tahap-tahap prosedur oprasi dapat mengurangi ansietas

6. Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak di ekspresikan

7. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan , menghilangkan ansietas dan perilaku adaptasi adanya keluarga dan teman-teman yang di pilih klien untuk melakukan aktivitas dengan pengalihan perhatian (mis; membaca) akan mengurangi perasaan terisolasi

Dx 6 :

Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik dan pemasangan traksi

Tujuan perawatan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam ..X. resiko tidak terjadi

Kreteria hasil: Klien mampu berpartisipasi dalam pencegahan trauma. Traksi dapat efektif di laksanakan

IntervensiRasional

Mandiri

1. Pertahankan imobilisasi pada daerah paha

2. Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral

3. Pantau keadaan traksi

4. Kesinambungan traksi

5. Tali traksi tulang

6. Posisi anatomis paha klien

7. Tali tidak boleh macet

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian obat anti biotik

9. Evaluasi tanda dan gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri edema, demam1. Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya

2. Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan

3. Kontraindikasi harus di pertahankan agar traksi tetap efektif. Umunya berat badan klieen dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi4. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif

5. Traksi skelet tidak boleh terputus karena akan memudahkan trauma pada tulang

6. Pemberat tidak boleh di ambil, kecuali bila dimaksudkan intermiten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultan tarikan harus di hilangkan. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi di pasang

7. Simpul pada tali atau katrol tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.Kolaborasi

8. Antibiotik bersifat bakterisida/bakteriostatik untuk membunuh/menghambat perkembangan kuman

9. Menilai perkembangan masalah klien

Dx 7 :

Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya port de entree luka oprasi pada paha

Tujuan perawatan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .X.. infeksi tidak terjadi selama perawatan

Kriteria hasil : Klien mengenal faktor-faktor resiko, mengenal tindakan pencegahan/mengurangi faktor resiko infeksi dan menunjukkan/mendemonstrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan lingkungan yang aman

IntervensiRasional

Mandiri

1. Kaji dan pantau luka oprasi setiap oprasi

2. Lakukan perawatan luka secara steril

3. Pantau dan batasi kunjungan

4. Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi.bantu program latihan

Kolaborasi

5. Berikan antibiotik sesuai indikasi

1. Mendeteksi secara dini gejala-gejala inflamasi yang mungkin timbul sekunder akibat adanya luka pasca oprasi

2. Teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kotaminasi kuman

3. Mengurangi resiko kontak infeksi dari orang lain

4. Menunjukkan kemampuaan secara umum, kekuatan otot, dan merangsang pengembalian sistem imun

5. Satu atau beberapa agens diberikan yang bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi

D. IMPLEMENTASIImplementasi disesuaikan dengan intervensiE. EVALUASIHasil yang diharapakan terjadi setelah mendapat intervensi keperawatan pada pasien fraktur femur, meliputi hal-hal berikut :

1. Nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.2. Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.3. Perawatan diri klien dapat terpenuhi.4. Ansietas hilang atau berkurang.

5. Resiko trauma tidak terjadi.6. Resiko infeksi tidak terjadi.BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULANFraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.

Melalui kepala femur (capital fraktur)

Hanya di bawah kepala femur

Melalui leher dari femur2. Fraktur Ekstrakapsuler;

Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada klien dengan fraktur femur adalah pemeriksaan radiologi, X.Ray, Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans, Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler, CCT kalau banyak kerusakan otot.

Penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan untuk klien fraktur adalah terapi konservatif dan terapi operatif.

B. SARAN

Semoga karya tulis ini dapat membantu kita semua,besar harapan penulis bahwa karya tulis ini dapat membantu kita semua dalam proses belajar. Penulis mohom maaf apabila terdapat penulisan dan pemilihan kata. Penulis berharap kritik dan saran dalam penulisan makalah ini.DAFTAR PUSTAKAArief Mansjoer,dkk.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3 jilid 1. Jakarta: Penerbit Media Esculapius FKUI..

Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kindersley, Dorling. 2005. Pertolongan Pertama Untuk Anak. Jakarta : Gramedia.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, Jakarta.: ed.3.EGC,

Muttaqin,Arif. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

32 | Fraktur Femur