86
PELAKSANAAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MELALUI TENAGA HONORER DI PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh : JEVRI AVIYANTO 20030610114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2009

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH …thesis.umy.ac.id/datapublik/t6239.pdf · untuk melengkapi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar tingkat Sarjana pada Fakultas Hukum

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PELAKSANAAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI

SIPIL MELALUI TENAGA HONORER DI PEMERINTAH

KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

JEVRI AVIYANTO

20030610114

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2009

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PELAKSANAAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI

NEGERI SIPIL MELALUI TENAGA HONORER

DI PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

Disusun Oleh :

Jevri Aviyanto 20030610114

Usulan penelitian ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing

pada tanggal 26 Januari 2009

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Bagus Sarnawa, SH., M.Hum Beni Hidayat, SH NIP. 260006276 NIK. 153 030

  ii

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PELAKSANAAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI

NEGERI SIPIL MELALUI TENAGA HONORER

DI PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

Skripsi ini telah dipertahankan Dihadapan Dosen Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Hari/tanggal : Sabtu, 31 Januari 2009

Pukul : 11.00 WIB

Tempat : Ruang HAN

Yang terdiri dari :

Ketua

Johan Erwin I, S.H., MH. Anggota Anggota

Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum Beni Hidayat, S.H NIP. 260006276 NIK. 153 030

Mengesahkan Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

H. Muhammad Endriyo Susila, SH., MCL.NIK. 153 042

  iii

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Alhamdulilah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Pelaksanaan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil

Melalui Tenaga Honorer Di Pemerintah Kabupaten Sleman” untuk diajukan

untuk melengkapi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar tingkat Sarjana pada

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih

jauh dari sempurna, hal tersebut mengingat sangat terbatasnya pengetahuan yang

dimiliki penulis. Untuk itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun akan

penulis terima dengan senang hati, sehingga benar-benar dapat memenuhi harapan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua. Ayah & Bunda yang membesarkan dan mendidik ananda

dengan disiplin keagamaan dan moralitas serta kasih sayang.

2. Bapak H. Muhammad Endriyo Susila, SH., MCL. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah

3. Bapak Bagus Sarnawa, SH, M.Hum, selaku Pembimbing I, yang telah dengan

penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

  iv

4. Bapak Beni Hidayat, SH, selaku Pembimbing II, yang telah dengan penuh

kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

5. Semua Dosen-dosen yang telah memberikan ilmu, petunjuk dan bimbingannya

selama ini.

6. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari sebagai manusia tidak luput dari kekurangan dan

keterbatasan dalam pembuatan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran akan

diterima dengan lapang dada untuk perbaikannya. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Januari 2009

Penulis

Jevri Aviyanto

  v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL DI INDONESIA ....................................................... 7

A. Pegawai Negeri Sipil .................................................................. 7

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil ............................................. 7

2. Jenis-jenis Pegawai Negeri Sipil ............................................ 8

3. Fungsi dan Tugas Pegawai Negeri Sipil................................ 10

4. Kedudukan, Kewajiban dan Hak-hak Pegawai Negeri Sipil 11

B. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ......................................... 22

C. Manajemen Sumber Daya Manusia........................................... 24

  vi

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 32

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 32

B. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 32

C. Lokasi Penelitian ......................................................................... 34

D. Narasumber dan Responden ...................................................... 34

E. Teknik Analisis Data.................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 35

A. Gambaran Umum Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Sleman ....................................................................... 35

B. Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Melalui

Tenaga Honorer di Pemerintah Kabupaten Sleman...................... 42

C. Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan

pengangkatan calon pegawai negeri sipil melalui tenaga

honorer di Pemerintah Kabupaten Sleman .................................. 68

BAB V PENUTUP......................................................................................... 71

A. Kesimpulan .................................................................................. 71

B. Saran ............................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

  vii

DAFTAR TABEL Tabel 1. CPNS dari Tenaga Honorer Tahun 2007 .............................................. 47 Tabel 2 Petugas Pendafataran dan Informasi .................................................... 58 Tabel 3 Petugas Penelitian Berkas ..................................................................... 58 Tabel 4 Petugas Pengumpul berkas ................................................................... 59 Tabel .5 Petugas Entry data................................................................................ 59 Tabel 6 Petugas penyimpanan berkas .............................................................. 60

  viii

DAFTAR PERTANYAAN

Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman

1. Bagaimanakah prosedur pengangkatan CPNS di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Sleman ?

2. Apakah dasar hukum pelaksanaan pengangkatan PNS dari tenaga honorer ?

3. Apakah syarat-syarat secara administrasi bagi tenaga honorer yang diangkat

menjadi CPNS ?

4. Berapakah jumlah tenaga honorer yang telah diangkat menjadi CPNS Tahun

2007 ?

5. Apakah yang menjadi pertimbangan utama dalam pengangkatan CPNS dari

tenaga honorer?

6. Apakah faktor yang mendukung dalam pelaksanaan pengangkatan calon

pegawai negeri sipil melalui tenaga honorer ?

7. Apakah faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pengangkatan calon

pegawai negeri sipil melalui tenaga honorer ? dan Bagaimana upaya mengatasi

hambatan tersebut ?

Responden CPNS

1. Sudah berapa lamakah Anda menjadi tenaga honorer di Kabupaten Sleman ?

2. Bagaimanakah pendapat Anda tentang mekanisme pengangkatan CPNS dari

tenaga Honorer ?

3. Bagaimanakah menurut Anda syarat-syarat bagi tenaga honorer yang akan

diangkat menjadi CPNS?

4. Apakah faktor yang mendukung dalam mekanisme pengangkatan CPNS dari

tenaga honorer?

5. Apakah faktor yang menghambat dalam mekanisme pengangkatan CPNS dari

tenaga honorer?

  ix

MOTTO

Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya. Ketulusannya sesuai kadar

kemanusiaannya. Keberaniannya sesuai dengan kadar kepekaannya

akan kehormatan dirinya.

(Ali Bin Abi Thalib)

Orang yang kuat menciptakan lingkungan. Orang yang lemah harus menyesuaikan

diri dengan lingkungan. Berhentilah menanti datangnya Al-Mahdi, personifikasi

keadilan dan kemakmuran. Bangkit dan ciptakan dia.

(Muhammad Iqbal)

Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda Tiada kesuksesan tanpa perjuangan

Melestarikan nilai - nilai lama yang baik, dan mengembangkan

hal - hal baru yang dinilai lebih baik

(Antoni)

  x

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

• Kedua orang tua. Ayah & Bunda yang

membesarkan dan mendidik ananda dengan

disiplin keagamaan dan moralitas serta kasih

sayang.

• Kakakku dan Adikku tercinta

• Almamater

  xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas

umum pemerintahan dan tujuan pembangunan nasional. Sosok Pegawai Negeri

Sipil yang mampu memainkan peran tersebut adalah Pegawai Negeri Sipil

dengan kompetensi yang diindikasikan dari sikap dan perilakunya yang penuh

dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Negara, bermoral dan bermental baik,

profesional, sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang pelayan publik

serta mampu sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

Membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas merupakan

salah satu tuntutan jaman, di samping tuntutan untuk membenahi kualitas

pelaksanaan kerja dan mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas.

Dari segi inilah diperlukan kepedulian tiap Pegawai Negeri Sipil dalam

kedudukannya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi

masyarakat, terhadap peningkatan kualitas diri dan mutu kinerjanya.

Pengelolaan sumber daya manusia dalam lingkungan birokrasi

pemerintahan diberlakukan pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang berdasar

pada sistem karier dan sistem prestasi kerja. Peran pembinaan administratif

secara terpusat dilakukan oleh suatu lembaga yang disebut Badan Kepegawaian

Negara (BKN). Hal ini sebagai perwujudan Pasal 34 Undang–Undang Nomor 8

1

2

Tahun 1974 tentang Pokok–Pokok Kepegawaian, yang terakhir diubah menjadi

Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas UU No 8

Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Badan Kepegawaian Negara

mempunyai kewenangan mengatur dan menyelenggarakan administrasi

kepegawaian, mengandung nilai strategis bagi hak dan kewajiban pegawai

negeri sipil di Indonesia.1

Pembinaan PNS dimaksud dilakukan dengan berbagai bentuk kegiatan

dan tindakan, antara lain kenaikan pangkat, penggajian dan kesejahteraan,

promosi jabatan, pendidikan dan pelatihan, disiplin, maupun penghargaan.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara rutin setahun sekali

diharapkan dapat memberi informasi prestasi kerja yang selanjutnya dapat

memotivasi para pegawai untuk meningkatkan prestasi kerja di masa

berikutnya. Dengan demikian jelas bahwa salah satu fungsi dan tujuan dalam

pengelolaan sumber daya manusia adalah memotivasi karyawan/pegawai.

Pemotivasian itu sendiri secara sistematis diantaranya dilakukan melalui

penilaian kinerja/prestasi kerja (performance appraisal).

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, baik pada

pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, sebagian dilakukan oleh tenga

honorer. Di antara tenaga honorer tersebut ada yang telah lama bekerja kepada

pemerintah dan keberadaannya sangat dibutuhkan oleh pemerintah. Mengingat

masa bekerja mereka sudah lama dan keberadaannya sangat dibutuhkan oleh

1 Sukamto Satoto, 2004, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, Yogyakarta, CV. Hanggar Kreator, hlm 19.

3

pemerintah, dalam kenyataannya sebagian tenaga honorer tersebut telah berusia

lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun dan berdasarkan peraturan perundang-

undangan tidak dapat diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, maka bagi

mereka perlu diberikan perlakuan secara khusus dalam pengangkatan menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun

2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri

Sipil, bagi tenaga honorer yang berusia paling tinggi 46 (empat puluh enam)

tahun dan telah bekerja 20 (dua puluh) tahun atau lebih, dapat diangkat menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil, setelah melalui seleksi administratif, disiplin,

integritas, kesehatan, dan kompetensi.

Dalam penjelasan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2005

tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil,

yang dimaksud dengan :

a. Disiplin dan integritas adalah bahwa selama menjadi tenaga honorer

melakukan tugasnya dengan baik dan disipilin serta mempunyai integritas

tinggi yang dibuktikan dengan surat pernyataan oleh atasan langsungnya

serta disahkan kebenarannya oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau

pejabat lain yang ditunjuk sekurang-kurangnya pejabat struktural eselon II.

b. Kesehatan adalah tenaga honorer tersebut sehat jasmani dan rohani yang

dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter.

Tenaga honorer penyandang cacat tidak berarti yang bersangkutan tidak

sehat jasmani dan rohani. Apabila dokter menyatakan bahwa yang

bersangkutan sehat jasmani dan rohani, dapat diangkat menjadi Calon

4

Pegawai Negeri Sipil sepanjang memenuhi persyaratan dalam Peraturan

Pemerintah ini dan dapat melaksanakan tugas jabatan yang akan dibebankan

kepadanya.

c. Kompetensi adalah bahwa tenaga honorer tersebut mempunyai pendidikan,

kecakapan, keahlian, atau keterampilan yang sesuai dengan jabatan yang

akan diduduki.

Selanjutnya bagi tenaga honorer yang telah bekerja kurang dari 20 (dua

puluh) tahun, pengangkatannya menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil selain

melalui seleksi administratif, disiplin, integritas, kesehatan, dan kompetens,

mereka juga diwajibkan mengisi/menjawab daftar pertanyaan mengenai

pengetahuan tata pemerintahan/kepemerintahan yang baik antar sesama tenaga

honorer yang pelaksanaannya dilakukan terpisah dari pelamar umum yang bukan

tenaga honorer.

Pengangkatan tenaga CPNS dari tenaga honorer di Kabupaten Sleman

berdasarkan surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : K.26-30/V.129-

4/99 tanggal 29 Agustus 2007, dan Surat Kepala BKN Nomor : K 26-30/ V 163-

1/49 tanggal 11 Oktober 2007 telah ditetapkan nama-nama tenaga honorer usia

kritis yang akan mengisi formasi tahun 2005 dan tenaga honorer yang akan

mengisi formasi tahun 2007. Sebagai tindak lanjut surat tersebut, Pemerintah

Kabupaten Sleman telah mengusulkan sebanyak 618 orang dengan rincian :

sebanyak 12 orang untuk mengisi formasi Tahun 2005 sekaligus disampaikan SK

CPNSnya dan 606 untuk mengisi Formasi Tahun 2007. Dari jumlah tersebut

untuk Formasi Tahun 2007 yang telah disampaikan sejumlah 571 orang dan 6

5

orang untuk disampaikan hari ini sedang 29 orang masih dalam proses verifikasi

oleh BKN.Untuk Formasi Tahun 2005 Surat Keputusan Calon Pegawai Negeri

Sipil berlaku terhitung mulai tanggal 1 April 2006 dan untuk Formasi Tahun

2007 berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008.

Selanjutnya Calon Pegawai Negeri Sipil tersebut ditempatkan di berbagai

instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman, diantaranya Dinas

Kesehatan, Dinas P3BA, Dinas Kimpraswil dan Hub, Dinas Pertanian dan

Kehutanan, Kantor Pengelolaan Pasar Daerah, Kantor Perpustakaan dan Arsip

Daerah, Kec. Sleman, Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD. Pemerintah

Kabupaten Sleman pada tahun 2008 ini akan melakukan penerimaan CPNS

sebanyak 530 orang. Dari jumlah tersebut, 187 orang yang diterima berasal dari

pegawai honorer, 12 orang adalah sekretaris desa yang prosesnya langsung

diangkat menjadi PNS. Sedangkan sisanya, sebanyak 331 formasi diperuntukkan

pelamar umum dengan jalur tes. Formasinya, 219 orang untuk tenaga pendidikan,

65 orang tenaga kesehatan dan 47 orang untuk tenaga teknis.2

Berdasarkan latar belakang di atas dimana dalam seleksi pengangakatan

tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil melalui seleksi baik

administrasi dan lain-lain maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan pengangkatan calon pegawai negeri sipil melalui tenaga honorer di

Pemerintah Kabupaten Sleman.

2 Kedaulatan Rakyat, Formasi CPNS tahun 2008 Kabupaten Sleman sebanyak 530 orang, 26/08/2008

6

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pelaksanaan pengangkatan calon pegawai negeri sipil melalui tenaga

honorer di Pemerintah Kabupaten Sleman sudah sesuai dengan peraturan yang

berlaku?

2. Faktor apakah yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pengangkatan calon

pegawai negeri sipil melalui tenaga honorer di Pemerintah Kabupaten

Sleman ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan pengangkatan calon pegawai

negeri sipil melalui tenaga honorer di pemerintah kabupaten sleman

2. Untuk menemukan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengangkatan

calon Pegawai Negeri Sipil melalui tenaga honorer di pemerintah Kabupaten

Sleman

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Untuk memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan hukum, khususnya

Hukum Administrasi Negara.

2. Manfaat praktis

Memberikan masukan dalam pelaksanaan pengangkatan calon pegawai negeri

sipil melalui tenaga honorer di pemerintah Kabupaten Sleman

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN

PEGAWAI NEGERI DI INDONESIA

A. Tinjauan Tentang Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Pegawai Negeri

Dalam pengetahuan Hukum Kepegawaian ada beberapa pendapat yang

perlu dikemukakan tentang pengertian Pegawai Negeri, yang pertama menurut

pendapat “Kranenburg-Vegting” bahwa untuk membedakan Pegawai Negeri

dengan Pegawai lainnya dilihat dari sistem pengangkatannya untuk menjabat

dalam dinas publik. Menurut pendapat dari Kranenburg-Vegting yaitu:

“Pegawai Negeri adalah pejabat yang ditunjuk, jadi tidak termasuk yang

memangku jabatan mewakili (Vertengen Woordgendefuntie) seperti

anggota parlemen seorang Menteri, seorang Presiden dan sebagainya”.3

Menurut kamus Bahasa Indonesia W.J.S Purwadarminta, merumuskan

pengertian “Pegawai” berarti:

“Orang yang bekerja untuk pemerintah (perusahaan dan sebagainya)

“Sedangkan “Negeri” berarti “Negara” atau “Pemerintah”. Jadi Pegawai

Negeri adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara”.4

Pengertian Pegawai Negeri menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 43

Tahun 1999, tentang Undang-undang Pokok Kepegawaian adalah sebagai berikut:

3. Muchsan, 1982, Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil, Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta, hal.5 4. Rozali Abdullah, 1986, Hukum Kepegawaian, Edisi I Cetakan Pertama, Rajawali, Jakarta, hal 13.

7

8

“Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang

telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi

tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku”.

Dari uraian Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian, dijelaskan bahwa ada empat unsur yang harus

dipenuhi agar dapat disebut sebagai Pegawai Negeri yaitu:

1. Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang

3. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau tugas negara

4. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. Jenis-jenis Pegawai Negeri

Pasal 2 Undang-undang No. 43 Tahun 1999 jenis Pegawai Negeri dibagi

menjadi tiga yaitu :

Pasal 2 ayat (1) : Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Ayat (2) : Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,

terdiri dari:

9

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Ayat (3) : Disamping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat Pegawai tidak

tetap.

Penjelasan dari Pasal 2 ayat (2) sebagai berikut:

Ad.1. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai

Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara dan bekerja pada departemen, lembaga pemerintah

Non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,

Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, kepaniteraan

pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara

lainnya.

Ad.2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Yang dimaskud dengan pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai

Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

bekerja pada pemerintah daerah, atau dipekerjakan di luar instansi

induknya.

Penjelasan dari Pasal 2 ayat (3) sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan Pegawai Tidak Tetap adalah Pegawai yang diangkat

untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan

10

pembangunan yang bersifat teknis profesional dan adminsitrasi sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak

berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.

Namun demikian, dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang

diperbantukan di luar instansi induknya, maka gajinya dibebankan pada

instansi yang menerima perbantuan.

3. Fungsi dan Tugas Pegawai Negeri Sipil

Fungsi Pegawi Negeri Sipil sebagai:

a. Aparatur Negara;

b. Abdi Negara; dan

Tugas Pegawai Negeri Sipil adalah:

a. Menyelenggarakan tugas negara;

b. Menyelenggarakan tugas pemerintahan; dan

c. Menyelenggaran tugas pembangunan.

Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara bertugas membantu presiden

sebagai kepala pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, tugas

melaksankaan peraturan perundangan dan ditaati oleh masyarakat. Di dalam

melaksanakan peraturan perudangan pada umumnya, kepada Pegawai Negeri

diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat harus secara profesional, jujur, adil

dan merata.

4. Kedudukan, Kewajiban dan Hak-hak Pegawai Negeri

11

a. Kedudukan Pegawai Negeri

Memang harus diakui bahwa sepanjang sejarah, kedudukan dan peran

Pegawai Negeri Sipil sangat penting dan menentukan, karena Pegawai

Negeri Sipil adalah salah satu pelaksana pemerintahan untuk

menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan melancarkan tugas-tugas

pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional.

Perlu disadari bahwa kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan Aparatur

Negara oleh karena itu harus disadari bahwa Pegawai Negeri Sipil yang

sempurna merupakan salah satu faktor penentu bagi kesempurnaan aparatur

negara.

Mengenai masalah kedudukan Pegawai Negeri ini dirumuskan dalam

UU No. 43 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi:

“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, secara

profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara,

pemerintahan dan pembangunan.

Dalam penjelasan Pasal di atas dijelaskan bahwa Pegawai Negeri tidak

hanya menjalankan fungsi pemerintahan secara umum, tetapi juga harus

mampu melaksanakan fungsi pembangunan. Dengan kata lain pemerintah

tidak hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan tetapi juga harus mampu

menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat

banyak.

12

b. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Mengenai kewajiban Pegawi Negeri Sipil diatur dalam UU No. 43 Tahun

1999 dari Pasal 4 sampai dengan Pasal 6 yang berbunyi:

Pasal 4 : Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila,

Undang-undang Dasar 1945, Negara dan pemerintah, serta wajib

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pasal 5 : Setiap Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang

dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran,

dan tanggung jawab.

Pasal 6 ayat (1) : Setiap Pegawi Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan

ayat (2) : Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia

jabatan kepada dan atasan perintah pejabat yang

berwajib atas kuasa undang-undang.

Kewajiban-kewajiban yang harus ditaati oleh setiap Pegawai Negeri Sipil

adalah.5

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar

1945, Negara dan pemerintah.

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan, diri

sendiri atau pihak lain.

5 Rozali Abdullah, 1986, Hukum Kepegawaian, Rajawali, Jakarta, hlm 74-75.

13

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah dan

Pegawai Negeri Sipil.

d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan

sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perudang-undangan yang

berlaku.

e. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-

baiknya.

f. Memperhatikan dan melaskanakan segala ketentuan pemerintah, baik

yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku

secara umum.

g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan penuh

pengabdian, kesabaran dan tanggung jawab.

h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan

negara.

i. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan

kesatuan korps Pegawi Negeri Sipil.

j. Segera melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang

dapat yang membahayakan atau merugikan negara/pemerintah, terutama

dibidang keamanan, keuangan dan material.

k. Mentaati ketentuan jam kerja.

l. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.

m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan

sebaik-baiknya.

14

n. Memberi pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut

bidang tugasnya masing-masing

o. Bertindak dan bersikap tegas tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahan.

p. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya

q. Menjaga dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap

bawahan

r. Mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya

s. Memberi kesempatan kepada bawahan umtuk mengembangkan karirnya

t. Mentaati peraturan perundang-undangan tentang perpajakan

u. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan

santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan terhadap

atasan.

v. Hormat-menghormati antar sesama warga negara yang memeluk

agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan.

w. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat

x. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan

yang berlaku.

y. Mentaati perintah kedinasan dari atas yang berwenang

z. Memberikan dan menyelesaikan sebaik-baiknya setiap laporan yang

diterima mengenai pelanggaran disiplin.

c. Hak-hak Pegawai Negeri Sipil

15

Ada beberapa hak-hak Pegawai Negeri Sipil yang diatur dalam

Undang-undang No. 43 Tahun 1999 dari Pasal 7 sampai dengan Pasal 10.

Hak-hak Pegawi Negeri Sipil

1. Hak untuk memperoleh gaji

2. Hak untuk cuti

3. Hak untuk pensiun

4. Hak untuk mendapatkan perawatan, tunjangan cacat, uang duka.

Ad.1. Hak untuk memperoleh gaji

Untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan Pegawai

Negeri, dalam undang-undang ditegaskan bahwa Pegawai negeri

berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja

dan tanggung jawabnya untuk itu negara dan pemerintah wajib

mengusahakan dan memberikan gaji yang adil sesuai standar yang

layak kepada Pegawai Negeri.

Gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja

Pegawai Negeri yang bersangkutan.

Di dalam Pasal 7 UU No. 43 Tahun 1999 diatur mengenai gaji

Pegawai Negeri yaitu:

Pasal 7 ayat (1) : Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang

adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan

tanggung jawabnya.

16

Ayat (2): Gaji yang diterima oleh Pegai Negeri harus

mampu memacu produktivitas dan manajemen

kesejahteraannya.

Ayat (3) : Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan

dnegan Peraturan Pemerintah.

Pada umumnya sistem penggajian dapat digolongkan dalam 2

(dua) sistem. Yaitu sistem skala tungal dan sistem skala ganda. Sistem

skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang

sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang

memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung

jawab pekerjaannya. Sistem skala ganda adalah sistem penggajian

yang menentukan besarnya gaji bukan saja didasarkan pada pangkat,

tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi

kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya.

Selain kedua sistem penggajian tersebut dikenal juga sistem

penggajian ketiga yang disebut sistem skala gabungan, yang

merupakan perpaduan antara sistem skala tunggal sistem skala ganda.

Dalam sistem skala gabungan, gaji pokok ditentukan sama bagi

Pegawai Negeri yang berpangkat sama, disamping itu diberikan

tunjangan kepada Pegawai Negeri yang memikul tanggung jawab yang

lebih berat, prestasi yang tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu

yang sifatnya memerlukan pemutusan perhatian dan pengerahan

tenaga secara terus-menerus.

17

Ad. 2. Hak Untuk Cuti

Di dalam Pasal 8 UU No. 43 Tahun 1999 disebutkan bawha:

“Setiap Pegawi Negeri berhak atas cuti”.

Yang dimaksud dengan cuti adalah tidak masuk kerja yang diijinkan

dalam jangka waktu tertentu. Dalam rangka usaha untuk menjamin

kesegaram jasmani dan rohani serta untuk kepentingan Pegawai

Negeri perlu diatur pemberian cuti.

Cuti Pegawai Negeri terdiri dari:

a. Cuti Tahunan

b. Cuti Besar

c. Cuti Sakit

d. Cuti Bersalin

e. Cuti karena Alasan Penting

f. Cuti di luar Tanggungan Negara

a. Cuti Tahunan

Cuti tahunan adalah hak Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja

sekurang-kurang 1 (Satu) tahun secara terus menerus dan lama cuti

tahunan ini adalah 12 (dua belas) hari kerja.

b. Cuti Besar

Cuti besar adalah hak pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja

sekarang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus dan lamanya

cuti besar 3 (tiga) bulan.

Bagi Pegawai Negeri yang menjalani cuti besar, tidak berhak lagi

atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan. Cuti besar diberikan

18

secara tertulis oleh pejabat yang berwenang, atas permintaan Pegawai

Negeri Sipil yang bersangkutan yang disampaikan secara tertulis. Cuti

besar paling lama untuk masa 2 (dua) tahun, cuti besar dapat digunakan

oleh Pegawai Negeri yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban

agama, seperti menunaikan ibadah haji.

c. Cuti Sakit

Setiap Pegawai negeri Sipil yang sakit dnegan ketentuan sebagai berikut:

1. Sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti sakit, dengan

ketentuan pegawai yang bersangkutan harus memberitahukan kepada

atasannya.

2. Sakit selama lebih dari 2 (dua ) hari sampai 4 (empat) hari, berhak atas

cuti sakit, dengan ketentuan pegawai yang bersangkutan harus

mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang

memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.

3. Bagi yang menderita sakit lebih dari empat (empat) hari berhak atas

cuti sakit, dengan ketentuan pegawai yang bersangkutan harus

m,engajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang

berwenang memberikan cuti, dengan melampirkan surat keterangan

dokter yang ditunjuk oleh Menetri kesehatan.

4. Pegawai Negeri Sipil wanita yang mengalami gugur kandungan berhak

atas cuti sakit paling lama satu setengah bulan, untuk mendapatkan

cuti Pegawai Negeri wanita yang bersangkutan mengajukan

19

permintaan secara tertulis kepada yang berwenang memberikan cuti,

dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.

5. Pegawai Negeri Sipil yang mengalami kecelakaan dalam atau karena

menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga ia perlu mendapatkan

perawatan, berhak cuti sakit sampai ia sembuh dari penyakitnya.

Selama menjalani cuti sakit ini pegawai yang bersangkutan tetap

menerima penghasilan penuh.

d. Cuti Bersalin

Pegawai Negeri Sipil wanita yang melahirkan anak pertama,

kedua dan ketiga berhak atas cuti bersalin. Sedangkan untuk melahirkan

anak keempat diberi cuti diluar tanggungan negara. Lamanya cuti bersalin

ini dalan 1 (Satu) bulan sebelum melahirkan dan 2 (dua) bulan sesudah

melahirkan, cuti bersalin ini berdasarkan permohonan tertulis dari

Pegawai negeri Sipil yang bersangkutan.

e. Cuti karena Alasan Penting

Cuti karena alasan penting diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil, karena:

1) Ibu, Bapak, Istri/Suami, anak, adik, kakek, nenek, mertua atau

menantu sakit keras atau meninggal dunia.

2) Salah seorang tersebut di atas meninggal dunia dan menurut ketentuan

hukum yang berlaku, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus

mengurus hak-hak dari anggota keluarga yang meninggal dunia itu.

3) Melangsungkan perkawinan pertama

4) Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian dengan Kepres.

20

Lamanya cuti ini ditentukan oleh pejabat yang berwenang memberikan

cuti, untuk waktu yang paling lama 2 (dua) bulan.

f. Cuti di Luar Tanggungan Negara

Cuti di luar tanggungan negara bukan merupakan hak bagi

setiap pegawai Negeri Sipil, cuti di luar tanggungan negara ini hanya

diberikan karena ada alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak.

Cuti ini hanya dapat diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang

telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terus menerus, untuk

diberikan waktu paling lama 3 (tiga) tahun. Apabila ada alasan-alasan

yang penting, cuti ini dapat diperpanjang lagi 1 (satu) tahun.

Dalam menjalani cuti diluar tanggungan negara ini Pegawai Negeri

Sipil yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya, dan jabatan yang

lowong itu dapat segera diisi oleh Pegawai Negeri Sipil lainnya.

Ad.3. Hak Untuk Pensiun

Mengenai hak pensiun Pegawai dan pensiun janda/duda pegawai

diberikan sampai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa

pegawai Negeri Sipil selama bekerja selama bertahun-tahun bekerja dalam

dinas pemerintahan.

Pensiunan adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap

pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada

negara. Pada pokoknya adalah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk

berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk ini setiap pegawai negeri wajib

21

menjadi peserta dari sesuatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh

pemerintah. Karena pensiun bukan saja sebagai memberikan hari tua, tetapi

juga adalah sebagai balas jasa, maka pemerintah memberikan sumbangannya

kepada pegawai negeri. Iuran pensiun negeri dan sumbangan pemerintah

tersebut dipupuk dan dikelola oleh badan asuransi sosial.

Hal tersebut di atas diatur dalam Pasal 10 UU No. 43 tahun 1999 disebutkan

bahwa:

“Setiap pegawai negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

berhak atas pensiun.

Syarat-syarat pokok untuk menetapkan hak pensiun adalah:

a. Telah mempunyai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun.

b. Memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)

tahun.

c. Telah diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri.

Ad.4. Hak untuk mendapatkan perawatan, tunjangan cacat dan uang duka

Bahwa dalam menjalankan tugas kewajiban selalu ada kemungkinan

bahwa pegawai negeri mengalami resiko. Apabila seorang pegawai negeri

mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya,

maka ia berhak memperoleh perawatan dan segala biaya perawatan

ditanggung oleh negara.

Untuk pegawai negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam

dan karena menjalankan tugas kewajiban yang mengakibatkan ia menderita

22

cacat jasmani atau cacat rohani mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi

dalam jabatan apapun juga, berdasarkan dokter penguji tersendiri, maka

disamping pensiun yang berhak diterimanya, kepadanya diberikan tunjangan

bulanan yang memungkinkan dapat hidup dengan layak.

Pejelasan dari hal tersebut di atas terdapat dalam Pasal 9 UU No. 43

Tahun 1999 disebutkan bahwa:

Pasal 9 ayat (1) : Setiap pegawai negeri yang ditimpa oleh sesuatu

kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas

kewajiban, berhak memperoleh perawatan.

Ayat (2) : Setiap pegawai negeri yang menderita cacat jasmani

atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat

bekerja lagi dalam jabatan apapun juga, berhak

memperoleh tunjangan.

Ayat (3) : Setiap pegawai negeri yang tewas, keluarganya berhak

memperoleh uang duka.

B. Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48

tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai

Negeri Sipil menyatakan bahwa tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk

melaksanakan tugas tertentu wpada instansi pemerintah atau yang penghasilannya

23

menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

tenaga tertentu pada instansi pemerintah.

Pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

diprioritaskan bagi yang melaksanakan tugas sebagai :

a. Tenaga guru;

b. Tenaga kesehatan pada unit pelayanan kesehatan;

c. Tenaga penyuluh di bidang pertanian, perikanan, peternakan; dan

d. Tenaga teknis lainnya yang sangat dibutuhkan pemerintah.

Pengangkatan tenaga honorer didasarkan pada usia dan masa kerja

sebagai berikut :

a. Tenaga honorer yang bekerja paling tinggi 46 (empat puluh enam) tahun

dan mempunyai masa kerja 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara terus

menerus.

b. Tenaga honorer yang berusia paling tinggi 46 (empat puluh enam) tahun

dan mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun atau lebih sampai dengan

kurang dari 20 (dua puluh) tahun secara terus-menerus.

c. Tenaga honorer yang berusia paling tinggi 40 (empat puluh) tahun dan

mempunyai masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih sampai dengan kurang

dari 10 (sepuluh) tahun secara terus-menerus.

24

b. Tenaga honorer yang berusia paling tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun dan

mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih sampai dengan kurang

dari 5 (lima) tahun secara terus-menerus.

Pengangkatan tenaga honorer pada prinsipnya memprioritaskan

tenaga honorer yang berusia paling tinggi dan/atau mempunyai masa kerja

lebih banyak. Pengangkatan tenaga honorer ilakukan secara objektif dan

transparan. Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, semua Pejabat

Pembina Kepegawaian dan pejabat lain di lingkungan instansi, dilarang

mengangkat tenaga honorer atau yang sejenis, kecuali ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Untuk pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer

menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil dibentuk Tim Koordinasi tingkat

Nasional dan Tim Tingkat Instansi. Biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan

pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun

Anggaran 2005 sampai dengan Tahun Anggaran 2009 dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

C. Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Manajemen sumber daya manusia

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu cabang dari

manajemen yang khusus untuk sumber daya manusia.

Menurut Edwin B. Fillipe;

“ Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaaan, pengembangan, pemberian

25

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya

manusia agar tercapai tujuan organisasi, dan masyarakat.6

Menurut Harvey dan Bowin;

“Kegiatan / aktivitas yang berusaha / bertujuan untuk menarik, membangun,

memotivasi, dan menjalin tenaga kerja yang berperforma tinggi di dalam

sebuah organisasi..7

Definisi lainnya menurut M. Beer, B. Specter, P. Lawrence, D.Q. Mills;

“Bisa diartikan sebagai program, politik, dan praktek-praktek untuk mengatur

dan mengorganisasikan tenaga kerja.8

Dengan kata lain, aktivitas yang dilakukan merangsang mengembangkan,

memotivasi, dan memelihara kinerja yang tinggi di dalam organisasi.

Lebih lanjut lagi menurut Marihot T.E Hariandja berdasarkan

beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa SDM dengan

keseluruhan penentuan dan pelaksana berbagai aktivitas, policy, dan program

yang bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja, pengembangan, dan

pemeliharaan dalam usaha meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan

efektifitas organisasi dengan cara yang etis dan sosial dapat

dipertanggungjawabkan. Aktivitas berarti melakukan berbagai kegiatan.9

Misalnya melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan,

pengarahan, analisis jabatan, rekruitmen, seleksi, orientasi, memotivasi, dan

lain-lain. Menentukan berbagai policy sebagai arah tindakan seperti lebih

6 Edwin B. Fillipe dalam T. Tani Handoko, 1998, Manajemen Personalia Dan Sumber Daya

Manusia, Yogyakarta; BPFE, hlm 3 7 Harvey dan Bowin dalam Marihot T.E Hariandja, manajemen SDM, Jakarta; Grasindo, 20002, hlm 2 8 M. Beer, B. Spector, P. Lawrence, D.Q. Mills dan R. Walton, ibid 9 Marihot Tua Efendi Hariandja, ibid, hal 3

26

mengutamakan sumber dari dalam untuk mengisi jabatan yang kosong,

memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mengisi jabatan dan lain-

lain, dan program seperti melakukan program-program latihan dalam aspek

metode yang dilakukan, orang yang terlibat, dan lain-lain. Secara etis dan

sosial dapat dipertanggungjawabkan artinya semua aktivitas dilakukan

dengan tidak bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat yang

berlaku.

2. Kebijakan kepegawaian

Kebijakan merupakan suatu keputusan yang telah diambil untuk

mengatasi suatu masalah yang terjadi melalui institusi yang terkait. Pegawai

negeri sipil adalah seseorang yang bekerja di sebuah institut pemerintah. Dari

pengertian diatas maka kebijakan kepegawaian merupakan keputusan

pemerintah daerah yang di dalamnya terdapat aturan-aturan mengenai tugas,

kewajiban dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kepegawaian.

3. Administrasi Kepegawaian

Administrasi kepegawaian dapat diartikan bermacam-macam, antara

lain sebagai berikut:

Suatu seni untuk memilih pegawai-pegawai baru dan memperkerjakan

pegawai-pegawai lama sedemikian rupa, sehingga diperoleh atau dicapai hasil

dan pelayanan yang sebesar-besarnya, baik mengenai mutu maupun mengenai

jumlah dari tenaga kerja itu.10

10 Inu Kencana Syafiie, Djamaluddin Tandjung, Supardan Modeong, Ilmu administrasi publik, Jakarta;

Rineka cipta, 1997

27

Sebagai suatu seni untuk memperoleh, mengembangkan dan

memelihara tenaga kerja yang cakap sedemikian rupa, sehingga fungsi-fungsi

dan tujuan-tujuan organisasi dapat dilaksanakan dengan efisiensi tinggi dan

penghematan yang sebesar-besarnya.

Selain dari itu, secara administrasi kepegawaian juga dapat

didefinisikan sebagai berikut;

1. Keseluruhan urusan yang berhubungan dengan sumber manusia dalam

organisasi.

2. Segenap proses penggunaan tenaga manusia sejak penerimaan hingga

pemberhentian.

3. Segenap aktifitas yang berhubungan dengan masalah penggunaan tenaga

kerja dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Administrasi kepegawaian adalah administrasi yang berhubungan dengan

segala persoalan pegawai.

5. Administrasi kepegawaian adalah aktifitas-aktifitas mengikuti

perkembangan tugas organisasi dan menyesuaikan tenaga kerja organisasi

itu kepadanya secara seimbang.11

Dalam sebuah administrasi publik ada suatu mitos “The Right man on

the right place” atau menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat.

Dengan begitu seseorang ditempatkan sesuai kemampuan dan porsinya.

Tetapi adakalanya di suatu negara atau pemerintah daerah yang menempati

suatu jabatan bukanlah seorang yang tepat. Penempatannya pada suatu

11 Moekijat, kamus kepegawaian, Bandung; PT Bale, 1987, hal 142-243

28

jabatan karena pengaruh presurre atau spoil system, yaitu pengisian jabatan-

jabatan tertentu dengan anggota keluarga sendiri dari pejabat yang berwenang

mengangkat. Selain itu juga penempatan jabatan karena berdasarkan ikatan

primodial seperti pengaruh kedaerahan misalnya. Hal semacam itu, yang

paling sering melanda daerah-daerah di Indonesia, terlebih di era otonomi

daerah seperti sekarang ini. Tiap institusi pemerintah daerah berbondong-

bondong merekrut anak asli daerah, walaupun kapabilitasnya masih belum

teruji.

4. Rekruitmen

Pengadaan atau rekruitmen pegawai merupakan salah satu hal yang

paling penting dan kruisal dalam suatu administrasi kepegawaian. Perekrutan

diartikan sebagai proses penarikan sejumlah calon yang berpotensi untuk

diseleksi menjadi pegawai, menurut William B. Werthner, jr dan Keith

Davis.12

Perekrutan menjadi sangat penting sebab sebagai awal dari kegiatan

untuk mendapatkan pegawai yang tepat untuk mengisi jabatan yang kosong,

hal ini menjadi sangat penting, khususnya ketika supply sumber daya

manusia terbatas, walaupun untuk kasus seperti ini jarang terjadi terutama

dalam sebuah perekrutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

mengisi tempat pekerjaan yang kosong.

12 William B. Werthner, jr and Keith Davis, dalam Marihot Tua Efendi Hariandja, ibid, hal 96-97

29

1. Metode perekrutan

Ada 2 metode perekrutan yakni metode sumber internal dan eksternal.13

a. Metode perekrutan sumber internal

Calon internal diperoleh dengan cara, pimpinan organisasi atau

pihak yang berwenang merekrut pegawai baru, memberikan atau

menominasikan beberapa orang sebagai calon untuk dipromosi.

Metode ini bersifat tertutup, dimana pegawai tidak mengetahui jabatan

yang kosong dengan jelas, sehingga pegawai yang memiliki

persyaratan tidak memiliki kesempatan untuk melamar secara formal.

Metode ini bersifat tertutup. Kelemahannya adalah munculnya aspek-

aspek nepotisme, kelebihannya yanki lebih cepat dan penghematan

biaya.

Metode lain yang menjadi kebalikan metode ini adalah

metode terbuka yaitu organisasi mengumumkan jabatan yang kosong

secara luas sehingga memberi kesempatan yang luas bagi calon

pendaftar. Kelebihan cara ini lebih banyak calon dan kelemahannya

banyak biaya.

b. Metode perekrutan sumber external

1) Walk-in and write external

Walk in adalah diamana pelamar dimungkinkan mendatangi

perusahaan untuk menyampaikan keinginannya menjadi pegawai, dan

write-in dilakukan melalui surat lamaran.

13 Marihot Tua Efendi Hariandja, ibid, hal 109-110

30

2) Employe referral (rekomendasi pegawai)

Pendekatan ini melakukan penarikan calon pegawai melalui

rekomendasi yang sudah ada, dengan harapan para pekerja sangat

mengenal orang-orang yang memiliki profesi dan potensi untuk

melakukan yang sama.

3) Advertising (iklan)

Pendekatan ini melakukan penarikan calon pegawai baru

melalui pengiklanan, baik melalui media masa maupun elektronik

dengan cara menginformasikan jabatan, persyaratan, dan

keuntungannya. Cara ini disebut wants-ads. Keuntungan dari

pendekatan ini dapat menjangkau wilayah yang luas. Akan tetapi

kelemahannya, seperti akan didapatkannya banyak pelamar untuk

pekerjaan yang menarik dan akan sedikit untuk pekerjaan yang

kurang populer.

Dari kedua model perekrutan diatas, menurut penulis, didalam

organisasi pemerintah daerah dalam perekrutan pegawai baru, hanya

model perekrutan internal saja yang dijadikan metode perekrutan

pegawai baru.

2. Seleksi

Seleksi merupakan proses untuk pegawai yang tepat dari

sekumpulan calon pegawai yang didapat melalui proses perekrutan.14

Sebagaimana halnya rekruitmen, seleksi merupakan kegiatan yang

14 Marihot Tua Efendi Hariandja, Ibid, hal 111-112

31

sangat penting sebab hasil yang didapat dari perekrutan tidak menjamin

bahwa seluruh calon yang direkrut sesuai dengan instansi. Disamping

itu, seleksi juga tidak hanya berarti memilih pegawai yang tepat dilihat

dari sudut pandang instansi, tetapi juga dari sudut pegawai yang

memilih instansi yang sesuai dengan keinginannya.

Adapun dalam pelaksanaan seleksi harus memperhatikan beberapa

faktor, yaitu :

(1) Job relatedness, mengacu pada pertimbangan apakah alat atau

prosedur seleksi berhubunan dengan tuntutan kerja yang akan

dilakukan bilamana pegawai tersebut diterima, atau apakah

prosedur dan alat seleksi mempunyai validitas, yaitu dapat

mengukur atau meramalkan pengetahuan, ketrampilan, dan

kemampuan.

(2) Utility, mengacu pada pertimbangan antara keuntungan yang didapat

dengan biaya yang dikeluarkan.

(3) Legalty, yaitu mempertimbangkan beberapa tes yang dilarang oleh

undang-undang

(4) Practicality, yaitu mudah untuk dilakukan dan tidak memakan

banyak waktu.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum sosiologis atau

empiris yang mencakup penelitian terhadap identifikasi hukum tidak tertulis, serta

proses interaksi sosiologis masyarakat dalam penerapan hukum.1

B. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh di lapangan secara langsung mengenai

masalah yang diteliti dengan wawancara terbuka yaitu teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung oleh penulis

kepada para narasumber dan responden dengan

2. Data Sekunder

Yaitu mengumpulkan, menghimpun dan kemudian mempelajari serta

meneliti bahan hukum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, terdiri

dari :

1) Bahan hukum primer, yaitu :

a) Undang-Undang Dasar 1945

b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

1 Tim Penyusun, 2007, Pedoman Penelitian dan Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. hlm. 4

32

33

c) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi

Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003

d) Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan

Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan perturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002

e) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang

Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

f) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2005

tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai

Negeri Sipil sebagaimana dirubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga

Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

2) Bahan hukum sekunder, yaitu :

a) Buku-buku tentang kepegawaian

b) Literatur-literatur yang sesuai dengan masalah yang diteliti

3) Bahan hukum tersier, yaitu :

Badan hukum yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan sekunder, terdiri dari Kamus Umum Bahasa Indonesia

dan Kamus-kamus Hukum Indonesia.

34

C. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian di Kabupaten Sleman

D. Narasumber

a. Kepala Daerah Kabupaten Sleman selaku Pembina Kepegawaian Daerah

Kabupaten Sleman

b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman

E. Tehnik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan ilmu

pengetahuan hukum.

1. Metode Analisis

Adapun yang dimaksud dengan deskriptif adalah menggambarkan secara jelas

keadaan senyatanya mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan kualitatif yaitu menganalisis data yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti kemudian dipilih berdasarkan pemikiran yang

logis. Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif

yaitu pola berfikir yang didasarkan pada hal yang bersifat umum kemudian

ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Selain itu juga digunakan metode

pendekatan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan analisis dan

pendekatan kasus yang bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah

hukum yang dilakukan dalam praktik hukum dalam hal ini adalah peranan

pemerintah daerah dalam pengelolaan pajak daerah di Kabupaten Sleman.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BKD Kabupaten Sleman

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor : 12 Tahun 2000, Bagian

Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman berubah menjadi Kantor

Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman. Berdasarkan Keputusan Bupati

Sleman Nomor : 05/Kep.KDH/2001 tentang Struktur Organisasi, Penjabaran

Tugas Pokok dan Fungsi, serta Tata Kerja Kantor Kepegawaian Daerah.

Kantor Kepegawaian Daerah berkedudukan sebagai unsur penunjang

Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretariat Daerah.

Kantor Kepegawaian Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam

penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang pengelolaan kepegawaian

daerah.

Fungsi Badan Kepegawaian Daerah adalah Perumusan kebijakan teknis di

bidang pengelolaan kepegawaian daerah dan pemberian pelayanan penunjang

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Struktur organiasi BKD Kabupaten

Sleman terdiri dari Kepala Kantor, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Penempatan

Pegawai, Seksi Perencanaan dan Pengembangan Karier Pegawai, Seksi

Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, dan Seksi Bina Pegawai, Kelompok

Jabatan Fungsional. Kantor Kepegawaian Daerah berlokasi di Jalan Merapi,

Beran, Tridadi, Sleman.

35

36

Semenjak tahun 2003 Kantor Kepegawaian Daerah berubah menjadi

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman. Dasar Hukumnya adalah

Perda Nomor : 12 Tahun 2003 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan

Daerah Kabupaten Sleman Nomor : 12 Tahun 2000 tentang Organisasi

Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman maka ditetapkan Keputusan

Bupati Nomor : 38/Kep.KDH/A/2003 tentang Struktur Organisasi, Penjabaran

Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah.

Kedudukannya sebagai Unsur Penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin

oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Visi:

“Instansi yang Mampu Mengelola Manajemen Kepegawaian untuk

Mewujudkan Sumberdaya Aparatur yang Berkualitas dan Profesional”

Misi:

1. Melaksanakan pengelolaan ketatausahaan kepegawaian ;

2. Melaksanakan perencanaan dan pengembangan karier PNS ;

3. Melaksanakan Pendidikan dan pelatihan ;

4. Melaksanakan mutasi Pegawai Negeri Sipil ;

5. Melaksanakan pembinaan sikap moralitas aparatur dan pengelolaan

kesejahteraan pegawai ;

Melaksanakan pengelolaan administrasi kegiatan organisasi.

37

Tugas Pokok BKD adalah membantu Bupati dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah dibidang pengelolaan kepegawaian daerah. BKD

mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan kepegawaian daerah ;

b. Pemberian pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.

Sesuai Keputusan Bupati Sleman Nomor 38/Kep.KDH/A/2003 tentang

Struktur Organisasi, Penjabaran Tugas dan Fungsi serta tata kerja Badan

Kepegawaian Daerah seperti dalam penjelasan di bawah ini :

1. Kepala Badan

Kepala BKD mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

melaksanakan manajemen PNS. Untuk menyelenggarakan tugas pokok

tersebut, Kepala BKD mempunyai fungsi, diantaranya :

a. Penyiapan penyusunan peraturan perundang-undangan daerah bidang

kepegawaian sesuai standar dan prosedur yang ditetapkan pemerintah;

b. Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan,

dan pemberhentian PNS sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang

ditetapkan peraturan perundang-undangan;

c. Pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan,

dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional

sesuai dengan norma, standar dan prosedur yang ditetapkan peraturan

perundang-undangan.

38

2. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan

administrasi ketatausahaan surat menyurat, urusan rumah tangga, hubungan

masyarakat dan protokol, pengelolaan kepegawaian dan keuangan, pengadaan

perlengkapan dan perawatan materiil penyusunan rencana program kerja,

ketatalaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta urusan umum lainnya. Untuk

menyelenggarakan tugas pokok tersebut, bagian ini mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan koordinasi penyusunan program kerja, pemantauan dan

evaluasi serta pelaporan kegiatan BKD

b. Penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang pengembangan,

mutasi dan pembinaan PNS;

c. Perencanaan kegiatan pengembangan, mutasi dan pembinaan PNS.

2.1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan

yang meliputi ketatalaksanaan, urusan rumah tangga, kearsipan,

dokumentasi, evaluasi dan pelaporan serta urusan kepegawaian BKD.

2.2. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai

tugas pokok melaksanakan pengumpulan dan penyusunan rencana

program kerja, pelaksanaan program kerja, pengelolaan adminsitarsi dan

perbendaharaan keuangan, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan.

39

3. Bidang Pengembangan Pegawai

Bidang Pengembangan Pegawai mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyusunan rencana program, penelitian, pengkajian, pengolahan data,

pengembangan dan pemantauan serta evaluasi sumber daya aparatur

pemerintah kabupaten untuk semua satuan kerja perangkat daerah kabupaten.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pengembangan Pegawai

mempunyai fungsi, di antaranya :

a. Penyiapan penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia aparatur

pemerintah kabupaten;

b. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan pedoman dan petunjuk teknis di

bidang pengembangan pegawai;

c. Pelaksanaan pengolahan data dan formasi yang berhubungan dengan

penempatan pegawai, kepangkatan, pembinaan karir dan mutasi

kepegawaian.

3.1. Sub Bidang Data dan Formasi Pegawai

Sub Bidang Data dan Formasi Pegawai mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan, rencana kerja, penelitian, pengkajian,

pengolahan dan penyajian data, pemantauan dan evaluasi di bidang data

dan formasi pegawai.

3.2. Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan

Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyiapan bahan rencana kerja, penelitian, pengkajian,

40

pengolahan data, penyelenggaraan, pemantauan dan evaluasi kegiatan

pendidikan dan pelatihan.

4. Bidang Mutasi dan Pensiun.

Bidang Mutasi dan Pensiun mempunyai tugas pokok

melaksanakan kegiatan penyusunan program kerja, penelitian,

pengkajian, pengolahan data, pemantauan dan evaluasi di bidang mutasi

PNS. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Mutasi

dan Pensiun mempunyai fungsi :

a. Perumusan dan penyusunan program kerja dan pedoman teknis

pemindahan, kenaikan pangkat dan pensiun;

b. Penelitian, pengkajian data dan informasi Calon PNS dan

kepangkatan;

c. Penyusunan bahan pertimbangan persetujuan pengangkatan Calon

PNS dan PNS serta kenaikan pangkat PNS.

4.1. Sub Bidang Mutasi

Sub Bidang Mutasi mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyiapan bahan rencana kerja dan kegiatan, penelitian, pengkajian,

pengolahan data, pemantauan dan evaluasi di bidang mutasi PNS.

4.2. Sub Bidang Pensiun

Sub Bidang Pensiun mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyiapan bahan penyusunan rencana kerja dan kegiatan,

penelitian, pengkajian, pengolahan data, pemantauan dan

evaluasi di bidang pensiun.

41

4.2. Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai

Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai

tugas pokok melaksanakan penyusunan program kerja dan

kegiatan penelitian. Pengkajian, pengolahan data, pemantauan

dan evaluasi bidang pembinaan dan kesejahteraan pegawai.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang

Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan pedoman dan penyusunan

kebijakan di bidang pembinaan dan kesejahteraan pegawai

sesuai norma, standar dan prosedur sesuai peraturan

perundang-undangan dan kebijakan;

b. Pengolahan dan penyajian data tentang pemberian

penghargaan dan tanda jasa serta evaluasi kinerja Calon

PNS, PNS dan PTT;

c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pemberian

penghargaan dan tanda jasa, evaluasi kinerja Calon PNS,

PNS dan PTT serta sosialisasi peraturan kepegawaian.

5.1. Sub Bidang Pembinaan

Sub Bidang Pembinaan mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyiapan bahan rencana kerja dan kegiatan,

penelitian, pengkajian, pengolahan data, pemantauan dan

evaluasi di bidang pembinaan.

42

5.2. Sub Bidang Kesejahteraan

Sub Bidang Kesejahteraan mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyiapan bahan rencana kerja dan kegiatan,

penelitian, pengkajian, pengolahan data, pemantauan dan

evaluasi di bidang kesejahteraan.

B. Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Melalui Tenaga

Honorer di Pemerintah Kabupaten Sleman

1. Tahap Pendataan

a. Proses Pendataan

Mekanisme rekruitmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) dari

tenaga honorer tahun 2007 di Kabupaten Sleman berawal dari proses

pendataan, yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN)

atas rekomendasi Badan Kepegawaian Daerah (BKD), yang

dilaksanakan pada bulan Desember 2006. Adapun mekanisme

pendataan tenaga honorer itu mengacu pada Peraturan Pemerintah

nomor 48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil yang tertuang pada Pasal 1 sampai 6

sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

(i) Tenaga Honorer adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat

pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintah

43

untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintah

atau yang penghasilannya menjadi beban Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

(ii) Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang berwenang

mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai

negeri Sipil di lingkungannya sesuai dengan Peraturan

perundang-undangan.

(iii) Instansi adalah instansi pemerintah pusat dan instansi

pemerintah daerah provinsi dan kabupaten / kota.

Pasal 2

Pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil

berdasarkan peraturan pemerintah ini, dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan tenaga tertentu pada instansi pemerintah.

Pasal 3

(i) Pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil

diprioritaskan bagi yang melaksanakan tugas sebagai:

a. Tenaga guru

b. Tenaga kesehatan pada unit pelayanan kesehatan

c. Tenaga Penyuluh di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan

d. Tenaga teknis lainnya yang sangat dibutuhkan pemerintah.

(ii) Pengangkatan Tenaga honorer sebagaimana dimaksud pada ayat 1

didasarkan pada usia dan masa kerja sebagai berikut:

44

a. Tenaga honorer yang berusia paling tinggi 46 tahun dan

mempunyai masa kerja 20 tahun atau lebih secara terus menerus.

b. Tenaga honorer yang berusia paling tinggi 46 tahun dan mempunyai

masa kerja 10 tahun atau lebih sampai dengan kurang dari 20 tahun

secara terus menerus.

c. Tenaga honorer yang berusia paling tinggi 46 tahun dan mempunyai

masa kerja 10 tahun atau lebih sampai dengan kurang dari 20 tahun

secara terus menerus

d. Tenaga honorer yang berusia paling tinggi 46 tahun dan mempunyai

masa kerja 5 tahun atau lebih sampai dengan kurang dari 10 tahun

secara terus menerus

Pasal 4

(i) Pengungkapan tenaga honorer sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

ayat 1 dan ayat 2 huruf a, dilakukan melalui seleksi administratif,

disiplin, integritas, kesehatan, dan kompetensi.

(ii) Pengangkatan tenaga honorer sebagaimana dimaksudkan dalam pasal

3 ayat 1 dan 2 huruf b, huruf c, dan huruf d, selain melalui seleksi

sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib mengisi / menjawab daftar

pertanyaan mengenai pengetahuan tata pemerintahan / kepemerintahan

yang baik, dan pelaksanaannya terpisah dari pelamar umum.

(iv) Pengangkatan tenaga honorer sebagaimana dimaksud dalam

pasal 3 pada prinsipnya memprioritaskan tenaga honorer yang

45

berusaha paling tinggi dan atau mempunyai masa kerja lebih

banyak.

Pasal 5

(i) Tenaga dokter yang telah selesai atau sedang melaksanakan tugas

sebagai pegawai tidak tetap atau sebagai tenaga honorer pada unit

pelayanan kesehatan milik pemerintah, dapat diangkat menjadi cpns

setelah melalui seleksi sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat 1,

tanpa memperhatikan masa kerja sebagai tenaga honorer, dengan

ketentuan:

a. Usia paling tinggi 46

b. Bersedia bekerja pada unit pelayanan kesehatan di daerah terpencil,

sekurang-kurangnya 5 tahun.

(ii) Daerah terpencil sebagaimana dimaksud pada ayat 1ditetapkan oleh

gubernur atau bupati yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(i) Pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil

berdasarkan peraturan pemerintah ini dilakukan bertahap mulai tahun

anggaran 2005 dan paling lambat selesai tahun anggaran 2009, dengan

prioritas tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai oleh Anggaran

Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

46

(ii) Dalam hal tenaga honorer sebagaimana dimaksud pada ayat 1

seluruhnya telah diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil sebelum

tahun anggaran 2009, maka tenaga honorer yang bekerja pada instansi

pemeintah dan penghasilannya tidak dibiayai oleh anggaran

pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja

daerah.

Dari Pasal 1 sampi 6 tersebut di atas, hanya Pasal 1 yang menjadi

syarat paling krusial seorang tenaga honorer bisa masuk dalam data base

BKN. Sedangkan sampai 6 akan menentukan cepat tidaknya tenaga honorer

diangkat sebagai pegawai negeri sipil.

Berdasarkan surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor :

K.26-30/V.129-4/99 tanggal 29 Agustus 2007, dan Surat Kepala BKN

Nomor : K 26-30/ V 163-1/49 tanggal 11 Oktober 2007 telah ditetapkan

nama-nama tenaga honorer usia kritis yang akan mengisi formasi tahun

2005 dan tenaga honorer yang akan mengisi formasi tahun 2007.

Berdasarkan keterangan Bapak Slamet, S.Sos menyatakan bahwa : “Pemerintah Kabupaten Sleman telah mengusulkan sebanyak 618

orang dengan rincian : sebanyak 12 orang untuk mengisi Formasi Tahun 2005 sekaligus disampaikan SK CPNSnya dan 606 untuk mengisi Formasi Tahun 2007. Dari jumlah tersebut untuk Formasi Tahun 2007 yang telah disampaikan sejumlah 577 sedang 29 orang masih dalam proses verifikasi oleh BKN. Untuk Formasi Tahun 2005 Surat Keputusan Calon Pegawai Negeri Sipil berlaku terhitung mulai tanggal 1 April 2006 dan untuk Formasi Tahun 2007 berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008. Selanjutnya Calon Pegawai Negeri Sipil tersebut ditempatkan di berbagai instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman, diantaranya Dinas Kesehatan, Dinas P3BA, Dinas Kimpraswil dan Hub, Dinas Pertanian dan

47

Kehutanan, Kantor Pengelolaan Pasar Daerah, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, Kec. Sleman, Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD”. 1

Hasil pendataan yang dilakukan BKD terhadap semua tenaga honorer

di Kabupaten Sleman seluruhnya berjumlah 1793 orang. Sampai dengan

tahun 2007 pengangkatan CPNS tenaga honorer dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel. 1 CPNS dari Tenaga Honorer Tahun 2007

No Tahun Usul Realisasi Keterangan 1 2006 297 295 1 mengundurkan diri

1 meniggal dunia 2 2007 615 613 Tidak memenuhi syarat Sumber : BKD Kabupaten Sleman Tahun 2007

b. Pembuatan Database

Pembuatan data base Tenaga honorer melibatkan unit kerja yang

mempunyai tugas sebagai berikut:

(i) Tim Pelaksana pusat bertanggungjawab terhadap:

a. Mendesain formulir pendataan Tenaga honorer beserta pedoman

pengisiannya. Disain formulir dijadikan acuan bagi semua tim

pengadaan PNS tingkat instansi dan propinsi.

b. Mengirimkan disain / contoh / master formulir ke menteri

pendayagunaan aparatur negara untuk dikirim kepada pejabat pembina

kepegawaian tingkat instansi pusat dan propinsi beserta petunjuk /

pedoman pengisiannya.

1 Hasil wawancara dengan Bapak Slamet, S.Sos, selaku Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian BKD Kabupaten Sleman, tanggal 25 November 2008

48

c. Merancang dan membangun tabel-tabel referensi yang dibutuhkan.

d. Membuat sistem dan program aplikasi untuk perekaman data tenaga

honorer.

e. Membangun database tenaga honorer untuk dipakai sebagai rujukan

pengolahan pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil

(ii) Pejabat Pembina Kepegawaian Tingkat Instansi Pusat mempunyai

kewajiban:

a. Menggandakan formulir yang diterima dari TPP sebanyak jumlah

tenaga honorer yang akan diajukan.

b. Mendistribusikan kepada pegawai honorer yang diusulkan

c. Menyimpulkan kembali formulir yang telah diisi oleh pegawai honorer

yang akan diusulkan.

d. Menelaah, mengevaluasi kebenaran isian formulir dan menandatangani

formulir yang telah dianggap benar.

e. Melakukan Batching, editing, perekaman data, updating dan mencetak

daftar Tenaga honorer untuk diverifikasi oleh instansi pusat.

f. Memeriksa kebenaran isi dari daftar tenaga honorer dan daftar yang

sudah diyakini kebenarannya dibuat menjadi daftar tenaga honorer

instansi yang ditandatangani oleh Pejabat pembina Kepegawaian.

g. Mengirimkan daftar Tenaga Honorer tingkat instansi pusat tahun yang

sudah ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan database

tenaga honorer yang sudah diolah kepada Menteri Pendayagunaan

49

Aparatur Negara dan tembusan kepada Kepala Badan Kepegawaian

Negara.

h. Mengumumkan kepada publik daftar akhir Tenaga honorer calon PNS

yang ada di daftar tenaga honorer instansi yang bersangkutan tahun

melalui media cetak, internet, atau papan pengumuman.

(iii) Pejabat Pembina Kepegawaian tingkat Propinsi mempunyai kewajiban

a. Mengandalkan Formulir yang diterima dari Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara sebanyak jumlah tenaga honorer di Propinsi /

Kabupaten / Kota.

b. Mendistribusikan formulir kepada pegawai honorer propinsi yang akan

diusulkan.

c. Mendistribusikan formulir kepada pejabat pembina kepegawaian

tingkat kabupaten / Kota di lingkungannya.

d. Mengumpulkan kembali formulir dan menandatangani formulir yang

telah dianggap benar bagi tenaga honorer propinsi.

e. Menelaah, mengevaluasi kebenaran isian formulir dan menandatangani

formulir yang telah dianggap benar bagi tenaga honorer propinsi.

f. Menerima formulir dari Kabupaten / Kota yang telah diisi atau

ditandatangani.

g. Melakukan batching, editing, perekaman data, updating dan mencetak

daftar tenaga honorer per Propinsi / Kabupaten / Kota untuk

diverifikasi oleh masing-masing propinsi / Kabupaten / Kota.

50

h. Mengirim daftar Tenaga Honorer kepada pejabat pembina

kepegawaian tingkat Kabupaten / Kota masing-maisng.

i. Memeriksa kebenaran isi dari daftar tenaga honorer provinsi dan daftar

yang sudah diyakini kebenarannya dibuat menjadi daftar tenaga

honorer provinsi masing-masing ditandatangani oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian.

j. Memperbaiki daftar Tenaga Honorer Kabupaten / Kota yang masih ada

kesalahan dan mencetak serta mengirim kembali daftar tersebut ke

Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten / Kota bersangkutan.

k. Menerima daftar Tenaga Honorer Kabupaten / Kota yang sudah

ditandatangani pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten / Kota di

lingkungannya untuk diketahui dan ditandatangani Pejabat Pembina

Kepegawaian Provinsi.

l. Mengirimkan daftar Tenaga Honorer Provinsi / Kabupaten / Kota yang

sudah ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan database

tenaga honorer yang sudah diolah kepada Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan tembusan kepada kepala Badan Kepegawaian

negara.

m. Mengirimkan Daftar Tenaga Honorer Kabupaten / Kota yang sudah

ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan database

tenaga honorer yang sudah diolah masing-masing Kabupaten / Kota

kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Tingkat kabupaten / Kota di

lingkungannya.

51

n. Mengumumkan kepada publik daftar akhir tenaga honorer calon PNS

yang ada didaftar tenaga honorer provinsi tahun 2005 masing-masing

melalui mass media cetak, internet dan atau menggunakan papan

pengumuman.

(iv)Pejabat pembina kepegawaian Tingkat Kabupaten / Kota mempunyai

kewajiban;

a. Menerima formulir dari pejabat pembina kepegawaian tingkat provinsi

b. Mendistribusikan kepada pegawai honorer yang diusulkan

c. Mengumpulkan kembali formulir yang telah diisi oleh pegawai

honorer yang telah diusulkan.

d. Menelaah, mengevaluasi kebenaran isian formulir dan menandatangani

formulir yang telah dianggap benar.

e. Mengirim formulir yang sudah dianggap benar ke Pejabat Pembina

Kepegawaian. Tingkat Provinsi.

f. Menerima daftar tenaga honorer Kabupaten / Kota masing-masing dan

pejabat pembina kepegawaian tingkat provinsi

g. Memeriksa kebenaran isi dari daftar tenaga honorer tersebut dan daftar

yang sudah diyakini kebenarannya dibuat menjadi tenaga honorer

Kabupaten / Kota masing-masing yang ditandatangani oleh pejabat

pembina kepegawaian.

h. Mengirim kembali daftar tersebut kepada Pejabat Pembina

Kepegawaian Tingkat Provinsi apabila masih ada kesalahan untuk

segera diperbaiki.

52

i. Mengirim Tenaga Honorer Kabupaten / Kota yang sudah

ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian tingkat provinsi.

j. Menerima kembali daftar tenaga honorer Kabupaten / Kota masing-

masing yang sudah diketahui dan ditandatangani oleh pejabat pembina

kepegawaian provinsi.

k. Mengumumkan kepada publik daftar akhir tenaga honorer calon

pegawai negeri sipil yang ada di daftar tenaga honorer Kabupaten /

Kota tahun 2005 masing-masing melalui mass media cetak, internet

dan atau menggunakan papan pengumuman.

Adapun setelah tersusunnya tugas dari keempat unit satuan kerja

tersebut, lalu bagaimanakah mekanisme pengolahan data, yakni sebagai

berikut:2

(i) Mekanisme batching

a. Formulir pendataan tenaga honorer yang sudah diisi lengkap dan

ditandatangani, dikelompokkan berdasarkan instansi / Propinsi

Kabupaten / Kota, tugas / pekerjaan yang dilakukan dan nomor seri

batch.

b. Setelah dikelompokkan maka dilakukan batching untuk setiap

kelompok, sehingga memudahkan administrasi dan pencarian

dokumen.

2 Ibid

53

(ii) Mekanisme Editing /ceding

a. Formulir yang diterima dari unit batching, selanjutnya dilakukan

proses edit dan pengkodean sesuai tabel-tabel referensi.

b. Elemen yang diberikan kode adalah instansi / Propinsi / Kabupaten /

Kota, tempat lahir, Kualifikasi pendidikan dan unit kerja tempat tugas.

(iii) Mekanisme Perekaman

a. Perekaman data dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang

disiapkan Tim Pelaksana Pusat

b. Mekanisme perekaman dam serta pencetakan daftar hasil pendataan

tenaga honorer diberikan pada waktu install aplikasi oleh petugas Tim

Pelaksana Pusat

Melihat fakta bahwa terdapat 42 tenaga honorer yang diusulkan

BKD masuk ke dalam database akan tetapi pada proses selanjutnya tidak

dapat masuk dikarenakan tidak memenuhi persyaratan, itu

mengidentifikasikan bahwa terdapat perbedaan pemahaman PP No. 48

tahun 2005 antara BKD Sleman dengan instansi diatasnya dalam proses

rekruitmen ini (propinsi pusat). Hal itu bisa dipahami, karena dalam proses

pembuatan database ini melibatkan BKD, instansi Propinsi sampai pusat.

Perbedaaan pemahaman PP tersebut juga bisa dipahami mengingat begitu

panjang mekanisme pengolahan data seperti, mekanisme batching, editing

dan perekaman.

Perlu diketahui bahwa Mekanisme dan unit satuan kerja

pengolahan data dalam pembuatan database tenaga honorer ini merupakan

54

tindak lanjut dari pendataan administratif, disiplin, integritas, kesehatan

dan kompetensi dari tenaga honorer yang mengajukan lamaran. Khusus

bagi tenaga honorer yang berusia paling tinggi 46 tahun dengan masa,

kerja kurang dari 20 tahun diwajibkan mengisi / menjawab daftar

pertanyaan mengenai tata pemerintahan / kepemerintahan, sedang tenaga

honorer yang lebih 20 tahun masa kerja hanya mengikuti seleksi

administratif saja. Jika tahap ini telah selesai dilaksanakan, maka semua

dokumen administratif tenaga honorer diolah sebagaimana dalam

mekanisme pengolahan data seperti mekanisme batching, mekanisme

editing dan mekanisme perekaman dengan satuan kerja seperti yang

penulis paparkan diatas. Kemudian hasil dari pengolahan data tenaga

honorer ini dirangkum dengan sistem peringkat berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer

Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan semua inilah yang disebut

database tenaga honorer. Database ini, kemudian sebagai dasar BKN untuk

mengangkat tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil tahun 2005

sampai 2009. Selain itu database ini dipakai untuk pengawasan dan

pengendalian CPNS tahun 2005 sampai 2009.

Terlepas dari tujuan mulia PP No 48 tahun 2005 tentang

pengangkatan CPNS dari tenaga honorer dalam memberikan perlakuan

istimewa atas pengabdiannya, serta menumbuhkan semangat baru dan

menghidupkan harapan yang telah terkubur sehingga para tenaga honorer

55

bergairah dalam melaksanakan tugasnya menurut hemat penulis peraturan

pemerintah (PP) ini juga menyimpan beberapa permasalahan.

Pertama, metode penentuan calon yang lolos lebih komplek dan

rumit, implikasinya berdampak pada pelaksanaan dilapangan yang terjadi

bermacam-macam masalah. Hal itu bisa dicermati pada Pasal 3 ayat 2,

disana sangat rawan manipulasi data masa kerja. Kedua, PP ini terkesan

diskriminatif, hal itu bisa dicermati Pasal I ayat (1), disana disebutkan

jenis tenaga honorer yang diangkat sebagai calon PNS yakni mereka yang

dibiayai atau digaji dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau

anggaran pendataan dan belanja daerah. Jadi tenaga honorer yang

penghasilannya non APBN / APBD tidak termasuk daftar nommasi untuk

diangkat. Padahal di Kabupaten Sleman sendiri tercatat sebanyak 1353

Tenaga Honorer non APBN/APBD.3 Ketiga, PP ini akan menghambat

pola kaderisasi. Hal itu bisa dilihat pada Pasal 3 ayat 2d. Disana

disebutkan usia tenaga honorer yang diprioritaskan usia paling tinggi

minimal 35 tahun, jadi tahun 2009 pengadaan CPNS dari tenaga, honorer

akan didominasi pegawai yang sudah berumur.

2. Tahap Pemberkasan

Mengacu pada database Tenaga honorer, BKN mengeluarkan surat

Kepada Badan Kepegawaian Nomor k26 / 30 / V.72-9/99 tanggal 7 Mei 2007

tentang daftar nominasi Tenaga honorer yang diusulkan mengisi formasi

3 Wawancara Ibid

56

tahun anggaran 2007. Untuk menindaklanjuti surat tersebut BKD Sleman

selaku pelaksana teknis pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil melakukan

koordinasi guna sosialisasi tentang kapan, dimana, bagaimana persyaratan

pemberkasan Tenaga Honorer 2007 kepada kepala pimpinan / dinas.

Adapun persyaratan administratif dalam pemberkasan adalah sebagai

berikut:4

a. Surat lamaran untuk pengangkatan CPNS kepada Bupati Sleman dengan

tanggal lantaran ditulis 30 Desember (asli ditulis tangan sendiri) rangkap 2

lembar.

b. Fotocopy ijazah / STTB yang dipersyaratkan sebagaimana dalam formasi

dan disyahkan oleh pejabat yang berwenang melegalisasi rangkap 2

c. Daftar riwayat hidup (DRH); (lampiran I-C KEP Ka BKN No I I th 2002)

rangkap 2 bendel

d. Pas photo terbaru hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 12 lembar Asli kartu

pencari kerja dari Dinas Tenaga Kerja setempat dan foto kopi legalisir I

lembar

f. Asli surat keterangan catatan kepolisian dari polres setempat

g. Asli surat keterangan dari Dokter Pemerintah dan fotocopy legalisir I

lembar

h. Surat pemyataan asli tulis tangan sendiri

4 Wawancara, Ibid

57

i. Surat pernyataan yang dibuat oleh atasan langsungnya serta disyahkan

kebenarannya oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang

ditunjuk paling rendah pejabat eselon II, yang menyatakan bahwa:

1) Sampai dengan saat ini masih melaksanakan tugas sebagai tenaga

honorer secara terus menerus

2) Selama menjadi tenaga honorer memiliki disiplin yang baik.

j. Surat keterangan masa kerja tidak terputus yang dibuat oleh pimpinan

instansi dan diketahui oleh sekretaris Daerah

k. Fotocopy Surat keputusan pengangkatan pertama sampai dengan terakhir

sebagai tenaga honorer yang dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam

pemerintahan dan disahkan paling rendah oleh Pejabat eselon II.

l. Surat pemyataan bersedia tidak mengajukan permohonan pindah sebelum

memiliki masa kerja kurang-kurangnya 8 tahun terhitung sejak

pengangkatan calon pegawai negeri sipil.

Untuk menindaklanjuti proses pemberkasan calon pegawai negeri sipil,

maka Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Sleman membuat

petugas pemberkasan. Petugas pemberkasan terbagi menjadi 6 tim dengan

tugas masing-masing sebagai berikutt: 5

a. Petugas pendaftaran dan informasi

b. Petugas penelitian berkas

c. Petugas pengumpul berkas

d. Petugas meja TMS

5 Wawancara, Ibid

58

e. Petugas entry data

f. Petugas penyimpanan berkas

Adapun dari keenam tim tersebut mempunyai tugas seperti dalam tabel

berikut:

Tabel 2 Petugas Pendafataran dan Informasi

Tugas Alat Bantu

1. Memastikan tenaga honorer yang datang sesuai jadwal yang ditentukan dan termasuk nominatif

1. Daftar nominatif CPNS

2. Mempersilahkan tenaga honorer untuk mengisi daftar hadir

2. Jadwal Pemberkasan

3. Memberikan antrian nomor urut 3. Nomor urut antrian 4. Menyerahkan dan membantu pengisian

blangko 4. Standar Operasional Program (SOP) Pengadaan CPNS 2007

Check list formulir penetapan NIP” 5. Memberikan layanan informasi 5. Blangko Check list NIP

Sumber : BKD Kabupaten Sleman Tahun 2007

Tabel 4.3 Petugas Penelitian Berkas

Tugas Alat Bantu

1. Bila berkas tidak lengkap, mengembalikan berkas & memberikan pertimbangan untuk melengkapi berkas & menyerahkan kembali sesuai jadwal

1. Daftar nominatif CPNS 2006

2. Bila tidak memenuhi syarat, menuliskan alasan dan mengarahkan

2. SOP Pengadaan CPNS

3. Bila memenuhi syarat menandatangani blangko tanda terima

3. Tabel Penentuan GOL / Ruang sesuai pendidikan

4. Mengumpulkan berkas yang memenuhi syarat

4. ATK

Sumber : BKD Kabupaten Sleman Tahun 2007

59

Tabel 3 Petugas Pengumpul berkas

Tugas Alat Bantu

1. Mengambil berkas yang memenuhi syarat

1. Daftar rekap penerimaan berkas Memenuhi syarat

2. Merekap berkas tenaga honorer yang memnuhi syarat

2. Alat tulis dan ketik

3. Merapikan / menyusun berkas 4. Membawa berkas Masuk ke tempat

entry data

Sumber : BKD Kabupaten Sleman Tahun 2007

Petugas meja tidak memenuhi syarat (TMS) mempunyai tugas

memberikan penjelasan tenaga honorer yang beralasan tidak memenuhi syarat

(TMS) mengenai alasan TMSnya.

Tabel .4 Petugas Entry data

Tugas Alat Bantu

1. Memenuhi berkas memenuhi syarat dari petugas pengumpul berkas

1. Formulir F-1

2. Merekam data tenaga honorer yang Memenuhi syarat dan mencetak pada formulir pra F-1 dan menyerahkan kepada petugas penelitian berkas untuk dilakukan validasi

2. Perangkat komputer dan printer

3. Bila terdapat perubahan melakukan edit data dan atau mencetak pada formulir F-1 (D.I.a) BKN

3. alat tulis dan ketik

Sumber : BKD Kabupaten Sleman Tahun 2007

60

Tabel 5 Petugas penyimpanan berkas

Tugas Alat Bantu

1. Memberikan stempel legalisasi kepala BKD dan berkas lampiran lainnya untuk tenaga honorer

1. Tanda terima berkas (dari pengumpul berkas)

2. Menyiapkan dan merekap jumlah berkas yang siap dilegalisasi

2. tanda terima berkas

3. Menata dan menyiapkan bendel berkas-berkas tenaga honorer yang akan dibawa untuk keperluan pengenipan

3. stempel tanda tangan legalisasi

4. Menyimpan / mengarsip berkas-berkas tenaga honorer yang telah selesai

4. Alat Tulis Ketik

Sumber : BKD Kabupaten Sleman Tahun 2007

Itulah proses pemberkasan calon pegawai negeri sipil 2007 di Kabupaten

Sleman dimana Tenaga Honorer yang terdaftar dalam nominatif calon PNS

tahun anggaran 2007 wajib mengikuti pernberkasan yang diselenggarakan

oleh BKD. Adapun setiap tenaga honorer harus membawa persyaratan

pemberkasan seperti yang di paparkan di halaman depan. Proses pemberkasan

administratif ini pada dasamya tidak ubahnya pada tahap pendataan

administratif dalam tahap rekruitmen ini, cuma didalam pemberkasan ini

persyaratannya lebih banyak. Kemudian semua berkas-berkas itu diolah oleh

BKD Kabupaten Sleman, yakni; pendaftaran dan informasi, penelitian berkas,

pengumpul berkas, meja tidak memenuhi syarat, entry data dan penyimpanan

berkas. Namun dalam proses pemberkasan ini bukan tanpa masalah. Salah

satu permasalahan itu yakni berkas administrasi tenaga honorer yang berupa

surat perjalanan kerja tidak lengkap atau hilang, sehingga masa kerja Tenaga

61

honorer yang bersangkutan harus dikurangi. Hal itu berimplikasi terhadap

keruwetan proses penetapan NIP calon pegawai negeri sipil.

3. Tahap Penetapan NIP

Proses penetapan NIP Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) formasi tahun

2007 di Kabupaten Sleman dilakukan dan ditetapkan di Kantor Regional

(KANREG) BKN di Yogyakarta. Tahapan penetapan NIP Tenaga Honorer ini

berawal dari rekomendasi pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten Sleman

kepada KANREG BKN. Adapun dalam rekomendasi permintaan NIP harus

dilampirkan beberapa syarat antara lain:

a. Lima rangkap, surat usul penetapan nip dengan dilampiri daftar nama tenaga

honorer yang akan diangkat pada formasi tahun 2006

b. Empat rangkap, formulir penetapan nip yang setiap lembarnya ditempelkan

pada pas poto 3 x 4

c. Satu lembar foto copy SK penetapan formasi dari Menpan maupun dari

pejabat pembina kepegawaian

d. Satu lembar foto copy sttb / ijazah dilegalisir

e. Satu set daftar riwayat hidup ditempelkan pas poto ukuran 3 x 4

Proses berikutnya, yakni penelitian dan verifikasi terhadap berkas

lampiran yang direkomendasikan oleh pejabat Pembina Kepegawaian oleh

KANREG BKN Yogyakarta. Dalam proses itu juga harus diperhatikan, apakah

tenaga honorer masuk dalarn DATABASE BKN atau tidak. Jika semua tahapan

tersebut sudah dirasa benar, baru penetapan NIP CPNS dilakukan. Perlu diketahui

62

bahwa penetapan NIP ini akan mengalir sampai tahun 2009 dengan alokasi

formasi yang sudah ditentukan pertahun dan dipisahkan dengan pelamar umum.

Adapun sebagaimana pada tahap rekruitmen sebelumnya, yang

mempunyai kendala / masalah pada proses penetapan NIP ini juga tidak luput dari

kendala seperti beberapa hal berikut:6

a. SK bukti honorer yang dilampirkan pada berkas usul penetapan NIP banyak

yang berlaku surut.

b. SK Honorer tidak lengkap, terputus-putus sehingga susah untuk

menghitungnya

c. SK honorer asli tapi palsu

d. Daftar gaji dan absensi masuknya ke BKN tersendat-sendat, hal ini akan

mempengaruhi jadwal penyelesaian penetapan NIP

e. Adanya penggantian guru bantu yang diangkat di daerah tanpa sepengetahuan

diknas sehingga terdata dalam database BKN.

Mencermati begitu banyaknya kendala pada proses penetapan NIP Tenaga

honorer sebagai CPNS ini, akan menjadi pekerjaan runah (PR) bagi pemerintah,

yang cukup berat. Semua ini berawal perbedaan pemahaman / definisi terhadap

peraturan pemerintah (PP) nomor 48 tahun 2005, sehingga menyulitkan pada

proses pendataan yang berimbas pada keruwetan dalam penetapan NIP.

6 Ibid

63

4. Tahap Pengangkatan

Proses penyerahan SK Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil

Kabupaten Sleman dilaksanakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau

Bupati Sleman. Sebanyak 571 tenaga honorer Pemkab Sleman menerima SK

Pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang diserahkan secara

simbolis oleh Ir. Sutrisno, MES Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman mewakili

Bupati Sleman pada hari Sabtu, 15 Maret 2008.

Berikut ini adalah sambutanBupati Sleman selaku pejabat pembina

kepegawaian yang yang dibacakan oleh Ir. Sutrisno MES Sekretaris daerah

Kabupaten Sleman:

“Menjadi PNS sudah merupakan pilihannya sendiri, oleh karena para CPNS harus konsekuen dengan pilihan tersebut. Para CPNS dituntut untuk menunjukkan komitmen dan tanggung jawab moral terhadap konsekuensi dari pengangkatan menjadi CPNS di Pemkab Sleman. Harus disadari bahwa para CPNS yang saat ini menerima SK Pengangkatan CPNS bukan dari lamaran murni melainkan berangkat dari menjadi honorer lebih dahulu, maka tunjukkan prestasi kerja, kedisiplinan, tingkatkan kualitas dan profesionalitas. Buktikan bahwa kualitas para CPNS dari honorer lebih baik daripada CPNS yang melalui lamaran. Hilangkanlah image atau anggapan bahwa PNS honorer kualitasnya lebih rendah dibandingkan PNS lainnya. Untuk menghilangkan anggapan tersebut sudah barang tentu membutuhkan kerja keras dan kedisiplinan yang tinggi. Buktikanlah bahwa saudara mampu bekerja dengan baik, dan bahkan lebih baik dari PNS lainnya. Selama menjadi CPNS masih diberi kesempatan untuk terus melanjutkan menjadi PNS atau berhenti. Menjadi PNS akan terikat oleh aturan-aturan hukum dan kode etik PNS, sebagai PNS harus bersedia ditugaskan dimana saja dan tidak bisa memilih-milih tempat yang dikehendaki. Selain itu, menjadi seorang PNS tidak bisa menjadi jutawan dengan gaji yang berlimpah. Kalau memang memutuskan ingin melanjutkan menjadi PNS, maka dalam waktu 1 tahun ini harus tunjukkan kinerja dan komitmen, sehingga setelah 1 tahun nanti bisa diusulkan menjadi PNS.”

Berdasarkan keterangan dari Bapak Slemat, S.Sos menjelaskan bahwa

tidak semua CPNS dapat diangkat, untuk menjadi PNS ada tiga persyaratan

yang harus dipenuhi oleh CPNS, diantaranya harus lulus prajabatan, penilaian

64

DP3 dalam satu tahun dalam kategori baik, serta sehat jasmani dan rohani.

BKD diminta juga untuk memasukkan kriteria untuk pengangkatan CPNS

menjadi PNS harus bebas Narkoba seperti yang selama ini sudah dilakukan

untuk para pejabat. 7

Pengangkatan CPNS di Kabupaten Sleman tahun 2007 adalah 65%

dari CPNS yang diangkat dari tenaga guru karena guru merupakan bahan ajar

bagi murid. Tugas seorang guru bukan hanya menyampaian materi ajar tetapi

mendidik dalam berperilaku murid menjadi santun dan berkepribadian serta

memiliki perilaku yang berbudi. Maka seorang guru harus berpenampilan

yang bagus dan penuh kasih sayang kepada murid-muridnya. Dengan

menunjukkan kualitas dan profesiolaitas yang tinggi maka secara tidak

langsung para guru turut serta meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten

Sleman ini.

CPNS yang diusulkan dari tenaga honorer untuk diangkat menjadi

CPNS di Kabupaten Sleman berjumlah 606 orang akan tetapi 1 orang

mengundurkan diri. Dari 606 tenaga honorer yang diusulkan CPNS, yang

mendapatkan nota persetujuan penetapan NIP sebanyak 571 orang terhitung

mulai tanggal 1 Januari 2008, sementara 35 orang masih dalam proses

penyelesaian di BKN.

Dari 571 orang tersebut terdiri dari 360 orang perempuan, dan laki-

laki 211 didominasi tenaga kependidikan sejumlah 382 orang, tenaga

strategis/administrasi 186 dan tenaga kesehatan 3 orang. Berdasarkan

golongan golongan II paling banyak yaitu 446 orang, golongan III 87 orang

dan golongan I 38 orang. 7 Wawancara Ibid

65

Adapun yang perlu diperhatikan dalam proses pengangkatan ini yakni

sebagai berikut;

a. Pelamar yang memenuhi syarat diberikan NIP oleh Kepala Badan

Kepegawaian Negara. Pejabat Pembina Kepegawaian yang ditunjuk

setelah menerima penetapan NIP dari BKN, paling lambat 25 hari kedua

setelah diterimanya NIP menetapkan surat keputusan pengangkatan

CPNS.

b. Surat keputusan pengangkatan CPNS tersebut disampaikan langsung

kepada yang bersangkutan dan tembusannya kepada kepala badan

kepegawaian negara, Kepala Kantor regional dilingkungan wilayah

kerjanya, dan pejabat lain sesuai peraturan perundang-undangan, paling

lambat 25 hari.

c. CPNS yang telah menerima surat keputusan, paling lambat 1 bulan setelah

diterimanya surat keputusan tersebut harus melaporkan dan melaksanakan

tugas. Apabila melewati batas waktu tersebut, maka yang bersangkutan

diberhentikan dengan hormat sebagai CPNS, kecuali bukan karena

kesalahan yang bersangkutan.

d. Apabila ada yang mengundurkan diri atau meninggal dunia, penyelesaiannya

dilakukan sebagai berikut;

(i) Bagi yang mengundurkan diri atau meninggal dunia setelah ditetapkannya

NIP, tetapi belum surat keputusan pengangkatannya sebagai CPNS, segera

dilaporkan kepada kepala Badan Kepegawaian Negara untuk dilakukan

pembatalan NIP. Dalam laporan dilampirkan surat keterangan meninggal

dunia dari kepala desa setempat.

66

(ii) Jika hal tersebut terjadi setelah ditetapkannya surat keputusan

pengangkatan CPNS, maka ditetapkan surat keputusan pemberhentian

yang bersangkutan sebagai CPNS, dan tembusannya segera disampaikan

kepala Badan Kepegawaian Negara, kepala kantor regional dilingkungan

wilayah kerjanya, dan pejabat lain yang dipandang perlu.

(iii) Formasi yang lowong akibat nomor 1 dan 2 di atas, tidak dapat digunakan

dalam tahun anggaran yang bersangkutan, tetapi dapat diperhitungkan

pada penetapan formasi tahun anggaran berikutnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Adapun kualitas SDM CPNS tahun anggaran 2007 Kabupaten Sleman

cukup bervariatif tiap instansi atau dinasnya. Untuk tenaga honorer guru

TK/RA/BA didominasi oleh tamatan SPG Pendidikan TK yakni sebanyak 32

orang, atau hampir 80% dari total 41 orang. Sisanya lulusan KPG (6), SMP

(1), dan d-2 sebanyak 2 orang.Sama seperti Tenaga Honorer Guru TK, untuk

guru SD/MI juga didominasi oleh 99 orang, sisanya dari SGO (11), D III (1)

dan D II sebanyak 2 orang.

Berbeda dengan tenaga Honorer TK dan SD, untuk tenaga honorer dari

Guru SMP/MTs didominasi oleh lulusan S-1. Tercatat sebanyak 68 orang dari

total 82 orang. Sisanya dari tamatan D-III sejumlah 8, SMA 1, D-1 1, dan A-

IV sejumlah 4 tenaga honorer.

Semakin tinggi tempat kerja (SMA), ternyata semakin tinggi pula

kualifikasi pendidikan tenaga honorer yang diproyeksikan untuk menempati.

Hal itu bisa dilihat dari lulusan tenaga honorer guru SMA yang didominasi

tamatan S-1. Tercatat sebanyak 26 orang dari total 32 calon. Sisanya dibagi

oleh A-IV 2 serta D III 4 orang.

67

Untuk tenaga strategis lainnya, tercatat didominasi calon dengan

kualifikasi pendidikan STM/setingkatnya yakni 37 dari 44 calon pegawai

honorer pada jenis ini, sisanya yakni lulusan SMP sebanyak 4 serta S-1

sejumlah 3 orang. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan tenaga

strategis lainnya mencakup unit kerja tempat tugas seperti, Dinas Peternakan

dan Perikanan. Badan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah, bagian

informasi dan kantor satuan polisi dan pamong praja.

Dari kualitas sumber daya manusia (SDM) tenaga Honorer yang diangkat

sebagai CPNS di Kabupaten Sleman diatas dapat ditarik benang merahnya

bahwa untuk calon dari Guru TK/RA/BA kualitasnya sedang/cukup. Hal itu

bisa dilihat dari mayoritas calon dari tamatan SPG, begitu juga untuk guru

SD/MI. untuk dari Guru SMP sederajatnya dan guru SMA/sederajatnya

kualitasnya sangat baik, hal itu bisa dilihat dari lulusan tenaga honorer untuk

kedua jenis ini yang didominasi tamatan sarjana strata-1. Untuk CPNS dari

doktor umum spesialis kualitasnya sangat special. Dan yang terakhir dari

Bidan, Tenaga strategis lainnya dan tenaga administrasi lainnya kualitas

SDM-nya bisa dikatakan sangat “pas-pasan” atau kurang. Hal itu bisa dilihat

dari kualifikasi pendidikan calon PNS, yang mayoritasnya didominasi lulusan

D-1, STM, SMP, dan SD. Hal ini bisa dimaklumi karena untuk jenis ini tidak

terlalu dibutuhkan skil khusus.

68

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengangkatan Tenaga

Honorer menjadi CPNS di Kabupaten Sleman

1. Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

implementasi implementasi kebijakan dalam pengangkatan tenaga honorer

menjadi CPNS. Adapun mekanisme komunikasi program pengadaan

CPNS dari tenaga honorer oleh BKD Sleman dilakukan secara hirarki.

Dalam artian BKD tidak melakukan sosialisasi langsung terhadap tenaga

honorer, baik saat pendataan maupun pemberkasan, akan tetapi melalui

pimpinan atau kepala instansi dari tenaga honorer bersangkutan. Adapun

pimpinan/ kepala instansi yang mengikuti sosialisasi pendataan dan

pemberkasan yakni :8

Semua pimpinan atau Kepala Instansi mempunyai kewajiban

menyampaikan informasi baik saat akan diadakan pendataan atau

pemberkasan pada tenaga honorer yang di bawah naungannya.

2. Sumber Daya

Dalam sebuah implementasi kebijakan, kinerja implementasi

sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia implementatornya. Jika

kualitas SDM Implementatornya baik, besar kemungkinan kinerja

implementasinya akan baik. Sebaliknya bila mutu implementatornya

rendah maka akan berimplikasi pada kurang maksimalnya kinerja sebuah

implementasi. Hal itu bisa terjadi karena dalam sebuah pengangkaan

tenaga honorer sebagai sebuah program diperlukan tingkat pemahaman,

analisa, serta interprestasi yang mumpuni. Tidak bisa dibayangkan bila

seorang implementator tidak mempunyai kemampuan seperti itu. Apalagi

8 Wawancara Ibid

69

untuk pelaksanaan pengadaan calon pegawai negeri sipil dari tenaga

honorer begitu panjang tahap dan dasar hukum pengadaannya.

Untuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Badan Kepegawaian

Daerah (13KD) Kabupaten Sleman sendiri selaku pelaksana teknis

program pengadaan calon pegawai negeri sipil dari tenaga honorer ini

dirasa cukup baik dan mumpuni. Hal itu bisa dicermati dari kualifikasi

pendidikan para pegawai BKD yang mayoritas adalah sarjana lulusan S- I

baik itu dari sarjana ilmu pemerintahan, pendidikan, sosial, ataupun

sarjana hukun.9 Selain baiknya kualifikasi pendidikan, 80% pegawai BKD

sudah mempunyai pengalaman/jam terbang yang cukup tinggi. Hal itu bisa

penulis simpulkan dari masa kerja pegawai-pegawai BKD yang mayoritas

sudah bekerja lebih dari 10 tahun.

3. Struktur Birokrasi

Struktur pelaksana program akan mempengaruhi output sebuah

pelaksanaan program. Jika struktur birokrasi panjang maka implementasi akan

berjalan kurang maksimal. Struktur birokrasi yang panjang juga, akan sangat

rawan tindakan KKN dan transparansi yang kurang baik. Untuk permasalahan

yang terjadi selama proses rekruitmen CPNS ini terjadi akibat terlalu rumitnya

mekanisme pelaksanaan program ini. Hal itu bisa dilihat dari struktur

pelaksanaan, baik dalam proses pendataan sampai pada penyerahan SK

pengangkatan.

Adapun struktur kepanitiaan proses rekruitmen sebagai berikut:

9 Wawancara Ibid

70

STRUKTUR DAN ALUR KEPANITIAAN PROSES REKRUITMEN

GAMBAR 1

TIM PELAKSANA PUSAT

PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN TINGKAT INSTANSI PUSAT

PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN TINGKAT INSTANSI PROPINSI

PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN TINGKAT INSTANSI KABUPATEN

BKD SLEMAN BKN YOGYAKARTA BUPATI

TAHAP PEMBERKASAN PENETAPAN NIP PENYERAHAN SK PENGANGKATAN

PROSES PENDATAAN / SELEKSI ADMINISTRASI

93

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pengangkatan calon pegawai negeri sipil melalui tenaga honorer

Di Pemerintah Kabupaten Sleman sudah sesuai dengan peraturan yang

berlaku yaitu PP Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga

Honorer menjadi CPNS jo PP Nomor 43 Tahun 2007. Proses pengangkatan

tenaga honorer menjadi CPNS di Kabupaten Sleman melalui tahap pendataan,

tahap, tahap pemberkasan, tahap penetapan NIP dan tahap penyerahan SK

pengangkatan CPNS oleh Bupati.

2. Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pengangkatan calon pegawai

negeri sipil melalui tenaga honorer di pemerintah kabupaten sleman adalah :

a. Proses komunikasi program pengadaan CPNS terjadi perbedaan maksud

dan tujuan antara BKD dan Tenaga Honorer yang bersangkutan. Maksud

dan tujuan Tenaga Honorer tersebut didata yakni agar dapat diangkat

sebagai CPNS sedangkan maksud dan tujuan BKD hanya sebagai

persyaratan administrasi.

b. SDM pelaksana program pengadaan pegawai negeri sipil dari tenaga

honorer ini cukup baik, hal itu bisa dilibat dari kualifikasi pendidikan dari

BKD Kabupaten Sleman sebagai pelaksana pengangkatan pegawai negeri

sipil di Kabupaten Sleman yang mayoritas adalah sarjana S1.

c. Struktur birokrasi dalam pelaksanaan program ini sangat panjang, karena

dalam pelaksanaannya melibatkan tim dari pusat, propinsi dan Kabupaten.

Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan pemahaman antara intansi pusat,

propinsi dan kabupaten.

35

72

B. Saran

1. Berpijak dari permasalahan yang ada dalam proses rekruitmen CPNS ini baik

saat pendataan, pemberkasan dan penetapan NIP, dimana permasalahan

tersebut merupakan konsekuensi dari Peraturan Pemerintah No 48 tahun 2005

tentang pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil dari tenaga Honorer. Maka

ada baik pemerintah perlu mengkaji dan mengevaluasi kelayakan PP ini.

Karena pola perekrutan disatu sisi mencerminkan keadilan pengabdian disisi

lain menyimpan kelemahan seperti ketimpangan kaderisasi dan

pengembangan SDM.

b. Badan Kepegawaian Daerah sebagai pelaksana program pengangkatan CPNS

dari tenaga honorer perlu memperbaiki masalah komitmen dari tujuan PP No

48 tahun 2005 jo PP Nomor 43 Tahun 2007 yakni dalam hal memperoleh

pegawai yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan /jabatan.

c. Bagi Pegawai Negeri dari tenaga honorer hendaknya dapat menunjukkan

sikap, perilaku dan penampilan yang meyakinkan sebagai CPNS. Khususnya

guru karena 65% dari CPNS yang diangkat tahun 2008 adalah dari tenaga.

Dengan menunjukkan kualitas dan profesiolaitas yang tinggi maka secara

tidak langsung para guru turut serta meningkatkan mutu pendidikan di

Kabupaten Sleman ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus Sarnawa dan Hayu Sukiyoprapti, 2007, Manajemen Pegawai Negeri Sipil,

Yogyakarta, Lab Hukum UMY

Kedaulatan Rakyat, Formasi CPNS tahun 2008 Kabupaten Sleman sebanyak 530 orang, 26/08/2008

M. Manullang, 1978, Pengembangan Pegawai, BKLM, Medan Muchsan, 1982, Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil, Cetakan

Pertama, Liberty, Yogyakarta Pratisto Prawotosoediro, 1983, Pegawai Negeri Sipil, Pradnya Paramita, Jakarta Soedarmayanti, 2000, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk

Menghadapi Dinamaika Pembangunan Lingkungan, Bandung, Mandar Maju Sudiman, 1999, Kepegawaian, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,

Jakarta Sukamto Satoto, 2004, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian

Negara, Yogyakarta, CV. Hanggar Kreator Rozali Abdullah, 1986, Hukum Kepegawaian, Edisi I Cetakan Pertama, Rajawali,

Jakarta Edwin B. Fillipe dalam T. Tani Handoko, 1998, Manajemen Personalia Dan

Sumber Daya Manusia, Yogyakarta; BPFE Harvey dan Bowin dalam Marihot T.E Hariandja, 2002 Manajemen SDM, Jakarta;

Grasindo, Inu Kencana Syafiie, Djamaluddin Tandjung, Supardan Modeong, Ilmu Administrasi

Publik, Jakarta; Rineka cipta. Moekijat, 1987.Kamus kepegawaian, Bandung; PT Bale,

Peraturan Perundang-Undangan RI

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15)

Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 19)

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2000 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman (Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2003 Nomor 2 Seri D)

Keputusan Bupati Nomor 39 / Kep. KDH./2003 tentang Struktur Organisasi,

Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman (Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2003 Nomor 14),

LAMPIRAN