15
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI INOVASI BUDIDAYA JENUH AIR (BJA) PADA USAHATANI KEDELAI DI DESA SIMPANG KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR JURNAL IREMA KINANTI TISTIA JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

  • Upload
    others

  • View
    28

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI

INOVASI BUDIDAYA JENUH AIR (BJA) PADA USAHATANI

KEDELAI DI DESA SIMPANG KECAMATAN BERBAK

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

JURNAL

IREMA KINANTI TISTIA

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI

INOVASI BUDIDAYA JENUH AIR (BJA) PADA USAHATANI

KEDELAI DI DESA SIMPANG KECAMATAN BERBAK

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Irema Kinanti Tistia1)

, Idris Sardi2)

, Aulia Farida2)

JURNAL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI

INOVASI BUDIDAYA JENUH AIR (BJA) PADA USAHATANI

KEDELAI DI DESA SIMPANG KECAMATAN BERBAK

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

IREMA KINANTI TISTIA

D1B013132

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Idris Sardi, SP., M.Si.

NIP. 197008181999031002 Aulia Farida, SP., M.Si.

NIP. 198207112006042001

Mengetahui

Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Dr. Fuad Muchlis, S.P., M.Si.

197909062003121004

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI INOVASI BUDIDAYA JENUH AIR PADA USAHATANI KEDELAI DI DESA SIMPANG KECAMATAN BERBAK

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Irema Kinanti Tistia1), Idris Sardi2), Aulia Farida2) 1)Alumni Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan

2)Dosen Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran karakteristik usahatani kedelai Budidaya Jenuh Air dan usahatani kedelai konvensional, dan (2) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Keputusan dalam penelitian ini adalah pilihan yang dijatuhkan petani kedelai untuk mengadopsi dan menerapkan budidaya Jenuh Air atau tetap menerapkan budidaya konvensional pada usahatani kedelai. Metode penarikan sampel menggunakan simple random sampling dengan populasi sebanyak 281 orang petani kedelai dan dibagi secara proporsional sebanyak 37 orang petani kedelai yang menerapkan Budidaya Jenuh Air dan 37 orang petani kedelai yang menerapkan budidaya konvensional. Analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi binary logistic. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air adalah faktor karakteristik inovasi, faktor saluran komunikasi dan faktor sistem sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan gambaran karakteristik antara usahatani kedelai Budidaya Jenuh Air dengan usahatani kedelai konvensional, hasil produksi yang didapat setelah menerapkan Budidaya Jenuh Air lebih tinggi daripada produksi kedelai yang dihasilkan menggunakan budidaya konvensional, (2) faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang melalui uji regresi binary logistic adalah faktor karakteristik inovasi, faktor saluran komunikasi dan faktor sistem sosial. Kata Kunci : Keputusan, Kedelai, Budidaya Jenuh Air, Konvensional.

ABSTRACT

This study aims to (1) determine the characteristics of farmed water saturated soybean cultivation and conventional soybean farming, and (2) to determine the factors that influence the adoption decision of water saturated cultivation innovation in Simpang village, Berbak district, East Tanjung Jabung district. The decision in this study is the choice imposed by soybean farmers to adopt and apply water saturated cultivation or continue to apply conventional cultivation to soybean farming. The sampling method uses simple random sampling with a population of 281 soybean farmers and divided proportionally as many as 37 soybean farmers who apply Water Saturated Cultivation and 37 soybean farmers who apply conventional cultivation. Data analysis used is a binary logistic regression analysis method. Factors that are thought to influence the adoption decision of Water Saturated Cultivation innovation are the characteristic factors of innovation, communication channel factors and social system factors. The results showed that (1) there was a difference in the characteristic features between saturated aquaculture soybean farming and conventional soybean farming, the

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

2

yield obtained after applying saturated aquaculture was higher than the soybean production produced using conventional cultivation, (2) influential factors significantly to the adoption decision of Water Saturated Cultivation innovation in Simpang Village through binary logistic regression test is a characteristic factor of innovation, communication channel factors and social system factors. Keywords: Decision, Soybean, Water Saturated Cultivation, Conventional.

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

3

PENDAHULUAN

Sektor pertanian adalah sektor yang berbasis sumber daya alam, di mana sektor pertanian sangat tergantung pada keberhasilan pengoptimalan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, dengan cara memperbaiki kehidupan petani melalui penganekaragaman jenis pangan, kehidupan industri dalam negeri meningkatkan pendapatan petani dan memperluas kesempatan kerja serta mendorong pemerataan kesempatan berusaha.

Selain padi dan jagung, kedelai merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan salah satu komoditas prioritas dalam program Revitalisasi Pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2005. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sejak tahun 2011, luas panen kedelai di Provinsi Jambi sebesar 4.563 ha dan mengalami penurunan luas panen pada tahun 2013 menjadi 1.887 ha, penurunan luas panen disebabkan banyak hal di antaranya gagal panen di daerah-daerah penghasil kedelai. Namun pada tahun 2014 luas panen dan produksi mengalami peningkatan dan pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan produksi. Permasalahan utama pada budidaya kedelai di lahan pasang surut adalah keberadaan air yang tidak menentu. Sebagian besar lahan pasang surut berpotensi kelebihan air pada musim hujan bahkan banjir dan apabila musim kemarau terjadi kekeringan sehingga pertanaman umumnya hanya dapat dilakukan satu kali (Bulan November–Maret). Hal ini menjadi salah satu penyebab meruginya petani kedelai.

Permintaan kedelai menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Namun, di sisi lain kemampuan memproduksi kedelai di dalam negeri belum mampu mencukupi kenaikan permintaan tersebut. Meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri juga dilakukan untuk menekan impor kedelai yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu upaya khusus untuk meningkatkan dan menstabilkan panen, produksi, dan produktivitas guna memenuhi permintaan kedelai di dalam negeri. Penggunaan sistem budidaya usahatani yang tepat dan efisien juga dapat meningkatkan produksi maupun pendapatan usahatani. Teknologi terbaru yang sedang dilaksanakan yaitu teknologi BJA atau budidaya jenuh air.

Budidaya jenuh air mulai diperkenalkan kepada petani kedelai di Kecamatan Berbak tepatnya di Desa Simpang, desa yang memiliki lahan pasang surut Tipe C dan merupakan salah satu desa penghasil kedelai dengan produksi terbesar di Kecamatan Berbak. Pemerintah menetapkan 600 ha lahan kedelai sebagai lahan yang akan menerapkan budidaya jenuh air di desa tersebut. Berdasarkan data dari BP3 Kecamatan Berbak, saat ini dari 281 orang petani yang berusahatani kedelai di Desa Simpang, terdapat 144 orang petani yang sudah menerapkan budidaya jenuh air pada usahatani kedelainya, dan 137 orang petani lainnya masih mempertahankan budidaya konvensional pada usahatani kedelainya meskipun memiliki lahan kedelai pada lahan pasang surut.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui gambaran karakteristik usahatani kedelai Budidaya Jenuh Air dan usahatani kedelai konvensional di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air (BJA) pada usahatani kedelai di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

4

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan, Desa Simpang merupakan desa yang menerapkan teknologi BJA (Budidaya Jenuh Air) dan salah satu sentra usahatani kedelai dengan produksi tertinggi di Kecamatan Berbak. Sasaran penelitian adalah petani kedelai yang menerapkan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) dan petani kedelai yang tidak menerapkan Budidaya Jenuh Air (BJA) namun lahan kedelainya berada pada lahan pasang surut. Ukuran sampel ditarik sebanyak 74 petani dibagi secara proporsional yang terdiri dari 37 petani kedelai yang menerapkan Budidaya Jenuh Air dan 37 petani kedelai yang masih menerapkan Budidaya Konvensional. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin (Akdon dan Riduwan, 2009). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2018 sampai bulan Mei 2018.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani kedelai yang menerapkan Budidaya Jenuh Air dan yang masih menerapkan Budidaya Konvensional di Desa Simpang dengan menggunakan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil laporan dinas-dinas atau instansi terkait yaitu Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Berbak serta literatur-literatur dan hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu; (1) Identitas petani kedelai (nama, umur, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, lama berusahatani, luas lahan dan produksi per hektar per musim tanam), (2) Data-data pendukung lain yang relevan dengan penelitian ini.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelai, maka dilakukan uji analisis Regresi Binary Logistik dengan rumus :

Y(x) = In ( )

( )= β0+β1x1+β2x2+β3x3

di mana : Y = Keputusan adopsi inovasi

jika Y=1 petani menerapkan Budidaya Jenuh Air jika Y=0 petani tidak menerapkan Budidaya Jenuh Air

X1 = Karakteristik inovasi X2 = Saluran komunikasi X3 = Sistem sosial β1- β3 = Koefisien regresi β0 = Konstanta

Selanjutnya, dilakukan pengujian terhadap parameter tersebut. metode yang banyak digunakan adalah metode maksimum likelihood dengan alasan lebih praktis (Nachrowi dan Usman, 2002). Metode pengujian tersebut diantaranya koefisien determinasi (R-Squared), uji signifikansi model, uji parsial dan pembentukan model serta odds ratio.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Setiap sosial masyarakat yang terdiri dari setiap individunya memiliki identitas

ataupun latar belakang yang berbeda-beda. Identitas petani digunakan untuk mengetahui karakteristiknya sehingga mampu menggambarkan potensi petani itu sendiri. Berdasarkan hasil olahan data primer yang diambil melalui pemberian rangkuman kuisioner dan observasi langsung terhadap petani yang dijadikan sampel, maka dapat dijelaskan karakteristik petani sampel yang meliputi umur petani, pendidikan petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan dan produksi yang dihasilkan setiap petani sampel.

Berikut dijelaskan rata-rata karakteristik petani responden petani kedelai yang mengadopsi Budidaya Jenuh Air dan petani kedelai yang masih bertahan dengan budidaya konvensional di daerah penelitian seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Karakteristik Petani Responden di Daerah Penelitian Tahun 2018

No Karakteristik Petani Responden Petani Kedelai Budidaya Jenuh Air

Petani Kedelai Konvensional

1 Umur Petani (Tahun) 45 32

2 Pendidikan Petani SD SD

3 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 3 3

4 Pengalaman Berusahatani (Tahun) 15 10

5 Luas Lahan (Hektar) 2 1

6 Produksi (Ton/Ha/MT) 2 1

Berdasarkan karakteristik petani dilihat dari segi umur, umur petani responden di daerah penelitian yang terbanyak berada pada usia produktif yaitu usia 43-48 tahun dan 31-36 tahun dengan jumlah masing-masing sebanyak 10 orang dan 13 orang. Pada usia tersebut seseorang memiliki kemampuan fisik yang baik dan produktif untuk mengelola usahataninya. Menurut Mardikanto (1993), umur mempengaruhi petani dalam mengadopsi suatu inovasi. Semakin muda umur petani, maka semakin cepat petani dalam mengadopsi suatu inovasi. Sebaliknya, semakin tua umur petani maka semakin lamban petani untuk mengadopsi suatu inovasi.

Rata-rata pendidikan petani di daerah penelitian berada pada tingkatan SD/Sederajat. Rendahnya tingkat pendidikan petani di daerah penelitian tidak mempengaruhi keputusan petani dalam mengadopsi inovasi baru berupa budidaya jenuh air pada usahatani kedelai mereka. Hal ini disebabkan petani di daerah penelitian lebih mengandalkan pengalaman yang telah mereka miliki sejak pertama kali berusahatani. Menurut Hernanto (1993) Petani yang lebih lama mendapatkan pendidikan formal besar kemungkinan lebih mudah menerima inovasi baru. Petani yang terbatas pendidikannya dapat mengurangi cakrawala pemikirannya sehingga dapat menjadi kendala bagi petani dalam mengambil keputusan. Dengan pendidikan yang semakin tinggi diharapkan makin berkembang wawasan berpikirnya dan semakin baik dalam mengambil keputusan.

Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Banyaknya jumlah anggota keluarga sering dijadikan sebagai

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

6

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan dalam berusahatani. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 1999). Di daerah penelitian, jumlah tanggungan keluarga petani kedelai Budidaya Jenuh Air maupun petani kedelai budidaya konvensional sama-sama berjumlah 3-4 orang. Artinya, besarnya jumlah tanggungan keluarga tidak menjadi alasan petani untuk memutuskan mengadopsi Budidaya Jenuh Air.

Pengalaman berusahatani yang dimiliki petani kedelai Budidaya Jenuh Air berkisar 11-15 tahun dan lebih lama dibandingkan dengan pengalaman petani dalam berusahatani kedelai budidaya konvensional. Lamanya berusahatani akan mempengaruhi perilaku petani dalam berusahatani karena petani cenderung belajar dari apa yang sudah di lakukan sebelumnya. Pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani di daerah penelitian untuk menerapkan Budidaya Jenuh Air. Menurut Soekartawi (1986) jika seseorang petani semakin lama semakin berpengalaman berusahataninya, maka akan lebih dan sempurna keterampilan dalam berusahatani. Sehingga dapat dikatakan petani yang berpengalaman cenderung lebih tanggap dan cepat untuk mengambil keputusan. Petani yang memiliki pengalaman yang cukup dalam pengambilan keputusan pada umumnya dapat mengambil keputusan yang lebih baik daripada petani yang belum memiliki pengalaman atau sedikit pengalaman dalam mengambil keputusan.

Luas lahan yang dimiliki petani kedelai Budidaya Jenuh Air di daerah penelitian rata-rata seluas 2 ha dan lebih luas dibandingkan luas lahan yang dimiliki petani kedelai budidaya konvensional. Luas lahan mempengaruhi pengambilan keputusan adopsi inovasi yang dilakukan petani. Menurut Mardikanto et al (1993), semakin luas lahan biasanya semakin cepat memutuskan untuk mengadopsi suatu inovasi karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik, begitupun sebaliknya. Petani yang menguasai lahan kedelai yang luas akan memperoleh hasil produksi yang besar dan begitu sebaliknya.

Produksi kedelai yang dihasilkan dengan menggunakan budidaya jenuh air lebih besar dibanding dengan produksi kedelai konvensional dengan produksi rata-rata kedelai budidaya jenuh air sebesar 2 ton/ha, produksi yang didapat dari petani sampel di daerah penelitian masih di katakan rendah jika dibandingkan dengan standar produksi yang dapat dihasilkan jika menerapkan budidaya jenuh air. Gambaran Karakteristik Usahatani Kedelai Budidaya Jenuh Air dan Budidaya Konvensional

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Simpang Kecamatan Berbak, maka diperoleh informasi bahwa kegiatan usahatani kedelai BJA (Budidaya Jenuh Air) maupun usahatani kedelai budidaya konvensional memiliki karakteristik dan tahapan kegiatan usahatani yang berbeda, namun adapula beberapa tahapan kegiatan usahatani yang sama dari kedua sistem usahatani tersebut.

Indikator penerapan Budidaya Jenuh Air (BJA) berupa pengolahan lahan dengan membuat bedengan selebar 4 m dan membuat parit di antara bedengan sebagai saluran drainase selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Pengairan dilakukan pada saat air pasang dengan cara mengisi air pada parit yang telah di buat dengan mempertahankan kedalaman muka air 15 cm dengan melakukan pengecekan setiap pagi dan petang setiap harinya. Pengairan dilakukan 3-4 hari sekali sejak tanam hingga panen. Kemudian proses pemupukan dilakukan saat pengolahan lahan dan 2 minggu setelah tanam.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

7

Budidaya Jenuh Air (BJA) adalah cara penanaman di atas bedengan dengan memberikan pengairan terus menerus di dalam parit, dengan mempertahankan kedalaman muka air setinggi 15 cm sehingga tanah di bawah perakaran menjadi jenuh air, namun tidak menggenang dan dapat menurunkan pirit. Penerapan Budidaya Jenuh Air (BJA) di daerah penelitian mulai diperkenalkan sejak tahun 2014 pertama kali oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Sejak tahun 2014 penerapan Budidaya Jenuh Air sudah mendapatkan respon yang baik dari beberapa kelompok tani kedelai di Desa Simpang. Selanjutnya, penyuluh berperan aktif menyebarkan informasi mengenai Budidaya Jenuh Air sehingga makin banyak kelompok tani yang ikut menerapkan Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelainya. Penerapan Budidaya Jenuh Air bertujuan agar akar pada tanaman kedelai tidak mengalami keracunan sehingga produktivitas kedelai yang di dapat meningkat dan mutu dari biji kedelai yang dihasilkan lebih bagus. Sehingga petani menganggap penerapan Budidaya Jenuh Air merupakan cara yang cukup tepat untuk usahatani kedelai yang mereka kelola di lahan pasang surut. Petani juga menganggap bahwa Budidaya Jenuh Air bukanlah inovasi yang sulit untuk diterapkan sehingga pada saat awal pengenalan Budidaya Jenuh Air, sudah cukup banyak petani yang memberikan respon positif dan mau mencoba menerapkan Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelai yang mereka miliki.

Teknologi budidaya kedelai dalam kondisi jenuh air dimaksudkan untuk mengurangi pirit yang teroksidasi. Pirit merupakan mineral tanah yang hanya ditemukan di daerah pasang surut saja. Pada saat kondisi lahan basah atau tergenang, pirit tidak berbahaya bagi tanaman. Akan tetapi, apabila terkena udara (teroksidasi), pirit berubah bentuk menjadi zat besi dan zat asam belerang yang dapat meracuni tanaman (Ghulamahdi,2009). Produksi yang didapat setelah mengadopsi Budidaya Jenuh Air jauh lebih meningkat dengan jumlah polong yang lebih banyak dihasilkan dibandingkan saat petani menerapkan budidaya konvensional. Produksi yang didapat petani setelah menerapkan Budidaya Jenuh Air rata-rata bisa mencapai 2 ton/ha. Hasil produksi yang didapat petani kedelai BJA (Budidaya Jenuh Air) dijual kepada Perusahaan dengan harga jual Rp 7.000,- per kg.

Sedangkan budidaya kedelai konvensional sudah petani terapkan sejak awal berusahatani kedelai. Kedelai mulai ditanam sejak tahun 1994. Sejak awal kedelai ditanam, petani di daerah penelitian menerapkan budidaya konvensional di mana penanaman masih menggunakan alat-alat sederhana dan pengairan masih mengandalkan air hujan. Rata-rata produksi tertinggi yang di dapat petani kedelai selama menerapkan budidaya konvensional hanya 1 ton/ha. Namun, bagi petani produksi tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama ini. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Adopsi Inovasi Budidaya Jenuh Air (BJA) pada Usahatani Kedelai

Dengan menggunakan regresi linier berganda, hasil regresi faktor-faktor dari ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka didapatkan output nilai probabilitas yang digunakan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel yang digunakan. Selain itu, didapat nilai odds ratio untuk mengetahui seberapa besar peluang pengambilan keputusan adopsi inovasi budidaya jenuh air yang diambil petani. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air (BJA) di Desa Simpang dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

8

Tabel 2. Analisis Regresi Binary Logistik Pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Adopsi Inovasi Budidaya Jenuh Air (BJA) pada Usahatani Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2018

Koefisien (β) Sig. (p-value) Exp(B)

Karakteristik Inovasi (X1) 0,229 0,014 0,795

Saluran Komunikasi (X2) 0,229 0,027 1,257

Sistem Sosial (X3) 0,231 0,019 1,259

Constant -7,285 0,003 0,001

Hosmer and Lemeshow Test 0,670

Nagelkerke R Square (R2) 0,752

Dari hasil estimasi di atas dapat dituliskan model persamaan regresi binary logistic

yang diperoleh sebagai berikut: Ῠ = -7,285 + 0,229X1 + 0,229X2 + 0,231X3 Setelah mengetahui parameter regresi binary logistik, maka selanjutnya dilakukan pengujian terhadap parameter tersebut. Berdasarkan hasil analisis regresi binary logistik, hasil pengujian yang didapat sebagai berikut. Koefisien Determinasi (R-Squared)

Nilai Nagelkerke R-squared yang didapat sebesar 0,752, hal ini berarti 75% variabel dependent Keputusan adopsi inovasi mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel independent (faktor karakteristik inovasi, faktor saluran komunikasi dan faktor sistem sosial) atau dengan artian lain seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara serentak pada kisaran 75%, sedangkan sisanya 25% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Faktor-faktor dalam keputusan adopsi inovasi yang berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk beralih menerapkan budidaya jenuh air adalah faktor karakteristik inovasi, faktor saluran komunikasi dan faktor sistem sosial. Uji Signifikansi Model

Diketahui bahwa berdasarkan hasil uji Hosmer and lemeshow memiliki nilai sig 0,670 > 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak artinya tidak ada perbedaan nyata antara data dengan hasil prediksi model regresi binary logistic, atau model mampu memprediksi nilai observasi model regresi binary logistic dan model sesuai.

Sedangkan untuk uji konstruksi model pada penelitian ini menggunakan omnimbus test atau maximum likelihood yang ditunjukan pada tabel berikut: Tabel 3. Tabel Hasil Omnimbus Test Of Model Coefficients

Chi-square Sig.

Step 1 Step 61,399 0,000 Block 61,399 0,000 Model 61,399 0,000

Dari tabel 3 terlihat bahwa nilai signifikansi sama dengan 0.000 < alpha (0.05)

yang berarti dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel-variabel independen penelitian seperti; karakteristik inovasi, saluran komunikasi, dan sistem sosial berpengaruh terhadap variabel dependen nya (variabel keputusan adopsi inovasi).

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

9

Uji Parsial dan Pembentukan Model Pengambilan keputusan hipotesis dapat dilihat dengan melihat nilai

probabilitasnya (p-value). Gujarati (2003) menyatakan bahwa jika nilai p-value lebih kecil dari nilai alpha (α) maka dengan tingkat keyakinan (1-α) hipotesis H0 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh penjelasan mengenai pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi budidaya jenuh air secara signifikan sebagai berikut: 1. Karakteristik Inovasi (X1)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regresi binary logistik, dilihat dari nilai p-value yang di dapat berdasarkan hasil analisis sebesar 0,014 atau lebih kecil dari 0,05 maka karakteristik inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan adopsi inovasi petani untuk beralih mengadopsi budidaya jenuh air. Menurut Rogers (2003) bahwa semakin baik karakteristik dari sebuah inovasi yang akan diterapkan maka semakin cepat petani memutuskan untuk mengadopsi inovasi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik inovasi berpengaruh terhadap keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air dinilai dari segi keuntungan relatif, mampu menghasilkan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan jika menerapkan budidaya konvensional. Berdasarkan hasil penelitian petani menganggap bahwa penerapan Budidaya Jenuh Air tidak berbeda jauh dengan penerapan yang telah dilakukan petani sebelumnya. Jika dilihat dari segi tingkat kerumitan dan dapat dicoba, petani di daerah penelitian mengatakan bahwa tingkat kerumitan dari penerapan BJA tidak terlalu tinggi.

Selain itu, Budidaya Jenuh Air dapat dicoba baik dalam skala kecil maupun skala lebih luas di mana di daerah penelitian baik petani yang memiliki lahan kedelai yang sempit dan lahan kedelai yang luas mampu menerapkan Budidaya Jenuh Air. Tingkat kerumitan yang rendah dari penerapan BJA membuat petani berani memutuskan mengadopsi Budidaya Jenuh Air tersebut. Hasil dari penerapan Budidaya Jenuh Air juga dapat dilihat dan dibandingkan dengan hasil produksi kedelai konvensional, di mana hasil penerapan Budidaya Jenuh Air produksinya lebih tinggi di bandingkan produksi kedelai konvensional. Hasil penerapan yang dapat dibandingkan tersebut membuat petani berani memutuskan untuk terus mengadopsi Budidaya Jenuh Air. Berdasarkan hasil perhitungan kuisioner, dari kelima karakteristik inovasi yang dimiliki Budidaya Jenuh Air, segi kompatibilitas merupakan karakteristik yang paling dominan mempengaruhi keputusan adopsi inovasi dibandingkan karakteristik lain.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indraningsih (2011) yang menunjukan bahwa variabel karakteristik inovasi signifikan berpengaruh terhadap keputusan petani dalam adopsi inovasi teknologi usahatani terpadu. Variabel karakteristik inovasi memiliki nilai p-value sebesar 0,070 pada taraf signifikansi 15%. 2. Saluran Komunikasi

Variabel saluran komunikasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan petani untuk beralih mengadopsi budidaya jenuh air. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisis di mana variabel saluran komunikasi memiliki tingkat signifikansi (nilai p-value) yang nilainya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,027. Selain itu, saluran komunikasi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air jika dilihat dari nilai p-value yang didapat. Saluran komunikasi dianggap berpengaruh terhadap keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air dinilai dari saluran komunikasi yang biasa diakses petani. Dari 3 saluran komunikasi yang ada, saluran komunikasi interpersonal adalah saluran komunikasi yang paling berperan menyampaikan informasi mengenai Budidaya Jenuh Air. Saluran

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

10

interpersonal yang biasa di akses petani di daerah penelitian berupa diskusi antar petani, diskusi dengan penyuluh dan diskusi dalam kelompok tani.

Petani mengetahui informasi lebih mengenai penerapan Budidaya Jenuh Air dari saluran interpersonal berupa diskusi dengan penyuluh dan juga dengan sesama petani baik secara pribadi maupun melalui kegiatan kumpul kelompok tani yang rutin dilakukan sebulan sekali oleh kelompok tani yang sudah menerapkan. Informasi yang semakin banyak diterima petani membuat petani lebih cepat memutuskan untuk mengadopsi Budidaya Jenuh Air. Hal ini sejalan dengan pendapat Mardikanto (1996) yang menyatakan bahwa jika inovasi tersebut relatif sulit di sampaikan lewat media massa atau sasarannya belum mampu memanfaatkan media massa, inovasi yang disampaikan lewat media antar pribadi akan lebih cepat dapat diadopsi oleh masyarakat sasarannya.

Semakin sering petani mengakses saluran komunikasi untuk mendapatkan informasi mengenai budidaya jenuh air maka pengetahuan petani mengenai inovasi tersebut akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan teori bahwa saluran komunikasi mempengaruhi keputusan petani yang sedang mencoba inovasi baru untuk terus menerapkan atau menghentikan penggunaan inovasi tersebut. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan adanya hasil penelitian Harinta (2010) yang menunjukkan bahwa saluran komunikasi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan adopsi inovasi pertanian di kalangan petani dengan nilai p-value sebesar 0,011 atau lebih kecil dari 0,05. 3. Sistem Sosial

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa sistem sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan petani untuk mengadopsi Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelai. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikasinya yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,019. Sebuah sistem sosial yang ada dalam masyarakat ikut menentukan apakah sebuah inovasi dapat ditransmisikan dengan baik. Sistem sosial memberikan batasan atas sebuah difusi yang terjadi dalam masyarakat, sistem sosial seperti norma, pendapat opinion leader, tipe difusi yang terjadi, konsekuensi dari difusi itu sendiri memegang peranan penting (Rogers, 1983). Sistem sosial turut mempengaruhi bagaimana kecepatan penerimaan inovasi. Triandis, dkk (dalam Tolba, 2003) menyebutkan sistem sosial erat kaitanya pula dengan tingkat individualistik dan kolektivitas adopter dalam masyarakat yang faktor penting yang mempengaruhi sebuah penerimaan teknologi.

Di daerah penelitian, sistem sosial berpengaruh terhadap keputusan adopsi budidaya jenuh air dilihat dari adanya struktur sosial berupa kelompok tani, dengan adanya kelompok tani petani dapat bertahan dari gangguan dari luar lingkungan, kelompok tani juga mampu menyediakan sumberdaya seperti pinjaman modal maupun pinjaman bibit dalam membantu petani menerapkan budidaya jenuh air. Petani yang sudah menerapkan budidaya jenuh air menilai bahwa ketua kelompok tani cukup berperan dalam proses adopsi budidaya jenuh air. Ketua kelompok tani cukup berperan dalam memberikan informasi mengenai Budidaya Jenuh Air. Selain itu, petani yang sudah menerapkan budidaya jenuh air menganggap penyuluh sebagai agen perubahan berperan banyak dalam membantu petani dan mempengaruhi perilaku petani untuk menerapkan budidaya jenuh air.

Hal ini sejalan dengan penelitian Serah (2014) yang menunjukkan bahwa variabel sistem sosial signifikan berpengaruh terhadap keputusan adopsi inovasi teknologi pertanian. Variabel sistem sosial memiliki nilai koefisien sebesar 0,188 dan p-value sebesar 0,005. Hasil penelitian tersebut mendukung pendapat Rogers (1983) bahwa sistem sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem,

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

11

hal ini sangat berhubungan dengan derajat keserasian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Odds Ratio

Odds ratio merupakan ukuran risiko atau kecenderungan untuk mengalami kejadian ‘sukses ‘ antara satu kategori dengan kategori lainnya. Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. 1. Karakteristik Inovasi (X1)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regrsi binary logistik, di ketahui bahwa nilai Exp (B) atau odds ratio yang didapat sebesar 0,795, artinya peluang petani untuk memutuskan mengadopsi inovasi Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelai akan bertambah sekitar 0,795 setiap peningkatan nilai karakteristik inovasi sebesar satu-satuan (berdasarkan kuisioner penelitian). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik persepsi terhadap karakteristik inovasi budidaya jenuh air maka peluan inovasi tersebut untuk diadopsi akan semakin tinggi pula. Semakin tinggi keuntungan yang didapat setelah menerapkan dan semakin mudah budidaya jenuh air untuk di coba, maka semakin besar peluang petani untuk menerapkan budidaya jenuh air pada usahatani kedelainya. 2. Saluran Komunikasi

Berdasarkan Tabel 17, Nilai Exp (B) atau odds ratio yang di dapat sebesar 1,257, artinya peluang pengambilan keputusan petani untuk beralih mengadopsi inovasi Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelai akan bertambah sekitar 1,257 setiap peningkatan nilai saluran komunikasi sebesar satu-satuan (berdasarkan kuisioner penelitian). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik persepsi terhadap saluran komunikasi mengenai budidaya jenuh air maka peluang inovasi tersebut untuk diadopsi semakin tinggi pula. Peluang petani untuk memutuskan mengadopsi Budidaya Jenuh Air akan bertambah seiring dengan bertambahnya informasi mengenai BJA yang didapat petani. Semakin sering petani mengakses saluran interpersonal dengan cara berdiskusi dengan petani lain yang sudah menerapkan, berdiskusi dengan ketua kelompok tani ataupun dengan penyuluh pertanian, maka petani tersebut akan semakin yakin untuk mengadopsi Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelainya. 3. Sistem Sosial

Berdasarkan hasil analisis regresi binary logistik, nilai Exp (B) atau odds ratio faktor sistem sosial yang didapat sebesar 1,259, artinya peluang pengambilan keputusan petani untuk beralih mengadopsi inovasi Budidaya Jenuh Air pada usahatani kedelai akan bertambah sekitar 1,259 setiap peningkatan nilai sistem sosial sebesar satu-satuan (berdasarkan kuisioner penelitian). Semakin baik persepsi sistem sosial terhadap budidaya jenuh air maka peluang inovasi tersebut untuk diadopsi semakin tinggi pula. Sistem sosial di daerah penelitian ditandai dengan adanya kelompok tani yang siap membantu petani saat petani mengalami kesulitan dalam menerapkan budidaya jenuh air. Semakin besar peran dari kelompok tani yang dirasa oleh petani dalam membantu usahatani kedelai yang dimiliki petani, maka semakin besar peluang petani untuk mengadopsi Budidaya Jenuh Air.

Di daerah penelitian, sistem sosial dari petani-petani yang sudah menerapkan merupakan sistem sosial terbuka, di mana inovasi dapat dengan mudah diterapkan oleh setiap petani atau setiap petani yang ingin mencoba menerapkan Budidaya Jenuh Air memiliki peluang untuk mengadopsi ataupun tidak mengadopsi. Keputusan yang diambil petani dalam sistem sosial terbuka, tidak terpengaruh dengan jabatan ataupun status

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ADOPSI … · faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung

12

sosial. Artinya, ketua kelompok tani maupun petani biasa atau anggota kelompok petani memiliki peluang yang sama untuk mengadopsi Budidaya Jenuh Air jika petani tersebut mau mencoba.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi Budidaya Jenuh Air di Desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat disimpulkan bahwa gambaran karakteristik usahatani kedelai di Desa Simpang setelah menerapkan Budidaya Jenuh Air terlihat bahwa produksi yang diperoleh petani meningkat dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan oleh kedelai konvensional. Selain itu, jumlah petani yang sudah mengadopsi Budidaya Jenuh Air meningkat di bandingkan dengan saat pertama kali Budidaya Jenuh Air diperkenalkan karena informasi yang didapat dengan mudah melalui saluran interpersonal. Budidaya Jenuh Air memiliki karakteristik inovasi yang mudah diterapkan dan tidak memiliki tingkat kerumitan yang tinggi serta Budidaya Jenuh Air merupakan inovasi yang dibutuhkan petani guna meningkatkan produksi petani dalam berusahatani kedelai di lahan pasang surut.

Berdasarkan hasil uji Regresi Binary Logistik, diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi inovasi petani menerapkan budidaya jenuh air adalah faktor karakteristik inovasi, faktor saluran komunikasi dan faktor sistem sosial. Di antara ketiga faktor tersebut faktor saluran komunikasi yang paling dominan mempengaruhi keputusan petani dibandingkan faktor karakteristik inovasi dan faktor sistem sosial.

UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua

orangtua yang telah memberikan dukungan baik moral dan materil serta doa, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universita Jambi yang telah memfasilitasi penelitian ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Akdon, dan Riduwan. 2009. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi

dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci. Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri.

Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta. ____________. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Departemen Kehutanan,

Jakarta. Soekartawi. 1986. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press, Jakarta. _________. 1999. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press: Jakarta. Ghulamahdi, M, M. Melati, Murdianto. 2009. Penerapan Teknologi Budidaya Jenuh Air

dan Penyimpanan Benih Kedelai di Lahan Pasang Surut. Laporan Kemajuan Program Insentif Tahun 2009. Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Bogor.

Rogers, Everett M. 1983. Diffusion of Innovation. Canada: The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co., Inc. New York.

_______________. 2003. Diffusion of Innovation. 5th Edition. New York: Free Press.