Upload
lexuyen
View
265
Download
0
Embed Size (px)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN
BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas Dan Memenuhi Syarat – Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
HESTI
NIM. F0106045
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN
BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
Surakarta, 7 Juli 2010
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai harapannya, maka Allah akan memberi
kepuasan dalam hatinya, menghimpunkan segala impiannya, dan dunia pun akan
mendatanginya dengan merunduk. Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai
cita-citanya, maka Allah akan jadikan kemiskinan di depan matanya, membayarkan
segala impiannya, dan dunia takkan mendatanginya melainkan apa yang telah
ditentukan baginya
(HR. Tirmidzi)
Terimalah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah dan ubahlah sesuatu yang tidak dapat
kamu ubah. Bersyukurlah terhadap sesuatu yang telah diberi olehNya karena rasa
syukur dapat menjadikan seseorang ikhlas menjalani hidup dan selalu berusaha
mengoptimalkan sesuatu yang dimiliki sehingga keterbatasan dapat dilawan dan
meraih apa yang dicita – citakan
(Penulis)
Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dia celaka. Barang siapa
yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia merugi. Dan barang siapa hari ini lebih
baik daripada hari kemarin, maka ialah yang beruntung.
(Al Hadist)
Be better is better than be the best
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :
Rabb Penguasa Alam Semesta, Allah SWT atas limpahan kekuatan, nikmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Rasulullah SAW sebagai sumber inspirasi dan teladan penulis
Orangtuaku tercinta, ayah dan ibu yang selalu memberi doa dan pengorbanan untuk
penulis
Kakak-kakakku tercinta ( Bang Herry & Mb Rina yang telah banyak memberi
semangat dan dukungan yang tidak bisa penulis ungkapkan dengan kata-kata.
Adik – adikku yang selalu memberikan motivasi pada diriku untuk menjadi seorang
teladan yang baik
Dosen Pembimbing-ku yang dengan sabar telah membantu menyelesaikan karya ini.
Semoga Allah tetap memberi kalian hidayah dan keistiqomahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis ucapkan atas
segala rahmat, Hidayah dan InayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN
CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN
2009” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai
berkat bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Nurul Istiqomah SE, M.Si selaku ketua penguji sekaligus pembimbing dalam
perbaikan skripsi ini.
3. Bapak Sumardi SE selaku anggota penguji sekaligus pembimbing dalam
perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Ibu Izza Mafruhah SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan di
Fakultas Ekonomi UNS.
7. Bapak Drs Sutomo, MS, selaku pembimbing akademik yang telah banyak
membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Seluruh Pengrajin Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi
Jawa Tengah yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data
yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
10. Seluruh karyawan BPS Kabupaten Boyolali yang telah banyak membantu penulis
dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
11. Orang tuaku tersayang, kakak-kakakku ( Abang & Mb Rina terima kasih udah
banyak membantu Esti mudah2an Allah memberikan balasan rahmat yang
berlipat ganda, Uni Rina kakakku tercinta terima kasih kesabarannya selama ini
menghadapi Esti yang terkadang egois, Bg Hendi & Ka’ Lia… terima kasih Bg
Hendi dulu sering anter jemput Esti, Bg Herwin & Yuni…Terima Kasih Bg
Herwin sudah mau nganter bolak – balik Esti dari rumah ke stasiun klo mau balik
ke Solo, Uni Helsi..Kuliahnya yang serius biar jadi orang yang berguna), serta
adik-adikku (Hardi & Herlin..IAllah Ka’ Esti akan selalu berusaha & berkorban
untuk memberikan apa yang terbaik untuk kalian..I Love U So Much Coz Allah)y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
12. Tim Suksesi Skripsi ( Efiyana, Esti Wulanningsih, Fitri Rohmah Izzati, Sri
Wahyu Ristanti, Tika Permanasari ) terima kasih atas bantuan kalian. Semoga
Allah menggantinya dengan yang lebih baik.
13. Teman – teman angkatan 2006 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
semua jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas segala
yang diberikan sehingga aku dapat berkembang sampai saat ini. Mohon maaf
tidak disebutkan satu per satu, semoga dapat terwakili.
14. Teman – teman spesialku di Ekonomi Pembangunan : Fany Marisca ( Kabarnya
gmana nich fan, long time no see ), Mayarina Ratna Sari (Semangat ya ukh...klo
butuh bantuan calling2 aj & terima kasih sudah setia nunggu di pendadaran ku),
Sri Wulan Rahayu ( Wulan...terima kasih segala bantuan & pertolongannya
selama menjalani proses kuliah), Tika Permanasari (Thanks sudah setia
menemaniku menyelesaikan skripsi & menunggu pendadaranku), Monica Petra (
cie...yang sudah lulus lebih cepat dibanding kami).
15. Teman – teman seperjuangan Q ”DURENZ FAMILY” :
Ayu Tutia Ningsih (Yut..teruskan perjuangan qt di DEMA ya...o..oo.
Syukron Jzk Ukhti nasihat - nasihatnya selama menjalani amanah di
DEMA), Efiyana (Syukron Jzk ukhti sudah mau honeyka repotkan terus,
diminta mabit di fathyya dan honeyka telpon terus untuk menanyakan
masalah skripsi & terima kasih kedatangannya di pendadaran Honeyka...
jadi tambah semangat menghadapi dosen penguji...), Ery Susanti Yuniar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
( Ery...jaga kesehatan ya...Syukron Jzk selalu menyempatkan membawa
oleh – oleh kalo habis pulang dari Cirebon), Fany Marisca (Fany...kapan
qt bisa ngobrol – ngobrol lg...kangen nich), Fitri Rohmah Izzati (
Syukron Jzk Ukhti selalu siap sedia membantu Honeyka kalo lg ada
kesulitan selama hidup 4 tahun dalam satu kos yang sama..he..& afwan
jiddan jika banyak kekurangan pada diri Honeyka), Noverita Rizki
Pratiwi (QQ...Afwan Jiddan ya sering mendzolimi QQ & Syukron Jzk
atas kesabarannya...semoga Honeyka bisa mencontoh kesabaran dari QQ),
Nur Maflikhah ( Nur,...Syukron Jzk sudah mau menjadi tempat bertanya
dalam menyelesaikan skripsi & mau menemani pendadaran Honeyka..
jadi tambah semangat aj menghadapi dosen penguji.., moga Honeyka bisa
mencontoh menjadi aktivis prestatif seperti anti), Nurlia Fathonah (
Syukron Jzk Ukhti sudah sering banyak membantu..sekarang sibuk apa
nih..), Purwanti ( Syukron Jzk Ukhti sudah mau menjadi pendengar yang
baik..), Mayarina Ratna Sari (Halo Maya...semangat terus ya...Syukron
Jzk Ukhti atas bantuannya selama kuliah bersama Honeyka selama 4
Tahun & Syukron juga sudah meluangkan waktu untuk menunggu
pendadaran Honeyka...jadi tambah semangat menghadapai dosen
penguji).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Durenz Family yang selalu membuat saya tersenyum – senyum melihat
tingkah polah kalian yang aneh – aneh...he.. (Bardjos, Dyan, Gie, Oka,
Ricky, Tony, Wanks, Zizie).
16. Mb – mb Q tercinta (Asri Istiqomah, Ucay, Ima, Shinta, Ucix, Arum, Wahyu,
Dita, Putri, Wulan, Novi, Sifa, Indah, Lina, Isti, Wilis).
17. Adik – adik Q tercinta (Alfinnadzifah, Melisa, Suryati, Dewi Setyowati, Retno,
Atun, Rohmah, Rona, Sari, Yurika, Esti, Keke, Cita, Anggita, Stephanie, Fovia,
Anik Maya Sari).
18. Adik- adik Q di Syiar BPPI Periode 2007 ( Puspa, Efi Halimah, Hermin Arifianti,
Qomar, Yoga, Yusuf), Adik – adik Q di Humas BPPI Periode 2008 ( Umi Nur
Khasanah, Winda TH, Dewi, Rini S (Syukron Jzk ukhti atas bantuannya selama
ini), Mike, Ayu, Rachman, Faris, Sidiq, Andhika, Bakti), Adik – Adikku di DP2A
BIAS FE UNS (Salsabila, Ria Rizki, Novita, Vetie, Wulan H, Puspa, Laely,
Anggel, Lucky, Juni, Hananto, Candranata, Yoga, Farid, Syukron, Adib).
19. Teman- teman Q alumni KEI FE UNS periode 2007 – 2009, BPPI FE UNS
Periode 2007 -2009, Puskomda Periode 2008, DP2A BIAS UNIVERSITAS
Periode 2008, Tim Kaderisasi BIAS UNIVERSITAS Periode 2008, DEMA FE
UNS Periode 2010.
20. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang bermanfaat dalam penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT
memberi balasan yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat
disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Akhir kata penulis berharap
agar karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi
para pembaca yang budiman.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
DARTAR TABEL .........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................
B. Perumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................................
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
A. Kajian Teori ......................................................................................................
1. Pengertian Industri .............................................................................................
2. Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian .......................................
3. Teori Pengembangan UMKM ............................................................................
4. Arti Penting dan Keunggulan UMKM ...............................................................
5. Permasalahan UMKM di Indonesia ...................................................................
6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia ..................................
7. Pengertian Pendapatan dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya ..............
B. Penelitian Sebelumnya .......................................................................................
C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
xii
xiv
xvii
1
1
6
7
8
10
10
10
15
16
19
24
29
31
40
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
D. Hipotesis ............................................................................................................. 42
BAB III. METODE PENELITIAN
A. . Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………..........
B. Populasi...............................................................................................................
C. Teknik Sampling..................................................................................................
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................................
E. Instrumen Penelitian............................................................................................
F. Jenis dan Sumber Data........................................................................................
G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................
1. Observasi.............................................................................................................
2. Interview..............................................................................................................
3. Kuesioner............................................................................................................
4. Studi Pustaka.......................................................................................................
H. Teknik Analisis Data...........................................................................................
1. Uji Pemilihan Model...........................................................................................
a. Uji MWD........................................................................................................
b. Metode Regresi Linier Berganda...................................................................
2. Uji Statistik.........................................................................................................
a. Uji t.................................................................................................................
b. Uji F................................................................................................................
c. Uji Koefisien Determinasi……………………………………………..… .3
3. Uji Asumsi Klasik...............................................................................................
a. Multikolinearitas…………………………………………………….…......
b. Heteroskedastisitas………………………………………………………....
c. Autokorelasi………………………………………………………..…..…..
BAB IV. ANALISIS DATA ................................................................................... .….
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian.................................................................
1. Kondisi Geografis...............................................................................................
42
44
44
44
45
45
47
48
48
48
49
49
49
49
49
49
52
53
53
55
57
57
57
58
59
60
60
60
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Kondisi Demografis............................................................................................
3. Komposisi Tingkat Pendidikan........................................................................
4. Komposisi Mata Pencaharian..........................................................................
5. Penggunaan Lahan...........................................................................................
6. Mata Pencaharian............................................................................................
7. Keuangan Daerah ...........................................................................................
72
B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali…………………………………………………………………….....7
1. Latar Belakang Usaha Kerajinan Logam............................................................
2. Bahan Baku.........................................................................................................
3. Peralatan Yang Digunakan.................................................................................
4. Tenaga Kerja.......................................................................................................
5. Pemasaran...........................................................................................................
C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali………………………………………………….……….
D. Analisis Data dan Pembahasan……………………………………….…..…..8
1. Metode Analisis Data……………………………………………….………..
a. Uji Pemilihan Model………………………………………………..…….83
b. Metode Regresi Linier Berganda……………………………….………....
c. Uji Statistik…………………………………………………..…………....87
1. Uji t ………………………………………………………..……….…..
2. Uji F……………………………………………………………..……..88
3. Uji Koefisien Determinasi………............................................................
d. Uji Asumsi Klasik……………………………………………….……….89
1. Multikolinearitas……………………………………………….……89
2. Heteroskedastisitas……………………………………………..……90
3. Autokorelasi…………………………………………………….…...91
62
63
64
65
66
66
66
67
67
67
68
69
76
76
76
77
79
79
80
80
81
81
82
83
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
2. Interpretasi Secara Ekonomi…………………………………………………84
a. Pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin
logam…………………………………………………………………… ..92
b.Pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin
logam……………………………………………………………………....93
c. Interpretasi terhadap variabel modal usaha dan pengalaman usaha yang
secara nyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam….. 94
BAB V. PENUTUP......................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
84
84
85
86
88
88
89
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1.1 Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional ..........................................
1.2. Produk Domestik Regional Bruto Kab Boyolali................................................
1.3.Jumlah Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.................................................................................................................
4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali..............................................................................................
4.2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun 2008..........................................................
4.3. Banyaknya penduduk Umur Lima Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan
di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tahun
2007–2008...........................................................................................................
4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia Sepuluh Tahun Ke atas)
Di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun
2006 – 2008........................................................................................................
4.5. Penggunaan Lahan di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali tahun 2008.................................................................
2
3
5
61
62
63
64
64
65
70
71
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
4.6. Klasifikasi Penduduk Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali Usia Sepuluh Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun 2008.........................................................................................................
4.7. Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali...........................................................
4.8. Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali..............................................................................
4.9. Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan
Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.............................................
4.10. Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin logam di Sentra Kerajinan Logam
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali..........................................................
4.11. Distribusi Tingkat Pendidikan Pengrajin logam di Sentra Kerajinan Logam
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.....................................................
4.12. Hasil Uji MWD Test Linier...............................................................................
4.13. Hasil Uji MWD Test Log-Linier........................................................................
4.14. Hasil Regresi Persamaan Pendapatan...............................................................
4.15 Hasil Uji Multikolinieritas………………………………...............................
4.16 Hasil Uji Hateroskedastisitas…………………………………………….
4.17 Hasil Uji Autokorelasi…………………………………………………….
65
70
71
72
74
75
77
77
78
82
83
84
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1. Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar Persaingan Sempurna.............
2.2. Skema Kerangka Pemikiran.....................................................................................
3.1. Aturan Uji t..............................................................................................................
37
42
54
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAKSI
Hesti
NIM. F0106045
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA
KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI,
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel modal usaha, jumlah tenaga
kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam di
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha,
jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan pengrajin di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 60
pengrajin logam dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan pengujian
statistik dengan bantuan program E-views 3.0. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis
regresi linier, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2), serta uji asumsi klasik
(uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi).
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial (uji t)
dengan α = 5% menunjukan dua variabel tenaga kerja dan tingkat pendidikan berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam sedangkan variabel modal usaha dan
pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Hasil Uji F dengan α =
5% menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja,
pengalaman usaha, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam di
kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali, propinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: pendapatan pengrajin logam
dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan menambah jumlah tenaga kerja dan meningkatkan
tingkat pendidikan.
Kata Kunci : Pendapatan, pengrajin logam, modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman
usaha, tingkat pendidikan, simple random sampling, analisis regresi linier berganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan industri mulai menjadi topik yang menarik sejak munculnya
tesis flexible specialization pada tahun 1980-an, yang didasari oleh
pengalaman dari sentra-sentra Industri Skala Kecil (ISK) dan Industri Skala
Menengah (ISM) beberapa negara di Eropa Barat, khususnya Italia (Becattini
dalam Kuncoro, 2003). Sebagai contoh kasus, bahwa pada tahun 1970-80an,
pada saat industri skala besar di Inggris, Jerman dan Italia mengalami staknasi
atau kelesuan, ternyata industri skala kecil (terkonsentrasi di lokasi tertentu
membentuk sentra-sentra) yang membuat produk-produk tradisional
mengalami pertumbuhan yang pesat dan bahkan mengembangkan pasar
ekspor untuk barang-barang tersebut serta menyerap banyak tenaga kerja.
Menurut Tambunan (2000) pengalaman ini menunjukkan bahwa industri kecil
di sentra-sentra dapat berkembang lebih pesat, lebih fleksibel dalam
menghadapi perubahan pasar, dan dapat meningkatkan produksinya daripada
industri kecil secara individu di luar sentra.
Pengalaman Taiwan, sebagai perbandingan, justru menunjukkan
perekonomiannya dapat tumbuh pesat karena ditopang oleh sejumlah usaha
kecil dan menengah yang disebut community based industri (Kuncoro, 2000:
310). Lebih lanjut Kuncoro menjelaskan bahwa perkembangan industri di
Taiwan yang sukses menembus pasar global, ternyata ditopang oleh kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
UMKM yang dinamik (Kuncoro, 2002) dan pengembangan aktivitas industri
ini lebih diutamakan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM).
Menurut data yang diambil dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil & Menengah tahun 2007 – 2008, eksistensi dan peran UMKM yang
pada tahun 2008 mencapai 51,26 juta unit usaha, dan merupakan 99,99 % dari
pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak
diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja,
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, devisa nasional, dan
investasi nasional. Perkembangan jumlah UMKM periode 2007-2008
mengalami peningkatan sebesar 2,88 % yaitu dari 49.824.123 unit pada tahun
2007 menjadi 51.257.537 unit pada tahun 2008. Jika ditinjau dari proporsi unit
usaha pada sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha
terbesar adalah sektor (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2)
perdagangan, hotel dan restoran; (3) industri pengolahan; (4) pengangkutan
dan komunikasi; serta (5) jasa-jasa, yang masing-masing tercatat sebesar
51,51 %, 28,8 5 % , 6,32 %, 6,25 % dan 4,25 %.
Tabel 1.1
Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional (%)
Jenis Kontribusi UMKM 2007 2008
1. Penciptaan PDB nasional
2. Pembentukkan total nilai ekspor
3. Penyerapan Tenaga Kerja
4. Pembentukkan Investasi
Nasional
58,4 %
16,01%
96,95%
51,23%
58,33%
16,72%
97,04%
51,80%
Sumber : Kemenkop & UKM Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sektor industri pengolahan memegang peranan penting sebagai
penyumbang pendapatan baik pendapatan nasional maupun regional. Peranan
sektor industri pengolahan atau kontribusinya terhadap PDB terus mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Dari data pada tahun 2009, kontribusi sektor
industri pengolahan terhadap PDB menurut harga konstan meningkat dari
27,60 % pada tahun 2001 menjadi 27, 97 % pada tahun 2004.
Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) propinsi
Jawa Tengah menurut lapangan usaha untuk industri pengolahan atas dasar
harga berlaku dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 juga mengalami
peningkatan. Begitu pula pada Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Boyolali menurut lapangan usaha untuk industri
pengolahan atas dasar harga berlaku dan harga konstan dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan.
Tabel 1.2
Produk Domestik Regional Bruto Kab. Boyolali Tahun
2005 - 2007 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
(Rp.000)
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007
Atas Dasar Harga Konstan
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, & Air Bersih
5. Bangunan / Konstruksi
6. Perdagangan
7. Angkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
9. Jasa – jasa
1.270.600.780
25.863..893
563.954.895
33.795.686
84.927.588
897.510.193
91.107.119
222.845.571
265.456.399
1.290.672.178
30.698.735
582.759.034
42.784.225
92.569.242
917.695.400
99.299.886
230.414.003
314.005.265
1.305.830.800
34.309.698
609.253.241
46.644.081
104.995.685
940.415.435
100.819.675
238.020.006
367.484.657
PDRB
Penduduk Pertengahan Tahun
PDRB PERKAPITA (Rupiah)
3.456.062.124
940.186
3.675.934,47
3.600.897.968
942.174
3.821.903,35
3.747.773.278
945.553
3.963.578,22
Sumber : Boyolali Dalam Angka Tahun 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Salah satu bentuk UMKM yang potensial di Propinsi Jawa Tengah adalah
sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. UMKM
ini ditetapkan oleh pemerintah propinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari
daerah wisata dengan dukungan klaster industri di dalamnya.
Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali sudah berpuluh–puluh tahun dikenal sebagai sentra
kerajinan logam. Produknya sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen,
tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri. Popularitas
sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata
kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja
keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di
daerah tersebut.
Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo
merupakan aset tersendiri baik dalam menunjang pembangunan serta
pengentasan kemiskinan yang diantaranya pengurangan jumlah pengangguran
dan menyerap banyak pekerja terutama pekerja dengan tingkat pendidikan
rendah, karena untuk menjadi seorang pengrajin logam yang dibutuhkan
adalah skill dalam menempa, mengukir dan merealisasikan design gambar
menjadi sebuah karya seni kerajinan logam. Dengan semakin banyaknya
tenaga kerja yang diserap maka akan membantu pemerintah dalam
mengetaskan dan mengurangi pengangguran terlebih lagi di era globalisasi
seperti sekarang kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi
justru semakin meningkat sehingga perkembangan industri ini semakin lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
semakin maju sehingga tentunya akan semakin banyak karyawan yang
direkrut dan dipekerjakan dalam sentra kerajinan logam ini.
Tabel 1.3
Jumlah Sentra Kerajinan Logam Berdasarkan Bidang Usaha
Beserta Jumlah Tenaga Kerja Di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali
Jenis Bidang Usaha Jumlah
1. Industri pengrajin ukir tembaga 40
2. Indusri pengrajin tembaga 14
3. Industri pengrajin alumunium 16
Total 70
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008
Kecamatan Cepogo di Kabupaten Boyolali memiliki sentra kerajinan
logam yang terdiri dari kelompok pengrajin tembaga, pengrajin ukir tembaga
maupun pengrajin dari logam lainnya seperti alumunium. Kelompok
pengrajin terbesar adalah pengrajin ukir logam yang jumlahnya mencapai 40
kelompok usaha dan melibatkan 226 tenaga kerja. Produk yang dihasilkan
dari kelompok ini sangat bervariatif, tergantung dari kemampuan kelompok
mengembangkan produknya dan juga dipengaruhi oleh design yang dibuat
oleh pemesan. Adapun produk yang dihasilkan berupa : hiasan dinding, relief,
kaligrafi, lampu gantung, lampu dinding, lampu taman, asbak, vas, tempat
lilin, tempat buah, koran, bokor, jambangan, kubah, dan interior logam serta
produk-produk souvenir yang lain. Pengrajin tembaga terdiri dari 14
kelompok usaha dengan tenaga kerja berjumlah 30 orang, yang memproduksi
tembaga tanpa ukir. Produk yang dihasilkan adalah peralatan rumah tangga
dan cor tembaga. Pengrajin alumunium biasanya memproduksi peralatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
rumah tangga seperti dandang, ceret, wajan. Jumlahnya sudah tidak banyak
lagi, hanya 16 kelompok dengan didukung 96 tenaga kerja.
Rata-rata pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali mempekerjakan antara 200-300 pekerja sehingga banyak
pengangguran yang terserap dalam kerajinan ini. Harapannya dengan
berkurangnya jumlah pengangguran di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali akan berdampak positif bagi segala bidang dan sektor kehidupan.
Tentunya juga menjadi suatu akibat dari majunya industri logam adalah
tingkat kesejahteraan penduduk yang semakin lama semakin meningkat dan
membaik.
Setelah mengetahui akan arti pentingnya UMKM, maka penulis tertarik
dan berusaha mengkaji tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang serta menjadi
pusat dalam bidang ekonominya karena memiliki sentra kerajinan logam
yang masih menjaga budaya seni dan mampu menghasilkan barang dengan
kualitas ekspor sehingga mampu memberi kontribusi perekonomian daerah
dan nasional.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa masalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Apakah variabel modal usaha berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
2. Apakah variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
3. Apakah variabel pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali.
4. Apakah variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
5. Apakah variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan
tingkat pendidikan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian seperti telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah
1. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel modal terhadap
pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel jumlah tenaga kerja
terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
3. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel pengalaman usaha
terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
4. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel tingkat pendidikan
terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
5. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel modal usaha, jumlah
tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara bersama –
sama terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penerapan
kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dalam kerangka
besar kebijakan di bidang industri di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan bahwa sektor informal
khususnya sentra kerajinan logam juga berperan dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan para pengrajin logam (khususnya di Kecamatan Cepogo)
dalam mengalokasikan faktor – faktor produksi yang mereka miliki.
3. Bagi Penulis
Mengetahui secara nyata praktek usaha sentra kerajinan logam dalam
menjalankan usahanya dan mengetahui masalah – masalah yang dihadapi
oleh para pengusaha serta sampai sejauh mana teori yang telah didapatkan
dibangku kuliah dapat memecahkan masalah yang dihadapi para pengrajin
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Industri
Definisi industri khusus dalam aplikasi di Indonesia diperluas menjadi
usaha mikro, kecil dan menengah (Harsoyo dalam Wuri, 2006 : 4). Dalam
implementasinya, konsep industri di Indonesia perdefinisi berbeda satu
dengan yang lain. Beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh
beberapa instansi memiliki pendekatan yang berbeda pula. Beberapa
perbedaan definisi menurut berbagai pihak adalah sebagai berikut:
a. Pengertian Industri Menurut Departemen Perindustrian
Peraturan menteri perindustrian menjelaskan beberapa pengertian
yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah, yaitu (dprin. go.id.
regulasi/2006) :
1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan / atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
2) Perusahaan industri kecil yang selanjutnya disebut industri kecil
(IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang
industri dengan nilai investasi paling banyak Rp.200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Perusahaan Industri Menengah yang selanjutnya disebut Industri
Menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
dibidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp.
200.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,-
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4) Industri Kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri
yang terdiri dari Industri Kecil dan Industri Menengah
b. Pengertian Industri Menurut Departemen Perdagangan
Departemen Perdagangan dalam mendefinisikan industri lebih
menitikberatkan pada aspek permodalan, yaitu industri dengan modal
kurang dari Rp. 25.000.000,- ( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 )
c. Pengertian Industri Menurut BPS
BPS menggolongkan industri berdasar berapa banyak tenaga kerja
yang digunakan, yaitu industri besar jika menggunakan tenaga kerja
lebih dari 100 orang, industri sedang jika menggunakan tenaga kerja
antara 20 sampai 99 orang, industri kecil jika menggunakan tenaga
kerja 5 sampai 19 orang, dan industri rumah tangga (usaha mikro) jika
menggunakan tenaga kerja kurang dari lima orang (Tambunan, 2002 :
49).
d. Pengertian Industri Menurut UU No. 9 / 1995
UU No. 9 / 1995 menjelaskan industri sebagai berikut
(Tambunan, 2002 : 49)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan
maksimal Rp. 200.000.000,-
2) Nilai hasil penjualan per tahun maksimal Rp. 1.000.000.000,-
3) Milik Warga Negara Indonesia ( WNI )
4) Bukan dari anak cabang dari usaha besar
5) Berbadan usaha perorangan, tidak berbadan hukum, termasuk
koperasi.
e. Pengertian Industri Menurut Kementerian Negara Koperasi dan
Industri
Kementerian Negara Koperasi dan Industri mendefinisikan industri
adalah sebagai berikut ( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 )
1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki aset di luar tanah
dan bangunan kurang dari Rp. 200.000.000,- dan memiliki omset
kurang dari 1 milyar per tahun.
2) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset lebih dari
Rp. 200.000.000,- dan memiliki omset antara 1 sampai 10 milyar
per tahun.
f. Pengertian Industri Menurut Bank Indonesia
Bank Indonesia mendefiniskan industri adalah sebagai berikut
(Khrisna Murti dalam proposal survei tentang “Mapping Keragaan
Industri di Wilayah Surakarta”, 2006 :9):
1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin
atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar
masuk industri.
2) Usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset kurang dari Rp. 200
juta dan memiliki omset kurang dari 1 Milyar per tahun.
3) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset kurang dari
Rp. 5 Milyar. Untuk lainnya (termasuk jasa), aset kurang dari Rp.
600 juta diluar tanah dan bangunan. Omset usaha ini adalah kurang
dari Rp. 3 Milyar per tahun.
g. Pengertian Industri Menurut Bank Dunia
Bank dunia mendefinisikan industri adalah sebagai berikut
(Khrisnamurti dalam proposal survei tentang “Mapping Keragaan
Industri di Wilayah Surakarta”, 2006 : 9)
1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki pekerjaan kurang
dari 10 orang, memiliki aset kurang dari $ 100.000, dan memiliki
omset kurang dari $ 100.000 per tahun.
2) Usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki pekerja kurang dari
50 orang, memiliki aset kurang dari $ 3 juta, dan memiliki omset
kurang dari $ 3 juta per tahun.
3) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki pekerjaan
kurang dari 300 orang, memiliki aset kurang dari $ 15 juta, dan
memiliki omset kurang dari $ 15 juta per tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
h. Pengertian Industri Berdasarkan Eksistensi Dinamisnya
Berdasarkan eksistensi dinamisnya industri di Indonesia dapat
dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain (Irzhan Azhary
Shaleh, 1986 : 33)
1) Industri lokal
Adalah kelompok yang menggantungkan hidupnya pada pasar
setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif tersebar dari
segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil dan lebh bersifat
subsisten. Karena target pemasarannya terbatas, usaha ini hanya
menggunakan alat transportasi yang sederhana seperti gerobak,
sepeda, dan pikulan. Dalam hal itu juga maka pedagang perantara
juga tidak memiliki peran yang sangat menonjol.
2) Industri sentra
Adalah kelompok usaha yang dari segi satuan usaha mempunyai
skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan produksi yang terdiri
dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Target
pemasaran usaha ini lebih luas dari kategori pertama, sehingga
peranan pedagang perantara dalam hal ini cukup penting.
3) Industri mandiri
Adalah kelompok industri yang masih memiliki sifat – sifat
seperti industri, namun telah memiliki kemampuan dalam
mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih. Pemasaran
hasil produksinya relatif tidak tergantung terhadap para pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak layak lagi
dikategorikan sebagai industri, namun dilihat dari skala penyerapan
tenaga kerja maka kelompok ini tetap dimasukkan kedalam
subsektor industri.
2. Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian
Departemen perindustrian menggolongkan kategori – kategori industri
sebagai berikut (Thee Kian Wee, 1994 : 56) :
a. Industri Modern
Industri ini meliputi kriteria – kriteria sebagai berikut :
1) Menggunakan teknologi proses madya
2) Mempunyai skala produksi yang terbatas
3) Tergantung pada industri besar
4) Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah serta
dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.
5) Menggunakan mesin khusus dan peralatan modal lainnya.
b. Industri Tradisional
Industri ini memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1) Menggunakan teknologi sederhana
2) Mesin dan perlengkapan modal yang digunakan sederhana
3) Lokasinya di pedesaan
4) Akses pasar masih terbatas madaya, atau bahkan sudah
menggunakan teknologi proses produksi maju. Industri ini
didirikan oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong
diadakannya industri ini.
c. Industri Kerajinan Kecil
Industri jenis ini meliputi berbagai ragam mulai dari industri yang
menggunakan teknologi proses produksi yang sederhana, madaya, atau
bahkan sudah menggunakan teknologi proses produksi maju. Industri
ini didirikan oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan dan
memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong
diadakannya industri ini.
3. Teori Pengembangan UMKM
a. Teori Klasik Perkembangan UMKM
Jenis UMKM yang digunakan sebagai acuan umumnya dalam
kajian teoritis perkembangan teori UMKM adalah jenis usaha UMKM
yang outputnya merupakan barang konsumsi dan/atau bahan baku
pendukung industri. UMKM memiliki diferensiasi produk
dibandingkan dengan industri besar. Oleh karena itu, secara alamiah
UMKM mampu menciptakan ceruk pasar bagi mereka (Tambunan,
2006). Dalam teori klasik perkembangan UMKM lebih banyak
disebabkan oleh adanya spillover dari sektor industri manufaktur.
UMKM dalam teori ini terbentuk secara alamiah disebabkan oleh
kemampuan kewirausahaan UMKM dalam melihat ceruk pasar baru
baik barang konsumsi maupun barang pendukung serta sebagai
industri manufaktur. Perkembangan teori UMKM berawal dari artikel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Stanley dan Morse dalam Mulyaningsih (2009), studi yang dilakukan
di negara maju dan berkembang ini berhasil mengidentifikasi tiga
faktor dominan pembentuk UMKM antara lain yaitu: faktor lokasi,
proses produksi dan pasar output. Perbedaan faktor-faktor tersebut
mempengaruhi perbedaan kondisi setiap UMKM di setiap subsektor
pada sektor-sektor tertentu. Sementara, Penandiker dalam
Mulyaningsih (2009) menjelaskan bahwa dua faktor alamiah yang
menyebabkan perbedaan skala bisnis adalah pasar dan teknologi.
Hoselitz dalam Mulyaningsih (2009) melihat kunci sukses
kemampuan bertahan UMKM adalah karakteristik UMKM yang
memiliki biaya produksi yang rendah. Sementara Parker dan
Anderson dalam Mulyaningsih (2009) melihat tipologi perkembangan
UMKM secara konsisten sejalan dengan perkembangan fase
pembangunan ekonomi. Fase pertama merupakan tahapan dimana
sebagian besar UMKM bergerak di sektor agraris serta industri rumah
tangga. Lokasi perdesaan merupakan letak sebagain besar UMKM ini
berkembang. Fase kedua, pada tahapan terjadi pergeseran skala usaha
ke arah skala yang lebih besar. Pada umumnya UMKM pada fase ini
merupakan UMKM penunjang industri besar. Steel dalam
Mulyaningsih (2009) menyebutkan bahwa urbanisasi merupakan
faktor kunci pergeseran UMKM dari fase pertama ke fase kedua. Fase
terakhir merupakan fase UMKM meninggalkan kategorisasi UMKM
menjadi industri besar yang memiliki struktur organisasi yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mapan. Perkembangan usaha, manajemen, pemasaran serta alur
distribusi usaha sudah terkoordinasi dengan baik. Dalam fase ini
akses terhadap infrasruktur keuangan, sistem insentif, subsidi serta
berbagai komitmen pemerintah merupakan faktor utama
penggeraknya.
b. Teori Modern Perkembangan UMKM
Dalam teori ini isu yang mengemuka tentang perkembangan
UMKM adalah perkembangan teori spesialisasi fleksibel.
Perkembangan teori ini dilatarbelakangi respon terhadap kondisi
perekonomian global. Piore dan Sobel dalam Mulyaningsih (2009)
mengidentifikasi bahwa terdapat empat ciri utama spesialisasi
fleksibel antara lain yaitu:
1) Spesialisasi fleksibel: UMKM dalam komunitas dapat beradaptasi
pada teknik produksi tetapi tetap berspesialisasi pada satu jenis
barang tertentu
2) Keterbatasan masuk pasar
3) Inovasi dengan tingkat kompetisi tinggi
4) Tingkat kerjasama yang baik antar UMKM
Faktor utama pengubah paradigma teori klasik ke teori modern
adalah globalisasi. Globalisasi berimbas pada perubahan metode
organisasi proses produksi, tenaga kerja dan pasar. Globalisasi
menyebabkan pergeseran dari produksi masal (fordist) ke arah
produksi khusus (Piore dan Sabel, 1984; Scott, 1988; Harvey, 1990).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dalam kondisi ini ceruk pasar yang dapat dimanfaatkan semakin
besar. Bukti empiris di banyak negara UMKM memanfaatkan ceruk
pasar ini sebagai outputnya (Tambunan, 2006). Di sisi lain
kemampuan mengorganisasi dengan cara yang baru dalam
memaksimalkan kondisi ini sejalan degan konsep kewirausahaan
(Lembing dan Kuehl dalam Mulyaningsih (2009).
4. Arti Penting dan Keunggulan UMKM
UMKM merupakan sektor yang memiliki peranan penting di dalam
perekonomian Indonesia. Kemampuannya untuk tetap bertahan di masa
krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini merupakan
bagian dari sektor usaha yang cukup tangguh. Setidaknya terdapat tiga
alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang
penting keberadaan UMKM (Berry dalam makalah simposium
kebudayaan indonesia-malaysia ke-x, 2007 : 4-7). Alasan pertama adalah
karena kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan
tenaga kerja yang produktif. Kedua,sebagai bagian dari dinamikanya,
UMKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi
dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa
UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha
besar. Kuncoro (2002) juga menyebutkan bahwa UMKM di Indonesia
telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja,
meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah
tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pentingnya usaha skala mikro, kecil dan menengah dalam suatu
perekonomian harus dapat dilihat lebih jauh sebagai manifestasi dari pasar
bebas di suatu negara (Llyod dalam makalah simposium kebudayaan
indonesia-malaysia ke-x, 2007 : 4-7).
Menurut Moolman (1993), secara umum diketahui bahwa usaha mikro,
kecil dan menengah mempunyai urutan yang sangat penting dalam suatu
perekonomian dan hubungannya dengan karakteristik sosial, diantaranya :
a. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai generator dari
pembukaan kesempatan lapangan pekerjaan.
b. Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai sifat yang unik dalam
eksistensinya, yang mendorong penemuan dan inovasi dari para pelaku
usahanya (entrepreneur).
c. Usaha mikro, kecil dan menengah mendukung secara dominan akan
kebutuhan di masyarakat.
d. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat membantu menciptakan
kestabilan dan distribusi aktivitas ekonomi yang lebih merata serta
kesempatan di dalam perekonomian
e. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai pintu masuk
menuju usaha/bisnis skala besar di dalam suatu perekonomian.
Menurut Hoselitz (1959), Sektor UMKM di negara berkembang
merupakan sektor yang labor intensive sehingga sektor ini diharapkan
dapat mengatasi masalah pengangguran di negara berkembang. Selain
labor intensive, UMKM sering dikenal sebagai mesin pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ekonomi, banyak sisi kebaikan yang dapat diambil dari UMKM khususnya
dalam mendorong pembangunan di negara-negara berkembang. UMKM
mempunyai ciri khusus yakni sifat mereka yang: memiliki keterampilan
(skill) dan teknologi khusus, kontribusi dan kewirausahaan akan
pembangunan, dan memiliki keterkaitan dengan berbagai industri
(industrial linkages). UMKM memberikan prospek yang cerah di masa
depan untuk menciptakan tenaga kerja dengan skala yang besar dan
kesempatan mendapatkan pendapatan dengan biaya yang relatif rendah
khususnya pada daerah desa atau pinggiran kota (rural) yang akan
mendukung kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
dan berkeseimbangan, yang merupakan syarat untuk memicu dan keluar
dari kemiskinan dan masalah-masalah sosial ekonomi lainnya (Ahmed
dalam makalah symposium kebudayaan Indonesia-Malaysia ke-x, 2007 :
4-7).
Penelitian Beck dalam makalah symposium kebudayaan Indonesia-
Malaysia ke-x, 2007 : 4-7),menyimpulkan bahwa UMKM memiliki
peranan di dalam menurunkan pengangguran, meningkatkan pendapatan
pekerja, dan mengurangi kemiskinan. Walaupun demikian ternyata jika
kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai peranannya di dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, penelitiannya
menyimpulkan bahwa peranan industri tersebut tidak terjadi. Oleh karena
itu menurutnya kebijakan pemerintah yang memberikan subsidi terhadap
seluruh sektor ekonomi dan perusahaan kemudian harus dikaji lagi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tepat. Menurut Hayashi dalam makalah symposium kebudayaan
Indonesia-Malaysia ke-x, 2007 : 4-7), pembangunan UMKM dapat sejalan
dan sejajar dengan proses industrialisasi perusahaan-perusahaan besar dan
beberapa sektor ekonomi seharusnya diberikan kontribusi lebih di dalam
meningkatkan pembangunan ekonomi karena karakteristik pertumbuhan
dan kemampuan penyerapan tenaga untuk setiap sektor ekonomi berbeda-
beda.
Menurut Irsan Azhari Saleh, (1986 : 5), UMKM mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian.UMKM memberi
manfaat sosial (social benefit) yang sangat berarti bagi perekonomian
Indonesia. Manfaat pertama, UMKM dapat menciptakan peluang berusaha
yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Manfaat kedua, UMKM
turut mengambil peranan dalam meningkatkan dan memobilisasi tabungan
domestik. Ini dimungkinkan dengan kenyataan bahwa UMKM cenderung
memiliki atau memperoleh modal dari si pengusaha sendiri, dan tabungan
keluarga atau dari kerabatnya. Manfaat ketiga, UMKM mempunyai
kedudukan komplementer terhadap industri sedang dan besar, karena
UMKM menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang bisa
dihasilkan oleh industri sedang dan besar.
Alasan–alasan yang mendukung pentingnya perkembangan UMKM
adalah : pertama, masalah fleksibilitas dan adaptabilitasnya, dalam
memperoleh bahan mentah dan peralatan. Kedua, relevansinya dengan
proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
integrasi kegiatan pada sektor–sektor yang lain. Ketiga, peranannya dalam
jangka panjang sebagai basis bagi terciptanya kemandirian pembangunan
ekonomi, karena UMKM ini umumnya diusahakan oleh pengusaha dalam
negeri dengan menggunakan kandungan impor (Import content) yang
rendah (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 125).
Tetapi ada beberapa alasan yang kuat yang mendasari resistensi dari
keberadaan industri dan UMKM dalam perekonomian Indonesia. Alasan
– alasan itu antara lain sebagai berikut :
a. Sebagian lokasi industri dan UMKM berlokasi di daerah pedesaan,
sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin
meningkat serta luas tanah pertanian yang relatif sempit atau
berkurang maka industri adalah merupakan jalan keluar yang terbaik.
b. Beberapa kegiatan UMKM banyak menggunakan bahan baku dari
sumber – sumber terdekat. Disamping itu tingkat upah yang murah
telah menyebabkan biaya ditekan rendah.
c. Harga jual yang relatif murah atau rendah serta tingkat pendapatan
kelompok bawah yang rendah sesungguhnya merupakan suatu kondisi
menjawab tersendiri yang memberikan peluang bagi industri dan
kerajinan rumah tangga untuk tetap bertahan.
d. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang telah
diproduksi secara maksimal, yang merupakan salah satu aspek
pendukung yang kuat (Irsan Azhary, Saleh, 1986 : 11). Selain hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
telah disebutkan di atas, industri juga mempunyai keunggulan khusus
antara lain :
1) Hubungan yang lebih pribadi dengan langganan, pensuplai dan
karyawan
2) Hubungan interpersonal yang lebih erat
3) Lebih efisien dalam berbagai hal
4) Sumber inovasi, termasuk fleksibilitas dalam berbagai tindakan
5) Faktor pengontrol bagi perusahaan besar yang cenderung
mengembangkan monopoli
6) Kehidupan bermasyarakat yang lebih luas
7) Produksi atau pengembangan pemimpin
5. Permasalahan UMKM di Indonesia
Dalam proses perkembangannya, UMKM kadang mengalami
permasalahan yang bisa menghambat kegiatan usahanya seperti nilai
penurunan persentasi atau jumlah dari UMKM yang terus menerus turun
drastis dari tahun ke tahun. Sektor UMKM memiliki kelemahan akan
faktor-faktor eksternal seperti: iklim ekonomi, politik dan legislatif,
tingginya biaya perawatan, praktek diskriminasi yang sering dilakukan
terhadap industri. Masalah lain yang dihadapi adalah fungsi internal yang
belum memadai seperti,kemampuan manajemen, pendanaan/pembiayaan,
pemasaran, dan SDM.
Masalah UMKM yang sering muncul menurut Nurimansyah Hasibuan
(1992 : 2) antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a. Mutu produk yang rendah dan tidak standar
b. Teknologi produksi yang tradisional
c. Kekurangan modal usaha
d. Pasar yang terbatas
e. Motivasi produksi terbatas pada tingkat subsistem
f. Keterampilan yang kurang
g. Cara kerja yang masih terkena kultur agraris
Permasalahan pokok yang sering muncul dan dialami oleh UMKM
adalah sebagai berikut :
a. Iklim diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan
pemerintah. Terciptanya iklim diskriminatif ini pada pokoknya
disebabkan oleh berbagai praktek dan peraturan yang dilakukan oleh
pemerintah, terutama yang langsung menyangkut UMKM. Hal ini
yang relatif menonjol adalah upaya mengaitkan nilai insentif fiskal itu
dengan investasi, sehingga pada gilirannya membawa akibat bahwa
hanyalah usaha – usaha yang berskala besar (dari segi investasi) saja
yang dapat memetik manfaat lebih besar dan juga berbagai alasan
berupa kemudahan administrasi, efisiensi dalam pelaksanaan
pembeliannya pemerintah itu dilakukan melalui tender yang selektif
dan dalam skala yang relatif besar, sehingga UMKM tidak
mempunyai cukup peluang untuk turut serta didalamnya.
b. Relatif terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank
komersial. Untuk keterbatasan akses bagi UMKM untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kredit pada dasarnya dapat diletakkan sebagai iklim diskriminatif yang
bersumber pada sektor swasta karena langkanya kredit institusional
yang berasal dari lembaga keuangan resmi bagi pengusaha kecil,
sehingga mayoritas pengusaha kecil yang bersangkutan cenderung
menggantungkan pembiayaan perusahaan pada modal sendiri, ataupun
sumber – sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara
bahkan rentenir. Padahal pembiayaan yang bersifat noninstitusional
biasanya relatif lebih mahal daripada pembiayaan yang bersumber dari
kredit institusional. Ada dua alasan kuat yang melatarbelakangi
timbulnya keengganan lembaga kepentingan untuk memberikan
pinjaman atau kredit kepada pengusaha kecil, yaitu : pertama kurang
menguntungkan karena disamping biaya pemberian pinjaman yang
relatif tinggi juga dibayangi resiko yang relatif besar, kedua, karena
lembaga keuangan sangat sulit memperoleh informasi yang cukup
memadai dari industri dan perusahaan kecil sebagai pemohon kredit.
c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi
perkembangan UMKM. Masalah premis UMKM adalah persoalan
permanen yang telah menjadi bagian yang melekat dari eksistensi
UMKM itu sendiri. Masalah yang cukup menonjol adalah bahan
mentah, kesulitan pemasaran hasil produksi serta masalah lokasi dan
fasilitas produksi. Permasalahan yang lebih jauh adalah kesulitan
pengembangan usaha, tingkat efisiensi yang relatif rendah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
semakin menurun serta ketidakmampuan mengakomodasi selera
konsumen (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 5-9).
Sedangkan menurut Irsan Azhary Saleh, kelemahan UMKM adalah :
a. Kurangnya kemampuan dalam megelola akibat kurangnya latihan
pengembangan
b. Lemahnya daya finansial
c. Posisi bersaing yang kuat
d. Kurang koordinasinya produksi dengan penjualan
e. Sistem pencatatan kurang sempurna
f. Teknik pemasaran yang kurang efektif
g. Meningkatkan kompleksitas operasi (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 13).
Secara lebih spesifik dari hasil rangkuman laporan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Advisory Group In Economics Industry and Trade
dalam Mandala Harefa (2008: 4) masalah dasar yang dihadapi UMKM
adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan
memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan
dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber
permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen
sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama
antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha
yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan
kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap UMKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Menurut PERMAC (2002), Secara umum UMKM mempunyai
kebutuhan yang hampir sama yaitu: bantuan dan solusi akan masalah
internal yang dihadapi, bantuan peningkatan produktifitas dan persaingan
usaha, akses yang mudah kepada penggunaan teknologi yang efektif dan
efisien, akses yang mudah kepada penggunaan manajemen bisnis yang
lebih baik, akses yang mudah kepada pemasaran dan penggunaan teknik
pemasaran yang lebih baik, peningkatan mutu SDM peningkatan sumber-
sumber daya dan input
Kementerian Koperasi dan Industri di dalam mengembangkan
UMKM harus berdasarkan kepada sembilan prinsip di bawah ini:
1. Pendekatan joint venture antara skala besar dengan usahan skala kecil
2. Tingkat efisiensi dari usaha skala kecil harus berdasarkan kepada
pemenuhan standar sosial dan keuangan
3. Sisi permintaan dan penawaran dari usaha kecil harus dibangun
4. Praktek-prekatek ilegal (black economy) harus dihapuskan
5. Program pemerintah harus diprioritaskan dan disesuaikan dengan
pendanaan masyarakat (public funding)
6. Program pemerintah harus diprioritaskan dan ditargetkan berdasarkan
aplikasi dari dana publik
7. Institusi-institusi yang memberikan dukungan terhadap usaha kecil
harus direkstukturisasi untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan,
sehingga dapat diimplementasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
8. Departemen perindustrian dan perdagangan harus dapat menjadi
penghubung dan dasar dari semua strategi nasional
9. Perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi bisnis, dan
bantuan/donor luar negeri, memainkan peranan yang sangat penting
dalam perkembangan dari aktifitas kehidupan industri secara
berkesinambungan.
Ahmed (2001) menyimpulkan bahwa tingkat penyerapan tenaga
kerja berbeda-beda untuk setiap sektor usaha. Sektor-sektor yang memiliki
kemampuan menyerap tenaga kerja yang tinggi, pengembangan
kemampuan kewirausahaan, dan memiliki keterkaitan dengan bisnis
lainnya harus menjadi “sektor prioritas” dan setiap kebijakan pemerintah
yang proaktif harus ditujukan kepada sektor-sektor tersebut. Kebijakan ini
sangat penting karena hanya sektor prioritas tersebut terutama dalam
jangka pendek mampu berperan dalam mengurangi pengangguran.
6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia
Untuk lebih membangun dan mengembangkan keberadaan UMKM
yang ada, maka perlu adanya pembinaan yang lebih intensif dari instansi
atau lembaga yang terkait khususnya Departemen Perindustrian yang
bersifat program bantuan teknis, antara lain :
a. Pembinaan Manajemen
b. Pembinaan peningkatan Teknologi Produksi
c. Pemasyarakatan standarisasi sistem manajemen yang mengacu ISO
d. Pembinaan kewiraswastaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dengan demikian pentingnya UMKM dalam perekonomian,
keberadaan UMKM semakin mendominasi dunia usaha. Sehingga perlu
adanya peningkatan keberadaan jiwa, semangat, dan sikap mental
wiraswasta pada pengusaha kecil. Adapun tujuan diadakannya pembinaan
ini adalah :
a. Membentuk pola pikir wiraswasta yang sukses
b. Menumbuhkan keinginan kerjasama antar wiraswasta
c. Untuk lebih mengenal kemampuan sumber daya pengusaha
Pengembangan UMKM menurut Jannes Situmorang (2008 : 13 – 14)
a. Peningkatan Kualitas SDM
Upaya ini dapat dilakukan sendiri oleh UMKM antara lain
adalah dengan belajar sendiri-sendiri (otodidak) atau ikut magang pada
usaha sejenis yang telah ada sebelumnya.
b. Perijinan Usaha UMKM
Satu-satunya solusi yang dapat disarankan adalah dengan
membangun kelompok atau koperasi, karena UMKM tidak dapat
melakukan upaya apapun selain biaya (yang relatif tinggi) untuk
mengatasi masalah perijinan ini.
c. Pengembangan Pasar UMKM
Untuk mengembangkan pasar kegiatan yang dapat dilakukan
oleh UMKM secara mandiri (tanpa bantuan stakeholder) adalah
kegiatan promosi dan pembentukan jaringan usaha. Kegiatan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
ternyata cukup efektif dalam mendukung perkembangan pemasaran
produk.
Dengan adanya strategi pemberdayaan UMKM, diharapkan
UMKM dapat tetap eksis dalam menjalankan usaha baik pada saat
krisis maupun tidak pada saat krisis. Studi monitoring dampak krisis
terhadap UMKM antara lain dilakukan oleh Akatiga bekerja sama
dengan Asia Foundation dalam Susilo (2004), hasil studi tersebut
menunjukkan bahwa pada awal krisis UMKM juga sangat terpukul
oleh krisis ekonomi yang terjadi, namun jika dibandingkan dengan
usaha formal, UMKM lebih dahulu memperlihatkan tanda-tanda
kebangkitan. Selain itu, dampak krisis terhadap usaha kecil juga
beragam. Faktor penentu kinerja atau ketahanan UMKM di masa krisis
adalah kombinasi dari dua unsur, yaitu (Sri Susilo, 2004): (1) faktor
permintaan pasar, dan (2) kenaikan harga input dan kelangkaan barang
input. Dari sisi faktor permintaan kinerja usaha akan bertahan atau
membaik jika pangsa pasarnya tidak terpengaruh krisis atau bahkan
meningkat karena krisis. Kinerja usaha dapat bertahan atau membaik
juga dapat disebabkan oleh harga input yang digunakan terpengaruh
oleh krisis ekonomi atau tidak.
7. Pengertian Pendapatan dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya
a. Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan karena
seseorang telah berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dikerjakannya. Pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh
karena telah mengorganisasikan seluruh faktor – faktor produksi yang
dikelolanya. Pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari jumlah
produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau
dalam persamaan matematik dapat dinyatakan (William A. Eachern,
2001 : 98) :
TR = P X Q,
Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan
P = Harga Jual Produk
Q = Jumlah produksi yang terjual
Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah
dikurangi dengan biaya – biaya dalam proses produksi. Biaya yang
dimaksud disini adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diiukur
dalam satuan uang, yang dikeluarkan saat proses produksi
berlangsung, demi untuk menghasilkan suatu produk tertentu
(Mulyadi, 1990 : 7). Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara
ekonomis tidak dapat dihindari dalam proses produksi.
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
1) Modal Usaha
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat
digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
rangka untuk menaikkan tingkat produksi, atau modal adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
barang – barang yang dapat digunakan untuk berproduksi dimasa
yang akan datang (Irwan & M. Suparmoko, 1992 : 75).
Jenis modal menurut sumbernya dibagi menjadi (Bambang
Riyanto, 1994 : 171 – 172) :
a) Modal sendiri
Modal sendiri yaitu modal yang berasal dari pemilik pribadi
pengusaha dan tertanam pada usaha tertentu dan digunakan
untuk waktu yang tidak tentu lamanya.
b) Modal asing yaitu modal yang berasal dari luar, yang bersifat
sementara sehingga modal tersebut merupakan hutang dan pada
saatnya harus dikembalikan. Modal yang diperoleh dari pihak
asing akan mempunyai konsekuensi berupa pembayaran bunga
pada tiap bulannya, sehingga dengan modal ini biaya
operasional yang harus dikeluarkan oleh pengusaha akan
meningkat.
Jenis modal berdasarkan fungsi kerjanya terbagi menjadi
(Bambang Riyanto, 1994 : 51)
a) Modal tetap yaitu modal yang berwujud peralatan untuk proses
produksi.
b) Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai
operasi usaha seperti membayar persekot bahan baku, yang
diharapkan dapat kembali lagi. Uang masuk yang berasal dari
hasil penjualan produk akan dikeluarkan lagi untuk membiayai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
operasi produksi selanjutnya. Modal merupakan salah satu
faktor produksi atau input yang sangat mempengaruhi besarnya
tingkat output yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Semakin
banyak modal, maka semakin banyak pula tingkat output yang
dihasilkan (Sukirno, 2002 : 192). Tingkat produksi yang lebih
tinggi mengakibatkan pendapatan yang akan diperoleh
pengusaha menjadi lebih besar.
2) Tenaga Kerja
Soetomo (1990 : 3) mendefinisikan tenaga kerja adalah sebagai
berikut :
a) Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan
dalam kegiatan produksi, karena faktor produksi inilah yang
mengkombinasikan berbagai faktor produksi yang lain guna
menghasilkan suatu output. Beberapa pengertian tenaga kerja
adalah sebagai berikut : (Soetomo, 1990: 3). 1. Tenaga kerja
adalah seseorang yang mampu melakukan pekerjaan baik
didalam maupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, 2.
Tenaga kerja adalah sejumlah penduduk yang dapat
menghasilkan barang dan jasa, jika ada permintaan tenaga
kerja dan mereka bersedia berpartisipasi dalam akivitas
tersebut. Tenaga kerja juga berarti penduduk usia kerja dalam
arti sudah bekerja, sedang bekerja, mencari kerja, dan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sedang melakukan kegiatan seperti sekolah, mengurus rumah
tangga, dan kegiatan lainnya, namun sewaktu – waktu dapat
berpartisipasi untuk bekerja jika dibutuhkan.
Pengertian tenaga kerja menurut PBB adalah penduduk
usia 15 tahun sampai 64 tahun yang telah menghasilkan
pendapatan. Pengertian tenaga kerja bagi penduduk Indonesia
adalah penduduk usia 10 tahun keatas, karena pada
kenyataannya penduduk Indonesia yang berusia diatas 65
tahun masih ada yang bekerja. (Aris Ananta dkk, 1988 : 21).
Adapun tenaga yang benar – benar terlibat dalam
kegiatan produksi dan yang sedang mencari pekerjaan disebut
angkatan kerja. Definisi angkatan kerja adalah bagian dari
tenaga kerja yang bekerja dan menganggur atau sedang
mencari lowongan kerja (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 3).
Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi
yang penting dan harus diperhitungkan dalam proses
produksi dengan jumlah yang cukup, tidak hanya dalam hal
jumlah namun juga dalam hal kualitas dan macam tenaga
kerja yang memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan
disesuaikan dengan kebutuhan pada tingkat tertentu sehingga
jumlahnya optimum (Soekartawi, 2003 : 27).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah
pemakaian tenaga kerja agar optimal adalah (Sugiyarto et al.,
2002 : 495) :
a) Tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
karena menambah penggunaan tenaga kerjanya.
b) Tambahan penerimaan (produk yang dihasilkan) yang
diperoleh perusahaan karena menambah penggunaan
tenaga kerjanya (MPL). Penambahan pemakaian jumlah
tenaga kerja (L) akan menaikkan tingkat output. Jika
output tersebut terjual maka penerimaan yang diperoleh
perusahaan juga akan naik. Perusahaan akan terus
menambah penggunaan tenaga kerjanya sepanjang
petambahan penerimaan yang diterima perusahaan masih
lebih besar daripada tambahan biaya yang harus
dikeluarkan akibat menambah jumlah tenaga kerja yang
digunakan (Sugiyarto et al., 2002 : 495).
Tingkat produksi yang dicapai perusahaan mula –
mula akan terus mengalami kenaikan seiring adanya
penambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Namun pada titik tertentu kenaikan tersebut semakin
berkurang. Hal ini lebih dikenal sebagai the law of
diminishing return yang ditunjukkan oleh gambar 2.1
berikut (Sugiyarto et al., 2002 : 496)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
MPLL
MPL1
MPL2
MPL3
L1
L3
L2
L
Gambar 2.1
Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar
Persaingan Sempurna
Dari gambar 2.1 di atas dapat terlihat bahwa dengan
bertambahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan maka
tambahan produk yang dihasilkan semakin berkurang..
Sebagai contoh pada saat penggunaan tenaga kerja pada
tingkat L1 maka tambahan output sebesar MPL1, tapi
setelah penggunaan tenaga kerja ditambah menjadi L2
maka tambahan produk yang dihasilkan berkurang
menjadi MPL2.
3) Pengalaman Usaha
Pengalaman dapat diartikan sebagai interaksi diri pribadi
dengan lingkungan, dimana didalamnya seseorang belajar secara
aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut. Istilah pengalaman
yang lain juga dapat diartikan sebagai hasil belajar. Pengalaman
yang diperoleh seseorang meliputi tiga aspek yaitu (Soemanto,
2002 : 22) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
a) Pengalaman berupa pengetahuan
b) Pengalaman berupa keterampilan
c) Pengalaman berupa sikap atau nilai.
Pengalaman berupa keterampilan dapat memberikan
kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah, karena
dengan keterampilan yang lebih baik maka seseorang akan
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan
pendapatannya.
Ritawati Tedjakususma (2005) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Pengaruh Faktor Kematangan Karyawan
Terhadap Prestasi Kerja Pekerja Operasional pada Pengusaha
Alat–alat Dapur di Kecamatan Candi, KabuaptenSidoarjo
menunjukkan bahwa pengalaman usaha secara signifikan
berpengaruh terhadap prestasi kerja dan produktifitas pekerja,
yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah pendapatan yang
diterima.
Ismono Wahyu dalam skripsinya bahwa terdapat beberapa
pendapat para ahli yang mengemukakan tentang pengalaman
kerja, diantaranya adalah:
a) Harold, berpendapat bahwa kecakapan atau keterampilan
merupakan suatu kemampuan yang diperoleh melalui
pengalaman kerja setelah melalui suatu masa kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b) John Locke, berpendapat dalam perkembangan jiwa seseorang
pada lingkungan yang dinamis akan mendapatkan pengalaman
yang berguna dalam menyelesaikan tugasnya
4) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam mengembangkan sumber daya manusia.
Pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan
tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian
akan meningkatkan produktifitas.
Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa
peningkatan pendapatan seseorang akan diperoleh salah satunya
melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun
sekolah berarti meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat
penghasilan seseorang, namun hal tersebut berarti menunda
penerimaan penghasilan selama satu tahun karena mengikuti
sekolah (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 58 – 59).
Hubungan pendidikan dan produktivitas kerja dapat terlihat
dari pendapatan yang lebih tinggi pula. Tentu perbedaan tingkat
pendapatan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengalaman
usaha, keahlian, sektor usaha, jenis usaha, lokasi usaha, dan lain –
lain. Namun setelah diamati dalam kondisi yang sama tingkat
pendapatan berbeda menurut tingkat pendidikan (Payaman J.
Simanjuntak, 1985 : 66).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian Deny Ertanto (2008) telah melakukan penelitian dengan judul
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Gitar di
Desa Mancasan Kecamatan Baki KabuaptenSukoharjo tahun 2008 . Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
Pendapatan Pengrajin Gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki
KabuaptenSukoharjo. Variabel – variabel penjelas dari variabel dependen
tingkat pendapatan yang digunakan adalah variabel modal, jumlah tenaga
kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : data
primer yang berupa data cross sectional yang diambil dengan teknik kuesioner
dari sampel yang berjumlah 43 responden. Sedangkan data sekunder yang
merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan
data – data yang telah ada pada instansi – instansi yang memiliki keterkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti dan diperoleh sebelum maupun sesudah
penelitian berlangsung. Model persamaan analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model regresi linier.
Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat
variabel tersebut variabel yang mempengaruhi adalah variabel modal kerja,
tenaga kerja, dan tingkat pendidikan yang secara nyata berpengaruh terhadap
pendapatan pengrajin gitar dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
masing – masing sebesar 0,0943 (0,000), 218.530,2 (0,24), dan 128.770,2
(0,39)
Didik Budi Santoso (2006) telah melakukan penelitian dengan judul
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pengusaha
Mebel di Kecamatan Kalijambe KabuaptenSragen Tahun 2006. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
Pendapatan Pengusaha Mebel di Kecamatan Kalijambe KabuaptenSragen.
Variabel – variabel penjelas dari variabel dependen tingkat pendapatan yang
digunakan adalah modal, tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : data primer
yang berupa data cross sectional yang diambil dengan teknik kuesioner dari
sampel yang berjumlah 80 responden. Sedangkan data sekunder yang
merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) KabuaptenSragen, Kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan.
Model persamaan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi linier.
Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat
variabel tersebut hanyalah variabel modal kerja dan tenaga kerja yang secara
nyata berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha mebel dengan nilai
koefisien regresi dan probabilitas masing – masing sebesar 0,69975 (0,000)
dan 1005672 (0,006262)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
C. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keberhasilan usaha para
pengrajin logam, akan dihitung dari pendapatan yang diperoleh pengrajin
untuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam penelitian ini, pendapatan
pengrajin dipengaruhi oleh faktor – faktor modal, jumlah tenaga kerja,
pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan keterangan di atas
serta untuk memudahkan dalam menganalisa data skripisi ini, maka dibuat
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap
pertanyaan yang diajukan. Dari permasalahan di atas dapat dikemukakan
hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga variabel modal usaha berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
Modal Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
Pengalaman Usaha
Tingkat Pendidikan
Pendapatan
pengrajin Logam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Diduga variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan, Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
3. Diduga variabel pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
4. Diduga variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
5. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan
tingkat pendidikan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III pada penelitian ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini, metode penelitian memuat uraian tentang
ruang lingkup penelitian, populasi, teknik sampling, definisi operasional variabel
penelitian, instrumen penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik análisis data. Metode penelitian mengacu pada Buku Pedoman Penyusunan
Skripsi Fakultas Ekonomi UNS.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang kerajinan logam ini dilakukan di Kabupaten Boyolali
sebagai obyek penelitian yaitu : sentra kerajinan logam di Kecamatan
Cepogo.
B. Populasi
1. Populasi atau Universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan – satuan
atau individu – individu yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto,
2000:42). Dalam penelitian ini yang merupakan populasi adalah sentra
kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dengan
jumlah 70 responden (pengrajin logam).
2. Sampel adalah sebagian dari populasi yang sebagian karakteristiknya
hendak diselidiki (Djarwanto, 2000:43). Penentuan besar sampel dalam
penelitian ini menurut metode Slovin dengan rumus sebagai berikut :
21 Ne
Nn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
1 = Angka Konstan
e = Nilai Kritis (batas ketelitian yang digunakan, e = 0,05)
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
21 Ne
Nn
2)05,0(701
70
n
= 59,57 60
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah sentra kerajinan
logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dengan jumlah 60
responden (pengrajin logam).
C. Teknik Sampling : adalah suatu metode yang digunakan untuk mengambil
sampel (Suparmoko, 1999 : 33). Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik secara acak sederhana (Simple Random Sampling),
seluruh individu dalam populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Subiyanto, 2000 : 101).
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Ada dua jenis variabel yang perlu didefinisikan untuk keperluan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Variabel Dependen, yaitu pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Variabel dependen adalah karakteristik yang berubah atau muncul
ketika penelitian mengubah atau mengganti variabel bebas (Cholid
Narbuko dan H. Abu Achmadi, 1999 : 80)
Variabel dependen disini adalah pendapatan yang diperoleh dari
jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau
dalam persamaan matematik dapat dinyatakan TR=P X Q.
Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan
P = Harga Jual Produk
Q = Jumlah produksi yang terjual
Variabel ini diukur dalam satuan rupiah (Rp). Jadi pendapatan yang
hendak diteliti adalah penerimaan kotor seorang pengusaha yang diperoleh
dari hasil penjualan kerajinan logam, belum dikurangi biaya operasional
dan tenaga kerja.
2. Variabel Independen, meliputi :
Variabel independen adalah kondisi – kondisi atau karakteristik –
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk
menerangkan hubungan fenomena yang diobservasi (Cholid Narbuko dan
H. Abu Achmadi, 1999 : 80).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
1) Modal Usaha
Modal usaha merupakan variabel independen yang menyatakan
besarnya input yang harus dikeluarkan sebelum pengusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berproduksi atau memulai usahanya. Variabel ini diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan variabel independen yang secara
langsung terlibat dalam usaha pembuatan kerajinan logam . Tenaga
kerja dalam hal ini adalah penduduk atau mereka yang benar – benar
sedang bekerja pada unit usaha tertentu (kerajinan logam). Variabel
ini diukur dalam jumlah tenaga kerja / orang yang dipekerjakan.
3) Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha merupakan variabel independen yang
menyatakan berapa lama responden atau pengusaha telah
berkecimpung dalam bidang usahanya. Variabel ini diukur
berdasarkan jumlah tahun yang telah dijalaninya.
4) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan variabel independen yang
menyatakan besar atau lamanya tingkat pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh pengusaha atau responden. Variabel ini diukur
berdasarkan jumlah tahun responden duduk dibangku sekolah.
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat dalam bentuk
kuesioner yang diisi oleh responden, dibuat dalam pertanyaan terbuka dan
tertutup. Pertanyaan terbuka adalah daftar pertanyaan yang tidak memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
alternatif jawaban kepada responden, sehingga responden bebas dalam
menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan peneliti.
Pertanyaan tertutup adalah jenis pertanyaan yang memberikan alternatif
jawaban kepada responden, sehingga responden dapat memilih salah satu
dari berbagai alternatif jawaban yang diberikan peneliti. Karena pertanyaan
dalam penelitian ini cukup kompleks, maka sebagian besar metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung satu persatu
dengan pengusaha / responden.
F. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari para
pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Data sekunder
didapat dari instansi yang terkait dalam penelitian ini.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross
section, artinya data diambil pada tahun yang sama. Data ini meliputi data
tingkat pendapatan, modal usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan,
pengalaman usaha para pengrajin logam.
Data sekunder merupakan data yang dapat menjelaskan gambaran umum
daerah penelitian. Data ini diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat
Statistik (BPS), kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Interview
Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dengan pengrajin
logam secara langsung.
3. Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dan /
atau pernyataan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang kemudian
diberikan kepada sebagian pengrajin logam yang dinilai representatif.
4. Studi Pustaka
Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di
buku, majalah dan koran, BPS ataupun data – data yang tersedia pada
internet dan sumber yang lain.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Pemilihan Model
a. Uji MWD
Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah
empirik (empirical question) yang sangat penting. Hal ini karena teori
ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan bentuk fungsi suatu model
empirik dinyatakan dalam bentuk linear atau log-linear atau bentuk
fungsi lainnya. Oleh karena itu, dalam melakukan studi empiris
sebaiknya model yang akan digunakan diuji dulu, apakah sebaiknya
menggunakan bentuk linear ataukah log-linear (Insukindro et al., 2003:
14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pemilihan
bentuk fungsi model empirik antara lain metode transformasi Box-Cox,
metode yang dikembangkan MacKinnon, White, dan Davidson atau
lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan McAleer atau dikenal
dengan B-M test dan metode yang dikembangkan Zarembka (Tri
Rahayu, 2007: 83). Dalam penelitian ini akan menggunakan metode
yang dikembangkan Mac Kinnon, White dan Davidson pada tahun 1983
yang lebih dikenal dengan MWD test.
Untuk dapat menerangkan uji MWD, maka langkah pertama
adalah membuat dua model regresi dengan asumsi:
Model regresi 1: Linier
Y = 0 + 1 Mod+ 2 TK + 3 PU + 4TP + e ………….(1.1)
Model regresi 2: Log-Linear
LY = 0 + 1 LMod+ 2 LTK + 3 LPU + 4 LTP + e………….(1.2)
Keterangan :
Y = Pendapatan Pengrajin Logam
Mod = Variabel Modal
TK = Variabel Jumlah Tenaga Kerja
PU = Variabel Pengalaman Usaha
TP = Variabel Tingkat Pendidikan
LY = Variabel Pendapatan Pengrajin Logam Menggunakan
Persamaan Log-linier
LMod = Variabel Modal Menggunakan Persamaan Log-linier
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
LTK = Variabel Tenaga Kerja Menggunakan Persamaan Log-linier
LPU = Variabel Pengalaman Usaha Menggunakan Persamaan
Log-linier
LTP = Variabel Tingkat Pendidikan Menggunakan Persamaan
Log-linier
= Koefisien Intersep
= Koefisien Modal
= Koefisien Jumlah Tenaga Kerja
= Koefisien Pengalaman Usaha
4 = Koefisien Tingkat
e = Variabel penganggu
Dari persamaan (1.1) dan (1.2) di atas, selanjutnya akan
diterapkan MWD test. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Melakukan regresi terhadap persamaan (1.1) kemudian kita
dapatkan nilai fitted dari pendapatan (Y) dan kita namai dengan YF.
2) Melakukan regresi terhadap persamaan (1.2) kemudian kita
dapatkan nilai fitted dari LY dan kita namai dengan LYF.
3) Mencari nilai Z1 dengan cara mengurangkan nilai log dari YF
dengan LYF.
4) Mencari nilai Z2 dengan cara mengurangkan nilai antilog dari LYF
dengan YF.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5) Melakukan regresi dengan persamaan (1.1) dengan menambahkan
variabel Z1 sebagai variabel penjelas.
Y = 0 + 1 Modal+ 2 JTK + 3 PU + 4TP + e
Bila Z1 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang
benar adalah linear atau dengan kata lain, bila Z1 signifikan, maka
model yang benar adalah log-linear.
6) Melakukan regresi dengan persamaan (1.2) dengan menambahkan
variabel Z2 sebagai variabel penjelas.
LY = 0 + 1 LModal+ 2 LJTK + 3 LPU + 4 LTP + e
Bila Z2 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang
benar adalah log-linear atau dengan kata lain, bila Z2 signifikan
maka model yang benar adalah linear.
b. Metode Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Square)
Untuk menguji hipotesis, seberapa besar pengaruh modal, jumlah
tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan terhadap
pendapatan, maka digunakan rumus regresi linier berganda sebagai
berikut: (Sumodiningrat, 1994;78)
Y = 0 + 1 Mod+ 2 TK + 3 PU + 4TP + e
Dimana:
Y = Pendapatan Pengusaha Logam
Mod = Variabel Modal
TK = Variabel Jumlah Tenaga Kerja
PU = Variabel Pengalaman Usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
TP = Variabel Tingkat Pendidikan
= Koefisien Intersep
= Koefisien Modal
= Koefisien Jumlah Tenaga Kerja
= Koefisien Pengalaman Usaha
4 = Koefisien Tingkat
e = Variabel penganggu
Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model tersebut
dilakukan uji statistik dan uji asumsi. Uji statistik meliputi uji t, uji F
dan uji koefisien determinasi ( . Uji asumsi meliputi uji
Multikolienaritas, uji Heteroskedastisitas dan uji Autokorelasi, sebagai
berikut :
c. Uji Statistik
1) Uji t ( uji secara individu)
Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial
untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen (Gujarati, 1995 : 77). Dalam Uji t
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Menentukan Hipotesis
Ho : βi = 0 (berarti variabel independen secara individu
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)
Ha : βi ≠ 0 (berarti variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2
ttabel
b) Menentukan nilai α
c) Melakukan Penghitungan nilai t sebagai berikut :
; d f = N-K
dimana ; α = derajat signifikasi
N = banyaknya data yang digunakan
K = banyaknya parameter atau koefisien regresi
plus konstanta
t hitung = i
i
Se
dimana ; i = koefisien regresi variable ke-i
Se = Standar Error
d) Kriteria Pengujian
Ho diterima
Gambar 3.1
Aturan Uji t
Ho diterima apabila –t α/2 ≤ t ≤ t α/2
Ho ditolak apabila t < -t α/2 atau t > α/2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
e) Kesimpulan
(1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya
koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
(2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya koefisien regresi variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
2) Uji F (uji secara bersama – sama)
Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara
bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan
model cukup eksis untuk digunakan (Gujarati, 1995:120). Dalam uji
F ini dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Menentukan hipotesis:
Ho = β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak mempengaruhi
variabel dependen)
Ha ≠ β1≠ β2≠ β3≠ β4≠ = 0 (berarti secara bersama-sama variabel
independen mempengaruhi variabel
dependen)
b) Menentukan nilai α
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c) Melakukan penghitungan nilai F
F tabel F α ; (N-K) ; (K-1)
Dimana; α = Derajat signifikasi
N = Jumlah data
K = Jumlah parameter dalam model termasuk konstanta
Fhit = R2 / (k-1)
(1-R2) / (N-k)
Dimana;
R2 = koefisien determinasi berganda
K = banyaknya parameter total yang dipakai rekan
N = banyaknya observasi
d) Kriteria pengujian
Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel
Ho ditolak apabila F hitung > F tabel
e) Kesimpulan
(1) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya koefisien regresi variabel independen secara
bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
(2) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya koefisien regresi variabel independen secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2 22 2
2
yxynx
yxxyn
3) Uji koefisien determinasi (R2)
Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari
variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari
variabel terikat. Jika R2 mendekati nol, maka variabel bebas tidak
menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikatnya. Jika R2
mendekati 1, maka variasi dari variabel tersebut dapat
menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya (Gujarati,
1995:98)
Rumus : R2
=
dimana R2
adalah 0 ≤ R2 ≤ 1
Jika R2 = 1, berarti ada kecocokan yang sempurna
Jika R2 = 0 berarti tidak ada hubungan variabel dependen dengan
variabel independen
Jika R2 ≈ berarti bahwa variabel independen hubungannya
semakin dekat dengan variabel dependen atau dapat
dikatakan bahwa model tersebut baik.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau
lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
atau dengan kata lain multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan
linier antarvariabel bebas. Karena melibatkan beberapa variabel bebas,
maka multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan regresi
sederhana.
Cara paling mudah untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan melihat
nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh r < R
berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R berarti terjadi
multikolinieritas (Winarno, 2009 : 51)
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi
regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir
Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil
maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah
heteroskedastisitas adalah dengan Uji White (Winarno, 2009 : 58) .
Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan
variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Uji White terhadap residu
dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut akan diperoleh
nilai observasi R2
untuk kemudian dibandingkan dengan α = 0,05 atau
5%.
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar
dari 0,05, maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat
heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi antara
unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi efisien
baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam penelitian ini
untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan
Lagrange Multiplier Test ( LM test ). Nama lain uji LM adalah
Breusch-Godfrey Test ((Winarno, 2009 : 52)
Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan
variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey terhadap
residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut akan
diperoleh nilai observasi R2
untuk kemudian dibandingkan dengan α =
0,05 atau 5 %.
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar
dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan sebaliknya bila
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Kondisi Geografis
Kecamatan Cepogo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan yang
ada di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Cepogo terdiri dari 15 desa.
Wilayah Kecamatan Cepogo dibatasi oleh :
1. Sebelah Utara :Kecamatan Ampel
2. Sebelah Timur :Kecamatan Boyolali
3. Sebelah Selatan :Kecamatan Musuk
4. Sebelah Barat :Kecamatan Selo
Hampir seluruh wilayah Kecamatan Cepogo memiliki ketinggian
tanah yang cukup tinggi, sebab berada di kaki Gunung Merapi. Kondisi
tanahnya kurang begitu subur apalagi saat musim kemarau, kesulitan air
bersih selalu dirasakan oleh penduduk daerah ini. Dari segi penggunaan
lahan, Kecamatan Cepogo menempati lahan seluas 5.299,8000 Ha, dimana
5.244,0000 Ha merupakan tanah kering dan 55, 8000 Ha adalah tanah
sawah (Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008).
2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo berdasarkan hasil registrasi
penduduk akhir tahun 2008 tercatat sebesar 52.500 jiwa dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
penduduk laki – laki sebesar 25.802 jiwa, jumlah penduduk perempuan
sebesar 26.698 jiwa dan dengan kepadatan penduduk sebesar 991 Jiwa/Km2.
Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo tahun 2008 jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk pada dua tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 sebesar
52.160 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki 25.650 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 26.510 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2006
sebesar 51.722 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki sebesar 25.439 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan sebesar 26.283 jiwa. Berdasarkan data di
atas, berarti dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk di Kecamatan
Cepogo terus mengalami kenaikan (Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam
Angka Tahun 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.1
Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di
Kecamatan Cepogo Tahun 2008
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008
Desa Luas ( )
Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah Kepadatan Penduduk
(Jiwa/ )
Wonodoyo 5,8800 1.133 1.192 2.325 395
Jombong 3,0240 1.118 1.111 2.229 737
Gedangan 3,9600 1.937 1.954 3.891 983
Sumbung 3,5380 1.799 1.857 3.656 1033
Paras 0,5380 468 489 957 1779
Jelok 6,1100 2.654 2.810 5.464 894
Bakulan 2,1210 889 932 1.821 859
Mliwis 5,4790 2.737 2.847 5.584 1019
Sukabumi 2,5730 1.557 1.616 3.173 1233
Genting 2,3210 1.015 1.045 2.060 888
Cepogo 3,8530 3.272 3.460 6.732 1747
Kembangkuning 3,5670 2.060 2.097 4.157 1165
Cabeankunti 4,1080 1.845 1.904 3.749 913
Candigatak 2,9100 1.522 1.563 3.085 1060
Gubug 3,0160 1.796 1.821 3.617 1199
Jumlah 52,9980 25.802 26.698 52.500 991
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.2
Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Cepogo Tahun
2008
Desa Tahun Perubahan Pertumbuhan
(%) 2007 2008
Wonodoyo 2.303 2.325 22 0.96
Jombong 2.201 2.229 28 1.27
Gedangan 3.856 3.891 35 0.91
Sumbung 3.643 3.656 13 0.36
Paras 956 957 1 0.10
Jelok 5.426 5.464 38 0.70
Bakulan 1.813 1.821 8 0.44
Mliwis 5.508 5.584 76 1.38
Sukabumi 3.150 3.173 23 0.73
Genting 2.045 2.060 15 0.73
Cepogo 6.691 6.732 41 0.61
Kembangkuning 4.142 4.157 15 0.36
Cabeankunti 3.736 3.749 13 0.35
Candigatak 3.068 3.085 17 0.55
Gubug 3.622 3.617 -5 -0.14
Jumlah 52.160 52.500 340 0.65
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008 (diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Komposisi Tingkat Pendidikan
Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dalam hal ini
pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Boyolali,
komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel
4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3
Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat
Pendidikan di Kecamatan Cepogo tahun 2007 – 2008
No Tingkat
Pendidikan
2007 2008 Pertumbuhan
2007- 2008(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PT / D IV
Akademi
DI / DII
SLTA
SLTP
SD
Tidak / Belum
Tamat SD
777
299
65
5.639
7.238
20.153
14.143
788
319
78
5.787
7.403
19.938
14.261
1.42 %
6.69 %
20 %
2.62 %
2.28 %
-1.07 %
0.83 %
JUMLAH 48.314 48.574
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008 (diolah)
4. Komposisi Mata Pencaharian
Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah penduduk
yangbekerja (usia 10 tahun ke atas) menurut lapangan pekerjaan utama dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan data dari Badan Pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Statistik Boyolali, pada tahun 2008 jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni
penduduk Kecamatan Cepogo ada berbagai macam. Pada tabel 4.4 akan
memperlihatkan banyaknya penduduk menurut mata pencahariannya.
Tabel 4.4
Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke
Atas) di Kecamatan Cepogo tahun 2006 – 2008
No Lapangan Pekerjaan 2007 2008 Pertumbuhan
2007 – 2008 (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pertanian Tanaman Pangan
Perkebunan
Perikanan
Peternakan
Pertanian Lainnya
Industri Pengolahan
Perdaganagan
Jasa
Angkutan
Lainnya
19.285
1.882
-
9.335
-
2.475
2.320
583
432
7.675
19.337
1.964
-
9.772
-
2.495
2.349
594
452
7.309
0.27
4.36
-
4.68
-
0.81
1.25
1.89
6.02
-4.77
Jumlah 43.987 44.272
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008 (diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
5. Penggunaan lahan
Kecamatan Cepogo menempati lahan seluas 5.299,8000 Ha.
Penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2008 tercatat lahan
yang paling banyak digunakan sebagai Tegal/Kebun yaitu seluas
30.681,3466 Ha.
Tabel 4.5
Penggunaan lahan di Kecamatan Cepogo tahun 2008
Penggunaan Luas (Ha)
Tanah sawah 55,8000
Pekarangan/Bangunan 1.447,9001
Tegal/Kebun 3.118,5999
Padang Gembala 55,5000
Tambak/Kolam -
Hutan Negara 265,0000
Perkebunan Negara/Swasta -
Lainnya 357,0000
Jumlah 5.299,8000
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008
Dari tabel diatas terlihat sebagian besar penggunann lahan di
Kecamatan Cepogo banyak digunakan untuk pertanian berupa tegal/kebun.
6. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk dikelompokkan menjadi 9 kelompok
yaitu Pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pertanian lainnya, industri pengolahan, perdagangan, jasa, angkutan dan
lainnya. Secara rinci penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Klasifikasi Penduduk Kecamatan Cepogo Usia Sepuluh Tahun Ke Atas
Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008
No Mata Pencaharian Jiwa
1. Pertanian tanaman pangan 19.337
2. Perkebunan 1.964
3. Perikanan -
4. Peternakan 9.772
5. Pertanian lainnya -
6. Industri pengolahan 2.495
7. Perdagangan 2.349
8. Jasa 594
9. Angkutan 452
10. Lainnya 7.309
Jumlah 44.272
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Boyolali
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Cepogo merupakan
merupakan daerah dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar di
bidang pertanian yaitu sebanyak 19.337 jiwa, jumlah ini terbanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dibandingkan dengan lainnya, jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian yang paling sedikit di Kecamatan Cepogo adalah angkutan
yaitu 452 jiwa.
7. Keuangan Daerah
Berdasarkan target dan realisasi pendapatan daerah Kecamatan
Cepogo dari pos pajak bumi dan bangunan tahun 2008, anggaran yang
ditargetkan sebesar Rp. 473. 127.558 dan anggaran yang terealisasi
sebesar Rp. 419.445.937 dengan prosentase sebesar 89%.
B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali
1. Latar belakang usaha kerajinan logam
Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan
Cepogo sudah berpuluh–puluh tahun lamanya dikenal sebagai sentra
produksi kerajinan logam. Produknya pun sudah sejak lama dikenal
kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga
konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam di Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai
berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan seni bernilai
tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut.
Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam dari Kecamatan
Cepogo, merupakan suatu aset tersendiri baik dalam menunjang
pembangunan dan terlebih pengentasan kemiskinan yang diantaranya
pengurangan jumlah pengangguran dan menyerap banyak pekerja terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, karena untuk menjadi seorang
pengrajin logam, yang dibutuhkan adalah skill dalam menempa, mengukir
dan merealisasikan design gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan
logam, dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap dan itu
berarti juga membantu pemerintah dalam mengetaskan dan mengurangi
pengangguran. Terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang, kebutuhan
akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi justru semakin meningkat
sehingga perkembangan kerajinan ini semakin lama semakin maju dan
tentunya akan semakin banyak karyawan yang direkrut dan dipekerjakan
dalam industri kerajinan logam ini.
2. Bahan baku
Bahan baku utama dari pembuatan kerajinan logam adalah tembaga,
kuningan, dan alumunium. Pengrajin logam mendapatkan bahan baku
logam dari agen Solo, semarang, dan Jakarta.
3. Peralatan yang digunakan
Alat – alat produksi sangat dibutuhkan dalam proses produksi untuk
kelancaran produksi. Peralatan yang dipakai dalam proses pembuatan
kerajinan logam kebanyakan masih manual dan sederhana karena untuk
membuat hasil karya yang menarik dan berdaya seni tinggi diperlukan
sentuhan tangan manusia bukan sentuhan mesin.
4. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan mayoritas berasal dari daerah sekitar.
Tidak syarat – syarat tertentu yang diajukan oleh pengrajin logam (seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
tingkat pendidikan) terhadap calon tenaga kerja yang akan mereka rekrut.
Syarat untuk menjadi tenaga kerja usaha kerajinan logam adalah calon
tenaga kerja harus memiliki cukup keterampilan dan keahlian dalam
membuat kerajinan logam.
Usia yang dipekerjakan dalam usaha ini termasuk dalam usia muda.
Mayoritas tenaga kerja mempunyai usia berkisar antara 18 tahun sampai
dengan 55 tahun. Para pekerja ini bekerja rata – rata selama delapan jam
setiap harinya.
Mayoritas tenaga kerja ini akan menerima upah pada akhir minggu.
Mereka biasa menerima upah pada hari Sabtu tiap minggunya. Terdapat
dua macam sistem pengupahan yang dibayarkan oleh para pengusaha
kerajinan logam kepada tenaga kerjanya. Sistem yang banyak digunakan
adalah upah dibayarkan berdasarkan berapa unit barang yang telah mereka
produksi dalam seminggu. Sistem seperti ini biasa disebut sistem borongan
5. Pemasaran
Terdapat dua kategori luas daerah pemasaran yang dilakukan oleh
pengusaha sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo. Kategori
pertama adalah daerah pemasaran lokal, yaitu produk yang dihasilkan
hanyalah di pasarkan di Indonesia. Daerah ini meliputi Jakarta, Bali.
Produk yang pemasarannya termasuk dalam hal ini adalah lampu taman,
asbak, vas, tempat lilin, tempat buah, koran, bokor. Kategori kedua adalah
pemasaran tingkat internasional yaitu produk yang telah dihasilkan
merupakan produk ekspor. Namun teknis pemasaran untuk tingkat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(ekspor) tidak dilakukan secara langsung oleh pengusaha tetapi dilakukan
oleh pengusaha satu tingkat di atas mereka. Negara tujuan ekspor tersebut
diantaranya adalah Jerman, Australia, Amerika. Jenis produk yang
termasuk dalam kualitas ekspor adalah relief, guci, Bathtube.
C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sentra kerajinan
logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dari hasil wawancara
dan kuesioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data tentang pengrajin
logam terutama mengenai pendapatan pengrajin logam di sentra kerajinan
logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali . Data-data tersebut antara
lain mengenai pendapatan, modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha,
tingkat pendidikan
Data-data tersebut antara lain :
Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
a. Pendapatan
Dari data pendapatan pada pengrajin logam di sentra kerajinan
logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa
pendapatan tertinggi adalah Rp. 200.000.000,- per bulan, yang
terendah adalah Rp. 100.000,- per bulan dan rata – rata pendapatan Rp
32.433.333 . Pendapatan diukur dalam satuan rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.7
Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan
Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali
Kelas Pendapatan
(Dalam Rupiah) Jumlah Persentase
1. 100.000 – 29.099.999 44 73,33
2. 29.100.000 - 58.099.999 5 8,33
3. 58.100.000 - 87.099.999 3 5
4. 87.100.000 - 116.099.999 2 3,33
5. 116.100.000 - 145.099.999 2 3.33
6. 145.100. 000 -174.099.999 1 1,67
7 174.100.000 – 203.099.999 3 3,33
Total 60 100
Sumber: Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 7 kelas dengan
60 responden terdapat 44 responden (73,33%) yang memiliki
pendapatan antara Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 29.099.999,-.
Pada pendapatan antara Rp. 29.100.000,- sampai dengan Rp.
58.099.999,- berjumlah 5 responden (8,33%), pada pendapatan antara
Rp. 58.100.000,- sampai dengan Rp. 87.099.999,- terdapat 3
responden (5%), pada pendapatan antara Rp. 87.100.000,- sampai
lebih kecil dari Rp. 116.099.999,- terdapat 2 responden (3,33%), pada
pendapatan antara Rp 116.100.000,- sampai dengan Rp. 145.099.999,-
terdapat responden 2 (3,33 %), pada pendapatan antara Rp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
145.100.000,- sampai dengan Rp. 174.099.999,- terdapat 1 responden
(1,67 %), sedangkan responden yang memiliki pendapatan antara Rp
174.100.000,- sampai dengan Rp 203.099.999,- terdapat 3 responden
(3,33%).
b. Modal
Dari data modal pada pengrajin logam di sentra kerajinan logam
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa modal
tertinggi adalah Rp. 50.000.000,- dan yang terendah adalah Rp.
10.000,-. Rata – rata modal yang digunakan adalah Rp 5.072.333.
Tabel 4.8
Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan
Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali
Kelas Modal
(Dalam Rupiah)
Jumlah Persentase
1. 10.000 - 7.209.999 35 58,33
2. 7.210.000 - 14.409.999 8 13,33
3. 14.410.000 - 21.609.999 3 5
4. 21.610.000 - 28.809.999 1 1,67
5. 28.810.000 - 36.009. 999 11 18,33
6. 36.010. 000 - 43.209.999 1 1,67
7 43.210.000 – 50.409.999 1 1,67
Total 60 100
Sumber: Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 7 kelas dengan
60 responden terdapat 35 responden (58,33%) yang memiliki modal
antara Rp 10.000,- sampai dengan Rp. 7.209.999,-. Pada modal antara
Rp. 7.210.000,- sampai dengan Rp. 14.409.999,- terdapat 8 responden
(13,11%), pada modal antara Rp. 14.410.000,- sampai dengan Rp.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
21.609.999,- terdapat 3 responden (5 %), pada modal antara Rp.
21.610.000,- sampai dengan Rp. 28.809.999,- terdapat 1 responden
(1,67%), pada modal antara Rp 28.100.000,- sampai dengan Rp.
36.009.999,- terdapat 11 responden (18,33 %), pada modal antara Rp
36.100.000,- sampai dengan Rp. 43.209.999,- terdapat 1 responden
(1,67 %), sedangkan responden yang memiliki modal antara Rp.
43.210.000,- sampai dengan Rp. 50.409.999 sebesar 1 responden
(1,67%).
Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi modal terbesar pada
modal antara Rp 10.000 sampai dengan Rp7.209.999,
c. Jumlah tenaga kerja
Dari data jumlah tenaga kerja pada pengrajin logam di sentra
kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui
bahwa jumlah tenaga kerja tertinggi adalah 50 orang dan yang
terendah adalah dua orang. Dari data tersebut dan berdasarkan rumus,
penulis mendapatkan nilai interval kelas sebanyak tujuh tenaga kerja.
Maka pembagian kelasnya dan distribusi frekuensinya adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.9
Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra
Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali
Kelas Jumlah tenaga kerja
Jumlah Persentase
1. 2 – 9 30 50
2. 10 – 17 17 28,33
3. 18 - 25 4 6,67
4. 26 - 32 3 5
5. 33 - 40 2 3,33
6. 41- 48 2 3,33
7 49 – 56 2 3,33
Total 60 100
Sumber: Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari tujuh kelas
dengan 60 responden terdapat 30 responden (50 %) yang
menggunakan tenaga kerja antara dua tenaga kerja sampai dengan
sembilan tenaga kerja. Pada jumlah tenaga kerja antara sepuluh sampai
dengan tujuh belas terdapat tujuh belas responden (28,33%), pada
jumlah tenaga kerja antara delapan belas sampai dengan dua puluh
lima terdapat empat responden (6,67%), pada jumlah tenaga kerja
antara 26 sampai dengan 32 terdapat tiga responden (5%), pada jumlah
tenaga kerja antara 33 sampai dengan 40 terdapat dua responden
(3,33%), pada jumlah tenaga kerja antara 41 sampai dengan 48
terdapat dua responden (3,33 %), sedangkan responden yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
jumlah tenaga kerja antara 49 sampai dengan 56 terdapat dua
responden (3,33%).
Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi jumlah tenaga kerja
terbesar pada jumlah tenaga kerja antara dua sampai sembilan orang
tenaga kerja.
d. Pengalaman usaha
Dari data pengalaman usaha pada pengrajin logam di sentra
kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui
bahwa pengalaman usaha terlama adalah 40 tahun dan yang
pengalaman usahanya sedikit adalah satu tahun.
Tabel 4.10
Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan
Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali
Kelas Pengalaman Usaha (dalam tahun) Jumlah Persentase
1. 1-6 10 16,67
2. 7-12 18 30
3. 13-18 14 23,33
4. 19-24 10 16,67
5. 25-30 6 10
6. 31-36 1 1,67
7 37-42 1 1,67
Total 60 100
Sumber: Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari tujuh kelas
dengan 60 responden terdapat 10 responden (16,67%) yang
pengalaman usahanya antara satu sampai dengan enam tahun. Pada
pengalaman usaha antara tujuh sampai dengan dari dua belas tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
terdapat delapan belas responden (30%), pada pengalaman usaha
antara tiga belas sampai dengan delapan belas terdapat empat belas
responden (23,33%), pada pengalaman usaha antara sembilan belas
sampai dengan 24 terdapat sepuluh responden (16,67%), pada
pengalaman usaha antara 25 sampai dengan 30 terdapat enam
responden (10 %), pada pengalaman usaha antara 31 sampai dengan
36 terdapat satu responden (1,67 %), sedangkan responden yang
memiliki pengalaman usaha antara 37 sampai dengan 42 terdapat satu
responden (1,67%).
Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi pengalaman usaha
terbesar pada pengalaman usaha antara tujuh sampai dengan dua belas
tahun.
e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan mempunyai pengaruh bagi pengrajin logam dalam
mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola
pikir semakin rasional. Tabel 4.11 berikut ini menunjukkan jumlah
pengrajin logam menurut tingkat pendidikan formal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel. 4.11
Distribusi Tingkat Pendidikan Pengrajin Logam di Sentra
Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali
No Tingkat Pendidikan
(Formal) Frekuensi Persentase
1. SD 52 86,67
2. SMP 3 5
3. SMA 3 5
4. S1 2 3,33
Jumlah 60 100
Sumber : Data primer, diolah
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 60 responden
terdapat 52 responden (86,67%) berpendidikan SD, tiga responden
(5%) berpendidikan SMP, tiga responden (5%) berpendidikan SMA,
dan dua responden (3,33%) berpendidikan S1. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar Pengrajin Logam di sentra kerajinan logam
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali berpendidikan SD, karena
salah satunya pekerjaan yang siap dilakukan dan tersedia bagi
seseorang lulusan SD adalah berdagang atau berwiraswasta.
D. Analisis Data dan Pembahasan
1. Metode analisis data
a. Uji Pemilihan Model
Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah
empirik (empirical question) yang sangat penting. Hal ini karena teori
ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan bentuk fungsi suatu model
empirik dinyatakan dalam bentuk linear atau log-linear atau bentuk
fungsi lainnya. Oleh karena itu, dalam melakukan studi empiris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
sebaiknya model yang akan digunakan diuji dulu, apakah sebaiknya
menggunakan bentuk linear ataukah log-linear (Insukindro et al., 2003:
14).
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pemilihan
bentuk fungsi model empirik antara lain metode transformasi Box-Cox,
metode yang dikembangkan MacKinnon, White, dan Davidson atau
MWD test, metode Bara dan McAleer atau B-M test dan metode yang
dikembangkan Zarembka (Modul Laboratorium Ekonometrika, 2006:
80). Dalam penelitian ini akan menggunakan metode yang
dikembangkan Mac Kinnon, White dan Davidson pada tahun 1983
yang lebih dikenal dengan MWD test.
Rule of thumb dari uji MWD adalah bila Z1 signifikan secara
statistik, maka kita menolak model yang benar adalah linier atau
dengan kata lain, bila Z1 signifikan secara statistik maka model yang
benar adalah log-linier. Sebaliknya bila Z2 signifikan secara statistik
maka kita menolak model yang benar adalah log-linier atau dengan kata
lain, bila Z2 signifikan secara statistik maka model yang benar adalah
linier. Hasil uji MWD adalah:
Tabel 4.12
Hasil Uji MWD Test Linier
Variabel Probabilitas Keterangan
Z1 0.1065 Tidak signifikan
Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dari hasil uji MWD tersebut dapat kita lihat bahwa Z1 tidak
signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% (Z1 = 0.1065).
Hal tersebut berarti model linier dapat digunakan.
Tabel 4.13
Hasil Uji MWD Test Log-Linier
Variabel Probabilitas Keterangan
Z2 -0.463130 Signifikan
Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0
Dari hasil uji MWD tersebut dapat kita lihat Z2 signifikan secara
statistik pada tingkat signifikansi 5% (Z2 = -0.463130). Hal tersebut
berarti model log-linier tidak dapat digunakan.
b. Metode regresi linier berganda
Untuk menguji hipotesis menggunakan analisis regresi linier
berganda sehingga dapat mengetahui pengaruh Modal, Jumlah Tenaga
Kerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat Pendidikan terhadap
Pendapatan. Adapun ringkasan hasil regresi estimasi pendapatan
industri kerajinan logam dapat disajikan dalam tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.14
Hasil Regresi Persamaan Pendapatan
Dependent Variable : PEND
Method : Least Squares
Date : 05/30/10 Time: 19:49
Sample : 1 60
Included observations : 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -60520167 21203566 -2.854245 0.0061
MOD 0.434330 0.608706 0.713530 0.4785
TK 2934633. 475345.9 6.173679 0.0000
PU 239698.1 645679.1 0.371234 0.7119
TP 8379122. 2413894. 3.471206 0.0010
R-squared 0.508255 Mean dependent var 31460000
Adjusted R-squared 0.472492 S.D. dependent var 53465190
S.E. of regression 38831627 Akaike info criterion 37.86702
Sum squared resid 8.29E+16 Schwarz criterion 38.04155
Log likelihood -1131.011 F-statistic 14.21167
Durbin-Watson stat 1.853194 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat persamaan regresi sebagai
berikut :
PEND = − 60520167 + 0.434330MOD +2934633TK + 239698.1PU +
8379122TP
Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model tersebut
dilakukan uji Statistik dan uji Asumsi Klasik. Uji Statistik meliputi uji
t, uji F, uji Koefisien Determinasi (R2). Uji Asumsi Klasik meliputi, uji
Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji Autokorelasi. Pengujian
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah dugaan sementara
(hipotesis) terhadap parameter sudah sesuai secara teori dan statistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
c. Uji Statistik
1) Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh masing-
masing variabel penjelas secara individu menerangkan variasi
variabel yang terikat. Hasil pengujian pengujian parameter individu
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Pengujian terhadap variabel modal
Variabel modal mempunyai koefisien regresi sebesar
0.434330 dengan nilai probabilitas sebesar 0.4785 yang berarti
tidak signifikan pada α = 5 %, variabel modal secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan mempunyai
hubungan positif atau searah terhadap variabel dependen
pendapatan.
b) Pengujian terhadap variabel jumlah tenaga kerja
Variabel tenaga kerja mempunyai koefisien regresi sebesar
2934633 dengan nilai probabilitas 0.0000 yang berarti signifikan
pada α = 5 %, variabel tenaga kerja secara individual
berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan mempunyai
hubungan positif atau searah terhadap variabel dependen
pendapatan.
c) Pengujian terhadap variabel pengalaman usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Variabel pengalaman usaha mempunyai koefisien regresi
sebesar 239698.1 dengan nilai probabilitas 0.7119 yang berarti
tidak signifikan pada α = 5 %, variabel pengalaman usaha secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan
mempunyai hubungan positif terhadap variabel dependen
pendapatan.
d) Pengujian terhadap variabel tingkat pendidikan
Variabel tingkat pendidikan mempunyai koefisien regresi
sebesar 8379122 dengan nilai probabilitas 0.0010 yang berarti
signifikan pada α=5 %, variabel tingkat pendidikan secara
individual berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan
mempunyai hubungan positif terhadap variabel dependen
pendapatan.
2) Uji F
Jika melihat probabilitas F-Statistik hasil regresi persamaan
penerimaan pendapatan pada tabel diatas, dimana nilai probabilitas
F-Statistiknya sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari tingkat
signifikan 5% atau 0,05 maka secara bersama-sama variabel modal,
tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap variabel pendapatan di Kabupaten Boyolali.
3) Uji Koefisien determinasi (R2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pengujian koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen semakin besar R2
menunjukkan estimasi
akan mendeteksi kenyataan yang sebenarnya. Nilai koefisien
determinasi yang telah disesuaikan diperoleh sebesar 0.508255 hal
ini berarti bahwa 50,82 % variabel penerimaan pendapatan dapat
dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 49,18 %
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
d. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau
lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas
lainnya atau dengan kata lain multikolinieritas adalah kondisi
adannya hubungan linier antarvariabel bebas. Karena melibatkan
beberapa variabel bebas, maka multikolinieritas tidak akan terjadi
pada persamaan regresi sederhana.
Cara paling mudah untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan
melihat nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik
diperoleh r < R berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R berarti
terjadi multikolinieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 4.15
Auxiliary Regressions
Variabel
dependen
Variabel independen R Square
Auxiliary
Regressions
R Square
Modal Jumlah Tenaga
Kerja, Pengalaman
Usaha, Tingkat
Pendidikan
0.045310 0.508255
Jumlah Tenaga
Kerja
Modal, Pengalaman
Usaha, Tingkat
Pendidikan
0.030815 0.508255
Pengalaman
Usaha
Modal, Jumlah
Tenaga Kerja,
Tingkat Pendidikan
0.116044 0.508255
Tingkat
Pendidikan
Modal, Jumlah
Tenaga Kerja,
Pengalaman Usaha
0.078191 0.508255
Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0
Dari tabel ditunjukkan bahwa nilai R Square dari auxiliary
regressions lebih keci dari R Square dari regresi Y terhadap X
sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis auxiliary
regressions tidak terdapat multikolinieritas.
2) Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mendeteksi apakah
kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan
dengan uji White.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.16
Ringkasan hasil uji White
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.646660 Probability
0.734867
Obs*R-squared 5.525700 Probability
0.700191
Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0
Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan uji
White tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitas observasi R2 (0.700191) yang lebih
besar dari 5 % yang berarti model ini tidak mengalami
Heteroskedastisitas.
3) Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi
antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak
lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam
penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi
akan digunakan Lagrange Multiplier Test ( LM test ). Nama lain uji
LM adalah Breusch-Godfrey Test ( BG Test )
Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan
variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey
terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model
tersebut akan diperoleh nilai observasi R square untuk kemudian
dibandingkan dengan α = 0,05 atau 5 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan
sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka
terdapat autokorelasi.
Tabel 4.17
Ringkasan hasil uji B-G
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.402985
Probability
0.670352
Obs*R-squared 0.898752
Probability
0.638026
Sumber: Hasil olahan E-Views 3.0
Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan B-G
Test tidak terjadi masalah Autokorelasi. Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitas observasi R2 (0.638026) yang lebih besar dari 5
% yang berarti model ini tidak mengalami Autokorelasi.
2. Interpretasi Secara Ekonomi
a. Pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin
logam
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel jumlah
tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam bernilai positif,
artinya apabila jumlah tenaga kerja mengalami kenaikan maka akan
mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam, begitu pula
sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi variabel jumlah
tenaga kerja terbukti mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan
pengrajin logam pada taraf signifikansi 5%. Besarnya pengaruh jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari
besarnya koefisien regresi tersebut.
Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien
variabel jumlah tenaga kerja sebesar 2934633 artinya, setiap tambahan
tenaga kerja sebesar satu orang, akan mengakibatkan kenaikan pada
pendapatan pengrajin logam sebesar 2934633 satuan dengan
menganggap variabel independen yang lainnya tetap/konstan.
b. Pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin
logam
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel tingkat
pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam bernilai positif,
artinya apabila jumlah tingkat pendidikan mengalami kenaikan maka
akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam, begitu
pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi variabel tingkat
pendidikan terbukti mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan
pengrajin logam pada taraf signifikansi 5%. Besarnya pengaruh jumlah
tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat
dari besarnya koefisien regresi tersebut.
Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien
variabel tingkat pendidikan sebesar 8379122 artinya, jika lama
pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan akan meningkat
sebesar 8379122 satuan. Dapat juga dikatakan jika lama pendidikan
meningkat satu tahun, maka pendapatan akan meningkat sebesar Rp.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
8379122,- pada tiap bulannya dengan menganggap variabel independen
yang lainnya tetap/konstan.
c. Interpretasi terhadap variabel modal usaha dan pengalaman usaha
secara nyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam
Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu bahwa modal
usaha dan pengalaman usaha berpengaruh secara positif terhadap
pendapatan pengusaha. Namun dari hasil analisis terlihat bahwa nilai
koefisien variabel modal usaha dan pengalaman usaha adalah positif
dengan nilai koefisien masing – masing adalah 0.434330 dan
239698.1. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil estimasi kedua variabel
ini masih konsisten dengan teori yang ada walaupun secara statistik
tidak signifikan (Insukindro,dkk,2003 : 56)
Ketidaksesuaian variabel modal usaha dan pengalaman usaha
dengan teori yang ada mengindikasikan bahwa masih banyak faktor –
faktor diluar model yang mempengaruhi pendapatan pengrajin logam di
sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Faktor
tersebut seperti orientasi pasar, kualitas produk yang berakibat terhadap
harga jual, tingkat kekeringan produk , kelancaran pembayaran dari
pembeli, faktor jiwa kewirausahaan yang dimiliki tiap – tiap pengusaha,
etos kerja, serta faktor – faktor lainnya yang belum diamati.
Modal usaha dan pengalaman usaha tidak berpengaruh dikarenakan
berdasarkan fakta dilapangan bahwa di sentra kerajinan logam
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali banyak sekali pengrajin –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pengrajin yang mempunyai inovasi dan pemikiran yang lebih maju dan
mempuyai tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan
pengrajin yang sudah berdiri jauh sebelumnya dan banyak juga
pengrajin yang punya banyak pengalaman dengan menggunakan modal
yang besar, sekarang malah menurun usahanya karena kalah bersaing
dengan pengrajin – pengrajin muda yang punya motivasi besar dan
modal merupakan bagian pembuatan
Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kiki Setiawan (2003) yang menyatakan bahwa
pengalaman usaha dengan nilai koefisien sebesar 0,59683 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,6039, tidak berpengaruh secara nyata terhadap
profit pengusaha wedangan (HIK) di Kecamatan Serengan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 60 pengrajin logam
di sentra kerajinan Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, maka dapat diambil
kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Dengan tingkat signifikansi 5%, variabel modal terbukti tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa modal berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan tidak terbukti.
2. Dengan tingkat signifikansi 5%, variabel jumlah tenaga kerja terbukti
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan terbukti.
3. Dengan tingkat signifikansi 5%, pengalaman usaha tebukti tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatangrajinpe logam. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa modal usaha berpengaruh
secara signifikan terhadap pendapatan tidak terbukti.
4. Dengan tingkat signifikansi 5%, tingkat pendidikan tebukti berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam. Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
secara signifikan terhadap pendapatan terbukti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
5. Secara bersama-sama variabel modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman
usaha, dan, tingkat pendidikan dengan tingkat signifikansi 5% di dalam
penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada industri
kerajinan logam di kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali.
B. Saran
1. Bagi Pengrajin Logam
a. Berkaitan dengan jumlah tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
pengrajn logam, maka disarankan para pengrajin harus memilih tenaga
kerja yang benar – benar produktif dan berkualitas sehingga hasil
produksi yang dihasilkan juga memenuhi syarat. Untuk menunjang
kualitas tenaga kerjanya disarankan para pengrajin logam menjalin
kemitraan dengan perusahaan besar dengan sistem bapak angkat,
Karena dengan adanya sistem bapak angkat, perusahaan besar juga
memberikan konsultasi menajemen yang terwujud dalam bentuk
pelatihan secara kontinyu dan terarah sehingga para pengrajin kecil bisa
memanfaatkan fasilitas tersebut untuk pengembangan tenaga kerjanya.
b. Berkaitan dengan tingkat pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh pengusaha
industri kerajinan logam, penulis menyarankan pada pengusaha industri
kerajinan logam supaya para pengusaha kerajinan logam menempuh
pendidikan formal. Pendidikan formal ini diperlukan agar pengusaha
dapat menjalankan usahanya dengan sistem yang terstruktur,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
contohnya, pengusaha dapat membuat laporan keuangan dengan baik,
bagaimana mengelola usaha agar berjalan efektif dan efisien, sehingga
pengusaha dapat merencanakan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang dengan baik.
2. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali
Menurut pengrajin logam bahwa selama ini perhatian dari pemerintah
masih kurang, baik itu dari pemerintah pusat maupun daerah. Para
pengrajin logam sangat mendukung apabila pihak pemerintah memberi
bimbingan dan pengarahan khusus berupa pelatihan – pelatihan
kewirausahaan terutama mengenai cara pembukuan keuangan. Karena
hampir semua pengrajin yang ada di sentra kerajinan logam Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali tidak menggunakan pembukuan dalam
mengatur keuangan usaha mereka dan pemerintah bersedia mendirikan
pendidikan formal kejuruan khusus membuat kerajinan logam, dengan
tersedianya pendidikan formal khusus tersebut melatih keterampilan dan
meningkatkan kapasitas dari pengrajin.
3. Berdasarkan kuesioner yang berkaitan dengan harapan responden terhadap
kebijakan pemerintah daerah
a. Pemerintah daerah Kabupaten Boyolali perlu membantu para pengrajin
logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali dalam hal peningkatan kapasitas modal, perluasan akses
pemasaran, penyediaan bahan baku yang murah, dan kebijakan lainnya
yang berpihak terhadap kerajinan logam. Hal ini penting untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
dilakukan mengingat kontribusi pada sektor ini dalam menyediakan
lapangan kerja cukup besar, khususnya di sentra kerajinan logam
Kecamatan Cepogo.
b. Perlu dibentuk lagi suatu perkumpulan atau asosiasi yang
mengakomodir semua permasalahan para pengrajin logam di sentra
kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa dulu pernah dibentuk suatu koperasi, akan tetapi
karena anggota koperasi yang mementingkan kepentingan usaha pribadi
akhirnya berhenti ditengah jalan, karena jika koperasi tersebut dikelola
dengan baik maka akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin. Misalnya dalam
penyediaan bahan baku yang sulit didapatkan dan masalah harga jual
hasil kerajinan logam yang dapat disetarakan dan tidak terjadi
persaingan harga antar sesama pengrajin.
4. Nilai Konstanta dalam persamaan regresi menunjukkan tanda negatif yang
memiliki pengertian bahwa usaha itu belum efisien sehingga perlu
pengembangan usaha secara konsisten. Bentuk konkret dukungan untuk
pengembangan tersebut baik dari aspek manajerial, keuangan, produksi
dan pemasaran. Dukungan tersebut secara terintegrasi dari pemerintah,
asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, perbankan, dan pihak lain yang
terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96