259
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA SISWI MTS CIWANDAN CILEGON-BANTEN TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun oleh Eka Pratiwi 109101000050 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

  • Upload
    others

  • View
    29

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA

PADA SISWI MTS CIWANDAN

CILEGON-BANTEN TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun oleh

Eka Pratiwi

109101000050

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2016

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

i

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Agustus 2015

Eka pratiwi, NIM : 109101000050

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon

Tahun 2014

Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

ABSTRAK

Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapatkan perhatian

khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena

mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbungan.

Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada

siswi MTs Ciwandan Kota Cilegon. Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah

sampel 123 orang dipilih secara Cluster Sampling dari seluruh siswi MTs Ciwandan.

Data asupan gizi diperoleh dengan food record, frekuensi makan diperoleh dengan

FFQ, Sosial ekonomi, pola menstruasi dan konsumsi Tablet Fe melalui kuesioner

terstruktur dan kadar hemoglobin dengan metode finger prick menggunakan HB

meter. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square. Hasil

penelitian menunjukkan ada hubungan sosial ekonomi [pengetahuan (p=0,002), uang

jajan (p=0,008), pendidikan orangtua (p=0,006), dan pendapatan orang tua

(p=0,000)], pola menstruasi (p=0,000), Kebiasaan Makan [asupan gizi {asupan energi

(p=0,001), asupan protein (p=0,000), asupan Vitamin C (p=0,000), asupan Fe

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

ii

(p=0,011)} dan frekuensi makan {frekuensi makan dalam sehari (p=0,000), frekuensi

makan sumber heme (p=0,000), frekuensi makan sumber non heme (p=0,000),

frekuensi makan penghambat absorbs zat besi (p=0,000), frekuensi makan peningkat

absorbsi zat besi (p=0,000). Tidak terdapat hubungan pola konsumsi Tablet Besi

(p=0,339).

Daftar Bacaan: 172 (1983-2012)

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

iii

STATE ISLAMIC UNIBERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Thesis, Agustus 2015

Eka Pratiwi, NIM: 109101000050

Factors Associated with Anemia Female Student in MTs Ciwandan Cilegon Town

2014

Xviii + 192 pages, 32 tables, 2 drawings, 2 attachment

ABSTRACT

Anemia is one oh nutritional problems, which needs to be highly concerned.

Adolescent girls are included to a group which is suspectible to anemia because of

their mothly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine

factors associated with anemia female student in MTs Ciwandan Cilegon Town. The

design of study was cross sectional. The amount of the sample was 123 people

selected by cluster sampling of the all female student MTs Ciwandan. Nutrient intake

data obtained with food record, frequency of eating data obtained with FFQ,

socioeconomic, menstrual patterns, iron tablet consumtion through structured

questionnaires and levels hemoglobin by finger prick method. Data were analyzed

with univariate and bivariate Chi square. The results showed relationship of

sosioeconomic [knowledge (p=0,002), allowance (p=0,008), parent education

(p=0,006), dan parent revenue (p=0,000)], menstrual pattern (p=0,000), eating habit

[nutrient intake {energy intake (p=0,001), protein intake (p=0,000), vitamin C intake

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

iv

(p=0,000), Fe intake (p=0,011)} dan frequency of eating {frequency of eating within

a day (p=0,000), frequency of eating heme sources (p=0,000), frequency of eating

non heme sources (p=0,000), frequency of eating resistor absorption iron(p=0,000),

frequency of eating enhancer absorption iron (p=0,000). There is no relationship of

iron tablet consumtion pattern (p=0,339).

Reading list : 172 (1983-2012)

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

v

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

vi

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

vii

BIODATA PENULIS

Nama : EKA PRATIWI

Tempat/Tanggal Lahir : Cilegon/27 Agustus 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telp/HP : 085945497998

Alamat : jl.ir. Sutami ling. Cimerak Kota Cilegon Provinsi

Banten

Email : [email protected]

Pendidikan

Tahun 1997-2002 : SDN 1 CILEGON

Tahun 2002-2005 : SMPN 2 Cilegon

Tahun 2005-2008 : SMAN 2 Krakatau Steel Cilegon

Tahun 2008-2015 : Mahasiswi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT, berkat

hidayah, rahmat dan inayah-Nya yang tak terhingga yang telah melimpahkan kepada

penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang dilaksanakan di Kota Cilegon.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Masyrakat Peminatan Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak

terhingga Kepada pihak-pihak terkait yang telah banyak membimbing dan banyak

membantu terselesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan

kepada :

1. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Bapak DR. Drs. M. Farid Hamzens, M.Si,

selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam

memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan dan saran yang sangat

bermanfaat.

2. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, Ibu Febrianti, SP, M.Si dan Ibu Febriana,

SKM, M.Si, selaku penguji yang telah meluangkan waktunya dan telah

memberikan saran, masukan dan kritik dalam ujian skripsi ini.

3. Seluruh staf dosen FKIK, untuk ilmu dan juga bimbingan yang telah

diberikan selama mengikuti pendidikan di FKIK.

4. Bapak Kepala Sekolah MTs Ciwandan yang telah memberikan ijin untuk

dilaksanakannya penelitian ini dan seluruh staf pengajar yang telah membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

ix

5. Keluargaku tercinta, Orangtuaku, Saudara-saudaraku, Anak-anaku tersayang

Hisyam dan Ibrahim, serta suamiku tercinta Yudan Suhara yang telah banyak

memberikan dukungan dan bantuan baik tenaga, moril dan material serta doa

yang tiada hentinya selama ini.

6. Teman-teman satu angkatan Gizi angkatan 2009 dan teman satu pembimbing

akademik yang telah saling mendukung, memotivasi dan member semangat.

7. Seluruh responden dalam penelitian ini yang berperan sebagai sumber analisis

dalam penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas semua kekurangan

dan keterbatasan dalam penyusunan laporan ini. Kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini akan sangat

bermanfaat bagi peminatan Gizi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Ciputat, Januari 2016

Penulis

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………….. i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………… v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….... .. xviii

DAFTAR BAGAN …………………………………………………………… xxii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ……………………………………………………... 9

1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………….. 10

1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 11

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………… 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja ……………………………………………………………………. 13

2.1.1 Pengertian Remaja ……………………………………………… 13

2.2 Anemia

2.2.1 Pengertian Anemia ……………………………………………… 15

2.2.2 Tanda-tanda Anemia ……………………………………………. 15

2.2.3 Dampak Anemia ……………………………………………….. 17

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xi

2.2.4 Penyebab Anemia ………………………………………………. 20

2.2.5 Jenis-jenis Anemia ……………………………………………… 21

2.2.6 Etiologi Anemia ………………………………………………… 24

2.2.7 Patofisiologi Anemia ……………………………………………. 25

2.3 Anemia Gizi Besi (AGB) …………………………………………………. 27

2.3.1 Pengertian Anemia Gizi Besi …………………………………… 27

2.3.2 Standar Penentu Anemia Gizi Besi …………………………….. 27

2.4 Hemoglobin (Hb) ………………………………………………………… 28

2.4.1 Pengertian Hemoglobin ……………………………………….. 28

2.4.2 Fungsi Hemoglobin …………………………………………… 22

2.4.3 Batas Nilai Kadar Hemoglobin ………………………………... 29

2.4.4 Cara Pengukuran Kadar Hemoglobin ……………………….. … 30

2.5 Zat Besi ………………………………………………………………….. 33

2.5.1 Pengertian Zat Besi ……………………………………………. 33

2.5.2 Zat Besi dalam Tubuh …………………………………………. 34

2.5.3 Fungsi Zat Besi ……………………………………………….. 35

2.5.4 Metabolisme Zat Besi ………………………………………….. 35

2.5.5 Kebutuhan Zat Besi ……………………………………………. 36

2.6 Fasilitator Absorpsi Zat Besi ……………………………………………… 40

2.7 Penghambat Absorbsi Zat Besi ……………………………………………. 40

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xii

2.8 Metode Penilaian Konsumsi Gizi ………………………………………… 41

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Remaja Putri 42

2.7.1 Sosial Ekonomi ………………………………………………... 43

2.7.1.1 Pengetahuan ………………………………………….. 43

2.7.1.2 Pendidikan …………………………………………… 44

2.7.1.3 Pekerjaan …………………………………………….. 46

2.7.1.4 Pendapatan …………………………………………… 46

2.7.1.5 Uang Jajan ……………………………………………. 48

2.7.2 Status Gizi ………………………………………………………. 49

2.7.3 Kehilangan Darah ………………..…………………………….. 50

2.7.3.1 Pola Menstruasi ………………………..……………. 50

2.7.3.2 Penyakit Infeksi ……………………………………… 52

2.7.4 Kebiasaan Makanan ………………………………………….. 53

2.7.4.1 Kebiasaan Makan pada Remaja ……………………… 54

2.7.4.2 Asupan Gizi ………………………………………….. 55

a) Zat Gizi ……………………………………………. 55

b) Vitamin C ………………………………………… 59

c) Energi …………………………………………….. 60

d) Protein ……………………………………………. 61

2.7.4.3 Frekuensi Makan ……………………………………. 62

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xiii

2.7.4.3.1 Frekuensi Makan Sehari ……………………. 63

2.7.4.3.2 Frekuensi Makan Sumber Heme …………… 64

2.7.4.3.3 Frekuensi Makan Sumber non Heme ………. 65

2.7.4.3.4 Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe …… 66

2.7.4.3.5 Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe … 66

2.8 Kerangka Teori ……………………………………………………………. 69

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ………. 70

3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………………… 70

3.2 Definisi Operasional …………………………………………………….. 71

3.3 Hipotesis Penelitian ……………………………………………………… 78

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 79

4.1 Rancangan Penelitian …………………………………………………… 80

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………. 80

4.3 Populasi dan Sampel ……………………………………………………. 80

4.3.1 Populasi ………………………………………………………. 80

4.3.2 Sampel ………………………………………………………… 80

4.4 Pengumpulan Data ……………………………………………………… 82

4.5 Pengolahan dan Analisis Data ………………………………………….. 82

4.5.1 Instrumen Penelitian ………………………………………….. 82

4.5.2 Analisis Data ………………………………………………….. 84

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xiv

4.5.2.1 Analisis Univariat ………………………………………….. 84

4.5.2.2 Analisis Bivariat ……………………………………………. 84

BAB V HASIL ………………………………………………………………. 86

5.1 Profil Madrasah Tsanawiyah Ciwandan …………………………………. 86

5.1.1 Motto, Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Ciwandan………. 68

5.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data …………………………………………. 88

5.3 Karakteristik Responden ………………………………………………… 89

5.4 Analisis Univariat ………………………………………………………. 89

5.4.1 Anemia pada Siswi MTs Ciwandan …………………………………… 90

5.4.2 Sosial Ekonomi ………………………………………………………. 90

5.4.2.1 Pengetahuan ………………………………………………… 90

5.4.2.2 Uang Jajan ………………………………………………….. 91

5.4.2.3 Pendapatan Orangtua ……………………………………….. 92

5.4.2.4 Pendidikan Orangtua ……………………………………….. 92

5.4.3 Pola Menstruasi ………………………………………………………. 93

5.4.5 Kebiasaan Makan ……………………………………………………… 94

5.4.5.1 Asupan Zat Gizi …………………………………………………….. 94

5.4.5.1.1 Asupan Energi ……………………………………………………. 94

5.4.5.1.2 Asupan Protein …………………………………………………… 95

5.4.5.1.3 Asupan Vitamin C ………………………………………………… 95

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xv

5.4.5.1.4 Asupan Fe ………………………………………………………… 96

5.4.5.2 Frekuensi Makan …………………………………………………….. 97

5.4.5.2.1 Frekuensi Makan Sehari-hari ……………………………………… 97

5.4.5.2.2 Frekuensi Makan Sumber Heme ………………………………….. 97

5.4.5.2.3 Frekuensi Makan Sumber non Heme …………………………….. 98

5.4.5.2.4 Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe ………………………… 99

5.4.5.2.5 Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe …………….............. 100

5.5 Analisis Bivariat ………………………………………………………… 100

5.5.1 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Anemia pada Siswi Mts Ciwandan 101

5.5.1.1 Hubungan antara Pengetahuan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan ……………………………..................................... … 101

5.5.1.2 Hubungan antara Uang Jajan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan ……………………………………………………… 102

5.5.1.3 Hubungan antara Pendapatan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan……………………………………………………… 103

5.5.1.4 Hubungan antara Pendidikan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan……………………………………………………… 104

5.5.2 Hubungan antara Pola Menstruasi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan ………………………………………………………………… 105

5.5.3 Hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Anemia pada Siswi

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xvi

MTs Ciwandan ………………………………………………………………. 106

5.5.3.1 Hubungan antara Asupan Zat Gizi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan ……………………………………………………………..…. 106

5.5.3.1.1 Hubungan antara Asupan Energi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan………………………………………………………….. 106

5.5.3.1.2 Hubungan antara Asupan Protein dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan …………………………………………………….…… 107

5.5.4.1.3 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan ……………………………………………………….… 108

5.5.4.1.4 Hubungan antara Asupan Fe dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan …………………………………………………….… 109

5.5.3.2 Hubungan antara Frekuensi Makan dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan ……………………………………………………………..… 110

5.5.3.2.1 Hubungan antara Frekuensi Makan dalam Sehari dengan Anemia

pada Siswi MTs Ciwandan ………………………………………..…. 110

5.5.3.2.2 Hubungan antara Frekuensi Makan Sumber Heme dengan Anemia

pada Siswi MTs Ciwandan ……………………………………...…… 111

5.5.3.2.3 Hubungan antara Frekuensi Makan Sumber Non Heme

dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan …………………………. 112

5.5.3.2.4 Hubungan antara Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xvii

dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan ……………………….. 114

5.5.3.2.5 Hubungan antara Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe

dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan ………………………… 115

BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………….. 116

6.1 Keterbatasan Penelitian ………………………………………………… 116

6.2 Status Anemia Gizi Besi Siswi MTs Ciwandan ………………………… 117

6.3 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Anemia Pada Siswi

Mts Ciwandan ……………………………………………………………..…. 123

6.3.1 Hubungan Pengetahuan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan…………………………………………………...……. 126

6.3.2 Hubungan Uang Jajan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan…………………………………………………..……… 132

6.3.3 Hubungan Pendapatan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan…………………………………………………………. 136

6.3.4 Hubungan Pendidikan Siswi dengan Anemia pada Siswi

MTs Ciwandan………………………………………………………… 141

6.4 Hubungan Pola Menstruasi dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan……………………………………………………………….. 145

6.6 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan ……………………………………………………………. .. 149

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xviii

6.6.1 Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan……………………………………………………… 149

6.6.1.1 Hubungan Asupan Energi dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan …………………………………………………..... 150

6.6.1.2 Hubungan Asupan Protein dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan ………………………………………………………... 154

6.6.1.3 Hubungan Asupan Vitamin C dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan ……………………………………………………….. 158

6.6.1.4 Hubungan Asupan Fe dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan ………………………………………………………… 162

6.6.2 Hubungan Frekuensi Makan dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan …………………………………………………………….….. 166

6.6.2.1 Hubungan Frekuensi Makan dalam Sehari-hari dengan Anemia

Pada Siswi MTs Ciwandan ……………………………………….…… 166

6.6.2.2 Hubungan Frekuensi Makan Sumber Heme dengan Anemia

Pada Siswi MTs Ciwandan …………………………………………….. 170

6.6.2.3 Hubungan Frekuensi Makan Sumber non Heme dengan Anemia

Pada Siswi MTs Ciwandan…………………………………………… 173

6.6.2.4 Hubungan Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe dengan Anemia

Pada Siswi MTs Ciwandan…………………………………………… 176

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xix

6.6.2.5 Hubungan Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe dengan Anemia

Pada Siswi MTs Ciwandan …………………………………………… 180

BAB VII PENUTUP ……………………………………………………..……. 185

7.1 Kesimpulan …………………………………………………………..……. 185

7.2 Saran …………………………………………………………………..…… 187

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xx

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Standar Penentu Anemia Gizi Besi…………………………………… 28

2.2 Kadar Hemoglobin Normal…………………………………………. 30

2.3 Kebutuhan Zat Besi………………………………………………….. 37

2.4 Angka Kecukupan Zat Besi yang dianjurkan (perhari)……………… 38

2.5 Kandungan Zat Besi dalam Bahan Makanan ………………………… 56

3.1 Definisi Operasional ………………………………………………… 71

5.1 Distribusi Frekuensi Anemia Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014 …………………………………………… 90

5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014…………………………………………… 90

5.3 Distribusi Frekuensi Uang Saku Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014…………………………………………… 91

5.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Orangtua Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014…………………………………………….. 92

5.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan Oraangtua Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014…………………………………………….. 92

5.6 Distribusi Frekuensi Pola Menstruasi Siswi MTs Ciwandan Cilegon-

BantenTahun 2014…………………………………………………….. 93

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xxi

5.7 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Siswi MTs Ciwandan Cilegon-

BantenTahun 2014……………………………………………………… 94

5.8 Distribusi Frekuensi Asupan Protein Siswi MTs Ciwandan Cilegon-

BantenTahun 2014……………………………………………………… 95

5.9 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin C Siswi MTs Ciwandan Cilegon-

BantenTahun 2014……………………………………………………….. 95

5.10 Distribusi Frekuensi Asupan Fe Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014……………………………………………… 96

5.11 Distribusi Frekuensi Makan dalam Sehari-hari Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014…………………………………………….. 97

5.12 Distribusi Frekuensi Makan Sumber Heme Siswi MTs Ciwandan Cilegon-

BantenTahun 2014……………………………………………………… 97

5.13 Distribusi Frekuensi Makan Sumber non Heme Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014……………………………………………… 98

5.14 Distribusi Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014……………………………………………… 99

5.15 Distribusi Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014……………………………………..…… 100

5.16 Hubungan antara Pengetahuan Siswi dengan Anemia pada Sisiwi MTs

Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014………………………………… 101

5.17 Hubungan antara Uang Saku Siswi dengan Anemia pada Sisiwi MTs

Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014………………………………… 102

5.18 Hubungan antara Pendapatan Orangtua dengan Anemia pada Sisiwi MTs

Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014…………………………………. 103

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xxii

5.19 Hubungan antara Pendidikan Orangtua dengan Anemia pada Sisiwi MTs

Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014…………………………………. 104

5.20 Hubungan antara Pola Menstruasi dengan Anemia pada Sisiwi MTs

Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014………………………………… 105

5.21 Hubungan antara Asupan Energi dengan Anemia pada Sisiwi MTs Ciwandan

Cilegon-Banten Tahun 2014…………………………………………… 106

5.22 Hubungan antara Asupan Protein dengan Anemia pada Sisiwi MTs Ciwandan

Cilegon-Banten Tahun 2014……………………………………………. 107

5.23 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Anemia pada Sisiwi MTs

Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014…………………………………. 108

5.24 Hubungan antara Asupan Fe dengan Anemia pada Sisiwi MTs Ciwandan

Cilegon-Banten Tahun 2014……………………………………………. 109

5.25 Hubungan antara Frekuensi Makan dalam Sehari dengan Anemia pada Sisiwi

MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014……………………………. 110

5.26 Hubungan antara Frekuensi Makan Sumber Heme dengan Anemia pada

Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014…………………….. 111

5.27 Hubungan antara Frekuensi Makan Sumber non Heme dengan Anemia pada

Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014……………………. 112

5.28 Hubungan antara Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014……………… 113

5.29 Hubungan antara Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014………………. 114

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

xxiii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori……………………………………………………. 69

3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………… 70

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

`

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah massa eritrosit (red

cell mass) yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan

hitung eritrosit (red cell count).Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan

besi dan protein yang cukup dalam tubuh. Protein berperan dalam pengangkutan

besi ke sumsum tulang untuk membentuk molekul hemoglobin yang baru

(Gallagher, 2008)

Anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan risiko terjadinya gangguan

fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada

saat kehamilan nantinya (Sediaoetama, 1992).Menurut Yip (1998) status zat besi

harus diperbaiki pada saat sebelum hamil yaitu sejak remaja sehingga keadaan

anemia pada saat kehamilan dapat dikurangi.

Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi

menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-

kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Remaja dalam

masyarakat dikenal dengan berbagai istilah yang menunjukkan kelompok umur

yang tidak termasuk kanak-kanak tetapi bukan pula dewasa (Yusuf, 2011).

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

2

Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak

yang membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap

makanan.Selain itu adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu

faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi (Sediaoetama,

2003).Remaja putri juga memerlukan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi

untuk pertumbuhannya. Kecukupan gizi sangat diperlukan remaja sampai usia

lanjut.

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita

anemia.Oleh karena itu, sasaran program penanggulangan anemia gizi telah

dikembangkan yaitu mencapai remaja putri SMP, SMA, dan sederajat, serta

wanita di luar sekolah sebagai upaya strategis dalam upaya memutus simpul

siklus masalah gizi.Walaupun begitu, prevalensi anemia di kalangan remaja putri

masih tergolong dalam kategori tinggi.Hal ini mengindikasikan anemia masih

menjadi masalah kesehatan di Indonesia (Poltekes Depkes, 2010).

Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia

dibandingkan dengan remaja putra.Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami

menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga

membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.Selain itu, ketidakseimbangan

asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja.Remaja putri biasanya

sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi

makanan dan banyak pantangan terhadap makanan (National Anemia Action

Council, 2011).Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

3

dibongkar.Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia (Agus,

2004).

Menurut WHO, Prevalensi anemia dikatakan sebagai masalah kesehatan

masyarakat dikatgorikan sebagai berikut: bukan masalah kesehatan masyarakat

jika <5%, masalah kesehan masyarakat tingkat ringan jika 5-19,9%, masalah

kesehatan tingkat sedang jika 20-39,9%, dan merupakan masalah kesehatan

tingkat berat jika ≥ 40% (Depkes, 2003). Anemia merupakan masalah kesehatan

masyarakat di seluruh dunia.

Lebih dari setengah penduduk dunia usia pra sekolah dan wanita hamil berada

di Negara-negara yang mengalami anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat

tingkat berat dengan presentase sebesar 56,3% dan 57,5%. Sedang presentase

wanita tidak hamil yang mengalami anemia sebesar 29,6% (McLean, 2007).

Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama Negara berkembang

(developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Secara

keseluruhan, anemia terjadi pada 45% wanita di Negara berkembang dan 13% di

Negara maju (Fatmah dalam FKM UI, 2009).

Kasus anemia di Indonesia terdapat 19,7% perempuan, 13,1% laki-laki dan

9,8% anak yang mengalami anemia. Sebanyak 60,2% dari anemia tersebut adalah

anemia mikrositik hipokrom (sel yang kecil dengan jumlah hemoglobin yang

sedikit dalam sel), yang paling banyak disebabkan oleh anemia defisiensi besi

(Riskesdas 2007).Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010

yaitu sementara lebihdari 10 % anak usia sekolah di Indonesia mengalami anemia

(Riskesdas, 2010).

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

4

Prevalensi anemia di kota Cilegon pada remaja putri di wilayah puskesmas

sekota Cilegon berdasarkan pada program kesehatan remaja tahun 2012 yang

telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Cilegon pada remaja putri usia 11-13

tahun menderita anemia sebesar 73,83% (231 orang) dan dari 440 remaja putri

usia 14-17 tahun menderita anemia sebesar 76,69%(337 orang) (Dinkes kota

Cilegon, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan MTs Negeri Ciwandan pada

bulan Mei tahun 2014 dengan melakukan pengukuran kadar Hb menggunakan

alat Hb meter Easytouch, telah diketahui prevalensi anemia pada remaja putri

kelas 8 adalah sebesar 13% (4 siswi dari 30 siswi). Prevalensi anemia tersebut

termasuk kedalam masalah kesehatan tingkat ringan.

Anemia defisiensi besi lebih cenderung berlangsung di negara berkembang,

dibandingkan dengan negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau

kira-kira 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara

berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju

hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta

orang (Arisman, 2010).

Di Indonesia terdapat empat masalah gizi remaja yang utama yaitu Kurang

Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan

Yodium (GAKI), dan Kurang Vitamin A (KVA). Anemia gizi merupakan

masalah gizi yang paling utama di Indonesia, yang disebabkan karena kekurangan

zat besi.Anemia gizi dapat disebabkan karena kekurangan zat gizi yang berperan

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

5

dalam pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, Vitamin C, Piridoksin,

Vitamin E (Almatsier, 2002).

Menurut USAID (2003) diketahui bahwa terjadinya anemia disebabkan oleh

beberapa faktor.Penyebab utama dapat dikategorikan dengan kategori rendah,

kekurangan, atau produksi sel darah merah yang abnormal; pemecahan sel darah

merah yang berlebihan; dan hilangnya sel darah merah secara

berlebihan.Penyebab yang berkaitan dengan kurang gizi, dihubungkan pada

asupan makanan, kualitas makanan, sanitasi dan perilaku kesehatan; kondisi

lingkungan sekitar; akses kepada pelayanan kesehatan; dan kemiskinan.Penyebab

yang penting juga disesuaikan dengan daerah.

Remaja yang lebih sering mengalami anemia adalah remaja putri, hal ini di

sebabkan remaja putri dalam usia reproduksi setiap harinya memerlukan zat gizi

tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan remaja putra karena remaja putri

mengalami menstruasi setiap bulannya (Arisman, 2004). Selain itu, telah

diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang penting dalam

menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakankonsekuensi dari

peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat

besi.Kehilangan darah akibat schistosomiasis, infestasi cacing, dan trauma dapat

menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.

Angka kesakitan akibat penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi

besi akibat efek yang merugikan terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis

dan beberapa infeksi parasit seperti cacing, trichuriasis, amoebiasis, dan

schistosomiasis menyebabkan kehilangan darah secara langsung dan kehilangan

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

6

darah tersebut mengakibatkan defisiensi besi (Arumsari, 2008). Hal ini diperparah

dengan pola konsumsi remaja putri yang terkadang melakukan diet pengurusan

badan sehingga semakin sedikit zat besi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Latar Belakang dan tradisi kebiasaan makan berhubungan dengan lingkungan

hidup, tingkat kehidupan serta pendidikan seseorang. Tidak sedikit remaja putri

yang melakukan suatu upaya menghilangkan kebiasaan makan pagi atau siangnya

untuk mengurangi berat badannya, sedangkan makan yang bernilai gizi seperti

telur, susu dan sayuran sedapat mungkin tidak dimakan. Akibatnya mereka

mengalami kekurangan beberapa zat gizi makanan terutama zat kapur dan besi.

(Suhardjo, 1989).

Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, bahkan

dampaknya dinilai sebagai masalah yang sangat serius terhadap kesehatan

masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kejadian

anemia pada anak-anak dapat berdampak pada menurunnya kemampuan dan

konsentrasi belajar, menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan

kecerdasaan otak, meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya

tahan tubuh menurun. Dampak anemia pada wanita dapat menurunkan daya tahan

tubuh sehingga mudah sakit dan menurunkan produktivitas kerja. Kadar

hemoglobin dengan produktivitas kerja menunjukkan adanya korelasi yang

positif, hal ini berarti semakin rendah kadar Hb, maka produktivitas kerja subjek

semakin menurun (Widyastuti, 2008)

Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gizi besi sangat kompleks. Menurut

Ros & Horton (1998), Anemia Gizi Besi berdampak pada menurunnya

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

7

kemampuan motorik anak, menurunnya skor IQ, menurunnya kemampuan

kognitif, menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya produktivitas kerja

pada orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada

wanita hamil akan menyebabkan buruknya persalinan, berat bayi lahir rendah,

bayi lahir premature, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan

dan kelahiran. Akibat lainnya dari anemia gizi besi adalah gangguan

pertumbuhan, gangguan imunitas serta rentan terhadap pengaruh racun dari

logam-logam berat.

Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya pada

remaja putri masih cukup tinggi.Anemia juga sampai saat ini masih merupakan

salah satu faktor yang melatarbelakangi tingginya angka kematian ibu di

Indonesia, maka upaya pencegahannya adalah mengetahui sejak dini apakah

seseorang menderita anemia dan segera mengupayakan langkah-langkah

penanggulangan anemia.

Tingginya prevalensi dan beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadi

anemia pada remaja putri melatarbelakangi penulis untuk mengetahui gambaran

prevalensi dan hubungan sosial-ekonimi,pola menstruasi serta kebiasaan makan

terhadap kejadian anemia pada remaja putri di MTs Ciwandan tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Kejadian anemia yang banyak diderita oleh banyak wanita pada umumnya

dan remaja putri pada remaja putri pada khususnya adalah diakibatkan oleh faktor

tidak langsung yaitusosial ekonomi dan faktor langsung seperti pola menstruasi

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

8

(frekuensi haid dan lama haid) dan kebiasaan makan (asupan zat gizi, frekuensi

makan, kebiasaan minum teh).Remaja putri yang menderita anemia, akan mudah

mengalami infeksi, kebugaran/kesegaran tubuh berkurang dan semangat belajar

serta prestasi menurun, sehingga ketika akan menjadi calon seorang ibu, mereka

berada dalam keadaan resiko tinggi. Pertumbuhan yang pesat pada remaja

memiliki zat besi dalam jumlah yang tidak mencukupi, akan mengalami kondisi

sakit yang berulang dengan frekuensi sering.

Prevalensi anemia di kota Cilegon pada remaja putri di wilayah puskesmas

sekota Cilegon berdasarkan pada program kesehatan remaja tahun 2012 yang

telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Cilegon pada remaja putri usia 11-13

tahun menderita anemia sebesar 73,83% (231 orang) dan dari 440 remaja putri

usia 14-17 tahun menderita anemia sebesar 76,69% (337 orang).Berdasarkan

Studi pendahuluan yang dilakukan MTs Negeri Ciwandan pada bulan Mei tahun

2014 dengan melakukan pengukuran kadar Hb menggunakan alat Hb meter

Easytouch, telah diketahui prevalensi anemia pada remaja putri kelas 8 adalah

sebesar 13% (4 siswi dari 30 siswi). Prevalensi anemia tersebut termasuk kedalam

masalah kesehatan tingkat ringan.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran prevalensi dan

hubungan sosial ekonomi, pola menstruasi dan kebiasaan makan dengan kejadian

anemia pada siswi di MTs Ciwandan tahun 2015.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

9

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kejadian anemia pada siswidi MTs Ciwandan tahun

2015?

2. Bagaimana gambaran sosial ekonomi (pengetahuan, uang jajan, pendapatan

ayah/ibu, pendidikan ayah/ibu) pada siswi di MTs Ciwandan tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran pola menstruasi pada siswi di MTs Ciwandan tahun

2015?

4. Bagaimana gambaran Kebiasaan Makan (asupan gizi dan fekuensi

makan)siswidi MTsCiwandan tahun 2015?

5. Bagaimana hubungan antara sosial ekonomi (pengetahuan, pendapatan

ayah/ibu, pendidikan ayah/ibu) dengan kejadian anemia pada siswidi MTs

Ciwandan Tahun 2015?

6. Bagaimana hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada siswi di

MTs Ciwandan tahun 2015?

7. Bagaimana hubungan Kebiasaan Makan (asupan zat gizi dan frekuensi

makan) dengan kejadian anemia pada siswidi MTs Ciwandan Tahun 2015?

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

10

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dengan anemia pada siswi

diMTs Ciwandan tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran sosial ekonomi (pengetahuan, uang jajan,

pendapatan ayah/ibu, pendidikan ayah/ibu) kejadian anemia pada siswidi

MTs Ciwandan tahun 2015.

b. Untuk mengetahui gambaran pola menstruasi padasiswidi MTs

Ciwandan tahun 2015.

c. Untuk mengetahui gambaran Kebiasaan makan (asupan makan dan

frekuensi makan) pada siswi di MTs Ciwandan tahun 2015.

d. Untuk mengetahui hubungan antara sosial ekonomi (pengetahuan,

pendapatan ayah/ibu, pendidikan ayah/ibu) dengan anemia pada siswidi

MTs Ciwandan Tahun 2015.

e. Untuk mengetahui hubungan antara pola menstruasi dengan anemia

pada siswi di MTs Ciwandan Tahun 2015.

f. Untuk mengetahui hubungan Kebiasaan Makan (asupan zat gizi dan

frekuensi makan)dengan anemia pada siswidi MTs Ciwandan Tahun

2015.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

11

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi MTs Ciwandan

Untuk dijadikan bahan informasi tentang pentingnya mengkonsumsi

asupan zat gzi untuk memenuhi zat besi dalam tubuh serta efek kejadian

anemia terhadap prestasi belajar di sekolah sebagai bahan untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan sekolah dan perbaikan kesehatan.

2. Bagi Puskesmas Citangkil

Untuk dijadikan bahan informasi dan dasar untuk mengembangkan

kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan di sekolah-

sekolah khususnya Madrasah Tsanawiyah Ciwandan.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis tentang manfaat asupan zat gizi yang dapat mencegah

dari defisiensi zat besi serta sebagai sarana pembelajaran melakukan

penelitian ilmiah sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di

bangku perkuliahan dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti

selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penilitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan

menggunakan metode cross sectional study, karena selain mendeskriskipkan

juga menganalisa hubungan antara variable independen sosial ekonomi

(pengetahuan, pendapatan ayah/ibu, pendidikan ayah/ibu), pola menstruasi,

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

12

dan Kebiasaan Makan (asupan zat gizi dan frekuensi makan) dengan variable

dependen anemia pada remaja putri.

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer

berupa umur, kadar Hb, sosial ekonomi (pengetahuan, pendapatan ayah/ibu,

pendidikan ayah/ibu), pola menstruasi, dan Kebiasaan Makan (asupan zat gizi

dan frekuensi makan) dan data sekunder berupa jumlah siswi putrid di MTs

Ciwandan dan Profil MTS Ciwandan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada siswi di MTs

Ciwandan tahun 2015

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Menurut Kartono (1990) masa remaja adalah masa penghubung atau

masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.Istilah

remaja atau adolescence berasal dari bahasa latinadolescere yang berarti

“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.Istilah adolescence (dalam bahasa

Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas

mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999).

Batasan usia remaja diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya oleh

Monks, dkk (1999) yang membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga

tahap, yaitu :

1) Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada rentang usia ini remaja mengalami pertumbuhan jasmani

yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat

intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada

saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi, namun belum

bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya (Kartono, 1990).

2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, namun

sudah timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan

kehidupan badaniah sendiri. Pada rentang usia ini mulai timbul

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

14

kemantapan pada diri sendiri yang lebih berbobot. Pada masa ini

remaja mulai menemukan diri sendiri atau jati dirinya (Kartono,

1990).

3) Masa remaja akhir (18-21 tahun)

Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil.

Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola

hidup yang digariskan sendiri, dengan itikad baik dan

keberanian.Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu

berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditentukannya

(Kartono, 1990).

Remaja memiliki pertumbuhan yang cepat (groe spurt) dan merupakan

waktu pertumbuhan yang intens setelah masa bayi serta satu-satunya

periode dalam hidup individu terjadi peningkatan velositas pertumbuhan.

Selama masa remaja, seseorang dapat mencapai 15% dari tinggi badan dan

50% dari berat badan saat dewasa. Pertumbuhan yang cepat ini sejalan

dengan peningkatan zat gizi, yang secara signifikan dipengaruhi oleh infeksi

dan pengeluaran energi. Masa tulang meningkat sebesar 45% dan

remodeling tulang terjadi: jaringan lunak, organ-organ dan bahkan massa sel

darah merah meningkat dalam hal ukuran, akibatnya kebutuhan zat gizi

mencapai titik tertinggi saat remaja. Adanya kekurangan zat gizi makro dan

mikro dapat mengganggu pertumbuhan dan menghambat pematangan

seksual. Kebutuhan untuk individual tidak mungkin diestimasikan karena

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

15

adanya pertimbangan variasi dalam tingkat dan jumlah pertumbuhan

(DiMeglio, 2000)

2.2 Anemia

2.2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan

terjadi bila konsumsi hemogobin jauh dibawah ambang batas yang

ditentukan. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam

darahnya kurang dari 12gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah

kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan

trimester II (Muryanti, 2006)

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari

nilai normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.

Gejala yaitu lemah, lesu, letih, mudah mengantuk, napas pendek, nafsu

makan berkurang, bibir tampak pucat, susah buang air besar, denyut jantung

meningkat dan kadang-kadang pusing.Pengertian lain anemia adalah

pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume sel

pada sel darah merah (hematokrit) per 100ml darah (Adriaansz,2008)

2.2.2 Tanda-tanda anemia

Menurut Kurniawan, dkk (2002), tanda-tanda Anemia meliputi:

a) Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)

b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

16

c) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan

telapak tangan menjadi pucat.

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi

menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut:

1) Gejala Umum anemia

Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau

Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia

adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar

hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik

tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan

mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.

Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang

terkena adalah:

a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi,

takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris,

dan gagal jantung.

b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging,

mataberkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu,

serta perasaan dingin pada ekstremitas.

c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit

menurun, serta rambut tipis dan halus.

2) Gejala Khas Masing-masing anemia

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

17

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia

adalah sebagai berikut:

a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah,

stomatitis angularis.

b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-

tanda infeksi.

3) Gejala Akibat Penyakit Dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia.Gejala

ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia

tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh

infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti

pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti

jerami.

2.2.3 Dampak Anemia

Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gizi besi sangat kompleks.

Menurut Ros & Horton (1998), Anemia Gizi Besi berdampak pada

menurunnya kemampuan motorik anak, menurunnya skor IQ, menurunnya

kemampuan kognitif, menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya

produktivitas kerja pada orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada

keadaan ekonomi, dan pada wanita hamil akan menyebabkan buruknya

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

18

persalinan, berat bayi lahir rendah, bayi lahir premature, serta dampak

negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan dan kelahiran. Akibat lainnya

dari anemia gizi besi adalah gangguan pertumbuhan, gangguan imunitas

serta rentan terhadap pengaruh racun dari logam-logam berat.

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.Respon

kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan

sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis

DNA.Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim

reduktase ribonukleotide yang membutuhkan besi untuk dapat

berfungsi.Disamping itu, sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak

dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzim

lain yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh yaitu mieloperoksidase

juga akan terganggu fungsinya akibat defisiensi besi (Almatsier, 2001).

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa anemia gizi besi erat

kaitannya dengan penurunan kemampuan motorik (dampak fisik).Dilihat

dari dampak fisik, anemia gizi besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah.

Rasa cepat lelah terjadi karena pada penderita anemia gizi besi pengolahan

(metabolisme) energi oleh otot tidak berjalan sempurna karena otot

kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini

diangkut oleh zat besi dalam darah (hemoglobin). Untuk menyesuaikan

dengan berkurangnya jatah oksigen, maka otot membatasi produksi energi.

Akibatnya, mereka yang menderita anemia gizi besi akan cepat lelah bila

bekerja karena cepat kehabisan energi (Soekirman, 2000).

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

19

Cepatnya rasa lelah yang dialami oleh para pekerja yang menderita

anemia gizi besi akan menurunkan produktivitas kerja. Menurunnya

produktivitas kerja, selain disebabkan oleh menurunnya hemoglobin darah,

juga disebabkan oleh berkurangnya enzim-enzim mengandung besi, dimana

besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi

tersebut (Almatsier,2001)

Selain menurunkan produktivitas kerja yang umumnya terjadi pada

penderita usia dewasa, anemia gizi besi juga mengakibatkan dampak negatif

terhadap anak usia sekolah. Anak usia sekolah yang menderita anemia gizi

besi akan mengalami penurunan kemampuan kognitif, penurunan

kemampuan belajar, dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajar.

Menurut Lozzoff dan Youdim (1988) dalam Almatsier (2001), menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara defisiensi besi dengan fungsi

otak.Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama

terhadap fungsi sistem neurotransmitter (penghantar syaraf).Akibatnya,

kepekaan reseptor syaraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan

hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan

belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid

dan kemampuan mengatur suhu tubuh juga menurun (Lozzoff &

Youdim,1988 dalam Almatsier,2001)

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

20

2.2.4 Penyebab Anemia

Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992),

anemia gizi besi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab

langsung dan faktor penyebab tidak langsung.Faktor penyebab langsung

meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup, absorbsi Fe rendah,

kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini menyebabkan

jumlah Fe dalam tubuh menurun. Menurunnya Fe (zat besi) dalam tubuh

akan memberikan dampak yang negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini

dikarenakan zat besi merupakan salah satu zat gizi penting yang terdapat

pada setiap sel hidup, baik sel tumbuh-tumbuhan, maupun sel hewan.Di

dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapat dalam darah yang merupakan

bagian dari protein yang disebut hemoglobin di dalam sel-sel darah merah,

dan disebut mioglobin di dalam sel-sel otot.

Ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola

konsumsi makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai

sumber zat besi yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan

hewani sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi

terutama oleh masyarakat pedesaan (DepKes.RI, 1998 dalam Hulu, 2004).

Menurut Almatsier (2001), pada umumnya, besi di dalam daging, ayam, dan

ikan mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi, besi di dalam serealia

dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik yang sedang, dan

besi yang terdapat pada sebagian besar sayur-sayuran terutama yang

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

21

mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan

biologik yang rendah.

Faktor lain yang merupakan penyebab anemia gizi besi adalah faktor

penyebab tidak langsung, yang meliputi praktek pemberian makanan yang

kurang baik, komposisi makanan kurang beragam, pertumbuhan fisik,

kehamilan dan menyusui, pendarahan kronis, parasit, infeksi, pelayanan

kesehatan yang rendah, terdapatnya zat penghambat absorbsi,serta keadaan

sosial ekonomi masyarakat rendah (Komite Nasional PBB Bidang Pangan

dan Pertanian,1992). Keadaan sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan,

tingkat pengetahuan, besar keluarga, pekerjaan, pendapatan, dan lain-lain.

2.2.5 Jenis-jenis Anemia

Menurut Herawati (2009), Pembagian jenis-jenis anemia berdasarkan

faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:

1) Anemia karena defisiensi besi

Anemia defisiensi besi ialah anemia yang disebabkan oleh cadangan

besi tubuh berkurang.Keadaan ini ditandai dengan saturasi transferin

menurun, dan kadar feritin atau hemosiderin sumsum tulang berkurang

(Wirawan, 1995). Menurut Walmsley et al. secara berurutan perubahan

laboratoris pada defisiensi besi sebagai berikut: (1) penurunan simpanan

besi, (2) penurunan feritin serum, (3) penurunan besi serum disertai

meningkatnya transferin serum, (4) peningkatan Red cell Distribution Width

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

22

(RDW), (5) penurunan Mean Corpuscular Volume (MCV), dan terakhir (6)

penurunan hemoglobin (Walmsley, 1999).

Diatasi dengan pemberian suplemen dan mengkonsumsi makanan yang

kaya zat besi, contohnya: daging sapi atau kambing, buncis, sereal yang

diperkaya besi dan kacang-kacangan.

2) Anemia karena defisiensi vitamin B12 dan Asam Folat

Kekurangan kedua vitamin ini menyebabkan sumsum tulang

memproduksi sel darah merah yang berukuran sangat besar.Bagaimanapun

ukuran sel bukan tolak ukur pada kemampuannya dalam membawa lebih

banyak oksigen.Anemia jenis ini dapat diatasi dengan pemberian injeksi

vitamin B12. Sedangkan kekurangan folat bias diatasi dengan pemberian

suplemen folat. Sumber makanan yang mengandung vitamin B12 dan folat

adalah daging dan produk olahan susu.

3) Anemia karena penyakit kronik

Anemia penyakit kronis merupakan bentuk anemia derajat ringan

sampai sedang yang terjadi akibat infeksi kronis, peradangan trauma atau

penyakit neoplastik yang telah berlangsung 1–2 bulan dan tidak disertai

penyakit hati, ginjal dan endokrin.Jenis anemia ini ditandai dengan kelainan

metabolism besi, sehingga terjadi hipoferemia dan penumpukan besi di

makrofag. Secara garis besar patogenesis anemia penyakit kronis

dititikberatkan pada 3 abnormalitas utama: (1) ketahanan hidup eritrosit

yang memendek akibat terjadinya lisis eritrosit lebih dini, (2) adanya respon

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

23

sumsum tulang akibat respon eritropoetin yang terganggu atau menurun,

gangguan metabolisme berupa gangguan reutilisasi besi (Lee, 1993).Tidak

ada pengobatan spesifik untuk anemia jenis ini. Dokter akan berusaha

mengatasi penyakit yang mendasarinya. Jika kondisinya sangat parah

diperlukan transfuse darah

4) Anemia Aplastik

Organ penting dalam pembentukan sel darah merah adalah sumsum

tulang.Fungsinya memproduksi semua jenis sel darah, mulai sel darah

merah, sel darah putih dan trombosit (keeping darah).Seandainya organ

tersebut gagal dalam menjalankan fungsinya, maka mengakibatkan anemia

aplastik.Angka kematian disebabkan anemia aplastik sangat tinggi.Biasanya

kematian disebabkan infeksi dan pendarahan. Pada tipe berat ini penderita

bias sembuh jika dilakukan transplantasi sumsum tulang dan harus

menggunakan obat-obatan penekan sistem kekebalan (immunosupressan)

seumur hidup. Pada jenis yang tidak parah, kombinasi immunosupressan

(steroid) dan siklosporin. Pada anemia aplastik, transfusi darah memang

membantu, namun sifatnya simptomatik artinya hanya mengatasi gejala

saja, akan tetapi anemia tetap berulang.

5) Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya

penghancuran sel darah merah. Dalam keadaan normal, sel darah merah

mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

24

sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya kemudian berusaha

untuk merusaknya.Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah

sebelum waktunya (hemolisis) sumsum tulang berusaha menggantinya

dengan mempercepat pembentukan sel darah yang baru, sampai 10 kali

kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah merah melebihi

pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik. Ada juga obat-

obatan yang merangsang terjadinya anemia ini, seperti obat

tuberculosisyaitu rifampisin (antibiotic golongan koinolin) yang

mempunyai antibody menmpel di sel darah merah meluruh (lisis)

6) Anemia bulan sabit (sicle cell anemia)

Anemia tipe ini merupakan anemia yang diturunkan

(herediter).Permasalahannya terdapat pada sel darah merah.Pada kondisi

normal bentuk sel darah merah fleksibel dan bulat, sedangkan pada

penderita sicle cell anemia sel darah terbentuk sickle (sabit). Bentuk yang

ireguler ini akan mati premature, mengakibatkan kondisi kekurangan sel

darah merah yang kronik. Kasus ini terutama terjadi pada ras Afrika dan

Arab.

2.2.6 Etiologi Anemia

1) Tahap pertama, meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang ditandai

berdasarkan penurunan kadar feritin serum. Meskipun tidak disertai

konsekuensi fisiologis yang buruk, namun keadaan ini menggambarkan

adanya peningkatan kerentanan dari keseimbangan besi yang marjinal

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

25

untuk jangka waktu lama. Sehingga dapat terjadi defisiensi besi yang

berat.

2) Tahap kedua, ditandai oleh perubahan biokimia yang mencerminkan

kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin yang normal. Pada keadaan

ini terjadi penurunan kejenuhan transferin atau peningkatan protoporfirin

eritrosit, dan peningkatan jumlah reseptor transferin serum.

3) Tahap ketiga, defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia karena

defisiensi yang berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7 g/dl

(vijayaraghavan, 2004).

2.2.7 Patofisiologi Anemia

Berdasarkan patogenesisnya, anemia digolongkan dalam 3 kelompok

(Wintrobe at all, 1999) yaitu:

1) Anemia karena kehilangan darah

Anemia karena kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu

banyaknya sesl-sel darah merah yang hilang dari tubuh seseorang, akibat

dari kecelakaan dimana perdarahan mendadak dan banyak jumlahnya,

yang disebut perdarahan ekternal.Perdarahan dapat pula disebabkan

karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang menyebabkan

penekanan terhadap pembuatan sel-sel darah merah.Selain itu ada pula

perdarahan kronis yang terjadi sedikit demi sedikit tetapi terus

menerus.Perdarahan ini disebabkan oleh kanker pada saluran

pencernaan, peptic ulser, wasir yang dapat menyebabkan anemia.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

26

2) Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah

Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah dapat terjadi karena

bibit penyakit atau parasit yang masuk kedalam tubuh, seperti malaria

atau cacing tambang, hal ini dapat menyebabkan anemia hemolitik.Bila

sel-sel darah merah rusak dalam tubuh, zat besi yang ada di dalam tidak

hilang tetapi dapat digunakan kembali untuk membentuk sel-sel darah

merah yang baru dan pemberian zat besi pada anemia jenis ini kurang

bermaanfaat.Sedangkan asam folat dirusak dan tidak dapat digunakan

lagi oleh karena itu pemberian asam folat sangat diperlukan untuk

pengobatan anemia hemolitik ini.

3) Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merah

Sumsum tulang mengganti sel darah yang tua dengan sel darah merah

yang baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang

hilang, sehingga jumlah sel darah merah yang dipertahankan selalu

cukup banyak di dalam darah, dan untuk mempertahakannya diperlukan

cukup banyak zat gizi. Apabila tidak tersedia zar gizi dalam jumlah yang

cukup akan terjadi gangguan pembentukan sel darah merah baru.

Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merah, dapat

timbul karena, kurangnya zat gizi penting seperti zat besi, asam folat,

asam pantotenat, vitamin B12, protein kobalt, dan tiamin, yang

kekurangannya biasa disebut “anemia gizi.” Selain itu juga kekurangan

eritrosit, infiltrasi sum-sum tulang, kelainan endokrin dan penyakit

ginjal kronis dan sirosis hati.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

27

2.3 Anemia Gizi Besi

2.3.1 Pengertian Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya

penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted

iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin

berkurang (Bakta, 2006). Anemia gizi besi merupakan tahap defisiensi besi

yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi

besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin

atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).

2.3.2 Standar Penentu Anemia Gizi Besi

Untuk mendeteksi keadaan anemia seseorang, parameter yang biasa dan

telah digunakan secara luas adalah hemoglobin (Hb), karena pada umumnya

tujuan dari berbagai penelitian adalah menetapkan prevalensi anemia dan bukan

prevalensi kurang besi.Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada

sel darah merah.Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml

darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.

Kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia (Supariasa, dkk.,

2002).

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

28

Tabel 2.1Standar Penentu Anemia Gizi Besi

Kelompok Umur Hb dalam darah (g/dl)

6bulan- 5tahun

6-18 tahun

Wanita dewasa

Wanita hamil

Laki-laki dewasa

<11

<12

<12

<11

<13

Sumber: Sukirman (1999/2000) dalam (Yayuk Farida dkk,2004: 22)

2.4 Hemoglobin

2.4.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas

(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk

oxihemoglobin di dalam sel darah merah.Dengan melalui fungsi ini maka

oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce, 2009).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang

dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka

protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah

karena Fe ini.Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy

hemoglobin dan warnanya merah tua.Darah arteri mengandung oksigen dan

darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti,

2008).

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

29

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian

heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida.Heme adalah suatu

derivat porfirin yang mengandung besi.Polipeptida itu secara kolektif

disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin (Shinta, 2005).

2.4.2 Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh

sel tubuh, sedangkan mioglobin mengangkut dan menyimpan oksigen untuk

sel-sel otot.Besi yang ada di dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi

yang diperoleh dari hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi

yang diambil dari penyimpanan dalam tubuh, dan besi yang diserap dari

saluran pencernaan (Soekirman, 2000).

Hemoglobin merupakan komponen yang amat penting dalam

mempertahankan keutuhan sistem sirkulasi tubuh.Fungsi utamanya adalah

dalam mengatur pertukaran O2 dan CO2 dalam jaringan tubuh yaitu

mengambil O2 dari paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk

digunakan sebagai bahan bakar serta membawa CO2 dari jaringan tubuh

hasil metabolisme ke paru untuk dibuang.Hemoglobin juga turut berfungsi

dalam mempertahankan bentuk normal sel darah merah (Hoffbrand, 2006).

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

30

2.4.3 Batas Nilai Kadar Hemoglobin (Hb)

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam

darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan

jenis kelamin (Depkes RI, 1996). Anemia menurut World Health

Organization (WHO) yang dikutip Stuart Gillespie (1996) diartikan sebagai

suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) lebih rendah dari keadaan

normal untuk kelompok yang bersangkutan. WHO telah menggolongkan

penetapan kadar normal hemoglobin dalam berbagai kelompok seperti di

bawah ini:

Tabel 2.2

Kadar Hemoglobin Normal

Usia Hemaglobin (g/dl)

Anak 6 bulan-5 tahun

Anak 5 tahun-18 tahun

Wanita dewasa

11

12

12-14

Sumber: Arisman, 2004

2.4.4 Cara Pengukuran Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam

cara. Cara yang banyak dipakai dalam laboratorium klinik ialah cara

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

31

fotoelektrik dan kalorimetrik visual dan yang banyak digunakan di lapangan

penelitian ialah hemoglobinometer digital (WHO, 2001 dalam Raptauli

2012).

Metode pengukuran kadar hemoglobin yang paling sering digunakan

di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli. Cara yang cukup

teliti dan dianjurkan oleh International Committee for Standardization in

Hematology (ICSH) adalah cara sian-methemoglobin. Pada metode ini,

hemoglobin dioksidasi olehkalium ferrosianidamenjadi methemoglobinyang

kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sian-

methemoglobin yang berwarna merah.Intensitas warna dibaca dengan

fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan

alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Penentuan Hb dengan cara ini

memerlukan spektrofotometer yang harga dan biaya pemeliharannya mahal,

maka cara ini belum dapat dipakai secaraluas di Indonesia. Mengingat

bahwa membawa spektrofotometer dapat menyebabkan kerusakan pada

alatnya. Metode ini baik untuk dipakai dalam pemeriksaan kadar Hb di

laboratorium, namun akan mengalami kesulitan jika digunakan untuk survei

lapangan (Supariasa, dkk., 2002).

Cara fotoelektrik atau sianmethemoglobin dilakukan dengan prinsip

untuk mengubah hemoglobin darah menjadi sianmethemoglobin dalam

larutan yang berisi kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada panjang

gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara

ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

32

karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Kadar hemoglobin

ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standard

sianmethemoglobin. Kelebihan dari metode ini adalah cara ini sangat bagus

untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar

hemoglobin dengan teliti karena standar sianmethemoglobinyang

ditanggung kadarnya bersifat stabil. Kesalahan cara ini dapat mencapai kira-

kira 2%. Kelemahan dari cara ini adalah kekeruhan dalam suatu sampel

darah dapat mengganggu pembacaan dalam fotokalorimeter dan

menghasilkan absorbansi dan kadar hemoglobin yang lebih tinggi dari

sebenarnya contohnya pada keadaan leukositosis dan lipemia (Wijayanti,

2005).

Cara pengukuran hemoglobin yang berikutnya adalah cara

kalorimetrik visual atau sahli. Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi

asam hematin dengan menggunakan larutan HCl, kemudian warna yang

terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Di

Indonesia cara sahli masih banyak digunakan di laboratorium-laboratorium

kecil yang tidak mempunyai fotokalorimeter. Tetapi, cara ini tidak begitu

dianjurkan karena bukanlah cara yang teliti dan hanya berlandaskan

pengukuran secara visual dan kesalahan cara ini adalah kira-kira 10%

(Wijayanti, 2005).

Hemoglobinometer digital merupakan metode kuantitatif yang

terpercaya dalam mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan penelitian

dengan menggunakan prinsip tindak balas darah dengan bahan kimia pada

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

33

strip yang digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip adalah

ferrosianida. Reaksi tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan

jumlah elektrik yang dihasilkan adalah bertindak balas langsung dengan

konsentrasi haemoglobin. Hemoglobinometer digital merupakan alat yang

mudah di bawa dan sesuai untuk penelitian di lapangan karena teknik untuk

pengambilan sampel darah yang mudah dan pengukuran kadar hemoglobin

tidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga memiliki akurasi dan

presisi yang tinggi berbanding metode laboratorium yang standar.Alat ini

juga stabil dan tahan lasak walaupun digunakan dalam jangka masa yang

lama (Hamill, 2010)

2.5 Zat Besi

2.5.1 Pengertian Zat Besi

Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh.Zat ini

terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam

sintesa hemoglobin (Hb) (Achmad Djaeni, 2000).

Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin, ketika tubuh

kekurangan zat besi (Fe), produksi hemoglobin akan menurun. Penurunan

hemoglobin sebetulnya akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dalam tubuh

sudah benar-benar habis. Kurangnya zat besi (Fe) dalam tubuh pada ibu

hamil atau orang dewasa disebabkan karena perdarahan menahun, atau

berulang-ulang yang bisa dari semua bagian tubuh.Faktor resiko defisiensi

zat besi (Fe) pada wanita karena cadangan besi dalam tubuh lebih sedikit

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

34

sedangkan kebutuhannya lebih tinggi antara 1-2 mg zat besi secara normal

(Muryanti, 2006).

2.5.2 Zat besi dalam tubuh

Salah satu mikronutrien essensial bagi manusia adalah Fe atau zat besi

yang merupakan mineral mikro paling banyak di dalam tubuh yaitu sebanyak

3-5 gram di dalam tubuh. Walaupun terdapat luas di dalam makanan, namun

banyak penduduk di dunia termasuk Indonesia yang mengalami; kekurangan

besi (Almatsier,2002).

Jumlah zat besi di dalam tubuh seorang normal berkisar antara 3-5 gr

tergantung dari jenis kelamin, berat badan dan hemoglobin. Besi di dalam

tubuh terdapat dalam haemoglobin sebanyak 1,5-3,0 gr dan sisa lainnya

terdapat di dalam plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan

protein yang disebut “transferin” yaitu sebanyak 3-4 gr. Sedangkan dalam

jaringan berada dalam suatu status esensial dan bukan esensial. Disebut

esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan Hb maupun keperluan

lainnya (Soeparman, 1990).

Sedangkan menurut Guyton dan Hall (1997) Jumlah total besi dalam

tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang 65 persennya dijumpai dalam bentuk

hemoglobin. Sekitar 4 persennya dalam bentuk mioglobin, 1 persen dalam

bentuk macam-macam senyawa heme yang meningkatkan oksidasi

intraseluler, 0,1 persen bergabung dengan protein transferin dalam plasma

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

35

darah dan 15-30 persen terutama disimpan dalam sistem retikuloendotelial

dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin.

2.5.3 Fungsi zat besi

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini

terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

sintesa hemoglobin (Hb) (Moehji, 1995).

Seorang ibu yang dalam masa kehamilannya telah menderita kekurangan zat

besi tidak dapat memberi cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang

cukup untuk beberapa bulan pertama. Meskipun bayi itu mendapat air susu dari

ibunya, tetapi susu bukanlah bahan makanan yang banyak mengandung zat besi

karena itu diperlukan zat besi untuk mencegah anak menderita anemia (Arifin,

2000).

2.5.4 Metabolisme zat besi

Besi yang ada pada bahan makanan adalah besi elemen.Hanya Fe++

ini yang diabsorbsi usus halus. Untuk mengatur masuknya besi dalam tubuh

maka tubuh memiliki suatu cara yang tepat guna. Besi hanya dapat masuk

ke dalam mukosa apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferritin. Jumlah

apoferritin yang ada dalam mukosa usus tergantung pada kadar besi tubuh.

Bila besi dalam tubuh sudah cukup maka semua apoferritin yang ada dalam

mukosa usus terikat oleh Fe menjadi Ferritin. Dengan demikian tidak ada

lagi apoferitin yang bebas sehingga tidak ada besi yang dapat masuk ke

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

36

dalam mukosa. Besi yang ada dalam mukosa usus hanya dapat masuk ke

dalam darah bila ia berikatan dengan β-globulin yang ada dalam plasma.

Gabungan Fe dengan β-globulin disebut ferritin.

Apabila semua β-globulin dalam plasma sudah terikat Fe” (menjadi

feritin) maka Fe++ yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke

dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus sel mukosa usus lepas

dan diganti dengan sel baru.Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferrin

dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel eritoblas dalam sumsum

tulang hanya memiliki reseptor untuk ferritin.

Kelebihan besi yang tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum

tulang sebagai ferritin.Besi yang terikat pada β-globulin selain berasal dari

mukosa usus juga berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua masuk

ke dalam jaringan limpa untuk kemudian terikat pada β-globulin (menjadi

transferin) dan kemudian ikut aliran darah ke sum-sum tulang untuk

digunakan eritoblas membentuk hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai

pengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh, oleh karena itu apabila

terjadi kekurangan hemoglobin mengakibatkan anemi sehingga aktivitas

tubuh terutama daya berpikir akan menurun (Kuntarti, 2009).

2.5.5 Kebutuhan zat besi

Kebutuhan zat besi yang diserap berbeda-beda antara individu, umur, jenis

kelamin dan kondisi fisiologis.secara umum,kebutuhan zat besi yang diserap

disajikan pada tabel 2.3.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

37

Tabel 2.3 Kebutuhan Zat Besi

Umur / Jenis Kelamin Mg

0-6 bulan

7-11 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

7-9 tahun

Laki-laki

10-12 tahun

13-15

16-18

19->80

Wanita

10-12 tahun

13-15

16-18

19-29

30-49

50->80

-

7

8

9

10

13

19

15

13

20

26

26

26

26

12

Sumber: AKG (2013)

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

38

Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang

dewasa apabila dihitung bedasarkan kg berat badan. Bayi yang berumur dibawah

1 tahun dan anak yang berumur 6-16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama

banyaknya dengan laki-laki dewasa. Anak-anak sejak bayi sampai remaja

memerlukan zat besi untuk pertumbuhan dan meningkatkan massa sela darah

serta mengganti sel darah yang hilang (Soemantri, 2005).

Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang

hilang melalui tinja, air kencing dan kulit.Jumlah zat besi yang hilang sangat

bervariasi untuk setiap orang. Pada orang yang mempunyai simpanan zat besi

tinggi,maka zat besi yang dikelurkan dari tubuh juga tinggi, sebaliknya orang-

orang yang anemia jumlah zat besi yang dikeluarkan tubuh adalah rendah. Pada

bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan maka kebutuhan zat

besi diperlukan untuk pertumbuhan jaringan tubuh (DeMaeyer, 1995). Kecukupan

zat besi rata-rata yang dianjurkan per orang per hari ditunjukkan pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Zat Besi yang dianjurkan (perhari)

Golongan Umur Berat

Badan

(kg)

Tinggi

Badan

(cm)

Konsumsi Zat

Besi (mg)

0-6 bulan

7-12 bulan

1-3 tahun

5,5

8,5

12

60

71

90

3

5

8

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

39

4-6 tahun

7-9 tahun

Pria

10-12 tahun

13-15 tahun

16-19 tahun

20-45 tahun

46-59 tahun

≥60 tahun

Wanita

10-12 tahun

13-15 tahun

16-19 tahun

20-45 tahun

46-59 tahun

≥60 tahun

Hamil/menyusui

0-6 bulan

7-12 bulan

18

24

30

45

56

62

62

62

35

46

50

54

54

54

110

120

135

150

160

165

165

165

140

153

154

156

156

154

9

10

14

17

13

13

13

14

19

25

26

14

14

+20

+2

+2

Sumber: Supriasa dkk (2000)

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

40

2.6 Fasilitator Absorbsi Zat Besi

Fasilitator absorpsi zat besi yang paling terkenal adalah asam askorbat

(vitamin C) yang dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme secara

signifikan. Jadi, buah kiwi, jambu biji, dan jeruk merupakan produk pangan

nabati yang meningkatkan absorpsi besi. Faktor-faktor yang ada di dalam daging

juga memudahkan absorpsi besi non heme (vijayaraghavan, 2004).

2.7 Penghambat Absorbsi Zat Besi

Penghambat zat besi meliputi kalsium fosfat, bekatul, asam fitat, dan

polifenol. Asam fitat banyak terdapat dalam sereal dan kacang-kacangan

merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas buruknya ketersediaan

hayati zat besi dalam jenis makanan ini. Karena serat pangan sendiri tidak

menghambat absorpsi besi, efek penghambat pada bekatul semata-mata

disebabkan oleh keberadaan asam fitat. Perendaman, fermentasi, dan

perkecambahan biji-bijian yang menjadi produk pangan akan memperbaiki

absorpsi dengan mengaktifkan enzim fitase untuk menguraikan asam fitat.

Polifenol (asam fenolat, flavonoid, dan produk polimerisasi) terdapat

dalam teh, kopi, dan anggur merah. Tanin yang terdapat dalam teh hitam

merupakan jenis penghambat paling paten dari semua inhibitor di atas. Kalsium

yang dikonsumsi dalam produk susu seperti susu atau keju juga dapat

menghambat absorpsi besi. Namun demikian, komponen lainnya, terutama

fasilitator absorpsi besi dan khususnya santapan yang kompleks, dapat

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

41

mengimbangi efek penghambat pada polifenol dan kalsium (vijayaraghavan,

2004).

2.8 Metode Penilaian Konsumsi Gizi

Menurut Cameron and Van Staveren dalam Herviani (2004) FFQ (Food

Frequency Questionnaire) merupakan metode/cara food frekuensi biasanya

kualitatif mengggambarkan frekuensi konsumsi per hari, minggu atau bulan.

Metode food frekuensi yang telah dimodifikasi dengan memperkirakan atau

astimasi URT dalam gram dan cara memasak dapat dikatakan dengan metode

yang kuantitatif (FFQ semi kuantitatif).

Pada FFQ semi kuantitatif skor zat gizi yang terdapat disetiap subjek

dihitung dengan cara mengalikan frekuensi relatif setiap jenis makanan yang

dikonsumsi yang diperoleh dari data komposisi yang tepat (Van Steveren at al,

19986 dalam Gibson, 2000)

Kelebihan metode food frekuensi antara lain: relatif murah, sederhana,

dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak memerlukan latihan khusus dan

dapat membantu menjelaskan hubungan penyakit dan kebiasaan makan.

Kekurangan metode food frekuensi antara lain: tidak dapat menghitung intake zat

gizi, sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data, membuat pewawancara

bosan dan responden harus jujur serta memiliki motivasi tinggi (Supriasa, 2002).

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

42

2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada Remaja Putri

Menurut Junadi (1995), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya

anemia, yaitu :

1. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit.

Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan karena kurangnya asupan

makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup, namun bioavailabilitas

rendah, serta makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorpsi

besi. Infeksi penyakit yang umumnya memperbesar resiko anemia adalah

cacing dan malaria.

2. Sebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita,

aktifitas wanita tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana ibu

dan anak wanita tidak menjadi prioritas.

3. Sebab mendasar yaitu masalah ekonomi, antara lain rendahnya pendidikan,

rendahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang

sulit. Menurut Depkes (2003), penyebab anemia pada remaja putri dan wanita

adalah :

a. Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan wanita

tinggi, dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak

terpenuhi.

b. Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan

mempertahankan berat badannya.

c. Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yag

membutuhkan zat besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

43

2.7.1 Sosial Ekonomi

2.7.1.1 Pengetahuan

Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa hubungan konsep pengetahuan,

sikap dan perilaku dalam kaitannya dengan suatu kegiatan tidak dapat

dipisahkan. Adanya pengetahuan baru akan menimbulkan respon batin dalam

bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya, kemudian akan

mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam suatu kegiatan yang akan

diwujudkan dalam suatu bentuk tindakan. Menurut Engel et al. (1994) faktor

internal yang menjadi ciri perbedaan individu yaitu pengetahuan dan sikap

yang akan mempengaruhi perilaku.

Notoatmodjo (1997) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan resultan

dari akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut

sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian

pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan

alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden.

Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali

kandungan gizi makanan, sumber serta kegunaan zat gizi tersebut didalam

tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk

menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan agar struktur

pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat

dikembangkan.Tingkat pengetahuan gizi seseorang dalam pemilihan

makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang

bersangkutan (Irawati, 1992).

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

44

Kelompok remaja masih berada pada proses belajar sehingga lebih mudah

menyerap pengetahuan sebagai bekal di masa datang (Saraswati, 1997).

Penelitian Dadin (2006) dalam Yasmin (2012) menguatkan teori diatas,

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kejadian pada remaja putri, yang mana remaja putri dengan pengetahuan gizi

rendah memiliki resiko 2,86 kali menderita anemia dibandingkan dengan

remaja putri yang pengetahuan gizinya baik.

2.7.1.2 Pendidikan

Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana

menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan

kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bila sakit dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Faktor pendidikan dapat mempengaruhi

status anemia seseorang sehubungan dengan pemilihan makanan yang

dikonsumsi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi

pengetahuan dan informasi tentang gizi yang lebih baik dibandingkan

seseorang yang berpendidikan lebih rendah (Permaesih, 2005).

Tingkat pendidikan ibu terutama dapat menentukan pengetahuan, sikap,

dan keterampilannya dalam menentukan makanan keluarga. Peranan ibu

biasanya paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan

anak, karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai mengatur

menu,berbelanja, memasak, menyiapkan makanan, dan mendistribusikan

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

45

makanan. Pendidikan dan pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap

kualitas hidangan yang disajikan, pengetahuan gizi berkembang secara

bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan

makanan.Semakin tinggi pengetahuan gizi ibu, maka makin positif sikap ibu

terhadap kualitas gizi makanan, sehingga makin baik asupan gizi keluarga

(Suhardjo, 1989).

Menurut Sariningrum (1990), ada dua kemungkinan hubungan tingkat

pendidikan orangtua dengan makanan dalam keluarga, yaitu:

a. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga secara langsung maupun

tidak langsungmenentukan kondisi ekonomi rumah tangga, yang pada

akhirnya sangat mempengaruhi konsumsi keluarga

b. Pendidikan istri, di samping merupakan modal utama dalam

menunjangperekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola

makan keluarga.

Achmad Djaeni (1996) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu

merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan

dalam menyusun makanan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak.

Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan rendah dikhawatirkan akan lebih

sulit menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga tidak

dapat menambah pengetahuan dan tidak mampu menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan

semakin tinggi pula tingkat pendidikan kesehatannya, karena tingkat

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

46

pendidikan kesehatan merupakanbentuk intervensi terutama terhadap faktor

perilaku kesehatan.

Berdasarkan penelitian Yamin (2010) menunjukkan terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan anemia pada remaja

putri dengan nilai OR = 1,945, artinya siswi dengan pendidikan ibu rendah

memiliki peluang 5,758 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan

pendidikan ibu tinggi.

2.7.1.3 Pekerjaan

Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan, selain itu

juga lamanya waktu yang dipergunakan seseorang ibu untuk bekerja di dalam

dan di luar rumah, jarak tempat kerja dapat mempengaruhi makanan dalam

keluarganya (Khumaidi, 1989). (Kunanto 1992 dalam Maulina 2001)

mengemukakan bahwa orangtua dengan mata pencaharian tetap, sekalipun

rendah jumlahnya tetapi setidaknya memberikan jaminan sosial keluarga yang

lebih aman jika dibandingkan dengan pekerjaan tidak tetap dengan

penghasilan tidak tetap.

2.7.1.4 Pendapatan

Menurut Soekirman (1993) pola konsumsi pangan secara makro

berhubungan dengan hukum ekonomi, semakin mengingat pendapatan

keluarga maka semakin beraneka ragam pola konsumsinya. Suhardjo (1989)

menyatakan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

47

merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.

Apabila penghasilan meningkat, biasanya penyediaan lauk pauk yang bermutu

akan meningkat juga. Menurut Berg (1985) jumlah pengeluaran orangtua

yang mungkin diketahui secara pasti oleh anak dicerminkan melalui uang

saku yang diberikan oleh orangtuanya.

Keluarga yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan

makanan apabila anggota keluarganya kecil. Keluarga yang mempunyai

jumlah anggota keluarga besar apabila persediaan pangan cukup belum tentu

dapat mencegah gangguan gizi karena dengan bertambahnya jumlah anggota

keluarga maka pangan untuk setiap anggota keluarga berkurang (Harper dkk,

1986).Selanjutnya Sanjur (1982) menyatakan bahwa besar keluarga

mempunyai pengaruh pada belanja pangan. Pendapatan per kapita dan belanja

pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga.

Nilai absolut belanja pangan perkapita menurun sejalan dengan ukuran

ekonomi yang ada. Pendapatan per kapita menurun dengan meningkatnya

jumlah anggota keluarga.

Yayuk Farida, dkk (2004) yang menyatakan bahwa perubahan pendapatan

secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga.

Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli

pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan

pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas

pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

48

tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan

zat besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia.

Sedangkan Gunatmaningsih (2007), berdasarkan hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan

kejadian anemia di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes

(p= 0,035). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan tingkat

pendapatan keluarga yang rendah memiliki risiko 1,707 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian anemia.

2.7.1.5 Uang Jajan

Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan

perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan

anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk

membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah.

Penting untuk memperhatikan jumlah uang saku anak-anak, karena sebagian

besar jajanan yang dijual bebasdi sekitar sekolah adalah makanan dan

minuman yang tidak layak untuk dikonsumsi. Jajanan tersebut biasanya

mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak nantinya

(Elly, 2009)

Berdasarkan penelitian Barokah (2010) dan Amrihati (2002), yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara uang jajan dengan

kejadian anemia, dengan nilai (p<0,05). Diketahui bahwa remaja putri dengan

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

49

uang jajan rendah memiliki resiko anemia 3 kali lebih besar dibanding dengan

remaja putri dengan uang jajan tinggi/ cukup (Barokah, 2010). Sedangkan

pada penelitian Amrihati (2002), diketahui bahwa remaja putri dengan uang

jajan rendah memiliki resiko anemia 6 kali lebih besar dibanding dengan

remaja putri dengan uang jajan tinggi/cukup.

2.7.2 Status Gizi

Status gizi merupakan cerminan kecukupan konsumsi zat gizi masa-masa

sebelumnya yang berarti bahwa status gizi saat ini merupakan hasil kumulasi

konsumsi makanan sebelumnya (Enoch, 1988). Salah satu pengukuran

antropometri untuk mengetahui keadaan gizi adalah dengan mengukur berat

badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh

(IMT) yaitu hasil pembagian BB dalam kg dengan kuadrat TB dalam satuan

m2 (BB/TB2). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana

untuk memantau status gizi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan (Supariasa dkk, 2002).

Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status gizi

mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya semakin

buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Berdasarkan

penelitian Permaesih (2005), ditemukan hubungan yang bermakna antara IMT

anemia, yang mana remaja putri dengan IMT tergolong kurus memiliki resiko

1,4 kali menderita anemia dibandingkan remaja putri dengan IMT normal.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

50

2.7.3 Kehilangan Darah

2.7.3.1 Pola Menstruasi

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai

pelepasan endometrium. Siklus haid adalah serangkaian periode dari

perubahan yang terjadi secara berulang pada uterus dan organ-organ yang

dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause. Panjang

siklus yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28

hari (Hamilton, 1995). Salah satu penyebab anemia gizi adalah kehilangan

darah secara kronis. Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah

setiap bulan. Jika darah yang keluar selama haid sangat banyak maka akan

terjadi anemia defisiensi besi (Arisman, 2004). Usia pertama kali haid, siklus

haid serta lama hari haid berpengaruh terhadap banyaknya darah yang hilang

selama haid (Yunizaf, 2000).

Sedangkan menurut Pearce (1992), lama siklus haid rata-rata 28 hari,

14 hari persiapan untuk ovulasi dan 14 hari selanjutnya adalah ovulasi. Kira-

kira pada hari ke 21, endometrium disiapkan untuk kedatangan ovum yang

dibuahi. Bila ovum tidak dibuahi memasuki uterus maka pada hari ke-28

endometrium runtuh dan menstruasi pun terjadi, kemudian siklus berualang

pada bulan berikutnya.

Masalah gangguan haid (haid abnormal), dan perdarahan yang

menyerupai haid pada interval siklus haid normal menurut Hestiantoro (2008)

dikelompokkan menjadi :

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

51

a) Ritme (irama) haid, dimana normalnya adalah 25-31 hari, sedangkan

yang abnormal seperti :

Haid terlalu sering dengan interval < 21 hari, yang disebut

polimenorea.

Haid terlalu jarang dengan interval > 35 hari, yang disebut

oligomenore.

Tidak terjadi haid, yang disebut amenore.

Perdarahan tidak teratur, dimana interval datangnya haid tidak

tentu.

Perdarahan bercak (spotting ) yang terjadi prahaid, pertengahan

siklus dan pasca haid.

b) Banyaknya darah haid yang keluar, dimana normalnya ganti pembalut

2-5 kali/hari, abnormal jika :

Bila darah haid yang keluar terlalu banyak, disebut

hipermenorea dengan ganti pembalut > 6 kali perhari.

Bila darah haid yang keluar terlalu sedikit, disebut hipomeorea

dengan ganti pembalut < 2 kali perhari.

Perdarahan becak (spotting).

c) Lamanya darah haid yang keluar, dimana normalnya 2-5 hari,

abnormal jika:

Darah haid yang keluar > 6 hari, disebut menoragia.

Bila darah haid yang keluar < 2 hari, disebut brakimenorea.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

52

Pedarahan bercak (spotting) prahaid, pertengahan siklus dan

pasca haid.

Berdasarkan penelitian (Prastika, 2011) yang mengatakan bahwaSiswi

dengan lama menstruasi dibawah rata-rata memiliki kadar hemoglobin yang

cenderung diatas rata-rata sedangkan siswi dengan lama menstruasi lebih dari

rata-rata memiliki kadar hemoglobin yang cenderung dibawah rata-rata,

sehingga dapat diperkirakan adanya hubungan lama menstruasi dengan kadar

hemoglobin pada remaja putri. Keadaan ini dibuktikan dengan analisis data

didapatkan p sebesar (0,000) < 0,05, hubungan yang negatif antara lama

menstruasi dengan kadar hemoglobin artinya semakin lama menstruasi

seseorang remaja siswi maka akan semakin rendah kadar hemoglobinnya.

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai

pelepasan (deskuamase) endometrium (Prawirohardjo Sarwono, 1994:103

dalam Amaliah, 2002). Penelitian ini menunjukkan bahwa presentase anemia

lebih tinggi (53,8%) pada remaja putri yang memiliki lama haid lebih dari 6

hari dengan yang lama haidnya normal (31,1%) dan menunjukkan hubungan

yang bermakna.

2.7.3.2. Penyakit Infeksi

Menurut Junadi (1995), penyebab langsung terjadinya anemia adalah

penyakit infeksi, yaitu cacingan, TBC, dan malaria. Menurut Husaini (1989),

anemia gizi dapat diperberat oleh investasi cacing tambang. Cacing tambang

yang menempel pada dinding usus dan menghisap darah. Darah penderita

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

53

sebagian akan hilang karena gigitan dan hisapan cacing tambang. Setiap hari 1

ekor cacing dapat memakan darah 0,03 ml sampai 0,15 ml, sehingga untuk

menyebabkan anemia diperkirakan harus ada 2000 ekor cacing. Disamping

cacing tambang, cacing gelang secara langsung maupun tidak langsung juga

dapat menimbulkan kekurangan zat besi, karena berkurangnya nafsu makan

dan gangguan penyerapan karena memendeknya permukaan villi usus.

Berdasarkan penelitian Lestari (1996), remaja putri dengan investasi

cacing memiliki resiko 4.47 menjadi anemia dibandingkan responden yang

tidak terinvestasi cacing. Pada tahun 2006, penelitian Wijiastuti pada remaja

putri di MTs Negeri Cipondoh-Tangerang mendapatkan hubungan yang

bermakna antara investasi cacing dengan kejadian anemia. Hal yang sama

juga didapatkan dari hasil penelitian oleh Kaur, et al di pedesaan Wardha,

India tahun 2006, remaja putri dengan investasi cacing memiliki resiko

menderita anemia 4,11 kali dibandingkan dengan remaja putri yang tidak

memiliki investasi cacing.

2.7.4 Kebiasaan Makanan

Kebiasaan makan adalah cara seseorang dalam memilih dan

memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh psikologis,

fisiologi, budaya dan sosial (Harper dkk, 1986). Sedangkan Suhardjo (1989)

menambahkan kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan

dengan makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan, distribusi

makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara memilih

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

54

makanan. Harper dkk (1986) menyatakan bahwa sehubungan dengan pangan

yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, banyak dijumpai pola

pantangan, tahayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang

berlainan.

2.7.4.1 Kebiasaan Makan Pada Remaja

Kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan

makan keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil dan akan

terus terjadi pada usia remaja. Kondisi tersebut mengakibatkan remaja makan

seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi dan dampak tidak

terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan. Kesukaan yang

berlebihan terhadap makanan tertentu dapat menyebabkan kebutuhan gizi

tidak terpenuhi. Keadaan ini berkaitan dengan “mode” yang tengah marak di

kalangan remaja seperti makanan siap saji dan mie instan.Usia remaja

merupakan usia yang sangat mudah terpengaruh oleh teman pergaulan dan

media masa terutama iklan yang menarik perhatian remaja tentang makanan

yang baru dan harga yang terjangkau (Moehji, 2003).

Menurut Nurjannah (2001), menyatakan bahwa kebiasaan makan remaja

dipengaruhi oleh kebiasaan makan teman-temannya, dan disamping itu remaja

cenderung lebih mudah menerima sesuatu jenis makanan yang relatif baru

karena pada masa remaja ini mereka lebih senang untuk mencoba sesuatu

yang baru selesai dengan perkembangan kepribadiannya. Hal ini sejalan

dengan pendapat Lund dan Burk (1969) yang dikutip oleh Suhardjo (1989)

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

55

bahwa ada dua faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap

pembentukkan kebiasaan makan keluarga yaitu lingkungan keluarga dan

lingkungan sekolah.

Survei yang dilakukan Hurlock (1997) menunjukkan remaja suka sekali

jajan makanan ringan. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue

yang rasanya manis dan golongan pastry serta permen. Sedangkan golongan

sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin A dan vitamin C

tidak populer atau jarang dikonsumsi, sehingga dalam diet mereka rendah

akan besi, kalsium, vitamin C, vitamin A, dan sebagainya.

2.7.4.2 Asupan Gizi

a) Zat Besi

Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam

makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat besi

adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan

ayam). Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat

besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus (Depkes

RI, 1998:14). Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari

konsumsi zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab

terjadinya anemia (Mary E. Beck, 2000:197).

Asupan zat besi kedalam tubuh remaja putri dipengaruhi: Konsumsi zat

besi dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan

besi non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

56

makanan.Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau,

kacang-kacangan, kentang, dan serelia serta beberapa jenis buah-buahan.

Sedangkan besi hem hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara

lain daging, ikan, ayam, hati, dan organ-organ lain (Almatsier, 2001)

Zat besi yang terdapat dalam bahan makanan dapat berasaldari hewan

maupun tumbuhan.Macam bahan makanan yang mengandung zat besi dapat

dilihat pada tabel 2.5.Hati dan daging adalah bahan makanan yang paling

banyak mengandung zat besi.Dari bahan makanan jenis tumbuh-tumbuhan

maka kacang-kacangan seperti kedelai, kacang pajang, buncis serta sayuran

hijau daun mengandung banyak zat besi.Sumber zat besi paling utama dan

paling baik adalah pada makanan hewani, seperti daging,ayam, ikan dan

makanan hasil olahan darah.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

57

Tabel 2.5 Kandungan Zat Besi dalam Bahan Makanan

Bahan Makanan Zat Besi (mg/100g)

Hati

Daging

Ikan

Telur Ayam

Kacang-Kacangan

Tepung Gandum

Sayuran Hijau Daun

Umbi-Umbian

Buah-buahan

Beras

Susu Sapi (Perah)

6-14

2-4,2

0,5-1

2-3

1,9-14

1,5-7

0,4-18

0,3-2

0,2-4

0,5-0,8

1-0,4

Sumber: Wirakusumah (1998)

Terdapat 3 kategori pola menu makanan, yaitu rendah (tingkat penyerapan

zat besi 5 %), sedang (tingkat penyerapan zat besi 10 %), dan tinggi (tingkat

penyerapan zat besi 15 %).Pola makanan yang hanya terdiri dari sumber

karbohidrat, seperti nasi dan umbi-umbian atau kacang-kacangan tergolong

pola menu makanan rendah. Pola menu ini sangat jarang atau sedikit sekali

mengandung daging, ikan dan sumber vitamin C. Terdapat lebih banyak

bahan makanan yang mengandung zat penghambat absorbsi besi, seperti

fitat,serat,tanin dan fosfat dalam menu makanan ini. Biasanya menu seperti ini

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

58

dikonsumsi oleh keluarga-keluarga berpenghasilan rendah yang tidak mampu

mengusahakan bahan makanan hewani. Pola makanan yang sedang, sumber

zat besinya juga berasal dari golongan sumber karbohidrat, seperti nasi atau

umbi-umbian, tetapi dilengkapi dengan daging,ikan atau ayam walaupun

dalam jumlah sedikit. Penambahan sumber makanan hewani ke dalam menu

makanan rendah dapat meningkatkan penyerapan zat besi sehingga pola menu

menjadi tinggi.

Makanan yang mengadung penyerapan zat besi tinggi biasanya

merupakan menu makanan yang beragam dan cukup sumber vitamin C.

Walaupun tinggi penyerapan zat besinya, menu ini dapat menjadi sedang jika

terlalu banyak dan secara rutin mengkonsumsi bahan makanan sebagai

penghambat penyerapan zat besi seperti teh atau kopi. Pola menu seperti ini

biasanya dikonsumsi oleh keluarga yang mampu mengusahakan bahan

makanan hewani dan sumber vitamin C yang cukup (Wirakusumah,1998).

Sumber zat besi yang baik lainnya adalah telur,serealia, kacang-kacangan,

biji-bijian, sayuran hijau dan buah-buahan. Disamping jumlah besi, perlu

diperhatikan kualitas besi di dalam makanan yang dinamakan juga

ketersediaan biologik (bioavailability). Pada umumnya besi di dalam daging,

ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi dalam serealia

dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi

dalam sebagian besar sayuran,terutama yang mengandung asam oksalat tinggi

seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya

diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

59

sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber zat gizi

lain yang dapat membantu absorpsi. Menu makanan di Indonesia sebaiknya

terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-

buahan yang kaya akan vitamin C yang dapat membantupenyerapan zat besi

dalam tubuh (Wirakusumah,1998).

Berdasarkan penelitian Arifin (2013) yang menunjukkan bahwa asupan Fe

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada murid

sekolah dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (p=0,000).

b) Vitamin C

Zat gizi yang telah dikenal luas sangat berperanan dalam

meningkatkan absorpsi zar besi adalah Vitamin C (Husaini, 1989; Almatsier,

2001). Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non hem sampai

empat kali lipat, yaitu dengan merubah besi feri menjadi fero dalam usus

halus sehingga mudah diabsorpsi.Vitamin C menghambat pembentukan

hemosiderin yang sukardimobilisasi untuk membebaskan besi bila

diperlukan.Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada pangan nabati,

yaitu sayur dan buah terutama yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan,

papaya, gandaria, dan tomat (Almatsier, 2001).

Beberapa penelitian membuktikan pengaruh konsumsi vitamin C

terhadap kejadian anemia, yaitu pada tahun 2001, Safyanti menemukan

remaja putri yang konsumsi Vitamin C kurang dari 100 % AKG memiliki

resiko 3,5 kali lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan remaja

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

60

putri yang mengkonsumsi vitamin C > 100 % AKG. Satyaningsih (2007) dan

Kwatrin (2007) juga menemukan hal yang sama, yaitu resiko mengalami

anemia lebih tinggi 4 kali pada remaja putri yang konsumsi Vitamin C kurang

dari AKG.

c) Energi

Krummel (1996), menyatakan bahwa energi merupakan zat gizi

utama, jika asupan energi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan maka kebutuhan

akan zat gizi lainnya seperti protein, vitamin, mineral juga sulit terpenuhi.

Menurut Khumaidi (1989) untuk menilai kecukupan konsumsi pangan

adalah dengan menilai kecukupan konsumsi energi dan protein. Pada

umumnya jika kecukupan energi dan protein sudah terpenuhi dan dikonsumsi

dari beragam jenis pangan, maka kecukupan zat gizi lainnya biasanya juga

akan terpenuhi.

Kekurangan satu zat gizi sering diikuti dengan kekurangan zat gizi

lainnya dan begitu pula dengan penyerapan dan metabolisme zat gizi saling

terkait antara satu zat gizi dengan zat gizi lainnya.Rendahnya asupan energi

dan protein dapat menimbulkan masalah kurang energi dan protein

(KEP).KEP dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Penyakit

infeksi yang sering terjadi padapenderita kurang gizi adalah penyakit saluran

pernafasan dan saluran pencernaan, penyakit ini dapat mengakibatkan

gangguan dalam penyerapan zat gizi makanan, salah satunya Fe, bila terdapat

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

61

gangguan penyerapan Fe, maka akan terdapat kemungkinan terjadinya

Anemia.

Menurut Wirakusumah (1999) kekurangan konsumsi energi dapat

menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena pemecahan protein tidak lagi

ditujukan untuk pembentukan sel darah merah dengan sendirinya menjadi

kurang. Pemecahan protein untuk energi dapat menyebabkan

ketidakseimbangan dalam tubuh.

Pengaruh asupan energi terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam

beberapa penelitian, yang mana remaja putri dengan asupan energi < 100 %

AKG memiliki resiko mengalami anemia 3,13 (Lestari, 1996), 3,2 (Safyanti,

2002), 6,962 (Kwatrin, 2007), 5,066 (Satyaningsih, 2007) kali lebih tinggi

dibandingkan remaja putri yang konsumsi energinya cukup.

d) Protein

Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai

carrier bagi transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut

transferring yang disintesa di dalam hati dan transferin akan membawa zat

besi dalam darah untuk digunakan pada sintesa hemoglobin. Dengan

berkurangnya asupan protein dalam makanan, sintesa transferring akan

terganggu sehingga kadar dalam darah akan turun. Rendahnya kadar

transferring dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat berjalan

dengan baik, akibatnya kadar Hb akan menurun (Hallberg, 1988).

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

62

(Bridges 2008 dalam Yasmin 2012) menyatakan bahwa protein juga

mempunyai peranan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh.

Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terlambat

sehingga akan terjadi defisiensi zat besi, disamping itu makanan yang tinggi

protein terutama berasal dari daging, ikan dan unggas juga banyak

mengandung zat besi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang asupan

proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia

dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup atau memenuhi

AKG. Safyanti (2002) mendapatkan hasil bahwa remaja putri yang asupan

proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih 5,3 kali terkena anemia

dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup, begitu juga dengan

penelitian (Dadin 2006 dalam Yasmin 2012) mendapatkan hubungan

bermakna antara asupan protein dengan kejadian anemia dengan OR 5,06,

penelitian Satyaningsih (2007) dan Kwatrin (2007) juga mendapatkan

hubungan signifikan antara asupan protein dan anemia dengan masing-masing

nilai OR nilai OR 4,255 dan 4,380.

2.7.4.3 Frekuensi Makan

Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak

makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut Hui (1985), sebagian besar

remaja melewatkan satu atau lebih waktu makan yaitu sarapan. Sarapan

adalah waktu makan yang paling banyak dilewatkan, disusul oleh oleh makan

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

63

siang. Ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang malas untuk

sarapan, antara lain mereka sedang dalam keadaan terburu-buru, menghemat

waktu, tidak lapar, menjaga berat badan dan tidak tersedianya makanan yang

akan dimakan. Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan

konsumsi energi, protein, dan zat gizi lain (Brown et al. 2005).

2.7.4.3.1 Frekuensi Makan Dalam Sehari

Frekuensi makan yang ideal adalah 3 kali dalam sehari. Sebagaimana

menurut beberapa kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari.

Orang dewasa dengan pola makan yang teratur mempunyai kecenderungan

lebih langsing dan sehat dibanding orang yang makan secara tidak teratur

(skipping meal) (Niklas, Tom, Karen & Gerald 2001 dalam Phujiyanti, 2004).

Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik.

Beberapa remaja khususnya remaja putri sering mengkonsumsi makanan

dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya

karena takut kegemukan. Kebiasaan makan remaja rata-rata tidak lebih dari

tiga kali sehari dan disebut makan bukan hanya dalam konteks

mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga

dikategorikan sebagai makan (Suhardjo, 1989). Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa remaja putri dengan frekuensi makan < 3 kali sehari

memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan dengan remaja putri

dengan frekuensi makan > 3 kali sehari. Raptauli (2012) mendapatkan hasil

bahwa remaja putri dengan frekuensi makan <3 kali sehari mempunyai

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

64

peluang 1,729 kali untuk menderita anemia dibanding dengan remaja putri

yang frekuensi makannya 3 kali sehari.

2.7.4.3.2 Frekuensi Makan Sumber Heme

Berdasarkan jenis ketersediaan zat besi di dalam bahan makanan,

dikenal dua jenis yaitu besi heme dan non heme. Zat besi yang berasal dari

bahan makanan hewani (zat besi heme) mempunyai tingkat absorpsi 20-30 %,

besi heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak tergantung dengan

zat makanan lainnya Brooker (2001) menjelaskan besi heme yaitu besi yang

berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang hanya terdapat dalam bahan

makanan hewani seperti daging, ikan dan unggas. Bioavailabiltas besi heme

ini sangat tinggi yaitu 20- 30% atau lebih dapat diabsorpsi. Derajat absorpsi

besi heme ini hampir tidak dipengaruhi oleh susunan menu atau diet makanan,

dan hanya sedikit dipengaruhi oleh status besi orang yang mengkonsumsinya.

Besi non hem terdapat pada makanan nabati seperti sayur dan buah-buahan.

Bioavailabilitas non hem iron dipengaruhi oleh keberadaan senyawa inhibitor

(phythate, tannin, dll). Sementara menurut Almatsier (2001) mengatakan

bahwa pangan sumber zat besi yang berasal dari pangan hewani seperti

daging, unggas, telur dan ikan mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi.

Pada penelitian (Purnama, 2001 dalam Husnah 2014) pada siswi SMA

2 Semarang ditemukan hasil setiap peningkatan persen asupan zat besi sebesar

1% akan meningkatkan kadar hemoglobin 0,001 g/dl dengan p= 0,014, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Hb dengan konsumsi Fe.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

65

2.7.3.2.3 Frekuensi Makan Sumber Non Heme

Besi non heme merupakan sumber utama zat besi dalam makanan dan

terdapat dalam semua jenis sayuran hijau, seperti kentang, kacang-kacangan

dan sebagian dalam makanan hewani.Penyerapan sumber non heme juga

dipengaruhi adanya MPF factor (meat, poultry and fish) yaitu, apabila

makanan sumber herwani dikonsumsi bersama-sama sumber nabati, maka

absorpsi Fe dari makanan tersebut meningkat dari 2,3% menjadi 8%. Karena

asam amino yang dilepas selama makanan dicerna akan berubah bentuk

chelete. Pangan hewani umumnya mengandung ”heme iron” yang lebih

mudah diserap oleh usus yaitu, berkisar antara 7-22%, sedangkan pangan

nabati banyak mengandung ”non heme iron” yang lebih sulit untuk diserap

yaitu berkisar antara 1-6% (Guthrie, 1989). Absorpsi sumber non heme sangat

dipengaruhi oleh faktor peningkat penyerapan Fe (Qomariah, 2006). Zat besi

yang berasal dari makanan belum tentu menjamin ketersediaan zat besi yang

memadai karena jumlah zat besi yang diabsorpsi sangat dipengaruhi oleh jenis

makanan sumber zat besi dan ada atau tidaknya zat penghambat maupun yang

meningkatkan absorpsi besi dalam makanan (Muhilal, 1993 dalam Amaliah,

2002).Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shatha S. Al-

Sharbatti (2003), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi

sumber non heme dengan kejadian pada remaja putri, yang mana remaja putri

dengan konsumsi sumber non heme rendah lebih beresiko 1,231 kali

menderita anemia.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

66

2.7.4.3.4 Frekuensi Makan Sumber Peningkat Penyerapan Zat Besi (Fe)

Vitamin C merupakan unsur esensial yang sangat dibutuhkan tubuh

untuk pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C menghambat

pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi

bila diperlukan. Adanya vitamin C dalam makanan yang dikonsumsi akan

memberikan suasana asam sehingga memudahkan reduksi zat besi ferri

menjadi ferro yang lebih mudah diserap usus halus. Absorpsi zat besi dalam

bentuk non heme meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C (Adriani dan

Wirjatmadi, 2012).

Berdasarkanhasil penelitian Hulu (2004) yang menunjukkan bahwa

contoh yang tidak anemia jarang mengkonsumsi buah-buahan dibandingkan

contoh anemia.Hasil penelitianArumsari (2007) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara konsumsi buah-buahan (sumber vitamin C)

dengan kejadian pada remaja putri, semakin jarang pepaya dikonsumsi maka

kecenderungan menderita anemia akan semakin kecil. Hal ini diduga karena

walaupun pepaya kaya akan vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat

besi, namun apabila pepaya dikonsumsi bersamaan dengan bahan pangan lain

yang dapat menghambat penyerapan besi seperti asam oksalat atau tanin maka

pengaruh akhirnya dapat negatif.

2.7.4.3.5 Frekuensi Makan Sumber Penghambat Penyerapan Zat Besi (Fe)

Bahan makanan penunjang kebutuhan zat besi adalah daging, ayam, ikan,

bahan makanan dari laut dan vitamin C. Sedangkan zat-zat yang menghambat

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

67

adalah teh, kopi. Diperkirakan zat besi yang dapat diabsorpsi oleh tubuh dari

makanan antara 1-40% (Guthrie 1989 dalam Qomariah, 2006).

Hasil survei juga menunjukkan bahwa remaja suka minum-minuman

ringan (soft drink), teh dan kopi yang frekuensinya lebih sering dibandingkan

dengan mereka minum susu. Survei yang dilakukan National Center for

Health Statistics (NCHS) menyimpulkan bahwa 60% dari remaja Amerika

usia 12 tahun ke atas mengurangi diet mereka. Pengurangan jumlah makanan

serta konsumsi remaja yang tidak terkontrol tentu saja akan menyebabkan

ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh termasuk besi. Adanya kebiasaan

minum teh/kopi pada masyarakat Indonesia memiliki pengaruh absorbsi besi.

Linder (1992) menyatakan bahwa tanin yang terdapat dalam teh dan daun-

daun sayuran tertentu dapat menurunkan absorbsi besi. Ditambahkan oleh

Guthrie (1989) bahwa konsumsi kopi atau teh satu jam sesudah makan akan

menurunkan absorbsi besi sampai 40% untuk kopi dan 85% untuk teh, karena

terdapat suatu zat polyphenol seperti tanin yang terdapat pada teh.

Menurut Muhilal (1998) penyerapan zat besi oleh teh dapat menyebabkan

banyaknya besi yang diserap turun sampai 2%, sedangkan penyerapan besi

tanpa penghambatan teh sekitar 12%. Menurut Morck, et al (1983) minum teh

paling tidak sejam sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap

sel darah terhadap zat besi 64 persen. Pengurangan daya serap akibat teh ini

lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan oleh konsumsi segelas

kopi usai makan. Kopi, mengurangi daya serap hanya 39 persen.Pada teh,

pengurangan daya serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin.Selain

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

68

mengandung tanin, teh juga mengandung beberapa zat, antara lain kafein,

polifenol, albumin, dan vitamin.Tanin bisa mempengaruhi penyerapan zat

besi dari makanan terutama yang masuk kategori heme non-iron, misalnya

padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-kacangan. Remaja putri yang memiliki

kebiasaan minum teh/kopi > 1 gelas/hari memiliki resiko 2,023 menderita

anemia dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi teh < 1

gelas/hari (Satyaningsih, 2007).

Selain teh dan kopi, cara konsumsi buah dan sayur dengan benar juga

menjadi faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi. Asam fitat dan asam

oksalat yang terkandung dalam sayuran akan mengikat zat besi, sehingga

mengurangi penyerapan zat besi. Karena hal inilah, bayam meski tinggi

kandungan zat besinya bukan merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh

karena itu, jika hendak mengonsumsi bayam dan sayuran lain, sebaiknya

disertai dengan mengonsumsi buah-buahan yang tinggi kandungan vitamin C

nya. Seperti jambu biji, jeruk, nanas. Namun lebih dianjurkan untuk

meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika dalam bentuk buah segar, yang

kandungan seratnya masih tinggi, juga akan menghambat penyerapan zat besi

(Murbawani, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Amaliah (2002)

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi

sumber penghambat penyerapan Fe dengan status anemia remaja putri. Dari

58 responden yang mengalami anemia ada 22 (23.2%) yang mengkonsumsi

teh lebih dari 7 kali per minggu.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

69

2.9 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Husaini (1989), Junadi (1985), Permaesih (2005), Wirakusumah (1998)

Sosial Ekonomi

Pengetahuan Pendapatan ayah/ibu Pendidikan ayah/ibu Uang Saku Siswa

Kehilangan Darah

(Pendarahan)

Penyakit Infeksi(Cacing danMalaria)

Pola Haid

Kebiasaan Makan:

Asupan Zat Gizi Frekuensi Makan

ANEMIA

REMAJA PUTRI

Pola KonsumsiTablet TambahDarah (TTD)

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

70

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi

(pendapatan orangtua, pendidikan orangtua, pengetahuan siswa dan uang saku

siswa), pola konsumsi TTD, Pola menstruasi, dan kebiasaan makan (asupan zat

gizi dan frekuensi makan) dengan anemia pada siswi MTs Ciwandan.Untuk

mencapai tujuan tersebut maka disusun kerangka konsep dalam penelitian ini

menggunakan modifikasi dari teori-teori Husaini (1989), Junadi (1995),

Permaesih (2005), Wirakusumah (1998).

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Anemia

Kebiasaan Makan

Asupan Zat Gizi Frekuensi Makan

Pola Menstruasi

Sosial Ekonomi

Pengetahuan Uang saku PendapatanOrangtua Pendidikan Orang tua

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

71

3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Anemia Suatu keadaan dimana

kadar Hb di dalam darah

<12mg/dl berdasarkan

pemeriksaan darah.

Pemerikasaan

langsung dengan

Metode Finger

Prick

Hemoglobinometer

merk easytoauch

1 = Anemia

(Jika kadar Hb

<12mg/dl)

0 = Tidak

anemia (Jika

kadar Hb ≥

12mg/dl

(UNICEF,

2001)

Ordinal

2. Sosial Ekonomi

Pengetahuan siswa Kemampuan remaja putri

untuk mengetahui dan

memahami masalah

anemia meliputi gejala

dan tanda, penyebab,

wawancara Kuesioner 1= pengetahuan

kurang (jika

menjawab soal

benar < median)

2= pengetahuan

Ordinal

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

72

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Uang Jajan

Pendapatan Orangtua

Pendidikan Orangtua

bahaya dan akibat serta

upaya pencegahan.

Jumlah uang yang

diterima dari orang tua.

Jumlah pendapatan tetap

maupu sampingan rata-

rata dari kepala keluarga,

ibu dan anggota keluarga

lain setiap bulan yang

dinyatakan dalam rupiah.

Jumlah tahun pendidikan

formal yang pernah

ditempuh oleh ayah dan

ibu remaja putri, tidak

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

baik (jika dapat

menjawab soal

benar ≥ median)

1= rendah (jika

uang

jajan < median)

2= besar (jika

uang saku ≥

median)

1= rendah (jika

< UMR)

2= tinggi (jika >

UMR)

1=rendah (jika

≤9 tahun)

2=tinggi (jika

>9 tahun)

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

73

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

3. Pola Menstruasi

termasuk tinggal kelas.

Tingkat frekuensi

menstruasi yang diukur

berdasarkan frekuensi

menstruasi, lama

menstruasi, dan berapa

kali ganti pembalut

dalam sehari.

Wawancara Kuesioner 1= Tidak

normal(jika

frekuensi haid

diluar sebulan

sekali, lama

haid > 6 hari,

ganti pembalut

> 5 kali/hari)

2= Normal (iika

frekuensi haid

sebulan sekali

dan lama haid ≤

6 hari, ganti

pembalut ≤ 5

kali sehari.

(Hestiantoro,

2008)

Ordinal

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

74

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

4. Kebiasaan Makanan

Asupan Zat Gizi

Energi

Protein

Vitamin C

Fe

Tingkat kecukupan

Energi berdasarkan AKG

2013

Tingkat kecukupan

Protein berdasarkan

AKG 2013

Tingkat kecukupan

Vitamin C berdasarkan

AKG 2013

Tingkat kecukupan

Vitamin Fe berdasarkan

AKG 2013

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Formulir Food

Record

Formulir Food

Record

Formulir Food

Record

Formulir Food

Record

1=tidak baik

(<70% AKG)

2= baik

(≥70%AKG)

1=tidak baik

(<70% AKG)

2= baik

(≥70%AKG)

1=tidak baik

(<70% AKG)

2= baik

(≥70%AKG)

1=tidak baik

(<70% AKG)

2= baik

(≥70%AKG)

1=tidak baik

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

75

(<70% AKG)

2= baik

(≥70%AKG)

Frekuensi Makan

Frekuensi makan dalam

sehari

Frekuensi makan

sumber heme

Frekuensi Makan

sumber non heme

Tingkat Konsumsi

makanan dalam sehari

Tingkat frekuensi

konsumsi makan sumber

heme dalam sehari

berdasarkan standar

PUGS 2013

Tingkat frekuensi

konsumsi makan sumber

non heme dalam sehari

berdasarkan standar

PUGS 2013

Wawancara

Wawancara

Wawancara

FFQ

FFQ

FFQ

1= Tidak Baik

(<3 kali makan

dalam sehari)

2= Baik (≥3kali

makan sehari)

1= tidak baik

(<2 kali/hari

konsumsi

sumber heme)

2= Baik (≥2 kali

sehari konsumsi

sumber heme)

1= tidak baik

(<2 kali/hari

konsumsi

sumber non

heme)

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

76

2= Baik (≥2 kali

sehari konsumsi

sumber non

heme).

Frekuensi makan peningkat

absorpsi Fe

Frekuensi makan

penghambat absorpsi Fe

Tingkat frekuensi

konsumsi makan sumber

peningkat absorpsi Fe.

Tingkat frekuensi

konsumsi makan sumber

peningkat absorpsi Fe

dalam sehari.

Wawancara

Wawancara

FFQ

FFQ

1= tidak

baik(<7

kali/minggu

konsumsi

peningkat

absorbs Fe)

2= Baik (≥7

kali/minggu

konsumsi

peningkat Fe)

1= tidak baik

(<7 kali/minggu

konsumsi

penghambat

absorbsiFe)

2= Baik (≥7

Ordinal

Ordinal

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

77

kali/minggu

konsumsi

penghambat

absorpsi Fe

(Amaliah,

2002)

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

78

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara sosial ekonomi (pengetahuan siswa, uang saku,

pendapatan orangtua dan pendidikan orangtua) dengan anemia pada siswi di

MTs Ciwandan Tahun 2015

2. Ada hubungan antara pola menstruasi dengan anemia pada siswi di MTs

Ciwandan Tahun 2014

3. Ada hubungan antara Kebiasaan Makan (asupan zat gizi dan frekuensi makan)

dengan anemia pada siswidi MTs Ciwandan Tahun 2014

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

79

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah melalui pendekatan

kuantitatif dengan desain penelitian “Cross sectional”. Cross sectional merupakan

suatu penelitian untuk mempelajari kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan cara

pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel seubjek pada saat

pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua sampel penelitian diamati pada waktu

yang sama. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif analitik yaitu

menggambarkan dan menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia

pada siswi di MTs Ciwandan Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan satu kali pada

suatu saat yang bersamaan (Sudigdo S dan Sofyan, 2002). Data yang menyangkut

variabel independen dan dependen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

Cross sectional dipilih sebagai desain studi dalam penelitian ini karena mudah

dilaksanakan, hemat waktu, sederhana, dan ekonomis, hasilnya dapat diperoleh

dengan cepat, dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak,

dapat dilaksanakan oleh seorang ahli saja, dan dapat memberikan gambaran

karakteristik yang khas pada berbagai usia (Hurlock, 1978)

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

80

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhianemia

dilakukan pada seluruh siswi di MTs Ciwandan Kota Cilegon dengan subjek yang

telah ditentukan kriterianya, sedangkan waktu penelitian dilakukan pada Bulan

September-Oktober tahun 2014. Lokasi ini dipilih menjadi tempat penelitian karena

masalah anemia khususnya pada remaja putri di kota Cilegon masih cukup tinggi.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah

yang diteliti (Nursalam, 2003), sedangkan menurut Arikunto (2002) populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja

putri di MTs Ciwandan yang berjumlah 200 siswa perempuan.

4.3.2 Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Cluster

Sampling.Cluster Sampling adalah pengambilan sampel dari populasi dikelompokkan

menjadi sub-sub populasi secara bergerombol (cluster) dari sub populasi selanjutnya

dirinci lagi menjadi sub-populasi yang lebih kecil. Anggota dari sub populasi terakhir

dipilih secara acak sebagai sampel penelitian.

Sampel yang diambil berdasarkan rumus sebagai berikut Lemeshow:

= 2 2 (1 − 2) + 1(1 − 1) + 2(1 − 2)( 1 − 2)

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

81

Keterangan:

n = Jumlah Sampel1 − = 1,96 (Derajat Kemaknaan 95%)1 − = 1,64 (Kekuatan uji sebesar 95%)1 = 0,70 (remaja putri anemiayang sedang menstruasi

berdasarkan penelitianLina (2012) di SMPN 5 Cilegon)

P2 =0.38 (remaja putri anemiayang sedang tidak mestruasi)

Besar sampel diambil berdasarkan rumus di atas adalah sebagai

berikut:

= 1,96 2(0,54) (1 − 0,54) + 1,64 0,70(1 − 0,70) + 0,38(1 − 0,38)(0,70 − 0,38 )= {1,96(0,70) + 1,64(0,667)}(0,32)= (2,466)0,102

n =59,6 ≈ 61 siswi

n x 2

= 6 x 2

= 122

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

82

4.4 Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Pengumpulan data primer diperoleh

dengan cara melakukanpengisian kuesioner, formulir FFQ dan Food Record. Data

primer yang diambil yaitu data tentang keterangan umur, kadar Hb,sosial ekonomi

(pengetahuan, pendapatan orangtua, pendidikan orangtua dan uang jajan), pola

menstruasi dan Kebiasaan makan meliputi asupan zat gizi dan frekuensi makan. Data

mengenai umur, kadar Hb,sosial ekonomi (pengetahuan siswa, uang jajan,

pendapatan orangtua, pendidikan orangtua), pola menstruasi dilakukan dengan

menggunakan kuesioner sedangkan asupan zat gizi dilakukan dengan menggunakan

formulir Food Record dan frekuensi makan dengan formulir FFQ. Data kadar Hb

dengan melakukan pemeriksaan langsung dengan menggunakan metode finger prick

menggunakan Hb meter merk easytouch.

Data sekunder pada penelitian ini adalah jumlah keseluruhan siswa MTs

Ciwandan dan Profil MTs Ciwandan.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian meliputi kuesioner dan wawancara.Data yang

dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah ujikadar Hb, formulir FFQ, formulir Food Record dan

kuesioner.

a. Uji kadar Hb digunakan untuk mengetahui kadar Hb yang kemudian

diinterpretasikan dengan kejadian anemia pada siswi. Menurut WHO standar

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

83

anemia besi dapat menggunakan kadar Hb dalam darah (Farida dkk, 2004).

Uji kadar Hb dalam darah yang digunakan adalah Hb meter merk easytouch

(finger prick).

b. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002). Kuesioner digunakan untuk

mengetahui informasi tentang identitas sampel, sosial ekonomi (pengetahuan,

pendapatan orangtua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orangtua) dan pola

menstruasi.

c. Salah satu metode survei konsumsi makanan adalah Food Frequency

Questionaire (FFQ). Metode FFQ dirancang untuk memperoleh data

kualitatif yang menggambarkan atau memberikan informasi tentang frekuensi

konsumsi bahan makanan. Food Frequency mengukur frekuensi bahan

makanan yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu (Gibson 1990 dalam

Qomariah 2006).Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan

makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut adalah

yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden

(Supariasa, 2001). Formulir FFQ digunakan untuk mengetahui frekuensi

konsumsi sumber heme dan non heme, serta zat-zat gizi yang dapat

menghambat maupun membantu penyerapan Fe, hasil FFQdihitung frekuensi

konsumsi sumber heme dan non hemeberdasarkan PUGS 2014.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

84

d. Metode survei konsumsi lainnya adalah Food Record. Food record digunakan

untuk mengetahui jumlah asupan energi, protein, vitamin C dan zat besi

dihitung berdasarkan AKG 2014

Data yang dikumpulkan diedit, hal ini dilakukan untuk memperbaiki

kualitasdata.Kemudian dilakukan koding data dengan memberikan kode pada

masing-masing jawaban untuk mempermudah pengolahan data.Setelah itu membuat

tabulasi termasukdalam kerja memproses data. Membuat tabulasi tidak lain dari

memasukkan data kedalam tabulasi atau yang disebut entry data. Setelah dilakukan

entry data, data tersebut dioleh (processing)dengan menggunakan programsoftware

analisa data komputerkemudian dilakukan cleaning untuk mengecek kebenaran entry

data.

4.5.2 Analisis Data

4.5.2.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hasil penelitian dengan

cara membuat tabel distribusi frekuensi dari setiap variabel, baik independen maupun

dependen, yaitu sosial ekonomi, pola menstruasi dan kebiasaan makan.

4.5.2.2 Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat kemungkinana adanya hubungan antara

variabel independen, yaitu sosial ekonomi (pengetahuan, uang jajan, pendapatan

orangtua, dan pendidikan orangtua), pola menstruasi dan kebiasaan makan (asupan

zat gizi, dan frekuensi makan) dengan variabel dependen adalah anemia pada siswi.

Analisis bivariat dalam penelitian ini mengunakan uji statistik chi square dengan

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

85

bantuan program analisa datadan mengunakan derajat kepercayaan 95%. Bila nilai P

< 0,05 maka diartikan terdapat hubungan pada variabel yang diuji.

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

86

BAB V

HASIL

5.1 Profil Madrasah Tsanawiyah Ciwandan

5.1.1 Motto, Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Ciwandan

A. Motto

Cakap (Cerdas, Kompetitif, Agamis, dan Percaya Diri)

B. Visi

Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciwandan sebagai lembaga pendidikan wajar

Dikdas Sembilan tahun yang berbasis pesantren perlu mempertimbangkan

harapan murid, orang tua murid, penyerap lulusan, dan masyarakat dalam

merumuskan visi madrasahnya. Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciwandan juga

diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi serta informasi dan globlaisasi yang sangat cepat.

Harapan dari Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciwandan yaitu mewujudkan

harapan dan respon dalam visi berikut:

VISI :

“Terwujudnya peserta didik yang cerdas, kompetetitif, agamis dan percaya diriberdasarkan nilai-nilai islam yang memiliki kesiapan untuk hidup mandiri danmengikuti pendidikan lebih lanjut”

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

87

Indikator visi:

Terwujudnya kader ummat yang unggul dalam prestasi akademik dan

non akademik sebagai bekal melanjutkan ke pendidikan yang lebih

tinggi dan atau hidup mandiri.

Terwujudnya kader ummat yang mampu menjalankan ajaran agama

secara utuh.

Terwujudnya kader ummat yang mampu mengaktualisasikan diri

dalam masyarakat.

C. Misi

a. Meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan sesuai dengan kurikulum

yang dikembangkan.

b. Meningkatkan kualitas pengembangan diri bagi para peserta didik.

c. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan orangtua/wali peserta didik

dan masyarakat.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia madrasah.

e. Meningkatksn kualitas pengembang sarana prasarana pendidikan serta

penataan lingkungan madrasah.

D. Tujuan

1. Meningkatkan kualitas pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam upaya

melahirkan peserta didik yang cerdas baik intelektual, emosional maupun

spiritual.

2. Meningkatkan kualitas pembinaan peserta didik dalam rangka pengembangan

diri peserta didik baik melalui kegiatan ekstrakulikuler maupun kegiatan

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

88

bimbingan konseling sebagai upaya melahirkan peserta didik yang agamis,

kompetitif dan percaya diri.

3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan/

implementasi kurikulum dan pembelajaran serta berlangsungnya proses

pendidikan pada umumnya di internal madrasah

4. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sebagai salah

satu unsur penting sumber daya madrasah

5. Meningkatkan kualitas hubungan kemitraan dan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan madrasah khususnya dalam wadah komite madrasah.

5.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, yang pertama pengambilan

data pada pagi hari kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dan lembar

FFQ dilakukan pada hari Rabu-Kamis tanggal 15-16 September 2014, yang kedua

pengisian lembar Food Record pada hari Jumat-Senin tanggal 17-20 September 2014.

Pada pengumpulan data ini peneliti dibantu oleh 2 orang guru MTs Ciwandan.

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, lembar FFQ, dan

lembar Food Record. Pengisian data dilakukan oleh seluruh siswi yang menjadi

sampel penelitian dari kelas VII sampai kelas IX MTs Ciwandan.

Sebelum melakukan pengisian kuesioner dilaksanakan, para siswi diberikan

penjelasan mengenai maksud, tujuan, dan cara mengisi kuesioner. Diharapkan dengan

penjelasan ini para siswi dapat menjawab isi kuesioner dengan lebih objektif.

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

89

Selanjutnya pengambilan kuesioner tersebut dilakukan pada hari yang sama, dengan

melakukan pengecekan ulang terhadap jawaban kuesioner dihadapan masing-masing

responden yang dalam hal ini adalah siswi MAN 2 Bogor. Tujuannya adalah agar

jangan sampai ada pertanyaan yang tidak dijawab, karena bila tidak melakukan

pengecekan ulang dihadapan masing-masing responden akan terjadi kesulitan dalam

analisis.

5.3 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini terdiri atas siswa perempuan (siswi) kelas VII,

VIII, dan IXI. Umur responden bervariatif antara 12 tahun sampai 15tahun dengan

presentase 0.8% (12 tahun), 25.2% (13 tahun), 34% (14 tahun), dan 8% (15 tahun).

Namun, sebagian besar responden berumur 13 tahun (34%) dan 14 tahun (32%).

5.4 Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk menjelaskan

dan mendeskripsikan setiap karakteristik dari masing-masing variabel. Data yang

didapat dari penelitian ini adalah merupakan data primer yang dikumpulkan melalui

pengisian kuesioner oleh 123 siswi. Data univariat terdiri dari kejadian anemia,

pengetahuan siswi, uang jajan, pendapatan orangtua, pendidikan orangtua, pola

menstruasi dan Kebiasaan Makan [asupan zat gizi (asupan energi, protein, asupan

Vit.C, asupan Fe) dan Frekuensi Makan]

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

90

5.4.1 Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Anemia Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Anemia Frekuensi Presentase

1. Normal : Hb > 12 mg/dl 85 69.1%

2. Anemia : Hb < 12mg/dl 38 30.9%

Jumlah 123 100%

Frekuensi kejadian anemia remaja putri adalah anemia (hb < 12 gr/dl) dan

tidak anemia (hb > 12 gr/dl). Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi responden

normal (Hb< 12 gr/dL) lebih banyak (69,1%) daripada responden anemia (hb <12

gr/dl) sebanyak (30,9%).

5.4.2 Sosial Ekonomi

5.4.2.1 Pengetahuan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-Banten Tahun 2014

No Pengetahuan Frekuensi Presentase

1. Baik : soal benar ≥ 18 soal 63 51,2%

2. Kurang baik: soal benar < 18

soal

60 48,8%

Jumlah 123 100%

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

91

Pengetahuan remaja putri adalah pengetahuan baik (menjawab soal benar ≥18

soal) dan pengetahuan kurang (menjawab soal benar <18 soal). Berdasarkan hasil

penelitian, frekuensi pengetahuan baik lebih banyak daripada frekuensi pengetahuan

kurang sebanyak 63 responden (51,2%)

5.4.2.2 Uang Jajan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Uang Jajan Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Uang jajan Frekuensi Presentase

1. Tinggi: ≥ Rp 5.000 80 65%

2. Rendah: < Rp 5.000 43 35%

Jumlah 123 100%

Uang jajan perhari siswi adalah uang jajan tinggi (uang jajan ≥ Rp 5000) dan

uang jajan rendah (uang jajan < Rp 5000). Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi

uang jajan tinggi lebih banyak daripada frekuensi uang jajan kurang sebanyak 80

responden (65%).

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

92

5.4.2.3 Pendapatan Orangtua

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pendapatan Orangtua Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Pendapatan Orangtua Frekuensi Presentase

1. Tinggi: > Rp 2.760.000 40 67,5%

2. Rendah: < Rp 2.760.000 83 32,5%

Jumlah 123 100%

Pendapatan orangtua dalam sebulan adalah pendapatan orang tuatinggi

(pendapatan >Rp 2.760.000) dan pendapatan orang tua rendah (pendapatan < Rp

2.760.000). Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi pendapatan orangtua tinggi lebih

banyak daripada frekuensi pendapatan orangtua kurang sebanyak 80 responden

(65%).

5.4.3.4 Pendidikan Orangtua

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pendidikan Orangtua Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Pendidikan Orangtua Frekuensi Presentase

1. Tinggi: > 9 tahun 59 48%

2. Rendah: ≤ 9 tahun 64 52%

Jumlah 123 100%

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

93

Pendidikan orang tua adalah pendidikan orang tuatinggi (pendidikan > 9 tahun

atau tamat SMA dan atau tamat perguruan tinggi) dan pendidikan orang tua rendah

(pendidikan ≤ 9 tahun atau tamat SD dan atau tamat SMP). Berdasarkan hasil

penelitian, frekuensi pendidikan orangrua tinggi lebih banyak daripada frekuensi

pendidikan orangtua kurang sebanyak 64responden (52%),

5.4.3 Pola Menstruasi

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pola Menstruasi Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Pola Menstruasi Frekuensi Presentase

1. Normal 85 69,1%

2. Tidak Normal 38 30,9%

Jumlah 123 100%

Pola haid adalah pola menstruasi normal (frekuensi menstruasi sebulan sekali,

lama menstruasi ≤ 6 hari dan ganti pembalut < 3 kali/sehari) dan pola menstruasi

tidak normal (frekuensi menstruasi diluar sebulan sekali, lama menstruasi>6 hari dan

ganti pembalut > 3 kali sehari). Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi pola

menstruasi normal lebih banyak daripada frekuensi pola menstruasi tidak normal

sebanyak 85responden (69,1%).

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

94

5.4.4 Kebiasaan Makan

5.4.4.1 Asupan Zat Gizi

5.4.4.1.1 Asupan Energi

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Asupan Energi Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Asupan Energi Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 1487,5 kkal 29 23,6%

2. Tidak baik: <1487,5 kkal 94 76,4%

Jumlah 123 100%

Asupan energi adalah asupan energi baik (asupan energi ≥ 1487,5 kkal) dan

asupan energi tidak baik (asupan energi<1487,5 kkal). Berdasarkan hasil penelitian,

frekuensi asupan energi tidak baik lebih banyak daripada frekuensi asupan energi

sebanyak 94responden (76,4%)

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

95

5.4.4.1.2 Asupan Protein

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Asupan Protein Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Asupan Protein Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 48,3g 45 36,6%

2. Tidak baik: <48,3g 78 63,4%

Jumlah 123 100%

Frekuensi asupan protein adalah asupan protein baik (asupan protein ≥ 48,3g)

dan asupan protein tidak baik (asupan protein < 48,3g).Berdasarkan hasil penelitian,

Frekuensi asupan protein tidak baik lebih banyak daripada frekuensi asupan protein

sebanyak 78 responden (63,4%).

5.4.4.1.3 Asupan Vit.C

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin C Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Asupan Vitamin C Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 45,5mg 20 16,3%

2. Tidak baik: <45,5mg 103 83,7%

Jumlah 123 100%

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

96

Asupan vitamin C adalah asupan vitamin C baik (asupan vitamin C ≥ 45,5mg)

dan asupan vitamin C tidak baik (asupan vitamin C< 45,5mg). Berdasarkan hasil

penelitian, frekuensi asupan vitamin C tidak baik lebih banyak daripada frekuensi

asupan vitamin C sebanyak 103responden (83,7%).

5.4.5.1.4 Asupan Fe

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Asupan Fe Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Asupan Fe Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 18,2 mg 23 18,7%

2. Tidak baik: <18,2 mg 100 81,3%

Jumlah 123 100%

Asupan fe adalah asupan fe baik (asupan energi ≥ 18,2 mg) dan asupan fe

tidak baik (asupan fe<18,2 mg). Berdasarkan hasil penelitian, Frekuensi asupan Fe

tidak baik lebih banyak daripada frekuensi asupan Fe sebanyak 100 responden

(81,3%).

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

97

5.4.4.2 Frekuensi Makan

5.4.4.2.1 Konsumsi Makan dalam Sehari

Tabel 5.11

Distribusi Frekuensi Makan dalam Sehari Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Frekuensi Makan dalam

Sehari

Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 3 kali sehari 107 87%

2. Tidak baik: < 3 kali sehari 16 13%

Jumlah 123 100%

Frekuensi makan adalah frekuensi makan baik (frekuensi makan ≥3 kali

sehari) dan frekuensi makan tidak baik (frekuensi makan< 3 kali sehari). Berdasarkan

hasil penelitian, frekuensi makan dalam seharibaik lebih banyak daripada frekuensi

makan dalam sehari tidakbaik sebanyak107 responden (87%).

5.4.4.2.2 Konsumsi Makanan Sumber Heme

Tabel 5.12

Distribusi Frekuensi Makan Sumber Heme Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-Banten Tahun 2014

No Frekuensi Makan Sumber

Heme

Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 2 kali sehari 94 76,4%

2. Tidak baik: < 2 kali sehari 29 23,6%

Jumlah 123 100%

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

98

Frekuensi makan sumber heme adalah frekuensi makan sumber heme baik

(frekuensi makan sumber heme ≥ 2 kali sehari) dan frekuensi makan sumber heme

tidak baik (frekuensi makan sumber heme<2 kali sehari). Berdasarkan hasil

penelitian, frekuensi makan sumber heme baik lebih banyak daripada frekuensi

makan sumber heme tidak baik sebanyak 94 responden (76,4%)

5.4.4.2.3 Konsumsi Makanan Sumber non Heme

Tabel 5.13

Distribusi Frekuensi Makan Sumber non Heme Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Frekuensi Makan

non Heme

Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 3 kali sehari 84 68,3%

2. Tidak baik: < 3 kali sehari 39 31,7%

Jumlah 123 100%

Frekuensi makan sumber non heme adalah frekuensi makan sumber non heme

baik (frekuensi makan sumber non heme ≥ 3kali sehari) dan frekuensi makan sumber

non heme tidak baik (frekuensi makan sumber non heme<3 kali sehari). Berdasarkan

hasil penelitian, frekuensi makan non heme baik lebih banyak daripada frekuensi

makan sumber non heme tidak baik sebanyak 84 responden (68,3%)

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

99

5.4.4.2.4 Konsumsi Makanan Peningkat absorpsi Fe

Tabel 5.14

Distribusi Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Frekuensi Makan Peningkat

Absorpsi Fe

Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 7 kali seminggu 82 66,7%

2. Tidak baik: < 7 kali seminggu 41 33,3%

Jumlah 123 100%

Frekuensi makan peningkat absorpsi Fe adalah frekuensi makan peningkat

absorpsi Fe baik (frekuensi makan peningkat absorpsi Fe ≥ 7 kali seminggu) dan

frekuensi makan peningkat absorpsi Fe tidak baik (frekuensi makan peningkat

absorpsi Fe < 7 kali seminggu). Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi makan

peningkat Absorpsi Fe baik lebih banyak daripada frekuensi makan peningkat

Absorpsi Fe tidak baik sebanyak 82 responden (66,7%).

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

100

5.4.4.2.5 Konsumsi Makanan Penghambat Absorpsi Fe

Tabel 5.15

Distribusi Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe Siswi MTs Ciwandan

Cilegon-BantenTahun 2014

No Frekuensi Makan

Penghambat Absorpsi Fe

Frekuensi Presentase

1. Baik: ≥ 7 kali seminggu 84 68,3%

2. Tidak baik: < 7 seminggu 39 31,7%

Jumlah 123 100%

Frekuensi makan penghambat absorpsi Fe adalah frekuensi makan

penghambat absorpsi Fe baik (frekuensi makan penghambat absorpsi Fe ≥ 7 kali

seminggu) dan frekuensi makan penghambat absorpsi Fe tidak baik (frekuensi makan

penghambat absorpsi Fe < 7 kali seminggu). Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi

makan sumber absorpsi Fe baik lebih banyak daripada frekuensi makan sumber

absorpsi Fe tidak baik sebanyak 84 responden (68,3%)

5.5 Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran hubungan antar

variabel-variabel yang mempengaruhi anemia dengan kejadian anemia remaja putri di

MTs Ciwandan tahun 2014. Untuk mencari hubungan antara variabel pengetahuan

siswi, uang jajan, pendapatan orangtua, pendidikan orang tua, pola haid, asupan zat

gizi (asupan energi, asupan protein, asupan vitamin C dan asupan Fe) dan frekuensi

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

101

makan dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square dengan menggunakan

CI 95%, derajat kemaknaan 5%.

5.5.1 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

5.5.1.1 Hubungan antara Pengetahuan Siswi dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Tabel 5.16 Hubungan antara Pengetahuan Siswi dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Pengetahuan Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % N % n %

3.868

(8.832-1694)

Kurang 27 45 33 55 60 100 0,002

Baik 11 17,5 52 82,5 63 100

Total 38 30,9 85 69,1 123 100

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia diperoleh

bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki pengetahuan kurang lebih

banyak sebanyak 27 responden (45%) daripada siswi yang memiliki pengetahuan

baik sebanyak 11 responden (17,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.002

(<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan

perhitungan risk estimate diperoleh OR=3,868 (95% Cl 1,694-8,832). Artinya

responden yang memiliki pengetahuan tentang anemia kurang, memiliki peluang

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

102

3,868 kali untuk menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden

yang memiliki pengetahuan baik.

4.5.1.2 Hubungan antara Uang Jajan dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.17 Hubungan antara Uang Saku Siswi dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Uang Jajan Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % N % n %

2,995

(6,643-1,350)

Rendah 20 46,5 23 53,5 43 100 0,008

Tinggi 18 22,5 62 77,5 80 100

Total 38 30,9 85 69,1 123 100

Hasil analisis hubungan antara uang jajan dengan kejadian anemia diperoleh

bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki uang jajan rendah lebih banyak

sebanyak 20 responden (46,5%) daripada siswi yang memiliki uang jajan tinggi

sebanyak 18 responden (22,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.008 (<0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna

antara uang jajan dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk

estimate diperoleh OR= 2,995 (95% Cl 6,643-1,350). Artinya responden yang

memiliki uang jajan rendah memiliki peluang 2,995 kali untuk menderita anemia

defisiensi besi dibandingkan dengan responden yang memiliki uang jajan tinggi.

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

103

4.5.1.3 Hubungan antara Pendapatan Orangtua dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Tabel 5.18 Hubungan antara Pendapatan Orangtua dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Pendapatan

Orangtua

Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % N % N %

6,245

(19,174-2,034)

Rendah 34 41 49 59 83 100 0,000

Tinggi 4 10 36 90 40 100

Total 38 30,9 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendapatan orangtua dengan

kejadian anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki

pendapatan orangtua rendah lebih banyak sebanyak 34 responden (41%) daripada

siswi yang memiliki pendapatan orangtua tinggi sebanyak 4 responden (10%).Hasil

uji statistik diperoleh nilai p=0.000 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendapatan orangtua dengan

kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh

OR=6,245 (95% Cl 19,174-2,034). Artinya responden dengan pendapatan orangtua

rendah memiliki peluang 6,245 kali untuk menderita anemia defisiensi besi

dibandingkan dengan responden dengan pendapatan orangtua tinggi.

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

104

5.5.1.4 Hubungan antara Pendidikan Orangtua dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Tabel 5.19 Hubungan antara Pendidikan Orangtua dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Pendidikan

Orangtua

Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % N % N %

3,184

(7,243-1,400)

Rendah 27 42,2 37 57,8 64 100 0,006

Tinggi 11 18,6 48 81,4 59 100

Total 38 30,9 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan orangtua dengan

kejadian anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki

pendidikan orangtua rendah lebih banyak 27 responden (42,2%) daripada siswi yang

memiliki pendidikan orang tinggi sebanyak 11 responden (18,6%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0.006 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik

ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orangtua dengan kejadian anemia

remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 3,184 (95% Cl

7,243-1,400). Artinya responden dengan pendidikan orangtua tentang rendah,

memiliki peluang 3,184 kali untuk menderita anemia defisiensi besi dibandingkan

dengan responden dengan pendidikan orangtua tinggi.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

105

5.5.2 Hubungan antara Pola Menstruasi dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Tabel 5.20 Hubungan antara Pola Menstruasi dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Pola Haid Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % n % N %

49,500

(156,165-

15,690)

Tidak Normal 37 97,4 1 2,6 38 100 0,000

Normal 1 1,2 84 98,8 85 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian

anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki pola

menstruasi tidak normal lebih banyak 37 responden (97,4%) daripada siswi yang

memiliki pola menstruasi normal sebanyak 1 responden (1,2%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0.000 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik

ada hubungan yang bermakna antara pola menstruasi dengan kejadian anemia remaja

putri. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR=49,500 (95% Cl 156,165-

15,690). Artinya responden dengan pola menstruasi tidak normal memiliki peluang

49,500 kali untuk menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden

dengan pola menstruasi normal.

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

106

5.5.3 Hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

5.5.3.1 Hubungan antara Asupan Zat Gizi dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

5.5.3.1.1Hubungan antara Asupan Energi dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.21 Hubungan antara Asupan Energi dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Asupan Energi Anemia Total OR Pvalue

Anemia Normal

N % n % N %

8,379

(37,378-1,878)

Tidak Baik 36 38,3 58 61,7 94 100 0,001

Baik 2 6,9 27 93,1 29 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara asupan energy dengan kejadian

anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki asupan

energi tidak baik lebih banyak 36 responden (38,3%) daripada siswi yang memiliki

asupan energi baik sebanyak 2 responden (6,9%). Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0.001 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan

yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian anemia remaja putri.

Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 8,379 (95% Cl 37,378-1,878).

Artinya responden dengan asupan energi tidak baik memiliki peluang 8,379 kali

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

107

untuk menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden dengan

asupan energi.

5.5.3.1.2 Hubungan antara Asupan Protein denganAnemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Tabel 5.22 Hubungan antara Asupan Protein dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Asupan

Protein

Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % n % N %

5,687

(16,474-2,089)

Tidak Baik 33 42,3 45 57,7 78 100 0,000

Baik 5 11,1 40 88,9 45 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara asupan protein dengan kejadian

anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki asupan

protein tidak baik lebih banyak 33 responden (42,3%) daripada siswi yang memiliki

asupan protein baik sebanyak 5 responden (11,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0.000 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan

yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian anemia remaja putri.

Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 5,687 (95% Cl 16,474-2,089).

Artinya responden dengan asupan protein tidak baik memiliki peluang 5,687 kali

untuk menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden dengan

asupan protein baik.

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

108

5.5.3.1.3 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Tabel 5.23 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Asupan Vit.C Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % n % N %

1,585

(1,837-1,367)

Tidak Baik 38 36,9 65 63,1 103 100 0,000

Baik 0 0 20 100 20 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara asupan vitamin C dengan kejadian

anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki asupan

vitamin C lebih banyak 38 responden (36,9%) daripada siswi yang memiliki asupan

vitamin C baik sebanyak 0 responden (0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.000

(<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang

bermakna antara asupan vitamin C dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan

perhitungan risk estimate diperoleh OR= 1,585 (95% Cl 1,837-1,367). Artinya

responden dengan asupan vitamin C tidak baik memiliki peluang 1,585 kali untuk

menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden dengan asupan

vitamin C baik.

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

109

5.5.3.1.4 Hubungan antara Asupan Fe dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.24 Hubungan antara Asupan Fe dengan Anemia

pada Sisiwi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Asupan Fe Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % N % N %

5,906

(26,650-1,309)

Tidak Baik 36 36 64 64 100 100 0,011

Baik 2 8,7 21 91,3 23 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara asupan Fe dengan kejadian anemia

diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki asupan Fe tidak baik

lebih banyak 36 responden (36%) daripada siswi yang memiliki asupan Fe baik

sebanyak 2 responden (8,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.011 (<0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna

antara asupan Fe dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk

estimate diperoleh OR= 5,906 (95% Cl 26,650-1,309). Artinya responden dengan

asupan Fe tidak baik memiliki peluang 5,906 kali untuk menderita anemia defisiensi

besi dibandingkan dengan responden dengan asupan Fe.

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

110

5.5.3.2 Hubungan antara Frekuensi Makan dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

5.5.3.2.1 Hubungan antara Frekuensi Makan dalam Sehari denganAnemia pada

Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.25

Tabulasi Silang Antara Frekuensi Makan dalam Sehari dengan Anemia padaSiswi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Frekuensi

Makan dalam

Sehari

Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % N % N %

24.208

(114.019-

5.140)

Tidak Baik 14 87,5 2 12,5 16 100 0,000

Baik 24 22,4 83 77,6 107 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara frekuensi makan sehari dengan

kejadian anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang memiliki

frekuensi makan sehari tidak baik lebih banyak 14 responden (87,5%) daripada siswi

yang memiliki frekuensi makan sehari baik sebanyak 24 responden (22,4%). Hasil uji

statistik diperoleh nilai p=0.000 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

statistik ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan sehari dengan kejadian

anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh

OR=24,208(95% Cl 114.019-5.140). Artinya responden dengan frekuensi makan

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

111

sehari tidak baik memiliki peluang 24,208 kali untuk menderita anemia defisiensi

besi dibandingkan dengan responden dengan frekuensi makan sehari yang baik.

5.5.3.2.2 Hubungan antara Frekuensi Makan Sumber Heme dengan Anemia

pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.26

Tabulasi Silang Antara Frekuensi Makan Sumber Heme dengan Anemia padaSiswi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Frekuensi

Makan

Sumber Heme

Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % n % N %

38.942

(130.206-

11.647)

Tidak Baik 25 86,2 4 13,8 29 100 0,000

Baik 13 13,8 81 86,2 94 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara frekuensi makan sumber heme

dengan kejadian anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang

memiliki frekuensi makan sumber heme tidak baik lebih banyak 25 responden

(86,2%) daripada siswi yang memiliki sumber heme baik sebanyak 13 responden

(13,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.000 (<0.05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara frekuensi

makan sumber heme dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan

risk estimate diperoleh OR= 38,942(95% Cl 130.206-11.647). Artinya responden

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

112

dengan frekuensi makan sumber heme tidak baik memiliki peluang 24,208 kali untuk

menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden dengan frekuensi

makan sumber heme baik.

5.5.3.2.3 Hubungan antara Frekuensi Makan Sumber Non Heme dengan

Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.27

Tabulasi Silang Antara Frekuensi Makan Sumber Non Heme dengan Anemiapada Siswi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Frekuensi

Makan

Sumber Non

Heme

Kejadian Anemia Total OR Pvalue

Anemia Normal

N % n % N % 39.000

(269.949-

5.634)

Tidak Baik 38 97,4 1 2,6 39 100 0,000

Baik 0 0 84 100 84 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100 Total 38

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara frekuensi makan sumber non

heme dengan kejadian anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi pada siswi yang

memiliki frekuensi makan non heme tidak baik lebih banyak 38 responden (97,8%)

daripada siswi yang memiliki frekuensi makan sumber non heme baik sebanyak 0

responden (0%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.000 (<0.05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi makan sumber non heme dengan kejadian anemia remaja putri. Nilai OR

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

113

sebesar 39.000 yang artinya adalah siswi dengan frekuensi makan sumber non heme

yang kurang memiliki resiko anemia 39 kali lebih besar dibandingkan siswi dengan

frekuensi makan sumber non heme baik.

5.5.3.2.4 Hubungan antara Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe dalam

Sehari dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.28

Tabulasi Silang Antara Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe denganAnemia pada Siswi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Frekuensi

Makan

Peningkat

Absorpsi Fe

Kejadian Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % n % N % 13.667

(40.624-

4.598)

Rendah 38 92,7 3 7,3 41 100 0,000

Tinggi 0 0 82 0 82 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara frekuensi makan sumber

peningkat absorpsi Fe dengan kejadian anemia diperoleh bahwa kasus anemia terjadi

pada siswi yang memiliki frekuensi makan peningkat Fe rendah lebih banyak 38

responden (92,7%) daripada siswi yang memiliki peningkat Fe tinggi sebanyak 0

responden (0%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.000 (<0.05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi makan peningkat absorpsi Fe dengan kejadian anemia remaja putri. Nilai

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

114

OR sebesar 13.667 yang artinya adalah siswi dengan frekuensi makan peningkat

absorpsi Fe yang rendah memiliki resiko anemia 13 kali lebih besar dibandingkan

siswi dengan frekuensi makan sumber peningkat Fe tinggi.

5.5.3.2.5 Hubungan antara Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe dengan

Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Tabel 5.29

Tabulasi Silang Antara Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe denganAnemia pada Siswi MTs Ciwandan Cilegon-Banten Tahun 2014

Frekuensi

Makan

Penghambat

Absorpsi Fe

Kejadian Anemia Total OR

Cl 95%

Pvalue

Anemia Normal

N % n % N %

12.000

(29.625-4.861)

Rendah 26 66,7 13 33,3 39 100 0,000

Tinggi 12 14,3 72 85,7 84 100

Total 38 30,8 85 69,1 123 100 Total 38

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara frekuensi makan sumber

penghambat absorpsi Fe dengan kejadian anemia diperoleh bahwa kasus anemia

terjadi pada siswi yang memiliki frekuensi makan penghambat Fe rendah lebih

banyak 12 responden (14,3%) daripada siswi yang memiliki frekuensi makan

penghambat Fe sebanyak 26 responden (66,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0.000 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan

yang bermakna antara frekuensi makan penghambat absorpsi Fe dengan kejadian

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

115

anemia remaja putri. Nilai OR sebesar 12 yang artinya adalah siswi dengan frekuensi

makan penghambat absorpsi Fe yang rendah memiliki resiko anemia 12 kali lebih

besar dibandingkan siswi dengan frekuensi makan sumber penghambat absorpsi Fe

tinggi.

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

116

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini melibatkan hubungan antara sosial ekonomi (pengetahuan, uang

jajan, pekerjaan orang tua, dan pendidikan orang tua), pola menstruasi dan kebiasaan

makan dengan kejadian anemia gizi besi siswi MTs Ciwandan. Keterbatasan

penelitian ini adalah beberapa faktor lain yang berhubungan dengan anemia yang

belum dapat diteliti dalam penelitian ini, karena perlu dilakukannya pengkajian secara

klinis yang merupakan diluar kemampuan peneliti seperti, penyakit infeksi yang

diderita (contohnya: malaria, TBC), faktor perdarahan kecelakaan, dan aktifitas fisik

sehingga belum bisa menjelaskan dengan tepat faktor-faktor yang membengaruhi

anemia. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya sampai

teknik analisis bivariat, sehingga untuk dapat menjelaskan faktor-faktor yang

bersinergis dan faktor yang paling dominan mempengaruhi anemia perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut ke teknik analisis multivariat.

Dalam penelitian ini frekuensi makan sumber heme dan non heme serta

makanan penghambat dan peningkat absorbsi Fe menggunakan metode FFQ (Food

Frequency Quetioner) selama periode tertentu. Metode tersebut memiliki beberapa

kelemahan yaitu sangat tergantung pada daya ingat remaja putri. Beberapa responden

menjawab pertanyaan kurang serius yaitu menjawab frekuensi makan tidak sesuai

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

117

dengan kenyataan yang menyebabkan penilaian terhadap frekuensi makan menjadi

tidak tepat.

6.2 Status Anemia Gizi Besi Siswi MTs Ciwandan

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Lebih

dari setengah penduduk dunia usia pra sekolah dan wanita hamil berada di Negara-

negara yang mengalami anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat tingkat berat

dengan presentase sebesar 56,3% dan 57,5%. Sedang presentase wanita tidak hamil

yang mengalami anemia sebesar 29,6% (McLean, 2007). Anemia pada umumnya

terjadi di seluruh dunia, terutama Negara berkembang (developing countries) dan

pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Secara keseluruhan, anemia terjadi pada 45%

wanita di Negara berkembang dan 13% di Negara maju (Fatmah, 2009).

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa

eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa

oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying

capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin,

hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) (Bakta, 2006). Anemia adalah

keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di

bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2007). Menurut WHO,

kadar hemoglobin normal untuk anak usia 5-18 tahun adalah 12 mg/dl (Arisman,

2004). Seseorang dikatakan anemia apabila kadar Hb di bawah batas normal.

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

118

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa responden yang berstatus

anemia adalah sebesar 30,9% sedangkan responden yang berstatus anemia sebesar

69,1%. Hasil pemeriksaan yang diperoleh pada waktu pelaksanaan penelitian berbeda

dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada saat studi pendahuluan yaitu 13%.

Hal ini karena adanya perbedaan variasi responden. Pada saat studi pendahuluan

responden yang diambil sampel adalah siswi kelas VIII sedangkan pada penelitian

responden adalah seluruh siswi kelas VII, VIII IX yang menjadi sampel sebanyak 123

responden.

Prevalensi pada penelitian ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan

penelitian anemia oleh Nurul Barokah (2010), yang dilakukan pada remaja putri kelas

VII dan VIII SMP Muhammadiyah Tangsel adalah sebesar 62,9%. Namun lebih

tinggi bila dibandingkan denganAdriana 2010 yang dilakukan pada remaja putri

MAN 2 Bogor di dapat prevalensi anemia sebesar 23,2%.

Penyebab perbedaan angka prevalensi kemungkinan karena perbedaan metode

pemeriksaan kadar Hb. Pada penelitian Barokah (2010) dan Adriana (2010),

pemeriksaan kadar Hb dilakukan dengan metode Sahli dan Sianmethemoglobin. Pada

metode sahli ini, hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianidamenjadi

methemoglobinyang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sian-

methemoglobin yang berwarna merah.Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan

dibandingkan dengan standar karena yang membandingkan alat elektronik, maka

hasilnya lebih objektif.

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

119

Penentuan Hb dengan cara ini memerlukan spektrofotometer yang harga dan

biaya pemeliharannya mahal, maka cara ini belum dapat dipakai secara luas di

Indonesia. Mengingat bahwa membawa spektrofotometer dapat menyebabkan

kerusakan pada alatnya. Metode ini baik untuk dipakai dalam pemeriksaan kadar Hb

di laboratorium, namun akan mengalami kesulitan jika digunakan untuk survei

lapangan (Supariasa, dkk., 2002).

Penentuan hemoglobin dengan metode Sahli menghasilkan nilai rata-rata

kadar Hb 10% lebih rendah dari hasil penentuan kadar Hb dengan metode

Sianmethemoglobin. Penentuan kadar Hb dengan metode Sianmethemoglobin lebih

akurat jika dibandingkan penggunaan metode Sahli (Muhilal dan Saidin, 1980).

Prinsip sianmethemoglobin dilakukan dengan hemoglobin darah menjadi

sianmethemoglobin dalam larutan yang berisi kalium sianida. Absorbansi larutan

diukur pada panjang gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang

dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan

karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Kadar hemoglobin ditentukan dari

perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standard sianmethemoglobin.

Kelebihan dari metode ini adalah cara ini sangat bagus untuk laboratorium

rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena

standar sianmethemoglobinyang ditanggung kadarnya bersifat stabil. Kesalahan cara

ini dapat mencapai kira-kira 2%. Kelemahan dari cara ini adalah kekeruhan dalam

suatu sampel darah dapat mengganggu pembacaan dalam fotokalorimeter dan

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

120

menghasilkan absorbansi dan kadar hemoglobin yang lebih tinggi dari sebenarnya

contohnya pada keadaan leukositosis dan lipemia (Wijayanti, 2005).

Oleh karena itu penulis menggunakan metode hemoglobinometer digital yang

mana dapat dengan mudah di bawa dan sesuai untuk penelitian di lapangan karena

teknik untuk pengambilan sampel darah yang mudah dan pengukuran kadar

hemoglobin tidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga memiliki akurasi

dan presisi yang tinggi berbanding metode laboratorium yang standar.Alat ini juga

stabil dan tahan lasak walaupun digunakan dalam jangka masa yang lama. Prinsip

metode ini adalah tindak balas darah dengan bahan kimia pada strip yang digunakan.

Bahan kimia yang terdapat pada strip adalah ferrosianida. Reaksi tindak balas akan

menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang dihasilkan adalah bertindak

balas langsung dengan konsentrasi haemoglobin. (Hamill, 2010).

Menurut besarnya masalah kesehatan masyarakat, WHO (2008)

mengklasifikasikan anemia menjadi suatu masalah dalam kesehatan masyarakat pada

suatu daerah dalam rentang sebagai beritkut:

1. Angka prevalensi di bawah 4,9% bukan merupakan masalah kesehatan

masyarakat.

2. Angka prevalensi 5-19,9% merupakan masalah kesehatan masyarakat ringan

3. Angka prevalensi 20-39,9% merupakan masalah kesehatan masyarakat sedang

4. Angka prevalensi lebih dari 40% merupakan masalah kesehatan masyarakat

berat.

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

121

Berdasarkan besarnya masalah kesehatan masyarakat tersebut, diketahui bahwa

presentase anemia dalam penelitian ini (30,9%) termasuk kedalam kategori masalah

kesehatan masyarakat tingkat sedang dan perlu dilakukan intervensi untuk menangani

masalah tersebut.

Dampak remaja putri yang menderita anemia dapat mengalami gangguan

pertumbuhan, penurunan daya konsentrasi belajar, kurang bersemangat dalam

beraktivitas karena cepat merasa lelah. Defisiensi besi dapat mempengaruhi

pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di sekolah (Almatsier, 2001).

Menurut Guyton (1999) dampak anemia akan mengakibatkan sel-sel tubuh

kekurangan oksigen yang mengakibatkan fungsi jaringan/organ tidak optimal

termasuk otak. Anemia juga bisa berakibat pada gangguan tumbuh kembang,

gangguan kognitif (belajar) serta penurunan fungsi otak, aktivitas fisik dan daya tahan

tubuh. Jika daya tahan tubuh menurun, maka resiko infeksi pun meningkat. Anemia

bisa terjadi saat masih bayi. Bila ini terjadi, tentunya bisa berdampak pada prestasi

mereka saat usia pra sekolah dan sekolah. Akibatnya, bisa terjadi gangguan

konsentrasi, daya ingat rendah, kapasitas penyelesaian masalah dan kecerdasan

intelektual (IQ) yang rendah serta gangguan perilaku (Fatmah, 2008).

Hal ini sangat memerlukan perhatian dari pemerintah setempat untuk melakukan

upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja terutama pada

siswi yang kadar Hb < 12mg/dl. Sebagaimana kita ketahui remaja putri sebagai calon

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

122

ibu sangat berperan nantinya dalam menentukan kualitas sumber daya manusia yang

akan datang.

Upaya penanggulangan anemia yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini

adalah melakukan penyuluhan gizi untuk meningkatkan kesadaran konsumsi gizi

seimbang sesuai dengan kebutuhaan setiap individu dan kelompok sasaran melalui

nasehat gizi di meja 4 Posyandu dan di adakannya deteksi dini anemia remaja setiap

setahun sekali. Selain itu juga dilaksanakan pemberian zat besi bagi remaja putri

setiap setahun sekali disalah satu sekolah, dan kelompok sasaran yang paling rentan

yaitu ibu hamil di setiap posyandu. Pemberian zat besi merupakan suplementasi

langsung yang dapat memperbaiki status anemia dalam waktu singkat.

Suplementasi besi atau pemberian tablet/sirup besi merupakan salah satu upaya

penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia, karena jenis anemia yang

terbanyak di Indonesia adalah “Anemia Gizi Besi”. Selain itu, suplementasi besi

merupakan cara yang efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan

asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat

kekurangan asam folat. Cara ini juga efisien karena tablet besi harganya murah dan

dapat terjangkau oleh masyarakat luas serta mudah didapat.

Anemia tergantung derajat beratnya dapat mengakibatkan gangguan ringan

sampai berat. Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah,

pusing, yang bila terjadi pada anak sekolah akan mengurangi kapasitas dan

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

123

kemampuan belajar. Sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktivitas

kerja. Disamping itu penderita anemia akan mudah terserang penyakit infeksi.

Hal ini tentunya sangat merugikan dalam upaya pengembangan sumber daya

manusia.Sedangkan tindakan jangka panjangnya adalah dengan melakukan program

fortifikasi. Fortifikasi adalah salah satu bentuk upaya penanggulangan masalah

kurang gizi yang efektif dan murah sebagaimana yang dikatakan Guthrie (1995)

yaitu, fortifikasi dilakukan dengan menambahkan zat besi ke dalam bahan makanan

yang banyak di konsumsi masyarakat, terutama rawan terhadap kekurangan zat besi.

Selain itu, bahan makanan yang akan di fortifikasi harus tahan lama.

6.3 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

Status sosial ekonomi dianggap sangat membawa pengaruh terhadap

kesehatan masyarakat. Faktor yang dapat diukur dalam status ekonomi sosial adalah

pendapatan keluarga, pendidikan orang tua atau diri sendiri, dan status profesional

orang tua atau diri sendiri. Status kesehatan terkait dengan status sosial ekonomi.

Pendidikan juga sangat berhubungan dengan kesehatan menuju yang lebih baik,

pendidikan bisa merubah hasil kesehatan dan meningkatkan umur panjang dengan

mendorong untuk berperilaku hidup sehat dan demikian juga untuk mengurangi

tingkah laku yang menempatkan individu terhadap risiko terkena penyakit.

Pendidikan dengan level yang lebih tinggi ditambah dengan peningkatan

kekayaan dapat menyediakan sumber daya yang lebih besar, dapat meningkatkan

akses perawatan medis yang lebih baik dan menyediakan kemampuan yang lebih

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

124

besar untuk melindungi diri terhadap risiko penyakit.Makin tinggi tingkat pendidikan,

pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin

baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan

pelayanan kesehatan.

Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya

masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung

diprediksi sebagai pokok masalah di masyarakat. Sedangkan akar masalahnya berupa

kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber

daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan.

Keadaan tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk, defisiensi

Vitamin dan mineral (salah satu nya adalah zat besi) akibat kemiskinan dan

ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai(Widyastuti dan Hardiyanti, 2008)

Sehingga dapat disimpulkan akar masalah dari defisiensi zat besi adalah

karena adanya krisis ekonomi, politik, dan sosial, yang mana hal tersebut akan

berdampak pada pengambilan kebijakan oleh pemerintah dan kemampuan

masyarakat yang rendah akibat tidak stabil-nya keadaan negara. Misalnya seperti

krisis ekonomi yang memunculkan krisis moneter mengakibatkan daya beli

masyarakat rendah karena ketidakmampuan masyarakat dalam membeli bahan

makanan yang dibutuhkan keluarganya.

Murti (2010) menyatakan bahwa terdapat kesenjangan kesehatan yang

mencolok antara masyarakat di Negara kaya dan negara miskin, antar masyarakat di

berbagai wilayah di dalam suatu Negara, dan antar masyarakat dengan berbagai

latarbelakang status sosial ekonomi. Padahal kesehatan merupakan hak asasi manusia,

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

125

yang seharusnya tidak memihak kepada status sosial ekonomi tertentu. Data WHO

(World Health Organization) sekitar 2 milyar penduduk, atau lebih dari 30% populasi

penduduk dunia mengalami anemia. Di Negara berkembang prevalensi anemia cukup

tinggi. Sekitar 370 juta jiwa wanita di Negara berkembang mengalami anemia

(Widyastuti dan Hardiyanti, 2008).

Perilaku konsumsi makanan dipengaruhi faktor intrinsik yaitu faktor-faktor

yang berasal dari diri seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan keyakinan serta faktor

ekstrindsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang seperti tingkat

ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan, tempat tinggal, lingkungan sosial dan

kebudayaan.

Bhargava et al. (2001) mengemukakan bahwa faktor sosial ekonomi

berpengaruh terhadap asupan besi seseorang yang bersumber dari daging, ikan dan

unggas serta makanan hewani lainnya. Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi di Negara

berkembang adalah keadaan sosial ekonomi yang rendah yang meliputi pendidikan

orang tua dan penghasilan yang rendah serta keadaan kesehatan lingkungan yang

buruk. Menurut Suhardjo (1989) bahwa rendahnya tingkat konsumsi disebabkan oleh

pemanfaatan pangan belum optimal, distribusi makanan belum merata, pengetahuan

tentang gizi dan pangan kurang, faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan

rendah, besar keluarga tinggi, tingkat pengetahuan rendah serta faktor budaya

setempat yang tidak mendukung antara lain masih terdapat pantangan, tahayul, tabu

dalam masyarakat.

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

126

Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan

penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan. Meskipun demikian

angka kurang zat besi di masyarakat terutama pada kelompok rentan masalah gizi

seperti bayi, balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil, dan menyusui, serta usia lanjut

masih tetap menjadi masalah.Kebutuhan zat besi pada remaja juga megalami

peningkatan kebutuhan yang cukup besar selama pubertas, pada remaja putri, awal

menstruasi memberikan beban ganda. Dimana remaja putri membutuhkan lebih

banyak zat besi untuk menggantikan zat besi yang hilang bersama darah haid. Prinsip

dasar dalam pencegahan anemia karena defisiensi zat besi adalah memastikan

konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan meningkatkan

kandungan serta biovailabilitas (ketersediaan hayati) zat besi dalam makanan.

6.3.1 Hubungan Pengetahuan Siswi dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Pada variabel pengetahuan dalam penelitian ini dilihat dari semua jawaban

soal-soal pengetahuan tentang anemia yang berjumlah 30 pertanyaan. Semua jawaban

yang benar dikategorikan menjadi skor yang tinggi jika jawaban lebih atau sama

dengan nilai median (≥18 soal), dan rendah jika kurang dari nilai median atau < 18

soal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki

pengetahuan baik (51,2%), lebih banyak daripada responden yang memiliki

pengetahuan kurang (48,8%). Hasil penelitian menunjukkan besarnya presentase

pengetahuan baik pada siswi MTs, hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian

Farida (2007) yang menyatakan bahwa sebagian siswi yang memiliki pengetahuan

baik sebesar 82,2%.

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

127

Pada penelitian ini, variabel pengetahuan bertujuan untuk mengetahui

pengetahuan siswa mengenai pengertian anemia, dimana siswa mendengar informasi

mengenai anemia, dimana siswa mendapat penyuluhan anemia (jika siswi pernah

mengikuti penyuluhan), gejala anemia, penyebab anemia, cara pemeriksaan anemia,

kadar hemoglobin normal, dampak anemia, penanggulangan anemia, makanan

sumber zat besi serta makanan yang membantu dan menghambat penyerapan zat besi.

Berdasarkan hasil penelitian, semua siswi (100%) pernah mendengar kata

anemia dan mengetahui pengertian anemia dari saudara/keluarga/teman, petugas

kesehatan, pelajaran sekolah, berbagai mediamassa (koran, majalah, radio, TV dan

sebagainya). Sebagian besar siswi mengetahui pengertian anemia berasal dari

pelajaran sekolah, namun belum dijelaskan secara mendalam sebanyak 64%,

sedangkan melalui media massa paling sering melalui televisi sebanyak 22%, melalui

petugas kesehatan sebanyak 17%, mendengar dari sanak saudara/keluarga sebanyak

5%, dan siswa melalui selembaran dan sebagainya. Pada umumnya siswa belum

pernah mengikuti penyuluhan mengenai anemia. Hal ini menjadi salah satu bukti

bahwa pendidikan gizi melalui penyuluhan belum dilaksanakan secara menyeluruh ke

pelosok desa.

Gejala anemia dilihat berdasarkan fisik seperti 5 L (Lemah, Letih, Lesu,

Lemah dan Lunglai), sebanyak 90% siswi sudah mengetahui gejala anemia dengan

benar. Sebagian besar, siswi sudah mengetahui penyebab anemia yaitu akibat kurang

makan makanan bergizi, penyakit infeksi (seperti cacing tambang, malaria),

disebabkan pendarahan (nifas dan menstruasi) serta frekuensi makan yang kurang.

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

128

Sebanyak 85% siswi telah mengetahui penyebab anemia karena kurang makan

makanan bergizi serta frekuensi makan yang kurang, sedangkan disebabkan

pendarahan (nifas dan haid) sebanyak 37% siswi telah mengetahuinya, namun

sebagian besar siswi belum mengetahui penyebab lain anemia karena penyakit

infeksi, hanya 5% saja siswi yang telah mengetahui.

Seseorang dikatakan anemia ketika kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl,

sebanyak 75% saja siswi yang telah mengetahui kadar hemoglobin normal.

Kemudian jika sesorang telah memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl

(anemia), dampak yang ditimbulkan dapat sangat mempengaruhi prestasi belajar,

mengurangi semangat beraktivitas, tubuh menjadi cepat lelah dan malas, kepala

pusing/bisa menyebabkan pingsan. Sebanyak 15% siswi telah mengetahui dampak

anemia dapat mempengaruhi prestasi belajar, sebanyak 32% siswi mengetahui

anemia dapat mengurangi semangat beraktivitas sebanyak 34% siswi mengetahui

anemia mengakibatkan tubuh menjadi cepat lelah dan malas, dan sebanyak 71% siswi

mengetahui anemia dapat menyebabkan kepala pusing/sampai pingsan.

Sebagian besar siswa sudah mengetahui penanggulangan anemia dengan

konsumsi tablet tambah darah sebanyak 95%, namun hanya 10% saja siswi yang

pernah mengkonsumsi tablet tambah darah. Selain itu dengan konsumsi sumber zat

besi juga dapat menanggulangi dan mencegah anemia terutama sumber protein

hewani (daging sapi, kambing, ayam, hati dan sebagainya) serta sumber makanan

yang dapat membantu penyerapan Fe dalam usus halus (salah satunya sumber

vitamin C) dan sumber makanan penghambat penyerapan Fe adalah kopi dan teh,

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

129

namun siswi belum mengetahui sumber zat besi dalam makanan hanyak sebanyak

25% saja yang telah mengtahui, sebanyak 27% siswi telah mengetahui vitamin C

dapat membantu penyerapan zat besi dan sebanyak 15% sisiwi mengetahui kopi dan

teh dapat menghambat penyerapan zat besi.

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan dapat disimpulkan bahwa

responden yang berstatus anemia defisiensi besi dan memiliki pengetahuan kurang

baik (45%). Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia lebih banyak pada

responden yang memiliki pengetahuan baik (82,5%) daripada responden yang

memiliki pengetahuan kurang (55%).

Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi pangan

individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan gizi yang baik, maka cenderung untuk

memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat

meningkatkan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizinya dalam memilih

maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi tercukupi (Khomsan,

2007).

Notoatmodjo (2003) menambahkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu

yang terjadi setelah orang melakukan pengetahuan terhadap objek terntentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera meliputi indera penglihatan, pendengaran,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan tentang anemia pada remaja diperoleh dari berbagai sumber,

misalnya media massa, media elektronik, petugas kesehatan, kerabat terdekat, dan

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

130

lain sebagainya. Secara langsung panca inderanya yaitu penglihatan, pendengarannya

dimanfaatkan untuk menangkap informasi tersebut. Hasil akumulasi informasi-

informasi yang diperolehnya membentuk suatu pengetahuan.

Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk

estimate diperoleh OR=3,868 (95% Cl 1,694-8,832). Artinya responden yang

memiliki pengetahuan tentang anemia kurang, memiliki peluang 3,868 kali untuk

menderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan responden yang memiliki

pengetahuan baik. Pengaruh pengetahuan dengan kejadian anemia dibuktikan dalam

penelitian Yasmin (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan kejadian anemia.

Pada penelitian Yasmin (2012) menunjukkan pengetahuan remaja yang

kurang lebih banyak menderita anemia (83,3%) dibandingkan dengan remaja dengan

pengetahuan baik 46,5%. Pengetahuan dapat mengubah perilaku dan sikap yang

kemudian akan melahirkan kesadaran diri dalam memilih bahan makanan yang sehat

dan bergizi (terutama sumber zat besi) dan menghindari makanan dan minuman yang

dapat menghambat penyerapan zat besi.

Sebagaimana pendapat Hamid (2002) yang menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan siswi yang baik tentang anemia gizi diharapkan dapat memberikan

sumbangan terhadap sikap dan perilaku positif dalam pemilihan bahan makanan yang

bermanfaat bagi kesehatan terutama dalam mencegah rendahnya kadar Hb. Misalnya

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

131

perilaku siswi dalam mengkonsumsi makanan seimbang dengan pola makan teratur

setiap hari.

Tingkat pengetahuan siswa di MTs Ciwandan rendah disebabkan oleh 3 faktor

yaitu yang pertama rendahnya tingkat pendidikan seseorang, yang kedua tidak ada

atau kurang meratanya kegiatan edukasi/penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan

dan ketiga kurangnya frekuensi kegiatan edukasi oleh tenaga kesehatan setempat.

Remaja yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk

menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan,

sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya.

Namun, tak jarang jika seseorang sudah berpengetahuan baik tentang asupan

makan sesuai gizi seimbang tapi ia terkena anemia. Hal ini dikarenakan kurangnya

kesadaran dalam menerapkan informasi pada kehidupannya sehari-hari. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Harper (1985) dan Suhardjo (2003) yang

menyatakan penyebab penting dari gangguan gizi selain kemiskinan dan persediaan

pangan adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk

menerapkan informasi terebut dalam kehidupan sehari-hari.

Haryati dkk (2004) menambahkan bahwa tingkat pengetahuan tentang anemia

yang tinggi tetapi tidak disertai dengan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-

hari tidak akan berpengaruh pada keadaan gizi individu tersebut. Hal ini terjadi

karena remaja putri memiliki kecenderungan lebih mementingkan penampilannya

atau menjaga kecantikan tubuhnya, khawatir menjadi gemuk, sehingga membatasi

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

132

diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi, tidak mau

makan pagi serta kebiasaan menunda waktu makan. Mereka cenderung lebih memilih

konsumsi diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-buahan daripada makanan

sehat.

Oleh karena itu penting sekali adanya pendidikan gizi dari berbagai pihak

sebagai upaya untuk mendidik berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah gizi.

Disarankan pihak pemerintah setempat (Dinas Kesehatan Cilegon) lebih luas

menyebarkan informasi tentang anemia pada remaja putri, misalkan dengan

melakukan penyuluhan disekolah tentang hal-hal yang berkaitan pencegahan anemia

yang dilaksanakan secara berkesinambungan serta pentingnya peran pihak sekolah

dalam revitalisasi kegiatan UKS dan PMR untuk melakukan penajaringan siswi yang

mempunyai masalah kesehatan (anemia) sebagai deteksi dini serta kegiatan edukasi

gizi untuk merubah perilaku siswa terutama dalam mengkonsumsi makanan sehat dan

bergizi.

6.3.2 Hubungan Uang Jajan dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan.

Pada penelitian ini uang jajan yang diberikan oleh orangtua untuk anak per

hari maksimal Rp 12.000 dan minimal Rp 3.000. untuk mengetahui siswi memiliki

uang jajan yang rendah atau tinggi, pada penelitian ini menggunakan nilai median Rp

5.000. Sehingga uang jajan dikatakan tinggi jika lebih dari Rp 5000 dan dikatakan

rendah apabila kurang dari Rp 5000. Berdasarkan hasil penelitian responden yang

memiliki uang jajan rendah sebanyak (35%). Sedangkan responden yang miliki uang

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

133

jajan tinggi sebanyak (65%). Hal ini menunjukkan sebagian besar siswi MTs

Ciwandan Cilegon tahun 2014 menerima uang jajan yang tinggi.

Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden

yang memiliki uang jajan kurang (22,5%) daripada responden yang memiliki uang

jajan tinggi (46,5%). Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia defisiensi

besi lebih sedikit pada responden yang memiliki uang jajan kurang (53,5%) daripada

responden yang memiliki uang jajan tinggi (77,5%).

Menurut Ariyanti (2005) yang menyatakan bahwa besaran uang jajan adalah

uang dalam rupiah yang diberikan orangtua setiap hari untuk keperluan jajan. Uang

jajan merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan

kepada anak untuk waktu tertentu.

Biasanya makanan yang menurut mereka menarik atau disukai adalah

makanan fast food. Makanan fast food yang sering di gemari siswi MTs Ciwandan

adalah makanan banyak mengandung kalori tinggi karena berbahan dasar tepung dan

di olah dengan cara di goreng seperi cimol, cilok, bakso goreng (basreng), gorengan

tempe, gorengan ubi, batagor, siomay, bakwan, mie instan, mie ayam dan sebagainya.

Secara umum makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium

(Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium, Fe dan folat.

Oleh karena itu, jika siswi sering mengkonsumsi makanan fast food maka angka

kecukupan vitamin dan mineral terutama zat besi (Fe) tidak tercukupi.

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

134

Seperti yang dijelaskan (NHCS, 1976 dalam Linda, 2003), Kebiasaan makan

anak sekolah rata-rata tidak lebih dari tiga kali sehari dan yang disebut dengan

makanan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok saja, tetapi

kudapan/cemilan di kategorikan sebagai makan. Wardiatmo dan Ridwan (1987)

menambahkan dalam Heriyana (2004) yaitu jenis makanan jajanan yang banyak

dibeli oleh anak-anak sekolah pada umumnya adalah makanan lengkap. Dilihat dari

segi gizi pada umumnya makanan tersebut mengandung zat gizi yang padat akan

energi tetapi kurang mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara uang jajan dengan status anemia defisiensi besi. Berdasarkan perhitungan risk

estimate diperoleh OR =2,995 (1,350-6,643). Artinya responden yang memiliki uang

jajan kurang, memiliki peluang 2,995 kali untuk menderita anemia defisiensi besi

dibandingkan dengan responden yang memiliki uang jajan tinggi/cukup.

Pengaruh uang jajan dengan kejadian anemia dibuktikan dalam penelitian

Barokah (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara uang

jajan dengan kejadian anemia, dengan nilai (p<0,05). Diketahui bahwa remaja putri

dengan uang jajan rendah memiliki resiko anemia 3 kali lebih besar dibanding dengan

remaja putri dengan uang jajan tinggi/ cukup. Kebiasaan jajan remaja mendorong

remaja memilih jajanan yang mereka suka dan sesuai dengan uang jajan mereka,

semakin rendah uang jajan maka akan semakin rendah konsumsi zat gizinya,

ditambah lagi dengan kebiasaan remaja yang mengkonsumsi jajanan fast food yang

rendah akan asupan gizi (terutama energi, protein, vitamin C dan Fe).

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

135

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Insel et al (2006) dalam Wulandari

(2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberi kepercayaan untuk mengelola

uang sakunya sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk memilih sesuka hatinya.

Kebebasan memilih makanan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi anemia

remaja. Dengan memliki kebiasaan untuk memilih sendiri makanannya, remaja

cenderung untuk membeli apapun yang disukai atau menarik menurut mereka, tanpa

memperhatikan apakah makanan tersebut seimbang atau tidak. Pemilihan makanan

yang salah pada akhirnya dapat berpengaruh pada status anemia mereka.

Menurut teori Berg (1986) yang mengatakan bahwa uang yang dimiliki oleh

seseorang akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsinya. Biasanya remaja

memilih makanan sesuatu dengan uang saku mereka. Uang saku yang cukup besar,

biasanya remaja sering mengkonsumsi makanan-makanan modern dengan

pertimbangan prestise dan juga dengan harapan akan diterima di kalangan peer group

mereka. Makanan yang biasa dipilih adalah fast food dengan pertimbangan harganya

juga tidak terlalu mahal. Peluang untuk menjadi konsumen makanan sesungguhnya

akan sangat ditentukan oleh daya beli keluarga atau orang tua anak, karena keputusan

konsumsi untuk anak sangat dipengaruhi oleh daya beli (Sumarwan, 2007)

Banyak alasan yang melatarbelakangi kebiasaan jajan anak sekolah

diantaranya: anak tidak sarapan pagi, faktor psikologis seperti anak melihat temannya

jajan sehingga dia ingin seperti temannya, faktor biologis anak perlu dipenuhi

walaupun dirumah sudah makan tetapi tambahan makanan dari jajan masih

diperlukan oleh anak karena kegiatan fisik di sekolah yang memang memerlukan

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

136

tambahan energi, dan faktor perilaku orang tua yang biasa memberikan uang jajan

kepada anak dengan alasan lebih praktis.

Disimpulkan bahwa kebiasaan jajan dikalangan anak sekolah merupakan hal

biasa, bahkan sebagian orang tua menganggap biasa memberikan uang jajan kepada

anaknya ketika akan berangkat ke sekolah. Kebiasaan jajan dikalangan remaja

ditunjang oleh uang saku yang telah diberikan orang tuanya diharapkan semakin

besar alokasi uang saku untuk makanan jajanan semakin tinggi konsumsi energi,

protein, zat besi, dan vitamin A. Namun, remaja lebih cenderung konsumsi makanan

yang disukai saja yaitu makanan fast food serta sesuai trend makanan saat itu di

kalangan remaja. Oleh karena itu, perlu adanya peran ibu yang dapat menyiapkan

sarapan di pagi hari serta bekal makan siang agar asupan gizi terpenuhi dan kualitas

makanan terjamin kebersihannya.

6.3.3 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

didapatkan dari hasil bekerja ibu dan bapak di keluarga tersebut. Pendapatan rata-rata

orang tua dalam penelitian ini di bagi menjadi dua kategori yaitu pendapatan rendah

jika kurang dari UMR (< Rp 2,760,000) dan pendapatan tinggi jika ≥ Rp 2,760,000.

Bedasarkan penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapatan

orang tua rendah (67,5%), lebih banyak daripada responden yang memiliki

pendapatan orang tua tinggi sebanyak (32,5%).

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

137

Sebagian besar pekerjaan orangtua bekerja sebagai buruh baik itu buruh

bangunan sebanyak 24% maupun buruh (karyawan) pabrik sebanyak 36%, sebagai

guru sebanyak 25%, karyawan swasta sebanyak 15% dan pekerjaan lainnya (selain

yang disebutkan diatas) 10%. Kota cilegon merupakan kota industri karena banyak

sekali pabrik-pabrik terutama pabrik baja dan pabrik kimia, oleh karena itu tak heran

sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh pabrik. Selain itu pekerjaan

sebagai guru masih menjadi mayoritas, disamping mulai banyaknya didirikan

sekolah-sekolah dipelosok desa sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja guru.

Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih sedikit pada responden

yang memiliki pendapatan orang tua rendah (10%) daripada responden yang memiliki

pendapatan orang tua tinggi (41%). Sedangkan responden yang tidak berstatus

anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden yang memiliki pendapatan orang

tua tinggi (90%) dari pada responden yang memiliki pendapatan orang tua rendah

sebanyak (59%).

Pengeluaran rumah tangga terbesar adalah pada konsumsi pangan. Pendapatan

dapat meningkatkan daya beli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik

untuk keluarga, semakin tinggi pendapatan maka akan semakin baik kualitas dan

kuantitas konsumsi pangan yang disediakan dalam keluarga. Hal ini berpengaruh

terhadap status kesehatan setiap individu dalam keluarga termasuk kebutuhan akan

makan yang mengandung fe agar terhindar dari anemia.

Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan berkurangnya lokasi dan untuk

pembelian makanan sehari-hari sehingga mengurangi jumlah dan kualitas makanan

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

138

ibu perhari yang berdampak pada penurunan status gizi. Gangguan gizi yang umum

pada perempuan adalah anemia, karena secara fisiologis mengalami menstruasi tiap

bulan. Sumber makanan yang diperlukan untuk mencegah anemia umumnya berasal

dari sumber protein yang lebih mahal, dan sulit terjangkau oleh mereka yang

berpenghasilan rendah. Kekurangan tersebut memperbesar risiko anemia pada

remaja. Anemia berperan terhadap tingginya angka kematian ibu hamil dan semakin

meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan (Purwanto, 2012)

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara

pendapatan orang tua dengan kejadian anemia defisiensi besi pada siswi MTs

Ciwandan. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR=6,245 (Cl2,034-

19,174). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan tingkat pendapatan

keluarga yang rendah memiliki risiko 6,245 kali lebih besar untuk mengalami

kejadian anemia.

Pengaruh pendapatan orangtua dengan kejadian anemia dibuktikan dalam

penelitian Farida (2007), berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan

antara pendapatan orang tua dengan kejadian anemia pada remaja putri. Sebanyak

68,8% remaja putri dengan pendapatan orang tua rendah memiliki kadar Hb kurang

dari 12 mg/dl. Ekonomi keluarga merupakan faktor mendasar yang akan

mempengaruhi segala aspek kehidupan. Tingkat ekonomi terkait langsung dengan

daya beli keluarga, baik daya beli terhadap makanan maupun daya beli terhadap

pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

139

Farida (2007) menambahkan bahwa perubahan pendapatan secara langsung

dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya

pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan

kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan

penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat

mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak

terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat besi, sehingga dapat berdampak timbulnya

kejadian anemia.

Pada umumnya penduduk Indonesia, yang sebagian besar terdiri atas petani,

masih mengandalkan sebagian besar konsumsi makanannya pada makanan pokok.

Makanan pokok yang digunakan adalah beras, jagung, umbi-umbian (terutama

singkong dan ubi jalar), dan sagu (Almatsier, 2001). Oleh karena itu, makanan yang

beraneka ragam itu mempunyai peran yang penting karena tidak ada satu jenis

makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Konsumsi

makanan yang beraneka ragam, akan menghindari terjadinya kekurangan gizi, karena

susunan zat gizi pada makanan saling melengkapi antara satu jenis makanan dengan

jenis yang lainnya sehingga diperoleh gizi yang seimbang.

Namun, bagi masyarakat Negara berkembang mayoritas menduduki tingkat

pendapatan keluarga menengah ke bawah. Mayoritas masyarakat hanya mampu

memenuhi konsumsi makanan dari segi kuantitas dari jenis makanan pokok yang

mengandung tinggi karbohidrat namun masih minim kandungan vitamin dan

mineralnya.

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

140

Pola konsumsi makanan bermutu gizi seimbang mensyaratkan perlunya

diverisifikasi makanan dalam menu sehari-hari. Ini berarti menuntut adanya

ketersediaan sumber zat tenaga (karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun

(protein), dan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral). Makanan yang beraneka

ragam sangat penting karena tidak ada satu jenis makanan yang dapat menyediakan

gizi bagi seseorang secara lengkap (Khomsan, 2004).

Disimpulkan bahwa kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan

berkurangnya lokasi dan untuk pembelian makanan sehari-hari sehingga mengurangi

jumlah dan kualitas makanan ibu perhari yang berdampak pada penurunan status gizi.

Gangguan gizi yang umum pada perempuan adalah anemia, karena secara fisiologis

mengalami menstruasi tiap bulan. Sumber makanan yang diperlukan untuk mencegah

anemia umumnya berasal dari sumber protein hewani yang lebih mahal, dan sulit

terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah, sehingga perlu adanya bahan

penukar sumber zat besi dari protein nabati dan sayuran yang lebih terjangkau

harganya. Namun, perlu diimbangi oleh konsumsi sumber vitamin C mengingat

sumber zat besi non heme (protein nabati dan sayuran) hanya 5-10% saja yang

mampu diserap oleh usus halus. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan sumber

zat besi non heme, contoh sumber vitamin C dari buah-buahan yang mudah dan

terjangkau harganya adalah papaya. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan dan

keterampilan ibu dalam menyediakan menu sehari yang bergizi serta perlunya

beberapa upaya perbaikan gizi dari pemerintah yang berorientasi pada pemberdayaan

masyarakat agar pendapatan masyarakat meningkat.

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

141

6.3.4 Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Anemia pada Siswi MTs

Ciwandan

Pendidikan orangtua dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang

pernah di tempuh ibu dan bapak di keluarga tersebut. Pendidikan orangtua dalam

penelitian ini di bagi menjadi dua kategori yaitu pendidikan rendah jika pendidikan

formal ditempuh kurang dari 9 tahun (tidak tamat SD atau tidak tamat SMP) dan

pendidikan tinggi jika pendidikan formal ditempuh 9 tahun dan atau lebih dari 9

tahun (Tamat SMP atau tamat SMA atau tamat Perguruan tinggi). Berdasarkan

penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan orangtua rendah

(52%), lebih banyak daripada responden yang memiliki pendidikan orangtua tinggi

sebanyak (48%). Secara khusus, sebagian besar orangtua berpendidikan SMA

sebanyak 46,3%, sebanyak 30,1% berpendidikan SMP, sebanyak 22% berpendidikan

SD dan 1,6% berpendidikan perguruan tinggi (PT).

Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih sedikit pada responden

yang memiliki pendidikan orangtua tinggi (18,6%) daripada responden yang memiliki

pendidikan orangtua rendah (42,2%). Sedangkan responden yang tidak berstatus

anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden yang memiliki pendidikan

orangtua tinggi (81,4%) daripada responden yang memiliki pendidikan orangtua

rendah sebanyak (57,8%).

Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian

bahan/materi pendidikan oleh pendidikan kepada sasaran pendidik (anak didik) guna

mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

142

pengetahuan yang dimilki oleh ibu. Pendidikan merupakan hal yang penting yang

dapat mempengaruhi pola pikir seseorang termasuk dalam tindakan sesorang dalam

mengambil keputusan untuk memilih bahan makanan yang dikonsumsinya, misalnya

memilih dan mengolah bahan makanan yang mengandung zat besi (Notoadmodjo,

1971 dalam Anggraini, 2009)

Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan

bermakna antara pendidikan orang tua dengan kejadian anemia defisiensi besi pada

siswi MTs Ciwandan. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR=3,184 (Cl

1,400-7,243). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan tingkat pendidikan

orang tua yang rendah memiliki risiko 3,184 kali lebih besar untuk mengalami

kejadian anemia.

Pengaruh pendidikan orangtua dengan kejadian anemia dibuktikan dalam

penelitian Dian Gunatmaningsih (2007) berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan

ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p=0.040 dan

RP=1,778). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai ibu dengan

tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar untuk mengalami

kejadian anemia. Ibu memegang peranan penting dalam hal mendidik dan merawat

anak-anaknya terutama merawat kesehatan anak-anaknya. Kesehatan merupakan

indikator status gizi seseorang dan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

dari pola konsumsi makanan dalam sehari-hari.

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

143

Pengetahuan seorang ibu sangat diperlukan dalam menentukan, mengelola

dan menyediakan makanan, kemudian berpengaruh pada kualitas makanan yang

dikonsumsi. Yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap status anemia anggota

keluarga termasuk anak remajanya. Pendidikan juga sangat mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam penerimaan informasi gizi. Semakin tinggi tingkat

pendidikan (lama sekolah) ibu, semakin mudah menerima hidup sehat secara mandiri,

kreatif, berkesinambungan dan terampil dalam menyediakan makanan.

Menurut pendapat (Notoatmodjo, 2003) yang menyatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan semakin tinggi pula tingkat pendidikan

kesehatannya, karena tingkat pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi

terutama terhadap faktor perilaku kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

formal diharapkan semakin tinggi pula tingkat pendidikan kesehatannya, karena

tingkat pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor

perilaku kesehatan. Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari

atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain,

kemana seharusnya mencari pengobatan bila sakit dan sebagainya.

Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menyerap berbagai informasi

gizi dan lebih cenderung dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari karena

kesadarannya yang tinggi sebab berbagai informasi gizi yang telah di terimanya.

Sebagaimana yang dijelaskan Himawan (2006), ibu yang mempunyai tingkat

pendidikan tinggi akan lebih mudah dalam menerima berbagai informasi gizi dan

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

144

mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan menambah

wawasan pengetahuan ibu tentang gizi. Pengetahuan gizi menjadi pedoman penting

untuk menentukan konsumsi makanan keluarga (Nasution, 1995).

Djaeni (1996) yang menambahkan bahwa pendidikan ibu merupakan modal

utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam menyusun makanan

keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat

pendidikan rendah dikhawatirkan akan lebih sulit menerima informasi kesehatan

khususnya bidang gizi, sehingga tidak dapat menambah pengetahuan dan tidak

mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain berkaitan dengan penyediaan bahan makanan, pendidikan juga erat

kaitannya dengan kesadaran akan kunjungan pada pelayanan kesehatan terdekat. Tak

jarang masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah segan untuk pergi ke pelayanan

kesehatan terdekat atau pusat pelayanan kesehatan, karena terhalang jarak yang jauh

dan keterbatasan ekonomi. Dalam hal ini pemerintah harus ikut andil dalam

pemerataan pusat pelayanan kesehatan pada desa-desa terpencil. Seorang ibu

memiliki peran utama dalam memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani putra

putrinya. Apabila pendidikan ibu tinggi maka akan semakin tinggi pula kesadaran

akan pusat kesehatan dalam tindakan promotif pada tubuh anak-anaknya.

Slamet (1999) dalam Ritonga (2007), menjelaskannya lebih lanjut bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin

membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya

dan keluarganya. Seseorang yang berpendidikan tinggi, maka wawasan pengetahuan

semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

145

kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat

pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Dapat disimpulkan dari berbagai referensi di atas, pendidikan ibu dapat

mempengaruhi penyerapan informasi yang kemudian melahirkan keterampilan dalam

penyediaan konsumsi pangan dalam keluarga karena pada dasarnya seorang ibulah

yang berperan utama dalam menyediakan bahan makanan yang sehat dan bergizi

serta mempunyai kesadaran yang tinggi dalam memanfaatkan pusat pelayanan

kesehatan yang tersedia. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran ibu untuk mencari

informasi masalah kesehatan dari berbagai media seperti televisi, radio, internet dan

sebagainya serta sebaiknya ibu aktif bertanya kepada petugas kesehatan terdekat

minimal ke posyandu dan puskemas baik mengenai tumbuh kembang anak, makanan

bergizi yang baik untuk anak sesuai usianya dan masalah kesehatan lainnya untuk

putera putrinya.

6.4 Hubungan Pola Menstruasi dengan Anemia pada Siswi MTs Ciwandan

Kehilangan zat besi di atas rata-rata dapat terjadi pada remaja putri dengan

pola menstruasi yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang. Pola Haid dalam

penelitian ini adalah frekuensi menstruasi, lama menstruasi dan frekuensi ganti

pembalut. Pola menstruasi dikatakan normal apabila frekuensi menstruasi sebulan

sekali, lama menstruasi ≤ 6 hari dan ganti pembalut ≤5 kali/hari, sedangkan dikatakan

tidak normal apabila frekuensi haid lebih dari sebulan sekali, lamanya haid lebih dari

6 haridan ganti pembalut >5kali/hari.

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

146

Bedasarkan penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami pola

menstruasi normal (65%), lebih banyak daripada responden yang mengalami

menstruasi tidak normal sebanyak (35%) dengan spesifikasi sebagai berikut: seluruh

responden mengalami menstruasi sebulan sekali; sebagian besar responden

mengalami menstruasi selama ≤ 6 hari sebanyak 76,3%, sedangkan responden yang

mengalami menstruasi lebih dari 6 hari sehanyak 23,7%; responden yang ganti

pembalut ≤ 5 kali/hari sebanyak 95,9%, sedangkan responden yang ganti pembalut>5

kali/hari sebanyak 4,1%.

Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih sedikit pada responden

yang mengalami haid teratur/normal (6,2%) daripada responden yang mengalami

haid tidak teratur/normal (76,7%%). Sedangkan responden yang tidak berstatus

anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden yang mengalami haid normal

(93,8%) daripada responden yang mengalami haid tidak normal sebanyak (23,3%).

Remaja putri memiliki risiko lebih besar untuk terkena anemia karena

mengalami menstruasi, semakin sering dan lama menstruasi berlangsung, maka

semakin banyak darak keluar dari tubuh. Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran

besi meningkat dan keseimbangan zat besi dalam tubuh terganggu (Depkes RI, 1998).

Siklus menstruasi tidak teratur dan menstruasi sangat banyak memungkinkan

kehilangan besi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan yang memiliki pola

menstruasi teratur. Frekuensi dan lama menstruasi yang tidak teratur dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya yaitu stres, perubahan berat badan, olah raga yang

berlebihan dan keluhan menstruasi (Manuaba, 2009).

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

147

Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan

bermakna antara pola haid dengan kejadian anemia defisiensi besi pada siswi MTs

Ciwandan. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR=49,500 (Cl15,690-

156,165). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan pola haid tidak normal

memiliki risiko 49,5 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia.

Penelitian ini didukung oleh penelitian (Prastika, 2011) yang mengatakan

bahwa siswi dengan lama menstruasi dibawah rata-rata memiliki kadar hemoglobin

yang cenderung diatas rata-rata sedangkan pada siswi dengan lama menstruasi lebih

dari rata-rata lama menstruasi memiliki kadar hemoglobin yang cenderung di bawah

rata-rata, sehingga dapat diperkirakan adanya hubungan lama menstruasi dengan

kadar hemoglobin pada remaja putri. Keadaan ini dibuktikan dengan analisis data

didapatkan r sebesar -0,624 (>0,361) dan p sebesar 0,000 (<0,05) hubungan yang

negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin artinya semakin lama

menstruasi seorang remaja siswi akan semakin rendah kadar hemoglobinnya. Hal ini

disebabkan karena pada remaja siswi dengan lama menstruasi yang lebih panjang

pengeluaran darah yang dialami cenderung lebih banyak dan pengeluaran zat besi

karena perdarahan pun akan semakin banyak.

Pada keadaan normal dan defisiensi zat besi tubuh seseorang mengabsorpsi

zat besi berbeda, semakin tubuh seseorang defisit akan zat besi maka akan semakin

banyak mengabsorpsi zat besi. Artinya pada saat defisit zat besi tubuh kita sangat

membutuhkan zat besi lebih banyak dari pada seseorang dengan simpanan zat besi

dalam jumlah normal. Ditambah lagi dengan keadaan seseorang yang sedang

menstruasi. Pada saat menstruasi zat besi ikut serta hilang bersama keluarnya darah.

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

148

Apabila seseorang tidak menyeimbangi asupan makanan sumber zat besi saat

menstruasi maka akan terjadi defisiensi zat besi (anemia).

Biran (1992) menyatakan bahwa sangat sulit mengukur jumlah darah

menstruasi secara kuantitas. Bahkan seorang wanitapun sulit untuk mengukur sendiri

ataupun menyadari apakah aliran darah menstruasi mereka abnormal. Sebagai

patokannya, suatu perdarahan disebut tidak normal jika perdarahan yang terjadi lebih

dari enam hari dan pembalut yang digunakan perperiode lebih dari 12 potong.

Arisman (2004) menambahkan bahwa remaja putri yang sudah mengalami

menarche, jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak yang

tidak sadar kalau darah menstruasinya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi

zat besi, karena jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc,

jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kira-kira

sama dengan 0,4-0,5 mg/hari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan

basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg/hari.

Hal ini lebih dijelaskan oleh Hudges (1995) yaitu tentang pengeluaran zat

besi. Dalam diet sehari-hari, rata-rata terkandung 10-20 mg zat besi perhari.

Seseorang dengan simpanan zat besi dalam jumlah normal akan mengabsorbsi besi

kira-kira 5-10% dari jumlah total masukan, yaitu sekitar 0,5-2mg setiap harinya.

Sedangkan untuk seseorang dengan defisiensi zat besi akan mampu menyerap sampai

dengan 50% dari total masukan zat besi atau sekitar 5-10 mg. Tidak ada mekanisme

spesifik untuk ekskresi zat besi, namun tidak dapat dihindari hilangnya zat besi

sehari-hari sebagai akibat eksfoliasi usus halus dan sel-sel epitel kulit dimana pada

semua sel ini terdapat enzim-enzim yang mengandung zat besi. Rata-rata kehilangan

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

149

zat besi setiap hari pada orang normal adalah sekitar 0,6-1 mg. Sedangkan pada

wanita menstruasi kehilangan zat besi bisa mencapai 42 mg setiap siklus, dengan

demikian maka zat besi dalam darah akan menjadi sangat rendah sehingga kadar

hemoglobin dalam darah pun akan menurun.

Sehingga dapat disimpulkan kehilangan zat besi yang berkelanjutan pada

wanita menstruasi akan memperbesar faktor resiko remaja putri mengalami anemia

karena pada saat menstruasi terjadi kehilangan zat besi, semakin banyak dan lama

menstruasi maka semakin banyak zat besi yang ikut hilang dan jika hal tersebut

terjadi terus menerus maka terjadi anemia.

Oleh karena itu pada saat menstruasi remaja sangat membutuhkan lebih

banyak zat besi. Saat ini sudah banyak suplemen zat besi yang mudah di dapat dan

terjangkau harganya di apotik terdekat, minimal konsumsi tablet tambah darah sekali

dalam seminggu pada saat haid. Selain itu, perlu mengimbangi dengan konsumsi

makanan bergizi (konsumsi energi, protein, vitamin C dan Fe tercukupi) dengan

mengkonsumsi makanan yang beragam dalam menu sehari. Sesuai yang dianjurkan

PUGS 2014 yaitu porsi karbohidrat 3-8 porsi sehari, protein hewani 2-3 porsi sehari,

protein nabati 3-5 porsi sehari dan buah-buahan 2-3 porsi sehari.

6.5 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

6.5.1 Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

Salah satu yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tubuh remaja

adalah makanan. Kekurangan konsumsi makanan baik secara kualitatif maupun

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

150

kuantitatif akan menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh, yang

tentunya mengarah pada timbulnya suatu penyakit. Demikian pula sebaliknya apabila

konsumsi berlebihan tanpa diimbangi suatu kegiatan fisik yang cukup, gangguan

tubuh juga akan timbul. Jadi dalam hal konsumsi makanan yang perlu diperhatikan

adalah kecukupan agar didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal (Sayogo dalam

Royani, 2006)

Oleh karena itu, keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam

membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Absorpsi besi yang

efektif dan efisien memerlukan suasana asam dan adanya reduktor, seperti vitamin C.

Sifat yang dimiliki vitamin C adalah sebagai promotor terhadap absorpsi besi dengan

cara mereduksi besi ferri menjadi ferro. Vitamin A memiliki peran dalam

hematopoiesis dimana defisiensi vitamin A menyebabkan mobilisasi besi terganggu

dan simpanan besi tidak dapat dimanfaatkan untuk eritropoesis (Kirana, 2011).

6.5.1.1 Hubungan Asupan Energi dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

Bedasarkan penelitian menunjukkan bahwa responden dengan asupan energi

rendah atau asupan energi <1487,5 kkal sebanyak (76,4%), lebih banyak daripada

responden dengan konsumsi energi baik atau asupan energi ≥ 1487,6 kkal (23,6%).

Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden

dengan asupan energi rendah (38,3%) daripada responden dengan asupan energi

cukup (6,9%). Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia defisiensi besi

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

151

(normal) lebih sedikit pada responden dengan asupan energi rendah (61,7%) daripada

responden dengan asupan energi tinggi (93,1%).

Rendahnya asupan energi dapat diakibatkan frekuensi makan dalam sehari

yang kurang dan porsi dalam setiap makan. Sebagian besar responden frekuensi

makan dalam sehari adalah kurang dari 3 kali sehari sebanyak 83% sedangkan

responden dengan frekuensi makan 3 kali sehari sebanyak 17%. Asupan energi

berasal dari asupan karbohidrat dari jenis nasi, asupan karbohidrat yang di anjurkan

dalam sehari adalah 3-5 porsi. Sebagian besar responden mengkonsumsi karbohidrat

sebanyak 3 porsi dalam sehari yaitu 78%, konsumsi karbohidrat 4 porsi sebanyak

13% dan konsumsi karbohidrat 5 porsi perhari sebanyak 9%. Asupan energi berasal

dari asupan karbohidrat dari jenis mie, sebagian besar responden mengkonsumsi 1-2

porsi dalam sehari sebanyak 47%, sedangkan dari jenis singkong dan ubi 1 porsi

sehari sebanyak 2%.

Energi yang dianjurkan remaja usia 10-12 tahun berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi 2012 adalah 2000 kkal, sedangkan usia 13-15 adalah 2125 kkal.

Rata-rata konsumsi energi pada siswi MTs Ciwandan adalah sebanyak 1213 kkal,

sedangkan konsumsi energi < 2125 kkal adalah sebanyak 80,5%. Dapat disimpulkan,

konsumsi energi pada siswi MTs masih banyak yang belum mencukupi nilai yang

dianjurkan.

Zat gizi yang dapat menghasilkan energi diperoleh dari karbohidrat, lemak

dan protein. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, di samping

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

152

membantu pengaturan metabolisme protein. Kecukupan karbohidrat di dalam diet

akan mencegah penggunaan protein sebagai sumber energi. Sehingga fungsi protein

dalam proses pengangkutan zat gizi termasuk besi ke dalam se-sel tidak terganggu

(Arisman, 2004).

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara

asupan energi dengan kejadian anemia remaja putri. Pengaruh energi terhadap anemia

dibuktikan dalam penelitian (Farida, 2007) yang menunjukkan bahwa kejadian

anemia pada remaja putri dengan tingkat konsumsi energi yang rendah lebih besar

dibanding mereka yang memiliki tingkat konsumsi energi baik. Hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan dengan tingkat konsumsi energi dengan kejadian anemia

remaja putri (p=0,001). Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR=8,379

(Cl 1,878-37,378). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan asupan energi

rendah memiliki risiko 8,379 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia.

Kekurangan satu zat gizi sering diikuti dengan kekurangan zat gizi lainnya

dan begitu pula dengan penyerapan dan metabolisme zat gizi saling terkait antara satu

zat gizi dengan zat gizi lainnya. Rendahnya asupan energi dan protein dapat

menimbulkan masalah kurang energi dan protein (KEP). KEP dapat menurunkan

daya tahan tubuh terhadap infeksi. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada penderita

kurang gizi adalah penyakit saluran pernafasan dan saluran pencernaan, penyakit ini

dapat mengakibatkan gangguan dalam penyerapan zat gizi makanan, salah satunya

Fe, bila terdapat gangguan penyerapan Fe, maka akan terjadi anemia.

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

153

Krummel (1996), menyatakan bahwa energi merupakan zat gizi utama, jika

asupan energi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan maka kebutuhan akan zat gizi lainnya

seperti protein, vitamin, mineral juga sulit terpenuhi. Begitu pula menurut Khumaidi

(1989), untuk menilai kecukupan konsumsi pangan adalah dengan menilai kecukupan

konsumsi energi dan protein. Pada umumnya jika kecukupan energi dan protein

sudah terpenuhi dan dikonsumsi dari beragam jenis pangan, maka kecukupan zat gizi

lainnya biasanya juga akan terpenuhi.

Secara umum dari berbagai referensi di atas dapat disimpulkan, jika konsumsi

energi dan protein dari beraneka ragam makanan cukup maka biasanya kecukupan zat

gizi lainnya juga akan terpenuhi. Apabila asupan energi cukup dari sumber pangan

karbohidrat, maka tubuh tidak akan mengubah protein untuk menghasilkan energi.

Protein adalah zat yang mempunyai pengaruh dan peran yang penting terhadap

pembentukan sel sarah merah. Protein memiliki peran mengangkut zat besi menuju

ke sumsum tulang untuk membentuk molekul hemoglobin yang baru. Zat besi

merupakan unsur yang penting dalam pembentukan sel darah merah. Apabila protein

dipecah untuk menghasilkan energi maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam

tubuh. Oleh karena itu, asupan energi perlu ditingkatkan kecukupannya agar

metabolisme tubuh tidak terganggu, minimal dengan makan 3 kali sehari serta porsi

yang cukup berdasarkan anjuran PUGS 2014 konsumsi karbohidrat 3-5 porsi perhari.

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

154

6.5.1.2 Hubungan Asupan Protein dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan asupan asupan

protein rendah atau asupan protein <48,3mg (63,4%) lebih banyak dari pada

responden dengan asupan protein baik atau asupan protein ≥ 45,5mg (36,6%).

Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden

dengan asupan protein rendah (42,3%) daripada responden dengan asupan protein

baik (11,1%). Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia defisiensi besi

(normal) lebih sedikit pada responden dengan asupan protein rendah (57,7%)

daripada responden dengan asupan protein baik (88,9%).

Asupan protein dapat diperoleh dari protein hewani maupun nabati. Protein

hewani yang paling banyak dikonsumsi responden adalah daging ayam, daging sapi,

telur, dan ikan. Anjuran konsumsi protein hewani menurut PUGS 2014 adalah 2-3

porsi perhari. Asupan protein dari jenis daging ayam dikonsumsi sebanyak 1-2 porsi

perhari sebanyak 25%, sedangkan lebih dari 2 porsi perhari sebanyak 1%; asupan

protein dari jenis daging sapi 1-2 porsi sebanyak 8%; asupan protein dari jenis telur

ayam 1-2 porsi sebanyak 36%, sedangkan lebih dari 2 porsi 2%; asupan protein dari

jenis ikan 1-2 porsi perhari sebanyak 44%, sedangkan lebih dari 2 porsi perhari 18%.

Asupan protein nabati yang paling banyak dikonsumsi responden adalah

tempe dan tahu. Asupan protein nabati dari jenis tempe 1-2 porsi sehari sebanyak

48%, sedangkan lebih dari 3 porsi sebanyak 10% dan asupan protein nabati dari jenis

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

155

tahu 1-2 porsi perhari sebanyak 18%, sedangkan lebih dari 2 porsi sehari sebanyak

5%.

Protein yang dianjurkan remaja usia 10-12 tahun berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi 2012 adalah 60g, sedangkan usia 13-15 adalah 69g. Rata-rata

konsumsi protein pada siswi MTs Ciwandan adalah sebanyak 42,67g, sedangkan

konsumsi protein < 69g adalah sebanyak 93,5%. Dapat disimpulkan, konsumsi

protein pada siswi MTs masih banyak yang belum mencukupi nilai yang dianjurkan.

Secara umum konsumsi pangan siswa di MTs Ciwandan memiliki nilai biologik zat

besi yang rendah.

Konsumsi protein dari pangan nabati lebih dominan dari pada sumber protein

dari pangan hewani. Selain itu konsumsi zat penghambat seperti serelia dan kacang-

kacangan masih tinggi. Sehingga jika mengkonsumsi pangan sumber zat besi yang

memiliki nilai biologik yang rendah maka harus diimbangi dengan zat yang dapat

membantu penyerapan zat gizi agar lebih optimal.

Menurut pendapat Sulistyoningsih (2011) yang menyatakan bahwa protein

terdapat pada pangan nabati maupun hewani. Nilai biologik protein pada bahan

pangan yang bersumber dari hewani lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pangan

yang bersumber dari nabati. Salah satu penyebab anemia adalah rendahnya asupan zat

besi terkait dengan nilai biologik zat besi pada konsumsi pangan. Nilai biologik

adalah jumlah suatu zat gizi pada pangan yang dapat dicerna, diserap, didistribusikan

dan digunakan oleh sel untuk metabolisme tubuh.

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

156

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

asupan protein dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk

estimate diperoleh OR=5,687 (Cl 2,089-16,474). Hal ini menunjukkan bahwa remaja

putri dengan asupan protein rendah memiliki risiko 5,687 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian anemia.

Pengaruh asupan protein terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam

penelitian Arifin (2013) yang menunjukkan bahwa asupan protein mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada murid sekolah dasar di

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (p=0,000). Hal ini terjadi karena protein

berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh. Hemoglobin, pigmen

darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbon

dioksida adalah ikatan protein. Protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-

zat gizi termasuk besi dan saluran cerna dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan

dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila kekurangan protein akan

menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi.

Protein berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh.

Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut

oksigen dan karbon dioksida adalah ikatan protein. Protein juga berperan dalam

proses pengangkutan zat-zat gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah,

dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga

apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorpsi dan

transportasi zat-zat gizi (Almatsier, 2004)

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

157

Protein berasal dari protein hewani maupun nabati. Protein hewani merupakan

sumber besi Heme yang memiliki tingkat nilai biologik yang tinggi, artinya zat besi

yang berasal dari protein hewani dapat mudah dan cepat diserap oleh tubuh.

Sedangkan protein nabati mengandung sumber zat besi non heme yang memiliki nilai

biologik yang rendah. Contoh protein hewani adalah daging merah (sapi, kambing,

domba), hati (hati sapi, hati ayam), daging putih (ayam, segala jenis ikan-ikan) dan

masing-masing memiliki nilai biologik yang berbeda-beda. Sedangkan contoh protein

nabati adalah berasal dari kacang-kacangan dan olahanya (kacang kedelai, kacang

hijau, tahu, tempe, oncom, tauco, dan lain lain), sementara dari sayuran (kacang

panjang, kangkung, sawi, labu, daun kelor, bayam dan lain-lain).

Sehubungan dengan ketersediaan zat besi secara biologis, terdapat beberapa

faktor pendorong dan penghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh. Adapun yang

termasuk faktor-faktor pendorong penyerapan zat besi adalah asam askorbat. Selain

itu asam-asam organik juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi, diantaranya

adalah: asam malat, sitrat, suksinat, laktat dan tartarat. Pada menu makanan yang

porsi sumber hewaninya besar maka nilai biologik zat besi menjadi tinggi. Sebaliknya

sumber makanan nabati memiliki nilai biologik zat besi yang rendah.

Selain itu protein juga membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Pada

saluran pencernaan besi mengalami proses reduksi dari bentuk feri menjadi fero yang

mudah diserap. Protein hewani juga membantu penyerapan vitamin C dalam

pembentukan sel darah merah (Finledsteim,dkk, 2011 dalam Arifin, 2013).

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

158

Sehingga dapat di simpulkan, protein memiliki peran yang esensial dalam

transportasi zat besi yang ada dalam tubuh untuk pembentukan sel darah merah di

sumsum tulang. Selain itu, protein hewani yang memiliki nilai biologik tinggi dapat

membantu penyerapan vitamin C dalam mendukung pembentukan sel darah merah.

Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat

sehingga gagal dalam produksi sel darah merah yang kemudian jika terjadi secara

terus menerus akan mengakibatkan defisiensi besi. Oleh karena itu, pentingnya

meningkatkan asupan protein hewani dan nabati bagi siswi yang konsumsi zat

gizinya kurang sehingga memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan, baik dari

segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan anjuran PUGS 2014, konsumsi protein

hewani dan nabati 2-3 porsi perhari.

6.5.1.3 Hubungan Asupan Vitamin C dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan konsumsi

asupan vitamin C rendah atau vitamin C < 45,5mg (83,7%) lebih banyak dari pada

responden dengan konsumsi vitamin C tinggi atau asupan protein ≥ 45,5mg (16,3%).

Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden

dengan asupan vitamin C rendah (36,9%) daripada responden dengan asupan vitamin

C baik (0%). Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia defisiensi besi

(normal) lebih sedikit pada responden dengan asupan vitamin C rendah (63,1%)

daripada responden dengan asupan vitamin C baik (100%).

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

159

Vitamin C dapat diperoleh dari buah-buahan, buah-buahan yang paling sering

dikonsumsi responden adalah buah papaya, jeruk, mangga, salak dan rambutan.

Anjuran konsumsi buah perhari berdasarkan PUGS adalah 2-3 porsi sehari. Sumber

vitamin C yang berasal dari buah papaya dikonsumsi 1-2 porsi perhari oleh responden

sebanyak 11%, dari buah jeruk 1-2 porsi perhari sebanyak 6%, buah mangga 1-2

porsi perhari sebanyak 9%, buah salak 1-2porsi perhari sebanyak 8% dan rambutan

1-2 porsi per hari adalah sebanyak 2%.

Vitamin C yang dianjurkan remaja usia 10-12 tahun berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi 2012 adalah 50mg, sedangkan usia 13-15 adalah 65mg. Rata-rata

konsumsi Vitamin C pada siswi MTs Ciwandan adalah sebanyak 19,33mg,

sedangkan konsumsi vitamin C < 69g adalah sebanyak 93,5%. Dapat disimpulkan,

konsumsi vitamin C pada siswi MTs masih banyak yang belum mencukupi nilai yang

dianjurkan.

Zat besi merupakan mineral yang diperlukan untuk mengangkut oksigen ke

seluruh tubuh. Ada dua jenis zat besi yang ditemukan dari makanan, yaitu zat besi

heme dan zat besi non-heme. Zat Besi heme ditemukan dalam sel-sel darah merah

hewan, sementara zat besi non-heme adalah yang bersumber dari tanaman atau

sayuran. Zat Besi nonheme akan diserap dengan baik oleh tubuh apabila

dikombinasikan bersama vitamin C, sedangkan zat yang menghambat penyerapan zat

besi adalah tannin dalam teh, fitat dalam sayuran hijau seperti bayam, fosfat dalam

buah-buahan, dan serat dalam buah dan sayuran.

Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

160

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

asupan vitamin C dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk

estimate diperoleh OR=1,585 (Cl 1,367-1,837). Hal ini menunjukkan bahwa remaja

putri dengan asupan vitamin C rendah memiliki risiko 1,585 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian anemia.

Pengaruh asupan vitamin C terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam

penelitian Kirana (2011) diketahui bahwa ada keterkaitan antara asupan vitamin C

dengan kejadian anemia di mana korelasinya bersifat positif yang menunjukkan

semakin tinggi asupan vitamin C maka kadar hemoglobin akan semakin tinggi pula

yang berarti kejadian anemia semakin rendah. Hal ini terjadi karena vitamin C

merupakan unsur esensial yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pembentukan sel-sel

darah merah. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar

dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Adanya vitamin C dalam

makanan yang dikonsumsi akan memberikan suasana asam sehingga memudahkan

reduksi zat besi ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap usus halus. Absorpsi zat

besi dalam bentuk non heme meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C.

Selanjutnya (Mulyawati, 2003) menunjukkan bahwa suplementasi besi

dengan vitamin C mempunyai efek peningkatan kadar hemoglobin lebih tinggi

dibandingkan dengan suplementasi besi tanpa vitamin C. Pemberian suplementasi

besi dan vitamin C pada anak anemia akan memberikan hasil kenaikan kadar

hemoglobin yang paling efektif dibandingkan dengan pendidikan gizi saja atau

suplementasi saja.

Page 185: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

161

Hal ini didukung oleh teori Almatsier (2006) bahwa absorpsi besi yang efektif

dan efisien memerlukan suasana asam dan adanya reduktor, seperti vitamin C.

Absorpsi besi dalam bentuk nonheme dapat meningkat empat kali lipat dengan

adanya vitamin C. Oleh karena itu, kekurangan vitamin C dapat menghambat proses

absorpsi besi sehingga lebih mudah terjadi anemia. Selain itu, vitamin C dapat

menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan

besi jika diperlukan. Vitamin C juga memiliki peran dalam pemindahan besi dari

transferin di dalam plasma ke feritin hati.

Vitamin C dapat di temukan pada sayur-sayuran dan buah-buahan. Sayuran

yang mengandung vitamin C ada pada sayur bayam, kangkung, sawi hijau, brokoli,

kentang dan daun singkong, wortel, lobak, bawang, cabai, tomat, mentimum, terung,

labu siam, sayur pare,buncis kacang panjang, kecipir dan kembang kol.

Pada buah – buahan vitamin C paling banyak dikandung oleh buah melon,

jambu biji, lengkeng, pepaya, jambu monyet, dan jeruk. Di buah lain seperti

stroberry, tomat, mangga muda, embacang, rambutan, kemangi, belimbing, salak,

jambu bol, nenas, sawo, pokat, jambu air, kesemek, cempedak kita dapat menemukan

kandungan vitamin C.

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah dan menghambat absorbsi zat

besi dalam tubuh. Konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C sangat

berperan dalam absorbsi besi dengan jalan meningkatkan absorbsi zat besi non heme

hingga empat kali lipat. Sedangkan faktor yang menghambat adalah tannin dalam teh,

fitat, fosfat, dan serat dalam bahan makanan (Husaini, 2001).

Page 186: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

162

Berdasarkan referensi diatas dapat disimpulkan bahwa vitamin C merupakan

zat gizi yang dibutuhkan untuk membantu penyerapan sumber non heme. Vitamin C

umumnya banyak terdapat pada buah-buahan. Oleh karena itu, pentingnya

meningkatkan konsumsi buah-buah dalam sehari terutama yang mengandung sumber

vitamin C. Berdasarkan anjuran PUGS 2014 konsumsi buah-buahan adalah 2-3 porsi

perhari.

6.5.1.4 Hubungan Asupan Fe dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan konsumsi

asupan Fe rendah atau Fe < 18,2 mg (81,37%) lebih banyak dari pada responden

dengan konsumsi Fe baik atau asupan Fe ≥ 18,2mg (18,7%). Responden yang

berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden dengan asupan zat besi

(Fe) rendah (36%) daripada responden dengan asupan zat besi (Fe) baik (8,7%).

Sedangkan responden yang tidak berstatus anemia defisiensi besi (normal) lebih

sedikit pada responden dengan asupan zat besi (Fe) rendah (64%) daripada responden

dengan asupan zat besi (Fe) baik(91,3%).Sebagian besar responden mengkonsumsi

sumber zat besi dari protein nabati sebanyak 56% sedangkan dari protein hewani

sebanyak 22%.

Kebutuhan zat besi tergantung kepada jenis kelamin dan umur berdasarkan

AKG (Angka Kecukupan Gizi). Zat Besi yang dianjurkan remaja usia 10-12 tahun

berdasarkan AKG adalah 20mg, sedangkan usia 13-15 adalah 26mg. Rata-rata

konsumsi zat besi pada siswi MTs Ciwandan adalah sebanyak 9,55mg, sedangkan

konsumsi zat besi < 26g adalah sebanyak 91,8%. Sehingga dapat disimpulkan,

Page 187: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

163

konsumsi zat besi pada siswi MTs masih banyak yang belum mencukupi nilai yang

dianjurkan. Sumber Fe terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan

sayuran berwarna hijau tua.

Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam

menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang

dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Zat besi asupan berasal dari dua

bentuk: zat besi heme dan non-heme. Zat besi heme hanya ditemukan di dalam

daging hewan, karena itu berasal dari hemoglobin dan myoglobin di dalam jaringan-

jaringan tubuh hewan. Zat besi non-heme itu ditemukan di dalam makanan tumbuhan

dan produk dairy.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

asupan protein dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan perhitungan risk

estimate diperoleh OR=5,906 (Cl 1,309-26,650). Hal ini menunjukkan bahwa remaja

putri dengan asupan Fe rendah memiliki risiko 5,906 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian anemia.

Pengaruh asupan Fe terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam penelitian

Arifin (2013) yang menunjukkan bahwa asupan Fe mempunyai hubungan yang

bermakna dengan kejadian anemia pada murid sekolah dasar di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara (p=0,000). Hal ini terjadi karena zat besi merupakan komponen

utama yang memegang peranan penting dalam pembentukan darah (hemopoiesis),

yaitu mensintesis hemoglobin. Kelebihan besi disimpan sebagai protein feritin,

hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang, dan selebihnya di dalam limpa

Page 188: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

164

dan otot. Apabila simpanan besi cukup, maka kebutuhan untuk pembentukan sel

darah merah dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Namun, apabila jumlah

simpanan zat besi berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga

rendah, maka akan terjadi ketidakseimbangan zat besi di dalam tubuh, akibatnya

kadar hemoglobin menurun di bawah batas normal yang disebut sebagai anemia gizi

besi.

Hal ini didukung oleh pendapat Almatsier (2000) yang menyatakan bahwa zat

besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, yang diperlukan dalam

pembentukan darah yaitu untuk mensintesis hemoglobin. Kelebihan zat besi disimpan

sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang, dan

selebihnya di simpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat besi akan menyebabkan

terjadinya penurunan kadar feritin yang diikuti dengan penurunan kejenuhan

transferin atau peningkatan protoporfirin. Jika keadaan ini terus berlanjut akan terjadi

anemia defisiensi besi, dimana kadar hemoglobin turun di bawah nilai normal.

Zat besi juga menjadi komponen penting dalam otot dan membantu laju

pertumbuhan sel-sel tubuh. Zat besi secara normal berasal dari pola diet kita sehari-

hari dimana kelebihan zat besi akan disimpan oleh tubuh untuk dipergunakan apabila

berada dalam kondisi kekurangan asupan zat besi. Zat besi, tidak seperti kalsium,

100% berasal dari sumber luar dan tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh.Tubuh

yang sehat secara normal menyerap sekitar 10-15 persen zat besi yang masuk melalui

makanan meski secara relatif penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak hal. Jenis

zat besi misalnya, mempengaruhi proses penyerapan tubuh.

Page 189: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

165

Heme-iron lebih mudah diserap tubuh (berkisar hingga 35% penyerapan ) dan

penyerapan ini tidak terlalu dipengaruh oleh nutrisi-nutrisi lain yang masuk

bersamaan. Sedangkan untuk non-heme penyerapannya berkisar di angka 2-20 persen

saja dan bisa dipengaruhi oleh zat nutrisi lain seperti tanin (zat yang khusus dimiliki

oleh daun teh), kalsium, pholipenolamin, dan beberapa protein dari kedelai yang

kesemuanya dapat menurunkan angka penyerapan zat besi secara signifikan.

Mengkonsumsi non-hemeiron berbarengan dengan vitamin C atau daging merah akan

meningkatkan angka absorpsi zat besi.Faktor lain yang dapat mempengaruhi

penyerapan adalah jumlah zat besi yang tersimpan dalam tubuh. Semakin banyak

simpanan zat besi, tubuh akan memperlambat atau mengurangi penyerapan zat besi

secara sistematis.

Dapat disimpulkan, secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan.

Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit

anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Zat besi

asupan berasal dari dua bentuk: zat besi heme dan non-heme. Zat besi heme hanya

ditemukan di dalam daging hewan, karena itu berasal dari hemoglobin dan mioglobin

di dalam jaringan-jaringan tubuh hewan. Zat besi non-heme itu ditemukan di dalam

makanan tumbuhan dan produk dairy. Oleh karena itu pentingnya meningkatkan

konsumsi zat besi baik dari segi kuantitas maupun kualitas terutama sumber zat besi

heme bagi siswi yang belum tercukupi asupan zat besinya khususnya pada masa-masa

pertumbuhan dan pada saat menstruasi.

Page 190: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

166

6.6.2 Hubungan Frekuensi Makan dengan Anemia Pada Siswi MTs Ciwandan

6.6.2.1 Hubungan Frekuensi Makan dalam Sehari dengan Anemia Pada Siswi MTs

Ciwandan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan frekuensi

makan dalam sehari baik atau makan dalam sehari ≥ 3 kali sehari (87%) lebih banyak

dari pada responden dengan frekuensi makan dalam sehari kurang atau < 3 kali sehari

(13%). Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden

dengan frekuensi makan dalam sehari kurang (87,5%) daripada responden dengan

frekuensi makan dalam sehari baik (22,4%). Sedangkan responden yang tidak

berstatus anemia defisiensi besi (normal) lebih sedikit pada responden dengan

frekuensi makan dalam sehari kurang (12,5%) daripada responden dengan frekuensi

makan dalam sehari kurangbaik (77,6%).

Berdasarkan asupan energi, protein, vitamin C dan Fe masih banyak yang

belum mencukupi AKG. Hal ini berarti, pola konsumsi siswi terpusat pada kualitas

bukan pada kuantitasnya. Berdasaarkan Food Record didapatkan siswi yang

mengkonsumsi makanan Fast Food dan kudapan lebih banyak dari pada siswi yang

mengkonsumsi makanan yang bergizi. Makanan Fast Food dan kudapan adalah

makanan tinggi kalori namun sedikit mengandung vitamin dan mineral yang

dibutuhkan oleh tubuh. Makanan Fast Food yang paling banyak di gemari adalah mie

instan dan mie ayam, sedangkan makanan kudapan yang paling di gemari adalah

gorengan, siomay, batagor.

Page 191: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

167

Khomsan (2003) mengatakan bahwa frekuensi makan yang baik adalah 3 kali

dalam sehari, ini berarti bahwa sarapan pagi hendaknya jangan ditinggalkan. Agar

stamina siswa tetap fit selama mengikuti kegiatan sekolah maupun ekstrakulikuler,

maka sarana utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi.

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi makan dalam sehari dengan kejadian anemia remaja putri. Berdasarkan

perhitungan risk estimate diperoleh OR=24.208 (114.019-5.140). Hal ini

menunjukkan bahwa remaja putri dengan frekuensi makan dalam sehari kurang

memiliki risiko 24 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia. Pengaruh

frekuensi makan dalam sehari terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam penelitian

Adriana (2010) yaitu hasil uji statistik didapat p=0.452 (>0.05) yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan

kejadian anemia dan penelitian. Namun dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR

(konsumsi <3 kali sehari/konsumsi 3 kali sehari) = 1,729, artinya remaja putri dengan

frekuensi makan <3 kali sehari mempunyai peluang 1,729 kali untuk menderita

anemia dibanding dengan remaja putri yang frekuensi makannya 3 kali sehari.

Adriana (2010) menyatakan bahwa frekuensi makan sangat erat kaitannya

dengan asupan zat gizi, semakin banyak makan maka asupan zat gizi akan lebih baik.

Dalam penelitian ini ada 157 (62.8%) responden dari 250 siswi memiliki frekuensi

makan tidak baik. Frekuensi makan berdampak pada kinerja siswa dalam beraktivitas

yakni terutama kegiatan belajar. Jika frekuensi makan kurang, maka asupan zat gizi

pun berkurang dan apabila asupan gizi kurang maka tubuh akan kekurangan asupan

Page 192: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

168

energi sebagai sumber tenaga bagi tubuh terutama otak. Akhirnya tubuh akan merasa

lemas, tidak bersemangat dan sulit dalam menangkap pelajaran.

Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan

siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan di antara makan pagi dan

makan siang, antara makan siang dan makan malam ataupun setelah makan malam.

Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Khomsan 2003 dalam Phujiyanti (2004).

Frekuensi makan sangat erat kaitannya dengan asupan zat gizi, semakin banyak

frekuensi makan maka akan semakin baik asupan gizinya. Sedangkan menurut

(Niklas, Tom, Karen & Gerald 2001 dalam Phujiyanti, 2004) Frekuensi makan yang

ideal adalah 3 kali dalam sehari. Sebagaimana menurut beberapa kajian, frekuensi

makan yang baik adalah tiga kali sehari. Orang dewasa dengan pola makan yang

teratur mempunyai kecenderungan lebih langsing dan sehat dibanding orang yang

makan secara tidak teratur (skipping meal).

Diantara waktu makan yang paling penting namun sering ditinggalkan oleh

kebanyakan anak sekolah adalah sarapan pagi. Sarapan pagi bermanfaat bagi

kesehatan tubuh kita semuanya. Pagi hari adalah keadaan dimana manusia pada

umumnya akan mengerjakan segala aktifitas sehari-harinya. Baik itu aktifitas

memulai pekerjaannya, memulai aktifitas belajar, kuliah dan lain sebagainya. Untuk

itulah perlunya kita bersama mengerti dan memahami akan pentingnya sarapan pagi

bagi kita manusia.

Page 193: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

169

Dalam hal ini membiasakan makan sarapan di pagi hari akan sedikit banyak

memberikan dan juga membantu dalam hal kontribusi yang cukup besar untuk

mensuplai nutrisi gizi bagi tubuh. Apalagi bagi otak kita manusia contoh salah

satunya, sesudah tidur malam selama 8 sampai 10 jam. Dan sarapan ini akan dapat

mengisi kembali keperluan nutrisi yang habis sewaktu menjalankan rutinitas istirahat

tidur malam kita. Untuk itu kita juga membutuhkan akanmenu sarapan sehat yang

bisa menunjang akan aktifitas kita sehari-hari. Mungkin tak banyak orang menyadari,

bahwa sebenarnya sarapan adalah merupakan bagian dan juga salah satu rahasia

dalam rangka untuk menjaga kesehatan. Tak peduli seberapa sibuknya kita, maka

penting bagi kita semuanya untuk mengisi bahan bakar untuk tubuh sehingga energi

tenaga mental kita akan terpenuhi sepanjang hari.

Siswa yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung

sehingga kadar gula darah menurun yang merupakan energi utama bagi otak. Dampak

negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti rasa pusing,

badan gemetar atau rasa lelah. Dalam kondisi seperti ini siswa akan mengalami

kesulitan untuk menerima pelajaran dengan baik, gairah belajar, dan kecepatan reaksi

juga akan menurun yang akhirnya berdampak pada prestasi belajar menurun. Oleh

karena itu, kegiatan sarapan pagi hendaknya diperhatikan kuantitas dan kualitas

makanan yang akan dikonsumsi.

Dapat disimpulkan, kita harus memperhatikan jenis makanan yang kita

makan, selain itu porsi makanan setiap kali makan juga penting untuk diperhatikan

agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan zat gizi. Jumlah atau porsi merupakan

Page 194: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

170

suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam

mengkonsumsi makanan haruslah seimbang dengan kebutuhan remaja/dewasa yang

di sesuaikan dengan umur. Oleh karena itu, sebaiknya siswi meningkatkan frekuensi

makan dan jumlah prosi makanan dari jenis karbohidrat, protein hewani, protein

nabati dan buah-buahan.

6.6.2.2 Hubungan Frekuensi Makan Sumber Heme dengan Anemia Pada Siswi MTs

Ciwandan.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan frekuensi

makan sumber heme baik atau makan sumber heme ≥ 2 kali sehari (76,4%) lebih

banyak dari pada responden dengan frekuensi makan sumber heme kurang atau < 2

kali sehari (23,6%). Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak

pada responden dengan frekuensi makan dalam sehari kurang (86,2%) daripada

responden dengan frekuensi makan sumber heme baik (13,8%). Sedangkan responden

yang tidak berstatus anemia defisiensi besi (normal) lebih sedikit pada responden

dengan frekuensi makan sumber heme kurang (13,8%) daripada responden dengan

frekuensi makan sumber heme kurang baik (86,2%).

Berdasarkan jenis ketersediaan zat besi di dalam bahan makanan, dikenal dua

jenis yaitu besi heme dan non heme. Besi non heme merupakan sumber utama zat besi

dalam makanan dan terdapat dalam semua jenis sayuran hijau, seperti kentang,

kacang-kacangan dan sebagian dalam makanan hewani. Zat besi yang berasal dari

bahan makanan hewani (zat besi heme) mempunyai tingkat absorpsi 20-30 %, besi

Page 195: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

171

heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak tergantung dengan zat makanan

lainnya. Karena zat besi heme memiliki bentuk Ferro sehingga lebih mudah di serap

di usus halus. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh

kadar ferritin yang terdapat di dalam sel-sel mukosa usus.

Dari hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi makan sumber heme dengan kejadian anemia remaja putri. Nilai OR

sebesar 38.942 yang artinya adalah siswi dengan frekuensi makan sumber heme yang

kurang memiliki resiko anemia 38 kali lebih besar dibandingkan siswi dengan

frekuensi makan dalam sehari baik.

Pengaruh frekuensi makan sumber heme terhadap kejadian anemia dibuktikan

dalam penelitian (Purnama, 2001 dalam Husnah 2014) pada siswi SMA 2 Semarang

ditemukan hasil setiap peningkatan persen asupan zat besi sebesar 1% akan

meningkatkan kadar hemoglobin 0,001 g/dl dengan p= 0,014, artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara kadar Hb dengan konsumsi Fe. Hal ini terjadi karena

zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani (zat besi heme) mempunyai tingkat

absorpsi 20-30 %, besi heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak

tergantung dengan zat makanan lainnya. Karena zat besi heme memiliki bentuk Ferro

sehingga lebih mudah di serap di usus halus.

Menurut Almatsier (2001) diperkirakan hanya 5-15 persen besi makanan

diabsorpsi seseorang yang berstatus besi baik. Jika dalam keadaan defisiensi besi,

absorpsi dapat mencapai 50 persen. Faktor bentuk besi berpengaruh terhadap absorpsi

besi. Besi heme yang terdapat dalam pangan hewani dapat diserap dua kali lipat

Page 196: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

172

daripada besi nonheme. Oleh karena itu kurangnya konsumsi pangan sumber heme

dapat mempengaruhi penyerapan zat besi.

Salah satu makanan sumber besi Heme adalah berasal dari produk hewani

yaitu telur. Pengaruh konsumsi telur terhadap status anemia dibuktikan dalam

penelitian Arumsari (2008). Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi telur ayam dan telur

bebek dengan status anemia contoh dengan nilai korelasi yang negatif (p<0.1). Hal ini

memperlihatkan bahwa semakin jarang telur ayam dan telur bebek dikonsumsi maka

kecenderungan menderita anemia akan semakin kecil. Telur merupakan sumber zat

besi heme mempunyai nilai biologik tinggi dengan tingkat absorpsi 20-30% artinya

telur merupakan sumber zat besi yang mudah diserap oleh usus halus.

Sebagaimana yang dijelaskan Brooker (2001) menjelaskan besi heme yaitu

besi yang berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang hanya terdapat dalam bahan

makanan hewani seperti daging, ikan dan unggas. Bioavailabiltas besi heme ini sangat

tinggi yaitu 20- 30% atau lebih dapat diabsorpsi. Derajat absorpsi besi heme ini

hampir tidak dipengaruhi oleh susunan menu atau diet makanan, dan hanya sedikit

dipengaruhi oleh status besi orang yang mengkonsumsinya. Besi non heme terdapat

pada makanan nabati seperti sayur dan buah-buahan. Bioavailabilitas non heme iron

dipengaruhi oleh keberadaan senyawa inhibitor (phythate, tannin, dll).

Pada kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10 % dari Fe yang terdapat di dalam

makanan diserap ke dalam mukosa usus, tetapi dalam kondisi defisiensi lebih, banyak

Fe dapat diserap untuk menutupi kekurang zat tersebut. Diperkirakan hanya 5-5%

Page 197: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

173

besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status baik. Dalam

keadaan defisiensi besi, absorbsi dapat mencapai 50%.

Berdasarkan referensi diatas dapat disimpulkan, Jika tubuh memiliki

simpanan zat besi yang cukup, tubuh hanya menyerap 5-15% zat besi dari makanan

sedangkan apabila tubuh defisiensi besi, absorpsi besi hingga 50%. Oleh karena itu,

perlu adanya makanan sumber protein hewani didalam menu sehari untuk memenuhi

kebutuhan besi pada tubuh sebagai aktivitas metebolisme tubuh. PUGS

menganjurkan 2-3 porsi sehari.

6.6.6.3 Hubungan Frekuensi Makan Sumber Non Heme dengan Anemia Pada Siswi

MTs Ciwandan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan frekuensi

makan sumber non heme baik atau makan sumber non heme ≥ 3 kali sehari (68,3%)

lebih banyak dari pada responden dengan frekuensi makan sumber non heme kurang

atau < 3 kali sehari (31,7%). Responden yang berstatus anemia defisiensi besi lebih

banyak pada responden dengan frekuensi makan sumber non heme (97,4%) daripada

responden dengan frekuensi makan sumber non heme baik (0%). Sedangkan

responden yang tidak berstatus anemia defisiensi besi (normal) lebih sedikit pada

responden dengan frekuensi makan sumber non heme kurang (2,6%) daripada

responden dengan frekuensi makan sumber non heme baik (100%).

Menurut Farida (2007) yang menyatakan bahwa penyerapan zat besi non

heme hanya 10-15 % dan akan semakin meningkat ketika kebutuhan tubuh akan zat

Page 198: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

174

besi juga semakin meningkat. Jika suplai zat besi dari makanan telah habis terserap

maka proses penyerapan zat besi akan berhenti . Zat besi non heme lebih sulit diserap

dan penyerapannya sangat tergantung pada zat makanan lainnya baik secara positif

maupun negatif (Farida, 2007).

Jumlah besi dari sumber besi non heme umumnya relatif tinggi dibandingkan

dengan zat besi heme. Walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa

diserap dengan baik oleh usus. Pada umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan

mempunyai ketersediaan biologik tinggi, dan besi di dalam sebagian kacang-

kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, sedangkan besi di dalam

sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi.

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi makan sumber non heme dengan kejadian anemia remaja putri. Nilai OR

sebesar 39.000 yang artinya adalah siswi dengan frekuensi makan sumber non heme

yang kurang memiliki resiko anemia 39 kali lebih besar dibandingkan siswi dengan

frekuensi makan dalam sehari baik.

Pengaruh frekuensi makan sumber non heme terhadap kejadian anemia

dibuktikan dalam penelitian Arumsari (2007), hasil analisis korelasi Spearman

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi

sayuran waluh dan sawi dengan status anemia contoh dengan nilai korelasi yang

negatif (p<0.1). Arumsari (2007) mengatakan bahwa besi dalam makanan terdapat

dalam bentuk besi heme (dalam makanan hewani) dan besi nonheme (dalam makanan

nabati). Sumber besi nonheme yang baik diantaranya adalah lauk nabati meliputi

Page 199: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

175

tempe, tahu, dan kacang-kacangan (kacang tanah dan kacang hijau). Asam fitat yang

terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya dapat menghambat penyerapan besi.

Namun karena zat besi yang terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya cukup

tinggi, hasil akhir terhadap penyerapan besipun biasanya akan positif.

Hal ini juga dikemukakan oleh Husnah, dkk (2014) bahwa absorpsi sayuran

daun hijau dan biji-bijian cukup rendah yaitu sekitar 12%. Walaupun sumber nabati

(sereal dan sayuran) banyak mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti Fe.

Namun, ada zat yang disebut asam fitat dan asam oksalat yang terkandung dalam

sayuran yang dapat mengikat zat besi dan mengurangi penyerapannya. (Husnah dkk,

2014).

Absorpsi besi juga tergantung pada jumlah bahan makanan yang menghambat

dan meningkatkan absorpsi, sehingga absorpsi besi dari makanan yang dikonsumsi

sehari-hari harus bervariasi. Zat besi yang ditemukan pada kacang-kacangan, bayam

dan sayuran lain merupakan zat besi Non-Heme, yang lebih sulit diserap oleh tubuh

karena harus melewati proses yang rumit. Bayam sebenarnya memiliki kandungan

zat besi yang cukup tinggi. Namun di sisi lain, bayam mengandung asam fitat yang

justru menghambat penyerapan zat besi, sehingga berapapun bayam yang dikonsumsi

kebutuhan zat besi kadang-kadang tetap sulit dipenuhi.

Faktor lain yang sering menghambat penyerapan zat besi dari makanan adalah

kalsium. Karena itu jika ingin penyerapan zat besinya maksimal, mengkonsumsi

daging merah, sayur maupun telur tidak dikonsumsi bersamaan dengan susu atau

suplemen kalsium. Kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi. Asam fitat yang

Page 200: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

176

terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya juga dapat menghambat penyerapan

besi. Namun karena zat besi yang terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya

cukup tinggi, hasil penyerapannya masih dapat mencukupi kecukupan zat besi.

Sumber besi non heme dapat ditingkatkan oleh zat gizi peningkat absorpsi Fe.

Zat gizi yang dapat meningkatkan penyerapan besi adalah vitamin C. Kehadiran

Vitamin C akan meningkatkan penyerapan zat besi non heme dan zat besi heme yang

terdapat dalam daging, unggas, dan ikan serta makanan hasil laut, dapat

meningkatkan penyerapan zat besi non heme. Sedangkan yang berperan negatif dalam

penyerapan zat besi adalah tannin dalam teh, phosvitin dalam kuning telur, protein

kedelai, phytat,fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan, sehingga saat sedang

mengkonsumsi suplemen zat besi, minum jus jeruk lebih dianjurkan daripada minum

susu.

Berdasarkan referensi diatas, pentingnya mengimbangi konsumsi makanan

sumber vitamin C dari buah-buahan untuk meningkatkan penyerapan besi non heme

dan sebaiknya penuhi kebutuhan zat gizi dari sumber makanan sehari-hari dari pada

dengan minum suplemen. Dalam hal ini dibutuhkan keanekaragaman sumber

makanan dalam menu sehari agar zat gizi lain saling melengkapi.

6.6.6.4 Hubungan Frekuensi Makan Peningkat Absorpsi Fe dengan Anemia Pada

Siswi MTs Ciwandan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan frekuensi

makan peningkat absorpsi Fe baik atau makan peningkat absorpsi Fe ≥ 7 kali

Page 201: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

177

seminggu (66,7%) lebih banyak dari pada responden dengan frekuensi makan

peningkat absorpsi Fe kurang atau < 7 kali seminggu (33,3%). Responden yang

berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden dengan frekuensi

makan peningkat absorpsi Fe kurang (97,4%) daripada responden dengan frekuensi

makan peningkat absorpsi Fe baik (0%). Sedangkan responden yang tidak berstatus

anemia defisiensi besi (normal) lebih sedikit pada responden dengan frekuensi makan

peningkat absorpsi Fe kurang (2,6%) daripada responden dengan frekuensi makan

peningkat absorpsi Fe baik (100%).

Zat besi nonheme yang berasal dari sayuran umumnya berbentuk senyawa

inorganik Ferri (Fe3+). Sebelum diserap oleh usus, ini harus diubah dahulu menjadi

bentuk Ferro ( Fe2+ ) . Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor -

faktor endogenus, seperti enzim "pepsin-HCl", dan komponen zat gizi yang berasal

dari makanan seperti vitamin C dengan gugus –SH (sulfidril) (Derman dkk 1980).

Vitamin C yang terdapat dalam buah-buahan (jeruk, jambu, nanas, mangga,

kiwi dan sebagainya) dapat membantu penyerapan besi. Selain itu, konsumsi

makanan sumber heme juga dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.

Semakin kurang konsumsi makanan sumber heme dan vitamin C, maka akan semakin

beresiko terkena anemia karena sumber non heme hanya 10% diserap dalam tubuh.

Oleh karena itu jika hanya mengandalkan mengkonsumsi makanan sumber non heme

saja, asupan zat besi masih belum mencukupi kebutuhan, maka perlu mengimbangi

konsumsi sumber vitamin C dari buah-buahan untuk meningkatkan penyerapan besi.

Page 202: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

178

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi makan peningkat absorpsi Fe dengan kejadian anemia remaja putri. Nilai

OR sebesar 39.000 yang artinya adalah siswi dengan frekuensi makan peningkat

absorpsi Fe yang kurang memiliki resiko anemia 39 kali lebih besar dibandingkan

siswi dengan frekuensi makan peningkat absorpsi Fe baik.

Pengaruh frekuensi makan peningkat absorpsi Fe terhadap kejadian anemia

dibuktikan dalam penelitian Arumsari (2007), Hasil analisis korelasi

Spearmanmenunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi

konsumsi buah buahan dengan status anemia contoh (p < 0.1) yaitu pada konsumsi

pepaya. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin jarang pepaya dikonsumsi maka

kecenderungan menderita anemia akan semakin kecil. Hal ini diduga karena

walaupun pepaya kaya akan vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat besi,

namun apabila pepaya dikonsumsi bersamaan dengan bahan pangan lain yang dapat

menghambat penyerapan besi seperti asam oksalat atau tanin maka pengaruh

akhirnya dapat negatif.

Perjalanan vitamin C dalam membantu absorpsi lebih lengkap pun dijelaskan

oleh (Adriani dan Wirjatmadi, 2012) mengatakan bahwa Vitamin C merupakan unsur

esensial yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah.

Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk

membebaskan besi bila diperlukan. Adanya vitamin C dalam makanan yang

dikonsumsi akan memberikan suasana asam sehingga memudahkan reduksi zat besi

Page 203: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

179

ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap usus halus. Absorpsi zat besi dalam

bentuk non heme meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C.

Zat besi dengan vitamin C membentuk askorbat besi kompleks yang larut dan

mudah diserap oleh organ-organ pada tubuh manusia. Pengubahan zat besi nonheme

dalam bentuk senyawa inorganik Ferri ( Fe3+) menjadi Ferro ( Fe2+ ) akan semakin

besar bila pH di dalam lambung semakin asam. Yang dimana vitamin C dapat

menambah keasaman sehingga dapat membantu penyerapan zat besi dari sayuran di

dalam lambung. Kehadiran vitamin C ini dapat meningkatkan penyerapan zat besi

sebanyak 30 persen (Soendoro, 1981).

. Besi yang akan di serap bergabung dahulu dengan protein (apoprotein) yang

terdapat dalam dinding usus, sehingga terbentuklah feritin dan masih dalam plasma

darah. Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan

transferitin. Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk bergabung

membentuk hemoglobin (Soendoro, 1981 dan Winarno 1984).

Sayuran dan buah-buahan banyak mengandung vitamin C. Kadar vitamin C

dalam tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: semakin tipis bagian

tumbuhan, semakin tinggi kandungan vitamin C-nya; semakin matang buah, semakin

tinggi kandungan vitamin C-nya. Hal sebaliknya terjadi pada kelompok kacang-

kacangan, kandungan vitamin C akan semakin turun bila kacang bertambah matang.

Semakin lama makanan disimpan, kadar vitamin C akan semakin turun, tetapi hal ini

dapat diperlambat bila disimpan di kulkas dengan kelembaban tinggi dan

meminimalkan kontak dengan udara. Demikian juga musim, kondisi tanah,

Page 204: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

180

pertumbuhan, proses pemanenan, dan penyimpanan mempengaruhi kandungan

vitamin C (Soendoro, 1981)

Berdasarkan dari berbagai referensi diatas dapat disimpulkan, Pangan yang

mengandung protein hewani dan MFP factors (Meat Fish Product) seperti daging,

ayam, dan ikan dapat meningkatkan penyerapan zat besi karena mengandung besi

heme yang mudah diserap tubuh. Vitamin C yang terdapat dalam buah-buahan (jeruk,

jambu, nanas, mangga, kiwi dan sebagainya) juga sangat membantu penyerapan besi.

Oleh karena itu, siswi perlu menghadirkan protein hewani dalam menu sehari (2-3

porsi sehari) dan apabila mengkonsumsi sumber nabati sangat dianjurkan memakan

makanan sumber vitamin C dari buah-buahan (2-3 porsi sehari). Asam organik seperti

vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi nonheme dengan cara mengubah besi

bentuk feri menjadi bentuk fero yang lebih mudah diserap.

6.6.6.5 Hubungan Frekuensi Makan Penghambat Absorpsi Fe dengan Anemia Pada

Siswi MTs Ciwandan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa reponden dengan frekuensi

makan penghambat absorpsi Fe baik atau makan penghambat absorpsi Fe ≥ 7 kali

seminggu (68,3%) lebih banyak dari pada responden dengan frekuensi makan

penghambat absorpsi Fe kurang atau <7 kali seminggu (31,7%). Responden yang

berstatus anemia defisiensi besi lebih banyak pada responden dengan frekuensi

makan penghambat absorpsi Fe kurang (66,7%) daripada responden dengan frekuensi

makan penghambat absorpsi Fe baik (14,3%). Sedangkan responden yang tidak

Page 205: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

181

berstatus anemia defisiensi besi (normal) lebih sedikit pada responden dengan

frekuensi makan penghambat absorpsi Fe kurang (33,3%) daripada responden dengan

frekuensi makan penghambat absorpsi Fe baik (85,7%).

Taraf gizi besi seseorang juga akan mempengaruhi absorbsi zat besi, semakin

tingginya kebutuhan akan zat besi maka, akan semakin besar tingkat absorbsinya.

Misalnya : pada masa pertumbuhan (remaja), pada masa hamil, penderita anemia dan

infeksi atau infeksi kecacingan. Seseorang dikatakan anemia disebabkan kekurangan

zat besi secara terus menerus. Penyebab kekurangan zat besi adalah kurangnya

konsumsi makanan sumber zat besi dan kebiasan mengkonsumsi makanan sumber zat

penghambat penyerapan zat besi.

Linder (1989) mengatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi

absorpsi zat besi diantaranya adalah tanin yang terdapat dalam teh dan daun-daun

sayuran tertentu yang dapat menurunkan absorpsi zat besi. Menurut muhilal (1983)

penyerapan zat besi oleh teh dapat menyebabkan banyaknya besi yang diserap turun

sampai menjadi 2%, sedangkan penyerapan tanpa penghambatan teh sekitar 12%

(Leginem, 2002).

Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi makan penghambat absorpsi Fe dengan kejadian anemia remaja putri. Nilai

OR sebesar 12 yang artinya adalah siswi dengan frekuensi makan penghambat

absorpsi Fe yang rendah memiliki resiko anemia 39 kali lebih besar dibandingkan

siswi dengan frekuensi makan dalam sehari baik.

Page 206: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

182

Pengaruh frekuensi penghambat absorpsi Fe terhadap kejadian anemia

dibuktikan dalam penelitian Amaliah (2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pola konsumsi sumber penghambat penyerapan Fe dengan status

anemia remaja putri. Dari 58 responden yang mengalami anemia ada 22 (23.2%)

yang mengkonsumsi teh lebih dari 7 kali per minggu. Hal ini terjadi karena tanin

diketahui membentuk ikatan larut dengan molekul besi non-heme dan dengan

demikian mencegah penyerapan besi non-heme dalam tubuh. Sehingga, konsumsi

berlebihan tanin yang terdapat dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi non-

heme dalam tubuh dan dengan demikian memicu kekurangan zat besi.

Mereka yang minum teh di antara waktu makan atau segera setelah makan,

biasanya memiliki kadar besi rendah. Selain tanin, zat lain seperti protein kedelai,

kalsium, polifenol yang terdapat dalam kacang-kacangan dan biji-bijian (deda,

gandum, jagung dan sereal lainnya) juga dapat menghambat proses penyerapan zat

besi dalam tubuh. Sebagaimana yang dijelaskan Groff & Gropper (2000) dalam Puri

(2007), senyawa fenol dalam teh yang dikonsumsi bersama dengan pangan sumber

zat besi dapat menurunkan absorpsi besi hingga 60 persen, sedangkan konsumsi kopi

setelah makan dapat menurunkan absorpsi besi hingga 40 persen.

Menurunnya jumlah besi yang diabsorpsi akan menurunkan cadangan besi di

dalam tubuh. Mengkonsumsi konsumsi teh dan kopi pada dasarnya tidak dilarang

karena sejatinya teh mengandung antioksidan yang baik utnuk tubuh, namun yang

perlu diperhatikan adalah jarak waktu makan dengan minum kopi atau teh misalnya

sekitar 1 jam setelah makan. Hal ini dapat memberikan kesempatan terlebih dahulu

Page 207: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

183

pada usus untuk menyerap Fe dalam makanan yang kita makan. Seperti halnya yang

diterangkan Guthrie (1989) bahwa konsumsi kopi atau teh satu jam setelah makan

akan menurunkan absorpsi zat besi sampai 40% untuk kopi dan 85% untuk teh karena

terdapat suatu zat polyphenol seperti tanin yang terdapat pada teh.

Faktor penghambat penyerapan Fe bukanlah hanya seputar pada teh dan kopi

yang mengandung zat tanin saja, namun banyak sekali zat-zat yang dapat

menghambat penyerapan Fe meliputi phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai,

phytat, asam folat, kalsium dan serat dalam bahan makanan, zat-zat gizi ini dengan

zat besi membentuk senyawa yang tidak larut dalam air, sehingga sulit untuk di

absorbsi. Protein nabati maupun protein hewani tidak meningkatkan absorbsi zat besi.

Tetapi bahan makanan yang disebut meat factor seperti daging, ikan dan ayam,

apabila hadir dalam menu makanan walaupun dalam jumlah yang sedikit akan

meningkatkan absorbsi zat besi bukan heme yang berasal dari serealia dan tumbuh

tumbuhan. Jadi apabila didalam menu makanan sehari-hari tidak hadir bahan

makanan tersebut di atas, maka absorbsi zat besi dari makanan akan sangat rendah,

perlu diketahui bahwa susu, keju dan telur tidak meningkatkan absorbsi zat besi.

Zat lain yang dapat menghambat absorpsi Fe adalah asam fitat. Asam fitat dan

faktor lain di dalam serat serealia dan kacang-kacangan (kedelai) dan asam oksalat di

dalam sayuran (selada, kol, kembang kol, buncis dan kacang hijau) menghambat

penyerapan besi. Mekanismenya adalah fitat dapat mengikat mineral dan protein

dalam tubuh. Protein berperan aktif dalam pengangkutan zat besi menuju sumsum

tulang untuk di produksinya sel darah merah. Sebagimana yang dijelaskan Elvira

Syamsir (2009) mengatakan asam fitat dan senyawa fitat dapat mengikat mineral

Page 208: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

184

seperti kalsium, magnesium, seng dan tembaga sehingga berpotensi mengganggu

penyerapan mineral. Selain mengikat mineral, fitat juga bisa berikatan dengan protein

sehingga menurunkan nilai cerna protein bahan.

Kandungan fitat didalam biji-bijian dan kacang-kacangan relatif tinggi. Asam

fitat dapat menyebabkan seseorang defisiensi mineral dan protein. Defisiensi terjadi

jika makanan tersebut rutin dikonsumsi sementara menu makanan tidak bervariasi

(dan sebagian besar berupa pangan serealia dan kacang-kacangan). Fitat bisa

dihidrolisis dengan bantuan asam atau enzim (indigenus atau eksogenus). Ini

sebabnya mengapa proses perkecambahan dan fermentasi (seperti pada pembuatan

tempe) bisa mereduksi kadar fitat didalam bahan

Beberapa referensi dapat disimpulkan bahwa konsumsi berlebihan teh dapat

mempengaruhi proses penyerapan zat besi non heme dalam tubuh. Tanin yang

merupakan polifenol dan terdapat dalam teh dan kopi dan beberapa jenis sayuran dan

buah juga menghambat penyerapan besi dengan cara mengikatnya. Tanin juga

diketahui membentuk ikatan larut dengan molekul besi non hemedan dengan

demikian mencegah penyerapan besi non heme dalam tubuh. Oleh karena itu,

pentingnya menghindari minum teh atau kopi setelah makan. Sebaiknya, apabila

ingin minum teh/kopi memberi jeda minimal 1 jam setelah makan.

Page 209: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

185

BAB VII

PENUTUP

7.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian didapat prevalensi anemia defisiensi besi pada

siswi MTs Ciwandan kelas VII, VIII, dan IX tahun 2014 cukup tinggi yaitu

sebesar 30,9%. Berdasarkan kategori besarnya masalah kesehatan masyarakat

yang dikeluarkan oleh WHO (2008), diketahui bahwa presentase kejadian

anemia dalam penelitian ini termasuk kedalam kategori masalah kesehatan

masyarakat sedang (20-39,9%) dan perlu dilakukan tindakan intervensi untuk

menangani masalah tersebut.

2. Responden yang berpengetahuan baik lebih banyak daripada pengetahuan

kurang dengan proporsi (51,2%), responden yang memiliki uang jajan tinggi

lebih banyak daripada yang memiliki uang jajan rendah dengan proporsi

(65%), responden yang memiliki orang tua berpendapatan rendah lebih

banyak daripada orang tua berpendapatan tinggi dengan proporsi (67,5),

responden yang memiliki orang tua berpendidikan rendah lebih banyak

daripada orang tua berpendidikan tinggi dengan proporsi (52%)

3. Responden yang memiliki pola haid normal lebih banyak daripada pola

menstruasi tidak normal dengan proporsi (52%).

Page 210: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

186

4. Responden dengan asupan energ kurang lebih banyak daripada asupan energy

baik dengan proporsi (76,4%), responden dengan asupan protein kurang baik

lebih banyak daripada asupan protein baik dengan proporsi (63,4%),

responden dengan asupan vitamin C kurang lebih banyak daripada asupan

vitamin C baik dengan proporsi (83,7%), responden dengan asupan Fe kurang

lebih banyak daripada asupan Fe baik dengan proporsi (81,3%). Responden

yang memiliki frekuensi makan dalam sehari baik lebih banyak daripada

frekuensi makan dalam sehari kurang dengan proporsi (87%), responden yang

memiliki frekuensi makan sumber heme baik lebih banyak daripada frekuensi

makan sumber heme kurang dengan proporsi (76,4%), responden yang

memiliki frekuensi makan sumber non heme baik lebih banyak daripada

frekuensi makan sumber non heme kurang dengan proporsi (68,3%),

responden yang memiliki frekuensi makan peningkat absorpsi Fe baik lebih

banyak daripada frekuensi makan peningkat absorpsi Fe kurang dengan

proporsi (66,7%), responden yang memiliki frekuensi makan penghambat

absorpsi Fe baik lebih banyak daripada frekuensi makan penghambat absorpsi

Fe kurang dengan proporsi (68,3%),

5. Variabel pengetahuan (p value = 0,002), uang jajan (p value = 0,008),

pendapatan orang tua (p value = 0,000) dan pendidikan orang tua (p value =

0,006) mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian anemia defisiensi

besi.

6. Variabel pola menstruasi mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian

anemia defisiensi besi (p value = 0,000).

Page 211: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

187

7. Variabel asupan energi (p value = 0,001), asupan protein (p value = 0,000),

asupan vitamin C (p value = 0,000) dan asupan Fe (p value = 0,011)

mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian anemia defisiensi besi.

8. Variabel frekuensi makan dalam sehari (p value = 0,000), frekuensi makan

sumber heme (p value = 0,000), frekuensi makan sumber non heme (p value =

0,000), frekuensi makan peningkat absorpsi Fe (p value = 0,000) dan

frekuensi penghambat absorpsi Fe (p value = 0,000) mempunyai hubungan

bermakna dengan kejadian anemia defisiensi besi.

7.2 SARAN

1. Bagi siswi MTs Negeri Ciwandan Cilegon

a) Sebaiknya siswa aktif untuk mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan

tentang kesehatan terutama mengenai makanan sesuai gizi yang

seimbang dan aktif mencari info tentang kesehatan dan makan

makanan gizi seimbang misalnya dari media internet.

b) Sebaiknya siswa mengkonsumsi tablet tambah darah saat menstruasi

minimal 1 kali dalam seminggu untuk menggantikan kadar Fe tubuh

yang hilang saat menstruasi dan mengimbangi dengan konsumsi

makanan bergizi (konsumsi energi, protein, vitamin C dan Fe

tercukupi) dengan mengkonsumsi makanan yang beragam dalam

menu sehari

Page 212: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

188

c) Diharapkan siswi meningkatkan konsumsi pangan sumber energi,

protein (daging, hati,ikan, dan makanan hewan lainnya serta tempe,

tahu dan protein nabati lainnya), vitamin C (sayuran dan buah-buahan)

dan zat besi (Fe).

d) Diharapkan siswi meningkatkan frekuensi makan dalam sehari dan

menghadirkan protein hewani dalam menu sehari (2-3 porsi sehari)

dan apabila mengkonsumsi sumber nabati sangat dianjurkan memakan

makanan sumber vitamin C dari buah-buahan (2-3 porsi sehari).

e) Sebaiknya siswi menghindari minum teh atau kopi setelah makan.

Sebaiknya, apabila ingin minum teh/kopi memberi jeda minimal 1 jam

setelah makan.

2. Bagi Wali Murid MTs Ciwandan Cilegon

a) Diharapkan seorang ibu menyiapkan sarapan pagi dan

membawakan bekal makan siang untuk menghindari perilaku jajan

yang tidak sehat.

b) Sebaiknya ibu berperan aktif mencari informasi mengenai

makanan sumber zat gizi yang penting untuk remaja dan cara

mengolah makanan yang baik melalui media masaa (televisi, radio,

internet dan sebagainya) atau mengikuti seminar dan penyuluhan

gizi serta informasi mengenai bahan penukar untuk menukar

sumber zat gizi dari bahan pangan yang sesuai

anggaran/pendapatan.

Page 213: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

189

c) Sebaiknya ibu berperan aktif untuk mencari masalah kesehatan

dengan bertanya kepada petugas kesehatan terdekat minimal ke

posyandu dan puskemas baik mengenai tumbuh kembang anak,

makanan bergizi yang baik untuk anak sesuai usianya dan masalah

kesehatan lainnya untuk putera putrinya.

d) Sebaiknya ibu menyiapkan beraneka ragam makanan dalam menu

sehari agar asupan gizi (energi, protein, vitamin C dan Fe)

terpenuhi untuk putra dan putrinya.

3. Bagi Sekolah MTs Negeri Ciwandan Cilegon

a) Revitalisasi kegiatan UKS dan PMR untuk penjaringan siswi yang

mempunyai masalah kesehatan serta pengadaan kegiatan edukasi

kesehatan terutama edukasi gizi.

b) Disarankan pihak sekolah mengadakan pelatihan dan bimbingan

konseling kepada guru UKS dan pembimbing PMR mengenai anemia

dan gizi.

c) Disarankan pihak sekolah melalui guru UKS dan pembimbing PMR

berkoordinasi dengan pihak puskesmas (pelayanan kesehatan terdekat)

untuk diadakannya pemeriksaan kadar Hb baik secara rutin (setahun

sekali) maupun pada momen tertentu.

4. Peneliti lain

a) Agar dapat menjelaskan dengan tepat faktor-faktor yang berhubungan

dengan anemia, perlu adanya faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam

Page 214: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

190

penelitian ini karena keterbatasan kemampuan peneliti seperti, penyakit

infeksi yang di derita (co: malaria), faktor perdarahan lain seperti

kecelakaan, dan aktifitas fisik.

b) Agar diketahui faktor-faktor yang bersinergi dan faktor yang paling

dominan mempengaruhi anemia, perlu adanya analisis multivariat dalam

penelitian selanjutnya.

Page 215: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

191

Page 216: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

DAFTAR PUSTAKA

A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. PenerbitBuku Kedokteran EGC, Jakarta 2005: 221, 295

Abdulmuthalib, 2009. Kelainan Hematologik. Dalam: Saifuddin, A. B.,Rachimhadhi,T. Wiknjosastro, G.H., penyunting. Ilmu Kebidanan SarwonoPrawirohardjo Ed. 4, Cet. 2 Jakarta : PT Bina Pustaka

Adriaansz G. 2008. Asuhan Antenatal. Dalam: Prawiharjo S. Ilmu Kebidanan. Edisike-4.Jakarta: Bagian Obstetri dan Gineko logi FKUI.ngaruhi kejadian anemiagizi

Aditian, Nari. Faktor-faktor yang memperwmaja putrid SMP 133 di Pulau PramukaKepulauan Seribu tahun 2009. Skripsi FKM UI. Depok.

Adhisti,AP ; Puruhita,N. 2011. Hubungan Status Antropometri dan Asupan Gizidengan Kadar HB dan Ferritin Remaja Putri, Skripsi. Fakultas KedokteranUNDIP. Semarang

Agus ZAN. Pengaruh Vitamin C Terhadap Absorpsi Zat Besi pada Ibu HamilPenderita Anemia. In : MEDIKA Jurnal Kedokteran dan Farmasi. Vol. XXX;2004.p. 496 – 499.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Allen, Lindsay H and Stuart R. Gillespie. 2001. What sorks? A review of the Efficacy

And Effectiveness of Nutrition Interventions. AAC/SCN: Geneva inCollaboration with The Asian Development Bank, Manila.

Amaliah, Lili. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Anemia pada Remaja Putri Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Serang tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Amrihati, Titi, 2002, Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status AnemiaMahasiswi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Jakarta II, ProgramPascasarjana, Program Studi Kesehatan Masyarakat: Depok,

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Perana Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Adriana. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Remaja Putri diMadrasah Aliyah Negeri 2 Bogor Tahun 2010 [Skripsi]. Jakarta: UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010.

Angeles-Agdeppa I, Schultink W, Sastroamidjojo S, Gross R, and Karyadi D. Weeklymicronutrient supplementation to buid iron stores in female Indonesianadolescents. Am Clin Nutr 1997; 66: 177-83.

Anggrani M. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan AnemiaDengan Kejadian Anemia Pada ibu Hamil Di Puskesmas Parung PanjangKabupaten Bogor Jawa Barat. http:// library. esaunggul. ac.id/ opac/ files/S00000 3215.pdf. Diakses 29 Maret 2014.

Page 217: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Ariyanti, Mayfa, 2005, Faktor-faktor yang berhubungan Kebiasaan SarapanPagi pada Anak Sekolah Dasar di SDN Limus Nunggal III KecamatanCileungsi, Depok: FKM UI

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku KedokteranEGC: Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bineka CiptaAriawan, iwan. 1998. Besar dan Metode pada Sampel Penelitian Kesehatan.Depok:

JurusanArifin, Siregar. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Sumatra Utara: Universitas Sumatra UtaraArifin, M & Sudaryanto, T 1991, Pola Konsumsi Makanan Pokok, Konsumsi Energi

dan Protein di Pedesaan Jawa Tengah, Berita Pergizi Pangan, vol. 8.Arifin, Sri Utami, dkk. 2013. Hubungan ASupan Zat Gizi dengan Kejadian Anemia

pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.JurnalKeperawatan Vol.1

Alsuhendra. 2002. Makan Nasi Jangan Minum Teh. mahasiswa Program Studi

Pangan PascasarjanaIPB/INTISARI)

http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1020739016,95399

Apriadji, 1986, Gizi Keluarga, Penebar Swadaya, Jakarta, pp.8

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Bakta IM. 2006. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. In : Sudoyo AW, BambangSetiyohadi,Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, editors. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam. edisi IV, jilid II. Jakarta Pusat: Pusat PenerbitanIlmu Penyakit Dalam FK UI: p.622-623.

Barokah, Nurul. 2005. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status AnemiaDefisiensi Besi Pada Remaja Putri Kelas VII Dan VIII SMP MuhammadiyahTangerang Selatan Tahun 2010. Skripsi. Program Studi KesehatanMasyarakat. Fakultas Kesehatan Dan Ilmu Kedokteran. Uuniversitas IslamNegeri Syarif Hidayatulloh: Jakarta.

Berg, A. et al, 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. CV Rajawali,Jakarta

Besral, Lia Meilianingsih, Junaiti Saliar. 2007. Pengaruh Minum The terhadapKejadian Anemia pada Usila di Kota Bandung. MAKARA, Kesehatan, Vol.11, No. 1. Juni 2007

Bhargava, A. et al., 2001. Dietary Intakes and Socioeconomic Factors are Associatedwith The Hemoglobin Concentration of Bangladesh Women. Am J Clin Nutr,vol 131, p:758-764.

Brabin. 1992. Parasitic infections in women and their consequences. Am J Clin Nutr;55: 955-8.

Brabin and Brabin. Parasitic infections in women and their consequences. Am J ClinNutr 1992; 55: 955-8.

Page 218: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Brown, Judith E. et al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle (2nd ed). Wadsworth:USA.

Brooker C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.Cao G, Sofic E, dan Prior R. Antioxidant capacity of tea and common vegetables.

Journal of Agree Food Chem,1996 (44):3426-3431Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaDepkes RI, 1996. Pencegahan dan Pengembangan Pendarahan. Jakarta.Departemen Kesehatan RI. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk

Remaja dan Wanita Usia Subur. Depkes RI: Jakarta.Depkes RI.1999. Pedoman Pemberian Tablet Besi, Folat dan Sirup Besi Bagi

Petugas. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan MasyarakatDirektorat Bina Gizi Masyarakat; 1999

Departemen Kesehatan RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi untukRemaja Putri dan WUS. Depkes RI: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Gizi dalam angka. Direktorat Jendral BinaKesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Depkes RI. 2008. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada WUS. Jakarta: DitjenGizi

Dinkes Kota Cilegon.2012.Laporan Program Kegiatan Kesehatan Remaja Tahun2012. Cilegon: Dinkes Kota Cilegon.

De Maeyer.E.M. 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Jenewa; World Health Organization.

DiMeglio G. 2000. Nutrition in Adolescence.Journal of the American Academy ofPediatrics.

Dessypris E.N. 1999. Erythropoiesis. In: G.R. Lee, J. Foerster, J. Lukens, et al,editors : Wintrobe’s Clinical Hematology.10th edition.Volume1A.Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Farida, Ida, 2007, Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di kecamatanGebog Kabupaten Kudus Tahun 2006, Tesis, Program Pascasarjana,Universitas Dipenogoro: Semarang

Fatmah, 2010, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Jakarta, Penerbit : PT.Raja Grafindo Persada.

Fikawati, Sandra dkk. 2010. Pengaruh Suplementasi Zat Besi Satu dan Dua Kali perMinggu terhadap Kadar Hemoglobin pada siswi yang Menderita Anemia.Jurnal. Lintas Departemen Kesehatan Reproduksi Fakultas KesehatanMasyarakat UI: Depok

Gallagher ML. 2008. The Nutrients and Their Metabolism.In : Mahan LK, Escott-Stump S.mKrause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy.12th edition.Philadelphia: Saunders.Gibson, R.S., 1990. Prinsiple of Nutrition ofAssesment, New York : Oxpor University Press.

Gillespie, Stuart. 1998. Major Issues in the Control if Iron Deficiency TheMicronutrient Initiative, Unicef, New York.

Glick, Peter, 2002. Women’s Employment and Its Relation to Children’s Health andSchooling in Developing. Cornel University

Page 219: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Guthrie A. Helen and Picciano F, Marry. 1995. Human Nutrition. USA: Mosby-YearBook, Inc.

Guthrie, H.A.1989. Introductory Nutrition. Mosby College Publishing: USAGunatmaningsih, Dian, 2007, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan JatibarangKabupaten Brebes Tahun 2007, Skripsi, Program Studi Ilmu KesehatanMasyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang:Semarang,

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.Jakarta : EGC.Hallberg, Leif. 1998. Besi. PT. Gramedia, JakartaHamill, T., 2010. HemoCue Classic Procedure.UCSF Medical Centre Clinical

Laboratories.Available from: http://labmed.ucsf.edu/labmanual/mftlngmtzn/dnld/poct

Hamilton, Persis. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.Edisi 2.Jakarta : EGCHamid, A. Y. (2002). Buku Ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta:Hart, J.A. (2002). Spirituality and Palliative Care. http://cancer-

research.umaryland.edu/spirituality.htmlHandayani, Wiwik dan Andi Sulistya Hariwibowo .2008. Buku Ajar Asuhan

Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.SalembaMedika: Jakarta.

Harper, et.al, 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian (Suhardjo, Penerjemah). UI Pres,Jakarta.

Haryati, dkk, 2004 Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, EGC: Jakarta,Herawati, Neng. 2009. Mengenal Anemia dan Peranan Erythropoietin.Jurnal

Biologi/Vol.4/No.1. Diakses pada tanggal 15 Mei 2014.http://www.biotek.lipi.go.id/images/stories/biotrends/vol4no1/mengenalanemiadanperana nerythropoietinberes3539.pdf

Herviani, Dini. 2004. Perbedaan Proporsi Total Asupan Energi, Karbohidrat, Lemak,Dan Kejadian Obesitas di Puskesmas Depok Tahun 2004. Skripsi FKM UI.Depok.

Heryana. 2004. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Anemia pada Siswi di SDNKramatdjati 25 Pagi Jakarta tahun 2004. FKM UI. Depok.

Hestiantoro, A. Dkk. (2008). Masalah Gangguan Haid dan Infertilitas. Jakarta :FKUI.Himawan, Arif Wahyu. (2006). Hubungan antara KarakteristikIbu dengan Status Gizi

Balita Di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi.Universitas Negeri Semarang, Semarang

Husaini, dkk.1989. Anemia Gizi Suatu Studi Kompilasi Informasi dalam MenunjangKebijakan Nasional dan Pengembangan Program. Pusat Penelitian danPengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI: Bogor.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. “Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan SepanjangRentang Kehidupan”. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Hurlock, Elisabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.Hurrell RF, Reddy M, Cook JD. 1999. Inhibiton of non-haem iron absorpton in man

By polyphenolic-containing beverages.British Journal of Nutrition, (81):289295

Page 220: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Hulu DB. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia dan kaitannyadengan prestasi belajar pada siswi SMKN I Bogor. Skripsi.Bogor : FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hughes, Fergus P. Children, Play & Development. Allyn & Bacon, Boston, 1995.Angeles-Agdeppa, Imelda T. Daily versus weekly supplementation with iron,vitamin A,folic acid and vitamin C to improve iron and vitamin A status offemale adolescents. Med J Indones 1997; 6: 52-69. 17.

Husnah, Nurhidayah dkk. 2014. Hubungan Makanan Sumber Heme dan Non Heme

Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri SMA 10 Makassar Tahun 2014.Jurnal Ilmu Gizi. Fakultas Adriani, M. & Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar GiziMasyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Kesehatan Masyarakat.Universitas Hasanudin; Makassar.

Irawati, A, dkk.1992.Pengetahuan Murid SD dan SMP di Kodya Bogor. PusatPenelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI: Bogor.

Iskandar, Asep. 2009. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Keluarga TerhadapKejadian Anemia Gizi Besi pada Agregat Remaja Putri di SMP NegeriCimalaka Kabupaten Sumedang. Tesis. FIK UI.

Junadi,P. 1995. Strategi Operasional Penanggulangan Anemia Gizi di Indonesia.FKM UI: Depok.

Kirana, Dian. P. 2011. Hubungan Asupan Zat Dizi dan Pola Menstruasi denganKejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA N 2 Semarang. Skripsi. ProgramStudi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran. Universitas Dipenogoro: Semarang.

Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian. 1992. Anemia Gizi. SeminarGizi Nasional, Persiapan ”International Conference on Nutrition, Rome,December 1992; Jakarta, 13-14 Januari 1992

Krummel, et al. 1996. “Nutrition in Women’s Health”. Gaithersburg, Maryland :An Aspen Publication.

Khumaidi, M.1989. Gizi Masyarakat. Pusat Antar Universitas Pangan Gizi IPB:Bogor

Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT RajagrafindoPersada.

Kurniawan Ani, 2002. Gizi Seimbang Untuk Mencegah Hipertensi, Jakarta:Direktorat Gizi Masyarakat

Kuntarti, 2009. Air, pH dan Mineral (www.stafui.ac.id)

Kartono, Kartini. 1990. “Psikologi Anak”. Bandung : Mandar Maju. Komite NasionalPBB Bidang Pangan dan Pertanian. 1992. Anemia Gizi. Seminar GiziNasional, Persiapan”International Conference on Nutrition, Rome, December 1992; Jakarta, 13-14 Januari 1992.

Kardjati, dkk., 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi Balita. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Kwatrin, Eva. 2007. “Fakor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada siswi

Page 221: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

SMUN Bayah Kabupaten Lebak Propinsi Banten Tahun 2007”. Depok :Thesis FKMUI.

Leginem. 2002. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia padaMahasiswa Akademi Kebidanan Kota Banda Aceh tahun 2002. Tesis.ProgramPasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Lestari, Sri Basuki Dwi. 1996. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KejadianAnemia Gizi Remaja Putri SMU di Kabupaten Bandung.Tesis.Program PascaSarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Linda, Nofa. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia Gizi pada AnakSD/MI Kelas V dan VI di 7 Desa Miskin Kab Bogor tahun2002. FKM UI.Depok

Linder, M.C., 1992. Biokimia, Nutrisi & Metabolisme (Parakhasi, A., penerjemah).UI Press,Jakarta.

Lee, G.R., 1983, The Anemia of chronic disorders. Semin Haematology (20) 61-80Lemeshow, Stanley. 1997.Besar Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

UGM Press.Monks, F.J. 1999. “Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya”.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Morck, et al. 1983. “Inhibition of Food Iron Absorption By Coffee”. The American

Jornal of Clinical Nutrition [Online]. Vol.37, [Accesed 30th November2014], p.416-420. Available from World Wide Web http://www.ajcn.org/

Moehji, Sjahmien. 1995. Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara.Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakara: Papas Sinar Sinanti.Mary E. Beck. 2000.Imu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit untuk

Dokter dan Perawat . Yayasan Essentia Medica: Yogyakarta.Maulina, Leni. 2001. Hubungan Status Gizi dengan Pengetahuan Gizi dan Faktor-

faktor Sosial Ekonomi pada Remaja Putri Siswi SMU N 1 Bekasi Jawa Barat.Skripsi FKM UI. Depok

Mudyahardjo, Redja, 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar, Bandung:Remaja Rosdakarya,

Muryanti. 2006. Hasil survei kesehatan ibu, oleh Flourisa. Diakses pada tanggal 3Mei 2014. http://www.Bkkbn.com. Muhilal dan Sukati Saidin. DepartemenKesehatan RI. 1980. Ketelitian Hasil Penentuan Hemoglobin dengan CaraSianmetheglobin, Cara Sahli dan Sianmetheglobin-Tidak Langsung.PenelitianGizi dan Makanan, Jilid 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi

Muhilal. 1998. Program Makanan Latin dan di Indonesia.Gizi Indonesia vol XXIII.Tambahan Anak Sekolah di Negeri

Muhilal, dkk., 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.Widya Karya Pangan& Gizi VII. LIPI, Jakarta

Mulyawati, Y. 2003. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah Dengandan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Pekerja Wanita diPerusahaan Plywood Jakarta, Universitas Indonesia. Thesis.

McLean, et. Al. 2007. Wordwide Prevalence of Anemia in Pre-School AgedChildren, Pregnant Women and Non-Pregnant Women of Reproductive Age.Switzerland: SIGHT ANG LIFE Press.

Page 222: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

National Anemia Action Council. Anemia in Adolescents : The Teen Scene. 2009January 14 . Available from: http://www.anemia.org. Cited 2011 March 9.

Nailul Izah, Saifi. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status AnemiaDefisiensi Besi Pada Remaja Putri Kelas V Dan VII MI Negeri 02 CempakaPutih Tahun 2010. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat. FakultasKesehatan Dan Ilmu Kedokteran. Uuniversitas Islam Negeri SyarifHidayatulloh: Jakarta.

Nasution, 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar,Jakarta:Bumi Aksara

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka CiptaNotoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : RinekaNurjanah. 2001. Hubungan Terapeutik perawat dan Klien. Yogyakarta : PSIK FK

UGM.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen PenelitianKeperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Permaesih, D, dkk., 1989. Hubungan Status Anemia dan Status Besi Wanita RemajaSantri.Penelitian Gizi dan Makanan. Vol 11

Permaesih D, S Herman. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia padaremaja. Buletin Penelitian Kesehatan.

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. GramediaPustaka Utama.Jakarta Ross J, Horton S. 1998. Economic Consequences ofIron Deficiency.Ottawa : Micronutrien Initiative.

Poltekes Depkes Jakarta 1.2010.Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:Salemba

Prastika, Dewi Andang. 2011. Hubungan Lama Menstruasi Terhadap KadarHemoglobin pada Remaja Siswi SMAN 1 Wonosari. Skripsi. Program StudiD IV Kebidanan . Fakultas Kedokteran. Universitas ebelas Maret. Surakarta.

Phujiyanti, yustia. 2004. Identifikasi Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan Mahasiswa

IPB. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Puri, DK. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia mahasiswi

Peserta program pemberian makanan tambahan di IPB. Skripsi : Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor (http://id.shvoong.com/medicine-and

health/1971060-asam-fitat/) dalam Elvira Syamsir (2010). Asam Fitat

Purwanto J. 2012. Hubungan pendidikan Ibu Hamil Dengan kejadian Anemiahttp://blog.uin- malang.ac.id/jokopurwanto/2012/04/04/hubungan-pendidikan-ibu-hamil-dengan-kejadian-anemia/. Diakses 29 Maret 2014.

Page 223: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Puspitaningrum D., Fratika M. N. 2008. Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia,Pendidikan Ibu, Konsumsi Tablet Fe Dengan Kadar Hb Pada Ibu HamilTrimester III Di RB Bhakti Ibu Kota Semarang. http://digilib. unimus.ac.id/files/disk1/ 128/ jtptunimus-gdl dewipuspit-6373-1-artikel.pdf. Diakses 4 Mei2014.

Qomariah, Nur. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian AnemiaGizi pada Siswi SMU di Kecamatan Mauk Kab. Tangerang Tahun 2006.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

R. Kongkachuichai1, P. Napatthalung, and R. Charoensiri. 2002. Heme and Nonheme

Iron Content of Animal Products Commonly Consumed in Thailand. p.(3):97.

Raptauli Siahaan, Nashty. 2012. Factor-faktor yang berhubungan dengan statusanemia pada remaja putri di wilayah depok tahun 2011 (Analisis datasekunder survey anemia remaja putri dinas kesehatan kota depok tahun 2011).Jakarta: FKM UI Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Ritonga F.J; Asiah N. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamildalammelakukan pemeriksaan Antenatal Care .(Online),(jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/download/1128/647, diakses 13 Juli2013).

Royani, Mega. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian AnemiaGizi Besi pada Remaja Putri di SMA 2 Kota Bandar Lampung Thun 2011,Skripsi, Depok: FKM UI

Ross J, Horton S. 1998. Economic Consequences of Iron Deficiency. Ottawa :Micronutrien Initiative.

Safyanti, 2002. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Anemia Pada Remaja PutriSMUN 3 Padang Provinsi Sum-Bar Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder)”.Depok : Thesis FKMUI

Saidin, M dan Sukati. 1997. Pengaruh Pemberian Pil Besi dengan PenambahanVitamin Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin dan Feritin Serum padaWanita Remaja, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Bogor.

Saraswati, Edwi, dkk. 1997. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Anemia Remaja PutriSekolah Menengah Umum Anemia dan Non Anemia di Enam Dati II PropinsiJawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan MakananDepartemen Kesehatan RI: Bogor.

Satyaningsih, Elsa. 2007. “Anemia Gizi Pada Remaja Putri Smk Amaliyah SekadauKalimantan Barat Tahun 2007”. Depok : Thesis FKMUI.

Sariningrum, I. 1990. Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan Gizi. Akademi GiziDepartemen Kesehatan RI: Jakarta

Sanjur, D., 1982. Social and Cultural Prespectif in Nutrition. Prentice Hall, NewYork.

Shata Al-Sharbatti, Al-Ward, Al-Timimi. 2003. Anemia Among Adolescent. SaudiMed

J;24 (2):189-94.Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I.

Page 224: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Jakarta : Dian Rakyat.Shinta, Annisa. 2005. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar

Siswi SMP Negeri 25 Semarang. Skripsi Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Negeri Semarang.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH5363/e10aea1.dirdoc.pdf. pada tanggal 15 Mei 2014.

Sianturi G. 2002. Perbaiki Gizi Secara Bersama, (http://www. gizi. net/egibin/berita/fullnews.egi?newsd1019016106,75781). Diakses 29 Maret 2015.

Soendoro,R.1981.Prinsip-prinsip Biokimia.Jakarta:ErlanggaSoemantri AG, Triasih S (Ed). 2005. Anemia defiesiensi besi : epidemiology and

cognitive in children with iron deficiency anemia. Yogyakarta : Medikafakultas kedokteran UGM.

Soekirman.2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal PendidikanTinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Soekidjo Notoatmodjo. 1997. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan dalam IlmuKesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Soeparman et al, .1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUISudigdo S,& Sofyan I. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:

Sagung SetoSuhardjo, 1985, Perencanaan Pangan dan Gizi, Depdikbud dan PAU Pangan dan

Gizi, Institut Pertanian, Bogor.Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Dirjen Dikti, Pusat Antar Universitas Pangan dan

Gizi. BogorSuharjdo. 2003. Berbagai Cara Pendidiksn Gizi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu.Sumarwan, Ujang,2007, Perilaku Konsumen, (Teori dan Penerapaannya dalam

Pemasaran),Ghalia JakartaSupariasa, dkk, 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.Surbakti, E. B. (2008). Kenalilah Anak Remaja Anda: Elex Media Komputindo.

JakartaSylvia AP dan Lorraine MW. 2001. Sel darah merah. Dalam Patofisiologi. Dalam

Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.p. 231-2.Syamsir, Elvira. 2009. Ilmu Pangan. Staf pengajar Dept. Ilmu dan Teknologi Pangan

IPB. Diakses dari http://ilmupangan.blogspot.com/2009/11/asam-fitat.htmlpada tanggal 10 mei 2015

UU RI No.20 Tahun 2003. http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdfDiakses pada tanggal Mei 2015

USAID. 2003. Family Planning/HIV Intregration: technical Guidance for USAID-supported Field Program. US. Agency for International Development.Washington, D.C.

Widayanti, Sri. 2008. Analisis Kadar Hemoglobin Pada Anak Buah Kapal PT. SalamPacific Indonesia Lines Di Belawan Tahun 2007. Skripsi Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Sumatera Utara

Wirawan, R., 1995, Diagnosis Anemia.MKI.45 (12) 713-21.

Page 225: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Wijayanti.A., 2005. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Gizi Buruk denganPraktek Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)Modisco di Kabupaten Semarang. Tesis. Program Ilmu Gizi. UniversitasDiponegoro.

Wijiastuti, Harni. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemua padaRemaja Putri di Tsanawiyah Cipondok Tangerang Tahun 2005. SkripsiFakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok.

Walmsley, R.N., Watkinson LR., Cain HJ., 1999, Plasma Iron: Case in chemicalpathology adiagnostic approach, 4th edition, 238-46.

Wirakusumah, E. S, 1998. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwidya.Jakarta.

Wulandari, Witta, 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusifpada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Candilama KotaSemarang.

Wulandari, Y. 2007. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status GiziMahasiswa Universitas Indonesia Program S1. Skripsi FKM UI

WHO. 2001. Iron Deficiency Anemia Assessment, Prevention, and Control. A guidefor Programme Manager.

WHO. 2008. Worldwide Prevalence Of Anemia 1993-2005. WHO Global Databaseon Anemia

Yasmin, Tentri, 2012 Hubungan Pengetahuan, Asupan Gizi dan Faktor Lain yangBerhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMAKabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012, Skripsi, Fakultas KesehatanMasyarakat, Universitas Indonesia: Depok,

Yayuk Farida, Balawati d.k.k., 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: PenebarSwadaya.

Yip, D. 1998. Teacher's misconceptions of the circulatory system. Journal of

Biological Education, 32, 207-216.

Yunizaf, 2000. Bagaimana Gadis Remaja Berkembang Selama Pubertas. MajalahSwara, Edisi 8 Nopember.

Yusuf, Syamsu dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Grafindo Persadahemocue_classic.pdf [Accessed on 01 March 2014]

Page 226: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN TENTANG: ” HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI, POLAMENSTRUASI DAN KEBIASAAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA

REMAJA PUTRI MTS CIWANDAN TAHUN 2014”.

Yang bertandatangan di bawah ini saya:Nama : ……………………………………………………………Umur : ……………tahunOrangtua/wali : ……………………………………………………………Alamat : ……………………………………………………………

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi peserta penelitian yang akan dilakukan olehEka Pratiwi dari Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.Atas kesediaan dan partisipasi Saudari kami mengucapkan banyakterima kasih

Ciputat,…………………………..

Mengetahui,

Responden Peneliti

(……………….) (……………………..)

Page 227: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI, POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAANMAKANAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI MTS

CIWANDAN TAHUN 2014

Nomor Responden

1. Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian tentanghubungan sosial ekonomi, pola menstruasi dan kebiasaan makan dengankejadian anemia remaja putri di Mts ciwandan tahun 2014

2. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyusun skripsi atas Eka Pratiwi dariProgram Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan IlmuKesehatan UIN Syarif Hidayatullah dan akan menjadi masukan bagi DinasKota Cilegon dalam mengatasi masalah anemia pada remaja putri.

3. Atas kesediaan dan partisipasi Saudari menjadi responden dan meluangkanwaktu untuk mengisi kuesioner ini merupakan penghargaan bagi kami dansebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih.

Ciputat,……………………….

Peneliti

Page 228: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

KUESIONER ANEMIA PADA REMAJA PUTRIMTS CIWANDAN TAHUN 2014

1. Jawablah pertanyaan dengan berurut dan jelas2. Berilah tanda silang pada jawaban yang paling tepat dan sesuai dengan

keadaan anda sebenarnya.3. Jawablah semua pertanyaan tanpa ada yang terlewatkan (kecuali ada

pengecualian)4. Bila kurang jelas tanyakan langsung pada pewawancara5. Selamat mengisi dan terimakasih

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN1. No. responden :2. Nama :3. Alamat :4. No tlp/hp5. Umur/tanggal lahir :6. Kadar Hb : mm/dl (diisi oleh peneliti)

B. KARAKERISIK ORANGTUA1. Namaa) Ayah :b) Ibu :

2. Pendidikan (tahun)a) Ayah

1. Tidak Sekolah2. Tidak tamat SD/sederajat(Kelas ………)3. Tamat SD/sederajat4. Tidak tamat SLTP/sederajat(Kelas……..)5. Tamat SLTP6. Tidak tamat SLTA(Kelas ………)7. Tamat SLTA

b) Ibu1. Tidak Sekolah2. Tidak tamat SD/sederajat (Kelas ………)3. Tamat SD/sederajat4. Tidak tamat SLTP/sederajat (Kelas……..)5. Tamat SLTP

Page 229: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

6. Tidak tamat SLTA (Kelas ………)7. Tamat SLTA

3. Jumlah keluarga yang menjadi tanggungan (jumlah penghuni rumah) .....4. Penghasilan keluarga rata-rata perbulan (rupiah)

a. Ayah Rp................. ..b. Ibu Rp....................c. Anggota keluarga lain Rp.....................d. Total Rp.................. ...

5. Penghasilan perkapita (jumlahseluruh penghasilan dibagijumlah anggotakeluarga)Rp............................

C. UANG SAKU1) Berapa uang saku anda dalam sehari/sebulan?

Rp.......................1) Berapa banyak uang yang kamu habiskan untuk jajan (makanan) dalam

sehari?2) Berapa banyak uang yang kamu pakai untuk ongkos?

D. POLA KONSUMSI TTD1) Apakah anda pernah mengkonsumsi tablet/pil tambah darah?

1. Ya (1)2. Tidak (0)

2) Apakah anda mengkonsumsi tablet tambah darah setiap minggu?1. Ya (1)2. Tidak (0)

3) Selama haid, apakah anda mengkonsumsi tablet tambah darah?1. Ya (1)2. Tidak (0)

E. PENGETAHUAN1) A. Apakah anda pernah mendengar tentang penyakit anemia/kurang darah?

jika tidak langsung ke pertanyaan No.2.1. Ya2. Tidak

B.Bila pernah mendengar, darimana anda mendengar?1. Petugas kesehatan2. Saudara/anggota keluarga/teman

Page 230: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

3. Pelajaran sekolah4. Media massa (koran, majalah, radio, TV,dsb)5. Selebaran, leaflet/booklet/poster6. Lain-lain, ………….

2) A. Apakah anda pernahmendapat penyuluhan tentang penyakit anemia? jikatidak, langsung ke pertanyaan No.3

1. Ya2. Tidak

B. Dari mana anda mendapatpenyuluhan tentang penyakitanemia ?1. Petugas kesehatan2. Saudara/anggotakeluarga/teman3. Pelajaran sekolah4. Media massa (koran, majalah, radio, TV,dsb)5. Selebaran, leaflet/booklet/poster6. Lain-lain, ………….

3) Anemia merupakan kekurangan sel darah merah1. Benar2. Salah

4) Anemia disebut juga dengan tekanan darah rendah1. Benar2. Salah

5) Gejala anemia adalah 5 L (Lemah, letih, lesu, lemah, dan lunglai)1. Benar2. Salah

6) Orang suka tidur merupakan gejala anemia1. Benar2. Salah

7) Badan kurus adalah salah satu gejala anemia1. Benar2. Salah

8) Penyakit anemia pada wanita dapat disebabkan karena kurang makanmakanan bergizi

1. Benar2. Salah

9) Anemia pada wanita dapat disebabkan karena penyakit kecacingan1. Benar2. Salah

10) Anemia pada wanita dapat disebabkan karena penyakit malaria1. Benar

Page 231: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

2. Salah11) Anemia pada wanita dapat disebabkan karena menstruasi/haid

1. Benar2. Salah

12) Wanita lebih rawan/sering terkena anemia daripada lakilaki1. Benar2. Salah

13) Anemia dapat disebabkan karena sering lupa makan atau frekuensi makanyang kurang dari 3x sehari

1. Benar2. Salah

14) Apakah anemia dapat diperiksadari konjungtiva/mata?1. Tahu2. Tidak tahu

15) Apakah anda tahu kurangdarah dapat diperiksa darilaboratorium (tesdarah/Hb) ?

1. Tahu2. Tidak tahu

14) Dikatakan anemia pada remaja putri adalah jika sel darah merah atauhemoglobin Hb< 14 g/dL

1. Benar2. Salah

16) Anemia dapat menyebabkancepat lelah/capai1. Benar2. Salah

17) Anemia dapat mengakibatkankepala pusing/berkunangkunang/pingsan1. Benar2. Salah

18) Anemia dapat menyebabkanrasa malas/lemah1. Benar2. Salah

19) Anemia dapat mengakibatkan haid tidak teratur1. Benar2. Salah

20) Anemi dapat mengurangigairah beraktivitas1. Benar2. Salah

21) Anemia dapat mengurangi semangat belajar/prestasi menurun1. Benar

Page 232: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

2. Salah22) Anemia dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat

1. Benar2. Salah

23) Tablet yang berfungsi untuk mencegah dan mengobati anemia adalah tablettambah darah

1. Benar2. Salah

24) Buah jeruk dapat membantu penyerapan zat besi1. Benar2. Salah

25) Makan sayuran hijau dapat mencegah anemia1. Benar2. Salah

26) Nasi merupakan sumber utama zat besi1. Benar2. Salah

27) Vitamin C dapat menghambat penyerapan zat besi1. Benar2. Salah

28) Teh dan kopi merupakan zat yang dapat membantu penyerapan zat besi1. Benar2. Salah

29) Lauk hewani dapat menghambat penyerapan zat besi1. Benar2. Salah

30) Lemak merupakan zat gizi yang banyak mengandung zat besi1. Benar2. Salah

D. POLA MENSRUASI1) Apakah anda sedang haid?

1. Ya2. tidak

2) Berapa lama frekuensi haid anda?1. 1bulan sekali2. 2 bulan sekali3. 1 bulan dua kali

3) Berapa lama anda haid?

Page 233: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

1. 6 hari2. > 6 hari

4) Anda mulai haid umur?3. <11 tahun4. 11-13 tahun5. >15 tahun

5) Disaat mens ada saat dimana darah keluar banyak dan sedikit, berapa haridisaat darah keluar banyak?1. <3hari2. 3-8 hari3. >8hari

6) Berapa kali anda gani pembalut dalam sehari1. <3 kali/sehari2. 2-5 kali/hari3. >6 kali/h

Page 234: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

FORMULIR FOOD RECORD

Hari ke:

WaktuMakan

NamaMakanan

Bahan MakananJenis Urt Garam

PagiPukul .....

SiangPukul........

SorePukul ....

Page 235: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

FORMULIR FFQPetunjuk Pengisian:Isilah tabel dibawah ini dengan menceklis jenis makanan yang dimakan dalam frekuensi konsumsi berserta jumlah makanan dalam ukuranrumah tangga (URT)

Nama Bahan Makan Frekuensi konsumsi Jumlah

Tidakpernah

1x/hari

2-3x/Hari

4-6x/hari

1x/minggu

2-3x/minggu

4-6x/minggu

1x/bulan

1-3x/bulan

URT gr

1. Makanan pokoka. Nasib. Rotic. Mie/bihund. Ubi-ubiane. Kentangf. Jagungg.

2. Lauk hewani danproduk lainna

a. Telur bebekb. Telur ayamc. Daging sapid. Daging ayame. Daging kambingf. Hatig. Ikanh. Baksoi. Udang segar

Page 236: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

j. Teri

3. Lauk nabati danproduk lainnya

a. Tahub. Tempec. Kedelaid. Kacang hijaue. Oncom

Page 237: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

4. Sayur-sayurana. Bayamb. Kangkungc. Daun Singkongd. Kacang panjange. Sawi Hijauf. Labug.5. Buah-buahana. Pisangb. Jerukc. Apeld. Belimbinge. Strawberif. Jambu bijig. Jambu airh. Manggai. Melonj. Salakk. Pepaal. Semangkam. Sawo

6. Gula dan produkolahan

a. Gulab. Permenc. Gulali7. Susu dan produk

olahana. Susu sapi

Page 238: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

b. Susu UHTc. Ice creamd. Yogurte. Kejuf.8. minyak dan

lemaka. margarinb. kelapa sawitc. mentega9. cemilan atau

kudapana. cilokb. cimolc. pisang gorengd. bakwane. kroket

Page 239: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Lampiran 1

Tabel Distribusi Frekuensi Sosial Ekonomi, Pola Menstruasi, Pola Konsumsi TTD, danKebiasaan Makan dengan Anemia

Anemia

Frequency PercentValidPercent

CumulativePercent

Valid Normal 85 69.1 69.1 69.1Anemia 38 30.9 30.9 100.0Total 123 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency PercentValidPercent

CumulativePercent

Valid Baik 63 51.2 51.2 51.2kurang baik 60 48.8 48.8 100.0Total 123 100.0 100.0

Pendidikan Orangtua

PendidikanOrtu Frequency Percent

ValidPercent

CumulativePercent

Valid Tinggi 59 48.0 48.0 48.0Rendah 64 52.0 52.0 100.0

uang_jajan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tinggi 80 65.0 65.0 65.0

rendah 43 35.0 35.0 100.0

Total 123 100.0 100.0

Page 240: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Pendidikan Orangtua

PendidikanOrtu Frequency Percent

ValidPercent

CumulativePercent

Valid Tinggi 59 48.0 48.0 48.0Rendah 64 52.0 52.0 100.0

Total 123 100.0 100.0

Pendapatan Orangtua

Frequency PercentValidPercent

CumulativePercent

Valid tinggi 40 32.5 32.5 32.5

rendah 83 67.5 67.5 100.0

Total 123 100.0 100.0

Pola Haid

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid normal 85 69.1 69.1 69.1

tidaknormal 38 30.9 30.9 100.0

Total 123 100.0 100.0

Page 241: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

asupan_protein

Frequency PercentValidPercent

CumulativePercent

Valid Baik 45 36.6 36.6 36.6tidak baik 78 63.4 63.4 100.0Total 123 100.0 100.0

asupan_Vit.C

Frequency PercentValidPercent

CumulativePercent

Valid Baik 20 16.3 16.3 16.3tidak baik 103 83.7 83.7 100.0Total 123 100.0 100.0

asupan_fe

Frequency PercentValidPercent

CumulativePercent

Valid Baik 23 18.7 18.7 18.7tidak baik 100 81.3 81.3 100.0Total 123 100.0 100.0

Frekuensi Makan

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid Baik 107 87.0 87.0 87.0

tidak baik 16 13.0 13.0 100.0Total 123 100.0 100.0

asupan_energi

Frequency PercentValidPercent

CumulativePercent

Valid Baik 29 23.6 23.6 23.6tidak baik 94 76.4 76.4 100.0Total 123 100.0 100.0

Page 242: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Frekuensi makan sumber heme

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid Baik 94 76.4 76.4 76.4

tidak baik 29 23.6 23.6 100.0Total 123 100.0 100.0

Frekuensi makan sumber non heme

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid Baik 84 68.3 68.3 68.3

tidak baik 39 31.7 31.7 100.0Total 123 100.0 100.0

Frekuensi makan peningkat absorpsi Fe

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid Baik 82 66.7 66.7 66.7

tidak baik 41 33.3 33.3 100.0Total 123 100.0 100.0

Frekuensi makan penghambat Fe

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid Baik 84 68.3 68.3 68.3

tidak baik 39 31.7 31.7 100.0Total 123 100.0 100.0

Page 243: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Lampiran 2 Tabel Uji Chi Square

1. Hubungan pengetahuan dgn kejadian anemia

pengetahuan * anemia Crosstabulationanemia

Totalnormal Anemiapengetahuan baik Count 52 11 63

% withinpengetahuan 82.5% 17.5% 100.0%

kurang baik Count 33 27 60% withinpengetahuan 55.0% 45.0% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinpengetahuan 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 10.917a 1 .001Continuity Correctionb 9.665 1 .002Likelihood Ratio 11.161 1 .001Fisher's Exact Test .002 .001Linear-by-LinearAssociation 10.828 1 .001

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.54.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forpengetahuan (baik /kurang baik)

3.868 1.694 8.832

For cohort anemia =normal 1.501 1.162 1.938

For cohort anemia =Anemia .388 .212 .711

N of Valid Cases 123

Page 244: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

2. Hubungan uang jajan dengan kejadian anemia

uang_jajan * anemia Crosstabulationanemia

Totalnormal Anemiauang_jajan tinggi Count 62 18 80

% withinuang_jajan 77.5% 22.5% 100.0%

rendah Count 23 20 43% withinuang_jajan 53.5% 46.5% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinuang_jajan 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 7.553a 1 .006Continuity Correctionb 6.470 1 .011Likelihood Ratio 7.383 1 .007Fisher's Exact Test .008 .006Linear-by-LinearAssociation 7.491 1 .006

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.28.

Page 245: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio foruang_jajan (tinggi /rendah)

2.995 1.350 6.643

For cohort anemia =normal 1.449 1.070 1.961

For cohort anemia =Anemia .484 .288 .812

N of Valid Cases 123

3. Hubungan pendapatan orang tua dengan kejadian anemia

pendapatan_ortu * anemia Crosstabulationanemia

Totalnormal Anemiapendapatan_ortu tinggi Count 36 4 40

% withinpendapatan_ortu 90.0% 10.0% 100.0%

rendah Count 49 34 83% withinpendapatan_ortu 59.0% 41.0% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinpendapatan_ortu 69.1% 30.9% 100.0%

b. Computed only for a 2x2 table

Page 246: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 12.121a 1 .000Continuity Correctionb 10.714 1 .001Likelihood Ratio 13.747 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 12.023 1 .001

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,36.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forpendapatan_ortu (tinggi/ rendah)

6.245 2.034 19.174

For cohort anemia =normal 1.524 1.240 1.875

For cohort anemia =Anemia .244 .093 .641

N of Valid Cases 123

Page 247: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

4. Hubungan pendidikan orangua dengan kejadian anemia

pend.ortu * anemia Crosstabulationanemia

Totalnormal Anemiapend.ortu tinggi Count 48 11 59

% withinpend.ortu 81.4% 18.6% 100.0%

rendah Count 37 27 64% withinpend.ortu 57.8% 42.2% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinpend.ortu 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 7.970a 1 .005Continuity Correctionb 6.906 1 .009Likelihood Ratio 8.176 1 .004Fisher's Exact Test .006 .004Linear-by-LinearAssociation 7.905 1 .005

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,23.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forpend.ortu (tinggi /rendah)

3.184 1.400 7.243

For cohort anemia =normal 1.407 1.104 1.793

For cohort anemia =Anemia .442 .241 .810

N of Valid Cases 123

Page 248: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

5. Hubungan pola haid dengan kejadian anemia remaja

pola_haid * anemia Crosstabulationanemia

Totalnormal Anemiapola_haid normal Count 84 1 85

% withinpola_haid 98.8% 1.2% 100.0%

tidak normal Count 1 37 38% withinpola_haid 2.6% 97.4% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinpola_haid 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 1.138E2a 1 .000Continuity Correctionb 109.350 1 .000Likelihood Ratio 131.968 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 112.885 1 .000

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,74.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forpola_haid (normal /tidak normal)

3.108E3 189.252 51041.290

For cohort anemia =normal 37.553 5.428 259.795

For cohort anemia =Anemia .012 .002 .085

N of Valid Cases 123

Page 249: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

6. Hubungan asupan Zat gizi dengan kejadian anemia

asupan_energi * anemiaCrosstab

anemiaTotalnormal Anemia

asupan_energi baik Count 27 2 29% within asupan_energi 93.1% 6.9% 100.0%

tidak baik Count 58 36 94% within asupan_energi 61.7% 38.3% 100.0%

Total Count 85 38 123% within asupan_energi 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 10.236a 1 .001Continuity Correctionb 8.818 1 .003Likelihood Ratio 12.420 1 .000Fisher's Exact Test .001 .001Linear-by-LinearAssociation 10.153 1 .001

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,96.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forasupan_energi (baik /tidak baik)

8.379 1.878 37.378

For cohort anemia =normal 1.509 1.251 1.820

For cohort anemia =Anemia .180 .046 .703

N of Valid Cases 123

Page 250: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

asupan_protein * anemiaCrosstab

anemiaTotalnormal Anemia

asupan_protein baik Count 40 5 45% withinasupan_protein 88.9% 11.1% 100.0%

tidak baik Count 45 33 78% withinasupan_protein 57.7% 42.3% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinasupan_protein 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 13.008a 1 .000Continuity Correctionb 11.588 1 .001Likelihood Ratio 14.418 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 12.903 1 .000

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,90.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forasupan_protein (baik /tidak baik)

5.867 2.089 16.474

For cohort anemia =normal 1.541 1.241 1.913

For cohort anemia =Anemia .263 .110 .624

N of Valid Cases 123

Page 251: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

asupan_Vit.C * anemiaCrosstab

AnemiaTotalnormal Anemia

asupan_Vit.C Baik Count 20 0 20% withinasupan_Vit.C 100.0% .0% 100.0%

tidak baik Count 65 38 103% withinasupan_Vit.C 63.1% 36.9% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinasupan_Vit.C 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 10.677a 1 .001Continuity Correctionb 9.019 1 .003Likelihood Ratio 16.463 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 10.591 1 .001

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,18.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperFor cohort anemia =normal 1.585 1.367 1.837

N of Valid Cases 123

Page 252: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

asupan_fe * anemiaCrosstab

AnemiaTotalnormal Anemia

asupan_fe Baik Count 21 2 23% within asupan_fe 91.3% 8.7% 100.0%

tidak baik Count 64 36 100% within asupan_fe 64.0% 36.0% 100.0%

Total Count 85 38 123% within asupan_fe 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 6.530a 1 .011Continuity Correctionb 5.313 1 .021Likelihood Ratio 7.816 1 .005Fisher's Exact Test .011 .007Linear-by-LinearAssociation 6.477 1 .011

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,11.b. Computed only for a 2x2 table

7. Hubungan frekuensi makan dengan kejadian anemia

Frekuensi Makan dalam Sehari * anemia

Crosstabanemia

Totalnormal Anemiafrek_mkn_shr Baik Count 83 24 107

% withinfrek_mkn_shr 77.6% 22.4% 100.0%

tidak baik Count 2 14 16% withinfrek_mkn_shr 12.5% 87.5% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinfrek_mkn_shr 69.1% 30.9% 100.0%

Page 253: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Chi-Square Tests

Value DfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 27.604a 1 .000Continuity Correctionb 24.640 1 .000Likelihood Ratio 26.122 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 27.379 1 .000

N of Valid Casesb 123a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,94.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forfrek_mkn_shr (baik /tidak baik)

24.208 5.140 114.019

For cohort anemia =normal 6.206 1.691 22.779

For cohort anemia =Anemia .256 .172 .382

N of Valid Cases 123

Frekuensi Makan Sumber Heme * anemia

Crosstabanemia

Totalnormal Anemiafrek_mkn_smber_heme

baik Count 81 13 94% withinfrek_mkn_smber_heme 86.2% 13.8% 100.0%

tidak baik Count 4 25 29% withinfrek_mkn_smber_heme 13.8% 86.2% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinfrek_mkn_smber_heme 69.1% 30.9% 100.0%

Page 254: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Chi-Square Tests

Value DfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 54.379a 1 .000Continuity Correctionb 51.042 1 .000Likelihood Ratio 53.271 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 53.937 1 .000

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,96.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forfrek_mkn_smber_heme(baik / tidak baik)

38.942 11.647 130.206

For cohort anemia =normal 6.247 2.506 15.575

For cohort anemia =Anemia .160 .095 .271

N of Valid Cases 123

Frekuensi Makan sumber non Heme * anemia

Crosstabanemia

Totalnormal Anemiafrek_mkn_smber_nonHeme

Baik Count 84 0 84% withinfrek_mkn_smber_nonHeme

100.0% .0% 100.0%

tidak baik Count 1 38 39% withinfrek_mkn_smber_nonHeme

2.6% 97.4% 100.0%

Total Count 85 38 123

Page 255: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Crosstabanemia

Totalnormal Anemiafrek_mkn_smber_nonHeme

Baik Count 84 0 84% withinfrek_mkn_smber_nonHeme

100.0% .0% 100.0%

tidak baik Count 1 38 39% withinfrek_mkn_smber_nonHeme

2.6% 97.4% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinfrek_mkn_smber_nonHeme

69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value DfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 1.184E2a 1 .000Continuity Correctionb 113.916 1 .000Likelihood Ratio 142.789 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 117.473 1 .000

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,05.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperFor cohort anemia =normal 39.000 5.634 269.949

N of Valid Cases 123

Page 256: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Frekuensi Makan Peningkat Fe * anemia

Crosstabanemia

Totalnormal Anemiafrek_mkn_pningkatFe

baik Count 82 0 82% withinfrek_mkn_pningkatFe 100.0% .0% 100.0%

tidak baik Count 3 38 41% withinfrek_mkn_pningkatFe 7.3% 92.7% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinfrek_mkn_pningkatFe 69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value DfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 1.100E2a 1 .000Continuity Correctionb 105.678 1 .000Likelihood Ratio 130.625 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 109.082 1 .000

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,67.b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperFor cohort anemia =normal 13.667 4.598 40.624

N of Valid Cases 123

Page 257: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Frekuensi makan penghambat Fe* anemia

Crosstabanemia

Totalnormal Anemiafrek_mkn_pnghambatFe

baik Count 72 12 84% withinfrek_mkn_pnghambatFe

85.7% 14.3% 100.0%

tidak baik Count 13 26 39% withinfrek_mkn_pnghambatFe

33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 85 38 123% withinfrek_mkn_pnghambatFe

69.1% 30.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value DfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)Pearson Chi-Square 34.229a 1 .000Continuity Correctionb 31.819 1 .000Likelihood Ratio 33.542 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-LinearAssociation 33.951 1 .000

N of Valid Casesb 123a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,05.b. Computed only for a 2x2 table

Page 258: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

Risk Estimate

Value

95% ConfidenceInterval

Lower UpperOdds Ratio forfrek_mkn_pnghambatFe (baik / tidak baik)

12.000 4.861 29.625

For cohort anemia =normal 2.571 1.636 4.042

For cohort anemia =Anemia .214 .121 .378

N of Valid Cases 123

Page 259: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA SKRIPSI...Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014 Xviii + 192 halaman, 32 tabel, 2 bagan, 2 lampiran