16
1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Khairina* & Robiana Modjo** *Kebidanan Komunitas, **Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ABSTRAK Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Depok, Bayi Berat Lahir Rendah merupakan penyebab angka kematian bayi tertinggi. Angka BBLR terbanyak terjadi pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung dan dari tahun 2010-2012 angka BBLR mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Dalam penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah bayi berumur 0-11 bulan dengan jumlah 100 sampel yang diambil secara quota sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan diperoleh nilai p-value 0,010, status gizi diperoleh nilai p-value 0,015, hipertensi diperoleh nilai p-value 0,044, penyakit infeksi diperoleh nilai p-value 0,015 dan perokok diperoleh nilai p-value 0,007 dengan kejadian BBLR. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, bahwa status kesehatan ibu mempunyai peran yang besar terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Kata kunci: BBLR; Hipertensi; Infeksi; Pendidikan;PerokoK;Status Gizi ABSTRACT Based on data obtained from Depok City Health Department, Low Birth Weight Babies the highest cause of infant mortality. LBW rate occurred in the working area of the health center and the district 2010-2012 Cipayung LBW rate increased. This study aims to determine the factors associated with the incidence of low birth weight babies. In this study using cross- sectional design. The population in this study were infants aged 0-11 months with a numberof 100 samples were taken by quota sampling. The results showed a significant relationship between education obtained p-value 0,010, nutritional status obtained p-value 0,015, hypertension obtained p-value 0,044, infectious diseases obtained p-value 0,015 and smokers obtained p-value of 0,007 with incidence of LBW. Based on the conclusions reached, that maternal health has a major role on the incidence of low birth weight babies. Keywords: Education; hypertension; infectious diseases;LBW;nutritional status; smokers Pendahuluan / Latar Belakang Dari semua target MDGs, kinerja penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) secara global masih rendah. Di Indonesia angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate)menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sedangkan target pencapaian MDGs pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara data menunjukkan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

1  

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota

Depok Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Khairina* & Robiana Modjo** *Kebidanan Komunitas, **Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia

ABSTRAK Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Depok, Bayi Berat Lahir Rendah merupakan penyebab angka kematian bayi tertinggi. Angka BBLR terbanyak terjadi pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung dan dari tahun 2010-2012 angka BBLR mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Dalam penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah bayi berumur 0-11 bulan dengan jumlah 100 sampel yang diambil secara quota sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan diperoleh nilai p-value 0,010, status gizi diperoleh nilai p-value 0,015, hipertensi diperoleh nilai p-value 0,044, penyakit infeksi diperoleh nilai p-value 0,015 dan perokok diperoleh nilai p-value 0,007 dengan kejadian BBLR. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, bahwa status kesehatan ibu mempunyai peran yang besar terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Kata kunci: BBLR; Hipertensi; Infeksi; Pendidikan;PerokoK;Status Gizi

ABSTRACT Based on data obtained from Depok City Health Department, Low Birth Weight Babies the highest cause of infant mortality. LBW rate occurred in the working area of the health center and the district 2010-2012 Cipayung LBW rate increased. This study aims to determine the factors associated with the incidence of low birth weight babies. In this study using cross-sectional design. The population in this study were infants aged 0-11 months with a numberof 100 samples were taken by quota sampling. The results showed a significant relationship between education obtained p-value 0,010, nutritional status obtained p-value 0,015, hypertension obtained p-value 0,044, infectious diseases obtained p-value 0,015 and smokers obtained p-value of 0,007 with incidence of LBW. Based on the conclusions reached, that maternal health has a major role on the incidence of low birth weight babies. Keywords: Education; hypertension; infectious diseases;LBW;nutritional status; smokers Pendahuluan / Latar Belakang

Dari semua target MDGs, kinerja penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) secara global

masih rendah. Di Indonesia angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality

Rate)menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2007. Sedangkan target pencapaian MDGs pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup. Sementara data menunjukkan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 2: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

2  diikuti juga penurunan Angka Kematian Neonatal, yaitu dari 68 kematian per 1000 kelahiran

hidup pada tahun 1991 menjadi 34 pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Berdasarkan

kecenderungan angkatersebut, menunjukkan bahwa penurunan angka kematian bayi relatif

lebih cepat. Namun untuk angka kematian neonatal relatif lambat, yaitu dari 32 pada tahun

1991 menjadi 19 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007.

Sementara untukmencapai target MDGs tahun 2015, angka kematian neonatal dapat

diturunkan. Namun Angka Kematian Bayi 23 per 1000 kelahiran hidupuntuk target MDGs

tahun 2015 sulit dicapai. Hal ini terjadi karena disparitas angka kematian balita, bayi dan

neonatal sangat bervariasi antar wilayah. Dengan adanya berbagai tantangan, antara lain

dipengaruhi faktor ekonomi dan sosial budaya masyarakat, kemiskinan yang menyebabkan

kesulitan mendapat makanan yang berkualitas, terbatasnya akses pelayanan kesehatan dan

masih rendahnya pendidikan ibu (BAPPENAS, 2010).

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka

Kematian Bayi sebesar 34/ kematian/ 1000 kelahiran hidup. Penyebab Angka Kematian Bayi

sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus yang

meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia

sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah BBLR

(DepkesRI,2008).Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, baik pada negara maju maupun negara berkembang. BBLR

mempunyai tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat badan

normal. Walaupun bayi dengan BBLR ada yang berhasil dalam bertahan hidup, akan tetapi

akan menghadapi masalah tumbuh kembang, masalah respiratorik, kelainan kongenital dan

komplikasi akibat selama perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan yang lebih

fatal lagi BBLR mempunyai tingkat mortalitas yang tinggi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi BBLR, antara lain: usia ibu pada saat hamil (<20 tahun atau >35 tahun), status

ekonomi rendah, Ante Natal Care, ibu perokokdan ibu dengan riwayat hipertensi. Faktor lain

yang diduga juga bisa menyebabkan bayi berat lahir rendah adalah penyakit infeksi

(CDK/Jurnal, 2009).

Sementara jumlah kematian bayi di Kota Depok pada tahun 2010 terdapat 116 kasus

kematian, tahun 2011 terdapat 119 kasus kematian, kemudian pada tahun 2012 turun menjadi

114 kasus kematian. Adapun penyebab kematian bayi yang paling banyak adalah: BBLR

sebanyak 25 kasus, asfiksia 25 kasus, penyebab lainnya 20 kasus, kelainan kongenital 15

kasus, pneumonia 7 kasus, prematur dan Gastroe Entestinal masing-masing 4 kasus, aspirasi

2 kasus dan lain-lainnya masing-masing satu kasus. Dari 11 kecamatan yang merupakan

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 3: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

3  wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Depok, jumlah tertinggi kasus BBLR terjadi di wilayah

kerja puskesmas kecamatan Cipayung. Dimana jumlah kasus BBLR pada tahun 2010

sebanyak 87 kasus, tahun 2011 meningkat menjadi 135 kasus dan pada tahun 2012 meningkat

lagi menjadi 213 kasus (Sumber data: Dinas kesehatan Kota Depok, 2012). Hal ini menjadi

dasar peneliti untuk mengetahui gambaran lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian BBLR, selain itu juga belum pernah dilakukan penelitian

serupa di wilayah tersebut.

Tinjauan Teoritis

Definisi Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2,500

gram (Depkes RI, 2008).

Faktor Penyebab BBLR

Faktor penyebab bayi berat lahir rendah menurut Manuaba et al., (2010), adalah:

Faktor Ibu, meliputi:Gizi saat hamil kurang,Usia ibu kurang 20 tahun atau lebih 35

tahun,Penyakit menahun yang diderita ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah/

perokok).Faktor Kehamilan, meliputi: Hamil hidramnion, Hamil ganda, Perdarahan ante

partum dan Komplikasi kehamilan ( pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini) dan Faktor

Janin meliputi: Cacat bawaan dan Infeksi dalam rahim.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR

UmurIbu hamil pada usia muda atau kurang dari 20 tahun akan mengalami masalah, baik

secara fisik maupun secara mental. Secara fisik kondisi rahim dan panggul belum

berkembang secara optimal, sehingga menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya

dan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu terhenti/terhambat. Secara mental ibu belum

siap menghadapi perubahan yang terjadi saat hamil, belum siap menjalankan peran sebagai

ibu, serta belum siap menghadapi pernasalahan yang terjadi dalam berumah tangga. Jika

digabungkan faktor fisik dan mental yang belum matang, akan meningkatkan risiko terjadi

persalinan yang sulit dengan komplikasi medis.Demikian juga pada usia di atas 35 tahun,

kondisi kesehatan ibu mulai berkurang, fungsi rahim menurun, kualitas sel telur berkurang,

serta meningkatnya komplikasi medis pada kehamilan dan persalinan, yang berhubungan

dengan kelainan degeneratif, hipertensi dan kencing manis (diabetes melitus). Risiko yang

mungkin terjadi, antara lain : Keguguran, Pre-eklamsi (tekanan darah tinggi, oedema,

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 4: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

4  proteinuria), Eklamsi (keracunan kehamilan), Persalinan lama/kesulitan dalam persalinan,

Perdarahan, Berat Bayi Lahir Rendah (< 2500 Gram), Cacat bawaan (BKKBN, 2007).

Pendidikanadalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

Pendidikan No. 12, Tahun 2012).Demikian juga pendidikan bagi perempuan memiliki makna

yang sangat penting. Lebih dari sekedar instrumen untuk memperoleh pendapatan yang lebih

baik, tetapi dapat membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan ketidakberdayaan.

Pendidikan juga akan memperbaiki kondisi kehidupan kaum perempuan dalam banyak aspek

atau dimensi kehidupan. Dengan pendidikan yang lebih baik, maka kaum perempuan akan

lebih banyak terekspos dengan berbagai hal, seperti: kesehatan, hak-hak pribadi dan hak

politik.

Sosial EkonomiBerat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (faktor genetis) status gizi janin.

Status gizi janin juga ditentukan oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini

dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status ibu pada saat konsepsi

dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil. Status ekonomi jika yang

bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk

memastikan apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi

tinggi (Arisman, 2010).Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang

paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak memperoleh uang

berarti semakin baik makanan yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,

semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan

beberapa jenis bahan makanan lainnya (Syafiq et al., 2010).

Status GiziPentingnya status gizi bagi ibu hamil perlu dilihat dari berbagai aspek. Selain

akses terhadap keamanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya

merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga mempunyai dampak sosial dan

ekonomi. Status gizi ibu tidak hanya memberikan berdampak negatif terhadap status

kesehatan dan risiko kematian dirinya, tetapi juga terhadap kelangsungan hidup dan

perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin

tersebut sampai usia dewasa. Secara spesifik, penyebab Kurang Energi Kronis (KEK) adalah

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 5: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

5  akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran

energi. Kurang Energi Kronis (KEK) yang dinilai dengan LILA berpengaruh terhadap BBLR.

KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya berupa peningkatan

risiko kematian ibu saat melahirkan dan BBLR (Syafiq et al., 2010). Rendahnya status gizi,

selain meningkatkan risiko terhadap ibu hamil, juga menjadi salah satu penyebab bayi berat

lahir rendah ( BAPPENAS, 2010).

Hipertensiadalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan diastolik ≥ 15 mmHg

atau tekanan darah ≥ 140/90 mmHg (Benson and Pernoll’s, 2009).Hipertensi dalam

kehamilan, perlu penanganan khusus karena dapat menurunkan aliran darah ke plasenta, yang

akan mempengaruhi persediaan oksigen dan nutrisi pada bayi. Hal ini akan memperlambat

pertumbuhan bayi dan meningkatkan risiko saat melahirkan.

Penyakit Infeksipada ibu saat hamil, dapat terjadi dua kemungkinan. Pertama bisa

memperburuk penyakit tersebut sehingga lebih berbahaya pada ibu hamil. Kedua dapat

mempengaruhi kehamilan itu sendiri, seperti: abortus, persalinan kurang bulan, atau

mempengaruhi bayi atau jalannya persalinan. Pada umumnya, penyakit infeksi yang akut

lebih berat pada ibu hamil, apalagi jika persalinan terjadi karena saat persalinan

membutuhkan tenaga yang banyak dan juga kehilangan banyak darah, sehingga

mengakibatkan daya tahan tubuh ibu berkurang (Martaadisoebrataet al., 2012).

Perokokpasif akan mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif antara 1–5 batang per

hari. Perempuan yang merokok pada kehamilan trimester dua atau tiga mempunyai risiko

yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi seorang perokok bukan hanya mempunyai

berat badan lahir yang rendah tetapi juga ukuran panjang tubuh, ukuran kepala dan dada yang

lebih kecil, pH darah tali pusat yang rendah dan menunjukkan lebih banyak kelainan pada

pemeriksaan neurologis (Prawirohardjo, 2010).

Ante Natal CarePada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-

12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi patologis. Kehamilan

patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh

berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya

selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius

terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 6: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

6  penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya

maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan keselamatan ibu

maupun bayi yang dikandung (Prawirahardjo, 2010).

ParitasIbu yang melahirkan anak lebih dari 3 orang, mengakibatkan terjadi gangguan dalam

kehamilan, seperti plasenta (ari-ari) yang letaknya dekat dengan jalan lahir, menghambat

proses persalinan, seperti gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak dan posisi. Penyebab

lain dapat juga terjadi perdarahan pasca persalinan, waktu ibu untuk menyusui dan merawat

bayi kurang, tumbuh kembang anak tidak optimal, serta menambah beban ekonomi keluarga.

Risiko yang dapat terjadi antar lain, berhubungan dengan segi kesehatan dan segi ekonomi

(BKKBN, 2007).

Metode Penelitian

Penelitianstudi kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian potong lintang

(Cross sectional). Dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota

Depok Tahun 2013. Populasi bayi 0-11 bulan, yang menjadi responden ibu bayi.Sampel

diambil dengan menggunakan Quota Sampling,besar sampel berdasarkan rumus besar sampel

untuk uji hipotesis beda dua proporsi. Didapatkan sampel sebanyak 100 responden. Kriteria

inklusi semua bayi yang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, memiliki buku

KIA, baik ke puskesmas dan posyandu sertaberdomisilidi wilayah Puskesmas Cipayung Kota

Depok.Adapun variabel yang diukur adalah karakteristik ibu (umur, pendidikan, status

ekonomi, status gizi), riwayat kesehatan ibu (hipertensi, penyakit infeksi, perokok, ANC,

paritas) dan BBLR. Teknik pengumpulan data melakukan wawancara pada ibu bayi

menggunakan kuesioner, sekaligus melakukan observasi pada buku KIA. Analisis data

dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat dan analisis bivariat.

Hasil dan Pembahasan

Analisis univariat

Hasil distribusi menurut bayi berat lahir rendah (BBLR), bahwa dari 100 responden , 9

(9%) mempunyai bayi berat lahir rendah, sedangkan 91 (91%) tidak mempunyai bayi berat

lahir rendah.Hasil distribusi responden menurut umur, bahwa dari 100 responden , 19 (19%)

ibu mempunyai umur berisiko, sedangkan 81 (81%) ibu tidak mempunyai umur berisiko.Hasil

distrubusi responden menurut tingkat pendidikan, bahwa dari 100 responden , 45 (45%) ibu

berpendidikan rendah, sedangkan 55 (55%) ibu berpendidikan tinggi.Hasil distribusi

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 7: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

7  responden menurut sattus ekonomi, bahwa dari 100 responden , 73 (73%) ibu mempunyai

status ekonomi rendah, sedangkan 27 (27%) ibu mempunyai status ekonomi tinggi.Hasil

distribusi responden menurut status gizi, bahwa dari 100 responden , 7 (7%) ibu mempunyai

status gizi kurang, sedangkan 93 (93%) ibu mempunyai status gizi baik.Hasil distribusi

responden menurut riwayat hipertensi, bahwa dari 100 responden , 10 (10%) ibu mempunyai

riwayat hipertensi, sedangkan 90 (90%) ibu tidak mempunyai riwayat hipertensi.Hasil

distribusi responden menurut riwayat penyakit infeksi, bahwa dari 100 responden , 7 (7%) ibu

mempunyai riwayat penyakit infeksi, sedangkan 93 (93%) ibu tidak mempunyai riwayat

penyakit infeksi.Hasil distribusi responden menurut ibu perokok, bahwa dari 100 responden ,

2 (2%) ibu merokok, sedangkan 98 (98%) ibu tidak merokok.Hasil distribusi responden

menurut riwayat ante natal care, bahwa dari 100 responden , 7 (7%) ibu melakukan ANC < 4

kali, sedangkan 98 (98%) ibu melakukan ANC ≥ 4 kali.Hasil distribusi responden menurut

paritas, bahwa dari 100 responden , 7 (7%) ibu mempunyai paritas > 3, sedangkan 98 (98%)

ibu mempunyai paritas 1-3.

Tabel 1. Hasil Distribusi Responden Univariat

Variabel Katagori Jumlah N %

BBL BBLR 9 9 Tidak BBLR 91 91 Umur Berisiko 19 19 Tidak Berisiko 81 81 Pendidikan Rendah 45 45 Tinggi 55 55 Status Ekonomi Rendah 73 73 Baik 27 27 Status Gizi Kurang 7 7 Baik 93 93 Hipertensi Ya 10 10 Tidak 90 90 Penyakit Infeksi Ya 7 7 Tidak 93 93 Perokok Ya 2 2 Tidak 98 98 ANC < 4 kali 7 7 ≥ 4 kali 93 93 Paritas > 3 7 7 1-3 93 93 Total 100 100

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 8: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

8  Analisis Bivariat

Umur Hasil analisis hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR, diketahui bahwa 1

responden (5%) umur ibu yang berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah, sedangkan umur

ibu yang tidak berisiko, 8 responden (10%) melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p-value 1,000, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan teori, angka kesakitan dan angka kematian ibu dan perinatal terendah

adalah pada umur ibu saat hamil antara 20-29 tahun, ibu yang umurnya lebih muda dan lebih

tua mempunyai risiko lebih besar. Kehamilan remaja mempunyai frekuensi bayi berat lahir

rendah yang lebih tinggi. Begitu juga dengan ibu berumur 35 tahun atau lebih berada pada

risiko tinggi (Benson and Pernoll’s, 2009).

Faktor umur bukan satu-satunya yang menyebabkan BBLR, umur juga tidak selalu

mempunyai pengaruh negatif terhadap kesehatan seseorang. Pada kenyataannya, banyak ibu

yang hamil usia muda lebih memperhatikan kehamilannya, karena merasa kesehatan ibu dan

janin sangat penting, apalagi menghadapi kelahiran pertama kali tentu mempunyai prioritas

yang tinggi. Begitu pula dengan ibu yang mempunyai umur diatas 35 tahun, akan lebih

waspada terhadap kesehatan dirinya maupun janin yang dikandung, mengingat faktor risiko

yang dialami oleh ibu. Sehingga kewaspadaannya akan lebih tinggi membuat ibu merasa

perlu melakukan pemeriksaan kehamilan yang rutin, bahkan berkonsultasi pada dokter ahli

kandungan sekali pun. Sehingga kesehatan pada saat kehamilan benar-benar dirawat dengan

baik, agar dapat melahirkan bayi dengan sehat dan selamat. Apalagi ditambah dengan

pendidikan ibu yang baik, tentu banyak informasi yang didapat sehubungan dengan perawatan

ibu selama hamil.

Pendidikan Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian BBLR

diketahui bahwa 8 responden (18%) ibu yang mempunyai pendidikan rendah melahirkan bayi

berat lahir rendah. Sedangkan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi 1 responden (2%)

melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,010, maka

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan

kejadian BBLR. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 12, artinya ibu dengan tingkat

pendidikan rendah mempunyai peluang 12 kali untuk melahirkan bayi berat lahir rendah.

Berdasarkan teori, pendidikan bagi perempuan memiliki makna yang sangat penting.

Selain dapat membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan ketidakberdayaan. Pendidikan

juga akan memperbaiki kondisi kehidupan kaum perempuan dalam banyak aspek atau

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 9: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

9  dimensi kehidupan. Dengan pendidikan yang lebih baik, maka kaum perempuan akan lebih

banyak terekspos dengan berbagai hal, terutama menyangkut kesehatan individu itu sendiri

(Sulistyastuti, 2007).

Di beberapa daerah, budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Segala

keputusan yang menyangkut kesehatan khususnya ibu, yang lebih berperan adalah suami atau

mertua. Sedangkan ibu sendiri tidak mempunyai wewenang dalam memutuskan masalah yang

terjadi terhadap dirinya hal ini sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang. Jika

ibu memiliki pendidikan tinggi, tentu pendapatnya akan didengar atau diterima oleh pihak

keluarga yang lain.

Dengan demikian tidak akan terjadi keterlambatan atau kelalaian dalam memecahkan

setiap masalah yang menyangkut kesehatan ibu sendiri. Ibu berpendidikan tinggi lebih

mampu merawat kesehatan dirinya, karena selain banyak informasi kesehatan yang didapat

juga mempunyai kekuatan dalam mengambil setiap keputusan. Apalagi menyangkut

kesehatan diri sendiri.

Status EkonomiHasil analisis hubungan status ekonomi dengan kejadian BBLR, diketahui

bahwa 5 responden (7%) ibu dengan status ekonomi rendah melahirkan bayi berat lahir

rendah, Sedangkan ibu yang berstatus ekonomi tinggi 4 responden (15%) melahirkan bayi

berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,247, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kejadian BBLR.

Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling

menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak memperoleh uang berarti

semakin baik makanan yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin

besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa

jenis bahan makanan lainnya (Syafiq et al., 2010).

Untuk mendapatkan gizi yang baik tidak selalu diukur dari tingkat status ekonomi

seseorang. Untuk mendapatkan makanan yang bergizi, tidak harus dalam harga tinggi.

Banyak makanan yang didapat dengan harga murah, tetapi mempunyai nilai gizi yang tinggi.

Hal ini mempunyai hubungan dengan pendidikan seseorang, bagaimana memilih makanan

yang mengandung zat gizi, serta mengolah makanan tanpa menghilangkan zat gizi tersebut.

Sehingga akan dapat mensejahterakan seluruh anggota keluarganya dan yang lebih penting

lagi bagaimana mengatur pengeluaran dalam rumah tangga, agar lebih bermanfaat untuk

kesehatan keluarga.

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 10: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

10  Status GiziHasil analisis hubungan antara status gizi ibu dengan kejadian BBLR diketahui

bahwa 3 responden (43%) ibu dengan status gizi kurang melahirkan bayi berat lahir rendah.

Sedangkan 6 responden (7%) melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p-value 0,005, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

status gizi ibu dengan kejadian BBLR. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 11, artinya ibu

dengan status gizi kurang mempunyai peluang 11 kali untuk melahirkan bayi berat lahir

rendah.

Berdasarkan teori, Kurang Energi Kronis (KEK) yang dinilai dengan LILA

berpengaruh terhadap kejadian BBLR. KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil dan janin

yang dikandungnya berupa peningkatan risiko kematian ibu saat melahirkan dan BBLR

(Syafiq et al., 2010).

Ibu yang mengalami kurang asupan gizi akan berdampak buruk bagi kesehatannya,

ditambah lagi diperlukan tenaga yang banyak pada saat melahirkan. Status gizi ibu yang

kurang pada saat hamil, akan membawa dampak terhadap janin yang dikandung.

Pertumbuhan janin didalam kandungan tidak optimal, bahkan sampai lahir akan berdampak

pada pertumbuhan dan perkembangan sesudah lahir.

HipertensiHasil analisis hubungan antara riwayat hipertensi ibu dengan kejadian BBLR

diketahui bahwa 3 responden (30%) ibu yang hipertensi melahirkan bayi berat lahir rendah.

Sedangkan ibu yang tidak mempunyai riwayat hipertensi 6 responden (7%) melahirkan bayi

berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,044, maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi ibu dengan kejadian BBLR.

Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 6, artinya ibu dengan riwayat hipertensi mempunyai

peluang 6 kali untuk melahirkan bayi berat lahir rendah.

Berdasarkan teori, tekanan darah tinggi dalam kehamilan (hipertensi) dapat

mengakibatkan menurun aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan

oksigen dan nutrisi pada bayi. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan bayi dan

meningkatkan risiko saat melahirkan. Perempuan dengan hamil hipertensi mempunyai risiko

tinggi untuk komplikasi berat seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak,

ataupun gagal organ hingga kematian. Sedangkan terhadap janin, hipertensi mengakibatkan

perkembangan janin dalam rahim terhambat, kelahiran sebelum waktunya dan kematian janin

dalam rahim (Lalage, 2013).

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hipertensi dapat mengalami berbagai masalah

kesehatan dan bayi mempunyai berat lahir yang rendah. Hal ini diakibatkan karena

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 11: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

11  terganggunya aliran darah di dalam tubuh ibu, sehingga mengganggu proses suplai nutrisi dan

oksigen ke tubuh janin melalui plasenta sebagai perantara. Janin yang kekurangan nutrisi,

akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal sehingga mengakibatkan bayi

menjadi tidak normal.

Penyakit InfeksiHasil analisis hubungan antara penyakit infeksi dengan kejadian BBLR

diketahui bahwa 3 responden (43%) ibu yang mempunyai riwayat penyakit infeksi

melahirkan bayi berat lahir rendah. Sedangkan ibu yang tidak mempunyai riwayat infeksi ada

6 responden (7%) melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value

0,015, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit

infeksi dengan kejadian BBLR. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 11, artinya ibu dengan

riwayat penyakit infeksi mempunyai peluang 11 kali untuk melahirkan bayi berat lahir

rendah.

Penyakit infeksi pada ibu saat hamil, dapat terjadi dua kemungkinan. Pertama bisa

memperburuk penyakit tersebut sehingga lebih berbahaya pada ibu hamil. Kedua dapat

mempengaruhi kehamilan itu sendiri, seperti: abortus, persalinan kurang bulan atau

mempengaruhi bayi atau jalannya persalinan. Pada umumnya, penyakit infeksi yang akut

lebih berat pada ibu hamil, apalagi jika persalianan terjadi karena saat persalinan

membutuhkan tenaga yang banyak dan juga kehilangan banyak darah, sehingga

mengakibatkan daya tahan tubuh ibu berkurang (Martaadisoebrataet al., 2012).

Penyakit infeksi dengan status gizi merupakan dua hal yang saling berhubungan.

Penyakit infeksi pada ibu hamil dapat menguras cadangan makanan di dalam tubuhnya. Hal

ini disebabkan oleh sistem tubuh yang terganggu dan dapat juga terjadi gangguan absorbsi

makananan yang dimakan, sehingga ibu mengalami kekurangan zat gizi. Begitu juga hal

dengan kurang gizi, dapat terjadi penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh mudah terkena

infeksi. Jadi ibu yang mengalami kurang gizi akan memberi dampak secara tidak langsung

terhadap janin yang dikandung. Dampaknya adalah terganggu proses tumbuh kembang,

sehingga pertumbuhan dan perkembangan menjadi tidak sempurna.

PerokokHasil analisis hubungan antara merokok dengan kejadian BBLR diketahui bahwa 2

responden (100%) ibu yang merokok melahirkan bayi berat lahir rendah. Sedangkan ibu yang

tidak merokok 7 responden (7%) melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-

value 0,007, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara merokok

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 12: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

12  dengan kejadian BBLR. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 14,000 artinya ibu yang

merokok mempunyai peluang 14 kali untuk melahirkan bayi berat lahir rendah.

Perempuan yang merokok pada kehamilan trimester dua atau tiga mempunyai risiko

yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi seorang perokok bukan hanya mempunyai

berat badan lahir yang rendah tetapi juga ukuran panjang tubuh, ukuran kepala dan dada yang

lebih kecil, pH darah tali pusat yang rendah, dan menunjukkan lebih banyak kelainan pada

pemeriksaan neurologis (Prawirohardjo, 2010).

Selain zat atau racun yang terkandung dalam rokok, akan mempengaruhi terhadap

suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Ibu perokok juga

mengalami gangguan pola makan dan racun dalam rokok dapat mempengaruhi penyerapan

makanan yang dimakan. Sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janin.

Ante Natal CareHasil analisis hubungan ANC dengan kejadian BBLR, diketahui bahwa 1

responden (14%) ibu yang melakukan ANC < 4 kali melahirkan bayi berat lahir rendah.

Sedangkan 8 responden (9%) ibu yang melakukan ANC ≥ 4 kali melahirkan bayi berat lahir

rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,494, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara ANC dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan teori, kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena

kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-

angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik

untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan

ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak

awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang

berat terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandung (Prawirohardjo,

2010).

Untuk ukuran jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan rata-rata ibu melakukannya

lebih dari 4 kali. Tetapi jumlah kunjungan belum tentu menggambarkan kualitas pemeriksaan

pelayanan ante natal itu sendiri. Dalam hal ini memungkinkan ibu untuk tidak mendapatkan

pelayanan ANC sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Berdasarkan waktu kunjungan di

posyandu yang relatif singkat dan peserta posyandu yang terdiri dari ibu hamil, bayi dan

balita dengan jumlah banyak, serta petugas kesehatan dalam hal ini dilakukan oleh tenaga

bidan yang berjumlah satu orang, tentu mengalami kesulitan dalam memberikan pelayanan

ante natal secara maksimal.

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 13: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

13  ParitasHasil analisis hubungan paritas dengan kejadian BBLR, diketahui bahwa 1 responden

(14%) ibu dengan paritas > 3 melahirkan bayi berat lahir rendah. Sedangkan 8 responden

(9%) ibu dengan paritas 1- 3 melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p-value 0,494 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

paritas dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan teori, ibu yang melahirkan anak lebih dari 3 orang, mengakibatkan terjadi

gangguan dalam kehamilan, seperti plasenta (ari-ari) yang letaknya dekat dengan jalan lahir,

menghambat proses persalinan, seperti gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak dan

posisi. Penyebab lain dapat juga terjadi perdarahan pasca persalinan, waktu ibu untuk

menyusui dan merawat bayi kurang, tumbuh kembang anak tidak optimal, serta menambah

beban ekonomi keluarga. Risiko yang dapat terjadi antar lain, berhubungan dengan segi

kesehatan dan segi ekonomi (BKKBN, 2007).

Faktor paritas atau jumlah anak mempunyai hubungan dengan status gizi. Dimana

jumlah anak yang banyak mempengaruhi kecukupan akan kebutuhan gizi dalam keluarga.

Namun diketahui bahwa selain faktor gizi masih banyak faktor-faktor lain yang

mempengaruhi terhadap kejadian BBLR. Walaupun jumlah anak dalam satu keluarga banyak,

tetapi seorang ibu mampu mengatur makanan yang bergizi sesuai dengan tingkat kebutuhan

masing-masing setiap anggota keluarga, maka asupan akan zat gizi terpenuhi.

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 14: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

14  

Tabel 2. Hubungan umur, pendidikan, status ekonomi, status gizi, hipertensi,

infeksi, perokok, ANC dan paritas dengan BBLR

Variabel Kejadian BBLR Jumlah P OR

CI 95% + - N % N % N %

Umur

1,000 0,507 0,60-4,317

Berisiko 1 5 18 95 19 100 Tdk Berisiko 8 10 73 90 81 100 Total 9 9 91 91 100 100

Pendidikan

0,010 11,676 1,401-97,322

Rendah 8 18 37 82 45 100 Tinggi 1 2 54 98 55 100 Total 9 9 91 91 100 100 Status Ekonomi

0,247 0,423 0,105-1,710

Rendah 5 7 68 93 73 100 Tinggi 4 15 23 85 27 100 Total 9 9 91 91 100 100

Status Gizi

0,015 10,875 1,966-60,148

Kurang 3 43 4 57 7 100 Baik 6 7 87 93 93 100 Total 9 9 91 91 100 100

Hipertensi

0,044 6,000 1,229-29,304

Ya 3 30 7 70 10 100 Tidak 6 7 84 93 90 100 Total 9 9 91 91 100 100

Infeksi

0,015

10,875

1,966-60,148 Ya 3 43 4 57 7 100 Tidak 6 7 87 94 93 100 Total 9 9 91 91 100 100

Perokok

0,007 14,000 6,857-28,586

Ya 2 100 0 0 2 100 Tidak 7 7 91 93 98 100 Total 9 9 91 91 100 100

ANC 0,494 1,771

0,189-16,595 < 4 Kali 1 14 6 86 7 100 ≥ 4 Kali 8 9 85 91 93 100 Total 9 9 91 91 100 100

Paritas 0,494 1,771

0,189-16,595 > 3 1 14 6 86 7 100 1-3 8 9 85 91 93 100 Total 9 9 91 91 100 100

Simpulan

Dari 100 responden, BBLR 9%, ibu umur berisiko 19%, ibu berpendidikan rendah

45%, status ekonomi keluarga rendah 73%, ibu dengan status gizi kurang 7%, ibu dengan

riwayat hipertensi 10%, ibu dengan riwayat penyakit infeksi 7%, ibu perokok 2%, ibu yang

melakukan ANC < 4 kali 7% dan ibu dengan paritas > 3 7%.Dari hasil penelitian bahwa dari

9 variabel antar lain karakteristik ibu (umur, pendidikan, status ekonomi, status gizi) dan

riwayat kesehatan ibu (hipertensi, penyakit infeksi, ibu perokok, ANC dan paritas), terdapat 5

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 15: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

15  variabel mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian BBLR.Adapun variabel yang

mempunyai hubungan signifikan adalah: tingkat pendidikan, status gizi, riwayat hipertensi,

penyakit infeksi dan ibu perokok. Dalam penelitian ini menggambarkan, bahwa riwayat

kesehatan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian BBLR di wilayah kerja

puskesmas kecamatan Cipayung Kota Depok.Sementara variabel yang tidak mempunyai

hubungan signifikan adalah: umur, status ekonomi, ANC dan paritas.

Saran

Peneliti menyarankankepada Dinas Kesehatan agar mengadakan pelatihan atau

penyegaran kompetensi bidan dalam melakukan ante natal care sesuai standar pelayanan

kebidanan dan kepada Puskesmas diharapkan agar meningkatkan jumlah dan mengaktifkan

kelompok kelas ibu hamil,meningkatkan pendidikan kesehatan atau penyuluhan yang

berkaitan dengan bahaya merokok terutama pada ibu hamil serta diharapkan kepada bidan,

agar setiap ibu hamil yang memeriksa kehamilan untuk dilengkapi pemeriksaan laboratorium

(HB, proteinuria, TB), pemeriksaan gigi dan penyakit infeksi lainnya. Untuk Posyandu

agarmeningkatkan kinerja posyandu, dalam mendeteksi dini ibu hamil yang berisiko tinggi

dan melakukan penjaringan ibu hamil KEK.

Daftar Referensi

1. Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. FKM,

Universitas Indonesia.

2. BKKBN. (2007). Ingin memiliki Kesehatan Reproduksi Prima? Hindari Kehamilan “4

Terlalu” . Jakarta.

3. Benson, C. Ralph, & Pernoll, L. Martin. (2009). Buku Saku Obstetri Ginekologi. Penerbit,

EGC. Jakarta.

4. BAPPENAS. (2010). Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium Indonesia. Jakarta.

5. BKKBN. (2011). Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Besar Nasional. Jakarta.

6. Depkes RI. (2008). Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK).

Jakarta.

7. Lalage, Zerlina. (2013). Menghadapi Kehamilan Berisiko Tinggi, penerbit, Abata Press.

Klaten.

8. Manuaba, Ida Ayu Chandra, et al. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB

Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit, EGC. Jakarta.

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013

Page 16: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat

16  9. Martaadisoebrata, Djamhoer, et al.(2012). BungaRampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.

Penerbit, Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.

10. “Peridontitis dan Kelahiran Prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah“. Jurnal Cermin

Dunia Kedokteran 167, Vol 36 no.1 Januari-Februari 2009 hal: 44.

11. Prawirohardjo, Sarwono (2010). Ilmu Kebidanan. Penerbit, Bina Pustaka. Jakarta.

12. Profil Dinas kesehatan. (2012). Kota Depok

13. Penulisan Pedoman Naskah Rinkas. Universitas Indonesia

14. Syafiq, Ahmad,et al. (2010). Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Departement Gizi FKM

UI. Jakarta.

Faktor-faktor..., Khairina, FKM UI, 2013