Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal ensikom

Citation preview

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    1/43

    JURNAL TEKNIK ELEKTRO

    Vol. 3, No. 1 Juni 2005 ISSN : 1693 6787

    SUSUNAN REDAKSI

    Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Teknik Elektro FT . USU

    Pemimpin Redaksi : Prof. Dr. Ir. Usman S. Baafai

    Redaksi Ahli : 1. Ir. Mustafrin Lubis

    2. Ir. R.Sugih Arto Yusuf

    3. Ir. Bonggas L.Tobing

    4. Ir. Djendanari Sembiring

    5. Ir. Risnidar Chan, MT

    6. Ir. T.Ahri Bahriun, M.Sc

    7. Ir. Syafruddin HS, MS

    8. Ir. M.Zulfin, MT

    Redaksi Pelaksana : 1. Ir. Zulkarnaen Pane

    2. Ir. Syahrawardi

    3. Ir .Surya Hardi, M.Sc

    4. Ir. Arman Sani, MT

    5. Soeharwinto, ST, MT

    6. Rejeki Simanjorang, ST, MT

    Sirkulasi/Publikasi : Ir. Surya Tarmizi Kasim

    Bendahara : Ir. Satria Ginting

    Administrasi : Marthin Luther Tarigan A.Md

    Alamat Redaksi : Fakultas Teknik USU

    Jl. Almamater Kampus USU Medan

    Telp. / Fax : (061) 8213246 8213250

    Frekuensi terbitan : 2 ( dua ) kali setahun

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    2/43

    JURNAL TEKNIK ELEKTRO

    TEKNIKENERGI-TEKNIKTELEKOMUNIKASI-TEKNIKKOMPUTER

    VOl. 3, NO. 1JUNI 2005 ISSN : 1693 - 6787

    DAFTAR ISI

    Salam Redaksi ...................................................................................................................... i

    Sistim Akuisisi Data

    F. Rizal batubara.. 1-4

    Implementasi Rangkaian Elektronika Menggunakan Teknologi Surface Mount

    Suherman ............................................................................................................................... 5-9

    Implementasi Sistem Step by Step Switching Menggunakan Komponen

    Terintegrasi

    Suherman ............................................................................................................................... 10-14

    Rele Tegangan Elektronik

    T.Ahri Bahriun ....................................................................................................................... 15-19

    Kajian Pemanfaatan Sistem Teknologi Pembangkit Tenaga Gasifikasi Batubara

    Tulus Burhanuddin Sitorus .................................................................................................... 20-26

    Pengukuran Tahanan Grid Pembumian pada Model Lapisan Tanah yang tidak

    Unifom

    Zulkarnaen Pane.................................................................................................................... 27-33

    Pedoman Penulisan Naskah Jurnal ENSIKOM................................................................ 34-35

    JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    3/43

    i

    SALAM REDAKSI

    Kami memanjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Ynag Maha Esa karena

    atas ridho nya Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM, Volume : 1, No. 3 Juni 2005 telah dapat diterbitkan dan sampai kehadapan para pembacayang budiman.

    Jurnal ENSIKOM adalah suatu jurnal ilmiah yang berisi hasil penelitian,kajian pustaka maupun rekayasa peralatan yang digunakan olehlaboratorium serta informasi yang berkaitan dengan Energi, SistemTelekomunikasi dan Komputer .

    Penerbitan Jurnal ENSIKOM ini diterbitkan setiap 6 (enam) bulan sekali,

    untuk itu kami harapkan partisipasi dari para ilmuan maupun praktisiuntuk mengisi tulisan pada Jurnal ini demi kemajuan ilmu Teknik Elektro.

    Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demikeberhasilan penerbitan Jurnal ini pada edisi berikutnya.

    Dalam kesempatan ini pula kami seluruh Redaksi Jurnal Teknik ElektroENSIKOM mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke- 40 DepartemenTeknik Elektro FT - USU (1965 2005). Semoga denganbertambahnya usia akan menjadikan departemen teknik elektro ft-usu

    menjadi lebih berkembang dimasa mendatang dalam menunjangkemajuan teknologi untuk kesejahteraan bangsa dan negara RepublikIndonesia.

    Atas perhatian dan partisipasinya dengan segala kerendahan hati, kamiucapkan banyak terima kasih.

    Wassalam

    REDAKSI

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    4/43

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    5/43

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    6/43

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    7/43

    Sistim Akuisisi Data (F. Rizal Batubara) 1

    SISTIM AKUISISI DATA

    F. Rizal batubara

    1

    1)Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

    Abstrak

    Sistem akuisisi data menkonversikan besaran fisis sumber data ke bentuk sinyal digital dan diolah oleh

    suatu komputer. Pengolahan dan pengontrolan proses oleh komputer memungkinkan penerapan

    akuisisi data dengansoftware. Konfigurasi sistem akuisisi data dapat di lihat dari banyaknya tranduser

    atau kanal yang digunakan, kecepatan pemrosesan data, dan letak masing-masing komponen pada

    sistem akuisisi data.

    Kata kunci: Akuisisi data, konverter A/D

    Abstract

    Data Acquisition System converts physical number of data sources to digital signal form and

    processed by computer. Processing and Controlling of process by computer allow the application of

    data acquisition with software. Configuration of data acquisition system can be known from number of

    tranducer or channel which are used, data processing speed, and position of each component on data

    acquisition system.

    Keywords: Data Acquisition, A/D converter

    Pendahuluan

    Sistim akuisisi data dapat didefinisikansebagai suatu sistem yang berfungsi untuk

    mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan

    data, hingga memprosesnya untuk menghasilkan

    data yang dikehendaki. Jenis serta metode yang

    di pilih pada umumnya bertujuan untuk

    menyederhanakan setiap langkah yang

    dilaksanakan pada keseluruhan proses.

    Suatu sistem akuisisi data pada umumnyadibentuk sedemikian rupa sehingga sistem

    tersebut berfungsi untuk mengambil,

    mengumpulkan dan menyimpan data dalam

    bentuk yang siap untuk diproses lebih lanjut.

    gambar 1 menunjukan diagram blok sistem

    akuisisi data.

    data pengkondisian

    sinyaltrand

    datapengkondi sian

    sinyaltrand

    mux

    pengiriman

    danpenyimpanan

    pengolahandata

    display

    Gambar 1. Diagram blok sistem akuisisi data.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    8/43

    2 Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (1 - 4)

    Perkembangan Sistem Akuisisi Data

    Pada mulanya proses pengolahan data lebih

    banyak dilakukan secara manual oleh manusia,sehingga pada saat itu perubahan besaran fisis

    dibuat ke besaran yang langsung bisa diamati

    panca indra manusia. Selanjutnya dengan

    kemampuan teknologi pada bidang elektrikal

    besaran fisis yang diukur sebagai data

    dikonversikan ke bentuk sinyal listrik, data

    kemudian ditampilkan ke dalam bentuk

    simpangan jarum, pendaran cahaya pada layar

    monitor, rekorder xy dan lain-lain.

    Sistem akuisisi data berkembang pesat sejalan

    dengan kemajuan dibidang teknologi digital dan

    komputer. Kini, akuisisi data menkonversikanbesaran fisis sumber data ke bentuk sinyal

    digital dan diolah oleh suatu komputer.

    Pengolahan dan pengontrolan proses oleh

    komputer memungkinkan penerapan akuisisi

    data dengan software. Software memberikan

    harapan proses akuisisi data bisa divariasi

    dengan mudah sesuai kebutuhan. Gambar 2

    menunjukan proses akuisisii data menggunakan

    komputer.

    trands A/D komputer

    memory

    mass storage

    Display

    Gambar 2. Komputer digital untuk kebutuhan akuisisi data

    trands filter S/H

    A/D Komputerdisplay

    A/D

    Gambar.3.Sistem akuisisi data kanal tunggal

    Fungsi masing-masing blok dalam sistem adalah sebagai berikut: Tranduser : berfungsi untuk merubah besaran fisis yang diukur kedalam bentuk sinyal listrik. Amp : berfungsi untuk memperbesar amplitudo dari sinyal yang dihasilkan transduser.

    LPF : berfungsi untuk membatasi lebar band frekuensi sinyal listrik dari data yang diukur. S/H : berfungsi untuk menjaga amplitudo sinyal analog tetap konstan selama waktu konversi

    analog ke digital. A/D : berfungsi untuk merubah besaran analog kedalam bentuk representasi numerik. D/A : berfungsi untuk merubah besaran numerik kedalam sinyal analog. Komputer : berfungsi untuk mengolah data dan mengontrol proses.

    Pada konfigurasi kanal tunggal, komputer berfungsi sebagai pemroses data dan juga pengontrol penguatansinyal.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    9/43

    Sistim Akuisisi Data (F. Rizal Batubara) 3

    Kofigurasi Sistem Akuisisi Data

    Suatu konfigurasi sistem akuisisi data sangat

    tergantung pada jenis dan jumlah tranduser serta

    teknik pengolahan yang akan digunakan.

    Konfigurasi ini dapat di lihat dari banyaknya

    tranduser atau kanal yang digunakan, kecepatan

    pemrosesan data dan letak masing-masing

    komponen pada sistem akuisisi data.

    Sistem kanal tunggal.

    Sistem kanal tunggal disebut juga sistem

    akuisisi data sederhana, ditunjukkan pada

    gambar 3.

    Sistem Kanal Banyak

    Terdapat tiga jenis metode untuk menyusun

    suatu sistem akuisisi data dengan banyak

    tranduser. Perbedaan utama pada ketiga jenis ini

    ditentukan oleh letak multiplexer didalam

    sistem.

    Sistem pertama meletakan multiplexer pada

    ujung bagian depan, sehingga sinyal analog

    yang mengalami proses pemilihan masuk

    kekanal. Pada cara kedua pemasangan

    multiplexer setelah terjadi pencuplikan dan

    holding sinyal, metode kedua lebih baik

    dibandingkan metode pertama. Metode ketiga

    merupakan metode yang terbaik, tetapi dengan

    penerapan masing-masing kanal mempunyai

    A/D sendiri mengakibatkan sistem menjadi lebih

    mahal dibandingkan cara sebelumnya. Gambar

    4. menunjukan sistem kanal banyak metode

    ketiga.

    Sistem Berkecepatan Tinggi

    Sistem akuisisi data yang menggunakan

    komputer digital sebagai pengolah data

    kecepatannya ditentukan oleh proses

    pengubahan sinyal analog ke digital. Untuk

    mempercepat akuisisi data biasanya digunakan

    suatu konverter analog ke digital yang

    berkecepatan tinggi yang disebut denganFLASH

    A to D. Bila kecepatan akuisisi masih ingin

    dipercepat, maka dapat digunakan teknik seperti

    yang diperlihatkan pada gambar 5. Cara inidigunakan dua buah A/D yang bekerja secara

    bergantian.

    input

    Analog

    A/D1

    A/D

    2

    MUX DIGITAL

    Sistem

    Komputer

    randsFilter S/H A/D

    randsFilter S/H A/D

    MUX

    Digital

    Sistem

    Komputer

    Gambar 4. Sistem Kanal Banyak Dengan Cara Ketiga

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    10/43

    4 Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (1 - 4)

    Sistem Akuisisi Jarak Jauh

    Suatu sistem akuisisi data yang mempunyai

    komponen pengambil dan pengolah data dengan

    jarak berjauhan, maka dibutuhkan media untuk

    mentransfer antara kedua sub sistem tersebut.Kondisi ini membutuhkan sistem memori yang

    disuplai baterai sebagai penampung sementara,

    memori seperti ini disebut sistem memori

    RAMPACK. Data yang diambil disimpan di

    memori RAMPACK, kemudian memori

    dibawah ketempat komputer pengolahan data.

    Sistem lain menggunakan sistem komunikasi,

    data diambil oleh transduser yang terletak jauh

    dari komputer kemudian data ditransmisikan

    melalui saluran komunikasi, bila saluran

    komunikasi merupakan sistem analog,

    diperlukan komponen yang disebut modem,

    ditunjukan gambar 6. Penyaluran data melalui

    jaringan ISDN bisa dilakukan dengan

    pemasangan langsung pada jack terminal

    saluran tersebut, terlihat pada gambar 7.

    Kepustakaan

    Austerlitz, Howard. Data Acquisition

    Techniques Using PCs, San Diego:

    Academic Press; 2003.

    Gadre, Dhananjay V.Programming the Parallel

    Port: Interfacing the PC for Data

    Acquisition and Process Control,

    Berkeley: CMP Books; 1998.

    James, Kevin. PC Interfacing and Data

    Acquisition, Oxford: Newnes; 2000.

    input

    AnalogA/D Komputer Modem

    sistem komunikasi

    analog

    Modem Komputer Mass

    Storage

    Gambar 6. Sistem Akuisisi Data Pada Saluran Komunikasi Analog

    Input

    AnalogSstemKomputerA/D

    ISDN SISTEMkOMPUTER MassStorage

    Gambar 7. Sistem Akuisisi Jarak Jauh Pada saluran ISDN

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    11/43

    Implementasi Rangkaian Elektronika Menggunakan Teknologi Surface Mount 5

    IMPLEMENTASI RANGKAIAN ELEKTRONIKAMENGGUNAKAN TEKNOLOGI SURFACE MOUNT

    Suherman

    1

    1)Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

    Abstrak

    Salahsatu perkembangan perangkat elektronika adalah miniaturisasi, yakni pengurangan pada volume

    perangkat. Dan teknologi yang berperan penting dalam proses miniaturisasi adalah teknologi SurfaceMount. Teknologi Surface Mount adalah teknologi komponen yang berusaha nengurangi ukuran

    komponen dan diletakkan secara langsung pada permukaan PCB. Teknologi ini menggantikan

    teknologi sebelumnya, yakni teknologi thru hole, dimana dalam pemasangannya dilakukan pelubangan

    pada PCB.

    Pemakaian komponen ini telah merata pada semua perangkat elektronika. Namun sangat disayangkan,

    teknologi ini sangat asing di ndonesia, baik pada tingkat industri, pasar komponen, maupun pada

    kurikulum perguruan tinggi. Tulisan ini akan mengulas mengenai teknologi elektronika surface mount,

    komponen, peralatan pendukung serta proses implementasi rangkaian.

    Kata kunci : Elektronika, surface mount, thru hole

    Abstract

    Miniaturization is one of the electronics devices development that reduce equipment size. Surface

    mount technology fullfil this requirement. Surface Mount is an electronics devices technology that

    reduce the size and mounting the components on the board surface directly. This technology then

    replace through hole technology that using hole on PCB, even sometimes they are combined.

    All electronics devices are now using surface mount, but it still unknown well in Indonesian factory,

    market or in the university curriculum. This paper describe surface mount technology, its components,

    devices and implementation process.

    Keywords : Electronics, surface mount, thru hole

    1. Pendahuluan

    Teknologi Surface Mount adalah

    teknologi komponen elektronika terintegrasi

    dengan cara peletakan (mounting) komponen

    secara langsung pada permukaan (surface) PCB.

    Teknologi ini menggantikan teknologi

    sebelumnya, yakni teknologi thru hole (through

    hole), dimana dalam pemasangannya dilakukan

    proses pelubangan pada PCB. Pada gambar 1

    (Sam Ulbing, 1999) terlihat perbedaan

    perangkat yang tersusun dari komponen surface

    mount dan komponen thru hole.Beberapa keuntungan penggunaan

    komponen Surface Mount dibandingkan thru

    hole antara lain adalah, memiliki komponen

    yang lebih kecil sehingga mengurangi volume

    rangkaian (denser layout), mengurangi biaya

    produksi, memerlukan catudaya lebih rendah,

    pemasangan PCB lebih mudah karena tanpa

    pelubangan juga mempermuda proses perakitan

    otomatis. Selain itu, kebanyakan perangkat RF

    memerlukan jumper yang pendek untuk

    mengurangi interferensi, Surface Mount sangat

    mendukung hal ini. Surface mount juga

    memiliki frekuensi respons dan ketahanan

    EMI/RFI yang lebih baik.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    12/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (5 - 9)6

    Gambar 1.Perbandingan Surface Mount dan

    Thru Hole

    Namun demikian, ada beberapa

    kesulitan yang dihadapi dalam implementasi

    komponen SMT/SMD (Surface MountTechnology / Surface Mount Devices) antara

    lain, kerapatan komponen menyebabkan cepat

    panas, sehingga membutuhkan sistem pendingin

    atau chasing yang mendukung sirkulasi udara.

    Kepadatan komponen menyebabkan sedikit

    ruang untuk pembersihan. Karena kecil, inspeksi

    kerusakan secara visual sulit, sehingga

    membutuhkan alat bantu. Peletakan komponen

    memerlukan ketelitian yang tinggi. Proses

    assembly secara manual sulit dilakukan.

    2. Kemasan KomponenKemasan komponen pasif thru hole adalah

    komponen diskrit dengan ukuran relatif besar

    dan pin yang panjang. Komponen aktif thru hole

    yang berbentuk IC memiliki kemasan DIP (Dual

    Inline Packet), ZIP (Zigzag Inline Packet) dan

    PGA (Pin Grid Array). DIP memiliki jumlah pin

    6 sampai 64 pin. ZIP terdiri 20 sampai 40 pin,

    Sedangkan PGA memiliki jumlah pin yang

    besar sampai 400 pin. Gambar 2 menunjukkan

    contoh IC dengan kemasan DIP dan PGA.

    Gambar 2 Kemasan IC Thru Hole

    Pada perkembangan selanjutnya,

    kemasan thru hole dikembangkan menjadi

    beberapa bentuk, termasuk menjadi kemasan

    komponen surface mount. Gambar 3

    menunjukkan perkembangan kemasan IC thru

    hole dan surface mount.

    Gambar 3 Kemasan IC Thru Hole dan Surface

    Mount

    Kemasan IC surface mount terdiri atas

    SOP, SOJ, SSOP, TSOP, QFJ, QFP, TQFP,

    LQFP, TCP, CSP dan BGA. Sementara

    komponen pasif surface mount berbentuk chip

    (chip resistor, chip kapasitor dan chip induktor)

    dengan 2 pin serta berbentuk network dengan

    jumlah pin lebih dari 2 (contoh resistor

    network). Kemasan transistor dan dioda serta

    beberapa IC dalam bentuk SO (Small Outline),

    contoh SOT-32 (Small Outline Transistor).

    Selain berbentuk paket plastik, IC surface juga

    dapat berbentuk paket keramik.

    Gambar 4. Resistor Surface Mount

    1 2

    p substraten isolation region

    p resistor

    (b) Network Resistor

    (c) Resistor

    (a) Konstruksi Chip Resistor

    Rangkaian dengan Thru Hole

    Rangkaian dengan Surface Mount

    Pemasangan Komponen

    (a) Thru Hole (b) Surface Mount

    (a) Kemasan DIP

    (b) ZIP

    (c) PGA

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    13/43

    Implementasi Rangkaian Elektronika Menggunakan Teknologi Surface Mount 7

    3. Komponen Pasif Surface Mount3.1Resistor

    Beberapa teknologi resistor surface mount

    yang ada di lapangan adalah teknologi thick

    film, thin film, MELF, wirewound, carbon film,

    metal film dan lain-lain. Resistor SMT

    berbentuk chip resistor dan network resistor.

    Kebanyakan chip resistor berbasis

    teknologi thick film, dimana permukaannya

    diberi pelindung gelas, dan menggunakan pin

    nikel, konstruksinya ditunjukkan pada gambar 4.

    Resistor MELF (Metallized Electrode

    Face) merupakan pengembangan resistor dengan

    elektroda metal. Resistor MELF dibuat dari

    lilitan bahan resistif. Harga resistor ini lebih

    murah tetapi memiliki kualitas yang lebih buruk

    dibandingkan thick film.

    Resistor dalam jumlah banyak (Networkresistor) dibuat dari bahan thick film,

    semikonduktor maupun metal oxide).

    Kemasannya dalam bentuk SO (Small Outline)

    dengan jumlah pin berkisar 8 dengan penamaan

    sederhana.

    Lapisan semikonduktor yang digunakan

    untuk membentuk resistor sangat tipis seperti

    pada gambar 4c. Penambahan resistansi

    diperoleh dengan menyusun lapisan memanjang.

    Beberapa resistor tidak disertai kode nilai,

    untuk mengukurnya menggunakan ohmmeter.

    Beberapa resistor menggunakan kode 3 digit,contohnya 102, berarti 10x10

    2= 1kOhm ataupun

    menggunakan kode lebih dari 3 digit seperti

    pada tabel 1.

    Terdapat juga cara pengkodean yang

    disebut EIA-96 marking methode yang berisi 3

    karakter kode. Dua karakter pertama

    menunjukkan nilai sesuai dengan tabel 2.

    Sedangkan digit ketiga adalah multiplier.

    Multiplier berupa angka.

    Contoh penamaan, kode 22A, berarti 165

    Ohm, 68C berarti 49900 Ohm atau 49,9kOhm.

    Namun kode ini hanya untuk resistor dengan

    toleransi 1%. Untuk toleransi yang lebih besar,

    memiliki tabulasi sendiri.

    Tabel 1. Contoh penandaan resistor SMT(G4PMK, 2003)

    Contoh 3 digit Contoh 4 digit

    330 adalah 33 ohm -bukan 330 ohm

    1000 adalah 100 ohm bukan1000 ohm

    221 adalah 220 ohm4992 adalah 49 900 ohm,adalah 49.9 kohm

    683 adalah 68 000 ohm,

    atau 68 kohm

    16234 adalah 162 000 ohm,

    adalah 162 kohm

    105 adalah 1 000 000ohm, atau 1 Mohm

    0R56 adalah R56 adalah 0.56ohms

    8R2 adalah 8.2 ohm

    Tabel 2. Kode EIA-96

    code value code value code value code value code value code value

    01 100 17 147 33 215 49 316 65 464 81 681

    02 102 18 150 34 221 50 324 66 475 82 698

    03 105 19 154 35 226 51 332 67 487 83 715

    04 107 20 158 36 232 52 340 68 499 84 732

    05 110 21 162 37 237 53 348 69 511 85 75006 113 22 165 38 243 54 357 70 523 86 768

    07 115 23 169 39 249 55 365 71 536 87 787

    08 118 24 174 40 255 56 374 72 549 88 806

    09 121 25 178 41 261 57 383 73 562 89 825

    10 124 26 182 42 237 58 392 74 576 90 845

    11 127 27 187 43 274 59 402 75 590 91 866

    12 130 28 191 44 280 60 412 76 604 92 887

    13 133 29 196 45 287 61 422 77 619 93 909

    14 137 30 200 46 294 62 432 78 634 94 931

    15 140 31 205 47 301 63 442 79 649 95 953

    16 143 32 210 48 309 64 453 80 665 96 976

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    14/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (5 - 9)8

    3.2KapasitorKomponen kapasitor SMT paling banyak

    terbuat dari keramik. Kapasitor keramik SMT

    tersedia dalam bentuk fixed ataupun variabel.

    Sedangkan kapasitor film plastik dan elektrolit

    aluminium jarang digunakan. Kapasitor keramik

    memiliki desain dielektrik berlapis seperti pada

    gambar 5 (Bryan Bergeron, 1991). nilai

    standartnya dari 1pF sampai 1 uF dengan range

    tegangan 25 sampai 200V. Ukuraan sebuah

    kapasitor keramik SMT sangat kecil, berkisar

    3,2 x 2,5 x 0,7 mm.

    Tabel 3. Multiplier (G4PMK, 2003)

    letter multiplier letter multiplier

    F 100000 B 10

    E 10000 A 1

    D 1000 X or S 0.1

    C 100 Y or R 0.01

    Selain keramik, terdapat juga kapasitor

    SMT tantalum dengan nilai kapasitansi

    mencapai 220 uF, rating tegangan 50V.

    Gambar 5. Konstruksi Kapasitor SMT

    Kapasitor SMT umumnya tanpa penanda.

    Jika tanpa kode, satu-satunya cara

    mengetahuinya adalah dengan menggunakan

    kapasitansi meter. Beberapa capasitor

    menggunakan kode yang berisi 2 atau 3

    karakter. Karakter pertama adalah kode pabrik,

    karakter kedua adalah mantisa (dengan nilai

    tertentu), karakter ketiga adalah multipier. Basis

    nilai adalah pF. Contoh KA2, K adalah kodepabrik (pabrik Kemet), A adalah 1.0 dan 2

    adalah 102, sehingga KA2 bernilai 100pF. Tabel

    4. menunjukkan kode-kode tersebut.

    Tabel 4. Kode penandaan kapasitor SMT.

    Let Mant Let Mant Let Mant Let Mant

    A 1.0 J 2.2 S 4.7 a 2.5B 1.1 K 2.4 T 5.1 b 3.5

    C 1.2 L 2.7 U 5.6 d 4.0

    D 1.3 M 3.0 V 6.2 e 4.5

    E 1.5 N 3.3 W 6.8 f 5.0

    F 1.6 P 3.6 X 7.5 m 6.0

    G 1.8 Q 3.9 Y 8.2 n 7.0

    H 2.0 R 4.3 Z 9.1 t 8.0

    y 9.0

    (let.=letter, mant.= mantissa)

    Kapasitor elektrolit SMT memiliki

    penandaan yang berbeda. Nilai rating tegangan

    dituliskan dengan hurup pada digit pertama,

    diikuti dengan digit nilai dan multiplier. Basis

    perhitungan adalah pF. Contoh, A475, A =

    10V, 475 = 47x105 pF, sehingga A475 adalah

    4,7mF 10V. Kode rating tegangan kapasitor

    meliputi : e=2,5 ; G=4 ; J=6,3 ; A=10 ; C=16 ;

    D=20 ; E=25 ; V=35 ; dan H =50.

    3.3InduktorInduktor SMT terbuat dari bahan keramik

    ataupun core ferit dengan konstruksi yang

    kompak disesuaikan ukuran komponen lainnya,

    beberapa induktor memiliki ukuran 4, x 3,2 x

    2,6 mm. Nilai induktansinya bervariasi dari 0,1

    uH sampai 2,2 uH dengan rating arus sampai 0,5

    A.

    Namun perkembangan teknologi SMT saat

    ini menghasilkan induktor SMT sampai bernilai

    10.000 uH dan rating sampai 50A, seperti

    produksi Vishay (www.vishay.com).

    3.4 Komponen LainnyaSeiring dengan pperkembangan komponen

    pasif utama di atas, komponen pasif pendukung

    lainnya juga mengalami miniaturisasi, walau

    dalam beberapa aplikasi masih ditemukan

    kombinasi komponen SMT dengan komponen

    thru hole. Komponen pendukung tersebut seperti

    konektor, rele, fuse, switch, choke,

    transformator, LC filter, tee bias, kristal, sensor

    dan lain-lain.

    (a)

    (c)

    b

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    15/43

    Implementasi Rangkaian Elektronika Menggunakan Teknologi Surface Mount 9

    4. Komponen Aktif Surface MountKomponen aktif terdiri dari dioda,

    transistor, dan komponen terintegrasi.

    Komponen aktif SMT tersedia dalam kemasan

    small outline (SO), quad flat pack (QFP),

    plastic-leaded chip carrier (PLCC), tape-

    automated bonding (TAB), leadless ceramic

    plastic carrier (LCCC). Sebahagian kemasan

    tersebut terdapat pada gambar 3.Sebagai

    alternatif, juga terdapat variasi pin chip. Pin atau

    lead tersedia dalam bentuk gull-wing, J-lead,

    dan I-lead seperti pada gambar 6a. Kemasan SO

    tersedia dari 3 sampai 28 pin, kemasan QFP

    memiliki pin 64 sampai 196 dengan bentuk gull-

    wing. PLCC memiliki pin sampai 84 dengan J-

    lead di empat sisinya, sedangkan LCCC lebih

    kompak dimana pin terdapat di sebelah dalam

    sehingga tidak memungkinkan penanganansecara manual.

    Gambar 6. (a) lead gull-wing, J-lead dan I-lead

    (b) small outline transistor SOT-23 dan SOT-89

    (c)kemasan dan footprintnya

    Transistor umumnya menggunakan

    kemasan SO, gambar 6b menunjukkan

    konstruksi transistor SMT dalam kemasan SO.

    Transistor dengan dissipasi daya maksimum

    200mW menggunakan kemasan SOT-23,

    sedangkan kemasan yang lebih besar

    menggunakan SOT-89 yang mampu mendisipasi

    daya sampai 500mW.

    Dalam peletakan komponen SMT di pcb,perlu diketahui footprint komponen. Masing-

    masing kemasan memiliki bentuk footprint

    tertentu dan standar seperti pada gambar 6c.

    Dioda memiliki kemasan seperti chip

    resistor maupun sama dengan transistor

    terkecuali 1 pin tidak digunakan. Kemasan yang

    banyak digunakan dioda adalah SOT-23, SOT-

    323, SOD-80, SOD-123 dan SOD-132.

    Kemasan dengan 3 pin (SOT) juga dapat berisi

    dual dioda. Baik transistor maupun dioda,

    masing-masing pabrikan memiliki penamaan

    yang berbeda, sehingga cukup sulit dalam

    mengidentifikasi.

    Seperti yang disinggung di bagian

    pendahuluan, kemasan komponen SMT

    memiliki banyak keunggulan dibandingkan thru

    hole, salahsatunya lumped component atau nilai

    terdistribusi dari induktansi dan kapasitansi.

    Nilai-nilai yang dihasilkan karena interaksi antar

    pin ini akan menghasilakan RFI/EMI. Tabulasi

    perbandingan nilai kapasitansi dan induktansi

    terdistribusi dapat dilihat pada tabel 5.

    Komponen aktif lain seperti MOV, SCR,

    DIAC, TRIAC, Op Amp, RFIC, microstrip,

    MMIC, Microwave device, IC digital,

    interfacing chip, IC mikrokontroler,

    mikroprosesor, dan IC regulator tersedia dalam

    kemasan SMT. Beberapa vendor yang

    menyediakan komponen SMT seperti Digi-Key(digikey.com), Newark (www.newark.com),

    Keytronics (www.eytronics.com), Avnet

    (www.vnet.com), Jameco (jameco.com), dan

    EDX (www.edxelectronics.com).

    (a) (b) (c)

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    16/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (10 - 14)10

    IMPLEMENTASI SISTEM STEP by STEP SWITCHINGMENGGUNAKAN KOMPONEN TERINTEGRASI

    Suherman

    1

    1)Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

    Abstrak

    Sentral yang menggunakan sistem step by step switching telah lama ditinggalkan. Teknologi telah

    beralih ke sistem switching digital common control, bahkan berbasis packet switching khususnya

    penggunaan IP based Network. Namun demikian, teknologi switching step by step yang dahuluberbasis sistem mekanis masih dapat diperbaharui dengan memanfaatkan komponen terintegrasi

    (integrates cicuit, IC).

    Sistem switching step by step dengan komponen terintegrasi ini dapat dimanfaatkan untuk membentuk

    sistem PABX kapasitas kecil. Karena dibentuk dengan memanfaatkan komponen terintegrasi,

    teknologi ini memungkinkan untuk diimplementasikan dalam bentuk IC tunggal (Application Specipic

    Integrated Circuit, ASIC). Sehingga akan diperoleh komponen PABX mini yang lebih sederhana

    dibandingkan PABX berbasis microcontroller.

    Kata kunci: Switching, step by step, PABX, telepon, extension, trunk

    Abstract

    munication exchange which used step by step switching system are obsolete. Technology had move tothe digital common control switching system even based on switching package, especially using IP

    based network. Even though, the step by step switching system technology based on mechanical

    switching system are renewable by using integrated circuits ICs.

    Step by step switching system using the integrated circuits technologies can be used to build a small

    capacity PABX system. Because of built by using ICs, this technology can be implemented in the form

    of single chip IC (Application Spesific Integrated Circuits, ASIC). This will give small PABX

    components which is more simple compared to microcontroller base PABX.

    Keywords: Switching, step by step, PABX, telepon, extension, trunk

    1. PendahuluanSistem switching merupakan bagian dari

    teknologi telekomunikasi. Sistem switching

    manual mengawali teknologi ini, kemudian

    ditemukan sistem switching otomatis oleh

    Almon B. Strowger dengan sistemnya yang

    dikenal sebagai sistem step by step atau direct

    control. Sistem inilah yang diadopsi dalam

    tulisan ini.

    Pada perkembangan selanjutnya, muncul

    sistem switching common control atau indirect

    control yang diawali oleh Gothief Betulanderdengan switch crossbar. Sistem common control

    berkembang dari sistem crossbar, electro-

    mekanis, elektronis, analog sampai sistem

    switching digital. Sistem switching step by step

    semakin ditinggalkan.

    2. Sistem Switching Step by StepSentral Step by step adalah sistem

    switching otomatis yang paling tua dan paling

    sederhana. Step by step switching menggunakan

    pengontrolan dial langsung (direct-dial control)

    dimana switch secara langsung merespon digit

    yang dikirimkan telepon ke masing-masing

    tingkatan switch. Sistem switching inimendominasi dunia telekomunikasi sampai

    tahun 1970.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    17/43

    Implementasi Sistem Step by Step Switching Menggunakan KomponenTerintegrasi (Suherman)

    11

    Komponen utama yang digunakan oleh

    sistem switching step by step adalah selektor.

    Selektor merupakan alat pemilih yang

    menghubungkan satu masukkan (inlet) dengan

    beberapa pilihan keluaran (outlet), (Sigit

    Haryadi, 1985). Selektor elektromekanik

    digerakkan secara elektromagnetik maupun

    dengan mempergunakan elektromotor. Gambar

    1 menunjukkan konstruksi selektor (Suherman,

    2004).

    Gambar 1. Selektor

    Selektor dalam keadaan awal berada pada

    home position, saat menerima impuls dari

    pesawat telepon, wiper atau tungkai selektor

    akan berpindah. Perpindahannya ditentukan oleh

    besarnya impulse tadi. Setiap output selektor

    dihubungkan dengan saluran ke telepon lain.

    Gambar 2. Sistem switching step by step

    Sentral step by step terdiri dari beberapa

    bagian, di antaranya SLIC, linefinder, alloter,

    group selector dan final selector. SLIC atau

    Subcriber Line Interface Circuit digunakan

    sebagai rangkaian interface ke pelanggan,

    linefinder merupakan selector yang merespons

    telepon yang meminta layanan, alloter

    merupakan selector yang mencari outlet sesuai

    impuls yang diberikan telepon sedangkan

    preselector, group selector dan final selector

    adalah penamaan kelompok-kelompok selektor.

    Gambar 2 (Suherman, 2004) menunjukkan

    bagian switching step by step.

    3. Aplikasi Switching Step by StepGambar 3 merupakan contoh switching

    step by step sederhana yang melayani 5

    pelanggan dan 1 trunk untuk ke sentral lain

    (105). Karena kapasitasnya yang kecil, makaselektor yang dipakai hanyalah Line Finder, dan

    Final Selector (Suherman, 2004).

    Masing-masing pelanggan dihubungkan ke

    SLIC dan terhubung ke 3 Line Finder. 3 line

    finder berarti setiap saat ada 3 telepon yang bisa

    menggunakan sentral. Dibandingkan jumlah

    pelanggan, diperoleh perbandingan 3 : 5 atau

    60%. Persentasi ini sering disebut sebagai

    konsentrasi. Jika disebut 20%, maka hanya 20%

    dari pelanggan yang bisa menggunakan sentral

    secara bersamaan.

    Sentral dengan 5 pelanggan di atasmenggunakan 3 Line Finder yang menghasilkan

    3 telepon yang bisa aktif secara bersamaan

    dengan pertimbangan, 1 telepon menelpon

    kesentral lain dan 2 telepon menelepon

    pelanggan di dalam sentral, sehingga 5 pesawat

    telepon dapat aktif secara bersamaan.

    Line

    Finder

    Controller

    SLIC

    Line

    Finder

    Controller

    Line

    Finder

    Controller

    SLIC

    SLIC

    SLIC

    Selector

    Controller

    Selector

    Controller

    Selector

    Controller

    Ke

    Sentral Lain

    10

    1

    10

    5

    5

    5

    0

    5

    5

    5

    SLIC

    4

    3

    2

    1

    5

    Gambar 3. Sistem Switching Step By Step Kapasitas 105

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    18/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (10 - 14)12

    4. Implementasi Line Finder TunggalImplementasi switch terintegrasi dapat

    mempergunakan IC 4066 atau IC sejenisnya. IC

    ini menghubungkan input-output jika pin

    kendali berlogika 1. Gambar 4 menunjukkan

    implementasi selektor line finder dengan

    menggunakan IC 4066 dengan gerbang logika

    serta IC latch.

    Input gerbang logika berasal dari deteksi

    hook. Saat semua hook tertutup, gerbang logika

    (output gerbang OR) akan menghasilkan output

    logika 0. Output ini mengendalikan pin enable

    IC latch. Kondisi logika 0 menyebabkan IC

    latch dalam kondisi enable, input yang berasal

    dari deteksi hook akan dihubungkan ke output

    latch. Jika semua telepon dalam kondisi tertutup,

    maka output IC latch akan berlogika 0, sehingga

    tidak ada switch yang tertutup. Saat salah satuhook telepon diangkat, maka output gerbang

    akan menjadi tinggi, menyebabkan input sesaat

    IC latch disalurkan ke output kemudian

    kondisinya mengunci (latch). Output akan

    menghubungkan switch bersesuaian dengan

    hook yang diangkat. Telepon tersebut

    menduduki switch. Saat telepon lain diangkat,

    tidak akan mengganggu kondisi switch selama

    ia masih diduduki.SELECTOR - LINE FINDER

    (IC SWITCH 4066)

    SLIC

    SLIC

    SLIC

    SLIC

    SLICSWITCH

    CONTROL

    IC QUAD

    LATCH

    LINE FINDER CONTROLLER

    VOICECHANNEL

    HOOK

    DETECT

    TELEPHONELINE

    Gambar 4. Line Finder Untuk Aplikasi Tunggal

    5. Implementasi Line Finder JamakUntuk aplikasi line finder lebih dari satu,

    diperlukan rangkaian kendali yang

    mengendalikan penggunaan switch satu persatu.

    Jika line finder bertingkat hanya menggunakan

    rangkaian pada gambar 4, maka saat salah satu

    telepon diangkat, semua line finder akan

    diduduki.

    SELECTOR - LINE FINDER(IC SWITCH 4066)

    SLIC

    SLIC

    SLIC

    SLIC

    SLICSWITCH

    CONTROL

    IC QUADLATCH

    VOICECHANNEL

    HOOK DETECT

    TELEPHONE

    LINE

    SWITCHCONTROLKESELECTOR LAIN

    SWITCHCONTROLDARI

    SELECTOR LAIN

    LINE FINDER CONTROLLER

    Gambar 5. Line Finder Jamak

    Kondisi di atas dapat dihindari dengan

    menambahkan gerbang AND pada input

    gerbang pengendali. Input gerbang AND berasaldari line finder lain. Rangkaian lengkap

    ditunjukkan pada gambar 5.

    6. Implementasi Final SelectorSetelah menduduki line finder, pesawat

    telepon yang diangkat menekan nomor telepon

    yang dituju. Nomor dalam bentuk DTMF ini

    akan menggerakkan final selector. Nada DTMF

    akan dideteksi oleh DTMF detektor. DTMF

    detector atau DTMF receiver dapat

    menggunakan IC MT8870. Output DTMF

    receiver akan didekodekan menggerakan switch.Tetapi untuk menghindari pendudukan switch

    terus menerus saat panggilan berakhir yang

    disebabkan output DTMF receiver yang bersifat

    mengambang (latch), maka pengontrolan juga

    dikendalikan oleh sinyal call control yang

    berasal dari output gerbang di line finder, serta

    pin Std yang berasal dari DTMF receiver.FINAL SELECTOR

    (IC SWITCH 4066)

    VOICECHANNEL

    SWITCH

    CONTROL

    VOICECHANNEL

    BCD - DECIMAL

    ENCODER

    CALL

    CONTROL

    DTMF RECEIVER

    DLATCH

    QSET

    Clk

    Std

    FINAL SELECTOR CONTROLLER

    Gambar 6. Rangkaian Final Selector

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    19/43

    Implementasi Sistem Step by Step Switching Menggunakan KomponenTerintegrasi (Suherman)

    13

    Gambar 6 menunjukkan rangkaian

    lengkap final selector. Switch akan

    menghubungkan voice channel telepon

    pemanggil ke telepon yang dipanggil.

    7. Implementasi SLICSLIC atau Subcriber Line Interface Card

    adalah rangkaian antarmuka telepon pelanggan

    yang melakukan fungsi suplai tegangan 48V,

    perlindungan tegangan lebih, sinyal dering,

    ringback tone, deteksi hook dan fungsi-fungsi

    signaling pelanggan lainnya. Dalam sentral

    digital, fungsi SLIC mencakup BORSCHT,

    yakni battery feeding, overvoltage protection,

    ringing, supervision, coding, hibrid dan test.

    SLIC pada sentral umumnya dalam bentuk

    modul kapasitas 8, 16 atau 32 telepon.

    OT600

    Telepon

    4

    5

    2

    1

    4N25

    +48V

    5V

    5 V

    5V

    BD139

    100K

    2x1N4148

    100nF

    10uF 10K

    10K

    10K

    4K7

    10K

    10K

    10uF

    10uF/

    100V

    470470470

    MOV

    Deteksi

    Hook

    Sinyal

    Dering

    Sinyal

    Suara

    SinyalRingback Tone

    Kontrol

    Dering

    Gambar 7. Rangkaian SLIC sederhana

    Salah satu contoh rangkaian SLIC

    ditunjukkan pada gambar 7. Suplai tegangan

    telepon sebesar 48V akan mengalirkan arus

    berkisar 20mA saat telepon diangkat. Arus akan

    mengalir melalui optocoupler 4N25 melalui

    rangkaian penarik arus BD139. Saat arus

    mengalir menyebabkan tegangan pada pin

    kolektor 4N25 akan turun dari 5V menjadi 0V.

    Pin 5 ini akan berfungsi sebagai pendeteksi hook

    saat telepon diangkat. Saat telepon akan diberi

    nada dering (kondisi tertutup, on hook), kontrol

    dering diberi tegangan yang menyebabkan rele

    berpindah dari catuan 48V ke catuan tegangan

    dering AC (sekitar 55Vac 90Vac). Saat ingin

    memberikan sinyal ringback tone, sinyal akan

    dikopling melalui kopling capasitor, pembagi

    tegangan dan trafo. Fungsi trafo digunakan

    untuk mencegang tegangan 48V masuk ke line

    finder maupun final selector.

    Pencegahan tegangan lebih yang dapat

    merusak rangkaian menggunakan MOV (MetalOxide Varistor), yakni komponen yang identik

    dengan 2 buah zener diode bertolak belakang

    yang memberikan stabilisasi nilai tegangan.

    8. Implementasi TrunkingTrunking menghubungkan sentral ke

    sentral lain. Saat panggilan keluar (outgoing

    call), trunk dihubungkan ke final selector,

    sedangkan saat panggilan masuk (incoming

    call), trunk dihubungkan dengan line finder.

    Sehingga dibutuhkan rangkaian khusus sebagai

    antarmuka trunking. Gambar 8 menunjukkan

    blok antarmuka trunking.

    9. Komparasi TeknologiSistem step by step terintegrasi memiliki

    kelebihan dibandingkan sentral step by step

    konvensional. Hal ini disebabkan adanya

    reduksi volume selector. Namun jikadibandingkan teknologi common control, baik

    sentral analog maupun sentral digital, sentral ini

    memiliki banyak kekurangan.

    Kebutuhan komponen relatif besar jika

    implementasinya menggunakan teknologi

    SSI/MSI serta komponen pasif yang terdapat di

    pasaran. Untuk implementasi gambar 3,

    membutuhkan 5 buah SLIC dengan kepadatan

    25 komponen per SLIC, 3 buah line finder

    dengan kepadatan 15 komponen per line finder,

    membutuhkan 3 buah final selector dengan

    kepadatan 10 komponen per unit.

    Trunk

    Interface

    SLIC

    Trunk

    Ke

    Line Finder

    Ke

    Final Selector

    Gambar 8. Blok Antarmuka Trunk

    Pada gambar 3, trunking hanya berfungsi

    sebagai outgoing call, sehingga dibutuhkan 1rangkaian interface trunk dengan komposisi 10

    komponen. Sehingga perkiraan total komponen

    berkisar 210 komponen tidak termasuk

    catudaya.

    Selain komposisi komponen rangkaian,

    fitur telepon hanya terbatas pada incoming dan

    outgoing call, tanpa dilengkapi fitur sentral pada

    umumnya. Namun demikian, penggunaan

    komponen VLSI, komponen surface mount dan

    kombinasi step by step dengan common control

    (penggunaan mikrokontroler) dapat menjadi

    alternatif teknologi sentral berkapasitas kecil.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    20/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (10 - 14)14

    10. KesimpulanDari uraian di atas, dapat disimpulkan

    bahwa implementasi teknologi switching step by

    step dengan komponen terintegrasi adalah

    mungkin. Namun masih memiliki kekurangan

    pada kepadatan komponen dan fitur sentral.

    Daftar Pustaka

    Sigit Haryadi,Ir, 1986, Diktat Kuliah

    Dasar Teknik Penyambungan Telepon,

    Pendidikan Ahli Teknik Telekomunikasi.

    Suherman,ST., 2004, Diktat Teknik

    Jaringan Telekomunikasi, Politeknik Caltex

    Riau, Pekanbaru.

    Suherman,ST., (Desember 2004)

    Modifikasi Sistem Pemrograman Pabx Mini

    Dilengkapi Rangkaian Penguji, JurnalEnsikom, Vol.2 No.2, Medan.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    21/43

    Rele Tegangan Elektronik (T. Ahri Bahriun) 15

    RELE TEGANGAN ELEKTRONIK

    T.Ahri Bahriun

    1

    1)Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU

    Abstrak

    Salah satu alat proteksi yang sangat dibutuhkan untuk mengamankan peralatan listrik ialah rele

    tegangan. Rele ini berfungsi untuk memantau tegangan dan akan memberikan sinyal melalui kontak-

    kontak keluarannya, jika tegangan yang dipantau lebih besar dari nilai maksimum atau lebih kecil dari

    nilai minimum yang diperkenankan. Rele ini umumnya bekerja secara elektronik dan rangkaian yang

    digunakan sangatlah sederhana, sehingga mudah untuk dipahami. Tulisan ini mencoba membahassuatu rangkaian rele tegangan yang sangat sederhana.

    Kata kunci: Rele, Tegangan, Proteksi.

    Abstract

    One of the protection equipments which is needed for protecting the electrical instruments is a

    voltage relay. This relay function as to detect voltages and will send signals from its terminals when

    the detect voltege greater than its maximum value or smaller than its minimum voltage rating. In

    general this relay works electronically, and using simple circuits so it is easy to understand.

    This paper try to explain a very simple voltage relay.

    Keywords: relay, voltage, protection.

    1. Pendahuluan

    Salah satu hal yang harus dihindari pada

    pengoperasian peralatan listrik ialah kelebihan

    tegangan (overvoltage) ataupun kekurangan

    tegangan (undervoltage). Kelebihan tegangan

    hampir dapat dipastikan akan merusak setiap

    peralatan listrik. Hal ini umumnya akan

    menyebabkan timbulnya panas yang belebihan

    sehingga dapat menyebabkan terbakarnya

    peralatan listrik tersebut. Sebaliknya,

    kekurangan tegangan belum tentu merusakperalatan listrik. Pada beberapa peralatan listrik

    seperti lampu pijar ataupun peralatan lain yang

    bersifat resistip, kekurangan tegangan tidak akan

    membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi

    beberapa peralatan lain seperti motor induksi,

    kekurangan tegangan dapat menyebabkan faktor

    daya (cos-) yang terlalu rendah. Hal ini akanmenyebabkan arus peralatan tersebut terlalu

    besar, sehingga menimbulkan panas yang

    berlebihan dan pada akhirnya akan merusak

    peralatan tersebut. Untuk menghindari hal-halyang tidak diinginkan ini maka suatu panel

    distribusi tegangan rendah umumnya dilengkapi

    dengan rele tegangan yang berfungsi untuk

    memantau tegangan busbar. Jika nilai tegangan

    ini keluar dari batas-batas aman maka rele ini

    akan membuka pemutus CB utama sehingga

    catuan daya ke panel tersebut akan diputus.

    Selain rele tegangan panel ini juga dilengkapi

    dengan beberapa peralatan proteksi lain, seperti

    rele arus lebih (OCR), monitor fasa (RCP) dan

    lain sebagainya. Tulisan ini hanya membahas

    tentang rele tegangan.

    2. Prinsip Kerja Dasar

    Rele tegangan elektronik umumnya

    mendeteksi besarnya tegangan melalui trafo

    tegangan atau yang lebih dikenal sebagai PT

    (potensial transformer). PT berfungsi untuk

    menurunkan tegangan yang masuk ke rele dan

    sekaligus mengisolasi rele dari tegangan

    rangkaian yang diukur. Masukan PT umumnya

    adalah 110V atau 220V sedangkan keluarannya

    adalah tegangan yang berkisar antara 12V

    hingga 24V, tergantung dari rangkaian yangdigunakan. Tegangan keluaran PT ini

    selanjutnya dibandingkan dengan dua tegangan

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    22/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (15 - 19)16

    acuan, sebut saja VAuntuk tegangan acuan atas

    dan VB untuk tegangan acuan bawah. Jika

    tegangan keluaran PT lebih besar dari VAmaka

    rele keluaran pertama akan diaktipkan.

    Sebaliknya jika tegangan keluaran PT lebih

    kecil dari VB maka rele keluaran kedua yang

    akan diaktipkan

    Untuk memudahkan proses perbandingan

    maka besaran yang dibandingkan adalah

    tegangan searah. Untuk itu maka tegangan

    keluaran PT harus terlebih dahulu diubah

    menjadi tegangan searah. Besarnya tegangan

    searah yang dihasilkan selanjutnya

    dibandingkan dengan tegangan acuan yang

    dapat diatur.

    Agar dapat mengabaikan kelebihan atau

    kekurangan tegangan yang berlangsung sesaat

    (transient), maka rele tegangan biasanyadilengkapi dengan rangkaian tunda (delay) yang

    dapat menunda kerja kontak keluaran. Lamanya

    tundaan waktu dapat diatur, umumnya berkisar

    antara 0 hingga 10 detik.

    3. Rangkaian Rele Tegangan

    Seperti telah disebutkan sebelumnya, rele

    tegangan lebih ini mendeteksi tegangan melalui

    suatu PT. Agar sesuai dengan alat-alat ukur lain

    yang terpasang pada panel generator maka

    tegangan masukan nominal dari rele teganganumumnya adalah 110V atau 220V. Karena rele

    ini hanya membutuhkan daya yang kecil maka

    PT yang digunakan adalah PT yang berdaya

    sangat rendah, umumnya berkisar antara 2

    sampai 5VA. Untuk menghemat biaya

    pembuatan maka seringkali PT yang sama

    digunakan juga sebagai sumber daya bagi

    rangkaian elektronik yang digunakan. Untuk itu

    digunakan PT dengan dua buah belitan sekunder

    yang terpisah. Rancangan yang dibahas

    menggunakan dua buah trafo yang terpisah.

    Dengan demikian diharapkan agar teganganyang dipantau tidak dipengaruhi oleh

    pembebanan dari catudaya rangkaian elektronik.

    3.1. Rangkaian masukan

    Tegangan masukan diturunkan sekaligus

    diisolasi oleh trafo T1 dan disearahkan oleh

    dioda D1 dan D2, seperti yang diperlihatkan

    pada gambar-1.

    C1 R2

    T1D1

    D2

    R1

    INPUT

    220V

    VS

    Gambar 1. Rangkaian masukan

    Selanjutnya tegangan ini ditapis oleh kapasitor

    C1 untuk menghilangkan kerut (ripple).

    Besarnya tegangan jepit dari C1 adalah :

    VC1Vm 4fC

    IDC

    dan Vm 2 x VSEK

    dimana VSEK : tegangan sekunder trafo

    IDC

    : arus beban

    f : frekuensi jalajala

    C : kapasitansi C1

    adalah tegangan sekunder dari trafo T1.

    Sebelum diteruskan ke rangkaian pembanding,

    tegangan ini disesuaikan oleh tahanan R1 dan

    R2 yang membentuk rangkaian pembagi

    tegangan reisitip. Besarnya tegangan yang

    diterima pembanding adalah :

    VS=R2R1

    R2

    +. VC1

    3.2. Rangkaian Pembanding TeganganSebagai pembanding tegangan digunakan

    opamp yang mempunyai faktor penguatan

    tegangan loop terbuka (AV) yang mendekati tak

    terhingga. Oleh karena itu jika tegangan pada

    masukan tak-membalik sedikit lebih tinggi dari

    tegangan pada masukan membaliknya maka

    keluaran pembanding akan jenuh tinggi dan

    bernilai mendekati nilai VCC (tegangan catuan).

    Sebaliknya jika tegangan pada masukan

    membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada

    masukan tak-membaliknya maka keluaran

    pembanding akan jenuh rendah sehingga tega-ngannya mendekati nol. Rangkaian dari

    pembanding tegangan ini diperlihatkan pada

    gambar-2.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    23/43

    Rele Tegangan Elektronik (T. Ahri Bahriun) 17

    +

    -

    A1

    +

    -

    A2

    VA

    VS

    VR1

    R4

    R3

    VR2VB

    +12V

    KE

    RANGKAIAN

    TUNDA

    Gambar 2. Rangkaian pembanding tegangan

    Penguat A1 membandingkan tegangan VS

    yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya(non-inverting input) dengan tegangan acuan VA

    yang dihubungkan ke masukan membaliknya

    (inverting input). Tegangan acuan VA adalah

    ambang tegangan maksimum yang

    diperkenankan.

    Tegangan ini diperoleh dari kontak geser

    (wiper) potensiometer VR1. Jika VS> VAmaka

    keluaran A1 akan jenuh positip sehingga

    tegangan keluaran A1 akan mendekati tegangan

    catu, yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS < VA

    maka keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga

    tegangan keluarannya akan mendekati nol.

    Penguat A2 membandingkan tegangan VS

    yang dihubungkan ke masukan membaliknya

    dengan tegangan acuan VB yang dihubungkan

    ke masukan tak membaliknya. Tegangan acuan

    VB adalah ambang tegangan minimum yang

    diperkenankan. Tegangan ini diperoleh dari

    kontak geser potensiometer VR2. Jika VS< VB

    maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga

    tegangan keluaran A2 akan mendekati tegangan

    catu. Sebaliknya jika VS> VBmaka keluaran

    A2 akan jenuh negatip sehingga tegangankeluarannya akan mendekati nol. Oleh karena

    itu agar tegangan keluaran dari penguat A1 dan

    A2 mendekati nol maka besarnya tegangan VS

    haruslah :

    VB< VS< VA

    Nilai tahanan R3, R4, VR1 dan VR2

    ditentukan sedemikian rupa agar kisar

    pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan

    masukan dari 220V hingga 240V dan kisar

    pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan

    masukan dari 200V hingga 220V.

    3.3. Rangkaian Tunda

    Agar dapat mengabaikan kenaikan atau

    penurunan tegangan yang berlaku sesaat

    (transien), maka rele tegangan ini dilengkapi

    dengan rangkaian tunda. Untuk itu maka

    keluaran dari rangkaian pembanding selain

    diteruskan ke rangkaian penggerak rele

    keluaran, juga dilewatkan melalui suatu

    rangkaian tunda, seperti yang diperlihatkan pada

    gambar-3.

    VR3

    C2

    D3

    D4

    N2

    N3

    N1

    R5

    DARI

    KELUARAN

    A1

    DARI

    KELUARANA2

    KE

    PENGGERAK

    RELE RL1

    KE

    PENGGERAK

    RELE RL2 Gambar 3. Rangkaian tunda

    Rangkaian tunda ini terdiri dari VR3, C2 dan

    N1. Jika bernilai tinggi, keluaran penguat A1

    dan A2 masing-masing akan meng-enable

    gerbang N2 dan N3. Selain itu, kedua keluaran

    ini juga akan mengisi kapasitor C2 melalui

    dioda D3 dan D4 dan VR3.

    Kapasitor C2 ini berfungsi untuk menunda

    pengaktipan (enable) gerbang-gerbang N2 dan

    N3 melalui gerbang N1. Ketiga gerbang ini

    adalah gerbang AND dari keluarga CMOS

    (Complementary Metal Oxide Semiconductor).

    Tujuan penggunaan CMOS adalah untuk

    mendapatkan nilai hambatan masukan yang

    mendekati tak terhingga agar tidak membebani

    kapasitor C2. Lamanya tundaan waktu adalah

    sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk

    mengisi kapasitor C2 agar tegangan jepitnya

    mencapai tegangan ambang (treshold) logika

    tinggi dari gerbang N1. Lamanya tundaanwaktu dapat dinyatakan sebagai :

    tD0,7.VR3.C2 detik

    Dengan mengatur nilai VR3 maka tundaan

    waktu ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

    3.4. Rangkaian Penggerak Rele Keluaran

    Rele tegangan yang dibahas mempunyai

    dua buah rele keluaran. Satu untuk menyatakan

    tegangan lebih dan satu untuk menyatakan

    tegangan kurang. Masing-masing rele ini

    digerakkan oleh suatu transistor bipolar, sepertiyang diperlihatkan pada gambar-4.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    24/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (15 - 19)18

    R8

    Q2

    R9

    D6 RL2

    R6

    Q1

    R7

    D5 RL1

    +12V

    +12V

    DARI

    KELUARAN

    N2

    DARI

    KELUARAN

    N3

    Gambar 4. Rangkaian penggerak rele keluaran

    Jika keluaran A1 bernilai tinggi pada akhir

    tundaan waktu ini maka keluaran gerbang N2

    akan tinggi sehingga memberikan arus basis

    pada transistor Q1. Besarnya arus basis ini

    adalah :

    IB=R7

    V

    R6

    VV BEBEOH

    dimana VOH : Tegangan keluaran logika tinggiN2

    VBE : Tegangan basis-emiter Q1

    Hal ini akan menyebabkan Q1 menghantar

    sehingga pada kolektornya akan mengalir arus

    sebesar :

    IC= hFE.IB

    dimana hFEadalah faktor penguatan arus searah

    dari transistor yang digunakan. Arus kolektor

    ini akan menyebabkan rele RL1 bekerja.

    Sebaliknya jika keluaran A2 yang bernilai

    tinggi pada akhir tundaan waktu ini makakeluaran gerbang N3 yang akan tinggi sehingga

    memberikan arus basis pada transistor Q2. Hal

    ini akan menyebabkan Q2 menghantar sehingga

    rele RL2 yang akan bekerja.

    Dengan demikian maka akan tersedia satu

    kontak untuk tegangan lebih dan satu kontak

    untuk tegangan kurang. Untuk mendapatkan

    sinyal yang menyatakan keduanya maka untuk

    rele-rele RL1 dan RL2 dapat digunakan rele

    dengan dua kontak, dimana kedua kontak

    tersebut dihubungkan paralel atau seri,

    tergantung pada kebutuhan.

    3.5. Rangkaian Catu Daya

    Opamp umumnya membutuhkan catudaya

    ganda yang berkisar antara 6VDC hingga

    18VDC atau catudaya tunggal yang berkisar

    antara +12VDChingga +36VDC. Gerbang CMOS

    membutuhkan catudaya tunggal yang berkisar

    antara +3VDChingga +15VDC. Rele arus searah

    tersedia untuk tegangan-tegangan 6, 12, 24, 110,

    dan 220VDC. Agar dapat mencatu seluruh

    komponen yang digunakan pada rangkaian maka

    catuan yang dipilih adalah +12VDC. Untuk itu

    maka rele keluaran yang digunakan adalah rele

    dengan kumparan 12VDC. Tegangan catuan

    sebesar +12VDC dapat diperoleh dari catudaya

    yang diperlihatkan pada gambar-7. Pada

    catudaya ini, tegangan jala-jala diturunkan oleh

    trafo tegangan T2 ke nilai yang sesuai. Trafo ini

    sekaligus berfungsi untuk mengisolasi rangkaiandari tegangan jala-jala. Selanjutnya tegangan

    sekunder dari T2 disearahkan oleh pasangan

    dioda D7 dan D8 yang membentuk penyearah

    gelombang penuh, untuk selanjutnya ditapis

    oleh kapasitor C3 untuk menghilangkan kerut.

    Tegangan yang dihasilkan masih dipengaruhi

    oleh pembebanan. Oleh karena itu untuk

    menstabilkan tegangan ini digunakan regulator

    seri berupa suatu rangkaian terpadu atau IC

    (integrated circuit) tipe LM7812.

    T2D7

    D8

    C3

    7812

    C5 C6C4

    +12VIC1

    Gambar 5. Rangkaian catudaya

    IC regulator ini akan mempertahankan tegangan

    keluarannya sebesar +12VDC untuk tegangan

    masukan yang berkisar dari +14VDC hingga

    +35VDC.

    Daya yang hilang atau disipasi daya

    pada regulator adalah :

    PD(VIN 12V).ILWatt

    dimana PD : disipasi daya

    VIN: tegangan masukan regulator

    IL : arus beban

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    25/43

    Rele Tegangan Elektronik (T. Ahri Bahriun) 19

    Disipasi daya ini akan diubah menjadi

    panas. Agar regulator tidak menjadi terlalu

    panas maka panas ini harus dibuang dengan

    menggunakan pendingin atau heatsink. Agar

    daya yang hilang tidak terlalu banyak maka VIN

    harus dibuat serendah mungkin, namun dapat

    mengantisipasi turun naiknya VIN disebabkan

    oleh perubahan arus beban dan turun naiknya

    tegangan jala-jala.

    Keluaran dari regulator ini ditapis lebih

    lanjut oleh kapasitor C6 untuk menghiangkan

    kerut sehingga pada keluaran regulator akan

    diperoleh tegangan searah sebesar +12VDCyang

    benar-benar stabil dan bebas kerut.

    Kapasitor C4 dan C5 berfungsi untuk

    menjamin agar IC regulator tidak berosilasi,

    sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik

    pembuatnya.

    4. Kesimpulan

    Dari pembahasan diatas dapat diambil

    beberapa kesimpulan, antara lain ialah:

    1. Rele arus lebih dapat dibuat denganmenggunakan rangkaian elektronik yang

    sederhana.

    2. Besarnya arus nominal dapat diatur denganmenggunakan CT dengan perbandingan

    yang sesuai.

    3. Pada rele yang dibahas, setting waktu danarus adalah independen sehingga tidak

    saling mempengaruhi.

    4. Pada rele arus lebih 3-fasa yang dibahas,setting arus dari setiap fasa adalah

    independen sehingga dapat diatur secaraterpisah.

    Daftar Pustaka

    Deboo G. J., Burrous C. N., 1977,

    Integrated Circuits and Semiconductor Devices

    : Theory and Application, 2ndedition, McGraw-

    Hill Kogakusha Ltd.,.

    Fairchild Semiconductor, 1988, CMOS

    Integrated Circuits Data Book.

    Jha, R. S., Switchgear and Protection,

    1979, Dhanpat Rai & Sons, Delhi.

    Lowenberg, C. L., 1976, Electronic

    Circuits, McGraw-Hill, New York, page 50.

    Millman J. , Halkias C. C. , 1972,

    Integrated Electronics Analog and Digital

    Systems, McGraw-Hill, New York, page 233.

    Smith R. J., 1987,Electronics Circuits and

    Devices, 3rd

    edition, John Wiley & Sons

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    26/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)20

    KAJIAN PEMANFAATAN SISTEM TEKNOLOGI

    PEMBANGKIT TENAGA GASIFIKASI BATUBARA

    Tulus Burhanuddin Sitorus

    1

    1}Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU

    Abstrak

    Sumber energi batubara diperkirakan sebesar 36.5 milyar ton, dengan sekitar 5.1 milyar ton

    dikategorikan sebagai cadangan terukur. Produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta

    ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Darijumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit listrik, 30 %

    untuk industri semen dan sisanya digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil. Permasalahan

    utama dalam pemanfaatan batubara adalah wujud batubara yang berupa zat padat sehingga kurang

    luwes dalam transportasinya. Disamping itu batubara mengandung sulfur, nitrogen dan abu dalam

    jumlah besar sehingga gas buang hasil pembakaran menghasilkan polutan seperti SO2 dan NO2 serta

    abu terbang. Pembakaran batubara juga menghasilkan CO2 yang berperan dalam proses pemanasan

    global.

    Kata kunci : energi batubara, pembangkit listrik, wujud batubara, polutan, pemanasan global

    Abstract

    Energy sources of coal estimated 36,5 billion ton and 5,1 billion ton as measureable reseve. Coalproduction in 1995 achieve 44 million ton. Thereabouts 33 million ton is exported and 11 million ton

    remainder for consumption of country. Around 60% is used for powerplant, 30% for cement industries

    and the remainder for household and home industries. The main problem in coal using is shape of

    coal. Besides the coal contains sulfur, nitrogen and ash in large quantity so gas exhaust of combustion

    yield pollutant like SO2, NO2 and fly ash. Coal combustion also yield CO2 which make global

    warming process.

    Keywords : coal energy, power plant, shape of coal, pollutant, global warming

    I. Pendahuluan

    Keterbatasan cadangan minyak bumimenjadi hal yang hangat di bahas saat ini

    disamping cadangan gas alam serta cadangan

    batubara yang melimpah. Sumber daya energi

    batubara diperkirakan sebesar 36.5 milyar ton,

    dengan sekitar 5.1 milyar ton dikategorikan

    sebagai cadangan terukur. Sumber daya ini

    sebagian besar berada di Kalimantan yaitu

    sebesar 61 %, di Sumatera sebesar 38 % dan

    sisanya tersebar di wilayah lain. Menurut

    jenisnya dapat dibagi menjadi lignite sebesar

    58.6 %, sub-bituminous sebesar 26.6 %,

    bituminous sebesar 14.4 % dan sisanya sebesar0.4 % adalah anthracite(Agus S. 1995). Tahun

    1995 produksi batubara mencapai sebesar 44

    juta ton dimana sekitar 33 juta ton dieksport dansisanya sebesar 11 juta ton digunakan untuk

    konsumsi dalam negeri. Dari jumlah 11 juta ton

    tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton digunakan

    untuk pembangkit listrik, 30 % untuk industri

    semen dan sisanya digunakan untuk rumah

    tangga serta industri kecil. Dalam 10 tahun

    terakhir, penggunaan batubara dalam negeri

    terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan

    pertumbuhan perekonomian dan industrialisasi

    dimana sektor energi listrik merupakan sektor

    yang mengkonsumsi batubara paling besar.

    Hingga kini sekitar 30 % dari totalpembangkitan menggunaan bahan bakar

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    27/43

    Kajian Pemanfaatan Sistem Teknologi Pembangkit Tenaga Gasifikasi Batubara(Tulus Burhanuddin Sitorus)

    21

    Gambar 1. Data Historis dan Proyeksi Pembangkit Listrik (sumber : Agus S., 1995)

    batubara. Hal yang menjadi permasalahan utama

    dalam pemanfaatan batubara adalah wujud

    batubara yang berupa zat padat sehingga kurang

    luwes dalam sistem transportasinya. Disamping

    itu batubara mengandung sulfur, nitrogen, dan

    abu dalam jumlah besar sehingga gas buang

    hasil pembakaran menghasilkan polutan seperti

    SO2, NO2 dan abu terbang. Pembakaran

    batubara juga menghasilkan CO2 yang berperan

    dalam proses pemanasan global. Permasalahantersebut terus dicari pemecahannya melalui

    riset-riset yang telah dan sedang dikembangkan

    saat ini. Aktivitas riset dalam PLTU batubara

    saat ini telah melahirkan konsep baru yang

    menjanjikan dapat menaikkan efisiensi,

    mengurangi emisi polutan dari gas buang serta

    menghasilkan limbah yang minimum. Konsep

    baru tersebut adalah teknologi pembakaran

    fluidized bed dan teknologi gasifikasi batubara.

    Di dalam tulisan ini akan dikaji mengenai sistem

    teknologi gasifikasi batubara sebagai

    pembangkit tenaga listrik di Indonesia.

    II. Pembahasan

    Penggunaan tenaga listrik di Indonesia

    selama 20 tahun terakhir ini mengalami

    peningkatan yang cukup pesat, yaitu sebesar

    14.5 % per tahun. Pada tahun 1971

    penggunaannya baru sebesar 2.5 TWh dan

    meningkat mencapai 38.6 TWh pada tahun

    1991. Penggunaan tenaga listrik ini diperkirakan

    masih terus berkembang meskipun tingkat

    pertumbuhannya akan berkurang. Dari studi

    MARKAL, kebutuhan tenaga listrik dalam 25

    tahun mendatang akan mengalami pertumbuhan

    sebesar 7.8 % per tahun. Gambar 1

    memperlihatkan data historis pemakaian tenaga

    listrik dan proyeksi penyediaan tenaga listrik

    untuk tiap jenis bahan bakar sampai tahun 2021.

    Saat ini kebutuhan tenaga listrik

    sebagian besar dipenuhi oleh PLTU berbahan

    bakar minyak bumi diikuti dengan gas alam dan

    batubara. Dengan program diversifikasi energi

    maka prioritas untuk pembangkit listrik adalah

    menggunakan bahan bakar batubara karenacadangan batubara masih sangat melimpah dan

    harganya kompetitif dibandingkan dengan

    minyak bumi dan gas alam. Sesuai dengan

    program tersebut penggunaan batubara untuk

    pembangkit tenaga listrik terus ditingkatkan.

    Pada tahun 1996 kebutuhan tenaga listrik sekitar

    140.7 TWh dan penggunaan batubara sebagai

    bahan bakar pangsanya baru sekitar 21 % dari

    total pembangkitan, sedangkan pada tahun 2021

    kebutuhan mencapai 617.9 TWh dan pangsa

    penggunaan batubara sudah mencapai 78 %.

    Pemakaian batubara dalam jumlah besar inidapat menimbulkan dampak lingkungan bila

    kurang tepat dalam pemilihan teknologinya

    sehingga pemanfaatan batubara untuk

    pembangkit listrik di masa mendatang perlu

    menerapkan teknologi batubara bersih, seperti

    IGCC (Integrated Gasification Combined

    Cycle).

    II.1. Teknologi IGCC

    Teknologi IGCC merupakan salah satu

    teknologi batubara bersih. IGCC merupakan

    istilah yang paling banyak digunakan untuk

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    28/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)22

    Gambar 2. Tipe Reaktor Gasifikasi (sumber : R. Muller 1988)

    menyatakan siklus kombinasi gasifikasi

    batubara terintegrasi. Namun demikian masih

    ada beberapa istilah yang digunakan yaitu

    ICGCC (Integrated Coal Gasification Combined

    Cycle) dan CGCC (Coal Gasification Combined

    Cycle) yang pengertiannya sama dan selanjutnya

    akan digunakan istilah IGCC. Komponen utama

    dalam riset IGCC adalah pengembangan teknik

    gasifikasi batubara. Gasifikasi batubara pada

    prinsipnya adalah suatu proses perubahan

    batubara menjadi gas yang mudah terbakar.

    Proses ini melalui beberapa proses kimia dalam

    reaktor gasifikasi (gasifier). Mula-mula batubara

    yang sudah diproses secara fisis diumpankan ke

    dalam reaktor dan akan mengalami proses

    pemanasan sampai temperatur reaksi serta

    mengalami proses pirolisa (menjadi bara api).

    Kecuali bahan pengotor, batubara bersama-samadengan oksigen dikonversikan menjadi

    hidrogen, karbon monoksida, dan methana.

    Proses gasifikasi batubara berdasarkan sistem

    reaksinya dapat dibagi menjadi empat macam

    yaitu : fixed bed, fluidized bed, entrained flow

    dan molten iron bath (Gambar 2).

    Dalam fixed bed, serbuk batubara yang

    berukuran antara 3 - 30 mm diumpankan dari

    atas reaktor dan akan menumpuk karena gaya

    beratnya. Uap dan udara (O2) dihembuskan dari

    bawah berlawanan dengan masukan serbuk

    batubara akan bereaksi membentuk gas. Reaktortipe ini dalam prakteknya mempunyai beberapa

    modifikasi diantaranya adalah proses Lurgi,

    British Gas dan KILnGas. Sedangkan proses

    yang menggunakan prinsip fluidized bed adalah

    High-Temperature Winkler, Kellog Rust

    Westinghouse dan U-gas. Dalam fluidized bed

    gaya dorong dari uap dan O2 akan setimbang

    dengan gaya gravitasi sehingga serbuk batubara

    dalam keadaan mengambang pada saat terjadi

    proses gasifikasi. Serbuk batubara yang

    digunakan lebih halus dan berukuran antara 1 - 5

    mm. Dalam entrained flow serbuk batubara yang

    berukuran 0.1 mm dicampur dengan uap dan O2

    sebelum diumpankan ke dalam reaktor. Proses

    ini telah digunakan untuk memproduksi gas

    sintetis dengan nama proses Koppers-Totzek.

    Proses yang sejenis kemudian muncul seperti

    proses PRENFLO, Shell, Texaco dan DOW.

    Proses molten iron bath merupakan

    pengembangan dalam proses industri baja.

    Serbuk batubara diumpankan ke dalam reaktor

    bersama-sama dengan kapur dan O2. Kecuali

    proses molten iron bath semua proses telah

    digunakan untuk keperluan pembangkit listrik.

    Saat ini teknologi IGCC sudahdikembangkan di seluruh dunia, seperti : Jepang,

    Belanda, Amerika Serikat dan Spanyol. Di

    samping proses gasifikasi yang terus mengalami

    perbaikan, gas turbin jenis baru juga terus

    dikembangkan. Temperatur masukan gas turbin

    yang tinggi akan dapat menaikkan efisiensi dan

    ini dapat dicapai dengan penggunaan material

    baru dan perbaikan sistem pendinginnya. Prinsip

    kerja dari IGCC ditunjukkan pada Gambar 3.

    IGCC merupakan

    perpaduan teknologi gasifikasi batubara dan

    proses pembangkitan uap. Gas hasil gasifikasibatubara mengalami proses pembersihan sulfur

    dan nitrogen. Sulfur yang masih dalam bentuk

    H2S dan nitrogen dalam bentuk NH3 lebih

    mudah dibersihkan sebelum dibakar dari pada

    sudah dalam bentuk oksida dalam gas buang.

    Sedangkan abu dibersihkan dalam reaktor

    gasifikasi. Gas yang sudah bersih ini dibakar di

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    29/43

    Kajian Pemanfaatan Sistem Teknologi Pembangkit Tenaga Gasifikasi Batubara(Tulus Burhanuddin Sitorus)

    23

    ruang bakar dan kemudian gas hasil pembakaran

    disalurkan ke dalam turbin gas untuk

    menggerakkan generator.

    Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan

    dengan menggunakan HRSG (Heat Recovery

    Steam Generator) untuk membangkitkan uap.

    Uap dari HRSG (setelah turbin gas)

    digabungkan dengan uap dari HRSG (setelah

    reaktor gasifikasi) digunakan untuk

    menggerakkan turbin uap yang akan

    menggerakkan generator.

    Gambar 3. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik IGCC(sumber : R. Muller, 1988)

    II.2. Tinjauan dari Aspek Ekonomi dan

    Lingkungan

    Secara ekonomi, pembangkit listrik IGCC

    saat ini mempunyai biaya investasi yang lebih

    tinggi bila dibandingkan dengan PLTU batubara

    konvensional. Tetapi peneliti pada perusahaangasifier Texaco memperkirakan bahwa biaya

    investasi pembangkit listrik IGCC dapat

    bersaing dengan PLTU batubara konvensional

    karena faktor efisiensi. Untuk IGCC yang

    mempunyai unit lebih besar dari 400 MW dapat

    bersaing, sedangkan yang lebih kecil dari 200

    MW akan lebih mahal bila dibandingkan dengan

    PLTU batubara konvensional. Faktor lain yang

    menjadi pertimbangan penggunaan teknologiIGCC adalah ramah terhadap lingkungan.

    Kadar sulfur batubara Indonesia cukup

    rendah yaitu sekitar 0.1 % sampai dengan 1.0 %.

    Tabel 1. Perbandingan Biaya PLTU Batubara Konvensional dan IGCC

    Biaya investasi sudah termasuk interest during construction (sumber : BPPT-KFA, 1995)

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    30/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)24

    Sedangkan kadar abu berkisar antara 1.2 %

    sampai dengan 15 %. Kadar sulfur dan abu ini

    sangat rendah bila dibandingkan dengan negara

    lain Akan tetapi penggunaan batubara yang

    meningkat pesat dan standar lingkungan hidup

    yang makin baik tetap membutuhkan teknologi

    batubara bersih. Standar tersebut mengacu

    kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan

    Hidup No.KEP-13/MENLH/3/1995 dan khusus

    untuk PLTU batubara dirangkum pada Tabel 3.

    Tabel 2. Baku Mutu Emisi PLTU Berbahan Bakar Batubara

    (sumber : R. Muller, 1988)

    Penggunaan teknologi PLTU batubara

    konvensional saat ini mempunyai kekurangan

    yaitu efisiensinya rendah yang berkisar antara

    33 - 36 %[2]

    . Efisiensi ini dapat ditingkatkan

    dengan membangun unit pembangkit yang lebih

    besar atau dengan menaikkan suhu dan tekanan

    dalam siklus panasnya. Cara ini mempunyai

    keterbatasan dan menambah tingkat kerumitan

    dalam pemilihan materialnya. Disamping itu

    tuntutan ramah lingkungan akan menambah

    biaya pembangkitan karena adanya penambahan

    peralatan seperti : de-SOX (desulfurisasi), de-NOX (denitrifikasi), dan penyaring debu

    (electrostatic precipitator). Pemasangan

    peralatan ini juga akan mengurangi efisiensi

    total pembangkit listrik. Teknologi IGCC ini

    mempunyai kelebihan yaitu dalam hal bahan

    bakar : tidak ada pembatas untuk tipe, ukuran,

    dan kandungan abu dari batubara yang

    digunakan. Dalam hal lingkungan : emisi SO2,

    NOX, CO2 serta debu dapat dikurangi tanpa

    penambahan peralatan tambahan seperti de-SOX

    dan de-NOX dan juga limbah cair serta luas

    tanah yang dibutuhkan juga berkurang.

    Disamping itu pembangkit listrik IGCC

    mempunyai produk sampingan yang merupakan

    komoditi yang mempunyai nilai jual seperti :

    sulfur, asam sulfat dan gypsum. Efisiensi

    pembangkit listrik ICGG berkisar antara 38 - 45

    % yang lebih tinggi 5 - 10 % dibandingkan

    PLTU batubara konvensional. Hal inidimungkinkan dengan adanya proses gasifikasi

    sehingga energi yang terkandung dalam

    batubara dapat digunakan secara efektif dan

    digunakannya HRSG untuk membentuk suatu

    siklus kombinasi antara turbin gas dan turbin

    uap.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    31/43

    Kajian Pemanfaatan Sistem Teknologi Pembangkit Tenaga Gasifikasi Batubara(Tulus Burhanuddin Sitorus)

    25

    Gambar 4. Perbandingan Operasional PLTU Batubara Konvensional dengan IGCC (sumber : R. Muller, 1988)

    Pada sistem IGCC, sekitar 95 - 99 % dari

    kandungan sulfur dalam batubara dapat

    dihilangkan sebelum pembakaran. NOX dapat

    dikurangi sebesar 70 - 93 % dan CO2 dapat

    dikurangi sebesar 20 - 35 % (emisinya berkisarantara 0.75-0.85 kg CO2/kWh) dibandingkan

    dengan PLTU batubara konvensional. Dengan

    tingkat emisi yang rendah maka dapat untuk

    mencegah terjadi hujan asam karena emisi

    polutan SO2 dan NOX serta mencegah

    terjadinya pemanasan global karena emisi CO2

    (Yunus A. Cengel, 1998). Hal yang menarik

    dalam sistem IGCC adalah pembangunannya

    dapat dilakukan secara bertahap yaitu tahap

    pertama berupa pembangunan turbin gas dan

    perlengkapan pembangkit listrik, tahap kedua

    pembangunan sistem siklus kombinasi, dantahap ketiga pembangunan unit gasifikasi.

    Pembangunan dua tahap yang pertama

    memerlukan biaya investasi yang relatif kecil

    dan sudah dapat menghasilkan tenaga listrik.

    Investasi yang besar hanya dibutuhkan pada saat

    pembangunan tahap ketiga dan dilaksanakan

    bila sudah dinilai ekonomis untuk mengganti

    bahan bakar dari gas alam dengan batubara.

    Disamping itu sistem IGCC didesain secara

    modular sehingga mudah untuk dikembangkan

    menjadi unit yang lebih besar kapasitasnya pada

    saat kebutuhan tenaga listrik sudah meningkat.Untuk Indonesia sekitar tahun 2015 PLTU

    batubara konvensional yang digunakan saat ini

    sudah habis masa gunanya (life time) sehingga

    penggunaan pembangkit listrik IGCC

    merupakan teknologi alternatif yang patut

    dipertimbangkan.

    III. Kesimpulan

    Pemakaian tenaga listrik di Indonesia

    selama 20 tahun terakhir ini mengalami

    peningkatan yang cukup pesat yaitu 14.5 % per

    tahun dan dalam 25 tahun mendatang

    diperkirakan akan terus mengalami peningkatan

    dengan pertumbuhan sebesar 7.8 % per tahun.

    Pangsa penggunaan batubara untuk pembangkit

    listrik terus meningkat pesat dari 21 % pada

    tahun 1996 menjadi 78 % pada tahun 2021.

    Pemakaian batubara dalam jumlah besar iniharus menerapkan teknologi batubara bersih,

    salah satunya yaitu IGCC, supaya dampak

    lingkungannya minimum karena setiap

    pembangkit tenaga sudah tentu mempunyai

    pengaruh terhadap lingkungannya terutama

    menyangkut polusi yang ditimbulkannya. Polusi

    dari pembangkit tenaga yang secara langsung

    mempengaruhi lingkungan yaitu hasil dari

    proses pembakaran (gas buang dan abu) dan

    panas buangan serta suara. Gas buang dapat

    mengandung H2O, N2, O2, NO, NO2, CO2, CO,

    SO2, SO3, abu, logam-logam berat, dan lainsebagainya dimana selain H2O, N2, O2 ,yang

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    32/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (20 - 26)26

    lainnya dapat memberikan pengaruh negatif

    terhadap lingkungan (Challilullah R., 1997).

    Pembangkit listrik IGCC mempunyai

    keunggulan bila dibandingkan dengan PLTU

    konvensional dengan tambahan de-SOX dan de-

    NOX dalam hal dampak lingkungan. Bagi

    Indonesia pembangkit listrik IGCC merupakan

    teknologi alternatif yang patut dipertimbangkan

    untuk menggantikan PLTU batubara

    konvensional yang akan habis masa gunanya.

    Daftar Pustaka

    Agus Sugiyono Teknologi Daur Kombinasi

    Gasifikasi Batubara Terintegrasi, Peneliti

    Bidang Energi-BPPT,1995.

    BPPT-KFA, Technology Assessment for Energy

    Related CO2 Reduction Strategies for

    Indonesia, Final report, July 1995.

    Chalilullah Rangkuti, Dr.Ir.MSc, Siklus

    Kombinasi Pembangkit Tenaga Turbin

    Gas dan Uap, Edisi pertama Juli 1997,

    USU Press, Medan.

    Departemen Pertambangan dan Energi, Repelita

    V Sektor Pertambangan dan Energi, 1

    April 1989.

    Nengah Sudja Dr. Ing, Prospek Pemanfaatan

    Gas Bumi untuk Pembangkit Tenaga

    R. Muller and U. Schiffers, Pressurized Coal

    Gasification for the Combined-Cycle

    Process, VGB Kraftwerkstechnik 68,

    Number 10, 1988

    Yunus A.Cengel, Dr, Michael A.Boles, Dr,

    Thermodynamics An Engineering

    Approach Third Edition, Mc-Graw Hill-

    Ltd, 1998.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    33/43

    Pengukuran Tahanan Grid Pembumian pada Model Lapisan Tanahyang tidak Unifom (Zulkarnaen Pane)

    27

    PENGUKURAN TAHANAN GRID PEMBUMIAN

    PADA MODEL LAPISAN TANAH YANG TIDAK UNIFORMZulkarnaen Pane

    1

    1)Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro FT USU

    Abstrak

    Tulisan ini akan memaparkan penerapan pengujian model skala pada dua lapisan tanah yang tidak

    uniform. Pengujian dilakukan pada bak elektrolitik untuk mengukur tahanan grid pembumian. Rincian

    dari bak elektrolitik, peralatan dan rangkaian yang digunakan akan dijelaskan. Untuk memverifikasi

    keakuratan dari hasil yang diperoleh melalui pengujian akan dibandingkan dengan hasil perhitungan.

    Kata kunci: model skala, grid pembumian, dua lapis tanah

    Abstract

    This paper will explain the testing application of scale models for two non uniform earth layer. The

    testing is done in an electrolytic tank for measuring the earth grid resistance.

    The details of an electrolytictank, instruments and circuits which are used, will be explained. For the

    verification the results accuracies of the testing will be compared by calculation.

    Keywords: scale model, earth grid, two earth layer.

    1. Pendahuluan

    Dengan semakin bertambahnya jumlah,

    ukuran dan kompleksitas suatu gardu induk,

    tuntutan untuk mengembangkan prosedur

    perencanaan yang akurat untuk sistem

    pembumian yang ekonomis dan memberikan

    tingkat keamanan yang diharapkan menjadi

    penting. Untuk keperluan perencanaan tersebut

    telah dikembangkan berbagai teknik analitis

    mulai dari rumus-rumus sederhana yang dapat

    dikerjakan dengan tangan sampai dengan yang

    menggunakan komputer. Disamping itu untuk

    memverifikasi kedua teknik tersebut digunakan

    pengujian model skala. Dengan menggunakanmodel yang kecil dalam suatu bak elektrolitik

    dapat ditentukan tahanan dan potensial

    permukaan dari suatu sistem pembumian.

    Tanah pada lokasi gardu induk adakalanya

    tidak uniform atau terdiri dari dua lapisan tanah

    yang berbeda tahanan jenisnya. Parameter-

    parameter dari dua lapisan tanah adalah tahanan

    jenis lapisan atas 1, ketebalan lapisan atas h,

    dan tahanan jenis lapisan bawah 2 dengan

    kedalaman yang tak berhingga. Perbedaan kedua

    tahanan jenis ini dinyatakan oleh faktor refleksi

    K yang didefensikan sebagai ( 2 - 1 )/ (2 +1).

    Studi model skala untuk sistem pembumian

    grid pada dua lapisan tanah telah dilakukan oleh

    (Mukhedkar 1972, Caldecott 1983 dan Thapar

    1987). Dalam studi tersebut ketiganya

    menggunakan air sebagai lapisan pertamanya.

    Untuk lapisan kedua, Mukhedkar menggunakan

    beton semen, Caldecott menggunakan agar-agar

    dan Thapar menggunakan air. Dari ketiga studi

    tersebut, dua studi yang pertama mempunyai

    kekurangan yakni kesulitan untuk mengatur

    tahanan jenis masing-masing lapisan seperti

    yang diharapkan. Sementara itu, studi yang

    dilakukan oleh Thapar karena ia menggunakan

    air baik sebagai lapisan pertama maupun sebagailapisan kedua, akan lebih mudah mengatur-atur

    tahanan jenisnya dengan manambahkan garam

    ke dalam air sehingga dapat diperoleh nilai

    tahanan jenis yang dikehendaki.

    Tulisan ini akan membahas hasil penerapan

    pengujian model skala yang telah dikembangkan

    oleh Thapar untuk mengukur tahanan

    pembumian grid pada dua lapisan tanah yang

    tidak uniform. Pengukuran dilakukan dengan

    menggunakan metoda dua titik dan metoda fall

    of potential (IEEE Std. 81, 1983). Hasil

    pengukuran tersebut akan dibandingkan denganhasil perhitungan dengan rumus sederhana yang

    diturunkan oleh (Salama 1995).

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    34/43

    Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 JUNI 2005 (27 - 33)28

    2. Prinsip Dasar Pemodelan

    Untuk melaksanakan studi pemodelan dari

    sistem pembumian grid gardu induk pada dua

    lapisan tanah, model yang akan digunakan harus

    merupakan tiruan (replika) dari grid pembumian

    yang sebenarnya. Apabila semua dimensi fisik

    sistem pembumian yang sebenarnya, seperti

    diameter konduktor, panjang konduktor, jarak

    antar konduktor dan kedalaman penanaman

    elektroda pembumian diperkecil dengan suatu

    faktor skala yang sama maka pola aliran arus

    dan bentuk ekipotensial permukaan tidak akan

    berubah (Thapar, 1983). Ini berarti bahwa profil

    potensial yang diukur pada suatu model dapat

    digunakan untuk menentukan potensial yang

    sama pada grid yang sebenarnya. Oleh karena

    itu adalah memungkinkan untuk menirukan

    suatu sistem pembumian sebenarnya melaluipemodelan skala.

    Sebagai model dua lapisan tanah

    digunakan air leding dan air bercampur garam

    yang dimasukkan secara terpisah ke dalam dua

    bak yang terbuat dari bahan konduktif (yang

    sering juga disebut sabagai bak elektrolitik).

    Agar air yang berbeda tahanan jenisnya tersebut

    tidak bercampur satu sama lain, kedua bak

    dipisahkan oleh lembaran akrilik. Pada lembaran

    akrilik dipasang batang-batang tembaga

    sehingga lapisan air di bak atas terhubung secara

    elektris dengan air yang terdapat di bak bawah.

    Tahanan jenis air pada masing-masing bak dapat

    diubah-ubah dengan cara menambahkan garam

    secukupnya sehingga diperoleh nilai faktor

    refleksi yang dikehendaki. Model dari elektroda

    grid dibuat dengan bentuk yang sama dengan

    bentuk grid yang sebenarnya tetapi dengan

    ukuran yang diperkecil dengan suatu faktor

    skala tertentu dan dibuat dengan bahan yang

    sama yaitu tembaga.

    Pengujian dilakukan dengan mengisi kedua

    bak elektrolitik dengan air yang berbeda tahananjenisnya, kemudian model elektroda pembumian

    dimasukkan ke dalam bak lapisan pertama, pada

    kedalaman tertentu. Arus pengujian sebagai

    simulasi arus gangguan tanah diinjeksikan ke

    model elektroda pembumian. Selanjutnya

    dilakukan berbagai pengukuran untuk

    memperoleh besaran-besaaran yang

    dikehendaki.

    3. Konstruksi Bak Elektrolitik

    Pengujian model skala pada dua lapisan

    tanah ini menggunakan dua buah bak elektrolitikberukuran masing-masing 100 cm x 100 cm x

    50 cm dan 100 cm x 100 cm x 51,5 cm yang

    terbuat dari plat bergalvanis (galvanized iron)

    dengan ketebalan 0,35 mm. Bak yang satu

    diletakkan di atas bak yang lain, dimana pada

    setiap sisi luar pinggiran permukaan bak bawah

    ditambahkan plat dari bahan yang sama dengan

    tinggi 1,5 cm, sehingga dasar dari bak atas

    berada 1,5 cm di bawah permukaan bak bawah.

    Konstruksi bak elektrolitik yang dilihat dari

    samping dapat dilihat pada Gambar 1. Bak yang

    bersifat konduktif ini digunakan sebagai

    elektroda pengumpul (collecting electrode)

    untuk arus listrik yang dialirkan pada elektroda

    pembumian. Arus yang dialirkan melalui

    elektroda pembumian akan terdistribusi secara

    radial dengan bentuk setengah bola, jadi

    walaupun bentuk bak yang digunakan berbentuk

    persegi empat tidak menjadi masalah selamaukuran bak tersebut cukup besar agar tidak

    mengganggu aliran distribusi arus yang

    diinjeksikan.

    Setiap sisi bak bawah terbuat dari bahan

    yang sama, sedangkan pada dasar dari bak atas

    terbuat dari lembaran akrilik (acrylic sheet)

    setebal 3 mm. Batang-batang tembaga (copper

    pins) berdiameter 1,78 mm dengan panjang

    masing-masing 15 mm ditanam menembus

    lembaran akrilik, dimana panjang dari setiap

    batang tembaga pada setiap sisi lembaran akrilik

    6 mm, dan jarak tiap-tiap batang tembaga padapermukaan lembaran akrilik adalah 10 mm.

    Lembaran akrilik berfungsi untuk

    memisahkan air pada kedua bak agar tidak

    bercampur satu dengan yang lain, dan pada saat

    yang bersamaan batang-batang tembaga dapat

    mengalirkan arus listrik dengan baik antara

    kedua medium. Jadi, walaupun antara kedua

    medium dibatasi dengan lembaran akrilik,

    namun keberadaannya tidak menghalangi

    distribusi arus yang mengalir antara kedua

    medium.

    Untuk memperkecil pengaruh terbatasnyaukuran bak, maka ukuran model sistem

    pembumian harus lebih kecil atau sama dengan

    1/5 kali ukuran bak Dengan ukuran bak yang

    tidak kurang dari 5 kali ukuran grid pembumian

    ternyata aliran distribusi arus yang diinjeksikan

    dan garis-garis ekipotensial yang timbul tidak

    akan terganggu oleh dinding bak tersebut

    [Thapar, 1987]. Setiap model elektroda

    pembumian grid yang akan diuji digantung di

    tengah rangka kayu berukuran 95 cm x 95 cm

    (Gambar 2) dan diletakkan tepat di tengah-tengah bak.

  • 5/19/2018 Ensikom Vol_ 3 No_ 1 Juni 2005

    35/43

    Pengukuran Tahanan Grid Pembumian pada Model Lapisan Tanahyang tidak Unifom (Zulkarnaen Pane)

    29

    Lembaran Akrilik dengan

    ketebalan 3mm

    Batang-batang tembaga dengan

    diameter 1,78mmdan panjang 15mm

    Plat yang berfungsi sebagaipenyangga bak atas

    Bak atas yang terbuat dari platbergalvanis setebal 0,35mm

    Bak bawah yang terbuat dari

    plat bergalvanis setebal 0,35mm

    Kayu yang berfungsi sebagai

    penyangg