Click here to load reader
View
226
Download
1
Embed Size (px)
i
EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN
KLABANG KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 1965-2018
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Romeo Holida Fasah
NIM 140210302033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
i
PROPOSAL SKRIPSI
EKSISTENSI BERSIH DESA BLIMBING KECAMATAN
KLABANG KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 1965-2018
Oleh:
Romeo Holida Fasah
NIM 140210302033
Pembimbing
Dosen pembimbing utama : Drs. Sumarjono, M. Si.
Dosen pembimbing anggota : Prof. Dr. Bambang Soepeno, M. Pd.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Penegasan Pengertian Judul ..................................................................................... 5
1.3 Ruang Lingkup Masalah ............................................................................................ 7
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 8
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 9
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................... 14
3.1 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 14
3.1.1 Pemilihan Topik ................................................................................................ 14
3.1.2 Pengumpulan Sumber (Heuristik) .................................................................... 15
3.1.3 Verifikasi (Kritik Sumber) ................................................................................. 16
3.1.4 Interpretasi....................................................................................................... 17
3.1.5 Penulisan (Historiografi) .................................................................................. 17
3.2 Sumber Sejarah ....................................................................................................... 17
BAB 4. Desa Blimbing
4.1 Kondisi Desa Blimbing
4.1.1 Jumlah penduduk
4.1.2 Pendidikan
4.1.3 Pekerjaan
4.1.4 Agama
4.2 Sejarah Bersih Desa Blimbing
BAB 5. Proses Perubahan Unsur-Unsur dalam Rangkaian Kegiatan Bersih
Desa Blimbing
5.1 Unsur-Unsur Kegiatan Bersih Desa
5.1.1 Prosesi Selamatan
iii
5.1.2 Perlengkapan Selamatan atau Sesajen
5.1.3 Pertunjukan Tradisional
5.2 Makna Religi dan Sosial
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 22
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bondowoso merupakan daerah yang memiliki keunikan berupa kebiasaan
kuno yang tetap ada dalam zaman modern. Kebiasaan tersebut merupakan warisan
para leluhur masyarakat Bondowoso menjadi penghubung kehidupan masa
lampau dan sekarang, yang memiliki pedoman hidup untuk generasi penerusnya.
Kebiasaan tersebut misalnya: selamatan untuk desa, selamatan kematian,
selamatan kelahiran, dan lain sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi
warna bagi masyarakat Bondowoso.
Bondowoso memiliki struktur masyarakatnya beragam antara lain suku
Madura, Jawa, Arab, dan China. Keberagaman menjadikan kabupaten Bondowoso
memilki aneka ragam adat budaya. Kebudayaan merupakan pikiran, karya dan
hasil karya manusia untuk memenuhi hasrat keindahannya (Koentjaraningrat,
2015:1), misalnya ritual bersih desa tetap rutin dilakukan di desa-desa Bondowoso
masih memegang adat leluhurnya.
Bersih desa masih sangat lekat di masing-masing desa Bondowoso,
diantaranya: desa Alas Sumur Kecamatan Pujer, desa Blimbing Kecamatan
Klabang, dan desa Ramban Kulon Kecamatan Cerme. Tiga desa tersebut masih
tetap rutin melakukan selamatan bersih desa, dari desa yang disebutkan semuanya
masing-masing memilki keunikan dalam pelaksanaannya. Desa Alas Sumur
menampilkan gunungan buah dan dance, desa Blimbing dengan prosesi selamatan
dan sesajen disertai pertunjukkan tradisional, dan desa Ramban Kulon arak-arakan
makanan dan selamatan. Pelaksaan bersih desa di masing-masing desa tersebut
tidak terlepas dari peranan tokoh, desa Blimbing tidak lepas dari seorang tokoh
yang bernama Juk Seng.
Juk Seng merupakan tokoh yang membabat hutan yang menjadi cikal
bakal desa Blimbing, Juk Seng berasal dari keluarga bangsawan dari Blambangan
Banyuwangi yang suka mengembara. Dalam pengembaraannya ke arah barat,
secara tidak sengaja memasuki hutan buah belimbing. Kedatangan Juk Seng ke
2
hutan belantara menarik perhatian seorang tokoh di wilayah hutan tersebut, yakni
Jasiman. Sudah merupakan kebiasaan dalam masyarakat tradisional, seseorang
yang dipandang tokoh mesti diuji dengan berbagai tantangan dan adu kesaktian
(Pusaka Jawatimuran, http://jawatimuran.net/2013/06/12/singo-ulung-tradisi-
kabupaten-Bondowoso/).
Adu kesaktian Juk Seng dengan Jasiman dimenangkan oleh Juk Seng dan
menjadikan Juk Seng sebagai kepala desa Blimbing. Keadaan desa kurang subur
membuat Juk Seng bertapa untuk mendapatkan wangsit agar desa Blimbing
menjadi subur, dalam pertapaan Juk Seng diperintahkan untuk mengadakan
pertarungan hingga menumpahkan darah kebumi agar hujan sehingga tanah yang
kering menjadi subur (sutikno, wawancara 19 maret 2018). Menurut Peursen
(1976:18) tahap tersebut merupakan tahap mistis, dimana sikap manusia merasa
dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-
dewa alam raya atau kesuburan. Keadaan tersebut yang kemudian memberikan
pandangan bahwa dengan manusia itu hanya perlu menanggapi gejala-gejala yang
terjadi disekitar dengan perilaku mereka yaitu dengan bertarung menumpahkan
darah. Pertarungan tersebut dikenal dengan nama ojhung didesa Blimbing, ojhung
merupakan cikal bakal bagian dalam bersih desa didesa tersebut.
Sepeninggalan Juk Seng ritual bersih desa Blimbing dilakukan secara
kontinue dari tahun-ketahun pada tanggal 14 dan 15 bulan Syakban atau 15 hari
sebelum menjelang puasa Ramadhan, adapun urutan dari awal sampai akhir
selama dua hari. Hari pertama merupakan pra persiapan pada tanggal 13 dengan
pemotongan sapi dan pengumpulan bahan-bahan untuk dimasak, bahan tersebut
disebut sasoklan, hari kedua tanggal 14 merupakan awal bersih desa meliputi;
memasak semua bahan dan dilanjutkan selamatan sanggar, selamatan asta Juk
Seng (makam), selamatan tanian (halaman rumah) dirumah kepala desa dan
dilanjutkan ke rumah warga, dan pengajian, dan hari terakhir tanggal 15
merupakan puncak dari bersih desa yang diawali dengan selamatan naggar olbek,
selamatan tanian, dan permain rakyat (suktino, wawancara tanggal 19 maret
2018). Menurut Ahadrian (2015:2) selamatan atau upacara merupakan perilaku
masyarakat yang menunjukkan kesadaran akan masa lalunya.
http://jawatimuran.net/2013/06/12/singo-ulung-tradisi-kabupaten-bondowoso/http://jawatimuran.net/2013/06/12/singo-ulung-tradisi-kabupaten-bondowoso/
3
Bersih desa yang dilakukan tiap tahunnya tidak hanya selamatan dan lain
sebagainya, tapi ada perlengkapan ritual yang cukup meriah didalamnya.
Misalnya beragam makanan seperti; rasol (nasi dalam piring yang diatasnya
diletakan telur rebus), nasi kuning, nasi tumpeng, nasi lemma (dimasak dengan
santan), nasi bakol (nasi bungkus), beras kuning, ghandik (kue dari ketan dengan
lima warna: putih, hitam, merah, kuning dan hijau) dan lain sebagainya
(Juniawan, 2016:60-61). Dari berbagai makanan yang dipaparkan dalam tradisi
tersebut tampak jelas bahwa makanan-makan tersebut bersifat khusus. Menurut
Nawiyanto, dkk (2011:30) kekhususan ini tampak dalam pengkaitan makanan dan
bahan pangan dengan berbagai aspek simbolis dan ritual maupun terapeutis dalam
rangka pencegahan serta pengobatan terhadap berbagai macam penyakit dalam
kehidupan masyarakat Jawa. Salah satunya contoh dari makanan yang dapat
mengobati yaitu pengolahan beras dengan kunyit maka diapatlah beras dengan
warna kuning, maka disebutlah nasi kuning yang dapat dipercaya sebagai
penangkal dan pengahalang ancaman yang bersifat gaib (Wibowo dan Suhatno,