131
ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA DI DESA MARGOMULYO Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Oleh : Arie Patramanda 06711135 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2010

Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA

DI DESA MARGOMULYO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

Oleh :

Arie Patramanda

06711135

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

BEHAVIOR ANALYSIS OF CLEAN AND HEALTHY LIVING

(PHBS) ON THE IMPLEMENTATION OF DESA SIAGA

IN THE MARGOMULYO VILLAGE

Papers scientific

To Meet Some Requirements

Getting a Bachelor Degree of Medicine

By :

Arie Patramanda

06711135

MEDICAL FACULTY

INDONESIAN ISLAMIC UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2010

Page 3: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Z

Untuk papa yang selalu memberi motivasi dalam hidup dan tauladan bagiku ..

Untuk mama yang selalu sabar mendidik aku hingga seperti ini ..

Semua yang sudah aku jalani adalah persembahan untuk papa dan mama ..

Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini....

Jika kita yakin, maka kita pasti bisa...

Sukses tidak butuh pengorbanan...

Sukses itu butuh perubahan...

Niat, semangat, kerja keras, dan doa kuncinya...

Page 4: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

iii

ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA

DI DESA MARGOMULYO

Oleh :

Arie Patramanda

06711135

Telah diseminarkan pada tanggal : 18 Februari 2010

Dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama

dr. Sunarto, M.Kes

Penguji

drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes

Disahkan

Dekan

Prof. Dr. dr. H. Rusdi Lamsudin, M.Med.Sc, Sp.S (K)

Page 5: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 18 Februari 2010

Arie Patramanda

Page 6: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT,

Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga karya tulis ini

akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Analisis Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Terhadap Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo ” ini disusun

sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh derajat sarjana kedokteran

di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, serta motivasi baik moril

maupun materil didalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, diantaranya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Rusdi Lamsudin, M.Med. Sc, Sp.S(K), selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

2. dr. Sunarto, M.Kes, selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas

ide-ide cemerlang yang sangat berarti bagi saya, dan atas kesediannya

meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing saya, sehingga karya

tulis ini dapat terselesaikan.

3. drg. Punik Mumpuni Wijayanti, selaku dosen penguji, terima kasih atas

masukan-masukannya.

4. Pihak Dinkes Propinsi Yogyakarta, Dinkes Kabupaten Sleman dan

Bapeda Sleman, terima kasih atas izin dan bantuannya.

5. Orang tua yang sangat aku cintai, papaku M. Mawardi, S.E dan

mamaku Siti Hajar, tiada kata yang dapat mewakili ucapan rasa terima

kasih dan syukurku atas semua yang telah diberikan.

6. Kepada Niken Kristyana yang menjalani penelitian bersama, kerja keras

dan usaha kita mulai dari pengajuan judul, konsultasi, saling berbagi

informasi, hilir – mudik dari kampus ke desa, bahkan hujan dan teriknya

matahari diperjalanan tidak bisa membuat semangat kita berkurang.

Inilah hasil dari semua kerja keras kita selama ini.

Page 7: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

vi

7. Kepada Dwi Yuliana yang bersedia meluangkan waktunya untuk

menjadi tempat berbagi cerita, menemani setiap saat, melakukan hal-hal

yang menyenangkan, sampai menunggang kuda bersama. Terima kasih

atas semua yang telah diberikan selama ini.

8. Kepada Ade rahmayanti, Soipe, Erma, Isti, Asri Yoanita, Dyah arum

Kusumaningtyas, Dewi Aryanti , Dwi Aprilia, Tria Arisanti, yang sudah

mau berbagi tawa bersama.

9. Kepada Eko Arya Sandi, Syaiful bin Usman, Inandra Prayogi, Dian

Hertisa, Try Kurniawan yang selalu ada waktu buat saling mengkritik

dan memberi masukan satu sama lain.

10. Kepada teman futsal baik tim FK UII ( Rendra, Abdul haris, Hairul Asri,

Adit, Okky, Dhani, Bayu, dkk) ataupun tim Qunnilingus (Ari Setiawan,

Rizky Kurniawan, Rizky Al Fajar, Jerrisky, Sufron, dkk) dan tim

Bandminton FK UII (Dhani, Prima, Mufti, Yusuf, Ihsan, dkk) yang

sudah mau menjadi tempat refreshing dan bercanda gurau.

11. Dan kepada teman yang tidak bisa disebutkan semuanya, terima kasih

banyak atas dukungan kalian selama ini.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan guna bekal di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan

dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 19 Februari 2010

Penulis

Page 8: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSEMBAHAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

LAMPIRAN xii

INTISARI xiii

ABSTRACT xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Tujuan Penelitian 4

1.4. Keaslian Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku 7

2.2. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 10

2.2.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 10

2.2.2. Tujuan PHBS 11

2.2.3. Manfaat PHBS 11

2.2.4. Sasaran PHBS 11

2.2.5. Indikator PHBS 12

2.3. Konsep Dasar Desa Siaga 12

2.3.1. Definisi Desa Siaga 12

2.3.2. Tujuan Desa Siaga 12

2.3.3. Sasaran Desa Siaga 13

Page 9: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

viii

2.3.4. Pentahapan Pengembangan Desa Siaga 13

2.3.5. Penilaian 15

2.4. Kerangka Konsep 17

2.5. Pertanyaan Penelitian 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian 19

3.2. Subyek dan Obyek Penelitian 19

3.2.1. Subyek Penelitian 19

3.2.2. Obyek Penelitian 20

3.3. Jenis dan Sumber Data 20

3.4. Instrumen Penelitian 21

3.5. Teknik Pengumpulan Data 21

3.5.1. Observasi 21

3.5.2. Wawancara 23

3.5.3. Dokumentasi 22

3.5.4. FGD 22

3.5.5. Triangulasi 23

3.6. Teknik Analisis Data 22

3.7. Persiapan Penelitian 26

3.7.1. Penentuan Tempat dan Narasumber Penelitian 26

3.7.2. Proses Pengambilan data 26

3.8. Pelaksanaan Penelitian 27

3.9. Etika Penelitian 28

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Desa Margomulyo 29

4.2. Data Narasumber 30

4.3. PHBS dalam Desa Siaga 30

4.4. Dukungan Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga 33

4.5. Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga 36

4.6. Evaluasi Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga 38

Page 10: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

ix

4.7. Saran dan Tanggapan 43

BAB V. SIMPULAN dan SARAN

5.1. Simpulan 44

5.2. Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN

Page 11: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep Skematik Sikap dan Perilaku 8

Gambar 2. Hubungan perilaku, lingkungan, dan individu 8

Gambar 3. Faktor Penentu Perilaku 9

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian 17

Gambar 5. Triangulasi “teknik” pengumpulan data 24

Gambar 6. Triangulasi “sumber” pengumpulan data 24

Page 12: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Susunan Pentahapan Desa Siaga 13

Tabel 2. Batas Wilayah Desa Margomulyo 29

Tabel 3. Sumber Biaya 33

Tabel 4. Rincian Penggunaan Biaya 34

Tabel 5. Permasalahan penggunaan jamban sehat 41

Tabel 6. Permasalahan pengelolaan sampah 42

Page 13: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

xii

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Narasumber

Lampiran 2. Pedoman Umum Wawancara Mendalam

Lampiran 3. Panduan Wawancara

Lampiran 4. Pedoman Umum FGD

Lampiran 5. Panduan Umum Observasi

Lampiran 6. Laporan Hasil Observasi

Lampiran 7. Susunan Pengurus Poskesdes Desa Siaga Desa Margomulyo

Lampiran 8. 20 Indikator PHBS

Lampiran 9. Koding

Lampiran 10. Transkrip Wawancara

Lampiran 11. Transkrip FGD

Lampiran 12. Foto Penelitian

Page 14: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

xiii

INTISARI

ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA

DI DESA MARGOMULYO

Latar belakang : Departemen Kesehatan mencanangkan gerakan pembangunan

berwawasan kesehatan yang dilandasi paradigma sehat. Salah satu pilar penting

dalam paradigma sehat adalah perilaku sehat, karena menentukan 30 % derajat

kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku sehat tersebut dibentuklah program

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 2010 dengan adalah upaya memfasilitasi

pencapaian derajat kesehatan tersebut melalui desa siaga.

Tujuan : untuk mengetahui bagaimana penerapan PHBS terhadap pelaksanaan

desa siaga di Desa Margomulyo dan apakah ada faktor pendukung dan hambatan

dalam pelaksanaannya.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan

penelitian studi kasus dengan analisis kualitatif. Subyek yang diteliti adalah

pelaku pelaksanaan program PHBS di Desa Margomulyo dengan obyek penelitian

adalah situasi sosial dalam pelaksanaan program PHBS. Narasumber ditentukan

dengan metode purposive dan snowball effect jika diperlukan. Pengumpulan data

dengan cara observasi non partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, focus

discussion group (FGD), dan triangulasi.

Hasil : pelaksanaan PHBS sudah baik dilihat dari sudah berjalannya beberapa

indikator yang ada, keberhasilan pencapaian >75%, kinerja kader dan peran

puskesmas yang baik. Keberhasilan pelaksanaan PHBS belum diikuti dengan

keberhasilan pelaksanaan desa siaga, ditinjau dari belum berfungsinya poskesdes

yang ada serta belum tercapainya semua indikator yang ada.

Simpulan : Program PHBS sudah berjalan dengan baik, tetapi tidak diikuti oleh

pelaksanaan desa siaga yang masih dirasakan kurang.

Kata Kunci : Perilaku hidup bersih dan sehat, desa siaga, PHBS di Desa siaga.

Page 15: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

xiv

ABSTRACT

BEHAVIOR ANALYSIS OF CLEAN AND HEALTHY LIVING

(PHBS) ON THE IMPLEMENTATION OF DESA SIAGA

IN THE MARGOMULYO VILLAGE

Background: The Department of Health launched the movement of health-

oriented development paradigm based on health. One of the important pillars in

the paradigm of health is a healthy behavior, because it determines the health of

30%. To realize these health behaviors established behavior program clean and

healthy life (PHBS) is an effort in 2010 to facilitate the achievement of the health

status through desa siaga.

Objective: how the application of the implementation PHBS of Desa Siaga in the

village Margomulyo and whether there supporting factors and obstacles in its

implementation.

Methods: This study was a descriptive study using a case study research design

with qualitative analysis. Subjects in the study was the perpetrator of the program

in the Village Margomulyo PHBS with the object of research is the social

situation in the implementation of PHBS program. Resource persons determined

by the method of purposive and snowball effect if necessary. The collection of

data by way of non-participatory observation, depth interviews, documentation,

focus group discussion (FGD), and triangulation.

Result: the implementation of good PHBS already seen from the already passed

some existing indicators, the success of achieving> 75%, the performance of

cadres and the role of good health. Successful implementation of PHBS not

followed by successful implementation of the standby village, not in terms of the

functioning of the existing village health post, and not the achievement of all

existing indicators.

Conclusions: PHBS program has been running well, but not followed by the

implementation of the standby village which is still considered missing.

Keywords: behaviour of life clean and healthy, desa siaga, PHBS in the village

margomulyo.

Page 16: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan

gerakan pembangunan berwawasan kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat.

Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif

bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti

pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2004).

Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,

dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,

perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata (Depkes,

2004). Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara

dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi

diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Untuk

menjawab tantangan itu Departemen Kesehatan menetapkan visi “ masyarakat

yang mandiri untuk hidup sehat ” dan misi “membuat rakyat sehat” dengan

strategi “ menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat “

melalui upaya fasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan dengan

mengembangkan kesiapsiagaan ditingkat desa yang disebut Desa Siaga.

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-

masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat

(Depkes, 2008). Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut

telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Salah satu bentuk pembinaannya yaitu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan

sehat pada setiap tatanan dalam masyarakat.

Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga,

sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tatanan tempat-tempat umum.

Prioritas program PHBS dalam era otonomi daerah diserahkan kepada kebijakan

masing-masing pemerintah daerah sehingga tiap-tiap daerah dapat

Page 17: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

2

mengadaptasikan program PHBS agar lebih sesuai dengan kondisi atau

perkembangan masyarakat setempat.

Setiap anggota masyarakat sudah pasti berada dalam rumah tangga, oleh

karena itu program PHBS tatanan rumah tangga akan langsung berkaitan dengan

tatanan-tatanan yang lainnya. Dengan demikian, penekanan pada program PHBS

rumah tangga menjadi kunci keberhasilan bagi program PHBS pada tatanan

lainnya.

Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta

adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit

akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan

sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak tidak hanya

dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan

merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan

faktor perilaku secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan.

Masalah kesehatan terus berkembang, penyakit baru bermunculan dan

persebarannya cenderung menjadi ancaman global seperti SARS, HIV-AIDS, dan

Flu Burung. Sedangkan penyakit lainnya yang akut dan berpotensi menjadi

Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti Demam Berdarah, Polio, dan Diare serta Gizi

Buruk pada balita.

Pengembangan Desa Siaga penting untuk dilaksanakan karena Desa Siaga

merupakan basis bagi Indonesia Sehat 2010. Pengembangan Desa Siaga

dilaksanakan dengan pendekatan penggerakan dan pengorganisasian masyarakat

agar kelestariannya lebih terjamin. Untuk keberhasilan pengembangan Desa

Siaga, Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit dan Dinkes Kabupaten / Kota

perlu direvitalisasi. Berbagai pihak yang bertangung jawab untuk pengembangan

Desa Siaga (stakeholders) diharapkan dapat berperan optimal sesuai tugasnya,

agar pengembangan Desa Siaga berhasil (Depkes, 2004).

Salah satu indikator keberhasilannya adalah perilaku hidup bersih dan

sehat yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri

Page 18: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

3

dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat

( Depkes, 2008).

Dalam proses pengembangannya diharapkan dapat menghasilkan

masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai

ancaman terhadap kesehatan seperti gangguan kesehatan dan kematian ibu

hamil/bersalin dan bayi/balita, kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang

berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), kejadian bencana,

kecelakaan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup

bersih dan sehat. dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat secara

gotong royong. Pendekatan edukasi menjadi pilihan tepat untuk mewujudkan

proses yang dimaksud.

Prestasi yang telah dicapai masyarakat DIY saat ini adalah berbagai

kegiatan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) yang telah berjalan

dengan baik (Dinkes Propinsi DIY, 2009). Bentuk-bentuk UKBM seperti

Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dana sehat, desa siap-antar-jaga, Poskestren

dan lain sebagainya telah ada dan menjadi dasar potensial dalam pengembangan

Desa Siaga.

Melihat potensi tersebut, maka konsep pengembangan Desa/Kelurahan

Siaga disamping perlu diperluas ke lingkup yang lebih mikro yaitu Dusun/RW

Siaga juga pembentukan jaringan kemitraan antara UKBM dengan sarana

pelayanan kesehatan yang ada. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya

pernyataan bahwa di Yogyakarta telah terbentuk seluruh desa menjadi Desa Siaga

perlu adanya pembuktian berupa penilaian dan pemantauan pelaksanaan Desa

Siaga dengan mengambil salah satu desa sebagai lokasi penelitian yaitu Desa

Margomulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.

Peneliti memilih Desa Margumolyo atas beberapa pertimbangan yaitu desa

ini sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi DIY sebagai Desa Siaga.

Selain itu, desa ini juga diduga memiliki sumber data dan informasi mengenai

permasalahan PHBS yang dapat dimasukkan kedalam penelitian ini. Pemilihan

desa ini pun disarankan oleh instansi setempat, sering dijadikan obyek penelitian

lainnya, dan dijadikan sebagai desa percontohan.

Page 19: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

4

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang

masalah maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut :

1) Bagaimana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap pelaksanaan Desa

Siaga di Desa Margomulyo ?

2) Apakah ada faktor pendukung dan hambatan yang ditemukan pada

program PHBS dalam pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo ?

1.3. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Mengetahui penerapan PHBS terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa

Margomulyo

2) Tujuan Khusus

a) Mengetahui sejauh mana pengetahuan warga desa tentang PHBS

dan desa siaga

b) Mengetahui tingkat keberhasilan program PHBS dalam desa siaga

c) Mengetahui bagaimana penerapan program PHBS dalam desa

siaga

d) Mengetahui peran serta individu, keluarga, masyarakat dan

pemerintahan dalam program PHBS terhadap pelaksanaan desa

siaga

e) Mengetahui faktor pendukung dan hambatan yang ditemukan pada

program PHBS terhadap pelaksanaan desa siaga

1.4. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Analisis Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Sebagai Komponen Desa Siaga di Desa Margomulyo” belum

pernah dilakukan. Adapun penelitian tentang PHBS dan desa siaga yang pernah

dilakukan adalah ;

1) Djonny (2005) “ Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Studi kasus di

Kabupaten Bantul “ .

Page 20: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

5

Penelitian ini untuk memberi gambaran tentang pelaksanaan program PHBS baik

dari segi variabel implementasi program, tindakan kebijakan pemerintah (SDM,

pembiayaan dan sarana), dan dukungan masyarakat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa program PHBS dapat terlaksana dengan baik jika ada

dukungan dari masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan pukesmas yang

mempunyai dukungan masyarakat yang baik seperti komite kesehatan dusun

ternyata mampu melaksanakan implementasi program PHBS secara baik. Pada

penelitian ini peneliti hanya mengetahui pelaksanaan program PHBS di

Kabupaten bantul, sedangkan penulis meneliti PHBS sebagai indikator

pelaksanaan desa siaga, dan lokasinya di Desa Margomulyo.

2) Hermansyah (2008) “ Persepsi Stakeholder Terhadap Pelaksanaan Desa siaga di

Kabupaten Sambas “.

Persepsi stakeholder sudah baik walaupun dukungan kebijakan masih kurang.

Desa siaga di Kabupaten Sambas telah berjalan sejak awal tahun 2007 dengan

dukungan dari Dinkes kabupaten, aparat pemerintah, dan masyarakat. Kegiatan

yang telah berjalan dengan baik yaitu posyandu, poskesdes, tabulin, ambulan

desa, kelompok donor darah, penggalangan dana masyarakat, surveillan, tim

siaga bencana, kebersihan lingkungan, pencatatan dan pelaporan. Perbedaan

dengan penulis adalah tujuan penelitianyaitu untuk mengetahui persepsi

Stakeholder terhadap pelaksanaan desa siaga, sedangkan tujuan penulis adalah

mengetahui penerapan PHBS dalam pelaksanaan desa siaga di Desa

Margomulyo.

3) Polisiri (2008) “ Implementasi Desa Siaga di Kota Tidore Kepulauan Propinsi

Maluku Utara “.

Pelaksanaan desa siaga di Tidore sudah berjalan sejak 2007 dengan dukungan

dari Dinkes walaupun belum ada petunjuk teknis pelaksanaan secara khusus.

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain ambulan desa, warung obat desa,

poskesdes, posyandu, tabulin, kelompok donor darah, serta kebersihan

lingkungan. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah yang diteliti hanya

kegiatan desa siaga secara keseluruhan, sedangkan penulis meneliti tentang salah

satu indikator keberhasilan desa siaga yaitu PHBS.

4) Anis (2009) “ Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Pengembangan Desa Siaga di

Desa Ngemplak Kecamatan Kartasura”.

Page 21: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

6

Persepsi kepala keluarga terhadap pengembangan desa siaga di Desa Ngemplak

Kecamatan Kartasura yang meliputi kebijakan pengembangan desa siaga,

pelaksanaan desa siaga, tanggap dan peduli terhadap pengembangan desa siaga,

serta pola hidup bersih sudah baik. Hal ini berarti tiap-tiap kepala keluarga telah

mampu memahami apa yang dimaksud dengan desa siaga beserta upaya-upaya

yang harus dilakukan dalam membentuk serta mengembangkan desa siaga.

Perbedaan dengan penelitian penulis adalah metode yang digunakan metode

kualitatif deskriptif bukan kuantatif dengan kuesioner dan juga tujuan penelitian

untuk mengetahui penerapan PHBS dalam pelaksanaan desa siaga di Desa

Margomulyo.

1.5. Manfaat Penelitian

1) Bagi peneliti sendiri

a. Memberi pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.

b. Menganalisa atau mengidentifikasi penerapan PHBS terhadap

pelaksanaan desa siaga.

2) Bagi profesi dokter

Memberi gambaran mengenai tingkat keberhasilan desa siaga melalui strategi-

strategi yang sudah dicanangkan pemerintah, salah satunya dengan melalui

sasaran PHBS.

3) Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan baru tentang informasi kesehatan

khususnya PHBS.

4) Bagi peneliti lain

Dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam

bidang yang sama.

Page 22: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas makhluk hidup yang

bersangkutan. Sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang memiliki cakupan yang sangat luas

(Notoatmodjo, 2007).

Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu tidak timbul dengan

sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme

yang bersangkutan baik stimulus internal maupun eksternal (Walgito,2003). Oleh

karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme

dan kemudian organisme tersebut merespon. Ada tiga faktor yang mempengaruhi

respon manusia yaitu kebutuhan seseorang, informasi tentang objek atau subjek

yang dimiliki, dan kelompok dimana dia berada (Samsunumiyati, 2006). Respon

ini dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu dan menimbulkan respon-

respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan

keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup.

Respon ini juga mencakup perilaku emosional yang disebabkan hal-hal

yang menyenangkan atau menyedihkan.

2) Operant respons atu instrumental respon, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsangan ini akan memperkuat respon yang telah dilakukan oleh

organisme. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan

tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya,

maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan

tugasnya (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tidak tampak/terselubung (covert

Page 23: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

8

behavior) dan perilaku yang tampak (overt bahaviour). Perilaku yang tidak

tampak ialah berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi, pengetahuan. Sedangkan

perilaku yang tampak antara lain berjalan, berpakaian dan berbicara (Machfoedz

dkk, 2005).

Gambar 1. Konsepsi Skematik Sikap & Perilaku

(Azwar, 2002 diadaptasi dari Ajzen & Fishbein, 1988)

Walgito (2003) mengemukakan suatu formulasi mengenai perilaku dan

sekaligus dapat memberikan informasi bagaimana perilaku itu terhadap

lingkungan dan terhadap individu atau organisme yang bersangkutan. Formulasi

berwujud B= behavior, E= environment, P= person. Perilaku, lingkungan dan

individu itu saling berinteraksi satu dengan yang lain. Ini berarti bahwa perilaku

individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga

berpengaruh pada lingkungan, demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi

individu, demikian sebaliknya.

B

E P

Gambar 2. Hubungan perilaku, lingkungan, dan individu (Walgito, 2003)

Samsunuwiyati (2006) menyebutkan ada tiga faktor penentu perilaku

(behavior) yaitu : a) faktor predisposisi (predisposing), adalah faktor yang

menunjukkan alasan atau motivasi untuk berprilaku seperti minat, persepsi,

pengetahuan, norma-norma, dan sebagainya yang ada dalam diri individu dan

masyarakat, b) faktor pendukung (enabling), adalah faktor yang memungkinkan

STIMULUS

(individu, situasi,

isu sosial,

kelompok sosial,

dan objek lainnya )

KONATIF

KOGNITIF

AFEK

RESPON

s/

Sikap/

SIKAP

Page 24: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

9

terlaksananya suatu kegiatan atau perilaku seperti keterampilan, sarana, fasilitas,

dana, dan sebagainya, c) faktor pendorong (reinforcing), adalah yang mendorong

atau memperkuat terjadinya perubahan perilaku, seperti pengaruh teman,

lingkungan, keluarga, dan lainnya.

Gambar 3. Faktor penentu perilaku

(Samsunuwiyati, 2006 didaptasi dari Green, 1991)

Notoatmodjo (2003) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

manusia dapat menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal

Merupakan kumpulan dari unsur-unsur kepribadian yang secara stimultan

mempengaruhi perilaku manusia dan sebagainya terbentuk secara genetika

atau dibawah dari sifat fisik maupun jiwa.

Faktor internal terdiri dari :

a) Keturunan

Perilaku yang diturunkan dari sifat-sifat yang diperoleh orang

tuanya.

b) Motif

Dalam hal ini manusia berbuat sesuatu karena adanya

dorongan/motif tertentu.

2) Faktor eksternal

Merupakan faktor yang berada diluar dari manusia, namun secara langsung

mempengaruhi perilakunya

Faktor eksternal terdiri dari :

BEHAVIOUR

Reinforcing

Enabling

Predisposing

Page 25: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

10

a) Lingkungan keluarga

Nilai yang berkembang dalam keluarga serta kecenderungan

umum dan pola sikap kedua orang tua terhadap anak akan sangat

mempengaruhi tahap pertumbuhannya.

b) Lingkungan sosial

Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan membentuk

piranti sosial, ekonomi atau sesuatu yang kemudian disebut

dengan budaya akan menggerakkan perilaku umum seseorang.

c) Lingkungan pendidikan

Institusi pendidikan serta non formal termasuk media masa telah

mengambil banyak waktu pertumbuhan seseorang sehingga

mempengaruhi perilaku seseorang sesuai dengan nilai dan

kecenderungan yang berkembang dalam lingkungan tersebut.

2.2. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.2.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat

menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh

karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota

rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berarti

mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah

tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif

untuk hidup sehat (Depkes, 2007).

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu strategi yang dapat

ditempuh untuk menghasilkan kemandirian dibidang kesehatan baik pada

Page 26: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

11

masyarakat maupun pada keluarga, yang artinya harus ada komunikasi antara

kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan

pendidikan kesehatan. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota

beserta jajaran sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah tangga

agar dapat dijalankan secara efektif (Machfoedz, 2005).

2.2.2 Tujuan PHBS

Tujuan umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat di desa,

kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk meningkatkan

pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan

PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS dimasyarakat (Depkes, 2007).

2.2.3 Manfaat PHBS

Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat bagi rumah tangga adalah setiap

rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat

dan cerdas, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, dan dengan

meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya

dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya

pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan

pendapatan keluarga.

Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat antara lain

masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, masyarakat mampu

mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan, masyarakat

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, masyarakat mampu

mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti

Posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (Tabulin), arisan

jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain (Dinkes DIY, 2008).

2.2.4 Sasaran PHBS

Sasaran PHBS dirumah tangga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan

ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Depkes, 2007).

Page 27: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

12

2.2.5 Indikator PHBS

Pembinaan PHBS dirumah tangga dilakukan untuk mewujudkan rumah

tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 10

indikator yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, meliputi pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eklusif, penimbangan bayi dan balita,

menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

menggunakan jamban sehat, rumah bebas jentik, makan buah dan sayur setiap

hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok didalam rumah.

Indikator ini dapat ditambahkan oleh masing-masing provinsi/kabupaten sesuai

dengan kondisi wilayahnya (Dinkes DIY, 2008).

2.3. Konsep Dasar Desa Siaga

2.3.1. Definisi Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya

dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat (Depkes, 2008).

Pengertian Desa Siaga yang diterapkan di Propinsi DIY (2008) adalah

desa atau kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah/ancaman

kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri yang pada hakekatnya

terdiri dari Dusun/RW Siaga.

2.3.2. Tujuan Desa Siaga

Tujuan umum Desa Siaga adalah terwujudnya masyarakat desa/kelurahan

yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya,

khususnya meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat

tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kemauan dan kemampuan

masyarakat untuk mandiri di bidang kesehatan, meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap resiko dan bahaya

yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,

kegawatdaruratan, dsb), meningkatnya keluarga sadar gizi, keluarga berperilaku

Page 28: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

13

hidup bersih dan sehat serta menerapkan upaya perbaikan lingkungan sehat

(Dinkes DIY, 2008).

2.3.3. Sasaran Desa Siaga

Sasaran dalam pelaksanaan Desa Siaga adalah semua individu dan

keluarga di wilayah desa/kelurahan, pihak-pihak yang mempunyai pengaruh

terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim

yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, tokoh

agama, perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan, dan pihak-pihak

yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan, dana, tenaga, sarana

dan lain-lain, seperti camat, kepala desa, kepala dusun/RW, pejabat terkait, LSM,

swasta, donatur dll (Depkes 2007).

2.3.4. Pentahapan Pengembangan Desa Siaga

Pentahapan merupakan pencerminan peningkatan kualitas yang terlihat

dari proses perkembangan indikatornya. Syarat awal pembentukan Desa Siaga

adalah memiliki minimal satu Poskesdes. Pentahapan diharapkan akan memicu

upaya perbaikan berkelanjutan (Soeparmanto, 2006).

Tabel 1. Susunan Pentahapan Desa Siaga menurut Depkes (2007)

Desa/Kelurahan Siaga Dusun/RW Siaga Keterangan

Tingkat I Purwa Purwa Tahap pemula/permulaan

Tingkat II Madya Madya Tahap pengembangan Tingkat III Waskita Waskita Tahap penyempurnaan

Tingkat IV Wijaya Wijaya Tahap berkelanjutan

2.2.4.1. Tahap Purwa

Tahap purwa merupakan tahap dasar bagi tahap-tahap selanjutnya.

Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menciptakan dan

memperkuat lembaga dan sistem pengelolaannya. Kekuatan pokok pada

tahap purwa ini masih terletak di tangan pengelola forum kesehatan warga.

Puskesmas dalam hal ini akan masih berperan cukup dalam berbagai hal.

Page 29: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

14

2.2.4.2. Tahap Madya

Tahap madya ditandai dengan tumbuhnya kemampuan dan

kemandirian dalam membangun dan mengelola. Program-program kerja

mulai dijalankan dengan baik. Aktifitas Poskesdes mulai terlihat nyata dan

kemitraan dengan sarana pelayanan kesehatan mulai dibentuk. Penguatan

lembaga masih diperlukan diikuti dengan perbaikan. Aktifitas pengelola

forum kesehatan dan Poskesdes masih perlu mendapat dukungan penuh

puskesmas.

2.2.4.3. Tahap Waskita

Mulai tercipta kemampuan kritis dalam evaluasi dan

penyempurnaan kegiatan. Kerjasama dan mekanisme koordinasi semakin

kuat dan menjadi basis dalam pengelolaannya. Posko kesehatan desa

semakin aktif dan berperan lebih besar dan semakin baik pula mekanisme

koordinasi dengan forum kesehatan maupun dengan mitra sarana

kesehatan. Kegiatan inovatif mulai lahir dari hasil pendalaman kebutuhan

di masyarakat. Otonomi semakin kuat dikarenakan perikatan dan inisiasi

dari internal yang semakin baik. Kemampuan Poskesdes dan forum

kesehatan semakin sempurna.

2.2.4.4. Tahap Wijaya

Mempertahankan kesempurnaan kegiatan, kemandirian dan inovasi

dengan semakin kuatnya bentuk kemitraan dengan sarana pelayanan

kesehatan adalah ciri dari tahap ini. Posko kesehatan desa semakin aktif

berperan dalam memfasilitasi kebutuhan masyarakat dan semakin kuat

dalam koordinasinya dengan dusun/RW siaga. Otonomi di tahap ini juga

semakin kuat, dikarenakan inisiasi dari internal sudah cukup kuat.

Kekuatan pokok telah berpindah dari pengelolaan menjadi milik

masyarakat secara keseluruhan dan pengelola bersifat memfasilitasi

inisiatif.

Page 30: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

15

2.3.5. Penilaian

Untuk menilai pentahapan digunakan klasifikasi beberapa indikator

sederhana diantaranya sebagai berikut:

1) Penilaian Dusun/RW Siaga

a) Kegiatan forum kesehatan warga dusun/RW

Bahwa dusun/RW telah melaksanakan kegiatan pertemuan/forum yang

secara khusus membahas kesehatan. Kegiatan forum tersebut melekat

dalam lembaga yang telah ada di dusun/RW seperti pertemuan RW/dusun.

Dinilai berdasarkan jumlah aktifitas (frekuensi) pertemuan pembahasan

kesehatan.

b) UKBM (Posyandu)

Pengembangan UKBM khususnya Posyandu. Forum kesehatan warga dan

kader kesehatan akan bekerjasama dalam pengembangan Posyandu dan

UKBM lain yang ada di dusun/RW. Dinilai dengan melihat klasifikasi

kegiatan Posyandu (pratama, madya, purnama, mandiri).

c) Kegiatan surveilans berbasis masyarakat tingkat dusun/RW

Ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kesehatan di

wilayah dusun/RW. Dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengelolaan,

analisis dan menyimpulkan dan mendiseminasikan informasi kepada

masyarakatnya. Indikator penilaian dengan melihat jumlah jenis surveilans

misalnya surveilans ibu hamil, balita, DBD, bencana dll.

d) Kegiatan kesiapsiagaan bencana dan kegawatdaruratan

Adalah kemandirian dalam bentuk kesiapan menghadapi kejadian bencana

dan atau kegawatdaruratan sehari-hari dengan aktifitas pembentukan unit-

unit di tingkat dusun/RW berdasarkan jenis kemampuan khusus yang

dikembangkan. Penilaian didasarkan kepada jumlah dari unit yang berhasil

dikembangkan. Semakin banyak unit semakin tinggi skor yang diperoleh.

Unit-unit tersebut akan mengemban kemampuan dan pemberdayaan,

dengan aktifitas misalnya perlindungan diri dan pencegahan infeksi,

pertolongan pertama cedera trauma, keracunan, gigitan binatang,

tatalaksana pra rujukan penyakit jantung, pembuluh darah dan syok,

Page 31: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

16

tatalaksana pra rujukan obstetric (siap antar jaga), tatalaksana

perlindungan kesehatan terhadap bencana alam, tatalaksana kejadian luar

biasa keracunan dan penyakit menular.

e) Kesehatan lingkungan

Adalah keadaan lingkungan yang sehat minimal meliputi indikator

tersedianya jamban sehat dan air bersih. Dinilai dengan mengamati jumlah

indikator kesehatan lingkungan dimaksud. Dihitung dengan menggunakan

presentase jumlah rumah yang memenuhi syarat dari indikator yang dipilih

dibagi dengan jumlah keseluruhan rumah tangga.

f) PHBS

Dinilai dengan melihat klasifikasi/strata PHBS (merah, kuning, hijau, biru)

dengan indikator yang disepakati di kabupaten/kota. Tatacara penilaian

sesuai dengan aturan penilaian yang berlaku dalam penilaian posyandu.

2) Penilaian desa/kelurahan Siaga

a) Forum kesehatan desa/kelurahan

Dinilai berdasarkan keberadaan dan aktifitas (frekuensi) pertemuan untuk

membahas kesehatan dalam satu tahun.

b) Dusun/RW siaga

Dinilai dengan melihat presentase dusun/RW di wilayah desa yang telah

masuk dalam klasifikasi/pentahapannya. Disusun dalam empat tingkat

(skor), bagi desa yang memiliki presentase dusun dengan kriteria purwa

>75% dari dusun yang ada di desa tersebut diberikan nilai/skor 1. Skor 2

diberikan jika jumlah dusun siaga purwa 50-75%, skor 3 jika 25-49%

dusun adalah purwa dan skor 4 jika <25% dusun memiliki kriteria purwa.

c) Pembinaan Posyandu mandiri

Posko kesdes akan berfungsi sebagai koordinator pengembangan posyandu

tingkat desa/kelurahan. Sebagai indikator penilaian digunakan presentase

posyandu yang ada di desa/kelurahan berdasarkan status strata mandiri

(tertinggi). Tujuannya adalah memberikan gambaran kepada pengelola

mengenai perkembangan sehingga diharapkan akan memacu motivasi

Page 32: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

17

upaya perbaikan dengan berkoordinasi dengan pengelola Dusun/RW

Siaga. Nilai 1 diberikan jika <25% Posyandu di desa/kelurahan yang

berstrata mandiri, nilai 2 diberikan jika 26-50% Posyandu mandiri, nilai 3

jika 51-75% Posyandu mandiri dan nilai 4 jika >75% Posyandu mandiri.

d) Jumlah UKBM selain Posyandu yang dibina

Poskesdes juga berfungsi sebagai koordinator pengembangan UKBM

selain Posyandu. Sebagai indikator penilaian digunakan jumlah UKBM

selain Posyandu yang dibina oleh Poskesdes. Maksud tujuannya adalah

untuk memberikan gambaran kepada pengelola Desa Siaga mengenai

perkembangan pembinaan UKBM sehingga diharapkan akan mengenai

perkembangan pembinaan UKBM sehingga diharapkan akan memicu

kepada upaya perbaikan. Nilai 1 diberikan jika hanya 1 UKBM selain

posyandu yang dibina, nilai 2 jika 2 UKBM,nilai 3 jika 3 UKBM dan nilai

4 jika lebih dari 3 UKBM dibina.

e) Sarana pelayanan kesehatan

f) Keikutsertaan jaminan pemeliharaan kesehatan

g) Memiliki kegiatan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan

h) Kegiatan surveilans berbasis masyarakat tingkat desa/kelurahan

2.4. Kerangka Konsep

Gambar 4. Kerangka konsep penelitian

Program

PHBS dalam

Desa Siaga

Kebijakan

Tingkat Pencapaiannya

Dukungan

Masyarakat

Pelaksanaannya

Hambatan Pelaksanaan

Page 33: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

18

2.5. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang PHBS dalam Desa Siaga di

Desa Margomulyo?

2. Bagaimana dukungan dalam pelaksanaan program PHBS dalam Desa

Siaga di Desa Margomulyo?

3. Bagaimana pelaksanaan program PHBS dalam Desa Siaga di Desa

Margomulyo?

4. Bagaimana evaluasi pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga di Desa

Margomulyo ? Adakah ada hambatan penerapan PHBS dalam pelaksanaan

Desa Siaga?

5. Bagaimana saran dan tanggapan masyarakat terhadap program PHBS

dalam Desa Siaga di Desa Margomulyo?

Page 34: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan

penelitian studi kasus (case study). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

menggunakan analisis kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat

dikostruksikan menjadi hipotesis atau teori dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi. Metode penelitian ini muncul karena

terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala.

Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik,

kompleks, dinamis dan penuh makna (Sugiyono, 2008).

3.2. Subyek dan Obyek Penelitian

Menjelaskan obyek dan informan (subyek) penelitian kualitatif adalah

menjelaskan obyek penelitian yang fokus dan fokus penelitian yaitu apa yang

menjadi sasaran. Informan penelitian merupakan subyek yang memahami

informasi obyek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami

obyek penelitian (Bungin, 2007).

3.2.1. Subyek Penelitian

Menurut Sugiyono (2008), penelitian kualitatif itu tidak menggunakan

istilah populasi tetapi dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri

dari tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity)

yang berinteraksi secara sinergis.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi karena

penelitian berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan

hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi tetapi ditransferkan ke tempat

lain pada situai sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus

Page 35: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

20

yang dipelajari. Demikian pula sampel dalam penelitian kualitatif bukan

dinamakan responden tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman

dan guru dalam penelitian (Sugiyono, 2008).

1) Tempat : Desa Margomulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten

Sleman

2) Pelaku : Masyarakat setempat, tokoh masyarakat, kader PHBS,

tenaga kesehatan dan bidan.

3) Aktivitas : Pelaksanaan program PHBS

3.2.2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang ingin diteliti adalah situasi sosial dalam

pelaksanaan program PHBS, sehingga peneliti dapat mengamati secara mendalam

aktivitas (activity), dan orang-orang (actors) yang ada pada Desa Margomulyo

(place).

3.3. Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber, berbagai

setting dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan sumber data sekunder dan sumber data primer.

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara

mendalam untuk mengetahui pendapat subyek penelitian, dalam hal ini adalah

masyarakat, tokoh masyarakat, kader PHBS, tenaga kesehatan, dan bidan.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Data sekunder ini diperoleh dengan melakukan

penelusuran dokumen yang dilakukan untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan program PHBS di Desa Margomulyo.

Page 36: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

21

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti

sendiri. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaaan wawasan terhadap bidang

yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara

akademik maupun logistik. Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan

teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal

memasuki lapangan.(Sugiyono,2008)

Untuk mendukung proses pengumpulan data diperlukan juga instrumen

pendukung, antara lain ;

1) Pedoman wawancara

2) Rekorder

3) Alat tulis

4) Buku catatan

5) Kamera

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Observasi

Observasi yang digunakan adalah observasi non partisipatif , dalam teknik

ini peneliti berada diluar kegiatan yang seolah-olah sebagai penonton. Peneliti

datang ditempat kegiatan yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat

kesimpulan tentang perilaku.

3.5.2. Wawancara

Teknik yang kedua adalah wawancara tidak terstruktur, jenis wawancara ini

sudah termasuk dalam kategori in-depth interview dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan hanya garis garis besar

Page 37: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

22

permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun yang akan diwawancara antara lain

kepala desa, bidan, tokoh masyarakat, kader, dan masyarakat setempat.

3.5.3. Dokumentasi

Teknik yang ketiga adalah dokumentasi, ini merupakan cara pengumpulan

data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan bukan

berdasarkan perkiraan. Sebagian besar dokumen yang tersedia adalah dalam

bentuk tulisan atau gambar. Dokumen dalam bentuk tulisan dapat berupa catatan

harian, biografi, surat-surat dan sebagainya. Dokumen dalam bentuk gambar

misalnya foto gambar hidup, sketsa dan sebagainya. Teknik dokumen ini

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.

3.5.4. Focus Group Discussion (FGD)

Teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan

hasil diskusi yang terpusat pada permasalahan tertentu. Dibangun berdasar

asumsi:

1) Keterbatasan individu selalu tersembunyi pada ketidaktahuan kelemahan

pribadi tersebut

2) Masing-masing anggota kelompok saling memberi pengetahuan suatu

dengan lainnya dalam pergaulan kelompok

3) Setiap individu dikontrol oleh individu lain sehingga ia berupaya agar

menjadi yang terbaik

4) Kelemahan subyektif terletak pada kelemahan individu yang sulit

dikontrol oleh individu yang bersangkutan

5) Intersubyektif selalu mendekati kebenaran yang terbaik

Dengan demikian maka kebenaran informasi bukan lagi kebenaran perorangan

(subyektif) namun menjadi kebenaran intersubyektif, karena selama diskusi

berlangsung masing-masing orang tidak hanya memperhatikan pendapatnya

Page 38: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

23

sendiri namun ia juga mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh peserta FGD

lainnya. Bahan pertimbangan siapa saja yang akan menjadi anggota FGD :

1) Keahlian atau kepakaran seseorang dalam kasus yang akan didiskusikan

2) Pengalaman praktis dan kepedulian terhadap fokus masalah

3) Pribadi terlibat dalam fokus masalah

4) Tokoh otoritas terhadap kasus yang didiskusikan

5) Masyarakat awam yang tidak tahu dengan masalah tersebut namun ikut

merasakan persoalan sebenarnya

Kemungkinan peserta FGD adalah kader, bidan, dan masyarakat setempat.

Sedangkan tokoh masyarakat dan dosen pembimbing selaku pakar penelitian

kualitatif ditempatkan sebagai pengamat.

Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi, dan juga

dapat dibantu oleh sekretaris yang akan mencatat jalannya diskusi, namun dapat

juga pimpinan diskusi yang mencacat jalannya diskusi itu sendiri. Pada awal

diskusi pimpinan diskusi mengarahkan fokus dan jalannya diskusi serta hal-hal

yang akan dicapai pada akhir diskusi. Peserta benar-benar dihadapkan pada satu

fokus persoalan dan dibahas bersama sasaran diskusi dapat dirumuskan sendiri

oleh pimpinan diskusi agar peserta dapat melakukan diskusi secara terfokus dan

pada saat diskusi berlangsung pimpinan diskusi selain katalisator ia juga menjaga

dinamika diskusi (Darmawan, 2008).

3.5.5. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Bila peneliti melakukan

pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti sekaligus

menguji kredibilitas data.

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda dengan sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi

non partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, dan FGD. Triangulasi

Page 39: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

24

sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik

yang sama.

Gambar. 5 Triangulasi “teknik” Pengumpulan Data

Gambar. 6 Triangulasi “sumber” pengumpulan data

3.6. Teknik Analisis Data

Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2000).

Dalam penelitian ini, aktivitas dalam analisa data dilakukan secara

interaktif dan terus menerus hingga tuntas sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisa data antara lain :

1) Reduksi data (Data reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak sehingga perlu

segera dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum memilih

Sumber

data

sama

Observasi

non partisipatif

Wawancara

mendalam

Dokumentasi

Wawancara

Mendalam

A

B

C

Page 40: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

25

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari

pola dan temanya, dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.

Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer,

dengan memberi kode pada aspek-aspek tertentu.

2) Penyajian Data (Data display)

Data yang telah diperoleh hasil wawancara kemudian ditulis dalam

bentuk catatan hasil wawancara (transkripsi verbatim) yang sedemikian

rupa sehingga terdapat kolom yang cukup di sebelah kiri dan kanan

verbatim untuk melakukan penomeran secara kontinu pada baris per baris

dan pemadatan informasi pada uraian hasil wawancara. Ini adalah tahap

awal pengkodean.

Transkripsi verbatim di analisis dengan langkah-langkah analisis

yang disarankan oleh Strauss & Corbin yang membagi langkah koding

kedalam 3 bagian yakni (a) Open coding (kode terbuka), (b) Axial coding

(koding aksial) dan (c) Selective coding (koding selektif). Koding terbuka

memungkinkan untuk mengidentifikasi kategori-kategori, properti-properti

dan dimensi-dimensinya. Pada tahap berikutnya, koding aksial

mengorganisasi data dengan cara baru melalui dikembangkannya

hunbungan-hubungan (koneksi) di antara kategori-kategori atau diantara

kategori dengan sub kategori dibawahnya. Tahap terakhir adalah koding

selektif, melalui mana peneliti menyeleksi kategori yang paling mendasar,

secara sistematis menghubungkannya dengan kategori-kategori lain dan

memvalidasi hubungan tersebut (Poerwandari, 2005).

3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/Verivication)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

Page 41: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

26

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan maslah tetapi mungkin juga tidak. Kesimpulan

kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal, hipotesis atau teori.

3.7. Persiapan Penelitian

3.7.1. Penentuan Tempat dan Narasumber Penelitian

Penelitian ini akan mengambil tempat di Desa Margomulyo, Kecamatan

Seyegan, Kabupaten Sleman sebagai lokasi pengambilan data, dengan

pertimbangan bahwa desa ini sudah ditetapkan sebagai desa siaga dan terdapat

data atau informasi mengenai PHBS yang dapat diteliti oleh penulis sebagai

rumusan masalah.

Menemukan narasumber untuk penelitian ini menggunakan metode

purposive, sebelumnya peneliti telah memiliki daftar calon narasumber yang

sesuai dengan yang dimaksudkan oleh peneliti atas beberapa pertimbangan.

Namun, untuk mendapatkan gambaran dan calon narasumber yang lebih banyak

dan kompeten, peneliti dibantu oleh seksi kemasyarakatan desa setempat yang

mengetahui data-data calon narasumber. Setelah mendapatkan beberapa

narasumber, peneliti masih menggunakan snow ball effect, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan lebih banyak calon narasumber dan untuk jaga-jaga apabila sesuatu

hal yang tidak diinginkan terjadi sehingga menghambat peneliti untuk

mendapatkan data dan informasi dari salah satu narasumber, sehingga peneliti

dapat memperoleh informasi dari narasumber lain yang ditunjukkan oleh

narasumber sebelumnya.

3.7.2. Proses Pengambilan data

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan persiapan. Peneliti

perlu menyiapkan alat bantu berupa pedoman wawancara, rekorder, pena dan

kertas. Setelah itu, peneliti membuat kesepakatan dengan narasumber untuk

Page 42: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

27

menentukan waktu pelaksanaan wawancara. Peneliti sebagai pihak yang

membutuhkan bantuan dan informasi, menyerahhkan sepenuhnya kepada

narasumber untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara yang

akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar narasumber mendapatkan suasana dan

tempat yang nyaman saat wawancara berlangsung.

Peneliti juga mengadakan suatu forum diskusi yang bertujuan untuk

memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat

pada permasalahan tertentu. Dalam persiapan pelaksanaan forum diskusi ini

peneliti dibantu oleh kader, tenaga kesehatan dan kepala dusun setempat. Waktu

pelaksanaan diskusi dilakukan pada siang hari karena menyesuaikan jam kerja dan

mata pencaharian sebagian besar msyarakat Desa Margomulyo yaitu bertani.

3.8 Pelaksanaan Penelitian

Secara umum penelitian berlangsung sejak Desember 2009 hingga

Februari 2010. Diawali dengan penyusunan latar belakang masalah, studi

pendahuluan dari literatur dan artikel di internet untuk menunjang penelitian,

pengumpulan teori-teori serta penentuan metode penelitian dan anlisis data yang

akan dipakai. Namun akhirnya pada bulan Desember baru dimulai adanya

pengumpulan data dan pada bulan Februari 2010 akan dilakukan forum diskusi

yang mengakhiri rangkaian kegiatan pengumpulan data.

Keseluruhan narasumber penelitian ini berdomisili di Desa Margomulyo.

Pengumpulan data dengan cara wawancara di mulai pada tanggal 19 Desember

sampai 30 Januari 2010. Waktu yang diperlukan untuk wawancara mungkin

adalah waktu yang cukup lama untuk melakukan pengumpulan data, hal ini

karena peneliti tidak bisa berkunjung atau mengumpulkan data setiap hari

dikarenakan jadwal kuliah yang padat, disamping itu ada beberapa narasumber

yang sulit ditemui.

Wawancara dilakukan di rumah masing-masing dan ditempat kerja

narasumber dengan waktu yang berbeda-beda. Sebelum melakukan wawancara,

peneliti berkunjung ke narasumber masing-masing untuk menentukan jadwal

wawancara dan dalam proses ini juga peneliti berusaha membangun rapport untuk

Page 43: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

28

menciptakan suasana dan kondisi yang kondusif dan efektif ketika wawancara

dilakukan sehingga responden bisa dengan nyaman, tidak tegang dan terbuka apa

adanya memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti sehingga dilakukan

penyampaian maksud dan tujuan penelitian saja.

Agar wawancara berlangsung tidak kaku dan nyaman, peneliti berusaha

tidak menggunakan bahasa yang sulit untuk dimengerti oleh narasumber, peneliti

menggunakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh narasumber baik itu bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia sehingga mempermudah pengertiannya peneliti telah

berusaha menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Untuk proses

pengambilan data selama wawancara peneliti menggunakan rekorder agar

nantinya mudah dalam pencatatan dan analisis data.

Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara

atau interview guide yang sudah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Selain

pertanyaan yang diperoleh dari interview guide, peneliti juga mengajukan

beberapa pertanyaan tambahan yang berkaitan dengan tema penelitian, tidak

kepada semua narasumber diberikan pertanyaan tambahan, pertanyaan ini

dimaksudkan untuk lebih memperdalam data atau informasi yang ingin diperoleh

dari narasumber.

3.9. Etika Penelitian

Peneliti berusaha memperhatikan narasumber sebagai subyek penelitian

yang meliputi:

1. Informed Consent. Memberikan informasi tentang mekanisme atau proses

penelitian sehingga nara sumber mampu memahami perannya dan

diharapkan dapat berpartisipasi secara sukarela tanpa usur paksaan atau

tekanan, lalu akan diberi lembar persetujuan yang akan ditandatangani

oleh calon responden.

2. Anonimity. Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti akan memberikan

nomor atau kode narasumber.

3. Confidentially. Peneliti akan menjamin kerahasiaan informasi yang

diberikan oleh nara sumber.

Page 44: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

29

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Desa Margomulyo

Desa Margomulyo adalah salah satu dari lima desa di Kecamatan Seyegan,

Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Memiliki luas wilayah

519 Ha dengan batas wilayah ;

Tabel 2. Batas wilayah Desa Margomulyo

Sebelah utara Desa Caturharjo

Sebelah timur Desa Sumberadi

Sebelah selatan Desa Margodadi

Sebelah barat Desa Margoagung

Untuk pembagian wilayahnya sendiri, terdiri dari 13 dusun yaitu Sawahan,

Jumeneng, Gerjen, Ngemplak, Kamal Kulon, Sompokan, Kregolan, Mangsel,

Daplokan, Kasuran, Mriyan, Jingin, dan Jamblangan.

Dari hasil pendataan tahun 2008 total penduduknya 12.186 jiwa

didominasi oleh kelompok umur 60 tahun keatas dengan jumlah 1.141 jiwa dan

paling sedikit kelompok umur 15-19 tahun dengan jumlah 558 jiwa. Agama Islam

paling banyak dianut oleh masyarakat, dengan pekerjaan sebagian besar adalah

karyawan dan buruh tani serta 2.976 orang yang belum bermata pencaharian.

Fasilitas pendidikan di Desa Margomulyo terdiri dari 7 TK, 8 SD, 1 SLTP,

dan 1 SMA. Untuk fasilitas kesehatan memiliki 1 Puskesmas pembantu, 1

Poskesdes, 4 Bidan praktek swasta, 1 Dokter praktek swasta, 13 Posyandu balita,

12 Posyandu lansia.

Peneliti mengambil Desa Margomulyo sebagai lokasi penelitian adalah

dengan dasar beberapa pertimbangan :

1) Sudah ditetapkan sebagai Desa Siaga oleh Propinsi DIY

2) Rekomendasi dari pihak Dinkes

3) Memiliki sumber data dan informasi PHBS yang dijadikan tema penelitian

4) Dijadikan sebagai desa percontohan

5) Sering dijadikan obyek untuk penelitian lainnya

Page 45: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

30

4.2. Data Narasumber

Narasumber penelitian ini sebanyak 9 orang dengan karakteristik yang

sudah dijelaskan sebelumnya. Narasumber yang ada terbagi menjadi 2 yaitu : (a)

yang diwawancarai (narasumber 1,2,3,4) dan (b) sebagai anggota dalam

FGD/Focus Group Discussion (narasumber 5,6,7,8,9) dengan uraian ;

1) Narasumber 1 : Tn. CP, 25 tahun (Bagian promosi kesehatan puskesmas)

2) Narasumber 2 : Ny.RW, 42 tahun (Bidan desa dan koordinator desa siaga)

3) Narasumber 3 : Ny. NS, 60 tahun (Kader PHBS)

4) Narasumber 4 : Tn. SN, 54 tahun (Tokoh masyarakat)

5) Narasumber 5 : Ny. SR, 48 tahun (Masyarakat)

6) Narasumber 6 : Ny. WN, 38 tahun (Kader)

7) Narasumber 7 : Ny. SG, 60 tahun (Kader)

8) Narasumber 8 : NY. BS, 50 tahun (Kader posyandu)

9) Narasumber 9 : Ny. ZN, 37 tahun (Masyarakat)

4.3. PHBS dalam Desa Siaga

PHBS merupakan tema yang diambil untuk dalam wawancara. Dengan

mengetahui seberapa besar pemahaman para narasumber terhadap PHBS

diharapkan narasumber dapat memberikan pandangannya terhadap pelaksanaan

Desa Siaga dengan baik, sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Diawali dengan pertanyaan “ apa yang anda ketahui tentang PHBS?”,

beberapa narasumber mengutarakan :

“....secara prinsip PHBS itu masyarakat tahu, mau dan mampu untuk berprilaku

yang sehat supaya mereka mampu menjaga diri sendiri dari ancaman penyakit...(CP

142-146)".

“...keluarga itu bisa berperilaku dengan apa memenuhi standar kesehatan...

Perilaku itu ya dalam keluarga itu tidak merokok, buang Air BAB di WC, terus rumah

berlantai bukan tanah, balita tidak di bawah garis merah (RW 150-158)”.

Narasumber sebagian besar sudah mengetahui tentang perilaku hidup

bersih dan sehat, yang intinya adalah perilaku masyarakat yang tahu, mau, dan

mampu untuk berprilaku sehat sesuai dengan standar kesehatan untuk

Page 46: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

31

menghindari dari ancaman penyakit. Ini hampir sama dengan konsep PHBS oleh

Departemen Kesehatan (2007) yaitu sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas

dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau

keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga,

sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tatanan tempat-tempat umum. Setiap

anggota masyarakat sudah pasti berada dalam rumah tangga, oleh karena itu

program PHBS tatanan rumah tangga akan langsung berkaitan dengan tatanan-

tatanan yang lainnya. Dengan demikian, penekanan pada program PHBS rumah

tangga menjadi kunci keberhasilan bagi program PHBS pada tatanan lainnya.

Untuk mendukung keberhasilan program PHBS dibutuhkan masyarakat yang siap

siaga untuk menjalankannya yang diwujudkan melalui desa siaga.

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-

masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat (Depkes,

2008). Sebuah desa dikatakan menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah

memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Salah satu

bentuk pembinaannya yaitu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat pada

setiap tatanan dalam masyarakat.

Konsep Desa Siaga menurut Depkes (2008) diatas senada dengan yang

diutarakan beberapa narasumber :

“….. menurut saya desa siaga itu adalah desa yang masyarakatnya tahu, mau,

dan mampu mengenali masalah kesehatannya sendiri dan mampu untuk memecahkan

masalahnya sesuai dengan sumber daya yang ada terutama untuk masalah

penanggulangan kegawatdaruratan serta bencana dan penyakit menular,

…….. selain itu kesehatan ibu dan anak juga termasuk (CP 8-16)”.

“....Desa Siaga itu Desa yang Masyarakatnya mampu mendeteksi dan

mengetahui lebih awal tentang kesehatan dan bencana alam, agar bisa, di harapkan bisa

menanganiiii dan mendeteksi lebih awal...(RW 19-30)

Tujuan yang ingin dicapai oleh Desa Siaga adalah masyarakat yang tau,

mau, dan mampu untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan

Page 47: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

32

berjalannya kegiatan yang ada dalam desa siaga meliputi forum kesehatan desa,

Posko kesehatan desa, upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)

seperti Posyandu, surveillan, KADARZI, PHBS, pendataan ibu hamil, dan lain-

lain sehingga dapat terpantau kesehatan seluruh masyarakat.

PHBS merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan Desa

Siaga, walaupun ada beberapa indikator yang lain. Untuk menilai pelaksanaan

PHBS sendiri ada beberapa indikator penilaian, seperti yang diungkapkan

narasumber dibawah ini :

“...untuk indikator PHBS sendiri,,yang pertama persalinan oleh tenaga

kesehatan,,teruss,,pemberian ASI eklusif, terus cuci tangan pake sabun, terusss,

mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok

didalam rumah, menimbang balita setiap bulan, terus,,,eeeee,,,,, Terus yang tambahan

dari sleman yaitu PUS yang ikut KB, kepemilikan jaminan kesehatan, imunisasi,

kebiasaan gosok gigi secara teratur, kepemilikan TOGA....(CP 152-173)”.

“....tidak merokok yang saya hapal, balita tidak dibawah garis merah, terus

lantai berdinding, penerangan, BAB tidak di kali,.....(RW 163-172)”.

Berdasarkan hasil temuan, Kabupaten Sleman menerapkan 20 indikator

pelaksanaan PHBS, yang secara umum sudah diketahui oleh masyarakat tetapi

hanya beberapa yang dapat diingat narasumber dalam penuturan diatas, antara lain

persalinan oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eklusif, cuci tangan pakai sabun,

mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari,

tidak merokok didalam rumah, menimbang balita setiap bulan, PUS ikut KB,

kepemilikan jaminan kesehatan, imunisasi, kebiasaan gosok gigi, kepemilikan

toga, dan masih ada beberapa indikator lainnya yang dapat dilihat lebih jelas pada

lampiran.

Indikator tersebut lebih banyak dari indikator yang ditetapkan oleh pusat yang

hanya 10 indikator dikarenakan prioritas program PHBS dalam era otonomi

daerah diserahkan kepada kebijakan masing-masing pemerintah daerah sehingga

tiap-tiap daerah dapat mengadaptasikan program PHBS agar lebih sesuai dengan

kondisi atau perkembangan masyarakat setempat. Pencapaian dari indikator inilah

yang nantinya akan menggambarkan tingkat keberhasilan program PHBS.

Page 48: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

33

4.4. Dukungan Pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga

Pelaksanaan Desa Siaga membutuhkan dukungan baik dari sumber daya

manusia yang ada maupun pembiayaan. Pembiayaan pelaksanaan PHBS tidak

sedikit karena berbagai kegiatan harus dilakukan secara berkelanjutan. Biaya yang

digunakan tidak hanya berasal dari pemerintah namun juga ada sumber-sumber

lain,baik dari masyarakat ataupun swasta meskipun untuk Desa Margomulyo

masih tergantung dana pemerintah. Berbagai sumber pembiayaan dapat dilihat

pada tabel 3.

Terdapat 5 jenis sumber biaya yaitu dari pemerintah melalui Dinas

Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Bappeda, swadaya kader,

bantuan pemerintah desa, swadaya masyarakat. Dana dari Dinas Kesehatan

diberikan kepada puskesmas sekali dalam setahun.

Tabel 3. Sumber Biaya

Jenis Sumber Biaya Alokasi biaya

Pemerintah Melalui Dinas Kesehatan Diberikan kepada puskesmas dan

dilanjutkan ke pemerintah dusun, diberikan sekali dalam setahun

Pemkab Sleman melalui Bappeda Diberikan berdasarkan proposal yang

diajukan oleh pemerintah desa Swadaya Kader Digunakan untuk membeli buku, alat tulis,

senter untuk pemberantasan jentik nyamuk

Bantuan Pemerintah Desa Diberikan jika ada acara yang berkaitan

dengan program desa Swadaya masyarakat Masyarakat turut memberikan iuran rutin

seperti PKK, arisan, dll yang nanti akan

dipergunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

Data diatas sesuai dengan yang diungkapkan beberapa narasumber :

“....oleh kabupaten sleman sendiri, Dinkes DIY juga memberikan kontribusi,

terus dari desa juga memberikan kontribusi.... (CP 94-96)”.

“....Dari Pusat....Dari Puskesmas itu mengajukan minta dana dari Desa...Kalau

dari Pemerintah Daerah....Ada (RW 132-143)”.

“...Dari APBDes, ada APBDes Desa lho nanti ditunjang dari Dinkes itu memang

untuk menunjang pertemuan rutin diselenggarakan barusan kemarin kita ngadakan

pertemuan (NS 97-100)”.

Page 49: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

34

Aliran dana untuk pelaksanaan Desa Siaga yang nanti didalamnya juga

termasuk pelaksanaan program PHBS mulai dari Pemerintah Pusat yang akan

memberikan ke Provinsi DIY, kemudian akan diberikan ke masing-masing

kabupaten/kota yang akan disalurkan ke Desa Siaga diwilayahnya. Kabupaten

sleman juga turut memberikan kontribusi melalui Bappeda yang mengacu pada

jumlah kebutuhan dana yang diajukan melalui proposal, yang akan

dipertimbangkan dan ditindaklanjuti kemudian dana yang disetujui akan diberikan

ke desa setempat. Di tingkat desa, juga ada anggaran sendri dari APBDes, yang

nantinya dana diberikan kepada puskesmas setiap setahun sekali berdasarkan

rencana anggaran yang diajukan puskesmas untuk pelaksanaan programnya.

Dana yang diperoleh dari berbagai sumber diatas digunakan untuk

kegiatan yang ada , meliputi PHBS dan kegiatan desa siaga lainnya. Penggunaan

biaya antara lain untuk pelatihan yang diadakan oleh Puskesmas, biaya

operasional, biaya pertemuan masyarakat, transportasi, dan lain-lain. Beberapa

rincian penggunaan biaya yang diperoleh dari hasil penelurusan dokumen seperti

dibawah ini :

Tabel 4. Rincian penggunaan biaya

Tanggal Kegiatan Anggaran

8-9 Januari 2008 Pelatihan Pengurus Poskesdes 3.550.000

05 Mei 2008 Operasional Desa Siaga Margomulyo 200.000

07 April 2008 Pertemuan MMP di Margomulyo 750.000

22 April 2008

Transport dalam rangka Monitoring dan Evaluasi

300.000

Total Anggaran

Anggaran yang belum digunakan

1.650.000

1.000.000

Pembiayaan di Desa Margomulyo terbilang cukup baik, ini dilihat dengan

sudah tercukupinya kebutuhan anggaran setiap tahunnya. Dapat dilihat dari total

anggaran Rp. 1.650.000,- yang digunakan, masih ada Rp. 1.000.000,- yang belum

digunakan. Begitu juga dalam pertanggungjawaban penggunaan biaya sudah

terkoordinasi dengan baik, mulai dari pendataan oleh bendahara, pelaporan oleh

koordinator Desa Siaga, yang akan berlanjut ke tingkat desa, kecamatan,

kabupaten dan sampai ke pemerintah pusat.

Page 50: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

35

Dukungan dalam pelaksanaan program PHBS juga didapatkan dari semua

masyarakat, baik dari instansi terkait seperti kepala desa, Kesra, Puskesmas dan

juga dari tokoh masyarakat serta masyarakat sendiri. Ini sesuai dengan yang

diungkapkan narasumber :

“....Selama ini karena sebagai pemegang promosi kesehatan, jadi setiap ada

pelatihan dan pembinaan untuk topik PHBS selalu yang menyampaikan saya.Terus

pemetaan dan dukungan diposyandu, kampanye PHBS sudah saya coba gerakkan dengan

penjadwalan. ... Terus terakhir itu mencoba melobi desa supaya mau menyelenggarakan

pelatihan PHBS untuk meningkatkan kapasitas dari seksi PHBS dimargomulyo (CP 283-

297)”.

“.. kalau saya sebagai bidan ..... membantu yaitu tentang pendataan-pendataan

itu, jadi saya nggak repot terjun ke Dusun karena sudah ada Kader-kadernya itu... (RW

267-281)”.

“...dalam bentuk Yandu, kalau ada balita yang apa itu kurang gizi saya anjurkan

ke Puskesmas untuk periksa. Atau kurang berat badan itu nanti oleh Puskesmas nanti

dikasih PMT....Ya nanti to mencatat Balita......dan mengarahkan untuk hidup sehat itu.

(NS 155-179)”.

Semua elemen masyarakat sangat mendukung pelaksanaan program

PHBS, ini dilihat dari dukungan pihak promosi kesehatan yang memberikan

pelatihan dan pembinaan, pemetaan PHBS, penjadwalan, kampanye, dan ikut

member pertimbangan dalam hal kebijakan. Bidan desa sebagai koordinator desa

siaga pun memberikan dukungan dalam pendataan-pendataan yang dilakukan

meski tidak terlepas dari peran kader yang ada, seperti melakukan Posyandu,

pendataan di Posyandu, dan mengarahkan masyarakat dengan terjun langsung di

masyarakat.

Dari pengamatan peneliti, dukungan masyarakat juga sangat baik, dengan

seringnya mengikuti kegiatan Posyandu yang ada, berperan aktif dalam kegiatan,

bekerjasama dengan kader dalam memberikan informasi untuk pendataan, dan

lainnya. Dukungan dari semua elemen masyarakat sangat diperlukan guna

tercapainya keberhasilan program PHBS dan kegiatan desa siaga lainnya yang

nantinya akan menentukan keberhasilan dari pelaksanaan Desa Siaga itu sendiri.

Page 51: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

36

4.5. Pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga

Pelaksanaan PHBS tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan Desa Siaga

lainnya. Narasumber sudah mengetahui kegiatan Desa Siaga yang ada, seperti

diungkapkan dibawah ini :

“....disesuaikan dengan seksinya itu meliputi kesehatan ibu dan anak,

penanggulangan kegawatdaruratan bencana, teruuus seksi posyandu, bank darah,

ambulan desa, pengamatan penyakit, perilaku hidup bersih dan sehat, serta kesehatan

lingkungan....oiya satu lagi, keluarga sadar gizi…(CP 21-25)”.

“....Ya kan dari pertama itu mengadakan SMD ( Survey Mawas Diri )

dimusyawarahkan di MMD bagaimana cara mengatasi masalah yang ada di

Dusun....Setelah itu setiap bulannya di harapkan itu ada pertemuan tentang mengadakan

kegiatan bersih-bersih, bersih-bersih Dusun, pendatan Ibu hamil, terus apa, nanti

mendeteksi itu apa faktor resiko Ibu Hamil, balita Gizi buruk, nanti kalau udah kader

mengetahui nanti di rujuk ke pemberitahuan ke Bidannya koordinatornya...(RW 36-59)”.

Kegiatan Desa Siaga menurut narasumber antara lain meliputi kesehatan

ibu dan anak, penanggulangan kegawatdaruratan bencana, bank darah, Posyandu,

pengamatan penyakit, PHBS, KADARZI, kesehatan lingkungan. Langkah awal

yaitu melakukan SMD (survey mawas diri) untuk mengetahui pelaksanaan

kegiatan sudah sejauh mana dan permasalahan yang ditemukan selama

pelaksanaan. Permasalahan yang ada akan dimusyawarahkan dalam MMD

(musyawarah masyarakat desa) untuk dicari pemecahan masalahnya yang nanti

diharapkan akan ada pertemuan untuk menindaklanjutinya, lalu akan ada

pelaporan dari kader ke bidan koordinator Desa Siaga.

Pelaksanaan program PHBS yang ditemukan peneliti di Desa Margomulyo

melibatkan seluruh komponen masyarakat dan stakeholder yaitu pembina dari

kecamatan, kepala desa, kesra, kader, bidan desa, tokoh masyarakat, dan

masyarakat sendiri. Ini sesuai dengan penuturan beberapa narasumber :

“...yang terlibat,,,tidak hanya dari desa saja tapi juga melibatkan stakeholder.

meliputi pembinanya dari kecamatan sendiri, Pembina teknis kesehatan dari puskesmas,

terus pelaksananya dari kader sendiri, dukungan pembinaan dari kepala desa serta tokoh

masyarakat diwilayah desa siaga tersebut (CP 28-35)”.

“....Yang terlibat dalam PHBS adalah seluruh masyarakat....(N3, 53-57)”.

Page 52: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

37

“....Yang terlibat seperti kami Tokoh Masyarakat, terus ada Kader yang ditunjuk

Desa, terus ada Bidan Desa. Yang paling bertanggung-jawab Kepala Desa dan

Kesra...(SN 46-52)”.

Koordinasi dari masing-masing pihak yang terlibat sudah cukup berjalan

dengan adanya penindaklanjutan dari setiap kegiatan yang ada. Ini sesuai dengan

pengamatan peneliti dilapangan yaitu ketika ada permasalahan kesehatan seperti

TBC di Desa Margomulyo, masyarakat akan langsung melaporkannya ke kader

yang bersangkutan atau kader terdekat, kemudian akan diinformasikan ke bidan

desa, bidan akan berusaha memberikan pelayanan kesehatan, namun apabila

dibutuhkan pelayanan lanjutan maka akan dirujuk ke Puskesmas. Permasalahan

ini nantinya akan dibawa ke Posko koordinasi desa, untuk dikoordinasikan ke

stakeholder yang lain untuk menindaklanjuti seperti melakukan pengamatan

penyakit, melakukan pendataan masyarakat dan lingkungan yang beresiko terjadi

KLB (kejadian luar biasa), dan juga mempertimbangkan jika Puskesmas

membutuhkan rujukan lanjutan ke RSUD.

Koordinasi yang terjadi antara masyarakat, kader, bidan, Puskesmas, dan

stakeholder lainnya tentunya tidak terlepas dari sosialisasi yang dilakukan.

Beberapa narasumber mengatakan :

“...kalau untuk semua masyarakat sosialisasi itu oleh depkes melalui media

massa seperti media elektronik, terus yang kedua dari tingkat kabupaten kota melalui

tulisan dikoran, atau eeee……leaflet, atau poster dan disebarkan keseluruh puskesmas.

..Kalau untuk pelaksanaannya sendiri jelas lewat pelatihan pengurus desa siaga

utamanya meliputi kades, kesra, sama kader derta tokoh masyarakat yang mempunyai

pengaruh didesa...(CP 52-61)”.

“....pertama itu kan sosialisasi dalam MMD Itu nanti per Dusun ada Kadernya.

Lewat kader sosialisasinya, jadi nggak mengumpulkan masyarakat langsung (RW 94-

106)”.

“.....haa seluruh komponen masyarakat, lembaga dan seluruh komponen

masyarakat itu diundang ke kantor Desa dan diberi penjelasan terus dikembangkan di

Dusun harus ada lagi...(SN 54-62)”.

Sosialisasi Desa Siaga sudah baik, ini dilihat dari sudah dilakukannya

berbagai upaya sosialisasi diantaranya melalui media elektronik berupa iklan dan

Page 53: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

38

himbauan oleh Departemen Kesehatan, informasi melalui media cetak salah

satunya koran oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, diadakannya pertemuan

ditingkat desa yang mengundang seluruh komponen masyarakat yang nantinya

akan kembali ditindaklanjuti dengan melakukan sosialisasi ditingkat dusun yang

dilakukan oleh kader. Semua kader yang ada melakukan pertemuan dalam MMD

yang akan membahas tentang strategi sosialisasi PHBS dan Desa Siaga,

perencanaan, dan lainnya. Poster dan leaflet juga turut digunakan sebagai sarana

sosialisasi oleh Puskesmas.Ini menggambarkan peran aktif kader dan Puskesmas

dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat.

Puskesmas juga memiliki peran besar baik dalam sosialisasi dan

pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga. Pelatihan pengurus desa siaga dilaksanakan

oleh Puskesmas bekerjasama dengan dinas kesehatan. Pelatihan PHBS, Pemetaan

PHBS, dan kampanye PHBS di sekolah dan masyarakat juga dilaksanakan oleh

puskesmas. Peneliti mengamati peran puskesmas selama penelitian, dan terlihat

bahwa Puskesmas selalu turut serta hampir dalam semua kegiatan desa siaga, ini

tidak terlepas dari fungsi Poskesdes yang hanya sebagai sarana koordinasi yang

akan dibahas selanjutnya.

4.6. Evaluasi Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga

Semua hasil pelaksanaan PHBS dan kegiatan Desa Siaga lainnya akan

dilakukan evaluasi. Program PHBS dievaluasi setiap semester, untuk semester

pertama pada bulan Mei-Juni dan semester dua pada bulan November-Desember.

Hasil evaluasi diserahkan kepada bidan koordinator, dan akan dilaporkan kepada

kepala desa sebagai penanggungjawab Desa Siaga, setelah itu akan dilanjutkan ke

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman sebagai laporan kegiatan Poskesdes Desa

Margomulyo.

Peneliti menemukan pelaksanaan PHBS di Desa Margomulyo sudah baik,

seperti yang diungkapkan beberapa narasumber :

“.....pelaksanaannya sejauh ini pihak puskesmas memetakan tentang PHBS ....

Dari hasil pemetaan tersebut bisa dijadikan masukan dari masalah-masalah tertinggi

yang ada, misalnya rokok, terus buang air besar dan kecil tidak dijamban...Terus setelah

Page 54: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

39

itu dari pihak puskesmas melakukan kampanye PHBS melalui posyandu,.....(CP 205-

224)”.

“...Kinerjanya ya,,,, kalau semua Kadernya sudah berjalan dengan baik, terus

laporan-laporannya sudah masuk semua, ada laporan ibu hamil, laporan gizi buruk,

laporan PHBS, itu kan PHBS tiap rumah harusnya ada to. Terus sama ini juga ada di

tempel di rumah....(RW 185-190)”.

“....sudah ada yang dijalankan untuk mengurangi merokok, apa cuci tangan

pakai sabun..... (SN 183-187)”.

Pelaksanaan PHBS di Desa Margomulyo sudah baik, dengan sudah

berjalannya sebagian besar indikator yang ada diantaranya persalinan ditolong

tenaga kesehatan, pemberian ASI eklusif, penimbangan balita setiap bulan,

menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

memberantas jentik nyamuk dirumah, makan sayur dan buah setiap hari,

melakukan aktivitas fisik setiap hari, gizi seimbang, memeriksakan kehamilan

sesuai standar, memiliki jaminan kesehatan, imunisasi lengkap pada bayi, PUS

ikut KB, lantai rumah bukan dari tanah, pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan,

memiliki TOGA dan kebiasaan gosok gigi, kinerja kader yang sudah baik dalam

hal pendataan, yang nantinya hasil pendataan kader akan dijadikan pemetaan

PHBS oleh puskesmas sehingga dapat dijadikan masukan untuk permasalahan

PHBS yang ada yang kemudian akan dilakukan kampanye PHBS melalui

posyandu dan sekolah dasar.

Berdasarkan penelusuran dokumen yang ada, peneliti menemukan bahwa

pencapaian pelaksanaan PHBS di Desa Margomulyo sudah >75%, dan dari

pengamatan kinerja kader dalam hal pemetaan sudah cukup baik, dan juga sudah

dilakukannya kampanye PHBS di posyandu dan sekolah dasar di Desa

Margomulyo. Temuan peneliti dilapangan sesuai dengan yang diungkapkan oleh

narasumber.

Keberhasilan pencapaian program PHBS yang sudah baik masih belum

diikuti oleh keberhasilan dari semua kegiatan desa siaga yang ada seperti

pengamatan penyakit, kesehatan lingkungan, Poskesdes, dan lainnya. Posyandu

sebagai salah satu UKBM di Desa Margomulyo yang sudah berjalan dengan baik,

dengan seringnya kegiatan Posyandu yang dilakukan oleh semua dusun dan rutin

Page 55: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

40

setiap bulan dengan jadwal berbeda yang terdiri dari Posyandu lansia dan balita

dan program KADARZI juga sudah baik, dimana untuk pembahasan penerapan

KADARZI sudah dilakukan dalam penelitian yang lain.

Desa Margomulyo ditetapkan menjadi desa siaga sejak 17 Desember 2007

berdasarkan surat keputusan Kepala Desa Margomulyo Kecamatan Seyegan

Nomor. 11/2007/Tentang pembentukan Poskesdes di Desa Margomulyo.

Poskesdes sebagai pilar utama dalam pelaksanaan desa siaga di Desa Margomulyo

belum berfungsi dengan maksimal. Peneliti mengamati selama penelitian,

Poskesdes yang terletak di Puskesmas pembantu Sompokan ini belum

dimanfaatkan sepenuhnya oleh pengurus desa siaga. Konsep awal Poskesdes

adalah Posko kesehatan desa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Namun kenyataannya, Poskesdes di Desa Margomulyo hanya

digunakan sebagai sarana koordinasi antar pengurus Desa Siaga sehingga diubah

namanya menjadi Posko kesdes (pos koordinasi kesehatan desa).

“....tapi nggak melayani cuma koordinasi aja,,, Kan dulu Poskesdes sekarang

jadi Pos Koordinasi Kesehatan Desa....(RW 61-77)”.

Peneliti menemukan bahwa untuk pelaksanaan Desa Siaga di Desa

Margomulyo pelayanan kesahatan bukan prioritas utama, ini dikarenakan akses ke

Puskesmas yang dekat dan bisa dijangkau dengan mudah oleh masyarakat, sudah

mencukupinya jumlah tenaga kesehatan di Desa Margomulyo, setiap dusun sudah

ada Puskesmas pembantu yang ikut membantu memberikan akses pelayanan

kesehatan dengan bidan sebagai tenaga kesehatannya, sehingga Poskedes

berfungsi hanya sebagai sarana koordinasi saja.

Program PHBS dalam desa siaga tentunya tidak lepas dari hambatan yang

ada. Hambatan yang ditemukan berupa hambatan teknis mulai dari pendanaan,

saran promosi, dan lain-lain serta hambatan non teknis berupa kerjasama tim yang

kurang, hubungan antar personil kurang, dan komitmen kesra kurang (CP, 230-

250). Kurangnya kesadaran masyarakat juga menjadi hambatan dalam

pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga. Adapun beberapa permasalahan PHBS

yang ditemukan peneliti adalah penggunaan jamban sehat, tidak merokok didalam

rumah, dan pengelolaan sampah.

Page 56: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

41

Penggunaan jamban sehat belum sepenuhnya diterapkan oleh seluruh

masyarakat. Seperti diungkapkan narasumber dalam wawancara dibawah ini :

Tabel 5. Permasalahan penggunaan jamban sehat

Penggunaan Jamban Sehat Adanya kepercayaan bahwa BAB harus

kesungai dan memiliki sungai yang besar

(WN)

Sudah diberikan bantuan tetapi tidak bisa menggunakan (ZN)

Kepercayaan bahwa BAB harus kesungai

dan sudah diberikan bantuan tapi belum dilaksanakan (BS)

Belum cukupnya bantuan yang diberikan

dan jarak kesungai yang dekat (SG)

Masyarakat masih banyak yang belum menggunakan jamban sehat,

beberapa narasumber mengatakan tentang masih adanya kepercayaan bahwa BAB

harus di sungai dan ada juga beberapa masyarakat yang belum bisa menggunakan

jamban. Pemerintah sudah memberikan bantuan jamban gratis untuk masyarakat,

namun berdasarkan pengamatan peneliti masih banyak warga yang sudah

menerima bantuan jamban tetapi belum menggunakan karena masih menganggap

kurang bantuan yang ada dan juga jarak ke sungai yang tidak terlalu jauh

membuat masyarakat lebih memilih ke sungai daripada menggunakan jamban.

Ini berarti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat

penggunaan jamban, cara penggunaan jamban, cara perawatan, dan lainnya.

Sehingga perlu adanya pemberian informasi kemasyarakat salah satunya melalui

penyuluhan penggunaan jamban sehat.

Permasalahan PHBS selanjutnya yang ditemukan peneliti adalah tidak

merokok didalam rumah. Ini merupakan indikator yang paling sulit diterapkan

didalam masyarakat. Kebanyakan pelaku yang merokok adalah pria, beberapa ibu

rumah tangga mengeluhkan sulitnya untuk menerapkan tidak merokok didalam

rumah karena selalu saja ada alasan yang diberikan oleh suaminya, seperti

pernyataan narasumber berikut :

“.....suami saya sendiri merokok, kalau enggak merokok tidak bisa mikir jernih

gitu…..pernah disuruh berhenti, 2 bulan balik lagi mas….(WN 166-169)”.

Page 57: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

42

Dan para ibu rumah tangga juga sungkan untuk menyuruh tamu pria yang datang

kerumah untuk tidak merokok atau merokok diluar rumah,

“....tapi ya kalau ada tamu itu tadi, masa ga disuruh merokok atau disuruh

merokok diluar, kan ga enak mas.... (SR 177-179)”.

Untuk permasalahan PHBS tidak merokok didalam rumah sampai

sekarang masih dicari solusinya, karena membutuhkan peran dan partisipasi

seluruh anggota keluarga dalam pelaksanaannya.

Pengelolaan sampah juga menjadi permasalahan PHBS didesa

Margomulyo. seperti yang dikutip dari pernyataan narasumber berikut :

”..Terus pengelolaan sampah.... banyak kendalanya (NS 139-140)”.

“...paling...pengolahan sampah...(SN 269-270)”.

Ini senada dengan informasi yang didapatkan dari FGD berikut ini :

Tabel 6. Permasalahan Pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah Kebiasaan membuang sampah dikebun (WN)

Masih kurangnnya kesadaran masyarakat (ZN)

Dibuatkan lubang pembuangan tapi masih kurang dimanfaatkannya sampah yang ada (BS)

Banyaknya sampah yang ada (SG)

Beberapa masalah yang menyebabkan masih kurangnya pengelolaan

sampah yaitu kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah di kebun,

masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah yang ada, sudah

dibuatkan lubang pembuangan tetapi masih belum dimanfaatkannya sampah yang

ada, dan banyaknya produksi sampah setiap harinya.

Pengelolaan sampah di Desa Margomulyo belum berjalan maksimal

karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dan pengetahuan masyarakat

bahwa sampah yang ada tidak hanya dibuang, tapi dapat dimanfaatkan untuk

didaur ulang atau dijadikan pupuk. Untuk itu perlu adanya pendekatan lebih

kemasyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka dan memberikan informasi

tentang cara dan manfaat pengelolaan sampah salah satunya melalui penyuluhan.

Pelaksanaan PHBS sejauh ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi

masyarakat, ini terlihat dengan adanya peningkatan PHBS masyarakat dari

semenjak sebelum adanya desa siaga sampai sekarang dibuktikan dengan

Page 58: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

43

perbaikan yang bertahap dari permasalahan PHBS yang ada, pencapaian PHBS

yang terus meningkat setiap tahunnya, dan masyarakat mau berperan aktif dalam

pelaksanaan PHBS di lingkungannya.

4.5. Saran dan Tanggapan

Dalam pelaksanaannya, program PHBS membutuhkan masukan dan saran

agat dapat berjalan lebih baik untuk kedepannya. Beberapa saran yang diberikan

narasumber antara lain perlunya dukungan dari ketua Desa Siaga, perlu

diadakannya pelatihan khusus untuk calon kader, adanya pendekatan lebih ke

kader terutama untuk memberikan motivasi dan perlunya penyuluhan kembali,

dukungan bidan desa siaga perlu ditingkatkannya koordinasi antar pengurus Desa

Siaga dan antar instansi yang terkait

Beberapa narasumber menyampaikan tanggapan mereka tentang

pelaksanaan desa siaga, dimana mereka menyambut baik adanya Desa Siaga.

Berikut kutipan wawancaranya :

“.....Desa siaga sangat baik sekali untuk mengatasi masalah kesehatan dan

penanggulangan bencana jika berjalan dengan efektif...(N2, 294-300)”.

“.....Dengan adanya desa siaga masyarakat merasakan peningkatan terutama

kualitas kesehatan salah satunya pertumbuhan penduduk, masyarakat sudah sadar untuk

berobat ke tenaga kesehatan.....(N4, 303-316)”.

“......Setiap orang dalam struktur desa siaga harus mengetahui tugasnya masing-

masing (N1, 254-266)”.

Semua narasumber menyambut baik dengan adanya Desa Siaga, karena

masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatannya sendiri, menanggulangi

bencana, dan juga meningkatkan kualitas kesehatan.

Page 59: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

44

BAB V. SIMPULAN dan SARAN

5.1. Simpulan

1. Pengetahuan tentang PHBS dalam Desa Siaga sudah baik, dilihat dari

masyarakat yang sudah mengetahui mulai dari konsep PHBS, konsep Desa

Siaga, tujuan dan indikatornya.

2. Dukungan pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga sudah baik, dilihat dari

pembiayaan yang sudah mencukupi dan terorganisir, serta dukungan dari

semua stakeholder, instansi terkait, dan masyarakat.

3. Pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga mulai dari kegiatan, pihak yang

terlibat, koordinasi, sosialisasi, dan peran Puskesmas sudah berjalan

dengan baik.

4. Evaluasi pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga didapatkan pelaksanaan

PHBS sudah baik dilihat dari sudah berjalannya beberapa indikator yang

ada, keberhasilan pencapaian >75%, kinerja kader dan peran Puskesmas

yang baik. Keberhasilan pelaksanaan PHBS tidak diikuti dengan

keberhasilan pelaksanaan Desa Siaga, dinilai dari belum berfungsinya

Poskesdes yang ada serta belum tercapainya semua indikator yang ada dan

ditemukan beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.

5. Masyarakat menyambut baik dengan adanya Desa Siaga karena dapat

menyelesaikan masalah kesehatannya sendiri, menanggulangi bencana,

dan meningkatkan kualitas kesehatannya.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi masyarakat

Pelaksanaan desa siaga tujuannya adalah untuk masyarakat yang lebih baik

baik dalam segi kesehatan maupun lingkungan. Jadi kesadaran dan peran

serta dari masyarakat sangat dibutuhkan terutama untuk aktif dan

berpartisipasi dalam setiap program dan kegiatan yang ada.

Page 60: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

45

5.2.2. Bagi pengurus Desa Margomulyo

1. Perlunya pelatihan dan pendekatan lebih ke kader untuk

meningkatkan kemampuan kader dan memberikan motivasi kembali.

2. Perlu adanya pembinaan antar personil agar dapat terjalin koordinasi

yang lebih baik lagi.

3. Poskesdes diharapkan dapat berjalan sehingga dapat mendukung

terlaksananya kegiatan desa siaga.

5.2.3. Bagi pemerintah

Pemerintah diharapkan dapat mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan

Desa Siaga terutama di Desa Margomulyo, agar dalam pelaksanaannya

dapat berjalan dengan baik.

5.2.4. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan tema ataupun

metode yang sama disarankan agar mengadakan pendekatan yang lebih

mendalam dan mengenali kepribadian narasumber, sehingga dapat lebih

mudah berinteraksi serta menggali informasi yang lebih lengkap.

Page 61: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

46

DAFTAR PUSTAKA

Anis. 2009. Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Pengembangan Desa Siaga di

Desa Ngemplak Kecamatan Kartasura. FK UII. Yogyakarta

Azhar, Taufik. 2008. Pelaksanaan Desa Siaga Percontohan di Puskesmas Cibatu

Kabupaten Purwakarta. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar

offset. Yogyakarta

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo

Persada: Jakarta.

Darmawan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif.

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/metodologi-

penelitian/metodologi-penelitian-kualitatif. Download tanggal 26

Desember 2009, pukul 22.35 WIB.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 747/Menkes/SK/VI/2007.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Paket Pelatuhan Kader Kesehatan dan

Tokoh Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Siaga.

Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2008. Buku I Petunjuk Teknis Desa Siaga

Propinsi DIY.

Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2008. Buku II Pedoman Umum Desa Siaga

Propinsi DIY.

Djonny. 2005. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Studi kasus di

Kabupaten Bantul. FK UGM, Yogyakarta

Page 62: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

47

Hermansyah. Agus. 2008. Persepsi Stakeholder terhadap Pelaksanaan Desa

Siaga di Kabupaten Sambas tahun 2007. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Machfoedz, Ircham dkk. 2005. Pendidikan Promosi Bagian Dari Promosi

Kesehatan. Fitramaya: Jakarta

Matsum. 2008. Determinan Perilaku. matsum.blogspot.com/2008/05/determinan-

perilaku.html-. Download tanggal 29 Desember 2009, pukul 23.11 WIB.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT.

Rosadakarya: Bandung.

Muhadjir, H.N. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin: Jakarta.

Notoadmojdo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka

Cipta: Jakarta.

Nurjasmi, E. 2007. Peran Bidan dalam Pelaksanaan Desa Siaga. Majalah

Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan BPPSDM, Kes, Vol.3,

No.2 April, hal 9-11.

Poewandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: Jakarta.

Polisiri. 2008. Implementasi Desa Siaga diKota Tidore Kepulauan Provinsi

Maluku Utara. FK UGM. Yogyakarta

Riasmini, M. 2007. Peran Tenaga Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

untuk Mewujudkan Desa Siaga . Majalah Pengembangan dan

Pemberdayaan SDM Kesehatan BPPPSDM, Kes, Vol 3, No.1 Januari, hal

26-28.

Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Samsunuwiyati. 2006. Perilaku Manusia. PT Refika Aditama:Bandung.

Page 63: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

48

Soeparmanto, S.A. 2006. Desa Siaga Benteng Utama Menganggulangi Masalah

Kesehatan di Indonesia. Mediakom Departemen Kesehatan- edisi 03. Des.

hal 10-13.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung.

Utarini, A. 2007. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan. Modul Mata

Kuliah Minat Utama Perilaku dan Promosi Kesehatan. Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pascasarjana. Universitas Gadja Mada.

Yogyakarta.

Sastroasmoro, Sudigdo. 2002. Dasar-Dasar Metodologi penelitian Klinis.

Binarupa Aksara: Jakarta.

Page 64: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

LAMPIRAN

Page 65: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI NARASUMBER PENELITI

Untuk penelitian dengan judul “ Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Terhadap Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo”

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………………………………………………

Umur : …………………………………………………………

Pendidikan : .………………………………………………………...

Pekerjaan : …………………………………………………………

Alamat : …………………………………………………………

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat penelitian,

identitas narasumber akan dirahasiakan, dan informasi yang diberikan hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan ini saya menyatakan bersedia

berpartisipasi menjadi narasumber penelitian yang dilakukan oleh saudara Arie

Patramanda dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya tanpa paksaan dari

siapapun.

Yogyakarta, ………………2010

Peneliti Narasumber

Arie Patramanda ………………………

Page 66: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PEDOMAN UMUM WAWANCARA MENDALAM

A. Pengantar

1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri sebagai pewawancara

3. Mengucapkan terima kasih atas kesediaan wawancara

B. Penjelasan

1. Menjelaskan maksud wawancara mendalam

2. Identitas narasumber akan dirahasiakan/pemberian inisial

3. Informasi yang didapatkan akan dirahasiakan dan digunakan hanya

untuk kepentingan penelitian

4. Narasumber bebas menyatakan pendapat karena peneliti ingin

mendapatkan semua maksud dari informan

5. Dalam proses wawancara tidak ada pendapat yang salah atau benar

C. Prosedur

1. Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri

2. Pewawancara memperkenalkan diri dan menjelaskan maksudnya

3. Pewawancara membangun rapport/hubungan yang baik dengan

narasumber

4. Pewawancara mengajukan beberapa pertanyaan untuk ditanggapi oleh

narasumber

5. Narasumber dipersilahkan member tanggapan seluas-luasnya tanpa

rasa takut mengungkapkan pendapatnya, apakah itu salah atau benar

6. Pernyataan dari pewawancara dan narasumber dicatat dan kalau

diijinkan direkam menggunakan recorder

7. Setelah selesai, pewawancara mengucapkan terima kasih

8. Wawancara dapat dilakukan tidak hanya sekali jika diperlukan

Page 67: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PANDUAN WAWANCARA

Narasumber

- Bidan

- Kader PHBS

- Tokoh masyarakat

- Masyarakat

1. Bagaimana pengetahuan tentang konsep desa siaga

2. Tanggapan terhadap kebijakan desa siaga

3. Apa saja kegiatan desa siaga dan siapa saja yang terlibat dalam

pelaksanaannya

4. Bagaimana sosialisasi desa siaga di Desa Margomulyo dan target

pencapaiannya

5. Sistem pendanaan dalam pelaksanaan desa siaga

6. Dukungan yang diberikan selama ini dalam pelaksanaan desa siaga

7. Tanggapan tentang desa siaga dalam menyelesaikan masalah kesehatan

8. Adakah faktor pendukung dan hambatan dalam pelaksanaan desa siaga?

9. Bagaimana pengetahuan tentang PHBS dan sarana PHBS yang tersedia

10. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan PHBS

11. Sistem pembiayaan untuk pelaksanaan program PHBS

12. Target pencapaian PHBS diDesa Margomulyo

13. Bagaimana pelaksanaan PHBS sejauh ini

14. tanggapan terhadap pelaksanaan desa siaga ditinjau dari segi PHBS

15. Apakah dengan adanya desa siaga ada peningkatan PHBS

16. Adakah faktor pendukung dan hambatan dalam pelaksanaan PHBS diDesa

Margomulyo

Page 68: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PANDUAN UMUM FGD (Focus Group Discussion)

1. Tahap Awal

a. Pembukaan

i. Mengucapkan salam kepada peserta yang hadir

ii. Mengucapkan terima kasih atas kesediaan hadir dalam

pertemuan diskusi

b. Penjelasan

i. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan diskusi

kelompok terarah

ii. Peserta bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman

dan saran

iii. Pendapat, pengalaman, dan saran dari peserta sangat

bernilai

iv. Pernyataan yang diutarakan tidak ada yang benar dan salah

v. Semua pendapat dijamin kerahasiaannya dan hanya untuk

kepentingan penelitian

vi. Sampaikan pada peserta bahwa FGD akan sirekam guna

membantu pencatatan

c. Prosedur

i. Diskusi dipimpin oleh seorang fasilitator, dan dibantu oleh

seorang asisten dan pengamat. Pencatatan kegiatan

dilakukan oleh asisten yang meliputi hal yang penting serta

bahasa verbal dan nonverbal peserta diskusi

ii. Fasilitator memperkenalkan diri dan anggota tim dalam

FGD dan sebaliknya

iii. Fasilitator akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk

ditanggapi peserta

Page 69: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

iv. Peserta dipersilahkan menyampaikan pendapat dan

pengalamannya secara bergantian, tidak saling memotong

pembicaraan

v. Semua pendapat dan pengalamannya akan direkam dengan

recorder dan hanya akan digunakan untuk kepentingan

penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Diskusi

Fasilitator melontarkan pertanyaan/masalah kepada peserta berkaitan

dengan hal-hal berikut ;

Peserta FGD

- Kader

- Masyarakat

Pengamat

- Tokoh masyarakat

- Pakar penelitian kualitatif, dalam hal ini dosen pembimbing

Topik Pembahasan Tujuan

Apakah Bapak/ibu tahu tentang desa siaga

? siapa saja yang terlibat ? apa saja

kegiatannya ? adakah faktor pendukung

dan hambatan dalam pelaksanaannya ?

Untuk mengetahui pemahaman tentang

desa siaga

Bagaimana bentuk dukungan Bapak/ibu

terhadap kegiatan desa siaga ditempat

tinggal masing-masing

Mengetahui dukungan pengembangan desa

siaga

Menurut bapak/ibu pelayanan apa yang

dibutuhkan untuk pengembangan desa

siaga selanjutnya ? dan harapan anda?

Mengetahui pelayanan yang dibutuhkan

dalam pengembangan desa siaga dan

harapan maayarakat

Menurut bapak/ibu siapa yang bertanggung Mengetahui dukungan informal leader

Page 70: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

jawab terhadap pelaksanaan desa siaga?

Apakah bapak/ibu tahu tentang PHBS ?

siapa saja yang terlibat ? apa saja

kegiatannya ? adakah faktor pendukung

dan hambatan dalam pelaksanaannya?

Mengetahui pemahaman tentang PHBS

Bagaimana dukungan Bapak/ibu terhadap

pelaksanaan program PHBS

Mengetahui dukungan dalam pelaksanaan

program PHBS

Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap

pelaksanaan program PHBS selama ini?

Mengetahui sejauh mana pelaksanaan

program PHBS

Bagaiman tanggapan bapak/ibu tentang

pelaksanaan desa siaga ditinjau dari PHBS

nya?

Mengetahui tingkat keberhasilan desa siaga

ditinjau dari pelaksanaan PHBS

3. Tahap Penutup

a. Sebelum diskusi diakhiri, peserta dipersilahkan untuk

menyampaikan tambahan atas pendapat dan tanggapan yang telah

disampaikan

b. Fasilitator menutup acara diskusi dengan mengucapkan terima

kasih atas partisipasi peserta dalam diskusi

Page 71: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PANDUAN OBSERVASI

Ada Tidak

Kegiatan Desa Siaga

1. Forum Masyarakat Desa

2. Poskesdes

3. UKBM

Posyandu

Polindes

WOD/POD

SBH

Poskestren

4. Suveilans

5. Kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan

dan bencana

Kegiatan Masyarakat

Kegiatan Tenaga Kesehatan

6. Lingkungan Sehat

7. Pengembangan Kadarzi

8. PHBS

Sumber Pendanaan

1. Dana Sehat

Iuran

Sumbangan

Jimpitan

Arisan

Tabulin

Page 72: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Arisan Jamban Keluarga

Jambulin

Dasolin

Artamas

Dana Dasawisma (Penyisihan hasil usaha)

2. Dana Pasif

Dana sosial keagamaan

Dukungan Masyarakat terhadap pelaksanaan desa siaga

Pelaksanaan PHBS

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Bayi diberi ASI eklusif

Penimbangan bayi dan balita

Mencuci tangan dengan air dan sabun

Menggunakan air bersih

Menggunakan jamban sehat

Rumah bebas jentik

Makan buah dan sayur setiap hari

Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Tidak merokok didalam rumah

Peran Pukesmas dalam pelaksanaan desa siaga

Kebijakan desa siaga dan otonomi daerahnya

Page 73: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

LAPORAN HASIL OBSERVASI

17-23 Januari 2010

1. Kebijakan Desa Siaga

Untuk kebijakan desa siaga di desa Margomulyo sudah mulai

dibentuk menjadi desa siaga untuk pertama kalinya diantara 5 desa

yang disusul dengan desa margoagung. Diresmikan sejak tanggal

17 Desember sebagai hasil dari musyawarah masyarakat desa

(MMD) dibalai desa margomulyo yang disahkan dengan surat

keputusan kepala desa Margomulyo kecamatan Seyegan No 11/

2007.

2. Sosialisasi Desa Siaga

Untuk sosialisasi desa siaga diidesa margomulyo sendiri sudah

dilakukan dengan memanfaatkan komponen desa yang ada. Mulai

dari pertemuan para perangkat tiap desa ditingkat kecamatan, nanti

tiap desa akan koordinasi dengan kader untuk mensosialisasikan

kepada masyarakat.

3. Pendanaan

Pendanaan Desa Siaga didesa Margomulyo sebagian besar

didapatkan dari pemerintah pusat yang disalurkan melalui provinsi,

Pemerintah kabupaten sleman juga turut andil membantu

pendanaan, dan juga beberapa dana didapatkan dari anggaran

pendapatan dan belanja desa (APBDes).

4. Komponen Desa Siaga

a. Forum Kesehatan desa

Didesa margomulyo sendiri untuk forum kesehatan desa dibentuk

secara sukarela atas dasar kepedulian sesama diantaranya oleh

tokoh masyarakat, kepala dukuh, bidan, kader, dan unsure desa

yang terkait. Tidak ada jadwal rutinitas untuk forum kesehatan ini

Page 74: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

karena biasanya permasalahan yang ada akan langsung dibahas di

dalam musyawarah masyarakat desa (MMD)

b. Poskesdes ( Pos Kesehatan Desa)

Untuk poskesdes didesa margomulyo digantikan oleh Poskokesdes

(Pos Koordinasi Kesehatan Desa) dengan asumsi Poskokesdes

sebagai tempat koordinasi dan tidak memberikan pelayanan

kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan sendiri masyarakt dapat

memanfaatkan Pustu (Puskesmas Pembantu) yang ada satu disetiap

desa atau langsung mendapatkan pelayanan kesehatan

dipuskesmas. Poskokesdes sendiri awalnya berpusat dibalai desa,

tapi semenjak bulan februari 2010 dipindah di Pustu dusun

Sompokan dikarenakan gedung Poskokesdes yang lama sudah

dialihgunakan. Poskokesdes sendiri sudah dibentuk

kepengurusannya mulai dari Pembinanya Camat Seyegan dan

Kepala UPTD Puskesmas, Penanggung jawab oleh Kepala Desa,

Koordinator oleh bidan desa, Sekertaris, Bendahara, dan Seksi tiap

bidang yang melibatkan 15 orang kader dan 31 masyrakat

setempat. Poskesdes didesa Margomulyo ada jadwal jaga rutin 3

orang kader setiap hari secara bergiliran yang ditetapkan melalui

MMD.

c. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM)

Untuk UKBM didesa margomulyo yang sudah dibentuk antara lain

Posyandu, Ambulan desa, Donor darah, Tim kegawatdaruratan

bencana, Pengamatan penyakit, Kesehatan ibu dan anak, Kesehatan

lingkungan, Keluarga sadar gizi (KADARZI), perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS). Didesa Margomulyo Posyandu berjalan

dengan sangat baik dengan kegiatan rutin setiap 2 bulan sekali

yang terdiri dari Posyandu balita dan Posyandu Lansia.

Page 75: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

d. Suveilans

Untuk Surveillans didesa Margomulyo lebih dititikberatkan

ditingkat dusun, sedangkan ditingkat desa hanya sebagai

koordinator. Surveillans yang sedang gencar dilakukan akhir-akhir

ini adalah tentang ibu hamil, balita, DBD, dan TBC

5. Peran Puskesmas

Peran Pusekesmas sendiri didalam desa siaga ini adalah sebagai

mitra pelayanan kesehatan, kerena seperti yang disebutkan diatas

tadi Poskokesdes didesa margomulyo tidak memberikan pelayanan

kesehatan. Puskesmas berkoordinasi dalam hal pendataan, promosi

kesehatan, pemberian pelayanan kesehatan, dan turut memberikan

dukungan seperti tempat pemberian pelatihan, seminar, dll.

Program Puskesmas sendiri sejalan dengan program Desa Siaga

seperti Kesehatan lingkungan, PHBS, Kesehatan ibu dan anak,

gizi, dll.

6. Dukungan Masyarakat

Berdasarkan hasil observasi dari beberapa masyarakat

margomulyo, semuanya mendukung kebijakan desa siaga karena

mereka mengharapkan ada perbaikan bahkan penigkatan dari

sebelumnya. Mulai dari mayarakat setempat, para tokoh

masyarakat, kader, bidan, kepala desa semuanya mendukung

pelaksanaan desa siaga ini. Ini dapat dilihat dari masyarakat yang

antusias untuk datang ketika ada kegiatan seperti Posyandu,

Penyuluhan, Pertemuan didesa, bahkan ketika ada penelitian yang

meminta informasi disana mereka sangat menyambut baik.

7. Pelaksanaan Program PHBS

Program PHBS dimargomulyo sudah dijalankan sejak awal.

Program yang diberikan dari pusat dengan 10 indikator nya

Page 76: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

mendapatkan beberapa penyesuaian kembali oleh pemerintah

kabupaten Sleman dengan penambahan 10 indikator lagi menjadi

20 indikator antara lain ;

i. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

ii. Pemberian ASI eklusif

iii. Penimbangan balita setiap bulan

iv. Penggunaan air bersih

v. Mencuci tangan dengan air beesih dan sabun

vi. Menggunakan jamban sehat

vii. Bebas jentik nyamuk

viii. Makan sayur dan buah detiap hari

ix. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

x. Tidak merokok didalam rumah

xi. Gizi seimbang

xii. Memeriksakan kehamilan sesuai standar

xiii. Memiliki jaminan kesehatan

xiv. Imunisasi lengkap pada bayi

xv. PUS ikut KB

xvi. Lantai rumah bukan dari tanah

xvii. Pemanfaatan saran pelayanan kesehatan

xviii. Pengelolaan sampah

xix. Pemilkan TOGA

xx. Kebiasaan gosok gigi

Pelaksanaan program PHBS didesa Margomulyo sudah

cukup baik walaupun masih belum semua indikator terpenuhi,

diantaranya masih banyak ditemukan kebiasaan merokok, belum

terkelolanya sampah dengan baik, kebiasaan mandi disungai, dll.

Sudah dibahas dalam MMD dengan beberapa alternative

pemecahan masalah dan sedang diusahakan untuk penerapannya.

Page 77: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

SUSUNAN PENGURUS POSKESDES DESA SIAGA

DESA MARGOMULYO

Pembina : Camat Seyegan

Kepala UPTD Puskesmas Seyegan

Penanggungjawab : Kepala Desa Margomulyo

Koordinator : Bidan Rismawati

Sekretaris : Prasetyo Sujanarko

Bpk. Marsudi

Bendahara : Ny. Sutardjo

Ny. Dwi Erni Rahayuningsih

Seksi-seksi :

1. Kegawatdaruratan Bencana

2. Pengamatan Penyakit

3. Kesehatan Ibu dan Anak

4. Bank Darah

5. Ambulan Desa

6. Kesehatan Lingkungan

7. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

8. PHBS

9. Posyandu

Page 78: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

20 INDIKATOR PHBS SLEMAN

1. Persalinan ditolong tenaga kesehatan

2. Memberikan ASI eklusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik nyamuk dirumah

8. Makan sayur dan buah setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok didalam rumah

11. Gizi seimbang

12. Memeriksakan kehamilan sesuai standar

13. Memiliki jaminan kesehatan

14. Imunisasi lengkap pada bayi

15. PUS ikut KB

16. Lantai rumah bukan dari tanah

17. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan

18. Pengelolaan sampah

19. Memiliki TOGA

20. Kebiasaan gosok gigi

Page 79: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

KODING

Page 80: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

KATEGORI SUB

KATEGORI

TEMA / KOMENTAR

WAWANCARA FGD

PHBS dalam

desa siaga

Konsep PHBS

Konsep desa siaga

PHBS itu adalah

masyarakat tahu, mau, dan

mampu menjaga diri sendiri dari ancaman

penyakit dengan perilaku

sehat (N1, 142-148)

PHBS adalah perilaku

hidup bersih dan sehat, dimana keluarga bisa

berprilaku dengan

memenuhi standar

kesehatan (N2,150-158)

PHBS adalah perilaku

hidup bersih dan sehat terutama dalam keluarga

dan kesehatan lingkungan

(N3, 45-50)

Desa siaga adalah desa

yang masyarakatnya tahu,

mau, dan mampu untuk mengenali masalah

kesehatannya sendiri dan

mampu memecahkan masalahnya sesuai dengan

sumber daya yang ada

terutama masalah

penanggulangan kegawatdaruratan,bencana,

penyakit menular, dan

KIA ( N1, 8-16) Desa siaga adalah desa

yang masyarakatnya

mampu mendeteksi lebih dini dan menangani sendiri

masalah kesehatan dan

bencana alam (N2, 19-30)

Desa siaga adalah desa yang masyarakatnya siap

untuk mengatasi masalah /

kejadian yang darurat (N3, 8-16)

PHBS berarti

menerapkan kehidupan

yang bersih dan sehat sesuai dengan standar

kesehatan didalam

rumah tangga dan lingkungan

Arti dan konsep Desa

Siaga yang diketahui adalah pelaporan

masalah kesehatan ke

poskesdes yang dilanjutkan ke

puskesmas oleh kader

Page 81: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Dukungan Pelaksanaan

PHBS dalam

desa siaga

Tujuan desa siaga

Indikator PHBS

Pendanaan

Dukungan

Masyarakat

Target umum yang ingin dicapai adalah masyarakat

tahu, mau, dan mampu

mengatasi masalah kesehatannya sendiri

(N1, 68-82)

Tujuan khusus yang ingin

dicapai adalah tercapainya tujuan tiap program yang

ada

( N1, 84-85) Target yang ingin dicapai

didesa margomulyo adalah

pendataan yang baik untuk ibu hamil, berjalan

rutinnya penimbangan

untuk balita ke posyandu

(N2, 232-252) Target yang ingin dicapai

adalah terpantaunya

kesehatan seluruh masyarakat

(N4, 64-77)

Indikator PHBS untuk

kabupaten sleman ada 20 indikator meliputi 10

indikator dari pusat dan 10

indikator tambahan lainnya (N1, 152-173)

Indikator PHBS meliputi

tidak merokok, balita tidak

dibawah garis merah, BAB tidak di kali, lantai

berdinding, dll

(N2, 163-171)

Pendanaan desa siaga

mulai dari pusat, kabupaten sleman,

DINKES DIY, dan dari

desa sendiri (N1, 91-99)

Dana didapatkan dari puskesmas (N3, 60-62)

Dukungan diberikan oleh pemerintah, lembaga desa

maupun lembaga

masyarakat (N4, 210-216)

Ada 20 indikator PHBS

yang diketahui

Page 82: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Pelaksanaan PHBS dalam

desa siaga

Kegiatan desa siaga

Yang terlibat kegiatan PHBS

dalam desa siaga

Dukungan puskesmas yaitu memberikan

pelatihan dan pembinaan

PHBS, pemetaan dan kampanye PHBS

(N1,283-297)

Dukungan bidan desa

adalah menjadi koordinator untuk desa

siaga dan bertanggung

jawab dalam pelaksanaan desa siaga

( N2, 267-281)

Dukungan kader PHBS adalah mengadakan

posyandu, melakukan

pendataan, mengajak

masyarakat langsung (N3, 155-179)

Program desa siaga meliputi KIA,

penanggulangan

kegawatdaruratan dan bencana, posyandu, bank

darah, ambulan desa,

pengamatan penyakit,

PHBS, kesehatan lingkungan dan

KADARZI (N1, 20-25)

Kegiatan desa siaga antara lain SMD/survey mawas

diri, MMD/musyawarah

masyarakat desa,

Pertemuan rutin, pendataan, dll (N2,36-59)

Kegiatan desa siaga

meliputi penanganan ibu hamil, pencegahan

penyakit endemis, dan

penyekit yang ditimbulkan oleh penyebab yang lain

lebih dini (N4, 17-37)

Yang terlibat dalam PHBS

adalah seluruh masyarakat

(N3, 53-57) Yang terlibat dalam desa

siaga adalah para

stakeholder meliputi

Page 83: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Koordinasi

Sosialisasi

Pembina dari kecamatan, puskesmas, kader, kepala

desa, dan tokoh

masyarakat (N1, 28-35) Yang terlibat dalam desa

siaga meliputi Tokoh

masyarakat, kader, bidan

desa, kepala desa dan kesra (N4, 46-52)

Koordinasi antar stakeholder sudah baik ini

terlihat dengan adanya

penindaklajutan setiap kegiatan yang ada (N1, 38-

48)

Koordinasi desa siaga dari

masyarakat, kader, bidan koordinator, Poskesdes

hanya sebagai koordinasi

bukan pelayanan sehingga dirubah menjadi

Poskokesdes, dan jika

dibutuhkan bidan akan merujuk kepuskesmas

(N2,52-83)

Sosialisasi desa siaga oleh depkes melalu media

elektronik, tulisan dikoran

oleh kabupaten kota, leaflet atau poster oleh

puskesmas, dan melalui

pelatihan

(N1, 52-61) Sosialisasi desa siaga

sudah baik melalui

pertemuan seluruh komponen masyarakat

ditahap desa kemudian

ditahap dusun (N4, 54-62) Sosialisasi desa siaga

sudah berjalan baik,

berupa pertemuan salah

satunya melalui MMD dan untuk tingkat dusun

sosialisasi dilakukan oleh

kader (N2, 94-116)

Sosialisasi desa siaga

Page 84: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Evaluasi

pelaksanaan

PHBS dalam desa siaga

Peran Puskesmas

Pertanggungjawaban

pelaksanaan

program PHBS

Keberhasilan

program PHBS

dalam desa siaga

sudah baik salah satunya melalui pelatihan-

pelatihan yang diadakan

oleh puskesmas (N2, 32-42)

Pelatihan pengurus desa

siaga oleh puskesmas (N1, 58-63)

Pelatihan diberikan oleh

puskesmas, dan dinas kesehatan (N2, 352-356)

puskesmas memberikan

pelatihan dan pembinaan PHBS, pemetaan dan

kampanye PHBS

(N1,283-297)

Kepala desa bertanggung

jawab terhadap

pelaksanaan program PHBS dengan bidan

membantu dalam

bimbingan teknis kesehatan dan sistem

kepengurusan organisasi

(N1, 190-202)

Pertanggungjawaban desa siaga mulai dari kader,

bidan koordinator,

poskesdes (N2, 193-195) Jika ada masalah

kesehatan, maka akan

bidan akan menangani

lebih dulu, kalau diperlukan akan dirujuk

kepuskesmas, dan jika

parah akan dibawa ke RSUD (N4, 81-89)

Evaluasi desa siaga tiap

semester (N2, 361-363)

Pelaksanaan program

PHBS dari pihak

puskesmas sudah cukup bagus dan terorganisir,

mulai dari pemetaan,

perumusan masalah,

sosialisasi berupa kampanye PHBS

Pelaksanaan PHBS

sudah baik dengan sudah berjalannya sebagian

besar indikator yang ada

Page 85: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Hambatan

pelaksanaan PHBS

dalam desa siaga

(N1, 205-224) PHBS sudah berjalan

dengan baik dilihat dari

kinerja kader yang baik, adanya pelaporan, dll.

(N2, 185-190)

Pelaksanaan program

PHBS sudah berjalan cukup baik dengan sudah

terlaksananya beberapa

indikator yang ada (N3, 183-187)

Untuk pelaksanaan desa

siaga masih dirasakan kurang (N1, 225-228)

Belum semua kegiatan

yang berjalan didesa siaga,

baru dibentuk poskesdes dan kepengurusan

(N3, 17-28)

Pelaksanaan desa siaga sudah cukup berjalan

dilihat dari sering

diadakannya pertemuan rutin, posyandu, dan

program lainnya (N4, 148-

159)

Hambatan dalam pelaksanaan desa siaga

meliputi teknis mulai dari

pendanaan, saran promosi,

dll serta non teknis berupa kerjasama tim yang

kurang, hubungan antar

personil kurang, dan komitmen kesra kurang

(N1, 230-250)

Hambatan dalam pelaksanaan desa siaga

antara lain kurangnnya

dukungan dari pihak desa,

pertemuan yang selalu diundur, dll

(N2, 205-220)

Kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya

kesadaran dari masyarakat

(N3, 77-82) Hambatan yang ditemukan

Hambatan dalam

pelaksanaan PHBS adalah masih kurangnya

kesadaran dari masyrakat

Page 86: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Saran dan

Tanggapan

Permasalahan PHBS

Peningkatan PHBS

dalam desa siaga

Saran

Tanggapan

yaitu kurangnya koordinasi antara pihak

desa dan pihak rumah sakit

salah satunya dalam hal pengajuan jamkesmas (N4,

220-234)

Permasalahan PHBS yang paling banyak adalah tidak

merokok didalam rumah

dan jaminan kesehatan (N1, 279-282)

Permasalahan PHBS yang

ditemukan adalah tidak merokok didalam rumah

dan pengelolaan sampah

(N3, 93-150)

Ada peningkatan PHBS

dengan adanya desa siaga

(N1, 307-314) Dengan adanya desa siaga

ada peningkatan PHBS

masyarakat (N3, 206)

saran untuk pelaksanaan

PHBS dan desa siaga yaitu

perlunya dukungan dari ketua desa siaga, adanya

pelatihan khusus untuk

calon kader, dan dukungan

bidan desa siaga (N1,317-335)

Saran untuk desa siaga

yaitu perlu ditingkatkannya

koordinasi (N2, 314-322)

Saran untuk pelaksanaan

desa siaga antara lain perlu adanya pendekatan lebih

ke kader terutama untuk

memberikan motivasi dan perlunya penyuluhan

kembali

(N4, 326-338)

Dengan adanya desa siaga

sangat baik sekali untuk

mengatasi masalah kesehatan dan

Permalahan PHBS yaitu

tidak merokok didalam

rumah, penggunaan jamban sehat, dan

pengelolaan sampah

Pelaksanaan program

puskesmas diharapkan sampai tuntas, jangan

berhenti ditengah jalan

Page 87: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

penanggulangan bencana jika berjalan dengan

efektif.

(N2, 294-300) Dengan adanya desa siaga

masyarakat merasakan

peningkatan terutama

kualitas kesehatan salah satunya pertumbuhan

penduduk, masyarakat

sudah sadar untuk berobat ke tenaga kesehatan

(N4, 303-316)

Setiap orang dalam struktur desa siaga harus

mengetahui tugasnya

masing-masing

(N1, 254-266)

Page 88: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

TRANSKRIP WAWANCARA dan FGD

Page 89: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Narasumber Pertama

A. Identitas Narasumber

Nama : N1

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Pendidikan : S1 Kesehatan Masyarakat

Pekerjaan : PNS ( Promosi Kesehatan Puskesmas)

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Waktu : 30 Januari 2010, pukul 12.17 WIB

Lokasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Seyegan

C. Keterangan

Pewawancara : Arie Patramanda

P : Pewawancara

N : Narasumber

Setting :

Wawancara dilakukan di ruang pertemuan Puskesmas Seyegan,

saat itu diruangan ada peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti.

Suasana diruangan cukup tenang, tidak ada suara berisik karena ruangan

tertutup dan hanya terdengar suara pendingin ruangan. Peneliti duduk

disebelah narasumber dan wawancara dimulai pukul 12.17 dengan seluruh

pembicaraan direkam menggunakan rekorder dan dicatat dibuku peneliti.

Wawancara selesai pada pukul 12.53 WIB.

Baris Hasil Wawancara Tema

1

5

10

P : Assalamualaikum

warahmatullahiwabarakatuh

N : waalaikum salam

P : Kemaren kita sudah janjian mas, saya akan

wawancara tentang penelitian saya tentang

PHBS dan Desa Siaga, apa mas bersedia ?

N : oke

P : Sepengetahuan mas, apa itu desa siaga ?

N : Desa siaga y,,eeee….. menurut saya desa

siaga itu adalah desa yang masyarakatnya

Pembukaan

Desa siaga adalah desa

yang masyarakatnya tahu,

mau, dan mampu untuk

mengenali masalah

Page 90: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

15

20

25

30

35

40

45

50

55

tahu, mau, dan mampu mengenali masalah

kesehatannya sendiri dan mampu untuk

memecahkan masalahnya sesuai dengan

sumber daya yang ada terutama untuk

masalah penanggulangan kegawatdaruratan

serta bencana dan penyakit menular,,ummm

(berfikir) …….. selain itu kesehatan ibu dan

anak juga termasuk.

P : dari penjelasan mas tadi,,apa saja program

desa siaga yang mas tahu ??

N : kalau sesuai dengan,,apa

namanya…..eeee…..

disesuaikan dengan seksinya itu meliputi

kesehatan ibu dan anak, penanggulangan

kegawatdaruratan bencana, teruuus seksi

posyandu, bank darah, ambulan desa,

pengamatan penyakit, perilaku hidup bersih

dan sehat, serta kesehatan lingkungan.

N : oiya satu lagi, keluarga sadar gizi…

P : umm..terus siapa saja yang terlibat dalam

pelaksanaan program ini ?

N : yang terlibat,,,eeee….kalau dalam desa

siaga itu kan tidak hanya dari desa saja tapi

juga melibatkan stakeholder. Stakeholder

ditingkat desa siaga itu meliputi pembinanya

dari kecamatan sendiri, Pembina teknis

kesehatan dari puskesmas, terus pelaksananya

dari kader sendiri, dukungan pembinaan dari

kepala desa serta tokoh masyarakat diwilayah

desa siaga tersebut.

P : bagaimana hubungan kerjasama antara

orang-orang yang bertanggung jawab tadi

mas?

N : kalau selama iniiiiiiiiiiii,,,,,,bisa dikatakan

bagus, karena setiap kali ada kegiatan atau

setiap kali ada koordinasi selalu

menindaklanjuti,jadi tidak dibiarkan begitu

saja….

P : contohnya seperti apa mas?

N : contohnya setiap ada koordinasi kita gak

Cuma dari desa aja, tapi juga dari puskesmas,

kecamatan, terus setiap kader dan bidannya

selalu dilibatkan dan mau berperan aktif,

walaupun dalam kenyataan dilapangan tidak

seratus persen seperti yang diharapkan.

P : bagaimana sosialisasi desa siaga ini mas

kesehatannya sendiri dan

mampu memecahkan

masalahnya sesuai dengan

sumber daya yang ada

terutama masalah

penanggulangan

kegawatdaruratan,

bencana, penyakit

menular, dan KIA ( N1,

8-16)

Program desa siaga

meliputi KIA,

penanggulangan

kegawatdaruratan dan

bencana, posyandu, bank

darah, ambulan desa,

pengamatan penyakit,

PHBS, kesehatan

lingkungan dan

KADARZI

(N1, 20-25)

Yang terlibat dalam desa

siaga adalah para

stakeholder meliputi

Pembina dari kecamatan,

puskesmas, kader, kepala

desa, dan tokoh

masyarakat (N1, 28-35)

Koordinasi antar

stakeholder sudah baik

(N1, 38-48)

Sosialisasi desa siaga oleh

depkes melalu media

elektronik, tulisan dikoran

oleh kabupaten kota,

leaflet atau poster oleh

Page 91: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

60

65

70

75

80

85

90

95

100

terutama didesa margomulyo?

N : eee…….sejauh ini kan tidak mungkin kita

sosialisasi kesemua masyarakat, kalau untuk

semua masyarakat sosialisasi itu oleh depkes

melalui media massa seperti media elektronik,

terus yang kedua dari tingkat kabupaten kota

melalui tulisan dikoran, atau eeee……leaflet,

atau poster dan disebarkan keseluruh

puskesmas.

Kalau untuk pelaksanaannya sendiri jelas

lewat pelatihan pengurus desa siaga

utamanya meliputi kades, kesra, sama kader

derta tokoh masyarakat yang mempunyai

pengaruh didesa.

P : pelatihan itu siapa yang memberikan mas?

N : pelatihan itu dari puskesmas.

P : ummm begitu…terus target yang ingin

dicapai terutama desa margomulyo sendiri

apa mas?

N : target secara umum atau spesifik ?

P : secara umum saja dulu mas,,

N : ummm……kalau tujuan secara umum itu

masyarakat mau mengenali masalah

kesehatan diwilayahnya..

P : dari mau dulu ya mas?

N ; iya dari mau dulu, karena itu level

terendah dari masyarakat…eehh tahu dulu

terus mau..

Setelah mau ya targetnya mereka mampu

untuk mengatasinya sendiri dengan

kemampuan meskipun ada dukungan dari

puskesmas, tapi prinsipnya mereka mau untuk

mengenali masalahnya. Karena selama ini kan

setiap ada masalah kesehatan semua

dipasrahkan ke puskesmas, dokter, atau

pelayanan kesehatan yang lain seperti rumah

sakit. Jadi tidak merasa bahwa masalah itu

bisa diatasi oleh masyarakat itu sendiri.

P : oke….kalau tujuan khususnya tadi mas??

N : kalau khususnya,,,emmmm.,…….lebih ke

tiap program yang saya sebutkan tadi.

P : oke..mungkin nanti saya akan lebih

memprioritaskan tentang PHBS nya ya mas..

N : oke,,,,

P : terus,,bagaimana sistem pendanaan yang

mas tahu?

puskesmas, dan melalui

pelatihan (N1, 52-61)

Pelatihan pengurus desa

siaga oleh puskesmas

(N1, 58-63)

Target umum yang ingin

dicapai adalah masyarakat

tahu, mau, dan mampu

mengetasi masalah

kesehatannya sendiri

(N1, 68-82)

Tujuan khusus yang ingin

dicapai adalah

berdasarkan tiap

programyang ada

( N1, 84-85)

Pendanaan desa siaga

mulai dari pusat,

kabupaten sleman,

DINKES DIY, dan dari

desa sendiri

(N1, 91-99)

Page 92: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

105

110

115

120

125

130

135

140

145

N : kalau dari,,,,,(berfikir) dari,,,,,,pusat

kedaerah sampai sejauh ini ada, Cuma sampai

kelevel tingkat pelaksanaan desa diwujudkan

dalam pelatihan dan sosialisasi, itu

diwujudkan oleh kabupaten sleman sendiri,

DINKES DIY juga memberikan kontribusi,

terus dari desa juga memberikan kontribusi

karena kita kan mengadvokasi mereka supaya

mau menganggarkan, kalau gak gitu kan pada

gak mau….

Hehehe….(tertawa)

P : hehehe….(tertawa)

Terus mas, untuk menilai target desa siaga itu

sudah tercapai atau belum dilihat dari

indikator apa aja mas??

N : kalau indikator kita melihat dari indikator

input, proses, dan output sesuai dengan

kriteria yang dibuat oleh departemen

kesehatan.

P : bisa dijelaskan mas indikatornya

tersebut??

N : kalau indikator input meliputi ada

tidaknya forum masyarakat desa, minimal

desa itu memiliki forum yang mau

bertanggung jawab untuk masalah kesehatan

diwilayahnya.

Yang kedua,,ada tidaknya upaya kesehatan

bersumber masyarakat yang berfungsi dan

dibutuhkan. UKBM itu kan meliputi

posyandu, POD, UKK, UKGS, UKGMD,

teruuus SBH, TOGA, dan sebagainya…

Dan selanjutnya untuk input ada banyak

ya,,tapi prinsipnya itu, ada dulu sumber daya

manusia atau kader yang mau.

P : terus prosesnya mas?

N : prosesnya,,eeee….berjalan tidaknya atau

frekuensi dari FMD itu berapa kali dalam

setahun, sebaiknya semakin sering karena

berarti semakin aktif desa tersebut.

Kedua berjalan tidaknya UKBM tadi, karena

prinsip dari desa siaga itu adalah

mengkoordinir dari UKBM yang ada.

Terus,,eeeee……berjalannya sistem

pengamatan berbasis masyarakat, maksudnya

kalau ada penyakit menular yang seperti

DBD ada pelaporannya dari RT, lurah, atau

Indikator desa siaga

meliputi indikator input,

proses, dan output

(N1, 105-107)

Indikator input meliputi

ada tidaknya forum

masyarakat desa, UKBM,

dll (N1, 109-120)

Indikator proses meliputi

berjalan tidaknya dan

frekuensi FMD, berjalan

tidaknya UKBM,

berjalannya sistem

pengamatan berbasis

masyarakat, dan

berjalannya program dari

tiap seksi (N1, 122-134)

Indikator output meliputi

berapa angka kematian

ibu, angka kematian bayi,

usia harapan hidup, dan

derajat kesehatan lainnya

(N1, 135-139)

PHBS itu adalah

masyarakat tahu, mau,

Page 93: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

150

155

160

165

170

175

180

185

190

kader ke puskesmas itu berjalan.

Terus berjalannya semua program yang ada

dalam tiap seksi desa siaga tersebut.

Terus ouputnya dari berapa angka kematian

ibu, berapa angka kematian bayi, terus eee,,,,

berapa usia harapan hidupnya, kan outputnya

diharapkan menggambarkan derajat kesehatan

diwilayah tersebut.

P : Oke,,berhubung tema saya tentang PHBS

mas,,jadi PHBS itu yang seperti apa mas??

N : kalau definisi secara lengkap tidak perlu

ya, karena bisa dilihat dibuku. Tapi secara

prinsip PHBS itu masyarakat tahu, mau dan

mampu untuk berprilaku yang sehat supaya

mereka mampu menjaga diri sendiri dari

ancaman penyakit.

P : perilaku yang seperti apa mas?

N : perilaku yang sehat tentunya…

Kebetulan disleman kan indikatornya tidak

sama dengan dipusat.

P : oke,,,baiklah….

untuk indikator PHBS sendiri dari pusat itu

ada 10 indikator tapi disleman itu sendiri ada

20 indikator mas,,mungkin saya bisa

dijelaskan tentang indikatornya??

N : kalau indikator yang dari pusat mungkin

agak acak ya,,yang pertama persalinan oleh

tenaga kesehatan,,teruss,,,,,apa

namanya,,,,eeeee,,,,,,pemberian ASI eklusif,

terus cuci tangan pake sabun,

terusss,,,,,eeeee,,,,,

mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari,

aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok

didalam rumah, menimbang balita setiap

bulan, terus,,,eeeee,,,,,

Terus yang tambahan dari sleman yaitu PUS

yang ikut KB, kepemilikan jaminan

kesehatan, imunisasi, kebiasaan gosok gigi

secara teratur, kepemilikan TOGA,

ummmmm……..(berfikir)…..maap agak

lupa…

Tapi intinya indikator itu ditambahkan oleh

kabupaten sleman supaya ada keinginan agar

lebih spesifik dan lebih menggambarkan

PHBS disleman sendiri, karena yang dari

pusat kan masih umum….

dan mampu menjaga diri

sendiri dari ancaman

penyakit dengan perilaku

sehat (N1, 142-148)

Indikator PHBS untuk

kabupaten sleman ada 20

indikator meliputi 10

indikator dari pusat dan

10 indikator tambahan

lainnya (N1, 152-173)

Sarana PHBS didesa

margomulyo berupa keran

air dan cuci tangan pake

sabun serta posyandu

dirasakan masih kurang

(N1, 178-182)

Kepala desa bertanggung

jawab terhadap

pelaksanaan program

PHBS dengan bidan

membantu dalam

bimbingan teknis

Page 94: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

195

200

205

210

215

220

225

230

235

240

P : oooo…iya…mungkin bisa saya liat data

lebih lengkapnya ??

N : oooiy,,,ada….nanti saya ambilkan….

P : oke mas,,terus untuk sarana PHBS didesa

margomulyo ??

N : kalau sarana ditingkat sekolah dasar,

mereka sudah mau membuat keran air dan

cuci tangan pake sabun….

Dan kalau didesa yaaaaa,,,,,,ada posyandu

untuk menimbang balita setiap bulan…..

P : untuk penggunaan air apakah sudah

menggunakan air bersih semua??

N : belum,,,belum 100 persen.

Kalau sesuai dengan idealnya sesuai

pemetaan seperti dari segi fisika, kimia,

biologi, dan lainnya.

P : terus siapa yang bertanggung jawab

terhadap PHBS ini mas?

N : tentu saja kepala desa

P : terus dibawah kepala desa ?

N : ada sekretaris dan kepengurusan,,,ketua,

sekretaris, bendahara, terus seksi-seksi,,,

P : terus yang mengkoordinir atau

bertanggung jawab terhadap PHBS mas??

N : kalau bertanggung jawab jalan tidaknya

ya kepala desa, tapi kan di tiap desa itu ada

bidan desanya walaupun bidannya bidan

puskesmas, dia membantu dalam segi

bimbingan teknis kesehatan. Kalau belum ada

bimbingan teknis dia bertanggung jawab,

kalau sudah berjalan ya kepala

desanya…hehehe ( tertawa)

P : hehehe….(tertawa)

Terus pelaksanaan PHBS sejauh ini mas??

N : kalau pelaksanaannya sejauh ini yang

pertama dari pihak puskesmas kami

memetakan tentang PHBS , bagaimana

kondisi PHBS dari seluruh desa terutama

tentang margomulyo. Pemetaan dilakukan 2

kali dalam setahun setiap akhir semester,

biasanya mei-juni disemester pertama serta

bulan November-desember disemester kedua.

Dari hasil pemetaan tersebut bisa dijadikan

masukan dari masalah-masalah tertinggi yang

ada, misalnya rokok, terus buang air besar

dan kecil tidak dijamban, dan sebagainya.

kesehatan dan sistem

kepengurusan organisasi

(N1, 190-202)

Pelaksanaan program

PHBS dari pihak

puskesmas sudah cukup

bagus dan terorganisir,

mulai dari pemetaan,

perumusan masalah,

sosialisasi berupa

kampanye PHBS

(N1, 205-224)

Untuk pelaksanaan desa

siaga masih dirasakan

kurang (N1, 225-228)

Hambatan dalam

pelaksanaan desa siaga

meliputi teknis mulai dari

pendanaan, saran

promosi, dll serta non

teknis berupa kerjasama

tim yang kurang,

Page 95: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

250

255

260

265

270

275

280

285

290

Terus setelah itu dari pihak puskesmas

melakukan kampanye PHBS melalui

posyandu,,kampanye itu buka kampanye

seperti partai ya,,,hahahahha(tertawa)….

tapi dalam arti kita selalu mensosialisasikan

ketika posyandu kita datangi, kita sampaikan

poin dalam PHBS bukan keseluruhan.

Terus juga kita kampanye PHBS disekolah, di

SD terutama margomulyo.

Selanjutnya dari desa siaga sendiri jujur saja

belum jalan, karena inisiatif untuk

mengkoordinir PHBS dari tingkat desa

siaganya relatif ada hambatan sehingga tidak

bisa berjalan sebagaimana mestinya.

P : apa saja hambatannya mas?

N : kalau dari saya ya, sebagai sudut pandang

puskesmas itu hambatan teknis dan non

teknis.

Hambatan teknisnya pendanaan kurang

dibandingkan dari idealnya…

Teruuus,,,eeeee,,,,,sarana yang dibutuhkan

juga kurang karena PHBS itu erat kaitannya

dengan media terutama informasi seperti

Poster, video, dll.

Terus dari segi non teknis masih kurangnya

kerjasama tim dari seksi itu,,terus hubungan

antar personil yang relative kurang, dukungan

dan komitmen kesra relatif kurang, dan

lainnya.

Kalau peluang yang kita berikan besar sekali,

setiap pelatihan kita ikut sertakan terus, kalau

ada pelatihan dari provinsi selalu kita ikutkan

yang dari margomulyo, malah yang lain

enggak karena margomulyo adalah yang

pertama.

P : oooo margomulyo yang pertama,,jadi dari

pertama memang belum jalan ya mas?

N : yaaaaa,,,,kalau kita katakana jalan

sebenarnya sebagian jalan. Karena jalannya

desa siaga itu masing masing person dalam

struktur itu tahu bagaimana seharusnya

tugasnya dalam kepengurusan tersebut.

Misalnya ketuanya, dia yang bertanggung

jawab mengarahkan, kalau dari kesranya

harus selalu mengingatkan ada dana yang

disalurkan kepada desa siaga, terus dari

hubungan antar personil

kurang, dan komitmen

kesra kurang (N1, 230-

250)

Setiap orang dalam

struktur desa siaga harus

mengetahui tugasnya

masing-masing

(N1, 254-266)

Desa siaga sangat

membantu dalam

pelaksanaan program

PHBS ( N1, 269-276)

Permasalahan PHBS yang

paling banyak adalah

tidak merokok didalam

rumah dan jaminan

kesehatan

(N1, 279-282)

Page 96: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

295

300

305

310

315

320

325

330

335

masing-masing seksi sudah tahu fungsinya.

Tapi paling tidak ada sistem yang berjalan

dari masyarakat, kader, RT, lurah, tapi belum

merasa desa siaga padahal kan desa siaga ya

yang seperti itu.

P : terus program PHBS itu sudah ada

sebelum desa siaga itu sendiri kan mas??

N : hoo ohh,,kalau boleh saya tambahkan

program PHBS itu kan sebenarnya dari

kementrian kesehatan, dengan adanya desa

siaga ini kan seperti keran, kalau sebelumnya

tanpa desa siaga kerannya dari puskesmas,

tapi kalau sekarang ada desa siaga dan seksi

PHBS sendiri jadi ada keran tersendiri,

tentunya setelah mendapat informasi tentang

PHBS seharusnya menyampaikan kepada

masyarakat.

P : untuk permasalahan PHBS sendiri yang

cukup menonjol di margomulyo apa ya mas?

N : sebetulnya tidak merokok didalam rumah,

point kesepuluh dari PHBS karena tertinggi.

Yang kedua seingat saya jaminan kesehatan

kalau gak salah.

P : terus, bagaimana peran dan dukungan mas

dalam pelaksanaan PHBS dan desa siaga?

N : nanti bisa dibilang narsis

ya,,,,hehehe,,,,tapi nanti bisa disimpulkan

sendiri ya.

Selama ini karena sebagai pemegang promosi

kesehatan, jadi setiap ada pelatihan dan

pembinaan untuk topik PHBS selalu yang

menyampaikan saya.

Terus pemetaan dan dukungan diposyandu,

kampanye PHBS sudah saya coba gerakkan

dengan penjadwalan. Nanti hasilnya saya

confirm kembali kepengurus.

Terus terakhir itu mencoba melobi desa

supaya mau menyelenggarakan pelatihan

PHBS untuk meningkatkan kapasitas dari

seksi PHBS dimargomulyo.

P : tanggapan mas, dengan adanya desa siaga

apakah ada perbaikan atau peningkatan

PHBS?

N : begini mas, kalau PHBS itu diukurnya

mungkin bisa dikatakan naik. Tapi

kendalanya karena dibentuk 2007 akhir

Dukungan yang diberikan

yaitu memberikan

pelatihan dan pembinaan

PHBS, pemetaan dan

kampanye PHBS

(N1,283-297)

Ada peningkatan PHBS

dengan adanya desa siaga

(N1, 307-314)

saran untuk pelaksanaan

PHBS dan desa siaga

yaitu perlunya dukungan

dari ketua desa siaga,

adanya pelatihan khusus

untuk calon kader, dan

dukungan bidan desa

siaga

(N1,317-335)

Page 97: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

indikatornya berbeda dengan 2008 karena

sebelumnya ada 15 tapi sekarang 20.

Kalau kita mengukurnya bukan dari indikator

tapi dari proses, ada peningkatan.

P : mungkin wujudn peningkatanya mas??

N : kalau benar benar dianggarkan bagus

untuk menigkatkan kapasitas kader

memahami dalam memetakan dan

memberikan promosi PHBS terhadap

masyarakat.

Terus mulai terkoordinirnya program PHBS

ditingkat desa. Terus,,,masyarakat desa mulai

memperhatikan bahwa PHBS itu penting

untuk masyarakat.

P : apakah mas ada saran, masukan tentang

PHBS

dan desa siaga?

N : banyak sebenarnya mas, tapi kok sekarang

yang muncul Cuma satu dua,,,,hehehe,,,,,

Eeeeeeee,,,,yang pertama itu tadi, dukungan

terhadap program PHBS dari ketua desa siaga

itu lebih kuat. Wujudnya dengan memberi

anggaran lebih untuk PHBS.

Yang kedua,,,emmmmmm,,,,,eeeeeeee,,,,,,

seharusnya ada pelatihan khusus bagi calon

kader PHBS ditingkat desa margomulyo agar

mampu memberikan pemetaan yang tepat dan

akurat, karena jika hasilnya tidak bagus kita

akan memandangnya keliru. Data sampah

keluarnya sampah, supaya lebih bagus dan

dapat menyampaikan kemasyarakat.

Terus dukungan bidan desa siaga khususnya

masrgomulyo kan besar untuk perjalanan desa

siaga, jadi harus selalu ada. Tanpa ada

dukungan dari bidan jujur saja jalannya bisa

pincang bahkan stop.

P : yaaah itu saja dulu mas,,kalau ada data

yang kurang nanti bisa saya tanyakan lagi…

Terima kasih ya mas….wasalamualaikum

mas….

N : oiya,,,waalaikumsalam

Penutup

Page 98: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Narasumber Kedua

A. Identitas Narasumber

Nama : N2

Usia : 42 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Pendidikan : D3

Pekerjaan : PNS ( Bidan desa)

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Waktu : 1 Februari 2010, pukul 10.05 WIB

Lokasi : PUSTU margomulyo

C. Keterangan

Pewawancara : Arie Patramanda

P : Pewawancara

N : Narasumber

Setting :

Wawancara dilakukan di Pustu margomulto, saat itu diruangan ada

peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti. Suasana diruangan

cukup bising karena kendaraan lalu lalang, dan beberapa pasien yang

datang untuk berobat. Peneliti duduk disebelah narasumber dan

wawancara dimulai pukul 10.05 dengan seluruh pembicaraan direkam

menggunakan rekorder dan dicatat dibuku peneliti. Wawancara selesai

pada pukul 10.41 WIB.

Baris Hasil Wawancara Tema

1

5

10

P : Assalamualaikum

warahmatullahiwabarakatuh

N : waalaikum salam

P : Nama saya Ari Patramanda, saya Fakultas

Kedokteran UII Bu, ini sebagai tugas akhir

saya Bu, judul penelitian saya tu Bu, Analisa

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap

pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo.

Insya Allah ini sebagai tugas akhir nanti

identitas Ibu akan dirahasiakan ya bu ya,

Pembukaan

Page 99: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

15

20

25

30

35

40

45

50

55

maka saya akan pakai inisial saja ya Bu. Terus

informasinya hanya untuk kepentingan

penelitian saja. Apakah ibu bersedia Bu?

N : Ya.

P : Bisa tolong isi identitasnya. ( sambil

menunggu mengisi identitas )

P : Mungkin ada beberapa point-point yang

ingin saya tanyakan Bu. Pertama, ini tentang

Desa Siaga ya bu ya, eee,,, sejauh mana Ibu

tau tentang Desa Siaga?

N : Desa Siaga. Artinya Desa Siaga ya ? Desa

Siaga itu Desa yang Masyarakatnya,

penduduknya itu mampu mendeteksi dan (

batuk ) pokoe meee apa itu mengetahui lebih

awal tentang kesehatan. Tentang Kesehatan

dan bencana alam, agar bisa, di harapkan bisa

menanganiiii dan mendeteksi lebih awal.

P : Biasanya lebih dini intinya ya Bu ya?

N : eee,,, bisa menangani, lebih mendeteksi,

berarti nggak usah nunggu dari bantuan dari

luar, tapi Masyarakatnya itu agar bisa

menangani sendiri.

P : Oke, berarti intinya Masyarakatnya ya Bu

ya?

N : ya he e.

P : Terus Ibu, apa saja kegiatan Desa Siaga

yang Ibu tau Bu?

N : Kegiatan Desa Siaga? Dari awal?

P : Ya dari awal.

N : Ya kan dari pertama itu mengadakan SMD

( Survey Mawas Diri ) itu kan, mee apa,

mendeteksi ada apa di wilayah tersebut,

masalah apa yang ada di masyarakat tersebut.

P : Ibu bisa contohkan Bu SMD seperti apa?

N : SMD itu misalnya di Dusun ini ada Balita

yang Gizi buruk, ada penderita TBC, adaaa

apa penyakit Demam Berdarah, itu nanti kan

kalau sudah di apa, dikumpulkan data-

datanya, masalahnya, itu nanti dirembuk

dalam MMD.

P : Ooo di rembuk dalam MMD ya Bu ya?

N : He e SMD dulu, nanti dimusyawarahkan

di MMD. Nah itu nanti di MMD itu nanti

mengadakan musyawarah bagaimana cara

mengatasi masalah yang ada di Dusun.

P : Ibu kegiatan yang lain mungkin Bu?

Desa siaga adalah desa

yang masyarakatnya

mampu mendeteksi lebih

dini dan menangani

sendiri masalah kesehatan

dan bencana alam (N2,

19-30)

Kegiatan desa siaga

antara lain SMD (survey

mawas diri), MMD

(musyawarah masyarakat

desa), Pertemuan rutin,

pendataan, dll (N2,36-59)

Page 100: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

60

65

70

75

80

85

90

95

100

N : Setelah itu ya itu setelah MMD ya itu

nanti kan setiap bulannya itu di harapkan itu

ada pertemuan tentang mengadakan kegiatan

bersih-bersih, bersih-bersih Dusun, pendatan

Ibu hamil, terus apa, nanti mendeteksi itu apa

faktor resiko Ibu Hamil, balita Gizi buruk,

nanti kalau udah kader mengetahui nanti di

rujuk ke pemberitahuan ke Bidannya

koordinatornya.

P : Dari Kader ke Bidan Koordinator?

N : Di sini Bidan koordinator kan, nanti di

Poskesdes kan nggak bisa menangani to mas,

kan Cuma Posko pos koordinasi.

P : O jadi disini Cuma koordinasi Bu?

N : Ha a, Koordinasi bukan pelayanan.

P : Soalnya tadi tulisannya kan biasanya ada

Pelayanan Bu?

N : Itu yang Poskesdes. Nggak, nggak

pelayanan ( penekanan dengan intonasi tinggi

)

P : O nggak ada pelayanan di sini ya Bu ya?

N : Kan dulu Poskesdes sekarang di jadi

Poskokesdes jadi Pos Koordinasi Kesehatan

Desa.

P : O Poskokesdes jadinya ya Bu ya?

N : Iya Poskokesdes he e, tapi nggak melayani

cuma koordinasi aja, nanti kalau ada kasus,

baru Bidannya menindaklanjuti baru dirujuk

ke Puskesmas.

P : Oke Bu ya, jadi dari Kader ke Bidan,

Poskesdes, nanti baru ke Puskesmas?

N : Tapi kalau uda bisa menangani ya nggak

usah di rujuk. Kalau batas Bidannya bisa ya

nggak usah dirujuk, kan di Pustu juga bisa, di

sini.

P : Terus siapa saja yang terlibat yang bisa

saya ke ini Bu ke jenjang yang lebih jauh?

N : Ya Kader, pertama kan Kepala Desa,

kepala Puskesmas, terus kan dibentuk

koordinatornya kan Bidan, terus ada

pengurus-pengurusnya itu, terus ada 3 Kader

yang stand by di Poskokesdes.

P : Jadi minimal harus 3 kader di sana ya Bu

ya?

N : Iya.

P : Oke, ini sosialisasi Desa Siaga di Desa

Koordinasi desa siaga

dari masyarakat, kader,

bidan koordinator,

Poskesdes hanya sebagai

koordinasi bukan

pelayanan sehingga

dirubah menjadi

Poskokesdes, dan jika

dibutuhkan bidan akan

merujuk kepuskesmas

(N2,52-83)

Poskesdes hanya sarana

koordinasi dan tidak

memberikan pelayanan

kesehatan sehingga

dirubah menjadi

Poskokesdes

(N2, 61-77)

Yang terlibat dalam desa

siaga antara lain kepala

desa, bidan koordinator,

kepengurusan, dan kader

(N2, 86-90)

Sosialisasi desa siaga

sudah berjalan baik,

berupa pertemuan salah

satunya melalui MMD

dan untuk tingkat dusun

Page 101: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

105

110

115

120

125

130

135

140

145

Margomulyo ini gimana Bu, sudah di

sosialisasi Bu?

N : Ya sudah.

P : Warga sudah tau semua Bu?

N : Sudah, sudah tau semua.

P : Mungkin bentuk sosialisasinya apa-apa

saja Bu kemarin?

N : Kemarin tuh pengenalan, terus apa

pertama itu kan sosialisasi, pembentukan,

terus itu ke MMD SMD itu, terus kan nanti

ada dalam MMD itu ada Donor darah, ada

Ambulance Desa, ada macam-macam to, itu

kan nanti otomatis masyarakatnya sudah pada

tau.

P : Oke, kalau kayak pengumuman, Plank-

plank, brosur gitu?

N : Nggak, nggak pakai.

P : Jadi langsung lewat sosialisasi langsung

ya?

N : Itu nanti per Dusun ada Kadernya. Lewat

kader sosialisasinya, jadi nggak

mengumpulkan masyarakat langsung nanti per

Dusun ada Kadernya. Tiap Dusun ada 2.

P : O jadi tiap Dusun minimal 2 ya Bu ya?

N : Iya, tapi nggak stand by di Kelurahan, di

Poskesdes itu 3, satu Kelurahan 3, tapi tiap

Dusun ada 2 Kader.

P : Ini 3 yang stand by itu emang ada jadwal

rutin piketnya atau gimana Bu?

N : Iya ada.

P : Emang ada jadwal piket-piketnya ya Bu

ya.

P : Itu Kadernya yang milih siapa Bu?

N : Ya rembukan waktu SMD itu.

P : Sudah pergantian pengurusnya sudah

berapa kali Bu?

N : Belum, belum sama sekali.

P : Tapi ada nggak Bu penjadwalan kayak

Kader ini berapa tahun?

N : Nggak, nggak ada. Itu yang mau aja, kan

jarang to yang mau, ya Cuma dikit to nggak

ada gajinya.

P : Kalau pendanaanya sendiri Bu, untuk

pendanaan Desa Siaga ini dari mana?

N : Dari Pusat.

P : Hanya dari Pusat aja Ibu?

sosialisasi dilakukan oleh

kader

(N2, 94-116)

Pendanaan desa siaga

berasal dari pusat,

pemkab sleman, dan

anggaran dari desa sendiri

(N2, 132-146)

Page 102: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

150

155

160

165

170

175

180

185

190

N : Iya. Kalau dari Desa ini baru mau

mengajukan yang tahun ini.

P : Jadi Desa itu mengajukan?

N : Dari Puskesmas itu mengajukan minta

dana dari Desa.

P : Jadi selama ini hanya dari Pusat ya ibu ya?

N : Dari Pusat.

P : Kalau dari Pemerintah Daerah nggak ada

ya Bu ya, kayak dari Bappeda?

N : Ada tapi kan saya nggak tau ini dari mana-

dari mana ya nggak tau, Cuma ini ada dana

segini ntar dimasukan ke rekening tapi saya

nggak tau dari mana-dari mana.

P : La terus ini Bu, berhubung saya tentang

PHBS ya Bu ya, jadi saya mau sedikit

bertanya tentang PHBS. PHBS itu menurut

Ibu apa?

N : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

P : Perilaku yang seperti apa?

N : Perilaku itu ya dalam keluarga itu tidak

merokok, buang Air BAB di WC, terus rumah

berlantai bukan tanah, balita tidak di bawah

garis merah.

P : Jadi konsepnya apa intinya Bu?

N : Konsepnya? Yo keluarga itu bisa

berperilaku dengan apa memenuhi standar

kesehatan.

P : PHBS kan ada indikatornya?

N:Gimana?

P : PHBS kan ada indikatornya, ada 20 kalau

nggak salah, mungkin Ibu ada yang Ibu tau?

N : Ya tau, tapi nggak hapal e, saya itu cuma

tidak merokok yang saya hapal, balita tidak

dibawah garis merah, terus lantai berdinding,

penerangan, BAB tidak di kali, kuku tidak

panjang kalau dulu itu lho mas, tapi sekarang

saya kan nggak tahu. Sekarang kan sudah ada

jobnya sendiri-sendiri kalau dulu saya harus

tahu tapi sekarang kan sudah ada yang

megang sendiri-sendiri. Ya itu yang saya tau

cuma itu.

P : Terus Bu, ini Bu. penilaian Desa Siaga

sendiri Bu sejauh ini?

N : Penilaian itu ada, tingkat-tingkatannya

atau kinerjanya?

P : Ya dari tingkatannya dulu Bu?

PHBS adalah perilaku

hidup bersih dan sehat,

dimana keluarga bias

berprilaku dengan

memenuhi standar

kesehatan seperti tidak

merokok, buang air di

WC, balita tidak dibawah

garis merah, dll (N2,150-

158)

Indikator PHBS meliputi

tidak merokok, balita

tidak dibawah garis

merah, BAB tidak di kali,

lantai berdinding, dll

(N2, 163-171)

Pentahapan desa siaga

meliputi permulaan,

pengembangan, lanjut,

dan mandiri (purnama)

(N2, 180-183)

PHBS sudah berjalan

dengan baik dilihat dari

kinerja kader yang baik,

adanya pelaporan, dll.

(N2, 185-190)

Page 103: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

195

200

205

210

215

220

225

230

235

240

N : Tingkatannya itu ada Warsa, tapi nggak

urut ya mas. Ada Warsa, Karya, Madya,

Purnama.

P : Karya, Madya, Purnama?

N : Ha a, kalau nggak itu Permulaan terus

Pengembangan, terus tindak lanjut ya kalau

yang terakhir itu kalau sudah terlaksana

dengan lancar. Udah.

P : Ya kalau penilaian kinerjanya Bu?

N : Kinerjanya ya kalau semua Kadernya

sudah berjalan dengan baik, terus laporan-

laporannya sudah masuk semua, ada laporan

ibu hamil, laporan gizi buruk, laporan PHBS,

itu kan PHBS tiap rumah harusnya ada to.

Terus sama ini juga ada di tempel di rumah.

P : Itu laporannya tanggung jawabnya kepada

siapa Bu?

N : Ya yang Kader itu, yang 3 Kader itu terus

nanti saya. Nanti kan posisinya kalau ada

membutuhkan laporan-laporan itu langsung ke

Poskesdes itu.

P : Kalau Margomulyo sendiri masuk dalam

tingkatan yang mana nih menurut Ibu?

N : Nih baru hehehe ( sambil tertawa ).

P : Ya menurut Ibu? Sejauh ini menurut ibu

aja.

N : Tadi pembentukan sudah, ya masuk

pengembangan aja, ke tingkat pengembangan.

Kan sudah di bentuk tinggal pengembangan

aja.

P : Sejauh ini dalam jalannya Desa Siaga ini,

mungkin ada hambatan-hambatan yang di

temukan?

N : Hambatannya, kalau hambatannya itu

kayakyna nggak ada, tapi kalau saya itu kalau

selalu minta pertemuan, itu besok-besok. Jadi

malah ketinggalan terus gitu lho mas. Padahal

rencana kan Desa itu kan mau mengadakan

sendiri disini di Pustu ini.

P : Oh ya yang tangal 4 itu ya?

N : iya, nanti kan itu saya tentukan tiap

minggu pertama hari kamis, tiap bulan. Nanti

targetnya kena nggak, kalau nggak ya 2 bulan

sekali di minggu pertama hari kamis. Kan

nanti nggak usah Cuma nanti buat undangan

ke pak lurah. Biar saya udah nggak usah

Pertanggungjawaban desa

siaga mulai dari kader,

bidan koordinator,

poskesdes (N2, 193-195)

Hambatan dalam

pelaksanaan desa siaga

antara lain kurangnnya

dukungan dari pihak

desa, pertemuan yang

selalu diundur, dll

(N2, 205-220)

Faktor yang mendukung

yaitu selalu adanya dana

(N2, 223-226)

Target yang ingin dicapai

didesa margomulyo

adalah pendataan yang

Page 104: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

250

255

260

265

270

275

280

285

290

kapan saya minta waktu untuk pertemuan kan

tergantung kelurahan selama ini, jadi saya

tergantung sama pak lurah, iya besok saya

cariin waktu jadi kesannya ulur-ulur terus gitu

lho mas.

P : Oke, itu kan hambatan tuh ya Ibu ya, kalau

faktor yang mendukung selama ini Bu sejauh

ini?

N : Mendukung, dananya selalu ada.

P : Oh dananya selalu ada?

N : Iya. Hehehehe ( sambil tertawa ) iya

dananya selalu ada terus. Kan Kadernya yo

pada mau gitu lho mas. Ini Pak Lurahnya kan

ganti, selama ini kan Pak Lurah kan belum

mengenal ini.

P : Nah ini Bu, target pencapaian, kan saya

bicara di Margomulya saja nih ya Bu ya.

Target yang ingin dicapai di Margomulyo itu

sendiri?

N : Targetnya? Target dari saya itu pendataan

Ibu hamil, itu sesuai dengan apa adanya gitu

lho mas data Riil.

P : Maksudnya apa adanya Bu? Apa ada

masalah selama ini?

N : Kan selama ini kan nganu yang di

Puskesmas saja, jadi Ibu hamil yang di

Puskesmas saja, kan ada yang meriksa di

dokter mana gitu kadang nggak terdata. Terus

kadang Balita yang, balita itu kan jarang

penimbangan itu ya dapat berjalan dengan

lancar.

P : Minimal Balitanya tiap?

N : Kalau Dusunnya tiap 2 bulan sekali tapi

kan ada yang nggak nimbang.

P : Emang 2 bulan itu dimana Bu?

N : Di Posyandu.

P : Jadi Posyandu itu rutin tiap 2 bulan ya Bu?

N : Kalau tiap Dusun itu tiap bulan, tapi yang

dikunjungi Puskesmas itu kan tiap 2 bulan

sekali.

P : Tiap bulan boleh tau tanggal-tanggal

berapa Bu?

N : Ya nggak hapal saya.

P : Oh beda-beda ya tiap bulan bu?

N : Iya beda-beda, di sana tanggal berapa di

Dusun sini tanggal berapa.

baik untuk ibu hamil,

berjalan rutinnya

penimbangan untuk balita

ke posyandu (N2, 232-

252)

Dukungan yang diberikan

adalah menjadi bidan

koordinator untuk desa

siaga dan bertanggung

jawab dalam pelaksanaan

desa siaga

( N2, 267-281)

Page 105: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

295

300

305

310

315

320

325

330

335

P : Oh iya di Margomulyo ini banyak

Dusunnya ya Bu ya?

N : Iya kan ada 14 Dusun.

P : Nah ini Bu, kita bicara tentang Ibu,

dukungan yang selama ini Ibu berikan dalam

perjalanan Desa Siaga? Utarain aja Bu nggak

apa-apa..hehehehehe.

N : ya hahahaha.. kalau saya tuh kerja sendiri

ngga bisa. Harus ada Kader tuh yang bantu,

kalau selama ini saya itu dengan adanya Desa

Siaga saya merasa senang kan saya bisa

membantu yaitu tentang pendataan-pendataan

itu, jadi saya nggak repot terjun ke Dusun

karena sudah ada Kader-kadernya itu.

P : Kalau posisi ibu sendiri di Desa Siaga ini

mungkin bisa jelaskan selain sebagai

koordinator ?

N : Kalau saya kan tinggalnya nggak disini,

jadi nggak bisa memantau. Saya kan

tinggalnya di Margoagung, ini kan

Margomulyo. Harusnya itu kan Desa Siaga itu

kan Bidannya tinggal di situ, tapi untuk

sementara ini kan sudah ada Bidan yang mau

menggantikan yang rumahnya sini.

P : Jadi Margoagung siapa penanggung

jawabnya Bu?

N : Margoagung ada mba dewi. Tapi mba

dewinya juga nggak tinggal di situ, tapi kan

sudah disediakan Polindes. Di sini kan nggak

ada Polindes.

P : Bu, tadi kan Desa Siaga untuk menangani

masalah kesehatan, sudah efektif nggak Bu

selama ini?

N : Efektif saja.

P : Dari sebelum adanya Desa Siaga ini

apakah sama dengan sesudah adanya Desa

Siaga kalau Ibu bandingin?

N : Kalau bisa berjalan lancar itu bagus,

efektif, karena masyarakat bisa menentukan

oh ini bahaya ini apa, kan nanti di situ kan ada

penanggulangan bencana, kalau ada banjir ada

puting beliung kan Kadernya udah di latih jadi

sudah tau. Di latihnya kan di Dinas

Kesehatan, kalau bisa berjalan kan bagus

efektif.

P : Sejauh ini?

Dengan adanya desa

siaga sangat baik sekali

untuk mengatasi masalah

kesehatan dan

penanggulangan bencana

jika berjalan dengan

efektif.

(N2, 294-300)

Saran untuk desa siaga

yaitu perlu

ditingkatkannya

koordinasi (N2, 314-322)

Page 106: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

340

345

350

355

360

365

N : Sejauh ini kan alhamdulillah tuh nggak

ada bencana-bencana.

P : Nggak ada bencana ya bu? Dulu- dulu?

N : Kan dahulu pernah tahun berapa tuh ada

puting beliung.

P : Nah ini Bu, kan ibu koordinator Desa

Siaga nih. Desa Siaga di Dusun Margomulyo

itu bisa dikatakan baik atau gimana Bu?

N : Ya di tengah-tengah, sedang gitu aja, baik

banget itu yo nggak.

P : Ibu ada masukan, saran atau masukan

untuk Desa Siaga?

N : Saran saya kalau untuk Desa Siaga, kalau

benar-benar jalan itu bagus, tapi khusus untuk

koordinasi, tapi bukan untuk, karena orang

taunya kan untuk pelayanan kesehatan, tapi

selama ini kan pelayanan kesehatan yang

diharapkan kan Cuma pertolongan pertama

saja, soale anu di di Poskesdes itu ada

persediaan obat itu Cuma paracetamol

betadin, Cuma itu. Kan selama ini saya mau

ini lho mas apa kantornya itu pindah.

P : Kantor yang mana tuh Bu?

N : Poskesdes. Iya, ini kan ada tempat kosong.

Selama ini kan kelurahan juga baru mau

bangun kan masih digunakan tempat yang

lain.

P : Ini yang di Balai Desa tuh ya Bu?

N : He e.

P : Semuanya mau dipindah disini ya Bu ya?

N : iya kalau boleh. Tapi kemarin saya uda

bilang sama Pak Lurah sudah mengijinkan,

kepala Puskesmas sudah mengijinkan, kan

saya bisa sewaktu-waktu koordinasi sama

kader-kader yang lain.

P : Mungkin ini udah hampir-hampir akhir Bu

pertanyaannya. Eeee ntar Bu. Nah Bu, dengan

adanya Desa Siaga ini apa ada peningkatan

Bu?

N : Ya ada, lah itu masyarakatnya itu bisa

mendeteksi lebih dini tentang kegawatan.

P : Oh itu benar Bu, bisa mendeteksi?

N : Iya, selama ini ada. Misalnya ada yang

melaporkan kepada saya, ini ada Ibu hamil

umur kehamilannya segini tapi koq

mengelurkan darah. Itu laporannya kepada

Dengan desa siaga ada

peningkatan untuk

masyarakat terutama

dalam hal mendeteksi

lebih dini tentang

kegawatdaruratan

(N2, 338-349)

Pelatihan diberikan oleh

puskesmas, dan dinas

kesehatan

(N2, 352-356)

Evaluasi desa siaga tiap

semester

(N2, 361-363)

Penutup

Page 107: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

saya. Jadi masyarakatnya lapor ke kadernya

nanti kadernya lapor kepada saya. Terus ada

juga masyarakat yang hamil koq anaknya

umur segini koq belum bisa merangkak,

belum bisa berjalan itu lapor kepada saya. Jadi

ada fungsinya gitu lho.

P : Terus pelatihan Kader gitu, biasanya dari

siapa yang ngasih?

N : Dari Puskesmas ada dari Dinas Kesehatan

ada.

P : Biasanya di mana Bu pelatihannya?

N : Di sini Dusun Margomulyo, dulu pertama

di Puskesmas ada terus per desa kan ada di

kelurahan terus di Dinas Kesehatan ada.

P : Untuk evaluasinya sendiri Bu tentang Desa

Siaga tiap berapa hari Bu?

N : Selama ini?

P : Iya.

N : Selama ini, ya baru 6 bulan sekali.

P : Per semester berarti Bu?

N : Iya. ( ada gangguan di panggil sama

perawat )

P : Ya uda itu aja dulu mungkin Bu, uda

semuanya Bu, ya mungkin nanti kalau ada

data yang kurang bisa saya tanya-tanya lagi ya

Bu ya. Makasih ya Bu.

Page 108: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Narasumber Ketiga

A. Identitas Narasumber

Nama : N3

Usia : 60 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Pendidikan : Tsanawiyah

Pekerjaan : Kader PHBS

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Waktu : 6 Februari 2010, pukul 13.36 WIB

Lokasi : Ruang tamu rumah

C. Keterangan

Pewawancara : Arie Patramanda

P : Pewawancara

N : Narasumber

Setting :

Wawancara dilakukan di ruang tamu rumah narasumber, saat itu

diruangan ada peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti. Suasana

diruangan cukup tenang, sesekali terdengar suara alaram jam dinding.

Peneliti duduk disebelah narasumber dan wawancara dimulai pukul 13.36

dengan seluruh pembicaraan direkam menggunakan rekorder dan dicatat

dibuku peneliti. Wawancara selesai pada pukul 13.56 WIB.

Baris Hasil Wawancara Tema

1

5

10

P : Assalamu alaikum Bu.

N : Waalaikum salam..

eee,,, ini penelitian saya tentang PHBS bu,

berhubung Ibu Kader PHBS,jadi saya akan

menanyakan tentang PHBS dan Desa Siaga.

Pertama Desa Siaganya dulu Bu

N : Desa Siaga yang baru kemarin itu ya.

P : Menurut Ibu Desa Siaga itu yang seperti

apa?

N : Desa Siaga itu yanggggg,,, kemarin ya,

dulu baru diberitahu kalau Desa Siaga itu to

Pembukaan

Desa siaga adalah desa

yang masyarakatnya siap

untuk mengatasi masalah

/ kejadian yang darurat

Page 109: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

15

20

25

30

35

40

45

50

55

untuk mempersiapkan kalau ada warga yang

mau ke Rumah Sakit umpamanya Ibu hamil

atau sakit mendadak, atau kecelakaan itu apa

lapor ke Desa Siaga itu supaya di antar ke

Rumah Sakit atau di Puskesmas gitu.

P : Jadi ini kalau ada kayak kejadian-kejadian

darurat itu Bu ya?

N : Ya.

P : Nek kegiatannya yang ibu tahu apa aja Bu

Desa Siaga?

N : Belum ada kegiatan e.

P : Oh belum ada kegiatan?

N : Belum ada e.

P : Yang seharusnya programnya apa aja Bu?

N : Programnya ya itu ada yang bantu - bantu

kalau ada kecelakaan mendadak.

P : Tapi sebelumnya belum jalan ya Bu?

N : Belum. Baru di bentuk apa pengurus.

Dulu aja tempatnya di tentukan di Balai Desa

koq. Kemarin ada di sana ya saya nggak tahu.

P : Ya udah, udah di pindah di Pustu sekarang

ya Bu ya?

N : Oh ya.

P : Sosialisasinya gimana Bu Desa Siaga?

N : Sosialisasi Siaga sudah pernah

mempraktekan kalau ada kecelakaan, atau ada

ituuuuuu yang darurat itu tadi.

P : Dalam bentuk apa Bu sosialisasinya?

N : Ya tanya jawab atau ituu praktek,

P: Sama prakteknya Ibu ya?

N : Iya. Praktek pertolongan gitu.

P : Tuh dimana Bu pelatihannya?

N : Di Margoagung.

P : Margoagung. Itu yang memberi

Pelatihannya siapa Bu?

N : Itu dari Puskesmas.

P : Terus Bu, ehem PHBS itu sendiri Bu.

Menurut Ibu PHBS itu apa Bu?

N : PHBS itu singkatan dari Perilaku Hidup

Bersih, Sehat kalau Nggak salah itu.

P : Itu apa tujuannya Bu?

N : Tujuannya untuk mengetahui keluarga,

apakah disitu ada yang merokok, umpamanya

lho itu, kebersihan lingkungan.

P : Nah ini Bu yang turut andil Bu yang

berperan serta dalam program PHBS siapa

(N3, 8-16)

Belum ada kegiatan yang

berjalan didesa siaga,

baru dibentuk poskesdes

dan kepengurusan

(N3, 17-28)

Sosialisasi desa siaga

sudah baik salah satunya

melalui pelatihan-

pelatihan yang diadakan

oleh puskesmas

(N2, 32-42)

PHBS adalah perilaku

hidup bersih dan sehat

terutama dalam keluarga

dan kesehatan lingkungan

(N3, 45-50)

Yang terlibat dalam

PHBS adalah seluruh

masyarakat

(N3, 53-57)

Page 110: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

60

65

70

75

80

85

90

95

100

saja Bu?

N : Yo, masyarakat. Dianjurkan untuk itu tadi,

melaksanakan atau mengetahui dirumah itu

ada yang merokok atau ada yang

seumpamanya ada yang kukunya panjang-

panjang gitu, tapi panjang itu belum tentu

kotor. Iyo to.

P : Terus Ibu, dari dananya sendiri bu yang

Ibu tahu dananya dari mana Bu untuk

program ini?

N : Dananya ya, koq belum ada dana untuk

PHBS. Oh dari anu, dari Puskesmas, sering

ada anu abate itu untuk jentik-jentik, terus ada

seperti reksol itu. Reksol untuk bersih-bersih

lantai atau penghindar tikus.

P : Kalau untuk pelatihannya sendiri Bu,

Kader itu ada pelatihan rutin gitu Bu?

N : Nggak.

P : Nggak ada ya Bu ya?

N : Setahu saya baru sekali tuh di

Margoagung itu.

P : Itu pertama kali terbentuk itu ya Bu ya?

N : Heem.

P : Terus Ibu, target yang ingin dicapai apa

Bu?

N : Target? Ya kebersihan dalam rumah

tangga atau kebersihan lingkungan atau ya

untuk mengurus rumah tangga itu. Intinya

bersih gitu.

P : Terus ini Bu, ada hambatan nggak selama

perjalanan proses ini, kendala mungkin,

kendalanya dimana?

N : Yo, mungkin ada saja to kendalanya,

umpamanya untuk apa memisahkan sampah

saja sukarela, umpamanya yang daun tempat

satu yang plastik ada sendiri, sekarang masih

susah e, biasanya campur terus dimasukan di

kubangan gitu lho. Terus diberi tong sampah

sama KKN gitu kemarin.

P : Kalau masalah PHBS Bu yang paling

tinggi didaerah sini apa Bu?

N : Apa ya?

P : Mungkin ada permasalahannya gitu. Ini

kan saya punya point-pointnya Bu, mungkin

Ibu bisa lihat, ini ada 20 point Bu.

N : Hallah Nggak kelihatan e.

Dana didapatkan dari

puskesmas (N3, 60-62)

Belum ada pelatihan rutin

untuk kader (N3, 65-67)

Target yang ingin dicapai

adalah kebersihan dalam

rumah tangga dan

kesehatan lingkungan

(N3, 72-74)

Kendala yang dihadapi

adalah masih kurangnya

kesadaran dari

masyarakat (N3, 77-82)

Page 111: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

105

110

115

120

125

130

135

140

145

P : Oh nggak kelihatan ya Bu ya? Saya bacain

ya Bu?

Pertama persalinan di tolong oleh Tenaga

Kesehatan, gimana apa sudah bagus Bu ya?

N : Sudah.

P : Terus, ASI eksklusif?

N : Yo satu dua, karena melahirkan kan

ibunya kerja dipabrik atau dimana gitu kan

tidak bisa eksklusif, dirumah ya dibantu

mbahnya yang momong ya nggak bisa.

P : Terus menimbang Balita setiap Bulan?

N : Ya bagus, rutin.

P : Terus menggunakan air bersih?

N : Ya.

P : Terus mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun?

N : Ya.

P : Jamban sehat Bu?

N : Sudah, karena ada bantuan juga sini.

P : Oh ada bantuan jamban Bu ya? Dari mana

Bu?

N : Dari Desa, dari Kelurahan.

P : Terus yang dapat bantuan itu siapa saja

Bu?

N : Woh banyak sini, hampir yang jauh dari

kalen-kalen itu dikasih, ditengah-tengah itu

kan jauh dari kalen-kalen di beri jamban.

P : Terus jentik dirumah Bu, memberantas

jentik nyamuk?

N : Wah masih ada e, ditempat saya aja masih

ada e, dulu tau-tau buka itu koq keliatan ada

jentiknya.

P : Itu programnya yang abate keamrin itu ya?

N : Iya.

P : Terus makan sayur dan buah?

N : Iya ada.

P : Aktifitas fisik?

N : Ya baik itu, ya nyapu-nyapu yo senang.

P : Tidak merokok dalam rumah?

N : Juga masih ada, kalau yang bapaknya

nggak merokok yo nggak yo bahaya yang

nggak merokok.

P : gizi seimbang Bu?

N : Ya.

P : Memeriksakan kehamilan Bu?

N : Ya.

Permasalahan PHBS yang

ditemukan adalah tidak

merokok didalam rumah

dan pengelolaan sampah

(N3, 93-150)

Page 112: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

P : Memiliki jaminan kesehatan?

N : Itu, kartu askes udah banyak.

P : Terus Imunisasi lengkap?

N : Iya uda banyak itu.

P : Terus pasangan usia subur ikut KB Bu?

N : Ya sudah.

P : Terus lantai rumah bukan dari tanah?

N : Ya, sudah nggak ada yang dari tanah.

P : Terus pengelolaan sampah?

N : Ya itu yang banyak kendalanya.

P : Terus Toga?

N : Toga ya sudah ada, ini mau dimulai lagi

lomba besok.

P : Oh ada lomba Bu?

N : Iya acaranya PKK, sini kejatuhan ya PKK

banyak toganya besok.

P : Terus gosok gigi Bu? Kebiasaan gosok

gigi?

N : Oh ya udah biasa, dari kecil udah nganu,

udah dilatih.

P : Jadi itu ya Bu tadi, merokok dengan

pengelolaan sampah yang masih agak kurang

ya Bu ya.

P : Terus nah ini agak berhubungan dengan

Ibu nih Bu ya. Dukungan yang Ibu berikan

biar program ini bisa berjalan? Mungkin ibu

memberikan dukungan dalam bentuk apa

gitu?

N : Apa ya? Ya anu dalam bentuk itu Yandu,

kalau ada balita yang apa itu kurang gizi saya

anjurkan ke Puskesmas untuk periksa. Atau

kurang berat badan itu nanti oleh Puskesmas

nanti dikasih PMT.

P : Memberikan pengarahan penyuluhan gitu

Bu?

N : Ada sendiri itu dari Puskesmas.

P : Oh ada sendiri Bu bukan dari Kadernya Bu

ya?

N : Ya kalau nggak.

P : Kalau Kader Bu, yo dari atas itu

memberikan tugas Kader itu apa Bu? Ya ini

yang perlu saya tahu, Ibu tuh ditugaskan apa?

N : Ya Kader Yandu itu. Ya nanti to mencatat

Balita, ibunya ya lengkap anak siapa, umur

berapa.

P : Oke mendata ya Ibu ya?

Dukungan yang diberikan

adalah mengadakan

posyandu, melakukan

pendataan, mengajak

masyarakat langsung (N3,

155-179)

Pelaksanaan program

PHBS sudah berjalan

cukup baik

(N3, 183-187)

Page 113: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

200

205

210

215

220

225

230

N : Ya mendata Balita.

P : Nah kalau tugas Ibu sebagai Kader PHBS

sendiri Bu?

N : Ya Cuma mengarahkan untuk hidup sehat

itu.

P : Ya mengarahkannya dalam wujud apa Bu?

Mungkin Ibu sering?

N : Ya Cuma ngajak-ngajak bersih-bersih.

P : Oh mengajak langsung Bu?

N : Iya. Cabut-cabut rumput itu, kalau,tapi yo

nggak tiap minggu setengah bulan sekali

bersama muda-mudi kelompok sinoman itu.

P : Terus Ibu, ini pelaksanaan PHBSnya

sejauh ini Bu dari pertama kali dicanangkan

dulu sampai sekarang gimana Bu jalannya

PHBS?

N : Ya satu dua sudah ada yang dijalankan

untuk mengurangi merokok, apa cuci tangan

pakai sabun, kalau ngasih maam anak atau

balita itu sambil duduk aja nggak diajak jalan

kemana-mana, kalau makan diajak berdoa.

P : Terus targetnya Bu? Ada tergetnya nggak

untuk PHBS itu sendiri?

N : Nggak, nggak ada tergetnya.

P : Terus nah, ini kan programnya Desa Siaga

kan Bu ya PHBS tuh dengan adanya Desa

Siaga ada peningkatan nggak Bu dari

dibandingkan dengan sebelum adanya Desa

Siaga? Mungkin dari sebelum 2007 Ibu kan

sudah lama kayaknya disini?

N : PHBS iki 2009.

P : Haah 2009?

N : Ee 2008.

P : Tapi bukannya Program PHBS itu udah

ada dari dulu ya Bu ya?

N : Oh ya sudah, Desa Siaganya itu yang

baru.

P : Desa Siaganya yang baru kan Bu ya, nah

sebelum adanya Desa Siaga sama sesudah

adanya Desa Siaga sekarang ada kemajuan

nggak Bu? Peningkatan nggak Bu ya?

N : Yo ada sedikit-sedikit, sukar e ngajak

masyarakat.

P : Nah ini yang terakhir nich ya Bu ya, biar

simple-simple aja Bu? Ibu ada saran atau

masukan nggak Bu untuk program PHBS

Dengan adanya desa siaga

ada peningkatan PHBS

masyarakat (N3, 206)

Pelaporan program PHBS

oleh kader langsung

kepuskesmas (N3, 219-

221)

Penutup

Page 114: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

nanti kan bisa saya paparkan saran Ibu?

N : Gimana ya?

P : Masukan aja yang Ibu rasakan selama ini,

ada yang kurang atau gimana?

N : Yo, masih banyak kurangnya to heeeheee,

karena hidup di Dusun ya bersih sekali juga

nggak bisa. Iya to.

P : Masukan-masukan yang lain Bu?

N : Nggak ada e mas. Kayaknya sudah cukup

e mas.

P : Ibu kalau PHBS itu nanti lapor ke siapa?

Nanti Bu?

N : Ke Puskesmas ya bagian kebersihan itu.

P : Berarti dari Ibu nanti lapor ke Puskesmas.

N : Iya.

P : Ya sudah Bu ya, mungkin maaf ya Bu

sekali lagi ngerepotin Ibu.

N : Saya ya juga masih banyak

kekurangannya ya, minta maaf aja.

P : Saya juga minta maaf Bu mendadak. Ya

mungkin gini Bu, besok ibu ada waktu nggak

Bu?

N : Minggu? Minggu ke yo.

P : Sekitar jam-jam duaan gitu, soalnya jam 2

itu saya gini Bu, ada diskusi sedikit. Atau

saya wawancara lagi ulang besok Bu kalau

ada data yang kurang

N : oiya

P : makasih ya bu,,asslamualaikum

Page 115: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Narasumber Keempat

A. Identitas Narasumber

Nama : N4

Usia : 54 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : PNS ( Perangkat desa)

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Waktu : 6 Februari 2010, pukul 11.10 WIB

Lokasi : Ruang tamu rumah

C. Keterangan

Pewawancara : Arie Patramanda

P : Pewawancara

N : Narasumber

Setting :

Wawancara dilakukan di ruang pertemuan tamu, saat itu diruangan

ada peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti. Suasana diruangan

cukup tenang, sesekali terdengar suara kendaraan lewat karena rumah

terletak dipersimpangan jalan. Peneliti duduk disebelah narasumber dan

wawancara dimulai pukul 11.10 dengan seluruh pembicaraan direkam

menggunakan rekorder dan dicatat dibuku peneliti. Wawancara selesai

pada pukul 12.53 WIB.

Baris Hasil Wawancara Tema

1

5

10

P : Assalamu alaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh. Terima kasih Pak atas

waktunya. Pertama Pak, ini kan Bapak

sebagai Tokoh masyarakat ya Pak.

Pengetahuan Bapak tentang konsep Desa

Siaga gimana Pak?

N : Bagus bagi kami, ini sangat mendukung

bagi masyarakat pedesaan untuk lebih tau

tentang kesehatan dan kebersihan

lingkungan.

Pembukaan

Desa siaga adalah desa

yang masyarakatnya dapat

melakukan penanganan

lebih dini tentang

Page 116: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

15

20

25

30

35

40

45

50

55

P : Desa Siaga tuh yang seperti apa Pak yang

Bapak tahu?

N : Ee,,,, penanganan lebih dini baik itu

pasien maupun ee tentang kesehatan

masyarakat, jadi lebih dini.

P : Terus kegiatan Desa Siaga apa aja pak

yang bapak tahu?

N : Ee bagi masyarakat Desa kami

kegiatannya untuk ee mengetahui langkah-

langkah awal terutama yang sekarang ibu-

ibu hamil, terus pencegahan penyakit-

penyakit baik itu yang bersifat endemis,

terutama itu yang endemis ataupun yang

lainnya, penyakit yang ditimbulkan oleh

penyebab yang lain.

P : Di sini endemis apa Pak?

N : DB.

P : DB?

N : Iya, itu setiap musim hujan mesti ada

sehingga kami harus siaga, terus memang

ada komunikasi antar petugas-petugas.

P : Lah sekarang kan musim hujan niih pak?

Sudah ada yang kejadian Pak?

N : Belum, alhamdulillah karena kita ada

komunikasi.

P : Oh iya kemarin juga dikasih brosur-

brosur gitu ya Pak?

N : Iya selain itu juga anu ada abate-abate,

itu yang saya maksud lebih dini kita untuk

melangkah.

P : Berarti udah mencegah?

N : Iya, ada komunikasi antar petugas Desa

Siaga, karena memang Desa Siaga kan ada

Poskesdes.

P : Oh yang di Balai Desa Ya Pak ya?

N : Iya, itu kan kalau dikampung-kampung

kan juga digalakan.

P : Itu siapa aja pak yang koordinasi yang

Bapak bilang tadi?

N : Yang terlibat seperti kami Tokoh

Masyarakat, terus ada Kader yang ditunjuk

Desa, terus ada Bidan Desa. Yang paling

bertanggung-jawab Kepala Desa dan Kesra.

P : Kepala Desa dan Kesra?

N : Heem. Kepala Desa dan Kesra.

P : Terus Pak, sosialisasi Desa Siaganya

kesehatan masyarakat dan

kebersihan lingkungan

(N4, 7-14)

Kegiatan desa siaga

meliputi penanganan ibu

hamil, pencegahan

penyakit endemis, dan

penyekit yang ditimbulkan

oleh penyebab yang lain

lebih dini (N4, 17-37)

Yang terlibat dalam desa

siaga meliputi Tokoh

masyarakat, kader, bidan

desa, kepala desa dan kesra

(N4, 46-52)

Sosialisasi desa siaga

sudah baik melalui

pertemuan seluruh

komponen masyarakat

Page 117: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

60

65

70

75

80

85

90

95

100

sendiri Pak dari pertama kali terbentuk Pak?

N : Kebetulan semua diundang ke Desa, haa

seluruh komponen masyarakat, lembaga dan

seluruh komponen masyarakat itu diundang

ke kantor Desa dan diberi penjelasan terus

justru setelah itu dibentuk di Dusun-dusun

juga harus ada, sehingga benar mengadakan.

P : Pertemuannya di Desa ya Pak ya?

N : Iya di Desa terus dikembangkan di

Dusun-dusun di Dusun harus ada lagi.

P : Targetnya Pak, target yang ingin dicapai?

N : Kami ingin Masyarakat semua terpantau

kesehatannya.

P : Kalau ada satu dua orang tidak terpantau

itu gimana Pak?

N : Kita memang berusaha maksimal tapi

kalau memang ada satu dua wajar karena

kadang-kadang memang tak terdeteksi oleh

keluarga apapun. Anak ini sebetulnya kena

penyakit apa, keluarga tak segera lapor

sehingga disangkanya masuk angin nggak

tahunya kena penyakit yang lebih parah.

Orang banyak biasanya nggak kurang jeli,

terus biasanya itu di kira masuk angin

cuman dikerok setelah hari berikutnya e kita

yang repot harus bawa kesana.

P : Terus selama ini gimana Pak kalau ada

yang sakit gimana urutannya? Mungkin sakit

dia langsung ke Puskesmas atau ke Bidan

dulu?

N : Ee kita pake mekanisme, Bidan dulu

setelah Bidan memutuskan kita bawa ke

Puskesmas tapi kalau penyakitnya cukup

kronis kita bawa ke Rumah- Sakit. Tetap

lewat mekanisme.

P : Bidan itu ngobatin juga nggak Pak?

N : Bidan iya iya siap obat setelah

memeriksa, setelah memang mungkin untuk

diobati disitu ya diobati di situ, secara

kebutulan Bidan di sini itu komunikatif.

P : Di sini ada berapa Bidan Pak?

N : Satu, satu Desa cuman satu. Terus jadi

ada empat, satu penanggung jawab Desa

terus kan dibagi ada tiga wilayah atu

wilayah satu, satu Desa itu empat Bidan.

P : Nah ini lagi Pak, pendanaan Desa Siaga

ditahap desa kemudian

ditahap dusun (N4, 54-62)

Target yang ingin dicapai

adalah terpantaunya

kesehatan seluruh

masyarakat

(N4, 64-77)

Jika ada masalah

kesehatan, maka akan

bidan akan menangani

lebih dulu, kalau

diperlukan akan dirujuk

kepuskesmas, dan jika

parah akan dibawa ke

RSUD

(N4, 81-89)

Pendanaan desa siaga dari

Page 118: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

105

110

115

120

125

130

135

140

145

itu dari mana Pak?

N : Dari APBDes, ada APBDes Desa lho

nanti ditunjang dari Dinkes itu memang

untuk menunjang pertemuan rutin

diselenggarakan barusan kemarin kita

ngadakan pertemuan.

P : Kemarin di mana Pak?

N : Bareng sini Yandu.

P : Oh Yandu Pak?

N : Iya bareng sini Ibu-Ibu kan banyak

sampe siang banget itu, iya dari pagi sampe.

P : Terus nah kita masuk ke intinya Pak,

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pak. Apa

itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pak?

N : Nah itu ada sepuluh kriteria itu.

P : Sepuluh?

N : Iya ada sepuluh. Sebentar ada sepuluh

macam saya juga lupa e.

P : Intinya aja pak

N : Sebentar saya cuma di PHBS itu ada tapi

Ibu yang hapal.

P : Ini Pak saya punya Pak.

N : Ada, nek mungkin disitu juga ada.

P : Ya mungkin yang Bapak tahu dulu aja,

apa yang Bapak tahu? Sepengetahuan Bapak

aja.

N : Ee saya koq lupa ya. Diantara memang

ada sepuluh. Lupa sekali saya lupa.

P : Pengertian aja dulu pak

N : Pengertian PHBS. Defenisinya berarti?

Itu pengertiannya salah satu keluarga yang

melaksanakan hidup sehat sesuai dengan

ketentuan Kesehatan, nah itu ada sepuluh

dijabarkan tapi saya lupa e.

P : Itu kan sepuluh dari Pusat katanya Pak

ya, untuk yang disini sendiri Pak sama

nggak sepuluh dari Pusat atau ada beberapa

point tambahan?

N : Kelihatannya sepuluh itu sudah semua

masuk.

P : Kalau PHBS Pak, orang-orang yang

dalam program Desa sama nggak dengan

Desa Siaga? Orang-orang yang terlibat?

N : Itu kan memang anu ya, kita memang

dari Desa Siaga itu, itu memang program

kita seluruh warga masyarakat Desa

APBDes, Dinkes (N4, 97-

100)

PHBS berarti keluarga

yang melaksanakan hidup

sehat sesuai dengan

ketentuan kesehatan (N4,

123-127)

Yang terlibat dalam desa

siaga adalah seluruh warga

desa

(N4, 135-145)

Page 119: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

150

155

160

165

170

175

180

185

190

Margumulyo, ya kalau disini khususnya di

Dusun Batuan, semua kami menginginkan

semua masyarakat itu sehat, karena Desa

Siaga kan untuk itu, kami memang

memprogramkan semua msyarakat tahu

benar PHBS dan bisa melaksanakan

keseharian sesuai dengan permohonan

sepuluh kriteria tadi sehingga masyarakat

benar-benar melakukan kegiatan sehari-hari

secara sehat.

P : Terus ini Pak, pelaksanaanya sendiri

sejauh ini sudah sampai mana Pak?

N : Kami memang, satu memang ada

pertemuan rutin.

P : Pertemuan rutin?

N : Kita justru malah bukan cuman rutinitas

pada saat Yandu, kita adakan ada Yandu

Balita trus ada Yandu Lansia, dan justru

malah kita adakan senam-senam Lansia itu

kan termasuk didalamnya.

P : Kalau Yandu itu tiap berapa bulan

sekali?

N : Sebulan sekali. Tanggal 27 terus kalau

Lansia itu selapan hari, selapan itu 25 hari,

terus kalau senamnya itu tiap hari senin, itu

tiap senin sore pasti senam.

P : Di mana itu pak?

N : Disana, di RW sana. Kalau kesini jauh,

termasuk didalamnya toh itu kita ee apa kita

memang mengusahakan semaksimal

mungkin untuk menekan kalau boleh saya

bilang sampe angka kematian itu sekecil

mungkin.

P : Nah ini, dari segi bapak sendiri ya pak,

dukungan yang Bapak berikan dalam bentuk

apa Pak?

N : Alhamdulillah materi pun saya berikan

karena untuk khusus pertemuan dikampung

itu tidak diberikan subsidi.

P : Oh nggak ada subsidi?

N : Nggak, kalau tingkat Dusun, yang ada di

Desa. Materi pun saya berikan apalagi kami

yang sifatnya sosialisasi saya gencar dimana

ada pertemuan saya ikut didalamnya, karena

memang ada pertemuan tiap RT atau RW

terus tiap ada pengajian-pengajian itu juga

Pelaksanaan desa siaga

sudah cukup berjalan

dilihat dari sering

diadakannya pertemuan

rutin, posyandu, dan

program lainnya (N4, 148-

159)

Menekan angka kematian

adalah salah satu indikator

keberhasilan desa siaga

(N4, 161-165)

Dukungan yang diberikan

tokoh masyarakat berupa

memsubsidi dana

pertemuan , mengikuti

pelatihan dari puskesmas

dan dinkes, melakukan

sosialisasi, dll

(N4, 169-206)

Page 120: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

195

200

205

210

215

220

225

230

235

240

ada, pengajian malam kamis itu, baca

Qur’an, malam selasa Tafsir, tapi kalau

Kadus yang lain saya nggak tahu.

P : Terus kalau pelatihan-pelatihan gitu Pak?

Bapak kan pasti sering dapat pelatihan, itu

sapa yang sering memberikan pelatihan

materinya?

N : Dari, mesti dari dinkes, ha a Dinkes.

mesti itu. Dinkes tu kan nanti menunjuk dari

Puskesmas itu pasti akan datang Dinkes

langsung nanti didamping dari Puskesmas.

Tapi kalau sifatnya pelatihan gitu di Desa

langsung, itu kan hemat biaya, waktu dan

biaya karena memerlukan biaya banyak.

P : Itu rutin Pak?

N : Iya. Oh nganu nggak itu, akh kalau yang

pertemuan itu bisa rutin, tapi kalau dari

Puskesmas itu rutin.

P : Yang dari Dinkesnya?

N : Ha a itu rutin itu. Itu terus di wakilkan

Puskesmas. Ha a rutin itu, itu nganu kalau

disini alhamdulillah semua pertemuan yang

menyangkut dengan kesehatan itu itu semua

Pak, Bu, baik Pemerintah Desa, Puskesmas

sendiri dan Tokoh Masyarakat. Tidak ada

pertemuanpun nanti Tokoh Masyarakat atau

Kader-kader biasanya ibu-ibu itu nanya

kenapa kita tidak ada pertemuan.

P : Oh lah justru malah ditanya ya Pak?

N : Iya. Kenapa tidak ada pertemuan. Kalau

terjadi kasus kritis gimana. Nah

alhamdulillah itu ada komunikasi.

P : Terus ini Pak, apakah ada faktor-faktor

yang membantu turut terlaksananya, dari

Desa Siaga dan PHBS sendiri Pak? Yang

faktor pendukungnya?

N : Faktor pendukung? Kalau dari faktor

pendukung kami kira kami memang semua

sudah cukup didukung oleh elemen-elemen

baik itu oleh Pemerintah maupun dari

lembaga-lembaga Desa udah saling

mendukung bahkan Pemerintah Desa

maupun lembaga yang tidak menangani

kalau dulu kan LKMD, LPMD sekarang kan

itu justru ketuanya itu gigih banget, nah itu

semua pendukung walaupun itu bersifat

Dukungan diberikan oleh

pemerintah, lembaga desa

maupun lembaga

masyarakat

(N4, 210-216)

Hambatan yang ditemukan

yaitu kurangnya koordinasi

antara pihak desa dan pihak

Page 121: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

250

255

260

265

270

275

280

285

290

nganu pendukung moral tapi dia gigih

banget, terus kalau dana ya maksimal dari

APBDes itu. Ada yang memang kalau

berbenturan dengan biaya kami justru malah

sering mengeluh biaya, artinya kami

mengirim beberapa miskin ke Rumah Sakit

kadang-kadang terbentur masalah itu yang

bikin repot, kadang-kadang sok tidak

mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa

yang ditentukan dengan aturan disitu.

P : Itu masuk ke hambatan ya Pak ya?

N : Iya hambatan.

P : Jadi kalau dana nih maksudnya kalau kita

kirim keluarga miskin ke Rumah Sakit.

N : Kadang-kadang disitu kan ada

jaminannya, orang miskin kan Jamkesmas

itu, Jamkesda, kadang-kadang Rumah Sakit

ada permainan didalamnya.

P : Tidak ditrima atau gimana Pak?

N : Diterima tapi suruh beli obat.

P : Oh obatnya bayar lagi?

N : Iya, padahal itu kan operasi pun seharga

seratus jutapun gratis. Iya kadang suruh beli

obat.

P : Itu masuk yang mana Rumah sakit

Daerah mana?

N : Iya Residen. Temuan baru pada kami

kebetulan akh di Rumah Sakit Sarjito di sana

mau operasi nganu mau belum operasi suruh

tanda-tangan suruh masuk ke ini harus ke

minta jaminan ke nganu ke apotik Sleman.

Karena apa kita minta jaminan, karena

apotik Sleman kadang-kadang nggak mau

bayar. Nah kita temuan itu temuan itu.

P : Dari Kabupaten nggak mau bayar ya

pak?

N : Iya dari Dinkes Sleman nggak mau

bayar

P : Sempat dilaporin Pak, nggak

maksudnya?

N : Ini pertemuan baru nanti rapat

koordinasi nanti muncul kalau saya, mesti

muncul.

P : Nah ini pak, ini yang baru saya

keluarkan, ini kan ada point-point indikator

ya Pak untuk PHBS, ada persalinan yang

rumah sakit salah satunya

dalam hal pengajuan

jamkesmas (N4, 220-234)

Permasalahan PHBS yang

ada antara lain pengelolaan

sampah dan tidak merokok

(N4, 269-273)

Page 122: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

295

300

305

310

315

320

325

330

335

ditolong tenaga kesehatan biar lebih baik,

menurut bapak tapi yang paling prioritas

yang paling banyak permasalahannya di

Masyarakat yang mana Pak, coba bapak

lihat dulu Pak dari point-point ini pak, yang

mana yang kira-kira jadi masalah disini Pak?

Ada itu ASI, jamban besih sehat, jentik di

rumah, olahraga,tidak merokok, gizi

seimbang?

N : Paling nganu kalau saya itu pengolahan

tanah, kalau Toga ada ya. Pengolahan

sampah, cuman ini to. semua ada, air bersih,

menimbang tiap bulan, ASI eksklusif, dan

yang merokok ini, merokok ini susah.

Karena saya bilang susah karena saya tidak

merokok dan itu kalau saya setiap

pertemuan, disitu orang merokok semua.

Hahahahh

N : Itu yang sebelah barat itu. Itu meninggal

gara-gara perokok berat. dan itu saya

sampaikan pada masyarakat setiap hari, tapi

ya karena memang mereka suka ngeyel ya

salah sendiri ya namanya koq kalau nggak

ngerokok susah e Pak, nggak sehat, lemas.

Tapi untuk gambaran, dari sekecil apapun

celah saya selalu memberikan pengertian

secara tidak langsung maupun langsung

pasti. Jadi masalah saya Cuma pengolahan

sampah sama merokok itu tadi. Asi, orang

sudah sadar karena ada penyuluhan terus

menerus, yang persalinan ditolong Bidan

memang sini karena anu seratus persen

ditolong Bidan.

P : Seratus persen Pak?

N : Iya seratus Persen. Kami tidak mau anu.

Seratus Persen ditolong Bidan. Dan tidak

ada lagi persalinan yang dotolong oleh

dukun-dukun.

P : Tapi disini masih ada dukun-dukun Pak?

N : Nggak, nggak ada lagi, ada sebelah sana

tapi itu saja masyarakat cuman kalau

bayinya sering nangis kan itu biasanya

sering capek. Kalau untuk persalinan nggak

saya jangan, biasanya kalau melahirkan kan

Bidannya ke rumah. Secara kebutulan Bidan

itu juga Bidan sini. Secara kebetulan.

Dengan adanya desa siaga

masyarakat merasakan

peningkatan terutama

kualitas kesehatan salah

satunya pertumbuhan

penduduk, masyarakat

sudah sadar untuk berobat

ke tenaga kesehatan

(N4, 303-316)

Page 123: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

340

P : Terus dengan adanya Desa Siaga, kerasa

nggak Pak ada peningkatan?

N : OOO Yah..( Dengan penuh semangat )

terasa banget, yang paling terasa justru

malah ee dari sisi Keluarga Berencana.

Paling, paling itu kerasa, saya selama 20

tahun pertumbuhan penduduk saya itu tidak

ada seratus dari angka datang pergi mati

lahir itu tidak ada seratus, dari tahun, ee ada

seratus dulu saya masuk tahun 90 itu 663

sekarang 773 sampai hari ini, e seratus

sepuluh to persis. Kemarin akhir tahun saya

cek, itu paling kerasa dan yang saya paling,

ada kalau itu nganu dari kesehatan iya

kerasa sekali kesadaran dari masyarakat itu

sangat.. sangat.. sangat tinggi. Satu,

persalinan tidak ke dukun tapi ke bidan,

kalau sakit mesti ke apa ke ke Puskesmas.

P : Ini terakhir ini mungkin ya Pak ya.

N : Iya.

P : Saran dari Bapak untuk pelaksanaan

Desa Siaga dan PHBS ini Pak, saran atau

masukan?

N : Kalau untuk Desa Margomulyo, khusus

untuk di kampung saya, saya nilai cukup,

bukan karena Ibu-ibu tapi karena udah

diberikan pengertian yang cukup ee bagi

tempat saya cukup tapi untuk Desa

Margomulyo karena Kader-Kadernya

pengetahuan kan tidak imbang, itu memang

perlu ada pendekatan-pendekatan lebih

kepada Kader-Kader dari Dusun yang lain,

karena kami kan 13 Dusun, 13 Dusun 3

Wilayah, wilayah Utara, Tengah, Selatan itu

memang Kadernya mau kompak apalagi ini

kan ada yang mau memang peduli, masa

bodoh, itu ada dan bahkan yang Pak Dukuh

mungkin ada istilah terbagi atau tercapai ya

masa bodoh. Saran dari kami ya ada, ada

semacam biar itu lebih giat lagi ada

penyuluhan kembali untuk menyemangatkan

bagi Kader maupun Bapak-bapak

penanggung jawab di wilayah, kalau bagi

kami itu, karena kader kami cukup proaktif

P : Okeh, sekian dulu wawancaranya…..

terima kasih banyak ya Pak ya.

Kendala yang dihadapi

antara lain masih

kurangnnya pengetahuan

para kader

(N4, 324-328)

Saran untuk pelaksanaan

desa siaga antara lain perlu

adanya pendekatan lebih ke

kader terutama untuk

memberikan motivasi dan

perlunya penyuluhan

kembali

(N4, 326-338)

Penutup

Page 124: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Focus Group Discussion

A. Waktu dan Lokasi

Waktu : 7 Februari 2010, pukul 15.04 WIB

Lokasi : Ruang pertemuan pedukuhan

B. Keterangan

Pemimpin diskusi (P) : Arie Patramanda

Notulen : Niken Khrystiana

Anggota : 5 orang, terdiri dari kader dan masyarakat

A1 (WN), A2 (ZN), A3 (BS), A4 (SR), A5 (SG)

Setting :

Diskusi dilakukan di ruang pertemuan pedukuhan, ruangan cukup

luas sekitar 7 x 7 meter dengan tempat duduk mengelilingi meja. Saat itu

hujan deras sehingga sedikit mempersulit proses perekaman. Diskusi

dimulai pukul 15.04 dengan suasana yang santai, pemimpin diskusi lebih

dahulu menjelaskan tentang tujuan diskusi, cara jalannya diskusi, dan

ketentuan dalam diskusi. Seluruh pembicaraan direkam menggunakan

rekorder dan dicatat oleh notulen. Diskusi selesai pada pukul 16.30 WIB.

Baris Hasil Diskusi Tema

1

5

10

15

Assalamualaikum wr wb..

pertemuan kali namanya Focus Group

Diskussion (FGD), jadi hasil dari wawancara

kemaren dikonfirmasi lagi dengan pertemuan

kali ini.Jadi nanti topik pembahasannya tidak

jauh beda dengan wawancara saya, nanti

setiap orang bebas mengutarakan pendapatnya

secara bergantian untuk setiap topik

pembahasan.

Berhubung hujan, jadi dimohon untuk

berbicara sedikit keras. Baiklah, kita mulai aja

ya bu..

P : Bagaimana pandangan ibu sekalian tentang

desa siaga?

A1 : eeee,,,,desa siaga itu,,anu,,, (berfikir

lama)…

Saya lupa e,,,hehe

Pembukaan

Pemahaman tentang desa

siaga sudah baik

Page 125: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

20

25

30

35

40

45

50

55

60

A2 : Saya belum tau juga…..

A3 : masih sama,,,saya juga belum tau…hehe

A4 : Desa siaga kalau gak salah desa yang

siap menghadapi masalah kesehatan.

A5: Desa siaga itu desa yang siaga

menghadapi masalah kesehatan, dan apabila

ada warganya yang sakit bisa lapor ke

poskesdes lalu dilanjutkan kepuskesmas

diantar kadernya.

P : terus untuk PHBS nya sendiri, Apa itu

perilaku hidup bersih dan sehat?

A1: ummm,,,prinsipnya kita harus

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

dengan kehidupan yang sehat dan bersih

A2 : kita menerapkan kebersihan dalam

keluarga, masakan harus bersih, rumah harus

bersih, lingkungan harus bersih, dah itu saja.

A3 : hehehehe…..perilaku hidup bersih dan

sehat yaitu kita harus bisa menerapkan

eee,,,,perilaku yang ada didalam PHBS

diantaranya orang sakit dibawa ke rumah

sakit, orang hamil diperiksakan kebidan, ada

jamban, dilarang merokok, balita dibawa

keposyandu,,,apa lagi ya,,,lupa saya…..ga

hapal semuanya…..

Hehehe….(tertawa)

A1, A2, A4, A5 : hahahhaa…..( ketawa

bersamaan)

A4 : menjaga kebersihan lingkungan, tidak

membuang sampah sembarangan, eee,,,,lali

aku…

Udah mas…..hehehe (tertawa)

A5 : kalau saya, perilaku hidup sehat yang

saya terapkan dirumah ituuu,,,,harus hidup

sehat, bersih lingkungan, makan sebisa

mungkin bergizi, mandi dua kali sehari,

sikatan tiga kali sehari, kalau punya balita

harus ditimbangkan ke penimbangan balita….

P : dari hasil saya kemaren kan PHBS itu dari

pusat ada 10 kan bu,,,,,,

(Memotong pembicaraan) ,,

A1, A2 ,A5 : yakin,,,bukannya ada 20 ya mas

??

A3 : 15 mas,,,

Pemahaman tentang

PHBS juga sudah

lumayan baik

Persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan sebagai

Page 126: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

65

70

75

80

85

90

95

100

105

P : bentar bu, saya jelaskan dulu, dari pusat

kan ada 10, lalu pertama kali disini ada 15,

terus sekarang ditambah jadi 20. Iya kan bu??

A1,2,3,4,5 : iya……(menyahut bersamaan)

P : kebetulan saya sudah dapat poin-poinnya,

ini yang akan saya tanyakan dahulu apakah

sudah berjalan dengan baik atau belum, kalau

belum tolong dijelaskan permasalahannya ya

bu,,,

Poin pertama, persalinan ditolong tenaga

kesehatan?

A1 : sudah (menjawab spontan) ..

A2,3,5 :sudah baik (mengiringi jawaban dari

A1)

A4 : sudah (menjawab terlambat dengan

masih ragu-ragu)

P : terus, memberi bayi ASI eklusif ?

A2,3,4,5 : baik, baik…..

A1 : sudah…

P : Menimbang balita setiap bulan?

A1 : iya…..

A2,3,4,5 : baik, baik..

P : menggunakan air bersih ?

A1 : iya,

A2,4,5 : sudah….

A3 : sudah dilaksanakan….

P : Kalau ada permasalahan tolong dibilang

aja ya bu, biar data yang saya dapatkan bisa

akurat. Kalau mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun ?

A1,2,3,4,5 : iya sudah dilaksanakan….

P : Menggunakan jamban sehat

A1,3 : nah itu, ada yang sudah pakai ada yang

belum

A2,4 : tersenyum

A5 : hehehe….(tertawa)

A3 : ada yang sudah punya jamban tapi ga

bisa pake…

P : nah,,,,akan saya tanyakan satu persatu ya

bu. Mulai dari yang pertama,

A1 : permasalahannya kan, yaaa,, kepercayaan

indikator pertama PHBS

sudah berjalan baik

Pemberian ASI eklusif

sebagai indikator kedua

PHBS sudah berjalan

dengan baik

Penimbangan balita

setiap bulan sebagai

indikator ketiga PHBS

sudah berjalan dengan

baik

Penggunaan air bersih

sebagai indikator

keempat PHBS sudah

berjalan dengan baik

Mencuci tangan dengan

air bersih dan sabun

sebagai indikator kelima

PHBS sudah berjalan

dengan baik

Menggunakan jamban

sehat sebagai indikator

keenam PHBS belum

berjalan dengan baik

dikarenakan kebiasaan

warga kesungai, sudah

memiliki jamban tapi

tidak bisa menggunakan,

sudah mendapatkan

bantuan bagi yang tidak

memiliki jamban tapi

tidak kunjung

direalisasikan

Page 127: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

110

115

120

125

130

135

140

145

150

155

orang dulu yang katanya “maap ini

ya”,,,,kalau tidak kesungai tidak bisa keluar

katanya,,,,,

Ada juga yang belum memiliki jamban, nanti

kesungai dan kebetulan sungai disini kan

besar.

A2 : kalau yang orang tua jaman dulu yang

kepercayaannya gitu, udah diberi bantuan tapi

alasannya “ alah, kekali aja deket, lagian kalau

ke kloset saya tidak bisa….”

A1,3,4,5,P : hahaha…..(tertawa bersamaan)

A3 : coba diulangi lagi pertanyaannya

P : permasalahan jamban sehat disini bu,

kenapa masih ada yang belum

menggunakan??

A3 : permasalahannya,,,ee,,,ada yang tidak

bisa keluar kalau ke wc yang dalam, bisanya

ke wc yang

panjang..hehehe…..(tertawa)…ada juga yang

pemerintah itu sudah memperhatikan dengan

memberi bantuan jamban tapi tidak

dilaksanakan dan dipasang,,,karena mereka

berfikir “ kenapa kita susah susah buat wc

kalau kali aja deket?”…..

Itu bagi orang yang ortodok, bagi orang kuno

dulu…jadi kalau mau berak ke wc tidak bisa

keluar…

A4 : Sama kalau saya……hahahaha (tertawa)

A1,2,3,5 : hahahahaha……(tertawa

bersamaan)

A5 : kalau tempat saya ya itu tadi orang-orang

yang belum punya wc dan deket kali

cenderung kesungai, sudah diberi bantuan saja

belum mau membikin, katanya diberi bantuan

itu saja belum cukup….gitu

P : terus kalau memberantas jentik nyamuk

dirumah ?

A1,2,3,4,5 : sudah…..(menjawab kompak)

P : makan sayur dan buah setiap hari?

A1,2,4 : oooh enggak…….

A1 : kalau sayur biasanya masak pengen yang

praktis, tahu tempe itu kan lauk ya mas, tapi

sama kita orang desa dijadikan sayur….

gitu….hahaha (tertawa)

Memberantas jentik

nyamuk dirumah sebagai

indikator ketujuh PHBS

sudah berjalan dengan

baik

Makan buah dan sayur

setiap hari sebagai

indikator kedelapan

PHBS belum berjalan

dengan baik dikarenakan

terkendala masalah

ekonomi

Page 128: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

160

165

170

175

180

185

190

195

200

untuk buah-buahan kalau kita punya uang ya

beli…..hahaha (tertawa)

ya kembali ke ekonomi lagi mas…

A2 : kalau saya kalau sayur ya setiap hari, tapi

kalau buah-buahan kalau ga musim buah atau

dikasih tetangga saya gak pernah beli…..

Soalnya kan yang penting ada nasi dan sayur

dulu, buahnya belakangan……hahaha

(tertawa)

A3 : kalau saya buah-buahan saya makan,

terutama pisang….dan anak saya itu sekali

makan tiga….hehe…..(tertawa)

Kalau untuk sayuran anak-anak saya juga suka

sekali…

A4 : kalau saya sayuran tidak setiap hari, dan

kalau buah juga kalau ada uang….kadang

kadang saja…..(tersenyum)

A5 : kalau saya ya sebisa mungkin

diusahakan, dan menunya bervariasi setiap

hari……

Oseng-oseng kangkung, rambutan, papaya,

salak, dll….hehehe (tertawa)

P : bagaimana dengan aktivitas fisik setiap

hari ?

A1,2,3,4,5 : sudah………

P : tidak merokok didalam rumah ??

A1,2,3,4,5 : waaaaaaaahh………(saling

memandang satu sama lain)

A3 : kalau itu elek-elek e mas…..hehe

(tertawa)

P : nah gimana itu bu,,bisa dijelaskan ??

A1 : suami saya sendiri merokok, kalau

enggak merokok tidak bisa mikir jernih

gitu…..pernah disuruh berhenti, 2 bulan balik

lagi mas….hehe (tertawa)

A2 : kalau suami saya juga merokok. Kan

suami saya pedagang keliling mas, jadi

sembari nunggu pembeli ga da kerjaan ya

merokok.

A3 : kalau saya alhamdulilah suami saya

tidak pernah merokok, tapi tamunya yang

merokok…..

Hehehe ( tertawa )

A4 : kalau saya alhamdulilah tidak ada yang

Melakukan aktivitas fisik

setiap hari sebagai

indikator kesembilan

PHBS sudah berjalan

dengan baik

Tidak merokok didalam

rumah sebagai indikator

kesepuluh PHBS belum

berjalan dengan baik

dikarenakan ada anggota

keluarga yang tetap

merokok dengan alasan

tertentu, dan kebiasaan

tamu yang berkunjung

untuk merokok

Pemberian gizi seimbang

sebagai indikator

kesebelas PHBS sudah

berjalan dengan baik

Memeriksakan kehamilan

sesuai standar sebagai

Page 129: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

205

210

215

220

225

230

235

240

250

merokok, tapi ya kalau ada tamu itu tadi, masa

ga disuruh merokok atau disuruh merokok

diluar, kan ga enak mas…hehe (tertawa)

A5 : Kalau ditempat saya alhamdulilah suami

tidak merokok, menantu saya itu yang

merokok tapi diluar rumah……

P : Pemberian gizi seimbang ?

A1,2,3,4,5 : ya itu tadi,,kadang seimbang

kadang tidak…..hehe (tertawa) balik ke

ekonomi tadi…

P : untuk memeriksakan kehamilan sesuai

standar?

A1,2,3,4,5 : sudahhh……sudah dilaksanakan

P : Memiliki jaminan kesehatan ??

A1,3,4,5 : adaaa…….

A3 : jamkesmas ada, jamkesos ada, jamsostek

ada, jamkesda ada…..

A2 : kalau saya tidak ada……

P : kenapa bu?? Tidak ada pendataan gitu

bu??

A2 : katanya ga ada datanya katanya mas, itu

kan udah data jaman kapan mas, terus kerjaan

orang sekarang itu apa ???? kok ga ada

pembaharuan??? Sudah coba diurus oleh pak

dukuh, tapi ga tau mas ga bisa lagi tuh

katanya…

P : terus imunisasi lengkap pada bayi ??

A1,2,3,4,5 : sudahh…..sudah diterapkan….

P : pasangan usia subur ikut KB ??

A1,2,3,4,5 : sudahh…….

P : Lantai rumah bukan dari tanah ??

A1,2,3,4,5 : sudah…….

A3 : sekarang kan ada program lantainisasi,

udah lama itu mas….

A5 : dulu malah swadaya masyarakat, yang

belum ada lantainisasi dilakukan bareng-

bareng..

P : pemanfaatan sarana kesehatan ?

A1,2,3,4,5 :sudahh……dipuskesmas mas

indikator kedua belas

PHBS sudah berjalan

dengan baik

Memiliki jaminan

kesehatan sebagai

indikator ketiga belas

PHBS belum berjalan

dengan baik, kendala

yang ditemukan adalah

tentang pendataan yang

ingin memiliki jaminan

kesehatan

Imunisasi lengkap pada

bayi sebagai indikator

keempat belas PHBS

sudah berjalan dengan

baik

PUS ikut KB sebagai

indikator kelima belas

PHBS sudah berjalan

dengan baik

Lantai rumah bukan dari

tanah sebagai indikator

keenam belas PHBS

sudah berjalan dengan

baik didukung dengan

adanya program

lantainisasi dan swadaya

masyarakat

Pemanfaatan sarana

kesehatan sebagai

indikator ketujuh belas

PHBS sudah berjalan

dengan baik salah

satunya adalah

puskesmas…

Pengelolaan sampah

sebagai indikator

kedelapan belas PHBS

belum berjalan dengan

Page 130: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

255

260

P : pengelolaan sampah bu ??

A1 : soalnya kalau didesa kebunnya kan luas

luas mas,,,untuk buang sampah….hehe

(tertawa)

A2 : yang jelas kesadaran masyarakat untuk

itu masih kurang mas…kalau buang sampah

dimarahin tetangga kan ga buang lagi

mas….hehe (tertawa)

A3 : Kalau ditempat saya dibuatkan lubang

pembuangan sampah…tapi itu berarti kan ga

dimanfaatkan mas…seharusnya dipisah untuk

kertas sendiri, daun sendiri, untuk plastik

sendiri seperti dikota itu mas,,tapi kan untuk

dikampung susah mas….hehehe (tertawa)

A4 : (tersenyum saja)

A5 : kalau ditempat saya itu, kalau tidak 3 kali

sehari saya sapu, bisa kotor semua….

P : kalau memiliki TOGA ?

A5 : punya, banyak mas….tapi ga dikelola….

A2,4 : iya mas,,,,,,memang belum dikelola….\

A1 : kemaren itu KKN mau bikin TOGA

katanya…tapi belum dilaksanakan…..

A3 : kalau saya habis semuanya karena musim

kemarau…..

P : untuk kebiasaan gosok gigi setiap hari ??

A1,2,4,5 : sudah biasa kalau itu mas…

A3 : iya sudah biasa,,,3 kali sehari malah

mas….

P : berarti sejauh ini sudah cukup baik

PHBSnya ya bu….

Nah mungkin ibu mau memberi masukan /

saran ??

A1 : ini aja mas, tolong bilang

kepuskesmasnya untuk memberi PMT

mas……

A2 : kalau saya yaaa,,,untuk program tolong

jalannya jangan setengah setengah……

A3,4,5 : (manggut manggut)

P : ok,,,baiklah kalau begitu bu…

Terima kasih atas informasinya….

Saya tutup dengan assalamualaikum

warahmatullahi wabarakatuh…..

baik dikarenakan

kebiasaan warga yang

membuang sampah

dilahan kosong dan

belum dikelolanya

sampah dengan baik

Memiliki TOGA sebagai

indikator kesembilan

belas PHBS belum

berjalan dengan baik

dikerenakan banyaknya

tanaman obat yang belum

dikelola/ dimanfaatkan

Kebiasaan gosok gigi

setiap hari sebagai

indikator kedua puluh

PHBS sudah berjalan

dengan baik

Saran masyarakat untuk

puskesmas adalah dalam

menjalankan program

diharapkan sampai tuntas,

jangan berhenti ditengah

jalan

Penutup

Page 131: Analisis Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga

Pelatihan Kader

Wawancara mendalam

dengan narasumber

Pelaksanaan FGD

Puskesmas pembantu Sompokan

Sekaligus Poskesdes

Pelayanan Kesehatan

di Pustu Sompokan

Pelayanan kesehatan di

Puskesmas Seyegan

Permasalahan Pengelolaan

sampah

Sungai yang digunakan warga

untuk BAB, mandi, dan mencuci