100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ( NHT) Dan Student Team Achievement Division (STAD) pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Berprestasi TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh Dita Yuzianah NIM. S850809006 PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

  • Upload
    vancong

  • View
    221

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

Efektivitas Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Heads Together ( NHT)

Dan Student Team Achievement Division (STAD)

pada Prestasi Belajar Matematika

Ditinjau dari Motivasi Berprestasi

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Dita Yuzianah

NIM. S850809006

PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah klasik yang selalu dihadapi dan terus diupayakan pemecahannya

dalam pendidikan matematika adalah rendahnya prestasi belajar matematika.

Hanya sebagian kecil saja siswa yang berhasil mencapai prestasi belajar yang

memuaskan, selebihnya siswa memiliki prestasi belajar yang masih jauh dari

harapan. Kenyataan di lapangan menunjukan prestasi belajar matematika lebih

rendah jika dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Dengan kata lain, prestasi

matematika pada umumnya menempati urutan paling bawah. Terbukti dari hasil

nilai UAN untuk pelajaran matematika yang cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Berdasarkan data UAN 2008/2009 SDN

di Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat: nilai pelajaran

IPA nilai tertinggi 8,25 dan terendah 4,25, untuk nilai pelajaran IPS nilai tertinggi

8,00 dan terendah 6,16, dan nilai matematika nilai tertinggi 7,50 dan terendah

2,25 (sumber data: Departemen pendidikan kec.Belitang, Kab. Sekadau,

Kalimantan Barat). Hal ini menunjukkan, peringkat matematika di Kecamatan

Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat masih rendah.

Hampir semua siswa beranggapan bahwa matematika merupakan

pelajaran yang sulit untuk dipahami. Hal ini tidak mengherankan karena

matematika yang konsepnya tersusun secara hierarkhis dari yang mudah atau

sederhana meningkat ke yang sulit atau rumit. Dengan demikian jika siswa belum

dapat menguasai konsep yang mendasar maka siswa akan mengalami kesulitan

Page 4: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menguasai konsep yang lebih lanjut. Umumnya, dalam mempelajari pelajaran

yang dianggap sulit, siswa cenderung menunjukkan minat belajar dan motivasi

yang rendah untuk berprestasi. Hal ini didukung oleh pendapat Dienes dalam

Herman Hudoyo (1979:108) bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur

hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang

telah terbentuk sebelumnya. Jadi, asumsi ini berarti bahwa belajar konsep-konsep

matematika tingkat lebih tinggi tidak mungkin dapat berhasil baik bila prasyarat

yang mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Padahal dengan

karakteristiknya yang khas, matematika seharusnya menjadi pelajaran yang

manantang sehingga menarik minat belajar dan rasa ingin tahu yang besar.

Sedangkan motivasi yang kuat untuk berprestasi menyebabkan siswa tidak cepat

marasa puas dengan apa yang telah diraihnya.

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

pembelajaran ditambah dengan semakin menguatnya isu demokrasi pendidikan,

maka dipandang perlu adanya perubahan pendekatan pembelajaran yang semula

teacher centered menjadi student centered approach, yang biasanya pembelajaran

secara klasikal berubah menjadi pembelajaran kooperatif yang memaksimalkan

kerjasama antar siswa dengan latar belakang kemampuan yang heterogen dalam

kelompok-kelompok kecil. Sudah saatnya guru mengurangi dominasi dan

determinasi di dalam kelas, siswalah yang harus aktif berpartisipasi menemukan

dan membentuk sendiri pengetahuannya. Guru bukanlah orang yang bertugas

mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan orang yang seharusnya memegang

peranan penting sebagai fasilitator belajar. Tugas fasilitator adalah menciptakan

Page 5: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam suasana yang

menyenangkan dan beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik, sosial maupun

emosinya. Hal ini didukung oleh pendapat Slavin. 2008:4 yang menyatakan

bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran

di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan

dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu

dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Ironisnya, pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam

pendidikan, walaupun orang Indonesia mengembangkan sifat gotong-ronyong dan

bekerjasama dalam menjalankan kehidupan bermasyrakat. Keengganan guru

dalam menerapkan sistem kerjasama kelompok dalam pembelajaran kooperatif

karena berbagai alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran akan terjadinya

kekacauan di dalam kelas dan siswa tidak akan belajar secara maksimal jika

ditempatkan dalam kelompok. Alasan lainnya adalah timbulnya kesan negatif

mengenai kerjasama dalam kelompok belajar. Beberapa siswa menolak

bekerjasama dengan temannya disebabkan oleh perasaan khawatir akan hilangnya

keunikan pribadi masing-masing siswa karena menyesuaikan diri dengan

kelompok. Siswa yang pandai merasa harus bekerja melebihi siswa lainya dalam

kelompok, sedangkan siswa yang kurang pandai dipandang hanya menumpang

saja pada hasil jerih payah siswa yang pandai. Sebenarnya hal ini tidak perlu

Page 6: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

terjadi jika guru benar-benar melaksanakan pembelajaran kooperatif yang sesuai

dengan prosedur yang telah ditentukan.

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan pembelajaran kooperatif

menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif dari pada

pembelajaran tradisional/pembelajaran langsung. Selain itu terdapat perbedaan

prestasi belajar siswa yang mempunyai kategori motivasi belajar yang berbeda-

beda (Dwi Atmojo Heri: 2002). Oleh karena itu, lebih lanjut penulis tertarik ingin

mengkaji pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan

Student Team Achievement Division (STAD), karena pada model pembelajaran ini

siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan

terjadinya kerjasama dalam kelompok. Hal tersebut didukung oleh pendapat

Widaningsih, (2008:2) yang mengemukakan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, keterlibatan guru dalam proses belajar

mengajar berkurang, guru berperan hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan

dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri, serta siswa akan merasa senang

berdiskusi dengan kelompoknya, juga berinteraksi dengan teman sebaya dan

dengan guru sebagai pembimbingnya dengan ciri utamanya penomoran dengan

adanya penomoran maka siswa akan merasa bertanggung jawab atas anggota

kelompoknya. Dan menurut pendapat Slavin (2008:143) yang menyatakan bahwa

pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang

merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru

menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan

bahwa seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh

Page 7: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak

diperbolehkan saling membantu, dengan demikian setiap siswa merasa

bertanggungjawab terhadap anggota kelompoknya.

Keberhasilan pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan individu yang

dimiliki siswa, menurut Gino dkk (2000:21) unsur-unsur dinamis yang terkait

dalam proses belajar mengajar adalah: (1) Motivasi dan upaya memotivasi siswa

yang berprestasi yaitu faktor internal, (2) bahan belajar dan upaya penyediaannya,

(3) alat bantu belajar dan upaya penyediaannya, (4) suasana belajar dan upaya

pengembangannya, (5) kondisi subjek yang belajar dan upaya penyiapan serta

peneguhannya. Salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi faktor belajar adalah

motivasi belajar matematika siswa. Faktor ini menjadi sangat penting dalam

pembelajaran matematika, karena tanpa adanya motivasi, siswa dalam belajar

tidak mempunyai arah dan tujuan untuk berprestasi sehingga pembelajaran

menjadi tidak bermakna bagi mereka.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Anggapan bahwa matematika adalah pembelajaran yang sulit telah

menyebabkan siswa belajar matematika dengan minat yang rendah dan

kurangnya motivasi untuk berprestasi. Apakah siswa yang mempunyai

minat belajar dan motivasi berprestasi yang tinggi dapat mencapai prestasi

belajar yang lebih baik? Penelitian yang dapat dilakukan adalah dengan

Page 8: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

membandingkan prestasi belajar yang dihasilkan dari berbagai macam

kategori minat dan motivasi berprestasi.

2. Guru bukanlah orang yang bertugas mentransfer ilmu kepada siswa,

melainkan orang yang seharusnya memegang peranan penting sebagai

fasilitator belajar. Tugas fasilitator adalah menciptakan situasi dan kondisi

yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam suasana yang

menyenangkan dan beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik, sosial

maupun emosinya. Untuk menjawab masalah ini dapat dilakukan

penelitian bagaimana merancang suatu model pembelajaran sehingga guru

sebagai fasilitator bukan hanya mentransfer ilmu untuk berbagai

karakteristik siswa.

3. Banyak guru enggan menerapkan model pembelajaran kooperatif di kelas

dengan alasan akan membuat kelas gaduh dan siswa tidak akan belajar

dengan maksimal jika ditempatkan dalam kelompok. Siswa yang lebih

pandai merasa dirugikan, sementara siswa yang kurang pandai merasa

diuntungkan dengan adanya kelompok belajar kooperatif. Penelitian yang

dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan

membandingkan beberapa teknik dalam pembelajaran kooperatif dan

melihat tipe manakah yang dapat mengurangi kekhawatiran guru dari

sistem belajar kelompok secara kooperatif.

4. Adanya sikap individualisme siswa dalam belajar, yaitu siswa yang

berkemampuan tinggi lebih mendominasi kelas dalam belajar,

menyebabkan pencapaian keberhasilan belajar tidak merata bagi seluruh

Page 9: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

siswa. Penelitian yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah

dengan bagaimana merancang suatu model pembelajaran sehingga

memungkinkan semua siswa dapat mencapai keberhasilan.

5. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan pembelajaran kooperatif

menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif dari pada

pembelajaran tradisional/pembelajaran langsung. Penelitian yang dapat

dilakukan adalah dengan membandingkan dua pembelajaran kooperatif

yaitu NHT dan STAD.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan adanya keterbatasan waktu,

sarana dan prasarana yang tersedia serta agar penelitian lebih terarah, maka

penelitian ini dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang dibandingkan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan

penelitian sebelumnya terkait dengan pembelajaran kooperatif

menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif dari pada

pembelajaran tradisional/pembelajaran langsung.

2. Karakteristik siswa yang dilihat adalah motivasi berprestasi yang

dikelompokkan dalam tiga macam kategori yaitu tinggi, sedang dan

rendah.

3. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar

matematika yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kedua model

pembelajaran tersebut.

Page 10: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

4. Materi matematika yang diambil pada penelitian ini adalah pokok bahasan

bilangan yang merupakan salah satu pokok bahasan di SDN Kelas IV

Semester I.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif daripada tipe

STAD?

2. Apakah siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mencapai prestasi belajar

matematika lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi

sedang?. Apakah siswa dengan motivasi berprestasi sedang mencapai

prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan

motivasi berprestasi rendah?. Apakah siswa dengan motivasi berprestasi

tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding

siswa dengan motivasi berprestasi rendah?

3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang

memberikan prestasi yang lebih baik, siswa dengan motivasi tinggi,

sedang atau rendah?

4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang

memberikan prestasi yang lebih baik, siswa dengan motivasi tinggi,

sedang atau rendah?

Page 11: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

5. Pada siswa dengan motivasi berpestasi tinggi, sedang dan rendah manakah

yang memberikan prestasi belajar yang baik, model pembelajaran

kooperatif tipe NHT atau model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana

penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD berpengaruh

terhadap prestasi belajar matematika. Tujuan khusus penelitian adalah untuk

mengetahui:

1. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi tinggi, sedang atau

rendah.

3. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa dengan

motivasi tinggi, sedang atau rendah.

4. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa dengan

motivasi tinggi, sedang atau rendah.

5. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD untuk

setiap kategori motivasi.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian dibidang pendidikan diharapkan dapat memberikan manfaat

teoritis dan praktis terhadap pembelajaran matematika di sekolah.

Page 12: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

1. Manfaat teoritis

Secara tidak langsung, hasil penelitian ini dapat menguji kebenaran teori

belajar dan hasil penelitian sejenis yang sudah ada sebelumnya. Selain itu,

dapat pula digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara langsung bagi siswa, guru dan

sekolah.

a. Bagi siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD

dalam pembelajaran matematika memungkinkan siswa untuk belajar

dengan aktivitas yang tinggi baik secara fisik, mental, emosi maupun

sosialnya.

b. Bagi guru

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD ini pada kenyataanya

belum banyak dilaksanakan oleh para guru matematika di sekolah. Oleh

karena itu, temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan guru matematika agar mau dan mampu menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD dalam rangka

memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di kelas.

c. Bagi sekolah

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD diharapkan

dapat berimplikasi positif terhadap kualitas pembelajaran dan pada

Page 13: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

gilirannya akan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

sehingga mampu memperbaiki mutu lulusan sekolah. Pada akhirnya

kinerja sekolah akan mendapat penilaian yang baik dalam pandangan

masyarakat.

Page 14: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Hakekat matematika

Herman Hudoyo (1979:3), menyatakan bahwa, matematika

berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan

hubungan-hubungan yang diatur secara logik, sehingga matematika itu

berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika adalah: ilmu

deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada

observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan kepada

pembuktian deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur

yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma

atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah pengetahuan yang tersusun secara hierarkhis terdiri

dari ide-ide abstrak, jumlah dan ruang yang timbul karena fikiran-fikiran

manusia berdasarkan penalaran yang deduktif.

b. Belajar Matematika

Belajar mempunyai tujuan, yaitu untuk mendapatkan hasil yang

diharapkan. seperti yang diungkapkan Herman Hudoyo (1979:5), bahwa

seseorang dikatakan belajar matematika, bila dapat diasumsikan dalam diri

orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu

perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana

Page 15: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tingkah laku itu dapat diamati yang diperoleh dengan adanya usaha orang

tersebut.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan

belajar matematika, jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah

laku yang berkaitan dengan matematika, seperti dari tidak tahu menjadi

tahu matematika menjadi tahu tentang matematika, dan ditandai perubahan

tingkah laku, yaitu mampu menerapkan pengetahuan matematika dalam

menyelesaikan permasalahan matematika, pada mata pelajaran lain dan

dalam kehidupan sehari-hari.

c. Prestasi Belajar Matematika

Setiap individu yang melakukan proses belajar mengajar sudah pasti

mempunyai tujuan ingin memperoleh hasil belajar yang optimal. Salah

satu hasil belajar tersebut adalah prestasi belajar. Prestasi belajar yang

optimal sangat penting bagi keberhasilan pendidikan dan pengajaran.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989:700), prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan

oleh guru. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (1994:19) mengatakan

bahwa, prestasi adalah hasil dari suatu usaha yang telah dikerjakan,

diciptakan baik secara individual maupun kelompok yang diperoleh

dengan jalan keuletan kerja. Menurut Saifuddin Azwar (2000:9) prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar.

Page 16: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengevaluasi kegiatan

belajar mengajar. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kemudian dapat

dilakukan perbaikan terhadap metode pembelajaran, sarana dan prasarana

maupun bahan yang akan disampaikan. Prestasi belajar merupakan suatu

hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penilaian.

Dari pengertian mengenai prestasi belajar dalam hubunganya dengan

belajar matematika, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika

adalah proses untuk menilai tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam

mengikuti prooses pembelajaran matematika sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Menurut Slameto (2003:54), prestasi belajar seseorang dapat

dipengaruhi oleh faktor internal, meliputi: (1) faktor jasmaniah

(kesehatan, cacat tubuh), (2) faktor psikologis (intelegensi, perhatian,

minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan), (3) faktor kelelahan dan

faktor eksternal, meliputi: (1) keluarga, (2) sekolah, (3) masyarakat.

Sedangkan menurut dimyati dan mudjiyono (1999:238) faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dari dalam (intern), meliputi: 1) sikap siswa

terhadap belajar, 2) kreativitas, 3) konsentrasi belajar, 4) kemampuan

mengolah bahan ajar, 5) kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,

6) kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, 7)

kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, 8) rasa percaya diri siswa,

9) intelegensi, 10) kebiasaan belajar. Faktor-faktor ekstern yang

Page 17: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) guru sebagai pembimbing

belajar siswa, 2) sarana dan prasarana belajar, 3) kondisi dan situasi

pembelajaran, 4) kebijakan penilaian, 5) kurikulum yang diterapkan, dan

6) lingkungan sosial siswa.

Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

di atas jelas bahwa motivasi berprestasi akan mempengaruhi prestasi

belajar siswa, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa (intrinsik),

maupun motivasi yang berasal dari luar siswa (ekstrinsik). Motivasi

berprestasi yang tinggi akan menyebabkan siswa belajar dengan semangat

dan tekun, serta penuh konsentrasi, hal ini akan mengakibatkan hasil

belajar yang tinggi pula. Sebaliknya motivasi berprestasi yang rendah,

menyebabkan siswa belajar tidak sungguh-sungguh, malas, dan ogah-

ogahan yang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah.

2. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Pemahaman guru terhadap pengertian belajar mengajar akan

mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,

untuk itu perlu dikemukakan definisi tentang pengertian belajar tersebut.

Diharapkan akan muncul berbagai bentuk kegiatan yang mungkin dapat

dilakukan baik oleh siswa maupun oleh guru.

Menurut Fosnot dalam Paul Suparno (1996:61) belajar bukanlah

kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan

pemikiran dengan membuat pemikiran yang baru. Belajar bukanlah suatu

Page 18: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu

perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali

pemikiran seseorang

Sedangkan menurut Olivier dalam Haris Mudjiman (2006: 25)

menyatakan bahwa menurut paradigma konstruktivisme, belajar adalah

proses, memasukkan pengetahuan, membentuk kembali, atau membentuk

pengetahuan baru. Pembentukan pengetahuan baru ini dengan

mengunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan dan

pengalaman yang lama digunakan untuk mengambarkan informasi dan

fakta baru dari luar, sehingga tercipta pengetahuan baru. Fakta yang sama

sangat mungkin digambarkan secara berbeda oleh dua orang dengan latar

belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Pengetahuan dan

pengalaman menjadi semacam kacamata untuk melihat sesuatu fakta baru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman

atau bahan yang dipelajari deengan pengertian yang sudah dipunyai

seseorang sehingga pengertianya berkembang.

b. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Pada dasarnya proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu (internal) dan faktor

yang berasal dari lingkungan (eksternal).

Menurut Sutrisno (2007), faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses

dan hasil belajar antara lain: pemahaman siswa terhadap hasil belajar,

Page 19: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

motivasi siswa terhadap hasil belajar, kesehatan siswa, kecakapan siswa

dalam pelajaran, kebiasaan belajar, intelegensi, bakat dan penguasaan

bahasa. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar adalah faktor yang bersumber dari: sekolah, keluarga dan

masyarakat.

c. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk

menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, digunakan istilah

proses belajar mengajar atau pengajaran. Udin Saripudin Winataputra

(2007:19) menyatakan istilah pembelajaran lebih dipilih daripada

pengajaran karena pembelajaran mengacu kepada segala kegiatan yang

berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Istilah pengajaran

hanya terbatas pada konteks tatap muka guru dan siswa di dalam kelas,

sehingga interaksi siswa terbatas oleh kehadiran guru secara fisik.

Konsep dasar pembelajaran sebenarnya telah dirumuskan dalam

pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yaitu

pembelajaran adalah pola interaksi antara peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Sedangkan menurut

Cunningham dan Duffy dalam (Udin Saripudin Winataputra, 2007),

pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme adalah proses mentransfer

struktur berpikir dan pengetahuan bukan proses untuk mengubah

pengetahuan.

Page 20: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Pendidikan melibatkan bekerjasama dengan orang lain dan terus

menerus berubah berkaitan sistem-sistem yang rumit dan berlatih keahlian

sebagai “pembangunan dalam penggunaan”. Seperti yang dikatakan Fullan

(2001) dalam allen dave (2003) : Education involves working with and through

others in constantly changing, interrelated complex systems to practice our craft

as “development in use.”

Slameto (2003:12) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan

guru dalam mengelola pembelajaran, antara lain: mengusahakan agar

setiap siswa dapat berpartisipasai secara aktif, menganalisis struktur materi

yang diajarkan, menganalisis sequence pembelajaran dan memberikan

penguatan dan umpan balik. Udin Saripudin Winataputra (2007:135)

menyatakan bahwa ada tiga aspek yang sangat ditekankan untuk menjadi

perhatian dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu pentingnya

struktur mata pelajaran, kesiapan untuk belajar, intuisi dan motivasi.

Struktur mata pelajaran berisi ide-ide, konsep dasar, hubungan antar

konsep dan contoh-contoh. Kesiapan belajar dapat berisi penguasaan

kemampuan dan keterampilan sederhana yang memungkinkan siswa untuk

mencapai keterampilan yang lebih tinggi. Intuisi adalah teknik-teknik

intelektual analisis untuk mengetahui kesahihan penarikan kesimpulan.

Motivasi adalah kondisi khusus yang dapat mempengaruhi kemauan untuk

belajar.

Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa dalam

pembelajaran harus terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan

Page 21: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sumber belajar pada lingkungan belajar tertentu yang dirancang untuk

menciptakan kondisi belajar pada diri siswa.

3. Motivasi Berprestasi

a. Pengertian

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan

mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan

mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli pendidikan

yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar

tersebut sebagai motivasi berprestasi. Motivasi dipandang sebagai dorongan

mental yang mengerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk

perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan

perilaku individu berprestasi. (Koeswara dalam Dimyati dan Mudjiono:80)

Menurut Bomia et al (1997) dalam Md. Yunus Aida Suraya dan Ali

Wan Zah Wan (2009) motivasi mengacu pada: “a student's willingness,

need, desire and compulsion to participate in, and besuccessful in the

learning process”. Keinginan siswa, kebutuhan dan keharusan untuk

berpartisipasi dan berhasil dalam proses belajar.

Menurut Echols dan Shadily dalam Gino.dkk (2000:81) motivasi

dapat disamakan dengan motif. Keduanya termasuk jenis kata benda yang

berarti alasan, sebab, daya batin, dorongan. Sedangkan Marriam Webster

dalam Gino.dkk (2000:81) berpendapat bahwa kata motif berasal dari

bahasa latin, yaitu matus yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat

Page 22: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

menyebabkan seseorang bertindak. Motivasi diartikan sebagai tindakan

seseorang atau proses memberikan dorongan. Bruno dalam Gino.dkk

(2000:81) berpendapat bahwa motif dapat disamakan dengan dorongan,

yaitu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang atau organisme untuk

menentukan suatu pilihan-pilihanya dan perilaku yang berorientasi pada

tujuan.

b. Hubungan dengan Motivasi Berprestasi

Motivasi dianggap prasyarat mutlak dalam berprestasi. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (2006:239) mengemukakan bahwa motivasi

berprestasi merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses

belajar. Motivasi berprestasi pada diri siswa dapat menjadi lemah.

Lemahnya motivasi, atau tindakan motivasi berprestasi akan melemahkan

kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi

rendah. Oleh karena itu, motivasi berprestasi pada siswa perlu diperkuat

terus menerus.

Motivasi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu motivasi instrinsik

dan motivasi ekstrinsik.

1) Motivasi intrinsik

Siswa yang mempunyai motivasi intrinsik memulai dan

melanjutkan kegiatan belajar berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan

dan dorongan yang mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar itu. Siswa

tersebut meyakini bahwa keberhasilan belajar dan suskses dimasa

depan dapat dicapai dengan satu cara yaitu belajar yang giat. Kegiatan

Page 23: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

belajar disertai minat dan perasaan senang, karena siswa menyadari

bahwa belajar bukan lagi kewajiban melainkan sudah menjadi

kebutuhan pokok yang harus terpenuhi.

2) Motivasi ekstrinsik

Siswa yang menpunyai motivasi ekstrinsik memulai dan

melanjutkan kegiatan belajar berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan

dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan kegiatan

belajar sendiri. Yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik antara lain:

belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman

yang akan diberikan, belajar demi hadiah yang dijanjikan, belajar demi

meningkatkan gengsi sosial dan belajar demi pujian dari orang lain.

Pada prinsipnya, motivasi intrinsik lebih baik karena terdapat

hubungan yang esensial antara kegiatan belajar dan kebutuhan yang

akan dipenuhi. Motivasi intrinsik juga akan bertahan lebih lama

daripada motivasi ekstrinsik karena didasari oleh perasaan senang dan

minat yang besar.

Motivasi berprestasi dapat dimasukkan kedalam motivasi instrisik.

Menurut Dimyati (1999:84) kebutuhan untuk berprestasi adalah

motivasi intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu.

Sedangkan Winkel 1996 dalam Dimyati (1999:84) menyatakan bahwa

motivasi berprestasi dalam rangka belajar di sekolah, merupakan bentuk

peningkatan dari motivasi intrinsik. Dengan demikian, motivasi

Page 24: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam belajar dan bentuk

peningkatan dari motivasi intrinsik.

c. Komponen motivasi berprestasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:91), didalam pengertian

motivasi berprestasi terkandung beberapa komponen antara lain:

1) Kebutuhan

Kebutuhan dapat muncul bila terdapat ketidak seimbangan antara apa

yang dimiliki dan apa yang diharapkan. Mc. Clellend dalam Dimyati

dan Mudjiono (2006:91) membagi kebutuhan menjadi tiga kebutuhan

mendasar, yaitu:

a) Kebutuhan akan kekuasaan, yang tampak dalam perilaku untuk

mempengaruhi orang lain dan menyebabkan seseorang tidak atau

kurang memperhatikan perasaan orang lain.

b) Kebutuhan untuk berafiliasi, yang tercermin dalam situasi

persahabatan dengan orang lain dan mengarahkan tingkah laku

untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

c) Kebutuhan untuk berprestasi, yang dapat dilihat dari keberhasilan

menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan dan merupakan

kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar

kesempurnaan dalam diri seseorang.

2) Tujuan

Tujuan adalah sasaran akhir yang ingin dicapai oleh seseorang

melalui serangkaian proses yang telah dilaluinya. Tujuan yang hendak

Page 25: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

diwujudkan dalam motivasi berprestasi adalah untuk mengejar

kesuksesan dan menghindari kegagalan.

3) Ciri-ciri motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi dalam diri siswa dapat diamati dari

kecenderungan berperilaku yang tampak dari aktivitas belajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239) menjelaskan bahwa

motivasi berprestasi seseorang dapat diketahui dari dua komponen

antara lain:

a) Intrinsik.

b) Ekstrinsik

Menurut Wyner dalam Asri Laksmi Riani (2005:44), ciri-ciri

siswa yang memiliki motivasi berprestasi adalah siswa yang:

a) Menunjukan aktivitas yang berprestasi.

b) Menunjukan ketekunan dan tidak putus asa dalam menghadapi

kegagalan.

c) Memilih tugas-tugas tingkat kesulitan yang sedang-sedang.

Menurut McClelland dalam Asri Laksmi Riani (2005:45), dalam

risetnya menggambarkan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi

dalam masyarakat adalah:

a) Mereka yang memiliki berprestasi tinggi lebih suka menetapkan

sendiri tujuan prestasinya.

Page 26: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b) Lebih suka menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sukar

karena mereka lebih menyukai tujuan yang sesuai dengan

kemampuan mereka.

c) Lebih menyukai balikan yang cepat dan efisian mengenai prestasi

mereka.

d) Senang dan bertanggungjawab memecahkan setiap masalah.

Sedangkan menurut Skinner dan Belmont (1991) dalam Md.

Yunus Aida Suraya dan Ali Wan Zah Wan (2009) menyebutkan ciri-

ciri siswa mempunyai motivasi berprestasi tinggi:

“select tasks at the border of their competencies, initiate action when given the opportunity, and exert intense effort and concentration in the implementation of learning tasks; they show generally positive emotions during ongoing action, including enthusiasm, optimism, curiosity, and interest”.

Pilihan tugas sesuai dengan batas kompetensi mereka. memulai

tindakan ketika diberi kesempatan, dan mengerahkan upaya intens dan

konsentrasi dalam pelaksanaan tugas-tugas belajar, mereka pada

umumnya menunjukkan emosi positif selama pemberian tindakan,

termasuk, antusiasme, rasa ingin tau optimisme, dan ketertarikan.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui motivasi berprestasi

mengunakan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006:239) menjelaskan

bahwa motivasi berprestasi seseorang dapat diketahui dari dua faktor

yaitu: intrinsik dan ekstrinsik. Yang kemudian dikembangkan sebagai

berikut:

1. Faktor intrinsik terdiri dari:

a. Perasaan: Tertarik pada pelajaran matematika

Page 27: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

b. Kemauan siswa:

a) Terdorong untuk belajar terlebih dahulu sebelum diterangkan

oleh guru

b) Menyelesaikan tugas/PR dengan sebaik-baiknya

c) Tidak mudah putus asa

c. Rasa ingin tahu:

a) Senang melakukan hal-hal baru (bereksperimen dan membaca

buku-buku/sumber baru) untuk mendapatkan pengetahuan

baru.

b) Bertanya tentang hal yang belum dipahami

d. Berusaha untuk mandiri:

a) Mencoba untuk memecahkan masalah sendiri

b) Mempunyai rasa percaya diri

e. Perhatian siswa: Memperhatikan pada saat guru menyampaikan

pelajaran.

2. Faktor ekstrinsik terdiri dari:

a. Faktor lingkungan: Senang bila hasil ulanganya memuaskan dan

mendapat pujian/ hadiah.

4. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together dan Student Team

Achievement Division

a. Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang di

dalamnya mengkondisikan siswa bekerja bersama-sama di dalam

Page 28: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kelompok-kelompok kecil untuk membantu siswa satu sama lainnya dalam

belajar. Pembelajaran kooperatif ini mengutamakan kerjasama antar siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Okamoto dan Inaba (1997)

dalam Lafifi Yacine dan Bensebaa Tahar (2007)

Collaborative learning is a learning strategy where several learners interact with each other in order to achieve their common goals. Its impact on learner’s level is ensured; it is obvious that it is necessary to be interested in learning group environments instead of individual learning environments.

Belajar kelompok adalah satu strategi belajar di mana beberapa

pelajar bekerja sama satu sama lain dalam masalah untuk mencapai tujuan

umum. Dampaknya pada level pelajar dipastikan; ia nyata akan tertarik

pada pembelajaran lingkungan-lingkungan grup/kelompok daripada

pembelajaran perseorangan lingkungan-lingkungan.

Melalui pembelajaran kooperatif, peran guru sebagai pusat dan

sumber belajar berubah ke peran guru sebagai pengelola aktivitas siswa

dalam kolompok-kelompok kecil. Sehingga peran guru yang selama ini

monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang

dianggap sulit sekalipun.

Sedangkan menurut Johnson, Johnson and Holubec (1994) dalam Zakaria

Effandi dan Ikhsan Zanaton (2006), bahwa ada lima unsur utama dalam

pembelajaran kooperatif: (1) Positive interdependence, (2) Promotive

interaction, (3) ndividual accountability, (4) Interpersonal and small-

group skills. (5) group processing

Page 29: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Model pembelajaran kooperatif ini merupakan upaya

pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta

hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam

kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi,

menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan siswa merasa

tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah.

b. Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer

Kagen (1993). Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu tipe

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan

bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara

kelompok maupun individual. Sesuai dengan pendapat Lie, Anita

(2008:59) yang mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe

NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini

juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini,

keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar berkurang, guru berperan

hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk

belajar mandiri, serta siswa akan merasa senang berdiskusi dengan

kelompoknya, juga berinteraksi dengan teman sebaya dan dengan guru

sebagai pembimbingnya. (Widaningsih, 2008:2)

Page 30: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini

adalah:

b. Siswa terlibat secara aktif dalam proses belajarnya.

c. Setiap siswa memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat

tanpa harus takut jika pendapatnya salah.

d. Semua siswa berbaur menjadi satu di dalam kelompoknya, jadi tidak

tampak lagi mana siswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun

kurang.

Ibrahim, et.al. (2000) dalam Widaningsih (2008:1-2) menyatakan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT guru menggunakan

struktur empat langkah sebagai berikut: (1) Penomoran, (2) Mengajukan

pertanyaan, (3) Berpikir bersama, (4) Menjawab.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan Kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Guru memberi

nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang

Page 31: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan perpaduan yang ditinjau

dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan

keterampilan kooperatif dan menjelaskan aturan dasarnya, yaitu:

a. Siswa tetap berada di dalam kelas.

b. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan

pertanyaan kepada guru.

c. Menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam satu kelompok.

d. Bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompoknya.

Langkah 3. Diskusi masalah

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang

akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama

untuk meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui

dan memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.

Langkah 4. Memanggil nomor anggota kelompok

Dalam tahap ini, guru mengecek pemahaman siswa dengan

memanggil salah satu nomor siswa dari tiap kelompok dengan nomor

yang sama mengangkat tangan dan mempersiapkan jawaban untuk siswa

di kelas. Jawaban tersebut merupakan wakil jawaban dari kelompok.

Langkah 5. Memberi kesimpulan

Guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,

memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

Page 32: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru

memberikan tes kepada siswa secara individual.

Langkah 6. Memberikan penghargaan

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok

melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil

belajar individual dari skor dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Atau

dengan kata lain, guru memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok

yang hasil diskusi masalahnya/hasil belajarnya lebih baik.

Langkah-langkah penentuan nilai penghargaan kepada kelompok

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar

(awal) dapat berupa tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan

sebelumnya.

b. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa

bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata

nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis

terkini.

c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan

berdasarkan selisih nilai kuis terkini dengan nilai dasar (awal) masing-

masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini:

Page 33: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 2.1 Kriteria Menentukan Nilai Peningkatan Hasil Belajar

Kriteria Nilai Peningkatan

Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di

bawah nilai awal

5

Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin

di bawah nilai awal

10

Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai

dengan 10 di atas nilai awal

20

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai

peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan

memberikan predikat cukup, baik, sangat baik dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok yaitu:

a. Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15

b. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20

c. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan

25

d. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih dari sama

dengan 25

Penomoran yang merupakan inti dari model pembelajaran

kooperatif tipe NHT ini akan menyebabkan setiap siswa harus selalu

siap, dalam arti setiap siswa harus mengerti dan memahami pemecahan

dari masalah yang diberikan karena jawabannya pada saat presentasi

Page 34: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

akan mempengaruhi nilai kelompoknya. Hal tersebut akan membuat

tanggung jawab siswa untuk mengerti dan memahami pemecahan

masalah yang diberikan menjadi lebih besar.

Tabel 2.2 Sintaks pembelajaran NHT

Fase Peran guru

1. Penomoran

2. Mengajukan

pertanyaan

3. Berpikir bersana

4. Menjawab

pertanyaan

· Guru membagi siswa kedalam kelompok

beranggota 3 – 5 orang dan kepada setiap

anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 5.

· Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada

siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan

dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat

tanya atau berbentuk arahan.

· Siswa menyatukan pendapatnya terhadap

pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota

dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu.

· Guru memanggil suatu nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

c. Student Team Achievement Division (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu

tipe dari pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam

Page 35: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pembelajaran ini peserta didik akan belajar bersama dalam kelompok yang

beranggotakan empat sampai lima orang untuk menguasai materi yang

disampaikan oleh guru. Menurut Slavin (2008: 12) gagasan utama dari

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi

peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama

lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

Adapun komponen-komponen dalam model pembelajaran

kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2008: 143-160) dirangkum sebagai

berikut:

(1) Presentasi kelas, merupakan pengajaran langsung seperti yang sering

dilakukan atau diskusi yang dipimpin oleh guru, atau pengajaran

dengan presentasi audiovisual. Sehingga peserta didik akan menyadari

bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama

presentasi kerena hal ini akan sangat membantu mereka dalam

mengerjakan kuis dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

(2) Tim, terdiri atas empat atau lima orang yang heterogen. Fungsi utama

dari tim adalah untuk memastikan bahwa semua aggota tim benar-

benar belajar, sehingga setiap anggota tim akan siap mengerjakan kuis

dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul

untuk mempelajari lembar kegiatan, yang berupa pembahasan

masalah, membandingkan jawaban, dan mengoreksi kesalahan

pemahaman antar anggota tim.

Page 36: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

(3) Kuis, dilakukan setelah satu atau dua periode penyampaian materi dan

satu atau dua periode praktikum tim. Peserta didik tidak

diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis,

sehingga tiap peserta didik bertanggungjawab secara individual untuk

memahami materinya.

Tabel 2.3

Kriteria Menentukan Nilai Peningkatan Hasil Belajar

Kriteria Nilai Peningkatan

Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di

bawah nilai awal

5

Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin

di bawah nilai awal

10

Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai

dengan 10 di atas nilai awal

20

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30

(4) Skor kemajuan individual. Tiap peserta didik dapat memberikan

kontribusi poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem

skor, sehingga tiap-tiap anggota kelompok harus berusaha

memperoleh nilai yang maksimal dari skor kuisnya. Selanjutnya

peserta didik akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan

tingkat kenaikan skor kuis dibandingkan dengan skor awal mereka.

Page 37: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(5) Rekognisi Tim. Tujuan dari pemberian skor adalah untuk memberi

penghargaan pada tiap-tiap kelompok. Kelompok dengan skor

tertinggi mendapatkan penghargaan superteam, kelompok dengan

skor menengah mendapatkan penghargaan greatteam dan kelompok

dengan skor terendah sebagai kelompok goodteam (Slavin, 2008:

160). Untuk menjadi kelompok dengan predikat/penghargaan

superteam maka sebagian besar anggota kelompok harus memiliki

skor di atas skor awal mereka.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Langkah 2. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

Dalam tahap ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Langkah 3. Menyajikan/menyampaikan informasi

Dalam tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran.

Langkah 4. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi

Page 38: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok

yang dibentuk merupakan perpaduan yang ditinjau dari latar belakang

sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan

keterampilan kooperatif dan menjelaskan aturan dasarnya, yaitu:

e. Siswa tetap berada di dalam kelas.

f. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan

pertanyaan kepada guru.

g. Menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam satu kelompok.

h. Bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompoknya.

Langkah 5. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang

akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama

untuk meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui

dan memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.

Langkah 6. Evaluasi

Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk

mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.

kemudianGuru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,

memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru

memberikan tes kepada siswa secara individual.

Langkah 7. Memberikan penghargaan

Page 39: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan pada kelompok

melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil

belajar individual dari skor dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Atau

dengan kata lain, guru memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok

yang hasil diskusi masalahnya/hasil belajarnya lebih baik.

Tabel 2.4 Sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan atau

menyampaikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan siswa

dalam kelompok-

kelompok belajar.

Fase 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Fase 5

Evaluasi

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar.

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka.

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

diajarkan atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Page 40: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Fase 6

Memberikan

penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

B. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

1) Dwi Atmojo Heri (2002) dalam penelitianya yang berjudul " Pengaruh

Pembelajaran kooperatif dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar"

hasil studi menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif

daripada pembelajaran tradisional. Selain itu, terdapat perbedaan prestasi

belajar siswa yang mempunyai motivasi belajar berbeda-beda kategorinya.

Ditemukan pula bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar.

2) Rofiq Setyawan (2008) dalam penelitian yang berjudul "Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan Operasi

Hitung Campur ditinjau dari motivasi belajar siswa". Hasil penelitian

menunjukan bahwa: model pembelajaran Numbered Head Together lebih

baik dibandingkan dengan model ceramah. Kesamaan antara penelitian ini

adalah sama-sama mengunakan model pembelajaran tipe Numbered Head

Together dan ditinjau dari motivasi belajar siswa. Sedangkan perbedaan

penelitian ini model pembelajarannya yakni model pembelajaran NHT dan

STAD sedangkan pada penelitian Rofiq dengan model pembelajaran tipe

Numbered Head Together dan model ceramah.

Page 41: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

3) Aloysius Sutomo (2008) dalam penelitian yang yang

berjudul"eksperimentasi model pembelejaran kooperatif tipe STAD pada

pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri kota Surakarta". Hasil penelitian menunjukan bahwa: model

pembelajaran STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih

baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada pokok

bahasan fungsi. Kesamaan antara penelitian ini adalah sama-sama

mengunakan model pembelajaran tipe STAD dan ditinjau dari motivasi

belajar siswa. Sedangkan perbedaan penelitian ini model pembelajarannya

yakni model pembelajaran NHT dan STAD sedangkan pada penelitian

Aloysius Sutomo dengan model pembelajaran tipe STAD dan model

pembelajaran konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD terhadap prestasi

belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk diterapkan dalam

pembelajaran matematika karena kegiatan belajar matematika lebih diarahkan

pada kegiatan yang mendorong siswa aktif. Pembelajaran matematika

mengunakan model pembelajaran yang sama yaitu kooperatif tetapi melalui

dua tipe yang berbeda yaitu NHT dan STAD. Dalam pembelajaran kooperatif

tipe NHT, penomoran yang merupakan inti dari model pembelajaran kooperatif

Page 42: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tipe NHT ini akan menyebabkan setiap siswa harus selalu siap, dalam arti

setiap siswa harus mengerti dan memahami pemecahan dari masalah yang

diberikan karena jawabannya pada saat presentasi akan mempengaruhi nilai

kelompoknya. Hal tersebut juga akan membuat tanggung jawab siswa untuk

mengerti dan memahami pemecahan masalah yang diberikan menjadi lebih

besar. Sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, dalam model

pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen dengan

kemampuan akademik yang bervariasi. Hal ini dilakukan supaya siswa yang

berkemampuan kurang dapat terbantu oleh siswa yang berkemampuan tinggi.

Kemudian setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memecahkan masalah

atau soal yang telah diberikan oleh guru. Ketika memecahkan masalah, setiap

siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat tanpa harus takut jika

pendapatnya salah. Penggunaan metode pengajaran yang berbeda akan

memberikan para siswa cara pembelajaran matematika yang berbeda untuk

mencapai tujuan pembelajaran matematika yang telah ditetapkan. Jika cara

untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut berbeda

dimungkinkan adanya perbedaan tingkat tercapainya tujuan pembelajaran

matematika. Kedua tipe pembelajaran yang diterapkan dengan pembelajaran

kooperatif tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

2. Pengaruh perbedaan tingkat motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan tinjauan pustaka, bahwa motivasi berprestasi dalam rangka

belajar di sekolah, merupakan bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik.

Dengan demikian, motivasi berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam

Page 43: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

belajar dan bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik. Siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi tinggi dalam belajar tidak akan cepat merasa puas dengan

apa yang dicapainya. Proses belajarpun dilalui oleh siswa dengan suasana yang

menyenangkan karena siswa beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik,

sosial maupun emosinya. Sedangkan bagi siswa yang rendah motivasi

berprestasinya tidak demikian halnya. Dengan demikian prestasi belajar

matematika yang dicapai oleh siswa yang tinggi motivasi berprestasinya lebih

baik dibanding siswa yang sedang dan rendah motivasi berprestasinya dan

siswa dengan motivasi berprestasi sedang akan lebih baik dari siswa yang

rendah motivasi berprestasinya.

3. Perbandingan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT ditinjau dari motivasi berprestasi

Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai sifat: tekun,

rajin ulet, ingin mendalami materi dan ingin mencapai prestasi yang lebih baik

dan pada pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih menekankan pada

pembelajaran yang berpusat pada siswa dan setiap siswa diberi nomor agar

mempunyai sifat tanggungjawab maka siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi akan mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak yang

mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah.

4. Perbandingan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD ditinjau dari motivasi berprestasi

Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai sifat: tekun,

rajin ulet, ingin mendalami materi dan ingin mencapai prestasi yang lebih baik

Page 44: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada

pembelajaran yang berpusat pada siswa maka siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi akan mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak yang

mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah.

5. Perbandingan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi, sedang dan rendah pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan

penomoran sehingga setiap siswa mempunyai tanggungjawab terhadap

kelompoknya sehingga siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan

sedang akan lebih aktif untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya

juga akan lebih baik.

Untuk motivasi berprestasi rendah karena model pembelajaran

kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga setiap siswa

mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi rendah akan terpengaruh oleh teman yang lain

untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sama baiknya.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 45: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dibanding model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih

baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa dengan

motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih

baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah. Siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih

baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.

3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT Prestasi belajar matematika

siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik dibanding siswa dengan

motivasi berprestasi sedang. Siswa dengan motivasi berprestasi sedang

mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa

dengan motivasi berprestasi rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi

mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa

dengan motivasi berprestasi rendah.

4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD Prestasi belajar matematika

siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik dibanding siswa dengan

motivasi berprestasi sedang. Siswa denga motivasi berprestasi sedang

mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa

dengan motivasi berprestasi rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi

mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa

dengan motivasi berprestasi rendah.

Page 46: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

5. Pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi dan sedang, penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang lebih baik dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada siswa dengan

motivasi berprestasi rendah, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT memberikan prestasi yang sama baik dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

Page 47: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dalam

wilayah Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010

pada semester I tahun pelajaran 2010/2011

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian di bidang pendidikan ini adalah penelitian eksperimental

semu, karena penelitian tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang

relevan. Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

Variabel bebas yang pertama adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) sebagai kelompok eksperimen I dan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) sebagai

kelompok eksperimen II. Variabel bebas yang kedua adalah motivasi berprestasi

yang dibedakan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan variabel

terikatnya adalah prestasi belajar matematika

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas IV se-

Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat tahun ajaran

2010/2011. Dengan mengelompokkan sekolah menjadi tiga kelompok yaitu

Page 48: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dasar pengelompokan ini adalah nilai

rata-rata UAS SDN Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan

Barat.

Tabel 3.1 Data Nilai Rata-Rata UAS Kecamatan Belitang, Kabupaten Sekadau,

Kalimantan Barat

No NAMA SEKOLAH STATUS NILAI

KEL

1 SDN NO.10 TRANS SP.VI NANGA ANSAR N 7, 82 T

2 SDN NO.13 TRANS SP.XII SETUNTUNG N 7,50 T

3 SDN NO.8 TRANS SP.IV SETUNTUNG N 6,73 T

4 SDN NO.9 TRANS SP.V PADAK N 6,70 T

5 SDN NO.2 DESA BELITANG II N 6, 62 S

6 SDN NO.12 TRANS SP.IX MUNTIK N 6,51 S

7 SDN NO.4 DESA PADAK N 6, 44 S

8 SDN NO.1 BELITANG I N 6, 03 S

9 SDN NO.11 TRANS SP.I BELITANG N 5, 84 R

10 SDN NO.7 TRANS SP.II SUNGAI MABOH N 5,78 R

11 SDN NO.3 DESA NANGA ANSAR N 5, 65 R

12 SDN NO.6 DUKUH SUNGAI MABOH DESA

PADAK

N 5,52 R

Sumber data di atas diperoleh dari Dinas Pendidikan dan olahraga Kecamatan Belitang, Kabupaten

Sekadau, Kalimantan Barat.

Keterangan: T : Tinggi, S : Sedang, R : Rendah, N: Negeri

Page 49: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah stratified and clustered

random sampling. Berdasarkan jumlah nilai ujian nasional tahun 2009, sekolah

dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kelas atas (peringkat 1-4), peringkat

sedang (peringkat 5-8) dan kelompok bawah (peringkat 9-12). Dari tiap

kelompok tersebut diambil secara acak dua sekolah. Selanjutnya diambil satu

kelas secara acak dari masing-masing sekolah terpilih. Secara acak ditentukan

satu kelas ditetapkan sebagai kelas eksperimen I dan satu kelas lagi sebagai

kelas eksperimen II.

Dari hasil pengundian terpilih enam sekolah yaitu:

1. SDN No.10 Trans SP VI Desa Nanga Angsar kategori tinggi sebagai kelas

eksperimen II.

2. SDN No.13 Trans SP XII Setunung kategori tinggi sebagai kelas eksperimen

I.

3. SDN No.02 Belitang kategori sedang sebagai kelas eksperimen I

4. SDN No.04 Padak kategori sedang sebagai kelas eksperimen II.

5. SDN No.06 Sungai Maboh kategori rendah sebagai kelas eksperimen I

6. SDN No.07 Trans SP II Sungai Maboh kategori rendah sebagai kelas

eksperimen II.

Page 50: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Data-data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari

variabel-variabel sebagai berikut.

a. Variabel Bebas

1) Model pembelajaran

a) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman perancang pembelajaran dan pembelajar dalam

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

b) Indikator yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

NHT pada kelas eksperimen I dan pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada kelas eksperimen II.

c) Skala pengukuran mengunakan skala nominal.

d) Symbol: V囊 2) Motivasi berprestasi siswa

a) Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri siswa untuk mencapai

prestasi setinggi mungkin demi penghargaan pada diri sendiri dengan

berkompetensi dengan siswa lain atau melebihi apa yang telah diraih

sebelumnya.

Page 51: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

b) Indikator yang digunakan adalah skor angket motivasi berprestasi.

Skala pengukuran mengunakan skala interval yang diubah ke dalam

skala ordinal yang terdiri dari tiga kategori.

· Rendah jika skor angket <V呻− 囊挠滚 · Sedang jikaV伸− 囊挠滚≤ skor angket ≤ V呻+ 囊挠滚. · Tinggi jika skor angket >V呻+ 囊挠滚. Dengan V呻 adalah rata-rata dan s adalah simpangan baku.

c) Symbol: V挠 b. Variable terikat

1) Prestasi belajar matematika adalah nilai tes hasil belajar siswa kelas IV

Semester I pada pokok bahasan bilangan.

2) Indikator yang digunakan adalah skor tes prestasi belajar matematika.

3) Skala pengukuran mengunakan skala interval.

4) Symbol: Y

2. Metode ngumpulan Data

Pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini mengunakan teknik tes,

angket, dan dokumentasi.

a. Tes

Dalam teknik ini digunakan butir-butir soal untuk mengumpulkan data

mengenai prestasi belajar matematika. Soal tes yang digunakan berbentuk

pilihan ganda. Setiap butir soal mempunyai empat alternatif jawaban. Jawaban

yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah memperoleh skor 0.

Page 52: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

b. Angket

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi

berprestasi. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

angket langsung, tertutup dan berbentuk rating scale yang mengunakan skala

Likert dengan item pernyataan yang mempunyai lima alternatif jawaban.

Pernyataan dalam angket terdiri dari item positif dan negatif.

Pemberian skor untuk butir positif adalah jika menjawab SS diberi skor

5, S diberi skor 4, R diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1 serta

tidak menjawab diberi skor 0, sedang untuk butir negatif berlaku sebaliknya.

c. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang lengkap, cepat dan

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang dikumpulkan dengan

teknik dokumentasi adalah nilai ulangan umum semester II tahun ajaran

2009/2010 yang digunakan untuk menguji keseimbangan rata-rata kelompok

eksperimen I dan kelompok eksperimen II.

3. Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk

tes obyektif dengan empat alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang

prestasi belajar matematika dan angket motivasi berprestasi untuk memperoleh

data tentang motivasi berprestasi yang dimiliki siswa.

Page 53: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

a. Tahap Penyusunan Instrumen

1) Menyususn kisi-kisi instrumen yaitu kisi-kisi pada materi pokok bahasan

bilangan untuk instrumen tes dan kisi-kisi motivasi berprestasi untuk

instrumen angket motivasi berprestasi.

2) Menyusun butir-butir soal instrumen tes yang berupa tes obyektif dengan

empat alternatif jawaban dan butir-butir soal motivasi berprestasi dengan

lima alternatif jawaban.

b. Tahap Uji Coba Instrumen

Sebelum dikenakan pada sampel penelitian, instrumen yang telah disusun

diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah instrumen tes yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen

yang baik. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Instrumen Tes

a) Analisis Instrumen

(1) Uji Validitas Isi

Validitas instrumen tes dalam penelitian ini mengunakan

validitas isi. Dengan demikian, instrumen tes dikatakan valid

apabila telah merupakan sampel yang representatif dari

keseluruhan isi dari hal yang hendak diukur. Validitas isi

instrumen tes dapat diketahui melalui penilaian yang dilakukan

oleh pakar dibidangnya (experts judgment). Subject matter experts

akan melihat apakah kisi-kisi yang telah disusun oleh pengembang

tes telah mewakili substansi yang akan diukur. Selanjutnya

Page 54: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dilakukan relevance ratings, yaitu penilaian terhadap relevansi atau

kesesuaian antara masing-masing butir tes dengan klasifikasi kisi-

kisi yang telah ditentukan. Empat langkah yang bisa dilakukan

dalam menentukan validitas isi antara lain:

1) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur, dapat berupa

tujuan pembelajaran yang dikembangkan melalui kisi-kisi.

2) Membentuk panel-panel yang qualified dalam domain-domain

tersebut.

3) Menyediakan kerangka struktur untuk proses pencocokan butir-

butir soal dengan domain performance yang terkait.

4) Menganalisa dan menarik kesimpulan data yang diperoleh dari

proses pencocokan.

(Budiyono, 2003:60)

Butir soal tes dinyatakan valid menurut validitas isi jika telah

memenuhi semua kriteria yang tersedia dalam lembar telaah

validitas yang mencakup materi, konstruksi dan bahasa.

(2) Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil

yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada

responden yang sama pada waktu yang berlainan. Reliabel tes hasil

belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:

辊11 = 足 柜柜− 1卒组滚轨2 − ∑贵轨刽轨滚棍2 钻

Page 55: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dengan: r11 : indeks reliabilitas instrumen n : banyaknya butir instrumen pi : proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir

ke-i qi : 1– pi, i:1,2,....n st2 : variansi total

(Budiyono, 2003: 69)

Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika r11≥ 0.70.

b) Analisis Butir Soal

(1) Daya Pembeda

Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen.

Kesemua butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan

menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada

korelasi positif antara skor masing butir-butir tersebut dengan skor

totalnya. Biasanya untuk menghitung daya pembeda butir ke-i,

rumus yang digunakan adalah rumus korelasi produk momen dari

Karl Pearson berikut.

辊果裹= 柜∑V光− 纵∑V邹纵∑光邹瞬足柜∑V2 − 纵∑V邹2卒足柜∑光2 − 纵∑光邹2卒 dengan: rxy : indeks daya pembeda untuk butir ke-i n : banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)

Page 56: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

X : skor butir ke-i (dari subjek uji coba) Y : skor total (dari subjek uji coba)

Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika rxy ³ 0.3

(Budiyono, 2003: 65)

Dalam penelitian ini jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i

kurang dari 0.3 maka butir tersebut harus dibuang.

(2) Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran

yang memadai, artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal digunakan

rumus sebagai berikut.

P� JBJS dengan: P = indeks kesukaran JB = banyaknya subjek yang menjawab benar JS = banyaknya seluruh subjek.

Butir soal yang digunakan untuk menghimpun data penelitian ini

mempunyai interval tingkat kesukaran 0,3≤P≤0,7.

2) Instrumen Angket motivasi berprestasi

Angket tipe kecerdasan majemuk digunakan untuk mengetahui

motivasi berprestasi yang dimiliki siswa. Angket motivasi berprestasi

dikatakan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

Page 57: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

a) Analisis Instrumen

(1) Uji Validitas Isi

Supaya angket motivasi berprestasi mempunyai validitas isi,

maka harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.

(a) Butir-butir angket sudah sesuai dengan kisi-kisi angket.

(b) Kesesuain kalimat dengan Ejaan Yang Disempurnakan.

(c) Kalimat pada butir-butir angket mudah dipahami siswa sebagai

responden.

(d) Ketetapan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angket.

Untuk menilai apakah instrumen angket motivasi berprestasi

tersebut mempunyai validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar

atau validator (experts judgment) dan semua kriteria disetujui. Jika ada

salah satu yang tidak disetujui maka instrumen tersebut belum valid,

artinya butir yang tidak disetujui tersebut harus direvisi atau dibuang.

(2) Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini untuk uji reliabilitas digunakan rumus

Alpha, sebab skor butir angket bukan 0 dan 1. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 192) yang menyatakan bahwa,

“Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.

Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut.

r11=足 nn– 1

卒组1–∑ si2

st2 钻

Page 58: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dengan: r11 = indeks reliabilitas instrumen n = banyaknya butir instrumen si2 = variansi butir ke-i, i = 1,2,...,n st2 = variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba

(Budiyono, 2003: 72)

Interpretasi indeks reliabilitas instrumen angket sama dengan

interpretasi indeks reliabilitas instrumen tes, instrumen angket dikatakan

reliabel jika indeks reliabilitasnya lebih dari 0.7 atau r11Ģ0.7.

b) Analisis Butir Instrumen

(1) Konsistensi Internal

Untuk mengetahui konsistensi internal butir soal angket

digunakan rumus korelasi produk momen Karl Pearson sebagai berikut.

rxy= n∑ XY–纵∑X邹纵∑Y邹税纵n∑X2 –纵∑X邹2邹纵n∑Y2–纵∑Y邹2邹 dengan: rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i n : banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen) X : skor butir ke-i (dari subjek uji coba) Y : skor total (dari subjek uji coba)

Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika rxy ³ 0.3

(Budiyono, 2003: 65)

Page 59: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Dalam penelitian ini jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

kurang dari 0.3 maka butir tersebut harus dibuang.

c. Tahap Penetapan Instrumen

Butir-butir instrumen yang memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik

ditetapkan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan yang tidak memenuhi

syarat, tidak digunakan.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

ini memiliki kemampuan awal yang sama. Data yang digunakan untuk menguji

keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai ujian semester 2 kelas IV SDN

dalam wilayah kecamatan belitang tahun pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran

matematika yang terdiri dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Di dalam

uji keseimbangan membutuhkan asumsi normalitas dan homogenitas. Karena itu

dalam bagian ini akan dituliskan masing-masing uji prasyarat analisis yang

dibutuhkan untuk uji t, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi

normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors

dengan prosedur.

1) Hipotesis

H难: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Page 60: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05

3) Statistik Uji 拐= max |瓜纵过平邹− 管纵过平邹 zi= 纵Xi– X伸邹s dengan: 瓜纵过平邹= 官纵广≤ 过平邹untuk广~棺纵0,1邹 S纵zi邹= proporsi cacah Z≤zi terhadap seluruh cacah zi

Xi = skor responden

4) Daerah Kritik 纵DK邹�誓L特LĢLα;n嗜; n adalah ukuran sampel

5) Keputusan Uji

H难 diterima jika Lhitung tidak terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(Budiyono, 2009: 170)

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai

variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan

metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai

berikut.

1) Hipotesis

H难: σ12=σ22 (populasi-populasi homogen)

H1: σ12≠σ2

2 (populasi-populasi tidak homogen)

2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05

Page 61: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3) Statistik Uji

悔2 = 2,303规 (归log观�) − 素 归鬼log滚鬼2)

dengan: χ2∼χ2纵k– 1邹 k = banyaknya sampel N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya niai (ukuran) sampel ke-j fj = nj– 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j=1, 2, 3, …, k

f = N– k = ∑ fjkj=1 = derajat kebebasan untuk RKG

RKG� ∑ SSj∑ fj ; 滚凭挠� SSjfj SSj= 素 Xj2 –试∑ Xj守2nj �试nj– 1守sj2 ; c�1: 13试k–1守收∑ 1fj –1f寿

4) Daerah Kritik 纵DK邹�诅χ2|χ2Ģχα,k–12 阻 5) Keputusan uji

H难 diterima jika χ2hitung tidak terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

Populasi-populasi homogen.

(Budiyono, 2009: 174)

Page 62: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Jika populasi normal dan variansi populasi homogen maka menggunakan uji t

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Hipotesis

H难:µ1=µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan

awal sama)

H难:µ1≠µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan

awal berbeda)

2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05

3) Statistik uji yang digunakan:

棍= V囊呻呻呻− V挠呻呻呻滚颇瞬1柜囊+ 1柜挠~棍纵柜囊+ 柜挠− 2邹untuk滚颇= 顺纵柜囊− 1邹滚囊挠+ 纵柜挠− 1邹滚挠挠柜囊+ 柜挠− 2

(karena selisih rata-rata tidak dibicarakan maka d难= 0)

dengan: X伸1 : mean dari sampel kelompok eksperimen I

X伸2 : mean dari sampel kelompok eksperimen II 滚囊挠 : variansi dari kelompok eksperimen I 滚挠挠 : variansi dari kelompok eksperimen II

n1 : ukuran kelompok eksperimen I

n2 : ukuran kelompok eksperimen II

4) Daerah kritik 纵DK邹=诅t|t<– tα 2;试n1+n2–2守⁄ atau t>tα 2;试n1+n2–2守⁄ 阻 5) Keputusan uji

a. H难 diterima jika thitung tidak terletak di daerah kritik

Page 63: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

b. H难 ditolak jika thitung terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

a. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal

sama jika H难 diterima.

b. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal

berbeda jika H难 ditolak.

(Budiyono, 2009: 151)

Jika populasi normal dan variansi populasi tidak homogen maka menggunakan uji

t dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Hipotesis

H难:µ1=µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan

awal sama)

H难:µ1≠µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan

awal berbeda)

2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05

3) Statistik uji yang digunakan:

棍= 纵V呻囊− V呻挠邹顺滚囊挠柜囊+ 滚挠挠柜挠~棍纵郭邹untuk郭= 收滚囊挠柜囊+ 滚挠挠柜挠寿挠收滚囊挠柜挠寿挠柜囊− 1 + 收滚挠挠柜挠寿挠柜挠− 1

(karena selisih rata-rata tidak dibicarakan maka 圭难= 0)

dengan:

X伸1 : mean dari sampel kelompok eksperimen I

Page 64: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

X伸2 : mean dari sampel kelompok eksperimen II s囊挠 : variansi dari kelompok eksperimen I s挠挠 : variansi dari kelompok eksperimen II

n1 : ukuran kelompok eksperimen I

n2 : ukuran kelompok eksperimen II

4) Daerah kritik 纵DK邹=醉t|t<–棍足汕潜,剖卒atau t>棍足汕潜,剖卒最

5) Keputusan uji

a. H难 diterima jika thitung tidak terletak di daerah kritik

b. H难 ditolak jika thitung terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

a. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal

sama jika H难 diterima.

b. Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal

berbeda jika H难 ditolak.

(Budiyono, 2009: 151)

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan

uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi

normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors

dengan prosedur:

Page 65: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

1) Hipotesis

H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Taraf Signifikansi 纵α邹 = 0.05

3) Statistik Uji 拐= max |瓜纵过平邹− 管纵过平邹| zi= 纵Xi– X伸邹s dengan: 瓜纵过平邹= 官纵广≤ 过平邹untuk广~棺纵0,1邹 S纵zi邹 = proporsi cacah Z≤zi terhadap seluruh cacah zi

Xi = skor responden

4) Daerah Kritik 纵DK邹=誓L|L>Lα;n嗜; n adalah ukuran sampel

5) Keputusan Uji

H难 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

a. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H难 diterima.

b. Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H难

ditolak.

(Budiyono, 2009: 170)

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai

variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan

Page 66: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai

berikut.

1) Hipotesis

H难: σ12=σ22 (populasi-populasi homogen)

H1: σ12 ≠ σ2

2 (populasi-populasi tidak homogen)

2) Taraf Signifikansi 纵α邹=0.05

3) Statistik Uji

悔2 = 2,303规 (归log观�) − 素 归鬼log滚鬼2)

dengan:

χ2∼ χ2纵k– 1邹 k = banyaknya sampel

N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j

fj = nj– 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j=1, 2, 3, …, k

f = N– k = ∑ fjkj=1 = derajat kebebasan untuk RKG

RKG� ∑ SSj∑ fj ; Sj2� SSjfj

SSj= 素 Xj2 – 试∑Xj守2nj �试nj– 1守sj2 ; c�1: 13试k–1守收∑ 1fj – 1f寿

4) Daerah Kritik 纵DK邹�诅χ2|χ2Ģχα,k–12 阻 5) Keputusan uji

H难 ditolak jika χ2hitung terletak di daerah kritik

Page 67: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

6) Kesimpulan

a. Populasi-populasi homogen jika H难 diterima

b. Populasi-populasi tidak homogen jika H难 ditolak

(Budiyono, 2009: 174)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan

sel tak sama, dengan model data sebagai berikut:

Xijk=µ+αi+βj+纵αβ邹ij+εijk dengan :

Xijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

µ : rataan dari seluruh data (rataan besar, grand mean)

αi : efek baris ke-i pada variabel terikat

βj : efek kolom ke-j pada variabel terikat 纵αβ邹ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

εijk : deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya 足µij卒 yang berdistribusi

normal dengan rataan 0 (disebut rataan galat atau eror)

i : 1,2;

1 : model pembelajaran kooperatif tipe NHT

2 : model pembelajaran kooperatif tipe STAD

j : 1,2,3;

1 : Motivasi berprestasi tinggi

2 : motivasi berprestasi sedang

Page 68: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

3 : motivasi berprestasi rendah

k : 1,2,...., nij; nij: cacah data amatan pada setiap sel ij

Tabel 3.2 Tata Letak Data

Model Pembelajaran

Kooperatif (A)

Motivasi berprestasi (B)

Tinggi (b1) Sedang

(b2) Rendah (b3)

NHT (a1) ab11 ab12 ab13

STAD (a2) ab21 ab22 ab23

Sel abij memuat : Xij1;Xij2;…; Xijnij

nij : cacah observasi pada sel abij b1 : motivasi tinggi

a1 : pembelajaran kooperatif tipe NHT b2 : motivasi sedang

a2 : pembelajaran kooperatif tipe STAD b3 : motivasi rendah

Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua

jalan dengan sel tak sama, yaitu:

a. Hipotesis

1) H0A : αi = 0, untuk setiap i (tidak ada perbedaan efek antara baris terhadap

variabel terikat) dengan i=1,2

H1A:αi ≠ 0, paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek

antar baris terhadap variabel terikat)

2) H0B: βj = 0, untuk setiap j (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap

variabel terikat) j = 1,2,3

H1B: βj ≠ 0, paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek

antar kolom terhadap variabel terikat)

Page 69: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3) H0AB:纵αβ邹ij=0, untuk setiap pasang (i,j) (tidak terdapat interaksi baris dan

kolom terhadap variabel terikat)

H1AB:纵αβ邹ij ≠ 0, paling sedikit ada satu 纵αβ邹ij yang tidak nol (terdapat

interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

b. Taraf Siginifikansi 纵α邹=0.05

c. Komputasi

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi

sebagai berikut:

nij = ukuran sel ij ( sel pada baris ke-i dan kolom ke-j )

= cacah data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij

n呻h = rataan harmonik frekuensi seluruh sel n呻h� pq∑ 1niji,j SSij= 素 Xijk2 – 试∑ Xijkk 守2nijk N�素 niji,j

AB呻呻呻呻ij : rataan pada sel ij

N : cacah seluruh data amatan

SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

Ai=∑ AB呻呻呻呻ijj : jumlah rataan pada baris ke-i

Bj=∑ AB呻呻呻呻iji : jumlah rataan pada kolom ke-j

G =∑ AB呻呻呻呻iji,j : jumlah rataan semua sel

Page 70: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besar-besaran (1),(2),(3),(4),(5),

sebagai berikut:

纵1邹� G2pq 纵3邹�∑ Ai2qi 纵5邹�∑ AB呻呻呻呻ij2i,j

纵2邹�∑ SSijij 纵4邹�∑ Bj2pj

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah

kuadrat, yaitu:

褂�Ė = 柜呻萍揍纵3邹− 纵1邹租 褂�ú = 柜呻萍揍纵4邹− 纵1邹租 褂�Ėú = 柜呻萍揍纵1邹+ 纵5邹− 纵3邹− 纵4邹租 JKG= 纵2邹 JKT =JKA+JKB+JKAB+JKG

dengan:

JKA = jumlah kuadrat baris

JKB = jumlah kuadrat kolom

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom

JKG = Jumlah kuadrat galat

JKT = Jumlah kuadrat total

Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:

dkA =p– 1 dkT=N– 1

dkB =q– 1 dkG = N– pq

dkAB = 纵p– 1邹纵q– 1邹

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing

diperoleh rataan kuadrat berikut:

Page 71: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

观�Ė = 褂�Ė圭诡Ė 观�Ėú = 褂�Ėú圭诡Ėú 观�ú = 褂�ú圭诡ú 观�) = 褂�)圭诡)

d. Statistik Uji

Fa = RKARKG

Fb= RKBRKG

Fab= RKABRKG

e. Daerah Kritik

1. Daerah kritik Fa adalah 纵DKa邹�誓F|FĢFα;p能1,N能pq嗜 2. Daerah kritik Fb adalah 纵DKb邹�誓F|FĢFα;q能1,N能pq嗜 3. Daerah kritik Fab adalah纵DKab邹�誓F|FĢFα;纵p能1邹纵q能1邹,N能pq嗜

f. Keputusan Uji

H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik

g. Rangkuman Analisis Variansi

Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fhitung Ftabel Baris (A) JKA p– 1 RKA Fa 瓜崎,坡,颇 Kolom (B) JKB q– 1 RKB Fb 齨崎,坡,颇 Interaksi (AB) JKAB 纵p– 1邹纵q– 1) RKAB Fab 瓜崎,坡,颇 Galat (G) JKG N– pq RKG - - Total JKT N– 1 - - -

( Budiyono, 2009: 229)

Page 72: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

4. Uji Komparasi Ganda

Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasaca anava. Metode

yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava adalah metode Scheffe’. Uji lanjut

pasca anava hanya dilakukan pada variabel bebas yang memiliki lebih dari dua

kategori, sedangkan untuk variabel bebas yang hanya memiliki dua kategori tidak

perlu dilakukan uji lanjut pasca anava, kesimpulan dapat ditunjukkan melalui

rataan marginal. Selain itu, jika interaksi pada variabel bebas tidak ada, maka

tidak perlu dilakukan uji lanjut antar sel pada kolom atau baris yang sama,

kesimpulan perbandingan rataan antar sel mengacu pada kesimpulan

perbandingan rataan marginalnya. Langkah-langkah uji komparasi ganda dengan

metode Scheffe’ adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rataan yang ada.

b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

c. Menentukan taraf signifikansi 纵α邹=0.05

d. Mencari nilai statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.

1) Komparasi rataan antar baris

Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model

pembelajaran kooperatif maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan

komparasi pasca anava antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran

kooperatif manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan

besarnya rataan marginal dari masing-masing model pembelajaran

kooperatif. Jika rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe

NHT lebih besar dari rataan marginal untuk model pembelajaran

Page 73: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

kooperatif tipe STAD berarti model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dikatakan lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD atau sebaliknya.

2) Komparasi rataan antar kolom

Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar kolom sebagai berikut.

瓜.轨− .鬼= 试V伸.轨− V伸.鬼守2观�)收1柜.轨+ 1柜.鬼寿 dengan:

F.i-.j = nilai Fhitung pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

X伸.i = rataan pada kolom ke- i

X伸.j = rataan pada kolom ke- j RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis

variansi

n.i = ukuran sampel kolom ke-i

n.j = ukuran sampel kolom ke-j

daerah kritik untuk uji t ialah: 纵DK邹�誓F|FĢ纵q– 1邹Fα;q–1,N–pq嗜 3) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama

Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang

sama adalah sebagai berikut.

瓜轨鬼−诡鬼= 试V伸轨鬼− V伸诡鬼守2观�)收1柜轨鬼+ 1柜诡鬼寿

Page 74: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dengan: Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan

padasel kj X伸ij = rataan pada sel ij X伸kj = rataan pada sel kj RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

nij = ukuran sel ij

nkj = ukuran sel kj

Daerah kritik untuk uji itu ialah: 纵DK邹�誓F特FĢ纵pq– 1邹Fα;pq–1,N–pq嗜 4) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah

sebagai berikut. 瓜轨鬼−轨诡= 试V伸轨鬼− V伸轨诡守2观�)收1柜轨鬼+ 1柜轨诡寿

dengan:

Fij-ik = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan

padasel kj X伸ij = rataan pada sel ij X伸ik = rataan pada sel ik RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis

Page 75: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

variansi nij = ukuran sel ij nik = ukuran sel ik

Daerah kritik untuk uji itu ialah: 纵DK邹�誓F特FĢ纵pq– 1邹Fα;pq–1,N–pq嗜 e. Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda.

f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.

(Budiyono, 2009: 215-217)

Page 76: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini dipaparkan hasil uji coba dan penelitian yang telah

dilaksanakan pada pertengahan bulan Agustus sampai bulan Oktober 2010 di

SDN No.10 SP VI Nanga Ansar, SDN No.13 SP XII Setuntung, SDN No.02

Belitang, SDN No.04 Padak, SDN No.07 SP II Sungai Maboh, SDN No.06

Sungai Maboh, dimana pada setiap sekolah diambil 1 kelas sebagai kelas

eksperimen I atau eksperimen II. Uji coba dilaksanakan di SDN No.01 Belitang

pada kelas IV. Adapun hasil penelitian ini adalah deskripsi data, pengujian

persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data

prestasi belajar matematika, dan motivasi berprestasi. Berikut ini diberikan uraian

tentang data-data tersebut:

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk

mengungkapkan data mengenai motivasi berprestasi siswa dan tes prestasi belajar

matematika siswa pada pokok bahasan Bilangan.

a. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar

1) Analisis Instrumen

a) Uji Validitas isi Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika

Banyak butir yang diuji cobakan 25 butir dikenakan pada 25

responden pada siswa yang setara dengan kelas yang dipakai untuk

Page 77: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

penelitian. Setelah dilakukan validitas oleh validator maka semua butir

soal digunakan untuk penelitian guna mengetahui data tentang prestasi

belajar matematika siswa. Data selengkapnya tentang validitas butir soal

tes prestasi belajar siswa terdapat pada Lampiran 4.

b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika

Pada uji realibilitas instrumen tes prestasi belajar ini mengunakan

rumus KR-20 atau Kuder Richardson. Setelah dilakukan perhitungan

diperoleh indeks realibilitas tes yaitu 0,7092, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tes reliabel. Data selengkapnya tentang perhitungan

reliabilitas uji coba tes terdapat pada Lampiran 7 .

2) Analisis butir soal

a) Daya Pembeda Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika

Adapun perhitungan daya pembeda instrumen tes prestasi belajar

mengunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Setelah

dilakukan perhitungan ternyata dari 25 butir soal yang diuji cobakan ada

5 butir soal yang tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian

karena daya beda < 0,3. Butir soal yang gugur itu adalah soal no 6, 15,

19, 23, 24 data selengkapnya tentang perhitungan daya beda uji coba tes

terdapat pada Lampiran 7.

b) Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika

Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesukaran tes, dapat

diketahui bahwa 3 butir soal yang tidak baik, yaitu soal nomor 15, 23,

Page 78: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

24. Data selengkapnya tentang perhitungan tingkat kesukaran uji coba

tes terdapat pada Lampiran 7.

Dari uji validitas isi, uji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran serta pertimbangan bahwa pada setiap indikator mempunyai

beberapa soal yang sama dan agar memudahkan dalam penentuan skor

tiap butir soal maka diputuskan butir soal yang digunakan dalam

penelitian sebanyak 20 soal, sedangkan yang tidak digunakan dalam

penelitian sebanyak 5 butir soal, yaitu butir soal nomor 6, 15, 19, 23, 24.

b. Data Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Matematika

1) Analisis instrumen

a) Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi Matematika

Butir angket motivasi berprestasi matematika siswa diuji cobakan

pada kelas yang digunakan untuk uji tes belajar matematika. Adapun

jumlah butir angket yang diuji cobakan sebanyak 40 butir. Setelah

dilakukan uji validitas isi oleh validator maka semua butir angket

digunakan untuk penelitian guna mengetahui data tentang motivasi

belajar matematika siswa. Data selengkapnya mengenai validitas angket

motivasi belajar siswa terdapat pada Lampiran 9.

b) Uji Konsistensi Internal

Adapun perhitungan uji konsistensi internal angket mengunakan

rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Setelah dilakukan

perhitungan ternyata dari 40 butir soal yang diuji cobakan diketahui ada

10 butir angket yang tidak dapat digunakan sebagai instrumen

Page 79: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

penelitian karena konsistensi internalnya < 0,30. Butir soal yang gugur

adalah soal nomor 1, 3, 4, 15, 22, 26, 29, 33, 37, 40. Data selengkapnya

tentang perhitungan konsistensi internal uji coba angket terdapat pada

Lampiran 12.

2) Analisis butir soal

a) Uji Reliabilitas

Untuk menghitung uji reliabilitas uji coba angket mengunakan

rumus Alpha dari Cronbach, dari hasil perhitungan diperoleh 0,8159514

sehingga indeks reliabilitas butir angket motivasi berprestasi siswa dapat

dikategorikan tinggi. Data selengkapnya mengenai perhitungan

konsistensi internal uji coba angket terdapat pada Lampiran 12.

Dengan memperhatikan hasil uji validitas isi, uji konsistensi

internal, uji realibilitas dan setiap indikator sudah terwakili maka butir

angket yang digunakan sebanyak 30 butir angket, sedangkan yang tidak

digunakan dalam penelitian sebanyak 10 butir angket, yaitu butir angket

nomor 1, 3, 4, 15, 22, 26, 29, 33, 37, 40.

2. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa

Data prestasi belajar siswa untuk kelompok eksperimen I maupun

eksperimen II dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18.

Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan diketahui bahwa skor tertinggi

kelompok eksperimen I adalah 10 dan nilai terendah adalah 3 sedangkan untuk

kelompok eksperimen II, nilai tertinggi 9 dan terendah 3.

Page 80: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 4.1 Diskripsi Data Prestasi Belajar Siswa

Kelas Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Penyebaran Data

²伸 Mo Me Min Maks S

Eksperimen I 6,2381 6,5 6,5 3 10 1,8077

Eksperimen II 6,0200 6 6 3 9 1,4153

3. Data Motivasi Siswa

Data tentang motivasi berprestasi siswa dapat diperoleh dari angket

tentang motivasi berprestasi siswa khususnya mata pelajaran matematika yang

diberikan kepada siswa kelas IV pada masing-masing kelompok eksperimen I

dan eksperimen II pada enam sekolah yang digunakan untuk penelitian. Setelah

angket disebarkan dan dihitung skornya selanjutnya data tersebut

dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 4.2 Diskripsi Data motivasi berprestasi Siswa

Kelas Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Penyebaran Data

²伸 Mo Me Min Maks S

Motivasi tinggi 6,7768 6 6,5 3 9,5 1,6402

Motivasi sedang 6,1984 6,5 6,5 3 10 1,5594

Motivasi rendah 5,1905 5 5 3 8 1,2781

Page 81: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel 4.3 Data Motivasi Berprestasi Siswa

No Motivasi Belajar Jumlah Siswa Jumlah

Eksperimen 1 Eksperimen 2

1 Tinggi 35 21 56

2 Sedang 26 35 61

3 Rendah 23 19 42

Jumlah 84 75 159

Data motivasi berprestasi siswa selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 18 dan

19

B. Hasil Analisis Data

1. Uji Prasyarat uji keseimbangan

Sebelum eksperimen dilakukan harus dilakukan uji keseimbangan antara

kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Uji keseimbangan

dilakukan dengan uji t dengan menggunakan nilai kelas III semester 2.

Sebelum uji t, dilakukan uji prasyarat bagi t, yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Ada 2 uji

normalitas dengan mengunakan uji Lilliefors yang dilakukan yaitu:

a) Uji normalitas pada data yang terkait dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Page 82: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

b) Uji normalitas pada data yang terkait dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Divison (STAD).

Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Prasyarat Uji Keseimbangan

Populasi N 拐桂) 拐64硅癸 Keputusan

NHT 84 0,0437 0,0967 寡0diterima

STAD 75 0,0548 0,1023 寡0diterima

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sampel penelitian berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 14 dan 15.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

mempunyai variansi sama. Dari perhitungan diperoleh 悔2hitung = 3,3938

dan χ2tabel = 3,8410. Dengan daerah kritik �. = 走悔挠|悔挠> 3,841奏; 悔泼贫魄挠 = 3,3938 ∉ �. sehingga 寡0diterima. Untuk

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

c. Uji Keseimbangan

Dari hasil uji keseimbangan dengan uji t dengan taraf signifikan 0,05

diperoleh 6ℎ轨6 = 0,1210 sedangkan �. = 走6|6 < − 1,966锅6 > 1,96奏 maka 6ℎ轨6 ∉ �. sehingga hipotesis nol yang menyatakan bahwa kedua

kelompok mempunyai kemampuan yang sama tidak ditolak. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen

Page 83: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

2 sebelum dilakukan penelitian dalam keadaan seimbang atau kedua

kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Perhitungan

selengkapnya ada pada Lampiran 17.

2. Prasyarat Uji Anava

a. Uji Normalitas prasyarat uji anava

Berikut ini adalah tabel Uji normalitas dari prestasi belajar siswa

Tabel 4.5 Hasil uji normalitas prestasi belajar matematika

L observasi L tabel Keputusan uji

Eksperimen I 0,0938 0,0967 寡跪 diterima

Eksperimen II 0,1002 0,1023 寡跪 diterima

Motivasi Tinggi 0,1094 0,1184 寡跪 diterima

Motivasi Sedang 0,0804 0,1133 寡跪 diterima

Motivasi Rendah 0,1310 0,1367 寡跪 diterima

Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 20. Berdasarkan

keputusan uji dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan

sampel berasal dari populasi berdistribusi normal baik untuk kelompok

eksperimen I, kelompok eksperimen II, kelompok motivasi tinggi,

kelompok motivasi sedang dan kelompok motivasi rendah.

b. Uji Homogenitas prasyarat uji anava

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel-sampel

dalam penelitian ini berasal dari populasi yang mempunyai variansi sama

atau populasi yang homogen. Perhitungannya mengunakan metode Bartlett.

Page 84: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Dari hasil perhitungan untuk model pembelajaran diperoleh �. =走÷ 挠| ÷ 挠> 3,8410奏;÷ 泼贫魄挠 = 3,3938 ∉ �. maka diketahui bahwa 寡0

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi

yang variansinya sama atau populasinya homogen. Data selengkapnya

terdapat dalam Lampiran 19. Untuk motivasi berprestasi siswa diperoleh �. = 走悔挠|悔挠> 5,9910奏; 悔泼贫魄挠 = 2,9000 ∉ �. maka 寡0 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang

mempunyai variansi sama. Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 21

dan 22.

3. Hasil uji anava

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan taraf

signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber JK dK 观. Fobs Fα P

Model

(A)

0,1574 1 0,1574 0,1024 3,8400 >0,05

Motivasi

(B)

64,4633 2 32,2317 20,9751 3,0000 <0,05

Interaksi

(AB)

8,3564 2 4,1782 2,7190 3,0000 >0,05

Galat 235,1101 153 1,5367 - - -

Total 308,0872 158 - - - -

Page 85: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa:

a. Pada efek utama A (model pembelajaran), diperoleh harga statistik uji 瓜 <瓜64yaitu 0,1024 < 3,8400, maka 寡0故 diterima. Hal ini berati tidak terdapat

perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan kelas model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Pada efek utama B (motivasi berprestasi siswa) diperoleh harga statistik uji 瓜4 > 瓜64, yaitu 20,9751 > 3,0000, maka 寡0顾 ditolak. Hal ini berarti terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika siswa antar kelompok motivasi tinggi,

sedang dan rendah.

c. Pada efek interaksi AB (antara baris dan kolom) diperoleh harga statistik uji 瓜4 < 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa

terhadap prestasi belajar matematika.

Data tentang perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

selengkapnya terdapat dalam Lampiran 23.

4. Hasil Uji Komparasi Ganda

Pada efek utama B (motivasi berprestasi siswa) ada tiga tingkatan yaitu

tinggi, sedang dan rendah maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava. Dari

hasil pengujian hipotesis kedua tentang motivasi berprestasi siswa diperoleh

kesimpulan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari motivasi

berprestasi siswa yang tinggi, sedang dan rendah. Ini berarti ada perbedaan

rerata setiap pasangan kolom. Sehingga untuk mengetahui perbedaan rerata

prestasi belajar matematika antara yang mempunyai motivasi tinggi, sedang

Page 86: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

dan rendah maka dilakukan uji lanjut pasca anava yaitu dengan uji komparasi

ganda dengan metode Scheffe’.

Uji komparasi ganda pada pasangan kategori motivasi berprestasi

diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Antara motivasi berprestasi siswa yang tinggi dengan sedang diperoleh �. = 誓瓜|瓜> 纵刽− 1邹瓜难,难ú;Êú脑嗜= 走瓜|瓜> 6,00奏 dan 瓜.1− .2 = 6,3569

sehingga 瓜跪4滚> 瓜64maka 寡0 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf

signifikan 0,05 terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang.

b. Antar motivasi berprestasi siswa yang tinggi dan rendah diperoleh 誓瓜|瓜>纵刽− 1邹0,05;153嗜= 走瓜|瓜> 6,00奏 dan瓜.1− .3 = 39,3014 sehingga 瓜跪4滚>瓜64 maka寡难 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf signifikan 0,05 terdapat

perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi dan rendah.

c. Antar motivasi berprestasi siswa yang sedang dan rendah diperoleh 誓瓜|瓜>纵刽− 1邹瓜0,05;153嗜= 走瓜|瓜> 6,00奏 dan瓜.2− .3 = 16,4431 sehingga 瓜跪4滚>瓜64 maka寡难 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf signifikansi 0,05 terdapat

perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi sedang dan randah.

Data selengkapnya mengenai perhitungan anava dan komparasi ada di

Lampiran 24.

Page 87: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian pada sub bab ini adalah pembahasan

hipotesis penelitian yang terdapat pada BAB II dan hasilnya adalah sebagai

berikut:

1. Hipotesis Pertama

Dari analisis dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜 < 瓜64 yaitu

0,1024 < 3,8400, maka 寡0故 diterima. Hal ini berati tidak terdapat perbedaan

prestasi belajar siswa antara kelas model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan kelas model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jika ditinjau dari

rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe

NHT memperoleh rata-rata 6,2391 sedangkan yang mengikuti pembelajaran

kooperatif tipe STAD memperoleh rata-rata 6,0200.

Dengan demikian hipotesis pertama, yaitu pembelajaran kooperatif

tipe NHT lebih efektif dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak

terbukti kebenarannya. Hal ini juga tidak sesuai dengan kajian teori yang

menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif

dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, hal ini dikarenakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga

rasa tanggungjawab setiap siswa akan lebih besar dibandingkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tidak mengunakan

penomoran. Adapun faktor yang menyebabkan pembelajarn kooperatif tipe

NHT sama dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

Page 88: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

a. Pada umumnya kedua model sama-sama merupakan model

pembelajaran kooperatif yang lebih berpusat pada siswa dengan

mengelompokkan siswa secara heterogen yang terdiri dari tiga sampai

lima orang sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab terhadap

kelompoknya dan kemampuan awal siswa yang sama atau seimbang pada

materi bilangan, karena materi bilangan sudah diajarkan pada kelas tiga.

Adapun cara penyelesaian materi bilangan juga sebagian besar sudah

diajarkan di kelas 3. Kenyataan bahwa cara-cara yang digunakan untuk

menyelesaikan soal bilangan adalah sama menyebabkan adanya

keseragaman siswa. Artinya, meskipun siswa diberikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT atau pembelajaran kooperatif tipe

STAD mereka mempunyai kemampuan yang sama dalam menyelesaikan

soal bilangan.

b. Dalam menyelesaikan soal-soal, para siswa pada umumnya melihat

contoh soal yang diberikan sebelumnya. Pola berpikir mereka masih

mekanistik dan strukturalis. Kenyataan ini mengakibatkan tidak adanya

perbedaan siswa yang diberikan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang diberikan

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Hipotesis Kedua

Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜4 > 瓜64 yaitu 20,9751 > 3,0000, maka 寡0顾 ditolak. Hal ini berarti terdapat

Page 89: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

perbedaan prestasi belajar matematika siswa antar kelompok motivasi

tinggi, sedang dan rendah.

Dengan ditolaknya 寡难批 maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi

ganda dengan metode Schefee’. Dari hasil uji komparasi ganda diperoleh 瓜64 = 6,00 sehingga 瓜.1− .2 = 6,3569 > 瓜64, 瓜.1− .3 = 39,3014 > 瓜64, 瓜.2− .3 = 16,4431 > 瓜64. Dari hasil ini maka keputusan uji adalah:

a. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang. Dari perhitungan

diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi

berprestasi tinggi adalah 6,7768, rata-rata nilai tes prestasi siswa

kelompok motivasi berprestasi sedang adalah 6,1984. Kesimpulannya

adalah prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi

tinggi lebih baik dibanding kelompok siswa dengan motivasi

berprestasi sedang.

b. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Dari perhitungan

diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi

berprestasi tinggi adalah 6,7768, rata-rata nilai tes prestasi siswa

kelompok motivasi rendah adalah 5,1905. Kesimpulannya adalah

prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi tinggi

lebih baik dibanding kelompok siswa dengan motivasi berprestasi

rendah.

Page 90: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

c. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah. Dari perhitungan

diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi

berprestasi sedang adalah 6,1984, rata-rata nilai tes prestasi siswa

kelompok motivasi berprestasi rendah adalah 5,1905. Kesimpulannya

adalah prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi

sedang lebih baik daripada kelompok siswa dengan motivasi berprestasi

rendah.

Hal ini berarti sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan

bahwa motivasi berprestasi dalam rangka belajar di sekolah, merupakan

bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik. Dengan demikian, motivasi

berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam belajar dan bentuk

peningkatan dari motivasi intrinsik. Siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi dalam belajar tidak akan cepat merasa puas dengan apa

yang dicapainya. Proses belajarpun dilalui oleh siswa dengan suasana yang

menyenangkan karena siswa beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik,

sosial maupun emosinya. Sedangkan bagi siswa yang rendah motivasi

berprestasinya tidak demikian halnya. Didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Maryono yang menyatakan siswa dengan motivasi belajar

tinggi akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa

dengan prestasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi

belajar sedang akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan siswa dengan motivasi belajar rendah.

Page 91: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

3. Hipotesis Ketiga

Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜故顾< 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa

pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris

dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris

mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model

pembelajaran) maupun efek utama B (motivasi berprestasi siswa)

Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka

keputusan uji yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Prestasi berprestasi kelompok siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi sedang dengan mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

b. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT

c. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT .

Page 92: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Hal ini sesuai dengan kajian teori siswa dengan motivasi berprestasi

tinggi akan mempunyai sifat: tekun, rajin ulet, ingin mendalami materi dan

ingin mencapai prestasi yang lebih baik dan pada pembelajaran kooperatif

tipe NHT lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa

dan setiap siswa diberi nomor agar mempunyai sifat tanggungjawab maka

siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai prestasi

yang lebih baik daripada anak yang mempunyai motivasi berprestasi sedang

dan rendah.

4. Hipotesis Keempat

Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜故顾< 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa

pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris

dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris

mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model

pembelajaran) maupun efek utma B (motivasi berprestasi siswa)

Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka

keputusan uji yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi sedang dengan mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

Page 93: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

b. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

c. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

sedang lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wasriah yang

menyatakan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa

dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

prestasi belajarnyadibanding dengan siswa dengan motivasi belajar tinggi

dan sedang, serta siswa dengan motivasi belajar sedang mempunyai prestasi

belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan prestasi belajar rendah.

5. Hipotesis Kelima

Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh 瓜4 < 瓜64 yaitu 2,7190 < 3,0000, maka 寡0故顾diterima. Hal ini berarti tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa

pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris

dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris

mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model

pembelajaran) maupun efek utama B (motivasi berprestasi siswa)

Page 94: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka

keputusan uji yang dapat diambil adalah: pada kelompok siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar sama

baiknya dibandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Dengan demikian hipotesis kelima yaitu pada kelompok siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi dan sedang penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar lebih baik

dibandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak

terbukti kebenarannya. Adapun faktor yang menyebabkan pembelajaran

kooperatif tipe NHT sama baik dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe

STAD telah dipaparkan pada hipotesis pertama, Sedangkan untuk motivasi

berprestasi rendah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

memberikan prestasi belajar sama baik dibandingkan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti kebenarannya.

Hal ini berarti juga tidak sesuai dengan kajian teori yang menyatakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga

setiap siswa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa

yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan sedang akan lebih aktif untuk

memahami materi sehingga prestasi belajarnya juga akan lebih baik, sedangkan

untuk motivasi berprestasi rendah sesuai dengan kajian teori karena model

pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga setiap

siswa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa yang

Page 95: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

mempunyai motivasi berprestasi rendah akan terpengaruh oleh teman yang lain

untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sama baiknya.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini dapat diungkap sebagai berikut:

1. Data prestasi belajar yang digunakan untuk membahas prestasi belajar

matematika bagi siswa yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hanya

terbatas pada pokok bahasan bilangan untuk penyempurnaan lebih lanjut

penelitian ini perlu diujicobakan pada pokok bahasan yang lain.

2. Pada uji keseimbangan peneliti hanya mengambil data dari nilai ujian akhir

semester. Sebaiknya, untuk menyempurnakan lebih lanjut pada penelitian ini

perlu dikembangkan instrumen tersendiri agar data yang diperoleh untuk

mengetahui keseimbangan kemampuan kedua kelompok sebelum eksperimen

dilakukan.

Page 96: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan landasan teori dan didukung adanya analisis serta mengacu

pada perumusan masalah yang diuraikan di depan, maka dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) sama dengan prestasi belajar siswa

dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD).

2. Prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi

lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa

dengan motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi

berprestasi rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi

mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding

siswa dengan motivasi berprestasi rendah.

3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT Prestasi belajar

matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik

dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa dengan

motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika

yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.

Page 97: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi

berprestasi rendah.

4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD Prestasi belajar

matematika siswa dengan motivasi berprestasi tinggi lebih baik

dibanding siswa dengan motivasi berprestasi sedang. Siswa denga

motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika

yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi berprestasi rendah.

Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibanding siswa dengan motivasi

berprestasi rendah.

5. Pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi, sedang dan rendah

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan

prestasi yang sama baik dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari kesimpulan penelitian ini dapat digunakan

sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih

menarik dan inovatif serta untuk memperluas pengetahuan mengenai

factor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,

khususnya yang berkaitan dengan pengunaan model-model pembelajaran

kooperatif yang tepat untuk dapat diterapkan di kelas.

Page 98: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Faktor yang menentukan prestasi belajar siswa salah satunya

adalah motivasi siswa. Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa motivasi

siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga dapat dijadikan

pedoman dalam memahami karakteristik siswa khususnya motivasi

berprestasi.

2. Implikasi praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan khusus bagi

pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dapat

memilih model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien yang sesuai

dengan pokok bahasan pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan

faktor-faktor yang mungkin ikut berpengaruh terhadap proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

siswa. Misalnya memahami karakteristik siswa yang bermacam-macam.

C. Saran

Dalam rangka turut mengembangkan pemikiran tentang

peningkatan prestasi belajar matematika siswa dan berdasarkan implikasi

hasil penelitian di atas maka disarankan:

1. Bagi pemegang kebijakan dalam pendidikan

Seorang pemegang kebijakan dalam bidang pendidikan, diharapkan dapat

lebih intensif dalam memantau dan mengarahkan unsur-unsur yang terkait

dalam bidang pendidikan, terutama para guru sebagai ujung tombak

keberhasilan pendidikan. Seorang guru perlu dipacu untuk senantiasa

meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan proses pembelajaran,

Page 99: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

hal ini dapat dicapai jika pemegang kebijakan pendidikan sering mengajak

guru mengenal lebih luas tentang model pembelajaran yang tepat dan

dapat digunakan melalui pelatihan-pelatihan secara rutin dan

berkesinambungan.

2. Bagi siswa:

a. Sebaiknya siswa melakukan persiapan belajar lebih baik dalam

mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

maupun STAD.

b. Sebaiknya siswa selalu aktif dan bersungguh-sungguh dalam

mengikuti pelajaran.

c. Sebaiknya siswa selalu kompak dan bisa bekerja sama serta tidak

sungkan bertanya jika ada kesukaran materi.

3. Bagi Guru

a. Seorang guru diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya tentang

model pembelajaran yang semakin berkembang, sehingga guru dapat

memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses

pembelajarannya.

b. Seorang guru hendaknya memperhatikan aspek-aspek yang dapat

meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya aspek

motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa. Ada baiknya seorang

guru mengetahui motivasi berprestasi yang dimiliki siswa sebelum

pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan yang

dimiliki oleh siswa.

Page 100: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

c. Seorang guru hendaknya dapat membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran dengan baik sebelum pelaksanaan pembelajaran,

sehingga pembelajaran yang berlangsung akan lebih terarah dan

mencapai tujuan yang ditetapkan.

4. Saran bagi peneliti/calon peneliti

Diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dalam lingkup

yang lebih luas. Penulis berharap, para peneliti/calon peneliti dapat

meneruskan atau mengembangkan penelitian ini untuk variabel-

variabel lain yang sejenis atau model pembelajaran yang lebih

inovatif, sehingga dapat menambah wawasan dan dapat lebih

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dan pendidikan pada

umumnya.