Upload
egas-xavier
View
34
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kj
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak
terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Pada pemeriksaan mikroskopis
apus darah tepi terlihat sel darah putih muda, besar-besar dan selnya masih berinti (disebut
megakariosit) putih (neoplasma hematology).
Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai keganasan sel darah putih (neoplasma
hematology). Leukemia ini sering berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang
menahun (chronic lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa
bisa bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.
Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko
anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan
kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala
kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan
mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak.
Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk
menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian
khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker tulang,
saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda
dari orang dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia
merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak
terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan
pengobatan yang intensif.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan
terutama leukemia dan bisa membuat SAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluarga dengan
masalah leukemia.
1
b. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan interfensi keperawatan terhadap klien
dengan leukemia.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan interfensi
keperawatan yang telah disusun.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan
yang telah dilaksanakan.
f. Mahasiswa mampu menyusun SAP dan mengaplikasiannya di masyarakat.
2
BAB II
SAP
SAP KELAINAN HEMATOLOGI
(LEUKIMIA PADA ANAK)
Tema : Leukemia (Kanker Darah)
Sub Pokok Pembahasan : Definisi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, cara
perawatan dan penatalaksananya
Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Maret 2015
Waktu : 30 Menit (16:30-17:00 WIB)
Sasaran : Tn.R dan Keluarga
Tempat : Rumah Tn.R
Penyaji : M.Khoirul Mukmin
A.TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Ny.R mengetahui tentang Leukemia.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan Ny.R dan keluarga mampu :
1. Melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit leukemia (kanker darah) dengan
cara :
1.1 Menyebutkan pengertian penyakit leukemia
1.2 Menyebutkan penyebab timbulnya penyakit leukemia
1.3 Menyebutkan jenis-jenis penyakit yang termasuk leukimia
2. Melakukan deteksi dini terhadap anggota keluarga yang terkena penyakit leukemia.
2.1 Mengenal dan menyebutkan gejala bila keluarga terkena penyakit leukemia
2.2 Mengenal dan menyebutkan tanda bahaya leukemia
3. Melakukan tindakan pertolongan pertama terhadap anggota keluarga yang terkena
penyakit leukemia.
3.1 Menyebutkan tindakan-tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
pengobatan penyakit leukemia.
3.2 Menyebutkan cara-cara perawatan pada pasien dengan leukemia
3
B. SASARAN
Tn.R dan keluarga
C. GARIS BESAR MATERI
1. Pengertian leukemia
2. Etiologi leukemia
3. Klasifikasi osteoarthritis
4. Tanda dan gejala leukemia
5. Penatalaksana leukemia
6. Cara perawatan pasien leukemia
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. MEDIA
Poster
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan PesertaMedia dan
Metode
1. 3 menit Pembukaan :
· Membuka kegiatan
dengan mengucapkan salam
· Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
· Menyebutkan materi
yang akan diberikan
· Menjawab Salam
· Mendengarkan
· Memperhatikan
Ceramah
2. 15 menit Pelaksanaan :
· Menjelaskan tentang
pengertian leukemia
· Menjelaskan tentang
macam-macam penyebab
leukemia
· Memperhatikan
· Mendengarkan
· Bertanya dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan
Ceramah,
memperlihatkan
poster dan
menjelaskannya
4
· Menjelaskan klasifikasi
penyakit leukemia
· Menjelaskan cara
pencegahan dan pengobatan
leukemia
· Menjelaskan cara
perawatan pasien dengan
leukemia
· Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya
3. 10 menit Evaluasi :
· Menanyakan kepada
peserta tentang materi yang
telah diberikan, dan
reinforcement kepada Ny.R
dan keluarga yang dapat
menjawab pertanyaan
· Menjawab
Pertanyaan
Tanya Jawab
4. 2 menit Evaluasi :
· Menyampaikan
Kesimpulan
· Mengucapkan salam
penutup
· Mendengakan
· Menjawab salam
Ceramah
G. EVALUASI
a. Jumlah Peserta
Jumlah peserta yang hadir pada hari Sabtu, 7 April 2012 dengan materi tentang
Leukemia bertempat di rumah Tn.R adalah 5 orang. Dengan adanya penyuluhan yang
diberikan dapat bermanfaat dan dimengerti oleh Tn.R. Hal ini memotivasi seorang penyuluh
untuk lebih menguasai materi dan media yang ingin disampaikan karena seorang penyuluh di
anggap lebih berpengalaman dan kompeten dalam bidang kesehatan.
b. Pertanyaan yang di ajukan kepada keluarga :
5
1. Apa yang dimaksud dengan Leukemia ?
2. Apa tanda dan gejala leukemia ?
3. Cara perawatan pasien leukemia
H. REFERENSI
2000.Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media aeskulapius FKUI.
Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC
Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto
BAB III
PEMBAHASAN
6
3.1 KONSEP DASAR MEDIS
3.1.1 DEFINISI
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 :
248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief
Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel
hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam pembentuk
sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. ( Kapita Selekta kedokteran,
2000 )
3.1.2 KLASIFIKASI
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda
dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi
klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit.
d. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
7
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
3.1.3 ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
leukemia.
a. Host
1) Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan
leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4
tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara
umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun).
Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih
tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap
100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang
leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika
leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
2) Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak
daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden
leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,
anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga.
Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19
Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita
LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan
8
3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita leukemia.
b. Agent
1) Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab
leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia.
Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C
yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan
oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma
sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di
antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
2) Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif
digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi
mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di
bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom
tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia
timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan
penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
3) Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi
penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia
nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang
yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26
dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar
benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
4) Merokok
9
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok
mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian
Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih
dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang
yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan
orang yang tidak menderita LMA.
Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan
kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat
dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok
tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
c. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan
kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus
berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga,
petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19%
adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko
tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak
menderita leukemia.
3.1.4 PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang
terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan
10
angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua
kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
11
3.1.5 PATHWAYS
12
3.1.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut :
a) Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak
yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b) Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan
daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
c) Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering
disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
d) Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
e) Penurunan nafsu makan
f) Kelemahan dan kelelahan fisik
3.1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan laboratorium
1) Darah tepi
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya
ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil
seringkali rendah, demikian pula dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sum-sum tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan
Gejala yang terlihat dari darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum tulang
berupa adanya pansitopenia, limositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton.
13
2) Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoitik patologis sedangkan sistem lain
terdesak
3) Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak
b) Cairan cerebrospinal
Bila sel patologis dan protein meningkat, maka merupakn suatu leukimia
meningeal. Kedaan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit. Untuk
pencegahannya adalah dengan pemberian metotreksat (MTX).(Ngastiyah, 1997)
3.1.8 PENATALAKSANAAN
a) Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari
10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi
prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker
sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan
maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun
intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
b) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
c) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
d) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remis
e) Fase Pelaksanaan Kemoterapi:
Fase Induksi
14
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di
dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.
Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison
melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang,
maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
b) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
c) Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti
proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika
terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
d) Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh
dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga
berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil
terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1
tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
15
respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan
respon terhadap pengobatan.
e) Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan
antibiotik untuk mengatasi infeksi.
3.1.9 KOMPLIKASI
Berikut ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukimia:
a. Anemia (kurang darah) : hal ini dikarenakan produksi sel darah merah kurang atau akibat
perdarahan
b. Terinfeksi berbagai penyakit : hal ini dikarenakan sel darah putih yang ada kurang
berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah berubah menjadi
ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Di samping itu, pada leukimia, obat-obatan anti leukimia menurunkan kekebalan.
c. Perdarahan : hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukimia pada sum-sum tulang
sehingga sel pembeku darah produksinya berkurang.
d. Gangguan metabolism
1. Berat badan turun
2. Demam tanpa infeksi yang jelas
3. Kalium dan kalsium darah meningkat, malahan ada yang rendah
4. Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat
e. Penyusupan sel leukimia pada organ-organ:
1. Terlihat organ limpa membesar
2. Gejala gangguan saraf otak
3. Gangguan kesuburan
4. Tanda-tanda bendungan pembuluh pembuluh darah paru
3.1.10 PENYEBAB KEMATIAN
Telah diketahui bahwa leukimia (kanker darah) merupakan satu penyebab kematian.
Hal ini dikarenakan seseorang yang didiagnosa menderita leukimia, sepanjang hidupnya
harus berhadapan dengan:
a. Penyakit infeksi
16
b. Perdarahan
c. Gabungan infeksi dan perdarahan
d. Gangguan fungsi organ fital seperti otak, jantung dan paru akibat penyusupan sel
leukimia(Faisal Yatim, 2003).
3.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi)
juga disertai dengan sakit kepala.
2. Riwayat Perawatan Sebelumnya
3. Riwayat kelahiran anak :
a. Prenatal
b. Natal
c. Post natal
4. Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan
kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
5. Riwayat keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih
pada kembar monozigot (identik).
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Pemeriksaan Kepala Leher
Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri),
perdarahan gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke
SSP.
c. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi
d. Pemeriksaan Dada dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
17
Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di
paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada.
Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
e. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan vena
auskultasi peristaltic usus,
palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
3.2.3 Intervensi Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1) Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
18
2) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
5) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
6) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
7) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
8) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
4) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
19
c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
1) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
2) Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut
nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan :
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3) Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
20
5) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :
1) Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2) Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3) Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari
yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4) Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau
tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5) Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah
(fisura)
6) Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah
yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7) Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
8) Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9) Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10) Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
21
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan
mukosa
11) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12) Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari
mual dan muntah serta kemoterapi
2) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
5) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
22
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
Intervensi :
1) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
2) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
4) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2) Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
23
6) Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
7) Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
1) Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan
warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
2) Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
3) Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek
dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
4) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan
mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan
rambut baru
5) Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukaemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau
terapi
Intervensi :
1) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
24
2) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu
anak menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
4) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan
anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut
secara realistis
5) Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak
tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Intervensi :
1) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan
atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga
lebih efektif menghadapi kondisinya
2) Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
3) Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap
terminal
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
4) Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang
dialami.
25
3.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang
telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
3.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang
diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan
perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan oleh sel darah
putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemia akut pada anak
adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putiholeh sumsum tulang anak
maupun gangguan pematangan sel-sel tersebutselanjutnya. Gangguan ini sekitar 25-30%
jumlahnya dari seluruh keadaankeganasan yang didapat pada anak.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi,
mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belum diketahui secara
pasti dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperancukup penting pada beberapa
penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain, ada hubungannya dengan faktor keturunan,
selain tentunya banyak faktor penyebab lain yang bervariasi sesuai kasus per kasus dan jenis
subtipe yang didapat.
Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut bertujuan untuk menghancurkan
sel-sel leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang normal.Terapi yang dipakai biasanya
adalah kemoterapi (pemberian obat melalui infus),obat-obatan, ataupun terapi radiasi.
Untuk kasus-kasus tertentu, dapat jugadilakukan transplantasi sumsum tulang
belakang.Mengenai kemungkinan keberhasilan terapi, sangat tergantung waktupenemuan
pertama penyakit si penderita. Apakah dalam stadium awal atau sudahlanjut, subtipe
penyakit, teratur tidaknya jadwal terapi yang dilakukan, timbul Relapse (kambuh) atau tidak
selama terapi maupun kemungkinan penyebab yangbisa diperkirakan.
4.2 SARAN
Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien
leukemia agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.
27
DAFTAR PUSTAKA
2000.Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media aeskulapius FKUI.
Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC
Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto
http://bantarmerak64.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-pada-anak.html
http://delfielizablog.wordpress.com/2012/12/09/15/
http://jilioetamey.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-dengan-leukemia-pada.html
http://mocos-87.blogspot.com/p/askep-leukimia.html
28