111
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. BARELANG PERSADA PEKANBARU OLEH: DONNY FEBRIYALDI NIM. 1002034983 N

Donny Febriyaldi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aset tetap

Citation preview

Page 1: Donny Febriyaldi

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAPPADA PT. BARELANG PERSADA

PEKANBARU

OLEH:

DONNY FEBRIYALDINIM. 1002034983

N

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN DAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU2013

Page 2: Donny Febriyaldi

LAPORAN KERJA PRAKTEK

TENTANG

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAPPADA PT. BARELANG PERSADA

PEKANBARU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat  Guna Mengikuti Ujian Oral ComprehensifPada Program Diploma III Perpajakan dan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Riau

OLEH:

DONNY FEBRIYALDINIM. 1002034983

JURUSAN: AKUNTANSI

N

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN DAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

Page 3: Donny Febriyaldi

2013LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

NAMA : DONNY FEBRIYALDI

NIM : 1002034983

FAKULTAS : EKONOMI

PROGRAM STUDI : D III AKUNTANSI

JUDUL : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA

PT. BARELANG PERSADA PEKANBARU

TANGGAL UJIAN : 23 JANUARI 2013

DISETUJUI OLEH

KETUA PROGRAMSTUDI AKUNTANSI

Drs. AL AZHAR A, MM ,AkNIP. 19620427 199002 1 001

DOSEN PEMBIMBING

D R . KAMALIAH, SE, MM, Ak NIP. 19610827 198903 2 001

MENGETAHUIKETUA PROGRAM

D III PERPAJAKAN DAN AKUNTANSI

Page 4: Donny Febriyaldi

D R . KAMALIAH, SE, MM, Ak NIP. 19610827 198903 2 001

Page 5: Donny Febriyaldi

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN KERJA PRAKTEK

NAMA : DONNY FEBRIYALDI

NIM : 1002034983

FAKULTAS : EKONOMI

PROGRAM STUDI : D III AKUNTANSI

JUDUL : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA

PT. BARELANG PERSADA PEKANBARU

TANGGAL UJIAN : 23 JANUARI 2013

PANITIA PENGUJI

KETUA SEKRETARIS

NIP.

ANGGOTA

NIP.

NIP. NIP.

NIP. NIP.

Page 6: Donny Febriyaldi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas semua berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

kerja praktek ini dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada PT.

Barelang Persada” yang disusun sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian Oral

Comprehensive pada program DIII Akuntansi dan perpajakan Fakultas Ekonomi

Universitas Riau.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyelesaian laporan

kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan baik berupa isi dan cara

penyajian. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan segala

kritikan dan saran yang bersifat membangun dari segenap pihak demi tercapainya

kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar–besarnya kepada semua pihak yang ikut serta membantu dan

memberikan dorongan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini terutama

kepada :

1. Bapak Drs. H. Kennedy, MM, Ak Dekan Fakultas Ekonomoi universitas Riau

2. Ibu DR. Kamaliah, SE, MM, Ak Ketua Program DIII Akuntansi dan

Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Riau juga selaku Dosen

Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam mengarahkan dan

membimbing penulis menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

i

Page 7: Donny Febriyaldi

3. Bapak Drs.Al Azhar A, MM, Ak Ketua Program Studi Akuntansi Program

DIII Akuntansi dan Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

4. Ibu DR. Enni Savitri, SE, MM, Ak selaku Penasehat Akademis yang telah

memberikan saran serta nasehat kepada penulis.

5. Pimpinan beserta Staff PT. Barelang Persada yang telah meluangkan banyak

waktunya dalam memberikan data sehingga terselesaikannya laporan kerja

praktek ini.

6. Penulis mempersembahkan laporan kerja praktek ini untuk : Ayahanda Basri

dan Ibunda Yulianis buat doa dan semangat yang diberikan selama ini, serta

saudara-saudaraku: Rozi, Reno, Aldi, Bunga, Asep serta keluarga besar yang

telah memberikan motivasi kepada penulis.

7. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku T. Rahmat, Rasmon, Rolan, Febri, Yadi,

Indra, Suci, Firda, Dona, Ayu Diah, Adhela dan Mahasiswa/i Akuntansi DIII

angkatan 2010 yang selalu setia menemaniku dan tiada henti-hentinya

memberikan dukungan moril, saran dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini bermanfaat

bagi kita semua. Amin

Pekanbaru, Januari 2013Penulis

DONNY FEBRIYALDINIM 1002034983

ii

Page 8: Donny Febriyaldi

ABSTRAK

Donny Febriyaldi. 1002034983. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada PT. Barelang Persada Pekanbaru. Pembimbing DR. Kamaliah, SE, MM, Ak.

Hampir setiap perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang jasa, perdagangan, maupun industri pasti memiliki aset tetap untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan setiap harinya.Aset tetap merupakan harta perusahaan yang masa penggunaanya lebih dari satu periode normal akuntansi (biasanya diatas satu tahun penggunaan). Oleh karena itu perlakuan akuntansi yang tepat terhadap aset tetap adalah penting. Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana penerapan akuntansi aset tetap yang diterapkan oleh suatu perusahaan, yang kemudian akan dibandingkan antara teori yang diterima oleh penulis praktek yang sebenarnya terjadi di perusahaan, serta menyimpulkan hasil penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui bagaimana kebijaksanaan perusahaan dalam pengadaan aset tetap yang ada dalam perusahaan; 2) Untuk mengetahui bagaimana perusahaan menghitung penyusutan aset tetap; 3) Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perusahaan terhadap pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap; 4) Untuk mengetahui bagaimana penyajian aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan.

Dalam pembelian aset tetap secara tunai, PT. Barelang Persada mencatat harga perolehan aset tetap tersebut telah sesuai dengan SAK ETAP, dimana harga perolehan aset tetap dicatat sebesar harga fakturnya dan ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap digunakan dalam kegiatan perusahaan. PT. Barelang Persada tidak memisahkan beban bunga dengan harga perolehan aset melalui pembelian kredit. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan SAK ETAP karena beban bunga harus dipisahkan dari harga perolehan aset tetap. Dalam mencatat pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, perusahaan tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah pengeluaran tehadap aset tetap tersebut termasuk biaya atau pengeluaran tersebut dapat menambah umur ekonomis dan mempengaruhi biaya penyusutan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan SAK ETAP. Dalam menghitung aset tetap, perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method) yaitu metode dengan tarif berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam menghitung biaya penyusutan, perusahaan belum menerapkan sesuai dengan SAK ETAP karena perusahaan tidak memperhatikan tanggal dan bulan perolehan aset tetap sehingga perusahaan mengakui beban penyusutan selama satu tahun penuh. Penyajian aset tetap di neraca tidak sesuai dengan SAK ETAP, dimana dalam neraca hanya menampilkan nilai perolehan semua aset tetap dikurangi total akumulasi penyusutan. Perusahaan tidak menyajikan nilai perolehan, akumulasi penyusutan serta nilai buku setiap masing-masing kelompok aset tetap. Penyajian tersebut menyulitkan pengguna laporan untuk memahami aset tetap perusahaan.

iii

Page 9: Donny Febriyaldi

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR.................................................................................... i

ABSTRAK....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 4

D. Metode Penelitian .................................................................... 5

E. Sistematika Penulisan .............................................................. 7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.................................... 9

A. Sejarah Singkat Perusahaan ..................................................... 9

B. Struktur Organisasi Perusahaan................................................ 9

C. Aktivitas Perusahaan ............................................................... 12

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK...................................... 13

A. Tinjauan Teori.......................................................................... 13

1. Pengertian Aset Tetap ........................................................ 13

2. Klasifikasi Aset Tetap ........................................................ 15

3. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap ................................ 16

4. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap .............. 28

iv

Page 10: Donny Febriyaldi

5. Penyusutan Aset Tetap ...................................................... 30

6. Penghapusan Aset Tetap ................................................... 37

7. Penyajian Aset Tetap.......................................................... 39

B. Tinjauan Praktek ...................................................................... 41

1. Klasifikasi Aset Tetap ........................................................ 41

2. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap ................................ 41

3. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap............... 43

4. Penyusutan Aset Tetap....................................................... 46

5. Penyajian Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan............... 47

BAB IV PENUTUP..................................................................................... 50

A. Kesimpulan .............................................................................. 50

B. Saran......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

Page 11: Donny Febriyaldi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Struktur Organisasi PT. Barelang Persada Pekanbaru................. 10

vi

Page 12: Donny Febriyaldi

DAFTAR TABEL

HalamanTabel I.1 Daftar Aset Tetap

...................................................................................................

...................................................................................................4

Tabel III.1 Pembelian Tunai......................................................................................................................................................................................................19

Tabel III.2 Pembelian Dengan Angsuran......................................................................................................................................................................................................20

Tabel III.3 Pertukaran dengan aset tetap yang sejenis......................................................................................................................................................................................................21

Tabel III.4 Pencatatan Laba Pertukaran dengan aset tetap yang tidak sejenis......................................................................................................................................................................................................23

Tabel III.5 Pencatatan Rugi Pertukaran dengan aset tetap yang tidak sejenis......................................................................................................................................................................................................24

Tabel III.6 Penukaran Aset dengan Surat – Surat Berharga......................................................................................................................................................................................................25

Tabel III.7 Pencatatan Aset Tetap yang dibuat sendiri......................................................................................................................................................................................................27

Tabel III.8 Pencatatan Aset Tetap dari Hadiah atau Donasi......................................................................................................................................................................................................28

Tabel III.9 Penyusutan dengan Metode Garis Lurus......................................................................................................................................................................................................32

vii

Page 13: Donny Febriyaldi

Tabel III.10 Penyusutan dengan Metode Jam Jasa......................................................................................................................................................................................................33

Tabel III.11 Penyusutan dengan Hasil Produksi......................................................................................................................................................................................................34

Tabel III.12 Penyusutan Jumlah Angka Tahun......................................................................................................................................................................................................35

Tabel III.13 Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun......................................................................................................................................................................................................36

Tabel III.14 Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun Ganda......................................................................................................................................................................................................37

Tabel III.15 Pencatatan Pelepasan Aset Tetap......................................................................................................................................................................................................39

Tabel III.16 Penyajian Aset Tetap......................................................................................................................................................................................................40

Tabel III.17 Pencatatan Pembelian Kredit......................................................................................................................................................................................................42

Tabel III.18 Pencatatan Pembayaran Angsuran Kredit......................................................................................................................................................................................................42

Tabel III.19 Pencatatan Pembelian Kredit yang seharusnya......................................................................................................................................................................................................42

Tabel III.20 Pencatatan Pembayaran Angsuran Kredit yang seharusnya......................................................................................................................................................................................................43

viii

Page 14: Donny Febriyaldi

Tabel III.21 Jurnal Koreksi Pembelian Kredit......................................................................................................................................................................................................43

Tabel III.22 Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor Oleh Perusahaan......................................................................................................................................................................................................44

Tabel III.23 Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor yang seharusnya......................................................................................................................................................................................................44

Tabel III.24 Koreksi Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor sebelum tutup buku......................................................................................................................................................................................................45

Tabel III.25 Koreksi Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor setelah tutup buku......................................................................................................................................................................................................45

Tabel III.26 Perhitungan Beban Penyusutan yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................46

Tabel III.27 Perhitungan Beban Penyusutan yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................47

Tabel III.28 Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................48

Tabel III.29 Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................49

ix

Page 15: Donny Febriyaldi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sektor perekonomian teknologi yang semakin maju mempengaruhi

perkembangan pada setiap perusahaan, baik perusahaan swasta maupun

perusahaan pemerintah. Masalah yang dihadapi perusahaan juga semakin rumit

terutama dalam penyajian laporan keuangan. Di dalam mencapai tujuan

perusahaan selalu menghadapi masalah baik itu dari dalam maupun dari luar

perusahaan, untuk itu diperlukan adanya pengendalian intern yang dapat

membantu memperlancar kegiatan dalam perusahaan dan memperkecil resiko

terjadinya penyimpangan atau kesalahan dalam setiap aktivitas perusahaan.

Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka

pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai

perusahaan. Perusahaan tidak akan dapat mencapai sasaran tersebut tanpa adanya

aset (asset) yang dapat menjamin kelancaran operasional rutin perusahaan,

terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap merupakan aset perusahaan yang

sangat penting, tanpa adanya aktiva tetap mustahil sebuah perusahaan dapat

menjalankan kegiatan operasional rutinnya dengan baik.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.2), aset

tetap adalah asset berwujud yang:

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau

jasa, untuk disewakan ke pihak lain atau tujuan administratif, dan

b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Page 16: Donny Febriyaldi

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009:

15.10), harga perolehan adalah:

Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tanggal

pengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu kredit normal,

maka biaya perolehan adalah nilai tunai semua pembayaran masa akan

datang.

Hampir setiap perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang jasa,

perdagangan, maupun industri pasti memiliki aset tetap untuk menjalankan

kegiatan operasional perusahaan setiap harinya.Aset tetap merupakan harta

perusahaan yang masa penggunaanya lebih dari satu periode normal akuntansi

(biasanya diatas satu tahun penggunaan).Aset tetap ini digolongkan kepada dua

kelompok berdasarkan wujudnya yaitu, aset tetap berwujud (tangible asset) dan

aset tetap tidak berwujud (intangible asset). Harta perusahaan yang termasuk

kedalam kelompok aset tetap ini yaitu, tanah (land), gedung (building), mesin

(machine), kendaraan (vehicle), goodwill, hak cipta (copy rights), dan lain

sebagainya.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka aset tetap yang telah dimiliki

perusahaan tentunya mempunyai batas waktu tertentu untuk beroperasi, serta

memerlukan perbaikan yang kadangkala juga membutuhkan dana yang tidak

sedikit jumlahnya, disamping biaya-biaya pemeliharaan rutin agat dapat

menunjang kegiatan pengoperasiannya.

Untuk menghitung penyusutan ini ada beberapa metode yang digunakan

diantaranya, metode garis lurus, metode saldo menurun yakni terbagi dua yaitu,

metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun berganda, metode unit

2

2

Page 17: Donny Febriyaldi

produksi yang terbagi menjadi dua yakni, berdasarkan jam jasa dan unit yang

dihasilkan.

Ada tiga faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan beban

penyusutan yaitu, harga perolehan, nilai residu, taksiran umur ekonomis.

Penghentian proses pemakaian aset tetap dapat dilakukan dengan cara penjualan

aset tetap kepada pihak lain atau dengan cara ditukarkan dengan aset lain.

PT. Barelang Persada adalah perusahaan jasa yang kegiatan utamanya

adalah jasa konstruksi. Proyek-proyek yang dikerjakan oleh PT. Barelang Persada

ada yang didapatkan melalui tender dan ada pula dari penunjukan langsung dan

proyek-proyek tersebut ada yang diselesaikan kurang dari satu periode akuntansi

dan ada pula yang lebih dari satu periode akuntansi.

PT. Barelang Persada mempunyai beberapa permasalahan dalam hal

perlakuan aset tetap. Permasalahan tersebut berupa pencatatan perolehan aset

tetap secara angsuran dimana perusahaan memasukkan beban bunga sebesar Rp.

2.250.000 ke dalam harga perolehan. Permasalahan yang kedua, perusahaan

membebankan pengeluaran sebesar Rp. 1.200.000 untuk perbaikan sepeda motor

dimana perbaikan tersebut menambah umur aset tetap. Permasalahan yang ketiga,

PT. Barelang Persada menghitung penyusutan selama 1 tahun penuh untuk aset

tetap yang diperoleh tidak pada awal tahun. Metode yang digunakan oleh PT.

Barelang Persada adalah metode garis lurus (straight line) dengan tarif

berdasarkan ketentuan Undang-Undang perpajakan dan merupakan metode paling

sederhana yang mudah dalam mempertimbangkan beban penyusutan.

3

3

Page 18: Donny Febriyaldi

Adapun aset tetap yang dimiliki PT. Barelang Persada Per tanggal 31

Desember 2010 digambarkan sebagai berikut:

Tabel I.1. Daftar Aset Tetap l. Tanah Rp. 400.000.000,-2. Bangunan Rp. 350.000.000,-3. Kendaraan Rp. 364.425.000,-4. Peralatan & Mesin Rp. 431.665.000,-5. Perlengkapan Kantor Rp. 47.460.000,-

Akm. Penyusutan (Rp. 528.363.125,-) Nilai Buku Aset Tetap Rp. 1.065.186.875,-

Sumber : PT. Barelang Persada

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

bagaimana penerapan akuntansi aset tetap yang diterapkan oleh suatu perusahaan,

yang kemudian akan dibandingkan antara teori yang diterima oleh penulis praktek

yang sebenamya terjadi di perusahaan, serta menyimpulkan hasil penelitian ini

dalam Laporan Kerja Praktek yang berjudul "Perlakuan Akuntansi Aset Tetap

pada PT. Barelang Persada Pekanbaru".

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan pada halaman

sebelumnya, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut :

"Apakah akuntansi aset tetap yang diterapkan pada PT. Barelang Persada

Pekanbaru telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana kebijaksanaan perusahaan dalam

pengadaan aset tetap yang ada dalam perusahaan.

4

4

Page 19: Donny Febriyaldi

b. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan menghitung penyusutan aset

tetap.

c. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perusahaan terhadap

pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap.

d. Untuk mengetahui bagaimana penyajian aset tetap dalam laporan

keuangan perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

mengenai praktik akuntansi aset tetap yang diterapkan dalam perusahaan.

b. Bagi perusahaan, masukan dan bahan pertimbangan dalam usaha

perbaikan dan penyempurnaan dalam penerapan aset tetap.

c. Menambah referensi perpustakaan khususnya dibidang akuntansi.

d. Sebagai acuan bagi pihak-pihak lain yang tertarik untuk melakukan

penelitian dan membahas tentang permasalahan yang sama khususnya

mengenai aset tetap.

D. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang akuntansi aset tetap ini dilakukan langsung pada

PT. Barelang Persada yang berlokasi di Jalan Alpokat Raya Blok C17D No

12 Perumahan Pandau Permai Pekanbaru-Riau.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data berupa kebijakan-kebijakan yang diterapkan perusahaan

sehubungan dengan akuntansi aset tetap seperti penggolongan aset tetap,

5

5

Page 20: Donny Febriyaldi

biaya setelah masa perolehan aset tetap, metode penyusutan aset tetap dan

penghapusan aset tetap. Adapun sumber data primer adalah dari hasil

wawancara.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang telah diolah yang bersumber dari perusahaan yang

menjadi objek penelitian, seperti laporan laba rugi, laporan neraca, daftar

aset tetap, struktur organisasi dan akte pendirian perusahaan. Adapun

sumber data ini diperoleh berasal dari bagian accounting dan bagian

administrasi dan umum.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai landasan dalam

penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan dengan

menggunakan metode :

a. Observasi yaitu dengan pengamatan terhadap proses pencatatan bagian

akuntansi secara langsung.

b. Wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten dalam perusahan

yang mengetahui tentang permasalahan yang diangkat guna memperoleh

informasi yang akurat sehubungan dengan akuntansi aset tetap.

Wawancara dilakukan pada bagian accounting, bagian administrasi serta

bagian umum.

c. Daftar Pertanyaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

membuat daftar pertanyaan yang menyangkut masalah yang diteliti oleh

penulis yang kemudian diserahkan kepada perusahaan untuk dijawab.

6

6

Page 21: Donny Febriyaldi

d. Dokumentasi Data yaitu pengumpulan data melalui dokumen-dokumen

resmi milik perusahaan seperti daftar neraca, daftar laporan laba rugi,

daftar aset tetap, sejarah berdirinya perusahaan dan kegiatan operasional

perusahaan.

4. Analisa Data

Dalam menganalisis yang telah dikumpulkan maka tahap selanjutnya adalah

menganalisis dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu data

yang diperoleh dari lapangan yang dibandingkan dengan teori yang relevan

kemudian yang bermanfaat dalam pemecahan masalah yang dihadapi

perusahaan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk menggambarkan secara garis besar batas dan luas penulisan, penulis

membagi laporan kerja praktik ini menjadi IV (empat) bab dan rinci dalam

beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I         : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari beberapa

sub-bab seperti latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, metode

penelitian serta sistematika penulisan laporan kerja praktek ini.

BAB II       : Bab ini berisikan gambar umum perusahaan yang terdiri dari

sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan serta

aktivitas perusahaan.

7

7

Page 22: Donny Febriyaldi

BAB III     :      Pada bab ini menjelaskan tinjauan teori yang berisi tentang

pengertian aset tetap, klasifikasi aset tetap, penentuan harga

perolehan aset tetap, pengeluaran setelah masa perolehan aset

tetap, metode penyusutan aset tetap, penghapusan atau

pelepasan aset tetap dan penyajian laporan keuangan selanjutnya

penulis akan mencoba menganalisa permasalahan dalam

membandingkan antara teori dan tinjauan praktek pada

perusahaan.

BAB IV       : Bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan penutup yang

berisikan kesimpulan dan saran-saran yang direkomendasikan

berdasarkan hasil penelitian.

8

8

Page 23: Donny Febriyaldi

BAB IIGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Dalam menunjang program pemerintah yaitu melaksanakan kegiatan

pembangunan dan menanggulangi tingkat pengangguran maka sudah selayaknya

para usahawan menciptakan lapangan kerja untuk menyerap tenaga kerja. Sejalan

dengan kegiatan dan kebijakan pemerintah tersebut diatas, maka oleh beberapa

usahawan mendirkan perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor.Salah

satunya adalah PT. Barelang Persada.

PT. Barelang Persada Pekanbaru adalah badan hukum yang berbentuk

perusahaan yang menjalankan usaha dalam bidang jasa pemborongan kontraktor

baik sebagai perencana, pelaksana maupun pengawas pemborongan bermacam-

macam bangunan termasuk didalamnya gedung, jalan, jembatan, irigasi,

mekanikal dan pemasangan instalasi listrik, air, gas dan telepon serta pekerjaan

umum lainnya.. Berdasarkan Akta Nomor : 43 tanggal 20 Desember 2001,

dihadapan Notaris Fery Bakti, SH, Notaris di Kota Pekanbaru. Perusahaan ini

didirikan dengan nama PT. Barelang Persada, yang berkedudukan dan berkantor

pusat di Pekanbaru. Modal dasar perseroan yang telah ditempatkan berjumlah

Rp.1.500.000.000,- (Satu Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).

B. Struktur Organisasi

Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar manajemen yang dilakukan

untuk mengatur seluruh sumber-sumber daya yang ada yang diperlukan untuk

Page 24: Donny Febriyaldi

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Setiap perusahaan memiliki struktur

organisasi dimana tujuannya adalah menggambarkan wewenang dan tanggung

jawab dari masing-masing divisi.

Struktur organisasi juga dilengkapi dengan rincian dan uraian tugas yang

berguna sebagai pedoman bagi pimpinan dan karyawan dalam menjalankan

tugasnya masing-masing secara efektif dan efisien dan dapat memudahkan

manajer untuk mengawasi tugas-tugas yang telah didelegasi dan akan diminta

pertanggung jawabannya.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Barelang Persada Pekanbaru

adalah struktur organisasi garis, dimana pada struktur tersebut digambarkan

bahwa kekuasaaan dan tanggung jawab tertinggi terletak ditangan satu pimpinan,

sehingga setiap tanggung jawab yang didelegasi dari pimpinan tertinggi dapat

langsung disampaiakan kepada bagian masing-masing. Adapun gambar struktur

organisasi PT. Barelang Persada Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar II.1 di

halaman berikut:

Gambar II.1 Struktur OrganisasiPT. Barelang Persada Pekanbaru

Sumber: PT. Barelang Persada Pekanbaru

Direktur Utama

Bagian Pemasaran Bagian Keuangan

Direktur

Bagian Proyek

10

10

Page 25: Donny Febriyaldi

Dalam struktur organisasi PT. Barelang Persada Pekanbaru, tugas masing-

masing bagian adalah:

1. Direktur

Mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Memimpin pelaksanaan kegiatan perusahaan

b. Mewakili perusahaan dalam mengadakan hubungan dengan pihak luar

c. Mengkoordinir seluruh kegiatan atau pelaksanaan tugas dari masing-masing

bagian dalam perusahaan.

2. Bagian Proyek

Tugas dan tanggung jawab dari manejer proyek adalah:

a. Menyusun pekerjaan yang akan dilakukan yang berhubungan dengan

proyek.

b. Membuat laporan pertanggung jawaban atas aktivitas atau proyek yang akan

dilakukan kepada direksi sebagai dasar pengambilan keputusan.

c. Mempunyai tanggung jawab dan wewenang mengenai segala sesuatu yang

berhubungan dengan proyek kontruksi yang berupa pembangunan

bangunan, gedung, jembatan, dan lain sebagainya serta pengadaan barang

dan pemberian jasa sesuai dengan kontrak yang berlaku.

3. Bagian Pemasaran

Karena perusahaan ini bergerak dibidang jasa maka bagian ini mempunyai

tugas melakukan penjualan dan promosi serta mencari rekanan dalam kegiatan

perusahaan.

11

11

Page 26: Donny Febriyaldi

4. Bagian Keuangan

Mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab untuk mengevaluasi laporan keuangan setiap

periodenya.

b. Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan atas pencatatan transaksi yang

telah dilakukan.

c. Melaporkan posisi keuangan kepada pemimpin perusahaan.

C. Aktivitas Perusahaan

Adapun perusahaan merupakan kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam

dan diluar perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung akan

mempengaruhi kelancaran jalannya perusahaan. Dengan aktivitas perusahaan

yang lancar diharapkan dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan secara

efektif dan efisien dalam usaha meningkatkan hasil optimal.

Kegiatan utama PT. Barelang Persada adalah bidang jasa kontruksi, yaitu

jasa bangunan gedung, jalan, jembatan serta pelaksanaan pembangunan proyek-

proyek pemerintah maupun swasta. Kegiatan bermula dari mencari proyek yang

akan dikerjakan yang biasanya diperoleh melalui tender maupun penunjukan.

12

12

Page 27: Donny Febriyaldi

BAB IIITINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Aset Tetap

Secara umum aset tetap dapat diartikan sebagai suatu aset yang sifatnya

relatif permanent, digunakan dalam operasi normal perusahaan dengan maksud

untuk tidak diperjual belikan.

Pendapat-pendapat akuntan berbeda-beda tentang pengertian aset tetap,

tetapi maksud dan tujuannya sama. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan

beberapa definisi aset tetap dari beberapa akuntan, antara lain:

Menurut Mulyadi (2008:591) aset tetap adalah sebagai berikut:

Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomi

lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan

kegiatan perusahaan bukan untuk dijual.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.2)

adalah:

Asset tetap adalah asset berwujud yang:

c. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau

jasa, untuk disewakan ke pihak lain atau tujuan administratif, dan

d. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Karakteristik utama dari aset tetap berwujud seperti yang diberikan oleh

Kieso dan Weygandt (2010:647) sebagai berikut:

Page 28: Donny Febriyaldi

a. Harta itu diperoleh untuk digunakan dalam operas dan tidak untuk dijual kembali. Hanya harta yang digunakan dalam operasi bisnis bisaanya yang harus diklasifikasikan sebagai kekayaan, pabrik dan peralatan. Gedung yang tidak digunakan lebih tepat diklasifikasikan terpisah seperti investasi, tanah yang diklasifikasikan sebagai persediaan.

b. Harta itu bersifat jangka panjang dan bisaanya disusutkan. Kekayaan pabrik dan peralatan memberikan jasa selama sejumlah tahun. Investasi dalam harta ini dialokasikan pada periode-periode mendatang melalui beban penyusutan periodic. Pengecualianya adalah tanah yang tidak akan disusutkan kecuali terjadi penurunan nilai, seperti penanaman yang buruk, masa yang sering berkepanjangan atau erosi tanah.

c. Harta itu memiliki substansi fisik. Kekayaan pabrik dan peralatan didirikan ekstensi atau substansif fisik dan neraca berbeda dengan harta tidak berwujud seperti hak paten atau goodwill. Namun tidak seperti bahan mentah, kekayaan, pabrik dan peralatan secara fisik tidak menjadi bagian dari batang yang dimiliki.

Menurut Soemarso (2004:23) aset tetap adalah:

Aset yang jangka waktu pemakaiannya lama, yang digunakan dalam

kegiatan perusahaan dan dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam

kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar.

Menurut Rudianto (2009:272) aset tetap adalah :

Barang yang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen

dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk

diperjualbelikan.

Menurut Warren, at.all (2008 :440) mendefenisikan :

Aset tetap adalah aset berwujud jangka panjang atau aset yang relatif

permanen, yang terlihat secara fisik, dimiliki perusahaan dan digunakan

oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari

operasional normal.

14

Page 29: Donny Febriyaldi

Selain itu Baridwan (2004:271) memberikan pengertian aktiva tetap

sebagai berikut:

Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen dan menunjukkan sifat dimana aktiva tetap yang bersangkutan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk tujuan akuntansi jangka waktu penggunaannya dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi. Jadi aktiva tetap berwujud yang umurnya lebih dari satu periode dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.

Berdasarkan pengertian aset tetap diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

aset yang diperoleh baik dengan dibeli maupun dengan dibangun sendiri

dimaksudkan untuk digunakan dalam operasional perusahaan tidak untuk

diperjual belikan dan aset ini mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Dari definisi diatas juga dapat disimpulkan bahwa suatu asset dapat

digolongkansebagai asset tetap apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Digunakan untuk operasional perusahaan.

b. Merupakan harta milik perusahaan.

c. Memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.

d. Ditujukan bukan untuk dijual kembali.

e. Mempunyai wujud dan fisik yang nyata atau konkrit.

2. Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap merupakan suatu bagian utama aktivitas perusahaan dan

berpengaruh langsung dalam penyajian laporan keuangan yaitu laporan neraca.

Aset tetap dalam laporan keuangan akan disajikan berdasarkan jenis dan masa

manfaat dari aset tersebut. Klasifikasi aset tatap membantu pengguna informasi

15

Page 30: Donny Febriyaldi

laporan keuangan atas nilai aset tetap yang sebenarnya, yakni antara aset yang

disusutkan dengan aset yang tidak disusutkan.

Menurut Rudianto (2009: 155) aset berwujud dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Tanah, seperti tanah yang dipergunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan

b. Bangunan, seperti bangunan yang dipergunakan untuk kantorc. Peralatan, seperti pralatan kantor, mesin-mesin, kendaraan dan lain-

laind. Perbaikan tanah yang dipergunakan sebagai tempat berdirinyagedung

perusahaan

Menurut Baridwan (2004: 272) mengemukakan bahwa pengelompokan

aset tetap berwujud dikelompokan menjadi tiga yaitu:

a. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, perternakan atau pertanian.

b. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa dengan aset yang sejenis misalnya bangunan, mesin, dan alat-alat mebel, kendaraan dan lain-lain.

c. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas apabila sudah habis masa penggunannya tidak dapat diganti dengan aset yang sejenis, misalnya sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.5)

adalah:

Tanah dan bangunan adalah asset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat

terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh bersamaan.

Tanah dan bangunan adalah properti investasi.

3. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap

Aset yang diperoleh perusahaan adalah harus dinilai secara tepat baik pada

saat pembelian atau periode berjalan. Kesalahan dalam pencatatan aset tetap akan

16

Page 31: Donny Febriyaldi

mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Setiap biaya yang dikeluarkan

perusahaan sehubungan dengan pembelian, pengangkutan, pemasangan, pengujian

sampai aset tersebut siap digunakan dalam operasi usaha termasuk kedalam biaya

perolehan.

Menurut Baridwan (2004:273), harga perolehan adalah:

Jumlah uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh

aset tersebut, jika aset diperoleh dari pertukaran maka harga pasar aset

yang diserahkan dipakai sebagai ukuran harga perolehan aset yang

diterima. Apabila harga pasar aset yang diserahkan tidak diketahui, maka

harga pasar aset yang diterima dicatat sebagai harga perolehan aset tetap.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.10),

harga perolehan adalah:

Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada

tanggalpengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu kredit

normal, makabiaya perolehan adalah nilai tunai semua pembyaran masa

akan datang.

Dalam memperoleh aset tetap digunakan beberapa cara yaitu:

a. Pembelian tunai

b. Pembelian secara angsuran

c. Pertukaran

d. Ditukar dengan surat-surat berharga

e. Dibuat/dibangun sendiri

f. Hadiah atau donasi

17

Page 32: Donny Febriyaldi

Masing-masing cara perolehan aset tetap tersebut akan diuraikan sebagai

berikut yaitu:

a. Pembelian Tunai

Aset yang dibeli dengan pembelian tunai dicatat sebesar jumlah yang

dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya- biaya lain sehubungan

dengan pembelian aset tetap tersebut dikurangi potongan harga yang diberikan,

baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayaran yang

dipercepat.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP No. 15

(2009:15.6) mengatur bahwa:

Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.

Jika pembelian aset tetap dengan tunai mendapatkan potongan harga beli,

maka potongan tersebut dikurangkan dari harga perolehan dan tidak dapat

dianggap laba, karena diperoleh dari pembelian bukan dari penjualan. Dan apabila

potongan tunai tersebut tidak dapat diperoleh karena keterlambatan didalam

pembayaran (melebihi periode diskon), maka biaya tersebut harus dilaporkan

sebagai kerugian diskon atau biaya bunga.

Contoh:

Tanggal 1 Januari 2008 dibeli mesin dengan harga Rp 14.500.000,- biaya

pengangkutan Rp 200.000.- biaya pemasangan Rp 250.000,- maka pencatatan

untuk pembelian mesin adalah:

18

Page 33: Donny Febriyaldi

Tabel III.1 Pembelian Tunai

Tgl UraianRef. Post

Debit Kredit

Mesin 14.950.000 Kas 14.950.000

Dengan perincian perhitungan:1. Harga beli Rp. 14.500.000,-2. Biaya Pengangkutan Rp. 200.000,-3. Biaya Pemasangan Rp. 250.000,-

Total biaya perolehan Rp. 14.950.000,-Sumber: Surya (2010: 69)

b. Pembelian Dengan Angsuran

Menurut Suharli (2006:260) menyatakan bahwa :

Bila suatu aktiva tetap dibeli secara kredit maka nilai aktiva tersebut

dicatat sebesar harga tunainya, sedangkan bunga yang dibayar dari sisa

cicilan tidak menambah nilai aktiva yang dibeli melainkan dicatat dalam

beban bunga.

Pembelian aset tetap secara angsuran yaitu dengan pembelian yang

pembayarannya dilakukan selama jangka waktu tertentu yang berbentuk angsuran

tambah bunga. Pada unsurnya bunga harus dilakukan dari harga perolehan aset

tetap dan unsur harga harus diperlakukan sebagai bunga selama masa atau periode

angsuran. Unsur bunga yang dinyatakan secara spesifik akan mempermudah

dalam penentuan harga perolehan dari aset tetap, dan pengakuan adanya bunga

dilakukan pada periode akuntansi dimana realisasi pembebanan bunga itu terjadi

dan bukan pada periode terjadinya transaksi:

Dibeli sebuah kendaraan seharga Rp. 35.000.000,- tanggal 25 Januari 2008

dengan pembayaran pertama Rp. 10.000.000,- dan sisa bayar dalam jangka waktu

19

Page 34: Donny Febriyaldi

5 kali angsuran, dan dikenakan bunga sebesar 15% maka jurnalnya akan sebagai

berikut:

Tabel III.2 Pembelian Dengan Angsuran

Tgl UraianRef. Post

Debit Kredit

25/012001

*Saat PembelianKendaraan 35.000.000

Kas 10.000.000Hutang 25.000.000

*Pembayaran Angsuran IHutang 5.000.000Beban Bunga 312.500 Kas 5.312.500

PerhitunganAngsuran tiap bulan (25.000.000,-:5) = Rp. 5.000.000,-Beban bunga Rp. 25.000.000 x 1/12x15%) = Rp. 312.500,-Jumlah yang harus dibayar = Rp. 5.312.500,-

Sumber: Harahap (2004: 47)

c. Pertukaran

Aset tetap yang dimiliki dengan cara pertukaran ini diperoleh dengan cara

menukarkan aset yang dimiliki dengan aset pihak lain. Dalam pertukaran aset ini

tidak tertutup kemungkinan terdapat perbedaan antara nilai pasar wajar aset tetap

yang baru dengan nilai buku aset tetap yang ditukar. Perbedaan ini dicatat sebagai

keuntungan atau kerugian pertukaran. Apabila transaksi pertukaran disertai kas

maka perolehan aset yang didapat terdiri dari nilai wajar aset tetap yang

diserahkan ditambah dengan uang tunai atau kas yang dibayarkan.

Menurut Harahap (2004:34) pertukaran adalah :

Aset tetap yang diperoleh melalui transaksi pertukaran non moneter

biasanya dinilai wajar dari aset yang diperoleh atau aset diserahkan yang

mana lebih layak data atau bukti yang tersedia.

20

Page 35: Donny Febriyaldi

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:15.11) tentang pertukaran aset

tetap adalah :

Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau (b) nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat asset yang diserahkan.

Sebagai contoh, Information Processing, Inc menukar mesinnya yang telah

dipakai dengan mesin model baru milik Jerrod Business Solution, Inc. pertukaran

mengandung unsur komersial. Mesin bekasnya mempunyai nilai buku $8,000

(harga perolehan $12,000 dikurangi akumulasi penyusutan $4,000) dan nilai

wajarnya $6,000. mesin mdel baru berharga $16,000. Jerrod menghargai mesin

milik Information Processing sebesar $9,000. Information Processing menghitung

dan mencatat biaya perolehan dari mesin baru sebagai berikut:

Tabel III.3 Pencatatan Rugi pertukaran aset tetap

Tgl UraianRef. Post

Debet Kredit

Mesin baru $ 13,000Akumulasi Penyusutan $ 4,000Rugi pertukaran $ 2,000

Mesin lama $ 12,000Kas $ 7,000

Perhitungan :Mesin Baru $ 16,000Dikurangi : Mesin Lama $ 9,000 Kas yang harus dibayar $ 7,000Nilai wajar Mesin Lama $ 6,000 Harga Perolehan Mesin Baru $ 13,000

Nilai wajar Mesin Lama $ 6,000Nilai buku Mesin Lama $ 8,000 Kerugian pertukaran Mesin Lama $ 2,000

Sumber : Kieso dan Weygandt, Accounting Intermediate, Edisi IFRS, Tahun 2011, hal 525

21

Page 36: Donny Febriyaldi

2) Laba Pertukaran

Menurut Kieso et al. (2011:253) tentang pertukaran yang mengandung

unsur komersial dan keuntungan:

Perusahaan biasanya mencatat biaya perolehan aset non moneter dalam

pertukaran dengan aset non moneter lainnya pada nilai wajar aset yang

diserahkan, dan perushaaan segera mengakui keuntungan. Perusahaan

seharusnya menggunakan nilai wajar aset yang diterima hanya jika itu

lebih terlihat jelas dibandingkan nilai wajar aset yang diserahkan.

Ilustrasinya, Interstate Transportation Company menukar beberapa truk

bekas beserta kas dengan sebuah Semi-Truk. Truk-truk bekas tersebut jika

digabungkan memiliki nilai buku sebesar $ 42,000 (harga perolehan $64,000

dikurangi akumulasi penyusutan sebesar $22,000). Agen pembelian Interstate,

yang telah berpengalaman dalam pasar barang bekas, mengindikasikan bahwa

truk-truk bekas tersebut mempunyai nilai wajar sebesar $49,000. Selain truk-truk

tersebut, Interstate harus membayar kas sebesar $11,000 untuk transaksi

penukaran dengan sebuah semi-truk. Intestate menghitung dan mencatat transaksi

pertukaran seperti di halaman berikut:

22

Page 37: Donny Febriyaldi

Tabel III.4 Pencatatan Laba Pertukaran Aset Sejenis Dengan Penerimaan KasTgl Uraian R/P Debet Kredit

Semi-Truk $ 60,000Akumulasi Penyusutan-Truk-Truk $ 22,000

Truk-Truk $ 64,000Keuntungan Pertukaran Truk $ 7,000Kas $ 11,000

Perhitungan :Nilai wajar Truk-Truk $ 49,000Kas yang dibayar $ 11,000 Harga Perolehan Semi-Truk $ 60,000

Nilai Wajar Truk-Truk $ 49,000Harga Perolehan Truk-Truk $ 64,000Dikurangi : Akumulasi Penyusutan $ 22,000 Nilai Buku Truk-Truk $ 42,000 Harga Perolehan Mesin Baru $ 7,000

Sumber : Kieso dan Weygandt, Accounting Intermediate, Edisi IFRS, Tahun 2011, hal 525

Dalam hal ini, Interstate berada dalam posisi ekonomi yang berbeda, dan

maka dari itu, transaksi mengandung unsur komersial sehingga perusahaan

mengakui laba.

Sekarang kita asumsikan pertukaran Interstate Transportation Co. tidak

mengandung unsur komersial. Artinya, posisi ekonomi Interstate tidak berubah

secara signifikan akibat pertukaran tersebut. Dalam hal ini, Interstate

menangguhkan keuntungan sebesar $7,000 dan mengurangi harga perolehan

semi-truk. Ilustrasinya disajikan di halaman berikut:

23

Page 38: Donny Febriyaldi

Tabel III.5 Pencatatan Laba Pertukaran Aset Sejenis Tanpa Penerimaan Kas

Tgl UraianRef. Post

Debet Kredit

Semi-Truk $ 53,000Akumulasi Penyusutan-Truk-Truk $ 22,000 Truk-truk $ 64,000 Kas $ 11,000

Perhitungan :Nilai wajar Truk-Truk $ 60,000Dikurangi: Keuntungan ditangguhkan $ 7,000 Harga Perolehan Semi-Truk $ 53,000

AtauNilai Wajar Truk-Truk $ 42,000Ditambah : Kas $ 11,000 Harga Perolehan Semi-Truk $ 53,000

Sumber : Kieso dan Weygandt, Accounting Intermediate, Edisi IFRS, Tahun 2011, hal 525

d. Ditukar dengan surat – surat berharga

Aset tetap diperoleh dengan cara pertukaran surat-surat berharga saham

obligasi. Apabila nilai surat berharga dapat ditentukan, maka tersebut akan

menjadi harga perolehan aset tetap. Nilai aset tetap dicatat sebesar harga pasar

saham obligasi dipakai sebagai penukar. Bila harga saham atau obligasi tidak

diakui, harga aset tetap di tentukan menurut harga pasar yang wajar. Jika aset

tetap tersebut diperoleh dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga seperti

saham atau obligasi, maka aset dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi,

maka aset dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembeliaan.

Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan harga aset yang ditukar

tidak diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh

pimpinan perusahaan atau dewan komisaris. Nilai pertukaran ini dipakai sebagai

24

Page 39: Donny Febriyaldi

dasar pencatatan harga perolehan aset tetap dan nilai surat berharga yang

dikeluarkan. Pertukaran aset tetap dengan surat berharga akan dicatat dalam

rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya. Selisih nilai

pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio atau disagio.

Contoh:

Untuk mendapatkan jumlah kendaraan, PT. Piramida menukarkan 1.000

lembar saham biasa dengan nilai nominal@Rp. 10.000,-. Pada saat pertukaran

saham tersebut memiliki harga pasar sebesar Rp. 11.000,- per lembar. Jurnal

untuk mencatatnya adalah:

Tabel III.6 Penukaran Aset dengan Surat – Surat Berharga

Tgl UraianRef. Post

Debit Kredit

Kendaraan 11.000.000 Modal saham biasa 10.000.000

Agio saham biasa 1.000.000Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap,

Tahun 2004, hal 50

e. Dibuat sendiri

Perusahaan tidak selalu mempunyai aset tetap dengan memiliki yang siap

pakai, tetapi kadang-kadang perusahaan juga membuat atau membangunnya

sendiri aset yang dibutuhkan perusahaan seperti gedung dan alat-alat perabot.

Menurut Harahap (2004:30), ada beberapa alasan mengapa perusahaan

membuat sendiri aset tetapnya yaitu:

1) Mendapatkan cost yang lebih rendah

2) Mendapat kualitas yang diinginkan

25

Page 40: Donny Febriyaldi

3) Adanya sebuah Idle capacity (sebagian buruh atau pegawai

menganggur)

4) Tidak dijual di pasar

Dalam pembangunan aset tetap, semua biaya yang dikeluarkan seperti

bahan baku, upah langsung dan overheat pabrik harus dikapitalisasikan. Namun

yang menjadi masalah adalah bagaimana membedakan biaya overhear ke dalam

harga perolehan aset tetap tersebut.

Menurut Harahap (2004:31), ada dua cara menetapkan berapa besar biaya

overhead yang akan dibebankan terhadap produk yang akan dibangun sendiri,

yaitu:

1) Metode Incremental CostDalam metode ini biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aset tersebut.

2) Metode ProportionalDalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara rata, baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.

Apabila nilai perolehan bangunan tersebut lebih besar dari nilai pasarnya,

maka harga perolehan dicatat sebesar harga pasar aset tetap tersebut. Sedangkan

selisih antara harga perolehan dan harga pasar tersebut dicatat sebagai kerugian.

Misalnya, PT. SATU hendak membuat gudang untuk menyimpan

persediaan yang diproduksinya. Dalam membangun gudang tersebut, perusahaan

mengeluarkan biaya sebanyak Rp. 74.000.000,-. Setelah ditaksir, ternyata

bangunan gedung tersebut memiliki nilai pasar wajar seharga Rp. 70.000.000.

maka jurnalnya adalah sebagai berikut:

26

Page 41: Donny Febriyaldi

Tabel III.7 Pencatatan Aset Tetap yang dibuat sendiri

Tgl UraianRef. Post

Debit Kredit

Gudang 70.000.000Kerugian Pembangunan 4.000.000

Kas 74.000.000Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap,

Tahun 2004, hal 52

f. Hadiah atau Donasi

Aset tetap dapat diperoleh dari bantuan pemerintah atau badan lain. Aset

yang diperoleh dari bantuan dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang

layak dengan mengkreditkan akun “Modal Donasi”. Walaupun dilakukan

pengeluaran dalam upaya memperoleh aset tetap tersebut, namun jumlahnya

sangat kecil sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar harga perolehan.

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No. 16 (2009:16.28):

Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai

diperoleh keyakinan bahwa :

1) Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut,dan

2) Hibah akan diperoleh.

Contoh:

PT. Kemala memperoleh bantuan berupa tanah dan gedung yang masing-masing

senilai Rp.10.000.000,- dan Rp.23.000.000,- biaya yang dikeluarkan dalam

penerimaan bantuan tersebut sebesar Rp.300.000,-.Jurnal yang dibuat oleh PT.

Kemala disajikan di halaman berikut:

27

Page 42: Donny Febriyaldi

Tabel III.8 Pencatatan Aset Tetap dari Hadiah atau Donasi Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit

Tanah 10.000.000Gedung 23.000.000

Modal donasi 32.700.000Kas 300.000

Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap, Tahun 2004, hal 52

4. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap

Selama penggunaan aset tetap, umumnya perusahaan mengeluarkan biaya-

biaya tertentu untuk kepentingan aset tetap, seperti memperbaiki, mengganti alat

maupun menservis serta memelihara aset tetap yang ada untuk tujuan

meningkatkan kapasitas dan efisiensi dari aset tetap yang dipakai.

Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi selama penggunaan aset tetap dapat

dibagi dalam dua kategori, Menurut Baridwan (2004:272) yaitu:

a. Capital Expenditure (pengeluaran modal), adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran seperti ini dicatat kedalam rekening aset tetap (dikapitalisir)

b. Revenue Expenditure (pengeluaran penghasilan), adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh manfaat yang hanya dirasakan dalam periode yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009:15.12)

sehubungan pengeluaran setelah perolehan aset tetap adalah:

Pengeluaran setelah pengakuan awal suatu aset tetap yang memperpanjang

umur manfaat atau yang kemungkinan besar member manfaat ekonomi

dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu

produksi, atau peningkatan standar kerja, harus ditambahkan pada jumlah

tercatat aset tetap tersebut.

28

Page 43: Donny Febriyaldi

Untuk lebih jelasnya pengeluaran–pengeluaran yang dilakukan setelah,

masa perolehan adalah sebagai berikut:

a. Reparasi dan Pemeliharaan

Reparasi merupakan pengeluaran untuk mengembalikan harta kepada kondisi

yang baik karena kerusakan atau pengembalian dan mengganti bagian-bagian

yang mengalami kerusakan. Kegiatan ini dapat dibedakan dua jenis yaitu

Reparasi ringan yang bisaanya terjadi secara rutin dan hanya memerlukan

biaya relative kecil dan Reparasi besar yang memerlukan biaya dalam jumlah

besar dan biasanya tidak bersifat rutin. Biaya Reparasi kecil biasanya tidak

akan menambah umur ekonomis aset tetap, sehingga dibebankan sebagai biaya

pada periode terjadinya reparasi.

b. Penggantian (Replacement)

Penggantian adalah pengeluaran biaya yang dikeluarkan guna mengganti aset

atau suatu bagian aset dengan unit yang baru dan bisaanya dilakukan karena

aset yang lama telah mengalami kerusakan. Apabila bagian-bagian yang

diganti itu cukup besar maka harga perolehan bagian itu dihapuskan dari

rekening aset dan diganti dengan harga perolehan yang baru, begitu juga

akumulasi penyusutan untuk bagian yang diganti tersebut:

c. Perbaikan (Betterment/ improvement)

Perbaikan adalah pengeluaran untuk memperbaiki aset tetap yang mengalami

kerusakan agar dapat digunakan dalam proses operasional perusahan sebagai

mana mestinya. Jika pengeluaran itu kecil, maka pengeluaran itu dianggap

29

Page 44: Donny Febriyaldi

sebagai biaya bisaa. Tetapi, jika pengeluaran itu besar maka pengeluaran itu

dikapitalisasi ke harga perolehan aset tetap.

d. Penambahan (Addition)

Penambahan adalah penggeluaran untuk menambah aset tetap yang lama

dengan bagian-bagian yang baru, seperti penambahan ruangan, perluasan

halaman parkir dan lain-lain. Pengeluaran ini dikapitalisasi dan nilainya

disusutkan sepanjang umur pemakaian aset tetap. Dengan demikian diperlukan

penyesuaian terhadap beban penyusutan untuk tahun-tahun mendatang setelah

terjadinya penambahan.

5. Penyusutan Aset Tetap

Penyusutan merupakan proses pengalokasian harga perolehan aset tetap

selama periode masa manfaat atas penggunaannya. Semua aset tetap akan

mengalami penyusutan karena digunakan dalam operasi perusahaan, kecuali

tanah.

Menurut Kieso dan Weygandt (2010:214) menyatakan bahwa:

Penyusutan itu adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan harga

pokok dan aset berwujud dalam suatu cara sistematis dan rasional pada

periode-periode yang diperkirakan memperoleh manfaat dari

penggunaannya.

Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang:

a. Diharapkan untuk dipergunakan lebih dari satu periode akuntansi

b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas

30

Page 45: Donny Febriyaldi

c. Ditahan perusahaan untuk dipergunakan dalam produksi atau

memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan

administrasi.

Menurut Baridwan (2004:310), dalam akuntansi dikenal beberapa macam

metode penyusutan. Metode-metode tersebut adalah:

a. Metode Garis Lurus (Straight line Method)Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus.

b. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)Metode jam jasa membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan jumlah jam yang digunakan oleh suatu aset dalam memberikan jasa dalam rangka operasi perusahaan selama periode tersebut.

c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)Metode jumlah unit produksi membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan jumlah unit yang diproduksi oleh suatu aset dalam operasi perusahaan selama periode tersebut.

d. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method)1) Jumlah angka tahun (Sum of The Years Digits Method)

Dengan metode ini beban penyusutan periodik akan menurun secara tetap sepanjang umur estimasi itu, karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun terhadap harga perolehan aset dikurangi estimasi nilai residu semakin kecil.

2) Saldo menurun (Declining Balance, Method)Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan persentase tertentu yang dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan dengan nilai buku. Sehingga beban penyusutan semakin lama semakin kecil.

3) Saldo menurun ganda (Double Declining Balance, Method)Dengan metode ini, penyusutan didasarkan dengan presentase yang mengabaikan nilai residu. Apabila ini buku akhir tahun uang lebih kecil dari nilai sisa, maka aset tetap yang bersangkutan tidak disusutkan lagi.

a. Metode Garis Lurus ( Straight line Method)

Metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap

31

Page 46: Donny Febriyaldi

tahunnya sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Dihitung sebagai berikut:

Contoh:

Pada tanggal 4 Januari 2002. PT BCC Membeli sebuah mesin yang dibeli

dengan harga perolehan Rp. 15.000.000,- diperkirakan dapat dipergunakan selama

4 tahun, nilai sisa sebesar Rp. 3.000.000,- maka penyusutannya adalah sebagai

berikut:

Tabel III.9 Penyusutan Dengan Metode Garis Lurus

Th Harga perolehanBeban

PenyusutanAkumulasiPenyusutan

Nilai Buku

1 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 12.000.0002 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 9.000.0003 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 9.000.000 Rp. 6.000.0004 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp.12.000.000 Rp. 3.000.000

Sumber: Intermediate Accounting, Baridwan, Tahun 2004, Hal. 312

b. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)

Pengalokasian beban penyusutan dengan metode jam jasa berdasarkan

pada taksiran jam jasa yang mampu diberikan oleh aset tetap yang bersangkutan.

Secara otomatis penyusutan tergantung pada jam jasa yang digunakan. Beban

penyusutan per jam dihitung sebagai berikut:

Contoh:

Dari data yang telah ada, jika dalam tahun 2002 digunakan 4.000 jam,

tahun 2003 sebanyak 6.000 jam, tahun 2004 sebanyak 8.500 jam. Dan tahun 2007

sebanyak 11.500 jam. Harga perolehan mesin Rp. 15.000.000,- dan nilai sisa Rp.

32

Page 47: Donny Febriyaldi

3.000.000,- maka besarnya penyusutan adalah:

Depresiasi per jam = Rp. 15.000.000 – Rp. 3.000.000 = Rp. 400/jam30.000 jam

Tabel III.10 Penyusutan dengan Metode Jam Jasa

ThTarif(Rp)

Jam KerjaPenyusutan

(Rp)

AkumulasiPenyusutan

(Rp)

Nilai Buku (Rp)

2002 400 4.000 1.600.000 1.600.000 13.400.0002003 400 6.000 2.400.000 4.000.000 11.000.0002004 400 8.500 3.400.000 7.400.000 7.600.0002005 400 11.500 4.600.000 12.000.000 3.000.000

Sumber: Intermediate Accounting, Baridwan, Tahun 2004, Hal 313

c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Meth)

Dalam metode ini umur kegiatan aset ditaksir dalam satuan jumlah unit

produksi, sehingga besarnya depresiasi tiap periode akan berfluktuating sesuai

dengan fluktuasi hasil produksi untuk dapat menghitung beban depesiasi setiap

periode. Kemudian tarif ini dikali dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam

periode tersebut. Jadi depresiasi dalam metode ini dapat dihitung dengan rumus:

Contoh dari data yang telah ada taksiran produksi 60.000 unit. Data hasil

produksi mesin ini sebagai berikut:

Tahun 1999 : 12.000 unit

Tahun 2000 : 15.000 unit

Tahun 2001 : 13.000 unit

Tahun 2002 : 20.000 unit

Maka penyusutan per unitnya adalah:

33

Page 48: Donny Febriyaldi

Penyusutan = Rp 15.000.000 – Rp 3.000.000 = Rp 200/ unit 60.000

Tabel III.11 Penyusutan dengan Hasil Produksi

ThTarif(Rp)

Jam Produksi

Penyusutan (Rp)

AkumulasiPenyusutan

(Rp)

NilaiBuku (Rp)

1999 200 12.000 2.400.000 2.400.000 12.600.0002000 200 15.000 3.000.000 5.400.000 9.600.0002001 200 13.000 2.600.000 8.000.000 7.000.0002002 200 20.000 4.000.000 12.000.000 3.000.000

Sumber: Intermediate Accounting, Baridwan, Tahun 2004, Hal 314

d. Metode Beban Menurun (Reducing Charge Method)

Dalam metode ini beban depresiasi tiap periode selalu jumlahnya

menurun. Dalam metode ini ada empat cara yang digunakan untuk menghitung

depresiasi yang menurun dari tahun ketahun, yaitu:

1) Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits Method)

Metode jumlah angka tahun adalah pembebanan biaya penyusutan

secara berkala akan makin menurun secara tetap selama perkiraan umur

aset tetap. Oleh karena itu secara berturut-turut tiap-tiap tahun harga pokok

aset yang dapat disusutkan yaitu harga perolehan dikurangi nilai sisa atau

nilai residu. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

D = beban penyusutan periodik

n = umur ekonomis

Contoh:

Pembelian aset tetap seharga Rp 5.000.000,-. Masa manfaat dari

34

Page 49: Donny Febriyaldi

aset tersebut diperkirakan mencapai 4 tahun dengan estimasi nilai sisa

pada akhir masa manfaat sebesar Rp 1.000.000,-. Maka skedul

perhitungannya adalah sebagai berikut;

Tabel III.12 Penyusutan dengan Metode Angka TahunTahun Dasar

penyusutanSisa

umurTarif Beban

penyusutanNilai tercatat

0 Rp. 5.000.000 - - - Rp. 5.000.0001 Rp. 5.000.000 4 4/10 Rp. 1.600.000 Rp. 3.400.0002 Rp. 5.000.000 3 3/10 Rp. 1.200.000 Rp. 2.200.0003 Rp. 5.000.000 2 2/10 Rp. 800.000 Rp. 1.400.0004 Rp. 5.000.000 1 1/10 Rp. 400.000 Rp. 1.000.000

Sumber : Raja Adri Satriawan Surya, Akuntansi Keuangan I, 2010, hal 87

2) Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Dalam metode ini beban penyusutan merupakan hasil perkalian

dengan nilai buku aset tetap pada akhir periode. Karena nilai buku aset tiap

tahun akan mengalami penurunan maka beban depresiasi untuk setiap

tahunnya juga mengalami penurunan sebagai nilai sisa.

Rumus untuk menghitung penyusutan:

r = 1 –

Keterangan:

r = Tarif Penyusutan

n = Umur ekonomis

s = Nilai sisa

c = Harga perolehan

Contoh:

PT. ABC membeli sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar

35

Page 50: Donny Febriyaldi

Rp. 100.000.000,- nilai sisa mesin Rp. 10.000.000,- dan umur ekonomis

mesin 3 tahun, maka perhitungannya:

r = 1 –

= 0,536 atau 53,6 %Tabel III.13 Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun

Th Tarif Beban PenyusutanAkumulasiPenyusutan

Nilai Buku

1 53.653.6% x Rp100.000.000 = 53.600.000

Rp.53.600.000 Rp.46.400.000

2 53.653.6% x Rp 46.400.000= 53.600.000

Rp.78.470.000 Rp. 21.530.000

3 53.653.6% x Rp 21.530.000= 11.530.000

Rp.90.000.000 Rp.10.000.000

Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap, Tahun 2004, hal 59

3) Metode Saldo Menurun Ganda ( Double Declining Balance Method)

Dengan metode ini, penyusutan didasarkan dengan persentase yang

mengabaikan nilai residu. Apabila nilai buku akhir tahun lebih kecil dari

nilai sisa, maka aset yang bersangkutan tidak disusutkan lagi.

Rumus: r = 100% x 2n

Keterangan:

r = Tarif Penyusutan

n = Umur ekonomis

Sebagai contoh, Pada tanggal 3 januari 2010 Perusahaan

memperoleh sebuah mesin seharga Rp 15.000.000,- dengan perkiraan nilai

sisa sebesar Rp 1.000.000,- dan Perkiraan masa manfaatnya selama 5

36

Page 51: Donny Febriyaldi

tahun. Tarif penyusutannya adalah :

r = 100% X 2 = 40% 5

Tabel III.14 Pencatatan Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun Ganda

Akhir Tahun

PerhitunganBeban

PenyusutanAkumulasi Penyusutan

Nilai Buku Aset

- - - Rp 15.000.0001 Rp 15.000.000 x 40% Rp 6.000.000 Rp 6.000.000 Rp 9.000.0002 Rp 9.000.000 x 40% Rp 3.600.000 Rp 9.600.000 Rp 5.400.0003 Rp 5.400.000 x 40% Rp 2/.160.000 Rp 11.760.000 Rp 3.240.0004 Rp 3.240.000 x 40% Rp 1.296.000 Rp 13.056.000 Rp 1.944.000

5Rp 1.944.000 – Rp

1.000.000Rp.944.000 Rp 14.000.000 Rp 1.000.000

Sumber : Intermediate Accounting, Zaki Baridwan, Tahun 2004, Hal 313.

6. Penghapusan Aset Tetap

Aset tetap yang dipakai terus menerus suatu saat akan dihapuskan dari

pembukuan karena aset tetap tersebut tidak efisien atau tidak bermanfaat lagi bagi

perusahaan. Penghapusan aset tetap ini bisa dilakukan dengan cara menutup

perkiraan aset tetap tersebut dengan mengkredit aset tetap dan mendebetkan

akumulasi penyusutannya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009:15.27):

Entitas harus menghentikan-pengakuan aset tetap pada saat:

a. dilepaskan; atau

b. ketika tidak ada manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan

dari penggunaan atau pelepasannya.

Menurut Kieso et.al (2010:60) menjelaskan sebagai berikut :

Aset ditarik dari penggunaannya karena dua alasan : faktor-faktor fisik (seperti kerusakan atau habisnya umur fisik) dan faktor-faktor ekonomi

37

Page 52: Donny Febriyaldi

(keusangan). Faktor-faktor fisik adalah keausan, dekomposisi, dan kerusakan yang membuat aset tersebut sulit untuk bekerja tanpa batas. Faktor-faktor fisik ini menetapkan batas luar untuk umur pelayanan aset. Faktor-faktor ekonomi atau fungsional dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori : ketidaklayakan, penggantian, dan keusangan.

Hal ini dapat dibedakan dalam lima pengertian, yaitu:

a. Dibuang

Dalam hal ini perkiraan aset tetap dan akumulasi penyusutannya harus

dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aset tetap yang bersangkutan

sebesar harga perolehannya dan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan

sampai saat pelepasannya. Apabila ada nilai sisanya, maka jumlah ini dicatat

sebagai rugi atas pelepasannya.

b. Dijual

Ada dua jenis aset yang dijual:

1) Aset yang sudah habis masa manfaatnya

Dalam hal ini kas diterima dari penjualan dicatat sebagai laba atas penjualan.

2) Aset yang menurut penilaian ekonomis tidak dipergunakan lagi, namun belum

sepenuhnya disusutkan.

Dalam hal ini ada tiga kemungkinan harga penjualan aset tetap tersebut, yaitu:

sama besar, lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai bukunya. Jika lebih rendah

akan mengakibatkan rugi atas penjualan dan jika lebih tinggi akan terjadi laba

atas penjualan aset tetap tersebut.

Contoh :

38

Page 53: Donny Febriyaldi

Sebuah mesin dijual pada pertengahan tahun kesepuluh seharga Rp.

7.000.000,-. Mesin tersebut dahulunya dibeli dengan harga Rp.18.000.000,- dan

telah disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar Rp. 1.200.000,- per tahun. Maka

ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut :

Tabel III.15 Pencatatan pelepasan aset tetap

Tgl UraianRef. Post

Debet Kredit

Beban penyusutan Rp. 600.000Akumulasi penyusutan Rp. 600.000

Kas Rp. 7.000.000Akumulasi Penyusutan Rp.11.400.000

Mesin Rp.18.000.000Laba penjualan Rp. 400.000

Sumber: Akuntansi Pengantar 2, Pendekatan Komprehensif, Achmad Tjahjono dan Suliastriningsih, Tahun 2009, hal.124

c. Ditukar

Prosedur untuk hal ini sama seperti perolehan aset tetap dengan pertukaran

yang telah diuraikan sebelumnya

d. Dinon aktifkan

Aset tetap yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau

digolongkan sebagai aset lain-lain

e. Dipakai di luar operasi normal perusahaan

Dalam hal ini aset tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi.

7. Penyajian Aset Tetap

Cara penyajian komponen–komponen laporan keuangan haruslah tepat,

sehingga laporan keuangan yang disajikan akan menunjukkan nilai wajar dan

benar. Dalam penyajian aset sebaiknya dicantumkan juga nilai akumulasi

39

Page 54: Donny Febriyaldi

penyusutan masing-masing aset berikut nilai bukunya, sehingga tidak

menimbulkan salah tafsir.

Penyajian aset tetap dalam laporan keuangan harus memberikan rincian

jelas mengenai jenisnya, misalnya tanah, bangunan, kendaraan, peralatan.

Kemudian dicantumkan harga perolehan dengan pengurangnya yaitu akumulasi

penyusutan untuk masing-masing aset tetap kecuali tanah. Laporan keuangan

juga, harus merincikan aset-aset yang tidak lagi digunakan dalam operasional

perusahaan, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan benar-benar memuat

data yang benar dan jelas sehingga tidak menyesatkan bagi para pemakai laporan

keuangan tersebut.

Penyajian aset tetap di neraca dimulai dari aset yang paling kekal atau

umur yang paling panjang sampai yang tidak kekal atau umur paling pendek.

Sebagai contoh bentuk penyajian aset tetap di Neraca menurut Warren et. Al

(2005:519) di halaman berikut:

Tabel III.16 Penyajian Aset Tetap

ASET xxxx

Total Aset Lancar

Aset Tetap

Tanah xxxx

Bangunan xxxx

Akum. Peny (xxxx) +

Nilai Buku xxxx

Mesin xxxx

Akum. Peny (xxxx) +

Nilai Buku xxxx

Peralatan Kantor xxxx

40

Page 55: Donny Febriyaldi

Akum. Peny (xxxx) +

Nilai Buku xxxx +

Total Aset Tetap xxxx +

Total Aset Lancar dan Aset Tetap xxxx

Sumber: Prinsip-prinsip Akuntansi, Carl S Warren, Fames M Revee dan Philip E. Fess, Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan, Tahun 2005, hal 519.

B. Tinjauan Praktek

1. Klasifikasi Aset Tetap

Klasifikasi Aset Tetap pada PT. Barelang Persada dibagi menjadi lima

kelompok yaitu:

a. Tanah yang mempunyai masa manfaat tidak terbatas.

b. Bangunan yang mempunyai masa manfaat selama 20 tahun.

c. Kendaraan yang mempunyai masa manfaat ada yang selama 8 tahun.

d. Peralatan dan Mesin yang mempunyai masa manfaat ada yang selama

4-8 tahun, dan

e. Perlengkapan Kantor yang mempunyai masa manfaat ada yang selama

4 tahun.

Berdasarkan uraian jenis aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan diatas

maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan membagi kelompok aset tetap tersebut

sesuai dengan fungsi masing-masing dari aset tetap tersebut.

2. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap

PT. Barelang Persada dalam memperoleh aset tetap dengan cara pembelian

tunai dan pembelian kredit. Dalam pembelian tunai perusahaan melakukannya

41

Page 56: Donny Febriyaldi

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu harga perolehan dicatat sebesar

harga faktur dan ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap

tersebut siap digunakan.

Untuk pembelian kredit, selisih antara nilai tunai dengan harga angsuran

merupakan beban bunga yang harus dipisahkan dari harga perolehan aset tetap.

Akan tetapi, PT. Barelang Persada tidak memisahkan beban bunga dengan harga

perolehan aset. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan

yang berlaku.

Pada tanggal 2 Juli 2008 PT. Barelang Persada membeli dua unit Mobil

Pick Up seharga Rp. 270.000.000,- dengan jangka waktu pembayaran 12 bulan,

sedangkan harga tunai 2 unit Pick Up tersebut adalah sebesar Rp. 247.500.000,-

perusahaan membayar uang muka sebesar Rp.60.000.000,- pada saat pembelian

tersebut perusahaan mengkapitalisir biaya bunga yang timbul kedalam harga

perolehan, sehingga perusahaan mencatat transaksi tersebut sebagai berikut:

Tabel III.17 Pencatatan Pembelian KreditTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit

2 Juli 2008

Mobil Pick Up 270.000.000Kas 60.000.000Hutang 210.000.000

Sumber : PT. Barelang Persada

Pada saat pembayaran angsuran perbulan perusahaan tersebut mencatat:

Tabel III.18 Pencatatan Pembayaran Angsuran KreditTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit

2 Ags 2008

Hutang 17.500.000Kas 17.500.000

Sumber : PT. Barelang Persada

42

Page 57: Donny Febriyaldi

Jurnal yang seharusnya dibuat perusahaan pada saat pembelian:

Tabel III.19 Pencatatan Pembelian Kredit yang seharusnyaTgl Uraian R/P Debit Kredit

2 Juli 2008

Mobil Pick Up 247.500.000Beban bunga ditangguhkan 22.500.000

Kas 60.000.000Hutang Kendaraan 210.000.000

Sumber : Data OlahanPada saat pembayaran angsuran perbulan perusahaan tersebut mencatat:

Tabel III.20Pencatatan Pembayaran Angsuran Kredit yang seharusnya

Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit2 Ags2008

Hutang Kendaraan 17.500.000Beban bunga 1.875.000

Kas 17.500.000Beban bunga yang ditangguhkan

1.875.000

Nilai tersebut diatas diperoleh dengan perhitungan:a. Biaya bunga

Harga kredit Rp. 270.000.000Nilai tunai Rp. 247.500.000Beban bunga yang ditangguhkan Rp. 22.500.000

Biaya bunga tiap bulan = Rp. 22.500.000 12

= Rp. 1.875.000b. Utang = Rp. 210.000.000

12 Cicilan perbulan = Rp. 17.500.000

Sumber : Data Olahan

Agar penyajian dalam laporan keuangan menjadi benar maka, maka

perusahaan harus mencatat jurnal koreksi untuk mengoreksi kesalahan pencatatan

yang terjadi dengan jurnal sebagai berikut:

Jurnal koreksi yang harus dibuat perusahaan adalah:

Tabel III.21 Jurnal Koreksi Pembelian KreditTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit

31Des Beban Bunga yang 22.500.000

43

Page 58: Donny Febriyaldi

2008 ditangguhkanMobil Pick Up 22.500.000

Sumber : PT. Barelang Persada

3. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap

Selama penggunaan aset tetap kita tidak dapat menghindari pengeluaran

setelah perolehan aset tetap tersebut. Pengeluaran ini adalah untuk menunjang

aktivitas perusahaan dan dapat memelihara agar aset tersebut dapat memberikan

manfaatnya sesuai dengan jangka waktu taksiran umur yang telah ditentukan.

Pengeluaran tersebut karena kemungkinan ada pengaruhnya pada harga pokok

yang akhirnya mempengaruhi biaya penyusutan. Dalam pencatatan pengeluaran

setelah masa perolehan aset tetap, perusahaan harus memperhatikan jenis

pengeluarannya, karena tidak semua pengeluaran dapat dijadikan biaya.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap kebijakan

perusahaan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, maka yang dilakukan

perusahaan adalah sebagai berikut:

Pada awal bulan November 2010 PT. Barelang Persada melakukan

perbaikan terhadap Sepeda Motor dengan total perbaikan senilai Rp. 1.200.000,-

pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai berikut:

Tabel III.22Pencatatan Sepeda Motor Oleh Perusahaan

Tgl UraianRef. Post

Debit Kredit

4Nov2010

Biaya Transportasi 1.200.000Kas 1.200.000

Sumber : PT. Barelang Persada

44

Page 59: Donny Febriyaldi

Karena pengeluaran tersebut menambah umur ekonomis dan

meningkatkan kegunaan sepeda motor, maka pencatatan yang seharusnya dibuat

oleh perusahaan adalah:

Tabel III.23 Pencatatan Sepeda Motor yang seharusnyaTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit

14Mei2010

Akumulasi Penyusutan Sepeda Motor

1.200.000

Kas 1.200.000Sumber : Data Olahan

Jurnal koreksi sebelum tutup buku yang harus dibuat perusahaan yaitu:

Tabel III.24Koreksi Pencatatan Sepeda Motor sebelum tutup buku

Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit31Des 2010

Akumulasi Penyusutan Sepeda Motor

1.200.000

Biaya Transportasi 1.200.000Sumber : Data Olahan

Apabila koreksi dilakukan setelah penutupan buku, maka ayat jurnal yang

harus dibuat oleh perusahaan adalah:

Tabel III.25 Koreksi Pencatatan Sepeda Motor setelah tutup buku

Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit1Jan 2011

Akumulasi Penyusutan Sepeda Motor

1.200.000

Laba Ditahan 1.200.000Sumber : Data Olahan

Kesalahan dalam pengelompokan pengeluaran modal atau pendapatan jasa

akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Laporan tersebut akan

memberikan informasi yang keliru untuk periode-periode setelah terjadinya

pengeluaran tersebut. Ketidaktepatan pencatatan pengeluaran aset tetap akan

45

Page 60: Donny Febriyaldi

menimbulkan kesalahan karena aset dinilai terlalukecildan beban terlalu besar.

Jika laporan keuangan dilaporkan dalam keadaaan laba maka labanya terlalu kecil.

Tapi sebaliknya, apabila perusahaan mengalami kerugian hal ini akan

memperbesar kerugian yang dialami perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu

menetapkan kebijaksanaan kapitalisasi sehingga dapat menentukan pengeluaran

tersebut harus dikapitalisasi atau dibebankan sebagai biaya.

4. Penyusutan Aset Tetap

Aset tetap kecuali tanah memiliki usia terbatas. Kemampuan dalam

menghasilkan dan membantu kegiatan operasional guna memperoleh pendapatan

bagi perusahaan akan semakin menurun sejalan berlalunya waktu sehingga harus

disusutkan secara berkala sepanjang usianya.

Pada perusahaan ini penyusutannya ada yang menggunakan metode garis

lurus dan ada juga aset tetap yang menggunakan metode saldo menurun ganda.

Metode garis lurus dipakai guna menyusutkan suatu aset apabila diperkirakan aset

tetap memberikan manfaat ekonomis relative sama besarnya untuk setiap periode

selama masa penggunannya. Sedangkan metode saldo menurun ganda didasarkan

dengan persentase yang mengabaikan nilai residu. Apabila nilai buku akhir tahun

lebih kecil dari nilai sisa, maka aset yang bersangkutan tidak disusutkan lagi

Pada awal bulan Juli 2009, PT. Barelang Persada membeli satu set kursi

tamu senilai Rp. 2.750.000,- yang mempunyai nilai residu sebanyak Rp. 500.000

mempunyai masa manfaat selama 4 tahun, dengan menggunakan penyusutan

46

Page 61: Donny Febriyaldi

dengan metode garis lurus, penyusutan yang dilakukan perusahaan adalah sebagai

berikut:

Tabel III.26 Perhitungan Beban Penyusutan yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik

TahunBiaya

Perolehan

%Penyu-sutan

BebanPenyusutan

AkumulasiPenyusutan

Nilai Buku

2009 2.750.000 25% Rp 687.500 Rp 687.500 Rp 2.062.500 2010 2.750.000 25% Rp 687.500 Rp1.375.000 Rp 1.375.000 2011 2.750.000 25% Rp 687.500 Rp2.062.500 Rp 687.500

Sumber : PT. Barelang PersadaPerhitungan beban penyusutan diatas tidak sesuai dengan standar

akuntansi keuangan karena perusahaan harus mengakui besarnya beban

penyusutan selama satu tahun penuh, seharusnya perusahaan mengakui besarnya

beban penyusutan dari tanggal perolehan sampai akhir periode akuntansi.

Berikut perhitungan penyusutan Kursi Tamu yang sesuai dengan standar

akuntansi keuangan:

Tabel III.27Perhitungan Beban Penyusutan yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik

ThBiaya

Perolehan

%Penyu- sutan

Penyusutan yang

diakui

BebanPenyusutan

AkumulasiPenyusutan

Nilai Buku

2009 2.750.000 25% 6 bulan Rp281.250 Rp 281.250 Rp2.468.7502010 2.750.000 25% 1 tahun Rp562.500 Rp 843.750 Rp1.906.2502011 2.750.000 25% 1 tahun Rp562.500 Rp1.406.250 Rp1.343.750

Sumber :Data Olahan

5. Penyajian Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan

Penyajian aset tetap dalm laporan keuangan perusahaan dimana

perusahaan dimana perusahaan melaksanakan kebijakan sebagai berikut:

47

Page 62: Donny Febriyaldi

a. Aset tetap dicantumkan oleh perusahaan dalam neraca di dasarkan pada

kelompok masing-masing aset tetap dan dinyatakan sebesar harga perolehan

aset tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan total aset tetap,

sehingga diperoleh nilai buku total dari keseluruhan aset tetap tersebut.

b. Biaya penyusutan aset tetap dinyatakan dalam laporan laba rugi sebesar total

biaya penyusutan yang ada pada tahun penyusutan.

Tabel III.28Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik

PT. Barelang PersadaNERACA

Per 31 Desember 2011

AKTIVAAktiva Lancar Rp. 1.465.088.060Aktiva Tetap

l. Tanah Rp. 400.000.0002. Bangunan Rp. 350.000.0003. Kendaraan Rp. 364.425.0004. Peralatan & Mesin Rp. 431.665.0005. Perlengkapan Kantor Rp. 47.460.000

Akm. Penyusutan (Rp. 528.363.125) Nilai Buku Aset Tetap Rp. 1.065.186.875

Aktiva Lainnya Rp. 65.250.000 Jumlah Aktiva Rp. 2.595.524.935

Sumber:PT. Barelang Persada Pekanbaru

Berdasarkan uraian dan Tabel III.28 diatas dapat kita lihat bahwa

penyajian aset tetap dalam neraca kurang tepat. Namun, ada beberapa pendapat

yang menyatakan bahwa perusahaan boleh hanya menyajikan nilai perolehan dan

akumulasi penyusutan aset tetap dengan syarat dalam penyajiannya dilampirkan

daftar penyusutan aset tetap.

48

Page 63: Donny Febriyaldi

Menurut standar akuntansi keuangan yang berlaku, sebaiknya dalam

neraca dicantumkan nama kelompok aset tetap serta nilai akumulasi penyusutan

serta nilai buku yang dicantumkan dinyatakan berdasarkan masing-masing

kelompok aset tetap yang ada sehingga akan memudahkan pembaca memahami

neraca perusahaan dan neraca perusahaan lebih akurat seperti yang penulis sajikan

pada Tabel III.29 di halaman berikut:

Tabel III.29 Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik

PT. Barelang PersadaNERACA

Per 31 Desember 2011

AKTIVAAktiva Lancar Rp. 1.465.088.060Aktiva Tetap

Tanah Rp. 400.000.000Bangunan Rp. 350.000.000

Akumulasi Penyusutan Rp. 105.000.000 Nilai Buku Rp. 245.000.000

Kendaraan Rp. 364.425.000Akumulasi Penyusutan Rp. 182.212.500

Nilai Buku Rp. 182.212.500Peralatan & Mesin Rp. 431.665.000

Akumulasi Penyusutan Rp. 205.555.625 Nilai Buku Rp. 226.109.375

Perlengkapan Kantor Rp. 47.460.000Akumulasi Penyusutan Rp. 35.595.000

Nilai Buku Rp. 11.865.000 Nilai Buku Aset Tetap Rp. 1.065.186.875

Aktiva Lainnya Rp. 65.250.000 Jumlah Aktiva Rp. 2.595.524.935Sumber: Data Olahan

49

Page 64: Donny Febriyaldi

BAB IVPENUTUP

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik

beberapa kesimpulan dan memberikan saran-saran yang penulis anggap

bermanfaat bagi pihak perusahaan.

A. Kesimpulan

1. Dalam pembelian aset tetap secara tunai, perusahaan mencatat harga

perolehan aset tetap tersebut telah sesuai dengan SAK ETAP, dimana harga

perolehan aset tetap dicatat sebesar harga fakturnya dan ditambah dengan

biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap digunakan dalam

kegiatan perusahaan.

2. PT. Barelang Persada tidak memisahkan beban bunga dengan harga perolehan

aset melalui pembelian kredit. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan SAK

ETAP karena beban bunga harus dipisahkan dari harga perolehan aset tetap.

3. Dalam mencatat pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, perusahaan

tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah pengeluaran tehadap aset tetap

tersebut termasuk biaya atau pengeluaran tersebut dapat menambah umur

ekonomis dan mempengaruhi biaya penyusutan. Hal ini tidak sesuai dengan

pernyataan SAK ETAP.

4. Dalam menghitung aset tetap, perusahaan menggunakan metode garis lurus

(straight line method) yaitu metode dengan tarif berdasarkan ketentuan

undang-undang yang berlaku. Dalam menghitung biaya penyusutan,

Page 65: Donny Febriyaldi

perusahaan belum menerapkan sesuai dengan SAK ETAP karena perusahaan

tidak memperhatikan tanggal dan bulan perolehan aset tetap sehingga

perusahaan mengakui beban penyusutan selama satu tahun penuh.

5. Penyajian aset tetap di neraca tidak sesuai dengan SAK ETAP, dimana dalam

neraca hanya menampilkan nilai perolehan semua aset tetap dikurangi total

akumulasi penyusutan. Perusahaan tidak menyajikan nilai perolehan,

akumulasi penyusutan serta nilai buku setiap masing-masing kelompok aset

tetap. Penyajian tersebut menyulitkan pengguna laporan untuk memahami aset

tetap perusahaan.

B. Saran

1. Sebaiknya PT. Barelang Persada tetap mencatat harga perolehan aset tetap

sesuai dengan SAK ETAP, dimana harga perolehan aset tetap dicatat sebesar

harga fakturnya dan ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai

aset tetap tersebut siap digunakan dalam kegiatan perusahaan.

2. Sebaiknya PT. Barelang Persada memisahkan beban bunga dengan harga

perolehan aset melalui pembelian kredit.

3. Dalam mencatat pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, seharusnya

perusahaan memperhatikan terlebih dahulu apakah pengeluaran tehadap aset

tetap tersebut termasuk biaya atau pengeluaran tersebut dapat menambah umur

ekonomis dan mempengaruhi biaya penyusutan.

4. Sebaiknya dalam menghitung aset tetap, perusahaan memperhatikan tanggal

dan bulan perolehan aset tetap dan mengakui besarnya beban penyusutan

51

Page 66: Donny Febriyaldi

sesuai dengan pemakaian dalam tahun tersebut. Jadi, perusahaan tidak boleh

menyusutkan setahun penuh terhadap aset tetap yang baru diperoleh pada

pertengahan tahun.

5. Seharusnya penyajian aset tetap di neraca disesuaikan dengan SAK ETAP,

dimana untuk akumulasi penyusutannya disajikan untuk masing-masing jenis

aset tetap yang disusutkan, sehingga nilai buku untuk setiap jenis aset tetap,

dapat terlihat langsung di neraca.

52

Page 67: Donny Febriyaldi

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi Ke Tujuh, BPFE, UGM, Yogyakarta.

Carl S. Warren, James M, Reeve dan Philip E. Fess, 2005, Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Keduapuluhsatu, Terjemahan Aria Farahmita dan Amanugrahami, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Cetakan Ke Tiga, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kieso, Donald E., Weygandt J. Jerry dan Warfiedld Terry D. Intermediate Accounting, IFRS Edition, Copyright 2011, John Wiley & Son (Asia) Ptc Ltd.

Kieso, Donald E, and Jerry J, Weygant, dan Terry D. Waefield. 2010, Akuntansi Intermediate. Jilid I, Edisi Ketigabelas, Terjemahan Hendra Salim, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi. Edisi Ke Tiga, Cetakan Ke Tiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Rudianto, 2009, Pengantar Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Ke Lima, Penerbit Salemba Empat.

Suharli, Michell, 2006. Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang, Edisi Pertama,. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Surya, Raja Adri Satriawan, 2010, Akuntansi Keuangan 1, (Edisi 1), Penerbit UNRI PRESS, Pekanbaru

Stice, D James, E. Kay Stice, K. Fred Skousen, 2009. Akuntansi Keuangan Intermediate Accounting. Jilid Satu, Edisi Keenam Belas, Terjemahan Ali Akbar, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Tjahjono, Achmad dan Sulastrininsih, 2009, Akuntansi Pengantar 2; Pendekatan Komprehensif, Penerbit Ganbika, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Penerbit Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta.

Page 68: Donny Febriyaldi

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya PT. Barelang Persada Pekanbaru?

2. Bagaimana struktur organisasi dan pembagian tugas serta tanggungjawab

pada PT. Barelang Persada Pekanbaru?

3. Bergerak dibidang usaha apa PT. Barelang Persada Pekanbaru?

4. Apa saja klasifikasi aset tetap yang dimiliki oleh PT. Barelang Persada

Pekanbaru?

5. Dengan cara apa PT. Barelang Persada Pekanbaru memperoleh aset tetap dan

bagaimana dengan metode pencatatannya?

6. Metode apa yang digunakan oleh PT. Barelang Persada Pekanbaru dalam

menghitung beban penyusutan setiap tahunnya serta bagaimana dengan

metode pencatatannya?

7. Bagaimanakah perlakuan akuntansi yang diterapkan PT. Barelang Persada

Pekanbaru dalam pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap?

8. Bagaimana kebijakan perusahaan dalam pelepasan aset tetap?

9. Mengapa aset tetap yang sudah habis nilai bukunya masih disajikan oleh

perusahaan dalam laporan keuangan?

10. Bagaimanakah cara penyajian aset tetap dalam laporan keuangan PT.

Barelang Persada Pekanbaru?