Upload
intan-diane-binangkit
View
163
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aset tetap
Citation preview
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAPPADA PT. BARELANG PERSADA
PEKANBARU
OLEH:
DONNY FEBRIYALDINIM. 1002034983
N
PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN DAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU2013
LAPORAN KERJA PRAKTEK
TENTANG
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAPPADA PT. BARELANG PERSADA
PEKANBARU
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Ujian Oral ComprehensifPada Program Diploma III Perpajakan dan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Riau
OLEH:
DONNY FEBRIYALDINIM. 1002034983
JURUSAN: AKUNTANSI
N
PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN DAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
NAMA : DONNY FEBRIYALDI
NIM : 1002034983
FAKULTAS : EKONOMI
PROGRAM STUDI : D III AKUNTANSI
JUDUL : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA
PT. BARELANG PERSADA PEKANBARU
TANGGAL UJIAN : 23 JANUARI 2013
DISETUJUI OLEH
KETUA PROGRAMSTUDI AKUNTANSI
Drs. AL AZHAR A, MM ,AkNIP. 19620427 199002 1 001
DOSEN PEMBIMBING
D R . KAMALIAH, SE, MM, Ak NIP. 19610827 198903 2 001
MENGETAHUIKETUA PROGRAM
D III PERPAJAKAN DAN AKUNTANSI
D R . KAMALIAH, SE, MM, Ak NIP. 19610827 198903 2 001
LEMBAR PENGESAHANLAPORAN KERJA PRAKTEK
NAMA : DONNY FEBRIYALDI
NIM : 1002034983
FAKULTAS : EKONOMI
PROGRAM STUDI : D III AKUNTANSI
JUDUL : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA
PT. BARELANG PERSADA PEKANBARU
TANGGAL UJIAN : 23 JANUARI 2013
PANITIA PENGUJI
KETUA SEKRETARIS
NIP.
ANGGOTA
NIP.
NIP. NIP.
NIP. NIP.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas semua berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kerja praktek ini dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada PT.
Barelang Persada” yang disusun sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian Oral
Comprehensive pada program DIII Akuntansi dan perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Riau.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyelesaian laporan
kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan baik berupa isi dan cara
penyajian. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan segala
kritikan dan saran yang bersifat membangun dari segenap pihak demi tercapainya
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar–besarnya kepada semua pihak yang ikut serta membantu dan
memberikan dorongan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini terutama
kepada :
1. Bapak Drs. H. Kennedy, MM, Ak Dekan Fakultas Ekonomoi universitas Riau
2. Ibu DR. Kamaliah, SE, MM, Ak Ketua Program DIII Akuntansi dan
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Riau juga selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam mengarahkan dan
membimbing penulis menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
i
3. Bapak Drs.Al Azhar A, MM, Ak Ketua Program Studi Akuntansi Program
DIII Akuntansi dan Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
4. Ibu DR. Enni Savitri, SE, MM, Ak selaku Penasehat Akademis yang telah
memberikan saran serta nasehat kepada penulis.
5. Pimpinan beserta Staff PT. Barelang Persada yang telah meluangkan banyak
waktunya dalam memberikan data sehingga terselesaikannya laporan kerja
praktek ini.
6. Penulis mempersembahkan laporan kerja praktek ini untuk : Ayahanda Basri
dan Ibunda Yulianis buat doa dan semangat yang diberikan selama ini, serta
saudara-saudaraku: Rozi, Reno, Aldi, Bunga, Asep serta keluarga besar yang
telah memberikan motivasi kepada penulis.
7. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku T. Rahmat, Rasmon, Rolan, Febri, Yadi,
Indra, Suci, Firda, Dona, Ayu Diah, Adhela dan Mahasiswa/i Akuntansi DIII
angkatan 2010 yang selalu setia menemaniku dan tiada henti-hentinya
memberikan dukungan moril, saran dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin
Pekanbaru, Januari 2013Penulis
DONNY FEBRIYALDINIM 1002034983
ii
ABSTRAK
Donny Febriyaldi. 1002034983. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada PT. Barelang Persada Pekanbaru. Pembimbing DR. Kamaliah, SE, MM, Ak.
Hampir setiap perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang jasa, perdagangan, maupun industri pasti memiliki aset tetap untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan setiap harinya.Aset tetap merupakan harta perusahaan yang masa penggunaanya lebih dari satu periode normal akuntansi (biasanya diatas satu tahun penggunaan). Oleh karena itu perlakuan akuntansi yang tepat terhadap aset tetap adalah penting. Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana penerapan akuntansi aset tetap yang diterapkan oleh suatu perusahaan, yang kemudian akan dibandingkan antara teori yang diterima oleh penulis praktek yang sebenarnya terjadi di perusahaan, serta menyimpulkan hasil penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui bagaimana kebijaksanaan perusahaan dalam pengadaan aset tetap yang ada dalam perusahaan; 2) Untuk mengetahui bagaimana perusahaan menghitung penyusutan aset tetap; 3) Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perusahaan terhadap pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap; 4) Untuk mengetahui bagaimana penyajian aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan.
Dalam pembelian aset tetap secara tunai, PT. Barelang Persada mencatat harga perolehan aset tetap tersebut telah sesuai dengan SAK ETAP, dimana harga perolehan aset tetap dicatat sebesar harga fakturnya dan ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap digunakan dalam kegiatan perusahaan. PT. Barelang Persada tidak memisahkan beban bunga dengan harga perolehan aset melalui pembelian kredit. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan SAK ETAP karena beban bunga harus dipisahkan dari harga perolehan aset tetap. Dalam mencatat pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, perusahaan tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah pengeluaran tehadap aset tetap tersebut termasuk biaya atau pengeluaran tersebut dapat menambah umur ekonomis dan mempengaruhi biaya penyusutan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan SAK ETAP. Dalam menghitung aset tetap, perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method) yaitu metode dengan tarif berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam menghitung biaya penyusutan, perusahaan belum menerapkan sesuai dengan SAK ETAP karena perusahaan tidak memperhatikan tanggal dan bulan perolehan aset tetap sehingga perusahaan mengakui beban penyusutan selama satu tahun penuh. Penyajian aset tetap di neraca tidak sesuai dengan SAK ETAP, dimana dalam neraca hanya menampilkan nilai perolehan semua aset tetap dikurangi total akumulasi penyusutan. Perusahaan tidak menyajikan nilai perolehan, akumulasi penyusutan serta nilai buku setiap masing-masing kelompok aset tetap. Penyajian tersebut menyulitkan pengguna laporan untuk memahami aset tetap perusahaan.
iii
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR.................................................................................... i
ABSTRAK....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 4
D. Metode Penelitian .................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan .............................................................. 7
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.................................... 9
A. Sejarah Singkat Perusahaan ..................................................... 9
B. Struktur Organisasi Perusahaan................................................ 9
C. Aktivitas Perusahaan ............................................................... 12
BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK...................................... 13
A. Tinjauan Teori.......................................................................... 13
1. Pengertian Aset Tetap ........................................................ 13
2. Klasifikasi Aset Tetap ........................................................ 15
3. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap ................................ 16
4. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap .............. 28
iv
5. Penyusutan Aset Tetap ...................................................... 30
6. Penghapusan Aset Tetap ................................................... 37
7. Penyajian Aset Tetap.......................................................... 39
B. Tinjauan Praktek ...................................................................... 41
1. Klasifikasi Aset Tetap ........................................................ 41
2. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap ................................ 41
3. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap............... 43
4. Penyusutan Aset Tetap....................................................... 46
5. Penyajian Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan............... 47
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 50
A. Kesimpulan .............................................................................. 50
B. Saran......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Struktur Organisasi PT. Barelang Persada Pekanbaru................. 10
vi
DAFTAR TABEL
HalamanTabel I.1 Daftar Aset Tetap
...................................................................................................
...................................................................................................4
Tabel III.1 Pembelian Tunai......................................................................................................................................................................................................19
Tabel III.2 Pembelian Dengan Angsuran......................................................................................................................................................................................................20
Tabel III.3 Pertukaran dengan aset tetap yang sejenis......................................................................................................................................................................................................21
Tabel III.4 Pencatatan Laba Pertukaran dengan aset tetap yang tidak sejenis......................................................................................................................................................................................................23
Tabel III.5 Pencatatan Rugi Pertukaran dengan aset tetap yang tidak sejenis......................................................................................................................................................................................................24
Tabel III.6 Penukaran Aset dengan Surat – Surat Berharga......................................................................................................................................................................................................25
Tabel III.7 Pencatatan Aset Tetap yang dibuat sendiri......................................................................................................................................................................................................27
Tabel III.8 Pencatatan Aset Tetap dari Hadiah atau Donasi......................................................................................................................................................................................................28
Tabel III.9 Penyusutan dengan Metode Garis Lurus......................................................................................................................................................................................................32
vii
Tabel III.10 Penyusutan dengan Metode Jam Jasa......................................................................................................................................................................................................33
Tabel III.11 Penyusutan dengan Hasil Produksi......................................................................................................................................................................................................34
Tabel III.12 Penyusutan Jumlah Angka Tahun......................................................................................................................................................................................................35
Tabel III.13 Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun......................................................................................................................................................................................................36
Tabel III.14 Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun Ganda......................................................................................................................................................................................................37
Tabel III.15 Pencatatan Pelepasan Aset Tetap......................................................................................................................................................................................................39
Tabel III.16 Penyajian Aset Tetap......................................................................................................................................................................................................40
Tabel III.17 Pencatatan Pembelian Kredit......................................................................................................................................................................................................42
Tabel III.18 Pencatatan Pembayaran Angsuran Kredit......................................................................................................................................................................................................42
Tabel III.19 Pencatatan Pembelian Kredit yang seharusnya......................................................................................................................................................................................................42
Tabel III.20 Pencatatan Pembayaran Angsuran Kredit yang seharusnya......................................................................................................................................................................................................43
viii
Tabel III.21 Jurnal Koreksi Pembelian Kredit......................................................................................................................................................................................................43
Tabel III.22 Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor Oleh Perusahaan......................................................................................................................................................................................................44
Tabel III.23 Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor yang seharusnya......................................................................................................................................................................................................44
Tabel III.24 Koreksi Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor sebelum tutup buku......................................................................................................................................................................................................45
Tabel III.25 Koreksi Pencatatan Perbaikan Sepeda Motor setelah tutup buku......................................................................................................................................................................................................45
Tabel III.26 Perhitungan Beban Penyusutan yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................46
Tabel III.27 Perhitungan Beban Penyusutan yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................47
Tabel III.28 Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................48
Tabel III.29 Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik......................................................................................................................................................................................................49
ix
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sektor perekonomian teknologi yang semakin maju mempengaruhi
perkembangan pada setiap perusahaan, baik perusahaan swasta maupun
perusahaan pemerintah. Masalah yang dihadapi perusahaan juga semakin rumit
terutama dalam penyajian laporan keuangan. Di dalam mencapai tujuan
perusahaan selalu menghadapi masalah baik itu dari dalam maupun dari luar
perusahaan, untuk itu diperlukan adanya pengendalian intern yang dapat
membantu memperlancar kegiatan dalam perusahaan dan memperkecil resiko
terjadinya penyimpangan atau kesalahan dalam setiap aktivitas perusahaan.
Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai
perusahaan. Perusahaan tidak akan dapat mencapai sasaran tersebut tanpa adanya
aset (asset) yang dapat menjamin kelancaran operasional rutin perusahaan,
terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap merupakan aset perusahaan yang
sangat penting, tanpa adanya aktiva tetap mustahil sebuah perusahaan dapat
menjalankan kegiatan operasional rutinnya dengan baik.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.2), aset
tetap adalah asset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk disewakan ke pihak lain atau tujuan administratif, dan
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009:
15.10), harga perolehan adalah:
Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tanggal
pengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu kredit normal,
maka biaya perolehan adalah nilai tunai semua pembayaran masa akan
datang.
Hampir setiap perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang jasa,
perdagangan, maupun industri pasti memiliki aset tetap untuk menjalankan
kegiatan operasional perusahaan setiap harinya.Aset tetap merupakan harta
perusahaan yang masa penggunaanya lebih dari satu periode normal akuntansi
(biasanya diatas satu tahun penggunaan).Aset tetap ini digolongkan kepada dua
kelompok berdasarkan wujudnya yaitu, aset tetap berwujud (tangible asset) dan
aset tetap tidak berwujud (intangible asset). Harta perusahaan yang termasuk
kedalam kelompok aset tetap ini yaitu, tanah (land), gedung (building), mesin
(machine), kendaraan (vehicle), goodwill, hak cipta (copy rights), dan lain
sebagainya.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka aset tetap yang telah dimiliki
perusahaan tentunya mempunyai batas waktu tertentu untuk beroperasi, serta
memerlukan perbaikan yang kadangkala juga membutuhkan dana yang tidak
sedikit jumlahnya, disamping biaya-biaya pemeliharaan rutin agat dapat
menunjang kegiatan pengoperasiannya.
Untuk menghitung penyusutan ini ada beberapa metode yang digunakan
diantaranya, metode garis lurus, metode saldo menurun yakni terbagi dua yaitu,
metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun berganda, metode unit
2
2
produksi yang terbagi menjadi dua yakni, berdasarkan jam jasa dan unit yang
dihasilkan.
Ada tiga faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan beban
penyusutan yaitu, harga perolehan, nilai residu, taksiran umur ekonomis.
Penghentian proses pemakaian aset tetap dapat dilakukan dengan cara penjualan
aset tetap kepada pihak lain atau dengan cara ditukarkan dengan aset lain.
PT. Barelang Persada adalah perusahaan jasa yang kegiatan utamanya
adalah jasa konstruksi. Proyek-proyek yang dikerjakan oleh PT. Barelang Persada
ada yang didapatkan melalui tender dan ada pula dari penunjukan langsung dan
proyek-proyek tersebut ada yang diselesaikan kurang dari satu periode akuntansi
dan ada pula yang lebih dari satu periode akuntansi.
PT. Barelang Persada mempunyai beberapa permasalahan dalam hal
perlakuan aset tetap. Permasalahan tersebut berupa pencatatan perolehan aset
tetap secara angsuran dimana perusahaan memasukkan beban bunga sebesar Rp.
2.250.000 ke dalam harga perolehan. Permasalahan yang kedua, perusahaan
membebankan pengeluaran sebesar Rp. 1.200.000 untuk perbaikan sepeda motor
dimana perbaikan tersebut menambah umur aset tetap. Permasalahan yang ketiga,
PT. Barelang Persada menghitung penyusutan selama 1 tahun penuh untuk aset
tetap yang diperoleh tidak pada awal tahun. Metode yang digunakan oleh PT.
Barelang Persada adalah metode garis lurus (straight line) dengan tarif
berdasarkan ketentuan Undang-Undang perpajakan dan merupakan metode paling
sederhana yang mudah dalam mempertimbangkan beban penyusutan.
3
3
Adapun aset tetap yang dimiliki PT. Barelang Persada Per tanggal 31
Desember 2010 digambarkan sebagai berikut:
Tabel I.1. Daftar Aset Tetap l. Tanah Rp. 400.000.000,-2. Bangunan Rp. 350.000.000,-3. Kendaraan Rp. 364.425.000,-4. Peralatan & Mesin Rp. 431.665.000,-5. Perlengkapan Kantor Rp. 47.460.000,-
Akm. Penyusutan (Rp. 528.363.125,-) Nilai Buku Aset Tetap Rp. 1.065.186.875,-
Sumber : PT. Barelang Persada
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
bagaimana penerapan akuntansi aset tetap yang diterapkan oleh suatu perusahaan,
yang kemudian akan dibandingkan antara teori yang diterima oleh penulis praktek
yang sebenamya terjadi di perusahaan, serta menyimpulkan hasil penelitian ini
dalam Laporan Kerja Praktek yang berjudul "Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
pada PT. Barelang Persada Pekanbaru".
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan pada halaman
sebelumnya, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut :
"Apakah akuntansi aset tetap yang diterapkan pada PT. Barelang Persada
Pekanbaru telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana kebijaksanaan perusahaan dalam
pengadaan aset tetap yang ada dalam perusahaan.
4
4
b. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan menghitung penyusutan aset
tetap.
c. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perusahaan terhadap
pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap.
d. Untuk mengetahui bagaimana penyajian aset tetap dalam laporan
keuangan perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
mengenai praktik akuntansi aset tetap yang diterapkan dalam perusahaan.
b. Bagi perusahaan, masukan dan bahan pertimbangan dalam usaha
perbaikan dan penyempurnaan dalam penerapan aset tetap.
c. Menambah referensi perpustakaan khususnya dibidang akuntansi.
d. Sebagai acuan bagi pihak-pihak lain yang tertarik untuk melakukan
penelitian dan membahas tentang permasalahan yang sama khususnya
mengenai aset tetap.
D. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang akuntansi aset tetap ini dilakukan langsung pada
PT. Barelang Persada yang berlokasi di Jalan Alpokat Raya Blok C17D No
12 Perumahan Pandau Permai Pekanbaru-Riau.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data berupa kebijakan-kebijakan yang diterapkan perusahaan
sehubungan dengan akuntansi aset tetap seperti penggolongan aset tetap,
5
5
biaya setelah masa perolehan aset tetap, metode penyusutan aset tetap dan
penghapusan aset tetap. Adapun sumber data primer adalah dari hasil
wawancara.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang telah diolah yang bersumber dari perusahaan yang
menjadi objek penelitian, seperti laporan laba rugi, laporan neraca, daftar
aset tetap, struktur organisasi dan akte pendirian perusahaan. Adapun
sumber data ini diperoleh berasal dari bagian accounting dan bagian
administrasi dan umum.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai landasan dalam
penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan dengan
menggunakan metode :
a. Observasi yaitu dengan pengamatan terhadap proses pencatatan bagian
akuntansi secara langsung.
b. Wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten dalam perusahan
yang mengetahui tentang permasalahan yang diangkat guna memperoleh
informasi yang akurat sehubungan dengan akuntansi aset tetap.
Wawancara dilakukan pada bagian accounting, bagian administrasi serta
bagian umum.
c. Daftar Pertanyaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
membuat daftar pertanyaan yang menyangkut masalah yang diteliti oleh
penulis yang kemudian diserahkan kepada perusahaan untuk dijawab.
6
6
d. Dokumentasi Data yaitu pengumpulan data melalui dokumen-dokumen
resmi milik perusahaan seperti daftar neraca, daftar laporan laba rugi,
daftar aset tetap, sejarah berdirinya perusahaan dan kegiatan operasional
perusahaan.
4. Analisa Data
Dalam menganalisis yang telah dikumpulkan maka tahap selanjutnya adalah
menganalisis dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu data
yang diperoleh dari lapangan yang dibandingkan dengan teori yang relevan
kemudian yang bermanfaat dalam pemecahan masalah yang dihadapi
perusahaan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk menggambarkan secara garis besar batas dan luas penulisan, penulis
membagi laporan kerja praktik ini menjadi IV (empat) bab dan rinci dalam
beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari beberapa
sub-bab seperti latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, metode
penelitian serta sistematika penulisan laporan kerja praktek ini.
BAB II : Bab ini berisikan gambar umum perusahaan yang terdiri dari
sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan serta
aktivitas perusahaan.
7
7
BAB III : Pada bab ini menjelaskan tinjauan teori yang berisi tentang
pengertian aset tetap, klasifikasi aset tetap, penentuan harga
perolehan aset tetap, pengeluaran setelah masa perolehan aset
tetap, metode penyusutan aset tetap, penghapusan atau
pelepasan aset tetap dan penyajian laporan keuangan selanjutnya
penulis akan mencoba menganalisa permasalahan dalam
membandingkan antara teori dan tinjauan praktek pada
perusahaan.
BAB IV : Bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan penutup yang
berisikan kesimpulan dan saran-saran yang direkomendasikan
berdasarkan hasil penelitian.
8
8
BAB IIGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Dalam menunjang program pemerintah yaitu melaksanakan kegiatan
pembangunan dan menanggulangi tingkat pengangguran maka sudah selayaknya
para usahawan menciptakan lapangan kerja untuk menyerap tenaga kerja. Sejalan
dengan kegiatan dan kebijakan pemerintah tersebut diatas, maka oleh beberapa
usahawan mendirkan perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor.Salah
satunya adalah PT. Barelang Persada.
PT. Barelang Persada Pekanbaru adalah badan hukum yang berbentuk
perusahaan yang menjalankan usaha dalam bidang jasa pemborongan kontraktor
baik sebagai perencana, pelaksana maupun pengawas pemborongan bermacam-
macam bangunan termasuk didalamnya gedung, jalan, jembatan, irigasi,
mekanikal dan pemasangan instalasi listrik, air, gas dan telepon serta pekerjaan
umum lainnya.. Berdasarkan Akta Nomor : 43 tanggal 20 Desember 2001,
dihadapan Notaris Fery Bakti, SH, Notaris di Kota Pekanbaru. Perusahaan ini
didirikan dengan nama PT. Barelang Persada, yang berkedudukan dan berkantor
pusat di Pekanbaru. Modal dasar perseroan yang telah ditempatkan berjumlah
Rp.1.500.000.000,- (Satu Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).
B. Struktur Organisasi
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar manajemen yang dilakukan
untuk mengatur seluruh sumber-sumber daya yang ada yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Setiap perusahaan memiliki struktur
organisasi dimana tujuannya adalah menggambarkan wewenang dan tanggung
jawab dari masing-masing divisi.
Struktur organisasi juga dilengkapi dengan rincian dan uraian tugas yang
berguna sebagai pedoman bagi pimpinan dan karyawan dalam menjalankan
tugasnya masing-masing secara efektif dan efisien dan dapat memudahkan
manajer untuk mengawasi tugas-tugas yang telah didelegasi dan akan diminta
pertanggung jawabannya.
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Barelang Persada Pekanbaru
adalah struktur organisasi garis, dimana pada struktur tersebut digambarkan
bahwa kekuasaaan dan tanggung jawab tertinggi terletak ditangan satu pimpinan,
sehingga setiap tanggung jawab yang didelegasi dari pimpinan tertinggi dapat
langsung disampaiakan kepada bagian masing-masing. Adapun gambar struktur
organisasi PT. Barelang Persada Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar II.1 di
halaman berikut:
Gambar II.1 Struktur OrganisasiPT. Barelang Persada Pekanbaru
Sumber: PT. Barelang Persada Pekanbaru
Direktur Utama
Bagian Pemasaran Bagian Keuangan
Direktur
Bagian Proyek
10
10
Dalam struktur organisasi PT. Barelang Persada Pekanbaru, tugas masing-
masing bagian adalah:
1. Direktur
Mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Memimpin pelaksanaan kegiatan perusahaan
b. Mewakili perusahaan dalam mengadakan hubungan dengan pihak luar
c. Mengkoordinir seluruh kegiatan atau pelaksanaan tugas dari masing-masing
bagian dalam perusahaan.
2. Bagian Proyek
Tugas dan tanggung jawab dari manejer proyek adalah:
a. Menyusun pekerjaan yang akan dilakukan yang berhubungan dengan
proyek.
b. Membuat laporan pertanggung jawaban atas aktivitas atau proyek yang akan
dilakukan kepada direksi sebagai dasar pengambilan keputusan.
c. Mempunyai tanggung jawab dan wewenang mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan proyek kontruksi yang berupa pembangunan
bangunan, gedung, jembatan, dan lain sebagainya serta pengadaan barang
dan pemberian jasa sesuai dengan kontrak yang berlaku.
3. Bagian Pemasaran
Karena perusahaan ini bergerak dibidang jasa maka bagian ini mempunyai
tugas melakukan penjualan dan promosi serta mencari rekanan dalam kegiatan
perusahaan.
11
11
4. Bagian Keuangan
Mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab untuk mengevaluasi laporan keuangan setiap
periodenya.
b. Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan atas pencatatan transaksi yang
telah dilakukan.
c. Melaporkan posisi keuangan kepada pemimpin perusahaan.
C. Aktivitas Perusahaan
Adapun perusahaan merupakan kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam
dan diluar perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi kelancaran jalannya perusahaan. Dengan aktivitas perusahaan
yang lancar diharapkan dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan secara
efektif dan efisien dalam usaha meningkatkan hasil optimal.
Kegiatan utama PT. Barelang Persada adalah bidang jasa kontruksi, yaitu
jasa bangunan gedung, jalan, jembatan serta pelaksanaan pembangunan proyek-
proyek pemerintah maupun swasta. Kegiatan bermula dari mencari proyek yang
akan dikerjakan yang biasanya diperoleh melalui tender maupun penunjukan.
12
12
BAB IIITINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Aset Tetap
Secara umum aset tetap dapat diartikan sebagai suatu aset yang sifatnya
relatif permanent, digunakan dalam operasi normal perusahaan dengan maksud
untuk tidak diperjual belikan.
Pendapat-pendapat akuntan berbeda-beda tentang pengertian aset tetap,
tetapi maksud dan tujuannya sama. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan
beberapa definisi aset tetap dari beberapa akuntan, antara lain:
Menurut Mulyadi (2008:591) aset tetap adalah sebagai berikut:
Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomi
lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan
kegiatan perusahaan bukan untuk dijual.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.2)
adalah:
Asset tetap adalah asset berwujud yang:
c. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk disewakan ke pihak lain atau tujuan administratif, dan
d. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Karakteristik utama dari aset tetap berwujud seperti yang diberikan oleh
Kieso dan Weygandt (2010:647) sebagai berikut:
a. Harta itu diperoleh untuk digunakan dalam operas dan tidak untuk dijual kembali. Hanya harta yang digunakan dalam operasi bisnis bisaanya yang harus diklasifikasikan sebagai kekayaan, pabrik dan peralatan. Gedung yang tidak digunakan lebih tepat diklasifikasikan terpisah seperti investasi, tanah yang diklasifikasikan sebagai persediaan.
b. Harta itu bersifat jangka panjang dan bisaanya disusutkan. Kekayaan pabrik dan peralatan memberikan jasa selama sejumlah tahun. Investasi dalam harta ini dialokasikan pada periode-periode mendatang melalui beban penyusutan periodic. Pengecualianya adalah tanah yang tidak akan disusutkan kecuali terjadi penurunan nilai, seperti penanaman yang buruk, masa yang sering berkepanjangan atau erosi tanah.
c. Harta itu memiliki substansi fisik. Kekayaan pabrik dan peralatan didirikan ekstensi atau substansif fisik dan neraca berbeda dengan harta tidak berwujud seperti hak paten atau goodwill. Namun tidak seperti bahan mentah, kekayaan, pabrik dan peralatan secara fisik tidak menjadi bagian dari batang yang dimiliki.
Menurut Soemarso (2004:23) aset tetap adalah:
Aset yang jangka waktu pemakaiannya lama, yang digunakan dalam
kegiatan perusahaan dan dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam
kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar.
Menurut Rudianto (2009:272) aset tetap adalah :
Barang yang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen
dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk
diperjualbelikan.
Menurut Warren, at.all (2008 :440) mendefenisikan :
Aset tetap adalah aset berwujud jangka panjang atau aset yang relatif
permanen, yang terlihat secara fisik, dimiliki perusahaan dan digunakan
oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari
operasional normal.
14
Selain itu Baridwan (2004:271) memberikan pengertian aktiva tetap
sebagai berikut:
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen dan menunjukkan sifat dimana aktiva tetap yang bersangkutan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk tujuan akuntansi jangka waktu penggunaannya dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi. Jadi aktiva tetap berwujud yang umurnya lebih dari satu periode dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.
Berdasarkan pengertian aset tetap diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
aset yang diperoleh baik dengan dibeli maupun dengan dibangun sendiri
dimaksudkan untuk digunakan dalam operasional perusahaan tidak untuk
diperjual belikan dan aset ini mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dari definisi diatas juga dapat disimpulkan bahwa suatu asset dapat
digolongkansebagai asset tetap apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Digunakan untuk operasional perusahaan.
b. Merupakan harta milik perusahaan.
c. Memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.
d. Ditujukan bukan untuk dijual kembali.
e. Mempunyai wujud dan fisik yang nyata atau konkrit.
2. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap merupakan suatu bagian utama aktivitas perusahaan dan
berpengaruh langsung dalam penyajian laporan keuangan yaitu laporan neraca.
Aset tetap dalam laporan keuangan akan disajikan berdasarkan jenis dan masa
manfaat dari aset tersebut. Klasifikasi aset tatap membantu pengguna informasi
15
laporan keuangan atas nilai aset tetap yang sebenarnya, yakni antara aset yang
disusutkan dengan aset yang tidak disusutkan.
Menurut Rudianto (2009: 155) aset berwujud dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Tanah, seperti tanah yang dipergunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan
b. Bangunan, seperti bangunan yang dipergunakan untuk kantorc. Peralatan, seperti pralatan kantor, mesin-mesin, kendaraan dan lain-
laind. Perbaikan tanah yang dipergunakan sebagai tempat berdirinyagedung
perusahaan
Menurut Baridwan (2004: 272) mengemukakan bahwa pengelompokan
aset tetap berwujud dikelompokan menjadi tiga yaitu:
a. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, perternakan atau pertanian.
b. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa dengan aset yang sejenis misalnya bangunan, mesin, dan alat-alat mebel, kendaraan dan lain-lain.
c. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas apabila sudah habis masa penggunannya tidak dapat diganti dengan aset yang sejenis, misalnya sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.5)
adalah:
Tanah dan bangunan adalah asset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat
terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh bersamaan.
Tanah dan bangunan adalah properti investasi.
3. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap
Aset yang diperoleh perusahaan adalah harus dinilai secara tepat baik pada
saat pembelian atau periode berjalan. Kesalahan dalam pencatatan aset tetap akan
16
mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Setiap biaya yang dikeluarkan
perusahaan sehubungan dengan pembelian, pengangkutan, pemasangan, pengujian
sampai aset tersebut siap digunakan dalam operasi usaha termasuk kedalam biaya
perolehan.
Menurut Baridwan (2004:273), harga perolehan adalah:
Jumlah uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh
aset tersebut, jika aset diperoleh dari pertukaran maka harga pasar aset
yang diserahkan dipakai sebagai ukuran harga perolehan aset yang
diterima. Apabila harga pasar aset yang diserahkan tidak diketahui, maka
harga pasar aset yang diterima dicatat sebagai harga perolehan aset tetap.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009: 15.10),
harga perolehan adalah:
Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada
tanggalpengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu kredit
normal, makabiaya perolehan adalah nilai tunai semua pembyaran masa
akan datang.
Dalam memperoleh aset tetap digunakan beberapa cara yaitu:
a. Pembelian tunai
b. Pembelian secara angsuran
c. Pertukaran
d. Ditukar dengan surat-surat berharga
e. Dibuat/dibangun sendiri
f. Hadiah atau donasi
17
Masing-masing cara perolehan aset tetap tersebut akan diuraikan sebagai
berikut yaitu:
a. Pembelian Tunai
Aset yang dibeli dengan pembelian tunai dicatat sebesar jumlah yang
dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya- biaya lain sehubungan
dengan pembelian aset tetap tersebut dikurangi potongan harga yang diberikan,
baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayaran yang
dipercepat.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP No. 15
(2009:15.6) mengatur bahwa:
Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.
Jika pembelian aset tetap dengan tunai mendapatkan potongan harga beli,
maka potongan tersebut dikurangkan dari harga perolehan dan tidak dapat
dianggap laba, karena diperoleh dari pembelian bukan dari penjualan. Dan apabila
potongan tunai tersebut tidak dapat diperoleh karena keterlambatan didalam
pembayaran (melebihi periode diskon), maka biaya tersebut harus dilaporkan
sebagai kerugian diskon atau biaya bunga.
Contoh:
Tanggal 1 Januari 2008 dibeli mesin dengan harga Rp 14.500.000,- biaya
pengangkutan Rp 200.000.- biaya pemasangan Rp 250.000,- maka pencatatan
untuk pembelian mesin adalah:
18
Tabel III.1 Pembelian Tunai
Tgl UraianRef. Post
Debit Kredit
Mesin 14.950.000 Kas 14.950.000
Dengan perincian perhitungan:1. Harga beli Rp. 14.500.000,-2. Biaya Pengangkutan Rp. 200.000,-3. Biaya Pemasangan Rp. 250.000,-
Total biaya perolehan Rp. 14.950.000,-Sumber: Surya (2010: 69)
b. Pembelian Dengan Angsuran
Menurut Suharli (2006:260) menyatakan bahwa :
Bila suatu aktiva tetap dibeli secara kredit maka nilai aktiva tersebut
dicatat sebesar harga tunainya, sedangkan bunga yang dibayar dari sisa
cicilan tidak menambah nilai aktiva yang dibeli melainkan dicatat dalam
beban bunga.
Pembelian aset tetap secara angsuran yaitu dengan pembelian yang
pembayarannya dilakukan selama jangka waktu tertentu yang berbentuk angsuran
tambah bunga. Pada unsurnya bunga harus dilakukan dari harga perolehan aset
tetap dan unsur harga harus diperlakukan sebagai bunga selama masa atau periode
angsuran. Unsur bunga yang dinyatakan secara spesifik akan mempermudah
dalam penentuan harga perolehan dari aset tetap, dan pengakuan adanya bunga
dilakukan pada periode akuntansi dimana realisasi pembebanan bunga itu terjadi
dan bukan pada periode terjadinya transaksi:
Dibeli sebuah kendaraan seharga Rp. 35.000.000,- tanggal 25 Januari 2008
dengan pembayaran pertama Rp. 10.000.000,- dan sisa bayar dalam jangka waktu
19
5 kali angsuran, dan dikenakan bunga sebesar 15% maka jurnalnya akan sebagai
berikut:
Tabel III.2 Pembelian Dengan Angsuran
Tgl UraianRef. Post
Debit Kredit
25/012001
*Saat PembelianKendaraan 35.000.000
Kas 10.000.000Hutang 25.000.000
*Pembayaran Angsuran IHutang 5.000.000Beban Bunga 312.500 Kas 5.312.500
PerhitunganAngsuran tiap bulan (25.000.000,-:5) = Rp. 5.000.000,-Beban bunga Rp. 25.000.000 x 1/12x15%) = Rp. 312.500,-Jumlah yang harus dibayar = Rp. 5.312.500,-
Sumber: Harahap (2004: 47)
c. Pertukaran
Aset tetap yang dimiliki dengan cara pertukaran ini diperoleh dengan cara
menukarkan aset yang dimiliki dengan aset pihak lain. Dalam pertukaran aset ini
tidak tertutup kemungkinan terdapat perbedaan antara nilai pasar wajar aset tetap
yang baru dengan nilai buku aset tetap yang ditukar. Perbedaan ini dicatat sebagai
keuntungan atau kerugian pertukaran. Apabila transaksi pertukaran disertai kas
maka perolehan aset yang didapat terdiri dari nilai wajar aset tetap yang
diserahkan ditambah dengan uang tunai atau kas yang dibayarkan.
Menurut Harahap (2004:34) pertukaran adalah :
Aset tetap yang diperoleh melalui transaksi pertukaran non moneter
biasanya dinilai wajar dari aset yang diperoleh atau aset diserahkan yang
mana lebih layak data atau bukti yang tersedia.
20
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:15.11) tentang pertukaran aset
tetap adalah :
Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau (b) nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat asset yang diserahkan.
Sebagai contoh, Information Processing, Inc menukar mesinnya yang telah
dipakai dengan mesin model baru milik Jerrod Business Solution, Inc. pertukaran
mengandung unsur komersial. Mesin bekasnya mempunyai nilai buku $8,000
(harga perolehan $12,000 dikurangi akumulasi penyusutan $4,000) dan nilai
wajarnya $6,000. mesin mdel baru berharga $16,000. Jerrod menghargai mesin
milik Information Processing sebesar $9,000. Information Processing menghitung
dan mencatat biaya perolehan dari mesin baru sebagai berikut:
Tabel III.3 Pencatatan Rugi pertukaran aset tetap
Tgl UraianRef. Post
Debet Kredit
Mesin baru $ 13,000Akumulasi Penyusutan $ 4,000Rugi pertukaran $ 2,000
Mesin lama $ 12,000Kas $ 7,000
Perhitungan :Mesin Baru $ 16,000Dikurangi : Mesin Lama $ 9,000 Kas yang harus dibayar $ 7,000Nilai wajar Mesin Lama $ 6,000 Harga Perolehan Mesin Baru $ 13,000
Nilai wajar Mesin Lama $ 6,000Nilai buku Mesin Lama $ 8,000 Kerugian pertukaran Mesin Lama $ 2,000
Sumber : Kieso dan Weygandt, Accounting Intermediate, Edisi IFRS, Tahun 2011, hal 525
21
2) Laba Pertukaran
Menurut Kieso et al. (2011:253) tentang pertukaran yang mengandung
unsur komersial dan keuntungan:
Perusahaan biasanya mencatat biaya perolehan aset non moneter dalam
pertukaran dengan aset non moneter lainnya pada nilai wajar aset yang
diserahkan, dan perushaaan segera mengakui keuntungan. Perusahaan
seharusnya menggunakan nilai wajar aset yang diterima hanya jika itu
lebih terlihat jelas dibandingkan nilai wajar aset yang diserahkan.
Ilustrasinya, Interstate Transportation Company menukar beberapa truk
bekas beserta kas dengan sebuah Semi-Truk. Truk-truk bekas tersebut jika
digabungkan memiliki nilai buku sebesar $ 42,000 (harga perolehan $64,000
dikurangi akumulasi penyusutan sebesar $22,000). Agen pembelian Interstate,
yang telah berpengalaman dalam pasar barang bekas, mengindikasikan bahwa
truk-truk bekas tersebut mempunyai nilai wajar sebesar $49,000. Selain truk-truk
tersebut, Interstate harus membayar kas sebesar $11,000 untuk transaksi
penukaran dengan sebuah semi-truk. Intestate menghitung dan mencatat transaksi
pertukaran seperti di halaman berikut:
22
Tabel III.4 Pencatatan Laba Pertukaran Aset Sejenis Dengan Penerimaan KasTgl Uraian R/P Debet Kredit
Semi-Truk $ 60,000Akumulasi Penyusutan-Truk-Truk $ 22,000
Truk-Truk $ 64,000Keuntungan Pertukaran Truk $ 7,000Kas $ 11,000
Perhitungan :Nilai wajar Truk-Truk $ 49,000Kas yang dibayar $ 11,000 Harga Perolehan Semi-Truk $ 60,000
Nilai Wajar Truk-Truk $ 49,000Harga Perolehan Truk-Truk $ 64,000Dikurangi : Akumulasi Penyusutan $ 22,000 Nilai Buku Truk-Truk $ 42,000 Harga Perolehan Mesin Baru $ 7,000
Sumber : Kieso dan Weygandt, Accounting Intermediate, Edisi IFRS, Tahun 2011, hal 525
Dalam hal ini, Interstate berada dalam posisi ekonomi yang berbeda, dan
maka dari itu, transaksi mengandung unsur komersial sehingga perusahaan
mengakui laba.
Sekarang kita asumsikan pertukaran Interstate Transportation Co. tidak
mengandung unsur komersial. Artinya, posisi ekonomi Interstate tidak berubah
secara signifikan akibat pertukaran tersebut. Dalam hal ini, Interstate
menangguhkan keuntungan sebesar $7,000 dan mengurangi harga perolehan
semi-truk. Ilustrasinya disajikan di halaman berikut:
23
Tabel III.5 Pencatatan Laba Pertukaran Aset Sejenis Tanpa Penerimaan Kas
Tgl UraianRef. Post
Debet Kredit
Semi-Truk $ 53,000Akumulasi Penyusutan-Truk-Truk $ 22,000 Truk-truk $ 64,000 Kas $ 11,000
Perhitungan :Nilai wajar Truk-Truk $ 60,000Dikurangi: Keuntungan ditangguhkan $ 7,000 Harga Perolehan Semi-Truk $ 53,000
AtauNilai Wajar Truk-Truk $ 42,000Ditambah : Kas $ 11,000 Harga Perolehan Semi-Truk $ 53,000
Sumber : Kieso dan Weygandt, Accounting Intermediate, Edisi IFRS, Tahun 2011, hal 525
d. Ditukar dengan surat – surat berharga
Aset tetap diperoleh dengan cara pertukaran surat-surat berharga saham
obligasi. Apabila nilai surat berharga dapat ditentukan, maka tersebut akan
menjadi harga perolehan aset tetap. Nilai aset tetap dicatat sebesar harga pasar
saham obligasi dipakai sebagai penukar. Bila harga saham atau obligasi tidak
diakui, harga aset tetap di tentukan menurut harga pasar yang wajar. Jika aset
tetap tersebut diperoleh dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga seperti
saham atau obligasi, maka aset dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi,
maka aset dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembeliaan.
Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan harga aset yang ditukar
tidak diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh
pimpinan perusahaan atau dewan komisaris. Nilai pertukaran ini dipakai sebagai
24
dasar pencatatan harga perolehan aset tetap dan nilai surat berharga yang
dikeluarkan. Pertukaran aset tetap dengan surat berharga akan dicatat dalam
rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya. Selisih nilai
pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio atau disagio.
Contoh:
Untuk mendapatkan jumlah kendaraan, PT. Piramida menukarkan 1.000
lembar saham biasa dengan nilai nominal@Rp. 10.000,-. Pada saat pertukaran
saham tersebut memiliki harga pasar sebesar Rp. 11.000,- per lembar. Jurnal
untuk mencatatnya adalah:
Tabel III.6 Penukaran Aset dengan Surat – Surat Berharga
Tgl UraianRef. Post
Debit Kredit
Kendaraan 11.000.000 Modal saham biasa 10.000.000
Agio saham biasa 1.000.000Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap,
Tahun 2004, hal 50
e. Dibuat sendiri
Perusahaan tidak selalu mempunyai aset tetap dengan memiliki yang siap
pakai, tetapi kadang-kadang perusahaan juga membuat atau membangunnya
sendiri aset yang dibutuhkan perusahaan seperti gedung dan alat-alat perabot.
Menurut Harahap (2004:30), ada beberapa alasan mengapa perusahaan
membuat sendiri aset tetapnya yaitu:
1) Mendapatkan cost yang lebih rendah
2) Mendapat kualitas yang diinginkan
25
3) Adanya sebuah Idle capacity (sebagian buruh atau pegawai
menganggur)
4) Tidak dijual di pasar
Dalam pembangunan aset tetap, semua biaya yang dikeluarkan seperti
bahan baku, upah langsung dan overheat pabrik harus dikapitalisasikan. Namun
yang menjadi masalah adalah bagaimana membedakan biaya overhear ke dalam
harga perolehan aset tetap tersebut.
Menurut Harahap (2004:31), ada dua cara menetapkan berapa besar biaya
overhead yang akan dibebankan terhadap produk yang akan dibangun sendiri,
yaitu:
1) Metode Incremental CostDalam metode ini biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aset tersebut.
2) Metode ProportionalDalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara rata, baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri.
Apabila nilai perolehan bangunan tersebut lebih besar dari nilai pasarnya,
maka harga perolehan dicatat sebesar harga pasar aset tetap tersebut. Sedangkan
selisih antara harga perolehan dan harga pasar tersebut dicatat sebagai kerugian.
Misalnya, PT. SATU hendak membuat gudang untuk menyimpan
persediaan yang diproduksinya. Dalam membangun gudang tersebut, perusahaan
mengeluarkan biaya sebanyak Rp. 74.000.000,-. Setelah ditaksir, ternyata
bangunan gedung tersebut memiliki nilai pasar wajar seharga Rp. 70.000.000.
maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
26
Tabel III.7 Pencatatan Aset Tetap yang dibuat sendiri
Tgl UraianRef. Post
Debit Kredit
Gudang 70.000.000Kerugian Pembangunan 4.000.000
Kas 74.000.000Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap,
Tahun 2004, hal 52
f. Hadiah atau Donasi
Aset tetap dapat diperoleh dari bantuan pemerintah atau badan lain. Aset
yang diperoleh dari bantuan dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang
layak dengan mengkreditkan akun “Modal Donasi”. Walaupun dilakukan
pengeluaran dalam upaya memperoleh aset tetap tersebut, namun jumlahnya
sangat kecil sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar harga perolehan.
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No. 16 (2009:16.28):
Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai
diperoleh keyakinan bahwa :
1) Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut,dan
2) Hibah akan diperoleh.
Contoh:
PT. Kemala memperoleh bantuan berupa tanah dan gedung yang masing-masing
senilai Rp.10.000.000,- dan Rp.23.000.000,- biaya yang dikeluarkan dalam
penerimaan bantuan tersebut sebesar Rp.300.000,-.Jurnal yang dibuat oleh PT.
Kemala disajikan di halaman berikut:
27
Tabel III.8 Pencatatan Aset Tetap dari Hadiah atau Donasi Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit
Tanah 10.000.000Gedung 23.000.000
Modal donasi 32.700.000Kas 300.000
Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap, Tahun 2004, hal 52
4. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap
Selama penggunaan aset tetap, umumnya perusahaan mengeluarkan biaya-
biaya tertentu untuk kepentingan aset tetap, seperti memperbaiki, mengganti alat
maupun menservis serta memelihara aset tetap yang ada untuk tujuan
meningkatkan kapasitas dan efisiensi dari aset tetap yang dipakai.
Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi selama penggunaan aset tetap dapat
dibagi dalam dua kategori, Menurut Baridwan (2004:272) yaitu:
a. Capital Expenditure (pengeluaran modal), adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran seperti ini dicatat kedalam rekening aset tetap (dikapitalisir)
b. Revenue Expenditure (pengeluaran penghasilan), adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh manfaat yang hanya dirasakan dalam periode yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009:15.12)
sehubungan pengeluaran setelah perolehan aset tetap adalah:
Pengeluaran setelah pengakuan awal suatu aset tetap yang memperpanjang
umur manfaat atau yang kemungkinan besar member manfaat ekonomi
dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kerja, harus ditambahkan pada jumlah
tercatat aset tetap tersebut.
28
Untuk lebih jelasnya pengeluaran–pengeluaran yang dilakukan setelah,
masa perolehan adalah sebagai berikut:
a. Reparasi dan Pemeliharaan
Reparasi merupakan pengeluaran untuk mengembalikan harta kepada kondisi
yang baik karena kerusakan atau pengembalian dan mengganti bagian-bagian
yang mengalami kerusakan. Kegiatan ini dapat dibedakan dua jenis yaitu
Reparasi ringan yang bisaanya terjadi secara rutin dan hanya memerlukan
biaya relative kecil dan Reparasi besar yang memerlukan biaya dalam jumlah
besar dan biasanya tidak bersifat rutin. Biaya Reparasi kecil biasanya tidak
akan menambah umur ekonomis aset tetap, sehingga dibebankan sebagai biaya
pada periode terjadinya reparasi.
b. Penggantian (Replacement)
Penggantian adalah pengeluaran biaya yang dikeluarkan guna mengganti aset
atau suatu bagian aset dengan unit yang baru dan bisaanya dilakukan karena
aset yang lama telah mengalami kerusakan. Apabila bagian-bagian yang
diganti itu cukup besar maka harga perolehan bagian itu dihapuskan dari
rekening aset dan diganti dengan harga perolehan yang baru, begitu juga
akumulasi penyusutan untuk bagian yang diganti tersebut:
c. Perbaikan (Betterment/ improvement)
Perbaikan adalah pengeluaran untuk memperbaiki aset tetap yang mengalami
kerusakan agar dapat digunakan dalam proses operasional perusahan sebagai
mana mestinya. Jika pengeluaran itu kecil, maka pengeluaran itu dianggap
29
sebagai biaya bisaa. Tetapi, jika pengeluaran itu besar maka pengeluaran itu
dikapitalisasi ke harga perolehan aset tetap.
d. Penambahan (Addition)
Penambahan adalah penggeluaran untuk menambah aset tetap yang lama
dengan bagian-bagian yang baru, seperti penambahan ruangan, perluasan
halaman parkir dan lain-lain. Pengeluaran ini dikapitalisasi dan nilainya
disusutkan sepanjang umur pemakaian aset tetap. Dengan demikian diperlukan
penyesuaian terhadap beban penyusutan untuk tahun-tahun mendatang setelah
terjadinya penambahan.
5. Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan merupakan proses pengalokasian harga perolehan aset tetap
selama periode masa manfaat atas penggunaannya. Semua aset tetap akan
mengalami penyusutan karena digunakan dalam operasi perusahaan, kecuali
tanah.
Menurut Kieso dan Weygandt (2010:214) menyatakan bahwa:
Penyusutan itu adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan harga
pokok dan aset berwujud dalam suatu cara sistematis dan rasional pada
periode-periode yang diperkirakan memperoleh manfaat dari
penggunaannya.
Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang:
a. Diharapkan untuk dipergunakan lebih dari satu periode akuntansi
b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
30
c. Ditahan perusahaan untuk dipergunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan
administrasi.
Menurut Baridwan (2004:310), dalam akuntansi dikenal beberapa macam
metode penyusutan. Metode-metode tersebut adalah:
a. Metode Garis Lurus (Straight line Method)Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus.
b. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)Metode jam jasa membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan jumlah jam yang digunakan oleh suatu aset dalam memberikan jasa dalam rangka operasi perusahaan selama periode tersebut.
c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)Metode jumlah unit produksi membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan jumlah unit yang diproduksi oleh suatu aset dalam operasi perusahaan selama periode tersebut.
d. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method)1) Jumlah angka tahun (Sum of The Years Digits Method)
Dengan metode ini beban penyusutan periodik akan menurun secara tetap sepanjang umur estimasi itu, karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun terhadap harga perolehan aset dikurangi estimasi nilai residu semakin kecil.
2) Saldo menurun (Declining Balance, Method)Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan persentase tertentu yang dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan dengan nilai buku. Sehingga beban penyusutan semakin lama semakin kecil.
3) Saldo menurun ganda (Double Declining Balance, Method)Dengan metode ini, penyusutan didasarkan dengan presentase yang mengabaikan nilai residu. Apabila ini buku akhir tahun uang lebih kecil dari nilai sisa, maka aset tetap yang bersangkutan tidak disusutkan lagi.
a. Metode Garis Lurus ( Straight line Method)
Metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap
31
tahunnya sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Dihitung sebagai berikut:
Contoh:
Pada tanggal 4 Januari 2002. PT BCC Membeli sebuah mesin yang dibeli
dengan harga perolehan Rp. 15.000.000,- diperkirakan dapat dipergunakan selama
4 tahun, nilai sisa sebesar Rp. 3.000.000,- maka penyusutannya adalah sebagai
berikut:
Tabel III.9 Penyusutan Dengan Metode Garis Lurus
Th Harga perolehanBeban
PenyusutanAkumulasiPenyusutan
Nilai Buku
1 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 12.000.0002 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 9.000.0003 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 9.000.000 Rp. 6.000.0004 Rp.15.000.000 Rp. 3.000.000 Rp.12.000.000 Rp. 3.000.000
Sumber: Intermediate Accounting, Baridwan, Tahun 2004, Hal. 312
b. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)
Pengalokasian beban penyusutan dengan metode jam jasa berdasarkan
pada taksiran jam jasa yang mampu diberikan oleh aset tetap yang bersangkutan.
Secara otomatis penyusutan tergantung pada jam jasa yang digunakan. Beban
penyusutan per jam dihitung sebagai berikut:
Contoh:
Dari data yang telah ada, jika dalam tahun 2002 digunakan 4.000 jam,
tahun 2003 sebanyak 6.000 jam, tahun 2004 sebanyak 8.500 jam. Dan tahun 2007
sebanyak 11.500 jam. Harga perolehan mesin Rp. 15.000.000,- dan nilai sisa Rp.
32
3.000.000,- maka besarnya penyusutan adalah:
Depresiasi per jam = Rp. 15.000.000 – Rp. 3.000.000 = Rp. 400/jam30.000 jam
Tabel III.10 Penyusutan dengan Metode Jam Jasa
ThTarif(Rp)
Jam KerjaPenyusutan
(Rp)
AkumulasiPenyusutan
(Rp)
Nilai Buku (Rp)
2002 400 4.000 1.600.000 1.600.000 13.400.0002003 400 6.000 2.400.000 4.000.000 11.000.0002004 400 8.500 3.400.000 7.400.000 7.600.0002005 400 11.500 4.600.000 12.000.000 3.000.000
Sumber: Intermediate Accounting, Baridwan, Tahun 2004, Hal 313
c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Meth)
Dalam metode ini umur kegiatan aset ditaksir dalam satuan jumlah unit
produksi, sehingga besarnya depresiasi tiap periode akan berfluktuating sesuai
dengan fluktuasi hasil produksi untuk dapat menghitung beban depesiasi setiap
periode. Kemudian tarif ini dikali dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam
periode tersebut. Jadi depresiasi dalam metode ini dapat dihitung dengan rumus:
Contoh dari data yang telah ada taksiran produksi 60.000 unit. Data hasil
produksi mesin ini sebagai berikut:
Tahun 1999 : 12.000 unit
Tahun 2000 : 15.000 unit
Tahun 2001 : 13.000 unit
Tahun 2002 : 20.000 unit
Maka penyusutan per unitnya adalah:
33
Penyusutan = Rp 15.000.000 – Rp 3.000.000 = Rp 200/ unit 60.000
Tabel III.11 Penyusutan dengan Hasil Produksi
ThTarif(Rp)
Jam Produksi
Penyusutan (Rp)
AkumulasiPenyusutan
(Rp)
NilaiBuku (Rp)
1999 200 12.000 2.400.000 2.400.000 12.600.0002000 200 15.000 3.000.000 5.400.000 9.600.0002001 200 13.000 2.600.000 8.000.000 7.000.0002002 200 20.000 4.000.000 12.000.000 3.000.000
Sumber: Intermediate Accounting, Baridwan, Tahun 2004, Hal 314
d. Metode Beban Menurun (Reducing Charge Method)
Dalam metode ini beban depresiasi tiap periode selalu jumlahnya
menurun. Dalam metode ini ada empat cara yang digunakan untuk menghitung
depresiasi yang menurun dari tahun ketahun, yaitu:
1) Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits Method)
Metode jumlah angka tahun adalah pembebanan biaya penyusutan
secara berkala akan makin menurun secara tetap selama perkiraan umur
aset tetap. Oleh karena itu secara berturut-turut tiap-tiap tahun harga pokok
aset yang dapat disusutkan yaitu harga perolehan dikurangi nilai sisa atau
nilai residu. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
D = beban penyusutan periodik
n = umur ekonomis
Contoh:
Pembelian aset tetap seharga Rp 5.000.000,-. Masa manfaat dari
34
aset tersebut diperkirakan mencapai 4 tahun dengan estimasi nilai sisa
pada akhir masa manfaat sebesar Rp 1.000.000,-. Maka skedul
perhitungannya adalah sebagai berikut;
Tabel III.12 Penyusutan dengan Metode Angka TahunTahun Dasar
penyusutanSisa
umurTarif Beban
penyusutanNilai tercatat
0 Rp. 5.000.000 - - - Rp. 5.000.0001 Rp. 5.000.000 4 4/10 Rp. 1.600.000 Rp. 3.400.0002 Rp. 5.000.000 3 3/10 Rp. 1.200.000 Rp. 2.200.0003 Rp. 5.000.000 2 2/10 Rp. 800.000 Rp. 1.400.0004 Rp. 5.000.000 1 1/10 Rp. 400.000 Rp. 1.000.000
Sumber : Raja Adri Satriawan Surya, Akuntansi Keuangan I, 2010, hal 87
2) Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Dalam metode ini beban penyusutan merupakan hasil perkalian
dengan nilai buku aset tetap pada akhir periode. Karena nilai buku aset tiap
tahun akan mengalami penurunan maka beban depresiasi untuk setiap
tahunnya juga mengalami penurunan sebagai nilai sisa.
Rumus untuk menghitung penyusutan:
r = 1 –
Keterangan:
r = Tarif Penyusutan
n = Umur ekonomis
s = Nilai sisa
c = Harga perolehan
Contoh:
PT. ABC membeli sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar
35
Rp. 100.000.000,- nilai sisa mesin Rp. 10.000.000,- dan umur ekonomis
mesin 3 tahun, maka perhitungannya:
r = 1 –
= 0,536 atau 53,6 %Tabel III.13 Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun
Th Tarif Beban PenyusutanAkumulasiPenyusutan
Nilai Buku
1 53.653.6% x Rp100.000.000 = 53.600.000
Rp.53.600.000 Rp.46.400.000
2 53.653.6% x Rp 46.400.000= 53.600.000
Rp.78.470.000 Rp. 21.530.000
3 53.653.6% x Rp 21.530.000= 11.530.000
Rp.90.000.000 Rp.10.000.000
Sumber: Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Sofyan Syafri Harahap, Tahun 2004, hal 59
3) Metode Saldo Menurun Ganda ( Double Declining Balance Method)
Dengan metode ini, penyusutan didasarkan dengan persentase yang
mengabaikan nilai residu. Apabila nilai buku akhir tahun lebih kecil dari
nilai sisa, maka aset yang bersangkutan tidak disusutkan lagi.
Rumus: r = 100% x 2n
Keterangan:
r = Tarif Penyusutan
n = Umur ekonomis
Sebagai contoh, Pada tanggal 3 januari 2010 Perusahaan
memperoleh sebuah mesin seharga Rp 15.000.000,- dengan perkiraan nilai
sisa sebesar Rp 1.000.000,- dan Perkiraan masa manfaatnya selama 5
36
tahun. Tarif penyusutannya adalah :
r = 100% X 2 = 40% 5
Tabel III.14 Pencatatan Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun Ganda
Akhir Tahun
PerhitunganBeban
PenyusutanAkumulasi Penyusutan
Nilai Buku Aset
- - - Rp 15.000.0001 Rp 15.000.000 x 40% Rp 6.000.000 Rp 6.000.000 Rp 9.000.0002 Rp 9.000.000 x 40% Rp 3.600.000 Rp 9.600.000 Rp 5.400.0003 Rp 5.400.000 x 40% Rp 2/.160.000 Rp 11.760.000 Rp 3.240.0004 Rp 3.240.000 x 40% Rp 1.296.000 Rp 13.056.000 Rp 1.944.000
5Rp 1.944.000 – Rp
1.000.000Rp.944.000 Rp 14.000.000 Rp 1.000.000
Sumber : Intermediate Accounting, Zaki Baridwan, Tahun 2004, Hal 313.
6. Penghapusan Aset Tetap
Aset tetap yang dipakai terus menerus suatu saat akan dihapuskan dari
pembukuan karena aset tetap tersebut tidak efisien atau tidak bermanfaat lagi bagi
perusahaan. Penghapusan aset tetap ini bisa dilakukan dengan cara menutup
perkiraan aset tetap tersebut dengan mengkredit aset tetap dan mendebetkan
akumulasi penyusutannya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009:15.27):
Entitas harus menghentikan-pengakuan aset tetap pada saat:
a. dilepaskan; atau
b. ketika tidak ada manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan
dari penggunaan atau pelepasannya.
Menurut Kieso et.al (2010:60) menjelaskan sebagai berikut :
Aset ditarik dari penggunaannya karena dua alasan : faktor-faktor fisik (seperti kerusakan atau habisnya umur fisik) dan faktor-faktor ekonomi
37
(keusangan). Faktor-faktor fisik adalah keausan, dekomposisi, dan kerusakan yang membuat aset tersebut sulit untuk bekerja tanpa batas. Faktor-faktor fisik ini menetapkan batas luar untuk umur pelayanan aset. Faktor-faktor ekonomi atau fungsional dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori : ketidaklayakan, penggantian, dan keusangan.
Hal ini dapat dibedakan dalam lima pengertian, yaitu:
a. Dibuang
Dalam hal ini perkiraan aset tetap dan akumulasi penyusutannya harus
dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aset tetap yang bersangkutan
sebesar harga perolehannya dan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan
sampai saat pelepasannya. Apabila ada nilai sisanya, maka jumlah ini dicatat
sebagai rugi atas pelepasannya.
b. Dijual
Ada dua jenis aset yang dijual:
1) Aset yang sudah habis masa manfaatnya
Dalam hal ini kas diterima dari penjualan dicatat sebagai laba atas penjualan.
2) Aset yang menurut penilaian ekonomis tidak dipergunakan lagi, namun belum
sepenuhnya disusutkan.
Dalam hal ini ada tiga kemungkinan harga penjualan aset tetap tersebut, yaitu:
sama besar, lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai bukunya. Jika lebih rendah
akan mengakibatkan rugi atas penjualan dan jika lebih tinggi akan terjadi laba
atas penjualan aset tetap tersebut.
Contoh :
38
Sebuah mesin dijual pada pertengahan tahun kesepuluh seharga Rp.
7.000.000,-. Mesin tersebut dahulunya dibeli dengan harga Rp.18.000.000,- dan
telah disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar Rp. 1.200.000,- per tahun. Maka
ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut :
Tabel III.15 Pencatatan pelepasan aset tetap
Tgl UraianRef. Post
Debet Kredit
Beban penyusutan Rp. 600.000Akumulasi penyusutan Rp. 600.000
Kas Rp. 7.000.000Akumulasi Penyusutan Rp.11.400.000
Mesin Rp.18.000.000Laba penjualan Rp. 400.000
Sumber: Akuntansi Pengantar 2, Pendekatan Komprehensif, Achmad Tjahjono dan Suliastriningsih, Tahun 2009, hal.124
c. Ditukar
Prosedur untuk hal ini sama seperti perolehan aset tetap dengan pertukaran
yang telah diuraikan sebelumnya
d. Dinon aktifkan
Aset tetap yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau
digolongkan sebagai aset lain-lain
e. Dipakai di luar operasi normal perusahaan
Dalam hal ini aset tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi.
7. Penyajian Aset Tetap
Cara penyajian komponen–komponen laporan keuangan haruslah tepat,
sehingga laporan keuangan yang disajikan akan menunjukkan nilai wajar dan
benar. Dalam penyajian aset sebaiknya dicantumkan juga nilai akumulasi
39
penyusutan masing-masing aset berikut nilai bukunya, sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir.
Penyajian aset tetap dalam laporan keuangan harus memberikan rincian
jelas mengenai jenisnya, misalnya tanah, bangunan, kendaraan, peralatan.
Kemudian dicantumkan harga perolehan dengan pengurangnya yaitu akumulasi
penyusutan untuk masing-masing aset tetap kecuali tanah. Laporan keuangan
juga, harus merincikan aset-aset yang tidak lagi digunakan dalam operasional
perusahaan, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan benar-benar memuat
data yang benar dan jelas sehingga tidak menyesatkan bagi para pemakai laporan
keuangan tersebut.
Penyajian aset tetap di neraca dimulai dari aset yang paling kekal atau
umur yang paling panjang sampai yang tidak kekal atau umur paling pendek.
Sebagai contoh bentuk penyajian aset tetap di Neraca menurut Warren et. Al
(2005:519) di halaman berikut:
Tabel III.16 Penyajian Aset Tetap
ASET xxxx
Total Aset Lancar
Aset Tetap
Tanah xxxx
Bangunan xxxx
Akum. Peny (xxxx) +
Nilai Buku xxxx
Mesin xxxx
Akum. Peny (xxxx) +
Nilai Buku xxxx
Peralatan Kantor xxxx
40
Akum. Peny (xxxx) +
Nilai Buku xxxx +
Total Aset Tetap xxxx +
Total Aset Lancar dan Aset Tetap xxxx
Sumber: Prinsip-prinsip Akuntansi, Carl S Warren, Fames M Revee dan Philip E. Fess, Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan, Tahun 2005, hal 519.
B. Tinjauan Praktek
1. Klasifikasi Aset Tetap
Klasifikasi Aset Tetap pada PT. Barelang Persada dibagi menjadi lima
kelompok yaitu:
a. Tanah yang mempunyai masa manfaat tidak terbatas.
b. Bangunan yang mempunyai masa manfaat selama 20 tahun.
c. Kendaraan yang mempunyai masa manfaat ada yang selama 8 tahun.
d. Peralatan dan Mesin yang mempunyai masa manfaat ada yang selama
4-8 tahun, dan
e. Perlengkapan Kantor yang mempunyai masa manfaat ada yang selama
4 tahun.
Berdasarkan uraian jenis aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan membagi kelompok aset tetap tersebut
sesuai dengan fungsi masing-masing dari aset tetap tersebut.
2. Perolehan dan Pencatatan Aset Tetap
PT. Barelang Persada dalam memperoleh aset tetap dengan cara pembelian
tunai dan pembelian kredit. Dalam pembelian tunai perusahaan melakukannya
41
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu harga perolehan dicatat sebesar
harga faktur dan ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap
tersebut siap digunakan.
Untuk pembelian kredit, selisih antara nilai tunai dengan harga angsuran
merupakan beban bunga yang harus dipisahkan dari harga perolehan aset tetap.
Akan tetapi, PT. Barelang Persada tidak memisahkan beban bunga dengan harga
perolehan aset. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan
yang berlaku.
Pada tanggal 2 Juli 2008 PT. Barelang Persada membeli dua unit Mobil
Pick Up seharga Rp. 270.000.000,- dengan jangka waktu pembayaran 12 bulan,
sedangkan harga tunai 2 unit Pick Up tersebut adalah sebesar Rp. 247.500.000,-
perusahaan membayar uang muka sebesar Rp.60.000.000,- pada saat pembelian
tersebut perusahaan mengkapitalisir biaya bunga yang timbul kedalam harga
perolehan, sehingga perusahaan mencatat transaksi tersebut sebagai berikut:
Tabel III.17 Pencatatan Pembelian KreditTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit
2 Juli 2008
Mobil Pick Up 270.000.000Kas 60.000.000Hutang 210.000.000
Sumber : PT. Barelang Persada
Pada saat pembayaran angsuran perbulan perusahaan tersebut mencatat:
Tabel III.18 Pencatatan Pembayaran Angsuran KreditTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit
2 Ags 2008
Hutang 17.500.000Kas 17.500.000
Sumber : PT. Barelang Persada
42
Jurnal yang seharusnya dibuat perusahaan pada saat pembelian:
Tabel III.19 Pencatatan Pembelian Kredit yang seharusnyaTgl Uraian R/P Debit Kredit
2 Juli 2008
Mobil Pick Up 247.500.000Beban bunga ditangguhkan 22.500.000
Kas 60.000.000Hutang Kendaraan 210.000.000
Sumber : Data OlahanPada saat pembayaran angsuran perbulan perusahaan tersebut mencatat:
Tabel III.20Pencatatan Pembayaran Angsuran Kredit yang seharusnya
Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit2 Ags2008
Hutang Kendaraan 17.500.000Beban bunga 1.875.000
Kas 17.500.000Beban bunga yang ditangguhkan
1.875.000
Nilai tersebut diatas diperoleh dengan perhitungan:a. Biaya bunga
Harga kredit Rp. 270.000.000Nilai tunai Rp. 247.500.000Beban bunga yang ditangguhkan Rp. 22.500.000
Biaya bunga tiap bulan = Rp. 22.500.000 12
= Rp. 1.875.000b. Utang = Rp. 210.000.000
12 Cicilan perbulan = Rp. 17.500.000
Sumber : Data Olahan
Agar penyajian dalam laporan keuangan menjadi benar maka, maka
perusahaan harus mencatat jurnal koreksi untuk mengoreksi kesalahan pencatatan
yang terjadi dengan jurnal sebagai berikut:
Jurnal koreksi yang harus dibuat perusahaan adalah:
Tabel III.21 Jurnal Koreksi Pembelian KreditTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit
31Des Beban Bunga yang 22.500.000
43
2008 ditangguhkanMobil Pick Up 22.500.000
Sumber : PT. Barelang Persada
3. Pengeluaran Setelah Masa Perolehan Aset Tetap
Selama penggunaan aset tetap kita tidak dapat menghindari pengeluaran
setelah perolehan aset tetap tersebut. Pengeluaran ini adalah untuk menunjang
aktivitas perusahaan dan dapat memelihara agar aset tersebut dapat memberikan
manfaatnya sesuai dengan jangka waktu taksiran umur yang telah ditentukan.
Pengeluaran tersebut karena kemungkinan ada pengaruhnya pada harga pokok
yang akhirnya mempengaruhi biaya penyusutan. Dalam pencatatan pengeluaran
setelah masa perolehan aset tetap, perusahaan harus memperhatikan jenis
pengeluarannya, karena tidak semua pengeluaran dapat dijadikan biaya.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap kebijakan
perusahaan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, maka yang dilakukan
perusahaan adalah sebagai berikut:
Pada awal bulan November 2010 PT. Barelang Persada melakukan
perbaikan terhadap Sepeda Motor dengan total perbaikan senilai Rp. 1.200.000,-
pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai berikut:
Tabel III.22Pencatatan Sepeda Motor Oleh Perusahaan
Tgl UraianRef. Post
Debit Kredit
4Nov2010
Biaya Transportasi 1.200.000Kas 1.200.000
Sumber : PT. Barelang Persada
44
Karena pengeluaran tersebut menambah umur ekonomis dan
meningkatkan kegunaan sepeda motor, maka pencatatan yang seharusnya dibuat
oleh perusahaan adalah:
Tabel III.23 Pencatatan Sepeda Motor yang seharusnyaTgl Uraian Ref. Post Debit Kredit
14Mei2010
Akumulasi Penyusutan Sepeda Motor
1.200.000
Kas 1.200.000Sumber : Data Olahan
Jurnal koreksi sebelum tutup buku yang harus dibuat perusahaan yaitu:
Tabel III.24Koreksi Pencatatan Sepeda Motor sebelum tutup buku
Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit31Des 2010
Akumulasi Penyusutan Sepeda Motor
1.200.000
Biaya Transportasi 1.200.000Sumber : Data Olahan
Apabila koreksi dilakukan setelah penutupan buku, maka ayat jurnal yang
harus dibuat oleh perusahaan adalah:
Tabel III.25 Koreksi Pencatatan Sepeda Motor setelah tutup buku
Tgl Uraian Ref. Post Debit Kredit1Jan 2011
Akumulasi Penyusutan Sepeda Motor
1.200.000
Laba Ditahan 1.200.000Sumber : Data Olahan
Kesalahan dalam pengelompokan pengeluaran modal atau pendapatan jasa
akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Laporan tersebut akan
memberikan informasi yang keliru untuk periode-periode setelah terjadinya
pengeluaran tersebut. Ketidaktepatan pencatatan pengeluaran aset tetap akan
45
menimbulkan kesalahan karena aset dinilai terlalukecildan beban terlalu besar.
Jika laporan keuangan dilaporkan dalam keadaaan laba maka labanya terlalu kecil.
Tapi sebaliknya, apabila perusahaan mengalami kerugian hal ini akan
memperbesar kerugian yang dialami perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu
menetapkan kebijaksanaan kapitalisasi sehingga dapat menentukan pengeluaran
tersebut harus dikapitalisasi atau dibebankan sebagai biaya.
4. Penyusutan Aset Tetap
Aset tetap kecuali tanah memiliki usia terbatas. Kemampuan dalam
menghasilkan dan membantu kegiatan operasional guna memperoleh pendapatan
bagi perusahaan akan semakin menurun sejalan berlalunya waktu sehingga harus
disusutkan secara berkala sepanjang usianya.
Pada perusahaan ini penyusutannya ada yang menggunakan metode garis
lurus dan ada juga aset tetap yang menggunakan metode saldo menurun ganda.
Metode garis lurus dipakai guna menyusutkan suatu aset apabila diperkirakan aset
tetap memberikan manfaat ekonomis relative sama besarnya untuk setiap periode
selama masa penggunannya. Sedangkan metode saldo menurun ganda didasarkan
dengan persentase yang mengabaikan nilai residu. Apabila nilai buku akhir tahun
lebih kecil dari nilai sisa, maka aset yang bersangkutan tidak disusutkan lagi
Pada awal bulan Juli 2009, PT. Barelang Persada membeli satu set kursi
tamu senilai Rp. 2.750.000,- yang mempunyai nilai residu sebanyak Rp. 500.000
mempunyai masa manfaat selama 4 tahun, dengan menggunakan penyusutan
46
dengan metode garis lurus, penyusutan yang dilakukan perusahaan adalah sebagai
berikut:
Tabel III.26 Perhitungan Beban Penyusutan yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik
TahunBiaya
Perolehan
%Penyu-sutan
BebanPenyusutan
AkumulasiPenyusutan
Nilai Buku
2009 2.750.000 25% Rp 687.500 Rp 687.500 Rp 2.062.500 2010 2.750.000 25% Rp 687.500 Rp1.375.000 Rp 1.375.000 2011 2.750.000 25% Rp 687.500 Rp2.062.500 Rp 687.500
Sumber : PT. Barelang PersadaPerhitungan beban penyusutan diatas tidak sesuai dengan standar
akuntansi keuangan karena perusahaan harus mengakui besarnya beban
penyusutan selama satu tahun penuh, seharusnya perusahaan mengakui besarnya
beban penyusutan dari tanggal perolehan sampai akhir periode akuntansi.
Berikut perhitungan penyusutan Kursi Tamu yang sesuai dengan standar
akuntansi keuangan:
Tabel III.27Perhitungan Beban Penyusutan yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik
ThBiaya
Perolehan
%Penyu- sutan
Penyusutan yang
diakui
BebanPenyusutan
AkumulasiPenyusutan
Nilai Buku
2009 2.750.000 25% 6 bulan Rp281.250 Rp 281.250 Rp2.468.7502010 2.750.000 25% 1 tahun Rp562.500 Rp 843.750 Rp1.906.2502011 2.750.000 25% 1 tahun Rp562.500 Rp1.406.250 Rp1.343.750
Sumber :Data Olahan
5. Penyajian Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan
Penyajian aset tetap dalm laporan keuangan perusahaan dimana
perusahaan dimana perusahaan melaksanakan kebijakan sebagai berikut:
47
a. Aset tetap dicantumkan oleh perusahaan dalam neraca di dasarkan pada
kelompok masing-masing aset tetap dan dinyatakan sebesar harga perolehan
aset tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan total aset tetap,
sehingga diperoleh nilai buku total dari keseluruhan aset tetap tersebut.
b. Biaya penyusutan aset tetap dinyatakan dalam laporan laba rugi sebesar total
biaya penyusutan yang ada pada tahun penyusutan.
Tabel III.28Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Tidak Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik
PT. Barelang PersadaNERACA
Per 31 Desember 2011
AKTIVAAktiva Lancar Rp. 1.465.088.060Aktiva Tetap
l. Tanah Rp. 400.000.0002. Bangunan Rp. 350.000.0003. Kendaraan Rp. 364.425.0004. Peralatan & Mesin Rp. 431.665.0005. Perlengkapan Kantor Rp. 47.460.000
Akm. Penyusutan (Rp. 528.363.125) Nilai Buku Aset Tetap Rp. 1.065.186.875
Aktiva Lainnya Rp. 65.250.000 Jumlah Aktiva Rp. 2.595.524.935
Sumber:PT. Barelang Persada Pekanbaru
Berdasarkan uraian dan Tabel III.28 diatas dapat kita lihat bahwa
penyajian aset tetap dalam neraca kurang tepat. Namun, ada beberapa pendapat
yang menyatakan bahwa perusahaan boleh hanya menyajikan nilai perolehan dan
akumulasi penyusutan aset tetap dengan syarat dalam penyajiannya dilampirkan
daftar penyusutan aset tetap.
48
Menurut standar akuntansi keuangan yang berlaku, sebaiknya dalam
neraca dicantumkan nama kelompok aset tetap serta nilai akumulasi penyusutan
serta nilai buku yang dicantumkan dinyatakan berdasarkan masing-masing
kelompok aset tetap yang ada sehingga akan memudahkan pembaca memahami
neraca perusahaan dan neraca perusahaan lebih akurat seperti yang penulis sajikan
pada Tabel III.29 di halaman berikut:
Tabel III.29 Penyajian Aset Tetap PT. Barelang Persada Pekanbaru yang Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akutabilitas Publik
PT. Barelang PersadaNERACA
Per 31 Desember 2011
AKTIVAAktiva Lancar Rp. 1.465.088.060Aktiva Tetap
Tanah Rp. 400.000.000Bangunan Rp. 350.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 105.000.000 Nilai Buku Rp. 245.000.000
Kendaraan Rp. 364.425.000Akumulasi Penyusutan Rp. 182.212.500
Nilai Buku Rp. 182.212.500Peralatan & Mesin Rp. 431.665.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 205.555.625 Nilai Buku Rp. 226.109.375
Perlengkapan Kantor Rp. 47.460.000Akumulasi Penyusutan Rp. 35.595.000
Nilai Buku Rp. 11.865.000 Nilai Buku Aset Tetap Rp. 1.065.186.875
Aktiva Lainnya Rp. 65.250.000 Jumlah Aktiva Rp. 2.595.524.935Sumber: Data Olahan
49
BAB IVPENUTUP
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik
beberapa kesimpulan dan memberikan saran-saran yang penulis anggap
bermanfaat bagi pihak perusahaan.
A. Kesimpulan
1. Dalam pembelian aset tetap secara tunai, perusahaan mencatat harga
perolehan aset tetap tersebut telah sesuai dengan SAK ETAP, dimana harga
perolehan aset tetap dicatat sebesar harga fakturnya dan ditambah dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap digunakan dalam
kegiatan perusahaan.
2. PT. Barelang Persada tidak memisahkan beban bunga dengan harga perolehan
aset melalui pembelian kredit. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan SAK
ETAP karena beban bunga harus dipisahkan dari harga perolehan aset tetap.
3. Dalam mencatat pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, perusahaan
tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah pengeluaran tehadap aset tetap
tersebut termasuk biaya atau pengeluaran tersebut dapat menambah umur
ekonomis dan mempengaruhi biaya penyusutan. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan SAK ETAP.
4. Dalam menghitung aset tetap, perusahaan menggunakan metode garis lurus
(straight line method) yaitu metode dengan tarif berdasarkan ketentuan
undang-undang yang berlaku. Dalam menghitung biaya penyusutan,
perusahaan belum menerapkan sesuai dengan SAK ETAP karena perusahaan
tidak memperhatikan tanggal dan bulan perolehan aset tetap sehingga
perusahaan mengakui beban penyusutan selama satu tahun penuh.
5. Penyajian aset tetap di neraca tidak sesuai dengan SAK ETAP, dimana dalam
neraca hanya menampilkan nilai perolehan semua aset tetap dikurangi total
akumulasi penyusutan. Perusahaan tidak menyajikan nilai perolehan,
akumulasi penyusutan serta nilai buku setiap masing-masing kelompok aset
tetap. Penyajian tersebut menyulitkan pengguna laporan untuk memahami aset
tetap perusahaan.
B. Saran
1. Sebaiknya PT. Barelang Persada tetap mencatat harga perolehan aset tetap
sesuai dengan SAK ETAP, dimana harga perolehan aset tetap dicatat sebesar
harga fakturnya dan ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai
aset tetap tersebut siap digunakan dalam kegiatan perusahaan.
2. Sebaiknya PT. Barelang Persada memisahkan beban bunga dengan harga
perolehan aset melalui pembelian kredit.
3. Dalam mencatat pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, seharusnya
perusahaan memperhatikan terlebih dahulu apakah pengeluaran tehadap aset
tetap tersebut termasuk biaya atau pengeluaran tersebut dapat menambah umur
ekonomis dan mempengaruhi biaya penyusutan.
4. Sebaiknya dalam menghitung aset tetap, perusahaan memperhatikan tanggal
dan bulan perolehan aset tetap dan mengakui besarnya beban penyusutan
51
sesuai dengan pemakaian dalam tahun tersebut. Jadi, perusahaan tidak boleh
menyusutkan setahun penuh terhadap aset tetap yang baru diperoleh pada
pertengahan tahun.
5. Seharusnya penyajian aset tetap di neraca disesuaikan dengan SAK ETAP,
dimana untuk akumulasi penyusutannya disajikan untuk masing-masing jenis
aset tetap yang disusutkan, sehingga nilai buku untuk setiap jenis aset tetap,
dapat terlihat langsung di neraca.
52
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 2004. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi Ke Tujuh, BPFE, UGM, Yogyakarta.
Carl S. Warren, James M, Reeve dan Philip E. Fess, 2005, Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Keduapuluhsatu, Terjemahan Aria Farahmita dan Amanugrahami, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan, Cetakan Ke Tiga, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kieso, Donald E., Weygandt J. Jerry dan Warfiedld Terry D. Intermediate Accounting, IFRS Edition, Copyright 2011, John Wiley & Son (Asia) Ptc Ltd.
Kieso, Donald E, and Jerry J, Weygant, dan Terry D. Waefield. 2010, Akuntansi Intermediate. Jilid I, Edisi Ketigabelas, Terjemahan Hendra Salim, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi. Edisi Ke Tiga, Cetakan Ke Tiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Rudianto, 2009, Pengantar Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Ke Lima, Penerbit Salemba Empat.
Suharli, Michell, 2006. Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang, Edisi Pertama,. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Surya, Raja Adri Satriawan, 2010, Akuntansi Keuangan 1, (Edisi 1), Penerbit UNRI PRESS, Pekanbaru
Stice, D James, E. Kay Stice, K. Fred Skousen, 2009. Akuntansi Keuangan Intermediate Accounting. Jilid Satu, Edisi Keenam Belas, Terjemahan Ali Akbar, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Tjahjono, Achmad dan Sulastrininsih, 2009, Akuntansi Pengantar 2; Pendekatan Komprehensif, Penerbit Ganbika, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Penerbit Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta.
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya PT. Barelang Persada Pekanbaru?
2. Bagaimana struktur organisasi dan pembagian tugas serta tanggungjawab
pada PT. Barelang Persada Pekanbaru?
3. Bergerak dibidang usaha apa PT. Barelang Persada Pekanbaru?
4. Apa saja klasifikasi aset tetap yang dimiliki oleh PT. Barelang Persada
Pekanbaru?
5. Dengan cara apa PT. Barelang Persada Pekanbaru memperoleh aset tetap dan
bagaimana dengan metode pencatatannya?
6. Metode apa yang digunakan oleh PT. Barelang Persada Pekanbaru dalam
menghitung beban penyusutan setiap tahunnya serta bagaimana dengan
metode pencatatannya?
7. Bagaimanakah perlakuan akuntansi yang diterapkan PT. Barelang Persada
Pekanbaru dalam pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap?
8. Bagaimana kebijakan perusahaan dalam pelepasan aset tetap?
9. Mengapa aset tetap yang sudah habis nilai bukunya masih disajikan oleh
perusahaan dalam laporan keuangan?
10. Bagaimanakah cara penyajian aset tetap dalam laporan keuangan PT.
Barelang Persada Pekanbaru?