Upload
haanh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN
MOTOR ABILITY TERHADAP LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
PADA SISWA SMP NEGERI 3 KARTASURA
TAHUN 20010/2011.
SKRIPSI
Oleh :
SETIAWAN K5606051
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN
MOTOR ABILITY TERHADAP LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
PADA SISWA SMP NEGERI 3 KARTASURA
TAHUN 20010/2011.
Oleh : SETIAWAN
K5606051
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Maret 2011
Pembimbing 1 Pembimbing II
Dra. Ismaryati, M.Kes Slamet Riyadi, S.Pd., M.Or NIP. 19630505 198903 2 001 NIP. 19701102 200501 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. Agustiyanto, M. Pd
Sekretaris : Drs. Sukono
Anggota I : Dra. Ismaryati, M. Kes
Anggota II : Slamet Riyadi, S. Pd, M. Or
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Setiawan. PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN 20010/2011. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh pendekatan teknis dan taktis terhadap hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. (2) Perbedaan pengaruh motor ability tinggi dan rendah terhadap hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. (3) Ada tidaknya interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motor ability terhadap lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura sebanyak 102 siswa yang terdiri dari 8 kelas.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proporsional random sampling. Jumlah pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin dan diperoleh sampel sebanyak 40.49 dibulatkan menjadi 40 siswa yang diambil secara acak dari tiap kelas kemudian diukur tingkat motor abiltynya. Sampel yang digunakan yaitu 20 siswa dengan kategori motor ability tinggi dan 20 siswa dengan kategori motor ability rendah. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran. Untuk mengukur motor ability melalui Barrow Motor Ability Test dari Barry L. Johnson and Jack K Nelson (1986: 365) dan tes kemampuan lompat jauh gaya jongkok melalui tes lompat jauh gaya jongkok. Teknik analisis data yang digunakan adalah Anava faktorial 2 X 2 dan uji lanjut Newman Keuls.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh pendekatan teknis dan taktis terhadap hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 101.63 > Ft = 4.11. Pendekatan pembelajaran taktis lebih baik dari pada pendekatan pembelajaran teknis, dengan nilai rata-rata yaitu 38.85 dan 27.45. (2) Ada perbedaan pengaruh antara motor ability tinggi dan motor ability rendah terhadap peningkatan hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 109.16 > Ft = 4.11. Motor ability tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok lebih baik dari pada motor ability rendah, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 38.65 dan 27.65. (3) Tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motor ability terhadap peningkatan hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung = 0.08 < Ftabel = 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Allah meninggikan orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.
( Terjemahan Q.S Al Mujadalah: 11 )
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut tidak
berusaha mengubahnya sendiri
( Terjemahan Ar Ro’du: 11 )
Harimu adalah hari ini, bukan kemarin, besuk atau lusa, maka lakukanlah yang
terbaik untuk hari ini karena belum tentu hari esuk atau lusa datang untukmu
( Setiawan )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk:
Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan
kepercayaan padaku
Adikku Edi Setiyadi yang saya sayangi
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi padaku
Teman-temanku Angkatan 2006 JPOK FKIP UNS dan Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs.Bambang Wijanarko, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Dra. Ismaryati, M.Kes., sebagai pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan dorongan dan pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat
tersusun dengan baik.
5. Slamet Riyadi, S.Pd, M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan
semangat, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala SMP Negeri 3 Kartasura yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.
8. Siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011
yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
9. Semua pihak yang telah berjasa hingga dapat terselesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................................... i
PENGAJUAN ........................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ....................................................................................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................................ iv
ABSTRAK................................................................................................................ v
MOTTO .................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi
DAFTER GRAFIK ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 6
1. Lompat jauh ..................................................................................... 6
2. Lompat Jauh Gaya Jongkok ............................................................. 7
3. Pembelajaran Lompat Jauh .............................................................. 11
4. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Pendekatan
Taktis ............................................................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Pendekatan
Teknis ............................................................................................... 17
6. Motor Ability ..................................................................................... 19
B. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 21
C. Hipotesis ............................................................................................... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 23
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 23
B. Metode Penelitian ................................................................................. 23
C.Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 24
D. 1. Variabel Penelitian ............................................................................ 24
2. Definisi Operasional Variabel…………………………………… ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 27
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 27
1. Uji Prasyarat Analisis ....................................................................... 27
2. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 36
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 36
B. Mencari Reliabilitas .............................................................................. 39
C. Uji Prasyarat analisis ............................................................................. 40
D. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 41
E. Pembahasan hasil Penelitian ................................................................. 44
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................................. 47
A. Simpulan ............................................................................................... 47
B. Implikasi ............................................................................................... 47
C. Saran ..................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 49
LAMPIRAN ............................................................................................................. 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui
aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan kemampuan motorik, pengetahuan dan kecerdasan emosi.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan
individu secara menyeluruh, artinya cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada
aspek jasmani saja tetapi juga aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di dalamnya diajarkan
beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum pendidikan
jasmani. Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani
adalah atletik. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang
diajarkan dari sekolah tingkat paling rendah (SD) bahkan Perguruan Tinggi (PT).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran atletik, seorang guru pendidikan
jasmani dan kesehatan, harus memperhatikan perkembangan, karakteristik,
kemampuan dan kegemaran anak serta tujuan yang harus dicapai. Cabang
olahraga atletik di dalamnya terdiri dari empat nomor utama yaitu, jalan, lari,
lompat dan lempar atau tolak. Dari setiap nomor tersebut di dalamnya terdapat
beberapa nomor yang dilombakan. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak
pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan
lari cross county. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat
jangkit, lompat tinggi galah, sedangkan nomor lempar meliputi lempar cakram,
lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil.
Berkaitan dengan nomor atletik yang digunakan dalam kurikulum
pembelajaran di SMP meliputi: lari pendek 50 meter, lempar lembing dan lompat
jauh, maka penelitian ini akan mengkaji dan meneliti nomor lompat khususnya
lompat jauh. Menurut Aip Syarifudin (1992: 90) bahwa lompat jauh adalah suatu
bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
lakukan dengan cepat dan dengan jalan tolakan pada satu kaki untuk mencapai
jarak yang sejauh-jauhnya.
Pada umumnya ada dua konsep pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok, yaitu pendekatan teknis dan pendekatan
taktis. Pendekatan teknis merupakan sistem pendekatan pembelajaran secara
tradisional, dimana untuk mempelajari suatu teknik harus dilakukan secara
berulang-ulang hingga menguasainya secara otomatis, akan tetapi dalam
pelaksanaannya siswa belum mengalami situasi yang sebenarnya. Pada
pendekatan ini karena pembelajarannya yang monoton atau kurang inovatif yang
dirasa menjenuhkan dan membosankan bagi siswa. Sedangkan menurut Danu
Hoedaya (2001: 17) yang dimaksud dengan pendekatan taktis adalah untuk
meningkatkan ketrampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari
kesadaran taktis dan penerapan keterampilan teknik dasar ke dalam bentuk
permainan yang sebenarnya
Pendekatan taktis adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau
situasi bermain, pada umumnya siswa menginginkan proses pembelajaran yang
menyenangkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, para siswa kurang
antusias terhadap proses pembelajaran yang berbelit-belit dan membosankan.
Pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa dapat dihadapkan pada situasi
yang dapat memberikan tantangan untuk melompat, misal dengan mengggunakan
peralatan seperti: tali, kotak, dan ban sepeda. Dengan menggunakan sarana seperti
ini diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk melompat.Dari kedua
konsep pendekatan pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan
yang belum diketahui pendekatan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.
Motor Ability berasal dari istilah bahasa inggris yang berarti kemampuan
motorik. Menurut Sukinta (2004: 78) Kemampuan motorik merupakan kualitas
hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan dalam olahraga
maupun gerakan non olahraga atau kematangan penampilan keterampilan
motorik. Data motor ability dikumpulkan melalui Barrow Motor Ability Test dari
Barry L. Johnson and Jack K Nelson (1986: 365), yanag terdiri atas: Standing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Board jump/Long Jump (lompat jauh tanpa awalan), Medicine Ball Put (melempar
bola), Sprint 40 meter (Lari cepat 40 meter), Zig-zag Run (Lari zig-zag).
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas bahwa
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan pendekatan taktis dan
teknis tidak terlepas dari dukungan kemampuan motorik. Dari kedua pendekatan
pembelajaran lompat jauh tersebut belum diketahui bagaimana pengaruhnya
terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa dan apakah siswa
yang mempunyai kemampuan motorik tinggi dan rendah akan berbeda prestasi
belajarnya, maka perlu dikaji dan diteliti baik secara teori maupun praktek melalui
metode eksperimen.
Siswa SMP Negeri 3 Kartasura adalah subjek penelitian yang di gunakan
dalam penelitian ini. Pada dasarnya pembelajaran lompat jauh berjalan dengan
lancar, namun karena jam pelajaran yang tersedia terbatas sehingga siswa kurang
mendalami pembelajaran lompat jauh yang diberikan, serta siswa kurang
bersungguh-sungguh selama pelajaran sedang berlangsung yang akhirnya
berdampak pada rendahnya kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa.
Penguasaan teknik lompat jauh yang kurang baik, karena banyak terjadi
kesalahan pada gaya dan saat pendaratan, lompatan yang kurang maksimal dan
akhirnya berakibat pada pencapaian lompatan yang kurang memuaskan dan hasil
tidak seperti yang diharapkan, sehingga diperlukan jam tambahan dan pendekatan
pembelajaran dengan konsep yang sesuai untuk dapat meningkatkan penguasaan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa serta kemampuan motorik siswa yang perlu
dilatih agar tercapai hasil belajar lompat jauh secara maksimal.
Permasalahan yang dikemukakan di atas melatar belakangi penelitian ini
yang berjudul ”perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran dan motor ability
terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3
Kartasura tahun 20010/2011.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura
masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.
2. Belum diketahui pengaruh pendekatan taktis dan teknis terhadap kemampuan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura.
3. Belum diketahui perbedaan pengaruh motor ability tinggi dan rendah terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok SMP Negeri 3 Kartasura.
4. Belum diketahui perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran dan motor
ability terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP
Negeri 3 Kartasura.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh pendekatan taktis dan teknis terhadap kemampuan lompat jauh gaya
jongkok SMP Negeri 3 Kartasura.
2. Perbedaan pengaruh motor ability tinggi dan rendah terhadap kemampuan
lompat jauh gaya jongkok SMP Negeri 3 Kartasura.
3. Interaksi pendekatan pembelajaran dan motor ability terhadap kemampuan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka
masalah dalam penelitian ini secara rinci dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan teknis dan taktis terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3 Kartasura?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Adakah perbedaan pengaruh yang memiliki motor ability tinggi dan rendah
terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3
Kartasura?
3. Adakah interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motor ability terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan teknis dan taktis terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3 Kartasura.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh motor ability tinggi dan rendah
terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3
Kartasura.
3. Untuk mengetahui adakah interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
motor ability terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP
Negeri 3 Kartasura.
F. Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman guru untuk meningkatkan ketrampilan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa.
2. Sebagai masukan pada guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok.
3. Kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lompat Jauh
a. Pengertian Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Menurut
Hamid (2000: 72) “bahwa di dalam istilah olahraga di bedakan antara lompat dan
loncat, pengertian lompat adalah gerakan melompat dengan menggunakan
tumpuan satu kaki, sedang loncat gerakan yang menggunakan tumpuan kedua
kaki secara bersamaan. Kelangsungan gerak pada lompat jauh terdiri atas awalan,
tumpuan, saat melayang, dan pendaratan”.
Menurut Aip Syarifudin (1992: 90)” mengemukakan bahwa lompat jauh
adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam
upaya membawa titiik berat badan selama mungkin di udara ( melayang di udara )
yang di lakukan dengan cepat dan dengan jalan tolakan pada satu kaki untuk
mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Hamid (2000: 74)” mengemukakan bahwa
dalam nomor lompat jauh terdapat tiga macam gaya, yaitu: gaya jongkok di
udara (Sit down in the air), gaya berjalan di udara (Walking in the air), gaya
bergantung di udara (Hanging in the air). Dalam lompat jauh yang disebut dengan
gaya adalah pada waktu seorang atlet atau pelompat berada pada saat melayang di
udara”.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan lompat jauh
Untuk mencapai kemampuan maksimal dalam lompat jauh ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sudjarwo (1995: 9) “bahwa dalam usaha
pencapaian maksimal sebenarnya ada dua faktor yang menentukan yaitu”:
1. Faktor Endogen
Adalah faktor yang berasal dari dalam diri atlet tersebut.Ada beberapa aspek
yang harus di penuhi untuk mencapai prestasi maksimal , antara lain :
a. Bentuk dan proporsi tubuh yang sesuai dengan cabang olahraga pilihannya
(typologi yang berbeda-beda untuk setiap cabang olahraga)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Kemampuan fisik (kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelentukan, dan
koordinasi) yang memadai.
c. Kesehatan baik fisik maupun mental.
d. Ketrampilan penguasaan teknik dan taktik.
e. Aspek kejiwaan yang baik seperti kepribadian, disiplin, ketekunan,
kesungguhan dan daya fikir.
f. Pengalaman bertanding sebagai usaha untuk meningkatkan penampilan
menuju kematangan juara.
2. Faktor eksogen
Adalah faktor di luar atlet yang mempengaruhi pencapaian prestasi maksimal,
separti:
a. Kerjasama antar pelatih, asisten pelatih, atlet dan semua yang terlibat
dalam proses latihan.
b. Kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana olahraga yang tersedia.
c. Lingkungan hidup atlet yang menunjang.
d. Fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang menjamin kehidupan atlet.
e. Adanya dukungan dari pemerintah.
Menurut Soegito, dkk (1992: 55) ”bahwa faktor-faktor yang sangat
menentukan untuk mencapai prestasi lompat jauh adalah awalan, tumpuan, saat
melayang, dan pendaratan”.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas dapat kita ketahui bahwa
secara garis besar faktor-faktor yang mendukung pencapaian prestasi olahraga
mencakup faktor indogen dan eksogen. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dan
harus dipenuhi dalam pembinaan olahraga sehingga prestasi yang tinggi dapat
dicapai.
2. Lompat Jauh Gaya Jongkok
Gaya dalam lompat jauh merupakan sikap tubuh yang dilakukan saat
melayang di udara. Menurut Aip syarifudin (1992: 75)” bahwa lompat jauh gaya
jongkok adalah sikap badan di udara jongkok, badan di bulatkan, kedua lutut di
tekuk, kedua tangan lurus ke depan”. Sedang menurut Soegito dkk (1992: 147)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
“mengemukakan bahwa sikap pada saat melayang adalah sikap setelah gerakan
lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas”. Pada saat itu
keseimbangan harus di jaga jangan sampai goyah atau terjatuh dan bahkan kalau
mungkin diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jangkauan
lompatan. Usaha inilah yang dinamakan dengan gaya.
Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah di
lakukan terutama pada anak-anak di sekolah. goyah atau terjatuh dan bahkan
kalau mungkin diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah
jangkauan lompatan. Usaha inilah yang dinamakan dengan gaya.
Aip syarifudin (1992: 93) “menyatakan bahwa lompat jauh gaya jongkok
tidak banyak gerakan yanng harus di lakukan pada saat melayang di udara
dibandingkan dengan gaya yang lain. Konsentrasi atlet yang perlu di perhatikan
pada gaya jongkok terletak pada membungkukkan badan dan menukuk kedua
lutut dan menjulurkan kedua kaki kedepan dan kedua lengan tetap kedepan untuk
mendarat”.
Secara teknis semua gaya lompat jauh baik dalam awalan , tolakan, dan
pendaratan adalah sama, yang membedakan terletak pada saat melakukan gerakan
melayang di udara. Menurut Hamid (2000: 72) “bahwa Kelangsungan gerak pada
lompat jauh terdiri atas: awalan, tumpuan, saat melayang, dan pendaratan”.
a. Persiapan melompat
Sebelum seorang pelompat melakukan lompatan, agar dapat berhasil
dengan baik disarankan untuk membuat atau memasang tanda dalam pengambilan
awalan. Tanda tersebut harus tepat sebab untuk menentukn kecepatan dalam
melakukan awalan secara maksimal sampai pada balok tumpu tanpa mengurangi
dan merubah langkah.
Pada persiapan ini, pada waktu melakukan awalan langkah dipercepat
setelah kira-kira sampai pada pertengahan awalan.
b. Awalan
Merupakan pengambilan ancang-nacang dengan berlari secepat mungkin
untuk mendapatkan kecepatan yang setinggi - tingginya sebelum mencapai balok
tolakan Jarak ancang-ancang berkisar 35 sampai 40 meter. Tidak seluruh jarak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
digunakan untuk pembentukan momentum, tetapi empat langkah terakhir
digunakan mempertahankan kecepatan sambil memusatkan perhatian kepada
tolakan kaki dibalok. Dengan memiliki kecepatan pada awalan lari akan
memberikan pengaruh dorongan kedepan yang lebih besar saat melayang diudara.
Menurut Hamid (2000: 72)” menyatakan beberapa teknik saat akan mengambil
awalan, antara lain: berdiri dibelakang tanda titik awalan yang telah anda tentukan
kemudian pusatkan perhatian (konsntrasi) sejanak, mulailah berlari dengan cepat
dengan irama yang tetap menuju balok tolak, setelah kira-kira empat langkah dari
balok tolak berkonsentrasi pada tumpuan dengan tidak mengurangi kecepatan,
saat akan menumpu pada balok tumpuan badan agak condong kebelakang”.
c. Tumpuan
Tumpuan atau tolakan adalah merupakan bagian yang penting dalam
lompat jauh. Tolakan merupakan waktu perpindahan yang cepat dari awalan
dengan saat melayang yang dilakukan dengan cepat. Saat menumpu pada balok
tumpuan hendaknya dilakukan dengan tenaga sekuat mungkin dalam waktu yang
cepat (eksplosive) untuk mendapatkan tolakan kedepan atas setinggi mungkin.
Tumpuan kaki di mulai dari tumit kemudian diteruskan seluruh permukaan kaki.
Pandangan mata tetap lurus kedepan agak keatas dan jangan berusaha
menundukkan kepala untuk melihat balok tumpuan. Sesaat menolakan kaki pada
balok tumpuan disertai ayunan kaki setinggi mungkin dan bantuan ayunan kedua
lengan kedepan atas akan memberikan pengaruh mengangkat seluruh badan
keatas. Sudut lompatan ± 45º.
d. Melayang di udara
Sikap badan saat melayang di udara adalah suatu bentuk atau sikap
setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi keatas. Pada
saat itu keseimbangan badan harus dijaga jangan sampai goyah atau terjatuh dan
bahkan kalau mungkin diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah
jangkauan lompatan. Usaha inilah yang dinamakan dengan gaya.
Menurut Hamid (2000: 74) bahwa sikap lompat jauh gaya jongkok saat
badan melayang diudara adalah kaki diayunkan jauh kemuka, dengan lutut
ditekuk membentuk sudut lebih dari 90º. Gerakan ini harus dipertahankan selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mungkin. Dan gerakan lengan diusahakan lebih mantap dengan tujuan
mendukung badan melayang di udara. Sedapat mungkin posisi badan diusahakan
melayang selama mungkin dan keseimbangan tetap harus dipertahankan.
e. Pendaratan
Sikap pendaratan pada ketiga teknik lompat jauh adalah sama,yaitu
menyentuh bak pasir atau bak lompat dengan kedua telapak kaki. Posisi mendarat
yang benar dan baik merupakan suatu lanjutan dari pola melayang, sehingga pada
posisinya yang horizontal dari tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan
tungkai dilempar lurus kedepan. Tangan yang terletak di belakang tubuh sebelum
mendarat harus diayunkan ke muka. Hal ini bertujuan untuk memberikan bantuan
dorongan badan kedepan agar waktu akan mendarat badan tidak jatuh ke
belakang. Begitu keduaa kaki akan menyentuh pasir, kedua tangan dan kepala di
bawa maju ke depan, bersamaan dengan itu pelompat jauh memegang lututnya
dan menggeserkan pinggangnya ke depan. Mendarat yang baik disertai lebih
efisien bila sikap badan hampir duduk.
Soegito dkk (1992: 148) “mengemukakan pelaksanaan pendaratan
sebagai berikut”:
1. Pada saat badan akan jatuh ketanah lakukan gerakan pendaratan sebagai
berikut: luruskan kedua kaki kedepan, rapatkan kedua kaki, bungkukkan badan
kedepan, berat badan usahakan jatuh kedepan.
2. Pada saat jatuh ketanah atau mendarat lakukan gerakan pendaratan sebagai
berikut: usahakan jatuh pada ujungkaki rapat dan sejajar, segera lipat kedua
lutut, bawa dagu kedada sambil kedua lengan kebawah arah belakang.
Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan gerakan lompat jauh
mendarat dengan efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh
pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan
merupakan pendaratan yang efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Pembelajaran Lompat Jauh
a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu usaha yang sangat strategis untuk
mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan di sekolah. Sebagai suatu proses
pembelajaran merupakan faktor sentral dalam meraih tujuan pengajaran dan
pendidikan di sekolah. Menurut Yudha M. Saputra (2002: 2)” belajar adalah
proses perubahan tingkah laku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang
dapat di amati dan yang tidak dapat di amati”.Sedang pembelajaran menurut H.J
Gino dkk, (2000: 32) “ adalah usaha sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal dan factor eksternal dalam
kegiatan belajar mengajar”.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku. Perubahan akan terjadi bila ada interaksi antara siswa dan
lingkungan, dalam hal ini guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator
agar siswa mau belajar.
b. Ciri-ciri Perubahan Akibat Belajar
Setiap kegiatan belajar pasti akan terjadi perubahan pada siswa.
Sugiyanto (1998: 268)” menyatakan bahwa perubahan yang terjadi dari proses
belajar bisa bertahan dalam jangka waktu relatif lama, maksudnya perubahan itu
tidak langsung hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan”.
Beberapa ciri-ciri perubahan akibat belajar menurut Slameto (1995: 3-4)
antara lain: “perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat
kontinyu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah”.
Ciri-ciri perubahan akibat belajar diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau
sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya, misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dalam berbicara bertambah. Rusli Lutan (1988: 103) menyatakan “bahwa
perubahan perilaku motorik berupa ketrampilan dipahami sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perubahan
yang terjadi karena factor kematangan dan pertumbuhan”.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada diri siswa berlangsung
secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan serta proses belajar
berikutnya. Misal jika siswa belajar lari cepat, maka ia akan mengalami perubahan
dari larinya yang lambat menjadi larinya lebih cepat. Perubahan itu berlangsung
secara terus-menerus hingga kecepatan larinya menjadi lebih baik dengan
melakukan latihan terus-menerus.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Hasil dari kegiatan belajar senantiasa bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin
banyak usaha belajar maka akan semakin banyak dan semakin baik pula
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu
tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena individu itu sendiri. Misalnya
perubahan kemampuan menguasai suatu ketrampilan karena usaha seseorang yang
bersangkutan. Perubahan tingkah laku terjadi karena proses kematangan yang
terjadi dengan sendirinya dan dengan dorongan dari dalam, tidak termasuk
perubahan dalam pengertian belajar.
4. Perubahan belajar bukan bersifat sementara
Perubahan bersifat sementara terjadi hanya untuk beberapa saat seperti
berkeringat, lelah, dan lain sebagainya, tidak dapat di golongkan sebagai
perubahan hasil belajar. Sedang perubahan yang terjadi akibat proses belajar
bersifat bukan sementara adalah menunjukkan perubahan tingkah laku yang
terjadi setelah kegiatan belajar dan perubahan tersebut bersifat permanen.
Misalnya kemampuan siswa melakukan tendangan tidak akan hilang begitu saja,
melainkan akan semakin berkembang jika terus-menerus dipergunakan untuk
berlatih secara teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar
disadari. Misalnya siswa berlari cepat, sebelumnya sudah menetapkan apa yang
mungkin dicapai dengan belajar lari cepat atau tingkat kecakapan mana yang akan
dicapainya. Dengan demikian kegiatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah
pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
c. Pembelajaran Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Menurut
Hamid (2000: 72) “bahwa di dalam istilah olahraga di bedakan antara lompat dan
loncat, pengertian lompat adalah gerakan melompat dengan menggunakan
tumpuan satu kaki, sedang loncat gerakan yang menggunakan tumpuan kedua
kaki secara bersamaan. Kelangsungan gerak pada lompat jauh terdiri atas awalan,
tumpuan, saat melayang, dan pendaratan”.
Lompat jauh juga merupakan perpaduan antara lari dan lompatan atau
tolakan. Untuk mencapai kemampuan lompatan maksimal harus memulai dengan
lari yang maksimal, selanjutnya menolak dengan sekuat-kuatnya. Karena lari
dengan kecepatan maksimal dan tolakan dengana kekuatan tinggi akan dapat
mendukung dorongan ke depan pada saat badan terangkat ke atas. Tujuan dari
lompat jauh itu sendiri adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin.
3. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan
Pendekatan Taktis
a. Definisi Pendekatan Taktis
Pendekatan taktis merupakan cara belajar yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dalam bentuk bermain atau permainan. Menurut Bahtiar Tarigan
(2001: 17)” bahwa pengajaraan melalui pendekatan taktis adalah meningkatkan
tampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari kesadaran taktis dan
penerapan ketrampilan teknik dasar kedalam bentuk yang sebenarnya”.
Pendekatan taktis dalam permainan adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang sesuai dengan masalah
atau situasi dalam permainan sesungguhnya. Pendekatan taktis adalah
pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi bermain.
Pada umumnya siswa menginginkan proses pembelajaran yang
menyenangkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, para siswa kurang
menyukai proses pembelajaran yang berbelit-belit dan membosankan.
Pendekatan taktis dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
menekankan pada aspek bagaimana membelajarkan siswa untuk memahami
konsep bermain. Misal untuk lompat jauh gaya jongkok yang harus diajarkan
adalah konsep latihan melompat dengan permainan, bukan mengajarkan lompat
jauh gaya jongkok tingkat tinggi yang sulit dilakukan oleh siswa. Melalui
pendekatan taktis diharapkan menambah motivasi dan pemahaman siswa terhadap
konsep bermain yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan dalam
lompat jauh gaya jongkok.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Pendekatan
Taktis
Pembelajaran lompat jauh gaya jngkok dengan pendekatan taktis yang
dimaksud adalah cara belajar lompat jauh yang dilakukan dalam bentuk
permainan sederhana. Menurut Yudha M Saputra (2001: 122) bahwa sebenarnya
tidaklah sulit untuk mendorong siswa SD untuk melakukan lompatan. Seringkali
sekedar tanda-tanda di tanah dan garis-garis pola di lantai, cukup untuk
memberikan rangsangan.
Pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa dapat dihadapkan
pada situasi yang dapat memberikan tantangan untuk melompat, misal dengan
mengggunakan peralatan seperti: tali, kotak, dan ban sepeda. Dengan
menggunakan sarana seperti ini diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa
untuk melompat.
Pelaksanaan lompat jauh dengan pendekatan taktis antara lain dengan
memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, misal: siswa
melakukan lompatan pada kardus atau simpai yang dibentuk seperti huruf, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
melakukan lompatan pada tali atau parit yang ada di sekolahan. Dengan demikian
pembelajaran lompat jauh akan menjadi lebih menarik dan efektif bagi siswa.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan
Pendekatan Taktis
Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan
taktis antara lain:
1. Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan
meningkatkan motivasi.
2. Dengan bermain bermain berarti siswa aktif bergerak sehingga dapat
meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
3. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkat kemampuan
lompat lompat jauh gaya jongkok.
4. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya, sendiri selama proses
mengajar.
Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan
taktis antara lain:
1. Penguasaan teknik gerakan kurang kerena siswa tidak diberikan latihan teknik
lompat jauh gaya jongkok secara khusus.
2. Guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang
dilakukan siswa.
d. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Taktis
Pada dasarnya pendekatan taktis merupakan cara belajar yang dalam
pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk bermain atau permainan. M. Furqon. H
(2006: 4-5) ”menyatakan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu”:
1. Pengembangan ketrampilan gerak bermain berisi berbagai keterampilan gerak,
mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan
gerak yang kompleks. Anak perlu belajar keterampilan gerak dasar seperti: lari,
lompat, loncat, berbelok, menendang dan melempar. Jika anak memiiki
keterampilan gerak dasar yang baik. Selanjutnya anak memiliki landasan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mengembangkan keterampilan gerak yang kompleks. Oleh karena itu, dengan
bermain akan memberikan perkembangan keterampilan gerak bagi anak.
2. Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani bermain penting bagi anak untuk
mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk
mengembangkan daya tahan kardiovaskuler. Bermain juga berfungsi sebagai
penyaluran tenaga yang berlebih, bila tidak tersalurkan akan menyebabkan
anak tegang, gelisah dan lain-lain.
3. Dorongan berkomunikasi di dalam suasana bermain, memberikan peluang anak
untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya. Disamping itu, agar anak
dapat bermain dengan baik, anak secara tidak langsung belajar berkomunikasi
dan sebaliknya anak harus belajar berkomunikasi agar dapat saling memahami
dan dipahami di antara teman bermain.
4. Penyaluran energy emosional yang terpendam bermain merupakan wahana
yang baik bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan
lingkungan terhadap aktivitas anak.
5. Penyaluran kebutuhan dan keinginan kebutuhan dan keinginan yang tidak
terpenuhi dengan cara lain atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan
bermain. Misal, anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran
tertentu seringkali dapat mendapatkan peran tertentu dalam bermain.
6. Sumber belajar bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari
kehidupan masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh
kesempatan untuk mempelajari berbagai hal, bahkan banyak pelajaran dan
pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada rumah atau di sekolah.
7. Rangsangan kreativitas melalui eksperimen dan eksplorasi dalam bermain, anak
akan menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam
bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan
memberikan transfer nilai kedalam situasi lain, sehingga anak terbiasa untuk
kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.
8. Perkembangan wawasan diri dengan bermain anak mengetahui tingkat
kemampuannya dibandingkan dengan teman bermainnya. Kondisi ini
memungkinkan anak untuk mengembangkan konsep diri secara lebih nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
9. Belajar bermasyarakat dengan bermain bersama teman-teman lain, anak belajar
tentang bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana`menghadapi
dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan sosial tersebut.
10. Perkembangan kepribadian melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-
aturan yang lebih disepakati dalam bermain, seperti larangan–larangan yang
harus ditaati, disiplin, sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan
lain-lain, secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak.
4. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan
Pendekatan Teknis
Menurut Wahjoedi (1999: 122) bahwa “pendekatan pembelajaran teknis
adalah cara pembelajaran teknik yang dilakukan secara berulang-ulang dalam
bentuk tata urutan pelaksanaan yang tetap sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya”.
Pembelajaran tersebut hanya terpaku pada teknik lompat jauh gaya
jongkok yang dilakukan siswa secara berulang-ulang tanpa ada variasi dalam
pembelajaran selama pembelajaran berlangsung. Sehingga dapat menimbulkan
efek jenuh dan bosan pada siswa yang dapat mengakibatkan dampak tertekan pada
siswa dan kurang bersemangat selama proses pembelajaran berlangsung. Maka
dari itu di butuhkan konsep pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa.
a. Definisi model pembelajaran dengan pendekatan teknis
Pendekatan teknis merupakan suatu model pendekatan pembelajaran
secara tradisional. Pendekatan teknik ini merupakan cara belajar dimana untuk
mempelajari suatu teknuk cabang olahraga dilakukan secara berulang-ulang
hingga menguasai gerakan secara otomatis. Menurut Amung Ma’kmun dan Toto
Subroto (2001: 7) bahwa” pendekatan tradisional atau teknik adalah cara belajar
yang lebih menekankan komponen-komponen teknik”. Menurut Depdikbud
(1990: 180) “pendekatan dapat diartikan sebagai proses, perbuatan atau cara untuk
mendekati sesuatu, sedang pembelajaran merupakan kegiatan yeng menjaga dan
mendorong tercapainya tujuan pengajaran”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berdasarkan pendapat diatas pendekatan teknis hanya menekankan pada
penguasaan teknik suatu cabang olaraga agar siswa memiliki ketrampilan teknik
yang memadai, akan tetapi siswa tidak menjumpai atau tidak pernah mendapatkan
rintangan dari siswa lain dalam pelaksanaan teknik sebagaimana yang terjadi
dalam persaingan lompat jauh yang sebenarnya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Pendekatan
Teknis
Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan teknis adalah cara belajar
dimana guru menyampaikan teknik gerakan lompat jauh gaya jongkok dan
selanjutnya memberikan contoh atau demonstrasi gerakan agar siswa mengetahui
konsep gerakan teknik lompat jauh gaya jongkok yang benar, kemudian
menyusun pembelajaran yang baik agar siswa dapat melakukan gerakan dengan
baik dan siswa mendapatkan kesempatan yang sama.
Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan
teknis ini keaktifan siswa melakukan tujuan pembelajaran sangat dituntut agar
teknik dapat dikuasai dengan baik. Sehingga dalam pembelajaran ini guru
bertugas dalam mengarahkan penguasaan gerak, melakukan koreksi dan evaluasi
setiap terjadi pola gerakan teknik yang salah.
c. Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan
Pendekatan teknis
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
dengan pembelajaran teknis dapat diidentifikasikan. Kelebihan pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok dengan pembelajaran teknis antara lain:
1. Siswa dapat memahami dan menguasai gerakan teknik lompat jauh gaya
jongkok dengan benar
2. Kesalahan teknik yang terjadi dapat dicermati dan dapat segara dievaluasi oleh
guru
3. Dapat meminimalkan kesalahan teknik yang terjadi pada saat melakukan
lompat jauh gaya jongkok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan
pembelajaran teknis antara lain:
1. Hasrat gerak siswa kurang terpenuhi sehingga siswa cepat merasa bosan karena
hanya mengulang-ulang garakan yang sama secara terus menerus
2. Pendekatan teknis kurang memberikan tantangan pada siswa tentang kondisi
situasi yang sebenarnya
3. Penguasaan teknik yang baik dan benar belum tentu menjamin prestasi siswa
karena dipengaruhi banyak faktor.
6. Motor Ability
Motor Ability berasal dari istilah bahasa inggris yang berarti kemampuan
motrik. Menurut Sukinta (2004: 78) “Kemampuan motorik merupakan kualitas
hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan dalam olahraga
maupun gerakan non olahraga atau kematangan penampilan ketrampilan
motorik”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
motorik merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak baik gerak dalam
olahraga ataupun non olahraga diluar teknik khusus atau spesialis pada suatu
cabang olahraga tertentu. Kemampuan motorik bersifat relative statis dan
permanen yang ditentukan oleh bawaan. Kemampuan gerak berkembang relative
secara otomatis sesuai dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan
kematangan, misal: bayi belajar merangkak, kemudian seiring pertumbuhan dia
belajar berjalan dan akhirnya belajar berlari. Kemampuan motorik juga
merupakan sifat umum atau kapasitas perseorangan yang terkait dalam
penampilan pada macam ketrampilan tetap setelah masa anak-anak. Oleh karena
itu kemampuan motorik dipandang sebagai landasan keberhasilan masa datang
didalam melakukan tugas ketrampilan gerak.
Kemampuan motorik seseorang berbeda-beda tergantung pada
banyaknya pengalaman gerak yang dikuasai. Seseorang yang memiliki
kemampuan motorik yang lebih tinggi dari yang lainnya diduga akan lebih
berhasil dalam menyelesaikan tugas ketrampilan gerak khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a.Faktor-faktor yang mendukung kemampuan gerak
Menurut Sukinta (2004: 79) ‘bahwa berkembangnya kemampuan
motorik sangat ditentukan oleh dua faktor yakni pertumbuhan dan perkembangan
dan masih didukung dengan latihan sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang
baik”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor internal ini
bersifat bawaan yaitu perkembangan dan pertumbuhan, sedang faktor eksternal
yaitu berupa latihan dan gizi yang baik.
b. Peranan Kemampuan Motorik Bagi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
meningkatkan individu secara organic, neuromuscular, perceptual, kognitif,
social dan emosional (Depdiknas 2003: 2). Dari pernyataan di atas “bahwa
neuromuscular (motorik) berarti meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf
dan otot (mengembangkan keterampilan lokomotor, mengembangkan
keterampilan non-lokomotor, mengembangkan keterampilan dasar manipulatuf,
mengembangkan faktor-faktor gerak, mengembangkan keterampilan olahraga,
mengembangkan keterampilan rekreasi)”. Dengan mengetahui perkembangan
kemampuan motorik maka seorang guru pendidikan jasmani akan mengetahui
kemampuan anak untuk tujuan kemampuan motorik dari tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Menurut Sukinta (2004: 81) ”bahwa seorang guru pendidikan
jasmani dalam memberikan pembelajaran ataupun pelatihan harus berdasar
pengetahuan tentang: kemampuan anak didik, kemampuan motorik pada tiap
perkembangan anak didik, sebagai bahan dan tujuan pembelajaran, mengetahui
dasar keterampilan motorik pada tiap cabang olahraga yang akan diajarkan”.
Dalam usaha pencapaian maksimal untuk mencapai kemampuan dalam lompat
jauh ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sudjarwo (1995: 9)
bahwa dalam usaha pencapaian maksimal sebenarnya ada dua faktor yang
berperan besar yaitu: faktor indogen dan eksogen. Salah satu faktor indogen yang
berpengaruh dalam pembelajaran lompat jauh adalah kemampuan motorik (motor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ability), sebab kemampuan motorik merupakan bagian dari domain psikomotor,
serta kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya
ketrampilan individu.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat
diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Pengaruh model pembelajaran dengan pendekatan taktis dan teknis terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya jongkok
Pembelajaran dengan pendekatan taktis dan teknis merupakan bentuk
pembelajaran yang memiiki penekanan yang berbeda. Pembelajaran dengan
pendekatan taktis adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep
bermain melalui penerapan teknik yang sesuai dengan masalah atau situasi dalam
permainan sesungguhnya. Pendekatan taktis adalah pembelajaran yang diberikan
dalam bentuk atau situasi bermain. Sedang pembelajaran dengan pendekatan
teknis merupakan cara belajar suatu cabang olahraga dilakukan secara berulang-
ulang hingga menguasai gerakan tersebut secara otomatis.
Berdasarkan hal tersebut sudah jelas bahwa pembelajaran dengan
pendekatan taktis dan teknis mempunyai penekanan tersendiri yang berbeda.
Karakteristik perlakuan dalam proses belajar mengajar akan mengakibatkan
pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh. Pengaruh perlakuan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan respon terhadap hasil belajar
lompat jauh.
2. Perbedaan pengaruh kemampuan motorik tinggi dan kemampuan motorik
rendah terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok
Kemampuan motorik merupakan bagian dari domain psikomotor, yang
dalam perkembangannya diharapkan mengkristal kearah penguasaan ketrampilan
gerak (movement skill) dalam cabang olahraga atletik khususnya nomor lompat
jauh. Seorang siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi dapat
melaksanakan pembelajaran lompat jauh lebiih baik daripada siswa yang memiliki
kemampuan motorik rendah. Hal ini dikarenakan kemampuan motorik seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dapat mempunyai pengaruh besar terhadap pembelajaran lompat jauh. Siswa yang
memiliki kemampuan motorik yang tinggi secara otomatis memiliki kemampuan
melakukan aktifitas lebih baik.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah di
kemukakan diatas dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Mungkin ada perbedaan pengaruh pendekatan taktis dan teknis terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura
tahun 20010/2011.
2. Mungkin ada perbedaan pengaruh kemampuan motorik tinggi dan rendah
terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 3
Kartasura tahun 20010/2011.
3. Mungkin tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motor ability
terhadap hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP
Negeri 3 Kartasura tahun 20010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kartasura.
2.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan (6 minggu) dengan
tiga kali latihan dalam seminggu yaitu hari senin, kamis dan jum’at, pukul 13.00
sampai dengan 15.00. Pada tanggal 31 Januari 2011 sampai dengan tanggal 14
Maret 2011.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan
desain fakotrial 2 x 2. Rancangan penelitian disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Rancangan penelitian.
V. Manipulatif
V. Atributif
Model Pembelajaran
Pendekatan Taktis
( A1 )
Pendekatan Teknis
( A2 )
Kemampuan Motorik
Tinggi
( B1 )
A1B1
A2B1
Kemampuan Motorik
Rendah
( B2 )
A1B2
A2B2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Keterangan :
A1B1 : Kelompok model pembelajaran dengan pendekatan taktis pada siswa yang
mempunyai kemampuan motorik tinggi
A1B2 : Kelompok model pembelajaran dengan pendekatan taktis pada siswa yang
mempunyai kemampuan motorik rendah
A2B1 : Kelompok model pembelajaran dengan pendekatan teknis pada siswa
yang mempunyai kemampuan motorik tinggi
A2B2 : Kelompok model pembelajaran dengan pendekatan teknis pada siswa
yang mempunyai kemampuan motorik rendah
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII SMP Negeri 3
Kartasura sebanyak 102 siswa yang terdiri dari 8 kelas.
Untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus Slovin dalam Consuelo (1993: 161) sebagai berikut:
n : �
�����
Keterangan:
n : ukuran sampel
N: ukuran populasi
e : nilai kritis sebesar 10%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dalam penelitian ini populasi sejumlah 102 siswa kelas VII dan nilai kritis
dalam pengambilan sampel ini sebesar 10% atau 0.1 perhitungannya sebagai
berikut:
n = �
����� =
���
�������,�� =
���
���,��=
���
�,�� = 40,49 = 40 Sampel
Jadi jumlah sampel yang akan digunakan untuk penelitian ini sejumlah 40
siswa yang ada di kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik
random sampling bentuk sampling proporsional dimana sampel diperoleh
berdasarkan perbandingan tiap kelas yang akan diambil sampelnya. Alasan
dipilih teknik ini karena dengan menggunakan teknik sampling proporsional
peneliti dapat mengambil sampel secara seimbang dari delapan kelas yang ada,
yaitu kelas VII A sampai kelas VII H. Adapun penghitungannya adalah sebagai
berikut :
No Kelas Jumlah Siswa Prosentase Hasil
1 VII A 12 12/102 x 40 5
2 VII B 14 14/102 x 40 5
3 VII C 14 14/102 x 40 5
4 VII D 12 12/102 x 40 5
5 VII E 12 12/102 x 40 5
6 VII F 13 13/102 x 40 5
7 VII G 13 13/102 x 40 5
8 VII H 12 12/102 x 40 5
Jumlah 102 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
D. Variabel Penelitian
1. Jenis Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas ( independent ) dan
satu variabel terikat ( dependent ) yaitu :
a. Variabel bebas ( independent ) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas ( independent ) dalam penelitian ini yaitu:
) Variabel manipulif, terdiri atas :
1) Pembelajaran pendekatan taktis
2) Pembelajaran pendekatan teknis
) Variabel atributif, adalah variabel yang melekat pada diri sampel berupa
motor ability yang terdiri dari :
1) Siswa yang mempunyai motor ability tinggi
2) Siswa yang mempunyai motor ability rendah
b. Variabel terikat ( dependent ), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh gaya
jongkok.
2. Definisi Operasional Variabel
a) Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas
ke depan dalam upaya membawa titiik berat badan selama mungkin di udara
(melayang di udara) yang di lakukan dengan cepat dan dengan jalan tolakan
pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
b) Lompat jauh gaya jongkok adalah sikap badan di udara jongkok, badan di
bulatkan, kedua lutut di tekuk, kedua tangan lurus ke depan.
c) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan taktis yang
dimaksud adalah cara belajar lompat jauh yang dilakukan dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
bermain atau permainan. Misal: siswa melakukan lompatan pada simpai yang
dibentuk separti huruf.
d) Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan teknis adalah cara belajar
dimana guru menyampaikan teknik gerakan lompat jauh gaya jongkok dan
selanjutnya memberikan contoh atau demonstrasi gerakan kemudian menyusun
pembelajaran yang baik agar siswa dapat melakukan gerakan dengan baik dan
siswa mendapatkan kesempatan yang sama serta dilakukan berulang-ulang.
e) Motor Ability adalah kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik
gerakan dalam olahraga maupun gerakan non olahraga atau kematangan
penampilan ketrampilan motorik”.
f) Motor Ability tinggi adalah kemampuan gerak individu diatas rata-rata dan
dapat diketahui berdasarkan dari hasil tes awal yang telah dilakukan
menggunakan tes motor ability dari Barrow kemudian diolah menggunakan T
Skor dan didapat rata-rata. Dari hasil tersebut kemudian dirangking untuk
selanjutnya dibagi dalam kelompok sesuai rancangan penelitian.
g) Motor Ability rendah adalah kemamapuan gerak individu di atas rata-rata dan
dapat diketahui berdasarkan dari hasil tes awal yang telah dilakukan
menggunakan tes motor ability dari Barrow kemudian diolah menggunakan T
Skor dan didapat rata-rata. Dari hasil tersebut kemudian dirangking untuk
selanjutnya dibagi dalam kelompok sesuai rancangan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer berupa: motor ability dan kemampuan lompat jauh. Data
sekundernya adalah kejadian-kejadian pada saat berlangsungnya perlakuan.
Data motor ability dikumpulkan melalui Barrow Motor Ability Test dari
Barry L. Johnson and Jack K Nelson (1986: 365), yang terdiri atas: Standing
Board jump/Long Jump (lompat jauh tanpa awalan), Medicine Ball Put (melempar
bola), Sprint 40 meter (Lari cepat 40 meter), Zig-zag Run (Lari zig-zag). Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kemampuan lompat jauh dikumpulkan melalui tes lompat jauh gaya jongkok dan
kejadian-kejadian selama perlakuan dikumpulkan melalui pengamatan lapangan.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Variansi (ANAVA). Syarat agar teknik analisis variansi ini dapat diterapkan
adalah dipenuhinya sifat normalitas pada distribusi populasinya dan sifat
homogenitas variansi populasi.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
dari populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
digunakan adalah metode Liliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan
metode Liliefors adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat Signifikansi : = 0,05
3) Statistik Uji
L0 = Max F(Zi)-S(Zi)
Keterangan:
F(Zi) = P (Z ≤ Zi)
S(zi) = Proporsi cacah Z lebih kecil atau sama dengan Zi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Zi = Skor standar
Zi = x
xxi
X = Nilai rata-rata
S = Standar deviasi
4) Daerah Kritik
DK = {LL>;n} L>L;n yang diperoleh dari tabel Liliefors pada tingkat dan
n (ukuran sampel)
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika L DK atau H0 diterima jika LDK
(Budiyono, 2000: 169)
b. Uji Homogenitas (Metode Bartlett)
Untuk penggunaan statistik uji tertentu (misalnya analisis variansi)
dipersyaratkan agar populasi-populasi yang diperbandingkan mempunyai
variansi-variansi yang sama. Populasi-populasi yang mempunyai variansi yang
sama disebut populasi-populasi yang homogen.uji untuk menguji apakah variansi-
variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak disebut uji homogenitas populasi
(Budiyono, 2000: 174). Salah satu uji homogenitas untuk populasi adalah uji
Bartlet dengan rumus sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 = 12 = 2
2 = ... = k2
H1 = paling sedikit terdapat satu variansi yang berbeda (sampel tidak
homogen)
2) Taraf Signifikansi : = 0,05
3) Statistik Uji
X2 = (In 10) {B-(ni-1) log Si2}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
= 2,3026 {B-(ni-1)log Si2}
S2 = ))((
))((
1
21
i
i
n
sin
B = (log S2)(ni-1)
Keterangan:
n = Jumlah sampel tiap kelompok
S = Variansi hipotesis
4) Daerah Kritik:
DK = {X2X2>X21-;k-1}
5) Keputusan Uji :
H0 ditolak jika X2 DK atau H0 diterima jika X2 DK
(Budiyono, 2000: 174)
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan:
a. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Frekuensi Sel Tak Sama
1) Model
Xijk = + i + j + ()ij + €ijk
Keterangan:
Xijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
= rerata dari seluruh data amatan (rerata besar)
i = efek baris ke-i pada variabel terikat
j = efek baris ke-j pada variabel terikat
ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
€ijk = gelat yang berdistribusi normal N
i = 1, 2, 3, ... p, p = banyaknya garis
j = 1, 2, 3, ... q, q = banyaknya kolom
k =1, 2, 3, ... k, k = banyaknya data amatan pada sel ij
Misalnya baris menyatakan variabel (faktor A) yang mempunyai nilai a1,
dan a2, sedangkan kolom menyatakan variabel (faktor B) yang mempunyai
nilai b1 dan b2, lihat Tabel 5. Rancangan Penelitian.
2) Hipotesis
H0A : = 0 untuk setiap i =1,2;
H1A : paling sedikit ada satu 1 yang tidak nol
H0B : j = 0 untuk setiap j = 1,2;
H1B : paling sedikit ada satu j yang tidak nol
H0AB : ()ij = 0 untuk setiap i = 1,2 dan j = 1,2;
H1AB : paling sedikit ada satu ()ij yang tidaknol
3) Komputasi
a) Notasi-notasi
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
ni = banyaknya data amatan pada sel i
nn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel= 1
ijni
pq
N = i, jnij = banyaknya seluruh data amatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
SSij = jk
ijkk
k
ijni
XX
2
2)(
= jumlah kuadrat deviasi dua amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel
A1 =j ijAB = jumlah rataan pada baris ke-i
B1 = j ijAB = jumlah rataan pada kolom ke-j
G = i,j ijAB = jumlah rataan semua sampel
b) Besaran-besaran
(1) = qp
G
.
2
(2) = i,j SSj
(3) = iq
Ai2
(4) = jq
B j2
(5) = i-j ijAB 2
c) Jumlah Kuadrat
JKA (jumlah kuadrat baris) = n h {(3) – (1)}
JKB (jumlah kudrat kolom) = n h {(4) – (1)}
JKAB (jumlah kuadrat interaksi) = n h {(1)+(5) – (3) – (4)}
JKG (jumlah kuadrat galat/error = (2)
JKT (jumlah kudrat total) = JA + JKB + JKAB + JKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
d) Derajat Kebebasan (dk)
dkA (derajat kebebasan baris) = p – 1
dkB (derajat kebebasan kolom) = p – 1
dkAB (derajat kebebasan interaksi) = (p – 1)(q – 1)
jkG (derajat kebebasan galat/error) = N – pq
dkT (derajat kebebasan total) = N – 1
e) Rataan Kuadrat (RK)
RKA (rataan kuadrat baris) = JKA/dkA
RKB (rataan kuadrat kolom) = JKB/dkB
RKG (rataan kuadrat galat) = JKG/dkG
4) Statistik Uji
FA (statistik uji kuadrat baris) = RKA/RKG
FB (statistik uji kuadrat kolom = RKB/RKG
FAB (statistik uji interaksi) = RKAB/RKG
5) Daerah Kritik
DKA = {FAFA F;p-1; N-pq}
DKB = {FBFB F;p-1; N-pq}
DKAB ={FABFAB F;(p-1); N-pq}
6) Keputusan Uji
H0A ditolak jika FA F;p-1; N-pq
H0B ditolak jika FB F;p-1; N-pq
H0AB ditolak jika FAB F;(p-1); N-pq
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
7) Rangkuman Anava
Sumber Variansi JK Dk RK Fobs F
A (baris) JKA p-1 RKA FA F*
B (kolom) JKB q-1 RKB FB F*
AB (interaksi) JKAB (p-i)(q-1) RKAB FAB F*
Galat JKG N-pq RKG - -
Total JKT N-1 - - -
Keterangan : F* adalah nilai yang diperoleh dari tabel
(Budiyono, 2000: 225-228)
b. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe)
Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah menggunakan
uji Scheffe untuk uji rerata. Tujuan dari uj Scheffe adalah untuk melakukan
pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasang kolom, baris, dan setiap pasang
sel. Rumus metode Scheffe sebagai berikut:
Fi-j =
njnRKG
xx
i
ji
11
(
Keterangan:
Fi-j : nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
iX : rerata pada kolom ke-i
jX : rerata pada kolom ke-j
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
ni : ukuran sampel kolom ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
nj : ukuran sampel kolom ke-j
DK : {FF> (p-1) F;p-1; N-pq}
(Budiyono, 2000: 209)
c. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANOVA
Menurut Sudjana (1994: 36) langkah-langkah untuk melakukan uji
Newman – Keuls adalah sebagai berikut:
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari terkecil sampai
kepada yang terbesar.
2) Dari rangkaian ANOVA, diambil harga RJK disertai dk-nya
3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus
Sy = N
KekeliruanRJKG )( RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil
rangkuman ANOVA
4) Tentukan taraf signifikan , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2, 3, ... k.
Harga-harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P
supaya dicatat.
5) Kalikan harga-harga yang didapat di titik .......... di atas masing-masing Sy
dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan
terkecil RST).
6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkeci kedua dengan RST untuk P = (k-10, dan
seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua
rata-rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua
dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan
seterusnya.dengan jalan begitu semua akan ada 1/2K(k-1) pasangan yang
harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar dari pada
RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat berbedaan yang
signifikan antara rata-rata perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian beserta intepretasinya akan disajikan secara ringkas pada
bab ini. Pada tahap awal hasil analisis data menggunakan statistik deskriptif dan
dilanjutkan pengujian hasil penelitian dengan menggunakan statistik inferensial
yang merupakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan teknik
statistik analisis varians dua jalur ( ANOVA ) yang memerlukan pengujian
persyaratan analisis, maka disajikan pula hasil uji persyaratan analisis, pengujian
hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dan berikut uraiannya:
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data tes peningkatan kemampuan lompat jauh
gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011,
sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 2. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Kemampuan Lompat
Jauh Gaya Jongkok Menurut Kelompok Penelitian.
Perlakuan MA Statistik Tes Awal Tes Akhir Peningkatan
Pendekatan Taktis (A1)
Tinggi (B1)
Jumlah 3337 3779 442 Mean 333.7 377.9 44.2 SD 43.576 41.321 3.645
Rendah (B2)
Jumlah 2924 3259 335 Mean 292.4 325.9 33.5 SD 42.340 42.472 3.308
Pendekatan Teknis (A2)
Tinggi (B1)
Jumlah 3030 3361 331 Mean 303 336.1 33.1 SD 55.847 54.399 3.725
Rendah (B2)
Jumlah 2620 2838 218 Mean 262.0 283.8 21.8 SD 27.604 27.507 3.084
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran lompat
jauh gaya jongkok dengan pendekatan taktis dan yang mendapat perlakuan
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan teknis
dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan taktis lebih besar 11.4 daripada
kelompok perlakuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan
pendekatan teknis.
2. Jika antara kelompok siswa yang memiliki motor ability tinggi dan yang
memiliki motor ability rendah dibandingkan, dapat diketahui bahwa kelompok
siswa yang memiliki motor ability tinggi sebesar 11.0 lebih besar dari
kelompok siswa yang memiliki motor ability rendah.
Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata peningkatan
kemampuan tembakan bebas bola basket sebelum dan sesudah diberi perlakuan
maka dapat dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
Grafik 1. Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat Motor Ability
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Keterangan:
A1B1 : Pendekatan Taktis Dengan Motor Ability Tinggi
A1B2 : Pendekatan Taktis Dengan Motor Ability Rendah
A2B1 : Pendekatan Teknis Dengan Motor Ability Tinggi
A2B2 : Pendekatan Teknis Dengan Motor Ability Rendah
3. Agar nilai rata-rata peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang
dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada tiap kelompok perlakuan
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok antara Kelompok Perlakuan
Keterangan:
A1BI : Pendekatan Taktis Dengan Motor Ability Tinggi
A1B2 : Pendekatan Taktis Dengan Motor Ability Rendah
A2B1 : Pendekatan Teknis Dengan Motor Ability Tinggi
A2B2 : Pendekatan Teknis Dengan Motor Ability Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Mencari Reliabilitas
Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh
gaya jongkok diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan
tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir
Hasil Tes Reliabilitas Kategori
Tes awal lompat jauh gaya jongkok
Tes akhir lompat jauh gaya jongkok
0.943
0.938
Tinggi Sekali
Tinggi Sekali
Adapun dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut,
menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip
Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:
Tabel 4. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Validitas Reliabilitas Obyektivitas
Tinggi sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak signifikan
0,80 – 1,0
0,70 – 0,79
0,50 – 0,69
0,30 – 0,49
0,00 – 0,29
0,90 – 1,0
0,80 – 0,89
0,60 – 0,79
0,40 – 0,59
0,00 – 0,39
0,95 – 1,0
0,85 – 0,94
0,70 – 0,84
0,50 – 0,69
0,00 – 0,49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors.
Kelompok N Prob Lo Lt Kesimpulan
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
10
10
10
10
0.05
0.05
0.05
0.05
0.1960
0.1286
0.1015
0.2324
0.258
0.258
0.258
0.258
Distribusi normal
Distribusi normal
Distribusi normal
Distribusi normal
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah
terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Homogenitas
Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet, maka
diperoleh hasil pengujian homogenitas seperti tabel berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet.
Kelompok Ni SDi2gab X2
hit X2tabel Kesimpulan
4 10 1893.125 4.16 7.81 Homogen
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X2
hit lebih kecil dari pada X2tabel.
Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur
analisis uji homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi
analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata
setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh
kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik.
Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada
beberapa hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti tabel
berikut ini:
Tabel 7. Ringkasan Nilai Rerata Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok dan Motor Ability Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan.
Variabel penelitian Rerata
A1
A2
B1 B2 B1 B2
Sebelum Sesudah
333.7 337.9
292.4 325.9
303.0 336.1
262.0 283.8
Peningkatan 44.2 33.5 33.1 21.8
Tabel 8. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber Varians Dk Jk RJk Fo Ft
Rerata Lat.
A B
AB
1 43956.9 43956.9
1 1210 1210 101.63 4.11
1 1299.6 1299.6 109.16
1 0.9 0.9 0.08
Kekeliruan 36 428.6 11.91
46896
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Keterangan :
■ = Angka yang ditebalkan merupakan hasil Analisis F0 ditolak
A = Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok (Taktis dan Teknis)
B = Motor Ability (Tinggi dan Rendah)
AB = Interaksi Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dan Motor Ability
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls.
KP Rerata
A2B2 A2B1 A1B2 A1B1
RST 21.8 33.1 33.5 44.2
A2B2 21.8 11.3 11.7 22.40 3.1501
A2B1 33.1 0.4 11.10 3.7932
A1B2 33.5 10.70 4.1856
A1B1 44.2 Keterangan : * signifikan pada P < 0,05
Keterangan:
1. A1BI :Kelompok Pendekatan Taktis Dengan Motor Ability Tinggi
2. A1B2 : Kelompok Pendekatan Taktis Dengan Motor Ability Rendah
3. A2B1 : Kelompok Pendekatan Teknis Dengan Motor Ability Tinggi
4. A2B2 : Kelompok Pendekatan Teknis Dengan Motor Ability Rendah
5. Pengujian Hipotesis Pertama
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok dengan pendekatan taktis dan pendekatan teknis menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh
gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011.
Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 101.63 lebih
besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti hipotesis nol
(H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan, pendekatan pembelajaran taktis dan teknis
memiliki perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan lompat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
jauh gaya jongkok, dan analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata pendekatan
pembelajaran taktis lebih baik dari pada pendekatan pembelajaran teknis, dengan
nilai rata-rata yaitu 38.85 dan 27.45.
6. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan tingkat motor ability yang dimiliki siswa SMP Negeri 3
Kartasura tahun pelajaran 2010/2011 hasil penelitian ini menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya
jongkok. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 109.16
lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini artinya
hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan antara motor ability tinggi dan
motor ability rendah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok, dan dari analisis lanjutan bahwa motor
ability tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok lebih
baik dari pada motor ability rendah, dengan rata-rata peningkatan masing-masing
yaitu 38.65 dan 27.65.
7. Pengujian Hipotesis Ketiga
Interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor
menunjukkan tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motor
ability. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F0 = 0.08 ternyata lebih kecil dari
Ft = 4,11 ( F0 < Ft ) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, antara pendekatan pembelajaran dan motor
ability tidak memiliki interaksi terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh
gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya.
Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan taktis dan pendekatan
teknis terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa SMP
Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. (2) ada perbedaan yang signifikan
antara motor ability tinggi dan motor ability rendah terhadap peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun
pelajaran 2010/2011. (3) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran
dan motor ability terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok
pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. Simpulan analisis
tersebut dapat dipaparkan secara rinci sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Taktis dan Teknis
terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan, ada perbedaan
pengaruh antara pendekatan pembelajaran taktis dan pendekatan pembelajaran
teknis terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Pada
kelompok siswa yang diberi perlakuan pendekatan pembelajaran taktis
mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang
diberi perlakuan pendekatan pembelajaran teknis. Pendekatan pembelajaran taktis
memberi dampak yang lebih baik terhadap penguasaan kemampuan lompat jauh
gaya jongkok. Karena dalam pendekatan pembelajaran taktis siswa seperti
mempraktekkan gerakan lompat jauh gaya jongkok yang sebenarnya dengan cara
yang menarik dan menyenangkan serta pendekatan tersebut juga memiliki
efektivitas yang lebih baik dibandingkan pendekatan pembelajaran teknis. Hal ini
dibuktikan dari hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo sebesar
101.63 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 11.4. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pembelajaran taktis dan pendekatan pembelajaran teknis terhadap peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun
pelajaran 2010/2011, dapat diterima kebenarannya.
2. Perbedaan Pengaruh Motor Ability Tinggi dan Motor Ability Rendah
terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan, ada perbedaan
signifikan antara motor ability tinggi dan motor ability rendah terhadap
peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Hal ini karena, siswa yang
memiliki motor ability tinggi akan mampu menguasai gerakan lompatan dengan
baik dan benar serta mampu mencapai hasil lompatan yang sempurna. Sedangkan
siswa yang memiliki motor ability rendah kurang menguasai gerakan lompatan
dengan baik sehingga tidak tercapai hasil lompatan yang sempurna.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo
109.16 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 11.0. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara motor ability tinggi
dan motor ability rendah terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya
jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011, dapat
diterima kebenarannya.
3. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Motor Ability terhadap
Peningkatan Kemampuan Lompat Jauah Gaya Jongkok
Dari tabel 5 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama
penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel
sebagai berikut:
Tabel 10. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama
terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok.
A1 A2 Rerata A1-A2 B1 44.2 33.1 38.65 11.1 B2 33.5 21.8 27.65 11.7
Rerata 38.85 27.45 33.15 11.4 B1-B2 10.7 11.3 11.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Grafik 3. Interaksi Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dan Motor Ability
Berdasarkan gambar grafik 3 menunjukkan, bentuk garis perubahan
besarnya nilai peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok adalah tidak
sejajar dan bila diteruskan tidak akan terdapat suatu titik pertemuan, sehingga
tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motor ability. Dengan
demikian dapat disimpulkan antara pendekatan pembelajaran dan motor ability
tidak ada kecenderungan interaksi antara keduanya. Sehingga dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran tidak perlu didasarkan tingkat tinggi rendahnya motor
ability yang dimiliki siswa. Kedua variable tersebut merupakan jenis interaksi
dependen, artinya dalam menentukan tingkat kemampuan lompat jauh gaya
jongkok tidak mutlak berdasarkan tinggi rendahnya motor ability yang dimiliki
siswa. Hal ini sesuai dengan kajian teori yang mengemukakan bahwa,
peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh pendekatan
pembelajaran dan faktor fisik (motor ability), dimana kedua faktor tersebut
mempengaruhi secara terpisah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasannya yang telah diungkapkan
pada BAB IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran taktis dan
pendekatan pembelajaran teknis terhadap kemampuan lompat jauh gaya
jongkok pada siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. Dari
hasil analisis data menunjukkan Fo = 101.63> Ft 4.11, rata-rata peningkatanya
adalah 38.85 dan 27.45. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 11.4.
2. Ada perbedaan pengaruh antara motor ability tinggi dan motor ability rendah
terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP
Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data
menunjukkan Fo = 109.16 > Ft 4.11, rata-rata peningkatanya 38.65 dan 27.65.
Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 11.0.
3. Tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran taktis dan pendekatan
pembelajaran teknis terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada
siswa SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis
data menunjukkan bahwa Fhitung = 0.08 < Ftabel = 4,11.
B. Implikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran dan motor
ability merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Pendekatan pembelajaran taktis mempunyai pengaruh yang lebih baik
daripada pendekatan pembelajaran teknis dalam meningkatkan kemampuan
lompat jauh gaya jongkok.
3. Pendekatan pembelajaran dan motor ability tidak terdapat interaksi, karena
meningkatnya beban pembelajaran tidak mempengaruhi peningkatan motor
ability, sehingga kedua faktor tersebut ada hubunganya secara dependen.
C. Saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengingat teknik melakukan lompat jauh gaya jongkok begitu komplek maka
peningkatan kondisi fisik yang tinggi sangat dibutuhkan dalam peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok, maka dari itu perlu ketepatan
menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki para siswa.
2. Dalam meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok disamping
peningkatan kemampuan fisik, juga perlu diperhatikan pendekatan
pembelajaran yang tepat dan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok
yang benar, sehingga akan menghasilkan keefektifan gerak lompat jauh dan
dapat mendukung penampilannya.
3. Kepada para guru pendidikan jasmani diharapkan dapat mempelajari,
memahami dan menerapkan pendekatan pembelajaran lainnya, tidak hanya
terpaku pada pendekatan pembelajaran yang diterapkan peneliti.
4. Sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, para guru
pendidikan jasmani harus mengetahui kondisi fisik dan kemampuan para
siswa, agar tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai secara maksimal.