25
DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA DIAGNOSA SEHAT (WELLNESS) 1. Kesiapan peningkatan perkembangan infant (readiness for enhanced organized infant) 2. KesiapanKesiapan peningkatan perkembangan toddler (Readiness for enhanced for organized toddler) 3. Kesiapan peningkatan perkembangan remaja (readiness for enhanced organized teenage) 4. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah (Readiness for enhanced organized School age) 5. Kesiapan peningkatan koping (Readiness for enhanced coping) 6. Kesiapan peningkatan perkembangan pre scholl (Readines for enhanced organized pre school behavior) 7. Kesiapan perkembangan lansia (Readines forenhanced coping for elderly) 8. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa (Readines for enhanced coping for adult) 9. Readines (for enhanced knowledge) 10. Kurang Pengetahuan (Defisitent knowledge)

DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA

DIAGNOSA SEHAT (WELLNESS)

1. Kesiapan peningkatan perkembangan infant (readiness for enhanced organized

infant)

2. KesiapanKesiapan peningkatan perkembangan toddler (Readiness for

enhanced

for organized toddler)

3. Kesiapan peningkatan perkembangan remaja (readiness for enhanced

organized teenage)

4. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah (Readiness for enhanced

organized School age)

5. Kesiapan peningkatan koping (Readiness for enhanced coping)

6. Kesiapan peningkatan perkembangan pre scholl (Readines for enhanced

organized pre school behavior)

7. Kesiapan perkembangan lansia (Readines forenhanced coping for elderly)

8. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa (Readines for enhanced coping

for adult)

9. Readines (for enhanced knowledge)

10. Kurang Pengetahuan (Defisitent knowledge)

11. Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care)

DIAGNOSIS RISIKO (RISK)

1. Berduka (grieving)

2. Keputusasaan (Hopelessness)

3. Ansietas (anxiety)

4. Ketidakberdayaan (Powerlessness)

5. Risiko penyimpangan perilaku sehat (Risk for prone

health behavior)

6. Gangguan citra tubuh (body image disturb)

7. Koping tidak efektif (infective coping)

8. Koping keluarga tidak efektif (Disable family coping

Page 2: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

9. Sindroma post trauma

10. Penamnpilan peran tidak efektif (ineffective role

performance)

11. HDR Situasional (Situational Low Self Esteem)

DIAGNOSIS GANGGUAN (ACTUAL)

1. Gg sensori persepsi : Halusinasi (disturb sensory percention)

2. Berduka kompleks (Grieving Coplicated)

3. Defisit perawatan diri (self care deficit)

4. Isolasi social (Social isolation)

5. Regiment terapetik tidak efektif (infective therapeutic

regiment)

6. Waham (Disturb throught of procces)

7. Risiko bunuh diri (Risk for suicide)

8. Harga diri rendah kronik ( Cronic Low Self Esteem)

9. Kerusakan komunikasi verbal (Impaired Verbal Disturbance)

10. ]Resiko Perilaku kekerasan (Risk for other directed)

11. Tidak efektif regiment terapetik keluarga (Ineffective family

regiment therapeutic)

Konsep Keperawatan Jiwa Pada Anak Dan Remaja

Masalah masalah psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak dan

remaja merujuk pada usia dan kebudayaan. Dimana perilaku yang dianggap normal

pada anak –anak bisa saja tidak normal pada orang dewasa, contohnya malu dan takut

pada sesuatu hal. Takut terhadap tempat gelap akan dirasa wajar bila itu yang

mengalami pada anak anak namun akan tidak wajar bila itu yang mengalami

seseorang yang telah dewasa. Keyakinan keyakinan budaya membantu menentukan

apakah orang – orang melihat perilaku tertentu sebagai normal atau abnormal. Orang

– orang yang hanya mendasarkan pada normalitas pada standart yang berlaku pada

budaya mereka saja akan beresiko menjadi etnocentris ketika mereka memandang

tingkah laku orang lain dalam budaya yang berbeda sebagai abnormal. Perilaku

Page 3: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

abnormal pada anak – anak bergantung pada definisi orang tua mereka yang

dipandang dari kacamata budaya tertentu.

Gangguan perilaku juga ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang

dimana hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah

laku baik dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terus-

menerus melanggar peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak

sesuai dengan usia mereka memiliki gangguan perilaku. Masalah tersebut biasanya

dimulai pada masa kanak-kanak akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada

anak laki-laki daripada anak perempuan. Penilaian pada perilaku harus melibatkan

lingkungan sosial anak tersebut ke dalam catatan. Penyimpangan perilaku terjadi oleh

anak sewaktu adaptasi dengan kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan,

atau lingkungan lain dengan stress tinggi bukan gangguan perilaku.

Gangguan prilaku ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana

hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah laku baik

dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terus menerus

melanggar peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak sesuai dengan

usia mereka memiliki gangguan prilaku. Masalah tersebut biasanya dimulai pada

masa kanak-kanak akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki

daripada anak perempuan. Penilaian pada prilaku harus melibatkan lingkungan sosial

anak tersebut ke dalam catatan. Penyimpangan prilaku terjadi oleh anak sewaktu

adaptasi dengan kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan, atau lingkungan

lain dengan stress tinggi bukan gangguan prilaku.

1.      GEJALA

Pada umumnya, anak dengan gangguan prilaku adalah egois, tidak

berhubungan baik dengan orang lain, dan kurang merasa bersalah. Mereka cenderung

salah mengartikan perilaku orang lain sebagai ancaman dan bereaksi agresif. Mereka

bisa terlibat dalam pengintimidasian, ancaman, dan sering berkelahi dan kemungkinan

kejam terhadap binatang. Anak lain dengan gangguan prilaku merusak barang,

khususnya dengan membakar. Mereka mungkin berdusta atau terlibat dalam

pencurian. Melanggar peraturan dengan serius adalah biasa dan termasuk lari dari

rumah dan sering bolos dari sekolah. Anak perempuan dengan gangguan prilaku lebih

sedikit mungkin dibandingkan anak laki-laki untuk menjadi agresif secara fisik;

Page 4: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

mereka biasanya kabur, berbohong, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan

kadangkala terlibat dalam pelacuran.

Sekitar separuh dari anak dengan gangguan prilaku menghentikan prilakunya ketika

dewasa. Anak yang lebih kecil ketika gangguan prilaku mulai, lebih mungkin akan

melanjutkan prilakunya. Orang dewasa yang tetap berprilaku seperti itu seringkali

menghadapi masalah hukum , secara kronis mengganggu hak orang lain, dan

seringkali didiagnosa dengan gangguan kepribadian anti sosial.

2.      KLASIFIKASI GANGGUAN PERILAKU

a. Gangguan Perkembangan Pervasif

Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku,

interaksi sosial, dan komunikasi. Gangguan ini terdiri dari :

1. Autisme

Adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat

dari dunia, percaya bahwa kejadian – kejadian eksternal mengacu pada diri

sendiri. Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan

komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-

gejalanya meliputi kurangnya respon terhadap orang lain, menarik diri dari

hubungan sosial, dan respon yang aneh terhadap lingkungan seperti

mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala.

2. Reterdasi Mental

Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan

fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah

70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih

(mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan

sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan,

fungsi akademis, dan bekerja.

b. Gangguan perkembangan spesifik

Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada

kerusakan fungsional pada bidang-bidang dan mempengaruhi tahap

perkembangan selanjutnya.

Page 5: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSE KEPERAWATAN

JIWA PADA ANAK DAN REMAJA

a. Faktor-faktor psikobiologik.

Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :

      Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental,

autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan

gangguan ansietas atau kecemasan. Struktur otak yang tidak normal.

Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan

neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-

kanak, dan ADHD. Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di

kandungan ibu, kurangnya perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan

ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan

perkembangan saraf yang abnormal yang  berkaitan dengan gangguan jiwa.

Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen

pada janin saat dalam kandungan yang sangat signifikan dan menyebabkan

terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.

Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi

anak.

b. Dinamika keluarga.

Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku

menyimpang yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-

kanak awal, perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri).

Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan

berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan

belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).

      Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang

tua pada anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping

yang tidak baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari

orang tua. Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan

remaja.

Page 6: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

c. Faktor lingkungan.

Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi

penyebab utama pula, seperti :

Kemiskinan.

Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang

terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi

dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan

normal anak.

Tunawisma.

Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang

memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai

penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan

kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis

diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol

(Townsend, 1999).

Budaya keluarga.

Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar

dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya

dan masalah psikologik.

Intervensi Keperawatan Jiwa Pada Anak Dan Remaja, Dewasa Dan Lansia

1.      Intervensi Keperawatan Jiwa Pada Anak Dan Remaja

      Intervensi keperawatan untuk klien yang mengalami OCD

a. Kembangkan hubungan terapeutik

b. Tawarkan dorongan, dukungan, dan bantuan

c. Jelaskan kepada klien bahwa anda percaya ia dapat berubah

d. Kurangi waktu klien secara bertahap untuk melakukan perilaku ritual

e. Diskusikan fungsi ritual dalam kehidupan klien, tanpa penilaian.

f. Klien menggunakan teknik perilaku imajinasi, relaksasi progresif,

menghentikan pikiran, dan meditasi untuk mengurangi ansietas

g. Klien meminum obat-obatan yang diprogramkan dengan aman

h. Klien mengatakan keinginannya untuk tetap meneruskan terapi

i. Klien melakukan kembali aktivitas social, keluarga dan pekerjaan

Page 7: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

j. Keluarga memperlihatkan penurunan partisipasi dalam secondary gain klien

yang terkait dengan perilaku OCD dan meningkatkan perhatian selama

aktivitas non-OCD.

Analisis Pemecahan Masalah Keperawatan Jiwa Pada Anak Dan Remaja

Masalah seorang remaja yang terlihat tidak gembira merupakan hal yang

biasa. Namun, perlu diwaspadai bila perasaan tidak bahagia tersebut terus

berlanjut sampai lebih dari dua pekan. Ada banyak alasan mengapa seorang

remaja merasa tidak bahagia. Lingkungan yang penuh tekanan dapat memicu

depresi dengan adanya depresi, dapat muncul perasaan merasa bersalah,

menurunnya ferforma disekolah, interaksi sosial, menyimpannya orientasi seksual,

maupun terganggunya kehidupan remaja dikeluarganya. Yang paling

membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri atau melakukan

usaha bunuh diri.

Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku

seksual, keinginan untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku

antisocial, perilaku mengancam, keterlibatan dengan obat terlarang,

hypochandriasis, masalah diit/makan, dan takut sekolah.

Untuk mencegah kesan remaja bahwa perawat memihak kepada orang

tuanya, maka sangat perlu diperhatikan perawat untuk melakukan kontak awal

langsung dengan remaja. Pengetahuan perawat tentang perkembangan normal

yang dialami remaja sangat diperlukan untuk dapat membedakan perilaku adaptif

dan menentukan masalah berdasarkan perilaku remaja merupakan langkah

pertama dalam merencanakan asuhan keperawatan. Perawat kemudian

menentukan tujuan jangka pendek berdasarkan respons maladaptive dengan

memperhatikan kekuatan yang dimiliki remaja, begitu pula tujuan jangka panjang.

(Ermawati,dkk.2009)

Tinjauan terhadap rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara

berkala untuk memperbaiki situasi, catatan perkembangan dan

mempertimbangkan masalah baru. Sangat penting untuk mengkaji dan

mengevaluasi proses keperawatan pada remaja. Implementasi kegiatan perawat

meliputi: (Ermawati,dkk.2009)

Page 8: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

a. Pendidikan pada remaja dan orang tua

Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan

informasi mengenai kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat terlarang,

masalah seks, pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan, begitu pula

informasi mengenai perilaku remaja dan memahami konflik yang dialami

mereka, orang tua, guru dan masyarakat akan lebih suportif dalam menghadapi

remaja, bahwakan dapat membantu mengembangkan fungsi mandiri remaja

dan orang tua mereka, akan menimbulkan perubahan hubungan yang positif.

b. Terapi keluarga

Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan

kronis dalam interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan

pada remaja. Oleh karena itu perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga

dan perbedaan yang terdapat didalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi

perawat berinteraksi dan membantu keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk

mendapat dukungan dari teman sebaya. Konflik antara keinginan untuk

mandiri dan tetap tergantung, serta konflik berkaitan dengan tokoh otoriter,

akan mudah dibahas.

d. Terapi individu

Terapi individu oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan

mendapat pendidikan formal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi

yang bertujuan singkat dan terapi penghayatan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan perawat ketika berkomunikasi dengan remaja antara lain

penggunaan teknik berdiam diri, menjaga kerahasiaan, negativistic, resistens,

berdebat, sikap menguji perawat, membawa teman untuk terapi, dan minta

perhatian khusus, melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk

menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya

adalah perawatan pranatal awal, program intervensi dini bagi orang tua dengan

faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan

mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan

pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.

e. Startegi Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada

anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat

Page 9: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan

program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan

intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling

kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.

f. Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu,

terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak

mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan

perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam

mengembangkan metode koping yang lebih adaptif.

g. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu keluarga

mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat

perubahan yang dapat meningkatkan fungsi semua anggota keluarga

h. Pengobatan berbasis rumah sakit

Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat

di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasana diberikan untuk

klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif yang kurang restriktif,

atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap

dirinya sendiri ataupun orang lain

Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan

program sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa.

Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif

masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini

dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk

pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi

istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan,

dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku.

Page 10: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

Defisit Perawatan Diri

1.Pengertian

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan

BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)

adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk

dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan

pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.

Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,

memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,

melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan

pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut

cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna

cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK (toileting)

Page 11: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan

jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi

pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,

dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor

2) Rambut dan kulit kotor

3) Kuku panjang dan kotor

4) Gigi kotor disertai mulut bau

5) penampilan tidak rapi.

b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif

2) Menarik diri, isolasi diri

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

1) Interaksi kurang

2) Kegiatan kurang

3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi

dan mandi tidak mampu mandiri.

1.3. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan

diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),

penyebab kurang perawatan diri adalah:

a. Faktor prediposisi

1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

Page 12: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan

lingkungan termasuk perawatan diri.

4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan

dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan

perawatan diri.

Strategi Pelaksanaan Komunikasi

1. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan keperawatan

terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk

mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seseorang perawat

jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).

2. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009)

adalah sebagai berikut:

a. Pada Klien

1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.

3. Klien mampu melakukan makan dengan baik.

4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.

b. Pada Keluarga

Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami masalah

kurang perawatan diri.

3. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Page 13: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba

(2009) adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan Merawat Klien

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

c) Menbantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri dapat melakukan tahapan

tindakan yang meliputi:

a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.

d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara berdandan.

c) Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Tindakan melatih klien berdandan/berhias:

Klien laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk klien laki-laki

latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut, bercukur. Untuk klien

wanita latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut, berhias.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara makan yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.

Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.

b) Menjelaskan cara makan yang tertib.

c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4)

Page 14: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan

memasukkan dalam jadwal.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan berikut:

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK.

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

b. Kemampuan Merawat Keluarga

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri dan jenis

defisit perawatan diri yang dialami klien beserta proses terjadinya.

c) Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit perawatan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan defisit perawatan

diri.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien defisit

perawatan diri.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat.

b) Menjelaskan follow up dan rujukan.

4. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada

klien kurang perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai

berikut:

a. Klien dapat menyebutkan:

1. Penyebab tidak merawat diri.

2. Manfaat menjaga perawatan diri.

3. Tanda-tanda bersih dan rapi.

4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.

b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:

Page 15: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

1. Kebersihan diri

2. Berdandan

3. Makan

4. BAB/BAK

c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:

1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri.

2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri.

Kemampuan Dalam Perawatan Diri

1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang

dimiliki peserta didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari

praktek atau pengalaman sebelumnya yang disimpan dalam memori untuk

mengigat suatu petunjuk (Reilly, 2002). Kemampuan dalam penelitian ini

dimaknai dengan keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain

dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain

psikomotor. Domain keterampilan mudah didentifikasi dan diukur karena

mencakup kegiatan berorientasi pada gerakan yang mudah diamati.

Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar

dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat

untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat,

atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan

kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk

melakukan perawatan diri: Perawat mengkaji kemampuan fungsional klien di

lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi

aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan (Potter & Perry,

2005).

2. Kemampuan Perawatan Diri

Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil Nursing

Outcomes Classification dan intervensi Nursing Interventions Classification

menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/Hygiene

Page 16: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):

Kemampuan untuk melakukan tugas fisik paling dasar dan aktivitas

perawatan pribadi. Mandi (kemampuan untuk membersihkan tubuhnya

sendiri), hygiene (kemampuan untuk mempertahankan hygiene

dirinya).

Intervensi prioritas NIC:

Mandi (membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi, kebersihan

dan penyembuhan). Bantuan perawatan diri mandi/hygiene (membantu

klien untuk memenuhi hygiene pribadi).

b. Berpakaian/Berhias

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan

untuk melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan aktivitas

perawatan pribadi. Berpakaian (kemampuan untuk mengenakan

pakaian sendiri), berdandan (kemampuan untuk mempertahankan

penampilan yang rapi), hygiene (kemampuan untuk mempertahankan

higienenya).

Intervensi prioritas NIC:

Berpakaian (memilih, mengenakan dan melepas pakaian untuk orang

yang tidak dapat melakukan hal itu sendiri), perawatan rambut (adanya

peningkatan penampilan rambut yang bersih, rapi dan menarik).

Bantuan perawatan diri berpakaian/berhias (membantu klien dalam

berpakaian dan mengunakan tata rias).

c. Makan

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar dan aktivitas perawatan

diri. Makan (kemampuan untuk menyiapkan dan memakan makanan).

Intervensi prioritas NIC:

Makan (memberi asupan nutrisi untuk klien yang tidak mampu makan

sendiri). Bantuan perawatan diri makan (membantu klien untuk

makan).

d. Toileting

Page 17: DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA - Welcome to … · Web viewKurang Pengetahuan (Defisitent knowledge) Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care) DIAGNOSIS RISIKO

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan

untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi paling dasar.

Eliminasi (kemampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi sendiri).

Intervensi prioritas NIC:

Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan sekitar klien untuk

keperluan terapeutik). Bantuan perawatan diri toileting (bantuan untuk

eliminasi).