30
Diagnosa Berbagai Penyakit dengan Radioisotop Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan penting dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit – penyakit yang menjadi lebih penting secara epidemilogis sebagai konsekuensi logis dari pembangunan di segala bidang yang telah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tuberculosis pada kulit. Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. De HEVESSY, dialah yang meletakan dasra prinsip perunut dengan menggunakan zat radioaktif. Waktu itu dia menggunakan rasioisotop alam Pb212.. Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam tidak lagi digunakan. Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa awal perkembangan kedokteran nuklir adalah I131. Akan tetapi pemakaiannya kini telah terdesak oleh Tc 99m selain karena sifatnya yang ideal dari segi proteksi dan pembentukan citra juga dapat diperoleh dengan mudah serta relatif murah harganya. Namun demikian I131 masih sangat diperlukan untuk diagnostik dan terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid. Perkembangan ilmu kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan berkat dukungan dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama dengan digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi yang dahulu hanya menggunakan detektor

Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radiologi

Citation preview

Page 1: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

Diagnosa Berbagai Penyakit dengan Radioisotop Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan penting dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit – penyakit yang menjadi lebih penting secara epidemilogis sebagai konsekuensi logis dari pembangunan di segala bidang yang telah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

 

Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tuberculosis pada kulit. Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. De HEVESSY, dialah yang meletakan dasra prinsip perunut dengan menggunakan zat radioaktif. Waktu itu dia menggunakan rasioisotop alam Pb212.. Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam tidak lagi digunakan.

 

Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa awal perkembangan kedokteran nuklir adalah I131. Akan tetapi pemakaiannya kini telah terdesak oleh Tc 99m selain karena sifatnya yang ideal dari segi proteksi dan pembentukan citra juga dapat diperoleh dengan mudah serta relatif murah harganya. Namun demikian I131 masih sangat diperlukan untuk diagnostik dan terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid.

 

Perkembangan ilmu kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan berkat dukungan dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama dengan digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi yang dahulu hanya menggunakan detektor radiasi biasa dengan sistem elektronik yang sederhana, kini telah berkembang menjadi peralatan canggih kamera gamma dan kamera positron yang dapat menampilkan citra alat tubuh, baik dua dimensi maupun tiga dimensi serta statik maupun dinamik.

 

Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit syaraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari teknik nuklir ini.

 

Page 2: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

KEDOKTERAN NUKLIR

 

Ilmu kedokteran nulkir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran.

 

Pada kedokteran nuklir, radioisitop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (study in-vivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai study in-vitro (dalam gelas percobaan).

 

Pada study in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa :1 Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapt diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik imaging).2 Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera positron.3 Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine,dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging).

 

Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberap hasl berbeda dengan pencitran dalam radiologi. (tabel 1)

TABEL 1 : Perbandingan Pencitraan pada Kedokteran Nuklir dengan Pencitraan pada Radiologi

Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon–hormon tertentu dalam darah

Page 3: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

pasien seperti insulin, tiroksin dan lain-lain.

 

Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai penyakit seperti penyakt jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini sangat berkembang pesat.

 

Di samping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapi penyakit – penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian obat – obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi (peradangan) sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka dalm terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.

Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir 1960-an, yaitu setelah reaktor atom Indonesia yang pertama kali mulai dioperasikan di Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung.

 

Unit ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RS Pusat Pertamina, RS Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Soetomo). Pada tahun1980-an didirikan unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di RS Sardjito (Yogyakarta), RS Kariadi (Semarang), RS jantung Harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta).

 

Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, disamping masih terdapat 2 buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama Renograf.

 

Page 4: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI LUAR KEDOKTERAN NUKLIRDi luar kedokteran nuklir, teknik nuklir masih banyak memberikan sumbangan yang besar bagi kedokteran serta kesehatan, yaitu misalnya :1. TEKNIK PENGAKTIVAN NEUTRONTeknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co, Cr, F, Fe, Mn, Se, Si, V, Zn, dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada siftanya yang tidak merusak dan kepekaannya yang sangat tinggi. Disini contoh bahan biologik yang akan diperiksa ditembaki dengan neutron2. PENENTUAN KERAPATAN TULANG DENGAN BONE DENSITOMETERPengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-X yang diserap oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat kekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering menyerang wanita pada usia menupause (mati haid) sehingga menyebabkan tulang mudah patah.3. THREE DIMENSIONAL CONFORMAL RADIOTHERAPY (3D-CRT)Terapi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker.

 

Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target. 

Seri Fisika Kesehatan__Radiasi & Manfaatnya dalam Kedokteran &   Kesehatan

Radiasi ada manfaatnya?

Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan

Page 5: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

penting dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit-penyakit yang menjadi lebih penting secara epidemologis sebagai konsekuensi logis dari pembangunan di segala bidang yang telah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tubercolusis pada kulit. Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. de HEVESSY, dialah yang meletakkan dasar prinsip perunut dengan menggunakan radioisotop alam Pb-212. Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam tidak lagi digunakan.

Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa awal perkembangan kedokteran nuklir adalah I-131. Akan tetapi pemakaiannya kini telah terdesak oleh Tc-99m selain karena sifatnya yang ideal dari segi proteksi radiasi dan pembentukan citra juga dapat diperoleh dengan mudah serta relatif murah harganya. Namun demikian I-131 masih sangat diperlukan untuk diagnostik dan terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid.

Perkembangan ilmu kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan berkat dukungan dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama dengan digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi yang dahulu hanya menggunakan detektor radiasi biasa dengan sistem elektronik yang sederhana, kini telah berkembang menjadi peralatan canggih kamera gamma dan kamera positron yang dapat menampilkan citra alat tubuh, baik dua dimensi maupun tiga dimensi serta statik maupun dinamik.

Dewasa ini, aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit syaraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari teknik nuklir ini.

Kedokteran Nuklir

Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).

Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa:

Page 6: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

1. Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapat diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik imaging)

2. Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma atau kamera positron.

3. Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging).

Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan dalam radiologi.

Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah pasien seperti insulin, tiroksin dll.

Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai penyakitseperti penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini berkembang pesat.

Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi (peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.

Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an, yaitu setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP, RS Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Sutomo). Pada tahun 1980-an

Page 7: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

didirikan unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi (Semarang), RS Jantung harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta). Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, di samping masih terdapat 2 buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama Renograf

PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI LUAR KEDOKTERAN NUKLIR

Di luar kedokteran nuklir, teknik nuklir masih banyak memberikan sumbangan yang besar bagi kedokteran serta kesehatan, misalnya:

1. TEKNIK PENGAKTIVAN NEUTRON

Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co,Cr,F,Fe,Mn,Se,Si,V,Zn dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada sifatnya yang tidak merusak dan kepekaannya sangat tinggi. Di sini contoh bahan biologik yang akan idperiksa ditembaki dengan neutron.

2. PENENTUAN KERAPATAN TULANG DENGAN BONE DENSITOMETER

Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma atau sinar-x. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-x yang diserap oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat bone densitometer tersebut. Teknik ini bermanfaat untuk membantu mendiagnosiskekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering menyerang wanita pada usia menopause (matihaid) sehingga menyebabkan tulang muda patah.

3.THREE DIMENSIONAL CONFORMAL RADIOTHERAPHY (3D-CRT)

Terapi Radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target. Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife). Dengan teknik ini kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan baik oleh pisau gamma ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang terpenting tanpa merusak jaringan di luar target.

Page 8: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

Sumber: infonuklir.com

Menyongsong Era Baru Kedokteran Nuklir Di Indonesia

Submitted by Ratno Nurhadi on Wednesday, 24 December 2008 No Comment

Beberapa hari yang lalu, di sebuah rumah sakit di kawasan Pluit Jakarta dilakukan peresmian sebuah fasilitas baru berupa fasilitas kedokteran nuklir yang dilengkapi dengan pemercepat partikel (siklotron) untuk produksi radioisotop. Menteri Negara Riset dan Teknologi serta Direktur Jenderal Bina Layanan Kesehatan Departemen Kesehatan hadir dalam acara tersebut. Salah satu bentuk layanan kesehatan yang akan diberikan adalah diagnosis dini kanker menggunakan radiasi nuklir berupa Positron Emission Tomography (PET).

Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir Indonesia (PKBNI) dalam konggres Nasional VIII di Bandung pada tanggal 4 - 6 Desember 2008 pun mengangkat tema PET ini. Tema konggres nasional tersebut adalah Menyongsong Era Pencitraan Menggunakan Positron Emission Tomography. Di dalam kongres nasional tersebut dibahas peluang dan tantangan pemanfaatan PET, disamping beberapa perkembangan kedokteran nuklir lainnya. Kehadiran positron emission tomography di tanah air ini diharapkan dapat mendorong laju pemanfaatan teknologi nuklir di bidang kesehatan di tanah air. Setelah PET untuk diagnosis diharapkan bahwa terapi radiasi melalui brachytherapy dan targeted therapy segera berkembang di tanah air.

Positron Emission Tomography

Positron emission  tomography merupakan salah satu hasil terdepan pengembangan  teknologi nuklir di bidang kedokteran. PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT (Computed Tomography) yang mendeteksi kelainan bentuk organ tubuh.

Berbagai kelainan metabolisme  di dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah adanya metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat melalui PET.  Salah satu bentuk perbedaan sel kanker dengan sel normal di sekelingnya adalah pada bentuk metabolisme glukosa. Sel kanker mengkonsumsi glukosa dalam jumlah yang lebih besar dari sel di sekelilingnya. Secara umum, kecepatan pertumbuhan sel kanker yang mencerminkan

Page 9: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

tingkat keganasannya sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa. Bentuk metabolisme glukosa di dalam tubuh ini dapat dideteksi menggunakan bahan radiofarmaka 18FDG (18F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose). Keberadaan radioisotop fluor-18 yang ada di dalam senyawa tersebut dapat dideteksi dengan mudah dari luar tubuh melalui radiasi yang dipancarkannya. Dengan meletakkan detektor radiasi di luar tubuh, image reconstruction terhadap sebaran fluor-18 di dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengolah sinyal sinyal yang ditangkap oleh detektor detektor tersebut. Sebaran fluor-18 di dalam tubuh ini menunjukkan pola metabolisme glukosa di berbagai bagian tubuh. Konsumsi glukosa yang berlebihan di suatu tempat mengindikasikan adanya metabolisme sel kanker di tempat tersebut. Meskipun secara bentuk  fisik belum ditemukan atau belum terdeteksi, keberadaan kanker telah diketahui ketika metabolisme sel kanker telah terjadi. Kemampuan radioisotop mendeteksi kanker pada stadium ini belum dapat ditandingi oleh metode lain. Penemuan adanya sel  kanker pada stadium sangat dini ini akan memudahkan penanganan selanjutnya.

PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisa hasil penanganan kanker yang telah dilakukan. Setelah penanganan kanker melalui operasi perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih ada sisa sisa kanker yang tersisa. Untuk keperluan ini, PET merupakan metode yang paling tepat, karena pada kondisi ini keberadaan kanker sulit dilihat secara fisik. Yang diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel kanker. Selain itu, PET dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan kanker baik dengan chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil pengobatan kanker dapat diketahui dari perubahan metabolisme di samping perubahan secara fisik. Untuk keperluan ini, kombinasi PET dan CT memberikan informasi yang sangat berharga untuk menentukan tingkat efektivitas pengobatan yang telah dilakukan.

Perangkat PET secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian produksi fluor-18, bagian sintesa 18FDG dan bagian kamera PET. Penggunaan PET diawali dengan proses produksi radioisotop fluor-18. Radioisotop fluor-18 diproduksi dari isotop oksigen-18 menggunakan siklotron. Partikel bermuatan berupa proton ditembakkan dari siklotron ke dalam inti oksigen-18 dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah neutron. Oksigen di alam memiliki kandungan isotop oksigen-18 sebanyak  0,20%. Sisanya berupa isotop oksigen-16 dan oksigen-17 dengan kandungan masing masing sebesar 99,76 dan 0,04%. Karena kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka untuk keperluan ini diperlukan oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop oksigen-18 di dalamnya. Peningkatan kandungan isotop oksigen-18 ini dapat dilakukan sampai lebih dari 90%. Pada proses produksi fluor-18 ini, oksigen-18 digunakan dalam bentuk air (H2O).

Radioisotop fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa 18FDG. Reaksi “menempelkan” fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan (labelling). Di beberapa negara yang telah menggunakan PET secara rutin seperti Jepang, Amerika Serikat dan Korea, reaksi penandaan ini dilakukan menggunakan alat otomatis. Pertimbangan utama penggunaan alat otomatis ini  adalah mempercepat waktu proses. Hal ini dikarenakan fluor-18 memiliki waktu paro, waktu yang diperlukan untuk meluruh sehingga  radioaktivitas tinggal  separonya, yang pendek kurang dari 2 jam (110 menit). Jadi reaksi

Page 10: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

penandaan ini berpacu dengan waktu. Jika proses ini terlalu lama, maka sebagian besar fluor-18 telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan berkurang jauh dari radioaktivitas awal.

Setelah 18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka tersebut segera diinjeksi ke pasien. Jumlah yang diinjeksikan antara 10-20 mCi tergantung pada keperluan, kondisi kamera dan sebagainya. Di University of Iowa, misalnya, secara rutin digunakan 18FDG sebanyak 10 milicurie untuk tiap pasien guna  mendeteksi metabolisme sel kanker. Sebaran fluor-18 di dalam tubuh dideteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam rangkaian detektor elektronik berbentuk melingkar. Dari hasil pendeteksian ini dilakukan image reconstruction untuk mendapatkan gambaran sebaran fluor-18 di dalam tubuh. Perangkat kamera PET biasanya telah dilengkapi dengan program untuk keperluan ini, sehingga hasil image reconstruction dapat diperoleh dengan mudah.

Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan kamera gamma yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini dikarenakan pendeteksiannya didasarkan pada coincidence detection. Ketika positron dilepaskan dari fluor-18, partikel ini akan segera bergabung dengan elektron dan terjadilah anihilasi. Dari anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar 511 keV dengan arah berlawanan (180 derajat). Adanya dua buah photon yang dilepaskan secara bersamaan ini memungkinkannya dilakukan coincidence detection. Pada coincidence detection ini, sinyal yang ditangkap oleh detektor akan diolah jika dua buah sinyal diperoleh secara bersamaan.  Jika hanya satu buah sinyal  yang ditangkap, maka sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karenanya, hampir seluruh sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini.

Brachytherapy

Kata brachy berasal dari Bahasa Latin yang berarti dekat. Brachytherapy adalah penanganan kanker menggunakan sumber radiasi dari jarak dekat. Istilah brachytherapy biasanya digunakan untuk terapi menggunakan sumber radiasi tertutup (sealed source), sehingga kadang dinamakan pula dengan terapi radiasi menggunakan sumber tertutup.

Ada empat tipe brachytherapy berdasarkan tempat meletakkan sumber radiasi yaitu interstitial, intracavitary, intravascular dan mold brachytherapy. Interstitial brachytherapy adalah terapi radiasi dengan cara memasukkan sumber radiasi ke dalam tubuh, misalnya ke dalam jaringan kanker. Termasuk di dalam metode ini adalah terapi kanker prostat menggunakan implant seed. Intracavitary brachytherapy adalah terapi radiasi dengan cara memasukkan sumber radiasi ke dalam rongga tubuh. Misalnya rongga pada sistem pernafasan atau sistem reproduksi. Intravascular brachytherapy adalah terapi radiasi dengan memasukkan sumber radiasi ke dalam pembuluh darah menggunakan kateter. Misalnya pencegahan restenosis menggunakan radioactive coronary stent. Sedangkan pada mold brachytherapy, sumber radiasi diletakkan di permukaan tubuh untuk menangani kanker yang ada di permukaan.

Page 11: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

Di Amerika Serikat, jumlah penderita kanker prostat dilaporkan mencapai 230 ribu pasien per tahun. Dari jumlah pasien tersebut, sebanyak 25% ditangani melalui brachytherapy menggunakan implant seed berupa titanium shells yang di dalamnya dimasukkan radioisotop. Sebanyak 60% dari implant seed tersebut menggunakan radioisotop Iodium-125 sedangkan sisanya menggunakan radioisotop paladium-103. Metode ini terbukti efektif untuk penanganan kanker prostat. Data dari Amerika Serikta menunjukkan bahwa dalam satu dasa warsa terakhir tingkat penyembuhan penanganan kanker prostat menggunakan implant seed sebesar 80 - 93%. 

Targeted Therapy

Targeted therapy diawali dengan konsep magic bullet yang dikemukakan oleh Paul Ehrlich, penerima hadiah nobel kedokteran pada tahun 1908. Konsep magic bullet, adalah konsep penanganan sebuah penyakit dengan mengirimkan bahan aktif secara spesifik ke sumber penyakit, tidak menyebar ke seluruh tubuh. Jadi pembawa (carrier) bahan aktif seperti sebuah peluru kendali yang dapat dipandu untuk menuju sasaran. Saat ini, kemajuan teknologi nuklir telah berhasil merealisasikan targeted therapy melalui radioimmunotherapy untuk penanganan kanker.

Radioimmunotherapy adalah metode penanganan kanker dengan memanfaatkan reaksi spesifik antigen dan antibodi. Radioisotop dengan jenis radiasi yang mematikan sel “ditumpangkan” ke antibodi yang bereaksi secara spesifik dengan tumor-associated antigen. Setelah dimasukkan ke dalam tubuh, antibodi akan terikat ke dalam antigen yang ada di sel kanker dan sel tersebut akan dimatikan oleh radiasi yang dipancarkan radioisotop.

Ada beberapa jenis radioantibodi yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA, Food and Drug Administration), diantaranya adalah Zevalin dan Bexxar. Zevalin adalah antibodi monoklonal anti-CD20 yang ke dalamnya telah diikatkan radioisotop pemancar beta Yttrium-90. Sedangkan Bexxar adalah antibodi monoklonal anti-CD20 yang ke dalamnya telah dimuati dengan radioisotop Iodium-131. Kedua radioantibodi ini digunakan untuk penanganan kanker   lymphoma.

Selain radioimmunotherapy, saat ini dikembangkan pula targeted therapy menggunakan radiopeptida untuk penanganan kanker.  Peptida somatostatin menarik perhatian para peneliti karena peptida ini memiliki banyak reseptor yang dihasilkan secara berlebih pada sebagian besar jaringan kanker. Secara alamiah, somatostatin merupakan hormon yang berfungsi menekan pengeluaran hormon pertumbuhan. Sayangnya, somatostatin memiliki waktu paro biologi yang pendek yaitu 2 menit. Untuk mengatasi  hal itu, telah dikembangkan beberapa peptida yang memiliki sifat yang mirip namun memiliki waktu paro biologi yang lebih lama. Senyawa ini dinamakan analog somatostatin. Beberapa jenis analog somatostatin telah berhasil disintesa dan dikembangkan sebagai “peluru kendali” untuk mengirimkan radioisotop penghancur ke sel sel kanker.

Analog somatostatin bertanda radioisotop pertama yang berhasil disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat Food and Drug Administration (FDA)

Page 12: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

adalah 111In-DTPA-octreotide. Radiofarmaka ini dikenal dengan nama dagang OctreoScan. Peptida bertanda radioisotop ini merupakan radiofarmaka yang digunakan untuk cancer imaging.  Radiopeptida ini masih sebatas menandai adanya sel kanker karena radioisotop indium-111 merupakan radioisotop diagnosis yang tidak memancarkan radiasi partikel bermuatan yang memiliki daya hancur yang tinggi terhadap sel. Menyusul peptida tersebut, telah berhasil dikembangkan peptida yang diberi nama P289. Setelah melewati uji klinis, radiofarmaka 99mTc-P289 disetujui penggunaannya oleh FDA Amerika Serikat. Radiofarmaka ini dikenal dengan nama NeoTech untuk cancer imaging. Setelah itu beberapa jenis turunan dari octreotide dan P289 terus dikembangkan untuk meningkatkan kinerja kedua peptida tersebut utamanya pada binding affinity terhadap reseptor somatostatin. Pengembangan penandaan radioisotop terapi pun terus dilakukan terhadap peptida tersebut yang telah terbukti dapat secara spesifik menjangkau sel-sel kanker.

Di beberapa negara, pemanfaatan nuklir di bidang kesehatan terus berkembang pesat. Skala ekonominya telah mencapai angka yang menjanjikan. Di Amerika Serikat dilaporkan telah mencapai 49 milyar dollar AS per tahun pada tahun 1998, atau sekitar 5% dari total belanja kesehatan nasional negara tersebut yang sebesar 987 milyar dollar AS.  Sedang di Jepang, pemanfaatan radiasi nuklir memiliki skala ekonomi 12 milyar dollar AS per tahun, atau setara dengan 4,3% dari total belanja kesehatan yang sebesar 279 milyar dollar AS. Potensi ekonomi yang tersimpan di dalam layanan kesehatan berbasis teknologi nuklir ini diprediksi akan mendoorong berbagai pihak untuk mengembangkannya di tanah air. Kehadiran fasilitas PET yang dilengkapi dengan siklotron pertama di Indonesia ini diduga akan menandai terbukanya era baru

Mengenal USG Dan Manfaat USG

Posted by: yuwielueninet on: March 25, 2008

In: artikel Comment!

Mengenal USG

Perlu tidak, sih, USG saat hamil? Mari kita mengenalinya lebih jauh.

“Sudah di-USG, Bu?” Pertanyaan itu kerap muncul dan ditujukan pada ibu hamil. Seolah-olah pemeriksaan dokter belum komplit tanpa USG. Pada kenyataannya memang saat ini USG tak bisa dipisahkan dari pemeriksaan kehamilan. Sebenarnya apa, sih, USG itu? Dan mengapa sangat diperlukan dalam pemeriksaan kehamilan?

Page 13: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

USG adalah singkatan dari ultrasonografi. Yaitu suatu alat yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang dipancarkan oleh suatu penjejak (yang disebut transduser) pada suatu organ yang diperiksa. “Jadi, pemeriksaan USG tidak memakai sinar X atau rontgen untuk menghasilkan gambar janin,” terang dr. Judi Januadi Endjun, SpOG, sonologist, dari RSPAD Gatot Subroto/UPN Veteran Jakarta.

Lantas, gema kembali (echo) akan diterima dan dipancarkan kembali oleh transduser. Selanjutnya, akan diubah menjadi bentuk gambar titik-titik pada layar monitor. Dengan demikian dokter dan ibu hamil dapat melihat janin. Walaupun gambar yang dihasilkan belum sempurna, namun ahli USG akan dapat menunjukkan bagian mana yang kepala dan mana yang kaki pada gambar yang masih kabur tersebut.

Kemajuan teknologi membuat hasil USG saat ini jauh lebih baik. Jika dulu gambar yang dihasilkan kasar. Namun dengan teknologi baru yang disebut USG 3 Dimensi, tampilan gambarnya lebih jelas dan dapat berwarna. “Kita sudah bisa lihat profil muka si bayi ini, seperti layaknya orang bikin patung. Memang masih nampak kasar dan belum seperti pasfoto. Namun demikian kita sudah bisa lihat kalau hidungnya pesek atau bila ada kelainan seperti bibir sumbing,” jelas Judi.

Selain itu, alat ini memungkinkan kita mendapat gambaran yang lebih jelas tentang berbagai hal yang menyangkut kondisi janin pada setiap tahap perkembangannya. Karena alat ini memungkinkan untuk melihat organ-organ janin dari berbagai sudut. Sayangnya mengingat mahalnya alat ini belum semua rumah sakit bisa memilikinya.

Namun demikian harap diingat, USG itu hanya alat bantu untuk diagnostik. Jangan dibalik, kata Judi, “seakan-akan kalau tidak USG, dokter tidak bisa membuat diagnosa,” lanjutnya. USG hanya menjadi alat bantu untuk sesuatu yang belum jelas. “Dengan USG, kehamilan bisa diketahui lebih jelas, misalnya umur kehamilan atau bisa diketahui lokasinya di dalam kandungan atau tidak.”

CARA KERJA

Untuk diketahui, USG bekerja dengan cara memanfaatkan gelombang ultrasonik sebagai prinsip kerjanya. Jadi bukan dengan sinar X, seperti yang diduga awam. “Itulah sebabnya,” kata Judi, “USG asalkan dikerjakan oleh ahlinya, ‘relatif’ aman buat ibu dan janinnya.”

USG mempunyai frekuensi gelombang suara di atas 20 KHz (20. 000 gelombang per detik). Sebagai perbandingan gelombang suara yang dapat kita dengar sehari-hari adalah 20-20.000 Hz. Untuk keperluan diagnostik dibutuhkan sumber suara dengan frekuensi 1-20 MHz. “Namun yang digunakan pada umumnya adalah 3,5 MHz, 5 MHz, serta 7,5 MHz.” Penggunaan 3,5 Mhz atau lebih untuk USG perabdominam dan 5 Mhz atau lebih untuk USG pervaginam.

Page 14: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

Kendati relatif aman, sebaiknya USG dilakukan 2 kali selama kehamilan, yaitu saat hamil muda (trimester I) dan trimester II (pada masa kehamilan 18-20 minggu). “Sedangkan pada trimester III biasanya dilakukan hanya atas indikasi.”

Mengapa demikian? “Karena USG ini menggunakan gelombang frekuensi tinggi. Sehingga sebaiknya jika memang tidak perlu sekali jangan terlalu sering menggunakan USG. Selain itu tidak ada manfaatnya, kecuali kalau ada indikasi medisnya.” Tidak itu saja, “kalau dilakukan tiap kali pemeriksaan juga akan jadi beban pasien. Bukankah ia harus membayar biaya pemeriksaan tersebut?”

Dan karena penggunaan gelombang frekuensi tinggi, sebaiknya USG ditangani oleh dokter yang ahli di bidang ini. “Dokter yang menanganinya harus yang punya sertifikat. Sertifikat ini dapat diperoleh dengan mengikuti pendidikan mengenai USG di PUSKI. Dengan demikian USG akan menjadi aman digunakan.”

Karena, ujar Judi, jika USG ini sembarangan dipakai bukan oleh ahlinya, “bisa terjadi ia tak tahu berapa lama waktu yang harus digunakan. Pada percobaan di laboratorium, sel yang dikenai gelombang frekuensi tinggi dalam waktu yang lama akan menjadi panas dan rusak. Nah, kalau sel otak yang kena, bisa jadi ada salah satu struktur syaraf yang jadi rusak. Bayangkan saja jika pusat penglihatan yang kena, bagaimana bayinya nanti, kan?”

DUA PEMERIKSAAN

Secara umum, pemeriksaan USG yang digunakan di bidang ilmu kebidanan ada 2 macam, yaitu perabdominal (lewat perut) dan pervaginal (lewat vagina). Cara lain bisa transperineal atau transrektal.

Pemeriksaan USG perabdominal biasanya dilakukan pada kehamilan yang sudah cukup besar (lebih dari 12 minggu). “Karena ukuran janin yang sudah cukup besar, sehingga diperlukan probe (transduser yang mirip mikrofon) yang lebih

besar pula. Karena memang tak memungkinkan untuk lewat vagina.”

Sedangkan pemeriksaan USG pervaginal biasanya dilakukan pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Dengan dilakukan di usia muda kehamilan inilah maka kita dapat menentukan secara lebih pasti usia janin. Juga jumlah janin (kembar atau tidak), ukurannya, lokasi, denyut jantung, dan keadaan uterus maupun organ-organ di sekitarnya.

“Dengan diketahuinya kelainan-kelainan pada janin secara dini maka memungkinkan bagi dokter untuk bertindak lebih cepat sehingga memberikan hasil yang lebih optimal.”

Selain itu, dengan pemeriksaan USG pervaginal, probe USG bisa lebih dekat ke organ genetalia interna. Probe inilah yang akan merekam gelombang suara yang dipantulkan oleh organ-organ tubuh si janin. Nah, dengan lebih dekat ke janin maka memungkinkan untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. “Selain itu, pasien juga jadi tak perlu repot untuk menahan air kencingnya.”

Page 15: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

Perlu diketahui untuk pemeriksaan USG perabdominal ibu hamil akan diminta menahan air kencingnya sebelum pemeriksaan. Karena pada kehamilan trimester I, organ genitalia intern masih berada di bawah rongga panggul. Tertutup oleh massa usus yang berisi gas, selain juga dilindungi oleh tulang panggul sehingga menghalangi penjalaran gelombang USG. Untuk mengatasi hal itu harus dibantu dengan kandung kemih yang penuh. Dengan demikian kandung kemih itu akan mendesak massa usus keluar dari rongga panggul sehingga rahim terdesak lebih jauh. Itulah mengapa sering dikatakan juga air kemih itu sebagai jendela ventilasi untuk meneropong ke dalam.

Yang jelas para ibu tidak perlu khawatir bahwa pemeriksaan pervaginal ini akan menyebabkan perdarahan atau keguguran . “Karena pemeriksaannya tidak memerlukan manipulasi atau penekanan pada rahim.”

Sedangkan yang melalui perut, si ibu hamil harus berbaring telentang dan perutnya akan diberi minyak atau jelly. Kemudian sebuah transduser digerakkan perlahan-lahan di permukaan perut. “Pemakaian jelly ini berguna karena di atas kulit terdapat lapisan udara yang dapat memantulkan kembali gelombang suara yang datang.”

Nah, kini sudah jelas mengapa USG itu diperlukan. Dengan bantuan dokter ahli di bidang ini, ibu hamil akan melihat bagian-bagian dari calon bayinya, dari kepala, kaki, bokong, atau tulang punggung si janin sampai jenis kelamin. Dan yang paling penting, bisa mendeteksi adanya kelainan.

Indah Mulatsih

Aneka Manfaat USG

Para ibu sering salah menafsirkan manfaat pemeriksaan USG ini. “Sering, kan, ibu-ibu hamil yang menolak pemeriksaan USG karena merasa tidak perlu untuk memeriksa jenis kelamin anaknya.” Padahal, menurut Judi, USG itu bukan hanya semata-mata untuk melihat jenis kelamin janin. “Banyak manfaatnya. Terlebih lagi bagi ibu yang mempunyai riwayat obstetrik buruk. Misalnya, memiliki kehamilan ektopik, kista, mioma, atau bayinya cacat.”

Di antara manfaatnya adalah:

* Pada kehamilan trimester I:

- Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.- Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat bawaan.- Meyakinkan adanya kehamilan.- Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda, misalnya kehamilan ektopik.- Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.- Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.- Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.

Page 16: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

- Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.- Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista, mioma, dsb.

Pada kehamilan trimester II & III:

- Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.- Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan terhambatnya perkembangan janin.- Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. “Jadi, lebih ke arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.”- Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya cairan amnion, dsb.- Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum persalinan.- Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.- Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).

“Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka kita dapat bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran darah pada janin dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan pada keadaan yang sudah berat dapat mengakibatkan kematian.”

Nah, dengan melihat begitu banyak manfaatnya, tentunya akan rugi jika tidak melakukan USG. “Kerugiannya, ia jadi tidak tahu bayinya cacat atau tidak.”

Indah

MRI 1.5 Tesla

Kemajuan teknologi di bidang kedokteran yang ada pada saat ini memberi kemudahan bagi para praktisi kedokteran untuk mendiagnosa penyakit serta

menentukan jenis pengobatan bagi pasien. Salah satu bentuk kemajuan tersebut adalah penggunaan alat MRI

(Magnetic Resonance Imaging) untuk melakukan pencitraan diagnosa penyakit pasien

 

 

Page 17: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

Apakah Arti MRI ?

MRI( Magnetic Resonance Imaging ) merupakan suatu alat

diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh anda

dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang

frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan

radioaktif. selama pemeriksan MRI akan memungkinkan molekul-

molekul dalam tubuh bergerak dan bergabung untuk membentuk

sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh antena dan dikirimkan ke

komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar monitor menjadi

sebuah gambaran yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian dalam

Apakah manfaat pemeriksaan dengan MRI ?

MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan

sangat jelas dan lebih sensitive untuk menilai anatomi jaringan lunak

dalam tubuh, terutama otak,.sumsum tulang belakang, susunan saraf

dibandingkan dengan pemeriksaan x-ray biasa maupun CT scan Juga

jaringan lunak dalam susunan musculoskeletal seperti otot, ligament ,

tendon , tulang rawan , ruang sendi seperti misalnya pada cedera lutut

maupun cedera sendi bahu. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan

dengan MRI yaitu evaluasi anatomi dan kelainan dalam rongga dada,

payudara , organ organ dalam perut, payudara, pembuluh darah, dan

jantung, . Pada umumnya struktur tulang akan dapat lebih diteliti

dengan lebih baik dengan CT scan daripada dengan MRI.

Apakah pemeriksaan dengan MRI aman ?

Prosedur MRI tidak menimbulkan sakit, kerusakan jaringan dan

sebagainya. Namun karena berada di medan magnet yang besar,pada

saat pemeriksaan berlangsung akan dapat menarik benda-benda yang

bersifat logam, dan menyebabkan tempatnya bergeser .Bisa

Page 18: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

dibayangkan jika letaknya di dalam tubuh maka akan dapat melukai

pasien. Oleh karena itu sangatlah penting diingatkan kepada pasien

untuk melepas benda-benda yang bersifat logam sebelum pasien

menjalani pemeriksaan MRI. Fasilitas MRI tentu saja mengharuskan

operator atau staf radiologi untuk mengetahui keberadaan benda-

benda logam di dalam tubuh dengan menanyakan riwayat operasi atau

riwayat kesehatan pasien sebelumnya. Benda-benda logam yang

ditanamkan di dalam tubuh (implant) antara lain dapat berupa clip

pada operasi aneurisma, pacemaker pada jantung, alat bantu dengar

(hearing-aid), gigi palsu, dan sebagainya. Pada pasien dengan

keadaan-keadaan tersebut diatas prosedur MRI dapat dibatalkan

karena takut akan melukai pasien.

Apakah Keunggulan MRI ?

Kelebihan MRI berbanding peralatan lain ialah gambar yang

dihasilkan lebih jelas serta dapat dilihat dari berbagai sisi tanpa

melibatkan pengunaan radiasi, memberikan hasil tanpa perlu

mereposisi pasien, tidak menggunakan kontras untuk sebagian besar

pemeriksaan MRI. Fasilitas MRI di Rumah Sakit Medistra dilengkapi

dengan kemampuan untuk menilai funksi organ tertentu secara

dinamik ( Functional MRI ), untuk menilai distribusi darah baik di otak

maupun di jantung ( Perfusion Imaging ) serta melihat metabolisme

yang ada didalam sebuah tumor (Spectroscopy Imaging )

Bagaimana pemeriksaan MRI dilakukan dan bagaimana persyaratan

pemeriksaan ?

Apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjalani pemeriksaan MRI ?

Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien

Page 19: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

akan diminta untuk melepaskan beberapa benda-benda logam seperti :

dompet, kartu kredit, dam kartu-kartu lainnya

peralatan elektronik seperti telepon genggam

alat bantu pendengaran (hearing-aid)

perhiasan atau jam tangan

bolpen, klip kertas, kunci, dan koin

ikat rambut ,bulu mata palsu

baju yang memiliki kancing logam / resleting logam

sepatu, sabuk, pin, dsb.

Sebelum prosedur MRI pasien akan diminta untuk mengisi

kuesioner / selembar kertas mengenai keadaan pasien sebelum

dilakukan pemeriksaan MRI. Selain itu pasien akan ditanyakan juga

riwayat kesehatan atau operasi sebelumnya.

Seperti pada pemeriksaan CT scan dan Radiologi lainnya , kadang

kadang dokter memerlukan penyuntikan kontras media intra vena pada

kasus tertentuk untuk memperjelas kelainan yang ada didalam

tubuh .Untuk hal ini pasien diharapkan puasa untuk tidak makan padat

4 jam sebelum pemerikaan . Dan untuk menghindari kemungkinan

risiko penyuntikan kontras intravena terhadap gangguan funksi ginjal ,

maka diperlukan penilaian funksi ginjal ( cek ureum dan creatinine

darah ) sebelum pemeriksaan dilakukan

MRI dilakukan di ruangan khusus dan pasien akan diminta oleh staf

radiologi untuk berbaring didalam meja pemeriksaan . Selanjutnya

dipasang penutup telinga untuk mengurangi bunyi mesin yang tidak

diinginkan.( beberapa jenis suara akan terdengar dari mesin selama

pemeriksaan berlangsung ) .

Hal penting yang harus dilakukan oleh pasien adalah berbaring dengan

Page 20: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

tenang dan relaks. Pemeriksaan MRI biasanya berlangsung antara 20-

60 menit tergantung dari bagian tubuh mana yang akan diperiksa .

Saat pemeriksaan berlangsung petugas MRI akan dapat berkomunikasi

dengan Anda dapat mendengar Anda, serta mengobservasi Anda setiap

saat. Segera sampaikan kepada petugas MRI jika ada perasaan yang

tidak nyaman pada saat pemeriksaan berlangsung. Setelah prosedur

MRI selesai, Anda dapat melakukan aktivitas normal.

 

RUMAH SAKIT MEDISTRAJl. Jend. Gatot Subroto Kav. 59 Jakarta Selatan 12950

Telp. 021 - 5210200 Ext. 132, 103 - Fax. 021 - 5210184 email : [email protected]

 

Manfaat Laser

SAMPAI saat ini telah dikembangkan berbagai jenis laser dengan jenis medium laser yang bervariasi. Secara umum laser diklasifikasi menurut jenis mediumnya menjadi 4 tipe, yaitu doped insulator, semikonduktor laser gas, dan liquid (cair).

1. Kedokteran. Laser doped insulator menggunakan bahan padat yang atom-atomnya berbentuk kristal sebagai medium lasernya. Laser jenis ini sangat kuat, mudah perawatannya, dan dapat menghasilkan daya yang tinggi. Contohnya, laser ruby dan laser Nd YAG. Kedua jenis laser ini banyak digunakan dalam dunia medis (kedokteran). Laser Candela SPLT-1B Vascular banyak digunakan untuk menghancurkan kelainan kulit berwarna merah. Laser Medlite IV Nd YAG untuk menghilangkan segala pigmentasi (misalnya bercak cokelat dan hitam di wajah, juga tato dengan pelbagai warna).

2. Serat Optik. Laser semikonduktor menggunakan sambungan p-n sebagai mediumnya. Contoh bahan semikonduktor yang banyak dipakai adalah InGaAsp (Indium_Galium-Arsen-Phosphor). Laser jenis ini yang paling banyak digunakan dalam sistem komunikasi serat optik karena kelebihannya dalam hal ukuran, tegangan listrik yang diperlukan, dan harganya yang relatif lebih murah.

4.  Kecantikan. Laser gas yang banyak digunakan, misalnya gas Helium-Neon, akan menghasilkan laser lembut berwarna merah berdaya rendah. Laser arsen menghasilkan

Page 21: Diagnosa Berbagai Penyakit Dengan Radioisotop

warna biru. Kripton menghasilkan laser berwarna hijau atau uap air menghasilkan laser inframerah. Laser ini digunakan untuk merangsang penyembuhan kulit/ luka, pertumbuhan rambut, merangsang pigmentasi normal, dan mencegah perut luka. Laser karbon dioksida menghasilkan laser inframerah berdaya tinggi.

5. Pembedahan. Jenis laser lain yang banyak digunakan di dunia kedokteran adalah laser Sharpan Sure Touch karbon dioksida yang merupakan salah satu laser karbon dioksida terbaik di dunia. Pembedahan menggunakan laser karbondioksida membuat pendarahan minimal, lebih singkat, penyembuhan lebih nyaman dan lebih cepat. Laser jenis inilah yang sebenarnya sering digunakan untuk khitan di Indonesia.

Saat ini laser dengan bahan cair dan laser dye sebagai medium telah dikembangkan. Laser dye ini banyak digunakan untuk keperluan spektroskopi dan penelitian reaksi kimia. (Amien Nugroho, pegiat populerisasi sains, tinggal di Bantul- 80).