25
DERMATOFITOSIS DEFINISI Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. SINONIM Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata ETIOLOGI Dermatofita adalah jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kleas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Ketiga genus ini mempunyai sifat keratofilik. Microsporum Trichophyton 1

Dermatofitosis Word

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dermatofitosis Word

DERMATOFITOSIS

DEFINISI

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur

dermatofita.

SINONIM

Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata

ETIOLOGI

Dermatofita adalah jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini

mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kleas Fungi imperfecti, yang

terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Ketiga

genus ini mempunyai sifat keratofilik.

Microsporum Trichophyton

Epidermophyton

1

Page 2: Dermatofitosis Word

KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi lesinya, dermatofitosis dibagi menjadi:

1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.

2. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.

3. Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan

kadang-kadang sampai perut bagian bawah.

4. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.

5. Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.

6. Tinea korporis, dermatofitosispada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di

atas.

Selain 6 bentuk tinea diatas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus yang dapat

dianggap sebagai sinonim tinea korporis, yaitu:

Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan

disebabkan Trichophyton concentricum

Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton

schoenleini yang secara klinis berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy

odor)

Tinea fasialis, tinea aksilaris yang juga menunjukkan daerah kelainan

Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.

Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea incognito, yang berarti dermaotfitosis dengan bentuk

klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.

GEJALA KLINIS

Tinea glabrosa atau dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi khas.

Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi

kulit (polimorfi). Bagian tepi lsi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada

bagian tengah. Eczema marginatum adalah istilah yang tepat untuk lesi dermatofitosis

secara deskriptif.

Bergantung pada berat ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam lesi kulit.

Wujud lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi,

menahun oleh trichophyton rubrum sampai kerion Celsi yang disebabkan Microsporum

canis. Di antara 2 bentuk ekstrim ini, dapat dilihat macam-macam kelainan kulit dengan

tingkat peradangan yang berbeda. Beberapa penulis berdasarkan berat ringannya

peradangan lesi, menggunakan istilah dermatofitosis superfisialis, media, dan profunda.

2

Page 3: Dermatofitosis Word

A. TINEA PEDIS

Definisi

Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki,

terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.

Sinonim

Athlete’s foot, ringworm of the foot, kutu air

Bentuk

1. Tinea pedis bentuk interdigitalis

Bentuk ini adalah yang tersering diantara bentuk lain. Diantara jari IV dan V terlihat

fissura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari

(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab maka

sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila

bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada

umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung

bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama

sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai oleh infeksi sekunder oleh bakteri

sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas,

yang disertai gejala-gejala umum.

2. Tinea pedis bentuk moccasin foot

Pada bentuk ini tampak seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki

menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian

tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.

3. Tinea pedis bentuk subakut

Pada bentuk ini dapat terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula.

Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki

atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel

tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi

sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis,

limfangitis, dan kadang-kadang menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian

atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk

diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.

3

Page 4: Dermatofitosis Word

Tinea pedis banyak terlihat pada orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak

bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang

selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa.

B. TINEA UNGUIUM

Definisi

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.

Sinonim

Dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail

Bentuk

1. Subungual distalis

Bentuk ini dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke

proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan

terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku

raouh yang menyerupai kapur.

2. Leukonikia trikofita

Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan

kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur.

3. Subungual proksimalis

Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan

membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih

utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium

4

Page 5: Dermatofitosis Word

mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atay yang belum. Kuku

kaki lebih sering diserang daripaada kuku tangan.

Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan; kelainan

pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.

C. TINEA KRURIS

Definisi

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha,

daerah perineum, dan sekitar anus.

Sinonim

Eczema marginatum, Dhobie itch, jockey itch,

ringworm of the groin.

Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang

berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja, atau

meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh

yang lain.

Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan

pada tepi lebih nyata daripada tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk

yang primer dan sekunder (polimorf). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa

bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.

D. TINEA KORPORIS

Definisi

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak

berambut (glabrous skin).

Sinonim

Tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap,

herpes sircine trichophytique.

5

Page 6: Dermatofitosis Word

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri

atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya

biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi

pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit

dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit

yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada

anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapat infeksi baru

pertama kali.

Bentuk

1. Tinea imbrikata

Bentuk khas tinea korporis ini disebabkan oleh Trichophyton concentricum. Tinea ini

dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar.

Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasar dan melebar. Proses ini

setelah beberapa waktu mulai ladi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-

lingkaran skuama yang konsentris. Bila diraba dengan jari tangan kita meraba dari

bagian tengah kearah luar, akan terasa jelas skuama menghadap ke dalam.

Lingkaran-lingkaran skuama konsenstris bila menjadi besar dapat bertemu dengan

lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggiran polisiklik. Pada

permulaan infeksi penderita dapat merasa gatal, akan tetapi kelainan yang menahun

tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-

kadang dapat menyerupai iktiosis. Kulit kepala penderita dapat terserang, akan tetapi

rambut biasanya tidak. Tinea unguium juga sering menyertai penyakit ini.

2. Tinea Favosa

Bentuk ini disertai dengan kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di

kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan

berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran.

Krusta terserbut biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta

diiangkat terlihat dasar cekung merah dan membasah. Rambut kemudian tidak

berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas ke seluruh

kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis, yang

disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada akil balik. Biasanya dapat

tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Kadang-kadang penyakit

ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat

sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit

berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut. Favus pada

kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium pada umumnya, yang disebabkan

6

Page 7: Dermatofitosis Word

oleh spesies dermatofita lainnya. Tiga spesies dermatofita dapat menyebabkan favus

yaitu, Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum dan Microsporum gypseum.

Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur dan ketahanan

penderita sendiri.

3. Bentuk menahun

Pada tinea bentuk ini, tanda radang tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada

tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini

disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis. Bentuk

menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-

sama dengan tinea unguium.

E. TINEA KAPITIS

Definisi

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit

dan rambut kepala yang disebabkan oleh

spesies dermatofita.

Sinonim

Ringworm of the scalp

Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan , alopesia, dan kadang-

kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.

Bentuk

Terdapat 3 bentuk tinea kapitis:

1. Grey patch ringworm

Bentuk ini biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada

anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul

ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan

penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.

Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan

pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah terserbut terserang oleh jamur,

sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey

patch. Grey patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah

7

Page 8: Dermatofitosis Word

sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi

hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch

tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu Wood ini

banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum

audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali-sekali dapat

terbentuk kerion.

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa

pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang

padat di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum

gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya

Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton

violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia

yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.

3. Black dot ringworm

Kelainan ini disebabkan oleh Tricohophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum.

Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang

disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada

muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung

rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini member gambaran khas yaitu black

dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah

permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan

biakan jamur.

PEMBANTU DIAGNOSIS

Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas

pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan

histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.

Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang

dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan unuk pemeriksaan mikologik diambil

dan dikumpulkan sebagai berikut: terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan

spiritus 70%, kemudian untuk:

1. Kulit tidak berambut (glaborous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan

bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril.

8

Page 9: Dermatofitosis Word

2. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit di

daerah terserbut dikerok untuk mengumpulkan sisik kelit, pemeriksaan dengan

lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas

daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-

kasus tinea kapitis tertentu.

3. Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-

dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.

Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan

pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45. Pemeriksaan dengan

pembesaran 10x100 biasanya tidak diperlukan.

Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah

1 – 2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan

untuk kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20

menit hal ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan

dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari

sediaan tersebut, pemanasansudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk

Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur

lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker

superchroom blue black.

Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi

oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama

dan/atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora)

atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ekrotriks) atau di dalam

rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihata juga hifa pada sediaan rambut.

Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung

sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini

adalah medium agar dekstrosa Saboraoud.

DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis, biasanya batasnya tidak tegas dan bagian tepi tidak lebih aktif daripada

bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari dan tangan dapat

9

Page 10: Dermatofitosis Word

merupakan reaksi id, yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti pada

temapt tersebut.

Hiperhidrosis, terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Bila hanya terlihat vesikel-

vesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan tangan.

Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari kaki.

Akrodermatitis kontinua dan Morbus Andrew, dapat menyerupai tinea pedis dan

manum sangat sulit dibedakan dengan dermatofitosis bila berdasarkan pemeriksaan

fisik saja dan memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.

Kandidosis, kadang-kadang sangatlah sulit membedakan kandidosis dengan tinea

pedis murni. Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and

chicken (korimbiformis). Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita,

ada atau tidaknya fluor albus dapat membantu pengarahan diagnosis. Pada

penderita diabetes mellitus, kandidosis merupakan penyakit yang sering dijumpai.

Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH dan pembiakan dapat menolong.

Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea

pedis, sehingga pada kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi yang bijaksana

terhadap hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.

Sifilis stadium II, pada penyakit ini lesi dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan

dan kaki. Lesi yang merah dan basah dapat merupakan petunjuk. Dalam hal ini

tanda-tanda lain sifilis akan terdapat, misalnya kondiloma lata, pembesaran kelenjar

getah bening yang menyeluruh, anamnesis tentang afek primer, dan pemeriksaan

serologi serta lapangan gelap dapat menolong.

Psoriasis, psoriasis yang menyerang kuku pun dapat berakhir dengan kelainan yang

sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang terlihat pada psoriasis tidak

didapati pada tinea unguium. Lesi-lesi psoriasis pada bagian lain badan dapat

menolong membedakan dengan tinea unguium. Psoriasis, tempat predileksinya

antara lain daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung. Adanya lekukan

pada kuku (nail pit) dapat pula menolong diagnosis. Lesi-lesi pada psoriasis

biasanya lebih merah, skuama lebih banyak dan lamellar.

Pitiriasis rosea, distribusi kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian

proksimal anggota badan, sukar dibedakan penyakit ini dengan tinea korporis tanpa

herald patch. Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosis.

Dermatitis seboroika, biasanya tempat predileksi adalah di kulit kepala (scalp),

lipatan-lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya.

Lesi pada dermatitis seboroika biasanya lebih merata dan simetris distribusinya.

10

Page 11: Dermatofitosis Word

Eritrasma, sering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi yang sama adalah eritema

dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari penyakit ini. Pada

pemeriksaan lampu Wood pun terdapat fluoresensi merah (coral red).

PENGOBATAN DAN PROGNOSIS

Dermatofitosis umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat

fungistatik. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan

dosis 0,5 – 1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 gram untuk anak-anak sehari atau

10 – 25 mg per kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab

penyakit, dan keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar

tidak residif. Untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan

bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu

penyembuhan, kadang-kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal

tambahan.

Pada pengobatan kerion stadium dini, diberikan kortikosteroid sistemik sebagai anti-

inflamasi, yakni prednisone 3 x 5mg atau prednisolon 3 x 4mg sehari selama 2 minggu. Obat

tersebut diberikan bersama-sama dengan griseofulvin. Griseofulvin diteruskan selama 2

minggu setelah sembuh klinis. Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat diberikan

sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5mg – 250mg sehari

bergantung pada berat badan.

Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah

sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan

traktus digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga bersifat fotosensitif

dan dapat mengganggu fungsi hepar.

Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10% penderita, yang tersering

adalah gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare,

konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain dapat berupa gangguan pengecapan yang

bersifat sementara. Sefalgia ringan juga dapat terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan

pada 3,3 – 7%.

Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat

fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut

sebanyak 200mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan.

Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.

11

Page 12: Dermatofitosis Word

Pada masa kini, selain obat-obat topikal konvensional, misalnya asam salisil 2-4%,

asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan zat warna

(hijau brilian1% dalam cat castellani) dikenal banyak obat topikal baru. Obat-obat baru ini

diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazol, siklopiroksamin, dan

naftiline masing-masing 1%.

NONDERMATOFITOSIS

Terdiri atas:

1. Pitiriasis versikolor

2. Pitirosporum folikulitis

3. Piedra

4. Tinea Nigra Palmaris

5. Otomikosis

6. Keratomikosis

1. PITIRIASIS VERSIKOLOR

Definisi

Pitiriasis versikolor yang disebabkan oleh

Malasezia furfur adalah penyakit jamur

superficial yang kronik, biasanya tidak

memberikan keluhan subjektif, berupa bercak

berskuama halus yang berwarna putih sampai

coklat hitam, terutama meliputi badan dan

kadang-kadang dapat menyerang keriak, lipat

paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan

kulit kepala berambut.

Sinonim

Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor

flava dan panau.

12

Page 13: Dermatofitosis Word

Epidemiologi

Pitiriasis versikolor merupakan penyakit universal dan terutama dtemukan di daerah tropis.

Patogenesis

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor

ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk

oval. Keduanya merupakan orgasnisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan

lingkungannya, mislanya suhu, media dan kelembaban.

Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi

pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di antaranya oleh

defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan keringat.

Gejala klinis

Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superficial dan ditemukan terutama di badan.

Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai

teratur batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan

lampu Wood yang berwarna kuning keemasan. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat

walapun jarang.. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak

mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.

Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis

jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.

Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa ta tidak

luput dari infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi antara lain faktor herediter,

penderita sakit kronik, atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan

lampu Wood, dan sediaan langsung.

Pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa

pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.

13

Page 14: Dermatofitosis Word

Diagnosis banding

Penyakit ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, achromia

parasitic dari Pardo-Castello dan Dominiquez, morbus Hansen, pitiriasis alba, dan vitiligo.

Pengobatan

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh , tekun dan konsisten. Obat-obat yang dapat

dipakai misalnya: Selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu.

Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30menit sebelum mandi. Obat-obat lain yang

berkhasiat terhadap penyakit ini adalah: salisil spiritus 10%; derivate-derivat azol, misalnya

mikonazol, klotrimazol, isokonazol, dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-

20%; tolsiklat; tolnaftat, dan haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat pula

digunakan; dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu. Jika slit disembuhkan

ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x200mg sehari selama 10 hari.

Prognosis

Prognonsis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan

harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood

dan sediaan langsung negatif.

2. PITIROSPORUM FOLIKULITIS

Definisi

Pitirosporum folikulitis adalah penyakit

kronis pada folikel pilosebasea yang

disebakan oleh spesies Pitirosporm,

berupa papul, pustul folikular, yang

biasanya gatal dan terutama berlokasi di

batang tubuh, leher dan lengan bagian

atas.

Sinonim

Malasezia folikulitis

14

Page 15: Dermatofitosis Word

Etiologi

Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur,

penyebab pitiriasis versikolor.

Patogenesis

Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis dengan sifat dimorfik,

lipofilik dan komensal. Bila pada hospes terdapat faktor predisposisi spesies Malassezia

yang tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam hal ini reaksi

peradangan terhadap produk, tercampur dengan lemak bebas yang dihasilkan melalui

aktivitas lipase. Faktor predisposisi antara lain adalah suhu dan kelembaban udara yang

tinggi, penggunaan bahan-bahan berlemak untuk pelembab badan yang berlebihan,

antibiotic, kortikosteroid local/sistemik, sitostatik dan penyakit tertentu, misalnya: diabetes

mellitus, kegangasan, keadaan immunocompromised, dan AIDS.

Gejala klinis

Malassezia folikulitis memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Klinis morfologi

terlihat papul dan pustul perifolikuler, berukuran 2-3mm diameter, dengan peradangan

minimal. Tempat predileksi adalah dada, punggung dan lengan atas. Kadang-kadang dapat

di leher dan jarang di muka.

Diagnosis Banding

Acne vulgaris

Folikulitis bacterial

Erupsi akneiformis

Pengobatan

1. Antimikotik oral

Misalnya:

Ketokonazol 200 mg selama 2-4 minggu

Itrakonazol 200mg selama 2 minggu

Flukonazol 150 mg seminggu selama 2-4 minggu

2. Antimikotik topikal biasanya kurang efektif walaupun dapat menolong.

15

Page 16: Dermatofitosis Word

3. PIEDRA

Definisi

Piedra adalah infeksi jamur pada rambut dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut, dan

disebabkan oleh Piedraia hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra). Di

Indonesia hingga sekarang hanya dilihat piedra hitam.

Sinonim

Black piedra, white piedra, tinea nodosa, piedra nostros, trikomikosis nodularis, trikomikosis

nodosa, chiqnon disease, Beigel disease.

Gejala klinis

Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut dan kumis tanpa memberikan keluhan.

Krusta melekat erat sekali pada rambut yang terserang, dan dapat sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan

terasa kasar bila rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisir terdengar suara metal

(klik). Piedra hitam yang hanya ditemukan di daerah tropis tertentu merupakan penyakit

endemis di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya menyerang

rambut kepala. Jamur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan

pecah untuk menyebar di sekitar rambut (shaft) dan membentuk benjolan tengguli dan

hitam.

Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan atas gejala klinis dan disokong oleh pemeriksaan sediaan

langsung dan biakan.

Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10%, rambut yang sakit dan telah dipotongg

terlihat sebagai berikut. Benjolan yang isebabkan P. hortai berukuran bermacam-macam

dan terpisah satu dengan yang lain. Benjolan berwarna tenggli hitam ini terdiri atas hifa

berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdapat askus-askus. Didalam askus terdapat

4-8 askospora.

Pengobatan

Memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut dengan larutan sublimat

1/2000 setiap hari. Obat anti jamur konvensional dan yang baru pun berguna.

16

Page 17: Dermatofitosis Word

4. TINEA NIGRA PALMARIS

Definisi

Tinea nigra yang disebabkan

Cladosporium werneckii adalah

infeksi jamur superficial yang

asimtomatik pada stratum korneum.

Kelainan kulit berupa makula tengguli

sampai hitam. Telapak tangan yang

biasanya terserang walaupun telapak

kaki dan permukaan kulit lain dapat

terkena.

Sinonim

Keratomikosis nigrikans Palmaris, pitiriasis nigra, kladosporiosis epidemika, mikrosporosis

nigra, tinea nigra.

Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Cladosporium wernwckii di Amerika Utara dan Selatan,

sedangkan di Asia dan Afrika organisme ini disebut Cladosporium mansonii.

Gejala klinis

Kelainan kulit telapak tangan berupa bercak-bercak tengguli hitam dan sekali-sekali bersisik.

Penderita umumnya berusia muda di bawah 19 tahun dan penyakitnya berlangsung kronik

sehingga dapat silihat pada orang dewasa di atas umur 19 tahun. Perbandingan penderita

wanita 3x lebih banyak daripada pria. Faktor-faktor predispodidi penyakit belum diketahui

kecuali hiperhidrosis. Kekurangan respon imun penderita rupanya tidak berpengaruh.

Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada pemeriksaan

sediaan langsung dalam larutan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang, bersekat

ukuran 1,5-3µ, berwarna coklat muda sampai hijau tua. Biakan pada agar Saboraud (suhu

kamar) menghasilkan koloni yang tampak sebagai koloni menyerupai ragi dan koloni

filament berwarna hijau tua atau hitam.

17

Page 18: Dermatofitosis Word

Diagnosis banding

Tinea nigra dapat menyerupai dermatitis kontak, tinea versikolor, hiperkromia, nevus

pigmentosus, dan kulit yang terkena zat kimia, misalnya perak nitrat.

Pengobatan

Tinea nigra dapat diobati dengan obat-obat jamur konvensional, misalnya salap salisil sulfur,

Whitfield, dan tincture jodii.

Prognosis

Tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak member keluhan pada penderita kecuali keluhan

estetik, kalau tidak diobati penyakit akan menjadi kronik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi kelima,

Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 92-104.

2. Harahap. M, Ilmu Penyakit Kulit; edisi pertama, Jakarta: Hipokrates, 2000; 73-87.

3. Arndt.K.A, Bowers. K.E, Chuttani. A.R, Manual of Dermatologic Therapeutics; 5 th

edition, Boston: Little, Brown and Company, 1995; 79-85.

4. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM

2005.

5. Fitzpatrick. T.B, Johnson. R.A, Wolff. K, Color Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology; 3rd edition, Masachusetts: Mc-Graw and Hill, 1997; 688-733.

6. www.aafp.org , Weinstein. A, Berman. B, Topical Treatment of Common Superficial

Tinea Infections.: American Family Physician, 2002.

18