Upload
fikriyt6256
View
245
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
DERMATOFITOSIS
DEFINISI
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita.
SINONIM
Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata
ETIOLOGI
Dermatofita adalah jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini
mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kleas Fungi imperfecti, yang
terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Ketiga
genus ini mempunyai sifat keratofilik.
Microsporum Trichophyton
Epidermophyton
1
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi lesinya, dermatofitosis dibagi menjadi:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
2. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
3. Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
4. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
5. Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.
6. Tinea korporis, dermatofitosispada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di
atas.
Selain 6 bentuk tinea diatas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus yang dapat
dianggap sebagai sinonim tinea korporis, yaitu:
Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan
disebabkan Trichophyton concentricum
Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton
schoenleini yang secara klinis berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy
odor)
Tinea fasialis, tinea aksilaris yang juga menunjukkan daerah kelainan
Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.
Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea incognito, yang berarti dermaotfitosis dengan bentuk
klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.
GEJALA KLINIS
Tinea glabrosa atau dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi khas.
Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi
kulit (polimorfi). Bagian tepi lsi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada
bagian tengah. Eczema marginatum adalah istilah yang tepat untuk lesi dermatofitosis
secara deskriptif.
Bergantung pada berat ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam lesi kulit.
Wujud lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi,
menahun oleh trichophyton rubrum sampai kerion Celsi yang disebabkan Microsporum
canis. Di antara 2 bentuk ekstrim ini, dapat dilihat macam-macam kelainan kulit dengan
tingkat peradangan yang berbeda. Beberapa penulis berdasarkan berat ringannya
peradangan lesi, menggunakan istilah dermatofitosis superfisialis, media, dan profunda.
2
A. TINEA PEDIS
Definisi
Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki,
terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.
Sinonim
Athlete’s foot, ringworm of the foot, kutu air
Bentuk
1. Tinea pedis bentuk interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering diantara bentuk lain. Diantara jari IV dan V terlihat
fissura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab maka
sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila
bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada
umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung
bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama
sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai oleh infeksi sekunder oleh bakteri
sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas,
yang disertai gejala-gejala umum.
2. Tinea pedis bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini tampak seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki
menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian
tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.
3. Tinea pedis bentuk subakut
Pada bentuk ini dapat terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula.
Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki
atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel
tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi
sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis,
limfangitis, dan kadang-kadang menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian
atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk
diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.
3
Tinea pedis banyak terlihat pada orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak
bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang
selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa.
B. TINEA UNGUIUM
Definisi
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Sinonim
Dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail
Bentuk
1. Subungual distalis
Bentuk ini dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan
terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku
raouh yang menyerupai kapur.
2. Leukonikia trikofita
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan
kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur.
3. Subungual proksimalis
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan
membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih
utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium
4
mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atay yang belum. Kuku
kaki lebih sering diserang daripaada kuku tangan.
Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan; kelainan
pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.
C. TINEA KRURIS
Definisi
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha,
daerah perineum, dan sekitar anus.
Sinonim
Eczema marginatum, Dhobie itch, jockey itch,
ringworm of the groin.
Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang
berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja, atau
meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh
yang lain.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan
pada tepi lebih nyata daripada tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk
yang primer dan sekunder (polimorf). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa
bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.
D. TINEA KORPORIS
Definisi
Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak
berambut (glabrous skin).
Sinonim
Tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap,
herpes sircine trichophytique.
5
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri
atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya
biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi
pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit
dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit
yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada
anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapat infeksi baru
pertama kali.
Bentuk
1. Tinea imbrikata
Bentuk khas tinea korporis ini disebabkan oleh Trichophyton concentricum. Tinea ini
dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar.
Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasar dan melebar. Proses ini
setelah beberapa waktu mulai ladi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-
lingkaran skuama yang konsentris. Bila diraba dengan jari tangan kita meraba dari
bagian tengah kearah luar, akan terasa jelas skuama menghadap ke dalam.
Lingkaran-lingkaran skuama konsenstris bila menjadi besar dapat bertemu dengan
lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggiran polisiklik. Pada
permulaan infeksi penderita dapat merasa gatal, akan tetapi kelainan yang menahun
tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-
kadang dapat menyerupai iktiosis. Kulit kepala penderita dapat terserang, akan tetapi
rambut biasanya tidak. Tinea unguium juga sering menyertai penyakit ini.
2. Tinea Favosa
Bentuk ini disertai dengan kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di
kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan
berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran.
Krusta terserbut biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta
diiangkat terlihat dasar cekung merah dan membasah. Rambut kemudian tidak
berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas ke seluruh
kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis, yang
disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada akil balik. Biasanya dapat
tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Kadang-kadang penyakit
ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat
sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit
berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut. Favus pada
kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium pada umumnya, yang disebabkan
6
oleh spesies dermatofita lainnya. Tiga spesies dermatofita dapat menyebabkan favus
yaitu, Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum dan Microsporum gypseum.
Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur dan ketahanan
penderita sendiri.
3. Bentuk menahun
Pada tinea bentuk ini, tanda radang tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada
tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini
disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis. Bentuk
menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-
sama dengan tinea unguium.
E. TINEA KAPITIS
Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit
dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita.
Sinonim
Ringworm of the scalp
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan , alopesia, dan kadang-
kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.
Bentuk
Terdapat 3 bentuk tinea kapitis:
1. Grey patch ringworm
Bentuk ini biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada
anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul
ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan
penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan
pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah terserbut terserang oleh jamur,
sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey
patch. Grey patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah
7
sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi
hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch
tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu Wood ini
banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum
audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali-sekali dapat
terbentuk kerion.
2. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang
padat di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum
gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya
Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton
violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia
yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.
3. Black dot ringworm
Kelainan ini disebabkan oleh Tricohophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum.
Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang
disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada
muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung
rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini member gambaran khas yaitu black
dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah
permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan
biakan jamur.
PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan
histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.
Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang
dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan unuk pemeriksaan mikologik diambil
dan dikumpulkan sebagai berikut: terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan
spiritus 70%, kemudian untuk:
1. Kulit tidak berambut (glaborous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan
bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril.
8
2. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit di
daerah terserbut dikerok untuk mengumpulkan sisik kelit, pemeriksaan dengan
lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas
daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-
kasus tinea kapitis tertentu.
3. Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-
dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan
pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45. Pemeriksaan dengan
pembesaran 10x100 biasanya tidak diperlukan.
Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah
1 – 2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan
untuk kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20
menit hal ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan
dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari
sediaan tersebut, pemanasansudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk
Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur
lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker
superchroom blue black.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi
oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama
dan/atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora)
atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ekrotriks) atau di dalam
rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihata juga hifa pada sediaan rambut.
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini
adalah medium agar dekstrosa Saboraoud.
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis, biasanya batasnya tidak tegas dan bagian tepi tidak lebih aktif daripada
bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari dan tangan dapat
9
merupakan reaksi id, yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti pada
temapt tersebut.
Hiperhidrosis, terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Bila hanya terlihat vesikel-
vesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan tangan.
Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari kaki.
Akrodermatitis kontinua dan Morbus Andrew, dapat menyerupai tinea pedis dan
manum sangat sulit dibedakan dengan dermatofitosis bila berdasarkan pemeriksaan
fisik saja dan memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.
Kandidosis, kadang-kadang sangatlah sulit membedakan kandidosis dengan tinea
pedis murni. Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and
chicken (korimbiformis). Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita,
ada atau tidaknya fluor albus dapat membantu pengarahan diagnosis. Pada
penderita diabetes mellitus, kandidosis merupakan penyakit yang sering dijumpai.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH dan pembiakan dapat menolong.
Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea
pedis, sehingga pada kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi yang bijaksana
terhadap hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.
Sifilis stadium II, pada penyakit ini lesi dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan
dan kaki. Lesi yang merah dan basah dapat merupakan petunjuk. Dalam hal ini
tanda-tanda lain sifilis akan terdapat, misalnya kondiloma lata, pembesaran kelenjar
getah bening yang menyeluruh, anamnesis tentang afek primer, dan pemeriksaan
serologi serta lapangan gelap dapat menolong.
Psoriasis, psoriasis yang menyerang kuku pun dapat berakhir dengan kelainan yang
sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang terlihat pada psoriasis tidak
didapati pada tinea unguium. Lesi-lesi psoriasis pada bagian lain badan dapat
menolong membedakan dengan tinea unguium. Psoriasis, tempat predileksinya
antara lain daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung. Adanya lekukan
pada kuku (nail pit) dapat pula menolong diagnosis. Lesi-lesi pada psoriasis
biasanya lebih merah, skuama lebih banyak dan lamellar.
Pitiriasis rosea, distribusi kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian
proksimal anggota badan, sukar dibedakan penyakit ini dengan tinea korporis tanpa
herald patch. Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosis.
Dermatitis seboroika, biasanya tempat predileksi adalah di kulit kepala (scalp),
lipatan-lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya.
Lesi pada dermatitis seboroika biasanya lebih merata dan simetris distribusinya.
10
Eritrasma, sering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi yang sama adalah eritema
dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari penyakit ini. Pada
pemeriksaan lampu Wood pun terdapat fluoresensi merah (coral red).
PENGOBATAN DAN PROGNOSIS
Dermatofitosis umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat
fungistatik. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan
dosis 0,5 – 1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 gram untuk anak-anak sehari atau
10 – 25 mg per kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab
penyakit, dan keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar
tidak residif. Untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan
bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu
penyembuhan, kadang-kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal
tambahan.
Pada pengobatan kerion stadium dini, diberikan kortikosteroid sistemik sebagai anti-
inflamasi, yakni prednisone 3 x 5mg atau prednisolon 3 x 4mg sehari selama 2 minggu. Obat
tersebut diberikan bersama-sama dengan griseofulvin. Griseofulvin diteruskan selama 2
minggu setelah sembuh klinis. Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat diberikan
sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5mg – 250mg sehari
bergantung pada berat badan.
Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah
sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan
traktus digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga bersifat fotosensitif
dan dapat mengganggu fungsi hepar.
Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10% penderita, yang tersering
adalah gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare,
konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain dapat berupa gangguan pengecapan yang
bersifat sementara. Sefalgia ringan juga dapat terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan
pada 3,3 – 7%.
Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat
fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut
sebanyak 200mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan.
Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.
11
Pada masa kini, selain obat-obat topikal konvensional, misalnya asam salisil 2-4%,
asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan zat warna
(hijau brilian1% dalam cat castellani) dikenal banyak obat topikal baru. Obat-obat baru ini
diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazol, siklopiroksamin, dan
naftiline masing-masing 1%.
NONDERMATOFITOSIS
Terdiri atas:
1. Pitiriasis versikolor
2. Pitirosporum folikulitis
3. Piedra
4. Tinea Nigra Palmaris
5. Otomikosis
6. Keratomikosis
1. PITIRIASIS VERSIKOLOR
Definisi
Pitiriasis versikolor yang disebabkan oleh
Malasezia furfur adalah penyakit jamur
superficial yang kronik, biasanya tidak
memberikan keluhan subjektif, berupa bercak
berskuama halus yang berwarna putih sampai
coklat hitam, terutama meliputi badan dan
kadang-kadang dapat menyerang keriak, lipat
paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan
kulit kepala berambut.
Sinonim
Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor
flava dan panau.
12
Epidemiologi
Pitiriasis versikolor merupakan penyakit universal dan terutama dtemukan di daerah tropis.
Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor
ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk
oval. Keduanya merupakan orgasnisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan
lingkungannya, mislanya suhu, media dan kelembaban.
Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi
pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di antaranya oleh
defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan keringat.
Gejala klinis
Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superficial dan ditemukan terutama di badan.
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai
teratur batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan
lampu Wood yang berwarna kuning keemasan. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat
walapun jarang.. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak
mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.
Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.
Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis
jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.
Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa ta tidak
luput dari infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi antara lain faktor herediter,
penderita sakit kronik, atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan
lampu Wood, dan sediaan langsung.
Pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa
pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.
13
Diagnosis banding
Penyakit ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, achromia
parasitic dari Pardo-Castello dan Dominiquez, morbus Hansen, pitiriasis alba, dan vitiligo.
Pengobatan
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh , tekun dan konsisten. Obat-obat yang dapat
dipakai misalnya: Selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu.
Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30menit sebelum mandi. Obat-obat lain yang
berkhasiat terhadap penyakit ini adalah: salisil spiritus 10%; derivate-derivat azol, misalnya
mikonazol, klotrimazol, isokonazol, dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-
20%; tolsiklat; tolnaftat, dan haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat pula
digunakan; dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu. Jika slit disembuhkan
ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x200mg sehari selama 10 hari.
Prognosis
Prognonsis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan
harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood
dan sediaan langsung negatif.
2. PITIROSPORUM FOLIKULITIS
Definisi
Pitirosporum folikulitis adalah penyakit
kronis pada folikel pilosebasea yang
disebakan oleh spesies Pitirosporm,
berupa papul, pustul folikular, yang
biasanya gatal dan terutama berlokasi di
batang tubuh, leher dan lengan bagian
atas.
Sinonim
Malasezia folikulitis
14
Etiologi
Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur,
penyebab pitiriasis versikolor.
Patogenesis
Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis dengan sifat dimorfik,
lipofilik dan komensal. Bila pada hospes terdapat faktor predisposisi spesies Malassezia
yang tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam hal ini reaksi
peradangan terhadap produk, tercampur dengan lemak bebas yang dihasilkan melalui
aktivitas lipase. Faktor predisposisi antara lain adalah suhu dan kelembaban udara yang
tinggi, penggunaan bahan-bahan berlemak untuk pelembab badan yang berlebihan,
antibiotic, kortikosteroid local/sistemik, sitostatik dan penyakit tertentu, misalnya: diabetes
mellitus, kegangasan, keadaan immunocompromised, dan AIDS.
Gejala klinis
Malassezia folikulitis memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Klinis morfologi
terlihat papul dan pustul perifolikuler, berukuran 2-3mm diameter, dengan peradangan
minimal. Tempat predileksi adalah dada, punggung dan lengan atas. Kadang-kadang dapat
di leher dan jarang di muka.
Diagnosis Banding
Acne vulgaris
Folikulitis bacterial
Erupsi akneiformis
Pengobatan
1. Antimikotik oral
Misalnya:
Ketokonazol 200 mg selama 2-4 minggu
Itrakonazol 200mg selama 2 minggu
Flukonazol 150 mg seminggu selama 2-4 minggu
2. Antimikotik topikal biasanya kurang efektif walaupun dapat menolong.
15
3. PIEDRA
Definisi
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut, dan
disebabkan oleh Piedraia hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra). Di
Indonesia hingga sekarang hanya dilihat piedra hitam.
Sinonim
Black piedra, white piedra, tinea nodosa, piedra nostros, trikomikosis nodularis, trikomikosis
nodosa, chiqnon disease, Beigel disease.
Gejala klinis
Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut dan kumis tanpa memberikan keluhan.
Krusta melekat erat sekali pada rambut yang terserang, dan dapat sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan
terasa kasar bila rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisir terdengar suara metal
(klik). Piedra hitam yang hanya ditemukan di daerah tropis tertentu merupakan penyakit
endemis di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya menyerang
rambut kepala. Jamur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan
pecah untuk menyebar di sekitar rambut (shaft) dan membentuk benjolan tengguli dan
hitam.
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan atas gejala klinis dan disokong oleh pemeriksaan sediaan
langsung dan biakan.
Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10%, rambut yang sakit dan telah dipotongg
terlihat sebagai berikut. Benjolan yang isebabkan P. hortai berukuran bermacam-macam
dan terpisah satu dengan yang lain. Benjolan berwarna tenggli hitam ini terdiri atas hifa
berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdapat askus-askus. Didalam askus terdapat
4-8 askospora.
Pengobatan
Memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut dengan larutan sublimat
1/2000 setiap hari. Obat anti jamur konvensional dan yang baru pun berguna.
16
4. TINEA NIGRA PALMARIS
Definisi
Tinea nigra yang disebabkan
Cladosporium werneckii adalah
infeksi jamur superficial yang
asimtomatik pada stratum korneum.
Kelainan kulit berupa makula tengguli
sampai hitam. Telapak tangan yang
biasanya terserang walaupun telapak
kaki dan permukaan kulit lain dapat
terkena.
Sinonim
Keratomikosis nigrikans Palmaris, pitiriasis nigra, kladosporiosis epidemika, mikrosporosis
nigra, tinea nigra.
Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Cladosporium wernwckii di Amerika Utara dan Selatan,
sedangkan di Asia dan Afrika organisme ini disebut Cladosporium mansonii.
Gejala klinis
Kelainan kulit telapak tangan berupa bercak-bercak tengguli hitam dan sekali-sekali bersisik.
Penderita umumnya berusia muda di bawah 19 tahun dan penyakitnya berlangsung kronik
sehingga dapat silihat pada orang dewasa di atas umur 19 tahun. Perbandingan penderita
wanita 3x lebih banyak daripada pria. Faktor-faktor predispodidi penyakit belum diketahui
kecuali hiperhidrosis. Kekurangan respon imun penderita rupanya tidak berpengaruh.
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada pemeriksaan
sediaan langsung dalam larutan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang, bersekat
ukuran 1,5-3µ, berwarna coklat muda sampai hijau tua. Biakan pada agar Saboraud (suhu
kamar) menghasilkan koloni yang tampak sebagai koloni menyerupai ragi dan koloni
filament berwarna hijau tua atau hitam.
17
Diagnosis banding
Tinea nigra dapat menyerupai dermatitis kontak, tinea versikolor, hiperkromia, nevus
pigmentosus, dan kulit yang terkena zat kimia, misalnya perak nitrat.
Pengobatan
Tinea nigra dapat diobati dengan obat-obat jamur konvensional, misalnya salap salisil sulfur,
Whitfield, dan tincture jodii.
Prognosis
Tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak member keluhan pada penderita kecuali keluhan
estetik, kalau tidak diobati penyakit akan menjadi kronik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi kelima,
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 92-104.
2. Harahap. M, Ilmu Penyakit Kulit; edisi pertama, Jakarta: Hipokrates, 2000; 73-87.
3. Arndt.K.A, Bowers. K.E, Chuttani. A.R, Manual of Dermatologic Therapeutics; 5 th
edition, Boston: Little, Brown and Company, 1995; 79-85.
4. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM
2005.
5. Fitzpatrick. T.B, Johnson. R.A, Wolff. K, Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology; 3rd edition, Masachusetts: Mc-Graw and Hill, 1997; 688-733.
6. www.aafp.org , Weinstein. A, Berman. B, Topical Treatment of Common Superficial
Tinea Infections.: American Family Physician, 2002.
18