9
Askep gerontik presbikusis Definisi Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan (Vander Cammen, 1991) Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis. (Rees and Deekert, 1990) 2.2. Klasifikasi Gangguan Pendengaran a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membrana timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik. b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis. c. Prebiakusis Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu : 1) Presbiakusis Sensorik Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata. 2) Prebiakusis Strial Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea. Prebiakusis jenis

Definisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

de

Citation preview

Page 1: Definisi

Askep gerontik presbikusis

Definisi

Gangguan pendengaran merupakan suatu

keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin

lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti

berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia

pertengahan (Vander Cammen, 1991)

Kehilangan pendengaran pada lansia disebut

presbikusis. fenonema tersebut sebagai suatu

penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang

berkembang secara progresif lambat terutama

memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan

penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai

faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan

arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa

sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi

yang berkaitan dengan presbiskusis.

(Rees and Deekert, 1990)

2.2. Klasifikasi Gangguan Pendengaran

a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif

            Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan

kanalis auditorius, membrana timpani atau tulang-tulang

pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran

tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya

serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada

pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga

dari serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik.

b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural

            Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron

akibat bising, prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas,

reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis.

c. Prebiakusis

            Hilangnya pendengaran terhadap nada murni

berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang

berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris,

dengan perjalanan yang progresif lambat. Terdapat

beberapa tipe presbiakusis, yaitu :

1)        Presbiakusis Sensorik

Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel

neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan

sel neuronal akan menentukan apakah gangguan

pendengaran yang timbul berupa gangguan atas frekwensi

pembicaraan atau pengertian kata-kata.

2)        Prebiakusis Strial

Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi

daerah apical dan tengah dari kohlea. Prebiakusis jenis ini

biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis

lain.

3)        Prebiakusis Konduktif Kohlear

Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada

membrane basalis kohlea sebagai akibat proses dari

sensitivitas diseluruh daerah tes.

d. Tinitus

Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa

bernada tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau

intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam

atau ditempat yang sunyi. Apabila bising itu begitu keras

hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut

sebagai tinnitus obyektif.

e. Persepsi Pendengaran Abnormal

       Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita

presbiakusis, yang berupa suatu peningkatan sensitivitas

terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang

pada orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut

menjadi sangat mengganggu.

f.       Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara

       Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam

membedakan arah suara, terutama dalam lingkungan yang

agak bising.

2.3 Etiologi

Page 2: Definisi

Umumnya diketahui bahwa presbikusis

merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga kejadian

presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor

herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis,

infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor.

Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur

merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor

tersebut diatas.

Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Progesifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia

dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan

dengan perempuan.

2.4.patopisiologi

vestibulocochlearis ( VIII ). Pada koklea

perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-

sel rambut penunjang pada organ korti. Proses atrofi

disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria

vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa

berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf.

Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf.

Banyak peneliti menyelidiki penyebab dari

ketulian ini. Crowe dan rekannya, Saxen, Gacek dan

Schuknecht telah mempelajari perubahan histologik dari

koklea pada telinga seseorang dengan presbikusis. Gacek

dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea

dan membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi

tersebut. Perubahan histologik ini berhubungan dengan

gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik.

Adapun keempat tipe dari prebikusis adalah sebagai berikut

:

2.4.1. Presbikusis sensorik

Tipe ini menunjukkan atrofi dari epitel disertai

hilangnya sel-sel rambut dan sel penyokong Organ Corti.

Prosesnya berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-

lahan menjalar ke daerah apeks. Perubahan ini

berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi,

yang dimulai setelah usia pertengahan. Secara histology,

atrofi dapat terbatas hanya beberapa millimeter awal dari

basal koklea. Proses berjalan dengan lambat. Beberapa

teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi

dari granul pigmen lipofusin.

2.4.2. Presbikusis Neural

Tipe ini memperlihatkan atrofi dari sel-sel saraf

di koklea dan jalur saraf pusat. Schuknecht memperkirakan

adanya 2100 neuron yang hilang setiap dekadenya ( dari

totalnya sebanyak 35000 ). Hilangnya neuron ini dimulai

pada awal kehidupan dan mungkin diturunkan secara

genetik. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur

lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai 90 % neuron

akhirnya hilang. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan

bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding

sisa dari bagian koklea lainnya. Tetapi, tidak didapati

adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi.

Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi

kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan

presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya

gangguan pendengaran.

2.4.3. Presbikusis Metabolik

Kondisi ini dihasilkan dari atrofi stria vaskularis.

Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga

keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga

keseimbangan metaboliK dari koklea. Atrofi dari stria ini

menyebabkan hilangnya pendengaran yang

direpresentasikan melalui kurva pendengaran yang

mendatar ( flat ) sebab seluruh koklea terpengaruh.

Diskriminasi kata-kata dijumpai. Proses ini berlangsung

pada seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang

dengan lambat dan mungkin bersifat familial.

2.4.4. Presbikusis Mekanik ( presbikusis konduktif

koklear )

Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan

kekakuan sekunder dari membran basilaris koklea. Terjadi

Page 3: Definisi

perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan

atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli

sensorineural yang berkembang sangat lambat.

Perubahan histologik presbikusis jarang sekali

ditemukan hanya pada satu area saja, karena perkembangan

presbikusis melibatkan perbuahan simultan pada banyak

tempat. Hal ini menjelaskan sulitnya menghubungan gejala

klinik atau tanda dengan lokasi anatomik yang spesifik,

seperti yang dikemukakan oleh Suga dan Lindsay juga oleh

Nelson dan Hinojosa.

Banyaknya penelitian terbaru ditujukan untuk

mengetahui penyebab sebenarnya dari presbikusis.

Sebahagian besar menitikberatkan pada abnormalitas

genetik yang mendasarinya, atau memiliki peranan ataupun

mencetuskan perkembangan dari penyakit ini.

Salah satu penemuan yang paling terkenal

sebagai penyebab potensial presbikusis adalah mutasi

genetik pada DNA mitokondrial. Penurunan perfusi ke

koklea dihubungkan dengan umum mungkin berperan

dalam pembentukan metabolit oksigen reaktif, yang efek

sampingnya mempengaruhi struktur telinga dalam.

Kerusakan DNA mitokondrial dapat menyebabkan

berkuranya posforilasi oksidatif, yang berujung pada

masalah fungsi neuron di telinga dalam.

Nutrisi dan anatomi diduga berperan juga dalam

menyebabkan presbikusis. Berner, dkk, menjumpai adanya

hubungan antara defisiensi asam folat dan vitamin B12

dengan hilangnya pendengaran tetapi hubungannya tidak

signifikan secara statisti. Martin Villares menemukan

hubungan antara level kolesterol yang tinggi dengan

berkurangnya pendengaran. Walaupun pneumatisasi dari

mastoid tidak berhubungan dengan terjadinya presbikusis

pada penelitian yang dilakukan oleh Pata, dkk, tetapi

perubahan ultrastruktur pada lempeng kutikular tampak

berhubungan dengan riwayat ketulian pada frekuensi tinggi

pada studi terhadap tulang temporal manusia yang

dilakukan oleh Scholtz.

2.5.  Tanda Dan Gejala

Gejala klinik bervariasi antara masing-masing

pasien dan berhubungan dengan perubahan yang terjadi

pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan utama

presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara

perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga, yang

saat dimulainya tidak disadari.

Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging

( tinnitus ). Pasien dapat mendengar suara percakapan,

tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan

secara cepat dengan latar belakang yang riuh ( cocktail

party deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti

suara wanita. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul

rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh faktor

kelelahan ( recruitment ).

2.6.  Penatalaksanaan

Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan

fungsi pendengaran dilakukan dengan pemasangan alat

bantu dengar ( hearing aid ). Pemasangan alat bantu dengar

hasilnya akan lebih memuaskan bila dikombinasikan

dengan latihan membaca ujaran ( speech reading ), dan

latihan mendengar ( auditory training ), prosedur pelatihan

tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara ( speech

therapist ).

Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah

memperbaiki efektifitas pasien dalam komunikasi sehari-

hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi untuk

mencapai tujuan ini tergantung pada penilaian menyeluruh

terhadap gangguan komunikasi pasien secara individual

serta kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan.

Partisipasi pasien ditentukan oleh motivasinya. Oleh karena

komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang

atau lebih, maka keikutsertaan keluarga atau teman dekat

dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti

bermanfaat.

Page 4: Definisi

Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran

merupakan komponen tradisional dari rehabilitasi

pendengaran. Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan

secara maksimal isyarat-isyarat visual sambil mengenali

beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama

latihan pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi

bicara dengan cara mendengarkan kata-kata bersuku satu

dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising. Latihan

tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian

telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising

dan perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.

Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan

ataupun dalam kelompok. Penyuluhan dan tugas-tugas

khusus paling efektif bila dilakukan secara perorangan,

sedangkan program kelompok memberi kesempatan untuk

menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat

dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan

peragaan ataupun pengajaran.9

Pasien harus dibantu dalam mengembangkan

kesadaran terhadap isyarat-isyarat lingkungan dan

bagaimana isyarat-isyarat tersebut dapat membantu

kekurangan informasi dengarnya. Perlu diperagakan

bagaimana struktur bahasa menimbulkan hambatan-

hambatan tertentu pada pembicara. Petunjuk lingkungan,

ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami cenderung

melengkapi pesan yang diucapkan. Bila informasi dengar

yang diperlukan untuk memahami masih belum

mencukupi, maka petunjuk-petunjuk lingkungan dapat

mengisi kekurangan ini. Seluruh aspek rehabilitasi

pendengaran harus membantu pasien untuk dapat

berinteraksi lebih efektif dengan lingkungannya.

Terdapat beberapa pilihan terapi untuk penderita

presbikusis, diantaranya:

1. kurangi paparan terhadap bising.

2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear

muffs) untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

3. Gunakan alat bantu dengar .

4. Lakukan latihan untuk meningkatkan

keterampilan membaca gerak bibir dan latihan mendengar.

5. Berbicaralah kepada penderita presbikusis

dengan nada rendah dan jelas. Dengan memahami kondisi

yang dialami oleh para lansia dan memberikan terapi yang

tepat bagimereka, diharapkan kita dapat membatu

mengatasi masalah sosial yang mungkin mereka alami

akibatadanya keterbatasan fungsi pendengaran mereka.

2.7.Pemeriksaan Fisik

Tidak dijumpai keabnormalan pada pemeriksaan

fisik. Tetapi dengan pemeriksaan otoskopi tampak

membran timpani suram, dan jika dilakukan tes penala,

maka akan menunjukkan suatu tuli sensorineural yang

bilateral.

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

misalnya pemeriksaan audiometric nada murni,

menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan

simetris.Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam

( sloping ) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas

pada presbikusis sensorik dan neural. Kedua jenis

presbikusis ini sering ditemukan. Garis ambang dengar

pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih

mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-

angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis presbikusis

tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang

lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan

adanya gangguan diskriminasi wicara ( speech

discrimination ). Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis

jenis neural dan koklear.

Pemeriksaan Fisik

1.Pengkajian Daun telinga

a)      Inspeksi: 

   Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan

kanan)

   Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan

titik puncak

Page 5: Definisi

  Penempatan pada lipatan luar mata ( masih

terdapat/tampak atau tidak)

  Terdapat pembengkakan pada Auditorius

eksternal atau tidak.

b)      Palpasi: 

1)      Apakan terdapat nyeri raba

2)      Apakah ada pembengkakan 

E.  Pemeriksaan Penunjang

a)      Pemeriksaan otoskopik

Menggunakan alat otoskop untuk

memeriksa meatus akustikus eksternus dan

membran timpani dengan cara inspeksi: 

Hasil: 

1)      Serumen berwarna kuning,

konsistensi kental. 

2)      Dinding liang telinga berwarna

merah muda 

F.     Tes ketajaman pendengaran

1)      Tes penyaringan sederhana 

Hasil:

1. Biasanya klien tidak mendengar

secara jelas angka-angka yang disebutkan

2.  Klien tidak mendengar secara jelas

detak jarum jam pada jarak 1–2 inchi. 

2)     Uji rinne 

Hasil:  Biasanya klien tidak

mendengarkan adanya getaran garpu tala dan

tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat

bunyi menghilang.

Diagnosa keperawatan

a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan

degenerasi tulang pendengaran bagian dalam.

b.      Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi

pendengaran.

c.       Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan

lingkungan.

d. ketidak mampuan mendengar berhubungan dengan

penumpukan serum

Intervensi Keperawatan

a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan

degenerasi tulang pendengaran bagian dalam

Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan

baik

Kriteria Hasil :

Dalam 1 hari klien dapat :

1)      Menerima pesan melalui metode alternatif

2)      Mengerti apa yang diungkapkan

3)      Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk

berkomunikasi

4)      Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat

   Intervensi :

1)      Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan

2)      Periksa apakah ada serumen yang mengganggu

pendengaran

3)      Bicara dengan pelan dan jelas

4)      Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan

5)      Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar

6)      Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik

7)      Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga.

B .Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi

pendengaran.

Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya

Kriteria Hasil :

Secara bertahap klien dapat :

1)      Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik

diri

2)      Berhubungan sosial dengan orang lain

3)      Mendapat dukungan keluarga mengembangkan

kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

4)      Membina hubungan saling percaya dengan perawat .

   Intervensi :

1)      Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan

tanda-tandanya.

2)      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik

diri

Page 6: Definisi

3)      Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri,

tanda-tanda serta penyebab yang mungkin

4)      Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaan

5)      Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan

kerugian dari perilaku menarik diri

6)      Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang

lain

7)      Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien

8)      Bina hubungan saling percaya dengan klien

9)      Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan

bergantian mengunjungi klien

10)  Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai

oleh keluarga

11)  Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

hubungan terpeutik

C. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan

lingkungan.

   Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan

Kriteria Hasil

Secara bertahap klien dapat :

1)      Menceritakan perasaan-perasaan bosan

2)      Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang

menyenangkan.

3)      Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah

atau depresi yang disebabkan oleh kebosanan.

c)      Intervensi :

1)      Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan

pengalaman

2)      Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka

3)      Variasikan rutinitas sehari-hari

4)      Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-

hari

5)      Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari

6)      Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas