Dasar Teori Skizofrenia a

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adas

Citation preview

Skizofrenia

Skizofrenia merupakan sebuah sindrom klinis yang menyebabkan penderitanya mengalami penyimpangan dari pikiran dan persepsinya sehingga fungsi kognitif, emosi, dan perilakunya terganggu. Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran penderita skizofrenik jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Pada pasien skizofrenik, pikiran, perasaan dan perbuatan sering terasa diketahui oleh atau terbagi dengan orang lain, waham-waham aneh seperti kekuatan alami atau supranatural sedang bekerja pada dirinya, atau terkadang pasien merasa dirinya sebagai pusat segala-galanya.

Gangguan persepsi yang paling sering muncul adalah halusinasi auditorik, yang biasa memberi komentar tentang perilaku dan pikiran individu itu. Jenis suara dapat berupa commanding, commenting, insulting maupun discussing. Persepsi lain yang sering terjadi antara lan adalah warna-warna atau suara-suara berubah menjadi sangat intensif atau berubah dalam kualitasnya. Biasanya pada awal penyakit, pasien mengalami kebingungan (perplexity) dan sering mengakibatkan keyakinan bahwa situasi sehari-hari itu benar memiliki suatu makna khusus, biasanya bernada seram atau mengancam, yang ditujukan secara khas pada individu tersebut.

Proses berpikir pada pasien skizofren juga terganggu. Biasanya bersifat perifer dan tidak relavan dari suatu konsep berpikir yang menyeluruh. Pasien biasanya memiliki aktivitas mental yang masih normal, namun ekspresi yang ditunjukan pada pikiran yang terganggu tersebut dan tidak dapat dipahami. Arus pikiran sering menjadi terputus-putus (breaks) dan mengalami interpolasi (sisipan-sisipan), dan pikiran tersebut mungkin terasa tersedot atau tertarik sesuatu dari luar.

Suasana perasaan (mood) tampak dangkal, cepat berubah-rubah (capricious), atau tidak serasi (incongruous). Ambivalensi dan gangguan kemauan (volition) dapat tampak sebagai inersia, negativisme, atau stupor. Dapat pula terjadi katatonia pada pasien.

Onset dapat bersifat akut dengan perilaku yang amat terganggu, atau bersifat tersembunyi/diam-diam (perjalanan penyakit yang aneh bertahap). Pada sebagian kasus, yang bisa berbeda pada budaya dan populasi yang berbeda, dapat menghasilkan kesembuhan secara menyeluruh atau hampir menyeluruh.

Sekitar 1 dari 100 orang didunia menderita skizofrenia. Onset skizofrenia biasanya muncul pada orang yang berusia kurang dari 25 tahun dan perbandingan penderita antara laki-laki dan perempuan sama. Riwayat keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menentukan faktor resiko penyakit ini. Pada wanita, biasa onset muncul pada usia yang lebih tua.

Pasien skizofrenia tidak akan pernah sembuh dari penyakit ini meskipun telah mendapat berbagai pengobatan. Setiap pengobatan yang ada bertujuan untuk menurunkan manifestasi klinis dari skizofrenia. Pasien skizofrenia sering terlihat memiliki tingkat sanitasi dan higenitas yang buruk.

Gejala KlinisHal-hal berikut ini sering ditemukan pada pasien skizofrenik. Gejala-gejala ini sering timbul secara bersama-sama:a) - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal) thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;b) - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of influence = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau pengindraan khusus); delusional perception = pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. c) halusinasi auditorik suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuhd) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).e) Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolitation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relavan, atau neologisme;g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau flexibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;h) Gejala-gejala negative, seperti sikat sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

Gejala tersebut harus berlangsung selama satu bulan atau lebih, dan terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Untuk menegakkan suatu diagnosis skizofrenia harus didapatkan sedikitnya satu gejala yang sudah disebutkan di atas amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala tersebut kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua kelompok (e) sampai (h) yang harus selalu ada dalam waktu satu bulan atau lebih. Jika munculnya gejala tersebut kurang dari satu bulan maka harus disebutkan gangguan psikotik lir-skizofrenia akut (F23.2), kemudian selanjutnya diklasifikasi ulang jika gejala-gejala tersebut menetap dalam jangka waktu yang lebih lama.

Jika ditinjau secara retrospektif, mungkin dapat terlihat jelas bahwa terdapat suatu fase prodromal dimana gejala-gejala dan perilaku seperti kehilangan minat dalam bekerja, dalam aktivitas sosial (pergaulan sosial), penelantaran penampilan pribadi dan perawatan diri, juga muncul bersamaan dengan kecemasan yang menyeluruh serta depresi dan preokupasi yang berderajat ringan, mendahului onset gejala-gejala psikotik selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Karena sulitnya menentukan onset, maka kriteria diagnostik 1 bulan mencakup gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas (tidak dengan gejala prodromal nonpsikotik)

Diagnosis tidak dapat ditegakkan jika terdapat secara luas terdapat gejala-gejala depresif atau manik kecuali bila memang jelas, bahwa gejala skizofrenik itu mendahului gangguan afektif tersebut. Bila gejala-gejala skizofrenik dan afektif berkembang bersama-sama secara seimbang dan sama banyak, maka diagnosis gangguan skizoafektif (F25.-) harus ditegakkan, walaupun gejala-gejala skizofrenik itu saja cukup beralasan untuk menegakan diagnosis skizofrenia. Skizofrenia juga tidak boleh ditegakkan jika terdapat penyakit organik seperti kelainan pada otak yang nyata, atau dalam intoksikasi atau lepas zat(withdrawal). Gangguan serupa yang timbul pada epilepsi atau penyakit otak lain harus diberi kode F06.2 dan yang diinduksikan oleh obat-obatan diberi kode F1x.5.

PatofisiologiPatofisiologi dari skizofrenia sendiri belum diketahui secara pasti. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin diakibatkan oleh tingginya aktivitas hormon dopamin. Pengkoreksian terhadap beberapa neurotransmiter lain seperti serotonin dan GABA juga dapat memperbaiki gejala skizofrenia.1. Dopaminpeningkatan aktivitas hormon dopamin pada sistem mesolimbik otak menyebabkan munculnya gejala positif dari pasien, sedangkan penurunan aktivitas hormon dopamin pada sistem mesokortikal menyebabkan munculnya gejala negative pada pasien. Peningkatan aktivitas hormone dopamine pada pasien dipengaruhi oleh peningkatan jumlah dan reseptor dari hormone dopamine. Berbagai obat antipsikotik seperti klorpromazin dan reserpine memiliki struktur yang sangat berbeda dengan cara kerja yang sama, yaitu sebagai antidopaminergik.2. SerotoninPenelitian lain menunjukkan bahwa peningkatan serotonin menyebabkan gejala positif dan negative pada penderita skizofrenia.3. GABAGABA berfungsi sebagai kontrol pada aktivitas dopaminergik di dalam otak. Kerusakan pada neuron penghasil GABA yang berada pada hipokampus menyebabkan peningkatan hormone dopamine. Neuron penghasil GABA pada penderita skizofrenia mengalami penurunan jumlah.

Tatalaksana pada pasien skizofreniaTatalaksana pada pasien dengan skizofrenia adalah dengan menggunakan obat antipsikosis. Penggunaan obat dilakukan dengan cara pengenalan gejala skizofrenia dari pasien dan efek samping yang dapat ditolerir oleh pasien. Efek samping yang dapat dirasakan pasien pada umumnya adalah sedasi, gejala ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, hingga sindroma neuroleptik maligna.Obat antipsikotik dibedakan menjadi 2 golongan besar berdasarkan regio dimana obat tersebut bekerja dan neurotransmitter apa yang dipengaruhinya, yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Antipsikotik tipikal sendiri dibedakan menjadi 3 berdasarkan cara kerjanya, yaitu phenothiazine, buthyrophenone, dan diphenylpiperidine. Sedangkan obat antipsikotik atipikal dibagi menjadi 3 berdasarkan cara kerjanya pula, yaitu, benzamide, dibenzodiazepin, dan benzisoxazole.Berikut beberapa contoh obat antipsikotik berdasarkan golongan dan cara kerjanya:1. Antipsikotik tipikal: Phenotiazine: Chlorpromazine, perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine, thioridazine Buthyrophenone : Haloperidol Diphenyl-butylpiperidine : Pimozide2. Antipsikotik atipikal: Benzamide: Sulpiride Dibenzodiazepine: Clozapine, olanzapine, zotepine Benzisoxazole: Risperidon, aripiprazole

Apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak terkendali) pada pasien skizofrenia, maka penggunaan anti-psikosis atipikal perlu dipertimbangkan. Terutama pada penderita yang tidak dapat mentolelir efek samping ekstrapiramidal atau mempunyai riwayat risiko medik adanya gejala ekstrapiramidal (neuroleptic induced medical complication).

F20.0 Skizofrenia ParanoidJenis skizofrenia ini paling sering dijumpai. Gambaran klinis dari skizofrenia jenis ini didominasi oleh waham-waham yang secara realatif stabil, sering kali bersifat paranoid, biasanya disertai halusinasi, terutama halusinasi auditorik, dan gangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak, pembicaraan, dan gejala katatonik tidak menonjol.

Beberapa gejala paranoid yang paling umum adalah :(a) Waham kejar, rujukan, exalted birth (merasa dirinya tinggi, istimewa), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan(b) Halusinasi berupa suara yang mengancam pasien atau memberi perintah atau tanpa bentuk verbal (berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa)(c) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, aatau bersifat seksual, atau perasaan tubuh lain. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol

Gangguan pikiran mungkin terlihat jelas pada keadaan akut. Keadaan afektif biasanya lebih baik dibanding skizofrenia jenis lain, tetapi suatu derajat ringan mengenai ketidakserasian (incongruity) umum dijumpai. Demikian juga dapat ditemui gangguan suasana perasaan (mood) seperti iritabilitas, kemarahan yang tiba-tiba, ketakutan dan kecurigaan. Gejala negative seperti pendataran afektif dan hendaya dalam dorongan kehendak (volition) sering dijumpai tapi tidak mendominasi gambaran klinis.Perjalanan penyakit skizofrenia paranoid dapat terjadi secara episodic, engan remisi sebagian atau sempurna, atau bersifat kronis. Pada kasus-kasus kronis, gejala menetap selama bertahun-tahun dan sulit untuk membedakan episode-episode yang terpisah. Onset biasanya terjadi pada usia lebih tua daripada skizofrenia herbefrenik dan katatonik.

Pedoman diagnostikKriteria umum untuk diagnosiss skizofrenia harus terpenuhi, dan sebagai tambahan memenuhi beberapa hal berikut : halusinasi dan/atau waham harus menonjolhalusinasi seperti yang sudah dijelaskan pada butir (b) dan (c). Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi yang paling khas adalah waham dikendalikan, dipengaruhi, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam gangguan afektif, dorongan kehendak, pembicaraan, dan gejala katatonik secara relatif tidak nyata

Diagnosis bandinguntuk menegakan diagnosis ini penting untuk menyingkirkan diagnosis epilepsi dan psikosis yang disebabkan oleh obat-obatan.