22
Skizofrenia Paranoid Oleh: Maulidanti Rizdana Pranindya Hadiwidjojo Pradea Ramadhan Pembimbing: dr. Erie Dharma Irawan, Sp.KJ. MARS

Danci,Kadea,Nindya Preskas Sp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hgjhu

Citation preview

Skizofrenia Paranoid

Oleh:

Maulidanti Rizdana Pranindya Hadiwidjojo

Pradea RamadhanPembimbing:

dr. Erie Dharma Irawan, Sp.KJ. MARSKEPANITERAAN BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIJAKARTA2015STATUS PSIKIATRI

I. Identitas Pasien

Nama:Tn. S.Jenis Kelamin: Laki-laki.

Tempat Tanggal Lahir:Jakarta, 2 Oktober 1978.Usia: 37 Tahun.Agama : Islam.Alamat: Utan Kayu.Suku Bangsa: JawaPendidikan terakhir:Sekolah Menengah Atas.Status pernikahan:Menikah.Pekerjaan:Pegawai PT.Tanggal masuk RSIJ: 15 April 2015.Tanggal pemeriksaan: 27 April 2015.

Tempat wawancara:Ruang perawatan RSIJ Klender.Rawat jalan: 2012-2015 Poli RSIJ Klender.Rawat Inap:

II. Riwayat Psikiatrik

Berdasarkan :

Autoanamnesis: Diambil pada tanggal : 27 April 2015 (pukul 09.00 WIB)

Alloanamnesis:

Diambil pada tanggal: 30 April 2015 (pukul 10.00 WIB) melalui telepon.Diperoleh data dari: Kakak kandung pasien.Nama (inisial)

: Ny. K.Pendidikan terakhir: S1.Pekerjaan

: Pegawai Negeri Sipil.Hubungan dengan pasien: Kakak kandung pasien.A. Keluhan Utama

Pasien marah-marah, dan tidak dapat mengontrol emosi sejak 3 hari SMRS.B. Keluhan Tambahan

Curiga terhadap orang-orang disekitarnya. Mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan bahwa dirinya merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubowono VIII. Tidak bisa tidur di malam hari.C. Riwayat Gangguan SekarangPasien datang ke rumah sakit islam jiwa klender (RSIJK) diantar oleh kakak kandung perempuan dan keponakan laki-laki nya pada tanggal 15 April 2015 dengan keluhan pasien menjadi sering marah-marah terutama kepada istrinya. Kakak pasien mengatakan emosi adiknya menjadi sangat sulit untuk dikendalikan, sampai ketika marah pasien sampai mengamuk kepada anak nya yang masih berumur 3 tahun yang tidak mengerti apa-apa. Kakak pasien mengatakan keanehan sikap yang terjadi oleh adiknya mulai dirasakan keluarga pertama kali sejak tahun 2012, pasien juga menyadari perubahan yang terjadi pada diri nya sejak tahun 2012. Dimana saat itu pasien mengaku untuk pertama kalinya mendengar adanya suara bisikan yang terjadi secara tiba-tiba sesaat setelah pasien bertengkar dengan istrinya, suara bisikan itu mengatakan bahwa dirinya merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubowono VIII. Adanya suara-suara bisikan ini membuat pasien menjadi tidak bisa tidur dimalam hari sampai berhari-hari lamanya. Pasien juga mengaku pernah melihat sesosok bayangan hitam dan tinggi besar, bayangan ini muncul pertama kali ketika pasien sedang termenung dikamar sendiri, dan semakin sering menampakan diri dimanapun pasien berada baik di rumah ataupun di tempat kerja. Adapun keluhan-keluhan ini muncul berawal ketika istrinya melahirkan anak kedua mereka yang lahir pada bulan Juli 2012. Sejak saat itu pasien mengaku sering diperintah oleh istrinya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang mana seharusnya pekerjaan itu dikerjakan oleh istrinya, karena pasien merasa sudah lelah karena bekerja seharian dikantor, pasien menjadi tidak terima diperlakukan seperti itu. Hal inilah yang membuat paisen menjadi cepat emosi, marah-marah sampai pernah memecahkan perabot seperti piring dan gelas yang berada di dapur. Dari sinilah pasien merasa hubungan dengan istrinya menjadi tidak harmonis. Menurut keterangan dari kakak pasien, karena merasa banyak perubahan yang terjadi pada adiknya, selain tidak bisa mengontrol emosi, adik nya pun terlihat lebih senang menyendiri, apabila diajak bicara tidak banyak mengeluarkan kata-kata, dan lebih terlihat murung tidak seperti biasa nya. Karena hal inilah untuk pertama kalinya pasien dibawa oleh keluarga berobat ke rumah sakit yang berada di Bogor kemudian dirujuk ke RSIJK, pasien dirawat 2 minggu dan setelah pulang rawat inap pasien rutin kontrol ke psikiater setiap bulan. Kakak pasien mengatakan setelah pulang rawat inap dan rutin kontrol, adik nya pun dapat menjalani aktivitas sehari-hari seperti bangun dipagi hari, berangkat bekerja, dan tidak ada gangguan tidur dimalam hari. Laporan dari istrinya pun mengatakan bahwa emosi suami nya sudah bisa di kontrol dengan sangat baik.

Pada akhir tahun 2014, pasien mengatakan keluhan yang sama kembali pasien rasakan. Pasien mengaku mendengar bisikan yang sama, yang mengatakan bahwa dirinya keturunan dari Sri Sultan, selain itu pasien mengaku mendengar suara-suara burung seperti sedang berada di dalam hutan dan kipas angin yang dapat berbicara kepadanya. Pasien juga mengaku dirinya mampu berkomunikasi dengan penyiar berita yang berada di televisi dan dapat mencium bau atau aroma yang ada di televisi tersebut. Menurut pengakuan kakak pasien, adiknya saat itu merasa dirinya sudah sehat sehingga tidak perlu lagi untuk mengkonsumsi obat-obatan yang sebelumnya rutin diminum oleh nya. Pada bulan Januari 2015, pasien kembali dirawat inap di RSIJK karena menurut pengakuan kakak pasien, adiknya membangkang apabila diperintah untuk meminum obat oleh istri dan keluarga.

Pada bulan April 2015, pasien mengaku mendengar kembali suara-suara yang membisikan telinga nya. Pasien mengaku suara-suara itu muncul hilang timbul 7 hari SMRS. Suara-suara bisikan lebih sering muncul ketika malam hari dimana orang-orang dirumahnya sudah tertidur, dan membuat nya menjadi tidak bisa tidur 2 hari lamanya. Pasien juga mengatakan bahwa sekarang diri nya menjadi sangat curiga terhadap orang-orang disekitarnya terutama kepada istri nya, dimana pasien merasa bahwa istri nya ingin melihat dirinya menjadi kesusahan dan sengsara dengan lebih senang melihat diri nya diperlakukan seperti budak, dan seolah istrinya telah menyuruh agar anak nya pun ikut membenci dirinya. Kakak pasien mengatakan 3 hari SMRS adik nya menjadi sangat emosi dan melampiaskan kemarahan tersebut kepada istri nya, berawal ketika pasien meminta istri untuk mengambilkan nya makanan, tetapi menurut pasien saat itu istri tidak memenuhi keinginan nya dimana hal ini membuat pasien menjadi marah dan mengacaukan barang-barang yang ada dirumah. Hingga akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSIJK karena keluarga merasa sudah tidak mampu mengatasi perilaku pasien. D. Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Psikiatrik

Tahun 2012 di rawat inap RSIJK selama 2 minggu. Setelah itu rutin kontrol untuk rawat jalan. Februari 2015 kembali di rawat inap selama 1 minggu.

April 2015 kembali di rawat inap.

b. Medik

Pasien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami demam tinggi sampai kejang, penyakit berat lainnya seperti diabetes melitus maupun darah tinggi.c. Penggunaan Zat

Merokok sejak usia 20 tahun, sehari dapat menghabiskan satu sampai dua bungkus rokok. Pasien menyangkal menggunakan obat-obatan seperti shabu, ganja dan obat-obatan terlarang lainnya. Pasien juga menyangkal meminum minuman beralkohol seperti bir bintang.E. Riwayat Hidup

a. Masa prenatal dan perinatal

Menurut kakak pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam sehat, tidak pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis. Pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan di lahirkan secara normal dibantu oleh bidan. Pada saat lahir bayi langsung menangis. Pasien merupakan anak yang dikehendaki orangtuanya. Tidak pernah ada sakit kejang atau penyakit lainnya yang bermakna. Tidak ada kecelakaan yang bermakna, riwayat operasi tidak ada.b. Masa kanak - kanak ( 0 3 tahun)

Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tidak ada cacat bawaan yang ditemukan, perkembangan fisik pasien cukup baik, pola perkembangan motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang normal. Menurut kakak pasien, pasien dapat berjalan saat berumur kurang lebih dua tahun dan tidak pernah ada keterlambatan berbicara. Tidak ada kebiasaan buruk pasien, seperti membenturkan kepala atau menghisap jari. Kakak pasien mengatakan pasien mulai belajar untuk ke kamar mandi sendiri pada usia 4 tahun. Pasien mulai masuk TK saat usia 5 tahun. Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat kejadian trauma kepala dan kecelakaan saat itu, tidak ada riwayat kejang yang muncul tiba tiba ataupun kejang yang diawali oleh demam. Pada usia ini pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

c. Masa kanak-kanak pertengahan ( 3 11 tahun)

Menurut penuturan kakak kandung pasien pasien, perkembangan fisik pasien umumnya baik. Secara keseluruhan pasien adalah anak yang periang dan memiliki banyak teman. Pasien mulai masuk Sekolah Dasar ketika berusia 7 tahun. Semasa sekolah dasar pasien dinilai tidak banyak bertingkah di sekolah. Menurut kakak pasien, pasien tidak pernah terlibat perkelahian dengan teman sebayanya di sekolah. Pasien memiliki banyak teman baik laki- laki maupun perempuan. Prestasi pasien di sekolah mendapatkan juara kelas dan tidak pernah tinggal kelas. Kemampuan pasien dalam membaca, berhitung dinilai baik. Pasien menyelesaikan sekolahnya selama enam tahun.

d. Masa remaja

Menurut kakak pasien, sikap pasien terhadap Ibu kandung pasien kurang harmonis, karena saat usia remaja pasien kehilangan sosok bapak akibat meninggal dunia dan dididik oleh ibu yang sangat otoriter, sering mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk dikatakan. Hubungan pasien dengan kakak beradik cukup harmonis. Pasien lebih memilih berteman dengan teman-temannya sebayanya. Pasien sering kumpul-kumpul dengan teman- temannya dan bermain bersama.

Saat SMA, pasien tidak memiliki kesulitan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya, memiliki kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Hubungan antara pasien dengan teman-temannya juga cukup baik, pasien mempunyai beberapa teman dekat yang pernah bermain kerumahnya. Pasien menyelesaikan SMA selama tiga tahun. Pasien mengikuti berbagai macam les semasa SMA seperti les bahasa inggris, dan les melukis.e. Masa dewasaI. Riwayat Pendidikan

Pasien dapat menyelesaikan pendidikan nya dengan baik. Selain itu pasien juga mengikuti kegiatan non formal seperti les bahasa inggris, dan les melukis.II. Riwayat pekerjaan Pasien bekerja ketika masih berkuliah dan berhenti ketika ingin melahirkan, kemudian pasien bekerja kembali namun berhenti ketika pasien mulai merasa tidak nyaman dengan lingkungan kantornya. Hubungan dengan teman kantor pasien diakui baik, pasien sering berkumpul dan bermain bersama dengan teman kantornya.III. Riwayat perkawinan/berpasangan

Pasien menikah saat berusia dua puluh tiga tahun dan bercerai ketika usia pernikahan sepuluh tahun. Pernikahan pasien bukanlah pernikahan yang dipaksakan oleh kedua orang tuanya.IV. Riwayat beragama

Pasien adalah seorang yang beragama islam. Setiap harinya pasien tidak selalu mengerjakan shalat 5 waktu karena kesibukan pasien tetapi pasien rutin mengikkuti kegiatan pengajian bersama dengan teman- temannya.V. Aktivitas sosial

Pasien terkenal periang dan mudah bergaul dengan teman dan tetangganya.VI. Riwayat pelanggaran hukumPasien tidak pernah terlibat kasus hukum, pasien juga tidak pernah ditahan atau dipenjara.F. Riwayat Keluarga (Family Tree)

Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Hubungan antara pasien dan saudaranya diakui baik. Ayah pasien mengatakan kakak pasien menderita depresi karena bercerai dengan suaminya. G. Situasi Kehidupan SekarangPasien saat ini tinggal dengan kedua orang tua dan anak kedua pasien. Keluarga sangat mendukung pengobatan pasien, Setiap ingin minum obat, pasien diperhatikan oleh ayah pasien namun ketika ayah pasien tidak melihat, pasien memuntahkan obat tersebut.III. Status Mental

A. Deskripsi Umum1. Penampilan

Laki-laki berkulit putih, dengan tinggi sekitar 168 cm berbadan kurus, memakai baju hijau tua panjang, celana pendek biru, rambut hitam pendek, dan sendal jepit. Pasien tampak sesuai usianya.2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Sebelum wawancara, pasien tampak sedang makan cemilan di tempat duduk dengan tenang.

Selama wawancara, pasien duduk, kontak mata baik, bicara volume cukup, tenang dalam merespon pertanyaan. Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan, namun terkadang tidak nyambung antara pertanyaan dan jawaban. Selama wawancara pasien sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan, dan banyak tersenyum.

Setelah wawancara, pasien masuk kembali ke bangsal laki-laki, kembali duduk dan sedang berbicara dengan pasien lainnya.3. Pembicaraan Cara berbicara

: Spontan.

Volume berbicara : Sedang. Irama

: Sedang. Kelancaran berbicara:

Kecepatan berbicara: Sedang. Gaya berbicara: 4. Sikap terhadap pemeriksaPasien bersikap sangat kooperatif terhadap pemeriksa.B. Aspek dan Ekspresi Afektif

Mood

: Iritabel. Afek

: Serasi. Kesesuaian: Sesuai.C. Gangguan Persepsi (persepsi panca indera)

Halusinasi

Auditorik

: Ada. Visual

: Tidak ada.

Taktil

: Tidak ada

Olfaktorik

: Tidak ada.

Gustatorik

: Tidak ada.

Ilusi

: Tidak ada.

Depersonalisasi

: Tidak ada.

Derealisasi

: Tidak ada.D. Gangguan Pikir

i. Proses pikir Blocking

: Tidak Ada

Asosiasi Longgar: Tidak Ada

Inkoherensi

: Tidak Ada

Flight of idea

: Tidak Ada Word Salad

: Tidak Ada

Neologisme

: Tidak Ada

Sirkumstansialitas: Tidak Ada

Tangensialitas

: Tidak Ada

Hendaya berbahasa: Tidak ada

ii. Isi pikir

Preokupasi : Tidak ada Gangguan isi pikiran :

Waham Kebesaran: Ada.

Waham Kejar

: Ada. .

Waham Rujukan : Tidak ada Thought Echo

: Tidak ada Thought Broadcasting: Ada.

Thought Withdrawal : Ada.

Thought Insertion : Tidak ada.

Thought Control: ? aku gaktauw (Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh suara tersebut). Delusion Of Passivity: ?(Pasien tidak dapat melawan bisikan-bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja). Gagasan Bunuh Diri : Tidak ada Obsesi

: Tidak adaE. Fungsi Kognitif dan Kesadaran

1. Kesadaran: Compos mentis

2. Orientasi: Cukup baik

a. Waktu (baik (pasien benar menyebutkan hari, bulan, tahun saat di wawancara).b. Tempat (baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, Negara Indonesia, kota jakarta, dan ruangan perawatannya).c. Orang (baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).3. Konsentrasi : Baika. Daya ingat.

i. Daya ingat segera ( baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara ajukan).

ii. Daya ingat yang pendek ( baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi).

iii. Daya ingat jangka panjang ( baik (pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien ketika SMA).b. Intelegensia dan Pengetahuan umum : Luas.

1. Pasien dapat menyebutkan tiga kota besar di Indonesia. Jawaban pasien yaitu : Jakarta, Bandung, Surabaya.

c. Pikiran abstrak : Baik (dapat mengartikan peribahasa panjang tangan)

F. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial: baik.

Pasien dapat menyebutkan beberapa nama- nama pasien selama pasien dirawat.2. Uji daya nilai : Baik.

a. Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh pasien yaitu mengembalikan kepada pemiliknya.

G. Reality Test Ability (RTA)

Terganggu

H. Tilikan : Derajat

Tilikan 1I. Taraf dapat Dipercaya.

Dapat dipercaya.

Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban yang sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Kakak kandungnya.IV. Pemeriksaan Fisik

1. Status generalis

Keadaan umum: Tampak sehat Kesadaran

: Composmentis Tanda vital Tekanan darah

: 120/80 mmhg

Suhu

: 36,5 c

Nadi

: 75 x/menit

Pernafasan

: 16 x/menit

Kepala

: Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut

Thorax

:

Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-

Jantung : S1S2 reguler, Murmus -, gallop -

Abdomen

: Tidak ada kelainan

Ekstermitas

: Tidak ada kelainan

2. Status Neurologis

Tanda rangsang meningeal: tidak ada Mata :

gerakan baik

: Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)

Persepsi

: Baik

Bentuk Pupil

: Bentuk bulat (+/+), isokor

Rangsang Cahaya: Reaksi cahaya (+/+) Motorik

Tonus

: Baik

Turgor

: Baik

Kekuatan

: Baik

Koordinator

: Baik

Refleksi

: BaikV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1. RTA: Terganggu

2. Kesadaran: Kompos Mentis

3. Mood: Eutimik4. Afek: Terbatas5. Kesesuaian: Serasi

6. Gangguan persepsi: Halusinasi auditorik

7. Gangguan isi pikir:waham paranoid (waham kejar dan referensi), waham pengendalian (Thought echo, Thought control, Delusion of passivity)8. Tilikan: derajat 19. Reabilitas : Dapat dipercaya

10. Nilai MMSE : -VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I: Skizofrenia Paranoid

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik yang berlangsung selama > 5 tahun. Di temukan juga gangguan isi pikir berupa waham paranoid (waham kejar dan rujukan), waham pengendalian ( Thought control, Delusion of passivity). Menurut PPDGJ III ini termasuk skizofrenia paranoid karena : Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu bulan atau lebih. Halusinasi auditorik yang berulang kali. Tidak ada bicara kacau, perilaku kacau atau katatonik, afek datar atau tidak sesuai. Aksis II: Ciri Kepribadian Narsisistik Aksis III: Tidak ditemukan kelainan organobiologik

Aksis IV: Pasien curiga suaminya berselingkuh dengan teman kerjanya. Aksis V:GAF scale 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)VII. DIAGNOSA

Diagnosa kerja : Skizofrenia Paranoid

VIII. RENCANA TERAPI 1. Rencana Psikoterapi :

a. Psikoterapi Suportif

Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur agar gejala penyakitnya berkurang dan menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat.

b. Psikoterapi Ventilasi

Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemu-kakan isi hatinya agar pasien merasa lega serta keluhannya berkurang.

c. Terapi berorientasi keluarga Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhn pasien.d. Sosial budaya Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.

Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.e. Religius Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa, dan berdzikir.2. Rencana Farmakoterapi :

a. Trihexyphenidil 3 x 2mgb. Risperidon 2 x 2mgc. Alprazolam 1 x 0,5mg

IX. PROGNOSIS

Dubia Faktor yang memperberat : Kepatuhan berobat yang tidak teratur. Adanya faktor genetik. Sering Relaps. Faktor yang memperingan :

Dukungan dari keluarga dari segi motivasi untuk sembuh sangat baik.

15